perencanaan lanskap pasca tambang...

81
PERENCANAAN LANSKAP PASCA TAMBANG BATUBARA SEBAGAI ARBORETUM DI KAWASAN TANAH PUTIH PULAU SEBUKU KALIMANTAN SELATAN EKA YUNIAWATININGTYAS DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

Upload: truongdung

Post on 06-Feb-2018

239 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: PERENCANAAN LANSKAP PASCA TAMBANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68472/A14eyu.pdf · 3 Perkembangan jenis tanaman pada plot 2 Tanah Putih (tahun tanam ... PKP2B

PERENCANAAN LANSKAP PASCA TAMBANG BATUBARA

SEBAGAI ARBORETUM DI KAWASAN TANAH PUTIH

PULAU SEBUKU KALIMANTAN SELATAN

EKA YUNIAWATININGTYAS

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2014

Page 2: PERENCANAAN LANSKAP PASCA TAMBANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68472/A14eyu.pdf · 3 Perkembangan jenis tanaman pada plot 2 Tanah Putih (tahun tanam ... PKP2B
Page 3: PERENCANAAN LANSKAP PASCA TAMBANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68472/A14eyu.pdf · 3 Perkembangan jenis tanaman pada plot 2 Tanah Putih (tahun tanam ... PKP2B

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Perencanaan Lanskap

Pasca Tambang Batubara Sebagai Arboretum di Kawasan Tanah Putih Pulau

Sebuku Kalimantan Selatan adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi

pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi

mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan

maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan

dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.

Bogor, Januari 2014

Eka Yuniawatiningtyas

NIM A44090064

Page 4: PERENCANAAN LANSKAP PASCA TAMBANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68472/A14eyu.pdf · 3 Perkembangan jenis tanaman pada plot 2 Tanah Putih (tahun tanam ... PKP2B

ABSTRAK

EKA YUNIAWATININGTYAS. Perencanaan Lanskap Pasca Tambang

Batubara Sebagai Arboretum di Kawasan Tanah Putih Pulau Sebuku Kalimantan

Selatan. Dibimbing oleh SETIA HADI.

Eksploitasi batubara melalui sistem penambangan terbuka menyebabkan

dampak negatif bagi kelestarian lingkungan. Upaya reklamasi lahan pasca

tambang adalah kewajiban setiap perusahaan tambang. Hal itu bertujuan untuk

memulihkan kondisinya seperti semula. Perencanaan lanskap berperan untuk

mengoptimalkan pemanfaatan selanjutnya. Penelitian ini dilaksanakan di area

pasca tambang batubara seluas 223 ha yang terletak di kawasan Tanah Putih, Desa

Mandin, Kecamatan Pulau Sebuku, Kabupaten Kotabaru, Kalimantan Selatan.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi karakteristik dan menyusun

perencanaan lanskap pasca tambang batubara sebagai arboretum sebagai wujud

penerapan konservasi tanah, air dan keanekaragaman hayati. Metode yang

digunakan meliputi persiapan, inventarisasi, analisis, sintesis dan perencanaan.

Konsep dasar yang diterapkan dalam perencanaan ini adalah untuk

mengembangkan area tersebut sebagai arboretum yang mengonservasi tanah, air,

dan keragaman hayati terutama jenis tanaman lokal. Konsep tersebut

dikembangkan ke dalam konsep ruang, sirkulasi, aktivitas dan fasilitas serta

vegetasi. Melalui analisis deskriptif kuantitatif dan analisis spasial, diperoleh hasil

berupa gambar rencana lanskap dan pembagian pola ruang sebagai berikut: ruang

penerimaan dan pelayanan 0.5%, ruang budidaya 11%, ruang konservasi 29.7%,

ruang pendidikan konservasi 0.8%, ruang koleksi 40% dan ruang penyangga 18%.

Kata kunci: arboretum, lanskap pasca tambang, perencanaan lanskap, reklamasi

ABSTRACT

EKA YUNIAWATININGTYAS. Landscape Planning of Post-Mining Areas at

Tanah Putih Mandin Village Pulau Sebuku District South Kalimantan. Supervised

by SETIA HADI.

Exploitation of coal through the open mining system cause negative impacts

for environmental sustainability. Land reclamation efforts of post-mining area is

the obligation of the mining company involved. It aims to restore the condition as

previously. Landscape planning plays the role to optimize the next utilization.

This study is conducted in an after coal mines which covers on 223 hectares land

area at Tanah Putih, Mandin Village, Pulau Sebuku District, Kotabaru Regency,

South Kalimantan. The objectives of this study are to identify the characteristics

of post-coal mining and to compose a landscape planning of post-coal mining as

an arboretum to implement land, water and biodiversity conservation. This study

uses methods including preparation, inventory, analysis, synthesis, and planning.

The basic concept of this plan is to develop the post coal mining area as an

arboretum conserving land, water and biodiversity especially indigenous plants.

The concept was developed into spatial, circulation, activity, facility, and also

vegetation concept. Quantitative description and spatial analyze produce a

Page 5: PERENCANAAN LANSKAP PASCA TAMBANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68472/A14eyu.pdf · 3 Perkembangan jenis tanaman pada plot 2 Tanah Putih (tahun tanam ... PKP2B

landscape plan and distribution of area as the following: welcome area and service

area 0.5%, cultivation area 11%, conservation area 29.7%, education of

conservation area 0.8%, collection area 40%, and buffer area 18%.

Keywords: arboretum, post-mining landscape, landscape planning, reclamation

Page 6: PERENCANAAN LANSKAP PASCA TAMBANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68472/A14eyu.pdf · 3 Perkembangan jenis tanaman pada plot 2 Tanah Putih (tahun tanam ... PKP2B
Page 7: PERENCANAAN LANSKAP PASCA TAMBANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68472/A14eyu.pdf · 3 Perkembangan jenis tanaman pada plot 2 Tanah Putih (tahun tanam ... PKP2B

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Pertanian

pada

Departemen Arsitektur Lanskap

PERENCANAAN LANSKAP PASCA TAMBANG BATUBARA

SEBAGAI ARBORETUM DI KAWASAN TANAH PUTIH

PULAU SEBUKU KALIMANTAN SELATAN

EKA YUNIAWATININGTYAS

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2014

Page 8: PERENCANAAN LANSKAP PASCA TAMBANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68472/A14eyu.pdf · 3 Perkembangan jenis tanaman pada plot 2 Tanah Putih (tahun tanam ... PKP2B

© Hak cipta milik IPB, tahun 2014

Hak cipta dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan

atau menyebut sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,

penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau

tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar

IPB

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh Karya tulis

dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

Page 9: PERENCANAAN LANSKAP PASCA TAMBANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68472/A14eyu.pdf · 3 Perkembangan jenis tanaman pada plot 2 Tanah Putih (tahun tanam ... PKP2B

Judul Skripsi : Perencanaan Lanskap Pasca Tambang Batubara Sebagai Arboretum

di Kawasan Tanah Putih Pulau Sebuku Kalimantan Selatan

Nama : Eka Yuniawatiningtyas

NIM : A44090064

Disetujui oleh

Dr Ir Setia Hadi, MS

Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Bambang Sulistyantara, MAgr

Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

Page 10: PERENCANAAN LANSKAP PASCA TAMBANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68472/A14eyu.pdf · 3 Perkembangan jenis tanaman pada plot 2 Tanah Putih (tahun tanam ... PKP2B

Judul Skripsi : Perencanaan Lanskap Pasca Tambang Batubara Sebagai Arboretum di Kawasan Tanah Putih Pulau Sebuku Kalimantan Selatan

Nama : Eka Yuniawatiningtyas NIM : A44090064

Disetujui oleh

Dr Ir Setia Hadi , MS Pembimbing

Tanggal Lulus: 0 5 FEB ?011

Page 11: PERENCANAAN LANSKAP PASCA TAMBANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68472/A14eyu.pdf · 3 Perkembangan jenis tanaman pada plot 2 Tanah Putih (tahun tanam ... PKP2B

PRAKATA

Puji dan syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena

atas limpahan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi berjudul

Perencanaan Lanskap Pasca Tambang Sebagai Arboretum di Kawasan Tanah

Putih Pulau Sebuku Kalimantan Selatan.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah

membantu penyusunan skripsi ini baik secara langsung maupun tidak langsung.

Ucapan terima kasih terutama ingin penulis sampaikan kepada:

1. Bapak Dr Ir Setia Hadi, MS selaku pembimbing skripsi atas arahan,

bimbingan, dukungan, saran dan masukan yang telah diberikan.

2. Bapak Dr Ir Aris Munandar, MS selaku pembimbing akademik atas arahan,

saran dan masukan selama masa perkuliahan.

3. Bapak Ir Qodarian Pramukanto, Msi dan Ibu Dr Ir Afra DN Makalew selaku

dosen penguji atas saran dan masukan yang telah diberikan.

4. Bapak Joko Indratmo beserta staf divisi Enviro, Bapak Agus, Kak Rezky

Khrisrahmansyah, seluruh pihak PT Bahari Cakrawala Sebuku (BCS) serta

pihak Pusat Pengkajian, Perencanaan dan Pengembangan Wilayah (P4W) IPB

yang telah banyak membantu dalam pengumpulan data.

5. Kak Andhika Galih Adi Nugraha atas motivasi, saran, masukan dan bantuan

yang diberikan selama pembuatan skripsi ini.

6. Teman-teman Arsitektur Lanskap angkatan 46 dan seluruh sahabat penulis

atas motivasi dan bantuannya selama pembuatan skripsi ini.

7. Ibu, bapak, adik serta seluruh keluarga tercinta atas dukungan, doa dan kasih

sayang yang selalu diberikan kepada penulis.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Januari 2014

Eka Yuniawatiningtyas

Page 12: PERENCANAAN LANSKAP PASCA TAMBANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68472/A14eyu.pdf · 3 Perkembangan jenis tanaman pada plot 2 Tanah Putih (tahun tanam ... PKP2B

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL xi

DAFTAR GAMBAR xi

DAFTAR LAMPIRAN xii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 2

Manfaat Penelitian 2

Kerangka Pikir Penelitian 2

TINJAUAN PUSTAKA 4

Arboretum 4

Perencanaan Lanskap 5

Lanskap Pasca Tambang 5

Pertambangan dan Proses Penambangan Batubara 6

Reklamasi Lahan Bekas Tambang 8

METODE 9

Tempat dan Waktu Penelitian 9

Alat dan Bahan 9

Batasan Penelitian 10

Tahapan Penelitian 10

HASIL DAN PEMBAHASAN 13

Kondisi Umum Kawasan 13

Aspek Fisik 14

Aspek Biofisik 19

Aspek Sosial 22

Analisis 23

Sintesis 38

Konsep Dasar 44

Pengembangan Konsep 44

Perencanaan 46

SIMPULAN DAN SARAN 61

Page 13: PERENCANAAN LANSKAP PASCA TAMBANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68472/A14eyu.pdf · 3 Perkembangan jenis tanaman pada plot 2 Tanah Putih (tahun tanam ... PKP2B

Simpulan 61

Saran 61

DAFTAR PUSTAKA 62

LAMPIRAN 64

RIWAYAT HIDUP 66

Page 14: PERENCANAAN LANSKAP PASCA TAMBANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68472/A14eyu.pdf · 3 Perkembangan jenis tanaman pada plot 2 Tanah Putih (tahun tanam ... PKP2B

DAFTAR TABEL

1 Jenis, sumber data, metode pengambilan dan pengolahan data 10 2 Perkembangan jenis tanaman pada plot 1 Tanah Putih (tahun tanam

2008) 20 3 Perkembangan jenis tanaman pada plot 2 Tanah Putih (tahun tanam

2009) 20 4 Vegetasi yang direkomendasikan di Tanah Putih 21 5 Satwa yang terdapat di sekitar lokasi tambang PT BCS 22 6 Kepadatan penduduk Kecamatan Pulau Sebuku tahun 2011 23 7 Sumber penghasilan utama masyarakat Pulau Sebuku 23 8 Hasil analisis dan sintesis 38 9 Rencana pembagian ruang 47

10 Rencana aktivitas dan fasilitas 51

11 Rencana pengelompokan tanaman 52 12 Rencana daya dukung tiap ruang 55

DAFTAR GAMBAR

1 Kerangka pikir penelitian 3 2 Proses penambangan batubara di Tanah Putih 7 3 Lokasi penelitian 9 4 Tahapan Penelitian 11 5 Peta Citra Lidar Pulau Sebuku 13 6 Kondisi Tanah Putih sebelum dan setelah penambangan 14 7 Peta jaringan jalan Kecamatan Pulau Sebuku 15 8 Peta kawasan hutan Kecamatan Pulau Sebuku 16

9 Rata-rata curah hujan bulanan tahun 1998–2012 di Tanah Putih 18 10 Revegetasi berumur 5 tahun (a) dan 1 tahun (b) 21 11 Kondisi jalan perusahaan menuju ke tapak 24

12 Peta penggunaan lahan eksisting 26 13 Peta analisis penggunaan lahan 27 14 Segitiga tekstur tanah (modifikasi dari image.google.com) 28 15 Peta topografi 30 16 Peta klasifikasi kemiringan lahan 31

17 Peta analisis kemiringan lahan 32 18 Cara vegetasi mengontrol radiasi matahari (Robinette, 1983) 33 19 Peta penutupan vegetasi dan progres hydroseeding 36 20 Peta analisis penutupan vegetasi 37 21 Peta komposit 42

22 Rencana Blok (Block Plan) 43 23 Diagram konsep sirkulasi 45

24 Diagram konsep pembagian ruang 45 25 Hubungan antarruang dalam tapak 47 26 Rencana ruang 49 27 Rencana sirkulasi 50 28 Rencana vegetasi 53

Page 15: PERENCANAAN LANSKAP PASCA TAMBANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68472/A14eyu.pdf · 3 Perkembangan jenis tanaman pada plot 2 Tanah Putih (tahun tanam ... PKP2B

29 Rencana lanskap area reklamasi Tanah Putih 56 30 Rencana lanskap (Blow up 1) 57 31 Rencana lanskap (Blow up 2) 58 32 Ilustrasi area pelayanan 59 33 Ilustrasi gazebo/shelter 59 34 Ilustrasi dek dan wetland 60 35 Ilustrasi menara pandang 60

DAFTAR LAMPIRAN

1 Hasil pengujian tanah di Pit Tanah Putih 64 2 Hasil analisis sifat fisik tanah di Pit Tanah Putih 65

Page 16: PERENCANAAN LANSKAP PASCA TAMBANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68472/A14eyu.pdf · 3 Perkembangan jenis tanaman pada plot 2 Tanah Putih (tahun tanam ... PKP2B

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Peningkatan jumlah penduduk menyebabkan kebutuhan akan sumber energi

juga meningkat. Salah satu cara untuk mendapatkan sumber energi adalah melalui

sektor pertambangan. Pertambangan memiliki banyak manfaat, di antaranya untuk

pemenuhan sumber energi dalam negeri, pertumbuhan ekonomi, penyerapan

tenaga kerja dan sumber devisa negara. Di sisi lain, sektor pertambangan

membawa dampak buruk bagi kelestarian lingkungan.

Sektor pertambangan batubara di Kalimantan diidentifikasi sebagai salah

satu kegiatan ekonomi utama yang dapat menopang perekonomian Kalimantan di

saat produktivitas sektor migas menurun. Sejak tahun 1996 hingga 2010, produksi

batubara Indonesia mengalami pertumbuhan rata-rata sebesar 14.8% per tahun,

dan pertumbuhan rata-rata ekspor batubara Indonesia adalah 15.1% per tahun.

Sementara angka konsumsi batubara dalam negeri mengalami rata-rata

pertumbuhan sebesar 13.8% per tahun dalam periode 1996–2010. Pada tahun

2010, jumlah produksi batubara mencapai 325 juta ton dengan jumlah ekspor 265

juta ton dan penggunaan domestik sebesar 60 juta ton atau 18% dari total

produksi. Sektor kelistrikan merupakan pengguna batubara terbesar di dalam

negeri. Negara tujuan utama ekspor batubara Indonesia adalah Jepang, Cina, India,

Korea Selatan, dan beberapa negara ASEAN (Bappeda Kotabaru, 2011).

Salah satu perusahaan yang melaksanakan kegiatan pertambangan batubara

adalah PT Bahari Cakrawala Sebuku (BCS). PT BCS merupakan pemegang

PKP2B No 009/PK/PTBA-BCS/1994 di Kecamatan Pulau Sebuku, Kabupaten

Kotabaru, Kalimantan Selatan. Sebelumnya, perusahaan ini telah melaksanakan

penyusunan AMDAL dan telah disetujui oleh Menteri Pertambangan dan Energi

pada tanggal 24 September 1996 melalui surat No 3378.0115/SJ.T/1996 untuk

melakukan kegiatan eksploitasi pada Blok Bingkuang, Kanibungan, Daeng Setuju

dan Tanah Putih (AMDAL PT BCS, 2006).

Umumnya, batubara terdapat pada lapisan di bawah permukaan bumi.

Proses pengambilan batubara dilakukan dengan membongkar lapisan tanah.

Berdasarkan laporan Rencana Penutupan Tambang (RPT) PT BCS, sistem

penambangan terbuka mengakibatkan perubahan bentang alam seperti perubahan

kemiringan lereng, pola hidrologi, susunan lapisan tanah, penurunan tingkat

kesuburan tanah dan hilangnya vegetasi yang tumbuh di area tersebut. Selain itu,

timbul masalah lingkungan seperti erosi, sedimentasi, pencemaran air, perubahan

iklim mikro, dan hilangnya habitat bagi satwa liar.

Setelah kegiatan penambangan selesai, diperlukan upaya reklamasi agar

lahan bekas tambang tersebut dapat dimanfaatkan kembali sesuai peruntukannya.

Kegiatan reklamasi meliputi dua tahapan, yaitu: (1) pemulihan lahan bekas

tambang untuk memperbaiki lahan yang terganggu ekologinya, (2)

mempersiapkan lahan bekas tambang yang sudah diperbaiki ekologinya untuk

pemanfaatan selanjutnya (Direktorat Pengelolaan Lahan, 2006). Adapun tahapan

detilnya meliputi penataan lahan, pengendalian erosi dan sedimentasi, revegetasi

(penanaman kembali), dan pemeliharaan. Menurut UU Republik Indonesia No 4

Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara, setiap perusahaan

Page 17: PERENCANAAN LANSKAP PASCA TAMBANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68472/A14eyu.pdf · 3 Perkembangan jenis tanaman pada plot 2 Tanah Putih (tahun tanam ... PKP2B

2

pertambangan wajib menyerahkan rencana reklamasi dan rencana pasca tambang

kepada pemerintah. Di PT BCS, kewajiban reklamasi dilaksanakan oleh divisi

Enviro.

Lahan bekas tambang tidak selalu dikembalikan ke peruntukan semula. Hal

ini tergantung pada penetapan tata guna lahan wilayah tersebut. Untuk itu,

diperlukan suatu perencanaan lanskap untuk menata lahan pasca tambang agar

tidak sekadar hijau kembali, namun juga dapat mengoptimalkan pemanfaatan

lahan yang mendukung keberlanjutan lanskap dan kesejahteraan masyarakat

sekitar daerah tambang dari segi ekologis dan ekonomi.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi karakteristik lanskap pasca

tambang batubara dan membuat perencanaan lanskap pasca tambang batubara

sebagai arboretum di kawasan Tanah Putih, Desa Mandin, Kecamatan Pulau

Sebuku, Kabupaten Kotabaru, Provinsi Kalimantan Selatan.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi PT Bahari Cakrawala

Sebuku selaku pengelola untuk mengembalikan dan mengembangkan lahan pasca

tambang di Pit Tanah Putih sesuai dengan karakteristik dan potensi tapaknya.

Kerangka Pikir Penelitian

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya lahan pasca tambang batubara di

area reklamasi Pit Tanah Putih yang perlu segera direklamasi agar dapat

digunakan untuk pemanfaatan selanjutnya. Pemanfaatan yang mengarah pada

upaya konservasi akan mendukung keberlanjutan lanskap pasca tambang. Untuk

itu, diperlukan pengambilan data baik dari aspek fisik, biofisik dan sosial.

Selanjutnya dilakukan analisis terhadap data yang diperoleh untuk mengetahui

potensi dan kendala di tapak. Dari analisis tersebut, dilakukan sintesis untuk

memberikan solusi permasalahan pada tapak dalam bentuk zonasi. Zonasi tersebut

akan menjadi acuan untuk perencanaan lanskap pasca tambang yang berbasis

konservasi sebagai arboretum sebagai upaya untuk mendukung keberlanjutan

lanskap pasca tambang. Kerangka pikir penelitian dituangkan dalam diagram alir

pada gambar 1.

Page 18: PERENCANAAN LANSKAP PASCA TAMBANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68472/A14eyu.pdf · 3 Perkembangan jenis tanaman pada plot 2 Tanah Putih (tahun tanam ... PKP2B

3

Gambar 1 Kerangka Pikir Penelitian

Lahan pasca tambang batubara

Reklamasi

Pemanfaatan selanjutnya yang optimal berbasis konservasi

Aspek fisik Aspek sosial Aspek biofisik

Lokasi dan

aksesibilitas

Tata guna lahan

Karakteristik

tanah

Topografi dan

kemiringan

Iklim

Hidrologi

Preferensi

masyarakat

Preferensi

pengelola

Vegetasi

Satwa

Analisis deskriptif dan spasial

Zonasi

Rencana lanskap pasca tambang sebagai arboretum

Gambar 1 Kerangka pikir penelitian

Preferensi

pemerintah

(aspek legal)

Page 19: PERENCANAAN LANSKAP PASCA TAMBANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68472/A14eyu.pdf · 3 Perkembangan jenis tanaman pada plot 2 Tanah Putih (tahun tanam ... PKP2B

4

TINJAUAN PUSTAKA

Arboretum

Menurut Kamus Kehutanan (1989) yang diacu dalam Ma’mur (2011),

arboretum adalah kebun pepohonan yang merupakan bentuk konservasi plasma

nutfah buatan manusia. Arboretum atau kebun raya merupakan suatu area yang

sengaja dibuat sebagai display dan tempat menumbuhkan berbagai jenis tanaman

pada strata semak, pohon, tanaman merambat maupun jenis lainnya. Perbedaan

arboretum dengan kebun raya adalah arboretum merupakan tempat koleksi

tanaman berkayu atau pepohonan sedangkan kebun raya lebih beragam dari segi

jenis tanaman (Wyman 1960).

Baskara (1998) mengemukakan arboretum merupakan kebun koleksi

pepohonan atau tanaman kayu-kayuan yang bermanfaat bagi ilmu pengetahuan

terutama kehutanan. Manfaat lain dari arboretum adalah sebagai pengatur tata air,

pengendali erosi, pembentukan iklim mikro yang nyaman serta sebagai obyek

wisata atau rekreasi alam. Manfaat arboretum bagi ilmu pengetahuan dan

pendidikan harus didukung dengan ketepatan memilih dan menentukan letak

fasilitas pendukung arboretum. Pemilihan dan penentuan letak fasilitas pendukung

yang tepat akan memberikan nilai unik dan kemudahan bagi pengunjung

arboretum. Keberadaan sarana dan prasarana penunjang lainnya juga harus

lengkap, baik sarana dan prasarana untuk tujuan pengelolaan, pendidikan, maupun

kegiatan wisata.

Pengaturan tanaman dalam kebun koleksi seperti arboretum dapat

dikelompokkan menurut kekerabatan maupun manfaat tanaman. Hubungan

kekerabatan tersebut didasarkan klasifikasi tanaman secara botani pada tingkat

tertentu, misalnya famili. Selain itu, pengelompokan tanaman juga dapat

berdasarkan ciri geografis, nilai ekonomi, kepentingan ekologi atau nilai estetika

yang dimiliki tiap pepohonan tersebut (Taman 1955 dalam Ma’mur 2011). Konservasi terhadap kekayaan genetis yang mewakili flora dan fauna

bertujuan untuk melestarikan dan mengamankan kekayaan biotik yang kita miliki.

Menurut Dinas Kehutanan Republik Indonesia (1990) dalam Dinata (2009),

konservasi flora dan fauna dapat dilaksanakan baik di dalam kawasan (in-situ),

maupun di luar kawasan (ex-situ). Tujuan dari konservasi tersebut adalah untuk

melindungi dan melestarikan jenis, terutama pada flora dan fauna yang tergolong

langka.

Konservasi in-situ dilakukan dengan membiarkan semua jenis flora dan

fauna tetap seimbang menurut proses alami di habitatnya. Konservasi tumbuhan

secara ex-situ adalah upaya pelestarian, penelitian dan pemanfaatan tumbuhan

secara berkelanjutan yang dilakukan di luar habitat alaminya. Salah satu alternatif

bentuk aplikasi konservasi tumbuhan secara ex-situ adalah arboretum. Arboretum

merupakan salah satu upaya untuk menangkar dan membudidayakan tanaman asli

Indonesia. Selain itu, arboretum dapat ditata sedemikian rupa sehingga mampu

menjembatani bentuk antara kebun raya dan kebun koleksi kehutanan, terutama

dalam fungsinya sebagai sumber plasma nutfah.

Page 20: PERENCANAAN LANSKAP PASCA TAMBANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68472/A14eyu.pdf · 3 Perkembangan jenis tanaman pada plot 2 Tanah Putih (tahun tanam ... PKP2B

5

Perencanaan Lanskap

Lanskap menurut Simonds (2006) merupakan suatu bentang alam dengan

karakteristik tertentu yang dapat dinikmati oleh seluruh indera manusia. Suatu

lanskap dikatakan alami jika area tersebut memiliki keharmonisan dan kesatuan

antar elemen-elemen pembentuknya. Perencanaan adalah suatu alat sistematis

yang dapat digunakan untuk menentukan awal suatu keadaan dan merupakan cara

terbaik untuk mencapai keadaan tersebut (Gold 1980).

Nurisjah dan Pramukanto (2008) menyebutkan, perencanaan lanskap

merupakan suatu bentuk kegiatan yang berbasis lahan melalui kegiatan

pemecahan masalah yang dijumpai dan merupakan proses pengambilan keputusan

berjangka panjang guna mendapatkan suatu model lanskap atau bentang alam

yang fungsional, estetik, dan lestari.

Perencanaan lanskap merupakan penataan lanskap berdasarkan potensi,

amenity, kendala dan bahaya lanskap tersebut guna mewujudkan suatu bentukan

lahan yang berkelanjutan, indah, fungsional dan memuaskan bagi penggunanya.

Proses perencanaan meliputi proses pengumpulan dan penginterpretasian data,

proyeksi ke masa depan, mengidentifikasi masalah dan memberi pendekatan yang

beralasan untuk memecahkan masalah-masalah yang ada dalam suatu bentang

alam. Proses perencanaan yang baik dinyatakan sebagai suatu proses yang

dinamis, saling terkait dan saling mendukung satu dengan lainnya.

Perencanaan lanskap dapat dilakukan melalui beberapa pendekatan, antara

lain:

1. Pendekatan sumber daya, yaitu penentuan tipe cara alternatif aktivitas

berdasarkan pertimbangan kondisi dan situasi sumberdaya.

2. Pendekatan aktivitas, yaitu penentuan tipe dan alternatif aktivitas berdasarkan

seleksi terhadap aktivitas pada masa lalu untuk memberikan kemungkinan

apa yang dapat disediakan pada masa yang akan datang.

3. Pendekatan ekonomi, yaitu pendekatan tipe, jumlah, dan lokasi kemungkinan

aktivitas berdasarkan pertimbangan ekonomi.

4. Pendekatan perilaku, yaitu penentuan aktivitas berdasarkan pertimbangan

perilaku manusia.

Hasil perencanaan lanskap disajikan dalam bentuk gambar pra-rencana dan

gambar rencana lanskap. Gambar pra-rencana berupa gambar situasi awal dari

tapak perencanaan dan gambar atau ilustrasi tahapan analisis dan sintesis,

sedangkan gambar rencana lanskap berupa gambar konsep perencanaan, rencana

penggunaan lahan, rencana penggunaan ruang, rencana pengembangan tapak,

rencana induk lanskap, rencana tapak atau rencana lanskap, rencana penanaman,

rencana atau program pengembangan, rencana anggaran biaya, dan rencana

pelaksanaan (dalam skala mikro), serta berbagai bentuk gambar dan ilustrasi

lainnya sesuai kebutuhan.

Lanskap Pasca Tambang

Menururt UU RI Nomor 4 Tahun 2009, kegiatan pasca tambang merupakan

kegiatan terencana, sistematis dan berlanjut setelah akhir sebagian atau seluruh

kegiatan usaha pertambangan untuk memulihkan fungsi lingkungan alam dan

fungsi sosial menurut kondisi lokal di seluruh wilayah penambangan. Kegiatan

Page 21: PERENCANAAN LANSKAP PASCA TAMBANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68472/A14eyu.pdf · 3 Perkembangan jenis tanaman pada plot 2 Tanah Putih (tahun tanam ... PKP2B

6

penambangan akan menimbulkan dampak penting terhadap lingkungan, terutama

terhadap komponen lingkungan berikut:

1. Penurunan kualitas air akibat adanya erosi tanah

2. Penurunan muka air tanah dangkal karena dalamnya penggalian lubang

tambang

3. Peningkatan erosi tanah karena hilangnya vegetasi penutup

4. Kehilangan potensi dan struktur vegetasi karena aktivitas pembersihan lahan

(land clearing) sebelum pertambangan dimulai

5. Kehilangan satwa liar karena hilangnya habitat

6. Perubahan penggunaan lahan karena adanya penempatan proyek

7. Peningkatan kesempatan berusaha karena berkembangnya perekonomian

lokal

8. Peningkatan potensi konflik sosial karena adanya pertentangan kepentingan

dan kecemburuan sosial.

Menurut Kusnoto & Kusumodihardjo (1995) dalam Adman (2012) dampak

lingkungan akibat penambangan dapat berupa penurunan produktivitas tanah,

pemadatan tanah, erosi dan sedimentasi, gerakan tanah dan longsoran, gangguan

terhadap flora dan fauna, gangguan terhadap keamanan dan kesehatan penduduk

serta perubahan iklim mikro. Selain itu, air asam tambang dikenal sebagai

masalah lingkungan utama dalam pertambangan batubara. Pencemaran air baik

air permukaan maupun air tanah dalam juga dapat terjadi akibat penambangan

batubara.

Pertambangan dan Proses Penambangan Batubara

Menurut UU RI Nomor 4 Tahun 2009, Pertambangan adalah sebagian atau

seluruh tahapan kegiatan dalam rangka penelitian, pengelolaan dan pengusahaan

mineral atau batubara yang meliputi penyelidikan umum, eksplorasi, studi

kelayakan, konstruksi, penambangan, pengolahan dan pemurnian, pengangkutan

dan penjualan, serta kegiatan pasca tambang. Proses penambangan merupakan

salah satu mata rantai dari kegiatan penambangan yang berfungsi untuk

menyediakan bahan baku. Agar penyediaan bahan baku tersebut dapat terjamin

maka kegiatan penambangan harus ditangani secara baik dan sistematis.

Batubara adalah endapan senyawa organik karbon yang terbentuk secara

alamiah dari sisa tumbuh-tumbuhan. Menurut Setyawan (2004) dalam Haris

(2011) Sistem penambangan batubara di Indonesia pada umumnya adalah sistem

penambangan terbuka dengan metode konvensional yang merupakan kombinasi

penggunaan excavator dan truk. Urutan kegiatan penambangan batubara dengan

metode ini meliputi:

1. Pembukaan lahan

2. Pengupasan dan penimbunan tanah penutup

3. Pengambilan dan pengangkutan tanah batubara serta pengecilan ukuran tanpa

proses pencucian batubara

Tahapan kegiatan penambangan yang dilakukan PT BCS secara umum

adalah sebagai berikut:

1. Pembabatan semak dan perdu, penebangan pohon dan pemotongan kayu

2. Pembuatan kanal (untuk lokasi pit di rawa)

3. Operasi pengupasan tanah pucuk (top soil)

Page 22: PERENCANAAN LANSKAP PASCA TAMBANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68472/A14eyu.pdf · 3 Perkembangan jenis tanaman pada plot 2 Tanah Putih (tahun tanam ... PKP2B

7

4. Pengupasan lumpur rawa (stripping mud)

5. Pengupasan overburden

6. Penambangan batubara.

Untuk mengantisipasi limpasan air rawa, sebelum membongkar dan

memindahkan overburden perlu dilakukan pembuatan kanal disekitar pit yang

akan digali terutama pada bagian yang telah ditambang yaitu bagian Tenggara dan

Selatan yang umumnya berupa endapan rawa yang ketebalan lumpurnya berkisar

1–2 m. Tujuan dari kanal ini untuk mengisolasi pit yang berada di daerah rawa,

agar dapat dilakukan kegiatan penambangan. Kanal tersebut mengitari pit dengan

lebar 5 m dan dalam sekitar 2 m. Limpasam air yang masih ada di dalam pit

dikeluarkan ke kanal tersebut. Pengaturan air di dalam kanal akan digunakan

pompa yang dapat mengeluarkan air dari kanal keluar menjauhi pit. Rencana penambangan yang dilakukan PT BCS pada tahap operasi meliputi

penambangan batubara secara terbuka di daerah Tanah Putih, Kecamatan Pulau

Sebuku, selama 6 tahun. Proses penambangan batubara yang dilakukan oleh PT

BCS meliputi:

1. Pengupasan dan penimbunan lapisan lumpur rawa.

2. Pengupasan dan penimbunan lapisan tanah pucuk dan subsoil.

3. Pengupasan tanah penutup dengan kegiatan peledakan.

4. Penambangan batubara secara terbuka (open pit).

5. Penimbunan kembali lumpur rawa ataupun tanah penutup.

6. Pengelolaan lumpur rawa dan tanah penutup.

7. Pengangkutan batubara dari tambang sampai ke lokasi pengolahan/ pelabuhan.

8. Pencucian batubara.

9. Pemuatan batubara ke tongkang.

Proses pengambilan batubara di Tanah Putih dapat dilihat pada gambar 2.

Pembersihan Lahan

(Land Clearing)

Pembuatan Kanal dan

Bund

Pengupasan Top Soil

Pengupasan Lumpur/Stripping Mud

(Daerah Rawa)

Pengupasan Tanah Penutup

(Stripping Over Burden)

Peledakan

Penggalian Batubara

Gambar 2 Proses penambangan batubara di Tanah Putih Sumber: AMDAL PT BCS, 2006

Page 23: PERENCANAAN LANSKAP PASCA TAMBANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68472/A14eyu.pdf · 3 Perkembangan jenis tanaman pada plot 2 Tanah Putih (tahun tanam ... PKP2B

8

Reklamasi Lahan Bekas Tambang

Menurut UU RI No 4 Tahun 2009, reklamasi adalah kegiatan yang

dilakukan sepanjang tahapan usaha pertambangan untuk menata, memulihkan,

dan memperbaiki kualitas lingkungan dan ekosistem agar dapat berfungsi kembali

sesuai peruntukannya. Tujuan akhir reklamasi lahan pasca penambangan adalah

pilihan optimal dari berbagai keadaan dan kepentingan. Tujuan reklamasi tidak

boleh ditentukan sendiri oleh perusahaan pertambangan yang bersangkutan karena

reklamasi menyangkut kepentingan berbagai pihak termasuk masyarakat di sekitar

lokasi pertambangan.

Penetapan tujuan reklamasi dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut:

1. Jenis mineral yang ditambang.

2. Sistem penambangan yang digunakan.

3. Keadaan lingkungan setempat.

4. Keadaan dan kebutuhan sosial-ekonomis masyarakat setempat.

5. Keekonomian investasi mineral.

6. Perencanaan tata ruang yang telah ada.

Pelaksanaan reklamasi meliputi tahapan kegiatan penataan lahan,

pengendalian erosi dan sedimentasi, revegetasi (penanaman kembali) dan

pemeliharaan. Menurut Suprapto (2008), secara umum yang harus diperhatikan

dan dilakukan dalam merehabilitasi/reklamasi lahan bekas tambang adalah:

1. Dampak perubahan dari kegiatan pertambangan.

Kegiatan pertambangan dapat mengakibatkan perubahan kondisi lingkungan.

Hal ini dapat dilihat dengan hilangnya fungsi proteksi terhadap tanah, yang

juga berakibat pada terganggunya fungsi-fungsi lainnya.

2. Rekonstruksi tanah.

Untuk mencapai tujuan restorasi perlu dilakukan upaya seperti rekonstruksi

lahan dan pengelolaan tanah pucuk.

3. Revegetasi.

Secara ekologi, spesies tanaman lokal dapat beradaptasi dengan iklim

setempat tetapi tidak untuk kondisi tanah. Untuk itu diperlukan pemilihan

spesies yang cocok dengan kondisi setempat, terutama untuk jenis-jenis yang

cepat tumbuh.

4. Pencegahan air asam tambang.

Pembentukan air asam cenderung intensif terjadi pada daerah penambangan,

hal ini dapat dicegah dengan menghindari terpaparnya bahan yang

mengandung sulfida pada udara bebas.

5. Pengaturan drainase.

Drainase pada lingkungan pasca tambang dikelola secara seksama untuk

menghindari efek pelarutan sulfida logam dan bencana banjir.

6. Tata guna lahan pasca tambang

Lahan bekas tambang tidak selalu dikembalikan ke peruntukan semula. Hal ini

tergantung pada penetapan tata guna lahan wilayah tersebut.

Page 24: PERENCANAAN LANSKAP PASCA TAMBANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68472/A14eyu.pdf · 3 Perkembangan jenis tanaman pada plot 2 Tanah Putih (tahun tanam ... PKP2B

9

METODE

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di area reklamasi kawasan Tanah Putih di Desa

Mandin Kecamatan Pulau Sebuku, Kabupaten Kotabaru, Kalimantan Selatan.

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari hingga Oktober 2013.

Pengambilan data di lapang dilaksanakan selama 2 minggu, yaitu pada tanggal 24

April–5 Mei 2013. Lokasi penelitian dapat dilihat pada gambar 3.

Gambar 3 Lokasi penelitian

Sumber: image.google.com, BAPPEDA Kotabaru, PT BCS

Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah GPS untuk menunjukkan

orientasi dan lokasi tapak, kamera digital untuk mengambil gambar kondisi yang

ada di tapak, software komputer grafis seperti AutoCAD, Adobe Photoshop,

Google SketchUp, Microsoft Office, serta alat tulis, alat gambar, dan kertas

gambar untuk pengolahan data. Bahan yang digunakan untuk penelitian ini terdiri

dari peta dan data-data baik primer maupun sekunder. Berikut adalah data yang

diambil untuk penelitian.

Page 25: PERENCANAAN LANSKAP PASCA TAMBANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68472/A14eyu.pdf · 3 Perkembangan jenis tanaman pada plot 2 Tanah Putih (tahun tanam ... PKP2B

10

Tabel 1 Jenis, sumber data, metode pengambilan dan pengolahan data

Jenis data Sumber data Metode

pengambilan data Metode pengolahan

data

Data umum

Letak, luas,

aksesibilitas dan

batas tapak

Tapak, P4W IPB,

PT BCS Survei lapang,

studi pustaka Deskriptif, spasial

Aspek fisik

Tata guna lahan BAPPEDA, PT

BCS Survei lapang,

studi pustaka Deskriptif, spasial

Tanah Tapak, PT BCS Survei lapang,

studi pustaka Deskriptif

Topografi dan

kemiringan Tapak, PT BCS Survei lapang,

studi pustaka Deskriptif, spasial

Iklim Tapak, PT BCS Survei lapang,

studi pustaka Deskriptif

Hidrologi Tapak, PT BCS Survei lapang,

studi pustaka Deskriptif

Aspek biofisik

Vegetasi Tapak, PT BCS Survei lapang,

studi pustaka Deskriptif, spasial

Satwa Tapak, PT BCS Survei lapang,

studi pustaka Deskriptif

Aspek sosial

Demografi Tapak, P4W IPB,

BPS Survei lapang,

studi pustaka Deskriptif

Perilaku masyarakat Tapak, P4W IPB,

BPS Survei lapang,

studi pustaka Deskriptif

Preferensi

masyarakat Tapak Survei lapang,

wawancara Deskriptif

Preferensi

perusahaan Tapak, PT BCS Survei lapang,

wawancara Deskriptif

Batasan Penelitian

Penelitian ini dilakukan sampai tahap perencanaan lanskap sebagai

arboretum di pit Tanah Putih yang meliputi cell 7, 20, 21 dan 22. Hasil dari

perencanaan ini dituangkan ke dalam gambar rencana lanskap.

Tahapan Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini mengikuti proses perencanaan

menurut Gold (1980). Tahapan perencanaan dimulai dari kegiatan persiapan,

inventarisasi, analisis, sintesis dan perencanaan lanskap. Tahapan penelitian dapat

dilihat pada gambar berikut.

Page 26: PERENCANAAN LANSKAP PASCA TAMBANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68472/A14eyu.pdf · 3 Perkembangan jenis tanaman pada plot 2 Tanah Putih (tahun tanam ... PKP2B

11

Persiapan

Persiapan awal meliputi perumusan masalah dan penetapan tujuan penelitian.

Selanjutnya, dilakukan pengumpulan data-data sekunder terkait topik dan area

perencanaan. Hasil pada tahap ini berupa proposal penelitian dan perizinan.

Inventarisasi

Inventarisasi adalah tahap pengumpulan data primer dan data sekunder.

Data yang diambil pada tahap inventarisasi meliputi aspek fisik, biofisik dan

sosial. Metode pengambilan data adalah melalui survei lapang, wawancara dengan

penduduk setempat dan pengelola serta studi pustaka. Data terkait aspek fisik dan

biofisik didapat melalui studi pustaka dari dokumen-dokumen PT BCS berupa

peta, data kuantitatif dan kualitatif serta survei lapang berupa pengambilan foto

kondisi lapang. Studi pustaka juga didapat dari jurnal, laporan, dan skripsi yang

berkaitan dengan topik penelitian. Data terkait aspek sosial terutama yang

Gambar 4 Tahapan Penelitian Sumber: Gold, 1980 (dimodifikasi)

Persiapan

Inventarisasi

Sintesis

Perencanaan

Usulan penelitian, perijinan penelitian, perumusan

masalah

Data umum :

Letak, batas, dan luas tapak

Data fisik :

Lokasi dan aksesibilitas, tata guna lahan,

karakteristik tanah, topografi dan kemiringan, iklim,

hidrologi

Data biofisik :

Vegetasi, satwa

Data sosial :

Demografi, preferensi masyarakat, preferensi

pengelola (PT BCS), preferensi pemerintah (aspek

legal)

Analisis secara deskriptif kuantitatif dan spasial

menghasilkan peta kesesuaian lahan, potensi dan

kendala pada tapak beserta pemanfaatan dan

pemecahan masalah

Zonasi

Konsep

Rencana lanskap arboretum di lahan pasca tambang

Pit Tanah Putih

Analisis

Page 27: PERENCANAAN LANSKAP PASCA TAMBANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68472/A14eyu.pdf · 3 Perkembangan jenis tanaman pada plot 2 Tanah Putih (tahun tanam ... PKP2B

12

berkaitan dengan preferensi masyarakat didapat melalui wawancara secara

tertutup kepada masyarakat setempat. Pertanyaan yang diajukan saat wawancara

mengacu pada pertanyaan yang telah disusun sebelumnya.

Analisis

Analisis dilakukan terhadap data yang sudah didapatkan terkait aspek fisik,

biofisik dan aspek sosial. Analisis terhadap aspek fisik dan biofisik dilakukan

untuk mengetahui potensi dan kendala tapak terkait pengembangan tapak tersebut.

Analisis sosial dilakukan untuk melihat keinginan dan preferensi pihak-pihak

terkait yang meliputi masyarakat dan pengelola serta pemerintah melalui aspek

legal. Analisis ini mengacu hasil wawancara dan data-data sekunder.

Analisis dilakukan melalui metode spasial dan deskriptif kuantitatif.

Analisis secara spasial dilakukan terhadap kemiringan lahan, penggunaan lahan

dan penutupan vegetasi. Analisis kesesuaian lahan dilakukan dengan memberikan

skor pada tiap kriteria yang telah ditentukan dari masing-masing aspek. Kemudian

dilakukan overlay untuk mendapat peta komposit yang menunjukkan zonasi

menurut tingkat kesesuaiannya. Analisis deskriptif kuantitatif dilakukan terhadap

semua aspek untuk mengetahui potensi dan kendala yang ada di tapak disertai

pemanfaatan dan pemecahan solusinya.

Sintesis

Pada tahap sintesis diperoleh pengembangan tapak berdasarkan hasil

analisis spasial maupun deskriptif. Hasil dari sintesis berupa zonasi kesesuaian

lahan. Selanjutnya adalah penentuan konsep dasar dan pengembangan konsep.

Pengembangan konsep meliputi konsep ruang, aksesibilitas dan sirkulasi, aktivitas

serta vegetasi. Konsep akan menjadi acuan dalam perencanaan lanskap area

tersebut.

Perencanaan lanskap

Perencanaan lanskap merupakan tahap yang mengacu pada rencana blok

untuk menentukan pengembangan yang akan dilakukan dalam menata lahan pasca

tambang sebagai arboretum. Pada tahap ini didapat hasil akhir dalam bentuk grafis

berupa rencana lanskap yang mencakup rencana ruang, sirkulasi, vegetasi,

aktivitas dan fasilitas beserta deskripsi masing-masing. Pada tahap ini juga

dilakukan perhitungan daya dukung menurut Boulon dalam WTO dan UNEP

(1992) dalam Nurisjah (2007) dengan rumus sebagai berikut.

Keterangan:

DD : Daya dukung

K : Koefisien rotasi

A : Area yang digunakan wisatawan

N : Jam kunjungan per hari area yang diizinkan

S : Standar rata-rata individu

R : Rata-rata waktu kunjungan

T : Total hari kunjungan yang diperkenankan

DD = A x S T = DD x K K = N/R

Page 28: PERENCANAAN LANSKAP PASCA TAMBANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68472/A14eyu.pdf · 3 Perkembangan jenis tanaman pada plot 2 Tanah Putih (tahun tanam ... PKP2B

13

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Umum Kawasan

Kawasan Tanah Putih terletak di bagian tengah sebelah barat di Kecamatan

Pulau Sebuku, Kabupaten Kotabaru, Provinsi Kalimantan Selatan. Secara

geografis, kawasan ini terletak di antara 116°20'15" sampai 116°21'00" BT dan

3°31'15" sampai 3°32'15" LS. Secara administratif, Kawasan Tanah Putih

termasuk ke dalam wilayah Desa Mandin. Lokasi Kawasan Tanah Putih dapat

dilihat pada gambar 5.

Gambar 5 Peta Citra Lidar Pulau Sebuku Sumber: P4W IPB (2013)

Kawasan Tanah Putih dapat ditempuh melalui jalur air dengan

menggunakan speed boat selama 2 jam dari Kotabaru menuju pelabuhan khusus

yang dibangun BCS di daerah Tanjung Kepala. Kawasan tersebut juga dapat

ditempuh melalui jalur udara dengan pesawat Twin Otter selama 55 menit dari

Balikpapan menuju airstrip milik PT BCS.

Kegiatan penambangan batubara oleh PT BCS dimulai tahun 1998 setelah

mendapatkan izin pinjam pakai kawasan hutan dari Departemen Kehutanan.

Perjanjian Pinjam Pakai tersebut ditandatangani pada tanggal 13 Oktober 1998

dan diperbarui oleh Menteri Kehutanan pada tanggal 29 Mei 2009. PT BCS

mengeksploitasi wilayah pinjam pakai melalui aktivitas penambangan batubara

dengan metode tambang terbuka (open pit).

Page 29: PERENCANAAN LANSKAP PASCA TAMBANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68472/A14eyu.pdf · 3 Perkembangan jenis tanaman pada plot 2 Tanah Putih (tahun tanam ... PKP2B

14

Sebelum penambangan, Kawasan Tanah Putih merupakan area rawa yang

didominasi lumpur yang bersifat sulfat masam. Topografi awalnya berupa dataran

rendah dengan hamparan rumput kering dan sebagian rawa merupakan daerah

pasang surut air laut. Setelah penambangan, kawasan ini berubah menjadi area

terbuka yang gersang dan terdapat void atau lubang besar bekas galian batubara

yang akan dijadikan danau. Sebagian area yang telah direklamasi berubah menjadi

dataran yang lebih tinggi. Kondisi Tanah Putih sebelum dan sesudah

penambangan dapat dilihat pada Gambar 6.

Kawasan bekas tambang di Tanah Putih yang dimanfaatkan sebagai lokasi

penelitian memiliki luas 223 ha. Sebagian besar area perencanaan merupakan area

yang telah direklamasi. Batas area lokasi penelitian adalah sebagai berikut:

Utara : engineering office, area reklamasi

Barat : void, Cagar Alam hutan mangrove

Selatan : hutan produksi

Timur : hutan produksi

Aspek Fisik

Lokasi dan Aksesibilitas

Lokasi penelitian

Jaringan jalan di Pulau Sebuku terdiri dari jalan utama dan jalan perusahaan.

Jalan utama merupakan jalan kabupaten yang membujur dari arah utara-selatan di

tengah pulau yang menghubungkan beberapa desa sebagai sarana transportasi

utama. Jalan utama disebut Sabuk Tengah untuk menandainya. Selain jalan utama,

Gambar 6 Kondisi Tanah Putih sebelum dan setelah penambangan Sumber: (a) PT BCS, 2006; (b) dokumentasi lapang 2013

(a) Bentang alam sebelum penambangan

(b) Bentang alam setelah penambangan

Page 30: PERENCANAAN LANSKAP PASCA TAMBANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68472/A14eyu.pdf · 3 Perkembangan jenis tanaman pada plot 2 Tanah Putih (tahun tanam ... PKP2B

15

di Pulau Sebuku terdapat jalan perusahaan pertambangan yang terletak di bagian

utara dan selatan pulau. Jalan perusahaan yang terletak di bagian utara disebut

Sabuk Utara sedangkan yang terletak di bagian selatan disebut Sabuk Selatan.

Peta jaringan jalan di Kecamatan Pulau Sebuku dapat dilihat pada Gambar 7.

Gambar 7 Peta jaringan jalan Kecamatan Pulau Sebuku

Sumber: P4W IPB (2011)

Akses utama ke kawasan Tanah Putih berupa jalan tanah yang tidak

dilakukan pengerasan dan hanya diperuntukkan bagi kendaraan ringan. Jalan

akses di wilayah Tambang Sebuku dibangun pada tahun 1997 seiring dengan

dimulainya kegiatan penambangan. Sebagian besar dari jalan tersebut mengikuti

alur jalan setapak yang telah ada sebelumnya. Jalan tersebut diklasifikasikan

sebagai struktur permanen karena pentingnya sebagai akses untuk keperluan

pemantauan dan pemeliharaan lahan yang telah direklamasi oleh PT BCS. Sarana

transportasi untuk menjangkau lokasi tersebut adalah dengan menggunakan mobil

Page 31: PERENCANAAN LANSKAP PASCA TAMBANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68472/A14eyu.pdf · 3 Perkembangan jenis tanaman pada plot 2 Tanah Putih (tahun tanam ... PKP2B

16

perusahaan. Saat ini jalan perusahaan hanya diakses oleh perusahaan dan tidak

terbuka untuk umum.

Tata Guna Lahan

Lokasi penambangan kawasan Tanah Putih merupakan lahan negara yang

sebagian besar belum atau tidak digarap. Letaknya berada di daerah rawa dan

sebelah baratnya berbatasan langsung dengan hutan cagar alam mangrove.

Berdasarkan SK Menhut Nomor: 453/Kpts-II/1999 daerah tambang PT BCS di

Tanah Putih berada dalam status kawasan Hutan Produksi Tetap dan Hutan

Produksi Konversi (Gambar 8). Setelah masa pinjam pakai berakhir, kawasan

tersebut akan dikembalikan menjadi hutan produksi atau dikembangkan untuk

pemanfaatan yang lain selama tidak melanggar ketentuan yang telah ditetapkan

oleh Kementerian Kehutanan.

Gambar 8 Peta kawasan hutan Kecamatan Pulau Sebuku Sumber: P4W IPB (2011)

Page 32: PERENCANAAN LANSKAP PASCA TAMBANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68472/A14eyu.pdf · 3 Perkembangan jenis tanaman pada plot 2 Tanah Putih (tahun tanam ... PKP2B

17

Sejumlah kegiatan akan diizinkan untuk dilakukan di dalam area bekas

penambangan BCS apabila sesuai dengan ketentuan hukum mengenai Hutan

Produksi Tetap dan Hutan Lindung/Cagar Alam, serta tidak bertentangan dengan

ketentuan-ketentuan dalam perjanjian pinjam pakai. Kegiatan-kegiatan yang

diizinkan tersebut antara lain:

1. Budidaya perairan dan perikanan;

2. Memanen produk-produk selain kayu, misalnya buah-buahan, buah kemiri,

pisang kelapa dan lain-lain;

3. Kegiatan pendidikan dan wisata alam, seperti penelitian, kunjungan lapangan,

pengamatan burung, pengamatan ikan dan lain-lain.

Penutupan lahan di lokasi penelitian sebagian besar berupa area yang telah

direklamasi di bagian timur. Area ini telah berubah menjadi hutan kembali.

Penutupan tajuk dan densitas tanaman terpantau cukup baik. Sebagian lain

penutupan lahan di tapak berupa rawa-rawa atau cekungan yang tergenang air.

Penutupan lainnya berupa area terbuka denagn hamparan rumput yang gersang.

Jenis dan Karakteristik Tanah

Jenis tanah yang terdapat di Tanah Putih adalah entisol atau tanah rawa.

Secara umum, tanah jenis entisol memiliki kejenuhan basa bervariasi, pH berkisar

asam hingga basa dan KTK untuk setiap lapisan tanah bervariasi. Tanah entisol

cenderung memiliki tekstur yang kasar dengan kadar bahan organik dan nitrogen

rendah, mudah teroksidasi dengan udara. Kelembaban dan pH tanah entisol selalu

berubah. Hal ini karena tanah entisol selalu basah dan terendam dalam cekungan.

Pada tanah entisol tidak terdapat hewan-hewan seperti cacing karena keadaanya

yang kurang subur. Komposisi mineralnya adalah mineral kuarsa dan oksida besi.

Tanah di kawasan Tanah Putih umumnya bertekstur liat dengan kandungan

fraksi liat berkisar 58–73%. Kandungan liat menurun dengan semakin dalamnya

lapisan tanah. Ditinjau dari perbandingan fraksi, tanah di wilayah tersebut bukan

merupakan tekstur tanah yang ideal karena daya lekat (kohesif) yang sangat tinggi.

Hal itu menyebabkan tanah mudah menjadi lumpur dalam keadaan basah tetapi

menjadi keras dan berbongkah dalam keadaan kering.

Setelah proses penambangan selesai, struktur tanah yang ada di tapak sangat

berbeda dari struktur awalnya. Tanah tidak memiliki profil karena terbolak-balik

saat penggalian dan penutupan kembali. Tanah terbagi menjadi dua jenis yaitu,

tanah yang diberi lapisan topsoil dan overburden atau batuan penutup yang

berasal dari galian batubara. Secara umum keduanya kurang baik untuk

pertumbuhan tanaman. Namun tanaman lebih toleran di tanah yang ditutup

dengan overburden dibandingkan di tanah yang diberi lapisan topsoil. Hal itu

karena lapisan topsoil yang disebar hanya setebal 5–10 cm dari ketebalan yang

seharusnya yaitu 30 cm. Selain itu, tanah di bawah lapisan topsoil memiliki pH

lebih rendah sehingga kurang baik untuk pertumbuhan tanaman.

Jenis tanah entisol dapat dikembangkan apabila dilakukan pengelolaan

khusus seperti misalnya melalui sistem drainase untuk mengairi tanah ketika

kadar asamnya mulai rendah. Pemupukan juga perlu dilakukan untuk

memperbaiki unsur hara tanah. Salah satu alternatif pemupukan adalah dengan

menggunakan cendawan mikoriza arbuskular sebagai pupuk biologis. Mikoriza

merupakan suatu bentuk simbiosis antara cendawan dan perakaran tumbuhan

tingkat tinggi. Selain sebagai pupuk biologis, cendawan ini dapat membantu

Page 33: PERENCANAAN LANSKAP PASCA TAMBANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68472/A14eyu.pdf · 3 Perkembangan jenis tanaman pada plot 2 Tanah Putih (tahun tanam ... PKP2B

18

pertumbuhan tanaman, meningkatkan produktivitas dan kualitas tanaman pada

lahan kritis yang tercemar logam berat seperti lahan bekas tambang.

Berdasarkan analisis tersebut, sifat tanah di area yang akan direncanakan di

termasuk dalam kelas yang memiliki faktor penghambat yang cukup banyak.

Semakin tinggi kelas kemampuan lahan, kualitas lahannya semakin buruk, resiko

kerusakan dan pilihan penggunaan lahannya semakin terbatas (Hardjowigeno dan

Widiatmaka, 2007). Untuk itu, lahan tersebut harus dibiarkan dalam keadaan

alami atau dihutankan.

Topografi dan Kemiringan Lahan

Bentang alam Tanah Putih sebelum dilakukan penambangan merupakan

areal rawa yang didominasi oleh lumpur rawa yang bersifat sulfit masam.

Topografi awal areal Tanah Putih merupakan dataran rendah, dimana sebagian

adalah rawa yang mengalami pasang surut. Saat kegiatan penambangan

berlangsung, area tersebut digunakan sebagai tempat penyimpanan sementara bagi

tanah galian lubang tambang. Hal itu menyebabkan perubahan topografi lahan

setelah kegiatan penambangan selesai.

Kawasan bekas tambang di Tanah Putih umumnya memiliki ketinggian

yang beragam setelah kegiatan penambangan. Sebelum ditambang, kawasan ini

didominasi oleh topografi yang cukup datar. Adanya kegiatan penambangan

membuat rona lanskap kawasan ini berubah. Kegiatan penambangan

meninggalkan bekas lubang-lubang yang sangat dalam. Hal ini menyebabkan

topografi di kawasan ini cukup dinamis.

Lokasi penelitian didominasi topografi yang relatif datar dengan kemiringan

0–8%. Ketinggian maksimum mencapai 30 mdpl ditengah area perencanaan dan

terus menurun hingga ketinggian 0 mdpl ke sebelah barat daya. Kawasan ini

hanya memiliki sedikit kemiringan yang curam. Area dengan kemiringan yang

curam hingga terjal perlu perhatian khusus karena lebih rawan bahaya erosi.

Untuk mengatasi hal tersebut dapat dilakukan dengan meminimalisasi rencana

aktivitas atau pemberian tanaman konservasi.

Iklim

Suhu udara pada siang hari di lokasi kegiatan PT BCS dan daerah sekitarnya

berkisar antara 29–330C. Kelembapan pada siang hari berkisar antara 47.5–68%.

Suhu tertinggi dan kelembapan terendah terjadi di lokasi tambang Tanah Putih.

Hal ini disebabkan sebagian besar daerah tersebut merupakan daerah yang terbuka.

Gambar 9 Rata-rata curah hujan bulanan tahun 1998–2012 di Tanah Putih Sumber: PT BCS (2013)

0

50

100

150

200

250

300

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Oct Nov Des

Cu

rah

hu

jan

(m

m)

Bulan

Page 34: PERENCANAAN LANSKAP PASCA TAMBANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68472/A14eyu.pdf · 3 Perkembangan jenis tanaman pada plot 2 Tanah Putih (tahun tanam ... PKP2B

19

Berdasarkan data pengamatan yang didapatkan dari PT BCS, diketahui

bahwa curah hujan di lokasi penelitian cukup tinggi dari bulan Desember hingga

bulan Juli. Curah hujan yang tinggi sepanjang tahun menyebabkan ketersediaan

air melimpah. Hal itu menyebabkan volume limpasan air cukup banyak dan dapat

menimbulkan erosi yang membawa material tanah penutup. Untuk itu, perlu

penanaman jenis vegetasi dengan keragaman vertikal mulai dari groundcover,

semak, hingga pohon dengan beragam ketinggian untuk mengurangi volume

limpasan air hujan yang langsung jatuh ke tanah.

Tingginya suhu dan kelembaban yang rendah pada siang hari membuat

kawasan tersebut kurang nyaman untuk aktivitas manusia. Penanaman vegetasi

pioner merupakan solusi untuk perbaikan iklim mikro di kawasan tersebut.

Vegetasi pioner seperti akasia dan sengon telah terbukti adaptif terhadap kondisi

ekstrim seperti pada lahan bekas tambang. Pertumbuhannya yang cepat, sistem

perakaran intensif, serta tajuk yang melebar dan berlapis membuat penutupan

lahan juga cepat terjadi sehingga dapat mengurangi laju aliran permukaan dan

erosi.

Hidrologi

Sumber air di Tanah Putih terdiri dari air permukaan dan air tanah. Air

permukaan berasal dari 2 sumber yaitu air hujan yang langsung jatuh ke

permukaan tanah dan air limpasan. Air limpasan umumnya berasal dari daerah

tangkapan air hujan di sekitar lokasi tambang. Secara umum, kualitas air tanah di

tapak kurang baik. Hal itu ditandai dengan warna kecoklatan dan sampah yang

ikut mengalir bersama air sungai terutama saat musim hujan. Berdasarkan data

pengamatan yang dilakukan PT BCS, sumber air tambang per tahun di Tanah

Putih adalah: air hujan langsung sebanyak 2 940 m3/hari, air limpasan sebanyak

51 492 m3/hari, dan air tanah sebanyak 0.023 m

3/hari.

Data kedalaman air tanah di wilayah tambang PT BCS dilakukan pada

waktu pelaksanaan pengeboran batubara. Pada musim kemarau kedalaman air

tanah mencapai lebih dari 10 m, sebaliknya pada musim penghujan kurang dari 5

m. Sebaran air tanah cukup merata dan terdapat pada tanah pelapukan dan lumpur

rawa. Dengan demikian wilayah kajian merupakan akuifer dangkal terbuka

dengan produktif sedang. Berdasarkan dokumen AMDAL, Pengukuran debit dari

mata air yang airnya dimanfaatkan penduduk sebagai air bersih, didapat hasil

sebesar 0.10–0.25 liter per detik.

Aspek Biofisik

Vegetasi

Kawasan Tanah Putih berbatasan langsung dengan hutan mangrove selebar

300 m dari Selat Sebuku yang berada di sebelah barat pulau. Sebelum

penambangan, kawasan Tanah Putih merupakan hamparan rumput kering dengan

sedikit vegetasi lain yang bercampur secara spot-spot seperti rumput beluntas, api-

api, genjoran, walingi, nipah, pakis rawa, rumput teki dan bati-bati. Jenis vegetasi

tersebut terdapat dalam berbagai tingkat mulai dari groundcover sampai pohon.

Seiring dengan proses penambangan, dilakukan revegetasi untuk

mengembalikan penutupan lahan dan kesuburan tanah di kawasan Tanah Putih.

Page 35: PERENCANAAN LANSKAP PASCA TAMBANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68472/A14eyu.pdf · 3 Perkembangan jenis tanaman pada plot 2 Tanah Putih (tahun tanam ... PKP2B

20

Berdasarkan dokumen RPT BCS (2012), jenis tanaman yang dikembangkan

diantaranya Akasia, Sengon,Gmelina, Trembesi, Johar, Kemiri, Karet, Durian,

Madang Bakau, Sungkai, Halaban, Rambutan, Galam, Nangka, dan Jambu-

jambuan.

Revegetasi di area perencanaan awalnya dilakukan di dua lokasi yaitu plot 1

dengan tahun tanam 2008 dan dan plot 2 dengan tahun tanam 2009 yang lokasi

penanamannya relatif lebih kering. Keduanya berada di cell paling luas di area

perencanaan yaitu cell 20. Berikut adalah tabel perkembangan jenis tanaman pada

plot 1 dan plot 2 Tanah Putih. Parameter yang digunakan dalam pemantauan

adalah besarnya diameter dan riap diameter tanaman/triwulan.

Tabel 2 Perkembangan jenis tanaman pada plot 1 Tanah Putih (tahun tanam 2008)

Nama jenis Diameter periode

I (cm)

Diameter periode

II (cm) Riap triwulan (cm)

Akasia 4,14 4,45 0,32

Crasicarpa 7,90 8,53 0,36

Galam 8,33 9,06 0,74

Kariwaya 4,30 5,01 0,72

Mahoni 1,50 1,59 0,10

Sengon 4,68 4,80 0,13

Sumber: Dokumen Rencana Penutupan Tambang BCS, 2012

Tabel 3 Perkembangan jenis tanaman pada plot 2 Tanah Putih (tahun tanam 2009)

Nama jenis Diameter

periode I (cm)

Diameter periode

II (cm)

Riap triwulan (cm)

Akasia 5,41 10,02 4,61

Gmelina 4,45 5,41 0,95

Johar 4,14 6,05 1,91

Sengon 3,98 7,45 3,47

Sungkai 3,34 5,79 2,45

Trembesi 3,18 4,84 1,65

Sumber: Dokumen Rencana Penutupan Tambang BCS, 2012

Perkembangan tanaman di lokasi tersebut terpantau cukup baik. Densitas

tanaman cukup rapat dan biomassa mulai terbentuk. Serasah yang berasal dari

daun-daun kering akan menjadi sumber bahan organik yang dapat meningkatkan

kesuburan tanah. Adanya vegetasi juga dapat meningkatkan kualitas iklim mikro

di area tersebut sehingga relatif lebih nyaman dibandingkan sekitarnya. Stabilitas

tanah pun meningkat seiring bertambahnya usia tanaman reklamasi.

Kondisi tersebut berbeda dengan bagian lain di sebelah barat yang baru

dilakukan revegetasi melalui hydroseeding sejak tahun 2012. Cover crop atau

tanaman penutup tanah yang ditanam melalui hydroseeding bertujuan untuk

melindungi tanah dari pengikisan akibat limpasan air hujan. Selain itu, cover crop

dapat menambah biomassa yang dapat meningkatkan produktivitas tanah.

Pada tahap awal jenis tumbuhan yang dipilih hendaknya mampu beradaptasi

dengan kondisi lingkungan setempat. Untuk lahan bekas tambang, kondisi

lingkungan yang ekstrim seperti ketersediaan unsur hara yang rendah, suhu relatif

tinggi, kemasaman tanah tinggi, drainase kurang baik, kelembaban rendah,

salinitas tinggi, dan intensitas cahaya tinggi merupakan faktor-faktor lingkungan

Page 36: PERENCANAAN LANSKAP PASCA TAMBANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68472/A14eyu.pdf · 3 Perkembangan jenis tanaman pada plot 2 Tanah Putih (tahun tanam ... PKP2B

21

yang harus dipertimbangkan dalam memilih spesies yang akan digunakan untuk

kegiatan restorasi (Rahmawaty, 2002).

Setelah dilakukan revegetasi dengan tanaman pioner fast growth, area yang

direncanakan akan ditanami beragam spesies lokal Sebuku dan Kalimantan.

Menurut studi AMDAL 2006 disebutkan bahwa tanaman yang dipilih untuk

rehabilitasi antara lain Akasia (Acacia mangium), Sengon (Paraserianthes

falcataria), Sungkai (Peronema canescens) serta bila memungkinkan bisa

ditanam tanaman lokal seperti Kelapa (Cocos nucifera) dan Kasturi (Mangifera

casturi). Selain lebih mudah beradaptasi dengan kondisi lingkungan yang ada,

pemilihan spesies lokal juga dimaksudkan untuk mengundang satwa lokal yang

ada di sekitar tapak.

Tabel 4 Vegetasi yang direkomendasikan di Tanah Putih

Spesies Nama Lokal

Acacia mangium Akasia

Paraserianthes falcataria Sengon

Peronema canescens Sungkai

Cocus nucifera Kelapa

Mangifera casturi Kasturi

Havea brasiliensis Karet

Aleurites moluccana Kemiri

Paraserianthes sp Sengon buto

Nephelium lappaceum Rambutan

Mangifera indica Mangga

Glerisidia maculate Gamal

Anacardium occidentale Jambu Mete

Litsea monopelata Madang Bakau

Alstonia scholaris Pulantan

Sumber: AMDAL PT BCS (2006)

Satwa

Berdasarkan dokumen AMDAL BCS (2006), satwa liar di kawasan cagar

alam sekitar wilayah penambangan PT BCS didominasi oleh jenis aves, kemudian

disusul mamalia, reptil, dan amfibi. Kehadiran jenis aves didominasi oleh burung-

Gambar 10 Revegetasi berumur 5 tahun (a) dan 1 tahun (b) Sumber: Dokumentasi lapang (2013)

(a) (b)

Page 37: PERENCANAAN LANSKAP PASCA TAMBANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68472/A14eyu.pdf · 3 Perkembangan jenis tanaman pada plot 2 Tanah Putih (tahun tanam ... PKP2B

22

burung yang memiliki habitat terbuka dan burung air. Terdapat 35 jenis burung

pada lokasi pengamatan.

Satwa liar jenis mamalia, reptil dan amfibi hanya sesekali terlihat. Yang

sering ditemui langsung di lapangan di antaranya monyet ekor panjang, tupai,

kadal tanah, biawak, timpakul/glodok dan katak. Selain itu, terdapat satwa yang

dilindungi seperti elang bondol, cekakak kecil, bangau, menjangan, kukang, dan

bekantan. Satwa yang terdapat di sekitar lokasi tambang PT BCS dapat dilihat

pada Tabel 5.

Saat ini di tapak masih belum banyak dijumpai satwa liar. Seiring dengan

meningkatnya kualitas lingkungan di tapak, satwa yang ada di sekitar kawasan

tersebut akan datang dengan sendirinya apabila tersedia habitat dan sumber

makanan yang disukai satwa tersebut. Untuk itu, diperlukan waktu dan

perencanaan untuk mendatangkan satwa liar di tapak.

Tabel 5 Satwa yang terdapat di sekitar lokasi tambang PT BCS

No Nama Lokal Nama Ilmiah Sumber

1 Mamalia

Tikus besar lembah Sundamys muelleri Jejak, wawancara

Babi hutan Sus barbatus Jejak, wawancara

Menjangan * Cervus unicolor Jejak, wawancara

Owa-owa* Hylobates muelleri Terlihat

Monyet ekor panjang Macaca fascicularis Wawancara

Berang-berang Cynogale bennetti Wawancara

Musang Paradoxurus hermaphroditus Wawancara

Tupai Sundasciurus lowii Terlihat, wawancara

Bajing Callosciunus orates Wawancara

Kukang* Nycticebus coucang Wawancara

Bekantan* Nasalis larvatus Wawancara

2 Reptil

Kadal tanah Calotus jubatus Terlihat

Biawak Veranus salvator Terlihat

Kadal hijau Mabuia multifasciata Wawancara

Ular tadung Ophiophagus hannak Wawancara

Ular air Hemalophagus hannak Wawancara

Ular hijau Leptophis ahaetulla Wawancara

Ular sawah Bangarus fasciatus Wawancara

3 Amfibi

Katak Rana sp Wawancara

Katak hijau Rana limnocharis Terlihat, wawancara

Katak sawah Rana erythraea Terlihat, wawancara

Timpakul/Glodok Periopthalmus novemradiatus Terlihat, wawancara

Keterangan: * = dilindungi UURI (AMDAL PT BCS, 2006)

Aspek Sosial

Berdasarkan data dari PPLKB Kecamatan Pulau Sebuku, jumlah penduduk

Kecamatan Pulau Sebuku tahun 2011 mencapai 7 832 jiwa dengan kepadatan total

sekitar 30 jiwa/km2. Tabel berikut menunjukkan jumlah dan kepadatan penduduk

Kecamatan Pulau Sebuku tahun 2011.

(

b

)

Page 38: PERENCANAAN LANSKAP PASCA TAMBANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68472/A14eyu.pdf · 3 Perkembangan jenis tanaman pada plot 2 Tanah Putih (tahun tanam ... PKP2B

23

Tabel 6 Kepadatan penduduk Kecamatan Pulau Sebuku tahun 2011

Desa Luas (km

2)

Jumlah

Penduduk Kepadatan

(Jiwa/km2)

Sekapung 37 1495 40

Kanibungan 46 674 15

Mandin 29 533 18

Belambus 12 329 27

Sarakaman 34 809 24

Sungai Bali 34 1354 40

Rampa 17 1493 88

Tanjung Mangkuk 36,5 695 19

Total 245,5 7832 30

Sumber: PPLKB Kecamatan Pulau Sebuku (2012)

Aktivitas utama yang dilakukan sebagian besar masyarakat Pulau Sebuku

selain adalah kegiatan pertanian. Komoditas utama yang dihasilkan adalah

tanaman karet. Masyarakat cenderung menghabiskan waktu luangnya untuk

kegiatan yang bersifat produktif dan menghasilkan uang. Kegiatan yang bersifat

rekreatif jarang dilakukan. Hal itu karena tidak adanya tempat rekreasi di kawasan

tersebut. Jika ingin berlibur, masyarakat harus menempuh perjalanan yang cukup

jauh dan membutuhkan biaya yang cukup besar untuk sampai ke tempat rekreasi

terdekat di Kotabaru yang berada di luar Pulau Sebuku. Kegiatan rekreatif yang

sering dilakukan masyarakat adalah memancing dan piknik. Berdasarkan hasil

wawancara yang dilakukan dengan Pembakal (Kepala Desa) Belambus dan

Mandin, diketahui bahwa sebagian besar masyarakat menginginkan lahan pasca

tambang dihutankan kembali. Masyarakat setuju kawasan tersebut dijadikan

kebun koleksi. Hal ini sejalan dengan rencana yang dilakukan oleh PT BCS.

Tabel 7 Sumber penghasilan utama masyarakat Pulau Sebuku

Desa Sumber Penghasilan Komoditas Utama

Sekapung Pertambangan Perikanan Tangkap

Kanibungan Pertambangan Karet

Mandin Pertanian Karet

Belambus Pertanian Karet

Sarakaman Pertanian Karet

Sungai Bali Pertanian Karet

Rampa Pertanian Perikanan

Tanjung Mangkuk Pertanian Karet

Sumber: P4W IPB (2011)

Analisis

Lokasi dan aksesibilitas

Lokasi penelitian merupakan lahan tempat menyimpan material penutup

tanah yang sebagian besar telah kembali menjadi hutan produksi. Pemilihan lokasi

penelitian dilatarbelakangi oleh potensi pemanfaatan lahan yang belum

Page 39: PERENCANAAN LANSKAP PASCA TAMBANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68472/A14eyu.pdf · 3 Perkembangan jenis tanaman pada plot 2 Tanah Putih (tahun tanam ... PKP2B

24

direncanakan secara optimal karena tapak masih dalam tahap rehabilitasi.

Kawasan Tanah Putih berbatasan langsung dengan cagar alam hutan mangrove.

Selain itu, di dalam kawasan tersebut terdapat void atau danau bekas galian

tambang dan kegiatan penambangan yang masih aktif. Hal itu menjadi potensi

daya tarik bagi pengunjung melalui pemandangan alam, keunikan vegetasi yang

terdapat di cagar alam hutan mangrove, serta edukasi tentang proses penambangan

batubara. Permukiman terdekat dari lokasi penelitian yaitu Desa Mandin dan

Belambus yang berjarak 1.5–3 m dari tapak.

Wilayah Tanah Putih termasuk ke dalam kawasan pinjam pakai PT BCS dan

saat ini masih tertutup untuk masyarakat umum. Wilayah tersebut dapat diakses

dari pelabuhan khusus yang dibangun PT BCS Tanjung Kepala melalui jalan

perusahaan pertambangan milik PT BCS yang berjarak sekitar 15 km. Untuk saat

ini jalan tersebut hanya boleh diakses oleh perusahaan untuk keperluan

pengangkutan batubara. Aksesibilitas menuju lokasi penelitian tidak didukung

kondisi jalan yang baik. Jalan masih berupa tanah yang dipadatkan dengan

kombinasi batuan dan kerikil (Gambar 11). Jalan tersebut cukup berbahaya karena

licin saat hujan turun sehingga perlu dilakukan perbaikan jalan. Saat musim panas

jalan tersebut berdebu sehingga sering dilakukan penyiraman.

Gambar 11 Kondisi jalan perusahaan menuju ke tapak Sumber: Dokumentasi lapang (2013)

Tata guna lahan

Tata guna lahan pasca penambangan di Tanah Putih termasuk dalam status

kawasan Hutan Produksi Tetap dan Hutan Produksi Konversi. Berdasarkan

dokumen Rencana Penutupan Tambang (RPT) PT BCS (2012), lahan yang telah

selesai ditambang akan dikembalikan sebagai hutan produksi. namun tidak

menutup kemungkinan lahan tersebut dikembangkan untuk kegiatan lain.

Sejumlah kegiatan yang diizinkan untuk dilakukan di area pasca tambang sesuai

dengan ketentuan dalam perjanjian pinjam pakai antara lain: (1) budidaya perairan

dan perikanan, (2) memanen produk-produk selain kayu, (3) kegiatan pendidikan

dan wisata alam. Berdasarkan ketentuan tersebut, pengembangan lahan yang

mengarah pada pelestarian plasma nutfah, pendidikan, dan budidaya tanaman

kehutanan termasuk kegiatan yang diizinkan.

Penutupan lahan di lokasi penelitian didominasi vegetasi yang ditanam

untuk keperluan reklamasi. Selain itu, terdapat cekungan menyerupai rawa yang

dibiarkan alami serta area terbuka yang belum ditanami vegetasi. Penutupan lahan

berupa vegetasi atau area reklamasi cukup stabil dibanding area rawa dan area

terbuka. Hal itu karena usia tanaman reklamasi yang ditanam sejak tahun 2008

Page 40: PERENCANAAN LANSKAP PASCA TAMBANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68472/A14eyu.pdf · 3 Perkembangan jenis tanaman pada plot 2 Tanah Putih (tahun tanam ... PKP2B

25

sudah mengalami penutupan tajuk yang cukup rapat dan serasah sudah mulai

terbentuk. Kondisi tersebut menyebabkan iklim mikro di area tersebut lebih

nyaman dan tersedianya lingkungan tumbuh yang lebih baik bagi tanaman.

Analisis spasial terhadap penutupan lahan dibagi ke dalam 3 klasifikasi

yaitu sesuai, cukup sesuai dan kurang sesuai untuk pemanfaatan tapak. Area yang

sesuai meliputi area reklamasi yang telah ditanami vegetasi. Area yang cukup

sesuai merupakan area yang berupa lahan terbuka karena belum atau tidak

ditanami vegetasi. Area yang kurang sesuai meliputi area berupa rawa eksisting

yang dibiarkan alami. Peta analisis penutupan lahan dapat dilihat pada Gambar 13.

Jenis dan karakteristik tanah

Jenis tanah di wilayah Tanah Putih adalah tanah entisol. Tanah entisol

termasuk tanah muda yang belum mengalami diferensiasi horizon. Proses

pembentukan tanah berupa proses pelapukan bahan organik dan mineral,

pencampuran bahan organik dan mineral di permukaan tanah dan pembentukan

struktur tanah karena pengaruh bahan organik tersebut. Sifat tanah muda masih

didominasi oleh sifat bahan induknya.

Status kesuburan tanah di wilayah Tanah Putih umumnya rendah.

Revegetasi yang telah dilakukan belum mampu meningkatkan kesuburan tanah.

rendahnya biomassa yang dihasilkan, pengelolaan lahan yang belum optimal serta

lamanya waktu yang diperlukan untuk pemulihan lahan mempengaruhi tingkat

kesuburan di wilayah ini. Selain itu, bentang alam lokasi penelitian sebelum

penambangan yang didominasi rawa dan lahan yang selalu tergenang air

menyebabkan kurang tersedianya top soil.

Hasil analisis yang dibandingkan dengan segitiga tekstur tanah (Gambar 14)

menunjukkan tanah di wilayah Tanah Putih umumnya bertekstur liat dengan

kandungan fraksi liat berkisar 5863%. Tanah yang bertekstur liat tinggi mudah

menjadi lumpur saat dalam keadaan basah sedangkan saat dalam keadaan kering

menjadi keras dan berbongkah. Selain itu, tanah bertekstur liat memiliki laju

infiltrasi rendah, kemampuan menahan air tinggi, potensial aliran permukaan (run

off) tinggi pada lahan miring, serta kemampuan mengikat fosfor (P) tinggi.

Langkah yang dapat diambil untuk mengatasi masalah tersebut adalah pemupukan

dengan dosis P tinggi, penerapan teknik drainase khusus, dan penggunaan

tanaman yang toleran.

Page 41: PERENCANAAN LANSKAP PASCA TAMBANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68472/A14eyu.pdf · 3 Perkembangan jenis tanaman pada plot 2 Tanah Putih (tahun tanam ... PKP2B

26

Gam

bar

12 P

eta

pen

ggun

aan l

ahan

eksi

stin

g

Page 42: PERENCANAAN LANSKAP PASCA TAMBANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68472/A14eyu.pdf · 3 Perkembangan jenis tanaman pada plot 2 Tanah Putih (tahun tanam ... PKP2B

27

Gam

bar

13

Pet

a an

alis

is p

enggunaa

n l

ahan

Page 43: PERENCANAAN LANSKAP PASCA TAMBANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68472/A14eyu.pdf · 3 Perkembangan jenis tanaman pada plot 2 Tanah Putih (tahun tanam ... PKP2B

28

Gambar 14 Segitiga tekstur tanah (modifikasi dari image.google.com)

Wilayah Tanah Putih umumnya memiliki tanah yang bersifat asam baik di

lapisan top soil maupun sub soil. Tanah yang optimal bagi perumbuhan tanaman

memiliki pH yang berkisar 6.5–7. Berdasarkan hasil analisis yang dibandingkan

dengan, pH tanah di lokasi penelitian berkisar 4 (sangat masam) hingga 6 (agak

masam). Untuk itu, diperlukan pengapuran untuk meningkatkan pH tanah.

Berdasarkan kriteria kesuburan tanah, KTK di lokasi penelitian umumnya

rendah yaitu sekitar 12 cmol/kg. KTK yang rendah menunjukkan tingkat

pencucian tanah relatif tinggi dan kation yang dapat ditukar terdapat dalam jumlah

rendah. Ketersediaan kation basa tergolong rendah hingga sangat tinggi.

Tingginya kation basa pada tanah masam disebabkan kation-kation tersebut

terdapat dalam bentuk garam bebas. Pada tanah masam, tanaman sangat peka

terhadap gejala keracunan aluminium (Al) dan logam berat karena rendahnya

kation basa yang terikat dalam koloid tanah.

Topografi dan kemiringan lahan

Lokasi penelitian merupakan dataran rendah dengan topografi yang relatif

datar. Variasi ketinggian di lokasi penelitian berkisar antara 0–30 m dpl. Titik

tertinggi terletak di tengah lokasi penelitian dan menurun ke sebelah timur dan

barat. Topografi di bagian barat lebih berombak daripada di bagian timur. Di

bagian barat yang menghadap jalan, permukaan tanahnya relatif datar sehingga

berpotensi untuk penempatan area penerimaan dan pelayanan. Bagian tenggara

terdapat cekungan yang tergenang air yang sebaiknya dibiarkan alami sedangkan

di bagian timur didominasi area yang telah direklamasi yang sebagian telah

kembali menjadi hutan. Area tersebut berpotensi untuk pemusatan koleksi

tanaman. Selain karena umur tanaman reklamasi yang telah dewasa, topografinya

yang datar memudahkan untuk pengembangan tapak dan memungkinkan adanya

aktivitas manusia tanpa potensi bahaya terutama longsor. Kondisi topografi tapak

beserta kemiringan lerengnya setelah penambangan disajikan pada Gambar 15 dan

Gambar 16.

Page 44: PERENCANAAN LANSKAP PASCA TAMBANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68472/A14eyu.pdf · 3 Perkembangan jenis tanaman pada plot 2 Tanah Putih (tahun tanam ... PKP2B

29

Analisis terhadap topografi dan kemiringan lahan secara spasial

menghasilkan peta analisis kemiringan lahan yang dibagi menjadi 3 klasifikasi

(Gambar 17). Klasifikasi tersebut meliputi area yang sesuai, cukup sesuai dan

kurang sesuai. Area yang sesuai merupakan area yang memiliki kemiringan 0–8%

atau tergolong datar hingga landai. Tingkat kemiringan tersebut memungkinkan

pemanfaatan tapak untuk kegiatan yang lebih intensif. Area yang cukup sesuai

merupakan area yang memiliki tingkat kemiringan 8–30%. Area dengan tingkat

kemiringan tersebut masih bisa digunakan untuk aktifitas manusia namun sangat

terbatas dan perlu diperhatikan aspek keamanannya. Area yang kurang sesuai

merupakan area yang memiliki tingkat kemiringan > 30%. Area tersebut

sebaiknya dibiarkan alami dan tidak digunakan untuk aktivitas manusia.

Iklim

Berdasarkan laporan pemantauan curah hujan bulanan rata-rata tahun 1998

hingga 2012, diketahui bahwa sepanjang tahun di Tanah Putih memiliki curah

hujan >100 mm. Menurut sistem klasifikasi SchmidthFerguson yang banyak

digunakan dalam bidang kehutanan dan perkebunan di Indonesia, bulan basah

adalah bulan yang memiliki curah hujan >100 mm, bulan lembab memiliki curah

hujan antara 60100 mm sedangkan bulan kering memiliki curah hujan <60 mm.

Dengan demikian, wilayah Tanah Putih termasuk daerah sangat basah dengan

vegetasi hutan hujan tropika.

Banyaknya bulan basah merupakan potensi tersedianya sumber air bagi

pertumbuhan tanaman dan cadangan air tanah. Di sisi lain, hal ini membawa

dampak negatif yaitu terbawanya material tanah bersama aliran permukaan (run

off) terutama apabila air langsung jatuh ke permukaan tanah tanpa adanya

penghalang. Penanaman cover crops, pemberian mulsa, dan variasi strata tanaman

secara vertikal dapat membantu mengurangi material tanah yang terbawa aliran

permukaan. Langkah lain yang dapat dilakukan adalah membuat saluran drainase

dan mengarahkan aliran air tersebut ke area tangkapan air pada elevasi rendah.

Suhu udara di wilayah Tanah Putih pada siang hari berkisar antara 29330C.

Tingginya suhu di Tanah Putih menunjukkan kelimpahan sinar matahari yang

diterima di lokasi tersebut. Menurut Robinette (1983) dalam Pratiwi (2010),

kisaran suhu udara luar yang nyaman bagi manusia adalah 21270C. Dengan

demikian, suhu di Tanah Putih tergolong kurang nyaman bagi manusia. Vegetasi

dapat mengontrol pengaruh sinar matahari (Gambar 18) dengan cara: (1)

menyaring radiasi matahari, (2) permukaan tanah mengalami perbedaan suhu

setiap saat tergantung radiasi panas yang diterimanya pada permukaan yang

berbeda, (3) menahan radiasi matahari secara keseluruhan, dan (4) memantulkan

radiasi matahari.

Page 45: PERENCANAAN LANSKAP PASCA TAMBANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68472/A14eyu.pdf · 3 Perkembangan jenis tanaman pada plot 2 Tanah Putih (tahun tanam ... PKP2B

30

Gam

bar

15 P

eta

topogra

fi

Page 46: PERENCANAAN LANSKAP PASCA TAMBANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68472/A14eyu.pdf · 3 Perkembangan jenis tanaman pada plot 2 Tanah Putih (tahun tanam ... PKP2B

31

Gam

bar

16 P

eta

kla

sifi

kas

i kem

irin

gan

lah

an

Page 47: PERENCANAAN LANSKAP PASCA TAMBANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68472/A14eyu.pdf · 3 Perkembangan jenis tanaman pada plot 2 Tanah Putih (tahun tanam ... PKP2B

32

Gam

bar

17

Pet

a an

alis

is k

emir

ingan

lah

an

Page 48: PERENCANAAN LANSKAP PASCA TAMBANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68472/A14eyu.pdf · 3 Perkembangan jenis tanaman pada plot 2 Tanah Putih (tahun tanam ... PKP2B

33

Gambar 18 Cara vegetasi mengontrol radiasi matahari (Robinette, 1983)

Kelembaban udara di wilayah Tanah Putih berkisar antara 47.568%.

Menurut laurie (1984) dalam Pratiwi (2010), kelembaban udara yang ideal bagi

kenyamanan manusia untuk beraktivitas berkisar 4075%. Dengan demikian,

kelembaban udara di wilayah Tanah Putih tergolong nyaman bagi manusia. Hal

itu karena sebagian besar wilayah Tanah Putih sudah direvegetasi dengan tanaman

reklamasi.

Hidrologi

Air merupakan sumber daya yang penting dalam suatu perencanaan terkait

kebutuhan manusia/pengunjung dan kebutuhan tanaman serta biota lainnya.

Sumber air yang terdapat di tapak berasal dari air hujan yang langsung turun ke

tapak, air limpasan dan air tanah. Badan air yang terdapat di tapak berupa rawa

dan cekungan yang tergenang air. Air hujan yang langsung jatuh ke tapak dan air

limpasan mengalir menuju ke void atau danau dan rawa-rawa yang terletak

sebelah barat. Selanjutnya air mengalir melalui outlet yang berupa kolam

pengendapan sebelum mengalir ke sungai.

Kelimpahan sumber air di tapak yang berasal dari air hujan menjadi potensi

yang baik bagi pemenuhan kebutuhan air terutama bagi tanaman. Namun hal itu

belum optimal karena tidak didukung dengan kualitas air yang baik. Air di

kawasan Tanah Putih umumnya berwarna kecoklatan dan memiliki pH yang

tinggi akibat aktivitas penambangan. Hal itu dapat membahayakan lingkungan

apabila air tersebut mengalir ke sungai karena dapat mencemari sungai di sekitar

tapak. Upaya yang dilakukan PT BCS untuk menjaga keluaran air dari kawasan

penambangan agar tidak membahayakan lingkungan adalah dengan melakukan

filter di kolam pengendapan (settling pond). Air yang masuk ke kolam

pengendapan diberi kapur untuk meningkatkan pH. Selain itu, adanya tanaman air

seperti tifa (Typha angustifolia), apu-apu (Pistia stratiotes), dan eceng gondok

(Eicchornia crassipes) dapat bermanfaat untuk menyerap logam sisa aktivitas

penambangan, namun perlu dikendalikan pertumbuhannya karena bisa menjadi

gulma apabila tidak ditangani dengan baik.

Page 49: PERENCANAAN LANSKAP PASCA TAMBANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68472/A14eyu.pdf · 3 Perkembangan jenis tanaman pada plot 2 Tanah Putih (tahun tanam ... PKP2B

34

Vegetasi

Kegiatan reklamasi di kawasan Tanah Putih masih terus dilakukan. Spesies

yang ditanam sesuai dengan hasil studi ANDAL BCS tahun 1996 dan konsultasi

dengan Kementerian Kehutanan sebagai pemegang hak atas Hutan Produksi Tetap.

Tanaman yang direkomendasikan di antaranya Akasia (Acacia mangium, Sengon

(Paraserianthes falcataria), Sungkai (peronema canescens), serta bila

memungkinkan dapat ditanam tanaman lokal seperti Kelapa (Cocos nucifera), dan

Kasturi (Mangifera casturi). Selain itu, tanaman lain yang digunakan dalam

kegiatan rehabilitasi di antaranya Karet (Hevea brasiliensis), Kemiri (Aleurites

moluccana), Rambutan (Nephelium lappaceum), Mangga (Mangifera indica),

Gamal (Glerisidia maculate), Jambu Mete (Anarcardium occidentale), serta

tanaman lokal Sebuku yaitu Madang Bakau (Litsea monopelata) dan Pulantan

(Alstonia scholaris).

Menurut dokumen RPT BCS (2012), standar rehabilitasi yang ditetapkan

dalam pekerjaan reklamasi dan rehabilitasi meliputi penutupan daun (canophy

cover), penutupan tanah (ground cover), densitas atau kepadatan tanaman (plant

density) dan keanekaragaman tanaman (plant diversity). Kondisi tersebut

merupakan dasar bagi pemanfaatan lahan bekas tambang secara berkelanjutan

untuk masa mendatang.

Analisis vegetasi dilakukan dengan pengelompokan berdasarkan umur

tanaman. Umur tanaman yang lebih tua akan menunjukkan stabilitas tanah yang

lebih baik sehingga pemanfaatan lahan dengan kegiatan yang lebih intensif dapat

dilakukan. Gambar 19 menunjukkan kondisi penutupan vegetasi di tapak

berdasarkan umurnya. Peta analisis vegetasi secara spasial dibagi menjadi 3

klasifikasi yaitu sesuai, cukup sesuai dan kurang sesuai untuk pengembangan

tapak. Area yang sesuai merupakan area reklamasi yang telah ditanami sejak

tahun 2008 atau tanaman yang telah berumur 5 tahun. Area yang cukup sesuai

adalah area reklamasi yang ditanami sejak tahun 2012 atau telah berumur 1–2

tahun. Area yang kurang sesuai merupakan area reklamasi yang tidak atau belum

ditanami. Peta analisis umur penutupan vegetasi dapat dilihat pada Gambar 20.

Satwa

Satwa merupakan salah satu aspek biofisik yang membentuk karakter suatu

tapak. Keragaman jenis satwa juga mengindikasikan stabilitas ekosistem di suatu

tapak. Kawasan Tanah Putih merupakan kawasan yang berbatasan langsung

dengan cagar alam hutan mangrove. Berdasarkan dokumen RPT BCS (2012), di

kawasan cagar alam tersebut terdapat satwa yang dilindungi yaitu bekantan

(Nasalis larvatus), trenggiling (Manis javanica), kukang (Nyctecibus caucang),

menjangan (Cervus unicolor) biawak (Varanus salvator) dan beberapa jenis aves

seperti elang bondol (Harliantus indus), cekakak kecil (Todirhampus saucatus)

dan bangau (Egreta sp).

Satwa lain yang sering ditemui di sekitar kawasan Tanah Putih mulai dari

golongan mamalia, reptil dan amfibi di antaranya monyet ekor panjang (Macaca

fascicularis), tupai (Sundasciurus lowii), dan tikus lembah besar (Sundamys

muelleri), kadal tanah (Calobus jubatus), biawak (Varanus salvator), ular daun

(Bungarus fasiatus), bunglon (Mabouya multifasciata), beberapa jenis katak

(Rana sp). Satwa tersebut memiliki toleransi yang tinggi terhadap gangguan

Page 50: PERENCANAAN LANSKAP PASCA TAMBANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68472/A14eyu.pdf · 3 Perkembangan jenis tanaman pada plot 2 Tanah Putih (tahun tanam ... PKP2B

35

manusia. Secara umum, golongan aves terutama jenis burung air merupakan

golongan yang keberadaannya mendominasi di sekitar kawasan Tanah Putih.

Keberadaan satwa liar masih jarang ditemukan di kawasan Tanah Putih.

Untuk menarik satwa liar kembali ke tapak dapat dilakukan dengan menyediakan

habitat dan sumber pakan melalui penanaman jenis-jenis tanaman yang disukai

satwa tersebut. Tindakan lain yang sudah dilakukan untuk melindungi keberadaan

satwa liar di kawasan tersebut adalah adanya larangan berburu atau menangkap

satwa liar di wilayah perusahaan.

Sosial

Berdasarkan data Kecamatan Pulau Sebuku Dalam Angka (KcDA), jumlah

penduduk Pulau Sebuku pada tahun 2011 mencapai 7 382 jiwa dengan tingkat

kepadatan penduduk 30 jiwa/km2. Sebanyak 52% adalah laki-laki sedangkan 48%

adalah perempuan. Jumlah penduduk laki-laki yang lebih banyak juga ditunjukkan

oleh sex ratio yang lebih dari 100, yaitu 107.9. Jumlah rumah tangga di Pulau

Sebuku mencapai 1 966 dengan rata-rata anggota rumah tangga 4 orang. Laju

pertumbuhan penduduk di Pulau Sebuku tergolong tinggi. Hal itu mungkin

merupakan akibat dari pertumbuhan ekonomi akibat adanya aktivitas

pertambangan.

Desa terdekat dari Kawasan Tanah Putih adalah Desa Mandin dan Belambus.

Dua desa tersebut memiliki kepadatan penduduk yang rendah yaitu 18 dan 27

penduduk per km2. Sumber penghasilan utama sebagian besar penduduk Desa

Mandin dan Belambus adalah pertanian dengan komoditas utama berupa karet.

Namun ada juga sebagian penduduk yang bekerja sebagai karyawan perusahaan

pertambangan di Pulau Sebuku.

Kegiatan pertambangan di Pulau Sebuku membawa dampak positif bagi

perekonomian masyarakatnya. Kegiatan pertambangan mendorong pertumbuhan

ekonomi dengan terciptanya lapangan kerja yang baru bagi masyarakat. Namun di

sisi lain, dampak negatif terhadap lingkungan juga mempengaruhi mata

pencaharian penduduk yang bergerak di bidang perikanan. Bidang perkebunan

tidak terlalu terpengaruh karena penurunan harga karet tidak dipengaruhi oleh

aktivitas pertambangan.

Rehabilitasi dan reklamasi lahan pasca tambang batubara yang dilakukan

oleh PT BCS didukung oleh masyarakat setempat. Selain untuk mengembalikan

stabilitas lingkungan, penanaman vegetasi yang menjadi komoditas utama

kegiatan pertanian masyarakat setempat akan menyediakan sumber lahan baru

yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat. Hal ini tentunya harus sesuai dengan

ketentuan yang berlaku.

Page 51: PERENCANAAN LANSKAP PASCA TAMBANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68472/A14eyu.pdf · 3 Perkembangan jenis tanaman pada plot 2 Tanah Putih (tahun tanam ... PKP2B

36

Gam

bar

19 P

eta

pen

utu

pan

veg

etas

i dan

pro

gre

s h

ydro

seed

ing

Page 52: PERENCANAAN LANSKAP PASCA TAMBANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68472/A14eyu.pdf · 3 Perkembangan jenis tanaman pada plot 2 Tanah Putih (tahun tanam ... PKP2B

37

Gam

bar

20 P

eta

anal

isis

pen

utu

pan

veg

etas

i

Page 53: PERENCANAAN LANSKAP PASCA TAMBANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68472/A14eyu.pdf · 3 Perkembangan jenis tanaman pada plot 2 Tanah Putih (tahun tanam ... PKP2B

38

Sintesis

Hasil dari analisis spasial adalah peta komposit yang merupakan hasil

overlay dari peta analisis kemiringan lahan, tata guna lahan dan penutupan

vegetasi. Peta komposit tersebut menunjukkan area yang sesuai, cukup sesuai dan

kurang sesuai untuk pengembangan tapak seperti yang terlihat pada Gambar 21.

Analisis secara deskriptif dilakukan pada semua aspek untuk mengetahui potensi

dan kendala beserta solusinya. Hasil analisis deskriptif disajikan pada Tabel 8.

Tabel 8 Hasil analisis dan sintesis

Aspek Analisis Sintesis

Potensi Kendala Pemanfaatan Pemecahan

Aspek fisik

Lokasi dan

aksesibilitas Mudah

dijangkau, tidak

terlalu jauh dari

permukiman,

dekat dengan

cagar alam

dengan

keragaman

hayati yang

tinggi

Struktur jalan

belum stabil,

berdebu saat

musim kering

dan licin saat

musim hujan,

dekat dengan

penambangan

aktif, akses di

dalam tapak

kurang

menjangkau

seluruh area

Lokasi cocok

sebagai kebun

koleksi dan

untuk

pelestarian

keragaman

hayati terutama

spesies lokal

Perbaikan

struktur jalan,

penambahan

akses di dalam

tapak

Tata guna

lahan Sebagian besar

area sudah

direklamasi,

terdapat rawa

yang dibiarkan

alami, status

kawasan adalah

hutan produksi

Sebagian area

masih berupa

lahan terbuka

yang baru

direvegetasi

Rawa tetap

dibiarkan alami

dan

dimanfaatkan

sebagai daerah

tangkapan air

hujan

Peningkatan

upaya

revegetasi dan

pemeliharaan

tanaman

reklamasi

Jenis dan

karakteristik

tanah

Kondisi tanah

semakin

membaik

seiring

bertambahnya

usia tanaman

reklamasi

Jenis tanah

entisol kurang

subur, topsoil

kurang tersedia

Peningkatan

kualitas tanah

dengan

pemupukan

dan

penanaman

legum

Page 54: PERENCANAAN LANSKAP PASCA TAMBANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68472/A14eyu.pdf · 3 Perkembangan jenis tanaman pada plot 2 Tanah Putih (tahun tanam ... PKP2B

39

Tabel 8 Hasil analisis dan sintesis (lanjutan)

Topografi

dan

kemiringan

lahan

Tapak

didominasi

topografi datar

dan relatif

mudah

dikembangkan

Terdapat area

yang curam

sebagian area

Pemanfaatan

area yang datar

untuk

penempatan

fasilitas dan

pengembangan

tapak

Pengurangan

aktivitas di

area curam

dan

dimanfaatkan

sebagai area

konservasi

Hidrologi Sumber air dari

air hujan cukup

melimpah

Kualitas air

masih belum

optimal karena

bersifat asam

dan

mengandung

logam berat

Pemanfaatan air

hujan sebagai

sumber air

dengan

optimalisasi

infiltrasi

Perlu

penelitian

lebih lanjut

tentang

kualitas air

yang ada di

tapak

Iklim Curah hujan

yang tinggi saat

musim hujan

menyediakan

sumber air yang

cukup bagi

pertumbuhan

tanaman, suhu

cukup nyaman

pada pagi dan

sore hari,

ketersediaan

sinar matahari

yang cukup

sepanjang tahun

Iklim mikro di

area terbuka

tidak nyaman

untuk

beraktivitas,

curah hujan

yang tinggi

juga

menyebabkan

erosi di area

terbuka

Pemanfaatan

ketersediaan

sinar matahari

dan sumber air

untuk

pertumbuhan

tanaman, waktu

optimal untuk

beraktivitas di

luar ruangan

pada pagi dan

sore hari

Perbaikan

iklim mikro

dengan

penanaman

vegetasi

penaung

Aspek biofisik

Vegetasi Tajuk tanaman

di sebagian area

sudah cukup

rapat, sudah

dilakukan

penyisipan

beberapa jenis

spesies lokal

Ragam

vegetasi masih

sedikit,

dominan jenis

pioner eksotik

Tajuk tanaman

yang sudah

cukup rapat

menciptakan

suasana yang

nyaman dan asri

serta

membentuk

lingkungan

tumbuh yang

baik bagi

tanaman

Penambahan

jenis vegetasi

terutama

spesies lokal

Page 55: PERENCANAAN LANSKAP PASCA TAMBANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68472/A14eyu.pdf · 3 Perkembangan jenis tanaman pada plot 2 Tanah Putih (tahun tanam ... PKP2B

40

Tabel 8 Hasil analisis dan sintesis (lanjutan)

Aspek Analisis Sintesis

Potensi Kendala Pemanfaatan Pemecahan

Aspek sosial

Demografi Kepadatan

penduduk yang

rendah

menyebabkan

perubahan

kondisi

lingkungan

relatif kecil

Penyebaran

penduduk

kurang merata

Perlu usaha

pemerataan

penduduk oleh

pemerintah

Perilaku dan

preferensi

masyarakat

Masyarakat

lebih memilih

memanfaatkan

waktu luang

untuk kegiatan

yang produktif

seperti

berkebun

daripada

rekreatif

Kurangnya

pengetahuan

masyarakat

tentang

kearifan lokal

yang

mendukung

kegiatan

konservasi dan

pelestarian

keragaman

hayati

Menyediakan

area budidaya

tanaman

produksi yang

dapat

dimanfaatkan

masyarakat

setempat

Memberikan

pengetahuan

kepada

masyarakat

tentang

konservasi dan

penyuluhan

terutama pada

pengelola

kawasan

Preferensi

perusahaan Perusahaan

setuju dengan

kegiatan yang

berhubungan

dengan

konservasi dan

pelestarian

plasma nutfah

Pengembangan

kebun koleksi di

area reklamasi

pit tanah putih

perlu melibatkan

berbagai pihak

terkait agar

dapat

bermanfaat bagi

semua pihak

Page 56: PERENCANAAN LANSKAP PASCA TAMBANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68472/A14eyu.pdf · 3 Perkembangan jenis tanaman pada plot 2 Tanah Putih (tahun tanam ... PKP2B

41

Berdasarkan tingkat kesesuaian tersebut, tapak dibagi menjadi dua zona

secara umum yaitu zona preservasi dan zona pemanfaatan. Zona preservasi

berfungsi untuk menjaga stabilitas ekologis tapak yang rusak akibat kegiatan

penambangan. Obyek yang dikonservasi adalah tanah, air dan keragaman hayati.

Konservasi terhadap tanah dilakukan di area yang curam dan berpotensi longsor.

Konservasi air dilakukan di area resapan serta tangkapan air yaitu rawa eksisting

dan cekungan yang tergenang air. Konservasi keragaman hayati dilakukan untuk

melestarikan flora dan fauna terutama spesies lokal. Zona preservasi dikelilingi

oleh area penyangga untuk melindunginya dari gangguan yang berasal dari luar

kawasan.

Zona pemanfaatan dikembangkan di area yang sesuai dan cukup sesuai

untuk pengembangan tapak. Area yang sesuai dapat dikembangkan tanpa banyak

perlakuan khusus karena tidak banyak faktor penghambat, namun pengembangan

tetap harus memperhatikan potensi dan karakteristik tapak. Area yang cukup

sesuai dapat dikembangkan namun membutuhkan perlakuan khusus baik dari

aspek fisik maupun biofisik dan ditunjang dengan aspek keamanan yang memadai.

Zona pemanfaatan diarahkan untuk menunjang intensitas aktivitas manusia yang

cukup tinggi.

Page 57: PERENCANAAN LANSKAP PASCA TAMBANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68472/A14eyu.pdf · 3 Perkembangan jenis tanaman pada plot 2 Tanah Putih (tahun tanam ... PKP2B

42

Gam

bar

21 P

eta

kom

posi

t

Page 58: PERENCANAAN LANSKAP PASCA TAMBANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68472/A14eyu.pdf · 3 Perkembangan jenis tanaman pada plot 2 Tanah Putih (tahun tanam ... PKP2B

43

Gam

bar

22

Ren

cana

Blo

k (

Blo

ck P

lan)

Page 59: PERENCANAAN LANSKAP PASCA TAMBANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68472/A14eyu.pdf · 3 Perkembangan jenis tanaman pada plot 2 Tanah Putih (tahun tanam ... PKP2B

44

Konsep Dasar

Konsep dasar yang diterapkan di area perencanaan Pit Tanah Putih adalah

menjadikan kawasan tersebut sebagai arboretum.

Perencanaan arboretum di area reklamasi Pit Tanah Putih diarahkan untuk

pelestarian plasma nutfah, konservasi tanah, konservasi air serta sebagai sarana

pendidikan dan penelitian. Pelestarian plasma nutfah dilakukan dengan membuat

kebun koleksi tanaman lokal Kalimantan dan menciptakan habitat untuk

mengundang satwa liar ke dalam tapak. Selain itu, fungsi lainnya mengarah pada

fungsi rekreatif dan fungsi ekonomi melalui budidaya tanaman yang dapat

dimanfaatkan masyarakat setempat. Konsep tersebut diharapkan mampu menjadi

solusi untuk pemanfaatan selanjutnya di area reklamasi Pit Tanah Putih yang

berkelanjutan.

Pengembangan Konsep

Konsep Ruang

Konsep ruang dalam perencanaan blok pasca tambang di Pit Tanah Putih

bertujuan untuk menata dan mengalokasikan ruang yang akan dikembangkan pada

tapak. Pembagian ruang didasarkan pada kesesuaian aspek fisik dan biofisik

mengikuti fungsi yang direncanakan. Fungsi tersebut meliputi koleksi plasma

nutfah, konservasi, pendidikan dan penelitian.

Secara umum, tapak dibagi menjadi dua zona berdasarkan fungsi dan

kesesuaian lahannya, yaitu zona pemanfaatan dan preservasi. Zona pemanfaatan

mengarah pada aktivitas pengunjung yang cukup intensif. Ruang yang

dikembangkan pada zona ini meliputi ruang penerimaan, pelayanan dan budidaya

tanaman kehutanan. Zona preservasi adalah area yang berfungsi untuk pelestarian

plasma nutfah, melindungi area-area rawan erosi pada kemiringan yang curam

dan daerah tangkapan air hujan.

Ruang penerimaan dan pelayanan berfungsi untuk menyambut dan

mengakomodasi kebutuhan pengunjung. Ruang ini difasilitasi gerbang, tempat

parkir, shelter, gedung pengelola dan papan informasi. Ruang budidaya

direncanakan sebagai area yang dapat dimanfaatkan untuk membudidayakan

tanaman kehutanan terutama tanaman produksi. Pengunjung dapat mempelajari

proses budidaya tanaman kehutanan mulai dari pembibitan, pemeliharaan bahkan

sampai proses panen.

Ruang konservasi berfungsi untuk melindungi area yang memiliki

kemiringan curam agar terhindar dari erosi serta mengonservasi daerah tangkapan

air untuk mengoptimalkan proses infiltrasi. Ruang koleksi berfungsi sebagai area

koleksi tanaman lokal. Ruang penyangga berfungsi sebagai pembatas antar ruang

dalam tapak. Diagram konsep ruang dapat dilihat pada Gambar 23.

Page 60: PERENCANAAN LANSKAP PASCA TAMBANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68472/A14eyu.pdf · 3 Perkembangan jenis tanaman pada plot 2 Tanah Putih (tahun tanam ... PKP2B

45

Konsep Sirkulasi

Konsep sirkulasi berfungsi untuk menghubungkan setiap ruang dalam tapak.

Sirkulasi yang direncanakan mengikuti pola yang sudah ada di tapak ditambah

sirkulasi untuk menjangkau seluruh tapak. Sirkulasi dibagi menjadi dua yaitu

sirkulasi primer yang dibuat untuk kendaraan dan sirkulasi sekunder yang

menjangkau seluruh area untuk pejalan kaki. Sirkulasi sekunder dibuat agak

sempit agar hanya bisa dilalui oleh pejalan kaki. Diagram konsep sirkulasi dapat

dilihat pada gambar 24.

Gambar 24 Diagram konsep sirkulasi

Gambar 23 Diagram konsep pembagian ruang

Page 61: PERENCANAAN LANSKAP PASCA TAMBANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68472/A14eyu.pdf · 3 Perkembangan jenis tanaman pada plot 2 Tanah Putih (tahun tanam ... PKP2B

46

Konsep Vegetasi

Konsep vegetasi yang dikembangkan pada tapak dibagi berdasarkan fungsi.

Fungsi tersebut adalah sebagai berikut.

1. Fungsi konservasi

Vegetasi konservasi diletakkan di area yang memiliki kemiringan curam dan

sekitar daerah tangkapan air untuk mengonservasi tanah, air serta mengundang

satwa untuk datang ke tapak.

2. Fungsi produksi

Vegetasi produksi didominasi oleh tanaman kehutanan yang memiliki nilai

ekonomis. Jenis tanaman yang diutamakan adalah tanaman yang merupakan

komoditas utama yang dibudidayakan oleh masyarakat setempat.

3. Fungsi koleksi

Vegetasi koleksi merupakan vegetasi utama yang terdiri dari berbagai macam

spesies tanaman lokal terutama dari Kalimantan. Penyisipan tanaman lokal mulai

dilakukan pada area reklamasi yang telah berusia lebih dari 3 tahun. Hal itu

karena di area tersebut sudah terbentuk lingkungan tumbuh yang baik bagi

tanaman selanjutnya.

4. Fungsi penyangga

Vegetasi penyangga merupakan tanaman yang memiliki fungsi utama sebagai

pembatas antar zona konservasi dan zona pemanfaatan. Selain itu, terdapat fungsi

lain yaitu sebagai pelindung area konservasi dari gangguan dari luar tapak.

Pemilihan jenis vegetasi mengikuti rekomendasi dari AMDAL BCS (2006).

Sebagian besar vegetasi yang ditanam di tapak adalah spesies jenis lokal. Pola

penataan vegetasi menyesuaikan kondisi fisik dan biofisik tapak serta karakter

tapak yang merupakan lahan bekas tambang.

Konsep Aktivitas dan Fasilitas

Aktivitas yang diizinkan di tapak adalah kegiatan yang yang bersifat

terbatas. Hal itu disebabkan kawasan tersebut masih dalam status pinjam pakai

perusahaan untuk kegiatan pertambangan. Setelah masa pinjam pakai berakhir,

kawasan tersebut akan dikembalikan sesuai peruntukkan semula yaitu sebagai

hutan produksi dan kawasan budidaya tanaman tahunan perkebunan. Namun tidak

menutup kemungkinan adanya aktivitas wisata alam dan rekreasi terbatas setelah

proses reklamasi selesai dan dikembalikan pada pemerintah. Kegiatan yang

direncanakan di tapak meliputi aktivitas yang berkaitan dengan penelitian,

pendidikan dan konservasi.

Fasilitas yang ada di tapak disesuaikan dengan aktivitas yang direncanakan pada

tiap ruang. Fasilitas yang disediakan terbuat dari material alami lokal yang relatif

lebih mudah diperoleh dan dapat menyesuaikan dengan kondisi tapak. Fasilitas

tersebut dirancang untuk perawatan yang tidak intensif dan low cost.

Perencanaan

Rencana Ruang

Secara umum, area perencanaan di kawasan Tanah Putih dibagi menjadi 2

yaitu zona pemanfaatan dan preservasi. Zona pemanfaatan diarahkan untuk

mendukung aktivitas manusia dengan intensitas yang cukup tinggi sedangkan

Page 62: PERENCANAAN LANSKAP PASCA TAMBANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68472/A14eyu.pdf · 3 Perkembangan jenis tanaman pada plot 2 Tanah Putih (tahun tanam ... PKP2B

47

zona preservasi dibiarkan alami untuk fungsi pelestarian keragaman hayati,

konservasi tanah dan air. Zona pemanfaatan terdiri dari ruang penerimaan dan

pelayanan, ruang budidaya dan ruang koleksi pohon. Zona preservasi terdiri dari

ruang pendidikan konservasi, ruang konservasi dan penyangga. Rencana

pembagian ruang disajikan pada tabel 10.

Tabel 9 Rencana pembagian ruang

Zona Ruang Luas

(Ha) (%)

Pemanfaatan Ruang penerimaan dan pelayanan 1.1 0.5

Ruang budidaya 24.8 11

Ruang koleksi pohon 89.2 40

Preservasi Ruang pendidikan konservasi 1.8 0.8

Ruang konservasi 66.3 29.7

Ruang penyangga 39.8 18

Setiap ruang di dalam tapak memiliki hubungan yang berbeda antara ruang

satu dengan ruang lainnya. Hubungan antarruang di tapak digolongkan menjadi 3

tingkatan yaitu hubungan erat, cukup erat dan tidak erat (Gambar 27). Tingkat

hubungan yang erat menunjukkan hubungan antara ruang yang berdekatan dan

saling menunjang. Tingkat hubungan yang cukup erat menunjukkan hubungan

antara ruang yang tidak berdekatan namun saling menunjang. Hubungan yang

tidak erat menunjukkan hubungan antara ruang yang tidak berdekatan dan tidak

saling menunjang.

Gambar 25 Hubungan antarruang dalam tapak

Ruang penerimaan dan pelayanan dialokasikan seluas 1.1 ha atau 0.5% dari

luas keseluruhan. Ruang penerimaan berfungsi sebagai area penyambutan dan

penunjuk identitas kawasan yang diwujudkan dalam bentuk pintu gerbang dan

signage identitas kawasan. Ruang pelayanan berfungsi untuk mengakomodasi

kebutuhan pengunjung dan sumber informasi tentang kawasan secara umum.

Fasilitas yang direncanakan untuk menunjang fungsi tersebut adalah gedung

pengelola, tempat parkir, pos satpam, mushola, guest house, dan kantin.

Page 63: PERENCANAAN LANSKAP PASCA TAMBANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68472/A14eyu.pdf · 3 Perkembangan jenis tanaman pada plot 2 Tanah Putih (tahun tanam ... PKP2B

48

Ruang budidaya direncanakan seluas 24.8 ha (11%) dengan fungsi sebagai

area untuk budidaya tanaman produksi yang dapat dimanfaatkan masyarakat.

Untuk itu, vegetasi yang dikembangkan di ruang budidaya adalah tanaman yang

bernilai ekonomis. Selain itu, pengunjung dapat belajar tentang budidaya tanaman

kehutanan dari proses tanam sampai panen di area ini.

Ruang konservasi seluas 66.3 ha berfungsi untuk melindungi daerah rawan

erosi seperti daerah di kemiringan curam dan untuk konservasi air tanah terutama

di daerah tangkapan air hujan. Selain itu, ruang ini juga diarahkan untuk

mengundang satwa di sekitar tapak dengan menyediakan sumber pakan serta

habitat yang sesuai. Selain itu terdapat ruang pendidikan konservasi yang

mengakomodasi kegiatan yang berkaitan dengan penelitian dan pendidikan

konservasi. Selain itu, terdapat ruang pendidikan konservasi seluas 1.8 ha untuk

kegiatan yang berhubungan dengan pendidikan konservasi.

Ruang paling luas adalah ruang koleksi pohon yaitu 89.2 ha yang berfungsi

sebagai area koleksi tanaman kehutanan terutama dari jenis lokal. Ruang ini

merupakan ruang utama. Di ruang koleksi pengunjung dapat mempelajari jenis

vegetasi lokal dari Kalimantan. Ruang ini dibagi menjadi 7 blok penanaman yang

masing-masing terdiri atas 2 famili tanaman.

Ruang penyangga direncanakan seluas 39.8 ha atau 18% dari area keseluruhan.

Fungsinya sebagai pelindung zona konservasi dari gangguan yang berasal dari

luar kawasan. Selain itu, ruang penyangga juga berfungsi sebagai pembatas antar

zona konservasi dan zona pemanfaatan. Rencana ruang dapat dilihat pada Gambar

26.

Rencana Sirkulasi

Sirkulasi yang direncanakan di tapak dibagi menjadi dua, yaitu sirkulasi

primer dan sekunder. Sirkulasi primer adalah jalur yang menghubungkan antar

ruang dengan pola linear dan dapat dilalui oleh kendaraan roda empat. Jalur

primer dimulai dari area penerimaan dan dibuat selebar 6 m dan panjang 6.7 km.

Jalur primer juga berfungsi sebagai akses untuk pemantauan upaya reklamasi.

Jalur ini berupa tanah yang dipadatkan untuk mempertahankan kesan alami dan

diperuntukkan bagi kendaraan ringan beroda empat.

Sirkulasi sekunder merupakan jalur untuk menjangkau seluruh ruang yang

ada di tapak. Jalur ini dibuat selebar 3 meter dengan pola sirkulasi loop. Jalur ini

direncanakan sepanjang 5.3 km. Sama seperti jalur primer, material yang

digunakan berupa tanah yang dipadatkan dengan batuan dan kerikil untuk

menjaga kesan alami. Rencana sirkulasi di tapak disajikan pada Gambar 27.

Page 64: PERENCANAAN LANSKAP PASCA TAMBANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68472/A14eyu.pdf · 3 Perkembangan jenis tanaman pada plot 2 Tanah Putih (tahun tanam ... PKP2B

49

Gam

bar

26 R

enca

na

ruan

g

Page 65: PERENCANAAN LANSKAP PASCA TAMBANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68472/A14eyu.pdf · 3 Perkembangan jenis tanaman pada plot 2 Tanah Putih (tahun tanam ... PKP2B

50

Gam

bar

27 R

enca

na

sirk

ula

si

Page 66: PERENCANAAN LANSKAP PASCA TAMBANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68472/A14eyu.pdf · 3 Perkembangan jenis tanaman pada plot 2 Tanah Putih (tahun tanam ... PKP2B

51

Rencana Aktivitas dan Fasilitas

Aktivitas yang direncanakan di tapak mengarah pada kegiatan penelitian,

pendidikan, konservasi dan budidaya tanaman kehutanan. Fasilitas pendukung

dikembangkan sesuai dengan aktivitas yang diizinkan pada setiap ruang. Material

yang digunakan adalah material lokal yang relatif mudah diperoleh dan dapat

menyesuaikan kondisi tapak. Berikut adalah rincian aktivitas dan fasilitas yang

dikembangkan di tapak.

Tabel 10 Rencana aktivitas dan fasilitas

Ruang Aktivitas Fasilitas

Penerimaan

dan pelayanan

Keluar masuk area, mencari

informasi, memarkir kendaraan,

beristirahat, beribadah, makan,

berkumpul

Gerbang, parkir kendaraan,

gedung pengelola, pos satpam,

mushola, kantin, guest house

Budidaya Pembibitan dan pemeliharaan,

mempelajari proses budidaya

tanaman kehutanan, jalan-jalan

Kebun pembibitan, gudang

peralatan, jalur sirkulasi

Pendidikan

konservasi

Menikmati pemandangan,

interpretasi alam, fotografi,

berkemah, membersihkan diri

Menara pandang, camping

ground, shelter, jalur sirkulasi,

toilet, papan interpretasi

Konservasi Interpretasi alam, jalan-jalan,

fotografi, duduk-duduk

Jalur sirkulasi, papan

interpretasi, shelter

Koleksi pohon Jalan-jalan, mempelajari jenis

tanaman lokal, fotografi,

penelitian

Jalur sirkulasi, papan

interpretasi, label identitas

tanaman

Penyangga Jalan-jalan, istirahat Jalur sirkulasi, shelter

Rencana Vegetasi

Sebelum rencana vegetasi dikembangkan di area reklamasi Pit Tanah Putih,

revegetasi dilakukan dengan tanaman pioner atau fast growing species. Selain

terbukti adaptif di lahan kritis seperti lahan pasca tambang, penanaman fast

growing species bertujuan untuk membentuk lingkungan tumbuh yang sesuai bagi

vegetasi yang akan ditanam selanjutnya. Jenis tanaman pioner yang digunakan

adalah sengon (Paracerianthes falcataria) dan akasia (Acacia mangium).

Rencana vegetasi yang dikembangkan di tapak dikelompokkan menjadi 4

fungsi yang meliputi fungsi konservasi, koleksi, produksi dan penyangga.

Peletakan kelompok tanaman tersebut disesuaikan dengan fungsi masing-masing

ruang (Gambar 28). Pengelompokan tanaman beserta fungsi dan nama

tanamannya dapat dilihat pada Tabel 11.

Page 67: PERENCANAAN LANSKAP PASCA TAMBANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68472/A14eyu.pdf · 3 Perkembangan jenis tanaman pada plot 2 Tanah Putih (tahun tanam ... PKP2B

52

Tabel 11 Rencana pengelompokan tanaman

Kelompok

tanaman

Fungsi Nama Lokal Spesies

Koleksi Sebagai tanaman

utama, pelestarian

plasma nutfah

terutama spesies

lokal

Ulin

Meranti-merantian

Keruing

Sindur

Sungkai

Pelawan

Kasturi

Halaban

Medang bakau

Terap

Putat

Pulantan

Eusyderoxylon zwageri

Shorea sp

Dipterocarpus sp

Sindora sp

Peronema canescens

Tristaniopsis merguensis

Mangifera casturi

Viteks pubescens

Litsea monopetala

Artocarpus dasyphylla

Barringtonia sp

Alstonia scholaris

Produksi Tanaman budidaya

untuk masyarakat

terutama yang

bernilai ekonomi

Karet

Cengkeh

Durian

Kemiri

Kopi

Lada

Mangga

Hevea brasiliensis

Syzygium aromaticum

Durio zibethinus

Aleurites moluccana

Coffea arabica

Piper nigrum

Mangifera indica

Konservasi Tanaman yang

memiliki

perakaran kuat dan

mampu mengikat

air tanah,

memperbaiki

kondisi tanah dan

mengundang

satwa

Bakau

Bambu-bambuan

Beringin

Jangkar

Nipah

Lamtoro

Rambutan

Nangka

Mahang

Kapuk randu

Kayu putih

Rhizophora stylosa

Bambusa sp

Ficus Kerchovenii

Bruguiera sexangula

Nypa fructicans

Lucaena leuchocephala

Nephelium lappaceum

Artocarpus heterophylus

Macaranga gigantean

Ceiba pentandra

Melaleuca leucadendra

Penyangga Sebagai tanaman

peneduh,

pengundang satwa,

dan pelindung dari

gangguan dari luar

tapak

Jambu-jambuan

Maja

Johar

Sengon

Turi

Kersen

Akasia

Eugenia sp

Feronia limonia

Cassia siamea

Paraserianthes falcataria

Sesbania grandiflora

Muntingia calabura

Acacia mangium

Vegetasi konservasi terutama dikembangkan di ruang konservasi. Fungsi

vegetasi konservasi adalah melindungi daerah yang rawan erosi dan untuk

mengonservasi air tanah. Untuk mendukung fungsi tersebut, tanaman yang dipilih

hendaknya memiliki perakaran yang dalam dan mampu mengikat air dengan baik.

Fungsi lainnya adalah untuk membentuk habitat satwa dengan menyediakan

tanaman yang menjadi sumber pakan bagi satwa tersebut.

Vegetasi penyangga memiliki fungsi utama sebagai pelindung zona

konservasi dari gangguan dari luar kawasan. Fungsi lainnya adalah sebagai

pembatas antara zona konservasi dan zona pemanfaatan. Vegetasi penyangga

Page 68: PERENCANAAN LANSKAP PASCA TAMBANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68472/A14eyu.pdf · 3 Perkembangan jenis tanaman pada plot 2 Tanah Putih (tahun tanam ... PKP2B

53

Gam

bar

28 R

enca

na

veg

etas

i

Page 69: PERENCANAAN LANSKAP PASCA TAMBANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68472/A14eyu.pdf · 3 Perkembangan jenis tanaman pada plot 2 Tanah Putih (tahun tanam ... PKP2B

54

terutama dikembangkan di ruang penyangga. Kriteria tanaman untuk fungsi

penyangga adalah tidak menghasilkan buah yang besar atau bunga yang menarik,

memiliki tajuk cukup rindang dan dapat berfungsi sebagai tabir serta penaung.

Vegetasi produksi adalah vegetasi yang dikembangkan di ruang budidaya

terutama yang memiliki nilai ekonomis. Pemilihan vegetasi produksi sebaiknya

disesuaikan dengan keinginan masyarakat yang akan mengelola kawasan tersebut.

Berdasarkan hasil wawancara, diperoleh data komoditas tanaman perkebunan

yang dominan di Pulau Sebuku adalah tanaman karet.

Vegetasi koleksi merupakan vegetasi utama yang sebagian besar adalah

jenis tanaman lokal. Fungsinya adalah untuk melestarikan jenis tanaman lokal

tersebut. Vegetasi koleksi dikembangkan di ruang koleksi yang merupakan area

paling luas di tapak. Berikut adalah tabel rencana vegetasi di tapak.

Rencana Daya Dukung

Daya dukung suatu kawasan merupakan kemampuan suatu kawasan untuk

mendukung segala aktivitas yang berlangsung di dalamnya, dengan harapan dapat

meminimalkan kerusakan terutama yang disebabkan oleh manusia. Daya dukung

dilakukan dalam rangka pembatasan pengunjung agar keberlanjutan suatu

kawasan dapat terjaga dan tetap alami. Dengan adanya daya dukung, dapat

diketahui kapasitas pengunjung agar dapat memanfaatkan sumber daya yang ada

secara optimal. Daya dukung dapat dihitung dengan membagi luas area yang ada

dengan standar kebutuhan ruang per orang pada tiap ruang. Nilai daya dukung

keseluruhan kawasan ditentukan dari nilai daya dukung terendah pada tiap ruang.

Hal ini dilakukan untuk menghindari penumpukan jumlah pengunjung pada area

dengan nilai daya dukung terendah.

Daya dukung pada zona konservasi diasumsikan 50% dari daya dukung

pada umumnya. Karena itu, standar kebutuhan ruang yang digunakan 2 kali

standar pada umumnya. Berdasarkan perhitungan daya dukung tiap ruang didapat

nilai daya dukung kawasan yaitu 70 orang sekali kunjungan. Rencana daya

dukung tiap ruang disajikan ada Tabel 12.

Page 70: PERENCANAAN LANSKAP PASCA TAMBANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68472/A14eyu.pdf · 3 Perkembangan jenis tanaman pada plot 2 Tanah Putih (tahun tanam ... PKP2B

55

Tabel 12 Rencana daya dukung tiap ruang

Ruang Fasilitas Jumlah Luas (m2)

Luas total

(m2)

Standar

(orang/m2)*

DD

(orang)

Penerimaan

dan

pelayanan

Gedung

pengelola 1 216 216 4 54

Mushola 1 36 36 1.5 24

Guest house 1 162 162 8 orang/ rumah

8

Gudang alat 1 45 45 4 11 Pos satpam 1 6 6 2 3 Kantin 1 54 54 2 27

Jumlah 127

Budidaya Kebun

pembibitan 1 3700 3700 8 463

Jalur sirkulasi 1 1291 m 1291 m 20 65

Jumlah 527

Pendidikan

konservasi

Toilet 3 4 12 2 6 Jalur sirkulasi 1 279 m 279 m 40 7 Lapangan

berkemah 1 7075 7075 20 354

Padang rumput 1 4374 4374 20 219 Menara

pandang 1 25 25 8 3

Jumlah 589

Konservasi Viewing deck 1 476 476 8 60 Jalur sirkulasi 1 2185 m 2185 m 40 55

Jumlah 114

Koleksi Jalur

interpretasi 1 2808 m 2808 m 40 70

Jumlah 70

Penyangga Jalur sirkulasi 1 4554 m 4554 m 40 114 Shelter 5 9 45 8 6

Jumlah 119 Keterangan: Standar kebutuhan ruang tiap orang 2 kali pada umumnya (Hartanti, 2008)

Rencana Lanskap

Rencana lanskap merupakan produk akhir dari penelitian ini yang disajikan

dalam bentuk grafis. Rencana lanskap merupakan pengembangan dari rencana

blok yang terdiri dari rencana ruang, sirkulasi, vegetasi serta aktivitas dan fasilitas.

Rencana lanskap area reklamasi Tanah Putih disajikan pada gambar 26.

Page 71: PERENCANAAN LANSKAP PASCA TAMBANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68472/A14eyu.pdf · 3 Perkembangan jenis tanaman pada plot 2 Tanah Putih (tahun tanam ... PKP2B

56

Gam

bar

29 R

enca

na

lansk

ap a

rea

rekla

mas

i T

anah

Puti

h

Page 72: PERENCANAAN LANSKAP PASCA TAMBANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68472/A14eyu.pdf · 3 Perkembangan jenis tanaman pada plot 2 Tanah Putih (tahun tanam ... PKP2B

57

Gam

bar

30

Ren

cana

lansk

ap (

Blo

w u

p 1

)

Page 73: PERENCANAAN LANSKAP PASCA TAMBANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68472/A14eyu.pdf · 3 Perkembangan jenis tanaman pada plot 2 Tanah Putih (tahun tanam ... PKP2B

58

Gam

bar

31 R

enca

na

lansk

ap (

Blo

w u

p 2

)

Page 74: PERENCANAAN LANSKAP PASCA TAMBANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68472/A14eyu.pdf · 3 Perkembangan jenis tanaman pada plot 2 Tanah Putih (tahun tanam ... PKP2B

59

Gambar 32 Ilustrasi area pelayanan

Gambar 33 Ilustrasi gazebo/shelter

Page 75: PERENCANAAN LANSKAP PASCA TAMBANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68472/A14eyu.pdf · 3 Perkembangan jenis tanaman pada plot 2 Tanah Putih (tahun tanam ... PKP2B

60

Gambar 34 Ilustrasi dek dan wetland

Gambar 35 Ilustrasi menara pandang

Page 76: PERENCANAAN LANSKAP PASCA TAMBANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68472/A14eyu.pdf · 3 Perkembangan jenis tanaman pada plot 2 Tanah Putih (tahun tanam ... PKP2B

61

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Penambangan batubara di Tanah Putih menggunakan sistem penambangan

terbuka. Hal itu menyebabkan perubahan bentang alam yang meliputi perubahan

topografi, erosi, sedimentasi, polusi, penurunan produktivitas dan kesuburan

tanah, pencemaran logam berat, perubahan iklim mikro, hilangnya vegetasi dan

habitat satwa. Reklamasi setelah aktivitas penambangan perlu dilakukan untuk

memulihkan kondisi lahan akibat berbagai kerusakan tersebut. Perencanaan

lanskap pasca tambang batubara sebagai arboretum berperan sebagai dasar untuk

pemanfaatan lahan selanjutnya.

Konsep perencanaan pada lahan bekas tambang di area reklamasi Tanah

Putih mengarah pada pelestarian plasma nutfah yang diwujudkan dalam bentuk

arboretum. Konsep tersebut dikembangkan ke dalam rencana ruang, sirkulasi,

vegetasi, aktivitas dan fasilitas serta daya dukung yang dituangkan menjadi

gambar rencana lanskap sebagai hasil akhir beserta deskripsi dari setiap rencana.

Berdasarkan rencana ruang, didapat pola ruang sebagai berikut: ruang penerimaan

dan pelayanan 0.5% (1.1 ha), budidaya 11% (24.8 ha), pendidikan konservasi

0.8% (1.8 ha), konservasi 29.7% (66.3 ha), koleksi 40% (89.2 ha) dan penyangga

18% (39.8 ha).

Saran

Pembentukan rona akhir tambang sebaiknya dilakukan sesuai rencana awal

untuk memudahkan perencanaan. Diperlukan penelitian lebih mendalam tentang

kualitas tanah yang ada di tapak. Pemantauan reklamasi perlu dilakukan secara

intensif terutama pada tanaman yang berumur kurang dari 3 tahun. Pada saat

penanaman perlu memperhatikan rencana vegetasi yang telah dibuat agar sesuai

dengan tujuan perencanaan. Perencanaan memerlukan partisipasi berbagai pihak

yang mencakup masyarakat, pemerintah dan swasta.

Page 77: PERENCANAAN LANSKAP PASCA TAMBANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68472/A14eyu.pdf · 3 Perkembangan jenis tanaman pada plot 2 Tanah Putih (tahun tanam ... PKP2B

62

DAFTAR PUSTAKA

Adman B. 2012. Potensi Jenis Lokal Cepat Tumbuh untuk Pemulihan Lingkungan

Lahan Pasca Tambang Batubara [Tesis]. Semarang (ID): Universitas

Diponegoro.

Bappeda. 2011. Kajian Lingkungan Hidup Strategis Pulau Sebuku-Kabupaten

Kotabaru. Kotabaru (ID): Bappeda Kotabaru.

Bappeda. 2011. Kajian Zonasi Pulau Sebuku-Kabupaten Kotabaru. Kotabaru (ID):

Bappeda Kotabaru

Baskara M. 1998. Perencanaan Lanskap Arboretum Sumber Brantas sebagai

Obyek Wisata Alam. Buletin Taman dan Lanskap Indonesia. Bogor (ID):

Institut Pertanian Bogor.

[BCS] PT Bahari Cakrawala Sebuku. 2006. Analisis Mengenai Dampak

Lingkungan. Jakarta (ID): PT BCS.

[BCS] PT Bahari Cakrawala Sebuku. 2012. Rencana Penutupan Tambang PT

BCS. Jakarta (ID): PT BCS.

BPS. 2012. Kecamatan Pulau Sebuku dalam Angka. Kotabaru (ID): BPS

Kabupaten Kotabaru.

Carpenter PLTD, Walker, and Lanphear FO. 1975. Plants in the Landscape. New

York (US): Freeman and Company.

Dinata YM. 2009. Perancangan Lanskap Arboretum Bambu sebagai Obyek

Agroedutourism di Kampus Institut Pertanian Bogor [Skripsi]. Bogor (ID):

Institut Pertanian Bogor.

[DPR RI] Dewan Perwakilan Rakyat RI. 2009. UU RI Nomor 4 Tahun 2009

tentang Pertambangan Mineral dan Batubara. Jakarta (ID): DPR RI.

Firmansyah H. 2012 Perencanaan Lanskap Pasca Tambang Batubara PT Arutmin

Indonesia untuk Ekowisata di Batulicin Kalimantan Selatan [Skripsi]. Bogor

(ID): Institut Pertanian Bogor.

Gold SM. 1980. Recreation Planning and Design. New York (US): McGraw-Hill

Book Companies, Inc.

Hardjowigeno S, Widiatmaka. 2007. Evaluasi Kesesuaian Lahan dan

Perencanaan Tataguna Lahan. Bogor (ID): UGM Pr.

Haris M. 2011. Perencanaan Lanskap Area Rekreasi pada Lahan Pasca Tambang

Batubara di Pit 1 Mangkalapi PT Arutmin Indonesia Tambang Batulicin,

Kalsel [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Ma’mur R. 2011. Studi Perencanaan Pengembangan Ekowisata di Arboretum PT

Arara Abadi Provinsi Riau [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Nurisjah S, Pramukanto Q. 2008. Penuntun Praktikum Perencanaan Lanskap.

Bogor (ID): Departemen Arsitektur Lanskap Fakultas Pertanian Institut

Pertanian Bogor.

Pratiwi PI. 2010. Perencanaan Penataan Lanskap Kawasan Wisata dan

Penyususnan Alternatif Program Wisata di Grama Tirta Jatiluhur, Kabupaten

Purwakarta, Provinsi Jawa Barat [Skripsi]. Bogor (ID); Institut Pertanian

Bogor.

Pribadi M. 2013. Perencanaan Lanskap Kawasan Pasca Tambang Batubara untuk

Wisata Pendidikan di Arutmin Indonesia Tambang Senakin Kalimantan

Selatan [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Page 78: PERENCANAAN LANSKAP PASCA TAMBANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68472/A14eyu.pdf · 3 Perkembangan jenis tanaman pada plot 2 Tanah Putih (tahun tanam ... PKP2B

63

Simonds JO. 1983. Landscape Architecture. New York (US): Mc.Graw-Hill

Publishing Company.

Rahmawaty. 2002. Restorasi Lahan Pasca Tambang Berdasarkan Kaidah Ekologi.

Medan (ID): Universitas Sumatra Utara.

Wyman D. 1960. How To Establish an Arboretum or Botanical Garden. A

Continuation of The Bulletin of Popular Information of the Arnold Arboretum,

Harvard University [Internet]. hlm 69-83; [diunduh 2013 Des 16]. Tersedia

pada: http://arnoldia.arboretum. harvard.edu/pdf/articles/1960-20--how-to-

establish-an-arboretum-or-botanical-garden.pdf

Page 79: PERENCANAAN LANSKAP PASCA TAMBANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68472/A14eyu.pdf · 3 Perkembangan jenis tanaman pada plot 2 Tanah Putih (tahun tanam ... PKP2B

64

LAMPIRAN

Lampiran 1 Hasil pengujian tanah di Pit Tanah Putih

No Parameter Metode Satuan Jenis Tanah

OB Soil

1 pH

H2O SNI 03-6787-2002

6.0 4.0

CaCl2 5.9 3.6

2 Salinitas Salinometer ‰ 5 2

3 C Org SNI 13-4720-1998

(Walkey &Black) % 1.59 0.86

4 N Total SNI 13-4721-1998

(Kjeldahl) % 0.99 0.11

5 Rasio C/N 17.7 7.8

6 P Tersedia SL-MU-TT-05 (Bray

I/II) ppm 83.2 0.3

Kation dapat ditukar

7 Ca

SL-MU-TT-07 a-e

(Ekstrak penyangga

NH4Oac 1.0 N pH 7.0)

cmol/kg 18.47 1.38

8 Mg cmol/kg 9.31 1.26

9 K cmol/kg 1.44 0.18

10 Na cmol/kg 6.21 2.54

11 Total cmol/kg 35.43 5.36

12 KTK cmol/kg 12.29 12.13

13 KB % 100 44.19

Al-Hdd

14 Al3+

SL-MU-TT-09 (Ekstrak

KCL 1N) mol/100g 0.11 2.51

15 H+ mol/100g 0.02 0.08

Sebaran Butir (Tekstur 3 Fraksi)

16 Pasir SL-MU-TT-10

(Hidrometer)

% 4.3 7.1

17 Debu % 33.3 34.2

18 Liat % 62.4 58.7

Logam Total

19 Cu Total (HNO3 – HclO4) - AAS ppm 39.0 29.3

20 Zn Total (HNO3 – HclO4) – AAS ppm 368.7 45.0

21 Mn Total (HNO3 – HclO4) – AAS ppm 1100.3 131.9

22 Fe2O3 Total (HNO3 – HclO4) - AAS % 7.72 9.63

Keterangan:

Contoh uji dihitung terhadap contoh kering 1050C

cmol/kg = me/100g

Page 80: PERENCANAAN LANSKAP PASCA TAMBANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68472/A14eyu.pdf · 3 Perkembangan jenis tanaman pada plot 2 Tanah Putih (tahun tanam ... PKP2B

65

Lam

pir

an 2

Has

il a

nal

isis

sif

at f

isik

tan

ah d

i P

it T

anah

Pu

tih

P

erm

eab

ilit

a

s (c

m/j

am)

54

.26

42

.23

33

.28

28

.26

Air

Ter

sed

i

a (%

)

19

.05

16

.14

14

.41

13

.31

Po

ri D

rain

ase

(%v

olu

me)

Lam

bat

8.0

5

4.5

2

8.8

7

5.6

8

Cep

at

8.1

5

7.1

4

10

.72

9.0

5

San

gat

Cep

at

13

.22

9.9

7

6.2

6

14

.56

Kad

ar A

ir (

%v

olu

me)

pad

a P

F P

F 4

.2

15

.21

20

.23

18

.27

14

.25

PF

2.5

4

34

.26

36

.37

32

.68

27

.56

PF

2

42

.31

40

.89

41

.55

33

.24

PF

1

50

.46

48

.03

52

.27

42

.29

Po

rosi

tas

(%)

63

.68

58

.00

58

.53

56

.85

Bu

lk

den

sity

(g/c

m3)

0.9

6

1.1

1

1.1

0

1.1

4

Lo

kas

i

Cel

l 2

1

Cel

l 2

0

Cel

l 2

0

Cel

l 2

1

Jen

is

OB

TS

TS

OB

No

1

2

3

4

Page 81: PERENCANAAN LANSKAP PASCA TAMBANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68472/A14eyu.pdf · 3 Perkembangan jenis tanaman pada plot 2 Tanah Putih (tahun tanam ... PKP2B

66

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Tuban, 19 September 1990 dari pasangan M Abdurrozak

dan Khafidho. Penulis adalah anak pertama dari dua bersaudara. Penulis

mengikuti pendidikan formal tingkat dasar di Madrasah Ibtidaiyah Negeri

Sugiharjo Tuban pada tahun 1997 hingga tahun 2003. Penulis menamatkan

pendidikan tingkat menengah pertama di SMPN 1 Tuban pada tahun 2006.

Kemudian dilanjutkan di SMAN 1 Tuban dan berhasil diselesaikan pada tahun

2009. Pada tahun yang sama penulis diterima di program studi Arsitektur Lanskap

IPB melalui jalur Ujian Talenta Mandiri (UTM).

Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif mengikuti kegiatan di luar

perkuliahan baik dalam organisasi maupun kepanitiaan. Kegiatan tersebut antara

lain sebagai pengurus Himpunan Mahasiswa Arsitektur Lanskap (HIMASKAP)

pada divisi Sosial Lingkungan periode 2011/2012, anggota Ikatan Pelajar

Mahasiswa Ronggolawe Tuban (IPMRT) mulai tahun 2009, anggota HIMASKAP

Photography Club (HPC) mulai tahun 2011, anggota Komunitas Pecinta Alam

HIMASKAP (KOALA) mulai tahun 2011, panitia IPB Art Contest pada divisi

Dokumentasi, Desain dan Dekorasi (3D) pada tahun 2012, panitia Indonesia

Landscape Architecture Student Workshop (ILASW) pada tahun 2012. Penulis

juga aktif mengikuti beberapa workshop dan sayembara desain, di antaranya

Landscape Project for Good Environment (2011) dan sayembara Landmark

Summarecon Bekasi (2011). Dalam bidang seni, penulis pernah menjadi juara tiga

lomba perkusi di IPB Art Contest pada tahun 2011.