b.indo yani
DESCRIPTION
numpangTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Trauma thorax adalah semua ruda paksa pada thorax dan dinding thorax, baik
trauma atau ruda paksa tajam atau tumpul. (Hudak, 1999). Di dalam toraks terdapat dua
organ yang sangat vital bagi kehidupan manusia, yaitu paru-paru dan jantung. Paru-paru
sebagai alat pernapasan dan jantung sebagai alat pemompa darah. Jika terjadi benturan
atau trauma pada dada, kedua organ tersebut bisa mengalami gangguan atau bahkan
kerusakan (www.iwansain.wordpress.com). Trauma adalah penyebab kematian
terbanyak pada dekade 3 kehidupan diseluruh kota besar didunia dan diperkirakan
16.000 kasus kematian akibat trauma per tahun yang disebabkan oleh trauma toraks di
Amerika. Sedangkan insiden penderita trauma toraks di Amerika Serikat diperkirakan 12
penderita per seribu populasi per hari dan kematian yang disebabkan oleh trauma toraks
sebesar 20-25% . Dan hanya 10-15% penderita trauma tumpul toraks yang memerlukan
tindakan operasi, jadi sebagian besar hanya memerlukan tindakan sederhana untuk
menolong korban dari ancaman kematian. Canadian Study dalam laporan penelitiannya
selama 5 tahun pada "Urban Trauma Unit" menyatakan bahwa insiden trauma tumpul
toraks sebanyak 96.3% dari seluruh trauma toraks, sedangkan sisanya sebanyak 3,7%
adalah trauma tajam. Penyebab terbanyak dari trauma tumpul toraks masih didominasi
oleh korban kecelakaan lalu lintas (70%). Sedangkan mortalitas pada setiap trauma yang
disertai dengan trauma toraks lebih tinggi (15.7%) dari pada yang tidak disertai trauma
toraks (12.8%) Pengelolaan trauma toraks, apapun jenis dan penyebabnya tetap harus
menganut kaidah klasik dari pengelolaan trauma pada umumnya yakni pengelolaan jalan
nafas, pemberian ventilasi dan kontrol hemodinamik .Trauma thorax sering ditemukan
sekitar 25% dari penderita multi-trauma ada component trauma toraks. 90% dari
penderita dengan trauma thorax ini dapat diatasi dengan tindakan yang sederhana oleh
1
dokter di Rumah Sakit (atau paramedic di lapangan), sehingga hanya 10% yang
memerlukan operasi.
1.2 Rumusan Masalah
Beberapa hal yang menjadi pokok permasalahan dalam pembahasan makalah ini
adalah:
1. Anatomi
2. Fisiologi
3. Pemeriksaan fisik paru
4. Airway
5. Trauma Thorax
1.3 Tujuan
• Tujuan Instruksionil Umum
Setelah selesai membaca bab ini peserta diharapkan mengetahui serta dapat
mendemontrasikan penatalaksanaan penderita trauma thorax.
• Tujan Instruksionil Khusus
1. Dapat melakukan pemeriksaan fisik thorax pada penderita trauma thorax.
2. Dapat mengenali keadaan yang harus dikenali pada penderita trauma thorax
3. Dapat mengenali keadaan-keadaan yang harus dikenali pada secondary survey
penderita trauma thorax.
4. Dapat melakukan resusitasi dan penatalaksanaan penderita trauma thorax
2
BAB II
PEMBAHASAN
TRAUMA THORAKS
2.1 Anatomi
a. Dinding Dada
Dinding dada merupakan bungkus untuk organ di dalamnya, yang terbesar adalah
jantung dan paru-paru. Tulang-tulang iga (kesta 1-12) bersama dengan otot interkostal,
serta diafragma pada bagian caudal membentuk rongga thorax
b. Pleura
Pleura parietals melapisi satu sisi dari thorax (kiri dan kanan). Sedangkan pleura viseralis
melapisi seluruh paru (kanan dan kiri). Antara pleura parietals dengan viseralis ada
tekanan negative (“menghisap”), sehingga pleura parietals da viseralis erring
bersinggungan. Ruangan antara kedua pleura disebut rongga pleura. Bila ada hubungan
antara udara luar (tekanan 1 atm). Dengan rongga pleura, misalnya karena luka tusuk,
maka tekanan positif akan memasuki rongga pleura, sehingga terjadi “open pneumo-
thorax”. Tentu saja paru (bersama pleura viseralis) akan kuncup (collaps). Bila karena
suatu sebab, permukaan pleura viseralis robek, dan ada hubungan antara bronchus
dengan rongga pleura, sedangkan pleura viseralis tetap utuh, maka udara akan masuk
rongga pleura sehingga juga dapat terjadi pnuemotorax. Apabila ada sesuatu mekanisme
“ventiel” sehingga udara dari bronchus masuk rongga pleura, tetapi tidak dapat masuk
kembali, maka akan terjadi peunomothorax yang semakin berat yang pada akhirnya akan
mendorong paru sebelahnya. Keadaan ini dikenal sebagai “tension pneumothorax”.
Apabila terdapat perdarahan dalam rongga pleura, maka keadaan ini dikenal sebagai
hemothorax.
c. Paru-Paru
Terdapat dua masing-masing di kiri dan kanan. Dari pangkal paru (jilus) keluar bronkus
utama kiri dan kanan yang bersatu membentuk trakea.
3
d. Mediastinum
Antara kedua paru (dan pleura viseralis) terdapat antara lain jantung dan pembuluh darah
besar. Apabila ada tension pneumothorax maka mediastinum terdorong ke sisi yang
sehat, sehingga ada gangguan arus balik darah melalui cava. Keadaan ini akan
menimbulkan syok, karena jantung tidak maksimal mencurahkan darah. Jantung
berdenyut dalam suatu kantong, yang dikenal sebagai pericardium, Apabila ada luka
tusuk jantung, maka darah mungkin akan keluar dari jantung dan mengisi rongga
pericardium, sedemikian rupa sehingga denyut jantung akan terhambat. Akan timbul
syok, yang bukan syok hemoragik, melainkan syok kardiogenik.
2.2 Fisiologi
1. Pernapasan
Pernapasan terdiri dari inspirasi (menarik napas) dan kespirasi (mengeluarkan napas)
Pernafasan normal umumnya berkisar antara 12-20 kali/menit. Pernafasan yang lebih
dari 24 kali/menit dikenal sebagai tachypnoe (taghi-pe-nu). Apabila pernafasan buatan
dibuat lebih dari 24 kali/menit, maka dikenal sebagai hiperventilasi. Tachypnoe dapat
sebagai akibat keadaan fisiologi (ketakutan, kecapaian, dsb) tetapi juga dapat merupakan
indikator bahwa ada yang tidak beres dengan masalah breathing.
2. Hipoksia dan hiperkapnia
Pada dasarnya proses pernafasan bertujuan untuk memasukan oksigen ke dalam tubuh,
yang Kemudian akan berdifusi dalam darah. Gangguan pernafasan akan mengakibatkan
gangguan oksigenasi (kadar O2 rendah ) yang dikenal sebagai hipoksia. Apabila
gangguan pernafasan disertai dengan penimbunan CO2 dalam darah, maka akan timbul
hiperkapnia. Pada umumnya hipoksia akan bermanifestasi sebagai dyspnoe (dis-pe-nu)
sedangkan hiperkapnia yang berat akan bermanifestasi sebagai sianosis. Hipoksia ringan
umumnya sudah akan memberikan gejala tachypnoe dan dyspnoe. Keadaan ini juga
dikenal memakai “pulse oxymeter” yang mengukur saturasi O2 dalam darah. Saturasi O2
di atas 95% berarti normal. Hiperkapnia ringan tidak mungkin dikenal secara klinis.
2.3 Pemeriksaan Fisik Paru
4
a. Inspeksi
Pemeriksaan paru dilakukan dengan melihat peranjakan ke-2 sisi anda simetris atau
tidak.
b. Palpasi
Palpasi dilakukan dengan ke-2 tangan memegang ke-2 sisi dada. Dinilai peranjakan
kedua sisi ada (simetris atau tidak) dan bila ada suara penderita, apakah teraba simetris
atau tidak oleh ke-2 tangan pemeriksa
c. Perkusi
Dengan mengetukan jari tengah terhadap jari tengah yang lain yang diletakan mendatar
di atas dada. Pada daerah paru berbunyi sonor, pada daerah jantung berbunyi redup
(dull), sedangkan di atas lambung (dan usus) berbunyi timpani. Pada keadaan
pneumothorax akan berbunyi hipersonor, berbeda dengan Bagian paru yang lain. Pada
keadaan hemothorax, akan berbunyi redup (dull).
d. Auskultasi
Auskultasi dilakukan pada 4 tempat yakni bawah ke-2 klavikula, pada garis mid-
klavikularis,
dan pada kedua aksila. Bunyi nafas harus sama kiri-kanan
2.4 Airway
Pengelolaan airway merupakan hal utama yang harus diperhatikan lebih dahulu
2.5 Trauma Thorax
1. Beberapa keadaan yang harus dikenal pada survey primer :
a. Open pneumo-thorax
Dapat timbul karena trauma tajam, sedemikian rupa, sehingga ada hubungan udara luar
dengan rongga pleura, sehingga paru menjadi kuncup. Seringkali hal ini terlihat sebagai
luka pada dinding dada yang mengisap pada setiap inspirasi (sucking chest wound).
Apabila lubang ini lebih besar daripada 1/3 diameter trachea, maka pada inspirasi, udara
lebih mudah melewati lubang pada dinding dada dibandingkan melewati mulut, sehingga
terjadi sesak yang hebat. Dengan demikian maka pada oper pneumothorax, usaha
5
pertama adalah menutup lubang pada dinding dada ini, sehingga open pneumothorax
menjadi close pneumothorax (tertutup). Harus segera ditambahkan bahwa Apabila selain
lubang pada dinding dada, juga ada lubang pada paru, maka usaha menutup lubang ini
dapat mengakibatkan terjadinya tension pneumothorax. Dengan demikian maka yang
harus dilakukan adalah:
- Menutup dengan kasa 3 sisi. Kasa ditutup dengan plester pada 3 sisinya, sedangkan
pada sisi yang atas dibiarkan terbuka (kasa harus dilapisi zalf/sofratulle pada sisi
dalamnya supaya kedap udara)
- Menutup dengan kasa kedap udara. Apabila dilakukan cara ini maka harus sering
dilakukan evaluasi paru. Apabila ternyata timbul tanda tension pneumothorax, maka kasa
harus dibuka pada luka yang sangat besar, maka dapat dipakai palastik infuse yang
digunting sesuai ukuran.
b. Tension Pneumothorax
Apabila ada mekanisme ventil karena lubang pada paru, maka udara akan semakin
banyak pada satu sisi rongga pleura, akibatnya adalah
- Paru sebelahnya akan tertekan, dengan akibat sesak yang berat
- Mediastinum akan terdorong, dengan akibat timbul syok
Apabila keadaan berat, maka paramedic harus mengambil tindakan dengan melakukan
tindakan dengan melakukan “needle thoracosynthesis”, yakni menusukan dengan jarum
besar pada ruang interkostal 2, pada garis mid-klavikuler.
c. Hematothorax
Pada keadaan ini terjadi perdarahan hebat dalam rongga dada. Tidak banyak yang dapat
dilakukan pra-RS pada keadaan ini. Satu-satunya cara adalah membawa penderita
secepat mungkin ke RS dengan harapan masih dapat terselamatkan dengan tindakan
cepat di UGD.
d. Flail Chest
6
Tulang iga patah pada 2 tempat, pada lebih dari 2 iga, sehingga ada satu segmen
dinding dada yang tidak ikut pada pernafasan. Pada ekspirasi, segmen akan menonjol
keluar, pada inspirasi justru akan masuk ke dalam, ini dikenal sebagai pernafasan
paradoksal. Kelainan ini akan mengganggu ventilasi, namun yang lebih diwaspadai
adalah adanya kontusio paru yang terjadi. Sesak berat yang mungkin terjadi harus
dibantu dengan oksigenasi dan mungkin diperlukan ventilasi tambahan. Di RS penderita
akan dipasang pada respirator, Apabila analisis gas darah menunjukan pO2 yang rendah
atau pCO2 yang tinggi.
e. Tamorade Jantung
Terjadi paling sering karena luka tajam jantung, walaupun trauma tumpul juga dapat
menyebabkannya karena darah terkumpul dalam rongga perkardium, maka kontraksi
jantung terganggu sehingga timbul syok yang berat (syok kardiogenik). Biasanya ada
pelebaran pembuluh darah vena leher, disertai bunyi jantung yang jauh dan nadi yang
kecil. Pada infuus guyur tidak ada atau hanya sedikit respon. Seharusnya pada penderita
ini dilakukan perikardio-sintesis (penusukan rongga pericardium) dengan jarum besar
untuk mengeluarkan darah tersebut.
2. Beberapa keadaan yang dapat dikenali pada survei sekunder
a. Fraktur Iga
Fraktur iga sering ditemukan, gejalanya adalah nyeri pada pernafasan, ketakutan akan
nyeri pada gejala ini menyebabkan pernafasan menjadi dangkal, serta takut batuk
keadaan ini dapat menyebabkan komplikasi pada paru sehingga kadang-kadang
memerlukan blok pada n.interkostalis di Rumah Sakit. Patah tulang iga sendiri tidak
berbahaya, dan di pra-RS tidak memerlukan tindakan apa-apa, yang harus diwaspadai
adalah timbulnya pneumo/hemato-thorax
b. Kontusi paru
Pemadatan paru karena trauma, timbulnya agak lambat, sehingga pada fase pra-RS
tidak menimbulkan masalah.
7
c. Keadaan lain seperti reptur aorta, rupture diafragma, perforasi esophagus dan
sebagainya tidak mungkin dapat dikenal pada fase pra-RS
8
‘BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Trauma thorax dapat timbul karena trauma tajam, sedemikian rupa sehingga ada
hubungan udara luar dan dengan rongga pleura, sehingga paru menjadi kuncup,
Seringkali hal ini terlihat sebagai luka pada dinding dada yang menghisap pada setiap
inspirasi/sucking chost woundl.
Trauma thorax sering ditemukan, sekitar 25% dari penderita multi-trauma ada
komponen ada komponen trauma thorax, 90% dari penderita dengan trauma thorax ini
dapat diatasi dengan tindakan yang sederhana oleh dokter di Rumah sakit/paramedic di
lapangan, sehingga hanya 10% yang memerlukan operasi.
3.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas tentang judul “Bahaya Trauma Thorax Pada
Tubuh Manusia” penulis dapat memberikan saran kepada :
1. Penderita agar melakukan berbagai upaya untuk mengobati trauma thorax secepat
mungkin agar tidak terjadi hal yang lebih fatal.
2. Pembaca agar lebih berhati- hati dalam menjaga kesehatannya serta menghindari
faktor penyebab timbulnya trauma thorax dengan cara-cara yang telah dipaparkan
dalam pembahasan makalah ini.
Akhir kata, semoga saran yang penulis sampaikan dapat bermanfaat bagi
pembaca maupun penderita. Amin.
9
DAFTAR PUSTAKA
Boedihartono, 1994, Proses Keperawatan di Rumah Sakit. EGC : Jakarta.
Brooker, Christine. 2001. Kamus Saku Keperawatan. EGC : Jakarta.
Doenges, Marilyn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3. EGC : Jakarta.
Dorland, W. A. Newman. 2002. Kamus Kedokteran. EGC : Jakarta.
FKUI. 1995. Kumpulan Kuliah Ilmu bedah. Binarupa Aksara : Jakarta
Hudak, C.M. 1999. Keperawatan Kritis. Jakarta : EGC.
Mowschenson, Peter M. 1990. Segi Praktis Ilmu Bedah Untuk pemula. Edisi 2. Binarupa
Aksara : Jakarta.
Nasrul Effendi. 1995. Pengantar Proses Keperawatan. EGC. Jakarta.
Smeltzer, Suzanne C. 2001. Keperawatan Medikal-Bedah Brunner and Suddarth Ed.8
Vol.3. EGC : Jakarta.
Wilkinson, Judith M. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan, edisi 7. EGC : Jakarta.
10