buku panduan program pendidikan pusaka dalam konteks kerjasama internasional
DESCRIPTION
Buku panduan untuk pengembangan pendidikan pusaka ini menawarkan panduan untuk lembaga pelestarian pusaka dan sekolah yang ingin melaksanakan sebuah gagasan program pendidikan pusaka menjadi sebuah rencana yang konkrit. Buku panduan ini menguraikanproses perkembangan mulai dari ide hingga hasil akhir. Dasar penyusunan buku panduan ini, baik secara teoritis maupun praktek, adalah program pendidikan pusaka di Indonesia yang dilaksanakan pada periode 2008-2010 atas kerjasama Badan Pelestarian Pusaka Indonesia (BPPI) dengan Erfgoed Nederland.Penulis: Cees Hageman, Astrid Weij, Hasti Tarekat© Erfgoed Nederland, September 2010TRANSCRIPT
Tahap-tahap Program Pendidikan Pusaka Dalam Konteks Kerjasama Internasional
2
Tahap-tahap Program Pendidikan Pusaka Dalam Konteks Kerjasama Internasional© Erfgoed Nederland, September 2010
Erfgoed Nederland(The Netherlands Institute for Heritage) Herengracht 474
1017 CA Amsterdam
Nederland
T +31 20 716 73 50
F +31 20 716 73 55
www.erfgoednederland.nl
BPPIIndonesian Heritage TrustJl. Veteran I No. 27 Jakarta 10110
Indonesia
T +62 21 703 06 222
F +62 21 351 1127
www.bppi-indonesianheritage.org
PenulisCees Hageman
Astrid Weij
Hasti Tarekat
PenerjemahHasti Tarekat
Balance
RedaksiEllen Snoep
Aline Knip
DesainUNA designers, Amsterdam
Untuk publikasi ini berlaku Creative Commons, lisensi
untuk Penyebutan Nama dan Penyebarluasan secara
Setara (lihat creativecommons.org/licenses/by-sa/3.0/
nl/)
Karya ini boleh difotokopi, disebarluaskan dan
diserahterimakan, diolah kembali dan dibuat menjadi
karya baru dengan syarat-syarat sebagai berikut:
– Penyebutan sumber asli: pengguna harus menyebutkan
sumber asli publikasi ini (tanpa menimbulkan kesan
bahwa Erfgoed Nederland setuju dengan karya yang
dihasilkan atau penggunaannya)
– Penyebarluasan secara setara: jika pengguna
menyebarluaskan karyanya maka berlaku lisensi yang
sama atau lisensi yang setara.
3 Tahap-tahap Program Pendidikan Pusaka Dalam Konteks Kerjasama Internasional
Pengantar
Richard HermansDirektur Erfgoed Nederland
September 2010
Apakah pendidikan pusaka itu dan mengapa pendidikan
pusaka penting? Pendidikan pusaka merupakan penghubung
antara murid sekolah dengan lingkungan sekitar dan latar
belakang mereka sehingga menumbuhkan kesadaran tentang
identitas mereka. Pendidikan pusaka adalah pendidikan
dengan dan tentang monumen, lansekap, kebiasaan, tradisi,
dongeng, ritual dan adat-istiadat yang disebut pusaka tak
teraga. Titik pangkal pendidikan pusaka adalah pusaka
budaya, yang terdiri dari berbagai budaya di masa lalu dan juga
budaya saat ini yang terus menerus dipengaruhi oleh elemen-
elemen baru dalam masyarakat. Kekuatan pendidikan pusaka
terletak pada pendidikan tentang lingkungan sekitar; belajar di
dalam lingkungan sekitar, dari lingkungan sekitar dan tentang
ling kungan sekitar. Pendidikan pusaka dan pendidikan
tentang lingkungan sekitar sangat erat terkait dengan ilmu
alam dan mata pelajaran sejarah, tetapi juga dapat dikaitkan
dengan mata pelajaran-mata pelajaran yang lain. Untuk
melaksanakan pendidikan pusaka diperlukan kerjasama
antara sekolah dengan lembaga pelestarian pusaka. Bagaimana
caranya kedua lembaga tersebut dapat bekerjasama? Itulah
yang dibahas dalam Buku Panduan Pendidikan Pusaka. Buku
Panduan ini menunjukkan proses apa saja yang diperlukan
untuk mewujudkan pendidikan pusaka yang baik.
Buku Panduan Pendidikan Pusaka adalah salah satu hasil
kerjasama antara Badan Pelestarian Pusaka Indonesia (BPPI)
dengan Erfgoed Nederland (Lembaga Belanda untuk Pusaka
Budaya). Kedua organisasi ini bekerjasama sejak awal tahun
2008 hingga awal tahun 2010 dalam pilot project pendidikan
pusaka di Yogyakarta dan sekitarnya yang ditujukan untuk
murid-murid sekolah dasar.
Program pendidikan pusaka di Yogyakarta dapat dikatakan
berhasil. Kerjasama dengan sekolah-sekolah yang terlibat
terjalin dengan baik dan program ini menghasilkan buku-
buku panduan dan berbagai jenis kegiatan lainnya. Hal inilah
yang menjadi alasan disusunnya Buku Panduan Pendidikan
Pusaka, agar pihak yang tertarik mendapatkan manfaat
dengan membaca pengalaman-pengalaman yang dihasilkan
dari program ini. Pengalaman di Indonesia merupakan ilustrasi
dalam Buku Panduan ini. Isinya berupa saran-saran bagi pihak
yang berminat melaksanakan program pendidikan pusaka.
Sementara tahap perencanaan di bagian belakang menyusun
semua saran tersebut secara berurutan.
Kami sangat gembira dengan kerjasama yang telah terjalin
antara BPPI dan Erfgoed Nederland. Kami berharap dapat
melanjutkan kerjasama tersebut sebagai bagian dari kerjasama
internasional, baik dalam bidang pelestarian pusaka maupun
dalam bidang pendidikan.
Saya ingin menyampaikan penghargaan dan terima kasih
kepada beberapa pihak yang memungkinkan diterbitkannya
Buku Panduan ini. Terutama tim dari Indonesia, para tenaga
pengajar dari 12 sekolah yang terlibat dan staf BPPI, di bawah
pimpinan DR. Laretna Adishakti (Sita) dan Ir. Catrini Pratihari
Kubontubuh, M.Arch.
Saya juga ingin menyampaikan terima kasih kepada Elisabeth
Wiessner, Cees Hageman dan Astrid Weij, yang terlibat dalam
program pendidikan pusaka antara tahun 2008–2010 mewakili
Erfgoed Nederland. Juga Hasti Tarekat, penghubung yang tak
tergantikan dalam kerjasama ini. Akhirnya saya sampaikan
terima kasih kepada Departemen Pendidikan Republik
Indonesia untuk dukungan mereka yang sangat antusias dan
Departemen Pendidikan, Kebudayaan dan Ilmu Pengetahuan
(Ministerie OC & W) di Belanda yang memberi dukungan
finansial untuk program pendidikan pusaka ini.
Dengan bangga saya menyampaikan Buku Panduan
Pendidikan Pusaka yang terbukti berhasil dalam program
pelestarian pusaka dan pendidikan. Saya harap Anda
menikmati bacaan ini dan semoga sukses dengan program
pendidikan pusaka Anda.
4
Buku Panduan Program Pendidikan Pusaka Dalam Konteks Kerjasama Internasional
Pengantar
Buku panduan untuk pengembangan pendidikan pusaka ini menawarkan panduan untuk lembaga pelestarian pusaka dan sekolah yang ingin melaksanakan sebuah gagasan program pendidikan pusaka menjadi sebuah rencana yang konkrit. Buku panduan ini menguraikan proses perkembangan mulai dari ide hingga hasil akhir. Dasar penyusunan buku panduan ini, baik secara teoritis maupun praktek, adalah program pendidikan pusaka di Indonesia yang dilaksanakan pada periode 2008-2010 atas kerjasama Badan Pelestarian Pusaka Indonesia (BPPI) dengan Erfgoed Nederland.
Banyak teori tentang bagaimana melaksanaan suatu program atau proyek; buku panduan ini disusun menggunakan teori dari buku yang berjudul ‘de Handleiding Projectmatig Werken’ (Buku Panduan Menjalankan Proyek) yang diterbitkan Fakultas Sastra Universitas Leiden dan publikasi berjudul ‘Voorbij Erfgoed à la Carte’ (Setelah Prasmanan Pusaka Berlalu. Prasmanan Pusaka adalah nama judul program pendidikan pusaka di Belanda).
Buku panduan ini memuat tahap-tahap paling penting yang harus dilakukan dalam menjalankan suatu program secara umum dan dalam program pendidikan pusaka khususnya. Perinciannya secara detil disampaikan secara global dan dirangkum melalui saran-saran. Dalam bagian yang berjudul ‘Perhatian Khusus’ disampaikan pengalaman-pengalaman selama pilot project pendidikan pusaka berlangsung di Yogyakarta, Indonesia.
Pelaksanaan program dipengaruhi oleh berbagai variabel seperti situasi tempat pekerjaan, kebiasaan bekerja dan budaya (pendidikan) setempat. Oleh sebab itu program di Indonesia tidak dipaparkan secara terperinci namun digunakan sebagai ilustrasi untuk mewarnai buku panduan ini.
Buku panduan diakhiri dengan rencana kerja praktis tahap demi tahap untuk melaksanakan sebuah program yang dapat digunakan oleh lembaga pelestarian pusaka dan sekolah-sekolah.
5 Tahap-tahap Program Pendidikan Pusaka Dalam Konteks Kerjasama Internasional
DefinisiAda tiga hal yang perlu didefinisikan terlebih dahulu yaitu program, pusaka budaya,
pendidikan pusaka dan lembaga pendidikan.
Program
Definisi program yang disepakati adalah: ‘seluruh aktivitas, yang dilakukan oleh
kelompok-kelompok spesialis dalam suatu ikatan kerjasama sementara, diarahkan untuk
mencapai hasil akhir yang jelas dan spesifik, yang dapat dicapai dalam suatu jangka
waktu tertentu, dengan sumberdaya yang terbatas, dengan awal dan akhir yang jelas,
serta kapasitas yang jelas pula.’
Proses yang diuraikan dari keseluruhan aktivitas mempunyai karakter yang umum dan
dapat disesuaikan untuk semua jenis program, diantaranya untuk pendidikan pusaka.
Hal yang penting diingat adalah bahwa proses yang diuraikan di sini disesuaikan dengan
situasi yang memerlukan pendekatan berbasis program secara khusus. Tujuan buku
panduan ini juga diarahkan pada pola pikir bersama dari orang-orang yang terlibat dalam
pelaksanaan program. Kesamaan pola pikir sangat penting karena perbedaan budaya
dari pihak-pihak yang terlibat memainkan peranan yang penting dalam menentukan
tujuan dan hasil yang ingin dicapai dari program bersama. Namun demikian sebenarnya
perbedaan budaya itulah yang membuat proses untuk mencapai kesamaan cara berpikir
menjadi hal yang menarik karena kita berkesempatan untuk mengenal kolega kita di
masa depan dan cara pandang mereka tentang pusaka budaya dan pendidikan.
Pusaka Budaya
Hal lain yang sama pentingnya untuk didiskusikan hingga mencapai kesepakatan adalah
perbedaan cara pandang seputar pengertian pusaka dalam konteks budaya yang spesifik.
Penting artinya untuk medapatkan penjelasan tentang apa yang dipahami pihak yang
akan bekerjasama tentang pusaka. Apa yang mereka pahami tentang pusaka teraga
(tangible heritage) dan pusaka tidak teraga (intangible heritage)? Pusaka teraga terdiri dari
koleksi museum, monumen, arsip dan sejenisnya, sementara pusaka tak teraga misalnya
dongeng, tradisi dan adat-istiadat. Pusaka tak teraga sering mencerminkan hal-hal yang
bersifat material. Apakah program yang akan dilaksanakan berkaitan dengan pusaka
setempat (local heritage) atau berkaitan dengan pusaka bersama (mutual heritage)?
Dalam program Pendidikan Pusaka untuk Sekolah-sekolah di Indonesia – program
kerjasama antara Badan Pelestarian Pusaka Indonesia (BPPI) dan Erfgoed Nederland (EN)
menekankan pada ‘peningkatan kesadaran’ tentang pusaka budaya. Usaha peningkatan
kesadaran dalam hal ini diarahkan pada murid-murid sekolah dasar dan mengkhususkan
pada pusaka setempat. Pertanyaannya adalah: pusaka yang mana dan pusaka milik siapa
yang dimasukkan dalam agenda program tersebut?
Pendidikan Pusaka dan Lembaga Pendidikan
Untuk melaksanakan program pendidikan pusaka yang dilaksanakan atas kerjasama
dengan pihak asing, sangat penting untuk mengetahui hal-hal apa saja yang diperlukan
di tempat dilaksanakannya program itu agar lembaga pendidikan setempat dapat atau
boleh melaksanakannya secara mandiri. Untuk menjawab hal itu diperlukan analisa yang
jelas tentang situasi lembaga pendidikan setempat. Analisa itu harus mampu menjawab
pertanyaan seputar sasaran program, jumlah murid, fasilitas fisik, peraturan, lembaga
yang berwenang, penyesuaian kurikulum dan dimana saja pendidikan pusaka dapat
disisipkan dalam kurikulum, adakah kemungkinan untuk pembaharuan dan perubahan,
serta memahami pengertian ‘budaya pendidikan’ setempat. Semua aspek tersebut
harus jelas agar dapat merumuskan ambisi dan tujuan secara realistis untuk mencegah
kekecewaan. Selain itu perlu dibangun jejaring yang sesuai dengan kebutuhan program
untuk menjamin keberhasilan program itu.
Program tersebut juga merupakan inisiatif yang pertamakalinya (pilot project) untuk memperkenalkan pendidikan pusaka di Indonesia karena pendidikan pusaka belum dikenal di Indonesia. Diharapkan bahwa pilot project di Yogyakarta itu akan menjadi sebuah model bagi pelaksanaan pendidikan pusaka di Indonesia; dalam hal metode, struktur, isi dan pendekatan dalam pengajaran maupun sebagai dorongan bagi Pemerintah Indonesia untuk memuat pendidikan pusaka dalam kebijakan dan kurikulum nasional.
6 Tahap-tahap Program Pendidikan Pusaka Dalam Konteks Kerjasama Internasional
Pembagian Tahap
Ada empat tahap dalam merencanakan suatu program.
Di bawah ini uraian tentang pelaksanaan setiap tahap.
1 Tahap inisiatif, pengembangan cakupan dan mengubah program dari bentuk gagasan menjadi program yang mempunyai identitas.
2 Pengembangan program dengan merumuskan rencana, tujuan, pihak-pihak yang akan bekerjasama, manajemen, komunikasi dan tugas-tugas yang berkaitan.
3 Perencanaan dan pendanaan.
4 Pengamatan terhadap proses yang berjalan melalui pemantauan dan hasil-hasil yang dicapai.
7 Tahap-tahap Program Pendidikan Pusaka Dalam Konteks Kerjasama Internasional
Tahap 1: Awal Mula
Inisiatif
Siapakah yang mempunyai inisiatif untuk melaksanakan suatu program? Apakah
lembaga yang mempunyai kepentingan – baik pemerintah maupun organisasi
masyarakat – berdasarkan kebijakan tertentu? Apakah datang dari organisasi yang
terlibat langsung di lapangan, seperti halnya sekolah atau lembaga pelestarian pusaka,
untuk memenuhi kebutuhan tertentu? Pikirkan juga bagaimana dan oleh siapa hasil-
hasil program kelak akan dapat terus dilanjutkan.
BPPI adalah organisasi berbasis masyarakat yang dijalankan sepenuhnya oleh para sukarelawan. Maka dalam hal ini, pilot project bersifat bottom-up karena BPPI yang mengajukan inisiatif dan melakukan pendekatan pada beberapa pihak untuk terlibat, termasuk lembaga-lembaga pemerintah di semua tingkat.
Saran 1Top-down atau Bottom-up
Apakah permintaan untuk melaksanakan
suatu program menggunakan pendekatan top-
down atau berdasarkan permintaan bottom-
up? Hal ini penting karena akan menentukan
seberapa banyak dukungan untuk
mewujudkan sebuah gagasan. Rumuskanlah
semua keterlibatan atau komitmen pihak-
pihak yang terkait dalam perjanjian kerjasama
secara tertulis.
Perhatian Khusus
Program pendidikan pusaka untuk sekolah-
sekolah di Indonesia dapat dikatakan terjadi
secara kebetulan. Hubungan antara BPPI dan
EN terjadi melalui kontak antara seseorang
yang bekerja di EN dan perwakilan BPPI
yang tinggal dan bekerja di Belanda. Dari
kontak inilah muncul gagasan untuk sebuah
kerjasama internasional berupa program
pendidikan pusaka untuk sekolah-sekolah.
Gagasan itu datang dari BPPI yang ingin
melaksanakan suatu program ‘peningkatan
kesadaran’ tentang pendidikan pusaka
khususnya untuk tingkat sekolah dasar di
Indonesia. Erfgoed Nederland sepakat untuk
bekerjasama karena dapat memanfaatkan
pengalamannya dari program serupa di
Belanda. Kemudian Erfgoed Nederland pun
menerima subsidi dari Pemerintah Belanda
yang ditujukan untuk mewujudkan gagasan
tersebut bersama-sama BPPI.
Pada bulan Desember 2007 disepakati
secara resmi untuk melakukan kerjasama
di antara kedua lembaga ini. BPPI dan EN
bersama-sama menyusun sebuah proposal
yang menjadi dasar untuk melakukan
kerjasama. Kerjasama tersebut diwujudkan
dalam bentuk perumusan rencana kerja
yang sifatnya definitif, kesepakatan untuk
saling berkunjung, penyusunan anggaran dan
penandatanganan kesepakatan kerjasama
antara EN dan BPPI dalam bentuk sebuah MoU
(Memorandum of Understanding).
8 Tahap-tahap Program Pendidikan Pusaka Dalam Konteks Kerjasama Internasional
Tahap 1: Awal Mula
Dukungan
Sebuah gagasan untuk melaksanakan suatu program hanya akan membawa hasil
yang diharapkan apabila didukung sepenuhnya oleh semua pihak yang terlibat.
Persoalan yang paling penting adalah apakah program itu dapat memenuhi kebutuhan
atau menawarkan pemecahan terhadap persoalan yang ada. Perlu ditelusuri apakah
sebelumnya pernah ditemukan pemecahan terhadap masalah serupa, apakah mungkin
ada program yang sama yang pernah dilaksanakan, apakah mungkin ada pengalaman-
pengalaman dari program itu yang dapat dimanfaatkan untuk program yang akan
dilaksanakan?
Oleh sebab itu perlu dipikirkan pihak dan partner mana saja yang mungkin dapat
memberikan sumbangan untuk mewujudkan program yang berhasil, misalnya para
pengajar, kepala sekolah, murid-murid, para penggiat lembaga pelestarian pusaka
dan juga lembaga pemerintah. Seluruh pihak ini harus terlibat sejak awal agar
kemungkinan keberhasilan program akan semakin besar.
Secara internal, BPPI telah melakukan riset tentang sekolah-sekolah yang mungkin tertarik terlibat dalam pilot project. Akhirnya 12 sekolah dasar terpilih dari Yogyakarta dan sekitarnya yang mewakili berbagai jenis sekolah seperti:
1 Sekolah swasta di pusat kota yang sebagian besar muridnya berasal dari kalangan menengah atas;
2 Sekolah negeri di pusat kota yang menerima subsidi dari pemerintah;
3 Sekolah-sekolah bernuansa agama Islam dan Kristen;
4 Sekolah-sekolah negeri di daerah yang menerima subsidi dari pemerintah.
BPPI mengunjungi semua sekolah satu per satu dan melakukan diskusi yang intensif dengan kepala sekolah dan tenaga pengajar untuk mencapai kesepakatan siapa yang akan terlibat dalam pilot project, bagaimana melaksanakan pilot project dan apa tanggung jawab masing-masing pihak.
Tahap kedua adalah pelatihan bagi tenaga pengajar yang terlibat dipimpin oleh BPPI, EN dan lembaga pemerintah yang bertanggung jawab dalam pendidikan sekolah dasar. Pelatihan dilakukan di awal dan di tengah berlangsungnya pilot project. Pelatihan di awal berkaitan dengan pengenalan apakah pendidikan pusaka itu, bagaimana melaksanakannya di sekolah dan bagaimana mempersiapkan materi pengajaran pendidikan pusaka.
BPPI mengidentifikasi dan melibatkan berbagai pihak yaitu:
1 Lembaga pemerintah yang bertanggung jawab dalam pendidikan sekolah dasar di tingkat kota (Yogyakarta), propinsi (DIY Yogyakarta) dan nasional (Indonesia) khususnya Pusat Kurikulum Departemen Pendidikan Nasional serta Departemen Kebudayaan & Pariwisata.
2 Pers, dalam hal ini suratkabar lokal dan nasional.
3 Universitas setempat. 4 Lembaga kebudayaan seperti Karta
Pustaka. 5 UNESCO Kantor Jakarta. 6 Lembaga-lembaga pemerintah di
luar Yogyakarta yang tertarik untuk melaksanakan program pendidikan pusaka di daerah mereka.
Saran 2Riset Awal
Survei pendahuluan diperlukan untuk
mengetahui dasar dilaksanakannya
program pendidikan pusaka; juga untuk
menelusuri apakah inisiatif yang sama pernah
dilaksanakan di tempat lain. Caranya dapat
dengan membentuk semacam ‘desk research’
atau biro riset yang tugasnya mewawancarai
pihak-pihak yang terlibat dalam program
serupa. Kumpulkan seluruh informasi apa
adanya.
Selain itu perlu ditetapkan pula siapa saja
yang dapat diajak untuk berpartisipasi
dalam pelaksaan program pendidikan
pusaka. Salah satu caranya mengadakan
pertemuan dengan mengundang pihak-
pihak yang mungkin dapat menjadi partner
kerjasama dan presentasikanlah gagasan
program pendidikan pusaka. Setelah
presentasi, mintalah agar peserta pertemuan
menyampaikan pendapat mereka. Dari diskusi
tersebut bentuklah kelompok penasehat atau
dewan pengarah yang terdiri dari orang-orang
yang kritis, aktif dan representatif.
Perhatian Khusus
Kerjasama yang membuahkan hasil di antara
berbagai pihak hanya mungkin terjadi
apabila mereka mengenal satu sama lain
dan sama-sama sadar tentang persamaan
dan perbedaan dalam budaya (pendidikan).
Upaya untuk saling mengenal dan penjajagan
dilakukan pada kunjungan kerja yang pertama
Erfgoed Nederland ke Indonesia. Tujuan dari
kunjungan tersebut adalah perkenalan lebih
lanjut dengan BPPI, lembaga pemerintah yang
terlibat dan pihak-pihak yang bertanggung
jawab dalam bidang pendidikan dan
kebudayaan di Indonesia, keterlibatan partner-
partner yang relevan dalam implementasi
program dan perkenalan dengan kalangan
pendidikan. Kedua belah pihak menyampaikan
ambisi dan cara kerja mereka. Perjanjian
kerjasama dibuat, anggaran disusun dan
terjadi berbagai pertemuan yang mewakili
departemen pendidikan dan departemen
kebudayaan kedua negara. Selain itu dilakukan
pula kunjungan ke berbagai lembaga
pelestarian pusaka seperti Museum Nasional
dan Lembaga Arsip Nasional Indonesia.
Perjanjian kerjasama atau MoU secara resmi
ditandatangani di Kedutaan Besar Kerajaan
Belanda di Jakarta, Indonesia, yang juga
diliput oleh pers. Sebagai penutup dilakukan
kunjungan ke Yogyakarta untuk perkenalan
lebih lanjut dengan tim BPPI dan pemimpin
program, sekolah-sekolah dan partner lokal,
diantaranya universitas setempat.
9 Tahap-tahap Program Pendidikan Pusaka Dalam Konteks Kerjasama Internasional
Tahap 1: Awal Mula
Identitas Program
Penjabaran sebuah rencana program selalu berangkat dari gagasan awal. Dalam
pembahasan lebih lanjut kita selalu mempunyai kecenderungan untuk melebar dan
keluar dari konteks asalnya sehingga gagasan awalnya tidak tampak lagi. Oleh sebab itu
selama program berlangsung sangat bermanfaat untuk selalu kembali kepada gagasan
awal.
Jika sejak awal jelas apa yang akan dituju oleh suatu program, antara lain tercermin
melalui nama atau judul programnya, maka pihak-pihak yang terlibat akan lebih
mudah berperan dalam pelaksanaan program.
Saran 3Nama yang Konkrit
Nama atau judul sebuah program harus
mencerminkan isinya. Alokasikan waktu
yang cukup dan lakukanlah seawal mungkin
untuk memilih nama atau judul program
yang dikenal dan diterima oleh semua pihak
yang terlibat. Untuk mendapatkan nama atau
judul yang tepat, tanyakan juga pendapat ahli
dari berbagai pihak (departemen, pemerintah
setempat) yang tidak terlibat secara langsung
tentang nama atau judul program pendidikan
pusaka.
Perhatian Khusus
BPPI mengadakan beberapa pertemuan
untuk menyimpulkan bahwa nama yang
sesuai untuk pilot project adalah ‘Pendidikan
Pusaka untuk Sekolah-sekolah di Indonesia.’
Walaupun sasaran dalam program ini adalah
sekolah dasar tetapi hal ini tidak disebutkan
dalam judul program karena BPPI berharap
bahwa di masa yang akan datang pendidikan
pusaka dapat dilaksanakan juga di sekolah
menengah dan perguruan tinggi. Yogyakarta
juga tidak disebut karena diharapkan inisiatif
ini juga akan dilaksanakan di daerah lain
di Indonesia. Untuk kelanjutan pendidikan
pusaka di Indonesia maka nama program
itulah yang paling sesuai. Setelah kerjasama
dengan EN berakhir (2008–2010) maka
BPPI meneruskan program pendidikan
pusaka di daerah lain dengan dukungan dan
kerjasama dengan berbagai pihak lain, dengan
menggunakan nama program yang sama.
10 Tahap-tahap Program Pendidikan Pusaka Dalam Konteks Kerjasama Internasional
Tahap 2: Pelaksanaan
Persiapan suatu program
Dalam mempersiapkan suatu program sangat penting untuk membuat suatu rencana.
Dalam suatu rencana menjadi jelas masalah-masalah apa yang akan dibahas dalam
program, oleh siapa dan bagaimana program akan dilaksanakan, tujuan dan hasil apa
yang akan dicapai serta keahlian apa saja yang diperlukan.
Dalam membuat suatu rencana ada kecenderungan untuk menuliskan terlalu banyak
detil. Rumuskanlah sekonkrit mungkin dalam sebuah kesimpulan apa yang tercakup
dalam rencana itu dan apa yang akan dihasilkan. Perincian secara mendetil tentu saja
penting, tetapi proses keseluruhan secara garis besar harus tetap jelas.
Saran 4Rumusan yang Jelas
Rumuskan dengan jelas program pendidikan
pusaka sejak awal hingga akhir. Tetapkan
tujuan utama sebagai landasan. Buatlah
ringkasan dan tempatkan ringkasan tersebut
sebagai pembuka dalam rencana program.
Perhatian Khusus
Pada saat pembahasan tentang program
pendidikan pusaka bersama kelompok kerja
BPPI di Yogyakarta, tampak jelas bahwa
ambisi jauh melampaui tujuan yang dapat
dicapai. Tim BPPI terdiri dari para profesional
yang bekerja secara sukarela untuk
melaksanakan pilot project ini; peran mereka
sangat menentukan dalam keberhasilan
program. Secara selintas tampaknya hal itu
tidak menjadi masalah, tetapi dalam proses
diskusi tentang apa yang akan dicapai terjadi
kekaburan batas mana yang secara kuantitatif
dan kualitatif mungkin dilaksanakan. Setelah
dikaji ulang maka hasil akhir yang ingin
dicapai disesuaikan dengan kemampuan;
semula direncanakan membuat manual yang
relatif tebal kemudian disesuaikan menjadi
manual yang lebih tipis untuk dijadikan
panduan bagi tenaga pengajar.
11 Tahap-tahap Program Pendidikan Pusaka Dalam Konteks Kerjasama Internasional
Tahap 2: Pelaksanaan
Tujuan
Perumusan tujuan merupakan elemen yang penting dalam persiapan sebuah rencana
kerja. Buatlah tujuan suatu program sekonkrit mungkin dengan hasil-hasil yang
bertahap. Yang sering terjadi adalah penulisan tujuan dicampuradukkan sebagai
harapan. Tujuan harus mencerminkan hasil yang diharapkan. Dalam hal ini istilah
SMART dalam Bahasa Belanda dapat digunakan: sebuah tujuan harus specifiek
(spesifik), meetbaar (terukur), acceptabel (dapat diterima), realistisch (realistis) dan
tijdgebonden (terikat waktu).
BPPI memutuskan hanya akan berkonsentrasi pada murid-murid sekolah yang berusia 9–10 tahun. Pertimbangannya adalah bahwa anak-anak pada usia tersebut sudah mempunyai kemampuan dasar menulis dan membaca namun belum disibukkan dengan kegiatan menghadapi ujian akhir.
Pada tahap akhir pilot project, BPPI mempunyai target dan berhasil mencapai target tersebut dengan membuat sebuah manual untuk tenaga pengajar dan 21 modul untuk murid sekolah yang disusun bersama oleh tim sukarelawan BPPI dan tenaga pengajar.
Saran 5Tujuan yang Konkrit
Rumuskan tujuan sebagai hasil yang konkrit.
Contoh yang baik misalnya ‘Sesudah dua
tahun akan ada kurikulum pendidikan pusaka
untuk murid berusia antara 6–12 tahun.’
Contoh tujuan yang tidak konkrit misalnya
‘Kami sedang merencanakan untuk membuat
kurikulum pendidikan pusaka untuk murid
sekolah dasar.’
Perhatian Khusus
Tim BPPI bukan hanya mencurahkan perhatian
pada kurikulum dengan mengidentifikasi
mata pelajaran yang mengandung unsur
pusaka, tetapi juga berkeinginan menambah
pengetahuan tenaga pengajar tentang pusaka
yang ada di sekeliling mereka. Itulah sebabnya
disusun sebuah manual untuk tenaga pengajar.
Manual tersebut bukan penerjemahan
didaktis melainkan panduan yang konkrit
untuk kegiatan pengajaran. Pada prakteknya
pilot project ini mempunyai tujuan ganda: sisi
edukatif (materi ajar) untuk diajarkan di kelas
dan materi tambahan untuk tenaga pengajar
(informasi tentang pusaka di sekitar mereka).
Tujuan ganda ini sesungguhnya merupakan
beban yang berat untuk dicapai. Tantangannya
adalah bagaimana kedua tujuan tersebut
dapat dicapai oleh sasaran yang sama (tenaga
pengajar) selama pilot project berlangsung.
12 Tahap-tahap Program Pendidikan Pusaka Dalam Konteks Kerjasama Internasional
Tahap 2: Pelaksanaan
Keterbatasan
Pendekatan SMART membantu untuk merumuskan secara realistis tujuan-tujuan
yang akan dicapai. Realistis dalam hal ini berarti keterbatasan. Jika terlalu banyak
tujuan yang ingin dicapai akan membuat frustrasi, baik yang memberi tugas maupun
pelaksana di lapangan. Membatasi tujuan akan membantu dalam membuat tahap-tahap
kerja yang jelas. Jika sebuah tujuan sudah tercapai, dapat bermanfaat untuk menjadi
jembatan mencapai tujuan-tujuan lain sebagai program tindak lanjut.
Saran 6Tidak Terlalu Banyak
Jangan memaksakan diri untuk melakukan
banyak hal sekaligus dan jangan ragu-ragu
untuk memperbaiki tujuan yang akan dicapai
di tengah berjalannya program pendidikan
pusaka berdasarkan pengalaman yang
diperoleh.
Perhatian Khusus
BPPI memerlukan waktu untuk menyadari
bahwa durasi dua tahun untuk sebuah pilot
project adalah relatif pendek untuk mecapai
semua tujuan yang sudah direncanakan.
BPPI sangat antusias untuk memperkenalkan
pendidikan pusaka di Indonesia dan karena
alasan itulah menentukan tujuan yang
sebenarnya sulit dicapai karena keterbatasan
sumberdaya (waktu, dana, tenaga kerja). Selama
pilot project berlangsung, tujuan disesuaikan lagi
atas dasar konsultasi dengan semua pihak.
Tahap 2: Pelaksanaan
Partner
Persiapan suatu program pendidikan pusaka yang berhasil menuntut kerjasama
dengan berbagai pihak misalnya sekolah, lembaga pelestarian pusaka, penyandang
dana dan lembaga pemerintah. Pihak yang terlibat dapat berperan dalam berbagai
tahap selama program berlangsung: tahap inisiatif, implementasi, pemantauan dan
evaluasi, juga memegang peran sebagai pengarah, pemberi nasehat, pendanaan atau
perluasan jejaring.
Berbagai pihak umumnya tertarik untuk terlibat karena isi suatu program. Dalam
program pendidikan pusaka, pihak yang paling penting adalah tenaga pengajar
yang akan melaksanakannya di kelas bersama murid-murid. Tenaga pengajar inilah
yang seharusnya menentukan isi program. Yang juga tidak kalah pentingnya adalah
keterlibatan manajemen sekolah. Kesuksesan pelaksanaan suatu program bergantung
pada kejelasan struktur program itu sendiri. Harus jelas tugas apa dilaksanakan
oleh pihak yang mana dan siapa yang akan bertanggung jawab. Pemimpin program
bertanggung jawab untuk mengatur bukan hanya proses dan kemajuan yang
berlangsung, tetapi juga terlibat dalam menentukan isi produk-produk yang dihasilkan.
Berapa orang yang akan bertanggung jawab bergantung pada skala program, apakah
tingkat kota, propinsi atau nasional.
Keterlibatan dalam program pendidikan pusaka dan kesediaan untuk bersama-sama
mencapai tujuan hanya akan berhasil apabila sekolah benar-benar mendukung gagasan
itu. Sekolah-sekolah – terutama para pemimpinnya – bukan hanya harus berhadapan
dengan persoalan materi pendidikan, tetapi juga melalui program pendidikan pusaka
13 Tahap-tahap Program Pendidikan Pusaka Dalam Konteks Kerjasama Internasional
melihat kesempatan untuk mengembangkan sekolah mereka. Setidaknya itulah
yang dapat ditawarkan oleh program pendidikan pusaka kepada pihak pimpinan
sekolah dan kalangan pendidikan sebagai penanggungjawab dalam hal kualitas dan
isi pendidikan di tingkat pengambil keputusan, bai di tingkat kota, regional maupun
nasional.
Selain perlu melibatkan pihak yang mempunyai keahlian yang dibutuhkan dalam
bidang pendidikan dan pusaka, perlu juga melibatkan pihak yang mampu melakukan
evaluasi dan implementasi program beserta hasil-hasilnya.
EN memberikan dukungan finansial dan keahlian untuk pilot project sementara BPPI berusaha merumuskan metode dan menyusun material terbaik untuk pendidikan pusaka dalam konteks Indonesia. Walaupun hal tersebut merupakan tantangan yang berat namun penting artinya bagi BPPI untuk melampaui seluruh proses itu karena hanya dengan cara itulah BPPI memperoleh pengalaman dan pengetahuan secara langsung untuk menjamin keberlanjutan pendidikan pusaka.
BPPI dan sekolah-sekolah mencapai kesepakatan bahwa beberapa tugas akan menjadi tanggung jawab sekolah. BPPI mempunyai peran sebagai lembaga sumberdaya untuk menjalin jejaring antar sekolah, membimbing dalam penulisan materi dan proses evaluasi. Sementara sekolah mempunyai tugas untuk mengidentifikasi mata pelajaran pendidikan pusaka, mempersiapkan materi ajar jika dibutuhkan dan mengimplementasikannya di kelas.
Saran 7Perjanjian Kerjasama
Buatlah perjanjian kerjasama dengan semua
pihak yang terlibat pada tingkat manajerial
dengan menyebutkan semua hak dan
kewajiban masing-masing. Penandatanganan
perjanjian kerjasama sebaiknya dilakukan
dalam acara resmi dan dimeriahkan dengan
suasana yang menggembirakan.
Selain itu, kerjasama juga menuntut
partisipasi semua pihak, oleh sebab itu perlu
dilakukan pemantauan bukan saja terhadap
proses pembuatan materi yang diperlukan dan
perumusan kurikulum, tetapi juga kemajuan
yang dicapai selama program berlangsung.
Hal ini dapat dilakukan dengan mengadakan
pertemuan di antara semua pihak secara
teratur dan juga dengan mengunjungi sekolah-
sekolah yang terlibat secara teratur (lihat juga
Tahap 4).
Perhatian Khusus
BPPI dan EN bersama-sama membuat rencana
untuk menerjemahkan berbagai ambisi ke
dalam program yang sanggup dicapai oleh
para pelaksana dan tenaga pengajar. Pada
pertengahan tahun 2008 EN melakukan
kunjungan kerja ke Indonesia. Kedua
organisasi bersama-sama merencanakan
pelatihan untuk tenaga pengajar, perencanan
program untuk sekolah dan pendekatan
yang akan dilakukan terhadap lembaga-
lembaga pemerintah yang berkepentingan
dengan pendidikan dasar di Yogyakarta dan
sekitarnya. Hasilnya adalah kesepakatan
untuk mengadakan sebuah konferensi lima
hari pada akhir tahun 2008 untuk 12 sekolah
yang terlibat.
Selain itu EN dan BPPI juga mengunjungi
sekolah-sekolah yang terlbat dalam pilot
project, mengadakan diskusi dengan para
kepala sekolah serta para pejabat yang
bertanggungjawab dalam bidang pendidikan
di Yogyakarta. Kunjungan EN ke Indonesia
juga diisi dengan memberikan presentasi
untuk pihak-pihak yang berpentingan dalam
jejaring lokal BPPI, yang disampaikan di Fort
Vredeburg. Pesertanya termasuk sekelompok
mahasiswa arkeologi dati Fakultas Ilmu
Budaya, Universitas Gadjah Mada.
14 Tahap-tahap Program Pendidikan Pusaka Dalam Konteks Kerjasama Internasional
Tahap 2: Pelaksanaan
Komunikasi
Sebelum program dijalankan, sebaiknya semua pihak mencapai kesepakatan mengenai
cara berkomunikasi satu sama lain baik secara internal maupun eksternal. Selain
konferensi, pertemuan dan kunjungan ke sekolah untuk saling bertemu satu sama
lain, ada baiknya diciptakan juga media komunikasi elektronik dalam bentuk mailing
list untuk melaporkan perkembangan program dari waktu ke waktu. Newsletter atau
selebaran berita adalah instrumen komunikasi yang umum, begitu juga dengan media
jejaring sosial dan website.
Saran 8Berkomunikasi secara Teratur
Buatlah suatu media yang teratur (dalam
bentuk selebaran, website yang selalu
diperbaharui, forum, artikel di majalah) untuk
saling menyampaikan pengalaman yang
diperoleh selama program pendidikan pusaka
berlangsung.
Perhatian Khusus
Selama pilot project pendidikan pusaka ada
beberapa bentuk publikasi yang dilakukan:
1 BPPI menjalin kerjasama dengan
majalah kebudayaan lokal bernama
GONG untuk menerbitkan dua sisipan
tentang perkembangan pilot project
dalam dua bahasa, Bahasa Indonesia
dan Bahasa Inggris.
2 BPPI juga menyampaikan
perkembangan pilot project melalui
website dalam dua bahasa, Bahasa
Indonesia dan Bahasa Inggris.
3 BPPI bekerjasama dengan Lembaga
Kebudayaan Belanda Karta Pustaka
di Yogyakarta mengadakan pameran
dan demonstrasi tentang pendidikan
pusaka yang terbuka untuk umum.
Pilot project pendidikan pusaka mendapat
perhatian yang memadai dari media massa
baik di Indonesia, dari media lokal dan
nasional, maupun dari beberapa media di
Belanda. Wartawan juga meliput pelatihan
untuk tenaga pengajar, pameran dan seminar
internasional pada akhir pilot projet.
15 Tahap-tahap Program Pendidikan Pusaka Dalam Konteks Kerjasama Internasional
Tahap 3: Perencanaan dan Pendanaan
Perencanaan
Pengembangan dan pelaksanaan pendidikan pusaka memakan waktu lama. Oleh
sebab itu sangat penting untuk membuat perencanaan dan pengawasan yang realistis.
Sekolah dan lembaga pelestarian pusaka mempunyai perbedaan besar dalam hal
organisasi dan cara kerja. Jika ada pihak lain yang juga terlibat dalam kerjasama itu
maka situasinya menjadi semakin kompleks dan menuntut adanya perencanaan yang
jelas bagi semua pihak. Dalam program pendidikan pusaka yang melibatkan sekolah
maka sangat penting untuk mempertimbangkan jadwal tahunan sekolah dalam
perencanaan program. Kegiatan seperti pertemuan, evaluasi dan uji coba konsep
materi ajar harus sesuai dengan jadwal kegiatan sekolah untuk mencegah terjadinya
penundaan jadwal dan beban yang menumpuk untuk tenaga pengajar.
Saran 9Jadwal Tahunan
Dalam hal ini berlaku prinsip: jangan
terlalu banyak keinginan dan jangan terlalu
memaksakan diri. Buatlah kalender tahunan
untuk kegiatan program pendidikan pusaka.
Dengan demikian jelas siapa harus melakukan
apa pada saat kapan. Akan tampak jelas
apakah tujuan dapat tercapai atau harus
ditambahkan lagi hal-hal yang diperlukan.
Perhatian Khusus
Sekolah-sekolah yang terlibat dalam pilot
project di Indonesia sebagaimana halnya
semua sekolah yang lain mempunyai jadwal
yang ketat untuk memenuhi target kurikulum.
Oleh sebab itulah pendidikan pusaka
disisipkan ke dalam kurikulum yang sudah
ada, bukannya sebagai mata pelajaran yang
tersendiri. Tenaga pengajar dan BPPI bersama-
sama merumuskan mata pelajaran mana
saja yang cocok untuk pendidikan pusaka.
BPPI juga membimbing tenaga pengajar
dalam mempersiapkan materi ajar. Tenaga
pengajar menulis teks dan BPPI mengedit serta
memperbanyaknya.
16 Tahap-tahap Program Pendidikan Pusaka Dalam Konteks Kerjasama Internasional
Tahap 3: Perencanaan dan Pendanaan
Pendanaan
Dana berpengaruh pada pelaksanaan program dan pembuatan berbagai materi
sehingga tersedianya dana selalu menjadi sumber kekhawatiran. Darimana saja sumber
dana yang tersedia? Bagaimana cara menarik perhatian para penyandang dana? Selain
isi programnya itu sendiri, harus jelas berapa biaya untuk setiap hal yang tercantum
dalam perencanaan. Buatlah perbedaan yang jelas antara biaya yang berkaitan dengan
proses kerja (koordinasi, pertemuan, evaluasi dan komunikasi) dan biaya untuk
produksi (pembuatan dan penggandaan materi). Baik juga dicoba untuk meminta
pihak-pihak yang terkait memberikan kontribusi baik secara nominal maupun in-kind
(dalam bentuk tenaga, waktu dan non-nominal lainnya) dalam perencaan program.
Penggalangan dana sebenarnya merupakan suatu keahlian tersendiri.
Saran 10Anggaran yang Realistis
Pembuatan anggaran yang realistis
dan memikirkan darimana sumber
pembiayaannya adalah dua tugas yang harus
diperinci secara terpisah dalam perencanaan
program pendidikan pusaka. Cobalah untuk
menerjemahkan jam kerja ke dalam nilai
nominal dalam anggaran. Juga kemungkinan
untuk mencapai berbagai hal dengan
dukungan tenaga yang banyak namun dengan
keterbatasan dana.
Perhatian Khusus
Kesediaan EN untuk memberi dukungan
finansial merupakan dorongan bagi
terlaksananya pilot project pendidikan pusaka
selama dua tahun di Indonesia. Setelah pilot
project berakhir, BPPI harus mencari dana
kembali untuk melanjutkan inisiatif tersebut.
Dengan pengalaman, pengetahuan dan
hasil yang telah dicapai selama pilot project,
beberapa pihak tertarik untuk bekerjasama.
17 Tahap-tahap Program Pendidikan Pusaka Dalam Konteks Kerjasama Internasional
Tahap 4: Pemantauan
Pemantauan dan Evaluasi
Lancarnya pelaksanaan suatu program ditentukan oleh pengawasan yang teratur
terhadap setiap kemajuan yang dicapai. Caranya adalah dengan melakukan
pemantauan. Pemantauan memungkinkan kita untuk mengikuti secara teratur seluruh
proses pelaksanaan, mendeteksi kemungkinan terjadinya masalah dan mengusulkan
pemecahan masalah pada pemimpin program. Pihak yang memantau mengadakan
kontak secara teratur dengan semua pihak sehingga hasil yang diharapkan dapat
terpenuhi tepat waktu.
Kegiatan pemantauan dan evaluasi dapat direncanakan sebelum pelaksanaan. Bentuk
pemantauan dan evaluasi dapat dilakukan dalam bentuk wawancara, diskusi kelompok
atau dilakukan secara tertulis. Hasil pemantauan dan evaluasi juga sebaiknya
disampaikan sesegera mungkin kepada pihak yang berkepentingan. Pemantauan dan
evaluasi sendiri bukanlah tujuan dari suatu program, melainkan berfungsi untuk
mengikuti perkembangan proses pelaksanaan dan mencegah adanya masalah bagi
pihak-pihak yang bekerjasama.
Saran 11Laporan Berkala
Hasil pemantauan selama berjalannya
program pendidikan pusaka sebaiknya
dipublikasikan secara teratur untuk semua
pihak yang terlibat dan juga dapat dianggap
sebagai laporan berkala (lihat juga Saran 8).
Laporan berkala menyatukan semua pihak
yang terlibat dalam program dan memberi
kesempatan untuk saling tukar-menukar
pengalaman.
Perhatian Khusus
Pada pelaksanaan pilot project pendidikan
pusaka di Yogyakarta ditunjuk seseorang
yang bertanggung jawab untuk melakukan
kontak secara teratur dengan sekolah-sekolah.
Semua sekolah yang terlibat bertemu secara
periodik dan setiap sekolah dikunjungi
satu per satu. Tujuannya adalah untuk
memelihara keterikatan dengan pilot project
secara menyeluruh, untuk saling bertukar
pengalaman dan sekiranya diperlukan juga
untuk menyesuaikan target yang akan dicapai.
Kontak dengan setiap sekolah dan diskusi
yang dilakukan dengan tenaga pengajar
maupun pimpinan sekolah menggunakan
suatu standar berupa daftar tertulis yang
berisi hal-hal apa saja yang harus dibicarakan.
Daftar tertulis itu dibuat berdasarkan contoh
yang sudah pernah dibuat dalam program
pendidikan pusaka di Belanda.
18 Tahap-tahap Program Pendidikan Pusaka Dalam Konteks Kerjasama Internasional
Tahap 4: Pemantauan
Hasil Akhir
Suatu program pada akhirnya akan menghasilkan produk yang konkrit. Dalam program
pendidikan pusaka, produk itu berupa materi ajar, buku panduan untuk pengajar,
kurikulum pendidikan pusaka dan juga semua program dan proses yang berlangsung
yang disusun berdasarkan hasil pemantauan dan evaluasi. Bagi lembaga pelestarian
pusaka hasilnya dapat berupa sebuah buku panduan untuk melaksanakan program
pendidikan pusaka. Hasil dan produk yang konkrit itu dapat disampaikan pada
penutupan program yang dihadiri oleh seluruh pihak yang terlibat.
Saran 12Rayakanlah Hasil yang Dicapai
Hal-hal yang dicapai ketika program
pendidikan pusaka berlangsung termasuk
hasil akhir merupakan hal yang sangat
penting. Berhentilah sejenak dan adakanlah
suatu acara, bukan saja dengan semua pihak
yang terlibat tetapi juga dengan pihak-pihak
yang berkepentingan seperti penyandang
dana, para pejabat terkait dan pihak-
pihak yang berpotensi untuk bekerjasama
menindaklanjuti hasil yang telah dicapai.
Perhatian Khusus
Pilot project di Yogyakarta diakhiri dengan
sebuah konferensi internasional yang
dihadiri oleh perwakilan pemerintah baik
lokal maupun nasional, sekolah-sekolah dan
perwakilan berbagai organisasi diantaranya
dari UNESCO Kantor Jakarta dan Erfgoed
Nederland. Sebelum konferensi, diadakan
pertemuan untuk mengevaluasi pilot project
yang dihadiri oleh seluruh pihak yang terlibat
termasuk undangan dari beberapa daerah
yang berminat melaksanakan pendidikan
pusaka, seperti dari Sumatra Barat, Bali dan
Ternate. Selain itu juga diadakan pameran di
Lembaga Kebudayaan Belanda (Karta Pustaka)
di Yogyakarta yang berisi karya-karya
pendidikan pusaka yang dibuka untuk umum.
Pameran ini diisi juga dengan acara workshop
tentang pendidikan pusaka.
19 Tahap-tahap Program Pendidikan Pusaka Dalam Konteks Kerjasama Internasional
Tahap-tahap Perencanaan dalam Melaksanakan Program Pendidikan Pusaka
20 Tahap-tahap Program Pendidikan Pusaka Dalam Konteks Kerjasama Internasional
Tahap 3: Tetapkanlah
nama atau judul program
pendidikan pusaka yang akan
dilaksanakan.
Nama atau judul sebuah program harus mencerminkan
isinya. Alokasikan waktu yang cukup dan lakukanlah seawal
mungkin untuk memilih nama atau judul program yang
dikenal dan diterima oleh semua pihak yang terlibat. Untuk
mendapatkan nama atau judul yang tepat, tanyakan juga
pendapat ahli dari berbagai pihak (departemen, pemerintah
setempat) yang tidak terlibat secara langsung tentang nama
atau judul program pendidikan pusaka.
Tahap 1: Diskusikan dari
mana datangnya permintaan
melaksanaan program
pendidikan pusaka.
Apakah program pendidikan pusaka yang akan dilaksanakan
menggunakan pendekatan top-down atau bottom-up? Hal ini
penting dipikirkan dalam pelaksanaan program pendidikan
pusaka untuk memperoleh dukungan yang diperlukan.
Seluruh pihak yang terlibat harus menyadari komitmennya
dan dituangkan dalam perjanjian kerjasama secara tertulis.
Perlu diperhatikan bahwa yang ingin dicapai pada akhirnya
adalah peningkatan kesadaran tentang pendidikan pusaka
yang dilakukan oleh tenaga pengajar serta peningkatan
kemampuan tenaga pengajar; apakah mereka memang
bersedia dan apakah mereka mampu melakukannya?
Tahap 2: Diskusikan
bagaimana inisiatif untuk
melaksanakan program
pendidikan pusaka dapat
memenuhi kebutuhan yang ada.
Survei pendahuluan diperlukan untuk mengetahui dasar
dilaksanakannya program pendidikan pusaka; juga untuk
menelusuri apakah inisiatif yang sama pernah dilaksanakan di
tempat lain. Caranya dapat dengan membentuk semacam ‘desk
research’ atau biro riset yang tugasnya mewawancarai pihak-
pihak yang terlibat dalam program serupa. Kumpulkan seluruh
informasi apa adanya.
Selain itu perlu ditetapkan pula siapa saja yang dapat diajak
untuk berpartisipasi dalam pelaksaan program pendidikan
pusaka. Salah satu caranya mengadakan pertemuan dengan
mengundang pihak-pihak yang mungkin dapat menjadi partner
kerjasama dan presentasikanlah gagasan program pendidikan
pusaka. Setelah presentasi, mintalah agar peserta pertemuan
menyampaikan pendapat mereka. Dari diskusi tersebut
bentuklah kelompok penasehat atau dewan pengarah yang
terdiri dari orang-orang yang kritis, aktif dan representatif.
Tahap 4: Buatlah rencana
program secara jelas dan
terperinci sejak awal hingga
akhir.
Rumuskan dengan jelas keseluruhan program pendidikan
pusaka sejak awal hingga akhir. Tetapkan tujuan utama
sebagai landasan. Buatlah ringkasan dan tempatkan ringkasan
tersebut sebagai pembuka dalam rencana program.
21 Tahap-tahap Program Pendidikan Pusaka Dalam Konteks Kerjasama Internasional
Tahap 7: Tetapkanlah sesuai
kebutuhan dengan pihak mana
harus bekerjasama dan dalam
bidang apa saja.
Buatlah perjanjian kerjasama dengan semua pihak yang
terlibat pada tingkat manajerial dengan menyebutkan
semua hak dan kewajiban masing-masing. Penandatanganan
perjanjian kerjasama sebaiknya dilakukan dalam acara resmi
dan dimeriahkan dengan suasana yang menggembirakan.
Selain itu, kerjasama juga menuntut partisipasi semua
pihak, oleh sebab itu perlu dilakukan pemantauan bukan
saja terhadap proses pembuatan materi yang diperlukan dan
perumusan kurikulum, tetapi juga kemajuan yang dicapai
selama program berlangsung. Hal ini dapat dilakukan dengan
mengadakan pertemuan dan mengunjungi sekolah-sekolah
yang terlibat secara teratur (lihat juga Tahap 4).
Tahap 5: Tetapkanlah hasil
yang konkrit dari program
pendidikan pusaka.
Rumuskan tujuan sebagai hasil yang konkrit. Contoh yang baik
misalnya ‘Sesudah dua tahun akan ada kurikulum pendidikan
pusaka untuk murid berusia antara 6-12 tahun.’ Contoh tujuan
yang tidak konkrit misalnya ‘Kami sedang merencanakan
untuk membuat kurikulum pendidikan pusaka untuk murid
sekolah dasar.’
Tahap 6: Buatlah
kesepakatan tentang pelaksaan
evaluasi, oleh siapa dan
kapan, beberapa kali selama
program pendidikan pusaka
berlangsung.
Jangan memaksakan diri untuk melakukan banyak hal
sekaligus dan jangan ragu-ragu untuk memperbaiki tujuan
yang akan dicapai di tengah berjalannya program pendidikan
pusaka berdasarkan pengalaman yang diperoleh. Tetapkan
pula seseorang yang menjadi koordinator yang akan mengatur
evaluasi. Ini adalah posisi yang sangat penting dalam suatu
program, selain dari pemimpin program.
Tahap 8: Sepakatilah
bagaimana harus
mengkomunikasikan
pengeluaran selama
program pendidikan pusaka
berlangsung.
Buatlah suatu media yang teratur (dalam bentuk selebaran,
website yang selalu diperbaharui, forum, artikel di majalah)
untuk saling menyampaikan pengalaman yang diperoleh
selama program pendidikan pusaka berlangsung.
22 Tahap-tahap Program Pendidikan Pusaka Dalam Konteks Kerjasama Internasional
Tahap 11: Sepakatilah
bagaimana dan dengan cara
apa seluruh pihak yang terlibat
berkomunikasi secara teratur
satu dengan lainnya.
Hasil pemantauan selama berjalannya program pendidikan
pusaka sebaiknya dipublikasikan secara teratur untuk semua
pihak yang terlibat dan juga dapat dianggap sebagai laporan
berkala (lihat juga Saran 8). Laporan berkala menyatukan
semua pihak yang terlibat dalam program dan memberi
kesempatan untuk saling tukar-menukar pengalaman.
Tahap 9: Sepakatilah
bagaimana kemajuan program
pendidikan pusaka dipantau.
Dalam hal ini berlaku prinsip: jangan terlalu banyak keinginan
dan jangan terlalu memaksakan diri. Buatlah kalender
tahunan untuk kegiatan program pendidikan pusaka. Dengan
demikian jelas siapa harus melakukan apa pada saat kapan.
Akan tampak jelas apakah tujuan dapat tercapai atau harus
ditambahkan lagi hal-hal yang diperlukan.
Tahap 10: Sepakatilah
bagaimana pembiayaan
program pendidikan pusaka
diterjemahkan ke dalam
jumlah jam kerja dan perincian
biaya.
Pembuatan anggaran yang realistis dan memikirkan darimana
sumber pembiayaannya adalah dua tugas yang harus diperinci
secara terpisah dalam perencanaan program pendidikan
pusaka. Cobalah untuk menerjemahkan jam kerja ke dalam
nilai nominal dalam anggaran. Juga kemungkinan untuk
mencapai berbagai hal dengan dukungan tenaga yang banyak
namun dengan keterbatasan dana.
Tahap 12: Tetapkanlah
bagaimana dan kapan
memberitahukan hasil yang
dicapai selama program
pendidikan pusaka berlangsung
baik kepada pihak intern
maupun kepada pihak luar.
Hal-hal yang dicapai ketika program pendidikan pusaka
berlangsung termasuk hasil akhir merupakan hal yang sangat
penting. Berhentilah sejenak dan adakanlah suatu acara, bukan
saja dengan semua pihak yang terlibat tetapi juga dengan
pihak-pihak yang berkepentingan seperti penyandang dana,
para pejabat terkait dan pihak-pihak yang berpotensi untuk
bekerjasama menindaklanjuti hasil yang telah dicapai.
Tahapan
1 Tahap inisiatif, pengembangan cakupan dan mengubah program dari bentuk gagasan menjadi program yang mempunyai identitas.
2 Pengembangan program dengan merumuskan rencana, tujuan, pihak-pihak yang akan bekerjasama, manajemen, komunikasi dan tugas-tugas yang berkaitan.
3 Perencanaan dan pendanaan.
4 Pengamatan terhadap proses yang berjalan melalui pemantauan dan hasil-hasil yang dicapai.
Tahap-tahap Program Pendidikan Pusaka Dalam Konteks Kerjasama Internasional
Tahap-tahap
1 Diskusikan dari mana datangnya permintaan melaksanaan program pendidikan pusaka.
2 Diskusikan bagaimana inisiatif untuk melaksanakan program pendidikan pusaka dapat memenuhi kebutuhan yang ada.
3 Tetapkanlah nama atau judul program pendidikan pusaka yang akan dilaksanakan.
4 Buatlah rencana program secara jelas dan terperinci sejak awal hingga akhir.
5 Tetapkanlah hasil yang konkrit dari program pendidikan pusaka.
6 Buatlah kesepakatan tentang pelaksanaan evaluasi, oleh siapa dan kapan, beberapa kali selama program pendidikan pusaka berlangsung.
7 Tetapkanlah sesuai kebutuhan dengan pihak mana harus bekerjasama dan dalam bidang apa saja.
8 Sepakatilah bagaimana harus mengkomunikasikan pengeluaran selama program pendidikan pusaka berlangsung.
9 Sepakatilah bagaimana memantau kemajuan program pendidikan pusaka.
10 Sepakatilah bagaimana pembiayaan program pendidikan pusaka diterjemahkan ke dalam anggaran berupa perhitungan jumlah jam kerja dan perincian biaya lainnya.
11 Sepakatilah bagaimana dan dengan cara apa seluruh pihak yang terlibat berkomunikasi secara teratur.
12 Tetapkanlah bagaimana dan kapan memberitahukan hasil yang dicapai selama program pendidikan pusaka berlangsung baik kepada pihak intern maupun kepada pihak luar.
Saran-saran
1 Top-down atau Bottom-upApakah program pendidikan pusaka yang akan dilaksanakan menggunakan
pendekatan top-down atau bottom-up? Hal ini penting dipikirkan
dalam pelaksanaan program pendidikan pusaka untuk memperoleh
dukungan yang diperlukan. Seluruh pihak yang terlibat harus menyadari
komitmennya dan dituangkan dalam perjanjian kerjasama secara tertulis.
2 Survei PendahuluanSurvei pendahuluan diperlukan untuk mengetahui dasar dilaksanakannya
program pendidikan pusaka; juga untuk menelusuri apakah inisiatif
yang sama pernah dilaksanakan di tempat lain. Caranya dapat dengan
membentuk semacam ‘desk research’ atau biro riset yang tugasnya
mewawancarai pihak-pihak yang terlibat dalam program serupa.
Kumpulkan seluruh informasi apa adanya.
Selain itu perlu ditetapkan pula siapa saja yang dapat diajak untuk
berpartisipasi dalam pelaksaan program pendidikan pusaka. Salah satu
caranya mengadakan pertemuan dengan mengundang pihak-pihak yang
mungkin dapat menjadi partner kerjasama dan presentasikanlah gagasan
program pendidikan pusaka. Setelah presentasi, mintalah agar peserta
pertemuan menyampaikan pendapat mereka. Dari diskusi tersebut
bentuklah kelompok penasehat atau dewan pengarah yang terdiri dari
orang-orang yang kritis, aktif dan representatif.
3 Nama yang KonkritNama atau judul sebuah program harus mencerminkan isinya. Alokasikan
waktu yang cukup dan lakukanlah seawal mungkin untuk memilih nama
atau judul program yang dikenal dan diterima oleh semua pihak yang
terlibat. Untuk mendapatkan nama atau judul yang tepat, tanyakan juga
pendapat ahli dari berbagai pihak (departemen, pemerintah setempat) yang
tidak terlibat secara langsung tentang nama atau judul program pendidikan
pusaka.
4 Rumuskan dengan JelasRumuskan dengan jelas keseluruhan program pendidikan pusaka sejak
awal hingga akhir. Tetapkan tujuan utama sebagai landasan. Buatlah
ringkasan dan tempatkan ringkasan tersebut sebagai pembuka dalam
rencana program.
5 Tujuan yang KonkritRumuskan tujuan sebagai hasil yang konkrit. Contoh yang baik misalnya
‘Sesudah dua tahun akan ada kurikulum pendidikan pusaka untuk murid
berusia antara 6–12 tahun.’ Contoh tujuan yang ti dak konkrit misalnya
‘Kami sedang merencanakan untuk membuat kurikulum pendidikan
pusaka untuk murid sekolah dasar.’
6 Tidak Terlalu BanyakJangan memaksakan diri untuk melakukan banyak hal sekaligus dan
jangan ragu-ragu untuk memperbaiki tujuan yang akan dicapai di tengah
berjalannya program pendidikan pusaka berdasarkan pengalaman yang
diperoleh.
7 Perjanjian KerjasamaBuatlah perjanjian kerjasama dengan semua pihak yang terlibat pada
tingkat manajerial dengan menyebutkan semua hak dan kewajiban
masing-masing. Penandatanganan perjanjian kerjasama sebaiknya
dilakukan dalam acara resmi dan dimeriahkan dengan suasana yang
menggembirakan.
Selain itu, kerjasama juga menuntut partisipasi semua pihak, oleh sebab
itu perlu dilakukan pemantauan bukan saja terhadap proses pembuatan
materi yang diperlukan dan perumusan kurikulum, tetapi juga kemajuan
yang dicapai selama program berlangsung. Hal ini dapat dilakukan dengan
mengadakan pertemuan di antara semua pihak secara teratur dan juga
dengan mengunjungi sekolah-sekolah yang terlibat secara teratur (lihat
juga Tahap 4).
8 Komunikasi secara TeraturBuatlah suatu media yang teratur (dalam bentuk selebaran, website yang
selalu diperbaharui, forum, artikel di majalah) untuk saling menyampaikan
pengalaman yang diperoleh selama program pendidikan pusaka
berlangsung.
9 Kalender TahunanDalam hal ini berlaku prinsip: jangan terlalu banyak keinginan dan
jangan terlalu memaksakan diri. Buatlah kalender tahunan untuk
kegiatan program pendidikan pusaka. Dengan demikian jelas siapa harus
melakukan apa pada saat kapan. Akan tampak jelas apakah tujuan dapat
tercapai atau harus ditambahkan lagi hal-hal yang diperlukan.
10 Anggaran yang RealistisPembuatan anggaran yang realistis dan memikirkan darimana sumber
pembiayaannya adalah dua tugas yang harus diperinci secara terpisah
dalam perencanaan program pendidikan pusaka. Cobalah untuk
menerjemahkan jam kerja ke dalam nilai nominal dalam anggaran. Juga
kemungkinan untuk mencapai berbagai hal dengan dukungan tenaga yang
banyak namun dengan keterbatasan dana.
11 Laporan BerkalaHasil pemantauan selama berjalannya program pendidikan pusaka
sebaiknya dipublikasikan secara teratur untuk semua pihak yang terlibat
dan juga dapat dianggap sebagai laporan berkala (lihat juga Saran 8).
Laporan berkala menyatukan semua pihak yang terlibat dalam program
dan memberi kesempatan untuk saling tukar-menukar pengalaman.
12 Rayakanlah Hasil yang DicapaiHal-hal yang dicapai ketika program pendidikan pusaka berlangsung
termasuk hasil akhir merupakan hal yang sangat penting. Berhentilah
sejenak dan adakanlah suatu acara, bukan saja dengan semua pihak
yang terlibat tetapi juga dengan pihak-pihak yang berkepentingan seperti
penyandang dana, para pejabat terkait dan pihak-pihak yang berpotensi
untuk bekerjasama menindaklanjuti hasil yang telah dicapai.