buku 1 mengenal akidah islam dummy final

96
i buku 1_mengenal akidah islam.indd 1 01/04/2015 19:34:09

Upload: tauhid-nur-azhar

Post on 21-Jul-2016

272 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

Buku yang berisi panduan ringkas dan sangat mendasar tentang akidah dan dasar keTauhidan yang amat dibutuhkan sebagai materi untuk belajar Islam yang bersifat rahmatan lil alamin

TRANSCRIPT

Page 1: Buku 1 mengenal akidah islam dummy final

i

buku 1_mengenal akidah islam.indd 1 01/04/2015 19:34:09

Page 2: Buku 1 mengenal akidah islam dummy final

ii

”Islam di bangun di atas lima dasar, yaitu: persaksian bahwasannya tidak ada Ilah (yang berhak diibadahi secara benar) selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah, lalu menegakkan shalat, menunaikan zakat, melaksanakan puasa pada bulan Ramadhan dan melaksanakan haji ke Baitullah.” (HR Bukhari, Muslim, Ibnu Khuzaimah, Ibnu Hibban)

Darul Ilmi Bandung2/13/2015

Halaman Copyright

buku 1_mengenal akidah islam.indd 2 01/04/2015 19:34:10

Page 3: Buku 1 mengenal akidah islam dummy final

iii

KATA PENGANTAR

Bismillâhi Ar-Rahmân Ar-Rahîm. Segala puji bagi Allah Ta’ala. Zat Yang Mahakuasa dan Pemilik segala yang ada. Shalawat dan salam semoga pula tercurahlimpahkan kepada Rasulullah Muhammad saw. Nabi Akhir Zaman yang layak untuk kita jadikan teladan dan ikutan.

Akidah (keimanan) merupakan hal terpenting yang harus diketahui oleh setiap Muslim. Mengapa demikian? Sesungguhnya, akidah merupakan pondasi tegaknya amal ibadah dan syarat diterimanya sebuah amalan. Allah Ta’ala berfirman, “Sungguh, telah diwahyukan kepadamu dan nabi-nabi sebelummu: Jika kamu berbuat syirik niscaya lenyaplah seluruh amalmu dan kamu pasti akan termasuk golongan orang-orang yang merugi.” (QS Az-Zumar, 39:65)

Itulah mengapa, seluruh dakwah para rasul tegak di atas misi yang sama, yaitu mentauhid Allah Ta’ala dalam semua aspek kehidupan. “Sungguh telah Kami utus kepada setiap umat seorang rasul (yang berseru), ‘Sembahlah Allah dan jauhilah thaghut (sesembahan selain Allah)’.” (QS An-Nahl, 16:36).

Para pembaca yang dirahmati Allah, hal ini sudah cukup untuk menunjukkan betapa pentingnya ilmu tauhid dan betapa besar kebutuhan umat manusia terhadapnya. Tidak berarti semua yang kita miliki apabila kita tidak

buku 1_mengenal akidah islam.indd 3 01/04/2015 19:34:10

Page 4: Buku 1 mengenal akidah islam dummy final

iv

memiliki pemahaman yang benar tentang keimanan kepada Allah Swt.

Maka, dengan kerendahan hati, kami memberanikan untuk mencetak dan menyebarkan buku ini. Harapannya, semoga buku ini dapat menyegarkan kembali ingatan akan pentingnya bab akidah dalam kehidupan sehingga kita bisa menjalani setiap derap langkah dalam bingkai ketaatan kepada-Nya. Selamat membaca. Semoga bermanfaat. ***

Februari, 2015Tim Baitul Ilmi Bandung

buku 1_mengenal akidah islam.indd 4 01/04/2015 19:34:10

Page 5: Buku 1 mengenal akidah islam dummy final

v

DAFTAR ISI

Kata Pengantar — iii

Pendahuluan: Akidah sebagai Pilar Ajaran Islam — 1

Bagian 1 – Beriman kepada Allah Swt. — 9Bagian 2 – Beriman kepada Malaikat — 27Bagian 3 – Beriman kepada Kitabullah — 43 Bagian 4 – Beriman kepada Para Rasul — 55Bagian 5 – Beriman kepada Hari Kiamat — 67 Bagian 6 – Beriman kepada Qadha dan Qadar — 77

Daftar Pustaka — 87Tentang Darul Ilmi — 89

buku 1_mengenal akidah islam.indd 5 01/04/2015 19:34:10

Page 6: Buku 1 mengenal akidah islam dummy final

vi

buku 1_mengenal akidah islam.indd 6 01/04/2015 19:34:10

Page 7: Buku 1 mengenal akidah islam dummy final

Pendahuluan | 1

”Maka barangsiapa mengharapkan perjumpaan dengan Tuhannya (di akhirat), hendaklah dia beramal saleh dan

tidak menyekutukan seorang pun dalam beribadah kepada Tuhannya.” (QS Al-Kahfi, 18:110)

Dalam ajaran Islam, akidah memiliki kedudukan yang sangat penting. Ibarat sebuah bangunan, akidah adalah pondasinya. Adapun ajaran Islam yang lain,

seperti ibadah dan akhlak, adalah sesuatu yang dibangun di atasnya. Dengan demikian, baiknya ibadah dan akhlak seseorang akan sangat ditentukan oleh kuat tidaknya akidah yang dimilikinya. Mantap akidahnya, mantap yang lainnya. Lemah akidahnya, rapuh pula ibadah dan akhlaknya. Hal ini mirip dengan sebuah bangunan yang dibangun di atas pondasi yang tidak kuat. Jangankan terkena guncangan gempa bumi atau badai, sekadar untuk menahan atau menanggung beban atap saja, bangunan tersebut akan runtuh dan hancur berantakan.

Maka, akidah yang benar merupakan landasan (asas) bagi tegak agama (din) dan diterimanya suatu amal. Allah Ta’ala berfirman, “Maka barangsiapa mengharapkan perjumpaan dengan Tuhannya (di akhirat), hendaklah

PENDAHULUANAKIDAH SEBAGAI PILAR AJARAN ISLAM

buku 1_mengenal akidah islam.indd 1 01/04/2015 19:34:10

Page 8: Buku 1 mengenal akidah islam dummy final

2 | MENGENAL AKIDAH ISLAM

dia beramal saleh dan tidak menyekutukan seorang pun dalam beribadah kepada Tuhannya.” (QS Al-Kahfi, 18:110)

Allah Ta’ala pun berfirman, “Dan sungguh telah diwahyukan kepadamu dan kepada nabi-nabi sebelummu, bahwa jika engkau betul-betul melakukan kesyirikan, maka sungguh amalmu akan hancur, dan kamu benar-benar akan termasuk orang-orang yang merugi.” (QS Az-Zumar, 39:65)

Mengingat pentingnya kedudukan akidah, para nabi dan rasul mendahulukan dakwah dan pengajaran Islam dari aspek akidah, sebelum aspek yang lainnya. Lihatlah bagaimana Rasulullah saw. Tiga belas tahun lamanya beliau berdakwah di kota Makkah untuk menanamkan nilai-nilai akidah atau keimanan. Dalam rentang waktu tersebut, kaum muslimin yang merupakan minoritas di Makkah mendapatkan ujian keimanan yang sangat berat, mulai dari bujuk rayu secara halus, sampai dengan penyiksaan, pengusiran, dan upaya pembunuhan. Namun demikian, alih-alih melemahkan, ujian berat tersebut justru telah menempa keyakinan mereka akan kebenaran Islam, memperkuat tali persaudaraan, dan melambungkan semangat untuk menegakkan nilai-nilai Islam di muka bumi. Hal ini menjadi basis atau landasan yang kokoh bagi perjuangan generasi kaum muslimin selanjutnya.

Adapun pengajaran dan penegakan hukum-hukum syariat dilakukan di Madinah, dilakukan dalam rentang waktu yang lebih singkat, yaitu kurang lebih sepuluh tahun. Tentu saja, hal ini dilakukan setelah fondasi akidah kaum Muslimin, khususnya kaum Muhajirin dan Anshar, telah sangat kuat. Hal ini menjadi pelajaran bagi

buku 1_mengenal akidah islam.indd 2 01/04/2015 19:34:11

Page 9: Buku 1 mengenal akidah islam dummy final

Pendahuluan | 3

kita mengenai betapa penting dan teramat pokoknya akidah atau keimanan dalam ajaran Islam.

Pengertian AkidahAkidah secara bahasa berasal dari kata (دقع) yang berarti ikatan. Secara istilah, akidah adalah keyakinan hati atas sesuatu. Istilah “akidah” dapat digunakan untuk ajaran yang terdapat dalam Islam, dan dapat pula digunakan untuk ajaran lain di luar Islam. Itulah mengapa, kita mengenal istilah akidah Islam, akidah Nasrani, akidah Yahudi, atau akidah lainnya. Dengan demikian, ada akidah yang benar atau lurus dan ada akidah yang sesat atau menyimpang.

Dalam konteks Islam, akidah itu sendiri memiliki sejumlah nama atau istilah yang sepadan dengannya. Penyebutan satu nama atau istilah sebenarnya merujuk pada satu esensi yang sama. Berikut ini beberapa istilah yang merujuk pada makna akidah:

• Tauhid. ‘Akidah dinamakan dengan tauhid karena pembahasannya berkisar seputar tauhid atau pengesaan kepada Allah di dalam rububiyyah, uluhiyyah dan asma’ wa shifat. Jadi, tauhid merupakan kajian ilmu akidah yang paling mulia dan merupakan tujuan utamanya.

• As-Sunnah. Sunnah artinya jalan. Seseorang dikatakan menjalankan sunnah apabila dia mengikuti jalan yang ditempuh oleh Rasulullah saw. dan para sahabat di dalam masalah akidah. Istilah ini termasuk istilah yang sangat popular pada tiga generasi pertama, khususnya generasi sahabat dan para thabi’in.

buku 1_mengenal akidah islam.indd 3 01/04/2015 19:34:11

Page 10: Buku 1 mengenal akidah islam dummy final

4 | MENGENAL AKIDAH ISLAM

• Ushuluddin. Ushul artinya rukun-rukun Iman, rukun-rukun Islam dan masalah-masalah yang qath’i (pasti) serta hal-hal yang telah menjadi kesepakatan para ulama.

• Asy-Syari’ah. Maksudnya adalah segala sesuatu yang telah ditetapkan oleh Allah dan rasul-Nya berupa jalan-jalan petunjuk, terutama dan yang paling pokok adalah ushuluddin (masalah-masalah akidah).

• Al-Iman. Akidah disebut juga dengan al-iman sebagaimana yang disebutkan dalam Al-Quran dan sejumlah hadis Nabi saw. Dalam konteks ini, akidah Islam (al-aqidah al-Islamiyah) merupakan keyakinan atas sesuatu yang terdapat dalam apa yang kita kenal sebagai rukun iman, yaitu keyakinan kepada Allah, malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari Akhir, serta takdir baik dan buruk. Hal ini didasarkan kepada hadis shahih yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Umar bin Khathab ra. yang dikenal dengan “Hadis Jibril”.

Mengenal Rukun ImanRukun iman itu terdiri atas enam enam pokok keyakinan, yaitu yakin akan Allah Yang Mahaesa; yakin akan malaikat Allah; yakin akan kitab suci yang diturunkan Allah; yakin akan rasul-rasul utusan Allah; yakin akan keberadaan Hari Akhir; dan yakin akan qadar baik dan buruk.

Rukun iman atau arkânul îmân merupakan asas dari seluruh ajaran Islam. Rukun (atau jamaknya arkânu) berasal dari kata Arab. Dalam bahasa Indonesia, dia diartikan sebagai tiang atau pilar. Oleh karena itu,

buku 1_mengenal akidah islam.indd 4 01/04/2015 19:34:11

Page 11: Buku 1 mengenal akidah islam dummy final

Pendahuluan | 5

arkânul îmân disebut dalam bahasa Indonesia sebagai tiang-tiang atau pilar-pilar iman. Kata ”iman” sendiri berasal dari kata âmana (artinya mempercayai). Iman dengan demikian bisa diartikan sebagai ”kepercayaan”. Percaya sendiri berasal dari bahasa Sansekerta, yaitu pracaya yang berarti ”menerima”. Di dalam bahasa Indonesia, kita pun mengenal kata ”yakin”. Kata ini berasal dari bahasa Arab, yang artinya ”percaya dengan sungguh-sungguh”. Sebagai istilah, dengan demikian, kita membedakan antara kepercayaan dan keyakinan. Kepercayaan adalah menerima dengan budi (rasio), sedangkan keyakinan adalah menerima dengan hati. Dengan demikian, keimanan kita ekuivalen dengan keyakinan. (Sidi Gazalba, Seri Ilmu Islam I: Asas Ajaran Islam, Jakarta: Penerbit Bulan Bintang, 1976, hlm. 15)

Di dalam ajaran Islam, rukun iman atau arkânul îmân itu terdiri atas enam enam pokok keyakinan, yaitu: (1) yakin akan Allah, Zat Yang Mahaesa; (2) yakin akan malaikat-malaikat Allah; (3) yakin akan kitab suci yang diturunkan Allah; (4) yakin akan rasul-rasul utusan Allah; (5) yakin akan keberadaan hari Akhir; dan (6) yakin akan qadar yang baik dan buruk.

Keenam pokok keyakinan ini bersifat berurutan dari yang pertama sampai yang terakhir dalam hubungan sebab akibat atau dalam hubungan yang bersifat kausalitas. Keyakinan kepada Allah yang diistilahkan dengan tauhid merupakan prima causa dari rukun iman. Artinya, sebab yang pertama sekali atau sebab dari semua sebab. Karena arkânul îmân menjadi asas seluruh ajaran Islam, keyakinan kepada Allah Swt. dengan sendirinya menjadi asas dari seluruh ajaran dan amalan dalam agama Islam

buku 1_mengenal akidah islam.indd 5 01/04/2015 19:34:11

Page 12: Buku 1 mengenal akidah islam dummy final

6 | MENGENAL AKIDAH ISLAM

itu sendiri. Itu mengapa pengkajian, pemahaman, dan keyakinan terhadap ketauhidan menjadi hal yang sangat diutamakan dalam Islam sebelum pengkajian tentang masalah yang lain. Mengapa? Karena tauhid adalah jiwa dari seluruh bangunan Islam, di mana setiap sendi ajaran Islam harus dilandasi dan dijiwai oleh nilai-nilai ketauhidan. Dia pun merupakan ilmu atau filsafat tersendiri yang disebut ilmu kalam. Dalam studi Islam, dia merupakan bagian khusus yang disebut ilmu ushuluddin atau ilmu yang membahas tentang pokok-pokok atau sendi ajaran Islam.

Apabila kita menelaah tahap-tahap dakwah Islam yang dilakukan Rasulullah saw., tahap pertama yang dilakukan adalah penanaman nilai-nilai ketauhidan sebelum penanaman nilai-nilai yang lain. Fase dakwah di Makkah yang berlangsung sekitar 13 tahun adalah fase dakwah yang menitikberatkan pada nilai-nilai ketauhidan.

Apabila kita sudah selesai dengan keyakinan pertama, akibat selanjutnya adalah kita akan dapat menerima keyakinan kedua, yaitu keyakinan akan keberadaan dan kebenaran dari malaikat-malaikat-Nya Allah. Bukankah Allah Swt. telah berfirman, ”Dia ciptakan malaikat-malaikat.” Ketika kita yakin kepada Allah, kita pun pasti akan yakin dengan firman-Nya, yakin dengan firman-Nya berarti yakin akan keberadaan makhluk-makhluk gaib yang tidak tersentuh dengan pancaindra sebagaimana yang diinformasikan-Nya.

Konsekuensi yakin kepada malaikat adalah yakin terhadap kitab suci yang diturunkan Allah Swt. Bukankah fungsi utama Malaikat Jibril adalah menyampaikan wahyu dari Allah Swt. kepada Rasulullah saw.? Yakin kepada

buku 1_mengenal akidah islam.indd 6 01/04/2015 19:34:11

Page 13: Buku 1 mengenal akidah islam dummy final

Pendahuluan | 7

kitab suci dari Allah dengan sendirinya akan membawa keyakinan akan keberadaan dan kebenaran orang-orang yang Allah pilih sebagai utusan, yaitu para rasul Allah, yang diutus untuk menyampaikan tuntunan dan kabar gembira kepada segenap manusia.

Ajaran pokok dalam Islam setelah tauhid adalah keyakinan akan adanya kehidupan setelah kematian di akhirat, yaitu sebagai hari Pembalasan atas segenap amal yang pernah dilakukan di dunia. Wahyu dari Allah dan disampaikan melalui rasul-Nya mengajarkan tentang keberadaan akhirat. Karena kita beriman kepada Allah, malaikat, kitab, dan rasul-Nya, kita pun pasti akan yakin kepada adanya hari Pembalasan.

Pada periode hari Pembalasan itu terdapat dua tempat yang dijanjikan, yaitu (1) tempat yang baik, di mana manusia akan mendapatkan aneka kesenangan, kebaikan, dan segenap anugerah yang tidak ada tandingannya di dunia, yaitu surga; dan (2) tempat yang buruk, di mana manusia akan mendapatkan aneka keburukan, siksa, azab yang pedih, dan berbagai kesusahan yang tidak ada bandingannya di dunia, yaitu neraka.

Kedua tempat ini merupakan akhir dari dua jalan yang terbentang sejak di dunia, yaitu jalan yang lurus dan jalan yang bengkok. Jalan lurus analogi dari amal saleh, ketaatan, dan aneka perbuatan baik yang telah diqadarkan atau ditentukan oleh Allah Swt. melalui perantaraan kitab suci dan rasul-Nya. Adapun jalan bengkok analogi dari amal buruk, kesesatan, nafsu yang diperturutkan, dan aneka perbuatan buruk yang telah diqadarkan atau ditentukan oleh Allah Swt. untuk dijauhi dan tidak dilakukan. Dengan demikian, keyakinan

buku 1_mengenal akidah islam.indd 7 01/04/2015 19:34:11

Page 14: Buku 1 mengenal akidah islam dummy final

8 | MENGENAL AKIDAH ISLAM

terhadap adanya hari Akhir akan membawa manusia pada keyakinan akan adanya nilai-nilai baik dan buruk menurut qadar dari Allah Azza wa Jalla.

Pada bab-bab berikutnya dari buku ini, insya Allah kita akan membahas lebih jauh tentang akidah sebagaimana yang terungkap dalam rukun iman yang enam ini. ***

buku 1_mengenal akidah islam.indd 8 01/04/2015 19:34:11

Page 15: Buku 1 mengenal akidah islam dummy final

Bagian 1: BERIMAN KEPADA ALLAH | 9

Peribahasa mengatakan, “Tak kenal maka tak sayang”. Ada banyak orang mengaku mengenal Allah, akan tetapi mereka tidak cinta kepada-Nya. Buktinya,

mereka banyak melanggar apa yang diperintahkan Allah dan menjalankan apa yang dilarangan-Nya. Mengapa demikian? Ternyata, sebagian orang tidak mengenal Allah dengan sebenarnya. Mereka lebih mengenal harta, sanak saudara, tetangga, atau tokoh idola daripada Allah Azza wa Jalla.

Ketika ada masalah, misalnya dalam masalah keuangan, yang pertama kali hadir di benak adalah orangtua, saudara, teman, atau siapa saja yang bisa dimintai tolong, bukannya Allah. Akhirnya, dia rela menggadaikan harga dirinya di hadapan manusia. Tidak salah kita meminta tolong kepada manusia. Namun, hal tersebut dilakukan setelah kita mengadu terlebih dahulu kepada Allah, minta petunjuk-Nya, minta pertolongan-Nya, dan berusaha mendekat kepada-Nya dengan

BAGIAN 1BERIMAN KEPADA ALLAH

“Katakanlah, ‘Dialah Allah yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tidak beranak dan tidak diperanakkan. Dan tidak ada seorang pun

yang setara dengan-Nya’.” (QS Al-Ikhlash, 112:1-4)

buku 1_mengenal akidah islam.indd 9 01/04/2015 19:34:11

Page 16: Buku 1 mengenal akidah islam dummy final

10 | MENGENAL AKIDAH ISLAM

menjalankan apa-apa yang disukai-Nya. Andai kita meminta bantuan manusia, hati harus tetap yakin bahwa yang memberi pertolongan hakikatnya Allah jua.

CARA MENGENAL ALLAHMaka, upaya mengenal Allah bukan sekadar mengetahui nama-Nya saja sebatas di masjid, di majelis zikir, atau di majelis ilmu atau mengenal-Nya ketika tersandung batu, ketika mendengar kematian, atau ketika mendapatkan musibah dan mendapatkan kesenangan. Upaya mengenal Allah yang hakiki adalah berusaha mengenal Allah yang akan membuahkan rasa takut kepada-Nya, tawakal, berharap, menggantungkan diri, dan ketundukan hanya kepada-Nya. Dengan demikian, kita bisa mewujudkan segala bentuk ketaatan dan menjauhi segala apa yang dilarang oleh-Nya. Yang akan menenteramkan hati ketika orang-orang mengalami gundah-gulana dalam hidup, mendapatkan rasa aman ketika orang-orang dirundung rasa takut dan akan berani menghadapi segala macam permasalahan hidup.

Mengenal Allah dapat dilakukan dengan empat cara, yaitu: (1) mengenal wujud Allah, (2) mengenal rububiyah Allah, (3) mengenal uluhiyah Allah, dan (4) mengenal nama dan sifat-sifat Allah.

1. Mengenal Wujud Allah

Mengenal wujud Allah adalah beriman bahwa Allah itu ada. Adapun adanya Allah telah diakui oleh fitrah, akal, panca indra manusia, dan ditetapkan pula oleh syari’at.

buku 1_mengenal akidah islam.indd 10 01/04/2015 19:34:11

Page 17: Buku 1 mengenal akidah islam dummy final

Bagian 1: BERIMAN KEPADA ALLAH | 11

Adapun tentang pengakuan fitrah telah disebutkan oleh Allah di dalam Al-Quran, “Dan ingatlah ketika Tuhanmu menurunkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman), ‘Bukankah Aku ini Rabbmu.’ Mereka menjawab, ‘(Betul Engkau Tuhan kami) kami mempersaksikannya.’ (Kami lakukan yang demikian) agar kalian pada hari Kiamat tidak mengatakan, ‘Sesungguhnya kami bani Adam adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan-Mu) atau agar kamu tidak mengatakan, “Sesungguhnya orang-orang tua kami telah mempersekutukan Tuhan sejak dahulu sedangkan kami ini adalah anak-anak keturunan yang datang setelah mereka.” (QS Al-A’râf, 7:172-173)

Ayat ini menjadi dasar bahwa fitrah seseorang mengakui adanya Allah. Ayat ini pun menunjukkan bahwa dengan fitrahnya itu manusia bisa mengenal Rabbnya.

Adapun bukti syariat, kita menyakini bahwa syariat Allah yang dibawa para rasul yang mengandung maslahat bagi seluruh makhluk, menunjukkan bahwa syari’at itu datang dari sisi Zat Yang Mahabijaksana. (Syarah Aqidah Al-Wasithiyyah, Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin, hlm. 41-45)

Bolehkah kita membayangkan wujud Allah?Mengenai Zat Allah, Rasulullah saw. memberikan panduan bahwa kita dilarang untuk berpikir tentang Zat Allah, memikirkan bentuk-Nya, apalagi mereka-reka wajah-Nya, tangan-Nya, dan lainnya. Beliau bersabda, “Berpikirlah tentang ciptaan Allah dan jangan memikirkan (Zat)

buku 1_mengenal akidah islam.indd 11 01/04/2015 19:34:11

Page 18: Buku 1 mengenal akidah islam dummy final

12 | MENGENAL AKIDAH ISLAM

Allah. Karena kalian tidak mungkin akan mampu memperhitungkan kadarnya.” (HR Abu Nu’aim)

Larangan ini bukan tanpa alasan. Memikirkan Zat Allah berarti kita memikirkan Yang Mahagaib, Zat yang tidak bisa dilihat oleh mata, tidak bisa didengar oleh telinga, tidak bisa diraba oleh kulit, dan tidak bisa dicium oleh indra pembau. Intinya, keberadaan Allah Ta’ala sangat jauh dari pengamatan panca indra. Tentu saja, dengan kondisi ini, sangat sulit bagi kita untuk memperoleh gambaran tentang wujud Zat-Nya. Seorang ulama membuat tamsil yang sangat bagus tentang hal ini. Dia berkata, ”Ada sinar matahari yang tidak dapat kita jangkau, masih banyak pula menyangkut matahari yang tidak dapat kita ketahui. Cahayanya pun tidak mampu kita tatap berlama-lama. Kalau matahari saja demikian, bagaimana mungkin kita dapat melihat Zat yang menciptakan matahari dengan mata kepala sendiri?”

Apabila memaksakan diri, jangan heran apabila kita tidak akan memperoleh hasil yang benar. Bahkan, hal itu bisa jadi malah menyesatkan karena kemampuan akal manusia sangat terbatas. Betapa tidak, Allah Azza wa Jalla terbebas dari ikatan ruang dan waktu yang mengungkung manusia. Adapun manusia mustahil mampu menggambarkan suatu peristiwa apabila tidak dikaitkan dengan tempat dan waktu tertentu. Manusia juga tidak mampu mengkhayalkan sesuatu kecuali apabila dia mengaitkannya dengan pengalaman-pengalaman yang tersimpan dalam memorinya.

Sebagai sebuah contoh. Cobalah kita khayalkan seekor hewan baru yang sama sekali berbeda dengan hewan yang pernah kita lihat. Sekuat apapun usaha yang

buku 1_mengenal akidah islam.indd 12 01/04/2015 19:34:11

Page 19: Buku 1 mengenal akidah islam dummy final

Bagian 1: BERIMAN KEPADA ALLAH | 13

kita lakukan, hewan itu tidak bisa dikhayalkan kecuali mengaitkannya dengan pengalaman-pengalaman yang ada di benak. Misalnya, kita gabungkan sayap satu hewan dengan kepala hewan lainnya. Atau, kita modifikasi sedikit bentuk salah satu hewan. Memikirkan hewan ini saja tidak bisa apalagi memikirkan Zat Allah. Hal ini pernah kita tanyakan kepada anak didik di sekolah. Mereka diperintahkan untuk menggambarkan makhluk hidup paling aneh yang belum pernah ada sebelumnya dengan menggunakan imajinasi paling liar. Menggambarlah para siswa tersebut. Bagaimana hasilnya? Ternyata, seaneh apapun gambar yang mereka buat tentang makhluk hidup, tetap saja gambar-gambar yang dibuat tidak bisa lepas dari gambaran makhluk hidup yang biasa ditemui di muka bumi. Ada matanya. Ada hidungnya, ekor, kaki, lengan, dan bagian-bagian tubuh lainnya. Hal yang membedakan hanyalah soal penempatan dan ukurannya saja.

Maka, keterbatasan ini menunjukkan kelemahan dan ketidakberdayaan kita di hadapan Allah Azza wa Jalla. Dengan demikian, kita layak malu apabila bersikap sombong. Sekuat apa pun, secerdas apapun, kita tetap makhluk yang terbatas dan teramat lemah di hadapan-Nya.

2. Mengenal Rububiyah Allah

Rububiyah Allah adalah mengesakan Allah dalam tiga perkara yaitu penciptaan-Nya, kekuasaan-Nya, dan pengaturan-Nya. Maknanya adalah menyakini bahwa Allah adalah Zat yang menciptakan, menghidupkan, mematikan, memberi rezeki, mendatangkan segala mamfaat dan menolak segala mudharat. Zat yang

buku 1_mengenal akidah islam.indd 13 01/04/2015 19:34:11

Page 20: Buku 1 mengenal akidah islam dummy final

14 | MENGENAL AKIDAH ISLAM

mengawasi, mengatur, penguasa, pemilik hukum dan selainnya dari segala sesuatu yang menunjukkan kekuasaan tunggal bagi Allah.

Dari sini, seorang Mukmin harus meyakini bahwa tidak ada seorang pun yang menandingi Allah dalam hal ini. Allah Swt. berfirman, “Katakanlah, ‘Dialah Allah yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tidak beranak dan tidak diperanakkan. Dan tidak ada seorang pun yang setara dengan-Nya’.” (QS Al-Ikhlash, 112:1-4)

Maka, apabila seseorang meyakini bahwa ada selain Allah yang memiliki kemampuan tersebut, berarti orang itu telah berbuat zalim kepada Allah dengan menyekutukan-Nya, semisal meyakini bahwa Allah memiliki anak, sebagaimana keyakinan orang Nasrani, atau menggantungkan sepenuh harapan kepada selain Allah dalam hal rezeki, jodoh, kesehatan, pekerjaan, dan lainnya.

Ringkasnya, tidak ada yang bisa memberi rezeki, menyembuhkan segala macam penyakit, menolak segala macam marabahaya, memberikan segala macam manfaat, membahagiakan, menyengsarakan, menjadikan seseorang miskin dan kaya, yang menghidupkan, yang mematikan, yang meluluskan seseorang dari segala macam ujian, yang menaikkan dan menurunkan pangkat dan jabatan seseorang, kecuali Allah. Semuanya ini menuntut kita agar hanya meminta kepada Allah semata dan tidak kepada selain-Nya.

buku 1_mengenal akidah islam.indd 14 01/04/2015 19:34:11

Page 21: Buku 1 mengenal akidah islam dummy final

Bagian 1: BERIMAN KEPADA ALLAH | 15

3. Mengenal Uluhiyah Allah

Ilah (uluhiyah) sendiri kalau diartikan, Dia bermakna alma’luh yaitu sesuatu yang disembah dengan penuh kecintaan dan pengagungan. Berkaitan dengan pengertian ini Allah Swt. berfirman, ”Dan tuhanmu adalah Tuhan yang maha Esa, tidak ada sesembahan yang berhak diibadahi selain Dia, yang maha Pemurah lagi maha Penyayang.” (QS Al-Baqarah, 2:163)

Dia saja yang berhak diberikan ketundukan mutlak, tempat kita merendahkan dan menghinakan diri. Tidak boleh bagi kita menghinakan diri kepada yang selain Allah, dengan hati maupun perbuatan serta perkataan, sehingga tak pantas bagi seorang Muslim menghinakan dirinya kepada makhluk lain dengan bersujud atau rukuk di hadapan mereka.

Dengan demikian, beriman kepada uluhiyah Allah berarti menyakini bahwa Dialah satu-satunya sesembahan yang benar dan tidak ada sekutu bagi-Nya. Tiada yang berhak untuk diberikan wujud peribadatan kita selain Allah, baik dari kalangan para nabi (yang sangat dekat dengan Allah), para malaikat, orang shalih, apalagi yang selain mereka yang ketakwaannya berada di bawah mereka.

Ibadah tidak boleh diberikan kepada suatu makhluk mana pun, entah itu jin, manusia, malaikat, langit, bumi dan semua makhluk. Pokoknya, bentuk-bentuk ibadah kita seperti berdoa (misal minta rezeki, minta keselamatan, minta jodoh dan minta yang lain), beristiadzah (minta perlindungan dalam keadaan bahaya atau dari gangguan sesuatu), berqurban, istighasah, rasa tawakal, rasa takut, berharap (seperti berharap pahala, surga dan

buku 1_mengenal akidah islam.indd 15 01/04/2015 19:34:11

Page 22: Buku 1 mengenal akidah islam dummy final

16 | MENGENAL AKIDAH ISLAM

takut neraka) dan bentuk ibadah yang lain hanya dan hanya untuk Allah semata. Tidak ada istilah ”mendua” dalam hal ini.

Memperuntukkan ibadah kepada selain Allah Swt. termasuk perbuatan zalim yang besar di sisi-Nya yang sering diistilahkan dengan syirik kepada Allah. Bukankah kita senantiasa mengulang doa, “Hanya kepada-Mu ya Allah kami menyembah dan hanya kepada-Mu ya Allah kami meminta.” (QS Al-Fâtihah, 1:5). Dalam ayat lain disebutkan, “Dan sembahlah Allah dan jangan kalian menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun.” (QS An-Nisâ’, 4:36)

Rasulullah saw. pun berpesan kepada Ibnu Abbas ra. “Apabila engkau meminta, mintalah kepada Allah; dan apabila engkau meminta tolong, minta tolonglah kepada Allah.” (HR Tirmidzi)

Salah satu contoh konkret penyimpangan uluhiyah Allah adalah ketika seseorang berharap bisa terlepas dari musibah yang menimpanya. Dia kemudian mendatangi paranormal atau tempat keramat. Dia meminta agar penghuni tempat tersebut bisa melepaskannya dari musibah yang menimpa. Dia sangat berharap dan takut jika keinginannya tidak terpenuhi. Dia pun mempersembahkan sesembelihan bahkan bernazar, berjanji untuk melakukan sesuatu, semisal melakukan hajatan, jika dia bisa lepas dari musibah yang tengah melilitnya, contohnya terjerat utang atau mengidap sebuah penyakit yang sulit disembuhkan.

buku 1_mengenal akidah islam.indd 16 01/04/2015 19:34:11

Page 23: Buku 1 mengenal akidah islam dummy final

Bagian 1: BERIMAN KEPADA ALLAH | 17

4. Mengenal Nama dan Sifat-Sifat AllahKita beriman bahwa Allah memiliki nama-nama yang Dia telah menamakan diri-Nya dan yang telah dinamakan oleh rasul-Nya. Kita pun beriman bahwa Allah memiliki sifat-sifat yang tinggi yang telah Dia sifati diri-Nya dan yang telah disifati oleh rasul-Nya. Sesungguhnya, Allah memiliki nama-nama yang mulia dan sifat yang tinggi. Hal ini sebagaimana terungkap dalam Al-Quran. “Dan Allah memiliki nama-nama yang baik.” (QS Al-A’râf, 7:186), atau “Dan Allah memiliki permisalan yang tinggi.” (QS An-Nahl, 16:60)

Tauhid asma’ was sifat menempatkan dan memperlakukan sifat-sifat Allah (satu-satunya yang memiliki nama dan sifat-sifat sempurna) sebagai satu-satunya rujukan bagi manusia dalam mengidentifikasikan diri dan mengarahkan pengembangan kesempurnaan pribadinya. Sifat-sifat tersebut harus dijadikan citra moral di mana insân kamil (manusia sempurna) mengidentifikasikan diri kepadanya. Ibrahim Al-Jily menafsirkan ”amanat” yang ditawarkan kepada manusia (QS Al-Ahzab, 33:72) sebagai sifat-sifat Allah Ta’ala. Menerima amanah dari Allah Ta’ala mengandung arti bahwa manusia memiliki tanggung jawab untuk mencerap sifat-sifat itu dan merealisasikannya dalam kehidupan sehari-hari.

Maka, sebagaimana banyak terungkap dalam Al-Quran, Allah Ta’ala memperkenalkan Diri-Nya dengan nama-nama-Nya yang agung. Kita sering menyebutnya dengan Asmâ’ul Husna. Untuk memudahkan manusia dalam mencerap nama-nama-Nya, Allah Ta’ala memperkenalkan diri melalui nama dan sifat-sifat-Nya itu melalui firman-Nya dan lisan utusan-Nya.

buku 1_mengenal akidah islam.indd 17 01/04/2015 19:34:11

Page 24: Buku 1 mengenal akidah islam dummy final

18 | MENGENAL AKIDAH ISLAM

Dalam QS Al-A’râf, 7:180 misalnya, Allah Ta’ala berfirman, ”Hanya milik Allah Asmâ’ul Husna, maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut nama-nama yang indah itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam (menyebut) nama-nama-Nya. Nanti mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan.”

Sejumlah riwayat yang sangat popular menyatakan bahwa jumlah Asmâ’ul Husna adalah sembilan puluh sembilan. Ini tidak berarti bahwa nama dan sifat Allah hanya sejumlah itu. Para ulama yang juga merujuk Al-Quran menemukan jumlah nama atau sifat yang berbeda-beda. Muhammad Hussain Ath-Thabathaba’i dalam Tafsir Al-Mîzân misalnya, mengumpukan tidak kurang dari 127 nama, Ibnu Barjam Al-Andalusi mengumpulkan sebanyak 132 nama, Imam Al-Qurthubi mengumpulkan lebih dari 200 nama, demikian pula ulama-ulama lainnya. Bahkan, menurut Abu Bakar Ibnu ‘Arabi, sebagaimana dikutip Ibnu Katsir, nama Tuhan yang berhasil dikumpulkan para ulama dari Al-Quran dan hadis ada sebanyak seribu nama.

Berapa pun jumlahnya, nama-nama ini semuanya dapat dijangkau oleh nalar dan pemahaman manusia. Akan tetapi, agar tidak kebablasan dalam memahaminya, pemikiran atau pemahaman manusia pun harus ”digantung”. Apa gantungannya? Itulah konsep laitsa kamitslihi syai’ûn, bahwa Allah tidak mungkin serupa atau diserupai oleh sesuatu pun dari makhluk-Nya. Dengan demikian, ketika Allah Ta’ala memperkenalkan diri-Nya sebagai Zat Yang Mahakuasa, jangan gambarkan kekuasaan Allah itu dengan kekuasaan tertinggi yang kita kenal atau kita bayangkan, semisal presiden, raja,

buku 1_mengenal akidah islam.indd 18 01/04/2015 19:34:11

Page 25: Buku 1 mengenal akidah islam dummy final

Bagian 1: BERIMAN KEPADA ALLAH | 19

kaisar, atau aneka jabatan dan kekuasaan yang dimiliki oleh manusia. Manusia harus senantiasa mengaitkan pemahamannya bahwa hakikat Allah Ta’ala tidak sebagaimana yang dipahami oleh dirinya. Kita meyakini bahwa Allah Ta’ala itu Mahaluas ilmu-Nya, akan tetapi luasnya ilmu Allah itu—dalam realitasnya—jauh melebihi bayangan yang ada dalam benak kita. Jadi, manusia memiliki keterbatasan dalam mengenal Dia. Dengan demikian, sekali lagi, Allah Ta’ala memperkenalkan diri-Nya kepada manusia sesuai dengan tingkat intelektualitas manusia. Ambil contoh, ketika kita mengajak kucing makan, kita tidak menggunakan bahasa manusia untuk mengajaknya, akan tetapi menggunakan bahasa yang dipahami oleh kucing. Apa yang kita pahami tentang kuasa, kesempurnaan, ilmu, kehendak, kebijaksanaan, keagungan, dan segala kelebihan-Nya, hanya sekelumit atau sedikit saja dari hakikat yang Dia miliki.

Dengan kata lain, manusia mengenal Allah Ta’ala hanyalah pada nama atau sifat-Nya saja, itu pun dengan sangat terbatas. Manusia tidak akan mampu mengenal hakikat dan Zat-Nya. Kita dapat mengenal kecerdasan dan kepiawaian seorang penyair dari bait-bait syair yang ditulisnya. Kita dapat mengakui kehalusan seni seseorang pemahat dari patung yang dibuatnya. Walau tidak pernah bertemu secara langsung, kita dapat mengenalnya sebagai pencipta lagu yang terampil dan pemahat ulung melalui karya-karyanya. Pengenalan atau pertemuan maknawi bisa lebih intens daripada pertemuan fisik secara langsung yang tidak menangkap makna apa-apa.

Terkait hal ini, Abdul Karim Al-Khatib (dalam Quraish Shihab, 1998: xxii) mengatakan, “Yang melihat

buku 1_mengenal akidah islam.indd 19 01/04/2015 19:34:11

Page 26: Buku 1 mengenal akidah islam dummy final

20 | MENGENAL AKIDAH ISLAM

atau mengenal Tuhan, pada hakikatnya hanya melihat-Nya melalui wujud yang terhampar di bumi serta yang terbentang di langit. Yang demikian itu adalah penglihatan tidak langsung serta memerlukan pandangan hati yang tajam, akal yang cerdas lagi kalbu yang bersih. Mampukah Anda dengan membaca kumpulan syair seorang penyair atau mendengar gubahan seorang komposer, melihat lukisan seorang pelukis atau pahatan seorang pemahat? Mampukah Anda dengan melihat hasil karya seni mereka, mengenal mereka tanpa melihat mereka secara langsung? Memang, Anda bisa mengenal selayang pandang tentang mereka, bahkan boleh jadi melalui imajinasi, Anda dapat membayangkannya sesuai dengan kemampuan Anda membaca karya seni, akan tetapi Anda sendiri pada akhirnya akan sadar bahwa gambaran yang dilukiskan oleh imajinasi Anda menyangkut para seniman itu, adalah bersifat pribadi dan merupakan ekspresi dari perasaan Anda sendiri. Demikian juga yang dialami orang lain yang berhubungan dengan para seniman itu, masing-masing memiliki pandangan pribadi yang berbeda dengan yang lain. Kalau pun ada yang sama, persamaan itu dalam bentuk gambaran umum menyangkut kekaguman dalam berbagai tingkat. Kalau dalam memandang seniman melalui karya-karya mereka sudah demikian adanya, bagaimana pula dengan Tuhan, sedang Anda adalah setetes dari ciptaan-Nya?”

Al-Ghazali dalam bukunya Al-Asmâ’ul Husna, mengomentari pengenalan melalui sifat-sifat tersebut, “Barangsiapa yang mendengar asma’ Allah, memahaminya dari segi tafsiran dan sifatnya, serta meyakini bahwa makna tersebut adalah milik Allah, sesungguhnya dia

buku 1_mengenal akidah islam.indd 20 01/04/2015 19:34:11

Page 27: Buku 1 mengenal akidah islam dummy final

Bagian 1: BERIMAN KEPADA ALLAH | 21

baru memperoleh bagian yang kecil saja daripadanya dan masih rendah tingkatannya.”

Pertemuan dengan Allah Ta’ala melalui nama atau sifat-sifat-Nya itu memiliki tingkatan yang berbeda-beda sesuai dengan pemahaman, penghayatan, dan pengalaman yang telah dijalani. Setidaknya, ada tiga proses yang melingkupi hal ini. Pertama, mengetahui dan yakin bahwa Allah memiliki sifat-sifat tersebut. Kedua, memahami makna-makna yang terkandung dalam sifat tersebut dan menghayati wujud makna tersebut pada fenomena alam dan peristiwa kehidupan yang dilihat dan dialaminya. Ketiga, selain menghayati wujud makna sifat itu, seseorang berusaha menyerap dan merealisasikan sifat-sifat tersebut pada tindakan dan perilakunya.

Di sinilah kita bertemu dengan sebuah konsep yang diajarkan Nabi saw. bahwa tugas terpenting manusia di dunia adalah takhaluq bi akhlaqillâh, atau ”berakhlak dengan akhlak Allah”. Tampak di sini sebuah proses di mana manusia wajib mengenal nama-nama Allah, untuk kemudian menjadikannya model dan proyeksi dalam bertingkah laku sesuai dengan kapasitasnya sebagai manusia. Terlebih dengan kedudukan sebagai khalifah alias wakil Allah di muka bumi, manusia harus menyeleraskan diri dengan Allah Ta’ala sebagai pihak yang memberikan perintah.

Mengenal Nama “Allah”Allâh. Inilah nama pertama dalam Asmâ’ul Husna. Nama ini sangat unik dan spesial karena tidak bisa dinisbatkan kepada makhluk. Hal ini berbeda dengan nama-nama lain yang Dia miliki yang bisa disematkan kepada makhluk

buku 1_mengenal akidah islam.indd 21 01/04/2015 19:34:11

Page 28: Buku 1 mengenal akidah islam dummy final

22 | MENGENAL AKIDAH ISLAM

walaupun dengan cara penggunaan yang berbeda. Bisa saja seorang manusia memiliki nama yang bermakna yang menyayangi, yang bersyukur, yang mengasihi, yang menguasai, yang bersifat adil, dan sebagainya. Akan tetapi, dia tidak bisa menggunakan nama ”Allah” atau nama yang bermakna Allâh. Demikian ungkap Abu Hamid Al-Ghazali dalam Asmâ’ul Husna.

Hal ini dikuatkan dengan pendapat Muhammad Abdul Halim bahwa Allah adalah nama Tuhan dalam arti mutlak, yaitu sebagai satu-satunya nama ”diri”. Nama-nama ”indah” lainnya hanyalah merupakan sifat atau atribut yang menjadi penyempurna dari asma’ Allah.

Di dalam Al-Quran, kata ”Allah” terulang sebanyak 2.698 kali. Dan, dalam Al-Quran pula Tuhan sendiri yang menamai diri-Nya Allah. “Sesungguhnya, Aku adalah Allah, tiada Tuhan selain Aku, maka sembahlah Aku.” (QS Thâhâ, 20:14). Atau, dalam QS Al-Ikhlâs ketika Allah Ta’ala menjawab pertanyaan orang-orang Yahudi yang menanyakan sifat-Nya, Dia berfirman, “Katakanlah (wahai Muhammad) Dialah (Tuhan yang ditanyakan orang Yahudi itu) Allah yang Maha Esa.” (QS Al-Ikhlâs, 112:1)

Para ulama berbeda pendapat mengenai asal kata “Allah”. Sebagian menyatakan bahwa kata Allah tidak terambil dari kata apapun. Kata ini berdiri sendiri. Sebagian lainnya menyatakan sebaliknya bahwa kata Allah tidak berdiri sendiri, akan tetapi terambil dari kata dasar aliha yang berarti mengherankan atau menakjubkan. Disebut menakjubkan karena setiap perbuatan-Nya menakjubkan, sedangkan Zat-Nya itu sendiri, apabila dibahas hakikat-Nya, niscaya akan mengherankan siapapun pembahasnya karena kedalaman dan keluasan dari makna yang dimilikinya.

buku 1_mengenal akidah islam.indd 22 01/04/2015 19:34:12

Page 29: Buku 1 mengenal akidah islam dummy final

Bagian 1: BERIMAN KEPADA ALLAH | 23

Ada pula yang berpendapat bahwa kata Allah berasal dari kata alaha yang memiliki arti tahayyana (bingung). Mengapa demikian? Sebab, Allah Ta’ala membuat akal dan pemahaman menjadi bingung karena memikirkan keadaan-Nya. Pendapat lain menyatakan bahwa kata Allah berasal dari kata aliha-ya’lahu yang berarti tenang, karena hati merasa tenang bersama-Nya. Atau, dalam arti menuju dan bermohon karena harapan seluruh makhluk tertuju kepada-Nya dan kepada-Nya juga makhluk bermohon.

Apapun asal katanya, yang jelas kata Allah menunjuk kepada Tuhan yang tidak ada yang lain kecuali Dia. Allah-lah satu-satunya Zat yang wajib disembah, dimintai pertolongan, dijadikan tumpuan harapan, tempat bergantung, sumber kecintaan dan harapan sehingga satu-satunya Zat yang layak dijadikan sebagai tujuan akhir kehidupan.

MEMAHAMI KALIMAT LÂA ILÂHA ILLALLÂH Keyakinan bahwa tiada tuhan selain Allah (lâ ilâha ilallâh) adalah sikap ketauhidan. Tauhid (tauhidan) yang berasal dari kata wahhada yuwahhidu bermakna pengesaan Allah. Pengesaan Allah yang di dalam Al-Quran dilambangkan dengan kalimat lâ ilâha ilallâh ini perlu dijabarkan. Tentu saja, penjabarannya harus berlandaskan ayat Al-Quran.

Oleh karena itu, kita bisa melihat relasi (nisbah) antara surat Al-Fâtihah sebagai mukadimah Al-Quran dengan surat An-Nâs sebagai penutup Al-Quran. Pada lazimnya, setiap karya tulis terutama karya-karya ilmiah pasti terdapat hubungan yang erat antara bab pendahuluan dengan bab penutup. Walau tentu saja,

buku 1_mengenal akidah islam.indd 23 01/04/2015 19:34:12

Page 30: Buku 1 mengenal akidah islam dummy final

24 | MENGENAL AKIDAH ISLAM

nilai Al-Quran jauh lebih tinggi daripada sekadar sebuah karya ilmiah.

Di dalam surat Al-Fâtihah terdapat kalimat yang relevan dengan beberapa kalimat yang terdapat pada surat An-Nâs, antara lain: (1) Rabbul ’âlamîn dengan Rabbun-nâs; (2) Maliki Yaumiddin dengan Malikin-nâs; (3) Iyyaka na’budu dengan Ilâhin-nâs. Hal ini melahirkan taksonomi tauhid, yaitu tauhid rububiyah, tauhid mulkiyyah dan tauhid uluhiyah.

Tauhid rububiyah, sebagaimana telah diungkap pada bagian awal, ialah meyakini bahwa Allah sebagai satu-satunya Rabb (Pencipta dan Pengatur) manusia. Allah-lah yang paling mengetahui karakter manusia dan hanya Allah-lah yang paling mengetahui bagaimana cara mengatur manusia. Manusia wajib meyakini bahwa hanya Allah dengan Al-Quran-nyalah yang pantas mengatur hidup manusia. Dengan demikian, segenap aturan hasil karya manusia yang bertentangan dengan Al-Quran dianggap batil. Oleh karena itu, manusia harus memilih Al-Quran sebagai buku panduan hidupnya. Memilih dan menaati aturan selain Al-Quran atau aturan yang bertentangan dengan Al-Quran, termasuk syirik rububiyah.

Tauhid mulkiyyah ialah meyakini bahwa hanya Allahlah satu-satunya raja (malik) bagi manusia. Allah menegaskan “Mahasuci Allah yang di tangan- Nyalah segala kerajaan dan Dia Mahakuasa atas segala sesuatu.” (QS Al-Mulk, 67:1). Karena Dia adalah raja, Allahlah yang harus paling ditaati, paling dicintai dan paling ditakuti. Apabila manusia lebih menaati makhluk daripada Allah, dia telah melakukan syirik mulkiyyah.

buku 1_mengenal akidah islam.indd 24 01/04/2015 19:34:12

Page 31: Buku 1 mengenal akidah islam dummy final

Bagian 1: BERIMAN KEPADA ALLAH | 25

Tauhid uluhiyah ialah meyakini bahwa hanya Allahlah satu-satunya llah atau Tuhan yang wajib disembah. Manusia hanya mengabdi kepada Allah, perwujudannya antara lain melakukan segala sesuatu semata-mata dengan niat beribadah kepada Allah. Mengabdi kepada selain Allah adalah syirik uluhiyah.

TAUHID VERSUS SYIRIK Syirik artinya menyekutukan Allah, orangnya disebut musyrik. Syirik tidak mungkin bisa berdampingan dengan sikap tauhid, karena tidak mungkin menomer-satukan Allah berbarengan dengan sikap lebih mencintai istri, harta, atau jabatan daripada segalanya.

Syirik itu bermacam-macam, antara lain: (1) syirik rububiyah; (2) syirik mulkiyah; dan (3) syirik uluhiyah.

Termasuk ke dalam syirik rububiyah adalah: (a) meyakini ada aturan yang lebih baik daripada aturan Allah; (b) memilih dan menaati peraturan hasil karya manusia yang bertentangan dengan aturan Allah; (c) meminta-minta secara gaib kepada selain Allah; (d) meyakini adanya makhluk yang mengetahui hal-hal gaib mutlak (apa yang akan terjadi esok) selain Allah.

Termasuk ke dalam syirik mulkiyah adalah: (a) lebih menaati makhluk daripada Allah; (b) lebih takut kepada makhluk daripada kepada Allah; (c) lebih mencintai makhluk daripada mencintai Allah; jangankan dalam takaran lebih walaupun hanya mempersamakan, itu pun sudah syirik; (d) menjadikan makhluk sebagai tempat bergantung dalam soal nasib.

buku 1_mengenal akidah islam.indd 25 01/04/2015 19:34:12

Page 32: Buku 1 mengenal akidah islam dummy final

26 | MENGENAL AKIDAH ISLAM

Termasuk ke dalam syirik uluhiyah adalah: (a) mengabdi kepada selain Allah; (b) beribadah karena motivasi pujian manusia atau motif-motif duniawi; (c) melakukan aktivitas sehari-hari bukan karena Allah; (d) melakukan penyembelihan hewan untuk mengabdi kepada selain Allah. ***

TIPS:

Empat Kewajiban kepada Allah

Syaikh Yusuf Al-Qardhawi mengungkapkan bah-wa ada empat keadaan pada seorang hamba, yaitu: kenikmatan, kesengsaraan, ketaatan, dan kemaksiatan. Pada setiap keadaan terdapat kewajiban yang harus ditunaikan untuk Allah Azza wa Jalla, yaitu:• saat berada dalam kenikmatan adalah dengan

bersyukur kepada-Nya (QS 34:15);

• saat berada dalam kesengsaraan adalah dengan rela dan sabar terhadap ujian lagi tetap berdiri di hadapan-Nya (QS 2:155-6);

• saat dalam ketaatan adalah dengan memohon hidayah dan taufik agar bisa istiqamah di jalan-Nya (QS 3:8);

• saat dalam kemaksiatan adalah dengan segera bertobat dan tidak berputus asa dari rahmat-Nya (QS 39:53).

buku 1_mengenal akidah islam.indd 26 01/04/2015 19:34:12

Page 33: Buku 1 mengenal akidah islam dummy final

Bagian 2: BERIMAN KEPADA MALAIKAT | 27

Dikisahkan, pada suatu malam, seorang sahabat Nabi saw. yang bernama Usaid bin Hudhair ra. dengan syahdunya melantunkan ayat-ayat suci Al-

Quran. Tidak lama kemudian, kuda yang dia tambatkan di sampingnya meringkik keras dan berputar-putar sampai-sampai tali pengikatnya nyaris putus. Dia pun segera menghentikan tilawahnya. Namun aneh, ketika dia berhenti membaca Al-Quran, kuda itu pun berhenti meringkik. Setelah tenang, Usaid pun kembali meneruskan tilawahnya. Namun tidak lama kemudian kuda itu kembali meringkik-ringkik dengan ringkikan yang keras. Karena kaget, sahabat ini pun menghentikan kembali bacaan Al-Qurannya. Seperti pada waktu pertama kali, seiring berhentinya bacaan Al-Quran tersebut, berhenti pula ringkikan sang kuda. Ketika mendongakkan wajahnya ke langit, dia melihat pemandangan bagai payung raksasa yang sangat menakjubkan. “Aku belum pernah melihat pemandangan seperti ini” gumamnya. Awan itu tampak

BAGIAN 2BERIMAN KEPADA MALAIKAT

“Dan kepunyaan-Nyalah segala yang di langit dan di bumi. Dan malaikat-malaikat yang di sisi-Nya, mereka tiada

mempunyai rasa angkuh untuk menyembah-Nya dan tiada (pula) merasa letih. Mereka selalu bertasbih malam dan siang

tiada henti-hentinya.” (QS Al-Anbiyâ’, 21:19-20)

buku 1_mengenal akidah islam.indd 27 01/04/2015 19:34:12

Page 34: Buku 1 mengenal akidah islam dummy final

28 | MENGENAL AKIDAH ISLAM

indah berkilau bagaikan lampu kristal memenuhi ufuk langit. Tidak lama kemudian, lampu gemerlap yang tergantung di langit itu lenyap dari pandangannya. Karena takut terjadi apa-apa, termasuk takut kalau kaki kuda itu mengenai saudaranya yang tengah tertidur, dia pun memutuskan untuk menghentikan tilawahnya untuk malam itu.

Keesokan harinya, dia segera menemui Rasulullah saw. untuk mengabarkan peristiwa aneh tersebut. Apa komentar beliau? “Itu adalah malaikat yang ingin mendengarkan engkau membaca Al-Quran. Seandainya engkau teruskan membaca, niscaya orang pun akan bisa melihatnya. Pemandangan itu tidak akan tertutup dari mereka.”

Dalam hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim ini, Rasulullah saw. menyebutkan bahwa jika saja sahabat ini meneruskan tilawahnya, boleh jadi dia akan melihat sesuatu yang belum pernah dia lihat sebelumnya, yaitu tentang wujud malaikat dengan lebih jelas. Namun, sahabat ini menghentikan bacaan Al-Qurannya sehingga hakikat besar itu tetap menjadi sebuah misteri. Rasulullah saw. sendiri tidak menjelaskan lebih jauh terkait wujud asli malaikat tersebut. Dalam banyak hadis pun, beliau tidak pernah menjelaskan dengan rinci apa dan bagaimana bentuk malaikat sehingga apa yang diketahui oleh para sahabat tentang hakikat malaikat, termasuk wujud atau zatnya, hanya sebatas informasi yang mereka terima dari Rasulullah saw. Mereka pun tidak mau berkhayal tentang sesuatu yang tidak terjangkau oleh akal pikiran dan pengalaman hidupnya karena hal itu tidak akan membawa kebaikan apa-apa bagi mereka

buku 1_mengenal akidah islam.indd 28 01/04/2015 19:34:12

Page 35: Buku 1 mengenal akidah islam dummy final

Bagian 2: BERIMAN KEPADA MALAIKAT | 29

selain kesesatan. Hal yang mereka pikirkan adalah bagaimana mengimani keberadaan malaikat sebaik-baiknya dan bagaimana menjadikan dirinya sebagai orang-orang yang dekat dengan malaikat dan senantiasa didoakan karena amal kebajikan yang dilakukannya.

Malaikat: Makhluk Penjaga Sistem KesemestaanApa sebenarnya malaikat itu? Apa fungsi-fungsinya? Bagaimana pula dia bisa mendoakan orang-orang yang beramal saleh? Dan, apakah apakah Allah Swt. akan mengabulkan doa-doa mereka itu?

Jumhur ulama berpendapat bahwa malaikat adalah makhluk halus yang diciptakan dari cahaya yang dapat berubah-ubah bentuk. Mereka senantiasa taat dalam mematuhi perintah Allah Azza wa Jalla dan tidak sedikit pun membangkang kepada-Nya. Allah Swt. menganugerahkan kepada mereka akal dan pemahaman, menciptakan bagi mereka naluri untuk taat, memberikan mereka kemampuan berubah-ubah dengan berbagai bentuk yang indah, dan memberi kemampuan untuk mengerjakan pekerjaan-pekerjaan berat.

Para ulama pun, dengan merujuk pada Al-Quran dan hadis, umumnya sepakat bahwa malaikat adalah makhluk gaib yang difungsikan sebagai pelaksana tugas dari Allah Swt., termasuk di dalamnya sebagai pembawa informasi dan pengatur berbagai urusan. Fungsi malaikat ini tergambar jelas dalam makna kata malaikat itu sendiri. Menurut The Holy Quran, malaikat berasal dari kata malâikah, sebagai bentuk jamak dari kata malak. Sebagian mufasir menerangkan bahwa kata ini berasal dari malaka atau ma’lak. Kata malaka artinya menguasai.

buku 1_mengenal akidah islam.indd 29 01/04/2015 19:34:12

Page 36: Buku 1 mengenal akidah islam dummy final

30 | MENGENAL AKIDAH ISLAM

Hal ini mengisyaratkan bahwa malaikat mendapati tugas untuk menguasai kekuatan alam dalam segi fisik sebagai bentuk pelaksanaan tugas yang Allah Swt. bebankan kepada mereka. Sedangkan kata ma’lak atau disingkat malak, berasal dari kata alk yang artinya mengutus. Hal ini mengisyaratkan bahwa tugas lain malaikat, yang bersifat non fisik atau ruhani, adalah sebagai perantara antara Allah dan manusia.

Jika kita rinci, ada beberapa tugas besar yang diemban malaikat sebagaimana disebutkan dalam Al-Quran, di antaranya:

• Sebagai utusan Allah Swt. kepada hamba yang dikehendaki-Nya. Allah Swt. berfirman, “Dia menurunkan para malaikat dengan (membawa) wahyu dengan perintah-Nya kepada siapa yang Dia kehendaki di antara hamba-hamba-Nya ...” (QS An-Nahl, 16:2). Kemudian, disebutkan dalam QS Al-Hajj, 22:75, “Allah memilih utusan-utusan (Nya) dari malaikat dan dari manusia; sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.”

• Sebagai pengatur segala urusan. Lihat misalnya QS An-Nâzi’ât, 79:5, di mana Allah Swt. bersumpah dengan malaikat-malaikat yang mengatur segala urusan dunia. Atau, QS Al-Qadr, 97:4, ”Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan Malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan.”

• Sebagai mediator turunnya wahyu. Allah Swt. berfirman, “Dan sesungguhnya Al-Quran ini benar-benar diturunkan oleh Tuhan semesta alam, dia dibawa turun oleh Ruhul Amin (Jibril), ke dalam hatimu (Muhammad) agar kamu menjadi salah

buku 1_mengenal akidah islam.indd 30 01/04/2015 19:34:12

Page 37: Buku 1 mengenal akidah islam dummy final

Bagian 2: BERIMAN KEPADA MALAIKAT | 31

seorang di antara orang-orang yang memberi peringatan.” (QS Asy-Syu’ara, 26:192-194)

• Sebagai aparat penegak kekuasaan Allah Swt. Dalam QS Al-Haqqah, 69:17 misalnya disebutkan, “Dan malaikat-malaikat berada di segenap penjuru langit. Dan pada hari itu delapan orang malaikat menjunjung Arasy Tuhanmu di atas (kepala) mereka.”

Berdasarkan keyakinan mayoritas umat Islam, yang didasarkan pada keterangan-keterangan yang shahih, tugas-tugas besar ini dibagi secara khusus kepada sejumlah malaikat yang keberadaannya wajib kita imani. Mereka adalah:

• Malaikat Jibril, bertugas menyampaikan wahyu dari Allah Ta’ala (QS Al-Baqarah, 2:87 dan 97, QS An-Najm, 53:6)

• Malaikat Israfil, bertugas meniup sangkalala pertanda hari Kiamat telah tiba (QS Qâf, 50:20)

• Malaikat Izrail, bertugas mencabut nyawa (QS Al-Anâm, 6:158, QS An-Nâzi’ât, 79:1-2)

• Malaikat Rakib, tugasnya mencatat segala perbuatan amal baik (QS Al-Infithâr, 82:10)

• Malaikat Atid, tugasnya mencatat segala perbuatan buruk (QS Al-An’âm, 6:10)

• Malaikat Munkar, tugasnya menanyai seseorang di dalam kubur (HR Tirmidzi dan Ibnu Hibban dari Abu Hurairah).

• Malaikat Nakir, tugasnya menanyai seseorang di alam kubur (HR Tirmidzi dan Ibnu Hibban dari Abu Hurairah).

buku 1_mengenal akidah islam.indd 31 01/04/2015 19:34:12

Page 38: Buku 1 mengenal akidah islam dummy final

32 | MENGENAL AKIDAH ISLAM

• Malaikat Mikail, tugasnya memberikan atau membagikan rezeki, termasuk menurunkan hujan (QS Al-Baqarah, 2:98).

• Malaikat Ridwan, tugasnya menjaga pintu surga (QS Az-Zumar, 39:73)

• Malaikat Malik, tugasnya menjaga pintu neraka (QS Az-Zukhruf, 43:77).

Untuk menjamin terlaksana tugas yang sangat berat ini, Allah Swt. telah melengkapi malaikat dengan berbagai potensi sehingga mereka dapat mengemban tugasnya dengan baik. Gambaran tentang potensi ini, salah satunya tersiratkan dalam Al-Quran, bahwa malak atau malaikat itu mempunyai sayap. Allah Swt. berfirman, “Segala puji bagi Allah Pencipta langit dan (untuk mengurus berbagai macam urusan) yang mempunyai sayap, masing-masing (ada yang memiliki) dua, tiga dan empat. Allah menambahkan pada ciptaan-Nya apa yang dikehendaki-Nya. Sesungguhnya, Allah Mahakuasa atas segala sesuatu.” (QS Al-Fathir, 35:1)

Dalam ayat tersebut, kata ajnihah adalah bentuk jamak dari janah berarti sayap. Misalnya burung, sayap bagi burung memiliki fungsi bagaikan tangan bagi menusia. Menurut sejumlah ulama tafsir, kata ini dapat dipahami dalam arti hakikat, yaitu memang makhluk yang memiliki sayap, walau bentuknya tidak tahu seperti apa. Ada pula yang memahami sayap ini sebagai suatu potensi yang menjadikan dia mampu berpindah dengan sangat mudah dari satu tempat ke tempat lainnya. Yang berpendapat semacam ini di antaranya Ath-Thabhathaba’i. Dia menegaskan bahwa inilah yang dimaksud dengan kata “sayap” oleh ayat tersebut.

buku 1_mengenal akidah islam.indd 32 01/04/2015 19:34:12

Page 39: Buku 1 mengenal akidah islam dummy final

Bagian 2: BERIMAN KEPADA MALAIKAT | 33

Pengertian kedua dengan menyebutkan sayap sebagai suatu potensi, dan melihat pada penggunaan potensi itu untuk bergerak, berpindah tempat, atau juga berubah keadaan, seakan menggambarkan bahwa malaikat itu adalah makhluk yang bersifat energetis alias tidak berwujud materi alias makhluk gaib. Makna suatu “potensi” sebenarnya bisa disandingkan dengan pengertian qadar atau ukuran yang telah ditentukan. Dengan demikian, menurut Achmad Marconi dalam buku “Bagaimana Alam Semesta Diciptakan:Pendekatan Al-Quran dan Sains Modern” (2003:36), malaikat dapat diartikan suatu esensi makhluk yang ditugaskan untuk penguasaan dan pengendalian yang bebas, memiliki kemampuan untuk menyampaikan, dan untuk itu dia memiliki kekuatan yang telah ditentukan Allah sehingga mereka mampu melaksanakan tugas yang dibebankan kepadanya tanpa cacat atau salah.

Oleh karena itu, sebagai pelaksana dan “penjaga sistem kesemestaan” atau “the guardians of universe” yang diciptakan-Nya, malaikat dianugerahi sifat-sifat tertentu yang menjamin terlaksananya hukum-hukum Allah Swt. di alam semesta, di antaranya:

• Malaikat itu makhluk yang memiliki ketakwaan. Allah Swt. berfirman, “Sesungguhnya, malaikat-malaikat yang ada di sisi Tuhanmu tidaklah merasa enggan menyembah Allah dan mereka mentasbihkan-Nya dan hanya kepada-Nyalah mereka bersujud.” (QS Al-A’raf, 7:206). Atau, dalam QS Al-Mu’min, 40:7, “(Malaikat-malaikat) yang memikul Arasy dan malaikat yang berada di sekelilingnya bertasbih memuji Tuhannya dan mereka beriman kepada-Nya serta memintakan

buku 1_mengenal akidah islam.indd 33 01/04/2015 19:34:12

Page 40: Buku 1 mengenal akidah islam dummy final

34 | MENGENAL AKIDAH ISLAM

ampun bagi orang-orang yang beriman ...”. Lihat pula QS Al-Baqarah, 2:30 dan QS Asy-Syura’, 42:5.

• Malaikat itu dianugerahi sifat kepatuhan, sami’na wa atha’na. “Dan kepada Allah sajalah bersujud segala apa yang berada di langit dan semua makhluk yang melata di bumi dan (juga) para malaikat, sedang mereka (malaikat) tidak menyombongkan diri.” (QS An-Nahl, 16:49)

• Malaikat itu makhluk yang cerdas. Dalam QS An-Najm, 53:6, Allah Swt. berfirman, “(Jibril) yang mempunyai akal yang cerdas; dan (dia) menampakkan diri dengan rupa yang asli.”

• Malaikat mampu bergerak dengan kecepatan yang sangat tinggi. “Dan (para malaikat) yang turun dari langit dengan cepat, dan (para malaikat) yang mendahului dengan kencang.” (QS An-Nâzi’ât, 79:3-4)

• Malaikat mampu bermetamorfosis alias mengubah bentuk. Kisah malaikat yang mampu mengubah bentuk, salah satunya dapat kita simak pada kisah Nabi Ibrahim as. ketika beliau didatangi dua orang tamu yang tidak dikenal. “Dan sesungguhnya utusan-utusan Kami (malaikat-malaikat) telah datang kepada Ibrahim dengan membawa kabar gembira, mereka mengucapkan, ’Salâman’ (Selamat). Ibrahim menjawab, ’Salâmun’ (Selamatlah), maka tidak lama kemudian Ibrahim menyuguhkan daging anak sapi yang dipanggang. Maka ketika dilihatnya tangan mereka tidak menjamahnya, Ibrahim memandang aneh perbuatan mereka, dan merasa takut kepada mereka. Malaikat itu berkata, ’Jangan kamu takut,

buku 1_mengenal akidah islam.indd 34 01/04/2015 19:34:12

Page 41: Buku 1 mengenal akidah islam dummy final

Bagian 2: BERIMAN KEPADA MALAIKAT | 35

sesungguhnya kami adalah (malaikat-malaikat) yang diutus kepada kaum Luth’.” (QS Hud, 11:69-70). Lihat pula QS Maryam, 19:17, QS Al-Ankabût, 29:31-33; dan QS Ali ‘Imrân, 3:39-42.

• Malaikat tidak akan durhaka kepada Allah Swt. Hal ini dapat kita baca dalam QS At-Tahrim, 66:6, “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.”

Malaikat: Makhluk Pecinta Amal SalehSebagai makhluk yang memiliki karakteristik untuk senantiasa taat kepada Allah, malaikat telah di”plot” oleh Allah Swt. untuk mencintai segala bentuk amal saleh yang dilaksanakan oleh seorang hamba. Dia akan mendekat dan senantiasa menyertai sang hamba selama dia berada dalam kebaikan. Dia pun akan senantiasa membisikkan kebenaran dan ”mencampakkan” cahaya ke dalam dada manusia. Bukankah kebaikan dan amal saleh itu adalah cahaya? Malaikat juga makhluk cahaya. Maka, sangat logis apabila dua sifat dengan karakteristik yang sama saling mendekat dan bersatu. Sebaliknya, ketika seorang Mukmin melakukan kemaksiatan, para malaikat pun akan menjauh, termasuk ketika dia berada di tempat-tempat yang kotor, penuh maksiat, dan penuh dengan berhala.

buku 1_mengenal akidah islam.indd 35 01/04/2015 19:34:12

Page 42: Buku 1 mengenal akidah islam dummy final

36 | MENGENAL AKIDAH ISLAM

Itulah mengapa dalam banyak nash, terlepas apakah hadis tersebut bersifat metafora atau tidak, disebutkan betapa ”antusiasnya” malaikat dalam mendekat kepada seseorang yang melakukan amal saleh dan lalu mendoakannya. Lihat misalnya QS Al-Mu’min, 40:7 di mana Allah Swt. berfirman, “(Malaikat-malaikat) yang memikul Arasy dan malaikat yang berada di sekelilingnya bertasbih memuji Tuhannya dan mereka beriman kepada-Nya serta memintakan ampun bagi orang-orang yang beriman (seraya mengucapkan), ’Ya Tuhan kami, rahmat dan ilmu Engkau meliputi segala sesuatu, maka berilah ampunan kepada orang-orang yang bertobat dan mengikuti jalan Engkau dan peliharalah mereka dari siksaan neraka yang menyala-nyala’.”

Dalam hadis, penjelasan tentang kecintaan malaikat terhadap manusia yang beriman dan amal saleh yang dilakukannya lebih banyak lagi. Kita ambil beberapa contoh, misalnya yang menyangkut keutamaan majelis zikir, di antaranya:

• Rasulullah saw. bersabda, “Tidaklah ada suatu kaum yang duduk untuk berzikir kepada Allah Ta’ala melainkan malaikat akan meliputi mereka dan rahmat akan menyelimuti mereka, dan akan turun kepada mereka ketenangan, dan Allah akan menyebut-nyebut mereka di hadapan para malaikat yang ada di sisi-Nya.” (HR Muslim)

• Rasulullah saw. bersabda, “Apabila kalian melewati taman-taman surga maka singgahlah.” Maka para sahabat bertanya, “Apa yang dimaksud taman-taman surga itu wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Halaqah-halaqah zikir, karena sesungguhnya Allah

buku 1_mengenal akidah islam.indd 36 01/04/2015 19:34:12

Page 43: Buku 1 mengenal akidah islam dummy final

Bagian 2: BERIMAN KEPADA MALAIKAT | 37

Ta’ala memiliki malaikat yang berkeliling untuk mencari halaqah-halaqah zikir. Apabila mereka datang kepada orang-orang itu, maka mereka pun meliputinya.” (HR Abu Nu’aim)

Dalam beberapa kisah bahkan disebutkan ada malaikat yang bermetamorfosis sebagai seorang manusia biasa dan dia menemui manusia-manusia terpilih guna memberikan kabar yang gembira dan melapangkan dadanya atas amal saleh yang dilakukannya, atau memberikan pertolongan atas kesulitan yang dihadapinya.

Diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam kitab Shahih-nya dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Ada seorang lelaki yang ingin mengunjungi saudaranya di sebuah desa. Di dalam perjalanannya Allah Swt. mengutus seorang malaikat untuk mengawasinya. Ketika lelaki itu sampai padanya, malaikat itu berkata, ’Ke manakah engkau akan pergi?’ Lelaki itu menjawab, ’Aku ingin mengunjungi saudaraku di desa ini.’ Malaikat itu bertanya lagi, ’Apakah engkau punya kepentingan dari kenikmatan di desa ini?’ Lelaki itu menjawab, ’Tidak, hanya saja aku mencintainya karena Allah.’ Kemudian malaikat itu berkata, ’Sesungguhnya, aku adalah utusan Allah Swt. yang diutus kepadamu, bahwa Allah juga mencintaimu sebagaimana kamu mencintai-Nya’.”

Ibnu Abi Dunya meriwayatkan pula suatu kisah dari Al-Hasan tentang sahabat Anshar, yaitu Abu Muallaq yang berprofesi sebagai pedagang. Selain menjalankan modalnya sendiri, Mu’allaq juga mendapatkan modal dari orang lain. dia adalah pekerja keras, ahli ibadah, dan terjauh dari segala perbuatan haram (wara’). Di saat dia berkeliling menjual dagangannya, tiba-tiba sekawanan perampok menghentikan langkahnya.

buku 1_mengenal akidah islam.indd 37 01/04/2015 19:34:12

Page 44: Buku 1 mengenal akidah islam dummy final

38 | MENGENAL AKIDAH ISLAM

“Letakkan bawaanmu, aku akan membunuhmu,” bentak perampok itu.

Abu Mu’allaq menjawab, “Apakah yang kau inginkan dari kematianku? Jika harta, ambillah seluruhnya.” Perampok itu menggertak, “Hartamu itu untukku dan aku tidak menginginkan apa-apa kecuali darahmu!”

Abu Mu’allaq kembali menjawab, “Jika engkau menolak, berikan kesempatan kepadaku untuk melakukan shalat empat rakaat.”

Penjahat itu pun menyetujui, “Silakan sesukamu.”

Abu Mu’allaq segera mengambil air wudhu, lalu shalat empat rakaat. Pada sujudnya yang terakhir dia berdoa, “Ya Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang. Ya Allah yang memiliki mahligai yang mulia. Wahai yang bisa berbuat apa saja yang dikehendaki, hamba memohon kepada-Mu atas kemuliaan-Mu yang tiada bisa dipisahkan, dan dengan kerajaan-Mu yang tidak bisa dikurangi, dan dengan cahaya-Mu yang menerangi segala singgasana-Mu. Lindungi hamba dari perampok ini. Ya Allah yang Maha Penolong, tolonglah hamba.”

Doa tersebut dibaca tiga kali. Tiba-tiba ada seorang penunggang kuda datang. Di tangannya ada sebuah senjata yang diletakkan di antara kedua telinga kuda tersebut. Dia melihat perampok tersebut dan menusuknya sampai mati. Lalu, penunggang kuda itu mendekati si pedagang seraya berkata, “Bangunlah!”

Abu Mu’allaq bertanya, “Siapakah engkau?”

“Aku malaikat penghuni langit keempat. Engkau telah berdoa dengan doamu yang pertama dan aku mendengar di pintu-pintu langit suatu bunyi. Lalu engkau berdoa

buku 1_mengenal akidah islam.indd 38 01/04/2015 19:34:12

Page 45: Buku 1 mengenal akidah islam dummy final

Bagian 2: BERIMAN KEPADA MALAIKAT | 39

untuk kedua kalinya, maka aku mendengar derap langkah penghuni langit. Lalu engkau berdoa ketiga kalinya, maka dikatakan kepadaku, ’Doa itu dari orang yang ada dalam keadaan bahaya.’ Aku pun aya meminta kepada Allah agar Dia mengutusku membunuh perampok itu.”

Menjadi “Sahabat Malaikat” yang Selalu Didoakan-nyaMalaikat adalah makhluk cahaya yang ditakdirkan Allah Swt. untuk senantiasa taat kepada-Nya dan mencintai amal saleh yang ikhlas yang dilakukan oleh manusia. Oleh karena itu, sangat wajar apabila ada sekelompok manusia yang kemudian menjadi ”sahabat” alias ”kawan dekat” para malaikat, walau orang yang bersangkutan tidak bisa berinteraksi atau bertatap muka secara langsung dengannya. Kelompok manusia tersebut adalah orang-orang saleh yang senantiasa berzikir kepada Allah dalam setiap gerak langkah kehidupannya, baik zikir yang berbentuk lisan maupun perbuatan. Orang-orang ini dilindungi dan dijaga oleh para malaikat ke mana pun mereka melangkah, ke dalam hatinya dibisikkan aneka kebaikan sehingga hatinya bening dan bercahaya.

Syaikh Muhammad Abduh pernah menjelaskan pandangan Imam Al-Ghazali tentang kehadiran malaikat di dalam diri manusia. Abduh memberikan ilustrasi, “Setiap orang dapat merasakan bahwa dalam jiwanya ada dua macam bisikan, yaitu bisikan yang baik dan bisikan yang buruk. Manusia seringkali merasakan pertarungan di antara keduanya, seakan apa yang terlintas dalam pikirannya ketika itu sedang diajukan ke satu sidang pengadilan. Yang ini menerima dan yang

buku 1_mengenal akidah islam.indd 39 01/04/2015 19:34:12

Page 46: Buku 1 mengenal akidah islam dummy final

40 | MENGENAL AKIDAH ISLAM

itu menolak. Yang ini menyuruh melakukan dan yang itu mencegah dia dari melakukannya, demikian halnya sampai akhirnya sidang memutuskan sesuatu. Yang membisikkan kebaikan adalah malaikat, sedangkan yang membisikkan keburukan adalah setan atau paling tidak yang menyebabkan lahirnya bisikan tersebut adalah malaikat atau setan. Nah, turunnya malaikat, khususnya pada malam Lailatul Qadar, menemui orang yang mempersiapkan diri menyambutnya (khususnya melalui amal-amal ibadah yang dilakukannya), berarti pula dia akan senantiasa disertai oleh malaikat sehingga jiwanya akan senantiasa terdorong untuk melakukan kebaikan di mana pun dia berada.” (Quraish Shihab, Membumikan Al-Quran, 1997:315)

Tidak sekadar membisikan aneka kebaikan, para malaikat pun senantiasa memanjatkan doa agar Allah Azza wa Jalla mengampuni dan menganugerahkan limpahan rahmat dan kasih sayang-Nya kepada sang hamba. Nah, dalam hal ini ada satu prasyarat penting bahwa hadirnya doa-doa malaikat tersebut, yaitu adanya amal saleh yang dilakukan.

Semua amal saleh sesungguhnya akan mengundang malaikat untuk hadir mendoakan. Akan tetapi, ada beberapa amal kebaikan yang secara spesifik disebutkan oleh Nabi saw. akan mengundang doa-doa malaikat bagi orang yang melakukannya. Jumlahnya tak kurang dari 12 amal saleh, yang sebenarnya sangat dekat dengan keseharian kita, tetapi seringkali kita lalaikan. Kedua belas amal tersebut adalah:(1) bersedekah pada pagi hari; (2) menjenguk orang yang sakit; (3) berwudhu sebelum tidur; (4) duduk menunggu waktu shalat;

buku 1_mengenal akidah islam.indd 40 01/04/2015 19:34:12

Page 47: Buku 1 mengenal akidah islam dummy final

Bagian 2: BERIMAN KEPADA MALAIKAT | 41

(5) berada di shaf terdepan dalam shalat berjamaah; (6) menyambung shaf dalam shalat berjamaah; (7) mengaminkan Al-Fatihah yang dibacakan oleh imam dalam shalat berjamaah; (8) duduk di tempat shalat selepas menunaikan shalat; (9) berjamaah shalat Subuh dan Ashar di masjid; (10) mendoakan orang lain tanpa sepengetahuan orang yang didoakan; (11) melaksanakan sahur; dan (12) mengejarkan kebaikan kepada orang lain.

Alangkah bahagianya kita apabila tergolong orang-orang yang didoakan oleh malaikat karena istiqamah melakukan amal-amal tersebut. Betapa tidak, doa malaikat adalah doa yang sangat objektif. Dia tidak terhalang oleh berbagai kepentingan dan ambisi. Doa malaikat adalah doa yang teramat ikhlas dan sesuai dengan fitrah semesta sehingga tampak mustahil bagi Allah Swt. untuk tidak mengijabahnya. Semoga kita termasuk di dalamnya. Amin. ***

buku 1_mengenal akidah islam.indd 41 01/04/2015 19:34:12

Page 48: Buku 1 mengenal akidah islam dummy final

42 | MENGENAL AKIDAH ISLAM

Agar Selalu Bersama Para Malaikat

Ada sekelompok orang yang disertai oleh para malaikat ke mana pun mereka melangkah. Ke dalam hatinya dibisikkan aneka kebaikan sehingga hatinya bening dan bercahaya. Mereka adalah orang-orang

saleh yang selalu berzikir kepada Allah dalam setiap gerak langkah kehidupannya, baik zikir

lisan maupun perbuatan.Syeikh Muhammad Abduh menjelaskan pandangan

Imam Al-Ghazali tentang kehadiran malaikat di dalam diri manusia. Abduh memberi gambaran, “Se-tiap orang dapat merasakan bahwa dalam jiwanya

ada dua macam bisikan, yaitu bisikan yang baik dan bisikan yang buruk. Manusia seringkali merasakan pertarungan di antara keduanya, seakan apa yang terlintas dalam pikirannya ketika itu sedang diaju-kan ke satu sidang pengadilan. Yang ini menerima dan yang itu menolak. Yang ini menyuruh melaku-kan dan yang itu mencegah dia dari melakukannya,

demikian halnya sampai akhirnya sidang memu-tuskan sesuatu. Yang membisikan kebaikan adalah malaikat, sedangkan yang membisikkan keburukan adalah setan; atau paling tidak yang menyebabkan

lahirnya bisikan tersebut adalah malaikat atau setan. Nah, turunnya malaikat, khususnya pada malam

Lailatul Qadar, menemui orang yang mempersiap-kan diri menyambutnya (khususnya melalui amal-amal ibadah yang dilakukannya), berarti pula dia

akan selalu disertai oleh malaikat sehingga jiwanya senantiasa terdorong untuk melakukan kebaikan di

mana pun dia berada.” (M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Quran, 1997:315)

buku 1_mengenal akidah islam.indd 42 01/04/2015 19:34:12

Page 49: Buku 1 mengenal akidah islam dummy final

Bagian 3: BERIMAN KEPADA KITABULÂH | 43

Konsekuensi beriman kepada Allah dan malaikat-Nya adalah yakin terhadap kitab suci yang diturunkan Allah Swt. Bukankah fungsi utama Malaikat Jibril

adalah menyampaikan wahyu (Al-Quran) dari Allah Swt. kepada Rasulullah saw.?

Maka, beriman kepada kitab suci Al-Quran berarti percaya kepada kitab-kitab Allah Swt. yang diturunkan kepada para rasul Allah. Al-Quran adalah petunjuk hidup manusia merupakan wahyu dari Allah Swt. yang dibawa oleh malaikat dan disampaikan kepada para nabi dan rasul untuk disampaikan kepada umatnya. Tidak setiap nabi dan rasul mendapat kitab dari Allah Swt. Hanya beberapa nabi dan rasul saja yang mendapatkannya.

1. MAKNA BERIMAN KEPADA KITAB-KITAB ALLAH

Kitab artinya lembaran-lembaran yang dibukukan. Iman kepada kitab-kitab Allah Swt. artinya mempercayai dengan penuh keyakinan bahwa Allah Swt. telah

BAGIAN 3BERIMAN KEPADA KITABULÂH

”Dan Al-Quran itu adalah kitab yang Kami turunkan yang diberkati, maka ikutilah Dia dan bertakwalah agar

kamu diberi rahmat.” (QS Al-An’âm, 6:155)

buku 1_mengenal akidah islam.indd 43 01/04/2015 19:34:12

Page 50: Buku 1 mengenal akidah islam dummy final

44 | MENGENAL AKIDAH ISLAM

menurunkan wahyu-Nya kepada para rasul berupa kitab-kitab sebagai pedoman hidup bagi dirinya dan umatnya.

Beriman kepada kitab-kitab Allah Swt. merupakan rukun iman ketiga. Sebagai seorang mukmin, kita wajib mengimani kitab-kitab Allah Swt., yang telah diturunkan kepada para utusan-Nya. Karena hal tersebut merupakan hal-hal yang mendasar dalam suatu akidah. Belum dikatakan seorang Mukmin apabila dia belum beriman kepada kitab-kitab-Nya.

Allah Swt. berfirman, “Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan rasul-Nya dan kepada kitab yang Allah turunkan kepada rasul-Nya serta kitab yang Allah turunkan sebelumnya. Barangsiapa yang kafir kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari Kemudian, maka sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-jauhnya.” (QS An-Nisâ’, 4:136)

Beriman kepada kitab-kitab Allah Swt. termasuk hal yang pokok dalam akidah. Seseorang termasuk sebagai Mukmin atau kafir tergantung juga pada keimanannya kepada kitab-kitab Allah Swt. Apabila seseorang mendustakan kitab-kitab Allah atau setidaknya meragukan kebenarannya, seseorang itu tentu tidak bisa lagi digolongkan sebagai Mukmin.

Allah Swt. menurunkan kitab suci-Nya, tujuannya agar umat manusia tidak tersesat. Bahkan, andaikan Allah Swt. tidak menurunkan kitab-kitab-Nya tersebut, sehingga manusia tersesat, manusia tidak bisa disalahkan karena memang tidak ada aturan yang harus dilakukannya.

buku 1_mengenal akidah islam.indd 44 01/04/2015 19:34:12

Page 51: Buku 1 mengenal akidah islam dummy final

Bagian 3: BERIMAN KEPADA KITABULÂH | 45

2. CARA MENGIMANI KITAB-KITAB ALLAH

Iman merupakan kepercayaan yang teguh yang disertai dengan ketundukan dan penyerahan jiwa. Beriman kepada kitab-kitab Allah Swt. berarti mempercayai dengan ketundukan dan penyerahan jiwa akan kitab-kitab Allah Swt. itu. Tanda-tanda adanya iman kepada kitab-kitab Allah ialah mengerjakan apa yang dikehendaki oleh kitabullâh tersebut, khususnya Al-Quran, sebagai penutup kitab-kita suci.

Adapun sikap penghormatan kepada kitab-kitab Allah dapat dilakukan dengan beberapa cara, antara lain:

Pertama, membenarkan dengan sungguh-sungguh bahwa semua kitab diturunkan oleh Allah Swt. Pada prosesnya, Allah Swt. berbicara secara hakiki, di antaranya ada yang langsung dari-Nya tanpa perantaraan malaikat, atau Dia “menuliskan dengan tangan-Nya”. Ada pula yang disampaikan melalui perantaraan malaikat. Allah Ta’ala berfirman, “Dan tidak mungkin bagi seorang manusia pun bahwa Allah berkata-kata dengan Dia kecuali dengan perantaraan wahyu atau di belakang tabir atau dengan mengutus seorang utusan (malaikat) lalu diwahyukan kepadanya dengan seizin-Nya apa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Dia Mahatinggi lagi Mahabijaksana.” (QS Asy-Syura, 42:51)

Pada ayat lainnya, Allah Ta’ala pun berfirman, “Dan Allah telah berbicara kepada Musa dengan langsung.” (QS An-Nisâ’, 4:164). Atau, “Dan telah Kami tuliskan untuk Musa pada luh-luh (Taurat) segala sesuatu sebagai pelajaran dan penjelasan bagi segala sesuatu.” (QS Al-A’râf, 7:145)

buku 1_mengenal akidah islam.indd 45 01/04/2015 19:34:12

Page 52: Buku 1 mengenal akidah islam dummy final

46 | MENGENAL AKIDAH ISLAM

Kedua, beriman kepada kitab-kitab yang diturunkan kepada para rasul sebelum Al-Quran. Kitab-kitab yang diturunkan sebelum Al-Quran kita yakini adanya dan kita percayai kebenaran isinya karena semua itu datangnya dari Allah Swt. Semua kitab Allah Swt. tersebut pasti tidak bertentangan dengan Al-Quran.

Allah berfirman, “Dan mereka yang beriman kepada kitab (Al-Quran) yang telah diturunkan kepadamu dan Kitab-Kitab yang telah diturunkan sebelummu, serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat.” (QS Al-Baqarah, 2:4)

Adapun yang dimaksud kitab-kitab yang telah diturunkan sebelummu (Nabi Muhammad saw.) ialah kitab-kitab yang diturunkan sebelum Al-Quran, seperti: Taurat, Zabur, Injil, dan suhuf-suhuf yang diturunkan kepada para rasul.

Ada tiga hal yang menjadi sebab perbedaan dalam cara mengimani kitab-kitab Allah Swt. yaitu sebagai berikut:

• Masa berlaku kitab-kitab sebelum Al-Quran sudah habis, sesuai masa hidup nabi-nabi penerimanya.

• Kitab-kitab sebelum Al-Quran terbatas hanya untuk satu umat, yaitu umat yang hidup pada masa itu dan wilayah tertentu, misalnya kitab Injil untuk umat Nabi Isa, as dan untuk kaum Bani Israil.

• Kandungan pokok kitab-kitab sebelum Al-Quran sudah tercantum dalam Al-Quran.

Ketiga, beriman kepada kitab Al-Quran yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw. Untuk meyakini bahwa Al-Quran adalah kitab Allah Swt. kita perlu melakukan hal-hal berikut.

buku 1_mengenal akidah islam.indd 46 01/04/2015 19:34:13

Page 53: Buku 1 mengenal akidah islam dummy final

Bagian 3: BERIMAN KEPADA KITABULÂH | 47

• Meyakini dan mempercayai bahwa Al-Quran itu benar-benar wahyu Allah Swt. yang diberikan kepada Nabi Muhammad saw. dan bukan hasil karya manusia.

• Meyakini dan mempercayai akan kebenaran semua isi Al-Quran dan tidak mengingkarinya meskipun sepotong ayat pun.

• Menerima Al-Quran sebagai pedoman hidup dan pedoman berpikir dalam mempelajari rahasia-rahasia Allah Swt. di alam dunia ini.

• Mempelajari, memahami dan mengamalkan isi Al-Quran dalam kehidupan sehari-hari dengan tidak ada pemikiran untuk meninggalkan atau menganggap bahwa itu tidak perlu diikuti.

Dalam konteks beriman kepada Al-Quran, salah satu poin pentingnya adalah keyakinan bahwa Allah menurunkan Al-Quran sebagai hakim terhadap kitab-kitab terdahulu dan pembenar terhadapnya. Hal ini sebagaimana firman-Nya, ”Dan Kami telah turunkan kepadamu Al-Quran dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu.” (QS Al-Mâ’idah, 4:48)

Menurut para mufasir, kata “muhaiminan” artinya yang dipercaya dan menjadi saksi atas kitab-kitab sebelumnya serta membenarkannya. Maksudnya adalah membenarkan apa yang ada di dalamnya yang shahih serta menafikan sesuatu yang telah diubah, diganti, atau diselewengkan; termasuk pula hukum yang telah dihapus padanya, atau menetapkan dan mensyariatkan hukum-hukum baru. Oleh karena itu, semua yang berpegang

buku 1_mengenal akidah islam.indd 47 01/04/2015 19:34:13

Page 54: Buku 1 mengenal akidah islam dummy final

48 | MENGENAL AKIDAH ISLAM

teguh pada kitab-kitab terdahulu tunduk kepadanya sebelum berlaku kitab sesudahnya.

Allah Ta’ala berfirman, “Orang-orang yang telah Kami datangkan kepada mereka Al-Kitab sebelum Al-Quran, mereka beriman (pula) dengan Al-Quran itu. Dan apabila dibacakan (Al-Quran itu) kepada mereka, mereka berkata, ”Kami beriman kepadanya; sesungguhnya Al-Quran itu adalah suatu kebenaran dari Tuhan Kami. Sesungguhnya Kami sebelumnya adalah orang-orang yang membenarkan(nya).” (QS Al-Qashash, 28:52-53)

3. MENGENAL AL-QURAN

Al-Quran adalah firman atau wahyu yang diturunkan oleh Allah Swt. kepada Nabi Muhammad saw. dengan perantaraan Malaikat Jibril untuk dijadikan pedoman dan petunjuk hidup seluruh umat manusia sampai akhir zaman. Al-Quran merupakan kitab suci terakhir dan terbesar yang diturunkan Allah Swt. kepada manusia setelah Taurat, Zabur, dan Injil yang diturunkan kepada para rasul sebelum Rasulullah saw. Karena keistimewaannya, bukan hanya memelajari dan mengamalkan isinya saja yang menjadi keutamaan, membacanya saja sudah bernilai ibadah.

Hal ini sesuai dengan beberapa definisi Al-Quran yang diungkapkan para ulama, di antaranya Ustaz Ali Ash-Shabuni. Menurutnya, Al-Quran adalah firman Allah Swt. yang tiada tandingannya, diturunkan kepada Nabi Muhammad saw. penutup para nabi dan rasul, dengan perantaraan Malaikat Jibril dan ditulis pada mushaf-mushaf yang kemudian disampaikan kepada kita

buku 1_mengenal akidah islam.indd 48 01/04/2015 19:34:13

Page 55: Buku 1 mengenal akidah islam dummy final

Bagian 3: BERIMAN KEPADA KITABULÂH | 49

secara mutawatir, serta membaca dan memelajarinya merupakan ibadah, yang dimulai dengan QS Al-Fâtihah dan ditutup dengan QS An-Nâs.

Secara bahasa, Al-Quran berasal dari kata kerja qarâ’a yang berarti “mengumpulkan atau menghimpun” dan qirâ’ah yang berarti “menghimpun huruf-huruf dan kata-kata satu dengan yang lain dalam suatu ucapan yang tersusun rapih”.

Oleh karena itu, istilah qur’ân paling umum diterjemahkan sebagai “bacaan” atau “tilawah” (bacaan yang dilantunkan) dan telah dihubungkan secara etimologis dengan qeryânâ (bacaan kitab suci, bagian dari kitab suci yang dibacakan dalam ritual keagamaan) dalam bahasa Suriah, dan miqra’ dalam bahasa Ibrani (pembacaan suatu kisah, kitab suci). Sebagian mufasir juga berpendapat bahwa kata tersebut berasal dari bentuk fu’lân, qur’ân membawa konotasi “bacaan sinambung” atau “bacaan abadi” yang dibaca dan didengar berulang-ulang.

Al-Quran dikhususkan sebagai nama bagi kitab yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw. sehingga Al-Quran menjadi nama khas kitab tersebut, yaitu sebagai nama diri, termasuk juga untuk penamaan ayat-ayatnya. Sebagai sebuah nama, Al-Quran merujuk pada wahyu (tanzíl) yang “diturunkan” (unzila) oleh Allah Swt. kepada Rasulullah saw. dalam rentang waktu hampir 23 tahun. Dalam konotasi yang lebih universal, dia adalah ekspresi Ummul Kitâb sebagai paradigma komunikasi ilahiah (QS Al-Ra’d, 13:39).

buku 1_mengenal akidah islam.indd 49 01/04/2015 19:34:13

Page 56: Buku 1 mengenal akidah islam dummy final

50 | MENGENAL AKIDAH ISLAM

Kandungan Al-QuranSebagai Al-Hudan, Al-Quran berisi petunjuk-petunjuk yang bersifat global dan komprehensif terkait persoalan-persoalan hidup manusia, baik itu urusan manusia dengan Allah, manusia dengan dirinya sendiri, manusia dengan sesamanya, dan manusia dengan lingkungan sekitarnya.

Secara garis besar, Al-Quran mangandung tiga hal. Pertama, petunjuk akidah dan kepercayaan yang harus dianut oleh manusia yang tersimpul dalam keimanan akan keesaan Tuhan dan kepercayaan akan kepastian adanya hari Pembalasan. Kedua, petunjuk tentang akhlak yang murni dengan jalan menerangkan norma-norma keagamaan dan susila yang harus diikuti oleh manusia baik secara individual maupun secara kolektif. Ketiga, petunjuk tentang syariat dan hukum dengan jalan menerangkan dasar-dasar hukum yang harus diikuti oleh manusia dalam hubungannya dengan Tuhan dan sesamanya. Dengan kata lain, “Al-Quran adalah petunjuk bagi seluruh manusia ke jalan yang harus ditempuh demi kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.”

Sebagai penyempurna kitab-kitab suci yang telah turun sebelumnya, di dalam Al-Quran pun terhimpun hasil kitab suci yang sudah ada sebelumnya, malahan juga hasil segala ilmu. Al-Quran adalah sebuah kitab yang menjelaskan segala sesuatu (QS Yusuf, 12:111).

Pembagian Al-Quran Kendati diwahyukan secara lisan, Al-Quran secara konsisten menyebut sebagai kitab tertulis. Ini memberi petunjuk bahwa wahyu tersebut tercatat dalam tulisan.

buku 1_mengenal akidah islam.indd 50 01/04/2015 19:34:13

Page 57: Buku 1 mengenal akidah islam dummy final

Bagian 3: BERIMAN KEPADA KITABULÂH | 51

Itulah kenyataannya, sejak awal perkembangan Islam, Al-Quran telah ditulis dan dikumpulkan dalam bentuk mushaf-mushaf sehingga mushaf tersebut sampai ke tangan kita sekarang.

Surat dalam Al-Quran Al-Quran mempunyai 114 surat yang tidak sama panjang dan pendeknya. Surah terpendek adalah QS Al-Kautsar [108] yang terdiri dari tiga (3) ayat dan yang terpanjang adalah QS Al-Baqarah [2] yang terdiri dari 286 ayat. Semua surat, kecuali surat yang ke-9 (QS At-Taubah), dimulai dengan kalimat basmallâh. Setiap surat memiliki satu nama dan ada pula yang memiliki lebih dari satu nama, sebagaimana tertulis dalam pembukaan setiap surat.

Diakui secara umum bahwa susunan ayat dan surat dalam Al-Quran memiliki keunikan yang luar biasa. Susunannya tidak secara urutan saat wahyu diturunkan dan subjek bahasan. Rahasianya hanya Allah Yang Mahatahu, karena Dia sebagai pemilik kitab tersebut. Jika seseorang akan bertindak sebagai editor menyusun kembali kata-kata buku orang lain misalnya, mengubah urutan kalimat akan mudah memengaruhi seluruh isinya. Hasil akhirnya pun tidak dapat dinisbatkan seluruhnya kepada pengarang karena telah terjadi perubahan kata-kata dan materi di dalamnya. Demikian demikian, karena Dia sebagai pencipta tunggal Al-Quran, Dia sendiri yang memiliki wewenang mutlak menyusun seluruh materi.

Oleh karena itu, nama-nama surat, batasan-batasan, dan susunan ayat-ayatnya ditentukan langsung oleh Rasulullah saw. atas petunjuk Allah Swt. Beberapa riwayat

buku 1_mengenal akidah islam.indd 51 01/04/2015 19:34:13

Page 58: Buku 1 mengenal akidah islam dummy final

52 | MENGENAL AKIDAH ISLAM

menyebutkan bahwa Rasulullah saw. memberi instruksi kepada sahabat yang menuliskan Al-Quran tentang letak ayat pada setiap surat.

Utsman bin Affan menjelaskan baik wahyu itu mencakup ayat panjang maupun satu ayat terpisah, Rasulullah selalu memanggil penulisnya dan berkata, ”Letakkan ayat-ayat tersebut ke dalam surah (seperti yang beliau sebut).” Zaid bin Tsabit menegaskan, ”Kami akan kumpulkan Al-Quran di depan Rasulullah.” Menurut Utsman bin Abi Al-’As, Malaikat Jibril senantiasa menemui Nabi saw. untuk memberi perintah akan penempatan ayat.

Jumlah Ayat Al-Quran Terkait jumlah ayat Al-Quran, ada perbedaan di kalangan ulama. Menurut Perhitungan ulama Kufah, seperti Abu Abdurrahman As-Salmi, Al-Quran terdiri dari 6.236 ayat. Sedangkan menurut Muhammad As-Suyuthi, Al-Quran terdiri dari 6.000 ayat lebih. Al-Alusi menyebutkan bahwa jumlah ayat Al-Quran adalah 6.616 ayat.

Perbedaan ini disebabkan oleh perbedaan pandangan tentang kalimat basmallâh pada awal surah dan fawatih as-suwar atau kata-kata pembuka surat, seperti Yâsîn, Alif Lâm Mîm, dan Hâ Mîm. Ada yang menggolongkan kata-kata pembuka tersebut sebagai sebuah ayat dan ada pula yang tidak. Jadi, perbedaan dalam menentukan jumlah ayat Al-Quran di sini bukan karena perbedaan isi Al-Quran melainkan karena adanya perbedaan cara dalam menghitung.

buku 1_mengenal akidah islam.indd 52 01/04/2015 19:34:13

Page 59: Buku 1 mengenal akidah islam dummy final

Bagian 3: BERIMAN KEPADA KITABULÂH | 53

Pembagian Mushaf Al-Quran Para ulama membagi Al-Quran ke dalam 30 juz (bagian) yang sama panjang dan dalam 60 hizb (nama hizb ditulis di sebelah pinggirnya). Setiap hizb dibagi lagi menjadi empat dengan tanda-tanda ar-rub’ (seperempat), an-nisf (seperdua), dan as-salasah (tiga perempat). Pembagian car inilah yang dipakai oleh ahli-ahli qira’at Mesir sejak 1337 Hijriyah di bawah pengawasan para ulama Al-Azhar.

Selanjutnya, Al-Quran dibagi pula ke dalam 554 ruku’, yaitu bagian yang terdiri dari beberapa ayat. Setiap satu ruku’ ditandai dengan huruf ’ain di sebelah pinggirnya. Surat yang panjang berisi beberapa ruku’, sedangkan surah yang pendek hanya berisi satu ruku’ saja. Al-Quran yang beredar di Indonesia dibagi menurut sistem pembagian seperti itu.

Tanda pertengahan Al-Quran (nisf Al-Qurân) terdapat dalam QS Al-Kahfi [18] ayat 19 pada lafadz walya talaththaf (hendaklah dia berlaku lemah lembut). ***

buku 1_mengenal akidah islam.indd 53 01/04/2015 19:34:13

Page 60: Buku 1 mengenal akidah islam dummy final

54 | MENGENAL AKIDAH ISLAM

TIPS:

Keutamaan Membaca Al-QuranAl-Quran adalah rahmat, petunjuk, dan cahaya. Dialah sumber kebaikan. Jangankan sampai mema-hami isinya, baru membacanya saja sudah dipenuhi aneka kebaikan. Lalu, apa saja keutamaan dari membaca Al-Quran? • AllahTa’alaakanmemberinyapahalaberlipat

dan menyempurnakan nikmat-Nya kepada para pembacaAl-Quran.(QSFathir,35:29-30,HRTir-midzi)

• SeorangpembacaAl-Quranakanmendapatkanrahmat, petunjuk, keselamatan dan kasih say-angdariAllahTa’ala.(QSAl-Mâ’idah,5:15-16)

• BacaanAl-Quranadalahpenyembuhdarisegalapenyakit. (QS Yunus, 10:57, QS Fushshilat, 41:44)

• Al-QuranakanjadipenolongpadahariKiamat.(HR Muslim, Ahmad)

• ParapembacaAl-Qurandisebutsebagaisebaik-baikmakhluk.(HRBukhari)

• ParapembacaAl-Quranakandikumpulkanber-samaparamalaikat.(HRBukhariMuslim)

• Al-Quranakanmenentukanderajatbagipemba-canya. Semakin dekat dan semakin sering ses-eorang berinteraksi dengan Al-Quran, semakin tinggi pula dia punya derajat di sisi Allah. (HR Muslim, Ahmad)

• BacaanAl-Quranlebihberhargadaripadahartabendaduniawi.(HRTirmidzi)

• ParapembacaAl-Quranakandijauhisetandananeka kesusahan. (HR Muslim)

buku 1_mengenal akidah islam.indd 54 01/04/2015 19:34:13

Page 61: Buku 1 mengenal akidah islam dummy final

Bagian 4: BERIMAN KEPADA PARA RASUL ALLAH | 55

BAGIAN 4BERIMAN KEPADA PARA RASUL ALLAH

”Sesungguhnya Kami mengutus kamu dengan membawa kebenaran sebagai pembawa berita gembira dan sehagai

pemberi peringatan. Dan tidak ada suatu umat pun melainkan telah ada padanya seorang pemberi peringatan.”

(QS Fathir, 35:24)

Keimanan kepada Allah, para malaikat, dan kitab, pada akhirnya akan membawa keyakinan akan keberadaan dan kebenaran orang-orang yang Allah

pilih sebagai utusan, yaitu para rasul Allah. Mereka diutus untuk menyampaikan tuntunan dan kabar gembira, termasuk membimbing manusia untuk mengetahui siapa Penciptanya dan Pencipta alam raya; agar mengetahui siapa yang berhak disembah dan ditaati sepenuh hati. Itulah sebabnya, seorang rasul menerangkan tentang hal-hal apa saja yang boleh dilakukan dan tidak boleh dilakukan oleh manusia. Dalam hal ini, termasuk pula mengingatkan manusia agar tidak melakukan keingkaran kepada Rabb dan utusan-Nya; agar menjauhi segala bentuk kesyirikan kepada-Nya, baik dalam masalah rububiyah, uluhiyah, maupun tentang nama dan sifat-sifat yang dimiliki-Nya.

buku 1_mengenal akidah islam.indd 55 01/04/2015 19:34:13

Page 62: Buku 1 mengenal akidah islam dummy final

56 | MENGENAL AKIDAH ISLAM

Seorang rasul menerangkan pula hal-hal apa saja yang dibenci oleh Allah Ta’ala, baik berupa perkataan, perbuatan, maupun syariat yang harus dijalankan agar manusia selamat di dunia dan akhirat. Seorang rasul pun menerangkan dan memberi teladan berupa akhlak-akhlak mulia dan memperingatkan tentang akhlak buruk; menerangkan yang hak dan yang batil; serta menunjukkan mana jalan yang penuh keberkahan dan mana jalan yang penuh kesesatan. Dengan demikian, seorang rasul dituntut untuk senantiasa mensucikan dan menjaga diri dari kesalahan agar dapat menjadi contoh kebaikan bagi umatnya. (‘Ilmul Îmân, Jilid I, Abdul Majid bin ‘Aziz Az-Zindani, hlm. 181)

1. PENGERTIAN IMAN KEPADA RASUL

Iman kepada rasul adalah meyakini bahwa Allah Swt. telah mengutus rasul-rasul-Nya. Mereka adalah manusia pilihan yang diberi wahyu untuk memberi kabar gembira dan memberi peringatan yang didukung dengan bukti-bukti kebenaran dan mukjizat. Tugas kita adalah membenarkan dan mengikuti ajarannya. Allah Ta’ala berfirman, ”Sesungguhnya Kami telah memberikan wahyu kepadamu sebagaimana Kami telah memberikan wahyu kepada Nuh dan nabi-nabi selanjutnya, dan Kami telah memberikan wahyu (pula) kepada Ibrahim, Isma’il, Ishaq, Ya’qub dan anak cucunya, Isa, Ayyub, Yunus, Harun dan Sulaiman. Dan Kami berikan Zabur kepada Daud.” (QS An-Nisâ’, 4:163)

Dalam ayat lain, Allah Swt. berfirman, “Sesungguhnya Kami mengutusmu untuk jadi saksi, pembawa kabar gembira dan memberi peringatan.” (QS Al-Ahzab, 33:45)

buku 1_mengenal akidah islam.indd 56 01/04/2015 19:34:13

Page 63: Buku 1 mengenal akidah islam dummy final

Bagian 4: BERIMAN KEPADA PARA RASUL ALLAH | 57

2. NAMA PARA RASUL

Nama para nabi dan rasul yang disebutkan dalam Al-Quran ada 25 orang. Dalam QS Al-Anäm, secara khusus disebutkan ada 18 orang, sedangkan di dalam QS Shâd ada 7 orang. Berikut ini adalah nama-nama nabi dan rasul yang disebutkan dalam Al-Quran: Nabi Adam, Idris, Nuh, Hud, Shalih, Ibrahim, Luth, Yunus, Ismail, Ishaq, Ya’qub, Yusuf, Ayub, Syu’aib, Musa, Harun, Yasa’, Dzulkifli, Daud, Sulaiman, Zakaria, Ilyas, Yahya, Isa dan Muhammad saw.

Pada faktanya, jumlah nabi dan rasul tidak hanya 25 orang, tetapi Iebih dan itu. Hal ini sebagaimana firman Allah Swt., ”Dan sesungguhnya telah Kami utus beberapa orang rasul sebelum kamu, di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antara mereka ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak dapat bagi seorang rasul membawa suatu mukjizat, melainkan dengan seizin Allah; maka apabila telah datang perintah Allah, diputuskan (semua perkara) dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.” (QS AI-Mu’min, 40:78)

3. SIFAT PARA RASUL

Rasul adalah utusan Allah yang bertugas menyampaikan petunjuk-Nya kepada umat manusia sehingga mereka bisa selamat di dunia dan akhirat. Oleh karena itu, mereka memiliki sifat wajib dan mustahil. Sifat wajib rasul adalah sifat yang pasti dimiliki para rasul. sifat mustahil rasul adalah kebalikan dan sifat wajib, yaitu sifat-sifat yang tidak ada pada diri rasul.

buku 1_mengenal akidah islam.indd 57 01/04/2015 19:34:13

Page 64: Buku 1 mengenal akidah islam dummy final

58 | MENGENAL AKIDAH ISLAM

Sifat yang wajib ada pada rasul ada empat, yaitu shiddiq, amanah, tabligh, dan fathanah.

• Shiddiq berarti benar. Seorang utusan Allah itu wajib benar, baik dalam perbuatan maupun perkataannya. Mereka harus pula terjaga dari dosa atau kemaksiatan.

• Amanah berarti dapat dipercaya. Seorang utusan Allah wajib mempunyai sifat jujur, baik secara lahir maupun batin, dapat dipercaya, selalu menepati janji, dan mampu memegang amanah sesulit apapun.

• Tabligh berarti menyampaikan. Seorang utusan Allah wajib menyampaikan semua kebenaran yang dia dapatkan dari Allah Swt. Artinya, tidak ada satu ayat pun yang disembunyikan, sesulit apapun akibat yang harus dia dapatkan dari ayat yang disampaikannya tersebut.

• Fathanah berarti cerdik pandai. Seorang utusan Allah wajib memiliki kecerdasan, keluasan wawasan, dan bijaksana dalam segala hal. Dia harus mampu berkomunikasi dengan manusia dari beragam kalangan dan latar belakang. Dia pun dituntut untuk bisa menegakkan yang benar dan dapat menyalahkan yang batil.

Adapun sifat mustahil bagi seorang rasul ada empat, yaitu kazib, khianat, kitman, dan baladah.

• Kazib berarti dusta, lawan dan sifat shidiq.• Khianat berarti tidak dapat dipercaya, lawan dan

sifat amanah.• Kitman berarti menyembunyikan, lawan dan sifat

tablig.• Baladah berarti bodoh, lawan dan sifat fathanah.

buku 1_mengenal akidah islam.indd 58 01/04/2015 19:34:13

Page 65: Buku 1 mengenal akidah islam dummy final

Bagian 4: BERIMAN KEPADA PARA RASUL ALLAH | 59

Namun demikian, layaknya manusia lain, seorang rasul pun memiliki sifat-sifat manusia biasa, khususnya yang bersifat biologis, semisal makan, minum, tidur, mati, sakit, dan menikah. Sifat-sifat itu tidak mengurangi martabat kerasulannya, justru semakin memperkuatnya.

4. TUGAS SEORANG RASUL

Para rasul diutus oleh Allah Swt. dengan mengemban tugas-tugas yang sangat mulia. Tugas-tugas tersebut adalah sebagai berikut:

• membimbing umatnya menuju jalan yang benar agar mendapatkan kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat;

• menyampaikan ajaran tauhid (mengesakan Allah), sedangkan peraturan agama (syariat) yang dibawa para utusan Allah Swt. berbeda-beda sesuai dengan situasi dan kondisi umatnya saat itu;

• membawa kabar gembira dan memberi peringatan kepada umatnya agar mereka menjadi umat yang beriman kepada Allah Swt. sehingga hidupnya tidak sengsara, baik di dunia maupun di akhirat. “Dan tidaklah Kami mengutus para rasul itu, melainkan untuk memberi kabar gembira dan memberi peringatan. Siapa beriman dan mengadakan perbaikan maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.” (QS Al-An’âm, 6:48);

• membawa kebenaran, berita gembira, dan memberi peringatan kepada umatnya, ”Sesungguhnya Kami mengutus kamu dengan membawa kebenaran sebagai

buku 1_mengenal akidah islam.indd 59 01/04/2015 19:34:13

Page 66: Buku 1 mengenal akidah islam dummy final

60 | MENGENAL AKIDAH ISLAM

pembawa berita gembira dan sehagai pemberi peringatan. Dan tidak ada suatu umat pun melainkan telah ada padanya seorang pemberi peringatan.” (QS Fathir, 35:24)

Tugas para rasul sangatlah berat. Mereka harus menghadapi aneka tantangan dan rintangan yang luar biasa dalam menyampaikan risalah. Namun, mereka pantang menyerah, teguh hatinya, jujur, percaya diri, dan tanggung jawab. Hal tersebut pantas kita teladani.

5. RASULULLAH SEBAGAI NABI TERMULIA

Para nabi dan rasul adalah orang-orang pilihan yang terlahir sebagai pembawa risalah agung dari Allah Swt. Mereka hadir untuk membawa cahaya terang bagi manusia lainnya. Jumlahnya tidak kurang dari 120.000 orang. Sebanyak 313 dari mereka bergelar rasul. Dari jumlah itu, yang tersebut namanya dalam Al-Quran ada 25 orang, yaitu: Adam, Idris, Nuh, Hud, Shalih, Ibrahim, Luth, Yunus, Ismail, Ishaq, Ya’qub, Yusuf, Ayub, Syu’aib, Musa, Harun, Yasa’, Zulkifli, Daud, Sulaiman, Zakaria, Ilyas, Yahya, Isa dan Muhammad saw. Islam mewajibkan umatnya untuk mengimani semua utusan Allah itu dan mengakui kebenaran risalah yang mereka bawa.

Rasul Ulul AzmiAllah Swt. kemudian “memeras” kedua puluh lima nabi tersebut menjadi lima orang ulul-azmi minarrusul. Ulul Azmi berarti tabah dan teguh. Rasul Ulul Azmi adalah rasul-rasul yang mempunyai keteguhan dan kesabaran yang luar biasa dalam menanggung penderitaan. Mereka

buku 1_mengenal akidah islam.indd 60 01/04/2015 19:34:13

Page 67: Buku 1 mengenal akidah islam dummy final

Bagian 4: BERIMAN KEPADA PARA RASUL ALLAH | 61

adalah Nabi Nuh as., Nabi Ibrahim as., Nabi Musa as., Nabi Isa as., dan Nabi Muhammad saw. Masuknya mereka ke dalam golongan Ulul Azmi dikuatkan oleh firman Allah Swt. “Dan (ingatlah) ketika Kami mengambil perjanjian dan nabi-nabi dan dan kamu (sendiri), dan Nuh, Ibrahim, Musa, dan Isa putra Maryam, dan Kami telah mengambil dan mereka penjanjian yang teguh.” (QS Al-Ahzab, 33:7)

Kelima utusan Allah ini mendapatkan gelar Ulul Azmi karena keteguhan, kesabaran dan ketabahan mereka dalam menyebarkan risalah Ilahi di muka bumi. Mereka pernah tidak dipercaya, ditentang, diganggu, disakiti, dan diancam dengan pembunuhan oleh kaumnya. Bagaimana pun berat godaan, gangguan, dan tantangan itu, mereka tetap tabah dalam menekuni tugasnya, yaitu dalam menyampaikan risalah Allah Swt. kepada umatnya. Mereka pun diberi mukjizat oleh Allah Swt. sebagai penguat dan bukti dari kebenaran risalah yang dibawanya.

Perbedaan antara rasul Ulul Azmi dan rasul lainnya terletak pada beratnya cobaan serta kesabaran dalam menghadapi cobaan. Nabi Yunus as. misalnya, beliau kurang sabar dalam menghadapi umatnya sehingga dia marah dan pergi dan umatnya (QS Al-Anbiyä’, 21:87)

Sesungguhnya, hal ini sangat wajar karena para rasul pun mempunyai tingkat kesabaran yang berbeda-beda. Perbedaan inilah yang membuat setiap dari mereka mempunyai tingkatan yang berbeda-beda di sisi Allah Swt. “Dan Tuhanmu lebih mengetahui siapa yang (ada) di langit dan di humi. Dan sesunguhnya telah Kami lebihkan sebagian nabi-nabi itu atas sebagian (yang lain)” (QS Al-Isrâ’, 17:55)

buku 1_mengenal akidah islam.indd 61 01/04/2015 19:34:13

Page 68: Buku 1 mengenal akidah islam dummy final

62 | MENGENAL AKIDAH ISLAM

Rasul Uswatun HasanahDengan kehendak dan ilmu-Nya, Allah Swt. memilih dua dari lima manusia pilihan ini sebagai yang paling istimewa. Mereka adalah Nabi Ibrahim dan Nabi Muhammad. Allah Swt. menganugerahkan gelar keistimewaan kepadanya sebagai uswatun hasanah atau teladan yang baik bagi umat manusia. ”Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (QS Al-Ahzab, 33:21)

Dalam ayat lain, Allah Swt. pun berfirman, ”Sesungguhnya telah ada teladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengan dia …” (QS Al-Mumtahanah, 60:6). Nabi Ibrahim as. adalah manusia yang hanif, sempurna imannya, serta imam yang dapat dijadikan teladan bagi manusia sepanjang zaman. Oleh karena itu, Allah Swt. memerintahkan Rasulullah saw. dan umatnya untuk mengikuti millah-nya. Kemudian Kami wahyukan kepadamu (Muhammad), “Ikutilah agama Ibrahim seorang yang hanif dan bukanlah dia termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan.” (QS An-Nahl, 16:120-123)

Rasul Rahmatan lil ‘ÂlamînDi antara dua rasul yang menjadi teladan kebaikan tersebut, terpilihlah Rasulullah Muhammad saw. sebagai manusia paling mulia. Puncak penghargaan Allah Swt. kepada beliau adalah mengangkatnya menjadi nabi akhir zaman. Ajaran yang dibawa Rasulullah saw. menjadi

buku 1_mengenal akidah islam.indd 62 01/04/2015 19:34:13

Page 69: Buku 1 mengenal akidah islam dummy final

Bagian 4: BERIMAN KEPADA PARA RASUL ALLAH | 63

penutup ajaran nabi-nabi sebelumnya sehingga nilainya paling sempurna. Ajaran beliau tidak hanya berlaku bagi segolongan umat, akan tetapi berlaku bagi umat-umat sesudahnya sampai akhir zaman. Itulah mengapa, Allah Swt. menggelarinya sebagai pembawa rahmat bagi seluruh alam; rahmatan lil ‘alamin. “Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam,” demikian firman Allah Swt. dalam QS Al-Anbiyâ’, 21:107.

Keagungan Rasulullah saw.Gelar yang disandang Rasulullah saw. sebagai nabi, rasul, ulul azmi minarrasul, uswatun hasanah, dan pembawa rahmatan lil ‘alamin, menjadikan beliau sebagai makhluk paling mulia yang Allah Swt. ciptakan. Karena posisinya ini, Zat Yang Mahakuasa mendesain serta memandu sejarah kehidupan beliau sedemikian rupa. Penampilan fisik, ucapan, perbuatan, sampai pada tahap-tahap kehidupan Rasulullah saw., sejak dalam kandungan sampai wafat, penuh dengan hikmah yang layak dikaji dan diteladani semua orang. Tempat beliau dilahirkan, orang-orang yang berinteraksi dengan beliau, hingga zaman tatkala beliau hidup, penuh dengan dinamika pembelajaran.

Sebagai implikasi dari gelar uswatun hasanah dan rahmatan lil a’lamin, hampir semua aspek dan fungsi kehidupan manusia pernah pula beliau dijalani. Rasulullah saw. pernah menjadi suami, dan beliaulah suami yang paling baik terhadap istri dan keluarganya. Rasulullah saw. pernah menjadi pedagang, dan beliaulah pedagang hebat yang terkenal paling jujur. Rasulullah saw. pernah pula menjadi kepala negara, dan beliaulah kepala

buku 1_mengenal akidah islam.indd 63 01/04/2015 19:34:13

Page 70: Buku 1 mengenal akidah islam dummy final

64 | MENGENAL AKIDAH ISLAM

negara yang paling cakap, bijak dan paling berpengaruh. Rasulullah saw. pun pernah menjadi panglima perang, pendidik, hakim, atau seorang anak. Dalam aspek-aspek tersebut beliau selalu tampil sebagai yang terbaik dan tersukses.

Rasulullah saw. adalah manusia paling dermawan. Kedermawanannya bagaikan angin yang berhembus, demikian mudahnya, terutama saat bulan Ramadhan. Rasulullah saw. adalah sosok penyabar dan ahli syukur terkemuka. Rasulullah saw. adalah sosok yang paling mudah memaafkan dan tak pernah membalas dendam. Beliau pun seorang ahli ibadah yang luar biasa sampai-sampai kedua kakinya bengkak karena terlalu lama shalat.

Mari kita lihat penuturan Ali bin Abu Thalib ra. tentang sebagian dari akhlak Rasulullah saw. “Beliau selalu bersikap layaknya manusia. Akhlaknya mudah dicontoh, ramah, tidak kasar, tidak kaku dan keras, tidak suka menyindir, tidak berkata kotor, tidak suka mencela, tidak suka main-main, serta cepat melupakan apa yang tidak disukainya. Siapa saja yang mengharapkannya, tidak pernah putus harapan kepadanya. Beliau tidak suka mengecewakan. Beliau meninggalkan kepada manusia tiga hal, yaitu beliau tidak pernah mencela seseorang dan tidak pernah menghinanya, tidak pernah membuka rahasia seseorang, tidak berbicara kecuali pada hal-hal yang diharapkan mendatangkan pahala. Jika beliau berbicara, para pendengarnya hening dan tenang, seolah-olah di kepala mereka ada burungnya. Jika beliau berbicara, mereka diam. Jika beliau diam, barulah mereka berbicara. Mereka tidak pernah bersilat lidah di

buku 1_mengenal akidah islam.indd 64 01/04/2015 19:34:13

Page 71: Buku 1 mengenal akidah islam dummy final

Bagian 4: BERIMAN KEPADA PARA RASUL ALLAH | 65

sisi beliau. Beliau tertawa pada hal yang membuat mereka tertawa dan heran pada hal yang membuat mereka heran. Beliau sabar terhadap orang asing atas kekasaran pembicaraan dan permintaan-permintaannya, meski para sahabatnya menjawab dengan kasar pula. Beliau bersabda, ‘Jika kalian melihat orang yang memerlukan bantuan maka bantulah. Jangan menerima pujian kecuali dari hal yang pantas. Jangan memotong pembicaraan seseorang sampai dia mengizinkan atau memotongnya karena telah selesai dan berdirinya’.” (HR Thabrani)

Melihat kenyataan ini, sangat beralasan jika setiap ucapan (al-hadits) dan gerak-gerik (as-sunnah) beliau terus diabadikan, bahkan dijadikan standar perilaku setiap insan beriman.

Maka, tidak terhitung tulisan yang mengangkat perjalanan hidup beliau, entah itu yang dilakukan para cendekiawan Muslim ataupun non-Muslim. David Margoliouth, dalam sebuah tulisannya tentang Rasulullah saw. mengungkapkan, “Sungguh mustahil menghitung orang-orang yang pernah menulis tentang Muhammad. Adalah suatu kehormatan bagi mereka, jika dapat mencatatkan namanya di antara nama-nama yang pernah menulis tentang dirinya”.

Diperkirakan, sampai tahun 1900-an, jumlah buku biografi tentang Nabi Muhammad yang dipublikasikan dalam bahasa Eropa mencapai 1300 buku. Jumlah ini akan terus membengkak dalam masa satu abad berikutnya, terlebih jika biografi yang ditulis dalam bahasa-bahasa non-Eropa dan juga bahasa Arab dimasukkan (Majalah Al-Muqtabas dalam Muhammad Abdu Yamani, 1995:116). ***

buku 1_mengenal akidah islam.indd 65 01/04/2015 19:34:13

Page 72: Buku 1 mengenal akidah islam dummy final

66 | MENGENAL AKIDAH ISLAM

Meneladani Para Rasul Allah

“Tidaklah Allah Ta’ala me-ngutus para rasul kecuali un-tuk menjadi guru terbaik bagi manusia. Maka, kepada Nabi Ibrahim as. kita bisa belajar ikhlas dalam berkor-

ban. Kepada Nabi Ayyub as. kita bisa belajar bersabar dalam beratnya ujian.

Kepada Nabi Yusuf as. kita bisa belajar berlapang dada dalam memaafkan. Kepada Nabi Sulaiman as. kita bisa

belajar rendah hati dalam lim-pahan kekayaan dan tingginya kedudukan. Kepada Nabi Isa as. kita bisa belajar berbahagia dalam dekapan

kemiskinan dan kesusahan. Kepada Nabi Yunus as. kita bisa belajar to-bat dan memohon ampun dari ke-salahan. Dan, kepada Rasulullah saw.

kita bisa belajar semua keutamaan.”

buku 1_mengenal akidah islam.indd 66 01/04/2015 19:34:13

Page 73: Buku 1 mengenal akidah islam dummy final

Bagian 5: BERIMAN KEPADA HARI KIAMAT | 67

BAGIAN 5BERIMAN KEPADA

HARI KIAMAT

“Hari Kiamat. Apakah hari Kiamat itu? Tahukah kamu apakah hari Kiamat itu? Pada hari itu manusia seperti anai-anai yang bertebaran, dan gunung-gunung seperti bulu yang dihambur-

hamburkan.” (QS Al-Qâri’ah, 101:1-5)

Apa itu hari Kiamat? Kiamat adalah hari yang sangat besar lagi teramat mencekam. Pada waktu itu amal semesta mengalami huru hara. Semua manusia

merasakan ketakutan yang tiada tara. Wanita yang tengah hamil akan melahirkan secara mendadak. Wanita yang sedang menyusui akan meninggalkan anak yang disusuinya. Seseorang akan lupa kepada saudara, teman, bahkan anak dan istrinya. Bumi bergoncang sangat dahsyat. Gunung-gunung yang menancap tajam akan terbang seperti kapas-kapas yang beterbangan. Air laut yang tenang akan tumpah ke daratan. Planet dan bintang-bintang yang awalnya beredar pada porosnya akan saling bertabrakan sehingga mengalami kehancuran. Pada hari itu, tiupan terompet yang pertama menyebabkan kematian seluruh makhluk bernyawa dan kehancuran semesta.

buku 1_mengenal akidah islam.indd 67 01/04/2015 19:34:13

Page 74: Buku 1 mengenal akidah islam dummy final

68 | MENGENAL AKIDAH ISLAM

Adapun pada tiupan terompet yang kedua, semua manusia dibangkitkan dari alam kubur, mulai dari Adam as. sampai manusia terakhir yang Allah matikan pada hari Kiamat. Inilah momen kebangkitan bagi semua manusia untuk mengikuti hari Penghisaban dan pengadilan di hadapan Allah Azza wa Jalla. Pada hari itu manusia dikumpulkan di Padang Mahsyar untuk diadili atas segala perbuatannya. Malaikat membagi-bagikan catatan amal setiap individu. Allah Ta’ala pun mendatangkan para nabi untuk ditanyakan tentang penyampaian wahyu kepada umatnya dengan dihadirkan saksi para malaikat dan segenap penduduk bumi.

Dengan kemahaadilan-Nya, Allah Azza wa Jalla menegakkan hisab dan hukuman yang sangat adil kepada manusia. Tidak ada satu pun yang terzalimi. Dia akan memberikan balasan yang setimpal atas semua amal perbuatan yang dilakukan manusia selama di dunia. Jika seseorang menjalani hidup dalam bingkai keimanan dan ketaatan kepada Allah Swt., niscaya surgalah yang akan menjadi tempat tinggal baginya. Namun sebaliknya, apabila seseorang menjalani hidup dalam bingkai kekufuran dan keingkaran kepada Allah Ta’ala, senantiasa berbuat maksiat dan tidak mau bertobat, niscaya nerakalah yang akan menjadi rumah abadinya. Sesungguhnya, neraka adalah seburuk-buruk tempat kembali. (At-Tadzkirah fî Ahwâlil Maût wa ’Umurul Âkhirah, Al-Qurtubhi)

ARTI PENTING MENGIMANI HARI AKHIR Itulah hari Kiamat, hari Akhir dari perjalanan semua makhluk di alam semesta. Itulah hari yang wajib kita imani kehadirannya dan kita percayai kedatangannya.

buku 1_mengenal akidah islam.indd 68 01/04/2015 19:34:13

Page 75: Buku 1 mengenal akidah islam dummy final

Bagian 5: BERIMAN KEPADA HARI KIAMAT | 69

Iman kepada hari Akhir sejatinya termasuk perkara yang teramat penting bagi seorang Mukmin. Keimanan kepada hari Akhir akan menentukan kualitas hidupnya di dunia dan di akhirat, baik ataukah tidak. Sesungguhnya, dengan mengimani hari Akhir sesuai dengan petunjuk agama yang lurus akan menghindarkan seorang manusia dari aneka keburukan, antara lain:

• Dia akan terhindar dari hidup layaknya hewan yang tidak mengerti hikmah kejadiaannya.

• Dia akan terhindar dari tiadanya perhatian dan kepedulian kecuali hanya pada masalah keduniaan semata-mata.

• Dia akan terhindar dari usaha untuk meraih kedudukan di sisi manusia dan melupakan Allah dan azab-Nya yang dahsyat.

• Dia akan terhindar dari ketidaksempurnaan keimanan karena tidak meyakini kebenaran hari Akhir.

Keimanan kepada hari Akhir pun termasuk masalah yang paling berat dari segala macam aqidah dan kepercayaan manusia, dari zaman purbakala sampai zaman modern. Hal ini disebabkan karena keimanan kepada hari Akhir menyangkut sesuatu yang belum terlintas dipelupuk mata manusia. Itulah mengapa, perkara ini seringkali diremehkan oleh sebagian manusia khususnya para penganut materialistis dan sekularis. Maka, beriman kepada hari Akhir mempengaruhi jiwa kepribadian manusia, antara lain:

• Keimanan pada hari Akhir akan memotivasi seseorang untuk serius beramal saleh dengan mengharap ridha Allah semata.

buku 1_mengenal akidah islam.indd 69 01/04/2015 19:34:13

Page 76: Buku 1 mengenal akidah islam dummy final

70 | MENGENAL AKIDAH ISLAM

• Keimanan pada hari Akhir dapat menghalangi seseorang dari beragam niat buruk apalagi melaksanakannya.

• Keimanan pada hari Akhir akan menjauhkan diri dari asumsi-asumsi yang mengkiaskan apa yang ada di dunia ini dengan apa yang ada di akhirat.

• Keimanan pada hari Akhir akan melahirkan kebencian yang dalam kepada kemaksiatan dan kebejatan moral yang mengakibatkan murka Allah di dunia dan di akhirat.

• Keimanan pada hari Akhir akan menyejukkan dan menggembirakan hati orang-orang beriman dengan segala kenikmatan akhirat yang sama sekali tidak dirasakan di alam dunia ini.

• Keimanan pada hari Akhir akan menanamkan kecintaan dan ketaatan terhadap Allah Swt.

BUKTI-BUKTI AKAN DATANGNYA HARI KIAMATKedatangan hari Kiamat adalah pasti. Walaupun kepastiannya seringkali diragukan dan didustakan oleh orang-orang kafir. Asumsi mereka sangat keliru karena bukti-bukti hari Akhir dapat dibuktikan secara syar’iyyah, ‘aqliyyah, dan indrawi.

Pertama, bukti syar’i (agama). Ada banyak ayat dalam Al-Quran yang membicarakan tentang hari Akhir, baik yang berhubungan langsung dengan keimanan kepada Allah maupun oleh sebab-sebab lainnya. (1) Yang berhubungan dengan keimanan kepada Allah (QS 2:62,177). (2) Yang berhubungan dengan sebab-sebab lain (QS 45:24). Bahkan, pembahasan tentang hal ini

buku 1_mengenal akidah islam.indd 70 01/04/2015 19:34:14

Page 77: Buku 1 mengenal akidah islam dummy final

Bagian 5: BERIMAN KEPADA HARI KIAMAT | 71

termasuk salah satu tema utama dalam Al-Quran. Hal ini diperkuat dengan hadis-hadis dari Rasulullah saw. yang semakin lama semakin terbukti kebenarannya.

Di dalam Al-Quran sendiri, ada sejumlah istilah yang merujuk pada peristiwa mahapenting ini, di antaranya: (1) Hari Akhir (QS 2:4); (2) Hari Pembalasan (QS 1:4); (3) Hari Ba’ats (QS 30:56); (4) Hari Kiamat (QS 39:60); dan (5) Hari Perhitungan (QS 14:41). Hal ini menunjukkan betapa pentingnya pembahasan tentang hari Kiamat beserta segala akibatnya.

Kedua, bukti indrawi. Ada banyak peristiwa menakjubkan yang terjadi di dunia ini. Dua di antaranya diabadikan dalam Al-Quran sebagaimana diungkapkan oleh Ath-Thabrani dan Ibnu Katsir dalam tafsirnya. (1) Peristiwa pembunuhan yang terjadi di kalangan Bani Israil, kemudian si terbunuh dihidupkan kembali dengan izin Allah Swt. hanya dengan perantaraan daging sapi yang dipukulkan ke tubuhnya (QS Al-Baqarah, 2:72-73). (2) Peristiwa Nabi Ibrahim as. dan burung-burung yang dicincangnya kemudian diletakkan bagian-bagian tubuhnya di atas bukit, lalu Allah berfirman, “Panggillah! Niscaya mereka datang kepadamu dengan segera.” (QS Al-Baqarah, 2:260)

Ketiga, bukti logika (aqliyah). Perhatikanlah lingkungan sekitar. Kita akan menemukan tanam-tanaman yang menguning lalu mati, atau tanah yang tandus lagi kering kerontang. Namun, setelah beberapa hari hujan turun kembali tumbuh dan menghijau seperti semula. Hal ini membuktikan betapa mudahnya bagi Allah untuk menghidupkan sesuatu setelah kematiannya. Al-Quran pun memberikan banyak dalil tentang kebenaran hari

buku 1_mengenal akidah islam.indd 71 01/04/2015 19:34:14

Page 78: Buku 1 mengenal akidah islam dummy final

72 | MENGENAL AKIDAH ISLAM

Akhir dan mengajak nalar manusia untuk memikirkannya. Melalui kemahakuasaan-Nya, sangat mudah bagi Allah Swt. untuk mematikan, menghidupkan dan mengembalikan tubuh-tubuh yang berserakan, tulang-tulang yang remuk hancur untuk dikembalikan seperti semula. Lihat misalnya dalam QS 36:78-79; QS 25:5-7; QS 50:15; QS 21:105; dan QS 23:16.

TANDA-TANDA KEDATANGAN HARI KIAMATMengimani hari Kiamat bukan sekadar meyakini peristiwa hancurnya alam semesta sebagai puncaknya Kiamat. Mengimani hari Kiamat termasuk pula mengimani segala tanda-tanda yang mendahuluinya. Tanda-tanda inilah yang disebut dengan Asyrâtussâ’ah (tanda-tanda Kiamat). Al-Quran menginformasikan, ”Maka tidaklah yang mereka tunggu-tunggu melainkan hari Kiamat (yaitu) kedatangannya kepada mereka dengan tiba-tiba, karena sesungguhnya telah datang tanda-tandanya” (QS Muhammad, 47:18). Informasi sejenis terungkap pula dalam QS 22:1-2; QS 81:1-14; QS 54:1; QS 39:68; QS 82:1-5; QS 89:21-25; QS 79:6-10.

Dilihat dari sisi keberadaan dan waktunya, tanda-tanda Kiamat itu dapat kita bagi ke dalam tiga kelompok, yaitu:

1. Tanda yang sudah terjadi atau telah berlalu, di antaranya:

• Diutusnya Nabi Muhammad saw. Beliau bersabda, “Aku diutus dan hari Kiamat itu bagaikan dua jari (sambil menunjukkan dua jari, telunjuk dan tengahnya).”

buku 1_mengenal akidah islam.indd 72 01/04/2015 19:34:14

Page 79: Buku 1 mengenal akidah islam dummy final

Bagian 5: BERIMAN KEPADA HARI KIAMAT | 73

• Terbukanya Baitul Makdis

• Terbunuhnya Utsman bin ’Affan. Hudzaifah ra. berkata bahwa fitnah pertama adalah terbunuhnya Utsman.

• Munculnya firqah-firqah yang menyesatkan.

• Munculnya orang-orang yang mengaku menjadi nabi, salah satunya Musailamah Al-Kadzab.

• Berlimpahnya harta kekayaan.

2. Tanda yang sedang terjadi dan semakin bertambah, di antaranya:

• Kepemimpinan orang-orang bodoh yang hanya menyembah dunia. “Tidak datang hari Kiamat sehingga terjadi orang yang paling bahagia adalah Luka’ bin Luka.” (HR Ahmad).

• Istiqamah beragama bagaikan memegang bara. “Akan datang suatu masa, orang yang memegang teguh agamanya bagaikan orang yang memegang bara api.” (HR Tirmidzi).

• Berbangga-bangga dalam membangun masjid. ”Tidak datang hari Kiamat sehingga orang berbangga-bangga dengan masjid.” (HR Ahmad)

• Banyaknya para qari’ (pembaca Al-Quran) yang fasik dan ahli ibadah yang bodoh. “Akan ada pada Akhir Zaman, para ahli ibadah yang bodoh, dan para qari yang fasik.” (HR Abu Nu’aim)

• Terhapusnya ilmu agama, banyaknya perbuatan zina, minuman keras, dimainkan beragam alat musik, banyaknya polisi, sedikit laki-laki dan banyaknya wanita, sampai perbandingannya 1:50, dan sebagainya.

buku 1_mengenal akidah islam.indd 73 01/04/2015 19:34:14

Page 80: Buku 1 mengenal akidah islam dummy final

74 | MENGENAL AKIDAH ISLAM

3. Tanda-tanda besar yang segera disusul dengan Kiamat, yaitu:

• Datangnya Imam Mahdi.• Munculnya Dajjal.• Turunnya Nabi Isa ibn Maryam.• Munculnya Ya’juj Ma’juj (QS 18:92-100)• Munculnya Ad-Daabbah (QS 27:82)• Terbitnya matahari dari sebelah barat (QS 6:158)• Digiringnya manusia ke negeri Syam.• Ditiupnya sangkakala.

HAL-HAL YANG WAJIB DIIMANI TERKAIT HARI KIAMATSehubungan terjadinya hari Kiamat, ada sejumlah hal yang wajib diimani dan diyakini kebenarannya, antara lain:

• Alam kubur. Setelah manusia mengakhiri kehidupannya di dunia, dia akan menuju alam kubur. Dia akan berada dalam suasana menantikan datangnya hari Kebangkitan. Bagi orang-orang beriman, alam kubur bagaikan taman-taman surga. Dia akan menantikan hari Kebangkitan dengan penuh sukacita. Adapun bagi orang-orang kafir dan ahli maksiat, alam kubur bagaikan sebagian dari lubang-lubang neraka. Rasulullah saw. bersabda, “Alam kubur itu adalah taman dari sebagian taman-taman surga atau lubang dari lubang-lubang neraka.” (HR Tirmidzi dari Abu Said Al-Khudri)

• Hari Kebangkitan. Setelah Kiamat tiba saatnya manusia dibangkitkan sesuai dengan amalan-

buku 1_mengenal akidah islam.indd 74 01/04/2015 19:34:14

Page 81: Buku 1 mengenal akidah islam dummy final

Bagian 5: BERIMAN KEPADA HARI KIAMAT | 75

amalan yang dilakukannya selama di dunia. Al-Quran menggambarkan bahwa peristiwa ini sangat mengherankan orang-orang musyrik (QS 34:7-8; QS 17:49; QS 56:47-48; QS 22:5-7; QS 46:33; QS 36:77-83; QS 50:1-15)

• Hari Berhimpun. Setelah manusia dibangkitkan lalu dihimpun di Padang Mahsyar untuk mempertanggungjawabkan segala amal perbuatan yang pernah dilakukannya selama di dunia, baik ataupun buruk. Inilah peristiwa yang teramat melelahkan bagi para pendosa (QS 80:34-37; QS 54:7-8; QS 70:43; QS 75:22-25; QS 39:60; QS 10:26-27; QS 19:85-86; QS 20:102-104; QS 17:97)

• Hari Perhitungan. Pada saat itu, semua manusia menantikan keputusan dari Allah Ta’ala. Dialah Hakim semesta alam. Hakim yang Mahaadil. Dia akan mengadili dan memutuskan nasib manusia dengan seadil-adilnya tanpa ada satu pun yang dirugikan (QS 18:49; QS 70:4-10; QS 20:108-111; QS 15:92-93; QS 41:19-24; QS 6:130; QS 69:19-37; QS 17:13-14; QS 3:30; QS 23:62; QS 84:7-12; QS 36:35)

• Shirath (jembatan atau titian). Setelah selesai hari Perhitungan, tibalah saatnya manusia diberikan balasan atas segala amal perbuatannya. Mereka digiring untuk meniti shirath. Di antara mereka ada yang jatuh sehingga terjerembab di neraka Jahannam. Ada pula yang selamat sampai surga bersama dengan para malaikat (QS 19:71-72). Rasulullah saw. bersabda, “Lalu jembatan itu dibentangkan di atas Jahanam, maka aku dan umatkulah yang mula-mula melaluinya.” (HR Bukhari Muslim)

buku 1_mengenal akidah islam.indd 75 01/04/2015 19:34:14

Page 82: Buku 1 mengenal akidah islam dummy final

76 | MENGENAL AKIDAH ISLAM

Surga dan neraka. Inilah yang terakhir yang wajib diimani sehubungan dengan hari Akhir. Inilah tujuan terakhir dari perjalanan panjang sejak kehidupan di dunia. Bagi orang-orang yang berserah diri, menjadikan hidup dan matinya untuk Allah, surgalah balasannya. Akan tetapi, bagi orang-orang yang mendustakan kebenaran, gemar memperturutkan hawa nafsu, dan menjadikan agama sebagai bahan ejekan, nerakalah tempat kembalinya. Sifat dan keadaan surga terungkap dalam QS 55:46-60; QS 52:17 dan 28; QS 76:12-22; QS 15:47-48. Adapun sifat dan keadaan neraka termuat dalam QS 4:56; QS 26:91-102; QS 38:55-64; QS 18:29; QS 56:51-56; QS 40:50. ***

TIPS:Hadirnya Kiamat adalah sebuah keniscayaan. Meyakininya adalah bagian dari keimanan. Namun, sebelum Kiamat itu datang, ada banyak tanda yang mendahuluinya, besar mau-pun kecil, antara lain: • ”Tanda sudah semakin dekatnya Kiamat adalah orang-

orang jahat ditinggikan, orang yang baik direndahkan, omong kosong dibuka (disebarkan), dan amalan (amal kebaikan) disimpan.” (HR Thabrani, Hakim)

• “Di antara tanda sudah dekatnya Kiamat adalah (ketika) perzinahan sudah dilakukan secara terang-terangan.” (HR Bukhari)

• “Tidak akan datang Hari Kiamat sebelum harta benda melimpah ruah, akan tetapi orang dermawan telah berkurang, anak kecil telah berani melawan orangtua, dan orang hina telah berani mencela orang mulia.” (HR Thabrani)

buku 1_mengenal akidah islam.indd 76 01/04/2015 19:34:14

Page 83: Buku 1 mengenal akidah islam dummy final

Bagian 6: BERIMAN KEPADA QADHA DAN QADAR | 77

BAGIAN 6BERIMAN KEPADA

QADHA DAN QADAR

“Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang gaib; tidak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada

sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir biji pun dalam kegelapan bumi,

dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lauhul Mahfudz).”

(QS Al-An’âm, 6:59)

Beriman kepada qadha dan qadar termasuk salah satu rukun iman. Maka, tidaklah dikatakan sempurna keimanan seseorang apabila dia tidak beriman

kepada qadha dan qadar dari Allah Swt. Ibnu Abbas mengatakan, “Qadar adalah nidzam (aturan) tauhid. Barangsiapa yang mentauhidkan Allah dan beriman kepada qadar, tauhidnya sempurna. Dan barangsiapa yang mentauhidkan Allah dan mendustakan qadar, dustanya merusakkan tauhidnya.” (Majmu’ Fatâwa, Syeikh Al-Islam, 8/258).

Oleh karena itu, iman kepada qadha dan qadar ini merupakan faridhah dan kewajiban yang harus dilakukan setiap Muslim. Ada sejumlah dalil yang mendasarinya,

buku 1_mengenal akidah islam.indd 77 01/04/2015 19:34:14

Page 84: Buku 1 mengenal akidah islam dummy final

78 | MENGENAL AKIDAH ISLAM

antara lain hadis Jibril as. yang diriwayatkan oleh Umar bin Khathab ra., yaitu ketika Rasulullah saw. ditanya tentang iman. Beliau menjawab, “Engkau beriman kepada Allah, malaikat, kitab-kitab, rasul-rasul, hari Akhir, dan engkau beriman kepada qadar baik maupun buruk.” (HR Muslim)

Dalam hadis lain, Rasulullah saw. bersabda, “Sekiranya Allah Ta’ala menyiksa penduduk langit dan bumi, maka Dia sungguh melakukannya tanpa menzalimi mereka. Dan sekiranya Dia mengasihi mereka, maka rahmat-Nya lebih baik daripada amal mereka. Dan sekiranya kamu memiliki emas seperti gunung Uhud atau semisalnya, lalu kamu infakkan di jalan Allah, maka Dia tidak akan menerimanya sehingga kamu beriman terhadap qadar; dan kamu mengetahui bahwa apa yang ditakdirkan menimpamu tidak akan meleset darimu; dan apa yang ditakdirkan bukan bagianmu tidak akan mengenaimu; dan sesungguhnya jika kamu mati atas (aqidah) selain ini, maka niscaya kamu masuk neraka.” (HR Ahmad dari Zaid bin Tsabit)

PENGERTIAN QADHA DAN QADARQadha adalah ketetapan, ketentuan, atau rencana Allah untuk segenap makhluk-Nya, baik manusia, jin, hewan tumbuhan, gunung, langit, laut, dan lainnya. Adapun qadar adalah kenyataannya atau kejadiannya. Apabila sudah terjadi, qadar dinamai takdir.

Qadha dan qadar untuk alam sekitar:

• Allah menetapkan (qadha) bahwa peredaran bumi mengelilingi matahari adalah 365 hari. Itulah

buku 1_mengenal akidah islam.indd 78 01/04/2015 19:34:14

Page 85: Buku 1 mengenal akidah islam dummy final

Bagian 6: BERIMAN KEPADA QADHA DAN QADAR | 79

qadha. Pada kenyataannya (takdirnya) memang berjalan seperti itu.

• Allah menetapkan (qadha) bahwa air itu mengalir ke tempat yang lebih rendah. Pada kenyataannya (takdirnya) memang demikian.

Antara qadha dan qadar atau takdir pada alam tidak terjadi perubahan. Itulah sunnatullâh (ketetapan Allah). Segenap makhluk, selain manusia dan jin tidak mempunyai pilihan, mereka harus taat kepada ketetapan Allah, terpaksa maupun sukarela.

Qadha-qadar untuk manusia:

• Allah menetapkan bahwa manusia hanya boleh beribadah kepada Allah. Itulah qadha. Namun, pada kenyataannya, banyak manusia yang menyembah selain Allah. Itulah takdir.

• Allah menetapkan (qadha) bahwa setiap anak wajib berbuat ihsan kepada orangtuanya. Namun, pada kenyataannya (takdirnya) ada juga anak yang durhaka kepada orangtuanya.

Pada saat bayi berusia empat bulan dalam kandungan, Allah menetapkan potensi-potensinya atau bakat-bakatnya. Besar kecilnya bakat ini untuk setiap bayi berbeda-beda. Itulah ketetapan (qadha) Allah. Nanti setelah anak itu dewasa, dia akan berusaha mengembangkan potensi itu sehingga ada yang menjadi atlet tingkat dunia. Itulah takdir. Tetapi ada juga yang malas-malasan berlatih sehingga hanya menjadi atlet tingkat kecamatan. Itu pun termasuk takdir.

Qadha Allah untuk manusia sering berbeda dengan takdirnya sebab manusia dengan akalnya mempunyai hak

buku 1_mengenal akidah islam.indd 79 01/04/2015 19:34:14

Page 86: Buku 1 mengenal akidah islam dummy final

80 | MENGENAL AKIDAH ISLAM

pilih, tetapi kadang-kadang pilihannya dipengaruhi oleh nafsu syaithaniyah. Maka, tidak mengherankan apabila ada manusia yang menyembah batu, membunuh, dan berbuat maksiat lainnya.

MENGHADAPI TAKDIR Allah Swt. mempunyai qadha (ketetapan) untuk setiap manusia, tentang jatah umurnya, jatah rezekinya, jodohnya, dan lainnya. “… Kemudian Allah mengutus seorang malaikat yang diperintahkan untuk meniupkan ruhnya dan mencatat empat perkara: rezeki, ajal, sengsara, atau bahagia” (HR Bukhari). Ini adalah rahasia Allah. Manusia tidak akan pernah tahu masalah itu dengan pasti. Maka, tidak mungkin umur manusia akan sama panjangnya dan tidak mungkin manusia di dunia itu sama kayanya atau sama miskinnya.

Kewajiban manusia adalah berikhtiar (bekerja) dan berdoa agar ketetapan (qadha) Allah benar-benar menjadi kenyataan (takdir) yang baik. Bagi anak yang memiliki bakat atau potensi bermain bulu tangkis, dia hendaklah berlatih sekuat tenaga agar mendapatkan takdir terbaik, yaitu menjadi pemain bulu tangkis tingkat dunia.

Bagi orang yang diberi bakat dalam pelajaran Matematika, dia hendaknya berlatih dengan serius sehingga dapat menjadi ahli Matematika yang brilian.

Pendek kata, semua manusia harus berusaha maksimal dan berdoa optimal agar memperoleh takdir yang baik. Kita harus menyongsong takdir sebab takdir pada umumnya tergantung usaha kita. Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum kalau kaum itu tidak mengubah nasibnya sendiri.

buku 1_mengenal akidah islam.indd 80 01/04/2015 19:34:14

Page 87: Buku 1 mengenal akidah islam dummy final

Bagian 6: BERIMAN KEPADA QADHA DAN QADAR | 81

Namun terkadang, walaupun kita sudah berusaha maksimal dan berdoa optimal, ternyata gagal juga. Gagalnya itu bukan karena malas atau ceroboh tetapi karena tidak terduga, entah mengapa. Gagal seperti itu disebut musibah. Misalnya seorang ibu mau menyeberang di jalan raya, dia sudah sangat hati-hati, lirik kiri lirik kanak, begitu menyeberang jalan, di luar dugaan ada motor yang melaju kencang dari arah belokan. Si ibu yang sudah berada di tengah jalan dan tidak sempat lagi mengelak, akhirnya dia ditabrak motor. Kecelakaan itu tidak terduga, itu disebut musibah.

Contoh lainnya: Ada seorang anak sekolah yang pandai, ketika mau menghadapi ujian dia belajar sungguh-sungguh, shalat serta berdoa sekuat hati. Pada waktu dia pulang sekolah dia kehujanan sehingga jatuh sakit. Sakitnya semakin parah padahal sudah berobat ke dokter. Akhirnya anak itu meninggal dunia, dia tidak sempat ikut ujian. Itu namanya musibah.

Musibah adalah kejadian buruk yang tidak disengaja, bukan karena kecerobohan, bahkan tidak bisa diramalkan sebelumnya. Musibah adalah semata-mata kehendak Allah Ta’ala. Allah memaksanya. Manusia mau tidak mau harus menerimanya. Di dalam QS Al-Hadîd, 57:22, Allah Swt. berfirman, ”Tiada suatu bencana pun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuz) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.”

Manusia seringkali menganggap bahwa musibah itu buruk, padahal belum tentu menurut Allah. Buruk menurut kita boleh jadi baik menurut Allah.

buku 1_mengenal akidah islam.indd 81 01/04/2015 19:34:14

Page 88: Buku 1 mengenal akidah islam dummy final

82 | MENGENAL AKIDAH ISLAM

Hal ini mirip dengan sikap seorang ibu kepada anaknya. Sebagai contoh, seorang anak usia 4 tahun berusaha meminta permen dan es. Dia merengek-rengek. Ibunya mendengar permintaan itu tetapi si Ibu tidak mau memberi anaknya permen atau es. Ibunya hanya memberi roti. Si anak bingung lantas menangis. Dalam tangisnya dia bingung sendiri, ”Mengapa saya minta permen atau es, tetapi ibu tidak memberi, malah ibu memberi roti. Saya tidak mau roti. Wah, kalau begitu ibu tidak sayang sama saya!”

Ibu berkata, “Ibu bukan tidak sayang kamu Nak! kalau kamu makan permen kamu bisa sakit gigi. Juga kalau kamu makan es, kamu bisa batuk.”

Dengan demikian, apabila kita sudah berusaha maksimal dan sudah berdoa optimal akan tetapi usaha yang dilakukan tetap gagal juga, itulah musibah. Itu dari Allah. Itu tanda kasih sayang Allah juga, hanya mungkin manusia tidak tahu rahasia Allah. Oleh karena itu, pada saat terkena musibah, kita harus mengucapkan kalimat istirja’, yaitu: “Inna lillâhi wa inna ilaihi râji’ûn”.

Dengan demikian, sukses sebagai takdir yang baik dan musibah sebagai takdir yang buruk, semuanya dari Allah Swt. Kita harus menerimanya. Itulah yang dimaksud dengan beriman kepada takdir Allah, yang baik maupun yang buruk.

TAKDIR MUBRAM DAN MU’ALLAQAda qadar yang bisa diubah dengan usaha manusia ada yang tidak bisa diubah lagi.

Contoh:

buku 1_mengenal akidah islam.indd 82 01/04/2015 19:34:14

Page 89: Buku 1 mengenal akidah islam dummy final

Bagian 6: BERIMAN KEPADA QADHA DAN QADAR | 83

• Si A lahir dari rahim Ibu X, sedangkan si B lahir dari rahim Ibu Y. Hal ini tidak mungkin bisa diubah.

• Lahir sebagai etnis Sunda atau Jawa adalah tidak dapat diubah lagi.

Kejadian yang tidak dapat diubah dengan usaha dan doa adalah takdir mubram. Adapun kejadian yang bisa diubah dengan ikhtiar dan doa adalah takdir mu’allaq, seperti miskin jadi kaya, bodoh jadi pandai, lemah jadi kuat, dan sebagainya. Kewajiban manusia adalah berusaha dan berdoa agar takdir mu’allaq bisa berubah menjadi serba baik.

MUSIBAH DAN HALKAN Kita sudah memahami bahwa kejadian buruk (takdir buruk) yang bukan karena kecerobohan manusia atau bukan disengaja disebut musibah. Akan tetapi, kalau kejadian buruk tersebut terjadi karena kecerobohan manusia, dia dinamakan halkan, bukan musibah.

Contoh:

• Naik motor ugal-ugalan, lalu celaka dan mati.

• Malas belajar sehingga tidak lulus ujian.

• Makan tidak teratur sehingga sakit perut.

• Bunuh diri, lalu mati.

• Berjudi, jatuh miskin.

• Tidak mau shalat akhirnya masuk neraka.

• Mencuri lalu ditangkap polisi.

• Mengonsumsi narkoba lalu ketagihan dan akhirnya jadi gila, dan sebagainya.

buku 1_mengenal akidah islam.indd 83 01/04/2015 19:34:14

Page 90: Buku 1 mengenal akidah islam dummy final

84 | MENGENAL AKIDAH ISLAM

Itu semua adalah kejadian buruk atau takdir buruk, akan tetapi buruknya terjadi karena kesalahan manusia sendiri. Hal yang demikian bukan lagi musibah akan tetapi sudah menjadi halkan.

Maka pantas, apabila Allah Swt. berfirman bahwa apa-apa yang baik adalah dari Allah datangnya, sedangkan apa-apa yang buruk adalah dari dirimu sendiri.

Musibah adalah buruk secara lahiriyah padahal hakikatnya adalah baik, itu berasal dari Allah. Sedangkan halkan adalah buruk secara lahiriyah dan juga dari segi hakikat. Itu berasal dari manusia. Kalau manusia terkena musibah, dia harus bersabar. Namun, kalau manusia terkena halkan, dia harus bertobat.

SUKSES TANPA DOAKita sering melihat ada orang yang akhlaknya buruk, ikhtiarnya tidak mengenal haram halal, jarang berdoa, tidak pernah shalat, dan lain-lain. Namun, hartanya banyak, pangkatnya tinggi, tubuhnya sehat dan kuat, pendukungnya pun ribuan bahkan jutaan.

Bagaimana menjelaskannya? Kesuksesan yang demikian bukanlah nikmat tetapi istijrad, yaitu pemberian Allah tanpa kasih sayang. Dia dikasih akan tetapi tidak disayang. Jadi, kalau seseorang dalam usahanya sering melanggar aturan Allah, tidak pernah beribadah kepada Allah, berperilaku jahiliyah; tetapi sukses, orang demikian bukan sukses sebagai berkah Allah tetapi sukses sebagai istijrad.

Maukah kita menjadi orang kaya karena istijrad? Maukah kita menjadi pejabat tinggi karena istijrad?

buku 1_mengenal akidah islam.indd 84 01/04/2015 19:34:14

Page 91: Buku 1 mengenal akidah islam dummy final

Bagian 6: BERIMAN KEPADA QADHA DAN QADAR | 85

Kita harus berlindung dari kenikmatan karena istijrad. Awalnya sukses, tetapi akhirnya merugi berkepanjangan, di dunia dan di akhirat.

Tabel Takdir

Ikhtiar Doa Hasil Takdir Tindak lanjut

+ + Sukses Takdir baik (nikmat)

Syukur

+ + Gagal Secara lahiriyah adalah takdir buruk disebut musibah.

Sabar

X X Gagal Takdir buruk disebut halkan

Taubat

X X Sukses Seakan takdir baik, disebut Istijrad

Taubat

Sumber: Modul Kuliah PAI ITB, Dr. Asep Z. Aushop.

BUAH KEIMANAN KEPADA QADHA DAN QADARSeorang Muslim yang meyakini akan qadha dan qadar Allah Swt. secara benar, dia akan tenang dan tenteram dalam hidupnya. Keyakinannya yang mantap akan melahirkan buah-buah positif dalam kehidupannya. Dia tidak akan pernah frustrasi atas kegagalan yang menimpa. Sebaliknya, dia tidak akan terlalu berbangga diri atas kenikmatan dan karunia yang ada di genggamannya. Sabar dan syukur adalah dua senjata dalam menghadapi setiap permasalahan hidup.

Dr. Umar Sulaiman Al-Asyqar dalam kitab “Al-Qadha wal Qadar” menyimpulkan buah yang akan dipetik dari keimanan terhadap qadha dan qadar, yaitu:

buku 1_mengenal akidah islam.indd 85 01/04/2015 19:34:14

Page 92: Buku 1 mengenal akidah islam dummy final

86 | MENGENAL AKIDAH ISLAM

Pertama, dia menjadi jalan yang membebaskan kesyirikan. Orang yang beriman kepada qadha dan qadar dari Allah Swt. akan memahami bahwa apapun yang terjadi di dunia, termasuk yang menimpa dirinya, semua telah digariskan oleh Allah, Zat Yang Mahakuasa dan Yang Mahabijaksana. Semua telah tercatat secara rapi dalam Lauhul Mahfudz zaman azali. Kematian, kelahiran, rizki, nasib, jodoh, bahagia, dan celaka telah ditetapkan sesuai ketentuan-ketentuan ilahiah yang tidak pernah diketahui oleh manusia. Maka, dia tidak akan pernah bergantung kepada siapapun, kecuali hanya kepada Allah yang menguasai qadha dan qadar terhadap dirinya.

Kedua, tetap istiqamah. “Sesungguhnya, manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir. Apabila ditimpa kesusahan, dia berkeluh kesah; dan apabila mendapat kebaikan dia sangat kikir, kecuali orang-orang yang mengerjakan shalat.” (QS Al-Ma’ârij, 70:19-22)

Ketiga, dia akan selalu berhati-hati. “Maka apakah mereka merasa aman dari azab Allah (yang tidak terduga-duga)? Tiada yang merasa aman dan azab Allah kecuali orang-orang yang merugi.” (QS Al-A’râf, 7:99)

Keempat, sabar dalam menghadapi segala problematika kehidupan. Dengan bekal keyakinan terhadap takdir yang telah ditentukan oleh Allah Swt., seorang Mukmin tidak pernah mengenal kata frustrasi. DIa akan berubah menjadi batu karang yang tegar menghadapi segala gelombang kehidupan. Dia senantiasa sabar dalam menyongsong badai ujian yang silih berganti. Namun, dia pun akan selalu bersyukur apabila kenikmatan demi kenikmatan berada dalam genggamannya. ***

buku 1_mengenal akidah islam.indd 86 01/04/2015 19:34:14

Page 93: Buku 1 mengenal akidah islam dummy final

Bagian 6: BERIMAN KEPADA QADHA DAN QADAR | 87

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahim, Sulaiman. 2011. Agar Malaikat Berdoa Untukmu. Bandung: Sygma.

Abdurrahman, Emsoe. 2008. The Amazing Stories of Al-Quran. Bandung: Salamadani.

Al-Asqalani, Ibnu Hajar. 2002. Fathul Bari: Penjelasan Kitab Shahih Bukhari. Jakarta: Pustaka Azzam.

Aushop. Asep Zaenal. 2000. Modul MK Pendidikan Agama Islam (PAI) ITB. Bandung.

Faridl, Miftah. 1999. Pokok-Pokok Ajaran Islam. Bandung: Pustaka.

Gazalba, Sidi. 1976. Asas Ajaran Islam. Jakarta: Bulan Bintang.

Al-Ghazali, Abu Hamid. 1993. Asmâ’ul Husna. Bandung: Mizan.

Hidayat, Rachmat Taufik. 2000. Almanak Alam Islami. Jakarta: Pustaka Jaya.

Shihab, M. Quraish. 1998. Menyingkap Tabir Ilahi. Jakarta: Lentera Hati.

Tim Darul Ilmi. 2010. Buku Panduan Lengkap Agama Islam. Jakarta: Qultum Media.

Al-Utsaimin, Muhammad. 2000. Syarah Aqidah Wasithiyah. Bekasi: Darul Falah.

buku 1_mengenal akidah islam.indd 87 01/04/2015 19:34:14

Page 94: Buku 1 mengenal akidah islam dummy final

88 | MENGENAL AKIDAH ISLAM

buku 1_mengenal akidah islam.indd 88 01/04/2015 19:34:14

Page 95: Buku 1 mengenal akidah islam dummy final

Bagian 6: BERIMAN KEPADA QADHA DAN QADAR | 89

TENTANG DARUL ILMI

Profil Darul Ilmi, Madrasatul Hayat

Hadirnya Darul Ilmi bermula dari kepedulian Ir. H. Soedarsono Soekardi terhadap pentingnya pendidikan ruhiyah bagi generasi penerus umat, khususnya dalam menyikapi berbagai tantangan perkembangan zaman yang semakin dinamis. Apabila tidak disikapi dengan tepat, kondisi ini sangat berpotensi menggerus kualitas akhlak dan fondasi akidah.

Gagasan besar Ir. H. Soedarsono Soekardi ini diwujudkan dalam bentuk pesantren virtual yang dinamai Baitul Ilmi atau Rumah Ilmu (House of Knowledge) yang berangkat dari semangat IQRA. Secara lengkap nama pesantren virtual ini adalah Baitul Ilmi Madrasatul Hayat atau Rumah Ilmu-Sekolah Kehidupan.

Dibesut oleh tim yang tergabung dalam Tauhid Institute, Baitul Ilmi memulai programnya dengan menerbitkan dua buah buku bertopik akidab (tauhid) dan fikih ibadah. Topik ini dianggap sangat relevan dengan kebutuhan edukasi ruhiyah bagi generasi muda masa kini. Kedua buku tersebut tidak diperjualbelikan dan dibagikan secara gratis bagi siapapun yang memiliki niat untuk menambah ilmu agama sebagai bekal kehidupan.

Buku ini disusun oleh tim Baitul Ilmi Madrasatul Hayat dengan bersumber pada sumber-sumber rujukan yang sahih. Selain buku, menyikapi perkembangan teknologi yang teramat pesat serta bergesernya perilaku membaca generasi Y (generasi youth; generasi muda melek teknologi) yang lebih condong mengakses melalui gawai seluler, maka Baitul Ilmi Madrasatul Hayat menyiapkan

buku 1_mengenal akidah islam.indd 89 01/04/2015 19:34:14

Page 96: Buku 1 mengenal akidah islam dummy final

90 | MENGENAL AKIDAH ISLAM

TENTANG DARUL ILMI

aplikasi Android berjudul fikih ibadah yang dapat diunduh dan dibaca siapapun di mana saja dia berada.

Demikian sekilas profil Baitul Ilmi Madrasatul Hayat. Insya Allah ke depan kami akan terus mengembangkan diri dalam hal edukasi umat serta memasuki pula program-program inovatif dalam hal pemberdayaan umat melalui aktivitas teknopreneurship.

Insya Allah apa yang kami kerjakan dalam wadah Baitul Ilmi Madrasatul Hayat dapat memberi manfaat bagi ummat.

Salam,

Tauhid Nur Azhar

(Managing Director Baitul Ilmi Madrasatul Hayat)

buku 1_mengenal akidah islam.indd 90 01/04/2015 19:34:15