bab ii tinjauan pustaka a. tinjauan teori 1. …repository.ump.ac.id/892/3/desi sofiana bab...

26
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TINJAUAN TEORI 1. Kepatuhan a. Pengertian Kepatuhan (adherence) adalah suatu bentuk perilaku yang timbul akibat adanya interaksi antara petugas kesehatan dan pasien sehingga pasien mengerti rencana dan segala konsekwensinya dan menyetujui rencana tersebut serta melaksanakannya (Kemenkes RI., 2011). Menurut Hasibuan (2003), menjelaskan bahwa kepatuhan merukan kesadaran atau kesedian seseorang menaati suatu peraturan dan norma-norma sosial yang berlaku. Kepatuhan yang baik mencerminkan besarnya rasa tanggung jawab seseorang terhadap tugas-tugas yang diberikan kepadanya. Hal ini cenderung gairah kerja, semangat kerja, dan terwujudnya tujuan masyarakat, maka setiap orang harus berusaha agar mempunyai kepatuhan yang baik. Kepatuhan seseorang dipengaruhi oleh perilaku kesehatan, yang pada dasarnya perilaku kesehatan merupakan suatu respon seseorang (organisme) terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan serta lingkungan. Perilaku terhadap sakit dan penyakit ini dengan sendirinya sesuai dengan tingkat-tingkat pencegahan penyakit, yakni: 8 Gambaran Tingkat Kepatuhan..., Desi Sofiana, Kebidanan DIII UMP, 2015

Upload: dolien

Post on 17-Sep-2018

213 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TINJAUAN TEORI 1. …repository.ump.ac.id/892/3/Desi Sofiana BAB II.pdf · 10 sistem nilai yang dianut masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. TINJAUAN TEORI

1. Kepatuhan

a. Pengertian

Kepatuhan (adherence) adalah suatu bentuk perilaku yang timbul

akibat adanya interaksi antara petugas kesehatan dan pasien

sehingga pasien mengerti rencana dan segala konsekwensinya dan

menyetujui rencana tersebut serta melaksanakannya (Kemenkes RI.,

2011).

Menurut Hasibuan (2003), menjelaskan bahwa kepatuhan

merukan kesadaran atau kesedian seseorang menaati suatu

peraturan dan norma-norma sosial yang berlaku. Kepatuhan yang

baik mencerminkan besarnya rasa tanggung jawab seseorang

terhadap tugas-tugas yang diberikan kepadanya. Hal ini cenderung

gairah kerja, semangat kerja, dan terwujudnya tujuan masyarakat,

maka setiap orang harus berusaha agar mempunyai kepatuhan yang

baik.

Kepatuhan seseorang dipengaruhi oleh perilaku kesehatan, yang

pada dasarnya perilaku kesehatan merupakan suatu respon

seseorang (organisme) terhadap stimulus yang berkaitan dengan

sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan serta lingkungan.

Perilaku terhadap sakit dan penyakit ini dengan sendirinya sesuai

dengan tingkat-tingkat pencegahan penyakit, yakni:

8

Gambaran Tingkat Kepatuhan..., Desi Sofiana, Kebidanan DIII UMP, 2015

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TINJAUAN TEORI 1. …repository.ump.ac.id/892/3/Desi Sofiana BAB II.pdf · 10 sistem nilai yang dianut masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi

9

1) Perilaku sehubungan dengan peningkatan dan pemeliharaan

kesehatan (health promotion behaviour). Misalnya : menjaga

kebersihan agar tidak terkena diare.

2) Perilaku pencegahan penyakit (health prevention behaviour).

3) Perilaku sehubungan dengan pencarian pengobatan (health

seeking behaviour). Misalnya : usaha mencari pengobatan untuk

balita yang diare ke Puskesmas.

4) Perilaku sehubungan dengan pemulihan kesehatan (health

rehabiitation behaviour) yaitu perilaku yang berhubungan dengan

usaha-usaha pemulihan kesehatan setelah sembuh dari suatu

penyakit. Misalnya : melakukan anjuran pemberian obat oleh

tenaga kesehatan pada balita diare.

b. Faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan

Kepatuhan memberikan tablet Zinc merupakan salah contoh

perilaku kesehatan yang dilakukan sang ibu balita. Lawrence Green

dalam Notoatmodjo (2005), mengemukakan teori perilaku kesehatan

yang ditentukan oleh tiga faktor. Selanjutnya faktor perilaku

dipengaruhi oleh 3 faktor utama yaitu faktor-faktor predisposisi

(predisposing factors),faktor-faktor pemungkin (enabling factors) dan

faktor-faktor penguat (reinforcing factors).

1) Faktor predisposisi (predisposing factors), terwujud dalam

pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan dan nilai-nilai.

Faktor-faktor predisposisi mencakup pengetahuan dan sikap

masyarakat terhadap kesehatan, tradisi dan kepercayaan

masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan,

Gambaran Tingkat Kepatuhan..., Desi Sofiana, Kebidanan DIII UMP, 2015

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TINJAUAN TEORI 1. …repository.ump.ac.id/892/3/Desi Sofiana BAB II.pdf · 10 sistem nilai yang dianut masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi

10

sistem nilai yang dianut masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat

sosial ekonomi dan sebagainya. Hal di atas dapat berkaitan

dengan kepatuhan ibu balita dalam pemberian terapi pada anak

dan kesadaran ibu tersebut tentang perilaku kesehatan, kadang-

kadang kepercayaan, tradisi dan sistem nilai masyarakat juga

dapat mendorong atau menghambat ibu untuk melakukan

kepatuhan dalam pemberian obat pada balita. Kepercayaan,

tradisi sistem, nilai dimasyarakat setempat juga dapat

mempermudah (positif) atau mempersulit (negatif) terjadinya

perilaku seseorang (Notoatmodjo, 2005).

Faktor yang berhubungan dengan penentuan keputusan

bekerja atau tidaknya ibu balita, kemudian pekerjaan ibu balita

berhubungan dengan kepatuhan sang ibu memberikan obat-

obatan.

Sikap merupakan organisasi pendapat, keyakinan

seseorang mengenai obyek datau situasi yang relatif tetap yang

disertai adanya perasaan tertentu dan memberikan dasar kepada

orang tersebut untuk membuat respon atau perilaku dalam cara

tertentu yang dipilihnya. Dalam hal ini, kepercayaan dan dan

keyakinan termasuk salah satu dari tiga komponen pokok sikap

yaitu ide terhadap suatu obyek yang artinya bagaimana keyakinan

dan pendapat atau pemikiran seseorang terhadap obyek (Allport

dalam Notoatmodjo, 2005).

Faktor-faktor predisposisi yang telah diuraikan di atas akan

menghasilkan atau mempengaruhi keputusan bekerja pada ibu

Gambaran Tingkat Kepatuhan..., Desi Sofiana, Kebidanan DIII UMP, 2015

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TINJAUAN TEORI 1. …repository.ump.ac.id/892/3/Desi Sofiana BAB II.pdf · 10 sistem nilai yang dianut masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi

11

balita. Pekerjaan itu sendiri merupakan kegiatan atau aktivitas

utama yang dilakukan secara rutin sebagai upaya membiayai

keluarga dan menunjang kebutuhan rumah tangga. Salah satu

alasan yang paling sering dikemukakan bila ibu tidak memberikan

tablet Zinc secara teratur karena mereka harus bekerja, sehingga

pekerjaan ibu balita berhubungan dengan kepatuhan sang ibu

balita pemberian tablet Zinc.

2) Faktor pendukung (enabling factor), terwujud dalam lingkungan

fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas atau sarana

kesehatan. (Notoatmodjo, 2003). Faktor-faktor pemungkin

mencakup ketersedian sarana dan prasarana atau fasilitas

kesehatan bagi masyarakat, misalnya air bersih, tempat

pembuangan sampah, tempat pembuangan tinja, ketersediaan

makanan yang bergizi dan sebagainya, termasuk juga fasilitas

pelayanan kesehatan seperti Puskesmas, Rumah Sakit, Poliklinik,

Posyandu, Polindes, Pos Obat Desa, dokter atau bidan praktek

swasta dan sebagainya. Untuk perilaku sehat, masyarakat

memerlukan sarana dan prasarana pendukung, pada pemberian

tablet Zinc juga dipengaruhi oleh faktor pemungkin dimana ibu

mungkin enggan memberikan tablet Zinc karena kurangnya

informasi mengenai tablet Zinc dari manfaat pemberian tablet

Zinc. Konseling ini pada hakekatnya mendukung atau

memungkinkan terwujudnya perilaku kesehatan, maka faktor-

faktor ini disebut faktor pendukung atau faktor pemungkin.

Gambaran Tingkat Kepatuhan..., Desi Sofiana, Kebidanan DIII UMP, 2015

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TINJAUAN TEORI 1. …repository.ump.ac.id/892/3/Desi Sofiana BAB II.pdf · 10 sistem nilai yang dianut masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi

12

3) Faktor pendorong (re-enforcing factor),

Terwujud dalam dukungan dan motivasi keluarga/suami, kader

atau petugas kesehatan dan tokoh masyarakat. Faktor-faktor

penguat meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat,

tokoh agama, sikap dan perilaku para petugas termasuk petugas

kesehatan dan undang-undang, peraturan-peraturan baik dari

pusat maupun pemerintah daerah yang terkait dengan kesehatan.

Untuk berperilaku sehat, masyarakat kadang-kadang bukan hanya

perlu pengetahuan dan sikap positif dan dukungan fasilitas saja,

melainkan diperlukan perilaku contoh dari para tokoh masyarakat,

tokoh agama, para petugas terutama petugas kesehatan

(Notoatmodjo, 2003).

Demikian juga halnya dengan pemberian tablet Zinc selain

dukungan dari keluarga, petugas, tokoh masyarakat keaktifan dan

dukungan kader, juga diperlukan peraturan atau perundang-

undangan yang mengharuskan ibu balita membawa anaknya ke

posyandu. Menurut Green dan Marshall (2005), yang di kutip

Notoatmodjo (2003), mengatakan Faktor penguat dapat bersifat

positif atau negatif, tergantung dari sikap dan perilaku orang

didalam lingkungannya. Sebagai contoh, dalam pemberian tablet

Zinc dimana yang menjadi penguat adalah petugas

kesehatan/puskesmas, dan keluarga.

Faktor pendorong berupa dukungan keluarga ini merupakan

peran orang terdekat yang secara personal akan memotivasi sang

ibu untuk memaksimalkan perannya demi keberhasilan tumbuh

Gambaran Tingkat Kepatuhan..., Desi Sofiana, Kebidanan DIII UMP, 2015

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TINJAUAN TEORI 1. …repository.ump.ac.id/892/3/Desi Sofiana BAB II.pdf · 10 sistem nilai yang dianut masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi

13

kembang balitanya. Menurut Taylor dalam Harahap (2011),

dukungan kepada ibu balita dapat diberikan oleh keluarga/suami,

kader dan petugas kesehatan dalam bentuk dukungan emosional,

dukungan penghargaan, dukungan instrumental, dukungan

informasi dan dukungan penilaian agar ibu balita memberikan

tablet Zinc secara rutin.

Dukungan berbagai pihak terkait khususnya dukungan orang

terdekat yaitu keluarga (suami dan keluarga ibu balita) menjadi

poin penting yang dibutuhkan sebagai faktor pendorong perilaku

kesehatan yaitu perilaku kepatuhan sang ibu memberikan tablet

Zinc demi kesehatan balita setelah diare.

Faktor lain yang berpengaruh terhadap kepatuhan adalah

1) Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan adalah

merupakan hasil dari “tahu”, dan ini terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.

Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indra

penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba (Wawan

dan Dewi, 2010).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Bart (1994) dapat

dikatakan bahwa perilaku yang dilakukan atas dasar

pengetahuan akan lebih bertahan dari pada perilaku yang tidak

didasari oleh pengetahuan. Jadi pengetahuan sangat dibutuhkan

agar masyarakat dapat mengetahui mengapa mereka harus

melakukan suatu tindakan sehingga perilaku masyarakat dapat

Gambaran Tingkat Kepatuhan..., Desi Sofiana, Kebidanan DIII UMP, 2015

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TINJAUAN TEORI 1. …repository.ump.ac.id/892/3/Desi Sofiana BAB II.pdf · 10 sistem nilai yang dianut masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi

14

lebih mudah untuk diubah kearah yang lebih baik. Menurut

WHO salah satu bentuk objek kesehatan dapat dijabarkan oleh

pengetahuan yang diperoleh dari pengalaman sendiri.

2) Sikap

Sikap adalah reaksi atau respon seseorang yang masih

tertutup terhadap suatu stimulus atau objek (Notoatmodjo, 2003).

Dengan perkataan lain dapat dikatakan bahwa sikap adalah

tanggapan atau persepsi seseorang terhadap apa yang

diketahuinya. Jadi sikap tidak dapat langsung dilihat secara

nyata, tetapi hanya dapat ditafsirkan sebagai perilaku yang

tertutup. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktifitas,

tetapi merupakan predisposisi tindakan (Notoatmodjo, 2003).

3) Umur

Usia adalah umur individu yang terhitung mulai saat

dilahirkan sampai berulang tahun. Semakin cukup umur, tingkat

kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam

berfikir dan bekerja. Dari segi kepercayaan masyarakat

seseorang yang lebih dewasa dipercaya dari orang yang belum

tinggi kedewasaannya. Hal ini sebagai dari pengalaman dan

kematangan jiwa (Notoatmodjo, 2010).

Bertambahnya usia seseorang, maka akan terjadi

perubahan pada aspek fisik dan psikologis (mental). Pertumbuhan

fisik secara garis besar dapat dikategorikan menjadi empat, yaitu:

perubahan ukuran, perubahan proporsi, hilangnya ciri-ciri lama,

dan timbulnya ciri-ciri baru. Hal ini terjadi akibat pematangan

Gambaran Tingkat Kepatuhan..., Desi Sofiana, Kebidanan DIII UMP, 2015

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TINJAUAN TEORI 1. …repository.ump.ac.id/892/3/Desi Sofiana BAB II.pdf · 10 sistem nilai yang dianut masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi

15

fungsi organ. Pada aspek psikologis atau mental tarap berpikir

seseorang semakin matang dan dewasa (Notoatmodjo, 2010).

Menurut Aristoteles dalam Hurlock (2002) pembagian umur

berdasarkan psikologis terbagi menjadi usia remaja (16-20 tahun),

usia dewasa awal (21-35 tahun), dewasa madya (35-60 tahun)

dan usia lanjut (>60 tahun).

Menurut Hurlock (2002) semakin cukup umur, tingkat

kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam

berfikir dan bekerja. Dari segi kepercayaan masyarakat,

seseorang yang lebih dewasa lebih dipercaya dari orang yang

belum tinggi kedewasaannya. Hal ini dilihat dari pengalaman dan

kematangan jiwanya.

Umur merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi

perilaku kesehatan seseorang. Menurut Suryabudhi (2003)

seseorang yang menjalani hidup secara normal dapat

diasumsikan bahwa semakin lama hidup maka pengalaman

semakin banyak, pengetahuan semakin luas, keahliannya

semakin mendalam dan kearifannya semakin baik dalam

pengambilan keputusan tindakannya.

Umur adalah lamanya hidup, dihitung sejak dilahirkan

hingga saat ini. Umur merupakan periode penyesuaian terhadap

pola-pola kehidupan baru dan harapan baru. Bertambahnya umur

seseorang dapat berpengaruh pada bertambahnya pengetahuan

yang diperoleh, akan tetapi pada umur-umur tertentu menjelang

usia lanjut kemampuan penerimaan atau mengingat suatu

Gambaran Tingkat Kepatuhan..., Desi Sofiana, Kebidanan DIII UMP, 2015

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TINJAUAN TEORI 1. …repository.ump.ac.id/892/3/Desi Sofiana BAB II.pdf · 10 sistem nilai yang dianut masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi

16

pengetahuan akan berkurang. Usia dewasa (18-40 tahun)

merupakan masa dimana seseorang secara maksimal dapat

mencapai prestasi yang memuaskan dalam karirnya. Pada usia

tengah (41-60 tahun) seseorang tinggal mempertahankan

prestasi yang telah dicapai pada usia dewasa. Sedangkan pada

usia tua (>60 tahun) adalah usia tidak produktif lagi dan hanya

menikmati hasil dari prestasinya.

Semakin tua semakin bijaksana, semakin banyak informasi

yang dijumpai sehingga menambah pengetahuan (Notoatmodjo,

2010). Semakin matang dan dewasa usia ibu diharapkan lebih

dapat memutuskan sikap yang baik pada kesehatan anak.

4) Pendidikan

Tingkat pendidikan menentukan mudah tidaknya sesorang

menyerap dan memahami pengetahuan tentang penanganan

diare yang mereka peroleh. Tingkat rendahnya pendidikan erat

kaitannya dengan tingkat pengertian tentang tablet Zinc, manfaat

dan kesadarannya terhadap memberikan tablet Zinc ke balita.

Tingkat pengetahuan ibu yang rendah mempengaruhi

penerimaan informasi sehingga pengetahuan tentang tablet Zinc

menjadi terbatas dan berdampak pada tidak dikonsumsinya tablet

Zinc secara maksimal (Wawan dan Dewi, 2010).

Tingkat rendahnya pendidikan erat kaitannya dengan

tingkat pengertian tentang tablet Zinc serta kesadarannya

terhadap konsumsi tablet Zinc untuk balita diare.

Gambaran Tingkat Kepatuhan..., Desi Sofiana, Kebidanan DIII UMP, 2015

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TINJAUAN TEORI 1. …repository.ump.ac.id/892/3/Desi Sofiana BAB II.pdf · 10 sistem nilai yang dianut masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi

17

5) Pekerjaan

Faktor bekerja berpengaruh terhadap intensitas waktu ibu

untuk mengurus balita sehingga jika waktu ibu tersita di pekerjaan

biasanya ibu kurang memperhatikan pemberian tablet Zinc pada

balita.

Menurunnya frekuensi waktu kebersamaan ibu dan anak

juga disebabkan oleh tipe kerja ibu. Ibu yang memiliki pekerjaan

yang dikategorikan berat dapat mengalami kelelahan fisik.

Akibatnya sesampainya ibu di rumah terdapat kecenderungan

mereka lebih memilih untuk berisitirahat daripada mengurus

anaknya terlebih dahulu. Berdasarkan penelitian yang dilakukan

oleh Fertig et al. (2009), ibu yang bekerja tidak dapat mengatur

pola makan anak, tidak mengatur pola pemberian obat jika anak

sakit, membiarkan anak-anak mereka makan makanan yang tidak

sehat, membiarkan anak-anak mereka untuk tidak teratur

meminum obat jika sakit, selalu menghabiskan waktu di depan

televisi, dan kurang beraktivitas di luar rumah (Fertig et al., 2009).

2. Balita

a. Pengertian

Balita adalah anak usia 12-59 bulan. Menurut UU No.20 Tahun

2003 anak balita yaitu anak balita sebagai masa emas atau “golden

age” yaitu insan manusia yang berumur 0-6 tahun, meskipun

sebagian pakar menyebutkan anak balita rentang usia 0-8 tahun

(Depkes RI, 2011).

Gambaran Tingkat Kepatuhan..., Desi Sofiana, Kebidanan DIII UMP, 2015

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TINJAUAN TEORI 1. …repository.ump.ac.id/892/3/Desi Sofiana BAB II.pdf · 10 sistem nilai yang dianut masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi

18

b. Masalah-masalah pada balita

SDKI mengumpulkan data beberapa penyakit infeksi utama pada

anak umur dibawah lima tahun (balita), seperti infeksi saluran

pernafasan atas (ISPA), pneumonia, diare, gejala demam.

3. Diare

a. Pengertian diare

Diare adalah suatu kondisi dimana seseorang buang air besar

dengan konsistensi lembek atau cair, bahkan dapat berupa air saja

dan frekuensinya lebih sering (biasanya tiga kali atau lebih dalam

satu hari (Depkes RI, 2011).

Organisasi kesehatan dunia (WHO) mendefinisikan diare sebagai

buang air besar dengan konsistensi lebih cair dari biasanya, dengan

frekuensi kali atau lebih selama 1 hari atau lebih. Definisi ini lebih

menekankan pada konsistesi tinja dari pada frekuensinya (Kemenkes

RI, 2011).

b. Penyebab diare

Secara klinis penyebab diare dapat dikelompokan 6 besar yaitu

infeksi (disebabkan oleh bakteri, virus atau infestasi parasit),

malabsorpsi, alergi, keracunan, imunodefisiensi dan sebab-sebab

lainnya. Penyebab yang sering ditemukan dilapangan ataupun

secara klinis adalah diare yang disebabkan infeksi dan keracunan

(Depkes RI, 2011).

Diare atau gastroenteritis merupakan penyakit urutan pertama

yang menyebabkan pasien rawat inap dirumah sakit. Diare

Gambaran Tingkat Kepatuhan..., Desi Sofiana, Kebidanan DIII UMP, 2015

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TINJAUAN TEORI 1. …repository.ump.ac.id/892/3/Desi Sofiana BAB II.pdf · 10 sistem nilai yang dianut masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi

19

merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi mikroorganisme

meliputi bakteri (Vibrio, E.coli, Salmonella, Shigela, Capylobacter,

Yersini, Areomonas), virus (ECHO, Cocsackie, Poliomyelitis,

Adenovirus, Rotavirus), parasit (cacing, protozoa, serta jamur) dan

penularannya secara fekal-oral. Diare dapat mengenai semua

kelompok umur dan berbagai golongan sosial baik dinegara maju

maupun dinegara berkembang, dan erat hubungannya dengan

kemiskinan serta lingkungan yang tidak higienis. Beberapa jenis diare

sering disebabkan oleh organisasi renik seperti bakteri dan virus.

Contoh bakteri patogen yang menyebabkan diare pada anak yaitu

bakteri patogen seperti E.coli, Shigella, Campylobacter, Salmonella

dan Vibrio cholera. Diare cair pada anak sebagian besar disebabkan

oleh infeksi rotavirus, V.cholera dan E.coli. Diare berdarah paling

sering disebabkan oleh Shigela (UNICEF dan WHO, 2009).

Sedangkan diare cair akut pada anak dibawah lima tahun paling

banyak disebabkan oleh infeksi rotavirus (Kemenkes RI, 2011).

Penyebab diare berdasarkan Riskesdas (2013) yaitu :

1) Status ekonomi (dari status ekonomi disini banyak penderita

diare pada kondisi ekonomi yang rendah)

2) Usia (diare banyak ditemukan pada balita diusia 29 hari-11 bulan

(31,4%))

3) Pekerjaan

Prevelensi diare lebih banyak dipedesaan dari pada

perkotaan, dipedesaan lebih banyak yang bekerja sebagai

petani/nelayan dan buruh.

Gambaran Tingkat Kepatuhan..., Desi Sofiana, Kebidanan DIII UMP, 2015

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TINJAUAN TEORI 1. …repository.ump.ac.id/892/3/Desi Sofiana BAB II.pdf · 10 sistem nilai yang dianut masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi

20

4) Pendidikan (dari tingkat pendidikan disebabkan karena tingkat

pendidikan yang rendah sehingga perilaku hidup sehat juga

masih rendah)

c. Tanda dan gejala diare

Cara menilai anak diare menurut Depkes RI (2011), yaitu :

1) Frekuensi anak sudah mengalami diare

2) Frekuensi anak buang air besar dalam satu hari

3) Adanya darah dalam tinja atau tidak

4) Adanya muntah apa tidak

5) Penyakit apa yang dimiliki anak selain diare

6) Keadaan umum anak

7) Sadar atau tidak

8) Lemas atau terlihat sangat mengantuk

9) Gelisah

10) Rasa haus saat diberikan minum

11) Keadan mata ( cekung, tidak cekung)

12) Turgor ( saat dicubit kulit bayi akan sangat lambat berarti kurang

dari 2 detik).

Tabel 3.1 Derajat dehidrasi :

Gejala/derajat dehidrasi

Diare tanpa dehidrasi

Diare dehidrasi Ringan/Sedang

Diare dehidrasi Berat

Bila terdapat dua tanda atau lebih

Bila terdapat dua tanda atau lebh

Bila terdapat dua tanda atau lebih

Keadaan umum Baik, sadar Gelisah , rewel Lesu, lunglai/ tidak sadar

Mata Tidak cekung Cekung Cekung Keinginan untuk minum

Normal, tidak ada rasa haus

Ingin minum terus, ada rasa haus Malas minum

Turgor Kembali segera Kembali lambat Kembali sangat lambat

Sumber : Departemen Kesehatan RI, 2011

Gambaran Tingkat Kepatuhan..., Desi Sofiana, Kebidanan DIII UMP, 2015

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TINJAUAN TEORI 1. …repository.ump.ac.id/892/3/Desi Sofiana BAB II.pdf · 10 sistem nilai yang dianut masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi

21

d. Pencegahan diare

Cara melakukan pencegahan diare yang benar dan efektif

menurut Depkes RI (2011) yiatu :

1) Memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan dan diteruskan sampai

2 tahun

2) Memberikan pendamping ASI sesuai umur

3) Memberikan minum air yang sudah direbus dan menggunakan air

bersih yang cukup

4) Mencuci tangan dengan air dan sabun sebelum makan dan

sesudah buang air besar

5) Buang air besar dijamban

6) Membuang tinja bayi dengan benar

7) Memberikan imunisasi campak

e. Perawatan dan pengobatan diare di rumah menurut Depkes RI

(2011) yaitu:

Memberikan oralit, bila tidak tersedia berikan cairan rumah tangga

misalnya air tajin, kuar sayur, sari buah, air teh, air matang, dll.

Berdasarkan hasil penelitian tentang “ Perilaku ibu terhadap

pencegahan dan pengobatan anak balita penderit diare di wilayah

kerja Puskesmas Belawa Kecamatan Belawa Kabupaten Wajo” yang

dilakukan oleh Haryati Ningsih, bahwa pencegahan yang dilakukan

terhadap pencegahan diare adalah memberikan makanan yang

bergizi, memberikan multivitamin bagi balita, menjaga sanitas

lingkungan rumah, dan memberikan ASI kepada balita. Yang

dilakukan terhadap pengobatan diare anak balta adalah memberikan

Gambaran Tingkat Kepatuhan..., Desi Sofiana, Kebidanan DIII UMP, 2015

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TINJAUAN TEORI 1. …repository.ump.ac.id/892/3/Desi Sofiana BAB II.pdf · 10 sistem nilai yang dianut masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi

22

pertolongan pertama dengan pemberian oralit pembuatan sendiri

dengan campuran gula dan garam, adapula yang memberikan daun

jambu kepada balitanya pemberian daun jambu ini juga bermacam-

macam yaitu dengan cara dikunyah-kunyak oleh balita yang

terserang diare, dan ada pula yang memasak daun jambu dengan air

kemudian airnya diminum. Namun jika diare yang diderita balita

masih berlajut maka balita akan dibawa kebidan atau puskesmas

untuk diberikan pengobatan dan perawatan.

f. Penanganan diare

Penanganan diare menurut Depkes RI (2011) yaitu :

1) Berikan Oralit

Oralit mencegah terjadinya Oralit merupakan cairan yang

yang terbaik bagi penderita diare untuk mengganti cairan yang

hilang. Bila penderita tidak bisa minum harus dibawa kesarana

kesehatan untuk mendapatkan pertolongan cairan melalui infus.

Cara membuat dan memberikan Oralit, yaitu :

a) Cuci tangan pakai sabun lalu bilas

b) Sediakan satu gelas air minum ( 200 cc)

c) Masukan satu bungkus oralit kedalam air yang sudah

dimasak ( matang).

d) Aduk cairan oralit sampai larut.

Dosis oralit untuk setiap derajat dehidrasi berbeda-beda, yaitu:

a) Dosis oralit bagi penderita diare tanpa dehidrasi yaitu :

Umur < 1 tahun : ¼ - ½ gelas setiap kali anak mencret

Umur 1 - 4 tahun : ½ - 1 gelas setiap kali anak mencret

Gambaran Tingkat Kepatuhan..., Desi Sofiana, Kebidanan DIII UMP, 2015

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TINJAUAN TEORI 1. …repository.ump.ac.id/892/3/Desi Sofiana BAB II.pdf · 10 sistem nilai yang dianut masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi

23

Umur >5 tahun : 1 - ½ gelas setiap kali anak mencret

b) Dosis oralit bai penderita diare sedang, yaitu :

Dosis oralit yang diberikan dalam 3 jam pertama 75 ml/kg

berat badan dan selanjutnya diteruskan dengan pemberian

oralit seperti diare tanpa dehidrasi.

c) Dosis oralit bagi penderita dehidrasi berat

Pada dehidrasi berat biasanya anak sudah tidak dapat minum

dan harus segera dirujuk ke Puskesmas untuk diinfus.

2) Berikan Zinc

Zinc selama diare mampu menguragi lama dan tingkat

keparahan diare, mengurangi frekuensi buang air besar,

mengurangi volume tinja, serta menurunkan kekambuahan

kejadian diare pada 3 bulan berikutnya (Kemenkes RI, 2011).

Dosis pemberian Zinc :

Umur < 6 bulan : ½ tablet ( 10 Mg ) perhari selama 10 hari

Umur > 6 bulan : 1 tablet ( 20 Mg ) perhari selama 10 hari

Zinc tetap diberikan selma 10 hari walaupun diare sudah

berhenti.

Cara pemberian tablet Zinc :

Larutkan tablet dalam 1 sendok makan air matang atau ASI,

sesudah larut berikan pada anak diare.

3) Pemberian ASI/makanan

Pemberian makanan selama diare bertujuan untuk

memberikan gizi pada penderita terutama pada anak agar tetap

kuat dan tumbuh serta mencegah berkurangnya berat badan.

Gambaran Tingkat Kepatuhan..., Desi Sofiana, Kebidanan DIII UMP, 2015

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TINJAUAN TEORI 1. …repository.ump.ac.id/892/3/Desi Sofiana BAB II.pdf · 10 sistem nilai yang dianut masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi

24

Anak yang masih ASI harus lebih sering diberi ASI. Anak yang

minum susu formula juga diberikan lebih sering dari biasanya.

Anak usia 6 bulan atau lebih termasuk bayi yang telah

mendapatkan makanana padat harus diberikan makanan yang

mudah dicerna dan diberikan sedikit lebih sedikit dan lebih sering.

Setelah diare berhenti, pemberian makanan ekstra diteruskan

selama 2 minggu untuk membantu pemulihan berat badan.

4) Pemberian antibiotika hanya atas indikasi

Antibiotika tidak boleh digunakan secara rutin karena

kecilnya kejadian diare pada balita disebabkan oleh bakteri.

Antibiotika hanya bermanfaat pada penderita diare dengan darah

(sebagian besar karena Shigellosis), suspek kolera.

5) Pemberian nasehat :

Pemberian nasehat disampaikan oleh petugas kesehatan

antara lain : cara pemberian cairan dan obat dirumah serta

kembali segera jika diare lebih sering, muntah berulang, sangat

haus, makan/minum sedikit, demam, tinja berdarah, diare tidak

membaik setalah dilakukan pengobatan dalam tiga hari.

4. Tablet Zinc

a. Pengertian Zinc

Zinc merupakan micronutrien yang penting dalam tubuh. Zinc

dapat menghambat enzim INOS (Inducible Nitric Oxide Synthase),

dimana ekskresi enzim ini meningkat selama diare dan

mengakibatkan hipersekresi epitel usus. Zinc juga berperan dalam

epitelisasi dinding usus yang mengalami kerusakan morfologi dan

Gambaran Tingkat Kepatuhan..., Desi Sofiana, Kebidanan DIII UMP, 2015

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TINJAUAN TEORI 1. …repository.ump.ac.id/892/3/Desi Sofiana BAB II.pdf · 10 sistem nilai yang dianut masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi

25

fungsi selama kejadian diare. Penelitian di Indonesia menunjukan

bahwa Zinc mempunyai efek protektif terhadap diare sebanyak 11%

dan menurut hasil pilot studi menunjukan bahwa Zinc mempunyai

tingkat hasil guna sebesar 67% (Hidayat 1998 dan soenarto 2007).

Berdasarkan bukti ini semua anak diare harus diberi Zinc segera saat

anak mengalami diare (Kementrian Kesehatan RI, 2011).

Zinc merupakan salah satu zat gizi mikro yang penting untuk

kesehatan dan pertumbuhan anak. Zinc yang ada didalam tubuh

akan menurun dalam jumlah besar ketika anak mengalami diare.

Untuk mengganti Zinc yang hilang selama diare, anak dapat

diberikan Zinc yang akan membantu penyembuhan diare serta

menjaga agar anak tetap sehat. Sejak tahun 2004, WHO dan

UNICEF menandatangani kebijakan bersama dalam hal pengobatan

diare yaitu pemberian oralit dan Zinc selama 10 – 14. Hal ini

berdasarkan pada penelitian selama 20 tahun (1980 – 2003) yang

menunjukan bahwa pengobatan diare dengan pemberian oralit

disertai Zinc lebih efektif dan terbukti menurunkan angka kematian

akibat diare pada anak-anak sampai 40% (Depkes RI, 2011).

Menurut Fontaine (2008), Zinc adalah sebuah micronutrien yang

bisa ditemukan di semua jaringan tubuh dan penting bagi

pertumbuhan sel, deferensiasi sel dan sintesa DNA. Juga penting

untuk menjaga sistem daya tubuh yang sehat (Chandrawati, 2010).

b. Manfaat Zinc

Menurut Depkes RI (2011). Pada saat diare, anak akan

kehilangan Zinc dalam tubuhnya. Pemberian Zinc mampu

Gambaran Tingkat Kepatuhan..., Desi Sofiana, Kebidanan DIII UMP, 2015

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TINJAUAN TEORI 1. …repository.ump.ac.id/892/3/Desi Sofiana BAB II.pdf · 10 sistem nilai yang dianut masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi

26

menggantikan kandungan Zinc alami tubuh yang hilang tersebut dan

memercepat penyembuhan diare. Zinc juga meningkatkan sistem

kekebalan tubuh sehingga dapat mencegah risiko terulangnya diare

selama 2-3 bulan setelah anak sembuh dari diare. Berdasarkan studi

WHO selama lebih dari 18 tahun, manfaat Zinc sebagai pengobatan

diare adalah mengurangi :

1) Prevelensi diare sebesar 34%

2) Insiden pneumonia sebesar 26%

3) Durasi diare akut sebesar 20%

4) Durasi diare persisten sebesar 24%

5) Kegagalan terapi atau kematian akibat diare persisten sebesar

42%.

Berdasarkan hasil penelitian tentang “Zinc Efektif Mengatasi Diare

Akut pada Balita”, bahwa penggunaan Zinc selama diare akut

diperkirakan akan mempengaruhi fungsi imun atau fungsi dan

struktur infestinal serta proses pemilihan epitel selama diare,

sehingga akan mencegah diare lebih lanjut atau mempercepat

proses penyembuhan (Ulfa M., 2010).

Berdasarkan penelitian tentang “Kesesuaian Penatalaksanaan

Penyakit Diare pada Balita dengan Pedoman Penatalaksanaan Diare

pada Balita Menurut Kemenkes RI di Puskesmas Kota Karang Kota

Bandar Lampung tahun 2013”, bahwa presentase dari peresapan

lama pemberian Zinc yang sesuai dengan buku pedoman

penatalaksanaan diare pada balita adalah sebesar 93,5%.

Pemberian Zinc selama 10 hari terbukti membantu memperbaiki

Gambaran Tingkat Kepatuhan..., Desi Sofiana, Kebidanan DIII UMP, 2015

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TINJAUAN TEORI 1. …repository.ump.ac.id/892/3/Desi Sofiana BAB II.pdf · 10 sistem nilai yang dianut masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi

27

mukosa usus yang rusak dan meningkatkan fungsi kekebalan tubuh

secara menyeluruh (Tarigan, 2013).

c. Mekanisme kerja Zinc

Zinc mampu mencegah diare terkait dengan kemampuannya

meningkatkan sistem kekebalan tubuh. Zinc merupakan mineral

penting bagi tubuh. Lebih dari 300 enzim dalam tubuh yang

bergantung pada Zinc. Zinc ini juga dibutuhkan oleh berbagai organ

tubuh,seperti kulit dan mukosa saluran cerna. Semua yang berperan

dalam fungsi imun, membutuhkan Zinc. Jika Zinc diberikan pada

anak yang sistim kekebalannya belum berkembang baik, dapat

meningkatkan sistem kekebalan dan melindungi anak dari penyakit

infeksi. Itulah sebabnya mengapa anak yang diberi Zinc (diberi

sesuai dosis) selama 10 hari berturut-turut berisiko lebih kecil untuk

terkena diare (Depkes RI, 2011).

Zinc berperan dalam menjaga keutuhan epitel usus, berperan

sebagai kofaktor berbagai faktor transkripsi dalam sel usus dapat

terjaga. Zinc merupakan komponen yang memiliki banyak enzim

yang memainkan peranan dalam metabolisme asam nukleat dan

sintesis protein, serta untuk perbaikan struktur dan fungsi membran

(Irwanto, Rohim, Sudarmo, 2012).

Zinc mempunyai efek terhadap beberapa enterosit dan sel-sel

imun yang berinteraksi dengan agen infeksius pada diare, mampu

menstabilkan struktur membrane dengan cara berinteraksi dengan

oksigen, nitrogen dan ligan sulfur makro molekul hidrofilik, serta

aktifitas antioksidan. Zinc juga mencegah dilepaskannya histamine

Gambaran Tingkat Kepatuhan..., Desi Sofiana, Kebidanan DIII UMP, 2015

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TINJAUAN TEORI 1. …repository.ump.ac.id/892/3/Desi Sofiana BAB II.pdf · 10 sistem nilai yang dianut masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi

28

oleh sel mast dan respon kontraksi serta sekretori terhadap histamine

dan serotonin pada usus sehingga dapat mencegah peningkatan

permeabilitas endotel yang diprakarsai oleh TNF-a yang juga

merangsang kerusakan permeabilitas lapisan endotel usus. Zinc

mampu merangsang pertahanan imun, serta mengurangi efek yang

merugikan akibat aktivasi sel imun pada lapisan endotel usus (Armin,

2005).

Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Mardayani (2013),

bahwa pemberian suplemen Zinc dan probiotik dapat menurunkan

frekuansi diare.

d. Waktu pemberian Zinc

Zinc diberikan satu kali sehari selama 10 hari berturut-turut.

Pemberian Zinc harus tetap dilanjutkan meskipun diare sudah

berhenti. Hal ini adalah untuk meningkatkan ketahanan tubuh

terhadap kemungkinan berulangnya diare pada 2-3 bulan kedepan

(Depkes RI, 2011).

WHO telah merekomendasikan penggunaan zinc dalam

pengobatan diare dengan dosis 10 mg per hari (bayi 2-5 bulan), dan

dosis 20 mg per hari (anak 6 bulan ke atas) selama 10 hari, untuk

mencegah kemungkinan terjadinya diare selama 3 bulan ke depan.

Pemberian selama 10 hari berturut-turut tersebut harus tetap

dilakukan meskipun diare sudah berhenti sebelum 10 hari.

Pemberian Zinc selama 10 hari terbukti membantu memperbaiki

mukosa usus yang rusak dan meningkatkan fungsi kekebalan tubuh

secara keseluruhan. Lama pemberian yang dianjurkan selama 10-14

Gambaran Tingkat Kepatuhan..., Desi Sofiana, Kebidanan DIII UMP, 2015

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TINJAUAN TEORI 1. …repository.ump.ac.id/892/3/Desi Sofiana BAB II.pdf · 10 sistem nilai yang dianut masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi

29

hari ini sudah diteliti pada pasien diare berusia 3-59 bulan di

Bangladesh dimana pasien diare diberikan suplementasi Zinc 20 mg

selama 2 minggu ternyata secara signifikan dapat menurunkan durasi

dan kejadian diare (Deviana, 2012). Keberhasilan pengobatan

dengan Zinc secara umum berkontribusi terhadap penurunan volume

cairan dalam usus halus dan merangsang penyerapan ion sodium

(Lukacik, Thomas & Aranda, 2008).

Zinc merupakan salah satu zat gizi mikro yang penting untuk

kesehatan dan pertumbuhan anak, zinc yang ada dalam tubuh akan

menurun dalam jumlah besar ketika anak mengalami diare. Untuk

menggantikan zinc yang hilang selama diare, anak dapat diberikan

zinc yang akan membantu penyembuhan diare serta menjaga agar

anak tetap sehat. Hidayat (1997) menyebutkan bahwa adanya

penurunan risiko berlanjutnya diare pada kelompok anak yang

mendapat suplementasi Zinc (RR 0,89: 95% CI: 0,82-0,97).

Penurunan durasi diare sebesar 11% ini mempunyai arti yang

cukup penting dalam menurunkan risiko terjadinya dehidrasi dan

malnutrisi akibat diare jika penggunaan sesuai aturan yang

ditentukan yaitu selama 10 hari.

e. Aturan penggunaan Zinc

Tablet Zinc merupakan tablet dispersible yang larut dalam waktu

sekitar 30 detik. Sehingga diberikan selama 10 hari berturut-turut

kecuali bayi muda, dengan dosis sebagai berikut (MTBS, 2008) :

1) Balita umur < 6 bulan : ½ tablet (10 mg)/ hari

2) Balita umur > 6 bulan : 1 tablet (20 mg)/ hari

Gambaran Tingkat Kepatuhan..., Desi Sofiana, Kebidanan DIII UMP, 2015

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TINJAUAN TEORI 1. …repository.ump.ac.id/892/3/Desi Sofiana BAB II.pdf · 10 sistem nilai yang dianut masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi

30

f. Cara pemberian

Zinc diberikan dengan cara dilarutkan dalam satu sendok air

matang atau ASI. Untuk anak yang lebih besar, Zinc dapat dikunyah.

Bila anak muntah sekitar setengah jam setelah pemberian obat Zinc,

ulangi pemberian dengan cara memberikan potongan lebih kecil

dilarutkan beberapa kali hingga satu dosis penuh. Bila anak

menderita dehidrasi berat dan memerlukan cairan infus, tetap berikan

Zinc segera setelah anak bisa minum atau makan (Depkes RI, 2011).

Pemberian Zinc bersamaan dengan oralit aman dikonsumsi. Zinc

diberikan satu kali sehari sampai semua tablet habis (selama 10 hari)

sedangkan oralit diberikan setiap anak buang air besar sampai diare

berhenti. Pemberian Zinc juga bisa dilarutkan bersamaan dengan

oralit, namun hal ini tida dianjurkan karena jika dilarutkan dalam oralit

dikhawatirkan ibu akan menghentikan pemberian Zinc jika diarenya

berhenti (Depkes RI, 2011).

Jumlah oralit tidak dapat dikurangi jika anak sudah minum Zinc.

Zinc memang akan mempercepat penyembuhan, namun oralit harus

tetap diberikan dalam jumlah cukup karena fungsi utamanya

membantu menggantikan cairan yang hilang sewaktu diare. Biasanya

oralit diberikan selama 2-3 hari seperti dosis yang dianjurkan,

sedangkan Zinc harus diberikan sesuai dosis yang dianjurkan selama

10 hari berturut-turut sehingga selain memberikan perlindungan

terhadap kemungkinan berulangnya diare selama 2-3 bulan kedepan

(Depkes RI, 2011).

Gambaran Tingkat Kepatuhan..., Desi Sofiana, Kebidanan DIII UMP, 2015

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TINJAUAN TEORI 1. …repository.ump.ac.id/892/3/Desi Sofiana BAB II.pdf · 10 sistem nilai yang dianut masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi

31

Ketika memberikan konseling pada ibu, petugas kesehatan harus

menekankan pentingnya pemberian dosis penuh selama 10 hari

dengan menyampaikan pada ibu tentang manfaat jangka pendek dan

panjang Zinc, termasuk mengurangi lamanya diare, menurunkan

keparahan diare, membantu anak melawan episode diare dalam 2-3

bulan selanjutnya setelah perawatan. Selama itu juga Zinc dapat

membantu pertumbuhan anak lebih baik dan meningkatkan nafsu

makan (Depkes RI, 2011).

g. Tempat tersedianya Zinc

Produk Zinc tersedia di Apotek, Puskesmas, dan Rumah Sakit.

Menurut buku bagan MTBS pemberian tablet Zinc merupakan suatu

keharusan yang harus dilakukan oleh tenaga kesehatan yaitu

pastikan semua anak yang menderita diare mendapatkan tablet Zinc

sesuai dosis dan waktu yang ditentukan kecuali bayi muda. Dalam

hal ini bidan/ perawat di berikan wewenang tertentu untuk

memberikan penanganan penyakit pada balita melalui MTBS

(Permenkes No. 70 Tahun 2013 tentang Penyelenggaran MTBS

Berbasis Masyarakat).

h. Jenis-jenis Zinc

Produk Zinc yang paling banyak tersedia dalam bentuk tablet

dispersible (tablet yang larut dalam air selama ± 30 detik), dengan

komposisi utamanya Zinc sulfat, Acetate, atau gluconate yang setara

dengan Zinc elemental 20 mg. Zinc juga tersedia dalam bentuk sirup

dan sirup kering untuk lebih mempermudah pemberian bagi anak

dibawah 6 bulan. Rasa produk Zinc bermacam-macam dari rasa

Gambaran Tingkat Kepatuhan..., Desi Sofiana, Kebidanan DIII UMP, 2015

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TINJAUAN TEORI 1. …repository.ump.ac.id/892/3/Desi Sofiana BAB II.pdf · 10 sistem nilai yang dianut masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi

32

vanilla, mix fruit, jeruk, tutti frutti, dan lainnya untuk menekan rasa

metal Zinc agar anak lebih mudah meminumnya (Depkes RI, 2011).

i. Efek samping Zinc

Efek samping Zinc sangat jarang dilaporkan. Kalaupun ada,

biasanya muntah. Namun pemberian Zinc dalam dosis sebanyak 10-

20 mg sesuai seperti dosis yang dianjurkan seharusnya tidak akan

menyebabkan muntah. Zinc yang dilarutkan dengan baik akan

menyamarkan rasa metalik dari Zinc.

Kelebihan satu atau dua tablet Zinc karena tidak sengaja tidak

akan membahayakan anak. Jika anak mengkonsumsi terlalu banyak/

melebihi dosis, dia mungkin akan memuntahkannya. Dan dengan

memuntahkannya maka kelebihan Zinc dalam tubuh sudah

dinetralisir. Zinc dianjurkan hanya dikonsumsi satu tablet saja dalam

sehari (sesuai dosis yang dianjurkan). Maka para orang tua/ ibu

harus menyimpan Zinc jauh dari jangkauan anak-anak dirumah untuk

mencegah hal ini. Bila dikonsumsi secara berlebihan, Zinc dapat

mengganggu metabolisme tubuh dan bahkan dapat mengurangi

ketahanan tubuh (Depkes RI, 2011).\

Gambaran Tingkat Kepatuhan..., Desi Sofiana, Kebidanan DIII UMP, 2015

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TINJAUAN TEORI 1. …repository.ump.ac.id/892/3/Desi Sofiana BAB II.pdf · 10 sistem nilai yang dianut masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi

33

B. Kerangka teori

Kerangka teori dalam penelitian ini dapat dilihat pada bagan 2.1 sebagai

berikut :

Gambar 2.1 Kerangka Teori

Sumber : Departemen Kesehatan RI, 2011.

Keterangan :

= variabel yang akan diteliti

= variabel yang tidak diteliti

BERIKAN

ASI/MAKAN

AN

BERIKAN

OBAT ZINC

BERIKAN

ORALIT

BERIKAN

NASEHAT

BERIKAN

ANTIBIOTIKA

BALITA DIARE

KEPATUHAN

IBU

FAKTOR YANG

MEMPENGARUHI

KEPATUHAN:

1. PENGETAHUAN

2. SIKAP

3. UMUR

4. PENDIDIKAN

5. PEKERJAAN

Gambaran Tingkat Kepatuhan..., Desi Sofiana, Kebidanan DIII UMP, 2015