daftar isi - steveagustapoems.files.wordpress.com · cerpen -6 di sini (diana d. timoria) kereta...

56

Upload: buiduong

Post on 26-Feb-2019

244 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: DAFTAR ISI - steveagustapoems.files.wordpress.com · CERPEN -6 Di Sini (Diana D. Timoria) Kereta (Erlin Lasar) Belis (Silviana Yanti Mesakh) ... pengabaian nilai-nilai tradisi yang
Page 2: DAFTAR ISI - steveagustapoems.files.wordpress.com · CERPEN -6 Di Sini (Diana D. Timoria) Kereta (Erlin Lasar) Belis (Silviana Yanti Mesakh) ... pengabaian nilai-nilai tradisi yang

DAFTAR ISI

RUANG REDAKSI -1

In Paradisum

ESAI -2

Gelombang Korea Menghantam Kota Karang

(Mario F Lawi)

CERPEN -6

Di Sini

(Diana D. Timoria)

Kereta

(Erlin Lasar)

Belis

(Silviana Yanti Mesakh)

PUISI -25

Sr. Wilda, CIJ

Prim Nakfatu

Donis Dalli

Rian Dji Bai

Steve Agusta

KUSU-KUSU -34

Ume Kbubu

(Amanche Franck Oe Ninu, Pr.)

RESENSI__ -38

Suara yang Terluka

(Januario Gonzaga)

PROFIL_____ -44

Januario Gonzaga

Filsafat dan Pewartaan di Ujung Pena

KARIKATUR -52

ISSN: 2252-7931

Page 3: DAFTAR ISI - steveagustapoems.files.wordpress.com · CERPEN -6 Di Sini (Diana D. Timoria) Kereta (Erlin Lasar) Belis (Silviana Yanti Mesakh) ... pengabaian nilai-nilai tradisi yang

In Paradisum

Dari Betlehem ke Golgota, kami mencarimu, Tuan, setelah kerlip

bintang menunjukkan kami arah kedatangan. Palungan dan lampinmu

masih lembab dan memperdengarkan suara tangismu. Suaramulah

yang menuntun para Majus, murid-muridmu dan Maria yang

senantiasa berjaga. Dari Yudea hingga Samaria, kami mencium aroma

kakimu; wangi anggur yang ditumpahkan ke dalam cawan perjamuan

terakhir. Seperti ikan-ikan yang kaukumpulkan dalam jala, kami

akhirnya menemukan perhentian. Seperti kawanan domba yang

tenang di padang ketika mendengarkan gembala memainkan kecapi.

Ke dalam engkau yang memandang kami dari atas salib, kami

menghilang untuk menggenapi sebagian diri kami yang telah

kautemukan. Sebab piala paling agung telah engkau unjukkan

sebelum roti terakhir engkau pecahkan sambil berseru, ―Mengapa

engkau meninggalkan aku?‖

(Fatuba’a, Agustus 2013)

RUANG REDAKSI

SANTARANG

Jurnal Sastra

Diselenggarakan dan diterbitkan oleh Komunitas Sastra Dusun Flobamora

Pelindung/ Penasehat:

Rm. Sipri Senda, Pr & Dr. Marcel Robot

Penanggungjawab:

Amanche Franck OE Ninu, Pr. & Patris Allegro Neonnub, Pr.

Pemimpin Redaksi: Mario F Lawi|Pengasuh Rubrik: Esai:

Januario Gonzaga|Cerpen: Djho Izmail|Puisi: Christian Dicky Senda|

Kusu-kusu: Amanche Franck|Profil: Arky Manek|Resensi: Saddam HP|

Lay-out: Abdul M. Djou|Karikatur: Etho Kadji |Ilustrasi Isi: Mando & Etho|

Email redaksi: [email protected]

Redaksi menerima sumbangan tulisan berupa esai, resensi, cerpen dan

puisi. Lampirkan biodata narasi di akhir tulisan yang dikirim.

Edisi Oktober 2013 1

Page 4: DAFTAR ISI - steveagustapoems.files.wordpress.com · CERPEN -6 Di Sini (Diana D. Timoria) Kereta (Erlin Lasar) Belis (Silviana Yanti Mesakh) ... pengabaian nilai-nilai tradisi yang

Gelombang Korea

Menghantam Kota Karang Mario F Lawi

/1/

Banyak orang menyebut serbuan K-Pop sebagai hallyu atau

gelombang Korea (Korean Wave). Gelombang ini awalnya dipicu

keranjingan orang terhadap drama romantis Asia, termasuk drama

Korea. Dari sini, anak muda Asia kemudian mengenal K-Pop dan

menggilainya. Di Indonesia sendiri, subur bertumbuh sejumlah band-

band Indonesia yang beraroma Korea seperti Princess, Cerrybelle,

hingga 7icons.

Selain fenomena band Korea di atas, ada pula lagu yang berasal

dari Negeri Ginseng tersebut yang menarik perhatian dunia seperti

Gangnam Style. Di situs youtube, video ini menjadi salah satu video

klip asal Korea Selatan yang paling banyak ditonton. Selain sukses

memuncaki daftar lagu di Korea Selatan, lagu dan video klip ini pun

sukses mencuri perhatian pecinta musik di berbagai belahan dunia

termasuk mencuri perhatian artis-artis papan atas dunia serta media-

media besar dunia untuk mengulasnya.

Berkembangnya berbagai varian teknologi komunikasi saat ini

memungkinkan invasi budaya Korea tersebut ke berbagai negara di

dunia, termasuk Indonesia. Mimetisme media, pengemasannya yang

dibuat semenarik mungkin, lemahnya resistensi budaya setempat dan

minimnya kesadaran filtrasi memungkinkan budaya Korea ini

berkembang ke pelosok dunia. Di Kota Kupang sendiri, invasi budaya

Korea ini mulai terasa. Dari peniruan lagu-lagu berbahasa Korea atau

yang dinyanyikan oleh band-band Indonesia beraroma Korea hingga

tarian Gangnam Style yang populer di kalangan kaum muda Kota

Kupang mengindikasikan kuatnya invasi tersebut masuk ke jantung

ESAI

KREATIF DAN INSPIRATIF 2

Page 5: DAFTAR ISI - steveagustapoems.files.wordpress.com · CERPEN -6 Di Sini (Diana D. Timoria) Kereta (Erlin Lasar) Belis (Silviana Yanti Mesakh) ... pengabaian nilai-nilai tradisi yang

pertahanan budaya Kota Kupang.

/2/

Sebagaimana dipercaya Adorno dan Horkheimer bahwa kritik

bertujuan untuk melindungi manusia dari kehilangan jati dirinya

dalam pemikiran dan aktivitasnya, dan individu tetap merasa menjadi

bagian dari organisasi masyarakat yang ada (Dialectic of Enlightment,

1972), demikian pun kesadaran dan filtrasi terhadap budaya asing

diperlukan agar manusia mampu mempertahankan identitasnya tanpa

kehilangan jati dirinya yang asali.

Sejauh Hallyu dibaca sebagai komodifikasi, maka dalam modus

yang berbeda, fenomena ini sama dengan fenomena McDonald

ataupun Coca-Cola. Namun, hal ini belum memperhitungkan

kemunculan resistensi budaya setempat yang coba untuk dipengaruhi

olehnya. Keberadaan McDonald maupun Coca-Cola telah teruji

selama bertahun-tahun, sedangkan invasi Hallyu baru terasa pada satu

dekade terakhir. Faktor kedekatan benua menjadi salah satu faktor K-

Pop dan varian budaya Korea dengan mudah diterima di Indonesia

hingga ke pelosok-pelosok negeri termasuk Kota Kupang. Kekuatan

reproduksi media dan berkembangnya teknologi komunikasi semakin

memungkinkan kaum muda Kota Kupang mengakses berbagai macam

perkembangan yang berkaitan dengan K-Pop dan variannya. Di Kota

Kupang, Korea dan industri hiburannya berusaha menyaingi Jepang,

yang juga menancapkan pengaruhnya dalam berbagai bidang (mulai

dari kendaraan bermotor hingga manga dan anime).

Mengontraskan fenomena budaya modern seperti yang

dikemukakan Adorno, berarti juga memperhitungkan peran media

sekaligus menata kembali potensi-potensi kekuatan budaya tradisi

yang dapat dipakai sebagai filter masuknya budaya-budaya asing.

Kota Kupang sebagai daerah urban menyimpan potensi terhadap

pengabaian nilai-nilai tradisi yang datang dari berbagai daerah.

Esai

Edisi Oktober 2013 3

Page 6: DAFTAR ISI - steveagustapoems.files.wordpress.com · CERPEN -6 Di Sini (Diana D. Timoria) Kereta (Erlin Lasar) Belis (Silviana Yanti Mesakh) ... pengabaian nilai-nilai tradisi yang

Namun, dalam hal yang lebih parsial, dapat ditemukan identitas-

identitas asali yang masih dipegang teguh oleh sejumlah individu dan

kelompok yang tinggal di Kota Kupang. Dengan demikian,

kesempatan untuk menggali potensi kekuatan budaya tradisi yang ada

masih terbuka lebar.

Di ruang publik, homogenisasi tentu saja tidak akan berlangsung

secara mutlak, karena bagaimanapun resistensi adalah juga bagian

integral dari sebuah proses perkembangan kebudayaan. Keberadaan

budaya asing dengan segala variannya harus juga dipahami sebagai

daya uji terhadap kekuatan resistensi masyarakat Kota Kupang

dengan berakar pada budaya tradisi nenek-moyang. Hal ini harus

dilandasi atas pemahaman yang mendasar masyarakat Kota Kupang

terhadap keberadaan budaya tradisi sebagai faktor ciri sekaligus

penentu dalam proses ini.

Dalam konteks interaksi antar-budaya, serbuan K-Pop dapat

dilihat sebagai sarana integrasi yang hanya dimungkinkan dengan

adanya daya refleksi masyarakat Kota Kupang terhadap interaksi

tersebut. Daya refleksi ini tidak dipahami secara ekstrim sebagai

pembangunan sekat-sekat kultural terhadap invasi budaya asing,

tetapi lebih kepada dengan jeli menimbang dan memilih budaya yang

akan diakrabi sambil tetap mempertahankan identitas individual yang

juga mengandaikan integrasi terhadap identitas kultural-tradisional.

Dengan demikian, ‗ruang publik‘ tidak hanya dipahami sebagai ruang

intervensi sebuah budaya asing terhadap budaya lokal, melainkan

lebih kepada interaksi atau mungkin pembastaran dua budaya yang

berbeda, dengan tetap menjunjung dan menomorsatukan keunikan

budaya tradisi sebagai ciri pembeda dan pembentuk masyarakat lokal.

Keberadaan internet juga tak bisa dipungkiri sebagai faktor

terbesar yang memungkinkan invasi K-Pop ini ke berbagai penjuru

dunia bahkan hingga ke daerah-daerah terpencil (remote areas).

Namun, tentu saja, memahami internet sebagai ‗ruang publik‘ yang

memungkinkan sebuah budaya diperkenalkan dan diterima harus juga

Esai

KREATIF DAN INSPIRATIF 4

Page 7: DAFTAR ISI - steveagustapoems.files.wordpress.com · CERPEN -6 Di Sini (Diana D. Timoria) Kereta (Erlin Lasar) Belis (Silviana Yanti Mesakh) ... pengabaian nilai-nilai tradisi yang

menyentuh ranah pemahaman terhadap realitas anonimitas yang

berkembang dengan pesat di tengah dunia yang serba maya.

Penguatan budaya lokal melalui pewarisan yang lebih inovatif

tentunya diperlukan. Penanaman nilai-nilai yang berasal dari budaya

tradisi sejak dini patut dilakukan. Pengenalan budaya ini tentu saja

tidak untuk mengelakkan mereka dari potensi kehadiran budaya luar

dalam interaksi mereka selanjutnya, tetapi lebih kepada usaha

meminimalisasi potensi kelunturan nilai-nilai yang disebabkan oleh

benturan interaksi antar-budaya tersebut.

*) Mario F. Lawi dilahirkan di Kupang, 18 Februari 1991. Mahasiswa Komunikasi

Antarbudaya Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Nusa Cendana. Bergiat di

Komunitas Sastra Dusun Flobamora. Sedang mempersiapkan kumpulan

puisinya yang berjudul Ekaristi.

Esai

Edisi Oktober 2013 5

Page 8: DAFTAR ISI - steveagustapoems.files.wordpress.com · CERPEN -6 Di Sini (Diana D. Timoria) Kereta (Erlin Lasar) Belis (Silviana Yanti Mesakh) ... pengabaian nilai-nilai tradisi yang

Di Sini Diana D. Timoria

Kau menyebut namaku, dia dan mereka dengan aliran pekat dalam

matamu yang beraroma gosong kata di hadapan beliau yang kita

segani, seolah dengan begitu dendammu terlunaskan. Walau

sejujurnya aku tak mengerti apa yang sudah kau keramatkan, tentang

sebuah dosa yang membuatku terlihat begitu menjijikkan di matamu.

Kau bakar habis namaku dengan rincian-rincian dosa yang hingga

kini aku tak tahu, dosa siapa yang kau katakan itu, hanya saja selalu

kudengar namaku kau sebutkan dengan irama detak jantung yang tak

lagi tenang.

Sepertinya menyebarkan kebohongan adalah salah satu bakat yang

kau punya, sayangnya kau terlalu bodoh hingga tidak sadar bahwa

kau lakukan kebohongan itu di dunia nyata yang bukan sekedar

sandiwara televisi murahan. Kau lupa bahwa yang kau korbankan

adalah kami, orang-orang yang selama ini menghirup udara di bawah

atap yang sama denganmu di asrama ini. Kau merusak segalanya,

ketenangan, kedamaian dan persaudaraan. Hari-hari kita yang selalu

berlalu menyenangkan kini tak lagi kami rasakan. Semuanya menjadi

saling curiga, menduga bahwa ada manusia sejenis kau yang hidup di

asrama. Semuanya diam tanpa keceriaan lagi; bagaimana bisa kami

tertawa dalam diam? Kita jadi enggan untuk saling menyapa.

Membuat sunyi ini menjadi terasa ganjil untuk kami yang telah

bertahun-tahun di tempat ini dan aku tak bisa memaklumi ini semua.

Sungguh, hingga saat ini aku masih selalu bertanya-tanya; mengapa

kau lakukan itu?

Kami semua bertanya-tanya satu dengan yang lain. Aku bertanya

pada dia, dia bertanya pada dia dan semuanya hanya diam saja, tak ada

yang berani bertanya padamu. Dan seiring waktu berjalan, tak ada

lagi yang bicara denganmu, bahkan menyapamu serasa seperti sebuah

CERPEN

KREATIF DAN INSPIRATIF 6

Page 9: DAFTAR ISI - steveagustapoems.files.wordpress.com · CERPEN -6 Di Sini (Diana D. Timoria) Kereta (Erlin Lasar) Belis (Silviana Yanti Mesakh) ... pengabaian nilai-nilai tradisi yang

kesalahan tanpa penghakiman dan tak terampuni. Kau kami biarkan

menyudut bersama kalimat-kalimat kebohongan yang membentuk

pagar untukmu sendiri. Kuharap kau segera sadar sebelum tubuhmu

membusuk bersama kata- kata kotor yang kau ucapkan melalui celah

bibirmu. kami enggan untuk berbagi lagi denganmu. Apapun itu.

Senyuman, kisah, makan, minum, atau apapun. Kami dan semua

kebersaman yang kami coba untuk lahirkan kembali dan kau bersama

semua kemunafikanmu.

Bukan salah kami jika pada akhirnya kami mengabaikan

kehadiranmu. Kau membuat beberapa dari kami termasuk aku harus

rela menerima hukuman terhadap apa yang kau ucapkan di hadapan

pimpinan asrama. Malam minggu itu, kau katakan bahwa aku sedang

pergi ke tempat pacarku. Astaga! Pacar saja aku tak punya, bagaimana

bisa tiba-tiba saja aku yang sedang mengikuti kegiatan organisasi

sedang bersama pacar? Kau membuat hatiku terluka dengan

kebohonganmu dan lebih terluka lagi kau membuatku menyadari

fakta yang menyedihkan tentang kesendirianku.

Sungguh, kau begitu kubenci, kau mengantarkanku pada seminggu

di malam antah-berantah. Semoga kau sadar bahwa jauh dalam hatiku,

aku pun mulai memelihara dendam untukmu. Semoga kau pun tetap

tegar agar suatu saat nanti ketika aku membalasmu—aku memang

berniat membalasmu—kau tidak langsung terjatuh dan terpuruk.

Aku selalu menantikan saat-saat di mana kau lengah. Di saat itu,

aku akan menabrak dan menghancurkanmu hingga menjadi puing-

puing tak berarti yang berserakan di jalanan. Seperti itulah dendamku

padamu. Karena kata yang keluar dari mulut sang pimpinan cukup

untuk membuatku mampu memelihara dendam itu dengan segala

kebencian yang kupunya. Seminggu masa skors yang kau berikan

padaku adalah hadiah termanis untuk kebersamaan kita, yang dulu

sempat kusebut persahabatan. Mungkin aku yang salah menyebutnya.

Dan tiba-tiba saja, di suatu malam kau mengetuk pintu kamarku.

Saat itu aku sendirian di kamar bernomor 4 itu, ketiga adik kamarku

Cerpen

Edisi Oktober 2013 7

Page 10: DAFTAR ISI - steveagustapoems.files.wordpress.com · CERPEN -6 Di Sini (Diana D. Timoria) Kereta (Erlin Lasar) Belis (Silviana Yanti Mesakh) ... pengabaian nilai-nilai tradisi yang

sedang di kamar sebelah. Tanpa menoleh aku menyuruhmu masuk,

dan ketika kau duduk di sampingku. Aku baru saja sadar bahwa itu

kau. Aku terkejut, tapi tidak kutunjukkan. Aku malah

mengabaikanmu. Aku terus menekuni tugas yang sedang kukerjakan.

Tanganku terus menari di atas laptopku, tidak ada sedikit pun niatku

untuk bertanya tentang maksud kedatanganmu. Melihat

kedatanganmu saja aku sudah cukup marah. Apalagi jika harus

membuka percakapan denganmu, sungguh, aku tak ada niat.

― Aku bisa jelaskan semuanya,‖ kau bersuara nyaris berbisik.

Aku mengatup mulutku, rahangku mengeras. Tatapanku tajam ke

arah laptop. Aku ingin tidak pedulikan kau, persetan dengan

kehadiranmu, apapun tujuanmu. Yang pasti aku tidak ingin lagi

bercerita denganmu tentang apapun karena kau pasti akan

mengarangnya di hadapan beliau lagi, cukup sekali saja kau membuat

aku terusir selama seminggu dari asrama ini. Kau tau bagaimana

rasanya bingung mencari tumpangan di tanah rantau ini? Kau tega.

―Gina.‖

Aku terus mengetik, namun yang terketik bukanlah kata-kata yang

seharusnya tapi malah menjadi barisan huruf yang tak berarti.

―Gina, maaf...‖

Aku berhenti mengetik dan masih menahan amarahku. Bisa

kurasakan kerutan-kerutan di wajahku.

―Gina,‖ panggilmu lagi. Berharap aku menoleh dan tak

mengabaikanmu. Aku mengabulkannya.

―Kenapa?‖ tatapanku menghujammu, seolah kau adalah penjahat.

Kau malah menunduk.

―Aku minta maaf.‖

Aku kembali tak peduli. Bagiku kau masih saja seperti sosok

makhluk yang perlu kujauhi.

Cerpen

KREATIF DAN INSPIRATIF 8

Page 11: DAFTAR ISI - steveagustapoems.files.wordpress.com · CERPEN -6 Di Sini (Diana D. Timoria) Kereta (Erlin Lasar) Belis (Silviana Yanti Mesakh) ... pengabaian nilai-nilai tradisi yang

―Aku tidak butuh kau minta maaf.‖

―Tapi aku butuh maafmu.‖

―Terlambat.‖

Kau terisak, aku terkejut melihat air matamu. Tiba–tiba saja hatiku

melunak. Wajahku tidak mengeras lagi, namun aku tetap enggan

untuk menunjukkannya padamu, maka aku pun berpaling dan tidak

menatapmu lagi.

―Gina, maaf, aku tahu aku salah padamu.‖

―Bukan hanya aku.‖

―Ya, pada semua anak asrama lainnya.‖

Aku terdiam. Ada apa dengan pengakuanmu?

―Gina, aku hanya tidak tau harus berbuat apa. Semuanya terjadi

bagitu saja yang terpikirkan olehku hanya bahwa aku harus tetap

tinggal di asrama ini‖

―Maksudmu?‖

―Kakakku tidak mau lagi membiayai kuliahku. Aku ketahuan

pacaran. Padahal aku sudah janji bahwa di awal kuliahku aku tidak

pacaran. Bapak sudah meninggal, dan mama tinggal di kampung,

susah untuk kuhubungi. Jarang sekali mama mengirimkanku uang.

Jika pun dikirimkan, jumlahnya sangat kecil. Satu-satunya harapanku

hanyalah kakakku.‖

―Lalu?‖ aku masih belum bisa menemukan penghubung antara apa

yang kau katakan dengan semua rangkaian kebohonganmu selama ini.

Mungkin saja saat ini kau sedang berbohong untuk mendapatkan rasa

kasihanku. Makanya aku harus hati-hati untuk mengambil

kesimpulan.

―Aku harus tetap berada di asrama ini. Asrama ini satu-satunya

tempat yang kutahu murah, dengan fasilas yang ada, air dan listrik

yang cukup. Aku harus tetap di sini jika ingin berhemat.‖

Cerpen

Edisi Oktober 2013 9

Page 12: DAFTAR ISI - steveagustapoems.files.wordpress.com · CERPEN -6 Di Sini (Diana D. Timoria) Kereta (Erlin Lasar) Belis (Silviana Yanti Mesakh) ... pengabaian nilai-nilai tradisi yang

―Lalu kenapa kau berbohong?‖

―Agar aku tetap di sini.‖

―Bukankah memang kau di asrama ini?‖

―Tapi kata suster pimpinan, beberapa dari kita harus dikeluarkan

saat tahun ajaran baru nanti. Dan aku tak mau dikeluarkan.‖

―Kau kan tidak dikeluarkan,‖ suaraku meninggi. Aku marah

padamu.

―Tidak menutup kemungkinan aku yang akan dikeluarkan,‖

suaramu tak kalah meninggi.

―Kau pesimis.‖

―Tidak, aku hanya memikirkan kemungkinan terbesar.‖

―Mengapa itu jadi kemungkinan terbesar?‖

―Sudah 5 bulan aku tak bayar uang asrama. Rasanya akulah yang

paling pantas dikeluarkan. Dan jika aku keluar maka aku tak kuliah

lagi. Jangankan untuk membayar tempat tinggal, untuk makan saja

aku melakukan penghematan ekstra.‖

Aku terkejut mendengar pengakuanmu.

Lalu kau melanjutkan, ―Makanya aku usahakan agar bukan aku

yang dikeluarkan.‖

‖Jadi kau mengarang semua cerita itu? Bahwa aku keluar malam

minggu untuk pacaran padahal kau tahu bahwa aku mengikuti

kegiatan organisasi dan bahkan kau juga tahu tidak punya pacar?‖

Kau mengangguk. Rasa-rassanya ingin kutampar saja wajahmu.

Bukan karena kebohongan itu tapi karena pemikiranmu yang

terdengar konyol di telingaku.

―Tapi kau tidak perlu berbohong seperti itu, ‗kan?‖

―Tentu saja aku perlu, Gin. Kalau aku tidak membuat orang lain

Cerpen

KREATIF DAN INSPIRATIF 10

Page 13: DAFTAR ISI - steveagustapoems.files.wordpress.com · CERPEN -6 Di Sini (Diana D. Timoria) Kereta (Erlin Lasar) Belis (Silviana Yanti Mesakh) ... pengabaian nilai-nilai tradisi yang

terlihat buruk di mata suster, maka keburukankulah yang nampak.‖

Kali ini aku benar-benar marah padamu. Emosiku memuncak. Aku

menatap tajam ke arahmu. Namun melihat betapa kau ketakutan dan

terlihat letih, aku jadi kasihan padamu.

―Pasti ada cara lain. Cara yang lebih baik.‖

―Misalnya?‖

―Misalnya dengan mengurus beasiswa di kampusmu.‖

Kau tersenyum sinis. Sejenak emosiku bangkit lagi.

―Siapa bapakku, Gina? Di sini tak ada yang mengenalnya.‖

―Tapi yang perlu beasiswa itu kau, bukan bapakmu, ‗kan?‖

Kau terkekeh sendiri. Kau bahkan berani menantang tatapanku.

―Di kampusku, untuk mengurus beasiswa, tidak menanyakan siapa

aku, tapi siapa bapakkku. Meski pun pintar dan aktif organisasi tapi

selama tidak ada yang mengenal bapakku, maka aku tak akan

mendapatkan beasiswa itu.‖

Aku terkejut, ―Kok bisa?‖

―Bisa saja, bukankah itu hal yang biasa? Kita kan sudah harus

terbiasa dengan sistem menjunjung tinggi silsilah keluarga seperti

itu. Kita yang berasal dari daerah-daerah tidak usah mengharapkan

bantuan seperti itu. Itu milik mereka yang punya kenalan di sini.‖

―Kau aneh Via.‖

―Apanya?‖

―Kau pintar, tapi kenapa kau melakukan hal yang memalukan

seperti itu?‖

―Entahlah, mungkin aku marah karena tak bisa diterima untuk

sesuatu yang baik.‖

Aku menatapmu,. Rasanya aku bisa mengerti perasaanmu. Aku tak

Cerpen

Edisi Oktober 2013 11

Page 14: DAFTAR ISI - steveagustapoems.files.wordpress.com · CERPEN -6 Di Sini (Diana D. Timoria) Kereta (Erlin Lasar) Belis (Silviana Yanti Mesakh) ... pengabaian nilai-nilai tradisi yang

lagi marah padamu. Ah, semua ini tentang uang.

―Gina, kau mau memaafkanku?‖

―Berjanjilah kau tidak mengulangnya.‖

―Ya.‖

―Tapi kau juga harus meminta maaf pada semua anak asrama.‖

―Ya, tapi untuk itu aku minta bantuanmu.‖

―Untuk?‖

―Mengumpulkan anak asrama setelah doa nanti.‖

―Kenapa harus aku? Karena aku ketua asrama?‖

―Tidak, karena kau sahabatku.‖

Aku tersenyum dan mengangguk. Seperti itulah seharusnya

kebersamaan kita. Tidak perlu kau hidup sendiri bersama teori

bodohmu yang membuat kau tega berbohong tentang kami, bahkan

aku, sahabatmu, sempat kau korbankan.

Sahabat, jika kau tak bisa menolong dirimu sendiri bukan berarti

tak ada orang lain yang bisa menolongmu. Jangan terlalu angkuh

untuk meminta pertolongan. Maka, marilah kita saling menolong,

bukan karena siapa orangtua kita, tapi karena siapa kita. Kau dan aku.

Asrama Puteri Stella Maris, 2013

*) Diana D. Timoria adalah Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Nusa Cendana. Anggota KMK St. Thomas Aquinas FKM Undana.

Cerpen

KREATIF DAN INSPIRATIF 12

Page 15: DAFTAR ISI - steveagustapoems.files.wordpress.com · CERPEN -6 Di Sini (Diana D. Timoria) Kereta (Erlin Lasar) Belis (Silviana Yanti Mesakh) ... pengabaian nilai-nilai tradisi yang

Kereta Erlin Lasar

Mungkin aku saja yang datang terlalu pagi. Belum lepas sepuluh

menit sejak penumpang pukul 05:00 pagi tadi tiba. Kereta yang

datang dari arah Jakarta itu rupanya tak membawa banyak

penumpang. Hari-hari ini bukan hari libur. Tak heran stasiun sepi.

Apalagi masih sepagi ini. Aku merogoh kantong belakang ranselku

yang berat, menelisik torehan waktu yang dicantumkan di lembar

tiketku, pkl. 09:00 WIB. Masih lama. Sekejap aku melongo. Bertanya

lebih pada diri sendiri. Lalu untuk apa aku di sini sekarang?

Di sekelilingku sudah benar-benar sepi kembali. Satu dua petugas

dengan wajah penuh kantuk sibuk dengan sapu ijuk. Beberapa

gumpalan koran kumal, bekas alas duduk pedagang kaki lima

kemarin, atau bisa juga penumpang yang lelah menunggu lama,

berserakan di sekitar kakiku. Kusepak beberapa sekenanya sambil

terus menyusuri peron tempat penumpang biasanya duduk menunggu

kereta mereka. Kudengar perutku sendiri ribut berkeroncong. Sepagi

ini aku sudah lapar lagi. Kulirik warung yang biasanya ramai saat ada

banyak calon penumpang di sini tak peduli dini hari atau tengah

malam. Untungnya tampak baru saja dibuka meski ditunggui

makhluk malang yang terlihat sekali masih mengantuk. Aku

menyeret langkahku ke sana.

― Mbak, nasi bungkusnya satu.‖

Perempuan paruh baya itu berhenti pada mataku dan terpaku.

Awalnya kupikir ia tersinggung hanya kusapa ‗Mbak‘. Tetapi ternyata

tatapannya itu justru tampak seolah berteriak di depan mukaku;

„Siapa yang sudah jual nasi bungkus sepagi ini. Tunggu tiga jam lagi!!!‟.

Maka aku terdiam dan memilih duduk di salah satu kursi kecil di

depan warungnya. Belum lama aku berdiam di situ, wanita itu kembali

mendelik. Dua kali lebih galak. Sinar matanya yang entah nampak

Cerpen

Edisi Oktober 2013 13

Page 16: DAFTAR ISI - steveagustapoems.files.wordpress.com · CERPEN -6 Di Sini (Diana D. Timoria) Kereta (Erlin Lasar) Belis (Silviana Yanti Mesakh) ... pengabaian nilai-nilai tradisi yang

penasaran atau gusar, seolah mengumpat di depan hidungku, „Untuk

apa anak perempuan macam kau berkeliaran tak jelas di stasiun sepagi ini?

Duduk di warungku, lagi!‟. Kuberitahu, Kawan, umpatan yang tak

terkatakan, apalagi dari sepasang mata yang terlihat belum tidur

semalam suntuk terasa jauh lebih menyeramkan.

Aku mengangkat bahu tak peduli. Tatapan yang bertanya itu

seharusnya dari aku. Sebab aku pun bingung kenapa aku di sini. Ya,

tentunya karena aku akan pulang. Tapi sepagi ini, untuk apa?

Ranselku yang tampak besar ini pun sesungguhnya membuatku

heran. Barang-barang macam apa yang tepatnya telah kujejalkan ke

dalamnya. Aku tahu perjalananku bakal jauh menempuh waktu, tetapi

tak perlu juga seberat ini, ‗kan? Tetapi biarlah, yang penting kertas

berharga itu; tiket pulangku. Ah, aku teringat tiketku, masih lebih

dari 3 jam lagi.

Jam dinding reyot yang tergantung di warung wanita itu berdetak

ragu. Aku menghitung satu sampai dua puluh, lalu mengulangnya

lagi dari satu. Kenapa begitu? Entahlah. Sejak kecil aku suka

melakukannya. Entah pada detak jam atau rintik hujan. Sayangnya,

untuk yang kedua selalu berujung pada sakit di kepalaku. Aku ingin

terus menghitung, tetapi syarafku berdenyut, pening. Hhh, padahal

itu ‗kan kegiatan menyenangkan. Seperti tak akan kehilang waktu.

Selalu bisa diulang lagi dari awal dengan begitu mudahnya.

Sejenak berselang, kepala wanita tadi mucul dari balik pintu. Masih

tanpa suara, ia memandang sekali lagi ke arahku. Aku berjengit lega,

siapa tahu ia berubah pikiran. Menyediakan segelas teh atau sepotong

roti setidaknya. Tetapi lihatlah, ia malah terus mendelik ke arahku.

Aku bertanya dalam hati, seingatku, sedari tadi belum ada sesuatu pun

yang kulakukan selain duduk dan diam. Kenapa ia merasa seolah

sangat terganggu alih-alih menyediakan makan atau minum yang bisa

kubeli. Meski begitu aku mencoba untuk tetap tidak peduli.

Diam-diam aku menatap juga pada pakaian yang kukenakan.

Jangan sampai ada yang aneh. Ah, tidak. Jaketku memang terlihat

Cerpen

KREATIF DAN INSPIRATIF 14

Page 17: DAFTAR ISI - steveagustapoems.files.wordpress.com · CERPEN -6 Di Sini (Diana D. Timoria) Kereta (Erlin Lasar) Belis (Silviana Yanti Mesakh) ... pengabaian nilai-nilai tradisi yang

tebal seperti milik preman atau pendaki Mount Everest. Tetapi ini „kan

memang untuk perjalanan jauh. Aku tak mungkin hanya mengenakan

kardigan. Lalu aku lirik sepatuku. Aku tidak mengenakan sepatu

cantik. Ya, iyalah. Ini bukan perjalanan singkat naik bus atau feri. Aku

tak bisa sembarang memakai alas kaki yang tidak nyaman untuk jalan

jauh. Aku terus berdebat sendiri sembari keributan mulai semakin

gaduh berdengung di perutku.

―Bu, nasi bungkus satu, ya!‖ Aku mencoba mengulangnya. Siapa

tahu tadi ia salah dengar. Namun kalimatku hilang ditelan deru kereta

yang lewat. Aku terkejut dan melihat jarum jam reyot itu. Setengah 6.

Wanita itu semakin mendelik dan akhirnya mengayunkan tangannya.

Menyuruhku pergi? Yah, mungkin. Dan benar, kali ini meyakinkan.

Sampai-sampai ia bangkit dan bertingkah seolah sedang menghalau

udara dengan tergesa di depan hidungnya. Maka aku pun pergi.

Dengan perut yang terasa lapar, udara pagi yang belum benar-

benar terang itu malah terasa dingin menusuk. Tas bawaanku juga,

semakin berat saja rasanya. Aku melongok ke sana-ke mari, mungkin

ada coffee shop atau semacamnya yang juga sudah buka. Tetapi

sesungguhnya pertanyaan tadi masih berseliweran di kepalaku.

Bagaimana bisa aku di sini sepagi ini. Aku bahkan lupa dengan apa

aku menumpang sampai di sini tadi.

Seorang petugas berseragam biru lewat di depanku sambil

menggotong sekantong besar sampah. Sebenarnya ia nyaris saja

menabrakku. Ah, tetapi aku sedang tak bertenaga angkat suara. Bapak

itu berlalu dan aku celingukan mencari warung lagi. Dalam hati aku

heran, mestinya semakin terangnya hari, semakin banyak orang yang

datang. Begitu juga dengan pedagang-pedagang. Harusnya mereka

sudah mulai berseliweran di sini dan warung-warung itu juga

harusnya sudah dibuka sejak tadi. Tetapi apa yang kulihat di sini?

Rasanya seperti semakin sunyi saja stasiun ini. Kuketukkan telapakku

pada lantai putih berdebu yang dingin itu sambil terus mengarahkan

mataku ke segala sudut. Nampak peron benar-benar kosong sekarang.

Cerpen

Edisi Oktober 2013 15

Page 18: DAFTAR ISI - steveagustapoems.files.wordpress.com · CERPEN -6 Di Sini (Diana D. Timoria) Kereta (Erlin Lasar) Belis (Silviana Yanti Mesakh) ... pengabaian nilai-nilai tradisi yang

Dan itu sungguh membuatku semakin bingung.

Seorang bapak yang tadi, yang berseragam dan memang terlihat

sebagai seorang petugas stasiun itu, lewat lagi. Kali ini ia membawa

tiga kantong yang sama besar sekaligus. Untung saja ia tak nyaris

menanbrakku seperti sebelumnya. Aku mengejarnya dengan langkah

kecil-kecil yang lebih cepat untuk bisa menyamai irama kakinya.

Maksudku ingin bertanya. Tetapi orang itu sudah lebih dulu mendelik

padaku seolah berkata, „Jangan tanya padaku!!!‟. Aku terkejut juga

tetapi jelas belum ingin menyerah. Sebab aku belum sempat berkata

apa pun. Lalu mulutku baru setengah terbuka lagi ketika bapak itu

berhenti tiba-tiba dan menjatuhkan salah satu kantong yang

dibawanya. Sungguh tepat menimpa jemari kaki kananku. Aku

meringis. Bapak itu malah terus mendelik. Aku geram lalu berbalik.

Setengah mati aku menahan diri untuk mulai menggerutu

marah. Keributan tercipta lagi di tengah kesunyian itu ketika sebuah

lokomotif tua lewat. Aku semakin terpaku dan tak mengerti. Dengan

mulai putus asa aku lemparkan begitu saja ransel bawaanku di kaki

salah satu kursi tunggu penumpang di peron. Dengan tetap

menggenggam lembaran tiketku, aku berlari ke arah warung si

wanita galak yang pertama tadi. Biarlah kuabaikan perutku yang

kelaparan minta sarapan demi memastikan sudah jam berapa ini. Siapa

tahu sudah tinggal sebentar lagi sebelum jam sembilan. Derap

sepatuku terdengar keras memantul. Dengan setengah berlari aku

terus mencari lagi warung itu. Namun lama kelaman, meski yakin aku

telah menuju arah yang benar, warung itu tak tampak lagi. Aku

menoleh ke arah tempat kugeletakan ranselku tadi dan mengira-ngira

arah yang telah kuambil. Tidak ada yang salah. Hanya saja... peron ini

kok tampak memanjang ya?!

Aku semakin sulit menentukan arah yang benar. Aku seperti

tersesat. Aku semakin frustasi tetapi ingin tetap mencari tahu. Aku

takut keretaku lewat tanpa kusadari. Jangan-jangan tinggal setengah

jam lagi atau bahkan tinggal lima menit lagi sebelum jam sembilan.

Cerpen

KREATIF DAN INSPIRATIF 16

Page 19: DAFTAR ISI - steveagustapoems.files.wordpress.com · CERPEN -6 Di Sini (Diana D. Timoria) Kereta (Erlin Lasar) Belis (Silviana Yanti Mesakh) ... pengabaian nilai-nilai tradisi yang

Waktu bisa saja telah cepat berlari, bukan? Dan tidak ada penumpang

lain yang terlihat di sekelilingku. Sebuah lokomotif lagi lewat dan

keributan itu setidaknya menenangkanku bahwa aku masih di tempat

yang sama. Tetapi warung itu tidak kutemukan di sekitar situ. Maka

kupikir aku salah arah.

Tanpa kuduga ternyata Bapak si petugas tadi kembali lewat

beberapa langkah di depanku. Ekspresinya sama tak peduli seperti

sebelumnya. Demi menjawab semua kebingunganku, aku nekat saja

berteriak menanyakan jam berapa ini padanya. Kukira ia berbalik dan

menatapku penuh amarah sebagai jawaban. Tetapi ternyata ia hanya

menoleh sedikit sembari sumringah,

― Jam 5 sore, Mbak.‖

Aku terkejut bukan kepalang. Dengan santainya ia menenteng

lima kantong sampah lagi menyeberangi peron sambil melanjutkan,

―Pulang saja, Mbak. Setelah ini tidak ada lagi kereta yang singgah

sampai besok pagi. Paling hanya lewat saja‖.

Aku menatapnya luar biasa tak percaya. Bukankah tadi baru jam

lima pagi ketika aku datang? Bapak itu menjauh dengan santai. Saat di

warung wanita itu tadi saja, baru jam setengah enam, ‗kan?! Dan aku

jatuh terduduk, meringis. Sakit. Air mata langsung meleleh deras di

kedua belah pipiku. Aku tahu aku masih di ranjang kamar kosku dan

sambil terbaring aku merintih ingin pulang.

lantaitiga_28sept2012

*) Erlin Lasar adalah mahasiswi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Anggota Komunitas Sastra Sandal Jepit Maumere. Pada tahun 2011

meluncurkan kumpulan cerpen Sabtu Kelabu, (penerbit Mosalaki Librica,

Jakarta). Menaruh minat pada sastra dan musik klasik serta musik tradisional.

Cerpen

Edisi Oktober 2013 17

Page 20: DAFTAR ISI - steveagustapoems.files.wordpress.com · CERPEN -6 Di Sini (Diana D. Timoria) Kereta (Erlin Lasar) Belis (Silviana Yanti Mesakh) ... pengabaian nilai-nilai tradisi yang

Belis Silviana Yanti Mesakh

―Halo sayang…‖ terdengar sebuah suara menyapaku lewat

handphone. Aku tahu siapa pemilik suara itu karena aku telah membaca

namanya yang tertera di layar handphone-ku. Dia adalah Albert,

pacarku yang beberapa tahun belakangan mengisi hatiku. Rasa

bahagia mekar seketika dalam hatiku saat mendengar suaranya.

Telingaku mendadak hangat sama seperti hatiku saat mendengar

suaranya. Hangatnya mengingatkanku pada hangatnya matahari pagi

yang menyentuh kulitku saat aku berjemur di pagi hari.

―Iya, Sayang. Apa kabar?‖ sahutku antusias. Senyumku merekah.

Aku merasakan ada taman bunga dalam hatiku dengan bunga

berwarna-warni yang wanginya semerbak. Setelah berbasa-basi

sejenak, ia mulai menanyakan hal lain di luar hubungan kami. Iya, ia

menanyakan perihal kenaikan bahan bakar minyak. Apa? Apa aku

tidak salah dengar? Apa peduliku kalau BBM sampai naik? Aku tidak

peduli sedikit pun kalau BBM akan naik atau jangan-jangan memang

sudah naik. Yang penting aku masih bisa membeli apa pun yang

kumau dengan bekerja keras.

Tapi jangan bilang-bilang, kemarin aku baru saja memprotes

tukang gorengan yang menaikkan harga gorengannya padahal BBM

belum naik. Aku juga bertengkar dengan tukang ojek yang meminta

bayaran tiga ribu rupiah padahal jaraknya tidak terlalu jauh.

―Ayang, BBM bukan ‗akan naik‘ tetapi memang ‗sudah naik‘. Tadi

malam pengumuman kenaikannya,‖ katanya memberikan tekanan

suara pada kata akan naik dan sudah naik. Ia memanggilku dengan

panggilan ‗ayang‘, katanya ia mendapat inspirasi dari lagunya Dewi

Dewi, Ayang-ayangku.

―Terus apa hubungannya dengan kita?‖ tanyaku sambil menahan

sakit yang tiba-tiba menyerang gigiku.

Cerpen

KREATIF DAN INSPIRATIF 18

Page 21: DAFTAR ISI - steveagustapoems.files.wordpress.com · CERPEN -6 Di Sini (Diana D. Timoria) Kereta (Erlin Lasar) Belis (Silviana Yanti Mesakh) ... pengabaian nilai-nilai tradisi yang

―Ayang, BBM naik. BELISMU AKAN NAIK ‗KAN?‖ katanya

menambah volume suaranya. Oh... jadi ini masalahnya? Aku tidak

tahu harus menjawab apa. Aku tidak pernah berpikir ia akan

menanyakan soal ini. Aku tidak pernah memikirkan hal ini

sebelumnya. Tiba-tiba sakit di gigiku berpindah ke kepalaku saat

memikirkan hal ini. Hening sejenak di antara kami.

―Saya tidak tahu,‖ ucapku terbata.

―Sayang, kamu harusnya menanyakan ke orangtuamu berapa

belismu. Biar saya bisa mengukur kekuatan saya,‖ sarannya.

Bukan baru kali ini ia menyarankan hal ini. Sudah berulang kali ia

mengatakan hal ini. Telingaku rasanya langsung sakit ketika

mendengar sarannya. Di kampung kami tidak ada seorang pun anak

gadis yang berani menanyakan belisnya pada orangtuanya. Bisa

dibilang anak yang kurang ajar kalau ia sampai menanyakan pada

orangtuanya.

Belis atau mahar seseorang ditentukan pada saat Tama Husu1

dalam sebuah acara adat dalam adat suku Tetun. Bukan sembarang di

tanyakan pada orangtua. Pada saat Tama Husu, semua anggota suku

dari si gadis dan calon suaminya pun hadir. Biasanya di laksanakan di

Uma Bot2.

―Saya tidak berani menanyakannya. Bulan lalu ada acara lamaran di

kampung, Belis Linda teman saya tiga puluh juta ditambah lima ekor

sapi,‖ kataku lamat-lamat nyaris terdengar seperti bisikan.

―APA?!‖ teriak Albert di telingaku yang membuat gendang

telingaku pecah. Aku memindahkan handphone ke telinga kiriku.

“Saya tidak punya uang sebanyak itu. Dari mana saya

mendapatkan uang sebanyak itu? Tidak bisakah kamu meminta

keringanan dari orangtuamu? Kamu bilang ke orangtuamu kita saling

mencintai tapi saya tidak mampu membayar belismu,‖ katanya pelan.

Suaranya terdengar seperti permohonan.

―Tapi saya tidak akan berani menanyakannya karena tak ada

Cerpen

Edisi Oktober 2013 19

Page 22: DAFTAR ISI - steveagustapoems.files.wordpress.com · CERPEN -6 Di Sini (Diana D. Timoria) Kereta (Erlin Lasar) Belis (Silviana Yanti Mesakh) ... pengabaian nilai-nilai tradisi yang

seorang pun anak gadis di kampung yang berani bertanya soal Belis,‖

tolakku.

―Tapi, Sayang, ini demi masa depan kita. Kamu mencintai saya,

‗kan? Kalau memang cinta, tolong tanyakan ke orangtuamu,‖

bujuknya. Aku tidak tahu harus menjawab apa. Aku tidak akan pernah

menanyakan berapa belisku pada orangtuaku. Aku tahu orangtuaku

tidak berhak menjawabnya. Biasanya pada saat Tama Husu, yang

punya hak untuk membicarakan dan mematok belis seorang gadis

adalah Baba3 dan ketua suku. Itu yang kuketahui selama ini. Dan

berapa pun belis seorang gadis akan dibagi ke seluruh anggota suku si

gadis. Tentu saja, orangtua dan Baba si gadis mendapat lebih banyak

menurut ketentuan adat yang berlaku.

“Iya, saya memang mencintaimu. Tapi saya takut orangtua saya

memarahi saya. Tahu sendiri kan watak orangtua yang memegang

teguh adat. Kami hidup dan terikat pada adat,‖ Aku menolak

bujukannya. Demi Tuhan, aku memang mencintai Albert tapi aku

tidak mau dikata anak kurang ajar oleh orangtuaku.

―Adat model apa yang membiarkan anak gadisnya tidak tahu

belisnya sendiri? Dan orangtua yang membesarkan anaknya tidak

bisa mematok belis anak gadisnya,‖ sambungku dengan perlahan.

―Itu, kamu sendiri mengatakan seperti itu. Kamu harus

memberontak dan melawan adat. Ini semua demi masa depan kita.

Mungkin saja saat lamaran nanti belismu mencapai lima puluh juta

dan mungkin satu kandang sapi. Apalagi BBM sudah naik,‖ kata

Albert berapi-api.

Aku hanya mengangkat bahu dan senyum-senyum sendiri saat

menyadari ini pembicaraan lewat handphone.

―Entahlah. Saya pusing sekali dan saya mau beristirahat sebentar.

Saya janji nanti saya coba membicarakannya dengan bapak dan

mama,‖ ucapku mengakhiri pembicaraan yang kutahu tidak akan

berahkir baik-baik saja.

Cerpen

KREATIF DAN INSPIRATIF 20

Page 23: DAFTAR ISI - steveagustapoems.files.wordpress.com · CERPEN -6 Di Sini (Diana D. Timoria) Kereta (Erlin Lasar) Belis (Silviana Yanti Mesakh) ... pengabaian nilai-nilai tradisi yang

Ia hendak melanjutkan pembicaraan yang telah memakan waktu

hampir sejam ini, tapi dengan tegas kutolak. Untung ia mau mengerti.

Setelah itu, semata kesunyian yang menemaniku. Aku berjalan

mondar-mandir di dalam kamarku dengan gelisah. Apa yang harus

kulakukan? Apa aku harus menanyakan berapa belisku pada

orangtuaku? Tapi aku takut. Seumur hidup, aku tidak pernah

mendengar ada seorang gadis di kampungku yang berani menanyakan

berapa belisnya pada orangtuanya. Aku maklum Albert menanyakan

hal ini padaku. Walaupun ia lahir di kampung ini, ia dibesarkan di

kota. Dan ia jarang diajak orangtuanya mengikuti acara-acara adat di

kampung.

***

Semalam aku sudah memutuskan untuk menanyakan kepada

orangtuaku. Aku sudah mempersiapkan batinku untuk hal-hal buruk

yang mungkin saja terjadi. Seperti, orangtuaku akan memarahiku

habis-habisan karena lancang bertanya soal belisku, atau mungkin

ikut-ikutan mencaci Albert yang belum pernah menampakkan batang

hidungnya tapi hanya berani bertanya lewat perantaraan diriku. Ini

hal yang paling kutakutkan. Dan aku juga tidak tahu apakah aku

harus membela Albert habis-habisan dengan menerima resiko paling

buruk yakni diusir. Kalau diusir, aku harus ke mana? Semoga semua

rencana berjalan baik adanya dan sesuai dengan rencanaku.

Sore ini aku sedang membantu Ina4 memasak nasi kuning di dapur.

Kadang Ama5 ingin makan nasi kuning. Aku juga suka makan nasi

kuning dengan ikan asin yang dibakar ataupun yang digoreng.

―Ina, hau atu katak buat ida lai,”6 kataku dengan menggunakan

bahasa Tetun. Kami di rumah selalu berbicara bahasa Tetun.

Aku sedang memarut kelapa yang akan diambil santannya untuk

memasak nasi kuning. Sebenarnya aku paling malas memarut kelapa

apalagi di dalam dapur yang penuh dengan asap seperti ini. Tapi

karena aku sedang menjalankan ―misi‖ Albert, maka dengan setengah

Cerpen

Edisi Oktober 2013 21

Page 24: DAFTAR ISI - steveagustapoems.files.wordpress.com · CERPEN -6 Di Sini (Diana D. Timoria) Kereta (Erlin Lasar) Belis (Silviana Yanti Mesakh) ... pengabaian nilai-nilai tradisi yang

hati, kujalani juga.

―Katak sa ida? Katak ona to,”7 sahut Ina yang sedang sibuk

mengipasi api di tungku dengan kipas yang di anyamnya sendiri.

―Albert, pacar saya menanyakan berapa Belis saya. Dia memintaku

untuk menanyakan pada Ina dan Ama. Dan saya hanya berani

menanyakannya pada Ina. Saya takut Ama memarahi saya,‖ tuturku

panjang lebar. Aku menghentikan acara memarut kelapa dan

menunggu jawaban Ina. Tapi Ina malah bertanya sudah berapa lama

kami berpacaran, Albert orang mana, pekerjaannya apa, orangtuanya

siapa dan sederet pertanyaan lain yang membuat kepalaku sakit.

Setelah aku menjawab pertanyaan Ina satu per satu hingga mulut

berbusa baru aku melanjutkan acara memarut kelapa.

Ina hanya terdiam dan ia keluar dari dapur. Dan saat masuk ia

membawa beberapa potong kunyit yang telah ia potong kulitnya.

―Nanti Ina akan memberitahu Ama. Kita dengar saja dari Ama,‖

katanya sambil menatapku.

Aku belum sepenuhnya tenang mendengar kata-kata Ina. Aku

tidak bisa menerka apa yang akan Ama katakan nanti. Semoga semua

berjalan baik-baik saja.

―O atu kawen ona kah?”8 tanya Ina tiba-tiba.

Aku kaget mendengar pertanyaan Ina. Suaranya mengandung

kekhawatiran, ketakutan dan juga kesedihan. Mungkin Ina merasa

aku belum mampu berumah tangga. Dan mungkin juga Ina takut

kehilangan diriku. Aku hanya terdiam dan menatap wajah Ina.

Rasanya begitu berat untuk meninggalkan Ina, Ama juga rumah ini.

Ah, semoga Albert mau tinggal di kampung ini dan tetap hidup

bersama Ina dan Ama.

―Ami uluk atu kawen ne‟e, hatene soru tais, hatene homan kakehe, hatene

homan biti, hatene homan koba no hatene halo to‟os no te‟in etu mos hatene.

La hos nu emi oras ne‟e, te‟in etu la hatene mos atu kawen ona. Ami at

Cerpen

KREATIF DAN INSPIRATIF 22

Page 25: DAFTAR ISI - steveagustapoems.files.wordpress.com · CERPEN -6 Di Sini (Diana D. Timoria) Kereta (Erlin Lasar) Belis (Silviana Yanti Mesakh) ... pengabaian nilai-nilai tradisi yang

kawen mos la hatene ho mane se ita atu kawen. Tan ema matas sia mak

hasoru malu dei. Too loron atu Tama Husu foin ita hatene ho mane se ita

kawen,”9 cerita Ina panjang lebar.

Aku tertegun dan menatap Ina dengan tatapan tidak percaya. Apa

mungkin dulu cerita Siti Nurbaya benar-benar ada dan hidup di

kampung ini? Apa mungkin Ina dan Ama pun sama halnya dengan

cerita Ina di atas? Tidak pernah berpacaran tapi langsung menikah?

Aku benar-benar bingung. Eits... tunggu. Apa ini ada hubungannya

dengan belis? Aku pernah mendengar cerita dari orang-orang di

kampung bahwa tempo dulu, orangtua si gadis hanya mau menerima

laki-laki yang bisa membayar belis, punya kebun yang banyak dan

yang punya ternak sapi berkandang-kandang. Terus bagaimana

dengan cinta? Apa mungkin orang-orangtua dulu tidak pernah tahu

bahwa orang menikah itu atas dasar cinta? Aku pantas bersyukur bisa

hidup di zaman sekarang yang sudah maju.

Dan orangtuaku pun tidak memaksaku untuk menikah dengan

lelaki pilihan mereka. Jangan coba-coba menjodohkanku dengan

siapapun, aku pasti akan melakukan angkat senjata terhadap mereka.

Ingin aku bertanya banyak hal tapi rasanya tidak tega juga. Apakah

aku harus bertanya; apa Ina dan Ama menikah bukan karena saling

mencintai? Mungkin aku akan diusir dari rumah hanya karena

pertanyaaan bodoh itu.

***

Malam ini aku menunggu telepon dari Albert dengan dada

bergetar hebat. Rasanya jantungku hendak menerobos keluar dari

dadaku. Setelah aku mengirim pesan bahwa aku mau memberitahu

apa kata orangtuaku tentang belisku. Tanpa basa-basi, seperti

biasanya, ia langsung menanyakan apa kata orangtuaku.

―Albert, orangtuaku bilang kamu harus ke rumah dulu. Setelah

mereka tahu kamu serius baru melangkah ke tahap selanjutnya yakni

mempertemukan kedua orangtua kita. Setelah itu kita akan

Cerpen

Edisi Oktober 2013 23

Page 26: DAFTAR ISI - steveagustapoems.files.wordpress.com · CERPEN -6 Di Sini (Diana D. Timoria) Kereta (Erlin Lasar) Belis (Silviana Yanti Mesakh) ... pengabaian nilai-nilai tradisi yang

menentukan kapan acara lamarannya. Dan saat lamaran barulah kamu

tahu berapa belisku,‖ jelasku panjang lebar.

Semoga Albert bisa mengerti dengan penjelasanku yang ke dapat

dari Ama dan Ina semalam.

―Terus apa kenaikan BBM akan berpengaruh pada berapa

belismu?‖ tanya Albert. Lagi-lagi soal BBM. Aku jadi malas untuk

menjawabnya.

―Saya tidak tahu,‖ jawabku dengan rasa malas yang menguasai

diriku.

―Ya sudah kalau begitu. Yang penting kita tetap saling mencintai

dan menikah nanti. Tidak peduli berapa belismu dan tidak peduli juga

BBM yang naik akan berpengaruh pada belismu,‖ katanya sambil

mengahkiri pembicaraan.

Ahkirnya aku bisa menarik napas dengan lega. Aku tidak peduli

berapa belisku, yang penting aku dan Albert saling mencintai. Tak

peduli juga BBM yang naik akan berpengaruh pada berapa jumlah

belisku. Yang paling penting kami saling cinta. Dan malam semakin

panjang. Aku tidak bisa tidur karena rasa bahagia yang melilit hatiku.

Weluli, 23 Juli 2013

Keterangan (dalam bahasa Tetun):

1. Lamaran; 2. Rumah adat; 3. Om; 4. Ibu; 5. Bapak; 6. “Ina, saya mau katakan sesuatu.” 7. “Mau bilang apa? Katakan saja.” 8. “Kamu sudah mau menikah?” 9. “Kami dulu mau menikah itu harus tahu menenun, menganyam kipas, menganyam tikar, menganyam tempat sirih pinang dan harus bisa bertani dan juga harus bisa memasak. Bukan seperti sekarang, tidak tahu masak nasi juga sudah mau menikah. Dulu kami mau menikah, kami tidak tahu dengan siapa kami akan menikah karena hanya orangtua kedua belah pihak yang bertemu saja. Saat lamaran baru kita tahu dengan siapa kita akan menikah.”

*) Silviana Yanti Mesakh dilahirkan di Weluli, Timor, pada 10 September 1986.

Dapat dihubungi lewat surat elektroniknya: [email protected]

Cerpen

KREATIF DAN INSPIRATIF 24

Page 27: DAFTAR ISI - steveagustapoems.files.wordpress.com · CERPEN -6 Di Sini (Diana D. Timoria) Kereta (Erlin Lasar) Belis (Silviana Yanti Mesakh) ... pengabaian nilai-nilai tradisi yang

Sr. Wilda, CIJ

Sejauh Fatuleu

Subuh yang sembab mengalung sembahyang membayang-bayang

fajar yang panjang terbit di ufuk sunyi yang tak lagi membunyi

mengusik-usik tidur yang pulas berbunga-bunga mimpi yang unik

sudah kugadai suratan nasib mencakar jemari yang cantik gampang

terbaca di menara katedral tua. Tak usah kau cerita jalan menukik

susah sehari derita berhari-hari lantaran karang yang tangguh tegar,

lontar yang setia melelehkan nira, sabana yang senang bercumbu,

cendana yang suka mewangi, katemak yang nikmat matang setengah,

likurai yang molek berelok, sasando yang merdu meliuk genit semua

bakal berderit-derit menjerit didentaman musik yang usil, mendesah

dihentakan jejak yang berlari, menghimpit dijejalan batu bersusun,

membenam dibalik bayangan yang angkuh beranjak pergi diam-diam

dalam kata yang menyayat tak berdaya

sejauh Fatuleu jejak yang keramat kecantikan yang kaku

di ufuk tak ada lagi sembahyang, fajar dan mimpi.

Kupang, akhir Sept. 2013

sebuah perjalanan kesekian

PUISI

Edisi Oktober 2013 25

Page 28: DAFTAR ISI - steveagustapoems.files.wordpress.com · CERPEN -6 Di Sini (Diana D. Timoria) Kereta (Erlin Lasar) Belis (Silviana Yanti Mesakh) ... pengabaian nilai-nilai tradisi yang

Bunga di Karang Siapa berkawan di jalan panjang banyak ancaman tak ada rasa percaya pada kawan juga pada lawan. Terlalu miskin mengungkap peduli tinggal primitif di zaman praktis. Garang kawan garang lawan. Berteduh di lampu merah tanpa senyuman. Sikut-sikutan di sudut Naikoten siapa dahulu siapa kemudian tak ada yang memulai tak ada yang mengakhiri tak ada yang mengalah. Semua menggarang di bawah panas yang ganas mati kutu di ujung karang-karang yang nakal. Bunga tak tumbuh di karang kota ini tak lagi ramah.

Kupang, akhir Sept.2013. Pertigaan Naikoten

*) Sr. Wilda, CIJ, penikmat Santarang.

Puisi

KREATIF DAN INSPIRATIF 26

Page 29: DAFTAR ISI - steveagustapoems.files.wordpress.com · CERPEN -6 Di Sini (Diana D. Timoria) Kereta (Erlin Lasar) Belis (Silviana Yanti Mesakh) ... pengabaian nilai-nilai tradisi yang

Prim Nakfatu

Jalan Setapak

Jalan setapak

Menato punggung gemunung Amarasi

Sketsa pelukan tradisi dan generasi

Wajah dan pikiran bertelut rikuh

Berpapasan dengan kisah-kisah selingkuh

Seruwet lika-liku setapak menembus sabana

Lelaki di pohon lontar

Perempuan di atas tikar

Menjalin kisah resah di pelupuk malam

―Ina e, ini malam ketong makan apa?‖

―Ama e, ini malam ketong puasa lai e…‖

Jalan setapak

Memutar arah ke titik nol

2013

Puisi

Edisi Oktober 2013 27

Page 30: DAFTAR ISI - steveagustapoems.files.wordpress.com · CERPEN -6 Di Sini (Diana D. Timoria) Kereta (Erlin Lasar) Belis (Silviana Yanti Mesakh) ... pengabaian nilai-nilai tradisi yang

Nona Kelapalima

Di atas bemo lampu 5

Wajah nona Kelapalima

Bersemu merah di kaca spion

Seorang nenek marah-marah pada sopir

―Musik pung keras lai, be pung talinga su tuli ni!‖

Nona Kelapalima

Melihat arloji pink: jam lima

Saatnya turun di kota lama

Menanti sunset dengan segelas viQuam dan kue solo

Uh, cerita tua di pintu bemo

Membekas di telinga warna ungu

―Lu sonde kas mati itu tep, be kas mati lu...‖

Antara bemo dan laut

Tercecer harapan dua hati yang berpaut

Di ufuk barat: bulatan merah mencumbu laut

Tubuhnya geletar: ada pisau di ujung maut

2013

*) Prim Nakfatu adalah nama pena Rm. Sipri Senda, Pr. Tulisan-tulisannya tersebar di sejumlah media. Buku-bukunya yang telah terbit, antara lain: Fatamorgana Langit Sabana (kumpulan puisi) dan Katuas Gaspar (kumpulan cerpen).

Puisi

KREATIF DAN INSPIRATIF 28

Page 31: DAFTAR ISI - steveagustapoems.files.wordpress.com · CERPEN -6 Di Sini (Diana D. Timoria) Kereta (Erlin Lasar) Belis (Silviana Yanti Mesakh) ... pengabaian nilai-nilai tradisi yang

Donis Dalli

KEHIDUPAN

Dari tanah abu-Nya aku dibentuk

Disirami dengan terang cahaya

Jadi tunas pada lahan kering

Terangi alam, malam, gelap hati sang empunya titah

Remang bulan terselip antara gedung-gedung bertingkat

Cahayanya kutuang dalam dua cangkir

Satu untukku satu untukmu

Simponi jangkrik dalam balutan lampu taman makin memabukkan kita

Rengek bayi minta susu pecah dalam sunyi malam

Bayang-bayang hari esok menjadi siluet dalam cangkir

Kita tuang dan terus kita tuang

Hingga hilang naluri

Hingga lelahlah saraf-saraf dalam darah yang makin membeku

Seorang pemulung meminta pakaian kita

Katanya untuk busana jelang kiamat

Dan kita pulang bergandeng tangan

Berbalutkan cahaya rembulan

Kupang, 23 maret 2012

Puisi

Edisi Oktober 2013 29

Page 32: DAFTAR ISI - steveagustapoems.files.wordpress.com · CERPEN -6 Di Sini (Diana D. Timoria) Kereta (Erlin Lasar) Belis (Silviana Yanti Mesakh) ... pengabaian nilai-nilai tradisi yang

KHILAF

Sujud sembah padaMu

Sebab aku bukan hanya aku dalam diriku

Ada dia yang adalah iblis

Ada Dia yang adalah Roh Kudus

Tuhan aku khilaf

Oepura, 7 september 2012

*) Donis Dalli lahir di Sabu, 29 Mei. Saat ini tercatat sebagai mahasiswa

Komunikasi Antarbudaya Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Nusa Cendana.

Tergabung di Komunitas Sastra Dusun Flobamora.

Puisi

KREATIF DAN INSPIRATIF 30

Page 33: DAFTAR ISI - steveagustapoems.files.wordpress.com · CERPEN -6 Di Sini (Diana D. Timoria) Kereta (Erlin Lasar) Belis (Silviana Yanti Mesakh) ... pengabaian nilai-nilai tradisi yang

Rian Dji Bai telah pergi menatap rindu di ruang sepi mencari kasih entah ke mana menebar kata entah siapa yang menyahuti uluran tangan ingin menyentuh apalah daya lenyaplah sudah ditelan duka... andai... kisah dapat terulang melantukan kasih seribu kisah yang... menjejaki tapak hidup ini mendulang harta apalah guna menetesnya air mata apakah artinya kini tinggal kenangan dibawa pergi kekasih hati menapaki tangga nirwana... *) Rian Dji Bai Bergiat di Komunitas Sastra Sendal Jepit SMA Seminari St Maria Bunda Segala Bangsa Maumere

Puisi

Edisi Oktober 2013 31

Page 34: DAFTAR ISI - steveagustapoems.files.wordpress.com · CERPEN -6 Di Sini (Diana D. Timoria) Kereta (Erlin Lasar) Belis (Silviana Yanti Mesakh) ... pengabaian nilai-nilai tradisi yang

Steve Agusta

perpisahan (I)

di perarian sungai yang keruh itu kami berpisah

daundaun kata yang jatuh ke airnya

tak hendak kami pungut

biarkan ia tandai kesudahan ini

bukan soal waktu yang pupus

tapi fajar yang tak dapat dimengerti

atau malam yang tak sanggup dicintai

oleh gelisah yang siasia

ricik muara sungai itu desahkan pesan

yang menggoresgores dinding waktu

dalam pisah yang membawa jejakjejak kelabu

sembari menggedong butiran tanya

: kapan?

tiada kesal yang mengantar senja ke pangkuan malam

kecuali dingin yang tak lagi berkunjung malam ini

sehingga rembulan kehilangan perayunya

kebon jeruk, 2 september 2013

Puisi

KREATIF DAN INSPIRATIF 32

Page 35: DAFTAR ISI - steveagustapoems.files.wordpress.com · CERPEN -6 Di Sini (Diana D. Timoria) Kereta (Erlin Lasar) Belis (Silviana Yanti Mesakh) ... pengabaian nilai-nilai tradisi yang

menanam hujan

hari ini ia diam di pondok kenangan

merayu waktu yang hendak pergi

bukan soal mati yang ia risaukan

tapi soal bidang tanah yang mencintai kering

saat senja bergetar

buruburu ia rengkuh hujan di pangkuan waktu

lalu ditanamnya di dalam perigi

sebab makan dan minum jalan masuknya sama

baginya, lapar hanya soal kebiasaan makan

ngantuk hanya soal kebiasaan tidur

pagi hanya soal kebiasaan malam

muara karang, 26 juli 2013

*) Steve Agusta, lahir di Oepoli-Kupang, 30 September 1985. Alumnus Sekolah

Tinggi Filsafat (STF) Driyarkara Jakarta. Sejak 2011, aktif menulis puisi dan

cerpen, dan bergiat di berbagai grup kepenulisan sastra di Facebook. Pada Mei

2013, terpilih menjadi Ketua Wilayah DKI Jakarta Komunitas Cinta BAKMI (Baca

Apresiasi Kreativitas Menulis Inspirasi). Bebeberapa puisi dan cerpennya sudah

diterbitkan dalam berbagai antologi bersama.

Puisi

Edisi Oktober 2013 33

Page 36: DAFTAR ISI - steveagustapoems.files.wordpress.com · CERPEN -6 Di Sini (Diana D. Timoria) Kereta (Erlin Lasar) Belis (Silviana Yanti Mesakh) ... pengabaian nilai-nilai tradisi yang

Ume Kbubu Amanche Franck Oe Ninu, Pr

Kamarin siang, pas matahari toki katong pung ubun-ubun, beta

lihat Naef Ambros deng Ba‘i Meon ada bacarita ko katawa kikikaka di

sablah sufmuti. Beta dengar dong ada sabut Sus Minche pung nama.

Na kasian, bulan lalu Sus Minche pung suami ada papoko mamtua

sampe muka dong babangka. Jadi, jang-jangan baptua dua ni ada

bagosip apalai tentang Sus Minche. Beta muku ko bakuping dong

pung carita ma sonde bisa, ko mo dengar karmana, anjing kampong

dua ekor muku bagonggong di beta pung pohon talinga, tamba lai

Nenek Sarlota pung babi Timor batarea lapar lai, jadi beta son jadi

dengar Naef Ambros deng Ba‘i Meon pung bagosip.

Sor-sore pas matahari di peraduan barat, angin sore tiup datang

sepoi-sepoi karing karontang, beta deng ana-ana dalam kampong,

katong pi iko acara di Bapa Nadus, Ketua RT nol satu pung rumah.

Papa Nadus pung ana baru abis pembaptisan, jadi katong pi ko iko

syukuran. Na maklum sa, su kawen 15 tahun, sampe rambut laen su

mofak deng lumut, baru Papa Nadus dapa ana satu ekor, eh sori satu

orang maksudnya. Itu ju sampe Papa Nadus deng dia pung bini Mama

Rina napas satu-satu. Jadi Papa Nadus bunuh sapi satu ekor, babi satu

ekor, ko undang basodara dong ko syukuran.

Jadi pas katong pi ni, mansia su satu kampung di dia pung rumah.

Beta tamba heran lai, sampe sana Naef Ambros deng Ba‘i Meon su

dudu di muka pake kain beti Timor deng batik. Parsis di dong pung

sablah, Sus Minche su dudu deng gincu merah, kabaya kuning deng

konde ta‘i sapi. Katong maso ko basalamat deng Papa Nadus deng

Mama Rina, abis beta deng ana-ana kampong dong dudu di balakang.

Setelah doa syukuran, katong makan resepsi rame-rame. Itu malam di

Papa Nadus pung rumah talalu rame. Abis acara mungkin su mo jam

KUSU-KUSU

KREATIF DAN INSPIRATIF 34

Page 37: DAFTAR ISI - steveagustapoems.files.wordpress.com · CERPEN -6 Di Sini (Diana D. Timoria) Kereta (Erlin Lasar) Belis (Silviana Yanti Mesakh) ... pengabaian nilai-nilai tradisi yang

11 malam, jadi Papa Nadus omong di maik bilang tarima kasih, trus

minta katong ko bubar babae, soalnya besok ada Gareja. Ais itu Papa

Nadus selaku Katua RT nol satu kasi info bilang besok katong musti

batakumpu di balai desa, karna ada partemuan deng bapa kapala desa.

Itu malam katong pulang deng sorak sorai karna su makan enak

malah tamba lai. Hahaha…

Dia pung besok, abis Gareja katong rame-rame babondong-

bondong, laen tabirit-birit manuju balai desa. Beta inga tadi pesan

Injil; ―Walaupun lu pung iman hanya kici ke biji sesawi, lu bisa kasi

pindah gunung (Mutis deng Lakaan ju jadi).‖

Sampe di kantor desa, beta liat Bapa Desa deng dong pung aparat

dong su dudu ko mo mulai partemuan. Bapa Desa angka bicara,

katong yang laen jang cari gara-gara. Bapatua baomong tentang

kesejahteraan, trus bilang persatuan dan kesatuan, trus basambung

deng otonomi desa, trus ujung-ujung ju bapatua singgung tentang

ketahanan pangan di katong pung desa. Jadi bapatua ada usul supaya

katong gotong-royong meroyong-royong ko bangun Ume Kbubu.

Awi, apalai tu? Beta rasa ke baru a? Beta pikir Ume Kbubu ni

bagian dari sistem ekonomi global. Padahal Ume Kbubu ni bahasa

Dawan Timor. Untung beta dudu di sablah Mias, itu ana Timor

kariting pesek. Jadi dia yang translate kasi beta. Dari bahasa Dawan pi

Bahasa Indonesia, bagitu lai masi singgah di Inggris. Aike. Ume

Kbubu itu dari dua kata dalam bahasa Dawan Timor, Ume artinya

rumah dan Kbubu artinya bulat. Ume Kbubu itu rumah yang

berbentuk bulat yang dia pung atap alang-alang ni sonto sampe

tanah. Selain jadi tempat tinggal, Ume Kbubu ju bisa jadi tempat taro

stok makanan. Jadi Bapa Desa pung maksud, katong beking rumah

bersama yang mirip Ume Kbubu untuk jadi tempat menampung

katong pung hasil bumi di deka balai desa. Samua hasil alam dan

pertanian dari ini kampong-kampong akan ditampung di Ume Kbubu

Kusu-kusu

Edisi Oktober 2013 35

Page 38: DAFTAR ISI - steveagustapoems.files.wordpress.com · CERPEN -6 Di Sini (Diana D. Timoria) Kereta (Erlin Lasar) Belis (Silviana Yanti Mesakh) ... pengabaian nilai-nilai tradisi yang

desa. Setelah ditampung, masing-masing hasil bumi atau pertanian

model ke jagong, baras mol, kacang, bawang, kentang, wortel, papaya,

dan mamalemun (maksudnya lemun/jeruk dari mama-mama) akan

ditetapkan harganya oleh masyarakat berdasarkan harga pasar yang

pas. Itu supaya para tengkulak ato rentenir yang barmaen harga

sonde datang lai ko ―ceke‖ para petani di katong pung kampong.

Dari konsep dan filosofi Ume Kbubu bersama ini, Bapa Desa

berencana membangun Koperasi Desa untuk menampung dan

menyalurkan serta memberdayakan hasil dari masyarakat. Bagitu.

Tapi beta dengar itu Ume Kbubu tu yang bakal jadi Koperasi ni, akan

Kusu-kusu

KREATIF DAN INSPIRATIF 36

Page 39: DAFTAR ISI - steveagustapoems.files.wordpress.com · CERPEN -6 Di Sini (Diana D. Timoria) Kereta (Erlin Lasar) Belis (Silviana Yanti Mesakh) ... pengabaian nilai-nilai tradisi yang

dibangun deng batu bata dan genteng deng arsitektur modern. Jadi

dia pung model deng makna sa yang ame dari Ume Kbubu. Memang

e, kalo beking dari alang-alang pasti mudah tabakar. Jadi sakarang

beta su mangarti bapa desa pung jalan pikiran. Bagus ju e. Ternyata

katong pung Papa Desa ju cerdas dan visioner e. Hehehelabae….

Setelah pertemuan minggu itu, langsung ditetapkan pangurus

UME KBUBU yang nanti lanjut jadi Pengurus Koperasi. Yang jadi

dia pung Katua adalah Sodara Fransiscus Xaverius Haufomeni

Sarjana Ekonomi, jebolan salah satu perguruan tinggi swasta di

Kupang. Tarus dia pung wakil adalah Nona Maria Antonetta

Laokhau, Sarjana Komputer. Ais itu ada banya yang jadi pangurus.

Naef Ambros, Ba‘i Meon, juga Sus Minche ju jadi pangurus. Beta jadi

inga kambali. Mungkin yang Naef Ambros deng Ba‘i Meon carita di

sablah sufmuti ni yang ini ni. Hahaha…hehehelabae….Itu su, mau

apa lai. Ok. Salam, Palate, Aue, lo...

*) Amanche Franck Oe Ninu, Pr. adalah penggagas sejumlah komunitas sastra di

Kupang, seperti Komunitas Sastra SMA Katolik Giovanni, Komunitas Sastra St.

Rafael dan Komunitas Sastra Dusun Flobamora. Dua bukunya, Humor Anak

Timor (Kumpulan Humor, Pantun dan Plesetan) dan Pesona Flobamora

(Kumpulan Pantun dan Cerpen) diterbitkan oleh Penerbit Lima Bintang, Kupang

(2011). Selain dipublikasikan di harian lokal Pos Kupang dan Jurnal Sastra

Santarang, cerpen-cerpen yang ditulisnya berhasil meloloskannya ke even Ubud

Writers and Readers Festival 2012 serta Makassar International Writers

Festival 2013. bergiat di Komunitas Sastra Dusun Flobamora. Ia juga tercatat

sebagai salah satu pembicara dalam Temu I Sastrawan NTT 2013 di Kupang.

Karyanya tergabung dalam antologi Voices of the Archipelago (UWRF, 2012),

Kematian Sasando (Temu I Sastrawan NTT, 2013) dan tersiar di sejumlah media

di NTT. Kini dipercaya oleh kerabat sekomunitasnya sebagai koordinator

Komunitas Sastra Dusun Flobamora.

Kusu-kusu

Edisi Oktober 2013 37

Page 40: DAFTAR ISI - steveagustapoems.files.wordpress.com · CERPEN -6 Di Sini (Diana D. Timoria) Kereta (Erlin Lasar) Belis (Silviana Yanti Mesakh) ... pengabaian nilai-nilai tradisi yang

Suara yang Terluka

Judul: Katuas Gaspar (Kumpulan Cerpen)

Penulis: Prim Nakfatu (Sipri Soleman Senda)

Tebal: 112 halaman

Cetakan I: Mei 2012

Penerbit: Indie Book Corner

Membaca Kumpulan Cerpen ―Katua Gaspar‖

karya Prim Nakfatu (nama pena dari Pastor Sipri Soleman Senda)

membuat saya terhenyak-henyak. Ke-16 Cerpen ini memuat beragam

konflik cerita yang saya ibaratkan cermin. Ketika membacanya benar-

benar saya merasai jarak yang berjauhan dengan diri saya sendiri dan

saya terkejut berkali-kali. Dengan melafalkan percakapan dalam

tubuh cerita cukup beralasan membuat isi cerita ini penuh dengan

dialog. Dalam Luka, saya mengalami diri saya seperti ditemui saya

sendiri sedang terbaring di lapangan kota, lalu tengkurap di pasar kota.

Aku tergeletak di lantai gereja…” (hlm. 7). Lalu dalam Cerpen Si

Pencari ‗Aku bangun dan berjalan lagi. Dengan lilin kecil yang hampir

padam di tangan‟ (hlm. 69).

Kisah penceritaan dengan sudut pandang orang pertama

memungkin beberapa eksplorasi seperti tampak dalam kutipan di atas.

Bahwa saya sebagai pembaca sangat dipaksa untuk menjadi saya yang

lain dalam isi peristiwa demi peristiwa penulis. Di samping itu ada

sudut penceritaan dengan menggunakan orang ketiga tunggal dan

orang ketiga jamak. Seperti mereka dalam Cerpen Terminal, Ama Dope

dalam cerpen provokator Kampung, Pak Tua dalam Cerpen Pak Tua,

gadis 17 tahun dalam Cerpen Anak Seorang Pejabat, Katua Gaspar

dalam Cerpen katus Gaspar, Paman Hengky dan Lima Kemenakannya

dalam cerpen Paman Hengky dan Lima Kemenakannya, Signor Rossi,

RESENSI

KREATIF DAN INSPIRATIF 38

Page 41: DAFTAR ISI - steveagustapoems.files.wordpress.com · CERPEN -6 Di Sini (Diana D. Timoria) Kereta (Erlin Lasar) Belis (Silviana Yanti Mesakh) ... pengabaian nilai-nilai tradisi yang

dalam Cerpen Signor Rossi.

Dari sebagian cerpen dengan pengisahan orang ketiga (tunggal

dan jamak) tersebut dapat dilihat bagaiamana penulis tidak cukup

tertarik pada manuver-manuver puitik di sekitar tubuh cerita. Tokoh

dalam cerita seringkali sekaligus menjadi judul cerita adalah satu

isyarat yang kemungkinan besar mau menyatakan hal itu.

Cerpen-cerpen dalam kumpulan cerpen ini ditulis dengan latar

tempat dan tahun yang berbeda: Luka ditulis di Roma, 2007; Di

Terminal ditulis Kupang, 1992; Provokator Kampung, Atambua

2001; Pak Tua ditulis di Atambua, 2001; Anak Pejabat ditulis di

Atambua 2001; Kata Sambutan, ditulis di Kupang, 1994; Katuas

Gaspar ditulis di Kupang, 1995; Gincu dan Bedak, ditulis di Kupang,

1992; Paman Hengky dan 5 Kemenakan (tanpa tempat dan tahun

penulisan); Si Pencari, ditulis di Roma, 2007; Aku Teman Diabolos,

ditulis di Roma, 2007; Suatu Hari di Lapangan Santo Petrus, ditulis

di Roma, 2007; Menunggu, ditulis di Roma, 2009; Signor Rossi,

ditulis di Roma, 2007; Orang Gila, ditulis di Roma 2009; Suara

ditulis di Roma, 2009.

Melihat pengacakan tahun pun tempat pada pembuatan ke-16

cerita pendek ini bisa jadi penulis ingin mengajukan suatu tema cerita

yang lain. Ataupun penulis tidak hendak terikat pada klasifikasi

tertentu yang kemungkinan besar mengalpakan maksud dari raut

wajah cerita. Saya membaca cerpen ini dimulai dari cerpen Suara pada

bagian akhir. Kemudian saya beranjak seterusnya ke depan cerita

hingga mencapai cerpen Luka. Ada banyak hal yang saya simpulkan

dari buku kumpulan ini, tetapi berantakan di kepala saya. Untuk itu

sebelum menyalahi hakekat sebuah resensi (seperti yang dahulu saya

pelajari di bangku SMP), saya lebih dahulu meminta perkenaan Jurnal

Sastra Santarang untuk hanya membuat beberapa komentar atas

pengaruh eksternal dan internal pada kumpulan cerpen ini.

Pertama dari unsur eksternal. Hal-hal teknis yang menampilkan

kelebihan dalam cerita ini adalah keterkaitan erat penulis dengan

unsur kerygma (pewartaan) yang kerap muncul dengan spontan dalam

Resensi

Edisi Oktober 2013 39

Page 42: DAFTAR ISI - steveagustapoems.files.wordpress.com · CERPEN -6 Di Sini (Diana D. Timoria) Kereta (Erlin Lasar) Belis (Silviana Yanti Mesakh) ... pengabaian nilai-nilai tradisi yang

kumpulan cerpen ini. Penulis adalah seorang Pastor Katolik. Sejak

tahun 2006 pada pembuka semester genap, Beliau hijrah ke Roma

untuk melanjutkan studi lisensiat bidang Teologi Kitab Suci pada

Universitas Kepausan Urbaniana Roma hingga tahun 2009. Penulis,

terlepas dari wacana tekstual kumpulan cerpen ini, saya kenal cukup

baik terutama sebagai seorang guru matakuliah Teori Menulis Dasar

di bangku Seminari Menengah dulu (2002-2003). Menilik latar

pendidikan penulis, dapat pula diandaikan adanya bahan

pertimbangan meyakinkan mengenai alur berpikir dalam

mengungkap problem sosial di bangsa Indonesia. Hanya di sana-sini

beberapa kasus keseharian tidak disulap dengan metafor-metafor,

diksi, tetapi diungkapkan setelanjang mungkin seperti sebuah

‗kampanye‘.

Jika membaca cerita-cerita dalam kumpulan cerpen ini memang

ada beberapa lompatan yang ‗umum‘, antara tahun-tahun sebelum

keberangkatan Beliau ke Roma dan sesudah beliau menetap sebagai

student di Roma. Beberapa cerpen yang ditulis semasa menjadi Socius

(Pembina para Frater) di Seminari Tahun Orientasi Rohani (TOR)

Atambua, menggambarkan pengalaman-pengalaman penulis

berhadapan dengan konteks di daera-daerah pedalaman Nusa

Tenggara Timur. Cerpen Katua Gaspar, misalnya menggambarkan

seorang tua yang akrab dengan Sopi (Tuak), bermain dadu dan rokok.

Cerpen Kata Sambutan pun menggambarkan kehidupan sebuah kota

dengan pimpinannya Bapak Walikota dan sesepuh di kota itu.

Membaca teks dan konteks setelah penulis berada di Roma, kita

terkagum-kagum dengan beberapa setting yang bagi saya hanya bisa

saya bayangkan. Lapangan Santo Petrus, Taman Kota, Memimpin Misa

dalam Bahasa Italia‟ „Nel nome del Padre e del Figlio e dello Spirito Santo,

Tre Fontane, Signor Rossi dan masih banyak istilah tentang tempat

dalam konteks budaya Italia yang memukau.

Dari dua pembedaan ini saya terus terang tidak menemukan

cukup banyak perbedaan. Meskipun di awal saya mengatakan, adanya

lompatan. Lompatan itu lebih kepada manusia dan konteks yang

Resensi

KREATIF DAN INSPIRATIF 40

Page 43: DAFTAR ISI - steveagustapoems.files.wordpress.com · CERPEN -6 Di Sini (Diana D. Timoria) Kereta (Erlin Lasar) Belis (Silviana Yanti Mesakh) ... pengabaian nilai-nilai tradisi yang

diambil oleh penulis. Untuk itu saya akan menguraikan eksternal dari

kumpulan cerpen ini dari satu sisi.

Kedua, dari unsur internal. Cerita-cerita dalam kumpulan ini tidak

berbeda meskipun ada dua situasi berbeda dalam landscape penulis.

Satu hal yang menjadi kekuatan dari kumpulan cerpen ini ialah pesan

yang ingin disampaikan oleh penulis. Jika dalam The Roler of the

Reader, Umberto Eco menguraikan adanya lapangan penafsiran yang

memungkinkan lahirnya teks baru atas teks yang dibaca, saya

keberatan untuk kisah-kisah dalam kumpulan cerpen ini. Ada satu

petanda umum yang dapat ditarik sebagai benang merah yakni

Spirituality of Writer. Petanda ini ada dan tidak dapat dilepaspisahkan

dari tubuh cerita.

Jika membaca konteks cerita ini sebagai sebuah bahasa sastra yang

independen maka pernyataan Ricoeur tentang kecenderungan sebuah

teks mengambang bebas juga dapat dipertanyakan. Saya lebih jauh

membaca cerita-cerita ini bukan sebagai sebuah bacaan tekstual tetapi

lebih kepada pembacaan diri seorang penulis yang saya kenal dan saya

akrabi sebagai Pastor saya. Alhasil, saya hanya menemukan

keunggulan dalam tema-tema spektakuler yang mendorong saya

untuk merenung dan memasuki sebuah rumah yang lain (the other)

yang memang inheren dalam cerita-cerita ini.

Kehebatan penulis ada pada penghadiran tokoh the other yang

menempati lingkup imajinasi sang Aku (yang bukan penulis). Saya

melihat kehebatan Penulis ada dalam jahitan ide yang sesuai warna

antara sang imajinya Aku dan Sang Akunya penulis. Aku yang diberi

identitas oleh penulis tidak terjebak ke dalam dialog yang asal-asalan,

tetapi tetap mempertahankan dunia dirinya. Misalnya dalam

percakapan ini;

“Apa yang sedang Kau pikirkan?” Tiba-tiba saja Diabolos telah

muncul di hadapanku.

―Tidak ada,” jawabku sekenanya.

―Aha, jangan begitu, Kawan. Kutahu, kau pasti sedang memikirkan

Resensi

Edisi Oktober 2013 41

Page 44: DAFTAR ISI - steveagustapoems.files.wordpress.com · CERPEN -6 Di Sini (Diana D. Timoria) Kereta (Erlin Lasar) Belis (Silviana Yanti Mesakh) ... pengabaian nilai-nilai tradisi yang

sesuatu yang menarik untuk dikerjakan, bukan? Aku lihat ada peluang emas

untukmu. Kali ini datang dari...”

―Dari mana? Memangnya betul ada peluang?‖ tanyaku penuh rasa

ingin tahu. (hlm. 73 dalam cerpen Aku teman Diabolos)

Jika lanjutan cerita ini dibaca habis dan teliti membedah kategori

bahasa percakapan, tampak adanya satu kosmos yang inheren dari aku

dan tokoh imajinernya sang Aku.

“Kucoba menenangkan diri dan pasang telinga.‖ (hlm. 105 dalam

Cerpen Suara).

Keungulan ini menurut saya lahir dari sebuah latihan spiritual

yang kuat untuk tidak terjerembab ke dalam dunia hayalan semu.

Sang Aku sebagai yang rela tetap mempertahankan dimensi

kemanusiaannya.

Sekilas Tafsir

Kumpulan cerpen ini ibarat sebuah mur dan baut yang memulai

kisah dengan cerita tentang luka dan berakhir dengan suara. Dalam

cerpen Luka, penulis menghamparkan sebuah ruang kosong bagi

suara dari seorang gadis. Demikian halnya dalam cerpen terakhir

dalam kumpulan cerpen ini yang berjudul Suara. Penulis tetap

memberikan ruang hampa bagi suara itu untuk berujar. Dan menurut

saya, suara itulah yang menguatkan identitas dari nilai spiritual dalam

seluruh cerita ini. Penulis mau menyampaikan tentang sebuah suara

yang tak kelihatan yang ingin menguak sebuah rahasia bagi manusia

tentang arti penting perjalanan hidup ini.

Suara dan luka adalah dua hal yang saling berkaitan untuk

menggambarkan maksud penulis. Penulis, seyogianya ingin

menyempatkan para pembaca menerima betapa hidup ini adalah karya

ajaib dari Tuhan yang tengah terluka oleh setiap desakan

kecenderungan jahat, semisal: korupsi, iri hati, dengki, benci, dendam,

Resensi

KREATIF DAN INSPIRATIF 42

Page 45: DAFTAR ISI - steveagustapoems.files.wordpress.com · CERPEN -6 Di Sini (Diana D. Timoria) Kereta (Erlin Lasar) Belis (Silviana Yanti Mesakh) ... pengabaian nilai-nilai tradisi yang

perampasan hak, topeng kemunafikan yang disebutkan dalam hampir

semua cerpen. Tuhan adalah Manusia Tersalib (hlm. 80) yang

menderita namun tetap memanggil dengan suara-Nya agar kita

kembali. Suara itu terkadang sayup dan redup di antara tumpukan

aktivitas dan berbagai kemewahan dan keramaian dunia. Lewat karya-

karya sastra bernuansa religius ini pembaca, dituntut untuk melihat

dirinya sendiri (ibarat cermin, tadi).

*) Januario Gonzaga, lahir 21 Januari 1988. Menetap di Komunitas Seminari

Tinggi Sto. Mikhael Penfui Kupang. Anggota Komunitas Sastra Dusun Flobamora

dan Sastra Seminari Tinggi Sto. Mikhael. Menulis di Jurnal Sastra Santarang dan

Jurnal Sastra Filokalia.

Resensi

Edisi Oktober 2013 43

Page 46: DAFTAR ISI - steveagustapoems.files.wordpress.com · CERPEN -6 Di Sini (Diana D. Timoria) Kereta (Erlin Lasar) Belis (Silviana Yanti Mesakh) ... pengabaian nilai-nilai tradisi yang

Januario Gonzaga

Filsafat dan Pewartaan di Ujung Pena

Setelah dua tahun menjalani

masa tahun orientasi pastoral di

Paroki Sta. Maria Assumpta,

Frater Januario Gonzaga

akhirnya kembali bergabung

dengan Komunitas Sastra St.

Mikael sebagai frater teologan

tingkat V. Kedatangannya

kembali membangkitkan

semangat para frater anggota

komunitas yang sempat pudar.

Jurnal Sastra Filokalia yang

diterbitkan komunitas inipun

dapat tampil dengan wajah baru.

Frater kelahiran Natarbora, 21

Januari 1988 ini bahkan dengan

berani melakukan suatu

gebrakan baru, yakni

mengadakan kegiatan Sastra

Masuk Sekolah (SMS). Bersama frater-frater sekomunitas dan penulis

-penulis lain, mereka mengunjungi sekolah-sekolah untuk

membagikan semangat menulis. Lalu menyeleksi tulisan-tulisan dari

para siswa atai mahasiswa untuk diapresiasi dan diterbitkan di

Filokalia.

Kecintaannya pada dunia tulis-menulis tumbuh di bangku kelas dua

SMP. Awalnya ia hanya menulis puisi untuk mading dan buku harian.

Tapi semangat yang terus berkembang, membuatnya berpikir bahwa

menulis juga adalah untuk menuangkan imajinasi, mengeritik

PROFIL

KREATIF DAN INSPIRATIF 44

Page 47: DAFTAR ISI - steveagustapoems.files.wordpress.com · CERPEN -6 Di Sini (Diana D. Timoria) Kereta (Erlin Lasar) Belis (Silviana Yanti Mesakh) ... pengabaian nilai-nilai tradisi yang

kehidupan, dan juga mewartakan nilai universal kristiani. Selain

menulis puisi, cerpen dan drama, ia juga menulis karya ilmiah sejak

seminari menengah yang mengantarkan karyanya termasuk dalam

Kumpulan Karangan Ilmiah Terbaik Siswa Seminari Menengah Se-

Indonesia dan mendapat juara dalam Sayembara Menulis

Menyongsong Pancawindu STFK Ledalero. Dalam beberapa waktu

dekat ini, ia berencana menerbitkan antologi puisi bersama Fr. Hiro

Nitsae dan Abner Raya Midara. Bahkan, ia juga berencana untuk

menerbitkan novel.

Santarang menjumpainya di Unit Deo Gratias Seminari Tinggi St.

Mikael ketika ia sedang menyunting tulisan para frater untuk dimuat

jurnal sastra Filokalia edisi Oktober 2013. Berikut petikan

wawancaranya:

Dalam bukunya Mengenal Sastra dan Sastrawan NTT, Frater

juga disebut sastrawan oleh Yan Sehandi. Bagaimana tanggapan

Frater?

Sampai sekarang saya belum mengerti tentang sastrawan. Saya rasa

saya belum memiliki sumbangan yang besar untuk menjadi seperti

seorang sastrawan. Untuk sebutan itu, saya senang untuk

menerimanya. Paling kurang untuk memotivasi supaya lebih sering

menulis, tekun, supaya bisa menjadi sastrawan betul. Dari segi

sumbangan tulisan keterlibatan dalam sastra, saya belum bisa disebut

sastrawan. Dan juga sastrawan bukan terletak pada sejauh mana kita

mempublikasikan karya di media atau buku, tapi sejauh mana kita

menghayati karya kita itu.

Frater pernah menyebut tentang sastra seminari. Apa itu?

Perkembangan sastra di luar (bukan lingkungan seminari) banyak

mengandung tema-tema umum. Tapi ada juga yang menulis dari segi

ajaran agama. Saya rasa objek kita (para seminaris dan frater) yang

baik untuk menulis sastra bisa dari segi ajaran-ajaran gereja dan hal-

Profil

Edisi Oktober 2013 45

Page 48: DAFTAR ISI - steveagustapoems.files.wordpress.com · CERPEN -6 Di Sini (Diana D. Timoria) Kereta (Erlin Lasar) Belis (Silviana Yanti Mesakh) ... pengabaian nilai-nilai tradisi yang

hal baik yang bisa diambil. Dan ciri khas sastra seminari adalah kita

menulis tentang hal itu, tentang apa yang kita pelajari dari filsafat

Kristiani dan teologi. Memang sekarang belum banyak yang

mengeksplorasi puisi dengan tema-tema yang sudah dipelajari di

bangku seminari.

Lalu pendapat Frater tentang puisi-puisi Mario F. Lawi?

Puisi-puisi Mario bernuansa religius. Memang kita butuh waktu

untuk membedah dari segi teologi. Artinya kita tetap menulis,

mengapresiasi tulisan, hanya dari segi teologi kita tidak bisa

mereduksi nilai-nilai kristiani yang sudah baku ke dalam puisi yang

bisa multitafsir oleh pembaca. Maka kita harus berhati-hati. Tapi

bagus juga, dengan mengambil obyek dari segi agama, kitab suci.

Yang seperti itu disebut sastra seminari?

Ya, yang ada kekhasan. Tapi sastra seminari tidak perlu takut pada

eksplorasi-eksplorasi yang agak ekstrem. Sebab, justru semua itu ada

dalam filsafat. Misalnya, tentang tubuh, juga ajaran-ajaran yang perlu

dikritik. Seperti yang biasa dibuat oleh Ayu Utami. Kalau sastra Islam

banyak yang tidak menerima Ayu Utami karena terlalu vulgar dalam

menulis. Memang kita tidak langsung menulis tentang yang vulgar

tapi membungkusnya dengan bahasa-bahasa yang puitis. Meskipun

begitu, tentu Ayu Utami tidak masuk dalam sastra seminari.

Di Jurnal Sastra Filokalia, Frater membuat satu rubrik baru

yaitu Sastra Masuk Sekolah (SMS). Apa yang Frater harapkan?

Pertama, belajar dari Jurnal Sastra Horison. Kita juga bisa masuk ke

sekolah-sekolah untuk mengambil tulisan, bisa mengajarkan sastra.

Karena itu saya terapkan di Filokalia. Supaya membangkitkan minat

anak-anak SMP, SMA dan PT, khususnya anak-anak Timor supaya

menulis tentang diri mereka. Menulis tentang kampung, tentang

sastra lokal. Karena mereka yang paling tahu tentang kondisi diri

Profil

KREATIF DAN INSPIRATIF 46

Page 49: DAFTAR ISI - steveagustapoems.files.wordpress.com · CERPEN -6 Di Sini (Diana D. Timoria) Kereta (Erlin Lasar) Belis (Silviana Yanti Mesakh) ... pengabaian nilai-nilai tradisi yang

sendiri. Hal inilah yang harus dimulai dari sekarang dan pelan-pelan

harus dicapai.

Apakah Frater optimis terhadap upaya ini?

Ya, bisa sukses kalau dilakukan dengan tekun. Sebab, sastra adalah

suatu bentuk perlawanan terhadap kondisi-kondisi yang melupakan

masa lalu, penderitaan, perkembangan yang semakin ‗menelantarkan

sejarah,‘ misalnya tentang sejarah Timor khususnya sejarah

penderitaan, kemiskinan. Dan dibalik itu juga, bila anak-anak

diajarkan untuk menulis mereka bisa lebih kuat dalam berbahasa. Itu

harapan yang semoga bisa tercapai, yakni menulis tentang diri sendiri

dan masa lalu. Supaya dalam perkembangan selalu ada bahan untuk

refleksi.

Posisi sastra di mata Frater sebagai calon imam?

Sambil belajar di seminari, kita menulis sastra. Tema-tema filsafat

dituangkan dalam sastra. Sastra juga penting bagi pewartaan, karena

dengannya kita bisa merangkum umat dari berbagai kalangan. Sastra

bila sungguh-sungguh tekun bisa menjadi suatu bentuk katekese

untuk umat. Para frater bisa menyederhanakan teologi tanpa

mengurangi isi, membuat teologi dalam bentuk yang lebih menjawabi

selera dari umat. Seperti yang saya lakukan ketika praktek di paroki

Assumpta. Saat mengajar di Akademi Kebidanan, saya membentuk

komunitas sastra. Lalu di SD-SMP Assumpta saya minta mereka

untuk tulis dan muat di mading. Bersama anak-anak Assumpta, kami

pernah membuat film Syukur Itu Luka. Saya ingin menunjukkan bahwa

selalu ada cara untuk kreatif.

Peran filsafat bagi sastra?

Menurut saya, sastra menjadikan kita bebas, tidak boleh terkungkung.

Terutama melalui tulisan-tulisan. Sastra dan filsafat memiliki

hubungan khususnya dalam mengekspresikan ide-ide yang rumit di

Profil

Edisi Oktober 2013 47

Page 50: DAFTAR ISI - steveagustapoems.files.wordpress.com · CERPEN -6 Di Sini (Diana D. Timoria) Kereta (Erlin Lasar) Belis (Silviana Yanti Mesakh) ... pengabaian nilai-nilai tradisi yang

filsafat bisa disederhanakan. Karena kita lihat, banyak sastrawan yag

filsuf, dan filsuf yang sastrawan, misalnya Albert Camus, Jean Paul

Sartre. Sastra dan filsafat saling melengkapi. Sastra membantu filsafat

untuk menyederhanakan persoalan, untuk ungkapkan tema-tema

yang besar tentang kebebasan, bisa dituangkan dalam puisi, cerpen

atau novel. Seperti dalam Alkemis, Coelho menuangkan satu tema

filsafat yang besar, yakni kebebasan ke dalam tulisan-tulisannya yang

sangat hidup. Sedangkan, filsafat memberikan simpulan tentang

nomenon dari fakta keseharian yang diangkat oleh sastra. Misalnya,

di Bilangan Fu, Ayu Utami omong tentang filsafat postmodern;

manusia yang bebas seringkali mengakui eksistensinya sebagai yang

berada.

Siapakah sastrawan yang Frater idolakan?

Dalam menulis cerpen saya lebih banyak terinspirasi oleh penulis

asing. Misalnya, Anton Chekhov. Menurut saya, cerpen-cerpennya

amat hidup dalam menggambarkan situasi, deskripsinya luar biasa. Isi

cerpen-cerpennya menggambarkan secara mendetail tentang sebuah

kejadian, khususnya tentang situasi-situasi penindasan di Rusia. Saya

menyukai penulis novel-novel sastra, kalau novel pop kurang

berminat. Novelis yang saya sukai itu adalah Ayu Utami. Sejak awal,

saya sudah suka novelnya Saman. Bahkan, saya koleksi semua novel

Ayu Utami. Kalau novelis asing, saya suka Albert Camus dan Sartre.

Khususnya karya Camus yang berjudul Sampar yang diterjemahkan

NH. Dini. Sedangkan, karya Sartre yang saya sukai berjudul Muak.

Karena ini adalah novel eksistensial yang menggambarkan tentang

persoalan hidup yang terlalu biasa tapi justru di situ kita berada,

seperti suatu rutinitas yang tiap hari selalu sama di seminari. Manusia

terlalu terikat pada apa yang sudah secara umum disepakati, tanpa

refleksi untuk jadi bebas. Ini memang tidak cocok untuk diajarkan di

seminari, karena ada asas ketaatan, tapi nilai positifnya adalah kita

harus bisa berintrospeksi. Untuk penyair, saya suka Joko Pinurbo.

Profil

KREATIF DAN INSPIRATIF 48

Page 51: DAFTAR ISI - steveagustapoems.files.wordpress.com · CERPEN -6 Di Sini (Diana D. Timoria) Kereta (Erlin Lasar) Belis (Silviana Yanti Mesakh) ... pengabaian nilai-nilai tradisi yang

Karena, puisi-puisinya memiliki unsur keterkejutan. Tidak disangka ia

mengangkat hal-hal sederhana yang tiap hari kita temui tapi bisa

membuat kita merasa terkejut.

Karya-karya apa yang terinspirasi dari para penulis itu?

Selain Wanita Sepotong Kepala, ada satu cerpen lagi yang berjudul

Serunya Mencintai Pria Penulis. Lewat cerpen ini, saya ingin

menggambarkan tentang kebebasan-kebebasan yang dimiliki oleh

seorang penulis yang tidak terikat pada situasi dunia tapi memiliki

kebebasannya sendiri. Mereka yang mencintai orang-orang yang

menjadi penulis harus rela dan siap untuk menerima itu. Ini

sebenarnya terinspirasi dari satu novel Voltairre berjudul Si Lugu.

Kisah yang menarik, bagaimana tokohnya bisa hidup sesuai dengan

orang-orang zamannya tapi punya kemungkinan-kemungkinan lain

untuk menjalani hidup. Misalnya, kalau ada pohon yang menghalangi

jalan, ia tidak serong ke kiri atau ke kanan tapi memanjat pohon itu

untuk melewati jalan itu. Ini adalah contoh orang-orang yang tidak

terikat pada apa yang telah disahkan tapi selalu punya kemungkinan

lain.

Frater menyukai Sartre, Camus, Voltaire, tapi justru menulis

skripsi tentang Paulo Coelho?

Sebenarnya lebih berhubungan pada religiositas. Sekalipun punya

kecenderungan untuk membaca karya-karya yang sedikit miring, tapi

hidup sebagai seorang calon imam punya penilaian-penilaian

menyangkut sebuah tulisan oleh para pastor, apalagi Sartre yang

adalah ateis bisa menjadi bahan pertimbangan untuk pembinaan di

seminari. Kita ingin berbicara tentang kebebasan secara mutlak, tapi

kita toh hidup dalam ketaatan. Makanya saya ambil Coelho yang lebih

spiritual, tapi tetap di dalamnya ada kebebasan untuk bisa keluar dari

apa yang menjadi kesepakatan umum. Sebenarnya saya tidak terlalu

mengidolakan Coelho. Awalnya skripsi saya tentang Dante Alighieri

Profil

Edisi Oktober 2013 49

Page 52: DAFTAR ISI - steveagustapoems.files.wordpress.com · CERPEN -6 Di Sini (Diana D. Timoria) Kereta (Erlin Lasar) Belis (Silviana Yanti Mesakh) ... pengabaian nilai-nilai tradisi yang

dalam La Divina Comedia yang menulis tentang drama-drama. Tapi,

bahan-bahan tidak mencukupi. Yang paling saya suka adalah drama

tentang neraka, pertempuran antara setan dan makhluk di dunia.

Mungkin itu diambil dari Kitab Wahyu yang sebenarnya mau

menunjukkan hubungan antara hidup sesudah mati dan hidup di

dalam dunia.

Dalam antologi bersama Komunitas Sastra St. Mikael, cerpen

Frater Wanita Sepotong Kepala dipilih sebagai judul antologi.

Bagaimana tanggapan Frater?

Cerpen itu mengandung nilai-nilai eksistensialis yang lebih

dipengaruhi Albert Camus, semacam nihilisme. Waktu itu saya mau

menulis sebagai cara untuk menulis satu kisah yang memiliki suatu

eksplorasi dengan suatu alur cerita yang terbalik, mundur lalu maju.

Saya senang bisa dijadikan judul antologi.

Frater lebih suka menulis cerpen atau puisi?

Saya lebih cenderung menyukai cerpen. Ciri khas saya dalam bercerita

nampak dalam permainan bahasa/kata-kata. Untuk pola bercerita, ada

terlalu banyak pola yang bagus sehingga saya harus mencoba-coba

pola yang tepat seperti flashback, alur cerita, cerita di atas cerita. Saya

suka cerpen juga, karena saya ingin menghidupkan konflik dalam

suatu cerita. Pernah suatu ketika saya menonton sebuah film dengan

alurnya berjalan mundur (flashback). Saya heran, „Kok bisa begitu

ceritanya?‘ Tak terduga. Lalu, saya terinspirasi untuk menulis cerita

yang seperti itu.

Banyak cerpen-cerpen Frater tentang Timor Leste. Kenapa?

Karena, saya orang Dili. Saya merasakan langsung konflik ‘99. Ada

banyak cerita yang menyedihkan; orang hilang, keluarga yang tak

pernah pulang. Saya ingin tunjukkan fakta sejarah dan untuk

mengangkat kisah orang-orang tertindas. Dalam tema-tema tentang

Profil

KREATIF DAN INSPIRATIF 50

Page 53: DAFTAR ISI - steveagustapoems.files.wordpress.com · CERPEN -6 Di Sini (Diana D. Timoria) Kereta (Erlin Lasar) Belis (Silviana Yanti Mesakh) ... pengabaian nilai-nilai tradisi yang

Timor Leste saya mengangkat kisah ibu-ibu yang punya trauma

kehilangan anak, misalnya cerpen Surat Datang Tanpa Ibu adalah

kejadian nyata seorang anak yang kehilangan ibunya. Saya juga

dibantu oleh orangtua saya. Mereka bukan penulis, mereka penutur.

Mereka yang bercerita tentang hidup dan sejarah Dili.

Dengan kehadiran Frater di Komunitas Sastra St. Mikael, apa

yang bisa frater sumbangkan?

Memotivasi teman-teman, adik-adik, kakak-kakak, untuk melihat

bahwa ada konsep dalam filsafat yang harus diturunkan ke bumi.

Dengan cara, menulis puisi, membedah dan lebih rajin menulis.

Karena, menurut saya, Jurnal Sastra Filokalia belum bisa dijadikan

sebagai sastra seminari. Kita belum melihat kelebihan kualitas yang

ada di seminari untuk bisa dijadikan bahan untuk menulis sastra. Kita

masih terpola dengan yang umum. Semoga kita bisa menulis dari apa

yang kita dapat, yakni nilai-nilai universal kristiani yang bisa

bermanfaat bagi banyak orang. Tapi harusnya juga dilandasi dengan

tema-tema filsafat. (saddam)

Profil

Edisi Oktober 2013 51

Page 54: DAFTAR ISI - steveagustapoems.files.wordpress.com · CERPEN -6 Di Sini (Diana D. Timoria) Kereta (Erlin Lasar) Belis (Silviana Yanti Mesakh) ... pengabaian nilai-nilai tradisi yang

KARIKATUR

KREATIF DAN INSPIRATIF 52

Page 55: DAFTAR ISI - steveagustapoems.files.wordpress.com · CERPEN -6 Di Sini (Diana D. Timoria) Kereta (Erlin Lasar) Belis (Silviana Yanti Mesakh) ... pengabaian nilai-nilai tradisi yang
Page 56: DAFTAR ISI - steveagustapoems.files.wordpress.com · CERPEN -6 Di Sini (Diana D. Timoria) Kereta (Erlin Lasar) Belis (Silviana Yanti Mesakh) ... pengabaian nilai-nilai tradisi yang