bab iv relevansi kitab ayub dengan pendampingan...

20
54 BAB IV RELEVANSI KITAB AYUB DENGAN PENDAMPINGAN PASTORAL KEDUKAAN Pengertian kedukaan. Setiap manusia pernah mengalami kehilangan. Kehilangan dapat terjadi mulai dari yang dianggap remeh dan sederhana, misal kehilangan uang receh sampai kehilangan yang sangat menyesakkan. Kehilangan dapat berupa berujud banyak, mulai dari dari hal-hal kecil sampai hal yang menyangkut kehidupan. Kehilangan dapat berupa sakit, baik yang ringan maupun yang tak tersembuhkan, yang menyebabkan kehilangan kesehatan. Kehilangan dapat berupa kematian dari orang-orang di sekitar kita dan orang-orang terdekat. Kehilangan dapat melanda seluruh aspek kehidupan manusia. Kehilangan menimbulkan kedukaan. Kamus webster’s ninth New Collegiate Dictionary, kata grief (kedukaan) berarti a deep and poignant distress caused by or as if by bereavement, kedukaan adalah penderitaan batin yang sangat dalam karena peristiwa kehilangan. Kedukaan adalah reaksi terhadap suatu kehilangan. Baker Encyclopedia of Psychology, memberi definisi bahwa kedukaan (grief) adalah the cognitive anda emotional process of working throught a significant loss, kedukaan adalah proses kognitif (pikiran, logika) dan emotif

Upload: buixuyen

Post on 28-May-2019

229 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB IV RELEVANSI KITAB AYUB DENGAN PENDAMPINGAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/12302/4/T2_752010020_BAB IV.pdf · Faktor –faktor yang memengaruhi kedalaman kedukaan.kedalaman

54

BAB IV

RELEVANSI KITAB AYUB DENGAN PENDAMPINGAN PASTORAL

KEDUKAAN

Pengertian kedukaan.

Setiap manusia pernah mengalami kehilangan. Kehilangan dapat terjadi

mulai dari yang dianggap remeh dan sederhana, misal kehilangan uang receh

sampai kehilangan yang sangat menyesakkan.

Kehilangan dapat berupa berujud banyak, mulai dari dari hal-hal kecil

sampai hal yang menyangkut kehidupan. Kehilangan dapat berupa sakit, baik

yang ringan maupun yang tak tersembuhkan, yang menyebabkan kehilangan

kesehatan. Kehilangan dapat berupa kematian dari orang-orang di sekitar kita dan

orang-orang terdekat. Kehilangan dapat melanda seluruh aspek kehidupan

manusia.

Kehilangan menimbulkan kedukaan. Kamus webster’s ninth New

Collegiate Dictionary, kata grief (kedukaan) berarti a deep and poignant distress

caused by or as if by bereavement, kedukaan adalah penderitaan batin yang sangat

dalam karena peristiwa kehilangan. Kedukaan adalah reaksi terhadap suatu

kehilangan.

Baker Encyclopedia of Psychology, memberi definisi bahwa kedukaan

(grief) adalah the cognitive anda emotional process of working throught a

significant loss, kedukaan adalah proses kognitif (pikiran, logika) dan emotif

Page 2: BAB IV RELEVANSI KITAB AYUB DENGAN PENDAMPINGAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/12302/4/T2_752010020_BAB IV.pdf · Faktor –faktor yang memengaruhi kedalaman kedukaan.kedalaman

55

(perasaan) dalam menghadapi kehilangan sesuatu yang berharga. Totok

Wiryosaputra (2003) menambahkan bahwa bukan hanya kognitif dan emotif,

tetapi menyangkut seluruh aspek kehidupan manusia (fisik, mental: kognitif dan

mental, spiritual dan sosial).

Robert E. Neale dalam Loneliness: Depression, Grief, and Alienation,

mengutip pendapat Maris tentang kedukaan. Kedukaan adalah akibat dari suatu

kehilangan dan merupakan proses peralihan dari situasi terkejut dan

ketidakmampuan melupakan masa lalu menuju situasi sedih yang sangat dalam

atas peristiwa kehilangan itu, kemudian berusaha memanfaatkan apa yang

berharga pada masa lalu sebagai dasar pola hubungan yang baruyang berguna.

Maris menggambarkan kedukaan sebagai suatu proses peralihan dari tahap

terkejut, tidak dapat menerima kenyataan dan merasakan kesedihan yang sangat

dalam sampai mencapai keseimbangan yang baru: bertumbuh.

Granger Westberg (1971) menyebut kedukaan sebagai nafas. Kedukaan

seperti gerakan simultan dalam bernafas, ada nafas ringan, ada nafas berat.

Demikian juga dengan kedukaan, ada kedukaan ringan dan ada kedukaan berat.

David A. Tomb (1981) menyebutkan kedukaan sebagai sebuah reaksi normal

terhadap peristiwa kehilangan atas sesuatu yang berharga. Ia mengartikan

kedukaan kecil sebagai kedukaan normal dan kedukaan besar sebagai kedukaan

abnormal atau kedukaan yang tidak terpecahkan.

Kedukaan merupakan reaksi manusiawi untuk mempertahankan diri

ketika sedang mengalami peristiwa kehilangan. Kedukaan bukan hanya

Page 3: BAB IV RELEVANSI KITAB AYUB DENGAN PENDAMPINGAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/12302/4/T2_752010020_BAB IV.pdf · Faktor –faktor yang memengaruhi kedalaman kedukaan.kedalaman

56

merupakan tanggapan seseorang secara kognitif dan emotif terhadap kehilangan,

tetapi juga merupakan tanggapan secara holistik terhadap kehilangan atas sesuatu

yang dianggap bernilai, berharga atau penting. Tanggapan secara holistik berarti

menyangkut seluruh aspek kehidupan manusia: fisik, mental, spiritual dan sosial.

Kedukaan merupakan tanggapan holistik karena seseorang mengerahkan seluruh

aspek keberadaannya sebagai satu kesatuan yang utuh untuk menghadapi sebuah

peristiwa kehilangan yang terjadi.1

Kedukaan adalah fakta universal. Kedukaan adalah fakta dalam kehidupan

manusia dalam semua kurun waktu, budaya, ras, maupun agama. Kedukaan

adalah proses normal dalam kehidupan manusia. Orang yang berduka akan

melewati proses kedukaan (normal grief) dengan wajar pada kurun waktu

tertentu.2 Proses kedukaan dapat dikatakan selesai apabila orang yang berduka

sudah dapat mengingat dan menceriterakan dengan jelas peristiwa kehilangan

tanpa perasaan sedih atau dalam penderitaan batin dan dapat menyesuaikan diri

lagi dengan kehidupan barunya secara normal. Orang yang telah menyelesaikan

kedukaaannya berarti telah mengalami pengalaman kedukaan secara penuh dan

utuh.3

Kedukaan bisa menjadi kedukaan yang tidak normal ( pathological grief)

apabila orang yang berduka tidak mampu mengelola kedukaannya, sehingga

hidupnya terganggu. Gangguan itu dapat berupa perubahan perilaku, tindakan

1 Totok S. Wiryasaputra, Mengapa Berduka, Kreatif Mengelola Perasaan Duka

(Yogyakarta: Kanisius, 2023), 24-25.

2 Totok S. Wiryasaputra memberikan ancar-ancar waktu sekitar 1 tahun,ibid, sedangkan

Yakub B. Susabda memberikan batas waktu paling lama 3 tahun (Yakub B. Susabda, Pastoral Konseling,jilid 2 (Malang: Gandum Mas, 2008).

3 Ibid.

Page 4: BAB IV RELEVANSI KITAB AYUB DENGAN PENDAMPINGAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/12302/4/T2_752010020_BAB IV.pdf · Faktor –faktor yang memengaruhi kedalaman kedukaan.kedalaman

57

yang berbeda sesudah dan sebelum peristiwa kehilangan. Biasanya gejala-gejala

kedukaan patogenik muncul secara berkepanjangan. Kedukaan patogenik

menunjuk pada kedukaan normal yang berubah menjadi kedukaan yang tidak

terselesaikan (unresolved grief). Kedukaan patogenik adalah kedukaan yang

menjerat sehingga orang tidak dapat melepaskan dari keterikatan emosinya

dengan yang hilang.4

C.M. Parker menyebutkan ada empat fase yang umumnya dialami oleh

setiap orang yang berduka:5

1. Fase numbness. Fase yang berupa pengalaman shock atas berita kehilangan,

diikuti dengan masa di mana realita kehilangan itu belum dapat menyentuh

dan menggerakkan emosi. Pada fase ini rasio dan emosi belum bekerja

secara harmonis, salah satu bentuknya adalah penduka berusaha menangis

tetapi air mata belum dapat keluar. Fase ini biasanya terjadi pada

kehilangan secara mendadak.

2. Fase Yearning. Fase di mana penduka mencoba mengatasi realita

kehilangan. Hal ini bisa diekspresikan dalam bentuk penyangkalan diri

(denial), tawar menawar (bargaining), menutup diri (isolation).

3. Fase disorganization dan despair. Pada fase ini penduka mulai menyadari

realita yang tidak dapat diubah dan tidak ada lagi tuntutan untuk

membatalkan realita tersebut.

4. Fase reorganization. Fase penyesuaian dengan kondisi yang baru

4 Yakub B. Susabda, Pastoral Konseling,jilid 2, buku Pegangan untuk Pemimpin Gereja

(Malang: Gandum Mas, 2008), 100.

5 Ibid.

Page 5: BAB IV RELEVANSI KITAB AYUB DENGAN PENDAMPINGAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/12302/4/T2_752010020_BAB IV.pdf · Faktor –faktor yang memengaruhi kedalaman kedukaan.kedalaman

58

Faktor –faktor yang memengaruhi kedalaman kedukaan.kedalaman

kedukaan dipengaruhi: pertama, obyek yang hilang: kasat mata (maujud) dan

tidak kasat mata (mujarad). Semakin bernilai obyek yang hilang semakin dalam

kedukaan yang ditimbulkan dan kehilangan yang tidak kasat mata lebih mendalam

daripada yang kasat mata. Kedua, cara kehilangan: biasa atau tragis. Kehilangan

secara tragis menimbulkan kedukaan yang lebih dalam dibandingkan kehilangan

secara biasa. Ketiga, jangka waktu kehilangan: sementara atau selamanya.

Kehilangan untuk waktu selamanya menimbulkan kedukaan yang lebih dalam

dibandingkan kehilangan untuk sementara. Keempat, lapisan kedukaan: tunggal

atau bertumpuk. Kedukaan yang disebabkan karena kehilangan secara bertumpuk,

lebih dalam dibandingkan yang tunggal. Kelima, nilai obyek yang hilang: rendah

atau tinggi. Semakin tinggi nilai obyek yang hilang menimbulkan kedukaan yang

lebih dalam dibanding yang rendah.6

Orang yang mengalami kedukaan membutuhkan pendampingan.

Pendamping yang dibutuhkan adalah orang yang mampu mengerti, mampu

mendengar, dan memperhatikan (caring) dibanding dengan nasehat-nasehat

verbal. Pendamping akan mampu mendampingi orang yang berduka (terdamping)

apabila mampu:7

1. Mendorong terdamping untuk mengekspresikan dengan perasaan dan

pikirannya atas kehilangan yang dialami. Mampu mengerti apa yang

6 Totok S. Wiryasaputra, Mengapa Berduka, Kreatif Mengelola Perasaan Duka

(Yogyakarta: Kanisius, 2023), 27.

7 Yakub B. Susabda, Pastoral Konseling, buku Pegangan untuk Pemimpin Gereja (Malang:

Gandum Mas, 2008), 104-105.

Page 6: BAB IV RELEVANSI KITAB AYUB DENGAN PENDAMPINGAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/12302/4/T2_752010020_BAB IV.pdf · Faktor –faktor yang memengaruhi kedalaman kedukaan.kedalaman

59

dirasakan dan dipikirkan terdamping akan menjadi modal bagi terdamping

untuk berani menghadapi realita.

2. Terdamping dapat merasakan bahwa pendamping menyertai dan siap

membantu. Kehadiran pendamping dengan maksud siap membantu pada

saat dibutuhkan.

3. Pendamping mampu menempatkan diri sebagai pendengar dan teman

bicara. terdamping dalam kedukaannya ingin mengungkapkan pikiran dan

perasaannya berkaitan dengan peristiwa yang dialaminya. Diperlukan

pendamping yang mau dan mampu mendengar tanpa interupsi dan tanpa

keinginan untuk cepat-cepat memberi jawab, resep dan nasehat, teguran-

teguran.

Pengertian dan fungsi pendampingan pastoral.

Kata pendampingan umumnya dikaitkan dengan kata care yang artinya

asuhan, perawatan, penjagaan, perhatian penuh. Istilah pastoral berasal dari

bahasa Latin pastor, yang berarti gembala. Jika kata ini dikaitkan dengan pelaku

atau seseorang yang bersifat pastoral artinya seseorang yang mempunyai sifat

gembala, yang bersedia merawat, menjaga, memelihara, melindungi dan

menolong orang lain. Pendampingan pastoral mempunyai arti sebuah proses

yang dilakukan oleh seseorang yang bersedia untuk memberikan perhatian,

perawatan, pemeliharaan, perlindungan kepada seseorang yang membutuhkan.

Bagi umat Kristen, Tuhan Yesus menjadi acuan dan ukuran dalam

melakukan tindakan pastoral. Beberapa kali Tuhan Yesus diperkenalkan sebagai

sebagai gembala yang baik (Yohanes 10). Makna gembala yang baik adalah

Page 7: BAB IV RELEVANSI KITAB AYUB DENGAN PENDAMPINGAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/12302/4/T2_752010020_BAB IV.pdf · Faktor –faktor yang memengaruhi kedalaman kedukaan.kedalaman

60

seseorang yang lemah lembut, yang bersedia menjadi penolong, pemelihara

manusia, sekaligus pada waktu yang sama memberikan kebebasan kepada

manusia yang ditolongnya untuk mengambil sikap dan mengambil keputusan

sendiri. Tuhan Yesus memandang manusia yang ditolong dan didampingi-Nya

sebagai pribadi yang utuh.8

Aart Van Beek memberikan pengertian pendampingan pastoral adalah

suatu kegiatan kemitraan, bahu membahu, menemani, berbagai dengan tujuan

untuk saling menumbuhkan dan mengutuhkan yang bersifat pastoral.

Pendampingan pastoral merupakan bentuk pertolongan kepada sesama yang utuh

mencakup jasmani, mental, sosial dan spiritual (Aart Van Beek, 2007).

William A. Clebsch memberi pengertian pendampingan pastoral (pastoral

care) sebagai tindakan pelayanan pertolongan yang dilakukan orang Kristen yang

memiliki kemampuan, yang bertujuan untuk menyembuhkan (healing),

mendukung (sustaining), mengarahkan (guiding) dan memulihkan (reconsciling)

orang yang memiliki masalah yang ultima (ultimate meaning).

Penyembuhan adalah fungsi pastoral yang bertujuan untuk mengatasi

beberapa kerusakan dengan cara mengembalikan orang itu pada suatu keutuhan

dan menuntun dia ke arah yang lebih baik daripada kondisi sebelumnya. Setiap

orang yang mengalami penderitaan tidak dapat menerima apa yang terjadi

terutama perubahan dari fungsi hidupnya. Luka batin, kerusakan tubuh

seringkali tidak memampukan seseorang menerima keadaannya dengan baik,

8 Aart Van Beek, Konseling Pastoral, Sebuah Buku Pegangan bagi Para Penolong di

Indonesia (Semarang: Penerbit Satyawacana, 1987), 6-7.

Page 8: BAB IV RELEVANSI KITAB AYUB DENGAN PENDAMPINGAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/12302/4/T2_752010020_BAB IV.pdf · Faktor –faktor yang memengaruhi kedalaman kedukaan.kedalaman

61

mereka merasa tidak berguna dengan keadaan yang dialami. Fungsi

penyembuhan menyakinkan kembali bahwa masih ada pengharapan baru

didalam kerusakan tubuhnya atau luka batinnya.

Penopangan berarti, menolong orang lain yang “terluka” untuk bertahan

dan melewati suatu keadaan yang didalamnya pemulihan kepada kondisi semula

atau penyembuhan dari penyakitnya tidak mungkin atau tipis kemungkinannya.

Penopangan dilakukan supaya orang yang mengalami penderitaan berat tidak

mudah kehilangan keyakinannya terutama kepada Tuhan. Seseorang yang sudah

tua dan mengalami penyakit menahun seringkali menghadapi situasi yang

demikian. Oleh karena itu bagi yang menderita dan orang-orang terdekat

ditopang supaya mampu mempertahankan semangat hidupnya, agar tetap

bertahan dalam pengharapannya.

Pembimbingan, berarti membantu orang-orang yang kebingungan untuk

menentukan pilihan-pilihan yang pasti diantara berbagai pikiran dan tindakan

alternatif, jika pilihan-pilihan demikian dipandang sebagai yang mempengaruhi

keadaan jiwanya sekarang dan yang akan datang. Seseorang yang mengalami

penderitaan baik kehilangan anggota tubuhnya, kehilangan keluarganya,

kehilangan harta bendanya seringkali mengalami situasi sulit untuk menentukan

apa yang harus dilakukan selanjutnya. Kebanyakan seseorang yang kehilangan

tidak siap menerima perubahan yang terjadi akibatnya mereka menjadi

kehilangan arah. Fungsi pembimbingan memampukan mereka yang kehilangan

agar dapat menentukan pilihan yang paling baik untuk kelanjutan hidupnya.

Page 9: BAB IV RELEVANSI KITAB AYUB DENGAN PENDAMPINGAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/12302/4/T2_752010020_BAB IV.pdf · Faktor –faktor yang memengaruhi kedalaman kedukaan.kedalaman

62

Pendamaian, berupaya membangun ulang relasi manusia dengan

sesamanya, dan antara manusia dengan Allah. Secara tradisi sejarah,

pendamaian menggunakan dua bentuk yaitu pengampunan dan disiplin,

tentunya dengan didahului oleh pengakuan. Pendamaian berfungsi menuntun

mereka kembali untuk menemukan arti kediriannya diantara relasi dengan

manusia lain dan dengan Tuhan. Supaya mereka kembali berfungsi sebagaimana

manusia pada umumnya.

Howard Clinebell menambahkan satu fungsi pendampingan pastoral

yaitu: pemeliharaan atau pengasuhan (nurturing). Pengasuhan bertujuan untuk

memampukan orang untuk mengembangkan potensi-potensi yang diberikan

Allah kepada mereka, di sepanjang kehidupan manusia.

Di sisi lain, menurut Totok S. Wiryasaputra di dalam bukunya Ready to

Care, Pendampingan dan Konseling Psikologi, manusia dapat dipahami

sebagai mahluk holistik dan mahkluk perjumpaan.

Manusia sebagai mahkluk holistik adalah manusia dalam kondisi

seutuhnya yang meliputi aspek fisik, mental, spiritual dan sosial. Pengertian

manusia yang sehat berarti manusia memiliki kondisi sehat secara utuh,

sejahtera dalam aspek fisik, mental, spiritual dan sosial. Aspek fisik berkaitan

dengan bagian yang nampak (badan, wadhag, Jawa) dari hidup manusia. Aspek

ini terutama mengacu pada hubungan manusia dengan bagian luar dirinya.

Dengan aspek fisik ini manusia dapat dilihat, diraba, disentuh, dan diukur.

Kedua, aspek mental. Aspek ini berkaitan dengan pikiran, emosi, dan

Page 10: BAB IV RELEVANSI KITAB AYUB DENGAN PENDAMPINGAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/12302/4/T2_752010020_BAB IV.pdf · Faktor –faktor yang memengaruhi kedalaman kedukaan.kedalaman

63

kepribadian manusia. Aspek mental ini juga berkaitan dengan cipta, rasa, karsa,

motivasi, dan integrasi diri manusia. Selanjutnya, aspek mental mengacu pada

hubungan seseorang dengan bagian dalam dari dirinya (batin, jiwa). Se-

sungguhnya, aspek ini tidak tampak, sehingga tidak dapat diraba, disentuh, dan

diukur. Aspek mental memampukan manusia berhubungan dengan diri sendiri

dan lingkungannya secara utuh, memberadakan, membuat jarak (distansi),

membedakan diri, dan bahkan dengan diri sendiri. Aspek spiritual. Dalam hal

ini, aspek spiritual berhubungan dengan jati diri manusia. Manusia secara

khusus dapat berhubungan dengan sang Pencipta sejati, Allah. Aspek ini

mengacu pada hubungan manusia dengan sesuatu yang berada jauh di luar

jangkauannya. Aspek ini juga tidak tampak. Inilah aspek vertikal dari kehidupan

manusia. Dalam hal ini manusia bergaul dengan sesuatu yang agung, yang

berada di luar dirinya, dan mengatasi kehidupannya. Aspek ini memungkinkan

manusia berhubungan dengan dunia lain, yang transenden. Aspek sosial. Aspek

ini berkaitan dengan keberadaan manusia yang tidak mungkin berdiri sendiri.

Dia tidak pernah berhenti pada dirinya sendiri. Manusia harus dilihat dalam

hubungannya dengan pihak luar secara horizontal, yakni dunia sekelilingnya. la

harus berada bersama dengan sesuatu atau seseorang lain. la selalu hidup dalam

sebuah interelasi dan interaksi yang berkesinambungan. Seluruh aspek hidup

manusia saling berkaitan dan mempengaruhi secara sistemik dan sinergik

membentuk eksistensi manusia sebagai keutuhan yang bertumbuh mencapai

Page 11: BAB IV RELEVANSI KITAB AYUB DENGAN PENDAMPINGAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/12302/4/T2_752010020_BAB IV.pdf · Faktor –faktor yang memengaruhi kedalaman kedukaan.kedalaman

64

kepenuhannya. Kita dapat membedakan satu aspek dari aspek yang lain, namun

pada dasarnya kita tidak dapat memisahkannya.9

Manusia juga merupakan makhluk perjumpaan, artinya keberadaannya

adalah bersama dengan sesuatu atau seseorang yang lain. Hakikat keberadaan

manusia adalah selalu berhadapan dengan yang lain. Manusia bertumbuh dalam

proses menjumpai dan dijumpai.10

Pendampingan merupakan bentuk langsung

dari hakekat manusia sebagai makhluk perjumpaan.

Ketrampilan dalam Pendampingan Pastoral.

Pendampingan pastoral sebagai tindakan membutuhkan ketrampilan.

Ketrampilan merupakan kemampuan pendamping dalam proses

pendampingannya. Ketrampilan dasar yang harus dimiliki pendamping adalah:11

1. Hadir. Pendamping hadir baik secara fisik maupun psikologis. Secara

fisik, melalui penampilannya pendamping meyakinkan terdamping,

bahwa ia “ada dengan” (being with) terdamping secara total.

Pendamping siap bersama terdamping dengan konsentrasi penuh. Secara

psikologis, pendamping mampu mendengarkan terdamping dengan

penuh perhatian dan konsentrasi. Pendamping mampu mendengarkan

yang tersurat (lisan) maupun tersirat (non lisan) dari terdamping yang

didampinginya.

9 Totok S. Wiryasaputra, Ready to Care (Yogyakarta: Galangpress, 2006), 39-40.

10

Ibid, 47.

11 Mesach Krisetya, Tahap-tahap Konseling Pastoral Jangka Panjang, dalam Aart Van

Beek, Konseling Pastoral, Sebuah Pegangan bagi Para Penolong di Indonesia (Semarang: Penerbit Satyawacana, 1987), 33-37.

Page 12: BAB IV RELEVANSI KITAB AYUB DENGAN PENDAMPINGAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/12302/4/T2_752010020_BAB IV.pdf · Faktor –faktor yang memengaruhi kedalaman kedukaan.kedalaman

65

2. Empati. Secara etimologis kata empati berasal dari bahasa Yunani, em

dan pathete yang berarti di dalam dan merasakan. Empati berarti turut

merasakan dan memasuki serta memahami dunia terdamping

sebagaimana adanya dalam rangka menolong terdamping untuk

memecahkan masalahnya sendiri. Dengan empati, pendamping mampu

melihat dunia terdamping dari perspektif dan kerangka terdamping

(discriminate) dan mampu mengkomunikasikan bahwa pendamping

telah menangkap perasaan dan tingkah laku serta pengalaman

terdamping (communicate).

3. Ketrampilan – ketrampilan lain, antara lain :

- Penghargaan: pendamping menghargai terdamping, menerima

dan ada untuk menolong dan melayani.

- Keaslian: kesediaan untuk menolong adalah asli, bukan kepura-

puraan.

- Konfrontasi : pendamping menantang hal-hal yang tidak jelas

bagi terdamping, dengan tujuan menolongnya mengembangkan

pengertian yang membawa kepada tingkah laku yang konstruktif.

Kedukaan Sebagai Bagian dari Krisis Hidup Manusia.

Krisis dipahami sebagai suatu situasi, di mana manusia ada dalam

persimpangan jalan untuk mengambil keputusan atau tindakan. Krisis terjadi

ketika manusia mengalami goncangan batin yang melewati ambang batas

Page 13: BAB IV RELEVANSI KITAB AYUB DENGAN PENDAMPINGAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/12302/4/T2_752010020_BAB IV.pdf · Faktor –faktor yang memengaruhi kedalaman kedukaan.kedalaman

66

mekanisme pertahanan psikologisnya, sehingga dapat mengganggu kondisi

batin seorang, yang menyebabkan tidak dapat berfungsi normal.12

Krisis terutama berkaitan dengan aspek mental. Aspek mental terdiri dari

perasaan (afeksi), pikiran (kognisi) dorongan (motivasi) dan kepribadian. Secara

holistik aspek mental juga berkaitan dengan aspek fisik, spiritual dan sosial.

Pada umumnya krisis berkaitan dengan penderitaan, keprihatinan,

gangguan, konflik, ketidaknyamanan batin dan kesedihan yang dialami oleh

seseorang. Secara konkrit krisis berkaitan dengan kehilangan, kedukaan, sakit

berkepanjangan, kegagalan hidup baik dalam relasi dengan sesama (pacar,

keluarga, masyarakat) maupun karena pekerjaan.

Ada tiga kategori kritis. Pertama, krisis perkembangan (developmental

crisis). Krisis ini berkaitan dengan tahap perkembangan hidup manusia, dari

lahir, bayi, kanak-kanak, remaja, dewasa, pernikahan, tengah baya, matang,

lanjut usia dan meninggal. Kedua, krisis situasional (situasional/accidental

crisis), krisis yang tejadi karena adanya yang dianggap kecelakaan (accident),

misalnya sakit, kehilangan jabatan, perceraian, tidak lulus ujian, kematian pada

usia muda. Ketiga, krisis eksistensial (existensial crisis). Krisis eksistensial

berkaitan dengan konflik dan tekanan batin yang disebabkan kehilangan harga

diri, tidak mendapat kesempatan dalam pengambilan keputusan, perendahan

nilai-nilai kemanusiaan.13

12 Ibid.

13

Totok S. Wiryasaputra, Ready to Care (Yogyakarta: Galangpress, 2006), 77.

Page 14: BAB IV RELEVANSI KITAB AYUB DENGAN PENDAMPINGAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/12302/4/T2_752010020_BAB IV.pdf · Faktor –faktor yang memengaruhi kedalaman kedukaan.kedalaman

67

Kedukaan merupakan bagian dari krisis hidup manusia. Kedukaan dapat

dipahami penderitaan batin yang sangat dalam karena suatu peristiwa

kehilangan.14

Menurut Totok S. Wiryasaputra kedukaan mencakup seluruh

aspek kehidupan manusia (aspek holistik). Aspek itu adalah: aspek fisik, mental

(kognitif dan emotif), spiritual dan sosial.

Kedukaan merupakan reaksi manusiawi untuk mempertahankan diri

ketika kita sedang menghadapi peristiwa kehilangan. Sebenarnya, kedukaan

bukan hanya merupakan tanggapan seseorang secara kognitif dan emotif

terhadap kehilangan, tetapi juga merupakan tanggapan seseorang secara holistik

terhadap kehilangan atas sesuatu yang dianggap bernilai, berharga, atau penting.

Tanggapan secara holistik berarti menyangkut seluruh aspek kehidupan manusia

(fisik, mental, spiritual, dan sosial). Kedukaan merupakan tanggapan holistik

karena seseorang mengerahkan seluruh aspek keberadaannya sebagai satu

kesatuan yang utuh untuk menghadapi sebuah peristiwa kehilangan yang terjadi.

Dr. Elisabeth Kubler-Ross, menyimpulkan bahwa orang yang berduka

mengalami lima fase kedukaaa (stages of grief). Fase-fase itu adalah: Pertama,

Penolakan dan isolasi (Denial and Isolation). Fase ini adalah fase di mana

orang yang berduka menolak atas peristiwa yang terjadi padanya dan karena

penolakan itu kemudian menutup diri. Kedua, marah (anger) merupakan fase di

mana orang yang berduka merasa bahwa keterkejutan, ketidakpercayaan dan

isolasi yang dilakukan tidak berpengaruh apa-apa. Meskipun secara rasional

14 Definisi asli dari kamusWebster’s Ninth New Collegiate Dictionary: “a deep and

poingnant distress caused by or as if by bereavement, dikutip dari Totok S. Wiryasaputra dalam bukunya Mengapa Berduka, Kreatif Mengelola perasaan Duka (Yogyakarta: Kanisius, 2003), 24.

Page 15: BAB IV RELEVANSI KITAB AYUB DENGAN PENDAMPINGAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/12302/4/T2_752010020_BAB IV.pdf · Faktor –faktor yang memengaruhi kedalaman kedukaan.kedalaman

68

penderita dapat menerima tetapi secara emosional, perasaan hatinya

memberontak, kecewa dan menimbulkan kemarahan. Rasa marah dapat

ditujukan pada diri sendiri, pada orang-orang terdekat, pada orang lain bahkan

kepada Tuhan. Ekspresi kemarahan dapat dimunculkan dengan nyata, atau

dalam bentuk kemarahan yang tersembunyi. Ketiga Tawar menawar

(bargaining). Pada fase ini orang yang berduka mulai mengadakan tawar

menawar . "kalau boleh ...", merupakan ungkapan yang dilontarkan .

Tahap tawar menawar dapat diarahkan kepada siapa saja baik perorangan,

lembaga bahkan kepada Tuhan. Tahap tawar menawar ini biasanya tidak

bertahan lama. Keempat, depresi (depression), fase depresi adalah fase di mana

orang yang berduka merasa sangat tertekan secara psikologis. Secara psikologis,

gejala-gejala depresi antara lain, diam, tidak mau beraktivitas, tidak ada

semangat hidup, tidak ada napsu makan, tidak dapat berpikir jernih, merasa

sendirian, dan sebagainya. Kelima, penerimaan (acceptance). Tahap ini dapat

disebut pasrah atau berserah. Pasrah dalam tahap ini adalah pasrah yang

positif. Orang yang berduka dapat menerima keadaannya, ia siap menjemput

masa depan.15

Relevansi Kitab Ayub dengan Pendampingan Pastoral Kedukaan.

Kitab Ayub adalah sebuah kitab kebijaksanaan dengan tema utama tentang

penderitaan. Tokoh Ayub dalam kitab Ayub adalah seseorang yang hidupnya

benar yang mengalami penderitaan yang bertubi-tubi. Penderitaan yang dialami

15 Catatan: Fase-fase tersebut di atas tidak selalu nampak Jelas, kadang fase-

fase itu bisa melompat-melompat,atau kembali ke fase sebelumnya.

Page 16: BAB IV RELEVANSI KITAB AYUB DENGAN PENDAMPINGAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/12302/4/T2_752010020_BAB IV.pdf · Faktor –faktor yang memengaruhi kedalaman kedukaan.kedalaman

69

Ayub merupakan penderitaan karena kehilangan semua yang menjadi miliknya

dan yang sangat berarti baginya.16

Dalam pengertian kedukaan, penderitaan yang

dirasakan dan dialami karena kehilangan yang dianggap berharga dan berarti

dimengerti sebagai kedukaan. Tokoh Ayub dalam kitab Ayub adalah tokoh yang

mengalami kedukaan.

Relevansi kitab Ayub dengan pendampingan pastoral kedukaan :

1. Kitab Ayub sebuah kitab kebijaksanaan tentang penderitaan. penderitaan

adalah suatu fakta universal. Penderitaan terjadi pada setiap manusia

dalam berbagai jaman, ras, agama, jenis kelamin. Apa yang dialami tokoh

Ayub bisa juga dialami oleh setiap manusia pada level yang berbeda-beda.

2. Tokoh Ayub adalah kita. Tokoh Ayub dalam kitab Ayub bukanlah figur

historis.17

Karena bukan figur historis, pengalaman penderitaan Ayub

adalah pengalaman penderitaan kita sebagai manusia. Setiap manusia

dapat menjadi Ayub ketika mengalami penderitaan.

3. Penderitaan yang dialami Ayub menimbulkan kedukaan. Penderitaan

Ayub adalah penderitaan karena kehilangan hal-hal yang sangat berarti

dan berharga. Kedukaan adalah penderitaan batin yang sangat dalam

karena peristiwa kehilangan. Kedukaan merupakan reaksi terhadap suatu

16

Dalam kitab Ayub 1:13-2:13, digambarkan bentuk kehilangan yang dialami Ayub berupa: harta-benda, anggota keluarga (anak-anak), kesehatan, keberadaan dan identitas sosialnya.

17 Dalam ceritera-ceritera rakyat di daerah Mesopotamia, Timur Tengah, babel, ada

ceritera tentang Ayub yang digambarkan sebagai sheik yang kaya-raya yang hidupnya benar, yang mengalami penderitaan. Tokoh dalam ceritera rakyat itu dipakai oleh pengarang Kitab Ayub untuk menggambarkan penderitaan, mempermudah pengertian pembacanya dan sebagai legitimasi pemahaman pengarang tentang penderitaan.

Page 17: BAB IV RELEVANSI KITAB AYUB DENGAN PENDAMPINGAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/12302/4/T2_752010020_BAB IV.pdf · Faktor –faktor yang memengaruhi kedalaman kedukaan.kedalaman

70

kehilangan. Dengan demikian Ayub yang mengalami penderitaan adalah

juga Ayub yang mengalami kedukaan.

4. Kedukaan Ayub juga dapat terjadi pada setiap manusia, sama seperti

penderitaan, kedukaan adalah fakta universal.

5. Ayub yang berduka membutuhkan pendampingan. Kedukaan yang

dialami adalah kedukaan penuh, karena kedukaan itu menyentuh seluruh

aspek kehidupannya. Ayub kehilangan harta-benda (fisik-ekonomi),

kehilangan anak-anak karena kematian (mental), kehilangan penghargaan

dari istri, masyarakat (sosial) dan kehilangan dengan goyahnya keyakinan

akan kebaikan Allah (spiritual). Kedukaan Ayub adalah kedukaan yang

mendalam, ia kehilangan segala-galanya dan bahkan semua terjadi secara

beruntun. Ayub mengalami krisis dalam hidupnya. krisis yang terjadi

menyebabkan Ayub mengalami depresi.18

Dalam situasi tersebut di atas,

dibutuhkan pertolongan dari pihak lain. Pertolongan itu berujud

pendampingan.

6. Dalam perspektif pendampingan, ada dua bentuk pendampingan yang ada

dalam kitab Ayub:

1. Pendampingan yang dilakukan ketiga teman Ayub (Elifas, Bildad

dan Zopar). Pada awalnya tindakan yang dilakukan teman-teman

Ayub menunjukkan ketrampilan pada awal pendampingan yaitu

“hadir” (Ayub 2:11). Teman-teman Ayub hadir secara fisik, tetapi

tidak hadir secara psikologis yang nampak dalam

18 Ayub 3 dapat dilihat sebagai ungkapan dalam situasi depresi yang dialami tokoh

Ayub.

Page 18: BAB IV RELEVANSI KITAB AYUB DENGAN PENDAMPINGAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/12302/4/T2_752010020_BAB IV.pdf · Faktor –faktor yang memengaruhi kedalaman kedukaan.kedalaman

71

ketidakmampuan untuk “mendengar” keluhan dan pergumulan

dibalik kondisi Ayub. Para teman Ayub tidak memiliki

ketrampilan empati, yang mereka miliki hanyalah simpati,19

seperti yang nampak dalam Ayub 2:12-13:

”Ketika mereka memandang dari jauh, mereka tidak

mengenalnya lagi.lalu menangislah mereka dengan suara

nyaring. Mereka mengoyak jubahnya dan menaburkan debu di

kepala terhadap langit. Lalu mereka duduk bersama-sama dia

selama tujuh hari tujuh malam. Seorangpun tidak mengucapkan

sepatah kata kepadanya, karena mereka melihat, bahwa sangat

berat penderitaannya”. Kegagalan berempati menyebabkan

teman-teman Ayub tidak dapat memahami yang dirasakan Ayub.

Mereka menjadi subyektif melihat persoalan yang dialami Ayub

dan mendasarkan persoalan yang dialami Ayub tersebut dengan

perspektif pemahaman mereka. Teman-teman Ayub melakukan

kesalahan dalam pendampingan yaitu, dalam perspektif mereka

tentang penderitaan, mereka menuduh, mendakwa, bahkan

menghakimi Ayub dengan vonis: penderitaan Ayub karena dosa

yang dilakukan. Pendampingan yang dilakukan teman-teman

Ayub merupakan gambaran pendampingan yang gagal dalam

perspektif pendampingan pastoral. Pemulihan kedukaan tidak

19 Simpati diartikan larut dan menjadi bagian dari hal-hal yang dialami orang lain,

sehingga tertarik amat kuat dalam situasi yang dialami, yang menyebabkan tidak dapat berlaku obyektif.

Page 19: BAB IV RELEVANSI KITAB AYUB DENGAN PENDAMPINGAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/12302/4/T2_752010020_BAB IV.pdf · Faktor –faktor yang memengaruhi kedalaman kedukaan.kedalaman

72

terjadi bahkan kedukaan menjadi semakin mendalam, karena

tuduhan dan dakwaan yang merusak integritas.

2. Pendampingan yang dilakukan Allah sendiri. Allah mendampingi

dalam ujud : “hadir”, kehadiran-Nya bukan dalam ujud fisik saja

tetapi juga psikologis, melalui ungkapan sabda:”Apakah engkau

memperhatikan hambaku Ayub...”(Ayub 2: 3a). Kehadiran Allah

juga nampak dalam ungkapan ciptaan-ciptaan-Nya (Ayub 38-39).

Allah juga menunjukkan empati kepada Ayub. Menurut penulis

ungkapan sabda:”... ia tetap tekun dalam kesalehannya, meskipun

engkau telah membujuk Aku melawan dia untuk

mencelakakannya tanpa alasan” (Ayub 2: 3c) dan “Maka

berfirmanlah TUHAN kepada iblis:”Nah, ia dalam kuasamu;

hanya sayangkan nyawanya” (Ayub 2:6), menunjukkan empati

Allah. Allah turut merasakan dan memasuki serta memahami

dunia Ayub. Ketrampilan lain yang ditunjukan oleh Allah adalah

“menghargai”. Penghargaan Allah ditunjukkan dengan

kesediaan-Nya untuk berbicara dengan Ayub (Ayub 38-39). Allah

juga menampakkan ketrampilan „menantang‟. Allah menantang

Ayub untuk melihat keberadaanya yang sesungguhnya (Ayub 40-

41). Dengan ketrampilan yang ditampilkan dalam pendampingan-

Nya, Ayub dapat melihat dirinya dengan lebih baik dan mampu

mengambil keputusan untuk masa depannya. “Oleh sebab itu aku

mencabut perkataanku dan dengan menyesal aku duduk dalam

Page 20: BAB IV RELEVANSI KITAB AYUB DENGAN PENDAMPINGAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/12302/4/T2_752010020_BAB IV.pdf · Faktor –faktor yang memengaruhi kedalaman kedukaan.kedalaman

73

debu dan abu” (Ayub 42:6). Pendampingan yang dilakukan Allah

berhasil memulihkan kedukaan Ayub dan ia bersiap

menyongsong masa depan: “Lalu TUHAN memulihkan keadaan

Ayub, setelah ia meminta doa untuk sahabat-sahabatnya, dan

TUHAN memberikan kepada Ayub dua kali lipat dari segala

kepunyaannya dahulu” (Ayub 42:10).

7. Melalui kitab Ayub bukan saja menolong kita untuk memahami makna

penderitaan tetapi juga dapat belajar untuk dapat melakukan

pendampingan pastoral bagi sesama yang berduka karena penderitaan

yang dialami.