bab ii tinjauan pustaka 2.1 penggabungan...

31
19 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penggabungan Usaha 2.1.1 Pengertian Penggabungan Usaha Penggabungan usaha (business combination) secara umum adalah penyatuan dua atau lebih perusahaan yang terpisah menjadi satu entitas ekonomi karena satu perusahaan menyatu dengan perusahaan lain atau memperoleh kendali atas aktiva dan operasi perusahaan lain. Penggabungan usaha dapat berupa pembelian saham suatu perusahaan oleh perusahaan lain, atau pembelian aktiva neto suatu perusahaan (Foster :1986). Sedangkan menurut IFRS (International Financial Reporting Standart No.3 : 2008) Penggabungan usaha (business combination) adalah transaksi atau kejadian lainnya, yang dalam trasaksi atau kejadian itu, entitas pengakuisisi (acquirer) memperoleh kendali (control) atas satu usaha atau lebih. 2.1.2 Jenis Penggabungan Usaha a. Merger Dalam peraturan pemerintah nomor 27 tahun 1998 tentang Penggabungan, Peleburan dan Pengambilalihan Perseroan Terbatas

Upload: doankien

Post on 18-Sep-2018

222 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penggabungan Usahadigilib.polban.ac.id/.../jbptppolban-gdl-wulandarim-4701-3-bab2--9.pdf · pengakuan dan aktualisasi diri. b. Ambisi Pemilik Adanya ambisi

19

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penggabungan Usaha

2.1.1 Pengertian Penggabungan Usaha

Penggabungan usaha (business combination) secara umum adalah

penyatuan dua atau lebih perusahaan yang terpisah menjadi satu entitas ekonomi

karena satu perusahaan menyatu dengan perusahaan lain atau memperoleh kendali

atas aktiva dan operasi perusahaan lain. Penggabungan usaha dapat berupa

pembelian saham suatu perusahaan oleh perusahaan lain, atau pembelian aktiva

neto suatu perusahaan (Foster :1986). Sedangkan menurut IFRS (International

Financial Reporting Standart No.3 : 2008) Penggabungan usaha (business

combination) adalah transaksi atau kejadian lainnya, yang dalam trasaksi atau

kejadian itu, entitas pengakuisisi (acquirer) memperoleh kendali (control) atas

satu usaha atau lebih.

2.1.2 Jenis Penggabungan Usaha

a. Merger

Dalam peraturan pemerintah nomor 27 tahun 1998 tentang

Penggabungan, Peleburan dan Pengambilalihan Perseroan Terbatas

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penggabungan Usahadigilib.polban.ac.id/.../jbptppolban-gdl-wulandarim-4701-3-bab2--9.pdf · pengakuan dan aktualisasi diri. b. Ambisi Pemilik Adanya ambisi

20

menjelaskan bahwa merger atau penggabungan adalah perbuatan hukum

yang dilakukan oleh satu perseroan, atau lebih untuk menggabungkan diri

dengan perseroan lain yang telah ada dan selanjutnya perseroan yang

menggabungkan diri menjadi bubar.

b. Akuisisi

Dalam peraturan pemerintah nomor 27 tahun 1998 tentang

Penggabungan, Peleburan dan Pengambilalihan Perseroan Terbatas

menjelaskan bahwa Akuisisi atau pengambilalihan adalah perbuatan

hukum yang dilakukan oleh badan hukum atau orang perseorangan untuk

mengambilalih baik seluruh ataupun sebagian besar saham perseroan yang

dapat mengakibatkan beralihnya pengendalian terhadap perseroan tersebut.

c. Konsolidasi

Konsolidasi adalah penggabungan usaha antara 2 perusahaan atau

lebih dimana untuk meneruskan kegiatan usaha gabungan dibentuk

perusahaan baru dan semua perusahaan yang bergabung menghentikan

kegiatannya.

2.1.3 Motif Penggabungan Usaha

Terdapat dua motif yang mendorong sebuah perusahaan melaukan merger

dan akuisisi yaitu motif ekonomi dan motif non ekonomi (Moin : 2003). Motif

ekonomi berkaitan dengan esensi tujuan perusahaan yaitu meningkatkan nilai

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penggabungan Usahadigilib.polban.ac.id/.../jbptppolban-gdl-wulandarim-4701-3-bab2--9.pdf · pengakuan dan aktualisasi diri. b. Ambisi Pemilik Adanya ambisi

21

perusahaan atau memaksimumkan kemakmuran pemegang saham. Sedangkan,

motif non ekonomi adalah motif yang bukan didasarkan pada esensi tujuan

perusahaan tersebut, tetapi didasarkan pada keinginan subjektif atau ambisi

pribadi pemilik atau manajemen perusahaan.

1. Motif Ekonomi

Esensi dari tujuan perusahaan, jika ditinjau dari perspektif manajemen

keuangan adalah seberapa besar perusahaan mampu menciptakan nilai

(value creation) bagi perusahaan dan bagi pemegang saham. Merger dan

akuisisi memiliki motif ekonomi yang tujuan jangka panjangnya adalah

mencapai peningkatan nilai tersebut. Maka, seluruh aktivitas dan

keputusan yang diambil oleh perusahaan harus diarahkan mencapai tujuan

ini.

Implementasi program yang dilakukan oleh perusahaan harus melalui

langkah-langkah konkrit seperti melalui efisiensi produksi, peningkatan

penjualan, pemberdayaan dan peningkatan produktivitas sumber daya

manusia. Disamping itu dalam motif ekonomi merger dan akuisisi yang

lain diantaranya (Moin : 2004) :

a. Mengurangi waktu, biaya dan risiko kegagalan memasuki pasar baru.

b. Mengakses reputasi teknologi, produk dan merk dagang.

c. Memperoleh individu-individu sumber daya manusia yang

professional.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penggabungan Usahadigilib.polban.ac.id/.../jbptppolban-gdl-wulandarim-4701-3-bab2--9.pdf · pengakuan dan aktualisasi diri. b. Ambisi Pemilik Adanya ambisi

22

d. Membangun kekuatan pasar.

e. Memperluas pangsa pasar.

f. Mengurangi persaingan.

g. Mendiversifikasi lini produk.

h. Mempercepat pertumbuhan.

i. Menstabilkan cash flow dan keuntungan.

2. Motif Sinergi

Sinergi yang besar dan kuat merupakan salah satu alasan utama

bagi para pembeli untuk bersedia membeli dengan harga yang lebih tinggi,

melebihi nilai yang sebenarnya dari perusahaan yang diminati. Sinergi

mengacu pada reaksi yang ditimbulkan ketika dua perusahaan

digabungkan untuk menghasilkan efek yang jauh lebih baik bagi kedua

entity yang bersangkutan dari pada masing-masing perusahaan melakukan

kegiatan operasinya secara independen. Fenomena ini sering digambarkan

sebagai 2+2 = 5. Didalam konteks merger, hal ini diterjemahkan sebagai

kemampuan dari dua atau lebih perusahaan yang digabungkan untuk

menghasilkan keuntungan lebih besar dibandingkan jika perusahaan

tersebut beroperasi secara independen (Patrick A. Gaughan : 1999).

Bentuk-bentuk sinergi disajikan berikut ini (Brgiham : 2001) :

a. Sinergi Operasi

Sinergi operasi (operating synergy) terjadi ketika perusahaan hasil

kombinasi mencapai efisiensi biaya. Efisiensi ini dicapai dengan cara

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penggabungan Usahadigilib.polban.ac.id/.../jbptppolban-gdl-wulandarim-4701-3-bab2--9.pdf · pengakuan dan aktualisasi diri. b. Ambisi Pemilik Adanya ambisi

23

pemanfaatan secara optimal sumber daya perusahaan. Sehingga

dengan adanya merger ataupun akuisisi yang dilakukan perusahaan

maka diharapkan perusahaan dapat memasarkan produksinya hingga

kapasitas penuh, dimana yang sebelumnya masih idle akan dapat

dioptimalkan untuk mendukung permintaan pasar. Disini terjadi

efisiensi karena pemanfaatan kapasitas produksi yang semula masih

menganggur.

b. Sinergi Finansial

Sinergi finansial (Financial Synergy) dihasilkan ketika perusahaan

hasil merger memiliki struktur modal yang kuat dan mampu

mengakses sumber-sumber dana dari luar secara lebih mudah dan

murah sedemikian rupa sehingga biaya modal perusahaan semaki

menurun. Struktur permodalan yang kuat akan menjamin

berlangsungnya aktivitas operasi perusahaan tanpa menghadapi

kesulitan likuiditas. Akses yang semakin mudah terhadap sumber-

sumber dana dimungkinkan ketika perusahaan memiliki ukuran yang

semakin besar. Perusahaan memiliki struktur permodalan yang kuat

dan size yang besar akan diberi kepercayaan yang positif oleh publik.

Kondisi seperti ini akan memberikan dampak positif bagi perusahaan

karena makin meningkatnya kepercayaan pihak lain seperti lembaga-

lembaga keuangan sehingga mereka bersedia meminjamkan dana.

Perusahaan yang memiliki kepercayaan dari publik seperti itu memiliki

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penggabungan Usahadigilib.polban.ac.id/.../jbptppolban-gdl-wulandarim-4701-3-bab2--9.pdf · pengakuan dan aktualisasi diri. b. Ambisi Pemilik Adanya ambisi

24

risiko kebangkrutan yang lebih kecil daripada yang tidak memiliki

kepercayaan publik.

c. Sinergi Manajerial

Sinergi manajerial (managerial synergi) dihasilkan ketika terjadi

transfer kapabilitas manejerial dan skill dari perusahaan yang satu

perusahaan lain atau ketika secara bersama-sama mampu

memanfaatkan kapasitas know-how yang mereka miliki. Transfer

kapabilitas terutama sekali terjadi sebuah perusahaan yang memiliki

kinerja manajerial yang kurang bagus. Perusahaan yang superior dalam

suatu industri seringkali memiliki sumberdaya manajemen yang lebih

bagus dibanding perusahaan yang lain di industri yang sama.

Perusahaan yang belum memiliki manjerial yang bagus perlu

pembelajaran internal (internal learning) melalui merger dengan

perusahaan lain apabila ingin memiliki keunggulan manajerial.

d. Sinergi Teknologi

Sinergi teknologi bisa dicapai dengan memadukan keunggulan teknik

sehingga saling memetik manfaat. Sinergi teknologi dapat terjadi

misalnya pada departemen riset dan pengembangan, departemen disain

dan engineering, proses manufakturing, departemen desain dan

engineering dan teknologi informasi.

e. Sinergi Pemasaran

Perusahaan yang melakukan merger akan memperoleh manfaat dari

semakin luas dan terbukanya produk, bertambahnya lini produk yang

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penggabungan Usahadigilib.polban.ac.id/.../jbptppolban-gdl-wulandarim-4701-3-bab2--9.pdf · pengakuan dan aktualisasi diri. b. Ambisi Pemilik Adanya ambisi

25

dipasarkan, dan semakin banyak produk yang dipasarkan, dan semakin

banyak konsumen yang bisa dijangkau.

3. Motif Diversifikasi

Diversifikasi adalah strategi pemberagaman bisnis yang bisa dilakukan

melalui merger dan akuisisi. Diversifikasi dimaksud untuk mendukung

aktivitas bisnis dan operasi perusahaan untuk mengamankan posisi

bersaing. Akan tetapi jika melakukan diversifikasi yang semakin jauh dari

bisnis semula, maka perusahaan tidak lagi berada pada koridor yang

mendukung kompetensi ini (core competence). Disamping memberikan

manfaat seperti transfer teknologi dan pengalokasian modal, diversifikasi

juga membawa kerugian yaitu adanya subsidi silang.

4. Motif Strategis

Motif strategis juga termasuk motif ekonomi ketika aktivitas

penggabungan usaha diarahkan untuk mencapai posisi strategis

perusahaan agar memberikan keunggulan kompetitif dalam industri.

Penggabungan usaha juga memiliki motif strategis jika dilakukan untuk

mengendalikan perusahaan lain. Pengendalian ini bisa dilakukan oleh

sebuah perusahaan dengan mengakuisisi supplier untuk menjamin suplai

input.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penggabungan Usahadigilib.polban.ac.id/.../jbptppolban-gdl-wulandarim-4701-3-bab2--9.pdf · pengakuan dan aktualisasi diri. b. Ambisi Pemilik Adanya ambisi

26

5. Motif Politis

Motif politis seringkali dilakukan oleh pemerintah untuk memaksa

perusahaan BUMN atau swasta agar melakukan merger dan akuisisi.

Muatan politis ini diambil untuk kepentingan masyarakat umum atau

ekonomi secara makro. Alasan pemerintah memerger bank-bank yang

berada di bawah Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN) adalah

untuk menhindari likuidasi dan merupakan langkah politis untuk

menyelamatkan perbankan nasional. Melalui merger diharapkan bank-

bank tersebut mampu beroperasi secara maksimal karena akan memiliki

struktur permodalan yang kuat dan selanjutnya bisa meningkatkan kinerja

bank.

6. Motif Non-Ekonomi

Aktivitas merger dan akuisisi terkadang dilakukan bukan untuk

kepentingan ekonomi saja tetapi juga untuk kepentingan yang bersifat

non-ekonomi, seperti prestise dan ambisi. Motif non-ekonomi bisa berasal

dari manajemen perusahaan atau pemilik perusahaan.

a. Motif Hubris Hypothesis

Hipotesis ini menyatakan bahwa merger dan akuisisi semata-mata

didorong oleh motif “ketamakan” dan kepentingan pribadi para

eksekutif perusahaan. Alasannya adalah menginginkan ukuran

perusahaan yang lebih besar. Dengan semakin besarnya perusahaan

maka semakin besar kompensasi yang akan diterima. Kompensasi

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penggabungan Usahadigilib.polban.ac.id/.../jbptppolban-gdl-wulandarim-4701-3-bab2--9.pdf · pengakuan dan aktualisasi diri. b. Ambisi Pemilik Adanya ambisi

27

yang akan diterima bukan hanya berupa materi namun juga berupa

pengakuan dan aktualisasi diri.

b. Ambisi Pemilik

Adanya ambisi dari pemilik perusahaan untuk mengusai berbagai

sektor bisnis. Menjadikan aktivitas merger dan akuisisi sebagai strategi

perusahaan untuk menguasai perusahaan-perusahaan yang ada untuk

membangun “kerajaan bisnis”. Hal ini biasanya terjadi dimana pemilik

perusahaan memiliki kendali pengambilan keputusan perusahaan.

2.1.4 Manfaat dan Risiko Penggabungan Usaha

2.1.3.1 Manfaat Penggabungan Usaha

Beberapa manfaat yang mungkin dihasilkan dari proses merger dan

akuisisi (David : 1998) :

Bagi perusahaan pengakuisisi dan yang diakuisisi :

a. Meningkatkan efisiensi melalui sinergi yang tercipta diantara

perusahaan yang dimerger atau diakuisisi.

Bagi perusahaan pengakuisisi :

a. Memperluas portofolio jasa maupun produk yang ditawarkan yang

akan berakibat pada bertambahnya sumber pendapatan bagi

perusahaan pengakuisisi.

b. Memperkuat daya saing perusahaan.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penggabungan Usahadigilib.polban.ac.id/.../jbptppolban-gdl-wulandarim-4701-3-bab2--9.pdf · pengakuan dan aktualisasi diri. b. Ambisi Pemilik Adanya ambisi

28

2.1.3.2 Resiko Penggabungan Usaha

Selain itu, ada beberapa kemungkinan risiko yang akan muncul sebagai

hasil dari merger dan akuisisi (David : 1998) :

Bagi perusahaan pengakuisisi dan yang diakuisisi :

a. Perbedaan budaya (corporate culture), sistem dan prosedur yang

diterapkan dimasing-masing perusahaan selama ini akan memerlukan

penyesuaian dengan waktu yang relatif lama.

Bagi perusahaan pengakuisisi :

a. Beban operasional, terutama dalam jangka pendek, akan semakin

meningkat sebagai akibat dari proses penggabungan usaha.

2.2 Akuisisi

2.2.1 Pengertian Akuisisi

Akuisisi adalah suatu penggabungan usaha dimana salah satu

perusahaan, yaitu pengakuisisi memperoleh kendali atas aktiva netto dan

operasi perusahaan yang diakuisisi, dengan memberikan aktiva tertentu,

mengakui suatu kewajiban atau dengan mengeluarkan saham (Standar

Akuntansi Keuangan No. 22).

Menurut Prof. Felix Oentoeng Soebagjo, akuisisi itu pada dasarnya

berbeda dengan merger dan juga berbeda dengan konsolidasi (peleburan).

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penggabungan Usahadigilib.polban.ac.id/.../jbptppolban-gdl-wulandarim-4701-3-bab2--9.pdf · pengakuan dan aktualisasi diri. b. Ambisi Pemilik Adanya ambisi

29

Jika yang dilakukan adalah akuisisi perusahaan, maka baik pihak yang

melakukan akuisisi maupun pihak yang diakuisisi tetap eksis. Pihak yang

melakukan akuisisi tersebut akan menjadi pengendali dari pihak yang akan

diakuisisi. Perbedaannya dengan merger adalah bahwa pada suatu merger

yang dilakukan secara penuh dan tuntas, akan menjadikan salah satu

diantara pihak-pihak yang akan melakukan merger menjadi surviving

company, sedangkan pihak-pihak lainnya merupakan disappearing

company. Di lain pihak, jika para pihak memilih melakukan konsolidasi,

maka yang akan menjadi surviving company adalah perusahaan yang baru

yang didirikan oleh para pihak sedangkan perusahaan yang menjadi

peserta peleburan menjadi pendiri dari perusahaan disappearing company.

2.2.2 Jenis-Jenis Akuisisi

Munir Fuadi (2008) mengklasifikasikan jenis-jenis akuisisi sebagai

berikut:

a. Akuisisi Horizontal

Akuisisi horizontal adalah akuisisi di antara suatu perusahaan atau

seseorang dengan 1 (satu) atau lebih perusahaan lain dimana kedua

perusahaan tersebut mempunyai bidang bisnis yang sama atau serupa.

b. Akuisisi Vertikal

Akuisisi vertikal adalah akuisisi di antara suatu perusahaan atau seseorang

dengan 1 (satu) atau lebih perusahaan lain dimana antara 2 (dua)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penggabungan Usahadigilib.polban.ac.id/.../jbptppolban-gdl-wulandarim-4701-3-bab2--9.pdf · pengakuan dan aktualisasi diri. b. Ambisi Pemilik Adanya ambisi

30

perusahaan tersebut masih dalam 1 (satu) mata rantai produksi, yakni

antara perusahaan hulu dengan hilir.

c. Akuisisi Kon Generik

Akuisisi Kon generik adalah akuisisi di antara suatu perusahaan atau

seseorang dengan 1 (satu) atau lebih perusahaan lain di mana kedua

perusahaan tersebut saling berhubungan, tetapi bukan terhadap produk

yang sama seperti pada akuisisi horizontal dan bukan pula antara

perusahaan hulu dengan hilir seperti dalam akuisisi vertikal.

d. Akuisisi Konglomerat

Akuisisi konglomerat adalah akuisisi di antara 2 (dua) atau lebih

perusahaan yang bisnisnys sama sekali tidak terkait, baik secara vertikal

ataupun secara horizontal.

e. Akuisisi Eksternal

Akuisisi eksternal merupakan akuisisi yang terjadi antara 2 (dua) atau

lebih perusahaan dari kelompok perusahaan yang berbeda.

f. Akuisisi Internal

Akuisisi internal merupakan akuisisi yang terjadi antara 2 (dua) atau lebih

perusahaan dalam kelompok perusahaan yang sama.

g. Akuisisi Saham

Akuisisi saham adalah akuisisi yang terjadi antara 2 (dua) atau lebih

perusahaan di mana yang diakuisisi adalah sebagian besar atau seluruh

saham dari perusahaan target, baik saham baru yang dikeluarkan oleh

perusahaan mauun pembelian saham langsung dari pemegang saham.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penggabungan Usahadigilib.polban.ac.id/.../jbptppolban-gdl-wulandarim-4701-3-bab2--9.pdf · pengakuan dan aktualisasi diri. b. Ambisi Pemilik Adanya ambisi

31

h. Akuisisi Assets

Akusisi assets adalah akuisisi yang terjadi antara 2 (dua) atau lebih

perusahaan di mana yang diakuisisi/dibeli adalah sebagian besar atau

seluruh aset dari perusahaan target.

i. Akuisisi Kegiatan Usaha

Akuisisi kegiatan usaha merupakan akuisisi yang terjadi antara 2 (dua)

atau lebih perusahaan di mana yang diakuisisi dari perusahaan target

adalah hanya kegiatan usahanya, termasuk jaringan bisnis, alat produksi,

hak milik intelektual dan lain-lain.

j. Freezeouts

Freezeouts adalah akuisisi yang terjadi antara 2 (dua) atau lebih

perusahaan, di mana setelah pihak pengakuisisi menguasai dan

mengendalikan perusahaan target, pihak pemegang saham minoritas

dipaksa ke luar dari perusahaan target tersebut, dengan menggunakan

berbagai teknik yang dimungkinkan oleh hukum. Misalnya, dengan cara

menjual seluruh aset perusahaan target kepada perusahaan lain dalam 1

(satu) grup, kemudian perusahaan target dilikuidasi sehingga pemegang

saham minoritas terpaksa ke luar dari perusahaan target tersebut.

k. Squeezeouts

Squeezeouts mirip dengan freezeouts. Akan tetapi, dengan squeezeouts

pihak pemegang saham minoritas tidak dikeluarkan secara paksa, tetapi

dibuat sedemikian rupa sehingga pemegang saham minoritas tersebut tidak

betah lagi di perusahaan target dan akhirnya ke luar sendiri. Misalnya,

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penggabungan Usahadigilib.polban.ac.id/.../jbptppolban-gdl-wulandarim-4701-3-bab2--9.pdf · pengakuan dan aktualisasi diri. b. Ambisi Pemilik Adanya ambisi

32

dilakukan dengan jalan membuat pembukuan perusahaan target tidak

pernah untung sama sekali.

l. Akuisisi Strategis

Akuisisi strategis ini merupakan akuisisi di antara 2 (dua) atau lebih

perusahaan dengan motif untuk meningkatkan produktivitas perusahaan

target. Dengan akuisisi ini diharapkan agar dapat meningkatkan sinergi

usaha, mengurangi risiko, memperluas pangsa pasar dan sebagaimana.

m. Akuisisi Finansial

Akuisisi finansial ini merupakan akuisisi di antara 2 (dua) atau lebih

perusahaan dengan motif untuk mendapatkan keuntungan finansial

semata-mata dalam waktu sesingkat-singkatnya. Akuisisi seperti ini sangat

bersifat spekulatif, dengan keuntungan yang diharapkan lewat pembelian

saham.

n. LBO

LBO adalah suatu variasi dari akuisisi atau take over, yang dilakukan

dengan teknik-teknik dan tujuan tertentu. Tujuan dilakukannya LBO

adalah dengan membeli suatu perusahaan target, perusahaan target tersebut

dipermak dan dibenahi, untuk kemudian setelah perusahaan target menjadi

bagus. Perusahaan target tersebut dijual kembali kepada pihak lain, di

mana pihak penjual akan mendapatkan keuntungan finansial karenanya.

Karena itu, sering kali yang dibeli adalah perusahaan target yang sakit,

tetapi dapat disembuhkan, untuk kemudian setelah sembuh, perusahaan

tersebut dijual kepada pihak ketiga.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penggabungan Usahadigilib.polban.ac.id/.../jbptppolban-gdl-wulandarim-4701-3-bab2--9.pdf · pengakuan dan aktualisasi diri. b. Ambisi Pemilik Adanya ambisi

33

o. MBO

Transaksi MBO juga pada prinsipnya menggunakan teknik-teknik LBO.

Hanya saja, dalam deal-deal MBO, pihak manajemen suatu perusahaan

yang terlibat dalam melakukan transaksi atau membeli saham-saham dari

perusahaan yang dipimpinny, atau perusahaan dalam 1 (satu) grup dengan

perusahaan yang dipimpinnya.

Klasifikasi berdasarkan objek yang diakuisis dibedakan atas

akuisisi saham dan akuisis asset, yaitu :

a. Akuisisi Saham

Istilah akuisisi digunakan untuk menggambarkan suatu transaksi jual

beli perusahaan, dan transaksi tersebut mengakibatkan beralihnya

kepemilikan perusahaan dari penjual kepada pembeli. Karena

perusahaan didirikan atas saham-saham, maka akuisisi terjadi ketika

pemilik saham menjual saham-saham mereka kepada

pembeli/pengakuisisi. Akuisisi saham merupakan salah satu bentuk

akuisisi yang paling umum ditemui dalam hampir setiap kegiatan

akuisisi. Akuisisi tersebut dapat dilakukan dengan cara membeli

seluruh atau sebagian saham-saham yang dikeluarkan oleh perseroan

maupun dengan atau tanpa melakukan penyetoran atau sebagian

maupun seluruh saham yang belum dan akan dikeluarkan perseroan

yang mengakibatkan penguasaan mayoritas atas saham perseroan oleh

perusahaan yang melakukan akuisisi tersebut, yang akan membawa ke

arah penguasaan manajemen dan jalannya perseroan.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penggabungan Usahadigilib.polban.ac.id/.../jbptppolban-gdl-wulandarim-4701-3-bab2--9.pdf · pengakuan dan aktualisasi diri. b. Ambisi Pemilik Adanya ambisi

34

b. Akuisisi Aset

Apabila sebuah perusahaan bermaksud memiliki perusahaan lain maka

ia dapat membeli sebagian atau seluruh aktiva atau aset perusahaan

lain tersebut. Jika pembelian tersebut hanya sebagian dari aktiva

perusahaan maka hal ini dinamakan akuisisi parsial.

2.2.3 Faktor-Faktor yang mempengaruhi keberhasilan Akuisisi

(Pringle dan Harris : 1987) dalam bukunya Esentials of

Managerial Finance memandang bahwa kinerja keuangan pada

perusahaan hasil merger merupakan faktor penting yang harus

dipertimbangkan ketika dua perusahaan atau lebih akan bergabung.

(Neil M. Kay : 1997) dalam bukunya Pattern in Corporate

Evolution, mengungkapkan bahwa merger dan akuisisi akan berlangsung

sukses apabila diantara perusahaan yang akan bergabung memiliki market

link dan technological link.

1. Faktor Pasar dan Pemasaran

(Neil Kay : 1997) perusahaan dapat berhasil dalam melakukan merger dan

akuisisi apabila terdapat kesamaan atau komlementaritas dalam hal pasar

yang disebutnya sebagai market linkages. Salah satu hasil yang diharapkan

dari merger dan akuisisi adalah sinergi yang dihasilkan oleh meningkatnya

akses perusahaan ke pasar baru yang selama ini tidak tersentuh. Sumber-

sumber potensial yang dalam hal ini menggabungkan kesempatan pasar

dengan saling berbagai pasar yang ditekuni masing-masing selama ini

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penggabungan Usahadigilib.polban.ac.id/.../jbptppolban-gdl-wulandarim-4701-3-bab2--9.pdf · pengakuan dan aktualisasi diri. b. Ambisi Pemilik Adanya ambisi

35

(cross marketing). Dengan lini produk yang lebih luas, setiap perusahaan

dapat menjual lebih banyak produk kepada pelanggannya dari yang selama

ini telah dilakukannya.

2. Faktor Teknologi

(Neil Kay : 1997), perusahaan dapat melakukan merger dan akuisisi

apabila terdapat kesamaan atau komplementaritas dalam hal sumber daya

teknologi dan produksi yang disebutnya sebagai technological linkages.

Technological linkages ini dapat meliputi penggabungan proses produksi

karena proses yang sama seperti halnya yang terjadi pada merger

horizontal. Proses pengembangan produk juga dapat menjadi sarana

terjadinya sinergi teknologi informai dalam satu organisasi. Ketika

teknologi yang digunakan sama maka potensi sinergi dapat diciptakan.

Dengan melakukan proses merger dan akuisisi secara sehat dan sukarela,

potensi sinergi akan menghasilkan skala dan ruang lingkup ekonomi yang

bermanfaat. Teknologi dapat juga didefinisikan sebagai kemampuan

produksi dan inovasi yang dimiliki oleh perusahaan yang tercermin dari

kualifikasi sumber daya manusia, skill dan keahlian yang mereka miliki,

jenis produk yang mereka tawarkan serta peralatan barang modal yang

mereka gunakan.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penggabungan Usahadigilib.polban.ac.id/.../jbptppolban-gdl-wulandarim-4701-3-bab2--9.pdf · pengakuan dan aktualisasi diri. b. Ambisi Pemilik Adanya ambisi

36

3. Faktor Budaya Organisasi

Budaya organisasi merupakan salah satu aspek non ekonomis yang sangat

penting untuk dipertimbangkan ketika dua perusahaan atau lebih

melakukan merger dan akuisisi. Dalam banyak kasus merger dan akuisisi

diberbagai perusahaan, masalah budaya seringkali menjadi masalah yang

sangat krusial. Latar belakang budaya yang sangat berbeda diantara

karyawan dapat menyebabkan karyawa enggan untuk melakukan

kerjasama, masing-masing berusaha melakukan sesuatu berdasarkan cara

metode yang selama ini telah mereka lakukan diperusahaan lama mereka,

untuk bisa beradaptasi seringkali membutuhkan waktu yang lama. Budaya

organisasi adalah suatu persepsi bersama yang dianut anggota-anggota

organisasi tersebut (Robins : 2000). Perbedaan budaya ini dapat

menyebabkan konflik. Akibatnya kerja sama tidak mudah terbangun,

sinergi tidak tercipta, akhirnya produktivitas perusahaan hasil merger dan

akuisisi juga menjadi lebih buruk dari sebelumnya. Perbedaan budaya

organisasi dapat diselesaikan, namun hal tersebut membutuhkan waktu

dan kemampuan mengelola perubahan yang baik.

4. Faktor Keuangan

Dari sisi finansial, sinergi ini bermakna kemampuan menghasilkan laba

perusahaan hasil merger dan akuisisi yang lebih besar dari kemampuan

laba masing-masing perusahaan sebelum merger dan akuisisi. Sinergi ini

yang menjadi syarat awal terjadinya sebuah merger. Sinergi ini kemudian

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penggabungan Usahadigilib.polban.ac.id/.../jbptppolban-gdl-wulandarim-4701-3-bab2--9.pdf · pengakuan dan aktualisasi diri. b. Ambisi Pemilik Adanya ambisi

37

memungkinkan perusahaan hasil merger dan akuisisi dapat membiayai

proses merger dan akuisisi serta mampu memberikan dividen yang

premium kepada pemilik modal perusahaan. Efek sinergi dari sebuah

merger dan akuisisi bersumber pada dua aktivitas yaitu sinergi dalam hal

operasional dan sinergi dalam hal finansial. Dalam prakteknya, usaha

peningkatan pendapatan ini lebih sulit dibanding usaha mengurangi biaya

produksi. Hal ini karena biaya produksi lebih kasat mata dan terukur

sehingga lebih mudah diidentifikasi. Sementara sinergi dalam hal finansial

berhubungan dengan kemungkinan lebih rendahnya biaya memperoleh

modal bagi perusahaan hasil merger dan akuisisi dibanding biaya bagi

perusahaan sebelum merger dan akuisisi.

2.2.4 Langkah-Langkah Akuisisi

Langkah-langkah yang harus harus dilakukan oleh perusahaan sebelum,

dalam, maupun setelah proses merger (Estanol : 2004) :

1. Pre-Merger

Merupakan keadaan sebelum merger dimana dalam tahap ini, tugas dari

seluruh jajaran direksi maupun manajemen kedua atau lebih perusahaan

untuk mengumpulkan informasi yang kompeten dan signifikan untuk

kepentingan proses merger perusahaan-perusahaan tersebut.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penggabungan Usahadigilib.polban.ac.id/.../jbptppolban-gdl-wulandarim-4701-3-bab2--9.pdf · pengakuan dan aktualisasi diri. b. Ambisi Pemilik Adanya ambisi

38

2. Merger Stage

Pada saat perusahaan-perusahaan tersebut memutuskan untuk melakukan

merger, hal yang harus dilakukan oleh mereka untuk pertama kalinya

dalam tahapan ini adalah menyesuaikan diri dan saling mengintegrasikan

diri dengan partner mereka agar dapat berjalan sesuai dengan partner

mereka.

3. Post-Merger

Pada tahapan ini terdapat beberapa langkah yang harus dilakukan oleh

perusahaan.

a. Melakukan restrukturisasi, dimana dalam merger sering terjadinya

dualism kepemimpinan yang akan membawa pengaruh buruk dalalm

organisasi.

b. Membangun suatu kultur baru dimana kultur atau budaya baru

perusahaan atau dapat juga merupakan budaya yang sama sekali baru

bagi perusahaan.

c. Melancarkan transisi, dimana yang harus dilakukan adalah dengan

membangun suatu kerjasama, berupa tim gabungan ataupun kerjasama

mutual.

Sedangkan tahapan proses akuisisi (Ronnie H. Rusli : 1992) diantaranya :

1. Ijin dari pemegang saham antara kedua perusahaan.

2. Proses negosiasi yang panjang dan mengikutsertakan akuntan,

penasehat hukun dan investment banker.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penggabungan Usahadigilib.polban.ac.id/.../jbptppolban-gdl-wulandarim-4701-3-bab2--9.pdf · pengakuan dan aktualisasi diri. b. Ambisi Pemilik Adanya ambisi

39

3. Melakukan pembelian saham yang ada ditangan publik, baik investor

minoritas maupun individu.

4. Kewajiban atau hutang dari perusahaan target secara otomatis menjadi

kewajiban perusahaan yang mengambil alih.

5. Peleburan sistem manajemen ke dalam manajemen baru, setelah itu

maka perusahaan baru yang mengambil alih.

6. Proses perijinan mungkin akan lebih kompleks bila kedua perusahaan

tersebut merupakan perusahaan publik.

7. Dana yang dibutuhkan akan semakin besar jumlahnya karena

pembelian saham akan bersifat pelelangan dengan tendering.

2.3 Analisis Kinerja Keuangan

2.3.1 Pengertian Kinerja Keuangan

Pengukuran kinerja merupakan analisis data serta pengendalian

bagi perusahaan. Pengukuran kinerja digunakan perusahaan untuk

melakukan perbaikan diatas kegiatan operasionalnya agar dapat bersaing

dengan perusahaan lain. Pengukuran kinerja didefinisikan sebagai

performing measurement adalah kualifikasi dan efisiensi perusahaan atau

segmen atau keefektifan dalam pengoperasian bisnis selama periode

akuntansi. Dengan demikian perngertian kinerja adalah suatu usaha formal

yang dilaksanakan perusahaan untuk mengevaluasi efisien dan efektivitas

dari aktivitas perusahaan yang telah dilaksanakan pada periode waktu

tertentu (Hanafi : 2003).

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penggabungan Usahadigilib.polban.ac.id/.../jbptppolban-gdl-wulandarim-4701-3-bab2--9.pdf · pengakuan dan aktualisasi diri. b. Ambisi Pemilik Adanya ambisi

40

Perubahan-perubahan yang terjadi setelah perusahaan melakukan

penggabungan usaha biasanya adalah pada kinerja perusahaan dan

penampilan perusahaan yang praktis membesar dan meningkat. Kondisi

dan posisi perusahaan mengalami perubahan, dan hal ini tercermin dalam

pelaporan keuangan perusahaan. Ada 2 macam kinerja, yakni kinerja

operasional dan kinerja keuangan. Kinerja operasional lebih ditekankan

pada kepentingan internal perusahaan seperti kinerja cabang/divisi yang

diukkur dengan kecepatan dan kedisiplinan. Sedangkan kinerja keuangan

lebih kepada evaluasi laporan keuangan perusahaan pada waktu dan

jangka tertentu.

Analisis kinerja keuangan pada penelitian ini bertujuan untuk

menilai implementasi strategi perusahaan dalam hal merger dan akuisisi.

Kinerja keuangan merupakan prestasi yang dicapai perusahaan dalam

suatu periode tertentu yang mencerminkan tingkat kesehatan perusahaan

tersebut (Sutrisno : 2009).

2.3.2 Analisis Rasio Keuangan

Analisis rasio keuangan merupakan metode umum yang digunakan

untuk mengukur kinerja perusahaan di bidang keuangan. Rasio merupakan

alat yang memperbandingkan suatu hal dengan hal lainnya sehingga dapat

menunjukkan hubungan atau korelasi dari suatu laporan finansial berupa

neraca dan laporan laba rugi. Rasio-rasio dikelompokkan ke dalam lima

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penggabungan Usahadigilib.polban.ac.id/.../jbptppolban-gdl-wulandarim-4701-3-bab2--9.pdf · pengakuan dan aktualisasi diri. b. Ambisi Pemilik Adanya ambisi

41

dasar, yaitu likuiditas, leverage (solvabilitas), aktivitas, profitabilitas, dan

penilaian pasar. Berikut uraian kelima rasio tersebut.

2.3.2.1 Rasio Likuiditas

Likuiditas merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan

perusahaan dalam memenuhi kewajiban (utang) jangka pendek. Artinya

apabila perusahaan ditagih, perusahaan akan mampu untuk memenuhi

utang tersebut terutama utang yang sudah jatuh tempo (Kashmir : 2008).

Jenis –jenis rasio likuiditas yang dapat digunakan perusahaan untuk

mengukur kemampuan, yaitu :

a. Rasio Lancar (Current Ratio)

Rasio lancar merupakan rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan

dalam membayar kewajiban jangka pendek atau utang yang segera jatuh

tempo pada saat ditagih secara keseluruhan. Dengan kata lain, seberapa

besar aktiva lancar yang tersedia untuk menutupi kewajiban jangka pendek

yang segera jatuh tempo. Perhitungan rasio lancar dilakukan dengan cara

membandingkan antara total aktiva lancar dengan total utang lancar.

Current Ratio =

b. Quick Ratio

Quick Ratio merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan

dalam memenuhi atau membayar kewajiban atau utang lancar (utang

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penggabungan Usahadigilib.polban.ac.id/.../jbptppolban-gdl-wulandarim-4701-3-bab2--9.pdf · pengakuan dan aktualisasi diri. b. Ambisi Pemilik Adanya ambisi

42

jangka pendek) dengan aktiva lancar tanpa memperhitungakan nilai

persediaan (inventory). Hal ini dilakukan karena persediaan dianggap

memerlukan waktu relatif lebih lama untuk diuangkan, apabila perusahaan

membutuhkan dana cepat untuk membayar kewajibannya dibandingkan

dengan aktiva lancar lainnya. Rasio ini diukur dari total aktiva lancar,

kemudian dikurangi dengan nilai persediaan.

Quick Ratio (Acid Test Ratio) =

c. Rasio Kas (Cash Ratio)

Rasio kas atau cash ratio merupakan alat yang digunakan untuk mengukur

seberapa besar uang kas yang tersedia untuk membayar utang. Jika piutang

usaha dinilai akan sulit tertagih (macet) dan persediaan dinilai akan lama

terjual, komponen aktiva yang benar-benar siap dicairkan hanyalah kas

dan surat berharga jangka pendek yang setara kas yang siap digunakan

apabila ada kewajiban yang segera harus dibayar. Rumus Cash Ratio

adalah :

Cash Ratio=

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penggabungan Usahadigilib.polban.ac.id/.../jbptppolban-gdl-wulandarim-4701-3-bab2--9.pdf · pengakuan dan aktualisasi diri. b. Ambisi Pemilik Adanya ambisi

43

2.3.2.2 Rasio Solvabilitas

Rasio solvabilitas atau leverage ratio merupakan rasio yang

digunakan untuk mengukur sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai utang.

Artinya berapa besar beban utang yang ditanggung perusahaan

dibandingkan dengan aktivanya. Dalam arti luas dikatakan bahwa rasio

solvabilitas digunakan untuk mengukur kemampuan untuk membayar

seluruh kewajibannya, baik jangka pendek maupun jangka panjang apabila

perusahaan dibubarkan (dilikuidasi).

Beberapa rasio solvabilitas yang sering digunakan diantaranya :

a. Debt to Asset Ratio (DAR)

DAR merupakan rasio utang yang digunakan untuk mengukur

perbandingan antara total utang dengan total aktiva. Dengan kata lain,

seberapa besar aktiva perusahaan dibiayai oleh utang atau seberapa besar

utang perusahaan berpengaruh terhadap pengelolaan aktiva. Rumusan

untuk mencari DAR dapat digunakan sebagai berikut :

Debt to Asset Ratio (DAR) =

b. Debt to Equity Ratio (DER)

DER merupakan rasio yang digunakan untuk menilai utang dengan

ekuitas. Rasio ini dicari dengan cara membandingkan antara seluruh utang,

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penggabungan Usahadigilib.polban.ac.id/.../jbptppolban-gdl-wulandarim-4701-3-bab2--9.pdf · pengakuan dan aktualisasi diri. b. Ambisi Pemilik Adanya ambisi

44

termasuk utang lancar dengan seluruh ekuitas. Rumusan untuk mencari

DER dapat digunakan sebagai berikut :

Debt to Equity Ratio (DER)=

c. Time Interest Earned (TIE)

Time Interest Earned disebut juga rasio penutupan (Coverage Ratio),

mengukur kemampuan pemenuhan kewajiban bunga tahunan dengan laba

operasi (EBIT), sejauh mana laba operasi boleh turun tanpa menyebabkan

kegagalan dalam pemenuhan kewajiban membayar bunga pinjaman.

Rumus TIE adalah :

Time Interest Earned (TIE)=

d. Fixed Charge Coverage (FCC)

Fixed Charge Coverage atau lingkup biaya tetap merupakan rasio yang

menyerupai Time Interest Earned. Hanya saja perbedaannya adalah rasio

ini dilakukan apabila perusahaan memperoleh utang jangka panjang atau

menyewa aktiva berdasarkan kontrak sewa (lease contract). Rumus untuk

mencari Fixed Charge Coverage (FCC) adalah sebagai berikut :

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penggabungan Usahadigilib.polban.ac.id/.../jbptppolban-gdl-wulandarim-4701-3-bab2--9.pdf · pengakuan dan aktualisasi diri. b. Ambisi Pemilik Adanya ambisi

45

Fixed Charge Coverage (FCC)=

2.3.2.3 Rasio Profitabilitas

Rasio profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan

perusahaan dalam mencari keuntungan. Rasio ini juga memberikan ukuran

tingkat efektivitas manajemen suatu perusahaan. Hal ini ditunjukkan oleh

laba yang dihasilkan dari penjualan dan pendapatan investasi. Intinya

penggunaan rasio ini menunjukkan efisiensi perusahaan. Jenis-jenis rasio

profitabilitas yang dapat digunakan adalah :

a. Profit Margin (Profit Margin on Sales)

Rasio profit margin atau margin laba atas penjualan merupakan salah satu

rasio yang digunakan untuk mengukur margin laba atas penjualan. Cara

pengukuran rasio ini adalah dengan membandingkan laba bersih setelah

pajak dengan penjualan bersih. Terdapat dua rumus untuk mencari profit

margin, yaitu sebagai berikut :

1. Untuk margin laba kotor dengan rumus :

Profit Margin =

Margin laba kotor menunjukkan laba yang relatif terhadap perusahaan,

dengan cara penjualan bersih dikurangi harga pokok penjualan.

2. Untuk margin laba bersih denga rumus :

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penggabungan Usahadigilib.polban.ac.id/.../jbptppolban-gdl-wulandarim-4701-3-bab2--9.pdf · pengakuan dan aktualisasi diri. b. Ambisi Pemilik Adanya ambisi

46

Net Profit Margin =

b. Return On Investment (ROI)

Hasil pengembalian investasi atau lebih dikenal dengan nama

Return On Investment (ROI) atau Return on Total Assets merupakan rasio

yang menunjukkan hasil (return) atas jumlah aktiva yang digunakan dalam

perusahaan. ROI juga merupakan suatu ukuran tentang ekeftivitas

manajemen dalam mengelola investasinya.

Hasil pengembalian investasi menunjukkan produktivitas dari

seluruh dana perusahaan, baik modal pinjaman maupun modal sendiri.

Semakin kecil (rendah) rasio ini, semakin kurang baik, demikian pula

sebaliknya. Artinya rasio ini digunakan untuk mengukur efektivitas dari

keseluruhan operasi perusahaan. Rumus untuk mencri Return on

Investment dapat digunakan sebagai berikut :

Return On Investment (ROI) =

c. Return on Equity (ROE)

Return on Equity atau rentabilitas modal sendiri merupakan rasio untuk

mengukur laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri. Rasio ini

menunjukkan efisiensi penggunaan modal sendiri. Semakin tinggi rasio

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penggabungan Usahadigilib.polban.ac.id/.../jbptppolban-gdl-wulandarim-4701-3-bab2--9.pdf · pengakuan dan aktualisasi diri. b. Ambisi Pemilik Adanya ambisi

47

ini, semakin baik. Artinya posisi pemilik perusahaan semakin kuat,

demikian pula sebaliknya. Rumus untuk mencari Return on Equity (ROE)

dapat digunakan sebagai berikut :

Return on Equity (ROE) =

2.3.2.4 Rasio Aktivitas

Rasio aktivitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur

efektivitas perusahaan dalam menggunakan aktiva yang dimilikinya. Atau

dapat pula dikatakan rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi

(efektivitas) pemanfaatan sumber daya perusahaan. Efisiensi yang

dilakukan misalnya di bidang penjualan, persediaan, penagihan piutang

dan efisiensi di bidang lainnya. Beberapa jenis-jenis rasio aktivitas

diantaranya :

a. Perputaran Piutang (Receivable Turn Over)

Perputaran piutang merupakan rasio yang digunakan untuk

mengukur berapa lama penagihan piutang selama satu periode atau berapa

kali dana yang ditanam dalam piutang ini berputar dalam satu periode.

Semakin tinggi rasio menunjukkan bahwa modal kerja yang ditanamkan

dalam piutang semakin rendah dan kondisi perusahaan semakin baik.

Rumusan untuk mencari Perputaran Piutang (Receivable Turn Over) yaitu:

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 30: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penggabungan Usahadigilib.polban.ac.id/.../jbptppolban-gdl-wulandarim-4701-3-bab2--9.pdf · pengakuan dan aktualisasi diri. b. Ambisi Pemilik Adanya ambisi

48

Perputaran Piutang (Receivable Turn Over)=

x 365

b. Perputaran Persediaan (Inventory Turn Over)

Perputaran persediaan merupakan rasio yang digunakan untuk

mengukur berapa kali dana yang ditanam dalam persediaan (inventory) ini

berputar dalam suatu periode. Rasio ini merupakan indikasi yang populer

untuk menilai efisiensi operasional, yang memperlihatkan seberapa

baiknya manajemen mengontrol modal yang ada pada persediaan.

Rumusan untuk mencari Inventory Turn Over yaitu :

Perputaran Persediaan (Inventory Turn Over)=

x 365

c. Perputaran Modal Kerja (Working Capital TurnOver)

Rasio ini merupakan salah satu rasio untuk mengukur atau menilai

keefektifan modal kerja perusahaan selama periode tertentu. Rasio ini

menunjukkan banyaknya penjualan (dalam rupiah) yang dapat diperoleh

perusahaan untuk tiap rupiah modal kerja. Rumus yang digunakan untuk

mencari perputaran modal kerja yaitu :

Perputaran Modal Kerja (Working Capital TurnOver)=

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 31: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penggabungan Usahadigilib.polban.ac.id/.../jbptppolban-gdl-wulandarim-4701-3-bab2--9.pdf · pengakuan dan aktualisasi diri. b. Ambisi Pemilik Adanya ambisi

49

d. Total Assets Turn Over (TATO)

Total Assets Turn Over merupakan rasio yang digunakan untuk

mengukur perputaran semua aktiva yang dimiliki perusahaan dan

mengukur berapa jumlah penjualan yang diperoleh dari tiap rupiah aktiva.

Total Assets Turn Over (TATO)=

e. Fixed Assets Turn Over

Fixed Assets Turn Over merupakan rasio yang digunakan untuk

mengukur berapa kali dana yang ditanamkan dalam aktiva tetap berputar

dalam satu periode. Atau dengan kata lain, untuk mengukur apakah

perusahaan sudah menggunakan kapasitas aktiva tetap sepenuhnya atau

belum. Untuk mencari rasio ini, caranya adalah membandingkan antara

penjualan bersih dengan aktiva tetap dalam suatu periode. Rumus untuk

mencari Fixed Assets Turn Over yaitu :

Fixed Assets Turn Over=