bahan ajar-ilmu tanaman lanskap-nurfaidad.pdf
TRANSCRIPT
BAHAN AJAR ILMU TANAMAN LANSKAP
NURFAIDA, SP. M.Si. TIGIN DARIATI, SP. MES.
CRI WAHYUNI BRAHMI YANTI, SP. M.Si.
PROGRAM HIBAH PENULISAN BUKU AJAR UNIVERSITAS HASANUDDIN
TAHUN 2011
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS HASANUDDIN
LEMBAGA KAJIAN DAN PENGEMBANGAN PENDIDIKAN JL. Perintis Kemerdekaan Km.10 Makassar 90245 (Gedung Perpustakaan Unhas Lantai Dasar)
Telp. (0411) 586 200, Ext. 1064 Fax. (0411) 585 188 e-mail : [email protected]
HALAMAN PENGESAHAN
HIBAH PENULISAN
BUKU AJAR BAGI TENAGA AKADEMIK UNIVERSITAS HASANUDDIN
TAHUN 2011
Judul Buku Ajar : Ilmu Tanaman Lanskap Nama Lengkap : Nurfaida, SP. M.Si. N I P : 19730223 200501 2 001 Pangkat/Golongan : Penata Muda / III-a Jurusan/Bagian/Program Studi : Agroteknologi Fakultas/Universitas : Pertanian/Universitas Hasanuddin Alamat e-mail : [email protected] Biaya : Rp. 5.000.000,- (Lima juta rupiah) Dibiayai oleh dana DIPA BLU Universitas Hasanuddin Tahun 2011 Sesuai SK Rektor Unhas Nomor: 20875/H4.2/KU.10/2011 Tanggal 29 Nopember 2011 Makassar, 29 Nopember 2011 Dekan Fakultas Pertanian, Penulis, Prof. Dr. Ir. Yunus Musa, M.Sc. Nurfaida, SP. M.Si. NIP. 19541220 198303 1 001 NIP. 19730223 200501 2 001
Mengetahui: Ketua Lembaga Kajian dan Pengembangan Pendidikan (LKPP)
Universitas Hasanuddin,
Prof. Dr. Ir. Lellah Rahim, M.Sc. NIP. 19630501 198803 1 004
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT yang telah menciptakan alam dan
seisinya sebagai suatu karunia yang besar dan indah. Dia yang memberikan
ketentuan dan peraturan yang tepat untuk memelihara dan merawatnya. Atas segala
karunia-Nya pulalah bahan ajar Ilmu Tanaman Lanskap ini berhasil diselesaikan.
Pengembangan bahan ajar merupakan tanggung jawab dosen dalam
mengemban dan mengembangkan tridarma perguruan tinggi. Perubahan model
pembelajaran dari Teacher Central Learning (TCL) menjadi Student Central Learning
(SCL) menuntut dosen tidak hanya berperan sebagai pengajar tetapi juga sebagai
fasilitator. Penerapan model pembelajaran SCL membutuhkan bahan ajar sebagai
pelengkap kegiatan pembelajaran sehingga dibuatlah bahan ajar ini. Bahan ajar ini
dihasilkan melalui Program Hibah Penulisan Buku Ajar Universitas Hasanuddin
Tahun 2011.
Penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya
kepada Prof. Dr. Ir. Lellah Rahim, M.Sc.selaku Ketua LKPP dan Dr. Sri Suryani, DEA
selaku pembimbing yang telah memberikan arahan dan bimbingan dalam
menyelesaikan bahan ajar ini. Terima kasih yang tidak terhingga kepada rekan-rekan
sejawat di Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin
yang telah membantu dalam penyusunan tulisan ini. Semoga bahan ajar ini
bermanfaat dan dapat membantu dosen dan mahasiswa dalam proses pembelajaran
khususnya pada Mata Kuliah Ilmu Tanaman Lanskap.
Makassar, Nopember 2011
Penulis
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN .................................................................................... 1
BAB 2 PENGERTIAN TANAMAN LANSKAP DAN SEJARAH
PERKEMBANGANNYA.......................................................................... 11
BAB 3 SELEKSI TANAMAN BERDASARKAN ASPEK ARSITEKTURAL......... 24
BAB 4 SELEKSI TANAMAN BERDASARKAN ASPEK VISUAL ....................... 35
BAB 5 SELEKSI TANAMAN BERDASARKAN EKOLOGI................................. 56
BAB 6 SELEKSI TANAMAN BERDASARKAN HABITUS FUNGSIONAL ......... 68
BAB 7 FUNGSI TANAMAN DALAM LANSKAP ................................................ 80
BAB 8 KOMPOSISI TANAMAN......................................................................... 98
BAB 9 TEKNIK PENANAMAN TANAMAN LANSKAP....................................... 109
BAB 10 TEKNIK PEMELIHARAAN TANAMAN LANSKAP ................................. 123
BAB 11 PENATAAN TANAMAN PADA BERBAGAI TIPE LANSKAP ................. 143
SENARAI KATA PENTING (GLOSARIUM)
Broadcast: perlakuan pemupukan dengan cara menyebar di permukaan tanah. Colonade: deretan kolom-kolom yang memberi kesan ruang pada bangunan Yunani
atau Romawi. Dinding hijau (green wall): berbagai cara menahan longsor atau erosi suatu lereng
secara biologi terhadap erosi dengan menanam tanaman, dibantu dengan membangun struktur.
Enclosure: dinding, tabir, pemagar; misalnya suatu area tidak ingin terlihat oleh banyak orang dari arah tertentu dapat diberikan dinding berupa tanaman atau elemen lainnya.
Fungsi tanaman: peran utama dari tanaman dalam suatu taman, antara lain, estetika, sosial, budaya, dan ekologis.
Habitus tanaman: keragaan tanaman secara keseluruhan berupa pohon, perdu, semak, herba, penutup tanah, pemanjat, dan perayap.
Herba: tanaman-tanaman yang batangnya relatif lunak dan tidak berkayu, bahkan kadang-kadang sukulen (banyak mengandung air).
Irama: urutan atau perulangan elemen-elemen, misalnya barisan pohon, urutan dari anak tangga, rangkaian batu yang serupa, mungkin berbentuk beraturan atau tidak beraturan.
Lanskap: bentang alam atau hamparan lahan, tapak yang berada di luar ruangan (eksterior).
Lawn: padang rumput di halaman rumah atau perkantoran yang dimaksudkan untuk meningkatkan keindahan.
Metode tekanan udara: metode pemupukan yang dilakukan dengan cara melubangi tanah daerah perakaran yang dapat menyerap hara dengan menggunakan injektor bertekanan udara tinggi.
Metode thumb: metode untuk menentukan posisi perakaran pohon yang dapat menyerap hara.
Parterre: tanaman yang ditata menyerupai tampilan karpet (apabila dilihat dari atas), umumnya dibentuk dari massa tanaman yang dipergunakan sebagai hiasan dalam suatu taman pada Periode Renaissance.
Penutup tanah (groundcover): tanaman yang relatif rendah, mampu memberikan penutupan yang intensif di atas permukaan tanah, umumnya berbentuk herba rendah.
Perdu (shrub): tanaman yang relatif tinggi (3 – 5 m), tetapi tidak setinggi pohon, memiliki batang utama yang berkayu dan percabangannya dimulai pada bagian yang agak jauh dengan permukaan tanah.
Planter box: wadah berukuran relatif besar untuk menempatkan satu hingga beberapa pot tanaman sehingga tatanan pot terlihat rapih.
Pohon (tree): tanaman berkayu, memiliki batang utama, tinggi >5 m. Punch-bar: metode pemupukan untuk pohon-pohon besar dengan cara membuat
lubang-lubang pemupukan. Semak (bush): tanaman yang relatif rendah, batangnya berkayu dan
percabangannya biasanya telah dimulai di bagian yang dekat dengan permukaan tanah (tidak mempunyai cabang utama).
Tanaman indoor: semua jenis tanaman lanskap yang dapat ditanam dalam rumah atau dengan kata lain tanaman yang dapat tumbuh secara normal di tempat teduh (tertutup) atau setengah teduh.
Tanaman lanskap: tanaman yang belum, sedang dan sudah dibudidayakan, ditanam atau sudah ada di suatu tapak/lahan yang secara fungsional berdayaguna dan secara estetis memiliki seni/nilai keindahan sehingga antara satu dan lainnya dapat melahirkan suatu kesatuan yang harmonis.
Tanaman lapangan rumput: jenis tanaman yang ditanam secara sendiri atau secara berkelompok pada lapangan rumput karena bentuknya yang menarik (eksotik).
Tanaman memanjat (climber): tanaman yang tumbuh di tanah atau bidang apa saja seperti tembok dan struktur pendukung lain sebagai tempat menggantungkan diri atau membelit untuk pertumbuhan tanaman tersebut.
Tanaman outdoor: tanaman hias yang dapat tumbuh secara normal di tempat terbuka (langsung terkena sinar matahari).
Tanaman pagar: suatu garis atau barisan permanen yang padat dari tumbuh-tumbuhan yang hidup, biasanya diatur dalam bentuk yang hampir sama dengan maksud untuk menggantikan pagar.
Tanaman rumput lapangan: jenis-jenis rumput yang dipergunakan untuk menutupi permukaan tanah yang hanya terdiri atas lapisan tanah saja.
Teknik puteran: penanaman pohon dengan mengikutsertakan tanah asalnya dalam bentuk gumpalan.
Titik perhatian (point of interest): fokus perhatian dari suatu taman yang dapat menghilangkan kemonotonan pada suatu taman, dapat dibuat dengan memberikan kontras atau pola susunan tertentu.
Topiary: pemangkasan bentuk pada tanaman sesuai dengan yang diinginkan, misalnya spiral, piramid, keong, dan lain-lain.
Trenching: metode pemupukan yang dilakukan dengan cara pembuatan parit di bawah lingkar tajuk pohon.
Zigurat: bentukan piramida yang dibangun menuruni teras bukit dan memiliki struktur internal yang menakjubkan, kompleks, dan sulit untuk dipercaya, berbentuk rectangular yang dipersiapkan untuk kepentingan saluran irigasi dan drainase.
1
BAB 1 PENDAHULUAN
PROFIL LULUSAN PROGRAM STUDI Profil alumni yang diharapkan adalah:
1. PELAKU di bidang pertanian (birokrat, teknorat, pengambil kebijakan);
2. MANAJER (planner, designer, organizer, evaluator, mediator);
3. PENGUSAHA (enterpreneur, initiator, adaptor, cooperator);
4. PENELITI; dan
5. PENDIDIK (fasilitator, motivator, mediator).
KOMPETENSI LULUSAN A. Kompetensi Utama
Kompetensi utama minimal yang diharapkan dari seorang lulusan pada Program
Studi Agroteknologi untuk mencapai profil lulusan adalah:
1. Kompetensi Utama sebagai PELAKU (birokrat, teknorat, pengambil kebijakan):
(a) Kemampuan menerapkan IPTEKS di bidang budidaya tanaman
berdasarkan prinsip pertanian berkelanjutan baik secara modern maupun
yang mengangkat kearifan lokal.
(b) Kemampuan berkomunikasi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
(c) Kemampuan merencanakan dan merancang sistem produksi tanaman
secara efektif dan produktif.
(d) Kemampuan mengevaluasi dan menilai proses produksi tanaman dan
pasca panen.
(e) Keberanian memulai, melaksanakan, dan mengembangkan usaha
inovatif bidang produksi tanaman dalam pertanian berkelanjutan.
(f) Kemampuan menerapkan etika bisnis pertanian yang berwawasan
lingkungan.
(g) Kemampuan merekomendasi penyelesaian masalah secara tepat dalam
sistem budidaya pertanian yang berkelanjutan.
2
2. Kompetensi Utama sebagai MANAJER (planner, designer, organizer,
evaluator, mediator):
(a) Kemampuan berkomunikasi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
(b) Kemampuan merencanakan dan merancang sistem produksi tanaman
secara efektif dan produktif.
(c) Kemampuan mengaktualisasikan potensi diri untuk bekerjasama dalam
tim yang multidisiplin.
(d) Kemampuan menjalin kerjasama (bernegosiasi dan berkomunikasi)
secara efektif.
3. Kompetensi Utama sebagai PENGUSAHA (enterpreneur, initiator, adaptor,
cooperator):
(a) Kemampuan berkomunikasi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
(b) Kemampuan mengevaluasi dan menilai proses produksi tanaman dan
pasca panen.
(c) Keberanian memulai, melaksanakan, dan mengembangkan usaha
inovatif bidang produksi tanaman dalam pertanian berkelanjutan.
(d) Kemampuan menjalin kerjasama (bernegosiasi dan berkomunikasi)
secara efektif.
(e) Kemampuan menerapkan etika bisnis pertanian yang berwawasan
lingkungan.
4. Kompetensi Utama sebagai PENELITI:
(a) Kemampuan menerapkan IPTEKS di bidang budidaya tanaman
berdasarkan prinsip pertanian berkelanjutan baik secara modern maupun
yang mengangkat kearifan lokal.
(b) Kemampuan berkomunikasi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
(c) Kemampuan merencanakan dan merancang sistem produksi tanaman
secara efektif dan produktif.
(d) Kemampuan mengevaluasi dan menilai proses produksi tanaman dan
pasca panen.
(e) Kemampuan mengaktualisasikan potensi diri untuk bekerjasama dalam
tim yang multidisiplin.
3
(f) Kemampuan berinovasi dalam menerapkan IPTEKS di bidang budidaya
pertanian ke dalam praktek bisnis.
(g) Kemampuan merancang dan melaksanakan penelitian serta
menginterpretasikan data secara profesional.
(h) Kemampuan merekomendasi penyelesaian masalah secara tepat dalam
sistem budidaya pertanian yang berkelanjutan.
5. Kompetensi Utama sebagai PENDIDIK (fasilitator, motivator, mediator):
(a) Kemampuan mengaktualisasikan potensi diri untuk bekerjasama dalam
tim yang multidisiplin.
(b) Kemampuan berinovasi dalam menerapkan IPTEKS di bidang budidaya
pertanian ke dalam praktek bisnis.
(c) Kemampuan menerapkan etika bisnis pertanian yang berwawasan
lingkungan.
(d) Kemampuan merancang dan melaksanakan penelitian serta
menginterpretasikan data secara profesional.
(e) Kemampuan merekomendasi penyelesaian masalah secara tepat dalam
sistem budidaya pertanian yang berkelanjutan.
B. Kompetensi Penunjang 1. Kemampuan belajar sepanjang hayat
2. Kemampuan berpikir analitis dan sintesis dengan memperhitungkan dampak
penyelesaian masalah di lingkup global dalam berkehidupan bermasyarakat.
3. Kemampuan sebagai fasilitator, motivator, dan mediator secara sistematik dan
efektif.
C. Kompetensi Lainnya 1. Kemampuan menerapkan etika bisnis pertanian yang berwawasan lingkungan.
2. Kemampuan menerapkan aplikasi bioteknologi pada aspek pertanian terpadu.
3. Kemampuan menggunakan fasilitas internet dalam pencarian literatur dan
berkomunikasi dengan sejawat lainnya dalam bidang teknik budidaya
tanaman.
ANALISIS KEBUTUHAN PEMBELAJARAN
(10) Menata tanaman dalam berbagai tipe lanskap melalui studi lapang, gambar, dan pameran hasil case study secara individu dan praktikum
(8) Menguasai teknik-teknik penanaman tanaman lanskap melalui makalah hasil diskusi cooperative learning secara
berkelompok dan praktikum
(9) Menguasai teknik-teknik pemeliharaan tanaman lanskap melalui makalah hasil diskusi cooperative learning
secara berkelompok dan praktikum
(7) Merencanakan komposisi tanaman dalam lanskap melalui studi lapang dan gambar hasil case study secara individu dan praktikum
(6) Menjelaskan fungsi tanaman dalam lanskap melalui makalah hasil diskusi cooperative learning secara berkelompok dan praktikum
(2) Mengidentifikasi tanaman berdasarkan aspek arsitektural melalui makalah hasil diskusi collaborative learning secara berkelompok dan praktikum
(3) Mengidentifikasi tanaman berdasarkan aspek visual
melalui makalah hasil diskusi collaborative learning secara berkelompok dan praktikum
(4) Mengidentifikasi tanaman berdasarkan kondisi ekologi melalui makalah hasil diskusi collaborative learning secara berkelompok dan praktikum
(5) Mengidentifikasi tanaman berdasarkan habitus fungsional melalui makalah hasil diskusi collaborative learning secara berkelompok dan praktikum
(1) Menjelaskan pengertian tanaman lanskap dan sejarah perkembangannya melalui makalah hasil kaji pustaka secara individu
Prasyarat: Pengantar Arsitektur Lanskap
GARIS ENTRY BEHAVIOR
5
GARIS BESAR RANCANGAN PEMBELAJARAN (GBRP)
Mata Kuliah : Ilmu Tanaman Lanskap
Kompetensi Utama : 1. Kemampuan melaksanakan perencanaan sistem produksi tanaman secara tepat sesuai kaidah pertanian berkelanjutan.
2. Kemampuan mengaktualisasikan potensi diri untuk bekerjasama dalam tim yang multidisiplin. 3. Kemampuan menjalin kerjasama (bernegosiasi dan berkomunikasi) secara efektif. 4. Kemampuan merancang dan melaksanakan penelitian serta menginterpretasikan data secara
profesional.
Kompetensi Pendukung : Kemampuan sebagai fasilitator, motivator, dan mediator secara sistematik dan efektif.
Kompetensi Lainnya : Kemampuan menggunakan fasilitas internet dalam pencarian literatur dan juga dalam berkomunikasi dengan sejawat lainnya dalam bidang teknik budidaya tanaman.
Sasaran Belajar : Setelah mengikuti mata kuliah ini mahasiswa mampu menata tanaman dalam suatu lanskap berdasarkan fungsi dan estetika dengan baik dan benar.
MINGGU
KE SASARAN
PEMBELAJARAN MATERI PEMBELAJARAN STRATEGI
PEMBELAJARAN INDIKATOR PENILAIAN BOBOT
NILAI (%) 1 Menjelaskan kontrak
pembelajaran Kontrak pembelajaran Kuliah
2 Menjelaskan pengertian tanaman lanskap dan sejarah perkembangannya melalui makalah hasil kaji pustaka secara individu
Pengertian tanaman lanskap dan sejarah perkembangannya
Kuliah, kaji pustaka - Ketepatan penjelasan pengertian tanaman lanskap dan sejarah perkembangan
- Ketepatan penjelasan karakteristik tanaman pada berbagai periode perkembangan
- Kemampuan membuat makalah sesuai format yang ditentukan
5
6
MINGGU
KE SASARAN
PEMBELAJARAN MATERI PEMBELAJARAN STRATEGI
PEMBELAJARAN INDIKATOR PENILAIAN BOBOT
NILAI (%) 3 Mengidentifikasi
tanaman berdasarkan aspek arsitektural melalui makalah hasil diskusi collaborative learning secara berkelompok dan praktikum
Seleksi tanaman berdasarkan aspek arsitektural: - Pembentukan ruang, penyekat,
dan pengendali keleluasaan pribadi
Collaborative learning, praktikum
- Kemampuan melakukan diskusi dengan baik mengenai seleksi tanaman berdasarkan aspek arsitektural
- Kemampuan membuat makalah sesuai format yang ditentukan
- Kemampuan melakukan praktikum identifikasi tanaman berdasarkan aspek arsitektural
- Sikap dan perilaku yang baik dalam diskusi dan praktikum
7,5
4 Mengidentifikasi tanaman berdasarkan aspek visual melalui makalah hasil diskusi collaborative learning secara berkelompok dan praktikum
Seleksi tanaman berdasarkan aspek visual: - Ukuran, bentuk, warna dan tekstur
tanaman
Collaborative learning, praktikum
- Kemampuan melakukan diskusi dengan baik mengenai seleksi tanaman berdasarkan aspek visual
- Kemampuan membuat makalah sesuai format yang ditentukan
- Kemampuan melakukan praktikum identifikasi tanaman berdasarkan aspek visual
- Sikap dan perilaku yang baik dalam diskusi dan praktikum
7,5
5 Mengidentifikasi tanaman berdasarkan kondisi ekologi melalui makalah hasil diskusi collaborative learning secara berkelompok dan praktikum
Seleksi tanaman berdasarkan ekologi:- Tanaman pantai, pegunungan, air,
batu karang, teduh, setengah teduh, dan panas
Collaborative learning, praktikum
- Kemampuan melakukan diskusi dengan baik mengenai seleksi tanaman berdasarkan kondisi ekologi
- Kemampuan membuat makalah sesuai format yang ditentukan
- Kemampuan melakukan praktikum identifikasi tanaman berdasarkan kondisi ekologi
- Sikap dan perilaku yang baik dalam diskusi dan praktikum
7,5
7
MINGGU
KE SASARAN
PEMBELAJARAN MATERI PEMBELAJARAN STRATEGI
PEMBELAJARAN INDIKATOR PENILAIAN BOBOT
NILAI (%) 6 Mengidentifikasi
tanaman berdasarkan habitus fungsional melalui makalah hasil diskusi collaborative learning secara berkelompok dan praktikum
Seleksi tanaman berdasarkan habitus fungsional: - Tanaman indoor dan outdoor,
peneduh, pohon tepi jalan, median jalan, pagar, border/tepi, penutup tanah, berdaun/berbunga indah, memanjat/pergola, rumput lapangan, dan lapangan rumput
Collaborative learning, praktikum
- Kemampuan melakukan diskusi dengan baik mengenai seleksi tanaman berdasarkan habitus fungsional
- Kemampuan membuat makalah sesuai format yang ditentukan
- Kemampuan melakukan praktikum identifikasi tanaman berdasarkan habitus fungsional
- Sikap dan perilaku yang baik dalam diskusi dan praktikum
7,5
7 – 8 Menjelaskan fungsi tanaman dalam lanskap melalui makalah hasil diskusi cooperative learning secara berkelompok dan praktikum
Fungsi tanaman dalam lanskap: - Mengontrol radiasi, suhu, dan
kelembaban, penahan angin, penahan silau, penaung dari hujan, pencegah erosi, mengurangi kebisingan, kontrol pandangan, mengurangi polusi udara, mengharumkan udara, pembatas fisik, penahan kebakaran, dan sosial budaya
Cooperative learning, praktikum
- Kemampuan melakukan diskusi dengan baik mengenai fungsi tanaman dalam lanskap
- Kemampuan membuat makalah sesuai format yang ditentukan
- Kemampuan melakukan praktikum fungsi tanaman dalam lanskap
- Sikap dan perilaku yang baik dalam diskusi dan praktikum
10
9 – 10 Merencanakan komposisi tanaman dalam lanskap melalui studi lapang dan gambar hasil case study secara individu dan praktikum
Komposisi tanaman: - Kesatuan, irama, aksen,
keseimbangan, dan proporsi - Komposisi tanaman pada area
menyudut, pada bidang lurus, dan untuk memanipulasi bangunan
Studi lapang, case study, praktikum
- Kemampuan melakukan studi lapang mengenai komposisi tanaman
- Kemampuan membuat gambar rencana penanaman dengan komposisi tanaman yang baik
- Kemampuan melakukan praktikum fungsi tanaman dalam lanskap
- Sikap dan perilaku yang baik dalam studi lapang, case study, dan praktikum
12,5
8
MINGGU
KE SASARAN
PEMBELAJARAN MATERI PEMBELAJARAN STRATEGI
PEMBELAJARAN INDIKATOR PENILAIAN BOBOT
NILAI (%) 11 Menguasai teknik-
teknik penanaman tanaman lanskap melalui makalah hasil diskusi cooperative learning secara berkelompok dan praktikum
Teknik penanaman tanaman lanskap: - Penanaman pohon, semak,
penutup tanah, rumput, dan tanaman pagar
Cooperative learning, praktikum
- Kemampuan melakukan diskusi dengan baik mengenai teknik penanaman tanaman lanskap
- Kemampuan membuat makalah sesuai format yang ditentukan
- Kemampuan melakukan praktikum teknik penanaman tanaman lanskap
- Sikap dan perilaku yang baik dalam diskusi dan praktikum
10
12 Menguasai teknik-teknik pemeliharaan tanaman lanskap melalui makalah hasil diskusi cooperative learning secara berkelompok dan praktikum
Teknik pemeliharaan tanaman lanskap: - Pembersihan tapak, penyiangan
gulma, penggemburan dan aerasi tanah, penyiraman, pemangkasan, pemupukan, pengendalian hama dan penyakit, serta penyulaman
Cooperative learning, praktikum
- Kemampuan melakukan diskusi dengan baik mengenai teknik pemeliharaan tanaman lanskap
- Kemampuan membuat makalah sesuai format yang ditentukan
- Kemampuan melakukan praktikum teknik pemeliharaan tanaman lanskap
- Sikap dan perilaku yang baik dalam diskusi dan praktikum
10
13 – 16 Menata tanaman dalam berbagai tipe lanskap melalui studi lapang, gambar, dan pameran hasil case study secara individu dan praktikum
Penataan tanaman pada berbagai tipe lanskap: - Taman instan, taman rumah
tinggal, jalur hijau jalan, dan lanskap perkotaan area-area khusus
Studi lapang, case study, pameran, praktikum
- Kemampuan melakukan studi lapang mengenai penataan tanaman pada berbagai tipe lanskap
- Kemampuan membuat gambar rencana penataan tanaman
- Kemampuan menata tanaman berdasarkan fungsi dan estetika
- Kemampuan melakukan praktikum penataan tanaman dalam berbagai tipe lanskap
- Sikap dan perilaku yang baik dalam studi lapang, case study, pameran dan praktikum
22,5
TINJAUAN MATA KULIAH A. Deskripsi Mata Kuliah
Mata kuliah ini membahas mengenai sejarah dan perkembangan tanaman
serta fungsi-fungsi tanaman dalam lanskap. Pemahaman terhadap aspek-aspek yang
harus diperhatikan dalam memilih dan menyusun tanaman, komposisi tanaman
dalam sebuah lanskap, teknik penanaman, dan pemeliharaan tanaman lanskap.
B. Prasyarat Mata Kuliah Mahasiswa yang mengikuti mata kuliah ini harus telah melulusi mata kuliah
Pengantar Arsitektur Lanskap.
C. Petunjuk Penggunaan Modul 1. Penjelasan bagi mahasiswa
(a) Sebelum mengikuti perkuliahan hendaknya mahasiswa telah membaca
bahan ajar ini dan dapat diperkaya dengan sumber acuan lainnya yang
relevan pada setiap pertemuan.
(b) Untuk memperkaya wawasan dan pengetahuan sangat dianjurkan
penelusuran literatur khususnya mengenai deskripsi tanaman dan fungsi
dalam lanskap melalui sumber bacaan dan internet.
(c) Mintalah petunjuk dari dosen jika ada hal yang belum terselesaikan, baik
dalam tugas kuliah maupun tugas praktikum.
(d) Kerjakan setiap tugas yang diberikan pada setiap akhir kegiatan/pertemuan
dengan baik.
(e) Perbanyaklah informasi dalam menata tanaman, baik teori maupun praktek
gambar desain dan lapang.
2. Penjelasan bagi dosen/tutor/asisten (a) Sebelum memberikan perkuliahan, dosen/tutor/asisten dianjurkan untuk
melengkapi materi berupa contoh, gambar/foto yang bersumber dari karya
sendiri, buku bacaan lain atau dari internet.
(b) Dosen/tutor/asisten sebaiknya menyiapkan materi dalam bentuk power
point yang dilengkapi contoh, gambar atau foto.
10
(c) Dosen/tutor/asisten dianjurkan menyediakan waktu di luar jadwal
perkuliahan untuk memberikan petunjuk kepada mahasiswa dalam
menyelesaikan tugas kuliah atau tugas praktikum.
D. Tujuan Pembelajaran (TIU) Setelah mengikuti mata kuliah ini mahasiswa mampu menata tanaman
lanskap dalam suatu lanskap berdasarkan fungsi dan estetika dengan baik dan
benar.
E. Elemen Kompetensi (TIK) Setelah menyelesaikan mata kuliah ini mahasiswa mampu:
1. Menjelaskan pengertian tanaman lanskap dan sejarah perkembangannya
melalui makalah hasil kaji pustaka secara individu.
2. Mengidentifikasi tanaman berdasarkan aspek arsitektural melalui makalah
hasil diskusi collaborative learning secara berkelompok dan praktikum.
3. Mengidentifikasi tanaman berdasarkan aspek visual melalui makalah hasil
diskusi collaborative learning secara berkelompok dan praktikum.
4. Mengidentifikasi tanaman berdasarkan kondisi ekologi melalui makalah hasil
diskusi collaborative learning secara berkelompok dan praktikum.
5. Mengidentifikasi tanaman berdasarkan habitus fungsional melalui makalah
hasil diskusi collaborative learning secara berkelompok dan praktikum.
6. Menjelaskan fungsi tanaman dalam lanskap melalui makalah hasil diskusi
cooperative learning secara berkelompok dan praktikum.
7. Merencanakan komposisi tanaman dalam lanskap melalui studi lapang dan
gambar hasil case study secara individu dan praktikum.
8. Menguasai teknik-teknik penanaman tanaman lanskap melalui makalah hasil
diskusi cooperative learning secara berkelompok dan praktikum.
9. Menguasai teknik-teknik pemeliharaan tanaman lanskap melalui makalah hasil
diskusi cooperative learning secara berkelompok dan praktikum.
10. Menata tanaman dalam berbagai tipe lanskap melalui studi lapang, gambar,
dan pameran hasil case study secara individu dan praktikum.
11
BAB 2 PENGERTIAN TANAMAN LANSKAP DAN SEJARAH PERKEMBANGANNYA
PENDAHULUAN Tanaman merupakan unsur fisik yang penting di dalam perancangan dan
pengelolaan ruang luar. Untuk dapat merancang taman dengan baik sebaiknya
mengenali terlebih dahulu sifat dan karakter tanaman. Seorang arsitek lanskap, harus
benar-benar memahami unsur ini. Hal ini disebabkan unsur tanaman mempunyai ciri
khas yang tidak terdapat pada unsur lain, yaitu tanaman merupakan unsur yang
hidup, tumbuh, dan berkembang.
A. Sasaran Pembelajaran Setelah mempelajari bab ini mahasiswa diharapkan dapat menjelaskan
pengertian tanaman lanskap dan sejarah perkembangannya melalui makalah hasil
kaji pustaka secara individu.
B. Strategi Pembelajaran 1. Kuliah
2. Kaji pustaka
C. Kegiatan Belajar Langkah-langkah kegiatan belajar yang harus dilakukan:
1. Mahasiswa mengikuti kegiatan perkuliahan di kelas.
2. Mahasiswa melakukan penelusuran literatur mengenai sejarah perkembangan
tanaman lanskap melalui sumber bacaan dan internet.
3. Mahasiswa membuat makalah sesuai format yang diberikan.
4. Mahasiswa menyelesaikan tes formatif/evaluasi kegiatan pembelajaran.
12
D. Indikator Pencapaian 1. Ketepatan penjelasan pengertian tanaman lanskap dan sejarah
perkembangan.
2. Ketepatan penjelasan karakteristik tanaman pada berbagai periode
perkembangan.
3. Kemampuan membuat makalah sesuai format yang ditentukan.
URAIAN BAHAN PEMBELAJARAN A. Pengertian Tanaman Lanskap
Tanaman lanskap adalah tanaman yang belum, sedang dan sudah
dibudidayakan, ditanam atau sudah ada di suatu tapak/lahan yang secara fungsional
berdayaguna dan secara estetis memiliki seni/nilai keindahan sehingga antara satu
dan lainnya dapat melahirkan suatu kesatuan yang harmonis. Tanaman lanskap
merupakan salah satu unsur dengan berbagai ragam potensi dalam lanskap dan
kemungkinan fungsi yang tidak terhingga. Tanaman lanskap mempunyai berbagai
bentuk, ukuran, warna, tekstur, dan karakter yang beragam.
Akan tetapi, meskipun tanaman lanskap memiliki berbagai potensi dan fungsi,
banyak orang awam dan para profesional dalam bidang perancangan melihat
tanaman hanya sebagai hiasan. Akibatnya tanaman sering ditempatkan dalam
perancangan ruang luar sebagai langkah terakhir dalam penyelesaian suatu proyek.
Sikap yang sama dalam penggunaan unsur tanaman juga berpengaruh terhadap citra
yang kurang benar tentang pengetahuan dan profesi arsitektur lanskap. Banyak
orang awam dan para profesional bidang perancangan lain mengartikan arsitektur
lanskap sekedar menata unsur tanaman sebagai hiasan belaka. Akibat dari sikap ini
menimbulkan salah pengertian bahwa perancangan lanskap hanya terbatas pada
proses penataan tanaman dalam bentuk yang menyenangkan pandangan.
Gambaran keliru terhadap peran utama yang dimainkan oleh unsur tanaman
dalam perancangan arsitektur lanskap berawal dari kekeliruan umum tentang
perbedaan antara arsitektur lanskap dan usaha pembibitan tanaman. Orang awam
masih berpendapat bahwa perhatian utama arsitektur lanskap adalah perancangan
taman rumah tinggal dan perencanaan kebun dengan unsur tanaman sebagai salah
13
satu unsur perancangan yang penting. Akan tetapi, profesi arsitektur lanskap
sebenarnya terlibat dalam skala yang lebih luas daripada itu, yaitu menitikberatkan
pada pengelolaan sumberdaya alam pada semua skala. Dengan ruang lingkup yang
lebih luas ini, unsur tanaman tetap merupakan unsur utama perancangan yang
membantu arsitek lanskap dalam mencapai tujuan perancangan tidak hanya sebagai
unsur penghias tetapi juga memiliki fungsi-fungsi yang sama dan kadang-kadang
mempunyai nilai tertentu dalam perancangan arsitektur lanskap.
Keahlian arsitek lanskap terkait dengan unsur tanaman, terletak pada
pengetahuan tentang fungsi, kemampuan, keterampilan, dan kepekaan penggunaan
dalam konteks perancangan tertentu. Hal ini mencakup pemahaman tentang
karakteristik-karakteristik perancangan seperti ukuran, bentuk, warna, dan tekstur
serta pengetahuan tentang pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Kearifan
seorang arsitek lanskap terletak pada pemahamannya terhadap karakteristik visual
tanaman secara keseluruhan, pertimbangan ekologis tanaman untuk pertumbuhan
yang baik, dan dampak lingkungannya jika ditanam pada situasi tertentu.
Unsur tanaman memiliki beberapa sifat yang membedakan dari unsur-unsur
perancangan arsitektur lanskap lainnya. Karakteristik penting adalah bahwa tanaman
merupakan unsur yang hidup dan tumbuh (Booth, 1983). Pertama, unsur tanaman
adalah dinamis, yaitu secara teratur berubah warna, tekstur, kelebatan daun, dan
karakter keseluruhan sesuai musim dan pertumbuhannya. Misalnya, beberapa
tanaman berdaun rontok di daerah beriklim sedang mempunyai 4 karakteristik visual
yang berbeda berdasarkan pada musim-musim yang dialami, yaitu 1) pada musim
semi dengan bunga dan daun-daun hijau kekuningan yang rimbun, 2) pada musim
panas dengan daun-daun hijau tua, 3) pada musim rontok dengan daun-daun warna
cerah, dan 4) pada musim dingin dengan cabang yang gundul dan percabangan yang
jelas. Tanaman-tanaman di daerah tropis tidak berubah begitu dramatis seperti
tanaman berdaun rontok, meskipun ada perubahan pada musim panas dan dingin,
atau musim hujan dan kemarau. Bahkan di gurun pasir, tanaman berubah dalam
penampakannya khususnya selama musim dingin dan berbunga di musim semi.
Semua tanaman tumbuh besar dalam proses pertumbuhannya. Pertumbuhan
ini tidak tampak dalam jangka waktu pendek, tetapi cenderung dramatis dalam jangka
14
waktu yang panjang. Kualitas dinamis dari unsur tanaman ini mempunyai implikasi
penggunaannya dalam perancangan. Perubahan penampakan tanaman pada setiap
musim mempersulit untuk memilih dan menempatkannya dalam merancang taman.
Perancang tidak hanya memperhatikan bagaimana suatu kelompok tanaman
berfungsi dan tampak pada musim tertentu, tetapi juga bagaimana peranannya
sepanjang tahun dan pertumbuhan dari waktu ke waktu. Suatu kesalahan mungkin
saja terjadi di dalam memilih tanaman yang menarik pada musim tertentu, tetapi
tampak tidak menarik pada musim lain. Masalah ini dapat disederhanakan jika
sebagian unsur komposisi tanaman dibiarkan berubah sepanjang tahun, sedangkan
sebagian yang lain tetap konstan secara visual.
Aspek pertumbuhan unsur tanaman juga memiliki implikasi yang lain.
Umumnya, perancang menanam tanaman muda di tapak karena lebih murah dan
mudah dipindah serta mempunyai kesempatan yang lebih besar untuk hidup dan
tumbuh dibandingkan tanaman dewasa. Akan tetapi, hal ini memiliki kelemahan bagi
perancang. Tanaman memerlukan waktu lama untuk mencapai ketinggian, lebar, dan
bentuk tanaman dewasa. Untuk pohon besar di daerah beriklim sedang, tanaman
baru memerlukan waktu 15-20 tahun untuk tumbuh dewasa bahkan mungkin lebih
untuk mencapai ukuran optimal. Masalahnya akan lebih sulit karena tanaman
penutup dan semak pada umumnya mencapai kedewasaan lebih cepat daripada
pohon sehingga memerlukan program pemeliharaan berkala untuk memindahkan
tanaman penutup dan semak yang telah melebihi umurnya. Akibatnya, arsitek
lanskap tidak dapat menilai dengan baik kualitas yang ingin dicapai untuk suatu
perancangan dalam beberapa tahun (mungkin lebih dari 20-25 tahun). Hal ini
mempersulit untuk menilai apakah perancangan tersebut berhasil atau tidak, agar
perbaikan dapat dilakukan pada tahap berikutnya.
Faktor kesulitan waktu hampir tidak terdapat dalam profesi perancangan lain
karena penilaian terhadap perancangan dapat dilakukan setelah selesainya proyek.
Penyataan bahwa bangunan atau patung dapat rusak dimakan usia adalah benar,
tetapi perubahan tersebut tidak dapat dibandingkan dengan pohon muda yang
tumbuh dari ketinggian 2 m pada waktu pertama ditanam dengan pohon setinggi 15
m setelah beberapa tahun kemudian. Oleh karena itu, arsitek lanskap tidak hanya
15
mempelajari pengaruh tanaman dalam jangka pendek terhadap perancangan, tetapi
juga pengaruh jangka panjang. Hal ini menimbulkan masalah dalam menjelaskan
kepada klien, tentang bagaimana wujud perancangan setelah selesai pelaksanaan.
Biasanya, arsitek lanskap membuat gambar perancangan berdasarkan tanaman 75-
100% ukuran dewasa. Klien harus diberi penjelasan tentang kenyataan yang
sebenarnya, agar memahami bagaimana hasil akhir perancangannya serta
perubahannya dari waktu ke waktu. Apabila hal ini tidak dijelaskan, klien cenderung
kaget melihat kenyataan yang berbeda dengan apa yang dilihat dalam maket atau
denah yang tanamannya digambarkan mendekati umur dewasa. Untuk menghindari
penampilan yang kurang bagus yang diakibatkan penanaman tanaman yang masih
kecil, perancang biasanya menanam tanaman kecil dalam jumlah banyak agar cepat
memenuhi suatu area. Akan tetapi, masalah lain dapat timbul dengan cara ini,
tanaman tumbuh saling memenuhi ruang. Hal ini memerlukan pemeliharaan
tambahan dan biaya pemangkasan agar ukuran tanaman tetap seperti yang
diinginkan.
Karakteristik kedua yang menonjol adalah bahwa tanaman merupakan unsur
perancangan yang hidup sehingga memerlukan beberapa persyaratan lingkungan
untuk hidup dan tumbuh dengan baik (Booth, 1983). Faktor-faktor seperti kimia tanah,
drainase tanah, sinar matahari, angin, dan suhu berpengaruh terhadap pertumbuhan
tanaman. Setiap jenis tanaman memerlukan persyaratan tertentu untuk pertumbuhan
optimal sehingga salah satu langkah di dalam merancang taman adalah menetapkan
syarat-syarat pertumbuhan tanaman pada tapak. Setelah ditetapkan dapat dipilih
tanaman yang sesuai dengan syarat-syarat tersebut. Semua tanaman memerlukan
tingkat pemeliharaan tertentu untuk tetap tumbuh sehat. Tanaman tidak seperti unsur
perancangan lain, dapat dilupakan setelah ditanam. Beberapa jenis tanaman
memerlukan pemeliharaan lebih daripada yang lain. Bahkan, beberapa jenis tanaman
asli suatu daerah memerlukan perhatian khusus secara terus menerus. Penyiraman,
pemangkasan, pemupukan, serta pengendalian hama dan penyakit merupakan
kegiatan pemeliharaan dari tanaman lanskap.
16
B. Sejarah Perkembangan Tanaman dalam Lanskap Sejarah perkembangan tanaman dalam lanskap sesungguhnya berkembang
sejalan dengan perkembangan taman. Perkembangan taman mulai dari sebelum
Masehi hingga sekarang, yang dapat dibagi dalam 4 periode, yaitu: 1) Periode Antik,
2) Periode Abad Pertengahan, 3) Periode Renaissance, dan 4) Periode Modern.
1. Periode Antik Periode Antik yang terjadi pada masa sebelum Masehi memperlihatkan bahwa
tanaman hias belum dikenal. Tanaman yang pertama ditanam dalam suatu taman
adalah jenis yang sangat erat hubungannya dengan kehidupan manusia, yaitu jenis
tanaman yang dapat dimakan (edible) atau jenis tanaman obat-obatan (medicinal)
dan bahan baku parfum. Taman-taman pada periode ini, yaitu taman-taman di
Mesopotamia, Mesir, Asyiria, Persia, Yunani, dan Romawi.
Taman dibuat pertama kali di daerah Mesopotamia yang terletak di lembah
Sungai Euphrat oleh bangsa Babylon (3.500 SM). Seni pertamanan bangsa ini
diperlihatkan dengan pengaturan tempat-tempat pertanian sebagai tempat yang
menyenangkan. Pengaturan dilakukan pada petak-petak tanaman produktif, sistem
irigasi, penanaman pohon-pohon besar, dan lain sebagainya untuk kebutuhan
kesenangan. Salah satu taman yang terkenal adalah Zigurat atau Taman Gantung
yang ditanami pohon, semak, dan tanaman merambat dengan pola formal dan
rectalinier (Hyams, 1971).
Mesir seperti halnya Mesopotamia telah memiliki keahlian atau keunggulan di
bidang hortikultura. Akan tetapi, berbeda dengan bangsa Babylon, bangsa Mesir
kuno membangun taman di dalam tempat kediaman dan dipagar dengan tembok
tebal. Taman-taman di Mesir ditata dalam komposisi yang teratur berupa petak-petak
berisikan bunga-bungaan kolam atau enclosure (Hakim, 2003). Selain itu, pepohonan
yang ditanam merupakan pohon buah-buahan dan yang dapat digunakan sebagai
kayu bangunan.
Taman kerajaan Asyiria kemungkinan dipengaruhi oleh desain Mesir. Ciri
taman Asyiria umumnya berbentuk formal dalam penyusunan tanaman. Dari relief-
relief peninggalan bangsa Asyiria menunjukkan pohon-pohon dan palem disusun
17
berbaris dengan teratur seperti di Mesir. Pohon-pohon ini ditanam secara berbaris
juga untuk memudahkan pengairan (Wahid dan Karsono, 2011).
Taman-taman istana kerajaan Persia diciptakan untuk mengekspresikan
keagungan dan kemegahan dalam bentuk lain. Taman-taman ini umumnya
menggunakan sistem irigasi yang dialirkan dari ladang pertanian yang jauh dari
istana. Unsur air yang digunakan dalam taman bernilai simbolis sebagai aliran air
yang berasal dari Taman Firdaus dalam kitab suci.
Kerajaan bangsa Yunani terutama pada pemerintahan Alexander the Great
mengerjakan taman-taman dengan mengambil inspirasi taman-taman kerajaan
Persia dan Mesir. Biasanya ruang duduk atau ruang keluarga dihadapkan ke inner
court atau patio yang selalu diberikan perkerasan serta dihiasi dengan patung dan
tanaman di dalam pot. Pola rumah bangsa Yunani ini dijadikan dasar oleh bangsa
Romawi untuk membangun tempat tinggal. Posisi bangunan diletakkan mengarah
jalan dan letak kamar-kamar ditata ke sebelah dalam (in ward) yang dihubungkan
dengan colonade serta pembukaan ke arah ruang terbuka atau atrium.
Perkembangan taman terjadi dari Mediteran di Barat sampai Cina di Timur
Jauh. Catatan sejarah dan peninggalan kuno merupakan bukti yang mengisahkan
kekayaan budaya dan flora negeri Cina. Bunga-bunga indah dan tanaman eksotik
sering menjadi motif dekoratif pada sutera dan porselen. Taman Cina yang terkenal
dibuat pada jaman pemerintahan dinasti Chin dan dinasti Han. Pada masa
pemerintahan kedua dinasti tersebut sudah terdapat taman istana megah yang
bernuansa religius pengaruh ajaran Tao dan benilai estetika tinggi serta ditujukan
sebagai tempat beristirahat dan bersenang-senang (Hyams, 1971). Selain itu, semua
bunga dan pohon mempunyai arti simbolis dan makna. Misalnya peoni
melambangkan kekayaan dan kehormatan, anggrek melambangkan kehalusan budi
pekerti, kebaikan, dan budaya, chrysanthemum melambangkan kerendahan hati,
sopan santun, dan panjang umur, dan lotus melambangkan kemurnian dan
kebenaran (Mariana, 2001).
2. Periode Abad Pertengahan Periode abad pertengahan berlangsung sekitar abad ke-7 hingga abad 15.
Pada permulaan abad ini, taman tempat bersenang-senang jarang ditemukan di
18
antara kota-kota dan benteng-benteng yang padat. Ruang terbuka umumnya
berfungsi sebagai tempat menanami berbagai jenis tanaman obat-obatan dan
buahan. Kebun-kebun ini dipelihara dan dipagari dengan tembok sebagai benteng
yang kuat. Pada akhir abad ini, dengan sistem politik pemerintahan yang semakin
baik, serta perkembangan perdagangan dan peningkatan perekonomian
menyebabkan berkembangnya keberadaan taman-taman (Hakim, 2003).
Tanaman Porticoes merupakan salah satu elemen taman yang penting yang
dimasukkan oleh Byzantine Basilicos. Pada waktu itu, terdapat tempat yang
berbentuk semacam taman yang disebut Purgatones, merupakan taman tertutup
yang pertama kali dibuat di Eropa pada abad pertengahan (Hyams, 1971). Taman ini
memakai tanaman sayuran dan obat-obatan serta perpohonan dan tanaman hias
bunga. Tanaman bunga mulai menjadi berarti bagi kepentingan masyarakat pada
abad ke-6 dan ke-7. Madonna Lily sebagai bunga persembahan kepada Bunda Maria
dan menjadi simbol yang bermakna dari bunga violet dan mawar. Bangsawan dari
Eropa Utara mengungkapkan keindahan dari taman-taman gereja dengan membuat
taman bunga dengan gaya Pietro de Carescenzi, dengan pola tertutup dan dengan
tanaman rumput dan bunga-bungaan. Tanaman hias yang penting adalah mawar,
violet, dan marygold.
3. Periode Renaissance Periode ini berlangsung sekitar abad 15 sampai 20. Karakteristik taman yang
menonjol pada Periode Renaissance adalah kebun raya. Kebun raya ini muncul
sekitar abad ke-16 dan diduga berasal dari Mesiko lalu bentuk taman dibawa oleh
orang-orang Spanyol dan akhirnya menyebar ke Eropa. Kebun raya memberi
pengaruh yang kuat pada pertamanan sehingga dapat dikatakan bahwa kebun raya
merupakan ciri dari jaman Renaissance.
Dua contoh kebun raya yang banyak dipelajari dalam botani adalah Kebun
Raya Padua dan Kebun Raya Pisa. Kebun Raya Padua dibuat pada tahun 1545 dan
tetap bertahan sampai bertahun-tahun. Tanaman yang dibudidayakan di Kebun Raya
Padua, antara lain, Bignonia radicans, Cedros deodara, Robinia pseudoacacia,
Pelargonium cuculatum, Cyclamen persicum, Jasminum nudiflorum, dan Solanum
tuberosum. Tanaman yang dibudidayakan di Kebun Raya Pisa, antara lain, Juglans
19
nigra, Alianthus glandulosa, Cinnamomum camphora, Chaenomeles japonica,
Magnolia grandiflora, dan Tulip sp.
Secara umum tanaman yang digunakan pada Periode Renaissance ialah
menggunakan tanaman dalam bentuk pohon dan kelompok tanaman. Taman-taman
pada periode ini, yaitu Taman Italia, Perancis, dan Inggris. Taman pada era ini
diistilahkan memiliki “beauty and perfect form” yang dikaitkan dengan perubahan
dalam segi kualitas, artistik, dan falsafah desain. Taman-taman dibuat oleh para
seniman taman bekerjasama dengan para botanis, melalui perhitungan dan
perencanaan matang sehingga tercipta suatu taman yang nilai artistiknya tinggi,
bernuansa matematis, dengan falsafah desain yang bertumpu pada peningkatan
kenyamanan bagi manusia yang ingin menikmatinya. Taman-taman tidak hanya
sebagai tempat meditasi tetapi lebih diutamakan sebagai tempat rekreasi, relaksasi,
dan pesta perjamuan, serta bersifat lebih terbuka (Damayanti, 1999).
Beberapa karya yang terkenal di Italia adalah Villa Medici, Villa de Este, dan
Villa Lante. Villa Medici dibangun oleh Annibale Lippi untuk Cardinal Ricci pada tahun
1544, lalu dibeli oleh Ferdinando de Medici pada tahun 1580. Villa ini adalah satu-
satunya villa yang tamannya masih utuh. Elemen tanaman yang digunakan adalah
pohon buah-buahan yang ditanam dalam pot besar dari tanah liat dan parterre. Villa
de Este dibangun oleh Pirro Ligorio untuk Cardinal Ippolito de Este, sedangkan Villa
Lante dibangun oleh Mignolia. Ciri taman ini ialah menggunakan pohon-pohon,
semak evergreen, dan bunga-bungaan.
Taman-taman di Perancis awalnya berkiblat pada taman-taman pada Periode
Abad Pertengahan. Orang yang pertama kali membawa pengaruh Renaissance ke
Perancis ialah Leonardo da Vinci pada tahun 1514. Taman yang dibuat
menggunakan tanaman-tanaman yang ditanam rapat dalam baris-baris. Orang lain
yang berjasa dalam pembentukan Taman Perancis ialah Claude Mollet, Olivier de
Serre, dan Boyceau. Taman-taman yang dibangun oleh Olivier de Serre kebanyakan
berisi sayuran, buah-buahan, semak, dan bunga-bungaan. Bunga-bunga yang
digunakan, antara lain, violet, wallflower, dan lily of the valley.
Raja Henri VII dan Kardinal Wolsey adalah orang-orang yang berjasa dalam
kemajuan taman-taman Renaissance di Inggris. Salah satu elemen utama taman
20
adalah mount. Bentuk mount berasal dari Italia, yaitu jalan berbentuk spiral yang
dikelilingi pepohonan. Model terbesar dari taman Renaissance di Inggris ialah
Nonsuch Garden. Ciri-cirinya ialah ditiru dari fountainbleau, termasuk hutan-hutan
dengan vistanya, ada bosco, lapangan-lapangan hijau, dan tiruan-tiruan binatang.
Buah yang ditanam, antara lain, peach, aprikot, dan almond, sedangkan bunganya,
antara lain, marygold, pansy, wallflower, carnation, madonna lily, dan daffodils.
Beberapa taman memiliki parterre seperti pada Taman Perancis, tetapi pola-polanya
lebih sederhana.
4. Periode Modern Periode ini dimulai pada abad 20 hingga sekarang. Pada periode ini telah
berkembang penggunaan tanaman dalam taman bahkan mutlak ada tanaman hias
sebagai ornamen. Taman telah berkembang sedemikian rupa, misalnya taman kota,
taman rumah, dan taman bermain dengan penggunaan berbagai jenis tanaman.
Karya taman yang dihasilkan pada periode ini lebih beragam. Arsitek lanskap
pada periode ini merencanakan taman tidak hanya sekedar tempat untuk koleksi
bunga, tetapi juga sebagai outdoor livingroom. Selain itu, tanaman yang digunakan
tidak hanya tanaman yang bersifat dekoratif, tetapi juga tanaman yang disesuaikan
dengan kondisi tapak di sekitarnya dan sedikit memerlukan tenaga kerja dalam
penanaman dan pemeliharaan. Taman pada periode ini dapat dianggap sebagai
tempat untuk melakukan aktivitas sehari-hari (living space), sebagai tempat untuk
bermain anak-anak (playground), dan juga sebagai tempat melakukan kegiatan seni
atau hobby (work of art).
C. Rangkuman Tanaman lanskap adalah tanaman yang belum, sedang dan sudah
dibudidayakan, ditanam atau sudah ada di suatu tapak/lahan yang secara fungsional
berdayaguna dan secara estetis memiliki seni/nilai keindahan sehingga antara satu
dan lainnya dapat melahirkan suatu kesatuan yang harmonis. Sejarah perkembangan
tanaman dalam lanskap sesungguhnya berkembang sejalan dengan perkembangan
taman. Perkembangan taman mulai dari sebelum Masehi hingga sekarang, dapat
21
dibagi dalam 4 periode, yaitu 1) Periode Antik, 2) Periode Abad Pertengahan, 3)
Periode Renaissance, dan 4) Periode Modern.
PENUTUP A. Tugas dan Latihan Untuk memantapkan pemahaman Anda tentang pengertian tanaman lanskap dan
sejarah perkembangan tanaman lanskap, Anda perlu mengerjakan tugas-tugas di
bawah ini dan mendiskusikannya dengan kawan-kawan Anda!
1. Jelaskan pengertian tanaman lanskap.
2. Jelaskan karakteristik tanaman lanskap yang membedakan dari unsur-unsur
perancangan lainnya.
3. Jelaskan periode-periode perkembangan tanaman lanskap.
Petunjuk Jawaban: Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, Anda harus
memperhatikan rambu-rambu berikut:
1. Buatlah kelompok belajar dan diskusikan pertanyaan-pertanyaan tersebut dengan
kawan-kawan Anda.
2. Lakukan penelusuran literatur mengenai sejarah perkembangan tanaman lanskap
melalui sumber bacaan dan internet.
B. Tes Formatif/Evaluasi Kegiatan Pembelajaran Lingkari huruf di depan jawaban yang paling benar dari setiap soal di bawah ini!
1. Tanaman yang melambangkan kekayaan dan kehormatan adalah.............
(a) Anggrek
(b) Peoni
(c) Chrysanthemum
(d) Lotus
2. Karakteristik taman yang menonjol pada Periode Renaissance adalah.............
(a) Kebun raya
(b) Taman bunga
(c) Kebun buah
(d) Taman villa
22
3. Elemen tanaman yang digunakan pada Villa Medici adalah.............
(a) Pohon buah-buahan
(b) Lapangan hijau
(c) Bunga-bungaan
(d) Semak evergreen
4. Jalan berbentuk spiral yang dikelilingi oleh pepohonan disebut.............
(a) Parterre
(b) Bosco
(c) Mount
(d) Grotto
5. Taman dengan pola tertutup dan dengan tanaman rumput dan bunga-bungaan
disebut gaya.............
(a) The Maze
(b) Grotto Palissy
(c) Pietro de Carescenzi
(d) Fountainbleau
Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif yang terdapat di
bagian akhir bab ini. Hitunglah jawaban Anda yang benar, kemudian gunakan rumus
di bawah ini untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi Bab 2.
Rumus:
Arti tingkat penguasaan yang Anda capai:
90% - 100% = baik sekali
80% - 89% = baik
70% - 79% = cukup
- 69% = kurang
100%5
benar yangjawaban Jumlahpenguasaan Tingkat ×=
23
Apabila tingkat penguasaan anda mencapai 80% ke atas, bagus! Anda cukup
memahami Bab 2. Anda dapat meneruskan pada Bab 3. Akan tetapi, apabila tingkat
penguasaan Anda masih dibawah 80%, Anda harus mengulangi Bab 2, terutama
bagian yang belum Anda kuasai.
C. Sumber/Referensi 1. Booth NK. 1983. Basic Elements of Landscape Architectural Design. Illinois:
Waveland Pr. Inc.
2. Damayanti VD. 1999. Karakteristik Taman Italia. Buletin Taman dan Lanskap
Indonesia. 2(1): 25-28.
3. Hakim R. 2003. Arsitektur Lansekap Manusia, Alam dan Lingkungan. Jakarta:
Penerbit Univ. Trisakti.
4. Hyams E. 1971. A History of Garden and Gardening. New York: Praeger Publ.
5. Mariana F. 2001. Sejarah Penggunaan Bunga sebagai Elemen Taman dalam
Taman Cina. Buletin Taman dan Lanskap Indonesia. 4(3): 21-25.
6. Wahid J, B. Karsono. 2011. Desain dan Konsep Arsitektur Lansekap Dari
Zaman ke Zaman. Yogyakarta: Graha Ilmu.
D. Kunci Jawaban 1. b
2. a
3. a
4. c
5. c
24
BAB 3 SELEKSI TANAMAN BERDASARKAN ASPEK ARSITEKTURAL
PENDAHULUAN Kegunaan arsitektural unsur tanaman sangat penting dalam penataan lanskap
terutama sebagai pembentuk ruang luar. Dalam pengembangan perancangan,
kegunaan arsitektural adalah yang pertama dipelajari. Karakteristik visual unsur
tanaman umumnya dipilih setelah fungsi arsitekturalnya ditetapkan. Unsur tanaman
digunakan secara arsitektural dalam fungsi lanskap sebagai komponen struktural
seperti lantai, atap, dan dinding. Secara arsitektural tanaman merupakan ruang
kegiatan pada ruang luar.
A. Sasaran Pembelajaran Setelah mempelajari bab ini mahasiswa diharapkan dapat mengidentifikasi
tanaman berdasarkan aspek arsitektural melalui makalah hasil diskusi collaborative
learning secara berkelompok dan praktikum.
B. Strategi Pembelajaran 1. Collaborative learning
2. Praktikum
C. Kegiatan Belajar Langkah-langkah kegiatan belajar yang harus dilakukan:
1. Mahasiswa melakukan penelusuran literatur mengenai seleksi tanaman
berdasarkan aspek arsitektural melalui sumber bacaan dan internet.
2. Mahasiswa aktif melakukan kegiatan diskusi di kelas dan praktikum.
3. Mahasiswa membuat makalah sesuai format yang diberikan.
4. Mahasiswa menyelesaikan tes formatif/evaluasi kegiatan pembelajaran.
25
D. Indikator Pencapaian
1. Kemampuan melakukan diskusi dengan baik mengenai seleksi tanaman
berdasarkan aspek arsitektural.
2. Kemampuan membuat makalah sesuai format yang ditentukan.
3. Kemampuan melakukan praktikum identifikasi tanaman berdasarkan aspek
arsitektural.
4. Sikap dan perilaku yang baik dalam diskusi dan praktikum.
URAIAN BAHAN PEMBELAJARAN Istilah aspek arsitektural tidak dimaksudkan hanya untuk lingkungan buatan.
Unsur tanaman pada lingkungan alami dapat berperan dengan baik dengan
menyempurnakan fungsi-fungsi ”arsitekturnya". Penggolongan tanaman berdasarkan
aspek arsitektural artinya menciptakan ruang dengan unsur tanaman. Berdasarkan
aspek arsitektural, tanaman dapat digolongkan berdasarkan fungsinya sebagai
pembentukan ruang, penyekat, dan pengendali keleluasaan pribadi.
A. Pembentukan Ruang Pembentukan ruang berarti mengolah bidang atau unsur pembentuk ruang,
yaitu bidang dasar, bidang vertikal, dan bidang pengatap. Kesan ruang tergantung
pada pembatas nyata dan maya dengan memodifikasi ketiga bidang tersebut baik
secara sendiri maupun digabung. Unsur tanaman dapat digunakan dalam lanskap
untuk saling mempengaruhi bidang-bidang pembatas tersebut. Rumput atau tanaman
penutup tanah (groundcover) dapat digunakan untuk membentuk bidang dasar
(lantai). Tanaman semak dapat digunakan sebagai pembentuk bidang vertikal
(dinding). Pohon dapat digunakan untuk membentuk bidang pengatap/atap. Berbagai
kesan ruang dapat diciptakan dengan elemen tanaman, antara lain, ruang yang
bersifat terbuka, semi terbuka, tertutup, intim, publik, semi publik, dan sebagainya.
Jenis tanaman sebagai pembentuk ruang dikelompokkan menjadi tanaman pelantai,
tanaman pedinding, dan tanaman pengatap.
26
2. Tanaman Pelantai Untuk membentuk bidang dasar, tanaman penutup atau semak dapat secara
tidak langsung membentuk ruang dengan perbedaan ketinggian dan bahan. Dalam
hal ini, tanaman membentuk ruang vertikal secara fisik, tetapi dengan ketinggian
yang rendah memberi kesan suatu dinding. Misalnya, batas antara daerah rumput
dan tanaman penutup memberikan gambaran batas ruang tanpa penyekat fisik
(Gambar 1). Jenis tanaman yang dapat digunakan sebagai pembentuk bidang lantai
adalah tanaman yang tingginya sampai setinggi mata kaki, seperti lumut, rumput, dan
groundcover.
Gambar 1. Ruang maya terbentuk di antara penutup tanah dan rumput (Sumber: Booth, 1983)
3. Tanaman Pedinding Untuk membentuk bidang vertikal, unsur tanaman dapat mempengaruhi
persepsi ruang dalam berbagai cara. Pertama, batang pohon berperan sebagai tiang
vertikal pada ruang luar, sekali lagi pembatasan ruang ini lebih banyak secara tidak
nyata daripada secara nyata (Gambar 2). Tingkat ketertutupan dapat bervariasi
dengan ukuran batang, kepadatan massa, dan pola susunannya. Komposisi tanaman
berupa susunan pohon atau semak dapat membentuk bidang pembatas atau dinding
27
(Hakim dan Utomo, 2003). Semakin banyak batang pohon seperti dalam suasana
hutan alami, semakin kuat kesan ketertutupannya. Contoh lain dari batang pohon
yang membentuk batas ruang dapat dilihat sepanjang jalan yang ditanami pohon
dimana massa batang pohon pada musim dingin memberi gambaran batas-batas
ruang walaupun tanpa daun.
Kedua, massa daun tanaman dapat mempengaruhi bidang vertikal
ketertutupan ruang. Dalam hal ini, kepadatan dan ketinggian massa daun
mempengaruhi kualitas ruang. Semakin tinggi pohon dan semakin besar dan rapat
daunnya, semakin kuat kesan ketertutupannya. Perubahan tingkat ketertutupan lebih
jelas dan cenderung tampak dengan adanya variasi musim pada tanaman berdaun
rontok.
Gambar 2. Batas ruang maya terbentuk oleh massa batang pohon (Sumber: Booth, 1983)
4. Tanaman Pengatap
Bidang pengatap suatu ruang dapat dimodifikasi melalui unsur tanaman.
Massa daun dan percabangan pada tajuk pohon membentuk atap pada ruang luar,
membatasi pandangan ke langit, dan mempengaruhi skala vertikal ruang tersebut
(Gambar 3). Kesan pengatap yang kuat dapat dirasakan jika tajuk pohon saling
tumpang tindih, dengan demikian menutup pandangan langsung ke langit.
28
Dalam pembentukan ruang luar dengan menggunakan unsur tanaman, seperti
dengan unsur perancangan yang lain, perancang harus menentukan terlebih dahulu
tujuan yang akan dicapai dan kualitas ruang yang diinginkan (terbuka, tertutup, akrab,
monumental, dan sebagainya). Setelah itu arsitek lanskap dapat melanjutkan dengan
memilih dan menyusun tanaman yang memenuhi kriteria yang ditetapkan. Beberapa
tipe dasar ruang yang terbentuk oleh tanaman diuraikan sebagai berikut.
Gambar 3. Bidang pengatap terbentuk oleh bagian bawah tajuk pohon (Sumber: Booth, 1983)
1. Ruang yang Terbuka Arsitek lanskap dapat menciptakan ruang secara tidak langsung terbuka ke
semua arah dengan menggunakan semak dan tanaman penutup sebagai pembatas
ruang. Ruang seperti memberi kesan luas, tidak memberi kesan pribadi, dan terbuka
terhadap sinar matahari dan langit.
2. Ruang Semi Terbuka Ruang ini sama dengan ruang terbuka, tetapi sebagian tertutup pada salah
satu sisi atau lebih dengan tanaman tinggi. Tanaman tersebut berperan sebagai
dinding vertikal yang menghalangi pandangan ke dalam dan luar ruang. Tipe ruang
yang demikian memiliki kualitas yang sama dengan ruang yang terbuka, tetapi agak
transparan dan berorientasi kuat pada sisi yang terbuka. Ruang ini umumnya sesuai
untuk teras rumah dimana kesan pribadi diperlukan pada satu arah, tetapi diinginkan
pandangan yang terbuka pada sisi lain
29
3. Ruang Beratap (Canopied Space) Ruang beratap dapat dibentuk dengan bagian-bagian atas tertutup dan sisi-sisi
terbuka menggunakan massa tanaman peneduh dengan tajuk tanaman yang padat.
Secara keseluruhan ruang ini berkesan "terapit" antara bidang atas dari tajuk pohon
dan bidang dasar apabila seseorang melewati antara batang-batang pohon. Ruang
beratap juga membentuk kesan skala vertikal yang kuat dengan penutupan
ketinggian ruang. Secara arsitektural, tipe ruang ini sering dirasakan jika seseorang
berdiri di lantai dasar bangunan yang terbuka dengan sisi-sisi yang terbuka.
Dalam kaitannya dengan lanskap, ruang ini merupakan karakteristik ruang
terbuka hijau perkotaan. Sinar matahari tersaring tajuk tanaman dan cahaya
menembus dari sisi-sisinya. Ruang ini berkesan sejuk dan memungkinkan
pandangan tak langsung ke dalam dan luar ruang melalui sisi-sisinya. Salah satu
variasi ruang ini adalah ”lorong” yang terbentuk oleh tanaman peneduh sepanjang
jalan raya atau jalan setapak.
4. Ruang Tertutup Beratap (Enclosed Canopied Space) Ruang ini memiliki karakteristik yang hampir sama dengan ruang beratap.
Perbedaan utama ruang ini adalah tertutup pada sisi-sisinya dan tanaman berukuran
sedang dan kecil. Ruang seperti ini dapat dirasakan seperti suasana hutan, agak
gelap, berorientasi ke dalam, memberikan kesan keleluasaan pribadi, dan terisolir.
5. Ruang Vertikal Dengan menggunakan tanaman tinggi, arsitek lanskap dapat membentuk
ruang luar dengan orientasi vertikal dan terbuka ke arah langit. Tergantung besarnya
tekanan yang diinginkan, ruang tersebut dapat terbuka atau tertutup pada sisi-sisinya.
Salah satu variasi yang memungkinkan dari ruang ini adalah menggunakan tanaman
yang berbentuk meruncing ke atas sebagai unsur pembentuk ruang. Hal ini
dimaksudkan agar ruang yang terbentuk dapat mengembang atau mengecil apabila
ruangnya bertambah tinggi.
B. Penyekat (Screening) Apabila pembentukan ruang luar merupakan salah satu kegunaan arsitektural
tanaman, kegunaan lain adalah untuk menutup obyek atau pemandangan yang
30
kurang menarik suatu lingkungan. Unsur tanaman sebagai penyekat vertikal dapat
mengendalikan pandangan agar obyek yang diinginkan dalam lanskap dapat terlihat
dan obyek yang kurang baik terhalangi. Hal ini sangat tergantung dari tujuan
perancangannya, tanaman dapat membatasi pandangan secara total sehingga tidak
tembus sama sekali (opaque), atau dibuat transparan agar menghalangi sebagian
pandangan. Untuk membentuk penyekat tanaman secara efektif, perancang terlebih
dahulu harus menganalisis titik-titik mana agar pengamat dapat melihat, tinggi unsur-
unsur yang tidak menarik, jarak antara pengamat, unsur yang kurang menarik, dan
bentuk permukaan tanah.
Faktor-faktor tersebut secara bersama-sama mempengaruhi tinggi, susunan,
dan penempatan tanaman pembatas yang diinginkan. Tanaman yang tinggi, tidak
berarti baik untuk penyekat, walaupun kadang-kadang perlu pada situasi tertentu.
Faktor lain yang perlu dipertimbangkan adalah musim, apabila tanaman digunakan
sebagai penyekat. Tanaman hijau sepanjang tahun adalah yang paling sesuai untuk
penyekat permanen untuk menghalangi pandangan sepanjang tahun.
C. Pengendali Keleluasaan Pribadi Fungsi tanaman yang mirip dengan fungsi penyekat adalah sebagai
pengendali keleluasaan pribadi. Pengendali keleluasaan pribadi adalah teknik
penempatan tanaman di sekitar area tertentu agar pandangan ke dalam dan dari
ruang dapat dihalangi. Tujuan dari pengendalian pandangan ini adalah untuk
memisahkan ruang dengan sekitarnya (Gambar 4). Perbedaan yang jelas antara
keduanya adalah pengendali keleluasaan pribadi memisahkan ruang dengan
sekitarnya, dengan demikian menghalangi pandangan ke dan dari ruang. Penyekat
menghalangi secara bijaksana sebagian dari pandangan pengendali keleluasaan
pribadi mengurangi kebebasan bergerak dalam ruang, sedangkan penyekat
memungkinkan pergerakan di sekitar tanaman pembatas. Pengendali keleluasaan
pribadi sering merupakan tujuan perancangan yang diinginkan sebagai ruang duduk
yang akrab (intim) atau merupakan teras rumah.
31
Gambar 4. Pengendali keleluasaan pribadi (Sumber: Booth, 1983)
Penyekat tingkat pengendali keleluasaan pribadi dipengaruhi langsung oleh
karakteristik tanaman yang digunakan untuk menghalangi pandangan.
Tanaman.yang rimbun dengan tinggi lebih dari 2 meter, umumnya memberi kesan
keleluasaan pribadi yang kuat. Tanaman sebatas dada memberikan keleluasaan
pribadi sebagian, tetapi akan memberikan keleluasaan pribadi secara total jika
sedang duduk, dan tanaman lebih rendah lagi kurang memberikan rasa keleluasaan
pribadi.
D. Rangkuman Unsur tanaman digunakan secara arsitektural dalam fungsi lanskap sebagai
komponen struktural seperti atap, dinding, dan lantai. Kegunaan arsitektural lebih
ditekankan pada aspek struktural. Berdasarkan aspek arsitektural, tanaman dapat
digolongkan berdasarkan fungsinya sebagai 1) pembentukan ruang, 2) penyekat, dan
3) pengendali keleluasaan pribadi.
32
PENUTUP A. Tugas dan Latihan Untuk memantapkan pemahaman Anda tentang seleksi tanaman berdasarkan aspek
arsitektural, Anda perlu mengerjakan tugas-tugas di bawah ini dan mendiskusikannya
dengan kawan-kawan Anda!
1. Jelaskan fungsi tanaman sebagai pembentukan ruang.
2. Jelaskan fungsi tanaman sebagai penyekat (screening).
3. Jelaskan fungsi tanaman sebagai pengendali keleluasaan pribadi.
4. Jelaskan lima tipe dasar ruang yang terbentuk oleh tanaman.
Petunjuk Jawaban: Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, Anda harus
memperhatikan rambu-rambu berikut:
1. Buatlah kelompok belajar dan diskusikan pertanyaan-pertanyaan tersebut dengan
kawan-kawan Anda.
2. Renungkan tentang seleksi tanaman berdasarkan aspek arsitektural.
B. Tes Formatif/Evaluasi Kegiatan Pembelajaran Lingkari huruf di depan jawaban yang paling benar dari setiap soal di bawah ini!
1. Tanaman penutup tanah dapat digunakan untuk membentuk bidang.............
(a) Dasar
(b) Vertikal
(c) Horizontal
(d) Atap
2. Ruang yang terbentuk oleh tanaman peneduh dengan tajuk tanaman yang
rapat adalah.............
(a) Ruang terbuka
(b) Ruang semi terbuka
(c) Ruang beratap
(d) Ruang vertikal
3. Tanaman yang digunakan untuk memberi kesan pribadi yang kuat
adalah.............
(a) Tanaman rendah
33
(b) Tanaman rimbun dengan tinggi > 2 m
(c) Tanaman dengan tinggi > 2 m
(d) Tanaman setinggi dada
4. Apabila massa daun tanaman semakin besar dan rapat, maka ruang akan
semakin.............
(a) Lemah kesan ketertutupannya
(b) Kuat kesan keterbukaannya
(c) Lemah kesan keterbukaannya
(d) Kuat kesan ketertutupannya
5. Jarak antara pohon yang memiliki efektivitas visual adalah.............
(a) < 3 m
(b) 3 – 5 m
(c) 5 – 9 m
(d) > 9 m
Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif yang terdapat di
bagian akhir bab ini. Hitunglah jawaban Anda yang benar, kemudian gunakan rumus
di bawah ini untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi Bab 3.
Rumus:
Arti tingkat penguasaan yang Anda capai:
90% - 100% = baik sekali
80% - 89% = baik
70% - 79% = cukup
- 69% = kurang
Apabila tingkat penguasaan anda mencapai 80% ke atas, bagus! Anda cukup
memahami Bab 3. Anda dapat meneruskan pada Bab 4. Akan tetapi, apabila tingkat
penguasaan Anda masih dibawah 80%, Anda harus mengulangi Bab 3, terutama
bagian yang belum Anda kuasai.
100%5
benar yangjawaban Jumlahpenguasaan Tingkat ×=
34
C. Sumber/Referensi 1. Booth NK. 1983. Basic Elements of Landscape Architectural Design. Illinois:
Waveland Pr. Inc.
2. Hakim R, H. Utomo. 2003. Komponen Perancangan Arsitektur Lanskap,
Prinsip – Unsur dan Aplikasi Desain. Jakarta: Penerbit Bumi Aksara.
D. Kunci Jawaban 1. a
2. c
3. b
4. d
5. d
35
BAB 4 SELEKSI TANAMAN BERDASARKAN ASPEK VISUAL
PENDAHULUAN Unsur tanaman selain berfungsi untuk kegunaan arsitektural dalam
perancangan, yaitu untuk membentuk ruang, menciptakan urut-urutan ruang,
menghalangi pandangan, membentuk ruang keleluasaan pribadi, juga memiliki
kegunaan estetika. Kegunaan arsitektural lebih ditekankan pada aspek struktural,
sedangkan kegunaan estetika lebih menyangkut pada kualitas visual suatu
perancangan.
Ukuran, bentuk, warna, dan tekstur tanaman serta susunan komposisi dan
hubungannya dengan lingkungan sekitar merupakan faktor-faktor yang
mempengaruhi kualitas estetika suatu perancangan. Kualitas visual dalam penataan
tanaman sangat penting, karena tanggapan seseorang merupakan reaksi terhadap
apa yang terlihat. Suatu penataan tanaman dapat berfungsi dengan baik sebagai
pembentuk ruang, memodifikasi suhu udara, menstabilkan tanah, tetapi apabila
kurang menarik akan mengganggu pandangan. Penataan tanaman yang berhasil,
apabila dapat menarik pandangan, disamping menyempurnakan fungsi-fungsi yang
lain.
E. Sasaran Pembelajaran Setelah mempelajari bab ini mahasiswa diharapkan dapat mengidentifikasi
tanaman berdasarkan aspek visual melalui makalah hasil diskusi collaborative
learning secara berkelompok dan praktikum.
F. Strategi Pembelajaran 1. Collaborative learning
2. Praktikum
36
G. Kegiatan Belajar Langkah-langkah kegiatan belajar yang harus dilakukan:
1. Mahasiswa melakukan penelusuran literatur mengenai seleksi tanaman
berdasarkan aspek visual melalui sumber bacaan dan internet.
2. Mahasiswa aktif melakukan kegiatan diskusi di kelas dan praktikum.
3. Mahasiswa membuat makalah sesuai format yang diberikan.
4. Mahasiswa menyelesaikan tes formatif/evaluasi kegiatan pembelajaran.
H. Indikator Pencapaian 1. Kemampuan melakukan diskusi dengan baik mengenai seleksi tanaman
berdasarkan aspek visual.
2. Kemampuan membuat makalah sesuai format yang ditentukan.
3. Kemampuan melakukan praktikum identifikasi tanaman berdasarkan aspek
visual.
4. Sikap dan perilaku yang baik dalam diskusi dan praktikum.
URAIAN BAHAN PEMBELAJARAN
Secara umum, karakteristik visual tanaman mencakup ukuran, bentuk, warna,
dan tekstur. Setiap karakteristik visual tanaman memiliki sub-kategori, kualitas, dan
kegunaan tersendiri dalam ruang luar, yang akan diuraikan terinci pada bagian
berikut.
A. Ukuran Tanaman Ukuran merupakan karakteristik visual penting unsur tanaman yang perlu dikaji
terlebih dahulu dalam pemilihan tanaman untuk perancangan. Ukuran tanaman
secara langsung mempengaruhi ukuran ruang, daya tarik komposisi, dan
keseluruhan kerangka kerja perancangan. Unsur tanaman dapat dikategorikan
dengan ukuran-ukuran sebagai berikut.
1. Pohon besar dan sedang Berdasarkan ukurannya, tanaman yang paling cepat terlihat dari segi
komposisi dan ruang dalam lanskap adalah pohon besar dan sedang. Pohon besar
yang sudah tumbuh dewasa berukuran tinggi 12 meter atau lebih, sedangkan pohon
37
sedang ketinggian maksimum 9 – 12 meter. Contoh pohon besar adalah flamboyan
(Delonix regia), beringin (Ficus benjamina), trembesi (Samanea saman), dan
kecrutan (Spathodea campanulata), sedangkan contoh pohon sedang adalah bunga
kupu-kupu (Bauhinia purpurea), sawo kecik (Manilkara kauki), cemara kipas (Thuja
orientalis), dan kayu manis (Cinnamommum burmanii).
Kategori unsur tanaman ini merupakan unsur visual yang dominan karena
ketinggian dan massanya. Fungsinya sama dengan kerangka besi atau kayu sebuah
bangunan, memberikan bentuk tiga dimensi keseluruhan suatu komposisi dengan
membentuk struktur dasar dan kerangka ruang luar. Demikian juga pohon besar dan
sedang merupakan tanaman yang pertama-tama terlihat dalam suatu komposisi, oleh
karena itu berperan sebagai pusat perhatian jika diletakkan di antara tanaman-
tanaman kecil (Gambar 5).
Gambar 5. Pohon besar sebagai unsur dominan (Sumber: Booth, 1983)
Pohon besar dan sedang menjadi semakin penting sebagai unsur komposisi
jika ukuran ruang luar semakin besar. Jika dilihat dari seberang lapangan terbuka
atau plaza, yang pertama terlihat adalah pohon-pohon besar, dan mungkin satu-
satunya unsur tanaman yang terlihat. Pohon-pohon kecil atau perdu hanya terlihat
pada jarak yang relatif dekat. Oleh karena itu, pohon besar dan sedang seharusnya
merupakan unsur tanaman yang ditempatkan dalam perancangan karena
penempatan tersebut dapat memberikan pengaruh besar terhadap penampakkan
dan kesan komposisi secara keseluruhan. Apabila pohon besar telah ditempatkan,
perdu dan semak dapat diatur untuk melengkapi dan memperkuat kualitas komposisi
ruang luar. Tanaman-tanaman kecil memberikan detail dengan skala yang lebih
38
terukur dalam kerangka keseluruhan komposisi yang terbentuk oleh pohon besar.
Pada tapak berukuran kecil, agar berhati-hati untuk tidak menggunakan pohon besar,
karena hal ini cenderung mengaburkan skala perancangan dan unsur-unsur yang
lebih kecil.
Fungsi lain pohon besar dan sedang di lingkungan adalah untuk membatasi
ruang pada bidang atas dan bidang vertikal. Tajuk dan batang pohon besar dan
sedang dapat membentuk atap dan dinding ruang luar. Kesan ruang luar dapat
bervariasi, tergantung ketinggian tajuk pohon, ruang akan terasa lebih manusiawi jika
tinggi tajuk pohon 3 – 4,5 meter di atas tanah atau berkesan monumental jika tinggi
tajuk 12 – 15 meter di atas tanah, seperti di hutan rimba. Pohon besar dan sedang
merupakan unsur penting di dalam membagi-bagi (subdividing) ruang-ruang
perkotaan dan pedesaan luas yang awalnya dibatasi oleh bangunan-bangunan dan
permukaan tanah, menjadi ruang-ruang yang lebih kecil. Disini ketinggian dan sisi-sisi
massa tajuk tanaman merupakan aspek penting dalam membentuk batas-batas
ruang dan skalanya.
2. Pohon kecil (perdu) Dilihat dari segi ukuran tanaman, perdu diartikan sebagai tanaman yang
tumbuh dengan ketinggian maksimal 4,5 – 6 meter. Contoh tanaman ini adalah kol
banda (Pisonia alba), jakaranda (Jakaranda filicifolia), dadap merah (Erythrina
cristagalli), kembang merak (Caesalpinia pulcherima), dan palem wregu (Rhapis
exelsa).
Perdu dapat membatasi ruang, baik pada bidang vertikal maupun bidang atas.
Tergantung ketinggian tajuk tanaman, perdu dapat membentuk batas-batas ruang
pada bidang vertikal dengan batang-batang pohon atau melingkupi ruang pada
bidang vertikal jika massa tajuknya sebatas mata. Jika dari sela-sela batang dan
cabang-cabangnya yang rendah dari perdu dapat melihat pandangan (Gambar 6),
pohon tampak sebagai latar depan yang transparan sehingga memberikan kesan
lebih mendalam terhadap ruang yang sedang dilihat.
Perdu dapat berperan sebagai aksen visual dalam komposisi (Gambar 7). Hal
ini dapat diciptakan melalui ukuran yang kontras dengan tanaman-tanaman rendah,
atau dari bentuk, bunga, dan buah yang menyolok pada tanaman ornamental.
39
Tanaman ini digunakan sebagai pusat perhatian di tempat-tempat yang diinginkan
untuk menarik perhatian. Selain itu, dapat dipakai sebagai titik akhir ruang linier
seperti bentuk patung atau bentuk abstrak untuk mengarahkan dan menarik orang ke
dalam ruang.
Gambar 6. Batang pohon kecil sebagai latar depan suatu pusat perhatian (Sumber: Booth, 1983)
Gambar 7. Perdu sebagai pusat perhatian dalam komposisi tanaman (Sumber: Booth, 1983)
3. Semak tinggi Semak tinggi merupakan tanaman yang tumbuh dengan tinggi maksimal 3 –
4,5 meter. Contoh semak tinggi, antara lain, kembang sepatu (Hibiscus rosa-
sinensis), pangkas kuning (Duranta repens), kembang kertas (Bougenvillea
spectabilis), nusa indah (Mussaenda sp), dan hanjuang (Cordyline terminalis).
Semak tinggi tidak hanya lebih pendek dari perdu, tetapi dapat dikenal dari
massa daunnya yang rendah. Umumnya massa daun semak, hampir atau sampai ke
tanah, membentuk kanopi atau atap pada suatu daerah. Walaupun perbedaan ini
40
membantu mengkategorikan tanaman menurut ukuran, tetapi pada kenyataannya
tidak selalu jelas, khususnya jika banyak terdapat semak tinggi yang bercabang-
cabang membentuk kanopi terapung (floating canopy). Namun demikian, perbedaan
antara semak tinggi dengan perdu dibuat untuk mempermudah perbedaan.
Semak tinggi dapat digunakan dalam lanskap sebagai dinding untuk
melengkapi batas ruang (spatial enclosure) pada bidang vertikal. Ruang yang
dibatasi semak tinggi hanya melingkupi sisinya dan terbuka di bagian atas (Gambar
8). Dengan demikian, kesan ruang tersebut cenderung tampak ringan (light) dan
terang (sunny) dengan orientasi kuat ke atas. Semak tinggi juga dapat
menciptakan ruang semacam koridor yang kuat dan tegas mengarahkan pergerakan
dan pandangan ke terminus. Kualitas pelingkupnya dapat lebih bervariasi menurut
musim jika semak tinggi terdiri atas tanaman berdaun rontok, sedangkan tanaman
hijau sepanjang tahun akan tetap konsisten.
Gambar 8. Tanaman semak tinggi membatasi ruang pada bidang vertikal tetapi memberikan pandangan terbuka ke atas (Sumber: Booth, 1983)
4. Semak sedang Kategori ini mencakup tanaman yang mempunyai tinggi 1 – 2 meter. Tanaman
ini terdiri atas berbagai bentuk, warna, dan tekstur. Massa daun tanaman ini dapat
mencapai tanah atau sedikit lebih tinggi. Contoh tanaman semak sedang, antara lain,
asoka (Ixora javanica), kaca piring (Gardenia angusta), lolypop kuning (Pacystachys
lutea), dan bunga mentega (Nerium oleander).
Tanaman semak sedang berfungsi sama seperti semak rendah dalam
perancangan, tetapi dengan pelingkup ruang (spatial containment) lebih banyak.
41
Semak sedang berperan sebagai peralihan visual suatu komposisi antara perdu atau
semak tinggi dengan semak rendah.
5. Semak rendah Semak rendah merupakan kategori tanaman kecil dalam hirarki ukuran
tanaman. Semak rendah yang optimal mempunyai tinggi 1 meter atau kurang. Semak
rendah dianggap lebih tinggi dari 30 cm, karena tanaman dengan ketinggian di
bawah itu nampak dan berfungsi sebagai penutup tanah. Contoh tanaman semak
rendah, antara lain, difenbachia (Dieffenbachia spp.), pisang hias (Heliconia sp),
bunga kana (Canna sp), dan tapak dara (Vinca rosea).
Semak rendah dapat membatasi ruang atau memisahkan ruang tanpa
menghalangi pandangan ke dalam atau keluar. Oleh karena semak rendah
mempunyai tinggi yang tidak menyolok, maka tanaman tersebut membentuk ruang
semu (implication) daripada pembatas fisik secara nyata. Dengan demikian ruang
yang direncanakan terbuka pada sisi-sisinya dapat dibatasi dengan semak rendah
pada bidang vertikalnya. Fungsi lain berkaitan dengan hal itu adalah menggunakan
semak rendah sepanjang jalan setapak untuk mengarahkan pejalan kaki tanpa
mengganggu garis pandangnya (line of vision).
Semak rendah dengan komposisi tertentu dapat menghubungkan secara
vertikal unsur-unsur yang tidak berhubungan. Hal ini agak berbeda dengan tanaman
penutup. Tanaman penutup tanah menghubungkan unsur lain secara visual dengan
berperan sebagai bidang dasar, sedangkan semak rendah berfungsi sebagai
penghubung vertikal, sama seperti tembok yang rendah. Oleh karena itu, semak
rendah berperan sebagai penghubung visual yang kuat diantara unsur-unsur
dalam suatu komposisi, jika dilihat dari batas mata normal.
6. Tanaman Penutup Tanah Kategori tanaman-tanaman terkecil menurut ukurannya adalah tanaman
penutup tanah. Istilah tanaman penutup tahah digunakan untuk tanaman rendah atau
yang menyebar dengan tinggi maksimal 15 – 30 cm. Tanaman penutup tanah
mempunyai berbagai macam karakteristik, mulai dari tanaman berbunga sampai
yang herbaceous. Contoh tanaman ini, antara lain, begonia (Begonia sp), kembang
coklat (Widelia biflora), bunga pukul empat (Mirabilis jalava), adam hawa (Rhoeo
42
discolor), dan daun mutiara (Philea sp). Tanaman penutup tanah dapat dikatakan
sebagai "permadani" tanaman atau material pelantai ruang luar serta mempunyai
berbagai fungsi dalam perancangan.
Tanaman penutup tanah dapat digunakan dalam perancangan untuk
membentuk tepi atau batas ruang. Dalam kaitannya dengan hal tersebut, tanaman
penutup sering dipakai dalam ruang luar untuk membentuk tepi-tepi pola pada bidang
dasar. Tanaman penutup tanah merupakan bahan yang efektif untuk membuat
bentuk luar suatu pola yang direncanakan pada bidang dasar tanpa menggunakan
bahan arsitektural yang keras. Garis yang tercipta oleh tepi tanaman penutup tanah
dengan rumput atau perkerasan tampak menarik dan mengarahkan mata ke sekitar
ruang. Kegunaan yang sama tanaman penutup adalah untuk membatasi permukaan
bukan jalan, khususnya jika berbatasan dengan halaman rumput atau perkerasan.
Kegunaan lain dari tanaman penutup tanah adalah memberikan daya tarik
visual berdasarkan warna dan tekstur yang menyolok. Tanaman penutup tanah akan
tampak menarik jika ditata berdampingan dengan unsur yang berwarna dan
bertekstur menyolok. Kegunaan ini amat penting bagi tanaman penutup tanah yang
memiliki bunga-bunga yang indah.
Kegunaan tanaman penutup tanah dapat menciptakan latar belakang atau
“setting” yang senada menjadi pusat perhatian. Sebagai contoh, suatu petak bunga di
bawah patung atau pohon ornamental yang menarik. Untuk dapat berperan sebagai
"setting" yang netral, area tanaman penutup tanah harus luas untuk mencegah
gangguan visual unsur-unsur lain yang berdekatan.
Penerapan lain dari tanaman penutup tanah dalam perancangan adalah
menghubungkan secara visual unsur-unsur yang terpisah atau kelompok unsur-unsur
dalam satu kesatuan. Tanaman penutup tanah juga dapat berfungsi sebagai unsur
netral yang menghubungkan berbagai bagian dari komposisi. Kelompok perdu atau
pohon yang tidak berhubungan dapat dibuat sebagai bagian dari komposisi yang
sama oleh tanaman penutup tanah, karena dapat menghubungkan semua tanaman
menjadi satu area pada bidang dasar.
Kegunaan praktis tanaman penutup tanah adalah untuk menutup daerah-
daerah yang kurang sesuai untuk rumput atau unsur-unsur lain. Daerah-daerah yang
43
sukar untuk ditanami rumput atau unsur-unsur lain adalah dekat bangunan atau
tempat-tempat lain yang sukar dicapai mesin pemotong rumput atau tempat-tempat
yang terlampau gelap dan teduh. Dengan luas yang sama, tanaman penutup tanah
pada umumnya memerlukan pemeliharaan lebih sedikit daripada halaman rumput.
Dalam jangka waktu yang panjang, area-area dengan tanaman penutup tanah dapat
menghemat biaya, waktu, dan energi dalam pemeliharaan dibanding dengan
halaman berumput.
Kegunaan tanaman penutup tanah yang lain adalah untuk menstabilkan tanah
dan mencegah erosi pada lereng-lereng curam. Agak sukar untuk membentuk
permukaan rumput pada lereng dengan kemiringan lebih dari 4:1 dan berbahaya
untuk memangkasnya. Pada keadaan seperti ini tanaman penutup tanah dapat
digunakan sebagai pengganti rumput.
B. Bentuk Tanaman Karakteristik visual tanaman selanjutnya adalah bentuk tanaman. Bentuk
tanaman secara individual atau kelompok merupakan bentuk keseluruhan dan
sesuai dengan habitat pertumbuhannya, atau bentuk luar (outline) silhouetnya.
Walaupun secara visual tidak sekuat ukuran, bentuk tanaman juga merupakan
faktor kunci dalam membentuk struktur komposisi tanaman, yang dapat
mempengaruhi kesatuan dan keanekaragaman, berperan sebagai aksen atau latar
belakang, dan menyeleraskan tanaman dengan unsur-unsur padat lain dalam
perancangan. Bentuk tanaman dapat dimanfaatkan untuk menunjukkan bentuk dua
atau tiga dimensi, memberi kesan dinamis, indah, memperlebar atau memperluas
pandangan ataupun sebagai aksentuasi dalam suatu ruang (Hakim, 2006).
Tipe-tipe dasar bentuk tanaman adalah: fastigiate, kolumnar,
menyebar/horizontal, bulat (globular), piramidal/kerucut, merunduk (weeping) dan
picturesque (Gambar 9). Setiap tipe-tipe bentuk tersebut, masing-masing memiliki
karakteristik yang khas dan penerapannya dalam perancangan diuraikan sebagai
berikut.
44
Gambar 9. Tipe dasar bentuk tanaman (Sumber: Booth, 1983)
5. Fastigiate (tinggi-ramping) Bentuk tanaman fastigiate adalah bentuk yang meninggi-ramping dan
meruncing di bagian atas. Contoh tanaman seperti ini adalah cemara lilin (Cupressus
lucitanica). Dalam perancangan, tanaman berbentuk fastigiate memberi penekanan
vertikal dan mengarahkan mata ke atas. Tanaman-tanaman tersebut memberi kesan
vertikal dan meninggi, baik terhadap massa tanamannya maupun ruang yang
dibatasi. Jika digunakan dalam jumlah banyak, tanaman dengan bentuk fastigiate
dapat memberikan kesan massa atau ruang yang terjadi tampak lebih tinggi dari
45
sebenarnya. Jika diletakkan secara kontras dengan tanaman rendah dan bentuk-
bentuk bulat atau menyebar, fastigiate berperan sebagai aksen dan exclamation point
seperti menara gereja pada kaki langit suatu kota di pedalaman.
Tanaman berbentuk fastigiate dapat menarik perhatian sehingga sebaiknya
digunakan secara seksama dalam jumlah sedikit pada titik-titik tertentu dengan tepat.
Tanaman dengan bentuk tinggi ramping seharusnya tidak ditempatkan di berbagai
tempat pada suatu komposisi, karena hal ini dapat menciptakan perancangan yang
kacau karena banyak titik-titik perhatian individual.
2. Bentuk Kolumnar Tanaman berbentuk kolumnar sama seperti tanaman berbentuk fastigiate,
hanya agak bulat di bagian atasnya. Tanaman damar (Agathis damara) dan kenanga
(Cananga odorata) merupakan contoh-contoh tanaman dengan bentuk kolumnar.
Tanaman berbentuk kolumnar memiliki kegunaan yang sama dengan bentuk
fastigiate dalam perancangan.
3. Bentuk Menyebar/Horizontal Tipe bentuk tanaman ini lebarnya lebih kurang sama dengan ketinggiannya,
dengan habit umumnya horizontal. Contoh tanaman tersebut adalah trembesi
(Samanea saman) dan bunga lampion (Brownea capitella). Tanaman berbentuk
menyebar dapat digunakan dalam perancangan untuk memberikan kesan luas dan
melebar (Gambar 10). Oleh karena itu, dapat digunakan untuk menghubungkan
bentuk-bentuk lain dalam komposisi secara visual, khususnya jika bentuk-bentuk
horizontal diulang secara seksama di dalam perancangan. Sebaliknya, tanaman
berbentuk menyebar dapat digunakan sebagai kontras terhadap bentuk fastigiate dan
kolumnar dalam suatu komposisi. Tanaman berbentuk menyebar tampak harmonis
dengan permukaan tanah rata, garis-garis panjang yang menjangkau kaki langit dan
bangunan-bangunan berbentuk horizontal yang rendah. Jika diletakkan berdekatan
dengan bangunan, tanaman-tanaman tersebut dapat memperkuat garis-garis
arsitektur menyatukan dengan tapak sekitarnya.
4. Bentuk Bulat (Globular) Sesuai dengan namanya, tipe tanaman ini memiliki bentuk bulat menyerupai
bola. Tanaman johar (Cassia siamea) dan kiara payung (Filicium decipiens) adalah
46
contoh tanaman berbentuk bulat. Tanaman berbentuk bulat merupakan tipe bentuk
tanaman terbanyak sehingga tanaman ini banyak dipakai dalam komposisi
perancangan. Tidak seperti bentuk-bentuk tanaman fastigiate atau menyebar,
tanaman berbentuk bulat "tidak memberi kesan mengarahkan" dan "netral". Oleh
karena itu, tanaman berbentuk bulat akan mudah digunakan untuk menyatukan suatu
komposisi perancangan. Tanaman berbentuk bulat dapat berperan sebagai tanaman
pelembut dan netral terhadap bentuk-bentuk lain yang lebih menyolok. Tanaman
berbentuk bulat juga dapat ditempatkan pada perancangan untuk menyelaraskan
serta mengulang bentuk-bentuk curvilinier seperti permukaan tanah yang berbukit-
bukit.
Gambar 10. Bentuk-bentuk spreading memberi kesan lebar dan luas (Sumber: Booth, 1983)
5. Bentuk Piramidal/Kerucut Tipe bentuk tanaman ini memiliki bentuk piramidal dari dasar secara gradual
meruncing ke atas. Contoh tanaman ini adalah cemara kipas (Thuja occidentalis) dan
pinus (Pinus merkusii). Tanaman dengan bentuk piramidal mempunyai bentuk-bentuk
luar (outline) yang menyolok, terutama bagian atas yang meruncing dan mudah
dilihat. Oleh karena itu, tanaman ini digunakan sebagai aksen visual, khususnya jika
ditata secara kontras dengan bentuk-bentuk bulat rendah. Selain itu, tanaman ini juga
dapat digunakan untuk mengulang bentuk bangunan piramidal atau permukaan tanah
yang bergunung-gunung. Oleh karena itu, beberapa ahli teori perancangan
menyarankan agar bentuk-bentuk piramidal/kerucut digunakan secara hati-hati pada
wilayah yang rata, dimana secara visual tidak terdapat gunung sama sekali. Terakhir,
tanaman dengan bentuk kerucut dapat digunakan secara harmonis dan selaras pada
47
perancangan-perancangan yang bersifat formal dengan bentuk-bentuk geometrik
yang kaku.
6. Bentuk Merunduk (Weeping) Bentuk tanaman merunduk memiliki struktur percabangan yang menggantung
atau melengkung ke bawah. Janda merana (Salix babilonica) dan beringin karet
(Ficus elastica) merupakan contoh tanaman merunduk. Di alam tanaman merunduk
sering ditemukan di daerah atau titik-titik terendah suatu tanah, misalnya di
sepanjang tepi daerah perairan sering ditemukan tanaman janda merana. Dalam
perancangan, tanaman tersebut dapat menuntun mata ke arah permukaan tanah (ke
bawah), suatu fungsi yang dapat dimanfaatkan setelah mata dituntun ke atas oleh
bentuk-bentuk yang meninggi. Tanaman dengan bentuk merunduk juga dapat
digunakan pada pinggir daerah perairan yang berkelok-kelok (curvilinier) untuk
mencerminkan bentuk berombak dan melambangkan kualitas kemudahan mengalir
dari air. Untuk mengekspresikan tanaman dengan bentuk merunduk kadang-kadang
untuk menempatkannya pada tepi bak tanaman atau titik-titik tanah yang ditinggikan
agar tanaman dapat menjuntai pada tepinya.
7. Bentuk Yang Menarik (Picturesque) Tanaman dengan bentuk yang menarik atau eksotis merupakan bentuk
scullptural yang unik. Bentuknya mungkin dapat tak beraturan, meliuk-liuk, atau
berbagai bentuk yang luar biasa. Tanaman dengan bentuk seperti ini biasanya
merupakan tanaman dewasa yang telah menyesuaikan diri (beradaptasi) dalam
jangka waktu lama terhadap kondisi lingkungan tertentu. Kecuali tanaman bonsai
yang sengaja dibentuk, semua tanaman picturesque adalah hasil/akibat kekuatan
alam yang unik. Sesuai dengan penampakannya yang luar biasa, tanaman dengan
bentuk yang menarik ini amat baik digunakan sebagai "specimen" yang diletakkan
pada titik tertentu dalam perancangan. Biasanya tidak lebih dari satu tanaman
ditempatkan pada suatu daerah/area untuk menghindarkan kesan kacau atau ruwet.
C. Warna Tanaman Warna tanaman dapat dianggap sebagai karakteristik emosional karena
mempengaruhi secara langsung kesan dan suasana ruang-ruang luar. Warna-warna
48
terang menimbulkan suasana cerah dan menyenangkan, sedangkan warna-warna
gelap mengesankan suram. Warna tanaman juga penting karena mudah dilihat.
Variasi warna tanaman kadang-kadang dapat dilihat pada jarak relatif jauh dalam
lanskap. Warna dari suatu tanaman dapat menimbulkan efek visual juga tergantung
dari refleksi cahaya yang jatuh pada tanaman tersebut (Hakim, 2006).
Warna yang terdapat pada unsur-unsur tanaman dari berbagai bagian
tanaman mencakup daun, bunga, buah, tunas, dan cabang, serta kulit batang pohon.
Warna utama daun adalah warna hijau, dengan berbagai variasi mulai dari hijau
muda sampai dengan hijau tua mencakup warna-warna shades kuning, biru, dan
perak. Disamping itu, berbagai rangkaian warna dengan potensi hue terdapat pada
daun, bunga, tunas, dan cabang/batang pohon pada musim semi dan musim gugur.
Organisasi warna suatu komposisi tanaman harus dikoordinasikan dengan
karakteristik visual yang lain. Warna tanaman harus digunakan untuk memperkuat
fungsi ukuran dan bentuk tanaman dalam perancangan lanskap. Sebagai contoh,
tanaman yang ditempatkan sebagai titik perhatian dalam perancangan karena ukuran
atau bentuk seharusnya juga memiliki warna yang menarik perhatian. Dengan
pendekatan ini, daun pada musim panas beserta ranting di musim dingin dan warna-
warna batang, umumnya penting untuk dipertimbangkan, karena memiliki mayoritas
waktu. Warna bunga dan warna musim semi, sering tampak dramatis dan
mengesankan, umumnya hanya dalam waktu singkat, kurang lebih beberapa minggu.
Memilih tanaman hanya berdasarkan pada bunga atau warna musim semi adalah
keliru mengingat waktu yang singkat.
Dalam mengomposisikan warna dalam suatu perancangan, nada warna hijau
yang netral sebaiknya lebih menonjol dari warna-warna lain. Warna netral dapat
digunakan sebagai unsur pemersatu, dimana secara visual mengikat semua warna.
Warna hijau yang kontras harus terdapat dalam massa-massa daun dan akan
tampak jelas antara satu dengan yang lain. Berbagai warna hijau seharusnya tidak
membentuk telalu banyak titik-titik individu yang sebanding dengan skala keseluruhan
dari komposisi atau menimbulkan penampakan yang tidak teratur. Diperlukan
kecermatan di dalam menempatkan warna daun yang luar biasa seperti warna perak,
ungu atau warna yang beraneka, karena warna-warna tersebut cenderung mudah
49
dilihat karena keunikannya. Daun dengan warna hijau luar biasa harus disimpan
sebagai cadangan untuk beberapa lokasi khusus di dalam perancangan.
Demikian juga bunga berwarna terang harus dikelompokkan dan ditempatkan
hanya pada tempat-tempat tertentu. Jika warna terang banyak ditempatkan di
berbagai titik (spot) dalam perancangan, akan menimbulkan kesan kacau dan
berkesan tidak ada hubungan. Warna bunga yang ditempatkan secara sensitif harus
ditempatkan sebagai selingan atau variasi tanpa mengganggu kesatuan secara
keseluruhan.
D. Tekstur Tanaman Tekstur tanaman adalah kesan kasar atau halusnya keseluruhan tanaman
(secara visual) pada tanaman individual atau sekelompok tanaman. Tekstur tanaman
dipengaruhi oleh ukuran daun, ukuran ranting dan cabang, konfigurasi kulit tanaman,
habitat pertumbuhan secara keseluruhan, dan jarak dimana tanaman tersebut dilihat.
Pada jarak dekat, ukuran daun tanaman individual, bentuk permukaan, dan susunan
ranting merupakan faktor-faktor dominan yang mempengaruhi tekstur secara visual,
sedangkan kepadatan cabang dan habit pertumbuhan merupakan variabel-variabel
utama yang mempengaruhi tekstur apabila tanaman dilihat secara keseluruhan pada
jarak tertentu. Selain jarak yang bervariasi, tekstur juga mudah berubah sesuai
musim terutama pada tanaman berdaun gugur.
Tekstur mempengaruhi berbagai faktor dalam komposisi tanaman, meliputi
kesatuan komposisi dan keanekaragaman, persepsi terhadap jarak, nada warna,
daya tarik visual, dan suasana perancangan. Tekstur tanaman biasanya
diklasifikasikan sebagai kasar, sedang, dan halus (Gambar 11) dengan sifat dan
kegunaan potensial dalam lanskap sebagai berikut.
1. Tekstur Kasar Tekstur kasar biasanya terbentuk oleh daun-daun yang besar, cabang-cabang
yang besar dan masif (tidak memunyai ranting halus dan kecil) dan/atau habit
pertumbuhan yang menyebar bebas. Contoh tanaman yang bertekstur kasar adalah
kembang dedes (Saraca palembanica), agave (Agave americana), dan rumput
gajah/paitan (Axonopus compressus).
50
Gambar 11. Tekstur tanaman (Sumber: Booth, 1983)
Karakteristik tanaman yang bertekstur kasar adalah mudah dilihat, jelas/tegas,
dan agresif. Jika diletakkan di antara tekstur sedang dan halus, tekstur kasar tampak
"bergerak keluar" ke arah pengamat dan merupakan tekstur yang pertama terlihat.
Oleh karena itu, tekstur kasar dapat digunakan sebagai titik perhatian untuk menarik
perhatian atau untuk memperkuat kesan. Seperti halnya dengan aksen-aksen lain,
tanaman bertekstur kasar harus ditempatkan secara seksama dan digunakan tidak
berlebihan agar tidak "mengalahkan" komposisi atau menarik perhatian pada banyak
tempat dalam suatu perancangan.
Karena kekuatan ini tekstur kasar menimbulkan kesan "bergerak ke depan" ke
arah pengamat, menyebabkan jarak antara pengamat dan unsur tanaman tampak
lebih dekat dari yang sebenarnya. Dengan demikian tanaman bertekstur kasar dalam
kuantitas yang banyak dapat memberi kesan menyempitkan ruang luar, yaitu dengan
cara bergerak ke dalam ruang tersebut. Hal ini mungkin diperlukan apabila ukuran
51
fisik ruang terlalu luas bagi kenyamanan manusia secara normal, tetapi tidak
diperlukan jika ruangnya sempit dan terbatas walau tanpa tanaman sekalipun.
Tanaman bertekstur kasar dalam beberapa hal tampak lebih terbuka, longgar,
dan kurang jelas bentuk globalnya dibandingkan tanaman-tanaman bertekstur halus.
Tanaman bertekstur kasar biasanya lebih banyak variasi gelap dan terang. Oleh
karena kualitas ini, tanaman bertekstur kasar umumnya lebih mudah dipakai pada
penataan secara informal. Tanaman ini sukar digunakan pada situasi formal yang
memerlukan bentuk-bentuk sempurna dan bentuk global yang jelas/tegas.
2. Tekstur Sedang Tekstur sedang adalah hasil dari daun dan cabang berukuran sedang dan/atau
habit pertumbuhan yang sedang. Dibanding dengan tekstur kasar, tanaman
bertekstur sedang kurang transparan dan kurang tegas silhouettenya. Karena
mayoritas tanaman bertekstur sedang, maka umumnya merupakan bagian tekstur
terbanyak dipakai dalam komposisi tanaman. Seperti warna hijau dengan nada
sedang (medium tone greens) tekstur sedang harus merupakan tekstur dasar dalam
perancangan, berperan sebagai unsur peralihan antara tekstur kasar dan halus.
Tekstur sedang dapat menghubungkan/mengikat komposisi dalam suatu kesatuan
yang menyeluruh. Contoh tanaman bertekstur sedang, antara lain, daun kupu-kupu
(Bauhinia purpurea), trengguli (Cassia fistula), sapu tangan (Maniltoa grandiflora),
angsana (Pterocarpus indicus), dan rumput embun (Polytrias amaura).
3. Tekstur Halus Tekstur halus dihasilkan oleh banyaknya daun-daun kecil, cabang-cabang dan
ranting kecil, dan/atau habit pertumbuhan yang padat. Kembang merah (Caesalpinia
pulcherima), flamboyan (Delonix regia), trembesi (Samanea saman), suplir (Adiantum
cuneatum), rumput manila (Zoysia matrella), dan rumput peking (Agrostis stolonifera)
adalah contoh-contoh unsur tanaman bertekstur halus.
Tanaman bertekstur halus memiliki karakteristik dan kemampuan perancangan
yang berlawanan dengan tanaman bertekstur kasar. Tanaman bertekstur halus
memiliki penampakan halus dan lembut sehingga kurang nyata/jelas dalam lanskap.
Tanaman ini biasanya tanaman terakhir dilihat dalam komposisi (berdasarkan
teksturnya) dan yang pertama kabur dari pandangan dalam perancangan, apabila
52
jarak antara pengamat dan komposisi tanaman semakin jauh. Tanaman bertekstur
halus dapat dimasukkan dengan tepat ke dalam komposisi berperan sebagai latar
belakang yang netral terhadap tekstur yang lebih agresif. Hal ini untuk memberikan
karakter permukaan yang lebih halus dan lunak, atau menambah keanekaragaman
visual apabila dilengkapi dengan tekstur kasar dan sedang.
Karena tanaman bertekstur halus kurang begitu jelas dalam suatu komposisi,
tanaman ini cenderung "tertarik ke belakang" dari pengamat. Oleh karena itu, jika
digunakan dalam jumlah banyak dalam ruang luar, tanaman bertekstur halus dapat
memberikan gambaran (ilusi) lebih luas dari sebenarnya. Kualitas ini sangat
bermanfaat jika diterapkan pada ruang yang kecil dan sempit dimana tepi-tepi ruang
akan tampak meluas dan bukan menyempit.
Tanaman bertekstur halus sering mempunyai silhouette yang jelas dan
permukaan secara keseluruhan halus, tetapi padat (solid) karena kuantitas daun-
daun kecil dan/atau kepadatan percabangannya. Beberapa tanaman bertekstur halus
tampak seperti dipangkas rapi walaupun dalam keadaan alami. Oleh karena itu,
tanaman bertekstur halus lebih tepat digunakan pada setting yang memberikan
karakter formal dan rapi.
Sebagai panduan, lebih baik apabila mendapatkan keanekaragaman yang
seimbang dari ketiga tipe dasar dalam perancangan agar memberi pandangan yang
menarik. Variasi tekstur yang sedikit akan tampak monoton, tetapi jika terlalu
berlebihan akan tampak kacau. Keseimbangan yang diinginkan ini akan lebih penting
pada ruang-ruang berukuran kecil dan akan semakin kurang penting pada ruang
yang luas atau taman jauh dari pengamat. Satu lagi saran penyusunan berbagai tipe
tekstur dalam area yang luas, agar proporsional dalam menggunakan tanaman
bertekstur sedang sebagai peralihan antara tekstur kasar dan halus. Jika terlalu
banyak digunakan tekstur yang berbeda-beda dalam area kecil, atau perubahan yang
mendadak dari tekstur kasar ke tekstur halus cenderung membuat komposisi terasa
kacau dan tidak menyatu. Pemilihan dan kegunaan tekstur dalam komposisi tanaman
perlu diselaraskan dengan semua karakteristik visual tanaman, ukuran, bentuk, dan
warna tanaman agar memperkuat kualitas-kualitas ini.
53
E. Rangkuman Karakteristik visual tanaman dari ukuran, bentuk, warna, dan tekstur
merupakan "palette" variabel-variabel bagi perancang dalam merancang dengan
menggunakan unsur tanaman. Karakteristik visual tanaman mempunyai pengaruh
langsung terhadap keteraturan dan kesatuan perancangan, keanekaragaman visual,
kesenangan, dan suasana atau kesan ruang luar. Hal-hal ini perlu dikaji lebih
mendalam dalam menciptakan perancangan dan diselaraskan dengan seluruh tujuan
perancangan.
PENUTUP A. Tugas dan Latihan Untuk memantapkan pemahaman Anda tentang seleksi tanaman berdasarkan aspek
visual, Anda perlu mengerjakan tugas-tugas di bawah ini dan mendiskusikannya
dengan kawan-kawan Anda!
1. Jelaskan karakteristik visual tanaman yang mencakup ukuran, bentuk, warna, dan
tekstur tanaman.
2. Sebutkan contoh-contoh tanaman berdasarkan karakteristik tersebut.
Petunjuk Jawaban: Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, Anda harus
memperhatikan rambu-rambu berikut:
1. Buatlah kelompok belajar dan diskusikan pertanyaan-pertanyaan tersebut
dengan kawan-kawan Anda.
2. Renungkan tentang seleksi tanaman berdasarkan aspek visual.
B. Tes Formatif/Evaluasi Kegiatan Pembelajaran Lingkari huruf di depan jawaban yang paling benar dari setiap soal di bawah ini!
1. Karakteristik visual yang harus dikaji terlebih dahulu dalam pemilihan tanaman
untuk perancangan adalah.............
(a) Ukuran tanaman
(b) Bentuk tanaman
(c) Warna tanaman
(d) Tekstur tanaman
54
2. Contoh pohon besar adalah.............
(a) Bauhinia purpurea
(b) Cinnamommum burmanii
(c) Samanea saman
(d) Manilkara kauki
3. Ruang yang direncanakan terbuka pada sisi-sisinya, pada bidang vertikalnya
dapat dibatasi dengan tanaman.............
(a) Perdu
(b) Semak tinggi
(c) Semak sedang
(d) Semak rendah
4. Bentuk tanaman yang tinggi ramping dan meruncing di bagian atas
disebut.............
(a) Fastigiate
(b) Columnar
(c) Pyramidal
(d) Weeping
5. Contoh tanaman yang berbentuk pyramidal adalah.............
(a) Filicium decipiens
(b) Pinus merkusii
(c) Cananga odorata
(d) Brownea capitella
Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif yang terdapat di
bagian akhir bab ini. Hitunglah jawaban Anda yang benar, kemudian gunakan rumus
di bawah ini untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi Bab 4.
Rumus:
100%5
benar yangjawaban Jumlahpenguasaan Tingkat ×=
55
Arti tingkat penguasaan yang Anda capai:
90% - 100% = baik sekali
80% - 89% = baik
70% - 79% = cukup
- 69% = kurang
Apabila tingkat penguasaan anda mencapai 80% ke atas, bagus! Anda cukup
memahami Bab 4. Anda dapat meneruskan pada Bab 5. Akan tetapi, apabila tingkat
penguasaan Anda masih dibawah 80%, Anda harus mengulangi Bab 4, terutama
bagian yang belum Anda kuasai.
C. Sumber/Referensi 1. Booth NK. 1983. Basic Elements of Landscape Architectural Design. Illinois:
Waveland Pr. Inc.
2. Dahl B, DJ. Molnar. 2003. Anatomy of a Park. Ed ke-3. Illinois: Waveland Pr.
Inc.
3. Hakim R. 2006. Rancangan Visual Lanskap Jalan. Jakarta: Bumi Aksara.
D. Kunci Jawaban 1. a
2. c
3. d
4. a
5. b
56
BAB 5 SELEKSI TANAMAN BERDASARKAN EKOLOGI
PENDAHULUAN Tanaman dapat dibedakan berdasarkan ekologi dan lingkungannya. Secara
ekologi, tanaman dapat dibedakan berdasarkan hubungannya dengan jenis tanah,
air, cuaca, kelembaban, cahaya matahari, angin, dan sebagainya sehingga timbul
istilah tanaman teduh/panas, tanaman basah/kering dan sebagainya. Secara
fitogeografi, pembagian tanaman berdasarkan daerah asalnya seperti laut/pantai,
payau/rawa-rawa, gurun, bukit karang, daerah rendah/tinggi, dan sebagainya. Oleh
karena itu, dalam pembahasan ini, tanaman untuk penataan lanskap/taman
digolongkan menjadi: tanaman pantai, tanaman pegunungan, tanaman air, tanaman
batu karang, tanaman teduh, tanaman setengah teduh, dan tanaman panas.
A. Sasaran Pembelajaran Setelah mempelajari bab ini mahasiswa diharapkan dapat mengidentifikasi
tanaman berdasarkan kondisi ekologi melalui makalah hasil diskusi collaborative
learning secara berkelompok dan praktikum.
B. Strategi Pembelajaran 1. Collaborative learning
2. Praktikum
C. Kegiatan Belajar Langkah-langkah kegiatan belajar yang harus dilakukan:
1. Mahasiswa melakukan penelusuran literatur mengenai seleksi tanaman
berdasarkan kondisi ekologi melalui sumber bacaan dan internet.
2. Mahasiswa aktif melakukan kegiatan diskusi di kelas dan praktikum
3. Mahasiswa membuat makalah sesuai format yang diberikan.
57
4. Mahasiswa menyelesaikan tes formatif/evaluasi kegiatan pembelajaran
D. Indikator Pencapaian
1. Kemampuan melakukan diskusi dengan baik mengenai seleksi tanaman
berdasarkan kondisi ekologi.
2. Kemampuan membuat makalah sesuai format yang ditentukan.
3. Kemampuan melakukan praktikum identifikasi tanaman berdasarkan kondisi
ekologi.
4. Sikap dan perilaku yang baik dalam diskusi dan praktikum.
URAIAN BAHAN PEMBELAJARAN Umumnya tanaman tidak dapat tumbuh secara baik apabila faktor
lingkungannya atau tempat hidupnya tidak sesuai. Misalnya, kuping gajah lebih
senang ditempatkan di dalam ruang (tempat teduh) daripada di luar ruangan yang
terbuka, sedangkan tanaman mawar lebih menginginkan di tempat-tempat terang
yang penuh dengan cahaya matahari. Akan tetapi, terkadang ada juga tanaman yang
tumbuh di luar ruangan, dapat tumbuh dan menyesuaikan diri di dalam ruangan
tertutup seperti beringin (Ficus elastica).
Setiap jenis tanaman lanskap menghendaki iklim yang sesuai untuk
pertumbuhannya. Oleh karena itu, untuk memperoleh tanaman lanskap yang tumbuh
normal, subur, dan menghasilkan bunga yang baik, haruslah ditanam pada iklim yang
sesuai baginya. Apabila tanaman ditanam pada tempat yang tidak sesuai iklimnya,
akan tumbuh tidak normal atau pada mulanya tumbuh baik, tetapi lama-kelamaan
pertumbuhannya menurun, lambat laun tanaman akan mati. Untuk menghindari hal
tersebut, perlu adanya penyesuaian tahap demi tahap yang berarti tidak secara
drastis.
Dalam lanskap, tanaman dapat tumbuh baik apabila faktor lingkungan
hidupnya seperti tanah, air, cahaya, dan suhu udara diperhatikan. Penempatan suatu
tanaman pada tempat tertentu harus disesuaikan dengan lingkungannya. Misalnya,
pemilihan jenis tanaman pada tanah yang berkapur atau berpasir akan berbeda
dengan daerah yang tanahnya banyak mengandung tanah liat atau humus. Selain itu,
58
suhu dan cahaya setempat juga mempengaruhi pemilihan jenis tanaman karena
tanaman sendiri ada yang tahan akan panas dan ada pula yang harus tumbuh di
tempat sejuk.
Berdasarkan hal tersebut, tanaman untuk penataan lanskap/taman dapat
digolongkan menjadi: 1) tanaman pantai, 2) tanaman pegunungan, 3) tanaman air, 4)
tanaman batu karang, dan 5) tanaman teduh, setengah teduh, dan panas.
A. Tanaman Pantai Tanaman pantai adalah semua jenis tanaman yang dapat tumbuh secara
normal di pinggir pantai. Dalam hal ini lingkungan seperti tanah, air, angin, suhu serta
faktor tumbuh lainnya sesuai. Penanaman tanaman di tepi pantai harus
memperhatikan faktor angin dan keadaan tanah. Seperti diketahui, tiupan angin di
daerah pantai selalu ada. Oleh karena itu, sebaiknya dipilih tanaman dimana
daunnya tidak mudah rontok dan tanamannya tidak mudah rebah. Selain itu, faktor
tanah tidak boleh diabaikan karena menanam tanaman yang tidak sesuai dengan
kondisi tanah tidak akan memberikan hasil yang memuaskan.
Pantai di Indonesia dikelompokkan menjadi pantai berpasir, pantai berlumpur,
pantai berawa, dan pantai berbatu (Sugiarto dan Ekariyono, 1996).
1. Pantai Berpasir Pantai berpasir merupakan pantai yang didominasi oleh hamparan atau
dataran pasir, baik yang berupa pasir hitam, abu-abu, atau putih. Selain itu, terdapat
lembah-lembah di antara beting pasir. Pantai berpasir banyak terdapat di pesisir
Sumatera dan Kalimantan. Tumbuh-tumbuhan yang dominan di hutan pantai berpasir
adalah kelapa (Cocos nucifera), cemara laut (Casuarina equisetifolia), waru laut
(Hibiscus tiliaceus), dan ketapang (Terminalia catappa).
Pantai berpasir biasanya dijadikan kawasan pariwisata pantai karena
keindahan alamnya. Kawasan pantai berpasir yang sudah berkembang, misalnya
kawasan pantai Sanur dan Kuta (Bali), pantai Pangandaran, Carita, dan Pelabuhan
Ratu (Jawa Barat), Parang Tritis (Yogyakarta), pantai Kepulauan Seribu (Jakarta),
dan pantai Pasir Putih (Jawa Timur dan Lampung).
59
2. Pantai Berlumpur Pantai berlumpur merupakan hamparan lumpur sepanjang pantai yang
dihasilkan dari proses sedimentasi atau pengendapan, biasanya terletak di dekat
muara sungai. Lumpur tersebut terdiri atas partikel-partikel halus yang mengandung
humus atau gambut. Tanah pantai ini mempunyai kandungan oksigen yang rendah
dan hanya terdapat pada lapisan permukaan, sedangkan kandungan asam
sulfidanya cukup tinggi sehingga dapat mereduksi senyawa besi (ferri) di dalam tanah
menjadi senyawa ferro sulfida (FeS2) atau pirit. Penampakan fisik tanah pantai ini
adalah hitam dengan nilai pH (derajat keasaman) antara 3 – 5.
Tanah pantai ini berasal dari endapan lumpur yang dibawa oleh aliran sungai.
Lumpur yang berasal dari laut mengandung cangkang-cangkang foraminifera,
fragmen-fragmen karang, cangkang moluska, dan bahan lain yang menjadi sumber
kapur yang penting bagi pantai berlumpur. Kualitas tanah pantai berlumpur
tergantung pada sumber endapan aluviumnya. Sungai yang mengalir melalui daerah
bertanah vulkanik akan membawa endapan aluvium yang berkualitas tinggi,
sedangkan sungai yang melalui daerah berkapur dan berbatu (kuartz dan granit)
akan membawa endapan aluvium yang berkualitas rendah.
Struktur dan komposisi tumbuhan di kawasan pantai berlumpur Indonesia
merupakan formasi hutan mangrove. Mangrove adalah sekumpulan pohon dan
semak-semak yang tumbuh di daerah pasang surut. Tumbuhan mangrove memiliki
fungsi yang istimewa karena dapat beradaptasi pada lingkungan yang mengandung
garam dengan bentuk lahan berupa pantai dan kondisi tanah yang hampa udara
(berlumpur). Hutan mangrove didominasi oleh bakau hitam (Rhizophora mucronata),
bakau putih (Rhizophora apiculata), api-api (Avicennia sp), tanjang (Bruguiera
gymnorrhiza), pedada (Sonneratia alba), buta-buta (Exoecaria sp), dan nibung
(Oncosperma tigillaria).
Selain menghasilkan kayu, hutan mangrove juga menghasilkan bahan
penyamak atau bahan pewarna. Tunas-tunas baru selalu tumbuh dalam hutan
mangrove sehingga kawasan hutan menjadi luas. Akibatnya, lambat laun daratan pun
makin meluas ke arah laut. Hutan mangrove memberikan perlindungan terhadap
daratan dari ancaman erosi. Hutan mangrove juga berfungsi sebagai tempat
60
pelestarian populasi ikan, udang, kepiting, dan kerang-kerangan. Di dalam perairan
hutan mangrove banyak terdapat jenis alga dan plankton yang menjadi sumber
makanan bagi biota-biota tadi. Daun, dahan, dan pohon-pohon mangrove yang telah
tua akan tumbang dan didekomposisi oleh fungi dan bakteri menjadi bahan organik.
Selanjutnya bahan organik ini akan menjadi penyubur tanah dan menjadi bahan
makanan bagi biota lainnya.
3. Pantai Berawa Pantai berawa merupakan daerah yang tergenang air, baik secara permanen
ataupun temporer. Tanah dan air pantai ini memiliki tingkat keasaman yang tinggi.
Hutan pantai berawa umumnya ditumbuhi oleh jenis tumbuhan seperti nipah (Nypa
fructicans), kelapa (Cocos nucifera), sagu (Metrorylon sago), dan nibung
(Oncosperma tigillaria).
4. Pantai Berbatu Pantai berbatu umumnya terdiri dari bongkahan-bongkahan batuan granit.
Pantai seperti ini terdapat di Kepulauan Anambas, Natuna, Pulau Buton, dan pantai
selatan Jawa (Pelabuhan Ratu dan Ujung Kulon). Hutan pada pantai ini umumnya
tergolong formasi butun (Baringtonnia). Pantai ini langsung ke laut dan tidak berpasir.
Di sela-sela bebatuan kadang ditumbuhi kelapa (Cocos nucifera), pandan (Polalthis
glanen), ketapang (Terminalia cattapa), dan waru laut (Hibiscus tiliaceus).
B. Tanaman Pegunungan Tanaman pegunungan adalah tanaman-tanaman yang dapat tumbuh normal di
pegunungan, baik yang berbentuk pohon maupun semak. Pada umumnya tanaman
pegunungan berbentuk pohon dan mempunyai sistem perakaran yang kuat yang
berfungsi untuk menahan terkikisnya lapisan tanah bagian atas (erosi). Contoh
tanaman pegunungan (Gambar 12), antara lain, pinus (Pinus mercusii), damar
(Agathis alba), bunga sikat botol (Callistemon citrinus), kayu manis merah
(Cinnamomum burmanii), kayu putih (Eucalyptus alba), kecrutan (Spathodea
campanulata), dan bungur (Lagerstroemia loudonii).
61
Gambar 12. Tanaman pegunungan: (a) damar (Agathis dammara), (b) kayu manis (Cinnamomum burmanni), dan (3) bunga sikat botol (Callistemon citrinus)
C. Tanaman Air Begitu banyak ragam tanaman air yang dapat dijadikan pilihan untuk
memperindah kolam atau taman. Namun, sebelum memutuskan untuk memilihnya,
harus diketahui terlebih dahulu tipe dan karakter tanaman-tanaman air tersebut. Tipe
dan karakter setiap tanaman air otomatis berpengaruh terhadap tujuan dan
pemanfaatannya. Dengan kata lain, mengetahui tipe dan karakter berbagai tanaman
air akan lebih memudahkan perencanaan aspek praktis tanaman air tersebut.
(a) (b)
(c) Foto
: Nur
faid
a (2
007)
62
Ada empat tipe tanaman air yang dikenal, yaitu tanaman air oksigen, tanaman
air lumpur, tanaman air pinggir, dan tanaman air mengapung (Marianto, 2001).
1. Tanaman Air Oksigen (Oxygenerator) Tanaman ini disebut sebagai tanaman air oksigen karena mampu
membersihkan udara sekaligus menyerap kandungan garam yang berlebihan di
dalam air. Fungsi lainnya adalah sebagai tempat berlindung dan menyimpan telur
ikan. Seluruh bagian tanaman ini tenggelam dalam air. Lazimnya digunakan sebagai
tanaman penghias akuarium. Contoh tanaman air oksigen, antara lain, spatterdock
(Nuphar japonicum), varen (Synnema triflorum), dan red talenthera (Talenthera
lilaciana)
2. Tanaman Air Lumpur (Bog Plant) Sesuai dengan namanya, tanaman jenis ini habitat aslinya daerah berlumpur
dan sedikit digenangi air. Termasuk tanaman air lumpur, antara lain, typha (Typha
angustifolia), anggrek air/iris, pisang air (Typhonodorum lindleyanum), dan papyrus
(Cyperus papyrus).
Apabila digunakan sebagai penghias kolam yang terbuat dari tanah, bog plant
dapat langsung ditancapkan. Dapat juga ditanam dahulu di dalam pot. Tanaman ini
sering digunakan untuk menciptakan kesan alami pada kolam. Ada yang
menganggap bog plant sama dengan marginal plant dengan pertimbangan tempat
hidupnya sama-sama di pinggiran kolam. Ada juga yang membedakan tidak hanya
dari tempat tumbuhnya, tetapi juga dari jenis media tanamnya.
3. Tanaman Air Pinggir (Marginal Plant) Tanaman jenis inilah yang paling banyak dijumpai. Tanaman air pinggir
memiliki akar dan batang yang terendam di dalam air. Namun, sebagian besar
batangnya justru menyembul ke permukaan air. Selain batang, bagian daun dan
bunganya juga berada di atas permukaan air. Media tanamnya berupa tanah yang
terendam di dalam air. Karena sosoknya yang tumbuh meninggi, biasanya ditanam di
bagian pinggir kolam sebagai latar belakang (background) kolam. Contoh tanaman
air pinggir adalah rumput payung (Cyperus alternifolius), apu-apu (Pastia stratiotes),
dan ekor kucing (Typha angustijolia).
63
4. Tanaman Air Mengapung (Floating Plant) Tidak seperti umumnya tanaman air, akar tanaman ini tidak tertanam dalam
tanah, melainkan mengapung di permukaan air. Karena itulah ia dinamakan floating
plant. Tanaman ini tidak memerlukan tanah sebagai media tanamnya sehingga cara
menanamnya lebih gampang, yakni tinggal meletakkannya di atas permukaan air.
Tanaman ini hidup dari menyerap udara dan unsur hara yang terkandung di dalam
air. Contoh tanaman ini eceng gondok (Eichornia crassipes) dan azolla (Azolla
pinnata).
Tanaman ini memiliki keunggulan dalam kegiatan fotosintesis, penyediaan
oksigen, dan penyerapan sinar matahari. Bagian dinding permukaan akar, batang,
dan daunnya memiliki lapisan yang sangat peka sehingga pada kedalaman yang
ekstrem sampai 8 meter di bawah permukaan air masih mampu menyerap sinar
matahari serta zat-zat yang larut di bawah permukaan air. Akar, batang, dan daunnya
juga memiliki kantung-kantung udara sehingga mampu mengapung di air. Hal yang
perlu diperhatikan bila memilih tanaman mengapung sebagai salah satu komponen
taman air atau kolam adalah kepadatan populasinya. Jangan sampai keberadaannya
menutupi atau memenuhi seluruh permukaan kolam.
D. Tanaman Batu Karang Tanaman batu karang tumbuh di tempat yang berbatu-batu. Tanaman ini
kurang memerlukan air untuk pertumbuhannya dan biasanya tahan terhadap
kekeringan. Umumnya batangnya banyak mengandung air dan tidak berkayu.
Contohnya tanaman batu karang, antara lain, yucca (Yucca gloriosa), sansiviera
(Sanseviera ehrenbergii), dan agave (Agave americana) (Gambar 13).
Gambar 13. Tanaman batu karang: (a) yucca (Yucca gloriosa), (b) sansiviera (Sanseviera ehrenbergii), dan (c) agave (Agave americana)
(a) (b) (c)
Foto
: Nur
faid
a (2
007)
64
E. Tanaman Teduh, Setengah Teduh, dan Panas Tanaman teduh adalah tanaman yang hanya dapat tumbuh baik di tempat
yang teduh atau tanaman yang tumbuh di tempat yang tidak langsung disinari
matahari. Kalau ditanam di tempat terbuka, pertumbuhannya akan terhambat, bahkan
dapat mengalami kematian. Contoh tanaman teduh adalah kuping gajah (Anthurium
crystallinum). Tanaman ini dapat ditanam di dataran rendah atau di pegunungan,
membutuhkan cahaya, suhu, dan air yang sedang. Contoh lain, antara lain, aglonema
(Aglaonema sp), paku sarang burung (Asplenidum nidus), mosaik (Fittonia sp), dan
pilodendron (Philodendron sp).
Tanaman setengah teduh terletak antara tanaman teduh dan tanaman panas.
Tanaman ini dapat tumbuh secara normal di tempat yang agak teduh, tetapi tidak
terlalu panas. Contohnya, antara lain, drasena (Dracaena fragrans), maranta
(Marantha sp), dan sansiviera (Sansiviera sp).
Tanaman panas adalah semua jenis tanaman yang dapat tumbuh normal
apabila ditanam di tempat panas atau tempat yang langsung disinari matahari.
Contoh bogenvil (Bougainvillea spectabilis), untuk mendapatkan pertumbuhan yang
baik sebaiknya ditanam di tempat yang mendapat sinar matahari penuh sehingga
warna bunga akan lebih terang.
F. Rangkuman Tanaman dapat tumbuh baik apabila faktor lingkungan hidupnya seperti tanah,
air, cahaya, dan suhu udara diperhatikan. Penempatan suatu tanaman pada tempat
tertentu harus disesuaikan dengan lingkungannya. Oleh karena itu, untuk penataan
lanskap/taman tanaman digolongkan menjadi 1) tanaman pantai, 2) tanaman
pegunungan, 3) tanaman air, 4) tanaman batu karang, dan 5) tanaman teduh,
setengah teduh, dan panas.
65
PENUTUP A. Tugas dan Latihan Untuk memantapkan pemahaman Anda tentang seleksi tanaman berdasarkan
kondisi ekologi, Anda perlu mengerjakan tugas-tugas di bawah ini dan
mendiskusikannya dengan kawan-kawan Anda!
1. Jelaskan penggolongan tanaman berdasarkan ekologi.
2. Jelaskan apa yang dimaksud tanaman pantai, tanaman pegunungan, tanaman air,
tanaman batu karang, dan tanaman teduh, setengah teduh, dan panas.
3. Sebutkan contoh-contoh tanaman berdasarkan penggolongan tersebut.
Petunjuk Jawaban: Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, Anda harus
memperhatikan rambu-rambu berikut:
1. Buatlah kelompok belajar dan diskusikan pertanyaan-pertanyaan tersebut dengan
kawan-kawan Anda.
2. Renungkan tentang seleksi tanaman berdasarkan kondisi ekologi.
B. Tes Formatif/Evaluasi Kegiatan Pembelajaran Lingkari huruf di depan jawaban yang paling benar dari setiap soal di bawah ini!
1. Contoh tanaman pegunungan adalah.............
(a) Tanjang
(b) Pedada
(c) Ketapang
(d) Kecrutan
2. Azolla merupakan contoh tanaman air .............
(a) Oksigen
(b) Lumpur
(c) Pinggir
(d) Mengapung
3. Hal yang perlu diperhatikan bila memilih tanaman mengapun sebagai
komponen taman adalah.............
(a) Kepadatan populasi
(b) Panjang akar
66
(c) Ketinggian tanaman
(d) Ukuran daun
4. Karakteristik dari tanaman batu karang adalah.............
(a) Berkayu
(b) Batang banyak mengandung air
(c) Kemampuan menyerap sinar matahari
(d) Sosoknya yang tumbuh meninggi
5. Bougenvil ditanam di tempat yang mendapat sinar matahari penuh
agar.............
(a) Jumlah daunnya lebih banyak
(b) Batangnya lebih tinggi
(c) Warna bunga lebih terang
(d) Warna daun lebih muda
Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif yang terdapat di
bagian akhir bab ini. Hitunglah jawaban Anda yang benar, kemudian gunakan rumus
di bawah ini untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi Bab 5.
Rumus:
Arti tingkat penguasaan yang Anda capai:
90% - 100% = baik sekali
80% - 89% = baik
70% - 79% = cukup
- 69% = kurang
Apabila tingkat penguasaan anda mencapai 80% ke atas, bagus! Anda cukup
memahami Bab 5. Anda dapat meneruskan pada Bab 6. Akan tetapi, apabila tingkat
penguasaan Anda masih dibawah 80%, Anda harus mengulangi Bab 5, terutama
bagian yang belum Anda kuasai.
100%5
benar yangjawaban Jumlahpenguasaan Tingkat ×=
67
C. Sumber/Referensi 1. Arifin HS. 2007. Tanaman Hias Tampil Prima. Jakarta: Penebar Swadaya.
2. Lestari G, IP. Kencana IP. 2008. Galeri Tanaman Hias Lanskap. Jakarta:
Penebar Swadaya.
3. Marianto LA. 2001. Tanaman Air. Jakarta: Agromedia Pustaka.
4. Sugiarto, W. Ekariyono. 1996. Penghijauan Pantai. Jakarta: Penebar
Swadaya.
D. Kunci Jawaban
1. d
2. d
3. a
4. b
5. c
68
BAB 6 SELEKSI TANAMAN BERDASARKAN HABITUS FUNGSIONAL
PENDAHULUAN Berdasarkan habitus fungsional, tanaman dapat digolongkan dengan “ciri
khas” (bunga, daun, buah atau tajuk), “watak dan kebiasaan” (ciri pertumbuhan,
cepat lambatnya), “kesukaan” dan kegunaan suatu tanaman. Muncullah istilah
tanaman berbunga indah, berdaun indah, tanaman peneduh, dan sebagainya.
Penggolongan tanaman berdasarkan habitus fungsional disebabkan oleh
banyak di antara tanaman lanskap kebiasaannya hanya dapat tumbuh secara normal
di tempat teduh dan adapula hanya dapat tumbuh baik di tempat terbuka (outdoor).
Selain itu, fungsi tanaman dalam lanskap harus pula diperhatikan. Peletakan setiap
jenis tanaman haruslah disesuaikan dengan apa maksud dan tujuan dari tanaman
tersebut. Apakah ditanam sebagai pelindung ataukah sebagai pagar dan lain
sebagainya.
Dalam pembangunan kota, adanya taman dan tanaman merupakan tuntutan
mutlak. Selain berfungsi sebagai paru-paru kota, tanaman juga berfungsi sebagai
penghias lingkungan. Dalam hal pembersihan udara, banyak macam pepohonan
yang dapat menahan pengotoran udara, terutama di kota-kota besar. Daun-daun
menahan debu dan asap yang diterbangkan oleh angin sehingga dapat mengurangi
kotornya lingkungan. Juga dalam upacara adat, kepercayaan, dan agama,
penggunaan tanaman lanskap mempunyai fungsi yang tidak kurang pula.
E. Sasaran Pembelajaran Setelah mempelajari bab ini mahasiswa diharapkan dapat mengidentifikasi
tanaman berdasarkan habitus fungsional melalui makalah hasil diskusi collaborative
learning secara berkelompok dan praktikum.
69
F. Strategi Pembelajaran 1. Collaborative learning
2. Praktikum
G. Kegiatan Belajar Langkah-langkah kegiatan belajar yang harus dilakukan:
1. Mahasiswa melakukan penelusuran literatur mengenai seleksi tanaman
berdasarkan habitus fungsional melalui sumber bacaan dan internet.
2. Mahasiswa aktif melakukan kegiatan diskusi di kelas dan praktikum.
3. Mahasiswa membuat makalah sesuai format yang diberikan.
4. Mahasiswa menyelesaikan tes formatif/evaluasi kegiatan pembelajaran.
H. Indikator Pencapaian
1. Kemampuan melakukan diskusi dengan baik mengenai seleksi tanaman
berdasarkan habitus fungsional.
2. Kemampuan membuat makalah sesuai format yang ditentukan.
3. Kemampuan melakukan praktikum identifikasi tanaman berdasarkan habitus
fungsional.
4. Sikap dan perilaku yang baik dalam diskusi dan praktikum.
URAIAN BAHAN PEMBELAJARAN
Berdasarkan habitus fungsional, tanaman lanskap dapat digolongkan sebagai
berikut.
A. Tanaman Indoor dan Outdoor Tanaman indoor adalah semua jenis tanaman lanskap yang dapat ditanam
dalam rumah atau dengan kata lain tanaman yang dapat tumbuh secara normal di
tempat teduh (tertutup) atau setengah teduh. Faktor-faktor yang harus diperhatikan
dalam penggunaan tanaman indoor adalah warna daun, jumlah daun, tinggi tanaman,
warna bunga, waktu berbunga, dan kesanggupan tanaman untuk hidup di tempat
teduh. Selain itu, jika ingin menempatkan tanaman dalam ruang, harus menjamin
70
kondisi iklim mikro di dalam ruangan yang berhubungan dengan kebutuhan masing-
masing tanaman (Nurhayati dan Arifin, 2000).
Warna daun dan bunga harus disesuaikan dengan warna ruangan sehingga
diperoleh kesan yang harmonis. Jumlah daun dan tinggi tanaman juga disesuaikan
dengan keadaan ruangan. Contoh tanaman indoor, antara lain, kuping gajah
(Anthurium chrystallium), kembang rejeki (Aglaonema sp), begonia (Begonia sp),
suplir (Adiantum raddianum), daun bahagia (Dieffenbachia picta), daun doa
(Asplenium nidus), dan monstera (Monstera deliciosa). Contoh penggunaan tanaman
indoor dalam desain taman dapat dilihat pada Gambar 14.
Gambar 14. Penggunaan tanaman indoor dalam desain taman
Tanaman outdoor adalah tanaman hias yang dapat tumbuh secara normal di
tempat terbuka (langsung terkena sinar matahari). Contoh tanaman outdoor, antara
lain, kembang kertas (Bougenvillia spectabilis), kembang sepatu (Hibiscus
rosasinensis), oleander (Nerium indicum), lantana (Lantana camara), soka (Ixora sp),
serta semua jenis pohon, perdu, dan semak.
B. Tanaman Peneduh/Parkir Pohon peneduh adalah pohon-pohon yang digunakan sebagai pelindung
karena daunnya rimbun, baik untuk menahan sinar matahari maupun tiupan angin
kencang. Hal yang perlu diperhatikan dalam menata lanskap yang berfungsi sebagai
peneduh adalah mahkota harus besar/lebar, daun-daun tumbuh rapat/rimbun, buah
Foto
: Nur
faid
a (2
009;
201
0)
71
tidak terlalu besar yang dapat jatuh menimpa di bawahnya, dan tidak menggugurkan
daunnya sekaligus.
Contoh tanaman peneduh/parkir, antara lain, kirai payung (Filicium decipiens),
tanjung (Mimusops elengi), damar (Agathis alba), trengguli (Cassia fistula), daun
saputangan (Maniltoa grandiflora), dan mahoni (Swietania mahagoni).
C. Pohon Tepi Jalan Pohon tepi jalan adalah pohon-pohon yang ditanam di tepi jalan yang
berfungsi, antara lain, sebagai pelindung, penahan debu, dan pengarah jalan.
Persyaratan pohon tepi jalan adalah a) memiliki tajuk yang dapat memberi naungan,
tetapi tidak terlalu teduh, b) tidak menggugurkan daunnya secara sekaligus, c)
batangnya kuat dan lurus dengan percabangan yang tegak dan kompak, 4)
percabangannya lebih kurang 2 meter di atas permukaan tanah, 5) perakarannya
dalam hingga tidak merusak konstruksi jalan dan drainase, dan 6) tanaman berasal
dari perbanyakan secara generatif/biji. Contoh pohon tepi jalan, antara lain, tanjung
(Mimusops elengi), cempaka (Michelia champaca), kenari (Canarium commune),
asam (Tamarandus indica), dan mahoni (Swietania mahagoni).
D. Tanaman Median Jalan Tanaman median jalan adalah tanaman yang ditanam di median jalan.
Persyaratan tanaman median jalan adalah a) jenis perdu/semak berbunga, b)
bermassa dan padat, dan tinggi tanaman lebih kurang 1,5 meter. Contoh tanaman
median jalan, antara lain, kembang merak (Caesalpinia pulcherrima), oleander
(Nerium oleander), kembang sepatu (Hibiscus rosasinensis), kaliandra (Calliandra
haemathocephala), dan kaca piring (Gardenia augusta).
E. Tanaman Pagar Tanaman pagar adalah suatu garis atau barisan permanen yang padat dari
tumbuh-tumbuhan yang hidup, biasanya diatur dalam bentuk yang hampir sama
dengan maksud untuk menggantikan pagar. Tanaman pagar terdiri atas tumbuhan
yang bertahan lama membentuk pertumbuhan yang rapat dan tak tembus pandang.
72
Umumnya tanaman pagar berupa semak yang merupakan tanaman pinggiran yang
tumbuh rendah dan berfungsi sebagai garis sementara.
Dalam pembuatan pagar dari tanaman, hendaknya dipertimbangkan segi
keharmonisan dan keindahannya. Pemangkasan dan pemeliharaan yang teratur
diperlukan sehingga pagar tumbuh baik serta mengikuti bentuk yang dikehendaki.
Contoh tanaman pagar, antara lain, pangkas-pangkasan (Duranta repens), kemuning
(Murraya paniculata), bunga ungu (Bougenvillia glabra), bambu siam (Thyrsostachy
siamensis), dan akalipa (Acalypha wilkesiana).
F. Tanaman Border/Tepi Tanaman border atau tanaman batas adalah suatu penanaman yang terbatas
sepanjang suatu garis batas atau pemisah. Biasanya luas border (lebar) kira-kira 1
meter sehingga border tersebut dapat dirawat dari satu sisi dan bahkan lebih baik lagi
apabila dapat dirawat dari kedua sisi. Jadi border merupakan suatu garis batas dari
suatu lanskap yang dapat membatasi pekarangan, taman atau daerah yang lain.
Pada umumnya tanaman border terdiri atas tanaman perdu/semak dan
tanaman semusim yang tumbuhnya agak rendah. Sebagai tanaman border,
pemeliharaan terutaman pemangkasan sangat diperlukan agar tumbuhnya tidak
terlalu tinggi. Contoh tanaman border, antara lain, Codiaeum variegatum,
Althernanthera ficoidea, Chlorophytum sp, Dracaena sanderium, dan Iresine
herbetsii.
G. Tanaman Penutup Tanah Tanaman penutup tanah (groundcover) merupakan tanaman rendah non
rumput setinggi 10 – 40 cm. Kelompok penutup tanah ini banyak sekali macamnya,
ada yang menarik karena bunganya, tekstur daunnya, dan kepadatan/kekompakan
tumbuhnya. Tanaman penutup tanah berfungsi untuk mencegah tanah menjadi becek
pada musim hujan dan mengurangi pengikisan tanah oleh air. Keindahannya
menutupi tanah-tanah yang terbuka (tanpa tanaman) sehingga memberikan kesan
yang menyenangkan. Contoh tanaman penutup tanah, antara lain, kriminil
(Althernanthera ficoidea), bayam-bayaman (Amaranthus sp), sambang darah
73
(Hemigrafis odorata), sutera bombay (Portulaca grandiflora), plumbago (Plumbago
capensis), pedang-pedangan (Sanseviera sp), dan verbena (Verbena laciniata).
Tanaman bawah pohon (undercover) adalah tanaman penutup tanah yang
ditanam di bawah pohon. Persyaratan tanaman tersebut adalah tahan terhadap
naungan dan titik-titik air dari pohon. Contoh tanaman bawah pohon, antara lain,
kencur-kencuran (Kaempferia pluchera), violces (Saintpaulia ionantha), kembang
rejeki (Aglaonema sp), daun zebra (Zebrina pendula), dan daun perak (Pilea
cadierei).
H. Tanaman Berdaun/Berbunga Indah Tanaman berdaun/berbunga indah ialah tanaman hias yang memperlihatkan
keindahan, baik dari daunnya maupun bunganya. Keindahan tersebut berupa warna
dan bentuk sehingga dengan penempatan yang teratur dalam taman dapat
memberikan kesan menarik.
Jenis tanaman ini terdiri atas tanaman bentuk pohon, semak, memanjat atau
semusim. Contoh tanaman berdaun/berbunga indah, antara lain, nusa indah
(Mussaenda philippica), akalipa (Acalypha wilkesiana), anturium (Anthurium
crystallinum), dan bougenvil (Bougainvillea spectabilis).
I. Tanaman Memanjat/Pergola Tanaman memanjat (climber) adalah tanaman yang tumbuh di tanah atau
bidang apa saja seperti tembok dan struktur pendukung lain sebagai tempat
menggantungkan diri atau membelit untuk pertumbuhan tanaman tersebut. Tanaman
memanjat dapat berupa vines (tidak berkayu; berupa terna atau tanaman berbatang
lunak) ataupun liana (tanaman berkayu yang memanjat).
Tanaman melakukan pemanjatan sebagai usaha untuk beradaptasi dengan
lingkungan dan mendapatkan sinar matahari serta menampakkan bunga kepada
agen untuk membantu penyerbukan (Griffiths, 1994). Tanaman memanjat biasanya
membutuhkan naungan dan arah rambatannya ke sumber cahaya. Tanaman
memanjat di habitat aslinya, beradaptasi untuk memanfaatkan cabang atau batang
tanaman lain sebagai tempat bertumpu.
74
Berdasarkan mekanisme pemanjatan, ada lima pengelompokan tanaman
memanjat (Menninger, 1970). Akan tetapi, pada pengelompokan ini ada
kemungkinan terjadi overlap, karena dalam proses pemanjatan ada kemungkinan
tanaman tersebut mengalami kesulitan saat melakukan panjatan, pada saat itu
tanaman tersebut dapat merubah cara pemanjatannya. Misalnya pada spesies
Boston-ivy (Parthenocissus tricuspidata) yang menggunakan sulur untuk memanjat,
tetapi jika ditanam menggunakan teralis kawat maka akan tumbuh dengan cara
weaving (zig-zag diantara celah teralis) dan tidak ditemukan sulur pada tanaman
tersebut.
Lima cara pemanjatan yang dipergunakan oleh tanaman memanjat adalah 1)
learners, mekanisme memanjat yang primitif, tanaman yang memanjat dengan
metode ini tidak mempunyai kemampuan untuk melekat pada bidang panjat, untuk itu
harus didukung agar bisa tumbuh ke atas (misal pada Allamanda cathartica), 2) thorn
clingers, melekat pada bidang panjat dengan menggunakan duri (misal pada
Euphorbia milii), 3) weaver, dengan cara zig-zag pada bidang panjat
(Trachelospermum jasminoides), 4) graspers, menggunakan modifikasi bagian
tanaman (batang maupun daun) yang membantu melekat pada bidang panjat
(Bauhinia galpinii), dan 5) rooters, menggunakan akar yang tumbuh dari ruas-ruas
batang untuk memanjat (Hedera helix).
Tanaman memanjat banyak digunakan dalam lanskap untuk berbagai
keperluan, sebagai tanaman hias baik luar ruangan (outdoor) maupun tanaman
dalam ruang (indoor). Sesuai dengan cara tumbuhnya, tanaman ini digunakan
sebagai penghias atau pelembut permukaan vertikal yang tampak kaku dan gersang.
Di kota-kota besar banyak bentuk atau permukaan bidang vertikal yang terbentuk,
baik yang ternaungi maupun yang tidak ternaungi, seperti bangunan tinggi dan jalan
layang (fly over). Pada dinding sebuah taman yang paling sempit sekalipun dengan
lahan yang sangat terbatas tanaman memanjat dapat tumbuh. Tanaman memanjat
yang termasuk tanaman hias daun banyak digunakan sebagai penghias atau
dekorasi di tempat-tempat penting seperti hotel, perkantoran, pusat perbelanjaan dan
tempat tinggal. Beberapa contoh penggunaan tanaman memanjat dalam lanskap
dapat dilihat pada Gambar 15.
75
Gambar 15. Penggunaan tanaman memanjat dalam lanskap
Beberapa jenis tanaman ini juga dapat difungsikan sebagai tanaman penutup
tanah (groundcover) untuk menggantikan hamparan rumput, sebagai pagar tanaman
untuk membatasi daerah pribadi, dan sebagai peneduh. Sering juga terlihat beberapa
tanaman memanjat sengaja dibuatkan bidang panjat dengan bentuk beraneka ragam
sesuai dengan selera pemiliknya seperti pergola, tripod (kaki tiga), arch (bangunan
melengkung yang dipakai sebagai gerbang) dan colonnade (deretan tiang yang
dihubungkan dengan tali serta gazebo.
Tanaman memanjat dapat digunakan untuk mengurangi panas karena terkena
sorotan sinar matahari, misalnya pada dinding gedung dan beranda rumah. Untuk
menciptakan suasana rumah yang asri, tanaman hias memanjat bisa menjadi pilihan.
Selain membuat suasana teduh, bunganya pun tak kalah menawan dari jenis
tanaman hias lainnya. Beberapa jenis tanaman juga dapat dimanfaatkan sebagai
tanaman bedengan (bedding plants) dan juga digunakan sebagai tanaman gantung
(hanging basket plants). Dapat ditanam untuk dirambatkan pada pergola atau
digantung di tiang-tiang pergola.
76
J. Tanaman Rumput Lapangan Tanaman rumput lapangan adalah jenis-jenis rumput yang dipergunakan untuk
menutupi permukaan tanah yang hanya terdiri atas lapisan tanah saja. Halaman
pekarangan sedapat mungkin tidak dibiarkan terbuka tanpa adanya tanaman di
atasnya, sebab pada musim hujan akan menjadi becek. Oleh karena itu, tanah
tersebut perlu ditanami dengan rumput-rumputan. Halaman rumput yang tumbuh baik
dan rata sudah merupakan elemen taman yang menyenangkan.
Rumput dapat digunakan untuk menutupi lapangan luas seperti lapangan olah
raga. Kriteria rumput untuk lapangan olah raga harus mempunyai kemampuan
tumbuh yang baik serta memiliki daya adaptasi terhadap air, suhu, dan tanah yang
baik. Rumput juga harus memiliki fleksibilitas dan resistensi untuk mengakomodasi
aktivitas lari, melompak, dan menginjak dalam kegiatan olah raga (Munandar dan
Hardjosuwignyo, 1990; Kumurur, 1998).
Contoh tanaman rumput untuk lapangan luas, antara lain, rumput paitan
(Axonopus compresus) dan rumput golf (Eragrostis sp). Untuk lapangan
terbatas/sempit, antara lain, rumput manila (Zoysea matrella), rumput Jepang
(Zoysea japonica), dan rumput peking (Agrotis stolonifera).
K. Tanaman Lapangan Rumput Tanaman lapangan rumput adalah jenis tanaman yang ditanam secara sendiri
atau secara berkelompok pada lapangan rumput karena bentuknya yang menarik
(eksotik). Tanaman ini juga berfungsi untuk memberi aksen pada hamparan hijau
yang luas.
Kehadiran tanaman lapangan rumput akan lebih menonjol apabila ditempatkan
secara sendiri-sendiri, dengan dasar rumput-rumput lapangan yang teratur baik
dibandingkan bila ditanam bercampur dengan tanaman lain. Contoh tanaman
lapangan rumput, antara lain, pinang merah (Cyrtostachys lakka), cemara papua
(Cupressus papuana), palem ekor tupai (Wodyetia bifurcata), dan palem puteri
(Veitchia merrillii).
77
L. Rangkuman Penggolongan tanaman berdasarkan habitus fungsional terdiri atas tanaman
indoor dan outdoor, tanaman peneduh/parkir, pohon tepi jalan, tanaman median
jalan, tanaman pagar, tanaman border/tepi, tanaman penutup tanah, tanaman
berdaun/ berbunga indah, tanaman memanjat/pergola, tanaman rumput lapangan,
dan tanaman lapangan rumput.
PENUTUP A. Tugas dan Latihan Untuk memantapkan pemahaman Anda tentang seleksi tanaman berdasarkan
habitus fungsional, Anda perlu mengerjakan tugas-tugas di bawah ini dan
mendiskusikannya dengan kawan-kawan Anda!
1. Jelaskan penggolongan tanaman berdasarkan habitus fungsional.
2. Jelaskan apa yang dimaksud tanaman indoor dan outdoor, tanaman peneduh,
pohon tepi jalan, tanaman median jalan, tanaman pagar, tanaman border,
tanaman penutup tanah, tanaman berdaun/berbunga indah, tanaman memanjat,
tanaman rumput lapangan, dan tanaman lapangan rumput.
3. Sebutkan contoh-contoh tanaman berdasarkan penggolongan tersebut.
Petunjuk Jawaban: Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, Anda harus
memperhatikan rambu-rambu berikut:
1. Buatlah kelompok belajar dan diskusikan pertanyaan-pertanyaan tersebut dengan
kawan-kawan Anda.
2. Renungkan tentang seleksi tanaman berdasarkan habitus fungsional.
B. Tes Formatif/Evaluasi Kegiatan Pembelajaran Lingkari huruf di depan jawaban yang paling benar dari setiap soal di bawah ini!
1. Karakteristik tanaman yang berfungsi sebagai peneduh adalah.............
(a) Mahkota kecil
(b) Daun tumbuh rapat
(c) Batangnya tinggi
78
(d) Menggugurkan daun sekaligus
2. Persyaratan tanaman median jalan adalah.............
(a) Jenis pohon
(b) Bermassa dan padat
(c) Tinggi tanaman >2 m
(d) Tanaman hias daun
3. Alasan lebar penanaman border sekitar 1 m adalah.............
(a) Mudah pemeliharaan
(b) Mudah dilihat
(c) Mudah dilewati
(d) Mudah membatasi tapak
4. Tanaman yang ditanam pada lapangan rumput karena bentuknya yang
menarik disebut tanaman.............
(a) Berdaun indah
(b) Berbunga indah
(c) Lapangan rumput
(d) Rumput lapangan
5. Contoh tanaman undercover adalah.............
(a) Sutera bombay
(b) Daun perak
(c) Sambang darah
(d) Verbena
Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif yang terdapat di
bagian akhir bab ini. Hitunglah jawaban Anda yang benar, kemudian gunakan rumus
di bawah ini untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi Bab 6.
Rumus:
100%5
benar yangjawaban Jumlahpenguasaan Tingkat ×=
79
Arti tingkat penguasaan yang Anda capai:
90% - 100% = baik sekali
80% - 89% = baik
70% - 79% = cukup
- 69% = kurang
Apabila tingkat penguasaan anda mencapai 80% ke atas, bagus! Anda cukup
memahami Bab 6. Anda dapat meneruskan pada Bab 7. Akan tetapi, apabila tingkat
penguasaan Anda masih dibawah 80%, Anda harus mengulangi Bab 6, terutama
bagian yang belum Anda kuasai.
C. Sumber/Referensi 1. Griffiths M. 1994. Manual of Climbers and Wall Plants. New York: Macmillan.
2. Kumurur VA. 1998. Rumput Lanskap. Jakarta: Penebar Swadaya.
3. Menninger E. 1970. Flowering Vines of The World, An Encyclopedia of
Climbing Plants. New York: Heartside Press Incorporated.
4. Munandar A, S. Hardjosuwignyo. 1990. Rumput Lanskap. Bogor: IPB.
5. Nurhayati, HS. Arifin. 2000. Taman dalam Ruang. Jakarta: Penebar Swadaya.
D. Kunci Jawaban 1. b
2. b
3. a
4. c
5. b
80
BAB 7 FUNGSI TANAMAN DALAM LANSKAP
PENDAHULUAN Tanaman merupakan bagian dari ekosistem, mutlak diperlukan
keberadaannya untuk kelangsungan hidup manusia, tanaman, dan hewan. Selain itu,
tanaman juga memberi kesan menarik dan menyenangkan. Oleh karena itu, tanaman
tidak hanya mengandung/mempunyai nilai estetika saja, tetapi juga berfungsi untuk
meningkatkan kualitas lingkungan.
A. Sasaran Pembelajaran Setelah mempelajari bab ini mahasiswa diharapkan dapat menjelaskan fungsi
tanaman dalam lanskap melalui makalah hasil diskusi cooperative learning secara
berkelompok dan praktikum.
B. Strategi Pembelajaran 1. Cooperative learning
2. Praktikum
C. Kegiatan Belajar Langkah-langkah kegiatan belajar yang harus dilakukan:
1. Mahasiswa melakukan penelusuran literatur mengenai fungsi tanaman dalam
lanskap melalui sumber bacaan dan internet.
2. Mahasiswa aktif melakukan kegiatan diskusi di kelas dan praktikum.
3. Mahasiswa membuat makalah sesuai format yang diberikan.
4. Mahasiswa menyelesaikan tes formatif/evaluasi kegiatan pembelajaran.
81
D. Indikator Pencapaian 1. Kemampuan melakukan diskusi dengan baik mengenai fungsi tanaman dalam
lanskap.
2. Kemampuan membuat makalah sesuai format yang ditentukan.
3. Kemampuan melakukan praktikum fungsi tanaman dalam lanskap.
4. Sikap dan perilaku yang baik dalam diskusi dan praktikum.
URAIAN BAHAN PEMBELAJARAN Secara umum, fungsi tanaman dalam lanskap meliputi fungsi ameliorasi iklim
(climate amelioration), rekayasa lingkungan (engineering use), penggunaan untuk
keperluan arsitektural (architectural use), dan pengunaan untuk estetika/keindahan
(aesthetics use). Selanjutnya dijabarkan secara detail menjadi beberapa fungsi,
antara lain, 1) mengontrol radiasi, suhu, dan kelembaban, 2) penahan angin, 3)
penahan silau, 4) penaung dari hujan, 5) mengontrol erosi, 6) mengontrol siklus
hidrologi, 7) memperbaiki kualitas udara, 8) mengurangi bising, 9) mengharumkan
udara, 10) menyediakan habitat satwa liar, 11) membentuk ruang (lantai, dinding, dan
atap), 12) membentuk ruang vertikal/horizontal, 12) menyempitkan dan meluaskan
ruang, 13) sebagai penyekat (screen), 14) sebagai pagar (barrier), 15) sebagai
pembatas (border), 16) sebagai pengarah, 17) menampilkan ciri fisik yang dapat
diindera, 18) membingkai view, 19) memberi latar belakang, 20) menonjolkan obyek
tertentu, 21) melembutkan garis dan massa bangunan, 22) menyatukan elemen
arsitektur bangunan, dan 23) menciptakan pola bayangan.
A. Mengontrol Radiasi, Suhu, dan Kelembaban Tanaman dapat menyerap panas dan memantulkan pancaran sinar matahari
sehingga dapat menurunkan suhu iklim mikro. Selain itu, tanaman juga mampu
meningkatkan kelembaban udara dan presipitasi air hujan melalui evapotranspirasi
sehingga meningkatkan kenyamanan sekitar.
Tanaman dalam lingkungan iklim mikro dapat menurunkan suhu udara dengan
adanya naungan pohon dan evapotranspirasi tanaman. Tegakan hijau pohon mampu
mengurangi energi sinar matahari yang sampai ke permukaan tanah sehingga
82
mampu mempengaruhi suhu udara. Pepohonan, semak belukar, dan rerumputan
dapat mengubah suhu. Daun-daun dapat mengintersepsi, refleksi, mengabsorpsi,
dan mentrasmisikan sinar matahari dimana efektivitasnya tergantung kepada
spesiesnya, misalnya rindang, berdaun, bercabang, dan beranting banyak.
B. Penahan Angin Tanaman berguna sebagai penahan, penyerap, dan mengalirkan tiupan angin
sehingga menimbulkan iklim mikro. Jenis tanaman yang dipakai harus diperhatikan
tinggi pohon, bentuk tajuk, jenis, kepadatan tajuk tanaman, serta lebar tajuk.
Komposisi tanaman yang berbeda ketinggian mampu mengurangi kecepatan angin
sekitar 40-50%. Jika pohon sebagai penahan angin, secara tidak langsung harus
dapat menurunkan suhu (pohon jangan terlalu masif). Faktor yang menentukan
fungsi pohon sebagai penahan angin, antara lain, tinggi pohon, penetrability, dan
kepadatan tajuk optimum (50 – 60%).
C. Penahan Silau Tanaman dapat menahan silau yang ditimbulkan oleh sinar matahari, lampu
jalan, dan sinar lampu kendaraan pada jalan raya dan bangunan. Peletakan tanaman
di sisi jalan atau jalur tengah jalan sebaiknya dipilih pohon atau perdu padat. Pada
jalur jalan raya bebas hambatan, penanaman pohon tidak dibenarkan pada jalur
median jalan. Sebaiknya pada jalur median jalan ditanami tanaman semak, agar sinar
lampu kendaraan dari arah yang berlawanan dapat dikurangi. Peletakan tanaman
dapat menahan pantulan sinar dari perkerasan, hempasan air hujan, dan menahan
jatuhnya sinar matahari ke daerah yang menimbulkan keteduhan.
D. Penaung dari Hujan Tanaman mampu meningkatkan kelembaban udara dan presipitasi air hujan
melalui evapotranspirasi sehingga meningkatkan kenyamanan sekitar.
83
E. Pencegah Erosi (Erosion Control) Kegiatan manusia dalam menggunakan lahan, selain menimbulkan efek positif
juga menyebabkan efek negatif terhadap kondisi tanah/lahan. Misalnya dalam
pembentukan muka tanah, pemotongan dan penambahan muka tanah (cut and fill),
penggalian tanah untuk danau buatan. Kondisi tanah menjadi rapuh dan mudah
tererosi oleh karena pengaruh air hujan dan hembusan angin yang kencang. Akar
tanaman dapat mengikat tanah sehingga tanah menjadi kokoh dan tahan terhadap
pukulan air hujan serta tiupan angin. Selain itu, tanaman dapat pula berfungsi untuk
menahan air hujan yang jatuh secara tidak langsung ke permukaan tanah.
F. Mengurangi Kebisingan Kebisingan adalah bentuk suara yang tidak diinginkan karena tidak sesuai
dengan tempat dan waktunya. Definisi kebisingan adalah semua bunyi yang
mengalihkan perhatian, mengganggu atau berbahaya bagi kegiatan sehari-hari
(kerja, istirahat, hiburan, atau belajar) (Doelle, 1986). Sebagai definisi standar,
kebisingan adalah bunyi yang tidak diinginkan, termasuk bunyi yang tidak sengaja
dan bunyi yang ditimbulkan dari suatu kegiatan seperti bunyi transportasi dan
industri.
Bunyi diinginkan atau tidak oleh seseorang tergantung pada kekerasan bunyi,
frekuensi, waktu terjadinya, kesinambungan, isi informasi, juga pada aspek subyektif
seperti asal bunyi, keadaan pikiran, dan tempramen penerima. Sumber utama
kebisingan diklasifikasikan dalam dua kelompok, yaitu: (1) bising interior, berasal dari
manusia, alat-alat rumah tangga atau mesin-mesin di dalam gedung; dan (2) bising
luar (outdoor), berasal dari lalu lintas, transportasi, industri, alat-alat mekanis yang
terlihat di luar gedung, tempat pembangunan gedung-gedung, perbaikan jalan,
kegiatan olahraga dan lain-lain di luar gedung (Doelle, 1986).
Sumber kebisingan juga dapat dikelompokkan: (1) sumber stasioner dari
kegiatan rumah tangga dan industri, dan (2) sumber dinamis dari kendaraan. Tingkat
kekerasan bunyi pada suatu bunyi pada suatu tempat dapat diduga berdasarkan
bentuk sumber, besar kebisingan dan jarak dari sumber bising.
84
Bentuk sumber bising dapat berupa titik (point source) dan garis (line source).
Kebisingan yang keluar dari sumber berupa titik menyebar melalui udara dalam
bentuk bola dengan kecepatan 334 m/s dan sumbernya statis atau tetap, sedangkan
sumber berupa garis menyebar melalui udara dengan pola berbentuk silender yang
memanjang dan sumbernya bergerak. Untuk sumber suara yang berupa titik,
intensitas suaranya dapat berkurang sekitar 6 dB setiap jarak sumber pendengar
menjadi dua kali lipat, sedangkan untuk sumber suara bergerak atau berbentuk garis,
intensitas suara hanya berkurang sekitar 3 dB bila jarak sumber dengan penerima
menjadi dua kalinya
Cara pengendalian kebisingan dilakukan dengan tiga cara, yaitu pengendalian
kebisingan pada sumbernya, pengendalian bising pada jalur transmisi suara, dan
penggunaan peralatan untuk melindungi penerima dari kebisingan. Pengendalian
bising pada jalur transmisi dilakukan dengan meningkatkan jarak atau dengan
menggunakan barrier. Barrier buatan berupa dinding atau bangunan, sedangkan
barrier alami berupa vegetasi baik pohon maupun semak.
Pohon meredam suara dengan cara mengabsorbsi gelombang suara oleh
daun, cabang, dan ranting. Dedaunan tanaman dapat menyerap kebisingan sampai
95%. Syarat tanaman yang dapat meredam kebisingan adalah berupa pohon, perdu
atau semak yang membentuk massa, susunan daun rapat, tajuk tebal daun rindang,
bentuk komposisi dengan menanam berbagai jenis tanaman berbagai strata yang
cukup rapat dan tinggi. Contoh tanaman, antara lain, tanjung (Mimusops elengi), kirei
payung (Filicium decipiens), teh-tehan pangkas (Acalypha sp), kembang sepatu
(Hibiscus rosa-sinensis), bougenvil (Bougenvillea sp), dan oleander (Nerium
oleander).
Pengendalian kebisingan untuk sumber suara yang berbentuk garis, misalnya
kendaraan yang bergerak, penyebaran suaranya berbentuk silinder yang
memanjang, dapat dilakukan dan dihitung dengan rumus:
D1 – 2 = 10 log 10 (d2/d1)
Dimana D1= Tingkat suara di lokasi 1
D2 = Tingkat suara di lokasi 2
d1 = Jarak lokasi 1 terhadap sumber suara
85
d2 = Jarak lokasi 2 terhadap sumber suara
Tingkat kebisingan akan berkurang 3 dB apabila jaraknya bertambah menjadi
dua kali lipat. Pada dinding masif pengurangan tingkat kebisingan oleh barrier
(Gambar 16) dapat dinyatakan dengan fungsi Fresnel Number (δ = (A+B)-C).
Dimana N = Fresnel Number
A = Jarak dari sumber suara ke puncak barrier
B = Jarak dari puncak barrier ke penerima
C = Jarak dari sumber suara ke penerima
λ = Panjang gelombang suara
Gambar 16. Pengurangan tingkat kebisingan dengan fungsi Fresnel Number (Wilson, 1989)
G. Kontrol Pandangan (Visual Control) Pohon secara visual dapat berfungsi sebagai penghalang pandangan.
Tanaman penghalang berfungsi untuk menutupi pandangan ke suatu tempat seperti
bangunan yang kasar atau tempat-tempat yang tidak menyenangkan dipandang.
Salah satu cara menutupi beton atau tembok bangunan adalah dengan
menggunakan tanaman merambat atau dengan penambahan semak atau perdu.
δ λ2N =
λCB)2(AN −+
=
86
Teori penghalang adalah jika titik pandang telah ditentukan maka pohon
diletakkan di antara titik pandang dan obyek yang ditutupi. Teori ini dapat dilakukan
pada pengamat yang dian dan bergerak.
Pengamat diam (Gambar 17), menggunakan rumus:
Dimana l : tinggi mata pengamat
α: sudut pandang dari mata ke puncak obyek yang ditutupi
H: tinggi obyek
h: tinggi pohon
D: jarak dari titik memandang ke obyek
d: jarak dari titik memandang ke pohon
Gambar 17. Penghalang pada pengamat diam (Shinzo, 1975)
Pengamat bergerak (Gambar 18), menggunakan rumus:
Dimana S: jarak antar pohon
α: sudut antara arah gerak dan penglihatan
d: diameter tajuk pohon
r: jari-jari tajuk pohon
DlH
dlhα Tan −=
−= 1l)(H
Dd l α Tan dh +−=+=
α Sind
α Sin2rS ==
87
Gambar 18. Penghalang pada pengamat bergerak (Shinzo, 1975)
H. Kontrol Pandangan terhadap Ruang Luar Tanaman dapat dipakai untuk komponen pembentuk ruang sebagai dinding,
atap, dan lantai. Dinding dapat dibentuk oleh tanaman semak sebagai border. Atap
dibentuk oleh tajuk pohon yang membentuk kanopi atau tanaman merambat pada
pergola, sedangkan sebagai lantai dapat dipergunakan tanaman rumput atau
penutup tanah (groundcover) (Gambar 19). Dengan demikian pandangan dari arah
atau ke arah ruang yang diciptakan dapat dikendalikan.
Gambar 19. Tanaman sebagai kontrol pandangan terhadap ruang luar (Carpenter et al., 1975)
I. Kontrol Pandangan untuk Ruang Pribadi Tanaman dapat dipergunakan untuk membatasi pandangan dari arah luar
dalam usaha untuk menciptakan ruang pribadi (privacy space). Ruang pribadi ini
88
biasanya ruang yang terlindung dari pandangan orang lain. Ruang ini memerlukan
penempatan tanaman pembatas pandangan setinggi 1,5 – 2 meter (Gambar 20).
Gambar 20. Kontrol pandangan untuk ruang pribadi (Carpenter et al., 1975)
J. Kontrol Pandangan terhadap Hal yang Tidak Menyenangkan Tanaman dapat pula dimanfaatkan sebagai penghalang pandangan terhadap
hal-hal yang tidak menyenangkan untuk ditampilkan atau dilihat, seperti timbunan
sampah, tempat pembuangan sampah, dan galian tanah.
K. Mengurangi polusi udara Pencemaran udara diperkirakan semakin meningkat dan meluas seiring
dengan cepatnya proses industrialisasi dan makin banyaknya kendaraan bermotor.
Pembakaran bensin dalam kendaraan bermotor merupakan lebih dari separuh
penyebab pencemaran udara di perkotaan. Sumber pencemaran udara yang utama
berasal dari transportasi terutama kendaraan bermotor yang menggunakan bahan
bakar yang mengandung bahan pencemar, 60% dari bahan pencemar yang
dihasilkan terdiri dari karbon monoksida dan sekitar 15% terdiri dari hidrokarbon.
Sumber-sumber pencemaran lainnya berasal dari pembakaran, proses industri,
89
pembuangan limbah dan lain-lain. Pencemaran udara di Indonesia, terutama di kota-
kota besar, disebabkan gas buang kendaraan bermotor (60-70%); industri (10-15%);
dan sisanya berasal dari rumah tangga, pembakaran sampah, kebakaran hutan atau
ladang, dan lain-lain.
Komponen pencemaran udara yang bersumber dari kegiatan transportasi di
Indonesia yang paling banyak berpengaruh sebagai pencemar udara adalah karbon
monoksida (CO) sebesar 70,50%, nitrogen oksida (NOx) sebesar 8,89%, sulfur
oksida (SOx) sebesar 0,88%, Hidrokarbon (HC) sebesar 18,34%, dan partikel
sebesar 1,33%.
Vegetasi merupakan elemen alami yang dominan sebagai pembentuk lanskap
kota. Selain sebagai elemen estetis, vegetasi berfungsi dalam mereduksi partikel
padat dari udara yang merupakan dampak dari kegiatan manusia. Debu yang
terdapat pada lapisan biosfer bumi, dapat dibersihkan oleh tajuk pohon melalui
beberapa mekanisme. Mekanisme tanaman mengurangi polusi udara, yaitu: 1)
menjerap (adsorpsi), hanya sampai di permukaan daun (menempel), antara lain,
untuk polutan padat, partikel debu, logam-logam (Pb, Zn, Fe, dsb), 2) menyerap
(absorpsi), diasimilasi oleh jaringan tanaman dalam daun, antara lain, untuk gas NOx
(NO2, NO3), SOx (SO2, SO3) CO2, CO, HC, PAN (Peroxy Acetic Nitrat), 3)
mendifusi, yaitu mengencerkan konsentrasi polutan, dan 4) mendeposisi, yaitu
menjatuhkan polutan ke tanah. Dengan adanya mekanisme ini, jumlah debu yang
melayang di udara akan menurun. Partikel yang melayang-layang di permukaan bumi
sebagian akan terjerap (menempel) pada permukaan daun, khususnya daun yang
berbulu dan yang mempunyai permukaan yang kasar dan sebagian lagi terserap
masuk ke dalam ruang stomata daun. Ada juga partikel yang menempel pada kulit
pohon, cabang dan ranting.
Vegetasi khususnya pohon tepi jalan harus memenuhi kriteria ciri dan bentuk
arsitektural antara lain mencakup tinggi pohon dewasa, tekstur daun, batang dan
perakaran. Selain itu pohon tepi jalan yang digunakan juga harus efektif dalam
menjerap dan menyerap pencemar udara. Efektifnya mekanisme penjerapan
ditentukan oleh ukuran, kerapatan dan bentuk trikoma. Dalam menyerap zat
pencemar dipengaruhi oleh karakteristik morfologi tanaman, seperti ukuran dan
90
bentuk daun, adanya rambut pada permukaan daun dan juga tekstur daun. Jenis
tanaman yang dipakai untuk menyerap gas adalah tanaman yang mempunyai sifat:
mempunyai stomata yang banyak, mempunyai ketahanan tertentu terhadap gas
tertentu, dan mempunyai tingkat pertumbuhan yang cepat. Contoh tanaman
penyerap NO2, antara lain, kenanga (Cananga odorata), melinjo (Gnetum gnemon),
cempaka (Michelia campaka), flamboyan (Delonix regia), kembang merak
(Caesalpinia pulcherrima), akalipa merah (Acalypha wilkesiana), bougenvil ungu
(Bougenvillea glabra), lantana (Lantana camara), lollipop kuning (Pachystachys
lutea), kriminil (Alternanthera ficoides), rumput manila (Zoysia matrella), dan adam
hawa (Rhoeo discolor).
Kemampuan adaptasi terhadap polusi tinggi, dapat diketahui dengan APTI (Air
Pollution Tolerance Index). Rumus APTI dan nilainya (Tabel 1) sebagai berikut.
Dengan variabel-variabel yang peka terhadap polusi:
A: kandungan Asam Ascorbic
T: total klorofil
P: pH ekstrat daun
R: kandungan/kadar air
Tabel 1. Kriteria sensitivitas dan toleransi tanaman terhadap polusi
Nilai APTI Kriteria Decidious Evergreen Herba
Sensitif < 15 < 13 11 Sedang 15 – 19 13 – 16 11 – 14Cukup toleran 20 – 24 17 – 20 15 – 18 Toleran > 24 > 20 > 18 Keterangan:
- Semakin besar nilai APTI maka tanaman semakin toleran - Pohon memiliki nilai APTI yang paling besar - Tanaman dengan genus sama, karakter tidak beda jauh
10R P) (TA APTI ++
=
91
L. Mengharumkan Udara Tanaman dapat membersihkan udara yang baunya tidak enak (setelah
melewati vegetasi, bau berkurang). Tanaman yang dapat dipakai adalah tanaman
yang dapat mengeluarkan aroma tertentu yang disebut tanaman aromatik. Tanaman
aromatik adalah tanaman-tanaman yang dapat menghasilkan aroma tertentu, baik
melalui bunga, daun, batang, buah, maupun akarnya. Aroma yang ditimbulkan ada
yang enak atau harum dan ada yang tidak enak. Ada yang beraroma lembut tetapi
ada juga yang beraroma menusuk hidung atau menyengat. Ada tanaman yang
mengeluarkan aroma pada pagi, siang, sore, dan malam hari (Nugrahani, 2006).
Tanaman aromatik mampu menghasilkan aroma yang harum hingga pada
jarak tertentu dari tempat tumbuhnya. Contoh tanaman beraroma, antara lain, melati
(Jasminum sambac), kacapiring (Gardenia jasminoides), kemuning (Murraya
paniculata), kenanga (Canangium odoratum), dan cempaka (Michelia champaca).
M. Pembatas Fisik (Physical Barrier) Tanaman pembatas merupakan tanaman yang ditanam secara berbaris untuk
membatasi baik pergerakan maupun pandangan. Tanaman ini dapat berfungsi
sebagai pembatas untuk jalan, pengarah dan pembentuk pandangan, pembatas ke
arah pandangan yang kurang baik, pengarah gerakan bagi pemakai jalan pada jalan
berbelok atau ke tujuan tertentu, dan menghilangkan kejenuhan bagi pemakai jalan.
Contoh tanaman pembatas untuk jalan, antara lain, bambu (Bambusa sp),
cemara, kembang sepatu, dan oleander. Contoh tanaman pengarah pada jalan,
antara lain, cemara, mahoni (Swietania mahagoni), hujan mas (Cassia glauca),
kembang merak, kol banda (Pisonia alba), akalipa (Acalypha wilkesiana), dan
pangkas-pangkasan. Contoh tanaman pembentuk pandangan, antara lain, cemara,
glodogan tiang (Polyalthea sp), bambu, glodogan biasa (Polyalthea longifolia),
akalipa, dan pangkas-pangkasan.
N. Tanaman Penahan Kebakaran Tanaman dengan daun apabila terjadi kebakaran juga ikut terbakar.
Sebenarnya penahanan kebakaran secara sempurna oleh tanaman adalah sulit.
92
Umumnya pada kebakaran bangunan total, api membesar dalam 3 – 4 menit dan
alam waktu tersebut, jika bisa bertahan atau melakukan pemadaman, bangunan
sekeliling dapat dilindungi dari perambatan api
Tanaman menghalangi perambatan panas sehingga bersama dengan tanah
kosong (terbuka) di sekeliling rumah, tanaman meningkatkan ketahanan gedung
terhadap kebakaran. Fungsi tanaman dalam menahan kebakaran adalah menahan
perambatan panas. Jika ada angin, api mengalir, bara api terbang, maka pohon
menahan aliran angin sehingga menghalangi perpindahan api, pohon juga
menghalangi bara api yang terbang.
Struktur penanaman untuk menahan kebakaran (Gambar 21, 22, dan 23):
- Kombinasi dengan tanah kosong
- Menggunakan dua atau lebih deretan pohon
- Tanah kosong ≥ 6 m
- Tidak menanam rumput pada tanah kosong
- Tinggi pohon ≥ 10 m (tergantung bangunan yang ingin dilindungi)
- Di depan pohon ditanam semak
- Lebar penanaman 6 – 10 m
Gambar 21. Struktur penanaman
Semak
Pohon Pohon
Semak
6 – 10 m 6 – 10 m 6 m
> 10 m
Tanah kosong
93
Gambar 22. Tanaman penahan kebakaran untuk lahan yang sempit
Gambar 23. Tanaman penahan kebakaran untuk lahan yang lebih lebar
O. Fungsi Sosial Budaya Fungsi tanaman sebagai sosial budaya terkait dengan tanaman yang
mengandung nilai adat/kepercayaan. Tanaman ini merupakan tanaman yang pada
daerah tertentu memiliki nilai tersendiri karena kepercayaan yang dianut masyarakat
sebagai pengaruh budaya, adat atau keagamaan. Beberapa tanaman mempunyai
nilai karena berhubungan dengan upacara adat, pantangan dan himbauan, tempat-
tempat tertentu misalnya tempat yang dianggap keramat, rejeki, jodoh, status sosial,
dan sebagainya.
Contoh nilai budaya tanaman dalam masyarakat Bali, dimana nilai tanaman
berpengaruh terhadap peletakan tanaman dalam tata ruang lanskap tradisional Bali
(konsep Tri Mandala yang membagi menjadi tiga zona: utama, madya, nista). Pada
zona utama diletakkan tanaman Ficus benjamina, Santalum album, Cordyline sp,
Dengan batas 2 pohon
7 m
2 m
Tanaman dipangkas dibentuk fence
5 m
94
Michelia champaca, dan Pandanus sp yang ditanam sekitar pura. Pada zona madya
diletakkan tanaman Cananga odorata dan Hibiscus rosa-sinensis, sedangkan pada
zona nista atau di kebun/tegalan terdapat tanaman Musa paradisiaca, Bambusa sp,
Cocos nucifera, dan Citrus sp.
Contoh lain, dadap (Erythrina indica) yang digunakan untuk struktur pemujaan
temporer di pura dan merupakan salah satu kayu penting dan bernilai religi. Tanaman
cendana (Santalum album) sebagai bagian penting pegangan keris bagi para empu.
P. Rangkuman Fungsi tanaman dalam lanskap terdiri atas 1) mengontrol radiasi, suhu, dan
kelembaban, 2) penahan angin, 3) penahan silau, 4) penaung dari hujan, 5)
pencegah erosi (erosion control), 6) mengurangi kebisingan, 7) kontrol pandangan
(visual control), 8) kontrol pandangan terhadap ruang luar, 9) kontrol pandangan
untuk ruang pribadi, 10) kontrol pandangan terhadap hal yang tidak menyenangkan,
11) mengurangi polusi udara, 12) mengharumkan udara, 13) pembatas fisik (physical
barrier), 14) tanaman penahan kebakaran, dan 15) fungsi sosial budaya.
PENUTUP A. Tugas dan Latihan Untuk memantapkan pemahaman Anda tentang fungsi tanaman dalam lanskap,
Anda perlu mengerjakan tugas-tugas di bawah ini dan mendiskusikannya dengan
kawan-kawan Anda!
1. Jelaskan fungsi tanaman dalam lanskap.
2. Jelaskan fungsi ameliorasi iklim, rekayasa lingkungan, penggunaan untuk
keperluan arsitektural, dan pengunaan untuk estetika dari tanaman lanskap.
3. Sebutkan contoh-contoh tanaman berdasarkan masing-masing fungsi.
Petunjuk Jawaban: Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, Anda harus
memperhatikan rambu-rambu berikut:
1. Buatlah kelompok belajar dan diskusikan pertanyaan-pertanyaan tersebut dengan
kawan-kawan Anda.
2. Renungkan tentang fungsi tanaman dalam lanskap.
95
B. Tes Formatif/Evaluasi Kegiatan Pembelajaran Lingkari huruf di depan jawaban yang paling benar dari setiap soal di bawah ini!
1. Pada jalur median jalan bebas hambatan tidak dibenarkan menanam
tanaman.............
(a) Penutup tanah
(b) Semak
(c) Perdu
(d) Pohon
2. Syarat tanaman yang dapat meredam kebisingan adalah.............
(a) Semak soliter
(b) Susunan daun rapat
(c) Tajuk lebar
(d) Daun lebar
3. Karakteristik tanaman yang efektif untuk membatasi pergerakan manusia
adalah tanaman yang.............
A. Bermassa daun sedikit
B. Berjarak tanaman rapat
C. Berukuran daun besar
D. Berbatang besar
4. Toleransi tanaman terhadap polusi dapat diketahui dari nilai APTI, dimana nilai
APTI semakin.............
A. Tinggi maka tanaman semakin toleran
B. Rendah maka tanaman semakin toleran
C. Tinggi maka tanaman semakin sensitif
D. Rendah maka tanaman cukup toleran
5. Struktur penanaman tanaman yang efektif menahan kebakaran adalah.............
A. Menanam rumput pada tanah kosong
B. Menggunakan dua atau lebih deretan pohon
C. Menggunakan pohon tinggi ≤ 10 m
D. Menggunakan satu baris pohon
96
Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif yang terdapat di
bagian akhir bab ini. Hitunglah jawaban Anda yang benar, kemudian gunakan rumus
di bawah ini untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi Bab 7.
Rumus:
Arti tingkat penguasaan yang Anda capai:
90% - 100% = baik sekali
80% - 89% = baik
70% - 79% = cukup
- 69% = kurang
Apabila tingkat penguasaan anda mencapai 80% ke atas, bagus! Anda cukup
memahami Bab 7. Anda dapat meneruskan pada Bab 8. Akan tetapi, apabila tingkat
penguasaan Anda masih dibawah 80%, Anda harus mengulangi Bab 7, terutama
bagian yang belum Anda kuasai.
C. Sumber/Referensi 1. Carpenter PL, TD. Walker, FO. Lanphear. 1975. Plants in the Landscape. San
Fransisco: Freeman & Co.
2. Doelle LL. 1986. Akustik Lingkungan. Jakarta: Erlangga.
3. Nugrahani P. 2006. Vegetasi Aromatik sebagai Elemen Lanskap Ruang
Terbuka Hijau Perkotaan. Di dalam: Winarno et al., editor. Prosiding Seminar
Nasional Lanskap Perkotaan; Surabaya, 18 Mei 2006. Surabaya: Jurusan
Agronomi Fakultas Pertanian UPN Veteran Jatim. hlm 102-108.
4. Shinzo N. 1975. Theory and Technique of Planting. Tokyo: Kashima.
5. Wilson CE. 1989. Noise Control: Measurement, Analysis, and Control of
Sound and Vibration. New York: Harper and Row Publ. Inc.
100%5
benar yangjawaban Jumlahpenguasaan Tingkat ×=
97
D. Kunci Jawaban 1. d
2. b
3. b
4. a
5. b
98
BAB 8 KOMPOSISI TANAMAN
PENDAHULUAN Penataan tanaman dalam sebuah taman memang tidak semudah yang diduga
apabila diharapkan hasil yang bagus. Selain itu, penataan tanaman berkaitan juga
dengan unsur pertanaman lain, seperti bangunan, batu-batuan, kolam, lampu taman,
dan sebagainya. Ada beberapa hal pokok yang sangat penting diketahui terlebih
dahulu bila ingin menata tanaman dengan hasil yang cukup memuaskan.
Tanaman memang memiliki beberapa sifat yang dapat dibedakan dengan
unsur-unsur pertamanan yang lain. Sifat atau karakteristik yang paling menonjol
adalah bahwa tanaman merupakan unsur yang hidup dan tumbuh. Hal ini tentu saja
sangat perlu diketahui terlebih dahulu agar tanaman yang ditata hidup dan tumbuh
dengan baik. Faktor-faktor seperti keadaan tanah, drainase, sinar matahari, angin,
dan suhu sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman.
Hal lain yang penting diketahui ialah tanaman bukan hanya sebagai unsur
hiasan saja, tetapi memiliki beberapa fungsi dan potensi. Dengan lebih mengenal
atau mengetahui fungsi dan potensi dari unsur tanaman tersebut, komposisi tanaman
yang dibuat tentu akan lebih fungsional berguna dan visual indah.
A. Sasaran Pembelajaran Setelah mempelajari bab ini mahasiswa diharapkan dapat merencanakan
komposisi tanaman dalam lanskap melalui studi lapang dan gambar hasil case study
secara individu dan praktikum.
B. Strategi Pembelajaran 1. Studi lapang
2. Case study
3. Praktikum
99
C. Kegiatan Belajar Langkah-langkah kegiatan belajar yang harus dilakukan:
1. Mahasiswa melakukan studi lapang mengenai komposisi tanaman pada suatu
lanskap.
2. Mahasiswa membuat gambar rencana penanaman dengan komposisi
tanaman yang baik.
3. Mahasiswa melakukan penelusuran literatur mengenai komposisi tanaman
dalam lanskap melalui sumber bacaan dan internet.
4. Mahasiswa aktif melakukan praktikum.
5. Mahasiswa menyelesaikan tes formatif/evaluasi kegiatan pembelajaran.
D. Indikator Pencapaian 1. Kemampuan melakukan studi lapang mengenai komposisi tanaman.
2. Kemampuan membuat gambar rencana penanaman dengan komposisi
tanaman yang baik.
3. Kemampuan melakukan praktikum fungsi tanaman dalam lanskap.
4. Sikap dan perilaku yang baik dalam studi lapang, case study, dan praktikum.
URAIAN BAHAN PEMBELAJARAN Untuk membuat sebuah komposisi tanaman yang indah dan menarik, masalah
pengenalan karakteristik visual tanaman sangat penting diketahui lebih jauh
disamping hal-hal yang lainnya. Bentuk tanaman misalnya ada yang berbentuk tinggi
ramping, tinggi membulat, menyebar, bulat, piramidal, merunduk, dan eksotis atau
unik. Ukuran tanaman juga bervariasi, seperti pohon besar, sedang, dan kecil; semak
tinggi, sedang, dan rendah; serta tanaman penutup tanah dan rumput. Warna-warna
tanaman yang beraneka warna merupakan karakteristik penting yang dianggap
sebagai karakteristik emosional karena mempengaruhi secara langsung kesan dan
suasana ruang luar. Warna-warna terang, misalnya dapat menimbulkan suasana
cerah dan menyenangkan, sedangkan warna gelap mengesankan suasana yang
suram. Tekstur tanaman adalah kesan kasar atau halusnya keseluruhan tanaman
100
secara visual pada tanaman individual atau kelompok. Tekstur tanaman ternyata
mempengaruhi faktor dalam komposisi tanaman, meliputi kesatuan komposisi dan
keanekaragaman, daya tarik visual, persepsi terhadap jarak, nada warna dan lain
sebagainya.
A. Prinsip Komposisi Tanaman Prinsip dan aturan dalam menyusun komposisi tanaman mengikuti prinsip
desain lanskap, yaitu kesatuan, irama, aksen, keseimbangan, dan proporsi.
1. Kesatuan/tema Kesatuan adalah organisasi antara beberapa unsur yang saling bergantung
satu sama lain atau tidak terpisahkan. Bilamana suatu unsur memisahkan diri berarti
kesatuan tersebut tidak tercapai. Suatu komposisi yang baik harus mempunyai
kesatuan yang kompak antara unsur-unsur yang tersusun di dalamnya termasuk
faktor keseimbangan, aksen, dan irama. Kesatuan komposisi tanaman dapat
diperoleh dari pemilihan tanaman yang sama dalam jenis, bentuk, tekstur, warna,
sifat, cara tumbuh, dan berasal dari sifat ekologisnya yang sama.
2. Irama/gradasi Irama adalah urutan atau perulangan elemen-elemen, misalnya barisan
pohon, urutan dari anak tangga, rangkaian batu yang serupa, mungkin berbentuk
beraturan atau tidak beraturan. Irama pada lanskap dapat diciptakan dengan
penggunaan warna tanaman yang berulang-ulang, jarak penanaman, tinggi rendah
tanaman yang diatur berulang-ulang, dan sebagainya. Adanya irama memberikan
kesan dinamis, tidak monoton dan membosankan, serta lebih hidup dan menarik.
3. Aksen/kontras/point of interest Suatu desain dapat membosankan tanpa adanya aksen. Oleh karena itu,
harus diciptakan aksen sebagai point of interest pada bagian atau titik-titik tertentu.
Aksen merupakan bagian terpenting yang menjadi pusat perhatian dan mampu
memberikan ciri tertentu yang mengandung ide, tujuan, dan isi. Pada sebuah taman
harus ada unsur taman sebagai pusat pemandangan berupa elemen estetis yang
mewakili seluruh bagian taman yang dapat menampilkan ide.
Aksen dalam lanskap dapat diciptakan dengan memanfaatkan unsur desain
lainnya yang dimiliki oleh elemen lanskap. Aksen tersebut dapat diciptakan dari
101
perbedaan tekstur, perbedaan bentuk, ukuran atau warna. Tanaman yang tinggi
dengan tekstur halus yang dominan dapat menjadi aksen di antara tanaman
berukuran sedang dan bertekstur kasar.
4. Keseimbangan/kontrol Kontrol terhadap ketiga prinsip sebelumnya jangan berlebihan atau
kekurangan sehingga tercipta kesan seimbang, serasi, dan harmonis. Keseimbangan
yang tercipta dapat berupa keseimbangan simetris dan asimetris. Keseimbangan
simetris yang memberi kesan formal lebih mudah dicapai dan dimengerti, sedangkan
keseimbangan asimetris yang memberi kesan informal atau alami lebih sulit dicapai,
tetapi memberi kesan lebih halus karena mendekati alam.
Keseimbangan diumpamakan taman dibagi dua sama besar, jika kedua sisi
dari taman tersebut sama-sama menarik perhatian dari pengamat, desain tersebut
mempunyai keseimbangan, sebagai berikut.
a. Keseimbangan simetris, yaitu penempatan tanaman yang sama tepat satu sama
lain. Keseimbangan simetris terbagi 3 jenis, yaitu simetri bentuk, warna, dan
bobot. Keseimbangan adalah pembagian elemen yang menghasilkan suatu
aksen, keseimbangan terletak pada penciptaan pandangan yang sama bobotnya
dari satu pusat perhatian.
b. Keseimbangan asimetris, yaitu keseimbangan yang elemen-elemennya tidak
sama dan serupa antara sisi yang satu dengan sisi yang lainnya pada garis
sumbu. Keseimbangan asimetri menghasilkan perhatian yang sama pada kedua
sisi ruang luar, tetapi tidak dalam bentuk dan materi yang sama antara sisi yang
satu dengan yang lain.
c. Keseimbangan sentral atau radial, yaitu keseimbangan yang berpusat pada
pertemuan antara dua garis sumbu yang membentuknya.
d. Keseimbangan segitiga, yaitu mempunyai ciri-ciri yang jelas, ada tiga titik yang
jika dihubungkan satu sama lain menjadi segitiga.
5. Proporsi Apabila membuat suatu taman, sebaiknya memilih tanaman dan struktur
taman yang ukurannya sesuai dengan garis-garis lanskap bangunan. Satu hal yang
102
tidak boleh dilupakan adalah ukuran maksimal tanaman, dalam hal ini pohon.
Proporsi merupakan ciri dari suatu lanskap yang berkaitan dengan ukuran.
Setiap elemen lanskap harus dalam hubungan ukuran yang tepat dengan
elemen lainnya. Pada taman yang kecil, pemilihan jenis tanamannya lebih terbatas,
teksturnya halus, dan warna tidak terlalu menyolok, sedangkan pada taman yang
cukup luas, kesempatan memilih jenis tanaman lebih banyak. Ukuran tanaman
terhadap bangunan harus sebanding, sehingga proporsi harus sesuai dengan
fungsinya.
Untuk menciptakan komposisi tanaman yang menarik dan indah, ada
beberapa kiat yang dapat dilakukan, yaitu:
1. Tanaman soliter atau tunggal seperti palem merah, beringin, dan lain sebagainya,
sebaiknya ditanam menyendiri sebagai eye catcher atau daya tarik yang berfungsi
sebagai karya sculpture yang dinamis terlihat dari berbagai sisi.
2. Untuk sebuah komposisi, sebaiknya memilih jenis-jenis tanaman berdasarkan
ukuran, bentuk, warna, dan teksturnya.
3. Perancang harus menghindari penanaman dengan jumlah genap karena
cenderung memecah komposisi. Tanaman dengan jumlah ganjil cenderung
mempersatukan komposisi.
4. Sebaiknya tidak menanam secara menyebar atau jarang, tanaman dibuat secara
mengelompok, terutama pada tanaman-tanaman individu.
5. Masa-masa tanaman yang saling bersinggungan atau tumpang tindih tajuknya
akan memperkuat hubungan antara satu dengan yang lainnya.
6. Sebaiknya mengisi di bawah tajuk pohon dengan tanaman semak agar tidak
terbentuk ruang tersisa.
7. Tanaman khususnya semak, sebaiknya ditanam dalam bak tanam (cultivated bed)
sehingga terlindung dari kerusakan akibat mesin potong rumput saat
pemangkasan. Penanaman di dalam bak memungkinkan menutup permukaan
tanah dengan lumut, serbuk kayu, batuan atau material lain untuk mencegah
timbulnya tanaman liar.
Berikut ini diberikan contoh komposisi tanaman pada area menyudut, pada
bidang lurus, dan untuk memanipulasi bangunan.
103
a. Komposisi Tanaman Menyudut Ada dua hal yang perlu diperhatikan pada penataan komposisi penanaman
menyudut, yaitu 1) titik tengah sudut atau lengkung dalam (incurve) dan 2) kedua
tepian atau lengkung luar (outcurve). Lengkung dalam merupakan tempat yang
sesuai untuk menempatkan tanaman yang memiliki daya tarik visual kuat sehingga
biasanya digunakan untuk menempatkan focal point dengan tanaman yang khas,
baik ukuran, bentuk, maupun warnanya. Dari segi ukuran, sebaiknya tanaman
tersebut merupakan tanaman yang paling tinggi di antara tanaman lain pada bagian
outcurve. Selain tanaman khas, untuk focal point dapat juga ditempatkan bentuk
aksen lainnya pada incurve seperti patung, air mancur atau lampu yang bentuknya
artistik.
Aksen utama dapat diletakkan di lokasi incurve atau di lokasi lain. Jika aksen
di luar incurve, maka incurve dapat dijadikan tempat untuk meletakkan aksen minor
dengan catatan aksen ini tidak melebihi kekuatan aksen utamanya. Variasi dapat
dilakukan dalam komposisi menyudut ini, antara lain, 1) meletakkan tanaman tinggi
pada incurve kemudian memendek ke arah outcurve dan 2) pada incurve diletakkan
tanaman tinggi, sedangkan bagian depan serta outcurve diisi dengan tanaman yang
lebih pendek. Komposisi tanaman pada incurve dan outcurve ini sebaiknya tidak lebih
dari tiga sampai empat jenis saja. Contoh komposisi tanaman menyudut dapat dilihat
pada Gambar 24.
Gambar 24. Contoh komposisi tanaman menyudut (Sumber: Handayani, 2009)
104
b. Komposisi Tanaman pada Bidang Lurus Komposisi penanaman pada bidang lurus pada dasarnya mencoba
menerapkan fungsi arsitektur yang diantaranya adalah membentuk bidang vertikal.
Penanaman cara ini dapat berperan baik sebagai pembentuk ruang privacy, total
maupun semi privacy, atau ruang dengan tingkat keterbukaan terbatas.
Selain fungsi arsitektural, komposisi ini berperan pula sebagai pengendali
visual dan pengendali lingkungan, seperti pengendalian pandangan ke arah tempat
yang kurang menarik dan pengendalian terik matahari. Penanaman pada bidang
lurus secara umum dikelompokkan pada: 1) berderet mengikuti bidang lurus, dan 2)
berderet seolah mengikuti garis lengkung/berbelok-belok (Gambar 25).
Gambar 25. Contoh penataan tanaman pada bidang lurus (Handayani, 2009)
105
Seperti halnya dalam pembuatan komposisi menyudut, jenis tanaman yang
digunakan harus dibatasi dan disusun dalam bentuk kelompok. Namun, jumlah
tanaman yang terlalu sedikit pun dapat mengakibatkan komposisi menjadi monoton.
Disamping itu, pengaturan dalam perletakan titik tanam sangat mempengaruhi daya
tarik komposisi secara keseluruhan.
Komposisi tanaman pada bidang lurus akan lebih menarik bila di bagian depan
ditempatkan tanaman yang lebih rendah dari bagian belakang. Hal ini untuk
menciptakan area transisi antara penutup tanah dengan tanaman tinggi.
c. Komposisi Tanaman untuk Memanipulasi Bangunan Komposisi ini diperlukan bila menghadapi bangunan yang bentuknya terlalu
tinggi, dinding yang telah tua atau bagian bangunan lain yang kurang menarik.
Komposisi untuk memanipulasi bangunan ini memiliki peran penting dalam
mempercantik sebuah bangunan, tidak hanya terbatas pada sudut-sudut bangunan
saja tetapi menyeluruh hingga ke bagian lanskap lainnya. Fungsi lainnya adalah
untuk mengarahkan pandangan pengamat pada pintu masuk di area publik sebuah
bangunan.
B. Rangkuman Prinsip dan aturan dalam menyusun komposisi tanaman mengikuti prinsip
desain lanskap, yaitu kesatuan, irama, aksen, keseimbangan, dan proporsi.
Komposisi ini dapat diterapkan pada area menyudut, pada bidang lurus, dan untuk
memanipulasi bangunan.
PENUTUP A. Tugas dan Latihan Untuk memantapkan pemahaman Anda tentang komposisi tanaman dalam lanskap,
Anda perlu mengerjakan tugas-tugas di bawah ini dan mendiskusikannya dengan
kawan-kawan Anda!
1. Jelaskan persyaratan dalam menyusun komposisi tanaman yang baik.
2. Berikan contoh komposisi tanaman pada area menyudut, bidang lurus, dan untuk
memanipulasi bangunan.
106
Petunjuk Jawaban: Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, Anda harus
memperhatikan rambu-rambu berikut:
1. Buatlah kelompok belajar dan diskusikan pertanyaan-pertanyaan tersebut dengan
kawan-kawan Anda.
2. Renungkan tentang komposisi tanaman dalam lanskap.
B. Tes Formatif/Evaluasi Kegiatan Pembelajaran Lingkari huruf di depan jawaban yang paling benar dari setiap soal di bawah ini!
1. Salah satu cara untuk mempersatukan komposisi tanaman adalah.............
(a) Penanaman berjumlah ganjil
(b) Penanaman berjumlah genap
(c) Penanaman secara menyebar
(d) Penanaman dengan jenis yang sama
2. Kesan yang dapat ditimbulkan dari irama adalah kesan.............
(a) Dinamis
(b) Statis
(c) Monoton
(d) Ramai
3. Aksen pada suatu taman dapat diciptakan dengan cara.............
(a) Pengulangan bentuk
(b) Perbedaan bentuk
(c) Ukuran yang sama
(d) Warna yang terang
4. Penempatan tanaman yang sama tepat satu sama lainn disebut
keseimbangan .............
(a) Simetris
(b) Asimetris
(c) Radial
(d) Segitiga
107
5. Untuk menciptakan komposisi tanaman yang baik, tanaman tinggi sebaiknya
diletakkan pada.............
(a) Lengkung dalam
(b) Lengkung luar
(c) Bidang lurus
(d) Garis berbelok-belok
Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif yang terdapat di
bagian akhir bab ini. Hitunglah jawaban Anda yang benar, kemudian gunakan rumus
di bawah ini untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi Bab 8.
Rumus:
Arti tingkat penguasaan yang Anda capai:
90% - 100% = baik sekali
80% - 89% = baik
70% - 79% = cukup
- 69% = kurang
Apabila tingkat penguasaan anda mencapai 80% ke atas, bagus! Anda cukup
memahami Bab 8. Anda dapat meneruskan pada Bab 9. Akan tetapi, apabila tingkat
penguasaan Anda masih dibawah 80%, Anda harus mengulangi Bab 8, terutama
bagian yang belum Anda kuasai.
C. Sumber/Referensi 1. Handayani S. 2009. Elemen-elemen Pendukung Lanskap. http://www.upi.edu/
Direktori/FPTK/JUR._PEND._TEKNIK_ARSITEKTUR/196609301997032-
SRI_HANDAYANI/Bahan_Ajar_Mata_Kuliah_ArsLansekap_4.pdf. [13 Maret
2011].
100%5
benar yangjawaban Jumlahpenguasaan Tingkat ×=
108
D. Kunci Jawaban 1. a
2. a
3. b
4. a
5. a
109
BAB 9 TEKNIK PENANAMAN TANAMAN LANSKAP
PENDAHULUAN Untuk mewujudkan suatu karya desain, haruslah melewati tahap pelaksanaan.
Kegiatan pelaksanaan lebih terkait dengan pekerjaan secara fisik di lapangan dengan
acuan hasil desain yang telah dibuat sebelumnya. Kegiatan pelaksanaan meliputi
tahap persiapan, pembuatan konstruksi, penanaman, dan pembersihan. Untuk
penanaman tanaman lanskap, dibedakan menjadi penanaman pohon, semak,
penutup tanah, rumput, dan tanaman pagar.
A. Sasaran Pembelajaran Setelah mempelajari bab ini mahasiswa diharapkan dapat menguasai teknik-
teknik penanaman tanaman lanskap melalui makalah hasil diskusi cooperative
learning secara berkelompok dan praktikum.
B. Strategi Pembelajaran 1. Cooperative learning
2. Praktikum
C. Kegiatan Belajar Langkah-langkah kegiatan belajar yang harus dilakukan:
1. Mahasiswa melakukan penelusuran literatur mengenai teknik-teknik
penanaman tanaman lanskap melalui sumber bacaan dan internet.
2. Mahasiswa aktif melakukan kegiatan diskusi di kelas dan praktikum.
3. Mahasiswa membuat makalah sesuai format yang diberikan.
4. Mahasiswa menyelesaikan tes formatif/evaluasi kegiatan pembelajaran.
110
b. Indikator Pencapaian 1. Kemampuan melakukan diskusi dengan baik mengenai teknik penanaman
tanaman lanskap.
2. Kemampuan membuat makalah sesuai format yang ditentukan.
3. Kemampuan melakukan praktikum teknik penanaman tanaman lanskap.
4. Sikap dan perilaku yang baik dalam diskusi dan praktikum.
URAIAN BAHAN PEMBELAJARAN
A. Penanaman Pohon dan Semak Sangat banyak pilihan untuk pohon dan semak. Karenanya, kehadirannya
selalu mewarnai suatu taman. Dari sekian jenis yang ada, perancang dapat memilih
semak atau pohon yang menghasilkan buah-buahan, atau yang dapat dimanfaatkan
daunnya untuk obat atau bahkan juga untuk sayuran/lalapan, tergantung dari
kesesuaiannya dengan rancangan taman yang kita inginkan.
Penanaman bukan sekedar memasukkan tanaman ke lubang. Kontraktor
sebagai pelaksana bertanggung jawab menciptakan iklim mikro yang optimum untuk
pertumbuhan tanaman. Tanaman yang sehat dan kuat diperlukan untuk mencapai
efek yang diinginkan. Tanaman yang sehat juga tidak memerlukan pemeliharaan
yang banyak dan hasil akhirnya akan memuaskan pemilik tapak. Penanaman yang
benar dari segi pembiayaan penting bagi kontraktor. Penggantian tanaman
mengurangi atau menghilangkan keuntungan. Jadi penanaman yang baik merupakan
bagian pengelolaan usaha.
Teknik penanaman pada pohon dan semak terdiri atas penanaman untuk
tanaman cabutan, penanaman pada tanaman puteran (balling), dan pemindahan
tanaman.
1. Tanaman cabutan Buatlah lubang tanam terlebih dahulu. Pada tanah yang kurang subur, lubang
tanam ini dibuat dengan ukuran yang lebih besar, misalnya 80 cm x 80 cm x 60 cm,
kemudian ke dalamnya diisikan tanah yang subur. Kalau perlu pergunakanlah pupuk
organik (pupuk hijau atau pupuk kandang). Tiap lubang tanam dapat diisi 2 – 5 kg
pupuk, tergantung ukurannya.
111
Isikan campuran tanah dan bahan organik tersebut ke dalam lubang tanam
sehingga tanaman dapat diletakkan cukup dalam. Sebagai patokan dalam hal ini,
ketinggian tanah dari tanaman setinggi permukaan tanah halaman. Tekanlah dengan
kuat hingga tanah di sekitar tanaman cukup padat, dan kemudian siramlah dengan
air secukupnya. Penanaman dengan sistem cabutan dapat dilihat pada Gambar 26.
2. Tanaman puteran (balling) Pohon atau semak yang tidak dapat atau sulit ditanam secara cabutan, harus
ditanam dalam bentuk puteran (Gambar 27), yaitu dengan mengikutsertakan tanah
asalnya dalam bentuk gumpalan. Dengan cara ini akan lebih bagus hasilnya
walaupun pelaksanaannya lebih berat.
Apabila tanaman yang ditanam cukup tinggi sehingga mudah roboh bila
dihembus angin, maka untuk sementara diperlukan tongkat-tongkat penguat di
samping kiri dan kanannya. Kemudian, perlu juga dibuatkan kayu melintang sehingga
dapat dilakukan pengikatan antara tongkat penguat dengan batang tanaman. Tali
pengikat sebaiknya dilapisi selang plastik, maksudnya agar batang pohon tidak luka
terjerat
Pohon yang tumbuh membesar dengan bebas sering akarnya merusak
bangunan yang ada di sekitarnya. Hal tersebut dapat dicegah atau diatasi dengan
cara membuat batasan daerah pertumbuhan akar. Cara ini dilakukan pada saat kita
akan mulai menanam pohon tersebut. Salah satu caranya adalah dengan membuat
tembok/dinding mengelilingi bagian bawah pohon. Dalam susunan yang tepat, maka
dinding tersebut selain berfungsi membatasi pertumbuhan akar, juga dapat
dimanfaatkan sebagai tempat duduk. Pertumbuhan akar dibatasi sehingga akar tidak
leluasa menembus lapisan tanah. Cara ini perlu disertai pemangkasan tajuk pohon.
112
Gambar 26. Penanaman dengan sistem cabutan (Sumber: Sulistyantara, 1992)
1. Lubang tanam dibuat dengan ukuran tertentu. Apabila tanah kurang subur, ukurannya diperbesar
2. Lubang tanam diisi tanah subur atau tanah yang telah dicampur pupuk organik
3. Tanaman dimasukkan ke dalam lubang tanam sehingga letak akar cukup dalam. Sebagai patokan, pangkal akar sejajar dengan tanah halaman
4. Tanah subur ditambahkan lagi sehingga akar tertutup tanah
5. Tanah di sekitar tanaman dipadatkan
6. Disiram air secukupnya
113
Gambar 27. Penanaman dengan sistem puteran (Sumber: Sulistyantara, 1992)
1. Puteran diangkat secara bersama-sama dengan lembaran karung goni atau sejenisnya
2. Letakkan dalam lubang tanam, lebarnya 2× lebar puteran dan dalamnya 15 cm lebih dalam daripada puteran
3. Tambahkan tanah yang subur (topsoil), lepaskan tali pengikat puteran
4. Tanah dipadatkan
5. Pasang tongkat untuk menyangga berdirinya tanaman jangan sampai merusak akar tanaman
6. Ikatkan pada tongkat dan siram sampai basah betul
114
3. Pemindahan tanaman Pada saat membuat rancangan taman adakalanya dijumpai hal-hal yang di
luar keinginan. Misalnya saja pada tapak terdapat pohon yang indah/bagus, tetapi
sayang sekali letaknya tidak sesuai dengan gambar rancangan baru yang disiapkan.
Bagaimana harus memindahkannya? Ada dua kemungkinan, apabila pohon tersebut
relatif masih kecil, dengan ukuran yang masih memungkinkan dipindahkan dengan
tenaga manusia, ada baiknya hal tersebut dilakukan saja, tidak ada masalah. Akan
tetapi, apabila pohon tersebut sudah cukup besar sehingga ukurannya sudah tidak
memungkinkan diatasi dengan tenaga manusia, maka terpaksa diperlukan bantuan
tenaga mesin (traktor). Namun, tetap harus diperhatikan bahwa dalam memindahkan
pohon tersebut harus berlaku hati-hati.
B. Penanaman Penutup Tanah Menurut ukurannya, tanaman penutup tanah termasuk dalam kelompok semak
kecil. Pada umumnya kelompok ini tidak berkayu (herba) atau berkayu lunak.
Kehadiran tanaman penutup tanah dalam suatu taman sangat diperlukan, karena
tanaman jenis ini mampu memancarkan ketenangan di halaman dengan daun dan
bunganya yang beraneka warna. Di samping dapat menyemarakkan suasana,
tanaman penutup tanah juga berfungsi melunakkan kesan keras dari perkerasan di
sekitarnya, seperti jalan setapak, dinding, atau bangku-bangku beton. Dalam
susunan yang tepat, kumpulan atau kelompok tanaman penutup tanah dapat menjadi
jembatan yang baik antara rumput dan pohon atau antara rumput dan dinding atau
pagar, dengan membentuk gradasi ketinggian yang memberi kesan tidak
mengejutkan. Pada rancangan yang baik dapat diciptakan ruang dan massa antara
rumput dan penutup tanah, atau pada tempat-tempat yang sulit ditanami rumput
digantikan dengan tanaman penutup tanah.
Untuk mengisi taman dengan tanaman penutup tanah ini hendaknya kita
mengenali lebih jauh sifat-sifatnya, baik dari segi persyaratan hortikultura yang
dikehendaki maupun sifat-sifat fisik yang dimilikinya. Apabila sudah didapatkan
tanaman yang sesuai dengan keadaan tapak, maka perancang tinggal memilih
kesesuaian fisiknya terhadap rancangan taman yang ada. Tanaman penutup tanah
115
macam manakah yang diinginkan, apakah yang berdaun hijau muda, berdaun merah,
berdaun variasi hijau putih, atau berbunga kuning, dan yang lain. Kemudian dari
ketinggiannya, misalnya dengan memilih tanaman dengan ketinggian tertentu, yang
dapat dipangkas setiap mencapai ketinggian tertentu, dan sebagainya.
Tanaman penutup tanah dapat berupa tanaman hias daun ataupun tanaman
hias bunga, dari jenis tanaman setahun maupun tanaman tahunan, dan yang berumbi
maupun yang tidak berumbi. Tanaman setahun menghabiskan siklus hidupnya dalam
satu kali musim, atau dalam satu tahun, sedangkan tanaman tahunan memungkinkan
manusia menikmatinya selama beberapa periode dari siklus hidupnya sehingga
dapat dinikmati penampilan keindahan bunganya untuk beberapa kali. Tanaman
berumbi mempunyai struktur akar atau batang yang membentuk umbi. Umbi ini
merupakan cadangan makanan tanaman yang sekaligus berfungsi sebagai alat
perbanyakan. Dengan demikian tanaman ini dapat ditanam dengan umbinya saja.
Pelaksanaan penanaman dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut.
1. Umumnya tanaman penutup tanah tumbuh subur pada tanah yang dilengkapi
bahan organik (pupuk kandang, pupuk hijau, atau kompos). Bahan organik yang
diberikan sebanyak 2 – 4 kg untuk setiap 1 m2.
2. Terlebih dahulu tanah dicangkul, dibersihkan dari batu-batuan dan tanaman liar
yang tidak dikehendaki. Kemudian tanah dihaluskan. Apabila tanahnya kurang
subur, sebaiknya ditambahkan pupuk pabrik pada saat mempersiapkan tanah ini,
yaitu dengan pupuk TSP, Urea, dan KCl masing-masing sebanyak 10 gram setiap
1 m2 atau NPK (15-15-15) sebanyak 30 gram setiap 1 m2. Pada dasarnya
persiapan tanah untuk tanaman penutup tanah ini tidak berbeda dengan
persiapan tanah untuk rumput.
3. Tanamlah tanaman dengan jarak tanam yang teratur. Agar terlihat lebih rapat,
penanaman diatur dengan mengikuti pola segitiga sama sisi.
C. Penanaman Rumput Hamparan rumput yang datar memberi kesan luas. Ini merupakan suatu nilai
positif untuk dipermainkan pada halaman rumah yang sempit. Penanaman yang rapi
dan terpelihara akan mendukung tersampaikannya kesan keanggunan, yang
116
sekaligus membawa suasana tenang, kelembutan, ketertiban, dan kedisiplinan. Satu
keuntungan lagi adalah kemampuan hamparan rumput menyerap kilauan cahaya
matahari yang menimpa halaman, serta kesan lembutnya yang mampu melunakkan
perkerasan di dekatnya.
Secara umum, cara penanaman rumput dapat dilakukan baik dengan bagian
generatifnya (benih) maupun dengan bagian vegetatifnya (rhizoma atau anakan).
Penanaman bagian vegetatif ini dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu dengan
rhizoma atau anakan tunggal, dalam bentuk kumpulan rhizoma (potongan rumput),
dan lempengan. Menanam lempengan rumput atau karpet rumput memang lebih
mahal, tetapi dapat menekan biaya tenaga kerja dan waktu penanaman. Di samping
itu, risiko kematian jauh lebih kecil dibanding cara yang lain. Apabila tapak yang akan
ditanami rumput cukup luas, maka biaya penanamannya besar. Akan tetapi, kalau
menanaminya dengan kumpulan rhizoma akan sangat melelahkan, apalagi dengan
rhizoma tunggal. Oleh karena itu, cara terbaik menanam rumput di halaman yang
cukup luas, adalah dengan cara pertama, yaitu menebar benih, sedangkan untuk
halaman yang relatif sempit, lebih praktis ditanami rumput secara lempengan.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum memulai penanaman
rumput. Pertama, amatilah baik-baik keadaan rumput yang dibeli, apakah tercampur
rumput jenis lain atau tidak. Apabila tercampur dengan jenis rumput lain, seperti
misalnya rumput teki atau alang-alang, segeralah buang bagian-bagian yang
tercampur tadi dengan pisau yang tajam hingga ke akar-akarnya. Kedua,
memperhatikan saat penanamannya. Usahakan penanaman dapat dilakukan
secepatnya, jangan sampai terlambat karena rumput mudah sekali rusak atau mati
bila kekeringan. Untuk menghindari kemungkinan tersebut, sebaiknya halaman yang
akan ditanami (sesuai dengan desain) telah disiapkan terlebih dahulu sebelum
membeli benih atau lempengan rumputnya.
Bagian halaman dan tanah yang akan ditanami rumput haruslah dipersiapkan
secara cermat. Buanglah bongkahan-bongkahan batu atau kayu yang mengganggu,
bahkan mungkin juga akar-akar pohon yang telah mati, kalau ada. Bersihkan tanah
dari rumput yang tidak dikehendaki dengan cangkul atau koret sambil dipungut satu
per satu hingga bersih ke akar-akarnya. Setidaknya sampai kedalaman 20 cm, tanah
117
yang akan ditanami harus betul-betul bebas dari pengganggu tersebut di atas.
Setelah itu, tanah dihaluskan, dipupuk, diratakan, dan dipadatkan. Sebelum mulai
menanam, harus diperhatikan bahwa permukaan tanah telah betul-betul rata,
andaikata sengaja dibuat bergelombang pun harus tetap diupayakan agar alur
gelombang yang terbentuk cukup halus. Persiapan tanah yang kurang baik akan
menghasilkan hamparan rumput yang tidak rapi. Selain itu, tanah yang tidak rata
dengan kesuburan yang juga tidak merata mengakibatkan pertumbuhan rumput tidak
rata pula, sehingga ketebalan rumput pada masing-masing bagian tidak sama.
1. Menanam Rhizoma Tunggal Untuk menanam rumput dengan rhizoma dapat dilakukan dengan cara sebagai
berikut.
a) Memilih rhizoma yang baik, segar, dan tebal. Memotong rhizoma dengan
gunting, satu potong rhizoma mengandung 3 tunas.
b) Pada tanah yang telah disiapkan (sesuai tahap 1 – 6) buat alur dengan cetok
atau koret sedalam kurang lebih 2 – 3 cm, dengan jarak antara alur 10 cm.
Untuk mendapatkan alur yang lurus, buat regangan tali rafia atau benang
kenur sebagai pembantu.
c) Rhizoma yang telah disiapkan ditanam dalam alur, kemudian tutup dengan
tanah dan padatkan.
d) Lakukan penyiraman dua kali sehari. Upayakan kondisi tetap lembab, agar
rhizoma tidak kekeringan. Penyiraman harus hati-hati, percikan air jangan
sampai merusak susunan rhizoma.
e) Akan lebih baik apabila di atasnya ditutup hamparan mulsa (jerami).
2. Menanam potongan rumput (suwiran) a) Lempengan rumput yang telah dibersihkan dari rumput pengganggu dipotong-
potong dengan pisau yang tajam. Ukuran setiap potongan kurang lebih 4 cm x
4 cm.
b) Membuat lubang tanam pada tanah yang sudah dipersiapkan dengan jarak
tanam antara 10 cm x 10 cm sampai 15 cm x 15 cm. Usahakan membuat lajur
yang lurus dengan bantuan tali rafia atau benang.
118
c) Potongan rumput ditanamkan dalam lubang tanam, kemudian tanah ditekan
sedikit.
d) Lakukan penyiraman dua kali sehari dan usahakan agar kelembaban tanahnya
tetap terjaga. Penanaman dengan cara suwiran dapat dilihat pada Gambar 28.
3. Menanam lempengan rumput karpet a) Lempengan yang telah bebas dari pengganggu dibuat halus bagian tepinya,
juga tebal tanah lempengannya dibuat sama, kurang lebih 2 cm.
b) Tanamlah pada tanah yang telah disiapkan dengan menyusunnya secara
paralel (sejajar). Kelebihan pada bagian tepi yang berbatasan dengan
batu/lantai dipotong dengan pisau yang tajam. Tekanlah dengan kuat.
c) Lakukan penyiraman secara teratur serta jaga kelembaban tanah (Gambar
29).
Gambar 28. Menanam suwiran (Sumber: Sulistyantara, 1992)
Gambar 29. Menanam lembaran/karpet (Sumber: Sulistyantara, 1992)
- Pilih suwiran yang sehat dan seragam
- Buatlah pola penanaman (segitiga atau segiempat)
- Suwiran ditanam satu per satu, agak ditekan
- Setelah tertanam semuanya, segera disiram; penyiraman berikutnya dilakukan secara terus-menerus
- Pilihlah bahan tanaman yang sehat dan seragam
- Karpet rumput ditanamkan secara rapat menutup permukaan media penanaman
- Bagian-bagian yang berlebihan dipotong sesuai dengan batas-batas yang dikehendaki
- Lempengan ditekan - Disiram secara teratur
119
4. Tebar benih a) Memilih benih bermutu baik yang daya kecambahnya tinggi.
b) Biasanya benih yang akan ditanam merupakan campuran benih dari beberapa
spesies rumput.
c) Agar tidak sulit waktu menebarkannya, benih dicampur rata dengan pasir yang
telah disterilkan (dimasak). Setiap luasan 10 m2 diperlukan benih sebanyak
100 – 300 gram.
d) Campuran benih-pasir ditabur dengan tangan secara merata di atas tanah
yang telah disiapkan. Cara yang lebih baik dapat dilakukan dengan
menggunakan gerobak dorong yang telah disetel sehingga benih dapat
tertabur secara merata.
D. Penanaman Tanaman Pagar Kebanyakan tanaman yang dipergunakan untuk pagar adalah golongan
semak. Tanaman ini dapat ditanam langsung sebagai pagar atau pembatas, tetapi
adakalanya ditanam di samping pagar besi. Sesuai dengan sifat tanaman yang dapat
memberi kesan lunak, pagar yang terbuat dari besi atau beton ini kesannya menjadi
lebih halus dan lembut setelah ada tanaman pagar.
Erat kaitannya dengan fungsi pemagaran yang diinginkan, satu hal yang harus
menjadi perhatian adalah ketekunan dan kesabaran dalam mengatur dan memelihara
tanaman pagar tersebut agar dapat dibentuk menjadi pagar (hedge) yang baik dan
rapi.
Teknik penanaman tanaman pagar adalah pertama kali dipersiapkan
tanahnya. Tanah dicangkul sedalam kurang lebih 20 cm, kemudian dihaluskan sesuai
dengan bentuk pagar yang direncanakan. Campurkan ke dalamnya dengan pupuk
organik (pupuk hijau atau pupuk kandang) sebanyak 2 – 4 kg per m2. Sebaiknya
tambahkan juga pupuk Urea, TSP, KCl masing-masing sebanyak 10 gram/m2 atau
NPK (15-15-15) sebanyak 30 gram/m2. Tanamlah tanaman pagar tersebut dengan
jarak yang teratur, pola segiempat, dengan jarak tanam lebih kurang 25 cm x 25 cm.
Lakukanlah penyiraman secara teratur, apalagi pada waktu musim kemarau,
setidaknya siram dua kali sehari. Setiap 2 – 3 minggu sekali dilakukan pemangkasan
120
sehingga selalu didapatkan permukaan yang rata. Pemangkasan akan merangsang
tumbuhnya tunas-tunas baru, dan pemangkasan yang teratur dapat menghasilkan
tanaman pagar yang bagus, sehat, dan rapi.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dari tanaman pagar adalah:
a) Lebih baik memilih tanaman yang masih kecil daripada yang sudah besar untuk
membuat tanaman pagar.
b) Jarak antar tanaman tergantung jenis tanamannya.
c) Pemangkasan dilakukan secara teratur dan kontinu.
d) Pemupukan setiap bulan sekali dengan pupuk yang kandungan N-nya tinggi.
e) Tanaman pagar hias bunga, setelah cukup dewasa diberi pupuk dengan
kandungan P tinggi.
E. Rangkuman Penanaman tanaman lanskap dibedakan menjadi penanaman pohon, semak,
penutup tanah, rumput, dan tanaman pagar. Penanaman pohon dapat dilakukan
dengan sistem cabutan dan sistem puteran (balling). Penanaman rumput dapat
dilakukan dengan menanam rhizoma tunggal, menanam potongan rumput (suwiran),
menanam lempengan rumput (karpet), dan tebar benih.
PENUTUP B. Tugas dan Latihan Untuk memantapkan pemahaman Anda tentang teknik penanaman tanaman lanskap,
Anda perlu mengerjakan tugas-tugas di bawah ini dan mendiskusikannya dengan
kawan-kawan Anda!
1. Jelaskan teknik-teknik penanaman tanaman lanskap.
2. Jelaskan sistem-sistem dalam penanaman pohon.
3. Jelaskan cara penanaman rumput
Petunjuk Jawaban: Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, Anda harus
memperhatikan rambu-rambu berikut:
1. Buatlah kelompok belajar dan diskusikan pertanyaan-pertanyaan tersebut dengan
kawan-kawan Anda.
121
2. Renungkan tentang teknik-teknik penanaman tanaman lanskap.
C. Tes Formatif/Evaluasi Kegiatan Pembelajaran Lingkari huruf di depan jawaban yang paling benar dari setiap soal di bawah ini!
1. Penanaman pohon yang memiliki ukuran besar dilakukan dengan cara.............
(a) Cabutan
(b) Puteran
(c) Memotong batang
(d) Menanam cabangnya
2. Cara terbaik menanam rumput di halaman yang luas adalah.............
(a) Rhizoma tunggal
(b) Suwiran
(c) Lempengan rumput
(d) Tebar benih
3. Maksud penggunaan tali pengikat yang dilapisi plastik pada penanaman pohon
adalah agar.............
(a) Mudah dalam penanaman
(b) Tanaman tidak mudah roboh
(c) Memudahkan penyiraman
(d) Batang pohon tidak luka terjerat
4. Penanaman pohon dengan sistem puteran adalah.............
(a) Batangnya diputar-putar
(b) Dengan mencabut batang pohon
(c) Membuang tanah asal supaya bersih
(d) Mengikutsertakan tanah asal dalam bentuk gumpalan
5. Penanaman rumput dengan resiko kematian jauh lebih kecil dibanding cara
lainnya adalah.............
(a) Tebar benih
(b) Lempengan rumput
(c) Rhizoma tunggal
(d) Suwiran
122
Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif yang terdapat di
bagian akhir bab ini. Hitunglah jawaban Anda yang benar, kemudian gunakan rumus
di bawah ini untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi Bab 9.
Rumus:
Arti tingkat penguasaan yang Anda capai:
90% - 100% = baik sekali
80% - 89% = baik
70% - 79% = cukup
- 69% = kurang
Apabila tingkat penguasaan anda mencapai 80% ke atas, bagus! Anda cukup
memahami Bab 9. Anda dapat meneruskan pada Bab 10. Akan tetapi, apabila
tingkat penguasaan Anda masih dibawah 80%, Anda harus mengulangi Bab 9,
terutama bagian yang belum Anda kuasai.
D. Sumber/Referensi 1. Kumurur VA. 1998. Rumput Lanskap. Jakarta: Penebar Swadaya.
2. Sulistyantara B. 1992. Taman Rumah Tinggal. Jakarta: Penebar Swadaya.
E. Kunci Jawaban 1. b
2. d
3. d
4. d
5. b
100%5
benar yangjawaban Jumlahpenguasaan Tingkat ×=
123
BAB 10 TEKNIK PEMELIHARAAN TANAMAN LANSKAP
PENDAHULUAN Pemeliharaan berperan penting dalam menentukan keberhasilan suatu proyek
pembangunan taman/lanskap. Oleh karena itu, diperlukan pengetahuan mengenai
aspek-aspek pemeliharaan tersebut.
Pemeliharaan merupakan upaya menjaga taman dan fasilitasnya seperti
dalam keadaan awalnya atau mendekati aslinya, meliputi kegiatan rutin (penyiangan,
pemupukan, pembersihan, dan lain-lain), perbaikan minor atau mayor, dan konstruksi
minor (penambahan bak sampah, tempat duduk, dan lain-lain). Tujuan utama
pemeliharaan adalah menjaga kesinambungan wujud lanskap agar tetap sesuai
dengan fungsi dan nilai estetika.
A. Sasaran Pembelajaran Setelah mempelajari bab ini mahasiswa diharapkan dapat menguasai teknik-
teknik pemeliharaan tanaman lanskap melalui makalah hasil diskusi cooperative
learning secara berkelompok dan praktikum.
B. Strategi Pembelajaran 1. Cooperative learning
2. Praktikum
C. Kegiatan Belajar Langkah-langkah kegiatan belajar yang harus dilakukan:
1. Mahasiswa melakukan penelusuran literatur mengenai teknik pemeliharaan
tanaman lanskap melalui sumber bacaan dan internet.
2. Mahasiswa aktif melakukan kegiatan diskusi di kelas dan praktikum.
3. Mahasiswa membuat makalah sesuai format yang diberikan.
124
4. Mahasiswa menyelesaikan tes formatif/evaluasi kegiatan pembelajaran.
D. Indikator Pencapaian 1. Kemampuan melakukan diskusi dengan baik mengenai teknik pemeliharaan
tanaman lanskap.
2. Kemampuan membuat makalah sesuai format yang ditentukan.
3. Kemampuan melakukan praktikum teknik pemeliharaan tanaman lanskap.
4. Sikap dan perilaku yang baik dalam diskusi dan praktikum.
URAIAN BAHAN PEMBELAJARAN Kegiatan pemeliharaan tanaman dalam taman berbeda dengan pemeliharaan
tanaman pada umumnya. Pemeliharaan tanaman secara umum dilakukan untuk
meningkatkan produksi dari tanaman tersebut, tetapi pemeliharaan tanaman dalam
taman dilakukan untuk kepentingan visual dari tanaman sebagai unsur atau
komposisi taman baik secara fungsional maupun estetis. Tanaman dalam taman
tidak dituntut untuk berproduksi baik kualitas maupun kuantitas, tetapi dituntut agar
bentuk visual tanaman tersebut indah dan berfungsi. Oleh karena itu, terlebih dahulu
harus dipahami konsep rancangan suatu taman, baru selanjutnya ditentukan
bagaimana pemeliharaan tanaman pada taman tersebut. Sebagai contoh, tanaman
kirai payung yang ditanam sebagai peneduh tempat parkir, dilakukan pemangkasan
awal untuk membentuk percabangan dan tajuk yang memayung dan tidak terlalu
tinggi, kemudian pemangkasan berikutnya adalah membuang cabang atau ranting
bawah sehingga berfungsi sebagai peneduh parkir. Akan tetapi, berbeda jika kirai
payung ditanam sebagai pembatas atau penyangga (buffer), dimana pemangkasan
bagian bawah justru dihindari.
Pemeliharaan dibedakan atas pemeliharaan ideal dan pemeliharaan fisik.
Pemeliharaan ideal adalah pemeliharaan yang mengacu pada tujuan dan desain
semula, sedangkan pemeliharaan fisik meliputi pekerjaan untuk tetap menjaga
keindahan, keasrian, kenyamanan, dan keamanan taman. Pekerjaan tersebut
mencakup kegiatan pembersihan taman, penggantian elemen-elemen taman yang
125
rusak atau tidak berfungsi, penyiraman tanaman, penyiangan gulma, pemangkasan,
pemupukan, pengendalian hama dan penyakit, serta penyulaman.
A. Pembersihan Tapak Kebersihan taman merupakan salah satu tujuan pengelolaan dan
pemeliharaan taman. Kebersihan taman ini meliputi penyapuan benda-benda yang
mengotori taman (misalnya sampah dan daun-daun yang berguguran), pembersihan
parit/selokan, pengecatan pagar, pembersihan elemen taman lainnya (seperti bangku
taman, kolam air, dan jalan setapak), serta penyediaan bak sampah. Pelaksanaan
pembersihan taman biasanya dilakukan secara rutin setiap hari. Namun, ada juga
yang frekuensinya cukup dengan seminggu sekali, sebulan sekali, atau setengah
tahun sekali.
Kebersihan areal taman sebenarnya tidak terlepas dari kebersihan tanaman
yang berada di dalam taman itu sendiri. Ada jenis-jenis tanaman pada musim tertentu
akan merontokkan daunnya secara berkala (decidous), tetapi ada juga tanaman yang
selalu hijau sepanjang tahun (evergreen). Apabila taman memiliki jenis tanaman yang
merontokkan daun (misalnya flamboyan, ketapang, dan jakaranda) maka intensitas
pekerjaan pembersihan taman akan lebih tinggi daripada taman yang memiliki
tanaman selalu hijau. Selain itu, kebersihan tanaman juga dilakukan terhadap dahan-
dahan yang mati, percabangan dan ranting-ranting yang kering, serta pembersihan
tanaman terhadap benalu. Pembersihan bagian tanaman yang rusak dan mati
biasanya dilakukan dengan pemangkasan.
B. Penyiangan Gulma Gulma merupakan tanaman pengganggu yang kehadirannya tidak diinginkan.
Kehadiran gulma ini dinilai merugikan karena secara estetika akan mengganggu
keindahan taman dan secara fungsi akan mengurangi hara, pemanfaatan sinar
matahari, air tanah, dan tempat tumbuh bagi tanaman utama. Oleh karena
kehadirannya mengganggu, gulma perlu dikendalikan dan diberantas. Pengendalian
gulma dengan cara penyiangan atau pendangiran juga termasuk dalam kegiatan
pemeliharaan.
126
Gulma umumnya menyebar di hamparan rumput sehingga rumput yang
seharusnya homogen ternyata banyak ditumbuhi rumput liar yang kehadirannya tidak
diinginkan dan mengganggu pemandangan. Selain tumbuh di antara rumput, gulma
juga dijumpai di bedengan tanaman penutup tanah maupun tanaman perdu yang
ditanam secara massal, bahkan di sekitar pepohonan. Gulma tersebut terdiri dari
tumbuhan berdaun kecil (rumput-rumput liar) maupun tumbuhan berdaun lebar
(bayam-bayaman, putri malu, dan sebagainya).
Pengendalian gulma dapat dilakukan secara manual, yaitu dicabut, baik
menggunakan tangan maupun alat, seperti kored atau cangkul. Hal ini bisa dilakukan
apabila ukuran taman tidak terlalu luas, misalnya taman rumah. Sementara untuk
taman yang relatif luas dan terdiri dari berbagai macam tanaman, mulai tanaman
penutup tanah, perdu, dan pohon, umumnya penyebaran gulma pun relatif banyak.
Pengendalian gulma yang banyak ini dapat dibantu dengan penggunaan herbisida,
yaitu pestisida yang digunakan untuk memberantas tanaman pengganggu. Satu hal
yang penting diperhatikan dalam penggunaan herbisida yaitu yang akan diberantas
adalah tumbuhan. Hal ini berarti sesuatu yang bersifat relatif sama dengan elemen
taman, yaitu tanaman. Oleh karenanya, harus mengetahui betul gulma tersebut
termasuk tumbuhan berdaun sempit atau tumbuhan berdaun lebar agar dalam
pemberantasannya menggunakan herbisida yang tepat.
Secara teknis, bila ingin mengendalikan rumput-rumput liar pada suatu
hamparan taman berumput (lawns) maka tidak disarankan menggunakan herbisida.
Hal ini dikarenakan yang akan musnah tidak hanya gulma, tetapi juga rumput
utamanya. Untuk kasus seperti ini, alangkah baiknya pengendalian gulma tetap
dilakukan secara manual. Hal terpenting dalam pencabutan gulma, semua akar
rimpang (stolon) dari rumput pengganggu harus terangkat sehingga tidak
memungkinkan gulma tumbuh kembali.
Penyiangan gulma tanaman perdu maupun pohon dapat dilakukan seiring
dengan pelaksanaan penggemburan tanah. Caranya dengan membuat bokoran di
sekeliling pangkal batang tanaman pada jarak tertentu sesuai dengan ukuran
tanaman.
127
Penyiangan gulma pada suatu taman hendaknya dilakukan secara terarur,
minimal sebulan sekali atau sesuai dengan tingkat sebaran jumlah gulma yang ada.
Penyiangan ini dilakukan sebelum pemupukan tanaman.
C. Penggemburan dan Aerasi Tanah Penggemburan tanah dan pemberian aerasi pada lahan pertamanan
diperlukan untuk memberikan pertumbuhan tanaman yang optimal. Hal ini dilakukan
pada lahan pertanaman, baik penutup tanah, tanaman perdu, maupun pohon yang
kondisi permukaan tanahnya sudah memadat. Penggemburan tanah akan
memberikan sirkulasi udara yang baik di daerah perakaran. Oleh karenanya,
pengemburan tanah perlu dilakukan secara terarur pada waktu tertentu, tergantung
sifat fisik tanah.
Pada areal penutup tanah, sering kali penggemburan tanah ini dilakukan
sebelum peremajaan tanaman. Sementara untuk lahan berumput biasanya dilakukan
dengan membuat lubang-lubang udara pada jarak tertentu (dapat dilakukan dengan
linggis atau alat sejenis). Untuk tanaman perdu, penggemburan tanah dilakukan
dengan mencangkul permukaan tanah sambil membersihkan gulma di sekitarnya.
Penggemburan ini dapat menggunakan kored secara lajur atau bedengan bagi perdu
yang ditanam massal atau secara bokoran bagi perdu yang ditanam tunggal. Untuk
pohon, penggemburan dilakukan dengan cara membuat bokoran di sekeliling pangkal
batang dengan radius sekitar 50 – 75 cm, tergantung besar kecilnya batang pohon.
Satu hal yang perlu diperhatikan dalam penggemburan tanah adalah jangan sampai
merusak perakaran tanaman dan tidak dilakukan pada musim kemarau atau pada
saat terik matahari. Hal ini dikarenakan dapat mempercepat laju evaporasi yang
dapat menyebabkan tanaman mengalami stres.
D. Penyiraman Penyiraman tanaman sangat diperlukan untuk memudahkan perakaran
tanaman menyerap larutan hara yang tersedia di dalam tanah. Selain itu, penyiraman
dapat meningkatkan kelembapan tanah untuk mencegah kelayuan tanaman akibat
proses evapotranspirasi. Oleh karena itu, jumlah air siraman tergantung pada
128
besarnya penguapan yang terjadi di dalam pertamanan tersebut. Air yang tersedia di
daerah perakaran hendaknya lebih banyak daripada air yang dibutuhkan untuk
evapotranspirasi.
Waktu penyiraman pada dasarnya dapat dilakukan kapan saja saat
dibutuhkan. Satu hal yang perlu diperhatikan apabila menyiram siang hari,
penyiraman hendaknya langsung pada permukaan tanah, tidak pada permukaan
daun tanaman, khususnya tanaman berdaun lebar. Penyiraman secara langsung
pada daun tanaman di siang hari dapat menyebabkan suhu permukaan daun
meningkat dan lebih tinggi dari suhu udara di sekitarnya sehingga daun menjadi luka
bakar (gosong). Untuk mencegahnya, penyiraman lebih baik dilakukan pada pagi
atau sore hari. Di kawasan atau daerah yang memiliki kelembaban udara relatif
tinggi, penyiraman pada pagi hari lebih baik daripada penyiraman sore hari.
Tujuannya untuk menghindari berkembangnya penyakit yang disebabkan oleh
cendawan.
Pelaksanaan penyiraman tanaman pada suatu taman ada bermacam-macam
cara, tergantung besar atau kecilnya ukuran taman dan ketersediaan alat. Cara
penyiraman yang sering dilakukan, antara lain, dengan ember, gayung, embrat,
selang plastik, selang mobil tangki, ataupun sprinkler.
Cara yang paling sederhana, penyiraman dilakukan dengan ember dan
gayung atau gembor/embrat. Cara tersebut umum digunakan untuk taman skala
relatif kecil. Bila tamannya luas maka cara ini tidak efisien. Penyiraman dengan
gayung perlu diperhatikan agar tidak terlalu keras mengenai permukaan tanah karena
dapat mengakibatkan tanah memantul dan mengotori batang dan daun tanaman
yang dekat dengan tanah. Cara penyiraman yang paling umum dilakukan yaitu
menggunakan selang plastik. Selang ini terkadang dilengkapi dengan sprayer untuk
mengatur air yang keluar.
Untuk taman yang berukuran luas (taman-taman di pinggir jalan/ jalur hijau,
taman lingkungan, atau taman kota), penyiraman dilakukan dengan menggunakan
mobil tangki air dan penyiraman rumput dengan selang plastik biasa.
Untuk taman-taman yang terdiri dari hamparan rumput yang luas maka
penyiraman menggunakan alat bantu sprinkler (Gambar 30) yang dapat menyiram
129
secara otomatis berdasarkan mekanisme tekanan air. Jarak antar sprinkler
berdasarkan radius jangkauan semprotan air dan besar/kecilnya tekanan sumber air.
Beberapa jenis sprinkler ada yang harus ditanam di permukaan tanah secara
permanen, tetapi ada yang knockdown dan dapat digunakan secara berpindah-
pindah dari satu titik penyiraman ke titik lainnya.
Gambar 30. Penyiraman dengan sprinkler
Akhir-akhir ini sering juga diterapkan cara penyiraman melalui tabung bambu
atau sepotong paralon yang ditanam di kedalaman antara 20 – 30 cm dari
permukaan tanah. Tabung bambu atau paralon tersebut diletakkan di dekat batang
pohon. Penyiraman ini mempunyai sasaran langsung ke perakaran sehingga akar
dapat mengabsorbsi air. Teknik ini biasa dilakukan pada saat musim kemarau yang
laju evaporasinya sangat cepat. Dengan penyiraman ini, diharapkan dapat
memperkecil laju evaporasi karena permukaan air relatif kecil, seukuran penampang
tabung. Biasanya dalam sehari dilakukan beberapa kali pengisian air ke dalam
tabung agar tanaman tidak mengalami defisit air. Indikasi jumlah kebutuhan air
Foto
: HS
. Arif
in (2
009)
130
siraman untuk tanaman secara praktis dapat diukur dari kedalaman penetrasi air
siraman di dalam tanah. Apabila air siraman dapat menerobos sedalam 15 – 20 cm
ke dalam tanah, dapat dianggap siraman tersebut sudah cukup. Namun, pada kondisi
tertentu, misalnya pada musim kemarau, penyiraman dalam bedengan atau tanaman
massal sering dilakukan dengan cara di-leb hingga tercapai kondisi jenuh.
E. Pemangkasan Pemangkasan tanaman (baik penutup tanah, semak, perdu, dan pohon)
ditujukan untuk mengontrol pertumbuhan tanaman sesuai yang diinginkan serta
menjaga keamanan dan kesehatan tanaman. Pemangkasan tanaman dapat
memberikan penampilan tanaman secara estetis. Sementara dari segi keamanan,
pemangkasan dilakukan pada tanaman yang mengganggu, baik karena pertumbuhan
yang berlebihan, kondisi tanaman yang sudah tua atau rusak, serta tajuk pohon yang
telah menyentuh kabel listrik atau kabel telepon. Pemangkasan untuk kesehatan
tanaman dilakukan pada bagian-bagian yang telah terserang hama dan penyakit.
Secara teknis, pemangkasan rumput dapat dilakukan dengan parang secara
manual, grass mower, atau gunting pangkas biasa. Untuk tanaman perdu, umumnya
pemangkasan dilakukan dengan gunting pangkas dan gunting dahan. Untuk tanaman
pohon, ranting, dan percabangan yang tinggi pemangkasan dilakukan dengan
gunting galah (Gambar 31). Sementara pemangkasan dahan besar menggunakan
gergaji tangan atau chainsaw. Waktu pemangkasan yang tepat yaitu setelah masa
pertumbuhan generatif tanaman (setelah selesai masa pembungaan) dan sebelum
pemberian pupuk.
Jenis pemangkasan tanaman dan pohon dapat dibedakan berdasarkan
tujuannya, yaitu pemangkasan untuk kesehatan tanaman/pohon, pemangkasan untuk
penampilan tanaman/pohon, dan pemangkasan untuk keamanan pengguna taman.
4. Pemangkasan untuk kesehatan pohon Pemangkasan yang bertujuan untuk kesehatan pohon dilakukan pada cabang,
dahan, dan ranting yang retak, patah, mati, atau berpenyakit. Bagian tersebut perlu
dipangkas agar kerusakan tidak meluas, terutama bagian yang terkena
jamur/cendawan atau parasit lainnya. Sementara untuk mencegah gesekan yang
131
akan menyebabkan luka baru pemangkasan dilakukan pada cabang, dahan, atau
ranting-ranting yang tumpang tindih.
Gambar 31. Pemangkasan dengan gunting galah dan gunting pangkas
Pemangkasan terhadap cabang, dahan, atau ranting berarti pula mengurangi
jumlah dedaunan pohon yang dipangkas. Pemangkasan daun yang drastis dapat
mengakibatkan pengaruh serius terhadap suplai makanan dan kesehatan pohon.
Begitu pula pemangkasan pada bagian-bagian pucuk dengan porsi besar dapat
meningkatkan serangan cendawan dan hama di bekas pemangkasan tersebut, juga
meningkatkan luka bakar akibat sengatan sinar matahari langsung.
Pemangkasan cabang-cabang yang kecil dalam jumlah banyak lebih baik
daripada pemangkasan cabang-cabang yang besar. Pemangkasan pada cabang
besar menyebabkan luka yang besar dan lebih lama sembuh. Selain itu,
pengerjaannya lebih sulit daripada pemangkasan pada ranting (Gambar 32).
Umumnya, ada juga batang atau bagian pohon yang kering atau mati. Bagian
ini pun sangat perlu dipangkas. Kematian tersebut dapat disebabkan oleh beberapa
hal berikut ini: 1) kekurangan makanan, 2) kerusakan pada sistem perakaran, 3)
kelembaban atau suhu (udara/tanah) yang tidak sesuai 4) adanya unsur beracun
(udara/tanah), 5) aerasi pada sistem perakaran yang kurang baik, 6) tajuk pohon
tumbuh berlebihan, 7) adanya serangan jamur, bakteri, dan hama, dan 8) luka
mekanik atau luka bakar pada batang/cabang dan akar.
Foto
: Nur
faid
a (1
997;
H
S. A
ifin
(200
9))
132
Pemangkasan dengan perlakuan yang tepat, baik saat pelaksanaan maupun
sesudahnya, dapat meningkatkan ketegaran percabangan yang tumbuh pada
keseluruhan pohon, terlebih bila diikuti penambahan suplai makanan (pemupukan
tanaman). Pemangkasan sebagai kontrol penyakit dilakukan dengan memotong
batang-batang yang terserang hingga 10 cm di bawah bagian yang terserang atau
terkena infeksi. Kemudian, luka bekas pangkasan diolesi etil alkohol 70%. Hal yang
perlu diperhatikan, hendaknya dihindari pemangkasan saat daun masih basah karena
organisme parasit akan mudah berkembang.
Gambar 32. Pemangkasan pohon besar
5. Pemangkasan untuk keamanan pengguna taman Batang, cabang, dahan, atau ranting yang mati, patah, retak, dan terserang
penyakit dapat menambah kerusakan pohon serta dapat mengancam keamanan
manusia pengguna taman. Bahkan tidak mustahil, pohon tersebut dapat menjadi bom
waktu bagi kehidupan manusia yang setiap saat dapat tumbang dan akhirnya
menelan korban. Oleh karena itu, sangat diperlukan perhatian yang lebih seksama
terhadap pohon-pohon tua yang sudah tidak patut untuk dipertahankan, baik
sebagian maupun seluruh pohon. Bagi pengelola pemeliharaan perlu melakukan
pengecekan rutin terhadap pohon-pohon yang sudah tua.
Foto
: Nur
faid
a (2
010)
133
Keamanan bagi pengguna taman harus selalu ada maka pemangkasan pada
bagian pohon yang menjuntai harus dilakukan secara teratur. Di daerah pejalan kaki,
diperlukan ruang yang terbebas dari juntaian ranting dan dahan pohon sekitar 2,5
meter dari permukaan tanah. Untuk jalan-jalan di daerah pemukiman, sekitar 3,5
meter untuk jalan mobil, minimal 4,5 – 5 meter dari permukaan tanah harus bebas
dari cabang dan dahan pohon.
Batang atau dahan yang mencapai kabel telepon atau kawat listrik perlu
dipangkas. Hal ini dikarenakan gesekan yang intensif dapat mengganggu kesehatan
pohon dan dapat menyebabkan korsleting/kebakaran.
6. Pemangkasan untuk penampilan tanaman Penampilan tanaman dapat terkontrol dengan adanya pemangkasan. Bentuk
tanaman dapat dipertegas kembali atau dibuat bentuk baru dengan pemangkasan.
Pemangkasan yang bertujuan untuk menjaga penampilan pohon, biasanya dilakukan
pada penanaman formal. Kesan yang formal dapat terjangkau dengan bentuk-bentuk
simetri, monumental, dan akbar. Kontrol terhadap penampilan pohon ini terkadang
juga bertujuan untuk mengimbangi bentuk arsitektur bangunan itu sendiri.
Topiari merupakan pemangkasan untuk membentuk tajuk pohon/perdu sesuai
dengan yang diinginkan. Dengan demikian, terbentuk tajuk seperti spiral, silindris,
kubus, bulatan, dan piramidal.
F. Pemupukan Pemupukan tanaman mempunyai prinsip menyuplai hara tambahan yang
dibutuhkan tanaman sehingga tanaman tidak kekurangan makanan. Pupuk yang
diberikan dapat berupa pupuk organik maupun pupuk anorganik.
Pemupukan yang efektif yaitu harus dapat diserap oleh perakaran pohon. Akar
yang berfungsi menyerap hara (feeder roots) adalah akar rambut yang diameternya
berukuran lebih kecil dari 1/16 inci (sekitar 1,5 mm). Akar ini sebagian besar berada
di ujung-ujung akar yang terletak di sekitar garis lingkar tajuk pohon. Beberapa
metode pemupukan pohon, yaitu metode thumb, broadcast, trenching, punch-bar,
dan metode tekanan udara.
134
Metode thumb pada prinsipnya merupakan metode untuk menentukan posisi
perakaran pohon yang dapat menyerap hara. Metode ini menyatakan bahwa
penyebaran daerah perakaran (dalam feet (ft), 1 feet sekitar 33 cm) sama dengan
diameter batang pohon (dalam inci) yang terletak 1 ft di atas tanah. Contoh, diameter
batang pohon 1 ft di atas tanah adalah 9 inci maka daerah perakaran di radius 9 ft
dari pangkal batang dengan ketebalan 6 ft ke arah luar.
Broadcast merupakan perlakuan pemupukan dengan cara menyebar di
permukaan tanah. Syarat pemupukan cara ini yaitu harus digunakan pupuk yang
tidak mudah menguap, misalnya pupuk P, serta perakaran pohon harus dangkal
sehingga pupuk yang terlarut mudah dan segera diserap oleh akar.
Trenching merupakan metode pemupukan yang dilakukan dengan cara
pembuatan parit di bawah lingkar tajuk pohon. Lebar dan dalam parit biasanya cukup
semata cangkul, yaitu 20 cm. Kerugian cara ini yaitu tanah yang diperkaya hanya
sebagian kecil saja, hanya tanah di sekitar lingkar tajuk pohon. Karena dibuat parit,
terkadang perakaran menjadi terbuka sehingga perlu dilakukan penanaman rumput
kembali.
Punch-bar merupakan metode pemupukan untuk pohon-pohon besar dengan
cara membuat lubang-lubang pemupukan. Jarak antar lubang sekitar 75 cm dengan
kedalaman lubang sekitar 20 cm. Ke dalam lubang tersebut dimasukkan pupuk,
kemudian ditutup dengan top soil atau moss, setelah itu diinjak-injak.
Metode tekanan udara merupakan metode pemupukan yang dilakukan dengan
cara melubangi tanah daerah perakaran yang dapat menyerap hara dengan
menggunakan injektor bertekanan udara tinggi. Alat ini dapat mengeluarkan gas yang
terakumulasi dalam tanah dan dapat menggemburkan struktur tanah sehingga
merangsang pertumbuhan pohon .
Pupuk dalam bentuk cair memiliki keuntungan yang lebih daripada pupuk
kering karena distribusinya lebih merata, lebih irit tenaga kerja (menggunakan
sprayer), dan sekaligus inemberi air pada tanaman. Kerugian pupuk cair yaitu tidak
tersedia dalam waktu yang lama, mudah tercuci, dan tidak bekerja baik pada tanah
yang keras atau miskin drainase.
135
Pemupukan dapat juga dilakukan dengan cara penyuntikan pada batang atau
ranting pohon (transfusi). Keuntungannya, hara tersebut dapat segera diangkut dan
dimanfaatkan pohon. Sementara kerugiannya adalah jaringan batang bekas suntikan
bisa rusak dan menjadi tempat ideal untuk penetrasi hama dan penyakit.
Pemupukan pada dasarnya adalah memberi makanan tambahan pada
tanaman untuk memenuhi nutrisi yang diperlukan. Apabila semua komposisi zat hara
yang tersedia dalam tanah telah memenuhi syarat yang diperlukan tanaman,
sebenarnya pemupukan tidak perlu dilakukan. Permasalahannya adalah setiap
kondisi lahan memiliki tingkat kesuburan yang berbeda. Di lain pihak, setiap jenis
tanaman juga memerlukan asupan hara yang berbeda pula. Oleh karena itu, sebelum
dilakukan pemupukan sebaiknya diketahui terlebih dahulu jenis tanah dan
kesuburannya. Kebutuhan hara dari tanaman juga perlu diketahui.
Secara umum, jenis tanaman digolongkan berdasarkan bentuk fisiknya, yaitu
tanaman rumput dan penutup tanah, tanaman semak dan perdu, serta tanaman
pohon. Hal penting lainnya dalam pemupukan adalah harus diketahui waktu
pemupukan, jumlah dosis pemupukan, dan tempat pemberian pupuk yang tepat
sehingga kesuburan tanaman optimum dapat tercapai.
1. Pemupukan rumput dan tanaman penutup tanah Pemupukan pada rumput biasanya cukup dengan menggunakan pupuk N
saja, misalnya urea, karena hanya dibutuhkan untuk menyuburkan dan menghijaukan
daun. Penggunaannya dengan cara disebar di permukaan atau dilarutkan terlebih
dahulu dengan air, kemudian disiramkan. Cara pertama sering kali menyebabkan
perubahan warna rumput, dari hijau menjadi kecokelatan (seperti gosong), meskipun
pada akhirnya akan menjadi hijau kembali setelah sekian waktu. Sementara cara
kedua dianggap lebih baik karena dengan melarutkan sekitar satu sendok makan
urea per liter air, akan diperoleh konsentrasi N yang relatif kecil sehingga rumput
tidak menjadi kering atau gosong. Untuk pemupukan rumput yang luas (lawns),
biasanya digunakan 400 liter larutan per hektar.
Pupuk kandang tidak disarankan digunakan di lawns, baik sebelum
penanaman maupun pemupukan pemeliharaan rumput. Apabila dalam pengolahan
tanah, sebelum penanaman rumput, digunakan pupuk kandang maka pertumbuhan
136
rumput akan bersaing berat dengan gulma yang berasal dari pupuk kandang.
Akibatnya, dapat menyulitkan di dalam pekerjaan sehingga pemeliharaan dan
penyiangan gulma harus intensif. Pupuk kandang biasanya banyak mengandung biji-
biji rumput, terutama pupuk kandang yang berasal dari kotoran sapi, kerbau, kuda,
maupun kambing. Sementara pupuk kandang yang berasal dari kotoran ayam harus
sudah terdekomposisi dengan baik, yaitu setelah 2 – 3 bulan diangin-anginkan di
tempat yang ternaungi.
Untuk tanaman penutup tanah (ground cover) selain rumput, seperti seruni
rambat (Widelia trilobata), lantana saudi (Lantana camara), sutera bombay (Portulaca
sp), remek daging (Hemigraphis sp), dan mutiara (Philea sp) yang juga biasa
digunakan sebagai hamparan bunga (flower bed) atau border, pemupukannya bisa
menggunakan pupuk kandang dengan dosis 20 ton per hektar atau pupuk kimiawi
dengan dosis sesuai rekomendasi. Pemupukan pada ground cover biasanya
dilakukan pada saat sebelum penanaman, bersamaan dengan pengolahan tanah.
Untuk tanaman yang bersifat semusim, pemupukan dilakukan pada setiap
penggantian tanaman atau penanaman ulang. Sementara untuk tanaman yang
bersifat tahunan, pemupukan dilakukan setiap 4 – 6 bulan sekali. Pemupukan
tanaman penutup tanah dengan cara disebar di atas permukaan tanah, kemudian
diaduk dengan kored sambil tanah digemburkan.
2. Pemupukan tanaman semak dan perdu Tanaman semak dan perdu di taman pada umumnya ditanam secara individu
maupun massal sebagai tanaman pembatas/border atau tanaman pengarah. Untuk
tanaman perdu yang ditanam secara massal, seperti tapak dara (Vinca rosea), pacar
air (Impatiens sp), soka (Ixora sp), mawar (Rosa sp), melati (Jasminum sambac),
puring (Codeacum variegatum), dan bunga sepatu (Hibiscus rosasinensis),
pemupukan biasanya dilakukan secara paritan (trenching) di sekitar pinggir tanaman.
Sementara bagi perdu yang ditanam secara tunggal, yaitu perdu sedang atau perdu
tinggi (1,5 – 3 m), misalnya kaca piring (Gardenia sp), bugenvil (Bougenvillea sp),
bunga merak (Caesalpinia sp), dan hujan emas (Cassia multiyuga), pemupukannya
dengan sistem bokoran. Pupuk diberikan secara melingkar di sekitar batang dengan
radius yang hampir sama dengan radius tajuknya. Pemberian pupuk kandang
137
biasanya dilakukan pada saat sebelum tanam dan saat pemeliharaan. Pemupukan
sebelum tanam diberikan dalam lubang tanam sekitar 10 kg per lubang. Pada
pemupukan pemeliharaan, pupuk kandang dapat diberikan di permukaan tanah
sambil diaduk dengan cangkul/kored yang sekaligus untuk menggemburkan tanah.
Dalam memberikan pupuk kimiawi, hendaknya diperhatikan dosis rekomendasi. Agar
tanaman taman tetap terlihat segar dan subur maka pemupukan dilakukan 3 – 4
bulan sekali.
3. Pemupukan pohon Pemupukan pohon hias (ornamental trees) masih jarang dilakukan di
Indonesia dibandingkan dengan pohon perkebunan atau tanaman hortikultura. Oleh
karena itu, datanya pun masih sangat kurang. Namun, dengan semakin
meningkatnya perhatian terhadap taman, pemupukan pohon telah banyak dilakukan.
Hal yang terpenting dalam pemupukan adalah jumlah, tempat, cara, dan waktu
pemupukan.
G. Pengendalian Hama dan Penyakit Salah satu pemeliharaan fisik taman adalah pengendalian hama dan penyakit
tanaman. Tanaman yang terkena gangguan hama dan penyakit, selain memberikan
kesan yang kurang baik, juga mengganggu keindahan karena dedaunan yang tidak
segar, meranggas, percabangan dan batang yang kering atau keropos, serta
hadirnya jenis-jenis serangga yang tidak diinginkan. Hal tersebut selain
membahayakan bagi keberlanjutan elemen tanaman dalam taman, juga akan
mengganggu kenyamanan dan keamanan pengguna taman.
Pengendalian hama dan penyakit bukan berarti hanya pemberantasan secara
langsung, tetapi juga mencakup tindakan pencegahan terhadapnya. Tindakan
pencegahan dapat dilakukan dengan memperbaiki keadaan lingkungan agar tetap
bersih dan sehat. Lingkungan taman yang kotor, lembap, dan kurang sinar matahari
sangat baik bagi pertumbuhan hama dan penyakit tanaman.
Pemberantasan dapat dilakukan secara manual, yaitu dengan membunuh
hama secara langsung satu per satu, atau membuang daun dan tempat-tempat yang
138
terdapat penyakitnya. Selain itu, dapat dilakukan juga dengan obat-obatan
(pestisida), tetapi penggunaannya harus cermat.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemakaian pestisida, agar
tidak menimbulkan kerugian-kerugian.
a) Pestisida tertentu hanya dapat digunakan untuk suatu jasad pengganggu tertentu.
Jadi, insektisida untuk golongan serangga (insekta), fungisida untuk golongan
jamur (fungi), bakterisida untuk bakteri, herbisida untuk gulma, dan sebagainya.
b) Perhatikan keterangan pada label; jenis jasad pengganggu yang sesuai, cara
pemakaian, dan bahaya pemakaiannya.
c) Memilih jenis pestisida yang terdaftar dan diizinkan beredar oleh Departemen
Pertanian.
d) Menyimpan pestisida di tempat yang aman dalam wadah atau pembungkus
aslinya, jauhkan dari jangkauan anak-anak, hewan piaraan, ternak, makanan,
minuman, dan sumber api.
e) Penggunaan herbisida bila memang benar-benar diperlukan saja.
f) Sebelum memutuskan untuk melakukan tindakan pengendalian hama dan
penyakit, sebaiknya berkonsultasi terlebih dahulu dengan ahli pertanian atau
hama penyakit tanaman.
H. Penyulaman Pelaksanaan pembuatan taman oleh seorang kontraktor taman pada
umumnya mencakup kegiatan penyulaman tanaman (pemeliharaan awal) sebagai
suatu jaminan bahwa tanaman yang ditanam dapat beradaptasi dan tumbuh secara
sempurna. Penyulaman dilakukan apabila tanaman yang baru ditanam rusak atau
mati, baik karena gangguan lingkungan maupun kesalahan teknis (seperti
kekeringan, kesalahan pemupukan, dan kesalahan penanaman
Penyulaman tanaman dilakukan tidak hanya untuk taman yang baru dibangun
saja, tetapi juga taman yang sudah terwujud dengan baik agar penampilan
keseluruhan taman tetap impresif. Dalam suatu taman biasanya selalu dihadirkan
berbagai jenis tanaman yang dapat dibedakan berdasarkan masa hidupnya. Jenis
tersebut adalah tanaman berbunga semusim (annual flower) seperti tanaman
139
cosmos, kenikir, dan jengger ayam; tanaman dua musim (biannual) biasanya
terdapat di taman daerah subtropis; dan tanaman tahunan (perennial), yaitu tanaman
yang dapat mengalami fase vegetatif dan reproduktif secara berulang kali. Tanaman
penutup tanah yang bersifat tahunan, contohnya berbagai jenis rumput, krokot atau
kriminil (Portulaca sp), seruni rambat (Widelia trilobata); dari jenis herba dan perdu,
misalnya tapak dara, mawar, melati, kembang sepatu, dan bugenvil; serta berbagai
jenis pohon-pohonan.
Biasanya untuk jenis tanaman setahun, penggantian tanaman/penyulamam
harus dilakukan secara teratur karena masa hidupnya sangat terbatas, hanya satu
musim. Jenis tanaman setahun akan mati setelah melampaui masa reproduktif
berbunga/berbuah. Walaupun hanya hidup dalam sekali reproduksi, kehadiran
tanaman ini sangat dibutuhkan untuk menghindari kesan kemonotonan warna,
bentuk, dan ukuran tanaman dalam suatu taman. Dengan menggunakan tanaman
bunga yang bersifat setahun maka dapat ditanam tanaman yang berbeda apabila
masa hidup tanaman pertama sudah habis sehingga terwujud pemandangan baru.
Hal ini tidak akan dialami seandainya seluruh taman hanya terdiri dari tanaman
tahunan saja. Oleh karena itu, komposisi elemen taman yang seimbang, terdiri dari
kombinasi tanaman tahunan dan tanaman setahun, sangat penting dalam suatu
taman.
Hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan penyulaman tanaman sebagai
berikut.
a) Tersedianya tanaman pengganti yang kondisinya harus lebih baik daripada
tanaman yang akan digantikan.
b) Tanaman yang rusak atau mati sebaiknya dicabut atau dibuang terlebih dahulu
dengan tidak mengganggu tanaman lain yang masih baik dan sehat.
c) Mempersiapkan kembali lubang tanam bekas tanaman yang mati untuk dapat
ditanami kembali. Pastikan lubang tersebut bebas dari gangguan patogen yang
ada di dalam tanah.
d) Lubang tanam dibiarkan/diangin-anginkan beberapa saat dan diberi pupuk
kandang (bila perlu).
140
e) Tanaman baru dilepaskan dari kontainernya (pot, karung, atau polibag), kemudian
di tanam.
f) Penyiraman dilakukan secara rutin.
I. Rangkuman Pekerjaan pemeliharaan lanskap terutama pemeliharaan terhadap tanaman
meliputi kegiatan pembersihan taman, penyiraman tanaman, penyiangan gulma,
pemangkasan, pemupukan, pengendalian hama dan penyakit, serta penyulaman.
Kegiatan ini harus dilakukan di taman untuk menjaga kesinambungan wujud lanskap
agar tetap sesuai dengan fungsi dan nilai estetika.
PENUTUP A. Tugas dan Latihan Untuk memantapkan pemahaman Anda tentang pemeliharaan tanaman lanskap,
Anda perlu mengerjakan tugas-tugas di bawah ini dan mendiskusikannya dengan
kawan-kawan Anda!
1. Jelaskan apa yang dimaksud pemeliharaan ideal dan fisik.
2. Jelaskan teknik-teknik dalam pemeliharaan tanaman lanskap.
Petunjuk Jawaban: Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, Anda harus
memperhatikan rambu-rambu berikut:
1. Buatlah kelompok belajar dan diskusikan pertanyaan-pertanyaan tersebut dengan
kawan-kawan Anda.
2. Renungkan tentang teknik-teknik pemeliharaan tanaman lanskap.
B. Tes Formatif/Evaluasi Kegiatan Pembelajaran Lingkari huruf di depan jawaban yang paling benar dari setiap soal di bawah ini!
1. Pengendalian rumput-rumput liar pada suatu hamparan taman berumput
sebaiknya dilakukan dengan cara.............
(a) Manual
(b) Disemprot pestisida
(c) Membuat bokoran
141
(d) Menggali tanaman
2. Penggemburan pada lahan berumput dapat dilakukan dengan.............
(a) Bokoran
(b) Linggis
(c) Kored secara lajur
(d) Mencangkul tanah
3. Waktu pemangkasan tanaman yang tepat adalah.............
(a) Sebelum pemberian pupuk
(b) Setelah pemberian pupuk
(c) Sebelum pertumbuhan generatif
(d) Setelah pertumbuhan generatif
4. Pemangkasan untuk membentuk tajuk tanaman sesuai dengan yang
diinginkan disebut.............
(a) Parterre
(b) Topiary
(c) Border
(d) Spiral
5. Pemupukan dengan cara menyebar di permukaan tanah disebut.............
(a) Broadcast
(b) Trenching
(c) Punch-bar
(d) Injektor
Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif yang terdapat di
bagian akhir bab ini. Hitunglah jawaban Anda yang benar, kemudian gunakan rumus
di bawah ini untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi Bab 10.
Rumus:
100%5
benar yangjawaban Jumlahpenguasaan Tingkat ×=
142
Arti tingkat penguasaan yang Anda capai:
90% - 100% = baik sekali
80% - 89% = baik
70% - 79% = cukup
- 69% = kurang
Apabila tingkat penguasaan anda mencapai 80% ke atas, bagus! Anda cukup
memahami Bab 10. Anda dapat meneruskan pada Bab 11. Akan tetapi, apabila
tingkat penguasaan Anda masih dibawah 80%, Anda harus mengulangi Bab 10,
terutama bagian yang belum Anda kuasai.
C. Sumber/Referensi 1. Arifin HS, Nurhayati. 1999. Pemeliharaan Taman. Jakarta: Penebar Swadaya.
2. Nurfaida. 1997. Pemeliharaan Taman Puri Tirto Sari di Taman Buah Mekarsari
[Laporan Keterampilan Profesi]. Bogor: Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas
Pertanian IPB
3. Sulistyantara B. 1992. Taman Rumah Tinggal. Jakarta: Penebar Swadaya.
D. Kunci Jawaban 1. a
2. b
3. d
4. b
5. a
143
BAB 11 PENATAAN TANAMAN PADA BERBAGAI TIPE LANSKAP
PENDAHULUAN Tanaman merupakan unsur utama suatu taman, terutama dalam taman-taman
tropis atau taman-taman yang "dekat" dengan kehidupan manusia. Tanaman ini tidak
hanya sebagai elemen estetik dan kesehatan (fisik dan psikis), tetapi juga merupakan
salah satu mata rantai ekosistem alam.
Dalam menggunakan tanaman sebagai elemen pembentuk taman harus
diperhatikan dua aspek yang terkait dengan tanaman ini, yaitu 1) aspek arsitektural,
yang terkait dengan fungsi dan estetika; dan 2) aspek ekologis, yang terkait dengan
keberhasilan pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Paduan dari dua aspek ini
akan menjamin keberhasilan dan keberlangsungan suatu bentuk taman yang
berdasarkan atas elemen tanaman.
A. Sasaran Pembelajaran Setelah mempelajari bab ini mahasiswa diharapkan dapat menata tanaman
dalam berbagai tipe lanskap melalui studi lapang, gambar, dan pameran hasil case
study secara individu dan praktikum.
B. Strategi Pembelajaran 1. Studi lapang
2. Case study
3. Pameran
4. Praktikum
144
C. Kegiatan Belajar Langkah-langkah kegiatan belajar yang harus dilakukan:
1. Mahasiswa melakukan studi lapang mengenai penataan tanaman pada suatu
lanskap.
2. Mahasiswa membuat gambar rencana penataan tanaman
3. Mahasiswa melakukan penataan tanaman berdasarkan fungsi dan estetika.
4. Mahasiswa aktif melakukan praktikum.
5. Mahasiswa menyelesaikan tes formatif/evaluasi kegiatan pembelajaran.
D. Indikator Pencapaian 1. Kemampuan melakukan studi lapang mengenai penataan tanaman pada
berbagai tipe lanskap.
2. Kemampuan membuat gambar rencana penataan tanaman.
3. Kemampuan menata tanaman berdasarkan fungsi dan estetika.
4. Kemampuan melakukan praktikum penataan tanaman dalam berbagai tipe
lanskap
5. Sikap dan perilaku yang baik dalam studi lapang, case study, pameran dan
praktikum.
URAIAN BAHAN PEMBELAJARAN Taman merupakan hasil karya manusia dalam melakukan perubahan dan
penataan ulang bentuk lingkungan untuk menciptakan suasana yang sesuai dengan
keinginannya, yaitu nyaman, aman, dan indah. Sesuai dengan skala luasan,
membuat taman bukan semata-mata untuk kepentingan manusianya saja, tetapi
selayaknya juga mempertimbangkan kepentingan makhluk hidup lainnya, seperti
tumbuhan, tanaman, satwa, dan hewan. Sebagai elemen taman, baik manusia,
tumbuhan, tanaman, satwa, dan hewan akan saling berinteraksi satu sama lain
dalam suatu ekosistem taman. Hal tersebut juga akan dipengaruhi oleh faktor abiotik
atau lingkungan, seperti tanah, air, iklim, sinar matahari, dan udara. Taman
direncanakan, dirancang, dibangun, dan akhirnya dipelihara untuk mencapai suatu
tujuan penggunaan yang keberlanjutan. Taman-taman tersebut dapat dijumpai dalam
145
bentuk taman permanen, seperti taman rumah (homegardens), taman ketetanggaan
di lingkungan pemukiman skala RT-RW (neighborhood parks), taman lingkungan,
taman kota, taman rekreasi (recreation garden), serta taman-taman bertema (theme
parks) dan taman tujuan khusus.
Umumnya, taman lingkungan berada pada skala ruang tingkat kelurahan
hingga kecamatan (community parks). Sementara, taman kota (urban landscape)
yaitu taman umum pada skala kota dimana dapat mengakomodir kegiatan rekreasi
bagi masyarakat kota yang bersangkutan, misalnya city parks, public parks, squares,
rijk parks, dan kouen. Beberapa contoh taman bertema dan tujuan khusus, antara
lain, taman fantasi, taman wahana anak-anak, taman rekreasi bahari, taman rekreasi
pegunungan, taman wisata pertanian, taman wisata hutan, taman safari, dan taman
wisata ekologis.
Pada prinsipnya, pembuatan desain taman, baik untuk taman luas maupun
taman sempit adalah sama. Yang membedakan adalah skala ukuran ruangnya.
Sepanjang perancang mengerti prinsip desain yang meliputi tema taman, pembuat
kontras taman, penyeimbang taman, pengulangan-pengulangan, dan lain-lainnya
maka taman sekecil apa pun yang dihadirkan akan menarik perhatian, indah
dipandang, serta nyaman dirasakan. Untuk hal itu, perlu dipahami cara-cara
penataan taman yang baik. Cara peletakan tanaman dan berbagai meterial
pendukung lainnya memerlukan kejelian pengalaman dan sensitifitas rasa keindahan
penata taman agar taman memiliki komposisi dan nuansa sesuai dengan keinginan
pemilik taman. Selain itu, taman juga hendaknya memiliki nuansa yang sesuai
dengan desain arsitektur bangunan. Sebisa mungkin dimunculkan pesona pada
taman tersebut yang kelak tidak hanya memuaskan pemiliknya, tetapi juga
menyenangkan bagi orang lain yang berkunjung ke taman tersebut.
A. Taman Instan Taman instan adalah taman yang bersifat insidentil dan temporer yang ditata
pada suatu tapak, baik di luar ruangan maupun di dalam ruangan. Elemen taman
instan sebenarnya tidak hanya terdiri dari tanaman saja baik yang berbunga maupun
nonbunga, tetapi juga seperti taman permanen, yaitu dilengkapi dengan elemen
146
lainnya seperti batu-batuan, pagar, pergola, sculpture, lampu-lampu taman, bahkan
kolam air mancur dan air terjun. Dengan rekayasa desain, bentuk taman secara
miniatur dapat terwujud dalam ruang yang terbatas.
Beberapa kegunaan dan peran taman instan sebagai berikut.
1. Taman instan dengan elemen-elemennya berupa tanaman, batuan, air, dan
lampu dapat menjadi media penghubung perasaan manusia terhadap alam dan
menghilangkan stres. Taman-taman ini memberi variasi desain yang sangat
dinamis. Dengan cara bongkar pasang, tema taman dapat disesuaikan dengan
suasana yang diinginkan pada saat itu.
2. Taman instan dalam bentuk gelar bunga di tengah-tengah hamparan hijaunya
taman dapat menjadi titik pusat perhatian (focal point) bagi pengunjung atau
pengguna taman. Pada umumnya, gelar bunga dapat diselenggarakan di plaza,
atrium, alun-alun kota, serta ruang-ruang terbuka (taman kota) pada acara-acara
perayaan tertentu atau pada saat ada pameran, festival, maupun karnaval.
3. Taman instan yang ditata di dalam bangunan stand pameran, ruang-ruang bagian
rumah tinggal, perkantoran, hotel, restaurant, dan bandar udara dapat
memperlembut suasana ruangan yang didominasi oleh elemen keras. Beberapa
contoh elemen keras tersebut yaitu dinding tembok; kaca; tiang dan pilar kayu,
besi, atau stainless steel; serta lantai keramik, marmer. Taman-taman instan
biasanya akan sangat impresif bila dilengkapi dengan permainan cahaya alami
dari sudut-sudut ruang tertentu yang berjendela, bagian dinding yang terbuka,
atau bahkan dengan cahaya buatan.
4. Taman instan yang menghiasi ruang-ruang pesta dan panggung pelaminan dapat
berfungsi sebagai area penyambut, pembatas, pengarah, latar belakang yang
sekaligus menyemarakkan suasana pesta, serta mengharmonisasikan ruangan
dan tema pesta.
Selain empat kegunaan dan peran tersebut, taman instan memiliki kelebihan
dalam beberapa hal, sebagai berikut.
1. Mudah dan cepat didesain dan diimplementasikan mengikuti keinginan pemilik
atau pengguna taman.
147
2. Dapat dikerjakan oleh pelaku-pelaku dengan pengetahuan pertamanan yang
paling dasar sekali pun (hobiis dan gardener yang rajin membaca buku-buku
pertamanan, mengetahui pengetahuan tanaman dan elemen taman lainnya, serta
mengikuti kursus dan pelatihan pertamanan).
3. Dapat dibongkar-pasang sehingga bisa memberikan impresi yang variatif pada
skala temporal. Misalnya, taman instan di ruangan hotel, perkantoran, bandara
udara dapat diubah setiap minggu, setiap dua minggu, atau setiap bulan. Taman
instan ini dapat memberi variasi panorama bagi tempat-tempat umum yang selalu
menerima kehadiran tamu yang silih berganti. Suasana tersebut dapat
menghindari kemonotonan spatial (ruang) dan temporal (waktu).
4. Dapat dikerjakan oleh sendiri (in house) maupun dipercayakan pada jasa
penyewaan tanaman. Untuk skala pekerjaan yang tidak terlalu besar, misalnya di
teras rumah, di dalam ruangan atau interior rumah, dan ruang kantor pribadi,
mulai pembuatan desain taman, penyediaan material taman, pelaksanaan
penataan taman, hingga pemeliharaan dapat dikerjakan sendiri. Namun, bila
skalanya cuikup besar, misalnya untuk penataan ruang-ruang perkantoran, lobi
hotel dan koridor hotel, ruang gedung-gedung pertemuan, sudut-sudut ruang di
departement store, interior bandar udara, dan interior rumah sakit, maka
profesionalisme mulai dari persiapan desain, penyediaan material, operasional
penataan, pemeliharaan, hingga penggantian tanaman diperlukan tanggung
jawab yang tinggi.
5. Tanaman bekas digunakan dapat dipelihara kembali dan ditempatkan ke ruang
recovery atau karantina dalam pembibitan. Pemeliharaan pemulihan bagi
tanaman-tanaman yang terkena stres dapat diatasi dengan penyiraman serta
pemupukan agar kesehatan tanaman dapat pulih dan pertumbuhannya normal
kembali. Setelah mencapai kondisi kesehatan, bentuk tanaman, dan warna
tanaman yang prima maka tanaman tersebut dapat digunakan kembali sebagai
material tanaman instan untuk proyek selanjutnya (Arifin, 2006). Contoh desain
taman instan dapat dilihat pada Gambar 33.
148
Gambar 33. Contoh desain taman instan (Sumber: Arifin, 2006)
B. Taman Rumah Tinggal Taman dan rumah sejak dulu merupakan satu kesatuan yang penting dan
saling melengkapi untuk memenuhi kebutuhan penghuninya dalam menjalani
kehidupan sehari-hari. Secara fisik-ekologis, taman di halaman rumah merupakan
sebuah kantung terbuka hijau yang dapat menyejukan udara, meresapkan air ke
dalam tanah, menghasilkan berbagai produksi tanaman, bahkan bisa menjadi habitat
beberapa jenis satwa liar seperti kupu-kupu dan aneka jervs burung berkicau. Selain
keberadaan aneka jenis tanaman, taman juga berarti sebagai gudang plasma nutfah.
Keberadaan taman dapat membuat rumah memiliki fungsi estetik. Kehadiran
aneka elemen taman, baik berupa tanaman, bebatuan, air, ataupun etemen yang
hidup seperti ikan hias dapat menjadi selingan hiburan setelah penghuni rumah
bekerja seharian di luar rumah. Taman tidak hanya sebagai fungsi estetik dan
pajangan saja, tetapi taman juga mengambil peran penting dalam memberi kontribusi
kesehatan bagi pemiliknya. Dalam keadaan sibuk dan tekanan pekerjaan yang rutin,
taman dengan aneka isinya bisa menjadi obat untuk melenyapkan stres. Dengan
demikian, keberadaan taman di rumah sangat penting peranannya.
Pada dasamya berbagai jenis tanaman dapat dipilih sebagai pengisi taman.
Akan tetapi, untuk menata tanaman menjadi taman yang memiliki fungsi dan nilai
149
estetika diperlukan pengetahuan mengenai kesesuaian tempat tumbuh tanaman
secara ekologis dan hortikultura serta kondisi fisik tanaman seperti ukuran, bentuk,
warna, tekstur, dan aroma.
Dalam membuat taman di lahan sempit, ukuran tanaman, baik tinggi tanaman
maupun lebar tajuk, merupakan sesuatu yang perlu dipertimbangkan dengan baik
agar tanaman tersebut sesuai dengan tujuan dan fungsi desain. Dalam memilih dan
mempertimbangkan tanaman yang digunakan, sebaiknya mengetahui karakteristik
berbagai jenis tanaman. Memilih jenis tanaman bisa dimulai dari tanaman penutup
tanah yang hanya mencapai tinggi beberapa sentimeter saja (grasses); tanaman
herba yaitu tanaman yang tidak berkayu (herbs umumnya hanya beberapa puluh
sentimeter saja); tanaman semak (bushes, tanaman berkayu, tetapi tidak memiliki
batang utama, mempunyai tinggi 1-2 m); serta perdu (shrubs, tanaman berkayu dan
memiliki batang utama dengan tinggi bisa mencapai 5 m, atau disebut sebagai pohon
kecil). Penggunaan pohon untuk taman yang sempit tidak terlalu disarankan karena
akan mendominasi ruang taman serta mengakibatkan kesan ruang semakin sempit
dengan naungan yang semakin luas. Oleh karena itu, yang terpenting adalah
bagaimana membuat desain kombinasi jenis tanaman yang justru memberikan kesan
ruang yang lebih luas. Pengaturan strata tanaman pada satu tapak juga sangat
menentukan daya tarik taman. Misalnya, tanaman yang lebih rendah ditempatkan di
depan tanaman yang lebih tinggi.
Ukuran lahan yang sempit bagi peruntukan taman akan lebih pas bila dipilih
elemen tanaman yang bertekstur halus. Tanaman-tanaman yang bertekstur halus
dapat dicirikan dari ukuran daun yang kecil, antara lain, kriminil, taiwan beauty,
portulaka atau tanaman yang berdaun jarum, seperti asparagus dan beberapa jenis
pinus yang dikerdilkan. Jenis tanaman yang berukuran relatif kecil seperti tanaman
jenis-jenis rerumputan dan penutup tanah. Untuk tanaman yang bertekstur kasar
yang dicirikan oleh tanaman yang berdaun lebar dan besar, seperti kadaka,
philodendron, hanjuang, sikas, dan palem-paleman Tanaman yang bertekstur halus
maupun kasar bisa saja ditanam untuk mengisi taman yang sempit. Namun, yang
perlu diperhatikan adalah keragaman jenis maupun jumlah tanaman yang dipilih. Bila
ingin menggunakan tanaman bertekstur kasar sebaiknya jumlahnya jangan
150
berlebihan karena akan mendominasi ruang sehingga taman berkesan semakin
sempit. Bila menggunakan tanaman bertekstur halus dapat berkreasi memadukan
berbagai ragam jenis tanaman. Banyaknya ragam jenis dapat menjadi koleksi
sehingga keindahan dan keunikan masing-masing jenis tersebut menarik perhatian.
Namun, dapat pula diterapkan jumiah tanaman yang relatif banyak, tetapi jenisnya
harus dikurangi agar taman tidak terlihat crowded. Di lain pihak, dapat digunakan
satu atau dua tanaman bertekstur kasar di tengah-tengah penggunaan tanaman
bertekstur halus sehingga bisa menjadi kontras atau daya tarik dalam taman (point of
interest). Contoh desain taman rumah tinggal dapat dilihat pada Gambar 34.
Gambar 34. Contoh desain taman rumah tinggal (Sumber: Arifin dan Suwita, 2007)
C. Jalur Hijau Jalan Jalur hijau adalah jalur penempatan tanaman serta elemen lanskap lainnya
yang terletak di dalam Daerah Milik Jalan (Damija) maupun di dalam Daerah
Pengawasan Jalan (Dawasja). Disebut jalur hijau karena dominansi elemen
lanskapnya adalah tanaman yang pada umumnya berwarna hijau.
Adanya penataan jalur hijau jalan memungkinkan kenyamanan dan keamanan
pengguna jalan. Sebagai contoh penanaman jalur hijau jalan di sepanjang berm dan
median jalan yang bersifat sederhana dalam pelaksanaannya harus berpedoman
151
pada kebutuhan, kecocokan penampilan di tiap musim, penampilan di tiap tahapan
pertumbuhan, kecocokan antara tanaman dan bangunan serta lingkungan sekitar dan
keefisienan dalam pemeliharaan.
Berdasarkan letak penanamannya jalur hijau dibedakan menjadi empat yaitu:
1) jalur tanaman tepi, 2) median jalan, 3) daerah tikungan, 4) persimpangan dan
daerah berterrain. Daerah tepi jalan adalah daerah yang berfungsi untuk keselamatan
dan kenyamanan pemakai jalan, lahan untuk pengembangan jalan, kawasan
penyangga, jalur hijau, tempat pembangunan fasilitas pelayanan dan melindungi
bentukan alam. Median jalan adalah jalan yang memisahkan dua jalan yang
berlawanan, dapat digunakan sebagai pendukung keselamatan pengendara,
peletakkan rambu-rambu lalu lintas, ataupun sebagai jalur hijau dengan persyaratan
tertentu. Median berfungsi sebagai rintangan atau penuntun arah untuk mencegah
tabrakan dengan kendaraan dari arah yang berlawanan dan mengurangi silau lampu
kendaraan dengan menempatkan tanaman dengan kepadatan dan ketinggian yang
tepat. Hal ini merupakan satu dari sekian pertimbangan estetik yang seharusnya
menjadi suatu peraturan dalam kebanyakan situasi perkotaan.
Pemilihan jenis tanaman pada jalur hijau jalan tergantung pada fungsi
tanaman dan lokasi penanaman. Tanaman yang dipergunakan adalah dari kelompok
pohon, perdu, semak dan penutup tanah. Kriteria pemilihan jenis tanaman sebagai
berikut.
1. Klasifikasi hortikultura, yaitu syarat tumbuh, toleransi terhadap suhu, air, cahaya,
tanah, angin, hama dan penyakit, sifat penyebaran, sifat adaptasi.
2. Klasifikasi fisik, yaitu tujuan desain, ukuran dewasa tanaman, kecepatan tumbuh,
sifat umur, bentuk, tekstur, warna, aroma, budidaya.
Klasifikasi hortikultura berorientasi terhadap tindakan budidaya dan keberhasilan
penanaman dan klasifikasi sifat fisik tanaman biasanya berorientasi rerhadap
penilaian dan keberhasilan bentuk serta fungsi arsitekturisnya. Kriteria tanaman yang
digunakan adalah yang mudah didapat, dapat beradaptasi dengan kondisi setempat
baik dari segi kondisi tanah maupun iklim, tidak memerlukan perawatan khusus,
mudah dikembangkan dan sedapat mungkin dipilih jenis yang dapat memperbaiki
atau meningkatkan kesuburan tanah baik secara langsung maupun tidak langsung.
152
Persyaratan pohon tepi jalan secara ekologis meliputi: 1) mempunyai sistem
perakaran yang dalam, 2) selalu hijau, 3) tahan terhadap kekurangan air, 4) mampu
hidup pada berbagai jenis tanah, 5) memiliki tajuk yang rapat, 6) tahan terhadap
polusi udara dan polutan lainnya, 7) tahan terhadap serangan hama dan penyakit, 8)
tidak disukai oleh kupu-kupu yang menimbulkan jenis ulat.
Pemilihan jenis-jenis tanaman yang akan digunakan, terutama untuk tanaman
yang didatangkan dari luar tapak berpedoman kepada beberapa kriteria. Kriteria
tersebut berlaku untuk pohon, semak, dan penutup tanah yang ditanam di perkotaan,
yaitu sebagai berikut.
1. Pohon peneduh dengan ketinggian sedang atau tinggi kurang dari 15 meter.
2. Bentuk tajuk pohon bulat atau kolumnar dengan lebar tajuk tidak menutupi bahu
jalan.
3. Tinggi cabang pohon pertama dari bawah tidak kurang dari 5 meter.
4. Tidak membahayakan pengguna jalan, yaitu tanaman yang tidak menghasilkan
duri, buah yang besar dan keras, memiliki batang dan cabang yang kuat serta
tidak menghasilkan zat yang berbahaya.
5. Perakarannya tidak merusak trotoar dan saluran drainase.
6. Berdaun kecil sampai sedang dan tidak menggugurkan daun secara serempak.
7. Pohon dan semak yang memiliki karakter fisik (bentuk,warna, daun, dan bunga)
yang menarik.
8. Tanaman penutup tanah yang tidak memerlukan pemeliharaan intensif.
9. Tidak mudah terserang hama dan penyakit serta tahan terhadap polusi dan
kekeringan.
10. Mampu bertahan hidup pada kondisi yang kurang baik dan dapat tumbuh pada
berbagai jenis tanah.
11. Semak yang tumbuh berumpun, rapat dan mudah diperbanyak.
12. Mudah dalam pemeliharaan.
D. Lanskap Perkotaan Area-area Khusus Pada wilayah perkotaan, terutama pada pusat-pusat kegiatan masyarakat
perkotaan atau pada permukiman, cenderung sulit untuk menemukan lahan yang
153
dapat dikembangkan untuk pertamanan atau untuk lahan penanaman. Lahan yang
tersedia biasanya lahan sisa yang luasannya terbatas dan terkadang kondisinya
bermasalah, seperti kemiringan lereng lahan yang curam, lingkungan tumbuh yang
tidak mendukung, dan sebagainya. Oleh karena itu, diperlukan pertimbangan-
pertimbangan khusus dalam melakukan penamanan pada area-area khusus tersebut.
Beberapa karakteristik ruang yang potensial untuk ditanami dengan kondisi khusus
sebagai berikut. 1. Penanaman dengan Planter Box
Adanya kecenderungan penutupan lahan perkotaan dengan perkerasan
merupakan salah satu penyebab sulitnya mendapatkan areal penamanan. Hal
tersebut dapat diatasi dengan menanam pada bak tanaman (planter box). Terdapat
beberapa alternatif material untuk pembuatan bak tanaman, seperti beton, kayu,
bata, kombinasi kaca, dan beton. Bak tanaman dapat diisi satu atau lebih pot. Untuk
taman kota, satu bak tanaman bahkan diisi hingga puluhan pot. Dengan
menggunakan bak tanaman, pot dapat lebih sering diganti sehingga penampilan
tanaman selalu bagus.
Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan untuk penanaman pada bak tanaman
sebagai berikut.
a. Sistem drainase, untuk menyediakan kondisi drainase yang baik dalam bak
tanaman, sistem drainase dibuat untuk mengatasi air penyiraman yang
berlebihan. Selain dipengaruhi oleh media tanam, drainase juga ditunjang dengan
adanya kemiringan pada dasar bak tanaman dan jalur drainase/outlet yang cukup
untuk mengalirkan air keluar dari pot dan bak tanaman.
b. Media tanam, penyediaan media tanam yang sesuai untuk pot atau bak tanaman
mempengaruhi aerasi dalam bak serta beban berat yang ditanggung oleh bak
tanaman. Salah satu contoh perbandingan media tanaman, yaitu pasir kasar
(ukuran sekitar I mm) : material organik/kompos : top soil = 50 :45 :5, atau
70:25:5. Selain media dipupuk secara periodik, setelah beberapa tahun media
perlu diganti.
c. Pemilihan jenis tanaman, dengan mempertimbangkan tanaman yang perakaran
tidak intensif, ukurannya tidak terlalu besar, dan lambat pertumbuhannya (untuk
154
pohon). Jika bak tanaman diletakkan pada area yang kecepatan anginnya cukup
tinggi, maka perlu pertimbangan pemilihan jenis tanaman yang tahan hembusan
angin, adanya struktur penopang atau penahan (staking/staggering).
d. Ukuran kedalaman bak tanaman mempengaruhi pemilihan jenis tanaman (Tabel
2).
Tabel 2. Jenis tanaman sesuai ukuran kedalaman bak tanaman
No Jenis Tanaman Kedalaman Bak Tanaman 1. Rumput 150-300 mm 2. Penutup tanah, herba, semak/perdu kecil 0,5-1,0m 3. Semak/Perdu besar, pohon 1,0-1,5m Sumber: Arifin et al. (2008)
2. Lahan Berlereng Lahan berlereng dengan kemiringan curam merupakan ruang pofensial untuk
penanaman di kawasan perkotaan yang padat. Lahan berlereng yang ditanami dapat
difungsikan sebagai area penyangga dan konservasi. Tanaman yang ditanam dapat
mengurangi erosi permukaan oleh air, mengurangi terjadinya suhu tanah yang
ekstrim, dan melindungi tanah dari erosi angin. Untuk tujuan tersebut maka hal-hal
yang perlu dipertimbangkan yaitu:
1. Pemilihan jenis tanaman terutama pada jenis-jenis yang perakarannya mampu
mengikat tanah dan menangkap air hujan.
2. Pemilihan jenis tanaman, baik penutup tanah, semak, dan pohon memperhatikan
keselarasannya dengan lingkungan sekitar.
3. Jika kondisi awal lahan dalam keadaan tanpa penutupan tanaman, maka sebagai
langkah pertama perlu ditanami vegetasi penutup tanah (rumput, herba) yang
cepat tumbuh, kemudian ditanami dengan pohon dan semak besar untuk
meningkatkan kestabilan lereng.
4. Pola penanaman sebaiknya dibuat sedemikan rupa agar pemeliharaan tidak
intensif, mengingat akses ke lahan berlereng pada umumnya sulit.
155
Untuk kasus tertentu dimana lereng sangat curam (kemiringan >45) sulit untuk
ditanami tanaman besar, maka penanaman tanaman perdu/semak kecil untuk
menstabilkan tanah masih dapat dilakukan dengan beberapa teknik bio-engineering. 3. Teknik Penanaman Area yang Tergenangi Secara Periodik
Berbagai bentuk ruang-ruang di perkotaan yang secara periodik tergenang
merupakan salah satu area yang potensial untuk ditanami, yang tidak hanya
memberikan manfaat ekologis/iingkungan (perbaikan habitat satwa, perlindungan
bantaran dan tanggul), tetapi juga manfaat sosial (area rekreasi mayarakat
setempat).
Beberapa contoh area tergenang/banjir secara periodik, misalnya pada
reservoir, kanal, saluran drainase, sungai, rawa, mangrove atau tepi laut. Penanaman
dapat dilakukan di bantaran/tepian perairan (sungai, kanal, saluran, dan pesisir)
maupun di perairan (rawa, mangrove).
Hal yang perlu diperhatikan untuk kegiatan penanaman area ini, yaitu dalam
pemilihan jenis tanaman yang toleran terhadap genangan dan banjir serta
mengutamakan pemilihan jenis-jenis lokal (native species) yang relatif adaptif
terhadap lingkungan setempat dan dapat meminimalkan pemeliharaan. Jenis
tanaman lain yang dapat dipertimbangkan, yaitu tanaman air, sebaiknya dipilih jenis-
jenis yang tidak bersifat invasive karena dapat mengakibatkan turunnya muka air dan
eutrofikasi meningkatnya unsur nitrogen dalam air.
4. Area Bekas Penimbunan Sampah (Landfill) Lokasi yang sebelumnya digunakan sebagai penimbunan sampah, baik yang
berskala rumah tangga maupun lingkungan merupakan alternatif area penanaman.
Untuk penanaman pada lubang sampah skala rumah tidak serumit pada skala
lingkungan. Pada penanaman di lokasi penimbunan sampah skala lingkungan
terdapat hal yang perlu diperhatikan sebagai berikut.
a. Pemantapan permukaan dengan tanah setebal 15 – 45 cm.
b. Karena permukaannya cenderung tidak rata, maka sebaiknya tidak membangun
struktur penunjang taman yang berlebihan (seperti bangku taman, shelter, area
bermain, dan lain-lain) di atasnya untuk meminimalkan terjadinya kerusakan dan
gangguan terhadap aktivitas maupun struktur tersebut.
156
c. Jika membuat saluran utilitas (irigasi, listrik) sebaiknya di permukaan atau sedikit
di bawah permukaan untuk mempermudah pemeliharaan.
d. Mengatasi adanya gas-gas hasil dekomposisi sampah dengan membuat sumur
pengumpul gas, yang selanjutnya jika diberi perlakuan tertentu dapat
dimanfaatkan sebagai penghasil energi yang dapat digunakan untuk lingkungan
sekitar.
e. Menghindari penanaman pada lokasi-lokasi yang memiliki suhu tanah yang tinggi
karena dapat mematikan tanaman.
f. Memilih jenis tanaman yang toleran terhadap kondisi landfill (misalnya toleran
terhadap gas-gas yang dihasilkan, tanah yang dangkal, tingginya hembusan
angin, drainase yang buruk, dan adanya genangan).
5. Pembuatan Dinding Hijau (Greenwall) Penanaman ini dilakukan pada struktur vertikal seperti tanggul atau dinding
penahan (retaining wall) yang pada umumnya dibangun untuk menahan lereng.
Penanaman atau penghijauan pada area ini selain membantu meningkatkan
kestabilan lereng, juga menjadikan dinding lebih menarik dan bahkan dapat
menciptakan habitat bagi satwa.
E. Rangkuman Penataan tanaman dapat dilakukan pada berbagai tipe lanskap, antara lain,
taman instan, taman rumah tinggal, jalur hijau jalan, lanskap perkotaan area-area
khusus. Penanaman pada area khusus, seperti penanaman dengan bak tanaman
(planter box), lahan berlereng, area yang tergenangi secara periodik, area bekas
penimbunan sampah (landfill), dan pembuatan dinding hijau (greenwall).
PENUTUP A. Tugas dan Latihan Untuk memantapkan pemahaman Anda tentang penataan tanaman pada berbagai
tipe lanskap, Anda perlu mengerjakan tugas-tugas di bawah ini dan
mendiskusikannya dengan kawan-kawan Anda!
157
1. Jelaskan apa yang dimaksud taman instan, taman rumah tinggal, jalur hijau jalan,
dan lanskap perkotaan area-area khusus.
2. Berikan contoh gambar desain taman-taman tersebut.
Petunjuk Jawaban: Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, Anda harus
memperhatikan rambu-rambu berikut:
1. Buatlah kelompok belajar dan diskusikan pertanyaan-pertanyaan tersebut dengan
kawan-kawan Anda.
2. Renungkan tentang penataan tanaman pada berbagai tipe lanskap.
B. Tes Formatif/Evaluasi Kegiatan Pembelajaran Lingkari huruf di depan jawaban yang paling benar dari setiap soal di bawah ini!
1. Kelebihan tanaman instan adalah.............
A. Biaya relatif mahal
B. Pembuatan desain kompleks
C. Dapat dibongkar pasang
D. Dapat dikerjakan oleh arsitek lanskap
2. Ukuran lahan yang sempit bagi peruntukan taman akan lebih pas bila dipilih
elemen tanaman yang.............
A. Bertekstur halus
B. Bertekstur kasar
C. Berukuran besar
D. Berwarna terang
3. Persyaratan pohon tepi jalan secara ekologis adalah.............
A. Menggugurkan daun
B. Kebutuhan air banyak
C. Tajuk yang jarang
D. Tidak disukai oleh kupu-kupu
4. Pemilihan jenis tanaman untuk planter box sebaiknya memilih tanaman
yang.............
A. Berukuran besar
B. Batangnya besar
158
C. Perakaran tidak intensif
D. Cepat pertumbuhan untuk pohon
5. Hal yang perlu diperhatikan pada penanaman di lokasi penimbunan sampah
adalah.............
A. Pemantapan permukaan tanah setebal < 15 cm
B. Membangun struktur penunjang seperti area bermain
C. Saluran irigasi dibuat jauh di permukaan
D. Pemilihan tanaman yang toleran gas
Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif yang terdapat di
bagian akhir bab ini. Hitunglah jawaban Anda yang benar, kemudian gunakan rumus
di bawah ini untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi Bab 11.
Rumus:
Arti tingkat penguasaan yang Anda capai:
90% - 100% = baik sekali
80% - 89% = baik
70% - 79% = cukup
- 69% = kurang
Apabila tingkat penguasaan anda mencapai 80% ke atas, bagus! Anda cukup
memahami Bab 11. Akan tetapi, apabila tingkat penguasaan Anda masih dibawah
80%, Anda harus mengulangi Bab 11, terutama bagian yang belum Anda kuasai.
C. Sumber/Referensi 1. Arifin HS, Munandar A, Nurhayati, Pramukanto Q, Damayanti VD. 2008.
Sampoerna Hijau Kotaku Hijau. Bogor: Tim Sampoerna Hijau.
2. Arifin HS, Suwita A. 2007. 22 Desain Taman Mungil. Jakarta: Penebar
Swadaya.
3. Arifin HS. 2006. Taman Instan. Jakarta: Penebar Swadaya.
100%5
benar yangjawaban Jumlahpenguasaan Tingkat ×=
159
D. Kunci Jawaban 1. c
2. a
3. d
4. c
5. d