buku ajar asuhan kebidanan nifas - griya husada iii... · 2017-01-12 · tersusunnya buku ajar...

85
BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN NIFAS OLEH : Rachel D.Wilujeng, SST, M.Kes Arimina Hartati P., SST., M.Kes Akademi Kebidanan Griya Husada Surabaya

Upload: others

Post on 06-Jan-2020

32 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BUKU AJAR

ASUHAN KEBIDANAN NIFAS

OLEH :

Rachel D.Wilujeng, SST, M.Kes

Arimina Hartati P., SST., M.Kes

Akademi Kebidanan Griya Husada

Surabaya

Asuhan Kebidanan Nifas i

KATA PENGANTAR

Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, berkat karunianya penulis

berkesempatan untuk mempersembahkan sebuah buku ajar “Asuhan Kebidanan Nifas ”.

Penyusunan buku ajar ini merupakan salah satu upaya Akademi Kebidanan Griya Husada

Surabaya dalam meningkatkan kualitas proses pembelajaran sehingga lebih baik.

Tersusunnya buku Ajar “Asuhan Kebidanan Nifas“ ini tidak lepas dari dukungan berbagai

pihak yang telah memberikan bantuan moril maupun materiil yang tidak bisa penulis

sebutkan satu persatu

Meskipun berbagai upaya telah penulis lakukan demi kesempurnaan buku ajar ini, penulis

buku ini masih jauh dari sempurna.

Akhir kata, berbagai saran dan kritik yang membangun akan selalu penulis harapkan.

Penyusun

Asuhan Kebidanan Nifas ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………………………… i

DAFTAR ISI………………………………………………………………………………….. ii

BAB I KONSEP DASAR MASA NIFAS……………………………………………………. 1

BAB II LAKTASI DAN MENYUSUI……………………………………………………….. 4

BAB III RESPON ORANG TUA TERHADAP BAYI BARU LAHIR……………………… 37

BAB IV PERUBAHAN FISIOLOGIS MASA NIFAS………………………………………. 43

BAB V ADAPTASI PSIKOLOGIS MASA NIFAS…………………………………………. 48

BAB VI KEBUTUHAN DASAR MASA NIFAS…………………………………………..... 54

BAB VII ASUHAN MASA NIFAS NORMAL……………………………………………… 62

BAB VIII TINDAK LANJUT ASUHAN NIFAS DI RUMAH……………………………… 67

BAB IX DETEKSI DINI KOMPLIKASI MASA NIFAS……………………………………. 79

Asuhan Kebidanan Nifas 1

BAB I

MATERI

KONSEP DASAR MASA NIFAS

STANDAR KOMPETENSI

Mata kuliah ini memberikan kemampuan unutuk melaksanakan Asuhan Kebidanan pada masa nifas

dengan pendekatan manajemen kebidanan didasari konsep, sikap dan ketrampilan.

KOMPETENSI DASAR

Setelah mengikuti masa kuliah ini, mahasiswa diharapkan mampu memahami konsep dasar masa nifas.

INDIKATOR

Mahasiswa mampu

1. Menjelaskan pengertian masa nifas

2. Menyebutkan tujuan asuhan masa nifas

3. Menyebutkan peran dan tanggung jawab masa nifas

4. Menyebutkan tahapan masa nifas

5. Menyebutkan program dan kebijakan program masa nifas.

MATERI POKOK/SUB MATERI

A. Pengertian masa nifas

Ada bebrapa pengertian masa nifas, diantaranya:

1. Masa nifas dimulai beberapa jam sesudah lahirnya plasenta sampai dengan 6 minggu berikutnya

(JHPEIGO, 2002)

2. Masa nifas tidak kurang dan 10 hari dan tidak lebih dan 8 hari setelah akhir persalinan, dengan

pemantauan bidan sesuai kebutuhan ibu dan bayi (Bennet dan Brown, 1999, P:590)

Dalam bahasa latin waktu tertentu setelah melahirkan anak ini disebut puerpurium yaitu dari

kata puer yang artinya bayi dan parous melahirkan. Jadi, puerperium berarti masa setelah melahirkan

bayi.

Masa nifas (puerperium) adalah masa pulih kembali, mulai dan persalinan selesia sampai alat-

alat kandungan kembali seperti para kehamilan. Lama masa nifas ini yaitu 6-8 minggu.

Tujuan asuhan masa nifas

Semua kegiatan yang dilakukan dalam bidang kebidanan maupun dibidang-bidang lain selalu

mempunyai tujuan agar kegiatan-kegiatan itu terarah dan diadakan evaluasi dan penilaian.

Adapun tujuan dan perawatan nifas ini adalah :

Asuhan Kebidanan Nifas 2

1. Untuk memulihkan kesehatan umum penderita, dengan jalan:

1) Penyediaan makanan yang memenuhi kebutuhan

2) Menghilangkan terjadinya anemia

3) Pencegahan terhadap infeksi dengan memperhatikan keberhasilan dan strelisasi

4) Selain hal-hal diatas untuk mengembalikan kesehatan umum ini diperlukan pergerakan otot

yang cukup, agar tunas otot menjadi lebih baik, peredaran darah lebih lancar dengan demikian

otot akan mengadakan metabolisme lebih cepat.

2. Untuk mendapatkan kesehatan emosi

3. Untuk mencegah terjadinya infeksi dan komplikasi

4. Untuk memperlancar pembentukan air susu ibu

5. Agar penderita dapat melaksanakan perawatan sampai masa nifas selesai, dan dapat memlihara

bayi-bayi dengan baik, agar pertumbuhan dan perkembangan bayi normal.

Peran dan tanggung jawab Bidan dalam masa nifas

Peran dan tanggung jawab bidan dalam masa nifas adalah memberikan perawatan dan support

sesuai kebutuhan ibu secara partnership dengan ibu. Selain itu juga dengan cara :

a. Mengkaji kebutuhan asuhan kebidanan pada ibu nifas

b. Menentukan diagnosa dan kebutuhan asuhan kebidanan ada masa nifas

c. Menyusun rencana asuhan kebidanan berdasarkan prioritas masalah

d. Melaksanakan asuhan kebidanan sesuai dengan rencana

e. Mengevaluasi bersama klien asuhan kebidanan yang telah diberikan

f. Membuat rencana tindak lanjut asuhan kebidanan bersama klien.

Tahapan masa nifas

1. 2-6 jam post partum

2. 2-6 hari post partum

3. 2-6 minggu dalam post partum

Nifas dibagi dalam 3 periode:

1. Puerperium dini yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan jalan-jalan.

2. Puerperium Intermedinal yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genital

3. Remote puerperium yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat terutama bila selama hamil

atau waktu persalinan mempunyai komplikasi. Waktu untuk sehat sempurnaan bisa berminggu-

minggu, berbulan-bulan, atau tahunan.

Asuhan Kebidanan Nifas 3

Kebijakan Program Nasional Masa Nifas

Paling sedikit 4 kali kunjungan masa nifas dilakukan untuk mencegah, mendeteksi dan

menangani masalah-masalah yang terjadi.

Table 1.1 Frekuensi kunjungan masa nifas

Kunjungan Waktu Tujuan

1. 6-8 jam setelah persalinan 1. Mencegah perdarahan masa nifas akibat atonia uteri.

2. Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan

rujuk jika perdarahan berlanjut

3. Memberikan konseling pada ibu atau salah satu

anggota keluarga bagaimana mencegah perdarahan

masa nifas karena atonia uteri.

4. Pemberian ASI awal

5. Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir

6. Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah

hypothermia

7. Jika petugas kesehatan menolong persalinan ia harus

tinggal dengan ibu dan bayi baru lahir untuk 2 jam

pertama setelah kelahiran atau sampai ibu dan bayi

dalam keadaan stabil.

2. 6 hari setelah persalinan 1. Memastikan involusi uterus berjalan normal uterus

ber kontraksi fundus dibawah umbilicus tidak ada

perdarahan abnormal tidak ada bau.

2. Menilai adanya tanda-tanda demam

3. Memastikan mendapatkan cukup makanan, cairan,

dan istirahat.

4. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak

memperlihatkan tanda-tanda penyulit.

5. Memberikan konseling pada ibu tentang asuhan pada

bayi, tali pusat, menjaga bayi tetap hangat dan

merawat bayi sehari-hari.

3. 2 minggu setelah

persalinan

Sama seperti diatas (6 hari setelah persalinan)

4. 6 minggu setelah

persalinan

1. Menanyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit yang

ibu alami.

2. Memberikan konseling KB secara dini.

Evaluasi

1. Sebutkan periode dalam masa nifas!

2. Sebutkan tujuan kinjungan nifas pada 6 minggu post partum!

DAFTAR PUSTAKA

1. Bennet & Brown, 1999, Mayles textbook for Midwives, London

2. Mochtar Rustam, 1998, Sinopsis Obstetri jilid I, Jakarta

3. Pusdiknas, WHO, JHPIEGO. 2001. Asuhan Kebidanan pada Ibu Postpartum.

Asuhan Kebidanan Nifas 4

BAB II

PROSES LAKTASI DAN MENYUSUI

I. TUJUAN PEMBELAJARAN KHUSUS

Setelah mempelajari bab ini, peserta didik diharapkan mampu menjelaskan tentang proses laktasi

dan menyusui

II. TUJUAN PEMBELAJARAN KHUSUS

Setelah mempelajari bab ini, peserta didik diharapkan mampu :

1. Menjelaskan Anatomi dan Fisiologi Payudara

2. Menerapkan dukungan bidan dalam pemberian ASI

3. Menjelaskan tentang ASI Ekslusif

4. Menjelaskan manfaat pemberian ASI

5. Mengkategorikan komposisi gizi dalam ASI

6. Menjelaskan upaya memperbanyak ASI

7. Merinci tanda bayi cukup ASI

8. Menjelaskan cara merawat payudara

9. Menjelaskan berbagai masalah dalam pemberian ASI

II. MATERI

A. ANATOMI DAN FISIOLOGI PAYUDARA

Payudara (mammae, susu) adalah kelenjar yang terletak di bawah kulit, di atas otot dada.

Fungsi dari payudara adalah memproduksi susu untuk nutrisi bayi. Manusia mempunyai

sepasang kelenjar payudara, yang beratnya kurang lebih 200 gram, saat hamil 600 gram dan

saat menyusui 800 gram.

Pada payudara terdapat tiga bagian utama, yaitu :

1. Korpus (badan), yaitu bagian yang membesar.

2. Areola, yaitu bagian yang kehitaman di tengah.

3. Papilla atau puting, yaitu bagian yang menonjol di puncak payudara.

Asuhan Kebidanan Nifas 5

Gambar 1. Anatomi payudara

Korpus

Alveolus, yaitu unit terkecil yang memproduksi susu. Bagian dari alveolus adalah sel Aciner,

jaringan lemak, sel plasma, sel otot polos dan pembuluh darah. Lobulus, yaitu kumpulan dari

alveolus. Lobus, yaitu beberapa lobulus yang berkumpul menjadi 15-20 lobus pada tiap payudara.

ASI dsalurkan dari alveolus ke dalam saluran kecil (duktulus), kemudian beberapa duktulus

bergabung membentuk saluran yang lebih besar (duktus laktiferus).

Areola

Sinus laktiferus, yaitu saluran di bawah areola yang besar melebar, akhirnya memusat ke dalam

puting dan bermuara ke luar. Di dalam dinding alveolus maupun saluran-saluran terdapat otot

polos yang bila berkontraksi dapat memompa ASI keluar.

Papilla

Bentuk puting ada empat, yaitu bentuk yang normal, pendek/ datar, panjang dan terbenam

(inverted).

Asuhan Kebidanan Nifas 6

Gambar 2. Bentuk puting susu normal

Gambar 3. Bentuk puting susu pendek

Gambar 4. Bentuk puting susu panjang

Gambar 5. Bentuk puting susu terbenam/ terbalik

Fisiologi Laktasi

Laktasi atau menyusui mempunyai dua pengertian, yaitu produksi ASI (prolaktin) dan pengeluaran

ASI (oksitosin).

Asuhan Kebidanan Nifas 7

Produksi ASI (Prolaktin)

Pembentukan payudara dimulai sejak embrio berusia 18-19 minggu, dan berakhir ketika mulai

menstruasi. Hormon yang berperan adalah hormon esterogen dan progesteron yang membantu maturasi

alveoli. Sedangkan hormon prolaktin berfungsi untuk produksi ASI.

Gambar 1. Proses produksi ASI/ refleks prolaktin

Selama kehamilan hormon prolaktin dari plasenta meningkat tetapi ASI belum keluar karena pengaruh

hormon estrogen yang masih tinggi. Kadar estrogen dan progesteron akan menurun pada saat hari kedua

atau ketiga pasca persalinan, sehingga terjadi sekresi ASI. Pada proses laktasi terdapat dua reflek yang

berperan, yaitu refleks prolaktin dan refleks aliran yang timbul akibat perangsangan puting susu

dikarenakan isapan bayi.

1. Refleks prolaktin

2. Refleks aliran (let down reflek)

RefleksProlaktin

Akhir kehamilan hormon prolaktin memegang peranan untuk membuat kolostrum, tetapi jumlah

kolostrum terbatas dikarenakan aktivitas prolaktin dihambat oleh estrogen dan progesteron yang masih

tinggi. Pasca persalinan, yaitu saat lepasnya plasenta dan berkurangnya fungsi korpus luteum maka

estrogen dan progesteron juga berkurang. Hisapan bayi akan merangsang puting susu dan kalang

payudara, karena ujung-ujung saraf sensoris yang berfungsi sebagai reseptor mekanik.Rangsangan ini

dilanjutkan ke hipotalamus melalui medulla spinalis hipotalamus dan akan menekan pengeluaran faktor

penghambat sekresi prolaktin dan sebaliknya merangsang pengeluaran faktor pemacu sekresiprolaktin.

Faktor pemacu sekresi prolaktin akan merangsang hipofise anterior sehingga keluar prolaktin. Hormon ini

merangsang sel-sel alveoli yang berfungsi untuk membuat air susu.

Asuhan Kebidanan Nifas 8

Kadar prolaktin pada ibu menyusui akan menjadi normal 3 bulan setelah melahirkan sampai penyapihan

anak dan pada saat tersebut tidak akan ada peningkatan prolaktin walau ada isapan bayi, namun

pengeluaran air susu tetap berlangsung.

Pada ibu nifas yang tidak menyusui, kadar prolaktin akan menjadi normal pada minggu ke 2 – 3.

Sedangkan pada ibu menyusui prolaktin akan meningkat dalam keadaan seperti: stress atau pengaruh

psikis, anastesi, operasi dan rangsangan puting susu

Refleks Aliran (Let Down Reflek)

Bersamaan dengan pembentukan prolaktin oleh hipofise anterior, rangsangan yang berasal dari isapan

bayi dilanjutkan ke hipofise posterior (neurohipofise) yang kemudian dikeluarkan oksitosin. Melalui

aliran darah, hormon ini menuju uterus sehingga menimbulkan kontraksi. Kontraksi dari sel akan

memeras air susu yang telah terbuat, keluar dari alveoli dan masuk ke sistem duktus dan selanjutnya

mengalir melalui duktus lactiferus masuk ke mulut bayi.

Faktor-faktor yang meningkatkan let down adalah: melihat bayi, mendengarkan suara bayi, mencium

bayi, memikirkan untuk menyusui bayi.

Faktor-faktor yang menghambat reflek let down adalah stress, seperti: keadaan bingung/ pikiran kacau,

takut dan cemas.

Refleks yang penting dalam mekanisme hisapan bayi

1. Refleks menangkap (rooting refleks)

2. Refleks menghisap

3. Refleks menelan

Refleks Menangkap (Rooting Refleks)

Timbul saat bayi baru lahir tersentuh pipinya, dan bayi akan menoleh ke arah sentuhan. Bibir bayi

dirangsang dengan papilla mamae, maka bayi akan membuka mulut dan berusaha menangkap puting

susu.

Refleks Menghisap (Sucking Refleks)

Asuhan Kebidanan Nifas 9

Refleks ini timbul apabila langit-langit mulut bayi tersentuh oleh puting. Agar puting mencapai palatum,

maka sebagian besar areola masuk ke dalam mulut bayi. Dengan demikian sinus laktiferus yang berada di

bawah areola, tertekan antara gusi, lidah dan palatum sehingga ASI keluar.

Refleks Menelan (Swallowing Refleks)

Refleks ini timbul apabila mulut bayi terisi oleh ASI, maka ia akan menelannya.

PengeluaranASI(Oksitosin)

Apabila bayi disusui, maka gerakan menghisap yang berirama akan menghasilkan rangsangan saraf yang

terdapat pada glandula pituitaria posterior, sehingga keluar hormon oksitosin. Hal ini menyebabkan sel-

sel miopitel di sekitar alveoli akan berkontraksi dan mendorong ASI masuk dalam pembuluh ampula.

Pengeluaran oksitosin selain dipengaruhi oleh isapan bayi, juga oleh reseptor yang terletak pada duktus.

Bila duktus melebar, maka secara reflektoris oksitosin dikeluarkan oleh hipofisis.

Gambar 2. Proses pengaliran ASI/ refleks oksitosin

B. DUKUNGAN BIDAN DALAM PEMBERIAN ASI

PERAN BIDAN DALAM MENDUKUNG PEMBERIAN ASI

Peran awal:

Yakinkan bahwa bayi memperoleh ma/ yg mencukupi dari payudara ibunya

Bantu ibu sehiga mampu menyusui bayinya sendiri

Peran yang mendukung pemberian ASI:

Biarkan bayi bersama ibunya segera setelah lahir selama beberapa jam pertama –

-Membina ikatan/ hubungan

Ajarkan merawat payudara yang sehat

Asuhan Kebidanan Nifas 10

Hindari mengoleskan krim, minyak, alkohol atau sabun pada putting susu

Bantu ibu pada waktu pertama kali memberi ASI

Dengan posisi menyusui yang benar

Tanda bayi dalam posisi yang baik pada payudara:

Seluruh tubuhnya berdekatan dan terarah pada ibu

Mulut dan dagunya berdekatan dengan payudara

Areola tidak akan bisa terlihat jelas

Dapat dilihat hisapan lamban dan dalam serta menelan

Bayi terlihat senang dan tenang

Ibu tidak merasakan nyeri pada putting susu

Rawat gabung / Rooming –in

Mudah menyusui dan dengan mudah mengenali tanda-tanda bayinya lapar

Memberi ASI pada bayi SESERING MUNGKIN

BBL tiap 2 – 3 jam atau 10 – 12 / 24 jam

Kalau tidur panjang, bangunkan dan beri ASI max. tiap 4 jam

HANYA berikan kolostrum dan ASI saja

Hindari susu botol dan “dot empeng”

Menyebabkan bingung putting atau tidak menghisap dengan baik

POGRAM LAKTASI:

Suatu program multidepartemental yg melibatkan bagian yg terkait, agar dihasilkan suatu

pelayanan yg komprehensif dan terpadu pada ibu hamil, ibu menyusui dan bayinya, bahkan seluruh

anggota keluarga yang mencakup masa prenatal, segera sesudah melahirkan dan sesudah ibu dan

bayinya dipulangkan dari RS / klinik

Meliputi:

1. Bimbingan antenatal

2. pelayanan pascanatal yang terarah

3. konsultasi per telepon selama 24 jam

4. evaluasi proses menyusui di Klinik Laktasi

5. Konsultasi untuk NICU (Neonatal Intensive Care Unit)

6. Pendidikan petugas kesehatan

10 LANGKAH MENUJU KEBERHASILAN MENYUSUI (TEN STEPS TO SUCCESSFUL

BREASTFEEDING)

Asuhan Kebidanan Nifas 11

(WHO / UNICEF 1989, isi dikembangkan oleh DepKes RI dan BKPPASI)

1. Buatlah kebijaksanaan tertulis mengenai pemberian ASI yang secara rutin dikomunikasikan

kepada semua petugas pelayanan kesehatan

2. Latihlah semua petugas kesehatan untuk dapat melaksanakan hal - hal yang disebutkan dalam

kebijaksanaan tertulis mengenai pemberian ASI

3. Beritahukan kepada ibu hamil tentang keuntungan pemberian ASI dan manajemen laktasi

4. Bantulah para ibu mengawali pemberian ASI dalam setengah jam pertama setelah melahirkan

5. Tunjukan kepada ibu – ibu bagaimana cara menyusui dan cara mempertahankan laktasi walaupun

mereka harus terpisah dari bayi mereka

6. Jangan beri makanan atau minuman lain kepada bayi yang baru lahir selain ASI, kecuali ada

indikasi medis yang jelas

7. Praktekkan rawat gabung, biarkan ibu dan bayi tetap bersama dalam 24 jam sehari

8. Anjurkan pemberian Asi tanpa terjadwal (on demand)

9. Jangan diberi dot atau kempeng kepada bayi yang sedang menyusu

10. Bantulah perkembangan kelompok pendukung ASI dan rujuklah ibu kepada kelompok tersebut,

setelah ibu keluar dari Rumah Sakit

KRITERIA EVALUASI PEMBERIAN ASI:

1. LATCH – ON

2. Posisi

3. Let- down

4. Kondisi putting

5. Respon bayi

6. Respon ibu

LATCH SKORE

0 1 2

L (latch) Terlalu ngantuk Diulang-ulang

Putting dimulut

Dg stimulasi

Memegang payudara,

Lidah dibawah

putting, ada rytme

menelan

A (Audible

swallowing)

Tidak ada Dengan sedikit

stimulasi

Spontan dan jarang,

pada bayi < 24 jam

Spontan dan sering,

pada bayi > 24 jam

Asuhan Kebidanan Nifas 12

T (Type of

nipple)

Terbenam Datar Menonjol

C (Comfort

payudara

dan puting)

Bengkak

Lecet,

perdarahan,

kemerahan

putting

Sangat tidak

nyaman

Kemerahan

Lunak dan lembek

H (Hold /

positioning)

Dengan bantuan

penuh (staf

menyangga bayi

pada payudara)

Bantuan sedikit

(memberi bantal

untuk menyangga)

Staf menyangga

bayi kemudian

digantikan ibu

Tanpa bantuan

Ibu mampu

memposisikan bayi

C. ASI EKSLUSIF

ASI adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa dan garam organik yang

disekresi oleh kedua kelenjar payudara dan merupakan makanan yang terbaik bagi bayi.

ASI Ekslusif adalah bayi hanya diberi ASI saja selama 6 bulan tanpa tambahan cairan lain

seperti susu formula, jeruk, madu, air the, air putih serta tanpa tambahan makanan padat seperti

pisang, bubur susu, biscuit, bubur nasi dan nasi tim kecuali obat maupun vitamin sesuai anjuran

dokter.

Selain memenuhi semua kebutuhan makanan bayi baik gizi, imunologi ASI memberi

kesempatan bagi ibu untuk mencurahkan kasih saying serta perlindungan bagi bayi yang tidak

dapat dialihkan kepada siapapun. ASI ekslusif diberikan sejak 0-6 bulan. Setelah 6 bulan baru

mulai diberikan makanan pendamping ASI (MPASI). ASI dapat diberikan sampai anak berusia 2

tahun atau lebih.

D. MANFAAT PEMBERIAN ASI

Di banding dengan yang lain ASI memiliki beberapa keunggulan yaitu :

1. Mengandung semua zat gizi dalam susunan dan jumlah yang cukup untuk memenuhi

kebutuhan gizi bayi

2. Tidak memberatkan fungsi saluran pencernaan dan ginjal

3. Mengandung berbagai zat antibodi sehingga mencegah terjadi infeksi

4. Tidak mengandung laktoglobulin yang dapat menyebabkan alergi

5. Ekonomis dan praktis. Tersedia setiap waktu pada suhu yang ideal dan dalam keadaan segar

serta bebas dari kuman.

Asuhan Kebidanan Nifas 13

Selain beberapa keunggulan yang ada dalam ASI bidan perlu juga memahami beberapa

manfaat ASI agar dapat mengkomunikasikan manfaat tersebut kepada ibu, keluarga, profesi

kesehatan lain dan tokoh –tokoh masyarakat.

1. Manfaat bagi Ibu

a. Aspek Kontrasepsi

Hisapan bayi pada putting susu merangsang hipofise anterior untuk mengeluarkan

prolaktin sehingga menekan produksi estrogen akibatnya ovulasi tidak terjadi.

Pemberian ASI saja selama 6 bulan secara efisien akan membrikan efek kontrasepsi

sebanyak 98%.

b. Aspek Kesehatan Ibu

Hisapan bayi pada putting susu akan merangsang hipofise posterior mengeluarkan

oksitosin.Oksitosin inilah yang membantu involusi uterus sehingga tidak terjadi

perdarahan. Selain itu dengan menyusui akan mengurangi resiko kanker payudara dan

kanker ovarium 25%.

c. Aspek penurunan berat badan

Ibu yang menyusui lebih mudah kembali ke berat badan semula karena cadangan lemak

yang da digunakan dalam produksi ASI.

d. Aspek psikologis

Dengan menyusui ibu akan merasa bangga dan diperlukan .

2. Manfaat bagi bayi

a. Mengandung antibody

b. Membantu bayi dalam memulai awal kehidupannya dengan baik

c. Mengandung komposisi yang tepat

d. Mengurangi kejadian karies dentis

e. Memberi rasa aman dan nyaman pada bayi karena adanya ikatan batin ibu dan bayi

f. Terhindar dari alergi

g. Meningkatkan kecerdasan

h. Membantu perkembangan rahang dan merangsang pertumbuhan gigi karena gerakan

menghisap mulut bayi pada payudara

3. Manfaat bagi keluarga

a. Aspek ekonomi

ASI tidak perlu dibeli dan bayi yang diberi ASI relative jarang sakit sehingga

menghemat pengeluaran untuk berobat.

b. Aspek psikologi

Dengan menyusui kelahiran lebih jarang (kaitkan dengan efek kontrasepsi) sehingga

hubungan keluarga lebih baik .

Asuhan Kebidanan Nifas 14

c. Aspek kemudahan

Menyusui praktis dapat diberikan kapan saja dan dimana saja. Tidak perlu menyiapkan

air masak dan merebus botol susu.

E. KOMPOSISI GIZI DALAM ASI

ASI mengandung lebih dari 200 unsur –unsur pokok antara lain zat putih telur, lemak,

karbohidrat, vitamin, mineral, factor pertumbuhan, hormon, enzim, zat kekebalan, dan sel darah

putih. Komposisi cairan tersebut mempunyai keseimbangan biokimia yang sangat tepat untuk

pertumbuhan bayi sehingga tidak mungkin ditiru oleh buatan manusia.

Hal –hal yang perlu diperhatikan dalam ASI adalah :

1. ASI berbeda dengan susu sapi

2. ASI berbeda dari satu ibu ke ibu lain

3. komposisi ASI tidak sama dari waktu ke waktu

4. Komposisi ASI dari satu ibu berbeda dari hari ke hari bahkan dari menit ke menit.

Komposisi ASI dibedakan menjadi 3 yaitu :

1. ASI Colostrum

Dihasilkan pada hari 1-3 , berwarna kekuningan dan agak kental, bentuk agak kasar karena

mengandung butiran lemak dan sel epitel. Manfaat kolostrum adalah:

a. Sebagai pembersih selaput usus BBL sehingga saluran pencernaan siap untuk

menerima makanan

b. Mengandung kadar protein yang tinggi terutama gamma globulin sehingga dapat

memberikan perlindungan tubuh terhadap infeksi

c. Mengandung zat antibody sehingga mampu melindungi tubuh bayi dari berbagai

penyakit infeksi untuk jangka waktu sampai 6 bulan.

2. ASI Peralihan (ASI Masa Transisi

Dihasilkan mulai hari ke-4 sampai hari ke-10

3. ASI Mature

Dihasilkan mulai hari ke-10 sampai seterusnya.

F. UPAYA MEMPERBANYAK ASI

Cara yang terbaik untuk menjamin pengeluaran ASI adalah dengan mengusahakan agar

setiap kali menyusui payudara benar –benar telah menjadi kosong. Karena dengan

Asuhan Kebidanan Nifas 15

pengosongan payudara akan merangsang kelenjar payudara untuk memproduksi ASI. Selama

menyusui ekslusif ibu harus mendapat 700 kalori pada 0-4 bulan pertama, 500 kalori pada 6

bulan berikutnya dan pada tahun kedua adalah 400 kalori.

Berikut ini adalah beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk memperbanyak produksi ASI :

1. Pada minggu –minggu pertama harus lebih sering menyusui untuk merangsang produksi

ASI

2. Motivasi untuk pemberian ASI sedini mungkin yaitu 30 menit segera setelah bayi lahir

3. Membina ikatan batin antara ibu dan bayi dengan cara membiarkan bayi bersama ibunya

segera setelah bayi dilahirkan

4. Bidan mengajari cara perawatan payudara

5. Berikan bayi kedua payudara pada setiap kali menyusui

6. Biarkan bayi menghisap lama pada tiap payudara

7. Jangan terburu-buru memberi susu formula sebagai tambahan

8. Ibu dianjurkan untuk minum banyak baik berupa susu maupun air putih (8-10 gelas/hari)

/ 1 liter susu perhari untuk meningkatkan kualitas ASI.

9. Makanan ibu sehari-hari harus cukup dan berkualitas untuk menunjang pertumbuhan bayi

dan menjaga kesehatannya.

10.Ibu harus banyak istirahat dan banyak tidur

11.Bila jumlah ASI masih tidak cukup dapat dicoba untuk diberikan tablet Moloco B12

untuk menambah produksi ASI atau obat-obat lain sesuai petunjuk dokter. Pucuk daun

katuk dan sayuran asin membuat air susu lebih banyak keluar

12.Menghindari makanan yang menimbulkan kembung (ubi, singkong, kol, sawi dan daun

bawang), makanan yang merangsang (cabe, merica, jahe, kopi, alcohol), makanan yang

mengandung banyak gula dan lemak.

G. TANDA BAYI CUKUP ASI

1. Jumlah buang air kecilnya dalam satu hari paling sedikit 6 kali

2. Warna BAK tidak kuning pucat

3. Bayi sering BAB berwarna kekuningan berbiji

4. Bayi kelihatan puas sewaktu-waktu merasa lapar bangun dan tidur dengan cukup

5. Bayi paling sedikit menyusu 10 kali dalam 24 jam

6. Payudara ibu terasa lembut setiap kali selesai menyusui

7. Ibu dapat merasakan geli karena aliran ASI setiap kali bayi mulai menyusu

8. Ibu dapat mendengar suara menelan yang pelan ketika bayi menelan ASI

9. Bayi bertambah berat badannya

10. Sesudah menyusu tidak memberikan reaksi apabila dirangsang /disentuh pipinya bayi tidak

mencari arah sentuhan.

Asuhan Kebidanan Nifas 16

11. Bayi tumbuh dengan baik dengan kriteria :

a. Setelah 2 minggu setelah kelahiran berat badan lahir tercapai kembali

b. Bayi tidak mengalami dehidrasi dengan kriteria : Kulit lembab dan kenyal, turgor kulit

negatif.

c. Penurunan BB faali selama 2 minggu tidak melebihi 10% BB waktu lahir

d. Usia 5-6 bulan BB = 2X BBL. Usia 1 tahun BB=3X BBL. Usia 2 Tahun BB= 4X

BBL.Selanjutnya mengalami kenaikan 2 kg/ tahun (sesuai dengan kurve dalam KMS)

e. BB usia 3 bulan + 20% BBL = BB Usia 1 tahun + 50% BBL

H. TANDA BAYI MENYUSU DENGAN BENAR

1. Bayi tampak tenang

2. Badan bayi menempel pada perut ibu

3. Mulut bayi terbuka lebar

4. Dagu menempel pada payudara ibu

5. Sebagian besar areola payudara masuk ke mulut bayi

6. Bayi tampak mengisap kuat dengan irama perlahan

7. Puting susu ibu tidak terasa nyeri

8. Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus

9. Kepala tidak menengadah

I. CARA MERAWAT PAYUDARA

Mengajarkan cara merawat payudara yang sehat pada ibu untuk mencegah masalah umum

yang timbul.

Tujuan dari perawatan payudara untuk melancarkan sirkulasi darah dan mencegah tersumbatnya

saluran susu, sehingga pengeluaran ASI lancar. Perawatan payudara dilakukan sedini mungkin,

bahkan tidak menutup kemungkinan perawatan payudara sebelum hamil sudah mulai dilakukan.

Sebelum menyentuh puting susu, pastikan tangan ibu selalu bersih dan cuci tangan sebelum

menyusui. Kebersihan payudara paling tidak dilakukan minimal satu kali dalam sehari, dan tidak

diperkenankan mengoleskan krim, minyak, alkohol ataupun sabun pada puting susunya.

Pengertian

Perawatan payudara adalah suatu cara yang dilakukan untuk merawat payudara agar air susu

keluar dengan lancar.

Asuhan Kebidanan Nifas 17

Cara melakukan perawatan payudara ibu menyusui

1. Persiapan alat

Alat yang dibutuhkan :

#Handuk

# Kapas

# Minyak kelapa / baby oil

# Waslap

# Baskom (masing-masing berisi: air hangat dan dingin)

2. Prosedur pelaksanaan;

a. Buka pakaian ibu

b. .Letakkan handuk diatas pangkuan ibu dan tutuplah payudara dengan handuk.

c. Buka handuk pada daerah payudara.

d. Kompres putting susu dengan menggunakan kapas minyak selama 3-5 menit.

e. Bersihkan dan tariklah putting susu keluar terutama untuk putting susu yang datar.

f. Ketuk-ketuk sekeliling putting susu dengan ujung-ujung jari.

g. Kedua telapak tangan dibasahi dengan minyak kelapa

h. Kedua telapak tangan diletakkankan diantara kedua payudara

i. Pengurutan dimulai kearah atas, samping, telapak tangan kiri kearah sisi kiri, telapak

tangan kanan kearah sisi kanan

j. Pengurutun diteruskan samping,selanjutnya melintang, telapak tangan mengurut

kedepan kemudian dilepas dari kedua payudara.

k. Telapak tangan kanan kiri menopang payudara kiri, kemudian jari-jari tangan kanan

sisi kelingking mengurut payudara kearah putting susu.

l. Telapak tangan kanan menopang payudara dan tangan lainnya menggengam dan

mengurut payudara dari arah pangkal ke arah putting susu.

m. Payudara disiram dengan air hangat dan dingan secara bergantian kira-kira 5 menit (

air hangat dahulu)

n. Keringkan dengan handuk

o. Pakailah BH khusus untuk ibu menyusui (BH yang menyangga payudara).

3. Keuntungan menyusui

Bayi akan memperoleh makanan yang terbaik yaitu ASI Praktis, tidak merepotkan karena

ibu tidak harus menyediakan minum untuk bayi, seperti mengencerkan susu, menghangatkan

susu, mencuci alat-alat minuman dan lain-lain. Tidak memerlukan biaya karena ibu tidak perlu

membeli susu untuk bayi serta alat-alat yang diperlukan seperti : botol alat pengencer dan lain-

lain. Menyusu dapat mempererat hubungan kasih sayang antara ibu dan anak

Manfaat Perawatan Payudara

Asuhan Kebidanan Nifas 18

Menjaga kebersihan payudara, terutama kebesihan putting susu agar terhindar dari infeksi

Melunakkan serta memperbaiki bentuk putting susu sehingga bayi dapat menyusu dengan baik

Merangsang kelenjar-kelenjar air susu sehingga produksi asi lancer Mengetahui secara dini

kelainan putting susu dan melakukan usaha-usaha untuk mengatasinya Persiapan psikis ibu

menyusui

J. MASALAH DALAM PEMBERIAN ASI

Masalah Menyusui Pada Bayi

Masalah pada bayi dapat berupa bayi sering menangis, bingung puting, bayi dengan kondisi

tertentu seperti BBLR, ikterus, bibir sumbing, bayi kembar, bayi sakit, bayi dengan lidah

pendek (lingual frenulum), bayi yang memerlukan perawatan.

Bayi Sering Menangis

Tangisan bayi dapat dijadikan sebagai cara berkomuniksi antara ibu dan buah hati. Pada saat bayi

menangis, maka cari sumber penyebabnya. Dan yang paling sering karena kurang ASI.

Bayi Bingung Puting (Nipple Confusion)

Bingung Puting (Nipple Confusion) terjadi akibat pemberian susu formula dalam botol yang berganti-

ganti. Hal ini akibat mekanisme menyusu pada puting susu ibu berbeda dengan mekanisme menyusu

pada botol. Menyusu pada ibu memerlukan kerja otot-otot pipi, gusi, langit-langit dan lidah.

Sedangkan menyusu pada botol bersifat pasif, tergantung pada faktor pemberi yaitu kemiringan botol

atau tekanan gravitasi susu, besar lubang dan ketebalan karet dot.

Tanda bayi bingung puting antara lain:

1. Bayi menolak menyusu

2. Isapan bayi terputus-putus dan sebentar-bentar

3. Bayi mengisap puting seperti mengisap dot

Hal yang perlu diperhatikan agar bayi tidak bingung puting antara lain:

1. Berikan susu formula menggunakan sendok ataupun cangkir.

Bayi dengan BBLR dan Bayi Prematur

Asuhan Kebidanan Nifas 19

Bayi dengan berat badan lahir rendah, bayi prematur maupun bayi kecil mempunyai masalah

menyusui karena refleks menghisapnya lemah. Oleh karena itu, harus segera dilatih untuk menyusu.

Bila bayi dirawat di rumah sakit, harus lebih sering dijenguk, disentuh dengan kasih sayang dan bila

memungkinkan disusui.

Bayi dengan Ikterus

Ikterik pada bayi sering terjadi pada bayi yang kurang mendapatkan ASI. Ikterik dini terjadi pada

bayi usia 2-10 hari yang disebabkan oleh kadar bilirubin dalam darah tinggi.

Untuk mengatasi agar tidak terjadi hiper bilirubinemia pada bayi maka:

1. Segeralah menyusui bayi setelah lahir.

2. Menyusui bayi, sesering mungkin tanpa jadwal dan on demand.

Oleh karena itu, menyusui dini sangat penting karena bayi akan mendapat kolustrum. Kolustrum

membantu bayi mengeluarkan mekonium, bilirubin dapat dikeluarkan melalui feses sehingga

mencegah bayi tidak kuning.

Bayi dengan Bibir Sumbing

Bayi dengan bibir sumbing tetap masih bisa menyusu. Pada bayi dengan bibir sumbing pallatum

molle (langit-langit lunak) dan pallatum durum (langit-langit keras), dengan posisi tertentu masih

dapat menyusu tanpa kesulitan. Meskipun bayi terdapat kelainan, ibu harus tetap menyusui karena

dengan menyusui dapat melatih kekuatan otot rahang dan lidah.

Anjuran menyusui pada keadaan ini dengan cara:

1. Posisi bayi duduk.

2. Saat menyusui, puting dan areola dipegang.

3. Ibu jari digunakan sebagai penyumbat celah pada bibir bayi.

4. Asi perah diberikan pada bayi dengan labiopalatoskisis (sumbing pada bibir dan langit-

langit).

Bayi Kembar

Posisi yang dapat digunakan pada saat menyusui bayi kembar adalah dengan posisi memegang bola

(football position). Pada saat menyusui secara bersamaan, bayi menyusu secara bergantian. Susuilah

bayi sesering mungkin. Apabila bayi ada yang dirawat di rumah sakit, berikanlah ASI peras dan

Asuhan Kebidanan Nifas 20

susuilah bayi yang ada dirumah. Agar ibu dapat beristirahat maka sebaiknya mintalah bantuan pada

anggota keluarga atau orang lain untuk mengasuh bayi Anda.

Bayi Sakit

Bayi sakit dengan indikasi khusus tidak diperbolahkan mendapatkan makanan per oral, tetapi pada

saat kondisi bayi sudah memungkinkan maka berikan ASI. Menyusui bukan kontraindikasi pada bayi

sakit dengan muntah-muntah ataupun diare. Posisi menyusui yang tepat dapat mencegah timbulnya

muntah, antara lain dengan posisi duduk. Berikan ASI sedikit tapi sering kemudian sendawakan.

Pada saat bayi akan ditidurkan, posisikan tengkurap atau miring kanan untuk mengurangi bayi

tersedak karena regurgitasi.

Bayi dengan Lidah Pendek (Lingual Frenulum)

Bayi dengan lidah pendek atau lingual frenulum (jaringan ikat penghubung lidah dan dasar mulut)

yang pendek dan tebal serta kaku tak elastis, sehingga membatasi gerak lidah dan bayi tidak dapat

menjulurkan lidahnya untuk “mengurut” puting dengan optimal.

Akibat lidah bayi tidak sanggup “memegang” puting dan areola dengan baik, maka proses laktasi

tidak dapat berjalan dengan sempurna. Oleh karena itu, ibu dapat membantu dengan menahan kedua

bibir bayi segera setelah bayi dapat “menangkap” putting dan areola dengan benar. Kemudian posisi

kedua bibir bayi dipertahankan agar tidak berubah-ubah.

Bayi yang Memerlukan Perawatan

Pada saat bayi sakit dan memerlukan perawatan, padahal bayi masih menyusu, sebaiknya ibu tetap

merawat dan memberikan ASI. Apabila tidak terdapat fasilitas, maka ibu dapat memerah ASI dan

menyimpannya. Cara penyimpanan ASI perahpun juga perlu diperhatikan, agar tidak mudah basi.

Menyusui dalam Keadaan Darurat

Masalah pada keadaan darurat misalnya: kondisi ibu yang panik sehingga produksi ASI dapat

berkurang; makanan pengganti ASI tidak terkontrol.Rekomendasi untuk mengatasi keadaan darurat

tersebut antara lain: pemberian ASI harus dilindungi pada keadaan darurat, pemberian makanan

pengganti ASI (PASI) dapat diberikan dalam kondisi tertentu dan hanya pada waktu dibutuhkan; bila

memungkinkan pemberian PASI tidak menggunakan botol.

Asuhan Kebidanan Nifas 21

Masalah Menyusui Masa Pasca Persalinan Lanjut

Masalah yang timbul pada periode ini adalah :

1. Sindrom ASI kurang.

2. Ibu bekerja.

Sindrom ASI Kurang

Masalah sindrom ASI kurang diakibatkan oleh kecukupan bayi akan ASI tidak terpenuhi sehingga

bayi mengalami ketidakpuasan setelah menyusu, bayi sering menangis atau rewel, tinja bayi keras

dan payudara tidak terasa membesar. Namun kenyataannya, ASI sebenarnya tidak kurang. Sehingga

terkadang timbul masalah bahwa ibu merasa ASInya tidak mencukupi dan ada keinginan untuk

menambah dengan susu formula. Kecukupan ASI dapat dinilai dari penambahan berat badan bayi

secara teratur, frekuensi BAK paling sedikit 6 kali sehari.

Cara mengatasi masalah tersebut, sebaiknya disesuaikan dengan penyebabnya. Hal yang dapat

menyebabkan sindrom kekurangan ASI antara lain:

1. Faktor teknik menyusui, antara lain masalah frekuensi, perlekatan, penggunaan dot/botol,

tidak mengosongkan payudara.

2. Faktor psikologis: ibu kurang percaya diri, stress.

3. Faktor fisik, antara lain: penggunaan kontrasepsi, hamil, merokok, kurang gizi.

4. Faktor bayi, antara lain: penyakit, abnormalitas, kelainan kongenital.

Oleh karena itu, diperlukan kerjasama antara ibu dan bayi sehingga produksi ASI dapat meningkat

dan bayi dapat memberikan isapan secara efektif.

Ibu Bekerja

Ibu yang bekerja bukan menjadi alasan tidak dapat menyusui bayinya. Banyak cara yang dapat

digunakan untuk mengatasi hal tersebut, antara lain :

1. Bawalah bayi anda jika tempat kerja ibu memungkinkan.

2. Menyusui sebelum berangkat bekerja.

3. Perahlah ASI sebagai persediaan di rumah sebelum berangkat bekerja.

4. Di tempat kerja, ibu dapat mengosongkan payudara setiap 3-4 jam.

5. ASI perah dapat disimpan di lemari es atau freezer.

6. Pada saat ibu di rumah, susuilah bayi sesering mungkin dan rubah jadwal menyusui.

7. Minum dan makan makanan yang bergizi serta cukup istirahat selama bekerja dan menyusui.

Asuhan Kebidanan Nifas 22

Gambar . ASI perah

Masalah Menyusui Pada Keadaan Khusus

Masalah yang timbul pada periode ini adalah :

1. Ibu melahirkan dengan bedah sesar.

2. Ibu sakit.

3. Ibu penderita hepatitis (HbsAg +) dan ibu penderita HIV/AIDS (+).

4. Ibu penderita TBC paru.

5. Ibu penderita diabetes.

6. Ibu yang memerlukan pengobatan.

7. Ibu hamil.

Ibu Melahirkan dengan Bedah Sesar

Meskipun seorang ibu menjalani persalinan sesar tetapi ada juga yang mempunyai keinginan kuat

untuk tetap memberikan ASI pada bayinya. Namun demikian, ada beberapa keadaan yang dapat

mempengaruhi ASI baik langsung maupun tidak langsung antara lain: pengaruh pembiusan saat

operasi, psikologi ibu.Ibu dengan pasca persalinan sesar tetap dapat memberikan ASI nya. Hal yang

perlu diperhatikan pada kondisi ini adalah :

1. Mintalah segera mungkin untuk dapat menyusui.

2. Cari posisi yang nyaman untuk menyusui seperti : lying flat on your back, clutch (football)

hold, side lying, cross cradle (transition) hold.

3. Mintalah dukungan dari keluarga.

4. Berdoa dan yakinlah bahwa ibu dapat memberikan ASI.

Ibu Sakit

Ibu sakit bukan merupakan alasan untuk berhenti menyusui. Justru dengan tetap menyusui, ASI akan

melindungi bayi dari penyakit. Perlu diperhatikan, pada saat ibu sakit diperlukan bantuan dari orang

Asuhan Kebidanan Nifas 23

lain untuk mengurus bayi dan rumah tangga. Dengan harapan, ibu tetap mendapatkan istirahat yang

cukup.

Periksalah ke tenaga kesehatan terdekat, untuk mendapatkan pengobatan yang tidak mempengaruhi

ASI maupun bayi.

Ibu Penderita HIV/AIDS (+) dan Hepatitis (HbsAg +)

Masih ada perbedaan pandangan mengenai penularan penyakit HIV/AIDS atau Hepatitis melalui ASI

dari ibu penderita kepada bayinya. Ada yang berpendapat bahwa ibu penderita HIV/AIDS atau

Hepatitis tidak diperkenankan untuk menyusui. Namun demikian, WHO berpendapat: ibu penderita

tetap dianjurkan memberikan ASI kepada bayinya dengan berbagai pertimbangan. Antara lain: alasan

ekonomi, aspek kesehatan ibu.

Ibu Penderita TBC Paru

Pada ibu penderita TBC paru tetap dianjurkan untuk menyusui, karena kuman TBC tidak ditularkan

melalui ASI. Ibu tetap diberikan pengobatan TBC paru secara adekuat dan diajarkan cara pencegahan

pada bayi dengan menggunakan masker. Bayi diberikan INH sebagai profilaksis. Pengobatan pada

ibu dilakukan kurang lebih 3 bulan kemudian dilakukan uji Mantoux pada bayi. Bila hasil negatif

terapi INH dihentikan dan imunisasi bayi dengan vaksinasi BCG.

Ibu Penderita Diabetes

Bayi tetap diberikan ASI, namun kadar gula darahnya tetap dimonitor.

Ibu yang Memerlukan Pengobatan

Banyak dijumpai pada ibu menyusui yang meminum obat-obatan dikarenakan sakit menghentikan

pemberian ASI nya. Dengan alasan, obat-obatan yang ibu minum mengganggu bayi dan kadar ASI.

Namun demikian, ada jenis obat-obatan tertentu yang sebaiknya tidak diberikan pada ibu menyusui.

Apabila ibu memerlukan obat, berikan obat yang masa paruh obat pendek dan mempunyai rasio ASI-

plasma kecil atau dicari obat alternatif yang tidak berakibat pada bayi maupun ASI.

Ibu Hamil

Pada saat ibu masih menyusui, terkadang hamil lagi. Dalam hal ini tidak membahayakan bagi ibu

maupun bayi, asalkan asupan gizi pada saat menyusui dan hamil terpenuhi. Namun demikian, perlu

dipertimbangkan adanya hal-hal yang dapat dialami antara lain: puting susu lecet, keletihan, ASI

berkurang, rasa ASI berubah dan dapat terjadi kontraksi uterus dari isapan bayi.

Asuhan Kebidanan Nifas 24

MASALAH-MASALAH DALAM MENYUSUI

Kegagalan dalam proses menyusui sering disebabkan karena timbulnya beberapa masalah, baik

masalah pada ibu maupun pada bayi. Pada sebagian ibu yang tidak paham masalah ini, kegagalan

menyusui sering dianggap problem pada anak saja.Masalah dari ibu yang timbul selama menyusui dapat

dimulai sejak sebelum persalinan(periode antenatal), pada masa pasca persalinan dini, dan pasca masa

persalinan lanjut.

Masalah menyusui dapat pula diakibatkan karena keadaan khusus. Selain itu ibu sering benar

mengeluhkan bayinya sering menangis, ayau “menolak” menyusu, dsb yang sering diartikan bahwa

ASInya tidak cukup, atau ASInya tidak enak, tidak baik atau apapun pendapatnya sehingga sering

menyebabkan diambilnya keputusan untuk menghentikan menyusui.

Masalah pada bayi umumnya berkaitan dengan manajemen laktasi, sehingga bayi sering menjadi

“bingung puting” atau sering menangis, yang sering diinterprestasikan oleh ibu dan keluarga bahwa ASI

tidak tepat untuk bayinya.

A. Masalah Menyusui Masa Antenatal

Pada masa antenatal, masalah yang sering timbul adalah: kurang/salah informasi

putting susu terbenam (retracted) atau putting susu datar.

Kurang / salah informasi

Banyak ibu yang merasa bahwa susu formula itu sama baiknya atau malah lebih baik dari ASI

sehingga cepat menambah susu formula bila merasa bahwa ASI kurang.

Petugas kesehatanpun masih banyak yang tidak memberikan informasi pada saat pemeriksaan

kehamilan atau saat memulangkan bayi. Sebagai contoh, banyak ibu/petugas kesehatan yang tidak

mengetahui bahwa:

Bayi pada minggu-minggu pertama defekasinya encer dan sering, sehingga dikatakan bayi

menderta diare dan sering kali petugas kesehatan menyuruh menghentikan menyusui.

Padahal sifat defekasi bayi yang mendapat kolostrum memang demikian karena kolostrum

bersifat sebagai laksans.

ASI belum keluar pada hari pertama sehingga bayi dianggap perlu diberikan minuman lain,

padahal bayi yang baru lahir cukup bulan dan sehat mempunyai persediaan kalori dan cairan

yang dapat mempertahankannya tanpa minuman selama beberapa hari. Disamping itu,

pemberian minuman sebelum ASI keluar akan memperlambat pengeluaran ASI oleh bayi

menjadi kenyang dan malas menyusu.

Asuhan Kebidanan Nifas 25

Karena payudara berukuran kecil dianggap kurang menghasilkan ASI padahal ukuran

payudara tidak menentukan apakah produksi ASI cukup atau kurang karena ukuran

ditentukan oleh banyaknya lemak pada payudara sedangkan kelenjar penghasil ASI sama

banyaknya walaupun payudara kecil dan produksi ASI dapat tetap mencukupi apabila

manajemen laktasi dilaksanakan dengan baik dan benar.

Informasi yang perlu diberikan kepada ibu hamil/menyusui antara lain meliputi :

Fisiologi laktasi

Keuntungan pemberian ASI

Keuntungan rawat gabung

Cara menyusui yang baik dan benar

Kerugian pemberian susu formula

Menunda pemberian makanan lainnya paling kurang setelah 6 bulan.

Putting susu datar atau terbenam

Putting yang kurang menguntungkan seperti ini sebenarnya tidak selalu menjadi masalah. Secara

umum ibu tetap masih dapat menyusui bayinya dan upaya selamaantenatal umumnya kurang

berfaedah, misalnya dengan memanipulasi Hofman, menarik-nerik puting, ataupun penggunaan brest

shield dan breast shell. Yang paling efisien untuk memperbaiki keadaan ini adalah isapan langsung

bayi yang kuat. Maka sebaiknya tidak dilakukan apa-apa, tunggu saja sampai bayi lahir, segera

setelah pasca lahir lakukan :

Skin-to-skin kontak dan biarkan bayi mengisap sedini mungkin

Biarkan bayi “mencari” putting kemudian mengisapnya, dan bila perlu coba berbagai posisi

untuk mendapat keadaan yang paling menguntungkan. Rangsang putting biar dapat “keluar”

sebelum bayi “mengambil”nya.

Apabila putting benar-benar tidak bisa muncul, dapat “ditarik” dengan pompaputting susu

(nipple puller), atau yang paling sederhana dengan sedotan spuit yang dipakai terbalik.

Jika tetap mengalami kesulitan, usahakan agar bayi tetap disusui dengan sedikit penekanan

pada areola mammae dengan jari sehingga terbentuk dot ketika memasukkan putting susu ke

dalam mulut bayi.

Bila terlalu penuh ASI dapat diperas dahulu dan diberikan dengan sendok atau cangkir, atau

teteskan langsung ke mulut bayi. Bila perlu lakukan ini hingga 1-2 minggu.

B. Masalah Menyusui Pada Masa Pasca Persalinan Dini

Pada masa ini, kelainan yang sering terjadi antara lain : putting susu datar, atau terbenam, putting

susu lecet, payudara bengkak, saluran susu tersumbat dan mastitis atau abses.

Asuhan Kebidanan Nifas 26

Puting Susu Lecet (Abraded and or cracked nipple)

Puting susu lecet dapat disebabkan trauma pada puting susu saat menyusui, selain itu dapat pula

terjadi retak dan pembentukan celah-celah. Retakan pada puting susu bisa sembuh sendiri dalam

waktu 48 jam.

Penyebab

1. Teknik menyusui yang tidak benar.

2. Puting susu terpapar oleh sabun, krim, alkohol ataupun zat iritan lain saat ibu membersihkan

puting susu.

3. Moniliasis pada mulut bayi yang menular pada puting susu ibu.

4. Bayi dengan tali lidah pendek (frenulum lingue).

5. Cara menghentikan menyusui yang kurang tepat.

Penatalaksanaan

1. Cari penyebab puting susu lecet.

2. Bayi disusukan lebih dulu pada putting susu yang normal atau lecetnya sedikit.

3. Tidak menggunakan sabun, krim, alkohol ataupun zat iritan lain saat membersihkan payudara.

4. Menyusui lebih sering (8-12 kali dalam 24 jam).

5. Posisi menyusui harus benar, bayi menyusu sampai ke kalang payudara dan susukan secara

bergantian diantara kedua payudara.

6. Keluarkan sedikit ASI dan oleskan ke puting yang lecet dan biarkan kering.

7. Pergunakan BH yang menyangga.

8. Bila terasa sangat sakit boleh minum obat pengurang rasa sakit.

9. Jika penyebabnya monilia, diberi pengobatan dengan tablet Nystatin.

Asuhan Kebidanan Nifas 27

Gambar. Puting susu lecet/ cracked nipple

K. CARA MENYUSUI YANG BENAR

Teknik Menyusui

Pengertian Teknik Menyusui Yang Benar

Teknik Menyusui Yang Benar adalah cara memberikan ASI kepada bayi dengan perlekatan dan posisi ibu

dan bayi dengan benar (Perinasia, 1994).

Pembentukan dan Persiapan ASI

Persiapan memberikan ASI dilakukan bersamaan dengan kehamilan. Pada kehamilan, payudara semakin

padat karena retensi air, lemak serta berkembangnya kelenjar-kelenjar payudara yang dirasakan tegang

dan

sakit. Bersamaan dengan membesarnya kehamilan, perkembangan dan persiapan untuk memberikan ASI

makin tampak. Payudara makin besar, puting susu makin menonjol, pembuluh darah makin tampak, dan

aerola mamae makin menghitam.

Persiapan memperlancar pengeluaran ASI dilaksanakan dengan jalan :

1. Membersihkan puting susu dengan air atau minyak, sehingga epitel yang lepas tidak menumpuk.

2. Puting susu ditarik-tarik setiap mandi, sehingga menonjol untuk memudahkan isapan bayi.

3. Bila puting susu belum menonjol dapat memakai pompa susu atau dengan jalan operasi.

Posisi dan perlekatan menyusui

Asuhan Kebidanan Nifas 28

Terdapat berbagai macam posisi menyusui. Cara menyususi yang tergolong biasa dilakukan adalah

dengan duduk, berdiri atau berbaring.

Gambar 1. Posisi menyusui sambil berdiri yang benar (Perinasia, 1994)

Gambar 2. Posisi menyusui sambil duduk yang benar (Perinasia, 1994)

Gambar 3. Posisi menyusui sambil rebahan yang benar (Perinasia, 1994)

Ada posisi khusus yang berkaitan dengan situasi tertentu seperti ibu pasca operasi sesar. Bayi

diletakkan disamping kepala ibu dengan posisi kaki diatas. Menyusui bayi kembar dilakukan dengan

cara seperti

memegang bola bila disusui bersamaan, dipayudara kiri dan kanan. Pada ASI yang memancar

(penuh), bayi ditengkurapkan diatas dada ibu, tangan ibu sedikit menahan kepala bayi, dengan posisi

ini bayi tidak tersedak.

Asuhan Kebidanan Nifas 29

Gambar 4. Posisi menyusui balita pada kondisi normal (Perinasia, 1994)

Gambar 5. Posisi menyusui bayi baru lahir yang benar di ruang perawatan (Perinasia, 2004)

Gambar 6. Posisi menyusui bayi baru lahir yang benar di rumah (Perinasia, 2004)

Gambar 7. Posisi menyusui bayi bila ASI penuh (Perinasia, 2004)

Gambar 8. Posisi menyusui bayi kembar secara bersamaan (Perinasia, 2004)

Asuhan Kebidanan Nifas 30

Langkah-langkah menyusui yang benar

Cuci tangan yang bersih dengan sabun, perah sedikit ASI dan oleskan disekitar putting, duduk dan

berbaring dengan santai.

Gambar 9. Cara meletakan bayi (Perinasia, 2004)

Gambar 10. Cara memegang payudara (Perinasia, 2004)

Bayi diletakkan menghadap ke ibu dengan posisi sanggah seluruh tubuh bayi, jangan hanya leher dan

bahunya saja, kepala dan tubuh bayi lurus, hadapkan bayi ke dada ibu, sehingga hidung bayi

berhadapan dengan puting susu, dekatkan badan bayi ke badan ibu, menyetuh bibir bayi ke puting

susunya dan menunggu sampai mulut bayi terbuka lebar.

Gambar 11. Cara merangsang mulut bayi (Perinasia, 2004)

Segera dekatkan bayi ke payudara sedemikian rupa sehingga bibir bawah bayi terletak di bawah

puting susu

Asuhan Kebidanan Nifas 31

Cara melekatkan mulut bayi dengan benar yaitu dagu menempel pada payudara ibu, mulut bayi

terbuka lebar dan bibir bawah bayi membuka lebar.

Gambar 12. Perlekatan benar (Perinasia, 2004)

Gambar 13. Perlekatan salah (Perinasia, 2004)

Cara pengamatan teknik menyusui yang benar

Menyusui dengan teknik yang tidak benar dapat mengakibatkan puting susu menjadi lecet, ASI tidak

keluar optimal sehingga mempengaruhi produksi ASI selanjutnya atau bayi enggan menyusu.

Apabila bayi telah

menyusui dengan benar maka akan memperlihatkan tanda-tanda sebagai berikut :

1. Bayi tampak tenang.

2. Badan bayi menempel pada perut ibu.

3. Mulut bayi terbuka lebar.

4. Dagu bayi menmpel pada payudara ibu.

5. Sebagian areola masuk kedalam mulut bayi, areola bawah lebih banyak yang masuk.

6. Bayi nampak menghisap kuat dengan irama perlahan.

7. Puting susu tidak terasa nyeri.

8. Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus.

9. Kepala bayi agak menengadah.

Asuhan Kebidanan Nifas 32

Gambar 14. Teknik menyusui yang benar (Perinasia, 2004)

Lama dan frekuensi menyusui

Sebaiknya dalam menyusui bayi tidak dijadwal, sehingga tindakan menyusui bayi dilakukan di setiap

saat bayi membutuhkan, karena bayi akan menentukan sendiri kebutuhannya. Ibu harus menyusui

bayinya bila

bayi menangis bukan karena sebab lain (kencing, kepanasan/kedinginan atau sekedar ingin didekap)

atau ibu sudah merasa perlu menyusui bayinya. Bayi yang sehat dapat mengosongkan satu payudara

sekitar 5-7 menit dan ASI dalam lambung bayi akan kosong dalam waktu 2 jam. Pada awalnya, bayi

tidak memiliki pola yang teratur dalam menyusui dan akan mempunyai pola tertentu setelah 1 – 2

minggu kemudian.

Menyusui yang dijadwal akan berakibat kurang baik, karena isapan bayi sangat berpengaruh pada

rangsangan produksi ASI selanjutnya. Dengan menyusui tanpa jadwal, sesuai kebutuhan bayi akan

mencegah timbulnya masalah menyusui. Ibu yang bekerja dianjurkan agar lebih sering menyusui

pada malam hari. Bila sering disusukan pada malam hari akan memicu produksi ASI.

Untuk menjaga keseimbangan besarnya kedua payudara maka sebaiknya setiap kali menyusui harus

dengan kedua payudara. Pesankan kepada ibu agar berusaha menyusui sampai payudara terasa

kosong, agar produksi ASI menjadi lebih baik. Setiap kali menyusui, dimulai dengan payudara yang

terakhir disusukan. Selama masa menyusui sebaiknya ibu menggunakan kutang (BH) yang dapat

menyangga payudara, tetapi tidak terlalu ketat.

Asuhan Kebidanan Nifas 33

Mengeluarkan ASI dengan tangan

Mengosongkan ASI dengan tangan merupakan cara mengeluarkan ASI yang paling baik, paling

dianjurkan, terlembut walaupun beberapa ibu mengalami kesukaran waktu pertama-tama

melakukannya. Dengan mempelajari cara yang benar dan latihan yang sering, mengeluarkan ASI

dengan tangan merupakan cara yang efektif, ekonomis dan cepat. Caranya :

Cuci tangan sampai bersih

Pegang cangkir yang bersih untuk menampung ASI

Condongkan badan ke depan dan sangga payudara dengan tangan

Letakkan ibu jari pada batas atas areola mammae dan letakkan jari telunjuk pada batas areola

bagian bawah sehingga berhadapan

Tekan kedua jari ini kedalam kearah dinding dada tanpa menggeser letak kedua jari tadi

Pijat daerah diantara kedua jari tadi kearah depan sehingga akan memeras dan mengeluarkan

ASI yang berada didalam sinus lactiferus

Ulangi gerakan tekan, pijat dan lepas beberapa kali

Setelah pancaran ASI berkurang pindahkan posisi ibu jari dan telunjuk tadi dengan cara

diputar pada sisi lain dari batas areola dengan kedua jari selalu berhadapan

Lakukan hal yang sama pada setiap posisi sehingga ASI akan terperah dari semua bagian

payudara

Jangan menekan, memijat atau menarik puting susu karena ini tidak akan mengeluarkan ASI

dan akan menyebabkan rasa sakit

Pilihan pompa untuk mengosongkan payudara

Ada dua macam bentuk pompa

Pompa manual/tangan

Pompa manual/tangan sering dipergunakan karena murah, potable, mudah dibersihkan dan umumnya

mudah digunakan. Ada beberapa tipe pompa manual, antara lain :

Tipe silindris

Pompa tipe ini efektif dan mudah dipakai, kekuatan tekanan isapan mudah dikontrol. Baik kedua

silinder maupun gerakan memompa berada dalam garis lurus. Terbuat dari palstik dengan tempat

penampungan ASI dibagian bawah silinder

Tipe silindris bersudut

Asuhan Kebidanan Nifas 34

Tipe ini sama dengan tipe silindris, tetapi silindris bersudut kebawah. Dengan gerakan piston yang

ditarik kebawah akan mudah mengontrol kekuatan tekanan isapan. ASI akan ditampung dibotol yang

ditempelkan di pompa.

Tipe kerucut gelas/plastik dan bola karet/tipe terompet (squeeze and bulb atau horn)

Tipe ini tidak dianjurkan untuk dipakai karena menyakitkan dan dapat menyebabkan kerusakan

puting susu serta jaringan payudara. Kekuatan takanan isap sukar diatur. Tipe ini juga sukar

dibersihkan dan disterilkan secara efektif.

Peras atau pompa ASI setiap 3-4 jam sekali secara teratur, agar produksi ASI tetap terjaga

Pilih waktu dimana payudara dalam keadaan penuh

Semua peralatan yang digunakan telah disterilkan terlebih dahulu. breast pump sebaiknya

dibersihkan segera setelah digunakan agar sisa susu tidak mengering dan sulit untuk

dibersihkan

Pompa elektrik

Beberapa macam pompa listrik sudah ada dibeberapa kota besar. Karena umumnya harganya sangat

mahal sehingga penggunaannya terbatas di rumah sakit-rumah sakit besar.

Cara mengosongkan payudara dengan pompa

Pilih tempat yang tenang dan nyaman pada saat memerah ASI, tempat yang ideal seharusnya

dimana ibu tidak diganggu oleh suara bel pintu atau telepon masuk.

Cuci tangan dengan sabun sedangkan payudara dibersihkan dengan air

Sebelum memulai pemerahan, minumlah air atau cairan lain, seperti : susu, jus, teh/kopi, sup,

disarankan minuman hangat agar membantu menstimulasi payudara

Saat memerah ASI, ibu harus dalam kondisi santai. Kondisi piskologis ibu sangat emnentukan

keberhasilan ASI eksklusif. Menurut hasil penelitian, lebih dari 80% kegagalan ibu menyusui

dalam memberikan ASI eksklusif adalah faktor psikologis ibu menyusui. Saat ibu memeras

ASI jangan tegang dan jangan ditargetkan berapa banyak ASI yang harus dikeluarkan

Jika ada masalah dalam ASI jangan ragu untuk menghubungi atau konsultasi ke bidan atau

klinik laktasI

Asuhan Kebidanan Nifas 35

Lama penyimpanan ASI setelah diperah

Jika ruangan tidak ber-AC, lama penyimpanan tidak lebih dari 4 jam. Jika ruangan ber AC

bisa sampai 6 jam. Suhu ruangan ber AC tersebut harus stabil, misalnya AC tidak mati sama

sekali selama botol ASI ada didalamnya.

Jika segera disimpan dilemari es, ASI ini bisa bertahan sampai 8 hari dalam suhu lemari es.

Syaratnya, ASI ditempatkan dalam ruangan terpisah dari bahan makanan lain

Jika lemari es tidak memiliki ruangan terpisah untuk penyimpanan botol ASI hasil pompa,

maka sebaiknya ASI jangan disimpan lebih dari 3×24 jam

Dapat juga membuat ruangan terpisah dengan cara menempatkan botol ASI dalam container

plastik yang tentunya dibersihkan terlebih dahulu

ASI hasil pompa dapat disimpan dengan aman pada suhu kamar maksimum 25ᴼC selama 4

jam, dalam lemari es pada suhu 4ᴼC dapat disimpan selama 72 jam, dalam pembeku/freezer

pada suhu -20ᴼC selama 3-6 bulan

Jangan lupa untuk selalu mencantumkan tanggal dilakukannya pemerahan ASI pada botol

susu

Cara menyimpan ASI hasil pompa atau perah

Simpan ASI dalam botol yang telah disterilkan terlebih dahulu

Botol yang paling baik sebenarnya adalah yang terbuat dari kaca

Jika terpaksa menggunakan botol plastik, pastikan plastiknya cukup kuat (tidak mudah

meleleh jika direndam dalam air panas)

Jangan menggunakan botol susu berwarna atau bergambar, karena ada kemungkinan catnya

meleleh jika terkena panas

Jangan lupa untuk membubuhkan label setiap kali ibu akan menyimpan botol ASI, dengan

mencantumkan tanggal dan jam ASI dipompa atau diperas

Simpan ASI dibotol yang tertutup rapat, jangan ditutup dengan dot, karena masih ada peluang

untuk berinteraksi dengan udara

Jika dalam satu hari ibu memompa atau memeras ASI beberapa kali, bisa saja ASI

digabungkan dalam satu botol yang sama, syaratnya suhu tempat botol disimpan harus stabil

Penggabungan hasil simpanan ini bisa dilakukan asalkan jangka waktu

pemompaan/pemerasan pertama sampai dengan terakhir tidak lebih dari 24 jam

Cara memberikan ASI yang sudah didinginkan pada bayi

Panaskan ASI dengan cara membiarkan botol dialiri air panas yang bukan mendidih yang

keluar dari keran

Asuhan Kebidanan Nifas 36

Atau merendam botol didalam baskom atau mangkuk yang berisi air panas yang bukan

mendidih

jangan sekali-kali memanaskan botol dengan cara mendidihkannya dalam panci,

menggunakan microwave atau alat pemanas lainnya karena beberapa zat kekebalan enzim

dapat berkurang, kecuali yang memang di desain untuk memanaskan botol simpanan ASI

Sesuaikan jumlah susu yang dipanaskan dengan kebiasaan bayi sekali minum

Ingat susu yang sudah dipanaskan tidak bisa disimpan

IV. EVALUASI

Diskusi :

1. Bila seorang ibu menyatakan bahwa ia ingin memberikan minum dari botol atau air, apa

yang anda katakan kepadanya !

2. Seorang ibu primipara sedang menyusui bayinya. Anda memperhatikan bahwa hanya ujung

putingnya saja yang masuk kedalam mulut bayi. Apa yang anda katakan dan lakukan !

V. REFERENSI

1. Arianto, 2004. Anatomi Payudara dan Fisiologi Payudara.

a. Diunduh Ahad, 6 September 2009; pukul 10:55 WIB

b. http://sobatbaru.blogspot.com/2009/02/anatomi-payudara-dan-fisiologi-

c. laktasi.html

http://botefilia.com/index.php/archives/2009/01/10/asi-laktasi/ diunduh Ahad, 6

d. September 2009; pukul 10:50 WIB

2. Bennet and Brown (1999). Myles Texbook for Midwives (13th Ed). UK London

3. Bahiyatun, 2009.Buku ajar asuhan kebidanan nifas normal. Jakarta : EGC

4. Dickason. E. J. (1998). Maternal – Infant Nursing (3rd Ed.)St.. Louis: Mosby

5. Eny Retna Ambarwati, Diah Wulandari.2008. Asuhan kebidanan nifas, Yogyakarta : Mitra

Cendekia

6. Pusdiknakes, WHO, JHPIEGO. (2001). Buku IV, Asuhan kebidanan pada Ibu Post Partum :

Jakarta

7. Olds SB, London ML & Ladewig PW. (2000). Maternal Newborn Nursing : A family and

Community- Based Approach. 6th Edition. New Jersey: Prentice Hall Health.

8. Reeder. S. J. (1997). Nursing, Family Health and reproduction (18th Ed. ) Philadelpia:

Lippincot – Raven

9. Saifudin AB. (2002). Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Matrenal dan Neonatal.

Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

10. Suherni, Hesty Widyasih, Anita Rahmawati.2009.Perawatan masa nifas, Yogyakarta : Fitramaya

11. WHO. (2001). Panduan Praktis maternal dan Neonatal. Jakarta

12. Women’s health Queensland Wide and Women’s Infolink. (1999). Understanding Postnatal

Disorder. Brisbane: Women’s health Queensland Wide

Asuhan Kebidanan Nifas 37

BAB III

RESPON ORANG TUA TERHADAP BAYI BARU LAHIR

I. TUJUAN PEMBELAJARAN UMUM

Setelah mempelajari bab ini peserta didik diharapkan mampu menjelaskan respon

orang tua pada bayi baru lahir.

II. TUJUAN PEMBELAJARAN KHUSUS

Setelah mempelajari bab ini peserta didik diharapkan mampu :

1. Menjelaskan tentang Bounding Attachment

2. Mengidentifikasi Respon Ayah dan Keluarga terhadap kehadiran bayi baru

lahir

3. Menjelaskan tentang sibling Rivalry

III. URAIAN MATERI

A. BOUNDING ATTACHMENT

Pengertian Bounding Attachment menurut bebrapa ahli adalah sebagai berikut

:

Interaksi orang tua dan bayi secara nyata baik fisik, emosi dan sensori

pada menit dan jam pertama setelah bayi lahir (Klause dan Kennel,

1983)

Bounding adalah Dimulainya interaksi emosi sensorik fisik antara

orang tua dan bayi segera setelah lahir (Nelson , 1986)

Attachment adalah ikatan yang terjalin diantara individu meliputi

pencurahan perhatian hubungan emosi dan fisik yang akrab (Nelson,

1986)

Bounding adalah terjadinya hubungan orang tua dan bayi sejak awal

kehidupan sedangkan attachment adalah pencurahan kasih sayang

diantara individu (Bennet and Brown, 1999)

Dari beberapa pengertian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa bounding

attachment adalah suatu ikatan yang terjadi antara orang tua dan bayi baru

lahir meliputi pemberian kasih saying, pencurahan perhatian yang saling tarik

menarik.

Perkembangan bayi yang normal sangat ditentukan oleh respon kasih sayang

antara ibu dengan bayi yang dilahirkan . Ikatan ibu dan anak dimulai sejak

Asuhan Kebidanan Nifas 38

anak belum dilahirkan dengan suatu perencanaan dan konfirmasi kehamilan

serta menerima janin yang tumbuh sebagai individu.

Interaksi yang pertama kali ditunjukkan orang tua saat kelahiran bayi adalah :

Sentuhan pada muka dan tungkai bayi secara halus dengan

tangan ibu

Sentuhan pada pipi

Tatapan mata antara ibu dan bayi

Tangis bayi

B. RESPON AYAH DAN KELUARGA

Respon terhadap bayi baru lahir berbeda antara ayah yang satu dengan

yang lainnya. Hal ini dapat dipengaruhi oleh : jumlah anak, ekonomi dll.

Respon ini bisa positif dan bisa juga negatif

1. RESPON POSITIF

a. Ayah dan keluarga menyambut kehadiran bayi dengan sangat sukacita

karena dianggap kehadirannya sebagai anugrah

b. Ayah bertambah giat dalam mencari nafkah

c. Terlibat dalam perawatan bayi sehari-hari

d. Lebih mencintai ibu yang melahirkan anak yang telah di idam-idamkan

e. Kontak mata, berbicara, memberi senyuman, bernyanyi

f. Menatap dan mencari ciri khas anak

g. Menunjukkan kebanggaan pada anak

h. Mengajak anak pada acara keluarga

2. RESPON NEGATIF

a. Tidak menginginkan kelahiran bayi karena jenis kelaminnya tidak sesuai

dengan yang diharapkan

b. Kurang bahagia karena kegagalan KB

c. Ayah merasa kurang diperhatikan karena perhatian ibu lebih tercurah ke

bayinya secara berlebihan

d. Faktor ekonomi mempengaruhi terhadap kecemasan dalam biaya hidup

sehari-hari

e. Melahirkan anak yang cacat sehingga menimbulkan rasa malu dan aib

keluarga

f. Anak yang dilahirkan dari hasil hubungan haram (anak haram)

Asuhan Kebidanan Nifas 39

RESPON IBU DAN BAYI

Respon ibu dan bayi mulai kontak awal hingga tahap perkembangan berikutnya

adalah :

a. Touch (Sentuhan)

Kontak yang dilakukan oleh ibu dengan memeriksa bagian tubuh byi

kemudian membelai dan menggenggam jemari tangannya sehingga terjadi

ikatan antara keduanya.

b. Eye to Eye Contact (Kontak Mata)

Kontak mata mempunyai efek yang erat terhadap perkembangan

dimulainya hubungan dan rasa percaya sebagai faktor yang penting dalam

hubungan manusia pada umumnya. Bayi baru lahir dapat memusatkan

pandangan pada jarak sekitar 20-25 cm dan mempunyai pandangan sama

seperti orang dewasa pada usia sekitar 4 bulan. Oleh karena itu penting

diperhatikan pada saat bidan memberikan asuhan pada bayi baru lahir

terutama dalam pemberian salep/ tetes mata pada bayi, sebaiknya ditunda

sampai beberapa waktu supaya tidak mengganggu kontak mata ibu dan bayi.

c. Odor (Bau Badan)

Bayi baru lahir dapat mengenali bau seseorang yang baru hadir yang

akan mempengaruhi detak jantung, pernafasannya. Pada akhir minggu pertama

bayi sudah dapat mengenali ibunya dari bau tubuh dan air susu ibunya.

d. Body Warm (Kehangatan tubuh)

Kontak antara ibu dan bayi secara skin to skin mempunyai banyak manfaat

yaitu selain untuk mencegah hipotermi (kedinginan) juga untuk membentuk

ikatan batin antara ibu dan bayi. Oleh karena itu segera setelah tali pusat di

potong bayi diletakkan diatas perut ibu.

e. Voice (suara)

Respon ibu dan bayi melalui suara masing-masing. Bayi mulai

mendengar suara ibunya sejak kehamilan ketika ibu mulai mengajak bicara

bayinya dalam kandungan. Ibu akan menanti tangisan bayinya karena dengan

tangisan bayi ibu akan merasa tenang karena bayinya hidup.

f. Entrainment (Gaya Bahasa)

Perkembangan bayi dalam bahasa dipengaruhi oleh kultur, dan struktur

pembicaraan dari orang dewasa. Selain itu gaya bahasa mengisyaratkan umpan

balik positif bagi orang tua dan membentuk komunikasi yang efektif.

Asuhan Kebidanan Nifas 40

g. Biorythmicity (Irama Kehidupan)

Janin dalam rahim akan menyesuaikan dengan irama alamiah ibunya

seperti dengan denyut jantung ibu. Setelah lahir bayi akan menyesuaikan

dengan irama dirinya sendiri. Orang tua bertugas memberikan perawatan

dengan penuh kasih sayang secara konsisten.

C. SIBLING RIVALRY

Sibling rivalry merupakan kecemburuan dan kemarahan yang lazim

terjadi pada anak karena kehadiran anggota keluarga baru dalam keluarga

yang dalam hal ini adalah saudara kandungnya (Bahiyatun, 2009).

Sibling rivalry adalah kompetisi antara saudara sekandung untuk

mendapatkan cinta kasih, afeksi dan perhatian dari satu atau kedua orang

tuanya atau untuk mendapatkan pengakuan atau sesuatu yang lebih (Suherni,

2009)

Sibling biasanya terjadi pada usia antara 5-11 tahun, bahkan diusia yang

kurang dari 5 tahun.

Penyebab Sibling Rivalry :

1. Kompetensi (kemampuan) kaitannya dengan kecemburuan

2. Ciri emosional yakni temperamen seperti halnya mudah bosan, mudah

frustasi atau sebaliknya

3. Sifat perasaan anak seusia sampai dengan usia 2-3 tahun yaitu apa

yang disenangi adalah miliknya

4. Kelemahan perkembangan seperti lemahnya kemampuan bahasa,

kurang bisanya dalam interaksi sosial

Peran Bidan dalam sibling Rivalry :

Membantu menciptakan terjadinya ikatan antara ibu dan bayinya

dalam jam pertama sesudah kelahiran

Memberikan dorongan pada ibu dan keluarga untuk memberikan

respon positif tentang bayinya baik melalui sikap maupun ucapan dan

tindakan.

Respon yang ditunjukkan oleh anak :

1. Memukul bayi (adiknya)

2. Mendorong bayi dari pangkuan ibunya

Asuhan Kebidanan Nifas 41

3. Menjauhkan puting susu dari mulut bayi

4. Secara verbal menginginkan bayi kembali ke perut ibu

5. Ngompol lagi

6. Kembali bergantung pada susu botol

7. Bertingkah agresif

Cara mengatasi perubahan sikap dan perlaku anak :

1. Mulai memperkenalkan pada organ reproduksi dan seksual

2. Beri penjelasan yang konkret tentang pertumbuhan bayi dalam rahim

dengan menunjukkan gambar sederhana tentang uterus dan

perkembangan janin

3. Beri kesempatan anak untuk ikut merasakan gerakan bayi

4. Libatkan anak dalam perawatan bayi

5. Beri pengertian mendasar tentang perubahan suasana rumah seperti

alas an pindah kamar

6. Lakukan aktifitas seperti biasa dan lakukan bersama dengan anak

seperti mendongeng sebelum tidur atau piknik bersama.

7. Bila terjadi konflik antara anak – anak yang menjurus pada kekerasan

fisik orang tua harus memisah dan tidak boleh menyalahkan salah satu

tapi keduanya dihargai. Cara memberikan nasehat melalui contoh-

contoh tetapi tidak langsung saat itu.

8. Jangan memberi tuduhan/cap tertentu tentang negatifnya sifat anak

9. Jika anak memperebutkan benda yang sama orang tua harus

memberikan teknik pengajaran agar keduanya dapat menggunakan

secara bergantian yang adil dan menggembirakan.

10. Orang tua tidak perlu campur tangan kecuali saat terdapat tanda-tanda

akan terjadi kekerasan fisik.

IV. EVALUASI

1. Jelaskan respon terhadap terjadinya sibling rivalry!

2. Jelaskan penyebab sibling!

Asuhan Kebidanan Nifas 42

V. REFERENSI

1. Bennet and Brown (1999). Myles Texbook for Midwives (13th Ed). UK London

2. Bahiyatun, 2009.Buku ajar asuhan kebidanan nifas normal. Jakarta : EGC

3. Dickason. E. J. (1998). Maternal – Infant Nursing (3rd Ed.)St.. Louis: Mosby

4. Eny Retna Ambarwati, Diah Wulandari.2008. Asuhan kebidanan nifas, Yogyakarta :

Mitra Cendekia

5. Pusdiknakes, WHO, JHPIEGO. (2001). Buku IV, Asuhan kebidanan pada Ibu Post

Partum : Jakarta

6. Olds SB, London ML & Ladewig PW. (2000). Maternal Newborn Nursing : A

family and Community- Based Approach. 6th Edition. New Jersey: Prentice Hall

Health.

7. Reeder. S. J. (1997). Nursing, Family Health and reproduction (18th Ed. )

Philadelpia: Lippincot - Raven

8. Saifudin AB. (2002). Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Matrenal dan

Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

9. Suherni, Hesty Widyasih, Anita Rahmawati.2009.Perawatan masa nifas, Yogyakarta

: Fitramaya

10. WHO. (2001). Panduan Praktis maternal dan Neonatal. Jakarta

11. Women’s health Queensland Wide and Women’s Infolink. (1999). Understanding

Postnatal Disorder. Brisbane: Women’s health Queensland Wide

Asuhan Kebidanan Nifas 43

BAB IV

PERUBAHAN FISIOLOGI MASA NIFAS

I. TUJUAN PEMBELAJARAN UMUM

Setelah mempelajari bab ini, peserta didik diharapkan mampu menjelaskan

perubahan yang terjadi pada masa nifas.

II. TUJUAN PEMBELAJARAN KHUSUS

Setelah mempelajari bab ini, peserta didik diharapkan mampu :

1. Menjelaskan perubahan sistem reproduksi

2. Menjelaskan perubahan sistem pencernaan

3. Menjelaskan perubahan sistem perkemihan

4. Menjelaskan perubahan sistem musculoskletal

5. Menjelaskan perubahan sistem endokrin

6. Menjelaskan perubahan tanda-tanda vital

7. Menjelaskan perubahan sistem kardiovaskuler

8. Menjelaskan perubahan sistem hematologi

III. URAIAN MATERI

A. PERUBAHAN SISTEM REPRODUKSI

1. Involusio uterus dan pengeluaran lokhia.

a. Involusi rahim

Setelah plasenta lahir uterus merupakan alat yang keras karena kontraksi dan

retraksi otot-ototnya. Fundus uteri 3 jari dibawah pusat selama 2 hari berikutnya

besarnya tidak seberapa berkurang tetapi sesudah 2 hari ini uterus mengecil

dengan cepat, sehingga pada hari ke 10 tidak teraba lagi dari luar, dan sampai

dengan 6 minggu tercapai lagi ukurannya yang normal. Involusi terjadi karena

masing masing sel menjadi lebih kecil karena cytoplasmanya yang berlebihan

dibuang. Involusi disebabkan oleh proses autolisis pada mana zat protein dinding

rahim dipecah, diabsorpsi dan kemudian dibuang dengan air kencing. Bagian

lapisan dan stratum spongiosum yang tersisa menjadi nekrosis dan dikeluarkan

dengan lokhea, sedangkan lapisan yang tetap sehat menghasilkan endometrium

baru.Epitel baru terjadi dengan proliferasi sel sel kelenjar sedangkan stroma baru

dibentuk dari jaringan ikat diantara kelenjar-kelenjar.

b. Involusi tempat placenta.

Setelah persalinan tempat placenta merupakan tempat dengan permukaan

kasar, tidak rata dan kira-kira besarnya setelapak tangan. Dengan cepat luka ini

Asuhan Kebidanan Nifas 44

mengecil, pada akhir minggu ke 2 hanya sebesar 3-4 cm dan pada akhir nifas 1-2

cm. Pada pemulihan nifas bekas placenta mengandung banyak pembuluh darah

besar yang tersumbat oleh thrombus. Pada luka bekas placenta, endometrium

tumbuh dari pinggir luka dan juga dari sisa-sisa kelenjar pada dasar luka.

c. Lochia

Pada bagian pertama masa nifas biasanya keluar cairan dari vagina yang

dinamakan lokhia. Lokhea tidak lain daripada secret yang berasal dari luka dalam

rahim terutama luka placenta. Maka sifat lokhea berubah seperti secret luka

berubah menurut tingkat penyembuhan luka. Pada 2 hari pertama lokhea berupa

darah dan disebut lokhea rubra. Setelah 2-4 hari merupakan darah encer yang

disebut lokhea serosa dan pada hari ke 10 menjadi cairan putih atau kekuning-

kuningan yang disebut lokhea alba.Warna ini disebabkan karena banyak leucocyt

terdapat didalamnya bau lokhea khas amis dan yang berbau busuk menandakan

infeksi.

2. Laktasi atau pengeluaran air susu ibu.

Masing-masing buah dada terdiri dari 15 – 24 lobus yang terletak radiair dan

terpisah satu sama lain oleh jaringan lemak. Tiap lobus terdiri dari lobuli yang

terdiri pula dari acini. Acini ini menghasilkan air susu. Tiap lobulus mempunyai

saluran halus untuk mengalirkan air susu. Saluran-saluran yang halus ini bersatu

menjadi satu saluran untuk tiap lobus. Sel ini disebut ductus lactoferus yang

memusat menuju putting susu dimana masing-masing bermuara. Keadaan buah

dada pada 2 hari pertama nifas sama dengan keadaan dalam kehamilan. Pada

kira-kira hari ke 3 post partum buah dada menjadi besar keras dan nyeri. Ini

menandai permulaan sekresi air susu dan kalau areola mamae dipijat keluarlah

cairan putih dari putting susu.

a. Perubahan pada serviks dan vagina

Beberapa hari setelah persalinan, osteum eksternum dapat dilalui oleh 2 jari,

pinggir-pinggirnya tidak rata tetapi retak-retak karena robekan dalam persalinan,

karena hiperplasi ini dan karena retraksi dan sobekan serviks menjadi sembuh,

namun setelah involusi selesai osteum eksternum tidak dapat serupa seperti

sebelum hamil. Vagina yang sangat diregang waktu persalinan lambat laun

mencapai ukuran-ukurannya yang normal pada minggu ke 3 post partum rugae

mulai nampak kembali.

Asuhan Kebidanan Nifas 45

B. PERUBAHAN SISTEM PENCERNAAN

Nilai Lemak : total asam lemak bebas kembali normal pada hari ke-2

PP. Kolesterol dan trglyserida kembali normal setelah 6-8 minggu

PP.Glukosa darah : stabilisasi terjadi selama 1 minggu PP

C. PERUBAHAN SISTEM PERKEMIHAN

Bisa trauma akibat kehamilan dan persalinan (mukosa menjadi oedema

dan hiperemik). Anestesi epidural dpt meningkatkan rasa penuh pada

kandung kemih, dan nyeri perineum terasa lebih lama.Dengan mobilisasi dini

bisa mengurangi hal diatas seringkali dgn adanya residu terjadi overdistensi.

Dan pada miksi sering meninggalkan residu, akibatnya sering ISK.Protein uri

bisa terdapat pada 50 % wanita post partum pada hari ke-1 sampai ke –2 PP

D. PERUBAHAN SISTEM MUSCULOSKELETAL

Setelah persalinan dinding perut longgar karena diregang begitu lama, tetapi

biasanya pulih dalam 6 minggu

E. PERUBAHAN SISTEM ENDOKRIN

Selama periode post partum terjadi perubahan hormon yang besar. Human

Chorionic Gonadotropin (HCG) menurun dengan cepat dan menetap sampai

10% dalam 3 jam s/d hari ke-7. Ada beberapa wanita yang secara spontan

mengalami menstruasi.

PROSENTASE MENSTRUASI SPONTAN

WEEKS POST

PARTUM

NON LACTATING

(%)

LACTATING (%)

6 45 15

12 70 30

36 75 75

F. PERUBAHAN TANDA –TANDA VITAL

1. Suhu

Dalam 24 jam post partum suhu akan naik sekitar 37,5 ºC-38 ºC yang

merupakan pengaruh dari proses persalinan dimana ibu kehilangan banyak

Asuhan Kebidanan Nifas 46

cairan dan kelelahan. Hari ke-3 suhu akan naik lagi karena proses

pembentukan ASI, payudara menjadi bengkak, berwarna merah.

Peningkatan suhu bias juga disebabkan karena infeksi pada endometrium,

mastitis, infeksi tractus urogenitalis. Kita harus mewaspadai bila suhu lebih

dari 38 ºC dalam 2 hari berturut-turut pada 10 hari pertama post partum dan

suhu harus terus diobservasi minimal 4 kali sehari.

2. Nadi

Denyut nadi normal pada orang dewasa berkisar 60-80 kali permenit.

Setelah persalinan denyut nadi menjadi lebih cepat. Denyut nadi yang cepat

(>100x/menit) bias disebabkan karena infeksi atau perdarahan post partum

yang tertunda.

3. Pernafasan

Pernafasan selalu terkait dengan kondisi suhu dan denyut nadi. Apabila nadi

dan suhu tidak normal, pernafasan juga akan mengikutinya. Kecuali pada

kondisi gangguan saluran pernafasan. Umumnya respirasi cenderung

lambat/normal karena ibu dalam kondisi pemulihan/beristirahat. Bila

respirasi cepat >30x/menit mungkin diikuti oleh tanda –tanda shock.

4. Tekanan Darah

Tekanan darah relative rendah karena ada proses kehilangan darah karena

persalinan. Tekanan darah yang tinggi mengindikasikan adanya pre eklamsi

post partum.

G. PERUBAHAN SISTEM KARDIOVASKULER

Segera setelah bayi lahir, kerja jantung mengalami peningkatan 80% lebih

tinggi daripada sebelum persalinan karena autotransfusi dari uteroplacenter.

Resistensi pembuluh perifer meningkat karena hilangnya proses

uteroplacenter. Kembali normal setelah 3 minggu.

H. PERUBAHAN SISTEM HEMATOLOGI

Jumlah kehilangan darah yang normal dalam persalinan adalah :

Persalinan pervaginam : 300-400 ml

Persalinan section secaria : 1000 ml

Histerektomi secaria : 1500 ml

Asuhan Kebidanan Nifas 47

Total volume darah kembali normal dalam waktu 3 minggu post partum.

Jumlah sel darah putih akan meningkat terutama pada kondisi persalinan lama

berkisar 25000-30000. Semua ini dipengaruhi oleh status gizi dan hidrasi dari

ibu.

IV. EVALUASI

1. Jelaskan perubahan tanda –tanda vital yang terjadi pada masa nifas !

2. Mengapa pada ibu nifas terjadi peningkatan kerja jantung !

V. REFERENSI

1. Bennet and Brown (1999). Myles Texbook for Midwives (13th Ed). UK London

2. Bahiyatun, 2009.Buku ajar asuhan kebidanan nifas normal. Jakarta : EGC

3. Dickason. E. J. (1998). Maternal – Infant Nursing (3rd Ed.)St.. Louis: Mosby

4. Eny Retna Ambarwati, Diah Wulandari.2008. Asuhan kebidanan nifas, Yogyakarta : Mitra

Cendekia

5. Pusdiknakes, WHO, JHPIEGO. (2001). Buku IV, Asuhan kebidanan pada Ibu Post

Partum : Jakarta

6. Olds SB, London ML & Ladewig PW. (2000). Maternal Newborn Nursing : A family and

Community- Based Approach. 6th Edition. New Jersey: Prentice Hall Health.

7. Reeder. S. J. (1997). Nursing, Family Health and reproduction (18th Ed. ) Philadelpia:

Lippincot - Raven

8. Saifudin AB. (2002). Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Matrenal dan

Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

9. Suherni, Hesty Widyasih, Anita Rahmawati.2009.Perawatan masa nifas, Yogyakarta :

Fitramaya

10. WHO. (2001). Panduan Praktis maternal dan Neonatal. Jakarta

11. Women’s health Queensland Wide and Women’s Infolink. (1999). Understanding Postnatal

Disorder. Brisbane: Women’s health Queensland Wide

Asuhan Kebidanan Nifas 48

BAB V

PROSES ADAPTASI PSIKOLOGIS MASA NIFAS

I. TUJUAN PEMBELAJARAN UMUM

Setelah mempelajari bab ini peserta didik diharapkan mampu menjelaskan tentang

psikologi masa nifas.

II. TUJUAN PEMBELAJARAN KHUSUS

Setelah mempelajari bab ini peserta didik diharapkan mampu :

1. Menjelaskan Psikologis ibu masa nifas

2. Mengidentifikasi tanda post partum blues

3. Mengidentifikasi kesedihan dan dukacita

III. URAIAN MATERI

A. ADAPTASI PSIKOLOGIS MASA NIFAS

Pengertian

Suatu proses penyesuaian diri, secara fisik & psikologis dr ortu baru berkaitan

dengan kehadiran BBL.

Perubahan bentuk fisik akan mempengaruhi psikologis ibu :

Perasaan memiliki pada bayi mental image

Perubahan bentuk tubuh

Perubahan peran

Oleh karena itu perlu dukungan dari keluarga, mencurahkan kasih sayang

secara fisik & psikologis

• Adaptasi psikologis terdiri dari 3 fase menurut REVA RUBIN :

1. Fase Taking-in

• Berlangsung 1-2 hr

• Fokus ibu pd kebutuhan diri sendiri

• Pasif/tergantung orang lain.

• Ibu tidak menginginkan kontak dengan bayinya

• Kebutuhan yang diperlukan ibu adalah info tentang bayinya, bukan cara

merawat bayinya

• Mengulang-ulang pengalaman bersalin

Asuhan Kebidanan Nifas 49

2. Fase Taking Hold

• Berlangsung 3-10 hr

• Ibu berupaya mandiri & berinisiatif

• Cenderung menerima nasehat bidanyg berkaitan dengan tugas keibuan

• Timbul rasa tidak Percaya Diri

• Sdh mampu melak aktifitas shri-hari

3. Fase Letting Go

• Bertanggung jawab terhadap perawatan bayinyarentan untuk terjadinya

depresi post partum

• Peningkatan kemandirian dalam perawatan diri & bayi

• Penyesuaian dalam hubungan keluarga termasuk bayinya

• Periode ini terjadi setelah ibu pulang ke rumah

B. POST PARTUM BLUES

Periode emosional stress yang terjadi antara hari ke tiga dan ke 10 setelah

persalinan.

80% pada ibu post partum

Karakteristik: iritbilitas meningkat, perubahan mood, cemas, pusing dan perasan

sedih dan kesendirian

Penyebab: ada beberapa faktor yang berperan:

Perubahan level hormon yang terjadi secara cepat

Ketidaknyamanan yang tidak diharapkan (payudara bengkak, nyeri

persalinan)

Kecemasan setelah pulang dari RS/ tempat bersalin

Brest feeding

Perubahan pola tidur

Manajemen:

Tidak ada perawatan khusus pada post partum blues jika tidak ada gejala

yang signifikan

Empathy dan support dari keluarga dan staf

Jika gejala tetap ada lebih dari 2 minggu ---- bantuan profesional

Asuhan Kebidanan Nifas 50

DEPRESI POST NATAL

Terjadi antara 10% - 20%

Yang sering terjadi pada ibu post partum

Bisa terjadi ringan sampai berat

Bisa terjadi pada primi atau multi

Gejala bisa muncul pada 1 tahun pertama, lebih sering pada 4 bulan pertama setelah

persalinan

Gejala ada selama 2 minggu atau lebih

Jika depresi parah, akan mengganggu kegiatan seperti makan, tidur dan berpikir

Gejala bisa meliputi :

Fisik

Gangguan tidur (insomnia, banyak tidur, bangun tengah malam)

Perubahan rasa (tidak mau makan, banyak makan) dan berat badan

Menarik diri dari lingkungan

Kurang energi dan tidak ada motivasi

Kehilangan keinginan sexual

Kelelahan

Sakit kepala

Psikis

Perasaan seperti tidak mampu, tidak berharga, persaan kosong dan merasa

gagal menjadi ibu

Perasaan marah, bersalah, malu

Iritabel

Mood yang rendah yang berlangsung lama

Percaya diri yang rendah

Sedih

Cemas (tanda cemas termasuk : keluar keringat, pusing, nadi meningkat,

kesulitan bernapas dan peningkatan TD)

Serangan panik dan phobi

Takut yang tidak beralasan

Perasaan bingung, tidak konsentrasi, daya ingat buruk

Apatis

Asuhan Kebidanan Nifas 51

Menolak atau terlalu dekat dengan bayinya

Berpikiran untuk bunuh diri

FAKTOR RESIKO DEPRESI POST NATAL

Tidak ada faktor tunggal yang menyebabkan depresi post natal

1. FAKTOR BIOLOGIS

Sensitif terhadap peningkatan hormon selama kehamilan (pregesteron, estrogen,

kortisol dan prolaktin)

Penyakit post natal lain

2. FAKTOR PSYKOLOGIS

Riwayat depresi

Keluarga punya riwayat depresi

Depresi selama kehamilan

Harga diri rendah

Hubungan antara ibu dan anak yang kurang baik

Trauma hidup (kehilangan anggota keluarga, kehilangan pekerjaan)

3. SOCIAL KULTURAL

Hubungan yang tidak harmonis dengan pasangan/suami

Tidak ada suport dari suami, keluarga dan teman

Kesulitan financial

Harapan yang tidak realistik

Isolasi sosial

Faktor lain yang mungkin berkontribusi:

Usia ibu terlalu muda

Usia ibu terlalu tua

Kesulitan punya anak karena infertilitas

Tidak menyusui bayinya

Asuhan Kebidanan Nifas 52

Single ibu / berpisah

Hamil yang tidak diharapkan

Lahir di lingkungan asing

Riwayat abortus, lahir meningal atau bayi meningal

Suport yang tidak baik selama persalinan

Komplikasi selama pesalinan

Trauma persalinan

Prematur atau post matur

Ibu atau bayi sakit

Masalah pada bayi (kesulitan tidur, makan atau rewel)

Riwayat seksual yang buruk

HARAPAN

1. MYTHOS

Menjadi ibu adalah alamiah dan berdasarkan intuisi

Mengurus keluarga (anak) adalah sepenuhnya tanggung jawab ibu

Menjadi ibu adalah peran utama seorang wanita

Menjasi ibu yang super

2. KENYATAAN

Menjadi ibu tidak berdasarkan intuisi tapi membu tuhkan pembelajaran tentang

skill

Menjadi ibu tidak datang secara alamiah

Tanggung jawab merawat bayi

IV. EVALUASI

DISKUSI:

1. Peran bidan dalam menciptakan terjadinya ikatan antara bayi dan ibu dalam jam

pertama sesudah kelahiran ?

2. Perilaku normal orang tua ketika pertama kali melihat bayinya ?

3. Perilaku yang harus diwaspadai dalam ikatan bayi dan ibu serat penatalaksanaannya?

4. Tanda-tanda, gejala dan etiologi kemurungan masa nifas ?

5. Penatalaksanaan secara tradisional (bila ada) dan secara kebidanan bagi kemurungan

masa nifas ?

Asuhan Kebidanan Nifas 53

6. Faktor resiko tinggi yang mempunyai reaksi psikologis lebih parah dari kemurungan

masa nifas ?

7. Tanda-tanda dan gejala pada reaksi psikologis yang lebih parah dan penanganannya.

V. REFERENSI

1. Bennet and Brown (1999). Myles Texbook for Midwives (13th Ed). UK London

2. Bahiyatun, 2009.Buku ajar asuhan kebidanan nifas normal. Jakarta : EGC

3. Dickason. E. J. (1998). Maternal – Infant Nursing (3rd Ed.)St.. Louis: Mosby

4. Eny Retna Ambarwati, Diah Wulandari.2008. Asuhan kebidanan nifas, Yogyakarta :

Mitra Cendekia

5. Pusdiknakes, WHO, JHPIEGO. (2001). Buku IV, Asuhan kebidanan pada Ibu Post

Partum : Jakarta

6. Olds SB, London ML & Ladewig PW. (2000). Maternal Newborn Nursing : A

family and Community – Based Approach. 6th Edition. New Jersey: Prentice Hall

Health.

7. Reeder. S. J. (1997). Nursing, Family Health and reproduction (18th Ed. )

Philadelpia: Lippincot – Raven

8. Saifudin AB. (2002). Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Matrenal dan

Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

9. Suherni, Hesty Widyasih, Anita Rahmawati.2009.Perawatan masa nifas, Yogyakarta :

Fitramaya

10. WHO. (2001). Panduan Praktis maternal dan Neonatal. Jakarta

11. Women’s health Queensland Wide and Women’s Infolink. (1999). Understanding

Postnatal Disorder. Brisbane: Women’s health Queensland Wide

Asuhan Kebidanan Nifas 54

BAB VI

KEBUTUHAN DASAR MASA NIFAS

I. TUJUAN PEMBELAJARAN UMUM

Setelah mempelajari bab ini, peserta didik diharapkan mampu menjelaskan

kebutuhan dasar ibu nifas

II. TUJUAN PEMBELAJARAN KHUSUS

Setelah mempelajari bab ini, peserta didik diharapkan mampu :

1. Menjelaskan kebutuhan nutrisi dan cairan

2. Menjelaskan kebutuhan ambulasi

3. Menjelaskan kebutuhan eliminasi (BAK/BAB)

4. Menjelaskan kebutuhan kebersihan diri (Perineum)

5. Menjelaskan kebutuhan istirahat

6. Menjelaskan kebutuhan seksual

7. Menjelaskan kebutuhan latihan/senam nifas

III. URAIAN MATERI

A. KEBUTUHAN NUTRISI DAN CAIRAN

Nutrisi adalah zat yang diperlukan oleh tubuh untuk keperluan

metabolisme. Kebutuhan nutrisi ibu menyusui meningkat sebesar 25%

(meningkat 3x dari kebutuhan biasa). Ini digunakan untuk memproduksi

ASI dan proses kesembuhan setelah persalinan. Makanan yang dikonsumsi

harus sesuai dengan porsi yang cukup dan teratur, tidak terlalu asin, pedas

dan berlemak.

Tidak mengandung alkohol, nikotin serta pengawet dan pewarna.

Kandungan gizi yang terdapat dalam makanan yang dikonsumsi ibu nifas

harus mengandung unsur:

1. Sumber energi (karbohidrat)

Bahan makanan yang mengandung sumber energi adalah :beras,

jagung, tepung terigu, sagu dan ubi. Sedangkan lemak dapat diperoleh

dari hewani (mentega, keju) dan nabati (kelapa sawit, minyak sayur,

minyak kelapa dan margarine). Makanan tersebut berfungsi untuk

pembakaran tubuh,pembentukan jaringan baru.

Asuhan Kebidanan Nifas 55

Penghematan protein (bila sumber energy berkurang protein dapat

digunakan sebagai cadangan untuk memenuhi kebutuhan energy).

2. Sumber pembangun (protein)

Protein diperlukan untuk pertumbuhan dan penggantian sel-sel yang

rusak/mati. Sumber proteinhewani(ikan,udang,kerang,kepiting,daging

ayam, hati,telur, susu dan keju, dan protein nabati (kacang

tanah,kacang merah,kacang hijau, kedelai, tahu dan tempe). Sumber

protein terlengkap terdapat dalam susu, telur dan keju. Selain itu juga

mengandung zat kapur, zat besi dan vit.B

3. Sumber pengatur dan pelindung (mineral, vitamin dan air)

Berfungsi untuk melindungi tubuh dari serangan penyakit dan pengatur

kelancaran metabolism dalam tubuh. Ibu menyusui minum air putih

minimal 3 liter/ hari. Ibu dianjurkan untuk minum setiap selesai

menyusui. Sumber makanan tersebut terdapat dalam semua jenis

sayuran dan buah-buahan segar.

Jenis-jenis mineral :

a. Zat kapur

Untuk pembentukan tulang. Sumber : susu, keju, kacang-kacangan

dan sayuran warna hijau.

b. Fosfor

Dibutuhkan untuk pembentukan kerangka dan gigi anak. Sumber :

susu, keju, daging.

c. Zat besi

Zat besi dibutuhkan untuk kenaikan sirkulasi darah dan sel serta

menambah sel darah merah (HB) sehingga daya angkut oksigen

mencukupi kebutuhan. Sumber : kuning telur, hati, daging, kerang,

ikan, kacang-kacangan dan sayuran hijau.

d. Yodium

Untuk mencegah timbulnya kelemahan mental dan kekerdilan fisik.

Sumber : minyak ikan, ikan laut, garam beryodium.

e. Kalsium

Untuk pertumbuhan gigi anak. Sumber : susu dan keju

Asuhan Kebidanan Nifas 56

Jenis –jenis vitamin :

a. Vitamin A

Untuk pertumbuhan sel, jaringan, gigi dan tulang, perkembangan

syaraf penglihatan, meningkatkan daya tahan tubuh terhadap

infeksi. Sumber : kuning telur, hati, mentega, sayuran hijau, buah

yang berwarna kuning (wortel, tomat, nangka). Vitamin A 200.000

IU.

b. Vitamin B1 (Thiamin)

Untuk membantu metabolisme karbohidrat, kerja syaraf dan

jantung yang normal,nafsu makan yang baik, membantu proses

pencernaan makanan, meningkatkan pertahanan tubuh terhadap

infeksi dan mengurangi kelelahan. Sumber : hati, kuning

telur,susu,kacang-kacangan, tomat,jeruk, nanas, kentang.

c. Vitamin B2 (Riboflavin)

Untuk pertumbuhan, vitalitas,nafsu makan,pencernaan,system urat

syaraf, jaringan kulit dan mata. Sumber : hati, kuning telur, susu,

keju, kacang-kacangan, sayuran berwarna hijau.

d. Vitamin B3 (Niacin)/Nicotine Acid

Untuk proses pencernaan, kesehatan kulit, jaringan syaraf dan

pertumbuhan. Sumber : susu, kuning telur, daging, kaldu daging,

hati, daging ayam, kacang-kacangan, beras merah, jamur dan

tomat.

e. Vitamin B6 (Pyridoksin)

Untuk pembentukan sel darah merah dan kesehatan gigi dan gusi.

Sumber : gandum, jagung, hati dan daging.

f. Vitamin B12 (Cyanocobalamin)

Untuk pembentukan sel darah merah dan kesehatan jaringan syaraf.

Sumber : telur, daging, hati, keju, ikan laut dan kerang laut.

Asuhan Kebidanan Nifas 57

g. Folic acid

Untuk pertumbuhan dan pembentukan sel darah merah dan

produksi inti sel. Sumber : hati, daging, ikan, jeroan dan sayuran

hijau.

h. Vitamin C

Untuk pembentukan jaringan ikat ,penyembuhan luka,

pertumbuhan tulang, gigi, gusi,daya tahan terhadap infeksi dan

memberikan kekuatan pada pembuluh darah. Sumber : jeruk,

tomat, melon, brokoli, jambu biji, mangga, papaya dan sayuran.

i. Vitamin D

Untuk pertumbuhan, pembentukan tulang dan gigi, penyerapan

kalsium, fosfor. Sumber : minyak ikan, susu, margarine,

penyinaran kulit pada sinar matahari pagi sebelum pk. 09.00

j. Vitamin K

Untuk mencegah perdarahan agar proses pembekuan darah normal.

Sumber : kuning telur, hati, brokoli, asparagus dan bayam.

Kebutuhan energy untuk ibu nifas adalah 700 Kkal/ hari pada 6 bulan

pertama, 500 kkal pada 6 bulan ke-2. Untuk ibu menyusui bayi umur <

2 tahun 400 kkal/hari.

Petunjuk mengolah makanan secara sehat

1. Pilih sayuran, buah , daging, ikan yang segar

2. Cuci tangan yang bersih sebelum dan setelah mengolah makanan

3. Cuci bahan makanan sampai bersih kemudian dipotong-potong

4. Masak sayuran sampai layu

5. Olah makanan sampai matang

6. Hindari pemakaian zat pewarna dan pengawet(vetsin)

7. Jangan memakai minyak yang sudah berkali-kali dipakai

8. Perhatikan kadaluarsa dan komposisi zat gizi pada makanan. Jika

makanan kemasan kaleng jangan pilih kaleng yang penyok/karatan.

9. Simpan peralatan dapur dalam keadaan bersih dan aman

10. Jangan biarkan binatang berkeliaran didapur

Asuhan Kebidanan Nifas 58

B. KEBUTUHAN AMBULASI

Ibu sudah diperbolehkan bangun dari tempat tidur 24-48 jam post partum.

Keuntungan ambulasi dini:

1. Klien merasa lebih sehat dan lebih kuat

2. Faal usus dan kandung kencing lebih baik

3. Untuk mengajari ibu dalam perawatan bayi sehari-hari

Kontra indikasi early ambulation :anemia,penyakit jantung, penyakit paru.

C. KEBUTUHAN ELIMINASI (BAK/BAB)

BAK harus sudah dapat dilakukan secra spontan setiap 3-4 jam. Bila ibu

tidak bisa BAK secara spontan dilakukan tindakan :

Merangsang mengalirkan air kran dekat klien

Mengkompres air hangat diatas sympisis

Bila upaya tersebut tetap tidak bisa baru dilakukan kateterisasi. BAB

biasanya sudah bisa dilakukan setelah hari ke-3. Bila belum bisa BAB

diberikan suppositoria dan minum air hangat.perlu diberikan diit secara

teratur , minum cairan yang banyak, makan cukup serat dan olahraga

D. KEBUTUHAN KEBERSIHAN DIRI (PERINEUM)

1. Perawatan payudara

Telah dimulai sejak wanita hamil supaya puting susu lemas, tidak

keras dan kering sebagai persiapan untuk menyusui bayinya. Bila

bayi meninggal, laktasi harus dihentkan dengan cara :

• Pembalutan mammae sampai tertekan

• Pemberian obat esterogen untuk supres LH

2. Laktasi

Untuk menghadapi masa laktasi sejak dari kehamilan terjadi

perubahan pada kelenjar mammae. Bila bayi mulai disusui, isapan

pada puting merupakan rangsangan yang psikis yang secara

reflektoris, mengakibatkan oksitosin dikeluarkan oleh hipofise.

Produksi ASI akan lebih banyak. Sebagai efek positif adalah

involusi uteri akan lebih sempurna. Disamping itu, ASI merupakan

makanan utama bagi bayi yang tidak ada bandingannya. Tanda bayi

Asuhan Kebidanan Nifas 59

mendapat cukup ASI :

• Bayi BAK 6 kali dalam 24 jam

• Bayi ada BAB

• Bayi tampak puas

• Menyusui 10 – 12 kali dalam 24 jam

• Payudara ibu tampak lonjong dan terasa lembut

• Bayi bertambah berat badan

• Ibu merasakan aliran ASI

3. Pemeriksaan Pasca Persalinan

• Pemeriksaan umum: TD, nadi, keluhan

• KU, suhu, selera makan, dll

• Payudara: ASI, puting susu

• Dinding perut, perineum, kandung kemih

• Sekret yang keluar, lochea, flour albus

• Keadaan alat kandungan

4. Kebersihan Diri

• Anjurkan kebersihan seluruh tubuh/personal hygiene

• Anjurkan kebersihan daerah genitalia

• Sarankan untuk sering mengganti pembalut

• Cuci tangan sebelum dan sesudah membersihkan alat genitalia

• Jika ada luka episiotomi/laserasi, hindari menyentuh daerah luka,

kompres luka tersebut dengan kassa bethadine setiap pagi dan sore

hari untuk pengeringan luka dan menghindari terjadinya infeksi

5. Kebutuhan Istirahat

1. Anjurkan ibu untuk istirahat cukup

2. Sarankan kembali pada kegiatan rumah tangga secara perlahan

3. Sarankan untuk istirahat siang selagi bayi tidur

4. Kurang istirahat dapat menyebabkan:

Kurangnya suplai ASI

Memperlambat proses involusi

Asuhan Kebidanan Nifas 60

Menyebabkan depresi dan ketidakmampuan merawat bayi

sendiri

6. Kebutuhan Seksual

1. Secara fisik aman, begitu darah merah berhenti dan ibu dapat

memasukkan satu atau dua jari

2. Tradisi yang menunda hubungan suami istri sampai waktu

tertentu. Hal ini tergantung pasangan

3. Begitu darah merah berhenti, boleh melakukan hubungan suami

istri

4. Untuk kesehatan sebaiknya ibu mengikuti program KB

5. Pada saat permulaan hubungan seksual perhatikan umlah waktu,

penggunaan kontrasepsi (jika menggunakan), dispareuni,

kenikmatan dan kepuasan wanita dan pasangan serta masih dalam

hubungan seksual

7. KEBUTUHAN LATIHAN/SENAM NIFAS

Latihan yang paling penting untuk dilakukan dalam beberapa

minggu pertama setelah melahirkan adalah beristirahat dan

mengenal bayinya. Relaksasi dan tidur adalah hal yang sangat

penting. Semua wanita akan sembuh dari persalinannya dengan

waktu yang berbeda-beda, ingatkan ibu agar bersikap ramah

terhadap dirinya sendiri.

Banyak diantara senam post partum sebenarnya adalah sama

dengan senam antenatal. Hal yang penting bagi ibu adalah agar

senam tersebut hendaknya dilakukan secara perlahan kemudian

semakin lama semakin sering/kuat.

Ada beberapa faktor yang menentukan kesiapan ibu untuk

memulai senam post partum :

- Tingkat kesegaran tubuh ibu sebelum kelahiran bayi

- Apakah ibu telah mengalami persalinan yang lama dan sulit atau

tidak

- Apakah bayinya mudah dilayani atau rewel dalam meminta asuhan

- Penyesuaian post partum yang sulit oleh karena suatu sebab

Asuhan Kebidanan Nifas 61

Berikut ini adalah kondisi yang umum sebagai akibat dari stress

selama kehamilan dan kelahiran : Pemisahan simphisis pubis, Coccyx yang

patah atau cedera, Punggung yang cedera, bagian atas atau bagian bawah,

Sciatica, Ketegangan pada ligamen kaki atau otot, Trauma perineum yang

parah atau nyeri luka abdomen (operasi caesarea).

IV. EVALUASI

1. Berapa kebutuhan kalori selama nifas !

2. Mengapa ibu nifas tidak boleh menahan keinginan BAK?

3. Sebutkan manfaat ambulasi dini !

4. Bagaimana cara membersihkan daerah perineum?

V. REFERENSI

1. Bennet and Brown (1999). Myles Texbook for Midwives (13th Ed). UK London

2. Bahiyatun, 2009.Buku ajar asuhan kebidanan nifas normal. Jakarta : EGC

3. Dickason. E. J. (1998). Maternal – Infant Nursing (3rd Ed.)St.. Louis: Mosby

4. Eny Retna Ambarwati, Diah Wulandari.2008. Asuhan kebidanan nifas, Yogyakarta

: Mitra Cendekia

5. Pusdiknakes, WHO, JHPIEGO. (2001). Buku IV, Asuhan kebidanan pada Ibu Post

Partum : Jakarta

6. Olds SB, London ML & Ladewig PW. (2000). Maternal Newborn Nursing : A

family and Community- Based Approach. 6th Edition. New Jersey: Prentice Hall

Health.

7. Reeder. S. J. (1997). Nursing, Family Health and reproduction (18th Ed. )

Philadelpia: Lippincot - Raven

8. Saifudin AB. (2002). Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Matrenal dan

Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

9. Suherni, Hesty Widyasih, Anita Rahmawati.2009. Perawatan masa nifas.

Yogyakarta : Fitramaya

10. WHO. (2001). Panduan Praktis maternal dan Neonatal. Jakarta

11. Women’s health Queensland Wide and Women’s Infolink. (1999). Understanding

Postnatal Disorder. Brisbane: Women’s health Queensland Wide

Asuhan Kebidanan Nifas 62

BAB VII

ASUHAN MASA NIFAS NORMAL

I. TUJUAN PEMBELAJARAN UMUM

Setelah mempelajari bab ini, peserta didik diharapkan mampu memberikan asuhan

kebidanan pada ibu nifas normal

II. TUJUAN PEMBELAJARAN KHUSUS

Setelah mempelajari bab ini, peserta didik diharapkan mampu :

1. Melakukan pengkajian data subyektif

2. Melakukan pengkajian data obyektif

3. Merumuskan diagnosa, masalah, kebutuhan aktual

4. Merumuskan diagnosa, masalah, kebutuhan potensial

5. Merencanakan asuhan kebidanan

6. Melakukan asuhan kebidanan

7. Melakukan evaluasi asuhan kebidanan

8. Mendokumentasikan asuhan kebidanan pada ibu nifas normal

III. URAIAN MATERI

A. PENGKAJIAN DATA FISIK DAN PSIKOSOSIAL

Langkah awal dalam memberikan asuhan masa nifas normal adalah

melakukan pengkajian data. Data yang dikaji meliputi data subyektif dan

data obyektif. Data subyektif diambil dari anamnesa (wawancara)

langsung dengan klien, keluarganya maupun dari petugas kesehatan yang

terkait. Sedangkan data obyektif diambil melalui pemeriksaan umum,

pemeriksaan fisik maupun pemeriksaan penunjang sesuai kasus.

Pengkajian data pada ibu nifas meliputi :

1. Riwayat kesehatan (Data Subyektif)

a. Keluhan yang dirasakan pada saat ini

b. Adanya kesulitan / gangguan dalam pemenuhan kebutuhan sehari-

hari (pola makan, istirahat,BAB/BAK,mobilisasi/aktifitas

c. Riwayat Persalinan

(komplikasi, laserasi, episiotomi)

d. Obat/suplemen yang dikonsumsi saat ini (tablet besi, vitamin A)

Asuhan Kebidanan Nifas 63

e. Kesulitan dalam pemberian ASI dan perawatan bayi sehari-hari

yang mungkin dialami ibu

f. Rencana untuk menyusui bayi (pemberian ASI ekslusif/tidak),

rencana merawat bayi dirumah (dilakukan sendiri/dibantu orang

tua/mertua)

g. Dukungan suami/keluarga terhadap ibu

h. Pengetahuan ibu tentang nifas

2. Pemeriksaan fisik

a. Keadaan umum dan kesadaran

b. Tanda tanda vital : tekanan darah, suhu, nadi, pernafasan

c. Payudara : pembesaran, puting susu menonjol/mendatar,nyeri/lecet

pada puting, ASI/kolostrum sudah keluar/belum, adakah

pembengkakan, radang/benjolan abnormal

d. Abdomen : TFU, kontraksi uterus

e. Kandung kemih kosong / penuh

f. Genetalia dan perineum : pengeluaran lochea (jenis, warna,

jumlah, bau), oedem, peradangan, keadaan jahitan, nanah, tanda-

tanda infeksi pada luka jahitan, kebersihan perineum, hemoroid

pada anus.

g. Ekstremitas bawah : pergerakan, gumpalan darah pada otot kaki

yang menyebabkan nyeri, oedem, homan’s sign, varices.

B. MERUMUSKAN DIAGNOSA/ MASALAH AKTUAL/MASALAH

POTENSIAL

Langkah selanjutnya adalah melakukan analisa data dan interpretasi

sehingga dapat dirumuskan diagnosa. Berdasarkan data yang diperoleh

bidan memperoleh kesimpulan apakah nifas berjalan normal atau tidak.

Kemungkinan masalah yang dialami ibu adalah :

Masalah nyeri

Masalah infeksi

Masalah cemas, perawatan perineum, payudara, ASI ekslusif

Masalah kebutuhan KB, gizi,tanda bahaya, senam nifas, menyusui.

Bidan perlu mendeteksi masalah yang mungkin timbul dengan merumuskan

masalah potensial. Masalah potensial belum terjadi tapi bidan harus sudah

Asuhan Kebidanan Nifas 64

berpikir untuk melakukan antisipasi yang rasional. Kemungkinan masalah

potensial yang mungkin muncul adalah :

Gangguan perkemihan

Gangguan BAB

Gangguan hubungan seksual

C. MERENCANAKAN ASUHAN KEBIDANAN

1. Evaluasi secara terus menerus

2. Gangguan rasa nyeri

3. Mengatasi infeksi

4. Mengatasi cemas

5. Menjelaskan tentang gizi, kb, tanda bahaya, hubungan sexual,

6. Senam nifas, perawatan perineum, perawatan bayi sehari-hari

7. Memberikan kenyamanan pada ibu

8. Membantu ibu untuk menyusui bayinya

9. Memfasilitasi menjadi orang tua

10. Persiapan pasien pulang

11. Anticipatori guidance

12. Deteksi dini komplikasi masa nifas

D. PELAKSANAAN ASUHAN KEBIDANAN

Pelaksanaan asuhan kebidanan dapat dilakukan secara mandiri maupun

kolaborasi. Yang perlu diperhatikan adalah perlu dilakukan pengawasan

secara intensif untuk memastikan ibu dan bayi dalam kondisi sehat.oleh

karena itu dalam membuat perencanaan perlu mendiskusikan dengan ibu

dan keluarga sehingga pelaksanaan asuhan menjadi tanggungjawab

bersama.

E. EVALUASI ASUHAN KEBIDANAN

Evaluasi dalam asuhan kebidanan diperlukan untuk mengetahui

keberhasilan asuhan yang telah diberikan. Perlu diingat kembali tujuan

asuhan kebidanan yang telah diberikan dan dilakukan evaluasi efektifitas

Asuhan Kebidanan Nifas 65

tindakan untuk mengatasi masalah. Evaluasi dapat dilakukan pada saat

melakukan kunjungan ulang, untuk menilai keberhasilan asuhan yang telah

diberikan.

Evaluasi dilakukan secara terus menerus terhadap ibu. Pantau kondisi

ibu setiap 15 menit pada jam pertama dan 30 menit pada jam kedua. Bidan

tidak boleh meninggalkan pasien dalam 2 jam post partum karena

kemungkinan terjadi komplikasi bias timbul. Evaluasi secara terus

menerus meliputi :

1. Meninjau ulang catatan persalinan, pengawasan dan perkembangan

sebelumnya, tanda-tanda vital, hasil laboratorium dan intervensi yang

sudah diberikan sebelumnya.

2. Mengkaji pemenuhan kebutuhan sehari-hari, psikologis ibu termasuk

adakah ketidaknyamanan / kecemasan yang dialami, proses laktasi dan

masalah yang dialami

3. Pemeriksaan kondisi fisik ibu.

IV. EVALUASI

1. Jelaskan fokus pemeriksaan fisik untuk ibu nifas !

2. Jelaskan beberapa masalah yang muncul selama nifas!

Asuhan Kebidanan Nifas 66

V. REFERENSI

1. Bennet and Brown (1999). Myles Texbook for Midwives (13th Ed). UK London

2. Bahiyatun, 2009.Buku ajar asuhan kebidanan nifas normal. Jakarta : EGC

3. Dickason. E. J. (1998). Maternal – Infant Nursing (3rd Ed.)St.. Louis: Mosby

4. Eny Retna Ambarwati, Diah Wulandari.2008. Asuhan kebidanan nifas,

Yogyakarta : Mitra Cendekia

5. Pusdiknakes, WHO, JHPIEGO. (2001). Buku IV, Asuhan kebidanan pada Ibu

Post Partum : Jakarta

6. Olds SB, London ML & Ladewig PW. (2000). Maternal Newborn Nursing : A

family and Community- Based Approach. 6th Edition. New Jersey: Prentice

Hall Health.

7. Reeder. S. J. (1997). Nursing, Family Health and reproduction (18th Ed. )

Philadelpia: Lippincot – Raven

8. Saifudin AB. (2002). Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Matrenal

dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

9. Suherni, Hesty Widyasih, Anita Rahmawati. 2009. Perawatan Masa Nifas.

Yogyakarta : Fitramaya

10. WHO. (2001). Panduan Praktis maternal dan Neonatal. Jakarta

11. Women’s health Queensland Wide and Women’s Infolink. (1999).

Understanding Postnatal Disorder. Brisbane: Women’s health Queensland

Wide

Asuhan Kebidanan Nifas 67

BAB VII

TINDAK LANJUT ASUHAN NIFAS DIRUMAH

I. TUJUAN PEMBELAJARAN UMUM

Setelah mempelajari bab ini, peserta didik diharapkan mampu mengidentifikasi

tindak lanjut asuhan nifas dirumah.

II. TUJUAN PEMBELAJARAN KHUSUS

Setelah mempelajari bab ini, peserta didik diharapkan mampu :

1. Menjelaskan jadwal kunjungan rumah

2. Mengidentifikasi asuhan lanjutan masa nifas dirumah

3. Memberikan penyuluhan masa nifas

4. Menjelaskan tanda bahaya masa nifas

III. URAIAN MATERI

A. JADWAL KUNJUNGAN RUMAH

Beberapa hal yang perlu dilakukan sebelum kunjungan rumah adalah :

Kontak keluarga untuk mengatur detail kunjungan rumah

Tinjau kembali dan cari penjelasan tentang data yang ditemukan

Identifikasi sumber –sumber data dalam masyarakat dan

permasalahan yang terkait dengan asuhan lanjutan yang diberikan

Rencanakan kunjungan dan siapkan peralatan dan bahan –bahan

yang diperlukan untuk pengkajian ibu dan bayi untuk keperluan

penyuluhan yang akan dilakukan.

Kunjungan post natal yang rutin dilakukan adalah:

1. Kunjungan dilakukan setiap pagi dan sore hari selama beberapa hari

post partum

2. Keluarga diajarkan untuk mendemonstrasikan cara perawatan bayi

sehari-hari termasuk segala keperluan yang diperlukan untuk

perawatan bayi (cara membuat susu, cara menyeteril botol, cara

mencuci tangan)

Asuhan Kebidanan Nifas 68

3. Bila klien mengeluh nyeri perineum anjurkan untuk cebok dengan air

hangat.

4. Pemberian nasehat harus realistis sesuai dengan kondisi klien

5. Berbicara dengan bayi dan bereaksi dengan sabar ketika bayi menangis

6. Pada saat kunjungan karena waktu kunjungan yang singkat maka bidan

perlu memberikan perhatian secara verbal maupun non verbal dan

memberikan dukungan dalam beradaptasi dengan lingkungan yang

baru

7. Bidan mengobservasi status mental ibu dan sikap terhadap bayi, suami

serta anggota keluarga lainnya.

8. Memberitahukan pengenalan tanda bahaya /masalah yang mungkin

dihadapi klien

9. Bidan perlu mengobservasi reaksi anggota keluarga lain

10. Siapkan waktu agar ibu dapat mengekspresikan perasaan, kecemasan

terhadap bayi maupun hubungan dengan anggota keluarga lainnya

11. Bidan perlu memberikan motivasi dan dukungan terhadap ibu yang

kurang mendapat dukungan dari anggota keluarga yang lain

12. Pada setiap akhir kunjungan bidan melengkapi catatannya termasuk

saran-saran sehingga mempermudah dalam asuhan pada kunjungan

berikutnya.

13. Perlu dilakukan perencanaan untuk skrining test untuk mengetahui

penyakit metabolisme yang muncul pada hari ke-6 s/d hari ke-14

14. Sebelum hari ke-10 mulai membicarakan tentang KB

15. Secara rileks mendorong suami istri untuk membicarakan awal seksual

intercourse serta dijelaskan tentang lamanya pengeluaran lochea,

kembalinya menstruasi,kesuburan, cara meminimalkan nyeri perineum,

perubahan fisik dan psikologi.

Ibu diberi penjelasan bila ada penyimpangan baik ibu dan bayi ibu

dianjurkan segera ke RS. Misalnya terjadi perdarahan post partum,

gangguan mental, kejang,hipotermi.

Kunjungan Nifas :

Kunjungan nifas dilakukan minimal 4 kali yang bertujuan untuk menilai status

ibu dan bayi baru lahir serta mencegah terjadinya masalah.

Asuhan Kebidanan Nifas 69

1. Kunjungan I

Dilakukan 6-8 jam setelah persalinan, dengan tujuan :

a. Mencegah perdarahan karena atonia uteri

b. Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan dan merujuk bila

perdarahan berlanjut

c. Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga lain

bila terjadi perdarahan banyak.

d. Pemberian ASI awal

e. Melakukan hubungan antara ibu dan bayi

f. Menjaga bayi agar tetap sehat dengan cara mencegah terjadinya

hipotermia

2. Kunjungan II

Dilakukan 6 hari setelah persalinan, dengan tujuan :

a. Memastikan involusi berjalan dengan normal, uterus berkontraksi,

fundus uteri dibawah umbilicus, tidak ada perdarahan dan tidak berbau

b. Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi/ perdarahan abnormal

c. Memastikan ibu mendapat cukup makanan, cairan dan istirahat

d. Memastikan ibu menyusui bayinya dengan baik dan tidak

menunjukkan tanda-tanda penyakit.

e. Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali

pusat,menjaga bayi agar tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari.

3. Kunjungan III

Dilakukan 2-3 minggu setelah persalinan, dengan tujuan :

a. Memastikan involusi uterus berjalan normal, uterus berkontraksi,

fundus uteri dibawah umbilicus, tidak ada perdarahan dan tidak berbau

b. Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan abnormal

c. Memastikan ibu mendapat cukup makanan, cairan dan istirahat

d. Memastikan ibu menyusui bayinya dengan baik dan tidak

menunjukkan tanda-tanda penyakit

e. Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi supaya

tetap hangat dan merawat bayi.

Asuhan Kebidanan Nifas 70

4. Kunjungan IV

Dilakukan pada 4-6 minggu setelah persalinan, dengan tujuan :

a. Menanyakan pada ibu tentang penyakit yang ibu dan bayi alami

b. Memberikan konseling KB sedini mungkin

c. Tali pusat harus tetap kering, ibu perlu dijelaskan bahaya

membubuhkan sesuatu pada tali pusat bayi. Jika ada kemerahan pada

pusat, perdarahan tercium bau busuk bayi segera dirujuk

d. Perhatikan kondisi umum bayi apakah ada icterus atau tidak, ikterus

pada hari ketiga post partum adalah fisiologis dan tidak perlu

pengobatan. Namun jika icterus terjadi pada hari ke-3/ kapan saja dan

bayi malas untuk menetek serta mengantuk maka segera dirujuk ke RS

e. Bicarakan pemberian ASI dengan ibu dan perhatikan apakah bayi

menetek dengan baik

f. Nasehati ibu untuk memberikan ASI pada bayi selama minimal 4-6

bulan dan bahaya pemberian makanan tambahan selain ASI sebelum

usia 6 bulan

g. Catat semua hal –hal yang diperlukan dengan tepat

h. Jika ada yang tidak normal segeralah merujuk ibu atau bayi ke

Puskesmas atau RS

B. ASUHAN LANJUTAN MASA NIFAS DIRUMAH

Bidan akan lebih baik jika memantau kondisi ibu setiap hari pada saat

kunjungan rumah. Hal ini dilakukan untuk mengetahui kesehatan ibu dan

mendeteksi adanya komplikasi. Evaluasi secara terus menerus meliputi :

1. Meninjau ulang data –data

a. Catatan intrapartum dan antepartum (jika ini merupakan kunjungan

pertama/ data sebelumnya belum diketahui)

b. Jumlah jam/ hari post partum

c. Catatan pengawasan dan perkembangan sebelumnya

d. Catatan suhu, nadi, pernafasan, dan tekanan darah post partum

e. Catatan hasil laboratorium

f. Catatan pengobatan

Asuhan Kebidanan Nifas 71

2. Mengkaji riwayat

a. Ambulasi

Apakah ibu melakukan ambulasi, frekuensi, adakah kesulitan,

menggunakan bantuan/mandiri, adakah hambatan ketika

melakukan ambulasi (pusing)

b. Berkemih

Frekuensi , jumlah, adakah nyeri/disuria

c. Defekasi

Frekuensi, jumlah dan konsistensinya

d. Nafsu makan

Menu yang dimakan, frekeunsi, adakah rasa mual/panas pada

perut, muntah

e. Gangguan ketidaknyamanan/ nyeri

Lokasi, kapan, tipe nyeri, apa yang dapat mengurangi nyeri

tersebut.

f. Psikologis ibu

Bagaimana perhatian ibu terhadap dirinya dan bayinya, perasaan

terhadap bayinya, perasaan terhadap persalinan.

g. Istirahat dan tidur

Apakah ibu mengalami gangguan tidur, apakah ibu mengalami

kelelahan.

h. Menyusui

Bagaimana proses menyusui, adakah reaksi antara ibu dan bayi

selama menyusui, apakah ada masalah / pertanyaan misalnya :

waktu menyusui, posisi, rasa sakit pada putting, pembengkakan.

3. Pemeriksaan fisik

a. Mengukur TTV

b. Memeriksa payudara dan putting, apakah ada pembengkakan/ lecet

pada putting dan infeksi

c. Memeriksa abdomen dengan cara palpasi untuk mengetahui

kontraksi uterus dan kandung kemih

d. Memeriksa lochea : jumlah, warna, konsistensi dan bau

Asuhan Kebidanan Nifas 72

e. Memeriksa perineum : bagaimana penyembuhan (adakah oedema,

hematoma, nanah, luka yang terbuka, hemoroid)

f. Memeriksa kaki, adakah varices, oedema, tanda human, reflex,

nyeri tekan, kemerahan pada betis.

C. PENYULUHAN MASA NIFAS

1. Gizi

Penyuluhan tentang gizi pada masa nifas yang perlu diperhatikan

adalah :

a. Mengkonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari

b. Makan dengan diit berimbang untuk mendapatkan protein, mineral,

dan vitamin yang cukup

c. Minum sedikitnya 3 liter perhari. Ibu dianjurkan untuk minum

setiap kali selesai menyusui

2. Suplemen zat besi/ vitamin A

a. Tablet besi harus diminum untuk menambah zat gizi selama 40 hari

pasca persalinan

b. Minum kapsul vitamin A 200.000 U agar dapat memberikan

vitamin A kepada bayinya melalui ASI

3. Kebersihan diri/ bayi

Bidan perlu menjelaskan kepada ibu dan suami serta keluarga tentang

kebersihan diri pada ibu terutama pada daerah perineum selama masa

nifas yaitu :

a. Anjurkan ibu untuk tidak menggunakan tampon pasca persalinan

untuk menghindari faktor resiko. Pembalut yang baik adalah

pembalut yang dapat menyerap yaitu yang memiliki penampung .

pada umumnya darah dapat bergerak lebih banyak pada saat ibu

berjalan dan menyebabkan kontaminasi dari anus ke arah perineum

dan vagina yang terbuka.

b. Jelaskan perkembangan perubahan lokia dari mulai lokia rubra

hingga menjadi lokia alba

c. Anjurkan ibu untuk melaporkan bila didapatkan bekuan darah

banyak serta pembalut yang dipenuhi banyak darah. Ibu juga harus

Asuhan Kebidanan Nifas 73

melaporkan bila didapatkan terjadi kegagalan perubahan lokia dari

rubra ke serosa atau kembali ke rubra dari serosa.

d. Ajari ibu cara mengganti pembalut setiap kali berkemih atau

defekasi dan setelah mandi pancuran atau rendam duduk.

e. Ibu dapat menggunakan kompres es segera mungkin dengan

menggunakan sarung tangan atau bungkus es untuk mencegah

edema.

f. Ajari ibu untuk menggunakan botol perineum yang berisi air

hangat yang digunakan untuk mencuci perineum setelah selesai

berkemih untuk meningkatkan penyembuhan.

g. Ajari untuk membersihkan perineum dari arah depan (meatus

urinaria) ke arah belakang (anus) untuk mencegah kontaminasi

kotoran/kuman dari anus menuju daerah perineum.

h. Jelaskan pentingnya mengosongkan kandung kemih secara adekuat

bila ibu mengalami kesulitan berkemih ibu tetap dijaga privacynya,

menganjurkan untuk menyiram air hangat diatas perineum,

menganjurkan ambulasi, menghidupkan kran air yang mengalir.

i. Identifikasi gejala ISK (Infeksi Saluran Kencing) dan jelaskan

untuk tetap mengkonsumsi air putih yang banyak minimal 2000

liter setiap hari

j. Ajari untuk memberikan rasa nyaman pada daerah area hemoroid

(bila ada). Untuk mengurangi nyeri hemoroid dapat dilakukan :

Melakukan rendam duduk dalam air hangat / dingin sedalam

10-15 cm dalam bak mandi selama 30 menit. Dilakukan 2-3

kali sehari pastikan kebersihan bak mandi.

Meletakkan kantong es pada daerah anus

Berbaring miring

Minum lebih banyak dan diit makanan berserat dan buah

Memberi obat suppositoria (dapat menggunakan salep

Nupercainal)

Hindari duduk terlalu lama

Asuhan Kebidanan Nifas 74

4. Pemberian ASI

1. Posisi yang benar saat menyusui adalah :

Berbaring miring :

Posisi ini adalah posisi yang amat baik untuk pemberian ASI

pertama kali/ bila ibu merasa lelah/ merasakan nyeri.

Duduk :

Penting untuk member topangan/ sandaran pada punggung, ibu

dalam posisi tegak lurus (90 derajat terhadap pangkuan). Posisi

dapat dilakukan dengan duduk bersila diatas tempat tidur/ dilantai/

duduk dikursi.

2. Berbaring miring atau duduk (dengan punggung dan kaki ditopang)

akan membantu bentuk payudara dan memberi ruang untuk

menggerakkan bayinya ke posisi yang baik.

3. Badan bayi harus dihadapkan ke arah badan ibu dan mulutnya bayi

dihadapkan ke putting susu ibu. Leher bayi harus sedikit

ditengadahkan.

4. Bayi sebaiknya ditopang pada bahunya sehingga posisi kepala agak

tengadah dapat dipertahankan. Posisikan bibir bawah paling sedikit

1,5 cm dari pangkal putting susu. Bayi harus mengulum sebagian

besar areola, bukan hanya ujung putingnya. Hal ini akan

menyebabkan bayi menarik sebagian dari jaringan payudara masuk

ke dalam mulutnya dengan lidah dan rahang bawah. Bila

diposisikan dengan benar, bayi akan membentuk sinus laktiferus

akan berada didalam rongga mulut bayi. Puting susu akan masuk

sampai langit-langit lunak (palatum velum) dan bersentuhan

dengan langit –langit tersebut. Sentuhan ini akan merangsang

reflex penghisapan.

5. Bayi harus dilakukan rooming in/ rawat gabung (bayi ditempatkan

dekat dengan ibunya dikamar yang sama). Keuntungannya adalah

ibu dapat dengan mudah menyusui bayinya. Ibu harus belajar

mengenali tanda –tanda bayi lapar.

6. Pemberian ASI harus dilakukan sesering mungkin. Bayi akan

merasa lapar dan ingin minum ASI adalah setiap 2-3 jam atau 10-

12 kali dalam 24 jam. Bila bayi tidak minta diberi ASI. Anjurkan

Asuhan Kebidanan Nifas 75

ibu untuk memberikan ASI setidaknya setiap 4 jam. Selama 2 hari

pertama setelah lahir, beberapa bayi tidur panjang selama 6-8 jam.

7. Hanya diberikan kolostrum dan ASI. Pemberian makanan lain

termasuk air dapat membuat bayi sakit dan menurunkan persediaan

ASI. Karena ibu memproduksi ASI tergantung dari seberapa

banyak ASInya dihisap oleh bayi.

8. Hindari susu botol dan dot kempeng. Karena dapat membuat bayi

bingung putting dan membuat bayi menolak putting ibunya/ tidak

mengisap dengan baik. Karena mekanisme mengisap botol akan

berbeda dari mekanisme mengisap putting susu ibu. Bila bayi

diberi susu botol/ kempeng akan membuat bayi lebih susah belajar

mengisap ASI ibunya.

5. Latihan / senam nifas

a. Ibu dianjurkan untuk memulai latihan sederhana di RS dan

melanjutkan latihan tersebut dirumah. Latihan ini bertujuan untuk

meningkatkan tonus otot, mengurangi berat badan pasca partum

dan membantu mencegah konstipasi

b. Ibu dijelaskan tentang beberapa faktor yang mempengaruhi

kesiapan ibu dalam memulai senam nifas yaitu :

Tingkat kesegaran tubuhnya sebelum kelahiran bayi

Riwayat persalinan lama/persalinan sulit

Apakah bayinya tenang / rewel

Penyesuaian post partum yang sulit

c. Prinsipnya dalam melakukan senam nifas adalah hendaknya

dilakukan secara perlahan dahulu semakin lama semakin kuat/

sering. Senam yang paling baik untuk memperkuat dasar panggul

adalah senam kegel. Senam kegel akan membantu penyembuhan

post partum dengan cara membuat kontraksi dan pelepasan secara

bergantian pada otot dasar panggul. Selain itu manfaat lainnya

adalah membuat jahitan lebih rapat, meredakan hemoroid,

meningkatkan pengendalian atas urin.

Asuhan Kebidanan Nifas 76

6. Hubungan seksual

Hubungan seksual dapat dilakukan pada minggu ke-2 sampai minggu

ke-4 jika tidak ada perdarahan dan luka episotomi sudah sembuh.

Untuk mengurangi rasa nyeri dapat menggunakan lubrikasi. Penetrasi

harus dilakukan dengan hati-hati. Bidan perlu menjelaskan pada ibu

dan suaminya tentang hubungan seksual selama masa nifas :

a. Jelaskan pada ibu bahwa akan terjadi penurunan keinginan

berhubungan seksual karena adanya perubahan hormon, keletihan

dan ketidakpuasan dengan penampilan diri, ketidaknyamanan yang

tidak menghilang (terkait dengan luka episiotomi). Pasangan perlu

untuk mendiskusikan masalah ini secara terbuka.

b. Untuk mencegah terjadinya kehamilan yang tidak direncanakan,

nasihatkan pasangan untuk memakai kontrasepsi ketika mereka

mulai kembali melakukan aktivitas seksual, meskipun siklus haid

ibu belum kembali

c. Secara fisik aman untuk memulai hubungan seksual antara suami

istri ketika darah merah berhenti dan ibu dapat memasukkan satu

atau dua jari kedalam vagina tanpa rasa nyeri. Ketika darah merah

berhenti dan ibu tidak merasa nyeri aman untuk memulai

melakukan hubungan seksual kapan saja ibu siap.

d. Banyak budaya yang mempunyai tradisi menunda hubungan suami

istri sampai masa waktu tertentu. Misalnya setelah 40 hari atau 6

minggu setelah persalinan. Keputusan bergantung pada pasangan

yang bersangkutan.

7. Keluarga Berencana

Bidan berperan menjelaskan pada ibu dan suaminya tentang KB :

a. Idealnya pasangan harus menunggu minimal 2 tahun sebelum ibu

hamil kembali. Setiap pasangan harus menentukan sendiri kapan

dan bagaimana mereka ingin merencanakan keluarganya. Disinilah

pentingnya peran bidan dalam membantu ibu tentang cara

mencegah kehamilan yang tidak diinginkan.

Asuhan Kebidanan Nifas 77

b. Biasanya wanita tidak akan menghasilkan telur (ovulasi) sebelum

ia mendapatkan lagi haidnya selama menyusui (MAL = Metode

Amenorhoe Laktasi). Resiko metode ini adalah 2 % kehamilan.

c. Penggunaan kontrasepsi tetap lebih aman terutama apabila ibu

sudah haid lagi

d. Sebelum menggunakan metode KB ada bebrapa hal yang harus

dijelaskan kepada ibu yaitu :

Bagaimana metode ini dapat mencegah kehamilan dan

efektifitasnya?

Kelebihan dan kekurangannya

Efek samping

Bagaimana menggunakan metode ini

Kapan metode ini dapat digunakan untuk wanita pasca

bersalin yang menyusui ?

e. Jika seorang ibu atau pasangan telah memilih metode KB tertentu,

ada baiknya pasangan berkunjung ulang 2 minggu kemudian untuk

mengetahui apakah metode tersebut bekerja dengan baik.

D. TANDA BAHAYA

Sebagian besar kematian ibu terjadi selama masa pasca persalinan. Oleh

karena itu penting bagi ibu dan keluarganya untuk mengenal tanda bahaya

dan perlu mencari pertolongan kesehatan. Bebrapa tanda bahaya yang

dapat terjadi pada ibu masa nifas adalah :

1. Perdarahan pervaginam yang luar biasa banyak / yang tiba –tiba

bertambah banyak (lebih banyak dari perdarahan haid biasa / bila

memerlukan penggantian pembalut 2 kali dalam ½ jam)

2. Pengeluaran pervaginam yang baunya menusuk

3. Rasa sakit bagian bawah abdomen atau punggung

4. Sakit kepala yang terus-menerus, nyeri ulu hati, atau masalah

penglihatan

5. Pembengkakan diwajah / tangan

6. Demam, muntah, rasa sakit waktu BAK,/ merasa tidak enak badan

7. Payudara yang berubah merah, panas, dan terasa sakit

8. Kehilangan nafsu makan dalam waktu yang lama

9. Rasa sakit, merah, nyeri tekan dan / pembengkakan kaki

Asuhan Kebidanan Nifas 78

10. Merasa sangat sedih / tidak mampu mengasuh sendiri bayinya / diri

sendiri

11. Merasa sangat letih / nafas tertengah-engah.

IV. EVALUASI

1. Jelaskan tanda bahaya yang ssering terjadi pada masa nifas !

2. Jelaskann kebutuhan gizi untuk ibu nifas !

V. REFERENSI

1. Bahiyatun, 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas Normal. Jakarta : EGC

2. Eny Retna Ambarwati, Diah Wulandari.2008. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta :

Mitra cendekia press

3. Suherni, Hesty Widyasih, Anita Rahmawati. 2009. Perawatan Masa Nifas.

Yogyakarta : Fitramaya

Asuhan Kebidanan Nifas 79

BAB IX

DETEKSI DINI KOMPLIKASIDAN PENANGANANNYA

I. TUJUAN PEMBELAJARAN UMUM

Setelah mempelajari bab ini diharapkan peserta didik mampu melakukan deteksi dini

komplikasi masa nifas

II. TUJUAN PEMBELAJARAN KHUSUS

Setelah mempelajari bab ini diharapkan peserta didik mampu melakukan deteksi dini

komplikasi masa nifas yang meliputi : :

1. Perdarahan pervaginam

2. Infeksi masa nifas

3. Sakit kepala, nyeri epigastrik dan penglihatan kabur

4. Pembengkakan diwajah/ekstremitas

5. Demam, muntah, rasa sakit waktu berkemih

6. Payudara yang berubah menjadi merah, panas/terasa sakit

7. Kehilangan nafsu makan

8. Rasa sakit, merah, lunak/pembengkakan

9. Kesedihan/ tidak mampu mengasuh diri sendiri/ bayinya

III. URAIAN MATERI

1. MASTITIS

Tanda dan gejala :

- Awal demam tkt rendah, sakit pd seperempat bagian dada (terutama bila

menyusui)

- Lanjut suhu 39.50C – 400C, denyut nadi meningkat, sekitar dada merah dan

berbenjol keras.

2. ABSCESS PAYUDARA

- Nanah

- Panas hilang timbul

- Payudara bengkak dan sakit

Asuhan Kebidanan Nifas 80

Penanganan ;

- Pengosongan payudara, BH menyokong

- Kompres hangat, intake cukup

- Tehnik aseptik, antibiotika

3. THROMBOPHLEBITIS

Tanda dan gejala :

- Ringan nadi dan suhu , sakit pada tungkai dan terasa panas, lemah dan merah

- Pada vena yg dalam panas tinggi, tachycardia, menggigil, rasa sakit hebat dan

tiba-tiba pada tungkai, edema pada sendi paha dan kaki, rasa sakit pada betis bila

ditekan.

Penanganan :

- USG vena

- Istirahat baring, tungkai ditinggikan

- Hangatkan tungkai

- Verband/stocking elastik

- Analgetik

- Antikoagulan, antibiotik ( konsultasi dokter)

4. EMBOLI PARU-PARU

Tanda dan gejala :

- Chest pain

- Sesak napas, tachypnea, dyspnea

- Respiratory rales

- Tachycardia

- Muntah darah

- Kesadaran menurun

Penanganan segera panggil dokter

5. HEMATOMA

Tanda dan gejala :

Sekitar vulva dan vagina

tekanan pd perineum, vagina, urethra, kandung kemih dan rectum

rasa sakit yg berlebihan

bengkak dan teraba keras

warna biru dan kehitaman Daerah yg lebih luas

Rasa sakit pd uterus bagian lateral (sensitif bila dipalpasi)

Asuhan Kebidanan Nifas 81

Rasa sakit pd pinggul

Abdomen tegang

Teraba benjolan pd pemeriksaan rektum

6. SUBINVOLUTIO

Tanda dan gejala ;

Uterus teraba lembek penurunan FU tdk sesuai

Lochea tetap berwarna merah tua, perubahan warna lambat (kadang disertai

perdarahan)

Penanganan :

Pengawasan kemungkinan infeksi Uterotonika

7. DEPRESI POSTPARTUM

Gejala-gejala :

Konsentrasi

Minat <, perasaan kosong

Rasa tdk aman

Kurang percaya diri bisa menjadi ibu yg baik

Emosi positif <

Rapuh, kehilangan konsep

< mampu mengontrol emosi

Merasa takut, merasa hampir gila

Merasa bersalah dan takut mencederai bayi

Memikirkan kematian

IV. EVALUASI

1. Jelaskan tanda dan gejala mastitis!

2. Jelaskan penanganan abses payudara!

Asuhan Kebidanan Nifas 82

V. REFERENSI

1. Bennet and Brown (1999). Myles Texbook for Midwives (13th Ed). UK London

2. Bahiyatun (2009). Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas Normal. Jakarta : EGC

3. Dickason. E. J. (1998). Maternal – Infant Nursing (3rd Ed.) St.Louis: Mosby

4. Eny Retna Ambarwati, Diah Wulandarin (2008). Asuhan Kebidanan Nifas.

Yogyakarta : Mitra Cendekia

5. Pusdiknakes, WHO, JHPIEGO (2001). Buku IV, Asuhan kebidanan pada Ibu Post

Partum : Jakarta

6. Olds SB, London ML & Ladewig PW (2000). Maternal Newborn Nursing : A family

and Community Based Approach. 6th Edition. New Jersey: Prentice Hall Health.

7. Reeder. S. J. (1997). Nursing, Family Health and reproduction (18th Ed)

Philadelpia: Lippincot – Raven

8. Saifudin AB (2002). Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Matrenal dan

Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

9. Suherni, Hesty Widyasih, Anita Rahmawati (2009). Perawatan Masa Nifas.

Yogyakarta : Fitramaya

10. WHO. (2001). Panduan Praktis Maternal dan Neonatal. Jakarta

11. Women’s health Queensland Wide and Women’s Infolink. (1999). Understanding

Postnatal Disorder. Brisbane: Women’s health Queensland Wide