daftar isi - mgmpmatsatapmalang.files.wordpress.com · 5 bab ii pembelajaran pengukuran di sd a....

50
1

Upload: duongkiet

Post on 06-Mar-2019

239 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

1

2

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ............................................................................................. i BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1 A. Latar Belakang Penulisan .............................................................................. 1 B. Tujuan Penulisan Modul ............................................................................... 2 C. Sasaran ........................................................................................................ 2 D. Ruang Lingkup Penulisan ............................................................................. 2 BAB II PEMBELAJARAN PENGUKURAN DI SD ....................................... 3 A. Kompetensi dan Indikator ........................................................................... 3 B. Uraian Materi ............................................................................................ 4 1. Kegiatan Belajar 1. Pengukuran Panjang dan Keliling .................................. 4 2. Kegiatan Belajar 2. Pengukuran Luas Bangun Datar

dan Luas Permukaan Bangun Ruang ............................... 7 3. Kegiatan Belajar 3. Pengukuran Volum ......................................................... 20 4. Kegiatan Belajar 4. Pengukuran Jarak, Waktu, dan Kecepatan ....................... 26 5. Kegiatan Belajar 5. Pengukuran Sudut .......................................................... 28 6. Kegiatan Belajar 6. Pengukuran Suhu ........................................................... 31 7. Kegiatan Belajar 7. Pengukuran Skala .......................................................... 32 C. Panduan Belajar .......................................................................................... 34 D. Media Belajar ............................................................................................. 34 E. Evaluasi Belajar.......................................................................................... 35 BAB III PENUTUP ........................................................................................... 36 A. Kesimpulan .............................................................................................. 36 B. Kunci Jawaban ........................................................................................... 36 DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 41

3

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pengukuran merupakan kajian inti yang harus dipelajari siswa SD (Sekolah

Dasar)/MI (Madrasah Ibtidaiyah) mulai kelas I sampai dengan kelas VI,

bertingkat dari yang sederhana menuju ke kompleks. Materi pengukuran yang

dipelajari meliputi pengukuran panjang dan keliling, luas dan volum, jarak,

waktu dan kecepatan, skala, sudut, dan suhu.

Hasil inventarisasi masalah yang terekam pada saat pelatihan nasional yang

dilaksanakan PPPPTK Matematika untuk guru SD/MI dari seluruh Indonesia,

menunjukkan suatu kenyataan bahwa pembelajaran pengukuran kurang

memberikan kegiatan yang dapat meningkatkan kreativitas dan kemampuan

siswa dalam mempelajari konsep materi tersebut. Kegiatan pembelajaran yang

dilakukan hanya berlangsung satu arah, yaitu guru memberikan suatu instruksi

atau pengumuman yang menyebutkan aturan-aturan, sifat-sifat, serta rumus-

rumus tanpa memberikan kegiatan yang memberikan pemahaman utuh materi

yang dibicarakan. Selanjutnya siswa diharapkan menghafalkan aturan-aturan,

sifat-sifat, serta rumus-rumus tersebut untuk dapat digunakan dalam

menyelesaikan soal-soal latihan. Dengan diberikan latihan soal yang terus

menerus, diharapkan siswa akan menjadi terampil. Padahal menurut Mark

(1988) hasil yang diharapkan dari pelajaran matematika saat ini jauh lebih luas

dari pada sekedar penguasaan secara mekanik saja. Tanggung jawab guru

matematika yang sangat penting adalah mendorong kreativitas dengan cara

membantu siswa menemukan ide dasar, aturan-aturan, dan prinsip-prinsip

matematika.

Berdasar kenyataan di atas maka dipandang perlu memanfaatkan kesempatan

penulisan modul kali ini untuk mengkomunikasikan alternatif pembelajaran

pengukuran dengan pendekatan PAIKEM (pembelajaran aktif, inovatif, kreatif,

efektif, dan menyenangkan).

4

B. Tujuan Penulisan Modul

Setelah mempelajari materi modul ini diharapkan guru SD/MI dapat:

1. Memperoleh tambahan wawasan dan pengetahuan yang bermanfaat untuk

meningkatkan kelancaran pelaksanaan tugas;

2. Lebih berhasil mengajarkan materi-materi dalam pengukuran.

C. Sasaran

Modul ini diperuntukan bagi para guru SD/MI yang mengikuti diklat pasca Uji

Kompetensi (UK).

D. Ruang Lingkup Isi Modul

Modul ini terdiri dari 7 Kegiatan Belajar (KB), yaitu:

1. KB 1. Pengukuran Panjang dan Keliling

a. Pengukuran Panjang

b. Pengukuran Keliling

2. KB 2. Pengukuran Luas Bangun Datar dan Luas Permukaan Bangun Ruang

3. KB 3. Pengukuran Volum

4. KB 4. Pengukuran Jarak, Waktu, dan Kecepatan

5. KB 5. Pengukuran Sudut

6. KB 6. Pengukuran Suhu

7. KB 7. Pengukuran Skala

5

BAB II

PEMBELAJARAN PENGUKURAN DI SD

A. Kompetensi dan Indikator

1. Kompetensi

Menguasai konsep dan prinsip dalam pengukuran.

2. Indikator

a. Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan pengukuran panjang dan

keliling.

b. Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan pengukuran luas bangun datar

dan luas permukaan bangun ruang.

c. Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan pengukuran volum.

d. Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan pengukuran jarak, waktu, dan

kecepatan.

e. Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan pengukuran sudut.

f. Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan pengukuran suhu.

g. Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan pengukuran skala.

B. Uraian Materi

Dalam bidang kehidupan, memahami pengukuran dan dapat mengukur dengan

satuan ukuran yang tepat adalah hal yang sangat penting. Untuk mempelajari

pengukuran diperlukan pengalaman-pengalaman agar makna dari konsepnya

dipahami. Menurut Mark (1988) ada beberapa cara efektif yang dapat dilakukan

oleh guru untuk mempersiapkan kegiatan pengukuran, yaitu:

1. memilih kegiatan-kegiatan yang dapat mengungkap banyak pengalaman yang

mendalam untuk mempelajari konsep-konsep pengukuran.

2. membantu menemukan satuan pengukuran yang tepat dan sesuai.

3. membimbing untuk menyelidiki, memahami, menemukan, dan menggunakan

rumus-rumus dalam pengukuran.

4. Memilih kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan dan memenuhi kebutuhan

siswa sesuai dengan situasi dan kondisi.

6

Ditinjau dari obyek yang diukur ada 2 kelompok pengukuran yaitu pengukuran

yang bersifat independen dan pengukuran yang bersifat non independen.

1. Pengukuran independen ialah pengukuran yang didasarkan atas banyaknya

satuan ukuran yang digunakan untuk menera obyek yang hendak diukur.

Contoh: pengukuran panjang, pengukuran luas, pengukuran volum (isi),

pengukuran berat, pengukuran waktu, pengukuran sudut, pengukuran suhu,

dan pengukuran jumlah (kapasitas: lusin, gros, kodi).

2. Pengukuran non independen (ada ketergantungan) ialah pengukuran yang

didasarkan atas perbandingan antara 2 besaran independen atau lebih.

Contoh : pengukuran kecepatan, pengukuran skala, pengukuran nilai (phi).

1. Kegiatan Belajar 1. Pengukuran Panjang dan Keliling

a. Pengukuran Panjang

1) Pengukuran panjang dengan satuan tidak baku

Ukuran panjang suatu obyek adalah banyaknya satuan panjang yang

digunakan untuk menyusun secara berjajar dan berkesinambungan dari ujung

obyek yang satu ke ujung obyek yang lain. Pengalaman belajar siswa tentang

pengukuran panjang dimulai untuk mengukur panjang dengan menggunakan

satuan tidak baku. Satuan tidak baku yang digunakan harus sesuai dengan

benda yang diukur panjangnya. Contoh satuan tidak baku jengkal digunakan

untuk mengukur tepi suatu meja, klip digunakan untuk mengukur panjang

suatu pensil dan sebagainya. Pada kegiatan pengukuran panjang ini

penekanan yang harus diperhatikan adalah:

benda yang diukur.

satuan ukuran tidak baku yang tepat untuk dipilih.

cara mengukur.

hasil dari pengukuran tergantung satuan yang digunakan.

Pada awal kegiatan untuk penanaman konsep ukuran panjang, yang perlu

diperhatikan adalah:

tersedianya satuan ukuran yang digunakan sesuai dengan panjang obyek.

hasil pengukuran ditunjukkan dengan banyaknya satuan ukuran yang

berjejer pada obyek yang diukur.

7

Contoh

Dua pensil yang sama panjang, apabila diukur dengan 2 satuan panjang tidak

baku akan menghasilkan ukuran yang tidak sama panjang.

Panjang pensil = 6

Panjang pensil = 9

Pada tahap berikutnya satuan yang digunakan untuk mengukur cukup 1 saja,

yaitu dengan cara memberi tanda setiap kali habis mengukur.

Contoh

Panjang pensil = 7

Pada akhir kegiatan siswa memperoleh pemahaman sebagai berikut.

Suatu benda diukur dengan menggunakan satuan ukuran yang berbeda

akan diperoleh hasil yang berbeda. Oleh karena itu apabila kita

menghendaki hasil pengukuran yang sama untuk suatu obyek, maka

satuan yang digunakan harus sama panjangnya. Hal ini akan menuju pada

penggunaan satuan baku.

Untuk setiap kali melakukan pengukuran, banyak satuan ukuran yang

digunakan cukup 1 dan obyek yang diukur diberi tanda.

2) Pengukuran Panjang dengan Satuan Baku

Penekanan yang harus diperhatikan adalah:

benda yang diukur.

satuan ukuran baku berupa penggaris atau meteran plastik.

cara mengukur.

hasil dari pengukuran.

pembacaan/pengucapan satuan ukuran yang digunakan misalnya cm

(sentimeter), dm (desimeter)

8

panjang pensil = 6 sentimeter = 6 cm.

Pada langkah selanjutnya, siswa diarahkan untuk menemukan hubungan

antara m, dm, dan cm.

setiap kita mengukur obyek yang panjangnya 10 cm disebut 1 dm atau

1 dm = 10 cm

setiap kita mengukur obyek yang panjangnya 10 dm disebut 1 m atau

1 m = 10 dm

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan sebagai berikut:

Kesimpulan

1 m = 10 dm

1 dm = 10 cm

1 m = 10 dm = (10 10) cm = 100 cm dan seterusnya.

Berdasarkan pengalaman siswa dalam melakukan pengukuran panjang, maka

disajikan hubungan sebagai berikut.

1 dm = 10 cm (dikalikan 10)

1 cm = 101 dm (dibagi 10)

1 m = 10 dm (dikalikan 10)

1 dm = 101 m (dibagi 10)

Pada tahap selanjutnya dikenalkan tangga satuan panjang sebagai berikut.

km

hm dam

m

dm

cm

10 : 10

mm

9

b. Pengukuran Keliling

Pengukuran keliling dengan satuan tidak baku, dan baku

Keliling suatu obyek adalah banyaknya satuan panjang yang digunakan untuk

mengukur panjang dari obyek itu mulai titik awal pengukuran dengan

menelusuri semua tepian obyek hingga kembali ketitik awal.

Penekanan yang harus diperhatikan adalah:

pemilihan satuan ukuran yang tepat.

cara mengukur sesuai dengan konsep dari keliling, yaitu banyaknya

satuan ukuran yang digunakan untuk mengelilingi obyek tersebut.

menemukan rumus keliling bangun datar yang teratur misal segitiga,

persegipanjang, persegi dan lain-lain.

Keliling = (7 + 4 + 7 + 4) cm= 22 cm

21 Keliling = 7 + 4 = 11 cm

titik awal dan titik akhir mengukur

2. Kegiatan Belajar 2. Pengukuran Luas Bangun Datar dan Luas Permukaan

Bangun Ruang

10

a. Konsep luas

Luas suatu daerah adalah banyak satuan luas yang dapat digunakan untuk

menutupi secara daerah itu.

b. Pengukuran luas dengan satuan tidak baku

Satuan luas tidak baku untuk mengukur luas suatu daerah dapat berupa ubin:

segienam beraturan, segitiga samasisi, persegipanjang, dan lain-lain. Dengan

demikian satuan luas tidak baku yang dimaksud adalah satuan luas yang belum

dibakukan. Sedangkan satuan luas baku adalah satuan luas yang sudah

dibakukan secara internasional. Misal: meter persegi (m2), hektometer persegi

(hm2) atau hektar (ha). Untuk mengukur panjang suatu benda yang harus

diperhatikan adalah: benda yang diukur, satuan luas yang tepat untuk dipilih,

cara mengukur, hasil dari pengukuran tergantung satuan luas yang digunakan.

Contoh

Luas bangun = …

Luas bangun = …

Luas bangun = …

Berdasarkan contoh-contoh di atas, dapat disimpulkan bahwa dari suatu obyek

yang sama, diukur dengan satuan luas yang berbeda akan diperoleh hasil yang

berbeda.

Pada akhir kegiatan memberi pemahaman tentang:

11

suatu benda diukur dengan menggunakan satuan yang berbeda, akan

diperoleh hasil berbeda.

bila kita menginginkan memperoleh hasil yang sama untuk mengukur suatu

obyek maka diperlukan satuan luas yang sama.

ubah ke satuan luas baku, misal cm2 yaitu suatu persegi yang sisi-sisinya

berukuran 1 cm.

Pada dasarnya dalam melakukan pengukuran, orang sering melakukan

pembulatan, sebab kegiatan mengukur sebenarnya tidak pernah tepat. Istilah

ketepatan dalam pengukuran lebih diartikan sebagai ketelitian dalam melakukan

pengukuran. Pengukuran dengan satuan yang lebih kecil akan menghasilkan

kesalahan yang lebih kecil pula. Sehingga untuk meningkatkan ketelitian dalam

mengukur dilakukan dengan cara memperkecil satuan pengukurnya.

Mulai kelas II siswa diajak mengukur luas bangun tidak teratur dengan

menggunakan satuan luas petak persegi. Kegiatan pembelajaran dari materi ini

dapat menggunakan lembar kerja siswa. Gunakan persegi satuan agak besar agar

anak tidak begitu sulit dalam menghitung banyak satuan luas yang menutupi

bangun yang diukur. Bangun-bangun yang diukur hendaknya sederhana dan

menarik bagi siswa.

Contoh

Tentukan luas bangun gambar berikut.

1 cm

1 cm

1 cm2

12

Bimbinglah siswa untuk menghitung bagian-bagian yang utuh dengan cara

memberi nomor. Sedangkan bagian-bagian yang tidak utuh dapat digabungkan

dengan cara memberi warna yang sama untuk bagian-bagian yang

dianggap/diperkirakan luasnya mendekati utuh, kemudian diberi nomor. Jadi

luas bangun gambar merupakan penjumlahan dari bagian yang utuh dan

gabungan bagian-bagian yang tidak utuh, yaitu sepuluh persegi satuan.

c. Penemuan rumus luas bangun datar

Alternatif penemuan rumus luas daerah suatu bangun datar (persegi, segitiga,

jajargenjang, trapesium, layang-layang, belah ketupat, lingkaran) dapat

diturunkan dari rumus luas persegipanjang. Bila alternatif tersebut yang dipilih

maka rumus luas persegipanjang harus lebih dahulu ditemukan siswa.

1) Penemuan rumus luas persegi panjang Rumus luas persegipanjang dapat ditemukan siswa dengan menggunakan LKS (lembar kerja siswa) sebagai berikut.

5

10 9

8

3 4

1 2

6 7

13

Lembar Kerja Siswa tentang luas persegipanjang.

No. bangun luas (L) panjang (p) lebar () Hubungan L, p dan

1.

2.

3.

4.

5.

6.

1 2

..........

..........

..........

..........

1

.......... 3

..........

..........

..........

1

1

..........

..........

..........

..........

1 = 1 1

2 = … 1

… = 3 ….

..........

..........

..........

Amatilah isian pada kolom terakhir pada tabel tersebut di atas. Bagaimana

hubungan antara luas (L), panjang (p) dan lebar () untuk persegipanjang secara umum? Hubungan tersebut dinyatakan sebagai berikut.

Kesimpulan: Hubungan antara Luas (L), panjang (p) dan lebar (l) untuk persegi panjang secara umum dapat ditulis L = p × l.

L = .... .....

14

Setelah rumus luas persegipanjang dapat ditemukan, maka untuk rumus luas bangun datar yang lain dapat diturunkan dari rumus luas persegipanjang. Alternatif urutan penemuan rumus luas bangun datar yang lain sebagai berikut.

Bagan tersebut di atas hanya merupakan salah satu alternatif dari beberapa alternatif yang lain dari penemuan rumus luas bangun datar.

2) Penemuan rumus luas segitiga

Dalam hal penemuan rumus segitiga, guru dapat membimbing siswa untuk

menemukan dua rumus segitiga yaitu segitiga siku-siku dan segitiga

sembarang. Untuk menemukan rumus luas segitga siku-siku, sediakan dua

persegipanjang yang mempunyai panjang = p, lebar = , dan luasnya sama.

Persegipanjang ke-1 merupakan bangun sebelum dipotong.

Persegipanjang ke-1

t

a

t Persegipanjang ke- 2 dipotong menurut garis diagonal, maka persegipanjang menjadi 2 sama luas dan salah satu segitiga diarsir

Luas persegipanjang Luas persegi

Luasbelah ketupat

Luas segitiga siku-siku

Luas jajargenjang

Luas layang-layang

Luas segitiga lancip

Luas segitiga tumpul

Luas trapesium

Luas lingkaran

15

Luas dua segitiga = luas persegipanjang. Sehingga luas satu segitiga yang

terjadi = 21 luas persegipanjang atau luas segitiga =

21 luas persegipanjang

= 21 p . Bila unsur-unsur segitiga adalah alasnya a dan tingginya t maka

luas segitiga = 21 alas tinggi =

21 a t.

Untuk menemukan rumus luas segitiga sembarang dapat dilakukan dengan

langkah sebagai berikut. Sediakan dua persegipanjang yang mempunyai

panjang = p, lebar = , dan luasnya sama. Persegipanjang ke-1 merupakan

bangun sebelum dipotong.

Luas dua segitiga yang terjadi sama dengan luas persegipanjang. Jadi luas

segitiga = 21 luas persegipanjang atau luas segitiga =

21 p =

21 a t.

3) Penemuan rumus luas jajargenjang

Rumus jajargenjang sangat mudah ditemukan. Sediakan dua persegipanjang

yang mempunyai luas sama dengan panjang = p dan lebar = .

Persegipanjang ke-1

a

t

a

a

t

Persegipanjang ke-2 dipotong mulai dari 2 sudut pada sisi bawah sekehendak sampai ke sisi atas dari persegipanjang. Persegipanjang terpotong menjadi 3 bagian, dan yang 2 bagian diarsir.

a

t

a

16

Luas jajargenjang = luas persegipanjang, dengan demikian diperoleh luas

jajargenjang = p = a t.

4) Penemuan rumus luas segitiga tumpul

Sediakan dua segitiga tumpul dengan alas = a, tinggi = t dan luasnya sama,

ikuti langkah-langkah berikut ini.

a) Potong segitiga tumpul dengah arah sejajar alas dan melalui titik tengah

tinggi segitiga.

b) Putar segitiga atas sejauh 180o berlawanan arah jarum jam, lalu geser

potongan segitiga atas dan kemudian letakkan di sebelah kiri segitiga

bawah.

Langkah-langkah tersebut di atas apabila dibuat gambarnya sebagai berikut.

Berdasarkan gambar tersebut di atas diperoleh hasil sebagai berikut: Luas

segitiga = luas jajargenjang yang terjadi dengan alas a dan tinggi 21 t.

Persegipanjang ke-1

t

a

Persegipanjang ke-2 dipotong mulai dari sudut pada alas sekehendak sampai memotong sisi persegipanjang dan diarsir

Geser potongan dan bentuk menjadi jajargenjang dengan alas = p dan tinggi =

a

t

a

t

t21

t21

a

t21

17

Jadi, luas segitiga tumpul = a 21 t =

21 a t.

5) Penemuan rumus luas trapesium

Untuk menemukan rumus trapesium dilakukan pemotongan dan

penggeseran dengan mengikuti langkah-langkah berikut ini.

a) Potong trapesium dengah arah sejajar alas dan melalui titik tengah

tinggi trapesium.

b) Putar trapesium atas sejauh 180o searah jarum jam, lalu geser potongan

trapesium atas dan kemudian letakkan di sebelah kanan trapesium

bawah.

Langkah-langkah tersebut di atas apabila dibuat gambarnya sebagai berikut.

Berdasarkan gambar di atas nampak bahwa trapesium berubah menjadi

jajargenjang dengan alas a + b dan tinggi 21 t. Oleh karena itu diperoleh luas

trapesium = ( a + b ) 21 t =

21 ( a + b ) t.

6) Penemuan rumus luas belahketupat

Untuk menemukan rumus belah ketupat dilakukan pemotong dan

penggeseran dengan mengikuti langkah-langkah berikut.

a) Potong belah ketupat sepanjang diagonal mendatar (horisontal).

b) Potong segitiga bawah hasil pemotongan pada langkah a) sepanjang

diagonal tegak (vertikal).

t21

a

t

b

t

a

b

t21

a b t2

1

18

c) Putar segitiga kiri bawah sejauh 180o searah jarum jam, lalu geser

potongan segitiga kiri bawah, dan kemudian letakkan di sebelah kiri

segitiga atas.

d) Putar segitiga kanan bawah sejauh 180o berlawanan arah jarum jam,

lalu geser potongan segitiga kanan bawah, dan kemudian letakkan di

sebelah kanan segitiga atas.

Langkah-langkah tersebut di atas apabila dibuat gambarnya sebagai berikut.

Berdasarkan gambar di atas nampak bahwa belah ketupat berubah menjadi

persegipanjang dengan panjang a dan lebar 2b . Oleh karena itu diperoleh

luas belahketupat = a 2b =

21 a b.

7) Penemuan rumus luas layang-layang

Untuk menemukan rumus layang-layang dapat ditemukan siswa dengan

langkah-langkah yang hampir sama dengan cara menemukan luas belah

a

b

2b

a

2b

a

a b a

b21Layang-layang yang mempunyai

diagonal panjang a dan diagonal pendek b.

Dilipat menurut diagonal panjang, kemudian digunting. Geser sesuai anak panah

19

ketupat (silahkan langkah-langkah tersebut dicoba ditulis sendiri).

b2

1 b21

Berdasarkan gambar di atas nampak bahwa potongan layang-layang

berubah menjadi persegipanjang yang panjangnya = panjang diagonal a dan

lebar = 21 diagonal b. Jadi luas layang-layang = a

21 b =

21 a b.

8) Penemuan rumus luas lingkaran

Sebelum menemukan rumus luas lingkaran, siswa terlebih dahulu

menemukan nilai (dibaca pi). Untuk menentukan nilai diperlukan

pengalaman dalam mengukur beberapa obyek yang berbentuk lingkaran,

misal piring plastik, tutup kaleng susu, tutup kaleng biskuit dan sebagainya.

Siswa secara berkelompok mengumpulkan obyek-obyek yang berbentuk

lingkaran yang akan diukur. No. Obyek yang diukur Keliling (K) Diameter (d)

dK

1.

2.

3.

Kaleng susu

Kaleng biskuit

Piring plastik

………………..

………………..

………………..

………………..

………………..

………………..

…………………..

…………………..

…………………..

Hasil dari pengukuran K dan d kemudian digunakan untuk menentukan dK ,

yang ternyata mendekati suatu nilai yaitu 3,14 (dibaca tiga koma satu

empat). Nilai 3,14 ini disebut (pi).

Archimedes (287 SM – 212 SM) pernah menyelidiki besarnya nilai

dengan membandingkan keliling dan luas segi 96 beraturan dengan keliling

dan luas lingkaran luar dan lingkaran dalamnya. Dari penalaran

menunjukkan:

luas lingkaran dalam < luas segi 96 beraturan < luas lingkaran luar dan

analisis lebih lanjut akhirnya diperoleh nilai 70103π

71103 . Karena selisih

antara 70103 dengan

71103 sangat kecil, maka dari bentuk itu nilai pendekatan

20

= 722

713

70103 sudah dianggap paling layak sebagai pendekatan

perhitungan dalam kehidupan sehari-hari.

Kesimpulan yang diambil adalah 722

dK = 3,14 dengan K = keliling

dan d = diameter atau garis tengah.

Berdasarkan hasil tersebut diperoleh rumus keliling lingkaran sebagai

berikut.

, karena d = 2r

Untuk mengukur luas lingkaran, siswa perlu diberikan pengalaman dengan

menggunting lingkaran menjadi beberapa juring sebagai berikut.

diatur menjadi

21 keliling lingkaran

Bila lingkaran digunting menjadi beberapa juring yang lebih kecil dan diatur

seperti di atas akan mendekati bentuk persegipanjang dengan panjang 21

keliling lingkaran dan lebar r.

K = d = 2r

21

r

21 keliling lingkaran

Kesimpulan: Luas lingkaran = rrrd 221

21

= r2.

9) Pengukuran luas permukaan bangun ruang

Pembelajaran tentang pengukuran luas permukaan bangun ruang dapat

dilaksanakan dengan menggunakan media jaring-jaring dari bangun ruang

yang diukur. Hal ini dimaksudkan untuk lebih memahamkan konsep luas

dari permukaan bangun ruang tersebut.

a) Mengukur luas permukaan balok

p

P

T W

S

U V

R

Q p

t

W

W

T

T P

S R

Q

U

U

V

V

V W

l t

22

Sisi-sisi balok PQRS.TUVW ada 6 yang berbentuk persegipanjang dan

dapat dikelompokkan menjadi 3. Masing-masing kelompok merupakan

persegipanjang dengan luas yang sama. Luas permukaan balok

merupakan hasil penjumlahan dari 6 sisi tersebut, oleh karena itu

diperoleh:

b) Mengukur luas permukaan limas segiempat

Mengukur luas permukaan limas segiempat beraturan (dengan alas

persegi).

Limas T.ABCD mempunyai 5 sisi terdiri dari alas yang berbentuk

persegi dan 4 sisi yang berbentuk segitiga samakaki. Alas ABCD

berbentuk persegi mempunyai luas = s s satuan luas. Masing-masing

∆TAB, ∆TBC, ∆TDC, dan ∆TAD berbentuk segitiga samakaki. Luas

Luas permukaan balok = {2 (p ) + 2 ( t) + 2 ( p t)} satuan luas

A

D

B

C

T

t

B A

T

T T

T

C D t

t

t

t s s

23

∆TAB = Luas ∆TBC = Luas ∆TCD = Luas ∆TAD = 21 s t. Harus

diperhatikan bahwa: s = panjang rusuk alas dan t = tinggi segitiga

samakaki (garis tinggi pada segitiga samakaki tegak lurus alas dan

memotong alas segitiga tepat di tengah-tengah).

c) Mengukur luas permukaan prisma tegak segitiga samasisi

Luas permukaan limas segiempat beraturan = (s s) + 4 ts 21 satuan

luas

A B

C

E

F

D

t1

A B

D

F

C

F D

E

E D

a

t1

a a

t

t

24

Prisma tegak segitiga samasisi ABC.DEF mempunyai 5 sisi yang

terpisah menjadi 2 kelompok yaitu 2 sisi berbentuk segitiga samasisi

(alas dan tutup) dan 3 sisi berbentuk persegipanjang. L ABC = L DEF =

21 a t1. Garis tinggi pada segitiga samasisi tegak lurus alas dan

memotong alas segitiga tepat di tengah-tengah.

d) Mengukur luas permukaan tabung

Tabung mempunyai alas dan tutup yang berbentuk lingkaran dengan jari-

jari r atau garis tengah = d. Luas alas tabung = luas tutup tabung = luas

lingkaran yang mempunyai jari-jari r yaitu 2r = 2

722 r .

Sedangkan selimut tabung bila dibuka berbentuk persegipanjang dengan

sisi-sisi sama dengan keliling lingkaran = K dan tinggi tabung = t.

rK 2

Oleh karena itu diperoleh luas selimut tabung:

Luas permukaan prisma ABC.DEF = 2 121 ta + 3 (a t) satuan

luas

d

t t K

25

L = tK = td = tr 2 .

Luas permukaan tabung = luas alas + luas tutup + luas selimut tabung.

3. Kegiatan Belajar 3. Pengukuran Volum

a. Pengukuran Volum Bangun Ruang

Volume (isi) suatu bejana (bangun ruang berongga) adalah banyaknya satuan

volum (satuan takaran) yang dapat digunakan untuk mengisi hingga penuh

bejana tersebut.

Rumus-rumus volum bangun ruang: prisma, tabung, kerucut, limas dapat

diturunkan dari rumus volum balok. Oleh sebab itu rumus volum balok harus

lebih dulu ditemukan siswa melalui peragaan balok yang diisi kubus satuan yang

dilengkapi dengan LKS.

1) Rumus volum balok

Isikan jawaban Anda pada titik-titik di bawah ini.

No. Volum (V)

Panjang (p)

Lebar (l)

Tinggi (t)

Hubungan V, p, l dan t

1.

2

2

1

1

2 = 2211

2.

4

2

1

2

4 = 2112

3.

Luas permukaan tabung = tdrr 22 satuan luas = tdr 22 satuan luas

26

4.

5.

6.

Amatilah isian pada kolom terakhir pada tabel tersebut di atas. Bagaimana

hubungan antara volum (V), panjang (p), lebar () dan tinggi (t) untuk

persegipanjang secara umum? Hubungan tersebut dinyatakan sebagai berikut:

Kesimpulan:

Hubungan antara volum (V), panjang (p), lebar (l), dan tinggi (t) pada balok

secara umum adalah V = p × l × t.

Alternatif penurunan rumus-rumus volum bangun ruang adalah sebagai

berikut:

Balok Kubus

Prisma tegak segitiga siku-siku

Prisma tegak segitiga sembarang

Prisma tegak segi-n

V = .... ..... ....

27

Tabung

Kerucut Bola Limas segi-n

2) Volum prisma tegak segitiga siku-siku

Prisma tegak segitiga siku-siku diperoleh dari membelah balok menjadi 2

bagian yang sama melalui salah satu bidang diagonal ruangnya. Berdasarkan

proses tersebut diperoleh hasil sebagai berikut.

Vprisma tegak segitiga siku-siku = 21 volum balok =

21 p t = (

21 p ) t

= A t satuan volum

dengan A = luas alas yang berupa segitiga siku-siku

t = tinggi prisma

3) Volum prisma tegak segitiga sembarang.

t

p

t

A

t

A

D Q1

C1

P1 A

A1

F1

P2

Q2

B

C2

E

A2 t

F2

A1

28

Prisma tegak segitiga sembarang diperoleh dari

merangkai 2 prisma tegak segitiga siku-siku

AP1C1.DQ1F1 dengan P2BC2.Q2EF2. Hasilnya

akan berupa prisma tegak segitiga sembarang

ABC.DEF. Jika A1 dan A2 berturut-turut adalah

luas alas prisma tegak pertama dan kedua,

sedangkan tinggi kedua prisma sama, maka

volum prisma tegak segitiga sembarang yang

dibentuknya yaitu ABC.DEF, adalah:

V = V1 + V2

= A1t + A2t = (A1 + A2) t = A t satuan volum.

Jadi:

Vprisma tegak segitiga sembarang = A t satuan volum

A = luas alas prisma

t = tinggi prisma

4) Volum prisma tegak segi 6

E

F

D

A P B

Q

C t

29

Prisma tegak segi enam dapat disusun (dirangkai)

dari 6 prisma tegak segitiga sembarang (lihat

gambar). Jika A1, A2, …, A6 berturut-turut

menyatakan luas alas dari masing-masing prisma

tegak segitiga yang dimaksud, sedangkan tinggi

masing-masing prisma itu sama yakni t, maka volum

prisma tegak segienam tersebut adalah:

V = A1.t + A2.t + … + A6.t

= (A1 + A2 + … + A6) t

= A t

Dengan penalaran yang sama akan diperoleh:

Vprisma tegak segi-n = A1.t + A2.t + … + Ant

= (A1 + A2 + … + An) t = A t satuan

Jadi:

5) Volum tabung

A5

A6

A2

A3

A4 t

A1

Vprisma tegak segi-n = A t;

A = luas alas prisma dan t = tinggi prisma

30

Tabung dapat dipandang sebagai prisma tegak segi-n

beraturan dengan n tak terhingga. Oleh sebab itu

diperoleh:

Vtabung = Vprisma tegak segi-n

= A t

= r2 t satuan volum

Jadi:

6) Volum kerucut

Untuk menentukan rumus volum kerucut dilakukan

melalui percobaan (melalui peragaan penakaran)

dengan menggunakan alat takar berupa kerucut dan

tabung pasangannya. Yang dimaksud dengan tabung

pasangannya ialah tabung yang luas alasnya sama

dengan luas alas kerucut dan tingginya sama dengan

tinggi kerucut.

t

r

t

r

t

Vtabung = r2 t satuan volum

= 722 3,14 ; r = jari-jari dan t = tinggi tabung

31

Proses percobaannya dilakukan sebagai berikut: isi kerucut dengan air atau

pasir setelah kerucut penuh kemudian dituangkan ke dalam tabung. Proses

ini diulang hingga tabung terisi penuh dengan air atau pasir. Berdasarkan

percobaan tersebut, hasil penakaran ternyata isi tabung sama dengan 3 kali

isi menakar dengan kerucut.

Oleh karena itu diperoleh rumus sebagai berikut.

7) Volum limas

Untuk menentukan rumus volum limas dilakukan melalui percobaan

(melalui peragaan penakaran) dengan menggunakan sebuah limas

(sembarang limas) dan sebuah prisma pasangannya. Yang dimaksud prisma

pasangannya adalah prisma yang alasnya sama dengan alas limas dan

tingginya sama dengan tinggi limas. Proses percobaannya dilakukan dengan

cara sama seperti percobaan pada volum kerucut. Berdasarkan percobaan

tersebut, hasil peragaan ternyata isi prisma sama dengan tiga kali isi limas.

Oleh karena itu diperoleh:

t

A A

Vtabung = 3 Vkerucut atau

Vkerucut = 31 Vtabung = 3

1 r2 t

r = jari-jari lingkaran alas kerucut dan t = tinggi

32

Vprisma = 3 Vlimas, atau Vlimas = 31 Vprisma =

31 A t satuan volum.

8) Volum bola dan luas permukaan bola

Untuk menentukan rumus volum bola dilakukan melalui percobaan (melalui

peragaan penakaran). Alat takarnya setengah bola dan tabung pasangannya.

Yang dimaksud dengan tabung pasangannya ialah tabung yang dapat

melingkupi bola secara utuh (menyinggung tabung di bagian atas, bagian

bawah, dan bagian samping). Dengan demikian jika jari-jari bola r maka jari-

jari dan tinggi tabung pasangannya secara berturut-turut adalah r dan 2r. Dari

hasil percobaan ternyata volum tabung sama dengan tiga volum setengah

bola, sehingga diperoleh:

Vtabung = 3 bola

21

V atau bola

21

V = 31 Vtabung

bola

21

V = 31 r2 t =

31 r2 2r =

32 r3.

Jadi:

Untuk menunjukkan bahwa L = 4r2 merupakan rumus luas permukaan dari

sebuah bola yang berjari-jari r dilakukan seperti berikut: lilitkan sumbu

kompor sepanjang permukaan bola. Tandailah titik awal dan titik akhir dari

Jadi Vlimas = 31 A t A = luas alas limas dan t = tinggi limas

r

r t = 2r

Vbola = 2 32 r3 =

34 r3 dengan r = jari-jari bola

33

sumbu kompor yang dililitkan itu. Lepaskan lilitan sepanjang permukaan

bola itu kemudian dililitkan sepanjang selimut tabung pasangannya.

Hasil praktik menunjukkan bahwa panjang tali yang dililitkan pada

permukaaan bola, sama dengan panjang tali yang dililitkan pada selimut

tabung. Hal ini berarti bahwa luas permukaan bola sama dengan luas

permukaan selimut tabung pasangannya. Oleh karena itu diperoleh:

4. Kegiatan Belajar 4. Pengukuran Jarak, Waktu, dan Kecepatan

Konsep kecepatan

Kecepatan dari benda yang bergerak ialah besaran yang merupakan hasil

pembagian antara jarak tempuh dalam perjalanan dengan waktu yang digunakan

untuk menempuh jarak yang dimaksud. Kaitan antar jarak (s = space), kecepatan

(v = velocity) dan waktu (t = time) dinyatakan dengan rumus berikut.

Contoh.

r 2r

Lbola = Lselimut tabung = 2 r.t = 2r.2r = 4r2

Kecepatan = perjalanan waktu

perjalanan tempuhjarak v = ts atau

34

Jarak Jakarta ke Bandung adalah 200 km. Perjalanan dari Jakarta ke Bandung

dengan mobil ditempuh dalam waktu 4 jam. Berapa kecepatan rata-rata mobil

itu?

Jawab.

Jarak tempuh = s = 200 km, waktu = t = 4 jam

Kecepatan rata-ratanya: v = ts =

4 200 km/jam = 50 km/jam.

Untuk memberikan penanaman konsep kecepatan kepada siswa dapat diberikan

pengertian bahwa jika 2 jenis kendaraan berangkat dari tempat yang sama

dengan tempat tujuan sama, serta rute perjalanan yang sama maka kendaraan

yang mencapai tujuan lebih dahulu atau lebih cepat mencapai tujuan dikatakan

mempunyai kecepatan yang lebih tinggi. Untuk memberikan pemahaman lebih

lanjut kepada siswa, maka mereka diminta membayangkan saat naik bus, saat

naik sepeda dan lain-lain. Di jalan yang lapang bus biasanya mencapai

kecepatan antara 90 hingga 110 km/jam. Sebagai bahan perbandingan dapat pula

dicontohkan bahwa kecepatan bunyi = 325 m/detik dan kecepatan cahaya =

300.000 km/detik = 300 juta m/detik.

Berikut ini diberikan contoh soal kecepatan, jarak dan waktu.

Contoh

Jarak kota A ke B adalah 300 km. Dhika dari kota A ke kota B mengendarai

sepeda motor dengan kecepatan rata-rata 40 km/jam. Diar dari kota B ke kota A

mengendarai mobil dengan kecepatan rata-rata 60 km/jam. Mereka berangkat

dalam waktu sama yaitu pukul 07.00. Bila mereka menempuh jalur yang sama,

maka pukul berapa mereka berpapasan?

Cara 1

Penyelesaian dengan gambar

A B

40 km 40 km 40 km 60 60

35

Dhika melakukan perjalanan 3 jam akan menempuh jarak 120 km dan Diar

dalam waktu 3 jam menempuh jarak 180 km. Jadi mereka berpapasan setelah

menempuh perjalanan selama 3 jam yaitu pukul 10.00.

Cara 2

Jumlah jarak yang ditempuh oleh Dhika dan Diar adalah menempuh jarak

100km/jam. Karena jarak yang ditempuh 300 km, maka waktu yang diperlukan

(300 : 100) jam = 3 jam. Jadi mereka berpapasan setelah menempuh perjalanan

selama 3 jam yaitu pukul 10.00.

5. Kegiatan Belajar 5. Pengukuran Sudut

a. Mengukur Sudut dengan Satuan Tidak Baku

Besar sudut dapat diukur dengan menggunakan alat ukur tidak baku yaitu sudut

yang ukurannya lebih kecil. Cara mengukur besar sudut menggunakan satuan

tidak baku adalah sebagai berikut:

Siapkan sudut besar (sudut yang akan diukur besarnya) dan beberapa sudut

kecil yang kongruen (ukurannya sama besar)

Himpitkan titik sudut besar (sudut yang akan diukur besarnya) dengan titik

sudut kecil pertama (sudut yang digunakan sebagai satuan tidak baku) dengan

salah satu kaki kedua sudut itu dihimpitkan.

Ulangi langkah tersebut dengan cara menghimpitkan titik sudut besar dengan

titik sudut kecil kedua dengan salah satu kaki sudut kecil kedua dihimpitkan

dengan kaki sudut kecil pertama.

Ulangi langkah tersebut hingga sudut tertutup sepenuhnya oleh sudut kecil.

Besar sudut besar ditunjukkan oleh banyaknya sudut kecil yang menutup

sudut besar.

Langkah-langkah tersebut di atas apabila dibuat gambarnya sebagai berikut:

36

Berdasarkan uraian di atas diperoleh ukuran sudut besar = 3 ukuran sudut

kecil.

b. Mengukur sudut dengan busur derajat

Besar sudut dapat diukur dengan menggunakan alat ukur baku yaitu busur

derajat. Cara mengukur besar sudut menggunakan busur derajat adalah sebagai

berikut.

Letakkan titik pusat busur derajat pada titik sudut yang akan diukur.

Garis penunjuk O pada busur derajat diimpitkan pada salah satu kaki sudut.

Besar sudut dapat dibaca pada skala yang ditunjukkan busur derajat.

Perhatikan gambar di bawah ini.

90 60

30

120

150 150

90 120 60

30

B

D

A C 180 0 180 O 0

37

Berdasarkan gambar tersebut diperoleh:

AOB = 30o

COD = 60o

BOD = 120o – 30o = 90o

AOC = 180o

c. Macam-macam sudut

Sudut siku-siku, yaitu sudut yang besarnya sama dengan ଵସ sudut satu

putaran. Sehingga besar sudut siku-siku =.(ଵସ x 360)o = 90o

Sudut lurus, yaitu sudut yang besarnya sama dengan ଵଶ sudut satu putaran,

atau 180o.

Sudut lancip, yaitu sudut yang besarnya antara 00 dan 90o

Sudut tumpul, yaitu sudut yang besarnya antara 90o dan 180o

Komplemen suatu sudut

dikatakan komplemen dari jika dan hanya jika + = 90o.

Suplemen suatu sudut

merupakan suplemen dari , jika dan hanya jika + = 180o.

38

Jika + = 360o maka disebut vertek dari .

d. Sudut pada dua jarum jam

Sudut antara 2 jarum jam artinya sudut terkecil yang dibentuk oleh 2 jarum jam

saat jarum tersebut menunjukkan suatu waktu tertentu.

Perhatikan gambar di bawah ini. Jarum pendek pada jam (menunjukkan jam)

berputar satu putaran penuh selama 12 jam, dengan sudut putar yang dilewati

besarnya 360o. Dengan demikian pergeseran jarum pendek selama 1 jam besar

sudut putarnya adalah .3012360 o

o

Jarum panjang (menunjukkan menit) berputar satu

putaran penuh selama 60 menit, sehingga selama

1 menit jarum panjang sudut putarnya adalah

.660

360 oo

12

6

3 9

10 11 1

2

8 7 5

4

39

Contoh

Tentukan sudut terkecil yang dibentuk oleh dua jarum pada pukul 05.30.

Penyelesaian

Jarum pendek

Pergeseran dari angka 12 adalah 60305 jam.

Karena setiap 1 jam bergeser 30o, maka

pergeseran 60305 jam

o30

60305

= o

o 306030)305(

= (150 + 15)o = 165o.

Jarum panjang

Pergeserannya dari angka 12 adalah 30 menit.

karena setiap 1 menit bergeser 6o, maka

pergeseran 30 menit = (30 6)o = 180o.

Jadi sudut yang dibentuk oleh kedua jarum jam = yang besar dikurangi yang

kecil = (180 – 165)o = 15o

6. Kegiatan Belajar 6. Pengukuran Suhu

Konsep suhu

Pukul

05.30

40

Suhu suatu benda ialah ukuran tingkat panas benda tersebut. Satuan untuk

mengukur suhu disebut derajat dengan alat yang digunakan untuk mengukur

yaitu termometer. Ada 3 macam ukuran suhu yaitu Celcius (C), Reamur (R), dan

Fahrenheit (F). Hubungan dari ketiganya adalah sebagai berikut.

Titik didih dalam Celcius adalah 100oC dan titik beku air dalam Celcius

adalah 0oC.

Titik didih dalam Reamur adalah 80oR dan titik beku air dalam Reamur

adalah 0oR.

Titik didih air dalam Fahrenheit adalah 212oF dan beku air dalam Fahrenheit

adalah 32oF.

Sehingga didapat perbandingan sebagai berikut.

C : R : F = 100 : 80 : (212 – 32) = 100 : 80 : 180 atau 5 : 4 : 9

C : R : F = 5 : 4 : 9

Jika diketahui suhu dalam derajat Celcius (C)

C : R = 5 : 4, maka suhu dalam Reamur = C54

C : F = 5 : 9, maka suhu dalam Fahrenheit = 32C59

Jika diketahui suhu dalam derajat Reamur (R)

C : R = 5 : 4, maka suhu dalam Celcius = R45

R : F = 4 : 9, maka suhu dalam Fahrenheit = 32R49

Jika diketahui suhu dalam derajat Fahrenheit (F)

C : F = 5 : 9, maka suhu dalam Celcius = )32F(95

R : F = 4 : 9, maka suhu dalam Reamur = )32F(94

Contoh.

Seorang pekerja pembuat jalan memanaskan aspal mencapai suhu 482oF.

Berapa derajat suhu tersebut dalam C dan R?

Penyelesaian.

41

C = .25045095)32482(

95

Jadi suhu aspal dalam Celcius = 250oC.

R = .20045094)32F(

94

Jadi suhu aspal dalam reamur = 200oR.

7. Kegiatan Belajar 7. Pengukuran Skala

a. Konsep skala

Skala ialah nilai perbandingan antara ukuran pada gambar dengan ukuran

panjang yang sebenarnya.

b. Pembelajaran skala.

Dimulai dari contoh menggambar obyek dengan menggunakan skala.

Contoh

Suatu meja berbentuk persegi panjang berukuran panjang 120 cm dan lebarnya

75 cm. Permukaan meja itu dapat digambar di kertas buku gambar dengan

ukuran panjang 8 cm dan lebar 5 cm. Tentukan skalanya!

Jawab.

Agar lebih jelas digambar perbandingannya antara keadaan pada gambar dan

keadaan yang sebenarnya.

Skala = ukuran gambar : ukuran sebenarnya

= 8 cm : 120 cm

= 1 : 15 (ditinjau menurut ukuran panjang) atau

Skala = 5 cm : 75 cm

= 1 : 15 (ditinjau menurut ukuran lebar)

keadaan

sebenarnya keadaan pada

gambar 8 cm

75 cm

120 cm

5 cm

42

Skala = 1 : 15 artinya 1 cm pada gambar mewakili 15 cm ukuran yang

sebenarnya.

Catatan.

Pernyataan skala harus sama (konsisten) antara tinjauan menurut ukuran panjang

maupun tinjauan menurut ukuran lebar.

Contoh 2.

Kepada siswa ditunjukkan sebuah peta wilayah propinsi setempat. Siswa di

kabupaten Sragen tentunya ditunjukkan peta propinsi Jawa Tengah, sebagai

contoh pada peta tertulis skala 1 : 1.000.000

1. Tanyakan arti skala yang dimaksud, dan bimbinglah siswa menuju jawaban

yang komunikatif.

2. Suruhlah siswa mengukur jarak dari Yogyakarta ke Semarang pada peta

misal dari pusat kota ke pusat kota diperoleh ukuran 10,5 cm. Kemudian

suruhlah siswa menghitung jarak sebenarnya dari kedua kota tersebut.

Jawaban yang diharapkan

Skala = 1 : 1.000.000 artinya 1 cm mewakili 1.000.000 cm atau = 10 km

ukuran sebenarnya.

Karena:

1 cm mewakili 10 km, maka 10,5 cm mewakili 10,5 10 km = 105 km.

Sehingga jarak sebenarnya antara kedua kota itu adalah 105 km.

C. Panduan Belajar

Panduan belajar ini menggambarkan proses pelatihan yang akan dilaksanakan

untuk mapel matematika topik pengukuran.

KONDISI AWAL

PROSES Penanaman konsep tentang topik pengukuran dengan melakukan: praktek/demonstrasi/simulasi/diskusi/tanya jawab

KONDISI AKHIR Pemahami topik-topik pengukuran dan terampil dalam pembelajaran

43

Pada tahap proses peserta melakukan kegiatan yang memahamkan, misal

menemukan rumus-rumus: luas bangun datar dan volume bangun ruang.

D. Media Belajar

Dalam pelaksanaan diklat topik pengukuran diperlukan media sebagai berikut.

a. Bangun-bangun datar: persegi panjang, persegi, segitiga, jajargenjang,

layang-layang, trapesium, belah ketupat, dan lingkaran

b. Bangun-bangun ruang: balok, kubus, prisma tegak segitiga, prisma tegak

segi empat, tabung, kerucut, limas segi empat.

c. Papan berpetak untuk membentuk bangun-bangun datar

d. Kertas berpetak untuk menemukan rumus luas bangun datar

e. Model jam untuk pengukuran sudut

f. Termometer untuk pengukuran suhu

g. Busur derajat untuk pengukuran sudut

E. Evaluasi Belajar

Setelah proses diklat dilaksanakan maka pada akhir pertemuan dilaksanakan

evaluasi sebagai berikut.

1. Kebun pak Amir berbentuk persegipanjang dengan panjang dan lebar

mempunyai perbandingan 5 : 3. Jika luas kebun tersebut 240 m2, berapa

meter panjang dan lebar dari kebun tersebut?

2. Adit mengendarai mobil menempuh jarak 70 km dan menghabiskan bensin 7

liter. Jika Adit telah menghabiskan bensin 12 liter, maka berapa km jarak

yang telah ditempuh Adit?

3. Andi naik sepeda dari Yogya ke Solo yang berjarak 65 km, dengan

kecepatan rata-rata 30 km/jam. Sedangkan Beni juga bersepeda dari kota

yang sama dengan kecepatan 25 km/jam. Mereka berangkat dalam waktu

44

bersamaan, dan setelah menempuh perjalanan 2 jam Andi beristirahat sambil

menunggu Beni. Berapa lama Andi menunggu Beni?

4. Pak Ahmad bepergian dari kota A ke kota B yang berjarak 360 km dengan

kecepatan rata-rata 60 km/jam, dan berangkat pada pukul 08.00 WIB.

Sedangkan Pak Dani bepergian dari kota B ke kota A dengan kecepatan rata-

rata 50 km/jam, yang berangkat pada pukul 08.30 wib. Pukul berapa

kendaraan mereka berpapasan di tengah jalan jika mereka menggunakan rute

yang sama tetapi berlawanan arah?

5. Tentukan sudut antara 2 jarum jam pada:

a. pukul 08.16

b. pukul 09.08

6. Seorang pekerja pembuat jalan merebus aspal hingga mencapai suhu 482oF.

Berapa derajat suhu tersebut dalam C dan R?

45

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pada Bab II telah disampaikan mengenai uraian materi, metodologi, dan media

pembelajaran yang membahas tentang konsep-konsep pengukuran untuk jenjang

SD/MI yang disertai dengan contoh-contoh peragaan yang dapat dicoba untuk

dipraktekkan. Ada beberapa catatan yang perlu diperhatikan guru dalam

menyampaikan pembelajaran pengukuran antara lain sebagai berikut.

1. Urutan konsep harus diperhatikan artinya pembelajaran harus urut (tidak

melompat-lompat) karena konsep yang satu merupakan materi prasyarat dari

konsep yang lain.

2. Media pembelajaran sangat penting artinya bagi siswa untuk

mengkongkretkan materi yang disampaikan. Oleh sebab itu guru harus

berusaha untuk membuat atau memfasilitasi media untuk siswa. Media yang

dibuat guru tidak harus dari bahan-bahan yang mahal, tetapi dapat dibuat dari

bahan-bahan atau kertas bekas.

3. Pembelajaran dengan pendekatan PAIKEM harus diwujudkan agar

pemahaman dan penalaran siswa menjadi lebih berkembang.

B. Kunci Jawaban

1. Kebun pak Amir berbentuk persegipanjang dengan panjang dan lebar

mempunyai perbandingan 5 : 3. Jika luas kebun tersebut 240 m2, berapa meter

panjang dan lebar dari kebun tersebut?

Contoh jawaban 1

Luas kebun = 240 m2

Misal pembanding n maka panjang dan lebar kebun tersebut adalah 5n : 3n.

L = 240 cm2 3n

5n

46

Luas kebun = p l = 240 m2

Jadi 5n 3n = 240

15n2 = 240

15n2 : 15 = 240 : 15

n2 = 16 atau n = 16 = 4

Jadi panjang kebun = 5n = (5 4) m = 20 m, lebar = 3n = (3 4) m = 12 m

Contoh jawaban 2

Panjang dan lebar kebun digambar sebagai 5 ruas (5 satuan) dan 3 ruas (3

satuan). Selanjutnya dibentuk petak-petak dari panjang dan lebarnya yang

menggambarkan luasnya.

Luas terdiri dari 15 petak ( 15 persegi). Sehingga masing-masing petak

(diwakili warna merah luasnya = ( 24015

) m2 = 16 m2. Sehingga sisi dari petak

yang luasnya 16 m2 dapat dicari yaitu 16 = 4m atau 1 ruas = 4 m.

Jadi panjang kebun = 5 ruas = (5 4) m = 20 m, lebar = 3n = (3 4) m = 12 m

2. Adit mengendarai mobil menempuh jarak 70 km dan menghabiskan bensin 7

liter. Jika Adit telah menghabiskan bensin 12 liter, maka berapa km jarak yang

telah ditempuh Adit?

Contoh penyelesaian.

Misalkan jarak yang telah ditempuh = n km maka kita memperoleh

perbandingan 70 : n = 7 : 12 atau 127=

n70

70 12 = n 7

840 = 7n

Panjang 5 ruas

Lebar 3 ruas Luas 240 m2

47

7n = 840 n = 7

840 n = 120

Jadi jarak yang telah ditempuh Adit = 120 km

Soal di atas dapat pula dikerjakan sebagai berikut.

Jarak tempuh 70 km dengan menggunakan bensin 7 liter.

Jadi 1 liter bensin digunakan untuk menempuh jarak (70 : 7) km = 10 km.

Maka 12 liter bensin digunakan menempuh jarak (12 10) km = 120 km.

3. Andi naik sepeda dari Yogya ke Solo yang berjarak 65 km, dengan kecepatan

rata-rata 30 km/jam. Sedangkan Beni juga bersepeda dari kota yang sama

dengan kecepatan 25 km/jam. Mereka berangkat dalam waktu bersamaan, dan

setelah menempuh perjalanan 2 jam Andi beristirahat sambil menunggu Beni.

Berapa lama Andi menunggu Beni?

Alternatif jawaban

Dalam 2 jam Andi menempuh jarak = (2 30) km = 60 km

Dalam 2 jam Beni menempuh jarak = (2 25) km = 50 km

Selisih jarak = (60 – 50) km = 10 km yang harus ditempuh Beni dengan

kecepatan 25 km/jam.

Jadi waktu yang diperlukan = (10 : 25) 60 menit = 24 menit.

4. Pak Ahmad bepergian dari kota A ke kota B yang berjarak 360 km dengan

kecepatan rata-rata 60 km/jam, dan berangkat pada pukul 08.00 WIB.

Sedangkan Pak Dani bepergian dari kota B ke kota A dengan kecepatan rata-rata

50 km/jam, yang berangkat pada pukul 08.30 wib. Pukul berapa kendaraan

mereka berpapasan di tengah jalan jika mereka menggunakan rute yang sama

tetapi berlawanan arah?

Alternatif jawaban

A 60km/jam 50km/jam B

Pukul 08.00 Pukul 08.30

Pukul 08.30 pak Ahmad sudah menempuh jarak 30 km. Sehingga jarak tempuh

tinggal 330 km. Jarak 330 km dijalani 2 orang dengan jumlah kecepatan 110 km.

48

Jadi waktu yang dibutuhkan = ( 330 : 110 ) jam = 3 jam. Jadi mereka berpapasan

pada pukul 11.30.

5. Tentukan sudut antara 2 jarum jam pada:

c. pukul 08.16

d. pukul 09.08

Alternatif jawaban

a.

Jarum pendek = o

306016

8

= o

o 306016

)308(

= (240 + 8)o = 248o

Jarum panjang = (16 6)o = 96o

Sudut antara kedua jarum jam = (248 – 96)o =

162o

b.

Jarum pendek = o

30608

9

= o

o 30608

)309(

= (270 + 4)o = 274o

Jarum panjang = (8 6)o = 48o Sudut antara 2 jarum jam = (274 – 48)o = 226o. Karena sudut yang didapatkan lebih dari 180o,

padahal sudut yang dimaksud adalah sudut yang

terkecil, maka sudut yang dimaksud adalah =

(360 – 226)o = 134o.

Sehingga sudut yang dibentuk antara 2 jarum jam

pada pukul 09.08 adalah 134o.

Pukul

08.16

Pukul

09.08

226o

49

6. Seorang pekerja pembuat jalan merebus aspal hingga mencapai suhu 482oF.

Berapa derajat suhu tersebut dalam C dan R?

Alternatif penyelesaian.

C = 25045095)32482(

95

Jadi suhu aspal dalam Celcius = 250oC

R = 20045094)32F(

94

Jadi suhu aspal dalam Reamur = 200oR.

50

DAFTAR PUSTAKA

D’Augustine, Charks. 1992. Teaching Elementary School Mathematics. New

York: Harper Collins Plublishers.

John, L.M. 1988. Metode Pengajaran Matematika untuk SD. Jakarta: Penerbit Erlangga. Kennedy, Leonard. 1994. Guiding Children’s Learning of Mathematics.

California: Wadsworth Publishing Company.

Raharjo, M. 2000. Pengukuran (Konsep-konsep dan beberapa penurunan rumus). Paket Pembinaan Penataran untuk Guru Matematika SD.

Yogyakarta: PPPG Matematika. Sukayati. 1998. Kegiatan Belajar Mengajar Pengukuran Luas Bangun Ruang

untuk siswa SD kelas VI. Paket Pembinaan Penataran. Yogyakarta: PPPG Matematika. Sri Wardhani. 2002. Pembelajaran Pengukuran di SD. Yogyakarta: PPPG Matematika. Troutman, Andria. 1991. Mathematics: A Good Beginning, Strategies for

Teaching Children. California: Brooks/Cole Publishing Company.