lingkungan hidup dan pemanasan global

Upload: ahirul-habib-padilah

Post on 01-Mar-2018

239 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/25/2019 Lingkungan Hidup Dan Pemanasan Global

    1/23

    LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMANASAN

    GLOBAL

    Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Politik Dunia dan Globalisasi

    Dosen : Dr. Arry Bainus, M. A

    Oleh :

    Ahirul Habib Padilah170820140512

    PROGRAM PASCASARJANA

    FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

    UNIVERSITAS PADJADJARAN

    BANDUNG

    2016

  • 7/25/2019 Lingkungan Hidup Dan Pemanasan Global

    2/23

    LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMANASAN GLOBAL

    Secara istilah lingkungan hidup bisa digunakan lingkungan yang umum

    untuk menggambarkan di mana kita dan apa yang melingkupi kita1. Lingkungan

    hidup juga merupakan segala sesuatu yang ada di sekitar manusia dan

    berhubungan timbal balik. Manusia hidup di bumi tidak hanya sendirian,

    melainkan bersama makhluk lainnya, yaitu tumbuhan, hewan, dan jasad renik.

    Menusia hidup yang lain itu bukanlah sekedar kawan hidup yang hidup bersama

    secara netral atau pasif terhadap manusia, melainkan hidup manusia itu terkait erat

    pada mereka2

    . Menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang:

    Pengelolaan Lingkungan Hidup, pengertian Lingkungan Hidup, termasuk

    manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan dan kesejahteraan

    manusia serta makhluk hidup lainnya.

    Isu mengenai lingkungan hidup telah menjadi agenda global memasuki abad

    21, baik di kalangan pemimpin politik, pejabat pemerintah, ilmuwan, industrialis,

    LSM maupun warga negara. Hal ini menunjukkan bahwa persoalan lingkungan

    yang sebelumnya dianggap hanya permasalahan low politics kemudia dikaitkan

    dengan isu-isu sentral politik dunia (world politics).

    Isu lingkungan telah menjadi isu global yang sangat penting mendampingi

    agenda klasik dalam politik internasional, yaitu isu keamanan dan ekonomi. Isu

    lingkungan hidup mulai muncul dan diperdebatkan setidaknya disebabkan oleh

    beberapa faktor yaitu:3Pertama, Dengan berakhirnya rivalitas ideologi maupun

    militer antara keduasuperpower (Amerika Serikat dan Uni Soviet), maka terdapat

    kesempatan untuk membahas isu-isu lain yang kemudian menjadi perdebatan di

    kalangan negara-negara Barat. Kedua, Terdapatnya kesadaran publik dan media

    1Jill & Lloyd Pettford, 2009. International Relations: Perspectives and Themes, diterjemahkan

    oleh Silvya Sari, Hubungan Internasional: Perspektif dan Tema, Yogyakarta: Pustaka Pelajar,

    hal. 376.2Otto Soemarwoto, 2004.Ekologi Lingkungan Hidup dan Pembangunan, Jakarta: Djambatan, hal.

    51.3Peter Chalk. 2000. Non-Military Security and Global Order.Oxford: Oxford University Press,

    dalam Anak Gung Banyu Perwita dan Yanyan Mochammad Yani, 2005. Pengantar IlmuHubungan Internasional, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, hal. 130.

  • 7/25/2019 Lingkungan Hidup Dan Pemanasan Global

    3/23

    terhadap perubahan lingkungan global karena terdapat gejala-gejala yang

    mengindikasikan terjadinya degradasi lingkungan global, seperti musim panas

    yang berkepanjangan yang terjadi di Amerika Utara pada tahun 1988. Ketiga,

    scientific communities mulai membeberkan hasil-hasil penelitian mereka dan

    memberikan informasi terkait dengan kondisi lingkungan kepada para pembuat

    kebijakan. Sebagai contohnya, scientific communities memberikan informasi

    tentang terdapatnya lubang pada lapisan ozon di Antartika pada pertengahan tahun

    1980 dan menjelaskan perihal kerusakan lingkungan, dan bagaimana cara

    mengatasinya.

    Kepedulian terhadap isu lingkungan hidup semakin meningkat dan meluas,

    yang kemudian menjadi isu global disebabkan oleh:4Pertama,beberapa masalah

    lingkungan hidup secara inheren bersifat global. CFCs (chlorofluorocarbons)

    yang terlepas ke dalam atmosfer menyumbangkan masalah penipisan ozon

    stratospheric secara global di mana pun CFCs dipancarkan, seperti halnya dengan

    emisi carbon dioxide menyumbang terhadapperubahan iklim. Oleh karena itu

    efeknya bersifat global, maka dar itu dalam penanganan masalah ini harus melaluikerja sama global. Kedua, beberapa masalah dikaitkan dengan eksploitasi the

    global commons, yaitu: sumber-sumber yang menjadi milik bersama dari seluruh

    anggota masyarakat internasional, seperti samudera/ ocean, atmosfer, dasar laut,

    dan ruang angkasa. Banyak yang berpendapat bahwa sumber-sumber genetik

    dunia meruapakan sebuah sumber global yang harus dipelihara dan dipertahanan

    untuk kepentingan bersama masyarakat global.

    Ketiga, banyak masalah lingkungan hidup yang secara intrinsik

    transnasional, dalam arti melewati batas-batas negara, bahkan sekalipun masalah-

    masalah itu tidak seluruhnya bersifat global.Keempat,banyak proses dan masalah

    eksploitasi yang berlebihan atau degradasi lingkungan hidup yang secara relatif

    dalam skala lokal atau nasional, dan ini terjadi di sejumlah besar tempat di seluruh

    dunia, yang kemudian dipandang sebagai masalah-masalah global. Misalnya,

    4 Owen Green, Environmental Issues, dalam John Baylis and Steve Smith (eds.). 1999. The

    Globalization of World Politics: An Introduction to International Relations, Edisi Kedua,Oxford: Oxford University Press, hal. 387-414.

  • 7/25/2019 Lingkungan Hidup Dan Pemanasan Global

    4/23

    masalah-masalah yang mencakup praktik pertanian yang tidak berkelanjutan,

    deforestasi, polusi sungai, dan banyak masalah masalah limgkungan yang

    dikaitkan dengan urbanisasi dan praktik-praktik industri. Secara luas diakui bahwa

    penyebab masalah lingkungan hidup dikaitkan dengan generasi dan distribusi

    kekayaan, pengetahuan, dan kekuasaan, serta pola-pola konsumsi energi,

    industrialisasi, pertumbuhan penduduk, kehidupan yang melimpah (affuence) dan

    kemiskinan. Dalam hal ini, proses-proses globalisasi dan interdependensi, maupun

    kehidupan ekonomi dan kehidupan bidang lain secara meningkat, sebagaimana

    telah diungkapkan oleh Keohane dan Nye (1977) menjadikan semua isu

    lingkungan hidup memiliki dimensi global.

    Mengingat isu lingungan yang sangat kompleks, maka para pengamat

    membagi perkembangan krisis lingkungan ke dalam dua periode, yakni periode

    krisis lingkungan pertama dan periode krisis lingkungan kedua. Periode krisis

    lingkungan pertama dipicu oleh publikasi buku Silent Springs, yang ditulis oleh

    Rachel Carson pada tahun 1962. Carson dalam bukunya mengkritik produksi dan

    penggunaan pestisida (DDT) yang berlebihan di Amerika Serika dengan merujukpada derita yang dia alami sendiri. Dia menyimpulkan bahwa penggunaan DDT

    secara berlebihan dapat menimbulkan penyakit kanker seperti yang ia alami

    sendiri.

    Krisis lingkungan periode kedua, penyebab maupun kebijakan yang diambil

    berdasarkan permasalahan lingkungan berskala global. Menurut Homer Dixon,

    penyebab krisis lingkungan mencakup enam sumber, yaitu perubahan iklim yang

    disebabkan oleh efek rumah kaca, penipisan ozon, degradasi dan hiangnya tanah

    pertanian yang subur, pengundulan hutan, pengurangan dan polusi suplai air

    bersih, dan penipisan daerah penangkapan ikan. Keenam sumber perubahan

    lingkungan tersebut disertai dengan pertumbuhan penduduk dan distribusi sumber

  • 7/25/2019 Lingkungan Hidup Dan Pemanasan Global

    5/23

    daya yang tidak merata telah melahirkan kelangkaan lingkungan (environmental

    scarcity).5

    Dalam diskusi mengenai lingkungan hidup, tidak lepas dari perdebatan

    mengenai konsep pandangan antara Environmentalist dan Green Politics.

    Meskipun kedua pandangan ini sama-sama berdasarkan pada lingkungan namun

    fondasi awal kerangka berpikir dari kedua pemikiran ini sangat berbeda atau

    bertolak belakang. Kaum environmentalistpercaya dan menerima bahwa struktur

    politik, sosial, ekonomi, dan normatif yang ada sekarang mampu mengatasi

    permasalahan lingkungan. Pemikiran kaum environmentalist ini sejalan dengan

    pemikiran institusionalis liberal yang bisa dilihat dari respons sistem negara

    terhadap permasalahan lingkungan yang berfokus pada munculnya rezim

    lingkungan internasional. Asumsi dasar analisisnya adalah berpijak pada pendapat

    bahwa sistem negara bisa merespons permasalahan lingkungan secara efektif.

    Sementara para pemikir Green Politics berpendapat bahwa struktur yang

    ada sekaranglah yang menjadi penyebab utama timbulnya krisis lingkungan yang

    terjadi saat ini. Solusi untuk menangani persoalan dan permasalahan lingkungan

    bagi pemikir Green Politics adalah dengan mereformasi dan memperbaiki

    struktur-struktur yang ada pada saat ini6. Pemikiran dari Green Politics yang

    terkenal sesuai dengan slogan mereka yaitu Think Globally, Act Locally.

    Ketidakpercayaan Green Politics terhadap struktur yang ada, bahkan mereka

    tidak percaya terhadapstate-actor yang menyebabkan mereka tidak mempercayai

    institusi-institusi internasional yang berupaya merespons permasalahn lingkungan

    ini. Green Politics berpendapat bahwa permasalahan lingkungan yang dibawa

    oleh para state-actor ini selalu bermuatan politik dan berusaha tetap ingin

    mengekspor lingkungan yang ada pada saat ini7.

    5Suharko, 1998. Model-Model Gerakan NGO Lingkungan (Studi Kasus di Yogyakarta) dalam

    Jurnal Sosial dan Politik Universitas Gadjah Mada, Vol. 2, No. 1 hal. 42.6 Scott Burchill and Andrew Linklater, 2009. Teori-Teori Hubungan Internasional, Bandung:

    Nusadua, hal. 337.7Green, Op. Cit.

  • 7/25/2019 Lingkungan Hidup Dan Pemanasan Global

    6/23

    Negara kita ketahui bahwa memiliki kedudukan yang sangat relatif istimewa

    (privileged position) dalam politik internasional untuk merespons dan mengatasi

    permasalahan lingkungan hidup global. Negara juga memiliki peran sentral dalam

    membentuk dan mengimplementasikan regulasi lingkungan. Sementara

    munculnya banyak permasalahan lingkungan menyebabkan gejolak kekuasaan

    dan kedaulatan sebuah negara dipertanyakan, respons terhadap masalah

    lingkungan seringkali memperluas dan memperkuat aspek-aspek dari kekuasaan

    negara dan keterlibatan masyarakat dalam berperan aktif di dalamnya. Selain itu,

    seberapa jauh persetujuan internasional adalah hal yang sangat penting bagi

    respons bersama terhadap masalah-masalah lingkungan, diplomasi antarnegara

    menjadi sangat penting dan merupakan pihak yang sah dalam perjanjian.

    Dalam permasalahan lingkungan hidup, memang negara memiliki peran

    yang sangat penting seperti yang telah diuraikan di atas, namun selain negara

    dalam kaitannya merespons permasalahan lingkungan, aktor-aktor non-negara

    juga memainkan peran yang penting. Organisasi-organisasi supranasional, seperti

    Uni Eropa (UE) memainkan peranan internasional yang penting bersama dengannegara dalam menangani permasalahan lingkungan. Organisasi-organisasi

    internasional, lembaga-lembaga keuangan internasional, organisasi-organisasi

    transnasional seperti asosiasi-asosiasi industri atau organisasi-organisasi non-

    pemerintah (NGOs), gerakan-gerakan sosial, kelompok perempuan, kelompok

    konsumen, dan para ilmuwan (the scientists), yang semuanya memainkan peran

    penting. Bahkan kaitannya dengan negosiasi-negosiasi dan persetujuan-

    persetujuan tentang lingkungan internasional, terdapat banyak contoh di mana

    aktor non-negara memainkan peran sentral juga yang sama dengan peran negara.

    Sejalan dengan negara yang terlibat dalam pembentukan lembaga dan rezim

    internasional untuk menangani masalah-masalah lingkungan, proses kebijakan

    seringkali membutuhkan sebuah dimensi transnasional atau internasional yang

    penting.

    Dalam mengimplementasikan komitmen manangani permasalahan

    lingkungan internasional, perlu melibatkan kerja sama atau gabungan lembaga-

  • 7/25/2019 Lingkungan Hidup Dan Pemanasan Global

    7/23

    lembaga internasional, negara, dan organisasi-organisasi transnasional dan

    domestik. Contoh kasus dalam membatasi polusi atmosfer atau polusi laut, sangat

    jarang bisa dilakukan secara langsung oleh keputusan negara, seperti membongkar

    sebuah rudal atau menarik mundur sebuah divisi tank dalam pengendalian senjata

    harus melalui sebuah proses yang kompleks yang melibatkan sejumlah besar

    kelompok non-pemerintah, otoritas lokal dan individu.

    The Tragedy of the Commons,pemikiran ini dikemukan oleh Garret Hardin

    dalam Owen Greene8 yang mengintroduksi sebuah model untuk menjelaskan

    mengapa masyarakat mengeksploitasi secara berlebihan sumber-sumber

    lingkungan bersama, padahal mereka secara sadar dan mengetahui bahwa

    tindakan mereka tersebut yang demikian bertentangan dengan kepentingan

    mereka dalam jangka waktu panjang (Hardin, 1968). Hal inilah yang kemudian

    dikenal dengan apa yang disebut the tragedy of the commons.

    Secara ringkas pemikiran ini menunjukkan bahwa bagaimana mungkin

    suatu tindakan seseorang dikatakan rasional jika menimbulkan dampak

    irrasional yang mengarah kepada eksploitasi secara berlebihan terhadap sumber

    milik bersama yang bisa menghasilkan sebuah bencana. The tragedy of the

    commons adalah penipisan sumber-sumber milik bersama yang mempunyai akses

    terbuka hingga daerah-daerah terpencil yang menyebabkan kerusakan hingga

    menjurus kepada kepunahan. Bahkan jika masing-masing pengguna yang terlibat

    melakukannya secara sengaja dan sadar, serta memiliki informasi yang baik,

    mereka menjalankan hak-hak legal dan tradisionalnya. Tindakan ini mereka

    lakukan secara sepihak terhadap pengendalian diri yang didasari oleh semangat

    masyarakat tidaklah cukup untuk mengatasi permasalahan ini.

    Pemilik sebuah pabrik mempunyai kepentingan memproduksi barang-

    barang dengan cara yang semurah mungkin agar mendapatkan keuntungan yang

    berlipat tanpa memperhatikan cara produksinya yang mencemari lingkungan di

    sungai-sungai maupun atmosfer. Dalam kasus ini, siapa yang bertanggung jawab

    8Greene, Op. Cit..

  • 7/25/2019 Lingkungan Hidup Dan Pemanasan Global

    8/23

    dan membayar biaya produksi dari limbah industri tersebut, dalam banyak kasus

    yang sudah ada biasanya ditanggung bersama oleh masyarakat. Pihak pabrik yang

    membuat pencemaran tidak memasukkan hal ini dalam biaya produksi terhadap

    penanganan biaya produksi eksternalisasi ini. pemerintah sendiri, bersikap toleran

    terhadap emisi sulfur dari pabrik-pabrik penghasil energi yang berada dalam

    wilayahnya.

    Pemikiran the tragedy of the commons menunjukkan bahwa kerentanan

    terhadap sumber-sumber yang mempunyai akses terbuka bagi adanya ekploitasi

    yang berlebihan9

    . Prinsipnya, telah tersedia berbagai jenis respons terhadap over-

    eksploitasi.10 Pertama, respons tradisional dalam bentuk mengeksploitasi dan

    berjalan terus (explotation and move on). Ini merupakan pendekatan yang biasa

    dilakukan oleh masyarakat pertanian yaitu menebang dan membakar hutan tropis

    dan banyak perusahaan kayu internasional melakukan hal yang sama. Kedua,

    solusi untuk menangani the tragedy of the commons adalah perubahan hak

    kepemilikan yang menegaskan bahwa masalah dari sumber bersama adalah ketika

    sumber bersama tersebut dimiliki oleh setiap orang dan tidak seorangpun secarakhusus mempunyai otoritas atau kepentingan dalam pengelolaan secara

    berkelanjutan. Ketiga, pendekatan mempromosikan gagasan konservasi

    lingkungan dan manajemen sumber milik bersama secara berkelanjutan dengan

    membentuk sistem tata kelola (system of governance) untuk mencegah praktik-

    praktik eksploitasi pihak yang tidak bertanggung jawab dalam merusak

    lingkungan global. 11Perlu kita ketahui bahwa membentuk sistem norma, aturan,

    regulasi, atau pajak untuk mengatasi masalah-masalah lingkungan menjadi

    kontroversial, khususnya aturan-aturan tradisional yang memperoleh akses harus

    dibuat lebih restriktif.

    Isu lingkungan hidup menjadi sangat penting dan melibatkan banyak aktor

    dan kepentingan di dalamnya. Hal ini tercermin dari betapa sukarnya perundingan

    9Budi Winarno, 2014.Dinamika Isu-Isu Global Kontemporer. Yogyakarta : Center of Academic

    Publishing Service (CAPS), hal. 145.10

    Greene, Op. Cit..11Winarno, Op. Cit..

  • 7/25/2019 Lingkungan Hidup Dan Pemanasan Global

    9/23

    dan negosiasi mengenai pengurangan emisi gas rumah kaca dalam banyak

    perundingan yang diselenggarakan oleh badan-badan di lingkungan PBB ataupun

    berbagai perundingan multilateral lainnya di kancah global. Dalam kasus

    mengenai lingkungan hidup, bisa kita lihat bahwa justru negara-negara maju

    enggan taat terhadap setiap kesepakatan yang telah buat yang sebenarnya dengan

    tindakan demikian sangat merugikan semua pihak. Amerika Serikat (AS) sebagai

    negara dengan penghasil emisi gas rumah kaca terbesar di dunia menolak

    meratifikasi Protokol Kyoto12. Keengganan AS dan negara-negara maju lainnya

    meratifikasi dan mentaati Protokol Kyoto dikarenakan komitmen pengurangan

    emisi CO2 yang sama artinya dengan mengurangi laju insdustrialisasi dan

    konsumsi. Penurunan industrialisasi dan laju konsumsi dapat mempengaruhi

    pertumbuhan ekonomi dan kemakmuran.

    Selain AS, China sebagai negara pendorong peningkatan penggunaan bahan

    bakar fosil dan batu bara sehingga meningkatkan kontribusi negara tersebut dalam

    menyumbangkan emisi CO2. Hal ini menyebabkan China menduduki negara

    penyumbang emisi CO2 terbesar kedua setelah AS. AS merupakan salah satunegara maju dan banyak negara maju lainnya yang ang beranggapan sama bahwa

    pengurangan emisi sama halnya dengan pengurangan laju industri mereka, dan

    dengan demikian secara otomatis mengurangi posisi dan kedudukan mereka

    dalam ekonomi politik internasional. Tidak mengherankan jika negara maju

    lainnya seperti Australia, Kanada, Jepang, dan Juga Rusia enggan memberikan

    komitmen untuk menurunkan emisi karbon, bahkan negara-negara maju

    cenderung memberikan sebuah alternatif yang tanpa didasarkan pada data hasil

    sains.13

    Spesies manusia semakin terancam dengan semakin menurunnya kualitas

    lingkungan hidup dan ancaman bencana alam yang kapanpun bisa terjadi

    dikarenakan perubahan iklim yang ekstrem. Andre Gorz mengatakan bahwa

    dalam masyarakat industri lanjut, orang tidak selamanya miskin karena

    12

    Ibid, hal 147.13Ibid, hal 148.

  • 7/25/2019 Lingkungan Hidup Dan Pemanasan Global

    10/23

    kesenjangan akan persediaan barang-barng konsumsi yang cukup besar, tetapi

    karena iklim dan cuaca barang-barang tersebut diproduksi14. Apa yang dikatakn

    Gorz sama sekali tidak berlebihan, contohnya di AS banyak orang mati bukan

    karena kelaparan melainkan menjadi korban karena bencana alam.

    Selain itu, bencana besar yang melanda Australia dan Brazil juga

    menewaskan ratusan orang dan menghancurkan sejumlah besar tempat tinggal.

    Banjir yang terjadi di Queensland, Australia, pada Januari 2011, merupakan banjir

    terparah sepanjang tiga dekade. Para ilmuwan dunia memprediksi bahwa banjir

    yang terjadi di Queensland tersebut ada hubungannya dengan perubahan iklim dan

    pemanasan global.15 Banjir Australia juga tejadi di bagian Selatan, melanda

    Victoria dan merupakan yang terburuk yang pernah terjadi dan dialami oleh

    daerah tersebut dalam 200 tahun terakhir, dan menelan korban jiwa sebanyak 30

    orang16. Sementara di Brazil, banjir mengakibatkan 655 orang tewas, dan sekitar

    13 ribu orang ditempatkan di penampungan.17

    Persoalan lingkungan menjadi salah satu persoalan krusial yang dihadapi

    oleh umat manusia dewasa ini, selain HAM, Human Security, kemiskinan, dan

    isu-isu lainnya. Memperkuat penjelasan di atas Volger pernah mengemukaan

    bahwa, By contrast, it would be difficult today to write text book on world

    politics that did not contain a chapter on, or at least extensive reference to,

    environmental issues.18

    Banyak cara bagaimana menggambarkan bencana lingkungan yang kini

    melanda banyak negara secara global, baik negara maju, berkembang, ataupun

    negara yang kurang berkembang. Namun, sebagaimana yang telah dijelaskan oleh

    14 Andre Gorz, 2005. Anarki Kapitalisme, Cetakan Kedua, Yogyakarta: Resist Book, hal. 48.15 Banjir Australia Dampak Perubahan Iklim.

    http://sains.kompas.com/read/2011/01/17/11233954/Banjir.Australia.Dampak.Perubahan.Iklim.

    16 Banjir Melanda Brisbane, Australia.

    http://www.tempointeraktif.com/hg/afrika/2011/01/19/brk,20110119-307304,id.html17 Korban Banjir Brazil Terus Meningkat jadi 655 Orang.

    http://www.bisnis.com/index.php/umum/internasional/7374-korban-banjir-brazil-terus-

    meningkat-jadi-655-orang18

    John Volger, 1998. Environment. Dalam Brian White, et al., (eds). Issues in World Politics,Second Edition, New York: Palgrave, hal. 191.

    http://sains.kompas.com/read/2011/01/17/11233954/Banjir.Australia.Dampak.Perubahan%20.Iklimhttp://sains.kompas.com/read/2011/01/17/11233954/Banjir.Australia.Dampak.Perubahan%20.Iklimhttp://sains.kompas.com/read/2011/01/17/11233954/Banjir.Australia.Dampak.Perubahan%20.Iklimhttp://www.tempointeraktif.com/hg/afrika/2011/01/19/brk,20110119-307304,id.htmlhttp://www.tempointeraktif.com/hg/afrika/2011/01/19/brk,20110119-307304,id.htmlhttp://www.bisnis.com/index.php/umum/internasional/7374-korban-banjir-brazil-terus-meningkat-jadi-655-oranghttp://www.bisnis.com/index.php/umum/internasional/7374-korban-banjir-brazil-terus-meningkat-jadi-655-oranghttp://www.bisnis.com/index.php/umum/internasional/7374-korban-banjir-brazil-terus-meningkat-jadi-655-oranghttp://www.bisnis.com/index.php/umum/internasional/7374-korban-banjir-brazil-terus-meningkat-jadi-655-oranghttp://www.bisnis.com/index.php/umum/internasional/7374-korban-banjir-brazil-terus-meningkat-jadi-655-oranghttp://www.tempointeraktif.com/hg/afrika/2011/01/19/brk,20110119-307304,id.htmlhttp://sains.kompas.com/read/2011/01/17/11233954/Banjir.Australia.Dampak.Perubahan%20.Iklimhttp://sains.kompas.com/read/2011/01/17/11233954/Banjir.Australia.Dampak.Perubahan%20.Iklim
  • 7/25/2019 Lingkungan Hidup Dan Pemanasan Global

    11/23

    banyak ilmuwan bahwa sebagian besar bencana lingkungan hidup sekarang ini

    disebabkan oleh aktivitas manusia. Aktivitas manusia seperti deforestasi yang

    disebabkan oleh banyak faktor yang kompleks menjadi salah satu penyebab utama

    kerusakan lingkungan, kemudia pertania ladang berpindah, perkebunan sawit, dan

    industrialisasi telah memberikan sumbangan signifikan atas kerusakan lingkungan

    yang melanda dunia sekarang ini.

    Contoh kasus sederhana dari ilustrasi di atas adalah sarana transportasi

    mobil. Mobil-mobil tentu saja tidak akan berhenti sampai tahap produksi saja,

    namun masyarakat akan berlomba-lomba membelinya untuk digunakan sebagai

    saranan transportasinya. Ini berarti konsmsi minyaknya juga bertambah. Semakin

    banyak mobil beroperasi maka semakin banyak liter minyak yang digunakan,

    berbanding lurus dengan banyaknya gas CO2dibuang ke udara. Oleh karenanya,

    di kota-kota metropolitan, pencemaran udara banyak melampaui ambang batas

    karena banyaknya orang berkendara menggunakan mobil. Situasi ini akan terus

    dan terus berkembang hingga akhirnya akan menciptakan krisis bila tidak

    ditangani dengan tepat.

    Masalah pemanasan global, yang sebelumnya dianggap sebagai isu

    pinggiran, kini menjadi salah satu isu penting yang harus diperhatikan dan

    ditanggapi oleh seluruh negara di dunia, tanpa terkecuali forum-forum

    internasional. Jika diringkas terdapat empat masalah serius dan darurat yang kini

    menjadi fokus dari perhatian dunia karena adanya pemanasan global, yaitu

    meningkatnya suhu bumi, pola curah hujan yang tidak teratur, kenaikan

    permukaan laut, dan pengasaman samudera.19 Empat masalah krisis ini yang

    kemudian menjadi fokus utama dari dampak negatif pemanasan global di bumi.

    Konsumsi energi yang tidak dapat dipebaharui terutama minyak dan batu

    bara mempunyai konsekuensi serius dan menjadi awal mula atas kerusakan

    lingkungan hidup yang terjadi dalam kasus pemanasan global dan perubahan

    iklim. Ini karena zat sisa pembakaran kedua bahan bakar tersebut akan

    19Winarno, Op. Cit..

  • 7/25/2019 Lingkungan Hidup Dan Pemanasan Global

    12/23

    melepaskan gas rumah kaca yang berefek terhadap meningkatnya suhu bumi, dan

    mendorong terjadinya perubahan iklim. Perubahan iklim ini mempunyai dampak

    lanjutan yang cukup berbahaya bagi kelangsungan semua spesies termasuk

    manusia dan mengancam kemanan manusia (human security).

    Berbagai permasalahan pun muncul sebagai akibat dari kerusakan

    lingkungan. Salah satu contoh kecilnya adalah badai salju yang melanda Eropa

    beberapa waktu lalu sebagai akibat yang ditimbulkan oleh perubahan iklim dunia.

    Upaya untuk mengukur suhu bumi sendiri belum pernah dilakukan hingga tahun

    1600, di mana untuk pertama kalinya alat pengukur suhu ditemukan yang

    kemudia dikenal sebagai termometer20. Dunia internasional kemudia secara serius

    menanggapi tentang kerusakan ingkungan dan perubahan iklim dengan

    membentuk suatu badan khusus yang menangani penelitian terkait dengan suhu

    dan cuaca di permukaan bumi, yaitu yang dikenal sebagai World Meteorological

    Organization (WMO)21. Selain lembaga WMO, lembaga lain yang juga turut

    berkontribusi untuk mengukur suhu bumi secara global adalah The

    Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC), merupakan suatu badanyang dibentuk oleh program lingkungan PBB (United Nations Environment

    Programme). Dari hasil penelitian lembaga-lembaga ini, terungkap bahwa

    peningkatan suhu sudah lama terjadi sejak tahun 1900-an, namun mengalami

    peningkatan yang sangat signifikan pada tahun 1980-an hingga saat ini.

    IPCC dalam laporannya menyampaikan bahwa selama 100 tahun terakhir

    (1906-2005) temperatir permukaan bumi rata-rata telah naik sekita 0.74 derajat

    Celcius, dengan pemanasan rata-rata selama 50 tahun terakhir hampir dua kali

    lipat dari yang terjadi pada 100 tahun terakhir. Menurut laporan tersebut, akhir

    tahun 1990-an dan awal abad 21, merupakan tahun-tahun terpanas sejak adanya

    arsip data modern. Sementara itu, sejak tahun 1960 hingga tahun 2000, bumi

    20 Winarno, Op. Cit..21

    J.R. Holton , 1992. An Introduction to Dynamic Meteorology, San Diego: Academic Press, hal.511.

  • 7/25/2019 Lingkungan Hidup Dan Pemanasan Global

    13/23

    mengalami peningkatan suhu hingga 0.3 derajat celcius22. Menurut IPCC, sejak

    tahun 1880 hingga tahun 2012, suhu bumi meningkat sebesar 0.85 derajat

    Celcius23. Kemudian peningkatan pemanasan suhu bumi sebesar 0.2 derajat

    celcius diproyeksikan akan terjadi untuk setiap dekade pada dua dekade ke depan.

    Interpretasi dari pusat informasipaleoclimate menyatakan bahwa pemanasan pada

    50 tahun terakhir merupakan kejadian yang tidak biasa selama 1300 tahun akhir.

    Terakhir kali area kutub secara signifikan mengalami pemanasan dibandingkan

    saat ini untuk waktu yang lama (sekitar 125 ribu tahun lalu), pengurangan volume

    es kutub, meningkatkan permukaan air laut sekitar 4-6 meter24.

    Selain peningkatan suhu, dampak lain yang juga dirasakan oleh masyarakat

    akibat pemanasan global adalah munculnya pola curah hujan yang tidak teratur.

    Berdasarkan beberapa data yang ada, terlihat bahwa sejak tahun 1980, curah hujan

    di wilayah China, AS, dan wilayah Rusia (termasuk negara-negara di sekitarnya)

    mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Sementara itu Benua Afrika,

    Indonesia, dan banyak negara tropis lainnya, curah hujan yang ada justru

    mengalami penurunan

    25

    .

    Dampak lain dari pemanasan global bagi bumi adalah naiknya suhu udara

    yang mempunyai implikasi serius bagi kehidupan umat manusia di bumi. Suhu

    yang meningkat akan berpengaruh pada naiknya level permukaan laut. Dengan

    naiknya permukaan laut ini akan mengakibatkan terjadinya genangan di wilayah

    pesisir dan juga berbagai kelompok pulau-pulau wilayah di dunia, di mana

    genangan ini sendiri bersifat permanen26. Antara tahun 1901 hingga tahun 2010,

    sejarah mencatat bahwa terjadi peningkatan level permukaan laut hingga 19 cm

    dengan rata-rata 1,7 mm per tahun. Dari catatan ini terlihat juga bahwa sejak

    tahun 1993 hingga tahun 2010, kecepatan peningkatan level permukaan laut

    22 M. Maslin, 2004. Global Warming: A Very Short Introduction, Oxford: Oxford University

    Press Inc., hal. 52.23 Winarno, Op. Cit..24 http://unfccc.int/files/meetings/cop_13/press/aplication/pdf/sekilas_tentang_perubahan_iklim.pdf 25 V.A. Semenov dan L. Bengtsson, 2002. Secular Trends in Dayly Precipitation, hal. 123-140.

    Characteristics.26

    German Advisory Council on Global Change (WBGU), 2006. The Future Oceans-WarmingUp, Rising Hight, Turning Sour, Berlin, hal. 40.

    http://unfccc.int/files/meetings/cop_13/press/aplication/pdf/sekilas_tentang_perubahan_iklim.pdfhttp://unfccc.int/files/meetings/cop_13/press/aplication/pdf/sekilas_tentang_perubahan_iklim.pdfhttp://unfccc.int/files/meetings/cop_13/press/aplication/pdf/sekilas_tentang_perubahan_iklim.pdf
  • 7/25/2019 Lingkungan Hidup Dan Pemanasan Global

    14/23

    meningkat hingga 3,2 mm per tahun, lebih cepat dari rata-rata kenaikan level

    permukaan laut global sejak tahun 1901-201027. Tanpa upaya yang memadai

    untuk mengatasi kenaikan level permukaan laut ini, bisa dipastikan bahwa area

    yang tergenang laut ini akan semakin meluas.IPCC melaporkan bahwa perubahan

    iklim akan mempunyai pengaruh terhadap keseluruhan alam atau permukaan

    bumi, ke semua benua, dan di beberapa lautan.

    Di tengah-tengah kondisi dan situasi yang demikian, tentunya negara-negara

    yang pertama kali akan merasakan dampaknya adalah kumpulan negara-negara

    dengan kepulauan kecil, seperti Fiji, Kiribati, Palau dan lain sebagainya. Di mana

    negara kepulauan kecil ini berpotensi kehilangan wilayahnya secara permanen

    karena tergerus oleh laut dan penduduknya harus mengungsi ke wilayah negara

    lain28. Jika pemanasan global tidak diatasi, di masa depan tentunya akan terjadi

    arus pengungsi besar-besaran dari berbagai negara kepulauan kecil ini. bukan

    hanya mereka, negara-negara lain yang memiliki garis pantai, juga akan turut

    mengalami kerugian berupa berkurangnya luas daratan akibat genangan air laut

    yang semakin meluas. Akibatnya, membuat banyak penduduk yang kehilanganrumahnya di tepi pantai, dan membuat mereka harus mengungsi ke tempat atau

    wilayah lain.

    Kenaikan suhu udara yang kemudian sering disebut sebagai global warming

    salah satu penyebabnya adalah meningkatnya konsentrasi efek gas rumah kaca

    (GRK). Dilaporkan bahwa Emisi CO2 tahunan mengalami peningkatan dengan

    rata-rata 6.4 gigaton karbon (GtC) per tahun pada tahun 1990-an, dan 7,2 GtC

    pada tahun 2000-200529. Daya radiatif CO2 mengalami peningkatan sekitar 20

    persen dari tahun 1995 hingga 2005, merupakan nilai terbesar pada beberapa

    dekade lainnya selama 200 tahun terakhir30.

    27 Winarno, Op. Cit..28 Robert J. Nicholls, 2004. Coastal Flooding and Wetland Loss in the 21st Century: Change

    Under The SRES Climate and Socio-Economic Scenarios, hal. 69-86.29

    http://unfccc.int30 http://unfccc.int/Ibid.

    http://unfccc.int/http://unfccc.int/http://unfccc.int/http://unfccc.int/http://unfccc.int/http://unfccc.int/
  • 7/25/2019 Lingkungan Hidup Dan Pemanasan Global

    15/23

    Dalam menghadapi berbagai permasalah di atas negara-negara di dunia

    sedang melakukan berbagai upaya, baik pencegahan maupun penyelesaian, untuk

    menghentikan laju pemanasan global yang terjadi. Upaya-upaya yang dilakukan

    tidak hanya hadir dari satu bidang saja, namun hadir dari berbagai bidang, mulai

    dari pertania, peternakan, energi, manajemen sumber air, kehutanan dan juga gaya

    hidup manusia. Pertama, dalam bidang pertanian upaya yang dilakukan adalah

    dengan usaha perubahan dengan adanya penelitian-penelitian yang intensif untuk

    menemukan bibit-bibit unggul, yang diharapkan mampu menghasilkan produk

    dalam jumlah lebih banyak. Kedua, di bidang peternakan dengan melakukan

    upaya-upaya mitigasi juga mulai banyak dilakukan. Ketiga, di bidang nergi

    dengan upaya peningkatan investasi dan juga penggunaan energi ramah

    lingkungan mulai dipromosikan. Contoh nyatanya adalah di Jerman, negara ini

    menerapkan kebijakan bernama Energiewende, yang berarti transformasi energi.

    Upaya yang sama juga dilakukan oleh negara-negara lain seperti China, Paraguay,

    Islandia, dan negara lainnya. Bisa dilihat bahwa walaupun penggunaannya masih

    terbatas, namun adanya penggunaan energi terbarukan ini di berbagai negara dan

    belahan dunia menunjukkan bahwa ada keseriusan pemerintah negara-negara itu

    untuk mengatasi fenomena pemanasan global.

    Keempat,bidang manajemen sumber air, perubahan dilakukan dengan cara

    meningkatkan perlindungan terhadap kawasan air tanah yang masih bisa

    dipertahankan, dan juga melakukan pengembangan teknologi desalinasi (proses

    mengubah air laut menjadi air tawar), seperti yang dilakukan oleh Arab Saudi31.

    Selain itu, hal lain juga dilakukan dengan membangun sarana penyimpanan air

    untuk musim kemarau32. Hl inilah yang kemudian terus ditingkatkan, mengingat

    air sangat dibutuhkan bagi kegiatan manusia, baik untuk kehidupan sehari-hari,

    maupun untuk pertanian.

    31 Winarno, Op. Cit, hal. 159.32 United Nations Framework Convention on Climate Change, Impacts, Vulnerabilitis and

    adaptation in Developing Countries (pdf), http://unfccc.Int/resource/docs/2005/sbi/eng/18a05.pdf, diakses 1 Januari 2014

  • 7/25/2019 Lingkungan Hidup Dan Pemanasan Global

    16/23

    Kelima, dalam bidang kehutanan, perubahan juga dilakukan dengan

    berbagai cara. Contohnya, Uni Eropa baru-baru ini melakukan perjanjian

    perdagangan baru dengan Indonesia terkait penjualan kayu dan mebelnya. Dalam

    perjanjiannya, Uni Eropa hanya mau membeli produk kayu dan mebelnya dari

    indonesia jika sudah memiliki sertifikat, yang berarti kayu-kayu yang dihasilkan

    dari awasan hutan industri. 33 Dengan cara demikian, tentunya kawasan hutan

    lindung dan juga tropis yang seharusnya tidak boleh ditebang bisa dilindungi.

    Keenam, gaya hidup masyarakat sedikit demi sedikit mulai berubah, akibat

    menguatnya perhatian terhadap isu pemanasan global. Contohnya, masyarakat

    China mulai memilih produk yang ramah terhadap lingkungan, mulai dari produk

    rumah tangga, seperti lampu LED hingga model transportasi.

    Sekalipun sudah banyak upaya-upaya yang dilakukan oleh banyak pihak

    untuk mengatasi laju peningkatan pemanasa global, namun pada realita dan

    kenyataannya kenaikan suhu, ketidakteraturan curah hujan, dan juga kenaikan

    permukaan laut terus terjadi. Pada kenyataannya hal ini yang kemudian membuat

    banyak pihak berpendapat bahwa geoengineering mampu menyelesaikanpermasalahan yang ada dalam waktu yang relatif cepat. Geoengineering adalah

    sebuah terobosan baru dalam dunia ilmu pengetahuan yang ditujukan untuk

    membantu manusia menyelesaikan permasalahan terkait dengan pemanasan

    global. Geoengineering bisa dikatakan sebagai sebuah rekayasa teknologi skala

    besar dengan mengintervensi langsung hal-hal yang terkait dengan cuaca dan juga

    iklim bumi, guna untuk mengatasi pemanasan global. Kehadiran teknologi ini

    tentunya bukan tanpa sebab. Peringan dari IPCC terkait dengan peningkkatan

    suhu yang diperkirakan akan mencapai 5,8 derajat celcius pada tahun 2010, jika

    tidak dilakukan upaya dari manusia untuk penyelesaian masalah ini dalam waktu

    yang singkat. 34

    33 Human Right Watch, UE/Indonesia: Timber Agreement Flawed (daring),

    http://www.hrw.org/news/2013/11/07/euindonesia-timber-agreement-flawed,diakses 2 Januari

    201534 The International Panel on Climate Change (IPCC), Summary for Policy Makers (pdf),

    http://www. Ipcc.ch/pdf/climate-change-2001/synthesis-syr/english/summary-policymkers.pdf,diakses 3 Januari 2015.

    http://www.hrw.org/news/2013/11/07/euindonesia-timber-agreement-flawedhttp://www.hrw.org/news/2013/11/07/euindonesia-timber-agreement-flawedhttp://www.hrw.org/news/2013/11/07/euindonesia-timber-agreement-flawed
  • 7/25/2019 Lingkungan Hidup Dan Pemanasan Global

    17/23

    Menurut para ahli upaya yang telah dilakukan oleh berbagai pihak, seperti

    penggunaan energi terbarukan, reboisasi, dan lainnya dirasa belum memberikan

    dampak yang berarti atau signifikan bagi kehiduan di bumi. Selain itu, para ahli

    juga menganggap bahwa mengurangi jumlah emisi gas karbon, yang berarti harus

    terus mengurangi kemampuan manusia untuk mengurangi kebutuhan hidupnya,

    dirasa tidak memungkinkan dan masuk akal. Untuk hal itulah, para ahli

    melakukan penelitian untuk mengintervensi langsung komponen-komponen yang

    terkait dengan cuaca dan juga iklim di permukaan bumi. Geoengineering dikenal

    memiliki dua kategori, yaitu solar geoengineering (atau dalam nama lain dikenal

    sebagai solar radiation management, adalah sebuah teknologi yang bertujuan

    untuk memantulkan sebagian kecil dari energi matahari yang selama ini masuk ke

    bumi) dan carbon geoengineering (adalah sebuah teknologi yang bisa

    menawarkan solusi untuk mengurangi kandungan gas karbondioksida dari

    permukaan bumi). Dua teknologi inilah yang kini menjadi fokus penelitian

    berbagai ahli diseluruh dunia, terutama untuk mengatasi pemanasan global.

    Respons dunia internasional mengenai permasalahan lingkungan jugamenjadi hal terpenting dalam mengatasi permasalahan ini. pada era 1960-an, isu

    lingkungan hidup telah masuk dan menjadi agenda pembahasan internasional.

    Dalam hal ini, isu lingkungan hidup tidak lagi menjadi monopoli satu atau dua

    negara saja atau negara-negara dalam satu kawasan. Sebaliknya, permasalahan ini

    menjadi perhatian atau harus menjadi perhatian umat manusia di seluruh dunia,

    baik negara maupun non-negara (NGO). Penting karena dampak-dampak yang

    ditimbulkan sebagai akibat dari kerusakan lingkungan telah dirasakan oleh

    masyarakat seluruh permukaan bumi. Dengan bukti bahwa perubahan iklim telah

    banyak menciptakan dan menimbulkan bencana seperti badai Katrina di AS, badai

    salju yang melanda Eropa, banjir di Australia, banjir Brazil, China, dan juga

    Indonesia serta banyak bencana lain yang diakibatkan oleh kerusakan lingkungan

    yang sangat parah.

    Dalam merespons isu lingkungan, secara spesifik para pemimpin dunia

    memberikan respons dan perhatian yang sangat serius. Respons tersebut muncul

  • 7/25/2019 Lingkungan Hidup Dan Pemanasan Global

    18/23

    dalam skala regional maupun global. Uni Eropa, dalam usahanya mengurangi

    emisi gas rumah kaca berencana melakukan langkah-langkah mengerem laju

    emisi gas rumah kaca melalui pajak emisi penerbangan. Dengan pengurangan

    emisi karbon, Komisi Uni Eropa (UE) akan melanjutkan rencana menarik pajak

    emisi penerbangan udara yang akan berimbas pada semakin mahalnya harga tiket

    penerbangan.

    Selain Uni Eropa, banyak pihak telah mnyerukan usaha untuk mengurangi

    dampak-dampak pemanasan global. Down to Earth (DtE), misalnya

    mengemukakan bahwa keadilan iklim juga berarti pengakuan bahwa sikap

    terhadap perubahan iklim harus berfokus pada perubahan besar di negara-negara

    Utara, termasuk pengelolaan yang adil atas pengurangan konsumsi energi dan

    peralihan kepada energi yang lebih bersih dan terbarukan. Berarti hal ini bekerja

    untuk memastikan bahwa upaya pengurangan dampak perubahan iklim di negara-

    negara Utara tidak akan berdampak negatif terhadap negara-negara lain. Contoh

    dampak negatif terhadap negara lain adalah sebagai akibat dari promosi minyak

    sawit sebagai energi hijau di Eropa, masyarakat pedesaan di Indonesia terkenadampaknya dari perluasan perkebunan kelapa sawit untuk memasok dan

    memenuhi kebutuhan tersebut.

    Pembicaraan mengenai lingkungan hidup biasanya berlangsung secara

    multilateral dan sering disebut sebagai konvensi. Konferensi Stockholm yang

    diselenggarakan pada tahun 1972 menjadi salah satu tonggak penting usaha

    mengatasi kerusakan lingkungan di tingkat internasional dan usaha-usaha untuk

    membangun kerangka kerja yang lebih terlembaga. Konferensi ini dilakukan

    guna merespons isu lingkungan hidup yang mulai muncul dan mendapatkan

    perhatian luas pada tahun 1960-an. Konferensi yang dilakukan oleh UN

    Conference on teh Human Environment ini diselenggarakan dengan tujuan untuk

    membangun suatu kerangka kerja internasional guna mempromosikan lebih

    banyak kerja sama yang terkoordinasi untuk mengatasi persoalan polusi dan

    masalah-masalah lainnya yang berkaitan dengan isu lingkungan. Konferensi

    Stockholm merupakan konferensi besar pertama yang diselenggarakan oleh PBB

  • 7/25/2019 Lingkungan Hidup Dan Pemanasan Global

    19/23

    mengenai lingkungan hidup35. Konferensi ini menghasilkan publikasi yang luas,

    dihadiri oleh banyak partisipan dunia dan observer, yang secara tidak ragu-ragu

    atau semangat belajar mengenai isu-isu lingkungan yang menjadi permasalahan

    global. Pertemuan tersebut menghasilkan 26 prinsip yang berhubungan dengan

    permasalahan lingkungan dan pembangunan, rencana tindakan dengan 209

    rekomendasi dalam enam wilayah, yakni human settlement, pengelolaan sumber

    daya alam, polusi, pendidikan dan aspek-aspek sosial lingkungan, pembangunan

    dan lingkungan, serta organisasi internasional36.

    Semenjak konferensi Stockholm dilaksanakan, belasan konferensi lainnya

    diselenggarakan mengenai lingkungan hidup. Termasuk di antaranya pertemuan

    di Vienna (Konvensi Vienna 1985) dan Montreal (Protokol Montreal 1987).

    Kedua pertemuan ini diorientasikan untuk mencari jalan yang sistematis dan

    terorganisasi guna memecahkan persoalan lingkungan, terutama terkait erat

    dengan menipisnya lapisan ozon37.

    Usaha-usaha untuk memecahkan persoalan lingkungan terus berlanjut. Pada

    tahun 1992, diselenggarakan Konferensi Rio, di Rio De Jeneiro, Brazil.

    Konferensi ini dihadiri kurang lebih 150 negara, dan sekitar 4.500 orang yang

    hadir, termasuk delegasi dari pemerintah dan para aktivis. Lebih dari 10 ribu

    wartawan dan media seluruh dunia dan dihadiri oleh 1.500 perwakilan NGO.

    Dalam konferensi tersebut, disepakati Deklarasi Rio, Agenda 21, Deklarasi Dasar

    Kehutanan (the Declaration of Forest Principles), dan konvensi mengenai

    perubahan iklim dan biodiversity38.

    Deklarasi Rio terdiri dari 27 prinsip dasar yang merupakan panduan

    tindakan untuk mengatasi persoalan lingungan dan pembangunan. Termasuk

    dalam prinsip-prinsip tersebut adalah tanggung jawab nasional dan kerja sama

    internasional untuk melindungi lingkungan dari kerusakan.

    35 Greene, Op. Cit.,hal 454.36 Winarno, Op. Cit.,hal. 162.37

    Volger, Op. Cit., hal 195.

    38 Winarno, Op. Cit.,hal. 163.

  • 7/25/2019 Lingkungan Hidup Dan Pemanasan Global

    20/23

    Pada tahun 1995, diselenggarakan konferensi pertama para pihak

    (Conference of the Parties) konvensi iklim yang dilaksanakan di Berlin.

    Pertemuan ini diselenggarakan guna membangun protokol, termasu legal binding

    pengurangan efek gas rumah kaca. Pada tahun 1997, diselenggarakan pertemuan

    di Kyoto-Jepang, yang menghasilkan apa yang kemudian dikenal sebagai Kyoto

    Protokol. Protokol ini berisi sebuah komitmen hukum mengikat bagi negara-

    negara industri maju untuk mengurangi emis gas rumah kaca. Uni Eropa, AS,

    Jepang berkomitmen untuk mengurangi emisi gas rumah kaca menjelang 2008-

    2012 hingga 8,7 dan 6 persen di bawah level pada tahun 1990. 39 Polandia

    mengadopsi target dari Uni Eropa, sedngkan Rusia, Ukraina, dan Selandia Baru

    setuju untuk menstabilisasi gas emisi mereka hingga berada di bawah level tahun

    1990. Australia, Islandia, dan Norwegia akan mengelola negosiasi yang

    membatasi peningkatan emisi yang mereka izinkan.

    Selanjutnya pertemuan yang dilaksanaan di Indonesia adalah apa yang

    disebut sebagai Bali Roadmap. Bali Roadmap adalah peta yang menjelaskan

    bagaimana sistem dan strategi dalam menyikapi perubahan iklim global pasca-pertemuan perubahan iklim di Bali. Pertemuan ini dihadiri oleh kurang lebih 10

    ribu politisi dan melibatkan delegasi dari 190 negara40. Pertemuan tentang

    perubahan iklim ini diharapkan mampu menyiapkan KTT berikutnya di

    Kopenhagen guna menghasilkan protokol baru untuk menggantikan Protokol

    Kyoto yang berakhir pada 2012.

    Dalam pandangan banyak pihak, pertemuan di Nusa Dua Bali tersebut

    menghasilkan banyak kemajuan. Tetapi tidak sedikit pula yang mengatakan

    bahwa pertemuan di Bali tidak membawa hasil yang signifikan. Menteri

    Lingkungan Jerman, Sigmar Gabriel, yang memimpin delegasi Jerman di Bali

    mengatakan bahwa dia puas terhadap hasil konferensi yang dilaksanakan di Bali.

    Menurutya, meskipun Jerman dan Uni Eropa gagal mencantumkan target konkret

    reduksi dari emisi gas rumah kaca pada peta jalan Bali, dan beberapa perundingan

    39

    Greene, Op. Cit.,hal. 471.40Winarno, Op. Cit.,hal 163.

  • 7/25/2019 Lingkungan Hidup Dan Pemanasan Global

    21/23

    alot menghasilkan lebih sedikit kesepakatan dari apa yang diharapkan Uni Eropa

    dan Jerman, namun yang lebih penting semua negara termasuk AS menyepakati

    kerja sama bersama untuk memerangi pemanasan global41.

    Amerika Serikat akhirnya memang menerima kesepakatan tersebut setelah

    mendapat tekanan dari Pleno, dan ini merupakan terobosan besar mengingat

    bagaimana sejarah AS dalam Protokol Kyoto. Sebagaimana dikemukakan oleh

    Ketua Dewan Delegasi Indonesia, Emil Salim, adalah tidak mungkin

    meninggalkan AS dalam usaha mengurangi emisi karena AS merupakan negara

    penyumbang kurang lebih 36% gas emisi di dunia. Jepang menyumbangkan 18%

    emisi dunia dan Kanada sebesar 8%. 42

    Bali Roadmap sendiri berisi beberapa poin pokok yang disepakati oleh

    negara-negara peserta. Secara garis besar, Konferensi para Pihak (Conference of

    the Parties)43yang terangkum dalam CP13berisi hal-hal pokok sebagai berikut :

    Pertama, melancarkan suatu proses yang komprehensif untuk menyediakan secara

    penuh , efektif dan implementasi berkelanjutan dari konvensi dan menekankan

    emergensi mellui tindakan kerja sama jangka panjang, saat ini hingga tahun 2012.

    Dalam kitan ini, perlu kiraanya ada kesamaan misi dan visi dalam tindakan kerja

    sama jangka panjang, termasuk di dalamnya reduksi gas rumah kaca dalam

    tingkat global. Selain itu, penting untuk mendorong adanya mitigasi, adaptasi,

    transfer teknologi, dan bantuan keuangan terhadap proyek-proyek pengurangan

    efek gas rumah kaca. Mitigasi merupakan usaha untuk menggali dampak-dampak

    yang terukur atas terjadinya pemanasan global. Sementara adaptasi adalah untuk

    menyesuaikan setiap perubahan iklim yang terjadi. Kedua, keseluruhan proses

    untuk melaksanakan rekomendasi konvensi hendaknya dilakukan dengan segera,

    dan dilaksanakan di bawahAd Hoc Working Group on Long-term Cooperative di

    bawah konvensi.

    41 Bali Roadmap Disepakatihttp://www.dw-world.de/dw/article/0,,3007129,00.html42

    Bali Roadmap. 16 Desember 2007. 113629,id.html

    43 http://unfccc.int/files/meetings/cop_13/application/pdf/cp_bali_action.pdf

    http://www.dw-world.de/dw/article/0,,3007129,00.htmlhttp://www.dw-world.de/dw/article/0,,3007129,00.htmlhttp://www.dw-world.de/dw/article/0,,3007129,00.htmlhttp://unfccc.int/files/meetings/cop_13/application/pdf/cp_bali_action.pdfhttp://unfccc.int/files/meetings/cop_13/application/pdf/cp_bali_action.pdfhttp://unfccc.int/files/meetings/cop_13/application/pdf/cp_bali_action.pdfhttp://www.dw-world.de/dw/article/0,,3007129,00.html
  • 7/25/2019 Lingkungan Hidup Dan Pemanasan Global

    22/23

    REFERENSI

    Baylis, John and Steve Smith (eds.). 2001. The Globalization of World Politics:

    An Introduction to International Relations, Second Edition. New York: Oxford

    University Press, Inc

    Burchill, Scott and Andrew Linklater. 2009. Teori-Teori Hubungan Internasional.

    Bandung: Nusa Media

    German Advisory Council on Global Change (WBGU). 2006. The Future

    Oceans-Warming Up. BerlinGorz, Andre, 2005.Anarki Kapitalisme, Cetakan Kedua. Yogyakarta: Resist Book

    Green, Owen. 2005. Environmental Issues. Dalam John Baylis dan Steve Smith

    (eds.). The Globalization of World Politics. Oxford: Oxford University Press.Holton, J.R. 1992. An Introduction to Dynamic Meteorology. San Diego:

    Academic Press

    Maslin, M. 2004. Global Warming: A Very Short Introduction. Oxford: Oxford

    University Press

    Perwita, Anak Gung Banyu dan Yanyan Mochammad Yani. 2005. Pengantar

    Ilmu Hubungan Internasional. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

    Semenov, V.A. dan L. Bengtsson, 2002. Secular Trends in Dayly Precipitation.

    Characteristics.

    Soemarwoto, Otto. 2004.Ekologi Lingkungan Hidup dan Pembangunan. Jakarta:

    Djambatan

    Steans, Jill & Lloyd Pettford. 2009. International Relations: Perspectives and

    Themes, diterjemahkan oleh Silvya Sari, Hubungan Internasional: Perspektif

    dan Tema. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

    Suharko. 1998. Model-Model Gerakan NGO Lingkungan: Studi Kasus di

    Yogyakarta, dalam Jurnal Sosial dan Politik Universitas Gadjah Mada, Vol.

    2, No. 1.

    Volger, John. 1998. Environment. Dalam Brian White, Richard Little, dan

    Michael Smith (eds.). Issues in World Politics, Second Edition. New York:

    Palgrave

    Winarno, Budi, 2014.Dinamika Isu-Isu Global Kontemporer. Yogyakarta: Centerof Academic Publishing Service (CAPS)

    Online dan Surat Kabar

    Yuliantoro, Nur Rachmat. 2002. Banjir Australia Dampak Perubahan Iklim.

    http://sains.kompas.com/read/2011/01/17/11233954/Banjir.Australia.Dampak.

    Perubahan .Iklim.

    _____________________. Banjir Melanda Brisbane, Australia.

    http://www.tempointeraktif.com/hg/afrika/2011/01/19/brk,20110119-

    307304,id.html

    http://sains.kompas.com/read/2011/01/17/11233954/Banjir.Australia.Dampak.Perubahan%20.Iklimhttp://sains.kompas.com/read/2011/01/17/11233954/Banjir.Australia.Dampak.Perubahan%20.Iklimhttp://sains.kompas.com/read/2011/01/17/11233954/Banjir.Australia.Dampak.Perubahan%20.Iklimhttp://www.tempointeraktif.com/hg/afrika/2011/01/19/brk,20110119-307304,id.htmlhttp://www.tempointeraktif.com/hg/afrika/2011/01/19/brk,20110119-307304,id.htmlhttp://www.tempointeraktif.com/hg/afrika/2011/01/19/brk,20110119-307304,id.htmlhttp://www.tempointeraktif.com/hg/afrika/2011/01/19/brk,20110119-307304,id.htmlhttp://www.tempointeraktif.com/hg/afrika/2011/01/19/brk,20110119-307304,id.htmlhttp://sains.kompas.com/read/2011/01/17/11233954/Banjir.Australia.Dampak.Perubahan%20.Iklimhttp://sains.kompas.com/read/2011/01/17/11233954/Banjir.Australia.Dampak.Perubahan%20.Iklim
  • 7/25/2019 Lingkungan Hidup Dan Pemanasan Global

    23/23

    _____________________. Korban Banjir Brazil Terus Meningkat jadi 655

    Orang. http://www.bisnis.com/index.php/umum/internasional/7374-korban-

    banjir-brazil-terus-meningkat-jadi-655-oranghttp://unfccc.int/files/meetings/cop_13/press/aplication/pdf/sekilas_tentang_perub

    ahan_iklim.pdf

    Nicholls, Robert J. 2004. Coastal Flooding and Wetland Loss in the 21st Century:

    Change Under The SRES Climate and Socio-Economic Scenarios.

    Human Right Watch, UE/Indonesia: Timber Agreement Flawed (daring),

    http://www.hrw.org/news/2013/11/07/euindonesia-timber-agreement-flawed,

    diakses 2 Januari 2015

    The International Panel on Climate Change (IPCC), Summary for Policy Makers

    (pdf), http://www. Ipcc.ch/pdf/climate-change-2001/synthesis-

    syr/english/summary-policymkers.pdf, diakses 3 Januari 2015.

    Bali Roadmap Disepakati http://www.dw-world.de/dw/article/0,,3007129,00.html

    Bali Roadmap. 16 Desember 2007. 113629,id.htmlhttp://unfccc.int/files/meetings/cop_13/application/pdf/cp_bali_action.pdf

    http://www.bisnis.com/index.php/umum/internasional/7374-korban-banjir-brazil-terus-meningkat-jadi-655-oranghttp://www.bisnis.com/index.php/umum/internasional/7374-korban-banjir-brazil-terus-meningkat-jadi-655-oranghttp://unfccc.int/files/meetings/cop_13/press/aplication/pdf/sekilas_tentang_perubahan_iklim.pdfhttp://unfccc.int/files/meetings/cop_13/press/aplication/pdf/sekilas_tentang_perubahan_iklim.pdfhttp://www.hrw.org/news/2013/11/07/euindonesia-timber-agreement-flawedhttp://www.hrw.org/news/2013/11/07/euindonesia-timber-agreement-flawedhttp://www.dw-world.de/dw/article/0,,3007129,00.htmlhttp://www.dw-world.de/dw/article/0,,3007129,00.htmlhttp://www.dw-world.de/dw/article/0,,3007129,00.htmlhttp://unfccc.int/files/meetings/cop_13/application/pdf/cp_bali_action.pdfhttp://unfccc.int/files/meetings/cop_13/application/pdf/cp_bali_action.pdfhttp://unfccc.int/files/meetings/cop_13/application/pdf/cp_bali_action.pdfhttp://www.dw-world.de/dw/article/0,,3007129,00.htmlhttp://www.dw-world.de/dw/article/0,,3007129,00.htmlhttp://www.hrw.org/news/2013/11/07/euindonesia-timber-agreement-flawedhttp://unfccc.int/files/meetings/cop_13/press/aplication/pdf/sekilas_tentang_perubahan_iklim.pdfhttp://unfccc.int/files/meetings/cop_13/press/aplication/pdf/sekilas_tentang_perubahan_iklim.pdfhttp://www.bisnis.com/index.php/umum/internasional/7374-korban-banjir-brazil-terus-meningkat-jadi-655-oranghttp://www.bisnis.com/index.php/umum/internasional/7374-korban-banjir-brazil-terus-meningkat-jadi-655-orang