badai tropis

6
BADAI DAN PENGARUHNYA TERHADAP CUACA BURUK DI INDONESIA Drs. Achmad Zakir, AhMG Mia Khusnul Khotimah, AhMG Badai Tropis (disebut juga dengan Typhoon atau Tropical Cyclone) adalah pusaran angin kencang dengan diameter Sampai dengan 200 km dan berkecepatan > 200 km/jam serta mempunyai lintasan sejauh 1000 km. Dengan kecepatan angin sedemikian, sebuah badai tropis yang melintasi daratan dapat mengakibatkan kerusakan yang sangat hebat. Tidak hanya pohon-pohon yang tercerabut dari akarnya, bangunan-bangunan permanen tersapu, mobil besar, kereta api, dan benda- benda besar atau berat lainnya terangkat dan beterbangan, serta menimbulkan ribuan korban jiwa. --------------------------------------------------------- ------------------------------------------- Pemberitaan mengenai badai, siklon tropis, dan putting beliung di media massa beberapa bulan terakhir seakan menambah kecemasan baru bagi masyarakat kita yang sudah kenyang diguncang bencana. Apalagi dengan banyaknya informasi simpang siur dan isu-isu yang berkembang seakan-akan terus memupuk kondisi resah dan was- was itu sampai-sampai menimbulkan ketakutan yang berlebihan dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Ditambah lagi interpretasi dan analisa meteorologi yang dilakukan secara terburu-buru dan tanpa dasar data yang kuat hanya akan menghasilkan informasi yang salah. Dan pada akhirnya juga akan menimbulkan keresahan bagi masyarakat. Kalimat yang menyatakan bahwa “Badai dikirim dari Australia dan akan singgah di Jawa” atau “Badai yang terjadi saat ini merupakan anomali cuaca”, adalah beberapa contoh kesalahan interpretasi dan analisa yang berhasil membuat masyarakat kita lebih panik dan cemas. Analisa parameter-parameter cuaca khususnya yang berkaitan dengan badai (mulai dari sifatnya, geraknya,

Upload: dessy

Post on 20-Feb-2016

11 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

geografi

TRANSCRIPT

Page 1: Badai Tropis

BADAI DAN PENGARUHNYA TERHADAP CUACA BURUK DI INDONESIADrs. Achmad Zakir, AhMGMia Khusnul Khotimah, AhMG

Badai Tropis (disebut juga dengan Typhoon atau Tropical Cyclone) adalah pusaran angin kencang dengan diameter Sampai dengan 200 km dan berkecepatan > 200 km/jam serta mempunyai lintasan sejauh 1000 km. Dengan kecepatan angin sedemikian, sebuah badai tropis yang melintasi daratan dapat mengakibatkan kerusakan yang

sangat hebat. Tidak hanya pohon-pohon yang tercerabut dari akarnya, bangunan-bangunan permanen tersapu, mobil besar, kereta api, dan benda-benda besar atau berat lainnya terangkat dan beterbangan, serta menimbulkan ribuan korban jiwa.

----------------------------------------------------------------------------------------------------Pemberitaan mengenai badai, siklon tropis, dan

putting beliung di media massa beberapa bulan terakhir

seakan menambah kecemasan baru bagi masyarakat kita

yang sudah kenyang diguncang bencana. Apalagi dengan

banyaknya informasi simpang siur dan isu-isu yang

berkembang seakan-akan terus memupuk kondisi resah

dan was-was itu sampai-sampai menimbulkan ketakutan

yang berlebihan dalam melakukan aktivitas sehari-hari.

Ditambah lagi interpretasi dan analisa meteorologi yang

dilakukan secara terburu-buru dan tanpa dasar data yang

kuat hanya akan menghasilkan informasi yang salah. Dan

pada akhirnya juga akan menimbulkan keresahan bagi

masyarakat. Kalimat yang menyatakan bahwa “Badai

dikirim dari Australia dan akan singgah di Jawa” atau

“Badai yang terjadi saat ini merupakan anomali cuaca”,

adalah beberapa contoh kesalahan interpretasi dan analisa

yang berhasil membuat masyarakat kita lebih panik dan

cemas.

Analisa parameter-parameter cuaca khususnya

yang berkaitan dengan badai (mulai dari sifatnya,

geraknya, pertumbuhannya, hingga kerusakan yang

mungkin ditimbulkannya) memerlukan pemahaman

mendalam mengenai ilmu cuaca. Dan memahami ilmu

cuaca tidak hanya bersifat liner tapi bersifat multfungsi

dan pemahaman secara kesuluruhan sirkulasi udara serta

sebab dan akibatnya.

SEKILAS BADAI TROPIS

Meskipun badai itu sendiri sebenarnya sudah ada

sejak puluhan bahkan ratusan tahun yang lalu, kata

“Badai” di telinga masyarakat Indonesia seolah-olah

merupakan fenomena yang baru, aneh dan seolah-olah

sama dengan badai yang terjadi di Amerika, Australia,

Jepang, china dan Filipina. Ini karena badai (yang

disamping dapat menimbukan kerugian material sangat

besar juga dikenal menelan korban jiwa yang tidak

sedikit), akhir-akhir ini seringkali dijadikan sorotan oleh

media massa. Sisi positifnya, serbuan informasi tersebut

menjadikan masyarakat kita menjadi lebih cerdas, kritis

dan aware. Namun juga harus berhati-hati apakah

informasi yang sampai kepada masyarakat adalah benar

atau hanya sekedar isu. Karena informasi yang salah

justru akan membingungkan dan berdampak buruk

terhadap kondisi masyarakat itu sendiri.

Page 2: Badai Tropis

Badai Tropis (disebut

juga dengan Typhoon atau

Hurricane atau Tropical

Cyclone) merupakan pusaran

angin kencang dengan

diameter sampai dengan 200

km/jam, berkecepatan > 200 km serta mempunyai

lintasan sejauh 1000 km. Setiap tahunnya badai tumbuh di

atas perairan luas di setiap samudera yang ada di

permukaan bumi. Ia bisa tumbuh ketika suhu muka laut

berada di atas 27 oC dan bisa dideteksi kemungkinan

tumbuhnya sejak tiga hari sebelumnya. Karena

bertambahnya faktor kekasaran permukaan dan

kehilangan sumber kelembabannya, badai akan melemah

ketika masuk ke daratan.

Sebuah sistem

pusaran angin yang

terbentuk di atas samudra

luas belum bisa disebut

badai jika belum

memiliki beberapa

kualifikasi. Yang utama, ia tidak akan disebut badai

kecuali memiliki kecepatan angin lebih dari 34 knot (63

km/jam) dan berada diskeitra laut. Calon bibit badai ini

juga belum tentu akan tumbuh menjadi badai jika tidak

ada faktor-faktor meteorologis lain yang mendukung.

Suatu Pusat Peringatan Siklon Tropis yang telah ditunjuk

sebelumnya oleh Badan Meteorologi Internasional

berwenang memberi nama badai ini dan menyebarkan

peringatan ke seluruh dunia. Namun untuk sementara ini

Indonesia baru akan diberi tanggung jawab sebagai salah

satu Pusat Peringatan Siklon Tropis untuk wilayah 0 – 10

derajat Lintang Selatan dan 90 – 120 Bujur Timur pada

awal tahun 2008.

INDONESIA BUKAN DAERAH LINTASAN BADAI

Setiap badai bergerak dengan lintasan mereka

masing-masing. Meskipun demikian, pada umumnya

badai yang terbentuk di sebelah Utara ekuator bergerak ke

arah Barat atau Barat Laut, dan badai yang terbentuk di

sebelah Selatan ekuator bergerak ke arah Barat atau Barat

Daya. Ini berkaitan banyak faktor termasuk di antaranya

arah rotasi bumi dan gaya corioli yang ditimbulkannya.

Badai tropis bergerak berbanding lurus dengan

besar gaya coriolis bumi. Di sini berlaku fungsi

matematik Sinus Ф dengan Ф adalah besar lintang.

Karena Indonesia berada di wilayah ekuator dengan sudut

lintang rendah, maka harga Sinus yang didapat mendekati

nol. Hal tersebut menyebabkan badai tropis apapun tidak

mungkin melintasi wilayah Indonesia. Bisa dilihat dari

data klimatologi bahwa wilayah tumbuh badai tropis

adalah di atas 10o LS pada bulan Desember sampai April

dan diatas 10o LU pada bulan September sampai

November.

Indonesia tidak seperti negara-negara yang

seringkali menjadi lintasan badai seperti Amerika, Jepang,

Australia, Filipina atau negara lainnya. Indonesia hanya

akan terkena pengaruh tidak langsung yaitu berupa angin

kencang, gelombang tinggi dan hujan pada daerah-daerah

yang dekat dengan tempat tumbuhnya badai.

Pada saat musim

kemarau, Badai Tropis

tumbuh di sekitar perairan

sebelah Utara Papua Nugini

dan bergerak ke arah

Filipina dan Korea/ Jepang.

Badai jenis ini termasuk di antaranya Badai Tropis

Cimaron (6 Oktober – 6 November 2006), Badai Tropis

Durian (26 November – 6 Desember 2006) maupun Badai

Tropis Utor (6 – 14 Desember 2006). Biasanya daerah

yang terpengaruh adalah sekitar Sulawesi Utara dan

Papua Nugini.

Pada saat musim hu

jan, badai tropis tumbuh di

sekitar perairan Laut Timor

atau Teluk Carpentaria dan

bergerak ke arah Barat atau

Barat Daya. Badai jenis ini termasuk di antaranya Badai

Page 3: Badai Tropis

Tropis Nelson (6 – 7 Februari 2007), Badai Tropis

George (3 – 9 Maret 2007) maupun Badai Jacob (7 – 12

Maret 2007). Badai ini mempengaruhi kondisi cuaca di

wilayah Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat,

Jawa, Bali dan Sumatera Selatan.

Meskipun dikatakan bahwa pengaruh badai di

wilayah Indonesia bisa berupa angin kencang, gelombang

tinggi dan hujan namun hal ini tidak mutlak selalu terjadi.

Selain pengaruh dari posisi dan intensitas badai,

timbulnya hujan lebat dan angin kencang tergantung pula

pada faktor sirkulasi udara di wilayah Indonesia.

Terkadang ketika ada indikasi tumbuh badai, pada

berberapa wilayah kecenderungan cuacanya terlihat

memburuk. Tapi ketika badai itu sudah matang atau sudah

diberi nama (kecuali daerah yang mempunyai radius 500

km dari pusat badai yang lebih sering mengalami hujan

lebat), yang timbul di Indonesia justru hanya angin

kencang dan gelombang tinggi. Kemudian di saat badai

tersebut sudah menjauhi wilayah Indonesia atau ketika

intensitasnya sudah melemah justru cuaca di Indonesia

bagian selatan cenderung banyak hujan lebat. Itu semua

tidak mutlak terjadi. Tergantung dari sirkulasi udara di

atas Indonesia.

Dari kenyataan itu dapat ditegaskan sekali lagi

bahwa Badai tidak selamanya membentuk cuaca buruk di

Indonesia, sehingga diperlukan dalam menganalisa

dibuutuhkan prakirawan cuaca yang berpengalaman dan

qualified, memahami seluk beluk sirkulasi udara, tidak

hanya sekedar melihat satelit awan kemudian

menyimpulkan adanya bibit badai akan mengancam

Indonesia.

KLIMATOLOGI BADAI

Sub Bidang Informasi Meteorologi Publik BMG

telah mengumpulkan data badai tropis yang pernah terjadi

selama 41 tahun dari tahun 1965 – 2005. Data yang

terkumpul khususnya untuk wilayah 0°-50° LS dan 90°-

150° BT. Area ini mencakup wilayah Indonesia bagian

selatan ekuator, Samudra Hindia bagian Timur, benua

Australia, Papua Nugini dan Sebagian Samudera Pasifik

Barat.

Data 41 tahun seperti pada grafik dan tabel di

atas dapat diketahui bahwa benar dikatakan bahwa bulan

Januari, Februari dan Maret adalah periode puncak musim

tumbuhnya badai tropis di wilayah 90 – 150 derajat. Dari

tabel dan grafik menunjukkan bahwa pada bulan-bulan

tersebut rata-rata terjadi 3 hingga 4 badai tropis.

Jumlah terbanyak badai tropis yang pernah

terbentuk di bulan Januari adalah 6 badai. Ini terjadi pada

tahun 1982. Pada bulan Februari 8 badai tropis pernah

terbentuk pada tahun 1971, dan di tahun 1966, 1873, 1974

dan bulan Maret tahun 1990 badai tropis yang terbentuk

pernah mencapai angka 6.

BADAI TROPIS PERIODE 2006 – 2007

NAMA BADAI PERIODE KEJADIAN Jumlah

CLARE 7 - 10 Januari 20062DARYL 19 - 23 Januari 2006

JIM 28 Januari - 1 Februari 20063KATE 22 - 24 Februari 2006

EMMA 26 - 28 Februari 2006LARRY 18 - 20 Maret 2006

3FLOYD 21 - 27 Maret 2006GLENDA 28 - 31 Maret 2006HUBERT 5 - 7 April 2006 2MONICA 17 - 24 April 2006ISOBEL 2 – 3 Januari 2007 1NELSON 6 – 7 Februari 2007 1GEORGE 3 - 9 Maret 2007

2JACOB 7 - 12 Maret 2007

Dari tabel data di atas dapat dilihat bahwa pada

bulan Januari 2006 terjadi 3 buah badai tropis, bulan

Februari 2006 terjadi 2 kali, 3 buah terjadi di bulan Maret

Page 4: Badai Tropis

2006, 2 kali terjadi bulan April 2006, dan bulan Maret

2007 sudah terjadi 2 kali kejadian badai setelah

sebelumnya terdapat satu kali kejadian badai masing-

masing di bulan Januari dan Februari 2007.

Jika dibandingkan dengan periode normalnya

(Januari hingga Maret masing-masing 3 hingga 4 kali

kejadian badai), memang terjadi penyimpangan. Namun

bukannya penyimpangan dalam artian “Tahun 2006 atau

tahu 2007 ini lebih banyak daripada normalnya”, justru

yang terjadi adalah sebaliknya, jumlah badai tropis yang

terjadi pada bulan Januari dan Februari kurang dari rata-

ratanya. Namun demikian penyimpangan yang lebih besar

pernah terjadi pada tahun 1991 dan 1995 dimana di bulan

Januari sama sekali tidak ada kejadian badai tropis.

Bagaimana dengan akhir Maret dan April 2007

ini ? Apakah akan tumbuh lagi badai lain ? menurut data

rata-rata 41 tahun menunjukan bulan maret adalah 3,

sementara yang sudah terjadi baru 2 badai, Apakah

sampai dengan akhir Maret ini kan tumbuh ?, dari

modelangin dan model tekanan belum terlihat indikasi

akan ada badai, sedangkan bulan April terlalu dini untuk

memprakirakannya dan perlu diingatkan bahwa badai

dapat diketahui 3 hari sebelumnya.

Kita tidak perlu menunggu sampi datangnya

badai sebaiknya kita harus waspada dan tetap tenang dan

jangan panik, BMG melalui Sub Bidang Informasi

Meteorologi Publik akan memberikan informasi jika

memang sudah terlihat indikasi datangnya badai.

KESIMPULAN

1. Badai Tropis harus dilihat dari kecepatan angin

kemudian baru tekanan bukan dari citra satelit

awan

2. Dampak tidak langsung dari Badai Tropis

ditentukan sirkulasi udara yang sedang terjadi

3. Cuaca Buruk : hujan lebat, angin kencang dan

gelombang tinggi terjadi pada saat sebelum

Badai Tropis tumbuh

4. Badai Tropis tidak melintasi Indonesia, dampak

tidak langsungnya tergantung arah gerakan dari

badai itu sendiri

5. Rata-rata jumlah Badai Tropis pada bulan Maret

sebanyak 3 kali, sedangakan bulan April antara

1 atau 2 kali

REKOMENDASI :

1. Tidak memberikan informasi Badai jika tidak

dilengkapi dengan data yang akurat

2. Agar berkordinasi dengan Sub Bidang Informasi

Meteorologi Publik

3. Dalam menganalisa Puting beliung sebaiknya

tidak perlu dikaitkan dengan Badai Tropis karena

mempunyai skala ruang dan waktu yang sangat

berbeda

DAFTAR PUSTAKA

1. Achmad Zakir. Drs, Hujan lebat, Angin Kencang

dan Badai, 2005

2. Achmad Zakir. Drs, Badai Angin , 2006

3. Achmad Zakir. Drs, Bagaimana mengetahui

adanya Angin Kencang/Putting Beliung, 2006

4. WMO, TD 1129, 2002