buku i studi kelayakan penanganan banjir trumon aceh ... · banjir kawasan trumon merupakan...
TRANSCRIPT
BUKU I
Studi Kelayakan Penanganan Banjir Trumon Aceh Selatan Kerjasama dengan Perguruan Tinggi (Swakelola)
TDMRC
1 Tsunami and Disaster Mitigation Research Center Universitas Syiah Kuala
BUKU I
Studi Kelayakan Penanganan Banjir Trumon Aceh Selatan Kerjasama dengan Perguruan Tinggi (Swakelola)
TDMRC
2 Tsunami and Disaster Mitigation Research Center Universitas Syiah Kuala
BUKU I
Studi Kelayakan Penanganan Banjir Trumon Aceh Selatan Kerjasama dengan Perguruan Tinggi (Swakelola)
TDMRC
3 Tsunami and Disaster Mitigation Research Center Universitas Syiah Kuala
BUKU I
Studi Kelayakan Penanganan Banjir Trumon Aceh Selatan Kerjasama dengan Perguruan Tinggi (Swakelola)
TDMRC
4 Tsunami and Disaster Mitigation Research Center Universitas Syiah Kuala
BUKU I
Studi Kelayakan Penanganan Banjir Trumon Aceh Selatan Kerjasama dengan Perguruan Tinggi (Swakelola)
TDMRC
5 Tsunami and Disaster Mitigation Research Center Universitas Syiah Kuala
BUKU I
Studi Kelayakan Penanganan Banjir Trumon Aceh Selatan Kerjasama dengan Perguruan Tinggi (Swakelola)
TDMRC
6 Tsunami and Disaster Mitigation Research Center Universitas Syiah Kuala
BUKU I
Studi Kelayakan Penanganan Banjir Trumon Aceh Selatan Kerjasama dengan Perguruan Tinggi (Swakelola)
TDMRC
7 Tsunami and Disaster Mitigation Research Center Universitas Syiah Kuala
BUKU I
Studi Kelayakan Penanganan Banjir Trumon Aceh Selatan Kerjasama dengan Perguruan Tinggi (Swakelola)
TDMRC
8 Tsunami and Disaster Mitigation Research Center Universitas Syiah Kuala
BUKU I
Studi Kelayakan Penanganan Banjir Trumon Aceh Selatan Kerjasama dengan Perguruan Tinggi (Swakelola)
TDMRC
9 Tsunami and Disaster Mitigation Research Center Universitas Syiah Kuala
BUKU I
Studi Kelayakan Penanganan Banjir Trumon Aceh Selatan Kerjasama dengan Perguruan Tinggi (Swakelola)
TDMRC
10 Tsunami and Disaster Mitigation Research Center Universitas Syiah Kuala
BUKU I
Studi Kelayakan Penanganan Banjir Trumon Aceh Selatan Kerjasama dengan Perguruan Tinggi (Swakelola)
TDMRC
11 Tsunami and Disaster Mitigation Research Center Universitas Syiah Kuala
BUKU I
Studi Kelayakan Penanganan Banjir Trumon Aceh Selatan Kerjasama dengan Perguruan Tinggi (Swakelola)
TDMRC
12 Tsunami and Disaster Mitigation Research Center Universitas Syiah Kuala
BUKU I
Studi Kelayakan Penanganan Banjir Trumon Aceh Selatan Kerjasama dengan Perguruan Tinggi (Swakelola)
TDMRC
13 Tsunami and Disaster Mitigation Research Center Universitas Syiah Kuala
BUKU I
Studi Kelayakan Penanganan Banjir Trumon Aceh Selatan Kerjasama dengan Perguruan Tinggi (Swakelola)
TDMRC
14 Tsunami and Disaster Mitigation Research Center Universitas Syiah Kuala
BUKU I
Studi Kelayakan Penanganan Banjir Trumon Aceh Selatan Kerjasama dengan Perguruan Tinggi (Swakelola)
TDMRC
15 Tsunami and Disaster Mitigation Research Center Universitas Syiah Kuala
BAB I PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Banjir adalah proses alami yang dapat menjadi bencana ketika dataran
banjir dan area tangkapan telah ditempati dan dibangun oleh manusia. Seiring
meningkatnya pertumbuhan penduduk, maka sumber daya alam telah
mengalami perubahan yang cukup signifikan. Hal ini menyebabkan
meningkatnya kejadian risiko banjir pada suatu tempat. Kawasan hulu yang
dulunya berhutan lebat telah berubah fungsi menjadi lahan pertanian dan
perumahan, dan ini dengan sendirinya telah mengurangi luasnya fungsi daerah
tangkapan air. Di sisi lain, lahan kosong tanpa vegetasi dapat menyebabkan risiko
erosi dan kerusakan. Kondisi ini dengan sendirinya akan meningkatkan kecepatan
aliran air dan mengarah ke gerusan daratan dan tanah longsor.
Berdasarkan data yang dirilis BNPB, sejak tahun 1815 sampai 2015 telah
terjadi 18.518 kejadian bencana dimana 31,68% diantaranya adalah banjir dan
2,42% adalah banjir yang disertai tanah longsor. Hal yang menarik bahwa
kebanyakan kejadian tersebut terjadi sejak tahun 1990an dan kemudian semakin
bertambah. Hanya terdapat 48 kejadian banjir pada periode 1815 sampai 1990.
Namun pada periode 1991-2000 terjadi 99 kejadian banjir, pada periode 2001-2010
terjadi 3288 kejadian banjir dan 2011-2015 telah terjadi 2431 kejadian.
Dalam upaya mengatasi hal tersebut, diperlukan suatu studi kelayakan
penanggulangan bencana banjir. Ini merupakan sebuah dokumen penting yang
dapat memberikan gambaran menyeluruh tentang faktor-faktor alamiah dan non
alamiah yang dominan penyebab terjadinya banjir pada suatu daerah, risiko,
ancaman, serta potensi dan upaya penanggulangannya. Studi kelayakan
penanggulangan banjir ini akan dilakukan pada Kawasan Trumon, Aceh Selatan
BUKU I
Studi Kelayakan Penanganan Banjir Trumon Aceh Selatan Kerjasama dengan Perguruan Tinggi (Swakelola)
TDMRC
16 Tsunami and Disaster Mitigation Research Center Universitas Syiah Kuala
karena kawasan ini merupakan wilayah yang rentan terhadap banjir karena
hampir 5 (lima) kali dalam setahun mengalami bencana banjir.
1.2. SASARAN LOKASI
Kawasan Trumon merupakan kawasan yang terdiri dari 3 (tiga) kecamatan
merupakan kawasan yang paling sering mengalami bencana banjir. Sekurang –
kurangnya kejadian banjir terjadi selama 2 (dua) kali dalam satu tahun.
Gambar 1.1 Lokasi Studi Kelayakan Penanganan Banjir Kawasan Trumon Kabupaten Aceh Selatan Sumber : TDMRC (2019)
BUKU I
Studi Kelayakan Penanganan Banjir Trumon Aceh Selatan Kerjasama dengan Perguruan Tinggi (Swakelola)
TDMRC
17 Tsunami and Disaster Mitigation Research Center Universitas Syiah Kuala
Lokasi daerah studi terletak di Kecamatan Trumon, Kecamatan Trumon
Tengah dan Kecamatan Trumon Timur Kabupaten Aceh Selatan. Lokasi tersebut
terletak sekitar 400 km dari Kota Banda Aceh dan disajikan pada Gambar 1.
1.3. MAKSUD DAN TUJUAN
Maksud dari penyusunan dokumen studi kelayakan penanganan banjir
kawasan Trumon Kabupaten Aceh Selatan adalah untuk menyamakan persepsi
stakeholders terkait sebab akibat bencana banjir dan peningkatan kepedulian para
pemangku kepentingan di wilayah DAS Trumon Kabupaten Aceh Selatan.
Sedangkan tujuan kegiatan ini adalah untuk mengidentifikasi faktor-faktor
alamiah dan non-alamiah dominan yang berpotensi memicu timbulnya bencana
banjir di Wilayah Trumon dan tersusunnya rencana dan metode penanganan
banjir yang memenuhi standar. Rencana tersebut diharapkan dapat menjadi
panduan, masukan atau pertimbangan bagi para pemangku kepentingan dalam
menyusun rencana teknis yang lebih detil.
1.4. IDENTIFIKASI DAN RUMUSAN MASALAH
Banjir Kawasan Trumon merupakan kejadian banjir yang terbilang cukup
signifikan. Dalam kurun waktu 5 (lima) tahun terakhir, terdapat 14 (empat belas)
kejadian banjir di Kecamatan Trumon, 20 (dua puluh) kejadian banjir di
Kecamatan Timur dan 21 (dua puluh satu) kejadian banjir di Kecamatan Trumon
Tengah. Banjir di kawasan trumon tidak hanya akibat intensitas hujan yang tinggi
di kawasan tersebut tetapi juga akibat luapan di daerah hulu sungai.
Faktor penyebab banjir di Kawasan Trumon adalah:
1. Akibat intensitas hujan yang tinggi
2. Elevasi kawasan yang rendah
3. Hujan di hulu sungai
4. Luapan air dari hulu sungai.
BUKU I
Studi Kelayakan Penanganan Banjir Trumon Aceh Selatan Kerjasama dengan Perguruan Tinggi (Swakelola)
TDMRC
18 Tsunami and Disaster Mitigation Research Center Universitas Syiah Kuala
Secara historikal, banjir di kawasan Trumon dapat disebabkan karena
Intensitas curah yang tinggi di Kawasan Trumon, lupan Sungai Trumon, Luapan
Sungai Gelombang (Sungai Alas). Berdasarkan penyebab tersebut, maka rumusan
masalah pada studi ini adalah:
1. Bagaimana pengaruh intensitas curah hujan yang tinggi di kawasan
tersebut terhadap kejadian banjir di Kawasan Trumon?
2. Bagaimana pengaruh lupan Sungai Trumon terhadap kejadian banjir di
Kawasan Trumon?
3. Bagaimana pengaruh lupan Sungai Gelombang (Sungai Alas) terhadap
kejadian banjir di Kawasan Trumon?
1.5. BATAS KAJIAN
Berdasarkan rumusan masalah yang telah ditetapkan, maka batasan kajian
pada study ini adalah hanya melihat penyebab banjir Kawasan Trumon akibat
pengaruh curah hujan yang tinggi di kawasan tersebut, akibat luapan Sungai
Trumon dan akibat luapan sungai Gelombang (Sungai Alas). Banjir tersebut dapat
ditanggulangi dengan penanggulangan jangka pendek, penanggulangan jangka
menengah dan penanggulangan jangka panjang dengan hanya memberikan
alternatif metode atau bangunan yang dapat digunakan tanpa lebih detil
menjelaskan tentang dimensi bangunan tersebut.
BUKU I
Studi Kelayakan Penanganan Banjir Trumon Aceh Selatan Kerjasama dengan Perguruan Tinggi (Swakelola)
TDMRC
19 Tsunami and Disaster Mitigation Research Center Universitas Syiah Kuala
BAB II KONDISI DAN KARAKTERISTIK DAS
2.1. KONDISI BIOFISIK
2.1.1 Geografis dan Batas Wilayah
Wilayah Kabupaten Aceh Selatan secara geografis terletak pada 02023’ 24” –
030 44’ 24” LU dan 960 57’ 36” – 970 56’ 24” BT. Kabupaten Aceh Selatan terdiri
dari 18 Kecamatan yaitu Kecamatan Tapak Tuan, Kecamatan Samadua,
Kecamatan Sawang, Kecamatan Meukek, Kecamatan Labuhan Haji, Kecamatan
Labuhan Haji Timur, Kecamatan Labuhan Haji Barat, Kecamatan Pasie Raja,
Kecamatan Kluet Timur, Kecamatan Kluet Tengah, Kecamatan Kluet Utara,
Kecamatan Kluet Selatan, Kecamatan Kota Bahagia, Kecamatan Bakongan,
Kecamatan Bakongan Timur, Kecamatan Trumon, Kecamatan Trumon Tengah
dan Kecamatan Trumon Timur. Kabupaten Aceh Selatan memiliki 247 Desa yang
tersebar pada 18 kecamatan tersebut.
Kecamatan Trumon memiliki luas adalah 440,60 km2. Trumon terdiri dari 3
(tiga) mukim dan 12 (duabelas) desa. Kawasan trumon yang terdiri dari 3 (tiga)
kecamatan yaitu Trumon, Trumon Tengah dan Trumon Timur terletak di
Kabupaten Aceh Selatan. Kecamatan Trumon terdiri dari 12 desa, Kecamatan
Trumon Tengah terdiri dari 10 desa dan Kecamatan Trumon Timur terdiri dari 8
desa. Secara geografis Kabupaten Aceh Selatan berbatasan langsung dengan
Kabupaten Aceh Barat Daya (sebelah barat), Kabupaten Aceh Singkil (sebelah
timur), Samudra Hindia (sebelah selatan) dan Kabupten Aceh Tenggara (sebelah
utara).
Kabupaten Aceh Selatan terletak sekitar 400 km dari Kota Banda Aceh yang
dapat ditempuh melalui jalur darat dengan menggunakan kendaraan roda empat
BUKU I
Studi Kelayakan Penanganan Banjir Trumon Aceh Selatan Kerjasama dengan Perguruan Tinggi (Swakelola)
TDMRC
20 Tsunami and Disaster Mitigation Research Center Universitas Syiah Kuala
selama 12 jam dari Kota Banda Aceh. Untuk lebih jelasnya peta pembagian
wilayah administrasi dapat dilihat di buku III Lampiran Peta.
2.1.2 Topografi dan Jenis Tanah
Kondisi topografi Kabupaten Aceh Selatan sangat bervariasi, terdiri dari
dataran rendah, bergelombang, berbukit, hingga pegunungan dengan tingkat
kemiringan sangat curam/terjal. Dari data yang diperoleh, kondisi topografi
dengan tingkat kemiringan sangat curam/terjal mencapai 63,45%, sedangkan
berupa dataran hanya sekitar 34,66% dengan kemiringan lahan dominan adalah
pada kemiringan kemiringan 40% dengan luas 254.138.39 ha dan terkecil
kemiringan 8-15% seluas 175.04 hektare selebihnya tersebar pada berbagai tingkat
kemiringan. Dilihat dari ketinggian tempat (di atas permukaan laut) ketinggian 0-
25 meter memiliki luas terbesar yakni 152.648 hektare (38,11%) dan terkecil adalah
ketinggian 25-00 meter seluas 39.720 hektare (9,92%).
Untuk lebih jelasnya data sebaran data dapat di lihat pada Buku III Lampiran
Peta.
2.1.3 Klimatologi dan Meteorologis
Berdasarkan 3 (tiga) distribusi pola curah hujan di Aceh, BMKG secara
umum membagi wilayah Aceh kedalam 2 (dua) zona musim yaitu, Zona Musim
(ZOM) dan Non Zona Musim (Non ZOM), selanjutnya ZOM terbagi menjadi 5
(lima) zona, sedangkan daerah Non ZOM terbagi menjadi 6 (enam). Zona musim
adalah daerah yang pola hujan rata – ratanya memiliki perbedaan yang jelas
antara periode musim kemarau dan musim hujan. Sedangkan daerah – daerah
yang pola hujan rata – rata nya tidak memiliki perbedaan yang jelas antara
periode musim kemarau dan musim hujan disebut daerah Non ZOM. Pembagian
BUKU I
Studi Kelayakan Penanganan Banjir Trumon Aceh Selatan Kerjasama dengan Perguruan Tinggi (Swakelola)
TDMRC
21 Tsunami and Disaster Mitigation Research Center Universitas Syiah Kuala
wilayah Aceh ke dalam zona ZOM dan zona Non ZOM seperti diperlihatkan pada
Gambar dibawah ini.
Gambar 2.1 Pembagian wilayah Aceh berdasarkan pola curah hujan dari BMKG
Rata – rata curah hujan hasil pengamatan BMKG pada stasiun Aceh Selatan
adalah sebesar 2.605 mm per tahun, rata-rata bulan basah 10,1 bulan per tahun
dan rata- rata bulan kering 0,80 bulan per tahun dengan rata-rata hari hujan 145,9
per hari. Sehingga nilai Q adalah 7.92. Tipe Iklim pada Kabupaten Aceh Selatan
adalah Tipe A yaitu sangat basah.
2.1.4 Hidrologis
DAS Trumon Kabupaten Aceh Selatan merupakan DAS yang melintasi
Kecamatan Trumon Kabupaten Aceh Selatan. Sungai ini merupakan sungai yang
sangat vital bagi sebagian penduduk di Kecamatan Trumon Kabupaten Aceh.
DAS Trumon memiliki luas 99.658,32 Ha dengan debit maksimum sungai adalah
13,42 m3/detik.
BUKU I
Studi Kelayakan Penanganan Banjir Trumon Aceh Selatan Kerjasama dengan Perguruan Tinggi (Swakelola)
TDMRC
22 Tsunami and Disaster Mitigation Research Center Universitas Syiah Kuala
DAS Trumon berbatasan dengan DAS Seulekat, DAS Singkil dan DAS
Iamedame. Dari ketiga DAS tersebut, hanya DAS Singkil yang memberikan
kontribusi terhadap banjir yang terjadi pada DAS Trumon. Luas DAS Singkil
mencapai 1.009.013 Ha dengan debit maksimum sebesar 146 m3/detik. Peta batas
DAS dan sebaran sungai dapat dilihat pada Buku III Lampiran Peta.
2.2. KONDISI SOSIAL EKONOMI
2.2.1 Sosial
Jumlah penduduk Kecamatan Trumon tahun 2016 berdasarkan data Aceh
Selatan dalang Angka 2017 adalah 4766 jiwa yaitu 2344 laki – laki dan 2422
perempuan. Pertumbuhan penduduk pertahun (2014 – 2016) adalah 1,77 %.
Kepadatan penduduk per m2 adalah 10,82 jiwa.
Kecamatan Trumon Timur memiliki luas adalah 432,85 km2. Kecamatan
Trumon Timur terdiri dari 1 (satu) mukim dan 8 (delapan) desa. Jumlah
penduduk Kecamatan Trumon tahun 2016 berdasarkan data Aceh Selatan dalang
Angka 2017 adalah 8838 jiwa yaitu 4347 laki – laki dan 4491 perempuan.
Pertumbuhan penduduk pertahun (2014 – 2016) adalah 1,77 %. Kepadatan
penduduk per m2 adalah 20,42 jiwa.
Kecamatan Trumon Tengah memiliki luas adalah 325,07 km2. Trumon
Tengah terdiri dari 1 (satu) mukim dan 10 (sepuluh) desa. Jumlah penduduk
Kecamatan Trumon tahun 2016 berdasarkan data Aceh Selatan dalang Angka 2017
adalah 5511 jiwa yaitu 2710 laki – laki dan 2801 perempuan. Pertumbuhan
penduduk pertahun (2014 – 2016) adalah 1,77 %. Kepadatan penduduk per m2
adalah 16,95 jiwa.
Jumlah sekolah di Kecamatan Trumon adalah 1 (satu) buah TK, 9
(sembilan) buah SD, 3 (tiga) buah SMP, 1 (satu) buah Mtsn, 1 (satu) buah Mtss,
dan 2 (dua) buah SMA. Jumlah sekolah di Kecamatan Trumon Timur adalah 3
BUKU I
Studi Kelayakan Penanganan Banjir Trumon Aceh Selatan Kerjasama dengan Perguruan Tinggi (Swakelola)
TDMRC
23 Tsunami and Disaster Mitigation Research Center Universitas Syiah Kuala
(tiga) buah TK, 9 (sembilan) buah SD, 3 (tiga) buah SMP, 1(satu) buah SMA, dan 1
(satu) SMK. Jumlah sekolah di Kecamatan Trumon Tengah adalah 2 (dua) buah
TK, 6 (enam) buah SD, 1 (satu) buah Mis, 1 (satu) buah SMP, 1 (satu) buah Mtsn, 1
(satu) buah Mtss , dan 1 (satu) buah SMA.
Terdapat 1 (satu) buah Puskesmas di kecamatan Trumon, 1 (satu) buah
Puskesmas dan 3 (tiga) buah Posyandu di Kecamatan Trumon Timur, serta 1
(satu) buah Puskesmas dan 4 (empat) buah Posyandu di Kecamatan Trumon
Tengah. Untuk lebih jelasnya data demografi dan peta sebaran penduduk dapat di
lihat pada Buku II Lampiran Data dan Buku III Lampiran Peta
2.2.2 Ekonomi
Secara faktual, struktur ekonomi kawasana Trumon, Kabupaten Aceh Selatan
memang masih bertumpu pada sektor pertanian dalam menggerakkan roda
ekonomi daerah, selain itu sektor pendukung ekonomi yang dominan dalam
perekonomian Kabupaten Aceh Selatan adalah sektor jasa-jasa dan sektor
perdagangan. Peranan ketiga sektor ini tidak tergeser dan komkomposisinya pun
tidak mengalami perubahan berarti. Sektor pertanian dan pertambangan (Sektor
Primer) sebagi penyumbang terbesar dalam pembentukan PDRB kawasan
Trumon. Tingkat perekonomian daerah masih sangat rentan, hal ini disebabkan
oleh berbagai faktor internal maupun eksternal daerah.
Faktor internal daerah: perilaku perekonomian yang masih bertumpu pada
sektor agraris dan sebagian besar tenaga kerja bekerja pada sektor ini, padahal
sektor ini sangat peka terhadap perubahan jenis tanah dan kedalaman efektif,
topografi, cuaca, dan bencana alam. Produksi pertanian berupa bahan mentah
yang belum diproses menjadi bahan setengah jadi sehingga tidak memberikan
nilai tambah bagi perekonomian daerah. Di samping itu, investasi pengelolaan
potensi-potensi pertambangan belum optimal, belum ada energi penggerak
BUKU I
Studi Kelayakan Penanganan Banjir Trumon Aceh Selatan Kerjasama dengan Perguruan Tinggi (Swakelola)
TDMRC
24 Tsunami and Disaster Mitigation Research Center Universitas Syiah Kuala
industri kecil dan menengah. Sarana dan prasarana jalan sebagai urat nadi
ekonomi daerah juga masih belum lancar.
Faktor eksternal daerah: Komoditi unggulan yang dipasarkan ke luar
daerah. Akan mengakibatkan pola permintaan dan harga dan distribusi
ditentukan oleh pelaku-pelaku bisnis dari luar daerah. Proses produksi hasil-hasil
pertanian menjadi bahan jadi dilakukan di luar daerah. Bahan-bahan bangunan
non lokal dipasok dari luar daerah, menyebabkan ongkos bangunan menjadi lebih
mahal.
BUKU I
Studi Kelayakan Penanganan Banjir Trumon Aceh Selatan Kerjasama dengan Perguruan Tinggi (Swakelola)
TDMRC
25 Tsunami and Disaster Mitigation Research Center Universitas Syiah Kuala
BAB III METODOLOGI PELAKSANAAN
3.1 ALUR PELAKSANAAN KEGIATAN
Dalam pelaksanaan kajian studi kelayakan penanganan banjir Trumon ada
beberapa tahapan yg dilakukan seperti bagan alir berikut ini :
Gambar 3.1 Alur Pelaksanaan Kegiatan Sumber : Hasil Analisis (2019)
Pemahaman KAK dan Koordinasi
Pelaksanaan Kegiatan
Pengumpulan Data Sekunder : - Sejarah Kejadian Banjir, - Data Curah Hujan - Data Spasial (Tutupan Lahan, DEM,
Geologi, Geomorfologi, Tanah, DAS, dll)
- Data Hidrologi dan Hidrolika - Studi Literatur
Analisa Awal, Penyusunan Kuesioner & FGD dan Survei :
- Penyebab Banjir - Dampak Banjir - Daerah genangan banjir - Kuesioner - Identifikasi Responden - Rencana FGD dan Survei - Sejarah Kejadian Banjir, - Data Curah Hujan - Data Spasial (Tutupan Lahan, DEM,
Geologi, Geomorfologi, Tanah, DAS, dll)
- Data Hidrologi - Data Hidrolika
FGD I dan Survei Lapangan : - Penyajian hasil analisa awal kajian - Identifikasi permasalahan - Identifkasi kegiatan existing
penanggulangan banjir - Identifikasi titik luapan banjir dan
sumber banjir - Identifikasi Ketinggian Banjir dan
pemataan daerah banjir - Survei profil sungai dan hidrolika - Wawancara pengisian kuesioner
Mulai
Kajian Banjir & Draft Dokumen : - Kompilasi serta analisa data Primer dan
Sekunder utk permodelan banjir - Analisa Hidrologi dan hidrolika (curah
hujan dan debit rencana) - Skematitasi permodelan banjir - Analis statistik data kuesioner - Validasi hasil permodelan banjir - Pemetaan serta analisa spasial daerah
banjir - Agregasi data banjir (tinggi dan luas) - Draft rencana penanggulanagan banjir - Persiapan FGD II
FGD II : - Penyajian hasil analisa banjir
serta rencana penanggulangan banjir
- Finalisasi hasil serta rencana penanggulangan
Finalisasi : - Revisi Input FGD II - Buku I, II dan III - Laporan Kegiatan
BUKU I
Studi Kelayakan Penanganan Banjir Trumon Aceh Selatan Kerjasama dengan Perguruan Tinggi (Swakelola)
TDMRC
26 Tsunami and Disaster Mitigation Research Center Universitas Syiah Kuala
3.2 TAHAPAN KEGIATAN
Tahapan pelaksanaan kegiatan secara garis besar dibagi dalam 3 (tiga)
bagian besar : persiapan, pelaksanaan dan pengawasan.
3.2.1 Tahap Persiapan
Tahap persiapan merupakan tahapan awal dari seluruh rangkaian
kegiatan penyusunan Dokumen Studi Kelayakan Penanganan Banjir Kawasan
Trumon Kabupaten Aceh Selatan yang merupakan Proyek Swakelola ini. Tahapan
ini merupakan tahapan sejak dimulainya penggagasan ide proyek
penanggulangan banjir, penyusunan proposal, penilaian terhadap kelayakan
proposal yang diajukan serta tahapan melengkapi seluruh dokumen teknik untuk
pelaksanaan Studi Kelayakan ini.
Tahapan ini dilakukan selama kurun waktu 2 (dua) bulan yaitu Februari –
Maret 2019 dimulai sejak kegiatan meneliti proposal yang telah diajukan sampai
kegiatan penandatanganan surat kerjasama Swakelola antara BPBA yang diwakili
oleh H. T. Ahmad Dadek, SH sebagai PA dengan TDMRC yang diwakili oleh Dr.
Khairul Munadi, S.T., M.Eng sebagai ketua panitia pelaksana pada Tanggal 29
Maret 2019 di Biro Rektorat Universitas Syiah Kuala. Proses penandatangan ini
disaksikan oleh PLT Gubernur Aceh dan Rektor Unsyiah beserta jajaran Pimpinan
di Lingkungan Unsyiah.
Tahapan Persiapan ini meliputi beberapa kegiatan seperti dijelaskan
sebagai berikut:
1. Menerbitkan Surat Keputusan Kepala Pelaksana BPBA tentang Panitia
Persiapan, Pelaksana dan Pengawas.
2. Tim yang telah di SK-kan oleh Kepala Pelaksana BPBA melakukan
penilaian terhadap proposal kegiatan yang telah diajukan di tahun 2018
terkait I Penyusunan Dokumen Studi Kelayakan Penanganan Banjir
BUKU I
Studi Kelayakan Penanganan Banjir Trumon Aceh Selatan Kerjasama dengan Perguruan Tinggi (Swakelola)
TDMRC
27 Tsunami and Disaster Mitigation Research Center Universitas Syiah Kuala
Kawasan Trumon Kabupaten Aceh Selatan Kerjasama dengan Perguruan
Tinggi.
3. Berdasarkan Proposal tersebut, Panitia Persiapan menyusun Kerangka
Acuan Kerja (KAK) beserta Rencana Biaya Kegiatan.
4. Panitia mempersiapkan Surat Permohonan kepada Perguruan Tinggi
untuk membantu pelaksanaan kegiatan dimaksud dalam skema
pelaksanaan kegiatan Swakelola antara BPBA dan Perguruan Tinggi;
5. Berdasarkan Surat Rektor Perguruan Tinggi, Tim Persiapan
mempersiapkan Kontrak Kerjasama kegiatan.
3.2.2 Tahap Pelaksanaan
Tahap pelaksanaan dimulai setelah penandatanganan kontrak pada tanggal
29 Maret 2019. Tahapan Pelaksanaan ini dilaksanakan selama 90 (Sembilan puluh)
hari Kalender terhitung sejak penandatanganan kontrak.
Tahapan pelaksanaan ini dimulai dari koordinasi pelaksanaan kegiatan
dengan seluruh anggota tim yang terlibat sampai dengan penyusunan pelaporan.
Kegiatan ini dilakukan di lapangan yaitu Kecamatan Trumon kabupaten Aceh
Selatan maupun di Banda Aceh.
Tahapan Pelaksanaan ini meliputi beberapa kegiatan seperti dijelaskan
sebagai berikut:
1. Koordinasi Pelaksanaan kegiatan penyusunan
2. Analisis Awal
3. Focus Group Discussion I (FGD I)
4. Survey lapangan dan pengambilan data yang dibutuhkan
5. Focus Group Discussion II (FGD II)
6. Pelaporan
BUKU I
Studi Kelayakan Penanganan Banjir Trumon Aceh Selatan Kerjasama dengan Perguruan Tinggi (Swakelola)
TDMRC
28 Tsunami and Disaster Mitigation Research Center Universitas Syiah Kuala
1. Koordinasi Pelaksanaan kegiatan penyusunan
Koordinasi pelaksanaan kegiatan penyusunan merupakan kegiatan rapat
koordinasi baik yang dilakukan intern yaitu hanya melibatkan tim teknis
pelaksanaan maupun rapat yang mengundang semua tenaga ahli, tim pelaksana,
tenaga survey lapangan dan tim pengawas dari BPBA yang bertujuan untuk
merumuskan rencana kerja yang lebih detail, lokasi survey pengukuran dan
pengambilan data, data survey kuesioner, data sekunder serta jadwal kegiatan.
Rapat koordinasi intern dilaksanakan satu kali dalam seminggu yaitu hari
selasa Pukul 14.00 WIB. Kegiatan rapat koordinasi ini bertujuan untuk
mengkoordinasikan kegiatan yang akan dilakukan serta mengevaluasi kegiatan
yang telah dilaksanakan. Rapat koordinasi intern dilaksanakan di TDMRC. Rapat
koordinasi antara TDMRC dan BPBA juga dilakukan untuk membahas persiapan
– persiapan kegiatan seperti persiapan kegiatan FGD I dan kegiatan FGD II.
2. Analisis Awal
Analisis awal merupakan suatu kegiatan yang dilakukan dengan
melakukan workshop internal staff ahli dan tim lapangan yang dilangsungkan
dalam lingkup intenal tim kajian teknis. Kegiatan ini meliputi pengumpulan data
sekunder yang mendukung kajian ini.
Data dan informasi yang telah dikumpulkan, seperti data kajian DAS
sebelimnya serta informasi-informasi terkait dijadikan dasar analisa penyusunan
kajian teknis studi kelayakan penanganan banjir untuk dijadikan topik partisipatif
dalam diskusi suatu forum dengan para stakeholder lainnya.
3. Focus Group Discussion I (FGD I)
FGD I yang dilakukan bertujuan untuk memaparkan kajian awal dan
mendapat masukan tentang permasalahan banjir secara historis serta mengetahui
upaya yang telah dilakukan oleh pemerintah daerah dalam penanggulangan
BUKU I
Studi Kelayakan Penanganan Banjir Trumon Aceh Selatan Kerjasama dengan Perguruan Tinggi (Swakelola)
TDMRC
29 Tsunami and Disaster Mitigation Research Center Universitas Syiah Kuala
masalah banjir di Kecamatan Trumon Kabupaten Aceh Selatan. Hasil FGD ini
menghasilkan analisis masalah yang dilakukan dengan menggunakan pohon
masalah melalui suatu proses sebab akibat.
Indentifikasi isu pokok dan permasalahan yang dapat digali dari FGD I
antara lain:
1. Lahan kritis (penyebab, luas dan distribusi);
2. Sedimentasi (sumber, laju, dampak);
3. Kualitas air (sumber polutan, kelas, waktu);
4. Masalah penggunaan air tanah dan air permukaan;
5. Daerah rawan bencana (banjir, longsor, dan kekeringan);
6. Masalah sosial-ekonomi dan kelembagaan;
7. Masalah tata ruang dan penggunaan lahan;
8. Permasalahan antara hulu dan hilir;
FGD I dilaksanakan di ibukota Kabupaten Aceh Selatan, yaitu di Kota
Tapaktuan dengan mengundang SKPD-SKPD daerah terkait, di antaranya:
1. Aparatur BPBA
2. BPBD Aceh Selatan
3. Dinas PU Pengairan Aceh Selatan
4. Dinas PU Perkim Aceh Selatan
5. Bappeda Aceh Selatan
6. Dinas Sosial Aceh Selatan
7. BPS Aceh Selatan
8. Dinas Perhubungan Aceh Selatan
9. Dinas Kehutanan Aceh Selatan
10. Dinas Perkebunan dan Peternakan Aceh Selatan
11. Dinas Pertanian Tanaman Pangan Aceh Selatan
12. Dinas Lingkungan Hidup Aceh Selatan
13. Dinas Transmigrasi dan Tenaga Kerja Aceh Selatan
BUKU I
Studi Kelayakan Penanganan Banjir Trumon Aceh Selatan Kerjasama dengan Perguruan Tinggi (Swakelola)
TDMRC
30 Tsunami and Disaster Mitigation Research Center Universitas Syiah Kuala
14. Dinas Kesehatan Aceh Selatan
15. BMKG
16. Perwakilan Mediamassa
17. Perwakilan LSM local
18. Perwakilan Kecamatan
19. Perwakilan Akademisi
4. Survei lapangan dan pengambilan data yang dibutuhkan
Metode survey dan pengambilan data yang digunakan dalam penelitian ini
ialah metode survei terpadu (integrated survey), wawancara, dan bersifat
deskriptif, serta pemanfaatan data teknologi geospasial yang validasi dengan
data-data lapangan dan sumber data lainnya yang terkait survei lapangan, dan
data sekunder lainnya dengan menggunakan analisis secara kuantitatif maupun
kualitatif. Data kualitatif diperoleh dari instansi terkait, laporan atau hasil-hasil
penelitian. Sedangkan data kuantitatif diperoleh dari hasil analisis lapangan, dan
Analisa data geospasial.
Hal – hal yang akan menjadi bagian dari survei lapangan adalah:
I. Sasaran Lokasi Perencanaan:
a. Luas, wilayah administratif (kabupaten dan provinsi), letak geografis;
b. Sejarah pengelolaan DAS, bangunan-bangunan vital yang ada dan
upaya-upaya yang telah dilakukan;
c. Kajian penanggulangan banjir sebelumnya;
d. Data-data kejadian bajir yang pernah terjadi
II. Uraian tentang DAS dan Karakteristik alami dari DAS, antara lain:
a. Iklim (curah hujan, suhu, kelembaban);
b. Topografi;
c. Tanah;
BUKU I
Studi Kelayakan Penanganan Banjir Trumon Aceh Selatan Kerjasama dengan Perguruan Tinggi (Swakelola)
TDMRC
31 Tsunami and Disaster Mitigation Research Center Universitas Syiah Kuala
d. Pola aliran;
e. Infiltrasi;
f. Data karakteristik sungai;
g. Geologi dan hidrogeologi;
h. Hidrologi (kualitas, kuantitas dan distribusi);
i. Penggunaan Lahan;
j. Data deforestasi hutan;
k. Erosi dan sedimentasi;
l. Sosial ekonomi;
5. Focus Group Discussion II (FGD II)
FGD II dilakukan untuk memvalidasi hasil kajian, memaparkan program-
program penanganan banjir berdasarkan hasil kajian teknis, serta mendapatkan
masukan untuk finalisasi dokumen teknis.
FGD II dilaksanakan di Banda Aceh dengan tujuan untuk berkoordinasi
dengan pemerintah tingkat provinsi dalam hal penanganan banjir pada wilayah
kajian di masa yang akan datang.
Peserta FGD II yang diundang terdiri dari:
4) Aparatur BPBA
5) Balai Sungai Provinsi Aceh
6) BAPPEDA Provinsi Aceh
7) Dinas Kehutanan Provinsi
8) Dinas PU Pengairan Provinsi
9) Dinas Lingkungan Hidup Provinsi
10) Dinas Perkebunan dan Peternakan Provinsi
11) Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi
12) BPS Provinsi
13) BPBD Aceh Selatan
BUKU I
Studi Kelayakan Penanganan Banjir Trumon Aceh Selatan Kerjasama dengan Perguruan Tinggi (Swakelola)
TDMRC
32 Tsunami and Disaster Mitigation Research Center Universitas Syiah Kuala
14) Bappeda Aceh Selatan
15) Dinas Kehutanan Aceh Selatan
16) Dinas Pengairan Aceh Selatan
17) BMKG
18) Perwakilan LSM Lokal
19) Perwakilan Media massa
6. Pelaporan
Pelaporan merupakan kegiatan yang penting dalam tahapan pelaksanaan
pekerjaan penyusunan Dokumen Studi Kelayakan Penanganan Banjir Kawasan
Trumon Kabupaten Aceh Selatan. Laporan ini akan menggambarkan sejauhmana
kemajuan dari kegiatan yang telah dilaksanakan di lapangan. Laporan yang harus
dilengkapi meliputi :
- Laporan Pendahuluan
Laporan pendahuluan mencakup temuan-temuan dari hasil survey awal,
dan rencana pelaksanaan kegiatan. Laporan diserahkan selambat-
lambatnya 30 (tiga puluh) hari kalender sejak SPMK diterbitkan.
- Laporan Antara (Draft)
Laporan antara (Dokumen Draft) Penyusunan Dokumen Studi Kelayakan
Penanganan Banjir Kawasan Trumon Kabupaten Aceh Selatan. Laporan
diserahkan selambat-lambatnya 90 (sembilan puluh) hari kalender sejak
SPMK diterbitkan.
- Laporan Akhir (Final)
Laporan Akhir (final) merupakan Dokumen Studi Kelayakan Penanganan
Banjir Kawasan Trumon Kabupaten Aceh Selatan. Laporan diserahkan
selambat-lambatnya 120 (seratus dua puluh) hari kalender sejak SPMK
diterbitkan
BUKU I
Studi Kelayakan Penanganan Banjir Trumon Aceh Selatan Kerjasama dengan Perguruan Tinggi (Swakelola)
TDMRC
33 Tsunami and Disaster Mitigation Research Center Universitas Syiah Kuala
3.2.3 Tahap Pengawasan
Tahap pengawasan merupakan kegiatan pengawasan terhadap pekerjaan
swakelola yang dilakukan oleh Tim dan ditunjuk mewakili BPBA. Tahapan
pengawasan ini meliputi kegiatan sebagai berikut:
1. Pembentukan Tim Pengawas Kegiatan serdasarkan SK. Kalak BPBA;
2. Melaksanakan pengawasan pelaksanaan kegiatan berdasarkan KAK yang
telah disetujui dan Kontrak Kerjasama yang telah ditandatangani oleh
BPBA dan Perguruan Tinggi;
3. Membuat laporan pengawasan dan disampaikan pada akhir masa kegiatan.
3.3 PENGOLAHAN DATA
Dalam kegiatan studi kelayakan ini digunakan 2 (dua) jenis data yaitu data
sekunder dan data primer. Data Sekunder adalah data diperoleh melalui media
perantara atau secara tidak langsung yang berupa buku, catatan, bukti yang telah
ada, atau arsip baik yang dipublikasikan maupun yang tidak dipublikasikan
secara umum. Sedangkan data primer adalah data yang diperoleh secara langsung
dari sumber aslinya yang berupa wawancara, jajak pendapat dari individu atau
kelompok (orang) maupun hasil observasi atau survei dari suatu obyek, kejadian
atau hasil pengujian (benda).
Dalam studi kelayakan ini, data sekunder yang dikumpulkan antara lain
informasi dan data kejadian banjir, data curah hujan, data tutupan lahan, data
batas DAS, data sebaran sungai, data DEM serta hasil penelitian sebelumnya.
Untuk lebih jelasnya data-data sekunder yang dikumpulkan jenis data dan serta
sumbernya dapat dilihat di dalam tabel 3.1 berikut.
BUKU I
Studi Kelayakan Penanganan Banjir Trumon Aceh Selatan Kerjasama dengan Perguruan Tinggi (Swakelola)
TDMRC
34 Tsunami and Disaster Mitigation Research Center Universitas Syiah Kuala
Tabel 3.1 Daftar Data Sekunder
No Nama Data Jenis Data Sumber Data Tahun
1 Curah Hujan dari pos hujan
(pos hujan Kluet Utara,
Labuhan Haji Barat,
Tapaktuan, Rundeng, dan
Sultan Daulat)
Data Excel
(digital)
BMKG 2008-
2018
2 Data Tutupan Lahan Data Spasial
(Vektor)
BPKH Aceh
Web GIS
KLHK
2018
3 DEMNAS (Digital Elevation
Model)
Data Spasial
(Raster)
BIG 2018
4 Data Batas Administrasi Data Spasial
(Vektor)
Podes -BPS 2017
5 Data Geologi Data Spasial
(Vektor)
BAPPEDA
Prov Aceh
2017
6 Data Geomorfologi Data Spasial
(Vektor)
BAPPEDA
Prov Aceh
2017
7 Data Daerah Rawan Kebakaran
Hutan
Data Spasial
(Raster)
KRB Provinsi
Aceh-BPBA
2017
8 Data Daerah Rawan Longsor Data Spasial
(Raster)
KRB Provinsi
Aceh-BPBA
2017
9 Data Tanah Data Spasial
(Vektor)
BAPPEDA
Prov Aceh
dan Sumut
2017
10 Data Jaringan Jalan Data Spasial
(Vektor)
BAPPEDA
Prov Aceh
dan Sumut
2017
11 Data Demografi Data Spasial
(Vektor)
Podes -BPS 2018
Sumber : Hasil Analisis (2019)
Data primer yang dikumpulkan atara lain data sebaran ketinggian air dari
kejadian banjir terdahulu, titik luapan banjir dari sungai, lebar dan kedalaman
sungai, kecepatan air sungai serta informasi kejadian banjir, dampak serta
kerugian yg ditimbulkan. Jenis data primer dan sumber atau teknik pengumpulan
dapat dilihat dalam tabel 3.2 berikut.
BUKU I
Studi Kelayakan Penanganan Banjir Trumon Aceh Selatan Kerjasama dengan Perguruan Tinggi (Swakelola)
TDMRC
35 Tsunami and Disaster Mitigation Research Center Universitas Syiah Kuala
Tabel 3.2 Daftar Data Primer
No Nama Data Jenis Data
Teknik
Pengumpulan
Data
Tahun
1 Ketinggian Air Banjir Titik Koordinat
(Elevasi)
Pengukuran
dgn Bak
Meter, GPS
dan Drone
2109
2 Data Titik Luapan Air sungai Titik Koordinat
(Lokasi)
Pengukuran
dgn GPS
2019
3 Kedalaman dan Lebar Sungai Titik Koordinat
(Lebar dan
Kedalaman
Sungai)
Pengukuran
dgn Bak
Meter, GPS
dan Drone
2019
4 Kecapatan Air Sungai Titik Koordinat
(Kecepatan
m/dtk)
Pengukuran
dgn Current
Meter
2019
5 Kejadian Banjir, dampak dan
kerugian
Kuesioner Wawancara 2019
Sumber : Hasil Analisis (2019)
3.2.1 Data Sekunder
1. Analisa Data Curah Hujan
Data curah hujan hasil pencatatan yang didapat hanya merupakan data
curah hujan pada titik pengamatan. Curah hujan yang diperlukan untuk
penyusunan rancangan pemanfaatan air adalah curah hujan rata – rata di seluruh
daerah yang bersangkutan. Pos pengamatan hujan yang tersebar di suatu wilayah
dapat dianggap sebagai titik (poin). Tujuan mencari hujan rata – rata adalah
mengubah hujan titik menjadi hujan wilayah atau mencari suatu nilai yang dapat
mewakili pada suatu daerah aliran.
Untuk menghitung besarnya curah hujan wilayah dalam kajian ini
digunakan metode Poligon Thiessen (Thiessen Polygon Method). Metode ini
dikenal juga sebagai metode rerata timbang (weighted mean). Cara ini memberikan
BUKU I
Studi Kelayakan Penanganan Banjir Trumon Aceh Selatan Kerjasama dengan Perguruan Tinggi (Swakelola)
TDMRC
36 Tsunami and Disaster Mitigation Research Center Universitas Syiah Kuala
proporsi luasan daerah pengaruh pos penakar hujan (pos pengamatan) untuk
mengakomodasi ketidakseragaman jarak. Daerah pengaruh dibentuk dengan
menggambarkan garis-garis sumbu tegak lurus terhadap garis penghubung antara
dua pos pengamatan terdekat. Diasumsikan bahwa variasi hujan antara pos
pengamatan yang satu dengan pos pengamatan lainnya adalah linier dan bahwa
sembarang pos pengamatan dianggap dapat mewakili kawasan terdekat.
Prosedur penerapan metode ini meliputi langkah-langkah sebagai berikut:
Lokasi pos penakar hujan diplotkan pada peta DAS. Antar pos penakar
dibuat garis lurus penghubung;
Menarik garis tegak lurus ditengah-tengah tiap garis penghubung
sedemikian rupa, sehingga membentuk Poligon Thiessen. Semua titik
dalam satu poligon akan mempunyai jarak terdekat dengan pos penakar
yang ada di dalamnya dibandingkan dengan jarak terhadap pos lainnya.
Selanjutnya curah hujan pada pos tersebut dianggap representasi hujan
pada kawasan dalam poligon yang bersangkutan;
Luas areal pada tiap-tiap poligon dapat diukur dnegan planimeter dan
luas total DAS (A) dapat diketahui dengan menjumlahkan semua luasan
poligon.
Hujan rata-rata DAS dapat dihitung dengan persamaan berikut:
n
i
i
n
i
ii
nn
A
AP
AAA
APAPAPP
0
0
321
2211
....
....
Di mana: P1, P2, …, Pn adalah curah hujan yang tercatat di pos penakar hujan
1, 2, …, n sedangkan A1, A2, …, An adalah luas areal poligon 1, 2, …, n serta n adalah
banyaknya pos penakar hujan.
BUKU I
Studi Kelayakan Penanganan Banjir Trumon Aceh Selatan Kerjasama dengan Perguruan Tinggi (Swakelola)
TDMRC
37 Tsunami and Disaster Mitigation Research Center Universitas Syiah Kuala
Gambar 3.2 Metode Poligon Thiessen Sumber : Triadmodjo (2008)
Pemilihan cara mana yang cocok dipakai pada suatu DAS dapat ditentukan
dengan mempertimbangkan tiga faktor berikut:
1. Jaring-jaring pos penakar hujan dalam DAS;
Jumlah pos penakar hujan cukup Metode Isohiet, Thiessen atau Rerata
Aljabar dapat dipakai
Jumlah pos penakar hujan terbatas Metode Rerata Aljabar atau Thiessen
Pos penakar hujan tunggal Metode hujan titik
2. Luas DAS;
DAS besar (> 5.000 km2) Metode Isohiet
DAS sedang (500 s.d. 5.000 km2) Metode Thiessen
DAS kecil (< 500 km2) Metode Rerata Aljabar
3. Topografi DAS.
Pegunungan Metode Rerata Aljabar
Dataran Metode Thiessen
Berbukit dan tidak beraturan Metode Isohiet
BUKU I
Studi Kelayakan Penanganan Banjir Trumon Aceh Selatan Kerjasama dengan Perguruan Tinggi (Swakelola)
TDMRC
38 Tsunami and Disaster Mitigation Research Center Universitas Syiah Kuala
2. Uji kesesuain distribusi dengan uji kecocokan
Untuk mengetahui suatu kebenaran hipotesa distribusi frekuensi, maka
dilakukan pemeriksaan uji kesesuaian distribusi, dalam hal ini kami memakai dua
metode uji yaitu uji Smirnov Kolmogorov dan uji Chi-Square.
Dengan pemeriksaan uji ini akan diketahui beberapa hal, seperti :
1. Kebenaran antara hasil pengamatan dengan model distribusi yang
diharapkan atau yang diperoleh secara teoritis;
2. Kebenaran hipotesa (diterima/ditolak).
a. Uji Smirnov Kolmogorof
Data curah hujan maksimum harian rerata tiap tahun disusun dari kecil ke
besar. Probabilitas dihitung dengan persamaan Weibull sebagai berikut :
)(%1
.100
n
mP
Dimana :
P = Probabilitas (%)
m = nomor urut data dari seri yang telah disusun
n = besarnya data
Nilai delta kritis untuk uji Smirnov-Kolmogorov diperoleh dari tabel 3.3.
BUKU I
Studi Kelayakan Penanganan Banjir Trumon Aceh Selatan Kerjasama dengan Perguruan Tinggi (Swakelola)
TDMRC
39 Tsunami and Disaster Mitigation Research Center Universitas Syiah Kuala
Tabel 3.3 Nilai Kritis Cr untuk Uji Smirnov-Kolmogorof
N Level of Significance (α)
20% 15% 10% 5% 1%
1 0.9 0.925 0.95 0.975 0.995
2 0.684 0.726 0.776 0.842 0.929
3 0.565 0.597 0.642 0.708 0.829
4 0.494 0.525 0.564 0.624 0.734
5 0.446 0.474 0.51 0.563 0.669
6 0.41 0.436 0.47 0.521 0.618
7 0.381 0.405 0.438 0.486 0.577
8 0.358 0.381 0.411 0.4457 0.543
9 0.339 0.36 0.388 0.432 0.514
10 0.322 0.342 0.368 0.409 0.486
11 0.307 0.326 0.352 0.391 0.468
12 0.295 0.313 0.338 0.375 0.45
13 0.284 0.302 0.325 0.361 0.433
14 0.274 0.292 0.314 0.349 0.418
15 0.266 0.283 0.304 0.338 0.404
16 0.258 0.274 0.295 0.328 0.391
17 0.25 0.266 0.286 0.318 0.38
18 0.244 0.259 0.278 0.309 0.37
19 0.237 0.252 0.272 0.301 0.361
20 0.231 0.246 0.264 0.294 0.352
N > 50 1,07 1,14 1,22 1,36 1,63
N0,5 N0,5 N0,5 N0,5 N0,5
BUKU I
Studi Kelayakan Penanganan Banjir Trumon Aceh Selatan Kerjasama dengan Perguruan Tinggi (Swakelola)
TDMRC
40 Tsunami and Disaster Mitigation Research Center Universitas Syiah Kuala
b. Uji Kai Kuadrat (Chi Square)
Dari distribusi (sebaran) Kai-kuadrat, dirumuskan :
FE
FO
FE 2)(2
Dimana :
2
= Harga kai-kuadrat
Ef = Frekuansi (banyaknya pengamatan) yang diharapkan, sesuai dengan
pembagian kelas nya
Of = Frekuensi yang terbaca pada kelas yang sama.
Nilai 2
hitungan harus lebih kecil dari harga 2
cr (Kai-kuadrat kritis) dari
tabel, untuk suatu derajat nyata tertentu (level of significance), yang sering
diambil sebesar 5%.
Derajat kebebasan ini secara umum dapat dihitung dengan :
DK = K - (P + 1)
Dimana :
DK = Derajat kebebasan
K = Banyaknya kelas
P = Banyaknya keterikatan atau sama dengan banyak-nya parameter,
yang untuk sebaran kai-kuadrat adalah sama dengan dua (2).
Dalam hal ini, disarankan pula agar banyaknya kelas tidak kurang dari lima
dan frekuensi absolut tiap kelas tidak kurang dari lima pula. Apabila ada kelas yang
frekuensinya kurang dari lima, maka dapat dilakukan penggabungan dengan kelas
yang lainnya. Nilai kritis untuk Distribusi Chi – Kuadrat ditunjukkan pada Tabel 3.4.
BUKU I
Studi Kelayakan Penanganan Banjir Trumon Aceh Selatan Kerjasama dengan Perguruan Tinggi (Swakelola)
TDMRC
41 Tsunami and Disaster Mitigation Research Center Universitas Syiah Kuala
Tabel 3.4 Nilai Kritis untuk Distribusi Chi-Kuadrat
ν α Derajat Kepercayaan
0,995 0,99 0.975 0.950 0.050 0.025 0.01 0.005
1 0,0000393 0,000157 0,000982 0,00393 3,841 5,024 6,635 7,879
2 0,0100 0,0201 0,0506 0,103 5,991 7,378 9,210 10,597
3 0,0717 0,115 0,216 0,352 7,815 9,348 11,345 12,838
4 0,207 0,297 0,484 0,711 9,488 11,143 13,277 14,860
5 0,412 0,554 0,831 1,145 11,070 12,832 15,086 16,750
6 0,676 0,872 1,237 1,635 12,592 14,449 16,812 18,548
7 0,989 1,239 1,690 2,167 14,067 16,013 18,475 20,278
8 1,344 1,646 2,180 2,733 15,507 17,535 20,090 21,955
9 1,735 2,088 2,700 3,325 16,919 19,023 21,666 23,589
10 2,156 2,558 3,247 3,940 18,307 20,483 23,209 25,188
11 2,603 3,053 3,816 4,575 19,675 21,920 24,725 26,757
12 3,074 3,571 4,404 5,226 21,026 23,337 26,217 28,300
13 3,565 4,107 5,009 5,892 22,362 24,736 27,688 29,819
14 4,075 4,660 5,629 6,571 23,685 26,119 29,141 31,319
15 4,601 5,229 6,262 7,261 24,996 27,488 30,578 32,801
16 5,142 5,812 6,908 7,962 26,296 28,845 32,000 34,267
17 5,697 6,408 7,564 8,672 27,587 30,191 33,409 35,718
18 6,265 7,015 8,231 9,390 28,869 31,526 34,805 37,156
19 6,844 7,633 8,907 10,117 30,144 32,852 36,191 38,582
20 7,434 8,260 9,591 10,851 31,410 34,170 37,566 39,997
21 8,034 8,897 10,283 11,591 32,671 35,479 38,932 41,401
22 8,643 9,542 10,982 12,338 33,924 36,781 40,289 42,796
23 9,260 10,196 11,689 13,091 36,172 38,076 41,638 44,181
BUKU I
Studi Kelayakan Penanganan Banjir Trumon Aceh Selatan Kerjasama dengan Perguruan Tinggi (Swakelola)
TDMRC
42 Tsunami and Disaster Mitigation Research Center Universitas Syiah Kuala
ν α Derajat Kepercayaan
0,995 0,99 0.975 0.950 0.050 0.025 0.01 0.005
24 9,886 10,856 12,401 13,848 36,415 39,364 42,980 45,558
25 10,520 11,524 13,120 14,611 37,652 40,646 44,314 46,928
26 11,160 12,198 13,844 15,379 38,885 41,923 45,642 48,290
27 11,808 12,879 14,573 16,151 40,113 43,194 46,963 49,645
28 12,461 13,565 15,308 16,928 41,337 44,461 48,278 50,993
29 13,121 14,256 16,047 17,708 42,557 45,722 49,588 52,336
30 13,787 14,953 16,791 18,493 43,773 46,979 50,892 53,672
Sumber: Bonnier, 1980
3. Analisa curah hujan rancangan (desain rainfall)
Analisis data curah hujan umumnya mencakup analisis
kepuguhan/konsistensi data, analisis probabilitas curah hujan maksimum (curah
hujan rancangan) untuk estimasi debit banjir rencana, analisis curah hujan areal
dan uji kesesuaian distribusi.
Analisa distribusi frekuensi dimaksudkan untuk mendapatkan besaran
curah hujan rancangan yang ditetapkan berdasarkan patokan perancangan
tertentu. Untuk keperluan analisa ditetapkan curah hujan dengan periode ulang
2, 5, dan 10, tahun.
Untuk Curah Hujan Rancangan dapat dihitung dengan tiga jenis
penyebaran, yaitu Penyebaran Log Normal, E.J. Gumbel Tipe I dan Log Pearson
Tipe III. Persamaan umum untuk estimasi curah hujan rancangan (design rainfall)
untuk semua penyebaran, adalah sebagai berikut :
xTSKXX
Dimana :
XT = curah hujan rancangan untuk periode ulang pada T tahun (mm)
BUKU I
Studi Kelayakan Penanganan Banjir Trumon Aceh Selatan Kerjasama dengan Perguruan Tinggi (Swakelola)
TDMRC
43 Tsunami and Disaster Mitigation Research Center Universitas Syiah Kuala
X = rerata dari curah hujan (mm)
Sx = standar deviasi
K = Faktor frekuensi yang merupakan fungsi dari periode ulang dan tipe
distribusi frekuensi.
a. Analisis Frekuensi Log Normal
Ytr = Y +k.Sx
K = W -
32
2
.001308,0.189269,0432788,11
.0100328,0.802853,0515517,2
WW
WW
W =
2
1ln
p p =
T
1 Xtr = 10(Ytr)
Dengan,
Ytr = curah hujan dengan kala ulang tertentu (mm)
Y = data hujan rata-rata tahunan (mm)
Sy = standar deviasi log rata-rata data hujan
k = faktor frekuensi
T = kala ulang
b. Analisis Frekuensi E.J. Gumbel
Xtr = X +k.Sx
K = }]1
{ln6
T
T
Dengan,
Xtr = curah hujan dengan kala ulang tertentu (mm)
X = data hujan rata-rata tahunan (mm)
k = faktor frekuensi
BUKU I
Studi Kelayakan Penanganan Banjir Trumon Aceh Selatan Kerjasama dengan Perguruan Tinggi (Swakelola)
TDMRC
44 Tsunami and Disaster Mitigation Research Center Universitas Syiah Kuala
Sx = standar deviasi
T = kala ulang
c. Penyebaran Log Pearson Tipe III
Distribusi Log Pearson Tipe-III merupakan hasil transformasi dari
distribusi Pearson Tipe-III dengan menggantikan data menjadi nilai logaritmik.
Parameter-parameter statistik yang diperlukan adalah:
1. Harga rerata;
2. Standar deviasi;
3. Koefisien kemencengan.
Persamaan distribusi Log Pearson Tipe-III dapat ditulis sebagai berikut :
Log Xt= SGXLog
Dimana:
Xt = Besarnya curah hujan dengan periode t (mm)
XLog = Rerata nilai logaritma data X hasil pengamatan (mm)
S = Standar deviasi nilai logaritma data X hasil pengamatan
=
1n
XLogXLogn
1t
2
t
CS = Koefisien kemencengan
=
3
3
SlogX.2n.1n
logXlogXn.
CK = Koefisien kurtosis
=
4
42
XlogS3n2n1n
logXlogXn
BUKU I
Studi Kelayakan Penanganan Banjir Trumon Aceh Selatan Kerjasama dengan Perguruan Tinggi (Swakelola)
TDMRC
45 Tsunami and Disaster Mitigation Research Center Universitas Syiah Kuala
Garis besar cara tersebut adalah sebagai berikut:
1. Data diurutkan dari yang nilainya terkecil hingga yang terbesar;
2. Nilai logaritma dari masing-masing data dihitung;
3. Besarnya nilai rerata dari logaritma tersebut dihitung dengan rumus:
n
1i
1LogXn
1LogX
4. Besarnya nilai standar deviasi (simpangan baku) tersebut dihitung;
5. Besarnya nilai koefisien kepencengandihitung;
6. Logaritma hujan waktu balik yang dikehendaki dihitung dengan rumus:
Log X = LogX +G. S
(Harga-harga G diambil dari tabel harga Cs; Hidrologi Teknik, Ir. CD.
Soemarto);
7. Curah hujan rancangan dengan waktu balik yang dikehendaki XT
diperoleh dari anti-log dari log X dengan rumus:
LogXX 10
4. Analisa Daerah Aliran Sungai (DAS)
Untuk mendapatkan gambaran mengenai penyebaran hujan di seluruh
daerah, di beberapa tempat tersebar pada Daerah Aliran Sungai dipasang alat
penakar hujan. Pada daerah aliran yang kecil kemungkinan hujan terjadi merata
di seluruh daerah, tetapi tidak pada daerah aliran yang besar. Hujan yang terjadi
pada daerah aliran yang besar tidak sama, sedangkan pos-pos penakar hujan
hanya mencatat hujan di suatu titik tertentu, sehingga akan sulit untuk
menentukan berapa hujan yang turun di seluruh areal. Hal ini akan menyulitkan
dalam menentukan hubungan antara debit banjir dan curah hujan yang
BUKU I
Studi Kelayakan Penanganan Banjir Trumon Aceh Selatan Kerjasama dengan Perguruan Tinggi (Swakelola)
TDMRC
46 Tsunami and Disaster Mitigation Research Center Universitas Syiah Kuala
mengakibatkan banjir tersebut.
Curah hujan yang diperlukan untuk penyusunan suatu rancangan
pemanfaatan air dan rancangan pengendalian banjir adalah curah hujan rata-rata
di seluruh daerah yang bersangkutan, bukan curah hujan pada suatu titik tertentu.
Curah hujan ini disebut curah hujan wilayah atau curah hujan daerah yang
dinyatakan dalam satuan millimeter (Sosrodarsono, 2003 : 27).
Menurut Suyono Sosrodarsono, pada umumnya untuk menentukan
metode curah hujan daerah yang sesuai adalah dengan menggunakan standar
luas daerah, sebagai berikut (Sosrodarsono, 2003 : 51) :
1. Daerah tinjauan dengan luas 250 ha dengan variasi topografi kecil, dapat
diwakili oleh sebuah alat ukur curah hujan
2. Untuk daerah tinjauan dengan luas 250-50.000 ha yang memiliki dua atau
tiga titik pengamatan dapat menggunakan metode rata-rata aljabar.
3. Untuk daerah tinjauan dengan luas 120.000-500.000 ha yang mempunyai
titik-titik pengamatan tersebar cukup merata dan di mana curah hujannya
tidak terlalu dipengaruhi oleh kondisi topografi, dapat digunakan cara rata-
rata aljabar. Jika titik-titik pengamatan itu tidak tersebar merata maka
digunakan cara poligon Thiessen.
Untuk daerah tinjauan dengan luas lebih dari 500.000 ha dapat digunakan
cara isohyet atau metode potongan antara (inter-section method).
5. Analisa Hidrologi
Analisis hidrologi diperlukan untuk mengkaji kesesuain kondisi hidrologis
saat ini yang merupakan kaitan terhadap basic design. Lingkup kegiatan ini
diantaranya yaitu melakukan pengumpulan data curah hujan berdasarkan stasiun
penakar hujan disekitar lokasi studi sangat diperlukan untuk kegiatan analisis
hidrologi, dengan syarat data yang digunakan haruslah konsisten, homogen,
independent, representative, menerus (continue) dan memiliki runtutan data yang
BUKU I
Studi Kelayakan Penanganan Banjir Trumon Aceh Selatan Kerjasama dengan Perguruan Tinggi (Swakelola)
TDMRC
47 Tsunami and Disaster Mitigation Research Center Universitas Syiah Kuala
panjang serta diharapkan memiliki ketersediaan data yang cukup. Sebelum
digunakan, data tersebut harus dilakukan penyaringan data atau diperiksa secara
manual dan secara statistik.
Analisis hidrologi diperlukan untuk mengetahui debit banjir yang akan
digunakan dalam perencanaan pengendalian banjir. Sejauh mungkin
perhitungannya diupayakan dengan menggunakan data aliran dengan analisis
frekuensi. Jika tidak diperoleh data aliran, dapat digunakan beberapa metoda lain,
setelah itu hasilnya dibandingkan dengan kondisi lapangan untuk dipilih sebagai
satu debit tertentu sebagai debit perencanaan. Analisis hidrologi yang dilakukan
adalah sebagai berikut:
6. Debit Banjir Rencana (design flood)
Untuk merencanakan suatu bangunan air, diperlukan analisis nilai debit
banjir yang mungkin terjadi di lokasi tersebut. Untuk mengetahui keadaan pola
banjir diperlukan periode pengamatan, agar estimasi mendekati keadaan yang
sebenarnya. Untuk mendapatkan besaran debit banjir rencana yang lebih baik,
dalam perhitungan diperlukan beberapa metode perhitungan, kemudian
dibandingkan hasil dari masing-masing untuk diambil sebagai debit banjir
rencana.
a. Koefisien Pengaliran
Koefisien pengaliran adalah suatu variabel yang di dasarkan pada kondisi
daerah pengaliran dan karakteristik hujan yang jatuh di daerah tersebut.
Adapun kondisi dan karakteristik yang dimaksud adalah:
1. Keadaan hujan,
2. Luas dan bentuk daerah aliran,
3. Kemiringan daerah aliran dan kemiringan dasar sungai,
4. Daya infiltrasi dan perkolasi tanah,
5. Kebasahan tanah,
BUKU I
Studi Kelayakan Penanganan Banjir Trumon Aceh Selatan Kerjasama dengan Perguruan Tinggi (Swakelola)
TDMRC
48 Tsunami and Disaster Mitigation Research Center Universitas Syiah Kuala
6. Suhu udara dan angin serta evaporasi dan
7. Tata guna tanah.
Koefisien pengaliran disajikan pada Tabel 3.5 berdasarkan dengan suatu
pertimbangan bahwa koefisien tersebut sangat tergantung pada faktor-faktor fisik.
Tabel 3.5. Angka Koefisien Pengaliran
Kondisi DAS Angka Pengaliran (C)
Pegunungan 0,75 - 0,90
Pegunungan tersier 0,70 - 0,80
Tanah berelief berat dan berhutan kayu 0,50 - 0,75
Dataran pertanian 0,45 - 0,60
Daratan sawah irigasi 0,70 - 0,80
Sungai di pegunungan 0,75 - 0,85
Sungai di dataran rendah 0,45 - 0,75
Sungai besar yang Sebagian alirannya
Sungai besar yang Sebagian alirannya
berada di dataran rendah
0,50 - 0,75
Sumber : Suyono Sosrodarsono, (1980)
Dr. Kawakami menyusun sebuah rumus yang mengemukakan bahwa
untuk sungai-sungai tertentu, koefisien itu tidak tetap, tetapi berbeda-beda
tergantung dari curah hujan.
43
7.151
tR
f
Keterangan:
f = Koefisien pengaliran
Rt = Jumlah curah hujan (mm)
BUKU I
Studi Kelayakan Penanganan Banjir Trumon Aceh Selatan Kerjasama dengan Perguruan Tinggi (Swakelola)
TDMRC
49 Tsunami and Disaster Mitigation Research Center Universitas Syiah Kuala
Harga koefisien limpasan (runoff coefficient) dari penggunaaan secara
umum dapat diambil dari Tabel 3.6. sebagai berikut:
Tabel 3.6. Rumus-rumus Koefisien Limpasan Rerata dalam Sungai-sungai di
Jepang
No Daerah Kondisi sungai Curah hujan Rumus
Koefisien pengaliran
1
2
3
4
5
Hulu
Tengah
tengah
tengah
hilir
sungai biasa
sungai di zone lava
Rt> 200 mm
Rt< 200 mm
f = 1 - 15.7/Rt3/4
f = 1 - 5.65/Rt3/4
f = 1 - 7.20/Rt3/4
f = 1 - 3.14/Rt3/4
f = 1 - 6.60/Rt3/4
Sumber: Suyono Sosrodarsono, (1980)
b. Hidrograf Satuan Sintetik Nakayasu
Nakayasu dari Jepang, telah membuat rumus hidrograf satuan sintetik dari
hasil penyelidikannya. Rumus tersebut adalah sebagai berikut:
0,3
0
T0,3Tp3,6
RAC
Qp
dimana :
Qp = debit puncak banjir (m3/det)
R0 = hujan satuan (mm)
Tp = tenggang waktu (time lag) dari permulaan hujan sampai puncak
banjir (jam)
Tp = tg + 0,8 tr
Tg = waktu konsentrasi (jam), tenggang waktu dari titik berat hujan
sampai titik berat hidrograf (time lag)
BUKU I
Studi Kelayakan Penanganan Banjir Trumon Aceh Selatan Kerjasama dengan Perguruan Tinggi (Swakelola)
TDMRC
50 Tsunami and Disaster Mitigation Research Center Universitas Syiah Kuala
dalam hal ini, jika:
L < 15 km tg = 0,21 . L0,7
L > 15 km tg = 0,4 + 0,058 . L
tr = tenggang waktu hidrograf (time base of hidrograf)
= 0,5 sampai 1 tg
T0,3 = .tg
= tg
LA0,470,25
untuk :
1. Daerah pengaliran biasa = 2
2. Bagian naik hidrograf yang lambat dan bagian menurun yang cepat
=1,5
3. Bagian naik hidrograf yang cepat dan bagian menurun yang lambat
= 3
Bagian lengkung naik (rising limb) hidrograf satuan memiliki rumus :
Qa =
2.4
p
pT
tQ
dimana :
Qa = limpasan sebelum mencapai debit puncak (m3/det)
t = waktu (jam)
Bagian lengkung turun (decreasing limb) hidrograf satuan
Qd1 = 0,3T
Tpt
0,3Qp
Qd2 = 0,31,5T
0,30,5TTpt
0,3Qp
BUKU I
Studi Kelayakan Penanganan Banjir Trumon Aceh Selatan Kerjasama dengan Perguruan Tinggi (Swakelola)
TDMRC
51 Tsunami and Disaster Mitigation Research Center Universitas Syiah Kuala
lengkung naik lengkung turunQ
i
tr
0,8 tr tg
Qp
0,32 Qp
0,3 Qp
Tp T0,3 1,5 T0,3
Qd3 =
Gambar 3.3 Lengkung Hidrograf Satuan Sintetik Nakayasu
c. Hidrograf Sintetis Gama - I
Hidrograf Satuan Sintetis Gama-I ini ditemukan oleh Sri Harto, dengan
melakukan pengamatan kurang lebih 300 banjir sungai-sungai di Pulau Jawa.
Menurut Sri Harto (1993:164), parameter-parameter DAS yang sangat menentukan
pengalihragaman hujan menjadi banjir, antara lain:
1. Faktor sumber (SF), merupakan perbandingan antara jumlah panjang
sungai tingkat satu dengan jumlah panjang sungai semua tingkat;
2. Frekuensi Sumber (SN), merupakan perbandingan antara jumlah pangsa
sungai tingkat satu dengan jumlah pangsa sungai semua tingkat;
3. Faktor Lebar (WF), merupakan perbandingan antar lebar DAS yang
diukur dititik sungai yang berjarak 0,75L dengan lebar DAS yang diukur
di titik sungai yang berjarak 0,25L dari stasiun hidrometri;
4. Luas DAS sebelah hulu (RUA), yaitu perbandingan antara luas DAS yang
diukur di hulu garis yang ditarik tegak lurus garis hubung antara stasiun
0,32T
0,31,5TTpt
0,3Qp
BUKU I
Studi Kelayakan Penanganan Banjir Trumon Aceh Selatan Kerjasama dengan Perguruan Tinggi (Swakelola)
TDMRC
52 Tsunami and Disaster Mitigation Research Center Universitas Syiah Kuala
hidrometri dengan titik paling dekat dengan titik berat DAS, melewati
titik tersebut;
5. Faktor Simetri (SIM), yaitu hasil kali faktor lebar (WF) dengan luas DAS
sebelah hulu (RUA);
6. Jumlah pertemuan sungai (JN), merupakan jumlah semua pertemuan
sungai dalam DAS tersebut. Jumlah ini tidak lain adalah jumlah pangsa
sungai tingkat satu dikurangi satu;
7. Kerapatan jaringan kuras (D), merupakan jumlah panjang sungai semua
tingkat tiap satuan luas DAS.
Selanjutnya hidrograf satuan dijabarkan dalam 4 variabel pokok, yaitu
waktu naik (Tr), debit puncak (Qp), waktu dasar (Tb) dan koefisien tampungan
(K), dengan persamaan matematik sebagai berikut:
K
t
eQpQt
DSFSAK
JNTrAQp
RUASNSTrTb
SIMSF
LTr
0452.00897.11446.01798.0
2381.04008.05886.0
2574.07344.00986.01457.0
3
5617.0
1836.0
4132.27
2775.10665.1100
43.0
d. Hidrograf Sintetis Satuan SCS
Hidrograf Satuan Sintetis metode SCS dirumuskan oleh Soil Conservation
Service (SCS) dengan menggunakan hidrograf tak berdimensi. Metode ini hanya
membutuhkan besaran waktu puncak (time to peak) dan besarnya debit puncak
(peak discharge) yang mana besarnya dapat dihitung dengan menggunakan
persamaan sebagai berikut:
lp tD
t 2
BUKU I
Studi Kelayakan Penanganan Banjir Trumon Aceh Selatan Kerjasama dengan Perguruan Tinggi (Swakelola)
TDMRC
53 Tsunami and Disaster Mitigation Research Center Universitas Syiah Kuala
Keterangan:
tp = Waktu awal hujan sampai dengan debit puncak
D = Waktu hujan tl = Time lag
p
pt
AQ
484
Keterangan:
Qp = Debit puncak (cfs)
A = Luas Daerah Tangkapan Hujan (mi2)
tp = waktu awal hujan sampai dengan debit puncak
Untuk mencari besarnya time lag, SCS memberikan rumus sebagai berikut:
5.0
7.08.0
1900
1
Y
Sltl
Keterangan:
tl = Time lag (jam)
l = Panjang pembagi (ft)
Y = Slope rata-rata DPS (%)
S = retensi maksimum potensial (inc)
= 101000
CN
CN = curve number
e. Hidrograf Banjir Rancangan
Dengan telah dihitungnya hidrograf satuan, maka hidrograf banjir untuk
berbagai kala ulang dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut:
Qk=U1 Ri + U2Ri-1 + U3Ri-2 + ... + UnRi-n+1 + Bf
BUKU I
Studi Kelayakan Penanganan Banjir Trumon Aceh Selatan Kerjasama dengan Perguruan Tinggi (Swakelola)
TDMRC
54 Tsunami and Disaster Mitigation Research Center Universitas Syiah Kuala
Keterangan:
Qk = Ordinat hidrograf banjir pada jam ke-k
Un = Ordinat hidrograf satuan
Ri = Hujan netto pada jam ke-i
Bf = Aliran dasar (Base flow)
Tabel 3.7. Hidrograf banjir
Hidrograf Satuan
R1 R2 Rn Rm Aliran Dasar
Debit
(m3/dt/mm) (mm) (mm) (mm) (m3/dt) (m3/dt)
Q1
Q2
Q3
Q4
Q5
...
qn
q1 . R1
q2 .
R1q3 .
R1 q4 .
R1 q5 .
R1 ...
qn . R1
q1 . R2
q2 . R2
q3 . R2
q4 . R2
q5 . R2
...
qn . R2
...
...
...
...
...
...
...
q1 . Rm
q2 . Rm
q3 . Rm
q4 . Rm
q5 . Rm
...
qn . Rm
B
B
B
B
B
B
B
B
B
Q1
Q2
Q3
Q4
Q5
Qn+1
Qn+2
Qn+3
...
Qn+m-1
7. Perhitungan hidrograf debit banjir
a. Perhitungan koefisien limpasan
Koefisien limpasan/pengaliran adalah variabel untuk menentukan
besarnya limpasan permukaan tersebut dimana penentuannnya didasarkan pada
kondisi daerah pengaliran dan karakteristik hujan yang jatuh di daerah tersebut.
BUKU I
Studi Kelayakan Penanganan Banjir Trumon Aceh Selatan Kerjasama dengan Perguruan Tinggi (Swakelola)
TDMRC
55 Tsunami and Disaster Mitigation Research Center Universitas Syiah Kuala
Koefisien pengaliran pada suatu daerah dipengaruhi oleh kondisi
karakteristiknya, yaitu :
1. Kondisi hujan
2. Luas dan bentuk daerah pengaliran
3. Kemiringan daerah aliran dan kemiringan dasar sungai
4. Daya infiltrasi dan perkolasi tanah
5. Suhu udara dan angin serta evaporasi
6. Tata guna lahan
Koefisien limpasan menurut Dr. Mononobe disajikan pada Tabel 3.8.
Tabel 3.8 Koefisien limpasan (Dr. Mononobe)
Kondisi DAS Angka Pengaliran (C)
Daerah pegunungan berlereng terjal 0,75 - 0,90
Daerah perbukitan 0,70 - 0,80
Daerah bergelombang dan bersemak 0,50 - 0,75
Dataran dataran yang digarap 0,45 - 0,60
Daerah persawahan irigasi 0,70 - 0,80
Sungai di daerah pegunungan 0,75 - 0,85
Sungai kecil di daerah dataran 0,45 - 0,75
Sungai yang besar dengan wilayah
pengaliran yang lebih seperduanya
terdiri dari dataran
0,50 - 0,75
Sumber : BTU – Suyono, cetakan keempat, 1980, halaman 38
b. Debit banjir rencana
Untuk merencanakan suatu bangunan pengendali banjir maupun
normalisasi sungai, diperlukan analisa nilai debit banjir yang mungkin terjadi di
lokasi tersebut. Untuk mengetahui keadaan pola banjir diperlukan periode
pengamatan, agar estimasi mendekati keadaan yang sebenarnya.
Untuk perencanaan bangunan pengendali banjir dan normalisasi sungai
BUKU I
Studi Kelayakan Penanganan Banjir Trumon Aceh Selatan Kerjasama dengan Perguruan Tinggi (Swakelola)
TDMRC
56 Tsunami and Disaster Mitigation Research Center Universitas Syiah Kuala
perlu suatu analisa kemampuan sungai mengalirkan debit banjir desain dengan
dilakukan analisa dan simulasi debit yang masuk dengan menggunakan debit
banjir berbagai kala ulang dengan menggunakan metode Hidrograf Satuan (Unit
Hidrograf) seperti metode HSS Nakayasu, HSS Gama-I dan HSS SCS.
Dalam perhitungan debit banjir untuk analisa bangunan pengendalian
banjir dan normalisasi sungai dihitung dengan menggunakan metode Hidrograf
Satuan Sintetis (HSS) Nakayasu, HSS Gama-I dan Metode HSS SCS.
8. Analisa Spasial
Analisis spasial yang dilakukan menggunakan Sistem Informasi Geografis
(SIG). Sistem Informasi Geografis adalah sistem informasi khusus yang mengelola
data yang memiliki informasi. Teknologi Sistem Informasi Geografis bermanfaat
dalam berbagai bidang diantaranya manajemen tata guna lahan, inventarisasi
sumber daya alam, pengawasan daerah bencana alam, perencanaan wilayah dan
kota.
Data spasial adalah gambaran nyata suatu wilayah yang terdapat di
permukaan bumi. Umumnya direpresentasikan berupa grafik, peta, gambar
dengan format digital dan disimpan dalam bentuk koordinat x,y (vektor) atau
dalam bentuk image (raster) yang memiliki nilai tertentu.
a. Analisa Perubahan Lahan
Berdasarkan UU No. 4 Tahun 2011, Penutupan lahan atau PL adalah garis
yang menggambarkan batas penampakan area tutupan di atas permukaan bumi
yang terdiri dari bentang alam dan/atau bentang buatan. Data PL sangat
dibutuhkan untuk menentukan penyebab terjadinya banjir di suatu kawasan.
Dikarenakan perubahan tutupan lahan dapat mempengaruhi kemampuan tanah
untuk menyerap air.
BUKU I
Studi Kelayakan Penanganan Banjir Trumon Aceh Selatan Kerjasama dengan Perguruan Tinggi (Swakelola)
TDMRC
57 Tsunami and Disaster Mitigation Research Center Universitas Syiah Kuala
Proses analisa perubahan lahan meliputi:
a. Perhitungan luas wilayah cakupan per-tutupan lahan
b. Perhitungan persentase tiap PL untuk melihat perubahan per beberapa
tahun (1990, 2000, 2011 dan 2017).
c. Membuat grafik per-tutupan lahan untuk melihat perubahan yang terjadi.
Dari hasi analisis di atas, maka dapat dilihat perubahan luas serta fungsi
lahan yang terjadi dalam kurun waktu tertentu pada kawasan tersebut. Hoirisky
(2018) telah melakukan penelitian mengenai pengaruh perubahan pola
penggunaan lahan terhadap banjir di DAS Buah Kota Palembang. Penelitian yang
dilakukan dengan membandingkan perubahan lahan pada tahun 2012 dan tahun
2017.
Perubahan penggunaan lahan merupakan penyebab banjir yang utama
dibandingkan dengan faktor lainnya karena dengan adanya perubahan
penggunaan lahan yang dapat memberikan kontribusi terhadap aliran permukaan
(runoff). Faktor penutupan lahan yang paling dominan adalah penutupan lahan
vegetasi dan lahan terbuka hijau. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
terdapat pertambahan lokasi titik banjir dari 16 titik banjir pada tahun 2012
menjadi 38 titik banjir di tahun 2017.
Hal ini dipengaruhi oleh perubahan lahan seperti berubahnya fungsi rawa
sebagai tempat pemukiman atau tempat usaha maupun kawasan terbuka hijau
yang berubah menjadi perumahan. Padahal jika keduanya diubah menjadi
pemukiman, maka penutupan lahan ini menjadi kawasan yang tidak memiliki
resistansi untuk menahan aliran. Sehingga jika terjadi hujan, kecepatan air akan
meningkat tajam ke kawasan ini. Resapan air yang masuk ke tanah tetap kecuali
lahannya berubah. Jika terjadi perubahan lahan pada wilayah konservasi menjadi
lahan terbangun maka akan menjadi salah satu penyebab banjir. Sehingga
perubahan lahan merupakan salah satu faktor yang dapat memicu dan
meningkatkan kejadian banjir.
BUKU I
Studi Kelayakan Penanganan Banjir Trumon Aceh Selatan Kerjasama dengan Perguruan Tinggi (Swakelola)
TDMRC
58 Tsunami and Disaster Mitigation Research Center Universitas Syiah Kuala
b. Analisa Digital Elevation Model (DEM)
Digital Elevation Model adalah penyajian ketinggian permukaan bumi
secara digital. Data DEM akan digunakan untuk mendapatkan Cathment Area
(area tangkapan air). Hal ini dilakukan untuk melihat sumber air yang menjadi
sumber banjir pada wilayah tersebut.
DEM yang digunakan merupakan DEM yang diunduh dari DEMNAS BIG
dan USGS. DEM yang diunduh dari BIG merupakan DEM terbaru yang
dikeluarkan, oleh karena itu DEM tersebut dapat menggambarkan ketinggian
pada saat sekarang (DEM tersebut dikeluarkan pada tahun 2018). Sementara DEM
SRTM merupakan DEM yang dikeluarkan USGS. DEM yang digunakan di sini
adalah DEM yang dikeluarkan pada tahun 2000.
Proses pengolahan DEM meliputi:
1. Penggabungan DEM yang sudah diunduh
2. Pemotongan area DEM, sesuai dengan batas yang sudah ditetapkan
3. Analisa lanjutan (untuk mendapatkan Catcment Area atau untuk melihat
perubahan volume).
Selain digunakan untuk mendapatkan Catchment Area, DEM juga
digunakan untuk melihat perubahan ketinggian (volume change) pada wilayah
tersebut. Perubahan ketinggian ini dapat mempengaruhi perubahan arah
dan/atau aliran air.
Langkah awal analisa adalah menyamakan satuan kedua DEM. DEM
SRTM memiliki resolusi yang lebih rendah. Oleh karena itu proses resampleharus
dilakukan. Setelah dilakukan proses resample, kedua DEM akan dibandingkan
untuk mendapatkan area yang mengalami perubahan.
c. Membuat Catchment Area
Catchment area adalah lokasi yang rendah di suatu tempat dimana air yang
berasal dari tempat lebih tinggi akan berkumpul menjadi satu badan air. Sumber
BUKU I
Studi Kelayakan Penanganan Banjir Trumon Aceh Selatan Kerjasama dengan Perguruan Tinggi (Swakelola)
TDMRC
59 Tsunami and Disaster Mitigation Research Center Universitas Syiah Kuala
air dapat berasal dari air hujan maupun salju yang mencair. Catchment area dapat
mengalirkan air ke cekungan yang rendah lainnya atau ke satu tempat seperti
danau dan sungai. Wilayah ini berada di daratan yang dibatasi oleh punggung
bukit yang berfungsi untuk menerima, menyimpan dan mengalirkan curah hujan
yang jatuh diatasnya serta mengalirkannya ke alur sungai anak sungai hingga
sungai utama hingga akhirnya bermuara ke danau atau laut.
Dalam membuat catchment area, data utama yang dibutuhkan adalah data
DEM (Data Elevation Model). DEM adalah teknik penyimpanan data suatu terrain
dari titik-titik secara digital dengan koordinat (x, y, H). Data DEM yang
dibutuhkan sesuai dengan luas dari lokasi yang diinginkan.
1) Fill
Fill digunakan untuk mengisi sink yang ada dalam peta. Sink merupakan
area yang memiliki aliran air sendiri, tetapi air ini tidak mengalir keluar ke
area lain. Pada penentuan Catchment Area, proses Fill harus dilakukan
sehingga data yang didapatkan terdistribusi secara normal (tidak terdapat
data outlier). Proses Fill perlu dilakukan untuk menghilangkan
ketidaksempurnaan kecil dalam data. Proses ini memuat informasi tentang
bagaimana alur air. Setelah proses Fill dilakukan, langkah selanjutnya
adalah menentukan arah aliran air menggunakan tool FlowDirection.
2) Flow Direction
Data yang digunakan dalam melakukan proses Flow Direction
menggunakan hasil dari prose Fill. Proses Flow Direction dilakukan untuk
mengetahui arah aliran air dari permukaan dari cell data DEM. Hal ini
penting dilakukan karena dapat mengetahui aliran dari data cell DEM
sehingga dapat digunakan untk mendapatkan pola aliran air permukaan
yang akan digunakan untuk tahap selanjutnya.
BUKU I
Studi Kelayakan Penanganan Banjir Trumon Aceh Selatan Kerjasama dengan Perguruan Tinggi (Swakelola)
TDMRC
60 Tsunami and Disaster Mitigation Research Center Universitas Syiah Kuala
3) Flow Accumulation
Flow Accumulation merupakan langkah selanjutnya untuk menentukan
catchment area. Proses Flow Accumulation memiliki tujuan untuk
mengetahui pola aliran sungai dengan nilai cell aliran tertinggi yang
dibentuk dari proses Flow Direction. Setiap cell memiliki nilai hingga
berdasarkan nilai cell dari tahapan ini, nilai cell tertinggi direpresentasikan
sebagai daerah hilir aliran yang menenirma aliran dari setiap cell yang ada
di hulunya. Saat melakukan proses Flow Accumulation, data yang
dimasukkan berupa hasil dari Flow Direction. Sehingga hasil dari
FlowAccumulation, nilai cell yang besar dapat diartikan sebagai titik
terkumpul dan menaglirnya air.
4) Snap PourPoint
Langkah selanjutnya dalam membuat catchment area adalah dengan
menentukan titik yang di duga merupakan tempat dimana aliran air
terakumulasi paling besar, dimana aliran air itu akan berhenti. Biasanya
aliran air itu akan berakhir pada aliran sungai besar. Untuk membuat
pourpoint, perlu dibuat shapefile baru yang berisi titik yang diduga
merupakan tempat aliran air terakumulasi paling besar. Setelah dibuat
shapefile baru, maka langkah selanjutnya adalah dengan memasukkan
hasil dari Flow Accumulation dari shapefile baru tersebut.
5) Watershed
Langkah terakhir dalam membuat CatchmentArea adalah dengan
melakukan proses pembuatan Watershed. Pada proses ini datayang
dimasukkan adalah hasil dari Flow Direction dan Snap Pour Point. Jika data
yang dimasukkan tepat, makan akan terbentuk Catchment Area yang sesuai
dengan titik dugaan yang didapat dari proses Snap Pour Point.
BUKU I
Studi Kelayakan Penanganan Banjir Trumon Aceh Selatan Kerjasama dengan Perguruan Tinggi (Swakelola)
TDMRC
61 Tsunami and Disaster Mitigation Research Center Universitas Syiah Kuala
9. Permodelan Banjir
Untuk memprediksi hasil analisa banjir dapat menggunakan beberapa
software hidrolika sebagai salah satu model matematik yang digunakan untuk
mengklarifikasi analisa yang telah dilakukan. Salah satu model analisis kajian
banjir adalah dengan menggunakan software HEC-RAS (Hydrologic Engineering
Center-River Analysis Sistem) dari US Army Corps of Engineering. Program HEC-
RAS bertujuan untuk mengetahui profil memanjang sungai dan anak-anak
sungainya, elevasi muka air maksimum, serta kecepatan aliran. Program HEC-
RAS juga dapat membuat modifikasi penampang sungai sebagai upaya
penanganan banjir yang terjadi denganmenggunakan berbagai simulasi aliran.
HEC-RAS adalah sistem perangkat lunak terintegrasi, yang dirancang
untuk penggunaan interaktif dalam lingkungan jaringan multi-tasking, multi-
user. Sistem ini terdiri dari antarmuka pengguna grafis (GUI), komponen analisis
hidraulik yang terpisah, penyimpanan data dan kemampuan manajemen, grafik,
dan fasilitas pelaporan. Sistem HEC-RAS berisi komponen analisis sungai empat
dimensi untuk: perhitungan profil permukaan air aliran tetap; simulasi aliran
tidak stabil (hidrodinamika satu dimensi dan dua dimensi); perhitungan transpor
sedimen batas bergerak; dan analisis kualitas air. Elemen kuncinya adalah bahwa
keempat komponen menggunakan representasi data geometrik umum dan rutin
komputasi geometrik dan komon. Selain empat komponen analisis sungai, sistem
ini berisi beberapa fitur desain hidraulik yang dapat digunakan setelah profil
permukaan air dasar dihitung.
10. Ikthisar kemampuan hidraulik
HEC-RAS dirancang untuk melakukan perhitungan hidraulik satu dimensi
(1D), dua dimensi (2D), atau gabungan 1D dan 2D untuk jaringan penuh saluran
BUKU I
Studi Kelayakan Penanganan Banjir Trumon Aceh Selatan Kerjasama dengan Perguruan Tinggi (Swakelola)
TDMRC
62 Tsunami and Disaster Mitigation Research Center Universitas Syiah Kuala
alami dan dibangun. berikut ini adalah deskripsi kemampuan hidraulik utama
HEC-RAS. Pemodelan ini terdiri dari :
a. Steady Flow Water Surface Profiles
Pemodelan ini dimaksudkan untuk perhitungan profil permukaan air
untuk aliran yang stabil secara bertahap. Sistem dapat menangani jangkauan
sungai tunggal, sistem dendritik, atau jaringan penuh saluran. komponen aliran
stabil mampu memodelkan profil permukaan air rezim aliran subkritis,
superkritis, dan campuran.
Prosedur komputasi dasar didasarkan pada solusi dari persamaan energi
satu dimensi. Kehilangan energi dievaluasi dengan gesekan (persamaan Manning)
dan kontraksi / ekspansi (koefisien dikalikan dengan perubahan head kecepatan).
Persamaan momentum digunakan perhitungan rezim aliran campuran (yaitu,
lompatan hidrolik), hidraulik jembatan, dan evaluasi profil pada pertemuan
sungai. Efek dari berbagai penghalang seperti jembatan, gorong-gorong, bendung,
saluran pembuangan dan struktur lain di dataran banjir dapat dipertimbangkan
dalam perhitungan. sistem aliran mantap dirancang untuk aplikasi dalam
manajemen dataran banjir dan studi asuransi banjir untuk mengevaluasi
perambahan jalan. Juga, kemampuan hidraulik lainnya tersedia untuk menilai
perubahan profil permukaan air karena peningkatan saluran, dan tanggul.
b. Unsteady Flow Simulation.
Permodelan ini mampu mensimulasikan aliran tidak stabil satu dimensi;
aliran tidak stabil dua dimensi; atau gabungan pemodelan aliran limbung 1D dan
2D melalui jaringan penuh saluran terbuka. pemecah persamaan aliran tidak stabil
1D diadaptasi dari model UNET Dr. Robert L. Barkau (Barkau, 1992 dan HEC,
1997). Komponen aliran tidak stabil 1D ini dikembangkan terutama untuk
perhitungan rezim aliran subkritis. pemecah persamaan aliran tidak stabil 2D
dikembangkan di HEC, dan secara langsung diintegrasikan ke dalam mesin aliran
BUKU I
Studi Kelayakan Penanganan Banjir Trumon Aceh Selatan Kerjasama dengan Perguruan Tinggi (Swakelola)
TDMRC
63 Tsunami and Disaster Mitigation Research Center Universitas Syiah Kuala
tidak stabil HEC-RAS untuk memfasilitasi pemodelan hidrodinamik 1D dan 2D
kombinasi. Perhitungan hidrolik untuk penampang, jembatan dan struktur
hidrolik lainnya yang dikembangkan untuk komponen aliran tetap dimasukkan
ke dalam modul aliran tidak stabil. Selain itu, komponen aliran yang tidak stabil
memiliki kemampuan area penyimpanan model dan koneksi hidrolik antara area
penyimpanan; Area Aliran 2D; dan antara aliran mencapai.
c. Sediment Tranport/Movable Boundary Computations.
Permodelan ini diperuntukkan untuk simulasi transportasi sedimen satu
dimensi/perhitungan batas bergerak yang dihasilkan dari gerusan dan
pengendapan selama periode waktu moderat (biasanya bertahun-tahun,
meskipun aplikasi untuk kejadian banjir tunggal dimungkinkan). Potensi transpor
sedimen dihitung oleh fraksi ukuran butir, dengan demikian mengikuti simulasi
penyortiran hidrolik dan pelindung. fitur utama termasuk kemampuan untuk
memodelkan jaringan pengisian aliran, pengerukan saluran, berbagai tanggul dan
alternatif perambahan, dan penggunaan beberapa persamaan yang berbeda untuk
perhitungan transportasi sedimen.
Model ini dirancang untuk mensimulasikan tren jangka panjang gerusan
dan pengendapan dalam saluran nyata yang mungkin hasil dari memodifikasi
frekuensi dan durasi debit dan tahap air, atau memodifikasi geometri saluran.
sistem ini dapat digunakan untuk mengevaluasi deposisi dalam reservoir,
merancang kontraksi saluran yang diperlukan untuk mempertahankan
kedalaman, memprediksi pengaruh pengerukan pada laju deposisi,
memperkirakan gerusan maksimum yang mungkin selama peristiwa banjir besar,
dan mengevaluasi sedimentasi pada saluran tetap.
BUKU I
Studi Kelayakan Penanganan Banjir Trumon Aceh Selatan Kerjasama dengan Perguruan Tinggi (Swakelola)
TDMRC
64 Tsunami and Disaster Mitigation Research Center Universitas Syiah Kuala
d. Water Quality Analysis.
Permodelan ini dimaksudkan untuk memungkinkan pengguna melakukan
analisis kualitas air sungai. versi HEC-RAS saat ini dapat melakukan analisis suhu
terperinci dan transportasi sejumlah konstituen kualitas air (Algae Dissolved
Oxygen, Carbonaceous Biological Oxygen Demand, Dissolved Orthophosphate, Dissolved
Organic Phosphorus, Dissolved Ammonium Nitrate, Dissolved Nitrite Nitrogen,
Dissolved Nitrate Nitrogen, dan Dissolved Organic Nitrogen).
11. Dasar teori perhitungan hidrodinamik
Persamaan dasar yang digunakan untuk perhitungan aliran mantap satu
dimensi (1D) dan aliran tidak stabil. HEC-RAS dapat melakukan perhitungan
permodelan profil permukaan air dalam bentuk 1D untuk untuk aliran yang
bervariasi secara bertahap dan mantap di saluran alami atau yang dibangun.
Profil permukaan air rezim aliran subkritis, superkritis, dan campuran juga
dapat dihitung. Topik yang dibahas dalam bagian ini meliputi: persamaan untuk
perhitungan profil dasar; subdivisi lintas bagian untuk perhitungan
pengangkutan; Manning komposit n untuk saluran utama; evaluasi rata-rata
kepala energi kinetik (koefisien bobot bobot alpha); evaluasi kerugian fricition;
kerugian kontraksi dan ekspansi; prosedur komputasi; penentuan kedalaman
kritis; penerapan persamaan momentum dalam aliran yang memiliki kecepatan
tinggi; dan keterbatasan model aliran stabil.
a. Persamaan Untuk Perhitungan Profil Dasar
Profil permukaan air dihitung dari satu bagian melintang ke yang
berikutnya dengan menyelesaikan persamaan Energi dengan prosedur berulang
yang disebut metode langkah standar. Persamaan energi ditulis sebagai berikut :
BUKU I
Studi Kelayakan Penanganan Banjir Trumon Aceh Selatan Kerjasama dengan Perguruan Tinggi (Swakelola)
TDMRC
65 Tsunami and Disaster Mitigation Research Center Universitas Syiah Kuala
Dimana :
Z1, Z2 = Elevasi dari saluran utama 1 dan 2(m)
Y1, Y2 = Kedalaman air penampang1 dan 2(m)
α1, α2 = Koefisien energi pada penampang 1 dan2
V1, V2 = Kecepatan aliran rata – rata (debit total/daerah aliran total)
(m/s)
g = Percepatan gravitas (m/s)
he = KehilanganEnergi(m)
Gambar 3.4. Representasi Istilah Dalam Persamaan Energi
Sumber : (HEC-RAS Reference Manual, 2016)
b. Kehilangan tinggi energy
Kehilangan (tinggi) energi (he) diantara dua penampang terdiri dari dua
komponen yaitu, kehilangan energi karena gesekan (friction losses) dan
kehilangan energi karena perubahan tampang (Konstrasi / ekspansi).
Persamaan dari kehilangan energi adalah sebagai berikut:
(1.2)
BUKU I
Studi Kelayakan Penanganan Banjir Trumon Aceh Selatan Kerjasama dengan Perguruan Tinggi (Swakelola)
TDMRC
66 Tsunami and Disaster Mitigation Research Center Universitas Syiah Kuala
Dimana:
L = Panjang jangkauan kedua penampang yang diberi bobot menurut
debit
𝑆 ̅𝑓 = Kemiringan garis energi karena gesekan diantara dua penampang
C = Koefisien atas kehilangan energi (penyempitan atau perluasan)
Dimana panjang jangkauan kedua penampang yang diberi bobot,
jumlahkan sebagai: (HEC-RAS Reference Manual, 2016)
L = (1.3)
Dimana:
Llob, Lch, Lrob = Panjang ruas penampang sungai untuk aliran di sisi kiri,
tengah, dan sisi kanan.
Qlob, Qch, Qrob= Debit yang mengalir pada sisi kiri, tengah, dan sisi kanan.
c. Energi kinetic
Dalam segmen jangkauan sungai 1D, hanya ada satu permukaan air
tunggal yang dimodelkan dan karenanya energi rata-rata tunggal dihitung
pada setiap penampang. Untuk ketinggian permukaan air yang diberikan,
energi rata-rata diperoleh dengan menghitung aliran energi tertimbang dari
tiga subbagian penampang melintang (tepi kiri, tengah, dan tepi kanan).
Gambar di bawah ini menunjukkan bagaimana energi rata-rata akan
diperoleh untuk penampang dengan bagian tengah dan tepi kanan (tanpa
bagian tepi kiri).
BUKU I
Studi Kelayakan Penanganan Banjir Trumon Aceh Selatan Kerjasama dengan Perguruan Tinggi (Swakelola)
TDMRC
67 Tsunami and Disaster Mitigation Research Center Universitas Syiah Kuala
1.
2.
3.
4.
Gambar 3.5. Contoh perhitungan memperoleh energi kinetik
Sumber : (HEC-RAS Reference Manual, 2016)
Untuk menghitung energi kinetic rata-rata diperlukan koefisien tinggi
kecepatan , yang dihitung dengan cara sebagai berikut: (HEC-RAS
Reference Manual, 2016)
Pada umunya :
koefisien kecepatan, , dihitung berdasarkan pengangkutan dalam tiga
elemen aliran: tepi kiri, tepi kanan, dan tengah. Hal ini juga dapat ditulis
BUKU I
Studi Kelayakan Penanganan Banjir Trumon Aceh Selatan Kerjasama dengan Perguruan Tinggi (Swakelola)
TDMRC
68 Tsunami and Disaster Mitigation Research Center Universitas Syiah Kuala
dalam hal pengangkutan dan luas seperti dalam persamaan berikut:(HEC-
RAS Reference Manual, 2016)
(1.8)
Dimana:
At = Total luas area tampang lintang
Alob, Ach, Arob = Luas area bantaran/tepi kiri, tengah, dan tepi kanan
(persfektif)
Kt = Total angkutan sedimen
Klob, Kch, Krob = Angkutan sedimen bantaran/tepi kiri, tengah, dan tepi
kanan (perspektif)
d. Kehilangan energi akibat gesekan
Kehilangan energi akibat gesekan pada HEC-RAS sebagai hasil dari 𝑆 ̅𝑓 dan
L (Persamaan 3.3), dimana 𝑆 ̅𝑓 adalah kemiringan karena gesekan (Friction
slope) untuk jangkauan dan panjang sungai L didefinisikan pada persamaan
3.4 . Kemiringan karena gesekan (kemiringan garis energi) pada setiap
penampang dihitung dengan persamaan Manning sebagai berikut: (HEC-
RAS Reference Manual, 2016)
e. Koefisien penyempitan dan pelebaran tampang
Penyempitan dan pelebaran tampang pada HEC-RAS dihitung dengan
persamaan: (HEC-RAS Reference Manual, 2016)
BUKU I
Studi Kelayakan Penanganan Banjir Trumon Aceh Selatan Kerjasama dengan Perguruan Tinggi (Swakelola)
TDMRC
69 Tsunami and Disaster Mitigation Research Center Universitas Syiah Kuala
Dimana:
C = Koefisien Penyempitan atau pelebran (lihat Tabel 3.8)
Tabel 3.8. Koefisien Penyempitan dan Perluasan Tampang
Penyempitan Perluasan
Tidak berubah 0.0 0.0
Masa berangsur - angsur 0.1 0.3
Karena ada jembatan 0.3 0.5
Tiba - tiba 0.6 0.8
Sumber :HEC-RAS Reference Manual, (2016)
HEC-RAS mengasumsi bahwa penyempitan (kontraksi) terjadi apabila
tinggi kecepatan hilir lebih besar daripada kecepatan hulu. Demikian juga
sebaliknya, ketika tinggi kecepatan hulu lebih besar dari kecepatan hilir akan
terjadi perluasan (ekspansi).
3.3.2 Data Primer
a. Data Pengukuran Sungai
Metode survey dan pengambilan data yang digunakan dalam penelitian ini
ialah metode survei terpadu (integrated survey), wawancara, dan bersifat
deskriptif, serta pemanfaatan data teknologi geospasial yang validasi dengan
data-data lapangan dan sumber data lainnya yang terkait survei lapangan, dan
data sekunder lainnya dengan menggunakan analisis secara kuantitatif maupun
kualitatif.
Survei lapangan ini dilakukan dalam dua kegiatan yaitu pengukuran
sungai dan wawancara lansung dengan masyarakat yang terkena dampak banjir
di kawasan Trumon yaitu pada 3 (tiga) kecamatan yang terdiri dari Kecamatan
Trumon, Kecamatan Trumon Tengah dan Kecamatan Trumon Timur.
BUKU I
Studi Kelayakan Penanganan Banjir Trumon Aceh Selatan Kerjasama dengan Perguruan Tinggi (Swakelola)
TDMRC
70 Tsunami and Disaster Mitigation Research Center Universitas Syiah Kuala
Pengukuran sungai dilakukan pada salah satu sungai yang memberikan
kontribusi besar dalam kejadian banjir di Kawasan Trumon. Survei ini dilakukan
pada Sungai Alas dan beberapa titik pengukuran yang dapat dilihat pada Tabel
3.9 berikut.
Tabel 3.9 Lokasi Pengukuran Sungai
No Titik
Pengukuran
Koordinat Kedalaman
(m) Latitude Longitude
1. Titik 1 2.81595 97.875385 3.05
2. Titik 2 2.76849 97.81297 1.70
3. Titik 3 2.45790 97.49407 1.60
4. Titik 4 2.76762 97.81412 1.20
5. Titik 5 2.76762 97.81412 1.60
6. Titik 6 2.76762 97.81412 0.70
7. Titik 7 2.76762 97.81412 0.15
8. Titik 8 2.76762 97.81412 1.70
Lokasi Survei pengukuran sungai untuk Kajian Banjir Kawasan Trumon ini
dapat dilihat selengkapnya pada Gambar 3.6.
BUKU I
Studi Kelayakan Penanganan Banjir Trumon Aceh Selatan Kerjasama dengan Perguruan Tinggi (Swakelola)
TDMRC
71 Tsunami and Disaster Mitigation Research Center Universitas Syiah Kuala
Gambar 3.6 Peta Koordinat Lokasi Survei kajian Banjir Trumon
Sumber : Hasil Analisis 2019
b. Data Wawancara
Hal – hal yang ditanyakan pada wawancara terdiri dari Data-data kejadian
bajir yang pernah terjadi, ketinggian banjir dan lokasi evakuasi, kegiatan mitigsi
yang telah dilakukan, upaya – upaya yang telah dilakukan dalam
penanggulangan banjir. Lokasi Wawancara selengkapnya dapat dilihat pada Tabel
3.10 berikut. Hasil wawancara selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran.
Tabel 3.10. Lokasi Wawancara Banjir Kawasan Trumon
NO Nama Desa Kecamatan Ketinggian Banjir (m) Durasi Banjir
1. Padang Harapan Trumon 2 – 4 15 – 25 hari
2. Ujung Tanoh Trumon 1 – 2 3 – 4 jam
3. Lhok Raya Trumon Tengah 1 – 2 7 – 10 hari
4. Kapa Sesah Trumon Timur 0,4 – 1 1 – 2 hari
5. Seunebok Pusaka Trumon Timur 0,5 2 – 5 hari
6. Titi Poben Trumon Timur 2 – 3 7 – 10 hari
BUKU I
Studi Kelayakan Penanganan Banjir Trumon Aceh Selatan Kerjasama dengan Perguruan Tinggi (Swakelola)
TDMRC
72 Tsunami and Disaster Mitigation Research Center Universitas Syiah Kuala
BAB IV KONDISI EKSISTING BANJIR
4.1 SEJARAH DAN DAMPAK BANJIR
Dari kondisi DAS serta Intensitas curah hujan tinggi hingga ekstrem,
kawasan Trumon mengalami kejadian banjir yang terjadi hamper setiap tahunnya,
seperti yang ditampilkan di dalam tabel berikut.
Tabel 4.1. Histori kejadian banjir wilayah Trumon dan sekitarnya
No TANGGAL KECAMATAN DESA PENYEBAB TINGGI
GENANGAN
1 23
November
2008
Trumon
Trumon Timur
Meluapnya sungai
Geulumbang
2 2 Desember
2010
Trumon Timur
Trumon Tengah
Ie Dalem
Kapa Seusak
Lhok Raya
Cot Bayu
Luapan sungai Trumon 50 cm - 1 m
3 12
November
2012
Trumon Timur
Trumon Tengah
Jambo Dalem
PTP
Seuneubok Pusaka
Lhok Raya
Cot Bayu
Meluapnya sungai
Geulumbang
80 cm - 1 m
4 13 Mei 2013 Trumon Tengah Lhok Raya
Cot Bayu
Meluapnya sungai
Geulumbang
2 m
5 4 Januari
2017
Trumon Tengah
Trumon Timur
Cot Bayu
Lhok Raya
Titi Poben
Seuneubok Pusaka
Meluapnya sungai
Geulumbang
1 m
6 8 November
2017
Trumon
(Pemukiman
Bulohseuma)
Kuta Padang
Raket
Gampong Teungoh
Hujan deras selama dua
hari
Selutut orang
dewasa (50 cm)
7 7 Desember
2017
Trumon Timur
Trumon Tengah
Trumon
Lhok Raya (terparah
sampai 2 m)
Meluapnya sungai
Geulumbang
1 m - 2 m
8 30 Desember
2017
Trumon
Trumon Tengah
Trumon Timur
UPT Padang
Harapan
Lhok Raya
Cot Bayu
Titi Poben
Meluapnya sungai
Geulumbang
20 cm – 40 cm
BUKU I
Studi Kelayakan Penanganan Banjir Trumon Aceh Selatan Kerjasama dengan Perguruan Tinggi (Swakelola)
TDMRC
73 Tsunami and Disaster Mitigation Research Center Universitas Syiah Kuala
9 16 Oktober
2018
Trumon
Trumon Timur
Gampong Teungoh Hujan dengan intensitas
sedang hingga tinggi
10 19
November
2018
Desa diperbatasan
antara Kab. Aceh
Selatan dan Kota
Subulussalam
Huan lebar dan banjir
kiriman dari Sungai
Geulombang pada 17
November 2018
50 cm – 60 cm
No TANGGAL KECAMATAN DESA PENYEBAB TINGGI
GENANGAN
11 3 Desember
2018
Trumon Timur
Trumon Tengah
Seuneubok Pusaka
Cot Bayu
Lhok Raya
30 cm
50 cm sampai 1
m
50 cm sampai
80 cm
12 14 Desember
2018
Trumon Timur
Trumon Tengah
Trumon
Seuneubok Pusaka
Titi Poben
Lhok Raya
Cot Bayu
Ladang Rimba
UPT Padang
Harapan
Tingginya intensitas
hujan dan banjir kirima
dari Kabupaten Aceh
Tenggara dan Kota
Subulussalam
2 m sampai 3 m
2 m di
pemukiman
masyarakat
3 m
Sumber : Hasil Analisis (2019)
Dari kejadian banjir di atas dampak yang dialami ditampilkan di dalam
tabel berikut 4.2 berikut.
Tabel 4.2. Dampak dan Kerugian kejadian banjir wilayah Trumon dan sekitarnya
NO TAHUN BANGUNAN TERDAMPAK JIWA
TERPAPAR
JUMLAH
KERUGIAN
1 2002 - 887 rumah terendam
- 122 rumah rusak
- 2 rumah ibadah rusak
4036 ± 6,0 M
2 2005 - 256 rumah terendam
- 5 Puskesmas Terendam
1025 ± 1,0 M
3 2006 - 502 rumah terendam
- 206 rumah rusak ringan
- 3 rumah ibadah rusak Ringan
-2 Puskesmas Rusak Ringan
2824 ± 8,02 M
4 2008 - 287 rumah terendam
- 2 rumah ibadah terendam
1151 ± 0,8 M
5 2010 1170 rumah terendam 4640 ± 2,6 M
BUKU I
Studi Kelayakan Penanganan Banjir Trumon Aceh Selatan Kerjasama dengan Perguruan Tinggi (Swakelola)
TDMRC
74 Tsunami and Disaster Mitigation Research Center Universitas Syiah Kuala
6 2011 135 rumah terendam 540 ± 0,5 M
7 2012 482 rumah terendam 1928 ± 1,07 M
8 2013 87 Rumah Terendam
234 Ha Lahan Pertanian Terendam
522 ±8,8 M
9 2017 535 Rumah Terendam
317 Ha Lahan Pertanian Terendam
2160 ±14,3 M
10 2018 667 Rumah Terendam
455 Ha Lahan Pertanian Terendam
3836 ±18,8 M
Sumber : Hasil Analisis (2019)
4.2 KAJIAN-KAJIAN TERDAHULU
Berdasarkan hasil studi literature serta pengumpulan data sekunder, diketahui
kajian-kajian teknis untuk penangulangan banjir kawasan Trumon telah ada namun
tidak dipublish secara terbuka dan tidak tersistematis sehingga perlu adanya kajian
teknis secara keseluruhan yang mencakup dari hulu hingga hilir. Untuk itu dalam
kegiatan ini perlu adanya tinjaun teknis kemablai terhapa prilaku dan sebab banjir.
4.3 EKSISTING PENGELOLAAN DAN PENANGANAN BANJIR
Dari kegiatan FGD I dan beberapa data hasil studi literatur, penangganan
banjir Kawasan Trumon masih banyak dilakukan secara sporadis dan bersifat
lokal sehingga penanggulangan dan penangganan banjir tidak berhasil secara
keseluruhan dan mencapai hasil yg maksimal. Salah satu penangganan banjir yg
telah diakukan adalah melakukan kegiatan normalisasi sungai (pengerukan) di
beberapa ruas sungai, namun hasil ini hanya berhasil dalam periode 2 hingga 3
tahun setelah itu banjir kembali melanda kawasan Trumon.
BUKU I
Studi Kelayakan Penanganan Banjir Trumon Aceh Selatan Kerjasama dengan Perguruan Tinggi (Swakelola)
TDMRC
75 Tsunami and Disaster Mitigation Research Center Universitas Syiah Kuala
BAB V ANALISA , PERUMUSAN MASALAH DAN
PEMBAHASAN HASIL
5.1 IDENTIFIKASI DAN PERUMUSAN MASALAH
Kawasan Trumon merupakan kawasan yang terdiri dari 3 (tiga) Kecamatan
yaitu Kecamatan Trumon, Kecamatan Trumon Tengah dan Kecamatan Trumon
Timur. Ketiga kecamatan ini merupakan kawasan yang paling sering mengalami
bencana banjir. Sekurang – kurangnya kejadian banjir terjadi selama 2 (dua) kali
dalam satu tahun. Dalam kurun waktu 5 (lima) tahun terakhir, terdapat 14 (empat
belas) kejadian banjir di Kecamatan Trumon, 20 (dua puluh) kejadian banjir di
Kecamatan Timur dan 21 (dua puluh satu) kejadian banjir di Kecamatan Trumon
Tengah. Banjir di kawasan trumon tidak hanya akibat intensitas hujan yang tinggi
di kawasan tersebut tetapi juga akibat luapan di daerah hulu sungai. Adapun
faktor penyebab banjir di Kawasan Trumon meliputi intensitas hujan yang tinggi,
elevasi kawasan yang rendah, hujan di hulu sungai, luapan air dari hulu sungai.
Secara historikal, banjir di kawasan Trumon dapat disebabkan karena
intensitas curah hujan yang tinggi, luapan Sungai Trumon, Luapan Sungai
Gelombang (Sungai Alas). Berdasarkan penyebab tersebut, maka permasalahan
pada studi ini dapat dirumuskan sebagai berikut yaitu bagaimana pengaruh
intensitas curah hujan yang tinggi di kawasan tersebut terhadap kejadian banjir di
Kawasan Trumon, bagaimana pengaruh intensitas curah hujan yang tinggi
terhadap kejadian banjir di Kawasan Trumon, bagaimana pengaruh lupan Sungai
Trumon terhadap kejadian banjir di Kawasan Trumon serta bagaimana pengaruh
lupan Sungai Gelombang (Sungai Alas) terhadap kejadian banjir di Kawasan
Trumon.
BUKU I
Studi Kelayakan Penanganan Banjir Trumon Aceh Selatan Kerjasama dengan Perguruan Tinggi (Swakelola)
TDMRC
76 Tsunami and Disaster Mitigation Research Center Universitas Syiah Kuala
5.2 KAJIAN DAN ANALISIS
5.2.1 Iklim dan Curah Hujan
Berdasarkan pembagian wilayah zona hujan dari data BMKG,
menunjukkan bahwa wilayah Trumon, Kabupaten Aceh Selatan termasuk
kedalam zona Non ZOM. Berdasarkan data curah hujan dari POS Hujan
kerjasama yang masuk ke server SMS Hujan Stasion Klimatologi Aceh Besar dari
beberapa wilayah di Kabupaten Aceh Selatan dan Subussalam seperti, data dari
pos hujan Kluet Utara, Labuhan Haji Barat, Tapaktuan, Rundeng, dan Sultan
Daulat, Masing-masing lokasi Pos Hujan tersebut ditunjukkan pada Gambar 4.
Dari data pos hujan yang diperoleh dari masing – masing lokasi tersebut, untuk
selanjutnya di hitung rata-rata curah hujan bulanan. Nilai rata – rata curah hujan
bulanan dihitung dengan periode minimal 10 tahun, namun karena data curah
hujan yang diperoleh umumnya dari tahun 2011 – 2018, sehingga nilai rata – rata
curah hujan masing – masing bulan di hitung dalam rentang waktu tersebut.
Berdasarkan hasil perhitungan rata-rata curah hujan bulanan didapat bahwa,
curah hujan dengan dengan intensitas tinggi hingga ekstrem tejadi pada bulan-
bulan Maret, April dan Mei. Kemudian curah hujan dengan intensitas tinggi
hingga ekstrem kembali berulang mulai bulan November, Oktober dan Desember,
dimana puncaknya sekitar bulan November-Desember. Intensitas curah hujan
tinggi hingga ekstrem ini, sangat sesuai atau terkait dengan beberapa kejadian
banjir yang terjadi di kawasan Trumon dan sekitarnya yang berhasil dicatat.
Dari rata – rata curah hujan bulanan yang dhitung tersebut, selanjutnya
kami juga membuat perbandingan antara jumlah curah hujan yang terjadi selama
melimpah ataupun sebaliknya jika sifat hujan Bawah Normal (BN). Seara ideal
normal curah hujan bulanan adalah nilai rata rata curah hujan masing-masing
bulan selama 30 tahun, namun sebagaimana kami sampaikan di atas sangat
terbatas data curah hujan yang diperoleh, sehingga untuk normal hjan bulanan
kami hitung berdasarkan data yang tersedia pada masing-masing pos. Atas
BUKU I
Studi Kelayakan Penanganan Banjir Trumon Aceh Selatan Kerjasama dengan Perguruan Tinggi (Swakelola)
TDMRC
77 Tsunami and Disaster Mitigation Research Center Universitas Syiah Kuala
Normal dan Bawah Normal masing – masing pos hujan seperti di perlihatkan
pada gambar-gambar berikut di bawah.satu bulan tersebut dengan nilai rata – rata
atau normal dari bulan tersebut pada masing – masing pos hujan.
Gambar 5.1 Lokasi Pos Hujan di Kabupaten Aceh Selatan dan Subussalam Sumber : Hasil Analisis (2019)
Gambar 5.2 Data Curah Hujan Rata – Rata Kluet Utara Sumber : Hasil Analisis (2019)
BUKU I
Studi Kelayakan Penanganan Banjir Trumon Aceh Selatan Kerjasama dengan Perguruan Tinggi (Swakelola)
TDMRC
78 Tsunami and Disaster Mitigation Research Center Universitas Syiah Kuala
Gambar 5.3 Data Curah Hujan Rata – Rata Labuhan Haji Barat Sumber : Hasil Analisis (2019)
Gambar 5.4 Data Curah Hujan Rata – Rata Tapaktuan Sumber : Hasil Analisis (2019)
BUKU I
Studi Kelayakan Penanganan Banjir Trumon Aceh Selatan Kerjasama dengan Perguruan Tinggi (Swakelola)
TDMRC
79 Tsunami and Disaster Mitigation Research Center Universitas Syiah Kuala
Gambar 5.5 Data Curah Hujan Rata – Rata Rundeng Sumber : Hasil Analisis (2019)
Gambar 5.6 Data Curah Hujan Rata – Rata Sultan Daulat Sumber : Hasil Analisis (2019)
Dari kondisi di atas, dengan zona hujan dan curah hujan rata-rata maka kawasan
Trumon merupakan daerah banjir dengan dengan potensi tinggi untuk terjadi
perulangan setiap tahunnya.
BUKU I
Studi Kelayakan Penanganan Banjir Trumon Aceh Selatan Kerjasama dengan Perguruan Tinggi (Swakelola)
TDMRC
80 Tsunami and Disaster Mitigation Research Center Universitas Syiah Kuala
5.2.2 Kondisi DAS
Pada dasarnya kawasan Trumon dengan sungai utama sungai Trumon
memiliki daerah DAS yg tidak begitu luas dengan potensi banjir yg tidak begitu
tinggi. Luas DAS Trumon sendiri adalah sebesar 53.262 Ha atau 532.62 km2
dengan debit Sungai Trumon sebesar 13, 42 M3/detik. Dari hasil analisa spasial di
dapat DAS Krueng Trumon terdiri dari pegunungan-pegunungan yang curam,
daerah bergelombang, serta daerah landai. Dari peta tata guna lahan diperoleh
informasi bahwa pada bagian hulu DAS Krueng Trumon berupa hutan lahan
kering dan pada bagian hilir berupa permukiman, rawa, serta semak belukar.
Selain itu, hasil analisa Sistem Informasi Geografis dan Remote Sensing
memperlihatkan perubahan tutupan lahan yang signifikan. Proses analisa
menggunakan citra satelit Landsat tahun 2007 dan 2018 dan menggunakan
metode NDVI (Normalized Difference Vegetation Index). Hasil analisa
memperlihatkan bahwa wilayah yang dulunya merupakan daerah vegetasi
tertutup (berdasarkan analisa citra satelit Landsat 2007) sudah berubah menjadi
daerah terbuka (berdasarkan analisa citra satelit Landsat 2018).
Gambar 5.7 memperlihatkan hasil analisa citra satelit Landsat tahun 2007.
Pada tahun tersebut daerah lahan terbuka, yang diwakili oleh warna merah,
masih sedikit atau seluas 65.240 Ha (652,4 km2). Sementara berdasarkan hasil
analisa citra satelit Landsat tahun 2018, wilayah lahan terbuka berubah menjadi
307.622 Ha atau 3.076,22 km2 yang diperlihatkan pada gambar 5.8. Perubahan
lahan yang terjadi dalam kurun waktu 11 tahun adalah 242.382 Ha atau 2.423,82
km2.
BUKU I
Studi Kelayakan Penanganan Banjir Trumon Aceh Selatan Kerjasama dengan Perguruan Tinggi (Swakelola)
TDMRC
81 Tsunami and Disaster Mitigation Research Center Universitas Syiah Kuala
Gambar 5.7 Perubahan Tutupan Vegetasi Hutan DAS Trumon dan DAS Singkil Tahun 2007
Sumber : Hasil Analisis (2019)
BUKU I
Studi Kelayakan Penanganan Banjir Trumon Aceh Selatan Kerjasama dengan Perguruan Tinggi (Swakelola)
TDMRC
82 Tsunami and Disaster Mitigation Research Center Universitas Syiah Kuala
Gambar 5.8 Perubahan Tutupan Vegetasi Hutan DAS Trumon dan DAS Singkil Tahun 2018
Sumber : Hasil Analisis (2019)
Perubahan tutupan lahan ini di atas menyebabkan peningkatan angkutan
sedimen sungai Alas sehingga kapasitas tampungan sungai menurun sebesar
BUKU I
Studi Kelayakan Penanganan Banjir Trumon Aceh Selatan Kerjasama dengan Perguruan Tinggi (Swakelola)
TDMRC
83 Tsunami and Disaster Mitigation Research Center Universitas Syiah Kuala
37,12%. Persentase dan penurunan kapasitas ini ditunjukkan dari penyempitan
pampang sungai di beberapa titik tinjauan dari tahun 2000 dengan tahun 2018
seperti yang ditunjukkan pada gambar 5.9 di bawah ini.
Gambar 5.9 Perubahan profil sungai Alas dari tahun 2000 dan tahun 2018 Sumber : Hasil Analisis (2019)
Dari hasil analisa spasial hidrologi dan topograpi dengan menggunakan
data DEM (Digital Elevation Model), di ketahui terjadi perubahan luas daerah
tangkapan air untuk kawasan Trumon dari awalnya sekitar tahun 2000 seluas
Pot I
Pot II
Pot III
Koord. 2.486196
97.836121
Koord 2.460638 97.837538
Koord 2.460638 97.837538
Profile Graph Title
Profile Graph Subtitle
460440420400380360340320300280260240220200180160140120100806040200
10
5
0
-5
Profile Graph Title
Profile Graph Subtitle
450400350300250200150100500
10
5
0
-5
Profile Graph Title
Profile Graph Subtitle
450400350300250200150100500
-9
-9,5
-10
-10,5
-11
-11,5
-12
-12,5
-13
Profile Graph Title
Profile Graph Subtitle
420400380360340320300280260240220200180160140120100806040200
-9
-9,5
-10
-10,5
-11
-11,5
-12
-12,5
-13
Profile Graph Title
Profile Graph Subtitle
500450400350300250200150100500
-9
-10
-11
-12
-13
-14
-15
-16
Profile Graph Title
Profile Graph Subtitle
2402302202102001901801701601501401301201101009080706050403020100
10
8
6
4
2
0
-2
-4
Profil Sungai thn 2000 Profil Sungai thn 2018
BUKU I
Studi Kelayakan Penanganan Banjir Trumon Aceh Selatan Kerjasama dengan Perguruan Tinggi (Swakelola)
TDMRC
84 Tsunami and Disaster Mitigation Research Center Universitas Syiah Kuala
53.262 Ha menjadi sebesar 786.675 Ha atau meningkat sebesar 14 kali seperti di
tampilkan pada gambar di bawah ini.
Gambar 5.10 Perubahan Luasan Daerah Tangkapan Air Pada Kawasan Trumon Yang Bergabung Dengan Das Singkil
Sumber : Hasil Analisis (2019)
Kedua kondisi diatas menyebabkan frekuensi intesnsitas banjir meningkat
secara significant dari satu kali dalam lima tahun banjir menjadi setiap tahunnya.
Kondisi ini didukung dengan dengan data dan jumlah kejadian banjir seperti
ditunjukan pada Buku II Lampiran Data pada bagian data profil banjir.
Dari hasil di atas, sumber banjir yang melanda kawasan Trumon
dipengaruhi oleh dua DAS yaitu DAS Trumon sendiri dan DAS Singkil dengan
sungai Alas sebagai sungai utamanya. DAS singkil merupakan DAS terluas di
Provinsi Aceh sehingga walaupun tidak terjadi hujan di kawasan DAS Trumon,
namun banjir tetap bisa terjadi dengan adanya hujan dengan intensitas yang
tinggi pada kawasan hulu DAS Singkil. Untuk menjaga agar penangganan banjir
kawasan Trumon lebih maksimal perlu adanya upaya pengawasan penggunaan
lahan di kawasan DAS terutama DAS Singkil.
BUKU I
Studi Kelayakan Penanganan Banjir Trumon Aceh Selatan Kerjasama dengan Perguruan Tinggi (Swakelola)
TDMRC
85 Tsunami and Disaster Mitigation Research Center Universitas Syiah Kuala
5.2.3 Hidrologi
1. Distribusi Curah Hujan
Penentuan distribusi hujan dilakukan dengan mencocokkan parameter
statistik dengan syarat masing-masing jenis distribusi. Hasil perhitungan analisis
statistik dan persyaratan masing-masing jenis distribusi dapat dilihat pada tabel
5.1.
Tabel 5.1 Penentuan jenis Distribusi
No Distribusi Persyaratan Hasil hitungan
1 Normal Cs ≈ 0 0.310
Ck ≈ 3 3.309
2 Log Normal Cs = Cv3 + 3Cv 0.196
Ck = Cv8 + 6Cv6 + 15Cv4+ 16Cv2 + 3 3.069
3 Gumbel Cs = 1,14 0.310
Ck = 5,4 3.309
4 Log Pearson III Selain dari nilai di atas
2. Curah Hujan Rencana
Curah hujan rencana dihitung berdasarkan distribusi yang terpilih yaitu
distribusi log Pearson III. Hasil perhitungan curah hujan rencana distribusi log
Pearson III untuk DAS Trumon diperlihatkan pada Tabel 5.2.
Tabel 5.2 Curah Hujan Rencana Distribusi Log Pearson III
Tahun rencana
log R Sd Cs KT Log RT RT
(T) (mm) (mm) (mm) (mm)
2
1.759 0.115 0.310
-0.052 1.753 56.647
5 0.823 1.854 71.402
10 1.310 1.910 81.215
BUKU I
Studi Kelayakan Penanganan Banjir Trumon Aceh Selatan Kerjasama dengan Perguruan Tinggi (Swakelola)
TDMRC
86 Tsunami and Disaster Mitigation Research Center Universitas Syiah Kuala
25 1.852 1.972 93.749
50 2.216 2.014 103.227
100 2.551 2.052 112.801
3. Intensitas Hujan
Curah hujan rencana ditransformasi menjadi debit banjir rencana
menggunakan curah hujan jam-jaman. Persentase distribusi hujan yang terjadi di
daerah studi selama 24 jam didapatkan dari kurva IDF (Intensitas-Durasi-
Frekuensi). Hasil perhitungan intensitas hujan dengan menggunakan metode
Mononobe untuk periode ulang 2, 5, 10, 25, 50, dan 100 tahun disajikan dalam
Tabel 5.3.
Tabel 5.3 Intensitas Hujan
Durasi (menit) Periode Ulang (tahun)
2 5 10 25 50 100
5 102.935 129.746 147.577 170.353 187.576 204.972
10 64.845 81.735 92.968 107.315 118.165 129.124
15 49.486 62.375 70.948 81.897 90.177 98.540
30 31.174 39.294 44.694 51.592 56.808 62.077
60 19.638 24.754 28.156 32.501 35.787 39.106
120 12.371 15.594 17.737 20.474 22.544 24.635
180 9.441 11.900 13.536 15.625 17.204 18.800
240 7.794 9.823 11.174 12.898 14.202 15.519
300 6.716 8.466 9.629 11.115 12.239 13.374
360 5.948 7.497 8.527 9.843 10.838 11.843
480 4.910 6.188 7.039 8.125 8.947 9.776
600 4.231 5.333 6.066 7.002 7.710 8.425
720 3.747 4.723 5.372 6.201 6.828 7.461
BUKU I
Studi Kelayakan Penanganan Banjir Trumon Aceh Selatan Kerjasama dengan Perguruan Tinggi (Swakelola)
TDMRC
87 Tsunami and Disaster Mitigation Research Center Universitas Syiah Kuala
Durasi (menit) Periode Ulang (tahun)
2 5 10 25 50 100
900 3.229 4.070 4.629 5.344 5.884 6.430
1080 2.859 3.604 4.099 4.732 5.210 5.694
1260 2.580 3.252 3.699 4.270 4.702 5.138
1440 2.360 2.975 3.384 3.906 4.301 4.700
4. Hyetograph Hujan
Perhitungan hyetograph menggunakan metode Alternating Block Method
(ABM). Persentase hyetograph hujan rancangan dapat diperlihatkan pada Gambar
5.11.
Gambar 5.11 Hyetograph Hujan Sumber : Hasil Analisis (2019)
5. Debit Banjir
Perhitungan debit banjir rencana dilakukan dengan menggunakan metode
Hidrograf Satuan Sintetik (HSS) Nakayashu. Perhitungan debit rencana
selengkapnya disajikan pada Tabel 5.4. Hidrograf banjir rencana Cathment Area
banjir Krueng Trumon yang menggunakan metode HSS Nakayashu disajikan
dalam Gambar 5.12.
BUKU I
Studi Kelayakan Penanganan Banjir Trumon Aceh Selatan Kerjasama dengan Perguruan Tinggi (Swakelola)
TDMRC
88 Tsunami and Disaster Mitigation Research Center Universitas Syiah Kuala
Tabel 5.4 Debit Banjir Rencana
T (tahun) QT (m3/dt)
2 7046.826
5 8882.285
10 10103
25 11662.2
50 12841.27
100 14032.24
Gambar 5.12 Hidrograf Banjir Krueng Trumon Metode Nakayashu Sumber : Hasil Analisis (2019)
5.2.4 Hidrolika
Karakteristik sungai Lawe Alas yang menjadi sumber kiriman debit banjir
ke Sungai Trumon memiliki panjang sungai = ± 20 km dan kemiringan sungai s =
> 0.0003 dengan kondisi kemiringan rata-rata dasar sungai yang relatif landai,
kecepatan aliran sungai Krueng Trumon tergolong relatif lambat. Pada sungai
Krueng Trumon, koefisien kekasaran alirannya pada bantaran kiri dan kanan (left
& right bank) = 0.04 dan saluran utama (main channel) n = 0.035 (Manning’s
BUKU I
Studi Kelayakan Penanganan Banjir Trumon Aceh Selatan Kerjasama dengan Perguruan Tinggi (Swakelola)
TDMRC
89 Tsunami and Disaster Mitigation Research Center Universitas Syiah Kuala
Value) relatif besar karena vegetasi nya berupa tumbuh-tumbuhan dan semak
belukar tidak ada bantaran untuk melewati debit banjir.
5.2.5 Permodelan Profil Muka Banjir
Permodelan profil muka air adalah menggunakan Software Hec ras. Hasil
permodelan profil muka air banjir dapat dilihat pada gambar-gambar dan
diuraikan secara lebih mendetil.
Peningkatan elevasi muka air dengan debit banjir periode ulang 5 tahunan
(Q = 8882,285 m3/dtk) menunjukkan ketinggian air meningkat hingga 3 m – 5 m
melewati tepi kiri dan tepi kanan sungai yang mana dapat dilihat pada Gambar
5.13.
Gambar 5.13. Kondisi profil muka air pada penampang melintang sungai Krueng Trumon
Sumber : Hasil Permodelan (2019)
BUKU I
Studi Kelayakan Penanganan Banjir Trumon Aceh Selatan Kerjasama dengan Perguruan Tinggi (Swakelola)
TDMRC
90 Tsunami and Disaster Mitigation Research Center Universitas Syiah Kuala
Gambar 5.14. Perspektif profil aliran 3D hasil simulasi permodelan banjir Krueng
Trumon Sumber : Hasil Permodelan (2019)
5.2.6 Pemetaan Daerah Banjir
Dari hasil permodelan banjir dengan Hec Ras untuk periode ulang 5 tahun
serta observasi lapangan terhadap titik dan kedalaman banjir dengan analisa spasial
menggunakan data DEMNAS dengan resolusi 8 m didapat hampir semua desa di
kawasan Trumon mengalami banjir dengan luasan dan kedalaman yg berbeda. Profil
banjir kawasn Trumon dapat dilihat selengkapnya pada Tabel 5.5 -5.7
Tabel 5.5 Profil Banjir di Kecamatan Trumon Timur
No DESA LUAS
GENANGAN (Ha)
TINGGI GENANGAN (M)
MIN RATA-RATA MAKS
1 Alue Bujok 253,57 0,02 1,05 1,45
2 Panto Rimba 1448,69 0,05 1,55 2,05
3 Seuneubok Puntho 209,38 0,05 1,15 1,65
4 Titi Poben 126,51 0,04 0,45 0,95
5 Seuneubok Pusaka 467,17 0,12 1,20 1,75
BUKU I
Studi Kelayakan Penanganan Banjir Trumon Aceh Selatan Kerjasama dengan Perguruan Tinggi (Swakelola)
TDMRC
91 Tsunami and Disaster Mitigation Research Center Universitas Syiah Kuala
Tabel 5.6 Profil Banjir di Kecamatan Trumon
No DESA LUAS
GENANGAN (Ha)
TINGGI GENANGAN (M)
MIN RATA-RATA MAKS
1 Kuta Padang 10.284,15 0,15 1,25 4,05
2 Tepin Tinggi 9.145,54 0.10 0,82 3,85
3 Panton Billi 594,40 0,40 2,43 3,23
4 Singleng 440,37 0,10 1,37 1,85
5 Ie Meudama 4.528,42 0,14 1,19 3,75
6 Raket 4.041,84 0,11 0,52 2,55
7 Gampong Tengah 951,14 0,05 1,01 3,75
8 UPT II PD Harapan 2.156,24 0,08 1,30 1,75
9 Keude Trumon 1.505,26 0,13 1,12 3,75
Tabel 5.7 Profil Banjir di Kecamatan Trumon Tengah
No DESA LUAS
GENANGAN (Ha)
TINGGI GENANGAN (M)
MIN RATA-RATA MAKS
1 Gunong Kapho 3.393,87 0,03 2,19 3,35
2 Ie Jeureuneh 1.361,86 0,04 1,47 2,20
3 Jambo Papeun 799,02 0.08 1,58 2,65
4 Kampung Teungoh
671,17 0,09 1,60 2,95
5 Krung Batee 574,80 0,07 1,65 2,95
6 Ladang Rimba 721,21 0,09 1,52 2,66
7 Lhok Raya 1.926,14 0,17 1,13 1,95
8 Naca 1.299,49 0,08 1,57 2,55
9 Pulo Paya 795,40 0.10 1,53 2,85
10 UPT III Cot Bayu 229,28 0,10 1,53 2,35
BUKU I
Studi Kelayakan Penanganan Banjir Trumon Aceh Selatan Kerjasama dengan Perguruan Tinggi (Swakelola)
TDMRC
92 Tsunami and Disaster Mitigation Research Center Universitas Syiah Kuala
Gambar 5.15 Peta daerah genangan banjir dengan sumber banjir sungai Alas periode ulang 5 Tahun
Sumber : Hasil Analisis (2019)
Gambar 5.16 Peta daerah genangan banjir dengan sumber banjir sungai Trumon dengan periode ulang 5 Tahun Sumber : Hasil Analisis (2019)
BUKU I
Studi Kelayakan Penanganan Banjir Trumon Aceh Selatan Kerjasama dengan Perguruan Tinggi (Swakelola)
TDMRC
93 Tsunami and Disaster Mitigation Research Center Universitas Syiah Kuala
5.2.7. Survey Desa yang Terdampak Banjir di Kec. Trumon Tengah, Trumon
Timur dan Trumon.
Berikut ini adalah hasil survei desa-desa yang terdampak banjir di kecamatan
Trumon Tengah, Trumon Timur, dan Trumon.
Tabel 5.8 Hasil Survei Desa Terdampak Banjir di Kawasan Trumon
No. KECAMATAN KETINGGIAN FREKUENSI PER TAHUN
KERUGIAN DURASI (HARI)
1. Trumon Timur
Kapai Sesak 40 cm – 1 m 1 – 2 kali
Lahan pertanian rusak,
Ternak mati akibat banjir,
Barang dagangan rusak
1 – 2 hari
Sineubok
Pusaka ±50 cm 1 kali
Ternak mati
Lahan pertanian rusak
Rumah rusak akibat banjir
2 – 5 hari
Titi Poben 2 – 3 m 1 – 3 kali
Ternak mati
Lahan pertanian rusak
Rumah rusak akibat banjir
7 – 10 hari
2. Trumon Tengah
Lhok Raya
(Wilayah
dengan elevasi
rendah)
1 – 2 m 1 – 3 kali
Ternak mati
Lahan pertanian rusak
Rumah rusak akibat banjir
7 – 10 hari
Lhok Raya
(Wilayah
dengan elevasi
tinggi)
1 – 2 m 1 kali
Ternak mati
Lahan pertanian rusak
Rumah dan perabotan rusak akibat banjir
3 – 4 jam
BUKU I
Studi Kelayakan Penanganan Banjir Trumon Aceh Selatan Kerjasama dengan Perguruan Tinggi (Swakelola)
TDMRC
94 Tsunami and Disaster Mitigation Research Center Universitas Syiah Kuala
No. KECAMATAN KETINGGIAN FREKUENSI PER TAHUN
KERUGIAN DURASI (HARI)
3. Trumon
Padang
Harapan 2 – 4 m 1 – 3 kali
Ternak mati
Lahan pertanian rusak
Rumah rusak akibat banjir
15 – 25
hari
BUKU I
Studi Kelayakan Penanganan Banjir Trumon Aceh Selatan Kerjasama dengan Perguruan Tinggi (Swakelola)
TDMRC
95 Tsunami and Disaster Mitigation Research Center Universitas Syiah Kuala
BAB VI RENCANA DAN STRATEGI
PENANGGULANGAN BANJIR
6.1 TUJUAN DAN SASARAN
Secara umum tujuan dari penanggulangan banjir di kawasan Trumon
adalah untuk mengatasi persoalan banjir yang terjadi hampir setiap tahun dengan
nilai kerugian yang mencapai milirian rupiah. Selain itu kondisi ini menyebabkan
perekonomian masyarakat menjadi terganggu akibat dari gagal panen serta
rusaknya sarana dan prasarana. Kondisi ini juga mengakibatkan PDRB
pemerintah berdampak negative. Selain itu dengan adanya studi kelayakan ini
diharapkan adanya komitmen serta pemahaman yang sama baik diantara dinas
terkait di pemerintahan Kabupaten Aceh Selatan ataupun lintas kabupaten dan
diantara badan pengelolaan wilayah sungai (BPDAS).
Sasaran yang ingin dicapai adalah adanya data-data dan informasi banjir
yang dapat digunakan oleh pemerintah daerah terutama dinas-dinas terkait,
masyarakat umum serta pihak ketiga untuk kegiatan penanganan dan
pengurangan risiko banjir seperti penyusunan SID, DED, perencanaan bangunan
infrastruktur pengelolaan banjir serta input untuk pemutakhiran peta risiko. SID
penyusunan dana perencana, namun tidak tertutup hanya bagi pemerintah pusat
namun juga bermanfaat bagi pemerintah provinsi ataupun lokal.
6.2 PROGRAM DAN KEGIATAN PENANGGULANGAN
Program dan kegiatan penanggulangan bencana tidak hanya dirancang
untuk menangani permasalahan yang ditimbulkan oleh bencana dalam waktu
sesaat, namun juga dalam jangka menengah, maupun jangka Panjang. Hal ini
sejalan dengan kebijakan Kementerian Pekerjaan Umum yang menyatakan bahwa
BUKU I
Studi Kelayakan Penanganan Banjir Trumon Aceh Selatan Kerjasama dengan Perguruan Tinggi (Swakelola)
TDMRC
96 Tsunami and Disaster Mitigation Research Center Universitas Syiah Kuala
penanggulangan banjir akan dibagi dalam rentangan waktu pendek, menengah
dan panjang.
Periode penangganan banjir biasanya biasanya diterjemahkan dengan
konsep periode ulang banjir berdasarkan debit banjir maksimum sehingga
diketahui konsep dan strategi penanggulangan banjir yang sesuai. Periode ulang
banjir adalah banjir yang terjadi dalam kurun waktu tertentu, misalnya banjir
dengan periode ulang 5 (lima) tahun maka banjir yang dimaksud adalah dalam
kurun waktu 5 (lima) tahun akan terjadi satu kali peistiwa banjir dengan debit
banjir maksimum.
Jika kita berbicara konsep pembangunan jangka pendek, menengah dan
panjang maka penanganan banjir tidak akan sejalan dengan konsep tersebut.
Penanganan banjir dengan periode ulang 2 (dua) tahun belum tentu dapat
diselesaikan dalam rencana pembangunan jangka pendek. Contoh penanganan
banjir untuk daerah dengan luasan DAS yang cukup luas mencapai 1 (satu) jutaan
hektar dengan kapasitas sungai yg tidak sesuai membutuhkan konstruksi
penanggulangan banjir yang cukup besar seperti tanggul banjir dengan panjang
lebih dari 10 km bahkan kadang membutuhkan kanal serta tampungan air seperti
waduk untuk solusi penyelesaiannya. Semakin lama periode ulang banjir yang
ditangani semakin tinggi nilai konstruksi yang harus dibangun untuk
menanggulanginya.
Berdasarkan pengertian periode ulang banjir, jika banjir dengan periode
ulang 2 (dua) tahun yang akan ditangani maka dalam kurun waktu tersebut tidak
akan terjadi banjir dengan kondisi debit maksimum 2 tahunan namun banjir
dengan debit lebih besar dari 2 tahun dapat terjadi. Dalam hal penanganan
masalah banjir untuk kepentingan masyarakat dan daerah dimana hampir setiap
tahun terjadi banjir yang meyebabkan perekonomian masyarakat dan
pembangunan terganggu, konsep penanganan banjir dapat dimulai dengan
periode ulang 2 tahun yang dikombinasikan dengan kegiatan pengurangan risiko
BUKU I
Studi Kelayakan Penanganan Banjir Trumon Aceh Selatan Kerjasama dengan Perguruan Tinggi (Swakelola)
TDMRC
97 Tsunami and Disaster Mitigation Research Center Universitas Syiah Kuala
banjir baik struktural maupun non struktural. Kegiatan- kegiatan yang dilakukan
pada penanganan banjir dengan periode ulang 2 thn biasanya berkisar pada
pembuatan tanggul penahan banjir, normalisasi sungai dan upaya mitigasi.
seperti modifikasi rumah sehingga aman ketika banjir misalnya rumah panggung.
Standar rumah yang akan dibangun harus disesuaikan dan dapat beradaptasi
terhadap banjir. Pembangunan bangunan evakuasi multi fungsi juga dapat
dijadikan solusi sehingga dapat menjadi bangunan yang memiliki fungsi sosial
lain yang dapat digunakan untuk kegiatan masyarakat dan keperluan sehari–hari
serta dapat digunakan untuk evakuasi pada masa tanggap darurat atau saat
datangnya banjir.
Penanganan banjir dengan periode ulang lebih besar dari 2 thn, dengan
kondisi daerah tangkapan banjir atau DAS yang cukup luas, dimana kelebihan
debit aliran di sungai tidak hanya dipandang sebagai permasalahan banjir, namun
dapat dimanfaatkan sebagai potensi untuk meningkatkan nilai ekonomis wilayah
layanan sungai. Lebih jauh lagi, penanggulangan banjir dengan konsep ini akan
mampu mampu memanfaatkan potensi kejadian banjir berskala besar, yaitu banjir
kala ulang di atas 10 (sepuluh) tahunan, sebagai sumber air dan energi terbarukan
yang meliputi pembangunan waduk, kanal, bendungan, rehabilitasi situ,
penghutanan di wilayah hulu sehingga kelebihan debit air bisa di transformasikan
menjadi sumber air untuk keperluan pertanian, perkebunan serta sumber tenaga
pembangkit listrik tenaga air.
6.2.1 Rencana Penanganan Banjir
Rencana penanganan banjir dalam upaya penanggulangan banjir di
Kawasan Trumon dimaksudkan untuk mengurangi intensitas debit banjir di hilir
wilayah Trumon. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk mengupayakan
penanganan luapan banjir yang terjadi di wilayah hilir, yaitu dengan cara
BUKU I
Studi Kelayakan Penanganan Banjir Trumon Aceh Selatan Kerjasama dengan Perguruan Tinggi (Swakelola)
TDMRC
98 Tsunami and Disaster Mitigation Research Center Universitas Syiah Kuala
mengurangi debit banjir yang meluap di wilayah hilir, sebagaimana yang sering
terjadi setiap tahunnya pada wilayah Trumon.
Perencanaan penanggulangan banjir dimulai dengan melakukan simulasi
atau pemodelan banjir dan analisa debit banjir berdasarkan kejadian-kejadian
sebelumnya. Input pemodelan banjir tersebut adalah debit banjir rencana, yang
akan melalui aliran sungai satu dimensi sebesar, Q = 7046 m3/dtk dengan periode
ulang 2 thn. Besarnya debit yang meluap pada titik banjir akan digunakan sebagai
input pemodelan spasial wilayah genangan banjir yang dihitung menggunakan
data DEM. Hasil simulasi tersebut kemudian divalidasi dengan data hasil
observasi lapangan, yaitu berupa data pengukuran ketinggian genangan, batas
wilayah luapan banjir dan ketinggian genangan banjir.
Hasil simulasi banjir, terutama estimasi lokasi dan tinggi luapan air pada
ruas sungai, akan digunakan untuk merencanakan konstruksi penahan dan
pengurangan debit luapan banjir. Hasil sebaran dan luapan nya dapat dilihat pada
gambar berikut ini.
Gambar 6.1 Peta sebaran banjir hasil permodelan Hec Ras Periode Ulang 2 tahun Sumber : Hasil Analisis (2019)
BUKU I
Studi Kelayakan Penanganan Banjir Trumon Aceh Selatan Kerjasama dengan Perguruan Tinggi (Swakelola)
TDMRC
99 Tsunami and Disaster Mitigation Research Center Universitas Syiah Kuala
Gambar 6.2 Peta ketinggian banjir hasil permodelan Hec Ras Periode Ulang 2 tahun Sumber : Hasil Analisis (2019)
Dari peta sebaran dan ketinggian banjir di atas bisa kita lihat hanya dengan
periode ulang 2 thn, 90% lahan di kawasan trumon terdampak oleh banjir dengan
ketinggian yang bisa mencapai lebih dari 2 m.
Berdasarkan hasil survey lapangan dan analisis data citra satelit, morfologi
sungai di bagian hilir dari sungai Krueng Trumon berada pada dataran pesisir
yang relatif landai dan batang sungainya berkelok-kelok (meandering), sehingga
menyebabkan perlambatan kecepatan aliran menuju muara sungai. Kondisi ini
diperburuk dengan tingginya sedimen suspensi (angkutan sedimen) yang berasal
dari Daerah Aliran Sungai (DAS) yang menyebabkan pendangkalan di badan
sungai dan daerah muara sehingga kapasitas sungai berkurang dan ketika terjadi
peningkatan debit sungai dalam kala ulang tahunan, dengan kondisi sungai di
bagian hilir yang sedemikian rupa menyebabkan berkurangnya kapasitas aliran di
alur sungai utama. Hal ini akhirnya menyebabkan terjadinya luapan berupa banjir
dan menjadi sebab utama permasalahan banjir. Akar masalah dari penyebab
utama banjir adalah akibat perubahan tutupan lahan di daerah DAS yang menajdi
BUKU I
Studi Kelayakan Penanganan Banjir Trumon Aceh Selatan Kerjasama dengan Perguruan Tinggi (Swakelola)
TDMRC
100 Tsunami and Disaster Mitigation Research Center
Universitas Syiah Kuala
sumber utama angkutan sedimen dari kondisi tertutup (rapat vegetasi) menjadi
terbuka (vegetasi berkurang atau tidak ada sama sekali).
Dari data kejadian banjir yang berhasil dikumpulkan adanya peningkatan
frekuensi banjir dari dua kali dalam setahun menjadi 3 – 4 kali dalam setahun.
Untuk itu perlu adanya rencana kegiatan penanganan banjir yang terstruktur dan
menyeluruh (Hulu-Hilir) sehingga dampak banjir yang menyebabkan korban
jiwa, terganggunya perekonomian masyarakat dan pendapatan daerah yang
berimbas kepada pembangunan. Berdasarkan hasil analisa, permasalahan banjir
untuk kawasan trumon bisa ditanggulangi secara cepat namun hanya efektif
dalam waktu singkat dan tidak akan bertahan lama serta bersifat lokal.
Penanganan bisa dilakukan pembuatan tanggul penahan banjir dan normalisasi
sungai. Namun demikian, penanganan dengan penambahan atau pengurangan
secara fisik dari bentukan / morfologi aliran sungai belum tentu mampu
merespon adanya perubahan rejim aliran dan angkutan sedimen dari aliran
sungai dari waktu ke waktu.
Untuk itu direncanakan strategi penanggulang banjir trumon
berdasarkan periode ulang 2 tahun, 5 tahun serta 50 tahun agar pengendalian
banjir tahunan dan dampaknya tertangani namun konsep penanganan banjir yang
terstruktur dan menyeluruh (Hulu-Hilir) juga bisa tercapai sehinga bisa
memberikan solusi jangka panjang dan meyelesaikan permasalahan banjir tidak
hanya dikawasan Trumon namun di kabupaten lain terutama yang berada di
dalam kawasan DAS Singkil dengan hasil permodelan banjir yang menjadi acuan
dalam pemilihan kegiatan penangan banjir di kawasan trumon.
6.2.1.1 Penanganan Banjir Periode Ulang 2 Tahun, Q = 7046 m3/det
Dari hasil observasi topografi seperti yang dijelaskan di atas serta hasil
permodelan dan observasi lapangan ketinggian banjir, untuk strategi
BUKU I
Studi Kelayakan Penanganan Banjir Trumon Aceh Selatan Kerjasama dengan Perguruan Tinggi (Swakelola)
TDMRC
101 Tsunami and Disaster Mitigation Research Center
Universitas Syiah Kuala
penangganan banjir dengan periode ulang 2 tahun yg direkomendasikan untuk
diterapkan adalah pembangunan tanggul penahan banjir yang bersifat
multifungsi serta normalisasi sungai berupa pengerukkan serta pemeliharaannya.
Lokasi tanggul penahan banjir, di rekomendasikan untuk dibangun pada
titik atau sumber luapan banjir, baik banjir luapan dari sungai alas maupun
sungai trumon. Ketinggian tanggul penahan banjir adalah berkisar dari 2.5 - 6 m
termasuk tinggi jagaan 1-1.5 m utk banjir luapan yg bersumber dari sungai Alas
dan 3-5 m termasuk tinggi jagaan 1-1.5 m untuk sumber luapan banjir dari sungai
Trumon.
Gambar 6.4 Kegiatan Pengerukan Sungai Gambar 6.3 Contoh Tanggul Penahan Banjir
Sungai Alas
Kawasan Trumon
Ka
(
Daerah yang akan dilindungi
Rekomendasi daerah untuk pembuatan tanggul penahan banjir untuk sumber air luapan dari sungai alas
U
K
a
(
Gambar 6.5 lokasi rokemendasi untuk pembuatan tanggul dan Konsep tanggul penahan banjir untuk sumber banjir dari sungai Alas
BUKU I
Studi Kelayakan Penanganan Banjir Trumon Aceh Selatan Kerjasama dengan Perguruan Tinggi (Swakelola)
TDMRC
102 Tsunami and Disaster Mitigation Research Center
Universitas Syiah Kuala
Gambar 6.7 lokasi rokemendasi untuk pembuatan tanggul dan Konsep tanggul penahan banjir untuk sumber banjir dari sungai Trumon
Desa Kapai Seusak
Daerah yang akan dilindungi
Rekomendasi bagian sungai untuk pembuatan tanggul penahan banjir
Koord. 2.845844,
97.837239
Koord. 2.847452
97.829717
Koord. 2.848386
97.827262 Koord. 2.848035
97.824197
Desa Singleng
Daerah yang akan dilindungi
Rekomendasi bagian sungai untuk
pembuatan tanggul penahan banjir
Koord. 2.872780,
97.643144
Koord 2.860809,
97.632905
Daerah yang akan dilindungi
Rekomendasi bagian sungai untuk
pembuatan tanggul penahan banjir
Desa Kuta Baru
Koord. 2.839538,
97.620464
Koord. 2.837239,
97.617278
BUKU I
Studi Kelayakan Penanganan Banjir Trumon Aceh Selatan Kerjasama dengan Perguruan Tinggi (Swakelola)
TDMRC
103 Tsunami and Disaster Mitigation Research Center
Universitas Syiah Kuala
Gambar 6.8 kondisi awal sebelum adanya tanggul penahan banjir Sumber : Hasil Pemodelan (2019)
S Alas
Muka Air Banjir
S Alas
Trumon
Tanggul Penahan
Banjir
Alur Bujok – Seunebok Puntho
0 20 40 60 80 100 120 1401
2
3
4
5
6
7
8
9
mirza
Geom: geometri mirza2
River = Trumon Reach = Trumon Sta 2+275
Station (m)
Ele
vation
(m
)
Legend
WS Q 25th
Ground
Bank Sta
.03 .03 .03
Trumon
Muka Air Banjir
S Alas
BUKU I
Studi Kelayakan Penanganan Banjir Trumon Aceh Selatan Kerjasama dengan Perguruan Tinggi (Swakelola)
TDMRC
104 Tsunami and Disaster Mitigation Research Center
Universitas Syiah Kuala
Gambar 6.9 Kondisi setelah adanya tanggul penahan banjir Sumber : Hasil Pemodelan (2019)
Untuk rencana pembangunan atau implementasi tanggul penahan banjir,
ketinggiannya tanggul, material yang digunakan serta desainnya perlu
didetailkan dengan perencanaan SID (survey, identifikasi dan desain) dan DED
(detail engineering desain) dengan merujuk kepada lokasi rekomendasi
pembangunan tanggul dan data ketinggian air banjir dari Buku III Lampiran Peta
di bagian peta ketinggian banjir dan Peta Peta Arahan Penanggulangan Banjir
periode ulang 2 tahun.
MAB
1 : 11 : 2
Lebar Mercu Tanggul = 4 m
Beton
Tinggi Jagaan = 1 m
Pasir Urug
Pondasi Beton Kupasan = 0,5 m
Urugan Tanah
Gambar 6.10 Desain kontruksi tanggul penahan banjir urugan tanah. Sumber : Dinas Pengairan
BUKU I
Studi Kelayakan Penanganan Banjir Trumon Aceh Selatan Kerjasama dengan Perguruan Tinggi (Swakelola)
TDMRC
105 Tsunami and Disaster Mitigation Research Center
Universitas Syiah Kuala
MAB1 : 1
1 : 1
Lebar Atas Tanggul = 4 m
Talud Kanan = 1 : 1
Tanggul (Batu Alam)
Tinggi Jagaan = 1 m
Talud Kanan = 1 : 1
Gambar 6.11 desain kontruksi tanggul penahan banjir batu alam. Sumber : Dinas Pengairan
Khususnya untuk penggunaan material yang akan digunakan untuk
pembangunan tanggul penahan banjir diharapkan memakai material hasil
rekayasa. Untuk penggunaan material dari alam, diharapkan tidak adanya
ekplorasi yang dapat mengakibatkan kerusakan lingkungan.
Berdasarkan analisa titik luapan banjir dan daerah yang akan dilindungi,
panjang tanggul untuk menangani banjir yang bersumber dari sungai Alas
dengan periode ulang 2 tahun adalah setidaknya 6 km. Untuk penanganan banjir
dengan periode ulang 2 tahun dengan sumber banjir berasal dari DAS sungai
Trumon, berada pada tiga lokasi (desa) yaitu Desa Kapai Seusak dengan panjang
± 770 m, Desa Singleng sepanjang ± 2.09 km dan Desa Kuta Baru Sepanjang ± 644
m. Untuk kegiatan normalisasi sungai berupa pengerukan lebih di utamakan pada
badan sungai Trumon sepanjang ± 10 km untuk menghindari permasalahan banjir
yang bersumber dari curah hujan yang tinggi terjadi pada DAS Trumon serta
adanya debit air sungai Alas yang masuk melalui saluran-saluran air atau bagian
rendah dari sistim DAS Trumon pada kondisi debit maksimum disungai Alas.
BUKU I
Studi Kelayakan Penanganan Banjir Trumon Aceh Selatan Kerjasama dengan Perguruan Tinggi (Swakelola)
TDMRC
106 Tsunami and Disaster Mitigation Research Center
Universitas Syiah Kuala
Diharapkan dengan adanya kegiatan penanganan banjir periode ulang 2
tahun dapat mengurangi banjir sebesar ± 283 miliar.
Untuk lebih jelas arahan rencana penanganan banjir dengan periode ulang
2 tahun dapat dilihat pada Buku III Lampiran Peta di bagian Peta Arahan
Penanggulangan Banjir periode ulang 2 tahun.
6.2.1.2 Penanganan Banjir Periode Ulang 5 Tahun, Q = 8882 m3/det
Penanganan periode ulang ini direncanakan untuk mengurangi frekuensi
banjir sambil menunggu penanganan banjir dengan periode ulang yg lebih besar
mampu untuk dilaksanakan sehingga permasalahan banjir di kawasan trumon
bisa teratasi.
Kegiatan yang dilakukan untuk penanggulangan banjir di wilayah Trumon
untuk periode ulang 5 tahun adalah dengan konsep pengalihan debit banjir.
Pengalihan debit banjir bertujuan untuk memberikan ruang yang cukup kepada
luapan air yang melebihi kapasitas tampungan sungai alami di bagian hilir sungai
Krueng Trumon dan pada bagian titik luapan Sungai Alas. Sejumlah debit air
akan dialihkan dari sungai ke daerah rawa yang tidak produktif, yang
mempunyai area yang cukup luas untuk menampung debit banjir dan sekaligus
berfungsi untuk mengendapkan sedimen secara perlahan pada setiap peristiwa
banjir, sehingga Kawasan rawa yang semula tidak produktif diharapkan akan
menjadi wilayah yang dapat ditanami oleh masyarakat yang memanfaatkannya,
seperti lahan pertanian atau perkebunan sehingga pada akhirnya akan
meningkatkan perekonomian masyarakat.
Kanal Air
Kondisi inisial rawa
Rawa Singkil
BUKU I
Studi Kelayakan Penanganan Banjir Trumon Aceh Selatan Kerjasama dengan Perguruan Tinggi (Swakelola)
TDMRC
107 Tsunami and Disaster Mitigation Research Center
Universitas Syiah Kuala
Implementasi rencana ini perlu dilakukan kajian yang mendalam terlebih
dahulu mengenai dampak lingkungan, analisa kesesuaian perubahan fungsi serta
dampak ekonominya sehingga bisa memberikan hasil yang optimal.
Untuk strategi penanganan periode ulang ini perlu adanya pembangunan
kanal atau saluran banjir yang mengarah ke rawa dan keluar dari rawa. Lokasi
kanal ini disesuaikan dengan sumber luapan banjir baik dari Sungai Alas ataupun
Krueng Trumon dan outlet natural dari daerah rawa. Jumlah kanal air yang
direkomendasikan untuk dibangun pada rencana penangana banjir periode ulang
5 tahun ini berjumlah 3 (tiga) titik dari Sungai Alas dan 3 (tiga) titik keluar (outlet)
dari daerah rawa menuju laut. Sedangkan untuk luapan banjir yang bersumber
dari Krueng Trumon, direkomendasikan cukup dibangun 1 (satu) kanal banjir
yang mengarah ke daerah rawa Trumon.
Gambar 6.12 lokasi rokemendasi untuk pembuatan kanal dan konsep perubahan fungsi
lahan (reklamasi rawa)
BUKU I
Studi Kelayakan Penanganan Banjir Trumon Aceh Selatan Kerjasama dengan Perguruan Tinggi (Swakelola)
TDMRC
108 Tsunami and Disaster Mitigation Research Center
Universitas Syiah Kuala
Dimensi kanal yang direkomendasikan untuk dibangun disyaratkan
mampu untuk mengalirkan debit air sebesar 1000 m3/det. Dimensi dan lokasi
rencana kanal air dapat dilihat pada Buku III Lampiran Peta di bagian Peta
Arahan Penanggulangan Banjir periode ulang 5 tahun, namun untuk
implementasinya seperti pada rencana periode ulang 2 tahun perlu adanya
perencanaan SID (survey, identifikasi dan desain) dan DED (detail engineering
desain) dengan titik lokasi, debit rencana rekomendasi menjadi referensi untuk
perencanaan.
6.2.1.3 Penanganan Banjir Periode Ulang 50 Tahun, Q = 12.841 m3/det.
Sebagaimana yang telah dijelaskan tentang hasil analisis spasial dan
hidrologis wilayah DAS yang melayani wilayah Trumon pada Bab V,
permasalahan mendasar atas sering terjadinya peristiwa banjir di Kawasan
Trumon adalah penurunan kapasitas sungai berupa pendangkalan di badan
sungai dan muara. Penurunan kapasitas sungai terjadi akibat tingginya angkutan
sedimen yang merupakan dampak perubahan tutupan lahan di kawasan DAS
sungai (Singkil dan Trumon) yang tidak terelakkan. Kondisi ini diperburuk
dengan adanya perubahan luas daerah tangkapan air yang cukup signifikan
akibat bertemunya aliran air dari DAS Trumon dan DAS Singkil.
Dari hasil analisa di ketahui bahwa penyebab utama banjir dan akar
permasalahan banjir tidak akan mampu ditangani berdasarkan banjir periode
ulang 2 tahun dan 5 tahun mengingat kompleksitas permasalahannya, terlebih
tingkat perubahan tutupan lahan dari tertutup menjadi terbuka di kawasan DAS
singkil yang cukup besar seperti yang diinformasikan pada Bab V dari buku ini
sebesar 243 ribu Ha. Untuk dapat menangani permasalahan banjir dengan
dengan kondisi ini, maka rencana penanganan banjir dengan periode ulang 50
BUKU I
Studi Kelayakan Penanganan Banjir Trumon Aceh Selatan Kerjasama dengan Perguruan Tinggi (Swakelola)
TDMRC
109 Tsunami and Disaster Mitigation Research Center
Universitas Syiah Kuala
tahun dapat menjadi solusi untuk mengatasi permasalahan banjir di kawasan
Trumon.
Suatu kegiatan teknis untuk menanggulangi permasalahan banjir dengan
periode ulang 50 tahun terutama dengan kondisi luasan DAS seperti DAS Singkil
akan membutuhkan waktu yang panjang dan biaya besar. Untuk itu sudah
seharusnya mempertimbangkan manfaat yang dihasilkan dalam jangka waktu
yang Panjang juga. Dalam upaya penanggulangan banjir kala ulang di atas 10
(sepuluh) tahunan memerlukan kajian yang komprehensif terhadap permasalahan
banjir. Kajian tersebut tidak hanya terbatas pada penanganan di titik titik banjir
saja, ataupun hanya melihat dampak lokal yang ditimbulkan akibat luapan dan
genangan banjir, melainkan juga harus mengkaji akar permasalahan terjadinya
banjir tersebut terkait dengan kondisi DAS, aktivitas pemanfaatan sumber daya
alam pada DAS tersebut, termasuk debit air, material sungai, maupun aktivitas
masyarakat di sepanjang wilayah DAS dan jaringan sungai yang termasuk di
dalamnya, mulai dari hulu sampai hilirnya. Pemahaman yang baik akan kondisi
yang ada di sepanjang wilayah DAS dan aliran sungai dalam hal ini sangat
dibutuhkan agar keterkaitan dan hubungan sebab akibat antara berbagai
permasalahan yang teridentifikasi di sepanjang DAS akan mampu terpetakan.
Berdasarkan pemahaman tersebut kemudian akan digunakan untuk
menyelesaikan permasalahan-permasalahan tersebut secara strategis, bertahap
dan terstruktur serta memberikan nilai manfaat bagi masyarakat dan kelestarian
alam. Oleh karena itu, solusi jangka Panjang dari pengelolaan bencana banjir
untuk waktu jangka Panjang yang membutuhkan investasi yang besar, terutama
secara finansial, dengan demikian harus mampu menghasilkan solusi teknis yang
dapat menghasilkan keuntungan yang optimal. Berangkat dari prinsip tersebut,
maka kelebihan debit yang terjadi di wilayah DAS yang ditinjau, bukan hanya
dipandang sebagai suatu ancaman, yaitu potensi banjir, namun perlu di pandang
BUKU I
Studi Kelayakan Penanganan Banjir Trumon Aceh Selatan Kerjasama dengan Perguruan Tinggi (Swakelola)
TDMRC
110 Tsunami and Disaster Mitigation Research Center
Universitas Syiah Kuala
sebagai potensi sumber daya air yang dapat dimanfaatkan, untuk itu perlu adanya
kontruksi air berupa waduk atau kolam tampungan, bendungan serta bangunan-
bangunan pendukungnya yang bisa bermanfaat untuk pengelolaan sumber daya
air. Pemanfaatan waduk dan bendungan dapat mejadi objek wisata,
pembangkitan energi listrik, penyediaan air baku untuk kebutuhan industri atau
rumah tangga, dan juga untuk menunjang kebutuhan air irigasi untuk mengairi
lahan-lahan pertanian dan perkebunan.
Berdasarkan kondisi topografis dan jejaring sungai dari dua DAS yang
melayani sungai Krueng Trumon, yaitu DAS Singkil dan DAS Trumon, maka
potensi sumber daya air yang dimanfaatkan sebesar 212,12 miliar m3/tahun 16 x
lebih besar dari potensi DAS sungai Citarum sebesar 12,9 miliar m3/tahun
(sumber : Balai Besar Wilayah Sungai Citarum, Dinas PSDA Provinsi Jawa Barat
2008) yang dimanfaatkan untuk Waduk Jatiluhur. Dengan potensi yang cukup
signifikan ini sumber daya air DAS singkil harus mampu dimanfaatkan sejak dari
hulu sampai ke hilir, sehingga tidak hanya akan mengakibatkan terjadinya
peristiwa banjir yang berulang, namun justru dapat dimanfaatkan untuk berbagai
Gambar 6.13 waduk dengan multi fungsi, Sumber : Waduk Jatiluhur, PUPR.
BUKU I
Studi Kelayakan Penanganan Banjir Trumon Aceh Selatan Kerjasama dengan Perguruan Tinggi (Swakelola)
TDMRC
111 Tsunami and Disaster Mitigation Research Center
Universitas Syiah Kuala
keperluan masyarakat dan bernilai ekonomis tinggi, sebelum akhirnya mengalir
ke laut.
Pemanfaatan air secara strategis, efektif dan efisien, akan secara langsung
mengontrol debit air yang mengalir dari hulu sampai ke hilir sedemikian rupa
sehingga menjadi solusi bagi penanggulangan banjir yang selama ini sering
terjadi. Pemanfaatan potensi sumber daya air yang besar tersebut dapat
diproyeksikan sekaligus sebagai upaya penanggulangan banjir untuk periode 50
tahun bahkan 100 tahunan, yang merupakan periode jangka panjang yang sesuai
untuk investasi pengelolaan potensi sumber daya alam secara strategis dan
bernilai manfaat ekonomis tinggi.
Berdasarkan pertimbangan di atas, solusi teknis yang direkomendasikan
untuk menanggulangi banjir di Kawasan Trumon adalah berupa pembangunan
bendungan (dam) dan Waduk dengan kapasitas tampungan efektif ±200 juta m3
dengan ketinggian bangunan pelimpah yang direkomendasi sebesar 100 m di
daerah hulu DAS Singkil dengan 3 alternatif lokasi yang berada di wilayah
Subulussalam dan Aceh Tenggara. Pembangunan dam dan waduk tersebut
bertujuan untuk mengumpulkan volume air yang cukup untuk dapat
dimanfaatkan secara optimum pada saat dialirkan ke hilir, sekaligus berfungsi
sebagai penahan volume air yang mengakibatkan banjir di hilir. Volume air yang
ditampung dalam waduk kemudian dapat dimanfaatkan secara optimal untuk
keperluan pembangkitan energi listrik (PLTA) dan pengambilan air baku untuk
keperluan air minum atau irigasi. Di samping itu, air tampungan di waduk sendiri
dapat dimanfaatkan untuk sumber air minum satwa yang dilestarikan pada
wilayah hutan lindung di sekitarnya, budidaya ikan air tawar, dan berpotensi
untuk dikembangkan sebagai Kawasan pariwisata alam. Dengan kapasitas waduk
serta sumber daya air yang ada, potensi energi energi listrik yang dapat dihasilkan
BUKU I
Studi Kelayakan Penanganan Banjir Trumon Aceh Selatan Kerjasama dengan Perguruan Tinggi (Swakelola)
TDMRC
112 Tsunami and Disaster Mitigation Research Center
Universitas Syiah Kuala
± 220 MW dan serta mampu untuk mengairi seluas 15 – 18 ribu Ha bila di
gunakan untuk keperluan irigasi.
Solusi-solusi teknis dan strategis yang disampaikan di atas tentu saja
memerlukan studi lebih lanjut, terutama dalam hal kelayakan secara sosio-
ekonomis dan juga lingkungan. Hal ini terutama terkait dengan konflik
pemanfaatan dan peruntukan lahan eksisting dan konflik terhadap kelestarian
lingkungan hutan lindung di Kawasan hulu DAS.
Dengan demikian, pemanfaatan sumber daya air pada wilayah DAS
Trumon dan DAS Singkil akan bermanfaat tidak hanya untuk mengurangi risiko
bencana banjir dalam waktu jangka panjang, namun juga bermanfaat sebagai
sumber daya air yang bernilai ekonomis tinggi yang berkontribusi pada
ketersediaan dan pemanfaatan sumber daya air nasional.
Untuk lebih jelas lokasi potensi untuk rencana dan strategi jangka panjang
penanggulangan banjir di kawasan Trumon dapat dilihat pada Buku III Lampiran
Peta di bagian Peta Arahan Penanggulangan Banjir periode ulang 50 tahun.
6.3 ANALISIS KELAYAKAN
Analisa kelayakan dari sebuah kegiatan atau program biasanya dilakukan
dalam dua parameter yaitu parameter fisik dan finasial. Parameter fisik berkaitan
dengan konstruksi sedangkan finasial berorientasi kepada keuntungan dari
investasi atau pembangunan dari kontruksi yang akan dievaluasi.
Dari kerangka penyusunan studi kelayakan serta data yang tersedia,
analisa kelayakan rencana dan strategi penangganan banjir kawasan trumon
dilakukan berdasarkan analisa fisik yang meliputi jenis kontruksi penanganan
banjir, material dan solusi waktu yang diberikan. Untuk analisa kelayakan finasial
bisa dilakukan pada saat melakukan kegiatan SID (Survey Identification Design)
dengan mengkolaborasikan hasil studi kelayakan ini.
BUKU I
Studi Kelayakan Penanganan Banjir Trumon Aceh Selatan Kerjasama dengan Perguruan Tinggi (Swakelola)
TDMRC
113 Tsunami and Disaster Mitigation Research Center
Universitas Syiah Kuala
6.3.1 Rencana Penanganan Banjir Periode Ulang 2 Tahun
Dari rencana kegiatan penanganan banjir dengan periode ulang 2 tahun
berupa pembuatan tanggul penahan luapan banjir di beberapa titik luapan
dengan mempertimbangkan elevasi muka tanah (topografi) dan kedalaman banjir,
“layak” untuk dilakukan dari segi kondisi topografi, geomorfologi, jenis tanah
profil banjir serta keuntungan yang diperoleh dari kegiatan penanganan banjir.
Berdasarkan kondisi geomorfologi dan jenis tanah pada kawasan trumon
terutama pada daerah dimana tanggul akan dibangun merupakan daerah rawa
(alluvial plain) dengan jenis tanah tropofluvent yang mempunyai tektur dari sangat
halus sampai sedang dengan muka air tanah yang tinggi, ada beberapa hal yang
harus diperhatikan dalam pemilihan jenis konstruksi untuk jadi pertimbangan
pengambil kebijakan dan perencanaan DED (Detail Engineering Design) antara
lain :
Tinggi jagaan banjir dengan Q = 7046 m3/det dengan periode ulang 2
tahun minimal 1.5 m
Tanggul dengan ketinggian < 3 m, desain kemiringan 1 : 1 Ketinggian 3-5 m , desain kemiringan 1 : 1.5 Ketinggian > 5 m, desain kemiringan 1 : 2
Material konstruksi tanggul jenis tanah adalah tanah liat untuk menekan biaya konstruksi
Landasan atau pondasi tanggul berupa batuan
Untuk mendapatkan gambaran lebih luas dan pertimbangan pemilihan jenis
konstruksi untuk daerah rawa dapat dilihat pada tabel 6.1 berikut ini.
Tabel 6.1 Perbandingan Pemilihan Jenis Konstruksi
BUKU I
Studi Kelayakan Penanganan Banjir Trumon Aceh Selatan Kerjasama dengan Perguruan Tinggi (Swakelola)
TDMRC
114 Tsunami and Disaster Mitigation Research Center
Universitas Syiah Kuala
BUKU I
Studi Kelayakan Penanganan Banjir Trumon Aceh Selatan Kerjasama dengan Perguruan Tinggi (Swakelola)
TDMRC
115 Tsunami and Disaster Mitigation Research Center
Universitas Syiah Kuala
Sumber : Wiwin Andayani, 2017
Selain pemilihan jenis konstruksi serta standar dimensinya, pertimbangan
lainnya adalah solusi temporal yang diberikan. Untuk kondisi DAS singkil dan
sungai Alas dengan tingkat angkutan sedimentasi yang ada, dikhawatirkan
penangganan banjir dengan pembuatan tanggul tidak akan berlangsung lama.
Untuk itu penangan banjir dengan pembuatan tanggul sebaiknya di kombinasikan
dengan mitigasi banjir non struktural dan pengurangan risiko banjir seperti
seperti peraturan tata guna lahan, kegiatan desiminasi untuk menjaga hutan-
lingkungan agar erosi bisa dikurangi dan konsep bangunan (rumah) yang
beradaptasi dengan profil banjir.
6.3.2 Rencana Penanganan Banjir Periode Ulang 5 Tahun
Seperti yang telah dijelas pada bagian rencana penanganan banjir periode
ulang 5 tahun, program atau kegiatan yang direkomendasikan adalah pembuatan
kanal banjir serta pemanfaatan rawa singkil sebagai retention basin alami dengan
tujuan jangka panjangnya adalah menjadikan rawa singkil dari lahan yang tidak
produktif menjadi lahan produktif.
Retention basin berfungsi untuk mengurangi debit puncak banjir dalam
hal ini debit banjir Sungai Alas yang akan mengalir menuju hilir dan melimpas ke
BUKU I
Studi Kelayakan Penanganan Banjir Trumon Aceh Selatan Kerjasama dengan Perguruan Tinggi (Swakelola)
TDMRC
116 Tsunami and Disaster Mitigation Research Center
Universitas Syiah Kuala
kawasan yang akan dilindungi. Air pada puncak banjir akan disimpan di
retention basin selama banjir berlangsung dan keluar setelah banjir reda, sehingga
debit yang mengalir pada badan sungai tidak melebihi kapasitas tampungan
sungai dan bagian hilir pun akan terlindung dari banjir. Berdasarkan Luas Rawa
Singkil yang mencapai 102.500 ha, penanganan banjir periode ulang 5 tahun
dengan konsep menjadikan rawa singkil sebagai retention basin untuk
menampung debit banjir sebesar 3.000 m3/det Layak untuk dijadikan alternatif
penanganan dari segi hidrologi.
Dari segi lingkungan hidup, rencana penangan banjir ini harus dilakukan
kajian mendalam terlebih dahulu mengingat rawa singkil merupakan daerah
cagar alam yang telah mempunyai payung hukum. Untuk menjadi dasar dalam
perencanaaan kajian-kajian seperti analisa dampak lingkungan (amdal), kondisi
biofisik rawa, nilai sosial-ekonomi serta dampak jangka panjang penting untuk
menjadi rujukan sehingga tidak menimbulkan konflik dan bencana baru.
Terlepas dari permasalahan yang mungkin timbul seperti perjelasan di atas,
ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan terutama dalam hal
pembangunan kanal sehingga layak untuk dilaksanakan :
Kapasitas dan dimensi kanal diseuaikan dengan debit banjir rencana yang telah ditentukan yaitu 3000 m3/det
Preservasi dari lingkungan alami
Penggunaan lahan di sepanjang sungai
Bentuk dari kanal banjir berupa trapesium
Elevasi kanal disesuaikan sehingga pembagian debit air tidak menggangu fungsi utama sungai Alas
Kemiringan kanal harus memperhitungan tingginya angkutan sedimen agar pemeliharaan kanal bisa efisien.
6.3.3 Rencana Penanganan Banjir Periode Ulang 50 Tahun
Untuk program penanganan banjir periode ulang 50 tahun yang
berorientasi pada pengelolaan sumber daya air pembangunan fisik harus
memperhitungkan keuntungan dan kerugian investasi yang dibangun seperti
BUKU I
Studi Kelayakan Penanganan Banjir Trumon Aceh Selatan Kerjasama dengan Perguruan Tinggi (Swakelola)
TDMRC
117 Tsunami and Disaster Mitigation Research Center
Universitas Syiah Kuala
pembangunan waduk, bendung, serta bangunan air lainnya. Dalam hal
pemanfaatan waduk dan bendung untuk keperluan irigasi atau sumber air baku
dinilai belum optimal pemanfaatannya baik dari segi kebutuhan ataupun hasil
investasi. Namun demikian, dari sisi biaya atau investasi yang dikeluarkan untuk
waduk yang dibangun dapat menghasilkan keuntungan baik bagi masyarakat
ataupun daerah serta mampu menanggulangi bencana banjir.
Terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan terkait kondisi DAS dalam
pemanfaatan sumber daya air seperti :
• kemiringan lereng 15 % - 40 %,
• kondisi cekungan topografi yang mampu menampung air,
• kondisi geologi yang tidak berada pada daerah patahan
• debit rata-rata sungai minimum 1000 m3/dtk
• perbedaan ketinggian (H) minimum 50 m
Dari parameter di atas dan berdasarkan kondisi topografi yang ditinjau dan
hasil analisis hidrologi di BAB V, pembuatan waduk dan bendung di daerah DAS
Singkil layak untuk dibangun.
Gambar 6.14 Sketsa PLTA , Sumber : Melanda Devi Amanta, 2013
BUKU I
Studi Kelayakan Penanganan Banjir Trumon Aceh Selatan Kerjasama dengan Perguruan Tinggi (Swakelola)
TDMRC
118 Tsunami and Disaster Mitigation Research Center
Universitas Syiah Kuala
Dari hasil kajian direkomendasi pembuatan Waduk dan bendungan serta
konstruksi pendukung lainnya yang bisa di manfaatkan untuk kebutuhan
Instalasi PLTA. Investasi untuk sebuah proyek teknis seperti PLTA umumnya
memerlukan dana yang cukup besar, dan akan mempengaruhi perusahaan dalam
jangka Panjang. Oleh karena itu untuk menghindari keterlanjuran penanaman
modal yang terlalu besar untuk kegiatan yang ternyata tidak menguntungkan,
maka perlu diadakan studi kelayakan. Solusi-solusi teknis dan strategis yang
disampaikan di atas tentu saja memerlukan studi lebih lanjut, terutama dalam hal
kelayakan secara sosio-ekonomis dan juga lingkungan. Hal ini terutama terkait
dengan konflik pemanfaatan dan peruntukan lahan eksisting dan konflik terhadap
kelestarian lingkungan hutan lindung di Kawasan hulu DAS.
Analisis kelayakan untuk pembangunan PLTA pada aliran sungai di
DAS Singkil dilakukan dengan analisa kelayakan finansial karena bersifat
investasi dengan metode BCR (benefit cost ratio). Secara umum Studi kelayakan
ekonomi pembangunan waduk dan bendungan untuk keperluan PLTA tersebut
menggunakan metode deskriptif kuantitatif. Komponen analisis ekonomi terdiri
atas biaya investasi, pengeluaran tahunan, dan manfaat (revenue) dari hasil
penjualan energi listrik. Data yang digunakan meliputi: Harga satuan bahan, upah
dan pekerjaan, jenis dan harga peralatan mekanikal elektrikal, harga tanah, harga
jual energi listrik.
Dari hasil analisa awal dengan estimasi debit pengambilan PLTA rencana
sebesar 200 m3/dtk, pada tahun ke-3 operasional PLTA diestimasikan mendapat
keuntungan sebesar ± 128 Miliar.
Dari segi jenis bendungan yang cocok untuk dibangun, disarankan
menggunakan konstruksi bendungan beton bertulang dengan tinggi jagaan 5
meter.
BUKU I
Studi Kelayakan Penanganan Banjir Trumon Aceh Selatan Kerjasama dengan Perguruan Tinggi (Swakelola)
TDMRC
119 Tsunami and Disaster Mitigation Research Center
Universitas Syiah Kuala
Dalam hal pengendalian sedimentasi yang merupakan permasalahan
utama banjir, disarankan untuk melakukan pengerukan secara berkala dengan
memanfaatkan sedimen untuk keperluan lainnya, pengendalian erosi dan
penggenlontoran endapan di waduk serta pembuatan saluran pintas.
BAB VII PENUTUP DAN REKOMENDASI
BUKU I
Studi Kelayakan Penanganan Banjir Trumon Aceh Selatan Kerjasama dengan Perguruan Tinggi (Swakelola)
TDMRC
120 Tsunami and Disaster Mitigation Research Center
Universitas Syiah Kuala
7.1 KESIMPULAN
Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari hasil studi adalah sebagai
berikut:
1. Kecamatan Trumon, Kecamatan Trumon Tengah dan Kecamatan Trumon
Timur merupakan kawasan yang paling sering mengalami bencana banjir.
Adanya peningkatan frekuensi banjir yg terjadi dari satu kali banjir besar
selama periode 5 (lima) tahun menjadi satu kali setiap tahunnya dan
sekurang – kurangnya kejadian banjir terjadi selama 2 (dua) kali dalam satu
tahun. Kondisi ini terjadi akibat adanya perubahan luas daerah tangkapan
air untuk Kawasan Trumon, yaitu dari luas 53.262 Ha menjadi sebesar
786.675 Ha atau meningkat sebesar 14 kali.
2. Sumber banjir dipengaruhi oleh 2 (dua) DAS yaitu DAS Trumon sendiri
dengan sungai utamanya Sungai Trumon dan DAS Singkil yang berbatasan
dengan DAS Trumon dengan sungai utamanya Sungai Alas. Kondisi banjir
lintas batas DAS yang terjadi kawasan Trumon akibat kondisi topografi
(perbedaan ketinggian elavasi tanah) di batasan DAS Trumon dan Singkil
sangat kecil ± 2 m sehingga debit dan luapan banjir dari sungai Alas masuk
kedalam sistim DAS Trumon.
3. Penyebab utama banjir di kawasan Trumon (Trumon Tengah, Trumon
Timur dan Trumon) adalah penurunan kapasitas sungai (pendangkalan)
baik di badan sungai ataupun di muara sungai akibat sedimentasi yang
cukup tinggi. Kondisi ini terjadi di kedua sungai baik Sungai Alas ataupun
Sungai Trumon.
4. Peningkatan sedimen terjadi akibat perubahan tutupan lahan di kawasan
DAS sungai dari kondisi tertutup menjadi terbuka dengan luasan
BUKU I
Studi Kelayakan Penanganan Banjir Trumon Aceh Selatan Kerjasama dengan Perguruan Tinggi (Swakelola)
TDMRC
121 Tsunami and Disaster Mitigation Research Center
Universitas Syiah Kuala
perubahan ± 242 ribu Ha dari tahun2007 sampai tahun 2018 di kawasan
DAS Sungai Alas.
5. Penyebab banjir lainnya adalah akibat curah hujan yang tinggi di wilayah
Trumon. Berdasarkan pembagian wilayah zona hujan dari data BMKG,
menunjukkan bahwa wilayah Trumon Kabupaten Aceh Selatan termasuk
ke dalam zona Non ZOM.
6. Debit banjir rencana yang diperoleh berdasarkan perhitungan periode
ulang 5 tahunan yaitu sebesar 8882.285 m3/dt. Debit Banjir periode ulang 5
tahunan digunakan untuk pemodelan daerah banjir menggunakan
program HEC RAS 5.0.7.
7. Skenario penanganan banjir dilakukan berdasar pada periode ulang banjir
2 thn dengan Q = 7046 m3/det, 5 thn dengan Q = 8882 m3/det dan 50 thn
dengan Q = 12.841 m3/det.
7.2 SARAN
Saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut:
1. Untuk penanggulangan banjir pada kawasan trumon, diharapkan dapat
melakukan koordinasi antara Pemerintah Daerah yaitu Kabupaten –
Kabupaten dan Provinsi yang ada di wilayah DAS Trumon dan DAS
Singkil mengingat kondisi DAS lintas batas kabupaten dan propinsi.
2. Pembentukan Taks Force atau disebut juga Satuan Tugas (Satgas) di
lingkungan Pemerintah Daerah Aceh Selatan yang terdiri dari dinas–dinas
terkait diperlukan untuk penanggulangan banjir, yang didukung oleh
pemerintah daerah dan eksekutif.
3. Untuk pengelolaan banjir, selanjutnya Pemerintah Daerah dapat
melakukan kegiatan lanjutan yang berupa SID (Survey Investigation Design)
BUKU I
Studi Kelayakan Penanganan Banjir Trumon Aceh Selatan Kerjasama dengan Perguruan Tinggi (Swakelola)
TDMRC
122 Tsunami and Disaster Mitigation Research Center
Universitas Syiah Kuala
dan DED (Detail Engineering Design) dengan pengambilan data secara detil
agar permasalahan banjir di Kawasan Trumon dapat teratasi dengan baik.
4. Penanganan banjir sebaiknya dilakukan berdasarkan periode ulang banjir
yang dimulai dengan periode ulang 2 thn, 5 thn dan 50 thn.
a. Penangan banjir periode ulang 2 thn direkomendasikan dengan konsep
mitigasi stuktural dan non struktural. Untuk mitigasi struktural adalah
bangunan tanggul untuk mencegah agar tidak terjadi luapan banjir dari
sungai Trumon dan mencegah air yang meluap dari sungai Alas masuk
ke kawasan Trumon. Dimensi dan jenis konstruksi tanggul disesuaikan
dengan profil banjir. Penanganan banjir dengan metode di atas
disarankan untuk kombinasikan dengan mitigasi non struktural seperti
peraturan tata guna lahan, kegiatan desiminasi untuk menjaga hutan-
lingkungan dan konsep bangunan (rumah) yang beradaptasi dengan
profil banjir, agar penanganan lebih maksimal.
b. Untuk penanganan banjir dengan periode ulang 5 thn dapat dilakukan
dengan pembuatan kanal banjir untuk mengalihkan air banjir ke Rawa
Trumon – Singkil sebagai tampungan alami.
c. Rekomendasi untuk penanggulangan banjir periode ulang 50 thn
dilakukan dengan konsep pemanfaatan Sumber daya Air, dikarenakan
penanggulangan banjir periode ulang 50 thn akan memakan biaya yang
tidak sedikit mengingat debit banjir yang di tanggulangi juga sangat
besar yaitu Q = 12.841 m3/det. Penanggulangan dilakukan
pembangunan waduk (tampungan) dan bendungan pada lokasi yang
sesuai sehingga dapat digunakan untuk keperluan irigasi, lokasi wisata
dan pembangunan instalasi PLTA yang dapat menjadi sumber
pendapatan daerah dan bermanfaat bagi masyarakat banyak.
BUKU I
Studi Kelayakan Penanganan Banjir Trumon Aceh Selatan Kerjasama dengan Perguruan Tinggi (Swakelola)
TDMRC
123 Tsunami and Disaster Mitigation Research Center
Universitas Syiah Kuala
5. Perlu adanya kajian AMDAL dalam hal kerusakan lingkungan dengan
melakukan koordinasi antara Pemerintah Daerah Aceh Selatan dengan
Dinas Lingkungan Hidup dan LSM yang bergerak dibidang lingkungan.