efektivitas badan pengendalian lingkungan hidup …

143
EFEKTIVITAS BADAN PENGENDALIAN LINGKUNGAN HIDUP KOTA TANGERANG DALAM MENGENDALIKAN PENCEMARAN SUNGAI CISADANE SKRIPSI Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial pada Program Studi Ilmu Administrasi Negara Oleh: RATNA FARLY ADZANI NIM. 061504 FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA 2010

Upload: others

Post on 05-Oct-2021

12 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: EFEKTIVITAS BADAN PENGENDALIAN LINGKUNGAN HIDUP …

EFEKTIVITAS BADAN PENGENDALIAN LINGKUNGAN HIDUP KOTA TANGERANG DALAM MENGENDALIKAN PENCEMARAN

SUNGAI CISADANE

SKRIPSI

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial

pada Program Studi Ilmu Administrasi Negara

Oleh:

RATNA FARLY ADZANI

NIM. 061504

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA

2010

Page 2: EFEKTIVITAS BADAN PENGENDALIAN LINGKUNGAN HIDUP …

i

ABSTRAK

Ratna Farly Adzani. 061504. Efektivitas Badan Pengendalian Lingkungan Hidup Kota Tangerang dalam Mengendalikan Pencemaran Sungai Cisadane. Program Studi Ilmu Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

Kata Kunci: Efektivitas, Pengendalian Pencemaran Sungai

Fokus penelitian ini adalah efektivitas organisasi publik dalam mengendalikan pencemaran sungai. Rumusan masalahnya adalah seberapa besar efektivitas Badan Pengendalian Lingkungan Hidup (BPLH) Kota Tangerang dalam mengendalikan pencemaran sungai Cisadane. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar efektivitas BPLH Kota Tangerang dalam mengendalikan pencemaran sungai Cisadane. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif kuantitatif. Populasi penelitian ini adalah seluruh staf BPLH yang menggunakan teknik pengambilan sampel dengan sampel jenuh. Selain itu terdapat populasi untuk industri, yaitu industri di sekitar sungai Cisadane yang menggunakan teknik pengambilan sampel dengan teknik sampel acak sederhana. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner, observasi, wawancara, studi pustaka, dan studi dokumentasi. Untuk menganalisis data menggunakan t-test satu sampel. Hasil penelitian menunjukan bahwa efektivitas BPLH Kota Tangerang dalam mengendalikan pencemaran sungai Cisadane sudah cukup tinggi/sedang. Dari hasil perhitungan diperoleh t-hitung lebih kecil dari t-tabel (-13,68 < 1,658) dan efektivitas Badan Pengendalian Lingkungan Hidup Kota Tangerang dalam mengendalikan pencemaran sungai Cisadane adalah cukup tinggi/sedang karena hanya mencapai angka 64,8% dari angka minimal 70%. Hal tersebut dikarenakan misi untuk melaksanakan pengawasan dan penegakkan hukum untuk mengendalikan dampak lingkungan hidup, masih belum terselenggara dengan optimal yang menuntut mekanisme dan tata kerja kelembagaan yang cepat dan efektif. Saran-saran dari peneliti adalah meningkatkan pengawasan yang lebih signifikan bagi industri, meningkatkan sosialisasi kepada industri mengenai peraturan-peraturan baru, pemberian sanksi bagi industri yang masih melanggar peraturan.

Page 3: EFEKTIVITAS BADAN PENGENDALIAN LINGKUNGAN HIDUP …

ii

ABSTRACT

Ratna Farly Adzani. 061504. Effectiveness of Tangerang City’s Environmental Controlling Agency in Controlling Cisadane River’s Pollution. Public Administration Department, Faculty of Social and Politic Science, University of Sultan Ageng Tirtayasa.

Keyword: Effectiveness, Controlling River’s Pollution

The focus of this research is the effectiveness of public organization in controlling the pollute of river. The formulation of the problem is how far the effectiveness of Tangerang City’s Environmental Controlling Agency in Controlling Cisadane River’s Pollution. The purpose of this research is to know the effectiveness level of Tangerang City’s Environmental Controlling Agency in Controlling Cisadane River’s Pollution. The method of the research is descriptive quantitative. The population of this research is the whole staff of Tangerang City’s Environmental Controlling Agency that used sampling technique with saturated sample. Another population is the industry around Cisadane river that used sampling technique with simple random. Data collecting technique that used are poll, observation, interview, study of literature, and study of documentation . For data analysis used one sample t-test. The result of the research showed that Effectiveness of Tangerang City’s Environmental Controlling Agency in Controlling Cisadane River’s Pollution has high enough/middle. From the calculation, t-count is smaller than t-table (-13,68 < 1,658) and Effectiveness of Tangerang City’s Environmental Controlling Agency in Controlling Cisadane River’s Pollution is high enough/middle because only reached 64,8% from the expected minimum number 70%. That thing is because of mission to do the controlling and law enforcement to control the environmental impact, has not held optimum yet, that require the fast and effective mechanism and institutioning work system. Suggests from the researcher are increasing of controlling for industry, increasing of socialization for industry about new regulation, and giving a punishment for industry that still not obey the regulation.

Page 4: EFEKTIVITAS BADAN PENGENDALIAN LINGKUNGAN HIDUP …

iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur selalu kita panjatkan kehadirat Allah SWT, atas berkat rahmat

dan hidayah-Nya yang telah diberikan kepada kita semua. Shalawat serta salam

senantiasa selalu tercurah kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW,

beserta keluarga dan para sahabat. Atas berkat rahmat, karunia, dan ridho-Nya

pula peneliti dapat menyelesaikan penelitian ini.

Skripsi ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh

gelar Sarjana Sosial pada Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa dengan judul

“Efektivitas Badan Pengendalian Lingkungan Hidup Kota Tangerang dalam

Mengendalikan Pencemaran Sungai Cisadane”. Hasil penelitian ini tentunya tak

lepas dari bantuan banyak pihak yang selalu mendukung peneliti secara moril dan

materil. Maka dengan ketulusan hati, peneliti ingin mengucapkan rasa terima

kasih kepada pihak-pihak, yaitu sebagai berikut:

1. Prof. Dr. Ir. Rahman Abdullah, M.Sc, Rektor Universitas Sultan Ageng

Tirtayasa.

2. Dr. H. Ahmad Sihabudin, M.Si, Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

3. Dr. Agus Sjafari, M.Si, Pembantu Dekan I Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, dan juga sebagai penguji pada

siding skripsi peneliti. Terima kasih atas segala masukannya, sehingga skripsi

ini dapat menjadi lebih baik.

Page 5: EFEKTIVITAS BADAN PENGENDALIAN LINGKUNGAN HIDUP …

iv

4. Rahmi Winangsih, Dra, M.Si, Pembantu Dekan II Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

5. Idi Dimyati, S.Ikom, Pembantu Dekan III Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

6. Kandung Sapto Nugroho, S.Sos, Ketua Program Studi Ilmu Administrasi

Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng

Tirtayasa.

7. Rina Yulianti, S.IP, M.Si, Sekretaris Program Studi Ilmu Administrasi Negara

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa dan

juga selaku dosen pembimbing akademik yang senantiasa memberikan

motivasi, bimbingan dan arahan kepada peneliti selama menjalani perkuliahan.

8. Hasuri Waseh, SE, M.Si, Pembimbing I skripsi yang senantiasa membimbing

dan memberikan saran kepada peneliti dalam setiap bimbingan yang telah

dilakukan.

9. Ipah Ema Jumiati, S.IP, pembimbing II skripsi yang senantiasa membimbing

dan memberikan saran kepada peneliti dalam setiap bimbingan yang telah

dilakukan.

10. Gandung Ismanto, MM, penguji pada seminar proposal dan sidang skripsi

peneliti. Terima kasih atas bimbingan dan saran-sarannya, sehingga skripsi ini

dapat menjadi lebih baik.

11. Seluruh Dosen dan Staf Jurusan Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial

dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa yang telah membekali

penulis dengan ilmu pengetahuan selama perkuliahan.

Page 6: EFEKTIVITAS BADAN PENGENDALIAN LINGKUNGAN HIDUP …

v

12. Agus Prasetyo, SH, Kepala Bidang Pengawasan dan Penegakkan Hukum

yang telah banyak memberikan data dan informasi yang peneliti butuhkan.

13. Amaludin, ST, Staf Bidang Pengawasan dan Penegakkan Hukum yang telah

banyak memberikan data dan informasi yang peneliti butuhkan.

14. Seluruh pegawai Badan Pengendalian Lingkungan Hidup Kota Tangerang

yang mengizinkan penulis meminta waktu dan tenaganya dalam membantu

peneliti mencapai tujuan penelitian.

15. Bapak dan Mama tercinta yang senantiasa memberikan doa dan dukungan

serta kasih sayang kepada peneliti. Adik-adik ku tersayang Fadhil, Fikri, dan

Fathur yang menjadi semangat bagi peneliti.

16. Seluruh keluarga besarku, alm. kakek, almh. nenek, kakek ikin, semua

paman-paman, bibi, serta wa, sepupu ku yang telah menyemangati dan

memberikan doa.

17. Teman-teman setiaku, Asih, Santi, Nina, Dona, Jane, Indah yang selalu

mendukung agar penelitian ini dapat segera diselesaikan.

18. Teman-teman seperjuangan kelas C Administrasi Negara reguler angkatan

2006, Evi, Nadia, Marisha ‘Cica’, Diyan, Desi, Iqoh, Edah, Stephanie,

Suprapti ‘Ade’, Azhar ‘Zarwo’, Nusman ‘Aco’, Ujang ‘akang’, Eko ‘Gabon’,

Pepy, Rohmatunisa ‘Icha’, Suher, Ikhsan atas kebersamaan kalian selama 4

tahun.

19. Teman-teman seperjuangan selama 1 bulan di desa Pudar, Kecamatan

Pamarayan, KKM 57. Jevira Dona, Ria Oktavianty, Nova Dwiarti, Yuniasari,

Reni Febriana, Wati Oktaviany, Ine Risa, Hermini Ari, Nita, Aang, Agung,

Page 7: EFEKTIVITAS BADAN PENGENDALIAN LINGKUNGAN HIDUP …

vi

Ageng, Rengga, Husni, Andi, Roilhaq, Akbar, Rifki, Febry, Irfan, dan Nando,

yang telah memberikan kesan yang tidak akan terlupakan.

Tidak lupa juga peneliti memohon maaf atas semua kekurangan dan

kesalahan yang terdapat dalam skripsi ini. Penulis memohon kritik dan saran yang

bersifat membangun agar skripsi ini menjadi lebih baik. Peneliti berharap semoga

skripsi ini dapat bermanfaat dan berguna bagi siapa saja yang membacanya dan

bagi peneliti pada khususnya.

Serang, Agustus 2010 Penulis

Ratna Farly Adzani

Page 8: EFEKTIVITAS BADAN PENGENDALIAN LINGKUNGAN HIDUP …

vii

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PERSETUJUAN

LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS

LEMBAR PENGESAHAN

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

ABSTRAK …….…………………………………………………….. i

ABSTRACT …….…………………………………………………….. ii

KATA PENGANTAR ……………………………………...…… iii

DAFTAR ISI ……………………………………………...…… vii

DAFTAR TABEL ………………………………………………..…. x

DAFTAR GAMBAR ………………………………………...…. xi

DAFTAR DIAGRAM …………………………………………… xii

DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………… xv

BAB I PENDAHULUAN …………………………………………… 1

1.1. Latar Belakang …………………………………………… 1

1.2. Identifikasi dan Pembatasan Masalah …………………… 11

1.3. Rumusan Masalah …………………………………… 12

1.4. Tujuan Penelitian …………………………………… 12

1.5. Kegunaan Penelitian …………………………………… 13

Page 9: EFEKTIVITAS BADAN PENGENDALIAN LINGKUNGAN HIDUP …

viii

BAB II DESKRIPSI TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN …… 14

2.1. Deskripsi Teori …………………………………………… 14

2.1.1. Efektivitas Organisasi …………………………… 14

2.1.1.1. Pendekatan terhadap Keefektifan Organisasi... 19

2.1.2. Organisasi …………………………………… 23

2.1.3. Lingkungan Hidup …………………………… 25

2.1.3.1. Kualitas Lingkungan Hidup …………… 27

2.1.4. Pencemaran Lingkungan …………………………… 30

2.1.4.1. Pencemaran Air …………………………… 32

2.1.4.2. Limbah Industri …………………………… 34

2.1.5. Pengelolaan Lingkungan …………………………… 37

2.1.5.1. Pengendalian dan Pengolahan Limbah Industri 40

2.1.6. Pembangunan …………………………………… 41

2.1.6.1. Dampak Pembangunan terhadap Lingkungan 45

2.2. Kerangka Berpikir ……………………………………. 48

2.3. Hipotesis Penelitian ………………………………….… 51

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ……………………………. 52

3.1. Metode Penelitian ……………………………………. 52

3.2. Instrumen Penelitian ……………………………………. 53

3.2.1. Uji Validitas ……………………………………. 56

3.2.2. Uji Reliabilitas ………………………………….… 57

3.3. Populasi dan Sampel Penelitian ……………………………. 58

3.4. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ……………………. 61

Page 10: EFEKTIVITAS BADAN PENGENDALIAN LINGKUNGAN HIDUP …

ix

3.5. Lokasi dan Jadwal Penelitian ……………………………. 62

BAB IV HASIL PENELITIAN ………………………………….… 64

4.1. Deskripsi Objek Penelitian ………………………….… 64

4.2. Deskripsi Data ………………………………………….… 79

4.2.1. Identitas Responden ……………………............ 79

4.2.2. Analisis Data …………………………………… 81

4.3. Pengujian Persyaratan Statistik …………………………… 103

4.3.1. Uji Validitas …………………………………… 103

4.3.2. Uji Reliabilitas …………………………………… 105

4.4. Pengujian Hipotesis …………………………………… 107

4.5. Interpretasi Hasil Penelitian …………………………… 110

4.6. Pembahasan …………………………………………… 111

BAB V PENUTUP …………………………………………………… 117

5.1. Kesimpulan …………………………………………… 117

5.2. Saran-saran …………………………………………… 119

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 11: EFEKTIVITAS BADAN PENGENDALIAN LINGKUNGAN HIDUP …

x

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1.1 Jumlah Industri Dekat Sungai Cisadane …….……... 4

Tabel 1.2 Daftar Badan Usaha yang Berkontribusi Menyumbang

Limbah ke Sungai Cisadane …….……………..………… 5

Tabel 1.3 Pencapaian Target Pengawasan pada Industri ……..……... 7

Tabel 3.1 Operasionalisasi Variabel Mandiri ................................ 63

Tabel 3.2 Jumlah Industri Dekat Sungai Cisadane .................... 67

Tabel 3.3 Jadwal Penelitian ........................................................ 71

Tabel 4.1 Jumlah Pegawai PNS BPLH Kota Tangerang Tahun

2010 Berdasarkan Pendidikan …………………… 83

Tabel 4.2 Jumlah Pegawai PNS BPLH Kota Tangerang Tahun

2010 Berdasarkan Kepangkatan …………………… 83

Tabel 4.3 Jumlah Kendaraan …………………………………… 86

Tabel 4.4 Jumlah Peralatan Penunjang (Laboratorium) …………… 86

Tabel 4.5 Hasil Uji Validitas Instrumen Komponen Pegawai ........ 112

Tabel 4.6 Hasil Uji Validitas Instrumen Komponen Industri ........ 113

Tabel 4.7 Reliabilitas Instrumen Komponen Pegawai …………… 113

Tabel 4.8 Reliabilitas Instrumen Komponen Industri …………… 114

Page 12: EFEKTIVITAS BADAN PENGENDALIAN LINGKUNGAN HIDUP …

xi

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir ………………………………….. 58

Gambar 4.1 Kurva Penerimaan dan Penolakan Hipotesis .................. 118

Page 13: EFEKTIVITAS BADAN PENGENDALIAN LINGKUNGAN HIDUP …

xii

DAFTAR DIAGRAM

Halaman

Diagram 4.1 Identitas Responden berdasarkan Jenis Kelamin……….. 87

Diagram 4.2 Identitas Responden berdasarkan Usia ………….. 88

Diagram 4.3 Identitas Responden berdasarkan Tingkat Pendidikan…. 88

Diagram 4.4 Tanggapan Responden mengenai Keterlibatan Peran

Serta Seluruh Anggota Organisasi dalam Merencanakan

Tujuan Organisasi ...................................................... 90

Diagram 4.5 Tanggapan Responden mengenai Kualitas Air di Sumber

Air dan Lingkungan Sekitar Perusahaan/industri ...... 91

Diagram 4.6 Tanggapan Responden mengenai Pengawasan secara

Berkelanjutan Pengolahan Limbah atau Dampak

Lingkungan oleh BPLH ........................................... 92

Diagram 4.7 Tanggapan Responden mengenai Sosialisasi

Peraturan-peraturan Baru yang Lebih Ketat oleh BPLH.. 93

Diagram 4.8 Tanggapan Responden mengenai Kefokusan Pegawai

BPLH dalam Pelaksanaan Tugas Pokok/rutin terkait

Adanya Kebijakan Perolehan Adipura …………... 94

Diagram 4.9 Tanggapan Responden mengenai Intensitas Adanya

Kebijakan Baru dari Pimpinan yang dapat Mengganggu

Pelaksanaan Tugas …………………………………... 95

Page 14: EFEKTIVITAS BADAN PENGENDALIAN LINGKUNGAN HIDUP …

xiii

Diagram 4.10 Tanggapan Responden mengenai Adanya Persaingan

yang Tidak Sehat di dalam Organisasi …………... 96

Diagram 4.11 Tanggapan Responden mengenai Kenyamanan dalam

Pelaksanaan Tugas Pokok …………………………... 97

Diagram 4.12 Tanggapan Responden mengenai Ketidakberadaan

Rekan Kerja di Mejanya saat Dibutuhkan …………... 98

Diagram 4.13 Tanggapan Responden mengenai Rekan Kerja Sering

Membutuhkan Waktu Lama saat Pelaksanaan Tugas …… 99

Diagram 4.14 Tanggapan Responden mengenai Kesigapan

Rekan Kerja terhadap Tugas

yang Harus Segera Diselesaikan ………….…….…. 100

Diagram 4.15 Tanggapan Responden mengenai Penjaminan Kehidupan

yang Layak oleh organisasinya (BPLH) …………... 101

Diagram 4.16 Tanggapan Responden mengenai Pemberian Penghargaan

kepada Pegawai setiap Tahun …………………………... 102

Diagram 4.17 Tanggapan Responden mengenai Penyediaan fasilitas

Penunjang Pelaksanaan Pekerjaan …………………… 103

Diagram 4.18 Tanggapan Responden mengenai Kelengkapan Sarana…. 104

Diagram 4.19 Tanggapan Responden mengenai Kemampuan Sarana

yang Dimiliki dalam Optimalisasi Pelaksanaan Tugas….. 105

Diagram 4.20 Tanggapan Responden mengenai Pemeriksaan

Data/dokumen Pengolahan Limbah atau Perizinan

oleh BPLH …………………………………………… 106

Page 15: EFEKTIVITAS BADAN PENGENDALIAN LINGKUNGAN HIDUP …

xiv

Diagram 4.21 Tanggapan Responden mengenai Pemeriksaan Kondisi

IPAL/IPLC oleh BPLH …………………………… 107

Diagram 4.22 Tanggapan Responden mengenai Pembinaan

atau Pengarahan oleh BPLH …………………………… 108

Diagram 4.23 Tanggapan Responden mengenai Intensitas

Keluhan Masyarakat terkait Dampak Lingkungan akibat

Pembuangan Limbah ………………………………….... 109

Diagram 4.24 Tanggapan Responden mengenai Pengendalian Dampak

Lingkungan …………………………………………… 110

Page 16: EFEKTIVITAS BADAN PENGENDALIAN LINGKUNGAN HIDUP …

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Pengantar Penelitian

Lampiran 2 Surat Rekomendasi Penelitian

Lampiran 3 Struktur Organisasi BPLH Kota Tangerang

Lampiran 4 Hasil Kuesioner Komponen Pegawai

Lampiran 5 Hasil Kuesioner Komponen Industri

Lampiran 6 Validitas dan Reliabilitas Kuesioner Komponen Pegawai

Lampiran 7 Validitas dan Reliabilitas Kuesioner Komponen Industri

Lampiran 8 Hitungan untuk Simpangan Baku Kuesioner Komponen Pegawai

Lampiran 9 Hitungan untuk Simpangan Baku Kuesioner Komponen Industri

Lampiran 10 Hasil SPSS Frekuensi Kuesioner Komponen Pegawai

Lampiran 11 Hasil SPSS Frekuensi Kuesioner Komponen Industri

Lampiran 12 Hasil SPSS Statistik Deskriptif Kuesioner Komponen Pegawai

Lampiran 13 Hasil SPSS Statistik Deskriptif Kuesioner Komponen Industri

Lampiran 14 Kuesioner Komponen Pegawai

Lampiran 15 Kuesioner Komponen Industri

Lampiran 16 Peta Lokasi Industri Pembuang Limbah Cair

Lampiran 17 Tabel Nilai-nilai r Product Moment

Lampiran 18 Tabel Nilai-nilai dalam Distribusi t

Lampiran 19 Daftar Istilah

Lampiran 20 Catatan Bimbingan Skripsi Peneliti

Lampiran 21 Riwayat Hidup

Page 17: EFEKTIVITAS BADAN PENGENDALIAN LINGKUNGAN HIDUP …

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Pembangunan merupakan upaya yang dilakukan untuk menuju ke arah

yang lebih baik dalam rangka menjamin kelangsungan hidup masyarakat

banyak. Pembangunan dilaksanakan untuk meningkatkan kualitas kehidupan

masyarakat. Peningkatan pelaksanaan pembangunan dapat dilihat dari

pembangunan yang terus dilakukan secara berkelanjutan. Pembangunan

berkelanjutan merupakan proses pembangunan dengan prinsip memenuhi

kebutuhan sekarang tanpa mengorbankan pemenuhan kebutuhan generasi

masa depan. Salah satu masalah yang harus dihadapi untuk mencapai

pembangunan berkelanjutan adalah bagaimana memperbaiki keseimbangan

lingkungan yang terganggu atau mengalami kerusakan. Dengan begitu,

ekonomi tidak harus selalu didahului dalam pembangunan tanpa melihat

bagaimana kondisi lingkungan.

Kegiatan pembangunan yang kita ketahui sekarang ini, mengacu pada

pertumbuhan ekonomi untuk mencapai kesejahteraaan masyarakat. Tidak

sedikit jumlah lingkungan yang mengalami kerusakan akibat dari pelaksanaan

pembangunan, terutama pembangunan yang bersifat fisik. Keseimbangan

lingkungan tersebut perlu direhabilitasi agar fungsinya kembali seperti semula

demi kesejahteraan masyarakat.

Page 18: EFEKTIVITAS BADAN PENGENDALIAN LINGKUNGAN HIDUP …

2

Selama ini pembangunan ekonomi di Indonesia mengarah pada

industrialisasi, yang mana dari tahun ke tahun menunjukkan peningkatan yang

signifikan. Sektor industri dianggap ampuh untuk mendorong pertumbuhan

ekonomi daerah. Selain itu, dampak dari industrialisasi adalah terjadinya

peningkatan pencemaran yang dihasilkan dari proses produksi industri.

Sekarang ini beban pencemaran dalam lingkungan menjadi semakin berat

dengan masuknya limbah industri. Pencemaran dan perusakan lingkungan ini

banyak disebabkan dari pembangunan yang bersifat fisik, seperti

pembangunan kawasan industri, gedung-gedung bertingkat, dan pembangunan

fisik lainnya yang memiliki potensi untuk tidak selalu memperhatikan limbah

atau pembuangan, ataupun aspek tata ruangnya.

Kawasan industri ini terutama banyak terdapat di daerah sekitar atau

daerah tetangga ibu kota Jakarta, yang mana karena posisinya itu,

direncanakan sebagai daerah penyangga kebutuhan masyarakat ibu kota

maupun daerahnya sendiri, dan dapat didongkrak perekonomiannya. Posisi

Kota Tangerang yang berdampingan langsung dengan ibu kota Jakarta,

membawa tanggung jawab pembangunan daerah yang cukup besar dan berat

karena berperan sebagai wilayah penyangga terhadap perkembangan dan

pembangunan DKI Jakarta dan pusat-pusat pertumbuhan yang terdapat di

sekelilingnya. Posisi Kota Tangerang yang strategis tersebut telah mendorong

pertumbuhan dan perkembangan segala aktivitas ekonomi berupa industri,

perdagangan dan jasa yang merupakan basis perekonomian Kota Tangerang

saat ini. Sehingga, berbagai permasalahan yang terkait dengan pembangunan

Page 19: EFEKTIVITAS BADAN PENGENDALIAN LINGKUNGAN HIDUP …

3

di wilayah di sekitar Kota Tangerang berimbas menjadi permasalahan

lingkungan yang cukup serius dan harus dihadapi dengan baik dan bijak oleh

pemerintah Kota Tangerang, pihak ketiga, dan seluruh lapisan masyarakat

demi keberlangsungan hidup masyarakat banyak.

Dampak dari permasalahan pembangunan Kota Tangerang yang

mengakibatkan munculnya permasalahan di lingkungan hidup, salah satunya

adalah pencemaran sumber air, yaitu sungai Cisadane yang pencemarannya

disumbangkan dari limbah industri. Keberadaan sungai Cisadane merupakan

sumberdaya alam terbesar yang dimiliki kota ini. Pencemaran sumber air ini

mengancam kualitas lingkungan hidup.

Sejatinya, desentralisasi lebih diarahkan untuk dapat lebih

menyelesaikan masalah lingkungan yang beragam dan kompleks sesuai

dengan konteks lingkungan di masing-masing daerah. Desentralisasi menjadi

modal bagi aparat pemerintah daerah untuk mengimplementasikan tata kelola

lingkungan hidup ke arah yang lebih baik lagi. Sayangnya, fakta di lapangan

tidak seindah sebagaimana desentralisasi itu berjalan untuk mengatasi masalah

lingkungan yang dihadapi oleh masing-masing daerah.

Pengelolaan lingkungan hidup diselenggarakan dengan asas tanggung

jawab pemerintah daerah, asas berkelanjutan dan asas manfaat. Pengelolaan

lingkungan hidup bertujuan untuk mewujudkan pembangunan berkelanjutan

yang berwawasan lingkungan hidup untuk kesejahteraan masyarakat. Satuan

Kerja Perangkat Daerah yang diberi tanggung jawab untuk itu adalah Badan

Pengendalian Lingkungan Hidup (BPLH). Sejak berganti nama dari Dinas

Page 20: EFEKTIVITAS BADAN PENGENDALIAN LINGKUNGAN HIDUP …

4

Lingkungan Hidup, BPLH yang dibentuk pada tahun 2009 memiliki peran

yang lebih berat dalam mengelola lingkungan, yang salah satunya adalah

melakukan pengawasan kepada industri untuk meminimalisir beban

pencemaran di sungai Cisadane. Pengawasan ini dilakukan dengan mekanisme

pengolahan air sungai, uji laboratorium dilakukan setiap bulan, laporan uji air

1 (satu) kali dalam 3 (tiga) bulan, dan keseluruhan laporannya adalah setiap

semester. Selain mengawasi kegiatan industri, BPLH harus mampu

menegakkan hukum bagi industri yang masih melanggar peraturan dalam

pengendalian pencemaran oleh limbah. Upaya yang dilakukan berupa

pemantauan dan pengawasan untuk industri.

Industri yang lokasinya dekat dengan sungai Cisadane adalah industri

yang berada di 3 (tiga) kecamatan, seperti pada tabel 1.1 berikut:

Tabel 1.1 Jumlah industri dekat sungai Cisadane

Sumber: BPLH Kota Tangerang, data industri tahun 2004

Berdasarkan Peraturan Walikota No.16 Tahun 2009 tentang Baku

Mutu Air Limbah Industri, terdapat 37 jenis badan usaha, yang berkontribusi

menyumbang limbah ke sungai Cisadane, seperti pada tabel 1.2 berikut:

No. Kecamatan Jumlah Industri

1. Karawaci 227 2. Tangerang 123 3. Neglasari 133

483

Page 21: EFEKTIVITAS BADAN PENGENDALIAN LINGKUNGAN HIDUP …

5

Tabel 1.2 Daftar badan usaha yang berkontribusi menyumbang limbah ke sungai Cisadane

No. Jenis Industri No. Jenis Industri

1. Industri soda kaustik dan klor 20. Industri minyak sawit/minyak goreng dan turunannya

2. Industri logam dan pelapisan logam 21. Industri tapioka

3. Industri peleburan logam 22. Industri ethanol

4. Industri pulp dan kertas 23. Industri MSG

5. Industri percetakan (printing karton dan kemasan, printing tekstil, printing plastik) 24. Industri cat (cat dan pengecatan)

6. Industri pewarna (pewarna kertas, pewarna tekstil, pewarna tinta) 25. Industri farmasi

7. Industri karet 26. Industri pestisida dan herbisida

8. Industri gula 27. Industri desinfektan

9. Industri tekstil dan industri berbahan baku tekstil (garmen, tekstil terpadu) 28. Industri produk sanitari

10. Industri makanan dan minuman dari susu 29. Industri kosmetik

11.

Industri makanan lainnya (mie, bihun, kerupuk, permen, pemanis buatan, tahu, tempe, agar-agar, bahan kue, hunkue, kecap, saos,coklat, roti, kopi, sirup,biskuit, pewarna makanan)

30. Perbengkelan

12. Industri minuman (minuman ringan (berkarbonasi, sirup), minuman tradisional (tak beralkohol))

31. Industri penghasil oli dan sejenisnya

13. Industri minuman bir dan minuman beralkohol 32. Karoseri

14. Industri pakan ternak 33. Elektronik

15. Industri sabun, deterjen, dan turunan minyak nabati 34. Pengolahan air bersih/air minum/air

mineral dan pabrik es

16. Industri laundri dan pencelupan 35. Industri barang plastic

17. Industri baterai dan accu

36. Industri khusus (Industri yang telah ditetapkan parameter BMLnya dan tidak termasuk di dalam kelompok ndustri yang ada)

18. Industri kayu lapis 37. Industri lainnya

19. Industri penyamakan kulit

Sumber: Peraturan Walikota Tangerang Nomor 16 Tahun 2009 tentang Baku Mutu Air Limbah Industri

Page 22: EFEKTIVITAS BADAN PENGENDALIAN LINGKUNGAN HIDUP …

6

Berdasarkan buku Laporan Akhir Pemantauan Kualitas Lingkungan

Tahun 2009, pada tahun 2004 secara keseluruhan terdapat 1444 industri yang

terdiri dari beberapa jenis:

1. Tekstil (pakaian jadi/garmen) dan berbagai barang dari tekstil, sebanyak

506 buah

2. Makanan, sebanyak 218 buah

3. Barang dan plastik, sebanyak 207 buah

4. Barang/peralatan dari logam, sebanyak 98 buah

5. Barang dari kayu, sebanyak 92 buah

6. Industri lain, seperti kertas dan berbagai kemasan karton, percetakan,

bengkel, produksi rumah tangga, cat, bahan-bahan kimia, alat-alat listrik

dan elektronik, dan sebagainya.

Keberadaan industri tersebut tersebar, tetapi yang keberadaannya di sekitar

sungai Cisadane adalah sebanyak 688 industri. Pada hulu sungai sudah terjadi

pencemaran, sehingga di bagian hilir sungai terjadi peningkatan pencemaran.

Berdasarkan buku Laporan Akhir Pemantauan Kualitas Lingkungan

Tahun 2009, bahwa kondisi sungai Cisadane, dari 2 (dua) kali pemantauan

menunjukkan bahwa kualitasnya dalam keadaan cemar ringan. Parameter yang

melebihi baku mutu kelas II berdasarkan PP No.82 Tahun 2001, adalah

perameter oksigen terlarut (DO), fosfat total, BOD5, COD, dan fecal coliform.

Selain itu, biota yang masih baik dengan kelimpahan biota (fitoplankton)

sedang dan merata. Hal ini menggambarkan kondisi sungai tercemar ringan

yang berasal dari bahan pencemar organik dan anoganik yang dapat berasal

Page 23: EFEKTIVITAS BADAN PENGENDALIAN LINGKUNGAN HIDUP …

7

dari saluran domestik maupun outlet IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah)

industri yang ada di sekitarnya.

Berdasarkan pengamatan awal peneliti dan hasil wawancara

pendahuluan, BPLH Kota Tangerang menghadapi berbagai hambatan yang

menjadi permasalahan dalam upaya mengendalikan pencemaran sungai

Cisadane. Masalah pertama adalah mengenai pencapaian target yang dapat

dilihat dari pelaksanaan tujuan organisasi. Dilihat dari pencapaian target tahun

2009, target BPLH Kota Tangerang dalam mengawasi dan menegakkan

hukum bagi industri yang masih melanggar peraturan, sudah terealisasi secara

kuantitas. Berdasarkan hasil wawancara dengan Amaludin (staf bidang

pengawasan dan penegakkan hukum) tanggal 3 Maret 2010, pencapaian target

dapat dilihat seperti tabel 1.3, seperti berikut:

Tabel 1.3 Pencapaian target pengawasan pada industri

Tahun Target Realisasi

2009 150 industri/perusahaan

180 industri/perusahaan

2010 150 industri/perusahaan

20 industri/perusahaan

(sampai dengan Februari 2010)

Sumber: Wawancara dengan Amaludin (Staf Bidang Pengawasan dan Penegakan Hukum), 3 Maret 2010

Secara kuantitas, target bisa saja dicapai, bahkan dapat melampaui

target. Tetapi secara kualitas, masih belum dapat dicapai karena masih

tersendat pada follow up kegiatan-kegiatan industri secara administrasi

Page 24: EFEKTIVITAS BADAN PENGENDALIAN LINGKUNGAN HIDUP …

8

maupun teknis. Selain itu, penekanan yang berasal dari intern BPLH, yaitu

penekanan pada perolehan Adipura membuat pegawai tidak terlalu fokus

kepada upaya pengendalian dampak lingkungan, sehingga sedikit berpengaruh

terhadap hasil pengawasan. Ditambah lagi karena jumlah industri mencapai

ratusan, sehingga pegawai bidang pengawasan dan penegakkan hukum

kewalahan untuk menginventarisir hal-hal yang harus dilakukan oleh

industri/perusahaan, seperti halnya apakah memiliki Instalasi Pengolahan Air

Limbah (IPAL) atau tidak, dan apakah IPAL nya dalam kondisi baik atau

buruk, dan sebagainya. Jumlah industri tidak sebanding dengan jumlah

pegawai bidang pengawasan dan penegakan hukum yang hanya terdiri dari 12

personel. Tentu saja hal tersebut di atas mengakibatkan tindak lanjut untuk

industri yang tidak taat peraturan menjadi agak lambat. Tindak lanjut tersebut

akan memutuskan apakah industri tersebut hanya akan mendapat pembinaan

dari BPLH atau sudah dalam tahap penegakkan hukum.

Masalah kedua adalah kemampuan adaptasi, yang dapat dilihat dari

sejauh mana organisasi dapat menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan

yang terjadi baik dari dalam organisasi maupun luar organisasi. Adaptasi

BPLH Kota Tangerang terhadap perubahan yang berasal dari luar organisasi

adalah terkait kebijakan yang berasal dari pemerintah pusat maupun dari

kepala daerah. Kebijakan tersebut berupa Undang-Undang No.23 Tahun 1997

tentang pengelolaan lingkungan hidup, yang di dalamnya hanya mencakup

pembinaan bagi industri yang melanggar peraturan, yang kini beralih ke

Undang-Undang No.32 Tahun 2009 tentang pengelolaan dan perlindungan

Page 25: EFEKTIVITAS BADAN PENGENDALIAN LINGKUNGAN HIDUP …

9

lingkungan hidup, yang di dalamnya mencakup hukuman (penegakkan

hukum) secara yuridis formal. Dengan mengacu pada Undang-Undang yang

baru tersebut, penyesuaian yang dilakukan oleh BPLH memakan waktu yang

cukup lama untuk dapat melaksanakan pekerjaannya karena aturan-aturan

yang terdapat dalam Undang-Undang baru lebih banyak dan kompleks.

Dengan begitu, BPLH harus melakukan sosialisasi atau memperkenalkan

aturan baru untuk kegiatan perusahaan ke industri-industri. Sosialisasi yang

berjalan hingga saat ini sebanyak 2 (dua) kali dalam setahun. Ini dirasakan

kurang, mengingat masih banyak industri yang melanggar aturan main. Selain

itu, BPLH harus memahami rambu-rambu baru penunjang pelaksanaan

pekerjaan.

Perubahan dari dalam organisasi yang menjadi hambatan bagi BPLH

adalah kebijakan yang berasal dari pimpinan, yang menimbulkan perbedaan

dari kondisi kerja sebelumnya karena adanya penekanan, sehingga membuat

para pegawai berusaha untuk menyesuaikan diri dengan keputusan dari

pemimpin baru. Seperti yang sudah diuraikan sebelumnya di permasalahan

pertama, yaitu mengenai arahan yang lebih fokus kepada pencapaian Adipura,

sehingga membuat pegawai mau tidak mau harus mengikuti keputusan

pimpinan. Itulah lemahnya adaptasi di birokrasi, membutuhkan waktu yang

lama, padahal reaksi yang cepat dibutuhkan untuk menghasilkan suatu

keputusan yang bersifat urgen.

Masalah ketiga adalah kepuasan kerja yang dapat dirasakan oleh

anggota organisasi yang mampu memberikan kenyamanan dan motivasi.

Page 26: EFEKTIVITAS BADAN PENGENDALIAN LINGKUNGAN HIDUP …

10

Ketidaknyamanan kerja yang dialami adalah ketika harus bekerja di luar

ruangan atau kerja lapangan. Hal ini terjadi karena kelengkapan sarana untuk

melakukan praktek di lapangan sangat terbatas, seperti:

1) Kendaraan operasional (mobil) hanya berjumlah 1 unit. Ini dapat

mengganggu pembagian tugas lapangan yang apabila mengharuskan para

staf untuk ke tempat tujuan yang berbeda dalam waktu yang sama.

2) Kemudian peralatan (sampling) juga terbatas, seperti alat pengukur kadar

kualitas air dan zat-zat pencemar air sungai.

3) Begitu pun dengan perlengkapan keamanan, seperti masker.

Tentu saja hal tersebut di atas dapat mengganggu kenyamanan dan

menyurutkan dorongan dalam melaksanakan pekerjaan dengan baik karena

sarananya terbatas.

Masalah keempat adalah mengenai tanggung jawab. Tanggung jawab

ini dapat dilihat dari organisasi yang dapat melaksanakan mandat dan dapat

menghadapi masalah yang terjadi dengan pekerjaannya. Sekeras apapun suatu

organisasi berusaha untuk bertanggung jawab atas apa yang dilimpahkan

kepadanya, tanggung jawab tersebut akan dipandang belum dilaksanakan

secara maksimal karena beberapa hal yang terjadi. Kualitas air sungai

Cisadane cenderung menurun. Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian Dinas

Lingkungan Hidup Kota Tangerang tahun 2007 untuk menguji kualitas air

sungai Cisadane dengan menggunakan baku mutu air kelas I. Tetapi setelah

namanya berubah menjadi Badan Pengendalian Lingkungan Hidup pada tahun

2009, baku mutu air yang digunakan adalah baku mutu air kelas II yang

Page 27: EFEKTIVITAS BADAN PENGENDALIAN LINGKUNGAN HIDUP …

11

kualitas airnya di bawah kualitas baku mutu air kelas I. Selain itu dapat dilihat

dari badan usaha yang sudah memiliki IPAL/IPLC (Instalasi Pengolahan Air

Limbah/Limbah Cair) yang belum seluruhnya optimal karena banyak

ditemukan penyimpangan di lapangan. Industri-industri banyak yang masih

membuang limbahnya secara langsung ke sungai. Dan ironisnya, pembuangan

limbah secara langsung ke sungai ini sering tidak diketahui oleh aparat BPLH

bidang pengawasan dan penegakkan hukum di lapangan.

Berdasarkan permasalahan di atas, peneliti bermaksud melakukan

penelitian dengan judul: EFEKTIVITAS BADAN PENGENDALIAN

LINGKUNGAN HIDUP KOTA TANGERANG DALAM

MENGENDALIKAN PENCEMARAN SUNGAI CISADANE.

1.2. Identifikasi Masalah dan Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, masalah-masalah yang

muncul dapat diidentifikasi sebagai berikut:

1. Pencapaian target BPLH belum seluruhnya terealisasi secara kualitas,

sehingga tindak lanjut untuk industri menjadi agak lambat.

2. Adaptasi terhadap UU No.32 Tahun 2009 membutuhkan waktu yang lama,

dan adanya kebijakan perolehan Adipura yang menimbulkan adanya

penekanan dalam pelaksanaan pekerjaan.

3. Terbatasnya kelengkapan sarana untuk melaksanakan pekerjaan di

lapangan.

Page 28: EFEKTIVITAS BADAN PENGENDALIAN LINGKUNGAN HIDUP …

12

4. Adanya peralihan penggunaan baku mutu air untuk Cisadane, dari kelas I

ke baku mutu air kelas II, dan BPLH sering tidak mengetahui bahwa masih

banyak industri yang limbahnya tidak diolah terlebih dahulu.

Dalam melakukan penelitian ini, peneliti membatasi masalah pada

efektivitas Badan Pengendalian Lingkungan Hidup Kota Tangerang dalam

mengendalikan pencemaran sungai Cisadane.

1.3. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah di atas, masalah

dirumuskan sebagai berikut:

Seberapa besar efektivitas Badan Pengendalian Lingkungan Hidup Kota

Tangerang dalam mengendalikan pencemaran sungai Cisadane?

1.4. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar efektivitas

Badan Pengendalian Lingkungan Hidup dalam mengendalikan pencemaran

sungai Cisadane.

Page 29: EFEKTIVITAS BADAN PENGENDALIAN LINGKUNGAN HIDUP …

13

1.5. Kegunaan Penelitian

1.5.1. Kegunaan Teoretis

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi sumbangan bagi

perkembangan ilmu administrasi negara, khususnya teori tentang

efektivitas organisasi.

1.5.2. Kegunaan Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi informasi dan masukan bagi

pemerintah Kota Tangerang, khususnya Badan Pengendalian

Lingkungan Hidup untuk dapat meningkatkan efektivitas

organisasinya.

Page 30: EFEKTIVITAS BADAN PENGENDALIAN LINGKUNGAN HIDUP …

14

BAB II

DESKRIPSI TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN

2.1. Deskripsi Teori

Dalam dunia nyata, banyak organisasi menghilang dari pandangan atau

diubah kembali menjadi kesatuan lain sehingga kita sulit membuat penilaian

mengenai kelangsungan hidupnya. Selain itu, naif untuk mengasumsikan bahwa

tidak ada organisasi yang bertahan hidup yang tetap tidak efektif atau efektif

tetapi dengan sengaja tidak diizinkan untuk tetap hidup. Bagi organisasi tertentu

seperti lembaga-lembaga pemerintah dan perusahaan besar, kematian praktis

tidak pernah terjadi. Lembaga atau perusahaan tersebut kelihatannya dapat terus

hidup bagaimanapun evaluasi yang dihasilkan mengenai apakah mereka telah

melakukan tugasnya dengan baik atau tidak.

2.1.1. Efektivitas Organisasi

Efektivitas organisasi memiliki banyak pengertian, tergantung bagaimana

kita memandangnya, sehingga mengandung pengertian yang multidimensi.

Definisi efektivitas organisasi menurut Robbins adalah tingkat keberhasilan

organisasi dalam usaha mencapai tujuan atau sasarannya, dan sesungguhnya

efektivitas adalah sebuah konsep yang amat luas mencakup berbagai faktor di

dalam maupun di luar organisasi (Robbins, 1994:34).

Page 31: EFEKTIVITAS BADAN PENGENDALIAN LINGKUNGAN HIDUP …

15

Menurut Mahmudi (2005:92), efektivitas terkait dengan hubungan antara

hasil yang diharapkan dengan hasil yang sesungguhnya dicapai. Efektivitas

merupakan hubungan antara output dan tujuan. Semakin besar kontribusi

keuntungan terhadap pencapaian tujuan, maka semakin efektif organisasi.

Menurut Robbins (2003:142), efektivitas kerja merupakan kemampuan

suatu organisasi dalam pencapaian tujuan secara efisien dengan sumber daya yang

tersedia. Organisasi yang efektif merupakan organisasi yang mendesain struktur

dan budayanya sesuai dengan stakeholder.

Menurut Handayaningrat (2001:34), efektivitas adalah pengukuran dalam

arti tercapainya sasaran atau tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.

Menurut Tangkilisan (2005:138), Suatu organisasi yang berhasil dapat

diukur dengan melihat pada sejauh mana organisasi tersebut dapat mencapai

tujuan yang sudah ditetapkan.

Menurut Hasibuan (2003:77), efektivitas adalah tercapainya sasaran

eksplisit atau implisit. Efektivitas yang dimaksud adalah tercapainya sasaran baik

secara tertulis maupun dalam implementasinya.

The Liang Gie (Abdul Halim, 2004:166), menjelaskan:

”Efektivitas adalah suatu keadaan yang terjadi sebagai akibat yang dikehendaki kalau seseorang melakukan sesuatu perbuatan dengan maksud tertentu dan menghendakinya, maka orang itu dikatakan efektif bila menimbulkan akibat atau mempunyai maksud sebagaimana yang dikehendakinya”.

Sedangkan Sedarmayanti (Robbins, 2003:59) mengemukakan bahwa efektivitas

merupakan suatu ukuran yang memberikan gambaran seberapa jauh target dapat

tercapai.

Page 32: EFEKTIVITAS BADAN PENGENDALIAN LINGKUNGAN HIDUP …

16

Menurut Handayaningrat (2001:134), efektivitas adalah pengukuran

dalam arti tercapainya sasaran atau tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.

Efektivitas kerja dalam suatu organisasi ditentukan oleh desain organisasi yang

mampu mempertemukan kepentingan individual dan organisasi serta strategi

organisasi.

Menurut Tangkilisan (2005:139), efektivitas menyangkut 2 (dua) aspek,

yang diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Tujuan

2. Pelaksanaan fungsi

Suatu organisasi yang berhasil dapat diukur dengan melihat pada sejauh

mana organisasi tersebut dapat mencapai tujuan yang sudah ditetapkan. Konsep

efektivitas yang dikemukakan oleh para ahli organisasi dan manajemen memiliki

makna yang berbeda, tergantung pada kerangka acuan yang dipergunakan. Secara

nyata, Stoner menekankan pentingnya efektivitas organisasi dalam pencapaian

tujuan organisasi, dan efektivitas adalah kunci dari kesuksesan suatu organisasi

(Tangkilisan, 2005:138).

Menurut Argris (Tangkilisan, 2005:139), mengatakan efektivitas

organisasi adalah keseimbangan atau pendekatan secara optimal pada pencapaian

tujuan, kemampuan, dan pemanfaatan tenaga manusia. Disimpulkan bahwa

konsep tingkat efektivitas organisasi menunjuk pada tingkat sejauh mana

organisasi melaksanakan kegiatan atau fungsi-fungsi sehingga tujuan yang telah

ditetapkan dapat tercapai dengan menggunakan secara optimal alat-alat dan

sumber-sumber yang ada.

Page 33: EFEKTIVITAS BADAN PENGENDALIAN LINGKUNGAN HIDUP …

17

Menurut Gibson et.al (Tangkilisan, 2005:141), menyatakan bahwa

efektivitas organisasi dapat pula diukur sebagai berikut:

1. Kejelasan tujuan yang hendak dicapai 2. Kejelasan strategi pencapaian tujuan 3. Proses analisis dan perumusan kebijaksanaan yang mantap 4. Perencanaan yang matang 5. Penyusunan program yang tepat 6. Tersedianya sarana dan prasarana 7. Sistem pengawasan dan pengendalian yang bersifat mendidik

Adapun kriteria atau indikator pada efektivitas menurut Hessel Nogi

Tangkilisan (2005:140-141):

1. Pencapaian target, maksud pencapaian target disini diartikan sejauh mana target dapat ditetapkan organisasi dapat terealisasikan dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari sejauh mana pelaksanaan tujuan organisasi dalam mencapai target sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.

2. Kemampuan adaptasi (fleksibilitas), keberhasilan suatu organisasi dilihat dari sejauh mana organisasi dapat menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan yang terjadi baik dari dalam organisasi dan luar organisasi

3. Kepuasan kerja, suatu kondisi yang dirasakan oleh seluruh anggota organisasi yang mampu memberikan kenyamanan dan motivasi bagi peningkatan kinerja organisasi secara keseluruhan untuk mencapai efektivitas organisasi. Elemen yang menjadi fokus analisis ini adalah lamanya penyelesaian pekerjaan yang dilakukan karyawan dan sistem insentif yang diberlakukan bagi anggota organisasi yang berprestasi atau telah melakukan pekerjaan yang melebihi beban kerja yang ada.

4. Tanggung jawab. Organisasi dapat melaksanakan mandat yang telah diembannya sesuai dengan ketentuan yang telah dibuat sebelumnya dan bisa menghadapi serta menyelesaikan masalah yang terjadi dengan pekerjaannya.

Berdasarkan sifatnya, organisasi cenderung merupakan kesatuan yang

kompleks, yang berusaha mengalokasikan sumber dayanya secara rasional demi

tercapainya tujuan. Menurut Steers (1985:2) dalam buku Syarif Makmur

(2008:120), makin rasional suatu organisasi, makin besar upayanya pada kegiatan

yang mengarah ke tujuan. Makin besar kemajuan yang diperoleh ke arah tujuan

Page 34: EFEKTIVITAS BADAN PENGENDALIAN LINGKUNGAN HIDUP …

18

organisasi makin efektif pula. Efektivitas dipandang sebagai tujuan akhir

organisasi.

Gito Sudarmo dan Mulyono (2001:128) dalam Syarif Makmur

(2008:122), mengemukakan sebagai berikut:

Efektivitas organisasi harus mampu menggambarkan hubungan timbal balik yang harmonis antara organisasi dan lingkungannya yang lebih luas. Efektivitas organisasi juga adalah apakah suatu organisasi itu mampu bertahan dan hidup terus dalam lingkungannya sehingga kelangsungan hidup organisasi yang bersangkutan merupakan ukuran terakhir atau ukuran jangka panjang mengenai efektivitas organisasi.

Oleh karena itu, dalam mengukur efektivitas suatu organisasi

pemerintahan, akan dilihat sejauh mana atau seberapa besar kemampuan

organisasi pemerintahan dalam melakukan inovasi, kemampuan beradaptasi

dengan perubahan lingkungan, kemampuan organisasi dalam mengambil

pelajaran, baik dari kegagalan maupun keberhasilan, dan kapasitas organisasi itu

untuk mengatur perubahan-perubahan yang terjadi dalam penyelenggaraan

pemerintahan melalui penerapan secara optimal fungsi-fungsi pemerintahan.

Dalam keterkaitan ini, Robbins (2001:51) dalam Syarif Makmur (2008:122-123)

menyatakan bahwa dalam menyelenggarakan aktivitas organisasi, terdapat

beberapa faktor yang mempengaruhi efektivitas, yaitu: (1) adanya tujuan yang

jelas; (2) sumber daya manusia; (3) struktur organisasi; (4) adanya dukungan atau

partisipasi masyarakat; (5) adanya sistem nilai yang dianut.

Steers (1985:206) dalam Syarif Makmur (2008:125), selanjutnya

mengemukakan bahwa kriteria yang paling banyak dipakai dalam melihat segi-

segi efektivitas adalah kemampuan menyesuaikan diri, produktivitas, kepuasan

Page 35: EFEKTIVITAS BADAN PENGENDALIAN LINGKUNGAN HIDUP …

19

kerja, kemampuan berlaba, dan pencarian sumber daya. Variabel-variabel

sedemikian ini telah diidentifikasi dengan berbagai alternatif, yaitu sebagai alat

pengukur efektivitas itu sendiri dan sebagai variabel yang memperlancar atau

membantu memperbesar kemungkinan tercapainya efektivitas. Berdasarkan

pandangan itu, sifat efektivitas organisasi merupakan hasil penggabungan

penemuan-penemuan dari berbagai studi yang menggunakan kriteria ini.

Sementara itu, menurut Gibson et.al (1996:28), efektivitas dalam konteks perilaku

organisasi merupakan hubungan optimal antara produksi, kualitas, efisiensi,

fleksibilitas, kepuasan, sifat keunggulan, dan pengembangan.

2.1.1.1. Pendekatan terhadap Keefektifan Organisasi

a. Pendekatan Pencapaian Tujuan

Dalam bukunya (Robbins, 1994:58), sebuah organisasi, berdasarkan

definisi, diciptakan untuk mencapai satu tujuan atau lebih yang telah ditetapkan

sebelumnya. Oleh karena itu, tidak heran jika kita menjumpai bahwa pencapaian

tujuan merupakan kriteria yang paling banyak digunakan untuk menentukan

keefektifan.

Pendekatan pencapaian tujuan (goal attainment approach) menyatakan

bahwa keefektifan sebuah organisasi harus dinilai sehubungan dengan pencapaian

tujuan (ends) ketimbang caranya (means). Yang perlu diperhitungkan adalah

bottom line-nya. Yang termasuk kriteria pencapaian tujuan yang populer adalah

memaksimalkan laba, memaksa musuh untuk menyerah, memenangkan

pertandingan basket, membuat pasien menjadi sembuh kembali, dan sebagainya.

Page 36: EFEKTIVITAS BADAN PENGENDALIAN LINGKUNGAN HIDUP …

20

Kesamaannya adalah bahwa mereka memperhatikan tujuan (ends) karena

organisasi diciptakan untuk mencapai hal itu.

Apa yang dinyatakan secara resmi oleh sebuah organisasi sebagai

tujuannya tidak selalu mencerminkan tujuan yang sebenarnya. Tujuan-tujuan

resmi cenderung untuk sangat dipengaruhi oleh standar sosial yang diinginkannya.

Tujuan jangka pendek dari sebuah organisasi kerap kali berbeda dengan tujuan

jangka panjangnya. Fakta bahwa organisasi mempunyai tujuan majemuk juga

menciptakan kesulitan. Tujuan-tujuan tersebut dapat saling bersaing dan

seringkali saling tidak cocok (Robbins, 1994:60-61).

b. Pendekatan Sistem

Sebuah organisasi juga harus dinilai berdasarkan kemampuannya untuk

memperoleh masukan, memproses masukan tersebut, menyalurkan keluarannya,

dan mempertahankan stabilitas dan keseimbangan. Cara lain untuk melihat

keefektifan organisasi adalah melalui pendekatan sistem.

Dalam pendekatan sistem, tujuan akhir tidak diabaikan, namun hanya

dipandang sebagai satu elemen di dalam kumpulan kriteria yang lebih kompleks.

Model-model sistem menekankan kriteria yang akan meningkatkan kelangsungan

hidup jangka panjang dari organisasi – seperti kemampuan organisasi untuk

memperoleh sumber daya, mempertahankan dirinya secara internal sebagai

sebuah organisme sosial, dan berintegrasi secara berhasil dengan lingkungan

eksternnya. Jadi, pendekatan sistem berfokus bukan pada tujuan akhir tertentu,

tetapi pada cara yang dibutuhkan untuk pencapaian tujuan akhir itu (Robbins,

Page 37: EFEKTIVITAS BADAN PENGENDALIAN LINGKUNGAN HIDUP …

21

1994:63-64).

Pandangan sistem melihat kepada faktor-faktor seperti hubungan dengan

lingkungan untuk memastika adanya penerimaan yang terus-menerus dari

masukan-masukan serta penerimaan yang menguntungkan dari keluaran-keluaran,

fleksibilitas respon terhadap perubahan-perubahan lingkungan, efisiensi yang

digunakan organisasi untuk mengubah masukan menjadi keluaran, kejelasan

komunikasi intern, tingkat konflik di antara kelompok-kelompok, dan tingkat

kepuasan kerja para pegawai (Robbins, 1994:65).

c. Pendekatan Konstituensi-Strategis

Pendekatan ini mengemukakan bahwa organisasi dikatakan efektif

apabila dapat memenuhi tuntutan dari konstituensi yang terdapat di dalam

lingkungan organisasi tersebut yaitu konstituensi yang menjadi pendukung

kelanjutan eksistensi organisasi tersebut. Pendekatan ini mengasumsikan bahwa

para manajer mengejar sejumlah tujuan dan bahwa tujuan yang dipilih mewakili

respon terhadap kelompok-kelompok berkepentingan yang mengendalikan

sumber daya yang dibutuhkan organisasi untuk kelangsungan hidupnya (Robbins,

1994:71).

d. Pendekatan Nilai-nilai Bersaing

Tema utama yang mendasari pendekatan nilai-nilai bersaing adalah

bahwa kriteria yang anda nilai dan gunakan dalam menilai keefektifan organisasi

– laba atas investasi, pangsa pasar, pembaharuan produk, keamanan kerja –

Page 38: EFEKTIVITAS BADAN PENGENDALIAN LINGKUNGAN HIDUP …

22

bergantung kepada siapa sebenarnya anda dan siapa yang anda wakili. Nilai-nilai

bersaing secara nyata melangkah lebih jauh daripada hanya pengakuan tentang

adanya pilihan yang beraneka ragam. Pendekatan tersebut mengasumsikan bahwa

berbagai macam pilihan tersebut dapat dikonsolidasikan dan diorganisasi.

Kumpulan pertama adalah fleksibilitas versus kontrol. Pada dasarnya ini

adalah dua dimensi yang saling bertenangan dari sebuah struktur organisasi.

Fleksibilitas menghargai inovasi, penyesuaian, dan perubahan, Sebaliknya,

kontrol lebih menyukai stabilitas, ketentraman, serta kemungkinan prediksi.

Kumpulan kedua adalah hubungannya dengan apakah penekanan harus

ditempatkan pada kesejahteraan dan pengembangan manusia di dalam organisasi

atau kesejahteraan dan pengembangan organisasi itu sendiri. Dikotomi manusia-

organisasi merupakan kumpulan yang lain dari dimensi-dimensi yang pada

dasarnya saling bertentangan; perhatian terhadap perasaan dan kebutuhan manusia

yang terdapat di dalam organisasi versus perhatian terhadap pencapaian

produktivitas serta tugas.

Kumpulan nilai ketiga berhubungan dengan cara versus tujuan

organisasi; yang pertama menekankan pada proses internal dan jangka panjang,

yang lainnya menekankan pada tujuan akhir dan jangka pendek (Robbins,

1994:76).

Page 39: EFEKTIVITAS BADAN PENGENDALIAN LINGKUNGAN HIDUP …

23

2.1.2. Organisasi

Organisasi yang terbesar di manapun sudah barang tentu organisasi

publik yang mewadahi seluruh lapisan masyarakat dengan ruang lingkup negara.

Oleh karena itu, organisasi publik mempunyai kewenangan yang absah

(terlegitimasi) di bidang politik, administrasi, pemerintahan dan hukum secara

terlembaga sehingga mempunyai kewajiban melindungi warganya, serta melayani

kebutuhannya. Sebaliknya berhak pula memungut pajak untuk pendanaan, dan

menjatuhkan hukuman sebagai sanksi penegakan peraturan. Jadi, organisasi

publik sering kita lihat pada bentuk organisasi instansi pemerintah yang dikenal

juga sebagai birokrasi pemerintah. Istilah birokrasi ini diberikan kepada instansi

pemerintah karena pada awalnya tipe organisasi yang ideal (yang disebut birokrasi

dan orang-orangnya disebut birokrat) merupakan bentuk yang sebagian besar

diterima dan diterapkan oleh instansi pemerintah (Syafiie, 2006: 53).

Dalam pandangan Max Weber, organisasi itu tetap merupakan sebagai

suatu lingkaran masyarakat yang harus membiasakan dirinya untuk patuh kepada

perintah-perintah pemimpinnya, dimana masing-masing mempunyai perhatian

pribadi secara berkesinambungan dalam pengaturan kebijaksanaan, sebagai

partisipasi mereka bersama dan hasil yang bermanfaat, dapat dilakukan

pembagian pelatihan kerja dan fungsi (tugas) mereka masing-masing. Dengan

demikian, pada gilirannya akal dipersiapkan untuk kemantapan mereka sendiri

(Syafiie, 2006: 53).

Page 40: EFEKTIVITAS BADAN PENGENDALIAN LINGKUNGAN HIDUP …

24

Ada 2 (dua) jenis organisasi secara global di semua negara, yaitu

organisasi pemerintah dan organisasi non pemerintah (baik swasta yang bernuansa

dagang maupun yang non dagang). Khusus untuk organisasi pemerintah

merupakan syarat utama suatu negara disamping wilayah, penduduk, dan

pengakuan. Organisasi dapat berubah tetapi perubahan negara berarti pembubaran

negara itu sendiri. Organisasi pemerintah berbeda dengan organisasi manapun di

dunia, karena ada 3 (tiga) hal penting yang dimilikinya sebagai wewenangnya,

yaitu sebagai berikut (Syafiie, 2008:114):

1. Bila organisasi lain tidak diperkenankan membunuh orang dan bahkan dapat

dituntut, maka organisasi pemerintah diperbolehkan, biasanya disebut dengan

hukum mati.

2. Bila organisasi lain tidak diperkenankan mengurung orang walaupun dalam

waktu yang sangat singkat, maka organisasi pemerintah diperbolehkan,

biasanya disebut dengan penjara atau lembaga pemasyarakatan.

3. Bila organisasi lain tidak diperkenankan memungut uang dengan paksa tanpa

alasan yang jelas karena pemberian jasa tertentu, maka organisasi pemerintah

diperbolehkan, biasanya disebut dengan pajak.

Victor A. Thompson (Thoha, 2008:165) menyatakan bahwa ”an

organization is a ”highly” rationalized and impersonal integration of a large

number of specialists cooperating to achieve some announced specific objective”.

Chester Barnard (Thoha, 2008:165) sendiri juga mempunyai rumusan

tertentu tentang organisai sesuai dengan perspektifnya. Ia merumuskan organisasi

sebagai berikut: ”an organization is a system of consciously coordinated personal

Page 41: EFEKTIVITAS BADAN PENGENDALIAN LINGKUNGAN HIDUP …

25

activities or forces of two or more persons”.

Dari dua orang yang ahli organisasi ini jelas mempunyai perspektif yang

berbeda. Thompson merumuskan organisasi dengan penekanan pada tingkat

rasionalitas dalam usaha kerja sama tersebut, sedangkan Barnard menentukan

sistem kerja sama yang terkoordinasi secara sadar.

Pandangan klasik tentang organisasi dinyatakan oleh Max Weber (Thoha,

2008:166) dengan mendemonstrasikan pendapatnya mengenai birokrasi. Weber

membedakan suatu kelompok kerja sama dengan organisasi kemasyarakatan.

Menurut dia, kelompok kerja sama adalah suatu tata hubungan sosial yang

dihubungkan dan dibatasi oleh aturan-aturan. Aturan-aturan ini sejauh mungkin

dapat memaksa seseorang untuk melakukan kerja sebagai suatu fungsinya yang

ajek, baik dilakukan oleh pimpinan, maupun oleh pegawai-pegawai administrasi

lainnya.

2.1.3. Lingkungan Hidup

Manusia bersama tumbuhan, hewan dan jasad renik menempati suatu

ruang tertentu. Kecuali makhluk hidup, dalam ruang itu terdapat juga benda tak

hidup, sperti misalnya udara, yang terdiri atas bermacam gas, air, dalam bentuk

uap, air dan padat, tanah dan batu. Ruang yang ditempati suatu makhluk hidup

bersama dengan benda hidup dan tak hidup di dalamnya disebut lingkungan hidup

makhluk tersebut.

Page 42: EFEKTIVITAS BADAN PENGENDALIAN LINGKUNGAN HIDUP …

26

Sifat lingkungan hidup ditentukan oleh bermacam-macam faktor.

Pertama, oleh jenis dan jumlah masing-masing jenis unsur lingkungan hidup

tersebut. Kedua, hubungan atau interaksi antara unsur dalam lingkungan hidup itu.

Ketiga, kelakuan atau kondisi unsur lingkungan hidup. Keempat, faktor non-

materiil suhu, cahaya, dan kebisingan.

Tujuan hidup yang wajar bagi kita sebagai umat manusia adalah

menyesuaikan keseimbangan antara populasi masusia dengan lingkungan. Tujuan

berikutnya adalah secara sistematis menghindari kegiatan yang memperbesar

amplitudo ketidakmantapan dalam sistem populasi lingkungan tadi. Program kerja

untuk mencapai tujuan di atas, ada enam sasaran, yaitu (Kristanto, 2004:31):

1. Menentukan jumlah optimum populasi di dunia untuk tiap negara dan

wilayah, disertai dengan penyebaran struktur umur dan penyebaran geografis.

2. Menggunakan sumber daya alam secara cermat dan sebijaksana mungkin,

termasuk penggunaan energi, bahan makanan, hasil hutan, tanah, bahan

mineral, dan waktu yang dimiliki manusia.

3. Mengembangkan teori ekonomi yang berdasarkan keseimbangan, bukan yang

berdasarkan petumbuhan.

4. Secara rutin mengadakan monitoring terhadap perubahan perubahan fisik dan

kimia planet bumi, dan mengambil tindakan yang tegas terhadap setiap

kegiatan yang merusak lingkungan.

5. Mengeluarkan Undang-undang dan peraturan yang secara tegas mencegah

kegiatan yang dapat mengakibatkan bertambah lebarnya amplitudo

ketidakstabilan lingkungan hidup manusia.

Page 43: EFEKTIVITAS BADAN PENGENDALIAN LINGKUNGAN HIDUP …

27

6. Memberi jaminan kepada setiap warga negara untuk memiliki suatu hak

untuk hidup dalam lingkungan yang sehat dan sesuai.

Sumber daya alam digolongkan menjadi:

• Berdasarkan potensi (penggunaannya):

1. Penghasil energi (air, matahari, gas bumi, batu bara, angin dan sebagainya)

2. Penghasil bahan baku (mineral, hutan, perairan, tanah)

3. Sumber alam lingkungan hidup (udara, air)

• Berdasarkan kemampuannya untuk memperbaharui diri setelah mengalami

gangguan:

1. Sumber daya alam yang tak dapat diperbaharui, misalnya mineral, minyak

bumi, gas bumi.

2. Sumber daya alam yang dapat diperbaharui, misalnya hutan, air, udara.

Sumber daya alam yang tak dapat diperbaharui sangat penting bagi

perekonomian negara berkembang (sebagai pengadaan energi untuk

pembangunan). Sumber daya alam yang tak dapat diperbaharui tersebut

merupakan tulang punggung pembangunan negara berkembang (untuk

meningkatkan devisa non minyak dan gas bumi).

2.1.3.1. Kualitas Lingkungan Hidup

Pengertian tentang kualitas lingkungan sangatlah penting karena

merupakan dasar dan pedoman untuk mencapai tujuan pengelolaan lingkungan.

Kualitas lingkungan dapat diartikan dalam kaitannya dengan kualitas hidup, di

mana dalam lingkungan yang baik kualitasnya terdapat potensi untuk

Page 44: EFEKTIVITAS BADAN PENGENDALIAN LINGKUNGAN HIDUP …

28

berkembangnya kualitas hidup yang tinggi. Ada 3 (tiga) kriteria yang digunakan

untuk mengukur kualitas hidup umat manusia, yaitu (Kristanto, 2004:44):

1. Derajat dipenuhinya kebutuhan hidup sebagai makhluk hayati. Kebutuhan ini

bersifat mutlak, yang didorong oleh keinginan manusia untuk menjaga

kelangsungan hidup hayatinya. Kelangsungan hidup hayati tidak hanya

menyangkut dirinya, melainkan juga masyarakatnya, dan terutama

kelangsungan hidupnya sebagai jenis melalui keturunannya. Kebutuhan dasar

ini terdiri atas udara, air yang bersih, pangan, kesempatan untuk mendapatkan

keturunan serta perlindungan terhadap serangan penyakit dan sesama

manusia.

2. Derajat dipenuhinya kebutuhan hidup manusiawi. Berbeda dengan makhluk

hidup yang lain, manusia sebagai makhluk yang berbudaya tidak cukup hanya

sekedar hidup secara hayati, melainkan karena perkembangan kebudayaannya

maka manusia harus hidup secara manusiawi.

3. Derajat dipenuhinya kebebasan untuk memilih. Kemampuan memilih

merupakan sifat hakiki untuk dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya,

baik pada tumbuhan, hewan, maupun manusia. Untuk dapat memilih harus

ada keanekaragaman plihan, karena itu keanekargaman merupakan unsur

yang esensial dalam lingkungan.

Ketiga kriteria tersebut disebut dengan kebutuhan dasar umat manusia.

Dari ketiga kebutuhan dasar tersebut, kebutuhan dasar untuk hidup sebagai

makhluk hayati adalah yang paling pokok dan mempunyai bobot yang paling

tinggi diantara ketiga golongan kebutuhan dasar di atas.

Page 45: EFEKTIVITAS BADAN PENGENDALIAN LINGKUNGAN HIDUP …

29

Dengan menghubungkan kualitas lingkungan dengan derajat pemenuhan

kebutuhan dasar manusia (sandang, papan, pangan), berarti lingkungan

merupakan sumber daya. Dari lingkungan didapatkan unsur-unsur yang

dibutuhkan untuk produksi dan konsumsi. Sebagian dari sumber daya tersebut

dimiliki oleh perorangan atau badan tertentu, misalnya lahan, sepetak hutan.

Sebagian lagi sumber daya itu milik umum, misalnya udara, air, tanah, sungai,

panai, dan lautnya. Air adalah faktor lain yang kita butuhkan untuk produksi.

Apabila sumber daya tersebut dieksploitasi lingkungan akan mampu melakukan

regenerasi selama materi yang dikonsumsi tidak melampaui kecepatan proses

regenerasi dari lingkungan. Jika percepatan konsumsi melampaui kecepatan

regenerasi akan terjadi apa yang disebut dengan pencemaran. Sebaliknya, jika

lingkungan mampu melakukan regenerasi, sumber daya ini disebut dengan

sumber daya yang terperbaharui. Kemampuan lingkungan untuk memasok sumber

daya dan untuk mengasimilasi zat pencemar adalah terbatas. Batas kemampuan ini

disebut dengan daya dukung lingkungan (kapasitas bawa). Kecenderungan yang

nampak sekarang adalah kenaikan kualitas hidup manusia disertai dengan

kenaikan tingkat konsumsi sumber daya dan pencemaran (Kristanto, 2004:40-41).

Page 46: EFEKTIVITAS BADAN PENGENDALIAN LINGKUNGAN HIDUP …

30

2.1.4. Pencemaran Lingkungan

Berdasarkan Keputusan Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan

Hidup No.02/MENKLH/1988 (Kristanto, 2004:71), yang dimaksud pencemaran

adalah:

Masuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan/atau komponen lain ke dalam air/udara, dan/atau berubahnya tatanan (komposisi) air/udara oleh kegiatan manusia atau proses alam, sehingga kualitas air/udara menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya.

Pemahanan akan pencemaran sangat penting artinya, baik bagi

masyarakat umum maupun pengusaha. Seringkali pencemaran itu

diinterpretasikan secara sempit sehingga jangkauan pemahamannya pun terbatas

pada hal-hal yang sifatnya insidentil belaka. Padahal ada pencemaran dan dampak

yang ditimbulkannya baru dapat dideteksi setelah puluhan tahun berlangsung.

Pengamatan terhadap berbagai industri menunjukkan bahwa pencegahan dan

pengendalian pencemaran bukanlah pekerjaan yang mudah. Pendekatan secara

teoretis sering dipraktekan untuk mengesahkan ada atau tidaknya pencemaran,

sementara kenyataan membuktikan bahwa telah terjadi suatu perubahan yang

nyata dalam lingkungan tersebut, dan perubahan itu yang telah mengundang

terjadinya proses dari masyarakat yang merasa dirugikan (Kristanto, 2004:2).

Dengan semakin meningkatnya perkembangan sektor industri dan

transportasi, baik industri minyak dan gas bumi, pertanian, industri kimia, industri

logam dasar, industri jasa, dan jenis aktivitas manusia lainnya, maka semakin

meningkat pula tingkat pencemaran pada perairan, udara dan tanah akibat

berbagai kegiatan tersebut. Untuk mencegah terjadinya pencemaran lingkungan

Page 47: EFEKTIVITAS BADAN PENGENDALIAN LINGKUNGAN HIDUP …

31

oleh berbagai aktivitas tersebut maka perlu dilakukan pengendalian terhadap

pencemaran lingkungan dengan menetapkan baku mutu lingkungan, termasuk

baku mutu air pada sumber air, baku mutu limbah cair, baku mutu udara ambien,

baku mutu udara emisi, dan sebagainya. Baku mutu air pada sumber air adalah

batas kadar yang diperkenankan bagi zat atau bahan pencemar terdapat di dalam

air, tetapi air tersebut tetap dapat digunakan sesuai dengan kriterianya.

Pada dasarnya kegiatan suatu industri adalah mengolah masukan menjadi

keluaran. Pengamatan terhadap sumber pencemar sektor industri dapat

dilaksanakan pada masukan, proses maupun pada keluarannya dengan melihat

spesifikasi dan jenis limbah yang diproduksi. Pencemaran yang ditimbulkan oleh

industri diakibatkan adanya limbah yang keluar dari pabrik dan mengandung

bahan beracun dan berbahaya (B-3). Lingkungan sebagai wadah penerima akan

menyerap bahan limbah tersebut sesuai dengan kemampuan asimilasinya, di mana

wadah penerima (air, udara, tanah) masing-masing mempunyai karakteristi yang

berbeda, misalnya air pada suatu saat dan tempat tertentu akan berbeda

karakteristiknya dengan air pada tempat yang sama tetapi pada saat yang berbeda.

Kemampuan lingkungan untuk memulihkan diri sendiri karena interaksi

pengaruh luar, disebut dengan daya dukung lingkungan. Bahan pencemar yang

masuk ke dalam lingkungan akan berinteraksi dengan satu atau lebih komponen

lingkungan. Perubahan komponen lingkungan secara fisika, kimia, dan biologi

sebagai akibat dari adanya bahan pencemar akan mengakibatkan perubahan nilai

lingkungan yang disebut dengan perubahan kualitas lingkungan.

Page 48: EFEKTIVITAS BADAN PENGENDALIAN LINGKUNGAN HIDUP …

32

Menurut peruntukannya, air pada sumber air dapat dikategorikan menjadi

4 (empat) golongan, yaitu (Kristanto, 2004:71):

1. Golongan A, yaitu air yang dapat digunakan sebagai air minum secara

langsung tanpa diolah terlebih dahulu

2. Golongan B, yaitu air yang dapat digunakan sebagai air baku untuk diolah

sebagai air minum dan keperluan rumah tangga lainnya

3. Golongan C, yaitu air yang dapat digunakan untuk keperluan perikanan dan

peternakan

4. Golongan D, yaitu air yang dapat digunakan untuk keperluan pertanian dan

dapat digunakan untuk usaha perkotaan, industri, dan listrik tenaga air.

Baku mutu limbah cair adalah batas kadar yang diperkenankan bagi zat

atau bahan pencemar untuk dibuang dari sumber pencemar ke dalam air pada

sumber air sehingga tidak mengakibatkan dilampauinya baku mutu air.

2.1.4.1. Pencemaran Air

Pencemaran air adalah penyimpangan sifat-sifat air dari keadaan normal,

bukan dari kemurniannya. Air yang tersebar di alam semesta ini tidak pernah

terdapat dalam bentuk murni, namun bukan berarti bahwa semua air sudah

tercemar, misalnya walaupun di daerah pegunungan atau hutan yang terpencil

dengan udara yang bersih dan bebas dari pencemaran, air hujan yang turun di

atasnya selalu mengandung bahan-bahan terlarut, serta bahan-bahan tersuspensi,

misalnya debu dan partikel-partikel lainnya yang terbawa air hujan dari atmosfir

(Kristanto, 2004:72).

Page 49: EFEKTIVITAS BADAN PENGENDALIAN LINGKUNGAN HIDUP …

33

Adanya benda-benda asing yang mengakibatkan air tersebut tidak dapat

digunakan sesuai dengan peruntukannya secara normal disebut dengan

pencemaran air. Karena kebutuhan makhluk hidup akan air sangat bervariasi,

maka batas pencemaran untuk berbagai jenis air juga berbeda. Aspek-aspek

kimia-fisika pencemaran air adalah:

1. Nilai pH, keasaman, dan alkalinitas 2. Suhu 3. Oksigen terlarut 4. Karbondioksida bebas 5. Warna dan kekeruhan 6. Jumlah padatan 7. Nitrat 8. Amoniak 9. Fosfat 10. Daya hantar listrik 11. Klorida

Warna air yang terdapat di alam sangat bervariasi, misalnya air di rawa-

rawa berwarna kuning, cokelat, atau kehijauan. Air sungai biasanya berwarna

kuning kecokelatan karena mengandung lumpur. Air limbah yang mengandung

besi (Fe) dalam jumlah tinggi berwarna cokelat kemerahan. Warna air yang tidak

normal biasanya merupakan indikasi terjadinya pencemaran air.

Warna air dibedakan atas dua macam (Kristanto, 2004:80):

1. Warna sejati (true color) yang diakibatkan oleh bahan-bahan terlarut

2. Warna semu (apparent color) yang selain diakibatkan oleh bahan-bahan

terlarut juga karena bahan-bahan tersuspensi, termasuk diantaranya yang

bersifat koloid

Aspek biokimia antara lain (Kristanto, 2004:87):

1. BOD (Biochemical Oxygen Demand), menunjukkan jumlah oksigen terlarut

Page 50: EFEKTIVITAS BADAN PENGENDALIAN LINGKUNGAN HIDUP …

34

yang dibutuhkan oleh organisme hidup untuk menguraikan atau mengoksidasi

bahan-bahan buangan di dalam air. Jadi nilai BOD tidak menunjukkan jumlah

bahan organik yang sebenarnya, tetapi hanya mengukur secara relatif jumlah

oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi bahan-bahan buangan tersebut.

2. COD (Chemical Oxygen Demand), untuk mengetahui jumlah bahan organik

di dalam air dapat dilakukan suatu uji yang lebih cepat dari uji BOD, yaitu

berdasarkan reaksi kimia dari suatu bahan oksidan. Uji ini disebut dengan uji

COD, yaitu suatu uji yang menentukan jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh

bahan oksidan, misalnya kalium dikromat untuk mengoksidasi bahan-bahan

organik yang terdapat di dalam air.

2.1.4.2. Limbah Industri

Limbah adalah buangan yang kehadirannya pada suatu saat dan tempat

tertentu tidak dikehendaki lingkungan karena tidak memiliki nilai ekonomi.

Limbah yang mengandung bahan polutan yang memiliki sifat racun dan

berbahaya dikenal dengan limbah B-3 yang dinyatakan sebagai bahan yang dalam

jumlah relatif sedikit tetapi berpotensi untuk merusak lingkungan hidup dan

sumber daya (Kristanto, 2004:169).

Untuk jenis industri tertentu, seperti pengalengan bahan makanan, pabrik

minyak tanah, dan pabrik sabun, dihasilkan limbah cair yang bukan saja berasal

dari proses produksi, tetapi juga dari air pencuci lantai gedung atau tempat lain di

mana proses produksi dilakukan. Aliran air cucian di atas jumlahnya cukup besar

dan mengandung bahan-bahan tumpahan yang terjadi sehari-hari selama pabrik

Page 51: EFEKTIVITAS BADAN PENGENDALIAN LINGKUNGAN HIDUP …

35

beroperasi. Dari uraian singkat tersebut, terlihat bahwa dalam proses produksi

dihasilkan juga limbah. Limbah ada yang mengandung bahan-bahan berbahaya,

misalnya mudah terbakar, beracun, atau sifat-sifat lain yang tidak diinginkan.

Bahan-bahan tersebut keluar dari unit industri dan masuk ke dalam lingkungan

melalui media udara, air ataupun padat yang kemudian dikenal sebagai bahan

pencemar atau polutan. Potensi sumber pencemaran dari suatu industri tergantung

dari proses yang digunakan, jenis dan kondisi peralatan, sistem penanggulangan

yang ada, dan ketelitian operasi yang bersangkutan (Soeharto, 2002:212).

Limbah cair adalah buangan limbah yang mengandung kadar air cukup

tinggi. Limbah jenis ini umumnya berasal dari industri yang dalam operasinya

banyak berkaitan dengan air, baik yang semula diperlukan untuk proses produksi

maupun terbawa oleh bahan baku yang perlu dikeluarkan atau dari air cucian

tempat di mana proses produksi berlangsung (Soeharto, 2002:213).

Sifat lain pencemaran oleh industri ialah zat pencemar tertentu tidak

dapat dibersihkan oleh alam, misalnya pencemaran logam berat dan zat radioaktif.

Zat yang dimakan oleh jasad renik dan makhluk lain tidaklah menjadi tidak

beracun, melainkan sifat beracun itu tetap ada. Bahkan jasad dan makhluk lain itu

menumpuk zat pencemar itu, sehingga pencemaran menjadi lebih berbahaya

untuk manusia (Soemarwoto, 2004:261).

Tindakan penanggulangan yang biasanya diambil adalah pembersihan

badan air dari gulma air. Tetapi ini hanya bersifat simtomatis. Yang lebih penting

ialah menghilangkan sumber pencemaran. Untuk itu harus ada pengaturan agar

limbah cair tidak dibuang ke dalam air, atau boleh dibuang ke badan air setelah

Page 52: EFEKTIVITAS BADAN PENGENDALIAN LINGKUNGAN HIDUP …

36

mengalami pengolahan untuk menurunkan tingkat kesuburan limbah cair ini

(Soemarwoto, 2004:327).

Kualitas limbah menunjukkan spesifikasi limbah yang diukur dari jumlah

kandungan bahan pencemar di dalam limbah. Kandungan pencemar di dalam

limbah terdiri dari berbagai parameter. Semakin kecil jumlah parameter dan

semakin kecil konsentrasinya, hal itu menunjukkan semakin kecilnya peluang

untuk terjadinya pencemaran lingkungan. Faktor-faktor yang mempengaruhi

kualitas limbah adalah volume limbah, kandungan bahan pencemar, frekuensi

pembuangan limbah.

Berdasarkan karakteristiknya, limbah industri dapat digolongkan menjadi

3 bagian:

1. Limbah cair

2. Limbah gas dan partikel

3. Limbah padat

Terdapat beberapa kerancuan dalam mengidentifikasikan limbah cair,

yaitu buangan air yang digunakan untuk mendinginkan mesin suatu pabrik. Oleh

karena itu penelitian terhadap pabrik harus selalu dilakukan pada berbagai tempat

dengan waktu yang berbeda agar sampel yang diteliti benar-benar mewakili

keadaan pabrik yang sebenarnya (Kristanto, 2004:170-171).

Page 53: EFEKTIVITAS BADAN PENGENDALIAN LINGKUNGAN HIDUP …

37

2.1.5. Pengelolaan Lingkungan

Pengelolaan lingkungan hidup berdasarkan Bab I Pasal 1 Peraturan

Pemerintah No.51 Tahun 1993 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan

(Soeharto, 2002:453), adalah upaya terpadu dalam pemanfaatan, penataan,

pemeliharaan, pengawasan, pengendalian, pemulihan, dan pengembangan

lingkungan hidup.

Pengelolaan lingkungan dapatlah kita artikan sebagai usaha secara sadar

untuk memelihara atau dan memperbaiki mutu lingkungan, agar kebutuhan dasar

kita dapat terpenuhi dengan sebaik-baiknya. Untuk mendapatkan mutu lingkungan

yang baik, usaha kita ialah memperbesar manfaat lingkungan atau dan

memperkecil resiko lingkungan (Soemarwoto, 2004:76)

Dewasa ini tugas dan peranan pemerintah kota bukanlah mementingkan

untuk melindungi alam terhadap kegiatan manusia yang membawa pengaruh

negatif pada kehidupan masyarakat. Mereka lebih mengutamakan pada upaya-

upaya untuk memperbaiki alam beserta pengaruh lingkungannya, menciptakan

keindahan dan peremajaan kota yang memberikan kegairahan, kenyamanan, dan

kepuasan hidup bagi warga kotanya. Secara teoretis, pihak yang menyebabkan

terjadinya pencemaran harus dibebani pajak jika pemerintah bermaksud

memperbaiki efisiensi secara alokatif. Akan tetapi dalam praktek tidak mudah

ditentukan secara tepat tingkat dan kejadian pencemaran yang dimaksud

(Adisasmita, 2005:155).

Page 54: EFEKTIVITAS BADAN PENGENDALIAN LINGKUNGAN HIDUP …

38

Investasi untuk mengendalikan pencemaran dapat dibedakan dalam 2

(dua) kategori (Adisasmita, 2005:155-156), yaitu:

1. Group treatment investment

2. Assimilation investment

Kategori yang pertama dilakukan oleh pihak yang menimbulkan

pencemaran, misalnya sekelompok pabrik tertentu yang berusaha untuk mencegah

pengaruh negatif dari asap atau barang cair lainnya. Sedangkan kategori kedua

biasanya dalam bentuk meningkatkan kapasitas sarana lingkungan yang dapat

dilakukan masyarakat secara kolektif ataupun oleh pemerintah.

Salah satu kesulitan dalam hubungan investasi masyarakat yang

dilakukan untuk mengendalikan lingkungan hidup adalah sulitnya mengatur

manfaat penurunan tingkat pencemaran secara tangible atau yang dapat dikonversi

dalam uang. Sebagai konsekuensinya mungkin lebih mudah untuk menjelaskan

apa sasaran pengendalian lingkungan hidup dalam arti fisik yang hendak dicapai.

Menyadari besarnya dampak kegiatan pembangunan terhadap lingkungan

hidup, maka pemerintah mengeluarkan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1982

tentang ketentuan pokok pengelolaan lingkungan, yang pelaksanaannya

dituangkan dalam PP Nomor 29 Tahun 1986. Undang-Undang beserta peraturan

pelaksana tersebut dimaksudkan sebagai sarana untuk melakukan pencegahan

terhadap suatu rencana kegiatan, misalnya proyek yang mungkin dapat

menyebabkan kerusakan lingkungan. Dalam Undang-Undang tersebut,

pengelolaan lingkungan hidup harus berpegang pada asas pelestarian lingkungan

yang serasi dan seimbang bagi peningkatan kesejahteraan manusia. Hal ini berarti

Page 55: EFEKTIVITAS BADAN PENGENDALIAN LINGKUNGAN HIDUP …

39

kegiatan pembangunan proyek dan pengoperasian unit hasil proyek harus

berpatokan pada wawasan lingkungan. Maksud diatas dapat dicapai dengan cara

sebagai berikut (Soeharto, 2002:197-198):

a. Memperhatikan kemampuan daya dukung lingkungan lokasi proyek dan alam

sekitarnya.

b. Mengelola penggunaan sumber daya secara bijaksana dengan merencanakan,

memantau, dan mengendalikan penggunaan sumber daya tersebut seccara

bijaksana.

c. Memperkecil dampak negatif dan memperbesar dampak positif.

Setelah semua cara di atas dilaksanakan, diharapkan dapat menjamin

pembangunan yang berkesinambungan dengan tidak menurunkan potensi sumber

daya yang dapat diperbarui.

Dalam usaha untuk mengubah keseimbangan lingkungan yang ada pada

mutu lingkungan yang rendah ke keseimbangan lingkungan baru pada tingkat

mutu lingkungan yang tinggi diusahakan agar lingkungan tetap dapat mendukung

mutu hidup yang lebih tinggi itu. Dengan demikian jelaslah yang kita lestarikan

bukanlah keserasian dan keseimbangan lingkungan, melainkan kita ingin

melestarikan daya dukung lingkungan yang dapat menopang secara terlanjutkan

pertumbuhan dan perkembangan yang kita usahakan dalam pembangunan

(Soemarwoto, 2004:81). Di Indonesia, baik usahawan sebagai produsen maupun

masyarakat sebagai konsumen tidak atau sedikit usahanya untuk mengurangi

limbah karena kesadaran lingkungan, kesadaran hukum dan komitmen untuk

melindungi lingkungan masih rendah.

Page 56: EFEKTIVITAS BADAN PENGENDALIAN LINGKUNGAN HIDUP …

40

Pengelolaan lingkungan mempunyai ruang lingkup yang luas dengan

cara yang beraneka pula, seperti dapat dilihat berikut ini (Soemarwoto, 2004:95):

1. Pengelolaan lingkungan secara rutin.

2. Perencanaan dini pengelolaan lingkungan suatu daerah yang menjadi dasar

dan tuntutan bagi perencanaan pembangunan.

3. Perencanaan pengelolaan lingkungan berdasarkan perkiraan dampak

lingkungan yang akan terjadi sebagai akibat suatu proyek pembangunan yang

sedang direncanakan.

4. Perencanaan pengelolaan lingkungan untuk memperbaiki lingkungan yang

mengalami kerusakan, baik karena sebab alamiah maupun karena tindakan

manusia.

2.1.5.1. Pengendalian dan Pengolahan Limbah Industri

Pengendalian pencemaran yang berkaitan dengan limbah industri

mempunyai beberapa motivasi dilihat dari kondisi lingkungan tempat sumber

pencemar berada. Bagaimanapun, bila lingkungan sudah terlanjur rusak, maka

akan sangat sulit untuk memulihkannya seperti semula. Untuk memulihkannya

tentu membutuhkan biaya yang sangat besar. Pelaksanaan pengendalian

pencemaran yang diakibatkan oleh limbah industri dalam kaitannya dengan

pembangunan berwawasan lingkungan bertujuan untuk memaksimalkan dampak

positif dan meminimalkan dampak negatif. Optimalisasi semacam ini nampaknya

mudah, tetapi pelaksanaannya mengalami berbagai hambatan, seperti faktor

politis dan sosial-budaya (Kristanto, 2004:176).

Page 57: EFEKTIVITAS BADAN PENGENDALIAN LINGKUNGAN HIDUP …

41

Beberapa pendekatan yang dapat digunakan untuk pencegahan dan

penanggulangan pencemaran karena limbah industri adalah (Kristanto, 2004:178):

1. Pencegahan pencemaran

2. Penanggulangan pencemaran

3. Biaya pengendalian dan penanggulangan

Air limbah mungkin terdiri dari satu atau lebih parameter pencemar yang

melampaui ambang batas yang telah ditetapkan. Kemungkinan di dalamnya

terdapat minyak, lemak, bahan organik seperti besi, aluminium, nikel, plumbum,

barium, fenol, dan lain-lain, sehingga dalam pengolahannya dibutuhkan

kombinasi dari beberapa metode dan peralatan. Pada dasarnya, pengolahan limbah

air dapat dibedakan menjadi (Kristanto, 2004:181):

1. Pengolahan menurut tingkatan perlakuan

2. Pengolahan menurut karakteristik limbah

2.1.6. Pembangunan

Ciri pokok pertama pembangunan adalah orientasinya kepada usaha-

usaha ke arah perubahan-perubahan keadaan yang dianggap lebih baik. Bahkan

administrasi pembangunan dimaksudkan untuk membantu dan mendorong ke arah

perubahan-perubahan besar (basic changes) di berbagai kegiatan/bidang

kehidupan yang saling kait-berkait dan akan memberikan hasil akhir terdapatnya

proses pembangunan. Thompson menyebutkan bahwa administrasi pembangunan

meliputi kemampuan organisasi untuk ”innovate” (melakukan pembaharuan).

Page 58: EFEKTIVITAS BADAN PENGENDALIAN LINGKUNGAN HIDUP …

42

Orientasi dari pendekatan ini adalah masa depan. Ciri pokok kedua, administrasi

pembangunan adalah bahwa perbaikan dan penyempurnaan administrasi dikaitkan

dengan aspek perkembangan di bidang-bidang lain, seperti ekonomi, sosial,

politik, dan lain-lain (Tjokroamidjojo, 1995:11).

Pembangunan pada hakekatnya adalah pengubahan lingkungan, yaitu

mengurangi resiko lingkungan atau dan memperbesar manfaat lingkungan

(Soemarwoto, 2004:79).

Pembangunan berkelanjutan didefinisikan oleh Komisi Sedunia untuk

Lingkungan dan Pembangunan sebagai pembangunan yang memenuhi kebutuhan

kita sekarang tanpa mengurangi kemampuan generasi yang akan datang untuk

memenuhi kebutuhan mereka (Soemarwoto, 2004:162).

Sasaran pembangunan yang akan dicapai adalah membaiknya sistem

pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup bagi terciptanya

keseimbangan antara aspek pemanfaatan sumber daya alam sebagai modal

pertumbuhan ekonomi dengan aspek perlindungan terhadap pelestarian fungsi

lingkungan hidup sebagai penopang sistem kehidupan secara luas (Mawardi,

2009:371). Adanya keseimbangan tersebut berarti menjamin keberlanjutan

pembangunan. Untuk itu, pengarusutamaan prinsip-prinsip pembangunan

berkelanjutan di seluruh sektor, baik di pusat maupun di daerah menjadi suatu

keharusan. Dalam konteks ini, yang dimaksud dengan pembangunan

berkelanjutan adalah upaya memenuhi kebutuhan generasi masa kini tanpa

mengorbankan kepentingan generasi yang akan datang. Seluruh kegiatannya harus

dilandasi 3 (tiga) pilar pembangunan secara seimbang (Mawardi, 2009:372),

Page 59: EFEKTIVITAS BADAN PENGENDALIAN LINGKUNGAN HIDUP …

43

yaitu:

1. Menguntungkan secara ekonomi (economically value)

2. Diterima secara sosial (socially acceptable)

3. Ramah lingkungan (environmentally sound)

Ketiga prinsip tersebut harus dijabarkan dalam bentuk instrumen

kebijakan dan peraturan perundang-undangan di bidang lingkungan yang dapat

mendorong investasi pembangunan jangka menengah di seluruh sektor dan bidang

terkait dengan sasaran pembangunan sumber daya alam dan lingkungan. Untuk

mencapai sasaran tersebut, arah kebijakan yang akan ditempuh meliputi perbaikan

manajemen dan sistem pengelolaan sumber daya alam, optimalisasi manfaat

ekonomi dari sumber daya alam termasuk jasa lingkungannya dan

pembangunannya.

Secara umum perubahan yang terjadi pada negara-negara yang sedang

berkembang adalah perubahan-perubahan di bidang sosial, ekonomi, dan politik.

Menurut Prof. Dr. Bintoro Tjokroamidjojo dkk menggolongkan menjadi

modernisasi pembangunan dan perubahan. Modernisasi secara umum diberi arti

menggantikan apa yang dulunya telah ada untuk ditingkatkan di berbagai bidang

seperti ekonomi, pertanian, industri dan sebagainya. Dengan demikian

modernisasi lebih bersifat suatu kegiatan atau upaya yang dilakukan terhadap

suatu sistem lama menuju kepada suatu sistem yang baru dan dianggap lebih baik.

Riggs memberikan gambaran modernisasi dengan administrasi perbandingan di

negara agraris dan industri. Menurut Riggs hal ini merupakan dasar dari sistem

administrasi negara yang bersangkutan (Sudriamunawar, 2002:46).

Page 60: EFEKTIVITAS BADAN PENGENDALIAN LINGKUNGAN HIDUP …

44

Terjadinya proses modernisasi, tidak bisa terlepas dari apa yang disebut

”elite modern”, yaitu kelompok kecil yang ingin membawa perubahan menuju

modern. Perwujudan modern suatu negara dapat dilihat ada tidaknya peningkatan

dari tujuan-tujuan yang telah ditentukan. Dengan demikian jelas bahwa modern

tersebut pada dasarnya adalah upaya yang dilakukan oleh suatu bangsa untuk

meningkatkan taraf hidup dan kehidupan yang lebih baik. Meskipun demikian,

modern dalm pelaksanaannya tidak jarang mengalami berbagai kelemahan.

Menurut La Parombara (Sudriamunawar, 2002:47), modern dapat

menjadi perangkap bagi negara berkembang, hal ini disebabkan oleh:

1. Negara dunia ketiga mengikuti kriteria modern dengan GNP

2. Menganggap bahwa perubahan sistem politik sebagai suatu yang tidak dapat

dielakkan

3. Menganggap bahwa modern sama dengan standar Anglo Amerika

Di negara yang berkembang dan berorientasi kepada cara-cara

pembangunan di negara maju dalam melakukan perubahan di berbagai bidang,

maka akan berdampak antara lain (Sudriamunawar, 2002:49):

1. Penggunaan teknologi yang mengarah pada dehumanisasi

2. Terganggunya lingkungan

3. Lapisan masyarakat cenderung bertambah luas, dan lain-lain

Dalam konteks kebijakan desentralisasi yang dapat secara langsung menunjang

pembangunan daerah, beberapa langkah berikut ini dapat dipertimbangkan

(LP3ES, 1998:144-145):

Page 61: EFEKTIVITAS BADAN PENGENDALIAN LINGKUNGAN HIDUP …

45

1. Di bidang keuangan, diperlukan suatu garis kebijakan yang lebih progresif

untuk mengalokasikan lebih banyak bantuan pembangunan yang bersifat

block grant daripada yang bersifat specific grant.

2. Di bidang perencanaan pembangunan perlu diberi kewenangan lebih besar

kepada Bappeda untuk menyusun rencana pembangunan yang lebih sesuai

dengan kebutuhan masyarakat di daerah.

3. Di bidang organisasi pemerintahan, diperlukan suatu kajian yang lengkap

tentang efektivitas keberadaan lembaga-lembaga pusat dan daerah yang

bertanggung jawab langsung terhadap penyelenggaraan pembangunan di

daerah.

Di bidang kepegawaian, berbagai kebijakan baru perlu dilancarkan.

Pengecilan organisasi pusat dan pembesaran organisasi daerah sebagai

konsekuensi dari kebijakan desentralisasi yang lebih progresif, sesuai dengan apa

yang direkomendasikan pada butir 3 (tiga) di atas, memerlukan realokasi personil

secara proporsional.

2.1.6.1. Dampak Pembangunan terhadap Lingkungan

Menyelenggarakan pembangunan dengan pemanfaatan teknologi dan

sekaligus melestarikan lingkungan hidup sering dianalogikan dengan ”makan

buah simalakama”. Analogi tersebut mungkin relevan untuk diperhatikan.

Perhatian tersebut ditujukan kepada 3 (tiga) hal utama (Siagian, 2008:28-29).

Pertama: Telah umum diketahui bahwa percepatan laju pembangunan khususnya

di bidang ekonomi, biasanya berakibat pada terjadinya perubahan kegiatan dan

Page 62: EFEKTIVITAS BADAN PENGENDALIAN LINGKUNGAN HIDUP …

46

struktur perekonomian dari perekonomian yang mengandalkan pertanian menjadi

perekonomian yang didasarkan pada kegiatan industri. Dengan perkataan lain,

terjadinya industrialisasi termasuk pemanfaatan terobosan di bidang teknologi

untuk kegiatan pertanian tidak dapat disangkal bahwa perubahan tersebut

meningkatkan produktivitas suatu masyarakat bangsa untuk menghasilkan barang

dan jasa, baik untuk kepentingan konsumsi dalam negeri sendiri maupun untuk

kepentingan ekspor sebagai salah satu sumber penerimaan devisa. Memang benar

dunia usaha sudah melakukan kegiatan daur ulang (recycling) limbah yang

dihasilkannya itu. Akan tetapi, tidak sedikit perusahaan yang membuang limbah

industri yang dihasilkannya begitu saja misalnya ke sungai yang digunakan untuk

kepentingan irigasi dan menjadi sumber air bersih bagi manusia, baik di daerah

pedesaan maupun perkotaan.

Kedua: Pemanfaatan sumber daya alam memang harus dilakukan, akan

tetapi harus dilakukan dengan cara-cara yang bertanggung jawab. Ini karena daya

dukung alam bukannya tanpa batas dan ada diantaranya yang tidak dapat

diperbarui. Ketiga: Keberhasilan pembangunan ekonomi berakibat pada

meningkatnya kesejahteraan masyarakat yang antara lain berarti meningkatnya

daya beli masyarakat tersebut untuk memuaskan berbagai kebutuhan primernya.

Sebuah negara yang tinggi produktivitasnya, dan merata pendapatan

penduduknya, bisa saja berada dalam sebuah proses untuk menjadi semakin

miskin. Hal ini, misalnya, karena pembangunan yang menghasilkan

produktivitasnya yang tinggi itu tidak mempedulikan dampak terhadap

lingkungannya. Lingkungannya semakin rusak. Sumber-sumber alamnya semakin

Page 63: EFEKTIVITAS BADAN PENGENDALIAN LINGKUNGAN HIDUP …

47

terkuras, sementara kecepatan bagi alam untuk melakukan rehabilitasi lebih

lambat daripada kecepatan perusakan sumber alam tersebut. Mungkin juga pabrik-

pabrik yang didirikan menghasilkan limbah kimia yang merusak alam

disekitarnya, sehingga mengganggu kesehatan penduduk maupun segala makhluk

hidup di sekitarnya. Padahal sumber-sumber alam dan manusia itu adalah faktor

utama yang menghasilkan pertumbuhan yang tinggi tersebut.

Oleh karena itu, seringkali terjadi bahwa pembangunan yang dianggap

berhasil ternyata tidak memiliki daya kelestarian yang memadai. Akibatnya

pembangunan ini tidak bisa berkelanjutan atau tidak sustainable. Karena itu,

dalam kriteria keberhasilan pembangunan yang paling baru, dimasukkan juga

faktor kerusakan lingkungan sebagai faktor yang menentukan. Apa gunanya

sebuah pembangunan yang pada saat ini memang tinggi pruduktivitasnya, merata

pembagian kekayaannya, tetapi dalam jangka 10 (sepuluh) tahun atau 20 (dua

puluh) tahun mendatang akan kempes karena kehilangan sumber daya yang

menjadi impuls utama pertumbuhan tersebut. Karena itu perlu dipertimbangkan

faktor-faktor baru sebagai tolok ukur terhadap keberhasilan pembangunan, seperti

misalnya kerusakan sumber daya alam, polusi yang terjadi akibat limbah industri

dan sebagainya. Bila faktor-faktor ini diikut sertakan sebagai tolok ukur, daftar

urut keberhasilan pembangunan dari negara-negara yang ada di dunia ini akan

mengalami perubahan (Budiman, 2000:6-7).

Masalah pokok yang timbul dalam pengelolaan kota dan wilayah adalah

adanya persepsi yang salah bahwa upaya kelestarian lingkungan terdapat

Page 64: EFEKTIVITAS BADAN PENGENDALIAN LINGKUNGAN HIDUP …

48

antagonis kepentingan dengan pertumbuhan ekonomi nasional. Hal yang sering

terjadi yaitu demi memperoleh hasil ekonomi yang besar, kepentingan lingkungan

alam diabaikan. Praktik yang terjadi adalah eksternalitas negatif dibiarkan diderita

oleh masyarakat dan lingkungan alam sekitar. Sedangkan seharusnya biaya

eksternal ditanggung oleh pelaku ekonomi, sehingga eksternalitas tidak dilepas

secara gratis ke alam dan masyarakat sekitarnya. Apabila eksternalitas tidak dapat

ditangani, maka dapat mengakibatkan biaya sosial diderita oleh masyarakat

sekitarnya dan biaya lingkungan diderita oleh alam lingkungan. Biaya sosial

adalah biaya yang dikeluarkan oleh masyarakat untuk mengatasi penderitaan

akibat eksternalitas kegiatan pihak lain (terutama industri), sedangkan biaya

lingkungan adalah biaya yang dibutuhkan untuk memperbaiki kerusakan

lingkungan. Jumlah dari kedua biaya ini biasanya lebih besar daripada biaya

eksternal yang seharusnya ditanggung oleh pihak penghasil eksternalitas (industri)

(Sadyohutomo, 2008:61).

2.2. Kerangka Berpikir

Kota Tangerang yang dinobatkan sebagai kota industri, dihadapkan

pada masalah lingkungan yang mengganggu kenyamanan masyarakatnya,

salah satunya adalah pencemaran sumber air, sungai Cisadane. Tentu saja

pencemaran tersebut merupakan dampak dari pembangunan industri di Kota

Tangerang, yang pencemarannya dapat bersumber dari limbah industri. Hal

tersebut membuat Pemerintah Kota Tangerang, dalam hal ini Badan

Page 65: EFEKTIVITAS BADAN PENGENDALIAN LINGKUNGAN HIDUP …

49

Pengendalian Lingkungan Hidup (BPLH) harus mampu meningkatkan

efektivitas organisasinya dalam upaya mengendalikan pencemaran sungai

Cisadane dengan segala permasalahan atau hambatan yang dihadapi, demi

terjaganya kelestarian lingkungan.

Permasalahan yang dihadapi seperti pencapaian target BPLH

belum seluruhnya terealisasi secara kualitas, sehingga tindak lanjut untuk

industri menjadi agak lambat; adaptasi terhadap UU No.32 Tahun 2009

membutuhkan waktu yang lama, dan pergantian pemimpin yang

menimbulkan adanya penekanan; terbatasnya kelengkapan sarana untuk

melaksanakan pekerjaan di lapangan; adanya peralihan penggunaan baku

mutu air untuk Cisadane, dari kelas I ke baku mutu air kelas II, dan BPLH

sering tidak mengetahui bahwa masih banyak industri yang limbahnya tidak

diolah terlebih dahulu, menghambat efektivitas BPLH. Permasalahan tersebut

dapat diatasi dengan menggunakan teori efektivitas dari Tangkilisan yang

mencakup 4 indikator sehingga BPLH mampu mewujudkan efektivitas

organisasinya dengan meningkatkan realisasi target secara kualitas,

meningkatkan adaptasi terhadap Undang-undang No.32 Tahun 2009 dan

adaptasi dari pimpinan berupa kebijakan perolehan Adipura, menambah

penyediaan sarana penunjang pelaksanaan pekerjaan di lapangan, serta

meningkatkan rasa tanggung jawab terhadap upaya pengendalian

pencemaran. Dengan demikian, kinerja BPLH pun dapat meningkat, sehingga

pencemaran sungai Cisadane dapat dikendalikan.

Page 66: EFEKTIVITAS BADAN PENGENDALIAN LINGKUNGAN HIDUP …

50

Permasalahan:

1. Realisasi target secara kualitas yang masih tersendat

2. Adaptasi yang cukup lama dari luar organisasi berupa peralihan dari UU No.23/1997 ke UU No.32/2009, dan adaptasi dari adanya penekanan dari pimpinan

3. Terbatasnya sarana yang mengganggu kenyamanan dalam melaksanakan pekerjaan/tugas

4. Tanggung jawab yang dinilai masih kurang oleh masyarakat karena adanya pengalihan penggunaan baku mutu air dari kelas I ke kelas II dan dengan segala keterbatasan yang dihadapi

Indikator Efektivitas

Tangkilisan :

1. Pencapaian target

2. Kemampuan

adaptasi

3. Kepuasan kerja

4. Tanggung jawab

Efektivitas BPLH Kota Tangerang dalam mengendalikan pencemaran sungai Cisadane

Input:

Peningkatan target secara kualitas, adaptasi, sarana demi kepuasan dan kenyamanan kerja, dan tanggung jawab

Outcome:

Kinerja meningkat

Effect:

Pengendalian pencemaran sungai Cisadane

Page 67: EFEKTIVITAS BADAN PENGENDALIAN LINGKUNGAN HIDUP …

51

2.3. Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan dugaan sementara yang dilakukan oleh peneliti

untuk menjawab rumusan masalahnya. Merumuskan hipotesis berarti

membuat jawaban sementara masalah penelitian, yang kebenarannya masih

harus diuji secara empiris. Dengan demikian, peneliti merumuskan hipotesis

sebagai berikut: Efektivitas Badan Pengendalian Lingkungan Hidup Kota

Tangerang dalam mengendalikan pencemaran sungai Cisadane minimal 70%.

Efektivitas Badan Pengendalian Lingkungan Hidup Kota Tangerang dalam

mengendalikan pencemaran sungai Cisadane dikatakan baik/tinggi apabila

lebih besar atau sama dengan 70%, atau:

H0 : µ0 ≥ 70%

Efektivitas Badan Pengendalian Lingkungan Hidup Kota Tangerang dalam

mengendalikan pencemaran sungai Cisadane dikatakan kurang/tidak baik atau

kurang/tidak tinggi apabila mencapai angka dibawah 70%, atau:

Ha : µ0 < 70%

Page 68: EFEKTIVITAS BADAN PENGENDALIAN LINGKUNGAN HIDUP …

52

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Metode Penelitian

Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk

mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Cara ilmiah berarti

kegiatan penelitian itu didasarkan pada ciri-ciri keilmuan, yaitu rasional,

empiris, dan sistematis. Rasional berarti kegiatan penelitian itu dilakukan

dengan cara-cara yang masuk akal, sehingga terjangkau oleh penalaran

manusia. Empiris berarti cara-cara yang dilakukan itu dapat diamati oleh

indera manusia, sehingga orang lain dapat mengenali dan mengetahui cara-

cara yang digunakan. Sistematis artinya proses yang digunakan dalam

penelitian itu menggunakan langkah-langkah tertentu yang bersifat logis.

Data yang diperoleh melalui penelitian adalah data empiris yang mempunyai

kriteria tertentu, yaitu valid.

Metode adalah suatu prosedur atau cara untuk mengetahui sesuatu

yang mempunyai langkah-langkah sistematis. Sedangkan metodologi adalah

suatu pengkajian dalam mempelajari peraturan-peraturan suatu metode. Jadi

metodologi penelitian adalah suatu pengkajian dalam mempelajari

peraturan-peraturan yang terdapat dalam penelitian (Husaini, 2008:41).

Page 69: EFEKTIVITAS BADAN PENGENDALIAN LINGKUNGAN HIDUP …

53

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

metode penelitian kuantitatif deskriptif. Penelitian deskriptif adalah

penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu

variabel atau lebih, tanpa membuat perbandingan atau menghubungkan

antara variabel yang satu dengan variabel yang lain (Sugiyono, 2006:11).

3.2. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian digunakan untuk mengukur nilai variabel

yang akan diteliti. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berbentuk

kuesioner, dengan jumlah variabel sebanyak 1 (satu), yaitu efektivitas Badan

Pengendalian Lingkungan Hidup Kota Tangerang dalam mengendalikan

pencemaran sungai Cisadane. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan

data yang dilakukan dengan cara memberikan seperangkat pertanyaan atau

pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Selain dari angket

(kuesioner) tersebut diatas, maka peneliti memperoleh data melalui teknik

pengumpulan data. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah

dengan data primer dan data sekunder.

Data primer merupakan data utama yang diperoleh oleh peneliti

dari responden secara langsung. Data primer ini dilakukan dengan studi

lapangan, yaitu pengamatan langsung pada objek penelitian dengan

menggunakan teknik:

Page 70: EFEKTIVITAS BADAN PENGENDALIAN LINGKUNGAN HIDUP …

54

a. Observasi, yaitu kegiatan keseharian manusia dengan menggunakan

pengamatannya melalui hasil pancaindra mata serta dibantu dengan

panca indra lainnya. Studi lapangan langsung, merupakan pengumpulan

data yang dibutuhkan dengan cara turun langsung ke lokasi penelitian.

b. Wawancara terstruktur. Wawancara ialah tanya jawab secara lisan antara

dua orang atau lebih secara langsung. Wawancara juga merupakan proses

untuk memperoleh keterangan untuk mencapai tujuan penelitian yang

dilakukan melalui kegiatan komunikasi verbal berupa percakapan.

Wawancara terstruktur yang digunakan oleh peneliti adalah wawancara

terstruktur tertutup, yaitu melakukan tanya jawab dengan menggunakan

kuesioner yang pilihan alternatif jawabannya telah disediakan oleh

peneliti.

Data Sekunder merupakan data pendukung yang dibutuhkan oleh

peneliti untuk melengkapi data-data yang dibutuhkan.

a. Studi pustaka, yakni teknik pengumpulan data dengan cara

memperoleh/mengumpulkan data dari berbagai referensi yang relevan

berdasarkan text book.

b. Studi dokumentasi, ialah studi yang digunakan untuk mencari dan

memperoleh data sekunder berupa peraturan perundangan, laporan,

catatan serta dokumen-dokumen lain yang relevan dengan masalah yang

diteliti.

Page 71: EFEKTIVITAS BADAN PENGENDALIAN LINGKUNGAN HIDUP …

55

Tabel 3.1

Operasionalisasi Variabel Mandiri

Variabel Indikator Sub Indikator

No. Item

Kuesioner

untuk

Pegawai

No. Item

Kuesioner

untuk

Industri

Efektivitas Badan

Pengendalian

Lingkungan Hidup

Kota Tangerang

dalam

Mengendalikan

Pencemaran

Sungai Cisadane

1. Pencapaian

target

1. Perencanaan tujuan

2. Pelaksanaan tujuan

1, 2

1, 2

2. Kemampuan

adaptasi

1. Penyesuaian

terhadap perubahan

dari luar organisasi

2. Penyesuaian

terhadap perubahan

dari dalam

organisasi

3, 4

3, 4

3. Kepuasan

kerja

1. Kondusifitas/Kenya-

manan

2. Motivasi

3. Kesejahteraan

pegawai

4. Sarana dan

prasarana

5, 6

7, 8, 9

10, 11

12, 13, 14

4. Tanggung

jawab

1. Pelaksanaan mandat

2. Penyelesaian

masalah

5, 6, 7

8, 9, 10

Page 72: EFEKTIVITAS BADAN PENGENDALIAN LINGKUNGAN HIDUP …

56

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berbentuk kuesioner, dengan

jumlah variabel sebanyak satu variabel atau variabel mandiri. Sedangkan skala

pengukuran instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala Likert.

Skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang

atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Indikator variabel yang disusun

melalui item-item instrumen dalam bentuk pertanyaan atau pernyataan diberikan

jawaban setiap item instrumennya. Jawaban setiap item diberi skor seperti berikut

ini:

Jawaban Skor

A 4

B 3

C 2

D 1

3.2.1. Uji Validitas

Uji validitas digunakan untuk sah atau valid tidaknya suatu

instrumen. Kevaliditasan instrumen menggambarkan bahwa suatu

instrumen benar-benar mampu mengukur variabel-variabel yang akan

diukur dalam penelitian serta mampu menunjukkan tingkat kesesuaian

antar konsep dan hasil pengukuran. Uji validitas instrument dalam

penelitian ini menggunakan korelasi Product Moment.

Page 73: EFEKTIVITAS BADAN PENGENDALIAN LINGKUNGAN HIDUP …

57

Rumus:

n∑xy – (∑x)( ∑y)

rxy =

√ (n∑X2 – (∑x)2 )(n∑y2 – (∑y)2 )

Dimana :

r = Koefisien Korelasi Product Moment

Σx = Jumlah skor dalam sebaran x

Σy = Jumlah skor dalam sebaran y

Σxy = Jumlah hasil kali skor x dan y yang berpasangan

Σx2 = Jumlah skor yang dikuadratkan dalan sebaran x

Σy2 = Jumlah skor yang dikuadratkan dalam sebaran y

n = Jumlah sampel

3.2.2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas berasal dari kata dalam bahasa Inggris rely, yang

berarti percaya, dan reliable yang artinya dapat dipercaya. Dengan

demikian reliabilitas dapat diartikan sebagai keterpercayaan. Pengujian

reliabilitas instrumen yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan

menggunakan rumus Alpha Cronbach, yaitu penghitungan yang dilakukan

dengan menghitung rata-rata interkolerasi di antara butir-butir pertanyaan

dalam kuesioner, variabel di katakan reliabel jika nilai alphanya lebih dari

Page 74: EFEKTIVITAS BADAN PENGENDALIAN LINGKUNGAN HIDUP …

58

0.30. Dengan dilakukan uji reliabilitas maka akan menghasilkan suatau

instrumen yang benar-benar tepat atau akurat dan mantap. Apabila

koefisien reliabilitas instumen yang dihasilkan lebih besar berarti

instrumen tersebut memiliki reliabilitas yang cukup baik.

n ∑ Si² r11 = 1 - n – 1 ∑ St²

Dimana :

n = jumlah butir

Si² = variansi butir

St² = variansi total

3.3. Populasi dan Sampel Penelitian

Menurut Sugiyono (2006:90), populasi adalah wilayah generalisasi

tang terdiri atas objek atau subjek yang menjadi kuantitas dan karakteristik

tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya. Menurut Husaini (2008:42), populasi ialah semua nilai baik

hasil perhitungan maupun pengukuran, baik kuantitatif maupun kualitatif,

daripada karakteristik tertentu mengenai sekelompok objek yang lengkap

dan jelas.

Page 75: EFEKTIVITAS BADAN PENGENDALIAN LINGKUNGAN HIDUP …

59

Adapun populasi dalam penelitian ini adalah pegawai BPLH Kota

Tangerang dan industri yang berada di Kota Tangerang. Populasi pegawai

BPLH yaitu sebanyak 49 orang. Populasi dari industri yang berada di dekat

sungai Cisadane adalah 483 yang tersebar di 3 kecamatan, dapat dilihat pada

tabel 3.2 berikut:

Tabel 3.2 Jumlah industri dekat sungai Cisadane

Sumber: BPLH Kota Tangerang, data industri tahun 2004

Sedangkan populasi target untuk industri adalah industri yang lokasinya

berada di sekitar sungai Cisadane, yaitu sebanyak 43 industri.

Penarikan jumlah sampel yang digunakan untuk populasi pegawai

BPLH adalah dengan teknik sampel jenuh, yaitu teknik penentuan sampel

bila semua anggota populasinya digunakan sebagai sampel (Sugiyono,

2004:96). Sampel untuk pegawai adalah sebanyak 49 orang. Sedangkan

penarikan jumlah sampel yang digunakan untuk jumlah industri yang berada

di sekitar sungai Cisadane adalah dengan rumus Slovin dengan populasi

target (N) sebanyak 43 industri dan menetapkan taraf kesalahan (e) sebesar

10%.

No. Kecamatan Jumlah Industri

1. Karawaci 227 2. Tangerang 123 3. Neglasari 133

483

Page 76: EFEKTIVITAS BADAN PENGENDALIAN LINGKUNGAN HIDUP …

60

Rumus Slovin:

N n ≥ ───────

1 + Ne2

43 n ≥

1 + 43 (0,1)2

43 n ≥

1 + 43 (0,01)

43 n ≥

1 + 0,43

43 n ≥

1,43

n ≥ 30,06

n ≥ 30

Jadi, jumlah sampel untuk industri adalah sebanyak 30.

.

Adapun teknik sampling yang digunakan untuk mengambil sampel

dari jumlah populasi industri ini adalah simple random sampling, yang mana

setiap unsur memiliki peluang yang sama untuk dijadikan sampel.

Page 77: EFEKTIVITAS BADAN PENGENDALIAN LINGKUNGAN HIDUP …

61

3.4. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Menurut Sugiyono (2006:169), kegiatan dalam analisis data adalah:

”Mengelompokkan data berdasarkan variabel dan jenis responden, mentabulasi data berdasarkan variabel dari seluruh responden, menyajikan data tiap variabel yang diteliti, melakukan perhitungan untuk menjawab rumusan masalah, dan melakukan perhitungan untuk menguji hipotesis yang telah diajukan. Untuk penelitian yang tidak merumuskan hipotesis, langkah terakhir tidak dilakukan”.

Teknik pengolahan data merupakan suatu cara mengolah data yang

telah didapat untuk disajikan ke dalam pembahasan secara sistematis.

Metode analisis adalah upaya peneliti untuk menyederhanakan dan

menyajikan data dengan mengelompokkannya dalam suatu bentuk yang

berarti, sehingga mudah untuk dipahami dan diinterpretasikan oleh pembaca.

Data yang terkumpul diolah dengan melalui beberapa proses berikut ini:

1. Coding: Tahap mengklasifikasi berdasarkan kategori

2. Editing: Tahap mengoreksi kesalahan yang ada pada data yang harus

dilakukan secara berulang-ulang dan cermat

3. Tabulating: Tahap penyusunan data berdasarkan jenis-jenis data, serta

perhitungan data yang disajikan dalam bentuk-bentuk tabel.

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

statistik deskriptif. Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk

menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data

yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat

kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi serta menyajikan

Page 78: EFEKTIVITAS BADAN PENGENDALIAN LINGKUNGAN HIDUP …

62

data baik dalam bentuk tabel, grafik, diagram lingkaran, ataupun dalam

bentuk pie (Sugiyono, 2005:92-93). Dalam pengujian hipotesis, persentase

dari hasil penelitian dapat diperoleh dari pembagian antara total skor hasil

penelitian (jumlah data yang terkumpul) dengan total skor ideal.

Untuk menganalisis efektivitas Badan Pengendalian Lingkungan

Hidup Kota Tangerang, dalam pengujian hipotesis deskriptif digunakan uji t-

test (untuk satu sampel atau satu variabel) dengan rumus:

Keterangan:

t = nilai t yang dihitung, selanjutnya disebut t hitung

X = nilai rata-rata x

µ0 = nilai yang dihipotesiskan

S = simpangan baku sampel

n = jumlah anggota sampel

3.5. Lokasi dan Jadwal Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Badan Pengendalian Lingkungan Hidup Kota

Tangerang. Adapun waktu penelitian dilaksanakan mulai bulan November

2009 hingga bulan Agustus 2010, seperti tersebut dalam tabel 3.3 berikut:

X - µ0 t = S √n

Page 79: EFEKTIVITAS BADAN PENGENDALIAN LINGKUNGAN HIDUP …

63

Tabel 3.3

Jadwal Penelitian

No. Nama

Kegiatan

Waktu Pelaksanaan

November 2009 - Agustus 2010

Nov

’09

Des

’09

Jan

’10

Feb

’10

Mar

’10

Apr

’10

Mei

’10

Jun

’10

Jul

’10

Agst

’10

1. Observasi Awal

2. Pengajuan Judul

3. Pengumpulan Data

4. Penyusunan Proposal

5. Seminar Proposal

6. Revisi Laporan

7. Penyebaran Kuesioner

8. Pengolahan dan Analisis Data

9. Sidang Skripsi

10. Revisi Laporan

Page 80: EFEKTIVITAS BADAN PENGENDALIAN LINGKUNGAN HIDUP …

64

KUESIONER

Informasi Data Responden (Pegawai)

No. Responden : (Diisi oleh peneliti)

Jenis Kelamin :

Usia :

Pendidikan :

Petunjuk Pengisian: 1. Bacalah kuesioner ini dengan teliti, agar bapak/ibu mengerti maksud

pertanyaannya. 2. Pilihlah salah satu jawaban yang cocok dari beberapa pilihan dengan cara

memberi tanda silang (X).

Pertanyaan:

1. Dalam merencanakan tujuan Badan Pengendalian Lingkungan Hidup, apakah melibatkan peran serta semua anggota organisasi? a. Sangat melibatkan b. Melibatkan c. Cukup melibatkan d. Tidak melibatkan

2. Apakah dalam merencanakan tujuan, sering mendapat hambatan/masalah

yang sulit dipecahkan? a. Tidak pernah b. Kadang-kadang c. Sering d. Selalu

3. Apakah penekanan dari pimpinan organisasi yang berupa kebijakan baru yang

bersifat internal, seperti penekan pada perolehan Adipura, membuat anggota organisasi tidak terlalu fokus pada pelaksanaan tugas pokok/rutin BPLH? a. Sangat fokus b. Fokus c. Cukup fokus d. Tidak fokus

Page 81: EFEKTIVITAS BADAN PENGENDALIAN LINGKUNGAN HIDUP …

65

4. Apakah sering dihadapkan pada kebijakan baru seperti yang tertuang di pertanyaan no.3, yang dapat mengganggu pelaksanaan tugas? a. Tidak pernah b. Kadang-kadang c. Sering d. Selalu

5. Apakah bapak/ibu sering melihat ada persaingan yang tidak sehat di antara

para pegawai? a. Tidak pernah b. Kadang-kadang c. Sering d. Selalu

6. Pada umumnya, apakah bapak ibu/rekan kerja merasa nyaman dalam

melaksanakan tugas pokoknya sehai-hari? a. Sangat nyaman b. Nyaman c. Cukup nyaman d. Tidak nyaman

7. Apakah rekan bapak/ibu ada sering tidak berada di mejanya, misalnya sering

keluar masuk atau jalan-jalan ketika bapak/ibu membutuhkan kerjasama darinya? a. Tidak pernah b. Kadang-kadang c. Sering d. Selalu

8. Apakah rekan kerja bapak/ibu sering membutuhkan waktu yang lama apabila

bapak/ibu meminta kerjasama/bantuan padanya dalam melaksanakan tugas? a. Tidak pernah b. Kadang-kadang c. Sering d. Selalu

Page 82: EFEKTIVITAS BADAN PENGENDALIAN LINGKUNGAN HIDUP …

66

9. Apakah rekan bapak/ibu selalu sigap dan cepat tanggap terhadap tugas yang harus dilaksanakan dengan segera? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah

10. Pada umumnya, apakah BPLH menjamin kehidupan yang layak bagi pegawai

dan keluarga? a. Sangat menjamin b. Menjamin c. Cukup menjamin d. Tidak menjamin

11. Apakah setiap tahun BPLH memberikan penghargaan kepada pegawai?

a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah

12. Bagaimana penyediaan fasilitas penunjang pelaksanaan pekerjaan, seperti

jumlah meja, kursi, komputer, dan AC, serta barang-barang lainnya? a. Sangat cukup b. Cukup c. Kurang d. Sangat kurang

13. Bagaimana kelengkapan sarana dan prasarana (misalnya kendaraan

operasional, peralatan (sampling), perlengkapan keamanan, dan sebagainya)? a. Sangat cukup b. Cukup c. Kurang d. Sangat kurang

14. Apakah seluruh sarana dan prasarana yang dimiliki, mampu menyelesaikan masalah dalam melaksanakan tugas pokok secara optimal? a. Sangat mampu b. Mampu c. Cukup mampu d. Tidak mampu

Page 83: EFEKTIVITAS BADAN PENGENDALIAN LINGKUNGAN HIDUP …

67

KUESIONER

Informasi Data Responden (Industri)

No. Responden : (Diisi oleh peneliti)

Jenis Kelamin :

Usia :

Pendidikan :

Petunjuk Pengisian: 1. Bacalah kuesioner ini dengan teliti, agar bapak/ibu mengerti maksud

pertanyaannya. 2. Pilihlah salah satu jawaban yang cocok dari beberapa pilihan dengan cara

memberi tanda silang (X).

Pertanyaan:

1. Secara umum, apakah kualitas air di sumber air dan lingkungan sekitar peruasahaan mengalami penurunan? a. Tidak menurun b. Cukup menurun c. Menurun d. Sangat menurun

2. Apakah pegawai Badan Pengendalian Lingkungan Hidup (BPLH) sering

mengawasi secara berkelanjutan pengolahan limbah atau dampak lingkungan yang terjadi? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah

3. Apakah pegawai BPLH mensosialisasikan peraturan-peraturan baru yang lebih

ketat dengan baik? Seperti penguasaan pegawai BPLH dalam menyampaikan peraturan-peraturan tersebut. a. Sangat baik b. Baik c. Cukup baik d. Tidak baik

Page 84: EFEKTIVITAS BADAN PENGENDALIAN LINGKUNGAN HIDUP …

68

4. Apakah sekarang ini pegawai BPLH selalu/rutin mensosialisasikan peraturan-peraturan baru? a. Selalu/rutin b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah

5. Apakah pegawai BPLH selalu/rutin memeriksa data/dokumen perizinan

perusahaan? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah

6. Apakah pegawai BPLH selalu/rutin memeriksa kondisi IPAL/IPLC?

a. Rutin b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah

7. Apakah pegawai BPLH memberikan pembinaan/arahan dengan baik? a. Sangat baik b. Baik c. Cukup baik d. Tidak baik

8. Apakah pegawai BPLH teliti dalam mengawasi pengolahan limbah dengan peralatan sampling yang dimiliki? a. Sangat teliti b. Teliti c. Cukup teliti d. Tidak teliti

9. Apakah bapak/ibu sering mendengar keluhan masyarakat terkait dampak

lingkungan akibat pembuangan limbah? a. Tidak pernah b. Kadang-kadang c. Sering d. Selalu

Page 85: EFEKTIVITAS BADAN PENGENDALIAN LINGKUNGAN HIDUP …

69

10. Secara umum, apakah dampak lingkungan telah dapat dikendalikan? a. Sangat dapat dikendalikan b. Dapat dikendalikan c. Cukup dapat dikendalikan d. Belum dapat dikendalikan

Page 86: EFEKTIVITAS BADAN PENGENDALIAN LINGKUNGAN HIDUP …

64

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1. Deskripsi Objek Penelitian

Mengacu pada Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2008 tentang Sistem

Perencanaan Pembangunan Daerah dan Peraturan Walikota Tangerang

Nomor 16 Tahun 2008 tentang Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi

Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah bahwa yang dimaksud dengan

Pengendalian yaitu serangkaian kegiatan manajemen yang dimaksudkan

untuk menjamin agar suatu program/kegiatan yang dilaksanakan sesuai

dengan rencana yang ditetapkan, sedangkan evaluasi adalah rangkaian

kegiatan membandingkan realisasi kinerja Masukan (input), Keluaran

(output), dan Hasil (outcome) terhadap rencana dan standar. Badan

Pengendalian Lingkungan Hidup Kota Tangerang yang dibentuk berdasarkan

Peraturan Daerah Kota Tangerang Nomor 6 Tahun 2008 tentang

Pembentukan dan Susunan Organisasi Lembaga Teknis Daerah dan Peraturan

Walikota Tangerang Nomor 41 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata

Kerja Badan Pengendalian Lingkungan Hidup Kota Tangerang, kedudukan

Badan Pengendalian Lingkungan Hidup adalah Lembaga Teknis Daerah dan

merupakan unsur pendukung Pemerintah Daerah yang dipimpin oleh seorang

Kepala Badan dan berada di bawah serta bertanggung jawab kepada Walikota

melalui Sekretaris Daerah.

Page 87: EFEKTIVITAS BADAN PENGENDALIAN LINGKUNGAN HIDUP …

65

Badan Pengendalian Lingkungan Hidup (BPLH) Kota Tangerang

sesuai dengan kedudukan, tugas pokok dan fungsi (Tupoksi), maka

diharapkan BPLH Kota Tangerang dapat memberikan peran yang nyata bagi

penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan di Kota Tangerang,

terutama dalam pengelolaan lingkungan hidup dan pengendalian dampak

lingkungan guna menunjang pembangunan berkelanjutan yang berwawasan

lingkungan. Untuk itu, diharapkan seluruh jajaran dan unit kerja di

lingkungan BPLH Kota Tangerang perlu memiliki persepsi dan komitmen

yang tinggi, antisipatif, proaktif dan inovatif dalam menjalankan tupoksinya.

Hal ini terkait dengan upaya menghadapi perubahan lingkungan yang

bersifat internal maupun eksternal organisasi dan juga perkembangan

isu/permasalahan lingkungan hidup, baik secara lokal, regional maupun

global Sejalan dengan pandangan dan harapan dimaksud dan mengacu pada

RPJMD Kota Tangerang, maka Visi BPLH Kota Tangerang tahun 2009-

2013 dinyatakan dalam rumusan sebagai berikut :

“Terwujudnya Kota Tangerang Dengan Kualitas Lingkungan Hidup Yang

Baik”

Badan Pengendalian Lingkungan Hidup mempunyai tugas pokok

melaksanakan urusan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah di

bidang pengendalian lingkungan hidup. Badan Pengendalian Lingkungan

Hidup Kota Tangerang dalam melaksanakan tugas pokok tersebut,

menyelenggarakan fungsi :

Page 88: EFEKTIVITAS BADAN PENGENDALIAN LINGKUNGAN HIDUP …

66

1. Perumusan kebijakan teknis di bidang pengendalian lingkungan hidup;

2. Pengkoordinasian bidang pengendalian lingkungan hidup;

3. Pembinaan dan penyusunan perencanaan pengendalian lingkungan

hidup;

4. Pelaksanaan pengendalian lingkungan hidup yang meliputi perencanaan

lingkungan hidup, pemantauan dan evaluasi, konservasi lingkungan hidup,

pendataan dan informasi, serta penyuluhan lingkungan hidup;

5.Melaksanakan teknis administrasi meliputi administrasi umum,

kepegawaian, keuangan, perlengkapan dan sarana prasarana;

6. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Walikota sesuai dengan tugas

dan fungsinya.

Penjelasan makna dari pernyataan Visi dimaksud adalah segala

aktifitas atau kegiatan pembangunan akan berdampak pada penurunan

kualitas dan daya dukung lingkungan hidup. Sementara itu, untuk

mewujudkan Kota Tangerang sebagai kota industri, perdagangan dan

permukiman tidak akan terlepas dari kegiatan pembanguna, sebagai upaya

antisipatif, maka setiap kegiatan pembangunan di kota Tangerang harus

dikelola secara baik untuk meminimalisir dampak terhadap kapasitas dan

daya dukung lingkungan hidup. Untuk itu, kebijakan pembangunan di

Kota Tangerang mengacu pada konsep pembangunan yang berkelanjutan,

yaitu proses pembangunan yang berprinsip pada kaidah "memenuhi

kebutuhan sekarang tanpa mengganggu pemenuhan kebutuhan generasi

Page 89: EFEKTIVITAS BADAN PENGENDALIAN LINGKUNGAN HIDUP …

67

masa depan". Penjabaran pembangunan berkelanjutan terdiri atas tiga pilar

utama yaitu kebijakan pembangunan ekonomi, sosial, dan lingkungan yang

saling terkait dan bergantung serta merupakan pilar pendorong bagi

pembangunan yang berkelanjutan.

Selanjutnya yang dimaksud dengan lingkungan yang baik adalah

tingkat pencemaran dan kerusakan lingkungan yang memenuhi atau sesuai

dengan baku mutu lingkungan (BML), baik terhadap parameter

lingkungan air permukaan (sungai dan situ), air tanah (dangkal dan dalam)

serta parameter lingkungan udara dan kebisingan. Kegiatan pembangunan

dan peningkatan aktivitas penduduk di kota Tangerang berpotensi

menimbulkan pencemaran dan penurunan kualitas lingkungan. Untuk itu

perlu pengelolaan lingkungan terpadu yang didukung oleh kesadaran yang

tinggi dari masyarakat dan industri terhadap pengelolaan lingkungan,

sehingga akan terwujud Kota Tangerang sebagai Kota Industri,

Perdagangan dan Permukiman serta Pendidikan. Dengan demikian,

amanah yang dibebankan kepada Badan Pengendalian Lingkungan Hidup

sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya, diharapkan mampu

mewujudkan Kota Tangerang dengan kualitas lingkungan yang baik dan

dapat dicapai pada tahun 2013.

Pernyataan misi mengandung makna secara eksplisit apa yang

harus dicapai oleh organisasi melalui penyusunan progam dan kegiatan

yang harus dilaksanakan dalam upaya mencapai visi. Selain itu, misi juga

mencerminkan pandangan organisasi tentang kemampuan dirinya dalam

Page 90: EFEKTIVITAS BADAN PENGENDALIAN LINGKUNGAN HIDUP …

68

mengarahkan organisasi agar dapat eksis dan mengikuti perkembangan

lingkungan eksternal, baik lokal, regional maupun global serta jiwa

otonomi daerah dengan senantiasa berusaha mewujudkan keselarasan

hubungan antara pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat yang

berlandaskan pada kaidah-kaidah utama yaitu partisipasi, transparansi

dan akuntabilitas.

Sejalan dengan pemikiran tersebut, maka Misi BPLH Kota

Tangerang sebagai berikut :

1. Meningkatkan kualitas prasarana dan sarana serta SDM di bidang

lingkungan guna memberikan pelayanan yang baik kepada

masyarakat.

Peningkatan kuantitas dan kualitas permasalahan lingkungan hidup perlu

upaya pengelolaan dan pengendalian dampak lingkungan yang menuntut

mekanisme dan tata kerja kelembagaan yang cepat, efektif dan efisien

melalui SDM aparatur yang memiliki standar kompetensi yang memadai,

baik pengetahuan, keterampilan dan keahlian yang profesional dalam

pengelolaan lingkungan dan pengendalian dampak lingkungan hidup.

Selain itu, dalam melaksanakan tugasnya, SDM aparatur dan organisasi

tersebut perlu didukung dengan sarana dan prasarana yang memadai,

sehingga dapat memenuhi standar tata laksana layanan umum seperti

kejelasan, kepastian, keamanan, efisien, efektif, keadilan dan ketepatan

waktu.

Page 91: EFEKTIVITAS BADAN PENGENDALIAN LINGKUNGAN HIDUP …

69

2. Meningkatkan upaya konservasi lingkungan hidup daerah melalui

pengendalian pemanfaatan lingkungan serta pengendalian dampak

kerusakan lingkungan hidup.

Dalam setiap kegiatan pembangunan dan pemanfaatan sumber daya alam

(SDA) akan memberikan dampak atau resiko terhadap lingkungan hidup,

baik dalam bentuk kerusakan maupun pencemaran lingkungan hidup.

Dengan semakin meningkatnya intensitas kegiatan pembangunan,

semakin besar pula resiko dampak yang akan terjadi terhadap lingkungan

hidup. Untuk itu, perlu upaya pengendalian pemanfaatan sumber daya

alam dan lingkungan yang bertujuan mengoptimalkan dampak positif

dan meminimalkan dampak negatif yang timbul dari pelaksanaan

kegiatan pembangunan. Upaya pengendalian tersebut terkait dengan

kegiatan-kegiatan pengaturan dan mekanisme pengelolaan, pemantauan,

pengawasan dan evaluasi, sehingga resiko dampak terhadap lingkungan

dapat diketahui, diantisipasi dan diminimalisir sedini mungkin. Instrumen

pendukung pengendalian lingkungan seperti, AMDAL, Baku Mutu

Lingkungan dan ketentuan lain dalam pengaturan pengelolaan

lingkungan hidup merupakan instrumen-instrumen penting dan efektif

dalam mengendalikan kegiatan/ atau usaha. Pembinaan dan penyuluhan

kepada masyarakat tentang pemanfaatan sumber daya alam dan

lingkungan yang sesuai dengan pembangunan yang berkelanjutan perlu

dilakukan guna menumbuhkan kesadaran, pola pikir dan pola tindak serta

peran serta aktif masyarakat dalam pengelolaan lingkungan hidup.

Page 92: EFEKTIVITAS BADAN PENGENDALIAN LINGKUNGAN HIDUP …

70

3. Menyelenggarakan pengawasan dan penegakkan hukum untuk

mengendalikan kerusakan sumberdaya alam dan pencemaran

lingkungan hidup.

Pengawasan dan penegakkan hukum lingkungan merupakan aspek

penting bagi keberhasilan upaya pengendalian kerusakan, pencemaran

dan pelestarian lingkungan hidup. Kegiatan pemanfaatan sumber daya

alam dan lingkungan hidup diperlukan kesadaran yang tinggi dan

pentaatan hukum terhadap ketentuan-ketentuan yang berlaku. Tanpa

adanya kesadaran dan kepedulian semua pihak terhadap ketentuan-

ketentuan terhadap pengelolaan lingkungan hidup, niscaya segala yang

diharapkan dan menjadi tujuan tidak akan dapat tercapai. Pembangunan

berkelanjutan yang berwawaskan lingkungan tidak akan pernah dapat

dicapai, apabila mekanisme penegakkan hukum lingkungan

(Enviromental Law in Order) tidak bisa diterapkan. Namun sebelum

pada tahap implementasi penegakkan hukum (penanganan kasus), perlu

tahapan pengawasan dan pembinaan terhadap kegiatan/ atau usaha terkait

dengan pengelolaan lingkungan. Penegakkan Hukum Lingkungan

berkaitan erat dengan pembinaan terhadap masyarakat melalui

peningkatan pengetahuan, akses informasi, komunikasi serta kerjasama

yang baik antara aparatur dengan pelaksana kegiatan/ atau usaha. Selain

itu, kerjasama antar lembaga (BPLH, Kepolisian, LSM, dll) yang

harmonis, sinergis, transparan dan akuntabel, hal ini sejalan dengan

pembangunan pemerintahan yang bersih dan baik.

Page 93: EFEKTIVITAS BADAN PENGENDALIAN LINGKUNGAN HIDUP …

71

4. Meningkatkan pemantauan dan pemulihan kualitas lingkungan hidup.

Kegiatan pembangunan dan pemanfaatan sumber daya alam dan

lingkungan memberikan resiko dampak terhadap kualitas lingkungan.

Peningkatan berbagai aktivitas masyarakat memberikan pengaruh

terhadap penurunan kualitas lingkungan, yaitu komponen lingkungan

tanah, air dan udara. Peningkatan kegiatan pertanian dengan memafaatan

bahan kimia (pupuk, pestisida) akan berdampak pada pencemaran tanah.

Sedangkan, peningkatan pemanfaatan air tanah untuk domestik dan

industri akan menganggu keseimbangan ketersediaan dan pemanfaatan

air tanah. Demikian pula, pembuangan limbah cair industri dan sampah

ke badan sungai akan meningkatkan pencemaran air sungai. Peningkatan

jumlah dan kegiatan industri akan memberikan andil pada penurunan

kualitas udara. Sebagai upaya megatasi permasalah di atas, maka perlu

kegiatan pemantauan lingkungan secara periodik untuk mengetahui status

dan menentukan langkah-langkah kebijakan dan strategi pengelolaan

lingkungan guna mengatasi sumber pencemar. Selain kegiatan

pemantauan lingkungan, juga dilakukan kegiatan pemulihan kondisi

sumber daya alam dan lingkungan agar dapat berfungsi sebagaimana

mestinya, diantaranya pemulihan situ-situ sebagai penampung air pada

saat hujan sehingga tidak menimbulkan banjir, peningkatan rasio luasan

hutan kota sebagai penyerap polusi udara dan sebagainya.

Page 94: EFEKTIVITAS BADAN PENGENDALIAN LINGKUNGAN HIDUP …

72

Kebijakan BPLH Kota Tangerang sebagaimana yang tertuang

dalam Renstra BPLH Tahun 2009-2013 adalah :

1. Misi Pertama: Meningkatkan kualitas prasarana dan sarana serta

SDM di bidang lingkungan guna memberikan pelayanan yang baik

kepada masyarakat.

Kebijakannya adalah:

1) Pemeliharaan rutin berkala sarana pendukung kinerja administrasi;

2) Pemanfaatan teknologi informasi pendukung kinerja administrasi;

3) Pengadaan sarana dan prasarana penunjang administrasi (ATK,

komputer, software);

4) Pemeliharaan rutin berkala peralatan dan instrument pengukuran

parameter lingkungan;

5) Pengadaan peralatan dan instrumen pengukuran parameter

lingkungan;

6) Meningkatkan kapasitas SDM melalui peningkatan jenjang

pendidikan;

7) Meningkatkan kapasitas SDM melalui pelatihan/kursus/ sertifikasi,

8) Penyediaan jasa tenaga trampil pendukung kinerja administrasi dan

lapangan;

Page 95: EFEKTIVITAS BADAN PENGENDALIAN LINGKUNGAN HIDUP …

73

9) Penyusunan standar prosedur operasi (SOP) pekerjaan administrasi;

10) Penyusunan standar prosedur operasi (SOP) pekerjaan lapangan.

2. Misi Kedua : Meningkatkan upaya konservasi sumberdaya alam dan

lingkungan hidup daerah melalui pengendalian dan pemanfaatan

serta pengendalian dampak kerusakan lingkungan hidup.

Kebijakannya adalah:

1) Konservasi dan pengendalian pemanfaatan sungai dan situ

(Sungai Cisadane, Kali Angke, Kali Cirarab, Kali Mookervart, Kali

Sabi, Situ Cipondoh, Situ Gede, Situ Bulakan, Situ Cangkring);

2) Konservasi dan pengendalian pemanfaatan air tanah (dangkal dan

dalam);

3) Konservasi dan pengendalian pemanfaatan lahan;

4) Menurunkan nilai baku mutu limbah padat domestik;

5) Menurunkan nilai baku mutu limbah cair domestik;

6) Menurunkan nilai baku mutu limbah padat industri;

7) Menurunkan nilai baku mutu limbah cair industri;

8) Menurunkan nilai baku mutu polusi udara industri.

Page 96: EFEKTIVITAS BADAN PENGENDALIAN LINGKUNGAN HIDUP …

74

3. Misi Ketiga : Menyelenggarakan pengawasan dan penegakkan hukum

untuk mengendalikan kerusakan sumberdaya alam dan pencemaran

lingkungan hidup.

Kebijakannya adalah :

1) Meningkatkan kualitas dan frekuensi pengawasan kepada

masyarakat dalam pengelolaan SDA dan lingkungan;

2) Meningkatkan kualitas dan frekuensi pengawasan kepada industri

dalam pengelolaan SDA dan lingkungan;

3) Penegakkan hukum bagi masyarakat yang melakukan perusakan

dan pencemaran lingkungan diatas BML;

4) Penegakkan hukum bagi industri yang melakukan perusakan

dan pencemaran lingkungan diatas BML.

4. Misi Keempat : Meningkatkan pemantauan dan pemulihan kualitas

lingkungan hidup.

Kebijakannya adalah :

1) Menurunkan parameter BML untuk air sungai dan situ;

2) Menurunkan parameter BML untuk air tanah;

3) Mengurangi pembuangan limbah domestik ke lingkungan;

4) Penyusunan aturan hukum tentang pemanfaatan status lahan kritis;

5) Meningkatkan rasio RTH Kota.

Page 97: EFEKTIVITAS BADAN PENGENDALIAN LINGKUNGAN HIDUP …

75

Aparatur (SDM), Sarana dan Prasarana

Aparatur (SDM)

Jumlah Pegawai BPLH Kota Tangerang tahun 2010 (kondisi April

2010) dapat dilihat dalam Tabel 4.1 dan 4.2 berikut:

Tabel 4.1 Jumlah Pegawai PNS BPLH Kota Tangerang Tahun 2010

Berdasarkan Pendidikan

Kualifkasi Pendidikan Jumlah Personil S-2 S-1

D-III SMA

7 23 9 10

49 Sumber: BPLH Kota Tangerang

Tabel 4.2 Jumlah Pegawai PNS BPLH Kota Tangerang Tahun 2010

Berdasarkan Kepangkatan

No. Pangkat Golongan Jumlah Personil 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

Pembina Utama Muda Pembina Tk.I

Pembina Penata Tk. I

Penata Penata Muda Tk.I

Penata Muda Pengatur Tk.I

Pengatur Pengatur Muda Tk.I

Pangatur Muda

IV/c IV/b IV/ a III/d III/c III/b III/a II/d II/c II/b II/a

1 1 2 8 2 7 15 1 6 2 4

49 Sumber: BPLH Kota Tangerang

Tingkat pendidikan pegawai BPLH Kota Tangerang dapat

dilihat dalam kedua tabel di atas. Dalam tabel tersebut tampak bahwa

Page 98: EFEKTIVITAS BADAN PENGENDALIAN LINGKUNGAN HIDUP …

76

jumlah pegawai yang berpendidikan S1 dan S2 berjumlah 30 orang

(61,22 % dari jumlah pegawai). Kepala Bidang/Sub Bidang,

Sekretaris dan Kepala Sub Bagian memiliki pendidikan sarjana (S1

atau S2). Kondisi tersebut cukup memadai dalam menjamin

terlaksananya manajemen yang berdaya guna dan berhasil guna.

Selain itu, terdapat sejumlah pegawai yang telah mengikuti kursus-

kursus antara lain AMDAL, PPNS, PPLH, Audit Lingkungan dan

lainnya, sehingga pegawai tersebut telah memiliki kualifikasi

kemampuan dan pengalaman teknis dalam pengendalian dampak

lingkungan secara memadai dalam menjalankan tugas dan

tanggungjawabnya.

Prasarana dan sarana Badan Pengendalian Lingkungan Hidup

Kota Tangerang pada akhir tahun 2010, dapat diuraikan sebagai

berikut:

1. Kantor Badan Pengendalian Lingkungan Hidup (BPLH)

Lokasi Kantor BPLH Kota Tangerang pada saat ini masih

bergabung dengan Instansi lain yaitu pada Gedung Pusat

Pemerintahan Kota Tangerang.

2. Kepala Badan, Sekretaris, Kepala Bidang, Sekretariat, Sub Bagian,

Bidang, Sub Bidang masing-masing telah memiliki ruang kerja yang

cukup memadai.

Page 99: EFEKTIVITAS BADAN PENGENDALIAN LINGKUNGAN HIDUP …

77

3. Perpustakaan

BPLH belum mempunyai perpustakaan khusus, namun terdapat

perpustakaan atau tempat untuk menyimpan dokumen laporan dan

buku yang berkaitan dengan lingkungan hidup sebanyak 1 (satu)

unit.

4. Alat Pemantau Kualitas Udara

BPLH mempunyai Stasiun Pemantau Udara Ambien di Cikokol

sebanyak 1 (satu) unit dan Pos Pemantau Kualitas Air Cisadane di

Pabuaran sebanyak 1 (satu) unit.

5. Alat Pemantau Air Bawah Tanah

BPLH mempunyai Alat Pemantau Air Bawah Tanah sebanyak 2

(dua) unit berlokasi di areal Kecamatan Jatiuwung dan di areal SDN.

Gembor Kecamatan Jatiuwung.

6. Jaringan Internet dan Intranet

Untuk jaringan internet, saat ini BPLH memanfaatkan jaringan dari

Dinas Informasi dan Komunikasi. Sedangkan untuk Intranet, BPLH

memiliki server terkait dengan Sistem Informasi Lingkungan (SIL),

dimana seluruh bidang sudah terkoneksi dengan baik.

Page 100: EFEKTIVITAS BADAN PENGENDALIAN LINGKUNGAN HIDUP …

78

7. Kendaraan Tabel 4.3

Jumlah Kendaraan NO URAIAN BANYAKNYA 1 Kendaraan Roda 4 8 unit 2 Kendaraan Roda 2 7 unit 3 Kapal/perahu 3 unit

Sumber: BPLH Kota Tangerang

8. Peralatan Penunjang (Laboratorium)

Tabel 4.4

Jumlah Peralatan Penunjang (Laboratorium)

Sumber: BPLH Kota Tangerang

NO URAIAN BANYAKNYA 1 GPS 2 unit 2 Lot Meter/Water level Meter 1 unit 3 Pendeteksi logam 1 unit 4 Alat Pengukur PH 1 unit 5 Alat Pengukur Salinitas 1 unit 6 Sound Level Meter 1 unit 7 Water Checker 2 unit 8 Alat Ukur Debit Limbah Cair 2 unit 9 Penguji Kualitas Air 1 unit 10 Pengukur COD 1 unit 11 Pengukur BOD 1 unit 12 Pengukur Kualitas Air Sungai 1 unit 13 Kompas Arah Angin 1 unit 14 Alat Barometer 1 unit 15 Pengukur Gas Portable 2 unit 16 Pengukur Debu Portable 1 unit 17 Deep Sounder 1 unit 18 Alat Pengukur Kebisingan 1 unit

Page 101: EFEKTIVITAS BADAN PENGENDALIAN LINGKUNGAN HIDUP …

79

4.2. Deskripsi Data

4.2.1. Identitas Responden

Responden dalam penelitian ini adalah pegawai Badan

Pengendalian Lingkungan Hidup Kota Tangerang yang berjumlah 49

orang, dan industri/perusahaan yang berada di sekitar sungai Cisadane

yang berjumlah 30 industri. Dari jumlah responden sebanyak 79

tersebut, responden dikategorikan menjadi 3 kategori, yaitu kategori

responden berdasarkan jenis kelamin, kategori berdasarkan usia dan

kategori responden berdasarkan tingkat pendidikan.

Diagram 4.1 Identitas Responden berdasarkan Jenis Kelamin

Sumber: Hasil penelitian lapangan, 2010

Berdasarkan diagram di atas dapat diketahui jumlah responden

sebanyak 79 orang, terdiri dari laki-laki sebanyak 58 orang dan

perempuan sebanyak 21 orang. Pemaparan tersebut adalah hasil

penelitian yang dilakukan oleh peneliti di Badan Pengendalian

Lingkungan Hidup Kota Tangerang dan industri yang berada di

sekitar sungai Cisadane.

Page 102: EFEKTIVITAS BADAN PENGENDALIAN LINGKUNGAN HIDUP …

80

Diagram 4.2 Identitas Responden berdasarkan Usia

Sumber: Hasil penelitian lapangan, 2010

Berdasarkan diagram di atas, dapat dilihat bahwa tingkat usia

respoden pegawai BPLH dan industri yang ada di sekitar sungai Cisadane

adalah bervariasi dengan rincian tingkat usia 20-29 tahun sebanyak 17

orang, tingkat usia 30-39 tahun sebanyak 35 orang, tingkat usia 40-49

tahun sebanyak 17 orang, dan tingkat usia 50-59 tahun sebanyak 10 orang.

Diagram 4.3 Identitas Responden berdasarkan Tingkat Pendidikan

Sumber: Hasil penelitian lapangan, 2010

Page 103: EFEKTIVITAS BADAN PENGENDALIAN LINGKUNGAN HIDUP …

81

Dari diagram di atas dapat dijelaskan bahwa pendidikan akhir

untuk S-2 berjumlah 7 orang, untuk tingkat pendidikan S-1 berjumlah

38 orang, untuk tingkat pendidikan D-3 berjumlah 13 orang, untuk

tingkat pendidikan SMA berjumlah 21 orang. Mengingat akan

pentingnya pendidikan, maka tiap-tiap pegawai harus ditempatkan

pada posisi atau jabatan yang sesuai dengan kemampuannya

(pendidikannya).

4.2.2. Analisis Data

Selanjutnya peneliti akan mendeskripsikan data dari hasil

observasi, wawancara dan penyebaran kuesioner kepada pegawai

Badan Pengendalian Lingkungan Hidup (BPLH) Kota Tangerang dan

industri/perusahaan yang berada di sekitar sungai Cisadane. Untuk

mengetahui tanggapan responden mengenai seberapa besar tingkat

efektivitas BPLH Kota Tangerang dalam mengendalikan pencemaran

sungai Cisadane, adapun lebih lengkapnya peneliti menguraikannya

dalam bentuk diagram disertai pemaparan dan kesimpulan hasil

jawaban dari pertanyaan yang diajukan melalui kuesioner kepada para

responden.

Page 104: EFEKTIVITAS BADAN PENGENDALIAN LINGKUNGAN HIDUP …

82

Diagram 4.4 Tanggapan Responden mengenai Keterlibatan Peran Serta Seluruh Anggota

Organisasi dalam Merencanakan Tujuan Organisasi

Sumber: Hasil penelitian lapangan, 2010 (kuesioner no.1 untuk pegawai)

Berdasarkan diagram di atas, dapat dilihat bahwa keterlibatan peran

serta seluruh anggota organisasi dalam merencanakan tujuan organisasi

(BPLH) sebanyak 8 responden menyatakan sangat melibatkan, 32 responden

menyatakan melibatkan, 9 responden menyatakan cukup melibatkan, dan

tidak ada responden yang menyatakan tidak melibatkan.

Mayoritas responden menyatakan bahwa mereka dilibatkan dalam

kegiatan perencanaan tujuan BPLH, dan tidak pernah merasa tidak dilibatkan

dalam hal tersebut karena semua pegawai harus mengetahui pekerjaan apa

yang akan dilaksanakan nanti. Hal tersebut dapat diartikan bahwa BPLH

merangkul semua pegawainya untuk merumuskan kegiatan-kegiatan

organisasi yang akan dilakukan dalam kurun waktu tertentu yang akan

menjadi agenda maupun prioritas tujuan BPLH dalam hal kebijakan di bidang

lingkungan hidup.

Page 105: EFEKTIVITAS BADAN PENGENDALIAN LINGKUNGAN HIDUP …

83

Diagram 4.5

Tanggapan Responden mengenai Kualitas Air di Sumber Air dan Lingkungan Sekitar Perusahaan/industri

Sumber: Hasil penelitian lapangan, 2010 (kuesioner no.1 untuk industri)

Berdasarkan diagram di atas, dapat dilihat bahwa kualitas air di sumber

air dan lingkungan sekitar perusahaan, sebanyak 2 responden menyatakan tidak

menurun, 12 responden menyatakan cukup menurun, 10 responden

menyatakan menurun, dan 6 responden menyatakan sangat menurun.

Mayoritas responden menyatakan bahwa kualitas air di sumber air dan

lingkungan di sekitar perusahaan cukup mengalami penurunan. Penurunan kualitas

air membuat wujud air menjadi lebih keruh apabila dilihat dengan kasat mata dan

berbau. Sumber air menjadi demikian wujudnya, tidak dipungkiri karena tercemar,

salah satunya pencemaran berasal dari industri. Hal tersebut dikarenakan masih

banyak pembuangan limbah dari industri secara langsung yang melebihi parameter

baku mutu air limbah yang diperkenankan.

Page 106: EFEKTIVITAS BADAN PENGENDALIAN LINGKUNGAN HIDUP …

84

Diagram 4.6

Tanggapan Responden mengenai Pengawasan secara Berkelanjutan Pengolahan Limbah atau Dampak Lingkungan oleh BPLH

Sumber: Hasil penelitian lapangan, 2010 (kuesioner no.2 untuk industri)

Berdasarkan diagram di atas, dapat dilihat bahwa pengawasan secara

berkelanjutan pengolahan limbah atau dampak lingkungan oleh BPLH, tidak

ada responden yang menyatakan selalu, 13 responden menyatakan sering, 17

responden menyatakan kadang-kadang, dan tidak ada pula responden yang

menyatakan tidak pernah. Mayoritas responden menyatakan bahwa intensitas

pengawasan yang dilakukan oleh BPLH kepada industri adalah terkadang.

Kedatangan pegawai BPLH yang tidak menentu membuat pengwasan

berkelanjutan menjadi kurang terlalu ketat, dan pihak BPLH datang dengan

jumlah 3 sampai 4 pegawai. Hal tersebut dapat diartikan bahwa pengawasan

yang dilakukan oleh BPLH belum maksimal. Hal ini dikarenakan banyaknya

jumlah industri yang tidak diimbangi dengan jumlah personil bidang

pengawasan dan penegakan hukum BPLH yang hanya berjumlah 12 orang,

sehingga membuat kedatangan pihak BPLH menjadi tak menentu.

Page 107: EFEKTIVITAS BADAN PENGENDALIAN LINGKUNGAN HIDUP …

85

Diagram 4.7

Tanggapan Responden mengenai Sosialisasi Peraturan-peraturan Baru yang Lebih Ketat oleh BPLH

Sumber: Hasil penelitian lapangan, 2010 (kuesioner no.3 untuk industri)

Berdasarkan diagram di atas, dapat dilihat bahwa sosialisasi

peraturan-peraturan baru untuk industri yang lebih ketat oleh BPLH, tidak ada

responden yang menyatakan sangat baik, 13 responden menyatakan baik, 15

responden menyatakan cukup baik, dan 2 responden menyatakan tidak baik.

Mayoritas responden menyatakan cukup baik dalam hal penyampaian

peraturan baru tersebut, hanya saja karena kedatangan pihak BPLH yang tak

menentu membuat intensitas sosialisas masih kurang. Hal tersebut dapat

diartikan bahwa sosialisasi yang dilakukan oleh BPLH terkait peraturan baru

yang lebih ketat, yang di dalamnya terdapat penegakan hukum bagi industri

yang masih melanggar aturan main dalam pembuangan limbah sebagian besar

sudah disosialisasikan dengan cukup baik, namun masih belum optimal.

Sosialisasi yang dijadwalkan 2 kali dalam setahun belum mampu

menunjukkan sosialisasi dilakukan secara optimal.

Page 108: EFEKTIVITAS BADAN PENGENDALIAN LINGKUNGAN HIDUP …

86

Diagram 4.8

Tanggapan Responden mengenai Kefokusan Pegawai BPLH dalam Pelaksanaan Tugas Pokok/rutin terkait Adanya Kebijakan Perolehan

Adipura

Sumber: Hasil penelitian lapangan, 2010 (kuesioner no.3 untuk pegawai)

Berdasarkan diagram di atas, kefokusan pegawai BPLH dalam

pelaksanaan tugas pokok/rutin terkait adanya kebijakan perolehan Adipura,

tidak ada responden yang menyatakan sangat fokus, 13 responden

menyatakan fokus, 32 responden menyatakan cukup fokus, dan 4 responden

menyatakan tidak fokus.

Mayoritas responden menyatakan cukup fokus dalam melaksanakan

tugas pokok/rutinnya walaupun terdapat kebijakan baru dari pimpinan yang

mengharuskan perhatian terhadap pelaksanaan tugas terbagi menjadi 2 (dua).

Hal tersebut dapat diartikan bahwa pegawai BPLH tidak terlalu fokus pada

kegiatan yang telah disepakati bersama dalam pelaksanaan kebijakan di

bidang lingkungan hidup, di luar kebijakan perolehan Adipura. Cukup fokus

dalam hal ini merupakan konsentrasi pada pekerjaan yang lama/yang telah

ditetapkan sebelumnya menjadi sedikit terganggu karena ada pekerjaan baru.

Page 109: EFEKTIVITAS BADAN PENGENDALIAN LINGKUNGAN HIDUP …

87

Diagram 4.9

Tanggapan Responden mengenai Intensitas Adanya Kebijakan Baru dari Pimpinan yang dapat Mengganggu Pelaksanaan Tugas

Sumber: Hasil penelitian lapangan, 2010 (kuesioner no.4 untuk pegawai)

Berdasarkan diagram di atas, dapat dilihat bahwa intensitas adanya

kebijakan baru dari pimpinan yang dapat mengganggu pelaksanaan tugas,

sebanyak 2 responden menyatakan tidak pernah, 44 responden menyatakan

kadang-kadang, 3 responden menyatakan sering, dan tidak ada responden

yang menyatakan selalu.

Mayoritas responden menyatakan kadang-kadang, ini merupakan

jawaban bahwa seluruh anggota BPLH kadang-kadang dihadapkan pada

penentuan prioritas yang dirasakan paling penting oleh seluruh anggota

organisasi, walaupun harus sedikit mengorbankan prioritas yang lainnya

yang tidak kalah penting, misalnya saja seperti kebijakan perolehan

Adipura. Hal tersebut membuat pegawai BPLH mau tidak mau harus

melaksanakan kebijakan baru yang sedikit mengganggu pelaksanaan tugas

yang lainnya.

Page 110: EFEKTIVITAS BADAN PENGENDALIAN LINGKUNGAN HIDUP …

88

Diagram 4.10

Tanggapan Responden mengenai Adanya Persaingan yang Tidak Sehat di dalam Organisasi

Sumber: Hasil penelitian lapangan, 2010 (kuesioner no.5 untuk pegawai)

Berdasarkan diagram di atas, dapat dilihat bahwa adanya persaingan

yang tidak sehat di dalam organisasi (BPLH), sebanyak 19 responden

menyatakan tidak pernah, 27 responden menyatakan kadang-kadang, 2

responden menyatakan sering, dan 1 responden menyatakan selalu.

Mayoritas responden menyatakan bahwa di dalam organisasi

tempatnya bekerja, terkadang melihat adanya persaingan yang tidak sehat di

antara para pegawai. Hal tersebut dapat memicu terjadinya konflik yang

dapat menghambat kerjasama yang dibutuhkan oleh suatu organisasi dalam

mencapai tujuannya, dalam hal ini tujuan BPLH dalam mengelola dan

mengendalikan dampak lingkungan, serta dalam menjalankan misi-misinya.

Page 111: EFEKTIVITAS BADAN PENGENDALIAN LINGKUNGAN HIDUP …

89

Diagram 4.11

Tanggapan Responden mengenai Kenyamanan dalam Pelaksanaan Tugas Pokok

Sumber: Hasil penelitian lapangan, 2010 (kuesioner no.6 untuk pegawai)

Berdasarkan diagram di atas, dapat dilihat bahwa kenyamanan dalam

pelaksanaan tugas pokok sehari-hari, sebanyak 4 responden menyatakan

sangat nyaman, 34 responden menyatakan nyaman, 11 responden

menyatakan cukup nyaman, dan tidak ada responden yang menyatakan tidak

nyaman.

Mayoritas responden merasa nyaman dalam melaksanakan tugas

pokoknya sehari-hari. Hal ini menyatakan bahwa rasa nyaman dapat didapat

oleh para pegawai BPLH. Hal tersebut juga dapat diartikan bahwa

kenyamanan sangat dibutuhkan oleh para pegawai untuk mendorong mereka

menjadi lebih giat dalam menyelesaikan pekerjaan dengan mudah dan cepat,

yaitu implementasi kebijakan di bidang lingkungan hidup yang berkeadilan.

Page 112: EFEKTIVITAS BADAN PENGENDALIAN LINGKUNGAN HIDUP …

90

Diagram 4.12 Tanggapan Responden mengenai Ketidakberadaan Rekan Kerja di Mejanya

saat Dibutuhkan

Sumber: Hasil penelitian lapangan, 2010 (kuesioner no.7 untuk pegawai)

Berdasarkan diagram di atas, dapat dilihat bahwa ketidakberadaan

rekan kerja di mejanya saat dibutuhkan, sebanyak 8 responden menyatakan

tidak pernah, 35 responden menyatakan kadang-kadang, 5 responden

menyatakan sering, dan 1 responden menyatakan selalu.

Mayoritas responden menyatakan kadang-kadang, dapat diartikan

bahwa rekan kerjanya atau para pegawai terkadang pernah tidak berada di

mejanya saat salah satu pegawai atau rekannya yang lain ingin meminta

bantuan/kerja sama darinya, sehingga pegawai pernah dan terkadang sulit

mendapatkan bantuan/kerja sama dari rekannya. Hal ini dapat menghambat

penyelesaian pekerjaan, sehingga kerja sama menjadi kurang maksimal.

Page 113: EFEKTIVITAS BADAN PENGENDALIAN LINGKUNGAN HIDUP …

91

Diagram 4.13 Tanggapan Responden mengenai Rekan Kerja Sering Membutuhkan Waktu

Lama saat Pelaksanaan Tugas

Sumber: Hasil penelitian lapangan, 2010 (kuesioner no.8 untuk pegawai)

Berdasarkan diagram di atas, dapat dilihat bahwa rekan kerja sering

membutuhkan waktu yang lama saat pelaksanaan tugas, sebanyak 9

responden menyatakan tidak pernah, 38 responden menyatakan kadang-

kadang, 2 responden menyatakan sering, dan tidak ada responden yang

menyatakan selalu.

Mayoritas responden menyatakan kadang-kadang, ini dapat diartikan

bahwa pegawai yang membutuhkan kerjasama dari rekannya dalam

pelaksanaan tugas terkadang mengalami hambatan dalam segi waktu. Hal

tersebut akan menghambat dalam pengambilan keputusan yang bersifat

urgen, yang mana tindakan yang akan diambil sangat penting bagi perbaikan

kualitas lingkungan.

Page 114: EFEKTIVITAS BADAN PENGENDALIAN LINGKUNGAN HIDUP …

92

Diagram 4.14 Tanggapan Responden mengenai Kesigapan Rekan Kerja terhadap Tugas

yang Harus Segera Diselesaikan

Sumber: Hasil penelitian lapangan, 2010 (kuesioner no.9 untuk pegawai)

Berdasarkan diagram di atas, dapat dilihat bahwa kesigapan rekan

kerja terhadap tugas yang harus diselesaikan, sebanyak 14 responden

menyatakan selalu, 29 responden menyatakan sering, 6 responden

menyatakan kadang-kadang, dan tidak ada responden yang menyatakan

tidak pernah.

Mayoritas responden menyatakan sering. Hal ini dapat diartikan

bahwa rekan kerja tidak selalu sigap atau sesekali pernah tidak sigap dengan

tugas yang harus diselesaikan dengan segera karena satu atau lain hal,

seperti masih banyaknya tugas sebelumnya yang belum terselesaikan tetapi

sudah ada dan harus menyelesaikan tugas berikutnya.

Page 115: EFEKTIVITAS BADAN PENGENDALIAN LINGKUNGAN HIDUP …

93

Diagram 4.15 Tanggapan Responden mengenai Penjaminan Kehidupan yang Layak oleh

organisasinya (BPLH)

Sumber: Hasil penelitian lapangan, 2010 (kuesioner no.10 untuk pegawai)

Berdasarkan diagram di atas, dapat dilihat bahwa penjaminan

kehidupan yang layak oleh BPLH, sebanyak 1 responden menyatakan sangat

menjamin, 21 responden menyatakan menjamin, 24 responden menyatakan

cukup menjamin, dan 3 responden menyatakan tidak menjamin.

Mayoritas responden menyatakan cukup menjamin. Hal ini dapat

diartikan bahwa BPLH tidak terlalu menjamin kehidupan yang layak bagi

pegawainya tetapi masih dapat atau cukup menjamin. Kesejahteraan bagi

pegawai merupakan hal penting demi loyalitas dan pengabdian pegawai

kepada masyarakat dan negara. Loyalitas dan pengabdian dapat

dipertahankan dengan cukup terjaminnya kehidupan yang layak bagi

pegawai.

Page 116: EFEKTIVITAS BADAN PENGENDALIAN LINGKUNGAN HIDUP …

94

Diagram 4.16 Tanggapan Responden mengenai Pemberian Penghargaan kepada Pegawai

setiap Tahun

Sumber: Hasil penelitian lapangan, 2010 (kuesioner no.11 untuk pegawai)

Berdasarkan diagram di atas, dapat dilihat bahwa pemberian

penghargaan kepada pegawai setiap tahun, tidak ada responden yang

menyatakan selalu, 4 responden menyatakan sering, 26 responden

menyatakan kadang-kadang, dan 19 responden menyatakan tidak pernah.

Mayoritas responden menyatakan kadang-kadang. Hal ini dapat

diartikan bahwa BPLH terkadang memberikan penghargaan kepada para

pegawainya. Penghargaan dari intern/tempat pegawai bekerja merupakan

salah satu bentuk dorongan yang dibutuhkan untuk pegawai yang perjalanan

kariernya baik, namun BPLH masih belum sering maupun selalu

memberikan penghargaan kepada pegawainya.

Page 117: EFEKTIVITAS BADAN PENGENDALIAN LINGKUNGAN HIDUP …

95

Diagram 4.17 Tanggapan Responden mengenai Penyediaan fasilitas Penunjang

Pelaksanaan Pekerjaan

Sumber: Hasil penelitian lapangan, 2010 (kuesioner no.12 untuk pegawai)

Berdasarkan diagram di atas, dapat dilihat bahwa penyediaan fasilitas

penunjang pelaksanaan pekerjaan, tidak ada responden yang menyatakan

sangat cukup, 38 responden menyatakan cukup, 11 responden menyatakan

kurang, dan tidak ada responden yang menyatakan sangat kurang.

Mayoritas responden menyatakan bahwa penyediaan fasilitas

penunjang pelaksanaan pekerjaan, seperti jumlah meja, kursi, komputer, AC,

serta barang-barang lainnya sudah cukup untuk memberikan kenyamanan

bagi para pegawai.

Page 118: EFEKTIVITAS BADAN PENGENDALIAN LINGKUNGAN HIDUP …

96

Diagram 4.18 Tanggapan Responden mengenai Kelengkapan Sarana

Sumber: Hasil penelitian lapangan, 2010 (kuesioner no.13 untuk pegawai)

Berdasarkan diagram di atas, kelengkapan sarana, tidak ada

responden yang menyatakan sangat cukup, 19 responden menyatakan

cukup, 27 responden menyatakan kurang, 3 responden menyatakan sangat

kurang. Mayoritas responden menyatakan kurang. Hal ini dapat diartikan

bahwa kelengkapan sarana, seperti peralatan sampling, perlengkapan

keamanan, dirasakan masih minim dalam menunjang pelaksanaan tugas.

Ketersediaan sarana tersebut tidak sebanding dengan volume kerja

yang ada. Kelengkapan sarana organisasi publik di daerah yang kurang

memadai, termasuk BPLH, dapat menghambat tujuan penyelenggaraan

urusan rumah tangga daerahnya sendiri.

Page 119: EFEKTIVITAS BADAN PENGENDALIAN LINGKUNGAN HIDUP …

97

Diagram 4.19 Tanggapan Responden mengenai Kemampuan Sarana yang Dimiliki dalam

Optimalisasi Pelaksanaan Tugas

Sumber: Hasil penelitian lapangan, 2010 (kuesioner no.14 untuk pegawai)

Berdasarkan diagram di atas, dapat dilihat bahwa kemampuan sarana

yang dimiliki dalam optimalisasi pelaksanaan tugas, tidak ada responden yang

menyatakan sangat mampu, 9 responden menyatakan mampu, 36 responden

menyatakan cukup mampu, dan 4 responden menyatakan tidak mampu.

Mayoritas responden menyatakan bahwa kelengkapan sarana yang dimiliki

oleh BPLH sudah cukup mampu untuk melaksanakan tugas pokok secara

optimal.

Kelengkapan sarana yang dimiliki tersebut juga dapat diartikan belum

terlalu mampu untuk dapat diandalkan dalam penyelesaian tugas yang

berkaitan dengan kebijakan di bidang lingkungan hidup, sehingga tujuan

penyelenggaraan pemerintah daerah belum tercapai secara maksimal.

Page 120: EFEKTIVITAS BADAN PENGENDALIAN LINGKUNGAN HIDUP …

98

Diagram 4.20 Tanggapan Responden mengenai Pemeriksaan Data/dokumen Pengolahan

Limbah atau Perizinan oleh BPLH

Sumber: Hasil penelitian lapangan, 2010 (kuesioner no.5 untuk industri)

Berdasarkan diagram di atas, dapat dilihat bahwa pemeriksaan

data/dokumen pengolahan limbah, seperti dokumen laporan upaya

pengelolaan/pemantauan lingkungan ataupun perizinan oleh BPLH, sebanyak 2

responden menyatakan selalu, 10 responden menyatakan sering, 18 responden

menyatakan kadang-kadang, dan tidak ada responden yang menyatakan tidak

pernah.

Mayoritas responden menyatakan bahwa BPLH kadang-kadang

melakukan pemeriksaan data/dokumen pengolahan limbah maupun perizinan.

Hal ini dikarenakan BPLH tidak menentu apabila berkunjung ke industri untuk

pemeriksaan. Setiap 6 (enam) bulan sekali/per semester, industri wajib

memberikan laporan upaya pengelolaan/pemantauan lingkungan kepada

BPLH, tetapi karena kedatangan BPLH tidak menentu, membuat pemeriksaan

secara langsung menjadi tidak menentu juga.

Page 121: EFEKTIVITAS BADAN PENGENDALIAN LINGKUNGAN HIDUP …

99

Diagram 4.21 Tanggapan Responden mengenai Pemeriksaan Kondisi IPAL/IPLC oleh

BPLH

Sumber: Hasil penelitian lapangan, 2010 (kuesioner no.6 untuk industri)

Berdasarkan diagram di atas, dapat dilihat bahwa pemeriksaan

kondisi IPAL/IPLC oleh BPLH, sebanyak 2 responden yang menyatakan

rutin, 8 responden menyatakan sering, 18 responden menyatakan kadang-

kadang, dan 2 responden menyatakan tidak pernah. Mayoritas responden

menyatakan kadang-kadang, dapat diartikan bahwa BPLH tidak/belum

menjalankan tugasnya secara optimal dalam mengendalikan pencemaran

sungai Cisadane. Kedatangan pegawai BPLH yang tidak menentu, membuat

industri menjawab BPLH kadang-kadang memeriksa kondisi IPAL/IPLC.

Dalam hal ini, kesesuaian antara implementasi dalam produksi dan

pengolahan limbah dengan perencanaan yang seharusnya sebaik-baiknya

dilakukan oleh industri, menjadi tidak terkontrol/diawasi.

Page 122: EFEKTIVITAS BADAN PENGENDALIAN LINGKUNGAN HIDUP …

100

Diagram 4.22 Tanggapan Responden mengenai Pembinaan atau Pengarahan oleh BPLH

Sumber: Hasil penelitian lapangan, 2010 (kuesioner no.7 untuk industri)

Berdasarkan diagram di atas, dapat dilihat bahwa

pembinaan/pengarahan yang diberikan oleh BPLH, tidak ada responden yang

menyatakan sangat baik, 11 responden menyatakan baik, 19 responden

menyatakan cukup baik, dan tidak ada responden yang menyatakan tidak baik.

Mayoritas responden menyatakan cukup baik dalam melakukan

pembinaan/pengarahan. Responden menyatakan bahwa hal tersebut juga dapat

dilihat dari penyampaian peraturan-peratutan baru oleh pegawai BPLH yang

sudah cukup baik. Hal ini dapat diartikan bahwa pegawai BPLH belum

maksimal dalam menyerap kebijakan/peraturan baru, dalam hal ini Undang-

Undang No.32 Tahun 2009 tentang Pengelolaan dan Perlindungan Lingkungan

Hidup yang di dalamnya mencakup hukuman (penegakkan hukum) secara

yuridis formal bagi industri. Pegawai BPLH memerlukan waktu yang cukup

lama untuk beradaptasi dengan Undang-Undang baru tersebut karena banyak

rambu-rambu baru penunjang pelaksanaan pekerjaan yang harus dipahami.

Page 123: EFEKTIVITAS BADAN PENGENDALIAN LINGKUNGAN HIDUP …

101

Diagram 4.23 Tanggapan Responden mengenai Intensitas Keluhan Masyarakat terkait

Dampak Lingkungan akibat Pembuangan Limbah

Sumber: Hasil penelitian lapangan, 2010 (kuesioner no.9 untuk industri)

Berdasarkan diagram di atas, dapat dilihat bahwa intensitas keluhan

masyarakat terkait dampak lingkungan akibat pembuangan limbah, sebanyak

3 responden menyatakan tidak pernah, 16 responden menyatakan kadang-

kadang, 11 responden menyatakan sering, dan tidak ada responden yang

menyatakan selalu. Mayoritas responden menyatakan bahwa terkadang

mereka mendengar keluhan masyarakat terkait dampak lingkungan akibat

pembuangan limbah.

Hal ini dapat diartikan bahwa limbah yang dibuang ke sumber air

(sungai Cisadane) cukup mengganggu masyarakat sekitar sungai karena

limbah industri merupakan buangan yang kehadirannya tidak dikehendaki

oleh lingkungan dan dapat membahayakan kehidupan serta dapat

menurunkan kualitas sumber daya air.

Page 124: EFEKTIVITAS BADAN PENGENDALIAN LINGKUNGAN HIDUP …

102

Diagram 4.24 Tanggapan Responden mengenai Pengendalian Dampak Lingkungan

Sumber: Hasil penelitian lapangan, 2010 (kuesioner no.10 untuk industri)

Berdasarkan diagram di atas, dapat dilihat bahwa pengendalian

dampak lingkungan, dalam hal ini pencemaran sungai Cisadane, tidak ada

responden yang menyatakan sangat dapat dikendalikan, 7 responden

menyatakan dapat dikendalikan, 10 responden menyatakan cukup dapat

dikendalikan, dan 13 responden menyatakan belum dapat dikendalikan.

Mayoritas responden menyatakan belum dapat dikendalikan, baik dilihat dari

pengawasan yang dilakukan di lapangan terkait sosialisasi, pemeriksaan

dokumen-dokumen dan IPAL/LC, maupun dari wujud air. Hal ini dapat

diartikan bahwa dampak lingkungan, dalam hal ini pencemaran pada sumber

air (sungai Cisadane) belum dapat dikendalikan,. Hal tersebut terjadi karena

masih banyak industri yang melanggar aturan main dalam pembuangan

limbah dan tidak diketahui oleh pegawai BPLH yang bertugas di lapangan.

Page 125: EFEKTIVITAS BADAN PENGENDALIAN LINGKUNGAN HIDUP …

103

4.3. Pengujian Persyaratan Statistik

4.3.1. Uji Validitas

Pengujian validitas tiap butir digunakan analisis item,

yaitu mengkorelasikan skor tiap butir dengan skor total yang

merupakan jumlah tiap skor butir. Uji validitas ini menggunakan

rumus dengan bantuan SPSS Statistics 17.0:

n∑xy – (∑x)( ∑y)

rxy =

√ (n∑X2 – (∑x)2 )(n∑y2 – (∑y)2 )

Dari rumusan diatas, maka didapatkan hasil (instrumen untuk

pegawai) butir pertanyaan no. 1 yaitu = 0,694 dan seterusnya. Bila

koefisien korelasi sama dengan 0,281 (merupakan rtabel dapat dilihat

pada lampiran nilai-nilai product moment) atau lebih, maka

instrumen dinyatakan valid. Terdapat 13 butir soal dengan skor di

atas 0,281 sehingga dinyatakan valid. Sedangkan 1 butir soal dengan

skor di bawah 0,281 sehingga dinyatakan tidak valid.

Page 126: EFEKTIVITAS BADAN PENGENDALIAN LINGKUNGAN HIDUP …

104

Tabel 4.5 Hasil Uji Validitas Instrumen Komponen Pegawai

No.Item r hitung r tabel Keterangan

1 0,694 0,281 Valid 2 0,121 0,281 Tidak valid 3 0,574 0,281 Valid 4 0,286 0,281 Valid 5 0,454 0,281 Valid 6 0,536 0,281 Valid 7 0,511 0,281 Valid 8 0,310 0,281 Valid 9 0,359 0,281 Valid 10 0,604 0,281 Valid 11 0,520 0,281 Valid 12 0,511 0,281 Valid 13 0,482 0,281 Valid 14 0,468 0,281 Valid

Sedangkan uji validitas instrumen untuk industri, didapatkan

hasil butir pertanyaan no. 1 yaitu = 0,747 dan seterusnya. Bila

koefisien korelasi sama dengan 0,361 (merupakan rtabel dapat dilihat

pada lampiran nilai-nilai product moment) atau lebih, maka

instrumen dinyatakan valid. Terdapat 8 butir soal dengan skor di atas

0,361 sehingga dinyatakan valid. Sedangkan 2 butir soal dengan skor

di bawah 0,361 sehingga dinyatakan tidak valid.

Page 127: EFEKTIVITAS BADAN PENGENDALIAN LINGKUNGAN HIDUP …

105

Tabel 4.6 Hasil Uji Validitas Instrumen Komponen Industri

No.Item r hitung r tabel Keterangan

1 0,747 0,361 Valid 2 0,420 0,361 Valid 3 0,406 0,361 Valid 4 0,294 0,361 Tidak valid 5 0,755 0,361 Valid 6 0,636 0,361 Valid 7 0,470 0,361 Valid 8 0,338 0,361 Tidak valid 9 0,487 0,361 Valid 10 0,647 0,361 Valid

4.3.2. Uji Reliabilitas

Pengujian reliabilitas instrumen dilakukan menggunakan

rumus Alpha Cronbach dengan bantuan SPSS Statistics 17.0:

n ∑ Si² r11 = 1 -

n – 1 ∑ St²

Uji reliabilitas instrumen komponen pegawai, didapat

sebagaimana tabel 4.7 berikut sebagai berikut:

Tabel 4.7 Reliabilitas Instrumen Komponen Pegawai

Sumber: Hasil pengolahan SPSS Statistic 17.0

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

.728 14

Page 128: EFEKTIVITAS BADAN PENGENDALIAN LINGKUNGAN HIDUP …

106

Uji reliabilitas instrumen komponen industri/perusahaan,

didapat sebagaimana tabel 4.8 berikut:

Tabel 4.8 Reliabilitas Instrumen Komponen Industri

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

.725 10

Sumber: Hasil pengolahan SPSS Statistic 17.0

Dari hasil yang telah didapat, reliabilitas instrumen = 0,728

dan 0,725. Hasil tersebut ternyata lebih besar dari nilai alpha sebesar

0,30. jadi kesimpulannya instrumen dinyatakan reliabel karena

berdasarkan uji instrumen ini sudah valid dan reliabel, maka

instrumen dapat digunakan untuk mengukur dalam rangka

pengumpulan data efektivitas Badan Pengendalian Lingkungan

Hidup Kota Tangerang dalam mengendalikan pencemaran sungai

Cisadane.

Page 129: EFEKTIVITAS BADAN PENGENDALIAN LINGKUNGAN HIDUP …

107

4.4. Pengujian Hipotesis

Dalam penelitian ini, peneliti memiliki hipotesis yaitu sebagai

berikut: “Efektivitas Badan Pengendalian Lingkungan Hidup Kota

Tangerang dalam mengendalikan pencemaran sungai Cisadane adalah

mencapai angka minimal 70%”. Pengujian hipotesis dimaksudkan untuk

mengetahui tingkat signifikasi dari hipotesis yang diajukan. Berdasarkan

metode penelitian, maka pada tahap pengujian hipotesis penelitian ini

peneliti menggunakan rumus t-test satu sampel. Adapun penghitungan

pengujian hipotesis tersebut yakni sebagai berikut.

Berdasarkan data yang diperoleh, maka skor ideal yang diperoleh

untuk instrumen komponen pegawai adalah 4 x 13 x 49 = 2548 (4 = nilai

tertinggi dari item pertanyaan yang ada, 13 = jumlah item pertanyaan yang

ada, dan 49 = jumlah responden yang ada). Sedangkan skor ideal yang

diperoleh untuk instrumen komponen industri/perusahaan adalah 4 x 8 x 30

= 960, sehingga total skor ideal adalah 2548 + 960 = 3508. Skor hasil

penelitian berdasarkan data yang terkumpul untuk instrumen komponen

pegawai adalah 1712. Sedangkan skor hasil penelitian berdasarkan data

yang terkumpul untuk instrumen komponen industri adalah 562, sehingga

total skor hasil penelitian adalah 1712 + 562 = 2274. Dengan demikian,

efektivitas Badan Pengendalian Lingkungan Hidup Kota Tangerang dalam

mengendalikan pencemaran sungai Cisadane adalah jumlah data yang

terkumpul dibagi skor ideal, yaitu 2274 : 3508 = 0,648 atau 64,8%.

Page 130: EFEKTIVITAS BADAN PENGENDALIAN LINGKUNGAN HIDUP …

108

Langkah selanjutnya dalam pengajuan hipotesis adalah

mengaplikasikan rumus t-test satu sampel. Skor ideal untuk efektivitas

BPLH Kota Tangerang dalam mengendalikan pencemaran sungai Cisadane

dari instrumen komponen pegawai adalah 2548, sehingga nilai mean atau

rata-rata pada skor ideal instrument komponen pegawai adalah 2548 : 49 =

52. Sedangkan skor ideal untuk efektivitas BPLH Kota Tangerang dalam

mengendalikan pencemaran sungai Cisadane dari instrumen komponen

industri adalah 960, sehingga nilai mean atau rata-rata pada skor ideal

instrument komponen industri adalah 960 : 30 = 32. Dengan demikian, total

meannya adalah 52 + 32 = 84. Mengingat hipotesis dalam penelitian ini

adalah efektivitas BPLH Kota Tangerang dalam mengendalikan pencemaran

sungai Cisadane, berarti nilai yang dihipotesiskan adalah 0,7 x 84 = 58,8.

H0 = µ0 ≥ 0,7 x 84 = 58,8

Ha = µ0 < 0,7 x 84 = 58,8

Diketahui:

1712 562 X = + = 34,9 + 18,7 = 53,6

49 30 µ0 = 58,8

S = ( )

1

2

−−∑

nxx

S = 604,89 + 293,9 48 + 29

Page 131: EFEKTIVITAS BADAN PENGENDALIAN LINGKUNGAN HIDUP …

109

S = 898,79 77

S = √11,67

S = 3,41

n = 49 +30 = 79

Ditanya: t ?

Jawab: t =

ns

x µο−

= 53,6 – 58,8

3,41 √79

= -5,2 0,38

= -13,68

Harga thitung tersebut selanjutnya dibandingkan dengan harga ttabel dengan derajat

kebebasan (dk) = n – 1 = 79 – 1 = 78 dan taraf kesalahan = 5% untuk uji satu

pihak kiri, maka harga ttabel nya yaitu 1,658. Karena harga thitung lebih kecil dari

pada harga ttabel (-13,68 < 1,658) dan jatuh pada daerah penerimaan Ha, maka

hipotesis nol (Ho) ditolak dan hipotesis alternatif (Ha) diterima.

Page 132: EFEKTIVITAS BADAN PENGENDALIAN LINGKUNGAN HIDUP …

110

Daerah Penerimaan Daerah Penerimaan

Ha H0

-13,68 0 1,658

Gambar 4.1 Kurva Penerimaan dan Penolakan Hipotesis

4.5. Interpretasi Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian tersebut di atas, dapat dilihat bahwa hasil

perhitungan dengan menggunakan seperti dalam perhitungan t-test satu

sampel. Berdasarkan perhitungan pada pengujian hipotesis t-test satu variabel

didapatkan bahwa ternyata harga t hitung lebih kecil dari t tabel, maka hal

tersebut dapat diartikan bahwa Ha diterima karena persentase hanya mencapai

angka 64,8% dari angka minimal 70% yang dihipotesiskan.

Interpretasi yang tepat untuk menjawab rumusan masalah yang menjadi

fokus dalam penelitian ini adalah efektivitas Badan Pengendalian Lingkungan

Hidup Kota Tangerang dalam mengendalikan pencemaran sungai Cisadane

adalah cukup tinggi/sedang. Hal tersebut sesuai dengan hasil pengujian

Page 133: EFEKTIVITAS BADAN PENGENDALIAN LINGKUNGAN HIDUP …

111

hipotesis, bahwa harga t hitung < harga t tabel (-13,68 < 1,658), yang berarti

Ha diterima dan H0 ditolak.

4.6. Pembahasan

Dari pembahasan yang memaparkan tentang pengujian hipotesis

menjelaskan bahwa H0 ditolak dan Ha diterima. Dari data tersebut dijelaskan

bahwa ”Efektivitas Badan Pengendalian Lingkungan Hidup Kota Tangerang

dalam Mengendalikan Pencemaran Sungai Cisadane hanya mencapai angka

64,8%” dari angka minimal yang dihipotesiskan yaitu 70%, artinya cukup

tinggi/sedang. Hal tersebut dapat dilihat pada kategori berikut:

Kategori instrumen komponen pegawai:

Sangat Rendah Cukup Tinggi Sangat

rendah tinggi/ tinggi

sedang

637 954 1431 1908 2548

1712

Nilai 1712 termasuk dalam kategori interval cukup tinggi/sedang dan tinggi,

maka masuk dalam kategori tinggi karena lebih mendekati kategori tinggi.

Page 134: EFEKTIVITAS BADAN PENGENDALIAN LINGKUNGAN HIDUP …

112

Kategori instrumen komponen industri:

Sangat Rendah Cukup Tinggi Sangat

Rendah tinggi/ tinggi

sedang

240 420 600 780 960

562

Nilai 562 termasuk dalam kategori interval rendah dan cukup tinggi/sedang,

maka masuk dalam kategori cukup tinggi/sedang karena lebih mendekati

kategori cukup tinggi/sedang.

Dari kedua kategori interval diatas, terdapat perbedaan yang cukup

jauh antara kategori dari instrumen komponen pegawai dengan industri.

Responden pihak pegawai menyatakan bahwa walaupun dalam hal proses

perencanaan tujuan untuk mencapai target yang telah ditetapkan, mereka

semua telah dilibatkan untuk mengetahui kegiatan apa saja yang akan/harus

dilakukan, tetapi pada pelaksanaan rencana tersebut berbeda dengan

pernyataan dari responden pihak industri, yakni belum berjalan dengan

optimal karena pengawasan yang dilaksanakan oleh pihak BPLH kepada

industri belum berjalan dengan maksimal. Hal tersebut dinyatakan oleh

responden pihak industri karena kedatangan pihak BPLH yang tidak menentu,

sehingga pengawasan menjadi kurang terlalu ketat, seperti mengenai

Page 135: EFEKTIVITAS BADAN PENGENDALIAN LINGKUNGAN HIDUP …

113

pemeriksaan dokumen perizinan, dokumen upaya pengelolaan/pemantauan

lingkungan, dan juga pemeriksaan IPAL/LC, oleh karena itu menyebabkan

kualitas air di sumber air (Cisadane) cukup mengalami penurunan. Sarana

yang dimiliki oleh BPLH dalam menunjang pelaksanaan pekerjaan di

lapangan memang dinyatakan kurang oleh pegawai BPLH, tetapi peranan

sarana yang dimiliki tersebut dinyatakan oleh mereka bahwa cukup mampu

dalam mengoptimalkan pelaksanaan pekerjaan. Hal tersebut berbeda dengan

tanggapan dari responden pihak industri yang menyatakan bahwa dampak

lingkungan belum dapat dikendalikan dengan optimal karena terkadang

responden pihak industri mendengar keluhan masyarakat mengenai

pembuangan limbah yang berimbas pada penurunan kualitas air sungai

Cisadane dari waktu ke waktu yang ditandai juga dengan penggunaan baku

mutu air kelas II untuk sungai Cisadane.

Cukup tingginya/sedang tingkat efektivitas BPLH Kota Tangerang

dalam mengendalikan pencemaran sungai Cisadane dikaji dengan teori

Hessel Nogi Tangkilisan, yaitu dengan 4 indikator dan 10 sub indikator.

Dalam pelaksanaannya, efektivitas BPLH Kota Tangerang dalam

mengendalikan pencemaran sungai Cisadane, dihadapkan pada hambatan-

hambatan atau kekurangan-kekurangan yang membuat pencemaran sungai

Cisadane belum dapat dikendalikan secara optimal, padahal dalam upaya

untuk mengendalikan pencemaran sungai Cisadane sebagai salah satu sumber

daya alam terbesar Kota Tangerang yang menghidupi banyak masyarakat

Page 136: EFEKTIVITAS BADAN PENGENDALIAN LINGKUNGAN HIDUP …

114

menuntut adanya mekanisme dan tata kerja kelembagaan yang cepat dan

efektif.

Pencapaian target secara kualitas belum dapat dicapai karena dapat

dilihat dari pengawasan yang masih belum maksimal oleh pihak BPLH

terhadap industri-industri yang masih sering melanggar peraturan

pembuangan limbah ke sungai, sehingga keputusan untuk menindaklanjuti

hasil pengawasan yang tepat untuk industri menjadi agak lambat. Pengawasan

yang dilakukan juga tidak terlalu ketat terhadap industri yang bersinggungan

langsung dengan sungai, sehingga kualitas air sungai cenderung mengalami

cukup penurunan. Berkurangnya konsentrasi pada upaya pengendalian

dampak lingkungan tersebut, dalam hal ini pencemaran sungai Cisadane,

karena adanya perolehan Adipura juga merupakan salah satu faktor yang

membuat target tidak tercapai secara kualitas, walaupun secara kuantitas

target bisa saja dicapai. Dengan demikian dapat menjadikan kualitas sumber

daya air menjadi semakin menurun, terlebih lagi di bagian hilir. Adipura

dapat diartikan sebagai tuntutan aktivitas dan tujuan baru yang diharuskan

kepada para pegawai untuk melaksanakannya, yang mana aktivitas dan tujuan

baru tersebut dapat menimbulkan suatu perubahan dalam pelaksanaan tugas

pokok sehari-hari, sehingga pegawai BPLH tidak terlalu memfokuskan

perhatiannya pada pengendalian dampak lingkungan, dalam hal ini

pencemaran sungai Cisadane. Dengan demikian, pegawai BPLH diberikan

tugas/pekerjaan baru, sedangkan tugas/pekerjaannya yang lama/sudah

Page 137: EFEKTIVITAS BADAN PENGENDALIAN LINGKUNGAN HIDUP …

115

ditetapkan sebelumnya juga masih berjalan dan belum terselesaikan, sehingga

bila diibaratkan terjadi tumpang tindih pekerjaan.

Kemampuan menyesuaikan diri yang dilakukan oleh pegawai BPLH

terhadap perubahan dari luar organisasi yang berupa kebijakan perundang-

undangan baru di bidang lingkungan hidup, juga belum maksimal. Sosialisasi

mengenai peraturan-peraturan baru kepada industri yang masih belum

maksimal menunjukkan bahwa pegawai BPLH belum menyerap dengan baik

rambu-rambu penunjang pekerjaannya yang baru, sehingga penyalurannya

atau sosialisasinya kepada industri juga masih kurang. Hal tersebut membuat

kesadaran industri untuk mengelola lingkungan dan mengendalikan

dampaknya pun masih kurang.

Dalam hal kepuasan kerja, pegawai BPLH terkadang melihat adanya

persaingan yang tidak sehat di antara mereka yang membuat kondisi/situasi

menjadi tidak nyaman, karena dari persaingan yang tidak sehat tersebut dapat

timbul konflik yang dapat mengganggu kerja sama antar pegawai. Dalam segi

waktu, terkadang pegawai merasakan rekannya membutuhkan waktu yang

lama terhadap pekerjaan/tugas yang harus diselesaikan, seperti penyelesaian

follow up kegiatan-kegiatan industri atau inventarisir kegiatan administrasi

dan teknis industri yang sempat belum terselesaikan, yang kemudian sedikit

berpengaruh pada proses penegakkan hukum untuk industri. Penyediaan

sarana BPLH tidak sebanding dengan volume kerja yang ada, sehingga dapat

menghambat pengelolaan dan pengendalian dampak lingkungan yang terjadi,

atau belum maksimal dalam implementasi kebijakan di bidang lingkungan

Page 138: EFEKTIVITAS BADAN PENGENDALIAN LINGKUNGAN HIDUP …

116

hidup. Peralatan sampling yang dimiliki dirasakan kurang, seperti alat

pengukur pH air, BOD, COD, pendeteksi logam.

Semua hal yang terjadi yang dapat menghambat efektivitas BPLH

dalam mengendalikan dampak lingkungan, dalam hal ini pengendalian

pencemaran sungai Cisadane, membuat tanggung jawab BPLH dirasakan

belum maksimal. Hal tersebut dapat ditunjukkan dengan digunakannya baku

mutu air kelas II untuk sungai Cisadane yang sebelumnya pada tahun 2007

masih menggunakan baku mutu air kelas I. Kedatangan pihak BPLH ke

industri yang tidak menentu membuat pemeriksaan dokumen administrasi

seperti dokumen perizinan, laporan upaya pengelolaan/pemantauan

lingkungan, maupun IPAL/IPLC (Instalasi Pengolahan Air Limbah/Limbah

Cair) juga menjadi tidak menentu, sehingga pihak BPLH sering tidak

mengetahui bahwa masih banyak industri yang melanggar aturan main

pembuangan limbah. Dengan demikian, misi BPLH Kota Tangerang untuk

menyelenggarakan pengawasan dan penegakkan hukum untuk

mengendalikan kerusakan sumberdaya alam dan pencemaran lingkungan

hidup, masih belum terselenggara dengan maksimal.

Page 139: EFEKTIVITAS BADAN PENGENDALIAN LINGKUNGAN HIDUP …

117

BAB V

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti, yakni

mengenai efektivitas Badan Pengendalian Lingkungan Hidup Kota Tangerang

dalam mengendalikan pencemaran sungai Cisadane, maka kesimpulan yang

dapat ditarik adalah bahwa efektivitas Badan Pengendalian Lingkungan

Hidup Kota Tangerang dalam mengendalikan pencemaran sungai Cisadane

cukup tinggi/sedang karena hanya mencapai angka 64,8% dari angka yang

dihipotesiskan, yaitu minimal 70%.

Pengendalian pencemaran sungai Cisadane oleh Badan Pengendalian

Lingkungan Hidup Kota Tangerang sebagai badan yang berwenang dalam

menjalankan kebijakan di bidang lingkungan hidup, belum sepenuhnya

efektif. Belum efektifnya BPLH dalam mengendalikan pencemaran sungai

Cisadane secara optimal disebabkan oleh:

1. Pencapaian target secara kualitas dalam rangka melaksanakan tujuan/misi

BPLH untuk menyelenggarakan pengawasan dan penegakkan hukum

untuk mengendalikan kerusakan sumberdaya alam dan pencemaran

lingkungan hidup masih belum terlaksana dengan sebaik-baiknya

sebagaimana yang diamanatkan pada Undang-undang No.32 Tahun 2009

Page 140: EFEKTIVITAS BADAN PENGENDALIAN LINGKUNGAN HIDUP …

118

tentang pengelolaan dan perlindungan lingkungan hidup yang di

dalamnya mencakup hukuman untuk industri secara yuridis formal.

2. Sosialisai Undang-undang No.32 Tahun 2009 kepada industri juga masih

belum maksimal karena penyerapan rambu-rambu baru penunjang

pelaksanaan tugas di lapangan oleh pegawai BPLH belum sepenuhnya

baik. Adanya kebijakan perolehan Adipura membuat pegawai BPLH tidak

terlalu fokus pada upaya pengawasan dan penegakkan hukum bagi

industri karena perhatian pegawai terbagi dua, dan harus menyelesaikan

pekerjaan baru tersebut di saat pekerjaan yang sudah ditetapkan

sebelumnya sedang berjalan juga.

3. Kelengkapan sarana BPLH yang terbatas, seperti kendaraan operasional,

peralatan sampling, perlengkapan keamanan, membuat pegawai kurang

maksimal dalam memperoleh hasil kerja lapangan mereka.

4. Pelaksanaan mandat dan penyelesaian masalah lingkungan, terutama

dalam menyelenggarakan misi BPLH untuk menyelenggarakan

pengawasan dan penegakkan hukum untuk mengendalikan kerusakan

sumberdaya alam dan pencemaran lingkungan hidup, masih belum

terselenggara dengan maksimal karena masih banyak industri yang

melanggar aturan main pembuangan limbah, sehingga baku mutu air

untuk sungai Cisadane merujuk pada baku mutu air kelas II yang

sebelumnya merujuk pada baku mutu air kelas I.

Page 141: EFEKTIVITAS BADAN PENGENDALIAN LINGKUNGAN HIDUP …

119

5.2. Saran-saran

Berdasarkan hasil penelitian mengenai “Efektivitas Badan

Pengendalian Lingkungan Hidup Kota Tangerang dalam Mengendalikan

Pencemaran Sungai Cisadane”, peneliti dapat memberikan saran sebagai

berikut:

1. Meningkatkan pengawasan dengan melakukan pengecekan atau

pengawasan pada instalasi pengolahan air limbah industri dengan

intensitas yang lebih sering lagi, mengingat di lapangan masih banyak

industri yang langsung membuang limbahnya ke badan sungai tanpa

diketahui oleh pihak BPLH.

2. Meningkatkan sosialisasi kepada industri mengenai peraturan-peraturan

baru dalam mewujudkan pengelolaan dan pengendalian lingkungan hidup

dari kerusakan yang dapat mengancam kelangsungan hidup masyarakat

banyak.

3. Memberikan sanksi yang tegas dengan menegakkan hukum bagi industri

yang terindikasi masih atau sering melanggar peraturan pengolahan dan

pembuangan limbah ke sungai yang dapat mempertinggi tingkat

pencemaran sungai.

Page 142: EFEKTIVITAS BADAN PENGENDALIAN LINGKUNGAN HIDUP …

DAFTAR PUSTAKA

Adisasmita, H. Rahardjo. 2005. Pembangunan Ekonomi Perkotaan. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Budiman, Arief. 2000. Teori Pembangunan Dunia Ketiga. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Halim, Abdul. 2004. Manajemen Keuangan Daerah. Yogyakarta: UPP AMP YKPN.

Handayaningrat, Soewarno. 2001. Pengantar Ilmu Administrasi Negara. Jakarta: Lembaga Administrasi Negara.

Hasibuan, Malayu. 2005. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara.

Husaini. 2008. Metode Penelitian Sosial. Jakarta: Bumi Aksara.

Kristanto, Philip. 2004. Ekologi Industri. Yogyakarta: Andi.

LP3ES. 1998. Pembangunan Administrasi di Indonesia. Jakarta: PT. Pustaka LP3ES Indonesia.

Mahmudi. 2005. Manajemen Kinerja Sektor Publik. Yogyakarta: Unit Penerbitan dan Percetakan.

Makmur, Syarif. 2008. Pemberdayaan Sumber Daya Manusia dan Efektivitas Organisasi, Kajian Penyelenggaraan Pemerintahan Desa. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Mawardi, Mohammad Ikhwanuddin. 2009. Membangun Daerah yang Berkemajuan, Berkeadilan, dan Berkelanjutan. Jakarta: IPB Press.

Robbins, P. Stephen. 1994. Teori Organisasi, Struktur, Desain, dan Aplikasi. Jakarta: Arcan.

Robbins, P. Stephen. 2003. Perilaku Organisasi. Jakarta: Gramedia.

Sadyohutomo, Mulyono. 2008. Manajemen Kota dan Wilayah, Realita dan Tantangan. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Siagian, P. Sondang. 2008. Administrasi Pembangunan, Konsep, Dimensi, dan Strateginya. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Soeharto, Iman. 2002. Studi Kelayakan Proyek Industri. Jakarta: Erlangga.

Soemarwoto, Otto. 2004. Ekologi, Lingkungan Hidup dan Pembangunan. Jakarta: Djambatan.

Page 143: EFEKTIVITAS BADAN PENGENDALIAN LINGKUNGAN HIDUP …

Sudriamunawar, Haryono. 2002. Pengantar Study Administrasi Pembangunan. Bandung: Mandar Maju.

Sugiyono. 2006. Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Alfabeta.

Syafiie, Inu Kencana. 2006. Ilmu Administrasi Publik. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Syafiie, Inu Kencana. 2008. Sistem Administrasi Negara Republik Indonesia (SANRI). Jakarta: Bumi Aksara.

Tangkilisan, Hessel Nogi. 2005. Manajemen Publik. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia.

Thoha, Miftah. 2008. Ilmu Administrasi Publik Kontemporer. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Tjokroamidjojo, Bintoro. 1995. Pengantar Administrasi Pembangunan. Jakarta: PT. Pustaka LP3ES Indonesia.

Winardi. 2003. Teori Organisasi dan Pengorganisasian. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Dokumen/Peraturan:

Pemerintah Kota Tangerang, Provinsi Banten. 2007. Status Lingkungan Hidup daerah Kota Tangerang.

Pemerintah Kota Tangerang Badan Pengendalian Lingkungan Hidup, PT. Unilab Perdana. 2009. Laporan Akhir Pemantauan Kualitas Lingkungan Hidup Tahun 2009.

Peraturan Walikota Tangerang No. 16 Tahun 2009 tentang Baku Mutu Air

Limbah Industri.