bab iii tarekat qadariyyah wa naqsabandiyyah di cibeberrepository.uinbanten.ac.id/2974/5/bab...

30
32 BAB III TAREKAT QADARIYYAH WA NAQSABANDIYYAH DI CIBEBER A. Awal Mula Masuknya Tarekat Qadariyyah Wa Naqsabandiyyah di Cibeber Tarekat Qadiriyyah wa Naqsabandiyyah yang terdapat di Indonesia bukanlah hanya merupakan suatu penggabungan dari dua tarekat yang berbeda yang di amalkan bersama-sama. Tarekat ini lebih merupakan sebuah tarekat yang baru dan bediri sendiri, yang di dalamnya unsur-unsur pilihan dari Qadiriyah dan juga Naqsabndiyyah telah dipadukan menjadi sesuatu yang baru. Dari segi ini, ia menyerupai tarekat gabungan yang ada sebelumnya semacam tarekat Khalwatiyah-Yusuf. Tarekat Qadiriyyah Wa Naqsabandiyyah mungkin sekali didirikan oleh tokoh asal Indonesia, Ahmad Khatib ibn‟Abd Al -Ghaffar Sambas, yang

Upload: others

Post on 19-Nov-2020

25 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB III TAREKAT QADARIYYAH WA NAQSABANDIYYAH DI CIBEBERrepository.uinbanten.ac.id/2974/5/BAB III.pdf · Tarekat ini lebih merupakan sebuah tarekat yang baru dan bediri sendiri, yang

32

BAB III

TAREKAT QADARIYYAH WA

NAQSABANDIYYAH

DI CIBEBER

A. Awal Mula Masuknya Tarekat Qadariyyah Wa

Naqsabandiyyah di Cibeber

Tarekat Qadiriyyah wa Naqsabandiyyah yang terdapat di

Indonesia bukanlah hanya merupakan suatu penggabungan dari

dua tarekat yang berbeda yang di amalkan bersama-sama. Tarekat

ini lebih merupakan sebuah tarekat yang baru dan bediri sendiri,

yang di dalamnya unsur-unsur pilihan dari Qadiriyah dan juga

Naqsabndiyyah telah dipadukan menjadi sesuatu yang baru. Dari

segi ini, ia menyerupai tarekat gabungan yang ada sebelumnya

semacam tarekat Khalwatiyah-Yusuf. Tarekat Qadiriyyah Wa

Naqsabandiyyah mungkin sekali didirikan oleh tokoh asal

Indonesia, Ahmad Khatib ibn‟Abd Al-Ghaffar Sambas, yang

Page 2: BAB III TAREKAT QADARIYYAH WA NAQSABANDIYYAH DI CIBEBERrepository.uinbanten.ac.id/2974/5/BAB III.pdf · Tarekat ini lebih merupakan sebuah tarekat yang baru dan bediri sendiri, yang

33

bermukim dan mengajar di Makkah pada pertengahan abad ke

XIX (Sembilan Belas).1

Ahmad Khatib sendiri tidak menulis sebuah kitab, akan

tetapi dari dua murid-muridnya menuliskan sebuah risalah pedek

berbahasa melayu, yang menjelaskan teknik-teknik dari tarekat

Qadariyyah Wa Naqsabandiyyah. Salah satunya Fath Al-„Arifin

yang dituliskan oleh Muhammad Ismai‟l ibn‟Abd Al-Rahim Al-

Bali yang dianggap oleh Semua Khalifah di masa itu sebagai

karya yang paling dapat dipertanggung jawabkan mengenai

tarekat. Kedua karya tersebut menguraikan tentang

baiat,dzikir,dan tehnik-tehnik serta peribadatan lain, baik dari

tarekat Qadiriyyah maupun Naqsabandiyyah yang kemudian

risalah itu diakhiri dengan silsilah Ahmad Khatib Sambas. Fath

Al‟Arifin memeberikan perhatian yang sama kepada unsur-unsur

Qadiriyyah dan Naqsabandiyyah,tetapi dalam peengalaman yang

sebenarnya di Indonesia, unsur unsur Qadiriyyah tampaknya

lebih domunan. Dominasi yang serupa ditunjukan pula dalam

silsilah, yang sama sekali tidak memuat anama-nama tokoh

1 Martin Van Bruinessen, Tarekat Naqsabandiyyah di Indonesia

(Bandung: Mizan,1992), P.89

Page 3: BAB III TAREKAT QADARIYYAH WA NAQSABANDIYYAH DI CIBEBERrepository.uinbanten.ac.id/2974/5/BAB III.pdf · Tarekat ini lebih merupakan sebuah tarekat yang baru dan bediri sendiri, yang

34

Naqsabandiyyah yang sudah dikenal. Silsilah tersebut dimulai

dengan Allah SWT dan melaui malaikat Jibril samapai kepada

Nabi Muhammad SAW.

Awal mula tarekat Qadariyyah wa Naqsabandiyyah di

Indonesia tidak dapat dilepaskan dari tokoh Syekh Khatib Al-

Sambasi yang dianggap sebagai pendirinya. Syekh Khatib Al-

Sambasi berasal dari kampung dagang di daerah Sambas,

Kalimantan Barat. Syekh Khatib Al-Sambasi menetap di kota

suci Mekah sampai akhir hayatnya pada tahun 1875. Selama di

kota suci Mekkah Syekh Khatib Al-Sambasi banyak belajar

berbagai ilmu agama Islam, hingga dapat menjadi imam besar di

Masjidil Haram. Selama Syekh Khatib Al-Sambasi hidup di

Mekkah, Syekh Khatib Al-Sambasi mempunyai banyak murid

yang cukup terkenal. Terutama di daerah Banten, murid yang

terkenal di Banten ialah Syekh Abdul Karim disamping itu, dua

orang khalifah utama lainnya adalah Syaikh Thalhah dari Cirebon

dan Syaikh Ahmad Hasbullah dari Madura.2

2 Sri Mulyati,Peran Edukasi Tarekat Qadariyyah Wa Naqsabandiyyah

Dengan Refleksi Utama Suralaya, (Jakarta: kencana,2010).p.36

Page 4: BAB III TAREKAT QADARIYYAH WA NAQSABANDIYYAH DI CIBEBERrepository.uinbanten.ac.id/2974/5/BAB III.pdf · Tarekat ini lebih merupakan sebuah tarekat yang baru dan bediri sendiri, yang

35

Anggota-anggota sebuah tarekat cenderung menekankan

bahwa ajaran dan amalan tarekat mereka tidak pernah berubah

dan berlanjut terus, yang mereka percayai sepanjang abad,

diturunkan tanpa perubahan dari sang guru kepada murid-

muridnya. Sebaliknya,mereka yang mempelajari tarekat dari luar

(orientasi, sejarahwan sosial dan antropolog) cenderung

menekankan adanya perubahan dan penyesuain terhadap keadaan

tempat dan iklim sosial serta intelektual zamanya. Mereka dapat

menunjukan bahwa amalan-amalan tertentu jelas-jelas dipinjam

dari amalan-amalan agama lain dan bahwa tarekat sebagai sebuah

institusi belum ada sebelum abad ke 8 H/14 M .Dalam pandangan

ini, tarekat merupakan suatu yang baru yang tidak pernah ada

dalam Islam yang asli.

Tarekat Qadiriyyah berasal dari ajaran-ajaran yang

diberikan Nabi Muhammad SAW kepada „Ali bin Abi Thalib,

sedangkan Naqsabandiyyah berasal dari ajaran-ajaran yang

disampaikan beliau kepada Abu Bakar Al-Shiddik.Rasulullah

SAW diriwayatkan telah mengajarkan teknik-teknik istik kepada

para sahabat sesuai dengan pembawaan karakter mereka,dan hal

Page 5: BAB III TAREKAT QADARIYYAH WA NAQSABANDIYYAH DI CIBEBERrepository.uinbanten.ac.id/2974/5/BAB III.pdf · Tarekat ini lebih merupakan sebuah tarekat yang baru dan bediri sendiri, yang

36

ini dipercayai sebagai alas an utama mengapa sekarang ini

terdapat perbedaan-perbedaan diantara tarekat.

Satu dari perbedaan-perbedaan yang sangat mencolok

antara tarekat Qadiriyyah dan Naqsabandiyyah adalah dalam cara

mengucapkan dzikir,pada Qadiriyyah disuarakan keras dan

ekstatis, pada Naqsabandiyyah diucapkan dalam hati. Menurut

menjelasan beberapa guru Naqsabandiyyah hal itu adalah karena

„Ali bin Abi Thalib itu seorang periang, terbuka, serta suka

menantang orang kafir dengan mengucapkan kalimah Syahat

dengan suara keras. Sebaliknya, Abu Bakar Al-Shiddiq menerima

pelajaran spiritualnya pada malam hijrah, ketika ia dan

Rasulullah SAW sedang sembunyi di sebuah gua tak jauh dari

Makkah. Karena diseputar tempat itu banyak musuh, mereka

tidak dapat berbicara keras-keras, dan Rasulullah SAW

mengajarinya untuk berdzikir dalam hati.

Dzikir diam inilah,dan sikap-sikap spiritual dasar lainnya,

dipercayai oleh kaum Naqsabandiyyah telah diturunkan oleh Abu

Bakar Al-Shiddiq kepada murid-muridnya, dan akhirnya

dijadikan sebuah dengan kenyataan bahwa Baha‟ Al-Din dan

Page 6: BAB III TAREKAT QADARIYYAH WA NAQSABANDIYYAH DI CIBEBERrepository.uinbanten.ac.id/2974/5/BAB III.pdf · Tarekat ini lebih merupakan sebuah tarekat yang baru dan bediri sendiri, yang

37

beberapa orang lainnya melakukan inovasi dalam tarekat itu dan

memperkenalkan teknik-teknik baru. Orang-orang

Naqsabandiyyah yakin bahwa inovasi tersebut semuanya

berdasarkan pada apa yang diajarkan oleh Abu Bakar Al- Shiddiq

dan oleh karena itu tidak terjadi perubahan yang mendasar.3

Hurgronje juga mengakui bahwa Ahmad Khatib Sambas

adalah ulama yang handal, unggul di dalam tiap-tiap cabang

pengetahuan Islam, walaupun Ahmad Khatib Sambas dikenal

secara baik di Indonesia sebagai guru dan pendiri tarekat

Qadiriyyah Wa Naqsabandiyyah. Tarekat ini adalah sarana dalam

penyebaran Islam di seluruh Indonesia dan dunia Melayu di

paruh kedua abad ke-19 M. kunci penyebaran ini adalah karya

Syekh Sambas Fath Al-„Arifin sebagaimana telah disebutkan di

atas, yang menjadi salah satu karya popular dan yang palinutama

untuk praktik sufi di dunia Melayu. Fath Al-„Arifin menjelaskan

unsur-unsur dasar doktrin sufi sebagai janji kesetiaan (baiat),

mengingat Tuhan (dzikir), kewaspadaan perenungan

(Muraqabah) dan rantai spiritual (sisilah) Tarekat Qadiriyyah Wa

3 Martin Van Bruinessen,Tarekat Naqsabandiyyah…p. 47-48

Page 7: BAB III TAREKAT QADARIYYAH WA NAQSABANDIYYAH DI CIBEBERrepository.uinbanten.ac.id/2974/5/BAB III.pdf · Tarekat ini lebih merupakan sebuah tarekat yang baru dan bediri sendiri, yang

38

Naqsabandiyyah sebagai tarekat yang dikombinasikan, ia

memperoleh teknik spiritual utamanya dari keduanya, yaitu

tarekat Qadiriyyah Wa Naqsabandiyyah.4

Syekh Abdul Karim tiba di Banten pada tahun 1870,

setibanya di Banten Syekh Abdul Karim membangun sebuah

Pesantren yang sekaligus dijadikan sebagai pusat penyebaran

tarekat. Inilah awal mula ulama-ulama Banten berkumpul dan

bersatu, saling menyemangati dan bersatu melawan kolonial

Belanda. Dengan semangat jihad, semangat anti kafir, menjadi

penyemangat penggerak untuk melawan berbagai gerakan

pemberontakan bukan hanya ditunjukan kepada pemerintah

kolonial Belanda, melainkan juga kepada penguasa pribumi yang

dianggap kaki tangan pemerintah kolonial Belanda.5

Sangat sedikit yang kita ketahui mengenai latar belakang

dan kehidupan Ahmad Khatib Syambas, terlepas dari fakta bahwa

ia berasal dari sambas di Kalimantan Barat dan tinggal lama di

Mekkah, dan bahwa ia akhirnya wafat disana. Konon ia adalah

4 Sri Mulyati. Tasawuf Nusantara… P. 178-179 5 Sri Mulyati,Peran Edukasi Tarekat Qadariyyah Wa Naqsabandiyyah

Dengan Refleksi Utama Suralaya, (Jakarta: kencana,2010).p.37

Page 8: BAB III TAREKAT QADARIYYAH WA NAQSABANDIYYAH DI CIBEBERrepository.uinbanten.ac.id/2974/5/BAB III.pdf · Tarekat ini lebih merupakan sebuah tarekat yang baru dan bediri sendiri, yang

39

murid kesayangan Syams Al-Din, dan telah dipilih penggantinya,

dapat dipastikan ia mempunyai banyak murid diantara orang-

orang Indonesia yang berkunjung dan bermukim di Mekkah dari

segenap penjuru Nusantara: dari Malaya, Sumatra, Jawa, Bali,

dan Lombok. Ia pun banyak mengangkat khalifah, tetapi setelah

ia wafat hanya seorang dari mereka ini yang diakui sebagai

pemimpin utama pemimpin tarekat. Ia adalah Syekh Abdul

Karim dari Banten yang hampir sepanjang hidupnya telah

bermukim di Mekkah. Dua khalifah lain yang berpengaruh adalah

Syeikh Tolha dari Cirebon dan Kyai Ahmad Hasbullah Ibn.

Muhammad (Orang Madura yang juga menetap di Mekkah).

Semua cabang-cabang Qadiriyyah Wa Naqsabandiyyah yang

tergolong penting di masa kini mempunyai hubungan keguruan

dengan seorang atau beberapa orang dari ketiga khalifah ini.

Dibawah pengaruh Syekh Abdul Karim, tarekat

Qadariyyah Wa Naqsabandiyyah menjadi luar biasa populernya

di Banten, khususnya diantara penduduk miskin di desa-desa. Hal

ini mendorong tarekat untuk berperan sebagai jaringan

komuniakasi dan kordinasi ketika apa yang dikatakan sebagai

Page 9: BAB III TAREKAT QADARIYYAH WA NAQSABANDIYYAH DI CIBEBERrepository.uinbanten.ac.id/2974/5/BAB III.pdf · Tarekat ini lebih merupakan sebuah tarekat yang baru dan bediri sendiri, yang

40

jarinagan pemberontakan petani paling besar meletus di Banten

barat laut pada tahun 1888 M. Syekh Abdul Karim sendiri, yang

telah meninggal di Mekkah sejak tahun 1876 M, tidak ada

kaitannya dengan pemberontakan petani, tetapi salah seorang

diantara murid-muridnya yang berwatak keras yaitu Haji Marjuki,

yang telah diangkatnya sebagai khalifah dicurigai oleh kolonial

Belanda sebagai salah seorang penghasut di balik pemberontakan

tersebut.

Tarekat Qadiriyyah Wa Naqsabandiyyah rupanya telah

menemukan penganutnya diantara kelas rakyat jelata, berbeda

dengan tarekat Naqsabandiyyah yang mulanya mencari pengikut

diantara kaum elit (Ningrat/Menak). Dan inilah sebabnya

barangkali kenapa tarekat Qadiriyyah Wa Naqsabandiyyah dan

bukannya tarekat Naqsabandiyyah, Khalidiyyah atau tarekat

Madzhariyyah, yang ikut terlibat dalam satu atau dua

pemberontakan.

Syeikh Abdul Karim merupakan Syeikh terakhir yang

secara efektif menjalankan fungsi sebagai pimpinan seluruh

Page 10: BAB III TAREKAT QADARIYYAH WA NAQSABANDIYYAH DI CIBEBERrepository.uinbanten.ac.id/2974/5/BAB III.pdf · Tarekat ini lebih merupakan sebuah tarekat yang baru dan bediri sendiri, yang

41

tarekat ini paling tidak, secara formal pengarahannya masih di

patuhi oleh para koleganya.

Setelah wafatnya Syekh Khatib Al-Sambasi pada tahun

1873, maka kepemimpinan tarekat Qadariyyah Wa

Naqsabandiyyah di Mekkah di gantikan oleh Syekh Abdul Karim

Al-Bantani dan semua khalifah Syekh Ahmad Khatib menerima

kepemimpinan ini. Tetapi setelah syekh Abdul karim Al-Bantani

meninggal, maka Khalifah tersebut kemudian melepaskan diri

dan masing-masing bertindak sebagai Mursyid yang tidak terikat

kepada Mursyid yang lain. Dengan demikian berdirilah

kemursyidan-kemursyidan baru yang independent.6

Seiring dengan semakin berkuasanya pemeritah kolonial

Belanda, maka semakin kelihatan pula bahwa pamong praja yang

terdiri dari para bupati dan aparatnya, hanya berpesan sebagai

perantara pemerintah kolonial dengan rakyat tangan kanan

pemerintah colonial Belanda. Maka tidak mengherankan bila

terjadi gerakan sosial yang beraneka ragam, seperti disintegrasi

tatanan tradisional dan proses yang menyertainya, dan semakin

6 Martin van Bruinessen,Tarekat Naqsabandiyyah, (Bandung: Mizaan

Anggot Ikapi, 1992)p.92

Page 11: BAB III TAREKAT QADARIYYAH WA NAQSABANDIYYAH DI CIBEBERrepository.uinbanten.ac.id/2974/5/BAB III.pdf · Tarekat ini lebih merupakan sebuah tarekat yang baru dan bediri sendiri, yang

42

memeburuknya sistem politik dan tumbuhnya kebencian religius

terhadap penguasa asing.7

Pada abad ke-19 Cilegon mengalami disintegrasi sosial dan

adanya pertentangan antar golongan. Untuk memepertahankan

nilai keagamaan dan spiritualnya yaitu dengan menentramkan

jiwa melalui tarekat. Dari pertentangan antar golongan tersebut

munculah seorang ulama yang memepunyai peranan penting

yaitu K.H Abdul Latif. Dalam meminimalisir pertentanagan yang

bergejolak pada sekitar abad ke 19 muncul sosok pemimpin yang

meneruskan yaitu K.H Abdul Latif yaitu K.H Abdul Muhaimin

merupakan anak pertama K.H Abdul Latif dan salah satu ulama

besar Cilegon sekaligus pemimpin tarekat Qadariyyah Wa

Naqsabandiyyah di Cibeber. Sososknya yang harismatik dan

disegani oleh beberapa kalangan Pesantren, ulama, dan pejabat,

sehingga memeiliki jaringan hingga keluar Negeri. K.H Abdul

Muhaimin seorang pemimpin tarekat di Cibeber atau disebut

dengan Mursyid. 8

7 Kartodirjo, Sartono, pemberontakan petani Banten, pustaka jaya,

1984.p. 157. 8 Sai, fuad, Hakikat tarikat Naqsabandiyyah, PT. Al husna Zikra,

Jakarta,1996.p.95.

Page 12: BAB III TAREKAT QADARIYYAH WA NAQSABANDIYYAH DI CIBEBERrepository.uinbanten.ac.id/2974/5/BAB III.pdf · Tarekat ini lebih merupakan sebuah tarekat yang baru dan bediri sendiri, yang

43

B. Perkembangan Tarekat Qadariyyah Wa Naqsabandiyyah

di Cibeber

Seperti halnya tarekat di Timur Tengah. Sejarah tarekat

Qadiriyyah di Indonesia juga berasal dari Mekkah Al-

Musyarafah. Tarekat Qadiriyyah menyebar ke Indonesia pada

abad ke-16 M, khususnya di selulih Jawa, seperti di Pesantren

pngentongan Bogor- Jawa Barat, Suryalaya Tasikmalaya- Jawa

Barat, Mranggen- Jawa Tengah, Rejoso Jombang- Jawa Timur

dan Pesantren Tebuireung Jombang- Jawa Timur. Syaikh Abdul

Karim dari Banten adalah murid kesayangan Syekh Ahmad

Khatib Sambas yang berasal dari Jawa dan Madura setelah

pulang ke Indonesia, Syekh Ahmad Khatib Sambas menjadi

penyebar tarekat Qadiriyyah Wa Naqsabandiyyah.

Tarekat Qadiriyyah Wa Naqsabandiyyah mengalami

perkembangan pesat pada abad ke-19 M, terutama ketika

mnghadapi penjajahan Belanda. Sebagaimana diakui oleh

Annemirie Schimmel dalam bukunya “ Mystical Demensions of

Islam” hal. 236 yang menyebutkan bahwa tarekat Qadiriyyah Wa

Naqsabandiyyah bisa digalang untuk menyusun kekuatan untuk

Page 13: BAB III TAREKAT QADARIYYAH WA NAQSABANDIYYAH DI CIBEBERrepository.uinbanten.ac.id/2974/5/BAB III.pdf · Tarekat ini lebih merupakan sebuah tarekat yang baru dan bediri sendiri, yang

44

menandingi kekuatan lain. Di Indonesia, pada juli 1888 M, di

wilayah Cilegon- Banten,dilanda pemberontakan. Pemberontakan

petani yang seringkali disertai harapan yang mesianistik, memang

sudah biasa terjadi di Jawa,terutama dalam abad ke-19 M dan

Banten merupakan salah satu daerah yang sering berontak.9

Tanah Arab merupakan pusat perkembangan tarekat di

Asia Tenggara. Perkembangan tarekat di Nusantara sangat

terkait dengan perkembangan tarekat di kedua Tanah suci,

melalui para ulama Jawi. Diantara mereka belajar kepada para

ulama besar pada masa itu dan kemudian menyebarkan

pengetahuan dan tarekat yang telah mereka pelajari kepada

komunitas jawi yang lebih besar. Akhirnya, tarekat menyebar ke

Negeri asal mereka di seluruh penjuru daerah. Karena proses ini

para ulama di Mekkah dan Madinah yang relative kecil

jumlahnya mempunyai pengaruh yang jauh lebih besar di Asia

Tenggara. Pada abad ke-17 M, ulama sufi yang berpengaruh yang

jauh lebih besar pada Zamannya adalah Shafi Al-Din Muhammad

9 Perkembangan Tarekat Qadiriyyah Wa

Naqsabandiyyah,(http://www. Pejalanruhani.Com /2012/10/ tarekat-qadiriyah-

di-Indonesia.html) Di unduh pada hari kamis 15 Februari 2018.

Page 14: BAB III TAREKAT QADARIYYAH WA NAQSABANDIYYAH DI CIBEBERrepository.uinbanten.ac.id/2974/5/BAB III.pdf · Tarekat ini lebih merupakan sebuah tarekat yang baru dan bediri sendiri, yang

45

Yunus Al-Qusyasyi Al-Dajani A-Madani, Ibrahim Al-Kurani,

dan Putera Ibrahim, Muhammad Thahir di Madinah.10

Tarekat Qadiriyyah Wa Naqsabandiyah yang ada di

Cibeber Kota Cilegon Banten, berkembang sangat pesat sekali

pada abad ke-19 M. tarekat Qadiriyyah Wa Naqsabandiyah

dibawa oleh seorang kiyai asal Cibeber yaitu K.H Abdul Latif

yang mendapatkan ijazah dari Syekh Asnawi Caringin dan

dikembangkan oleh seorang kiyai yang bernama K.H Abul

Muhaimin seorang kiyai ulung yang terkenal. Pada masa itu,

K.H Abul Muhaimin mempunyai banyak pengikut baik dari

kalangan masyarakat biasa samapai kalangan masyarakat ningrat.

Kemudian penganut tarekat Qadiriyyah Wa Naqsabandiyyah

berasal dari berbagai daerah-daerah yang cukup jauh seperti,

Bandung, Lampung, Bogor dan sebagainya. Akan tetapi

walaupun begitu banyak penganut Tarekat Qadiriyyah Wa

Naqsabandiyyah dari Cibeber tidak ada satu pun dari mereka

10 Nor Huda, Islam Nusantara: Sejarah Sosial Intelektual Islam di

Indonesia (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media,2007),p.287

Page 15: BAB III TAREKAT QADARIYYAH WA NAQSABANDIYYAH DI CIBEBERrepository.uinbanten.ac.id/2974/5/BAB III.pdf · Tarekat ini lebih merupakan sebuah tarekat yang baru dan bediri sendiri, yang

46

yang dibolehkan membuka tarekat baru atau mendirikan cabang-

cabang dari tarekat tersebut11

.

Proses perjalanan yang terjadi di dalam tarekat dimulai

dengan pengambilan “sumpah” dari murid di hadapan syekh

setelah murid melakukan tobat dari segala maksiat. Setelah itu,

murid menjalani tarekat hingga mencapai kesempurnaan dan dia

mendapatkan ijazah lalu mendirikan tarekat lain jika diijinkan.

Perkembangan Tarekat sangat pesat, tarekat menjadi

institusi yang prestisius dan signifikan dalam peta perkembangan

sejarah Islam. Taekat sering dikaitkan dengan suatu organisasi

yang melakukan amalan-amalan dzikir tertentu dan disampaikan

langsung oleh pemimpin organisasi tersebut. Ada beberapa

tarekat berdiri dan berkembang ke berbagai daerah.

Perkembangan tarekat itu diantaranya diwakili oleh Abu Al-Najib

Al- Suhrawardi, yang nama terekatnya yaitu Suhrawardiyah. Al-

Qadir Al-Jaelani, yang ajarannya menjadi dasar tarekat

Qadiriyyah. Najmuddin Al-Kubra, seorang tokoh sufi asia tengah

11 Wawancara dengan, KH.Ali Musa, pada tanggal 11 Januari 2018,

pukul 14:30 s/d selesai

Page 16: BAB III TAREKAT QADARIYYAH WA NAQSABANDIYYAH DI CIBEBERrepository.uinbanten.ac.id/2974/5/BAB III.pdf · Tarekat ini lebih merupakan sebuah tarekat yang baru dan bediri sendiri, yang

47

yang produktif, pendiri tarekat Kubrawiyah dan sangat

berpengaruh terhadap tarekat Naqsabandiyyah. Tarekat

Naqsabandiyyah sudah menjadi tarekat khas pada masa sufi yang

memberi namanya, Baha‟uddin Naqsyaban, pendiri tarekat

Syattariyyah, adalah Abdullah Al-Syattar, dan tarekat Rifaiyah

yang didirikan oleh Ahmad Rifa‟i.12

.

Perkembangan tarekat di Indonesia terus berlangsung

sampai abad ke-19 sekalipun pemerintah kolonial Belanda

melakukan pengawasan yang ketat terhadap aktivitas para

pengamal tarekat. Salah satu yang muncul di Indonesia pada abad

ke -19 adalah tarekat Qadiriyyah Wa Naqsabandiyyah.

Penyebaran tarekat Qadiriyyah Wa Naqsabandiyyah menekankan

segi-segi batiniyyah dari agama Islam yang memainkan peran

yang sangat penting dalam islamisasi. Perkembangan tarekat

bukan fungsi keagamaan akan tetapi sebuah gerakan sosial anti

kafir, dan yang sangat penting untuk membantuk karakter

masyarakat Indonesia. Tarekat Qadiriyyah Wa Naqsabandiyyah

merupakan perpaduan dari dua tarekat besar yang berkembang di

12

Martin Van Bruinessen, Kitab Kuning,; Tradisi-tradisi Islam di

Indonesia , (Bandung: Mizan, 1995). p.146.

Page 17: BAB III TAREKAT QADARIYYAH WA NAQSABANDIYYAH DI CIBEBERrepository.uinbanten.ac.id/2974/5/BAB III.pdf · Tarekat ini lebih merupakan sebuah tarekat yang baru dan bediri sendiri, yang

48

Nusantara, yaitu tarekat Qadiriyyah dan tarekat Naqsabandiyyah.

Suatu hal yang biasa dalam sejarah sufisne bahwa beberapa

ulama mempraktekan ajaran-ajarannya dari dua tarekat yang

berbeda. Tarekat Qadiriyyah dan Naqsabandiyyah di Indonesia,

tidak hanya sebuah kombinasi antara dua tarikat yang berbeda

yang dipraktekan secara bersama-sama, tetapi tarekat itu sendiri

merupakan tarekat sufi yang baru.13

Tarekat Naqsabandiyyah merupakan satu-satunya tarekat

yang ada di semua provisi yang berpenduduk mayoritas Muslim.

Penyebaran tarekat yang demikian luas dan diterima oleh orang-

orang awam dari berbagai latar belakang menyebabkan timbulnya

variasi lokal yang merupakan bagian dari tarekat Qadiriyyah Wa

Naqsabandiyyah. Walaupun dermikian, tarekat Naqsabandiyyah

masih tetap mempertahankan watak khasnya. Pengikut tarekat

Naqsabandiyyah terdiri dari berbagai lapisan masyarakat dari

yang berstatus sosial rendah sampai status sosial yang tinggi.14

13

Martin Van Bruinessen, Kitab Kuning; Tradisi-tradisi Islam di

Indonesia, (Bandung:Mizan, 1995), p.188. 14 Nor Huda,Islam Nusantara…p.290-291.

Page 18: BAB III TAREKAT QADARIYYAH WA NAQSABANDIYYAH DI CIBEBERrepository.uinbanten.ac.id/2974/5/BAB III.pdf · Tarekat ini lebih merupakan sebuah tarekat yang baru dan bediri sendiri, yang

49

Di Indonesia, diyakini bahwa tarekat Qadiriyyah Wa

Naqsabandiyyah pertama kali diajarkan oleh Syeikh Ahmad

Khatib Ibn‟ Abd Al-Ghaffar dari Sambas Kalimantan Barat yang

bermukim dan mengajar di Mekkah pada pertengahan abad ke-19

dan wafat disana pada tahun 1878. Berbeda dengan guru-guru

tarekat yang lain, yang mengajarkan berbagai tarikat disamping

Qadiriyyah, yaitu Syeikh Ahmad Khatib tidak mengajarkan

kedua tarekat ini secara bersama, tetapi sebagi suatu kesatuan

yang harus diamalkan secara utuh. Syeikh Ahmad Khatib

terkenal sebagai pemimpin sebuah tarekat sufi dan merupakan

pakar dalam sufisme, disamping sebagai seorang cendekiawan

islam yang menguasai berbagai ilmu pengetahuan islam seperti

Al-Qur‟ah Hadist, dan Fiqih atau hukum islam,dan Syeikh

Ahmad Khatib Sambas menyalurkan ilmu pengetahuannya

kepada banyak pelajar yang berada di Mekkah. Selama di

Mekkah Syeikh Ahmad Khatib Sambas diketahui memiliki

sembilan guru di Mekkah yang menguasai berbagai cabang ilmu

Islam.15

15

Zulkifli, Sufi Jawa, P.38-39

Page 19: BAB III TAREKAT QADARIYYAH WA NAQSABANDIYYAH DI CIBEBERrepository.uinbanten.ac.id/2974/5/BAB III.pdf · Tarekat ini lebih merupakan sebuah tarekat yang baru dan bediri sendiri, yang

50

Takrekat Qadiriyyah Wa Naqsabandiyyah mempunyai

peranan penting dalam kehidupan muslim di Indonesia membantu

dan memebentuk karakter masyarakat Indonesia. Bukan karena

Syeikh Ahmad Khatib Sambas sebagai pendiri, akan tetapi para

pengikut kedua tarekat ini ikut serta berjuang dengan gigih

terhadap imperialism Belanda, dan terus bejuang melaui gerakan

sosial keagamaan dan institusi pendidikan setelah kemerdekaan.16

Penyebaran Tarekat Qadiriyyah Wa Naqsabandiyyah

masuk Indonesia diperkirakan sejak tahun 1850 berkat tokoh

tasawuf asal Kalimantan yang bermukim di Makkah yaitu Syeikh

Ahmad Khatib Sambasi. Setelah bermukim selama bertahun-

tahun di Mekkah. Di Kalimantan, taarekat Qadiriyyah Wa

Naqsabandiyyah disebarkan oleh dua ulama, yaitu Syeikh

Nuruddin dan Syeikh Muhammad Sa‟ad. Karena penyebaran

tidak melalui lembaga pendidikan formal seperti Pesatren atau

lembaga-lembaga formal lainnya, sebagai besar pengikutnya

datang dari kalangan tertentu. Berbeda dengan Kalimantan,

tarekat Qadiriyyah Wa Naqsabandiyyah di Jawa disebarkan

16

Nur Syam, Tarekat Petani, (Yogyakarta: LKIS, 2013), p.25.

Page 20: BAB III TAREKAT QADARIYYAH WA NAQSABANDIYYAH DI CIBEBERrepository.uinbanten.ac.id/2974/5/BAB III.pdf · Tarekat ini lebih merupakan sebuah tarekat yang baru dan bediri sendiri, yang

51

melaui pondok-pondok Pesantren yang didirikan dan dipimpin

langsung oleh ulama tarekat. Oleh karena itu, tarekat Qadiriyyah

Wa Naqsabandiyyah kemajuan sangat pesat hingga kini

merupakan tarekat terbesar dan berpengaruh di Indonesia.17

Begitu pula halnya di Banten Tarekat Qadiriyyah Wa

Naqsabandiyyah tersebut juga berkembang di daerah Banten.

Keberadaan tarekat Qadiriyyah Wa Naqsabandiyyah di daerah

Banten dibawa oleh K.H. Abdul Karim, mendapat pengaruh yang

luar biasa dikalangan masyarakat Banten.K.H Abdul Karim

berhasil mempersatukan tarekat Qadiriyyah Wa Naqsabandiyyah

tersebut, ia juga berhasil mempersatukan para kiyai yang waktu

itu saling bersaing untuk mendapatkan nama sebagai ulama

pandai atau dalam artian ingin mempunyai prestise dimata

masyarakat. Bahkan ajaran tarekat Qadiriyyah Wa

Naqsabandiyyah aktif menggerakan semangat rakyat desa dalam

mengadakan perlawanan terhadap kolonial Belanda.

pada pertengahan abad ke-19, Pengaruh dan kharisma

yang dimiliki, dimungkinkan tarekat Qadiriyyah Wa

17

Martin Van Bruinessen, Tarekat Naqsabandiyyah di Indonesia, P.

98.

Page 21: BAB III TAREKAT QADARIYYAH WA NAQSABANDIYYAH DI CIBEBERrepository.uinbanten.ac.id/2974/5/BAB III.pdf · Tarekat ini lebih merupakan sebuah tarekat yang baru dan bediri sendiri, yang

52

Naqsabandiyyah memiliki pengikut yang sangat besar di Banten.

Padahal Abdul Karim sendiri yang telah lama tinggal di Mekkah

sejak tahun 1876, tidak ada kaitannya dengan pemberotakan

petani di Banten. Bahkan Abdul Karim mengatakan tidak akan

kembali ke Banten yang masih berada dibawah dominasi asing.

Sudah jelas bahwa, Abdul Karim tidak terlibat dalam

pemberontakan, tetapi salah seorang muridnya yang berwatak

keras yaitu H.Marjuki yang telah diangkat sebagaipemimpin,

yang dicurigai oleh Kolonial Belanda sebagai salah seorang

penghasut di balik kejadian pemberontakan18

.

Tarekat Qadiriyyah diperkirakan masuk ke Banten pada

abad ke-19 Masehi yang diperkenalkan oleh Hamzah Fansuri.

Akan tetapi belum mencapai momentum yang vital. Pada

perkembangan selanjutnya tarekat Qadiriyyah dengan jelas

menandakan suatu kebangkitan agama Islam dalam arti yang

sesungguhnya.19

Banten telah mengadakan kontak dengan

Mekkah sejak pertengahan abad ke-19, dengan jalan

18 Kartodirjo, Sartono, pemberontakan petani Banten, pustaka jaya,

1984.p. 157-158 19

Dadang Kahmad, Tarekat Dalam Islam Spiritualis Masyarakat

Moderen, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2002), P.103

Page 22: BAB III TAREKAT QADARIYYAH WA NAQSABANDIYYAH DI CIBEBERrepository.uinbanten.ac.id/2974/5/BAB III.pdf · Tarekat ini lebih merupakan sebuah tarekat yang baru dan bediri sendiri, yang

53

mengirimkan berulang kali misi untuk mencari informasi

mengenai soal keagamaan. Banten juga terkenal sebagai satu

pusat Islam ortodoks. Pengetahuan tentang agama dan cara hidup

yang sesuai dengan ketentuan dan ajaran agama.

Penting untuk dicatat, bahwa munculnya berbagai cabang

aliran tarekat merupakan konsekuensi logis dari sistem ijazah

yang terdapat dalam organisasi tarekat. Mereka yang telah

mendapatkan jizah dari seorang syaikh atau mursyid dalam

sebuah organisasi tarekat diijinkan untuk membuka lembaga

tarekat atau ribath baru ditempat lain. Hal ini memungkinkan

tarekatat berkembang secara luas. Dengan demikian, munculah

ribath-ribath induk dan ribath-ribath cabang. Namun diantara

keduanya terdapat ikatan emosional dan ikatan kerohanian. Tidak

jarang seorang murid mendapat ijazah dari beberapa syaikh

dengan aliran tarekat yang berbeda. Hal ini memungkin bagi

mereka untuk mensitesiskan berbagai aliran tarekat yang pada

gilirannya memunculkan aliran tarekat baru.

Tarekat Qadiriyyah Wa Naqsabandiyyah yang

berkembang di Banten pada abad ke-19 dapat dipandang sebagai

Page 23: BAB III TAREKAT QADARIYYAH WA NAQSABANDIYYAH DI CIBEBERrepository.uinbanten.ac.id/2974/5/BAB III.pdf · Tarekat ini lebih merupakan sebuah tarekat yang baru dan bediri sendiri, yang

54

kelompok yang melibatkan komitmen total baik pemimpin dan

anggota-anggotanya. Karena kedudukan dan kewajibannya, maka

para KIyai tampil sebagai pemimpin yang kharismatik sehingga

anggota-anggota tarekat yang bergabung didalamnya sangat

menghormati dan patuh terhadap gurunya. Perkembangan ajaran

tarekat Qadiriyyah Wa Naqsabandiyyah di Banten, yang sebagian

besar pengikutnya adalah petani, dapat dikategorikan menempuh

tahap thaqah (Pusat pertemuan sufi). Dalam tahap tersebut,

Syeikh mempunyai sejumlah murid yang hidup bersama-sama

dibawah peraturan yang telah ditetapkan.20

Para petani yang mengikuti ajaran tarekat, pada umumnya

tetap bekerja seperti biasa, namun ada waktu tertentu bagi mereka

untuk berkumpul bersama dalam mengikuti ajaran tarekat yang

diajarkan oleh Kiyai. Sebagaimana diketahai dalam sistem

kehidupan masyarakat tradisional, unsur mitos dan kepercayaan

kepada kekuatan supranatural, kekeramatan masih dianut sangat

kuat. Karena itu kewibawaan seorang Kiyai dan tokoh

kharismatik bagi Masyarakat Islam tradisional, tidak bisa

20 Simuh, Tasawuf dan Perkembangan Dalam Dunia Islam, P.265

Page 24: BAB III TAREKAT QADARIYYAH WA NAQSABANDIYYAH DI CIBEBERrepository.uinbanten.ac.id/2974/5/BAB III.pdf · Tarekat ini lebih merupakan sebuah tarekat yang baru dan bediri sendiri, yang

55

dipisahkan dari unsur kekeramatan. Disamping itu, sebagai

pemimpin keagamaan masyarakat trasidsional, Kiyai juga

menjadi tokoh sentral kepatuhan dan panutan masyarakat dalam

mekanisme kehidupan sosial, bahkan tidak jarang memainkan

perannya sebagai tokoh politik. Tarekat Qadiriyyah Wa

Naqsabandiyyah berkembang di Cibeber yang diajarkan oleh K.H

Abdul Latif Bin Ali, sedangkan mursyidnya sekarang ialah

KH.Abdul Muhaimin yang menerima ijazah melalui Kiyai

Asnawi.

KH. Abdul Muhaimin merupakan anak pertama KH.

Abdul Latif dan salah satu ulama besar Cilegon sekaligus

pemimpin tarekat Qadiriyyah Wa Naqsabandiyyah di Cibeber.

Sosoknya yang kharismatik dan disegani oleh beberapa kalangan

pesantren, ulama, dan pejabat sehingga memiliki jaringan hingga

ke luar negeri. K.H Abdul Muhaimin juga sebagai seorang

pemimpin tarekat di daerah-daerah tertentu atau disebut dengan

Mursyid.21

21 Sai, Fuad, Hakikat Tarekat Naqsabandiyyah, PT.Al-Husna Zaikra,

Jakarta, 1996. P.95

Page 25: BAB III TAREKAT QADARIYYAH WA NAQSABANDIYYAH DI CIBEBERrepository.uinbanten.ac.id/2974/5/BAB III.pdf · Tarekat ini lebih merupakan sebuah tarekat yang baru dan bediri sendiri, yang

56

Tarekat beserta jamaah pengikutnya biasanya dari

pedesaan, dan jumlah pengikutnya tampaknya mencapai

puncaknya pada masa K.H Abdul Muhaimin. Pada tahun-tahun

terakhir ini, dengan masuknya barang-barang elektronik,

seperti,televise, radio,internet, komputer dan jalan beraspal yang

tersedianya kendaraan angkutan yang murah di desa-desa,

tampaknya telah mengakibatkan jumlah pengikut tarekat yang

sebelumnya populer di daerah-daerah tertentu mengalami

penurunan yang sangat mencolok, meski tidak seluruhnya

demikian.

Di pihak lain, beberapa tarekat mendapatkan pengikut

baru di kalangan penduduk perkotaan, tidak hanya di lingkungan

masyarakatnya yang paling tradisional. Beberapa orang guru

tarekat menarik perhatian kalangan berpendidikan dan

mendapatkan murid-murid di lingkungan kelas atas.

Penanggulangan masalah-masalah seperti kecanduan obat bius

dan penyembuhkan para penderita psikosomatik merupakan salah

satu kegiatan yang bermanfaat. Melalui kegiatan inilah taremkat

menarik sejumlah murid baru menjadi pengikut tarekat. Sebagian

Page 26: BAB III TAREKAT QADARIYYAH WA NAQSABANDIYYAH DI CIBEBERrepository.uinbanten.ac.id/2974/5/BAB III.pdf · Tarekat ini lebih merupakan sebuah tarekat yang baru dan bediri sendiri, yang

57

dari kelompok murid ini termasuk orang-orang Muslim berlatar

belakang modernis atau sekular, yang merasa tidak puas dengan

suasana ke agamaan rasional tetapi tidak memberi pengalaman

keagamaan yang bersifat langsung dan emosional melalui tarekat.

Sebagian tarekat juga menjalankan sejumlah fungsi lain

yang tidak bersifat keagamaan saja, tetapi sekaligus berfungsi

sebagai jaringan sosial. Dan keanggotaan tarekat melahirkan

sejumlah hubungan yang sekali waktu dapat dimanfaatkan,

terutama bagi orang-orang yang baru mencari penghidupan di

kota, jaringan tarekat dapat berguna dalam mendapatkan

pekerjaan, tempat tinggal, bantuan-bantuan ketika dalam

kesulitan, dan seterusnya. Bagi sebagian anggotanya, tarekat juga

berfungsi sebagai pengganti keluarga yang memberikan

kehangatan dan perlindungan yang tidak didapatkan di tempat

lain.22

C. Respon Masyarakat Cibeber Terhadap Tarekat

Qadiriyyah Wa Naqsabandiyyah

22 Martin Van Bruinessen, Kitab Kuning…Op, Cit.,p. 205.

Page 27: BAB III TAREKAT QADARIYYAH WA NAQSABANDIYYAH DI CIBEBERrepository.uinbanten.ac.id/2974/5/BAB III.pdf · Tarekat ini lebih merupakan sebuah tarekat yang baru dan bediri sendiri, yang

58

Pertanyaan-pertanyaan yang penulis berikan kepada

masyarakat Cibeber dalam menyusun skripsi ini penulis

fokuskan terkait adanya jama‟ah tarekat Qadiriyyah Wa

Naqsabandiyah beserta aktivitasnya dalam kehidupan masyarakat

Cibeber. Adapun jawaban yang penulis dapatkan dari wawancara

dengan masyarakat Cibeber dalam menjawab pertanyaan-

pertanyaan terkait adanya tarekat tersebut, hampir semuanya

menanggapi dengan jawaban yang sama, yakni keberadaan

Tarekat Qadiriyah Wa Naqsabandiyyah di Cibeber cukup bagus

dan sangat diterima karena secara langsung adanya jama‟ah

Tarekat Qadiriyah Wa Naqsabandiyyah di Cibeber memberikan

peran dalam membina moral masyarakat serta memberikan ruang

tersendiri untuk mewujudkan sebuah kesalehan sosial dengan

cara berdzikir dan tawasul mendekatkan diri pada Allah SWT23

.

Terkait aktivitas kegiatan tarekat Qadiriyah Wa

Naqsabandiyyah di Cibeber adalah sebagai berikut:

1. Tawajuhan

23

Wawancara dengan, KH.Ali Musa, pada tanggal 18 Januari 2018,

pukul 13:30 s/d selesai.

Page 28: BAB III TAREKAT QADARIYYAH WA NAQSABANDIYYAH DI CIBEBERrepository.uinbanten.ac.id/2974/5/BAB III.pdf · Tarekat ini lebih merupakan sebuah tarekat yang baru dan bediri sendiri, yang

59

Tawajuhan merupakan amalan tarekat Qadiriyah Wa

Naqsabandiyyah yang berupa dzikir tawajuhan menuju Allah

dengan bersama-sama atau jama‟ah yang dipimpin oleh guru

Sebelum melaksanakan tawajuhan maka dimulai

dengan tawasul membaca surat Al-Fatihah ditunjukan untuk Nabi

Muhammad SAW, Orang tua Nabi dan sahabatnya, para

mujtahid, serta Mursidnya dan ahli silsilah tarekat Qadiriyah Wa

Naqsabandiyyah, dan muslimin, muslimat pada umumnya.

Adapun kalimat dzikir yang dibaca saat tawajuhan yaitu:

a. Membaca sholawat Nabi sebanyak seratus kali

b. Membaca surat Al-Insirah sebanyak tujuh puluh Sembilan

kali

c. Surat Ikhlas sebanyak seratus kali

d. Allahumma Ya Qadiyal Hajat sebanyak seratus kali

e. Yakafi‟al Muhimmat sebanyak seratus kali

f. Allahumma Ya Rafi‟a darojat sebanyak seratus kali

g. Allahumma Ya dafi‟al Baliyat sebnyak seratus kali

h. Allahumma Ya Mukhilal Muskilat sebnyak seratus kali

i. Allahumma Ya Mukhibbat Da‟wat sebnyak seratus kali

Page 29: BAB III TAREKAT QADARIYYAH WA NAQSABANDIYYAH DI CIBEBERrepository.uinbanten.ac.id/2974/5/BAB III.pdf · Tarekat ini lebih merupakan sebuah tarekat yang baru dan bediri sendiri, yang

60

j. Allahumma Ya Syafyal Afrad sebnyak seratus kali

k. Allahumma Ya Arhamarrakhimin sebnyak seratus kali

l. Ya Latif sebnyak seribu kali

2. Khataman

Khataman dalam pelaksanaanya dibaca secara berjama‟ah

setelah shalat isya dan dzikir wajib. Kegiatan ini biasanya

dilaksanakan pada setiap Malam Jum‟at dipimpin oleh K.H

Akrom Lathify Khataman biasanya dimulai dengan membaca

surat al-Fatihah yang dikhususkan kepada para mursyid sampai

kepada Rasulullah Saw, dan diteruskan dengan membaca doa‟-

do‟a yang telah ditetapkan dan diakhiri dengan Do‟a24

3. Manaqib

Dalam tradisi ritual Tarekat Qadiriyah Wa

Naqsabandiyyah, selain amalan harian (dzikir jahr dan dzikir sir)

terdapat juga amalan bulanan (Manaqib). Manaqib dapat

diartikan biografi, riwayat hidup seorang tokoh yang

dianggap shaleh, alim, dan mempunyai karamah. Dalam Tarekat

24 Wawancara dengan, KH.Ali Musa, pada tanggal 11 Januari 2018,

pukul 11:00 samapai selesai.

Page 30: BAB III TAREKAT QADARIYYAH WA NAQSABANDIYYAH DI CIBEBERrepository.uinbanten.ac.id/2974/5/BAB III.pdf · Tarekat ini lebih merupakan sebuah tarekat yang baru dan bediri sendiri, yang

61

Qadiriyah Wa Naqsabandiyyah, Manaqib yang dibaca pada tiap

tanggal 11 Bulan Hijriyah adalah Manaqib Abdul Qadir al-

Jailani, tokoh pendiri Tarekat Qadiriyah.

Terkait tarekat menurut KH. Moh Ali Musa, tarekat

memang baik dan kalau bisa masyarakat Cibeber semuanya ikut

tarekat karena dengan ikut tarekat mereka akan selalu berbuat

baik jujur dan yang terpenting adalah mampu menjaga shalatnya

karena manusia dengan menjaga shalatnya maka dalam

kehidupan sosialnya juga pasti akan baik juga. Seorang yang

sudah ikut tarekat secara sosial akan memiliki kriteria yang

membedakan dengan masyarakat pada umumnya. Salah satunya

yakni: seorang murid atau jamaah tarekat akan selalu menjaga

lisannya dari kata-kata yang tidak memiliki makna, selalu

mengedepankan akhlaqul karimah ketika bergaul dalam

masyarakat pada umumnya.