bab ii tinjauan pustaka a. kajian teori 1. hakikat...

24
11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Hakikat Pembelajaran Matematika Matematika dapat didefinisikan sebagai ilmmu pengetahuan yan dipelaajarai struktur yang abstrak dan pola hubungan yang ada di dalamnya (Subarinah, 2006:1). Antonius (2006:9) juga menyatakan bahwa matematika berkenaan dengan struktur-struktur, hubungan-hubungan dan konsep-konsep abstrak yang dikembangkan menurut aturan yang logis. Sedangkan menurut ( Susanto, 2014:86 ) Pembelajaran matematika adalah suatu proses yang dibangun oleh guru untuk mengembangkan kreatifitas berfikir siswa yang dapat meningkatkan kemampuan berfikir siswa, serta dapat meningkatkan kemampuan mengkostruksi pengetahuan baru sebagai upaya meningkatkan penguasaan yang baik terhadap meteri matematika. Dengan demikian pembelajaran matematika adalah ilmu yang mempelajari struktur abstrak yang sesuai dengan aturan logis yang menggunakan lambang- lambang atau bahasa matematis untuk mengembangkan kreatifitas berfikir siswa. Lambang dan bahasa dalam matematika bersifat universal sehingga dipahami oleh bangsa-bangsa. Maka dari itu guru matematika hendaknya menguasai kumpulan pengetahauan yang kemudiann diteruskan kepada peserta didik dan juga mennguasai proses, pendekatan, metode, model matematika yang sesuai sehingga mendukung peserta didik berfikir kritis, menggunakan nalar secara efektif dan

Upload: hathu

Post on 02-Mar-2019

233 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

11

11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Hakikat Pembelajaran Matematika

Matematika dapat didefinisikan sebagai ilmmu pengetahuan yan

dipelaajarai struktur yang abstrak dan pola hubungan yang ada di dalamnya

(Subarinah, 2006:1). Antonius (2006:9) juga menyatakan bahwa matematika

berkenaan dengan struktur-struktur, hubungan-hubungan dan konsep-konsep

abstrak yang dikembangkan menurut aturan yang logis. Sedangkan menurut (

Susanto, 2014:86 ) Pembelajaran matematika adalah suatu proses yang dibangun

oleh guru untuk mengembangkan kreatifitas berfikir siswa yang dapat

meningkatkan kemampuan berfikir siswa, serta dapat meningkatkan kemampuan

mengkostruksi pengetahuan baru sebagai upaya meningkatkan penguasaan yang

baik terhadap meteri matematika.

Dengan demikian pembelajaran matematika adalah ilmu yang mempelajari

struktur abstrak yang sesuai dengan aturan logis yang menggunakan lambang-

lambang atau bahasa matematis untuk mengembangkan kreatifitas berfikir siswa.

Lambang dan bahasa dalam matematika bersifat universal sehingga dipahami oleh

bangsa-bangsa. Maka dari itu guru matematika hendaknya menguasai kumpulan

pengetahauan yang kemudiann diteruskan kepada peserta didik dan juga

mennguasai proses, pendekatan, metode, model matematika yang sesuai sehingga

mendukung peserta didik berfikir kritis, menggunakan nalar secara efektif dan

12

efesien serta menanamkan benih sikap ilmiah/disiplin, bertanggung jawab,

keteladanan, dan rasa percaya diri disertai dengan iman dan taqwa. Dengan bekal

tersebut diharapkan peserta didik memiliki kemampuan menghadapi masa datang

yang selalu berubah dan menjadi manusia yang berkualitas yang diperlukan untuk

pengembangan bangsa.

2. Peranan Matematika di SD

Pemahaman terhadap peranan pengajaran matematika di Sekolah Dasar

sangat membantu para guru untuk memberikan pembelajaran matematika secara

proporsional sesuai dengan tujuannya. Sebagaimana tercantum dalam dokumen

Standar Kompetensi mata pelajaran matematika untuk satuan SD dan MI pada

kurikulum 2004 disebutkan fungsi matematika adalah sebagai berikut:

“Matematika berfungsi untuk mengembangkan kemampuan bernalar melalui

kegiatan penyelidikan, eksplorasi dan eksperimen, sebagai alat pemecahan

masalah melalui pola pikir dan model matematika serta sebagai alat komunikasi

melalui simbol, tabel, grafik, dan diagram dalam menjelaskan gagasan. Selain

fungsi tersebut, Matematika juga berfungsi mengembangkan kemampuan

mengkomunikasikan ide atau gagasan dengan menggunakan simbol, tabel,

diagram, dan media lain, (Depdiknas, 2008: 134).

3. Tujuan Pembelajaran Matematika

Matematika merupakan ide-ide abstrak yang diberi symbol-simbol, maka

konsep matematika harus dipahami terlebih dahulu sebelum memanipulasi

symbol-simbol itu. Seseorang akan lebih mudah mempelajarai matematika apabila

telah didasari pada apa yang telah dipelajari orang itu sebelumnya. Karena untuk

13

mempelajari matematika yang baru, pengalaman belajar yang lalu dari seseorang

itu akan mempengaruhi terjadinya proses belajar matematika tersebut.

Berdasarkan Permendiknas No. 22 Tahun 2006, Mata pelajaran matematika

bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan berikut:

a. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan

mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan

tepat, dalam pemecahan masalah.

b. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi

matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan

gagasan dan pernyataan matematika

c. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah,

merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi

yang diperoleh.

d. Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain

untuk memperjelas keadaan atau masalah.

e. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu

memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika,

serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.

Berdasarkan uaraian di atas, dapat disimpulkan bahwa penekanan

pembelajaran matematika terletak pada penataan nalar, pemecahan masalah,

pembentukan sikap, dan keterampilan dalam penerapan matematika. Oleh karena

itu agar tercapainya tujuan tersebut siswa perlu dibekali dengan pengetahuan-

pengetahuan matematika yang lebih luas dan melibatkan benda-benda konkret

14

maupun abstrak serta aktivitas-aktivitas nyata dalam berbagai objek yang

dipelajarinya.

4. Objek Belajar Matematika

Menurut Gagne (dalam Ismail, 1998) matematika mempunyai dua objek

yaitu objek langsung dan objek tak langsung.

1. Objek langsung terdiri dari :

a. Fakta

Fakta adalah perjanjian-perjanjian dalam matematika seperti simbol-

simbol matematika, kaitan simbol “3” dengan kata “tiga” merupakan

contoh fakta. Contoh lainnya fakta: “+” adalah simbol dari operasi

penjumlahan dan sinus adalah nama suatu fungsi khusus dalam

trigonometri.

b. Konsep

Konsep adalah ide abstrak yang memungkinkan kita mengelompokkan

objek ke dalam contoh dan bukan contoh. Himpunan, segitiga, kubus, dan

jari-jari adalah merupakan konsep dalam matematika.

c. Prinsip

Prinsip merupakan objek yang paling kompleks. Prinsip adalah

sederetan konsep beserta dengan hubungan diantara konsep-konsep

tersebut. Contoh prinsip adalah dua segitiga sama dan sebangun bila dua

sisi yang seletak dan sudut apitnya kongruen.

15

d. Keterampilan

Keterampilan adalah kemampuan memberikan jawaban yang benar dan

cepat. Misalnya pembagian cara singkat, penjumlahan pecahan dan

perkalian pecahan.

2. Objek tidak langsung adalah :

Implikasi dari proses pembelajaran matematika yakni kebiasaan bekerja

baik, sikap, kemapuan mengalihgunakan cara bekerja (memanipulasi dalam arti

positif) serta membangun konsep mental (akhlak) yang baik seperti kejujuran.

B. Mengurutkan Bilangan

1. Pengertian Mengurutkan bilangan

Bilangan adalah suatu konsep matematika yang digunakan untuk

pembilang dan pengukuran. Simbol ataupun lambang yang di gunakan untuk

mewakili suatu bilangan disebut sebagai angka atau lambang bilangan. Dalam

konsep matematika, bilangan selama bertahun-tahun lamanya telah diperluas

untuk meliputi bilangan nol, bialangan negatif, bilangan rasional, bilangan

irrasional dan bilangan kompleks (Wikipedia, 2013). Bilangan pada hakikatnya

tanda atau simbol-simbol yang dinyatakan dengan angka. Angka-angka itu

bersifat abstrak jika dibandingkan dengan benda kongkrit. Apabila kita

mengunakan bilangan biasanya dijumlahkan dalam bentuk abtsrak misalnya 5,

lima dikaitkan dalam bentuk himpunan yang mempunyai lima anggota.

Mengurutkan adalah kemampuan meletakan benda dalam urutan menurut

aturan tertentu. Sebagai contoh, mengurutkan 5 buah tongkat dari yang paling

pendek ke yang panjang, mengurutkan berbagai buku dari yang paling tebal ke

yang paling kecil dan sebagainya.

16

Jadi kemampuan mengurutkan bilangan adalah kecakapan atau potensi

seseorang individu untuk mengerjakan beragam tugas dalam mengatur unsur-

unsur secara berurutan berdasarkan ukuran dari yang besar sampai kecil atau

kecil sampai besar yang dinyatakan dalam tanda atau simbol-simbol dan biasa

disebut angka.

2. Materi Mengurutkan Bilangan

Sesuai dengan Permendiknas No.22 Tahun 2006, berikut disajikan standar

kopetensi kelas II semester I pada pembelajaran matematika dapat dilihat pada

tabel 2.1 berikut:

Tabel 2.1 Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD)

matematika SD kelas II Semester 1 dalam Permendiknas No.22

Tahun 2006 Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

Bilangan

1. Melakukan penjumlahan

dan pengurangan

bilangan sampai 500

1.1 Membandingkan bilangan sampai 500

1.2 Mengurutkan bilangan sampai 500

1.3 Menentukan nilai tempat ratusan, puluhan, dan

satuan

1.4 Melakukan penjumlahan dan pengurangan

bilangan sampai 500

3. Mengurutkan Bilangan

Mengurutkan bilangan sampai 500.

Sekelompok bilangan dapat diurutkan

Dimulai yang terkecil atau dimulai yang terbesar.

Contoh :

Urutkan bilangan berikut ini.

Dari yang terkecil ke terbesar dan sebaliknya.

442 441 445 443 444 440

Pada materi ini siswa dituntut untuk mencoba membandingkan bilangan. Mana

bilangan terkecil dan mana bilangan terbesar, kemudian siswa akan mencoba

17

mengurutkan bilangan dari bilangan yang terkecil ke yang terbesar dan

sebaliknya.

C. Media Pembelajaran

1. Pengertian Media Pembelajaran

Kata media berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari

kata medius yang secara harfiah berarti tengah atau perantara atau pengantar.

Medeo adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim .ke penerima pesan.

Menurut Anitah (2014:6.11) Media pembelajaran adalah saluran atau jembatan dari

pesan-pesan pembelajaran (messages) yang disampaikan oleh sumber pesan (guru)

kepada penerima pesan (siswa) dengan maksud agar pesan-pesan tersebut dapat

diserap dengan cepat dan tepat sesuai dengan tujuannya. Gerlach dan Ely (1971)

mengatakan bahwa media apabila difahami secara garis besar adalah manusia,

materi, atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu

memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap.

Dalam pengertian ini, guru, buku teks, dan lingkungan sekolah merupakan

media. Secara lebih khusus, pengertian media dalam proses belajar mengajar

cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis, photografis, atau elektronis untuk

mengungkap, memproses, dan menyusun kembali informasi visual atau verbal.

Menurut Arsyad (2013:3) Media adalah bagian yang tidak terpisahkan dari proses

belajar mengajar demi tujuan pendidikan pada umumnya dan tujuan pembelajaran

di sekolah pada khususnya.

Menurut Edgar Dale (Arsyad, 2013:13-14) salah satu gambaran yang

dijadikan acuan sebagai landasan teori penggunaan media dalam proses belajar

adalah Dale’s Cone of Experience (Kerucut Pengalaman Dale). Hasil belajar

18

seseorang diperoleh mulai dari pengalaman langsung (konkret), kenyataan yang

ada di lingkungan kehidupan seseorang kemudian melalui benda tiruan, sampai

kepada lambang verbal (abstrak). Semakin ke puncak kerucut semakin abstrak

media penyampaian pesan itu. Urut-urutan proses belajar mengajar tidak harus

selalu dimulai dari pengalaman langsung, akan tetapi dimulai dari jenis

pengalaman yang paling sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan kelompok

siswa yang dihadapi dengan mempertimbangkan situasi belajarnya (Arsyad, 2013:

13-14).

Gambar 2.1 Kerucut Pengalaman Edgar Dale (Arsyad, 2013:14)

“Tingkat keabstrakan pesan akan semakin tinggi ketika pesan itu dituangkan

dalam lambang-lambang seperti chart, grafik, atau kata. Jika pesan terkandung

dalam lambang-lambang seperti itu, indera yang dilibatkan untuk menafsirkan

semakin terbatas, yakni indera penglihatan atau indera pendengaran.

Sesungguhnya, pengalaman konkret dan pengalaman abstrak dialami silih

berganti, hasil belajar dari pengalaman langsung mengubah dan memperluas

19

jangkauan abstraksi seseorang, dan sebaliknya, kemampuan interpretasi lambang

kata membantu seseorang untuk memahami pengalaman yang di dalamnya ia

terlibat langsung.”

2. Manfaat Media Pembelajaran

Media pembelajaran sangat berperan penting dalam suatu pembelajaran

yang pada gilirannya diharapkan dapat mempertinggi hasil belajar yang

dicapainya. Manfaat media pembelajaran dalam proses belajar siswa yaitu (a)

pembelajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan

motivasi belajar; (b) bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat

lebih dipahami oleh siswa dan memungkinkannya menguasai dan mencapai tujuan

pengajaran; (c) metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata

komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak

bosan dan guru tidak kehabisan tenaga, apalagi guru mengajar untuk setiap jam

pelajaran; (d) siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya

mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktifitas lain seperti mengamati,

melakukan, mendemonstrasikan dan lain-lain (Sudjana, 2002: 2).

Sedangkan menurut Dale terdapat 10 manfaat media yaitu:

a. Meningkatakan rasa saling pengertian dan simpati dalam kelas;

b. Membuahkan perubahan signifikan tingkah laku siswa;

c. Menunjukkan hubungan antara mata pelajaran dan kebutuhan dan minat

siswa dengan meningkatnya motivasi belajar siswa;

d. Membawa kesegaran dan variasi bagi pengalaman belajar siswa;

e. Membuat hasil belajar lebih bermakna bagi berbagai kemampuan siswa;

20

f. Mendorong pemanfaatan yang bermakna dari mata pelajaran dengan jalan

melibatkan imajinasi dan partisipasi aktif yang mengakibatkan

meningkatnya hasil belajar;

g. Memberikan umpan balik yang diperlukan yang dapat membantu siswa

menemukan seberapa banyak yang telah mereka pelajari;

h. Melengkapi pengalaman yang kaya dengan pengalaman itu, konsep-

konsep yang bermakna dapat dikembangkan;

i. Memperluas wawasan dan pengalaman siswa yang mencerminkan

pembelajaran nonverbalistik dan membuat generalisasi yang tepat;

j. Menyakinkan diri bahwa urutan dan kejelasan pikiran yang siswa

butuhkan jika mereka membangun struktur konsep dan sistem gagasan

yang bermakna. (Azhar Arsyad, 2013: 27).

Dari uraian dan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan beberapa

manfaat dari penggunaan media dalam proses belajar mengajar sebagai

berikut:

a. Media pengajaran dapat memperjelas penyajian pesan dan informasi

sehingga dapat memperlancar dan meningkatkan proses dan hasil belajar;

b. Media pengajaran dapat meningkatkan dan mengarahkan perhatian anak

sehingga dapat terjadi interaksi yang lebih baik;

c. Media pengajaran dapat mengatasi keterbatasan indera, ruang, dan waktu;

d. Media pengajaran dapat mempermudah pemahaman siswa tentang suatu

konsep.

21

3. Cara Pemilihan Media Pembelajaran

Sadiman (2010:84) menyebutkan beberapa penyebab orang memilih media

antara lain adalah: a) bermaksud mendemonstrasikannya seperti halnya pada mata

kuliah tentang media, b) merasa sudah akrab dengan media tersebut, c) ingin

memberikan gambaran atau penjelasan yang lebih konkret, d) merasa bahwa

media dapat berbuat lebih dari yang bisa dilakukannya, misalnya untuk menarik

minat atau gairahbelajar siswa. Jadi, dasar pertimbangan untuk memilih suatu

media sangatlah sederhana, yaitu dapat memenuhi kebutuhan atau mencapai

tujuan yang diinginkan atau tidak.

Anitah (2014:6.37) menyebutkan 3 hal utama yang perlu dijadikan

pertimbangan dalam pemilihan media pembelajaran, yaitu:

a. Tujuan Pemilihan Media Pembelajaran

Memilih media pembelajaran yang akan digunakan harus berdasarkan

maksud dan tujuan pemilihan yang jelas yaitu digunakan untuk kegiatan

pembelajaran, pemberian informasi yang sifatnya umum atau sekedar hiburan

saja. Jika digunakan untuk kegiatan pembelajaran, apakah untuk

pembelajaran yang sifatnya individual atau kelompok (klasikal). Tujuan

pemilihan ini sangat berkaitan dengan kemampuan dalam menguasai berbagai

jenis media pembelajaran beserta karakteristiknya.

b. Karakteristik Media Pembelajaran

Setiap media pembelajaran memiliki karakteristik tertentu, baik dilihat dari

segi keandalannya, cara pembuatannya, maupun cara penggunaannya.

Pemahaman terhadap karakteristik berbagai media pembelajaran merupakan

kemampuan dasar yang perlu dimiliki dalam kaitannya dalam pemilihan

22

media pembelajaran ini. Selain itu, kemampuan ini memberikan

kemungkinan untuk menggunakan berbagai jenis media pembelajaran secara

bervariasi, apabila kurang memahami karakteristik media pembelajaran

tersebut akan dihadapkan kepada kesulitan-kesulitan.

c. Alternatif Media Pembelajaran yang dapat dipilih

Memilih media pada dasarnya merupakan proses mengambil atau

menentukan keputusan dari berbagai pilihan (alternatif) yang ada. Selain itu

bisa menentukan media mana yang akan digunakan apabila terdapat berbagai

media yang dapat diperbandingkan, apabila media pembelajaran itu hanya

ada satu jenis maka tidak akan bisa memilih tetapi harus menggunakan media

pembelajaran yang ada tersebut.

4. Pemanfaatan Media Pembelajaran di Sekolah Dasar

Sadiman (2006:189) menyebutkan dua pola pemanfaatan media

pembelajaran, yaitu pemanfaatan media dalam situasi belajar mengajar di dalam

kelas atau ruang (seperti auditirium) dan pemanfaatan media di luar kelas. Dalam

konteks pemanfaatannya di dalam kelas, kehadirannya dimaksudkan untuk

menunjang tercapainya tujuan tertentu. Oleh karena itu, guru hendaknya memiliki

kemampuan untuk mengintegrasikan media ke dalam rencana pembelajaran

meliputi tujuan, materi, strategi, dan juga waktu yang tersedia.

Pola pemanfaatan kedua adalah pemanfaatan media di luar kelas. Pola

kedua ini memperkuat posisi media sebagai sumber belajar. Pola pemanfaatan

media di luar kelas menurut Sadiman (2006: 209) dapat dibedakan dalam tiga

kelompok, yakni kelompok yang terkontrol, tidak terkontrol (bebas), dan jumlah

sasarannya.

23

Pertama, pemanfaatan media secara terkontrol, yakni media itu digunakan

dalam suatu rangkaian kegiatan yang diatur secara sistematik untuk mencapai

tujuan tertentu, seperti pemanfaatannya di dalam kelas dan pada program

pendidikan jarak jauh. Hasil belajar melalui pemanfaatan media secara terkontrol

ini biasanya dievaluasi secara teratur dengan alat evaluasi yang terukur.

Kedua, pemanfaatan media secara bebas (tidak terkontrol), yakni

pemanfaatannya tanpa ada kontrol atau pengawasan, seperti media-media yang

dimanfaatkan masyarakat secara luas dengan cara membeli. Masyarakat itu

sendirilah yang menentukan tujuan pemanfaatannya, yakni dengan menyesuaikan

dengan kebutuhan masing-masing, seperti pemanfaatan kaset belajar bahasa

Inggris, video interaktif tentang Belajar Membaca Al-Qur’an, dan lain-lain.

Ketiga, pemanfaatan media dilihat dari jumlah penggunaannya, yakni

secara perorangan, kelompok, dan massal. Pemanfaatan media secara perorangan

biasanya dilengkapi dengan petunjuk penggunaannya, sehingga pengguna dapat

memanfaatkannya secara mandiri, seperti modul.

Di sekolah dasar, media pembelajaran di arahkan agar siswa dapat

memahami pesan atau informasi yang disampaikan. Sesuai dengan gambar

kerucut pengalaman Edgar, menunjukkan bahwa siswa belajar dari pengalman

langsung yang dialami siswa, kemudian melalui benda tiruan siswa mengasimilasi

berbagai informasi yang telah diperoleh pada pengalaman sebelumnya dengan

benda tiruan dari guru. Berbagai kegiatan yang dilakukan untuk mengoperasikan

benda-benda tersebut secara bertahap mengarahkan siswa pada informasi atau

pengetahuan baru yang belum diketahui atau dialami siswa. Karena itu, media

sebagai sarana belajar sangat mendukung tercapainya tujuan yang ingin dicapai.

24

Pemanfaatan media pembelajaran di sekolah dasar tidak hanya

membutuhkan pengetahuan tentang karakteristik siswa, melainkan juga harus

sesuai dengan kebutuhan di kelas. Sadiman (2006:198-200) mengemukakan

langkah-langkah sederhana yang perlu diperhatikan dalam memanfaatkan media

agar efektif dan dan efisien.

a. Persiapan sebelum menggunakan media

Guru perlu membuat persiapan agar penggunaan media dapat berjalan

dengan baik. Pertama-tama pelajari buku petunjuk penggunaan media jika ada.

Apabila pada petunjuk itu kita disarankan untuk membaca buku atau bahan belajar

lain yang sesuai dengan tujuan yang akan dicapai, seyogyanya hal tersebut

dilakukan. Peralatan yang diperlukan untuk menggunakan media perlu disiapkan

sebelumnya sehingga saat menggunakannya siswa atau guru tidak akan terganggu

oleh hal-hal yang akan mengurangi kelancaran penggunaan media itu. Tujuan

yang akan dicapai dalam pemanfaatan media perlu dibicarakan dengan siswa,

supaya perhatian dan pikiran terarah ke hal yang sama. Peralatan media perlu

ditempatkan dengan baik sehingga siswa dapat melihat atau mendengar

programnya dengan baik. Terutama apabila media itu digunakan secara

bekelompok. Sedapat mungkin semua anggota kelompok dapat memperoleh

kesempatan yang sama dalam mendengarkan dan atau melihat program media itu.

b. Kegiatan selama menggunakan media

Pembelajaran dengan menggunakan media memerlukan suasana belajar

yang kondusif. Gangguan-gangguan yang dapat menganggu perhatian dan

konsentrasi harus dihindarkan. Guru sebaiknya mengenalkan dan menjelaskan

25

langkah-langkah penggunaan media kepada siswa. Media dapat diorganisasikan

secara perorangan maupun kelompok sesuai dengan jenis dan kebutuhan siswa.

c. Kegiatan tindak lanjut

Kegiatan tindak lanjut adalah untuk menjajaki apakah tujuan telah tercapai

dan memantapkan pemahaman terhadap materi instruksional yang disampaikan

melalui media bersangkutan. Soal tes yang disediakan sebaiknya segera

dikerjakan oleh siswa sebelum mereka lupa isi program media itu. Apabila siswa

masih banyak kekurangan, sebaiknya sajian program media bersangkutan diulangi

lagi.

5. Jenis Media Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar

Media pembelajaran dalam penggunaannya harus relevan dengan

kompetensi yang ingin dicapai dan isi pembelajaran itu sendiri. Menurut Heinich

dan Molenda (dalam Supriatna, 2009) terdapat enam jenis media pembelajaran di sekolah

dasar, yaitu:

a. Teks. Merupakan elemen dasar dalam menyampaikan suatu informasi yang

mempunyai berbagai jenis dan bentuk tulisan yang berupaya memberi daya

tarik dalam penyampaian informasi.

b. Media audio. Membantu menyampaikan maklumat dengan lebih berkesan dan

membantu meningkatkan daya tarikan terhadap sesuatu persembahan. Jenis

audio termasuk suara latar, musik, atau rekaman suara, dan lainnya.

c. Media visual. Media yang dapat memberikan rangsangan-rangsangan visual

seperti gambar/photo, sketsa, diagram, bagan, grafik, kartun, poster, dan papan

bulletin.

d. Media proyeksi gerak. Termasuk di dalamnya film gerak, film gelang, program

tv, video kaset (CD, VCD, atau DVD).

26

e. Benda-benda tiruan/miniatur. Termasuk di dalamnya benda-benda tiga dimensi

yang dapat disentuh dan diraba oleh siswa. Media ini dibuat untuk mengatasi

keterbatasan baik obyek maupun situasi sehingga proses pembelajaran tetap

berjalan dengan baik.

f. Manusia. Termasuk di dalamnya guru, siswa, atau pakar/ahli di bidang/materi

tertentu.

Berdasarkan jenis media yang telah dipaparkan di atas, media yang dikembangkan

pada penelitian ini berupa benda-benda tiruan atau miniatur yang menyerupai

suatu objek dari lingkungan sekitar. Objek tersebut dapat berupa hewan,

tumbuhan, atau peralatan. Karena itu, pengembangan media berupa benda

difokuskan pada benda-benda yang biasa dilihat oleh siswa yaitu pohon. Pohon

tersebut didesain sesuai dengan kebutuhan belajar matematika pada materi

mengurutkan bilangan. Media ini berbentuk papan tempel benda-benda tiruan

seperti daun dan burung agar pembelajaran menjadi lebih menantang dan

menyenangkan. Seperti pendapat Muhsetyo (2010:52) yang menyatakan bahwa

jenis media matematika yang dapat digunakan salah satunya adalah papan tempel

yang berupa permainan matematika, pola-pola khusus matematika, dan tebakan

matematika.

D. Media Pembelajaran Matematika Pohon Bilangan

Matematika merupakan pembelajaran ilmu abstrak yang memiliki pola dan

aturan tertentu untuk menyelesaikan masalah-masalah matematis. Matematika

diberikan kepada siswa pada semua tingkat kelas di sekolah dasar, tetapi tahap

perkembangan siswa masih belum dapat mencapai tahap abstrak dengan cepat.

Karena itu, dalam mempelajari matematika memerlukan media yang tepat untuk

27

membantu siswa mempelajari matematika. Hal tersebut sesuai dengan pendapat

Muhsetyo (2010:50) yang menyatakan bahwa dalam pembelajaran matematika

SD, agar bahan pembelajaran yang disampaikan menjadi lebih mudah dipahami

oleh siswa, diperlukan alat bantu belajar berupa media.

Media yang digunakan pada pembelajaran matematika hendaknya dapat

langsung dengan mudah digunakan siswa agar konsep matematika yang diberikan

dapat terserap oleh siswa tahap demi tahap. Media matematika di sekolah dasar

sebaiknya mampu merangsang siswa untuk senang balajar. Selain itu, media dapat

mendemonstrasika materi mengurutkan bilangan, sehingga guru memberikan

gambaran yang lebih jelas kepada siswa tentang materi yang dipelajari. Hal

tersebut sesuai dengan pendapat Sadiman (2006:84) menyebutkan beberapa

penyebab orang memilih media antara lain adalah: a) bermaksud

mendemonstrasikannya seperti halnya pada mata kuliah tentang media, b) merasa

sudah akrab dengan media tersebut, c) ingin memberikan gambaran atau

penjelasan yang lebih konkret, d) merasa bahwa media dapat berbuat lebih dari

yang bisa dilakukannya, misalnya untuk menarik minat atau gairah belajar siswa.

Selain itu, media juga disesuaikan dengan tahap perkembangan belajar

matematika. Menurut Piaget (dalam Pitadjeng, 2006:5-6) mengemukakan tentang

hukum kekekalan materi pada siswa kelas II Sekolah dasar memasuki usia antara

7-9 tahun. Pada usia ini, siswa sudah memahami tentang kekekalan materi atau zat

akan mengatakan bahwa materi atau zat akan tetap sama banyaknya meskipun

diubah bentuk atau dipindah tempatnya.

Media pohon bilangan didesain sesuai dengan perkembangan siswa

tersebut. Sesuai dengan materinya, media ini memanfaatkan kemampuan siswa

28

tersebut untuk memahami konsep bilangan, terutama materi mengurutkan

bilangan. Siswa membandingkan berbagai bilangan dan memindahkan atau

mengurutkan sesuai dengan besar atau nilai bilangannya. Berikut spesifikasi

bagian dari media pohon bilangan dan langakah penggunaannya.

1. Bagian-bagian media pohon bilangan

a. Papan lipat

Bagian papan lipat ini terbuat dari triplek berguna sebagai tempat untuk

mengurutkan bilangan yang terdiri dari dua bagian yang memiliki ukuran yang

sama dengan panjang 70 cm dan lebar 35 cm. Dua papan tersebut disatukan

dengan dua buah engsel yang berada di tengah papan sehingga papan dapat

dilipat. Papan ini terdapat gambar pohon tanpa daun yang dihiasi dengan latar

pemandangan yang sederhana. Gambar pohon tersebut didesain tepat di tengah

papan sehingga terlihat simetris dengan lipatan papan. Berikut ilustrasi papan

lipat.

Gambar 2.2 Papan Media Pohon Bilangan

29

Gambar di atas adalah papan lipat yang terdapat tiga bagian yaitu (1) garis

lipatan yang terdapat engsel sebagai penghubung papan kanan dan kiri. (2) titik

atau lingkaran kecil yang banyak dalam berbagai warna. Titik tersebut terbuat dari

seng agar dapat ditempel dengan magnet untuk melatih siswa belajar mengurutkan

bilangan. Titik-titik tersebut didesain dengan warna yang berbeda agar siswa

dapat berlatih mengurutkan bilangan sesuai dengan instruksi guru berdasarkan

warna. Jumlah titik tersebut 60 buah. (3) gambar pohon yang di warnai dengan cat

warna coklat. Berikut bentuk papan saat dilipat.

Gambar 2.3 Papan Media Pohon Bilangan saat Dilipat

30

Papan media pohon bilangan ini juga dilengkapi dengan gagang untuk

memudahkan pengguna memegang, sehingga papan media dapat dibawa kemana

saja dengan mudah.

b. Buah Pohon Bilangan

Bagian ini terbuat dari kertas stiker dan kertas karton. Bagian ini juga

dilengkapi dengan magnet neodimium agar dapat ditempel pada titik tengah atau

lingakran kecil, seperti gambar di bawah ini.

Gambar 2.4 Buah Pohon Bilangan

Buah pohon bilangan terbuat dari karton terbal yang berbentuk lingkaran dengan

dimeter 6,5 cm. Buah ini diberikan stiker berwarna merah yang terdapat angka di

bagian tengahnya. Angka-angka pada buah magnet disesuaikan dengan materi

mengurutkan bilangan sampai 500. Karena itu, angka-angka tersebut dibuat urut,

misalnya angka 115, 116, 117, 118, dan 119. Setiap urutan angka terdiri dari 5

buah pohon bilangan. Pada media ini, buah pohon bilangan dibuat 25 buah.

Berikut contoh ilustrasi penggunaannya.

31

Gambar 2.5 Ilustrasi Penggunaan Media Pohon Bilangan

2. Langkah Penggunaan Media Pembelajaran Pohon Bilangan

1. Langkah Awal sebelum penggunaan media pada pembelajaran:

a. Bukalah papan

b. Jepitlah bagian tengah tepi papan dengan penjepit atas dan bawah

c. Ikatlah libang pada ujung media agar dapat digantung di tembok.

d. Tulislah berbagai angka sesuai dengan kebutuhan secara berurutan pada

pin magnet.

e. Ikatlah dengan karet pin magnet yang sudah ditulisi dengan angka secara

berurutan (5 buah/ikatan)

f. Jelaskan kepada siswa bagian-bagian perlengkapan media secara singkat.

2. Pelaksanaan dan aplikasi pada pembelajaran:

a. Jelaskan dan berikan contoh cara menggunakan media pohon bilangan

pada siswa.

b. Tawarkan atau tunjuklah siswa untuk mencoba mengurutkan bilangan

pada papan dengan pin magnet.

32

c. Jika ada siswa yang bersedia, berikan satu ikatan pin magnet dan mintalah

kembali ke bangku untuk berpikir menentukan urutan bilangan yang

benar.

d. Jika siswa sudah selesai mengurutkan bilangan, maka berikan instruksi

kepada siswa tersebut untuk menempelkan pin magnet pada titik warna

tertentu (misalnya: kuning)

e. Bahaslah secara klasikal hasil mengurutkan bilangan yang telah dilakukan

sisswa tersebut.

f. Lakukan berulang dengan siswa yang lain.

3. Langkah setelah penggunaan media pada pembelajaran:

a. Ambilah setiap pin magnet yang sudah digunakan dan letakkan pada

tempat tersendiri atau kotak.

b. Ambilah penjepit yang berada pada tengah tepi atas dan bawah.

c. Turunkan papan yang digantung sebelumnya.

d. Lipatlah papan dengan meletakkan tali penggantung di dalam lipatan

papan.

E. Kerangka Pikir

Berdasarkan uraian tentang masalah dan media pembelajaran di sekolah

dasar, di bawah ini disajikan kerangka berpikir untuk menunjukkan hubungan

antar variabel.

33

Gambar 2.6 Kerangka Pikir Pengembangan Pohon Bilangan

Pembelajaran dilakukan oleh guru kurang berfariasi karena hanya

menggunakan metode konvensional yaitu tanya jawab, ceramah, dan penugasan.

Selain itu, pembelajaran matematika di kelas II sekolah dasar juga dilakukan

tanpa menggunakan alat peraga yang menrik bagi siswa, sehingga siswa lebih

banyak duduk di tempat daripada melakukan berbagai aktivitas belajar

matematika secara aktif. Karena itu, siswa tampak bosan dengan pembelajaran

yang dilaksanakan dan akhirnya melakukan hal-hal di luar pembelajaran seperti

bermain dan ngobrol dengan teman sebangku. Setelah selesai tes akhir

pembelajaran, lebih dari 50% tidak sesuai dengan target yang ingin dicapai.

Perlu penanganan terhadap masalah yang ada di kelas, tetapi perlu analisa

yang tepat terutama karakteristik siswa dalam belajar. Selain itu juga pola berpikir

terhadap pelajaran matematika yang bersifat abstrak. Desain media berupa alat

- Guru mengajar menggunakan metode konvensional

- Tidak ada alat bantu belajar matematika

- Siswa terlihat bosan dan melakukan aktivitas lain di luar pelajaran

- Hasil belajar yang tidak maksimal

- Karakteristik siswa

- Media berupa alat peraga manipulatif

- Perencanaan penggunaan dan aktivitas

- Siswa termotivasi

- Kegiatan belajar yang aktif

Hasil belajar yang sesuai dengan tujuan belajar

34

peraga yang sesuai dengan perkembangan siswa sangat dibutuhkan agar

pembelajaran dapat berjalan dengan baik. Manipulasi benda-benda tiruan yang

menyerupai objek di lingkungan sekitar seperti tanaman atau pepohonan

diharapkan dapat meningkatkan motivasi siswa dalam belajar matematika pada

materi mengurutkan bilangan. Pengembangan media berupa alat peraga ini

diharapkan dapat memberikan pengaruh terhadap kondisi psikis siswa sehingga

pembelajaran dapat berjalan dengan aktif. Dengan demikian hasil belajar yang

diinginkan dapat tercapai dengan maksimal.