jurnalisme politik dan konstruksi keberpihakan media dalam...

34
363 JURNALISME POLITIK DAN KONSTRUKSI KEBERPIHAKAN MEDIA DALAM PILGUB DKI JAKARTA (Analisis Framing Headline Harian Media Indonesia dan Republika Sehari Sebelum dan Sehari Sesudah Pencoblosan Pilgub DKI Jakarta Putaran Kedua 2017) Dian Wardiana Sjuchro dan Hendra Alfani Universitas Padjdjaran dan Universitas Baturaja [email protected] dan [email protected] Pendahuluan Pemilihan Umum Kepala Daerah (Pemilukada) secara langsung – yang mulai digulirkan pada tahun 2005, termasuk pemilihan gubernur (Pilgub) – memang selalu dikhawatirkan akan menimbulkan berbagai bentuk kerawanan di mana pemilukada itu dilaksanakan, akibat dari adanya benturan (konflik) berbagai kepentingan politik. Dalam pada itu, pembelajaran penting bagi proses penguatan demokrasi di tingkat “lokal” ini, tentu saja tidak disia-siakan oleh media massa (media cetak nasional). Hal ini bukan saja karena media (pers) melihat ada potensi nilai berita dari pemilukada seperti nilai dampak atau konflik, tetapi di sisi lain bagi media, pemilukada jadi lahan tersendiri bagi mereka menangguk keuntungan melalui peningkatan omzet pemasangan iklan dari para kontestan (calon kepala daerah) yang akan bertarung dalam pemilukada. Begitu juga dalam kasus Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta (Pilgub DKI Jakarta), sejumlah kepentingan berlomba menguasai ruang publik dan menciptakan opini publik yang dianggap sebagai bukti penerimaan publik terhadap gagasan mereka. Disinilah media cetak nasional menjadi amat berperan, bahkan menentukan. Sejalan dengan konteks sangat berperan dan menentukan itu, posisi media cetak nasional dalam menciptakan bahkan menguasai ruang publik selama tahapan pelaksanaan Pilgub DKI Jakarta putaran dua, telah memunculkan berbagai dugaan miring yang bernada penuh kecurigaan dari berbagai pihak atas adanya indikasi keberpihakan media cetak nasional terhadap calon atau kandidat tertentu.

Upload: ledung

Post on 24-May-2019

269 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

363

JURNALISME POLITIK DAN KONSTRUKSI KEBERPIHAKAN MEDIA DALAM PILGUB

DKI JAKARTA(Analisis Framing Headline Harian Media Indonesia dan Republika Sehari Sebelum

dan Sehari Sesudah Pencoblosan Pilgub DKI Jakarta Putaran Kedua 2017)

Dian Wardiana Sjuchro dan Hendra Alfani Universitas Padjdjaran dan Universitas Baturaja

[email protected] dan [email protected]

PendahuluanPemilihan Umum Kepala Daerah (Pemilukada) secara langsung –

yang mulai digulirkan pada tahun 2005, termasuk pemilihan gubernur (Pilgub) – memang selalu dikhawatirkan akan menimbulkan berbagai bentuk kerawanan di mana pemilukada itu dilaksanakan, akibat dari adanya benturan (konflik) berbagai kepentingan politik. Dalam pada itu, pembelajaran penting bagi proses penguatan demokrasi di tingkat “lokal” ini, tentu saja tidak disia-siakan oleh media massa (media cetak nasional). Hal ini bukan saja karena media (pers) melihat ada potensi nilai berita dari pemilukada seperti nilai dampak atau konflik, tetapi di sisi lain bagi media, pemilukada jadi lahan tersendiri bagi mereka menangguk keuntungan melalui peningkatan omzet pemasangan iklan dari para kontestan (calon kepala daerah) yang akan bertarung dalam pemilukada.

Begitu juga dalam kasus Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta (Pilgub DKI Jakarta), sejumlah kepentingan berlomba menguasai ruang publik dan menciptakan opini publik yang dianggap sebagai bukti penerimaan publik terhadap gagasan mereka. Disinilah media cetak nasional menjadi amat berperan, bahkan menentukan. Sejalan dengan konteks sangat berperan dan menentukan itu, posisi media cetak nasional dalam menciptakan bahkan menguasai ruang publik selama tahapan pelaksanaan Pilgub DKI Jakarta putaran dua, telah memunculkan berbagai dugaan miring yang bernada penuh kecurigaan dari berbagai pihak atas adanya indikasi keberpihakan media cetak nasional terhadap calon atau kandidat tertentu.

364

Kolase Komunikasi di Indonesia

Dugaan keberpihakan itu, jika dicermati dengan seksama, memang cukup beralasan. Apalagi jika indikator kecurigaan itu dilihat dari sisi bahwa space sosialisasi untuk para kandidat dalam mempengaruhi sikap dan pilihan calon pemilih, baik berupa berita maupun advertorial, lebih didominasi atau bahkan “dikuasai” oleh kandidat tertentu. Apalagi jika menilik “kandidat tertentu” tersebut memang dipandang memiliki modal politik (dukungan parpol besar) serta kemampuan finansial yang kuat dan besar. Maka, dominasi itu, atau bahkan dugaan keberpihakan media cetak lokak tersebut menjadi tak terhindarkan. Secara lebih tegas dapat dikatakan, bahwa dominasi kandidat yang memiliki modal politik dan finansial yang kuat tersebut dalam menguasai space sosialisasi di media, seiring-sejalan dengan upaya media untuk mencengkramkan kepentingan politik dan ekonominya.

Jack Snyder, Guru Besar Ilmu Politik dari Columbia Universty dalam bukunya From Voting to Violence (seperti dikutip Idi Subandi, LSPP, 2005:8) menunjukkan bahwa media massa memiliki peran yang krusial dalam proses transisi politik dari zaman otoritarianisme menuju arah demokratisasi. Apa yang ditunjukkan Snyder itu mengarah pada banyaknya jebakan yang bisa saja menggagalkan terciptanya tatanan demokratis tadi. Salah satunya dapat terlihat pada saat berlangsungnya pemilihan umum (pemilu).

Dalam pemilu media juga mempengaruhi perilaku memilih, masyarakat. Secara luas, media lebih cenderung menguatkan tujuan-tujuan yang ada dalam pemungutan suara daripada merubahnya. Peran utama media dalam suatu pemilu(kada) ialah menfokuskan perhatian masyarakat pada kampanye yang sedang berlangsung serta berbagai informasi seputar kandidat dan isu politik lainnya. Walaupun mungkin tidak memberi dampak langsung untuk merubah perolehan jumlah suara, namun media tetap mampu mempengaruhi banyaknya suara yang terjaring dalam suatu pemilu. Secara implisit, masyarakat membuat suatu penilaian terhadap pihak maupun cara yan ditempuh untuk memenangkan pemilihan, atau isu-isu panas yang diperdebatkan. Penilaian personal yang dipengaruhi kuat oleh media ini, diam-diam bisa berdampak pada pengurangan jumlah suara bagi pihak yang kalah.

Dian Wardiana Sjuchro dan Hendra Alfani, Jurnalisme Politik dan...

365

Singkatnya, media mempunyai poisisi yang paling strategis di antara elemen negara yang lain seperti birokrasi, eksekutif, legislatif, yaudikatif bahkan sampai partai politik karena media mempunyai senjata yang ampuh yaitu dapat mempengaruhi opini publik dan menggiring persepsi masyarakat untuk mencapai tujuannya. Media juga dapat menjadi sarana yang efektif untuk mengkonstruksi image atau citra bahkan menjatuhkan lawan politik tertentu pun dapat dilakukan dengan strategi penguasaan media. Media juga dapat berperan untuk mengalihkan perhatian publik dari isu-isu sensitif yang menyangkut kebijakan pemerintah, misalkan pemerintah sedang menggodok kebijakan tertentu, media mempropaganda masyarakat dengan isu kasus video mesum mirip artis terkenal dan lain sebagainya. Sehingga pada saat ini terdapat adagium yang berlaku yaitu “barangsiapa yang ingin menguasai dunia maka kuasailah media“.

Pemilu merupakan suatu instrumen yang tidak dapat dipisahkan dari demokrasi, karena pemilu merupakan tonggak bagi tegaknya demokrasi. Begitu juga halnya dengan keberadaan Pemilukada. Pemilukada secara langsung merupakan tonggak sejarah yang sangat penting bagi pengembangan demokrasi di daerah, setelah pada massa sebelumnya dilakukan secara perwakilan oleh DPRD yang dalam praktiknya sarat dengan manipulasi dan politik “dagang sapi” antarelit. Menghadapi model demokrasi tersebut, salah satu cara yang dipandang ampuh adalah dengan mekanisme pemilihan secara langsung oleh rakyat yang memiliki hak memilih. Pemilihan langsung dianggap sebagai cara yang lebih baik dibandingkan mekanisme perwakilan atau cara-cara lain yang memberikan mandat kepada seseorang yang berpretensi mampu dan layak mewakili kehendak dan aspirasi rakyat (Harahap, 2005:5).

Dalam khasanah ilmu politik, media massa sering dikatakan sebagai “kekuasaan keempat” (the four estate) setelah legislatif, eksekutif, dan yudikatif. Media massa juga dikatakan sebagai pilar demokrasi yang bisa memberikan pendidikan politik bagi masyarakat. Selain itu media massa juga dijuluki sebagai anjing penjaga (watch dog). Dari situ bisa disimpulkan bahwa institusi media pada hakikatnya lebih memikirkan kepentingan ekonomi atau komersialisasi ketimbang memikirkan kepentingan publik. Pers cenderung menyajikan liputan atau laporannya lebi berorientasi pada profit dari pada berorientasi

366

Kolase Komunikasi di Indonesia

pada idealisme pers. Profit motif ini bisa berpotensi mereduksi peran ideal media massa dan dapat mengganggu independensinya.

Aliansi antara pers atau pekerja pers dengan kontestan pemilukada tersebut, inisiatifnya, tidak selalu datang dari politisi, tetapi juga bisa datang dari pekerja pers atau media yang aktif menawarkan jasanya untuk menulis atau meliput sesuai permintaan sehingga muncul istilah reporting by request atau news by request. Praktik pers macam ini sering disebut jukebox journalism atau jurnalisme grama phone yang akan mendengarkan “lagu” apa saja yang diminta oleh pemesan.

Jika dicermati secara lebih jauh, sebutan itu sesungguhnya tidak selalu dapat dibenarkan. Tapi diperdebatkan, barangkali dapat dikatakan ia. Kondisi inilah yang disebut oleh Ahmad Danial (2009:180), sebagai bentuk kegamangan media pada era transisi bangkitnya kebebasan pers, setelah selama 32 tahun mengalami trauma. Pada awalnya, kalangan media massa pada pemilu 1999 gamang dengan situasi baru dan “manuver” komunikasi politik dari parpol besar yang punya kekuatan finansial signifikan untuk memasang iklan politik mereka di media massa. Para pengelola media khawatir, jikalau keinginan itu dituruti akan memunculkan isu bahwa media massa bersangkutan mendukung parpol atau kandidat tertentu. Dalam konteks menjaga independensi dan idealisme media, para pengelola media menilai isu keberpihakan itu akan merugikan institusi sekaligus citra media yang dikelolanya.

Namun dalam perkembangannya, media justru tak dapat menolak ekstase godaan kue iklan politik yang begitu menggiurkan. Apalagi godaan itu berkelindan dengan mulai tumbuh-suburnya nafsu media untuk terlibat secara implisit dengan urusan-urusan yang berbau politik, demi menyuburkan kepentingan ekonomi media, yang dalam satu dasawarsa terakhir telah menjadi ideologi utama media massa di Indonesia.

Nafsu media massa nasional untuk mulai melibatkan diri dalam persoalan politik demi menjaga dan memperkuat kepentingan ekonomi medianya, secara perlahan namun pasti mulai meluas dan massif. Media massa secara signifikan, mulai dari sisi teknis jurnalistik dan jurnalismenya, sampai model pendekatan kepentingan politik dan ekonomi yang digunakan dalam menjaring calon pengiklan dengan modal besar, seperti dalam momen atau event pemilu lokal bertajuk pemilukada.

Dian Wardiana Sjuchro dan Hendra Alfani, Jurnalisme Politik dan...

367

Demikian halnya perhatian media massa terhadap Pilgub DKI Jakarta yang hiruk-pikuk menyedot energi politik, sosial dan bahkan ekonomi berbagai kalangan. Tidak hanya dalam konteks Jakarta, tetapi efek politiknya meluas seperti tak terkendali ke seluruh Indonesia. Semua kalangan kemudian merasa sangat berkepentingan dengan Pilgub DKI Jakarta dengan berbagai bumbu politiknya. Barangkali karena Jakarta adalah ibu kota negara, tetapi terlepas dari semua konteks (utamanya konteks politik) yang melingkupi Pilgub DKI Jakarta, media massalah menjadi salah satu pihak yang “sangat bertanggungjawab” memunculkan kegaduhan politik itu.

Dugaan keberpihakan media dalam Pilgub DKI, serta hubungan kepemilikan media dengan berbagai hal yang terkait dengan Pilgub DKI, telah menjadikan media massa menjadi instrumen politik politik, melalui kegiatan jurnalisme politiknya, yang sangat menentukan arah kepentingan dan keberpihakan politik dalam Pilgub DKI Jakarta.

Oleh karena itu, penelitian kecil ini berangkat dari titik persoalan sebagai berikut: “Bagaimana pola jurnalisme politik Harian Media Indonesia dan Republika (yang menjadi objek penelitian) dalam membingkai (framing) konstruksi keberpihakan dalam Pilgub DKI Jakarta melalui berita headalinenya sehari sebelum dan sehari sesudah pencoblosan Pilgub DKI Jakarta putaran dua tahun 2017?”

Kajian TeoriPengertian Pers, Jurnalistik, dan Jurnalisme Politik

Batasan teoritik antara pengertian pers dan jurnalistik, yang menjadi fokus kajian dalam penelitian ini. Secara etimologis, pers berasal dari bahasa Belanda pers yang artinya menekan atau mengepres. Kata pers merupakan padanan kata press dalam bahasa Inggris yang juga berarti menekan atau mengepres. Jadi secara harfiah, kata pers atau press mengacu pada pengertian komunikasi yang dilakukan dengan perantaraan barang cetakan. Tetapi sekarang kata pers atau press ini digunakan untuk merujuk semua kegiatan jurnalistik, terutama kegiatan yang berhubungan dengan menghimpun berita, baik oleh wartawan media elektronik maupun oleh wartawan media cetak (Hikmat Kusumaningrat dan Purnama Kusumaningrat, 2006:17).

Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa

368

Kolase Komunikasi di Indonesia

pengertian pers dapat dibagi menjadi dua, yaitu pers dalam arti sempit dan pers dalam arti luas. Pers dalam arti sempit adalah kegiatan komunikasi yang dilakukan melalui media massa cetak seperti suratkabar, majalah, tabloid dan sebagainya. Sedangkan pers dalam arti luas adalah kegiatan komunikasi yang dilakukan baik melalui media massa cetak (suratkabar, majalah dan tabloid), maupun melalui media massa elektronik seperti radio, televisi, film dan internet (media sosial).

Sedangkan jurnalistik atau journalisme menurut Hikmat dan Purnama Kusumaningrat (2006:15), berasal dari kata journal, yang berarti catatan harian, atau catatan mengenai kejadian sehari-hari, atau bisa juga berarti suratkabar. Journal berasal dari bahasa latin diurnalis, artinya harian atau tiap hari. Dari perkataan inilah lahir kata jurnalis, yaitu orang-orang yang melakukan pekerjaan jurnalistik. Selanjutnya, Curtis D. Macdougall (1972), menyebutkan bahwa journalisme adalah kegiatan menghimpun berita, mencari fakta, dan melaporkan peristiwa. Jurnalisme sangat penting di mana pun dan kapan pun. Jurnalisme sangat diperlukan dalam suatu negara demokratis. Tak peduli apa pun perubahan-perubahan yang terjadi di masa depan – baik sosial, ekonomi, politik maupun yang lain-lainnya. Tak dapat dibayangkan, akan pernah ada saatnya ketika tiada seorang pun yang fungsinya mencari berita tentang peristiwa yang terjadi dan menyampaikan berita tersebut kepada khalayak ramai, dibarengi dengan penjelasan tentang peristiwa itu (dalam Hikmat dan Purnama Kusumaningrat, 2006:15-16).

Dalam konteks memberitakan peristiwa politik, maka jurnalisme yang menghasilkan berita politik ini dapat disebut sebagai jurnalisme politik. Menurut Abrar (2015:1), secara teknis, tata kelola jurnalisme politik meliputi struktur jurnalisme politik dan proses jurnalisme politik. Struktur jurnalisme politik digerakkan oleh redaktur dan gatekeepers media pers. Gatekeepers merupakan orang yang menentukan sebuah berita akan disiarkan atau tidak, mereka ini adalah redaktur pelaksana, wakil pemimpin redaksi dan pemimpin redaksi dari sebuah media pers. Sementara itu, proses jurnalisme politik mencakup keseluruhan proses pengumpulan fakta, framing, penulisan, dan penyiaran berita politik. Dalam konteks ini, tata kelola jurnalisme politik berurusan dengan: (a) kerja reporter, redaktur, dan gatekeepers berita politik, dan; (b) proses pengumpulan fakta, framing, penulisan, dan penyiaran berita politik

Dian Wardiana Sjuchro dan Hendra Alfani, Jurnalisme Politik dan...

369

dengan mengacu kepada kaidah moral profesi jurnalisme, baik dalam tataran etik, hukum, maupun peraturan perusahaan media pers.

Dari kutipan-kutipan di atas, dapat ditarik benang merah, bahwa pers dan jurnalistik tak dapat dipisahkan. Keduanya diibaratkan seperti hubungan raga dan jiwa yang menyatu dengan erat atau dwitunggal. Seperti ditegaskan Onong U. Effendy dalam bukunya Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, Onong U. Effendy (2003:90) sebagai berikut: “ … pers adalah lembaga atau badan atau organisasi yang menyebarkan berita sebagai karya jurnalistik kepada khalayak. Pers dan jurnalistik dapat diibaratkan sebagai raga dan jiwa. Pers adalah aspek raga, karena ia berwujud, kongkret, nyata; oleh karena itu ia dapat diberi nama, sedangkan jurnalistik adalah aspek jiwa. Karena ia abstrak, merupakan kegiatan, daya hidup, menghidupi aspek pers. Dengan demikian pers dan jurnalistik adalah dwitunggal. Pers tidak mungkin beroperasi tanpa jurnalistik, sebaliknya jurnalistik tidak akan mungkin mewujudkan suatu karya bernama berita tanpa pers.”

Pers tak dapat dipisahkan dari jurnalistik, dalam konteks komunikasi melalui media massa, posisi keduanya berada dalam “satu tarikan nafas”. Di mana pers berposisi sebagai “wadah”, sedangkan jurnalistik adalah aktivitas yang dijalankan dan dipayungi oleh institusi pers. Selanjutnya tidak ada defenisi khusus tentang media cetak yang dapat ditemukan dalam berbagai literatur yang mengkaji tentang media massa. Sebab pengertian media cetak awalnya identik dengan pengertian pers dalam arti sempit, yaitu kegiatan komunikasi yang dilakukan melalui media massa cetak seperti suratkabar, majalah, tabloid, bulletin dan sebagainya. Sedangkan pengertian pers (juga awalnya) identik dengan suratkabar, khususnya surarkabar harian.

Jadi, jika ditarik dari pengertian pers dalam arti sempit, secara umum media cetak dapat didefinisikan sebagai saluran komunikasi massa yang bersifat tercetak (berupa barang cetakan) seperti suratkabar, majalah dan tabloid, baik yang terbit harian, mingguan maupun bulanan. Suratkabar (newspaper) adalah media cetak yang paling tua, bahkan suratkabar adalah media massa paling tua, karena pertama kali muncul jauh sebelum radio dan televisi ditemukan.

Pada penelitian ini, yang dimaksudkan dengan media cetak adalah suratkabar yang terbit setiap hari (harian). Sebagai media massa cetak

370

Kolase Komunikasi di Indonesia

tertua, sekaligus media massa yang lahir pertama, suratkabar memiliki pengaruh (daya magnet) yang kuat atau dapat diibaratkan memiliki “gengsi khusus” dengan julukan sebagai pilar kekuasaan keempat (the fourth estate). Sebagai saluran komunikasi massa yang bersifat tercetak, tentu suratkabar memiliki kelebihan dan kekurangan. Secara umum kelebihan suratkabar adalah; (a) bersifat serentak (simultan); (b) bersifat/berlaku umum; (c) dapat didokumentasikan dengan mudah; (d) memiliki jangkauan yang luas, dan; (e) biaya konsumsinya murah, dapat dijangkau (dibeli) oleh semua lapisan sosial. Sedangkan kekurangannya adalah: (a) proses produksinya memerlukan waktu yang cukup panjang; (b) publikasi berita atau informasinya bersifat tidak langsung (peristiwa hari ini, baru dapat dibaca esok hari); (c) aktualitas beritanya hanya berlaku 24 jam; (d) efek atau dampaknya bersifat tidak langsung/tertunda (delayed feedback), dan; (e) mengkonsumsi berita atau informasinya memerlukan waktu khusus.

Pers sebagai Saluran Komunikasi PolitikMedia pers sebagai bagian dari komunikasi massa, memiliki peran

penting sebagai saluran (channel) komunikasi politik, khususnya ketika komunikasi politik itu mempertemukan berbagai kepentingan di ruang publik. Ketika dalam posisi itu, maka media pers telah memosisikan dirinya sebagai “ruang publik” bagi berbagai pihak untuk bertemu. Oleh karenanya, sebagai ruang publik, tempat bertemunya berbagai kepentingan, media pers memiliki kekuatan dan pengaruh tersendiri dalam membentuk opini publik.

Terkait dengan pemilihan gubernur, media pers dituntut memiliki peran secara demokratis mempubklikasikan liputannya. Dalam konteks publikasi itu, media pers menjadi representasi dari kepentingan khalayak. Representasi itu diarahkan pada keberpihakan media kepada kepentingan yang lebih besar, yaitu kepentingan publik. Semua elemen memiliki hak yang sama untuk mengekspresikan opini dan komunikasi politiknya di media pers secara rasional dan proporsional. Sebab, dalam pandangan Subiakto dan Ida (2012:53), proses komunikasi politik yang terjadi, terutama di kalangan akar rumput (grashroot), dan beberapa di kalangan elit masih lebih banyak berbentuk “kurang rasional”. Lebih lanjut disebutkan Subiakto dan Ida (2012:163), objektivitas media pers dalam pemilukada kadang kurang berkepentingan dengan esensi

Dian Wardiana Sjuchro dan Hendra Alfani, Jurnalisme Politik dan...

371

politik, melainkan menggunakan politik, utamanya political affairs, sebagai item bargaining atau tawar menawar yang bernilai ekonomi untuk pendapatan cash flow media kedepannya, jika calon yang didukungnya pada akhirnya menjadi penguasa daerah.

Relasi antara media sebagai saluran komunikasi politik melahirkan perilaku politik tertentu. Dalam demokrasi menurut McQuail (2011:289-290), media memiliki hubungan yang rumit dengan sumber kekuasaan dan sistem politik. Di satu sisi, mereka biasanya menemukan alasan (raison d’etre) atas layanan mereka terhadap khalayak dengan menyediakan informasi dan padangan berdasarkan penilaian atas kepentingan dan kebutuhan. Untuk melakukan layanan ini, mereka perlu menjadi mandiri dari negara dan kepentingan yang berkuasa. Di sisi lain, mereka juga menyediakan saluran melalui mana negara dan kepentingan yang berkuasa berkomunikasi dengan masyarakat sebagaimana juga pijakan untuk pandangan dari partai politik dan kelompok kepentingan yang lain. Mereka juga mempromosikan peredaran berita dan opini di dalam publik yang tertarik dengan politik. Pandangan mengenai peranan netral media dan mediasi dari media dalam politik harus diubah untuk mempertimbangkan berbagai bentuk, terutama ketika media tertentu memilih untuk mengambil peran partisan atas nama partai atas nama kepentingan, atau secara dekat bersekutu dengan beberapa kepentingan ekonomi yang berkuasa atau blok ideologis.

Analisis Framing SuratkabarAnalisis framing digunakan untuk menganalisa bagaimana media

massa mengemas peristiwa, media massa “merekontruksi ulang” realitas, peristiwa, suasana, keadaan, tentang orang, benda, bahkan pendapat-pendapat berkaitan dengan peristiwa tersebut. Redaksional media massa; wartawan, editor, redaktur, redaktur pelaksana, pimpinan redaksi yang mencari, meliput peristiwa, penulisan ulang-pengabungan-pengabungan sebagai proses editing, dan menyeleksi berita-berita mana yang layak dimuat dalam Suratkabar. Kriteria berita berisi 5W + 1 H (apa, siapa, di mana, kapan, mengapa dan bagaimana), baik untuk laporan/berita langsung (straight news, hard news) maupun soft news atau feature.

Pawito (2009:104) menyebutkan bahwa kekuatan media massa

372

Kolase Komunikasi di Indonesia

dalam mengkonstruksikan dan mendekonstruksikan realitas terutama pada pemberitaan, di samping bentuk isi lain seperti tajuk (editorial), opini dan karikatur pada media cetak, dan talk show pada media elektronik. Dalam pemberitaan, media massa biasanya memberikan prioritas liputan mengenai peristiwa atau isu tertentu dan mengabaikan yang lain (agenda setting). Di samping ini, media massa juga memberikan penekanan pada substansi persoalan tertentu dan mengabaikan substansi persoalan lain (framing). Dengan kedua cara ini media massa merekontruksi dan mendekonstruksi realitas.

Framing dapat dimaknai secara umum sebagai “a scat-tered conseptualization” (Entman, 1993:51; Gamson dan Modigliani, 1987:143, dalam Pawito, 2009:104-105), suatu bingkaian konseptualiasi di mana frame media dapat diartikan sebagai “ a central organizing idea or story line that provides meaning to an unfolding strip of events ... The frame suggest what controversy is about, the essence of issue” (pokok pikiran atau penuliasan berita yang memberikan makna mengenai peristiwa-peristiwa ... Frame media menunjukkan hal-hal seperti mengenai apa kontoversi berkembang dan esensi dari isu tersebut). Bertolak dari pandangan ini, maka frame media mengkonstruksikan dan mendekonstruksikan realitas dengan cara memberikan penonjolan terhadap substansi-substansi persoalan dan esensi dari persitiwa-peristiwa atau isu yang diberitakan.

Sejalan dengan itu, Eriyanto (2005:3-4) menegaskan bahwa analisis framing secara sederhana dapat digambarkan sebagai analisis untuk mengetahui bagaimana realitas (peristiwa, aktor, kelompok, atau apa saja) dibingkai oleh media. Pembingkaian tersebut tentu saja melalui proses kontruksi. Di sini realitas sosial dimaknai dan dikonstruksi dengan makna tertentu. Peristiwa dimaknai dengan bentukan tertentu. Hasilnya, pemberitaan media pada sisi tertentu atau wawancara dengan orang-orang tertentu. Semua elemen tersebut tidak hanya bagian dari teknis jurnalistik, tapi menandakan bagaimana peristiwa dimaknai dan ditampilkan. Bagaimana media memaknai dana memahami realitas, dan dengan cara apa realitas itu ditandakan, hal inilah yang menjadi pusat perhatian dari analisis framing. Praktisnya, framing digunakan untuk melihat bagaimana aspek tertentu ditonjolkan atau ditekankan oleh media.

Dian Wardiana Sjuchro dan Hendra Alfani, Jurnalisme Politik dan...

373

Framing Model Robert N. EntmanRobert N. Entman melihat framing dalam dua dimensi besar

yaitu seleksi isu dan penekanan atau penonjolan aspek-aspek realitas. Kedua faktor ini dapat lebih mempertajam framing berita melalui proses seleksi isu yang layak ditampilkan dan penekanan isi beritanya. Perspektif wartawanlah yang akan menentukan fakta yang dipilihnya, ditonjolkannya, dan dibuangnya. Di balik semua itu, pengambilan keputusan mengenai sisi mana yang ditonjolkan tentu melibatkan nilai dan ideologi para wartawan yang terlibat dalam proses produksi sebuah berita. Framing memiliki impilkasi penting bagi komunikasi politik. Sebab framing memainkan peran utama dalam mendesakkan kekuasaan politik, dan frame dalam teks berita sungguh merupakan kekuasaan yang tercetak – ia menunjukkan identitas para aktor atau interest yang berkompetisi untuk mendominasi teks.

Menurut Eriyanto (2005:187), konsep framing menurut Entman, secara konsisten menawarkan sebuah cara untuk mengungkap the power of a communication text. Framing analysis dapat menjelaskan dengan cara yang tepat pengaruh atas kesadaran manusia yang didesak oleh transfer informasi dari sebuah lokasi, seperti pidato, ucapan/ungkapan, news report, atau novel. Framing, secara esensial meliputi penseleksian dan penonjolan. Membuat frame adalah menseleksi beberapa aspek dari suatu pemahaman realitas, dan membuatnya lebih menonjol di dalam suatu teks yang dikomunikasikan sedemikian rupa sehingga mempromosikan sebuah definisi permasalahan yang khusus, interpretasi kausal, evaluasi moral, dana atau merekomendasikan penanganannya.

Dalam konsepsi Entman, framing pada dasarnya merujuk pada pemberian definisi, penjelasan, evaluasi dan rekomendasi dalam suatu wacana untuk menekankan kerangka berpikir terhadap peristiwa yang diwacanakan. Frame berita timbul dalam dua level. Pertama, konsepsi mental yang digunakan untuk memproses informasi dan sebagai karakteristik dari teks media. Misalnya frame anti militer yang dipakai untuk melihat dan memproses informasi demonstrasi atau kerusuhan. Kedua, perangkat spesifik dari narasi berita yang dipakai untuk membangun pengertian mengenai persitiwa. Frame berita dibentuk dari kata kunci, metafora, konsep, simbol, citra yang ada dalam narasi

374

Kolase Komunikasi di Indonesia

berita. Karenanya, frame dapat dideteksi diselidiki dari kata, citra dan gambar tertentu yang memberikan makna tertentu dari teks berita. Kosa kata dan gambar itu ditekankan dalam teks sehingga lebih menonjol dibandingkan bagian lain dalam teks. Itu dilakukan lewat pengulangan, penempatan yang lebih menonjol, atau mengubungkan dengan bagian lain dalam teks berita. Sehingga bagian itu lebih menonjol, lebih mudah dilihat, diingat dan lebih mempengaruhi khalayak (Eriyanto, 2005:189).

Berikut ditampilkan tabel elemen analisis framing model Entman, yang fokus pada 4 (empat) model analisis teks berita yang digunakan Entman (dalam Eriyanto, 2005:188-190):

Tabel 1.Analisis Framing Model Entman

Define Problems(Pendefinisian Masalah)

Bagaimana suatu peritiwa/isu dilihat? Sebagai apa? Atau sebagai masalah apa?

Diganosa Causes(Memperkirakan masalah atau sumber masalah

Peristiwa itu dilihat disebabkan oleh apa? Apa yang dianggap sebagai penyebab dari suatu masalah? Siapa (aktor) yang dianggap sebagai penyebab masalah?

Make Moral Judgement(Membuat keputusan moral)

Nilai moral apa yang disajikan untuk menjelaskan masalah? Nilai moral apa yang dipakai untuk melegitimasi atau mendelegitimasi suatu tindakan?

Treatment Recommendation(menekankan penyelesaian

Penyelesaian apa yang ditawarkan untuk mengatasi masalah/isu? Jalan apa yang ditawarkan dan harus ditempuh untuk mengatasi masalah?

Sumber: Dalam Eriyanto (2005: 189)

Konsepsi mengenai framing dari Entman tersebut menggambarkan secara luas bagaimana perisitiwa dimaknai dan ditandakan oleh wartawan. Define Problems (pendefinisian masalah) adalah elemen yang pertama kali dapat kita lihat mengenai framing. Elemen ini merupakan master frame/bingkai yang paling utama. Ia menekankan bagaimana peritiwa dipahami oleh wartawan. Ketika ada masalah atau peristiwa, bagaimana peristiwa atau isu tersebut dipahami. Peristiwa yang sama dapat dipahami secara berbeda. Diagnose causes (memperkirakan penyebab masalah), merupakan elemen framing untuk membingkai siapa yang dianggap sebagai aktor dari peristiwa. Penyebab di sini bisa berarti apa (what), tetapi bisa juga berarti siapa (who). Bagaimana

Dian Wardiana Sjuchro dan Hendra Alfani, Jurnalisme Politik dan...

375

peristiwa dipahami, tentu saja menentukan apa dan siapa yang dianggap sebagai sumber masalah. Karena itu, masalah yang dipahami secara berbeda, penyebab masalah tidak langsung juga akan dipahami secara berbeda pula. Make moral judgement (membuat pilihan moral), adalah elemen framing yang dipakai untuk membenarkan/memberi argumentasi pada pendefinisian masalah yang sudah dibuat. Ketika masalah sudah didefinisikan, penyebab masalah sudah ditentukan dibutuhkan sebuah argumentasi yang kuat untuk mendukung gagasan tersebut. Gagasan yang dikutip berhubungan dengan sesuatu yang familiar dan dikenal oleh khalayak. Selanjutnya elemen yang keempat adalah: Treatment recommendation (menekankan penyelesaian). Elemen ini dipakai untuk menilai apa yang dikehendaki oleh wartawan. Jalan apa yang dipilih untuk menyelesaikan masalah. Penyelesaian itu tetap tergantung pada bagaimana peristiwa itu dilihat dan siapa yang dipandang sebagai penyebab masalah.

Analisis framing model Robert N. Entman inilah yang akan kami gunakan untuk melihat konstruksi realitas ketiga suratkabar terteliti dalam memberitakan drama politik pemilihan Gubernur DKI Jakarta putaran dua dengan topik penelitian: JURNALISME POLITIK DAN KONSTRUKSI KEBERPIHAKAN MEDIA (Analisis Framing Headline Media Indonesia dan Republika Sehari Sebelum dan Sehari Sesudah Pencoblosan Pilgub DKI Jakarta Putaran Dua 2017).

Metode PenelitianMetode yang dipilih dalam penelitian ini adalah metode kualitatif,

sebagaimana yang dikatakan Lindlof dan Taylor (2002) bahwa metode kuantitatif dianggap lebih tepat untuk para peneliti yang memiliki pandangan potivistik atau empiris, dan metode kualitatif lebih tepat untuk para peneliti interpretif dan kritis. Penelitian kualitatif merupakan sebuah bentuk pendekatan interpretif di mana peneliti membuat sebuah interpretasi dari apa yang dilihat, didengar, dan dipahami, serta interpretasi peneliti tidak bisa dipisahkan dari latar belakang, sejarah, konteks, dan pemahaman sebelumnya (dalam Creswell, 2009: 176).

Sementara itu Bogdan & Tailor (1992:21-22), menyatakan bahwa penelitian kualitatif adalah salah satu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriftif berupa ucapan atau tulisan dan

376

Kolase Komunikasi di Indonesia

perilaku orang-orang yang diamati. Melalui penelitian kualitatif peneliti dapat mengenali subjek dan merasakan apa yang mereka alami dalam kehidupan sehari-sehari. Menurut definisi ini penelitian kualitatif menghasilkan data deskriptif sehingga merupakan rinci dari suatu fenomena yang diteliti. Senada dengan itu, Kirk dan Miller mendefinisikan penelitian kualitatif sebagai tradisi tersentuh dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada manusia dalam kawasannya tersendiri dan berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasa dan dalam peristilahannya (dalam Jerome Kirk, 1986:9).

Oleh karena itu, penelitian ini menggunakan pendekatan analisis framing yang merupakan salah satu alternatif model analisis yang dapat mengungkap rahasia di balik sebuah perbedaaan bahkan pertentangan media dalam mengungkapkan fakta. Analisis framing dipakai untuk mengetahui bagaimana realitas dibingkai oleh media. Dengan demikian realitas sosial dipahami, dimaknai, dan dikonstruksi dengan bentukan dan makna tertentu. Elemen-elemen tersebut bukan hanya bagian dari teknis jurnalistik, melainkan menandakan bagaimana peristiwa dimaknai dan ditampilkan. Inilah sesungguhnya sebuah realitas politik, bagaimana media membangun, menyuguhkan, mempertahankan, dan mereproduksi, suatu peristiwa kepada pembacanya. Melalui analisis framing akan dapat diketahui siapa menendalikan siapa, siapa lawan siapa, mana kawan mana lawan, mana patron dan mana klien, siapa diuntungkan dan siapa dirugikan, siapa menindas dan siapa tertindas, dan seterusnya.

Dalam penelitian ini, unit analisisnya adalah berita headline Harian Media Indonesia dan Republika dalam mengonstruksi realitas dan pembentukan wacana terkait dengan pemungutan suara (pencoblosan) Pilgub DKI Jakarta putaran kedua yang terbit pada tanggal 19 dan 20 April 2017.

Hasil Penelitian dan PembahasanProfile Singkat Harian Media Indonesia

Media Indonesia  adalah seperti disarikan dari situs https://id.wikipedia.org/wiki/Media_Indonesia, adalah sebuah  surat kabar harian yang terbit di Jakarta. Tergabung ke dalam Media Group,

Dian Wardiana Sjuchro dan Hendra Alfani, Jurnalisme Politik dan...

377

sejumlah kalangan menganggap Media Indonesia sebagai surat kabar umum terbesar ketiga di  Indonesia. Media Indonesia membawahi stasiun televisi Metro TV pada tahun 2000-saat ini. Media Indonesia pertama kali diterbitkan pada tanggal 19 Januari 1970. Sebagai surat kabar umum pada masa itu, Media Indonesia awalnya diterbitkan sebanyak empat halaman dengan tiras yang sangat terbatas. Kantor pertama Media Indonesia di Jl. Letnan Jenderal M.T. Haryono, Jakarta, menjadi awal sejarah panjang Media Indonesia. Lembaga yang menerbitkan Media Indonesia adalah Yayasan Warta Indonesia.

Pada tahun 1976, surat kabar ini kemudian berkembang menjadi delapan halaman. Sementara itu, perkembangan regulasi di bidang pers dan penerbitan terjadi. Salah satunya adalah perubahan SIT (Surat Izin Terbit) menjadi SIUPP (Surat Izin Usaha Penerbitan Pers). Karena perubahan ini penerbitan dihadapkan pada realitas bahwa pers tidak semata menanggung beban idealnya tetapi juga harus tumbuh sebagai badan usaha. Dengan kesadaran untuk terus maju, pada tahun  1987,  Teuku Yousli Syah  selaku pendiri Media Indonesia bergandeng tangan dengan  Surya Paloh, mantan pimpinan surat kabar Prioritas. Dengan kerjasama ini, dua kekuatan bersatu, kekuatan pengalaman bergandeng dengan kekuatan modal dan semangat. Maka pada tahun tersebut lahirlah Media Indonesia dengan manajemen baru di bawah PT. Citra Media Nusa Purnama. Surya Paloh menjadi direktur utama, sedangkan Teuku Yousli Syah menjadi Pemimpin Umum, dan Pemimpin Perusahaan dipegang oleh Lestary Luhur. Sementara itu, markas usaha dan redaksi dipindahkan ke Jl. Gondandia Lama No. 46 Jakarta.

Awal tahun 1993, Media Indonesia menempati kantor barunya di Komplek Delta Kedoya, Jalan Pilar Mas Raya Kav. A-D, Kedoya Selatan, Kebon Jeruk, Jakarta Barat. Gedung ini membawahi seluruh divisi, yang meliputi redaksi, usaha, percetakan, pusat dokumentasi, perpustakaan, iklan, sirkulasi, distribusi, serta fasilitas penunjang karyawan. Gedung tersebut juga dijadikan kantor pusat  Metro TV  yang berdiri pada tanggal  25 November  2000. Sejarah panjang serta motto “Pembawa Suara Rakyat” yang dimiliki oleh Media Indonesia bukan menjadi motto kosong dan sia-sia, tetapi menjadi spirit pegangan sampai kapan pun. Pada tahun 2010, Media Indonesia mengganti mottonya menjadi “Jujur Bersuara”. (https://id.wikipedia.org/wiki/Media_Indonesia)

378

Kolase Komunikasi di Indonesia

Profile Singkat Harian Republika Republika  seperti dikutip dari (https://id.wikipedia.org/wiki/

Republika_(surat_kabar)adalah  koran  nasional yang dilahirkan oleh kalangan

komunitas  muslim  bagi publik di  Indonesia. Penerbitan tersebut merupakan puncak dari upaya panjang kalangan umat  Islam, khususnya para  wartawan  profesional muda yang dipimpin oleh ex wartawan  Tempo,  Zaim Uchrowi  yang telah menempuh berbagai langkah. Kehadiran  Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia  (ICMI) yang saat itu diketuai BJ Habibie dapat menembus pembatasan ketat pemerintah untuk izin penerbitan saat itu memungkinkan upaya-upaya tersebut berbuah. Republika terbit perdana pada 4 Januari1993.

Koran ini terbit di bawah bendera perusahaan PT Abdi Bangsa. Setelah BJ Habibie tak lagi menjadi presiden dan seiring dengan surutnya kiprah politik ICMI selaku pemegang saham mayoritas PT Abdi Bangsa, pada akhir 2000, mayoritas saham koran ini dimiliki oleh kelompok Mahaka Media. PT Abdi Bangsa selanjutnya menjadi  perusahaan induk, dan Republika berada di bawah bendera PT Republika Media Mandiri, salah satu anak perusahaan PT Abdi Bangsa. Di bawah bendera  Mahaka Media, kelompok ini juga menerbitkan Majalah Golf Digest Indonesia, Majalah Parents Indonesia, stasiun radio Jak FM, Gen FM, Delta FM, FeMale Radio, Prambors, Jak TV, dan Alif TV.

Walau berganti kepemilikan, Republika tak mengalami perubahan visi maupun misi. Visi Republika adalah Modern, Moderat, Muslim, Kebangsaan, dan Kerakyatan. Sedangkan Misi Republika adalah sebagai koran masyarakat baru yang maju, cerdas, dan beradab. Harus diakui, ada perbedaan gaya dibandingkan dengan sebelumnya. Sentuhan bisnis dan independensi Republika menjadi lebih kuat. Karena itu, secara bisnis, koran ini terus berkembang. Republika menjadi makin profesional dan matang sebagai koran  nasional  untuk komunitas muslim.

Analisis Framing Headline Media Indonesia

Berita headline halaman 1 Media Indonesia yang dianalisis dengan pendekatan framing Entman adalah berita headline yang terbit pada

Dian Wardiana Sjuchro dan Hendra Alfani, Jurnalisme Politik dan...

379

tanggal 19 April 2017 (yang diproses tanggal 18 April 2017) adalah berita headline yang terhitung terbit sehari sebelum pemungutan suara atau pencoblosan Pilgub DKI Jakarta putaran kedua yang dilaksanakan pada tanggal 19 April 2017. Sedangkan berita headline halaman 1 yang terbit pada tanggal 20 April (yang diproses pada tanggal 19 April 2017), adalah berita yang terhitung terbit sehari setelah pencoblosan Pilgub DKI Jakarta putaran kedua. Seperti terlihat pada tabel 2 di bawah ini:

Tabel 2.Berita Headline Media Indonesia Terbit Tanggal 19 dan 20 April 2017

No. Judul Berita dan Halaman

Hari & Tgl.Terbit

Visual Berita

1. JANGAN SALAH PILIH (Masyarakat Jakarta tidak memerlukan lagi janji-janji, tetapi lebih membutuhkan solusi yang konkret).Halaman 1

Rabu, 19 April

2017

2. KEMBALI BERGANDENGAN TANGANHalaman 1

Kamis, 20 April

2017

380

Kolase Komunikasi di Indonesia

Analisis Berita Headline Pertama (Terbit sebelum pencoblosan)Analisis berita headline pertama Media Indonesia, judul berita:

“JANGAN SALAH PILIH” (ditulis dengan huruf kapital) dan sub judul berita: “Masyarakat Jakarta tidak memerlukan lagi janji-janji tetapi lebih membutuhkan solusi yang konkret”. Berita headline ini terhitung terbit sehari sebelum pemungutan suara tanggal 19 April 2017. Berikut analisisnya:

Define Problem: Dalam pemberitaan ini, Media Indonesia, dengan mengutip pernyataan dari Surya Paloh (Ketum Partai NasDem) sebagai salah satu sumber berita yaitu mengangkat masalah bahwa Pemilukada DKI Jakarta putaran kedua mesti berjalan jujur dan tidak ada campur tangan ataupun intimidasi dari pihak mana pun sehingga berjalan aman dan tentram. Berikut kutipan dari berita tersebut:

“Surya Paloh mengimbau seluruh warga Jakarta agar datang ke TPS yang telah ditentukan untuk menggunakan hak politik mereka, tanpa rasa khawatir. (Halaman 1, Alinea 14).

“Berangkatlah ke TPS dengan penuh percaya diri. Tidak ada siapa pun yang berhak untuk menyatakan jangan pilih si A, apalagi mengintimidasi,” tegas Surya” (Halaman 1, Alinea 15).Diagnose causes: Warga Jakarta berharap agar pembangunan di

Jakarta terus dapat dilanjutkan. Sekaligus ada kekhawatiran masyarakat, bahwa akan ada pembatasan dan kemandegan pembangunan jika calon yang mereka dukung tidak terpilih. Berikut kutipan dari bagian berita tersebut:

“Sejumlah warga Jakarta berharap agar gubernur terpilih dapat mewujudkan mimpi-mimpi mereka. Sebagian dari mereka menginginkan agar Jakarta lebih banyak lagi menghadirkan ruang terbuka hijau (RTH). Jakarta pun diharapkan mampu menjadi wilayah yang lebih ramah dan aman”. (Halaman 1, Alinea 2.).

Make moral judgement: Media Indonesia memberi penilaian moral dengan menekankan agar masyarakat Jakarta tidak salah dalam memilih gubernur dan wakil gubernur. Masyarakat diharapkan memilih dengan menggunakan hati nurani sehingga memilih pemimpin yang tepat untuk meneruskan pembangunan Jakarta yang sudah berlangsung baik selama ini. Berikut kutipan teks beritanya berdasarkan sumber berita Ade Firman Hakim (Aktor/Bintang Film):

Dian Wardiana Sjuchro dan Hendra Alfani, Jurnalisme Politik dan...

381

“Agar harapan warga Jakarta terwujud, aktor Ade Firman Hakim, berharap pilkada DKI putaran kedua berjalan jujur dan tidak ada campur tangan ataupun intimidasi dari pihak mana pun sehingga berjalan dengan aman dan tentram. (Halaman 1, Alinea 8).

“Karena itu, penduduk Jakarta, menurut Ade Firman, tidak boleh salah memilih gubernur dan wakil gubernur. Dia menyarankan siap pun yang akan dipilih itu harus berdasarkan hati nurani. (Halaman 1, Alinea 9).

“Jangan salah pilih. Kalau kita memilihnya pakai hati, semoga pilihannya benar, kata bintang film Bid’ah Cinta dan Ibu Maafkan Aku itu.” (Halaman 1, Alinea 10).

Treatment recommendation: Media Indonesia, secara umum dalam alinea-alinea berita headline tersebut, “merekomendasikan” agar warga Jakarta yang memiliki hak pilih untuk tidak salah memilih, dengan tujuan agar harapan dan mimpi-mimpi masyarakat dapat terpenuhi oleh pemimpin (gubernur dan wakil gubernur) yang dipilih sesuai dengan hati nurani. Namun penegasan akan solusi konkret dilakukan dengan mengutip pendapat pengamat kebijakan publik, Yayat Supriatna, seperti terlihat dari kutipan di bawah ini:

“Masyarakat Jakarta sudah tidak butuh janji. Saat ini sudah mewakili, cuma harus lebih cepat realisasinya. Masyarakat butuh solusi konkret, jangan dibuat menunggu,” tegas Yayat.” (Halaman 1, Alinea 13).

Tabel 3. Frame Berita Headline Media Indonesia yang Terbit Rabu, 19 April 2017

Berjudul: JANGAN SALAH PILIH (“Masyarakat Jakarta tidak memerlukan lagi janji-janji tetapi lebih membutuhkan solusi yang konkret”)

Prangkat Framing Unit Pengamatan

Define problems

Dikembangkan wacana bahwa Pemilukada DKI Jakarta putaran kedua mesti berjalan jujur dan tidak ada campur tangan ataupun intimidasi dari pihak mana pun sehingga berjalan aman dan tentram. Wacana tersebut dimunculkan karena adanya “ancaman” akan adanya mobilisasi massa jika calon tertentu kalah.

Diagnose causes

Pemilukada DKI Jakarta di harapkan dapat menghasilkan gubernur dan wakil gubernur yang dapat melanjutkan pembangunan yang dinilai sudah berhasil, sekaligus memantapkan kepemimpinan yang dianggap tegas, bergerak cepat dan anti korupsi.

382

Kolase Komunikasi di Indonesia

Make moral judgement

Warga Jakarta yang memiliki hak pilih diingatkan untuk tidak salah memilih pemimpin. Warga Jakarta diarahkan untuk memilih gubernur dan wakil gubernur sesuai dengan hati nuraninya untuk meneruskan pembangunan di Jakarta.

Treatment recomendation

Dalam konteks ini, Media Indonesia melalui berita headline tersebut merekomendasikan kepada warga Jakarta agar memilih gubernur dan wakil gubernur yang baru menawarkan janji, tetapi yang sudah bekerja merealisasikan janjinya dan yang memberikan solusi konkret.

Analisis Berita Headline Kedua (Terbit setelah pencoblosan)Analisis berita headline kedua Media Indonesia, judul berita:

“Kembali Bergandengan Tangan”. Berita headline ini terhitung terbit sehari setelah pemungutan suara, yaitu tanggal 20 April 2017. Berikut analisisnya:

Define Problem: Dalam berita headline ini, Media Indonesia, menyebutkan bahwa pemilukada DKI putaran kedua sudah usai dengan lancar, aman dan damai. Sejatinya pemenangnya adalah warga Jakarta yang telah bersikap dewasa dalam pesta demokrasi di pemilukada DKI. Berikut kutipannya:

“Pemungutan suara pilkada DKI Jakarta putaran kedua kemarin berlangsung relatif lancar dan aman. Hasil pesta demokrasi itu diharapkan jadi momentum menggalang kembali persatuan di tengah masyarakat.” (Halaman 1, Alinea ke 1).

Diagnose causes: Warga Jakarta telah memberikan hak pilihnya. Pemilukada DKI Jakarta yang tadinya dikhawatirkan akan berlangsung tidak aman dan sarat dengan potensi konflik justru berlangsung lancar, aman dan damai. Kekhawatiran masyarakat, terlihat dari besarnya jumlah petugas gabungan (TNI, Polri dan lainnya) dalam mengamankan pemungutan suara Pemilukada DKI Jakarta putaran kedua. Berikut kutipan dari bagian berita tersebut:

“Pengamanan terhadap lokasi 13.032 TPS dilakukan 64.523 petugas gabungan. Kapolri Jenderal Tito Karnavian menyatakan kondisi relatif aman dan tidak terdeteksi adanya mobilisasi massa.(Halaman 1, Alinea 13).

“Ada sejumlah gejolak, tapi tidak signifikan. Rata-rata karena salah paham antarkelompok,” ungkap Tito di PTIK Jakarta Selatan”. (Halaman 1, Alinea 14).

Dian Wardiana Sjuchro dan Hendra Alfani, Jurnalisme Politik dan...

383

Make moral judgement: Media Indonesia memberi penilaian moral dengan menekankan bahwa kekalahan dan kemenangan dalam pemilukada DKI Jakarta adalah hal yang biasa, dan semua pihak yang berkepentingan harus menerima hasil itu dengan lapang dada. Berikut kutipan teks beritanya berdasarkan sumber berita Basuki Tjahaya Purnama dan Anies Baswedan :

“Terkait dengan hasil hitung cepat tersebut, Basuki menyatakan menerima dengan lapang dada. Dia siap menuntaskan seluruh program di masa jabatannya yang tersisa enam bulan supaya gubernur baru bisa lebih mudah meneruskannya. (Halaman 1, Alinea 4).

“Saya orangnya legowo. Apa pun posisi saya. Tuhan selalu berikan yang terbaik. Sekarang kami akan berusaha melunasi pekerjaan rumah dan janji kami,” ujar Basuki kepada Media Indonesia. (Halaman 1, Alinea 5).

“Di sisi lain Anies mengimbau agar perbedaan selama pilkada DKI bisa tuntas. Kita boleh berbeda bahasa, agama, etnik, dan partai, tapi darah kita sama, darah Indonesia,” ujar Anies di Kantor DPP Partai Gerindra.” (Halaman 1, Alinea 6).

Treatment recommendation: Media Indonesia, secara umum dalam alinea-alinea berita headline tersebut, mengutip imbauan dari Presiden Joko Widodo, Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama Said Aqil Siradj, Sekjen PP Muhammadiyah Abdul Mu’ti, dan Ketua Umum DPP Parta NasDem Surya Paloh, agar masyarakat kembali bersatu membangun Jakarta. seperti terlihat dari kutipan di bawah ini:

“Presiden Joko Widodo menilai siapa pun terpilih akan menjadi pemimpin yang baik. “Kita semua bersaudara. Apa pun hasilnya, siapa pun yang terpilih harus kita terima,” kata Jokowi yang menggunakan hak pilihnya di TPS 4 Gambir, Jakarta Pusat.” (Halaman 1, Alinea 7).

“Sejatinya pemenangnya ialah warga Jakarta, karena dengan kedewasaan, pilkada berjalan lancar, aman, dan damai,” tegas Abdul Mu’ti. (Halaman 1, Alinea 10).

“Kita harap hasil pilkada bisa menjadi representasi bahwa demokrasi bisa menghargai perbedaan, apa pun hasilnya,” kata Surya Paloh. (Halaman 1, Alinea 12)

384

Kolase Komunikasi di Indonesia

Tabel 4. Frame Berita Headline Media Indonesia yang Terbit Kamis, 20 April 2017

Berjudul: “Kembali Bergandengan Tangan”

Prangkat Framing Unit Pengamatan

Define problems

Pemilukada DKI Jakarta putaran kedua yang sebelumnya dikhawatirkan rawan terjadi konflik, justru berakhir antiklimaks. Pemilukada DKI putaran kedua berjalan dengan lancar, aman dan damai. Sejatinya pemenangnya adalah warga Jakarta yang telah bersikap dewasa dalam pesta demokrasi di pemilukada DKI.

Diagnose causes

Warga Jakarta telah memberikan hak pilihnya. Pemilukada DKI Jakarta memiliki potensi konflik yang tinggi antarkelompok. Muncul rasa khawatir ditengah-tengah masyarakat akan terjadi konflik. Kekhawatiran masyarakat, terlihat dari besarnya jumlah petugas gabungan (TNI, Polri dan lainnya) dalam mengamankan pemungutan suara Pemilukada DKI Jakarta putaran kedua.

Make moral judgement

Kekalahan dan kemenangan adalah hal yang biasa dalam suatu kontestasi politik. Semua pihak yang terlibat, terutama pasngan calon, partai pengusung dan pendukungnya serta semua pihak yang berkepentingan diminta untuk menerima hasil itu dengan lapang dada.

Treatment recomendation

Semua pihak diharapkan memberikan suasana sejuk usai Pemilukada DKI Jakarta putaran kedua. Presiden Joko Widodo dan tokoh-tokoh penting berpengaruh turut memberikan imbauan agar warga Jakarta kembali bersatu untuk membangun Jakarta.

Analisis Framing Headline RepublikaBerita headline halaman 1 Republika yang dianalisis dengan

pendekatan framing Entman adalah berita headline yang terbit pada tanggal 19 April 2017 (yang diproses tanggal 18 April 2017) adalah berita headline yang terhitung terbit sehari sebelum pemungutan suara atau pencoblosan Pilgub DKI Jakarta putaran kedua yang dilaksanakan pada tanggal 19 April 2017. Sedangkan berita headline halaman 1 yang terbit pada tanggal 20 April (yang diproses pada tanggal 19 April 2017), adalah berita yang terhitung terbit sehari setelah pencoblosan Pilgub DKI Jakarta putaran kedua. Seperti terlihat pada tabel 5 di bawah ini:

Dian Wardiana Sjuchro dan Hendra Alfani, Jurnalisme Politik dan...

385

Tabel 5.Berita Headline Republika Terbit Tanggal 19 dan 20 April 2017

No. Judul Berita Hari & Tgl.Terbit

Visual Berita

1. SIAP MENANG SIAP KALAH (Jiwa besar harus dikedepankan dalam menghadapi hasil pemungutan suara).Halaman 1

Rabu, 19 April

2017

2. JAKARTA BERSATU KEMBALIHalaman 1

Kamis, 20 April

2017

Analisis Berita Headline Pertama (Terbit sebelum pencoblosan)Analisis berita headline pertama Republika, judul berita: “SIAP

MENANG SIAP KALAH” (ditulis dengan huruf kapital dan dicetak berwarna merah tebal) dan sub judul berita: “Jiwa besar harus dikedepankan dalam menghadapi hasil pemungutan suara”. Berita

386

Kolase Komunikasi di Indonesia

headline ini terhitung terbit sehari sebelum pemungutan suara tanggal 19 April 2017. Berikut analisisnya:

Define Problem: Dalam pemberitaan ini, Republika, menegaskan bahwa perseteruan politik tidak perlu dibesar-besarkan. Pemilukada DKI Jakarta bukanlah suatu peperangan antar dua pihak yang berhadap-hadapan, akan tetapi hanya sebuah proses kontestasi politik dalam rangka memilih pemimpin (Gubernur dan Wakil Gubernur) di Jakarta, Berikut kutipan dari berita tersebut:

“Pasangan calon gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta diminta legawa menerima hasil pemungutan suara pemilihan kepala daerah putaran kedua, yang berlangsung Rabu 19/4. Iimbauan disampaikan sejumlah pemangku kepentingan, antara lain KPU, Bawaslu, menteri-menteri Kabinet Kerja dan organisasi massa berbasis agama.” (Halaman 1, Alinea 1).

“Komioner KPU Wahyu Setiawan mengimbau, kedua pasangan cagub dan cawagub bersikap dewasa dalam menyikapi hasil akhir pemungutan suara. Siapa pun harus bisa menerima kemenangan atau kekalahan. “Semua harus paham bahwa Pilkada DKI Jakarta bukan perang, melainkan ajang kontestasi politik,” ujar Wahyu kepada Republika di Jakarta, kemarin.” tegas Surya” (Halaman 1, Alinea 2).

Diagnose causes: Kekhawatiran akan terjadinya konflik dan benturan antarkelompok dalam pemilukada DKI Jakarta putaran kedua membayangi Jakarta. Hal itu disebabkan oleh karena sengitnya persaingan politik antar kedua kubu pasangan calon beserta elemen pendukungnya. Oleh karenanya, para pemangku kepentingan mencoba menenangkan suasana pemungutan suara putaran kedua. Berikut kutipan dari bagian berita tersebut:

“Komisioner Bawaslu Rahmat Bagja juga meminta dua pasang cagub dan cawagub menerima hasil akhir pemungutan suara. Bawaslu pun meminta, baik tim sukses maupun pendukung kedua pasang kandidat pemimpin Ibu Kota menjaga suasana selama pemungutan dan penghitungan suara tetap kondusif. “Mohon apa pun hasilnya dapat diterima dengan lapang dada,” ujarRahmat di Kantor Bawaslu, Jakarta, Selasa (18/4)”. (Halaman 1, Alinea 4).

“Menurut dia, siapa pun pemenang Pilkada DKI Jakarta merupakan putra-putra terbaik bangsa. Rahmat pun menyarankan apabila salah satu pihak merasa keberatan dengan hasil akhir pemungutan suara bisa menindalanjuti ke Mahkamah Konstitusi (MK). “Meski

Dian Wardiana Sjuchro dan Hendra Alfani, Jurnalisme Politik dan...

387

mungkin nanti selisih hasil akhir Pilkada Jakarta begitu ketat seperti Pilpres 2014 lalu, kami harap semua pihak mampu bersikap negarawan,” kata Rahmat.” (Halam 1, Alinea 5).

Make moral judgement: Harian Republika memberi penilaian moral dengan mengutip pendapat Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin yang mengatakan agar semua pihak yang terlibat dalam pemilukada DKI Jakarta mengedepankan jiwa besar dalam menghadapi hasil akhir pemungutan suara. Berikut kutipan teks beritanya berdasarkan sumber menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin:

“Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin mengatakan, jiwa besar harus dikedepankan dalam menghadapi hasil pemungutan suara. “Yang menang harus berjiwa besar untuk mengayomi dan melindungi semua warganya. Dan yang tidak menang termasuk pendukungya bisa legawa, berjiwa besar untuk menerima kekalahan, kemudian mendukung pemenang,” katanya.” (Halaman 1, Alinea 6).

“Lukman meminta semua pihak betul-betul memaknai esensi pelaksanaan pesta demokrasi. Sebab, kehadiran pilkada bukan sebagai pemutus silaturrahim di antara masyarakat. (Halaman 1, Alinea 7).

Treatment recommendation: Republika, secara khusus dalam berita headline tersebut, menegaskan agar kedua pasangan cagub dan cawagub menguatkan komitmen untuk siap menang dan siap kalah. Agar pemiluakda DKI Jakarta berlangsung lancar, aman dan damai. Untuk menjaga persatuan dan kesatuan masyarakat DKI Jakarta. Seperti terlihat dari kutipan di bawah ini:

“Sebelumnya, pada senin (17/4), kedua pasang cagub dan cawagub DKI Jakarta telah menyampaikan komitmen siap menang siap kalah dalam deklarasi pilkada damai di bilangan Monas, Jakarta. Hal tersebut tertuang dalam deklarasi pilkada damai dengan bunyi, “Menghormati hasil pemilihan gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta serta siap terpilih atau tidak terpilih.” (Halaman 1, Alinea 8).

“Komitmen itu dibacakan secara bersama-sama oleh cagub nomor urut dua, yaitu Basuki Tjahya Purnama dan cawagub nomor urut tiga, Sandiaga Uno. Turut hadir dalam kesempatan itu antara lain, Ketua KPU DKI Jakarta Sumano, Ketua Bawaslu DKI Jakarta Mimah Susanti, dan Kapolda Metro Jaya Irjen Pol M Iriawan. (Halaman 1, Aline 9)

388

Kolase Komunikasi di Indonesia

Tabel 6. Frame Berita Headline Republika yang Terbit Rabu, 19 April 2017

Berjudul: “SIAP MENANG SIAP KALAH” (“Jiwa besar harus dikedepankan dalam menghadapi hasil pemungutan suara”).

Prangkat Framing Unit Pengamatan

Define problems

Pemilukada DKI Jakarta telah melahirkan persaingan politik yang ketat dan sengit antarkelompok dan elemen, tidak hanya di Jakarta, tapi meluas ke wilayah lainnya. Di mana konflik yang muncul dalam kontestasi politik itu ditenggarai telah dijadikan “alat politik” untuk saling menjatuhkan dan mengalahkan. Pemilukada DKI Jakarta seolah seperti perang yang menghadapkan dua pihak (musuh) di medan perang. Padahal Pemilukada DKI Jakarta hanyalah suatu proses kontestasi politik dalam rangka memilih pemimpin (Gubernur dan Wakil Gubernur) di Jakarta.

Diagnose causes

Tak dapat dihindarkan, kekhawatiran warga Jakarta akan terjadinya konflik dan benturan terbuka antarkelompok dalam pemilukada DKI Jakarta putaran kedua semakin menghantui. Oleh karenanya, para pemangku kepentingan mencoba menenangkan suasana pemungutan suara putaran kedua.

Make moral judgement

Untuk menenangkan beban psikologis dan tensi politik warga DKI Jakarta, Republika memberikan penilaian moral dengan mengutip pendapat Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin yang mengatakan agar semua pihak yang terlibat dalam pemilukada DKI Jakarta mengedepankan jiwa besar dalam menghadapi hasil akhir pemungutan suara.

Treatment recomendation

Para pemangku kepentingn dalam pemiluakda DKI Jakarta, meminta kepada dua pasang calon untuk menegaskan komitmennya agar siap menang dan siap menerima kekalahan. Agar pemiluakda DKI Jakarta berlangsung lancar, aman dan damai. Untuk menjaga persatuan dan kesatuan masyarakat dan meneruskan pembangunan di Jakarta.

Analisis Berita Headline Kedua (Terbit Setelah pencoblosan)Analisis berita headline kedua Republika, judul berita: “JAKARTA

BERSATU KEMBALI” (ditulis dengan huruf kapital, cetak tebal hitam). Berita headline ini terhitung terbit sehari setelah pemungutan suara, yaitu tanggal 20 April 2017. Berikut analisisnya:

Dian Wardiana Sjuchro dan Hendra Alfani, Jurnalisme Politik dan...

389

Define Problem: Pelaksanaan pemungutan suara dalam pemilukada DKI Jakarta akhirnya berlangsung lancar, aman dan damai. Kekhawatiran akan terjadinya benturan dan konflik yang besar tidak terbukti. Pemilukada DKI Jakarta telah usai dengan menghasilkan pasangan nomor urut tiga Anies-Sandi sebagai pemenang yang merujuk kepada hasil hitung cepat lembaga survei. Berikut kutipannya:

“Pilkada DKI Jakarta 2017 akhirnya dimenangi pasangan calon Anies Baswedan-Sandiaga Uno merujuk hasil hitung cepat lembaga survei. Berbagai pihak meminta berakhirnya pilkada DKI dijadikan momentum untuk merajut kembali persatuan warga.” (Halaman 1, Alinea 1).

“Kita ingat, kita semua adalah bersaudara. Apa pun hasilnya, siapa pun yang terpilih harus kita terima dengan lapang dada,” kata Presiden Joko Widodo seusai menggunakan hak pilihnya di TPS IV, Kelurahan Gambir, Jakarta Pusat, Rabu (19/4).” (Halaman 1, Alinea 2)

Diagnose causes: Hasil akhir pemilukada DKI Jakarta tidak boleh memecah belah warga Jakarta. Perseteruan dan perbedaan pilihan politik yang sempat mengkotak-kotakan warga DKI Jakarta selama masa pelaksanaan tahapan pemilukada, harus segera diakhiri. Masyarakat juga diharapkan semakin dewasa dalam menyikapi proses demokrasi tersebut. Berikut kutipan dari bagian berita tersebut:

“Ia (Presiden Joko Widodo), meyakini Pilkada DKI 2017 menghasilkan gubernur dan wakil gubernur terbaik dan terpercaya. “Perbedaan pilihan politik jangan sampai memecah belah persatuan kita,” kata Jokowi.” (Halaman 1, Alinea 3).

“Selepas mencoblos kemarin, Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri sempat menyampaikan harapan bahwa Jakarta harus menjadi contoh bagi daerah lain soal bagaimana demokrasi berjalan. Ia bersyukur situasi jakarta kemarin berlangsung teduh. Presiden ke-5 RI tersebut juga meminta agar kondisi ini terus terjaga sampai tahapan pilkada rampung”. (Halaman 1, Alinea 12).

Make moral judgement: Republika memberi penilaian moral bahwa pemungutan suara dalam Pemilukada DKI Jakarta yang berlangsung aman dan damai tanpa insiden menjadi realitas yang memang diharapkan semua pihak, oleh karenanya hasilnya harus diterima semua pihak yang berkepentingan dengan mengedepankan

390

Kolase Komunikasi di Indonesia

kepentingan warga Jakarta secara keseluruhan. Berikut kutipan teks beritanya berdasarkan sumber berita Anies Baswedan, Sandiaga Uno, Djarot Saiful Hidayat dan Basuki Tjahaya Purnama:

“Kita akan teruskan impian menghadirkan persatuan di Jakarta yang, insya Allah, mengikat persatuan. Hari ini fase perbedaan disudahi,” ujar Anies di markas DPP Gerindra, kemarin. (Halaman 1, Alinea 6).

”Ia berjanji akan menjaga kebinekaan dan menjadi gubernur untuk semua golongan di Jakarta. Ia juga mengatakan akan berfokus mengerjakan program-program kerja yang mengutamakan keadilan sosial bagi seluruh warga Ibu Kota. (Halaman 1, Alinea 7).

“Hal senada disampaikan pasangannya, Sandiaga Uno. “Mengumpulkan lagi mereka yang tercerai berai, merajut lagi apa yang telah terkoyak dan menyatukan lagi apa yang sudah terpecah belah demi Jakarta,” kata Sandiaga Uno di DPP PKS, Jakarta, kemarin.” (Halaman 1, Alinea 8).

“Dipihak lain, calon wakil gubernur DKI Djarot Saiful Hidayat menyampaikan selamat atas keunggulan Anies-Sandi dalam penghitungan cepat. Djarot juga berpesan agar semua pihak menahan diri dan menjaga rasa kebersamaan.” (Halaman 1, Alinea 9).“Sedangkan, Ahok berjanji akan tetap bekerja keras pada sisa masa jabatannya. “Kami harapan ke depan kami ingin semua melupakan persoalan selama kampanye dan pilkada, Jakarta ini rumah kita bersama,” kata Ahok. (Halaman 1, Aline 10).

Treatment recommendation: Harian Republika, dalam alinea-alinea berita headline tersebut menekankan bahwa semua pihak akan menghormati hasil akhir Pemilukada DKI Jakarta dan bersama-sama lagi membenahi Jakarta, dengan mengutip pernyataan Ketua Umum DPP Partai Gerindra Prabowo Subianto, Wakil Presiden Jusuf Kalla, dan Ketua KPU RI Arief Budiman. Seperti terlihat dari kutipan di bawah ini:

“Ketua Umum DPP Partai Gerinda Prabowo Subianto menyampaikan, kemenangan Anies-Sandi merupakan kemenangan seluruh rakyat Jakarta. Ia juga mengucapkan terima kasih pekaa pihak-pihak yang telah membantu pemenangan pasangan calon yang ia dukung tersebut. “Terutama rakyat Indonesia. Juga untuk yang bagi-bagi sembako, terima kasih, kalau bisa terus,” ucap Prabowo sambil berseloroh soal terungkapnya berbagai praktik

Dian Wardiana Sjuchro dan Hendra Alfani, Jurnalisme Politik dan...

391

politik uang jelang pencoblosan.” (Halaman 1, Alinea 11).

“Wakil Presiden Republik Indonesia Jusuf Kalla mengatakan, gubernur terpilih harus membenahi pekerjaan rumah yang masih banyak, salah satunya yakni mengatasi banjir dan kemacetan. “Ya Banyaklah, mengatasi banjir dan kemacetan, itu yang penting,” ujar Jusuf Kalla”. (Halaman 1, Alinea 13 dan 14).

“Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) RI Arief Budiman mengatakan, masyarakat semakin dewasa dalam menyikapi proses demokrasi. Arief percaya warga DKI akan menghormati dan menerima hasilnya serta bisa bersalaman kembali menjalin persaudaraan. “Saya optimis semua unsur bangsa pada pilkada 2017 ini juga akan bergandengan tangan kembali,” ucap Arief.”. (Halaman 1, Alinea 15).

Tabel 7. Frame Berita Headline Republika yang Terbit Kamis, 20 April 2017

Berjudul: “JAKARTA BERSATU KEMBALI”

Prangkat Framing Unit Pengamatan

Define problems

Kekhawatiran akan terjadinya benturan dan konflik horizontal antarkelompok dalam pemilukada DKI Jakarta akhirnya tidak terbukti. Pemilukada DKI Jakarta telah selesai, dengan merujuk pada hasil hitung cepat lembaga survei, pasangan calon nomor urut tiga Anies-Sandi yang dinyatakan unggul di semua wilayah DKI Jakarta.

Diagnose causes

Perseteruan dan perbedaan politik selama tahapan Pemilukada DKI Jakarta harus segera diakhiri dan tidak boleh lagi memecah belah warga Jakarta. Masyarakat dan seluruh elemen pendukung kedua pasang calon diharapkan semakin dewasa dalam menyikapi hasil akhir dari proses demokrasi tersebut.

Make moral judgement

Republika memberi penilaian moral bahwa pemungutan suara dalam Pemilukada DKI Jakarta yang berlangsung aman dan damai tanpa insiden menjadi realitas yang memang diharapkan semua pihak, oleh karenanya hasilnya harus diterima semua pihak dengan mengedepankan kepentingan warga Jakarta secara keseluruhan.

Treatment recomendation

Semua pihak akan menghormati hasil akhir Pemilukada DKI Jakarta dan bersama-sama lagi membenahi Jakarta menjadi lebih baik lagi. Semua pihak harus bersatu kembali untuk membangun Jakarta yang berkeadilan sosial serta menjadi pemimpin untuk semua golongan.

392

Kolase Komunikasi di Indonesia

Pembahasan Hasil PenelitianBerdasarkan analisis framing yang sudah dilakukan berita headline

sehari sebelum dan sehari sesudah pemungutan suara pemilukada DKI Jakarta putaran kedua yang diterbitkan kedua surat kabar, terlihat pola yang signifikan dari kedua surat kabar dalam mengonstruksi keperbihakan mereka dalam pemiluakda DKI Jakarta melalui praktik jurnalisme politik yang dijalankan berdasarkan kebijakan redaksinya.

Pada berita berjudul: JANGAN SALAH PILIH (Masyarakat Jakarta tidak memerlukan janji-janji, tetapi lebih membutuhkan solusi yang konkret) yang terbit pada tanggal 19 April 2017 (berbarengan dengan hari pemungutan suara), Media Indonesia secara provokatif membuat judul itu untuk mengarahkan pilihan warga DKI Jakarta agar memilih pasangan nomor urut dua (Ahok-Djarot). Hal itu tercermin secara transparan dalam isi berita serta kutipan-kutipan pendapat/pernyataan dari narasumber berita yang berkecenderungan mendukung pasangan petahana itu. Semuanya diarahkan kepada keberhasilan pembangunan dan pencapaian kinerja pasangan Ahok-Djarot selama memimpin Jakarta. Walaupun berita headline ini menampilkan ilustrasi (karikatur) wajah Ahok dan Anies yang dibelah dua dalam satu wajah, yang sepertinya, hendak menunjukkan bahwa Media Indonesia tetap netral sebagai saluran dan media informasi bagi publik, namun ilustrasi itu tidak dapat mengalihkan perhatian “pembaca kritis” yang membaca dan mencermati berita itu hingga tuntas. Konstruksi realitas dalam praktik jurnalisme politik Media Indonesia (melalui berita headline itu) secara jelas menunjukkan kemana arah keberpihakannya dalam pemilukada DKI Jakarta putaran kedua.

Berbeda pada berita headline pertama, di mana Media Indonesia cenderung secara jelas menunjukkan keberpihakan kepada pasangan calon nomor urut 2 (Ahok-Djarot), dalam berita headline kedua yang berjudul: Kembali Bergandengan Tangan yang terbit sehari setelah pemungutan suara pemilukada DKI Jakarta putaran kedua (20/4), Media Indonesia tidak “segarang” seperti sehari sebelumnya. Sepertinya, Redaksi surat kabar milik Surya Paloh ini bergerak cepat “mengganti banjunya”. Kembali netral dan tidak menunjukkan keberpihakannya. Berita headline sudah ditulis dengan lebih soft, begitu juga foto berita yang ditampilkan yang memperlihatkan pasangan Ahok-Djarot tersenyum lebar usai memberikan pernyataan mengakui

Dian Wardiana Sjuchro dan Hendra Alfani, Jurnalisme Politik dan...

393

kekalahan dan memberikan ucapan selamat kepada pasangan Anies-Sandi yang dinyatakan sebagai pemenang versi hitung cepat lembaga survei. Tapi, kondisinya mungkin akan berbeda lagi jika yang keluar sebagai pemenang adalah pasangan Ahok-Djarot.

Lain Media Indonesia, lain pula Republika. Surat kabar yang lahir dari “rahim” Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia (ICMI) ini menampilkan versi keberpihakan yang berbeda terhadap pasangan calon yang “didukungnya” dalam pemilukada DKI Jakarta putaran kedua. Dalam berita headline yang berjudul: SIAP MENANG SIAP KALAH (Jiwa besar harus dikedepankan dalam menghadapi hasil pemungutan suara), yang terbit pada hari pemungutan suara (19/4), Republika sesungguhnya juga “provokatif ” ketika judul berita SIAP MENANG SIAP KALAH dicetak tebal dengan tinta merah. Melalui judul itu, harian ini hendak menyampaikan (menegaskan) pesan agar kedua pasangan calon untuk secara legawa siap menang dan siap kalah. Ilustrasi foto (karikatur) yang menampilkan dua wajah pasangan calon dengan pembatas Tugu Monas, juga divisualisasikan secara berimbang. Demikian juga isi berita, walaupun secara tersirat, Republika menunjukkan keberpihakannya kepada pasangan Anies-Sandi, yang ditampilkan secara lebih datar dengan mengutip pendapat para pemangku kepentingan dalam pemilukada DKI (KPU, Bawaslu, Menteri Agama, Tokoh NU dan Muhammdiyah). Demikian juga aktivitas kedua pasangan calon sehari sebelum pemungutan suara, juga ditulis secara berimbang. Ada sisi menarik dari berita headline ini, Republika sudah mengisyaratkan agar semua pihak agar berjiwa besar dalam menyikapi hasil pemungutan suara justru sehari sebelum pemungutan suara dan berita terbit pas hari pemungutan suara. Sepertinya Redaksi Republika sudah “menangkap tanda” bahwa pasangan Anies-Sandi bakal memenangkan Pemilukada DKI Jakarta.

Menarik berita headline Republika yang diterbitkan pada tanggal 20 April 2017 (sehari setelah pemungutan suara) di bawah judul: JAKARTA BERSATU KEMBALI (yang dicetak tebal hitam dengan huruf kapital), dengan kemasan gaya penulisan berita yang sama, tetapi justru menunjukkan keberpihakannya kepada pasangan Anies-Sandi secara lebih tegas. Frame itu terlihat pada alinea pertama berita, Republika menulis: “Pilkada DKI Jakarta 2017 akhirnya dimenangi pasangan calon Anies Baswedan-Sandiaga Uno merujuk hasil hitung

394

Kolase Komunikasi di Indonesia

cepat lembaga survei...”. Frame ini seolah hendak menegaskan bahwa calon yang didukung oleh harian ini telah memenangkan kontestasi, bahkan kesannya kemenangan itu membalikkan semua prediksi yang lebih mengunggulkan pasangan Ahok-Djarot. Berbeda dengan berita headline Media Indonesia yang terbit pada tanggal yang sama, yang membuat frame klise sebagai berikut: “Sejatinya pemenang ialah warga Jakarta karena dengan kedewasaan mereka berdemokrasi, pilkada DKI berjalan lancar, aman, dan damai”.

Penutup; Simpulan dan SaranDari uraian analisa hasil dan pembahasan penelitian, maka dapat

disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:1. Harian Media Indonesia dan Republika telah menunjukkan

keberpihakannya dalam memberitakan pelaksanaan pemilukada DKI Jakarta putaran kedua. Walaupun konstruksi keberpihakan itu ditampilkan dengan framing yang berbeda berdasarkan pola praktik jurnalisme politik yang mereka anut.

2. Harian Media Indonesia dan Republika telah menjadi pewacana berpengaruh dalam menggiring opini publik untuk memberikan dukungan kepada salah satu pasangan calon dalam pemilukada DKI Jakarta putaran kedua, jika dibandingkan dengan surat kabar nasional lainnya.

3. Kepemilikan dan latar belakang pendirian dan latar belakang ekonomi politik Media Indonesia dan Republika memengaruhi model dan praktik jurnalisme politik dalam mengontruksi realitas dalam pemilukada DKI Jakarta putaran kedua.Saran yang dapat disampaikan berdasarkan hasil analisis hasil

penelitian dan pembahasan adalah sebagai berikut:1. Kedua surat kabar nasional ini hendaknya semakin profesional

mempraktikan model jurnalisme politiknya di tengah berbagai tekanan ekonomi-politik media kontemporer.

2. Kedua surat kabar nasional ini hendaknya menjadi pewacana konstruktif dan berimbang atas realitas politik yang dipotretnya sebagai saluran komunikasi massa dan ruang publik.

3. Hendaknya para pemilik media dan kekuatan-kekuatan politik di belakang kepemilikan surat kabar dapat menetralisir pengaruh-pengaruh kepentingan ekonomi dan politik dalam jangka panjang.

Dian Wardiana Sjuchro dan Hendra Alfani, Jurnalisme Politik dan...

395

Daftar PustakaAbrar, Ana Nadhya. 2011. Analisis Pers Teori dan Praktik. Yogyakarta:

Cahaya Atma Pustaka

--------------------------. 2015. Tata Kelola Jurnalisme Politik. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Bogdan, Robert C. dan Steven J. Taylor. 1992. Introduction to Qualitative Research Methotds: A Phenomenological Approach in the Social Sciences. Terjemahan oleh Arief Furchan, John Wiley dan Sons. Surabaya: Usaha Nasional

Creswell, W. John. 2009. Research Desain: Qualitative, Quantitative, and Mixed Methods Approaches, 3rd edition. USA: SAGE Publication.

Danial, Akhmad. 2009. Iklan Politik TV; Modernisasi Kampanye Politik Pasca Orde Baru. Yogyakarta: LkiS.

Effendy, Onong Uchjana. 2003. Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung: PT. Citra Aditya Bhakti

Eriyanto. 2005. Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media. Yogyakarta: PT. LKiS Pelangi Aksara

Harahap, Abdul Asri. 2005. Manajemen dan Resolusi Konflik Pilkada. Jakarta: Cidesindo

Ibrahim, Idi Subandi. 2005. Media Sadar Publik; Media Lokal Mewartakan Korupsi dan Pelayanan Publik. Jakarta: LSPP

Kusumaningrat, Hikmat dan Purnama Kusumaningrat. 2006. Jurnalistik Teori dan Praktik. Bandung: Remadja Rosda Karya

McQuail, Denis. 2011. Teori Komunikasi Massa McQuail. Edisi 6 Buku 1 (Terjemahan). Jakarta: Salemba Humanika

Pawito. 2009. Komunikasi Politik Media Massa dan Kampanye Pemilihan. Yogyakarta: Jalasutra

Subiakto, Henry dan Rachmah Ida. 2012. Komunikasi Politik, Media, dan Demokrasi. Jakarta: Kencana Prenada Media

Suratkabar:

Media Indonesia. Rabu, 19 April 2017. Jangan Salah Pilih (Masyarakat Jakarta tidak memerlukan lagi janj-janji, tetapi lebih membutuhkan solusi konkret).

396

Kolase Komunikasi di Indonesia

Media Indonesia. Kamis, 20 April 2017. Kembali Bergandengan Tangan.

Republika. Rabu, 19 April 2017. Siap Menang Siap Kalah (Jiwa besar harus dikedepankan dalam menghadapi hasil pemungutan suara).

Republika. Kamis, 20 April 2017. Jakarta Bersatu Kembali.