batik tulis dari pinggir danau...

4
BATIK TULIS DARI PINGGIR DANAU SIPIN A idil Hafiz sepertinya sudah akan mengubur masa depannya. Karena ia masih belum juga melunasi biaya sekolah, ijazah SMP miliknya ditahan pihak sekolah. Hafiz pun tak bisa melanjutkan sekolah ke SMA. Tak bersekolah, ia berkeliling menjajakan pisang goreng dari rumah ke rumah, dari satu kampung ke kampung lain di pinggiran Danau Sipin. Hafiz sudah punya bayangan, jalan hidupnya bakal seperti riak Danau Sipin yang akan selalu begitu dari hari ke hari. Namun beruntung, jalan hidupnya cepat berubah. Itu terjadi sejak remaja 16 tahun ini memutuskan untuk belajar membatik. Memang di luar bayangan, bila ia memutuskan banting stir menjadi pembatik. Tapi begitulah jalan ceritanya. Tinggal di pinggiran Danau Sipin, Hafiz sebenarnya berada di simpang jalan, salah satu jalan menuju peredaran narkoba. Ya narkoba, sudah menjadi pengetahuan bagi orang-orang seluruh Jambi bahwa pinggiran Danau Sipin dikenal sebagai kampung narkoba. Stigma ini bahkan sudah hampir menancap di benak banyak orang di Jambi. Badan Narkotika Nasional dan Pemerintah Kota Jambi bahkan telah memasukkan Kelurahan Legok Kota Jambi yang letaknya di pinggiran Danau Sipin sebagai zona merah peredaran narkoba. Karena itu, bisa saja Hafiz memilih jalan murka tersebut. Tapi, Hafiz memilih belajar membatik, sesuatu yang jauh dari kesehariannya selama ini. Hafiz tak kikuk dan tak malu duduk di antara kaum perempuan yang umumnya ibu-ibu. Bersama dengan belasan warga Danau Sipin lainnya, ia bergabung dalam Kelompok Batik Sipin Jajaran belajar membatik, mulai dari membentuk pola, mempersiapkan canting, lalu memberi malam pada pola secara perlahan hingga menjadi motif batik. Sesuatu yang tak bisa dilakukan secara instan. PT Pertamina EP Asset 1 Jambi Field membangun kembali kejayaan sentra batik di Jambi. Bermula dari pinggiran Danau Sipin. Batik tulis karya Kelompok Batik Sipin Jajaran ikut tampil di ajang Palembang Fashion Week di Atrium Mall Palembang pada 7-10 Maret 2019 Dok. Pertamina EP

Upload: others

Post on 01-Nov-2020

12 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BATIK TULIS DARI PINGGIR DANAU SIPINmedialogi.id/wp-content/uploads/2020/01/Batik-Tulis-Sipin-Isi-Buku-… · membangun IPAL atau instalasi pengolahan air limbah terlebih dulu. Tak

BATIK TULISDARI PINGGIR DANAU SIPIN

A idil Hafiz sepertinya sudah akan mengubur masa depannya. Karena ia masih belum juga melunasi biaya sekolah, ijazah SMP miliknya ditahan pihak sekolah. Hafiz pun tak bisa melanjutkan sekolah ke SMA.

Tak bersekolah, ia berkeliling menjajakan pisang goreng dari rumah ke rumah, dari satu kampung ke kampung lain di pinggiran Danau Sipin. Hafiz sudah punya bayangan, jalan hidupnya bakal seperti riak Danau Sipin yang akan selalu begitu dari hari ke hari.

Namun beruntung, jalan hidupnya cepat berubah. Itu terjadi sejak remaja 16 tahun ini memutuskan untuk belajar membatik. Memang di luar bayangan, bila ia memutuskan banting stir menjadi pembatik. Tapi begitulah jalan ceritanya.

Tinggal di pinggiran Danau Sipin, Hafiz sebenarnya berada di simpang jalan, salah satu jalan menuju peredaran narkoba. Ya narkoba, sudah menjadi pengetahuan bagi orang-orang seluruh Jambi bahwa pinggiran Danau Sipin dikenal sebagai kampung narkoba. Stigma ini bahkan sudah hampir menancap di benak banyak orang di Jambi.

Badan Narkotika Nasional dan Pemerintah Kota Jambi bahkan telah memasukkan Kelurahan Legok Kota Jambi yang letaknya di pinggiran Danau Sipin sebagai zona merah peredaran narkoba. Karena itu, bisa saja Hafiz memilih jalan murka tersebut.

Tapi, Hafiz memilih belajar membatik, sesuatu yang jauh dari kesehariannya selama ini. Hafiz tak kikuk dan tak malu duduk di antara kaum perempuan yang umumnya ibu-ibu. Bersama dengan belasan warga Danau Sipin lainnya, ia bergabung dalam Kelompok Batik Sipin Jajaran belajar membatik, mulai dari membentuk pola, mempersiapkan canting, lalu memberi malam pada pola secara perlahan hingga menjadi motif batik. Sesuatu yang tak bisa dilakukan secara instan.

PT Pertamina EP Asset 1 Jambi Field membangun kembali kejayaan sentra batik di Jambi. Bermula dari pinggiran Danau Sipin. Batik tulis karya

Kelompok Batik Sipin Jajaran ikut tampil di ajang Palembang Fashion Week di Atrium Mall Palembang pada 7-10 Maret 2019Dok. Pertamina EP

Page 2: BATIK TULIS DARI PINGGIR DANAU SIPINmedialogi.id/wp-content/uploads/2020/01/Batik-Tulis-Sipin-Isi-Buku-… · membangun IPAL atau instalasi pengolahan air limbah terlebih dulu. Tak

30 31

BATIK

TULIS D

AR

I PING

GIR

DA

NA

U SIPIN

- PT Pertamina EP A

sset 1 Jambi Field

1 2

1. Anggota Kelompok Batik Sipin Jajaran melakukan pecantingan batik tulis

Dok. Pertamina EP

2. Hafiz (baju merah) yang juga merupakan bagian dari kelompok Sipin Jajaran, melakukan pewarnaan batik tulis hasil karya kelompok

Dok. Pertamina EP

Kelompok Batik Sipin Jajaran merupakan binaan PT Pertamina EP Asset 1 Jambi Field sebagai bagian dari CSR perusahaan. Kelompok ini nantinya diharapkan bisa ikut mengembangkan budaya batik tulis di Jambi.

Batik adalah tradisi turun-temurun masyarakat Jambi yang merupakan warisan dari Kerajaan Melayu Jambi. Batik Jambi memiliki motif dan ciri khasnya sendiri yang, itu tadi, perlahan-lahan terkikis oleh fenomena globalisasi.

Seperti halnya Yogya, Solo dan Pekalongan di Jawa, di Jambi kita bisa menemukan kampung batik semacam Laweyan, yakni wilayah seberang Kota Jambi yang dikenal sebagai industri batik.

Adapun pusat perdagangan batik berada di Simpang Pulai. Di sini kita bisa menemukan sejumlah toko batik terkenal di Jambi seperti toko batik Mirabella, Berkah, Melati Putih, dan sejumlah toko lainnya.

Namun sayangnya dalam lima tahun terakhir, banyak perajin batik yang memilih berhenti. Kondisi ini justru berlangsung pada saat penjualan kain batik sedang laku-lakunya. Lalu mengapa para perajin batik malah menyusut?

Ternyata, pasar batik di Jambi dibanjiri oleh berbagai produk batik made in Jawa. Para pedagang, lebih memilih kulakan batik dari pusat-pusat batik di Jawa, seperti Yogyakarta, Pekalongan dan Bandung. Motifnya tetap batik Jambi, tapi dibikin di Jawa. Akibatnya, perajin batik di Jambi sulit bersaing.

Atas dasar itulah, PT Pertamina EP Asset 1 Jambi Field ingin membangun kembali kejayaan sentra batik di Jambi. Rencana itu dimulai dengan mengajak ibu-ibu rumah tangga yang tinggal di pinggiran Danau Sipin untuk ikut membatik.

Dari sedikit pembatik yang tersisa di Jambi, ada nama Tina. Perempuan ini dengan tekun tetap menjaga tradisi batik tulis. Perempuan 41 tahun itu lantas menggerakkan tetangganya untuk ikut belajar membatik. Hanya, PT Pertamina EP Asset 1 Jambi Field menginginkan agar tradisi membatik bisa selaras dengan pelestarian lingkungan. Karena, selama bertahun-tahun, para perajin batik di Jambi lebih suka menggunakan bahan pewarna sintetis untuk menghasilkan batik tulis.

Penggunaan pewarna sintetis memang jamak dilakukan di industri batik. Padahal, membatik juga bisa memanfaatkan pewarna alami dengan sumber-sumber yang ada di lingkungan sekitar.

Limbah dari proses produksi batik berasal dari proses pewarnaan, pencelupan, pencucian, dan pengemasan. Kegiatan membatik menghasilkan beberapa jenis limbah.

Pertama limbah yang dihasilkan dari proses pewarnaan kain. Air yang berwarna apabila dibuang begitu saja, tentunya akan mencemari lingkungan. Terlebih lokasi rumah produksi batik sangat dekat dengan Danau Sipin, sehingga apabila dibiarkan, limbah pewarna batik dapat mencemari saluran air warga sekaligus mencemari ekosistem yang ada di Danau Sipin.

Karena itu, pembentukan kelompok Batik Sipin Jaya justru dimulai dari ujungnya. Yakni dengan cara membangun IPAL atau instalasi pengolahan air limbah terlebih dulu. Tak asal membangun IPAL, proyek ini digarap serius dengan melibatkan mahasiswa Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada (UGM).

Page 3: BATIK TULIS DARI PINGGIR DANAU SIPINmedialogi.id/wp-content/uploads/2020/01/Batik-Tulis-Sipin-Isi-Buku-… · membangun IPAL atau instalasi pengolahan air limbah terlebih dulu. Tak

32 33

BATIK

TULIS D

AR

I PING

GIR

DA

NA

U SIPIN

- PT Pertamina EP A

sset 1 Jambi Field

1 2

1. Hafiz memamerkan batik tulis karya Kelompok Batik Sipin Jajaran

Dok. Pertamina EP

2. Anggota Kelompok Sipin Jajaran mencanting batik bersama, dengan berbagai macam motif dan warna

Dok. Pertamina EP

Sejumlah inovasi dipasang pada IPAL Jlamprang, yang merupakan akronim dari “Jebakan Limbah Aman Praktis dan Ramah Lingkungan”. IPAL ini dirancang sedemikian rupa sehingga bisa menyaring lilin atau malam yang tercampur dengan air. Sehingga malam atau lilin yang tersaring dari IPAL dapat digunakan kembali untuk membatik. Inovasi itu sudah pasti banyak membantu para perajin dalam menekan biaya produksi. Mereka tak perlu banyak mengeluarkan ongkos untuk membeli malam atau lilin.

Dirancang secara horizontal, IPAL ini tidak memakan banyak tempat. Pada bagian atasnya warga bisa memanfaatkannya dengan bercocok tanam dengan sistem hidroponik. Selain itu, IPAL mampu menekan biaya listrik, karena sekaligus bisa menekan polusi udara dari penggunaan solar.

IPAL Jlamprang tidak membutuhkan pompa air untuk mengalirkan air limbah pada saluran pembuangan, melainkan memanfaatkan gaya gravitasi bumi, mulai dari pipa keluarnya air limbah sampai pada bak kontrol. Biaya yang dibutuhkan dalam pembuatan IPAL Jlamprang pun sangat terjangkau dan dapat memanfaatkan lahan sempit di pekarangan rumah.

Urusan pengolah limbah selesai, masuk ke tahap selanjutnya, warga mulai diajak untuk membuat pewarna alami. Inilah keunggulan batik produksi Batik Sipin Jajaran. Tak seperti batik lainnya, Batik Sipin Jajaran menggunakan pewarna alami yang mampu menghasilkan nuansa warna pastel yang bersifat lembut. Pewarna alami menggunakan bahan-bahan yang ada di lingkungan sekitar. Seperti daun-daunan, umbi-umbian, buah-buahan dan biji-bijian yang tumbuh di sekitar rumah mereka. Kelebihannya, air sisa kegiatan pewarnaan tersebut tidak akan berbahaya baik bagi kesehatan maupun lingkungan.

Jika air sisa pewarnaan alami tersebut bermuara ke sungai yang digunakan oleh masyarakat, air sungai tersebut tidak akan berbahaya untuk terus digunakan. Selain itu, tanah di pekarangan mereka pun tidak terancam untuk rusak akibat kegiatan pembuangan sisa pewarna buatan yang biasa mereka lakukan.

Berbagai jenis tanaman digunakan sebagai sumber pewarna seperti mahoni, tingi, jambal, jalawe, indigo, dan masih banyak lainnya. Warna alam yang disuguhkan oleh kelompok dalam produk batik yang dihasilkan pun semakin beragam dari waktu ke waktu.

Dengan mengikuti pelatihan, anggota kelompok bisa merancang motif batik yang menunjukan kekhasan Danau Sipin. Motif Batik Seluang Mudik begitu mereka memberi nama, menggambarkan ekosistem perairan Danau Sipin. Motif batik seluang mudik memiliki filosofi kelimpahan rezeki bagi masyarakat Danau Sipin.

Ikan seluang menyiratkan kekompakan dan kesatuan dari masyarakat Kelurahan Legok, Danau Sipin. Melimpahnya ikan seluang usai banjir yang dialami oleh masyarakat yang berada di wilayah Danau Sipin menunjukkan bahwa setiap kesulitan hidup yang dialami akan ada kemudahan yang menggantikannya. Tuhan selalu memberikan rezeki kepada makhluk ciptaannya.

Adapun bunga kiambang (eceng gondok) yang juga ada dalam motif seluang mudik adalah tumbuhan yang hidup di permukaan air. Pada waktu tertentu, kiambang menghasilkan bunga berwarna ungu dan menambah keindahan Danau Sipin.

Biasanya ikan seluang bernaung di bawah akar kiambang. Seluang dan kiambang hidup bersama secara erat. Selanjutnya pada bagian tepi kain ada motif bunga ciplukan dengan modifikasi ―patah tumbuh hilang berganti.

Page 4: BATIK TULIS DARI PINGGIR DANAU SIPINmedialogi.id/wp-content/uploads/2020/01/Batik-Tulis-Sipin-Isi-Buku-… · membangun IPAL atau instalasi pengolahan air limbah terlebih dulu. Tak

34 35

BATIK

TULIS D

AR

I PING

GIR

DA

NA

U SIPIN

- PT Pertamina EP A

sset 1 Jambi Field

Cantingan Batik Tulis Kelompok Sipin JajaranDok. Pertamina EP

Limbah pewarnaan batik dimasukkan ke dalam Instalasi Pengolahan Air Limbah Jlamprang. Hasilnya limbah cair yang ramah lingkunganDok. Pertamina EP

Kain-kain batik tulis itu lalu dijual dengan harga Rp1,2 – 3 juta sesuai dengan motif dan keunikan warna yang disuguhkan. Sedangkan untuk batik cap dijual dengan rentang harga Rp150 ribu sampai dengan Rp1 juta tergantung dengan tingkat kerumitan motif dan kualitas bahan yang digunakan.

Mahalnya batik tulis dikarenakan proses pengerjaannya membutuhkan waktu yang cukup panjang, yaitu 30 sampai 60 hari kerja sampai batik siap dijual dan digunakan. Sedangkan pengerjaan batik cap hanya membutuhkan waktu yang singkat, yaitu 3 sampai 7 hari kerja sampai batik siap digunakan.

Dalam satu bulan, kelompok mampu melakukan penghematan anggaran untuk pembelian malam/lilin sebesar Rp 1,6 juta karena malam/lilin yang tersaring oleh IPAL JLAMPRANG mampu dimanfaatkan kembali oleh kelompok untuk proses menembok kain batik. Jika dikonversikan dalam satu tahun, Kelompok Batik Sipin Jajaran mampu melakukan penghematan sebesar Rp19.7 juta dan nilai tersebut akan meningkat seiring peningkatan jumlah kain batik yang mampu diproduksi oleh kelompok.

Ternyata tak perlu waktu lama bagi Batik Sipin Jajaran untuk dikenal. Dari pinggiran Danau Sipin, Batik Sipin Jajaran langsung melompat ke panggung fashion show. Kelompok Batik Sipin Jajaran menjadi salah satu peserta Palembang Fashion Week yang digelar pada Maret 2019. Digelar di Atrium Mall Palembang Icon, ajang ini merupakan agenda tahunan yang diselenggarakan oleh Dinas Pariwisata ProvinsiSumatera Selatan.

Desainer kondang Palembang, Al Divo memilih Batik Sipin Jajaran dalam rancangan desainnya. Di atas panggung busana, Al Divo berhasil menyulap Batik Sipin Jajaran menjadi pakaian yang modis nan trendi sesuai selera kaum urban perkotaan. Di tangan Al Divo, Batik Sipin Jajaran berhasil menuai decak kagum dan tepuk tangan meriah dari penonton Palembang Fashion Week 2019.

Legal & Relation Assistant Manager Pertamina EP Jambi Field,Ari Rachmadi mengatakan kolaborasi dengan desainer seperti Al Divo akan menjadi model pengembangan Batik Sipin Jajaran. “Kami berharap Kelompok Batik Sipin Jajaran dapat terus berkembang, hingga menjadi UKM Batik Jambi yang mandiri,” ujar Ari Rachmadi.

Kembali kepada Hafiz. Kini ia sudah bisa tersenyum. Ketekunannya belajar membatik berbuah manis. Ia bisa menebus ijazah SMP-nya yang tertahan dan melanjutkan ke bangku SMA pada Tahun Ajaran 2018/2019.

Meski sudah kembali bersekolah, ia rupanya terlalu cinta dengan batik. Karena itu, ia memilih sekolah yang masuk kelasnya bisa siang hari. Sehingga pada pagi hari, ia masih bisa ikut membatik.

Karena batik Hafiz berhasil kembali masuk sekolah. Dan karena batik pula, kampung di Danau Sipin berubah wajah. Perlahan, orang Jambi mulai mengenal Kampung Legok sebagai sentra batik di Jambi.