lingkungan hidup dan pemanasan global
TRANSCRIPT
-
7/25/2019 Lingkungan Hidup Dan Pemanasan Global
1/23
LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMANASAN
GLOBAL
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Politik Dunia dan Globalisasi
Dosen : Dr. Arry Bainus, M. A
Oleh :
Ahirul Habib Padilah170820140512
PROGRAM PASCASARJANA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS PADJADJARAN
BANDUNG
2016
-
7/25/2019 Lingkungan Hidup Dan Pemanasan Global
2/23
LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMANASAN GLOBAL
Secara istilah lingkungan hidup bisa digunakan lingkungan yang umum
untuk menggambarkan di mana kita dan apa yang melingkupi kita1. Lingkungan
hidup juga merupakan segala sesuatu yang ada di sekitar manusia dan
berhubungan timbal balik. Manusia hidup di bumi tidak hanya sendirian,
melainkan bersama makhluk lainnya, yaitu tumbuhan, hewan, dan jasad renik.
Menusia hidup yang lain itu bukanlah sekedar kawan hidup yang hidup bersama
secara netral atau pasif terhadap manusia, melainkan hidup manusia itu terkait erat
pada mereka2
. Menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang:
Pengelolaan Lingkungan Hidup, pengertian Lingkungan Hidup, termasuk
manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan dan kesejahteraan
manusia serta makhluk hidup lainnya.
Isu mengenai lingkungan hidup telah menjadi agenda global memasuki abad
21, baik di kalangan pemimpin politik, pejabat pemerintah, ilmuwan, industrialis,
LSM maupun warga negara. Hal ini menunjukkan bahwa persoalan lingkungan
yang sebelumnya dianggap hanya permasalahan low politics kemudia dikaitkan
dengan isu-isu sentral politik dunia (world politics).
Isu lingkungan telah menjadi isu global yang sangat penting mendampingi
agenda klasik dalam politik internasional, yaitu isu keamanan dan ekonomi. Isu
lingkungan hidup mulai muncul dan diperdebatkan setidaknya disebabkan oleh
beberapa faktor yaitu:3Pertama, Dengan berakhirnya rivalitas ideologi maupun
militer antara keduasuperpower (Amerika Serikat dan Uni Soviet), maka terdapat
kesempatan untuk membahas isu-isu lain yang kemudian menjadi perdebatan di
kalangan negara-negara Barat. Kedua, Terdapatnya kesadaran publik dan media
1Jill & Lloyd Pettford, 2009. International Relations: Perspectives and Themes, diterjemahkan
oleh Silvya Sari, Hubungan Internasional: Perspektif dan Tema, Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
hal. 376.2Otto Soemarwoto, 2004.Ekologi Lingkungan Hidup dan Pembangunan, Jakarta: Djambatan, hal.
51.3Peter Chalk. 2000. Non-Military Security and Global Order.Oxford: Oxford University Press,
dalam Anak Gung Banyu Perwita dan Yanyan Mochammad Yani, 2005. Pengantar IlmuHubungan Internasional, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, hal. 130.
-
7/25/2019 Lingkungan Hidup Dan Pemanasan Global
3/23
terhadap perubahan lingkungan global karena terdapat gejala-gejala yang
mengindikasikan terjadinya degradasi lingkungan global, seperti musim panas
yang berkepanjangan yang terjadi di Amerika Utara pada tahun 1988. Ketiga,
scientific communities mulai membeberkan hasil-hasil penelitian mereka dan
memberikan informasi terkait dengan kondisi lingkungan kepada para pembuat
kebijakan. Sebagai contohnya, scientific communities memberikan informasi
tentang terdapatnya lubang pada lapisan ozon di Antartika pada pertengahan tahun
1980 dan menjelaskan perihal kerusakan lingkungan, dan bagaimana cara
mengatasinya.
Kepedulian terhadap isu lingkungan hidup semakin meningkat dan meluas,
yang kemudian menjadi isu global disebabkan oleh:4Pertama,beberapa masalah
lingkungan hidup secara inheren bersifat global. CFCs (chlorofluorocarbons)
yang terlepas ke dalam atmosfer menyumbangkan masalah penipisan ozon
stratospheric secara global di mana pun CFCs dipancarkan, seperti halnya dengan
emisi carbon dioxide menyumbang terhadapperubahan iklim. Oleh karena itu
efeknya bersifat global, maka dar itu dalam penanganan masalah ini harus melaluikerja sama global. Kedua, beberapa masalah dikaitkan dengan eksploitasi the
global commons, yaitu: sumber-sumber yang menjadi milik bersama dari seluruh
anggota masyarakat internasional, seperti samudera/ ocean, atmosfer, dasar laut,
dan ruang angkasa. Banyak yang berpendapat bahwa sumber-sumber genetik
dunia meruapakan sebuah sumber global yang harus dipelihara dan dipertahanan
untuk kepentingan bersama masyarakat global.
Ketiga, banyak masalah lingkungan hidup yang secara intrinsik
transnasional, dalam arti melewati batas-batas negara, bahkan sekalipun masalah-
masalah itu tidak seluruhnya bersifat global.Keempat,banyak proses dan masalah
eksploitasi yang berlebihan atau degradasi lingkungan hidup yang secara relatif
dalam skala lokal atau nasional, dan ini terjadi di sejumlah besar tempat di seluruh
dunia, yang kemudian dipandang sebagai masalah-masalah global. Misalnya,
4 Owen Green, Environmental Issues, dalam John Baylis and Steve Smith (eds.). 1999. The
Globalization of World Politics: An Introduction to International Relations, Edisi Kedua,Oxford: Oxford University Press, hal. 387-414.
-
7/25/2019 Lingkungan Hidup Dan Pemanasan Global
4/23
masalah-masalah yang mencakup praktik pertanian yang tidak berkelanjutan,
deforestasi, polusi sungai, dan banyak masalah masalah limgkungan yang
dikaitkan dengan urbanisasi dan praktik-praktik industri. Secara luas diakui bahwa
penyebab masalah lingkungan hidup dikaitkan dengan generasi dan distribusi
kekayaan, pengetahuan, dan kekuasaan, serta pola-pola konsumsi energi,
industrialisasi, pertumbuhan penduduk, kehidupan yang melimpah (affuence) dan
kemiskinan. Dalam hal ini, proses-proses globalisasi dan interdependensi, maupun
kehidupan ekonomi dan kehidupan bidang lain secara meningkat, sebagaimana
telah diungkapkan oleh Keohane dan Nye (1977) menjadikan semua isu
lingkungan hidup memiliki dimensi global.
Mengingat isu lingungan yang sangat kompleks, maka para pengamat
membagi perkembangan krisis lingkungan ke dalam dua periode, yakni periode
krisis lingkungan pertama dan periode krisis lingkungan kedua. Periode krisis
lingkungan pertama dipicu oleh publikasi buku Silent Springs, yang ditulis oleh
Rachel Carson pada tahun 1962. Carson dalam bukunya mengkritik produksi dan
penggunaan pestisida (DDT) yang berlebihan di Amerika Serika dengan merujukpada derita yang dia alami sendiri. Dia menyimpulkan bahwa penggunaan DDT
secara berlebihan dapat menimbulkan penyakit kanker seperti yang ia alami
sendiri.
Krisis lingkungan periode kedua, penyebab maupun kebijakan yang diambil
berdasarkan permasalahan lingkungan berskala global. Menurut Homer Dixon,
penyebab krisis lingkungan mencakup enam sumber, yaitu perubahan iklim yang
disebabkan oleh efek rumah kaca, penipisan ozon, degradasi dan hiangnya tanah
pertanian yang subur, pengundulan hutan, pengurangan dan polusi suplai air
bersih, dan penipisan daerah penangkapan ikan. Keenam sumber perubahan
lingkungan tersebut disertai dengan pertumbuhan penduduk dan distribusi sumber
-
7/25/2019 Lingkungan Hidup Dan Pemanasan Global
5/23
daya yang tidak merata telah melahirkan kelangkaan lingkungan (environmental
scarcity).5
Dalam diskusi mengenai lingkungan hidup, tidak lepas dari perdebatan
mengenai konsep pandangan antara Environmentalist dan Green Politics.
Meskipun kedua pandangan ini sama-sama berdasarkan pada lingkungan namun
fondasi awal kerangka berpikir dari kedua pemikiran ini sangat berbeda atau
bertolak belakang. Kaum environmentalistpercaya dan menerima bahwa struktur
politik, sosial, ekonomi, dan normatif yang ada sekarang mampu mengatasi
permasalahan lingkungan. Pemikiran kaum environmentalist ini sejalan dengan
pemikiran institusionalis liberal yang bisa dilihat dari respons sistem negara
terhadap permasalahan lingkungan yang berfokus pada munculnya rezim
lingkungan internasional. Asumsi dasar analisisnya adalah berpijak pada pendapat
bahwa sistem negara bisa merespons permasalahan lingkungan secara efektif.
Sementara para pemikir Green Politics berpendapat bahwa struktur yang
ada sekaranglah yang menjadi penyebab utama timbulnya krisis lingkungan yang
terjadi saat ini. Solusi untuk menangani persoalan dan permasalahan lingkungan
bagi pemikir Green Politics adalah dengan mereformasi dan memperbaiki
struktur-struktur yang ada pada saat ini6. Pemikiran dari Green Politics yang
terkenal sesuai dengan slogan mereka yaitu Think Globally, Act Locally.
Ketidakpercayaan Green Politics terhadap struktur yang ada, bahkan mereka
tidak percaya terhadapstate-actor yang menyebabkan mereka tidak mempercayai
institusi-institusi internasional yang berupaya merespons permasalahn lingkungan
ini. Green Politics berpendapat bahwa permasalahan lingkungan yang dibawa
oleh para state-actor ini selalu bermuatan politik dan berusaha tetap ingin
mengekspor lingkungan yang ada pada saat ini7.
5Suharko, 1998. Model-Model Gerakan NGO Lingkungan (Studi Kasus di Yogyakarta) dalam
Jurnal Sosial dan Politik Universitas Gadjah Mada, Vol. 2, No. 1 hal. 42.6 Scott Burchill and Andrew Linklater, 2009. Teori-Teori Hubungan Internasional, Bandung:
Nusadua, hal. 337.7Green, Op. Cit.
-
7/25/2019 Lingkungan Hidup Dan Pemanasan Global
6/23
Negara kita ketahui bahwa memiliki kedudukan yang sangat relatif istimewa
(privileged position) dalam politik internasional untuk merespons dan mengatasi
permasalahan lingkungan hidup global. Negara juga memiliki peran sentral dalam
membentuk dan mengimplementasikan regulasi lingkungan. Sementara
munculnya banyak permasalahan lingkungan menyebabkan gejolak kekuasaan
dan kedaulatan sebuah negara dipertanyakan, respons terhadap masalah
lingkungan seringkali memperluas dan memperkuat aspek-aspek dari kekuasaan
negara dan keterlibatan masyarakat dalam berperan aktif di dalamnya. Selain itu,
seberapa jauh persetujuan internasional adalah hal yang sangat penting bagi
respons bersama terhadap masalah-masalah lingkungan, diplomasi antarnegara
menjadi sangat penting dan merupakan pihak yang sah dalam perjanjian.
Dalam permasalahan lingkungan hidup, memang negara memiliki peran
yang sangat penting seperti yang telah diuraikan di atas, namun selain negara
dalam kaitannya merespons permasalahan lingkungan, aktor-aktor non-negara
juga memainkan peran yang penting. Organisasi-organisasi supranasional, seperti
Uni Eropa (UE) memainkan peranan internasional yang penting bersama dengannegara dalam menangani permasalahan lingkungan. Organisasi-organisasi
internasional, lembaga-lembaga keuangan internasional, organisasi-organisasi
transnasional seperti asosiasi-asosiasi industri atau organisasi-organisasi non-
pemerintah (NGOs), gerakan-gerakan sosial, kelompok perempuan, kelompok
konsumen, dan para ilmuwan (the scientists), yang semuanya memainkan peran
penting. Bahkan kaitannya dengan negosiasi-negosiasi dan persetujuan-
persetujuan tentang lingkungan internasional, terdapat banyak contoh di mana
aktor non-negara memainkan peran sentral juga yang sama dengan peran negara.
Sejalan dengan negara yang terlibat dalam pembentukan lembaga dan rezim
internasional untuk menangani masalah-masalah lingkungan, proses kebijakan
seringkali membutuhkan sebuah dimensi transnasional atau internasional yang
penting.
Dalam mengimplementasikan komitmen manangani permasalahan
lingkungan internasional, perlu melibatkan kerja sama atau gabungan lembaga-
-
7/25/2019 Lingkungan Hidup Dan Pemanasan Global
7/23
lembaga internasional, negara, dan organisasi-organisasi transnasional dan
domestik. Contoh kasus dalam membatasi polusi atmosfer atau polusi laut, sangat
jarang bisa dilakukan secara langsung oleh keputusan negara, seperti membongkar
sebuah rudal atau menarik mundur sebuah divisi tank dalam pengendalian senjata
harus melalui sebuah proses yang kompleks yang melibatkan sejumlah besar
kelompok non-pemerintah, otoritas lokal dan individu.
The Tragedy of the Commons,pemikiran ini dikemukan oleh Garret Hardin
dalam Owen Greene8 yang mengintroduksi sebuah model untuk menjelaskan
mengapa masyarakat mengeksploitasi secara berlebihan sumber-sumber
lingkungan bersama, padahal mereka secara sadar dan mengetahui bahwa
tindakan mereka tersebut yang demikian bertentangan dengan kepentingan
mereka dalam jangka waktu panjang (Hardin, 1968). Hal inilah yang kemudian
dikenal dengan apa yang disebut the tragedy of the commons.
Secara ringkas pemikiran ini menunjukkan bahwa bagaimana mungkin
suatu tindakan seseorang dikatakan rasional jika menimbulkan dampak
irrasional yang mengarah kepada eksploitasi secara berlebihan terhadap sumber
milik bersama yang bisa menghasilkan sebuah bencana. The tragedy of the
commons adalah penipisan sumber-sumber milik bersama yang mempunyai akses
terbuka hingga daerah-daerah terpencil yang menyebabkan kerusakan hingga
menjurus kepada kepunahan. Bahkan jika masing-masing pengguna yang terlibat
melakukannya secara sengaja dan sadar, serta memiliki informasi yang baik,
mereka menjalankan hak-hak legal dan tradisionalnya. Tindakan ini mereka
lakukan secara sepihak terhadap pengendalian diri yang didasari oleh semangat
masyarakat tidaklah cukup untuk mengatasi permasalahan ini.
Pemilik sebuah pabrik mempunyai kepentingan memproduksi barang-
barang dengan cara yang semurah mungkin agar mendapatkan keuntungan yang
berlipat tanpa memperhatikan cara produksinya yang mencemari lingkungan di
sungai-sungai maupun atmosfer. Dalam kasus ini, siapa yang bertanggung jawab
8Greene, Op. Cit..
-
7/25/2019 Lingkungan Hidup Dan Pemanasan Global
8/23
dan membayar biaya produksi dari limbah industri tersebut, dalam banyak kasus
yang sudah ada biasanya ditanggung bersama oleh masyarakat. Pihak pabrik yang
membuat pencemaran tidak memasukkan hal ini dalam biaya produksi terhadap
penanganan biaya produksi eksternalisasi ini. pemerintah sendiri, bersikap toleran
terhadap emisi sulfur dari pabrik-pabrik penghasil energi yang berada dalam
wilayahnya.
Pemikiran the tragedy of the commons menunjukkan bahwa kerentanan
terhadap sumber-sumber yang mempunyai akses terbuka bagi adanya ekploitasi
yang berlebihan9
. Prinsipnya, telah tersedia berbagai jenis respons terhadap over-
eksploitasi.10 Pertama, respons tradisional dalam bentuk mengeksploitasi dan
berjalan terus (explotation and move on). Ini merupakan pendekatan yang biasa
dilakukan oleh masyarakat pertanian yaitu menebang dan membakar hutan tropis
dan banyak perusahaan kayu internasional melakukan hal yang sama. Kedua,
solusi untuk menangani the tragedy of the commons adalah perubahan hak
kepemilikan yang menegaskan bahwa masalah dari sumber bersama adalah ketika
sumber bersama tersebut dimiliki oleh setiap orang dan tidak seorangpun secarakhusus mempunyai otoritas atau kepentingan dalam pengelolaan secara
berkelanjutan. Ketiga, pendekatan mempromosikan gagasan konservasi
lingkungan dan manajemen sumber milik bersama secara berkelanjutan dengan
membentuk sistem tata kelola (system of governance) untuk mencegah praktik-
praktik eksploitasi pihak yang tidak bertanggung jawab dalam merusak
lingkungan global. 11Perlu kita ketahui bahwa membentuk sistem norma, aturan,
regulasi, atau pajak untuk mengatasi masalah-masalah lingkungan menjadi
kontroversial, khususnya aturan-aturan tradisional yang memperoleh akses harus
dibuat lebih restriktif.
Isu lingkungan hidup menjadi sangat penting dan melibatkan banyak aktor
dan kepentingan di dalamnya. Hal ini tercermin dari betapa sukarnya perundingan
9Budi Winarno, 2014.Dinamika Isu-Isu Global Kontemporer. Yogyakarta : Center of Academic
Publishing Service (CAPS), hal. 145.10
Greene, Op. Cit..11Winarno, Op. Cit..
-
7/25/2019 Lingkungan Hidup Dan Pemanasan Global
9/23
dan negosiasi mengenai pengurangan emisi gas rumah kaca dalam banyak
perundingan yang diselenggarakan oleh badan-badan di lingkungan PBB ataupun
berbagai perundingan multilateral lainnya di kancah global. Dalam kasus
mengenai lingkungan hidup, bisa kita lihat bahwa justru negara-negara maju
enggan taat terhadap setiap kesepakatan yang telah buat yang sebenarnya dengan
tindakan demikian sangat merugikan semua pihak. Amerika Serikat (AS) sebagai
negara dengan penghasil emisi gas rumah kaca terbesar di dunia menolak
meratifikasi Protokol Kyoto12. Keengganan AS dan negara-negara maju lainnya
meratifikasi dan mentaati Protokol Kyoto dikarenakan komitmen pengurangan
emisi CO2 yang sama artinya dengan mengurangi laju insdustrialisasi dan
konsumsi. Penurunan industrialisasi dan laju konsumsi dapat mempengaruhi
pertumbuhan ekonomi dan kemakmuran.
Selain AS, China sebagai negara pendorong peningkatan penggunaan bahan
bakar fosil dan batu bara sehingga meningkatkan kontribusi negara tersebut dalam
menyumbangkan emisi CO2. Hal ini menyebabkan China menduduki negara
penyumbang emisi CO2 terbesar kedua setelah AS. AS merupakan salah satunegara maju dan banyak negara maju lainnya yang ang beranggapan sama bahwa
pengurangan emisi sama halnya dengan pengurangan laju industri mereka, dan
dengan demikian secara otomatis mengurangi posisi dan kedudukan mereka
dalam ekonomi politik internasional. Tidak mengherankan jika negara maju
lainnya seperti Australia, Kanada, Jepang, dan Juga Rusia enggan memberikan
komitmen untuk menurunkan emisi karbon, bahkan negara-negara maju
cenderung memberikan sebuah alternatif yang tanpa didasarkan pada data hasil
sains.13
Spesies manusia semakin terancam dengan semakin menurunnya kualitas
lingkungan hidup dan ancaman bencana alam yang kapanpun bisa terjadi
dikarenakan perubahan iklim yang ekstrem. Andre Gorz mengatakan bahwa
dalam masyarakat industri lanjut, orang tidak selamanya miskin karena
12
Ibid, hal 147.13Ibid, hal 148.
-
7/25/2019 Lingkungan Hidup Dan Pemanasan Global
10/23
kesenjangan akan persediaan barang-barng konsumsi yang cukup besar, tetapi
karena iklim dan cuaca barang-barang tersebut diproduksi14. Apa yang dikatakn
Gorz sama sekali tidak berlebihan, contohnya di AS banyak orang mati bukan
karena kelaparan melainkan menjadi korban karena bencana alam.
Selain itu, bencana besar yang melanda Australia dan Brazil juga
menewaskan ratusan orang dan menghancurkan sejumlah besar tempat tinggal.
Banjir yang terjadi di Queensland, Australia, pada Januari 2011, merupakan banjir
terparah sepanjang tiga dekade. Para ilmuwan dunia memprediksi bahwa banjir
yang terjadi di Queensland tersebut ada hubungannya dengan perubahan iklim dan
pemanasan global.15 Banjir Australia juga tejadi di bagian Selatan, melanda
Victoria dan merupakan yang terburuk yang pernah terjadi dan dialami oleh
daerah tersebut dalam 200 tahun terakhir, dan menelan korban jiwa sebanyak 30
orang16. Sementara di Brazil, banjir mengakibatkan 655 orang tewas, dan sekitar
13 ribu orang ditempatkan di penampungan.17
Persoalan lingkungan menjadi salah satu persoalan krusial yang dihadapi
oleh umat manusia dewasa ini, selain HAM, Human Security, kemiskinan, dan
isu-isu lainnya. Memperkuat penjelasan di atas Volger pernah mengemukaan
bahwa, By contrast, it would be difficult today to write text book on world
politics that did not contain a chapter on, or at least extensive reference to,
environmental issues.18
Banyak cara bagaimana menggambarkan bencana lingkungan yang kini
melanda banyak negara secara global, baik negara maju, berkembang, ataupun
negara yang kurang berkembang. Namun, sebagaimana yang telah dijelaskan oleh
14 Andre Gorz, 2005. Anarki Kapitalisme, Cetakan Kedua, Yogyakarta: Resist Book, hal. 48.15 Banjir Australia Dampak Perubahan Iklim.
http://sains.kompas.com/read/2011/01/17/11233954/Banjir.Australia.Dampak.Perubahan.Iklim.
16 Banjir Melanda Brisbane, Australia.
http://www.tempointeraktif.com/hg/afrika/2011/01/19/brk,20110119-307304,id.html17 Korban Banjir Brazil Terus Meningkat jadi 655 Orang.
http://www.bisnis.com/index.php/umum/internasional/7374-korban-banjir-brazil-terus-
meningkat-jadi-655-orang18
John Volger, 1998. Environment. Dalam Brian White, et al., (eds). Issues in World Politics,Second Edition, New York: Palgrave, hal. 191.
http://sains.kompas.com/read/2011/01/17/11233954/Banjir.Australia.Dampak.Perubahan%20.Iklimhttp://sains.kompas.com/read/2011/01/17/11233954/Banjir.Australia.Dampak.Perubahan%20.Iklimhttp://sains.kompas.com/read/2011/01/17/11233954/Banjir.Australia.Dampak.Perubahan%20.Iklimhttp://www.tempointeraktif.com/hg/afrika/2011/01/19/brk,20110119-307304,id.htmlhttp://www.tempointeraktif.com/hg/afrika/2011/01/19/brk,20110119-307304,id.htmlhttp://www.bisnis.com/index.php/umum/internasional/7374-korban-banjir-brazil-terus-meningkat-jadi-655-oranghttp://www.bisnis.com/index.php/umum/internasional/7374-korban-banjir-brazil-terus-meningkat-jadi-655-oranghttp://www.bisnis.com/index.php/umum/internasional/7374-korban-banjir-brazil-terus-meningkat-jadi-655-oranghttp://www.bisnis.com/index.php/umum/internasional/7374-korban-banjir-brazil-terus-meningkat-jadi-655-oranghttp://www.bisnis.com/index.php/umum/internasional/7374-korban-banjir-brazil-terus-meningkat-jadi-655-oranghttp://www.tempointeraktif.com/hg/afrika/2011/01/19/brk,20110119-307304,id.htmlhttp://sains.kompas.com/read/2011/01/17/11233954/Banjir.Australia.Dampak.Perubahan%20.Iklimhttp://sains.kompas.com/read/2011/01/17/11233954/Banjir.Australia.Dampak.Perubahan%20.Iklim -
7/25/2019 Lingkungan Hidup Dan Pemanasan Global
11/23
banyak ilmuwan bahwa sebagian besar bencana lingkungan hidup sekarang ini
disebabkan oleh aktivitas manusia. Aktivitas manusia seperti deforestasi yang
disebabkan oleh banyak faktor yang kompleks menjadi salah satu penyebab utama
kerusakan lingkungan, kemudia pertania ladang berpindah, perkebunan sawit, dan
industrialisasi telah memberikan sumbangan signifikan atas kerusakan lingkungan
yang melanda dunia sekarang ini.
Contoh kasus sederhana dari ilustrasi di atas adalah sarana transportasi
mobil. Mobil-mobil tentu saja tidak akan berhenti sampai tahap produksi saja,
namun masyarakat akan berlomba-lomba membelinya untuk digunakan sebagai
saranan transportasinya. Ini berarti konsmsi minyaknya juga bertambah. Semakin
banyak mobil beroperasi maka semakin banyak liter minyak yang digunakan,
berbanding lurus dengan banyaknya gas CO2dibuang ke udara. Oleh karenanya,
di kota-kota metropolitan, pencemaran udara banyak melampaui ambang batas
karena banyaknya orang berkendara menggunakan mobil. Situasi ini akan terus
dan terus berkembang hingga akhirnya akan menciptakan krisis bila tidak
ditangani dengan tepat.
Masalah pemanasan global, yang sebelumnya dianggap sebagai isu
pinggiran, kini menjadi salah satu isu penting yang harus diperhatikan dan
ditanggapi oleh seluruh negara di dunia, tanpa terkecuali forum-forum
internasional. Jika diringkas terdapat empat masalah serius dan darurat yang kini
menjadi fokus dari perhatian dunia karena adanya pemanasan global, yaitu
meningkatnya suhu bumi, pola curah hujan yang tidak teratur, kenaikan
permukaan laut, dan pengasaman samudera.19 Empat masalah krisis ini yang
kemudian menjadi fokus utama dari dampak negatif pemanasan global di bumi.
Konsumsi energi yang tidak dapat dipebaharui terutama minyak dan batu
bara mempunyai konsekuensi serius dan menjadi awal mula atas kerusakan
lingkungan hidup yang terjadi dalam kasus pemanasan global dan perubahan
iklim. Ini karena zat sisa pembakaran kedua bahan bakar tersebut akan
19Winarno, Op. Cit..
-
7/25/2019 Lingkungan Hidup Dan Pemanasan Global
12/23
melepaskan gas rumah kaca yang berefek terhadap meningkatnya suhu bumi, dan
mendorong terjadinya perubahan iklim. Perubahan iklim ini mempunyai dampak
lanjutan yang cukup berbahaya bagi kelangsungan semua spesies termasuk
manusia dan mengancam kemanan manusia (human security).
Berbagai permasalahan pun muncul sebagai akibat dari kerusakan
lingkungan. Salah satu contoh kecilnya adalah badai salju yang melanda Eropa
beberapa waktu lalu sebagai akibat yang ditimbulkan oleh perubahan iklim dunia.
Upaya untuk mengukur suhu bumi sendiri belum pernah dilakukan hingga tahun
1600, di mana untuk pertama kalinya alat pengukur suhu ditemukan yang
kemudia dikenal sebagai termometer20. Dunia internasional kemudia secara serius
menanggapi tentang kerusakan ingkungan dan perubahan iklim dengan
membentuk suatu badan khusus yang menangani penelitian terkait dengan suhu
dan cuaca di permukaan bumi, yaitu yang dikenal sebagai World Meteorological
Organization (WMO)21. Selain lembaga WMO, lembaga lain yang juga turut
berkontribusi untuk mengukur suhu bumi secara global adalah The
Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC), merupakan suatu badanyang dibentuk oleh program lingkungan PBB (United Nations Environment
Programme). Dari hasil penelitian lembaga-lembaga ini, terungkap bahwa
peningkatan suhu sudah lama terjadi sejak tahun 1900-an, namun mengalami
peningkatan yang sangat signifikan pada tahun 1980-an hingga saat ini.
IPCC dalam laporannya menyampaikan bahwa selama 100 tahun terakhir
(1906-2005) temperatir permukaan bumi rata-rata telah naik sekita 0.74 derajat
Celcius, dengan pemanasan rata-rata selama 50 tahun terakhir hampir dua kali
lipat dari yang terjadi pada 100 tahun terakhir. Menurut laporan tersebut, akhir
tahun 1990-an dan awal abad 21, merupakan tahun-tahun terpanas sejak adanya
arsip data modern. Sementara itu, sejak tahun 1960 hingga tahun 2000, bumi
20 Winarno, Op. Cit..21
J.R. Holton , 1992. An Introduction to Dynamic Meteorology, San Diego: Academic Press, hal.511.
-
7/25/2019 Lingkungan Hidup Dan Pemanasan Global
13/23
mengalami peningkatan suhu hingga 0.3 derajat celcius22. Menurut IPCC, sejak
tahun 1880 hingga tahun 2012, suhu bumi meningkat sebesar 0.85 derajat
Celcius23. Kemudian peningkatan pemanasan suhu bumi sebesar 0.2 derajat
celcius diproyeksikan akan terjadi untuk setiap dekade pada dua dekade ke depan.
Interpretasi dari pusat informasipaleoclimate menyatakan bahwa pemanasan pada
50 tahun terakhir merupakan kejadian yang tidak biasa selama 1300 tahun akhir.
Terakhir kali area kutub secara signifikan mengalami pemanasan dibandingkan
saat ini untuk waktu yang lama (sekitar 125 ribu tahun lalu), pengurangan volume
es kutub, meningkatkan permukaan air laut sekitar 4-6 meter24.
Selain peningkatan suhu, dampak lain yang juga dirasakan oleh masyarakat
akibat pemanasan global adalah munculnya pola curah hujan yang tidak teratur.
Berdasarkan beberapa data yang ada, terlihat bahwa sejak tahun 1980, curah hujan
di wilayah China, AS, dan wilayah Rusia (termasuk negara-negara di sekitarnya)
mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Sementara itu Benua Afrika,
Indonesia, dan banyak negara tropis lainnya, curah hujan yang ada justru
mengalami penurunan
25
.
Dampak lain dari pemanasan global bagi bumi adalah naiknya suhu udara
yang mempunyai implikasi serius bagi kehidupan umat manusia di bumi. Suhu
yang meningkat akan berpengaruh pada naiknya level permukaan laut. Dengan
naiknya permukaan laut ini akan mengakibatkan terjadinya genangan di wilayah
pesisir dan juga berbagai kelompok pulau-pulau wilayah di dunia, di mana
genangan ini sendiri bersifat permanen26. Antara tahun 1901 hingga tahun 2010,
sejarah mencatat bahwa terjadi peningkatan level permukaan laut hingga 19 cm
dengan rata-rata 1,7 mm per tahun. Dari catatan ini terlihat juga bahwa sejak
tahun 1993 hingga tahun 2010, kecepatan peningkatan level permukaan laut
22 M. Maslin, 2004. Global Warming: A Very Short Introduction, Oxford: Oxford University
Press Inc., hal. 52.23 Winarno, Op. Cit..24 http://unfccc.int/files/meetings/cop_13/press/aplication/pdf/sekilas_tentang_perubahan_iklim.pdf 25 V.A. Semenov dan L. Bengtsson, 2002. Secular Trends in Dayly Precipitation, hal. 123-140.
Characteristics.26
German Advisory Council on Global Change (WBGU), 2006. The Future Oceans-WarmingUp, Rising Hight, Turning Sour, Berlin, hal. 40.
http://unfccc.int/files/meetings/cop_13/press/aplication/pdf/sekilas_tentang_perubahan_iklim.pdfhttp://unfccc.int/files/meetings/cop_13/press/aplication/pdf/sekilas_tentang_perubahan_iklim.pdfhttp://unfccc.int/files/meetings/cop_13/press/aplication/pdf/sekilas_tentang_perubahan_iklim.pdf -
7/25/2019 Lingkungan Hidup Dan Pemanasan Global
14/23
meningkat hingga 3,2 mm per tahun, lebih cepat dari rata-rata kenaikan level
permukaan laut global sejak tahun 1901-201027. Tanpa upaya yang memadai
untuk mengatasi kenaikan level permukaan laut ini, bisa dipastikan bahwa area
yang tergenang laut ini akan semakin meluas.IPCC melaporkan bahwa perubahan
iklim akan mempunyai pengaruh terhadap keseluruhan alam atau permukaan
bumi, ke semua benua, dan di beberapa lautan.
Di tengah-tengah kondisi dan situasi yang demikian, tentunya negara-negara
yang pertama kali akan merasakan dampaknya adalah kumpulan negara-negara
dengan kepulauan kecil, seperti Fiji, Kiribati, Palau dan lain sebagainya. Di mana
negara kepulauan kecil ini berpotensi kehilangan wilayahnya secara permanen
karena tergerus oleh laut dan penduduknya harus mengungsi ke wilayah negara
lain28. Jika pemanasan global tidak diatasi, di masa depan tentunya akan terjadi
arus pengungsi besar-besaran dari berbagai negara kepulauan kecil ini. bukan
hanya mereka, negara-negara lain yang memiliki garis pantai, juga akan turut
mengalami kerugian berupa berkurangnya luas daratan akibat genangan air laut
yang semakin meluas. Akibatnya, membuat banyak penduduk yang kehilanganrumahnya di tepi pantai, dan membuat mereka harus mengungsi ke tempat atau
wilayah lain.
Kenaikan suhu udara yang kemudian sering disebut sebagai global warming
salah satu penyebabnya adalah meningkatnya konsentrasi efek gas rumah kaca
(GRK). Dilaporkan bahwa Emisi CO2 tahunan mengalami peningkatan dengan
rata-rata 6.4 gigaton karbon (GtC) per tahun pada tahun 1990-an, dan 7,2 GtC
pada tahun 2000-200529. Daya radiatif CO2 mengalami peningkatan sekitar 20
persen dari tahun 1995 hingga 2005, merupakan nilai terbesar pada beberapa
dekade lainnya selama 200 tahun terakhir30.
27 Winarno, Op. Cit..28 Robert J. Nicholls, 2004. Coastal Flooding and Wetland Loss in the 21st Century: Change
Under The SRES Climate and Socio-Economic Scenarios, hal. 69-86.29
http://unfccc.int30 http://unfccc.int/Ibid.
http://unfccc.int/http://unfccc.int/http://unfccc.int/http://unfccc.int/http://unfccc.int/http://unfccc.int/ -
7/25/2019 Lingkungan Hidup Dan Pemanasan Global
15/23
Dalam menghadapi berbagai permasalah di atas negara-negara di dunia
sedang melakukan berbagai upaya, baik pencegahan maupun penyelesaian, untuk
menghentikan laju pemanasan global yang terjadi. Upaya-upaya yang dilakukan
tidak hanya hadir dari satu bidang saja, namun hadir dari berbagai bidang, mulai
dari pertania, peternakan, energi, manajemen sumber air, kehutanan dan juga gaya
hidup manusia. Pertama, dalam bidang pertanian upaya yang dilakukan adalah
dengan usaha perubahan dengan adanya penelitian-penelitian yang intensif untuk
menemukan bibit-bibit unggul, yang diharapkan mampu menghasilkan produk
dalam jumlah lebih banyak. Kedua, di bidang peternakan dengan melakukan
upaya-upaya mitigasi juga mulai banyak dilakukan. Ketiga, di bidang nergi
dengan upaya peningkatan investasi dan juga penggunaan energi ramah
lingkungan mulai dipromosikan. Contoh nyatanya adalah di Jerman, negara ini
menerapkan kebijakan bernama Energiewende, yang berarti transformasi energi.
Upaya yang sama juga dilakukan oleh negara-negara lain seperti China, Paraguay,
Islandia, dan negara lainnya. Bisa dilihat bahwa walaupun penggunaannya masih
terbatas, namun adanya penggunaan energi terbarukan ini di berbagai negara dan
belahan dunia menunjukkan bahwa ada keseriusan pemerintah negara-negara itu
untuk mengatasi fenomena pemanasan global.
Keempat,bidang manajemen sumber air, perubahan dilakukan dengan cara
meningkatkan perlindungan terhadap kawasan air tanah yang masih bisa
dipertahankan, dan juga melakukan pengembangan teknologi desalinasi (proses
mengubah air laut menjadi air tawar), seperti yang dilakukan oleh Arab Saudi31.
Selain itu, hal lain juga dilakukan dengan membangun sarana penyimpanan air
untuk musim kemarau32. Hl inilah yang kemudian terus ditingkatkan, mengingat
air sangat dibutuhkan bagi kegiatan manusia, baik untuk kehidupan sehari-hari,
maupun untuk pertanian.
31 Winarno, Op. Cit, hal. 159.32 United Nations Framework Convention on Climate Change, Impacts, Vulnerabilitis and
adaptation in Developing Countries (pdf), http://unfccc.Int/resource/docs/2005/sbi/eng/18a05.pdf, diakses 1 Januari 2014
-
7/25/2019 Lingkungan Hidup Dan Pemanasan Global
16/23
Kelima, dalam bidang kehutanan, perubahan juga dilakukan dengan
berbagai cara. Contohnya, Uni Eropa baru-baru ini melakukan perjanjian
perdagangan baru dengan Indonesia terkait penjualan kayu dan mebelnya. Dalam
perjanjiannya, Uni Eropa hanya mau membeli produk kayu dan mebelnya dari
indonesia jika sudah memiliki sertifikat, yang berarti kayu-kayu yang dihasilkan
dari awasan hutan industri. 33 Dengan cara demikian, tentunya kawasan hutan
lindung dan juga tropis yang seharusnya tidak boleh ditebang bisa dilindungi.
Keenam, gaya hidup masyarakat sedikit demi sedikit mulai berubah, akibat
menguatnya perhatian terhadap isu pemanasan global. Contohnya, masyarakat
China mulai memilih produk yang ramah terhadap lingkungan, mulai dari produk
rumah tangga, seperti lampu LED hingga model transportasi.
Sekalipun sudah banyak upaya-upaya yang dilakukan oleh banyak pihak
untuk mengatasi laju peningkatan pemanasa global, namun pada realita dan
kenyataannya kenaikan suhu, ketidakteraturan curah hujan, dan juga kenaikan
permukaan laut terus terjadi. Pada kenyataannya hal ini yang kemudian membuat
banyak pihak berpendapat bahwa geoengineering mampu menyelesaikanpermasalahan yang ada dalam waktu yang relatif cepat. Geoengineering adalah
sebuah terobosan baru dalam dunia ilmu pengetahuan yang ditujukan untuk
membantu manusia menyelesaikan permasalahan terkait dengan pemanasan
global. Geoengineering bisa dikatakan sebagai sebuah rekayasa teknologi skala
besar dengan mengintervensi langsung hal-hal yang terkait dengan cuaca dan juga
iklim bumi, guna untuk mengatasi pemanasan global. Kehadiran teknologi ini
tentunya bukan tanpa sebab. Peringan dari IPCC terkait dengan peningkkatan
suhu yang diperkirakan akan mencapai 5,8 derajat celcius pada tahun 2010, jika
tidak dilakukan upaya dari manusia untuk penyelesaian masalah ini dalam waktu
yang singkat. 34
33 Human Right Watch, UE/Indonesia: Timber Agreement Flawed (daring),
http://www.hrw.org/news/2013/11/07/euindonesia-timber-agreement-flawed,diakses 2 Januari
201534 The International Panel on Climate Change (IPCC), Summary for Policy Makers (pdf),
http://www. Ipcc.ch/pdf/climate-change-2001/synthesis-syr/english/summary-policymkers.pdf,diakses 3 Januari 2015.
http://www.hrw.org/news/2013/11/07/euindonesia-timber-agreement-flawedhttp://www.hrw.org/news/2013/11/07/euindonesia-timber-agreement-flawedhttp://www.hrw.org/news/2013/11/07/euindonesia-timber-agreement-flawed -
7/25/2019 Lingkungan Hidup Dan Pemanasan Global
17/23
Menurut para ahli upaya yang telah dilakukan oleh berbagai pihak, seperti
penggunaan energi terbarukan, reboisasi, dan lainnya dirasa belum memberikan
dampak yang berarti atau signifikan bagi kehiduan di bumi. Selain itu, para ahli
juga menganggap bahwa mengurangi jumlah emisi gas karbon, yang berarti harus
terus mengurangi kemampuan manusia untuk mengurangi kebutuhan hidupnya,
dirasa tidak memungkinkan dan masuk akal. Untuk hal itulah, para ahli
melakukan penelitian untuk mengintervensi langsung komponen-komponen yang
terkait dengan cuaca dan juga iklim di permukaan bumi. Geoengineering dikenal
memiliki dua kategori, yaitu solar geoengineering (atau dalam nama lain dikenal
sebagai solar radiation management, adalah sebuah teknologi yang bertujuan
untuk memantulkan sebagian kecil dari energi matahari yang selama ini masuk ke
bumi) dan carbon geoengineering (adalah sebuah teknologi yang bisa
menawarkan solusi untuk mengurangi kandungan gas karbondioksida dari
permukaan bumi). Dua teknologi inilah yang kini menjadi fokus penelitian
berbagai ahli diseluruh dunia, terutama untuk mengatasi pemanasan global.
Respons dunia internasional mengenai permasalahan lingkungan jugamenjadi hal terpenting dalam mengatasi permasalahan ini. pada era 1960-an, isu
lingkungan hidup telah masuk dan menjadi agenda pembahasan internasional.
Dalam hal ini, isu lingkungan hidup tidak lagi menjadi monopoli satu atau dua
negara saja atau negara-negara dalam satu kawasan. Sebaliknya, permasalahan ini
menjadi perhatian atau harus menjadi perhatian umat manusia di seluruh dunia,
baik negara maupun non-negara (NGO). Penting karena dampak-dampak yang
ditimbulkan sebagai akibat dari kerusakan lingkungan telah dirasakan oleh
masyarakat seluruh permukaan bumi. Dengan bukti bahwa perubahan iklim telah
banyak menciptakan dan menimbulkan bencana seperti badai Katrina di AS, badai
salju yang melanda Eropa, banjir di Australia, banjir Brazil, China, dan juga
Indonesia serta banyak bencana lain yang diakibatkan oleh kerusakan lingkungan
yang sangat parah.
Dalam merespons isu lingkungan, secara spesifik para pemimpin dunia
memberikan respons dan perhatian yang sangat serius. Respons tersebut muncul
-
7/25/2019 Lingkungan Hidup Dan Pemanasan Global
18/23
dalam skala regional maupun global. Uni Eropa, dalam usahanya mengurangi
emisi gas rumah kaca berencana melakukan langkah-langkah mengerem laju
emisi gas rumah kaca melalui pajak emisi penerbangan. Dengan pengurangan
emisi karbon, Komisi Uni Eropa (UE) akan melanjutkan rencana menarik pajak
emisi penerbangan udara yang akan berimbas pada semakin mahalnya harga tiket
penerbangan.
Selain Uni Eropa, banyak pihak telah mnyerukan usaha untuk mengurangi
dampak-dampak pemanasan global. Down to Earth (DtE), misalnya
mengemukakan bahwa keadilan iklim juga berarti pengakuan bahwa sikap
terhadap perubahan iklim harus berfokus pada perubahan besar di negara-negara
Utara, termasuk pengelolaan yang adil atas pengurangan konsumsi energi dan
peralihan kepada energi yang lebih bersih dan terbarukan. Berarti hal ini bekerja
untuk memastikan bahwa upaya pengurangan dampak perubahan iklim di negara-
negara Utara tidak akan berdampak negatif terhadap negara-negara lain. Contoh
dampak negatif terhadap negara lain adalah sebagai akibat dari promosi minyak
sawit sebagai energi hijau di Eropa, masyarakat pedesaan di Indonesia terkenadampaknya dari perluasan perkebunan kelapa sawit untuk memasok dan
memenuhi kebutuhan tersebut.
Pembicaraan mengenai lingkungan hidup biasanya berlangsung secara
multilateral dan sering disebut sebagai konvensi. Konferensi Stockholm yang
diselenggarakan pada tahun 1972 menjadi salah satu tonggak penting usaha
mengatasi kerusakan lingkungan di tingkat internasional dan usaha-usaha untuk
membangun kerangka kerja yang lebih terlembaga. Konferensi ini dilakukan
guna merespons isu lingkungan hidup yang mulai muncul dan mendapatkan
perhatian luas pada tahun 1960-an. Konferensi yang dilakukan oleh UN
Conference on teh Human Environment ini diselenggarakan dengan tujuan untuk
membangun suatu kerangka kerja internasional guna mempromosikan lebih
banyak kerja sama yang terkoordinasi untuk mengatasi persoalan polusi dan
masalah-masalah lainnya yang berkaitan dengan isu lingkungan. Konferensi
Stockholm merupakan konferensi besar pertama yang diselenggarakan oleh PBB
-
7/25/2019 Lingkungan Hidup Dan Pemanasan Global
19/23
mengenai lingkungan hidup35. Konferensi ini menghasilkan publikasi yang luas,
dihadiri oleh banyak partisipan dunia dan observer, yang secara tidak ragu-ragu
atau semangat belajar mengenai isu-isu lingkungan yang menjadi permasalahan
global. Pertemuan tersebut menghasilkan 26 prinsip yang berhubungan dengan
permasalahan lingkungan dan pembangunan, rencana tindakan dengan 209
rekomendasi dalam enam wilayah, yakni human settlement, pengelolaan sumber
daya alam, polusi, pendidikan dan aspek-aspek sosial lingkungan, pembangunan
dan lingkungan, serta organisasi internasional36.
Semenjak konferensi Stockholm dilaksanakan, belasan konferensi lainnya
diselenggarakan mengenai lingkungan hidup. Termasuk di antaranya pertemuan
di Vienna (Konvensi Vienna 1985) dan Montreal (Protokol Montreal 1987).
Kedua pertemuan ini diorientasikan untuk mencari jalan yang sistematis dan
terorganisasi guna memecahkan persoalan lingkungan, terutama terkait erat
dengan menipisnya lapisan ozon37.
Usaha-usaha untuk memecahkan persoalan lingkungan terus berlanjut. Pada
tahun 1992, diselenggarakan Konferensi Rio, di Rio De Jeneiro, Brazil.
Konferensi ini dihadiri kurang lebih 150 negara, dan sekitar 4.500 orang yang
hadir, termasuk delegasi dari pemerintah dan para aktivis. Lebih dari 10 ribu
wartawan dan media seluruh dunia dan dihadiri oleh 1.500 perwakilan NGO.
Dalam konferensi tersebut, disepakati Deklarasi Rio, Agenda 21, Deklarasi Dasar
Kehutanan (the Declaration of Forest Principles), dan konvensi mengenai
perubahan iklim dan biodiversity38.
Deklarasi Rio terdiri dari 27 prinsip dasar yang merupakan panduan
tindakan untuk mengatasi persoalan lingungan dan pembangunan. Termasuk
dalam prinsip-prinsip tersebut adalah tanggung jawab nasional dan kerja sama
internasional untuk melindungi lingkungan dari kerusakan.
35 Greene, Op. Cit.,hal 454.36 Winarno, Op. Cit.,hal. 162.37
Volger, Op. Cit., hal 195.
38 Winarno, Op. Cit.,hal. 163.
-
7/25/2019 Lingkungan Hidup Dan Pemanasan Global
20/23
Pada tahun 1995, diselenggarakan konferensi pertama para pihak
(Conference of the Parties) konvensi iklim yang dilaksanakan di Berlin.
Pertemuan ini diselenggarakan guna membangun protokol, termasu legal binding
pengurangan efek gas rumah kaca. Pada tahun 1997, diselenggarakan pertemuan
di Kyoto-Jepang, yang menghasilkan apa yang kemudian dikenal sebagai Kyoto
Protokol. Protokol ini berisi sebuah komitmen hukum mengikat bagi negara-
negara industri maju untuk mengurangi emis gas rumah kaca. Uni Eropa, AS,
Jepang berkomitmen untuk mengurangi emisi gas rumah kaca menjelang 2008-
2012 hingga 8,7 dan 6 persen di bawah level pada tahun 1990. 39 Polandia
mengadopsi target dari Uni Eropa, sedngkan Rusia, Ukraina, dan Selandia Baru
setuju untuk menstabilisasi gas emisi mereka hingga berada di bawah level tahun
1990. Australia, Islandia, dan Norwegia akan mengelola negosiasi yang
membatasi peningkatan emisi yang mereka izinkan.
Selanjutnya pertemuan yang dilaksanaan di Indonesia adalah apa yang
disebut sebagai Bali Roadmap. Bali Roadmap adalah peta yang menjelaskan
bagaimana sistem dan strategi dalam menyikapi perubahan iklim global pasca-pertemuan perubahan iklim di Bali. Pertemuan ini dihadiri oleh kurang lebih 10
ribu politisi dan melibatkan delegasi dari 190 negara40. Pertemuan tentang
perubahan iklim ini diharapkan mampu menyiapkan KTT berikutnya di
Kopenhagen guna menghasilkan protokol baru untuk menggantikan Protokol
Kyoto yang berakhir pada 2012.
Dalam pandangan banyak pihak, pertemuan di Nusa Dua Bali tersebut
menghasilkan banyak kemajuan. Tetapi tidak sedikit pula yang mengatakan
bahwa pertemuan di Bali tidak membawa hasil yang signifikan. Menteri
Lingkungan Jerman, Sigmar Gabriel, yang memimpin delegasi Jerman di Bali
mengatakan bahwa dia puas terhadap hasil konferensi yang dilaksanakan di Bali.
Menurutya, meskipun Jerman dan Uni Eropa gagal mencantumkan target konkret
reduksi dari emisi gas rumah kaca pada peta jalan Bali, dan beberapa perundingan
39
Greene, Op. Cit.,hal. 471.40Winarno, Op. Cit.,hal 163.
-
7/25/2019 Lingkungan Hidup Dan Pemanasan Global
21/23
alot menghasilkan lebih sedikit kesepakatan dari apa yang diharapkan Uni Eropa
dan Jerman, namun yang lebih penting semua negara termasuk AS menyepakati
kerja sama bersama untuk memerangi pemanasan global41.
Amerika Serikat akhirnya memang menerima kesepakatan tersebut setelah
mendapat tekanan dari Pleno, dan ini merupakan terobosan besar mengingat
bagaimana sejarah AS dalam Protokol Kyoto. Sebagaimana dikemukakan oleh
Ketua Dewan Delegasi Indonesia, Emil Salim, adalah tidak mungkin
meninggalkan AS dalam usaha mengurangi emisi karena AS merupakan negara
penyumbang kurang lebih 36% gas emisi di dunia. Jepang menyumbangkan 18%
emisi dunia dan Kanada sebesar 8%. 42
Bali Roadmap sendiri berisi beberapa poin pokok yang disepakati oleh
negara-negara peserta. Secara garis besar, Konferensi para Pihak (Conference of
the Parties)43yang terangkum dalam CP13berisi hal-hal pokok sebagai berikut :
Pertama, melancarkan suatu proses yang komprehensif untuk menyediakan secara
penuh , efektif dan implementasi berkelanjutan dari konvensi dan menekankan
emergensi mellui tindakan kerja sama jangka panjang, saat ini hingga tahun 2012.
Dalam kitan ini, perlu kiraanya ada kesamaan misi dan visi dalam tindakan kerja
sama jangka panjang, termasuk di dalamnya reduksi gas rumah kaca dalam
tingkat global. Selain itu, penting untuk mendorong adanya mitigasi, adaptasi,
transfer teknologi, dan bantuan keuangan terhadap proyek-proyek pengurangan
efek gas rumah kaca. Mitigasi merupakan usaha untuk menggali dampak-dampak
yang terukur atas terjadinya pemanasan global. Sementara adaptasi adalah untuk
menyesuaikan setiap perubahan iklim yang terjadi. Kedua, keseluruhan proses
untuk melaksanakan rekomendasi konvensi hendaknya dilakukan dengan segera,
dan dilaksanakan di bawahAd Hoc Working Group on Long-term Cooperative di
bawah konvensi.
41 Bali Roadmap Disepakatihttp://www.dw-world.de/dw/article/0,,3007129,00.html42
Bali Roadmap. 16 Desember 2007. 113629,id.html
43 http://unfccc.int/files/meetings/cop_13/application/pdf/cp_bali_action.pdf
http://www.dw-world.de/dw/article/0,,3007129,00.htmlhttp://www.dw-world.de/dw/article/0,,3007129,00.htmlhttp://www.dw-world.de/dw/article/0,,3007129,00.htmlhttp://unfccc.int/files/meetings/cop_13/application/pdf/cp_bali_action.pdfhttp://unfccc.int/files/meetings/cop_13/application/pdf/cp_bali_action.pdfhttp://unfccc.int/files/meetings/cop_13/application/pdf/cp_bali_action.pdfhttp://www.dw-world.de/dw/article/0,,3007129,00.html -
7/25/2019 Lingkungan Hidup Dan Pemanasan Global
22/23
REFERENSI
Baylis, John and Steve Smith (eds.). 2001. The Globalization of World Politics:
An Introduction to International Relations, Second Edition. New York: Oxford
University Press, Inc
Burchill, Scott and Andrew Linklater. 2009. Teori-Teori Hubungan Internasional.
Bandung: Nusa Media
German Advisory Council on Global Change (WBGU). 2006. The Future
Oceans-Warming Up. BerlinGorz, Andre, 2005.Anarki Kapitalisme, Cetakan Kedua. Yogyakarta: Resist Book
Green, Owen. 2005. Environmental Issues. Dalam John Baylis dan Steve Smith
(eds.). The Globalization of World Politics. Oxford: Oxford University Press.Holton, J.R. 1992. An Introduction to Dynamic Meteorology. San Diego:
Academic Press
Maslin, M. 2004. Global Warming: A Very Short Introduction. Oxford: Oxford
University Press
Perwita, Anak Gung Banyu dan Yanyan Mochammad Yani. 2005. Pengantar
Ilmu Hubungan Internasional. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Semenov, V.A. dan L. Bengtsson, 2002. Secular Trends in Dayly Precipitation.
Characteristics.
Soemarwoto, Otto. 2004.Ekologi Lingkungan Hidup dan Pembangunan. Jakarta:
Djambatan
Steans, Jill & Lloyd Pettford. 2009. International Relations: Perspectives and
Themes, diterjemahkan oleh Silvya Sari, Hubungan Internasional: Perspektif
dan Tema. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Suharko. 1998. Model-Model Gerakan NGO Lingkungan: Studi Kasus di
Yogyakarta, dalam Jurnal Sosial dan Politik Universitas Gadjah Mada, Vol.
2, No. 1.
Volger, John. 1998. Environment. Dalam Brian White, Richard Little, dan
Michael Smith (eds.). Issues in World Politics, Second Edition. New York:
Palgrave
Winarno, Budi, 2014.Dinamika Isu-Isu Global Kontemporer. Yogyakarta: Centerof Academic Publishing Service (CAPS)
Online dan Surat Kabar
Yuliantoro, Nur Rachmat. 2002. Banjir Australia Dampak Perubahan Iklim.
http://sains.kompas.com/read/2011/01/17/11233954/Banjir.Australia.Dampak.
Perubahan .Iklim.
_____________________. Banjir Melanda Brisbane, Australia.
http://www.tempointeraktif.com/hg/afrika/2011/01/19/brk,20110119-
307304,id.html
http://sains.kompas.com/read/2011/01/17/11233954/Banjir.Australia.Dampak.Perubahan%20.Iklimhttp://sains.kompas.com/read/2011/01/17/11233954/Banjir.Australia.Dampak.Perubahan%20.Iklimhttp://sains.kompas.com/read/2011/01/17/11233954/Banjir.Australia.Dampak.Perubahan%20.Iklimhttp://www.tempointeraktif.com/hg/afrika/2011/01/19/brk,20110119-307304,id.htmlhttp://www.tempointeraktif.com/hg/afrika/2011/01/19/brk,20110119-307304,id.htmlhttp://www.tempointeraktif.com/hg/afrika/2011/01/19/brk,20110119-307304,id.htmlhttp://www.tempointeraktif.com/hg/afrika/2011/01/19/brk,20110119-307304,id.htmlhttp://www.tempointeraktif.com/hg/afrika/2011/01/19/brk,20110119-307304,id.htmlhttp://sains.kompas.com/read/2011/01/17/11233954/Banjir.Australia.Dampak.Perubahan%20.Iklimhttp://sains.kompas.com/read/2011/01/17/11233954/Banjir.Australia.Dampak.Perubahan%20.Iklim -
7/25/2019 Lingkungan Hidup Dan Pemanasan Global
23/23
_____________________. Korban Banjir Brazil Terus Meningkat jadi 655
Orang. http://www.bisnis.com/index.php/umum/internasional/7374-korban-
banjir-brazil-terus-meningkat-jadi-655-oranghttp://unfccc.int/files/meetings/cop_13/press/aplication/pdf/sekilas_tentang_perub
ahan_iklim.pdf
Nicholls, Robert J. 2004. Coastal Flooding and Wetland Loss in the 21st Century:
Change Under The SRES Climate and Socio-Economic Scenarios.
Human Right Watch, UE/Indonesia: Timber Agreement Flawed (daring),
http://www.hrw.org/news/2013/11/07/euindonesia-timber-agreement-flawed,
diakses 2 Januari 2015
The International Panel on Climate Change (IPCC), Summary for Policy Makers
(pdf), http://www. Ipcc.ch/pdf/climate-change-2001/synthesis-
syr/english/summary-policymkers.pdf, diakses 3 Januari 2015.
Bali Roadmap Disepakati http://www.dw-world.de/dw/article/0,,3007129,00.html
Bali Roadmap. 16 Desember 2007. 113629,id.htmlhttp://unfccc.int/files/meetings/cop_13/application/pdf/cp_bali_action.pdf
http://www.bisnis.com/index.php/umum/internasional/7374-korban-banjir-brazil-terus-meningkat-jadi-655-oranghttp://www.bisnis.com/index.php/umum/internasional/7374-korban-banjir-brazil-terus-meningkat-jadi-655-oranghttp://unfccc.int/files/meetings/cop_13/press/aplication/pdf/sekilas_tentang_perubahan_iklim.pdfhttp://unfccc.int/files/meetings/cop_13/press/aplication/pdf/sekilas_tentang_perubahan_iklim.pdfhttp://www.hrw.org/news/2013/11/07/euindonesia-timber-agreement-flawedhttp://www.hrw.org/news/2013/11/07/euindonesia-timber-agreement-flawedhttp://www.dw-world.de/dw/article/0,,3007129,00.htmlhttp://www.dw-world.de/dw/article/0,,3007129,00.htmlhttp://www.dw-world.de/dw/article/0,,3007129,00.htmlhttp://unfccc.int/files/meetings/cop_13/application/pdf/cp_bali_action.pdfhttp://unfccc.int/files/meetings/cop_13/application/pdf/cp_bali_action.pdfhttp://unfccc.int/files/meetings/cop_13/application/pdf/cp_bali_action.pdfhttp://www.dw-world.de/dw/article/0,,3007129,00.htmlhttp://www.dw-world.de/dw/article/0,,3007129,00.htmlhttp://www.hrw.org/news/2013/11/07/euindonesia-timber-agreement-flawedhttp://unfccc.int/files/meetings/cop_13/press/aplication/pdf/sekilas_tentang_perubahan_iklim.pdfhttp://unfccc.int/files/meetings/cop_13/press/aplication/pdf/sekilas_tentang_perubahan_iklim.pdfhttp://www.bisnis.com/index.php/umum/internasional/7374-korban-banjir-brazil-terus-meningkat-jadi-655-oranghttp://www.bisnis.com/index.php/umum/internasional/7374-korban-banjir-brazil-terus-meningkat-jadi-655-orang