daftar isibab i pendahuluan a. latar belakang indeks kualitas lingkungan hidup (iklh) diintrodusir...
TRANSCRIPT
DAFTAR ISI Halaman
DAFTAR ISI………………………………………………………….. DAFTAR TABEL ..……………………………………………………
i iv
DAFTAR GAMBAR…………………………………………………….. v
KATA PENGANTAR…………………………………………………... vii
BAB I. PENDAHULUAN………………………………………………. A. Latar belakang………………………………………………………… B. Maksud dan Tujuan …………………………………………………. C. Ruang Lingkup ……………………………………………………... D. Dasar Hukum ………………………………………………………...
1 1 2 2 3
BAB II. METODOLOGI IKLH………………………………………. A. Kerangka Pemikiran………………………………………………….. B. Struktur dan Indikator Kualitas Lingkungan Hidup………………...
1. Indeks Kualitas Air………………………………………………. 2. Indeks Kualitas Udara…………………………………………… 3. Indeks Kualitas Tutupan Lahan…………………………………
C. Sumber dan Kualitas Data……………………………………………
4 4 6 6 8 10 15
BAB III. ANALISIS DATA……………………………………………... 1. Indeks Kualitas Lingkungan Hidup Provinsi………………………
1. Aceh…………………………………………………………….. 2. Sumatera Utara…………………………………………………… 3. Sumatera Barat…………………………………………………… 4. Riau………………………………………………………………... 5. Jambi……………………………………………………………… 6. Sumatera Selatan…………………………………………………… 7. Bengkulu………………………………………………………… 8. Lampung………………………………………………………… 9. Bangka Belitung………………………………………………….....
18 18 18 21 24 27 30 33 36 39 42
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup i
10. Kepulauan Riau…………………………………………………. 11. DKI Jakarta……………………………………………………….. 12. Jawa Barat………………………………………………………… 13. Jawa Tengah……………………………………………………… 14. DI Yogyakarta……………………………………………………. 15. Jawa Timur……………………………………………………….. 16. Banten…………………………………………………………….. 17. Bali………………………………………………………………… 18. Nusa Tenggara Barat……………………………………………. 19. Nusa Tenggara Timur……………………………………...…… 20. Kalimantan Barat………………………………………………… 21. Kalimantan Tengah……………………………………………… 22. Kalimantan Selatan……………………………………………… 23. Kalimantan Timur……………………………………………….. 24. Sulawesi Utara…………………………………………………… 25. Sulawesi Tengah………………………......................................... 26. Sulawesi Selatan……………………………………………….… 27. Sulawesi Tenggara………………………………………………. 28. Gorontalo………………………………………………………… 29. Sulawesi Barat…………………………………………………… 30. Maluku…………………………………………………………… 31. Maluku Utara……………………………………………………. 32. Papua Barat……………………………………………………… 33. Papua……………………………………………………………..
2. Indeks Kualitas Lingkungan Hidup Nasional…………………… a. Analisis Indeks Kualitas Air…………………………………….. b. Analisis Indeks Kualitas Udara…………………………………. c. Analisis Indeks Kualitas Tutupan Lahan……………………….
45 48 51 54 57 60 63 66 69 72 75 78 81 84 87 90 93 96 99 102 105 108 111 114 117 123 133 135
BAB IV. SIMPULAN DAN REKOMENDASI …………………….. A. Simpulan………………………………………………………………
136 136
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup ii
B. Rekomendasi…………………………………………………………. 136
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………….. 138
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup iii
DAFTAR TABEL
No Uraian Halaman
1 Kriteria dan Indikator IKLH…………………………......………. 5 2 Standar Kualitas Udara Berdasarkan EU
Directives……………………………………................………....... 9
3 Baku Mutu Udara Berdasarkan WHO……………............…….…. 9 4 Rekapitulasi Hasil Perhitungan IKA, IKU, IKTL dan IKLH
Tahun 2015………………………………………...........…...….…
117 5 Peringkat Nilai IKLH secara Nasional Tahun 2015…..............…… 120 6 Nilai IKA, IKU, IKTL dan IKLH Provinsi di Indonesia Periode
Tahun 2014 – 2015……………………………............................….
121 7 8
Distribusi Frekuensi Nilai IKA Tahun 2011 – 2015…….............…. Tren BOD 2010 – 2014............................................................................
124 125
9 10
Tabel Parameter DO per Provinsi dari Tahun 2011 s.d. 2015.......… Tabel Parameter COD Per Provinsi dari Tahun 2011 s.d. 2015........
127 129
11 Persentase Rumah Tangga Menurut Provinsi dan Tempat Pembuangan Akhir Tinja, Tahun 2014…………………..................
131
12 Distribusi Frekuensi Nilai IKU Tahun 2011 – 2015….............……. 133
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup iv
DAFTAR GAMBAR
No Uraian Halaman
1. Dinamika nilai EVI setiap 16 hari sekali………….……………..... 13 2. Kecenderungan Nilai IKA Tahun 2011-2015……………………. 124 3. Nilai IKU Nasional dari Tahun 2011 – 2015...………………….. 133 4. Nilai IKU Tahun 2015 Per provinsi……………………………..... 134 5. Nilai IKTL Tahun 2015 – 2015……………..………………..…. 135
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup v
Tim Analisis dan Perhitungan Indeks Kualitas Lingkungan Hidup Tahun 2015
1. Sekretaris Jenderal KLHK Pengarah
2. Kepala Pusat Data dan Informasi Penanggung jawab
3. Kepala Bidang Pengelolaan Informasi Ketua
4. Dra. Tina Artini, MA. Wakil Ketua
5. Kepala Subbidang Penyaji Informasi Sekretaris
6. Prof. Dr. Lilik Budi Prasetyo Anggota
7. Dr. Suryo Adi Wibowo Anggota
8. Dr. Esrom Hamonangan, S.Si. MEE Anggota
9. Dr. Liyantono Anggota
10. Ir. Sri Hudyastuti Anggota
11. Drs. Hendra Setiawan Anggota
12. Drs. Maulyani Djajadilaga Anggota
13. Lukmi Purwandari, ST. M.Si Anggota
14. Ir. Edy Nugroho Santoso Anggota
15. Safrudin, ST. Anggota
16. Lindawati, S.Si Anggota
Tim Sekretariat:
1. Wiyoga, SE
2. Bagus Martiandi, S.Hut
3. S. Dombot Sunaryedi, SAP
4. Sudarmanto, ST
5. Yulfikar Tahir Zain, S.Hut
6. Juarno
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup vi
KATA PENGANTAR
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH) tahun 2015 menggambarkan kondisi lingkungan hidup Indonesia, yang difokuskan pada media lingkungan air, udara dan tutupan lahan. IKLH juga dapat digunakan untuk mengevaluasi kinerja program perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.
Dokumen ini menggambarkan kondisi kualitas air, kualitas udara dan tutupan lahan pada 33 provinsi. Kualitas air diukur pada 139 sungai prioritas nasional pada 33 provinsi, kualitas udara diukur pada kawasan-kawasan perumahan, transportasi, industri, dan perkantoran pada 150 kabupaten/kota, sedangkan tutupan lahan dihitung berdasarkan indeks tutupan lahan.
Nilai IKLH Tahun 2015 adalah 68,23 yang berada di atas target RPJMN 2014- 2019, yaitu target nilai IKLH tahun 2015 adalah sebesar 63,8. Kondisi ini mencerminkan bahwa program perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup tahun 2015, telah berkontribusi terhadap peningkatan nilai IKLH Tahun 2015.
Penghitungan IKLH Tahun 2015 ini telah menggunakan perhitungan Indeks Kualitas Tutupan Lahan (IKTL) yang merupakan penyempurnaan dari Indeks Tutupan Hutan (ITH). Penyempurnaan ini telah mempertimbangkan dinamika vegetasi setiap tahun, kondisi habitat, kondisi tutupan lahan di luar kawasan hutan, dan kondisi tutupan lahan di sempadan sungai.
Kami mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang berkontribusi dalam proses penyusunan dokumen IKLH Tahun 2015.
Semoga IKLH Tahun 2015 bermanfaat bagi yang memerlukan.
Jakarta, 27 Desember 2017
Menteri Lingkungan
Hidup dan Kehutanan,
Dr. Ir. Siti Nurbaya, M.Sc.
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup vii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH) diintrodusir sejak tahun 2009, yang
merupakan indeks kinerja pengelolaan lingkungan hidup secara nasional. Konsep ini
merupakan penerapan konsep Environmental Performance Index (EPI), yang kriterianya
meliputi kualitas air sungai, kualitas udara, dan kualitas tutupan lahan.
Penyusunan IKLH merupakan mandat dari Chapter 40 Agenda 21 yang lebih
menitikberatkan pada manfaat informasi kinerja pengelolaan lingkungan hidup untuk
mendukung kepala pemerintahan pada proses pengambilan keputusan yang
berkaitan dengan perbaikan kualitas lingkungan hidup.
Penghitungan nilai IKLH didasarkan pada 3 (tiga) indikator utama yaitu: (a) kualitas
air sungai; (b) kualitas udara ambien; dan (c) kualitas tutupan lahan. Kualitas air
sungai diukur pada 139 sungai nasional di 33 Provinsi dengan 7 parameter, yaitu: (i)
Total Suspended Solid (TSS); (ii) Disolved Oxygen (DO); (iii) Biological Oxygen
Demand (BOD); (iv) Chemical Oxygen Demand (COD); (v) Total Fosfat; (vi) Fecal
Coli; dan (vii) Total Coliform. Kualitas udara diukur menggunakan parameter Sulfur
Dioksida (SO2) dan Nitrogen Dioksida (NO2). Pemantauan parameter kualitas udara
dilakukan pada kawasan-kawasan transportasi, perumahan, perkantoran dan kawasan
industri. Penghitungan IKLH mulai Tahun 2015 telah menggunakan perhitungan
Indeks Kualitas Tutupan Lahan (IKTL) yang merupakan penyempurnaan dari
Indeks Tutupan Hutan (ITH) yang digunakan pada penghitungan IKLH pada tahun-
tahun sebelumnya. Penyempurnaan ini telah mempertimbangkan dinamika vegetasi
setiap tahun, kondisi habitat, kondisi tutupan lahan di luar kawasan hutan, dan
kondisi tutupan lahan di sempadan sungai.
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup 1
Mengacu pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015 -
2019, bahwa IKLH merupakan cerminan kondisi pengelolaan lingkungan hidup
secara nasional yang diindikasikan dengan kondisi-kondisi kualitas air, kualitas udara
dan kualitas tutupan lahan, yang diperkuat dengan peningkatan kapasitas pengelolaan
lingkungan dan penegakan hukum lingkungan.
B. Maksud dan Tujuan
IKLH dimaksudkan sebagai gambaran secara umum atas pencapaian kinerja
program perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup secara nasional.
Tujuan IKLH adalah sebagai berikut :
1. Sebagai informasi untuk mendukung proses pengambilan keputusan di tingkat
Pusat maupun Daerah yang berkaitan dengan bidang perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup.
2. Sebagai bentuk pertanggungjawaban kepada publik tentang pencapaian target
kinerja program perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.
3. Sebagai instrumen keberhasilan pemerintah dalam melindungi dan mengelola
lingkungan hidup.
C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup IKLH meliputi analisis indeks kualitas air sungai, kualitas udara
ambien, dan kualitas tutupan lahan pada 33 provinsi. Sumber data yang digunakan
adalah sebagai berikut :
1. Hasil pemantauan kualitas air sungai pada 139 sungai prioritas nasional di 33
provinsi.
2. Hasil pemantauan passive sampler kualitas udara ambien pada 150 kabupaten/kota.
3. Hasil analisis tutupan lahan dan dinamika vegetasi berdasarkan data citra satelit
tahun 2013 dan 2014.
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup 2
D. Dasar Hukum
1. Pasal 28 H Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945.
2. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan.
3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup.
4. Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang
Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan.
5. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air
dan Pengendalian Pencemaran Air.
6. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran
Udara.
7. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2015-2019.
8. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 115 Tahun 2003 tentang
Pedoman Penentuan Status Mutu Air.
9. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 45 Tahun 1997 tentang
Indeks Standar Pencemar Udara.
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup 3
BAB II
METODOLOGI
A. Kerangka Pemikiran
Pada Tahun 2008 Badan Pusat Statistik (BPS) telah melakukan penghitungan indeks
kualitas lingkungan (IKL) pada 30 ibu kota provinsi, yang menggunakan 3 indikator
kualitas lingkungan yaitu kualitas air sungai, kualitas udara, dan tutupan hutan.
Pada tahun 2009 Kementerian Lingkungan Hidup bekerja sama dengan Dannish
International Development Agency (DANIDA) menyusun indeks kualitas
lingkungan hidup (IKLH) yang mengadopsi konsep Environmental Performance Index
(EPI).
IKLH sebagai indikator pengelolaan lingkungan hidup di Indonesia merupakan
perpaduan antara konsep IKL dan konsep EPI. IKLH dapat digunakan untuk
menilai kinerja program perbaikan kualitas lingkungan hidup. IKLH juga dapat
digunakan sebagai bahan informasi dalam mendukung proses pengambilan kebijakan
yang berkaitan dengan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.
Nilai IKLH merupakan indeks kinerja pengelolaan lingkungan hidup secara nasional,
yang merupakan generalisasi dari indeks kualitas lingkungan hidup seluruh provinsi
di Indonesia.
Pada tahun 2012 dilakukan pengembangan metodologi dengan melakukan
pembobotan untuk menghasilkan keseimbangan dinamis antara isu hijau (green issues)
dan isu coklat (brown issues).
Isu hijau adalah semua aktivitas pengelolaan lingkungan hidup yang bersumber dari
pengelolaan sumber daya alam secara berkelanjutan. Isu coklat adalah aktivitas
pengelolan lingkungan hidup yang berkaitan dengan pengendalian pencemaran dan
kerusakan lingkungan hidup.
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup 4
Kriteria yang digunakan untuk menghitung IKLH adalah: (1) Kualitas Air, yang
diukur berdasarkan parameter-parameter TSS, DO, BOD, COD, total fosfat, fecal
coli, dan total coliform; (2) Kualitas udara, yang diukur berdasarkan parameter-
parameter: SO2 dan NO2; serta (3) Kualitas tutupan lahan yang diukur berdasarkan
luas tutupan lahan dan dinamika vegetasi.
Tabel 1. Kriteria dan Indikator IKLH
No. Indikator Parameter Bobot Keterangan
1. Kualitas Air Sungai
TSS 30%
DO
BOD
COD
Total Fosfat
Fecal Coli
Total Coliform
2. Kualitas Udara SO2 30%
NO2
3. Kualitas Tutupan Lahan
Luas Tutupan Lahan dan
Dinamika Vegetasi
40%
Rumus yang digunakan untuk IKLH Provinsi adalah:
IKLH_Provinsi = (30% x IKA) + (30% x IKU) + (40% x IKTL)
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup 5
Keterangan:
IKLH_Provinsi = indeks kualitas lingkungan tingkat provinsi
IKA = indeks kualitas air
IKU = indeks kualitas udara
IKTL = indeks kualitas tutupan lahan
Setelah didapatkan nilai IKLH provinsi, selanjutnya untuk menghitung IKLH
Nasional digunakan rumus sebagai berikut:
B. Struktur dan Indikator Kualitas Lingkungan Hidup
IKLH tahun 2015 dihitung berdasarkan: (1) data hasil pemantauan kualitas air pada
864 titik pantau di 139 sungai prioritas nasional di 33 provinsi; (2) pemantauan
kualitas udara pada kawasan-kawasan transportasi, pemukiman, industri dan
komersial pada 150 kabupaten/kota; dan (3) hasil analisis citra satelit tutupan lahan
dan dinamika vegetasi tahun 2013 dan tahun 2014.
1. Indeks Kualitas Air
Berdasarkan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 115 Tahun 2003,
bahwa salah satu metode untuk menentukan indeks kualitas air digunakan metode
indeks pencemaran air sungai (PIj).
Indeks pencemaran air dapat digunakan untuk menilai kualitas badan air, dan
kesesuaian peruntukan badan air tersebut. Informasi indeks pencemaran juga
dapat digunakan untuk memperbaiki kualitas badan air apabila terjadi penurunan
kualitas dikarenakan kehadiran senyawa pencemar.
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup 6
Indeks pencemaran air dihitung menggunakan rumus sebagai berikut:
Keterangan :
PIj = Indeks Pencemaran bagi peruntukan (j) yang merupakan fungsi dari Ci/Lij
Ci = konsentrasi parameter kualitas air ke i
Lij = konsentrasi parameter kualitas air i yang dicantumkan dalam baku mutu
peruntukan air j.
Baku mutu yang digunakan dalam analisis indeks pencemaran adalah klasifikasi
baku mutu air kelas I berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001.
Nilai PIj > 1 artinya bahwa air sungai tersebut tidak memenuhi kriteria kualitas air
I Penghitungan Indeks Kualitas Air (IKA) dilakukan dengan langkah-langkah
sebagai berikut:
1. Setiap titik pantau pada lokasi dan waktu pemantauan kualitas air sungai
dianggap sebagai satu sampel;
2. Indeks pencemaran (PIj) dihitung pada setiap sampel untuk parameter TSS,
DO, BOD, COD, Total Phosphat, Fecal Coli dan Total Coliform. Hasil
penghitungan indeks pencemaran untuk setiap parameter dibandingkan
dengan status mutu air (Kepmen LH No. 115/2003),
3. Penentuan IKA berdasarkan nilai dari PIj sebagai berikut:
a. IKA = 100, untuk PIj<=1,
b. IKA = 80, untuk PIj>1 dan PIj<=4,67 (4,67 adalah nilai PIj dari baku
mutu kelas II terhadap kelas I),
c. IKA = 60, untuk PIj>4,67 dan PIj<=6,32 (6,32 adalah nilai PIj dari baku
mutu kelas III terhadap kelas I),
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup 7
d. IKA = 40, untuk PIj>6,32 dan PIj<=6,88 (6,88 adalah nilai PIj dari baku
mutu kelas IV terhadap kelas I),
e. IKA = 20, untuk PIj>6,88.
4. Selanjutnya Nilai IKA setiap propinsi dihitung dari rata-rata IKA semua
sampel dalam propinsi tersebut.
2. Indeks Kualitas Udara
Pencemaran udara merupakan salah satu permasalahan yang dihadapi oleh
beberapa wilayah perkotaan di dunia dan tidak terkecuali di Indonesia.
Kecenderungan penurunan kualitas udara di beberapa kota besar di Indonesia
telah terlihat dalam beberapa dekade terakhir yang dibuktikan dengan data hasil
pemantauan khususnya partikel (PM10, PM2.5) dan oksidan/ozon (O3) yang
semakin meningkat. Selain itu kebutuhan akan transportasi dan energi semakin
meningkat sejalan dengan bertambahnya jumlah penduduk. Peningkatan
penggunaan transportasi dan konsumsi energi akan meningkatkan pencemaran
udara yang akan berdampak pada kesehatan manusia dan lingkungan. Penyusunan
dan penghitungan indeks kualitas udara ditujukan:
1. sebagai pelaporan kualitas udara yang dapat dimanfaatkan untuk memberikan
informasi yang mudah dipahami kepada masyarakat tentang kondisi kualitas
udara; dan
2. sebagai dasar dalam penyusunan kebijakan pengelolaan kualitas udara yang
tujuannya menlindungi manusia dan ekosistem.
Indeks kualitas udara pada umumnya dihitung berdasarkan lima pencemar utama
yaitu oksidan/ozon di permukaan, bahan partikel, karbon monoksida (CO), sulfur
dioksida (SO2) dan nitrogen dioksida (NO2). Namun pada saat ini penghitungan
indeks kualitas udara menggunakan dua parameter yaitu NO2 dan SO2. Parameter
NO2 mewakili emisi dari kendaraan bermotor yang menggunakan bahan bakar
bensin, dan SO2 mewakili emisi dari industri dan kendaraan diesel yang
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup 8
menggunakan bahan bakar solar serta bahan bakar yang mengandung sulfur
lainnya.
Parameter NO2 dan SO2, diukur pada empat lokasi pada setiap kabupaten/kota
dengan menggunakan metode passive sampler. Lokasi tersebut mewakili area
transportasi, industri, perumahan dan komersial atau perkantoran/perdagangan.
Pada tahun 2015, pengukuran dilakukan pada bulan Oktober dan November di
masing-masing lokasi selama empat belas hari.
Penghitungan Indeksnya adalah dengan membandingkan nilai rata-rata tahunan
terhadap standar European Union (EU) Directives. Apabila nilai indeks > 1,
berarti bahwa kualitas udara tersebut melebihi standar EU. Sebaliknya apabila nilai
indeks ≤ 1 artinya kualitas udara memenuhi standar EU.
Tabel 2. Standar Kualitas Udara Berdasarkan EU Directives
Air Quality Index Value (IEU)
EU Standards are exceeded by one pollutant or more >1
EU Standards are fulfilled on average 1
The situation is better than the norms requirements on average <1
Standar kualitas udara EU Directive ini saat ini masih diperhitungkan sebagai
dasar penentuan baku mutu oleh World Health Organisation (WHO).
Tabel 3. Baku Mutu Udara Berdasarkan WHO
No Pollutant Target Value/ Limit Value
1 NO2 Year average is 40 μg/m3
2 PM10 Year average is 40 μg/m3
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup 9
3 PM10 daily Number of daily averages above 50 μg/m3 is 35 days
4 Ozone 25 days with an 8 hour average value>=120 μg/m3
5 PM2,5 Year average is 20 μg/m3
6 SO2 Year average is 20 μg/m3
7 Benzene Year average is 5 μg/m3
8 CO -
Selanjutnya indeks udara model EU (IEU) dikonversikan menjadi Indeks Kualitas
Udara (IKU) melalui persamaan sebagai berikut:
Rumus tersebut digunakan dengan asumsi bahwa data kualitas udara yang diukur
merupakan data konsentrasi pencemar. Sehingga harus dilakukan konversi ke
dalam konsentrasi kualitas udara, dengan melakukan pengurangan dari 100 persen.
3. Indeks Kualitas Tutupan Lahan
Indeks kualitas tutupan lahan (IKTL) merupakan penyempurnaan dari indeks
tutupan hutan (ITH) yang digunakan pada tahun-tahun sebelumnya. Pada metode
perhitungan IKLH sebelumnya, terdapat keterbatasan dalam metode perhitungan
indikator tutupan hutan sebagai satu-satunya indikator yang mewakili isu hijau.
Oleh Karena itu dilakukan penyempurnaan metode perhitungan IKTL yang
mengelaborasikan beberapa parameter kunci yang menggambarkan adanya aspek
konservasi dan aspek rehabilitasi, namun dapat disajikan secara sederhana dan
mudah dipahami. IKTL dihitung dengan menjumlahkan nilai dari lima indeks
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup 10
penyusunan yang telah diberikan bobot. IKTL dihitung dengan rumus sebagai
berikut:
Keterangan:
IKTL = Indeks Kualitas Tutupan Lahan
ITH = Indeks Tutupan Hutan
IPH = Indeks Performance Hutan
IKT = Indeks Kondisi Tutupan Tanah
IKBA = Indeks Konservasi Badan Air
IKH = Indeks Kondisi Habitat
Indeks Tutupan Hutan (ITH)
Tutupan lahan merupakan kenampakan biofisik permukaan bumi. Penghitungan
indeks tutupan lahan mengacu pada Klasifikasi Penutup Lahan (SNI 7645-2010).
Berdasarkan SNI 7645-2010, penutup lahan didefinisikan sebagai tutupan biofisik
pada permukaan bumi yang dapat diamati merupakan suatu hasil pengaturan,
aktivitas, dan perlakukan manusia yang dilakukan pada jenis penutup lahan
tertentu untuk melakukan kegiatan produksi, perubahan, ataupun perawatan pada
penutupan tersebut.
Penghitungan ITH dilakukan dengan membandingkan antara luas hutan dengan
luas wilayah administrasinya. Berdasarkan UU Nomor 41 Tahun 1999, bahwa
setiap provinsi minimal memiliki kawasan hutan sekitar 30 persen dari luas
wilayah. Dalam perhitungan ITH ini, diasumsikan bahwa daerah yang ideal
memiliki kawasan hutan adalah Provinsi Papua pada tahun 1982 (84,3% dari luas
wilayah administrasinya). Asumsi yang digunakan dalam penghitungan ITH,
bahwa daerah-daerah yang memiliki kawasan hutan 30 persen dari luas wilayah
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup 11
administrasinya diberi nilai 50. Sedangkan yang nilai ITH tertinggi (100) adalah
daerah yang memiliki kawasan 84,3 persen dari luas wilayah administrasinya.
Penghitungan indeks tutupan hutan diawali dengan melakukan penjumlahan luas
hutan primer dan hutan sekunder untuk setiap provinsi. Penghitungan indeks
tutupan hutan menggunakan rumus:
Keterangan:
TH = Tutupan Hutan
LTH = Luas Tutupan Hutan
LWP = Luas Wilayah Provinsi
Kemudian dilakukan konversi persentase yang merupakan perbandingan luas
tutupan hutan dengan luas wilayah provinsi melalui persamaan sebagai berikut:
Keterangan:
ITH = Indeks Tutupan Hutan
TH = Tutupan Hutan
Indeks Performance Hutan (IPH)
Karakterisasi dinamika temporal vegetasi dalam waktu yang panjang digunakan
untuk mengamati tren perubahan yang terjadi pada satu kelas penggunaan lahan.
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup 12
Gambar 1. Dinamika nilai EVI setiap 16 hari sekali (Setiawan, et al. 2014)
Performance hutan dinilai dari pertumbuhan hutan dengan menggunakan nilai rata-rata
Enhanced Vegetation Index (EVI) per tahun. Nilai signifikan perbedaan nilai dua tahun
berurutan (threshold change) ditetapkan dengan menggunakan asumsi sebaran normal,
sehingga threshold yang digunakan adalah μ ± standard deviasi (SD). Setiap poligon
yang terdeteksi sebagai area yang signifikan berubah, baik positif maupun negatif,
akan dihitung luasan dan presentase terhadap luas wilayah.
Indeks Performance Hutan (IPH) untuk setiap provinsi diperoleh dari agregat nilai
bobot per luas poligon terhadap luas wilayah total (area-weighted aggregated). Nilai
indeks pada areal yang tidak mengalami perubahan pada periode tertentu diberi nilai
= 50. Perhitungan nilai IPH setiap provinsi menggunakan persamaan sebagai berikut
:
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup 13
Indeks Kondisi Tutupan Tanah (IKT)
IKT merupakan nilai dari fungsi tutupan lahan atau tanah terhadap konservasi tanah
dan air. Indeks ini terkait dengan parameter koefisien tutupan lahan (C) dalam
perhitungan erosi tanah atau air limpasan. Nilai parameter C ditentukan berdasarkan
fungsi konservasi tanah dan air.
Nilai indeks kondisi tanah dihitung dengan memberikan nilai indeks terbesar sebesar
100 dan terkecil sebesar 50. Nilai IKT dihitung dengan persamaan sebagai berikut :
IKT = (1 – C x 0,625) x 100
Indeks Konservasi Badan Air (IKBA)
IKBA merupakan fungsi dari sempadan sungai/danau dalam menjaga kualitas badan
air. Nilai IKBA dihitung dengan persamaan sebagai berikut:
Keterangan:
IKBA : Indeks Konservasi Badan Air
LTH : Luas Tutupan Hutan
Indeks Kondisi Habitat (IKH)
IKH mencerminkan kondisi keanekaragaman hayati di suatu tempat, sehingga secara
tidak langsung mengukur kondisi habitat adalah mengukur tingkat keanekaragaman
hayati yang ada di tempat tersebut. Dalam penilaian kualitas lahan/lanskap ini hanya
satu indeks yang digunakan yaitu Total Core Area Index (TCAI) dengan rentang nilai
0 – 100%.
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup 14
Keterangan:
TCAI = Total Core Area Index
aijc = Patch dengan core area
aij = Patch
C. Sumber dan Kualitas Data
1. Sumber Data
1) Data bersumber dari data primer dan data sekunder. Data primer berasal
dari hasil pengukuran pemantauan kuallitas air dan kualitas udara. Data
sekunder berasal dari hasil interpretasi satelit tutupan lahan liputan tahun
2014, demografi, dan luas wilayah Indonesia Tahun 2015.
2) Data primer pengukuran kualitas air udara dan kualitas udara berasal dari
Direktorat Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan
Tahun 2015.
3) Data tutupan lahan bersumber dari Direktorat Jenderal Planologi
Kehutanan dan Tata Lingkungan Tahun 2014.
4) Data EVI dari MODIS MOD 13Q1 tahun 2013 dan 2014.
5) Data demografi dan luas wilayah bersumber dari BPS Tahun 2015.
6) Provinsi Kalimantan Utara masih digabungkan dengan Provinsi
Kalimantan Timur.
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup 15
2. Jenis Data
Kualitas Air
1) Pemantauan kualitas air sungai dilakukan pada 33 provinsi yang
merupakan sungai utama lintas provinsi
2) Pemantauan kualitas air sungai dilakukan pada 139 sungai
3) Pemantauan kualitas air sungai dilakukan paling sedikit 4 kali setahun pada
tiga lokasi,
4) Jumlah titik pantau : 864 titik pantau
Kualitas Udara
1) Pemantauan kualitas udara ambien dilakukan pada 150 kabupaten/kota.
Sekitar 60 persen kabupaten/kota yang dipantau termasuk kedalam
kategori kabupaten/kota sedang dan kabupaten/kota yang termasuk
kategori kecil. Kategori ini didasarkan kepada besaran jumlah penduduk.
2) Pemantauan dilakukan pada lokasi-lokasi yang mewakili dampak
pencemaran udara dari kawasan transportasi, kawasan perumahan,
kawasan perkantoran dan kawasan industri
3) Pengukuran kualitas udara ambien menggunakan metode passive sampler
4) Periode pengukuran maksimal dilakukan dua kali per tahun
5) Provinsi-provinsi Riau, Gorontalo, Nusa Tenggara Barat, Maluku Utara,
Papua, Papua Barat, tidak terpantau kualitas udaranya.
Tutupan Lahan
1) Data penutupan lahan yang digunakan merupakan hasil interpretasi Landsat
liputan tahun 2014.
2) Persentase perbandingan luas tutupan hutan dengan luas wilayah
administasi provinsi, yaitu tutupan hutan yang meliputi klasifikasi
penutupan lahan:
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup 16
� Hutan lahan kering primer.
� Hutan lahan kering sekunder.
� Hutan mangrove primer.
� Hutan mangrove sekunder.
� Hutan rawa primer.
� Hutan rawa sekunder.
� Hutan tanaman.
3) Data EVI dari citra MODIS MOD13Q1 sebanyak 46 data serial waktu
tahun 2013 dan 2014 untuk wilayah Indonesia.
5. Jaminan Kualitas Data
Untuk menjamin validitas data dengan cara membuat sistem kontrol, yaitu
dengan membuat blanko perjalanan, dan blanko laboratorium.
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup 17
BAB III
ANALISIS DATA
A. Indeks Kualitas Lingkungan Hidup Provinsi
1. Nanggroe Aceh Darussalam
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup 74,83
Indeks Kualitas Air 71,32
Indeks Kualitas Udara 89,44
Indeks Kualitas Tutupan Lahan 66,50
Kondisi Umum Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam
Letak : 2º - 6º LU dan 95º - 99º BT
Luas Wilayah : 56.743,37 km2
Persentasi Terhadap Luas Indonesia
: 2,93
Jumlah Kota : 5 kota
Jumlah Kabupaten : 18 kabupaten
Jumlah Pulau : 663 pulau
Potensi yang Mempengaruhi Kualitas Lingkungan Hidup
: Industri kimia, migas, perkebunan, permukiman, pertambangan, pertanian, peternakan, industri pariwisata, jumlah kendaraan, limbah padat sarana transportasi, beban limbah cair dan limbah B3 dari sarana penginapan serta rumah sakit, keterbatasan fasilitas buang air besar, timbulan sampah.
Jumlah Penduduk : 5.001.953 jiwa
Kepadatan Penduduk : 88,15 jiwa/km2
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup 18
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup 19
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup 20
2. Sumatera Utara
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup 69,37 Indeks Kualitas Air 76,00
Indeks Kualitas Udara 88,15
Indeks Kualitas Tutupan Lahan 50,32
Kondisi Umum Provinsi Sumatera Utara
Letak : 1º - 5º LU dan 97º - 101º BT
Luas Wilayah : 72.981,23 km2
Persentasi Terhadap Luas Indonesia
: 3,77
Jumlah Kota : 8 kota
Jumlah Kabupaten : 25 kabupaten
Jumlah Pulau : 419 pulau
Potensi yang Mempengaruhi Kualitas Lingkungan Hidup
: Industri Crude Palm Oil, pengolahan kayu, migas, makanan dan minuman, perkebunan, permukiman, pertambangan, pertanian, peternakan, industri pariwisata, jumlah kendaraan, limbah padat sarana transportasi, beban limbah cair dan limbah B3 dari sarana penginapan serta rumah sakit, keterbatasan fasilitas buang air besar, timbulan sampah.
Jumlah Penduduk : 13.937.797jiwa
Kepadatan Penduduk : 190,98 jiwa/km2
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup 21
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup 22
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup 23
3.Sumatera Barat
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup 59,07
Indeks Kualitas Air 31,04
Indeks Kualitas Udara 88,48
Indeks Kualitas Tutupan Lahan 58,04
Kondisi Umum Provinsi Sumatera Barat
Letak : 1º LU - 4º LS dan 98º - 102º BT
Luas Wilayah : 42.297,3 km2
Persentasi Terhadap Luas Indonesia
: 2,19
Jumlah Kota : 7 kota
Jumlah Kabupaten : 12 kabupaten
Jumlah Pulau : 391 pulau
Potensi yang Mempengaruhi Kualitas Lingkungan Hidup
: Industri kimia, bahan bangunan, makanan dan, pengolahan ikan, tekstil, perkebunan, permukiman, pertambangan, pertanian, peternakan, industri pariwisata, jumlah kendaraan, limbah padat sarana transportasi, beban limbah cair dan limbah B3 dari sarana penginapan serta rumah sakit, keterbatasan fasilitas buang air besar, timbulan sampah.
Jumlah Penduduk : 5.196.289 jiwa
Kepadatan Penduduk : 122,85 jiwa/km2
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup 24
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup 25
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup 26
6. Riau
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup 53,07 Indeks Kualitas Air 46,39
Indeks Kualitas Udara 60,30
Indeks Kualitas Tutupan Lahan 52,66
Kondisi Umum Provinsi Riau
Letak : 2º LU - 3º LU dan 100º - 109º BT
Luas Wilayah : 87.023,66 km2
Persentasi Terhadap Luas Indonesia
: 4,50
Jumlah Kota : 2 kota
Jumlah Kabupaten : 10 kabupaten
Jumlah Pulau : 139 pulau
Potensi yang Mempengaruhi Kualitas Lingkungan Hidup
: Industri migas, kertas, perkebunan, permukiman, pertambangan, pertanian, peternakan, industri pariwisata, jumlah kendaraan, limbah padat sarana transportasi, beban limbah cair dan limbah B3 dari sarana penginapan serta rumah sakit, keterbatasan buang air besar, timbulan sampah.
Jumlah Penduduk : 6.344.402jiwa
Kepadatan Penduduk : 72,90 jiwa/km2
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup 27
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup 28
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup 29
5. Jambi
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup 61,85 Indeks Kualitas Air 57,50
Indeks Kualitas Udara 82,93
Indeks Kualitas Tutupan Lahan 49,29
Kondisi Umum Provinsi Jambi
Letak : 1º LS - 3º LS dan 101º - 105º BT
Luas Wilayah : 50.160,05 km2
Persentasi Terhadap Luas Indonesia
: 2,59
Jumlah Kota : 2 kota
Jumlah Kabupaten : 9 kabupaten
Jumlah Pulau : 19 pulau
Potensi yang Mempengaruhi Kualitas Lingkungan Hidup
: Industri kelapa sawit, migas, plywood, makanan dan, kertas, perkebunan, permukiman, pertambangan, pertanian, peternakan, industri pariwisata, jumlah kendaraan, limbah padat sarana transportasi, beban limbah cair dan limbah B3 dari sarana penginapan serta rumah sakit, keterbatasan fasilitas buang air besar, timbulan sampah.
Jumlah Penduduk : 3.402.052 jiwa
Kepadatan Penduduk : 67,82 jiwa/km2
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup 30
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup 31
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup 32
7. Sumatera Selatan
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup 69,06 Indeks Kualitas Air 86,67
Indeks Kualitas Udara 79,64
Indeks Kualitas Tutupan Lahan 47,92
Kondisi Umum Provinsi Sumatera Selatan
Letak : 1º LS - 5º LS dan 102º -107º BT
Luas Wilayah : 87.421,17 km2
Persentasi Terhadap Luas Indonesia
: 4,52
Jumlah Kota : 4 kota
Jumlah Kabupaten : 13 kabupaten
Jumlah Pulau : 53 pulau
Potensi yang Mempengaruhi Kualitas Lingkungan Hidup
: Industri CPO, kimia, pengolahan kayu, migas, perkebunan, permukiman, pertambangan, pertanian, peternakan, industri pariwisata, jumlah kendaraan, limbah padat sarana transportasi, beban limbah cair dan limbah B3 dari sarana penginapan serta rumah sakit, keterbatasan fasilitas buang air besar, timbulan sampah.
Jumlah Penduduk : 8.052.315 jiwa
Kepadatan Penduduk : 92,11 jiwa/km2
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup 33
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup 34
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup 35
7. Bengkulu
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup 76,92 Indeks Kualitas Air 88,33
Indeks Kualitas Udara 92,51
Indeks Kualitas Tutupan Lahan 56,68
Kondisi Umum Provinsi Bengkulu
Letak : 2º LS - 6º LS dan 101º -104º BT
Luas Wilayah : 19.919,33 km2
Persentasi Terhadap Luas Indonesia
: 1,03
Jumlah Kota : 1 kota
Jumlah Kabupaten : 9 kabupaten
Jumlah Pulau : 47 pulau
Potensi yang Mempengaruhi Kualitas Lingkungan Hidup
: Industri CPO, makanan dan minuman, perkebunan, permukiman, pertambangan, pertanian, peternakan, industri pariwisata, jumlah kendaraan, limbah padat sarana transportasi, beban limbah cair dan limbah B3 dari sarana penginapan serta rumah sakit, keterbatasan fasilitas buang air besar, timbulan sampah.
Jumlah Penduduk : 1.874.944 jiwa
Kepadatan Penduduk : 94,13 jiwa/km2
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup 36
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup 37
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup 38
8. Lampung
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup 63,04
Indeks Kualitas Air 71,85
Indeks Kualitas Udara 82,26
Indeks Kualitas Tutupan Lahan 42,01
Kondisi Umum Provinsi Lampung
Letak : 3º LS - 7º LS dan 103º - 106º BT
Luas Wilayah : 34.623,80 km2
Persentasi Terhadap Luas Indonesia
: 1,79
Jumlah Kota : 2 kota
Jumlah Kabupaten : 13 kabupaten
Jumlah Pulau-Pulau : 188 pulau
Potensi yang Mempengaruhi Kualitas Lingkungan Hidup
: Industri tapioka, sawit, pakan ternak, makanan dan minuman, pengolahan ikan, karet, perkebunan, permukiman, pertambangan, pertanian, peternakan, industri pariwisata, jumlah kendaraan, limbah padat sarana transportasi, beban limbah cair dan limbah B3 dari sarana penginapan serta rumah sakit, keterbatasan fasilitas buang air besar, timbulan sampah.
Jumlah Penduduk : 8.117.268 jiwa
Kepadatan Penduduk : 234,4 jiwa/km2
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup 39
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup 40
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup 41
9. Kepulauan Bangka Belitung
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup 71,26
Indeks Kualitas Air 81,67
Indeks Kualitas Udara 95,61
Indeks Kualitas Tutupan Lahan 45,20
Kondisi Umum Provinsi Bangka Belitung
Letak : 1º LS - 4º LS dan 105º - 109º BT
Luas Wilayah : 16.424,23 km2
Persentasi Terhadap Luas Indonesia
: 0,85
Jumlah Kota : 1 kota
Jumlah Kabupaten : 6 kabupaten
Jumlah Pulau : 950 pulau
Potensi yang Mempengaruhi Kualitas Lingkungan Hidup
: Industri peleburan dan pemurnian biji timah, CPO, pengolahan kayu, minuman, asphalt mixing plant, perkebunan, permukiman, pertambangan, pertanian, peternakan, industri pariwisata, jumlah kendaraan, limbah padat sarana transportasi, beban limbah cair dan limbah B3 dari sarana penginapan serta rumah sakit, keterbatasan fasilitas buang air besar, timbulan sampah.
Jumlah Penduduk : 1.372.813 jiwa
Kepadatan Penduduk : 83,58 jiwa/km2
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup 42
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup 43
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup 44
10. Kepulauan Riau
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup 73,11
Indeks Kualitas Air 84,67
Indeks Kualitas Udara 86,61
Indeks Kualitas Tutupan Lahan 54,31
Kondisi Umum Provinsi Kepulauan Riau
Letak : 1º LS - 3º LS dan 101º - 104º BT
Luas Wilayah : 8.201,72 km2
Persentasi Terhadap Luas Indonesia
: 0,42
Jumlah Kota : 2 kota
Jumlah Kabupaten : 5 kabupaten
Jumlah Pulau : 2.408 pulau
Potensi yang Mempengaruhi Kualitas Lingkungan Hidup
: Industri pabrikasi, engineering, konstruksi, instalasi anjungan migas lepas pantai, makanan dan minuman, pelapisan logam, kimia dasar, gas equipment, perkebunan, permukiman, pertambangan, pertanian, peternakan, industri pariwisata, jumlah kendaraan, limbah padat sarana transportasi, beban limbah cair dan limbah B3 dari sarana penginapan serta rumah sakit, keterbatasan fasilitas buang air besar, timbulan sampah.
Jumlah Penduduk : 1.973.043 jiwa
Kepadatan Penduduk : 240,56 jiwa/km2
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup 45
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup 46
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup 47
11. DKI Jakarta
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup 43,79
Indeks Kualitas Air 22,35
Indeks Kualitas Udara
78,78
Indeks Kualitas Tutupan Lahan 33,62
Kondisi Umum Provinsi DKI Jakarta
Letak : 6º LS - 7º LS dan 106º -107º BT
Luas Wilayah : 662,33 km2
Persentasi Terhadap Luas Indonesia
: 0,03
Jumlah Kota : 5 Kota
Jumlah Kabupaten : 1 Kabupaten
Jumlah Pulau : 218 Pulau
Potensi yang Mempengaruhi Kualitas Lingkungan Hidup
: Industri Kimia, logam dasar, kulit, olahan kayu, agro industri, makanan dan minuman, tekstil, perkebunan, permukiman, pertanian, peternakan, industri pariwisata, jumlah kendaraan, limbah padat sarana transportasi, beban limbah cair dan limbah B3 dari sarana penginapan serta rumah sakit, keterbatasan fasilitas buang air besar, timbulan sampah.
Jumlah Penduduk : 10.177.924 jiwa
Kepadatan Penduduk : 15.366,85 jiwa/km2
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup 48
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup 49
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup 50
12. Jawa Barat
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup 63,49
Indeks Kualitas Air 75,30
Indeks Kualitas Udara 74,63
Indeks Kualitas Tutupan Lahan 46,29
Kondisi Umum Provinsi Jawa Barat
Letak : 5º LS - 8º LS dan 106º -107º BT
Luas Wilayah : 35.377,76 km2
Persentasi Terhadap Luas Indonesia
: 1,83
Jumlah Kota : 9 Kota
Jumlah Kabupaten : 18 Kabupaten
Jumlah Pulau : 131 Pulau
Potensi yang Mempengaruhi Kualitas Lingkungan Hidup
: Industri kimia, tekstil, makanan dan minuman, mesin logam, perkebunan, permukiman, pertambangan, pertanian, peternakan, industri pariwisata, jumlah kendaraan, limbah padat sarana transportasi, beban limbah cair dan limbah B3 dari sarana penginapan serta rumah sakit, keterbatasan fasilitas buang air besar, timbulan sampah.
Jumlah Penduduk : 46.709.600 jiwa
Kepadatan Penduduk : 1.320,31 jiwa/km2
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup 51
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup 52
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup 53
13. Jawa Tengah
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup 60,78
Indeks Kualitas Air 47,45
Indeks Pencemaran Udara 81,32
Indeks Kualitas Tutupan Lahan 55,38
Kondisi Umum Provinsi Jawa Tengah
Letak : 6º LS - 9º LS dan 108º -112º BT
Luas Wilayah : 32.544,12 km2
Persentasi Terhadap Luas Indonesia
: 1,68
Jumlah Kota : 6 kota
Jumlah Kabupaten : 29 kabupaten
Jumlah Pulau : 296 pulau
Potensi yang Mempengaruhi Kualitas Lingkungan Hidup
: Industri tekstil, karet, makanan dan minuman, pengolahan kayu dan rotan, rokok, kertas, penyamakan kulit, perkebunan, permukiman, pertambangan, pertanian, peternakan, industri pariwisata, jumlah kendaraan, limbah padat sarana transportasi, beban limbah cair dan limbah B3 dari sarana penginapan serta rumah sakit, keterbatasan fasilitas buang air besar, timbulan sampah. Atas
Jumlah Penduduk : 33.774.141 jiwa
Kepadatan Penduduk : 1.037,80 jiwa/km2
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup 54
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup 55
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup 56
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup 50,99
Indeks Kualitas Air 21,84
Indeks Kualitas Udara
90,58
Indeks Kualitas Tutupan Lahan 43,16
Kondisi Umum Provinsi D.I. Yogyakarta
Letak : 7º LS - 9º LS dan 110º - 111º BT
Luas Wilayah : 3185,8 km2
Persentasi Terhadap Luas Indonesia
: 0,16
Jumlah Kota : 1 kota
Jumlah Kabupaten : 4 kabupaten
Jumlah Pulau : 23 pulau
Potensi yang Mempengaruhi Kualitas Lingkungan Hidup
: Industri kimia, penyamakan kulit, makanan, peralatan/alat berat, tekstil, perkebunan, permukiman, pertambangan, pertanian, peternakan, industri pariwisata, jumlah kendaraan, limbah padat sarana transportasi, beban limbah cair dan limbah B3 dari sarana penginapan serta rumah sakit, keterbatasan fasilitas buang air besar, timbulan sampah.
Jumlah Penduduk : 3.679.176 jiwa
Kepadatan Penduduk : 1.154,87 jiwa/km2
14. D.I. Yogyakarta
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup 57
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup 58
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup 59
15. Jawa Timur
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup 62,67
Indeks Kualitas Air 48,25
Indeks Kualitas Udara 89,21
Indeks Kualitas Tutupan Lahan 53,59
Kondisi Umum Provinsi Jawa Timur
Letak : 6º LS - 9º LS dan 110º - 115º BT
Luas Wilayah : 47.799,75 km2
Persentasi Terhadap Luas Indonesia
: 2,47
Jumlah Kota : 9 kota
Jumlah Kabupaten : 29 kabupaten
Jumlah Pulau : 287 pulau
Potensi yang Mempengaruhi Kualitas Lingkungan Hidup
: Industri kimia, bahan bangunan, peleburan logam makanan dan minuman, pakan ternak, pengolahan ikan, tekstil, perkebunan, permukiman, pertambangan, pertanian, peternakan, industri pariwisata, jumlah kendaraan, limbah padat sarana transportasi, beban limbah cair dan limbah B3 dari sarana penginapan serta rumah sakit, keterbatasan fasilitas buang air besar, timbulan sampah.
Jumlah Penduduk : 38.847.561jiwa
Kepadatan Penduduk : 812,71 jiwa/km2
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup 60
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup 61
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup 62
16. Banten
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup 55,36
Indeks Kualitas Air 72,75
Indeks Kualitas Udara
50,65
Indeks Kualitas Tutupan Lahan 45,85
Kondisi Umum Provinsi Banten
Letak : 5º LS - 8º LS dan 105º - 107º BT
Luas Wilayah : 9.662,92 km2
Persentasi Terhadap Luas Indonesia
: 0,50
Jumlah Kota : 4 kota
Jumlah Kabupaten : 4 kabupaten
Jumlah Pulau : 131 pulau
Potensi yang Mempengaruhi Kualitas Lingkungan Hidup
: Industri besi dan baja, logam, kimia, bahan bangunan, makanan dan minuman, pelumas, plastik, pulp dan kertas, tekstil, karet, perkebunan, permukiman, pertambangan, pertanian, peternakan, industri pariwisata, jumlah kendaraan, limbah padat sarana transportasi, beban limbah cair dan limbah B3 dari sarana penginapan serta rumah sakit, keterbatasaan fasilitas buang air besar, timbulan sampah.
Jumlah Penduduk : 11.955.243 jiwa
Kepadatan Penduduk : 1.237,23 jiwa/km2
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup 63
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup 64
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup 65
17. Bali
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup 73,71
Indeks Kualitas Air 87,67
Indeks Pencemaran Udara
92,35
Indeks Kualitas Tutupan Lahan 49,25
Kondisi Umum Provinsi Bali
Letak : 8º LS - 9º LS dan 114º - 116º BT
Luas Wilayah : 5636,66 km2
Persentasi Terhadap Luas Indonesia
: 0,29
Jumlah Kota : 1 kota
Jumlah Kabupaten : 8 kabupaten
Jumlah Pulau : 85 pulau
Potensi yang Mempengaruhi Kualitas Lingkungan Hidup
: Industri kimia, bahan bangunan, makanan dan minuman, pengolahan ikan, tekstil, perkebunan, permukiman, pertambangan, pertanian, peternakan, industri pariwisata, jumlah kendaraan, limbah padat sarana transportasi, beban limbah cair dan limbah B3 dari sarana penginapan serta rumah sakit, keterbatasan fasilitas buang air besar, timbulan sampah.
Jumlah Penduduk : 4.152.800 jiwa
Kepadatan Penduduk : 736,75 jiwa/km2
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup 66
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup 67
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup 68
18. Nusa Tenggara Barat
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup 58,82
Indeks Kualitas Air 23,59
Indeks Kualitas Udara 92,27
Indeks Kualitas Tutupan Lahan 60,15
Kondisi Umum Provinsi Nusa Tenggara Barat
Letak : 8° LS - 10° LS dan 115° - 120° BT
Luas Wilayah : 20.153,15 km2
Persentasi Terhadap Luas Indonesia
: 1,04
Jumlah Kota : 2 kota
Jumlah Kabupaten : 8 kabupaten
Jumlah Pulau : 864 pulau
Potensi yang Mempengaruhi Kualitas Lingkungan Hidup
: Industri makanan dan minuman, bahan bangunan, perhiasan, logam, perkebunan, permukiman, pertambangan, pertanian, peternakan, industri pariwisata, jumlah kendaraan, limbah padat sarana transportasi, beban limbah cair dan limbah B3 dari sarana penginapan serta rumah sakit, keterbatasan fasilitas buang air besar, timbulan sampah.
Jumlah Penduduk : 4.835.577 jiwa
Kepadatan Penduduk : 239,94 jiwa/km2
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup 69
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup 70
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup 71
19. Nusa Tenggara Timur
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup 63,79
Indeks Kualitas Air 55,19
Indeks Kualitas Udara 77,13
Indeks Kualitas Tutupan Lahan 60,25
Kondisi Umum Provinsi Nusa Tenggara Timur
Letak : 8° LS - 11° LS dan 118° - 126° BT
Luas Wilayah : 47.931,54 km2
Persentasi Terhadap Luas Indonesia
: 2,48
Jumlah Kota : 1 kota
Jumlah Kabupaten : 21 kabupaten
Jumlah Pulau : 1.192 pulau
Potensi yang Mempengaruhi Kualitas Lingkungan Hidup
: Perkebunan, permukiman, pertambangan, pertanian, peternakan, industri pariwisata, jumlah kendaraan, limbah padat sarana transportasi, beban limbah cair dan limbah B3 dari sarana penginapan serta rumah sakit, keterbatasan fasilitas buang air besar, timbulan sampah.
Jumlah Penduduk : 5.120.061 jiwa
Kepadatan Penduduk : 106,82 jiwa/km2
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup 72
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup 73
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup 74
20. Kalimantan Barat
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup 75,88
Indeks Kualitas Air 82,33
Indeks Kualitas Udara 91,57
Indeks Kualitas Tutupan Lahan 59,28
Kondisi Umum Provinsi Kalimantan Barat
Letak : 2° LU - 3° LS dan 108° - 114°BT
Luas Wilayah : 146.807 km2
Persentasi Terhadap Luas Indonesia
: 7,59
Jumlah Kota : 2 kota
Jumlah Kabupaten : 12 kabupaten
Jumlah Pulau : 339 pulau
Potensi yang Mempengaruhi Kualitas Lingkungan Hidup
: Industri kimia, kelapa sawit, karet, pengolahan kayu, makanan, pengolahan ikan, tekstil, perkebunan, permukiman, pertambangan, pertanian, peternakan, industri pariwisata, jumlah kendaraan, limbah padat sarana transportasi, beban limbah cair dan limbah B3 dari sarana penginapan serta rumah sakit, keterbatasan fasilitas buang air besar, timbulan sampah.
Jumlah Penduduk : 4.789.574 jiwa
Kepadatan Penduduk : 32,62 jiwa/km2
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup 75
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup 76
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup 77
21. Kalimantan Tengah
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup 74,09
Indeks Kualitas Air 70,89
Indeks Kualitas Udara 89,87
Indeks Kualitas Tutupan Lahan 64,66
Kondisi Umum Provinsi Kalimantan Tengah
Letak : 1° LU - 4° LS dan 110° - 116° BT
Luas Wilayah : 153.564,50 km2
Persentasi Terhadap Luas Indonesia
: 7,94
Jumlah Kota : 1 kota
Jumlah Kabupaten : 13 kabupaten
Jumlah Pulau : 32 pulau
Potensi yang Mempengaruhi Kualitas Lingkungan Hidup
: Industri pengolahan kayu, perkebunan, permukiman, pertambangan, pertanian, peternakan, industri pariwisata, jumlah kendaraan, limbah padat sarana transportasi, beban limbah cair dan limbah B3 dari sarana penginapan serta rumah sakit, keterbatasan fasilitas buang air besar, timbulan sampah.
Jumlah Penduduk : 2.495.035 jiwa
Kepadatan Penduduk : 16,25 jiwa/km2
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup 78
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup 79
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup 80
22. Kalimantan Selatan
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup 57,47
Indeks Kualitas Air 36,00
Indeks Kualitas Udara 87,60
Indeks Kualitas Tutupan Lahan 50,97
Kondisi Umum Provinsi Kalimantan Selatan
Letak : 1° LS - 5° LS dan 114° - 117 BT
Luas Wilayah : 37.530,52 km2
Persentasi Terhadap Luas Indonesia
: 1.94
Jumlah Kota : 2 kota
Jumlah Kabupaten : 11 kabupaten
Jumlah Pulau : 320 pulau
Potensi yang Mempengaruhi Kualitas Lingkungan Hidup
: Industri kimia, karet, plastik, makanan dan minuman, pengolahan kayu, tekstil, barang dari logam, perkebunan, permukiman, pertambangan, pertanian, peternakan, industri pariwisata, jumlah kendaraan, limbah padat sarana transportasi, beban limbah cair dan limbah B3 dari sarana penginapan serta rumah sakit, keterbatasan fasilitas buang air besar, timbulan sampah, izin pengelolaan limbah B3.
Jumlah Penduduk : 3.989.793 jiwa
Kepadatan Penduduk : 106,31 jiwa/km2
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup 81
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup 82
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup 83
23. Kalimantan Timur
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup 81,15 Indeks Kualitas Air 77,90
Indeks Kualitas Udara 96,20
Indeks Kualitas Tutupan Lahan 72,30
Kondisi Umum Provinsi Kalimantan Timur
Letak : 1° LU - 3° LS dan 113° - 120° BT
Luas Wilayah : 202.814,62 km2
Persentasi Terhadap Luas Indonesia
: 10,49
Jumlah Kota : 3 Kota
Jumlah Kabupaten : 7 Kabupaten
Jumlah Pulau : 370 pulau
Potensi yang Mempengaruhi Kualitas Lingkungan Hidup
: Industri petrokimia, migas, batubara, pengolahan kayu, perkebunan, permukiman, pertambangan, peternakan, jumlah kendaraan, limbah padat sarana transportasi, beban limbah cair dan limbah B3 dari sarana penginapan serta rumah sakit, keterbatasan fasilitas buang air besar, timbulan sampah.
Jumlah Penduduk : 4.068.574 jiwa
Kepadatan Penduduk : 20,06 jiwa/km2
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup 84
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup 85
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup 86
24. Sulawesi Utara
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup 66,27
Indeks Kualitas Air 50,46
Indeks Kualitas Udara 92,72
Indeks Kualitas Tutupan Lahan 58,30
Kondisi Umum Provinsi Sulawesi Utara
Letak : 0° LU - 6° LS dan 120° - 128° BT
Luas Wilayah : 15.273 km2
Persentasi Terhadap Luas Indonesia
: 0,79
Jumlah Kota : 4 kota
Jumlah Kabupaten : 11 kabupaten
Jumlah Pulau : 668 pulau
Potensi yang Mempengaruhi Kualitas Lingkungan Hidup
: Industri makanan dan minuman,pengolahan ikan, permukiman, pertambangan, pertanian, peternakan, industri pariwisata, jumlah kendaraan, limbah padat sarana transportasi, beban limbah cair dan limbah B3 dari sarana penginapan serta rumah sakit, keterbatasan fasilitas buang air besar, timbulan sampah.
Jumlah Penduduk : 2.412.118 jiwa
Kepadatan Penduduk : 157,93 jiwa/km2
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup 87
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup 88
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup 89
25. Sulawesi Tengah
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup 76,43
Indeks Kualitas Air 73,33
Indeks Kualitas Udara 89,12
Indeks Kualitas Tutupan Lahan 69,23
Kondisi Umum Provinsi Sulawesi Tengah
Letak : 2° LU - 4° LS dan 119° - 125° BT
Luas Wilayah : 61.841,29 km2
Persentasi Terhadap Luas Indonesia
: 3,20
Jumlah Kota : 1 kota
Jumlah Kabupaten : 12 kabupaten
Jumlah Pulau : 750 pulau
Potensi yang Mempengaruhi Kualitas Lingkungan Hidup
: Industri pengolahan kayu, bahan bangunan, makanan dan minuman, logam, mesin, tekstil, perkebunan, permukiman, pertambangan, pertanian, peternakan, industri pariwisata, jumlah kendaraan, limbah padat sarana transportasi, beban limbah cair dan limbah B3 dari sarana penginapan serta rumah sakit, keterbatasan fasilitas buang air besar, timbulan sampah.
Jumlah Penduduk : 2.876.689 jiwa
Kepadatan Penduduk : 46,52 jiwa/km2
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup 90
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup 91
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup 92
26. Sulawesi Selatan
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup 67,01
Indeks Kualitas Air 72,43
Indeks Kualitas Udara 76,80
Indeks Kualitas Tutupan Lahan 55,59
Kondisi Umum Provinsi Sulawesi Selatan
Letak : 0° LS - 8° LS dan 118° - 122° BT
Luas Wilayah : 46.083,94 km2
Persentasi Terhadap Luas Indonesia
: 2,38
Jumlah Kota : 3 kota
Jumlah Kabupaten : 21 kabupaten
Jumlah Pulau : 295 pulau
Potensi yang Mempengaruhi Kualitas Lingkungan Hidup
: Industri Kimia, karet, minyak sawit, tekstil, bahan bangunan , makanan dan minuman, pengolahan ikan, perkebunan, permukiman, pertambangan, pertanian, peternakan, industri pariwisata, jumlah kendaraan, limbah padat sarana transportasi, beban limbah cair dan limbah B3 dari sarana penginapan serta rumah sakit, keterbatasan fasilitas buang air besar, timbulan sampah.
Jumlah Penduduk : 8.520.304 jiwa
Kepadatan Penduduk : 184, 89 jiwa/km2
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup 93
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup 94
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup 95
27. Sulawesi Tenggara
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup 75,18
Indeks Kualitas Air 80,00
Indeks Kualitas Udara 83,61
Indeks Kualitas Tutupan Lahan 65,25
Kondisi Umum Provinsi Sulawesi Tenggara
Letak : 2° LS - 7° LS dan 120° - 125° BT
Luas Wilayah : 38.067,70 km2
Persentasi Terhadap Luas Indonesia
: 1,97
Jumlah Kota : 2 kota
Jumlah Kabupaten : 12 kabupaten
Jumlah Pulau : 651 pulau
Potensi yang Mempengaruhi Kualitas Lingkungan Hidup
: Industri makanan dan minuman, perkebunan, permukiman, pertambangan, pertanian, peternakan, industri pariwisata, jumlah kendaraan, limbah padat sarana transportasi, beban limbah cair dan limbah B3 dari sarana penginapan serta rumah sakit, keterbatasan fasilitas buang air besar, timbulan sampah.
Jumlah Penduduk : 2.499.540 jiwa
Kepadatan Penduduk : 65,66 jiwa/km2
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup 96
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup 97
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup 98
28. Gorontalo
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup 71,08
Indeks Kualitas Air 49,67
Indeks Kualitas Udara 96,20
Indeks Kualitas Tutupan Lahan 68,30
Kondisi Umum Provinsi Gorontalo
Letak : 0° LU - 1° LU dan 120° - 124° BT
Luas Wilayah : 12.435 km2
Persentasi Terhadap Luas Indonesia
: 0,64
Jumlah Kota : 1 kota
Jumlah Kabupaten : 5 kabupaten
Jumlah Pulau : 136 pulau
Potensi yang Mempengaruhi Kualitas Lingkungan Hidup
: Perkebunan, permukiman, pertambangan, pertanian, peternakan, industri pariwisata, jumlah kendaraan, beban limbah cair dan limbah B3 dari sarana penginapan serta rumah sakit, keterbatasan fasilitas buang air besar, timbulan sampah.
Jumlah Penduduk : 1.133.237 jiwa
Kepadatan Penduduk : 91,13 jiwa/km2
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup 99
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup 100
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup 101
29. Sulawesi Barat
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup 68,78
Indeks Kualitas Air 56,00
Indeks Kualitas Udara 89,21
Indeks Kualitas Tutupan Lahan 63,03
Kondisi Umum Provinsi Sulawesi Barat
Letak : 0° LS - 3° LS dan 118° - 120° BT
Luas Wilayah : 16.787,18 km2
Persentasi Terhadap Luas Indonesia
: 0,89
Jumlah Kota : 8 Kota
Jumlah Kabupaten : 6 kabupaten
Jumlah Pulau : -
Potensi yang Mempengaruhi Kualitas Lingkungan Hidup
: Industri kimia dasar, mesin dan logam dasar, perkebunan, permukiman, pertambangan, pertanian, peternakan, industri pariwisata, jumlah kendaraan, limbah padat sarana transportasi, beban limbah cair dan limbah B3 dari sarana penginapan serta rumah sakit, keterbatasan fasilitas buang air besar, timbulan sampah.
Jumlah Penduduk : 1.282.162 jiwa
Kepadatan Penduduk : 76,38 jiwa/km2
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup 102
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup 103
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup 104
30. Maluku
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup 76,33
Indeks Kualitas Air 78,61
Indeks Kualitas Udara 82,33
Indeks Kualitas Tutupan Lahan 70,13
Kondisi Umum Provinsi Maluku
Letak : 0° LS - 9° LS dan 124° - 136° BT
Luas Wilayah : 54.185 km2
Persentasi Terhadap Luas Indonesia
: 2,80
Jumlah Kota : 2 kota
Jumlah Kabupaten : 9 kabupaten
Jumlah Pulau : 1.422 pulau
Potensi yang Mempengaruhi Kualitas Lingkungan Hidup
: Perkebunan, permukiman, pertambangan, pertanian, peternakan, industri pariwisata, jumlah kendaraan, limbah padat sarana transportasi, beban limbah cair dan limbah B3 dari sarana penginapan serta rumah sakit, keterbatasan fasilitas buang air besar, timbulan sampah.
Jumlah Penduduk : 1.686.469 jiwa
Kepadatan Penduduk : 31,12 jiwa/km2
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup 105
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup 106
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup 107
31. Maluku Utara
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup 75,97
Indeks Kualitas Air 65,19
Indeks Kualitas Udara 96,94
Indeks Kualitas Tutupan Lahan 68,34
Kondisi Umum Provinsi Maluku Utara
Letak : 3° LU - 3° LS dan 124° - 129° BT
Luas Wilayah : 31.982,50 km2
Persentasi Terhadap Luas Indonesia
: 1,65
Jumlah Kota : 2 kota
Jumlah Kabupaten : 8 kabupaten
Jumlah Pulau : 1.474 pulau
Potensi yang Mempengaruhi Kualitas Lingkungan Hidup
: Perkebunan, permukiman, pertambangan, pertanian, peternakan, industri pariwisata, jumlah kendaraan, limbah padat sarana transportasi, beban limbah cair dan limbah B3 dari sarana penginapan serta rumah sakit, keterbatasan fasilitas buang air besar, timbulan sampah.
Jumlah Penduduk : 1.162.354 jiwa
Kepadatan Penduduk : 36,34 jiwa/km2
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup 108
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup 109
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup 110
32. Papua Barat
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup 82,33
Indeks Kualitas Air 76,67
Indeks Kualitas Udara 91,03
Indeks Kualitas Tutupan Lahan 80,05
Kondisi Umum Provinsi Papua Barat
Letak : 0° LS - 5° LS - dan 130° - 138° BT
Luas Wilayah : 120.777,02 km2
Persentasi Terhadap Luas Indonesia
: 6,25
Jumlah Kota : 1 kota
Jumlah Kabupaten : 12 kabupaten
Jumlah Pulau : 1.945 pulau
Potensi yang Mempengaruhi Kualitas Lingkungan Hidup
: Industri makanan dan minuman, pengolahan kayu, rotan, Bahan Bangunan, makanan dan, pengolahan ikan, perkebunan, permukiman, pertambangan, pertanian, peternakan, industri pariwisata, jumlah kendaraan, limbah padat sarana transportasi, beban limbah cair dan limbah B3 dari sarana penginapan serta rumah sakit, keterbatasan fasilitas buang air besar, timbulan sampah.
Jumlah Penduduk : 871.510 jiwa
Kepadatan Penduduk : 7,22 jiwa/km2
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup 111
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup 112
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup 113
33. Papua
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup 81,01
Indeks Kualitas Air 80,00
Indeks Kualitas Udara 84,24
Indeks Kualitas Tutupan Lahan 79,35
Kondisi Umum Provinsi Papua
Letak : 1° LS - 6° LS dan 131° - 141° BT
Luas Wilayah : 316.533,07 km2
Persentasi Terhadap Luas Indonesia
: 16,37
Jumlah Kota : 1 kota
Jumlah Kabupaten : 28 kabupaten
Jumlah Pulau : 598 pulau
Potensi yang Mempengaruhi Kualitas Lingkungan Hidup
: Industri makanan dan minuman, bahan bangunan, rotan, pengolahan kayu, pertanian, perkebunan, permukiman, pertambangan, peternakan, industri pariwisata, jumlah kendaraan, limbah padat sarana transportasi, beban limbah cair dan limbah B3 dari sarana penginapan serta rumah sakit, keterbatasan fasilitas buang air besar, timbulan sampah.
Jumlah Penduduk : 3.149.375 jiwa
Kepadatan Penduduk : 9,95 jiwa/km2
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup 114
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup 115
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup 116
2. INDEKS KUALITAS LINGKUNGAN HIDUP NASIONAL
Nilai IKLH pada Tahun 2015 sebagai indikasi bahwa semakin meningkatnya
kompleksitas persoalan lingkungan hidup di Indonesia. Hasil penghitungan pada
Tahun 2015, nilai IKLH per provinsi di Indonesia berkisar antara 43,79 – 82,33.
Penghitungan IKLH memiliki sifat komparatif yang berarti nilai satu provinsi
relatif terhadap terhadap provinsi lainnya. Dalam perspektif IKLH angka indeks
ini bukan semata-mata sebagai peringkat, namun sebagai suatu upaya dalam
perbaikan kualitas lingkungan hidup. Dalam konteks ini, pemerintah provinsi
dapat menjadikan IKLH sebagai titik referensi untuk menuju kondisi
keseimbangan dinamis. Kesembangan dinamis ini dipengaruhi oleh upaya
melakukan perbaikan kualitas dan pemanfaatan sumber daya lingkungan.
Sehingga upaya untuk melakukan perbaikan kualitas lingkungan harus sejalan
dengan pemanfaatan sumber daya lingkungan.
Nilai IKLH Tahun 2015 lebih tinggi 4,81 dari nilai IKLH Tahun 2014 (IKLH
Tahun 2014 = 63,42). Peningkatan ini lebih disebabkan oleh perbaikan penilaian
Indeks Kualitas Air (IKA) dan Indeks Kualitas Tutupan Lahan (IKTL).
Perbaikan ini menyebabkan rentang nilai minimum – maksimum yang lebih besar
(meningkat), yang menunjukkan bahwa sensitivitasnya meningkat.
Hasil penghitungan nilai IKLH 2015 pada masing-masing provinsi disajikan
selengkapnya pada Tabel 4.
Tabel 4. Rekapitulasi Hasil Penghitungan IKA, IKU, IKTL dan IKLH Tahun
2015
No Provinsi IKU IKA IKTL IKLH
1 Nanggroe Aceh Darussalam
89,44 71,32 66,50 74,83
2 Sumatera Utara 88,15 76,00 50,32 69,37
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup 117
3 Sumatera Barat 88,48 31,04 58,04 59,07
4 Riau 60,30* 46,39 52,66 53,07
5 Jambi 82,93 57,50 49,29 61,85
6 Sumatera Selatan 79,64 86,67 47,92 69,06
7 Bengkulu 92,51 88,33 56,68 76,92
8 Lampung 82,26 71,85 42,01 63,04
9 Bangka Belitung 95,61 81,67 45,20 71,26
10 Kepulauan Riau 86,61 84,67 54,31 73,11
11 DKI Jakarta 78,78 22,35 33,62 43,79
12 Jawa Barat 74,63 75,30 46,29 63,49
13 Jawa Tengah 81,32 47,45 55,38 60,78
14 DIY 90,58 21,84 43,16 50,99
15 Jawa Timur 89,21 48,25 53,59 62,67
16 Banten 50,65 72,75 45,85 55,36
17 Bali 92,35 87,67 49,25 73,71
18 Nusa Tenggara Barat 92,27 23,59 60,15 58,82
19 Nusa Tenggara Timur 77,13* 55,19 60,25 63,79
20 Kalimantan Barat 91,57 82,33 59,28 75,88
21 Kalimantan Tengah 89,87 70,89 64,66 74,09
22 Kalimantan Selatan 87,60 36,00 50,97 57,47
23 Kalimantan Timur 96,20 77,90 72,30 81,15
24 Sulawesi Utara 92,72 50,46 58,30 66,27
25 Sulawesi Selatan 76,80 72,43 55,59 67,01
26 Sulawesi Tengah 89,12 73,33 69,23 76,43
27 Sulawesi Tenggara 83,61 80,00 65,25 75,18
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup 118
28 Gorontalo 96,20* 49,67 68,30 71,08
29 Sulawesi Barat 89,21 56,00 63,03 68,78
30 Maluku 82,33 78,61 70,13 76,33
31 Maluku Utara 96,94* 65,19 68,34 75,97
32 Papua Barat 91,03* 76,67 80,05 82,33
33 Papua 84,24* 80,00 79,35 81,01
NASIONAL 83,84 65,86 58,30 68,23
Keterangan: * Nilai pengukuran tahun sebelumnya
Berdasarkan Penghitungan IKLH Tahun 2015, Indeks kualitas lingkungan hidup
nasional menunjukkan peningkatan sebesar 4,81 poin dibandingkan tahun 2014
yaitu dari 63,42 menjadi 68,23. Hal ini dipengaruhi meningkatnya angka IKU sebesar
3,30 dibandingkan tahun 2014 yaitu 80,54 menjadi 83,84. Di samping itu terjadi
peningkatan angka IKA sebesar 13,67 dibandingkan tahun 2014 yaitu 52,19 menjadi
65,86. Nilai IKTL mengalami penurunan sebesar 0,71 poin dibandingkan tahun
2014 yaitu sebesar 59,01 menjadi 58,30.
Penurunan nilai IKTL disebabkan masih adanya kegiatan penggunaan kawasan
hutan untuk pembangunan sektor-sektor lain di luar kehutanan. Nilai IKTL berada
dalam rentang antara 50 – 60, sehingga upaya perbaikan kualitas lingkungan hidup
oleh berbagai tingkat pemerintahan (pemerintah pusat dan pemerintah daerah) harus
lebih ditingkatkan lagi.
Nilai IKU mengalami peningkatan dikarenakan masih terkendalinya laju emisi di
kawasan transportasi, perindustrian, pemukiman dan perkantoran. Peningkatan nilai
IKA dikarenakan adanya peningkatan keberhasilan program yang berkaitan dengan
peningkatan kualitas air sungai (rehabilitasi DAS), pengendalian pencemaran air dan
pengawasan industri pencemar.
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup 119
Nilai IKLH Nasional tahun 2015 dapat diartikan bahwa kinerja pengelolaan kualitas
lingkungan hidup di Indonesia masih dalam tahap keseimbangan antara pemanfaatan
sumber daya lingkungan dengan upaya perbaikan kualitas lingkungan hidup.
Tabel 5. Peringkat Nilai IKLH secara Nasional Tahun 2015
No Predikat Kisaran Nilai IKLH
1 Sangat Baik IKLH > 80
2 Baik 70 < IKLH ≤ 80
3 Cukup Baik 60 < IKLH ≤ 70
4 Kurang Baik 50 ≤ IKLH ≤ 60
5 Sangat Kurang Baik 40 ≤ IKLH > 50
6 Waspada 30 ≤ IKLH > 40
Pengklasifikasian peringkat sebagaimana yang tercantum pada Tabel 5 di atas
didasarkan pada sebaran nilai IKLH pada 33 provinsi. Klasifikasi ini bersifat
dinamis sesuai dengan sebaran nilai IKLH dari masing-masing provinsi. Berdasarkan
peringkat nilai IKLH Tahun 2015, IKLH Tahun 2015 berada pada peringkat Cukup
Baik.
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup 120
Tabel 6. Nilai IKA, IKU, IKTL dan IKLH Tahun 2014 - 2015
Rank Provinsi Tahun 2014 Tahun 2015
IKU IKA IKTL IKLH IKU IKA IKTL IKLH
1 Papua Barat 91,03 58,00 99,51 84,51 91,03* 76,67 80,05 82,33
2 Kalimantan Timur 83,96 54,80 80,93 74,00 96,20 77,90 72,30 81,15
3 Papua 84,24 54,67 97,44 80,65 84,24* 80,00 79,35 81,01
4 Bengkulu 86,48 62,67 55,03 66,76 92,51 88,33 56,68 76,92
5 Sulawesi Tengah 85,99 60,67 81,01 76,40 89,12 73,33 69,23 76,43
6 Maluku 91,81 48,11 82,04 74,79 82,33 78,61 70,13 76,33
7 Maluku Utara 96,94 50,83 82,22 77,22 96,94* 65,19 68,34 75,97
8 Kalimantan Barat 84,57 64,81 58,73 68,31 91,57 82,33 59,28 75,88
9 Sulawesi Tenggara 92,56 54,74 69,87 72,14 83,61 80,00 65,25 75,18
10 Aceh 91,20 54,57 72,17 72,60 89,44 71,32 66,50 74,83
11 Kalimantan Tengah 92,69 49,17 69,54 70,37 89,87 70,89 64,66 74,09
12 Bali 86,61 60,89 38,90 59,81 92,35 87,67 49,25 73,71
13 Kepulauan Riau 95,53 64,29 53,30 69,27 86,61 84,67 54,31 73,11
14 Bangka Belitung 90,39 61,30 36,77 60,21 95,61 81,67 45,20 71,26
15 Gorontalo 96,20 48,49 80,28 75,52 96,20* 49,67 68,30 71,08
16 Sumatera Utara 87,23 56,67 45,89 61,53 88,15 76,00 50,32 69,37
17 Sumatera Selatan 89,25 66,19 37,47 61,62 79,64 86,67 47,92 69,06
18 Sulawesi Barat 92,23 58,63 67,59 72,29 89,21 56,00 63,03 68,78
19 Sulawesi Selatan 90,43 56,29 50,10 64,07 76,80 72,43 55,59 67,01
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup 121
20 Sulawesi Utara 88,55 50,00 60,30 65,69 92,72 50,46 58,30 66,27
21 NTT 77,13 52,48 60,23 62,98 77,13* 55,19 60,25 63,79
22 Jawa Barat 59,24 39,00 38,98 45,06 74,63 75,30 46,29 63,49
23 Lampung 85,98 60,86 30,92 56,42 82,26 71,85 42,01 63,04
24 Jawa Timur 73,20 49,11 49,47 56,48 89,21 48,25 53,59 62,67
25 Jambi 91,26 52,75 47,09 62,04 82,93 57,50 49,29 61,85
26 Jawa Tengah 82,64 51,09 51,33 60,63 81,32 47,45 55,38 60,78
27 Sumatera Barat 89,16 53,71 65,13 68,91 88,48 31,04 58,04 59,07
28 NTB 92,83 53,50 63,72 69,39 92,27 23,59 60,15 58,82
29 Kalimantan Selatan 88,35 44,00 44,51 57,51 87,60 36,00 50,97 57,47
30 Banten 53,15 42,86 37,16 43,67 50,65 72,75 45,85 55,36
31 Riau 60,30 47,53 50,60 52,59 60,30* 46,39 52,66 53,07
32 DI. Yogyakarta 82,01 39,00 33,08 49,53 90,58 21,84 43,16 50,99
33 DKI Jakarta 46,28 34,00 31,99 36,88 78,78 22,35 33,62 43,79
Indeks Nasional 80,54 52,19 59,01 63,42 83,84 65,86 58,30 68,23
Keterangan: * Nilai pengukuran tahun sebelumnya
Nilai IKA Tahun 2015 mengalami peningkatan pada 24 provinsi dengan
peningkatan bervariasi antara 0,46 hingga 36,30, dimana peningkatan tertinggi terjadi
di Provinsi Jawa Barat dan terendah di Provinsi Sulawesi Utara. Sementara itu, nilai
IKA pada 9 provinsi mengalami penurunan bervariasi antara 0,86 hingga 29,91.
Penurunan tertinggi terjadi di Provinsi Nusa Tenggara Barat dan terendah di
Provinsi Jawa Timur. Provinsi-provinsi yang mengalami penurunan adalah Sulawesi
Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, Sumatera Barat, Nusa Tenggara Barat,
Kalimanatan Selatan, Riau, DI Yogyakarta, dan DKI Jakarta.
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup 122
Nilai IKU Tahun 2015, pada beberapa provinsi juga menunjukkan peningkatan
apabila dibandingkan nilai IKU Tahun 2014. Peningkatan terjadi di Provinsi-
Provinsi Kalimantan Timur, Sulawesi Tengah, Bengkulu, Kalimantan Barat, Sulawesi
Utara, Bangka Belitung, Bali, Sumatera Utara, Jawa Timur, Jawa Barat, DI
Yogyakarta dan DKI Jakarta. Pada Penghitungan IKU Tahun 2015 ini, data yang
digunakan di 6 (enam) Provinsi yaitu Riau, Nusa Tenggara Timur, Gorontalo,
Maluku Utara, Papua dan Papua Barat adalah data tahun sebelumnya. Hal ini
dikarenakan tidak tersedianya data hasil pemantauan kualitas udara ambien.
Nilai IKTL Tahun 2015, walaupun secara nasional menunjukkan penurunan nilai
sebesar 1,10, akan tetapi ada peningkatan tutupan lahan di beberapa provinsi seperti
di Kalimantan Barat, Sulawesi Barat, Nusa Tenggara Barat, Jawa Tengah, Sulawesi
Selatan, Kalimantan Selatan, Jawa Barat, Lampung, Banten, DKI Jakarta, Papua,
Papua Barat, Maluku dan Maluku Utara.
a. Analisis Indeks Kualitas Air
Secara umum, nilai rata-rata IKA provinsi pada periode Tahun 2011 – 2015
kecenderungannya meningkat dari 55,02 – 63,62.
Gambar 2 Kecenderungan Nilai IKA Tahun 2011 – 2015
35.65 41.05 34.71 34.00
21.84
64.50 70.00 65.56 66.19
88.33
55.05 55.55 52.77 53.20 63.62
0.00
20.00
40.00
60.00
80.00
100.00
2011 2012 2013 2014 2015
Min Maks Rata-rata
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup 123
Indikasi nilai keseimbangan dinamis IKA juga dapat dilihat berdasarkan distribusi
frekuensinya berada pada rentang nilai 50 – 59.
Tabel 7. Distribusi Frekuensi Nilai IKA Tahun 2011 - 2015
Nilai IKA
Jumlah Provinsi Berdasarkan Tahun
2011 2012 2013 2014 2015
< 39 1 0 1 3 5
40 - 49 5 3 9 5 4
50 - 59 17 21 16 17 4
60 - 69 10 8 7 8 1
> 70 0 1 0 0 19
Jumlah 33 33 33 33 33
Sesuai dengan tren data BOD dari Tahun 2011 – 2015 sebagaimana disajikan pada
Tabel 8, nilai BOD berfluktuasi. Ini sebagai indikasi bahwa pencemaran limbah
organik baik yang berasal dari industri, domestik maupun pertanian masih terjadi.
Dalam kurun waktu 5 tahun, 14 provinsi (Sumatera Utara, Riau, Kepulauan Riau,
Lampung, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, DIY, Jawa Timur, NTB, Kalbar,
Kalsel, Kaltim, Gorontalo) nilai rata-rata BOD selalu berada diatas baku mutu air
kelas I sebanyak 5 kali, 9 provinsi (Sumatera Barat, Jambi, Banten, Bali, Kalteng,
Sultra, Maluku, Maluku Utara, Papua Barat) sebanyak 4 kali, 4 provinsi (Bangka
Belitung, NTT, Sulsel, Sulut) sebanyak 3 kali, 2 provinsi (Bengkulu, Sulteng)
sebanyak 2 kali dan 3 provinsi (Sumatera Selatan, Sulbar, Papua) sebanyak 1 kali.
Nilai rasio BOD terhadap baku mutu rata-rata selama 5 untuk seluruh provinsi
adalah 3,10 dengan nilai rasio tertinggi adalah 16,41.
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup 124
Tabel 8. Tren BOD 2011 – 2015
No Provinsi Parameter BOD (mg/l)
2011 2012 2013 2014 2015
1 Nanggroe Aceh Darussalam 1,96 1,41 1,48 1,78 1,91
2 Sumatera Utara 22,28 2,92 2,68 20,89 4,21
3 Sumatera Barat 9,00 1,60 2,60 2,33 3,16
4 Riau 7,95 9,26 5,97 18,10 14,02
5 Kepulauan Riau 2,60 2,94 2,94 2,51 2,68
6 Bangka Belitung 1,16 2,56 3,07 2,83 1,51
7 Jambi 3,80 5,15 4,05 3,19 1,76
8 Sumatera Selatan 1,20 1,51 1,45 7,42
9 Bengkulu 1,17 4,96 1,74 1,55 3,34
10 Lampung 2,67 19,06 2,98 3,19 5,16
11 Banten 4,50 2,44 21,51 21,80
12 DKI Jakarta 11,43 13,40 16,70 12,26 5,63
13 Jawa Barat 7,46 22,68 14,13 16,84 4,39
14 Jawa Tengah 6,91 7,00 10,83 10,33 7,72
15 DIY 2,09 5,94 7,02 5,28 7,62
16 Jawa Timur 3,88 6,26 4,62 10,28 9,54
17 Bali 11,08 1,87 2,87 2,36 2,25
18 NTB 5,71 7,55 4,07 11,95 13,54
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup 125
19 NTT 11,85 2,01 2,00 3,96 1,47
20 Kalbar 2,32 2,26 2,47 2,04 5,97
21 Kalteng 15,24 15,35 1,33 12,25 19,12
22 Kalsel 9,40 8,88 7,90 9,49 10,55
23 Kaltim 6,58 7,98 6,50 4,98 6,46
24 Sulsel 2,12 1,79 2,28 2,09 2,00
25 Gorontalo 5,04 19,77 16,80 2,08 3,10
26 Sulbar 1,31 1,53 1,95 6,09
27 Sulteng 1,31 1,34 6,05 10,18
28 Sultra 24,97 26,94 19,03 2,95 1,91
29 Sulut 2,60 0,51 4,05 2,00 2,16
30 Maluku 2,72 32,81 2,44 2,51 2,00
31 Maluku Utara 2,03 2,03 2,02 2,85
32 Papua Barat 5,59 6,44 6,11 10,53
33 Papua 7,06
Rata-rata Nasional 6,29 8,32 5,50 6,69 7,29
Sementara itu, berdasarkan Tabel 9, nilai DO selama rentang 2011 – 2015 relatif
tidak berubah dan mendekati ambang baku mutu. Dalam kurun waktu 5 tahun, 4
provinsi (Riau, Bangka Belitung, Jawa Barat, Kaltim) nilai rata-rata DO selalu berada
diluar baku mutu air kelas I sebanyak 5 kali, 8 provinsi (Jambi, Bengkulu, Banten,
DKI Jakarta, NTB, Kalteng, Sultra, Papua Barat) sebanyak 4 kali, 5 provinsi
(Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Kalsel, Sulbar, Papua) sebanyak 3 kali, 4 provinsi
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup 126
(Lampung, Jawa Timur, Sulteng, Maluku) sebanyak 2 kali dan 5 provinsi (Kepulauan
Riau, Jawa Tengah, Kalbar, Sulsel, Gorontalo) sebanyak 1 kali. Nilai rasio DO
terhadap baku mutu rata-rata selama 5 untuk seluruh provinsi adalah 1,11 dengan
nilai rasio tertinggi adalah 4,72.
Tabel 9. Tabel Parameter DO per Provinsi dari Tahun 2011 s.d. 2015
No Provinsi Parameter DO (mg/l)
2011 2012 2013 2014 2015
1 Nanggroe Aceh Darussalam 7,08 6,31 7,08 6,87 6,66
2 Sumatera Utara 5,73 7,28 5,91 6,84 5,86
3 Sumatera Barat 6,48 6,83 6,98 9,47 6,51
4 Riau 4,22 3,33 3,24 3,46 3,54
5 Kepulauan Riau 6,49 6,43 6,13 6,68 5,13
6 Bangka Belitung 5,67 5,38 4,88 5,25 5,18
7 Jambi 5,40 5,90 5,96 6,01 5,76
8 Sumatera Selatan 4,98 5,66 5,84 6,02
9 Bengkulu 4,33 5,05 5,95 4,27 6,23
10 Lampung 4,23 7,15 4,40 6,01 6,61
11 Banten 4,51 5,99 1,27 3,37
12 DKI Jakarta 2,63 2,63 3,54 3,74
13 Jawa Barat 5,90 4,20 5,10 4,28 3,81
14 Jawa Tengah 6,32 5,96 6,16 6,13 6,08
15 DIY 7,26 7,21 6,44 6,73 6.19
16 Jawa Timur 5,78 6,83 5,15 5,35 6,72
17 Bali 6,47 7,13 7,61 7,20 6,90
18 NTB 5,52 5,71 5,66 4,30 6,50
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup 127
19 NTT 6,72 7,66 6,09 6,55 6,72
20 Kalbar 7,53 6,75 6,75 6,50 5,75
21 Kalteng 6,94 2,96 5,08 5,36 4,60
22 Kalsel 5,49 6,55 6,68 5,59 5,39
23 Kaltim 5,69 5,88 5,71 5,57 5,02
24 Sulsel 7,19 7,23 6,77 6,68 5,97
25 Gorontalo 6,25 6,07 5,39 8,17 6,85
26 Sulbar 5,07 6,96 5,51 4,22
27 Sulteng 7,04 6,91 3,94 4,98
28 Sultra 3,73 4,58 4,08 3,78 6,64
29 Sulut 7,67 8,26 7,65 7,90 6,89
30 Maluku 7,56 6,16 4,90 6,37 5,72
31 Maluku Utara 7,74 7,91
32 Papua Barat 5,17 3,97 5,81 3,65
33 Papua 4,50 5,35 5,39
32 Rata-rata Nasional 5,82 6,02 5,74 5,82 5,50
Tren COD dari Tahun 2011 – 2015 sebagaimana disajikan pada Tabel 10 adalah
berfluktuasi. Dalam kurun waktu 5 tahun, 17 provinsi (Nanggroe Aceh Darussalam,
Sumatera Barat, Riau, Kepulauan Riau, Jambi, Lampung, DKI Jakarta, Jawa Barat,
Jawa Tengah, DIY, Jawa Timur, NTB, Kalbar, Kalsel, Kaltim, Sultra, Maluku) nilai
rata-rata COD selalu berada diatas baku mutu air kelas I sebanyak 5 kali, 5 provinsi
(Kalteng, Sulsel, Gorontalo, Maluku Utara, Papua Barat) sebanyak 4 kali, 5 provinsi
(Bangka Belitung, Banten, NTT, Sulut, Papua) sebanyak 3 kali, 3 provinsi (Sumatera
Utara, Sulbar, Sulteng) sebanyak 2 kali dan 1 provinsi (Bali) sebanyak 1 kali. Nilai
rasio COD terhadap baku mutu rata-rata selama 5 untuk seluruh provinsi adalah
2,40 dengan nilai rasio tertinggi adalah 11,20.
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup 128
Tabel 10. Tabel Parameter COD Per Provinsi dari Tahun 2011 s.d. 2015
No Provinsi Parameter COD (mg/l)
2011 2012 2013 2014 2015
1 Nanggroe Aceh Darussalam 44,81 38,75 30,61 26,94 17,30
2 Sumatera Utara 38,73 3,44 5,83 43,35 8,88
3 Sumatera Barat 18,50 13,33 16,54 20,54 16,98
4 Riau 27,25 51,43 30,50 57,53 37,37
5 Kepulauan Riau 66,24 19,07 19,07 20,59 11,04
6 Bangka Belitung 7,48 65,10 9,63 15,32 13,94
7 Jambi 11,32 14,08 12,81 18,40 14,84
8 Sumatera Selatan 7,89 9,61 9,59 8,67
9 Bengkulu 1,38 9,38 8,90
10 Lampung 20,79 41,46 12,11 18,40 38,14
11 Banten 19,91 85,73 35,17
12 DKI Jakarta 35,83 59,25 54,22 53,06 102,00
13 Jawa Barat 33,40 76,65 45,46 43,32 19,90
14 Jawa Tengah 37,37 33,67 30,89 31,71 23,41
15 DIY 17,82 14,24 14,61 21,55 16,8
16 Jawa Timur 16,99 15,78 11,38 13,17 18,46
17 Bali 31,76 7,37 7,80 6,72 5,87
18 NTB 38,21 45,04 22,84 26,81 38,52
19 NTT 64,19 14,42 6,94 20,79 6,43
20 Kalbar 22,05 28,43 28,43 14,74 17,31
21 Kalteng 30,76 51,07 55,61 69,13
22 Kalsel 23,53 22,41 19,92 23,66 26,68
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup 129
23 Kaltim 27,53 60,76 37,00 14,18 16,84
24 Sulsel 18,95 6,38 11,92 16,58 18,62
25 Gorontalo 12,28 49,48 42,13 10,00 10,16
26 Sulbar 5,65 5,66 11,71 11,2
27 Sulteng 4,67 5,72 53,03 23,51
28 Sultra 95,58 79,00 37,25 17,19
29 Sulut 16,06 6,18 13,11 10,00 10,09
30 Maluku 15,12 61,15 11,24 10,14 14,27
31 Maluku Utara 13,03 11,72 10,73 15,6
32 Papua Barat 43,01 21,40 12,34 22,65
33 Papua 31,06 9,09 13,53 32,33
Rata-rata Nasional 26,98 29,65 22,78 25,59 25,52
Fluktuasi penurunan nilai IKA lebih banyak dipengaruhi oleh (berurutan dari yang
paling besar) fluktuasi nilai dari Fecal Coli, Total Coli dan BOD. Data pada Tabel
11 menunjukkan bahwa keberadaan sarana pembuangan di luar tangki septik masih
cukup tinggi, sehingga sungai masih dijadikan sarana akhir untuk membuang tinja.
Keberadaan Fecal Coli di air permukaan menunjukkan masih banyak masyarakat
yang membuang tinja langsung ke badan-badan air. Hal ini ditunjukkan dengan data
bahwa pada tahun 2014 masih ada 34 persen rumah tangga yang tidak dilengkapi
dengan tangki septik. Persentase terbesar rumah tangga tanpa tangki septik adalah
Provinsi Nusa Tenggara Timur, diikuti Papua, Kalimantan Tengah, Bengkulu, dan
Nanggroe Aceh Darussalam.
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup 130
Tabel 11. Persentase Rumah Tangga Menurut Provinsi dan Tempat Pembuangan Akhir Tinja, 2014
No Provinsi Tangki Septik Selain Tangki Septik*)
Jumlah
1 Nanggroe Aceh Darussalam 38,62 61,38 100
2 Sumatera Utara 73,34 26,66 100
3 Sumatera Barat 44,15 55,85 100
4 Riau 51,62 48,38 100
5 Kepulauan Riau 72,58 27,42 100
6 Jambi 61,21 38,79 100
7 Sumatera Selatan 63,69 36,31 100
8 Bangka Belitung 78,86 21,14 100
9 Bengkulu 33,63 66,37 100
10 Lampung 39,36 60,64 100
11 DKI Jakarta 93,13 6,87 100
12 Jawa Barat 64,28 35,72 100
13 Banten 71,56 28,44 100
14 Jawa Tengah 70,25 29,75 100
15 DI Yogyakarta 83,62 16,38 100
16 Jawa Timur 66,41 33,59 100
17 Bali 80,43 19,57 100
18 Nusa Tenggara Barat 64,59 35,41 100
19 Nusa Tenggara Timur 18,86 81,14 100
20 Kalimantan Barat 50,25 49,75 100
21 Kalimantan Tengah 32,65 67,35 100
22 Kalimantan Selatan 50,30 49,70 100
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup 131
23 Kalimantan Timur 75,83 24,17 100
24 Sulawesi Utara 76,14 23,86 100
25 Gorontalo 66,32 33,68 100
26 Sulawesi Tengah 59,06 40,94 100
27 Sulawesi Se1atan 74,99 25,01 100
28 Sulawesi Barat 58,20 41,80 100
29 Sulawesi Tenggara 66,43 33,57 100
30 Maluku 70,58 29,42 100
31 Maluku Utara 70,06 29,94 100
32 Papua 26,70 73,30 100
33 Papua Barat 76,83 23,17 100
Indonesia 64,57 35,43 100
*) Terdiri dari kolam/sawah, sungai/danau/laut, lobang tanah, pantai/kebun, dan lainnya Sumber: Statistik Kesejahteraan Rakyat 2014, Badan Pusat Statistik.
b. Analisis Indeks Kualitas Udara
Secara umum, nilai IKU pada periode tahun 2011 – 2015 bervariasi 79,61 – 84,32
dengan tren menurun (lihat Gambar 3). Nilai IKU pada tahun 2015 sebesar 83,84 ini
mempunyai arti bahwa kualitas udara nasional berada dalam kategori baik dilihat dari
parameter SO2 dan NO2.
Gambar 3. Nilai IKU Nasional dari tahun 2011 – 2015
84.32
79.61 80.13
80.54
83,84
77.0078.0079.0080.0081.0082.0083.0084.0085.00
2011 2012 2013 2014 2015
Indeks Kualitas Udara Tahun 2011 - 2015
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup 132
Indikasi nilai keseimbangan dinamis IKU seperti yang ditunjukan pada Tabel 12,
distribusi frekuensinya berada pada rentang nilai 82 – 91.
Tabel 12. Distribusi Frekuensi Nilai IKU Tahun 2011 - 2015
Nilai
IKU
Jumlah Provinsi Berdasarkan Tahun
2011 2012 2013 2014 2015
< 51 1 1 1 1 1
52 - 61 0 2 2 3 1
62 - 71 1 2 1 0 0
72 - 81 5 3 3 2 6
82 - 91 16 23 22 16 17
> 91 10 2 4 11 8
Jumlah 33 33 33 33 33
Pencapaian nilai IKU dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti kebijakan sektor
terkait dalam mendukung pengendalian pencemaran udara, dan dukungan dari
Pemerintah Daerah, masyarakat dan pelaku usaha.
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup 133
Gambar 4 Nilai IKU tahun 2015 per provinsi
Gambar 4 menunjukkan Nilai IKU yang rendah di Banten. Hal ini kemungkinan
disebabkan oleh meningkatnya jumlah kendaraan bermotor, industri dan masih
digunakannya energi fossil dalam menjalankan kegiatan transportasi dan industri.
50.65
74.63
76.8
78.78
79.64
81.32
82.26
82.33
82.93
83.61
86.61
87.6
88.15
88.48
89.12
89.21
89.21
89.44
89.87
90.58
91.57
92.27
92.35
92.51
92.72
95.61
96.2
0 20 40 60 80 100 120
Banten
Jawa Barat
Sulawesi Selatan
DKI Jakarta
Sumatera Selatan
Jawa Tengah
Lampung
Maluku
Jambi
Sulawesi Tenggara
Kep Riau
Kal Selatan
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Sulawesi Tengah
Jawa Timur
Sulawesi Barat
Aceh
Kal Tengah
DI Jogja
Kal Barat
Nusa Tenggara Barat
Bali
Bengkulu
Sulawesi Utara
Bangka Belitung
Kal Timur dan Kal Utara
Indeks Kualitas Udara
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup 134
C. Analisis Indeks Kualitas Tutupan Lahan
Secara umum, nilai IKTL pada periode tahun 2011 – 2015 cenderung menurun,
Penurunan nilai rata-rata IKTL dari 60,49 pada tahun 2011 menjadi 58,30 pada
tahun 2015.
Gambar 5 Nilai IKTL Tahun 2011- 2015
Pada Gambar 5 menunjukan tren menurun, hal ini dikarenakan tutupan hutan
menurun dan dinamika vegetasinya sedikit menurun.
Pada Tahun 2015 terjadi penurunan sebesar 0,71 poin yaitu dari 59,01 Tahun 2014
menjadi 58,30. Beberapa provinsi yang memberikan kontribusi terhadap penurunan
nilai indeks tutupan lahan nasional adalah provinsi-provinsi Papua Barat, Papua,
Malulu Utara, Gorontalo, Maluku dan Sulawesi Tengah.
Kontribusi terbesar pada penurunan IKTL adalah provinsi-provinsi yang luasan
kawasan hutannya masih paling dominan dari luas wilayah administrasinya. Faktor-
faktor yang mempengaruhi penurunan nilai indeks kualitas tutupan lahan antara lain
kegiatan pembukaan lahan, kebakaran hutan/lahan, penebangan liar, penggunaan
kawasan hutan untuk sektor diluar kehutanan, penambangan tanpa izin dan
pemukiman.
60.49
59.26 59.01 59.01
58.30
Perkembangan IndeksKualitas TutupanLahan
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup 135
BAB IV
SIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Simpulan
1. Hasil Penghitungan IKLH Tahun 2015 adalah 68,23 mengalami peningkatan
dibandingkan dengan IKLH Tahun 2014 sebesar 4,81. Hal ini menunjukkan
bahwa kinerja pengelolaan kualitas lingkungan berada pada kondisi cukup
baik.
2. Indikasi nilai keseimbangan dinamis IKA berada pada rentang nilai 50 – 59.
3. Indikasi nilai keseimbangan dinamis IKU berada pada rentang nilai 82 – 91.
Nilai indeks tersebut menunjukkan kualitas udara berada pada kondisi baik
untuk parameter SO2 dan NO2.
4. Nilai keseimbangan dinamis IKTL berada pada rentang nilai 57 – 61.
5. Konversi Lahan menjadi areal budidaya pertanian, perkebunan, perindustrian,
dan permukiman, mempengaruhi berkurangnya kualitas tutupan lahan dan
dinamika vegetasi.
B. Rekomendasi
1. Untuk menggambarkan kualitas lingkungan hidup yang sebenarnya,
metodologi IKLH perlu disempurnakan dengan menambahkan indikator
lingkungan lainnya seperti kualitas pesisir dan laut, kualitas danau, serta
keanekaragaman hayati.
2. Perlu dilakukan penambahan parameter-parameter polutan yang
mempengaruhi dan mewakili sumber-sumber pencemar seperti Partikulat
(PM-10 dan PM-2,5) dan CO untuk IKU; debit air, parameter logam berat, dan
parameter persistent organic pollutants (POPs) untuk IKA.
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup 136
3. Peningkatan kualitas data dengan menjamin kesahihan data sejak dari tahapan
pengambilan data di lapangan, analisis laboratorium dan evaluasi dan analisis
data harus memenuhi kriteria yang sudah berlaku.
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup 137
DAFTAR PUSTAKA
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Direktorat Jenderal Pengendalian
Kerusakan Lingkungan: Laporan Kinerja 2015
Kementerian Lingkungan Hidup (2014), Status Lingkungan Hidup Indonesia 2013 :
Ketahanan Lingkungan Hidup Indonesia, Kementerian Lingkungan Hidup
Kementerian Negara Lingkungan Hidup, (2003), Keputusan Menteri Negara
Lingkungan Hidup Nomor 115 Tahun 2003 Tentang Pedoman Penentuan Status
Mutu Air, Jakarta: Kementerian Negara Lingkungan Hidup,
Jansen,L,J,M and DiGregono,A, (2002) Parametric Land–use classifications as tools
for environmental change detection, Agriculture, Ecosystems & Environment
Kementerian Negara Lingkungan Hidup, (1999), Peraturan Pemerintah Nomor 41
Tahun 1999 Tentang Pengendalian Pencemaran Udara, Jakarta: Sekretariat Negara
Republik Indonesia,
Kementerian Negara Lingkungan Hidup, (2001), Peraturan Pemerintah Nomor 82
Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencedmaran Air,
Jakarta: Sekretariat Negara Republik Indonesia,
Setiawan, Y., Yoshino, K. and Prasetyo, L. B. 2014. Characterizing the dynamics
change of vegetation cover on tropical forestlands using 250 m multi-temporal
MODIS EVI. International Journal of Applied Earth Observation and
Geoinformation, 26, pp. 132-144
VCU Center for Environmental Studies, (2000, December 6), Virginia
Environmental Quality Index, Dipetik March 10, 2009, dari Virginia Commonwealth
University: http://www,veqi,vcu,edu/index,htm
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup 138