bab ii landasan teori - perpustakaan digital...
TRANSCRIPT
BAB II
LANDASAN TEORI
5
BAB II LANDASAN TEORI
2.1 SEKAM PADI
Sekam padi adalah hasil dari penggilingan padi. Sekam padi merupakan lapisan
keras yang membungkus kariopsis butir gabah, sekam terdiri dari dua belahan yang disebut
lemma dan palea yang saling bertautan. Pada proses penggilingan gabah, sekam akan
terpisah dari butir beras dan menjadi bahan sisa atau limbah penggilingan. Dari proses
penggilingan gabah akan dihasilkan 16,3% - 28% sekam (Balai Penelitian Pascapanen
Pertanian, 2001). Sekam dikategorikan sebagai biomassa yang dapat digunakan untuk
berbagai kebutuhan seperti bahan baku industri, pakan ternak, dan pupuk tanaman.
Ditinjau dari komposisi kimiawinya, sekam mengandung beberapa unsur penting
seperti terlihat pada tabel 2.1 Dengan komposisi kandungan kimia tersebut, sekam dapat
dimanfaatkan untuk bahan baku industri kimia terutama kandungan zat kimia furfural,
bahan baku industri bahan bangunan terutama kandungan silika (SiO2) yang dapat
digunakan untuk campuran pada pembuatan semen portland, bahan isolasi, husk-board dan
campuran pada industri bata merah sebagai sumber energi panas karena kadar selulosanya
cukup tinggi sehingga dapat memberikan pembakaran yang merata dan stabil.
Sekam memiliki kerapatan jenis (bulk density) 125 kg/m3, dengan nilai kalori 3.300
kkal/kg (Van Ruiten, 1981) dan konduktivitas panas 0,068 kkal (houston, 1972).
2.2. SERBUK GERGAJI
Serbuk gergaji merupakan limbah dari proses pengolahan kayu. Serbuk gergaji ini
belum termanfaatkan secara optimal padahal sangat berguna untuk dijadikan bahan bakar
hemat energi dan alternatif.
Nilai kalor dari serbuk gergaji itu sendiri berbeda beda sesuai jenis dan kadar
airnya. Rata rata serbuk gergaji mempunyai nilai kalori antara 3000 sampai dengan 6000
kkal/kg. Kerapatan jenis dan konduktivitas panasnya berada pada 125 kg/m3
dan 0,059
W/M oC. Sumber (J.P. Holman,1993:6-10)
6
2.3. GASIFIKASI
Gasifikasi merupakan suatu teknologi proses yang mengubah bahan padat
menjadi gas. Bahan padat ini seperti biomassa dan batu bara juga termasuk didalamnya.
Gas gas yang dimaksud adalah gas yang keluar dari proses gasifikasi. Adapun gas gas yang
keluar pada umumnya berbentuk CO, CO2, CH4 dan H2. Gasifikasi berbeda dengan
pirolisis dan pembakaran biasa. Ketiganya dibedakan berdasarkan perbandingan udara dan
bahan bakarnya (AFR). Jika jumlah udara dibagi bahan bakarnya sama dengan 0 maka
proses ini disebut pirolisis. Jika AFR yang dihasilkan selama proses operasi lebih dari 1,5
maka ini disebut pembakaran biasa, adapun apabila nilai perbandingan udara dan bahan
bakarnya lebih dari nol dan kurang dari 1,5 maka proses inilah yang disebut gasifikasi.
Tabel 2.1 Komposisi kimiawi sekam. Tabel 2.2 Kalor jenis serbuk gergaji
Sumber: Balai Penelitian Pascapanen Pertanian
Gambar 2.1 Sekam padi Gambar 2.2 Penggilingan sekam padi
7
Tabel 2.3 serbuk gergaji
2.2 TUNGKU
2.2.1 Pengertian Tungku
Tungku adalah suatu alat yang dapat menghasilkan kalor, kalor tersebut dapat
disalurkan pada peralatan lain yang memerlukanya. Menurut hukum kekekalan energi
bahwa energi tidak dapat diciptakan ataupun dimusnahkan, melainkan energi dapat
berubah bentuk dari suatu bentuk energi satu kebentuk energi lainya.
2.2.2 Klasifikasi Tungku
Tungku dapat dibagi menjadi dua jenis berdasarkan metoda pembangkitan panasnya
yaitu tungku pembakaran yang menggunakan bahan bakar dan tungku listrik yang
menggunakan listrik. Tungku pembakaran dapat dikalsifikasikan atau digolongkan menjadi
beberapa bagian seperti ditunjukkan dalam tabel 2.3 yaitu jenis bahan bakar yang
digunakan, cara pemuatan bahan baku, cara perpindahan panas dan cara pemanfaatan
kembali limbah panasnya. Dalam prakteknya tidak mungkin menggunakan penggolongan
ini sebab tungku dapat menggunakan berbagai jenis bahan bakar dan cara pemuatan bahan
ke tungku yang berbeda.
8
Tabel 2.3 Klasifikasi tungku
Metode klasifikasi Jenis dan contoh
Jenis bahan bakar yang digunakan
Dibakar dengan minyak
Dibakar dengan gas
Dibakar dengan batubara
Dibakar dengan biomassa
Cara pengisian bahan
Berselang (intermittent)/ Batch
Berkala
Penempaan
Penggulungan ulang/ re-rolling (batch/pusher)
Pot
Kontinyu
Pusher
Balok berjalan
Perapian berjalan
Tungku bogie dengan sirkulasi ulang kontinyu
Tungku perapian berputar/ rotary hearth furnace
Cara perpindahan panas Radiasi (tempat perapian terbuka)
Konveksi (pemanasan melalui media)
Cara pemanfaatan kembali limbah panas Rekuperatif
Regeneratif
Sumber: United Nations Environment Programme, 2006
2.2.3 Tungku Sekam Padi
Tungku sekam padi yaitu alat masak yang menggunakan bahan bakar berupa suatu
bio massa dari penggilingan padi yaitu sekam. Perancangan tungku sekam padi yang ada di
dunia hanya sedikit, salah satu negara yang mengembangkan tungku sekam padi ini adalah
Filipina. Indonesia juga mengembangkan tungku sekam padi yang tepatnya di daerah
Karawang, tungku ini dinamakan Kompor Sekam Segar Karawang (KOMSEKAR) yang
merupakan hasil penelitian instalasi penelitian Karawang yang mulai dikembangkan pada
tahun 1990 (Rachmat et.al, 1991) dengan nama tungku sekam untuk rumah tangga
diperlihatkan pada gambar 2.4. Kompor sekam tersebut pernah disosialisasikan kepada
para petani di daerah pengrajin makanan tradisional (opak) di Desa Cibuaya Kabupaten
Karawang dan bahkan telah dikirimkan satu unit ke IRRI Los Banos. Namun pada saat itu
kurang mendapat respon karena pada waktu tersebut harga minyak tanah masih sangat
terjangkau. Instalasi Laboratorium Pascapanen Karawang mengembangkan lebih lanjut
desain kompor sekam tersebut pada tabel 2.4 merupakan hasil pengujian dan perbandingan
9
kompor sekam dengan bahan bakar lain dan pada tabel 2.5 merupakan perbandingan biaya
mendidihkan 6 liter air dengan berbagai bahan bakar.
Tabel 2.4 Hasil uji pemanasan dengan kompor sekam
Sumber: Balai Penelitian Pascapanen Pertanian
Tabel 2.5 Perbandingan biaya mendidihkan 6 liter air dengan berbagai bahan bakar
Bahan bakar Waktu (menit) bahan Biaya (Rp)
Gas (elpiji) 11 0,3 kg 1500
Minyak tanah 25 150 ml 1000
Sekam & serbuk
gergaji
30 1 kg 200
Harga gas 15.000/3 kg
Harga minyak tanah 7000/ liter
Sumber: Balai Penelitian Pascapanen Pertanian
Gambar 2.4 Kompor Sekam Segar Karawang (KOMSEKAR)
10
Gambar 2.5 DA-IRRI Rice Husk
Gasifier Stove
Gambar 2.6 Gambar skematis DA-IRRI Rice
Husk Gasifier Stove
2.2.3.1 Jenis-Jenis Tungku Sekam Padi
1. DA-IRRI Rice Husk Gasifier Stove
DA-IRRI rice husk gasifier stove dapat dilihat pada gambar 2.5 dan
2.6, alat ini telah dikembangkan pada tahun 1986. Pembuatan alat ini
dikolaborasi dengan peralatan kebun di Filipina oleh Dr. Robert Stickney
dan Engr. Vic Piamonte. Tungku ini menggunakan double-core
downdraft reaktor dimana sekam padi di bakar agar dapat menjadi gas.
Sepanjang proses, udara dari reaktor dialirkan ke pembakar/burner
dengan mengunakan suatu peniup/penghembus elektrik yang
ditempatkan antara reaktor dan pembakar/burner.
2. CPU Single-Burner Batch-Type Rice Husk Gasifier Stove
Tungku gas sekam padi jenis ini mulai di kembangkan pada tahun
1989, tungku ini dibuat sebagai pemenuhan kebutuhan memasak rumah
tangga. CPU single-burner batch-type rice husk gasifier stove di
tunjukan pada gambar 2.7 dan reaktor gas tungku di tunjukan secara
skema pada gambar 2.8. Jenis tungku ini 1 tingkat diatas DA-IRRI rice
husk gasifier stove dengan menggunakan prinsip yang sama yaitu
menggunakan suatu double-core downdraft reaktor dimana pembakaran
dimulai dari bawah reaktor. Tungku ini menggunakan pembakar/burner
dari LPG-TYPE agar pembuatannya lebih sederhana. Pengaturan jumlah
gas diatur dengan mengunakan suatu katup gerbang. Cerobong
digunakan sebagai pembuangan gas lebih yang tidak terpakai dalam
pembakaran.
11
Gambar 2.7 Cpu Single-Burner Batch-Type Rice
Husk Gasifier Stove
Gambar 2.8 Skema Cpu Single-Burner Batch-Type Rice Husk Gasifier Stove
3. CPU Proto-Type IDD/T-LUD Rice Husk Gas Stove
Model tungku ini yang ditunjukan pada gambar 2.9 dan 2.10 yang
merupakan prototipe dari tungku gas sekam padi IDD/T LUD yang
terdapat pada rice husk gas stove handbook karangan Alexis T. Belonio.
Model tungku ini berbeda dengan desain dari sri lanka, perbedaan tungku
ini terdapat pada segi desain pembakar/burner, penyekat sekam padi, dan
mekanisme pengendalian kecepatan kipas. Reaktornya memiliki diameter
dalam 15 cm dan tinggi 25 cm. Ruang saluran udara terletak di bawah
reaktor. Kipas terletak menempel pada pintu ruangan saluran udara dan
sebagai pengendali laju aliran udara dibuat satu pintu disisi belakang.
Dalam desain awalnya tungku ini memiliki kapasitas 600 gram sekam
padi, untuk itu kami memodifikasi tungku ini dengan kapasitas bahan
12
Gambar 2.10 CPU Proto-Type IDD/T-LUD Rice
Husk Gas Stove, Model 2
bakarnya menjadi lebih dari 1 kg sekam padi. Waktu yang dibutuhkan
dalam sekali pembakaran sekam padi untuk menghasilkan gas adalah 1
sampai 2 menit dan total waktu pemakaian sekam selama pembakaran
adalah 15 sampai 30 menit tergantung pada masukan udara dari kipas ke
reaktor pada saat memasak. Setelah semua sekam padi terbakar maka
menghasilkan 125 sampai 500 gram abu sekam. Selama proses tungku ini
tidak menghasilkan asap. Tungku tipe inilah yang kemudian akan dibuat.
4. CPU Cross-Flow Type Rice Husk Gasifier Stove
CPU Cross-Flow Type Rice Husk Gasifier Stove dapat dilihat pada
gambar 2.11 diciptakan setelah tungku kayu AIT. Tungku ini dirancang
untuk mengubah sekam padi menjadi gas. Penggunaan tungku ini
menggunakan motor DC 3 watt sebagai penyedia udara untuk proses
perubahan menjadi gas. Sekam padi yang berada didalam reaktor
bergerak vertikal sedangkan udara yang membakar sekam padi bergerak
horizontal. Pembakar/burner ditempatkan disebelah tungku, pembakaran
sekam padi dan memasak dilakukan disini.
Gambar 2.9 CPU Proto-Type IDD/T-LUD Rice
Husk Gas Stove, Model 1
13
2.2.3.2 Pemilihan tungku CPU Proto-Type IDD/T-LUD Rice Husk Gas Stove
CPU proto type IDD/T-LUD Rice Husk Gas Stove merupakan tipe tungku
berbahas biomassa dalam hal ni sekam padi dan serbuk gergaji. Tungku ini terdapat
pada rice husk gas stove handbook karangan Alexis T. Belonio.. Konsumsi bahan
bakar antara 0.33 sampai 0.43 kg permenit. Waktu yang di perlukan untuk
pembakaran sekam padi 1.74 sampai 2.27 cm permenit. Effisiensi panas yang
dihasilkan diperkirakan 12 sampai 20 %. Tungku ini dapat mendidihkan air dalam
waktu 9 sampai 9,5 menit dari temperatur awal 32° C sampai 100° C. tungku ini
mempunyai keunggulan dari tungku type yang lain karena lebih sederhana dan
ekonomis, sedangkan tungku type yang lain merupakan tungku dengan skala
industri.
2.2.4 Prinsip Operasi Tungku Sekam Padi
Tungku gas sekam padi prinsipnya yaitu memproduksi gas, terutama
karbonmonoksida yang dihasilkan dari pembakaran sekam padi dengan
pengkondisian udara. Sekam padi yang dibakar cukup untuk mengkonversi bahan
bakar menjadi abu, oksigen, dan gas lain yang dihasilkan sepanjang proses sehingga
dapat bereaksi dengan karbon yang terdapat pada abu yang temperaturnya lebih
tinggi, maka akan menghasilkan karbon monoksida yang mudah menyala (CO),
hidrogen (H2), dan metana (CH4). Gas lain seperti gas asam-arang (CO2) dan uap air
Gambar 2.11 CPU Cross-Flow Type Rice Husk Gasifier
Stove
14
(H2O) yang sulit menyala juga diproduksi selama proses perubahan menjadi gas.
Dengan pengendalian masukan udara dengan menggunakan kipas, jumlah udara
yang dibutuhkan untuk membakar sekam padi akan berubah menjadi gas yang
diinginkan.
Gambar 2.12 merupakan gambar prinsip kerja dari tungku sekam padi, sekam
padi dibakar didalam reaktor dengan awal penyalaan dibakar dengan menggunakan
potongan-potongan kertas. Nyala api ini akan terus membakar sekam padi 1 cm
hingga 2 cm per menit, kecepatan pembakaran tergantung pada putaran kipas.
Semakin cepat putaran kipas maka akan semakin banyak pula udara yang masuk dan
mengakibatkan sekam padi didalam reaktor cepat habis. Sisa pembakaran terbuang
kebawah dan akan menghasilkan abu karbon, abu karbon ini bercampur dengan
udara dari kipas dan masuk kembali ke dalam reaktor sehingga berubah menjadi gas.
Hasil pembakaran ini menghasilkan gas, gas yang dihasilkan pada pembakaran akan
menuju ke ruang bakar atau burner.
Ruang bakar adalah bagian terpenting dari tungku, pada ruang ini gas yang
dihasilkan dari pembakaran direaktor bercampur dengan udara alami dan terjadi
proses gasifikasi. Prinsip kerja dari ruang bakar yang dapat dilihat pada gambar 2.13
menjelaskan proses gasifikasi yang terjadi, gas diarahkan pada lubang ujung ruang
Gambar 2.12 Prinsip kerja reaktor tungku sekam padi
15
bakar/burner dan bercampur dengan udara alami yang ada pada sekeliling ruang
bakar/burner sehingga menghasilkan warna api kebiru-biruan.
2.2.5 Parameter Kinerja Tungku Sekam Padi
Pengujian kinerja dari sebuah tungku sekam padi membutuhkan parameter
agar tungku dapat diidentifikasi. Parameter-parameter berikut digunakan untuk
mengevaluasi kemampuan tungku sekam padi, parameter yang akan dipakai untuk
melihat kinerja tungku sekam padi adalah sebagai berikut:
1. Waktu penyalaan
Waktu penyalaan adalah waktu yang digunakan untuk pembakaran awal
sekam padi, waktu dimulai dari pembakaran potongan-potongan kertas
hingga sekam terbakar sempurna dan menghasilkan gas.
2. Waktu operasi
Waktu operasi adalah waktu yang digunakan mulai gas dihasilkan oleh
tungku hingga gas tidak ada lagi atau api sudah padam dan tungku sudah
tidak beroperasi.
3. Waktu operasi total
Gambar 2.14 Prinsip kerja ruang bakar /burner tungku sekam padi
16
Waktu operasi total adalah waktu yang digunakan mulai dari pembakaran
kertas hingga tungku tidak beroperasi atau sudah tidak ada gasifikasi lagi,
pada dasarnya waktu ini merupakan penjumlahan waktu penyalaan dan waktu
operasi.
4. Konsumsi bahan bakar (FCR)
Konsumsi bahan bakar (FCR) adalah jumlah dari bahan bakar yang
digunakan dalam operasi dibagi dengan waktu operasi tungku. FCR dapat
dihitung dengan menggunakan rumus berikut: (A. T. Belonio,1985)
(2.1)
5. Spesifikasi gas rata-rata (SGR)
Spesifikasi gas rata-rata (SGR) adalah beratbahan bakar yang digunakan
dibagi dengan perkalian antara luas reaktor dan waktu operasi. SGR dapat
dihitung dengan menggunakan rumus berikut: (A. T. Belonio,1985)
(2.2)
6. Waktu untuk mendidihkan air
Ini adalah waktu yang dihasilkan dari pertama panci berisi air
ditempatkan diatas burner hingga air tersebut mendidih, temperatur yang di
hasilkan dari air tersebut mendekati 100 oC.
7. Massa uap air
Massa uap air didapatkan dari pengurangan antara volume air sebelum di
masak (2 liter) dengan sisa air setelah tungku tidak beroperasi lagi.
8. Energi yang dibutuhkan untuk menaikan temperatur air (SH)
17
Ini adalah jumlah energi yang dibutuhkan untuk menaikan temperatur air,
pengukuran energi ini dilakukan dengan pengambilan data temperatur air
sebelum dan sesudah mendidih. Perhitungan energi ini dapat dihitung dengan
menggunakan rumus berikut: (A. T. Belonio,1985)
SH = Mw x Cp x (Tf – Ti) (2.3)
Di mana:
Sensible Heat (SH) = Energi yang dibutuhkan untuk menaikkan temperatur
air [kkal]
Mw = Massa jenis air [kg/liter]
Cp = Kalor jenis air (0,9993) [kkal/kg°C]
Tf = Temperatur air mendidih pada tekanan 1 atm, +/- 100°C
Ti = Temperatur air awal +/- 25°C
9. Kalor Laten (LH)
Kalor laten adalah jumlah energi panas yang digunakan untuk
menguapkan air (A. T. Belonio,1985)
LH = We x Hfg (2.4)
Di mana:
LH = Kalor laten [kkal]
We = Massa uap air [kg]
Hfg = Kalor laten air (540) [kkal/kg]
10. Efisiensi Termal (TE)
(2.5)
Di mana:
TE = Efisiensi termal [%]
SH = Energi yang dibutuhkan untuk menaikkan temperatur air [kkal]
18
LH = Kalor laten [kkal]
HVF = Kalor jenis bahan bakar [kkal/kg]
WFU = Berat bahan bakar yang digunakan [kg]
11. Energi Panas Masuk (QF)
Energi panas masuk adalah jumlah energi panas yang tersedia di bahan
bakar. Energi panas masuk dapat dihitung dengan menggunakan rumus
berikut: (A. T. Belonio,1985)
` QF= WFU x HVF (2.6)
Di mana:
QF = Energi panas bahan bakar [kkal]
WFU = Massa bahan bakar yang digunakan dalam pengoperasian [kg]
HVF = Kalor jenis bahan bakar (3300) [kkal/kg]
12. Energi input (Pi)
Ini adalah energi masukan yang digunakan untuk mengkonsumsi bahan
bakar. Berikut ini rumus yang digunakan untuk menghitung energi input: (A.
T. Belonio,1985)
Pi = FCR x HVF (2.7)
Di mana:
Pi = Energi input [kkal/jam]
FCR = Konsumsi bahan bakar [kg/jam]
HVF = Kalor jenis bahan bakar [kkal/kg]
13. Energi Output (Po)
Energi output adalah jumlah energi yang dilepaskan oleh tungku untuk
memasak. Energi output dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut:
(A. T. Belonio,1985)
Po= FCR x HVF x TE (2.8)
Di mana:
19
Po = Energi output [kkal/jam]
FCR = Konsumsi bahan bakar [kg/jam]
HVF = Kalor jenis bahan bakar [kkal/kg]
TE = Efisiensi yang berhubungan dengan panas [%]
14. Abu yang dihasilkan
Ini adalah rasio jumlah abu yang dihasilkan selama proses
pembakaran sekam padi berlangsung. Abu yang dihasilkan dapat dihitung
dengan menggunakan rumus berikut :
(2.9)
15. AFR (Air Fuel Ratio)
Merupakan perbandingan antara udara dan bahan bakarnya. Nilai
AFR ini dapat dicari dengan menggunakan rumus :
(2.10)
Di mana:
AFR = Perbandingan udara dan bahan bakar
= Perbandingan rasio [0.3 sampai 0.4]
FCR = Konsumsi bahan bakar [kg/jam]
SA = Stoichiometric udara dari sekam padi 4,5 [kkal/kg]
= Densitas udara 1.25 [kg/m3]