ablasio retina rahayu yanti
DESCRIPTION
ablasio pptTRANSCRIPT
RETINAL DETACHMENT (ABLASIO RETINA)
disusun oleh:Rahayu Asmarani 0910015017Suryanti Suwardi 0808015033
Pembimbingdr. Yulia Anita, Sp.M
Anatomi Retina
Retina terdiri dari 9 lapisan, yaitu lapis fotoreseptor, membran limitan eksterna, lapis nuklear luar, lapis pleksiform luar, lapis nukleus dalam, lapis pleksiform dalam, lapis sel ganglion, lapis serabut syaraf, dan membran limitan interna.
Di tengah – tengah retina posterior terdapat makula. Secara klinis makula dapat didefinisikan sebagai daerah pigmentasi kekuningan yang disebabkan oleh pigmen luteal (xantofil) yang berdiameter 1,5 mm. Secara histologis makula merupakan bagian retina yang lapisan ganglionnya mempunyai lebih dari satu lapis sel. Secara klinis, makula adalah bagian yang dibatasi oleh arkade – arkade pembuluh darah retina temporal.
• Retina menerima darah dari dua sumber yaitu khoriokapilaria yang berada tepat diluar membrana Bruch, yang mendarahi sepertiga luar retina termasuk lapisan pleksiformis luar dan lapisan inti luar, fotorreceptor, dan lapisan epitel pigmen retina serta cabang – cabang dari arteri sentralis retinae yang mendarahi dua pertiga sebelah dalam.
2.2. Fisiologi Retina• Retina adalah jaringan paling kompleks di mata. Untuk
melihat, mata harus berfungsi sebagai suatu alat optis, sebagai suatu reseptor kompleks, dan sebagai suatu transducer yang efektif.
• Makula bertanggung jawab untuk ketajaman penglihatan yang terbaik dan untuk penglihatan warna, dan sebagian besar selnya adalah sel kerucut.
• Macula terutama digunakan untuk penglihatan sentral dan warna (penglihatan fotopik) sedangkan bagian retina lainnya, yang sebagian besar terdiri dari fotoreseptor batang, digunakan terutama untuk penglihatan perifer dan malam (skotopik).
Definisi
• Ablasio retina menandakan pemisahan retina sensorik yaitu fotoreseptor dan lapisan jaringan bagian dalam, dari epitel pigmen retina di bawahnya.
• Antara sel kerucut dan sel batang retina tidak terdapat adanya perlekatan struktural dengan koroid titik lemah yang potensial untuk lepas secara embriologis
Sel kerucut dan sel batang retina yang lepas dari koroid atau sel epitel pigmen
gangguan nutrisi retina dari pembuluh darah koroid
gangguan fungsi yang menetap
Epidemiologi
• Penyebab paling umum di seluruh dunia yang terkait dengan ablasio retina adalah miop, afakia, pseudofakia, dan trauma.
• Sekitar 40-50% dari semua pasien dengan ablasio memiliki miop, 30-40% mengalami pengangkatan katarak(afakia,pseudofakia), dan 10-20% telah mengalami trauma okuli. Ablasio retina yang terjadi akibat trauma lebih sering terjadi pada orang muda, dan miop terjadi paling sering pada usia 25-45 tahun.
• Ablasio retina pada usia kurang dari 45 tahun, 60% laki-laki dan 40% perempuan. Ablasio retina biasanya terjadi pada orang berusia 40-70 tahun. Namun, cedera paintball pada anak-anak dan remaja merupakan penyebab umum dari cedera mata, yang termasuk ablasio retina traumatik
Patofisiologi Proses perjalanan terjadinya ablasio retina (Retinal Detachment). 1,3,4
Inflamasi intraokuler/tumor perubahan degeneratif dalam viterus
Konsentrasi as. Hidlorunat berkurangPeningkatan cairan eksudattif/sserosaVitreus menjadi makin cair
Vitreus kolaps dan bengkak ke depan
Tarikan retina
Robekan retina
Sel-sel retina dan darah terlepas
Retina terlepas dari epitel berpigmen
Penurunan tajam pandang sentral, ditandai dengan:-floater dipersepsikan sbg titik-titik hitam kecil/ rumah laba-laba-Bayangan berkembang/ tirai bergerak dilapang pandang
↓
Resti Infeksi
klasifikasi
Pemisahan retina sensoris dari lapisan epitel retina disebabkan oleh tiga mekanisme dasar
1. Lubang atau robekan di lapisan saraf yang menyebabkan cairan vitreous masuk dan memisahkan antara lapisan neuro retina dan lapisan epitel pigmen (ablasio retina regmatogenosa).
2. Traksi dari inflamasi dan membran fibrosa vaskular pada permukaan retina, yang terikat pada vitreous (ablasio retina traksional).
3. Pengeluaran eksudat kedalam ruang subretina. Eksudat ini berasal dari pembuluh darah retina, yang disebabkan oleh karena hipertensi, oklusi vena retina sentralis, vaskulitis, atau papiledema (ablasio retina eksudatif).
• Ablasio retina dapat dihubungkan dengan : 1. Kelainan kongenital.
2. Gangguan metabolik 3. Trauma
4. Kelainan vaskular5. Miopia tinggi6. Kelainan vitreus7. Degenerasi
• Tipe Regmatogenosa
robekan retina
fluid vitreous masuk ke ruang subretina
pendorongan retina
retina terlepas dari lapis epitel pigmen koroid
* Tipe regmatogenosa merupakan tipe yang paling sering terjadi.
• Ablasio retina regmatogenosa adalah kasus ablasio retina yang paling sering terjadi. Karakteristik ablasio regmatogenosa adalah pemutusan total pada retina sensorik. Ablasio retina regmatogenosa spontan biasanya didahului atau disertai oleh pelepasan korpus vitreum. Miopia, afakia, degenerasi lattice, dan trauma mata biasanya berkaitan dengan ablasio retina jenis ini
• Ablasio retina akan memberikan gejala terdapatnya gangguan penglihatan yang kadang - kadang terlihat sebagai tabir yang menutupi dan terdapat riwayat adanya pijaran api (fotopsia) pada lapangan penglihatan
• Tipe Non Regmatogenesa
Jenis traksiBagian sensoris retina terlepas akibat tarikan jaringan parut pada badan kaca yang akan mengakibatkan ablasi retina dan penglihatan turun tanpa rasa sakit.Dapat terjadi bersamaan dengan tipe regmatogenosa (ablasio kombinasi traksi-regmatogenosa) ketika proliferasi fibrovaskular menyebabkan ablasio traksi yang juga menyebabkan robekan pada retinaAblasio retina jenis ini merupakan ablasi kedua tersering setelah ablasi retina regmatogenesa.4 penyebab tersering dari jenis traksi adalah retinopati diabetik proliferatif, sickle cell disease, retinopathy of prematurity lanjut, dan trauma tembus
Jenis Eksudatif
• Ablasio retina eksudatif terjadi akibat adanya penimbunan cairan eksudat di bawah retina (subretina) dan mengangkat retina.
• Penyebab Ablasio retina eksudatif dibagi menjadi dua yaitu penyakit sistemik (Toksemia gravidarum, hipertensi renalis, poliartritis nodosa) dan penyakit pada mata (skleritis posterior, selulitis orbita, perforasi bola mata pada operasi intraokuler)
• Penglihatan dapat berkurang dari ringan sampai sedang.
• Ablasi ini dapat hilang tau menetap bertahun-tahun setelah penyebabnya berkurang atau hilang.
Jenis eksudatif
Ekstravasasi pembuluh darah retina & koroid
Cairan masuk ke ruang subretina melalui kerusakan lapisan epitel pigmen retina
Tertimbunnya eksudat
Retina terangkat
* Berhubungan dengan penyakit degeneratif, inflamasi, infeksi, neovaskularisasi subretina
Diagnosis
a. Anamnesis• adanya riwayat trauma
• riwayat pembedahan sebelumnya seperti ekstraksi katarak, pengangkatan korpus alienum intraokuler
• riwayat penyakit mata sebelumnya (uveitis, perdarahan vitreus, amblopia, galukoma, dan retinopati diabetik)
• Riwayat keluarga dengan sakit mata yang sama serta penyakit serta panyakit sistemik yang berhubungan dengan ablasio retina (diabetes melitus, tumor, sickle cell leukemia, eklamsia, dan prematuritas)
Gejala yang sering dikeluhkan penderita : Floater : terlihat adanya benda melayang-layang pada lapang panda
ng pasien Fotopsia : pijaran api atau kilatan cahaya
Pasien mengeluh penglihatannya sebagian seperti tertutup tirai yang semakin lama semakin luas.
Penglihatan kabur atau visus menurun
Regmatogenus Traksi Eksudatif
Riwayat penyakit Afakia, myopia, trauma tumpul, photopsia,
floaters, gangguan lapangan pandang yang
progresif, dengan keadaan umum baik.
Diabetes, premature,trauma
tembus, penyakit sel sabit,
oklusi vena.
Factor-faktor sistemik seperti hipertensi
maligna, eklampsia, gagal ginjal.
Kerusakan retina Terjadi pada 90-95 % kasus. Kerusakan primer tidak ada. Tidak ada.
Perluasan ablasi Meluas dari oral ke discus, batas dan
permukaan cembung tergantung gravitasi.
Tidak meluas menuju oral,
dapat sentral atau perifer.
Tergantung volume dan gravitasi,
perluasan menuju oral bervariasi, dapat
sentral atau perifer.
Pergerakan retina Bergelombang atau terlipat. Retina tegang, batas dan
permukaan cekung, meningkat
pada titik tarikan.
Smoothly elevated bullae, biasanya tanpa
lipatan
Bukti kronis Terdapat garis pembatas, makrosis intra
retinal, atropik retina
Garis pembatas Tidak ada
Pigmen pada vitreous Terlihat pada 70 % kasus Terlihat pada kasus trauma Tidak ada
Perubahan vitreous Sineretik, PVD, tarikan pada lapisan yang
robek
Penarikan vitreoretinal Tidak ada, kecuali pada uveitis
Cairan sub retinal Jernih Jernih atau tidak ada
perpindahan
Dapat keruh dan berpindah secara cepat
tergantung pada perubahan posisi kepala.
Massa koroid Tidak ada Tidak ada Bisa ada
Tekanan intraocular Rendah Normal Bervariasi
Transluminasi Normal Normal Transluminasi terblok apabila ditemukan
lesi pigmen koroid
Keaadan yang
menyebabkan ablasio
Robeknya retina Retinopati diabetikum
proliferative, post traumatis
vitreous traction
Uveitis, metastasis tumor, melanoma
maligna, retinoblastoma, hemangioma
koroid, makulopati eksudatif senilis,
ablasi eksudatif post cryotherapi atau
dyathermi
b. Pemeriksaan oftalmoskopi
• Pemeriksaan tajam penglihatan• Pemeriksaan lapangan pandang• Memeriksa apakah ada tanda-tanda trauma• Periksa reaksi pupil. Dilatasi pupil yang menetap
mengindikasikan adanya trauma.• Pemeriksaan slit lamp; anterior segmen biasanya
normal, pemeriksaan vitreous untuk mencari tanda pigmen atau tobacco dust, ini merupakan patognomonis dari ablasio retina pada 75 % kasus.
• Periksa tekanan bola mata. • Pemeriksaan fundus dengan oftalmoskop (pupil harus
dalam keadaan berdilatasi
c. Pemeriksaan Penunjang
• Pemeriksaan laboratorium dilakukan untuk mengetahui adanya penyakit penyerta seperti diabetes melitus.
• Pemeriksaan ultrasonografi dilakukan bila retina tidak dapat tervisualisasi oleh karena perubahan kornea, katarak, atau perdarahan.
• Teknik pencitraan seperti foto orbita, CT scan, atau MRI tidak diindikasikan untuk membantu diagnosis ablasio retina tetapi dapat dibutuhkan untuk mendeteksi benda asing intraokuli dan tumor.
2.7 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada ablasio retina adalah pembedahan. Prinsip bedah pada ablasio retina yaitu :(7)
• Menemukan semua bagian yang terlepas.• Membuat iritasi korioretinal pada sepanjang
masing-masing daerah retina yang terlepas.• Menguhubungkan koroid dan retina dalam waktu
yang cukup untuk menghasilkan adhesi dinding korioretinal yang permanen pada daerah subretinal.
1. Scleral buckling• Prosedur meliputi lokalisasi
posisi robekan retina, menangani robekan dengan cryoprobe, dan selanjutnya dengan scleral buckle (sabuk).
• Pertama-tama dilakukan cryoprobe atau laser untuk memperkuat perlengketan antara retina sekitar dan epitel pigmen retina. Sabuk dijahit mengelilingi sklera agar ada tekanan pada robekan retina sehingga terjadi penutupan pada robekan tersebut.
Spons silikon dijahit pada bola mata untuk menekan sklera di atas robekan retina setelah drainase cairan sub retina dan dilakukan crioterapi
2. Retinopeksi pneumatik • Retinopeksi pneumatik
merupakan metode yang juga sering digunakan pada ablasio retina regmatogenosa terutama jika terdapat robekan tunggal pada bagian superior retina
• Teknik pelaksanaan prosedur ini adalah dengan menyuntikkan gelembung gas ke dalam rongga vitreus. Gelembung gas ini akan menutupi robekan retina dan mencegah pasase cairan lebih lanjut melalui robekan. Setelah pengangkatan gel vitreus pada
drainase cairan sub retina, gas fluorokarbon inert disuntikan ke dalam rongga vitreus
3. Vitrektomi • Merupakan cara yang paling
banyak digunakan pada ablasio akibat diabetes, dan juga pada ablasio regmatogenosa yang disertai traksi vitreus atau perdarahan vitreus
• Teknik dan instrumen yang digunakan tergantung tipe dan penyebab ablasio. Lebih dari 90% lepasnya retina dapat direkatkan kembali dengan teknik-teknik bedah mata modern, meskipun kadang- kadang diperlukan lebih dari satu kali operasi.
Komplikasi
• Penurunan ketajaman penglihatan dan kebutaan merupakan komplikasi yang paling umum terjadi pada ablasio retina. Penurunan penglihatan terhadap gerakan tangan atau persepsi cahaya adalah komplikasi yang sering dari ablasio retina yang melibatkan makula.
• Jika retina tidak berhasil dilekatkan kembali dan pembedahan mengalami komplikasi, maka dapat timbul perubahan fibrotik pada vitreous (vitreoretinopati proliferatif, PVR). PVR dapat menyebabkan traksi pada retina dan ablasio retina lebih lanjut.
Prognosis
• Prognosis tergantung luasnya robekan retina, jarak waktu terjadinya ablasio, diagnosisnya dan tindakan bedah yang dilakukan.
• Terapi yang cepat prognosis lebih baik. Prognosis lebih buruk bila mengenai makula atau jika telah berlangsung lama. Jika makula melekat dan pembedahan berhasil melekatkan kembali retina perifer, maka hasil penglihatan sangat baik. Jika makula lepas lebih dari 24 jam sebelum pembedahan, maka tajam penglihatan sebelumnya mungkin tidak dapat pulih sepenuhnya.
TERIMA KASIH