bab iii pengembangan kawasan heritage di kecamatan ... · sate tambak segaran rw 07, kelurahan...

52
41 BAB III PENGEMBANGAN KAWASAN HERITAGE DI KECAMATAN BANJARSARI SEBAGAI DESTINASI WISATA HERITAGE A. Perkembangan Kawasan Heritage di Kecamatan Banjarsari Kota Surakarta Kecamatan Banjarsari berkembang dengan sangat pesat karena adanya pertumbuhan ekonomi yang pesat pula. Sehingga, tempat-tempat yang dahulu menjadi tempat tinggal bagi para petinggi, sekarang dapat dijadikan sebagai salah satu obyek wisata heritage yang dapat dinikmati oleh wisatawan.Berbagai macam keunikan dan keragaman dapat dari tempat tersebut dapat menarik wisatawan yang berkunjung terutama di Kecamatan Banjarsari yang sekarang sudah berkembang dengan cepat dari tahun ke tahun, mulai dengan jalur transportasi yang lawas hingga obyek-obyek wisata yang masih berdiri kokoh dari awal tempat tersebut berdiri. Kecamatan Banjarsari memiliki banyak sekali kawasan heritage dari yang masih masih seperti aslinya, hingga direvitalisasi secara bertahap agar lebih menarik dan indah untuk dikunjungi. Oleh karena itu, bangunan-bangunan atau obyek wisata heritage memiliki hak paten mengenai cagar budaya, sehingga bangunan-bangunan tersebut dapat dipelihara dan dilestarikan dengan baik dan benar oleh masyarakat Kota Surakarta. B. Potensi Kawasan Heritage di Kecamatan Banjarsari Kota Surakarta Kecamatan Banjarsari Kota Surakarta memiliki potensi wisata heritage tangible dan heritage intangible. Heritage tangible adalah tinggalan fisik yang berupa bangunan atau toponimi yang sebenarnya merupakan data arkeologi perkotaan. Sedangkan heritage intangible yang ditegaskan oleh UNESCO, meliputi tradisi oral bahasa, proses kreasi kemampuan dan pengetahuan, seni pertunjukkan, festival, religi dan kepercayaan, kosmologi, serta sistem pembelajaran dan kepercayaan, serta praktik-praktik kepercayaan, yang di dalamnya termasuk musik dan lagu, seni pertunjukkan, kuliner tradisional

Upload: lethu

Post on 26-Aug-2019

227 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

41

BAB III

PENGEMBANGAN KAWASAN HERITAGE DI KECAMATAN

BANJARSARI SEBAGAI DESTINASI WISATA HERITAGE

A. Perkembangan Kawasan Heritage di Kecamatan Banjarsari Kota

Surakarta

Kecamatan Banjarsari berkembang dengan sangat pesat karena adanya

pertumbuhan ekonomi yang pesat pula. Sehingga, tempat-tempat yang dahulu

menjadi tempat tinggal bagi para petinggi, sekarang dapat dijadikan sebagai salah

satu obyek wisata heritage yang dapat dinikmati oleh wisatawan.Berbagai macam

keunikan dan keragaman dapat dari tempat tersebut dapat menarik wisatawan

yang berkunjung terutama di Kecamatan Banjarsari yang sekarang sudah

berkembang dengan cepat dari tahun ke tahun, mulai dengan jalur transportasi

yang lawas hingga obyek-obyek wisata yang masih berdiri kokoh dari awal

tempat tersebut berdiri.

Kecamatan Banjarsari memiliki banyak sekali kawasan heritage dari yang

masih masih seperti aslinya, hingga direvitalisasi secara bertahap agar lebih

menarik dan indah untuk dikunjungi. Oleh karena itu, bangunan-bangunan atau

obyek wisata heritage memiliki hak paten mengenai cagar budaya, sehingga

bangunan-bangunan tersebut dapat dipelihara dan dilestarikan dengan baik dan

benar oleh masyarakat Kota Surakarta.

B. Potensi Kawasan Heritage di Kecamatan Banjarsari Kota Surakarta

Kecamatan Banjarsari Kota Surakarta memiliki potensi wisata heritage

tangible dan heritage intangible. Heritage tangible adalah tinggalan fisik yang

berupa bangunan atau toponimi yang sebenarnya merupakan data arkeologi

perkotaan. Sedangkan heritage intangible yang ditegaskan oleh UNESCO,

meliputi tradisi oral bahasa, proses kreasi kemampuan dan pengetahuan, seni

pertunjukkan, festival, religi dan kepercayaan, kosmologi, serta sistem

pembelajaran dan kepercayaan, serta praktik-praktik kepercayaan, yang di

dalamnya termasuk musik dan lagu, seni pertunjukkan, kuliner tradisional

42

(Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Tahun 2016-2026 Kota Surakarta,

2016).

Kecamatan Banjarsari memiliki banyak potensi heritage tangible dan

heritage intangible dimana saat ini masih dijumpai oleh masyarakat, seperti

banguanan cagar budaya dan atraksi wisata yang terdapat pada obyek-obyek

tersebut. Seperti halnya bangunan cagar budaya yang memiliki potensi wisata

heritage tentu harus memiliki syarat atau kategori agar dapat dikatakan sebagai

bangunan cagar budaya. Berikut tabel yang menjelaskan bangunan heritage

merupakan cagar budaya.

Tabel 3. Kategori Obyek Heritage yang Merupakan Bangunan Cagar Budaya di Kecamatan

Banjarsari Kota Surkarta

No. Nama Obyek Jenis Obyek

Lama

Berdirinya

Bangunan

Arti Khusus

1. Stasiun Solo

Balapan

Bangunan

Fasilitas

Transportasi

±143

Tahun

Merupakan stasiun tua di

Kota Surakarta.

2. Stasiun Radio

Republik

Indonesia (RRI)

Bangunan

Kolonial

±80 Tahun Stasiun radio pertama di

Kota Surakarta.

3. Ponten Bangunan ±80 Tahun MCK tertua di Kota

Surakarta.

4. Villa Park

Banjarsari

Taman ±90 Tahun Kawasan elite Kota

Surkarta pada eranya.

5. Monumen „45 Tugu /

Monumen

±67 Tahun Tugu untuk memperingati

peristiwa Serangan Umum

Empat Hari di Kota

Surkarta.

6. Pasar Antik

Windujenar

Triwindu

Kawasan

Tradisional

±77 Tahun Sebagai salah satu

peninggalan sejarah Istana

Pura Mangkunegaran.

7. Istana Pura Kawasan ±259 Merupakan bangunan

43

Mangkunegaran Tradisional Tahun bersejarah berupa

kadipaten (kantor

pemerintahan) pada

eranya.

8. Masjid Al-

Wustho

Bangunan

Ibadah

±138

Tahun

Tempat ibadah tertua

selain Masjid Agung.

9. Monumen Pers Inventarisasi

Balai

Pelestarian

Peninggalan

Purbakala

(BP3)

±98 Tahun Sebagai sumber tentang

jurnalistik atau berita-

berita pada eranya.

10. Taman

Balekambang

Taman ±95 Tahun Merupakan peninggalan

sejarah milik Istana Pura

Mangkunegaran

Sumber : Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Tahun 2016-2026, 2016

dengan beberapa tambahan

Sedangkan untuk heritage intangible dari Kecamatan Banjarsari adalah

sebagai berikut.

Tabel 4. Heritage Intangible Kecamatan Banjarsari Kota Surakarta

Jenis Macam Alamat

Adat Pawiyatan Jawi

Mawar

Pringgading

RW 07, Kelurahan Setabelan, Kecamatan

Banjarsari

Kuliner

Wedang Dongo RW 01, Kelurahan Keprabon, Kecamatan

Banjarsari

Serabi RW 01, Kelurahan Keprabon, Kecamatan

Banjarsari

Nasi Pecel Bu

Hadi

RW 01, Kelurahan Keprabon, Kecamatan

Banjarsari

Soto Bu Yoso RW 01, Kelurahan Keprabon, Kecamatan

Banjarsari

44

Nasi Liwet Bu

Wongso Lemu

RW 02, Kelurahan Keprabon, Kecamatan

Banjarsari

Nasi Gudeg

Mangkunegaran

RW 02, Kelurahan Keprabon, Kecamatan

Banjarsari

Sate Pak Bejo RW 04, Kelurahan Timuran, Kecamatan

Banjarsari

Wedangan

Singat

RW 04, Kelurahan Setabelan, Kecamatan

Banjarsari

Ganep‟s Snack RW 05, Kelurahan Setabelan, Kecamatan

Banjarsari

Lenjongan

Tenong

Jogobayan

RW 05, Kelurahan Setabelan, Kecamatan

Banjarsari

Soto Sumur RW 05, Kelurahan Setabelan, Kecamatan

Banjarsari

Es Kutir RW 06, Kelurahan Setabelan, Kecamatan

Banjarsari

Soto Mbah Jarot RW 07, Kelurahan Setabelan, Kecamatan

Banjarsari

Sate Tambak

Segaran

RW 07, Kelurahan Setabelan, Kecamatan

Banjarsari

Intip

Pringgading

RW 08, Kelurahan Setabelan, Kecamatan

Banjarsari

Soto Pak Man RW 09, Kelurahan Setabelan, Kecamatan

Banjarsari

Gudeg RW 01, Kelurahan Kestalan, Kecamatan

Banjarsari

Kue Gembukan RW 04, Kelurahan Kestalan, Kecamatan

Banjarsari

Jenang Ayu RW 04, Kelurahan Kestalan, Kecamatan

Banjarsari

Sate Pak Kardi RW 05, Kelurahan Kestalan, Kecamatan

45

Banjarsari

Swe Ke

Makanan

RW 01, Kelurahan Ketelan, Kecamatan

Banjarsari

Gudeg Ayu RW 01, Kelurahan Ketelan, Kecamatan

Banjarsari

Musik

Keroncong

“Puspa Prabu”

RW 01, Kelurahan Keprabon, Kecamatan

Banjarsari

Paguyuban

Karawitan

“Kusuma Laras”

RW 06, Kelurahan Keprabon, Kecamatan

Banjarsari

Karawitan

“Langen Praja”

RW 06, Kelurahan Keprabon, Kecamatan

Banjarsari

Kesenian

Hadrah

RW 01, Kelurahan Kestalan, Kecamatan

Banjarsari

Keroncong RW 03, Kelurahan Kestalan, Kecamatan

Banjarsari

Keroncong

“Gita Puspa”

RW 04, Kelurahan Kestalan, Kecamatan

Banjarsari

Kerajinan

Sanggar Lukis RW 04, Kelurahan Timuran, Kecamatan

Banjarsari

Produksi Busana

Jawi

RW 02, Kelurahan Keprabon, Kecamatan

Banjarsari

Sepatu Sadinoe RW 05, Kelurahan Keprabon, Kecamatan

Banjarsari

Kerajinan Kaca

Risang Aji

Glass

RW 01, Kelurahan Kestalan, Kecamatan

Banjarsari

Mebel RW 04, Kelurahan Kestalan, Kecamatan

Banjarsari

Lukis Kanvas RW 05, Kelurahan Kestalan, Kecamatan

Banjarsari

Blangkon RW 06, Kelurahan Kestalan, Kecamatan

46

Banjarsari

Pertunjukkan

Paguyuban

Wayang Bocah

“Surya

Kusuma”

RW 06, Kelurahan Keprabon, Kecamatan

Banjarsari

Sanggar Tari

“Soeryo

Soemirat”

RW 06, Kelurahan Keprabon, Kecamatan

Banjarsari

Sanggar Tari

dan Karawitan

“Pakarti”

RW 06, Kelurahan Keprabon, Kecamatan

Banjarsari

Tari Tradisi RW 06, Kelurahan Keprabon, Kecamatan

Banjarsari

Wayang Orang RW 04, Kelurahan Kestalan, Kecamatan

Banjarsari

Festival

Wiyosan

Jumenengan

Wayang Bocah

Mangkunegaran

Performing Art

Mangkunegaran

Art Festival

Kirab Pusaka

Istana Pura Mangkunegaran

Festival Jenang Ngarsopuro

Sumber : Data Lapangan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Surakarta, 2014,

Dinas Tata Ruang Kota Surakarta, 2014

Dari data di atas, sudah dapat disimpulkan, bahwa Kecamatan Banjarsari

memiliki banyak kawasan heritage yang keberadaannya sampai sekarang masih

kokoh dan dijadikan salah satu tujuan wisata di Kota Surakarta. Maka dari itu,

tentu saja bangunan-bangunan heritage tersebut berpotensi sebagai slaah satu

destinasi wisata heritage yang berlokasi di Kecamtan Banjarsari. Berikut

47

penjelasan mengenai potensi wisata dari masing-masing obyek heritage tersebut

dengan berdasarkan observasi secara langsung maupun tidak langsung.

1. Stasiun Solo Balapan – Kelurahan Kestalan

Stasiun Solo Balapan adalah stasiun tua dan terbesar yang ada di Kota

Surakarta. Stasiun ini terletak di Jalan Mongonsidi Nomor 112, Kestalan,

Surakarta. Stasiun ini terletak pada ketinggian +93 meter dan termasuk dalam

Daerah Operasi VI Yogyakarta. Nama Balapan diambil dari nama kampung

sebelah utara komplek stasiun. Stasiun ini terletak di jalur kereta api yang

menghubungkan Kota Bandung, Jakarta, Surabaya, dan Semarang. Pembangunan

stasiun dilakukan oleh jaringan kereta api masa kolonial Nederlandsch Indische

Spoorweg Maatschappij (NIS) pada abad ke-19 (tepatnya 1873). Pembangunan

dilakukan pada masa pemerintahan Mangkunegara IV dan merupakan stasiun

untuk wilayah Kadipaten Praja Mangkunegaran

(https://id.www.wikipedia.org/wiki/Stasiun_Solo_Balapan).

Gambar 5. Stasiun Solo Balapan

Sumber : Dokumen Anas Erindra Putri

Stasiun Balapan merupakan bangunan bergaya kolonial yang berfungsi

sebagai stasiun kereta api. Saat ini masih berfungsi secara baik dan merupakan

stasiun terbesar dibandingkan dengan dua stasiun lainnya, yaitu Stasiun Purwosari

48

dan Stasiun Jebres. Bangunan ini dirancang oleh Ir. Thomas Karsten dengan

desain atap „teritisan bersusun‟ yang memperhatikan karakter iklim tropis dan

berfungsi secara optimal pada fisika bangunannya (pencahayaan dan penghawaan

alami). Secara fungsi dan fisik bangunan Stasiun Balapan merupakan salah satu

monumen sejarah perkeretaapian baik di Surakarta maupun Indonesia (Dinas Tata

Ruang Kota Surakarta, 2013).

Potensi wisata heritage yang dimiliki Stasiun Solo Balapan dan dapat

menarik pengunjung atau wisatawan adalah sebagai berikut.

a. Letak yang strategis;

b. Merupakan salah satu bangunan cagar budaya di Kota Surakarta;

c. Sebagai salah satu fasilitas moda transportasi tertua di Kota Surakarta;

d. Memiliki desain „terititsan bersusun‟ yang menjadi ciri khas dari obyek

ini;

e. Memiliki nilai sejarah.

2. Stasiun Radio Republik Indonesia (RRI) – Kelurahan Kestalan

Gambar 6. Stasiun Radio Republik Indonesia (RRI) Sumber : Dokumen Anas Erindra Putri

Stasiun Radio Republik Indonesia (RRI) pertama terletak di Jalan Abdul

Rachman Saleh No. 51, Kestalan, Surakarta. Awal mulanya muncul radio di

Indonesia, yaitu pada tahun 1930. Badan Pemerintah yang mengelola siaran radio

49

saat itu adalah NIROM (Nederlandsch Indische Radio Omroep Maatschappij).

Dengan berdirinya NIROM, lalu pihak Istana Pura Mangkunegaran juga

menyiarkan klenengan dan wayang orang secara tetap pada tahun 1932. Lalu,

selanjutnya karena sender tersebut rusak termakan usia, maka di belilah sender

baru pada tanggal 1 April 1933 dengan didirikannya Solosche Radio Vereneging

(SRV) yang merupakan seperangkat alat siaran baru dan selanjutnya pada tahun

1936 pindah menjadi Stasiun Radio Republik Indonesia (RRI) hingga sekarang

(www.skyscrapercity.com/showthread.php?t=1599135).

Potensi yang dimiliki dari obyek ini adalah :

a. Merupakan stasiun radio pertama di Kota Surakarta dan di Indonesia;

b. Merupakan bangunan cagar budaya;

c. Berlokasi strategis.

Dari potensi yang disebutkan tersebut, dapat disimpulkan, bahwa obyek ini

memiliki potensi wisata yang dapat dinikmati oleh wisatawan. Tentu, wisata ini

termasuk kategori wisata minat khusus, karena daya tarik yang diinformasikan

menonjolkan nilai-nilai sejarah yang ada pada obyek ini.

3. Ponten – Kelurahan Kestalan

Ponten adalah bangunan yang dibangun pada masa pemerintahan

Magkunegara VII pada tahun 1936 yang didesain oleh arsitek Belanda, Thomas

Karsten. Berlokasi di antara Jalan Kalimantan, Kestalan, Surakarta. Berfungsi

sebagai tempat mandi cuci kakus (MCK). Ponten terdiri dari tiga ruang, di sebelah

timur digunakan untuk laki-laki, di sebelah barat untuk wanita, dan di tengah-

tengah terdapat pancuran untuk mandi anak-anak. Di bagian depan terdapat taman

sebagai tempat bermain atau bersantai. pada awalnya bangunan ini sudah

menggunakan sistem aliran air mandiri (bukan dari sumur). Kondisi tersebut

berlangsung hingga tahun 1959, namun setelah itu Ponten menggunakan air

sumur. Sanitasinya sudah dirancang dengan baik dan dialirkan langsung ke Kali

Pepe yang berseberangan langsung dengan Ponten. Pada tahun 2007, Ponten

dipugar (KRT. H. Kistuboko) (www.surakarta.go.id).

50

Gambar 7. Ponten

Sumber : Dokumen Anas Erindra Putri

Potensi wisata heritage yang dimiliki dari Ponten ini adalah :

a. Merupakan bangunan yang memiliki nilai sejarah;

b. Termasuk dalam bangunan cagar budaya;

c. Memiliki bentuk bangunan yang unik;

d. Sebagai salah satu peninggalan sejarah Istana Pura Mangkunegaran;

e. Merupakan tempat sumber kehidupan bagi masyarakat zaman dulu.

Potensi wisata yang diperoleh dari Ponten tersebut, merupakan daya tarik

bagi wisatawan yang berkunjung. Karena, Ponten ini hanya dapat ditemukan di

Kota Surakarta. Selain itu, wisatawan ynag berkunjung juga dapat mengetahui

bagaimana zaman dahulu masyarakat mendapat sumber air untuk kehidupan

sehari-harinya.

51

4. Villa Park Banjarsari – Kelurahan Setabelan

Di sisi sebelah selatan Monumen ‟45 yang juga menjadi gerbang pintu masuk

Taman Banjarsari terdapat tulisan Villa Park Banjarsari. Gerbang ini diapit oleh

dua tugu lilin dan sebuah gazebo di sisi barat. Villa Park Banjarsari terletak di

Jalan Setabelan, Surakarta. Taman ini sangat dekat dengan Pasar Legi merupakan

salah satu pasar tradisional yang menjual aneka kebutuhan sehari-hari. Ke arah

barat monumen dekat dengan Stasiun Solo Balapan, sedangkan ke arah selatan

menuju ke kawasan Mangkunegaran dan ke arah utara menuju Terminal Tirtonadi

(solo.renyah.com/2012/07/monumen-45-banjarsari-menilik-sejarah.html?m=1).

Gambar 8. Villa Park Banjarsari

Sumber : Dokumen Anas Erindra Putri

Potensi yang dimiliki obyek ini adalah :

a. Letak yang strategis;

b. Merupakan salah satu aset bagunan cagar budaya;

c. Mempunyai nilai sejarah.

52

Dari potensi tersebut, obyek ini memiliki daya tarik yang dapat

dikembangakan untuk menarik minat wisatawan yang berkunjung. Dengan cara

menambahkan fasilitas pendukung dan menjelaskan sejarah asal-muasal tempat

ini kepada wisatawan. Sehingga, wisatawan yang berkunjung dapat berwisata dan

belajar sekaligus.

5. Monumen ‟45 – Kelurahan Setabelan

Monumen ‟45 merupakan sebuah monumen yang dibangun untuk

memperingati peristiwa bersejarah di Kota Solo, yaitu Serangan Umum Empat

Hari yang terjadi pada tanggal 7 sampai 10 Agustus 1949. Monumen ini didirikan

di Taman Banjarsari dimana serangan tersebut terjadi. Penggagas serangan

tersebut adalah Letkol Slamet Riyadi dan rekannya Mayor Ahmadi yang

kemudian diangkat menjadi pahlawan nasional. Jasa Letkol Slamet Riyadi di

abadikan dalam tugu yang ada di Rumah Sakit Slamet Riyadi dan patung raksasa

di bundaran Gladag. Sedangkan Mayor Ahmadi jasadnya dikenang lewat patung

yang didirikan di Poroliman yang lokasinya tidak jauh dari Monumen ‟45

(solo.renyah.com/2012/07/monumen-45-banjarsari-menilik-sejarah.html?m=1).

Monumen ‟45 Banjarsari dibangun Pemerintah Kota Surakarta pada tanggal

31 Oktober 1973 guna mengenang perjuangan rakyat Solo pada peristiwa

melawan tentara Belanda. Setelah 3 tahun pembangunan, Monumen ‟45

Banjarsari di resmikan oleh Gubernur Jawa Tengah (masa itu) Soepardjo Roestam

pada tanggal 10 November 1976 bertepatan dengan Hari Pahlawan

(solo.renyah.com/2012/07/monumen-45-banjarsari-menilik-sejarah.html?m=1).

Banyak hal di setiap sudut dari Monumen ‟45 yang bisa diulas. Sebelum

melihat dari dekat Monumen ‟45, ada gerbang yang dibangun menyerupai

gerbang Keraton Kasunanan. Gerbang ini adalah pintu masuk Taman Banjarsari

dimana monumen ini dibangun di tengah-tengahnya. Monumen ‟45 dibangun

dengan patung dua pejuang, yaitu ulama pejuang dengan membawa keris dan

pejuang rakyat jelata yang membawa bambu runcing, pemandangan ini tampak

dari sisi sebelah utara (solo.renyah.com/2012/07/monumen-45-banjarsari-menilik-

sejarah.html?m=1).

Tugu Monumen ‟45 berbentuk seperti atap rumah Joglo dan berketinggian 17

meter, melambangkan hari kemerdekaan Republik Indonesia. Sedangkan di sisi

53

sebelah selatan dibangun tiga patung pejuang, yaitu prajurit, pemuda pejuang, dan

wanita yang membawa bakul (tempat nasi) dan obat-obatan. Di atasnya terdapat

simbol Garuda Pancasila di dalam tugu. Selain itu, di sisi ini juga dibangun tangga

naik dimana bisa melihat deretan relief yang dibuat melingkari dinding tugu.

Relief-relief ini menceritakan rangkaian kejadian penting perjuangan rakyat Solo

sejak perang kemerdekaan hingga Orde Baru. Monumen ‟45 ini terletak di Jalan

Setabelan, Setabelan, Surakarta (solo.renyah.com/2012/07/monumen-45-

banjarsari-menilik-sejarah.html?m=1).

Gambar 9. Monumen ‘45

Sumber : Dokumen Anas Erindra Putri

Potensi yang ada dalam obyek ini, adalah sebagai berikut.

a. Merupakan tugu peringatan untuk mengenang jasa para pahlawan yang pada

masa itu membela negara;

b. Merupakan cagar budaya;

c. Memiliki nilai sejarah.

54

Potensi wisata dari obyek ini merupakan potensi yang berpeluang sebagai

pengembangan kawasan wisata heritage karena memiliki nilai-nilai sejarah yang

di kota-kota lain belum tentu ada.

6. Pasar Antik Windujenar Triwindu – Kelurahan Keprabon

Pasar Antik Windujenar Triwindu terletak di Jalan Pangeran Diponegoro,

Keprabon, Surakarta. Pasar ini berdiri sejak tahun 1939 dengan nama Triwindu

yang berasal dari peristiwsa ulang tahun ke-24 istri Mangkunegara VII, dengan

arti „tri‟ yaitu tiga dan „windu‟ yang berarti delapan, lalu angka 3 dan 8 menjadi

24 yang berarti Triwindu. Lalu pada tahun 2011 pasar ini diresmikan kembali oleh

pemerintah kota dengan nama Pasar Windujenar. Pasar ini memiliki 257 kios.

Pada awal berdiri hingga tahun 1966 barang dagangan masih bercampur dengan

onderdil motor / mobil, alat pertukangan, alat-alat rumah tangga serta warung

makan. Sejak tahun 1970 barang dagangan berubah menjadi barang antik (barang

yang memiliki umur lebih dari 50 tahun) tetapi kondisinya masih bagus. Pasar ini

buka pada pukul 09.00 – 17.30 (pwk.ft.uns.ac.id/pasarsolo/pasar-windujenar-

triwindu/).

Gambar 10. Pasar Antik Windujenar Triwindu

55

Sumber : Dokumen Anas Erindra Putri

Potensi dari pasar antik ini adalah :

a. Merupakan pasar antik yang keberadaannya masih eksis sampai sekarang;

b. Memiliki berbagai macam barang antik yang legal untuk dijual;

c. Dapat difungsikan sebagai media terselenggaranya event kota;

d. Merupakan bangunan bersejarah.

Pasar Antik Windujenar Triwindu ini memang memiliki daya tarik tersendiri.

Karena, hadirnya barang-barang antik di pasar ini. Barang-barang antik di sini

sangat menarik minat wisatawan, karena belum tentu ditemukan di kota lain.

Selain itu, barang-barang antik yang dijual di sini juga memiliki legalitas,

sehingga tidak akan menyalahi aturan hukum yang berlaku.

7. Istana Pura Mangkunegaran – Kelurahan Keprabon

Istana Pura Mangkunegaran berada di Jalan Ronggowarsito, Keprabon,

Surakarta. Dibangun oleh Raden Mas Said, atau Mangkunegara I yang dikenal

sebagai Pangeran Sambernyawa pada tahun 1757. Dahulu kawasan ini merupakan

kawasan kadipaten atau pemerintahan Kota Surakarta, dan sekarang dijadikan

tempat wisata dan memiliki barang-barang peninggalan kerajaan Mangkunegaran

yang masih disimpan hingga saat ini (melalui penjelasan guide dari Istana Pura

Mangkunegaran).

56

Gambar 11. Istana Pura Mangkunegaran

Sumber : Dokumen Anas Erindra Putri

Potensi wisata yang di dapat dari obyek ini, antara lain :

a. Merupakan kadipaten yang saat ini masih berdiri kokoh keberadaannya;

b. Merupakan bangunan cagar budaya;

c. Sebagai peninggalan sejarah mengenai pemerintahan kota pada zaman

penjajahan;

d. Terletak di lokasi yang strategis untuk dikunjungi.

Dari potensi wisata tersebut, dapat dijadikan sebagai salah satu obyek yang

dikembangkan lebih maju lagi bagi wisatawan. Karena, obyek ini merupakan

salah satu destinasi wisata bagi wisatawan yang berkunjung di Kota Surakarta.

Selain itu, fasilitas di obyek ini juga sudah baik, namun perlu peningkatan karena

terdapatnya guide untuk menjelaskan semua informasi mengenai obyek ini.

Namun, tidak ada salahnya apabila obyek ini dekembangkan menjadi wisata yang

lebih baik dan menarik lagi untuk wisatawan.

8. Masjid Al-Wustho – Kelurahan Ketelan

Masjid Al-Wustho terletak di Jalan Kartini, Ketelan, Surakarta. Masjid ini

sudah ada sejak tahun 1878 untuk pembukaan tanah dan selesai pada tahun 1918.

Nama Wustho diberikan pada tahun 1949 oleh kepala takmir Istana Pura

Mangkunegaran Raden Tumenggung K. H. Imam Rosidi

(https://id.www.wikipedia.org/wiki/Masjid_Wustho_Mangkunegaran).

Gambar 12. Masjid Al-Wustho

Sumber : Dokumen Anas Erindra Putri

57

Potensi wisata yang terdapat dari bangunan ini adalah :

a. Merupakan saah satu bangunan cagar budaya;

b. Letak masjid yang strategis;

c. Merupakan salah satu tempat peribadatan tertua di Kota Surakarta;

d. memiliki beberapa fasilitas lain di dalamnya.

Potensi wisata kawsan heritage ini dapat dikembangkan dengan baik dan

benar, apabila semua lapisan masyarakat sekitar membantu pengembangan

kawasan wisata heritage ini sebagai salah satu minat wisatawan berkunjung ke

Kota Surakarta.

9. Monumen Pers – Kelurahan Timuran

Monumen Pers merupakan gedung bersejarah yang dikenal dengan nama

Societeit Sasana Soeka yang dibangun pada tahun 1918 atas prakarsa KGPAA. Sri

Mangkunegara VII. Monumen ini berlokasi di Jalan Gajah Mada 59, Timuran,

Surakarta (https://id.www.wikipedia.org/wiki/Museum_Pers_Nasional).

Gambar 13. Monumen Pers

Sumber : Dokumen Anas Erindra Putri

Potensi yang dimiliki monumen ini, antara lain :

a. Lokasi yang strategis;

58

b. Merupakan sumber informasi ter-up date di Kota Surakarta, bagi masyarakat

luas;

c. Merupakan monumen satu-satunya di Kota Surakarta yang menyimpan

berita-berita lawas;

d. Salah satu bangunan cagar budaya.

Dari potensi tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa, sebenarnya Monumen

Pers ini merupakan bangunan heritage yang perlu dikembangkan lebih baik lagi,

agar wisatawan minat untuk mengunjungi monumen ini.

10. Taman Balekambang – Kelurahan Manahan

Taman ini dibangun oleh KGPAA Mangkunegara VII untuk kedua putrinya

yaitu GRAy Partini dan GRAy Partinah pada tanggal 26 Oktober 1921. Pada

tahun 2008 dilakukan revitalisasi oleh pemerintah kota. Dan sampai sekarang

taman ini banyak dikunjungi, karena difungsikan sebagai taman seni dan budaya,

taman botani, taman edukasi, dan taman rekreasi. Taman ini berlokasi di Jalan

Ahmad Yani, Manahan, Kota Surakarta

(https://id.www.wikipedia.org/wiki/Taman_Balekambang).

Gambar 14. Taman Balekambang

Sumber : Dokumen Anas Erindra Putri

59

Potensi wisata yang dapat diambil dari obyek ini adalah :

a. Merupakan kawasan cagar budaya;

b. Memiliki gedung pertunjukkan in door dan out door;

c. Sering digunakan sebagai terselenggaranya event kota;

d. Terletak di kawasan strategis.

Bangunan ini merupakan bangunan yang berpotensi untuk dikembangkan

sebagai salah satu destinasi wisata yang cukup unik, karena di dalamnya memiliki

berbagai fungsi yang dapat dinikmati oleh wisatawan yang berkunjung.

Potensi wisata dari bangunan-bangunan heritage tersebut tidak cukup apabila

hanya dilaksanakan dengan cara observasi, oleh karena itu dibuatlah kuesioner

untuk membantu tanggapan masyarakat sekitar mengenai potensi wisata yang ada

pada obyek tersebut. Responden untuk menjawab pertanyaan dari kuesioner ini

adalah Kelompok Sadar Wisata dari masing-masing kelurahan yang memiliki

obyek-obyek heritage tersebut. Berikut merupakan tanggapan dari masing-masing

responden dengan menggunakan data kuantitatif.

1) Kelurahan Kestalan (5 Respoden)

Dengan pertanyaan sebagai berikut.

Untuk 1 (satu) responden menjawab sangat baik dan 1 (satu) responden menjawab

cukup. Sedangkan 2 (dua) responden menjawab kurang dengan alasan karena

masih banyak kekurangan baik dalam daya tarik, perawatan, dan promosi.

60

2) Kelurahan Setabelan (2 Responden)

Dengan pertanyaan sebagai berikut.

Dari 2 (dua) responden tersebut memilih baik dengan alasan sangat prospek di

tengah destinasi wisata dan bagus sekali namun perlu pembenahan.

3) Kelurahan Keprabon (1 Responden)

Dengan pertanyaan sebagai berikut.

Dari 1 (satu) responden tersebut menjawab baik, dengan alasan untuk di Pasar

Antik Windujenar Triwindu menjadi kurang menarik minat pengunjung karena

bangunannya sudah direvitalsiasi tidak seperti aslinya dan untuk Istana Pura

Mangkunegaran sudah baik.

61

4) Kelurahan Ketelan (7 Responden)

Dengan pertanyaan sebagai berikut.

Dari kuesioner tersebut, 1 (satu) responden menjawab sangat baik, 1 (satu)

rsponden menjawab kurang, dan 5 (lima) responden menjawab baik dengan alasan

karena merupakan amsjid tertua dan merupakan sumber pengetahuan.

5) Kelurahan Timuran (3 Responden)

Dengan pertanyaan sebagai berikut.

Dari pertanyaan tersebut, didapatkan data bahwa 1 (satu) responden menjawab

cukup, 1 (satu) responden menjawab kurang, dan 2 (dua) responden menjawab

baik dengan alasan karena monumen tersebut merupakan gedung bersejarah yang

perlu dilestarikan keberadaannya.

62

6) Kelurahan Manahan (3 Responden)

Dengan pertanyaan sebagai berikut.

Hasil dari tanggapan responden pada kelurahan ini adalah imbang, yaitu 1 (satu)

responden menjawab sangat baik, 1 (satu) responden menjawab baik, dan 1 (satu)

responden menjawab cukup dengan alasan merupakan tempat untuk berekreasi

dan menjadi media kesseian tradisional berlangsung.

Sedangkan untuk data kualitatif dari masing-masing responden adalah

sebagai berikut.

1. Berdasarkan dari data yang diperoleh dari 5 (lima) respoden yang menjawab

mengenai obyek wisata yang ada di Kelurahan Kestalaan (Stasiun Solo Balapan,

Stasiun Radio Republik Indonesia (RRI), Ponten) memberikan pendapat sebagai

berikut.

a. Potensi wisata dari obyek-obyek tersebut, sangat baik karena stasiun, RRI,

dan Ponten, semua merupakan heritage yang harus dilestarikan, karena

sebagai pusat perhatian masyarakat secara luas.

b. Potensi wisata dari ketiga obyek tersebut, kurang karena kurang menarik bagi

wisatawan domestik maupun mancanegara, alasan : Ponten hanya sekedar

sebagai monomentre saja bahwa bangunan tersebut merupakan peninggalan

Mangkunegara ke VII. RRI kurang terawat barang / dokumen kuno, yang

sebenarnya perlu untuk dilestarikan.

c. Potensi wisata di sini menurut saya kurang, karena sangat jarang dikunjungi

wisatawan dan kurang direkomendasikan sebagai tempat wisata atau promosi

63

kurang. Bahkan untuk studi wisata dalam kota juga belum pernah

direkomendasikan.

d. Potensi wisata di sini, cukup siap tempat / heritage-nya, karena sudah tertata

walau masih banyak yang harus dibenahi, mulai dari promosi, penyiapan

SDM masyarakatnya, jaringan transportasinya.

2. Berdasarkan dari data yang di dapat dari kuesioner (2) responden di

Kelurahan Setabelan, mengemukakan pendapat bahwa potensi dari kedua obyek

wisata tersebut (Villa Park Banjarsari dan Monumen ‟45) adalah sebagai berikut.

a. Potensi wisata dari obyek tersebut baik, karena sangat prospek di tengah

destinasi wisata lain di Kota Solo.

b. Potensi wisata dari kedua obyek tersebut baik, karena sangat bagus sekali tapi

ada beberapa yang perlu dibenahi.

3. Berdasarkan dari hasil kuesioner dari 1 (satu) responden di Kelurahan

Keprabon mengemukakan pendapat, bahwa potensi wisata dari kedua obyek

tersebut adalah baik, karena para pedagang di Pasar Antik Windujenar Triwindu

pendapatannya tidak seperti dulu, saat pasar ini berwujud seperti aslinya, karena

sekarang pasar antik ini sudah mengalami perombakan maka kurang menarik

minat daya tarik wisatawan. Sedangkan untuk di Istana Pura Mangkunegaran

sudah baik, karena di sana sudah banyak guide yang ahli dalam beberapa bahasa,

sehingga menarik wisatawan yang berkunjung.

4. Berdasarkan hasil dari kuesioner mengenai potensi wisata dengan obyek yang

terkait (Masjid Al-Wustho), ada 7 (tujuh) responden yang memberikan pendapat,

berikut hasil yang diperoleh dari responden tersebut :

a. Potensi wisata di obyek ini, baik karena merupakan masjid tertua dan

merupakan masjid peninggalan kerajaan dan masuk cagar budaya.

b. Potensi wisata dari obyek ini, baik karena selain bis sholat di masjid, kita juga

bisa mengetahui sejarah dari masjid Al-Wustho.

c. Potensi wisata di destinasi ini, kurang karena tidak adanya atau kurangnya

sosialisasi dan pengenalan masjid Al-Wustho ke luar daerah, harus adanya

pemasaran dan pengenalan melalui Pokdarwis Kelurahan / Kecamatan / Dinas

Pariwisata ke masyarakat kota / luar kota / antar provinsi dan ke

mancanegara.

64

d. Potensi wisata di sini, sangat baik karena perkembangan potensi dan daya

tarik wisata di Solo sangat baik, banyak event-event yang sudah dikerjakan

dan menarik wisatawan seperti SBC, festival gethuk, selikuran, dan lain-lain.

Di Ketelan sendiri banyak potensi budaya baik peninggalan maupun aktivitas.

e. Potensi wisata di masjid Al-Wustho, baik karena bila ada wisata di Solo

khususnya di Ketelan bisa menambah penghasilan di wilayah sekiar.

f. Potensi wisata untuk obyek ini, baik karena kemajuan Kelurahan Ketelan

sangat bagus karena kemajuan nomor 1 untuk nomor 1. Good job.

5. Berdasarkan hasil kuesioner mengenai potensi wisata dari obyek ini

(Monumen Pers) didapati (3) responden, antara lain sebagai berikut.

a. Potensi wisata di obyek ini, baik dan kurang. Baik, karena semenjak Joko

Widodo menjabat Walikota, adanya batik carnival, munculnya potensi wisata

di sebagian kelurahan dengan masing-masing acara gerebegnya. Sedangkan

kurang karena (Monumen Pers)? Sekarang untuk apa tidak tahu?!

b. Potensi wisata di obyek ini, cukup karena Monumen Pers merupakan gedung

bersejarah (khususnya untuk jurnalistik) tetapi tidak adanya informasi dari

pihak terkait sehingga masyarakat tidak mengetahui keunikan dari gedung

tersebut.

c. Potensi wisata dari Monumen Pers, baik karena gedung itu bersejarah

(khususnya untuk jurnalisme), tempat itu menarik, semua gedung / bangunan

tua supaya dilestarikan.

6. Berdasarkan hasil kuesioner mengenai potensi wisata dari obyek Taman

Balekambang didapati (3) responden, antara lain sebagai berikut.

a. Potensi wisata dari obyek ini, cukup baik karena sebagai taman rekreasi dan

tempat bermain anak-anak, sebagai hutan kota, wadah seni.

b. Potensi wisata yang diperoleh dari obyek ini, baik karena Taman

Balekambang merupakan taman bermain bagi anak-anak di Kelurahan

Manahan, ada wisata hewan-hewan langka, tempatnya sejuk dan masih asri,

ada tempat keseniannya juga seperti kethoprak dan tempat terbuka untuk

drama dan musik.

c. Potensi wisata dari Taman Balekambang, sangat baik karena taman rekreasi,

taman budaya, kesenian tradisional.

65

Dari ke sepuluh obyek wisata heritage yang ada di Kecamatan Banjarsari

dapat disimpulkan bahwa tanggapan masyarakat dari Kelompok Sadar Wisata

(Pokdarwis) pada setiap kelurahan (Kelurahan Kestalan, Kelurahan Setabelan,

Kelurahan Keprabon, Kelurahan Ketelan, Kelurahan Timuran, Kelurahan

Manahan) menjawab baik dengan jumlah 11 responden yang berpendapat bahwa

kawasan heritage tersebut memiliki potensi wisata yang dapat dikembangkan

sebagi destinasi wisata heritage.

Untuk mengetahui hasil kuesioner dari masing-masing responden, maka

dibuatlah data kuantitatif sebagai berikut.

Tabel 5. Hasil Jawaban Kuesioner dari Masing-masing Responden

No. Pertanyaan Jawaban

Nam

a K

elura

han

A B C D E

1. Menurut

Anda,

bagaimana

perkembanga

n potensi

dan daya

tarik wisata

di

Kota Solo?

Khususnya di

Kelurahan

….?

a. Sangat

Baik

b. Baik

c. Cukup

d. Kurang

e. Tidak

Baik

*masing-

masing

jawaban

diberi alasan :

1

0

1

2

0

Kelu

rahan

Kestalan

0

2

0

0

0

Kelu

rahan

Setab

elan

0

1

0

0

0

Kelu

rahan

Kep

rabon

1

5

0

1

0

Kelu

rahan

Ketelan

0

2

1

1

0

Kelu

rahan

Tim

uran

1 1 1 0 0 Kelu

rahan

Man

ahan

Jumlah 3 11 2 4 0 Total 20

66

No. Pertanyaan Jawaban N

am

a K

elura

han

a b c

2. Bagaimana

menurut

pendapat Anda,

apabila di Kota

Surakarta

dibentuk wisata

dengan

mengunjungi

kawasan

heritage di

Kecamatan

Banjarsari,

melalui titik-

titik di

kelurahan yang

berpotensi

sebagai

bangunan cagar

budaya?

a. Sangat

Setuju

b. Setuju

c. Tidak

Setuju

*masing-masing

jawaban diberi

alasan :

3 2 0 Kelu

rahan

Kestalan

1 1 0 Kelu

rahan

Setab

elan

1 0 0 Kelu

rahan

Kep

rabon

2 5 0 Kelu

rahan

Ketelan

0 3 0 Kelu

rahan

Tim

uran

0 3 0 Kelu

rahan

Man

ahan

Jumlah 7 14 0 Total 21

67

No. Pertanyaan Jawaban N

am

a K

elura

han

a b c

3. Selanjutnya,

agar obyek-

obyek wisata

tersebut dapat

menarik

wisatawan yang

berkunjung,

bagaimana

menurut Anda

bila

ditambahkan

konsep sejarah,

budaya, dan

adat-istiadat

„tempo dulu‟?

a. Sangat

Setuju

b. Setuju

c. Tidak

Setuju

*masing-masing

jawaban diberi

alasan :

2 3 0 Kelu

rahan

Kestalan

0 2 0 Kelu

rahan

Setab

elan

1 0 0 Kelu

rahan

Kep

rabon

3 4 0 Kelu

rahan

Ketelan

0 3 1 Kelu

rahan

Tim

uran

0 3 0 Kelu

rahan

Man

ahan

Jumlah 6 15 1 Total 22

68

No. Pertanyaan Jawaban N

am

a K

elura

han

A B C D E

4. Konsep

„tempo dulu‟

dimaksudkan

agar

wisatawan

yang

berkunjung

akan merasa

sensasi yang

berbeda

dengan

berkunjung

ke obyek

wisata

lainnya,

dimana

diajak masuk

ke dunia

tempo dulu

dan bisa

melihat

aktivitas

sehari-hari

3

2

0

0

1

Kelu

rahan

Kestalan

0

2

0

0

0

Kelu

rahan

Setab

elan

1

0

0

0

0

Kelu

rahan

Kep

rabon

2

3

2

0

0

Kelu

rahan

Ketelan

0

2

1

0

0

Kelu

rahan

Tim

uran

69

penduduk

sekitar tentu

disertai

dengan

bahasa Jawa

di sekitar

obyek wisata

tersebut.

Apakah

menurut

Anda, hal

tersebut dapat

berjalan baik

dan lancar

apabila

dikerjakan

secara

perlahan

dengan

bantuan

sumber daya

manusia yang

aktif dalam

pelestarian

wisata

heritage di

kawasan

Kecamatan

Banjarsari,

khususnya di

Kelurahan

…?

a. Sangat

Baik

b. Baik

c. Cukup

d. Kurang

e. Tidak

Baik

*masing-

masing

jawaban

diberi alasan :

0 3 0 0 0 Kelu

rahan

Man

ahan

Jumlah 3 11 2 4 0 Total 20

70

No. Pertanyaan Jawaban N

am

a K

elura

han

1 2

5. Konsep „tempo

dulu‟ tersebut

terdiri dari

berbagai macam

komponen,

seperti

masyarakat

yang

beraktivitas saat

masa sebelum

dan pasca

kemerdekaan,

jajanan khas

tradisional pada

zaman tersebut,

souvenir atau

cenderamata

yang dijual pada

masa itu, dan

atraksi wisata

yang disajikan

kepada

wisatawan,

selain itu

wisatawan yang

berkunjung juga

dapat mencoba

hal tersebut.

Apakah konsep

tersebut dapat

diterapkan

dengan baik

dalam

pengembangan

kawasan

heritage di

Kecamatan

Banjarsari ini?

a. Ya

b. Tidak

*masing-masing

jawaban diberi

alasan :

5 0 Kelu

rahan

Kestalan

2 0 Kelu

rahan

Setab

elan

1 0 Kelu

rahan

Kep

rabon

6 1 Kelu

rahan

Ketelan

2 0 Kelu

rahan

Tim

uran

3 0 Kelu

rahan

Man

ahan

Jumlah 19 3 22

71

No. Pertanyaan Jawaban N

am

a K

elura

han

a b c

6. Apabila hal

tersebut kurang

mendukung

daya tarik

wisata pada

obyek wisata

ini, dapat

ditambahkan

miniatur

mengenai

kegiatan

masyarakat

tersebut

dituangkan

dalam bentuk

gambar, video,

atau patung

serta aksesoris

pendukung

lainnya seperti

papan nama

kegiatan dengan

berbagai bahasa

(bahasa Jawa,

bahasa

Indonesia,

bahasa Belanda,

bahasa Inggris).

Bagaimana

menurut Anda?

a. Sangat

Setuju

b. Setuju

c. Tidak

Setuju

*masing-masing

jawaban diberi

alasan :

3 2 0 Kelu

rahan

Kestalan

1 1 0 Kelu

rahan

Setab

elan

1 0 0 Kelu

rahan

Kep

rabon

3 4 0 Kelu

rahan

Ketelan

0 3 0 Kelu

rahan

Tim

uran

1 2 0 Kelu

rahan

Man

ahan

Jumlah 9 12 0 Total 21

72

No. Pertanyaan Jawaban N

am

a K

elura

han

A B C D E

7. Selain itu,

ditambahi

pula dengan

jalur atau rute

yang saling

keterkaitan

antar satu

obyek ke

obyek wisata

lain di

Kecamatan

Banjarsari,

khusunya di

kawasan

heritage ini.

Melalui

trasnportasi

tradisional

seperti pada

zaman

dahulu,

dengan

mengendarai

3

1

0

1

1

Kelu

rahan

Kestalan

1

1

0

0

0

Kelu

rahan

Setab

elan

0

1

0

0

0

Kelu

rahan

Kep

rabon

2

4

1

0

0

Kelu

rahan

Ketelan

0

0

2

1

0

Kelu

rahan

Tim

uran

73

andong,

apabila

wisatawan

ingin sedikit

modern, bisa

dengan

menggunakan

transportasi

becak.

Bagaimana

menurut

Anda dengan

hal tersebut,

dalam upaya

meningkat-

kan

daya tarik

wisatawan?

a. Sangat

Baik

b. Baik

c. Cukup

d. Kurang

e. Tidak

Baik

*masing-

masing

jawaban

diberi alasan :

0 3 0 0 0 Kelu

rahan

Man

ahan

Jumlah 6 10 3 2 1 Total 22

74

No. Pertanyaan Jawaban

Nam

a K

elura

han

1 2

8. Dengan adanya

konsep „tempo

dulu‟ dalam

titik-titik obyek

wisata ini,

menurut Anda

apakah hal

tersebut dapat

meningkatkan

kesejahteraan

ekonomi

masyarakat

sekitar, baik

secara langsung

ataupun secara

tidak langsung?

a. Ya

b. Tidak

*masing-masing

jawaban diberi

alasan :

4 1 Kelu

rahan

Kestalan

2 0 Kelu

rahan

Setab

elan

1 0 Kelu

rahan

Kep

rabon

6 1 Kelu

rahan

Ketelan

3 0 Kelu

rahan

Tim

uran

3 0 Kelu

rahan

Man

ahan

Jumlah 19 2 21

Keterangan :

A B C D E a b C 1 2

Sangat

Baik

Baik Cukup Kurang Tidak

Baik

Sangat

Setuju

Setuju Tidak

Setuju

Ya Tidak

Kesimpulan, dari data kuesioner tersebut dapat disimpulkan bahwa mayoritas

responden sejumlah 11 responden menjawab Baik pada pertanyaan pertama, dan

untuk pertanyaan kedua mayoritas responden menjawab Setuju sejumlah 14

75

responden. Untuk pertanyaan ketiga sejumlah 15 responden menjawab Setuju.

Sedangkan pertanyaan keempat responden menjawab Baik dengan jumlah 12

responden. Pertanyaan kelima dijawab oleh 19 responden dengan memilih Ya.

Pertanyaan keenam 12 responden menyatakan Setuju. Untuk pertanyaan ketujuh

10 responden menjawab Baik dan untuk pertanyaan kedelapan sejumlah 19

responden menjawab Ya. Untuk pertanyaan nomor 10 hingga 12 merupakan

pertanyaan kalimat jawab, maka tidak dicantumkan dalam tabel tersebut. Namun,

banyak pula responden yang menjawab lebih dari satu jawaban tersebut, bahkan

ada pula yang tidak menjawab. Jadi, dapat diketahui bahwa pengembangan

potensi wisata heritage di Kecamatan Banjarsari Kota Surakarta sebenarnya dapat

dibentuk dengan baik oleh masyarakat dengan bantuan pihak-pihak yang terkait

dan dengan dibentuklah strategi-strategi malalui analisis SWOT (Strengths,

Weakness, Opportunities, Threats) dan analisis 4A (Atraksi, Aksesibilitas,

Amenitas, dan Ancillary) yang menjadi acuan strategi dalam menagmbangkan

potensi wisata heritage di kawasan ini.

C. Pengembangan Destinasi Wisata Heritage Melalui Analisis SWOT dan

Analisis 4A

Berdasarkan dari data yang dapat diambil dalam kuesioner dan observasi,

dengan jumlah responden sebanyak kurang lebih 20 responden, melalui analisis

SWOT (Strengths, Weakness, Opportunities, Threats) serta analisis 4A (Atraksi,

Aksesibilitas, Amenitas, dan Ancillary) untuk menganalisis dan mengetahui

strategi pengembangan potensi wisata heritage yang terkait.

1. Analisis SWOT (Strengths, Weakness, Opportunities, Threats)

a. Kelurahan Kestalan (Stasiun Solo Balapan, Stasiun Radio Republik

Indonesia (RRI), dan Ponten).

Tabel 6. Analisis SWOT (Strengths, Weakness, Opportunities, Threats) (Stasiun Solo Balapan,

Stasiun Radio Republik Indonesia (RRI), dan Ponten)

Strengths Weakness

Faktor

Internal

a) Masih terawatnya bangunan

bersejarah tersebut.

b) Sudah diakui sebagai cagar

budaya di Kota Surakarta.

c) Terletak di lokasi yang

a) Kurang sadarnya masyarakat

sekitar terhadap potensi

wisata yang dimiliki dari

kawasan heritage tersebut.

b) Kurangnya informasi kepada

76

strategis.

d) Memiliki arsitektur yang

menarik.

e) Adanya akomodasi di sekitar

tersebut.

f) Memiliki nilai sejarah yang

sangat lama dan sampai

sekarang masih dilestarikan

keberadaannya.

g) Memiliki sarana komunikasi

dan teknologi yang memadai.

h) Banyaknya pengunjung

(Stasiun Solo Balapan dan

Monumen Pers).

i) Memiliki potensi wisata yang

sangat menarik karena

merupakan wisata minat

khusus.

j) Memiliki jam berkunjung

setiap hari dan gratis.

masyarakat sekitar.

c) Belum mengetahui letak

potensi wisata yang

menguntungkan berbagai

pihak.

d) Masih rendahnya

pengetahuan masyarakat

mengenai obyek tersebut.

e) Kurangnya sosialisasi kepada

masyarakat.

f) Banyaknya masyarakat yang

kurang peduli dengan sadar

wisata di lingkungan sendiri.

g) Bertambah banyaknya

bangunan-bangunan lain,

sehingga kurang diminati.

h) Lokasi yang kurang strategis

(Ponten) karena masuk di

dalam kampung.

i) Sudah dirubahnya bangunan

tidak seperti aslinya

(Ponten).

j) Masyarakat yang belum

mengerti manfaat dari

kawasan heritage tersebut.

Opportunities Threats

Faktor

Eksternal

a) Dapat dijadikan obyek wisata

alternatif di Kota Surakarta.

b) Menjadi salah satu obyek

dengan cagar budaya.

c) Merupakan salah bangunan

bersejarah yang dapat

dijadikan sebagai daya tarik

wisatawan (wisata minat

khusus).

d) Potensi wisata yang cukup

banyak.

e) Dapat menambah

penghasilan masyarakat

sekitar, apabila dikelola

dengan baik dan benar.

f) Dijadikan peluang bagi

stakeholders yang ingin

bekerjasama.

g) Berfungsi sebagai tempat

atau obyek wisata yang bisa

dimanfaatkan dengan baik,

apabila mengetahui potensi

a) Adanya masyarakat yang

kontra.

b) Belum sadarnya masyarakat

sekitar mengenai potensi

wisata yang ada dari obyek

ini.

c) Banyak yang sudah dikelola

oleh pihak swasta, sehingga

masyarakat segan untuk

bekerjasama.

d) Kurangnya tingkat

keamanan.

e) Banyak masyarakat yang

malas dan bosan untuk

datang.

77

wisata apa yang perlu

dijalankan.

h) Kawasan heritage yang

bersejarah dan bermanfaat

sebagai media promosi dan

pengenal terhadap kampung

sekitar di Kecamatan

Banjarsari.

i) Adanya kelompok sadar

wisata di kelurahan ini, dapat

menjembatani dalam

pengembangan destinasi

wisata.

j) Dapat memperkenalkan

obyek wisata ini secara luas,

sehingga dikenal.

b. Kelurahan Setabelan (Villa Park Banjarsari dan Monumen „45).

Tabel 7. Analisis SWOT (Strengths, Weakness, Opportunities, Threats) (Villa Park Banjarsari

dan Monumen ‘45)

Strengths Weakness

Faktor

Internal

a) Terletak di jalan yang

strategis

b) Merupakan cagar budaya.

c) Masih dilestarikannya

peninggalan sejarah tersebut

sampai sekarang.

d) Memiliki daya tarik sebagai

taman yang asri untuk

dikunjungi.

e) Memiliki halaman yang

cukup luas apabila digunakan

sebagai kegiatan.

f) Adanya taman bermain untuk

anak-anak.

g) Sebagai saksi sejarah dari

Serangan Umum Empat Hari

di Kota Surakarta pada tahun

1949.

h) Memiliki sarana umum

seperti toilet.

i) Adanya jajanan pedagang

kaki lima di sekitar obyek.

j) Memiliki empat pintu untuk

akses di taman dan monumen

tersebut.

a) Masih banyak masyarakat

yang kurang peduli dengan

kebersihan taman, sehingga

membuang sampah tidak

pada tempatnya.

b) Masih banyak masyarakat

yang belum mengetahui

manfaat dibentuknya taman

tersebut.

c) Banyaknya bangunan-

bangunan kuno di sekitar

obyek, namun tidak

difungsikan dengan baik

(rumah kosong).

d) Kurangnya sistem

penjagaan dan keamanan

yang baik.

e) Belum difungsikan dengan

baik.

f) Masih kurangnya minat

masyarakat untuk

berkunjung ke taman,

apabila tidak ada atraksi apa

yang harus dilakukan.

g) Kurangnya atraksi wisata.

78

h) Perlu ditambahkannya

papan penunjuk arah di

sekitar obyek.

i) Perlu adanya promosi dan

pemasaran mengenai obyek

wisata ini.

j) Banyak pedagang kaki lima,

yang kadang merusak

pemandangan taman.

Opportunities Threats

Faktor

Eksternal

a) Dapat difungsikan sebagai

taman bermain, edukasi, dan

rekreasi bagi masyarakat.

b) Adanya kelompok sadar

wisata di kelurahan ini, dapat

menjadi fasilitator dalam

pengembangan destinasi

wisata.

c) Dapat digunakan sebagai

penyelenggaraan event sekitar

obyek.

d) Dapat difungsikan sebagai

sarana edukasi bagi pelajar

untuk outing class.

e) Dapat ditambahkan

penerangan yang lebih baik

dari sebelumnya.

f) Bisa ditambahkan fasilitas

pendukung lainnya, seperti

arena outbound.

g) Bisa digunakan kegiatan bagi

masyarakat kampung sekitar

untuk menarik pengunjung.

h) Dapat mempercantik taman

tersebut dengan bantuan

pihak dari luar, supaya

menarik pengunjung.

i) Memberikan kesempatan

kepada masyarakat luas untuk

menikmati keindahan taman

ini secara gratis.

j) Dapat ditambahkan jenis-

jenis tanaman yang beragam

agar lebih menarik.

a) Apabila kurangnya sistem

penjagaan dan keamanan

dapat menyebabkan

rusaknya kembali taman ini.

b) Bisa dilalui dengan empat

pintu, tanpa adanya

penjagaan.

c) Adanya masyarakat yang

pro dan kontra.

d) Banyak masyarakat yang

tidak sadar mengenai buang

sampah pada tempatnya.

e) Dapat terbengkalai kembali

apabila tidak dikelola

dengan baik dan benar.

79

c. Kelurahan Keprabon (Pasar Antik Windujenar Triwindu dan Istana Pura

Mangkunegaran).

Tabel 8. Analisis SWOT (Strengths, Weakness, Opportunities, Threats) (Pasar Antik

Windujenar Triwindu dan Istaana Pura Mangkunegaran)

Strengths Weakness

Faktor

Internal

a) Terletak di jantung kota.

b) Memiliki cagar budaya.

c) Sebagai salah satu ikon Kota

Surakarta.

d) Memiliki nilai sejarah, seni,

dan budaya yang masih

dijaga dan dilestarikan.

e) Pengunjung atau wisatawan

yang datang dari berbagai

daerah dan negara.

f) Adanya promosi untuk

meningkatkan kunjungan

wisatawan.

g) Memiliki sistem keamanan

yang cukup baik.

h) Adanya local guide di Istana

Pura Mangkunegaran.

i) Mudah dilalui akses

transportasi.

j) Memiliki ciri khas dari

masing-masing obyek.

a) Kurangnya minat

pengunjung untuk datang

ke Pasar Antik Windujenar

Triwindu, karena bentuk

pasar sudah mengalami

perombakan tidak seperti

aslinya.

b) Kurangnya kesadaran

masyarakat dalam

membuang sampah pada

tempatnya.

c) Banyak obyek wisata

pilihan lain bagi

masyarakat.

d) Kurangnya lahan parkir

(Pasar Antik Windujenar

Triwindu)

e) Harga souvenir yang terlalu

mahal (Istana Pura

Mangkunegaran.

f) Direvitalisasinya Pasar

Antik Windujenar

Triwindu, sehingga

mengurangi jumlah

wisatawan yang

berkunjung.

g) Belum adanya local guide

di kawasan Pasar Antik

Windujenar Triwindu.

h) Kurangnya promosi dan

pemasaran yang luas.

i) Banyak para pedagang

Pasar Antik Windujenar

Triwindu yang mulai

pesimis untuk berdagang.

j) Perlu ditambahnya

aksesoris untuk menarik

minat wisatawan, seperti

lampu (penerangan), dan

sebagainya (Pasar Antik

Windujenar Triwindu).

80

Opportunities Threats

Faktor

Eksternal

a) Sebagai media promosi yang

baik mengenai barang antik

yang ada di Kota Surakarta.

(Pasar Antik Windujenar

Triwindu).

b) Menambah penghasilan

masyarakat sekitar.

c) Pertumbuhan ekonomi

semakin baik.

d) Dapat dikemas menjadi paket

wisata yang menarik.

e) Menjadikan obyek wisata

yang unggul, khususnya di

Kecamatan Banjarsari.

f) Mengurangi pengangguran di

sekitar obyek.

g) Mempertahankan obyek

wisata cagar budaya.

h) Melestarikan warisan sejarah

yang masih terjaga hingga

sekarang.

i) Promosi yang lebih menarik

minat wisatawan.

j) Adanya konsep dan strategi

dalam mengembangkan

obyek heritage yang

memiliki potensi wisata.

a) Lama kelamaan Pasar Antik

Windujenar Triwindu,

dapat terancam

keberadaannya apabia tidak

dikelola dengan benar dan

baik.

b) Daya saing antar obyek di

Kota Surakarta semakin

tinggi.

c) Kurangnya kesadaran

dalam kebersihan.

d) Banyak wisatawan yang

tidak mematuhi peraturan

(Istana Pura

Mangkunegaran) seperti

memfoto di Dalem Ageng.

e) Toilet yang kurang bersih,

dapat menimbulkan bibit

penyakit.

d. Kelurahan Ketelan (Masjid Al-Wustho).

Tabel 9. Analisis SWOT (Strengths, Weakness, Opportunities, Threats) (Masjid Al-Wustho)

Strengths Weakness

Faktor

Internal

a) Letak yang strategis.

b) Merupakan masjid yang

bersejarah.

c) Sebagai salah satu bangunan

cagar budaya di Kota

Surakarta.

d) Masih terdapatnya bedug.

e) Adanya sarana pendukung di

sekitar masjid, seperti klinik,

dan sebagainya.

f) Adanya ciri khas dari masjid

tersebut, yaitu dari bentuk

dan warna.

g) Dibuka untuk umum setiap

a) Masjid yang seharusnya

dijadikan tempat ibadah,

namun dapat dijadikan

tempat tidur sementara bagi

para jamaah yang datang.

b) Banyaknya transportasi

umum yang memenuhi

arena masjid, pada hari

Minggu.

c) Kurang luasnya halaman

parkir masjid.

d) Kurangnya sistem

penjagaan dan keamanan di

sekitar masjid.

81

hari.

h) Berseberangan dengan Istana

Pura Mangkunegaran.

i) Dekat dengan rumah sakit,

restoran, dan hotel.

j) Memiliki jarak yang cukup

dekat dengan pusat kota.

e) Kurangnya promosi secara

luas, baik melalui media

cetak ataupun internet.

f) Kurangnya sosilisasi dan

pengenalan terhadap masjid

Al-Wustho.

g) Tidak banyak masyarakat

yang mengetahui akan

masjid ini.

h) Bangunan yang perlu dijaga

dan dilestarikan dengan

baik, sehingga apabila

parkir, diharap lebih tertib

dan rapi.

i) Banyak masyarakat yang

belum mengetahui manfaat

dari potensi wisata di obyek

ini.

j) Perlunya informasi secara

luas dari masjid ini.

Opportunities Threats

Faktor

Eksternal

a) Menarik minat masyarakat

luas.

b) Menyadarkan semangat dan

membangkitkan minat

masyarakat sekitar terhadap

obyek heritage.

c) Memberikan peluang bagi

masyarakat sekitar, untuk

mendapatkan pekerjaan.

d) Menambah penghasilan

masyarakat sekitar.

e) Nama kampung dan nama

kelurahan akan lebih dikenal

masyarakat luas.

f) Mempertahankan obyek

sebagai cagar budaya.

g) Sudah memiliki label cagar

budaya, sehingga merupakan

kawasan yang benar-benar

bersejarah untuk dikunjungi.

h) Perlu adanya fasilitas

pendukung untuk

mempercantik kawasan

heritage ini.

i) Bisa disediakan local guide

di kawasan sekitar.

a) Masih terbatasnya

pengetahuan masyarakat

megenai masjid ini.

b) Di Kota Surakarta banyak

masjid yang bersejarah

pula.

c) Tempat parkir yang perlu

dikaji kembali.

d) Kurangnya keamanan,

menyebabkan was-was

pengunjung.

e) Adanya masyarakat yang

pro dan kontra.

82

j) Menjaga nama baik daerah

kampung sekitar melalui

wisata.

e. Kelurahan Timuran (Monumen Pers).

Tabel 10. Analisis SWOT (Strengths, Weakness, Opportunities, Threats) (Monumen Pers)

Strengths Weakness

Faktor

Internal

a) Letak lokasi yang strategis.

b) Merupakan kawasan cagar

budaya.

c) Sebagai sumber informasi

bagi masyarakat Kota

Surakarta.

d) Dapat difungsikan sebagai

ruang pameran.

e) Adanya fasilitas

perpustakaan dan media

center.

f) Memiliki sistem keamanan

yang baik.

g) Dapat dikunjungi setiap hari

dan tanpa tiket masuk

(gratis).

h) Memiliki koleksi yang

bersejarah, yang berkaitan

dengan berita.

i) Adanya struktur organisasi.

j) Dapat difungsikan sebagai

seminar.

a) Perlu adanya local guide di

kawasan tersebut.

b) Tidak adanya penjaga loket

yang tetap.

c) Kurangnya informasi

kepada masyarakat

mengenai obyek ini.

d) Kurangnya lahan untuk

parkir.

e) Sistem kunjungan yang

masih manual.

f) Kurangnya pencahayaan di

dalam monumen.

g) Banyak masyarakat yang

kurang minat dengan

monumen ini.

h) Banyaknya pilihan obyek

wisata lain di Kota

Surakarta.

i) Kurang menariknya

monumen ini untuk

dikunjungi wisatawan.

j) Terlalu luas bangunan,

namun koleksi kurang

banyak.

Opportunities Threats

Faktor

Eksternal

a) Bisa dijadikan tempat untuk

edukasi.

b) Sebagai sarana dalam

pembuatan pameran.

c) Sebagai monumen yang

dikelola secara terstruktur

sehingga lebih mudah untuk

dipelajari.

d) Memberikan kesempatan

bagi masyarakat yang gemar

membaca.

e) Memberikan kesempatan

kepada masyarakat untuk

a) Tidak adanya penjaga loket

tetap.

b) Dikelola oleh pemerintah,

sehingga susah untuk

bekerjasama dengan pihak

luar.

c) Kurangnya penjagaan di

dalam monumen.

d) Koleksi yang sedikit,

membuat wisatawan yang

berkunjung berkurang.

e) Kurang menarik apabila

dibandingkan dengan

83

mengetahui informasi yang

ada di koran setiap harinya.

f) Memiliki jam buka yang

baik, sehingga pengunjung

yang datang bisa setiap hari.

g) Memberikan kesempatan

bagi masyarakat yang ingin

melakukan riset dan

kunjungan ilmiah di

monumen ini.

h) Memberikan peluang bagi

masyarakat sekitar untuk

membantu mengelola obyek.

i) Memiliki visi dan misi yang

jelas.

j) Memiliki tugas pokok dan

fungsi yang jelas.

monumen yang ada di luar

Kota Surakarta.

f. Kelurahan Manahan (Taman Balekambang).

Tabel 11. Analisis SWOT (Strengths, Weakness, Opportunities, Threats) (Taman

Balekambang)

Strengths Weakness

Faktor

Internal

a) Sebagai cagar budaya.

b) Memiliki tempat yang luas

sebagai taman.

c) Melestarikan hewan-kewan

yang hampir punah, seperti

rusa.

d) Dapat mengenal hewan-

hewan reptil.

e) Dapat dijadikan tempat

menyelenggarakan event

kota, seperti festival dan

sendratari.

f) Adanya papan penunjuk

arah.

g) Dapat digunakan sebagai

outbound.

h) Memiliki fasilitas umum,

seperti toilet.

i) Dapat digunakan sebagai

tempat pemancingan.

j) Dapat digunakan sebagai

tempat rekreasi keluarga.

a) Lebih berfungsinya pintu

belakang, di banding

dengan pintu utama obyek.

b) Kurang terawatnya papan

nama pada pohon, banyak

yang sudah lepas.

c) Kurangnya kebersihan akan

membuang sampah pada

tempatnya.

d) Kurangnya penataan taman

yang rapi.

e) Banyak masyarakat sekitar

yang sudah bosan.

f) Perlu update mengenai

wisata, sehingga menambah

daya tarik yang lebih untuk

wisatawan.

g) Kurangnya sistem

keamanan dan penjagaan di

taman ini.

h) Di dalam papan informasi,

kurang mnarik untuk dibaca

para pengunjung.

i) Kurang ramainya kawasan

84

sekitar obyek, seperti rumah

makan yang sepi

pengunjung.

j) Tingkat kesadaran

masyarakat akan wisata

belum merata.

Opportunities Threats

Faktor

Eksternal

a) Sebagai media edukasi.

b) Sebagai tempat untuk sarana

seni dan budaya.

c) Dapat digunakan sebagai

venue event yang

diselenggarakan oleh Kota

Surakarta.

d) Di bawah kelembagaan

Dinas Kebudayaan dan

Pariwisata Kota Surakarta.

e) Dekat dengan jantung kota.

f) Bisa membantu penghasilan

masyarakat sekitar.

g) Dapat menyadarkan

masyarakat akan pelestarian

lingkungan hidup.

h) Diberinya tempat photo

booth, untuk menambah daya

tarik wisatawan.

i) Bisa digunakan sebagai

tempat terselenggaranya

sendratari, baik out door atau

pun in door.

j) Buka setiap hari, sehingga

pengunjung bisa datang

sewaktu-waktu dan gratis.

a) Kurang adanya sistem

keamanan dan penjagaan,

dapat menyebabkan

mudahnya akses bagi

orang-orang yang tidak

bertanggung jawab untuk

masuk ke obyek ini.

b) Banyak hewan-hewan yang

meminta makanan kepada

pengunjung dapat

mengganggu aktivitas

wisatawan.

c) Belum adanya kesadaran

untuk memelihara fasilitas

dengan baik.

d) Dapat mengurangi jumlah

wisatawan, apabila banyak

fasilitas yang belum

diperbaiki.

e) Wisatawan lokal yang

sudah mulai bosan dengan

keberadaan taman ini.

Dari data analisis SWOT (Strengths, Weakness, Opportunities, Threats) di

atas dapat disimpulkan bahwa fungsi dari dibentuknya strategi SWOT (Strengths,

Weakness, Opportunities, Threats) ini adalah untuk mengetahui seberapa besar

kekuatan dan peluang potensi wisata pada obyek-obyek heritage ini apabila

dibentuknya destinasi wisata heritage dengan kekuatan dan peluang heritage yang

dimiliki dari tiap-tiap obyek yang dikaji.

Selanjutnya, data-data dari analisis SWOT (Strengths, Weakness, Opportunities,

Threats) tersebut diringkas sebagai berikut.

a. Strengths (Kekuatan) :

85

Dari masing-masing obyek yang dianalisis, semua merupakan bangunan

cagar budaya yang memiliki nilai sejarah yang menarik untuk dikembangkan

menjadi destinasi wisata heritage di Kota Surakarta khususnya di Kecamatan

Banjarsari. Memiliki lokasi yang strategis dan memiliki heritage intangible di

sekitar obyek merupakan modal utama untuk terlaksananya pengembangan

destinasi wiata heritage ini. Selain atraksi wisata, sarana dan prasarana yang ada

di obyek ini juga sudah memadai seperti dengan adanya akomodasi dan restoran

di sekitar kawasan obyek heritage.

b. Weakness (Kelemahan) :

Kelemahan dari masing-masing obyek adalah, kurangnya pemanfaatan

potensi wisata yang dapat menarik minat wisatawan untuk berkunjung ke tempat-

tempat heritage tersebut. Bangunan-bangunan terebut masih belum dikelola

dengan baik, hanya sebagian bangunan saja yang ramai dikunjungi wisatawan.

Oleh karena itu, dari analisis ini dapat diketahui bahwa kelemahan yang ada

dalam masing-masing obyek perlu dibenahi untuk menjadi kekuatan yang ada

pada obyek ini.

c. Opportunities (Kesempatan atau Peluang) :

Masing-masing obyek heritage memiliki potensi wisata yang dapat

dikembangkan dan dimanfaatkan sebagai daya tarik dan destinasi wisata heritage

dengan bantuan dari berbagai pihak yang terkait dalam memajukan kawasan ini

untuk alternatif wisata di Kota Surakarta, khususnya Kecamatan Banjarsari. Tidak

hanya menguntungkan masyarakat sekitar, namun juga akan mengangkat nama

kampung dan daerah yang memiliki kawasan heritage tersebut. Potensi wisata

yang dimiliki dari masing-masing obyek memang sangat besar peluangnya untuk

dikembangkan menjadi destinasi wisata heritage di Kecamatan Banjarsari Kota

Surakarta. Dengan data dari analisis ini dapat diketahui bahwa kesempatan yang

ada pada obyek-obyek ini merupakan salah satu cara atau strategi dalam

mengembangkan suatu kawasan wisata heritage di sebuah kota dengan tujuan

untuk menarik minat wisatawan yang berkunjung dan menginformasikan kepada

masyarakat luas, bahwa obyek-obyek ini masih berdiri dengan kokoh dan perlu

dilestarikan serta dilindungi bersama dalam menjaga bangunan bangunan ini

supaya tetap terawatt keaslian dan keunikan dari masing-masing obyek.

86

d. Threats (Ancaman) :

Ancaman yang dimiliki dari masing-masing obyek adalah mengenai

keamanan. Tidak banyak dari obyek-obyek tersebutyang sudah dijaga dengan

aman keberadaannya. Namun, banyak pula masing-masing dari obyek tersebut

memilki penjagaan yang baik. Masih kurangnya penjagaan yang ketat dari

masing-masing obyek, sehingga kurang aman dan nyamannya wisatawan apabila

berkunjung ke tempat tersebut. Penjagaan tersebut, sebenarnya bisa dilakukan

oleh siapa saja. Tidak perlu menunggu pemerintah daerah untuk menjaga kawasan

tersebut. Untuk penjagaan, bisa dilakukan oleh masyarakat sekitar secara

bergiliran. Namun, hal tersebut nampaknya masih belum bisa diterapkan dalam

kobyek-obyek heritage yang ada di Kecamatan Banjarsari Kota Surakarta. Oleh

karena itu, dari berbagai ancaman yang perlu dikaji kembali agar menemukan

solusi yang baik dan tepat dalam penanganan potensi wisata heritage di kawasan

ini.

2. Analisis 4A (Atraksi, Aksesibilitas, Amenitas, Ancillary)

a. Atraksi

Atraksi yang ada pada obyek ini kebanyakan merupakan atraksi event

tahunan kota atau event yang diselenggarakan kampung itu sendiri. Event tahuna

kota seperti adanya festival di lingkungan obyek ini yang dilaksanakan pada satu

tahun sekali contohnya Festival Jenang di Ngarsopuro, lalu ada event dari

kampung itu sendiri dengan menyelenggarakannya pentas seni untuk

meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai kebudayaan di lingkungan sendiri

seperti yang dilakukan oleh masyarakat Kelurahana Keprabon. Tentu atraksi-

atraksi ini masih merupakan atraksi sederhana yang apabila ditampilkan di

hadapan wisatawan mungkin kurang menarik. Oleh karena itu, dari analisis ini

maka dibentuklah konsep semenarik mungkin untuk menciptakan kawasan

heritage ini sebagai destinasi wisata.

b. Aksesibilitas

Letak obyek-obyek wisata heritage yang cukup strategis, dan jarak antar

obyek juga tidak terlalu jauh, sehingga mempermudah jalannya pengoperasiaan

konsep ini.

87

Transportasi yang digunakan terjangkau dalam menelusuri jalan-jalan yang

akan dilewati selama perjalanan.

Aksesibilitas yang dilalui juga cukup memadai, karena sering digunakan

masyarakat umum.

Papan petunjuk arah juga banyak ditemui di jalan untuk menuju ke obyek-

obyek wisata tersebut.

c. Amenitas

Banyaknya fasilitas umum dan pendukung yang cukup memadai di kawasan

obyek ini, seperti adanya akomodasi, restoran, money changer, rumah sakit,

pertokoan, pusat informasi, dan lain sebagainya yang masuk dalam kategori ini.

d. Ancillary

Dapat terlaksana dengan baik, apabila pihak masyarakat bekerjasama dengan

stakeholders baik pemerintah maupun swasta, sehingga dapat dijadikan sebagai

salah satu destinasi wisata heritage yang sangat diminati pengunjung.

D. Konsep Kampung Tempo Dulu di Kawasan Heritage

Di Kecamatan Banjarsari ini banyak nama-nama kampung yang dari nama-

nama tersebut memiliki pengertian tersendiri. Mulai dari kampung yang lama

hingga kampung yang baru, memiliki nama dan asal-usul yang sangat menarik,

apabila ditelusuri dengan cara berwisata. Asal-usul nama tersebut terbentuk sejak

zaman penjajajahan dan sampa sekarang masih ada.

Hal ini tentu akan menarik apabila direalisasikan dalam beriwisata,

khususnya wisata heritage. Di dalam terlaksananya wisata heritage tersebut,

dikombinasikan dengan heritage tangible dan heritage intangible yang mana akan

lebih menarik minat wisatawan atau pengunjung untuk datang ko obyek-obyek

ini. Lokasi obyek heritage ini sangat strategis dan berada di kampung tengah Kota

Surakarta yang dapat dijangkau oleh aksesibilitas mudah perkotaan.

Selanjutnya, dari kampung-kampung tersebut, maka terciptalah ide dengan

konsep „tempo dulu‟ yang berpacu pada teknik perencanaan Carrying Capacity,

Recreational Carrying Capacity (RCC), Recreational Opportunity Spectrum

(ROS), Limits of Acceptable Change (LAC), Visitor Impact Management Model

(VIMM), Visitor Experience and Resource Protection Model (VERP), Visitor

88

Activity Management Program (VAMP), Tourism Opportunity Spectrum (TOS)

melalui analisis SWOT (Strengths, Weakness, Opportunities, Threats dan analisis

4A (Atraksi, Aksseibilitas, Amenitas, dan Ancillary) dengan tujuan untuk

menambah kunjungan wisatawan atau pengunjung untuk datang ke Kota

Surakarta dengan wisata sejarah dan budaya, yang belum pernah ada di kota ini

dan untuk membentuk inovasi baru di dunia pariwisata agar masyarakat atau

wisatawan yang berkunjung tidak merasa jenuh apalagi bosan untuk datang ke

kota ini. Konsep inin mengembangkan heritage tangible dan heritage intangible

yang dibentuk saling mengimbangi satu sama lain dalam konsep ini. Sehingga,

wisatawan yang berkunjung dapat berwisata lengkap. Maka, untuk

menrealisasikan konsep „tempo dulu‟ ini dibentuklah kerja sama kepada berbagai

pihak yang terkait, supaya dapat berjalan dengan baik dan lancar. Berikut

keterangan lebih lanjut mengenai konsep „tempo dulu‟ di Kecamatan Banjarsari :

1. Kecamatan Banjarsari merupakan kawasan kecamatan paling luas di Kota

Surakarta dengan memiliki berbagai macam kawasan heritage, baik berupa

tangible maupun intangible yang mana sangat berpotensi di aspek wisata, apabila

dikemas secara baik dan benar.

2. Konsep „tempo dulu‟ tersebut terdiri dari berbagai macam komponen, seperti

masyarakat yang beraktivitas saat masa sebelum dan pasca kemerdekaan, jajanan

khas tradisional pada zaman tersebut, souvenir atau cenderamata yang dijual pada

masa itu, dan atraksi wisata yang disajikan kepada wisatawan, selain itu

wisatawan yang berkunjung juga dapat mencoba hal tersebut.

3. Agar konsep „tempo dulu‟ lebih menarik, bisa ditambahkan miniatur atau

diorama mengenai kegiatan masyarakat tersebut yang dituangkan dalam bentuk

gambar, video, atau patung serta aksesori pendukung lainnya, seperti papan nama

kegiatan dengan berbagai bahasa (bahasa Jawa, bahasa Indonesia, bahasa Inggris,

bahasa Belanda).

4. Selanjutnya, agar wisata tersebut cukup menyenangkan, bisa ditambahkan

dengan transportasi tradisional seperti andong, dan bila wisatawan ingin sedikit

modern bisa menggunakan becak.

89

5. Tentu di titik-titik kawasan heritage tersebut perlu dibenahi terlebih dahulu,

sehingga kampung sekitar dapat dijadikan kampung kuno dengan konsep „tempo

dulu‟ seperti ini.

Apabila konsep tersebut sudah terlaksana dengan baik, maka jumlah

kunjungan wisatawan akan meningkat. Sebab, wisata seperti ini merupakan wisata

yang langka dan merupakan wisata yang mahal, karena belum tentu semua

masyarakat mengetahui sejarah sebenarnya yang ada pada obyek-obyek ini.

E. Setting Kampung Heritage

Membuat obyek wisata alternatif melelui kampung kawasan heritage di

Kecamatan Banjarsari Surakarta memang sangat menarik apabila dapat terealisasi,

karena di kecamatan ini, memiliki banyak nilai sejarah, baik berwujud atau pun

tidak, sejarah yang berwujud termasuk di dalam bangunan-bangunan peninggalan

zaman kerjaan yang sampai saat ini masih dilestarikan keberadaannya. Selain itu,

kampung-kampung di Kecamatan Banjarsari juga banyak yang merupakan

kawasan cagar budaya, sehingga bila dikemas dengan baik bisa dilaksanakannya

wisata heritage antar kampung dalam wilayah Kecamatan Banjarsari, sehingga

menarik minat wisatawan yang berkunjung dan dapat dijadikan sebagai wisata

alternatif yang cukup menarik dan menyenangkan, sehingga wisatawan atau pun

pengunjung tidak merasa bosan dan jenuh dengan obyek-obyek wisata lain yang

dari tahun ke tahun tidak mengalami peningkatan.

Namun, untuk mengatur kampung-kampung tersebut, perlu adanya kerja

sama dari berbagai pihak yang terkait, sehingga dapat terwujud dengan baik dan

lancar. Oleh karena itu, dibuatlah kuesioner agar terjawab permasalahan seperti

apa yang harus dihadapi dalam rangka bekerjasama dalam pembuatan penataan

kampung heritage yang menarik. Kesimpulan dari beberapa responden di

berbagai wilayah Kecamatan Banjarsari, mengatakan bahwa pihak yang dapat

diajak untuk bekerja sama adalah dengan masyarakat dan pemerintah Kota

Surakarta.

Apabila kerjasama tersebut sudah berjalan dengan lancar dan baik, maka

perlu adanya fasilitas yang mendukung setting kampung heritage ini, antara lain :

1. Adanya sosialisasi terhadap masyarakat sekitar.

90

2. Fasilitas utama bagi para wisatawan, bisa dengan dibentuknya home stay,

mini market, restoran, toilet, dan sebagainya. Sehingga, meskipun konsep

„tempo dulu‟ itu terbentuk di kawasan heritage, namun untuk fasilitas modern

juga perlu dibentuk, karena tidak semua wisatawan bisa hidup tanpa adanya

kehidupan modern.

3. Selanjutnya fasilitas pendukung seperti adanya atraksi wisata di dalam

kawasan heritage tersebut juga sangat dibutuhkan untuk menambah daya

tarik bagi wisatawan yang berkunjung.

4. Adanya guide beberapa bahasa.

5. Memberikan gambaran mengenai kampung konsep „tempo dulu‟ melalui

gambar, video, photo booth, dan sejenisnya.

Selanjutnya, apabila fasilitas tersebut sudah terpenuhi, maka kampung yang

berkawasan heritage ini akan sangat diminati oleh pengunjung yang datang dari

berbagai daerah bahkan negara.

Selain fasilitas dan sarana pendukung lainnya, dibentuklah rute perjalanan

dari destinasi satu ke destinasi lainnya secara sambung menyambung yang akan

menciptakan setting kampung itu sendiri.

F. Faktor-faktor Permasalahan

Permasalahan yang diperoleh dari pengembangan kawasan heritage di

Kecamatan Banjarsari sebagai destinasi wisata, cukup banyak dan beragam. Oleh

karena itu, dibentuklah kuesioner dalam memperoleh jawaban dari responden

yang terkait. Sehingga, mempermudah dalam mendapatkan informasi mengenai

masalah-masalah yang timbul dari pengembangan obyek wisata kawasan heritage

ini.

Berikut ini adalah masalah-masalah yang terkait dengan judul tugas akhir,

berdasarkan jawaban responden dari Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) di

masing-masing kelurahan yang memiliki obyek heritage di Kecamatan Banjarsari,

yaitu :

1. Stasiun Solo Balapan – Kelurahan Kestalan

2. Stasiun Radio Republik Indonesia (RRI) – Kelurahan Kestalan

3. Ponten – Kelurahan Kestalan

91

4. Villa Park Banjarsari – Kelurahan Setabelan

5. Monumen ‟45 – Kelurahan Setabelan

6. Pasar Antik Windujenar Triwindu – Kelurahan Keprabon

7. Istana Pura Mangkunegaran – Kelurahan Keprabon

8. Masjid Al-Wustho – Kelurahan Ketelan

9. Monumen Pers – Kelurahan Timuran

10. Taman Balekambang – Kelurahan Manahan

Kendala yang dihadapi dari obyek-obyek wisata tersebut, antara lain :

a. Kurang sadarnya sumber daya manusia sekitar mengenai potensi wisata dari

obyek-obyek yang ada di kawasan heritage.

b. Kurangnya informasi, edukasi, dan promosi.

c. Terhambatnya masalah dana.

d. Banyak masyarakat yang masih belum mengetahui tentang obyek-obyek

tersebut, sehingga perlu diadakannya sosialisasi.

e. Kurangnya perhatian masyarakat dengan obyek-obyek yang memiliki nilai

sejarah dan budaya, apabila sudah diklaim pihak lain, maka masyarakat mulai

akan peduli.

G. Prospek Kecamatan Banjarsari sebagai Kawasan Heritage di Kota

Surakarta

Sebagai salah satu wisata alternatif dengan bertambahnya daftar obyek wisata

minat khusus, dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat sekitar, apabila

dikemas dan dilaksanakan secara baik dan tepat. Sehingga, untuk ke depannya,

Kota Surkarta akan jauh dikenal masyarakat luas berdasarkan dengan banyaknya

obyek wisata heritage yang sampai sekarang masih dirawat dan dilestarikan.

Tidak hanya Kota Surakarta dan Kecamatan Banjarsari yang terkenal, namun

seluruh komponen dan lapisan masyarakat yang andil dalam memprakarsa

kawasan heritage ini, tentu juga akan bangga apabila dikenal olah masyarakat

luas, baik nusantara maupun mancanegara.

Destinasi wisata heritage yang ada di Kecamatan Banjarsari Kota Surakarta

ini merupakan salah satu cara dalam mengembangkan dan memanfaatkan potensi

wisata yang ada pada obyek-obyek ini. Karena, potensi wisata disini cukup

92

menarik dan memiliki ciri khas masing-masing. Sehingga, masing-masing obyek

memilki keunikan sendiri dan dari keunikan itulah yang menyebabkan

menariknya obyek-obyek tersebut untuk dikunjungi. Tentu saja, dengan konsep

yang indah dan menarik. Seperti dengan dibentuknya konsep „tempo dulu‟ yang

merupakan pemanfaatan dan pengembangan potensi wisata di kawasan heritage

ini dan untuk ke depannya dapat direalisasikan dengan baik, sehingga di Kota

Surakarta memiliki destinasi wisata lain untuk dikunjungi dan dapat mengangkat

nama-nama daerah atau lokasi obyek tersebut kepada masyarakat luas untuk

dikenal.