bab ii tinjauan pustaka 2.1. bank 2.1.1. definisi bank · perlu untuk melakukan kontrak pada hutang...

24
10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Bank 2.1.1. Definisi Bank Berdasarkan Pasal 1 Undang-Undang Perbankan, bank dapat didefinisikan sebagai badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Undang-undang No. 10 tahun 1998 juga membagi bank kedalam dua jenis, yaitu bank umum dan bank pengkreditan rakyat (BPR). Selanjutnya bank umum dan bank pengkreditan rakyat (BPR) dapat memilih untuk menjalankan usaha perbankan berdasarkan prinsip bank konvensional atau berdasarkan prinsip bank syariah (Budisantoso & Triandaru, 2006: 6). Menurut Miskhin (2004: 8), definisi dari bank dipersingkat menjadi sebuah lembaga perantara keuangan yang menerima simpanan dan memberikan pinjaman kepada masyarakat. Kuncoro dan Suhardjono (2002: 68) mendefinisikan bank umum sebagai lembaga keuangan yang usaha pokoknya adalah menghimpun dana dan menyalurkan kembali dana tersebut ke masyarakat dalam bentuk kredit serta memberikan jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran dan peredaran uang.

Upload: others

Post on 23-Oct-2019

7 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Bank 2.1.1. Definisi Bank · perlu untuk melakukan kontrak pada hutang jangka panjang. Hutang jangka panjang dapat membantu melengkapi modal perbankan

10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Bank

2.1.1. Definisi Bank

Berdasarkan Pasal 1 Undang-Undang Perbankan, bank dapat didefinisikan

sebagai badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk

simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau

bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

Undang-undang No. 10 tahun 1998 juga membagi bank kedalam dua jenis, yaitu

bank umum dan bank pengkreditan rakyat (BPR). Selanjutnya bank umum dan bank

pengkreditan rakyat (BPR) dapat memilih untuk menjalankan usaha perbankan

berdasarkan prinsip bank konvensional atau berdasarkan prinsip bank syariah

(Budisantoso & Triandaru, 2006: 6).

Menurut Miskhin (2004: 8), definisi dari bank dipersingkat menjadi sebuah

lembaga perantara keuangan yang menerima simpanan dan memberikan pinjaman

kepada masyarakat. Kuncoro dan Suhardjono (2002: 68) mendefinisikan bank

umum sebagai lembaga keuangan yang usaha pokoknya adalah menghimpun dana

dan menyalurkan kembali dana tersebut ke masyarakat dalam bentuk kredit serta

memberikan jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran dan peredaran uang.

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Bank 2.1.1. Definisi Bank · perlu untuk melakukan kontrak pada hutang jangka panjang. Hutang jangka panjang dapat membantu melengkapi modal perbankan

11

2.1.2. Fungsi Bank Umum

Menurut Latumaerissa (2011: 135-136), bank umum memiliki fungsi pokok

sebagai lembaga perantara keuangan yang bertugas menghimpun simpanan dan

memberikan pinjaman kepada masyarat. Selain fungsi pokok tersebut, bank juga

memiliki fungsi yang lain sebagai:

a. Agent of Trust

Sebagai agent of trust, bank menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan

asas kepercayaan. Aktivitas pengumpulan dana oleh bank harus didasari rasa

percaya dari masyarakat terhadap kredibilitas dan eksistensi dari masing-masing

bank. Kepercayaan menjadi sangat penting karena tanpa rasa percaya, masyarakat

tidak akan menitipkan uangnya di bank.

b. Agent of Development

Sebagai agent of development, bank berfungsi sebagai lembaga yang

menjembatani semua kegiatan ekonomi, baik kegiatan produksi barang dan jasa,

distribusi dan konsumsi, dari pelaku ekonomi dan menunjang kelancaran transaksi

ekonomi yang dilakukan.

c. Agent of Service

Sebagai agent of service, bank berfungsi sebagai penyedia layanan

keuangan selain penghimpunan dana dan pemberian pinjaman. Layanan-layanan

keuangan tersebut antara lain jasa transfer, jasa kotak pengaman (safe deposit

box), dan jasa penagihan (city clearing).

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Bank 2.1.1. Definisi Bank · perlu untuk melakukan kontrak pada hutang jangka panjang. Hutang jangka panjang dapat membantu melengkapi modal perbankan

12

2.2. Bank Size (SIZE)

Perusahaan perbankan umumnya mengelompokan aset yang dimiliki ke

dalam dua kelompok besar, yaitu aset lancar dan aset tetap. Bila kedua aset

tersebut digabungkan, maka akan menghasilkan total assets. Total assets yang

dimiliki suatu bank dapat mencerminkan harta yang dimiliki oleh suatu perusahaan

dan besarnya ukuran bank.

Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) mengatur sebuah perusahaan

dapat dikategorikan sebagai perusahaan besar atau perusahaan kecil. Berdasarkan

Pasal 1 Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal Nomor KEP-11/PM/1997,

definisi dari perusahaan menengah atau kecil adalah sebuah badan hukum yang

memiliki jumlah kekayaan (total assets) tidak lebih dari seratus miliyar rupiah.

Sebuah bank yang tergolong besar, memiliki total assets yang besar pula.

Selain memiliki cakupan total assets yg besar, bank-bank besar memiliki

ketersediaan dana yang besar, memiliki sumber daya yang cukup untuk mengelola

risiko kredit, dan memiliki sistem evaluasi keuangan yang baik (Constant & Ngomsi,

2012).

Berdasarkan pemaparan tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa bank size

adalah salah satu indikator besar atau kecilnya sebuah bank berdasarkan total

assets yang dimiliki oleh bank. sebuah bank yang besar tidak hanya memiliki total

assets yang kuat, namun juga memiliki ketersediaan dana, pengelolaan risiko kredit

dan sistem evaluasi yang baik.

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Bank 2.1.1. Definisi Bank · perlu untuk melakukan kontrak pada hutang jangka panjang. Hutang jangka panjang dapat membantu melengkapi modal perbankan

13

2.3. Capital (CAP)

Pengelolaan akan kecukupan modal merupakan hal yang sangat penting

untuk menjaga kelangsungan usaha bank. Menurut Kuncoro dan Suhardjono (2002,

544) yang termasuk dalam pos modal adalah modal yang disetorkan oleh pemilik

atau pemegang saham.

Menurut Rose (1999: 471-472), modal berperan sebagai penyedia

perlindungan dari risiko kegagalan dengan menyerap kerugian finansial dan operasi,

hingga manajemen dapat mengungkapkan masalah yang dihadapi bank dan

memulihkan profitabilitas bank. Modal juga berperan dalam meyakinkan para

kreditur bahwa bank tetap akan membayarkan hutang mereka walaupun ekonomi

sedang tidak baik.

Mishkin (2013: 277), menyebutkan perlunya sebuah bank mengelola

modalnya, yaitu pertama, modal bank mampu menanggulangi terjadinya risiko

kegagalan bank. Kedua, imbal hasil untuk para pemegang saham dipengaruhi oleh

jumlah modal bank yang tersedia. Ketiga, bank harus menyediakan modal minimum

sebagai bentuk ketaatan pada peraturan dari otoritas pengatur. Dalam mengatur

modal minimum yang harus disediakan, Bank Indonesia melalui Pasal 2 Peraturan

Bank Indonesia Nomor 14/18/PBI/2012 tentang Kewajiban Penyediaan Modal

Mnimum Bank Umum, menjelaskan bahwa penyediaan modal minimum dapat

dihitung dengan membandingkan antara modal bank dan Aset Tertimbang Menurut

Risiko (ATMR). Penyediaan modal minimum paling rendah ditetapkan sebagai

berikut: 8% dari ATMR untuk bank dengan profil risiko peringkat 1, 9% hingga

kurang dari 10% dari ATMR untuk bank dengan profil risiko peringkat 2, 10% dari

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Bank 2.1.1. Definisi Bank · perlu untuk melakukan kontrak pada hutang jangka panjang. Hutang jangka panjang dapat membantu melengkapi modal perbankan

14

ATMR untuk bank dengan profil risiko peringkat 3, dan 11% hingga 14% untuk bank

dengan profil risiko peringkat 4 dan 5.

Mangani (2009: 21) dalam bukunya menyebutkan pentingnya bank dalam

mengelola modal, antara lain menghindarkan bank dari kemungkinan kegagalan

bank, jumlah modal yang dimiliki bank dapat mempengaruhi pendapatan pemilik dan

pemegang saham, dan memenuhi batas minimum modal bank yang ditentukan oleh

Bank Indonesia.

Constant dan Ngomsi (2012), berpendapat bahwa bank dengan modal yang

besar akan menarik debitur untuk meminjam dan meningkatkan penyaluran kredit.

Modal yang dapat mempengaruhi penyaluran kredit, dihitung dengan membagi nilai

dari buku ekuitas atau shareholder equity dengan total assets yang dimiliki bank.

Dari pemaparan tersebut, dapat disimpulkan bahwa ketersediaan modal

dapat menjadi cadangan bank dalam menghadapi risiko bank dan krisis ekonomi.

Bank dengan modal yang besar dapat menarik debitur untuk meminjam dan

mempengaruhi pendapatan dari pemilik dan pemegang saham.

2.4. Long-term Liabilities (LT Liab)

Dalam mendanai kegiatan usahanya, bank memerlukan sumber pendaan

bank. Sumber pendanaan bank terdiri dari dua jenis, yaitu instrument utang (debt

instrument) dan komponen modal (equity component) (Kuncoro dan Suhardjono,

2002: 543). Instrumen hutang adalah segala kewajiban bank kepada pihak ketiga

yang meminjamkan dana untuk bank. Instrumen hutang juga memiliki karakteristik

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Bank 2.1.1. Definisi Bank · perlu untuk melakukan kontrak pada hutang jangka panjang. Hutang jangka panjang dapat membantu melengkapi modal perbankan

15

yang berbeda-beda menurut bunga yang harus dibayarkan, penjaminan oleh bank

sentral, dan dengan jatuh tempo pembayaran yang panjang atau pendek,

Selain mencari sumber dana yang berasal dari funding dan deposit, bank

perlu untuk melakukan kontrak pada hutang jangka panjang. Hutang jangka panjang

dapat membantu melengkapi modal perbankan. Selain itu, hutang jangka panjang

memiliki jatuh tempo antara tujuh hingga dua belas tahun. Hutang jangka panjang

yang dapat diambil oleh bank seperti hipotek (mortgages), capital notes, dan obligasi

(Rose, 2002: 461).

Chernykh dan Theodossiou (2011) melakukan penelitian untuk mengetahui

potensi ketidakcocokan antara hutang jangka panjang dan waktu jatuh tempo

pinjaman yang dapat mempengaruhi bank dalam memberikan pinjaman jangka

panjang. Penelitian tersebut mengukur tingkat kepercayaan bank pada pendanaan

jangka panjang menggunakan rasio hutang jangka panjang dengan waktu jatuh

tempo lebih dari tiga tahun pada total liabilitas. Bank yang memiliki hutang jangka

panjang dapat lebih mampu menyalurkan pinjaman kepada masyarakat.

2.5. Provision for Loan Losses (PLL)

Provision for loan losses (PLL) adalah jumlah yang dibebankan terhadap

aktiva produktif untuk menyiapkan cadangan yang digunakan bank sebagai

penyerap kerugian pinjaman yang telah diperkirakan (Hempel & Simonson, 1999:

41). Chernykh dan Theodossiou (2011) mendefinisikan Provision for loan losses

(PLL) atau cadangan kerugian pinjaman usaha sebagai nilai dari sejumlah uang

yang disisihkan untuk memulihkan kerugian akibat kredit macet dan pinjaman

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Bank 2.1.1. Definisi Bank · perlu untuk melakukan kontrak pada hutang jangka panjang. Hutang jangka panjang dapat membantu melengkapi modal perbankan

16

dengan probabilitas kegagalan tinggi. PLL dapat digunakan untuk mengukur kualitas

portfolio bank pada pinjaman usaha. Secara umum, semakin tinggi risiko pinjaman

yang dilakukan oleh sebuah bank, maka semakin tinggi pula nilai PLL bank tersebut.

2.6. Bank Ownership (State-owned Bank and Foreign-owned Bank)

Kepemilikan bank dapat ditinjau dari siapakah yang memegang kendali dan

turut andil dalam kepemilikan bank. Kepemilikan sebuah bank dapat dilihat dari akte

pendirian bank dan penguasaan saham yang dimilikinya. Berger et al. (2008)

mengklasifikasikan jenis bank berdasarkan kepemilikan saham, yaitu: foreign-owned

bank, state-owned bank, dan private domestic bank.

Chernykh dan Theodossiou (2011), dalam penelitiannya mendefinisikan

state-owned bank dan foreign-owned bank sebagai berikut:

State-owned bank merupakan bank yang kepemilikan saham perusahaanya

mayoritas dimiliki oleh negara. Bank yang dimiliki dan dikendalikan oleh negara

dapat mengalokasikan kredit jangka panjang untuk meningkatkan pertumbuhan

ekonomi nasional.

Foreign-owned bank merupakan bank yang kepemilikan saham

perusahaanya mayoritas dimiliki oleh asing. Bank-bank asing juga berperan dalam

penyaluran kredit jangka panjang karena bank asing memiliki keunggulan komparatif

yaitu manajemen risiko yang lebih baik dan pemilihan calon peminjam yang lebih

ketat.

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Bank 2.1.1. Definisi Bank · perlu untuk melakukan kontrak pada hutang jangka panjang. Hutang jangka panjang dapat membantu melengkapi modal perbankan

17

2.7. Kredit

Penghimpunan dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali kepada

masyarakat yang memerlukan adalah fungsi pokok dari bank. Karena itu, penyaluran

kredit dalam kegiatan usaha bank berperan sangat besar. Terlebih sebagian besar

bank di Indonesia masih mengandalkan sumber pendapatan utama dari pemberian

kredit. Oleh karena itu, untuk mendapatkan margin dan profit yang maksimal

diperlukan pengelolaan kredit yang efektif dan efisien.

Berdasarkan Undang-Undang No. 10 tahun 1998 pasal 1, kredit dapat

didefinisikan sebagai “penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan

dengan itu, berdasarkan persetujuan dan kesepakatan pinjam-meminjam antara

bank dan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya

setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.” Selain itu berdasarkan

Peraturan Bank Indonesia No 8/13/PBI/2006 tentang Batas Maksimum Pemberian

Kredit Bank Umum menjelaskan bahwa Batas Maksimum Pemberian Kredit (BMPK)

yang diperkenankan terhadap modal bank adalah sebagai berikut: 10% dari modal

bank untuk penyediaan dana kepada pihak terkait, dan 20% dari modal bank untuk

penyediaan dana kepada pihak tidak terkait.

Rivai et al. (2007: 439) menjelaskan dua tujuan utama dari kredit adalah

sebagai berikut:

a. Profitability

Tujuan dari pemberian kredit adalah untuk memperoleh keuntungan yang

didapat dari bunga yang harus dibayar oleh debitur. Oleh karena itu, banyak bank

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Bank 2.1.1. Definisi Bank · perlu untuk melakukan kontrak pada hutang jangka panjang. Hutang jangka panjang dapat membantu melengkapi modal perbankan

18

yang hanya memberikan kredit kepada usaha yang diyakini mampu dan dapat

mengembalikan kredit yang telah diterimanya.

b. Safety

Tujuan lain dari pemberian kredit adalah terjaminnya keamanan dari prestasi

atau fasilitas-fasilitas yang diberikan oleh bank – baik dalam bentuk uang, barang

atau jasa – sehingga tujuan profitability yang diharapkan dapat benar-benar

terpenuhi.

Selain tujuan, penyaluran kredit kepada masyarakat juga memiliki fungsi.

Fungsi-fungsi kredit tersebut disebutkan oleh Abdullah (2003: 84), yaitu:

a. Meningkatkan daya guna (utility) dari modal/uang

b. Meningkatkan daya guna (utility) dari suatu barang

c. Meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang

d. Menimbulkan gairah wirausaha masyarakat

e. Sebagai alat stabilisasi ekonomi

f. Sebagai jembatan untuk peningkatan pendapatan nasional

g. Sebagai alat meningkatan hubungan ekonomi internasional

Bank memberikan kredit dengan berbagai jenis kredit sesuai dengan tujuan

peminjam. Budisantoso dan Triandaru (2006: 117) menjelaskan pengelompokan

pemberian kredit berdasarkan tujuannya, yaitu:

a. Kredit Modal Kerja (KMK)

Kredit Modal Kerja (KMK) adalah kredit yang digunakan untuk membiayai

kebutuhan modal kerja dari nasabah. KMK memiliki jangka waktu pengembalian

yang pendek dan disesuaikan dengan jangka waktu perputaran modal kerja

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Bank 2.1.1. Definisi Bank · perlu untuk melakukan kontrak pada hutang jangka panjang. Hutang jangka panjang dapat membantu melengkapi modal perbankan

19

nasabah. Sebagai contoh, KMK dapat digunakan nasabah yang membuka usaha

toko beras untuk pembelian beras, honor supir truk beras, membayar tagihan

operasional usaha, dan lain-lain.

b. Kredit Investasi (KI)

Kredit Investasi (KI) adalah kredit yang dapat digunakan nasabah untuk

pengadaan barang modal jangka panjang sehingga menunjang kegiatan usaha

nasabah. KI memiliki jangka waktu menengah hingga panjang karena nilainya yang

relatif besar dan cara pelunasan melalui angsuran. Sebagai contoh, KI dapat

digunakan nasabah untuk pembelian ruko untuk usaha sembako, pembelian truk

dan kendaraan operasional, dan lain-lain.

c. Kredit Konsumsi

Kredit konsumsi adalah kredit yang digunakan dalam rangka pengadaan

barang atau jasa untuk tujuan konsumsi nasabah dan bukan sebagai barang modal

dalam kegiatan usaha. Sebagai contoh, nasabah dapat menggunakan kredit

konsumsi untuk pembelian kebutuhan pokok sehari-hari, dan barang-barang

konsumsi lainnya.

Selain menjelaskan tujuan dari kredit, Rivai et al. (2007: 442) juga

menjelaskan jenis kredit dilihat dari jangka waktu, yaitu:

a. Short-term loan (STL)

Short-term loan atau pinjaman jangka pendek adalah kredit yang memiliki

jangka waktu jatuh tempo maksimum satu tahun. Kredit jangka pendek dapat

berbentuk sebagai kredit rekening Koran, kredit penjual, kredit pembeli, kredit wesel,

dan kredit eksploitasi.

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Bank 2.1.1. Definisi Bank · perlu untuk melakukan kontrak pada hutang jangka panjang. Hutang jangka panjang dapat membantu melengkapi modal perbankan

20

b. Intermedite term loan

Intermedite-term loan atau pinjaman jangka menengah adalah salah satu

jenis kredit yang memiliki jangka waktu pembayaran antara dua hingga lima tahun.

c. Long-term loan (LTL)

Long-term pinjaman atau pinjaman jangka panjang adalah suatu bentuk

kredit yang berjangka waktu lebih dari lima tahun.

2.8. Agency Cost Theory

Teori agency cost merupakan teori yang menjelaskan tentang masalah

keagenan yang muncul antara pihak-pihak yang memiliki kepentingan dalam

perusahaan atau stakeholders (Jensen dan Meckling, 1976). Pada teori agency

dijelaskan bahwa sebuah perusahaan biasanya terdapat tiga bentuk masalah

keagenan, yakni:

a. Masalah keagenan antara pihak manajer dengan pemegang saham

Masalah keagenan antara pihak manajer dengan pemegang saham terjadi

karena adanya perbedaan kepentingan antara manajer sebagai pengelola

perusahaan dengan pemegang saham sebagai pemilik perusahaan. Masalah

keagenan antara pihak manajer dan pemegang saham yang sering terjadi di

perusahaan yakni tindakan manajer yang mempengaruhi keuntungan pribadi dan

merugikan pemegang saham (employee perquisites), dan kinerja manajer yang tidak

maksimal dalam mengelola perusahaan (employee effort).

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Bank 2.1.1. Definisi Bank · perlu untuk melakukan kontrak pada hutang jangka panjang. Hutang jangka panjang dapat membantu melengkapi modal perbankan

21

b. Masalah keagenan antara pemegang saham dengan kreditur

Dalam meningkatkan kinerja perusahaan, manajer mengambil langkah untuk

menggunakan pinjaman atau yang lebih dikenal dengan nama bounding

mechanism. Namun dengan adanya pinjaman, pihak manajemen harus

menyediakan arus kas untuk membayar bunga pinjaman secara reguler. Selanjutnya

penggunaan hutang tersebut akan menciptakan satu agen baru yang

berkepentingan dengan perusahaan, yaitu kreditur atau pemberi pinjaman.

Munculnya keberadaan kreditur dapat menimbulkan masalah keagenan dengan

para pemegang saham. Masalah tersebut antara lain:

1. Pada saat pinjaman perusahaan bertambah, maka risiko bisnis dan risiko

operasi kreditur juga bertambah. Namun tidak selamanya pinjaman yang diberikan

oleh kreditur digunakan untuk investasi pada proyek atau aset yang memiliki nilai net

present value positif, melainkan digunakan untuk membiayai pembayaran dividen

kepada pemegang saham.

2. Pihak manajer perusahaan dan pemegang saham selalu berusaha

meyakinkan kreditur untuk memberikan pinjaman dengan tingkat bunga yang rendah

untuk membiayai investasi yang aman. Namun setelah pinjaman diberikan,

perusahaan menggunakannya untuk berinvestasi pada proyek berisiko tinggi. Hal ini

menyebabkan kreditur terancam risiko default dari perusahaan tersebut.

c. Masalah keagenan antara perusahaan dengan konsumen

Masalah keagenan yang muncul antara perusahaan dan konsumen yaitu

terkait dengan garansi yang diberikan kepada konsumen. Selain itu masalah

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Bank 2.1.1. Definisi Bank · perlu untuk melakukan kontrak pada hutang jangka panjang. Hutang jangka panjang dapat membantu melengkapi modal perbankan

22

keagenan yang lain yaitu ketika konsumen melakukan tindakan yang dapat

merugikan perusahaan seperti pembajakan produk dan menjual produk perusahaan

tanpa izin.

2.9. Pecking Order Hyphotesis

Teori pecking order hyphotesis, yang dikemukakan oleh Myers dan Majluf

(1984), memiliki beberapa asumsi yang mendasarinya, yakni:

1. Kebijakan dividen perusahaan bersifat kaku

2. Perusahaan akan lebih menggunakan alternatif pembiayaan secara internal

daripada pembiayaan eksternal

3. Jika perusahaan dihadapkan dengan pilihan untuk mengambil pembiayaan

secara eksternal, maka perusahaan akan memprioritaskan alternative pembiayaan

dengan menggunakan sekuritas yang paling aman

4. Jika perusahaan harus membutuhkan pendanaan yang lebih banyak dari

sumber pembiayaan eksternal, maka perusahaan akan memilih mengambil urutan

pembiayaan sebagai berikut: pinjaman yang sangat aman, pinjaman yang sangat

berisiko, convertible securities, saham preferen, dan saham biasa.

Model pecking order hyphotesis didasari dengan adanya kenyataan di dunia

nyata dimana asymmetric information sering terjadi. Kemudian Myers dan Majluf

(1984) membuat dua asumsi terkait dengan perilaku manajemen perusahaan, yakni:

1. Manajemen perusahaan memiliki pengetahuan dan informasi yang lebih

banyak mengenai current earnings dan kesempatan investasi dibandingkan dengan

investor luar.

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Bank 2.1.1. Definisi Bank · perlu untuk melakukan kontrak pada hutang jangka panjang. Hutang jangka panjang dapat membantu melengkapi modal perbankan

23

2. Manajemen perusahaan bertindak sesuai dengan best interest dari firms

existing shareholders.

2.10. Penelitian Terdahulu

Hingga saat ini telah banyak penelitian-penelitian yang meneliti

permasalahan penyaluran kredit pada bank. Penelitian-penelitian tersebut telah

dilakukan di berbagai negara, termasuk di Indonesia. Penelitian-penelitian mengenai

penyaluran kredit perbankan tersebut antara lain:

Penelitian oleh Imran dan Nishat (2013) dengan judul “Determinants of Bank

Credit in Pakistan: A Supply Side Approach” meneliti pengaruh dari foreign liabilities,

domestic deposit, Consumer Price Index (CPI), Real Gross Domestic Product

(GDP), exchange rate, money market rate dan M2 (persentase dari GDP) terhadap

penyaluran kredit di sektor swasta. Penelitian tersebut menggunakan metode

analisis ordinary least square. Hasil dari penelitian itu adalah foreign liabilities,

domestic deposit, real GDP, exchange rate, dan M2 (persentase dari GDP)

berpengaruh signifikan positif terhadap penyaluran kredit pada sektor swasta. Tetapi

consumer price index dan money market rate tidak mempengaruhi kredit pada

sektor swasta.

Akinlo dan Oni (2015) melakukan penelitian dengan judul “Determinants of

Bank Credit Growth in Nigeria 1980-2010” yang meneliti pengaruh broad money

supply, liquidity ratio, bank total assets, inflation rate, reserve ratio, cylical risk

premium, prime lending rate, exchange rate, minimum rediscount ratio, dan RGDP

terhadap pertumbuhan kredit di sektor swasta. Penelitian tersebut menggunakan

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Bank 2.1.1. Definisi Bank · perlu untuk melakukan kontrak pada hutang jangka panjang. Hutang jangka panjang dapat membantu melengkapi modal perbankan

24

ordinary least square (OLS) sebagai metode analisisnya. Penelitian tersebut

menyimpulkan broad money supply, bank total assets, inflasi, dan cylical risk

premium berpengaruh signifikan positif terhadap kredit sektor swasta. Sedangkan

prime lending rate dan reserve ratio berpengaruh signifikan negatif terhadap

pertumbuhan kredit di sektor swasta.

Penelitian lain tentang faktor-faktor yang mempengaruhi penyaluran kredit

ditulis oleh Constant dan Ngomsi (2012) dengan judul “Determinants of Bank Long-

Term Lending Behavior in The Central African Economic and Monetery Community

(CEMAC).” Penelitian tersebut mempelajari pengaruh bank size, capital, long-term

liabilities, non-performing loan, state-owned banks, foreign-owned banks, inflation,

dan GDP dengan model analisis menggunakan ordinary least square. Hasil

penelitian tersebut adalah long-term liability, bank size, capital, foreign-owned bank,

dan GDP berpengaruh signifikan positif terhadap pemberian kredit jangka panjang.

Sedangkan, state-owned bank, NPL, dan inflasi berpengaruh positif namun tidak

signifikan.

Sharma dan Gounder (2012) membuat penelitian dengan judul

“Determinants of Bank Credit in Small Open Economies: The Case of Six Pasific

Island Countries.” Penelitian ini berfokus pada pengaruh average lending rate,

inflation rate, bank deposit to GDP, bank assets to GDP, stock market, dan GDP

terhadap penyaluran kredit sektor swasta di enam negara pasifik selatan (Fiji, Papua

Nugini, Pulau Solomon, Tonga, Samoa Barat, dan Vanuatu). Penelitian tersebut

menggunakan model Generalized Method of Moments Regression (GMM). Hasil dari

penelitian tersebut adalah kenaikan pada bank deposit, bank asset, stock market

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Bank 2.1.1. Definisi Bank · perlu untuk melakukan kontrak pada hutang jangka panjang. Hutang jangka panjang dapat membantu melengkapi modal perbankan

25

dan GDP akan meningkatkan penyaluran kredit pada sektor swasta. Sedangkan

kenaikan pada average lending rate dan inflasi hanya akan mengakibatkan

penurunan pada penyaluran kredit pada sektor swasta.

Penelitian yang dilakukan oleh Chernykh dan Theodossiou (2011) dengan

judul “Determinants of Bank Long-Term Lending Behavior: Evidence From Russia”

mempelajari pengaruh dari bank size, capital, long-term liabilities, provision for loan

losses, state-foreign bank (ownership type), general-restricted license (license type)

terhadap total business loans dan long-term business loans. Penelitian tersebut

menggunakan ordinary least square dan Huber’s Robust M estimator (HRM). Hasil

dari penelitian tersebut adalah bank size, capital, long-term liabilities, berpengaruh

signifikan dan positif terhadap total business loans. Provision for loan losses

berpengaruh positif dan tidak signifikan, sedangkan state-ownership bank

berpengaruh negatif dan signifikan, foreign-ownership bank dan general-restricted

berpengaruh negatif dan tidak signifikan. Hasil uji pengaruh faktor-faktor terhadap

long-term business loans adalah bank size, capital, long-term liabilities, provision for

loan losses, dan foreign-ownership bank berpengaruh signifikan dan positif terhadap

long-term business loans, dan state-ownership bank berpengaruh positif dan tidak

signifikan terhadap long-term business loans. Sedangkan license type berpengaruh

negatif dan tidak signifikan terhadap long-term business loans.

Gou dan Stepanyan (2011) membuat penelitian dengan judul “Determinants

of Bank Credit in Emerging Market Economies” yang berfokus pada pengaruh faktor

eksternal dan internal bank terhadap pemberian kredit di sektor swasta pada pasar

negara berkembang. Variabel independen yang diteliti adalah foreign liabilities,

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Bank 2.1.1. Definisi Bank · perlu untuk melakukan kontrak pada hutang jangka panjang. Hutang jangka panjang dapat membantu melengkapi modal perbankan

26

domestic deposit, inflasi, real GDP, deposit rate, exchange rate, NPL, US Federal

fund rate, dan US M2. Penelitian menggunakan model analisis Ordinary Least

Square (OLS). Hasil dari penelitian ini adalah domestic deposit, foreign liabilities,

real GDP, inflation, dan exchange rate berpengaruh signifikan positif terhadap

private credit growth. Sedangkan deposit rate, NPL, US Federal fund rate dan US

M2 berpengaruh negatif signifikan terhadap private credit growth.

Penelitian yang dilakukan oleh Pratama (2010) dengan judul “Analisis

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Penyaluran Kredit Perbankan” meneliti

pengaruh dari beberapa faktor seperti Dana Pihak Ketiga (DPK), Capital Adequacy

Ratio (CAR), Non-Performing Loan (NPL) dan suku bunga SBI terhadap penyaluran

kredit perbankan. Model penelitian menggunakan analisis regresi linier berganda.

Hasil dari penelitian tersebut adalah DPK berpengaruh positif signifikan terhadap

penyaluran kredit, sedangkan suku bunga SBI berpengaruh positif namun tidak

signifikan. NPL dan CAR berpengaruh negatif dan signifikan terhadap penyaluran

kredit.

Wisanto (2014) dalam penelitiannya “Analisis Pengaruh Capital Adequacy

Ratio (CAR), Non-Perfoming Loan (NPL), Return On Assets (ROA), dan Loan to

Assets Ratio (LAR) Terhadap Penyaluran Kredit Perbankan yang Terdaftar di Bursa

Efek Indonesia Tahun 2010-2012” meneliti pengaruh CAR, NPL, ROA, dan LAR

terhadap penyaluran kredit perbankan. Model yang digunakan adalah analisis

regresi linier berganda. Hasil dari penelitian tersebut adalah secara parsial CAR,

LAR, dan NPL tidak berpengaruh signifikan terhadap penyaluran kredit, sedangkan

ROA berpengaruh signifikan negatif terhadap penyaluran kredit.

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Bank 2.1.1. Definisi Bank · perlu untuk melakukan kontrak pada hutang jangka panjang. Hutang jangka panjang dapat membantu melengkapi modal perbankan

27

2.11. Kerangka Teoritis

Berdasarkan kajian teori dan penelitian terdahulu, terungkap bahwa

penyaluran kredit perbankan dipengaruhi oleh berbagai faktor. Pada penelitian ini,

penulis ingin mempelajari lebih dalam faktor internal perbankan yang terdiri dari:

Bank Size (SIZE), Capital (CAP), Long-term Liabilities (LT Liab.), Provision for Loan

Losses (PLL), State-owned Bank (STATE), dan Foreign-owned Bank (FOREIGN)

berpengaruh terhadap penyaluran kredit jangka pendek (Short-term Loan / STL) dan

kredit jangka panjang (Long-term Loan / LTL) pada bank umum.

Dari dasar uraian yang telah dijelaskan diatas, dapat dirumuskan kerangka

teoritis sebagai berikut:

Variabel Independen Variabel Dependen

Sumber: Chernykh dan Theodossiou (2011).

Gambar II.1.

Kerangka Pemikiran teoritis

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Bank 2.1.1. Definisi Bank · perlu untuk melakukan kontrak pada hutang jangka panjang. Hutang jangka panjang dapat membantu melengkapi modal perbankan

28

2.12. Rumusan Hipotesis dan Pengaruh Variabel Independen terhadap

Variabel Dependen

Berdasarkan kerangka teoritis, hipotesis yang diajukan untuk penelitian ini

adalah:

A. Pengaruh Bank Size (SIZE) Terhadap Penyaluran Kredit Jangka Pendek (STL)

dan Jangka Panjang (LTL)

Bank size (SIZE) dapat digunakan untuk menentukan besar atau kecilnya

suatu bank berdasarkan total assets yg dimiliki. Bapepam telah menetapkan

standard sebuah perusahaan kecil dan menengah adalah perusahaan yang memiliki

total assets tidak lebih dari seratus miliyar rupiah.

Sebuah bank besar memiliki total assets yang besar pula. Selain memiliki

cakupan total assets yg besar, bank-bank besar memiliki ketersediaan dana yang

lebih besar daripada bank kecil dan menengah, memiliki sumber daya yang cukup

untuk mengelola risiko kredit, dan memiliki sistem evaluasi keuangan yang baik

(Constant & Ngomsi, 2012). Semakin besar sebuah bank, maka bank tersebut akan

mampu menahan potensi risiko kredit. Dengan ketersediaan dana dan aset yang

dimiliki bank, bank akan mampu menutupi kerugian yang timbul dari risiko kredit.

Oleh karena itu, bank besar akan mampu mengalokasikan dana yang lebih besar

untuk kegiatan penyaluran kredit (Chernykh dan Theodossiou, 2011). Berdasarkan

pemaparan tersebut, dapat disusun hipotesis pertama, yaitu:

H1.a: Bank size (SIZE) berpengaruh positif terhadap penyaluran kredit jangka

pendek (STL).

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Bank 2.1.1. Definisi Bank · perlu untuk melakukan kontrak pada hutang jangka panjang. Hutang jangka panjang dapat membantu melengkapi modal perbankan

29

H1.b: Bank size (SIZE) berpengaruh positif terhadap penyaluran kredit jangka

panjang (LTL).

B. Pengaruh Capital (CAP) Terhadap Penyaluran Kredit Jangka Pendek (STL) dan

Jangka Panjang (LTL)

Capital atau modal dapat diartikan sebagai selisih antara total assets yang

dimiliki perusahaan dengan total liabilitas pada laporan neraca keuangan (Ritter,

Silber, dan Udell, 2000: 595). Modal yang dimiliki oleh bank dapat membantu

mencegah risiko kegagalan bank, mempengaruhi imbal hasil para pemegang

saham, dan memenuhi ketentuan otoritas pengatur bank dalam hal kewajiban modal

bank (Miskin, 2013: 277).

Constant dan Ngomsi (2012), berpendapat bahwa bank dengan modal yang

besar akan menarik debitur untuk meminjam dan meningkatkan penyaluran kredit.

Hal tersebut terjadi karena debitur akan tertarik untuk meminjam di lembaga

perbankan yang memiliki modal besar. Tidak hanya menarik debitur untuk

melakukan kredit saja, dengan memiliki modal yang cukup atau bahkan lebih, bank

dapat menanggulangi potensi risiko dan melakukan ekspansi dalam penyaluran

kredit (Pratama, 2010). Berdasarkan penjelasan tersebut, maka tersusunlah

hipotesis kedua, yaitu:

H2.a: Capital (CAP) berpengaruh positif terhadap penyaluran kredit jangka

pendek (STL).

H2.b: Capital (CAP) berpengaruh positif terhadap penyaluran kredit jangka

panjang (LTL).

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Bank 2.1.1. Definisi Bank · perlu untuk melakukan kontrak pada hutang jangka panjang. Hutang jangka panjang dapat membantu melengkapi modal perbankan

30

C. Pengaruh Long-term Liabilities (LT Liab.) Terhadap Penyaluran Kredit Jangka

Pendek (STL) dan Jangka Panjang (LTL)

Menurut Kuncoro dan Suhardjono (2002: 543), sumber pendanaan bank

terdiri dari dua jenis, yaitu instrument utang (debt instrument) dan komponen modal

(equity component). Instrumen hutang adalah segala kewajiban bank, yang memiliki

karakteristik jatuh tempo pembayaran yang panjang atau pendek, kepada pihak

ketiga yang meminjamkan dana untuk bank.

Selain mencari sumber dana yang berasal dari funding dan deposit, bank

perlu untuk melakukan kontrak pada hutang jangka panjang. Hutang jangka panjang

dapat membantu melengkapi modal perbankan. Hutang jangka panjang yang dapat

diambil oleh bank seperti hipotek (mortgages), capital notes, dan obligasi (Rose,

2002: 461).

Chernykh dan Theodossiou (2011) telah melakukan penelitian penelitian

mengenai pengaruh dari long-term liabilities terhadap penyaluran kredit jangka

panjang. Hasilnya adalah bank denga hutang jangka panjang yang cukup besar,

akan membuat bank lebih percaya diri dalam memberikan kredit, baik kredit jangka

panjang, maupun kredit jangka pendek. Semakin besar hutang jangka panjang, akan

meningkatkan ketersediaan modal bank untuk melakukan ekspansi kredit.

Berdasarkan pemaparan tersebut, maka tersusunlah hipotesis ketiga, yaitu:

H3.a: Long-term Liabilities (LT Liab.) berpengaruh positif terhadap

penyaluran kredit jangka pendek (STL).

H3.b: Long-term Liabilities (LT Liab.) berpengaruh positif terhadap

penyaluran kredit jangka panjang (LTL).

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Bank 2.1.1. Definisi Bank · perlu untuk melakukan kontrak pada hutang jangka panjang. Hutang jangka panjang dapat membantu melengkapi modal perbankan

31

D. Pengaruh Provision for Loan Losses (PLL) Terhadap Penyaluran Kredit Jangka

Pendek (STL) dan Jangka Panjang (LTL)

Chernykh dan Theodossiou (2011) mendefinisikan Provision for loan losses

(PLL) atau cadangan kerugian pinjaman usaha sebagai nilai dari sejumlah uang

yang disisihkan untuk memulihkan kerugian akibat kredit macet dan pinjaman

dengan probabilitas kegagalan tinggi. PLL dapat digunakan untuk mengukur kualitas

portfolio bank pada pinjaman usaha. Secara umum, semakin tinggi risiko pinjaman

yang dilakukan oleh sebuah bank, maka semakin tinggi pula nilai PLL bank tersebut.

Pada penelitiannya, Chernykh dan Theodossiou (2011) menemukan bahwa

kenaikan dana yang dicadangkan untuk kerugian pinjaman mempengaruhi

penyaluran kredit, baik untuk kredit jangka panjang dan kredit jangka pendek. Hal ini

terjadi karena rasio penyaluran kredit yang tinggi, terutama pada kredit jangka

panjang, mengindikasikan bank tersebut memiliki portofolio kredit berisiko yang

tinggi pula. Untuk mengantisipasi hal tersebut, bank perlu mengalokasikan dana

cadangan untuk potensi kerugian dari pinjaman yang diberikan. Bank yang memiliki

rasio PLL atau cadangan kerugian pinjaman yang tinggi akan membuat bank lebih

berani dalam menyalurkan kredit, terutama kredit jangka panjang maupun kredit

jangka pendek. Berdasarkan pemaparan tersebut, maka dapat disusun hipotesis

keempat, yaitu:

H4.a: Provision for Loan Losses (PLL) berpengaruh positif terhadap

penyaluran kredit jangka pendek (STL).

H4.b: Provision for Loan Losses (PLL) berpengaruh positif terhadap

penyaluran kredit jangka panjang (LTL).

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Bank 2.1.1. Definisi Bank · perlu untuk melakukan kontrak pada hutang jangka panjang. Hutang jangka panjang dapat membantu melengkapi modal perbankan

32

E. Pengaruh State-owned Bank (STATE) Terhadap Penyaluran Kredit Jangka

Pendek (STL) dan Jangka Panjang (LTL)

State-owned bank merupakan bank yang kepemilikan saham perusahaannya

mayoritas dimiliki oleh negara. Bank yang dimiliki dan dikendalikan oleh negara

dapat mengalokasikan kredit jangka panjang untuk meningkatkan pertumbuhan

ekonomi nasional.

Pada penelitian yang dilakukan oleh Chernykh dan Theodossiou (2011),

menghasilkan kesimpulan bahwa state-owned bank memiliki kemampuan untuk

menyalurkan kredit jangka panjang dan jangka pendek. Hal ini terjadi karena

penyalurkan kredit merupakan salah satu upaya untuk membantu pemerintah dalam

meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Selain itu state-owned bank juga memiliki

modal dan asset yang cukup besar untuk melakukan ekspansi kredit. Karena

sebagai perusahaan yang mendukung program pemerintah dan bertugas untuk

meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional, hipotesis kelima mengenai state-

owned bank adalah:

H5.a: State-owned bank (STATE) berpengaruh positif terhadap penyaluran

kredit jangka pendek (STL).

H5.b: State-owned bank (STATE) berpengaruh positif terhadap penyaluran

kredit jangka panjang (LTL).

F. Pengaruh Foreign-owned Bank (FOREIGN) Terhadap Penyaluran Kredit Jangka

Pendek (STL) dan Jangka Panjang (LTL)

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Bank 2.1.1. Definisi Bank · perlu untuk melakukan kontrak pada hutang jangka panjang. Hutang jangka panjang dapat membantu melengkapi modal perbankan

33

Foreign-owned bank merupakan bank yang kepemilikan saham

perusahaannya mayoritas dimiliki oleh asing. Bank-bank asing juga berperan dalam

penyaluran kredit jangka panjang karena bank asing memiliki keunggulan komparatif

yaitu manajemen risiko yang lebih baik dan pemilihan calon peminjam yang lebih

ketat.

Bank asing terkenal lebih berhati-hati dalam memberikan kredit. Hal tersebut

menjadi keunggulan komparatif (comparative advantage) bagi bank asing dalam

memberikan kredit, terlebih memberikan kredit jangka panjang. Untuk manajemen

risiko, bank asing akan memberikan kredit hanya kepada peminjam yang dinilai

memiliki risiko yang rendah (Bhaumik dan Piesse, 2008). Chernykh dan

Theodossiou (2011) dalam penelitiannya mengamati perilaku pemberian kredit oleh

bank asing, menemukan bank asing juga memiliki kemampuan yang cukup dalam

memberikan kredit. Hal ini disebabkan karena bank asing memiliki beberapa cara

untuk mendanai ekspansi kreditnya, seperti menggunakan kredit luar negeri untuk

jangka waktu yang panjang. Selain itu bank asing juga memiliki asset dan modal

yang besar, serta manajemen risiko yang baik, sehingga masyarakat tertarik untuk

mengajukan kredit pada bank asing. Dari pemaparan tersebut, maka hipotesis

keenam dapat disusun sebagai berikut:

H6.a: Foreign-owned bank (FOREIGN) berpengaruh positif terhadap

penyaluran kredit jangka pendek (STL).

H6.b: Foreign-owned bank (FOREIGN) berpengaruh positif terhadap

penyaluran kredit jangka panjang (LTL).