bab vii penutup-baru

2
 75 BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian maka dapat diambil kesimpulan 1. Dar i 100 balit a ber usi a 12-59 bul an yang ber kun jun g ke Pus kesm as Keama tan Pan!ran bulan "aret 2011 kejadian #$P% masih tinggi yaitu sebanyak &'( 2. )ambar an *ar iabel kar akt eri stik ibu men unj ukk an pr! p!r si ibu berpe nge tahuan  baik tentang #$P% +5,( berpendidikan tinggi +75( dan ibu yang bekerja sebagai ibu rumah tangga +77(. '. )amb aran *aria bel karak teristik b alita men unjuk kan pr! p!rsi ba lita berus ia 12-'5  bulan +71( berjenis kelamin laki-laki 5/( dan berstatus gii baik &0(. /. %dany a perbedaa n pr!p! rsi yan g ukup b esar antar a pr!p! rsi ibu be rpeng etahu an  baik dan balitanya didiagn!sa #$P% sebesar 7&.,( dengan pr!p!rsi ibu  berpengetahuan kurang dan balitany a didiagn!sa #$P% sebesar &&.,(. 5. %danya per bed aan pr!p! rsi yang uku p bes ar antara pr!p !rsi ibu berpe ndi dik an ti nggi dan ba li tan ya di di agn!sa #$P % seb esar &,.7( de ngan pr !p!r si ibu  berpendidikan rendah dan balitany a didiagn!sa #$P% sebesar 72.0(. ,. %d anya perbedaan pr !p!r si yang ukup besar antara pr!p!r si ibu ya ng ti dak  bekerja dan balitanya didiagn!sa #$P% sebesar &/./( dengan pr!p!rsi ibu yang  bekerja dan balitanya didiagn!sa #$P % sebesar 7&.'(. 7. %dany a per bedaan pr!p !rsi ant ara balit a ber umur 12-'5 bul an dan did iagn!sa #$P% sebesar &7.'( dengan balita berumur ',-59 bulan dan didiagn!sa #$P% sebesar 72./(. &. %dany a perbedaa n pr!p! rsi antar a balita berje nis kelamin laki-la ki dan did iagn! sa #$P% sebesar 79.,( dengan balita berjenis kelamin perempuan dan didiagn!sa #$P% sebesar &7(. 9. %dany a per bed aan pr!p!rs i antara pr!p !rs i bal ita dengan statu s gi i kur ang dan diagn!sa #$P% sebesar &2.5( dengan pr!p!rsi balita dengan status gii baik dan diagn!sa #$P% sebesar &5.0(. 10. i dak dit emu kan ada ny a hub ung an ya ng ber mak na ant ara pen get ahu an ibu  pendidikan ibu dan pekerjaan ibu dengan kejadian #$P% pada balita yang  berkunjung ke Puskesmas Keamatan Pan!ran +  p value 0.05 11. i dak ditemukan ada nya hub ung an yan g ber mak na ant ara umur balita jen is kelamin dan status gii dengan kejadian #$P% pada balita yang berkunjung ke Puskesmas Keamatan Pan!ran +  p value > 0.05. 12. %d any a hubungan ya ng bermakna antara per!k!k di dalam ruma h dengan kejadian #$P% pada balita dikarenakan nilai p sebesar 0.00, +  p value  0.05.

Upload: ainun-zamira-habie

Post on 05-Oct-2015

219 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

koas

TRANSCRIPT

77

BAB VIIKESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian maka dapat diambil kesimpulan

1. Dari 100 balita berusia 12-59 bulan yang berkunjung ke Puskesmas Kecamatan Pancoran bulan Maret 2011 kejadian ISPA masih tinggi yaitu sebanyak 83%

2. Gambaran variabel karakteristik ibu menunjukkan proporsi ibu berpengetahuan baik tentang ISPA (56%), berpendidikan tinggi (75%), dan ibu yang bekerja sebagai ibu rumah tangga (77%).

3. Gambaran variabel karakteristik balita menunjukkan proporsi balita berusia 12-35 bulan (71%), berjenis kelamin laki-laki 54% dan berstatus gizi baik 80%.

4. Adanya perbedaan proporsi yang cukup besar antara proporsi ibu berpengetahuan baik dan balitanya didiagnosa ISPA sebesar 78.6% dengan proporsi ibu berpengetahuan kurang dan balitanya didiagnosa ISPA sebesar 88.6%.

5. Adanya perbedaan proporsi yang cukup besar antara proporsi ibu berpendidikan tinggi dan balitanya didiagnosa ISPA sebesar 86.7% dengan proporsi ibu berpendidikan rendah dan balitanya didiagnosa ISPA sebesar 72.0%.

6. Adanya perbedaan proporsi yang cukup besar antara proporsi ibu yang tidak bekerja dan balitanya didiagnosa ISPA sebesar 84.4% dengan proporsi ibu yang bekerja dan balitanya didiagnosa ISPA sebesar 78.3%.

7. Adanya perbedaan proporsi antara balita berumur 12-35 bulan dan didiagnosa ISPA sebesar 87.3% dengan balita berumur 36-59 bulan dan didiagnosa ISPA sebesar 72.4%.

8. Adanya perbedaan proporsi antara balita berjenis kelamin laki-laki dan didiagnosa ISPA sebesar 79.6% dengan balita berjenis kelamin perempuan dan didiagnosa ISPA sebesar 87%.9. Adanya perbedaan proporsi antara proporsi balita dengan status gizi kurang dan diagnosa ISPA sebesar 82.5% dengan proporsi balita dengan status gizi baik dan diagnosa ISPA sebesar 85.0%.

10. Tidak ditemukan adanya hubungan yang bermakna antara pengetahuan ibu, pendidikan ibu dan pekerjaan ibu dengan kejadian ISPA pada balita yang berkunjung ke Puskesmas Kecamatan Pancoran (p value > 0.05)

11. Tidak ditemukan adanya hubungan yang bermakna antara umur balita, jenis kelamin dan status gizi dengan kejadian ISPA pada balita yang berkunjung ke Puskesmas Kecamatan Pancoran (p value > 0.05).

12. Adanya hubungan yang bermakna antara perokok di dalam rumah dengan kejadian ISPA pada balita dikarenakan nilai p sebesar 0.006 (p value > 0.05).7.2 Saran

7.2.1 Bagi Ibu dan Masyarakat

1. Mengingat paparan terhadap asap rokok memiliki pengaruh terhadap angka kejadian ISPA, ibu dan masyarakat diharapkan dapat melakukan pencegahan pada anak terhadap paparan asap rokok tersebut

2. Mengingat angka kejadian ISPA yang cukup tinggi dan juga penyebarannya yang sangat cepat di masyarakat, diharapkan agar Ibu dan masyarakat melakukan tindakan pencegahan terhadap anggota keluarganya terutama balita.

3. Masyarakat terutama ibu diharapkan meningkatkan pengetahuan mengenai ISPA sehingga dapat melakukan tindakan pencegahan dan juga penanganan dini terhadap ISPA dengan tepat.

7.2.2 Bagi Peneliti Lain

Peneliti diharapkan melakukan penelitian lebih lanjut dengan memperhatikan faktor lingkungan yang berisiko meningkatkan angka kejadian ISPA pada balita dengan menggunakan jenis penelitian yang lain dan jumlah sampel yang lebih besar. Variabel lingkungan yang diteliti nantinya dapat meliputi pemeriksaan mengenai keadaan tempat tinggal, ventilasi, dan jarak tempat tinggal.7.2.3 Bagi Institusi Terkait/Puskesmas

1. Puskesmas diharapkan melakukan penyuluhan yang teratur mengenai pengetahuan ISPA berikut gejala, penyebab, penularan, dan yang terpenting adalah cara pencegahannya.

2. Memaksimalkan peran posyandu sebagai sarana pemantauan status gizi, pemberian vitamin A, dan juga imunisasi terhadap balita.3. Menggencarkan prilaku hidup bersih dan sehat sebagai salah satu cara pencegahan ISPA dan juga pencegahan penyakit infeksi lainnya.