buku i studi kelayakan penanganan banjir trumon aceh ... · banjir kawasan trumon merupakan...

124
BUKU I Studi Kelayakan Penanganan Banjir Trumon Aceh Selatan Kerjasama dengan Perguruan Tinggi (Swakelola) TDMRC 1 Tsunami and Disaster Mitigation Research Center Universitas Syiah Kuala

Upload: others

Post on 27-May-2020

27 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

BUKU I

Studi Kelayakan Penanganan Banjir Trumon Aceh Selatan Kerjasama dengan Perguruan Tinggi (Swakelola)

TDMRC

1 Tsunami and Disaster Mitigation Research Center Universitas Syiah Kuala

BUKU I

Studi Kelayakan Penanganan Banjir Trumon Aceh Selatan Kerjasama dengan Perguruan Tinggi (Swakelola)

TDMRC

2 Tsunami and Disaster Mitigation Research Center Universitas Syiah Kuala

BUKU I

Studi Kelayakan Penanganan Banjir Trumon Aceh Selatan Kerjasama dengan Perguruan Tinggi (Swakelola)

TDMRC

3 Tsunami and Disaster Mitigation Research Center Universitas Syiah Kuala

BUKU I

Studi Kelayakan Penanganan Banjir Trumon Aceh Selatan Kerjasama dengan Perguruan Tinggi (Swakelola)

TDMRC

4 Tsunami and Disaster Mitigation Research Center Universitas Syiah Kuala

BUKU I

Studi Kelayakan Penanganan Banjir Trumon Aceh Selatan Kerjasama dengan Perguruan Tinggi (Swakelola)

TDMRC

5 Tsunami and Disaster Mitigation Research Center Universitas Syiah Kuala

BUKU I

Studi Kelayakan Penanganan Banjir Trumon Aceh Selatan Kerjasama dengan Perguruan Tinggi (Swakelola)

TDMRC

6 Tsunami and Disaster Mitigation Research Center Universitas Syiah Kuala

BUKU I

Studi Kelayakan Penanganan Banjir Trumon Aceh Selatan Kerjasama dengan Perguruan Tinggi (Swakelola)

TDMRC

7 Tsunami and Disaster Mitigation Research Center Universitas Syiah Kuala

BUKU I

Studi Kelayakan Penanganan Banjir Trumon Aceh Selatan Kerjasama dengan Perguruan Tinggi (Swakelola)

TDMRC

8 Tsunami and Disaster Mitigation Research Center Universitas Syiah Kuala

BUKU I

Studi Kelayakan Penanganan Banjir Trumon Aceh Selatan Kerjasama dengan Perguruan Tinggi (Swakelola)

TDMRC

9 Tsunami and Disaster Mitigation Research Center Universitas Syiah Kuala

BUKU I

Studi Kelayakan Penanganan Banjir Trumon Aceh Selatan Kerjasama dengan Perguruan Tinggi (Swakelola)

TDMRC

10 Tsunami and Disaster Mitigation Research Center Universitas Syiah Kuala

BUKU I

Studi Kelayakan Penanganan Banjir Trumon Aceh Selatan Kerjasama dengan Perguruan Tinggi (Swakelola)

TDMRC

11 Tsunami and Disaster Mitigation Research Center Universitas Syiah Kuala

BUKU I

Studi Kelayakan Penanganan Banjir Trumon Aceh Selatan Kerjasama dengan Perguruan Tinggi (Swakelola)

TDMRC

12 Tsunami and Disaster Mitigation Research Center Universitas Syiah Kuala

BUKU I

Studi Kelayakan Penanganan Banjir Trumon Aceh Selatan Kerjasama dengan Perguruan Tinggi (Swakelola)

TDMRC

13 Tsunami and Disaster Mitigation Research Center Universitas Syiah Kuala

BUKU I

Studi Kelayakan Penanganan Banjir Trumon Aceh Selatan Kerjasama dengan Perguruan Tinggi (Swakelola)

TDMRC

14 Tsunami and Disaster Mitigation Research Center Universitas Syiah Kuala

BUKU I

Studi Kelayakan Penanganan Banjir Trumon Aceh Selatan Kerjasama dengan Perguruan Tinggi (Swakelola)

TDMRC

15 Tsunami and Disaster Mitigation Research Center Universitas Syiah Kuala

BAB I PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Banjir adalah proses alami yang dapat menjadi bencana ketika dataran

banjir dan area tangkapan telah ditempati dan dibangun oleh manusia. Seiring

meningkatnya pertumbuhan penduduk, maka sumber daya alam telah

mengalami perubahan yang cukup signifikan. Hal ini menyebabkan

meningkatnya kejadian risiko banjir pada suatu tempat. Kawasan hulu yang

dulunya berhutan lebat telah berubah fungsi menjadi lahan pertanian dan

perumahan, dan ini dengan sendirinya telah mengurangi luasnya fungsi daerah

tangkapan air. Di sisi lain, lahan kosong tanpa vegetasi dapat menyebabkan risiko

erosi dan kerusakan. Kondisi ini dengan sendirinya akan meningkatkan kecepatan

aliran air dan mengarah ke gerusan daratan dan tanah longsor.

Berdasarkan data yang dirilis BNPB, sejak tahun 1815 sampai 2015 telah

terjadi 18.518 kejadian bencana dimana 31,68% diantaranya adalah banjir dan

2,42% adalah banjir yang disertai tanah longsor. Hal yang menarik bahwa

kebanyakan kejadian tersebut terjadi sejak tahun 1990an dan kemudian semakin

bertambah. Hanya terdapat 48 kejadian banjir pada periode 1815 sampai 1990.

Namun pada periode 1991-2000 terjadi 99 kejadian banjir, pada periode 2001-2010

terjadi 3288 kejadian banjir dan 2011-2015 telah terjadi 2431 kejadian.

Dalam upaya mengatasi hal tersebut, diperlukan suatu studi kelayakan

penanggulangan bencana banjir. Ini merupakan sebuah dokumen penting yang

dapat memberikan gambaran menyeluruh tentang faktor-faktor alamiah dan non

alamiah yang dominan penyebab terjadinya banjir pada suatu daerah, risiko,

ancaman, serta potensi dan upaya penanggulangannya. Studi kelayakan

penanggulangan banjir ini akan dilakukan pada Kawasan Trumon, Aceh Selatan

BUKU I

Studi Kelayakan Penanganan Banjir Trumon Aceh Selatan Kerjasama dengan Perguruan Tinggi (Swakelola)

TDMRC

16 Tsunami and Disaster Mitigation Research Center Universitas Syiah Kuala

karena kawasan ini merupakan wilayah yang rentan terhadap banjir karena

hampir 5 (lima) kali dalam setahun mengalami bencana banjir.

1.2. SASARAN LOKASI

Kawasan Trumon merupakan kawasan yang terdiri dari 3 (tiga) kecamatan

merupakan kawasan yang paling sering mengalami bencana banjir. Sekurang –

kurangnya kejadian banjir terjadi selama 2 (dua) kali dalam satu tahun.

Gambar 1.1 Lokasi Studi Kelayakan Penanganan Banjir Kawasan Trumon Kabupaten Aceh Selatan Sumber : TDMRC (2019)

BUKU I

Studi Kelayakan Penanganan Banjir Trumon Aceh Selatan Kerjasama dengan Perguruan Tinggi (Swakelola)

TDMRC

17 Tsunami and Disaster Mitigation Research Center Universitas Syiah Kuala

Lokasi daerah studi terletak di Kecamatan Trumon, Kecamatan Trumon

Tengah dan Kecamatan Trumon Timur Kabupaten Aceh Selatan. Lokasi tersebut

terletak sekitar 400 km dari Kota Banda Aceh dan disajikan pada Gambar 1.

1.3. MAKSUD DAN TUJUAN

Maksud dari penyusunan dokumen studi kelayakan penanganan banjir

kawasan Trumon Kabupaten Aceh Selatan adalah untuk menyamakan persepsi

stakeholders terkait sebab akibat bencana banjir dan peningkatan kepedulian para

pemangku kepentingan di wilayah DAS Trumon Kabupaten Aceh Selatan.

Sedangkan tujuan kegiatan ini adalah untuk mengidentifikasi faktor-faktor

alamiah dan non-alamiah dominan yang berpotensi memicu timbulnya bencana

banjir di Wilayah Trumon dan tersusunnya rencana dan metode penanganan

banjir yang memenuhi standar. Rencana tersebut diharapkan dapat menjadi

panduan, masukan atau pertimbangan bagi para pemangku kepentingan dalam

menyusun rencana teknis yang lebih detil.

1.4. IDENTIFIKASI DAN RUMUSAN MASALAH

Banjir Kawasan Trumon merupakan kejadian banjir yang terbilang cukup

signifikan. Dalam kurun waktu 5 (lima) tahun terakhir, terdapat 14 (empat belas)

kejadian banjir di Kecamatan Trumon, 20 (dua puluh) kejadian banjir di

Kecamatan Timur dan 21 (dua puluh satu) kejadian banjir di Kecamatan Trumon

Tengah. Banjir di kawasan trumon tidak hanya akibat intensitas hujan yang tinggi

di kawasan tersebut tetapi juga akibat luapan di daerah hulu sungai.

Faktor penyebab banjir di Kawasan Trumon adalah:

1. Akibat intensitas hujan yang tinggi

2. Elevasi kawasan yang rendah

3. Hujan di hulu sungai

4. Luapan air dari hulu sungai.

BUKU I

Studi Kelayakan Penanganan Banjir Trumon Aceh Selatan Kerjasama dengan Perguruan Tinggi (Swakelola)

TDMRC

18 Tsunami and Disaster Mitigation Research Center Universitas Syiah Kuala

Secara historikal, banjir di kawasan Trumon dapat disebabkan karena

Intensitas curah yang tinggi di Kawasan Trumon, lupan Sungai Trumon, Luapan

Sungai Gelombang (Sungai Alas). Berdasarkan penyebab tersebut, maka rumusan

masalah pada studi ini adalah:

1. Bagaimana pengaruh intensitas curah hujan yang tinggi di kawasan

tersebut terhadap kejadian banjir di Kawasan Trumon?

2. Bagaimana pengaruh lupan Sungai Trumon terhadap kejadian banjir di

Kawasan Trumon?

3. Bagaimana pengaruh lupan Sungai Gelombang (Sungai Alas) terhadap

kejadian banjir di Kawasan Trumon?

1.5. BATAS KAJIAN

Berdasarkan rumusan masalah yang telah ditetapkan, maka batasan kajian

pada study ini adalah hanya melihat penyebab banjir Kawasan Trumon akibat

pengaruh curah hujan yang tinggi di kawasan tersebut, akibat luapan Sungai

Trumon dan akibat luapan sungai Gelombang (Sungai Alas). Banjir tersebut dapat

ditanggulangi dengan penanggulangan jangka pendek, penanggulangan jangka

menengah dan penanggulangan jangka panjang dengan hanya memberikan

alternatif metode atau bangunan yang dapat digunakan tanpa lebih detil

menjelaskan tentang dimensi bangunan tersebut.

BUKU I

Studi Kelayakan Penanganan Banjir Trumon Aceh Selatan Kerjasama dengan Perguruan Tinggi (Swakelola)

TDMRC

19 Tsunami and Disaster Mitigation Research Center Universitas Syiah Kuala

BAB II KONDISI DAN KARAKTERISTIK DAS

2.1. KONDISI BIOFISIK

2.1.1 Geografis dan Batas Wilayah

Wilayah Kabupaten Aceh Selatan secara geografis terletak pada 02023’ 24” –

030 44’ 24” LU dan 960 57’ 36” – 970 56’ 24” BT. Kabupaten Aceh Selatan terdiri

dari 18 Kecamatan yaitu Kecamatan Tapak Tuan, Kecamatan Samadua,

Kecamatan Sawang, Kecamatan Meukek, Kecamatan Labuhan Haji, Kecamatan

Labuhan Haji Timur, Kecamatan Labuhan Haji Barat, Kecamatan Pasie Raja,

Kecamatan Kluet Timur, Kecamatan Kluet Tengah, Kecamatan Kluet Utara,

Kecamatan Kluet Selatan, Kecamatan Kota Bahagia, Kecamatan Bakongan,

Kecamatan Bakongan Timur, Kecamatan Trumon, Kecamatan Trumon Tengah

dan Kecamatan Trumon Timur. Kabupaten Aceh Selatan memiliki 247 Desa yang

tersebar pada 18 kecamatan tersebut.

Kecamatan Trumon memiliki luas adalah 440,60 km2. Trumon terdiri dari 3

(tiga) mukim dan 12 (duabelas) desa. Kawasan trumon yang terdiri dari 3 (tiga)

kecamatan yaitu Trumon, Trumon Tengah dan Trumon Timur terletak di

Kabupaten Aceh Selatan. Kecamatan Trumon terdiri dari 12 desa, Kecamatan

Trumon Tengah terdiri dari 10 desa dan Kecamatan Trumon Timur terdiri dari 8

desa. Secara geografis Kabupaten Aceh Selatan berbatasan langsung dengan

Kabupaten Aceh Barat Daya (sebelah barat), Kabupaten Aceh Singkil (sebelah

timur), Samudra Hindia (sebelah selatan) dan Kabupten Aceh Tenggara (sebelah

utara).

Kabupaten Aceh Selatan terletak sekitar 400 km dari Kota Banda Aceh yang

dapat ditempuh melalui jalur darat dengan menggunakan kendaraan roda empat

BUKU I

Studi Kelayakan Penanganan Banjir Trumon Aceh Selatan Kerjasama dengan Perguruan Tinggi (Swakelola)

TDMRC

20 Tsunami and Disaster Mitigation Research Center Universitas Syiah Kuala

selama 12 jam dari Kota Banda Aceh. Untuk lebih jelasnya peta pembagian

wilayah administrasi dapat dilihat di buku III Lampiran Peta.

2.1.2 Topografi dan Jenis Tanah

Kondisi topografi Kabupaten Aceh Selatan sangat bervariasi, terdiri dari

dataran rendah, bergelombang, berbukit, hingga pegunungan dengan tingkat

kemiringan sangat curam/terjal. Dari data yang diperoleh, kondisi topografi

dengan tingkat kemiringan sangat curam/terjal mencapai 63,45%, sedangkan

berupa dataran hanya sekitar 34,66% dengan kemiringan lahan dominan adalah

pada kemiringan kemiringan 40% dengan luas 254.138.39 ha dan terkecil

kemiringan 8-15% seluas 175.04 hektare selebihnya tersebar pada berbagai tingkat

kemiringan. Dilihat dari ketinggian tempat (di atas permukaan laut) ketinggian 0-

25 meter memiliki luas terbesar yakni 152.648 hektare (38,11%) dan terkecil adalah

ketinggian 25-00 meter seluas 39.720 hektare (9,92%).

Untuk lebih jelasnya data sebaran data dapat di lihat pada Buku III Lampiran

Peta.

2.1.3 Klimatologi dan Meteorologis

Berdasarkan 3 (tiga) distribusi pola curah hujan di Aceh, BMKG secara

umum membagi wilayah Aceh kedalam 2 (dua) zona musim yaitu, Zona Musim

(ZOM) dan Non Zona Musim (Non ZOM), selanjutnya ZOM terbagi menjadi 5

(lima) zona, sedangkan daerah Non ZOM terbagi menjadi 6 (enam). Zona musim

adalah daerah yang pola hujan rata – ratanya memiliki perbedaan yang jelas

antara periode musim kemarau dan musim hujan. Sedangkan daerah – daerah

yang pola hujan rata – rata nya tidak memiliki perbedaan yang jelas antara

periode musim kemarau dan musim hujan disebut daerah Non ZOM. Pembagian

BUKU I

Studi Kelayakan Penanganan Banjir Trumon Aceh Selatan Kerjasama dengan Perguruan Tinggi (Swakelola)

TDMRC

21 Tsunami and Disaster Mitigation Research Center Universitas Syiah Kuala

wilayah Aceh ke dalam zona ZOM dan zona Non ZOM seperti diperlihatkan pada

Gambar dibawah ini.

Gambar 2.1 Pembagian wilayah Aceh berdasarkan pola curah hujan dari BMKG

Rata – rata curah hujan hasil pengamatan BMKG pada stasiun Aceh Selatan

adalah sebesar 2.605 mm per tahun, rata-rata bulan basah 10,1 bulan per tahun

dan rata- rata bulan kering 0,80 bulan per tahun dengan rata-rata hari hujan 145,9

per hari. Sehingga nilai Q adalah 7.92. Tipe Iklim pada Kabupaten Aceh Selatan

adalah Tipe A yaitu sangat basah.

2.1.4 Hidrologis

DAS Trumon Kabupaten Aceh Selatan merupakan DAS yang melintasi

Kecamatan Trumon Kabupaten Aceh Selatan. Sungai ini merupakan sungai yang

sangat vital bagi sebagian penduduk di Kecamatan Trumon Kabupaten Aceh.

DAS Trumon memiliki luas 99.658,32 Ha dengan debit maksimum sungai adalah

13,42 m3/detik.

BUKU I

Studi Kelayakan Penanganan Banjir Trumon Aceh Selatan Kerjasama dengan Perguruan Tinggi (Swakelola)

TDMRC

22 Tsunami and Disaster Mitigation Research Center Universitas Syiah Kuala

DAS Trumon berbatasan dengan DAS Seulekat, DAS Singkil dan DAS

Iamedame. Dari ketiga DAS tersebut, hanya DAS Singkil yang memberikan

kontribusi terhadap banjir yang terjadi pada DAS Trumon. Luas DAS Singkil

mencapai 1.009.013 Ha dengan debit maksimum sebesar 146 m3/detik. Peta batas

DAS dan sebaran sungai dapat dilihat pada Buku III Lampiran Peta.

2.2. KONDISI SOSIAL EKONOMI

2.2.1 Sosial

Jumlah penduduk Kecamatan Trumon tahun 2016 berdasarkan data Aceh

Selatan dalang Angka 2017 adalah 4766 jiwa yaitu 2344 laki – laki dan 2422

perempuan. Pertumbuhan penduduk pertahun (2014 – 2016) adalah 1,77 %.

Kepadatan penduduk per m2 adalah 10,82 jiwa.

Kecamatan Trumon Timur memiliki luas adalah 432,85 km2. Kecamatan

Trumon Timur terdiri dari 1 (satu) mukim dan 8 (delapan) desa. Jumlah

penduduk Kecamatan Trumon tahun 2016 berdasarkan data Aceh Selatan dalang

Angka 2017 adalah 8838 jiwa yaitu 4347 laki – laki dan 4491 perempuan.

Pertumbuhan penduduk pertahun (2014 – 2016) adalah 1,77 %. Kepadatan

penduduk per m2 adalah 20,42 jiwa.

Kecamatan Trumon Tengah memiliki luas adalah 325,07 km2. Trumon

Tengah terdiri dari 1 (satu) mukim dan 10 (sepuluh) desa. Jumlah penduduk

Kecamatan Trumon tahun 2016 berdasarkan data Aceh Selatan dalang Angka 2017

adalah 5511 jiwa yaitu 2710 laki – laki dan 2801 perempuan. Pertumbuhan

penduduk pertahun (2014 – 2016) adalah 1,77 %. Kepadatan penduduk per m2

adalah 16,95 jiwa.

Jumlah sekolah di Kecamatan Trumon adalah 1 (satu) buah TK, 9

(sembilan) buah SD, 3 (tiga) buah SMP, 1 (satu) buah Mtsn, 1 (satu) buah Mtss,

dan 2 (dua) buah SMA. Jumlah sekolah di Kecamatan Trumon Timur adalah 3

BUKU I

Studi Kelayakan Penanganan Banjir Trumon Aceh Selatan Kerjasama dengan Perguruan Tinggi (Swakelola)

TDMRC

23 Tsunami and Disaster Mitigation Research Center Universitas Syiah Kuala

(tiga) buah TK, 9 (sembilan) buah SD, 3 (tiga) buah SMP, 1(satu) buah SMA, dan 1

(satu) SMK. Jumlah sekolah di Kecamatan Trumon Tengah adalah 2 (dua) buah

TK, 6 (enam) buah SD, 1 (satu) buah Mis, 1 (satu) buah SMP, 1 (satu) buah Mtsn, 1

(satu) buah Mtss , dan 1 (satu) buah SMA.

Terdapat 1 (satu) buah Puskesmas di kecamatan Trumon, 1 (satu) buah

Puskesmas dan 3 (tiga) buah Posyandu di Kecamatan Trumon Timur, serta 1

(satu) buah Puskesmas dan 4 (empat) buah Posyandu di Kecamatan Trumon

Tengah. Untuk lebih jelasnya data demografi dan peta sebaran penduduk dapat di

lihat pada Buku II Lampiran Data dan Buku III Lampiran Peta

2.2.2 Ekonomi

Secara faktual, struktur ekonomi kawasana Trumon, Kabupaten Aceh Selatan

memang masih bertumpu pada sektor pertanian dalam menggerakkan roda

ekonomi daerah, selain itu sektor pendukung ekonomi yang dominan dalam

perekonomian Kabupaten Aceh Selatan adalah sektor jasa-jasa dan sektor

perdagangan. Peranan ketiga sektor ini tidak tergeser dan komkomposisinya pun

tidak mengalami perubahan berarti. Sektor pertanian dan pertambangan (Sektor

Primer) sebagi penyumbang terbesar dalam pembentukan PDRB kawasan

Trumon. Tingkat perekonomian daerah masih sangat rentan, hal ini disebabkan

oleh berbagai faktor internal maupun eksternal daerah.

Faktor internal daerah: perilaku perekonomian yang masih bertumpu pada

sektor agraris dan sebagian besar tenaga kerja bekerja pada sektor ini, padahal

sektor ini sangat peka terhadap perubahan jenis tanah dan kedalaman efektif,

topografi, cuaca, dan bencana alam. Produksi pertanian berupa bahan mentah

yang belum diproses menjadi bahan setengah jadi sehingga tidak memberikan

nilai tambah bagi perekonomian daerah. Di samping itu, investasi pengelolaan

potensi-potensi pertambangan belum optimal, belum ada energi penggerak

BUKU I

Studi Kelayakan Penanganan Banjir Trumon Aceh Selatan Kerjasama dengan Perguruan Tinggi (Swakelola)

TDMRC

24 Tsunami and Disaster Mitigation Research Center Universitas Syiah Kuala

industri kecil dan menengah. Sarana dan prasarana jalan sebagai urat nadi

ekonomi daerah juga masih belum lancar.

Faktor eksternal daerah: Komoditi unggulan yang dipasarkan ke luar

daerah. Akan mengakibatkan pola permintaan dan harga dan distribusi

ditentukan oleh pelaku-pelaku bisnis dari luar daerah. Proses produksi hasil-hasil

pertanian menjadi bahan jadi dilakukan di luar daerah. Bahan-bahan bangunan

non lokal dipasok dari luar daerah, menyebabkan ongkos bangunan menjadi lebih

mahal.

BUKU I

Studi Kelayakan Penanganan Banjir Trumon Aceh Selatan Kerjasama dengan Perguruan Tinggi (Swakelola)

TDMRC

25 Tsunami and Disaster Mitigation Research Center Universitas Syiah Kuala

BAB III METODOLOGI PELAKSANAAN

3.1 ALUR PELAKSANAAN KEGIATAN

Dalam pelaksanaan kajian studi kelayakan penanganan banjir Trumon ada

beberapa tahapan yg dilakukan seperti bagan alir berikut ini :

Gambar 3.1 Alur Pelaksanaan Kegiatan Sumber : Hasil Analisis (2019)

Pemahaman KAK dan Koordinasi

Pelaksanaan Kegiatan

Pengumpulan Data Sekunder : - Sejarah Kejadian Banjir, - Data Curah Hujan - Data Spasial (Tutupan Lahan, DEM,

Geologi, Geomorfologi, Tanah, DAS, dll)

- Data Hidrologi dan Hidrolika - Studi Literatur

Analisa Awal, Penyusunan Kuesioner & FGD dan Survei :

- Penyebab Banjir - Dampak Banjir - Daerah genangan banjir - Kuesioner - Identifikasi Responden - Rencana FGD dan Survei - Sejarah Kejadian Banjir, - Data Curah Hujan - Data Spasial (Tutupan Lahan, DEM,

Geologi, Geomorfologi, Tanah, DAS, dll)

- Data Hidrologi - Data Hidrolika

FGD I dan Survei Lapangan : - Penyajian hasil analisa awal kajian - Identifikasi permasalahan - Identifkasi kegiatan existing

penanggulangan banjir - Identifikasi titik luapan banjir dan

sumber banjir - Identifikasi Ketinggian Banjir dan

pemataan daerah banjir - Survei profil sungai dan hidrolika - Wawancara pengisian kuesioner

Mulai

Kajian Banjir & Draft Dokumen : - Kompilasi serta analisa data Primer dan

Sekunder utk permodelan banjir - Analisa Hidrologi dan hidrolika (curah

hujan dan debit rencana) - Skematitasi permodelan banjir - Analis statistik data kuesioner - Validasi hasil permodelan banjir - Pemetaan serta analisa spasial daerah

banjir - Agregasi data banjir (tinggi dan luas) - Draft rencana penanggulanagan banjir - Persiapan FGD II

FGD II : - Penyajian hasil analisa banjir

serta rencana penanggulangan banjir

- Finalisasi hasil serta rencana penanggulangan

Finalisasi : - Revisi Input FGD II - Buku I, II dan III - Laporan Kegiatan

BUKU I

Studi Kelayakan Penanganan Banjir Trumon Aceh Selatan Kerjasama dengan Perguruan Tinggi (Swakelola)

TDMRC

26 Tsunami and Disaster Mitigation Research Center Universitas Syiah Kuala

3.2 TAHAPAN KEGIATAN

Tahapan pelaksanaan kegiatan secara garis besar dibagi dalam 3 (tiga)

bagian besar : persiapan, pelaksanaan dan pengawasan.

3.2.1 Tahap Persiapan

Tahap persiapan merupakan tahapan awal dari seluruh rangkaian

kegiatan penyusunan Dokumen Studi Kelayakan Penanganan Banjir Kawasan

Trumon Kabupaten Aceh Selatan yang merupakan Proyek Swakelola ini. Tahapan

ini merupakan tahapan sejak dimulainya penggagasan ide proyek

penanggulangan banjir, penyusunan proposal, penilaian terhadap kelayakan

proposal yang diajukan serta tahapan melengkapi seluruh dokumen teknik untuk

pelaksanaan Studi Kelayakan ini.

Tahapan ini dilakukan selama kurun waktu 2 (dua) bulan yaitu Februari –

Maret 2019 dimulai sejak kegiatan meneliti proposal yang telah diajukan sampai

kegiatan penandatanganan surat kerjasama Swakelola antara BPBA yang diwakili

oleh H. T. Ahmad Dadek, SH sebagai PA dengan TDMRC yang diwakili oleh Dr.

Khairul Munadi, S.T., M.Eng sebagai ketua panitia pelaksana pada Tanggal 29

Maret 2019 di Biro Rektorat Universitas Syiah Kuala. Proses penandatangan ini

disaksikan oleh PLT Gubernur Aceh dan Rektor Unsyiah beserta jajaran Pimpinan

di Lingkungan Unsyiah.

Tahapan Persiapan ini meliputi beberapa kegiatan seperti dijelaskan

sebagai berikut:

1. Menerbitkan Surat Keputusan Kepala Pelaksana BPBA tentang Panitia

Persiapan, Pelaksana dan Pengawas.

2. Tim yang telah di SK-kan oleh Kepala Pelaksana BPBA melakukan

penilaian terhadap proposal kegiatan yang telah diajukan di tahun 2018

terkait I Penyusunan Dokumen Studi Kelayakan Penanganan Banjir

BUKU I

Studi Kelayakan Penanganan Banjir Trumon Aceh Selatan Kerjasama dengan Perguruan Tinggi (Swakelola)

TDMRC

27 Tsunami and Disaster Mitigation Research Center Universitas Syiah Kuala

Kawasan Trumon Kabupaten Aceh Selatan Kerjasama dengan Perguruan

Tinggi.

3. Berdasarkan Proposal tersebut, Panitia Persiapan menyusun Kerangka

Acuan Kerja (KAK) beserta Rencana Biaya Kegiatan.

4. Panitia mempersiapkan Surat Permohonan kepada Perguruan Tinggi

untuk membantu pelaksanaan kegiatan dimaksud dalam skema

pelaksanaan kegiatan Swakelola antara BPBA dan Perguruan Tinggi;

5. Berdasarkan Surat Rektor Perguruan Tinggi, Tim Persiapan

mempersiapkan Kontrak Kerjasama kegiatan.

3.2.2 Tahap Pelaksanaan

Tahap pelaksanaan dimulai setelah penandatanganan kontrak pada tanggal

29 Maret 2019. Tahapan Pelaksanaan ini dilaksanakan selama 90 (Sembilan puluh)

hari Kalender terhitung sejak penandatanganan kontrak.

Tahapan pelaksanaan ini dimulai dari koordinasi pelaksanaan kegiatan

dengan seluruh anggota tim yang terlibat sampai dengan penyusunan pelaporan.

Kegiatan ini dilakukan di lapangan yaitu Kecamatan Trumon kabupaten Aceh

Selatan maupun di Banda Aceh.

Tahapan Pelaksanaan ini meliputi beberapa kegiatan seperti dijelaskan

sebagai berikut:

1. Koordinasi Pelaksanaan kegiatan penyusunan

2. Analisis Awal

3. Focus Group Discussion I (FGD I)

4. Survey lapangan dan pengambilan data yang dibutuhkan

5. Focus Group Discussion II (FGD II)

6. Pelaporan

BUKU I

Studi Kelayakan Penanganan Banjir Trumon Aceh Selatan Kerjasama dengan Perguruan Tinggi (Swakelola)

TDMRC

28 Tsunami and Disaster Mitigation Research Center Universitas Syiah Kuala

1. Koordinasi Pelaksanaan kegiatan penyusunan

Koordinasi pelaksanaan kegiatan penyusunan merupakan kegiatan rapat

koordinasi baik yang dilakukan intern yaitu hanya melibatkan tim teknis

pelaksanaan maupun rapat yang mengundang semua tenaga ahli, tim pelaksana,

tenaga survey lapangan dan tim pengawas dari BPBA yang bertujuan untuk

merumuskan rencana kerja yang lebih detail, lokasi survey pengukuran dan

pengambilan data, data survey kuesioner, data sekunder serta jadwal kegiatan.

Rapat koordinasi intern dilaksanakan satu kali dalam seminggu yaitu hari

selasa Pukul 14.00 WIB. Kegiatan rapat koordinasi ini bertujuan untuk

mengkoordinasikan kegiatan yang akan dilakukan serta mengevaluasi kegiatan

yang telah dilaksanakan. Rapat koordinasi intern dilaksanakan di TDMRC. Rapat

koordinasi antara TDMRC dan BPBA juga dilakukan untuk membahas persiapan

– persiapan kegiatan seperti persiapan kegiatan FGD I dan kegiatan FGD II.

2. Analisis Awal

Analisis awal merupakan suatu kegiatan yang dilakukan dengan

melakukan workshop internal staff ahli dan tim lapangan yang dilangsungkan

dalam lingkup intenal tim kajian teknis. Kegiatan ini meliputi pengumpulan data

sekunder yang mendukung kajian ini.

Data dan informasi yang telah dikumpulkan, seperti data kajian DAS

sebelimnya serta informasi-informasi terkait dijadikan dasar analisa penyusunan

kajian teknis studi kelayakan penanganan banjir untuk dijadikan topik partisipatif

dalam diskusi suatu forum dengan para stakeholder lainnya.

3. Focus Group Discussion I (FGD I)

FGD I yang dilakukan bertujuan untuk memaparkan kajian awal dan

mendapat masukan tentang permasalahan banjir secara historis serta mengetahui

upaya yang telah dilakukan oleh pemerintah daerah dalam penanggulangan

BUKU I

Studi Kelayakan Penanganan Banjir Trumon Aceh Selatan Kerjasama dengan Perguruan Tinggi (Swakelola)

TDMRC

29 Tsunami and Disaster Mitigation Research Center Universitas Syiah Kuala

masalah banjir di Kecamatan Trumon Kabupaten Aceh Selatan. Hasil FGD ini

menghasilkan analisis masalah yang dilakukan dengan menggunakan pohon

masalah melalui suatu proses sebab akibat.

Indentifikasi isu pokok dan permasalahan yang dapat digali dari FGD I

antara lain:

1. Lahan kritis (penyebab, luas dan distribusi);

2. Sedimentasi (sumber, laju, dampak);

3. Kualitas air (sumber polutan, kelas, waktu);

4. Masalah penggunaan air tanah dan air permukaan;

5. Daerah rawan bencana (banjir, longsor, dan kekeringan);

6. Masalah sosial-ekonomi dan kelembagaan;

7. Masalah tata ruang dan penggunaan lahan;

8. Permasalahan antara hulu dan hilir;

FGD I dilaksanakan di ibukota Kabupaten Aceh Selatan, yaitu di Kota

Tapaktuan dengan mengundang SKPD-SKPD daerah terkait, di antaranya:

1. Aparatur BPBA

2. BPBD Aceh Selatan

3. Dinas PU Pengairan Aceh Selatan

4. Dinas PU Perkim Aceh Selatan

5. Bappeda Aceh Selatan

6. Dinas Sosial Aceh Selatan

7. BPS Aceh Selatan

8. Dinas Perhubungan Aceh Selatan

9. Dinas Kehutanan Aceh Selatan

10. Dinas Perkebunan dan Peternakan Aceh Selatan

11. Dinas Pertanian Tanaman Pangan Aceh Selatan

12. Dinas Lingkungan Hidup Aceh Selatan

13. Dinas Transmigrasi dan Tenaga Kerja Aceh Selatan

BUKU I

Studi Kelayakan Penanganan Banjir Trumon Aceh Selatan Kerjasama dengan Perguruan Tinggi (Swakelola)

TDMRC

30 Tsunami and Disaster Mitigation Research Center Universitas Syiah Kuala

14. Dinas Kesehatan Aceh Selatan

15. BMKG

16. Perwakilan Mediamassa

17. Perwakilan LSM local

18. Perwakilan Kecamatan

19. Perwakilan Akademisi

4. Survei lapangan dan pengambilan data yang dibutuhkan

Metode survey dan pengambilan data yang digunakan dalam penelitian ini

ialah metode survei terpadu (integrated survey), wawancara, dan bersifat

deskriptif, serta pemanfaatan data teknologi geospasial yang validasi dengan

data-data lapangan dan sumber data lainnya yang terkait survei lapangan, dan

data sekunder lainnya dengan menggunakan analisis secara kuantitatif maupun

kualitatif. Data kualitatif diperoleh dari instansi terkait, laporan atau hasil-hasil

penelitian. Sedangkan data kuantitatif diperoleh dari hasil analisis lapangan, dan

Analisa data geospasial.

Hal – hal yang akan menjadi bagian dari survei lapangan adalah:

I. Sasaran Lokasi Perencanaan:

a. Luas, wilayah administratif (kabupaten dan provinsi), letak geografis;

b. Sejarah pengelolaan DAS, bangunan-bangunan vital yang ada dan

upaya-upaya yang telah dilakukan;

c. Kajian penanggulangan banjir sebelumnya;

d. Data-data kejadian bajir yang pernah terjadi

II. Uraian tentang DAS dan Karakteristik alami dari DAS, antara lain:

a. Iklim (curah hujan, suhu, kelembaban);

b. Topografi;

c. Tanah;

BUKU I

Studi Kelayakan Penanganan Banjir Trumon Aceh Selatan Kerjasama dengan Perguruan Tinggi (Swakelola)

TDMRC

31 Tsunami and Disaster Mitigation Research Center Universitas Syiah Kuala

d. Pola aliran;

e. Infiltrasi;

f. Data karakteristik sungai;

g. Geologi dan hidrogeologi;

h. Hidrologi (kualitas, kuantitas dan distribusi);

i. Penggunaan Lahan;

j. Data deforestasi hutan;

k. Erosi dan sedimentasi;

l. Sosial ekonomi;

5. Focus Group Discussion II (FGD II)

FGD II dilakukan untuk memvalidasi hasil kajian, memaparkan program-

program penanganan banjir berdasarkan hasil kajian teknis, serta mendapatkan

masukan untuk finalisasi dokumen teknis.

FGD II dilaksanakan di Banda Aceh dengan tujuan untuk berkoordinasi

dengan pemerintah tingkat provinsi dalam hal penanganan banjir pada wilayah

kajian di masa yang akan datang.

Peserta FGD II yang diundang terdiri dari:

4) Aparatur BPBA

5) Balai Sungai Provinsi Aceh

6) BAPPEDA Provinsi Aceh

7) Dinas Kehutanan Provinsi

8) Dinas PU Pengairan Provinsi

9) Dinas Lingkungan Hidup Provinsi

10) Dinas Perkebunan dan Peternakan Provinsi

11) Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi

12) BPS Provinsi

13) BPBD Aceh Selatan

BUKU I

Studi Kelayakan Penanganan Banjir Trumon Aceh Selatan Kerjasama dengan Perguruan Tinggi (Swakelola)

TDMRC

32 Tsunami and Disaster Mitigation Research Center Universitas Syiah Kuala

14) Bappeda Aceh Selatan

15) Dinas Kehutanan Aceh Selatan

16) Dinas Pengairan Aceh Selatan

17) BMKG

18) Perwakilan LSM Lokal

19) Perwakilan Media massa

6. Pelaporan

Pelaporan merupakan kegiatan yang penting dalam tahapan pelaksanaan

pekerjaan penyusunan Dokumen Studi Kelayakan Penanganan Banjir Kawasan

Trumon Kabupaten Aceh Selatan. Laporan ini akan menggambarkan sejauhmana

kemajuan dari kegiatan yang telah dilaksanakan di lapangan. Laporan yang harus

dilengkapi meliputi :

- Laporan Pendahuluan

Laporan pendahuluan mencakup temuan-temuan dari hasil survey awal,

dan rencana pelaksanaan kegiatan. Laporan diserahkan selambat-

lambatnya 30 (tiga puluh) hari kalender sejak SPMK diterbitkan.

- Laporan Antara (Draft)

Laporan antara (Dokumen Draft) Penyusunan Dokumen Studi Kelayakan

Penanganan Banjir Kawasan Trumon Kabupaten Aceh Selatan. Laporan

diserahkan selambat-lambatnya 90 (sembilan puluh) hari kalender sejak

SPMK diterbitkan.

- Laporan Akhir (Final)

Laporan Akhir (final) merupakan Dokumen Studi Kelayakan Penanganan

Banjir Kawasan Trumon Kabupaten Aceh Selatan. Laporan diserahkan

selambat-lambatnya 120 (seratus dua puluh) hari kalender sejak SPMK

diterbitkan

BUKU I

Studi Kelayakan Penanganan Banjir Trumon Aceh Selatan Kerjasama dengan Perguruan Tinggi (Swakelola)

TDMRC

33 Tsunami and Disaster Mitigation Research Center Universitas Syiah Kuala

3.2.3 Tahap Pengawasan

Tahap pengawasan merupakan kegiatan pengawasan terhadap pekerjaan

swakelola yang dilakukan oleh Tim dan ditunjuk mewakili BPBA. Tahapan

pengawasan ini meliputi kegiatan sebagai berikut:

1. Pembentukan Tim Pengawas Kegiatan serdasarkan SK. Kalak BPBA;

2. Melaksanakan pengawasan pelaksanaan kegiatan berdasarkan KAK yang

telah disetujui dan Kontrak Kerjasama yang telah ditandatangani oleh

BPBA dan Perguruan Tinggi;

3. Membuat laporan pengawasan dan disampaikan pada akhir masa kegiatan.

3.3 PENGOLAHAN DATA

Dalam kegiatan studi kelayakan ini digunakan 2 (dua) jenis data yaitu data

sekunder dan data primer. Data Sekunder adalah data diperoleh melalui media

perantara atau secara tidak langsung yang berupa buku, catatan, bukti yang telah

ada, atau arsip baik yang dipublikasikan maupun yang tidak dipublikasikan

secara umum. Sedangkan data primer adalah data yang diperoleh secara langsung

dari sumber aslinya yang berupa wawancara, jajak pendapat dari individu atau

kelompok (orang) maupun hasil observasi atau survei dari suatu obyek, kejadian

atau hasil pengujian (benda).

Dalam studi kelayakan ini, data sekunder yang dikumpulkan antara lain

informasi dan data kejadian banjir, data curah hujan, data tutupan lahan, data

batas DAS, data sebaran sungai, data DEM serta hasil penelitian sebelumnya.

Untuk lebih jelasnya data-data sekunder yang dikumpulkan jenis data dan serta

sumbernya dapat dilihat di dalam tabel 3.1 berikut.

BUKU I

Studi Kelayakan Penanganan Banjir Trumon Aceh Selatan Kerjasama dengan Perguruan Tinggi (Swakelola)

TDMRC

34 Tsunami and Disaster Mitigation Research Center Universitas Syiah Kuala

Tabel 3.1 Daftar Data Sekunder

No Nama Data Jenis Data Sumber Data Tahun

1 Curah Hujan dari pos hujan

(pos hujan Kluet Utara,

Labuhan Haji Barat,

Tapaktuan, Rundeng, dan

Sultan Daulat)

Data Excel

(digital)

BMKG 2008-

2018

2 Data Tutupan Lahan Data Spasial

(Vektor)

BPKH Aceh

Web GIS

KLHK

2018

3 DEMNAS (Digital Elevation

Model)

Data Spasial

(Raster)

BIG 2018

4 Data Batas Administrasi Data Spasial

(Vektor)

Podes -BPS 2017

5 Data Geologi Data Spasial

(Vektor)

BAPPEDA

Prov Aceh

2017

6 Data Geomorfologi Data Spasial

(Vektor)

BAPPEDA

Prov Aceh

2017

7 Data Daerah Rawan Kebakaran

Hutan

Data Spasial

(Raster)

KRB Provinsi

Aceh-BPBA

2017

8 Data Daerah Rawan Longsor Data Spasial

(Raster)

KRB Provinsi

Aceh-BPBA

2017

9 Data Tanah Data Spasial

(Vektor)

BAPPEDA

Prov Aceh

dan Sumut

2017

10 Data Jaringan Jalan Data Spasial

(Vektor)

BAPPEDA

Prov Aceh

dan Sumut

2017

11 Data Demografi Data Spasial

(Vektor)

Podes -BPS 2018

Sumber : Hasil Analisis (2019)

Data primer yang dikumpulkan atara lain data sebaran ketinggian air dari

kejadian banjir terdahulu, titik luapan banjir dari sungai, lebar dan kedalaman

sungai, kecepatan air sungai serta informasi kejadian banjir, dampak serta

kerugian yg ditimbulkan. Jenis data primer dan sumber atau teknik pengumpulan

dapat dilihat dalam tabel 3.2 berikut.

BUKU I

Studi Kelayakan Penanganan Banjir Trumon Aceh Selatan Kerjasama dengan Perguruan Tinggi (Swakelola)

TDMRC

35 Tsunami and Disaster Mitigation Research Center Universitas Syiah Kuala

Tabel 3.2 Daftar Data Primer

No Nama Data Jenis Data

Teknik

Pengumpulan

Data

Tahun

1 Ketinggian Air Banjir Titik Koordinat

(Elevasi)

Pengukuran

dgn Bak

Meter, GPS

dan Drone

2109

2 Data Titik Luapan Air sungai Titik Koordinat

(Lokasi)

Pengukuran

dgn GPS

2019

3 Kedalaman dan Lebar Sungai Titik Koordinat

(Lebar dan

Kedalaman

Sungai)

Pengukuran

dgn Bak

Meter, GPS

dan Drone

2019

4 Kecapatan Air Sungai Titik Koordinat

(Kecepatan

m/dtk)

Pengukuran

dgn Current

Meter

2019

5 Kejadian Banjir, dampak dan

kerugian

Kuesioner Wawancara 2019

Sumber : Hasil Analisis (2019)

3.2.1 Data Sekunder

1. Analisa Data Curah Hujan

Data curah hujan hasil pencatatan yang didapat hanya merupakan data

curah hujan pada titik pengamatan. Curah hujan yang diperlukan untuk

penyusunan rancangan pemanfaatan air adalah curah hujan rata – rata di seluruh

daerah yang bersangkutan. Pos pengamatan hujan yang tersebar di suatu wilayah

dapat dianggap sebagai titik (poin). Tujuan mencari hujan rata – rata adalah

mengubah hujan titik menjadi hujan wilayah atau mencari suatu nilai yang dapat

mewakili pada suatu daerah aliran.

Untuk menghitung besarnya curah hujan wilayah dalam kajian ini

digunakan metode Poligon Thiessen (Thiessen Polygon Method). Metode ini

dikenal juga sebagai metode rerata timbang (weighted mean). Cara ini memberikan

BUKU I

Studi Kelayakan Penanganan Banjir Trumon Aceh Selatan Kerjasama dengan Perguruan Tinggi (Swakelola)

TDMRC

36 Tsunami and Disaster Mitigation Research Center Universitas Syiah Kuala

proporsi luasan daerah pengaruh pos penakar hujan (pos pengamatan) untuk

mengakomodasi ketidakseragaman jarak. Daerah pengaruh dibentuk dengan

menggambarkan garis-garis sumbu tegak lurus terhadap garis penghubung antara

dua pos pengamatan terdekat. Diasumsikan bahwa variasi hujan antara pos

pengamatan yang satu dengan pos pengamatan lainnya adalah linier dan bahwa

sembarang pos pengamatan dianggap dapat mewakili kawasan terdekat.

Prosedur penerapan metode ini meliputi langkah-langkah sebagai berikut:

Lokasi pos penakar hujan diplotkan pada peta DAS. Antar pos penakar

dibuat garis lurus penghubung;

Menarik garis tegak lurus ditengah-tengah tiap garis penghubung

sedemikian rupa, sehingga membentuk Poligon Thiessen. Semua titik

dalam satu poligon akan mempunyai jarak terdekat dengan pos penakar

yang ada di dalamnya dibandingkan dengan jarak terhadap pos lainnya.

Selanjutnya curah hujan pada pos tersebut dianggap representasi hujan

pada kawasan dalam poligon yang bersangkutan;

Luas areal pada tiap-tiap poligon dapat diukur dnegan planimeter dan

luas total DAS (A) dapat diketahui dengan menjumlahkan semua luasan

poligon.

Hujan rata-rata DAS dapat dihitung dengan persamaan berikut:

n

i

i

n

i

ii

nn

A

AP

AAA

APAPAPP

0

0

321

2211

....

....

Di mana: P1, P2, …, Pn adalah curah hujan yang tercatat di pos penakar hujan

1, 2, …, n sedangkan A1, A2, …, An adalah luas areal poligon 1, 2, …, n serta n adalah

banyaknya pos penakar hujan.

BUKU I

Studi Kelayakan Penanganan Banjir Trumon Aceh Selatan Kerjasama dengan Perguruan Tinggi (Swakelola)

TDMRC

37 Tsunami and Disaster Mitigation Research Center Universitas Syiah Kuala

Gambar 3.2 Metode Poligon Thiessen Sumber : Triadmodjo (2008)

Pemilihan cara mana yang cocok dipakai pada suatu DAS dapat ditentukan

dengan mempertimbangkan tiga faktor berikut:

1. Jaring-jaring pos penakar hujan dalam DAS;

Jumlah pos penakar hujan cukup Metode Isohiet, Thiessen atau Rerata

Aljabar dapat dipakai

Jumlah pos penakar hujan terbatas Metode Rerata Aljabar atau Thiessen

Pos penakar hujan tunggal Metode hujan titik

2. Luas DAS;

DAS besar (> 5.000 km2) Metode Isohiet

DAS sedang (500 s.d. 5.000 km2) Metode Thiessen

DAS kecil (< 500 km2) Metode Rerata Aljabar

3. Topografi DAS.

Pegunungan Metode Rerata Aljabar

Dataran Metode Thiessen

Berbukit dan tidak beraturan Metode Isohiet

BUKU I

Studi Kelayakan Penanganan Banjir Trumon Aceh Selatan Kerjasama dengan Perguruan Tinggi (Swakelola)

TDMRC

38 Tsunami and Disaster Mitigation Research Center Universitas Syiah Kuala

2. Uji kesesuain distribusi dengan uji kecocokan

Untuk mengetahui suatu kebenaran hipotesa distribusi frekuensi, maka

dilakukan pemeriksaan uji kesesuaian distribusi, dalam hal ini kami memakai dua

metode uji yaitu uji Smirnov Kolmogorov dan uji Chi-Square.

Dengan pemeriksaan uji ini akan diketahui beberapa hal, seperti :

1. Kebenaran antara hasil pengamatan dengan model distribusi yang

diharapkan atau yang diperoleh secara teoritis;

2. Kebenaran hipotesa (diterima/ditolak).

a. Uji Smirnov Kolmogorof

Data curah hujan maksimum harian rerata tiap tahun disusun dari kecil ke

besar. Probabilitas dihitung dengan persamaan Weibull sebagai berikut :

)(%1

.100

n

mP

Dimana :

P = Probabilitas (%)

m = nomor urut data dari seri yang telah disusun

n = besarnya data

Nilai delta kritis untuk uji Smirnov-Kolmogorov diperoleh dari tabel 3.3.

BUKU I

Studi Kelayakan Penanganan Banjir Trumon Aceh Selatan Kerjasama dengan Perguruan Tinggi (Swakelola)

TDMRC

39 Tsunami and Disaster Mitigation Research Center Universitas Syiah Kuala

Tabel 3.3 Nilai Kritis Cr untuk Uji Smirnov-Kolmogorof

N Level of Significance (α)

20% 15% 10% 5% 1%

1 0.9 0.925 0.95 0.975 0.995

2 0.684 0.726 0.776 0.842 0.929

3 0.565 0.597 0.642 0.708 0.829

4 0.494 0.525 0.564 0.624 0.734

5 0.446 0.474 0.51 0.563 0.669

6 0.41 0.436 0.47 0.521 0.618

7 0.381 0.405 0.438 0.486 0.577

8 0.358 0.381 0.411 0.4457 0.543

9 0.339 0.36 0.388 0.432 0.514

10 0.322 0.342 0.368 0.409 0.486

11 0.307 0.326 0.352 0.391 0.468

12 0.295 0.313 0.338 0.375 0.45

13 0.284 0.302 0.325 0.361 0.433

14 0.274 0.292 0.314 0.349 0.418

15 0.266 0.283 0.304 0.338 0.404

16 0.258 0.274 0.295 0.328 0.391

17 0.25 0.266 0.286 0.318 0.38

18 0.244 0.259 0.278 0.309 0.37

19 0.237 0.252 0.272 0.301 0.361

20 0.231 0.246 0.264 0.294 0.352

N > 50 1,07 1,14 1,22 1,36 1,63

N0,5 N0,5 N0,5 N0,5 N0,5

BUKU I

Studi Kelayakan Penanganan Banjir Trumon Aceh Selatan Kerjasama dengan Perguruan Tinggi (Swakelola)

TDMRC

40 Tsunami and Disaster Mitigation Research Center Universitas Syiah Kuala

b. Uji Kai Kuadrat (Chi Square)

Dari distribusi (sebaran) Kai-kuadrat, dirumuskan :

FE

FO

FE 2)(2

Dimana :

2

= Harga kai-kuadrat

Ef = Frekuansi (banyaknya pengamatan) yang diharapkan, sesuai dengan

pembagian kelas nya

Of = Frekuensi yang terbaca pada kelas yang sama.

Nilai 2

hitungan harus lebih kecil dari harga 2

cr (Kai-kuadrat kritis) dari

tabel, untuk suatu derajat nyata tertentu (level of significance), yang sering

diambil sebesar 5%.

Derajat kebebasan ini secara umum dapat dihitung dengan :

DK = K - (P + 1)

Dimana :

DK = Derajat kebebasan

K = Banyaknya kelas

P = Banyaknya keterikatan atau sama dengan banyak-nya parameter,

yang untuk sebaran kai-kuadrat adalah sama dengan dua (2).

Dalam hal ini, disarankan pula agar banyaknya kelas tidak kurang dari lima

dan frekuensi absolut tiap kelas tidak kurang dari lima pula. Apabila ada kelas yang

frekuensinya kurang dari lima, maka dapat dilakukan penggabungan dengan kelas

yang lainnya. Nilai kritis untuk Distribusi Chi – Kuadrat ditunjukkan pada Tabel 3.4.

BUKU I

Studi Kelayakan Penanganan Banjir Trumon Aceh Selatan Kerjasama dengan Perguruan Tinggi (Swakelola)

TDMRC

41 Tsunami and Disaster Mitigation Research Center Universitas Syiah Kuala

Tabel 3.4 Nilai Kritis untuk Distribusi Chi-Kuadrat

ν α Derajat Kepercayaan

0,995 0,99 0.975 0.950 0.050 0.025 0.01 0.005

1 0,0000393 0,000157 0,000982 0,00393 3,841 5,024 6,635 7,879

2 0,0100 0,0201 0,0506 0,103 5,991 7,378 9,210 10,597

3 0,0717 0,115 0,216 0,352 7,815 9,348 11,345 12,838

4 0,207 0,297 0,484 0,711 9,488 11,143 13,277 14,860

5 0,412 0,554 0,831 1,145 11,070 12,832 15,086 16,750

6 0,676 0,872 1,237 1,635 12,592 14,449 16,812 18,548

7 0,989 1,239 1,690 2,167 14,067 16,013 18,475 20,278

8 1,344 1,646 2,180 2,733 15,507 17,535 20,090 21,955

9 1,735 2,088 2,700 3,325 16,919 19,023 21,666 23,589

10 2,156 2,558 3,247 3,940 18,307 20,483 23,209 25,188

11 2,603 3,053 3,816 4,575 19,675 21,920 24,725 26,757

12 3,074 3,571 4,404 5,226 21,026 23,337 26,217 28,300

13 3,565 4,107 5,009 5,892 22,362 24,736 27,688 29,819

14 4,075 4,660 5,629 6,571 23,685 26,119 29,141 31,319

15 4,601 5,229 6,262 7,261 24,996 27,488 30,578 32,801

16 5,142 5,812 6,908 7,962 26,296 28,845 32,000 34,267

17 5,697 6,408 7,564 8,672 27,587 30,191 33,409 35,718

18 6,265 7,015 8,231 9,390 28,869 31,526 34,805 37,156

19 6,844 7,633 8,907 10,117 30,144 32,852 36,191 38,582

20 7,434 8,260 9,591 10,851 31,410 34,170 37,566 39,997

21 8,034 8,897 10,283 11,591 32,671 35,479 38,932 41,401

22 8,643 9,542 10,982 12,338 33,924 36,781 40,289 42,796

23 9,260 10,196 11,689 13,091 36,172 38,076 41,638 44,181

BUKU I

Studi Kelayakan Penanganan Banjir Trumon Aceh Selatan Kerjasama dengan Perguruan Tinggi (Swakelola)

TDMRC

42 Tsunami and Disaster Mitigation Research Center Universitas Syiah Kuala

ν α Derajat Kepercayaan

0,995 0,99 0.975 0.950 0.050 0.025 0.01 0.005

24 9,886 10,856 12,401 13,848 36,415 39,364 42,980 45,558

25 10,520 11,524 13,120 14,611 37,652 40,646 44,314 46,928

26 11,160 12,198 13,844 15,379 38,885 41,923 45,642 48,290

27 11,808 12,879 14,573 16,151 40,113 43,194 46,963 49,645

28 12,461 13,565 15,308 16,928 41,337 44,461 48,278 50,993

29 13,121 14,256 16,047 17,708 42,557 45,722 49,588 52,336

30 13,787 14,953 16,791 18,493 43,773 46,979 50,892 53,672

Sumber: Bonnier, 1980

3. Analisa curah hujan rancangan (desain rainfall)

Analisis data curah hujan umumnya mencakup analisis

kepuguhan/konsistensi data, analisis probabilitas curah hujan maksimum (curah

hujan rancangan) untuk estimasi debit banjir rencana, analisis curah hujan areal

dan uji kesesuaian distribusi.

Analisa distribusi frekuensi dimaksudkan untuk mendapatkan besaran

curah hujan rancangan yang ditetapkan berdasarkan patokan perancangan

tertentu. Untuk keperluan analisa ditetapkan curah hujan dengan periode ulang

2, 5, dan 10, tahun.

Untuk Curah Hujan Rancangan dapat dihitung dengan tiga jenis

penyebaran, yaitu Penyebaran Log Normal, E.J. Gumbel Tipe I dan Log Pearson

Tipe III. Persamaan umum untuk estimasi curah hujan rancangan (design rainfall)

untuk semua penyebaran, adalah sebagai berikut :

xTSKXX

Dimana :

XT = curah hujan rancangan untuk periode ulang pada T tahun (mm)

BUKU I

Studi Kelayakan Penanganan Banjir Trumon Aceh Selatan Kerjasama dengan Perguruan Tinggi (Swakelola)

TDMRC

43 Tsunami and Disaster Mitigation Research Center Universitas Syiah Kuala

X = rerata dari curah hujan (mm)

Sx = standar deviasi

K = Faktor frekuensi yang merupakan fungsi dari periode ulang dan tipe

distribusi frekuensi.

a. Analisis Frekuensi Log Normal

Ytr = Y +k.Sx

K = W -

32

2

.001308,0.189269,0432788,11

.0100328,0.802853,0515517,2

WW

WW

W =

2

1ln

p p =

T

1 Xtr = 10(Ytr)

Dengan,

Ytr = curah hujan dengan kala ulang tertentu (mm)

Y = data hujan rata-rata tahunan (mm)

Sy = standar deviasi log rata-rata data hujan

k = faktor frekuensi

T = kala ulang

b. Analisis Frekuensi E.J. Gumbel

Xtr = X +k.Sx

K = }]1

{ln6

T

T

Dengan,

Xtr = curah hujan dengan kala ulang tertentu (mm)

X = data hujan rata-rata tahunan (mm)

k = faktor frekuensi

BUKU I

Studi Kelayakan Penanganan Banjir Trumon Aceh Selatan Kerjasama dengan Perguruan Tinggi (Swakelola)

TDMRC

44 Tsunami and Disaster Mitigation Research Center Universitas Syiah Kuala

Sx = standar deviasi

T = kala ulang

c. Penyebaran Log Pearson Tipe III

Distribusi Log Pearson Tipe-III merupakan hasil transformasi dari

distribusi Pearson Tipe-III dengan menggantikan data menjadi nilai logaritmik.

Parameter-parameter statistik yang diperlukan adalah:

1. Harga rerata;

2. Standar deviasi;

3. Koefisien kemencengan.

Persamaan distribusi Log Pearson Tipe-III dapat ditulis sebagai berikut :

Log Xt= SGXLog

Dimana:

Xt = Besarnya curah hujan dengan periode t (mm)

XLog = Rerata nilai logaritma data X hasil pengamatan (mm)

S = Standar deviasi nilai logaritma data X hasil pengamatan

=

1n

XLogXLogn

1t

2

t

CS = Koefisien kemencengan

=

3

3

SlogX.2n.1n

logXlogXn.

CK = Koefisien kurtosis

=

4

42

XlogS3n2n1n

logXlogXn

BUKU I

Studi Kelayakan Penanganan Banjir Trumon Aceh Selatan Kerjasama dengan Perguruan Tinggi (Swakelola)

TDMRC

45 Tsunami and Disaster Mitigation Research Center Universitas Syiah Kuala

Garis besar cara tersebut adalah sebagai berikut:

1. Data diurutkan dari yang nilainya terkecil hingga yang terbesar;

2. Nilai logaritma dari masing-masing data dihitung;

3. Besarnya nilai rerata dari logaritma tersebut dihitung dengan rumus:

n

1i

1LogXn

1LogX

4. Besarnya nilai standar deviasi (simpangan baku) tersebut dihitung;

5. Besarnya nilai koefisien kepencengandihitung;

6. Logaritma hujan waktu balik yang dikehendaki dihitung dengan rumus:

Log X = LogX +G. S

(Harga-harga G diambil dari tabel harga Cs; Hidrologi Teknik, Ir. CD.

Soemarto);

7. Curah hujan rancangan dengan waktu balik yang dikehendaki XT

diperoleh dari anti-log dari log X dengan rumus:

LogXX 10

4. Analisa Daerah Aliran Sungai (DAS)

Untuk mendapatkan gambaran mengenai penyebaran hujan di seluruh

daerah, di beberapa tempat tersebar pada Daerah Aliran Sungai dipasang alat

penakar hujan. Pada daerah aliran yang kecil kemungkinan hujan terjadi merata

di seluruh daerah, tetapi tidak pada daerah aliran yang besar. Hujan yang terjadi

pada daerah aliran yang besar tidak sama, sedangkan pos-pos penakar hujan

hanya mencatat hujan di suatu titik tertentu, sehingga akan sulit untuk

menentukan berapa hujan yang turun di seluruh areal. Hal ini akan menyulitkan

dalam menentukan hubungan antara debit banjir dan curah hujan yang

BUKU I

Studi Kelayakan Penanganan Banjir Trumon Aceh Selatan Kerjasama dengan Perguruan Tinggi (Swakelola)

TDMRC

46 Tsunami and Disaster Mitigation Research Center Universitas Syiah Kuala

mengakibatkan banjir tersebut.

Curah hujan yang diperlukan untuk penyusunan suatu rancangan

pemanfaatan air dan rancangan pengendalian banjir adalah curah hujan rata-rata

di seluruh daerah yang bersangkutan, bukan curah hujan pada suatu titik tertentu.

Curah hujan ini disebut curah hujan wilayah atau curah hujan daerah yang

dinyatakan dalam satuan millimeter (Sosrodarsono, 2003 : 27).

Menurut Suyono Sosrodarsono, pada umumnya untuk menentukan

metode curah hujan daerah yang sesuai adalah dengan menggunakan standar

luas daerah, sebagai berikut (Sosrodarsono, 2003 : 51) :

1. Daerah tinjauan dengan luas 250 ha dengan variasi topografi kecil, dapat

diwakili oleh sebuah alat ukur curah hujan

2. Untuk daerah tinjauan dengan luas 250-50.000 ha yang memiliki dua atau

tiga titik pengamatan dapat menggunakan metode rata-rata aljabar.

3. Untuk daerah tinjauan dengan luas 120.000-500.000 ha yang mempunyai

titik-titik pengamatan tersebar cukup merata dan di mana curah hujannya

tidak terlalu dipengaruhi oleh kondisi topografi, dapat digunakan cara rata-

rata aljabar. Jika titik-titik pengamatan itu tidak tersebar merata maka

digunakan cara poligon Thiessen.

Untuk daerah tinjauan dengan luas lebih dari 500.000 ha dapat digunakan

cara isohyet atau metode potongan antara (inter-section method).

5. Analisa Hidrologi

Analisis hidrologi diperlukan untuk mengkaji kesesuain kondisi hidrologis

saat ini yang merupakan kaitan terhadap basic design. Lingkup kegiatan ini

diantaranya yaitu melakukan pengumpulan data curah hujan berdasarkan stasiun

penakar hujan disekitar lokasi studi sangat diperlukan untuk kegiatan analisis

hidrologi, dengan syarat data yang digunakan haruslah konsisten, homogen,

independent, representative, menerus (continue) dan memiliki runtutan data yang

BUKU I

Studi Kelayakan Penanganan Banjir Trumon Aceh Selatan Kerjasama dengan Perguruan Tinggi (Swakelola)

TDMRC

47 Tsunami and Disaster Mitigation Research Center Universitas Syiah Kuala

panjang serta diharapkan memiliki ketersediaan data yang cukup. Sebelum

digunakan, data tersebut harus dilakukan penyaringan data atau diperiksa secara

manual dan secara statistik.

Analisis hidrologi diperlukan untuk mengetahui debit banjir yang akan

digunakan dalam perencanaan pengendalian banjir. Sejauh mungkin

perhitungannya diupayakan dengan menggunakan data aliran dengan analisis

frekuensi. Jika tidak diperoleh data aliran, dapat digunakan beberapa metoda lain,

setelah itu hasilnya dibandingkan dengan kondisi lapangan untuk dipilih sebagai

satu debit tertentu sebagai debit perencanaan. Analisis hidrologi yang dilakukan

adalah sebagai berikut:

6. Debit Banjir Rencana (design flood)

Untuk merencanakan suatu bangunan air, diperlukan analisis nilai debit

banjir yang mungkin terjadi di lokasi tersebut. Untuk mengetahui keadaan pola

banjir diperlukan periode pengamatan, agar estimasi mendekati keadaan yang

sebenarnya. Untuk mendapatkan besaran debit banjir rencana yang lebih baik,

dalam perhitungan diperlukan beberapa metode perhitungan, kemudian

dibandingkan hasil dari masing-masing untuk diambil sebagai debit banjir

rencana.

a. Koefisien Pengaliran

Koefisien pengaliran adalah suatu variabel yang di dasarkan pada kondisi

daerah pengaliran dan karakteristik hujan yang jatuh di daerah tersebut.

Adapun kondisi dan karakteristik yang dimaksud adalah:

1. Keadaan hujan,

2. Luas dan bentuk daerah aliran,

3. Kemiringan daerah aliran dan kemiringan dasar sungai,

4. Daya infiltrasi dan perkolasi tanah,

5. Kebasahan tanah,

BUKU I

Studi Kelayakan Penanganan Banjir Trumon Aceh Selatan Kerjasama dengan Perguruan Tinggi (Swakelola)

TDMRC

48 Tsunami and Disaster Mitigation Research Center Universitas Syiah Kuala

6. Suhu udara dan angin serta evaporasi dan

7. Tata guna tanah.

Koefisien pengaliran disajikan pada Tabel 3.5 berdasarkan dengan suatu

pertimbangan bahwa koefisien tersebut sangat tergantung pada faktor-faktor fisik.

Tabel 3.5. Angka Koefisien Pengaliran

Kondisi DAS Angka Pengaliran (C)

Pegunungan 0,75 - 0,90

Pegunungan tersier 0,70 - 0,80

Tanah berelief berat dan berhutan kayu 0,50 - 0,75

Dataran pertanian 0,45 - 0,60

Daratan sawah irigasi 0,70 - 0,80

Sungai di pegunungan 0,75 - 0,85

Sungai di dataran rendah 0,45 - 0,75

Sungai besar yang Sebagian alirannya

Sungai besar yang Sebagian alirannya

berada di dataran rendah

0,50 - 0,75

Sumber : Suyono Sosrodarsono, (1980)

Dr. Kawakami menyusun sebuah rumus yang mengemukakan bahwa

untuk sungai-sungai tertentu, koefisien itu tidak tetap, tetapi berbeda-beda

tergantung dari curah hujan.

43

7.151

tR

f

Keterangan:

f = Koefisien pengaliran

Rt = Jumlah curah hujan (mm)

BUKU I

Studi Kelayakan Penanganan Banjir Trumon Aceh Selatan Kerjasama dengan Perguruan Tinggi (Swakelola)

TDMRC

49 Tsunami and Disaster Mitigation Research Center Universitas Syiah Kuala

Harga koefisien limpasan (runoff coefficient) dari penggunaaan secara

umum dapat diambil dari Tabel 3.6. sebagai berikut:

Tabel 3.6. Rumus-rumus Koefisien Limpasan Rerata dalam Sungai-sungai di

Jepang

No Daerah Kondisi sungai Curah hujan Rumus

Koefisien pengaliran

1

2

3

4

5

Hulu

Tengah

tengah

tengah

hilir

sungai biasa

sungai di zone lava

Rt> 200 mm

Rt< 200 mm

f = 1 - 15.7/Rt3/4

f = 1 - 5.65/Rt3/4

f = 1 - 7.20/Rt3/4

f = 1 - 3.14/Rt3/4

f = 1 - 6.60/Rt3/4

Sumber: Suyono Sosrodarsono, (1980)

b. Hidrograf Satuan Sintetik Nakayasu

Nakayasu dari Jepang, telah membuat rumus hidrograf satuan sintetik dari

hasil penyelidikannya. Rumus tersebut adalah sebagai berikut:

0,3

0

T0,3Tp3,6

RAC

Qp

dimana :

Qp = debit puncak banjir (m3/det)

R0 = hujan satuan (mm)

Tp = tenggang waktu (time lag) dari permulaan hujan sampai puncak

banjir (jam)

Tp = tg + 0,8 tr

Tg = waktu konsentrasi (jam), tenggang waktu dari titik berat hujan

sampai titik berat hidrograf (time lag)

BUKU I

Studi Kelayakan Penanganan Banjir Trumon Aceh Selatan Kerjasama dengan Perguruan Tinggi (Swakelola)

TDMRC

50 Tsunami and Disaster Mitigation Research Center Universitas Syiah Kuala

dalam hal ini, jika:

L < 15 km tg = 0,21 . L0,7

L > 15 km tg = 0,4 + 0,058 . L

tr = tenggang waktu hidrograf (time base of hidrograf)

= 0,5 sampai 1 tg

T0,3 = .tg

= tg

LA0,470,25

untuk :

1. Daerah pengaliran biasa = 2

2. Bagian naik hidrograf yang lambat dan bagian menurun yang cepat

=1,5

3. Bagian naik hidrograf yang cepat dan bagian menurun yang lambat

= 3

Bagian lengkung naik (rising limb) hidrograf satuan memiliki rumus :

Qa =

2.4

p

pT

tQ

dimana :

Qa = limpasan sebelum mencapai debit puncak (m3/det)

t = waktu (jam)

Bagian lengkung turun (decreasing limb) hidrograf satuan

Qd1 = 0,3T

Tpt

0,3Qp

Qd2 = 0,31,5T

0,30,5TTpt

0,3Qp

BUKU I

Studi Kelayakan Penanganan Banjir Trumon Aceh Selatan Kerjasama dengan Perguruan Tinggi (Swakelola)

TDMRC

51 Tsunami and Disaster Mitigation Research Center Universitas Syiah Kuala

lengkung naik lengkung turunQ

i

tr

0,8 tr tg

Qp

0,32 Qp

0,3 Qp

Tp T0,3 1,5 T0,3

Qd3 =

Gambar 3.3 Lengkung Hidrograf Satuan Sintetik Nakayasu

c. Hidrograf Sintetis Gama - I

Hidrograf Satuan Sintetis Gama-I ini ditemukan oleh Sri Harto, dengan

melakukan pengamatan kurang lebih 300 banjir sungai-sungai di Pulau Jawa.

Menurut Sri Harto (1993:164), parameter-parameter DAS yang sangat menentukan

pengalihragaman hujan menjadi banjir, antara lain:

1. Faktor sumber (SF), merupakan perbandingan antara jumlah panjang

sungai tingkat satu dengan jumlah panjang sungai semua tingkat;

2. Frekuensi Sumber (SN), merupakan perbandingan antara jumlah pangsa

sungai tingkat satu dengan jumlah pangsa sungai semua tingkat;

3. Faktor Lebar (WF), merupakan perbandingan antar lebar DAS yang

diukur dititik sungai yang berjarak 0,75L dengan lebar DAS yang diukur

di titik sungai yang berjarak 0,25L dari stasiun hidrometri;

4. Luas DAS sebelah hulu (RUA), yaitu perbandingan antara luas DAS yang

diukur di hulu garis yang ditarik tegak lurus garis hubung antara stasiun

0,32T

0,31,5TTpt

0,3Qp

BUKU I

Studi Kelayakan Penanganan Banjir Trumon Aceh Selatan Kerjasama dengan Perguruan Tinggi (Swakelola)

TDMRC

52 Tsunami and Disaster Mitigation Research Center Universitas Syiah Kuala

hidrometri dengan titik paling dekat dengan titik berat DAS, melewati

titik tersebut;

5. Faktor Simetri (SIM), yaitu hasil kali faktor lebar (WF) dengan luas DAS

sebelah hulu (RUA);

6. Jumlah pertemuan sungai (JN), merupakan jumlah semua pertemuan

sungai dalam DAS tersebut. Jumlah ini tidak lain adalah jumlah pangsa

sungai tingkat satu dikurangi satu;

7. Kerapatan jaringan kuras (D), merupakan jumlah panjang sungai semua

tingkat tiap satuan luas DAS.

Selanjutnya hidrograf satuan dijabarkan dalam 4 variabel pokok, yaitu

waktu naik (Tr), debit puncak (Qp), waktu dasar (Tb) dan koefisien tampungan

(K), dengan persamaan matematik sebagai berikut:

K

t

eQpQt

DSFSAK

JNTrAQp

RUASNSTrTb

SIMSF

LTr

0452.00897.11446.01798.0

2381.04008.05886.0

2574.07344.00986.01457.0

3

5617.0

1836.0

4132.27

2775.10665.1100

43.0

d. Hidrograf Sintetis Satuan SCS

Hidrograf Satuan Sintetis metode SCS dirumuskan oleh Soil Conservation

Service (SCS) dengan menggunakan hidrograf tak berdimensi. Metode ini hanya

membutuhkan besaran waktu puncak (time to peak) dan besarnya debit puncak

(peak discharge) yang mana besarnya dapat dihitung dengan menggunakan

persamaan sebagai berikut:

lp tD

t 2

BUKU I

Studi Kelayakan Penanganan Banjir Trumon Aceh Selatan Kerjasama dengan Perguruan Tinggi (Swakelola)

TDMRC

53 Tsunami and Disaster Mitigation Research Center Universitas Syiah Kuala

Keterangan:

tp = Waktu awal hujan sampai dengan debit puncak

D = Waktu hujan tl = Time lag

p

pt

AQ

484

Keterangan:

Qp = Debit puncak (cfs)

A = Luas Daerah Tangkapan Hujan (mi2)

tp = waktu awal hujan sampai dengan debit puncak

Untuk mencari besarnya time lag, SCS memberikan rumus sebagai berikut:

5.0

7.08.0

1900

1

Y

Sltl

Keterangan:

tl = Time lag (jam)

l = Panjang pembagi (ft)

Y = Slope rata-rata DPS (%)

S = retensi maksimum potensial (inc)

= 101000

CN

CN = curve number

e. Hidrograf Banjir Rancangan

Dengan telah dihitungnya hidrograf satuan, maka hidrograf banjir untuk

berbagai kala ulang dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut:

Qk=U1 Ri + U2Ri-1 + U3Ri-2 + ... + UnRi-n+1 + Bf

BUKU I

Studi Kelayakan Penanganan Banjir Trumon Aceh Selatan Kerjasama dengan Perguruan Tinggi (Swakelola)

TDMRC

54 Tsunami and Disaster Mitigation Research Center Universitas Syiah Kuala

Keterangan:

Qk = Ordinat hidrograf banjir pada jam ke-k

Un = Ordinat hidrograf satuan

Ri = Hujan netto pada jam ke-i

Bf = Aliran dasar (Base flow)

Tabel 3.7. Hidrograf banjir

Hidrograf Satuan

R1 R2 Rn Rm Aliran Dasar

Debit

(m3/dt/mm) (mm) (mm) (mm) (m3/dt) (m3/dt)

Q1

Q2

Q3

Q4

Q5

...

qn

q1 . R1

q2 .

R1q3 .

R1 q4 .

R1 q5 .

R1 ...

qn . R1

q1 . R2

q2 . R2

q3 . R2

q4 . R2

q5 . R2

...

qn . R2

...

...

...

...

...

...

...

q1 . Rm

q2 . Rm

q3 . Rm

q4 . Rm

q5 . Rm

...

qn . Rm

B

B

B

B

B

B

B

B

B

Q1

Q2

Q3

Q4

Q5

Qn+1

Qn+2

Qn+3

...

Qn+m-1

7. Perhitungan hidrograf debit banjir

a. Perhitungan koefisien limpasan

Koefisien limpasan/pengaliran adalah variabel untuk menentukan

besarnya limpasan permukaan tersebut dimana penentuannnya didasarkan pada

kondisi daerah pengaliran dan karakteristik hujan yang jatuh di daerah tersebut.

BUKU I

Studi Kelayakan Penanganan Banjir Trumon Aceh Selatan Kerjasama dengan Perguruan Tinggi (Swakelola)

TDMRC

55 Tsunami and Disaster Mitigation Research Center Universitas Syiah Kuala

Koefisien pengaliran pada suatu daerah dipengaruhi oleh kondisi

karakteristiknya, yaitu :

1. Kondisi hujan

2. Luas dan bentuk daerah pengaliran

3. Kemiringan daerah aliran dan kemiringan dasar sungai

4. Daya infiltrasi dan perkolasi tanah

5. Suhu udara dan angin serta evaporasi

6. Tata guna lahan

Koefisien limpasan menurut Dr. Mononobe disajikan pada Tabel 3.8.

Tabel 3.8 Koefisien limpasan (Dr. Mononobe)

Kondisi DAS Angka Pengaliran (C)

Daerah pegunungan berlereng terjal 0,75 - 0,90

Daerah perbukitan 0,70 - 0,80

Daerah bergelombang dan bersemak 0,50 - 0,75

Dataran dataran yang digarap 0,45 - 0,60

Daerah persawahan irigasi 0,70 - 0,80

Sungai di daerah pegunungan 0,75 - 0,85

Sungai kecil di daerah dataran 0,45 - 0,75

Sungai yang besar dengan wilayah

pengaliran yang lebih seperduanya

terdiri dari dataran

0,50 - 0,75

Sumber : BTU – Suyono, cetakan keempat, 1980, halaman 38

b. Debit banjir rencana

Untuk merencanakan suatu bangunan pengendali banjir maupun

normalisasi sungai, diperlukan analisa nilai debit banjir yang mungkin terjadi di

lokasi tersebut. Untuk mengetahui keadaan pola banjir diperlukan periode

pengamatan, agar estimasi mendekati keadaan yang sebenarnya.

Untuk perencanaan bangunan pengendali banjir dan normalisasi sungai

BUKU I

Studi Kelayakan Penanganan Banjir Trumon Aceh Selatan Kerjasama dengan Perguruan Tinggi (Swakelola)

TDMRC

56 Tsunami and Disaster Mitigation Research Center Universitas Syiah Kuala

perlu suatu analisa kemampuan sungai mengalirkan debit banjir desain dengan

dilakukan analisa dan simulasi debit yang masuk dengan menggunakan debit

banjir berbagai kala ulang dengan menggunakan metode Hidrograf Satuan (Unit

Hidrograf) seperti metode HSS Nakayasu, HSS Gama-I dan HSS SCS.

Dalam perhitungan debit banjir untuk analisa bangunan pengendalian

banjir dan normalisasi sungai dihitung dengan menggunakan metode Hidrograf

Satuan Sintetis (HSS) Nakayasu, HSS Gama-I dan Metode HSS SCS.

8. Analisa Spasial

Analisis spasial yang dilakukan menggunakan Sistem Informasi Geografis

(SIG). Sistem Informasi Geografis adalah sistem informasi khusus yang mengelola

data yang memiliki informasi. Teknologi Sistem Informasi Geografis bermanfaat

dalam berbagai bidang diantaranya manajemen tata guna lahan, inventarisasi

sumber daya alam, pengawasan daerah bencana alam, perencanaan wilayah dan

kota.

Data spasial adalah gambaran nyata suatu wilayah yang terdapat di

permukaan bumi. Umumnya direpresentasikan berupa grafik, peta, gambar

dengan format digital dan disimpan dalam bentuk koordinat x,y (vektor) atau

dalam bentuk image (raster) yang memiliki nilai tertentu.

a. Analisa Perubahan Lahan

Berdasarkan UU No. 4 Tahun 2011, Penutupan lahan atau PL adalah garis

yang menggambarkan batas penampakan area tutupan di atas permukaan bumi

yang terdiri dari bentang alam dan/atau bentang buatan. Data PL sangat

dibutuhkan untuk menentukan penyebab terjadinya banjir di suatu kawasan.

Dikarenakan perubahan tutupan lahan dapat mempengaruhi kemampuan tanah

untuk menyerap air.

BUKU I

Studi Kelayakan Penanganan Banjir Trumon Aceh Selatan Kerjasama dengan Perguruan Tinggi (Swakelola)

TDMRC

57 Tsunami and Disaster Mitigation Research Center Universitas Syiah Kuala

Proses analisa perubahan lahan meliputi:

a. Perhitungan luas wilayah cakupan per-tutupan lahan

b. Perhitungan persentase tiap PL untuk melihat perubahan per beberapa

tahun (1990, 2000, 2011 dan 2017).

c. Membuat grafik per-tutupan lahan untuk melihat perubahan yang terjadi.

Dari hasi analisis di atas, maka dapat dilihat perubahan luas serta fungsi

lahan yang terjadi dalam kurun waktu tertentu pada kawasan tersebut. Hoirisky

(2018) telah melakukan penelitian mengenai pengaruh perubahan pola

penggunaan lahan terhadap banjir di DAS Buah Kota Palembang. Penelitian yang

dilakukan dengan membandingkan perubahan lahan pada tahun 2012 dan tahun

2017.

Perubahan penggunaan lahan merupakan penyebab banjir yang utama

dibandingkan dengan faktor lainnya karena dengan adanya perubahan

penggunaan lahan yang dapat memberikan kontribusi terhadap aliran permukaan

(runoff). Faktor penutupan lahan yang paling dominan adalah penutupan lahan

vegetasi dan lahan terbuka hijau. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa

terdapat pertambahan lokasi titik banjir dari 16 titik banjir pada tahun 2012

menjadi 38 titik banjir di tahun 2017.

Hal ini dipengaruhi oleh perubahan lahan seperti berubahnya fungsi rawa

sebagai tempat pemukiman atau tempat usaha maupun kawasan terbuka hijau

yang berubah menjadi perumahan. Padahal jika keduanya diubah menjadi

pemukiman, maka penutupan lahan ini menjadi kawasan yang tidak memiliki

resistansi untuk menahan aliran. Sehingga jika terjadi hujan, kecepatan air akan

meningkat tajam ke kawasan ini. Resapan air yang masuk ke tanah tetap kecuali

lahannya berubah. Jika terjadi perubahan lahan pada wilayah konservasi menjadi

lahan terbangun maka akan menjadi salah satu penyebab banjir. Sehingga

perubahan lahan merupakan salah satu faktor yang dapat memicu dan

meningkatkan kejadian banjir.

BUKU I

Studi Kelayakan Penanganan Banjir Trumon Aceh Selatan Kerjasama dengan Perguruan Tinggi (Swakelola)

TDMRC

58 Tsunami and Disaster Mitigation Research Center Universitas Syiah Kuala

b. Analisa Digital Elevation Model (DEM)

Digital Elevation Model adalah penyajian ketinggian permukaan bumi

secara digital. Data DEM akan digunakan untuk mendapatkan Cathment Area

(area tangkapan air). Hal ini dilakukan untuk melihat sumber air yang menjadi

sumber banjir pada wilayah tersebut.

DEM yang digunakan merupakan DEM yang diunduh dari DEMNAS BIG

dan USGS. DEM yang diunduh dari BIG merupakan DEM terbaru yang

dikeluarkan, oleh karena itu DEM tersebut dapat menggambarkan ketinggian

pada saat sekarang (DEM tersebut dikeluarkan pada tahun 2018). Sementara DEM

SRTM merupakan DEM yang dikeluarkan USGS. DEM yang digunakan di sini

adalah DEM yang dikeluarkan pada tahun 2000.

Proses pengolahan DEM meliputi:

1. Penggabungan DEM yang sudah diunduh

2. Pemotongan area DEM, sesuai dengan batas yang sudah ditetapkan

3. Analisa lanjutan (untuk mendapatkan Catcment Area atau untuk melihat

perubahan volume).

Selain digunakan untuk mendapatkan Catchment Area, DEM juga

digunakan untuk melihat perubahan ketinggian (volume change) pada wilayah

tersebut. Perubahan ketinggian ini dapat mempengaruhi perubahan arah

dan/atau aliran air.

Langkah awal analisa adalah menyamakan satuan kedua DEM. DEM

SRTM memiliki resolusi yang lebih rendah. Oleh karena itu proses resampleharus

dilakukan. Setelah dilakukan proses resample, kedua DEM akan dibandingkan

untuk mendapatkan area yang mengalami perubahan.

c. Membuat Catchment Area

Catchment area adalah lokasi yang rendah di suatu tempat dimana air yang

berasal dari tempat lebih tinggi akan berkumpul menjadi satu badan air. Sumber

BUKU I

Studi Kelayakan Penanganan Banjir Trumon Aceh Selatan Kerjasama dengan Perguruan Tinggi (Swakelola)

TDMRC

59 Tsunami and Disaster Mitigation Research Center Universitas Syiah Kuala

air dapat berasal dari air hujan maupun salju yang mencair. Catchment area dapat

mengalirkan air ke cekungan yang rendah lainnya atau ke satu tempat seperti

danau dan sungai. Wilayah ini berada di daratan yang dibatasi oleh punggung

bukit yang berfungsi untuk menerima, menyimpan dan mengalirkan curah hujan

yang jatuh diatasnya serta mengalirkannya ke alur sungai anak sungai hingga

sungai utama hingga akhirnya bermuara ke danau atau laut.

Dalam membuat catchment area, data utama yang dibutuhkan adalah data

DEM (Data Elevation Model). DEM adalah teknik penyimpanan data suatu terrain

dari titik-titik secara digital dengan koordinat (x, y, H). Data DEM yang

dibutuhkan sesuai dengan luas dari lokasi yang diinginkan.

1) Fill

Fill digunakan untuk mengisi sink yang ada dalam peta. Sink merupakan

area yang memiliki aliran air sendiri, tetapi air ini tidak mengalir keluar ke

area lain. Pada penentuan Catchment Area, proses Fill harus dilakukan

sehingga data yang didapatkan terdistribusi secara normal (tidak terdapat

data outlier). Proses Fill perlu dilakukan untuk menghilangkan

ketidaksempurnaan kecil dalam data. Proses ini memuat informasi tentang

bagaimana alur air. Setelah proses Fill dilakukan, langkah selanjutnya

adalah menentukan arah aliran air menggunakan tool FlowDirection.

2) Flow Direction

Data yang digunakan dalam melakukan proses Flow Direction

menggunakan hasil dari prose Fill. Proses Flow Direction dilakukan untuk

mengetahui arah aliran air dari permukaan dari cell data DEM. Hal ini

penting dilakukan karena dapat mengetahui aliran dari data cell DEM

sehingga dapat digunakan untk mendapatkan pola aliran air permukaan

yang akan digunakan untuk tahap selanjutnya.

BUKU I

Studi Kelayakan Penanganan Banjir Trumon Aceh Selatan Kerjasama dengan Perguruan Tinggi (Swakelola)

TDMRC

60 Tsunami and Disaster Mitigation Research Center Universitas Syiah Kuala

3) Flow Accumulation

Flow Accumulation merupakan langkah selanjutnya untuk menentukan

catchment area. Proses Flow Accumulation memiliki tujuan untuk

mengetahui pola aliran sungai dengan nilai cell aliran tertinggi yang

dibentuk dari proses Flow Direction. Setiap cell memiliki nilai hingga

berdasarkan nilai cell dari tahapan ini, nilai cell tertinggi direpresentasikan

sebagai daerah hilir aliran yang menenirma aliran dari setiap cell yang ada

di hulunya. Saat melakukan proses Flow Accumulation, data yang

dimasukkan berupa hasil dari Flow Direction. Sehingga hasil dari

FlowAccumulation, nilai cell yang besar dapat diartikan sebagai titik

terkumpul dan menaglirnya air.

4) Snap PourPoint

Langkah selanjutnya dalam membuat catchment area adalah dengan

menentukan titik yang di duga merupakan tempat dimana aliran air

terakumulasi paling besar, dimana aliran air itu akan berhenti. Biasanya

aliran air itu akan berakhir pada aliran sungai besar. Untuk membuat

pourpoint, perlu dibuat shapefile baru yang berisi titik yang diduga

merupakan tempat aliran air terakumulasi paling besar. Setelah dibuat

shapefile baru, maka langkah selanjutnya adalah dengan memasukkan

hasil dari Flow Accumulation dari shapefile baru tersebut.

5) Watershed

Langkah terakhir dalam membuat CatchmentArea adalah dengan

melakukan proses pembuatan Watershed. Pada proses ini datayang

dimasukkan adalah hasil dari Flow Direction dan Snap Pour Point. Jika data

yang dimasukkan tepat, makan akan terbentuk Catchment Area yang sesuai

dengan titik dugaan yang didapat dari proses Snap Pour Point.

BUKU I

Studi Kelayakan Penanganan Banjir Trumon Aceh Selatan Kerjasama dengan Perguruan Tinggi (Swakelola)

TDMRC

61 Tsunami and Disaster Mitigation Research Center Universitas Syiah Kuala

9. Permodelan Banjir

Untuk memprediksi hasil analisa banjir dapat menggunakan beberapa

software hidrolika sebagai salah satu model matematik yang digunakan untuk

mengklarifikasi analisa yang telah dilakukan. Salah satu model analisis kajian

banjir adalah dengan menggunakan software HEC-RAS (Hydrologic Engineering

Center-River Analysis Sistem) dari US Army Corps of Engineering. Program HEC-

RAS bertujuan untuk mengetahui profil memanjang sungai dan anak-anak

sungainya, elevasi muka air maksimum, serta kecepatan aliran. Program HEC-

RAS juga dapat membuat modifikasi penampang sungai sebagai upaya

penanganan banjir yang terjadi denganmenggunakan berbagai simulasi aliran.

HEC-RAS adalah sistem perangkat lunak terintegrasi, yang dirancang

untuk penggunaan interaktif dalam lingkungan jaringan multi-tasking, multi-

user. Sistem ini terdiri dari antarmuka pengguna grafis (GUI), komponen analisis

hidraulik yang terpisah, penyimpanan data dan kemampuan manajemen, grafik,

dan fasilitas pelaporan. Sistem HEC-RAS berisi komponen analisis sungai empat

dimensi untuk: perhitungan profil permukaan air aliran tetap; simulasi aliran

tidak stabil (hidrodinamika satu dimensi dan dua dimensi); perhitungan transpor

sedimen batas bergerak; dan analisis kualitas air. Elemen kuncinya adalah bahwa

keempat komponen menggunakan representasi data geometrik umum dan rutin

komputasi geometrik dan komon. Selain empat komponen analisis sungai, sistem

ini berisi beberapa fitur desain hidraulik yang dapat digunakan setelah profil

permukaan air dasar dihitung.

10. Ikthisar kemampuan hidraulik

HEC-RAS dirancang untuk melakukan perhitungan hidraulik satu dimensi

(1D), dua dimensi (2D), atau gabungan 1D dan 2D untuk jaringan penuh saluran

BUKU I

Studi Kelayakan Penanganan Banjir Trumon Aceh Selatan Kerjasama dengan Perguruan Tinggi (Swakelola)

TDMRC

62 Tsunami and Disaster Mitigation Research Center Universitas Syiah Kuala

alami dan dibangun. berikut ini adalah deskripsi kemampuan hidraulik utama

HEC-RAS. Pemodelan ini terdiri dari :

a. Steady Flow Water Surface Profiles

Pemodelan ini dimaksudkan untuk perhitungan profil permukaan air

untuk aliran yang stabil secara bertahap. Sistem dapat menangani jangkauan

sungai tunggal, sistem dendritik, atau jaringan penuh saluran. komponen aliran

stabil mampu memodelkan profil permukaan air rezim aliran subkritis,

superkritis, dan campuran.

Prosedur komputasi dasar didasarkan pada solusi dari persamaan energi

satu dimensi. Kehilangan energi dievaluasi dengan gesekan (persamaan Manning)

dan kontraksi / ekspansi (koefisien dikalikan dengan perubahan head kecepatan).

Persamaan momentum digunakan perhitungan rezim aliran campuran (yaitu,

lompatan hidrolik), hidraulik jembatan, dan evaluasi profil pada pertemuan

sungai. Efek dari berbagai penghalang seperti jembatan, gorong-gorong, bendung,

saluran pembuangan dan struktur lain di dataran banjir dapat dipertimbangkan

dalam perhitungan. sistem aliran mantap dirancang untuk aplikasi dalam

manajemen dataran banjir dan studi asuransi banjir untuk mengevaluasi

perambahan jalan. Juga, kemampuan hidraulik lainnya tersedia untuk menilai

perubahan profil permukaan air karena peningkatan saluran, dan tanggul.

b. Unsteady Flow Simulation.

Permodelan ini mampu mensimulasikan aliran tidak stabil satu dimensi;

aliran tidak stabil dua dimensi; atau gabungan pemodelan aliran limbung 1D dan

2D melalui jaringan penuh saluran terbuka. pemecah persamaan aliran tidak stabil

1D diadaptasi dari model UNET Dr. Robert L. Barkau (Barkau, 1992 dan HEC,

1997). Komponen aliran tidak stabil 1D ini dikembangkan terutama untuk

perhitungan rezim aliran subkritis. pemecah persamaan aliran tidak stabil 2D

dikembangkan di HEC, dan secara langsung diintegrasikan ke dalam mesin aliran

BUKU I

Studi Kelayakan Penanganan Banjir Trumon Aceh Selatan Kerjasama dengan Perguruan Tinggi (Swakelola)

TDMRC

63 Tsunami and Disaster Mitigation Research Center Universitas Syiah Kuala

tidak stabil HEC-RAS untuk memfasilitasi pemodelan hidrodinamik 1D dan 2D

kombinasi. Perhitungan hidrolik untuk penampang, jembatan dan struktur

hidrolik lainnya yang dikembangkan untuk komponen aliran tetap dimasukkan

ke dalam modul aliran tidak stabil. Selain itu, komponen aliran yang tidak stabil

memiliki kemampuan area penyimpanan model dan koneksi hidrolik antara area

penyimpanan; Area Aliran 2D; dan antara aliran mencapai.

c. Sediment Tranport/Movable Boundary Computations.

Permodelan ini diperuntukkan untuk simulasi transportasi sedimen satu

dimensi/perhitungan batas bergerak yang dihasilkan dari gerusan dan

pengendapan selama periode waktu moderat (biasanya bertahun-tahun,

meskipun aplikasi untuk kejadian banjir tunggal dimungkinkan). Potensi transpor

sedimen dihitung oleh fraksi ukuran butir, dengan demikian mengikuti simulasi

penyortiran hidrolik dan pelindung. fitur utama termasuk kemampuan untuk

memodelkan jaringan pengisian aliran, pengerukan saluran, berbagai tanggul dan

alternatif perambahan, dan penggunaan beberapa persamaan yang berbeda untuk

perhitungan transportasi sedimen.

Model ini dirancang untuk mensimulasikan tren jangka panjang gerusan

dan pengendapan dalam saluran nyata yang mungkin hasil dari memodifikasi

frekuensi dan durasi debit dan tahap air, atau memodifikasi geometri saluran.

sistem ini dapat digunakan untuk mengevaluasi deposisi dalam reservoir,

merancang kontraksi saluran yang diperlukan untuk mempertahankan

kedalaman, memprediksi pengaruh pengerukan pada laju deposisi,

memperkirakan gerusan maksimum yang mungkin selama peristiwa banjir besar,

dan mengevaluasi sedimentasi pada saluran tetap.

BUKU I

Studi Kelayakan Penanganan Banjir Trumon Aceh Selatan Kerjasama dengan Perguruan Tinggi (Swakelola)

TDMRC

64 Tsunami and Disaster Mitigation Research Center Universitas Syiah Kuala

d. Water Quality Analysis.

Permodelan ini dimaksudkan untuk memungkinkan pengguna melakukan

analisis kualitas air sungai. versi HEC-RAS saat ini dapat melakukan analisis suhu

terperinci dan transportasi sejumlah konstituen kualitas air (Algae Dissolved

Oxygen, Carbonaceous Biological Oxygen Demand, Dissolved Orthophosphate, Dissolved

Organic Phosphorus, Dissolved Ammonium Nitrate, Dissolved Nitrite Nitrogen,

Dissolved Nitrate Nitrogen, dan Dissolved Organic Nitrogen).

11. Dasar teori perhitungan hidrodinamik

Persamaan dasar yang digunakan untuk perhitungan aliran mantap satu

dimensi (1D) dan aliran tidak stabil. HEC-RAS dapat melakukan perhitungan

permodelan profil permukaan air dalam bentuk 1D untuk untuk aliran yang

bervariasi secara bertahap dan mantap di saluran alami atau yang dibangun.

Profil permukaan air rezim aliran subkritis, superkritis, dan campuran juga

dapat dihitung. Topik yang dibahas dalam bagian ini meliputi: persamaan untuk

perhitungan profil dasar; subdivisi lintas bagian untuk perhitungan

pengangkutan; Manning komposit n untuk saluran utama; evaluasi rata-rata

kepala energi kinetik (koefisien bobot bobot alpha); evaluasi kerugian fricition;

kerugian kontraksi dan ekspansi; prosedur komputasi; penentuan kedalaman

kritis; penerapan persamaan momentum dalam aliran yang memiliki kecepatan

tinggi; dan keterbatasan model aliran stabil.

a. Persamaan Untuk Perhitungan Profil Dasar

Profil permukaan air dihitung dari satu bagian melintang ke yang

berikutnya dengan menyelesaikan persamaan Energi dengan prosedur berulang

yang disebut metode langkah standar. Persamaan energi ditulis sebagai berikut :

BUKU I

Studi Kelayakan Penanganan Banjir Trumon Aceh Selatan Kerjasama dengan Perguruan Tinggi (Swakelola)

TDMRC

65 Tsunami and Disaster Mitigation Research Center Universitas Syiah Kuala

Dimana :

Z1, Z2 = Elevasi dari saluran utama 1 dan 2(m)

Y1, Y2 = Kedalaman air penampang1 dan 2(m)

α1, α2 = Koefisien energi pada penampang 1 dan2

V1, V2 = Kecepatan aliran rata – rata (debit total/daerah aliran total)

(m/s)

g = Percepatan gravitas (m/s)

he = KehilanganEnergi(m)

Gambar 3.4. Representasi Istilah Dalam Persamaan Energi

Sumber : (HEC-RAS Reference Manual, 2016)

b. Kehilangan tinggi energy

Kehilangan (tinggi) energi (he) diantara dua penampang terdiri dari dua

komponen yaitu, kehilangan energi karena gesekan (friction losses) dan

kehilangan energi karena perubahan tampang (Konstrasi / ekspansi).

Persamaan dari kehilangan energi adalah sebagai berikut:

(1.2)

BUKU I

Studi Kelayakan Penanganan Banjir Trumon Aceh Selatan Kerjasama dengan Perguruan Tinggi (Swakelola)

TDMRC

66 Tsunami and Disaster Mitigation Research Center Universitas Syiah Kuala

Dimana:

L = Panjang jangkauan kedua penampang yang diberi bobot menurut

debit

𝑆 ̅𝑓 = Kemiringan garis energi karena gesekan diantara dua penampang

C = Koefisien atas kehilangan energi (penyempitan atau perluasan)

Dimana panjang jangkauan kedua penampang yang diberi bobot,

jumlahkan sebagai: (HEC-RAS Reference Manual, 2016)

L = (1.3)

Dimana:

Llob, Lch, Lrob = Panjang ruas penampang sungai untuk aliran di sisi kiri,

tengah, dan sisi kanan.

Qlob, Qch, Qrob= Debit yang mengalir pada sisi kiri, tengah, dan sisi kanan.

c. Energi kinetic

Dalam segmen jangkauan sungai 1D, hanya ada satu permukaan air

tunggal yang dimodelkan dan karenanya energi rata-rata tunggal dihitung

pada setiap penampang. Untuk ketinggian permukaan air yang diberikan,

energi rata-rata diperoleh dengan menghitung aliran energi tertimbang dari

tiga subbagian penampang melintang (tepi kiri, tengah, dan tepi kanan).

Gambar di bawah ini menunjukkan bagaimana energi rata-rata akan

diperoleh untuk penampang dengan bagian tengah dan tepi kanan (tanpa

bagian tepi kiri).

BUKU I

Studi Kelayakan Penanganan Banjir Trumon Aceh Selatan Kerjasama dengan Perguruan Tinggi (Swakelola)

TDMRC

67 Tsunami and Disaster Mitigation Research Center Universitas Syiah Kuala

1.

2.

3.

4.

Gambar 3.5. Contoh perhitungan memperoleh energi kinetik

Sumber : (HEC-RAS Reference Manual, 2016)

Untuk menghitung energi kinetic rata-rata diperlukan koefisien tinggi

kecepatan , yang dihitung dengan cara sebagai berikut: (HEC-RAS

Reference Manual, 2016)

Pada umunya :

koefisien kecepatan, , dihitung berdasarkan pengangkutan dalam tiga

elemen aliran: tepi kiri, tepi kanan, dan tengah. Hal ini juga dapat ditulis

BUKU I

Studi Kelayakan Penanganan Banjir Trumon Aceh Selatan Kerjasama dengan Perguruan Tinggi (Swakelola)

TDMRC

68 Tsunami and Disaster Mitigation Research Center Universitas Syiah Kuala

dalam hal pengangkutan dan luas seperti dalam persamaan berikut:(HEC-

RAS Reference Manual, 2016)

(1.8)

Dimana:

At = Total luas area tampang lintang

Alob, Ach, Arob = Luas area bantaran/tepi kiri, tengah, dan tepi kanan

(persfektif)

Kt = Total angkutan sedimen

Klob, Kch, Krob = Angkutan sedimen bantaran/tepi kiri, tengah, dan tepi

kanan (perspektif)

d. Kehilangan energi akibat gesekan

Kehilangan energi akibat gesekan pada HEC-RAS sebagai hasil dari 𝑆 ̅𝑓 dan

L (Persamaan 3.3), dimana 𝑆 ̅𝑓 adalah kemiringan karena gesekan (Friction

slope) untuk jangkauan dan panjang sungai L didefinisikan pada persamaan

3.4 . Kemiringan karena gesekan (kemiringan garis energi) pada setiap

penampang dihitung dengan persamaan Manning sebagai berikut: (HEC-

RAS Reference Manual, 2016)

e. Koefisien penyempitan dan pelebaran tampang

Penyempitan dan pelebaran tampang pada HEC-RAS dihitung dengan

persamaan: (HEC-RAS Reference Manual, 2016)

BUKU I

Studi Kelayakan Penanganan Banjir Trumon Aceh Selatan Kerjasama dengan Perguruan Tinggi (Swakelola)

TDMRC

69 Tsunami and Disaster Mitigation Research Center Universitas Syiah Kuala

Dimana:

C = Koefisien Penyempitan atau pelebran (lihat Tabel 3.8)

Tabel 3.8. Koefisien Penyempitan dan Perluasan Tampang

Penyempitan Perluasan

Tidak berubah 0.0 0.0

Masa berangsur - angsur 0.1 0.3

Karena ada jembatan 0.3 0.5

Tiba - tiba 0.6 0.8

Sumber :HEC-RAS Reference Manual, (2016)

HEC-RAS mengasumsi bahwa penyempitan (kontraksi) terjadi apabila

tinggi kecepatan hilir lebih besar daripada kecepatan hulu. Demikian juga

sebaliknya, ketika tinggi kecepatan hulu lebih besar dari kecepatan hilir akan

terjadi perluasan (ekspansi).

3.3.2 Data Primer

a. Data Pengukuran Sungai

Metode survey dan pengambilan data yang digunakan dalam penelitian ini

ialah metode survei terpadu (integrated survey), wawancara, dan bersifat

deskriptif, serta pemanfaatan data teknologi geospasial yang validasi dengan

data-data lapangan dan sumber data lainnya yang terkait survei lapangan, dan

data sekunder lainnya dengan menggunakan analisis secara kuantitatif maupun

kualitatif.

Survei lapangan ini dilakukan dalam dua kegiatan yaitu pengukuran

sungai dan wawancara lansung dengan masyarakat yang terkena dampak banjir

di kawasan Trumon yaitu pada 3 (tiga) kecamatan yang terdiri dari Kecamatan

Trumon, Kecamatan Trumon Tengah dan Kecamatan Trumon Timur.

BUKU I

Studi Kelayakan Penanganan Banjir Trumon Aceh Selatan Kerjasama dengan Perguruan Tinggi (Swakelola)

TDMRC

70 Tsunami and Disaster Mitigation Research Center Universitas Syiah Kuala

Pengukuran sungai dilakukan pada salah satu sungai yang memberikan

kontribusi besar dalam kejadian banjir di Kawasan Trumon. Survei ini dilakukan

pada Sungai Alas dan beberapa titik pengukuran yang dapat dilihat pada Tabel

3.9 berikut.

Tabel 3.9 Lokasi Pengukuran Sungai

No Titik

Pengukuran

Koordinat Kedalaman

(m) Latitude Longitude

1. Titik 1 2.81595 97.875385 3.05

2. Titik 2 2.76849 97.81297 1.70

3. Titik 3 2.45790 97.49407 1.60

4. Titik 4 2.76762 97.81412 1.20

5. Titik 5 2.76762 97.81412 1.60

6. Titik 6 2.76762 97.81412 0.70

7. Titik 7 2.76762 97.81412 0.15

8. Titik 8 2.76762 97.81412 1.70

Lokasi Survei pengukuran sungai untuk Kajian Banjir Kawasan Trumon ini

dapat dilihat selengkapnya pada Gambar 3.6.

BUKU I

Studi Kelayakan Penanganan Banjir Trumon Aceh Selatan Kerjasama dengan Perguruan Tinggi (Swakelola)

TDMRC

71 Tsunami and Disaster Mitigation Research Center Universitas Syiah Kuala

Gambar 3.6 Peta Koordinat Lokasi Survei kajian Banjir Trumon

Sumber : Hasil Analisis 2019

b. Data Wawancara

Hal – hal yang ditanyakan pada wawancara terdiri dari Data-data kejadian

bajir yang pernah terjadi, ketinggian banjir dan lokasi evakuasi, kegiatan mitigsi

yang telah dilakukan, upaya – upaya yang telah dilakukan dalam

penanggulangan banjir. Lokasi Wawancara selengkapnya dapat dilihat pada Tabel

3.10 berikut. Hasil wawancara selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran.

Tabel 3.10. Lokasi Wawancara Banjir Kawasan Trumon

NO Nama Desa Kecamatan Ketinggian Banjir (m) Durasi Banjir

1. Padang Harapan Trumon 2 – 4 15 – 25 hari

2. Ujung Tanoh Trumon 1 – 2 3 – 4 jam

3. Lhok Raya Trumon Tengah 1 – 2 7 – 10 hari

4. Kapa Sesah Trumon Timur 0,4 – 1 1 – 2 hari

5. Seunebok Pusaka Trumon Timur 0,5 2 – 5 hari

6. Titi Poben Trumon Timur 2 – 3 7 – 10 hari

BUKU I

Studi Kelayakan Penanganan Banjir Trumon Aceh Selatan Kerjasama dengan Perguruan Tinggi (Swakelola)

TDMRC

72 Tsunami and Disaster Mitigation Research Center Universitas Syiah Kuala

BAB IV KONDISI EKSISTING BANJIR

4.1 SEJARAH DAN DAMPAK BANJIR

Dari kondisi DAS serta Intensitas curah hujan tinggi hingga ekstrem,

kawasan Trumon mengalami kejadian banjir yang terjadi hamper setiap tahunnya,

seperti yang ditampilkan di dalam tabel berikut.

Tabel 4.1. Histori kejadian banjir wilayah Trumon dan sekitarnya

No TANGGAL KECAMATAN DESA PENYEBAB TINGGI

GENANGAN

1 23

November

2008

Trumon

Trumon Timur

Meluapnya sungai

Geulumbang

2 2 Desember

2010

Trumon Timur

Trumon Tengah

Ie Dalem

Kapa Seusak

Lhok Raya

Cot Bayu

Luapan sungai Trumon 50 cm - 1 m

3 12

November

2012

Trumon Timur

Trumon Tengah

Jambo Dalem

PTP

Seuneubok Pusaka

Lhok Raya

Cot Bayu

Meluapnya sungai

Geulumbang

80 cm - 1 m

4 13 Mei 2013 Trumon Tengah Lhok Raya

Cot Bayu

Meluapnya sungai

Geulumbang

2 m

5 4 Januari

2017

Trumon Tengah

Trumon Timur

Cot Bayu

Lhok Raya

Titi Poben

Seuneubok Pusaka

Meluapnya sungai

Geulumbang

1 m

6 8 November

2017

Trumon

(Pemukiman

Bulohseuma)

Kuta Padang

Raket

Gampong Teungoh

Hujan deras selama dua

hari

Selutut orang

dewasa (50 cm)

7 7 Desember

2017

Trumon Timur

Trumon Tengah

Trumon

Lhok Raya (terparah

sampai 2 m)

Meluapnya sungai

Geulumbang

1 m - 2 m

8 30 Desember

2017

Trumon

Trumon Tengah

Trumon Timur

UPT Padang

Harapan

Lhok Raya

Cot Bayu

Titi Poben

Meluapnya sungai

Geulumbang

20 cm – 40 cm

BUKU I

Studi Kelayakan Penanganan Banjir Trumon Aceh Selatan Kerjasama dengan Perguruan Tinggi (Swakelola)

TDMRC

73 Tsunami and Disaster Mitigation Research Center Universitas Syiah Kuala

9 16 Oktober

2018

Trumon

Trumon Timur

Gampong Teungoh Hujan dengan intensitas

sedang hingga tinggi

10 19

November

2018

Desa diperbatasan

antara Kab. Aceh

Selatan dan Kota

Subulussalam

Huan lebar dan banjir

kiriman dari Sungai

Geulombang pada 17

November 2018

50 cm – 60 cm

No TANGGAL KECAMATAN DESA PENYEBAB TINGGI

GENANGAN

11 3 Desember

2018

Trumon Timur

Trumon Tengah

Seuneubok Pusaka

Cot Bayu

Lhok Raya

30 cm

50 cm sampai 1

m

50 cm sampai

80 cm

12 14 Desember

2018

Trumon Timur

Trumon Tengah

Trumon

Seuneubok Pusaka

Titi Poben

Lhok Raya

Cot Bayu

Ladang Rimba

UPT Padang

Harapan

Tingginya intensitas

hujan dan banjir kirima

dari Kabupaten Aceh

Tenggara dan Kota

Subulussalam

2 m sampai 3 m

2 m di

pemukiman

masyarakat

3 m

Sumber : Hasil Analisis (2019)

Dari kejadian banjir di atas dampak yang dialami ditampilkan di dalam

tabel berikut 4.2 berikut.

Tabel 4.2. Dampak dan Kerugian kejadian banjir wilayah Trumon dan sekitarnya

NO TAHUN BANGUNAN TERDAMPAK JIWA

TERPAPAR

JUMLAH

KERUGIAN

1 2002 - 887 rumah terendam

- 122 rumah rusak

- 2 rumah ibadah rusak

4036 ± 6,0 M

2 2005 - 256 rumah terendam

- 5 Puskesmas Terendam

1025 ± 1,0 M

3 2006 - 502 rumah terendam

- 206 rumah rusak ringan

- 3 rumah ibadah rusak Ringan

-2 Puskesmas Rusak Ringan

2824 ± 8,02 M

4 2008 - 287 rumah terendam

- 2 rumah ibadah terendam

1151 ± 0,8 M

5 2010 1170 rumah terendam 4640 ± 2,6 M

BUKU I

Studi Kelayakan Penanganan Banjir Trumon Aceh Selatan Kerjasama dengan Perguruan Tinggi (Swakelola)

TDMRC

74 Tsunami and Disaster Mitigation Research Center Universitas Syiah Kuala

6 2011 135 rumah terendam 540 ± 0,5 M

7 2012 482 rumah terendam 1928 ± 1,07 M

8 2013 87 Rumah Terendam

234 Ha Lahan Pertanian Terendam

522 ±8,8 M

9 2017 535 Rumah Terendam

317 Ha Lahan Pertanian Terendam

2160 ±14,3 M

10 2018 667 Rumah Terendam

455 Ha Lahan Pertanian Terendam

3836 ±18,8 M

Sumber : Hasil Analisis (2019)

4.2 KAJIAN-KAJIAN TERDAHULU

Berdasarkan hasil studi literature serta pengumpulan data sekunder, diketahui

kajian-kajian teknis untuk penangulangan banjir kawasan Trumon telah ada namun

tidak dipublish secara terbuka dan tidak tersistematis sehingga perlu adanya kajian

teknis secara keseluruhan yang mencakup dari hulu hingga hilir. Untuk itu dalam

kegiatan ini perlu adanya tinjaun teknis kemablai terhapa prilaku dan sebab banjir.

4.3 EKSISTING PENGELOLAAN DAN PENANGANAN BANJIR

Dari kegiatan FGD I dan beberapa data hasil studi literatur, penangganan

banjir Kawasan Trumon masih banyak dilakukan secara sporadis dan bersifat

lokal sehingga penanggulangan dan penangganan banjir tidak berhasil secara

keseluruhan dan mencapai hasil yg maksimal. Salah satu penangganan banjir yg

telah diakukan adalah melakukan kegiatan normalisasi sungai (pengerukan) di

beberapa ruas sungai, namun hasil ini hanya berhasil dalam periode 2 hingga 3

tahun setelah itu banjir kembali melanda kawasan Trumon.

BUKU I

Studi Kelayakan Penanganan Banjir Trumon Aceh Selatan Kerjasama dengan Perguruan Tinggi (Swakelola)

TDMRC

75 Tsunami and Disaster Mitigation Research Center Universitas Syiah Kuala

BAB V ANALISA , PERUMUSAN MASALAH DAN

PEMBAHASAN HASIL

5.1 IDENTIFIKASI DAN PERUMUSAN MASALAH

Kawasan Trumon merupakan kawasan yang terdiri dari 3 (tiga) Kecamatan

yaitu Kecamatan Trumon, Kecamatan Trumon Tengah dan Kecamatan Trumon

Timur. Ketiga kecamatan ini merupakan kawasan yang paling sering mengalami

bencana banjir. Sekurang – kurangnya kejadian banjir terjadi selama 2 (dua) kali

dalam satu tahun. Dalam kurun waktu 5 (lima) tahun terakhir, terdapat 14 (empat

belas) kejadian banjir di Kecamatan Trumon, 20 (dua puluh) kejadian banjir di

Kecamatan Timur dan 21 (dua puluh satu) kejadian banjir di Kecamatan Trumon

Tengah. Banjir di kawasan trumon tidak hanya akibat intensitas hujan yang tinggi

di kawasan tersebut tetapi juga akibat luapan di daerah hulu sungai. Adapun

faktor penyebab banjir di Kawasan Trumon meliputi intensitas hujan yang tinggi,

elevasi kawasan yang rendah, hujan di hulu sungai, luapan air dari hulu sungai.

Secara historikal, banjir di kawasan Trumon dapat disebabkan karena

intensitas curah hujan yang tinggi, luapan Sungai Trumon, Luapan Sungai

Gelombang (Sungai Alas). Berdasarkan penyebab tersebut, maka permasalahan

pada studi ini dapat dirumuskan sebagai berikut yaitu bagaimana pengaruh

intensitas curah hujan yang tinggi di kawasan tersebut terhadap kejadian banjir di

Kawasan Trumon, bagaimana pengaruh intensitas curah hujan yang tinggi

terhadap kejadian banjir di Kawasan Trumon, bagaimana pengaruh lupan Sungai

Trumon terhadap kejadian banjir di Kawasan Trumon serta bagaimana pengaruh

lupan Sungai Gelombang (Sungai Alas) terhadap kejadian banjir di Kawasan

Trumon.

BUKU I

Studi Kelayakan Penanganan Banjir Trumon Aceh Selatan Kerjasama dengan Perguruan Tinggi (Swakelola)

TDMRC

76 Tsunami and Disaster Mitigation Research Center Universitas Syiah Kuala

5.2 KAJIAN DAN ANALISIS

5.2.1 Iklim dan Curah Hujan

Berdasarkan pembagian wilayah zona hujan dari data BMKG,

menunjukkan bahwa wilayah Trumon, Kabupaten Aceh Selatan termasuk

kedalam zona Non ZOM. Berdasarkan data curah hujan dari POS Hujan

kerjasama yang masuk ke server SMS Hujan Stasion Klimatologi Aceh Besar dari

beberapa wilayah di Kabupaten Aceh Selatan dan Subussalam seperti, data dari

pos hujan Kluet Utara, Labuhan Haji Barat, Tapaktuan, Rundeng, dan Sultan

Daulat, Masing-masing lokasi Pos Hujan tersebut ditunjukkan pada Gambar 4.

Dari data pos hujan yang diperoleh dari masing – masing lokasi tersebut, untuk

selanjutnya di hitung rata-rata curah hujan bulanan. Nilai rata – rata curah hujan

bulanan dihitung dengan periode minimal 10 tahun, namun karena data curah

hujan yang diperoleh umumnya dari tahun 2011 – 2018, sehingga nilai rata – rata

curah hujan masing – masing bulan di hitung dalam rentang waktu tersebut.

Berdasarkan hasil perhitungan rata-rata curah hujan bulanan didapat bahwa,

curah hujan dengan dengan intensitas tinggi hingga ekstrem tejadi pada bulan-

bulan Maret, April dan Mei. Kemudian curah hujan dengan intensitas tinggi

hingga ekstrem kembali berulang mulai bulan November, Oktober dan Desember,

dimana puncaknya sekitar bulan November-Desember. Intensitas curah hujan

tinggi hingga ekstrem ini, sangat sesuai atau terkait dengan beberapa kejadian

banjir yang terjadi di kawasan Trumon dan sekitarnya yang berhasil dicatat.

Dari rata – rata curah hujan bulanan yang dhitung tersebut, selanjutnya

kami juga membuat perbandingan antara jumlah curah hujan yang terjadi selama

melimpah ataupun sebaliknya jika sifat hujan Bawah Normal (BN). Seara ideal

normal curah hujan bulanan adalah nilai rata rata curah hujan masing-masing

bulan selama 30 tahun, namun sebagaimana kami sampaikan di atas sangat

terbatas data curah hujan yang diperoleh, sehingga untuk normal hjan bulanan

kami hitung berdasarkan data yang tersedia pada masing-masing pos. Atas

BUKU I

Studi Kelayakan Penanganan Banjir Trumon Aceh Selatan Kerjasama dengan Perguruan Tinggi (Swakelola)

TDMRC

77 Tsunami and Disaster Mitigation Research Center Universitas Syiah Kuala

Normal dan Bawah Normal masing – masing pos hujan seperti di perlihatkan

pada gambar-gambar berikut di bawah.satu bulan tersebut dengan nilai rata – rata

atau normal dari bulan tersebut pada masing – masing pos hujan.

Gambar 5.1 Lokasi Pos Hujan di Kabupaten Aceh Selatan dan Subussalam Sumber : Hasil Analisis (2019)

Gambar 5.2 Data Curah Hujan Rata – Rata Kluet Utara Sumber : Hasil Analisis (2019)

BUKU I

Studi Kelayakan Penanganan Banjir Trumon Aceh Selatan Kerjasama dengan Perguruan Tinggi (Swakelola)

TDMRC

78 Tsunami and Disaster Mitigation Research Center Universitas Syiah Kuala

Gambar 5.3 Data Curah Hujan Rata – Rata Labuhan Haji Barat Sumber : Hasil Analisis (2019)

Gambar 5.4 Data Curah Hujan Rata – Rata Tapaktuan Sumber : Hasil Analisis (2019)

BUKU I

Studi Kelayakan Penanganan Banjir Trumon Aceh Selatan Kerjasama dengan Perguruan Tinggi (Swakelola)

TDMRC

79 Tsunami and Disaster Mitigation Research Center Universitas Syiah Kuala

Gambar 5.5 Data Curah Hujan Rata – Rata Rundeng Sumber : Hasil Analisis (2019)

Gambar 5.6 Data Curah Hujan Rata – Rata Sultan Daulat Sumber : Hasil Analisis (2019)

Dari kondisi di atas, dengan zona hujan dan curah hujan rata-rata maka kawasan

Trumon merupakan daerah banjir dengan dengan potensi tinggi untuk terjadi

perulangan setiap tahunnya.

BUKU I

Studi Kelayakan Penanganan Banjir Trumon Aceh Selatan Kerjasama dengan Perguruan Tinggi (Swakelola)

TDMRC

80 Tsunami and Disaster Mitigation Research Center Universitas Syiah Kuala

5.2.2 Kondisi DAS

Pada dasarnya kawasan Trumon dengan sungai utama sungai Trumon

memiliki daerah DAS yg tidak begitu luas dengan potensi banjir yg tidak begitu

tinggi. Luas DAS Trumon sendiri adalah sebesar 53.262 Ha atau 532.62 km2

dengan debit Sungai Trumon sebesar 13, 42 M3/detik. Dari hasil analisa spasial di

dapat DAS Krueng Trumon terdiri dari pegunungan-pegunungan yang curam,

daerah bergelombang, serta daerah landai. Dari peta tata guna lahan diperoleh

informasi bahwa pada bagian hulu DAS Krueng Trumon berupa hutan lahan

kering dan pada bagian hilir berupa permukiman, rawa, serta semak belukar.

Selain itu, hasil analisa Sistem Informasi Geografis dan Remote Sensing

memperlihatkan perubahan tutupan lahan yang signifikan. Proses analisa

menggunakan citra satelit Landsat tahun 2007 dan 2018 dan menggunakan

metode NDVI (Normalized Difference Vegetation Index). Hasil analisa

memperlihatkan bahwa wilayah yang dulunya merupakan daerah vegetasi

tertutup (berdasarkan analisa citra satelit Landsat 2007) sudah berubah menjadi

daerah terbuka (berdasarkan analisa citra satelit Landsat 2018).

Gambar 5.7 memperlihatkan hasil analisa citra satelit Landsat tahun 2007.

Pada tahun tersebut daerah lahan terbuka, yang diwakili oleh warna merah,

masih sedikit atau seluas 65.240 Ha (652,4 km2). Sementara berdasarkan hasil

analisa citra satelit Landsat tahun 2018, wilayah lahan terbuka berubah menjadi

307.622 Ha atau 3.076,22 km2 yang diperlihatkan pada gambar 5.8. Perubahan

lahan yang terjadi dalam kurun waktu 11 tahun adalah 242.382 Ha atau 2.423,82

km2.

BUKU I

Studi Kelayakan Penanganan Banjir Trumon Aceh Selatan Kerjasama dengan Perguruan Tinggi (Swakelola)

TDMRC

81 Tsunami and Disaster Mitigation Research Center Universitas Syiah Kuala

Gambar 5.7 Perubahan Tutupan Vegetasi Hutan DAS Trumon dan DAS Singkil Tahun 2007

Sumber : Hasil Analisis (2019)

BUKU I

Studi Kelayakan Penanganan Banjir Trumon Aceh Selatan Kerjasama dengan Perguruan Tinggi (Swakelola)

TDMRC

82 Tsunami and Disaster Mitigation Research Center Universitas Syiah Kuala

Gambar 5.8 Perubahan Tutupan Vegetasi Hutan DAS Trumon dan DAS Singkil Tahun 2018

Sumber : Hasil Analisis (2019)

Perubahan tutupan lahan ini di atas menyebabkan peningkatan angkutan

sedimen sungai Alas sehingga kapasitas tampungan sungai menurun sebesar

BUKU I

Studi Kelayakan Penanganan Banjir Trumon Aceh Selatan Kerjasama dengan Perguruan Tinggi (Swakelola)

TDMRC

83 Tsunami and Disaster Mitigation Research Center Universitas Syiah Kuala

37,12%. Persentase dan penurunan kapasitas ini ditunjukkan dari penyempitan

pampang sungai di beberapa titik tinjauan dari tahun 2000 dengan tahun 2018

seperti yang ditunjukkan pada gambar 5.9 di bawah ini.

Gambar 5.9 Perubahan profil sungai Alas dari tahun 2000 dan tahun 2018 Sumber : Hasil Analisis (2019)

Dari hasil analisa spasial hidrologi dan topograpi dengan menggunakan

data DEM (Digital Elevation Model), di ketahui terjadi perubahan luas daerah

tangkapan air untuk kawasan Trumon dari awalnya sekitar tahun 2000 seluas

Pot I

Pot II

Pot III

Koord. 2.486196

97.836121

Koord 2.460638 97.837538

Koord 2.460638 97.837538

Profile Graph Title

Profile Graph Subtitle

460440420400380360340320300280260240220200180160140120100806040200

10

5

0

-5

Profile Graph Title

Profile Graph Subtitle

450400350300250200150100500

10

5

0

-5

Profile Graph Title

Profile Graph Subtitle

450400350300250200150100500

-9

-9,5

-10

-10,5

-11

-11,5

-12

-12,5

-13

Profile Graph Title

Profile Graph Subtitle

420400380360340320300280260240220200180160140120100806040200

-9

-9,5

-10

-10,5

-11

-11,5

-12

-12,5

-13

Profile Graph Title

Profile Graph Subtitle

500450400350300250200150100500

-9

-10

-11

-12

-13

-14

-15

-16

Profile Graph Title

Profile Graph Subtitle

2402302202102001901801701601501401301201101009080706050403020100

10

8

6

4

2

0

-2

-4

Profil Sungai thn 2000 Profil Sungai thn 2018

BUKU I

Studi Kelayakan Penanganan Banjir Trumon Aceh Selatan Kerjasama dengan Perguruan Tinggi (Swakelola)

TDMRC

84 Tsunami and Disaster Mitigation Research Center Universitas Syiah Kuala

53.262 Ha menjadi sebesar 786.675 Ha atau meningkat sebesar 14 kali seperti di

tampilkan pada gambar di bawah ini.

Gambar 5.10 Perubahan Luasan Daerah Tangkapan Air Pada Kawasan Trumon Yang Bergabung Dengan Das Singkil

Sumber : Hasil Analisis (2019)

Kedua kondisi diatas menyebabkan frekuensi intesnsitas banjir meningkat

secara significant dari satu kali dalam lima tahun banjir menjadi setiap tahunnya.

Kondisi ini didukung dengan dengan data dan jumlah kejadian banjir seperti

ditunjukan pada Buku II Lampiran Data pada bagian data profil banjir.

Dari hasil di atas, sumber banjir yang melanda kawasan Trumon

dipengaruhi oleh dua DAS yaitu DAS Trumon sendiri dan DAS Singkil dengan

sungai Alas sebagai sungai utamanya. DAS singkil merupakan DAS terluas di

Provinsi Aceh sehingga walaupun tidak terjadi hujan di kawasan DAS Trumon,

namun banjir tetap bisa terjadi dengan adanya hujan dengan intensitas yang

tinggi pada kawasan hulu DAS Singkil. Untuk menjaga agar penangganan banjir

kawasan Trumon lebih maksimal perlu adanya upaya pengawasan penggunaan

lahan di kawasan DAS terutama DAS Singkil.

BUKU I

Studi Kelayakan Penanganan Banjir Trumon Aceh Selatan Kerjasama dengan Perguruan Tinggi (Swakelola)

TDMRC

85 Tsunami and Disaster Mitigation Research Center Universitas Syiah Kuala

5.2.3 Hidrologi

1. Distribusi Curah Hujan

Penentuan distribusi hujan dilakukan dengan mencocokkan parameter

statistik dengan syarat masing-masing jenis distribusi. Hasil perhitungan analisis

statistik dan persyaratan masing-masing jenis distribusi dapat dilihat pada tabel

5.1.

Tabel 5.1 Penentuan jenis Distribusi

No Distribusi Persyaratan Hasil hitungan

1 Normal Cs ≈ 0 0.310

Ck ≈ 3 3.309

2 Log Normal Cs = Cv3 + 3Cv 0.196

Ck = Cv8 + 6Cv6 + 15Cv4+ 16Cv2 + 3 3.069

3 Gumbel Cs = 1,14 0.310

Ck = 5,4 3.309

4 Log Pearson III Selain dari nilai di atas

2. Curah Hujan Rencana

Curah hujan rencana dihitung berdasarkan distribusi yang terpilih yaitu

distribusi log Pearson III. Hasil perhitungan curah hujan rencana distribusi log

Pearson III untuk DAS Trumon diperlihatkan pada Tabel 5.2.

Tabel 5.2 Curah Hujan Rencana Distribusi Log Pearson III

Tahun rencana

log R Sd Cs KT Log RT RT

(T) (mm) (mm) (mm) (mm)

2

1.759 0.115 0.310

-0.052 1.753 56.647

5 0.823 1.854 71.402

10 1.310 1.910 81.215

BUKU I

Studi Kelayakan Penanganan Banjir Trumon Aceh Selatan Kerjasama dengan Perguruan Tinggi (Swakelola)

TDMRC

86 Tsunami and Disaster Mitigation Research Center Universitas Syiah Kuala

25 1.852 1.972 93.749

50 2.216 2.014 103.227

100 2.551 2.052 112.801

3. Intensitas Hujan

Curah hujan rencana ditransformasi menjadi debit banjir rencana

menggunakan curah hujan jam-jaman. Persentase distribusi hujan yang terjadi di

daerah studi selama 24 jam didapatkan dari kurva IDF (Intensitas-Durasi-

Frekuensi). Hasil perhitungan intensitas hujan dengan menggunakan metode

Mononobe untuk periode ulang 2, 5, 10, 25, 50, dan 100 tahun disajikan dalam

Tabel 5.3.

Tabel 5.3 Intensitas Hujan

Durasi (menit) Periode Ulang (tahun)

2 5 10 25 50 100

5 102.935 129.746 147.577 170.353 187.576 204.972

10 64.845 81.735 92.968 107.315 118.165 129.124

15 49.486 62.375 70.948 81.897 90.177 98.540

30 31.174 39.294 44.694 51.592 56.808 62.077

60 19.638 24.754 28.156 32.501 35.787 39.106

120 12.371 15.594 17.737 20.474 22.544 24.635

180 9.441 11.900 13.536 15.625 17.204 18.800

240 7.794 9.823 11.174 12.898 14.202 15.519

300 6.716 8.466 9.629 11.115 12.239 13.374

360 5.948 7.497 8.527 9.843 10.838 11.843

480 4.910 6.188 7.039 8.125 8.947 9.776

600 4.231 5.333 6.066 7.002 7.710 8.425

720 3.747 4.723 5.372 6.201 6.828 7.461

BUKU I

Studi Kelayakan Penanganan Banjir Trumon Aceh Selatan Kerjasama dengan Perguruan Tinggi (Swakelola)

TDMRC

87 Tsunami and Disaster Mitigation Research Center Universitas Syiah Kuala

Durasi (menit) Periode Ulang (tahun)

2 5 10 25 50 100

900 3.229 4.070 4.629 5.344 5.884 6.430

1080 2.859 3.604 4.099 4.732 5.210 5.694

1260 2.580 3.252 3.699 4.270 4.702 5.138

1440 2.360 2.975 3.384 3.906 4.301 4.700

4. Hyetograph Hujan

Perhitungan hyetograph menggunakan metode Alternating Block Method

(ABM). Persentase hyetograph hujan rancangan dapat diperlihatkan pada Gambar

5.11.

Gambar 5.11 Hyetograph Hujan Sumber : Hasil Analisis (2019)

5. Debit Banjir

Perhitungan debit banjir rencana dilakukan dengan menggunakan metode

Hidrograf Satuan Sintetik (HSS) Nakayashu. Perhitungan debit rencana

selengkapnya disajikan pada Tabel 5.4. Hidrograf banjir rencana Cathment Area

banjir Krueng Trumon yang menggunakan metode HSS Nakayashu disajikan

dalam Gambar 5.12.

BUKU I

Studi Kelayakan Penanganan Banjir Trumon Aceh Selatan Kerjasama dengan Perguruan Tinggi (Swakelola)

TDMRC

88 Tsunami and Disaster Mitigation Research Center Universitas Syiah Kuala

Tabel 5.4 Debit Banjir Rencana

T (tahun) QT (m3/dt)

2 7046.826

5 8882.285

10 10103

25 11662.2

50 12841.27

100 14032.24

Gambar 5.12 Hidrograf Banjir Krueng Trumon Metode Nakayashu Sumber : Hasil Analisis (2019)

5.2.4 Hidrolika

Karakteristik sungai Lawe Alas yang menjadi sumber kiriman debit banjir

ke Sungai Trumon memiliki panjang sungai = ± 20 km dan kemiringan sungai s =

> 0.0003 dengan kondisi kemiringan rata-rata dasar sungai yang relatif landai,

kecepatan aliran sungai Krueng Trumon tergolong relatif lambat. Pada sungai

Krueng Trumon, koefisien kekasaran alirannya pada bantaran kiri dan kanan (left

& right bank) = 0.04 dan saluran utama (main channel) n = 0.035 (Manning’s

BUKU I

Studi Kelayakan Penanganan Banjir Trumon Aceh Selatan Kerjasama dengan Perguruan Tinggi (Swakelola)

TDMRC

89 Tsunami and Disaster Mitigation Research Center Universitas Syiah Kuala

Value) relatif besar karena vegetasi nya berupa tumbuh-tumbuhan dan semak

belukar tidak ada bantaran untuk melewati debit banjir.

5.2.5 Permodelan Profil Muka Banjir

Permodelan profil muka air adalah menggunakan Software Hec ras. Hasil

permodelan profil muka air banjir dapat dilihat pada gambar-gambar dan

diuraikan secara lebih mendetil.

Peningkatan elevasi muka air dengan debit banjir periode ulang 5 tahunan

(Q = 8882,285 m3/dtk) menunjukkan ketinggian air meningkat hingga 3 m – 5 m

melewati tepi kiri dan tepi kanan sungai yang mana dapat dilihat pada Gambar

5.13.

Gambar 5.13. Kondisi profil muka air pada penampang melintang sungai Krueng Trumon

Sumber : Hasil Permodelan (2019)

BUKU I

Studi Kelayakan Penanganan Banjir Trumon Aceh Selatan Kerjasama dengan Perguruan Tinggi (Swakelola)

TDMRC

90 Tsunami and Disaster Mitigation Research Center Universitas Syiah Kuala

Gambar 5.14. Perspektif profil aliran 3D hasil simulasi permodelan banjir Krueng

Trumon Sumber : Hasil Permodelan (2019)

5.2.6 Pemetaan Daerah Banjir

Dari hasil permodelan banjir dengan Hec Ras untuk periode ulang 5 tahun

serta observasi lapangan terhadap titik dan kedalaman banjir dengan analisa spasial

menggunakan data DEMNAS dengan resolusi 8 m didapat hampir semua desa di

kawasan Trumon mengalami banjir dengan luasan dan kedalaman yg berbeda. Profil

banjir kawasn Trumon dapat dilihat selengkapnya pada Tabel 5.5 -5.7

Tabel 5.5 Profil Banjir di Kecamatan Trumon Timur

No DESA LUAS

GENANGAN (Ha)

TINGGI GENANGAN (M)

MIN RATA-RATA MAKS

1 Alue Bujok 253,57 0,02 1,05 1,45

2 Panto Rimba 1448,69 0,05 1,55 2,05

3 Seuneubok Puntho 209,38 0,05 1,15 1,65

4 Titi Poben 126,51 0,04 0,45 0,95

5 Seuneubok Pusaka 467,17 0,12 1,20 1,75

BUKU I

Studi Kelayakan Penanganan Banjir Trumon Aceh Selatan Kerjasama dengan Perguruan Tinggi (Swakelola)

TDMRC

91 Tsunami and Disaster Mitigation Research Center Universitas Syiah Kuala

Tabel 5.6 Profil Banjir di Kecamatan Trumon

No DESA LUAS

GENANGAN (Ha)

TINGGI GENANGAN (M)

MIN RATA-RATA MAKS

1 Kuta Padang 10.284,15 0,15 1,25 4,05

2 Tepin Tinggi 9.145,54 0.10 0,82 3,85

3 Panton Billi 594,40 0,40 2,43 3,23

4 Singleng 440,37 0,10 1,37 1,85

5 Ie Meudama 4.528,42 0,14 1,19 3,75

6 Raket 4.041,84 0,11 0,52 2,55

7 Gampong Tengah 951,14 0,05 1,01 3,75

8 UPT II PD Harapan 2.156,24 0,08 1,30 1,75

9 Keude Trumon 1.505,26 0,13 1,12 3,75

Tabel 5.7 Profil Banjir di Kecamatan Trumon Tengah

No DESA LUAS

GENANGAN (Ha)

TINGGI GENANGAN (M)

MIN RATA-RATA MAKS

1 Gunong Kapho 3.393,87 0,03 2,19 3,35

2 Ie Jeureuneh 1.361,86 0,04 1,47 2,20

3 Jambo Papeun 799,02 0.08 1,58 2,65

4 Kampung Teungoh

671,17 0,09 1,60 2,95

5 Krung Batee 574,80 0,07 1,65 2,95

6 Ladang Rimba 721,21 0,09 1,52 2,66

7 Lhok Raya 1.926,14 0,17 1,13 1,95

8 Naca 1.299,49 0,08 1,57 2,55

9 Pulo Paya 795,40 0.10 1,53 2,85

10 UPT III Cot Bayu 229,28 0,10 1,53 2,35

BUKU I

Studi Kelayakan Penanganan Banjir Trumon Aceh Selatan Kerjasama dengan Perguruan Tinggi (Swakelola)

TDMRC

92 Tsunami and Disaster Mitigation Research Center Universitas Syiah Kuala

Gambar 5.15 Peta daerah genangan banjir dengan sumber banjir sungai Alas periode ulang 5 Tahun

Sumber : Hasil Analisis (2019)

Gambar 5.16 Peta daerah genangan banjir dengan sumber banjir sungai Trumon dengan periode ulang 5 Tahun Sumber : Hasil Analisis (2019)

BUKU I

Studi Kelayakan Penanganan Banjir Trumon Aceh Selatan Kerjasama dengan Perguruan Tinggi (Swakelola)

TDMRC

93 Tsunami and Disaster Mitigation Research Center Universitas Syiah Kuala

5.2.7. Survey Desa yang Terdampak Banjir di Kec. Trumon Tengah, Trumon

Timur dan Trumon.

Berikut ini adalah hasil survei desa-desa yang terdampak banjir di kecamatan

Trumon Tengah, Trumon Timur, dan Trumon.

Tabel 5.8 Hasil Survei Desa Terdampak Banjir di Kawasan Trumon

No. KECAMATAN KETINGGIAN FREKUENSI PER TAHUN

KERUGIAN DURASI (HARI)

1. Trumon Timur

Kapai Sesak 40 cm – 1 m 1 – 2 kali

Lahan pertanian rusak,

Ternak mati akibat banjir,

Barang dagangan rusak

1 – 2 hari

Sineubok

Pusaka ±50 cm 1 kali

Ternak mati

Lahan pertanian rusak

Rumah rusak akibat banjir

2 – 5 hari

Titi Poben 2 – 3 m 1 – 3 kali

Ternak mati

Lahan pertanian rusak

Rumah rusak akibat banjir

7 – 10 hari

2. Trumon Tengah

Lhok Raya

(Wilayah

dengan elevasi

rendah)

1 – 2 m 1 – 3 kali

Ternak mati

Lahan pertanian rusak

Rumah rusak akibat banjir

7 – 10 hari

Lhok Raya

(Wilayah

dengan elevasi

tinggi)

1 – 2 m 1 kali

Ternak mati

Lahan pertanian rusak

Rumah dan perabotan rusak akibat banjir

3 – 4 jam

BUKU I

Studi Kelayakan Penanganan Banjir Trumon Aceh Selatan Kerjasama dengan Perguruan Tinggi (Swakelola)

TDMRC

94 Tsunami and Disaster Mitigation Research Center Universitas Syiah Kuala

No. KECAMATAN KETINGGIAN FREKUENSI PER TAHUN

KERUGIAN DURASI (HARI)

3. Trumon

Padang

Harapan 2 – 4 m 1 – 3 kali

Ternak mati

Lahan pertanian rusak

Rumah rusak akibat banjir

15 – 25

hari

BUKU I

Studi Kelayakan Penanganan Banjir Trumon Aceh Selatan Kerjasama dengan Perguruan Tinggi (Swakelola)

TDMRC

95 Tsunami and Disaster Mitigation Research Center Universitas Syiah Kuala

BAB VI RENCANA DAN STRATEGI

PENANGGULANGAN BANJIR

6.1 TUJUAN DAN SASARAN

Secara umum tujuan dari penanggulangan banjir di kawasan Trumon

adalah untuk mengatasi persoalan banjir yang terjadi hampir setiap tahun dengan

nilai kerugian yang mencapai milirian rupiah. Selain itu kondisi ini menyebabkan

perekonomian masyarakat menjadi terganggu akibat dari gagal panen serta

rusaknya sarana dan prasarana. Kondisi ini juga mengakibatkan PDRB

pemerintah berdampak negative. Selain itu dengan adanya studi kelayakan ini

diharapkan adanya komitmen serta pemahaman yang sama baik diantara dinas

terkait di pemerintahan Kabupaten Aceh Selatan ataupun lintas kabupaten dan

diantara badan pengelolaan wilayah sungai (BPDAS).

Sasaran yang ingin dicapai adalah adanya data-data dan informasi banjir

yang dapat digunakan oleh pemerintah daerah terutama dinas-dinas terkait,

masyarakat umum serta pihak ketiga untuk kegiatan penanganan dan

pengurangan risiko banjir seperti penyusunan SID, DED, perencanaan bangunan

infrastruktur pengelolaan banjir serta input untuk pemutakhiran peta risiko. SID

penyusunan dana perencana, namun tidak tertutup hanya bagi pemerintah pusat

namun juga bermanfaat bagi pemerintah provinsi ataupun lokal.

6.2 PROGRAM DAN KEGIATAN PENANGGULANGAN

Program dan kegiatan penanggulangan bencana tidak hanya dirancang

untuk menangani permasalahan yang ditimbulkan oleh bencana dalam waktu

sesaat, namun juga dalam jangka menengah, maupun jangka Panjang. Hal ini

sejalan dengan kebijakan Kementerian Pekerjaan Umum yang menyatakan bahwa

BUKU I

Studi Kelayakan Penanganan Banjir Trumon Aceh Selatan Kerjasama dengan Perguruan Tinggi (Swakelola)

TDMRC

96 Tsunami and Disaster Mitigation Research Center Universitas Syiah Kuala

penanggulangan banjir akan dibagi dalam rentangan waktu pendek, menengah

dan panjang.

Periode penangganan banjir biasanya biasanya diterjemahkan dengan

konsep periode ulang banjir berdasarkan debit banjir maksimum sehingga

diketahui konsep dan strategi penanggulangan banjir yang sesuai. Periode ulang

banjir adalah banjir yang terjadi dalam kurun waktu tertentu, misalnya banjir

dengan periode ulang 5 (lima) tahun maka banjir yang dimaksud adalah dalam

kurun waktu 5 (lima) tahun akan terjadi satu kali peistiwa banjir dengan debit

banjir maksimum.

Jika kita berbicara konsep pembangunan jangka pendek, menengah dan

panjang maka penanganan banjir tidak akan sejalan dengan konsep tersebut.

Penanganan banjir dengan periode ulang 2 (dua) tahun belum tentu dapat

diselesaikan dalam rencana pembangunan jangka pendek. Contoh penanganan

banjir untuk daerah dengan luasan DAS yang cukup luas mencapai 1 (satu) jutaan

hektar dengan kapasitas sungai yg tidak sesuai membutuhkan konstruksi

penanggulangan banjir yang cukup besar seperti tanggul banjir dengan panjang

lebih dari 10 km bahkan kadang membutuhkan kanal serta tampungan air seperti

waduk untuk solusi penyelesaiannya. Semakin lama periode ulang banjir yang

ditangani semakin tinggi nilai konstruksi yang harus dibangun untuk

menanggulanginya.

Berdasarkan pengertian periode ulang banjir, jika banjir dengan periode

ulang 2 (dua) tahun yang akan ditangani maka dalam kurun waktu tersebut tidak

akan terjadi banjir dengan kondisi debit maksimum 2 tahunan namun banjir

dengan debit lebih besar dari 2 tahun dapat terjadi. Dalam hal penanganan

masalah banjir untuk kepentingan masyarakat dan daerah dimana hampir setiap

tahun terjadi banjir yang meyebabkan perekonomian masyarakat dan

pembangunan terganggu, konsep penanganan banjir dapat dimulai dengan

periode ulang 2 tahun yang dikombinasikan dengan kegiatan pengurangan risiko

BUKU I

Studi Kelayakan Penanganan Banjir Trumon Aceh Selatan Kerjasama dengan Perguruan Tinggi (Swakelola)

TDMRC

97 Tsunami and Disaster Mitigation Research Center Universitas Syiah Kuala

banjir baik struktural maupun non struktural. Kegiatan- kegiatan yang dilakukan

pada penanganan banjir dengan periode ulang 2 thn biasanya berkisar pada

pembuatan tanggul penahan banjir, normalisasi sungai dan upaya mitigasi.

seperti modifikasi rumah sehingga aman ketika banjir misalnya rumah panggung.

Standar rumah yang akan dibangun harus disesuaikan dan dapat beradaptasi

terhadap banjir. Pembangunan bangunan evakuasi multi fungsi juga dapat

dijadikan solusi sehingga dapat menjadi bangunan yang memiliki fungsi sosial

lain yang dapat digunakan untuk kegiatan masyarakat dan keperluan sehari–hari

serta dapat digunakan untuk evakuasi pada masa tanggap darurat atau saat

datangnya banjir.

Penanganan banjir dengan periode ulang lebih besar dari 2 thn, dengan

kondisi daerah tangkapan banjir atau DAS yang cukup luas, dimana kelebihan

debit aliran di sungai tidak hanya dipandang sebagai permasalahan banjir, namun

dapat dimanfaatkan sebagai potensi untuk meningkatkan nilai ekonomis wilayah

layanan sungai. Lebih jauh lagi, penanggulangan banjir dengan konsep ini akan

mampu mampu memanfaatkan potensi kejadian banjir berskala besar, yaitu banjir

kala ulang di atas 10 (sepuluh) tahunan, sebagai sumber air dan energi terbarukan

yang meliputi pembangunan waduk, kanal, bendungan, rehabilitasi situ,

penghutanan di wilayah hulu sehingga kelebihan debit air bisa di transformasikan

menjadi sumber air untuk keperluan pertanian, perkebunan serta sumber tenaga

pembangkit listrik tenaga air.

6.2.1 Rencana Penanganan Banjir

Rencana penanganan banjir dalam upaya penanggulangan banjir di

Kawasan Trumon dimaksudkan untuk mengurangi intensitas debit banjir di hilir

wilayah Trumon. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk mengupayakan

penanganan luapan banjir yang terjadi di wilayah hilir, yaitu dengan cara

BUKU I

Studi Kelayakan Penanganan Banjir Trumon Aceh Selatan Kerjasama dengan Perguruan Tinggi (Swakelola)

TDMRC

98 Tsunami and Disaster Mitigation Research Center Universitas Syiah Kuala

mengurangi debit banjir yang meluap di wilayah hilir, sebagaimana yang sering

terjadi setiap tahunnya pada wilayah Trumon.

Perencanaan penanggulangan banjir dimulai dengan melakukan simulasi

atau pemodelan banjir dan analisa debit banjir berdasarkan kejadian-kejadian

sebelumnya. Input pemodelan banjir tersebut adalah debit banjir rencana, yang

akan melalui aliran sungai satu dimensi sebesar, Q = 7046 m3/dtk dengan periode

ulang 2 thn. Besarnya debit yang meluap pada titik banjir akan digunakan sebagai

input pemodelan spasial wilayah genangan banjir yang dihitung menggunakan

data DEM. Hasil simulasi tersebut kemudian divalidasi dengan data hasil

observasi lapangan, yaitu berupa data pengukuran ketinggian genangan, batas

wilayah luapan banjir dan ketinggian genangan banjir.

Hasil simulasi banjir, terutama estimasi lokasi dan tinggi luapan air pada

ruas sungai, akan digunakan untuk merencanakan konstruksi penahan dan

pengurangan debit luapan banjir. Hasil sebaran dan luapan nya dapat dilihat pada

gambar berikut ini.

Gambar 6.1 Peta sebaran banjir hasil permodelan Hec Ras Periode Ulang 2 tahun Sumber : Hasil Analisis (2019)

BUKU I

Studi Kelayakan Penanganan Banjir Trumon Aceh Selatan Kerjasama dengan Perguruan Tinggi (Swakelola)

TDMRC

99 Tsunami and Disaster Mitigation Research Center Universitas Syiah Kuala

Gambar 6.2 Peta ketinggian banjir hasil permodelan Hec Ras Periode Ulang 2 tahun Sumber : Hasil Analisis (2019)

Dari peta sebaran dan ketinggian banjir di atas bisa kita lihat hanya dengan

periode ulang 2 thn, 90% lahan di kawasan trumon terdampak oleh banjir dengan

ketinggian yang bisa mencapai lebih dari 2 m.

Berdasarkan hasil survey lapangan dan analisis data citra satelit, morfologi

sungai di bagian hilir dari sungai Krueng Trumon berada pada dataran pesisir

yang relatif landai dan batang sungainya berkelok-kelok (meandering), sehingga

menyebabkan perlambatan kecepatan aliran menuju muara sungai. Kondisi ini

diperburuk dengan tingginya sedimen suspensi (angkutan sedimen) yang berasal

dari Daerah Aliran Sungai (DAS) yang menyebabkan pendangkalan di badan

sungai dan daerah muara sehingga kapasitas sungai berkurang dan ketika terjadi

peningkatan debit sungai dalam kala ulang tahunan, dengan kondisi sungai di

bagian hilir yang sedemikian rupa menyebabkan berkurangnya kapasitas aliran di

alur sungai utama. Hal ini akhirnya menyebabkan terjadinya luapan berupa banjir

dan menjadi sebab utama permasalahan banjir. Akar masalah dari penyebab

utama banjir adalah akibat perubahan tutupan lahan di daerah DAS yang menajdi

BUKU I

Studi Kelayakan Penanganan Banjir Trumon Aceh Selatan Kerjasama dengan Perguruan Tinggi (Swakelola)

TDMRC

100 Tsunami and Disaster Mitigation Research Center

Universitas Syiah Kuala

sumber utama angkutan sedimen dari kondisi tertutup (rapat vegetasi) menjadi

terbuka (vegetasi berkurang atau tidak ada sama sekali).

Dari data kejadian banjir yang berhasil dikumpulkan adanya peningkatan

frekuensi banjir dari dua kali dalam setahun menjadi 3 – 4 kali dalam setahun.

Untuk itu perlu adanya rencana kegiatan penanganan banjir yang terstruktur dan

menyeluruh (Hulu-Hilir) sehingga dampak banjir yang menyebabkan korban

jiwa, terganggunya perekonomian masyarakat dan pendapatan daerah yang

berimbas kepada pembangunan. Berdasarkan hasil analisa, permasalahan banjir

untuk kawasan trumon bisa ditanggulangi secara cepat namun hanya efektif

dalam waktu singkat dan tidak akan bertahan lama serta bersifat lokal.

Penanganan bisa dilakukan pembuatan tanggul penahan banjir dan normalisasi

sungai. Namun demikian, penanganan dengan penambahan atau pengurangan

secara fisik dari bentukan / morfologi aliran sungai belum tentu mampu

merespon adanya perubahan rejim aliran dan angkutan sedimen dari aliran

sungai dari waktu ke waktu.

Untuk itu direncanakan strategi penanggulang banjir trumon

berdasarkan periode ulang 2 tahun, 5 tahun serta 50 tahun agar pengendalian

banjir tahunan dan dampaknya tertangani namun konsep penanganan banjir yang

terstruktur dan menyeluruh (Hulu-Hilir) juga bisa tercapai sehinga bisa

memberikan solusi jangka panjang dan meyelesaikan permasalahan banjir tidak

hanya dikawasan Trumon namun di kabupaten lain terutama yang berada di

dalam kawasan DAS Singkil dengan hasil permodelan banjir yang menjadi acuan

dalam pemilihan kegiatan penangan banjir di kawasan trumon.

6.2.1.1 Penanganan Banjir Periode Ulang 2 Tahun, Q = 7046 m3/det

Dari hasil observasi topografi seperti yang dijelaskan di atas serta hasil

permodelan dan observasi lapangan ketinggian banjir, untuk strategi

BUKU I

Studi Kelayakan Penanganan Banjir Trumon Aceh Selatan Kerjasama dengan Perguruan Tinggi (Swakelola)

TDMRC

101 Tsunami and Disaster Mitigation Research Center

Universitas Syiah Kuala

penangganan banjir dengan periode ulang 2 tahun yg direkomendasikan untuk

diterapkan adalah pembangunan tanggul penahan banjir yang bersifat

multifungsi serta normalisasi sungai berupa pengerukkan serta pemeliharaannya.

Lokasi tanggul penahan banjir, di rekomendasikan untuk dibangun pada

titik atau sumber luapan banjir, baik banjir luapan dari sungai alas maupun

sungai trumon. Ketinggian tanggul penahan banjir adalah berkisar dari 2.5 - 6 m

termasuk tinggi jagaan 1-1.5 m utk banjir luapan yg bersumber dari sungai Alas

dan 3-5 m termasuk tinggi jagaan 1-1.5 m untuk sumber luapan banjir dari sungai

Trumon.

Gambar 6.4 Kegiatan Pengerukan Sungai Gambar 6.3 Contoh Tanggul Penahan Banjir

Sungai Alas

Kawasan Trumon

Ka

(

Daerah yang akan dilindungi

Rekomendasi daerah untuk pembuatan tanggul penahan banjir untuk sumber air luapan dari sungai alas

U

K

a

(

Gambar 6.5 lokasi rokemendasi untuk pembuatan tanggul dan Konsep tanggul penahan banjir untuk sumber banjir dari sungai Alas

BUKU I

Studi Kelayakan Penanganan Banjir Trumon Aceh Selatan Kerjasama dengan Perguruan Tinggi (Swakelola)

TDMRC

102 Tsunami and Disaster Mitigation Research Center

Universitas Syiah Kuala

Gambar 6.7 lokasi rokemendasi untuk pembuatan tanggul dan Konsep tanggul penahan banjir untuk sumber banjir dari sungai Trumon

Desa Kapai Seusak

Daerah yang akan dilindungi

Rekomendasi bagian sungai untuk pembuatan tanggul penahan banjir

Koord. 2.845844,

97.837239

Koord. 2.847452

97.829717

Koord. 2.848386

97.827262 Koord. 2.848035

97.824197

Desa Singleng

Daerah yang akan dilindungi

Rekomendasi bagian sungai untuk

pembuatan tanggul penahan banjir

Koord. 2.872780,

97.643144

Koord 2.860809,

97.632905

Daerah yang akan dilindungi

Rekomendasi bagian sungai untuk

pembuatan tanggul penahan banjir

Desa Kuta Baru

Koord. 2.839538,

97.620464

Koord. 2.837239,

97.617278

BUKU I

Studi Kelayakan Penanganan Banjir Trumon Aceh Selatan Kerjasama dengan Perguruan Tinggi (Swakelola)

TDMRC

103 Tsunami and Disaster Mitigation Research Center

Universitas Syiah Kuala

Gambar 6.8 kondisi awal sebelum adanya tanggul penahan banjir Sumber : Hasil Pemodelan (2019)

S Alas

Muka Air Banjir

S Alas

Trumon

Tanggul Penahan

Banjir

Alur Bujok – Seunebok Puntho

0 20 40 60 80 100 120 1401

2

3

4

5

6

7

8

9

mirza

Geom: geometri mirza2

River = Trumon Reach = Trumon Sta 2+275

Station (m)

Ele

vation

(m

)

Legend

WS Q 25th

Ground

Bank Sta

.03 .03 .03

Trumon

Muka Air Banjir

S Alas

BUKU I

Studi Kelayakan Penanganan Banjir Trumon Aceh Selatan Kerjasama dengan Perguruan Tinggi (Swakelola)

TDMRC

104 Tsunami and Disaster Mitigation Research Center

Universitas Syiah Kuala

Gambar 6.9 Kondisi setelah adanya tanggul penahan banjir Sumber : Hasil Pemodelan (2019)

Untuk rencana pembangunan atau implementasi tanggul penahan banjir,

ketinggiannya tanggul, material yang digunakan serta desainnya perlu

didetailkan dengan perencanaan SID (survey, identifikasi dan desain) dan DED

(detail engineering desain) dengan merujuk kepada lokasi rekomendasi

pembangunan tanggul dan data ketinggian air banjir dari Buku III Lampiran Peta

di bagian peta ketinggian banjir dan Peta Peta Arahan Penanggulangan Banjir

periode ulang 2 tahun.

MAB

1 : 11 : 2

Lebar Mercu Tanggul = 4 m

Beton

Tinggi Jagaan = 1 m

Pasir Urug

Pondasi Beton Kupasan = 0,5 m

Urugan Tanah

Gambar 6.10 Desain kontruksi tanggul penahan banjir urugan tanah. Sumber : Dinas Pengairan

BUKU I

Studi Kelayakan Penanganan Banjir Trumon Aceh Selatan Kerjasama dengan Perguruan Tinggi (Swakelola)

TDMRC

105 Tsunami and Disaster Mitigation Research Center

Universitas Syiah Kuala

MAB1 : 1

1 : 1

Lebar Atas Tanggul = 4 m

Talud Kanan = 1 : 1

Tanggul (Batu Alam)

Tinggi Jagaan = 1 m

Talud Kanan = 1 : 1

Gambar 6.11 desain kontruksi tanggul penahan banjir batu alam. Sumber : Dinas Pengairan

Khususnya untuk penggunaan material yang akan digunakan untuk

pembangunan tanggul penahan banjir diharapkan memakai material hasil

rekayasa. Untuk penggunaan material dari alam, diharapkan tidak adanya

ekplorasi yang dapat mengakibatkan kerusakan lingkungan.

Berdasarkan analisa titik luapan banjir dan daerah yang akan dilindungi,

panjang tanggul untuk menangani banjir yang bersumber dari sungai Alas

dengan periode ulang 2 tahun adalah setidaknya 6 km. Untuk penanganan banjir

dengan periode ulang 2 tahun dengan sumber banjir berasal dari DAS sungai

Trumon, berada pada tiga lokasi (desa) yaitu Desa Kapai Seusak dengan panjang

± 770 m, Desa Singleng sepanjang ± 2.09 km dan Desa Kuta Baru Sepanjang ± 644

m. Untuk kegiatan normalisasi sungai berupa pengerukan lebih di utamakan pada

badan sungai Trumon sepanjang ± 10 km untuk menghindari permasalahan banjir

yang bersumber dari curah hujan yang tinggi terjadi pada DAS Trumon serta

adanya debit air sungai Alas yang masuk melalui saluran-saluran air atau bagian

rendah dari sistim DAS Trumon pada kondisi debit maksimum disungai Alas.

BUKU I

Studi Kelayakan Penanganan Banjir Trumon Aceh Selatan Kerjasama dengan Perguruan Tinggi (Swakelola)

TDMRC

106 Tsunami and Disaster Mitigation Research Center

Universitas Syiah Kuala

Diharapkan dengan adanya kegiatan penanganan banjir periode ulang 2

tahun dapat mengurangi banjir sebesar ± 283 miliar.

Untuk lebih jelas arahan rencana penanganan banjir dengan periode ulang

2 tahun dapat dilihat pada Buku III Lampiran Peta di bagian Peta Arahan

Penanggulangan Banjir periode ulang 2 tahun.

6.2.1.2 Penanganan Banjir Periode Ulang 5 Tahun, Q = 8882 m3/det

Penanganan periode ulang ini direncanakan untuk mengurangi frekuensi

banjir sambil menunggu penanganan banjir dengan periode ulang yg lebih besar

mampu untuk dilaksanakan sehingga permasalahan banjir di kawasan trumon

bisa teratasi.

Kegiatan yang dilakukan untuk penanggulangan banjir di wilayah Trumon

untuk periode ulang 5 tahun adalah dengan konsep pengalihan debit banjir.

Pengalihan debit banjir bertujuan untuk memberikan ruang yang cukup kepada

luapan air yang melebihi kapasitas tampungan sungai alami di bagian hilir sungai

Krueng Trumon dan pada bagian titik luapan Sungai Alas. Sejumlah debit air

akan dialihkan dari sungai ke daerah rawa yang tidak produktif, yang

mempunyai area yang cukup luas untuk menampung debit banjir dan sekaligus

berfungsi untuk mengendapkan sedimen secara perlahan pada setiap peristiwa

banjir, sehingga Kawasan rawa yang semula tidak produktif diharapkan akan

menjadi wilayah yang dapat ditanami oleh masyarakat yang memanfaatkannya,

seperti lahan pertanian atau perkebunan sehingga pada akhirnya akan

meningkatkan perekonomian masyarakat.

Kanal Air

Kondisi inisial rawa

Rawa Singkil

BUKU I

Studi Kelayakan Penanganan Banjir Trumon Aceh Selatan Kerjasama dengan Perguruan Tinggi (Swakelola)

TDMRC

107 Tsunami and Disaster Mitigation Research Center

Universitas Syiah Kuala

Implementasi rencana ini perlu dilakukan kajian yang mendalam terlebih

dahulu mengenai dampak lingkungan, analisa kesesuaian perubahan fungsi serta

dampak ekonominya sehingga bisa memberikan hasil yang optimal.

Untuk strategi penanganan periode ulang ini perlu adanya pembangunan

kanal atau saluran banjir yang mengarah ke rawa dan keluar dari rawa. Lokasi

kanal ini disesuaikan dengan sumber luapan banjir baik dari Sungai Alas ataupun

Krueng Trumon dan outlet natural dari daerah rawa. Jumlah kanal air yang

direkomendasikan untuk dibangun pada rencana penangana banjir periode ulang

5 tahun ini berjumlah 3 (tiga) titik dari Sungai Alas dan 3 (tiga) titik keluar (outlet)

dari daerah rawa menuju laut. Sedangkan untuk luapan banjir yang bersumber

dari Krueng Trumon, direkomendasikan cukup dibangun 1 (satu) kanal banjir

yang mengarah ke daerah rawa Trumon.

Gambar 6.12 lokasi rokemendasi untuk pembuatan kanal dan konsep perubahan fungsi

lahan (reklamasi rawa)

BUKU I

Studi Kelayakan Penanganan Banjir Trumon Aceh Selatan Kerjasama dengan Perguruan Tinggi (Swakelola)

TDMRC

108 Tsunami and Disaster Mitigation Research Center

Universitas Syiah Kuala

Dimensi kanal yang direkomendasikan untuk dibangun disyaratkan

mampu untuk mengalirkan debit air sebesar 1000 m3/det. Dimensi dan lokasi

rencana kanal air dapat dilihat pada Buku III Lampiran Peta di bagian Peta

Arahan Penanggulangan Banjir periode ulang 5 tahun, namun untuk

implementasinya seperti pada rencana periode ulang 2 tahun perlu adanya

perencanaan SID (survey, identifikasi dan desain) dan DED (detail engineering

desain) dengan titik lokasi, debit rencana rekomendasi menjadi referensi untuk

perencanaan.

6.2.1.3 Penanganan Banjir Periode Ulang 50 Tahun, Q = 12.841 m3/det.

Sebagaimana yang telah dijelaskan tentang hasil analisis spasial dan

hidrologis wilayah DAS yang melayani wilayah Trumon pada Bab V,

permasalahan mendasar atas sering terjadinya peristiwa banjir di Kawasan

Trumon adalah penurunan kapasitas sungai berupa pendangkalan di badan

sungai dan muara. Penurunan kapasitas sungai terjadi akibat tingginya angkutan

sedimen yang merupakan dampak perubahan tutupan lahan di kawasan DAS

sungai (Singkil dan Trumon) yang tidak terelakkan. Kondisi ini diperburuk

dengan adanya perubahan luas daerah tangkapan air yang cukup signifikan

akibat bertemunya aliran air dari DAS Trumon dan DAS Singkil.

Dari hasil analisa di ketahui bahwa penyebab utama banjir dan akar

permasalahan banjir tidak akan mampu ditangani berdasarkan banjir periode

ulang 2 tahun dan 5 tahun mengingat kompleksitas permasalahannya, terlebih

tingkat perubahan tutupan lahan dari tertutup menjadi terbuka di kawasan DAS

singkil yang cukup besar seperti yang diinformasikan pada Bab V dari buku ini

sebesar 243 ribu Ha. Untuk dapat menangani permasalahan banjir dengan

dengan kondisi ini, maka rencana penanganan banjir dengan periode ulang 50

BUKU I

Studi Kelayakan Penanganan Banjir Trumon Aceh Selatan Kerjasama dengan Perguruan Tinggi (Swakelola)

TDMRC

109 Tsunami and Disaster Mitigation Research Center

Universitas Syiah Kuala

tahun dapat menjadi solusi untuk mengatasi permasalahan banjir di kawasan

Trumon.

Suatu kegiatan teknis untuk menanggulangi permasalahan banjir dengan

periode ulang 50 tahun terutama dengan kondisi luasan DAS seperti DAS Singkil

akan membutuhkan waktu yang panjang dan biaya besar. Untuk itu sudah

seharusnya mempertimbangkan manfaat yang dihasilkan dalam jangka waktu

yang Panjang juga. Dalam upaya penanggulangan banjir kala ulang di atas 10

(sepuluh) tahunan memerlukan kajian yang komprehensif terhadap permasalahan

banjir. Kajian tersebut tidak hanya terbatas pada penanganan di titik titik banjir

saja, ataupun hanya melihat dampak lokal yang ditimbulkan akibat luapan dan

genangan banjir, melainkan juga harus mengkaji akar permasalahan terjadinya

banjir tersebut terkait dengan kondisi DAS, aktivitas pemanfaatan sumber daya

alam pada DAS tersebut, termasuk debit air, material sungai, maupun aktivitas

masyarakat di sepanjang wilayah DAS dan jaringan sungai yang termasuk di

dalamnya, mulai dari hulu sampai hilirnya. Pemahaman yang baik akan kondisi

yang ada di sepanjang wilayah DAS dan aliran sungai dalam hal ini sangat

dibutuhkan agar keterkaitan dan hubungan sebab akibat antara berbagai

permasalahan yang teridentifikasi di sepanjang DAS akan mampu terpetakan.

Berdasarkan pemahaman tersebut kemudian akan digunakan untuk

menyelesaikan permasalahan-permasalahan tersebut secara strategis, bertahap

dan terstruktur serta memberikan nilai manfaat bagi masyarakat dan kelestarian

alam. Oleh karena itu, solusi jangka Panjang dari pengelolaan bencana banjir

untuk waktu jangka Panjang yang membutuhkan investasi yang besar, terutama

secara finansial, dengan demikian harus mampu menghasilkan solusi teknis yang

dapat menghasilkan keuntungan yang optimal. Berangkat dari prinsip tersebut,

maka kelebihan debit yang terjadi di wilayah DAS yang ditinjau, bukan hanya

dipandang sebagai suatu ancaman, yaitu potensi banjir, namun perlu di pandang

BUKU I

Studi Kelayakan Penanganan Banjir Trumon Aceh Selatan Kerjasama dengan Perguruan Tinggi (Swakelola)

TDMRC

110 Tsunami and Disaster Mitigation Research Center

Universitas Syiah Kuala

sebagai potensi sumber daya air yang dapat dimanfaatkan, untuk itu perlu adanya

kontruksi air berupa waduk atau kolam tampungan, bendungan serta bangunan-

bangunan pendukungnya yang bisa bermanfaat untuk pengelolaan sumber daya

air. Pemanfaatan waduk dan bendungan dapat mejadi objek wisata,

pembangkitan energi listrik, penyediaan air baku untuk kebutuhan industri atau

rumah tangga, dan juga untuk menunjang kebutuhan air irigasi untuk mengairi

lahan-lahan pertanian dan perkebunan.

Berdasarkan kondisi topografis dan jejaring sungai dari dua DAS yang

melayani sungai Krueng Trumon, yaitu DAS Singkil dan DAS Trumon, maka

potensi sumber daya air yang dimanfaatkan sebesar 212,12 miliar m3/tahun 16 x

lebih besar dari potensi DAS sungai Citarum sebesar 12,9 miliar m3/tahun

(sumber : Balai Besar Wilayah Sungai Citarum, Dinas PSDA Provinsi Jawa Barat

2008) yang dimanfaatkan untuk Waduk Jatiluhur. Dengan potensi yang cukup

signifikan ini sumber daya air DAS singkil harus mampu dimanfaatkan sejak dari

hulu sampai ke hilir, sehingga tidak hanya akan mengakibatkan terjadinya

peristiwa banjir yang berulang, namun justru dapat dimanfaatkan untuk berbagai

Gambar 6.13 waduk dengan multi fungsi, Sumber : Waduk Jatiluhur, PUPR.

BUKU I

Studi Kelayakan Penanganan Banjir Trumon Aceh Selatan Kerjasama dengan Perguruan Tinggi (Swakelola)

TDMRC

111 Tsunami and Disaster Mitigation Research Center

Universitas Syiah Kuala

keperluan masyarakat dan bernilai ekonomis tinggi, sebelum akhirnya mengalir

ke laut.

Pemanfaatan air secara strategis, efektif dan efisien, akan secara langsung

mengontrol debit air yang mengalir dari hulu sampai ke hilir sedemikian rupa

sehingga menjadi solusi bagi penanggulangan banjir yang selama ini sering

terjadi. Pemanfaatan potensi sumber daya air yang besar tersebut dapat

diproyeksikan sekaligus sebagai upaya penanggulangan banjir untuk periode 50

tahun bahkan 100 tahunan, yang merupakan periode jangka panjang yang sesuai

untuk investasi pengelolaan potensi sumber daya alam secara strategis dan

bernilai manfaat ekonomis tinggi.

Berdasarkan pertimbangan di atas, solusi teknis yang direkomendasikan

untuk menanggulangi banjir di Kawasan Trumon adalah berupa pembangunan

bendungan (dam) dan Waduk dengan kapasitas tampungan efektif ±200 juta m3

dengan ketinggian bangunan pelimpah yang direkomendasi sebesar 100 m di

daerah hulu DAS Singkil dengan 3 alternatif lokasi yang berada di wilayah

Subulussalam dan Aceh Tenggara. Pembangunan dam dan waduk tersebut

bertujuan untuk mengumpulkan volume air yang cukup untuk dapat

dimanfaatkan secara optimum pada saat dialirkan ke hilir, sekaligus berfungsi

sebagai penahan volume air yang mengakibatkan banjir di hilir. Volume air yang

ditampung dalam waduk kemudian dapat dimanfaatkan secara optimal untuk

keperluan pembangkitan energi listrik (PLTA) dan pengambilan air baku untuk

keperluan air minum atau irigasi. Di samping itu, air tampungan di waduk sendiri

dapat dimanfaatkan untuk sumber air minum satwa yang dilestarikan pada

wilayah hutan lindung di sekitarnya, budidaya ikan air tawar, dan berpotensi

untuk dikembangkan sebagai Kawasan pariwisata alam. Dengan kapasitas waduk

serta sumber daya air yang ada, potensi energi energi listrik yang dapat dihasilkan

BUKU I

Studi Kelayakan Penanganan Banjir Trumon Aceh Selatan Kerjasama dengan Perguruan Tinggi (Swakelola)

TDMRC

112 Tsunami and Disaster Mitigation Research Center

Universitas Syiah Kuala

± 220 MW dan serta mampu untuk mengairi seluas 15 – 18 ribu Ha bila di

gunakan untuk keperluan irigasi.

Solusi-solusi teknis dan strategis yang disampaikan di atas tentu saja

memerlukan studi lebih lanjut, terutama dalam hal kelayakan secara sosio-

ekonomis dan juga lingkungan. Hal ini terutama terkait dengan konflik

pemanfaatan dan peruntukan lahan eksisting dan konflik terhadap kelestarian

lingkungan hutan lindung di Kawasan hulu DAS.

Dengan demikian, pemanfaatan sumber daya air pada wilayah DAS

Trumon dan DAS Singkil akan bermanfaat tidak hanya untuk mengurangi risiko

bencana banjir dalam waktu jangka panjang, namun juga bermanfaat sebagai

sumber daya air yang bernilai ekonomis tinggi yang berkontribusi pada

ketersediaan dan pemanfaatan sumber daya air nasional.

Untuk lebih jelas lokasi potensi untuk rencana dan strategi jangka panjang

penanggulangan banjir di kawasan Trumon dapat dilihat pada Buku III Lampiran

Peta di bagian Peta Arahan Penanggulangan Banjir periode ulang 50 tahun.

6.3 ANALISIS KELAYAKAN

Analisa kelayakan dari sebuah kegiatan atau program biasanya dilakukan

dalam dua parameter yaitu parameter fisik dan finasial. Parameter fisik berkaitan

dengan konstruksi sedangkan finasial berorientasi kepada keuntungan dari

investasi atau pembangunan dari kontruksi yang akan dievaluasi.

Dari kerangka penyusunan studi kelayakan serta data yang tersedia,

analisa kelayakan rencana dan strategi penangganan banjir kawasan trumon

dilakukan berdasarkan analisa fisik yang meliputi jenis kontruksi penanganan

banjir, material dan solusi waktu yang diberikan. Untuk analisa kelayakan finasial

bisa dilakukan pada saat melakukan kegiatan SID (Survey Identification Design)

dengan mengkolaborasikan hasil studi kelayakan ini.

BUKU I

Studi Kelayakan Penanganan Banjir Trumon Aceh Selatan Kerjasama dengan Perguruan Tinggi (Swakelola)

TDMRC

113 Tsunami and Disaster Mitigation Research Center

Universitas Syiah Kuala

6.3.1 Rencana Penanganan Banjir Periode Ulang 2 Tahun

Dari rencana kegiatan penanganan banjir dengan periode ulang 2 tahun

berupa pembuatan tanggul penahan luapan banjir di beberapa titik luapan

dengan mempertimbangkan elevasi muka tanah (topografi) dan kedalaman banjir,

“layak” untuk dilakukan dari segi kondisi topografi, geomorfologi, jenis tanah

profil banjir serta keuntungan yang diperoleh dari kegiatan penanganan banjir.

Berdasarkan kondisi geomorfologi dan jenis tanah pada kawasan trumon

terutama pada daerah dimana tanggul akan dibangun merupakan daerah rawa

(alluvial plain) dengan jenis tanah tropofluvent yang mempunyai tektur dari sangat

halus sampai sedang dengan muka air tanah yang tinggi, ada beberapa hal yang

harus diperhatikan dalam pemilihan jenis konstruksi untuk jadi pertimbangan

pengambil kebijakan dan perencanaan DED (Detail Engineering Design) antara

lain :

Tinggi jagaan banjir dengan Q = 7046 m3/det dengan periode ulang 2

tahun minimal 1.5 m

Tanggul dengan ketinggian < 3 m, desain kemiringan 1 : 1 Ketinggian 3-5 m , desain kemiringan 1 : 1.5 Ketinggian > 5 m, desain kemiringan 1 : 2

Material konstruksi tanggul jenis tanah adalah tanah liat untuk menekan biaya konstruksi

Landasan atau pondasi tanggul berupa batuan

Untuk mendapatkan gambaran lebih luas dan pertimbangan pemilihan jenis

konstruksi untuk daerah rawa dapat dilihat pada tabel 6.1 berikut ini.

Tabel 6.1 Perbandingan Pemilihan Jenis Konstruksi

BUKU I

Studi Kelayakan Penanganan Banjir Trumon Aceh Selatan Kerjasama dengan Perguruan Tinggi (Swakelola)

TDMRC

114 Tsunami and Disaster Mitigation Research Center

Universitas Syiah Kuala

BUKU I

Studi Kelayakan Penanganan Banjir Trumon Aceh Selatan Kerjasama dengan Perguruan Tinggi (Swakelola)

TDMRC

115 Tsunami and Disaster Mitigation Research Center

Universitas Syiah Kuala

Sumber : Wiwin Andayani, 2017

Selain pemilihan jenis konstruksi serta standar dimensinya, pertimbangan

lainnya adalah solusi temporal yang diberikan. Untuk kondisi DAS singkil dan

sungai Alas dengan tingkat angkutan sedimentasi yang ada, dikhawatirkan

penangganan banjir dengan pembuatan tanggul tidak akan berlangsung lama.

Untuk itu penangan banjir dengan pembuatan tanggul sebaiknya di kombinasikan

dengan mitigasi banjir non struktural dan pengurangan risiko banjir seperti

seperti peraturan tata guna lahan, kegiatan desiminasi untuk menjaga hutan-

lingkungan agar erosi bisa dikurangi dan konsep bangunan (rumah) yang

beradaptasi dengan profil banjir.

6.3.2 Rencana Penanganan Banjir Periode Ulang 5 Tahun

Seperti yang telah dijelas pada bagian rencana penanganan banjir periode

ulang 5 tahun, program atau kegiatan yang direkomendasikan adalah pembuatan

kanal banjir serta pemanfaatan rawa singkil sebagai retention basin alami dengan

tujuan jangka panjangnya adalah menjadikan rawa singkil dari lahan yang tidak

produktif menjadi lahan produktif.

Retention basin berfungsi untuk mengurangi debit puncak banjir dalam

hal ini debit banjir Sungai Alas yang akan mengalir menuju hilir dan melimpas ke

BUKU I

Studi Kelayakan Penanganan Banjir Trumon Aceh Selatan Kerjasama dengan Perguruan Tinggi (Swakelola)

TDMRC

116 Tsunami and Disaster Mitigation Research Center

Universitas Syiah Kuala

kawasan yang akan dilindungi. Air pada puncak banjir akan disimpan di

retention basin selama banjir berlangsung dan keluar setelah banjir reda, sehingga

debit yang mengalir pada badan sungai tidak melebihi kapasitas tampungan

sungai dan bagian hilir pun akan terlindung dari banjir. Berdasarkan Luas Rawa

Singkil yang mencapai 102.500 ha, penanganan banjir periode ulang 5 tahun

dengan konsep menjadikan rawa singkil sebagai retention basin untuk

menampung debit banjir sebesar 3.000 m3/det Layak untuk dijadikan alternatif

penanganan dari segi hidrologi.

Dari segi lingkungan hidup, rencana penangan banjir ini harus dilakukan

kajian mendalam terlebih dahulu mengingat rawa singkil merupakan daerah

cagar alam yang telah mempunyai payung hukum. Untuk menjadi dasar dalam

perencanaaan kajian-kajian seperti analisa dampak lingkungan (amdal), kondisi

biofisik rawa, nilai sosial-ekonomi serta dampak jangka panjang penting untuk

menjadi rujukan sehingga tidak menimbulkan konflik dan bencana baru.

Terlepas dari permasalahan yang mungkin timbul seperti perjelasan di atas,

ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan terutama dalam hal

pembangunan kanal sehingga layak untuk dilaksanakan :

Kapasitas dan dimensi kanal diseuaikan dengan debit banjir rencana yang telah ditentukan yaitu 3000 m3/det

Preservasi dari lingkungan alami

Penggunaan lahan di sepanjang sungai

Bentuk dari kanal banjir berupa trapesium

Elevasi kanal disesuaikan sehingga pembagian debit air tidak menggangu fungsi utama sungai Alas

Kemiringan kanal harus memperhitungan tingginya angkutan sedimen agar pemeliharaan kanal bisa efisien.

6.3.3 Rencana Penanganan Banjir Periode Ulang 50 Tahun

Untuk program penanganan banjir periode ulang 50 tahun yang

berorientasi pada pengelolaan sumber daya air pembangunan fisik harus

memperhitungkan keuntungan dan kerugian investasi yang dibangun seperti

BUKU I

Studi Kelayakan Penanganan Banjir Trumon Aceh Selatan Kerjasama dengan Perguruan Tinggi (Swakelola)

TDMRC

117 Tsunami and Disaster Mitigation Research Center

Universitas Syiah Kuala

pembangunan waduk, bendung, serta bangunan air lainnya. Dalam hal

pemanfaatan waduk dan bendung untuk keperluan irigasi atau sumber air baku

dinilai belum optimal pemanfaatannya baik dari segi kebutuhan ataupun hasil

investasi. Namun demikian, dari sisi biaya atau investasi yang dikeluarkan untuk

waduk yang dibangun dapat menghasilkan keuntungan baik bagi masyarakat

ataupun daerah serta mampu menanggulangi bencana banjir.

Terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan terkait kondisi DAS dalam

pemanfaatan sumber daya air seperti :

• kemiringan lereng 15 % - 40 %,

• kondisi cekungan topografi yang mampu menampung air,

• kondisi geologi yang tidak berada pada daerah patahan

• debit rata-rata sungai minimum 1000 m3/dtk

• perbedaan ketinggian (H) minimum 50 m

Dari parameter di atas dan berdasarkan kondisi topografi yang ditinjau dan

hasil analisis hidrologi di BAB V, pembuatan waduk dan bendung di daerah DAS

Singkil layak untuk dibangun.

Gambar 6.14 Sketsa PLTA , Sumber : Melanda Devi Amanta, 2013

BUKU I

Studi Kelayakan Penanganan Banjir Trumon Aceh Selatan Kerjasama dengan Perguruan Tinggi (Swakelola)

TDMRC

118 Tsunami and Disaster Mitigation Research Center

Universitas Syiah Kuala

Dari hasil kajian direkomendasi pembuatan Waduk dan bendungan serta

konstruksi pendukung lainnya yang bisa di manfaatkan untuk kebutuhan

Instalasi PLTA. Investasi untuk sebuah proyek teknis seperti PLTA umumnya

memerlukan dana yang cukup besar, dan akan mempengaruhi perusahaan dalam

jangka Panjang. Oleh karena itu untuk menghindari keterlanjuran penanaman

modal yang terlalu besar untuk kegiatan yang ternyata tidak menguntungkan,

maka perlu diadakan studi kelayakan. Solusi-solusi teknis dan strategis yang

disampaikan di atas tentu saja memerlukan studi lebih lanjut, terutama dalam hal

kelayakan secara sosio-ekonomis dan juga lingkungan. Hal ini terutama terkait

dengan konflik pemanfaatan dan peruntukan lahan eksisting dan konflik terhadap

kelestarian lingkungan hutan lindung di Kawasan hulu DAS.

Analisis kelayakan untuk pembangunan PLTA pada aliran sungai di

DAS Singkil dilakukan dengan analisa kelayakan finansial karena bersifat

investasi dengan metode BCR (benefit cost ratio). Secara umum Studi kelayakan

ekonomi pembangunan waduk dan bendungan untuk keperluan PLTA tersebut

menggunakan metode deskriptif kuantitatif. Komponen analisis ekonomi terdiri

atas biaya investasi, pengeluaran tahunan, dan manfaat (revenue) dari hasil

penjualan energi listrik. Data yang digunakan meliputi: Harga satuan bahan, upah

dan pekerjaan, jenis dan harga peralatan mekanikal elektrikal, harga tanah, harga

jual energi listrik.

Dari hasil analisa awal dengan estimasi debit pengambilan PLTA rencana

sebesar 200 m3/dtk, pada tahun ke-3 operasional PLTA diestimasikan mendapat

keuntungan sebesar ± 128 Miliar.

Dari segi jenis bendungan yang cocok untuk dibangun, disarankan

menggunakan konstruksi bendungan beton bertulang dengan tinggi jagaan 5

meter.

BUKU I

Studi Kelayakan Penanganan Banjir Trumon Aceh Selatan Kerjasama dengan Perguruan Tinggi (Swakelola)

TDMRC

119 Tsunami and Disaster Mitigation Research Center

Universitas Syiah Kuala

Dalam hal pengendalian sedimentasi yang merupakan permasalahan

utama banjir, disarankan untuk melakukan pengerukan secara berkala dengan

memanfaatkan sedimen untuk keperluan lainnya, pengendalian erosi dan

penggenlontoran endapan di waduk serta pembuatan saluran pintas.

BAB VII PENUTUP DAN REKOMENDASI

BUKU I

Studi Kelayakan Penanganan Banjir Trumon Aceh Selatan Kerjasama dengan Perguruan Tinggi (Swakelola)

TDMRC

120 Tsunami and Disaster Mitigation Research Center

Universitas Syiah Kuala

7.1 KESIMPULAN

Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari hasil studi adalah sebagai

berikut:

1. Kecamatan Trumon, Kecamatan Trumon Tengah dan Kecamatan Trumon

Timur merupakan kawasan yang paling sering mengalami bencana banjir.

Adanya peningkatan frekuensi banjir yg terjadi dari satu kali banjir besar

selama periode 5 (lima) tahun menjadi satu kali setiap tahunnya dan

sekurang – kurangnya kejadian banjir terjadi selama 2 (dua) kali dalam satu

tahun. Kondisi ini terjadi akibat adanya perubahan luas daerah tangkapan

air untuk Kawasan Trumon, yaitu dari luas 53.262 Ha menjadi sebesar

786.675 Ha atau meningkat sebesar 14 kali.

2. Sumber banjir dipengaruhi oleh 2 (dua) DAS yaitu DAS Trumon sendiri

dengan sungai utamanya Sungai Trumon dan DAS Singkil yang berbatasan

dengan DAS Trumon dengan sungai utamanya Sungai Alas. Kondisi banjir

lintas batas DAS yang terjadi kawasan Trumon akibat kondisi topografi

(perbedaan ketinggian elavasi tanah) di batasan DAS Trumon dan Singkil

sangat kecil ± 2 m sehingga debit dan luapan banjir dari sungai Alas masuk

kedalam sistim DAS Trumon.

3. Penyebab utama banjir di kawasan Trumon (Trumon Tengah, Trumon

Timur dan Trumon) adalah penurunan kapasitas sungai (pendangkalan)

baik di badan sungai ataupun di muara sungai akibat sedimentasi yang

cukup tinggi. Kondisi ini terjadi di kedua sungai baik Sungai Alas ataupun

Sungai Trumon.

4. Peningkatan sedimen terjadi akibat perubahan tutupan lahan di kawasan

DAS sungai dari kondisi tertutup menjadi terbuka dengan luasan

BUKU I

Studi Kelayakan Penanganan Banjir Trumon Aceh Selatan Kerjasama dengan Perguruan Tinggi (Swakelola)

TDMRC

121 Tsunami and Disaster Mitigation Research Center

Universitas Syiah Kuala

perubahan ± 242 ribu Ha dari tahun2007 sampai tahun 2018 di kawasan

DAS Sungai Alas.

5. Penyebab banjir lainnya adalah akibat curah hujan yang tinggi di wilayah

Trumon. Berdasarkan pembagian wilayah zona hujan dari data BMKG,

menunjukkan bahwa wilayah Trumon Kabupaten Aceh Selatan termasuk

ke dalam zona Non ZOM.

6. Debit banjir rencana yang diperoleh berdasarkan perhitungan periode

ulang 5 tahunan yaitu sebesar 8882.285 m3/dt. Debit Banjir periode ulang 5

tahunan digunakan untuk pemodelan daerah banjir menggunakan

program HEC RAS 5.0.7.

7. Skenario penanganan banjir dilakukan berdasar pada periode ulang banjir

2 thn dengan Q = 7046 m3/det, 5 thn dengan Q = 8882 m3/det dan 50 thn

dengan Q = 12.841 m3/det.

7.2 SARAN

Saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut:

1. Untuk penanggulangan banjir pada kawasan trumon, diharapkan dapat

melakukan koordinasi antara Pemerintah Daerah yaitu Kabupaten –

Kabupaten dan Provinsi yang ada di wilayah DAS Trumon dan DAS

Singkil mengingat kondisi DAS lintas batas kabupaten dan propinsi.

2. Pembentukan Taks Force atau disebut juga Satuan Tugas (Satgas) di

lingkungan Pemerintah Daerah Aceh Selatan yang terdiri dari dinas–dinas

terkait diperlukan untuk penanggulangan banjir, yang didukung oleh

pemerintah daerah dan eksekutif.

3. Untuk pengelolaan banjir, selanjutnya Pemerintah Daerah dapat

melakukan kegiatan lanjutan yang berupa SID (Survey Investigation Design)

BUKU I

Studi Kelayakan Penanganan Banjir Trumon Aceh Selatan Kerjasama dengan Perguruan Tinggi (Swakelola)

TDMRC

122 Tsunami and Disaster Mitigation Research Center

Universitas Syiah Kuala

dan DED (Detail Engineering Design) dengan pengambilan data secara detil

agar permasalahan banjir di Kawasan Trumon dapat teratasi dengan baik.

4. Penanganan banjir sebaiknya dilakukan berdasarkan periode ulang banjir

yang dimulai dengan periode ulang 2 thn, 5 thn dan 50 thn.

a. Penangan banjir periode ulang 2 thn direkomendasikan dengan konsep

mitigasi stuktural dan non struktural. Untuk mitigasi struktural adalah

bangunan tanggul untuk mencegah agar tidak terjadi luapan banjir dari

sungai Trumon dan mencegah air yang meluap dari sungai Alas masuk

ke kawasan Trumon. Dimensi dan jenis konstruksi tanggul disesuaikan

dengan profil banjir. Penanganan banjir dengan metode di atas

disarankan untuk kombinasikan dengan mitigasi non struktural seperti

peraturan tata guna lahan, kegiatan desiminasi untuk menjaga hutan-

lingkungan dan konsep bangunan (rumah) yang beradaptasi dengan

profil banjir, agar penanganan lebih maksimal.

b. Untuk penanganan banjir dengan periode ulang 5 thn dapat dilakukan

dengan pembuatan kanal banjir untuk mengalihkan air banjir ke Rawa

Trumon – Singkil sebagai tampungan alami.

c. Rekomendasi untuk penanggulangan banjir periode ulang 50 thn

dilakukan dengan konsep pemanfaatan Sumber daya Air, dikarenakan

penanggulangan banjir periode ulang 50 thn akan memakan biaya yang

tidak sedikit mengingat debit banjir yang di tanggulangi juga sangat

besar yaitu Q = 12.841 m3/det. Penanggulangan dilakukan

pembangunan waduk (tampungan) dan bendungan pada lokasi yang

sesuai sehingga dapat digunakan untuk keperluan irigasi, lokasi wisata

dan pembangunan instalasi PLTA yang dapat menjadi sumber

pendapatan daerah dan bermanfaat bagi masyarakat banyak.

BUKU I

Studi Kelayakan Penanganan Banjir Trumon Aceh Selatan Kerjasama dengan Perguruan Tinggi (Swakelola)

TDMRC

123 Tsunami and Disaster Mitigation Research Center

Universitas Syiah Kuala

5. Perlu adanya kajian AMDAL dalam hal kerusakan lingkungan dengan

melakukan koordinasi antara Pemerintah Daerah Aceh Selatan dengan

Dinas Lingkungan Hidup dan LSM yang bergerak dibidang lingkungan.

BUKU I

Studi Kelayakan Penanganan Banjir Trumon Aceh Selatan Kerjasama dengan Perguruan Tinggi (Swakelola)

TDMRC

124 Tsunami and Disaster Mitigation Research Center

Universitas Syiah Kuala