badai tropis
DESCRIPTION
geografiTRANSCRIPT
BADAI DAN PENGARUHNYA TERHADAP CUACA BURUK DI INDONESIADrs. Achmad Zakir, AhMGMia Khusnul Khotimah, AhMG
Badai Tropis (disebut juga dengan Typhoon atau Tropical Cyclone) adalah pusaran angin kencang dengan diameter Sampai dengan 200 km dan berkecepatan > 200 km/jam serta mempunyai lintasan sejauh 1000 km. Dengan kecepatan angin sedemikian, sebuah badai tropis yang melintasi daratan dapat mengakibatkan kerusakan yang
sangat hebat. Tidak hanya pohon-pohon yang tercerabut dari akarnya, bangunan-bangunan permanen tersapu, mobil besar, kereta api, dan benda-benda besar atau berat lainnya terangkat dan beterbangan, serta menimbulkan ribuan korban jiwa.
----------------------------------------------------------------------------------------------------Pemberitaan mengenai badai, siklon tropis, dan
putting beliung di media massa beberapa bulan terakhir
seakan menambah kecemasan baru bagi masyarakat kita
yang sudah kenyang diguncang bencana. Apalagi dengan
banyaknya informasi simpang siur dan isu-isu yang
berkembang seakan-akan terus memupuk kondisi resah
dan was-was itu sampai-sampai menimbulkan ketakutan
yang berlebihan dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
Ditambah lagi interpretasi dan analisa meteorologi yang
dilakukan secara terburu-buru dan tanpa dasar data yang
kuat hanya akan menghasilkan informasi yang salah. Dan
pada akhirnya juga akan menimbulkan keresahan bagi
masyarakat. Kalimat yang menyatakan bahwa “Badai
dikirim dari Australia dan akan singgah di Jawa” atau
“Badai yang terjadi saat ini merupakan anomali cuaca”,
adalah beberapa contoh kesalahan interpretasi dan analisa
yang berhasil membuat masyarakat kita lebih panik dan
cemas.
Analisa parameter-parameter cuaca khususnya
yang berkaitan dengan badai (mulai dari sifatnya,
geraknya, pertumbuhannya, hingga kerusakan yang
mungkin ditimbulkannya) memerlukan pemahaman
mendalam mengenai ilmu cuaca. Dan memahami ilmu
cuaca tidak hanya bersifat liner tapi bersifat multfungsi
dan pemahaman secara kesuluruhan sirkulasi udara serta
sebab dan akibatnya.
SEKILAS BADAI TROPIS
Meskipun badai itu sendiri sebenarnya sudah ada
sejak puluhan bahkan ratusan tahun yang lalu, kata
“Badai” di telinga masyarakat Indonesia seolah-olah
merupakan fenomena yang baru, aneh dan seolah-olah
sama dengan badai yang terjadi di Amerika, Australia,
Jepang, china dan Filipina. Ini karena badai (yang
disamping dapat menimbukan kerugian material sangat
besar juga dikenal menelan korban jiwa yang tidak
sedikit), akhir-akhir ini seringkali dijadikan sorotan oleh
media massa. Sisi positifnya, serbuan informasi tersebut
menjadikan masyarakat kita menjadi lebih cerdas, kritis
dan aware. Namun juga harus berhati-hati apakah
informasi yang sampai kepada masyarakat adalah benar
atau hanya sekedar isu. Karena informasi yang salah
justru akan membingungkan dan berdampak buruk
terhadap kondisi masyarakat itu sendiri.
Badai Tropis (disebut
juga dengan Typhoon atau
Hurricane atau Tropical
Cyclone) merupakan pusaran
angin kencang dengan
diameter sampai dengan 200
km/jam, berkecepatan > 200 km serta mempunyai
lintasan sejauh 1000 km. Setiap tahunnya badai tumbuh di
atas perairan luas di setiap samudera yang ada di
permukaan bumi. Ia bisa tumbuh ketika suhu muka laut
berada di atas 27 oC dan bisa dideteksi kemungkinan
tumbuhnya sejak tiga hari sebelumnya. Karena
bertambahnya faktor kekasaran permukaan dan
kehilangan sumber kelembabannya, badai akan melemah
ketika masuk ke daratan.
Sebuah sistem
pusaran angin yang
terbentuk di atas samudra
luas belum bisa disebut
badai jika belum
memiliki beberapa
kualifikasi. Yang utama, ia tidak akan disebut badai
kecuali memiliki kecepatan angin lebih dari 34 knot (63
km/jam) dan berada diskeitra laut. Calon bibit badai ini
juga belum tentu akan tumbuh menjadi badai jika tidak
ada faktor-faktor meteorologis lain yang mendukung.
Suatu Pusat Peringatan Siklon Tropis yang telah ditunjuk
sebelumnya oleh Badan Meteorologi Internasional
berwenang memberi nama badai ini dan menyebarkan
peringatan ke seluruh dunia. Namun untuk sementara ini
Indonesia baru akan diberi tanggung jawab sebagai salah
satu Pusat Peringatan Siklon Tropis untuk wilayah 0 – 10
derajat Lintang Selatan dan 90 – 120 Bujur Timur pada
awal tahun 2008.
INDONESIA BUKAN DAERAH LINTASAN BADAI
Setiap badai bergerak dengan lintasan mereka
masing-masing. Meskipun demikian, pada umumnya
badai yang terbentuk di sebelah Utara ekuator bergerak ke
arah Barat atau Barat Laut, dan badai yang terbentuk di
sebelah Selatan ekuator bergerak ke arah Barat atau Barat
Daya. Ini berkaitan banyak faktor termasuk di antaranya
arah rotasi bumi dan gaya corioli yang ditimbulkannya.
Badai tropis bergerak berbanding lurus dengan
besar gaya coriolis bumi. Di sini berlaku fungsi
matematik Sinus Ф dengan Ф adalah besar lintang.
Karena Indonesia berada di wilayah ekuator dengan sudut
lintang rendah, maka harga Sinus yang didapat mendekati
nol. Hal tersebut menyebabkan badai tropis apapun tidak
mungkin melintasi wilayah Indonesia. Bisa dilihat dari
data klimatologi bahwa wilayah tumbuh badai tropis
adalah di atas 10o LS pada bulan Desember sampai April
dan diatas 10o LU pada bulan September sampai
November.
Indonesia tidak seperti negara-negara yang
seringkali menjadi lintasan badai seperti Amerika, Jepang,
Australia, Filipina atau negara lainnya. Indonesia hanya
akan terkena pengaruh tidak langsung yaitu berupa angin
kencang, gelombang tinggi dan hujan pada daerah-daerah
yang dekat dengan tempat tumbuhnya badai.
Pada saat musim
kemarau, Badai Tropis
tumbuh di sekitar perairan
sebelah Utara Papua Nugini
dan bergerak ke arah
Filipina dan Korea/ Jepang.
Badai jenis ini termasuk di antaranya Badai Tropis
Cimaron (6 Oktober – 6 November 2006), Badai Tropis
Durian (26 November – 6 Desember 2006) maupun Badai
Tropis Utor (6 – 14 Desember 2006). Biasanya daerah
yang terpengaruh adalah sekitar Sulawesi Utara dan
Papua Nugini.
Pada saat musim hu
jan, badai tropis tumbuh di
sekitar perairan Laut Timor
atau Teluk Carpentaria dan
bergerak ke arah Barat atau
Barat Daya. Badai jenis ini termasuk di antaranya Badai
Tropis Nelson (6 – 7 Februari 2007), Badai Tropis
George (3 – 9 Maret 2007) maupun Badai Jacob (7 – 12
Maret 2007). Badai ini mempengaruhi kondisi cuaca di
wilayah Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat,
Jawa, Bali dan Sumatera Selatan.
Meskipun dikatakan bahwa pengaruh badai di
wilayah Indonesia bisa berupa angin kencang, gelombang
tinggi dan hujan namun hal ini tidak mutlak selalu terjadi.
Selain pengaruh dari posisi dan intensitas badai,
timbulnya hujan lebat dan angin kencang tergantung pula
pada faktor sirkulasi udara di wilayah Indonesia.
Terkadang ketika ada indikasi tumbuh badai, pada
berberapa wilayah kecenderungan cuacanya terlihat
memburuk. Tapi ketika badai itu sudah matang atau sudah
diberi nama (kecuali daerah yang mempunyai radius 500
km dari pusat badai yang lebih sering mengalami hujan
lebat), yang timbul di Indonesia justru hanya angin
kencang dan gelombang tinggi. Kemudian di saat badai
tersebut sudah menjauhi wilayah Indonesia atau ketika
intensitasnya sudah melemah justru cuaca di Indonesia
bagian selatan cenderung banyak hujan lebat. Itu semua
tidak mutlak terjadi. Tergantung dari sirkulasi udara di
atas Indonesia.
Dari kenyataan itu dapat ditegaskan sekali lagi
bahwa Badai tidak selamanya membentuk cuaca buruk di
Indonesia, sehingga diperlukan dalam menganalisa
dibuutuhkan prakirawan cuaca yang berpengalaman dan
qualified, memahami seluk beluk sirkulasi udara, tidak
hanya sekedar melihat satelit awan kemudian
menyimpulkan adanya bibit badai akan mengancam
Indonesia.
KLIMATOLOGI BADAI
Sub Bidang Informasi Meteorologi Publik BMG
telah mengumpulkan data badai tropis yang pernah terjadi
selama 41 tahun dari tahun 1965 – 2005. Data yang
terkumpul khususnya untuk wilayah 0°-50° LS dan 90°-
150° BT. Area ini mencakup wilayah Indonesia bagian
selatan ekuator, Samudra Hindia bagian Timur, benua
Australia, Papua Nugini dan Sebagian Samudera Pasifik
Barat.
Data 41 tahun seperti pada grafik dan tabel di
atas dapat diketahui bahwa benar dikatakan bahwa bulan
Januari, Februari dan Maret adalah periode puncak musim
tumbuhnya badai tropis di wilayah 90 – 150 derajat. Dari
tabel dan grafik menunjukkan bahwa pada bulan-bulan
tersebut rata-rata terjadi 3 hingga 4 badai tropis.
Jumlah terbanyak badai tropis yang pernah
terbentuk di bulan Januari adalah 6 badai. Ini terjadi pada
tahun 1982. Pada bulan Februari 8 badai tropis pernah
terbentuk pada tahun 1971, dan di tahun 1966, 1873, 1974
dan bulan Maret tahun 1990 badai tropis yang terbentuk
pernah mencapai angka 6.
BADAI TROPIS PERIODE 2006 – 2007
NAMA BADAI PERIODE KEJADIAN Jumlah
CLARE 7 - 10 Januari 20062DARYL 19 - 23 Januari 2006
JIM 28 Januari - 1 Februari 20063KATE 22 - 24 Februari 2006
EMMA 26 - 28 Februari 2006LARRY 18 - 20 Maret 2006
3FLOYD 21 - 27 Maret 2006GLENDA 28 - 31 Maret 2006HUBERT 5 - 7 April 2006 2MONICA 17 - 24 April 2006ISOBEL 2 – 3 Januari 2007 1NELSON 6 – 7 Februari 2007 1GEORGE 3 - 9 Maret 2007
2JACOB 7 - 12 Maret 2007
Dari tabel data di atas dapat dilihat bahwa pada
bulan Januari 2006 terjadi 3 buah badai tropis, bulan
Februari 2006 terjadi 2 kali, 3 buah terjadi di bulan Maret
2006, 2 kali terjadi bulan April 2006, dan bulan Maret
2007 sudah terjadi 2 kali kejadian badai setelah
sebelumnya terdapat satu kali kejadian badai masing-
masing di bulan Januari dan Februari 2007.
Jika dibandingkan dengan periode normalnya
(Januari hingga Maret masing-masing 3 hingga 4 kali
kejadian badai), memang terjadi penyimpangan. Namun
bukannya penyimpangan dalam artian “Tahun 2006 atau
tahu 2007 ini lebih banyak daripada normalnya”, justru
yang terjadi adalah sebaliknya, jumlah badai tropis yang
terjadi pada bulan Januari dan Februari kurang dari rata-
ratanya. Namun demikian penyimpangan yang lebih besar
pernah terjadi pada tahun 1991 dan 1995 dimana di bulan
Januari sama sekali tidak ada kejadian badai tropis.
Bagaimana dengan akhir Maret dan April 2007
ini ? Apakah akan tumbuh lagi badai lain ? menurut data
rata-rata 41 tahun menunjukan bulan maret adalah 3,
sementara yang sudah terjadi baru 2 badai, Apakah
sampai dengan akhir Maret ini kan tumbuh ?, dari
modelangin dan model tekanan belum terlihat indikasi
akan ada badai, sedangkan bulan April terlalu dini untuk
memprakirakannya dan perlu diingatkan bahwa badai
dapat diketahui 3 hari sebelumnya.
Kita tidak perlu menunggu sampi datangnya
badai sebaiknya kita harus waspada dan tetap tenang dan
jangan panik, BMG melalui Sub Bidang Informasi
Meteorologi Publik akan memberikan informasi jika
memang sudah terlihat indikasi datangnya badai.
KESIMPULAN
1. Badai Tropis harus dilihat dari kecepatan angin
kemudian baru tekanan bukan dari citra satelit
awan
2. Dampak tidak langsung dari Badai Tropis
ditentukan sirkulasi udara yang sedang terjadi
3. Cuaca Buruk : hujan lebat, angin kencang dan
gelombang tinggi terjadi pada saat sebelum
Badai Tropis tumbuh
4. Badai Tropis tidak melintasi Indonesia, dampak
tidak langsungnya tergantung arah gerakan dari
badai itu sendiri
5. Rata-rata jumlah Badai Tropis pada bulan Maret
sebanyak 3 kali, sedangakan bulan April antara
1 atau 2 kali
REKOMENDASI :
1. Tidak memberikan informasi Badai jika tidak
dilengkapi dengan data yang akurat
2. Agar berkordinasi dengan Sub Bidang Informasi
Meteorologi Publik
3. Dalam menganalisa Puting beliung sebaiknya
tidak perlu dikaitkan dengan Badai Tropis karena
mempunyai skala ruang dan waktu yang sangat
berbeda
DAFTAR PUSTAKA
1. Achmad Zakir. Drs, Hujan lebat, Angin Kencang
dan Badai, 2005
2. Achmad Zakir. Drs, Badai Angin , 2006
3. Achmad Zakir. Drs, Bagaimana mengetahui
adanya Angin Kencang/Putting Beliung, 2006
4. WMO, TD 1129, 2002