bahan ajar kewirausahaan

101
BAHAN AJAR OLEH LA HATANI, SE,.M.M J U R U S A N M A N A J E M E N F A K U L T A S E K O N O M I UNIVERSITAS HALUOLEO K E N D A R I 2 0 0 8 1

Upload: an-lee-ang-

Post on 08-Apr-2016

238 views

Category:

Documents


14 download

DESCRIPTION

bahan ajar mata kuliah kewirausahaan fakultas ekonomi universitas udayana

TRANSCRIPT

Page 1: Bahan Ajar Kewirausahaan

BAHAN AJAR

OLEH

LA HATANI, SE,.M.M

J U R U S A N M A N A J E M E N

F A K U L T A S E K O N O M I UNIVERSITAS HALUOLEO

K E N D A R I 2 0 0 8

1

Page 2: Bahan Ajar Kewirausahaan

DAFTAR ISI

Hal :

HALAMAN JUDUL ................................................................................... i

i

iDAFTAR ISI ...............................................................................................

KATA PENGANTAR .................................................................................

i

ii

I. PEMBENTUKAN SIKAP MENTAL WIRAUSAHA .................. 1

II. KEPEMIMPINAN DALAM WIRAUSAHA…………………….. 11

III. MENGAMBIL RESIKO (RISK TAKING) ................................... 20

IV. PENGAMBILAN KEPUTUSAN…………………………………. 26

V. PEMBELAJARAN MENUMBUHKAN SIKAP WIRAUSAHA.. 31

VI. MEMBANGKITKAN MOTIVASI &INOVASI WIRAUSAHA.. 51

VII. MENILAI PELUANG USAHA/BISNIS ........................................ 67

VIII. CONTOH KASUS, REVIEW ARTIKEL & JURNAL…………. 76

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................. 98

2

Page 3: Bahan Ajar Kewirausahaan

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Allah SWT, atas

limpahan Rahmat, Taufik dan Hidayah-Nya telah memberikan petunjuk,

Di dalam tulisan ini, disajikan pokok-pokok bahasan yang terdiri atas

sep

Ucapan terimah kasih disampaikan kepada semua pihak yang telah banyak

mem

Kendari, Agustus 2008

La Hatani, S.E., M.M.

kesehatan, kesempatan dan kekuatan kepada penulis sehingga dapat menyajikan

tulisan Bahan Ajar mata kuliah Kewirausahaan.

uluh 8 Pokok Bahasan yang disusun sebagai bahan penuntun atau pegangan

mahasiswa di lingkup Jurusan Manajemen, Fakultas Ekonomi Universitas

Haluoleo dengan materi yang telah disesuaikan khususnya mata kuliah

Kewirausahaan. Sebagai materi dalam Bahan Ajar ini merupakan hasil

penyempurnaan dari materi yang dilakukan dalam perkuliahan yang telah

disusun sebelum ditambah dengan beberapa contoh kasus dan trend baru

keilmuan Kewirausahaan. Harapan penyusun bahwa Bahan Ajar ini dapat

membantu para mahasiswa dan tim pengajar dalam kegiatan perkuliahan.

bantu dan mengarahkan dalam penyusunan Bahan Ajar ini. Disadari bahwa

dengan kekurangan dan keterbatan yang dimiliki penulis, walaupun telah

dikerahkan segala kemampuan untuk lebih teliti, tetapi masih dirasakan banyak

kekurangtepatan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang

membangun agar tulisan ini bermanfaat bagi yang membutuhkan.

Penulis,

NIP. 132 308 766

3

Page 4: Bahan Ajar Kewirausahaan

1. TUJUAN UMUM

wa dapat memiliki pengetahuan dan mengubah perilaku

2. TUJUAN KHUSUS

an dapat menjelaskan falsafah wirausaha

an profesi.

3. KATA KUNCI: Hakekat Wirausaha, Sikap &Profesi

4. RANGKUMAN

merupakan individu yang sangat spesifik dalam

pe

khas dari kalangan

wi

ketidakpastian dan persaingan.

Diharapkan mahasis

untuk bersikap mental wirausaha.

a. Mahasiswa diharapk

b. Mahasiswa diharapkan dapat membedakan antara wirausaha d

c. Mahasiswa diharapkan mengubah perilaku bersikap mental wirausaha.

Wirausahawan

rilakunya. Ada tiga peranan yang menonjol dari seorang wirausahawan,

yakni; pertama, wirausahawan sebagai innovator, di mana seorang

wirausahawan selalu mencari kombinasi sumberdaya dalam menjalankan

usahanya, kedua, wirausahawan sebagai individu yang mencari peluang yang

menguntungkan, ketiga, wirausahawan menyukai risiko. Dalam hal ini, jika

seorang wirausahawan memulai usaha baru dengan produk baru, maka ia

dapat dikatakan memiliki ketiga peranan tersebut, yaitu peranan sebagai

inovator, sebagai pencari peluang, dan suka akan risiko.

Berkaitan dengan bakat dan karakteristik yang

rausahawan, proses menjadi wirausahawan sangat dipengaruhi oleh faktor-

faktor manusia dan intuisinya, masyarakat, dan budaya di mana

wirausahawan tersebut berasal. Semangat wirausaha berasal dari semangat

individu itu sendiri yang tercermin dengan jelas dalam menghadapi

4

Page 5: Bahan Ajar Kewirausahaan

5.

ari kelompok usaha kecil, terutama yang

kat (personality traits), bagaimana seorang wirausahawan

me

2.

bul untuk maju besar

kepada orang lain.

hankan usaha, seorang

nsisten

da

B.

ang usaha dengan mengelola sumber-

sumber daya yang ada. Oleh karena itu kewirausahaan melekat pada diri

URAIAN PEMBELAJARAN

A. Pendahuluan

Karakteristik yang khas d

menyangkut ba

mulai usaha dan bagaimana mereka bertahan dalam kondisi lingkungan

yang berubah terus menerus (open-ended changes). Keberhasilan usaha

kecil, sering kali dikaitkan dengan bakat yang dimiliki oleh pengusaha

(pemilik usaha), bukan oleh faktor-faktor lain. Hal ini kiranya tidak

berlebihan karena kenyataan menunjukkan bahwa mayoritas wirausahawan

tidak berpendidikan tinggi, sehingga faktor pendidikan bukan merupakan

hal penting bagi studi wirausaha (entrepreneurship).

Beberapa keuntungan yang akan diperoleh dengan berwirausaha yaitu:

1. Meningkatnya harga diri

Memperoleh penghasilan untuk diri sendiri

3. Ide dan motivasi yang tim

4. Masa depan lebih cerah dan tidak tergantung

Dalam kaitannya dengan upaya untuk memperta

wirausaha memerlukan suatu strategi positioning yang kuat serta ko

lam suatu lingkungan persaingan yang dinamis. Hal ini memerlukan

suatu perbaikan yang berkelanjutan. Di sisi lain perubahan yang terjadi

merupakan perubahan paradigma persaingan yang bersifat tidak terus-

menerus (discontinuous). Pokok bahasan ini menjelaskan tentang falsafah/

hakekat wirausaha, wirausaha dan profesi, serta sikap mental wirausaha.

Falsafah/Hakekat Wirausaha

Kewirausahaan adalah kemampuan diri seseorang dalam menentukan

dan mengevaluasi peluang-pelu

5

Page 6: Bahan Ajar Kewirausahaan

ma

akna, dengan demikian bekerja adalah indikator

akna atau berperadaban, karena manusia bekerja

maupun kualitatif.

ia mengalami proses

nusia, sementara keberadaan manusia di dunia ini merupakan mahluk

utama dan titik sentral berkembangnya peradaban masyarakat. Sehubungan

dengan hal tersebut, ada 4 elemen pokok yang perlu disadari akan

eksistensi keberadaan manusia dalam memahami falsafah/hekekat

wiarausaha yaitu :

1) Hakekat Keberadaan Manusia, adalah pekerja dan tanpa bekerja

fungsi diri sebagai manusia mahluk utama di muka bumi akan

kehilangan m

eksistensi manusia.

2) Kewajiban Manusia Dalam Hidupnya, Manusia dalam hidupnya

wajib bekerja, artinya bekerja disini adalah berbuat sesuatu agar

kehidupan lebih berm

untuk mempertahankan hidup dan kelansungan hidup. Dengan bekerja

kehidupan lebih bergairah, dinamis dan menyenangkan sehingga

keberadaan diri manusia menjadi nyata dan bernilai.

3) Etos Kerja, merupakan salah satu unsur inner dynamic factor (faktor

dinamika yang berada dalam diri manusia). Dengan etos kerja, bekerja

berarti menghasilkan sesuatu baik secara kuantitatif

Dalam hubungan tersebut ada 2 (dua) variabel pengukur hasil kerja

yaitu : (1) Manfaat/Kegunaan; (2) Produktivitas.

4) Kebutuhan Hidup, Manusia bekerja untuk memenuhi kebutuhan

hidupnya dalam rangka mempertahankan kelansungan hidup. Dari

perjalanan peradaban manusia, kebutuhan manus

perkembangan dan sangat beragam. Maslow mempertimbangkan

kebutuhan manusia sebagai motivasi dan perilaku manusia dalam

sebuah model hierarki kebutuhan berdasarkan urutan kadar pentingnya

sebagai berikut :

6

Page 7: Bahan Ajar Kewirausahaan

Gambar 1.1. Model Hierarki Kebutuhan Maslow

C. Pengertian Wirausaha Dan Profesi

Wiraswata terdiri atas 3 kata yaitu Wira adalah manusia unggul, teladan,

berbudi luhur, berjiwa besar, berani, paklawan/pendekar kemajuan dan

a sendiri; dan Sta artinya berdiri.

(S

u

ba

organisasi, untuk

merasakan dan menciptakan peluang ekonomi baru (produk baru, metode

memiliki keagungan watak; Swa artiny

oemanto, 1984). Dengan demikian secara etimologis wiraswasta berarti

keberanian, keutamaan serta keperkasaan dalam memenuhi kebutuhan serta

memecahkan masalah hidup dengan kekuatan yang ada pada diri sendiri.

Wirausaha (Entrepreneur) adalah orang yang mendobrak sistem

ekomomi yang ada dengan memperkenalkan barang dan jasa yang baru,

dengan menciptakan bentuk organisasi baru atau mengolah bahan bak

ru. (Joseph, 1994). Kewirausahaan (Entrepreneurship) adalah kegiatan

individu atau kelompok yang membuka usaha baru dengan maksud

memperoleh keuntungan (Profit), memelihara usaha dan membesarkannya,

dalam bidang produksi atau distribusi barang dan jasa.

Wirausaha adalah sebagai manifestasi dari kemampuan dan kehendak

dari individu-individu, terhadap organisasinya baik secara sendiri-sendiri

maupun dalam bentuk tim, di dalam dan di luar

7

Page 8: Bahan Ajar Kewirausahaan

ba

1)

u dengan

arakteristik yang khas dari kalangan

wirausahawan, Morrison (2000) mengemukakan bahwa proses menjadi

l.

Ki

dan hasil yang lebih besar (Drucker, 1985). Definisi tersebut terus

ru, skema organisasi baru dan kombinasi produk-pasar yang baru), dan

memperkenalkan gagasan-gagasan mereka di pasar dalam menghadapi

kendala dan ketidakpastian pasar, dengan cara membuat keputusan

terhadap lokasi, bentuk dan penggunaan sumberdaya dan institusi

(Wenneker dan Thurik dalam Carree dan Thurik, 2002).

Wirausahawan merupakan individu yang sangat spesifik dalam

perilakunya. Schumpeter, Kirzner dan Knight dalam Carree dan Thurik

(2002) mengemukakan bahwa ada tiga peranan yang menonjol dari

seorang wirausahawan, yakni :

Wirausahawan sebagai innovator, di mana seorang wirausahawan selalu

mencari kombinasi sumberdaya dalam menjalankan usahanya.

2) Wirausahawan sebagai individu yang mencari peluang yang

menguntungkan.

3) Wirausahawan menyukai risiko.

Dalam hal ini, jika seorang wirausahawan memulai usaha bar

produk baru, maka ia dapat dikatakan memiliki ketiga peranan tersebut,

yaitu peranan sebagai inovator, sebagai pencari peluang, dan suka risiko.

Berkaitan dengan bakat dan k

wirausahawan sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor manusia dan

intuisinya, masyarakat, dan budaya di mana wirausahawan tersebut berasa

rzner (dalam, Morrison 2000) meyakini bahwa sumber wirausaha

berasal dari semangat individu itu sendiri yang tercermin dengan jelas

dalam menghadapi ketidakpastian dan persaingan.

Wirausaha adalah kegiatan memindahkan sumberdaya ekonomi dari

kawasan produktivitas rendah ke kawasan produktivitas yang lebih tinggi

8

Page 9: Bahan Ajar Kewirausahaan

berkembang sampai sekarang, sehingga Drucker menyimpulkan bahwa

wirausaha adalah kemampuan seseorang untuk menciptakan suatu produk

ya

nciptaan sesuatu yang baru (kreasi baru) dan membuat

sesuatu yang berbeda dari yang sudah ada (inovasi), tujuannya adalah

ngan

termasuk masyarakat, bangsa dan negara. Adapun ciri-ciri pokok yang

ng tadinya biasa-biasa saja tetapi dengan penerapan konsep manajemen

dan teknik manajemen (yaitu dengan bertanya nilai apa yang berharga bagi

pelanggan), standarisasi produk, perancangan proses dan peralatan, dan

dengan mendasarkan pelatihan pada analisis pekerjaan yang akan

dilakukan serta menetapkan standar yang diinginkan sehingga

meningkatkan hasil sumberdaya yang ada dan menciptakan pasar serta

pelanggan baru.

Berdasarkan pendapat Drucker tersebut dapat dikemukakan bahwa tidak

semua usaha baru, kecil dan milik sendiri sebagai wirausaha, akan tetapi

kemampuan untuk meningkatkan produktivitaslah yang disebut sebagai

wirausaha. Kao (1995) juga menyebut wirausaha sebagai suatu proses,

yakni proses pe

tercapainya kesejahteraan individu dan nilai tambah bagi masyarakat.

Siagian et al. (1999) mengemukakan bahwa wirausaha adalah kesatuan

terpadu dari semangat, nilai-nilai dan prinsip serta sikap, kiat, seni dan

tindakan nyata yang sangat perlu, tepat dan unggul dalam menangani dan

mengembangkan perusahaan atau kegiatan lain yang mengarah pada

pelayanan terbaik kepada pelanggan dan pihak lain yang berkepenti

sangat menentukan keberhasilan seorang wirausahawan adalah:

1. Memiliki kemampuan mengidentifikasi suatu pencapaian sasaran (goal)

atau visi dalam usaha

2. Kemampuan untuk mengambil resiko keuangan dan waktu.

9

Page 10: Bahan Ajar Kewirausahaan

3. Memiliki kemampuan di bidang perencanaan, pengorganisasian dan

pelaksanaannya.

4. Bekerja keras dan melakukan sesuatu yang diperlukan dan mampu

mencapai keberhasilan.

yawan,

amso (1989), menyatakan ada 5 ciri-ciri wirausahawan

si untuk maju), yaitu orang yang memiliki sifat

puan mental) meliputi: IQ, berpikir kreatif dan

ility (kemampuan menjalin hubungan antar manusia)

dge (pengetahuan teknis).

k maju,

i dan memiliki

iptakan nilai tambah dari

pe

D.

dilakukan oleh seorang wirausaha adalah sebagai berikut:

5. Mampu menjalin hubungan baik dengan para pelanggan, kar

pemasok, banker, dll.

Sedangkan Abrah

yang berhasil yaitu :

1. Drive yang kuat (motiva

bertanggung jawab, giat, inisiatif, tekun dan ambisi untuk maju.

2. Mental Ability (kemam

berpikir analitis.

3. Human Relation Ab

meliputi: pengendalian diri, kemampuan menjalin hubungan dan

kemampuan bergaul.

4. Communication Ability (kemampuan berkomunikasi).

5. Technical Knowle

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan

bahwa seorang wirausahawan yang berhasil memiliki motivasi untu

mental yang kuat, kreatif dan inovator, kemampuan menjalin hubungan

antar manusia, memiliki kemampuan berkomunikas

pengetahuan teknis yang baik dalam menc

luang usaha yang ada.

Sifat Wirausaha Dan Kebiasaan

Sikap dan perilaku pengusaha dan karyawannya merupakan bagian

penting dalam etika wirausaha. Adapun sikap dan perilaku yang harus

10

Page 11: Bahan Ajar Kewirausahaan

1. Jujur dalam bertindak dan bersikap

2. Rajin, tepat waktu dan tidak pemalas

4.

gan

wab

ang tinggi

rang yang mempunyai kemampuan

mpatan-kesempatan bisnis, mengumpulkan

uhkan guna mendapatkan keuntungan

ang tepat guna memastikan

ut sebagai individu-individu

an, bermotivasi tinggi dan berani

me

3. Selalu murah senyum

Lemah lembut dan ramah tamah

5. Sopan santun dan hormat

6. Selalu ceria dan pandai bergaul

7. Fleksibel dan suka menolong pelang

8. Serius dan memiliki rasah tanggung ja

9. Rasa memiliki usaha y

Wirausahawan adalah orang-o

melihat dan menilai kese

sumber-sumber daya yang dibut

daripadanya dan mengambil tindakan y

kesuksesan. Para wirausahawan juga diseb

yang berorientasi kepada tindak

ngambil risiko dalam mengejar tujuannya. Meredith (1988) merinci ciri

dan watak seorang wirausahawan sebagai berikut :

Tabel 1.1. Daftar Ciri dan Watak Wirausaha Ciri -Ciri Watak

Percaya Diri Keyakinan, tidaktergantungan, individualitas, optimisme

Berorientasi Tugas & Hasil

Kebutuhan persepsi, berorientasi laba, ketekunan dan ketabahan, tekad kerja keras, mempunyai dorongan (motivasi) kuat, energitik, dan inisiatif

Pengambil Risiko Kemampuan mengambil risiko, suka pada tantangan

Kepemimpinan Bertingkah laku sebagai pemimporang lain, menanggapi saran dan

in, dapat bergaul dengan kritik

Keorisinilan Inovatif dan kreatif, punya banyak sumber, serba bisa, dan mengetahui banyak hal

Berorientasi ke Masa Depan

Pandangan ke depan, dan perspektif

S humber : Meredith ; T e Practice of Entrepreneurship (1998).

11

Page 12: Bahan Ajar Kewirausahaan

Dilihat dari aspek yang

mempunyai kemampuan untuk melihat dan menilai peluang bisnis;

mengumpulkan sumberdaya yang diperlukan untuk memperoleh manfaat

dari peluang dan memulai kegiatan yang sesuai untuk meraih keberhasilan.

yang memiliki jiwa wirausaha adalah seseorang yang

yang tidak nampak

me

andangan luas, waktu adalah

be

k

k

kejiwaan, wirausaha adalah jiwa seseorang

Seseorang

memiliki tindakan kreatif membangun nilai dari suatu

njadi sesuatu yang nampak. Hal tersebut merupakan upaya untuk

mengejar kesempatan tanpa peduli terhadap ketersediaan sumberdaya atau

ketiadaan sumberdaya di tangannya. Hal ini membutuhkan visi, kegemaran

dan komitmen untuk mencapai visi tersebut.

Seorang wirausahawan terlepas apakah dia bawaan sejak lahir atau dari

proses pengembangan, pada umumnya memiliki ciri-ciri: gemar berusaha,

tegar walaupun gagal, percaya diri, memiliki self determination atau locus

of control, mengelola risiko, perubahan dipandang sebagai kesempatan,

toleran terhadap banyaknya pilihan, inisiatif dan memiliki need for

achievement, kreatif, perfeksionis, memiliki p

rharga, dan memiliki motivasi yang kuat (Lambing dan Kuehl, 2000).

Gede Prama (Swa 09/XI/1996), merinci beberapa jiwa dan kemampuan

yang biasanya ada pada diri seorang wirausahawan, di antaranya adalah :

a. Wirausaha adalah seorang pencipta perubahan (the change creator).

b. Wirausaha selalu melihat perbedaan, baik antar orang maupun antar

fenomena kehidupan, sebagai peluang dibanding sebagai kesulitan.

c. Wirausaha cenderung jenuh terhadap segala kemampuan hidup, untu

kemudian bereksperimen dengan pembaruan-pembaruan.

d. Wirausaha melihat pengetahuan dan pengalaman hanyalah alat untu

memacu kreativitas, bukan sesuatu yang harus diulangi.

e. Wirausaha adalah seorang pakar tentang dirinya sendiri.

12

Page 13: Bahan Ajar Kewirausahaan

Banyak contoh yang menunjukkan bahwa keberhasilan wirausaha sering

dikaitkan dengan kemampuan wirausahawan dalam menghadapi

permasalahan lingkungan usahanya (Birley dan Westhead, 1993), sifat

kepribadian atau bakat (Naffziger, 1995; Littunen, 2000; Baron dan

Markman, 2003), peluang usaha (Eckhardt dan Shane, 2002; Ardichvili et

al.

maupun dari pengalaman (Henderson, 1993;

Ra

6. EV

1)

2)

g baik tersebut?

rausaha yang berhasil dalam usaha memiliki ciri-ciri tertentu.

n apa saja yang harus dimiliki oleh seorang

rhadapkan kepada

kukan wirausaha atau

memilih menjadi pegawai?

, 2003) dan motivasi dalam memulai usaha (Gray, 1990; Collins et al.,

2000; Shane et al., 2003).

Kemampuan mengatasi permasalahan juga dikaitkan dengan

kemampuan wirausahawan untuk belajar (Deakin, dan Freel, 1998; Rae,

2000; Minniti, dan Bygrave, 2001) baik melalui proses pendidikan dan

pelatihan (Ulrich dan Cole, 1987; Robinson dan Sexton, 1994; Gibb, 1997;

Leitch dan Horrison, 1999)

e, 1999; Cope dan Watts, 2003) dan bimbingan pihak lain (Brown,

1990; Mumford, 1995; Sulivan, 2000).

ALUASI

Uraikan pengertian wirausaha dan kemampuan apa saja yang diperoleh

dari hasil wirausaha?

Untuk menjadi seorang wirausaha diperlukan watak dan sikap yang baik.

Uraikan sikap dan watak wirausaha yan

3) Seorang wi

Jelaskan ciri-ciri wirausaha yang berhasil tersebut?

4) Jelaskan keterampila

wirausaha?

5) Setelah menyelesaikan pendidikan, biasanya kita dipe

dua pilihan yaitu menjadi pegawai atau berwirausaha. Uraikan latar

belakang mengapa seseorang perlu untuk mela

13

Page 14: Bahan Ajar Kewirausahaan

1. TUJUAN UMUM

Diharapkan mahasiswa mampu menjelaskan konsep kepemimpinan dalam

wirausaha serta penerapanya dalam dunia empiris.

2. TUJUAN KHUSUS

a. Mahasiswa diharapkan dapat menjelaskan dan memberi contoh sikap

kepemimpinan yang positif.

arapakan dapat menjelaskan faktor-faktor yang

alam meningkatkan moral

an pada bagian-bagian alur

emimpin meskipun secara

ungkin tidak disenangi. Ada tiga hal yang paling utama

da

“organisasi-organisasi”

b. Mahasiswa dih

dipertimbangkan dalam memimpin orang lain.

c. Mahasiswa dapat merumuskan suatu strategi d

kerja karyawan

3. KATA KUNCI: Entrepreneurship, Leadership

4. RANGKUMAN

Kepempinan (Leadership) mempunyai arti yang luas, sehingga dalam

proses penetapan definisi kepemimpinan didasark

pikir para teoritukus. Kepeminan adalah kemampuan seseorang untuk

mempengaruhi orang lain dalam hal ini para bawahan sedemikian rupa

sehingga orang lain itu mau melakukan kehendak p

pribadi hal ini m

lam penerapan kepemimpinan yaitu :

1. Seseorang yang menduduki jabatan pemimpin dituntut kemampuan

tertentu yang tidak dimiliki oleh SDM lainnya dalam organisasi.

2. Kepengikutan sebagai elemen penting menjalankan kepemimpinan.

3. Kemampuan mengubah “Egosentrisme” para bawahan menjadi

14

Page 15: Bahan Ajar Kewirausahaan

5.

an dalam

sahaan

dengan mengelola sumber daya yang tersedia.

impinan melekat pada diri manusia yang

lifah yang diutus oleh yang Maha Kuasa untuk menjalankan

M

B.

nginginkan perubahan

kan tujuan besarnya (J.C. Rost., 1993). Senada

de

t ini telah membawa banyak kemajuan

se

URAIAN PEMBELAJARAN

A. Pendahuluan

Dalam kehidupan sehari-hari kita sering menyaksikan berbagai aktivitas

wirausaha yang tidak terlepas dari sikap kepemimpinan bahk

kehidupan keluarga dan masyarakat. Kepemimpinan dan kewirau

adalah kemampuan diri seseorang dalam menentukan dan mengevaluasi

peluang-peluang yang ada

Kewirausahaan dan kepem

merupakan kha

isi (Amanah) yaitu jujur, adil, dan bertanggung jawab. Pokok bahasan ini

akan diuraikan sikap kepemimpinan yang positif; faktor-faktor yang

dipertimbangkan dalam memimpin orang lain; dan merumuskan suatu

strategi dalam meningkatkan moral kerja karyawan.

Definisi Kepemimpinan

Kepemimpinan adalah kemampuan meyakinkan orang lain untuk

penetapan tujuan atau sasaran dengan penuh semangat Kepemimpinan

adalah sebagai kemampuan untuk mempengaruhi kelompok ke arah

tercapainya tujuan (Robbins 1996).

Kepemimpinan adalah sebuah hubungan yang saling mempengaruhi

diantara pemimpin dan pengikut (bawahan) yang me

yang nyatayang mencemin

ngan yang dikemukakan oleh Richard L. Daft, (1999) bahwa

kepemimpinan merupakan salah satu fenomena yang paling mudah

diobservasi, tetapi menjadi salah satu hal yang paling sulit untuk dipahami.

Akan tetapi perkembangan ilmu saa

hingga pemahaman tentang kepemimpinan menjadi lebih sistematis dan

obyektif.

15

Page 16: Bahan Ajar Kewirausahaan

Kepemimpinan merupakan proses untuk mendorong dan membantu

orang lain untuk bekerja secara antusias dalam pencapaian tujuan.

Kepemimpinan yang berhasil bergantung pada perilaku, ketrampilan,

tindakan yang tepat, bukan pada ciri pribadi. Berdasarkan definisi

Kepemimpinan di atas ada 3 variabel utama yang tercakup di dalam

kepemimpinan yaitu :

1. Kepemimpinan yang melibatkan orang lain. Seorang wirausaha akan

nyangkut penanaman pengaruh dalam rangka

dan bertindak untuk

ubungan yang luas.

berhasil apabila dia berhasil memimpin karyawannya atau mau

bekerjasama untuk memajukan perusahaannya.

2. Kepemimpinan menyangkut distribusi kekuasaan. Para wirausaha

mempunyai otoritas untuk memberikan sebagian kekuasaan kepada

bawahannya dan diangkat menjadi pemimpin pada bagian tertentu.

3. Kepemimpinan me

mengarahkan para bawahan. Seorang wirausaha tidak hanya mengatakan

apa yang harus dikerjakan oleh karyawan tetapi harus mampu

mempengaruhi karyawannya untuk berprilaku

memajukan perusahaan.

Mengacu pada definisi kepemimpinan di atas, maka seorang pemimpin

diharapkan mempunyai keterampilan yaitu:

1. Ketrampilan teknis ; mengacu pada pengetahuan dan ketrampilan

2. Ketrampilan manusiawi ; kemampuan bekerja secara efektif dengan

orang-orang dan membina kerja tim

3. Ketrampilan konseptual ; kemampuan untuk berpikir dalam kaitannya

dengan model, kerangka, h

16

Page 17: Bahan Ajar Kewirausahaan

C. Sikap Kepemimpinan Wirausaha

Peranan pemimpin amat penting dalam mencapai tugas organisasi,

kemampuan pimpinan untuk mempengaruhi bawahan dalam mengajak dan

meyakinkan mereka, sehingga para bawahan ikut berpartisipasi terhadap

apa yang telah dianjurkan dengan penuh semangat. Pemimpin adalah

kan organisasi lain agar organisasi-

organisasi tersebut dengan penuh semangat dan bergairah dapat

an

se

. Tidak

sa

namun demikian eksistensi bawahan tidak bisa diabaikan begitu saja.

Sukses tidaknya dalam mencapai tujuan organisasi tergantung pada

mempunyai pengertian menggerak

menyelesaikan pekerjaan sesuai tujuan organisasi yang telah ditetapkan.

Seorang pemimpin adalah motor penggerak dalam pencapaian tujuan

suatu organisasi. Dengan kemampuannya seorang pemimpin harus mampu

memotivasi dan menyelaraskan tujuan organisasi ke dalam program-

programnya. Pendapat Fred Luthans, orang yang satu berbeda dengan yang

lainnya selain terletak pada kemampuannya untuk bekerja juga tergantung

pada keinginan mereka yang bekerja atau tergantung motivasinya.

Kepemimpinan yang efektif hanya akan terwujud apabila dijalank

suai dengan fungsinya. Fungsi kepemimpinan itu berhubungan langsung

dengan situasi sosial dalam kehidupan organisasi/kelompok masing-

masing, yang mengisyaratkan bahwa setiap kepemimpinan berada di dalam

situasi sosial kelompok atau orgnisasinya. Oleh karena itu situasi sosial itu

selalu berubah dan berkembang, maka proses kepemimpinan tidak

mungkin dilakukan sebagai kegiatan rutin yang diulang-ulang

tupun cara bertindak/berbuat yang dapat digunakan secara persis sama

dalam menghadapi dua situasi yang terlihat sama, apabila berbeda

dilingkungan suatu organisasi oleh seorang pimpinan. Sehingga satu cara

bertindak yang efektif dari seorang pimpinan tidak dapat ditiru secara

17

Page 18: Bahan Ajar Kewirausahaan

tepat dengan mengharapkan hasil yang sama efektifnya oleh pimpinan

lain. Pada prinsipnya sikap kepemimpinan dalam wirausaha dapat

dibedakan sebagai berikut:

1. Kepemimpinan positif ; menekankan imbalan-ekonomik, pendidikan

pegawai yang lebih baik, dituntut mandiri dan faktor lain yang membuat

motivasi tinggi

2. Kepemimpinan negatif ; penekanan pada hukuman, kerugian manusiawi,

pemimpin mendominasi dan merasa unggul.

Kemudian Ordway Tead mengemukakan ada 10 sikap kepemimpinan

dalam wirausaha yaitu:

1. Energi Jasmani dan Mental

2. Kesadaran akan Tujuan dan Arah

3. Antusiasme

4. Keramahan dan Kecintaan

5. Integritas

6.

Mengambil Keputusan

emimpinan secara umum diartikan sebagai

kan khusus dimana seorang pemimpin para anggota

ka melakukan serta mengkoordinasikan pekerjaan

iputi: menjalin hubungan-

memberi pujian atau hiburan terhadap anggota kelompok

unjukkan perhatian terhadap kesejahteraan

Penguasaan Teknis

7. Ketergegasan Dalam

8. Kecerdasan

9. Keterampilan Menganjar

10. Kepercayaan

Fiedler, (1976) perilaku kep

tindakan-tinda

kelompok supaya mere

di dalam kelompok mereka. Dalam hal ini mel

hubungan kerja,

atau bawahannya atau men

karyawan.

18

Page 19: Bahan Ajar Kewirausahaan

D. M

refernt power (kekuasaan referent).

aksudnya kekuasaan yang dimiliki oleh seorang

pe

ferent adalah seseorang

ka

rtama, mempelopori,

mengarahkan pikiran, membimbing, menuntun dan menggerakkan

emimpin Orang Lain

Proses mempengaruhi orang lain, seorang pemimpin tidak dapat

melepaskan diri dari kekuasaan yang dimilikinya. French dan Raven dalam

Gibson dkk (1995) mendentifikasikan bentuk kekuasaan yaitu reward

power (kekuasaan ganjaran), coercive power (kekuasaan paksaan),

legitimate power (kekuasaan legitimasi), expert power (kekuasaan

keahlian) dan

Kekuasaan ganjaran m

mimpin dalam menyediakan ganjaran/hadiah bagi orang lain. Kekuasaan

paksaan adalah kekuasaan yang dimiliki oleh seorang pemimpin untuk

menghukum atau memberi sangsi kepada orang lain dan kekuasaan

legitimasi yaitu, kekuasaan karena jabatan atau hierarki dalam organisasi.

Sedangkan kekuasaan keahlian adalah kekuasaan khusus yang tidak

dimiliki orang lain (bawahan), serta kekuasaan re

rena kepribadian atau kharisma yang dimilikinya.

Seorang pemimpin adalah panutan bagi yang dipimpin. Jadi keberadaan

seorang pemimpin dalam organisasi adalah penting, karena fungsi

pemimpin sebagai motor penggerak dalam proses-proses organisasi,

sebagai perumus kegiatan agar proses-proses dalam organisasi berjalan dan

terlaksana. Pemimpin disebut juga kader, dalam kata tersebut terkandung

beberapa pengertian yang saling berhubungan erat, yakni: bergerak lebih

awal, berjalan didepan, mengambil langkah pe

organisasi lain melalui pengaruhnya. Dalam kehidupan berorganisasi

tidaklah bisa dihindari dua peran, si satu pihak sebagai pimpinan di lain

pihak sebagai bawahan.

19

Page 20: Bahan Ajar Kewirausahaan

Davis (1972) mengemukakan kepemimpinan adalah kemampuan

meyakinkan orang-orang lain untuk penetapan tujuan atau sasaran dengan

penuh semangat. Peranan perilaku pemimpin yang mendorong menyatukan

pengikut/bawahan ke arah tujuan-tujuan tertentu dalam tingkungan

tertentu. Hal ini sejalan dengan apa yang dikatakan Robbins, (1996),

bahwa kepemimpinan adalah sebagai kemampuan untuk mempengaruhi

ke

ang meliputi:

selain sistem atau

pi faktor

tukan keberhasilan

pa

lompok ke arah tercapainya tujuan.

Pendapat yang dikemukakan oleh Kastz dan Rosesenzwig,

Kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi orang lain untuk

mencapai tujuan dengan bersemangat. Ini adalah suatu faktor manusiawi

yang mengikat kelompok secara bersama-sama dan memberikan dorongan

(motivasi untuk mencapai tujuan). Kepemimpinan tercipta karena adanya

dinamika antar pribadi dan kelompok y

Proses interaksi oang-orang secara langsung dalam kelompok

Memiliki kandungan yang berbeda dari anggotanya

Rapat adalah bentuk aktivitas kelompok dan digunakan untuk

mendukung suatu keputusan

Keberhasilan kepemimpinan seseorang tidak lepas dari peranan

pimpinan secara langsung. Hal ini disebabkan

manajemen yang mendukung keberhasilan kepemimpinan teta

sifat-sifat pribadi seorang pemimpin juga menen

kepemimpinan. Keberhasilan seorang pemimpin pada umumnya diukur

dari produktivitas dan efektivitas pelaksanaan tugas-tugas yang dibebankan

da dirinya. Apabila produktivitas naik dan semua tugas dapat

dilaksanakan dengan efektif maka dapat disebut sebagai pemimpin yang

berhasil.

20

Page 21: Bahan Ajar Kewirausahaan

E. St

ko

his

pemimpin, sifat-sifat utama pemimpin, tugas pokok dan fungsinya, serta etika

profesi kepemimpinan. Jadi teori kepemimpinan ada dua pengertian yaitu

k dapat meningkatkan moral kerja

karyawan dengan memberikan kesempatan kepada bawahan untuk

al dan emosional

rategi Meningkatkan Moral Kerja Karyawan

Teori kepemimpinan adalah generalisasi satu seri perilaku pemimpin dan

nsep-konsep kepemimpinannya dengan menonjolkan latar belakang

toris, sebab musabab timbulnya kepemimpinannya, persyaratan menjadi

pemimpin dan kepemimpinan itu sendiri.

Pemimpin adalah orang yang memimpin umumnya pada kelompok yang

lebih dari dua orang (organisasi) dan kepemimpinan yang diartikan sebagai

kemampuan dan aktivitas seseorang dalam mengendalikan, memimpin,

mempengaruhi pikiran, perasaan atau tingkah laku orang lain untuk suatu

tujuan bersama. Untuk pencapain tujuan bersama tersebut maka seorang

pemimpin harus merumuskan strategi untu

berpartisipasi dalam penyelenggaran organisasi atau bisnis.

Partisipasi adalah keterlibatan mental dan emosional orang-orang dalam

situasi kelompok yang mendorong mereka untuk memberikan kontribusi

kepada tujuan kelompok, sarana membina nilai-nilai manusiawi tertentu serta

menghendaki adanya upaya jangka panjang para pemimpin organisasi. Pada

prinsipnya tiga gagasan penting dalam partisipasi karyawan yaitu:

Keterlibatan mental; partisipasi berarti keterlibatan ment

Motivasi; memotivasi orang untuk memberikan kontribusi, kesempatan

untuk menyalurkan inisiatif dan kreatifitas guna mencapai tujuan

organisasi (teori y).

Menerima tanggungjawab; partisipasi mendorong orang untuk menerima

tanggungjawab

21

Page 22: Bahan Ajar Kewirausahaan

6. EVALUASI

1) Jelaskan pengertian kepemimpinan dalam wirausaha? Berikan contoh

dalam kehidupan sehari-hari!

2) Pada prinsipnya sikap kepemimpinan terdiri atas dua jenis yaitu

kepemimpinan positif dan negatif. Uraikan pengertian kepemimpinan yang

positif dan negatif serta berikan contoh?

a sebagai salah seorang pimpinan pada sebuah perusahaan, kiat-

? Berikan contoh rill dengan

3) Jika saudar

kiat apa yang anda lakukan agar meningkatkan semangat kerja

karyawannya?

4) Starategi meningkatkan moral kerja karyawan sangat menentukan

keberhasilan seorang wirausaha. Uraikan rumusan strategi dalam

meningkatkan moral kerja karyawan

mengambil kasus wirausaha yang sukses di kota saudara!

22

Page 23: Bahan Ajar Kewirausahaan

1. TUJUAN UMUM

Diharapkan mahasiswa mampu mengidentifikasi dan mengevaluasi resiko

bisnis suatu perusahaan atau organisasi.

. TUJUAN KHUSUS

a. Mahasiswa diharapkan dapat mengidentifikasi resiko bisnis

b. Mahasiswa dapat menjelaskan tipologi pengambilan resiko bisnis

pkan dapat mengevaluasi resiko bisnis

3. 4.

ang paling utama harus dilakukan dan dimiliki oleh

timbul

nian mengambil

berjalan maka timbul proses pembelajaran berdasarkan

p

atu motivasi untuk mengembangkan usaha.

kai mengambil risiko realistik karena mereka

i

asan ini tidak mungkin terdapat pada masing-

2

c. Mahasiswa dihara

KATA KUNCI: Identifikasi, Tipologi & Evaluasi Resiko Bisnis

RANGKUMAN

Pada prinsipnya y

seorang wirausahawan adalah:

1. Kesenangan untuk berusaha, dari kesenangan berusaha ini akan

kreatifitas untuk menciptakan suatu usaha serta kebera

keputusan yang berisiko.

2. Setelah usaha

engalaman yang pernah dijumpai atau dirasakan, dari pengalaman-

pengalaman tersebut timbul su

5. URAIAN PEMBELAJARAN

A. Pendahuluan

Para wirausaha menyu

ingin berhasil. Mereka mendapat kepuasan besar dalam melaksanakan

tugas-tugas yang sukar tetapi realistik dengan menerapkan keterampilan-

keterampilan mereka. Jadi, situasi risiko kecil dan situasi risiko tingg

dihindari karena sumber kepu

23

Page 24: Bahan Ajar Kewirausahaan

masing situasi itu. Ringkasnya, wirausaha menyukai tantangan yang sukar

na

snis, dan mengevaluasi resiko bisnis.

B. Pe

t pada masing-

menyukai tantangan yang sukar

na

keuntungan, dan hal ini

me

mun dapat dicapai.

Resiko lahir sebagai akibat kelalaian orang (SDM), proses yang tidak

sesuai dengan sistem, prosedur atau penggunaan teknologi baru. Selain itu

resiko juga disebabkan oleh fakor eksternal misalnya pesaing baru mampu

mengubah paradigma bisnis atau bencana alam. Pada pokok bahasan ini

akan menyajikan tentang pengertian dan identifikasi resiko bisnis, tipologi

pengambilan resiko bi

ngertian & Identifikasi Resiko Bisnis

Para wirausaha menyukai mengambil risiko realistik karena mereka

ingin berhasil. Mereka mendapat kepuasan besar dalam melaksanakan

tugas-tugas yang sukar tetapi realistik dengan menerapkan keterampilan-

keterampilan mereka. Jadi, situasi risiko kecil dan situasi risiko tinggi

dihindari karena sumber kepuasan ini tidak mungkin terdapa

masing situasi itu. Ringkasnya, wirausaha

mun dapat dicapai (Meredith et al., 1988).

Hisrich & Peters (1992), menyatakan bahwa jiwa wirausaha ditimbulkan

dari berbagai latar belakang pendidikan, lingkungan keluarga dan

pengalaman kerja. Wirausaha adalah proses dinamik dalam tahapan

pencapaian kesejahteraan dengan risiko waktu dan risiko lainnya.

Wirausahawan dikenal sebagai pengambil risiko (risk taker) sejati,

hasilnya adalah kemampuan mendapatkan

miliki peranan penting dalam penciptaan lapangan kerja.

Glancey, dan Pattigrew (1998) mengemukakan bahwa terdapat dua

kelompok wirausahawan yang satu sama lain berlawanan, yaitu kelompok

“opportunist” dan “craft” entrepreneur.

24

Page 25: Bahan Ajar Kewirausahaan

1. Kelompok wirausahawan opportunist dicirikan oleh rendahnya tingkat

pendidikan (terutama pendidikan teknis) dan kurangnya pengalaman

usaha baru.

o (kerugian yang potensial) yang

me

C.

u

serta

alam mengubah ide menjadi realitas.

manajerial, mereka enggan untuk menggunakan bantuan dari luar, dan

melakuan reaksi terhadap perubahan berdasarkan kebutuhan pasar

ketimbang proaktif dalam menciptakan

2. Kelompok ‘craft entrepreneur’ adalah kelompok wirausaha yang

memiliki latar belakang pendidikan tinggi, pengalaman manajerial yang

baik dan proaktif menciptakan usaha baru.

Penilaian situasi seorang wirausaha berlainan sekali dari dua tipe orang

di atas. Perbedaan hakiki terletak pada kenyataan bahwa seorang wirausaha

akan menilai kemungkinan sukses perusahaan itu, secara sistimatik dan

menyeluruh serta sampai keberanian mengambil resiko yang dapat

mempengaruhi kemungkinan tersebut.

Resiko bisnis adalah tingkat resiko yang terkandung dalam operasi

perusahaan apabila ia tidak menggunakan utang. Makin besar resiko bisnis

perusahaan, makin rendah rasio utang yang optimal. Pengidentifikasian

resiko merupakan proses penganalisaan untuk menemukan secara

sistematis dan berkesinambungan resik

nantang perusahaan. Langkah-langkah mengidentifikasi resiko yaitu :

a. Menjelaskan jenis-jenis kerugiaan yang dihadapi, meliputi : Kerugian

hak milik, Kerugian personal dan kewajiban mengganti kerugian.

b. Menggunakan Checklist.

Tipologi Pengambilan Resiko

Pada umum ciri-ciri wirausaha saling berkaitan, terutama pada perilak

pengambil risiko. Ada tiga Tipologi pengambilan resiko antara lain:

a. Pengambil risiko berkaitan dengan kreativitas dan inovasi

merupakan bagian penting d

25

Page 26: Bahan Ajar Kewirausahaan

b. Pengambil risiko berkaitan dengan kepercayaan pada diri sendiri.

annya

miliki

da

D.

rsifikasi. Ada dua demensi baru

n dalam evaluasi resiko yaitu :

Semakin besar keyakinan seorang pada kemampuan diri sendiri,

semakin besar pula keyakinannya terhadap kesanggup

mempengaruhi hasil dari keputusan-keputusannya dan semakin besar

kesediaannya untuk mencoba apa yang dilihat orang lain berisiko.

c. Pengetahuan realistik mengenai kemampuan-kemampuan wirausaha

juga sangat penting. Realisme demikian akan membatasi kegiatan-

kegiatan wirausaha pada situasi-situasi yang dapat mempengaruhi

hasilnya. Hisrich & Peters (1992),

Seseorang yang memiliki jiwa wirausaha sudah pasti akan me

kreatifitas yang tinggi untuk menciptakan sesuatu yang belum pernah ada

atau sesuatu yang baru. Untuk itu dibutuhkan kemauan dan keberanian

untuk menghitung dan mengambil risiko yang moderat, dalam arti

mengambil risiko yang sesuai (tidak terlalu berat dan tidak terlalu ringan).

Pendidikan dan pengetahuan juga turut mempengaruhi rasionalisasi

seseorang dalam menerima risiko kegagalan yang mungkin terjadi.

Sebaliknya dengan umur dan jumlah keluarga, makin tua umur seseorang

yang tidak diikuti dengan tambahan pengetahuan dan pengalaman

menjadikan kemunduran pada diri seseorang dan berperilaku negatif yang

pat menurunkan jiwa wirausahanya.

Evaluasi Resiko

Ketika kita menguji resiko dari titik pandang individual investor, kita

membedakan diantara resiko pasar yang diukur dengan koefisien beta,

dengan standar resiko berdiri sendiri (risk on a standalone basis) yang

mana dapat dihilangkan dengan dive

tentang pengukura

26

Page 27: Bahan Ajar Kewirausahaan

1.

artinya semakin stabil

angat

angan produk, tidak pasti dalam menghadapi

on stockholders sebagai suatu hasil dari

g pasti melekat dalam

Resiko Bisnis, yaitu tingkat resiko dari aktivitas perusahaan jika tidak

menggunakan utang atau resiko yang berkaitan dengan proyeksi tingkat

pengembalian aktiva (ROA) dari suatu perusahaan dimasa mendatang.

Lebih lanjut resiko bisnis tergantung beberapa faktor antara lain :

a. Variabilitas permintaan (unit yang terjual)

penjualan unit produk perusahaan, semakin kecil resiko bisnis, dengan

asumsi faktor lain tetap.

b. Variabelitas harga jual, artinya produk atau servis dimana dijual pada

pasar yang mempunyai tingkat perubahan yang tinggi s

mendorong suatu resiko bisnis dibanding yang stabil.

c. Variabel harga masukan, perusahaan yang biasa masukannya,

termasuk biaya pengemb

resiko bisnis yang tinggi.

d. Kemampuan menyesuaikan harga terhadap perubahan harga masukan.

e. Sejumlah mana biaya-biaya bersifat tetap.

2. Resiko Keuangan, adalah resiko tambahan yang ditanggung pemegang

saham akibat dari leverage keuangan. Resiko finansial merupakan resiko

yang berada dalam comm

keputusan pendanaan dengan hutang atau saham prioritas. “Secara

konsepsi fase stockholders suatu resiko yan

operasional, hal ini merupakan resiko bisnis yang mana didefinisikan

sebagai suatu ketidakpastian yang melekat pada proyeksi dari ROE

yang akan datang dengan asumsi perusahaan didanai semata-mata

dengan cammon stock. Jika perusahaan menggunakan hutang dan saham

preferen maka pemusatan resiko bisnisnya pada pemegang saham”.

27

Page 28: Bahan Ajar Kewirausahaan

6.

puan

untuk mengetahui tipologi resiko. Uraiakan dan berikan contoh jenis

tipologi resiko bisnis yang dihadapi seorang wirausaha?

mensi-dimensi pengukuran dalam mengevaluasi resiko bisnis

EVALUASI

1) Jelaskan pengertian resiko dan cara mengidentifikasi resiko bisnis?

2) Seorang wirausaha dalam mengelola usahanya harus memiliki kemam

3) Jelaskan di

bagi seorang wirausaha?

28

Page 29: Bahan Ajar Kewirausahaan

1. TUJUAN UMUM

Diharapkan mahasiswa mampu mengidentifikasi kedudukan wirausaha dalam

proses pengambilan keputusan serta membedakan keputusan yang

sistemmatis dan yang tidak sistem matis.

2. TUJUAN KHUSUS

apkan dapat menjelaskan kedudukan wirausaha dalam

i keputusan yang sistematis dan tak

a

utusan bagi seorang wirausaha dapat dipandang dari

be

kan suatu proses rangkaian kegiatan yang dipilih

se

a. Mahasiswa dihar

pengambilan keputusan

b. Mahasiswa diharapkan dapat mengetahui proses pengambilan keputusan

c. Mahasiswa dapat membedakan evaluas

menentu

3. KATA KUNCI: Proses Keputusan, Evaluasi Keputusan

4. RANGKUMAN

Pembuatan keputusan merupakan elemen penting bagi seorang wirausah

dalam pengelolaan bisnisnya. Karena semua wirausaha harus membuat

keputusan-keputusan agar dapat menentukan efektivitas dan efisiensi

operasional usahanya.

Pembuatan kep

rbagai prespektif yang berbeda. Dari sudut pandang sempit pembuatan

keputusan adalah kegiatan pemilihan atas berbagai alternatif yang berbeda

(Choice making). Sedangkan dari sudut pandang lebih luas pembuatan

keputusan menggabar

bagai penyelesaian suatu masalah tertentu.

29

Page 30: Bahan Ajar Kewirausahaan

5.

mendengar adanya pernyataan

mungkin dan atau tidak mungkin”, secara spesifik pernyataan tersebut

apat diartikan sebagai gambaran sebuah pernyataan” kepastian dan atau

na itu sangat dibutuhkan kejelian seorang

pengambilan keputusan. Kaitan dengan kehidupan sehari-

ha

eputusan bisnis

B. K

pinya,

URAIAN PEMBELAJARAN

A. Pendahuluan

Kenyataan sehari-hari sering kali kita

d

ketidak pastian”. Oleh kare

wirausaha dalam

ri sering kali dihadapkan dengan asumsi-asumsi probabilitas, seperti

kemungkinan terjadi lonjakan harga, kemungkinan terjadinya gejolak

dimasyarakat akibat kenaikan harga kesemunya ini sangat mempengaruhi

proses pengambilan keputusan seorang wirausaha.

Pengambilan keputusan yang dilakukan oleh seseorang wirausaha

berhubungan erat dengan pemecahan masalah-masalah yang dihadapinya,

seperti masalah pribadi, pekerjaan, maupun sosial. Pada pokok bahasan ini

menguraikan kedudukan seorang wirausaha dalam pengambilan keputusan,

proses keputusan dan metode dalam mengevaluasi k

edudukan Wirausaha Dalam Proses Pengambilan Keputusan

Koonyz dan Weihrich, (2005) mendefinisikan pengambilan keputusan

adalah penataan pilihan langkah atau tindakan dari sejumlah alternatif.

Pengambilan keputusan yang dilakukan oleh seseorang wirausaha

berhubungan erat dengan pemecahan masalah-masalah yang dihada

seperti masalah pribadi, pekerjaan, maupun sosial.

Kadudukan wirausaha dalam proses pengambilan keputusan/pemecahan

masalah, dapat dikemukakan beberapa pokok pikiran penting, yaitu:

1. Pemecahan masalah oleh wirausaha berkenaan dengan penggunaan

strategi-strategi (rencana atau pola) pencarian alternatif yang relevan.

2. Perilaku pemecahan masalah bersifat adaptif.

30

Page 31: Bahan Ajar Kewirausahaan

3.

bilan

sar

i yang lebih sederhana,

pe

C.

Kompleksnya situasi pemecahan masalah, faktor kepribadian, pilihan

strategi, penggunaan informasi, sangat menentukan pengam

keputusan akhir seorang wirausaha.

Nimran (2004), menyatakan bahwa para wirausaha sebagaian be

cenderung untuk menggunakan strategi-strateg

walau dalam menghadapi masalah yang kompleks, dan usaha mendapatkan

solusi yang diinginkan. Para peneliti percaya bahwa sebagian besar

wirausaha ingin memperoleh kesempatan untuk berpartisipasi dalam proses

ngambilan keputusan. Pengambilan keputusan yang efektif merupakan

suatu proses yang kompleks, tergantung pada keterampilan dan pelatihan

yang dimiliki para wirausa (Gibson, et al., 1997).

Proses Pembuatan Keputusan

Pembuatan keputusan dapat digambarkan sebagai suatu urutan langkah-

langkah sebagai berikut:

Gambar 4.1. Proses Pemgambilan Keputusan

Perumusan Masalah

Pengembangan Alternatif

Evaluasi Alternatif

Pemilihan Alternatif Terbaik

Evaluasi Hasil-hasil

Implementasi Keputusan

31

Page 32: Bahan Ajar Kewirausahaan

D. Evaluasi Kep

Walaupun para wirausaha di berbagai sektor usaha berbeda-beda

berdasarkan latar belakang, gaya hidup, jarak tetapi akhirnya mereka

semuanya sama, yaitu harus mengambil keputusan. Robbins (1996),

megembangkan 2 model pengambilan keputusan yaitu model pengambilan

model pengambilan keputusan alternatif.

ikannya.

etidak pastian dan tidak

ur yang ada untuk menangani masalahnya,

asalahnya

)

utusan

keputusan optimasi dan

Para ahli mengembangkan beberapa metode mengklasifikasi keputusan

dalam rangka melakukan evaluasi yang intinya dapat dibedakan 2 tipe

keputusan yaitu keputusan terprogram dan keputusan tidak terprogram.

1. Keputusan terprogram terjadi jika suatu situasi sering muncul, prosedur

rutin dan dapat disusun untuk melakukan evaluasi menyelesa

Beberapa langkah yang hendaknya diketahui oleh seorang wirausaha,

baik secara eksplisit atau implisit dalam mengevaluasi keputusan, yaitu:

a. Pastikan kebutuhan akan suatu keputusan.

b. Kenali kriteria keputusan.

c. Alokasikan bobot (Skor tertinggi pada keputusan prioritas).

d. Kembangkan alternatif-alternatif.

e. Pemilihan alternatif terbaik dari alternatif yang telah di evaluasi.

2. Keputusan tidak terprogram yaitu baru, k

terstruktur. Tidak ada prosed

tidak ada cara yang sama dengan sebelumnya juga karena m

kompleks atau sangat penting.

Tabel 4.1. Perbandingan Tipe Evaluasi Keputusan (Gibson, et al., 1997Tipe Kep. Kep. Terprogram Kep. Tidak Terprogram

Masalah Sering, berulang, rutin. Hubungan sebab dan akibat.

Baru, tidak berstruktur. ketidakpastian dalam hubungan.

Prosedur

Ketergantungan pada kebijakan, aturan, dan prosedur pasti

Perlunya kreativitas, intuisi, toleransi pada hal yang membingungkan, pemecahan masalah kreatif

32

Page 33: Bahan Ajar Kewirausahaan

6. Evaluasi

1) Jelaskan peran seorang wirausaha dalam kedudukannya sebagai pengambil

keputusan?

2) Uraikan beberapa kendala yang dihadapi seorang wirausaha dalam

mengambil k

wirausaha dalam pengambilan keputusan yang baik, harus

am proses pengambilan keputusan bisnis?

an keputusan tidak terprogram. Uraikan kedua tipe

eputusan?

3) Seorang

memahami berbagai prosedur dalam pengambilan keputusan. Uraikan

prosedur dal

4) Dalam evaluasi keputusan dapat dibedakan 2 tipe keputusan yaitu

keputusan terprogram d

keputusan tersebut?

33

Page 34: Bahan Ajar Kewirausahaan

1. TUJUAN UMUM

Diharapkan mahasiswa dapat memiliki pengetahuan dan pembelajaran dalam

menumbuhkan sikap wirausaha.

2. TUJUAN KHUSUS

a. Mahasiswa diharapkan dapat memahami makna pembelajaran wirausaha

apkan dapat membedakan antara pembelajaran kognitif,

menjelaskan pembelajaran organisasi dalam

ahan nilai, sikap, kecakapan, dan

(proses

esan yang disampaikan dengan sengaja dimaksudkan untuk

me

ang wirausahawan

b. Mahasiswa dihar

prilaku dan pengalaman wirausaha.

c. Mahasiswa diharapkan dapat

pendidikan bisnis.

3. KATA KUNCI: Wirausaha, Pendidikan Bisnis & Pembelajaran

4. RANGKUMAN

Belajar merupakan proses perub

perilaku. Salah satu cara untuk merubah sikap dan perilaku tersebut adalah

melalui pendekatan persuasif, yaitu dengan memasukkan ide, pikiran,

pendapat, dan bahkan fakta baru melalui pesan-pesan komunikatif

pembelajaran). P

nimbulkan kontradiksi dan inkonsistensi di antara komponen sikap

individu dan perilakunya sehingga mengganggu kestabilan sikap dan

membuka peluang terjadinya perubahan yang diinginkan.

Proses pembelajaran dalam pendidikan bisnis harus diarahkan kepada

pemanfaatan pengetahuan dan kemampuan untuk bekal hidup sasaran didik

ditengah-tengah kehidupan bermasyarakat, sehingga belajar sambil bekerja

sangatlah penting. Ketika pembelajaran dipandang sebagai konsep

wirausaha, maka hal ini berkaitan dengan bagaimana seor

34

Page 35: Bahan Ajar Kewirausahaan

me

hal ini belajar tidak hanya bertujuan untuk

me

5. UE

sebut

ai akses terhadap sumber pengetahuan.

mbelajaran sangat tergantung pada effektifitas dalam

mengakses terhadap sumber pengetahuan ataupun pengalaman serta

iklus pembelajaran yang baik dan benar

ak

ngenali dan bertindak terhadap peluang yang ada, serta mengelola dan

mengorganisasikan perusahaan.

Pembelajaran wirausaha dilakukan dengan maksud belajar bekerja dengan

cara berwirausaha. Akan tetapi hal tersebut tidak hanya cukup memahami

cara-cara wirausaha saja, tetapi harus terjun secara aktif dan melakukan

untuk memahami 'what is it that work' dan menyadari bahwa ia dapat

melakukan hal tersebut. Dalam

mperoleh pengalaman semata, tetapi proses berpikir yang berorientasi ke

masa yang akan datang dalam menciptakan suatu realitas masa depan.

RAIAN PEMBELAJARAN

. Pendahuluan

Pembelajaran merupakan suatu proses mengolah informasi menjadi

kompetensi, perilaku, dan kinerja. Pengetahuan ditransfer oleh seseorang

dari sumbernya sehingga untuk bisa mendapatkan pengetahuan ter

seseorang harus mempuny

Efektivitas pe

effektivitas dalam mentransformasi pengetahuan dan pengalamannya

menjadi kompetensi dan prestasi.

Proses pembelajaran merupakan siklus dari aktivitas sehari-hari yang

memberikan pengalaman pada seseorang. Pengalaman yang dikaji

maknanya akan memberikan pemahaman dan kesimpulan atas sesuatu

kejadian, yang mana hal tersebut akan memperkaya stock of knowledge,

kapasitas, sikap dan perilakunya. S

an terus meningkatkan kemampuan seseorang dalam beradaptasi dengan

lingkungannya yang terus berubah sehingga ia dapat unjuk kinerja dengan

optimal pada apa yang dikerjakannya.

35

Page 36: Bahan Ajar Kewirausahaan

Pembelajaran wirausaha dipengaruhi oleh karakteristik internal dan

lingkungan eksternal. Karakteristik internal meliputi sifat, sistim nilai,

keyakinan, kapabilitas pribadi, motivasi, dan prestasi. Sedangkan

pengaruh eksternal merupakan faktor-faktor yang berasal dari pola

hubungan dengan lingkungan alam, lingkungan sosial dan lingkungan

us

F.

es yang kompleks dan

i fenomena yang terjadi di sekitar

ind

akan dikaji,

dipahami, dan disimpulkan sehingga ia mengetahui apa yang harus

aha dalam aktivitas wirausahanya. Dengan demikian pada Pokok

bahasan ini akan diuraikan makna pembelajaran wirausaha; membedakan

antara pembelajaran kognitif, prilaku dan pengalaman wirausaha; serta

pembelajaran organisasi dalam pendidikan bisnis.

Teori Pembelajaran Bagi Wirausaha

Belajar adalah istilah umum yang sudah tidak asing lagi bagi setiap

orang. Namun pembelajaran dalam usaha kecil, topik ini menjadi penting

karena pembelajaran wirausaha merupakan faktor yang menentukan bagi

pertumbuhan usahanya. Belajar merupakan pros

dapat bersifat informal dalam memaham

ividu Dengan belajar, seseorang dapat menyesuaikan diri dengan

lingkungannya yang terus berubah (Cope and Watts, 2000).

Berdasarkan konsep pembelajaran sepanjang hayat (long life learning)

setiap orang mendapatkan dan mengakumulasikan pengetahuan,

ketermpilan, sikap dari aktivitas sosial dan pengalamannya sehari-hari. Jadi

pembelajaran merupakan proses sosial dan organisasional. Dari

aktivitasnya, seseorang mendapatkan pengalaman, yang

dilakukan dikemudian hari untuk tidak mengulangi kesalahan masa lalu

dan membuat sesuatu yang lebih baik. Demikian seterusnya, proses siklus

tersebut akan memperkaya stock of knowledge, kapasitas dan kapabilitas

36

Page 37: Bahan Ajar Kewirausahaan

seseorang sehingga ia menjadi lebih mampu beradaptasi dan survive dalam

lingkungannya.

Proses pembelajaran tersebut digambarkan oleh Mumford (1996)

sebagai berikut berikut :

Gambar 5.1. Siklus Balajar Progresif

Argyris dan Schon (1978) mengidentifikasi 2 jenis pembelajaran, yaitu

single loop learning dan doule loop learning. Single loop learning terjadi

manakala suatu organisasi melakukan usahanya tetapi tanpa perubahan,

sedangkan pembelajaran secara double loop learning terjadi manakala ada

suatu perubahan dominan yang sejalan dengan cara pembelajaran.

i g

apat mengimplementasikan, memperbaiki, ataupun

mengintegrasikan suatu ide, konsep, keterampilan, maupun teknologi. Hall

Selanjutnya, Pedler et al. (1997 dalam Claston et al., 1999)

membandingkan tiga cara pembelajaran, yaitu "mengimplementasikan"

(implementing) dan "memperbaiki“ (improving) serta "mengintegrasikan"

(integrating). Implementing dan improving merupakan dua tahap yang

sama dengan single loop learning sedangkan ntegratin setara dengan

double loop learning.

Pembelajaran akan meningkatkan kemampuan kognisi, afeksi, dan

perilaku. Proses pembelajaran tersebut bisa didapat dari pengalaman

kognitif, respon atau perilaku, maupun pengalaman melakukan sesuatu,

sehingga seseorang d

37

Page 38: Bahan Ajar Kewirausahaan

(1996) menyatakan bahwa dalam jangka pendek pembelajaran akan

merubah sikap dan kinerja seseorang, sedangkan dalam jangka panjang

mampu menumbuhkan identitas dan daya adaptabilitas seseorang yang

sangat penting bagi keberhasilannya.

Rae dan Carswell (2000) lebih rinci menggambarkan tentang

perkembangan wirausaha, seperti pada Gambar tentang model konseptual

pembelajaran kewirausahaan sebagai berikut:

Gambar 5.2. A Conceptual model of entrepreneurial learning

Pada Gambar 5.2 menunjukkan bahwa proses pembelajaran wirausaha

dipengaruhi oleh banyak faktor seperti motivasi, sistim nilai, lingkungan

usaha, kompetensi, serta prestasi dari usahanya. Faktor-faktor tersebut

kemudian membentuk sebuah karakteristik internal yang

mempengaruhinya dalam menggerakkan usahanya.

G. M

erubahan kandungan

pengetahuan disebarkan dan

etode-Metode Pembelajaran Wirausaha

Proses pembelajaran juga dapat dibedakan atas proses serta pengaruh yang

diakibatkannya, diantaranya adalah :

1. Pembelajaran kognitif

Pembelajaran kognitif memfokuskan pada p

kognitif dari proses pembelajaran, di mana

38

Page 39: Bahan Ajar Kewirausahaan

ditransfer sehingga dapat merubah peta kognitif seseorang (Brown and

Dugvid, 1991; Nanoka, 1994 dalam Lichtenstein et al., 2003).

f terjadi karena adanya hubungan antara

ind

endekatan

ko

2.

pembelajaran harus merubah perilaku seseorang.

es belajar bisa saja hanya merubah pola pikir

se

ut seseorang dapat mengetahui mana yang baik dan benar

ata

Pembelajaran kogniti

ikator lingkungan kognitif dan harapan-harapan. Indikator kognitif

berkaitan dengan pilihan harapan terhadap penghargaan (rewards). Saat

ini, ilmu pengetahuan kognitif berfokus lebih banyak pada struktur dan

proses kompetensi manusia. Dalam perilaku organisasi, p

gnitif telah banyak diterapkan terutama dalam teori motivasi, seperti

halnya ekpektansi, pemberian atribut dan locus of control, serta

penetapan tujuan (yang merupakan garis depan dari penelitian motivasi

moderen). Semuanya adalah konsep kognitif yang mewakili perilaku

organisasi dalam hal pencapaian tujuan atau maksud tertentu

(purposefullness).

Pembelajaran perilaku

Hubber (1999) memberi ilustrasi tentang pembelajaran sebagai

berikut. Seseorang dapat belajar melalui proses informasi yang

mengakibatkan beberapa potensi perilakunya berubah. Hubber tidak

menekankan bahwa

Hal ini dikarenakan pros

seorang.

Pembelajaran perilaku (behavioral learning) merupakan proses

adaptasi yang dihasilkan dari coba-coba dan mengarah pada proses yang

memberikan keuntungan selektif bagi yang bersangkutan (Levintal,

1991; Lunberg, 1995 dalam Lichtenstein, 2003). Dari perilaku coba-

coba terseb

u sebaliknya.

39

Page 40: Bahan Ajar Kewirausahaan

Burgoyne dan Hodgson (1983) mengemukakan bahwa terdapat tiga

tingkat pembelajaran perilaku yang dapat dialami oleh seseorang, yakni:

1) Pembelajaran tingkat pertama, menunjukkan adanya asimilasi

informasi faktual yang mempunyai manfaat segera tetapi tidak ada

um hal ini

implikasi pengembangan dalam jangka panjang. Hal ini digambarkan

sebagai pembelajaran pada kulitnya, pengulangan yang terus menerus

atau dihafalkan tanpa dipikir lebih lanjut. Pola ini oleh Argyris dan

Schon (1978) disebut sebagai single loop learning yang bersifat rutin.

Single loop learning meliputi pembelajaran dari konsekuensi perilaku

sebelumnya. Di dalam model pembelajaran ini hasil-hasil umpan balik

ditimbulkan oleh suatu proses pengamatan konsekuensi dari suatu

tindakan dan menggunakan pengetahuan tersebut untuk menyesuaikan

tindakan selanjutnya dalam rangka menghindari kesalahan yang sama

di masa depan dan mengembangkan pola perilaku keberhasilan.

Argyris (1994) mengemukakan bahwa pola pembelajaran single loop

berlangsung selama proses pemecahan persoalan dimana yang

bersangkutan mengabaikan isu-isu mengapa permasalahan tersebut

muncul. Walaupun bentuk dari pembelajaran ini dapat menghasilkan

inteligensi dalam sistem pembelajaran single loop, tetapi sistem ini

tidak dapat menentukan standarnya sendiri yang sesuai.

2) Pembelajaran tingkat kedua menggambarkan pengasimilasian sesuatu

yang dapat dialihkan dari situasi satu ke situasi yang lain dimana

orang tersebut telah memiliki cara pandang yang berbeda tentang

konsepsinya pada suatu aspek tertentu. Secara um

merupakan pembelajaran yang lebih mendasar tetapi masih masuk

dalam kategori single loop learning.

40

Page 41: Bahan Ajar Kewirausahaan

tanyakan tidak hanya pada cara-

rtanyakan dan merefleksikan strategi,

sa

adual pada orientasi atau sikap

seseorang dari arus informasi yang diterimanya secara berkelanjutan.

cara yang telah mapan, tetapi juga nilai yang mendasarinya serta

persepsi perilakunya. Hal ini akan berpengaruh pada visi, kesadaran

dan pemahaman diri pada tingkatan yang lebih mendalam, yang

sejalan dengan pengertian double loop learning. Pemahaman tersebut

juga akan memunculkan pertanyaan apakah seorang wirausahawan

memiliki kemampuan untuk belajar bagaimana cara belajar. Pola

pembelajaran double loop terdiri dari sistem monitoring dan koreksi

perilaku serta menentukan perilaku yang tepat. Double loop learning

memerlukan asumsi yang mendasari terjadinya nilai-nilai serta risiko

yang secara fundamental berubah. Pembelajaran double loop

berhubungan dengan ide-ide dari sistem yang terkoordinir. Dalam

pembelajaran double loop. sistem akan belajar untuk belajar sehingga

menjadi lebih cerdas dalam menentukan kriteria operasional yang

mendasari perilaku.

3. Pembelajaran dari pengalaman

Pembelajaran dari pengalaman lebih menekankan pada proses yang

sedang berjalan daripada belajar bagaimana melakukan sesuatu, yakni

dengan cara terus menerus mempe

saran dan nilai-nilai yang mendasarinya (Argyris dan Schon, 1978;

Senge, 1990 dalam Lichtenstein, 2003).

Burgoyne dan Hodgson (1993) mengidentifikasi bahwa proses

pembelajaran dialami oleh seseorang dalam kehidupannya sehari-hari

yang menciptakan perubahan secara gr

41

Page 42: Bahan Ajar Kewirausahaan

Cope dan Watts (2000) menegaskan bahwa pembelajaran berdasarkan

pengalaman dapat direncanakan dan dimunculkan.

Mumford (1996) mengemukakan suatu model pembelajaran dari

pengalaman yang terdiri dari empat langkah dimana satu sama lain

saling berhubungan atau saling menunjang, sebagai berikut:

Gambar 5.3 : Konsep Pembelajaran dari Kolb

Gambar 5.3. menunjukan bahwa concrete experience merupakan

suatu aktifitas atau pengalaman seseorang secara langsung, sedangkan

reflective observation merupakan langkah dimana seseorang berusaha

meninjau atau menggali arti pengalaman yang diperolehnya yang

selanjutnya dilakukan pemahaman tentang konsep atau hubungan yang

mendasari pertimbangan seseorang terhadap suatu tindakan yang akan

dilakukan (abstract conceptualisation). Langkah ini merupakan langkah

paling penting guna menghindari kesalahan yang sama atau

meningkatkan hasil yang lebih baik. Langkah selanjutnya yang tidak

kalah penting adalah active experimentation yaitu langkah seseorang

untuk selalu mencoba hal-hal baru berdasarkan pengalaman yang pernah

didapatkannya.

42

Page 43: Bahan Ajar Kewirausahaan

Kolb (1984) dalam Ulrich dan Cole (1989) mengemukakan bahwa

concrete experience sama dengan feeling atau sensing, dimensi ini

menghadirkan suatu penerimaan berdasarkan pengalaman dan

pe

ya secara terus menerus dan proaktif merefleksikan

ke

rtimbangan yang matang. Reflective observation menurut Kolb sama

dengan watching, dimensi ini mengkaji pengaruh pengalaman yang

didapatnya terhadap dirinya. Abstract generalization atau

conceptualisation memiliki kesamaan dengan thinking, dimensi ini

mengharuskan seseorang untuk berfikir atau membandingkan bagaimana

suatu hal berkaitan dengan pengalamannya sendiri. Di sini individu

lebih cenderung menggunakan pengalamannya sendiri dalam

memecahkan permasalahan yang ada dibandingkan dengan

menggunakan pengalaman orang lain, selain itu individu dituntut untuk

belajar bagaimana menerapkan teori yang ada melalui analisa sistematis.

Active experimentation menurut Kolb sama dengan doing, dimana

seseorang berfikir bagaimana memperoleh informasi terbaru sebagai

jalan atau pertimbangan untuk bertindak, salah satu langkah yang dapat

digunakan adalah dengan cara problem solving, small group discussions

atau games.

Berdasarkan beberapa uraian tersebut dapat dikemukakan bahwa

untuk meningkatkan pembelajaran, seseorang perlu menggunakan

kemampuann

jadian masa lalu sebagai media belajar, sehingga proses belajar

menjadi lebih efektif. Burgoyne dan Hodgson (1983) juga menekankan

pentingnya 'specific critical incident' dalam menstimulasi pembelajaran.

Pembelajaran merupakan proses belajar seseorang terhadap suatu

kejadian yang dialaminya sendiri maupun dari pengalaman orang lain

yang diketahuinya, sehingga akan meminimalkan kesalahan yang sama

43

Page 44: Bahan Ajar Kewirausahaan

pada suatu proses yang sama atau meniadakan kesalahan yang sama

serta melakukan upaya perbaikan yang berkelanjutan.

Dengan proses pembelajaran seorang wirausahawan dapat

mengembangkan usahanya lebih maju sehingga produk yang dihasilkan

akan jauh lebih baik dan sulit ditiru oleh perusahaan lain atau pesaing.

Se

H. Pe

1.

anisasi baik secara langsung maupun tidak langsung

contoh, kemampuan pekerja,

i yang semuanya merupakan hasil dari

pe

organization) adalah organisasi yang terus belajar sungguh-sungguh dan

lain itu proses pembelajaran dapat menciptakan perubahan secara

gradual pada orientasi atau sikap seseorang dengan arus informasi yang

berkelanjutan, sehingga seorang wirausahawan akan mampu

mengantisipasi adanya perubahan dan siap dengan adanya perubahan

yang terjadi.

mbelajaran Organisasi & Wirausaha

Pembelajaran Organisasi

Perilaku org

merupakan proses pembelajaran. Sebagai

sikap manajer, dan motivas

mbelajaran. Berdasarkan prinsip pembelajaran, perilaku pekerja dapat

dianalisis dan dikelola untuk memperbaiki kinerjanya maupun kinerja

organisasi. Untuk mengantisipasi perubahan lingkungan usaha, organisasi

harus mampu membangkitkan komitmen anggotanya dan membangun

kapasitas belajar pada semua level organisasi secara berkelanjutan. Hatch

(1997) mengemukakan bahwa kurva pembelajaran memberikan bukti

bahwa suatu organisasi mengalami proses belajar, dimana ditunjukkan

dengan adanya peningkatan output melalui perbaikan cara-cara produksi.

Kurva pembelajaran menunjukkan hubungan negatif antara biaya produksi

dan kuantitas barang-barang yang dihasilkan.

Menurut Marquardt (1996) organisasi pembelajaran (learning

44

Page 45: Bahan Ajar Kewirausahaan

secara bersama-sama, dan tak henti-henti mentransformasi diri agar dapat

memperoleh, mengelola, dan menggunakan pengetahuan dengan lebih baik

de

Choueke dan Armstrong (1998) mengemukakan bahwa pembelajaran

esalahan error) dapat menjadi sifat yang dapat menghambat

proses pembelajaran. Jika dalam proses pembelajaran sebuah organisasi

da

dan

efe

mi keberhasilan. Marquardt berpendapat bahwa organisasi pembelajaran

terdiri dari lima sub sistim, yaitu belajar, organisasi, manusia, pengetahuan,

dan teknologi yang saling berhubungan dan saling menunjang sebagai

sistim. Lima sub sistim tersebut dapat dilihat pada Gambar berikut:

Gambar 5.4. Subsistim Dalam Organisasi Pembelajaran

Organization Learning People

organisasi adalah suatu proses pendeteksian dan pengoreksian kesalahan-

k

Technology Knowledge

. Kesalahan (

pat menjalankan kebijakannya dan mencapai tujuannya, maka proses

pembelajaran itu dapat dikategorikan sebagai "double loop learning".

Mintzberg dalam Kirk (1999) mengemukakan bahwa pembelajaran

organisasi sebagai suatu proses berkelanjutan. Hendry et al. (1995) dalam

Kirk (1999) mengemukakan bahwa kandungan dari pembelajaran

organisasi harus dipertimbangkan serta prosesnya harus bersifat efisien

ktif. Dua hal yang biasanya terjadi dalam proses pembelajaran

organisasi adalah sifat yang mengarah kepada satu tujuan (convergent) atau

mengarah kepada banyak tujuan (divergent). Convergent learning

menekankan pada spesialisasi dan standarisasi dari kemampuan, sistem

45

Page 46: Bahan Ajar Kewirausahaan

pengendalian, dan operasi utama dari organisasi dalam bidang tertentu

yang memfokukan pada efisiensi.

Matlay (2000) mengemukakan bahwa organisasi pada dasarnya belajar

dari proses pengorganisasian pihak lain. Sebagai contoh, mereka belajar

melalui pengalaman langsung ketika mereka dihadapkan pada pengambilan

ke

ter

k menciptakan produk yang tidak dapat ditiru

(in

putusan secara coba-coba (trial and error), dan secara tidak langsung

dari pengalaman organisasi lain seperti melalui proses peniruan

(benchmarking). Selanjutnya, organisasi mengkomunikasikannya melalui

cerita-cerita dan simbol-simbol serta norma perilaku dan harapan-harapan.

Pembelajaran dalam organisasi juga menyangkut proses budaya. Matlay

menyatakan bahwa terdapat banyak kesulitan dalam proses pembelajaran

yang mereka gambarkan sebagai "supertitious learning", keragu-raguan

hadap kompetensi, dan jebakan keberhasilan. Supertitious learning

terjadi ketika hubungan antara tindakan dan hasil yang diperoleh tidak

dapat ditentukan secara tepat. Kegagalan pembelajaran terjadi karena

keragu-raguan dalam meraih keberhasilan. Hal ini seringkali sulit untuk

diketahui karena indikator dari keberhasilan secara konstan dimodifikasi

setiap waktu. Ketika keberhasilan sulit untuk ditunjukkan, maka sulit pula

keberhasilan tersebut dipelajari berdasarkan pada hal-hal yang telah

dilakukan di masa lampau.

Wright (1997) memasukkan istilah “akumulasi pembelajaran” sebagai

salah satu aset tak berwujud yang memberikan kontribusi terhadap

kemampuan perusahaan untu

imitability). Pada dasarnya ia menggambarkan bahwa kapabilitas

organisasi sebagai “dinamika rutinitas perusahaan yang memungkinkan

perusahaan untuk melakukan perbaikan secara terus menerus dalam

efisiensi atau efektivitas” dan “kumpulan dari tacit knowledge yang

46

Page 47: Bahan Ajar Kewirausahaan

dibangun dalam proses organisasi, prosedur dan sistem organisasi yang

tertanam dalam cara berperilaku”. Ia menyarankan dua faktor penting

dalam membangun kapabilitas organisasi, yaitu: kemampuan inovasi, dan

kemampuan belajar.

Konsep pembelajaran organisasi juga dapat didekati dari ilmu

pengetahuan alam yang mengembangkan pendapat tentang sistem

cybernetics dengan menambahkan "reflexive loop” yang memungkinkan

sis

secara bersama-sama (share) dan

me

aya tanggap terhadap perubahan lingkungan,

tem memiliki kesadaran dengan sendirinya, sistem tersebut dapat belajar

untuk belajar. Argyris dan Schon (1978) kemudian mengembangkan teori

pembelajaran organisasi ini dengan pendapatnya tentang "double loop

learning" yang menantang pendapat terdahulu tentang "single loop

learning". Gibb (1997) mengemukakan dua tipe pembelajaran; a) adaptive

learning, yaitu pembelajaran dalam rangka mengatasi atau menyesuaikan

diri dengan perubahan, dan b) generative learning yaitu kapasitas untuk

menciptakan dan berpikir proyektif.

Sejumlah penulis menjelaskan metode yang berbeda-beda dari perilaku

pembelajaran dalam perusahaan yang mempengaruhi mereka untuk

menciptakan (create), menggunakan

nyimpan pengetahuan dalam perusahaan. Sementara itu Pedler (1997)

dalam Chaston et al. (1999) mengemukakan tiga tahapan pembelajaran

sebagai berkut:

(1) Mengimplementasikan (implementing): melakukan sesuatu dengan

benar, dicirikan oleh reliabilitas yang konstan tetapi terbatas karena

kurangnya d

(2) Memperbaiki (improving) dicirikan dengan memberikan gagasan

(initiative-taking), melakukan eksperimen secara sistematis dan

47

Page 48: Bahan Ajar Kewirausahaan

melakukan segala sesuatu dengan lebih baik tetapi masih terkendala

oleh masih kecilnya skala peningkatan di dalam batas-batas yang ada,

(3) Mengintegrasikan (integrating) dicirikan dengan “melakukan hal-hal

dengan lebih baik” secara kreatif melalui pemecahan masalah secara

pe

ajaran organisasi

ya

sistematis dan holistik (menyeluruh).

Cara-cara tersebut diturunkan dari suatu model “tahapan” dari

perkembangan pembelajaran. Dengan demikian, jelas bahwa sejumlah

nulis mengenali dan berupaya untuk mendefinisikan tipe perilaku

pembelajaran yang berbeda pada tataran organisasi. Hal ini menimbulkan

pertanyaan tentang bagaimana cara-cara yang berbeda ini berhubungan dan

berdampak pada kapabilitas organisasi? Dari beberapa literatur yang

berhubungan dengan pembelajaran organisasi, tetapi hanya sedikit yang

mengoperasionalkan konstruk pembelajaran melalui aplikasi teknik

kuantitatif pada usaha kecil. Hal ini dikarenakan alat yang digunakan untuk

mengekplorasi konstruk pembelajaran organisasi pada umumnya dilakukan

untuk studi skala besar. Namun demikian, Hill dan McGowan (1999) telah

dapat mengukur persepsi individu manajer tentang kecenderungan tenaga

kerja yang tergabung dalam masing-masing cara belajar.

Berdasarkan beberapa uraian tersebut dapat dikemukakan bahwa

sekurang-kurangnya terdapat dua arah konsep pembel

kni, dari kalangan modernis yang mengikuti arus ilmu pengetahuan alam

yang mengembangkan sistem cybernetics dengan menambahkan "reflexive

loop” yang memungkinkan sistem untuk memiliki kesadaran belajar

dengan sendirinya dan dari kalangan ahli psikologi Amerika, yang

memuluskan jalan ke arah pembentukan teori tentang pembelajaran

organisasi dengan "double loop learning" yang menantang pendapat

terdahulu tentang "single loop learning".

48

Page 49: Bahan Ajar Kewirausahaan

Selain itu organisasi pada dasarnya dapat belajar dengan cara yang

dijelaskan oleh proses pengorganisasian pihak lain, sebagai contoh, mereka

be

awan dalam pemecahan masalah

k diragukan lagi. Mereka

be

tu (jangka

pa

lajar melalui pengalaman langsung ketika mereka dihadapkan pada

pengambilan keputusan secara coba-coba (trial and error), dan secara tidak

langsung dari pengalaman organisasi lain seperti melalui proses peniruan

ataupun pembandingan (Benchmarking).

2. Pembelajaran dan Pendidikan Wirausaha

Kemampuan belajar seorang wirausah

yang tidak terstruktur dan berisiko sudah tida

lajar dari pengalaman mendirikan dan mengelola usaha, yang meliputi

proses pembelajaran, kemampuan untuk mengenali mengapa suatu masalah

terjadi dan kemampuan mengatasinya. Perolehan kemampuan tersebut

merupakan hasil dari proses belajar, sehingga wirausahawan yang belajar

dengan sungguh-sungguh akan lebih berhasil dalam usahanya

dibandingkan dengan wirausahawan yang tidak pernah belajar.

Hall (1996) mengemukakan bahwa proses pembelajaran pengusaha

dapat dilihat dari dua dimensi, yaitu dimensi rentang wak

njang dan jangka pendek) dan dimensi target (tugas atau orang) sebagai

mana terlihat dalam tabel berikut:

Tabel 5.1 Empat Tipe Pembelajaran

Fokus pembelajaran Tugas (Task) Pribadi (self) Rentang Waktu Jangka Pendek Performance Sikap Jangka Panjang Adaptabilitas Identitas

S (1996)

menunjukkan bah ngka pe ifitas

an pada peningkatan performance skill, dimana

dalam proses tersebut banyak mempelajari berbagai konsep, dan

umber : Hall,

Tabel di atas wa dalam ja ndek akt

pengembangan difokusk

49

Page 50: Bahan Ajar Kewirausahaan

me

rning dan merupakan

ke

an peningkatan dan pengembangan Sumber Daya Manusia

(S

2) Latihan keterampilan teknis (technical know how) atau profesionalisme

untuk bidang tertentu baik tingkat rendah, menengah, atau tinggi.

masukkan komponen sosialisasi serta sikap yang membentuk identitas

perusahaan ke dalam program pengembangan. Adapun program

pembelajaran jangka panjang diorientasikan pada tingkat adaptabilitas

terhadap tugas dan pembentukan identitas pribadi. Termasuk di dalam

adaptabilitas adalah belajar bersikap terbuka terhadap perubahan serta

melakukan beberapa perubahan. Sedangkan yang termasuk di dalam

identitas adalah keterbukaan untuk menerima masukan, dan memasukkan

cara-cara baru dalam menginstropeksi diri sendiri.

Adaptabilitas dan identitas biasa disebut sebagai metaskill, karena

keduanya memberi kemampuan untuk belajar bagaimana agar bisa belajar.

Metaskill ini identik dengan double loop lea

mampuan yang sangat penting di masa sekarang dan yang akan datang.

Oleh karena itu perlu diidentifikasi isu-isu kunci dalam proses

pembelajaran dan pengembangan wirausaha. Dalam penelitian ini isu-isu

kunci yang akan diangkat adalah isu yang berkenaan dengan pembelajaran

melalui pendidikan dan pelatihan, pembimbingan (mentoring), dan

pengalaman. Adapun pengertian dari masing-masing isu tersebut adalah

sebagai berikut:

Sagir (1986) mengemukakan bahwa program Pendidikan dan Pelatihan

pada hakikatnya merupakan jalur dan jenjang yang berkesinambungan

yang menunjukk

DM) yang meliputi:

1) Pendidikan umum atau pendidikan dasar yang merupakan bekal agar

SDM mempunyai pengetahuan dasar yang memadai dan siap untuk

dilatih.

50

Page 51: Bahan Ajar Kewirausahaan

Jenjang latihan untuk pengembangan diri, mempersiapkan SDM agar

lebih kreatif, bukan hanya memiliki kemampuan teknis, tetapi juga

memiliki kemampuan manajerial, mengembangkan diri untuk menjadi

pelatihan sesungguhnya adalah upaya untuk meningkatkan dan

mengembangkan kemampuan karyawan (teknis maupun manajerial),

ter

de

an (2002) juga mengemukakan bahwa :

1)

kerja

juannya.

pelatihan wirausaha dalam membangun kompetensi wirausaha sebagai

be

unsur pimpinan dalam bidangnya yang mampu dikembangkan.

Dari pendapat Sagir di atas tampak bahwa fungsi pendidikan dan

utama aspek profesionalisme kerja. Jadi, program Diklat berhubungan

ngan peningkatan kinerja.

Ranupandojo dan Husnan (2002) mengemukakan bahwa istilah

pendidikan dan pelatihan (Education and training) sering dipertukarkan

dengan istilah pengembangan (development) seperti yang dipakai oleh

Flippo. Dalam prakteknya kedua istilah tersebut mempunyai maksud yang

sama. Ranupandojo dan Husn

Pendidikan ialah suatu kegiatan untuk meningkatkan pengetahuan umum

seseorang termasuk di dalamnya peningkatan penguasaan teori dan

keterampilan mengambil keputusan terhadap persoalan-persoalan yang

menyangkut kegiatan mencapai tujuan.

2) Latihan ialah suatu kegiatan untuk memperbaiki kemampuan

seseorang dalam kaitannya dengan aktivitas ekonomi. Latihan membantu

karyawan dalam memahami suatu pengetahuan praktis dan penerapannya

guna meningkatkan keterampilan, kecakapan, dan sikap yang diperlukan

oleh organisasi dalam usaha mencapai tu

Choueke dan Amstrong (1998) mengusulkan materi pendidikan atau

rikut:

51

Page 52: Bahan Ajar Kewirausahaan

Tabel 5.2. Materi Pendidikan atau Pelatihan Wirausaha

Sumber : Choueke dan Amstrong (1998).

Cope and Watts (2000) melakukan penelitian tentang proses

pembelajaran dari wirausahawan dalam hubungannya dengan proses

personal dan siklus pengembangan usahanya. Mereka menemukan konsep

'critical incident' yang menunjukkan bahwa wirausahawan sering

traumatik dan berkepanjangan

da

tama dari pembelajaran, sehingga sangat diperlukan

bimbingan terhadap pengalaman tersebut. Mentoring atau bimbingan

menghadapi masa atau episode kritis yang

n menggambarkan kejadian-kejadian bermuatan emosional. ‘Critical

incident’ yang dialami dapat menghasilkan tingkat pembelajaran yang

lebih tinggi serta mendasar. Program mentoring menekankan pada upaya

untuk membantu wirausahawan dalam menafsirkan 'critical incident'

sebagai pengalaman belajar yang dapat digunakan untuk meningkatkan

hasil pembelajaran.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat dikemukakan bahwa 'critical

incident' sangat penting diterapkan untuk memahami proses pembelajaran

wirausaha. Hal ini didukung oleh hasil penelitian Armstrong (dalam,

Choueke and Armstrong, 1998) yang menunjukkan bahwa "pengalaman"

merupakan sumber u

sangat dibutuhkan oleh seorang wirausahawan guna membantu

52

Page 53: Bahan Ajar Kewirausahaan

menafsirkan kejadian-kejadian yang dialami selama proses pembelajaran

yang dapat digunakan untuk pengembangan usaha.

Robinson dan Sexton (1994) mengemukakan bahwa pembelajaran

merupakan proses yang terintegrasi dengan pekerjaan, dalam praktek usaha

yang sesungguhnya. Hal ini biasa disebut dengan pembelajaran dari

pengalaman (learning from experience). Pendekatan pembelajaran dari

pengalaman ini memberikan kemampuan bagi individu dan organisasi

un

6. EV

1)

2)

3) an empat tipe dalam pembelajaran wirausaha?

ntoh pendidikan kewirausahaan yang ada di Indonesia?

tuk melakukan self renewal dengan melakukan pendekatan yang

proaktif, self-development pada pembelajaran karir jangka panjang.

Pendekatan pembelajaran dari pengalaman sangat bermanfaat digunakan

untuk pengembangan seorang wirausahawan, karena pembelajaran ini

dapat memberikan kesempatan pada wirausahawan untuk memanfaatkan

on-the job experience dan memberikan meta skill untuk learning how to

learn.

ALUASI

Jelaskan makna pembelanjaran bagi seorang wirausaha?

Uraikan perbedaan antara pembelanjaran kognitif, perilaku dan

pembelajaran pengalaman wirausaha?

Jelask

4) Berikan co

53

Page 54: Bahan Ajar Kewirausahaan

1. TUJUAN UMUM

Diharapkan mahasiswa mampu membangkitkan semangat/motivasi; daya

inovasi dan kompentesi wirausaha serta penerapanya dalam kehidupan nyata.

2. TUJUAN KHUSUS

a. Mahasiswa diharapkan dapat menjelaskan pengertian motivasi, daya

entensi wirausaha.

enggali daya inovasi seorang wirausaha

si & Kompentesi Wirausaha

RANGKUMAN

Para wirausahawan efektif harus punya keinginan untuk memimpin.

Motivasi wirausaha membutuhkan keinginan untuk mempengaruhi orang

lain. Hal ini seringkali disamakan dengan kebutuhan akan kekuasaan.

erpikir

mpengaruhi orang banyak, memenangkan suatu perdebatan

atau meraih posisi dengan kewenangan yang lebih besar. Seorang

inovasi dan komp

b. Mahasiswa diharapakan dapat menjelaskan kiat-kiat membangkitkan

motivasi wirausaha

c. Mahasiswa dapat m

d. Mahasiswa diharapakan dapat menjelaskan kompentesi wirausaha

3. KATA KUNCI: Motivasi, Daya Inova

4.

Seseorang dengan motivasi kepemimpinan yang tinggi banyak b

mengenai cara me

wirausahawan yang mempunyai motivasi yang kuat juga menunjukan

keteguhan yang kuat. Keteguhan atau biasa disebut tekad adalah suatu motif

yang melibatkan suatu ketahanan untuk terus fokus pada sasaran ketika

sedang dihadang berbagai rintangan.

Daya inovasi merupakan salah satu ciri khas utama dari seorang

wirausahawan, karena dengan inovasi seorang wirausahawan akan mampu

54

Page 55: Bahan Ajar Kewirausahaan

meningkatkan produktivitas perusahaan dengan cara menciptakan produk-

produk baru yang inovatif maupun mengembangkan cara-cara pemasaran

yang inovatif sehingga akan memiliki daya saing yang kuat dibandingkan

de

ditambah kemampuan

membaca peluang dan manajemen diri. Hal ini dikarenakan seorang

5.

tasikan sebuah visi. Wirausahawan

latif tinggi untuk meraih prestasi. Keinginan

si merupakan faktor motivasi yang penting di antara para

wi

ngan produk maupun cara pemasaran dari pesaing.

Kompetensi adalah suatu kemampuan lebih dari seorang individu jika

dibandingkan dengan individu yang lain, selain itu kompetensi dapat

didefinisikan sebagai pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan yang dapat

memenuhi kebutuhan hasil kerja yang lebih efektif. Secara umum kompetensi

wirausahawan sama dengan kompetensi manajer

wirausahawan selain sebagai pemilik usaha (manajer) juga sebagai pelaksana

usaha sehingga sangat dibutuhkan kemampuan untuk melihat dan

memanfaatkan peluang yang ada dengan sebaik-baiknya, sedangkan untuk

dapat memanfaatkan peluang yang ada, seorang wirausahawan harus

memiliki manajemen diri yang baik, dalam arti seorang wirausahawan harus

mampu mengelola kemampuan dirinya dengan sebaik-baiknya sehingga

dapat meningkatkan kemampuan usaha.

URAIAN PEMBELAJARAN

A. Pendahuluan

Seorang individu yang ingin menjadi wirausahawan tapi tidak punya

kegairahan dalam meraihnya, tidak mungkin sukses baik dalam

menciptakan maupun mengimplemen

mempunyai keinginan yang re

untuk berpresta

rausahawan handal. Untuk mendapatkan hasil yang maksimal, seorang

wirausahawan harus bekerja keras, para usahawan dan manajer harus tekun

di sejumlah pekerjaan.

55

Page 56: Bahan Ajar Kewirausahaan

Daya inovasi dan kompentensi yang dimiliki seorang wirausaha

merupakan kunci keberhasilan dalam penyelenggaran usaha. Pokok

bahasan ini akan diuraikan pengertian motivasi, daya inovasi dan

kompentensi wirausaha; kiat-kiat membangkitkan motivasi wirausaha;

daya inovasi seorang wirausaha; dan kompentesi wirausaha

B. M

n perilakunya

ya tujuan. Dengan demikian motivasi terjadi melalui

su

engemukakan

bahwa keinginan untuk berprestasi merupakan faktor motivasi yang

andang sebagai mata uang

seorang wirausahawan, sarana utama yang digunakan seorang

otivasi Usaha

Motivasi berasal dari kata latin "movere" = to move = memindahkan,

artinya pindah dan suatu kondisi tertentu ke kondisi yang lain. Motif

sebagai sesuatu yang ada dalam diri manusia yang membangkitkan,

mengaktifkan, memindahkan, mengarahkan dan menyalurka

menuju tercapain

atu proses yang berhubungan dengan kebutuhan manusia.

Seorang individu yang ingin menjadi wirausahawan tapi tidak punya

kegairahan dalam meraihnya, tidak mungkin sukses baik dalam

menciptakan maupun mengimplementasikan sebuah visi. Hampir semua

tulisan sepakat bahwa para wirausahawan mempunyai keinginan yang

relatif tinggi untuk meraih prestasi. Shane et al. (2003) m

penting di antara para wirausahawan handal. Untuk mendapatkan hasil

yang maksimal, seorang wirausahawan harus bekerja keras, para usahawan

dan manajer harus tekun di sejumlah pekerjaan.

Para wirausahawan sukses harus mau menggunakan kekuasaan terhadap

para bawahan, memerintahkan pada mereka apa yang mesti dilakukan, dan

menerapkan sanksi positif dan negatif secara cepat. Seseorang yang tidak

sanggup menggunakan kekuasaan akan mendapatkan kesulitan dalam

menjalankan peran wirausaha. Kekuasan bisa dip

56

Page 57: Bahan Ajar Kewirausahaan

wirausahawan untuk membereskan banyak hal dalam suatu wadah

ahanya. Tentu saja, ketegaran mesti dilakukan

de

menjelaskan

ba

usahanya. Seorang wirausahawan harus mempunyai keinginan untuk

mendapatkan kekuasaan dengan maksud untuk melancarkan pengaruh

terhadap orang-orang lain.

Para wirausahawan harus dan tak boleh letih, atau tidak mempunyai

semangat yang menggebu-gebu dalam segala aktivitasnya, terutama dalam

mengkomunikasikan visi mereka kepada para pegawai. Wirausahawan

harus memiliki tekad untuk menindaklanjuti, dan mesti memiliki

keteguhan untuk memastikan bahwa perubahan-perubahan telah

melembaga dalam wadah us

ngan berlandaskan pada sikap rasional. Sangat teguh mengejar suatu

strategi yang tidak tepat bisa membawa organisasi ke jurang kehancuran.

Oleh karena itu, sikap tegar harus ditujukan pada segala hal yang benar.

Dalam kebanyakan wadah usaha yang beroperasi dalam iklim bisnis

dewasa ini, mereka mempunyai hal yang diperlukan untuk kelancaran

usahanya, hal itu adalah : 1) memuaskan pelanggan, 2) pertumbuhan, 3)

penekanan biaya, 4) inovasi dan feature terbaru dari sebuah merek, 5)

mengamati kejadian dengan cepat untuk mengambil tindakan-tindakan

yang efektif, dan 6) kualitas dari barang yang diproduksinya.

Collins et al. (2000) mengemukakan bahwa keberhasilan wirausaha

sangat tergantung pada kemauannya untuk menjadi wirausahawan, hal ini

karena peluang usaha didapat dalam proses evaluasi, sementara keputusan

dibuat setelah ditemukannya peluang usaha. Seluruh proses tersebut sangat

tergantung pada kemauan seorang wirausahawan untuk bermain dalam

pertandingan tersebut. Selanjutnya Collins et al. (2000)

gaimana motivasi berpengaruh pada berbagai aspek perilaku manusia.

Wirausaha merupakan proses yang dimulai dari pengenalan peluang usaha

57

Page 58: Bahan Ajar Kewirausahaan

dan ditindaklanjuti dengan pengembangan produk. Keberhasilan dari

seluruh proses tersebut sangat dipengaruhi oleh motivasi serta faktor

kognitif seperti pengetahuan, keterampilan dan kemampuan dari seorang

wirausahawan. Kemampuan kognitif memungkinkan seorang

wirausahawan mengembangkan visi yang hidup termasuk strategi untuk

berhasil. Motivasi membantu seorang wirausahawan memperoleh

pengetahuan, keterampilan dan kemampuan pada kesempatan pertama dan

memberikan dorongan serta energi untuk menetapkan tindakan yang

diperlukan.

Kondisi lingkungan seperti sistem hukum, industri, pasar modal dan

kondisi ekonomi nasional mempengaruhi wirausaha, tetapi motivasi

wirausahawan akan mengarahkan tindakan wirausaha pada kondisi

lingkungan yang berbeda. Pattigrew (1996) dalam Walton (1999)

mengemukakan bahwa motivasi wirausaha (entrepreneurial motivations)

dapat merupakan faktor penting untuk kinerja perusahaan. Motivasi awal

untuk menjalankan aktivitas wirausaha umumnya dikategorikan dalam

bentuk faktor-faktor yang "menarik" (pull) seperti menentukan peluang

usaha, keinginan untuk mengumpulkan kekayaan, atau keinginan untuk

"menjadi bos bagi diri sendiri" dan faktor-faktor yang "mendorong" (push)

seperti ketidakamanan pekerjaan (insecurity) dan kejenuhan bekerja akibat

pekerjaan yang berulang-ulang (redundancy).

Studi yang dilakukan oleh Knight, 1983 (dalam Rambat, L. dan Jero W;

1998) menyatakan bahwa wirausaha utamanya tidak termotivasi oleh

financial incentive, tetapi oleh keinginan untuk melepaskan diri dari

lingkungan yang tidak sesuai/diinginkan, di samping guna menemukan arti

baru bagi kehidupannya. Faktor motivasi yang dimaksud dapat diringkas

sebagai berikut :

58

Page 59: Bahan Ajar Kewirausahaan

1)

rusahaannya merasa bahwa kepuasan kerjanya akan

anak-anak mereka biasanya kemudian akan berusaha

endapatkan

refuge. Para ibu rumah tangga yang pada awalnya sibuk

mencoba menjalankan usaha yang

rausaha.

The foreign refuge, dimana peluang-peluang ekonomi di negara lain

yang lebih menguntungkan sering kali mendorong orang untuk

meninggalkan negaranya yang tidak stabil secara politis untuk

berwirausaha.

2) The corporate refuge, pekerja-pekerja yang tidak puas dengan

lingkungan pe

meningkat dengan memulai dan menjalankan bisnis sendiri.

3) The parental (paternal) refuge. Banyak individu yang memperoleh

pendidikan dan pengalaman dari bisnis yang dibangun oleh keluarganya

sejak ia masih

untuk mencoba bisnis lain daripada yang selama ini dikerjakan oleh

keluarganya.

4) The feminist refuge. Para wanita yang merasa telah m

perlakuan diskriminatif dibandingkan kaum laki-laki baik dalam sistim

pendidikan, lingkungan kantor/perusahaan maupun dalam masyarakat,

akan berusaha membuktikan bahwa dirinya mampu, caranya yaitu

dengan mendirikan usahanya sendiri.

5) The housewife

mengurus anak dan rumah tangganya akan mencoba membantu

suaminya dalam hal keuangan karena kebutuhan-kebutuhan anak-anak

yang makin tinggi.

6) The society refuge. Anggota masyarakat yang tidak setuju dengan

kondisi lingkungannya biasanya akan

tidak terkait dengan lingkungan yang ada.

7) The educational refuge. Banyak orang yang gagal dalam studinya atau

mereka yang tidak cocok dengan sistim pendidikan yang ada, menjadi

terpacu untuk berwi

59

Page 60: Bahan Ajar Kewirausahaan

Mitchell (1999), seorang peneliti Perilaku Organsiasi yang terkenal,

mengusulkan suatu model konsep yang menjelaskan bagaimana motivasi

mempengaruhi perilaku dan prestasi kerja. Model tersebut, seperti

diperlihatkan pada Gambar berikut.

Gambar 6.1. Model Motivasi Prestasi Kerja

Sumber : Kreitner and Kinicki, Organizational Behavior, 2000

Pada gambar di atas, mengintegrasikan berbagai elemen yang pada

intinya model itu mengidentifikasi penyebab dan konsekuensi dari

motivasi. Input individu dan konteks pekerjaan adalah dua kategori kunci

dari faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi. Konteks pekerjaan

mencakup lingkungan hati, tugas yang diselesaikan oleh seseorang,

cukupnya

sup

pendekatan organisasi terhadap pengakuan dan penghargaan,

ervisor pengawasan dan pembimbing, dan budaya organsiasi. Kedua

kategori yang menjadi faktor yang mempengaruhi satu sama lain

60

Page 61: Bahan Ajar Kewirausahaan

sebagaimana proses yang berkaitan dengan motivasi, yaitu meminta,

mengarahkan, dan menetapkan. Lebih lanjut gambar tersebut

memperlihatkan bahwa karyawan lebih cenderung termotivasi pada saat

mereka yakin bahwa prestasi kerja mereka akan diakui dan diberi

penghargaan yang setimpal.

Perilaku, secara langsung dipengaruhi oleh kemampuan dan

pengetahuan (keterampilan) individu, motivasi, dan suatu kombinasi dari

faktor yang memungkinkan dan membatasi konteks pekerjaan. Sebagai

contoh, akan sulit untuk bertahan pada suatu proyek jika seseorang bekerja

dengan bahan baku yang cacat atau perlengkapan yang rusak. Sebaliknya

perilaku yang termotivasi cenderung meningkat pada saat para manajer

me

s

untuk mencapai puncak keinginan dan maksud seorang individu untuk

mberi para karyawan bahan-bahan dan pelengkapan yang mencukupi

untuk menyelesaikan pekerjaan dan memberikan bimbingan yang efektif.

Pemberian bimbingan ini mungkin berlanjut pada penyempurnaan model

peran karyawan yang berhasil, dan membantu mereka mempertahankan

self-afficay dan self-esteem yang tinggi. Selanjutnya, prestasi dipengaruhi

oleh motivasi perilaku. Dengan demikian, terdapat empat kesimpulan

penting untuk diperhatikan dalam model tesebut: Pertama, motivasi

berbeda dengan perilaku. Motivasi melibatkan suatu proses psikologi

berperilaku dengan cara tertentu. Perilaku mencerminkan sesuatu yang

dapat kita lihat atau dengar. Hasil dari motivasi secara umum dinilai

dengan perilaku yang ditunjukkan, jumlah usaha yang dikeluarkan, atau

strategi pilihan yang digunakan untuk menyelesaikan sebuah pekerjaan

atau tugas. Usaha yang sesungguhnya atau prestasi adalah hasil motivasi

yang berkaitan dengan perilaku langsung.

61

Page 62: Bahan Ajar Kewirausahaan

Kedua, perilaku dipengaruhi oleh lebih dari sekedar motivasi. Perilaku

dipengaruhi oleh input dari individu, faktor konteks pekerjaan, dan

motivasi. Sebagai contoh, jumlah waktu yang dihabiskan untuk belajar

dalam menghadapi ujian dipengaruhi oleh motivasi individu, kemampuan

dan tujuan pribadi, serta kualitas catatan kuliah. Ketiga, perilaku berbeda

de

C.

erdaya sampai orang menemukan manfaat

ng terdapat di alam, sehingga memberinya nilai ekonomi.

Da

ubahan yang luar biasa.

ngan prestasi. Prestasi mencerminkan suatu akumulasi perilaku yang

muncul dari waktu ke waktu dalam seluruh konteks dan orang. Prestasi

juga mencerminkan suatu standar eksternal yang biasanya ditetapkan oleh

organisasi dan dinilai oleh manajer. Keempat, motivasi diperlukan tetapi

bukan merupakan satu-satunya kontributor yang mencukupi prestasi kerja.

Kesimpulan ini mengungkapkan bahwa persoalan prestasi disebabkan oleh

suatu kombinasi input individu, faktor konteks pekerjaan, motivasi, dan

perilaku motivasi yang sesuai.

Daya Inovasi

Drucker (1985) mengemukakan bahwa inovasi adalah tindakan yang

memberi sumberdaya kekuatan dan kemampuan baru untuk menciptakan

kesejahteraan. Inovasi menciptakan sumberdaya, karena tidak ada

sesuatupun yang menjadi sumb

dari sesuatu ya

lam bidang sosial dan ekonomi tidak ada sumberdaya yang lebih besar

dalam perekonomian daripada daya beli, tetapi daya beli adalah hasil

ciptaan dari wirausaha yang melakukan inovasi.

Hirsch dan Peters, (1992) berpendapat bahwa wirausahawan adalah

seorang yang inovatif. Mereka membuat perubahan melalui introduksi

teknologi, proses atau produk. Menurut Schumpeter hanya orang-orang

yang luar biasa saja yang mempunyai kemampuan menjadi wirausahawan

dan mereka mampu melakukan perubahan-per

62

Page 63: Bahan Ajar Kewirausahaan

De

(invention), pengembangan (extention),

pe

ngan demikian seorang wirausahawan juga merupakan orang yang

mampu mengembangkan teknologi baru, dimana dengan perubahan

tersebut akan membangkitkan peluang dan mengkonversi peluang tersebut

ke dalam aktivitas-aktivitas produksi. Pengertian seperti ini akan lebih

relevan untuk menggambarkan perusahaan besar. Dalam hal ini seorang

wirausahawan lebih dikenal sebagai orang yang menginisiasi perubahan-

perubahan besar. Kontribusi Joseph Schumpeter terhadap pemahaman dari

mekanisme perkembangan teknologi dan pembangunan ekonomi telah

dikenal secara luas. Di dalam tulisannya The Theory of Economc

Development. Ia menekankan peranan dari wirausahawan sebagai

penyebab utama dari pembangunan ekonomi. Ia juga menjelaskan

bagaimana wirausahawan yang inovatif menantang perusahaan-perusahaan

yang sedang jaya dengan cara memperkenalkan penemuan baru yang

membuat teknologi dan produk yang ada waktu itu menjadi ketinggalan

jaman. Pengertian wirausahawan sebagai inovator membedakannya dengan

pemilik usaha kecil yang tidak punya ambisi mengembangkan usahanya

tetapi tetap sebagai self employed.

Inovasi yang sukses adalah yang sederhana dan terfokus. Ia harus terarah

secara spesifik, jelas dan memiliki desain yang dapat diterapkan. Dalam

prosesnya, ia menciptakan pelanggan dan pasar yang baru. Kuratko dan

Hodges (1995) mengelompokkan empat jenis inovasi yang bisa

dikembangkan, yaitu ; penemuan

nggandaan (duplication), dan sintesis. Inovasi merupakan sarana seorang

wirausaha untuk mengeksploitasi perubahan ketimbang membuat

perubahan-perubahan. Berikut ini adalah beberapa hal yang menjadi

sumber inovasi (Howel dan Higgins, 1990) :

63

Page 64: Bahan Ajar Kewirausahaan

a. Kejadian yang tidak terduga.

b. Ketidakharmonisan.

c. Proses sesuai kebutuhan.

d. Perubahan pada industri dan pasar.

e. erubahan demografi.

dasar (belajar).

an kompetensi sebagai karakteristik

ubungan dengan sebab seseorang menjadi efektif

kerjaannya. Kompetensi akan membedakan orang

iasa-biasa saja. Kompetensi dapat

sifat, konsep diri, sikap atau nilai maupun

pe

bawaan atau bakat): kecenderungan atau watak umum dalam

an

P

f. Perubahan persepsi.

g. Konsep pengetahuan

D. Kompetensi Wirausaha

Hooghiemstra (1992) mendefinisik

dasar individu yang berh

dan superior dalam pe

yang berprestasi baik dengan yang b

berupa motif, bakat atau

ndirian, pengetahuan diri, atau keterampilan kognitif dalam perilaku.

Kompetensi merupakan karakteristik individu yang dapat diukur dengan

cara membedakan secara signifikan antara orang-orang yang berprestasi

baik dan yang biasa saja atau antara orang yang berkinerja efektif dan yang

tidak efektif.

Secara umum kompetensi terdiri dari elemen-elemen sebagai berikut:

a. Motif: kebutuhan yang mendasari atau pola pikir yang mengarahkan,

menggerakkan dan memilih perilaku individu misalkan kebutuhan untuk

berhasil.

b. Sifat dasar (

berperilaku atau cara merespon. Misalkan berkaitan dengan kepercaya

diri, pengendalian diri, daya tahan stres, atau ketahanan.

64

Page 65: Bahan Ajar Kewirausahaan

c. Konsep diri, sikap atau nilai yang diukur oleh uji responden yang

menanyakan apa yang mereka hargai, apa yang mereka pikirkan atau

tertarik dalam melakukan sesuatu.

d. Kekuatan pengetahuan tentang fakta-fakta atau prosedur, apakah teknis

atau interpersonal, yang diukur dengan uji responden. Kebanyakan

temuan menunjukkan bahwa pengetahuan jarang dapat membedakan

ktif).

antara kinerja yang rata-rata dan superior.

e. Kemampuan atau keterampilan kognitif dan perilaku: apakah

tersembunyi (misal alasan yang induktif atau deduktif) atau yang terlihat

(misal, kemampuan mendengarkan secara a

Kompetensi juga dapat dihubungkan dengan kinerja dalam model alur

sebab yang sederhana sebagai berikut:

Gambar 6.2. Hubungan Kompetensi Dengan Kinerja Individu

Sumber : Hooghiemstra, (1992)

Kompetensi secara umum memiliki perbedaan berdasarkan proses

pengajarannya. Personal charakteristics disini terdiri dari: Motive, Trait,

Skills. Pengetahuan dan keterampilan

me

Self concept, Knowledge dan

rupakan salah satu dari indikator kompetensi yang paling mudah

diajarkan, sedangkan sikap dan nilai-nilai merupakan indikator-indikator

yang lebih sulit untuk diajarkan. Merubah motif dan sifat mungkin dapat

dilakukan tetapi harus melalui proses yang sangat panjang, sulit dan

membutuhkan biaya yang sangat mahal. Dari sudut pandang efisiensi,

dalam proses rekruasi aturannya adalah merekrut berdasarkan karakteristik

motivasi inti dan sifat bawaan yang selanjutnya perlu dilakukan

65

Page 66: Bahan Ajar Kewirausahaan

pegembangan pengetahuan dan keterampilan. Namun kebanyakan

perusahaan melakukan sebaliknya, mereka merekrut berdasarkan gelar

pendidikannya dan berasumsi bahwa kandidat tersebut memiliki atau dapat

diindoktrinasi dengan motif dan sifat yang diperlukan. Kenyataan

menunjukkan bahwa merekrut orang yang memiliki sifat dan motif yang

sesuai dengan kebutuhan dan melatih mereka dengan pengetahuan dan

keterampilan yang diperlukan dalam pekerjaan tertentu lebih effisien jika

dibandingkan dengan merekrut orang yang berpendidikan tinggi namun

tidak memiliki sifat dan motif yang sesuai dengan pekerjaan tertentu.

Sandberg (2000) mengemukakan bahwa kompetensi adalah pengetahuan

dan keterampilan yang berkaitan dengan pekerjaan. Pendekatan definisi

kompetensi dapat dilakukan melalui 3 hal yaitu orientasi pekerja, orientasi

pe

Misalkan menetapkan proses serta

pekerjaan yang diperlukan, selanjutnya menetapkan kompetensi yang

kerjaan dan orientasi multimethode. Dalam pendekatan orientasi pekerja,

kompetensi didefinisikan sebagai atribut yang dimiliki oleh seseorang atau

pekerja, yang ditunjukkan oleh pengetahuan, keterampilan dan kemampuan

(KSAs) dan sifat bawaan individu yang diperlukan untuk dapat

melaksanakan tugasnya dengan baik. Dalam pendekatan orientasi kerja,

kompetensi juga disebutkan sebagai atribut kemampuan spesifik yang

dibutuhkan seseorang dan dijabarkan dalam langkah-langkah pekerjaan

untuk menyelesaikan tugas tertentu.

Pendekatan multimethode lebih bersifat komprehensif karena berusaha

menghindari kritikan yang muncul dari dua pendekatan lain, yakni dengan

memadukan kedua metode tersebut.

dibutuhkan untuk masing-masing langkah tersebut. Jadi dapat

dikemukakan bahwa kompetensi adalah kumpulan atribut-atribut spesifik

yang dimiliki dan digunakan oleh seseorang untuk dapat menyelesaikan

66

Page 67: Bahan Ajar Kewirausahaan

tugas. Mereka yang dapat menyelesaikan tugas lebih baik daripada yang

lain berarti orang tersebut lebih kompeten daripada lainnya.

Baum et al. (2001) mengemukakan bahwa kompetensi wirausaha hampir

sama dengan kompetensi seorang manajer tetapi ditambahkan 2

keterampilan yaitu peluang dan manajemen diri. Menurut Baum paling

tid

kompetensi yang

pok, misalnya dalam konteks kerjasama dan

m

ak terdapat beberapa kompetensi wirausaha yang sangat diperlukan yaitu

pengetahuan, kemampuan kognitif, self management, administrasi,

sumberdaya manusia, keterampilan, pengambilan keputusan,

kepemimpinan, pengenalan peluang dan pengembangan peluang;

sedangkan human relation dan administrasi dapat digabungkan dalam

kepemimpinan, sementara kemampuan peluang dapat dimasukkan dalam

keterampilan memanfaatkan peluang (opportunity skills).

Man et al. (2000) mengemukakan bahwa secara umum terdapat enam

area kompetensi wirausaha yang dapat dikenali yakni:

1. Opportunity competencies (Kemampuan peluang) yaitu

berhubungan dengan mengenali dan mengembangkan peluang pasar

melalui berbagai cara.

2. Relationship competencies (Kemampuan hubungan) yaitu kompetensi

yang berhubungan dengan kemampuan interaksi orang per orang atau

individu dengan kelom

kepercayaan, penggunaan hubungan dan koneksi, kemampuan

bernegosiasi, keterampilan berkomunikasi dan hubungan antar pribadi

3. Conceptual competencies (Kemampuan konseptual) yaitu kompetensi

yang berhubungan dengan kemampuan konseptual yang mana

dicerminkan di dalam perilaku usahawan, misalkan keterampilan dala

mengambil keputusan, pemahaman dan penyerapan informasi yang

kompleks, serta daya inovasi yang tinggi.

67

Page 68: Bahan Ajar Kewirausahaan

4. Organizing competencies (Kemampuan pengorganisasian) yaitu

kompensasi yang berhubungan dengan pengorganisasian sumberdaya

internal dan eksternal seperti SDM, keuangan, teknologi termasuk di

egi perusahaan

kembang.

wi

terdahulu), proses (perilaku atau tugas yang

me

dalamnya membangun tim kerja, memimpin pekerja, pelatihan dan

pengendalian.

5. Strategic competencies (Kemampuan stratejik) yaitu kompetensi atau

kemampuan yang berhubungan dengan penetapan, evaluasi dan

penerapan strat

6. Commitment competencies (Kemampuan komitmen) yaitu kompetensi

atau kemampuan yang menggerakkan seorang wirausahawan untuk

menjadikan usahanya lebih ber

Lebih lanjut Man et al., (1999) mengemukakan bahwa kompetensi juga

dapat di ukur berdasarkan seberapa besar individu tersebut mampu dalam

pencapaian tujuan. Boyatzis (1982) mengemukakan bahwa kemampuan

rausaha berhubungan erat dengan managerial competencies. Kompetensi

wirausaha sangat diperlukan oleh seorang wirausahawan dalam berupaya

pengembangan usahanya.

Pendekatan kompetensi menjadi suatu alat yang populer untuk

mempelajari krakteristik wirausahawan. Kemampuan dapat dipelajari dari

masukannya (kemampuan

ndorong ke arah kemampuan), atau hasil (menuju keberhasilan standar

kemampuan atau wewenang dalam area fungsional). Penekanan proses

atau pendekatan perilaku mempelajari sifat wirausaha dengan dimensi

proses dari kondisi daya saing. Pendekatan ini semata-mata berasumsi

bahwa kemampuan belum tentu membuat seorang wirausahawan

berkompeten, melainkan kemampuan hanya dapat dipertunjukkan oleh

tindakan dan perilaku orang tersebut (Gartner dan Starr, 1995).

68

Page 69: Bahan Ajar Kewirausahaan

6. EV

1)

2) l motivasi

apai kinerja yang tinggi?

tesi yang harus dikenali oleh setiap

ALUASI

Jelaskan pengertian motivasi, daya inovasi dan kompentensi wirausaha?

Jelaskan beberapa factor motivasi dalam wirausaha dan mode

untuk menc

3) Uraikan beberapa kiat yang dapat menumbuhkan daya inovasi wirausaha?

4) Jelaskan hubungan kompetensi dengan kinerja individu?

5) Uraikan atas enam demensi kompen

wirausaha?

69

Page 70: Bahan Ajar Kewirausahaan

1. TUJUAN UMUM

Diharapkan mahasiswa dapat menilai peluang usaha/bisnis serta

mempraktekannya dalam kehidupan sehari-hari.

pkan dapat mengidentifikasi, bidang dan macam

iharapkan dapat menyusun kelayakan usaha

idak sesulit yang

menilai peluang dan

uang tersebut merupakan modal dasar untuk melaksanakan

aktivitas wirausaha. Peluang usaha diartikan sebagai kesempatan usaha.

5.

paknya sudah

at luas. Namun karena kurangnya informasi,

erasa masih belum jelas tentang aspek-aspek apa saja yang

melingkupi dunia wiraswasta. Sebagian orang beranggapan bahwa

2. TUJUAN KHUSUS

a. Mahasiswa diharapkan dapat menjelaskan pengertian dan lingkup peluang

bisnis/usaha

b. Mahasiswa dihara

peluang usaha

c. Mahasiswa d

3. KATA KUNCI: Menilai Peluang, Kelayakan Usaha

4. RANGKUMAN

Menjadi wirausaha yang handal tidaklah muda, namum t

dibayakan banyak orang. Kemampuan seseorang untuk

memanfaatkan pel

Kesadaran akan suatu kesempatan adalah titik awal yang sebenarnya untuk

melihat peluang usaha. Hal ini meliputi suatu pandangan pendahuluan

terhadap kemungkinan adanya peluang-peluang di hari depan.

URAIAN PEMBELAJARAN

A. Pendahuluan

Dewasa ini, dunia kewirausahaan (kewiraswastaan) tam

mulai diminati oleh masyarak

banyak orang m

70

Page 71: Bahan Ajar Kewirausahaan

ke

rta menyusun kelayakan usaha

B. Pe

seorang yang

gang, penemu yang kreatif,

se

evaluasi peluang-peluang usaha dengan mengelola

su

wiraswastaan adalah dunianya kaum pengusaha besar dan mapan. Oleh

karena itu kewiraswastaan sering dianggap sebagai wacana tentang

bagaimana menjadi kaya.

Semakin sering seseorang berusaha berwiraswasta maka intuisi dalam

membaca peluang semakin tajam. Pokok bahasan ini di uraikan tentang

pengertian dan lingkup peluang bisnis/usaha; identifikasi, bidang dan

macam peluang usaha; se

ngertian Dan Lingkup Peluang Usaha

Kirzner (1999) menyatakan bahwa wirausahawan adalah sebagai orang

yang 'waspada' pada peluang yang menguntungkan dalam mekanisme

pasar. Dengan demikian, seorang wirausahawan adalah

mengambil keuntungan dari peluang da

seorang yang melakukan transaksi pada peluang yang muncul dari suatu

teknologi baru. Dengan mengetahui peluang dagang, seorang

wirausahawan akan dapat memetik keuntungan dengan bertindak sebagai

pemula yang memfasilitasi perdagangan. Hal ini bisa terjadi karena adanya

ketidaksempurnaan pengetahuan ataupun informasi dari mereka yang

melakukan transaksi.

Berdasarkan pendapat Kirzner tersebut di atas dapat dikemukakan

bahwa peranan informasi di pasar merupakan faktor yang sangat penting

dalam wirausaha. Kewirausahaan adalah kemampuan diri seseorang dalam

menentukan dan meng

mber-sumber daya yang ada. Oleh karena itu kewirausahaan melekat

pada diri manusia, sementara keberadaan manusia di dunia ini merupakan

mahluk utama dan titik sentral berkembangnya peradaban masyarakat.

71

Page 72: Bahan Ajar Kewirausahaan

1. Pengertian Peluang Usaha

Eckhardt dan Shane (2002) mendefinisikan peluang sebagai situasi

imana barang, jasa, bahan baku, pasar dan metode organisasi baru

pat diperkenalkan melalui pembentukan cara (means) baru, pelanggan

means dan ends. Dalam hal ini keputusan

wi

si secara maksimal juga

ak

rubahan yang berasal dari penemuan

oduksi baru, dan berasal dari cara mengorganisasi.

d

da

(ends), atau hubungan antara

rausaha meliputi kreasi atau identifikasi daripada means dan ends baru

yang sebelumnya tidak terdeteksi oleh pelaku pasar. Dalam proses

eksploitasi peluang, seseorang mencari sumberdaya dan melibatkannya

dalam aktivitas yang dapat memberikan informasi guna meningkatkan

kepedulian bersama di antara pelaku pasar tentang karakteristik

informasi peluang yang dapat mendorong ataupun menekan seseorang

dalam menindaklanjuti peluang usaha yang ada.

Peluang usaha mempunyai siklus karena dipengaruhi oleh faktor

internal dan eksternalnya. Dalam lingkungan kondisi yang tidak

seimbang sering muncul peluang baru yang menenggelamkan peluang

yang lama. Peluang usaha yang telah dieksploita

an menenggelamkan peluang tersebut. Waktu siklus peluang usaha

tersebut tergantung pada pembatasan mekanisme peniruan, serta

mekanisme penyebaran informasi.

Eckhardt dan Shane (2002) juga mengidentifikasi tipe-tipe peluang, di

antaranya yaitu:

1. Berdasarkan asal perubahannya, seperti perubahan yang berasal dari

kreasi produk atau jasa baru, pe

daerah pasar baru, berasal dari penemuan bahan baku baru, berasal

dari metode pr

2. Berdasarkan sumber peluang seperti: peluang yang berasal dari

informasi yang asimetrik, peluang yang berasal dari gap antara

72

Page 73: Bahan Ajar Kewirausahaan

pasokan dan permintaan, peluang yang berasal dari perbedaan tingkat

produktivitas, dan peluang yang berasal dari identifikasi katalisator

tentang dimana kita berdiri maka perlu menyadari adanya suatu

ahan-kelemahan kita

nya peluang usaha mencakup aspek-aspek yang sangat

ena itu tidak ada alasan tertutupnya

aja mampu mencermati perubahan-perubahan

ang terjadi pada masyarakat. Dengan

demikian dapat disimpulkan bahwa ada 3 (tiga) faktor utama yang

2. sifat luas namun dapat disederhanakan

andang sebagai berikut:

perubahan yang menghasilkan peluang usaha.

Peluang usaha diartikan sebagai kesempatan usaha. Kesadaran akan

suatu kesempatan adalah titik awal yang sebenarnya untuk melihat

peluang usaha. Hal ini meliputi suatu pandangan pendahuluan terhadap

kemungkinan adanya peluang-peluang di hari depan. Suatu pengetahuan

peluang usaha yang dapat ditinjau dari berbagai aspek yang terdiri dari :

Pasar

Persaingan

Keinginan konsumen/pelanggan

Kekuatan-kekuatan kita

Kelem

Dengan ada

luas dan bersifat selalu terbuka kar

kesempatan berusaha asal s

atau pergeseran peradaban y

merupakan variabel dasar dalam upaya identifikasi peluang usaha yaitu:

a. Faktor kebutuhan masyarakat

b. Faktor dinamika perkembangan masyarakat

c. Faktor keberadaan dunia usaha dalam memenuhi kebutuhan.

Lingkup Peluang Usaha

Kendatipun peluang usaha ber

dengan mengklasifikasikan dari berbagai sudut p

73

Page 74: Bahan Ajar Kewirausahaan

a. Berdasarkan lama-barunya peluang usaha.

. Peluang usaha akan terbuka dan menjadi peluang usaha baru

ru.

2.

an.

n awal, peluang usaha timbul karena

1.

klasifikasi di atas, kemudian

ditentukan oleh

.

an penggunaan

pengkoordinasian

Dari segi lama barunya peluang usaha dapat dijumpai 3 (tiga)

kemungkinan peluang usaha yang terbuka, yaitu :

1

khususnya dilakukan pada daerah-daerah ba

Peluang usaha baru yang disempurnakan/dikembangkan dari

usaha yang sudah ada/lama.

3. Peluang usaha baru sama sekali, dimana peluang usaha ini

sebelumnya belum ada tetapi kemudian diciptak

b. Berdasarkan Hiraki Kebutuhan Manusia

Seperti disajikan pada bagia

adanya kebutuhan manusia. Dalam kaitan itu peluang usaha

berdasarkan hierarki kebutuhan Maslow dapat dikelompokan ke

dalam pembagian sebagai berikut :

Peluang usaha untuk pemenuhan kebutuhan primer

2. Peluang usaha untuk pemenuhan kebutuhan sekunder

3. Peluang usaha untuk pemenuhan kebutuhan tertier.

Lingkup peluang usaha dengan

mempunyai demensi kuantitatif dan kualitatif yang

faktor pendidikan, pendapatan, dan status sosial masyarakat

Karena dalam bahasa sehari-hari sering terjadi kerancu

istilah wirausahawan (entrepreneur), pemilik usaha mandiri (self-

employed) dan pelaku usaha (businessman). Oleh karena itu perlu

dibedakan konseptualisasi wirausaha sebagai berikut:

(1) Antara konsep wirausaha (entrepreneurial) dan manajerial

(managerial) di dalam pengertian pengorganisasian dan

74

Page 75: Bahan Ajar Kewirausahaan

(2) Antara pemilik usaha (business-owner) atau usaha mandiri (self-

employed), dan pekerja (employee).

Berdasarkan dikotomi ganda dari self-employed lawan employee dan

entrepreneurial lawan managerial; akan dihasilkan tiga tipe yang dapat

membedakan dengan wirausaha. Ketiga tipe ini tergolong ke dalam

Schumpeterian entrepreneurs, yaitu wirausahawan dan pelaku usaha

manajerial yang merupakan wirausaha di dalam pengertian formal semata.

Hal ini diilustrasikan di dalam Tabel berikut ini.

Tabel 7.1. Tipologi Wirausaha

Tipologi Self-employed Employees Entrepreneurial Schumpeterian entrepreneurs Intrapreneurs Managerial Managerial business owners Executive

Sumber : Carree and Thurik (2002),

C. Identifikasi, Bidang Dan Macam Peluang Usaha

Ard t al. (2003) mengemukakan bahwa identifikasi dan

pemilihan peluang yang tepat untuk usaha baru merupakan kemampuan

yang sangat penting bagi keberhasilan wirausahawan. Wirausahawan

iptakan dan menyajikan nilai tambah

an ditemukan begitu

sa

ichvili e

mengidentifikasi peluang usaha, menc

bagi stakeholders. Peluang tersebut harus dibuat buk

ja, dan pengembangan peluang usaha memerlukan kerja kreatif dari

seorang wirausahawan. Peluang usaha tidak akan menjadi usaha yang

berhasil apabila tidak dikembangkan lebih lanjut.

Proses identifikasi dan pengembangan peluang itu sendiri merupakan

siklus yang terus berkembang. Ardichvili et al. (2000) lebih lanjut

menyatakan bahwa proses identifikasi dan pengembangan peluang usaha

dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti: kewaspadaan yang dimiliki

75

Page 76: Bahan Ajar Kewirausahaan

se

Subyek Pemakai

orang wirausahawan, informasi dan pengetahuan yang dimiliki, jaringan

sosial, sifat individu dan tipe-tipe peluang itu sendiri.

Untuk lebih memudahkan dalam memahami identifikasi peluang usaha

maka dengan pendekatan subyek/pelaku bisnis di masyarakat. Skema

berikut ini dapat dipakai sebagai acuan, yaitu :

Gambar 7.1. Identifikasi Peluang Usaha Pendekatan

Prespektif peluang usaha yang sangat terbuka dan sangat luas, begitu

banyak ragam peluang usaha, juga memudahkn identifikasi peluang

usaha tersebut yang pada umumnya diklasifikasikan berdasarkan sektor-

sektor jenis kegiatan usaha yaitu :

76

Page 77: Bahan Ajar Kewirausahaan

1.

perusahaan yang kegiatan utamanya

abrikasi) yaitu perusahaan yang mengolah

layakan usaha adalah untuk menghindari ketelanjuran

ata

layakan Usaha :

Perusahaan Jasa yaitu perusahaan yang kegiatan utamanya memberikan

jasa pelayanan kepada pihak lain, sebagai imbalannya perusahaan

memperoleh penghasilan.

2. perusahaan Perdagangan yaitu

jual-beli barang dagang. Keuntungan yang diperoleh merupakan

kelebihan harga jual di atas harga beli

3. Perusahaan Manufaktur (P

bahan mentah menjadi produk setengan jadi atau barang jadi,

kelebihan harg jual barang produksi di atas harga pokok produksinya

merupakan keuntungan perusahaan.

D. Kelayakan Usaha

Kelayakan usaha adalah sebagai suatu hasil analisis yang dilakukan

secara cermat tentang dapat tidaknya (layak, tidak layaknya) suatu usaha

dilakukan yang berdaya guna dan berhasil guna dimasa yang akan datang.

Tujuan dilakukan ke

u terjadinya penanaman modal yang terlalu besar untuk kegiatan

yang ternyata tidak memberikan keuntungan.

1. Tahapan-tahapan yang dilakukan dalam desain kelayakan usaha :

Identifikasi kesempatan usaha dan tujuan usaha

Aspek-aspek kelayakan usaha

Alat dan kerangka analisis

Data dan sumber data

Kriteria penilaian

2. Aspek-aspek Penilaian Dalam Ke

a. Aspek Pasar, meliputi: Permintaan Pemasaran Harga

77

Page 78: Bahan Ajar Kewirausahaan

Analisis aspek pasar yaitu: peramalan permintaan, SWOT, Market

meliputi: roduksi yang optimal

Perlengkapan lokasi

teknis dapat dilakukan dengan analisis

rnatif, metode transportasi (pemilihan

e skoring/pemberian bobot.

ri dari:

BEP, dll

: al pelaksanaannya

Analisa jabatan & analisa TK

e. Aspek Ekonomi, Amndal, Budaya dan Sosial

ulkan oleh proyek tersebut. Contoh : kan lingkungan (polusi), dan adat istiadat.

6. E

pelua

2) Dalam menilai peluang usaha dapat ditinjau dari berbagai sudut pandang.

ng lingkup dalam menilai peluang usaha?

Share, dll

b. Aspek Teknik, Skala p Proses produksi

Pemilikan Alat analisis aspek

perbandingan biaya setiap alte

lokasi) dan metod

c. Aspek Finasial, terdi ROI Alat analisis yang digunakan dalam aspek finansial adalah kriteria

investasi seperti : PP, NPV, ARR, IRR, BCR,

d. Aspek Manajemen, meliputi Jadw Bentuk organisasinya

Dampak-dampak yang dina sa

timbiknya pendapatan, keru

VALUASI

1) Jelaskan pengertian peluang usaha? Berikan contoh rill dalam menilai

ng usaha!

Uraikan rua

3) Uraikan dengan jelas identifikasi menilai peluang usaha dari sudut pandang

pemakai?

4) Berikan salah satu contoh dalam membuat studi kelayakan dalam menilai

peluang usaha?

78

Page 79: Bahan Ajar Kewirausahaan

1. TUJUAN UMUM

Diharapkan mahasiswa dapat menyusun kasus studi kelayakan usaha,

mereview artikel dan jurnal.

2. TUJUAN KHUSUS

pkan dapat menyusun studi kelakan usaha

at mereview jurnal nasional dan internasional

toh Kasus, Rewiew Artikel & Jurnal

a. Mahasiswa dihara

b. Mahasiswa diharapkan dapat mereview artikel nasional dan internasional

c. Mahasiswa diharapkan dap

3. KATA KUNCI: Con

4. MATERI PEMBELAJARAN

Contoh Kasus: STUDI KELAYAKAN USAHA POTENSI BUDIDAYA

TERNAK ITIK DI KECAMATAN KONDA

A. Ringkasan Hasil Survei Tahun 2007

tujuan untuk mengetahui potensi budidaya ternak yang digunakan dalam

mengembangkan hasil produksi telur. Hasil survei menunjukkan bahwa

peternak di Kecamatan Konda relatif

kecil karena pengelolaannya masih bersifat tradisional dengan skala usaha

Survei yang dilaksanakan di Kecamatan Konda Kabupaten Kendari dengan

potensi ternak itik yang dikembangkan

kecil dimana populasi ternak yang dikembangkan oleh 20 orang responden

adalah 285 ekor yang terdiri dari itik bali, itik khaki, itik albio dan itik lokal.

Hasil produksi dan produktivitas yang dihasilkan oleh peternak itik di

Kecamatan Konda belum optimal yaitu 43 butir telur per tahun dibanding

produktivitas itik yang diusahakan dengan teknik budidaya berkisar antara

150–250 butir telur per tahun sehingga pendapatan yang diperoleh per bulan

79

Page 80: Bahan Ajar Kewirausahaan

rat

n masalah yang dihadapi adalah :

”B

B.

t pada tabel berikut : ak di Kecamatan Konda

Awal Tahun Akhir Tahun

a-rata sebesar Rp 156.500,-. Faktor penyebabnya adalah penguasaan

teknik budidaya ternak itik yang minim dan kekurangan modal. Oleh karena

itu strategi dan program yang harus dilaksanakan oleh pemerintah dalam

meningkatkan produksi dan produktivitas ternak itik adalah pelatihan

tentang ternak itik dan bantuan modal.

Sistim usahatani ternak dengan mengoptimalkan teknik budidaya ternak

itik dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan peternak tetapi apabila

dikelola secara tradisional dan dalam skala usaha kecil maka pengelolaan

usaha kurang efisien. Dengan demikia

agaimana potensi dan teknik budidaya yang digunakan oleh peternak itik

serta kendala-kendala apa yang dihadapi”.

Populasi, Produksi dan Produktivitas

Ternak itik yang dikembangkan di Kecamatan Konda adalah itik tipe

pedaging, tipe petelur dan tipe dwiguna. Kondisi populasi produksi dan

produktivitas ternak tahun 2007 dapat dilihaTabel 7.2. Produksi dan Produktivitas Tern

K Produksi elurahan/ Desa Jantan

(ekor) Betina (ekor)

Jumlah (ekor)

Jantan (ekor)

Betina (ekor)

Jumlah (ekor)

Telur (butir)

Produktivitas(butir)

Konda

Pouso Jaya

4

2

14

14

18

19

6

9

44

69

50

78

2.071

2.813

47 Masagena

Moreme

4

4

17

13

21

17

10

11

66

39

76

50

2.790

1.673

42 42 43 42 Cialam Jaya 3 13 16 7 24 31 1.006

Jumlah 20 91 43 85 71 242 2 1 0.353 43 Sum Hasi ei 2

abel 1 i ata enu kka ahw erna ang hakan oleh

petani pada akhir tahun 2007 mengalami peningkatan dibanding populasi

pada awal tahun 2007. Populasi ternak itik pada awal tahun 91 ekor terdiri

%) dan 71 ekor betina (78%). Sedangkan

pa

ber : l Surv Tahun 007

Pada T d s m nju n b a t k y diusa

dari 20 ekor itik jantan atau (22

da akhir tahun populasi ternak meningkat menjadi 285 ekor (214%) terdiri

dari 43 ekor jantan (15%) dan 242 ekor betina (85%). Secara rata-rata rasio

80

Page 81: Bahan Ajar Kewirausahaan

ternak itik jantan dan betina 1 : 6 dan jangka waktu bertelur rata-rata

diantara 2,5 – 3,5 bulan dalam setahun.

Jumlah produksi yang dihasilkan lebih rendah dibanding hasil produksi

ternak itik yang dibudidayakan yaitu produksi daging 146 ekor dan telur

10.353 butir dan produktivitas telur rata-rata perekor 43 butir dalam

setahun. Produktivitas ternak itik dikelola dengan teknik budidaya itik Bali

15

C.

20 responden menunjukkan 20% memperoleh

ind

0 butir dan itik Khaki 250 butir pertahun. Faktor penyebab rendahnya

produktivitas ternak itik yang dihasilkan oleh peternak di Kecamatan Konda

adalah penguasaan teknologi budidaya ternak masih minim terutama cara

memilih induk, pemeliharaan, pemberian pakan, pemberantasan hama dan

penyakit serta kekurangan modal kerja untuk membiyayi kegiatan usahanya.

Teknologi Budidaya Itik

Produksi telur maupun daging yang dihasilkan sangat dipengaruhi oleh

kualitas induk dan bibit ternak yang diusahakan. Induk/bibit ternak yang

dikembangkan adalah 285 ekor terdiri dari itik Bali, itik Khaki, itik Alabio

dan binit itik lokal. Dari

uk/bibit dengan cara tetas telur, 10% dari bantuan pemerintah dan 70% di

beli. Kemudian pakan merupakan kebutuhan penting yang menentukan hasil

produksi. Pemberian pakan yang dilakukan peternak belum optimal yaitu

2x sehari dengan komposisi tidak teratur. Menurut petunjuk komposisi pakan

ternak 40% jagung, 40% dedak halus dan 20% kosentrat. Jenis pakan yang

diberikan adalah dedak padi, umbi cincang, ampas kelapa, nasi dan jagung

sedangkan kosentrat tidak diberikan akibatnya produksi telur belum optimal.

Sistim pemeliharaan ternak yang dilakukan di Kecamatan Konda adalah

sistem gembala dan perkandangan. Artinya pada siang hari itik dilepas untuk

mengembala mencari makanan. Dan pada malam hari dimasukan ke dalam

kadang untuk menghindari dan melindungi ternak dari gangguan binatang,

81

Page 82: Bahan Ajar Kewirausahaan

pe

nya tidak melakukan dan 10% melakukan

pe

D.

karena itu bantuan

kredit lunak dengan tingkat bunga rendah diharapkan para

pe

E.

si yaitu 2,5 bulan 45%, 3,0 bulan 40%

15% sedangkan menurut teknik budidaya lama bertelur

be

mangsa, pencuri, tempat ternak beristrahat/tidur, tempat berkembang biak

dan memudahkan kontrol.

Kelemahan sistim gembala adalah produksi telur rendah dibanding sistim

lanting dan sistim terkurung. Salah satu tantangan yang dihadapi oleh

peternak itik di Kecamatan Konda adalah penyakit itik. Dari 20 orang

responden 90% diantara

ngendalian penyakit. Jenis penyakit yang menyerang ternak adalah

penyakit lumpuh. Cara pengobatan yang dilakukan adalah 20% menggunakan

minyak gosok pada kaki dan 80% menyatakan tidak tahu.

Modal Usaha

Modal yang digunakan oleh peternak dalam mengembangkan usahanya

adalah modal sendiri. Dari 20 responden yang diteliti 90% menyatakan

bahwa kekurangan modal dan 10% modalnya cukup. Oleh

modal berupa

ternak itik di Kececamatan Konda.

Hasil Panen

Produsi telur itik yang dipanen di Kecamatan Konda tahun 2004 sebanyak

10.353 butir. Dari 20 responden yang diteliti menyatakan bahwa lama

bertelur dalam 1 (satu) tahun bervaria

dan 3,5 bulan

rkisar antara 3,5 bulan sampai 4 bulan. Hal ini merupakan salah satu

faktor penyebab rendahnya produktivitas ternak di Kecamatan Konda. Cara

memanen setiap pagi para peternak mengambil telur itik dikandang dan di

bawah kolom rumah atau di halaman dengan mengunakan keranjang atau

sejenisnya untuk menyimpan telur itik. Hal ini menunjukkan pemeliharaan

ternak itik yang dilakukan oleh peternak belum optimal.

82

Page 83: Bahan Ajar Kewirausahaan

F.

:

a pemasaran hasil produksi ternak itik.

adalah peternak menjual telur dan daging itik langsung

men. H elu antara Rp 750-Rp 950 per

kan daging berkisar Rp 15.000 – Rp 25.000 per ekor.

ar antara

l kerja, penguasaan teknik budidaya

pemilihan induk/bibit, pemberian

pakan, pemeliharaan dan perkandangan, pengendalian hama dan penyakit,

Pemasaran Hasil Produksi

Pemasaran hasil produksi ternak itik baik telur maupun daging di

Kecamatan Konda melalui 2 jalur seperti gambar berikut

Gambar 7.2. Jalur tata niag

(1)

(2)

PETERNAK KONSUMEN

Keterangan :

1. Jalur pertama

kepada konsu arga yang t r berkisar

butir sedang

2. Jalur kedua adalah peternak menjual telur dan daging kepada pedagang

pengecer dan pedangan pengecer menjual kepada konsumen. Harga telur

berkisar antara Rp 500-Rp 750 per biji sedangkan daging berkis

Rp10.000-Rp 20.000 per ekor.

G. Kendala-Kendala dan Penyelesaiannya

Kendala-kendala yang dihadapi oleh peternak itik dalam mengembangkan

usahanya adalah kekurangan moda

ternak itik yang minim yaitu mulai dari

pemanenan, harga berfluktuasi. Dengan demikian pelatihan teknik budidaya

ternak itik menjadi prioritas utama disamping pemberdayaan PPL dan

bantuan modal kerja berupa kredit lunak dengan tingkat bunga yang rendah.

RPENGECE

83

Page 84: Bahan Ajar Kewirausahaan

H. Analisa Usaha Ternak Itik

Tabel 7.3. Analisis Usaha Ternak Itik PEMASUKAN :

n

…………

Jumlah Hasil

PENGELURAN :

• Penjulan telur selama 2 tahu

(2 x 35 x 26 x 3,5 x 950) ……………………

• Penjulan itik 50 x Rp 20.000 …………………………

Penjulan ……………………………………

x 720 x 0,15 x 300…Rp 1.296.000

+

• Pembelian itik induk 40 x 20.000 …..Rp 800.000

• Biaya pakan 40

• Penyusutan Kandang ……………..…..Rp 200.000

• Biaya Pemeliharaan ………………... Rp 1.000.000

Jumlah

Rp 6.051.500

Rp 1.000.000 +

Rp 7.051.500

(Rp3.296.000) -Jumlah Pengeluran ………………………………………

Pendapatan ………………………………………………..

Rp 3.755.500

S

apatan h

peternak itik setip bulan rata-rata Rp 3.755.500 : 24 = Rp 156.500.

I. Ke

isional

cil. Populasi ternak yang dikembangkan oleh 20

elum optimal yaitu 10.353 butir telur pertahun

umber : Hasil Proyeksi Dari tabel tersebut di atas, menunjukkan pend yang diperole

simpulan Dari Kasus

1. Usahatani ternak itik di Kecamatan Konda masih bersifat trad

dengan skala usaha ke

orang responden yang diteliti adalah 285 ekor terdiri dari jantan 43 ekor

dan betina 242 ekor. Jenis itik tersebut adalah itik Bali, itik Khaki, itik

Alabio dan itik lokal.

2. Produksi dan produktivitas yang dihasilkan oleh ternak itik di

Kecamatan Konda b

dengan produktivitas rata-rata 43 butir per ekor pertahun dibanding

produktivitas itik yang diusahakan dengan teknik budidaya berkisar

antara 150 – 250 butir pertahun per ekor.

84

Page 85: Bahan Ajar Kewirausahaan

3. Faktor yang menyebabkan produktivitas ternak itik rendah adalah

kekurangan modal, penguasaan teknik budidaya ternak itik minim

usahawan dan kepemimpinan dimasa datang, sehingga perlu

dil

terutama pemilihan induk/bibit, pemberian pakan, pemeliharan dan

perkandangan, pengendalian hama dan penyakit dan teknologi pemanenan.

J. Rekomendasi

Dalam upaya meningkatkan produksi dan produktivitas ternak itik,

diperlukan wira

akukan langkah-langkah strategis dan program sebagai berikut :

1. Pelatihan tentang teknik budidaya ternak itik dan kewirausahaan.

2. PPL peternakan diberdayakan.

85

Page 86: Bahan Ajar Kewirausahaan

Contoh Review Artikel :

MANAJER-MANAJER INTEGRASI : PEMIMPIN KHUSUS PADA WAKTU-WAKTU KHUSUS

By.Ronald N. Ashkenas dan Suzanne C. Francis, Des 2006

A. Abstract Tidaklah mudah untuk melintasi wilayah berbatu yang harus diseberangi dua organisasi yang harus bersatu. Inilah mengapa perusahaan-perusahaan yang cerdik akan menunjuk seorang manajer yang baru dan berjenis unik.

B. Pendahuluan ⌦ Pertimbangan Irony : Kurang dari separuh keseluruhan Merjer dan

Akuisisi (M&A) telah mencapai tujuan-tujuan strategik dan finansial yang diinginkan, namun perusahaan mengeluarkan lebih banyak untuk M&A selama tahun lalu dari yang sebelumnya. Menurut para bankir investasi J.P. Morgan, perusahaan-perusahaan di seluruh dunia mengeluarkan 3,3 trilyun dolar untuk M&A di tahun 1999, tepatnya 32% lebih banyak dibanding tahun 1998. Pada dasarnya, bahwa rata-rata perusahaan yang gagal mendapatkan nilai yang mereka harapkan dari investasi yang bernilai 1,6 trilyun dolar. Tentu saja merupakan suatu irony yang mahal.

⌦ Lebih ironis lagi : meskipun integrasi diantara perusahaan yang dibeli dengan organisasi induk adalah suatu proses yang sulit dan rumit, secara tradisional tidak pernah ada seorang pun yang bertanggungjawab untuk proses tersebut.

⌦ Untuk mengatasi kesenjangan dalam akuntabilitas tersebut, beberapa perusahaan yang telah memahami dapat menunjuk seorang pemandu yaitu manajer integrasi untuk membimbing semua orang melintasi wilayah berbatu dan seringkali tidak terpetakan yang harus diseberangi kedua organisasi tersebut sebelum mereka dapat berfungsi sebagai satu kesatuan.

⌦ Ditemukan bahwa manajer-manajer integrasi membantu proses M&A dalam empat cara pokok :

Melakukkan upaya percepatan, Membuat sebuah struktur, Membentuk hubungan-hubungan sosial diantara kedua organisasi, Membantu merancang kesuksesan-kesuksesan jangka-pendek yang memproduksi hasil-hasil bisnis.

⌦ Untuk menunjukkan bagaimana mereka bekerja, kami akan menyampaikan kira-kira lima cara akuisisi dan peranan yang dimainkan manajer-manajer integrasi dalam masing-masing akuisisi. Selanjutnya kami akan melihat siapa yang tepat seharusnya melakukan pekerjaan tersebut :

86

Page 87: Bahan Ajar Kewirausahaan

C. Suatu Pekerjaan Yang Menunggu Untuk Dijelaskan Sebagaimana kepala J&J’s Quality Institute & veteran 18 tahun dari perusahaan itu, Quinn memiliki pemahaman kuat atas proses-proses bisnis J&J’s dan bagaimana meningkat kan proses-proses tersebut. Tetapi apa yang diperlukan dalam kasus yang sekarang? Siapa yang akan membelinya ? Apa arti sebenarnya dari integrasi dalam kasus ini? Bagaimana Quinn dapat masuk ke dalamnya ? Dalam banyak hal, peranan dari manajer integrasi adalah lebih mirip dengan pekerjaan kewirausahaan di suatu perusahaan pemula dibanding suatu posisi dalam suatu organi sasi yang sudah mapan. Seperti perusahaan pemula, suatu akuisisi dimulai dengan suatu strategi dan rencana finansial yang mengandung gagasan cemerlang atas bagaimana jadinya suatu organisasi baru di masa mendatang. Ketika integrasi berlangsung, pemikiran awal dari Quinn ini pun terkonfirmasikan. Tetapi timbul dua peranan lain yang tidak diantisipasikannya. Kejutan pertama adalah bahwa Quinn ternyata menjadi pemicu emosi bagi banyak orang. Kejutan kedua bahwa mendapat akses kepada ketua operasi grup J&J’s merupakan jalan dua arah. Semua manajer integrasi yang kami wawancarai mendapat pengalaman-pengalaman yang mirip dengan Bill Quinn yaitu mereka memulai penugasan-penugasan mereka dengan suatu deskripsi pekerjaan yang kasar dan tidak jelas, yang mereka isi sendiri dengan berlalunya waktu.

D. Hidup di Jalur Cepat Ada dua periode kritis dalam masa berlangsungnya dari sebagian besar

akuisisi yaitu : Pertama adalah waktu diantara pengumuman transaksi dan penutupannya. Kedua adalah 100 hari pertama setelah penutupan. Salah satu peranan terpenting manajer integrasi adalah menggerakkan orang secepat mungkin melalui dua batas waktu ini.

E. Membuat Kekacauan Menjadi Teratur Menempatkan bersama dua perusahaan membutuhkan pemutusan dan penyambungan hubungan untuk ratusan proses dan prosedur secepat mungkin.

Jadi salah satu cara paling efektif dimana seorang manajer integrasi menuntun proses adalah dengan menciptakan struktur di dalam mana tim itu dapat beroperasi secara efektif.

87

Page 88: Bahan Ajar Kewirausahaan

F. Membangun Hubungan-Hubungan Sosial Orang yang terlibat dalam merjer dan akuisisi seringkali merupakan orang lain, yang dijerumuskan bersama dalam suatu perusahaan gabungan, terkadang di luar kehendak mereka.

Di samping mempertahankan jalannya bisnis harian, para pekerja di kedua perusahaan perlu membangun hubungan-hubungan baru, yang seringkali melibatkan perbedaan-perbedaan bahasa dan budaya.

Sang manajer integrasi dapat menyelesaiakan diantara dua budaya dengan memudahkan hubungan-hubungan sosial diantara orang di kedua sisi.

Namun hubungan-hubungan tersebut adalah esensial untuk membawa bersama dua bisnis sangat berbeda yang keberhasilannya tergantung pada fungsi-fungsi mereka yang terjalin erat selagi mempertahankan budaya-budaya unik di lokasi-lokasi yang terpisah.

G. Mendapatkan Hasil-Hasil Awal Mempercepat berbagai hal, membangun struktur-struktur, dan menempatkan hubungan-hubungan sosial adalah hal kritis tetapi mereka sendiri adalah sama dengan punya peta tetapi tidak pernah digunakan untuk pergi.

Pada perjalanan sampai membawa pada hasil-hasil bisnis, transaksi belumlah impas. Karena tugas bagi manajer integrasi adalah mengarahkan kesuksesan-kesuksesan tangibel secara cepat yang tidak pernah dapat dicapai sebelum perusahaan-perusahaan itu bersatu.

Keberhasilan semacam ini yang biasanya dicapai dalam 100 hari pertama tidak hanya memberikan impas dari transaksi tetapi juga membangun keyakinan pada pikiran para manajer dan staf bahwa akuisisi ini adalah masuk akal. Keyakinan ini seringkali merupakan suatu prasyarat yang diperlukan bagi integrasi sejati.

H. Apa yang Dilakukan Manajer-manajer Integrasi ⌦ Dalam akuisisi terdapat perbedaan, yang menuntut suatu keseimbangan

dalam upaya-upaya yang berbeda dari sang manajer integrasi. ⌦ Namun dalam suatu proyek integrasi tunggal, sang manajer mungkin

menggunakan salah satu atau semua dari empat strategi berikut ini:

88

Page 89: Bahan Ajar Kewirausahaan

I. Seorang Pemimpin Baru untuk Ekonomi Internet

Pemimpin yang telah berfokus pada dikelolanya integrasi atas perusahaan-perusahaan yang diakuisisi. Tetapi jenis kepemimpinan yang telah kami jabarkan memiliki implikasi-implikasi lebih luas.

Organisasi-organisasi dalam era Internet terus-menerus menemukan kembali diri mereka, menciptakan struktur-struktur yang fleksibel dan tanpa batas, membangun dan mengerjakan kembali mitra dan persekutuan.

Di era Internet, dimana organisasi-organisasi berubah dengan kecepatan cahaya, kemampuan untuk terus-menerus belajar dan menyesuaikan diri mungkin merupakan perbedaan diantara organisasi yang sukses dan organisasi yang tidak.

89

Page 90: Bahan Ajar Kewirausahaan

Contoh Review Jurnal :

STRATEGI PEMBELAJARAN LINTAS BUDAYA PENDIDIKAN KEWIRAUSAHAAN : PELAJARAN DAN KONSEP KUNCI

DIPELAJARI DARI STUDI SISWA KEWIRAUSAHAAN (Elias G. Carayannis & Evans, Mike Hanson; 2002)

A. Pendahuluan ⌦ Wirausahawan merupakan individu yang spesifik, mereka berperan

sebagai inovator, pencari peluang usaha yang menguntungkan, serta berani mengambil resiko. Disamping itu mereka mempunyai kemampuan yang menonjol dalam menetapkan sasaran dan strategi usahanya, mengorganisasikan kegiatan dan sumberdaya, serta memimpin dan mensinergikan anak buah serta mitra usahanya untuk keberhasilan usahanya.

⌦ Kompetensi tersebut diperoleh dari kekuatan lainnya yaitu kemampuan dan kemauannya untuk terus belajar baik melalui pendidikan, pelatihan, pembimbingan, dan terutama dari pengalaman usahanya.

⌦ Kemampuan untuk terus belajar dibutuhkan dalam upaya mempertahankan dan mengembangkan usahanya karena mereka memerlukan strategi positioning yang tepat dalam suatu lingkungan persaingan yang dinamis.

B. Permasalahan Dan Motivasi Riset 1. Bagaimana pengaruh perilaku kewiraswastaan pada masyarakat dan

individu agar merubah nilai entrepreneurial pada orang-orang mudah dan masyarakat secara kolektif di Prancis ?

2. Mengapa diperlukan strategi pembelajaran baru dalam membentuk sifat wirausaha di Perancis ?

C. Tujuan Riset 1. Untuk memberikan pemahaman yang baik tentang perilaku

kewiraswastaan pada masyarakat dan individu agar merubah nilai entrepreneurial pada orang-orang mudah dan masyarakat secara kolektif di Prancis.

2. Untuk menentukan program dan strategi pembelajaran yang efektif dalam membentuk sifat wirausaha di Perancis

90

Page 91: Bahan Ajar Kewirausahaan

D. Kajian Riset Dan Konsep Pengembangan Riset

1. Rewiew Riset Berdasarkan analisis temuan-temuan terdahulu dari penelitian tentang

entrepreneurship di tingkat mahasiswa, master dan tingkat pendidikan lanjutan (profesional) di Prancis dan Amerika Serikat, menunjukan bahwa :

Arthur Andersen-Apce, (1998) menyatakan bahwa “Orang Perancis tidak suka entrepreneur, kecuali mereka telah menganggur lama, tapi patut mendapatkan…..…” Ahar Rahmani, (2001) mengemukakan “Entreprenneurship adalah sebuah kemerdekaan dalam fondasi kontruksi di Perancis. Kita semua memiliki kemerdekaan untuk menjadi entrepreneur, kami juga berharap jika kita semua mempunyai hak untuk berhasil”. Menurut Timmons (1994), Entrepreneurship adalah pembuatan dan pembentukan nilai dari nol. Entrepreneurship berkaitan dengan definisi pembuatan dan distribusi nilai dan manfat pada individu, kelompok, organisasi dan masyarakat. Branger dkk (1998), Para pemuda di Perancis pada saat ini beranggapan bahwa yang merupakan kewajiban pemerintah dan system untuk memberi keamanan kerja dan pekerjaan. Jika hal ini benar maka pengembangan jiwa entrepreneurial menghadapi tantangan besar. Giget, (1998). Menyatakan bahwa pengambilan resiko oleh enterpreneurship, secara definisi optimis, dilemahkan oleh keluarganya dan lingkungan sosialnya. Artikel yang berjudul “ Dari menciptkan bisnis ke menciptakan pekerjaan” yang ditulis Anhur Andersen dan APCE (Agency For Business Creation) menyatakan bahwa terdapat aspek-aspek budaya tertentu yang membuat enterpreneursip sulit dilakukan di Prancis (Anderson, 1998). Beranger dkk (1998) menyimpukan bahwa lingkungan di Perancis membuat proses penciptaan sulit dilakukan oleh entrepreneur. Masyarakat mengiginkan anak-anaknya untuk profesi lebih terhormat seperti pegawai negeri, insinyiur, professor, pengacara atau dokter. Evans dan Hanson, (1999) menyatakan bahwa salah satu tujuan utama strategi ini adalah untuk membawa siswa ketingkatan terlibat secara aktif dalam pembelajaran bersama dengan para instruktur. Schindler dan Thomas (1993) ditemukan lima dimensi kepercayan yaitu integritas, kompentesi, kosistensi, loyalitas, dan keterbukaan.

91

Page 92: Bahan Ajar Kewirausahaan

Berdasarkan kajian hasil penelitian terdahulu, menunjukan adanya “Research Gap” dari penelitian yang dilakukan oleh Arthur Andersen-Apce, (1998) dan Ahar Rahmani, (2001).

2. Kerengka Konsep Pengembangan Riset

Sebagaimana model dalam Fig. 1 di atas, maka jalur karir entrepreneurship

untuk setiap individu dapat dibagi atas lima tahapan unik yaitu : 1. Fondasi : Penciptaan dan penguatan nilai-nilai entrepreneurial baik untuk

individu dan masyarakat secara keseluruhan. 2. Kesadaran : Individu dihadapkan dengan enterperneurship sebagai

alternatif yang memungkinkan sebagaimana jalur-jalur karir yang lain. 3. Spesialisasi : Kemampuan awal yang dibutuhkan untuk pembuatan suatu

bisnis diperoleh individu mengidentifikasikan dirinya sendiri sebagai enterperneurial.

4. Penciptaan : Individu berpindah dari pengetahuan dan pembelajaran kepelaksanaan pembentukan sebuah perusahaan atau bentuk yang lainnya (contoh enterperneurship) dari kemampuan-kemampuan enterperneurship yang dikuasainnya.

5. Kedewasaan : Individu membangun berdasarkan pengalaman dan meningkatkan karirnya melalui pengembangan berdasarkan pengetahuan dan networking, juga melalui validasi dan pengutan eksternal dari karir yang telah dipilihnya.

92

Page 93: Bahan Ajar Kewirausahaan

E. Metodologi

1. Populasi & Sampling Populasi dalam penelitian ini adalah para manajer di prancis, alumni

sekolah bisnis, murit SMP dan SMA di Prancis. Teknik pengambilan sampling menggunakan non proposional quota sample untuk siswa dan mahasiswa serta proposional sampling untuk manajer bisnis.

Selanjutnya dalam penelitian ini menggunakan desain experimental (Pre-tes/Post-test), guna mengetahui perubahan nilai entrepreneurial yang diketahui siswa sebelum dan sesudah menerima pengetahuan serta intruksi yang berhubungan dengan entrepreneurship dalam hubungannya dengan ekonomi dan manfaat kolektif pada masyarakat secara keseluruhan.

2. Metode Survey a. Pengukuran rasio akan digunakan dalam riset kuantitatif b. Teori skor sebenarnya digunakan untuk menguji reabiliti, dalam rangka

menjamin realibilitas dan validitas maksimal. Para responden tidak akan diberi informasi tambahan melebihi yang diterima disurat. Kuisioner pre-test akan diberikan kepada sejumlah orang untuk menjamin bahwa pertanyaan didalamnya dapat dimengerti dengan baik. Hal ini agar memperkecil error yang disebabkan oleh misunderstanding pertanyaan. Selanjutnya untuk mengevaluasi riset kuantitatif digunakan metode interval sama Thurstone.

3. Rancangan Penelitian Observasi dan pengukuran akan terdiri atas complex multi-part sample,

perlakuan khusus hanya dilakukan pada siswa yang bersifat quasi-experimental karena berhubungan dengan perasaan mereka tengang nilai-nilai entrepreneurship. Adapun kelompok-kelompok siswa yang dimaksud adalah siswa SMP, SMA, lulusan sekolah bisnis di Perancis, lulusan sekolah bisnis Internasional, dan professional (manajer).

4. Perluasan Riset Kenegara Lain Kesulitan lain yang dihadapi adalah ketersediaan riset yang dilakukan di

negara lain yang berhubungan dengan topik ini. Bisa saja hal ini bukan merupakan masalah, tapi bisa juga menjadi masalah karena jarak sehingga akses untuk riset tertentu terbukti sulit.

93

Page 94: Bahan Ajar Kewirausahaan

F. Hasil Penelitian Penelitian ini merupakan survei berkelanjutan yang terdiri atas survei

yang dilakukan pada siswa entrepreneurship di Perancis dan Amerika Serikat di tingkat pendidikan S1, S2, dan pendidikan lanjutan. Hingga saat ini, penulis telah mengumpulkan informasi dari siswa entrepreneurship di Perancis secara spesifik yang dibagi menjadi 4 kelompok sample yaitu : Kelompok siswa S2 yang telah mengambil kursus entrepreneurship (series 1) Kelompok siswa yang terus mendidik siswa entrepreneur (series 2) dan (d) kelompok siswa S1 yang telah mengikuti entrepreneurship (series 3 & 4)

Peneliti menfokuskan pada beberapa pertanyaan yang ditanyakan dan dibandingkan hasilnya untuk keempat grup untuk menggabrkan teman-teman tahap awal dari riset empiris kami. Kuisioner menyedikan jawaban yang mungkin menjadi pilihan responden yaitu : (1) Sangat setuju sekali; (2) Sangat Setuju; (3) Setuju; (4) Tidak Setuju; (5) Sangat Tidak setuju; (6) Sangat tidak setuju sekali

Daftar pertayaan & histrogram jawaban responden dari masing-masing kelompok sampel dengan menggunakan program Excel :

Dalam bisnis lebih disukai untuk menjadi entrepreneur, dibanding dengan perusahaan besar

Lebih menguntungkan bagi masyarakat untuk memilih perusahaan besar dibanding dengan banyak perusahaan kecil.

Sukses entrepreneursihp sebagaian besar ditentukan oleh kesempatan

Entrepreneur itu egois

Kompotisi tidak disukai karena menghancurkan ekonomi

Entrepreneurship adalah kebanyakan tempat bagi orang-orang yang gagal dibidang lainnya

94

Page 95: Bahan Ajar Kewirausahaan

Entrepreneurship merugikan kehidupan keluarga

Data series 1 tidak tersedia untuk tiga pertanyaan berikut :

2. Rencana bisnis merupakan alat paling penting untuk menciptakan bisnis baru.

1. Training lebih penting dibanding kepribadian (personality) sebagai faktor sukses di entrepreneurship

3. Satu-satunya tujuan rencana bisnis adalah untuk mendapatkan pendanaan usaha baru.

G. Kesimpulan Berdasarkan pertimbangan bahwa tujuan pendidikan entrepreneurship dan

realita lingkungan yang dihadapi pendidikan dan siswa adalah sama. Hasil penelitian kami memberikan pandangan bagi pengajar entrepreneurship dan pembuat keputusan pengembangan ekonomi dalam mengidentifikasi daya dorong maksimal serta faktor keberhasilan dan kegagalan yang dapat mempengaruhi program-program pendidikan dan isentif ekonomi yang ditargetkan pada pengembangan sifat dan budaya usahawan yang berkesinambungan di Prancis dan dinegara lainnya

H. Saran Untuk Pendidikan Tinggi Beberapa rekomendasi untuk pengajaran entrepreneurship dipendidikan

tinggi dapat diajukan saran yang berdasarkan kesimpulan yang ditarik dari riset empiris dan literature sebagai berikut : 1. Dibutuhkan tahap awal pendidikan ulang dimana siswa harus dihadapkan

ulang dengan pendapat yang terbentuk sebelumnya mengenai entrepreneur dan entrepreneurship. Sebagai tambahan, siswa harus didorong untuk menjadi berbeda, kerataif dan mengespresikan individualitasnya.

2. Siswa harus disadarkan tentang realita-realitas-realitas pasar dan mengerti bahwa penciptaan bisnis adalah alternatif yang mungkin.

3. Ketika diperlukan untuk melibatkan entrepreneur muda dalam proses pendidikan, maka pendidikan dibuat semirip mungkin dengan keyataan.

95

Page 96: Bahan Ajar Kewirausahaan

4. Mendorong integrasi fertikal dan horizontal, turut sertakan mahasiswa dalam program pendikan SMP dan SMA.

5. Program-program teknik dan bisnis harus bekerja bersama, ada semacam usaha nasional untuk mendorong kalaborasi dua bidang ini.

6. Menciptakan lingkungan yang dinamis untuk eksperimen penyelenggaraan bisnis, seharusnya program membuat siswa untuk menciptakan sebuah perusahaan setelah mereka keluar dari sekolah.

7. Memperkenalkan siswa pada lingkungan entrepreneurial yang kaya dimana kretivitas, motivasi, kemandirian, dan individualitas dapat secara mudah dieksperisikan.

8. Harus ada hubungan yang lebih dekat antara kelompok-kelompok konsultan dengan penelitian-penelitian entrepreneurial. Riset telah membuktikan bahwa entrepreneur yang mencari nasehat konsultan professional memiliki rasio keberhasilan lebih tinggi.

9. Siswa harus memiliki hubungan yang erat dengan professor dan yang lain agar dapat menyedikan informasi dan bantuan bagi siswa dan juga memberikan semacam jaminan proyek-proyek yang berhubungan dengan penciptaan bisnis.

Tidak perlu diragukan lagi bahwa pendidikan entrepreneurship memberi pengetahuan dan keahlian serta memberikan kecendrungan keberhasilan entrepreneurial karena sukses ini tergantung pada lingkungan, begitu pula pengetahuan dan keahlian yang diajarkan. Proses pendidikan yang berusaha untuk meningkatkan pengetahuan dan keahlian yang dapat diterapkan dilingkungan yang luas akan tidak efisien bila dengan peningkatan sukses dilingkungan manapun.

Dalam artikel ini, penulis menunjukan model lingkungan entrepreneurship dalam rangka memperoleh pengertian yang lebih baik atas kekuatan dan hambatan yang memberi kontribusi pada keberhasilan dan kegagalan aktivitas penciptaan dan penerapan entrepreneurship. Tujuan melakukan ini dalah untuk mencoba dan membuat pengertian lebih baik atas kontek entrepreneurial di Perancis yang unik. Secara jelas kita dapat melihat bahwa hal yang dapat dialakukan di Amerika Utara selalu bisa diterapkan di negara lain. Pada saat yang sama kita bisa mengabaikan keberhasilan program pendidikan di Amerika Serikat atau Kanada. Kita harus mencoba dan menciptakan model pembeljaran yang dibutuhkan untuk menjamin sukses ekonomi perusahaan-perusahaan sejenis di Perancis.

Selanjutnya beberapa reviuew jurnal lainnya yang berhubungan dengan kewirausahaan sebagai berikut:

96

Page 97: Bahan Ajar Kewirausahaan

1. David Rae (2000): Understanding Entrepreneurial Learning: A Question of How?

Penelitian ini menggambarkan bagaimana memahami proses intrinsik manusia dalam mengembangkan praktek dan kemampuan wirausaha. Hal ini dilakukan untuk kepentingan penetapan kebijakan publik, pendidikan, dan pilihan hidup seseorang dalam wirausaha. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan antara lain adalah: a) Bagaimana pengertian identitas personal berubah seiring dengan perubahan

seseorang menjadi wirausahawan dengan fokus pada pembentukan dan proses menjadi pribadi wirausahawan.

b) Bagaimana orang belajar bekerja dengan cara wirausahawan, proses dan pengetahuan apa yang sangat signifikan dalam pembelajaran mereka dan bagaimana hubungannya dengan teori pembelajaran.

c) Teori wirausaha apa yang dapat dibentuk dari pengalaman wirausahawan. d) Mengembangkan model konseptual tentang pembelajaran wirausaha yang

akan bermanfaat bagi wirausaha dan pendidikan. Pembahasan perspektif ciri-ciri dan bakat wirausaha telah mengubah

penelitian dari penelitian wirausahawan sebagai entitas menuju pemahaman tentang proses pembentukan wirausahawan. Hal ini disarikan oleh Rae (2000) sebagai berikut: a) Pribadi wirausaha untuk menentukan sifat psikologis dan kepribadiannya, b) Perkembangan karir wirausaha, yaitu pola-pola karir sebagai faktor yang

signifikan , misalnya "self efficacy" (keberuntungan). c) Pendidikan wirausaha : berfokus pada bentuk, proses, dan efektivitas

program pendidikan terutama dari perspektif pendidikan. d) Pendekatan kognitif pada pembelajaran wirausaha mengkonsentrasikan

pada arti pengetahuan dan penggunaan ingatan. Rae (2000) melakukan penelitian dengan pendekatan naratif yang

mengakui bahwa wirausaha dan pembelajarannya merupakan proses kreatif dan melihat bahwa wirausahawan dan perusahaannya sebagai unit analisis.

Model-model yang menekankan pada karakteristik telah mengesampingkan eksplorasi tentang proses bagaimana manusia belajar dan bekerja dengan cara wirausahanya. Sangatlah penting untuk 'dekat' dan membangun pengertian yang dalam melalui kesertaan dalam penelitian ini. Pendekatan secara 'constructionism' (Burr, 1995) ini bertujuan memahami cara-cara wirausaha dalam konteks budaya melalui bahasa, penuturan dan 'discourse' (percakapan). Dengan cara ini sejarah yang meliputi kejadian,

97

Page 98: Bahan Ajar Kewirausahaan

budaya, proses dan pengertian yang membentuk kehidupan seorang wirausahawan dapat ditangkap dan dieskplorasi.

Lebih lanjut Rae (2000) berpendapat bahwa apabila kita dapat memahami dua nilai nyata dari masyarakat wirausaha, maka hal ini akan mengungkap 'the mind and the working of the mind' dari aktor wirausaha. Cara ini juga dapat mengungkapkan kejadian-kejadian dalam kurun waktu tertentu. Menyadari bahwa pembelajaran merupakan proses yang berkelanjutan maka kita haruslah mengikuti proses tersebut dalam periode waktu tertentu. Perubahan-perubahan dalam persepsi, dan identitas diri, sasaran, inovasi, pengalaman belajar dan teori-teori pribadi yang diamati seharusnya dapat digunakan. Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan, dari mana mereka mendapat peluang dan prosesnya, dimana mereka mendapatkan keterampilan dan prosesnya.

2. Kathryn Watson, Sandra Hogarth-Scott and Nicholas Wilson (1999): Small business start-ups: success factors and support implications

Hasil penelitian ini memperkuat beberapa temuan empiris dari penelitian sebelumnya pada bidang yang sama, terutama yang berhubungan dengan heterogenitas dari usaha kecil dan pendirinya serta pengaruh dari faktor-faktor pendorong dan daya tarik di dalam keputusan untuk memulai usaha. Walaupun demikian, penelitian ini menyangkut hanya pada pembentukan usaha kecil dan tahapan awal dari perkembangan usaha kecil. Penelitian ini memperkuat proposisi yang diajukan, bahkan untuk badan usaha yang sangat kecil sekalipun, dimana terdapat perbedaan yang berhubungan dengan : a) Latar belakang dan pengalaman dari pemilik usaha dan persoalan yang

dihadapi dalam menjalankan usahanya, b) Motivasi untuk memulai usaha dan tujuan di dalam menjalankan usahanya, c) Orientasi pertumbuhan dan tujuan untuk mengembangkan usaha, d) Tingkat pelatihan dan bimbingan yang diterima dari lembaga pendukung, e) Alasan menghentikan usaha.

3. Robert Sullivan (2000): Entrpreneurial Learning and Mentoring Penelitian ini, menggunakan metode kualitatif yang menggambarkan

tentang isu-isu pembelajaran, pengembangan wirausaha, mentoring dan mempertemukan antara mentor dan kliennya dari kalangan wirausahawan. Penelitian ini membantu pemahaman tentang apa yang perlu diketahui wirausahawan, bagaimana mereka belajar, apakah hal itu berhubungan dengan siklus perkembangan perusahaannya dan bagaimana bimbingan (mentoring) yang terbaik diberikan.

98

Page 99: Bahan Ajar Kewirausahaan

Sullivan (2000) menetapkan tujuan penelitiannya pada tiga hal, yakni : a) Identifikasi proses pembelajaran dan implikasinya, b) Identifikasi kebutuhan khusus dan tahapan perkembangan wirausaha saat

dimana kebutuhan tersebut perlu diberikan, c) Identifikasi cara dan waktu yang tepat bagi pembelajaran dan pemberian

dukungan yang efektif, d) Mengembangkan model pembelajaran berbasis studi kasus.

Hasil temuan Sullivan (2000) mengindikasikan bahwa pertimbangan bimbingan tidak hanya pada isi dari bimbingan yang diberikan tetapi juga kemampuan interpersonal dan sikap dari mentor akan berpengaruh terhadap efektivitas kegiatan bimbingan. Kemampuan memberikan bantuan secara tepat waktu merupakan faktor kunci dalam memberikan nilai tambah terbesar. Sulivan (2000) meyakini bahwa pembelajaran wirausaha merupakan faktor kritis yang menentukan keberlangsungan hidup pertumbuhan usaha kecil dan menengah di berbagai pasar. Penelitiannya menunjukkan bahwa adanya mentoring akan memberikan nilai tambah kepada manfaat jangka panjang terhadap klien dan masyarakat. Sedangkan pendekatan siklus hidup perusahaan perencanaan kapan pelatihan dan bantuan lainnya perlu diberikan, akan tetapi pada akhirnya, dukungan yang diberikan haruslah bersifat responsif (menjawab apa yang dibutuhkan) dan fleksibel terhadap kebutuhan individu pada waktu tertentu.

4. J. Robert Baum, Edwin A. Locke, dan Ken G. Smith (2001) : A Multidimensional Model of Venture Growth

Penelitian yang dilakukan oleh Baum (2001) menggambarkan model secara multidimensi tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan usaha, yaitu dari sudut pandang teori manajemen, teori perilaku organisasi, teori organisasi, dan wirausaha. Penelitian ini melibatkan 307 perusahaan dari bidang pengolahan kayu. Sebagai indikator langsung bagi pertumbuhan perusahaan digunakan kompetensi spesifik dari CEO, motivasi dan strategi perusahaan. Hasil penelitian mengindikasikan bahwa sifat dari CEO dan kompetensi umum serta lingkungan memiliki pengaruh yang signifikan sebagai pengaruh tidak langsung.

Penelitian Baum ini menggunakan pendekatan model struktural dan pengolahan data yang digunakan adalah program LISREL. Sebagai variabel endogen adalah pertumbuhan usaha (venture growth), sedangkan variabel eksogen terdiri dari traits, general competencies, specific competencies, motivation, competitive strategies, environment, dan size. Sebanyak 18 indikator digunakan untuk mengukur variabel eksogen tersebut.

99

Page 100: Bahan Ajar Kewirausahaan

Hasil penelitian Baum mengindikasikan bahwa specific competencies, motivation dan competitive strategies memiliki pengaruh langsung yang signifikan terhadap pertumbuhan usaha (venture growth). Sementara itu, traits memiliki pengaruh tidak langsung yang signifikan terhadap venture growth melalui general competencies, specific competencies, motivation dan competitive strategies. General copetencies memiliki pengaruh tidak langsung yang signifikan terhadap venture growth melalui specific competencies, motivation dan competitive strategies.

5. Don Y. Lee dan Eric W. K. Tsang (2001) : The Effects of Entrepreneurial Personality Background and Network Activities on Venture Growth.

Penelitian ini mengungkap tentang pengaruh dari sifat kepribadian seorang wirausahawan, latar belakangnya dan aktivitas pengembangan jaringan kerja (networking) terhadap pertumbuhan usaha. Sebanyak 168 perusahaan yang tergolong usaha kecil dan menengah dari kalangan etnis China di Singapura disurvei dalam penelitian ini. Kelompok variabel kepribadian (personality traits) terdiri dari need for achievement, internal locus of control, self reliance dan extroversion. Kemudian kelompok variabel background terdiri dari education dan experience; dan kelompok variabel networking activities terdiri dari besarnya dan frekuensi jaringan komunikasi yang dimiliki.

Dengan menggunakan metode analisis data LISREL diperoleh kesimpulan bahwa pengalaman, aktivitas pengembangan jaringan kerja, dan jumlah mitra usaha serta locus of control dan need for achievement memiliki dampak positif terhadap perkembangan usaha. Dua jenis kepribadian wirausaha lainnya, yaitu self reliance dan extroversion memiliki dampak negatif terhadap jumlah mitra dan berdampak positif terhadap aktivitas pengembangan jaringan kerja. Sedangkan pendidikan memiliki dampak positif terhadap perkembangan usaha melalui ukuran perusahaan.

Melalui hasil yang dicapai, penelitian ini dinyatakan telah memberikan kontribusi terhadap literatur wirausaha dalam tiga bentuk, yaitu: (a) Sifat kepribadian (personality traits) wirausahawan secara umum bukan

merupakan faktor penting yang mempengaruhi pertumbuhan usaha, sehingga perhatian penelitian harus digeser, yang semula pada penelitian tentang sifat keperibadian wirausahawan (entrepreneurial traits), selanjutnya adalah kemampuan wirausahawan (entrepreneurial skills).

(b) Dalam penelitian ini berhasil dibuktikan bahwa ukuran perusahaan (firm size) merupakan variabel moderator.

(c) Tehnik analisis dengan menggunakan LISREL dengan pendekatan PLS (partial least square) terbukti memberikan hasil analisis yang lebih baik.

100

Page 101: Bahan Ajar Kewirausahaan

DAFTAR PUSTAKA

Adu, Kwaku Appiah. 1997. Market Orientation and Performance: Do the Findings Established in Large Firm Hold in the Small Business Sector?. Journal of Euro-Marketing; 6, 3; ABI/INFORM Global.

Carree, M.A. and Thurik, A.R. 2002. The Impact of Entrepreneurship on Economic Growth. International Handbook of Entrepreneurship Research. Internet: [email protected].

Joseph C. Rost, 1993. Defining & Researching Leadership as a Behavioral Construt : An Idiopathic Approach. Journal of Applied Behavior Science.

Kasmir, 2006. Kewirausahaan. Rajawali Pers. Jakarta Kotler P., 2000. Manajemen Pemasaran Analisis, Perencanaan Implementasi

dan Pengendalian, Penerbit Erlangga, Jakarta. Kumar, Kamalesh. 2002. Market Orientation, Organizational Competencies

and Performance: An Empirical Investigation of a Path-Analytical Model, Journal of American Academy of Business, Cambridge.

Lado A.A, Wilson M, (1994). Human Resource Systems and Sustained Competitive Advantage a Competence-based Perspective. Acad Managet.

Lau, Theresa et.al. 2004. Organizational Capabilities and Performance of SMEs in Dynamic and Stable Environments. Entrepreneurship and Innovation journal.

Neufeldt Victoria dan Guralnik David, 1988, Kamus Webster’s, Dictonary of American English, Thiad College Edition

Purnomo, 2003. Pencapaian Keunggulan Bersaing Berkelanjutan Melalui Fungsi dan Peran Sumber Daya Manusia. STIE Stikubank, Semarang

Richard Daft. 1999. Tranformational Leadership : A Pescription for Contemporary Organizations. Copyright 1999.

Riyanti B. P. D. 2003. Kewirausahaan dari Sudut Pandang Psikologi Kepribadian. Grasindo, Jakarta

Raju, P.S et.al. 2000. The Relationship between Market Orientation and Performance in the Hospital Industry: A Structural Equation Modeling Approach. Health Care Management Science.

Tambunan, 2004. The Performance of Small Enterprises During Economic Crisis: Evidence from Indonesia. Journal of Small Business Management.

Tambunan, T. 2002. Usaha Kecil dan Menegah di Indonesia, Beberapa Isu Penting. Salemba Empat. Jakarta.

Zukkieflimansyah dan Banu Muhamad H, 2003. Refleksi Dinamika Inovasi Teknologi UKM di Indonesia: Studi Kasus Industri Logam dan Permesinan. Usahawan Indonesia No. 08/TH. XXXII.

101