bab ii tinjauan pustaka a. tinjauan teori 1. perawatrepository.ump.ac.id/5494/3/hajar rinowati bab...
TRANSCRIPT
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori
1. Perawat
a. Definisi Perawat
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
HK.02.02/MENKES/148/I/2010 pada Pasal 1, perawat adalah seseorang
yang telah lulus pendidikan perawat baik di dalam maupun di luar negeri
sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas, perawat atau
Nurse berasal dari bahasa latin yaitu dari kata nutrix yang berarti merawat
atau memelihara. Perawat adalah profesi yang difokuskan pada perawatan
individu, keluarga, dan masyarakat sehingga mereka dapat mencapai,
mempertahankan, atau memulihkan kesehatan yang optimal dan kualitas
hidup dari lahir sampai mati.
Sedangkan menurut International Council of Nurses yang
selanjutnya disingkat ICN tahun 1965, perawat adalah seseorang yang
telah menyelesaikan program pendidikan keperawatan, berwenang di
negara bersangkutan untuk memberikan pelayanan dan bertanggung jawab
dalam peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit serta pelayanan
terhadap pasien.
9
Hubungan Intensif Rekan..., Hajar Rinowati, Fakultas Ilmu Kesehatan S1 UMP, 2013
10
b. Peran Perawat
Menurut Dermawan (2012), peran adalah tingkah laku yang
diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang sesuai dengan kedudukan
dalam sistem. Peran dipengaruhi oleh keadaan sosial baik dari dalam
maupun dari luar yang bersifat stabil.
Menurut Kozier Barbara (dalam Dermawan, 2012), peran adalah
bentuk dari perilaku yang diharapkan dari seseorang pada situasi sosial
tertentu. Peran perawat menurut Hasil Lokakarya Keperawatan Tahun
1983 adalah :
1) Perawat sebagai pelaksana pelayanan keperawatan
2) Perawat sebagai pengelola pelayanan dan institusi keperawatan
3) Perawat sebagai pendidik dalam keperawatan
4) Perawat sebagai peneliti dan pengembang pelayanan keperawatan
5) Perawat kesehatan masyarakat
Berdasarkan Konsorsium Ilmu Kesehatan tahun 1989 peran perawat
terdiri dari :
1) Peran sebagai pemberi asuhan keperawatan
Peran sebagai pemberi asuhan keperawatan ini dapat dilakukan
perawat dengan memperhatikan keadaan kebutuhan dasar manusia
yang dibutuhkan melalui pemberian pelayanan keperawatan dengan
menggunakan proses keperawatan sehingga dapat ditentukan diagnosis
keperawatan agar bisa direncanakan dan dilaksanakan tindakan yang
Hubungan Intensif Rekan..., Hajar Rinowati, Fakultas Ilmu Kesehatan S1 UMP, 2013
11
tepat sesuai dengan tingkat kebutuhan dasar manusia, kemudian dapat
dievaluasi tingkat perkembangannya. Pemberian asuhan keperawatan
ini dilakukan dari yang sederhana sampai dengan kompleks.
2) Advokat klien
Peran ini dilakukan perawat dalam membantu klien dan keluarga
dalam menginterpretasikan berbagai informasi dari pemberi pelayanan
atau informasi lain khususnya dalam pengambilan persetujuan atas
tindakan keperawatan yang diberikan kepada pasien, juga dapat
berperan mempertahankan dan melindungi hak-hak pasien yang
meliputi hak atas pelayanan sebaik-baiknya, hak atas informasi tentang
penyakitnya, hak atas privasi, hak untuk menentukan nasibnya sendiri
dan hak untuk menerima ganti rugi akibat kelalaian.
3) Edukator
Peran ini dilakukan dengan membantu klien dalam
meningkatkan tingkat pengetahuan kesehatan, gejala penyakit bahkan
tindakan yang diberikan, sehingga terjadi perubahan perilaku dari klien
setelah dilakukan pendidikan kesehatan.
4) Koordinator
Peran ini dilaksanakan dengan mengarahkan, merencanakan
serta mengorganisasi pelayanan kesehatan dari tim kesehatan sehingga
pemberian pelayanan kesehatan dapat terarah serta sesuai dengan
kebutuan klien.
Hubungan Intensif Rekan..., Hajar Rinowati, Fakultas Ilmu Kesehatan S1 UMP, 2013
12
5) Kolaborator
Peran perawat disini dilakukan karena perawat bekerja melalui
tim kesehatan yang terdiri dari dokter, fisioterapis, ahli gizi dan lain-
lain dengan berupaya mengidentifikasi pelayanan keperawatan yang
diperlukan termasuk diskusi atau tukar pendapat dalam penentuan
bentuk pelayanan selanjutnya.
6) Konsultan
Peran disini adalah sebagai tempat konsultasi terhadap masalah
atau tindakan keperawatan yang tepat untuk diberikan. Peran ini
dilakukan atas permintaan klien terhadap informasi tentang tujuan
pelayanan keperawatan yang diberikan.
7) Peneliti / Pembaharu
Peran sebagai pembaharu dapat dilakukan dengan mengadakan
perencanaan, kerjasama, perubahan yang sistematis dan terarah sesuai
dengan metode pemberian pelayanan keperawatan.
c. Fungsi Perawat
Dalam menjalankan perannya, perawat akan melaksanakan berbagai
fungsi diantaranya:
1) Fungsi independent
Merupakan fungsi mandiri dan tidak tergantung pada orang
lain, dimana perawat dalam melaksanakan tugasnya dilakukan secara
sendiri dengan keputusan sendiri dalam melakukan tindakan dalam
Hubungan Intensif Rekan..., Hajar Rinowati, Fakultas Ilmu Kesehatan S1 UMP, 2013
13
rangka memenuhi kebutuhan dasar manusia seperti pemenuhan
kebutuhan fisiologis (pemenuhan kebutuhan oksigenasi, pemenuhan
kebutuhan cairan dan elektrolit, pemenuhan kebutuhan nutrisi,
pemenuhan kebutuhan aktifitas dan lain-lain), pemenuhan kebutuhan
keamanan dan kenyamanan, pemenuhan cinta mencintai, pemenuhan
kebutuhan harga diri dan aktualisasi diri.
2) Fungsi dependen
Merupakan fungsi perawat dalam melaksanakan kegiatan atas
pesan atau instruksi dari perawat lain. Sehingga sebagian tindakan
pelimpahan tugas yang diberikan. Hal ini biasanya dilakukan oleh
perawat spesialis kepada perawat umum atau dari perawat primer ke
perawat pelaksana.
3) Fungsi interdependen
Fungsi ini dilakukan dalam kelompok tim yang bersifat saling
ketergantungan di antara tim satu dengan yang lainnya. Fungsi ini
dapat terjadi apabila bentuk pelayanan membutuhkan kerja sama tim
dalam pemberian pelayanan seperti dalam memberikan asuhan
keperawatan pada penderita yang mempunyai penyakit kompleks.
Keadaan ini tidak dapat diatasi dengan tim perawat saja melainkan
juga dari dokter ataupun yang lainnya.
Hubungan Intensif Rekan..., Hajar Rinowati, Fakultas Ilmu Kesehatan S1 UMP, 2013
14
d. Tugas Perawat
Tugas perawat dalam menjalankan perannya sebagai pemberi
asuhan keperawatan ini dapat dilaksanakan sesuai dengan tahapan dalam
proses keperawatan. Tugas perawat ini disepakati dalam lokakarya tahun
1983 yang berdasarkan fungsi perawat dalam memberikan asuhan
keperawatan adalah:
1) Mengumpulkan data
2) Menganalisis dan menginterpretasi data
3) Mengembangkan rencana tindakan keperawatan
4) Menggunakan dan menerapkan konsep-konsep dan prinsip-prinsip
ilmu perilaku, sosial budaya, ilmu biomedik dalam melaksanakan
asuhan keperawatan dalam rangka memenuhi kebutuhan dasar
manusia
5) Menentukan kriteria yang dapat diukur dalam menilai rencana
keperawatan
6) Menilai tingkat pencapaian tujuan
7) Mengidentifikasi perubahan-perubahan yang diperlukan
8) Mengevaluasi data permasalahan keperawatan
9) Mencatat data dalam proses keperawatan
10) Menggunakan catatan klien untuk memonitor kualitas asuhan
keperawatan
Hubungan Intensif Rekan..., Hajar Rinowati, Fakultas Ilmu Kesehatan S1 UMP, 2013
15
11) Mengidentifikasi masalah-masalah penelitian dalam bidang
keperawatan
12) Membuat usulan rencana penelitian keperawatan
13) Menerapkan hasil penelitian dalam praktek keperawatan
14) Mengidentifikasi kebutuhan pendidikan kesehatan
15) Membuat rencana penyuluhan kesehatan
16) Melaksanakan penyuluhan kesehatan
17) Mengevaluasi penyuluhan kesehatan
18) Berperan serta dalam pelayanan kesehatan kepada individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat
19) Menciptakan komunikasi yang efektif baik dengan tim keperawatan
maupun tim kesehatan lain
2. Puskesmas
a. Konsep Dasar Puskesmas
Menurut Dermawan (2012), Puskesmas adalah unit pelaksana
teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang bertanggungjawab
menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja.
Sebagai unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota (UPTD),
Puskesmas berperan menyelenggarakan sebagian dari tugas teknis
operasional Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan merupakan unit
pelaksana tingkat pertama serta ujung tombak pembangunan kesehatan di
Indonesia.
Hubungan Intensif Rekan..., Hajar Rinowati, Fakultas Ilmu Kesehatan S1 UMP, 2013
16
Penanggung jawab utama penyelenggaraan seluruh upaya
pembangunan kesehatan di wilayah Kabupaten/Kota adalah Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota, sedangkan Puskesmas bertanggungjawab
hanya sebagian upaya pembangunan kesehatan yang dibebankan oleh
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota sesuai dengan kemampuannya. Secara
nasional, standar wilayah kerja Puskesmas adalah satu kecamatan, tetapi
apabila di satu kecamatan terdapat lebih dari satu Puskesmas, maka
tanggungjawab wilayah kerja dibagi antar Puskesmas, dengan
memperhatikan keutuhan konsep wilayah (Desa/Kelurahan atau RW).
Masing-masing Puskesmas tersebut secara operasional bertanggungjawab
langsung kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
b. Visi dan Misi Puskesmas
1) Visi
Visi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh
Puskesmas adalah tercapainya Kecamatan Sehat menuju terwujudnya
Indonesia Sehat. Kecamatan Sehat adalah gambaran masyarakat
kecamatan masa depan yang ingin dicapai melalui pembangunan
kesehatan, yakni masyakarat yang hidup dalam lingkungan dan
berperilaku sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan
kesehatan yang bermutu secara adil dan merata serta memiliki derajat
kesehatan yang setinggi-tingginya.
Hubungan Intensif Rekan..., Hajar Rinowati, Fakultas Ilmu Kesehatan S1 UMP, 2013
17
Indikator Kecamatan Sehat yang ingin dicapai mencakup 4
indikator utama yakni :
a) Lingkungan sehat
b) Perilaku sehat
c) Cakupan pelayanan kesehatan yang bermutu
d) Derajat kesehatan penduduk kecamatan.
Rumusan visi untuk masing-masing Puskesmas harus mengacu
pada visi pembangunan kesehatan Puskesmas di atas yakni
terwujudnya Kecamatan Sehat, yang harus sesuai dengan situasi dan
kondisi masyarakat serta wilayah kecamatan setempat.
2) Misi
Misi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh
Puskesmas adalah mendukung tercapainya misi pembangunan
kesehatan nasional. Misi tersebut adalah :
a) Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan di wilayah
kerjanya.
Puskesmas akan selalu menggerakkan pembangunan sektor
lain yang diselenggarakan di wilayah kerjanya, agar
memperhatikan aspek kesehatan, yakni pembangunan yang tidak
menimbulkan dampak negatif terhadap kesehatan, setidak-
tidaknya terhadap lingkungan dan perilaku masyarakat.
Hubungan Intensif Rekan..., Hajar Rinowati, Fakultas Ilmu Kesehatan S1 UMP, 2013
18
b) Mendorong kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan
masyarakat di wilayah kerjanya.
Puskesmas akan selalu berupaya agar setiap keluarga dan
masyarakat yang bertempat tinggal di wilayah kerjanya makin
berdaya di bidang kesehatan, melalui peningkatan pengetahuan
dan kemampuan menuju kemandirian untuk hidup sehat.
c) Memelihara dan meningkatkan mutu, pemerataan dan
keterjangkauan pelayanan kesehatan yang diselenggarakan.
Puskesmas akan selalu berupaya menyelenggarakan
pelayanan kesehatan yang sesuai dengan standar dan memuaskan
masyarakat, mengupayakan pemerataan pengelolaan dana
sehingga dapat dijangkau oleh seluruh anggota masyarakat.
d) Memelihara dan menigkatkan kesehatan perorangan, keluarga dan
masyarakat beserta lingkungannya.
Puskesmas akan selalu berupaya memelihara dan
meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit,
serta memulihkan kesehatan perorangan, keluarga dan masyarakat
yang berkunjung dan yang bertempat tinggal di wilayah kerjanya,
tanpa diskriminasi dan dengan menerapkan kemajuan ilmu dan
teknologi kesehatan yang sesuai. Upaya pemeliharaan dan
peningkatan kesehatan yang dilakukan Puskesmas mencakup pula
aspek lingkungan dari yang bersangkutan.
Hubungan Intensif Rekan..., Hajar Rinowati, Fakultas Ilmu Kesehatan S1 UMP, 2013
19
c. Tujuan
Tujuan pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh
Puskesmas adalah mendukung tercapainya tujuan pembangunan kesehatan
nasional yakni meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup
sehat bagi setiap orang yang bertempat tinggal di wilayah Puskesmas agar
terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya dalam rangka
mewujudkan Indonesia Sehat 2020.
d. Fungsi
1) Pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan
Puskesmas selalu berupaya menggerakkan dan memantau
penyelenggaraan pembangunan lintas sektoral termasuk oleh
masyarakat dan dunia usaha di wilayah kerjanya, sehingga
berwawasan serta mendukung pembangunan kesehatan.
Mengutamakan pemeliharaan kesehatan dan pencegahan
penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan penyakit dan pemulihan
kesehatan.
2) Pusat pemberdayaan masyarakat
Puskesmas selalu berupaya agar perorangan terutama pemuka
masyarakat, keluarga dan masyarakat termasuk dunia usaha memiliki
kesadaran, kemauan, dan kemampuan melayani diri sendiri dan
masyarakat untuk hidup sehat, berperan aktif dalam memperjuangkan
kepentingan kesehatan termasuk pembiayaannya, serta ikut
Hubungan Intensif Rekan..., Hajar Rinowati, Fakultas Ilmu Kesehatan S1 UMP, 2013
20
menetapkan, menyelenggarakan dan memantau pelaksanaan program
kesehatan.
Pemberdayaan perorangan, keluarga dan masyarakat ini
diselenggarakan dengan memperhatikan kondisi dan situasi,
khususnya sosial budaya masyarakat setempat.
3) Pusat Pelayanan kesehatan strata pertama Puskesmas
bertanggungjawab menyelenggarakan pelayanan kesehatan tingkat
pertama secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan.
Pelayanan kesehatan tingkat pertama di Puskesmas meliputi:
a) Pelayanan kesehatan perorangan
Pelayanan kesehatan perorangan adalah pelayanan yang
bersifat pribadi (private goods) dengan tujuan utama
menyembuhkan penyakit dan pemulihan kesehatan dan
pencegahan penyakit.
b) Pelayanan kesehatan masyarakat
Pelayanan kesehatan masyarakat adalah pelayanan yang
bersifat publik (public goods) dengan tujuan utama memelihara
dan meningkatkan kesehatan serta mencegah penyakit tanpa
mengabaikan penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan.
Pelayanan kesehatan masyarakat tersebut antara lain promosi
kesehatan, pemberantasan penyakit, penyehatan lingkungan,
perbaikan gizi, peningkatan kesehatan keluarga, keluarga
Hubungan Intensif Rekan..., Hajar Rinowati, Fakultas Ilmu Kesehatan S1 UMP, 2013
21
berencana, kesehatan jiwa serta berbagai program kesehatan
masyarakat lainnya.
e. Organisasi
Struktur organisasi Puskesmas tergantung dari kegiatan dan beban
tugas masing-masing Puskesmas. Penyusunan struktur organisasi
Puskesmas di satu Kabupaten/Kota dilakukan oleh Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota, sedangkan penetapannya dilakukan dengan peraturan
daerah. Sebagai acuan dapat digunakan pola struktur organisasi
Puskesmas sebagai berikut :
1) Kepala Puskesmas
2) Unit tata usaha yang bertanggungjawab membantu Kepala Puskesmas
dalam pengelolaan :
a) Data dan informasi
b) Perencanaan dan penilaian
c) Keuangan
d) Umum dan pengawasan
3) Unit pelaksana teknis fungsional Puskesmas
a) Upaya kesehatan masyarakat, termasuk pembinaan terhadap
UKBM
b) Upaya kesehatan perorangan
Hubungan Intensif Rekan..., Hajar Rinowati, Fakultas Ilmu Kesehatan S1 UMP, 2013
22
4) Jaringan pelayanan Puskesmas
a) Unit Puskesmas pembantu
b) Unit Puskesmas keliling
c) Unit bidan di desa/komunitas
f. Upaya Penyelenggaraan
Untuk tercapainya visi pembangunan kesehatan melalui Puskesmas
yakni terwujudnya Kecamatan Sehat Menuju Indonesia Sehat, Puskesmas
bertanggungjawab menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan dan
kesehatan masyarakat yang dikelompokkan menjadi dua yakni :
1) Upaya Kesehatan Wajib
Upaya kesehatan wajib ini harus diselenggarakan oleh setiap
Puskesmas, antara lain :
a) Upaya Promosi Kesehatan
b) Upaya Kesehatan Lingkungan
c) Upaya Kesehatan Ibu dan Anak serta Keluarga Berencana
d) Upaya Perbaikan Gizi
e) Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular
f) Upaya Pengobatan
2) Upaya Kesehatan Pengembangan
Upaya kesehatan pengembangan Puskesmas adalah yang
ditetapkan berdasarkan permasalahan kesehatan yang ditemukan
Hubungan Intensif Rekan..., Hajar Rinowati, Fakultas Ilmu Kesehatan S1 UMP, 2013
23
dimasyarakat serta yang disesuaikan dengan kemampuan
Puskesmas, antara lain :
a) Upaya Kesehatan Sekolah
b) Upaya kesehatan Olah Raga
c) Upaya Perawatan KesehatanMasyarakat
d) Upaya Kesehatan Kerja
e) Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut
f) Upaya Kesehatan Jiwa
g) Upaya Kesehatan Mata
h) Upaya Kesehatan Usia Lanjut
3) Upaya Pembinaan Pengobatan Tradisional
Upaya laboratorium medis dan laboratorium kesehatan
masyarakat serta upaya pencatatan dan pelaporan tidak termasuk
pilihan karena ketiga upaya ini merupakan pelayanan penunjang dari
setiap upaya wajib dan upaya pengembangan Puskesmas.
Perawatan kesehatan masyarakat merupakan pelayanan
penunjang, baik upaya kesehatan wajib maupun upaya kesehatan
pengembangan. Apabila perawatan kesehatan masyarakat menjadi
permasalahan spesifik di daerah tersebut, maka dapat dijadikan
sebagai salah satu upaya kesehatan pengembangan.
Upaya kesehatan pengembangan Puskesmas dapat pula
bersifat upaya inovasi, yakni upaya lain di luar upaya Puskesmas
Hubungan Intensif Rekan..., Hajar Rinowati, Fakultas Ilmu Kesehatan S1 UMP, 2013
24
tersebut di atas yang sesuai dengan kebutuhan. Pengembangan dan
pelaksanaan upaya inovasi ini adalah dalam rangka mempercepat
tercapainya visi Puskesmas.
3. Kepuasan Kerja
a. Definisi
Ada beberapa devinisi kepuasan kerja menurut para pakar, hal ini
diuraikan sebagai berikut :
1) Kepuasan menurut Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas,
dapat diartikan sebagai perasaan puas, rasa senang dan kelegaan serta
kenyamanan dalam melakukan tindakan.
2) Luthans (2006) menyatakan bahwa kepuasan kerja adalah hasil dari
persepsi karyawan mengenai seberapa baik pekerjaan mereka
memberikan hal yang dinilai penting.
3) Wijono (2010) menyatakan bahwa kepuasan adalah suatu perasaan
menyenangkan merupakan hasil dari persepsi individu dalam rangka
menyelesaikan tugas atau memenuhi kebutuhannya untuk memperoleh
nilai-nilai kerja yang penting bagi dirinya.
4) Kepuasan atau ketidakpuasan seseorang dengan pekerjaan merupakan
keadaan yang sifatnya subyektif, yang merupakan hasil kesimpulan
yang didasarkan pada suatu perbandingan mengenai apa yang secara
nyata diterima oleh pegawai dari pekerjaannya dibandingkan dengan
Hubungan Intensif Rekan..., Hajar Rinowati, Fakultas Ilmu Kesehatan S1 UMP, 2013
25
apa yang diharapkan, diinginkan dan dipikirkannya sebagai hal yang
pantas, atau berhak baginya (Gomes, 2003).
Dari beberapa definisi tentang kepuasan kerja di atas dapat ditarik
kesimpulan, bahwa kepuasan kerja adalah respon emosional yang positif
dari pekerja terhadap pekerjaanya.
b. Teori-Teori tentang Kepuasan Kerja
Teori tentang kepuasan kerja dalam Wijono (2010) :
1) Teori Ketidaksesuaian (Discrepancy Theory)
Menurut Locke teori ketidaksesuaian mengungkapkan bahwa
kepuasan atau ketidakpuasan dari beberapa aspek pekerjaan
menggunakan dasar pertimbangan dua nilai (values), yaitu
ketidaksesuaian yang dipersepsikan antara apa yang diinginkan
individu dengan apa yang dia terima dalam kenyataannya dan apa
pentingnya pekerjaan yang diinginkan oleh individu tersebut.
2) Model dari kepuasan Bidang/Bagian (Face Satisfaction)
Kepuasan bidang menurut model Lawler (1977) mempunyai
kaitan erat dengan teori keadilan J. Adams. Model Lawler mengatakan
bahwa individu akan merasa puas terhadap bidang tertentu dari
pekerjaan mereka (misalnya, hubungan antara rekan kerja, atasan dan
bawahan, dan/atau gaji).
3)
Hubungan Intensif Rekan..., Hajar Rinowati, Fakultas Ilmu Kesehatan S1 UMP, 2013
26
Teori Proses Bertentangan (Opponent-Process Theory)
Dalam teori proses-bertentangan Landy (dalam Munandar,
2001) memandang kepuasan kerja dari perspektif yang berbeda secara
dasar daripada pendekatan yang lain. Teori ini memberikan tekanan
bahwa individu ingin mempertahankan keseimbangan emosional
(emotional equilibrium).
Selain teori-teori diatas, terdapat teori kepuasan kerja menurut
Herzberg (dalam Manullang, 2001) yaitu “ Two-Factor Theory” atau teori
dua faktor dimana terdapat dua faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja
yaitu :
1) Dissatisfier atau hygiene factors yang meliputi faktor-faktor yang
terbukti menjadi sumber kepuasan, terdiri dari gaji, insentif,
pengawasan, beban kerja, rekan kerja, kondisi kerja dan status.
2) Satisfier atau motivators yang meliputi faktor-faktor atau situasi
sumber kepuasan kerja yang terdiri dari prestasi, pengakuan,
wewenang, tanggungjawab dan promosi.
c. Dampak Kepuasan dan Ketidakpuasan Kerja
1) Produktifitas atau kinerja (unjuk kerja)
Lawler dan Porter mengharapkan produktivitas yang tinggi
menyebabkan peningkatan dari kepuasan kerja hanya jika tenaga kerja
mempersepsikan bahwa ganjaran instrinsik dan ganjaran ekstrinsik
yang diterima kedua-duanya adil dan wajar dan diasosiasikan dengan
Hubungan Intensif Rekan..., Hajar Rinowati, Fakultas Ilmu Kesehatan S1 UMP, 2013
27
unjuk kerja yang unggul. Jika tenaga kerja tidak mempersepsikan
ganjaran intrinsik dan ekstrinsik yang berasosiasi dengan unjuk kerja,
maka kenaikan dalam unjuk kerja tidak akan berkorelasi dengan
kenaikan dalam kepuasan kerja (As’ad, 2008).
2) Ketidakhadiran dan Turn Over
Porter & Steers (dalam As’ad, 2008) mengatakan bahwa
ketidakhadiran dan berhenti bekerja merupakan jenis jawaban yang
secara kualitatif berbeda. Ketidakhadiran lebih bersifat spontan
sifatnya dan dengan demikian kurang mungkin mencerminkan
ketidakpuasan kerja. Lain halnya dengan berhenti bekerja atau keluar
dari pekerjaan, lebih besar kemungkinannya berhubungan dengan
ketidakpuasan kerja.
d. Empat cara mengungkapkan ketidakpuasan karyawan:
1) Keluar (Exit)
Ketidakpuasan kerja yang diungkapkan dengan
meninggalkan pekerjaan. Termasuk mencari pekerjaan lain.
2) Menyuarakan (Voice)
Ketidakpuasan kerja yang diungkap melalui usaha aktif dan
konstruktif untuk memperbaiki kondisi termasuk memberikan saran
perbaikan, mendiskusikan masalah dengan atasannya.
3)
Hubungan Intensif Rekan..., Hajar Rinowati, Fakultas Ilmu Kesehatan S1 UMP, 2013
28
Mengabaikan (Neglect)
Kepuasan kerja yang diungkapkan melalui sikap membiarkan
keadaan menjadi lebih buruk, termasuk misalnya sering absen atau
datang terlambat, upaya berkurang, kesalahan yang dibuat makin
banyak.
4) Kesetiaan (Loyalty)
Ketidakpuasan kerja yang diungkapkan dengan menunggu
secara pasif sampai kondisinya menjadi lebih baik, termasuk membela
perusahaan terhadap kritik dari luar dan percaya bahwa organisasi dan
manajemen akan melakukan hal yang tepat untuk memperbaiki
kondisi.
5) Kesehatan
Meskipun jelas bahwa kepuasan kerja berhubungan dengan
kesehatan, hubungan kausalnya masih tidak jelas. Diduga bahwa
kepuasan kerja menunjang tingkat dari fungsi fisik mental dan
kepuasan sendiri merupakan tanda dari kesehatan. Tingkat dari
kepuasan kerja dan kesehatan mungkin saling mengukuhkan sehingga
peningkatan dari yang satu dapat meningkatkan yang lain dan
sebaliknya penurunan yang satu mempunyai akibat yang negatif.
e. Faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan
Lima dimensi kepuasan kerja menurut Luthans (2006) adalah sebagai
berikut :
Hubungan Intensif Rekan..., Hajar Rinowati, Fakultas Ilmu Kesehatan S1 UMP, 2013
29
1) Pekerjaan itu sendiri
Dalam hal pekerjaan memberikan tugas yang menarik,
kesempatan untuk belajar, dan kesempatan untuk menerima tanggung
jawab.
2) Gaji
Gaji adalah sejumlah upah yang diterima dan tingkat dimana hal
ini bisa dipandang sebagai hal yang dianggap pantas dibandingkan
dengan orang lain dalam organisasi.
3) Kesempatan promosi
Kesempatan promosi adalah kesempatan untuk maju dalam
organisasi.
4) Pengawasan
Kemampuan penyelia untuk memberikan bantuan teknis dan
dukungan perilaku.
5) Rekan kerja
Tingkat dimana rekan kerja pandai secara teknis dan
mendukung secara sosial.
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas, menurut Levi
(2002), lima aspek yang terdapat dalam kepuasan kerja yaitu :
1) Pekerjaan itu sendiri (Work it self)
Setiap pekerjaan memerlukan suatu keterampilan tertentu sesuai
dengan bidangnya masing-masing. Sukar atau tidaknya suatu
Hubungan Intensif Rekan..., Hajar Rinowati, Fakultas Ilmu Kesehatan S1 UMP, 2013
30
pekerjaan serta perasaan seseorang bahwa keahliannya dibutuhkan
dalam pekerjaan tersebut, akan meningkatkan atau mengurangi
kepuasan kerja.
2) Atasan (Supervision)
Atasan yang baik berarti mau menghargai pekerjaan
bawahannya. Bagi bawahan, atasan bisa dianggap sebagai figur ayah
atau ibu atau teman dan sekaligus atasannya.
3) Teman sekerja (Wokers)
Merupakan faktor yang berhubungan dengan hubungan antara
pegawai dengan atasannya dan dengan pegawai lain, baik yang sama
maupun yang berbeda jenis pekerjaannya.
4) Promosi (Promotion)
Merupakan faktor yang berhubungan dengan ada tidaknya
kesempatan untuk memperoleh peningkatan karir selama bekerja.
5) Gaji atau upah (Pay)
Merupakan faktor pemenuhan hidup pegawai yang dianggap
layak atau tidak.
f. Pengukuran kepuasan kerja
Pengukuran kepuasan kerja sangat bervariasi. Informasi yang
didapat dari kepuasan kerja ini bisa melalui tanya jawab secara
perorangan, dengan angket ataupun dengan pertemuan suatu kelompok
kerja. Kalau menggunakan tanya jawab sebagai alatnya, maka karyawan
Hubungan Intensif Rekan..., Hajar Rinowati, Fakultas Ilmu Kesehatan S1 UMP, 2013
31
diminta untuk merumuskan tentang perasaannya terhadap aspek-aspek
pekerjaan. Cara lain adalah dengan mengamati sikap dan tingkah laku
orang tersebut (As’ad, 2008).
Dalam pengukuran kepuasan kerja, metode yang digunakan adalah
dengan membuat kuesioner yang berhubungan dengan masalah kepuasan
kerja yang meliputi faktor finansial, faktor fisik, faktor sosial dan faktor
psikologi, yang kemudian disebar pada responden untuk dijawab atau diisi
sesuai keadaan yang sebenarnya.
Dalam penelitian ini faktor insentif, rekan kerja dan beban kerja
adalah faktor yang akan diteliti pengaruhnya terhadap kepuasan kerja.
1) Insentif
Insentif adalah bayaran yang diterima berdasarkan hasil atau
kualitas (Luthans, 2006). Insentif terdiri dari dua yaitu :
a) Insentif individu
Insentif individu disebut dengan bonus.
b) Insentif kelompok
Insentif kelompok yaitu pembagian hasil (gain-sharing).
Suatu organisasi semakin menyadari bahwa tim atau kerja tim dapat
menghasilkan produktivitas lebih tinggi dan kualitas lebih baik
daripada pekerjaan individu.
Selain pembagian hasil juga bisa dari pembagian keuntungan
(profit-sharing) dan Employee Stock Ownership Plan (ESOP).
Hubungan Intensif Rekan..., Hajar Rinowati, Fakultas Ilmu Kesehatan S1 UMP, 2013
32
Metode pembagian keuntungan dapat dalam bentuk berbeda-beda,
tetapi umumnya beberapa bagian perusahaan dialokasikan ke dalam
pembagian keuntungan, dan kemudian didistribusikan kepada
semua karyawan. Kadang-kadang keuntungan itu langsung
diberikan kepada mereka saat itu juga atau pada akhir tahun.
Sedangkan untuk ESOP memungkinkan karyawan secara bertahap
menambah saham kepemilikan perusahaan.
Proses umumnya mencakup perusahaan mengambil pinjaman
untuk membeli bagian sahamnya di pasar terbuka. Setelah itu,
keuntungan yang diperoleh digunakan untuk membayar pinjaman.
Sementara itu, karyawan, berdasarkan senioritas dan atau kinerja,
diberi saham. Akibatnya, mereka akhirnya menjadi pemilik
perusahaan.
Insentif pada penelitian ini yaitu berupa tambahan
penghasilan atau bonus dari suatu pekerjaan.
2) Rekan kerja
Tingkat dimana rekan kerja pandai secara teknis dan mendukung
secara sosial (Luthans, 2006). Sifat alami dari kelompok atau tim dapat
mempengaruhi kepuasan kerja. Rekan kerja atau anggota tim yang
kooperatif merupakan sumber kepuasan kerja yang paling sederhana
pada karyawan secara individu.
Hubungan Intensif Rekan..., Hajar Rinowati, Fakultas Ilmu Kesehatan S1 UMP, 2013
33
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas, menurut
Levi (2002), rekan kerja merupakan faktor yang berhubungan dengan
hubungan antara pegawai dengan atasannya dan dengan pegawai lain,
baik yang sama maupun yang berbeda jenis pekerjaannya.
3) Beban kerja
a) Pengertian
Dalam Prawitasari (2009) dijelaskan beberapa definisi
tentang beban kerja, diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Beban kerja perawat (nursing workload/nursing intensity)
didefinisikan sebagai jumlah dari perawatan dan kerumitan
perawatan yang diperlukan oleh pasien yang dirawat di rumah
sakit (Huber, 2006).
2. Menurut Marquis dan Huston (2001) mendefinisikan beban
kerja dalam bidang keperawatan sebagai jumlah hari pasien
(patient days), dalam istilah lain unit beban kerja dikaitkan
dengan jumlah prosedur, pemeriksaan, kunjungan pasien,
injeksi, dan tindakan lainnya yang diberikan kepada pasien.
Berdasarkan definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa
beban kerja perawat adalah jumlah perawatan pasien atau tugas
pokok perawat dalam memberikan pelayanan kepada pasien.
Hubungan Intensif Rekan..., Hajar Rinowati, Fakultas Ilmu Kesehatan S1 UMP, 2013
34
b) Komponen beban kerja
Menurut Gillies (dalam Prawitasari 2009) menyatakan
bahwa dalam melakukan perhitungan tenaga dalam keperawatan,
seorang manajer keperawatan perlu memperhatikan komponen-
komponen seperti:
1. Jumlah pasien yang dirawat per hari, per bulan, per tahun.
2. Jenis perawatan yang dibutuhkan (penyakit dalam atau bedah)
serta kapasitas tempat tidur.
3. Diagnosa medis dan tingkat akuitas pasien yang akan dirawat.
4. Rata-rata hari rawat untuk setiap jenis perawatan pasien.
5. Penghitungan perawatan langsung dan tak langsung yang akan
diberikan kepada masing-masing jenis perawatan pasien.
6. Kekerapan setiap tindakan yang akan diberikan.
7. Rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk melaksanakan tindakan
keperawatan langsung maupun tak langsung.
c) Dimensi beban kerja
Menurut Carayon dan Alvarado (dalam Prawitasari 2009)
beban kerja perawat mempunyai 6 dimensi yaitu :
1. Beban kerja fisik (physical workload)
Beban kerja fisik yang dilakukan oleh perawat bukan
hanya terdiri dari tindakan keperawatan langsung seperti
mengangkat, memindahkan, dan memandikan pasien,
Hubungan Intensif Rekan..., Hajar Rinowati, Fakultas Ilmu Kesehatan S1 UMP, 2013
35
tetapi juga tindakan keperawatan tak langsung seperti
mengambil dan mengirim alat-alat medis ke bagian lain,
repetisi perjalanan ke unit lain akibat adanya peralatan
yang hilang atau tidak berfungsi, atau bahkan perjalanan ke
bagian yang sangat jauh dari unit tempat ia bekerja (seperti
pusat sterilisasi alat medis atau ruang rawat lain) yang
mana halini meningkatkan aktifitas berjalan (fisik) dari
perawat.
Selain itu, tatanan ruang secara ergonomik dan fisik
dari ruang seringkali menambah beban kerja perawat.
Keterbatasan luas ruang rawat dan tempat penyimpanan
alat seringkali menimbulkan masalah. Kesibukan dan
keterbatasan waktu menyebabkan banyak perawat lebih
memilih untuk melakukan pekerjaan tersebut sendirian dari
pada meminta bantuan kepada perawat atau tenaga lain.
2. Beban kerja kognitif (cognitive workload)
Beban kerja kognitif berhubungan dengan kebutuhan
para perawat untuk memproses informasi yang seringkali
terjadi dalam waktusingkat.
Banyak situasi tertentu yang mengharuskan perawat
mengambil keputusan secara cepat yang mana ini berarti
perawat harus memproses informasi dalam waktu singkat.
Hubungan Intensif Rekan..., Hajar Rinowati, Fakultas Ilmu Kesehatan S1 UMP, 2013
36
Perawat harus secara cepat pula melakukan penyesuaian
kognitif terhadap pasien sepanjang klien dirawat, baik yang
terencana (misal. Perubahan jadual dinas) maupun yang
tidak terencana (perubahan kondisi klien secara tiba-
tiba).Selain itu perawat secara terus menerus tetap
melakukan tugas-tugas kognitifnya selama melakukan
kegiatan lainnya (misal. pemberian obat, mengambil alat-
alat yang diperlukan oleh pasien).
3. Tekanan waktu (time pressure)
Tekanan waktu berhubungan dengan hal-hal yang
harus dilakukan secara cepat dan dalam waktu yang sangat
terbatas. Tugas yang dilakukan oleh para perawat sangat
banyak, yang dilakukan sesuai dengan waktu yang bersifat
regular atau kekerapannya (misal. memberikan obat,
mengkaji, mengukur hasil, mendokumentasikan). Adanya
gangguan pada tugas yang telah terpola ini menimbulkan
peningkatan tekanan terhadap waktu yang ada.
4. Beban kerja emosional (emotional workload)
Beban kerja emosional lazim terjadi pada lingkungan
kerja. Terkadang, persepsi antara perawat dengan keluarga
seringkali tidak sama yang mana hal ini menimbulkan
konflik dan masalah.
Hubungan Intensif Rekan..., Hajar Rinowati, Fakultas Ilmu Kesehatan S1 UMP, 2013
37
5. Beban kerja kuantitatif (quantitative workload) dan beban
kerja kualitatif (qualitative workload)
Beban kerja dibedakan menjadi beban kerja
kuantitatif dan kualitatif. Beban kerja kuantitatif
didefinisikan sebagai jumlah pekerjaan yang dilakukan;
sedangkan beban kerja kualitatif dinyatakan sebagai
tingkat kesulitan dari pekerjaan yang dilakukan. Beban
kerja kuantitatif perawat dapat diukur dengan
menggunakan alat pengukur beban kerja berdasarkan
kepada tingkat ketergantungan pasien yang mengukur
jumlah pekerjaan yang dilakukan oleh perawat. Sedangkan
beban kerja kualitatif berhubungan dengan jam kerja (work
hours) yaitu jumlah peningkatan pekerjaan yang dilakukan
perawat sesuai dengan peningkatan jumlah jam kerja.
6. Variasi beban kerja (workload variability)
Yang dimaksud dengan variasi beban kerja adalah
perubahan beban kerja yang berkesinambungan pada
waktu tertentu. Situasi genting adalah contoh lain dari
variasi beban kerja dimana pada keadaan ini tiba-tiba
beban kerja meningkat sebagai konsekuensi adanya situasi
gawat pada pasien, sehingga mereka harus lebih
Hubungan Intensif Rekan..., Hajar Rinowati, Fakultas Ilmu Kesehatan S1 UMP, 2013
38
berkonsentrasi menghadapi kondisi pasien yang tidak
stabil.
Keenam dimensi di atas tidaklah berdiri sendiri, melainkan
saling berkaitan, dimana dimensi yang satu mempengaruhi
dimensi lainnya.
d) Sumber-sumber beban kerja
Menurut Carayon dan Alvarado (dalam Prawitasari 2009)
model sistem kerja yang dapat digunakan dalam menjelaskan
sumber-sumber beban kerja dan keterikatan antar dimensi dalam
beban kerja. Adapun sistem kerja tersebut terdiri dari 5 elemen,
antara lain:
1) Individu perawat
2) Variasi tugas yang harus dilaksanakan (perawatan
langsung, tak langsung, tugas-tugas lain, karakteristik
perawatan yang diberikan).
3) Penggunaan alat-alat dan teknologi yang bervariasi.
4) Lingkungan fisik (ruangan pasien dan ruang perawat).
5) Kondisi khusus organisasi (jadual dinas, manajemen
keperawatan, kerja tim, komunikasi dengan dokter dan
tenaga kesehatan lainnya).
Carayon dan Alvarado (dalam Prawitasari 2009)
menyatakan beban kerja fisik biasanya akan berhubungan
Hubungan Intensif Rekan..., Hajar Rinowati, Fakultas Ilmu Kesehatan S1 UMP, 2013
39
dengan tugas-tugas dan karakteristik fisik dari tugas. Dapat
dikatakan bahwa faktor-faktor organisasi dan aspek lingkungan
kerja lainnya dapat mempengaruhi beban kerja perawat.
e) Pengukuran beban kerja
Pengukuran beban kerja merupakan suatu proses
kuantifikasi sejumlah waktu perawatan langsung dan tidak
langsung yang dibutuhkan oleh pasien/klien pada jam kerja di
unit tertentu, program atau fasilitas (RNAO dalam Prawitasari,
2009). Pengukuran beban kerja perlu dilakukan agar manajer
keperawatan dapat menentukan jumlah tenaga keperawatan yang
diperlukan dalamperawatan pasien.
Pengukuran beban kerja perawat tidak hanya dilakukan
dengan perhitungan sensus pasien, namun juga meliputi diagnosa
medis pasien, tingkat keparahan penyakit, kompleksitas
perawatan yang dibutuhkan, kondisi fisik klien secara umum,
dan perubahan status sosial psikologis klien.
Menurut Gillies (dalam Prawitasari 2009), tahap dan
keparahan penyakit menentukan kerumitan asuhan keperawatan
yang harus diberikan. Selain itu usia, jenis kelamin, latar
belakang sosial, kepribadian, dan status kesehatan sebelum sakit
mempengaruhi respon individu terhadap perawatan dan tindakan
yang akan diberikan. Dalam melakukan prediksi beban kerja
Hubungan Intensif Rekan..., Hajar Rinowati, Fakultas Ilmu Kesehatan S1 UMP, 2013
40
perawat, ada beberapa hal yang harus diperhatikan agar antara
beban kerja dan jumlah pasien seimbang, antara lain :
1) Sensus pasien
Sensus pasien dapat dilakukan secara harian, bulanan
atau tahunan untuk memprediksi jumlah beban kerja perawat
dan kebutuhan perawatan pasien. Adanya variasi dalam
penerimaan pasien dan lama hari rawat dapat meningkatkan
volume beban kerja walaupun jumlah pasien relatif sama.
Misal, perubahan populasi pada pasien bedah regular ke
ruang bedah ambulatori di unit bedah akan meningkatkan
beban kerja, walaupun jumlah pasien tidak berubah.
Interaksi antara perawat dengan sejumlah pasien
dalam waktu singkat juga akan meningkatkan beban kerja
psikologis. Selain itu peningkatan volume beban kerja
musiman juga perlu diantisipasi. Oleh karena itu seorang
perawat manajer perlu memperhatikan hal ini saat
menghitung volume beban kerja.
2) Kebutuhan perawatan pasien
Dalam memprediksi beban kerja perawat, bukan hanya
sensus pasien yang harus dihitung, namun juga proporsi dari
setiap kategori pasien (pasien mandiri, perawatan minimal,
perawatan penuh, perawatan intensif) karena kebutuhan
Hubungan Intensif Rekan..., Hajar Rinowati, Fakultas Ilmu Kesehatan S1 UMP, 2013
41
perawatan yang berbeda untuk setiap kategori pasien. Agar
dapat dihitung, maka beban kerja harus dikuantifikasikan.
3) Perawatan langsung
Perawatan langsung merupakan perawatan yang
diberikan kepada pasien saat perawat bekerja memberikan
asuhan keperawatan sesuai dengan kebutuhan fisiologis dan
psikologis.
Terdapat dua cara dalam mengkuantifikasi aktivitas
perawatan langsung yaitu laporan oleh diri perawat sendiri
(self reported) dan observasi oleh orang lain setelah dilatih.
Pelaporan oleh diri perawat sendiri lebih murah karena
laporan dilakukan sendiri oleh personel perawat.
Kerugiannya adalah sulit bagi para perawat untuk dapat
melaporkan aktivitas akuratnya secara obyektif dan waktu
yang tepat.
Observasi dengan menggunakan orang lain yang telah
terlatih lebih menghasilkan data yang obyektif dari segi jenis
dan waktu kegiatan sehingga resiko bisa lebih kecil.
4) Perawatan tak langsung
Perawatan tak langsung merupakan perawatan yang
diberikan kepada pasien, namun keberadaan pasien jauh dari
perawat. Contohnya antara lain perawat merencanakan
Hubungan Intensif Rekan..., Hajar Rinowati, Fakultas Ilmu Kesehatan S1 UMP, 2013
42
perawatan yang dibutuhkan pasien, mempersiapkan
peralatan yang dibutuhkan pasien, konsultasi dengan tim
kesehatan lain, menulis dan membaca laporan pasien,
membuat rencana pulang, dan lain-lain.
5) Pengajaran kepada pasien
Pengukuran terakhir yang diperlu dilakukan dalam
menghitung kebutuhan perawatan harian pasien adalah
waktu pemberian pengajaran. Metode yang digunakan dalam
pengukuran ini untuk setiap rumah sakit berbeda sehingga
tidak ada waktu yang baku. Gillies (dalam Prawitasari 2009)
menyatakan bahwa waktu rata-ratayang dibutuhkan dalam
pemberian pengajaran sebanyak 14,5 menit perhari pasien.
Hubungan Intensif Rekan..., Hajar Rinowati, Fakultas Ilmu Kesehatan S1 UMP, 2013
43
B. Kerangka Teori
Gambar 1. Kerangka Teori
Menurut Luthans (2005), Levi (2002) dan Herzberg (dalam Manullang, 2001)
Faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja :
1. Pekerjaan itu sendiri 2. Gaji 3. Kesempatan promosi 4. Pengawasan 5. Rekan kerja 6. Atasan (supervision) 7. Teman sekerja (wokers) 8. Promosi (promotion) 9. Insentif 10. Beban kerja 11. Kondisi kerja 12. Status 13. Prestasi 14. Pengakuan 15. Wewenang 16. Tanggungjawab
Kepuasan kerja
Hubungan Intensif Rekan..., Hajar Rinowati, Fakultas Ilmu Kesehatan S1 UMP, 2013
44
C. Kerangka Konsep
Keterangan :
: Diteliti
: Tidak diteliti
Gambar 2. Kerangka Konsep Penelitian
Gambaran :
1. Insentif 2. Rekan kerja 3. Beban kerja
Kepuasan kerja
Faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja :
1. Pekerjaan itu sendiri 2. Gaji 3. Kesempatan promosi 4. Pengawasan 5. Atasan (supervision) 6. Teman sekerja (wokers) 7. Promosi (promotion) 8. Kondisi kerja 9. Status 10. Prestasi 11. Pengakuan 12. Wewenang 13. Tanggungjawab
Hubungan Intensif Rekan..., Hajar Rinowati, Fakultas Ilmu Kesehatan S1 UMP, 2013
45
D. Hipotesis Penelitian
Menurut Fatonah (2010:39) hipotesis dapat diartikan sebagai suatu jawaban
yang bersifat sementara terhadap permasalahan hipotesis yang digunakan dalam
penelitian ini adalah :
1) Ada hubungan antara insentif dengan kepuasan kerja tenaga perawat
Puskesmas wilayah eks-Kotip Purwokerto .
2) Ada hubungan antara rekan kerja dengan kepuasan kerja tenaga perawat
Puskesmas wilayah eks-Kotip Purwokerto.
3) Ada hubungan antara beban kerja dengan kepuasan kerja tenaga perawat
Puskesmas wilayah eks-Kotip Purwokerto.
Penarikan kesimpulan/generalisasi terhadap hipotesis penelitian di atas,
didasarkan pada hasil analisa data, yaitu dengan membandingkan nilai p value
dengan signifikansi (ɑ). Bila nilai p value < ɑ maka hipotesis diterima dan
sebaliknya bila nilai p value > ɑ maka hipotesis ditolak dengan nilai ɑ adalah
0,05.
Hubungan Intensif Rekan..., Hajar Rinowati, Fakultas Ilmu Kesehatan S1 UMP, 2013