bab ii kajian teori a. tinjauan pustaka 1. permainan tenis ... · permainan tenis lapangan tenis...

55
9 BAB II KAJIAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Permainan Tenis Lapangan Tenis lapangan merupakan salah satu cabang olahraga yang dapat dimainkan secara tunggal dan ganda. Permainan ini dimainkan dengan bola kecil dengan cara antara pemain saling memukul bola sampai melewati net. Permainan tenis lapangan dimainkan diatas lantai yang rata dan lapangan berbentuk persegi panjang, lapangan terbagi antara dua tiang yang terbentang net. Masing-masing pemain yang menempati separuh lapangan saling menyeberang net. Dalam suatu permainan tenis lapangan, pemain-pemain harus mempertahankan skor mereka sendiri dan mengembalikan pukulan-pukulan lawan di dalam maupun garis batas lapangan. Tujuan dari masing-masing pemain adalah berusaha memukul bola melalui atas net sampai akhirnya salah seorang pemain gagal mengembalikan bola kedaerah lapangan lawan, sehingga akan menghasilkan point, dan memenangkan suatu pertandingan, faktor-faktor yang mendukung pencapaian prestasi tenis lapangan perlu dilatih dan ditingkatkan lebih intensif. Salah satu faktor yang harus dilatih untuk mencapai kemampuan bermain tenis lapangan adalah dengan menguasai teknik dasar pukulan. Adapun jenis-jenis pukulan tenis lapangan terdiridari: groundstroke, servis, volleys, dan overheadstroke atau smash. Menurut Jim Brown (2001: 31) Sedikitnya setengah dari seluruh pukulan tenis adalah forehand. Karena anda akan melakukan ribuan pukulan forehand dan karena pukulan ini dapat menjadi senjata simpanan yang bermanfaat bagi anda, maka pukulan ini sangat penting” agar mampu bermain tenis lapangan dengan baik. Teknik dasar pukulan groundstroke forehand tenis lapangan tersebut dapat dikuasai melalui latihan secara sistematis dan kontinyu. a. Dasar-Dasar Bermain Tenis Lapangan 1) Permainan Tunggal Disebut permainan tunggal (single) karena di dalam lapangan terdapat permainan yaitu antara satu pemain melawan satu pemain. Gambar di bawah pemain

Upload: phamquynh

Post on 02-Mar-2019

285 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

9

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Permainan Tenis Lapangan

Tenis lapangan merupakan salah satu cabang olahraga yang dapat dimainkan

secara tunggal dan ganda. Permainan ini dimainkan dengan bola kecil dengan cara

antara pemain saling memukul bola sampai melewati net. Permainan tenis lapangan

dimainkan diatas lantai yang rata dan lapangan berbentuk persegi panjang, lapangan

terbagi antara dua tiang yang terbentang net. Masing-masing pemain yang menempati

separuh lapangan saling menyeberang net.

Dalam suatu permainan tenis lapangan, pemain-pemain harus mempertahankan

skor mereka sendiri dan mengembalikan pukulan-pukulan lawan di dalam maupun garis

batas lapangan. Tujuan dari masing-masing pemain adalah berusaha memukul bola

melalui atas net sampai akhirnya salah seorang pemain gagal mengembalikan bola

kedaerah lapangan lawan, sehingga akan menghasilkan point, dan memenangkan suatu

pertandingan, faktor-faktor yang mendukung pencapaian prestasi tenis lapangan perlu

dilatih dan ditingkatkan lebih intensif. Salah satu faktor yang harus dilatih untuk

mencapai kemampuan bermain tenis lapangan adalah dengan menguasai teknik dasar

pukulan. Adapun jenis-jenis pukulan tenis lapangan terdiridari: groundstroke, servis,

volleys, dan overheadstroke atau smash.

Menurut Jim Brown (2001: 31) “Sedikitnya setengah dari seluruh pukulan tenis

adalah forehand. Karena anda akan melakukan ribuan pukulan forehand dan karena

pukulan ini dapat menjadi senjata simpanan yang bermanfaat bagi anda, maka pukulan

ini sangat penting” agar mampu bermain tenis lapangan dengan baik. Teknik dasar

pukulan groundstroke forehand tenis lapangan tersebut dapat dikuasai melalui latihan

secara sistematis dan kontinyu.

a. Dasar-Dasar Bermain Tenis Lapangan

1) Permainan Tunggal

Disebut permainan tunggal (single) karena di dalam lapangan terdapat

permainan yaitu antara satu pemain melawan satu pemain. Gambar di bawah pemain

10

sedang dalam permainan, untuk memulai permainan salah seorang pemain harus

melakukan pukulan pada bola yang biasa disebut dengan servis.

Gambar 2.1 Ilustrasi Permainan Tunggal

Sumber: Katie Marsico and Cecilia Minden, 2009: 7

Pemberi servis selalu memukul bola dari salah satu daerah di belakang “garis

belakang” (base line) dengan pukulan menyilang ke daerah servis yang berlawanan

dengannya. Daerah servis selalu berganti setiap terjadi pergantian angka dan setiap kali

servis pertama dimulai dari sebelah kanan. Pada gambar pemain melakukan servis dari

belakang sebelah kanan kemudian bola diarahkan ke daerah servis sebelah kanan

pemain pemain lawan demikian maka bola dikatakan dalam permainan.

Dalam menerima servis, pemain lawan harus menunggu bola memantul lebih

dahulu sebelum mengembalikan bola ke lapangan permainan. Kemudian setelah bola

dipukul sesama pemain saling memukul bola kembali sehinga bola mendarat ke dalam

daerah lapangan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa permainan tenis adalah

memukul bola bolak balik melalui atas net sampai akhirnya seorang pemain gagal

mengembalikan bola ke daerah lapangan lawan.

2) Permainan Ganda

Permainan ganda biasa disebut dengan bermain berpasangan, di dalam lapangan

terdapat permainan yaitu antara dua orang pemain melawan dua orang pemain. Seorang

pemain dari salah satu pasangan melakukan servis dan salah seorang dari pasangan

yang lain menerima servis, kemudian permainan dilanjutkan seperti pada permainan

tunggal. Bola dimainkan bolak-balik melalui atas net sampai salah satu pasangan gagal

mengembalikan bola ke daerah lapangan lawan.

11

Gambar 2.2 Ilustrasi Permainan Ganda

Sumber: Katie Marsico and Cecilia Minden, 2009: 9

b. Pegangan Raket (Grip)

Pegangan raket sangat penting dalam permainan tenis, hal ini akan

mempengaruhi gaya permainan dari tenis itu sendiri. Pegangan raket Groundstroke

Forehand Tenis Lapangan ada 3 macam yaitu: 1) Eastrern Forehand Grip, 2) Semi

Western Forehand Grip, dan 3) Western Forehand Grip. (Rob Antoun, 2013: 25).

1) Eastrern Forehand Grip

Grip yang paling sering digunakan petenis pemula. Grip ini seringkali disebut

sebagai “pegangan berjabat tangan”, yaitu dengan memulai pegangan dari leher raket,

yang seperti menjabat tangan, lalu turun ujung gagang raket. Posisi dari pangkal

telunjuk cenderung berada pada sisi kanan (untuk pemain tangan kanan) atau sisi kiri

(untuk pemain kidal).

Pegangan jenis ini dapat memberikan variasi pukulan yang lengkap, baik, itu

flat, slice, maupun spin. Pilihan grip ini cocok sekali untuk bagi pemain yang sering

mengandalkan pemain volley ke depan net karena anda dapat dengan mudah dan cepat

menyesuaikan grip untuk pukulan volley ke depan net. Namun minus pegangan ini

sekali lagi agak susah untuk menghadapi bola-bola top spin yang bersifat parabolik.

12

Gambar 2.3 Eastern Forehand Grip

Sumber: Rob Antoun, 2013: 25

2) Semi Western Forehand Grip

Semi Western Forehand Grip adalah grip yang paling banyak dipakai oleh

pemain tenis modern, terutama yang memiliki tipe permainan baseliner, grip ini

berawal dari grip eastern kemudian tangan diputar searah jarum jam. Keunggulan dari

grip ini adalah dapat memukul spin dengan baik sehinga kemungkinan bola untuk

melewati net lebih besar karena sifatnya yang parabolik. Grip ini juga dapat dipakai

untuk memukul flat tetapi tidak direkomendasikan untuk pemukul slice. Minus dari grip

ini adalah kesulitan untuk mengantisipasi bola-bola rendah yang dihasilkan dari pukulan

flat atau slice terutama di lapangan cepat (grass atau hard court).

Gambar 2.4 Semi Western Forehand Grip

Sumber: Rob Antoun, 2013: 25

13

3) Western Forehand Grip

Grip ini digunakan terutama untuk memproduksi pukulan top spin. Pemain

spesialis lapangan tanah liat (clay) umumnya menggunakan grip jenis ini. Banyak

pemain modern saat ini. Grip ini biasa disebut sebagai pegangan wajan karena cara

memegang raket ini seperti saat kita menempatkan posisi pangkal telunjuk pada sisi

bawah gagang raket, atau memulai dari posisi semi western kemudian bergeser satu ke

sisi bawah gagang raket.

Grip ini sangat baik digunakan bagi pemain yang ingin memukul bola dengan

top spin. Arah bola dari hasil pukulan ini dapat melambung di atas net dan turun

menurut garis parabolik. Grip ini juga sangat nyaman digunakan untuk mengantisipasi

bola-bola tinggi yang biasanya terjadi di lapangan tanah liat. Akan tetapi, minus dari

grip jenis ini adalah tidak biasa dipakai untuk melakukan pukulan flat serta slice dan

juga sangat sulit untuk mengantisipasi bola-bola slice yang jatuh rendah di lapangan

cepat seperti rumput (grass) dan semen (hard court).

Gambar 2.5 Western forehand Grip

Sumber: Rob Antoun, 2013: 25

c. Jenis-Jenis Putaran Bola

Perrmainan tenis terdapat berbagai macam putaran-putaran bola yang dihasilkan

dari berbagai macam pukulan, setiap jenis putaran bola memiliki karakteristik tinggi-

rendah, cepat-lambat, serta jauh-dekatnya pantulan. Prinsip gerak untuk

menghasilkan jenis putaran bola penting untuk diketahui dan diajarkan kepada pemain,

sehingga pemain mampu melakukan pukulan yang menghasilkan jenis putaran

tertentu, baik untuk menyerang maupun bertahan. Seperti yang dikemukakan Vic

14

Braden dan Bill Burn (1998: 25) “Setiap kali bola dipukul, beberapa putaran atau rotasi

bola dihasilkan. Tidak ada yang namanya groundstroke yang sangat datar atau

melayang. Sebuah bola yang melengkung menghasilkan kantung udara dan gesekan

udara yang membuat bola melakukan hal-hal tertentu”.

Macam putaran bola terdapat empat variasi utama yaitu 1) putaran ke atas (top

spin), 2) putaran ke belakang atau kebawah (under spin) 3) Putaran kesamping

(sidespin atau slice), dan 4) Spin servis. Vic Braden dan Bill Burn (1998: 25).

Keempat jenis putaran tersebut, selain untuk menghasilkan beberapa macam pukulan

diperlukan cara berbeda-beda untuk menghasilkan jenis putaran bola yang satu dengan

jenis putaran bola yang lain. Adapun perbedaan jenis putaran bola terletak pada posisi

tinggi rendahnya kepala raket terhadap bola pada saat memukul (impact).

1) Putaran ke Atas (Top spin)

Jenis Putaran ini mengacu pada bola yang berputar dari rendah ke tinggi pada

sumbu vertikal. (Bayangkan sebuah titik di sisi depan bola yang bergerak kedepan dan

ke arah lawan, atau sebuah titik di sisi belakang yang bergerak rendah ke tinggi)

karakteristik topspin gaya ke bawah, sehingga jalur bola pada umumnya akan

menyerupai busur pelangi (Vic Braden dan Bill Burns, 1998: 26).

Putaran topspin menghasilkan pantulan bola yang lebih rendah dari normal,

jatuhnya lebih cepat, dan menggulir lebih jauh (Broer, 1960: 62-65). Jenis putaran

topspin menyulitkan lawan dalam mengantisipasi jarak pantulan bola, terutama bila

bola jatuh pada daerah belakang antara garis servis (serviceline) dan garis belakang

(baseline). Hal tersebut dikarenakan pemukulan berdiri pada posisi yang sulit (out

position), setelah melakukan pukulan pada bola.

Gambar 2.6 Lintasan Bola Top Spin

Sumber: Rolf Flichbeil, 2006: 52

15

2) Putaran ke Bawah/ ke Belakang (Backspin / Underspin)

Jenis putaran ini dilihat darititik tengah horisontal, jalur lintasan bola menurun

dari atas kedepan bawah. Underspin atau chip merujuk pada sebuah bola dimana titik

imajiner pada sisi belakang dari titik tinggi ke rendah berputar underspin menimbulkan

gaya ke atas tetapi karena tarikan gravitasi begitu besar sehingga bola bergerak pada

bidang garis lurus (Vic Braden dan Bill Bruns,1998: 26). Pukulan Backspin dilakukan

dengan cara raket diayunkan ke belakang kira-kira setinggi bahu diteruskan dengan

mengayunkan raket ke depan bawah, di akhiri gerak lanjutan dengan posisi bidang

kepala raket berada di depan lutut kaki kanan. Sesaat sebelum memukul bola posisi

bidang kepala raket berada di atas bola, bidang kepala raket tetap lurus selama gerakan

mengayun ke depan bawah, sehingga membentuk garis miring yang lurus dari atas

kebawah. Pengertian umum, jenis putaran back spin disebut juga jenis pukulan slice

atau mengiris.

Banyak kelemahan pukulan backspin antara lain mudah diantisipasi lawan

karena pantulan yang dihasilkan tinggi dan bola lebih lama di udara, sehingga

memudahkan lawan untuk mempersiapkan pukulan yang terarah. Pada permainan

ganda, jenis pukulan backspin memudahkan lawan untuk menyerobot bola dengan

teknik voli. Jenis pukulan back spin lebih mudah dilakukan, bahkan dapat dikatakan

tanpa mempelajaripun pemain dapat melakukannya secara naluriah. Oleh karena jenis

pukulan ini kurang menguntungkan dan kurang baik, maka tidak perlu diajarkan kepada

petenis pemula. Apabila jenis pukulan backspin menjadi pukulan kebiasaan dan

andalan, maka sulit bagi para pemain untuk mengembangkan teknik-teknik yang benar.

Gambar 2.7 Lintasan Bola Backspin / Underspin

Sumber: Rolf Flichbeil, 2006: 52

16

3) Putaran ke Samping (Sidespin atau Slice)

Sidespin atau slice mengacu pada sebuah bola yang berputar pada bidang

horizontal. Karakteristik Sidespin yaitu arah bola yang membentuk kurva kekiri atau

kanan seorang lawan. Putaran bola ini kebanyakan digunakan untuk memberikan

perlawanan rally pada lawan (Vic Braden dan Bill Bruns, 1998: 26)

Gambar 2.8 Lintasan Sidespin

Sumber: Rolf Flichbeil, 2006: 52

4) Spin Servis.

Pada putaran ini biasanya digunakan pada saat melakukan pukulan servis, servis

spin perkenaan bola berada ditengah antara vertical penuh (topspin) dan horizontal spin

yaitu dengan sudut 45 derajat dengan kepala raket setelah impact dengan bola dengan

melakukan gerak lanjut (followthrough) ke samping kiri badan.

d. Gerak Anatomi Tubuh Dalam Tenis Lapangan

Anatomi tenis dapat memberikan dalam proses latihan untuk meningkatkan

perminan tenis, beberapa praktik multiotot dan persendian, seperti menggunakan

panggul, lutut dan pergelangan kaki. Praktik lainya adalah single-joint, seperti

menaikan betis, yang hanya menggunakan gerakan pergelangan kaki. Semua latihan

tersebut sangat berguna untuk menghindari cedera dan ketahanan selama permainan.

Sama pentingnya dengan mendapatkan kebugaran selama bermain tenis dan bermain

tenis untuk kebugaran. Materi pemahaman anatomi tenis akan membantu menyiapkan

untuk bermain pada permainan tenis tingkat yang selanjutnya.

Perubahan yang paling baik dalam dunia tenis sepertinya telah terjadi karena

perubahan teknologi pada raket. Raket dibuat dari berbagai macam bahan yanglebih

lebar dan keras, di padu dengan titik-titik manis yang lebih besar. Hal ini telah

menyebabkan dampak yang luar biasa pada tenis dimanapun lebih dari groundstroke.

Raket dengan permukaan senar yang lebih besar berguna dan memudahkan

17

mengayunkannya untuk menciptkan pukulan yang kuat. Karena perubahan tersebut,

ayunan forehand dan backhand juga berbuah. Panjang, mengikuti ayunan dan

mengikuti arah target yang telah memberikan cara, ayunan rotasi yang berakhir

melewati tubuh di berbagai posisi tergantung tipe pukulanya. Pola ayunan ini

memudahkan pemain untuk memukul bola dari posisi open stance, terkadang ketika

memukul dengan pukulan forehand tetapi kadang juga saat two handed backhand.

Komponen rotasi ini biasa memindahkan sejumlah tekanan pada tubuh bagian tengah.

Oleh karenanya, praktik menyiapkan tubuh sangatlah penting.

Banyak gerakan otot pada tubuh bagian bawah sama semua pada pukulan tenis.

Ada hubungan antara gerak eksentrik (pemanjangan) dan konsetntrik (pemendekan)

yang memudahkan tubuh untuk menyimpan dan melepaskan energi tergantung pada

tahap masing-masing pukulan E. Paul Roeter & Mark S. Konvacs (2011: 7). Sebagai

tambahan, masing-masing pukulan memerlukan rotasi tubuh, begitu juga dengan

groundstrokes, servis, overheads, dan voli. Pukulan groundstroke, serves, dan overhead

membedakan dari pukulan one-and-two handed backhand yang otot tubuh bagian

atasnya diaktifkan pada posisi yang berlawanan. Otot-otot bagian punggung atas dan

belakang gerakan bahu konsentris (memperpendek) dalam fase eksentrik (memanjang)

pada gerkan gera lanjut. Otot-otot dada dan depan bahu pertama kontraksi eksentrik

selama backswing dan kemudian konsentris ketika mengayunkan raket ke depan.

Saat memukul groundstroke forehand masing-masing komposisi tubuh

memerlukan mekanisme tubuh bagian atas dan bawah yan berbeda, meskipun ketiga

posisi menggunakan kombinasi daya dorong siku dan linier untuk menciptakan tenaga

pukulan. Daya dorong linier dihasilkan dari keduanya: masa dan percepatan dan dapat

dihasilkan dari kedua arah vertikal dan horizontal. Daya dorong siku mengacu pada

komponen perputaran dari pukulan dan perhitungkan keduanya daya dorong inersia

sumbu (teristen terhadap rotasi sumbu tersebut) dan daya dorong kecepatan sudut

sumbu. Kedua daya dorong linier dan siku adalah dasar dasar pada beberhasilan dengan

tenaga forehand. Sejumlah daya dorong linier yang dihasilkan mempengaruhi besarya

jumlah kekuatan yang kekuatan yang dihasilkan disetiap bagian tubuh.

Posisi berdiri dengan kaki terbuka tangan didepan menghasilkan rotasi tubuh

yang baik secara total dan memerlukan banyak kekuatan dan fleksibilitas diseluruhkan

tubuh bagian tengah dan bawah dari pada posisi berdiri kaki kotak atau berdiri dekat

18

dengan tangan di depan. Pada berdiri kaki kotak atau berdiri dekat dengan didepan

memerlukan rotasi lebih sedikit pada tubuh bagian tengah, dan kontak bola dibuat

didepan pemain dan dekat dengan net ini hal yang paling penting untuk memahami

bahwa masing-masing posisi berdiri adalah situasi tertentu.

Gambar 2.9 Anatomi Tubuh Gerakan Groundstroke forehand

Sumber: E. Paul Roeter & Mark S. Konvacs, 2011: 7

e. Gerak Tubuh (Biomekanika) Dalam Tenis Lapangan

Biomekanika adalah ilmu tentang gaya gerak tubuh. Dalam menentukan pola

pergerakan yang paling efektif dalam menghasilkan pukulan (stroke), seorang ahli

biomekanika tenis dapatlah kemudian menganalisis efisiensi gerakan seorang pemain

dan mencoba untuk menentukan apakah pemain itu dapat bergerak lebih efektif lagi.

Teknik yang optimal dapat didefinisikan sebagai gerakan yang paling efektif sebagai

kombinasi antara tenaga dan kontrol baik di dalam pukulan (stroke) maupun teknik

gerakan sehingga meminimalisasikan risiko cedera.

Menurut Miguel Crespo dan Dave Miley (1998: 56) bahwa gerak tubuh

(biomekanika) di dalam tenis lapangan dengan prinsip-prinsip utama dari biomekanika

tenis dapat dengan mudah dihafal dengan singkatan (BIOMEC) yang kepanjangannya

adalah sebagai berikut:

1) Balance (Keseimbangan)

Keseimbangan adalah kemampuan untuk menjaga equilibrium (keadaan

kesetimbangan) baik secara dinamis maupun statis. Miguel Crespo dan Dave Miley

19

(1998: 56) menerangkan bahwa “sebagaimana tenis diketahui sebagai olahraga yang

selalu gerak, maka dibutuhkan keseimbangan yang dinamis”.

Sangat penting bagi pelatih untuk mengamati apakah pemain menjaga

straightline suatu garis lurus/ verticalaxis (porosvertikal) dari kepala sampai ketanah

yang memungkinkan perpindahan momentum linear ataupun angular. Ketika seorang

pemain top meskipun pada situasi yang sulit sekalipun, mereka menjaga agar kepala

dan tubuh bagian atas stabil dengan maksud dapat memberi pukulan yang efektif.

2) Inersia (Kelembaman)

Hukum dari kelembaman menyatakan “tubuh akan tetap diam atau bergerak

sampai diberi tenaga yang menggerakkan dari luar”. Dengan kata lain inersia adalah

ketahanan tubuh untuk bergerak atau untuk berhenti bergerak. Bagaimana seorang

pemain tenis bergerak cepat dari posisi diam, memperlambat gerakan, dan kemudian

mengubah arah gerak dengan serta merta. Manakala pada saat posisi siap, tubuh dan

raket pasti tidak bergerak, oleh karenanya, mempunyai beberapa inersia yang diam.

Manakala bereaksi terhadap pukulan lawan, harus mengubah inersia diam dengan

menggunakan gaya gravitasi dan dengan gaya yang cukup menolak tanah untuk dapat

bergerak melalui kontaksi otot yang ada di kaki (Miguel Crespo dan Dave Miley,1998:

56). Saat kita membuat pukulan dengan tekukan lengan sedikit saja maka lebih sedikit

momentinersia yang dibutuhkan dari pada kita memukul dengan lengan yang lurus.

Lebih sedikit gerak putar dan lebih cepatlah kepala raket.

3) Oppositeforce (Daya Berlawanan)

Kita mengetahui teknik gerakan dan pukulan dari kaki yang bergerak menolak

tanah. “Pada setiap aksi terdapat reaksi yang sama besar dan berlawanan”. Tanah

kemudian memberi tolakan seimbang dengan tolakan yang

dilakukan oleh pemain yang menolakkan kakinya. Reaksi tanah memberikan daya

dorong untuk aksi pertama eksplosif. Sebagai contoh, sewaktu Becker memulai gerak

servis, pertama kali dia mendorong tanah (dengan menekukkan lututnya) dan aksi ini

memberikan daya untuk servisnya yang penuh tenaga.

4) Momentum (Momentum)

Momentum adalah gaya yang dihasilkan oleh tubuh, atau lebih tepatnya mass

xVelocity. Ada dua tipe momentum:

- Linear, sebagai contoh momentum di dalam garis lurus.

20

- Angular, sebagai contoh momentum di dalam gerak sirkular (putar).

Miguel Crespo dan Dave Miley (1998:56) menerangkan bahwa “Momentum

linear secara simple mentransfer berat tubuh ke depan menuju arah memukul (sebagai

contoh backhand Graff), sementara momentum angular dihasilkan dari rotasi tubuh

yang terjadi pada pinggul dan batang tubuh (sebagai contoh forehand Agassi)”.

5) Elastic Energy (energi elastis)

Energi elastic adalah energi yang tersimpan didalam otot dan tendon sebagai

hasil dari otot yang merenggang. Pemain ketika mempersiapkan untuk memukul bola,

mereka akan mengarahkan lengan mereka hamper tegak lurus kebagian belakang badan.

Ini dikenal sebagai backswing. Sebagai contoh, ketika Edberg mengoper langkah

setelah servis dan mendekat ke net dia menyimpan energi dikakinya, sehingga ketika

mendarat dia dapat menggunakan langkah pertama yang eksplosif terhadap bola.

Pemain modern juga menggunakan prinsip ini untuk ‘mengisi’ (pra renggang) dalam

tahap persiapan dari servis dan hentakan ke tanah yang membantu untuk menghasilkan

tenaga yang lebih besar. (Miguel Crespo dan Dave Miley, 1998: 57).

6) Coordination Chain (Rantai Koordinasi)

Koordinasi sering melibatkan bagian-bagian dari tubuh yang bertindak sebagai

suatu satu sistem rangkaian rantai dimana daya yang dihasilkan oleh satu rangkaian,

atau bagian tubuh, diteruskan untuk ke rangkaian-rangkain yang lainnya.

2. Biomotor

Biomotor adalah kemampuan gerak manusia yang dipengaruhi oleh kondisi

sistem organ dalam. Sistem organ dalam yang dimaksud yaitu: sistem neuromuscular,

pernapasan, peredaran darah, sistem energi, tulang, dan persendian. Menurut

Sukadiyanto (2010) komponen biomotor dipengaruhi oleh kebugaran energi dan

kebugaran otot. Kebugaran energi (energy fitness) diantaranya kapasitas aerobik dan

anaerobik. Sedangkan kebugaran otot (muscular fitness) diantaranya: kekuatan,

ketahanan, kecepatan, daya ledak atau power, fleksibilitas.

Antara bimotor/ fisik dan psikomotor sebenarnya tidak dapat dipisahkan,

melainkan hanya dapat dibedakan karena keduanya selalu berfungsi secara bersama-

sama. Secara konseptual keduanya saling berbeda. Domain fisik berkenaan dengan

kapasitas kerja fisik atau kemampuan biomotor (biomotor ability), sedangkan domain

21

psikomotor berkenaan dengan kapasitas pergerakan tubuh dan keterampilan. Ketika

seseorang melakukan pergerakan tubuh, selalu memerlukan dukungan kemampuan

biomotor. Sedangkan ketika seseorang menggunakan kemampuan biomotornya,

memerlukan pergerakan tubuh untuk merealisasikan gerakan tersebut karena keduanya

saling berkaitan erat.

Menurut Claude Bouchard dkk (1974) mengunakan istilah physical qualities

dalam mengklasifikasi domain fisik atau biomotor. Klasifikasi yang dibuat adalah

sebagai berikut:

Masing-masing pengertian di atas dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Kualitas Organik

a. Kapasitas aerobik adalah kualitas yang membuat seseorang mampu

melaksanakan kerja otot yang bersifat menyeluruh selama mungkin dalam

kondisi aerobik, yaitu kondisi dimana kebutuhan oksigen perlu tercukupi untuk

memproduksi adenosine tri posphat (ATP). Kapasitas aerobik ditentukan oleh

kapasitas fungsional jantung dan efisiensi penyediaan oksigen.

b. Kapasitas anaerobik adalah kualitas yang membuat seseorang mampu

melaksanakan kerja otot yang bersifat menyeluruh selama mungkin dalam

kondisi anaerobik, yaitu kondisi dimana oksigen tidak mutlak diperlukan dalam

memproduksi ATP. Kapasitas anaerobik ditentukan oleh kapasitas maksimum

konsumsi oksigen dan kapasitas psikologis melawan kesulitan fisiologis.

2. Kualitas Otot

a. Kekuatan Otot adalah kualitas yang memungkinkan pengembangan tegangan

otot dalam kontraksi yang maksimal atau kemampuan menggunakan daya

tegang untuk melawan beban atau hambatan. Kekuatan ditentukan oleh volume

otot dan kualitas kontrol pada otot yang bersangkutan.

b. Kapasitas aerobik otot lokal adalah kualitas yang memungkinkan seseorang

melakukan usaha yang menggunakan otot lokal atau sekelompok otot tertentu

selama mungkin dalam kondisi aerobik. Kapasitas ini ditentukan oleh kualitas

sirkulasi lokal serta konsentrasi mioglobin dan kekuatan otot.

c. Kapasitas anaerobik otot lokal adalah kualitas yang memungkinkan seseorang

melakukan usaha yang menggunakan otot lokal selama mungkin dalam kondisi

22

anaerobik. Kapasitas ini ditentukan oleh tingkat kekuatan otot dan kapasitas

psikologis untuk bertahan terhadap rasa sakit pada otot.

d. Power atau daya ledak eksplosif adalah kualitas yang memungkinkan otot atau

sekelompok otot untuk menghasilkan kerja fisik yang eksplosif. Power

ditentukan oleh kekuatan otot dan kecepatan rangsang syaraf serta kecepatan

kontraksi otot, produksi energi secara biokimia dan pertimbangan mekanik

gerak.

Menurut Suharno (1998: 86) daya ledak adalah kekuatan sebuah otot untuk

mengatasi tahanan beban dengan kecepatan tinggi dalam gerakan yang utuh. Daya ledak

khususnya otot tungkai digunakan sebagai tenaga pendorong pada saat melakukan

tolakan setelah melakukan awalan untuk memperoleh kecepatan vertikal sehingga dapat

menambah jarak lompatan yang dilakukan. Power juga merupakan kekuatan otot yang

bekerja dalam waktu singkat. Faktor penentu power menurut Suharno (1993: 59)

adalah:

1) Banyak sedikitnya macam fibril otot putih (phasic) dari atlet.

2) Kekuatan dan kecepatan otot. Rumus P = F x V.

3) P = power; F = force (kekuatan); V = velocity.

4) Waktu rangsangan maksimal, misalnya waktu rangsangan 15 detik, power

akan lebih baik dibandingkan dengan waktu rangsangan selama 34 detik.

5) Koordinasi gerakan yang harmonis antara kekuata dan kecepatan.

6) Tergantung banyak sedikitnya zat kimia dalam otot yaitu Adenosine Tri

Phosphat (ATP).

7) Penguasaan gerak yang benar.

Menurut Bompa (1990: 285) dilihat dari segi kesesuaian jenis gerakan atas

keterampilan gerak power dibedakan menjadi dua, yaitu:

1) Power Asiklik

Dalam kegiatan olahraga power ini dapat dikenal dari peranannya pada

suatu cabang olahraga, misalnya menolak dan melompat pada atletik

lebih dominan pada power asikliknya.

2) Power Siklik

Dari segi kesesuaian jenis gerak dari peranannya pada suatu cabang

olahraga lari cepat, lebih dominan pada power sikliknya. Daya ledak atau

23

power memainkan peran yang sangat penting terhadap mobilitas fisik.

Power merupakan kemampuan fisik yang tersusun dari beberapa

komponen diantaranya komponen yang menonjol adalah kekuatan dan

kecepatan.

Power atau daya ledak sering juga disebut eksplosive power atau muscular

power.Menurut M. Sajoto (1995:8) daya ledak otot (muscular power) adalah

kemampuan seseorang untuk melakukan kekuatan maksimum dengan usaha yang

dikerahkan dalm waktu yang sependek-pendeknya. Power adalah kemampuan otot

untuk mengeluarkan kekuatan maksimal dalam waktu amat singkat, Bompa (1999: 61).

Menurut Tim Fisiologi Manusia (2010: 45) power merupakan kombinasi antara

kekuatan dan kecepatan dan merupakan dasar dalam setiap melakukan suatu aktifitas.

Power merupakan hasil perkalian dan kecepatan sehingga satuan power adalah Kg

(berat) x meter/detik. Sedangkan Kg x meter adalah satuan usaha, dengan demikian

power dapat diartikan sebagai usaha per detik power/daya ledak adalah kemampuan

kerja otot (usaha) dalam satuan waktu (detik). Power dibedakan menjadi 2 yaitu:

1) Kekuatan daya ledak; kekuatan ini digunakan untuk mengatasi resistensi

yang lebih rendah, tetapi dengan percepatan daya ledak maksimum. Power

sering digunakan untuk melakukan satu gerakan atau satu ulangan (lompat

jauh, lempar cakram, dan dll).

2) Kekuatan gerak cepat; gerakan ini dilakukan terhadap resistensi dengan

percepatan dibawah maksimum, jenis ini digunakan untuk melakukan

gerakan berulang-ulang, misalnya lari, mengayuh, dan dll.

e. Fleksibilitas adalah kualitas yang memungkinkan suatu segmen tubuh bergerak

dengan luas rentangan sendi semaksiml mungkin. Fleksibilitas ini ditentukan

oleh mobilitas sendi dan elastisitas otot-otot antagonis.

Menurut Setiawan (1991: 67) fleksibilitas adalah kemampuan seseorang dapat

melakukan gerak dengan ruang gerak seluas-luasnya dalam persendian. Fleksibilitas

yaitu kapasitas melakukan pergerakan dengan jangkauan yang seluas-luasnya (Bompa,

1994: 317). Fleksibilitas mengandung pengertian, yaitu luas gerak satu persendian atau

beberapa persendian. Ada dua macam fleksibilitas, yaitu : fleksibilitas statis, dan

fleksibilitas dinamis. Fleksibilitas statis ditentukan oleh ukuran dari luas gerak satu

persendian atau beberapa persendian. Sebagi contoh untuk pengukur luas gerak

24

persendian tulang belakang dengan cara sit and reach. Sedangkan fleksibilitas dinamis

adalah kemampuan seseorang dalam bergerak dengan kecepatan yang tinggi

(Sukadiyanto, 2002: 119).

Fleksibilitas yang baik pada umumnya dicapai bila semua sendi tubuh

menunjukkan kemampuan dapat bergerak dengan lancar sesuai dengan fungsinya.

Lentuk tidaknya seseorang ditentukan oleh luas sempitnya ruang gerak sendi-sendi yang

dapat dilakukan. Kelentukan yang dimiliki oleh seseorang tergantung pada beberapa

faktor. Menurut Suharno (1993: 53) faktor penentu fleksibilitas adalah: 1) elastisitas

dari otot, ligamentum, tendon, dan cupsul. 2) luas sempitnya ruang gerak sendi (Range

Of Motion). 3) tonus otot, tendon, ligamentum, dan cupsula. 4) tergantung dari derajat

panas diluar (temperatur). 5) unsur jemu, muram, takut, senang, semangat. 6) kualitas

tulang-tulang yang membentuk persendian. 7) faktor umur dan jenis kelamin.

Perkembangan fleksibilitas seseorang dipengaruhi oleh usia. Perkembangan

fleksibilitas pada tiap tingkatan usia berbeda. Pada umumnya anak kecil memiliki otot

yang lebih lentur (fleksibel), keadaan tersebut akan terus meningkat pada usia belasan

tahun (usia sekolah). Dan memasuki usia remaja fleksibilitas mereka cenderung

mencapai puncak perkembangannya, setelah fase itu secara perlahan-lahan fleksibilitas

mereka menurun (Michael J.Alter, 1996: 15).

Perbaikan dalam fleksibilitas otot dapat mengurangi terjadinya cidera pada otot-

otot, membantu dalam mengembangkan kecepatan, koordinasi, kelincahan atau agility,

membantu memperkembangkan prestasi, menghemat pengeluaran tenaga pada waktu

melaksanakan gerakan dan memperbaiki sikap tubuh (Harsono, 1988: 163). Macam-

macam latihan peregangan terdiri dari, 1) peregangan balistik, 2) peregangan statis, 3)

peregangan pasif, dan 4) peregangan kontraksi-relaksasi (Pate, 1993: 330).

Sedangkan menurut Harsono (1988: 163), mengemukakan bahwa fleksibilitas

adalah kemampuan untuk melakukan gerakan dalam ruang gerak sendi. Kecuali oleh

ruang gerakan sendi fleksibilitas juga ditentukan oleh elastis tidaknya otot-otot, tendo,

dan ligamen. Dalam bermain tenis lapangan sangat penting seorang atlet mempunyai

fleksibilitas yang baik di beberapa bagian tubuh, seperti fleksibilitas kaki, tungkai atas,

tungkai bawah dan togok untuk menunjang berbagai gerakan dalam tenis lapangan.

Kesimpulan yang dapat ditarik dari pendapat di atas, maka orang yang

mempunyai fleksibilitas yang baik, khususnya fleksibilitas togok adalah orang yang

25

mempunyai ruang gerak yang luas dalam sendi-sendi togok dan mempunyai otot-otot

yang elastis pada togok. Fleksibilitas yang baik menurut Harsono, (1988: 163), bahwa:

1) Mengurangi kemungkinan terjadinya cedera-cedera pada otot dan sendi.

2) Membantu dalam mengembangkan kecepatan, koordinasi, dan kelincahan.

3) Membantu perkembangan prestasi.

4) Menghemat pengeluaran tenaga pada waktu melakukan gerakan-gerakan.

5) Membantu memperbaiki sikap tubuh.

Untuk mengembangkan fleksibilitas togok dapat dilakukan latihan peregangan

otot, seperti peregangan dinamis dan peregangan statis. Memperbaiki kelentukan daerah

gerak suatu persendian, harus dilakukan beberapa bentuk peregangan yang dinamis dan

statis agar badan menjadi normal kembali atau bahkan kondisi lebih baik.

3. Kualitas Persepsi Kinetik

a. Kecepatan mereaksi adalah kualitas yang memungkinkan mengawali respon

kinetik secepat mungkin setelah menerima stimulus. Kecepatan mereaksi

ditentukan oleh tingkat pengenalan situasi persepsi, tingkat pengenalan

respon kinetik yang harus dilakukan dan kualitas kondisi fisik.Kecepatan

bergerak adalah kualitas yang memungkinkan melaksanakan suatu gerakan

atau gerakan-gerakan dalam waktu sesingkat-singkatnya. Kecepatan

bergerak ditentukan oleh: frekuensi stimulus, kemauan, mobilitas syaraf,

kecepatan kontraksi otot, tingkat otomasi gerak dan power otot.

b. Koordinasi syaraf-otot adalah kualitas yang memungkinkan melaksanakan

suatu gerakan dengan benar. Yang menentukan adalah kualitas persepsi saat

memulai dan selama melakukan gerakan, kualitas penyesuaian gerak dalam

dimensi waktu dan jarak, kualitas pemahaman gerakan, serta kualitas

pengorganisasian syaraf-otot.

c. Kepekaan kinetik adalah kualitas yang memungkinkan seseorang menyadari

keadaan atau posisi tubuh dan gerakan yang dilakukan. Yang menentukan

adalah: kebenaran informasi yang berasal dari reseptor mekanik yaitu indera

kinestetik dari organ vertibular, serta dari eksteroseptor khususnya penglihat,

pendengar dan peraba.

Menurut Bompa yang dikutip oleh Joko Pekik (2002: 66) ada lima komponen

biomotor dasar, yaitu:

26

a. Kekuatan

Secara fisiologis kekuatan merupakan kemampuan otot untuk mengatasi beban

atau tahanan atau kemampuan otot atau sekelompok otot untuk mengatasi tekanan.

Menurut Bompa (1999: 318) “Strength is the ability to apply force”. Menurut

Sukadiyanto (2002: 62) tingkat kekuatan olahragawan diantaranya dipengaruhi oleh

keadaan: panjang pendeknya otot, besar kecilnya otot, jauh dekatnya titik beban dengan

titik tumpu, tingkat kelelahan, dominasi jenis otot merah atau putih, potensi otot,

pemanfaatan potensi otot, teknik dan kemampuan kontraksi otot). Kekuatan otot

merupakan komponen penting guna meningkatkan kondisi fisik secara keseluruhan.

Menurut Bompa (1994) yang dikutip oleh Sukadiyanto (2002: 65-67) menjelaskan

kekuatan secara lebih rinci:

1) Kekuatan Umum adalah kemampuan kontraksi seluruh sistem otot dalam

mengatasi tahanan atau beban. Kekuatan umum merupakan unsure dasar yang

melandasi seluruh program latihan kekuatan. Olahragawan yang tidak

memiliki kekuatan umum secara baik akan mengalami keterbatasan dalam

proses peningkatan kemampuannya.

2) Kekuatan Khusus adalah kemampuan sekelompok otot yang diperlukan

dalam aktivitas cabang olahraga tertentu.Setiap cabang olahraga dalam

pengembangan unsur kekuatan khusus ototnya berbeda-beda, tergantung

dominasi otot yang diperlukan dan yang terlibat dalam aktivitas. Kekuatan

khusus dilatih pada periodisasi persiapan tahap akhir dan perlu dikembangan

sesuai kebutuhannya.

3) Kekuatan Maksimal adalah kemampuan otot atau sekelompok otot untuk

melawan atau mengangkat beban secara maksimal dalam satu kali kerja.

Kekuatan maksimal digunakan untuk mengukur kemampuan otot mengatasi

beban dalam satu kali angkatan. Cabang olahraga yang sifatnya bodycontact

sangat diperlukan unsur kekuatan maksimal dan olahraga yang dalam

aktivitasnya harus mengatasi beban yang berat seperti angkat berat, lontar

martil dan lain-lain.

4) Kekuatan Ketahanan (ketahanan otot) adalah kemampuan otot atau

sekelompok otot dalam mengatasi tahanan atau beban dalam jangka waktu

27

yang relatif lama. Hal ini merupakan perpaduan dari kekuatan dan ketahanan

otot dalam mengatasi beban secara bersamaan.

5) Kekuatan Kecepatan adalah kemampuan otot untuk menjawab setiap

rangsang dalam waktu sesingkat mungkin dengan menggunakan kekuatan

otot. Kekuatan otot sama dengan power. Power adalah hasil kali kekuatan dan

kecepatan. Pendapat lain menyatakan bahwa kekuatan kecepatan sama

dengan kekuatan eksplosif atau kekuatan elastis. Kekuatan eksplosif adalah

kecepatan kontraksi otot saat mengatasi beban secara eksplosif.

6) Kekuatan Absolut adalah kemampuan otot olahragawan untuk menggunakan

kekuatan secara maksimal tanpa memperhatikan berat badannya sendiri.

Kekuatan absolut dapat diketahui dengan cara mengukur kekuatannya

menggunakan dinamometer dan atau kemampuan otot maksimal mengangkat

beban dalam satu kali kerja.

7) Kekuatan Relatif adalah hasil dari kekuatan absolut dibagi berat badan dan

lebih banyak digunakan untuk menentukan kelas dalam pengelompokan

olahragawan pada cabang olahraga beladiri, binaraga dan angkat berat.

8) Kekuatan Cadangan adalah perbedaan antara kekuatan absolute dengan

jumlah kekuatan yang diperlukan untuk menampilkan keterampilan dalam

berolahraga.

b. Daya Tahan

Daya tahan adalah kemampuan melakukan kerja dalam jangka waktu

lama.Menurut Suharto (2000: 115) daya tahan adalah kemampuan organisme tubuh

untuk mengatasi kelelahan yang disebabkan oleh pembebanan yang berlangsung relatif

lama. Suharto juga membagi daya tahan menjadi dua, yaitu: daya tahan aerobik dan

daya tahan anaerobik.

1) Daya Tahan Aerobik

Adalah kemampuan organisme tubuh mengatasi kelelahan yang

disebabkan pembebanan aerobik yang berlangsung lama. Yang termasuk

pembebanan aerobik adalah segala aktivitas fisik yang berlangsung relatif

lama dengan intensitas rendah sampai sedang. Gallahue dan Ozmun

(1997: 375) mengatakan bahwa ‘cardiovascular or aerobic endurance is

related to the functioning of the heart, lungs and vascular system’.

28

2) Daya Tahan Anaerobik

Adalah kemampuan organism tubuh mengatasi kelelahan yang

disebabkan pembebanan yang berlangsung secara anaerobik dengan

intensitas tinggi (80-100%).

c. Kecepatan

Kecepatan adalah perbandingan antara jarak dan waktu atau kemampuan untuk

bergerak dalam waktu yang singkat. Dapat juga diartikan kemampuan seseorang untuk

melakukan gerakan yang sejenis secara berturut-turut dalam bentuk yang sama dan

dalam waktu yang sesingkat-singkatnya.

Menurut Sukadiyanto (2002: 109) terdapat dua macam kecepatan, yaitu:

kecepatan reaksi dan kecepatan gerak. Dengan demikian yang dimaksud dengan

kecepatan adalah kemampuan seseorang untuk menjawab rangsang dengan bentuk

gerak atau serangkaian gerak dalam waktu secepat mungkin yang terdiri dari kecepatan

reaksi dan kecepatan gerak. Kecepatan dalam olahraga futsal dilakukan untuk

melakukan lari secepat mungkin mengejar bola maupun berlari mengejar lawan.

d. Fleksibilitas

Fleksibilitas adalah kemampuan persendian untuk melakukan gerakan melalui

jangkauan yang luas. Fleksibilitas dipengaruhi oleh banyak faktor. Bompa (1994: 317)

menyebutkan “flexibility is affect by the form, type and structure of a joint, ligaments

and tendons, the muscles, age and sex, body temperature and muscle temperature”.

Maksud dari pernyataan tersebut bahwa fleksibilitas dipengaruhi oleh tipe dan struktur

sendi, ligamen, tendon, usia dan jenis kelamin, serta suhu tubuh dan suhu otot pada

tubuh seorang atlet. Bloomfield, dkk (1994: 212) menyebutkan “factor affecting

flexibility is age, gender, environmental conditions, psychological effect, and etc”.

Menurut Suharto (2000: 117) kelentukan adalah kemampuan pergeangan atau

persendian untuk dapat melakukan gerakan-gerakan kesemua arah secara optimal.

Dalam olahraga kelentukan atau fleksibilitas biasanya mengacu pada ruang gerak sendi

tubuh. Kelentukan ditentukan oleh elastik tidaknya otot-otot, tendon dan ligamen

disekitar sendi.

e. Koordinasi

Koordinasi adalah kemampuan melakukan gerakan pada berbagai tingkat

kesukaran dengan cepat dan tepat secara efisien. Menurut Harsono (1988: 220)

29

koordinasi adalah kemampuan untuk memadukan secara tepat berbagai macam gerakan

ke dalam satu pola gerak khusus.

Menurut Bompa (1999: 380) “coordination is a complex biomotor ability,

closely interrelated with speed, strength, endurance and fleksibility”. Koordinasi selalu

berkaitan dengan komponen biomotor yang lain terutama kelincahan dan ketangkasan.

Menurut Bompa (1994) yang dikutip oleh Sukadiyanto (2002: 140) menjelaskan secara

rinci tentang macam-macam koordinasi, yaitu:

1) Koordinasi Umum

Merupakan kemampuan seluruh tubuh dalam menyesuaikan dan

mengatur gerakan secara simultan pada saat melakukan suatu gerak.

Artinya pada setiap gerakan yang dilakukan melibatkan semua atau

sebagian besar otot-otot, sistem syaraf dan persendian. Koordinasi umum

diperlukan adanya keteraturan gerak dari beberapa anggota badan yang

lainnya agar gerak yang dilakukan dapat harmonis dan efektif sehingga

dapat menguasai keterampilan gerak yang dipelajari. Koordinasi umum

juga diperlukan sebagai dasar mengembangkan koordinasi khusus.

2) Koordinasi Khusus

Koordinasi khusus merupakan koordinasi antar beberapa anggota badan,

yaitu kemampuan untuk mengkoordinasikan gerak dari sejumlah anggota

badan secara simultan.

Bompa (1999: 61) juga menjelaskan singkat tentang daya ledak atau power,

menurutnya daya ledak adalah kemampuan otot untuk mengeluarkan kekuatan

maksimal dalam waktu yang amat singkat. Rumus yang digunakan dalam daya ledak

adalah: power/daya ledak otot = kerja/waktu = kekuatan x jarak tempuh. Secara umum

dapat disimpulkan bahwa power adalah kemampuan otot untuk untuk melakukan kerja

atau gerakan secara eksplosif.

Antara kekuatan, daya ledak dan power ketiganya saling berkaitan. Unsur yang

utama adalah kekuatan. Kekuatan merupakan komponen dasar otot untuk membentuk

power dan daya tahan otot. Berdasarkan hal tersebut kekuatan merupakan unsur utama

untuk menghasilkan power dan daya tahan otot.Faktor utama daya ledak otot adalah

kekuatan dan kecepatan. Artinya daya ledak otot adalah gabungan dari kekuatan otot

30

dan kecepatan. Semua faktor yang mempengaruhi kedua hal tersebut di atas akan

mempengaruhi tenaga ledak otot yang dihasilkan.

Gambar 2.10 Ketergantungan diantara kemampuan biomotor

Sumber: Bompa, 2009: 261

Pada dasarnya kemampuan biomotor adalah kemampuan gerak pada manusia

yang dipengaruhi oleh sistem organ dalam manusia, diantaranya: sistem neuromuskuler,

pernapasan, pencernaan, peredaran darah, energi, tulang dan persendian. Kemampuan

gerak yang dilakukan manusia didasari oleh komponen dari organ dalam tersebut.

Semua kualitas biomotor atau fisik tersebut sangat diperlukan untuk mendukung atau

memberi kemudahan dalam belajar gerak keterampilan sehingga akan tercapainya

keterampilan yang baik pula. Semakin tinggi kualitas dari komponen organ dalam

tersebut tentunya akan semakin meningkatkan kemampuan biomotor seorang atlet.

Kualitas fisik yang baik merupakan kebutuhan untuk mencapai suatu gerak yang efisien

yang akan mempengaruhi keterampilan gerak yang baik.

Tenis Lapangan sebagai cabang olahraga yang gerakan bola datang dan perginya

tidak teratur maka kemampuan bergerak cepat untuk mengontrol, berlari, menjemput

bola, melompat, lari cepat, berhenti tiba-tiba dan lain-lain menjadi hal yang mutlak

harus dikuasai oleh setiap pemainnya. Hal ini menunjukkan bahwa seorang pemain tenis

lapangan membutuhkan kemampuan biomotor untuk memainkan permainan tersebut

dengan baik. Komponen-komponen biomotor adalah suatu komponen kondisi fisik yang

merupakan satu kesatuan utuh dari komponen kesegaran jasmani yang bersumber dari

kemampuan kardiovaskuler pada tubuh. Dapat dikatakan juga bahwa kemampuan

biomotor melandasi berbagai gerak dalam berbagai olahraga termasuk tenis lapangan.

31

Diantara beberapa komponen kebugaran jasmani yang berperan dalam olahraga

tenis lapangan adalah: power yang lebih dominan otot tungkai, kecepatan yang terdiri

dari kecepatan bergerak dan kecepatan mereaksi, kekuatan untuk mempertahanka,

koordinasi mata-kaki yang sering terjadi dan berfungsi untuk menyatukan berbagai

komponen gerakan dalam tenis khususnya antara mata dan kaki, kelincahan untuk

berlari cepat dengan berbelok arah, daya tahan otot maupun daya tahan kardiovaskuler

yang terdiri daya tahan aerobik dan anaerobik. Faktor-faktor yang mempengaruhi

kesegaran jasmani tersebut juga akan mempengaruhi kondisi fisik seseorang untuk

dapat bermain dari awal sampai akhir pertandingan. Apabila kondisi fisik seorang atlet

dalam kondisi fisik baik maka atlet akan lebih cepat melakukan berbagai gerakan dalam

olahraga dan menguasai teknik-teknik gerakan yang dilatihkan sehingga akan

berpengaruh terhadap prestasi atlet.

3. Psikomotor

Psikomotor adalah yang berkenaan dengan perilaku gerak atau kontrol tubuh.

Aktivitas psikomotor berorientasi pada gerakan tubuh dan menekankan respon-respon

fisik yang tampak atau dengan mudah dapat dilihat.Istilah domain psikomotor dapat

disebut juga dengan domain motor. Domain ini meliputi macam-macam perilaku gerak

tubuh. Ada bermacam-macam sistem klasifikasi domain psikomotor yang telah dibuat

oleh para ahli yang menunjukkan adanya keragaman dalam cara pendekatan dan

konsepnya. Ada yang menggunakan pendekatan taksonomi, yaitu pendekatan dalam

pengklasifikasikan perilaku gerak dimulai dari yang paling sederhana ke yang paling

kompleks. Sementara yang lain menggunakan pendekatan non-taksonomi, yaitu

pendekatan dalam pengklasifikasian perilaku gerak tidak berdasarkan kesederhanaan

dan kompleksitasnya melainkan berdasarkan jenis atau macamnya.

Klasifikasi menurut Anita J. harrow (1977) adalah definisi operasional mengenai

istilah psikomotor yaitu semua gerakan manusia yang dilakukan secara sadar dan dapat

diamati. Beliau mengklasifikasikan domain psikomotor menjadi 6 level dan masing-

masing level terdapat sub-sub level sebagai berikut:

1. Gerakan refleks adalah gerakan atau aksi yang timbul dalam bentuk respon

terhadap stimulus tanpa disadari atau tanpa secara sadar mau melakukannya.

Gerakan refleks bersifat prerekuisit untuk perkembangan level-level

32

klasifikasi berikutnya. Gerakan refleks meliputi 3 sub-level atau kategori,

yaitu sebagai berikut:

a) Refleks segmental yaitu gerakan refleks yang hanya melibatkan 1

segmen tubuh saja. Contoh: gerakan menendang ke depan pada saat

lutut di ketuk oleh palu.

b) Refleks intersegmental yaitu gerakan refleks yang melibatkan

beberapa segmen tubuh. Contoh: gerakan memindahkan kaki pada

saat akan terperosok.

c) Refleks suprasegmental yaitu gerakan refleks yang melibatkan

segmen-segmen tubuh secara keseluruhan. Contohnya: reflek

postural, dalam rangka tubuh agar tidak jatuh.

2. Gerakan dasar fundamental adalah gerakan yang paling dasar yang mulai

dapat dilakukan pada masa bayi atau anak-anak. Gerakan ini dibangun atas

gerakan refleks yang bersifat inheren (otomatis) dalam diri manusia dan dapat

dilakukan tanpa harus dilatih. Latihan hanya bersifat menyempurnakan

penguasaan gerakan. Gerakan ini dapat diklasifikasikan menjadi 3 kategori

yaitu sebagai berikut:

a) Gerakan lokomotor, yaitu gerakan yang mengubah diri seseorang

berubah atau berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain.

b) Gerakan non-lokomotor, yaitu gerakan yang melibatkan bagian-bagian

tubuh atau sebagian togok dalam bentuk gerakan mengitari suatu sumbu

atau berpusat pada persendian-persendian tertentu.

c) Gerakan manipulatif, yaitu gerakan yang menggunakan anggota-anggota

badan yang terkoordinasi dan dikombinasikan dengan modalitas visual

dan modalitas peraba.

3. Kemampuan perseptual adalah kemampuan menginterpretasikan makna suatu

stimulus yang ditangkap oleh indera. Kemampuan perseptual yang baik

sangat penting untuk perkembangan domain psikomotor, kognitif maupun

afektif. Ada 5 kategori dalam kemampuan perseptual yaitu sebagai berikut:

a) Diskriminasi kinestetik, berkenaan dengan konsep tentang tubuh,

permukaan tubuh dan anggota badan terutama dalam hal kesadaran tubuh

dan gerakan yang dilakukan, kesadaran posisi tubuh didalam ruang dan

33

hubungan tubuh dengan lingkungan sekitar. Disini meliputi dimensi

kanan-kiri dan penentuan peniaian perceptual tubuh dalam hubungannya

dengan obyek dalam ruang di sekelilingnya atau disebut hubungan

spasial. Kemampuan ini berhubungan dengan indra kinestetik, yaitu

penginderaan rasa diperoleh ketika melakukan suatu gerakan dan

merupakan informasi umpan balik yang penting untuk membuat

penyesuaian gerakan sesuai dengan keadaan. Diskriminasi kinestetik

meliputi 3 kemampuan yaitu:

1) Kesadaran tubuh, yaitu kemampuan mengenali dan mengontrol

tubuh atau bagian tubuh.

2) Imaji tubuh, yaitu rasa akan struktur tubuh.

3) Hubungan tubuh dengan obyek sekitarnya, yaitu konsep

keterarahan dan kesadaran tubuh serta bentuk gerakan yang

dilakukan.

b) Diskriminasi visual, berkenaan dengan kemampuan mata dalam

mengamati proyek tertentu mencakup 5 kemampuan sebagai berikut:

1) Akuitas visual, yaitu kemampuan menerima dan membedakan

antara beberapa obyek, kejadian atau lingkungan yang diamati.

2) Penjejakan visual, yaitu kemampuan mengikuti simbol-simbol

atau obyek-obyek bergerak yang memerlukan koordinasi

gerakan mata.

3) Memori visual, yaitu kemampuan mengungkapkan kembali

pengalaman visual lampau.

4) Pembedaan bentuk-bidang, yaitu kemampuan untuk menandai

bentuk suatu obyek yang dominan dari latar belakang

sekitarnya.

5) Konsistensi, yaitu kemampuan menginterpretasi obyek yang

tipenya sama secara konsisten.

c) Diskriminasi auditori, berkenaan dengan pendengaran. Memprediksi

keras lambatnya suara dan memprediksi asal suara.

d) Diskriminasi taktil, berkenaan dengan perabaan atau yang terkait dengan

permukaan kulit.

34

4. Kemampuan koordinasi, berkenaan dengan kemampuan menyinkronkan

aktivitas yang melibatkan 2 atau lebih kemampuan perceptual kedalam pola

gerak tertentu. Kemampuan ini meliputi terutama dalam 2 hal sebagai berikut:

a. Kemampuan koordinasi mata-tangan, yaitu koordinasi gerakan

yang melibatkan fungsi mata dan tangan.

b. Kemampuan koordinasi mata-kaki, yaitu koordinasi gerakan yang

melibatkan fungsi mata dan kaki.

5. Kemampuan fisik adalah kemampuan untuk memfungsikan berbagai sistem

tubuh. Kemampuan ini penting sebagai pendukung terbentuk atau

berkembangnya fungsi psikomotor dalam bentuk gerakan-gerakan tubuh yang

terampil. Kemampuan fisik meliputi 4 kategori besar, yaitu: ketahanan,

kekuatan, fleksibilitas dan kelincahan.

a. Ketahanan adalah kemampuan tubuh untuk memenuhi kebutuhan

penggunaan oksigen sehingga memungkinkan melanjutkan

aktivitas fisik termasuk kemampuan untuk membuang

bertambahnya konsentrasi asam laktat. Ketahanan meliputi 2

macam yaitu: Ketahanan muskular, yaitu kemampuan otot atau

sekelompok otot untuk bertahan melakukan aktivitas dalam jangka

waktu lama. Ketahanan kardiovaskular, yaitu kapasitas untuk

meneruskan aktivitas fisik dalam jangka waktu lama yang

memerlukan interaksi yang efisien antara aliran darah, kerja

jantung dan paru-paru.

b. Kekuatan adalah kemampuan menggunakan kontraksi otot untuk

melawan beban atau hambatan. Kekuatan diukur sebagai jumlah

maksimum daya yang dikerahkan oleh suatu otot atau sekelompok

otot.

c. Fleksibilitas adalah keleluasaan gerak persendian. Fleksibilitas

yang tinggi diperlukan untuk menciptakan gerakan yang efisien dan

mengurangi terjadinya kemungkinan cidera saat melakukan

aktivitas fisik.

d. Kelincahan adalah kemampuan bergerak dengan cepat dengan

berubah arah. Kelincahan meliputi komponen perubahan arah yang

35

cepat, memulai dan berhenti dengan cepat, waktu reaksi respon-

respon yang singkat serta deksteritas (kemampuan tangan, jari-jari

seperti menyusun dadu, menggambar, dan mempermainkan bola).

6. Gerakan keterampilan (skilled movement) adalah gerakan yang mengandung

derajat efisiensi dalam pelaksanaannya. Untuk menguasai gerakan

keterampilan memerlukan proses belajar dan untuk melakukan gerakan

keterampilan diperlukan keterampilan gerak atau ketangkasan dan

penguasaan gerak. Gerakan keterampilan dapat diklasifikasikan berdasarkan

dua sudut pandang, yaitu sudut pandang sebagai kontinum vertikal dan

kontinum horizontal.

a. Kontinum vertikal mengklasifikasikan berdasarkan derajat kesukaran

atau level kompleksitas gerakan. Meliputi 3 level yaitu:

1) Keterampilan adaptif sederhana adalah keterampilan yang

dihasilkan dari penyesuaian gerak dasar fundamental dengan

situasi atau kondisi tertentu pada saat melakukan gerakan.

Misalnya berlari melewati bermacam-macam rintangan.

2) Keterampilan adaptif terpadu adalah keterampilan yang

dihasilkan dari perpaduan antara gerak dasar fundamental

dengan penggunaan perlengkapan atau alat tertentu. Misalnya

memukul bola menggunakan raket.

3) Keterampilan adaptif kompleks adalah keterampilan yang

memerlukan penguasaan gerakan dan koordinasi banyak bagian

tubuh. Misalnya melakukan smash dalam tenis.

b. Kontinum horizontal mengklasifikasikan berdasarkan tingkat

penguasaan keterampilan oleh pelajar atau level ketangkasan. Meliputi

4 level yaitu:

1) Pemula (beginner).

2) Madya (intermediate).

3) Maju (advance).

4) Mahir atau berketerampilan tinggi (highly skilled)

36

Batasan setiap tingkat pada dasarnya sulit dibuat secara pasti. Sifat

pembatasan cenderung bersifat taksiran. Hanya orang-orang yang ahli di

bidang keterampilan gerak bersangkutan yang mampu menaksir secara baik.

7. Komunikasi non-diskursif adalah level klasifikasi yang meliputi perilaku

gerak yang disebut bentuk komunikasi gerakan, yaitu ada 2 level sebagai

berikut:

a. Gerakan ekspresif, yaitu gerakan komunikatif yang digunakan

sehari-hari.

b. Gerakan interpretatif, diklasifikasikan lagi menjadi 2 yaitu:

1) Gerakan estetik, yaitu gerakan terampil yang dilakukan

secara efisien dan mampu menciptakan imaji gerakan yang

indah.

2) Gerakan kreatif, yaitu gerakan terampil yang dilakukan

secara efisien dan indah serta dapat menyampaikan makna

pesan tertentu.

Menurut Mardapi (2003) dalam bukunya menjelaskan hampir sama

seperti Anita J Harrow bahwa keterampilan psikomotor terbagi menjadi enam

(6) tahapan yaitu:

1) Gerakan refleks adalah respon gerak tanpa sadar yang muncul

ketika bayi lahir.

2) Gerakan dasar adalah gerakan yang mengarah pada keterampilan

komplek yang khusus.

3) Kemampuan perseptual adalah kombinasi kemampuan kognitif

dan gerak.

4) Kemampuan fisik adalah kemampuan untuk mengembangkan

gerakan terampil.

5) Gerakan terampil adalah gerakan yang memerlukan belajar,

seperti keterampilan dalam olahraga.

6) Komunikasi nondiskursif adalah kemampuan berkomunikasi

dengan menggunakan gerakan.

Fungsi psikomotor atau domain motor menurut Cureton yang dikutip oleh Toho

dan Gusril (2004:51) adalah untuk mengembangkan kesanggupan dan kemampuan

37

setiap individu yang berguna untuk mempertinggi daya kerja. Dengan mempunyai

kemampuan psikomotor yang baik, tentu individu akan mempunyai landasan menguasai

tugas keterampilan gerak yang khusus. Psikomotor berkaitan dengan keterampilan serta

penggunaan tenaga yang minimal dengan pencapaian hasil yang maksimal. Kemampuan

setiap atlet juga harus diiringi oleh keseimbangan tubuh yang baik untuk mengontrol

kemampuan atlet tersebut. Itulah pentingnya keseimbangan pada tubuh manusia.

Keseimbangan juga bisa diartikan sebagai kemampuan relatif untuk mengontrol

pusat massa tubuh (center of mass) atau pusat gravitasi (center of gravity) terhadap

bidang tumpu (base of support). Keseimbangan melibatkan berbagai gerakan di setiap

segmen tubuh dengan di dukung oleh sistem muskulos skleletal dan bidang tumpu.

Kemampuan untuk menyeimbangkan massa tubuh dengan bidang tumpu akan membuat

manusia mampuuntuk berakaktivitas secara efektif dan efisien.

Keseimbangan terbagi atas dua kelompok, yaitu keseimbangan statis adalah

kemampuan tubuh untuk menjaga kesetimbangan pada posisi tetap (sewaktu berdiri

dengan satu kaki, berdiri diatas papan keseimbangan) dan keseimbangan dinamis adalah

kemampuan untuk mempertahankan kesetimbangan ketika bergerak. Keseimbangan

merupakan interaksi yang kompleks dari integrasi/ interaksi sistem sensorik (vestibular,

visual, dan somatosensorik termasuk proprioseptor) dan muskuloskeletal (otot, sendi,

dan jar lunak lain) yang dimodifikasi/ diatur dalam otak (kontrol motorik, sensorik,

basal ganglia, cerebellum, dan area asosiasi) sebagai respon terhadap perubahan kondisi

internal dan eksternal. Dipengaruhi juga oleh faktor lain seperti, usia, motivasi, kognisi,

lingkungan, kelelahan, pengaruh obat, dan pengalaman terdahulu.

1. Fisiologi Keseimbangan

Kemampuan tubuh untuk mempertahankan keseimbangan dan kestabilan postur

oleh aktivitas motorik tidak dapat dipisahkan dari faktor lingkungan dan sistem regulasi

yang berperan dalam pembentukan keseimbangan. Tujuan dari tubuh mempertahankan

keseimbangan adalah: menyanggah tubuh melawan gravitasi dan faktor eksternal lain,

untuk mempertahankan pusat massa tubuh agar seimbang dengan bidang tumpu, serta

menstabilisasi bagian tubuh ketika bagian tubuh lain bergerak. Komponen-komponen

pengontrol keseimbangan adalah:

a) Sistem informasi sensoris meliputi visual, vestibular, dan somatosensoris.

38

1) Visual memegang peran penting dalam sistem sensoris. Cratty & Martin

(1969) menyatakan bahwa keseimbangan akan terus berkembang sesuai

umur, mata akan membantu agar tetap fokus pada titik utama untuk

mempertahankan keseimbangan, dan sebagai monitor tubuh selama

melakukan gerak statik atau dinamik. Penglihatan juga merupakan

sumber utama informasi tentang lingkungan dan tempat kita berada,

penglihatan memegang peran penting untuk mengidentifikasi dan

mengatur jarak gerak sesuai lingkungan tempat kita berada. Penglihatan

muncul ketika mata menerima sinar yang berasal dari obyek sesuai jarak

pandang. Dengan informasi visual, maka tubuh dapat menyesuaikan atau

bereaksi terhadap perubahan bidang pada lingkungan aktivitas sehingga

memberikan kerja otot yang sinergis untuk mempertahankan

keseimbangan tubuh.

2) Sistem vestibular adalah merupakan sistem sensoris yang berfungsi

penting dalam keseimbangan, kontrol kepala, dan gerak bola mata.

Reseptor sensoris vestibular berada di dalam telinga. Reseptor pada

sistem vestibular meliputi kanalis semisirkularis, utrikulus, serta sakulus.

Reseptor dari sistem sensoris ini disebut dengan sistem labyrinthine.

Sistem labyrinthine mendeteksi perubahan posisi kepala dan percepatan

perubahan sudut. Melalui refleks vestibulo-occular, mereka mengontrol

gerak mata, terutama ketika melihat obyek yang bergerak. Mereka

meneruskan pesan melalui saraf kranialis VIII ke nukleus vestibular yang

berlokasi di batang otak. Beberapa stimulus tidak menuju nukleus

vestibular tetapi ke serebelum, formatio retikularis, thalamus dan korteks

selebri. Nukleus vestibular menerima masukan (input) dari reseptor

labyrinth, retikular formasi, dan serebelum. Keluaran (output) dari

nukleus vestibular menuju ke motor neuron melalui medula spinalis,

terutama ke motor neuron yang menginervasi otot-otot proksimal,

kumparan otot pada leher dan otot-otot punggung (otot-otot postural).

Sistem vestibular bereaksi sangat cepat sehingga membantu

mempertahankan keseimbangan tubuh dengan mengontrol otot-otot

postural.

39

3) Somatosensoris sistem somatosensoris terdiri dari taktil atau

proprioseptif serta persepsi-kognitif. Informasi propriosepsi disalurkan ke

otak melalui kolumna dorsalis medula spinalis. Sebagian besar masukan

(input) proprioseptif menuju serebelum, tetapi ada pula yang menuju ke

korteks selebri melalui lemniskus medialis dan talamus. Kesadaran akan

posisi berbagai bagian tubuh dalam ruang sebagian bergantung pada

impuls yang datang dari alat indra dalam dan sekitar sendi. Alat indra

tersebut adalah ujung-ujung saraf yang beradaptasi lambat di sinovia dan

ligamentum. Impuls dari alat indra ini dari reseptor raba di kulit dan

jaringan lain, serta otot di proses di korteks menjadi kesadaran akan

posisi tubuh dalam ruang.

b) Respon otot-otot postural yang sinergis (Postural muscles response

synergies)

Respon otot-otot postural yang sinergis mengarah pada waktu dan jarak

dari aktivitas kelompok otot yang diperlukan untuk mempertahankan

keseimbangan dan kontrol postur. Beberapa kelompok otot baik pada

ekstremitas atas maupun bawah berfungsi mempertahankan postur saat berdiri

tegak serta mengatur keseimbangan tubuh dalam berbagai gerakan.

Keseimbangan pada tubuh dalam berbagai posisi hanya akan dimungkinkan jika

respon dari otot-otot postural bekerja secara sinergi sebagai reaksi dari

perubahan posisi, titik tumpu, gaya gravitasi, dan aligment tubuh. Kerja otot

yang sinergi berarti bahwa adanya respon yang tepat (kecepatan dan kekuatan)

suatu otot terhadap otot yang lainnya dalam melakukan fungsi gerak tertentu.

c) Kekuatan otot (Muscle Strength)

Kekuatan otot umumnya diperlukan dalam melakukan aktivitas.Semua

gerakan yang dihasilkan merupakan hasil dari adanya peningkatan tegangan otot

sebagai respon motorik. Kekuatan otot dapat digambarkan sebagai kemampuan

otot menahan beban baik berupa beban eksternal (eksternal force) maupun

beban internal (internal force).Kekuatan otot sangat berhubungan dengan sistem

neuromuskuler yaitu seberapa besar kemampuan sistem saraf mengaktifasi otot

untuk melakukan kontraksi.Sehingga semakin banyak serabut otot yang

teraktifasi, maka semakin besar pula kekuatan yang dihasilkan otot tersebut.

40

Kekuatan otot dari kaki, lutut serta pinggul harus adekuat untuk

mempertahankan keseimbangan tubuh saat adanya gaya dari luar. Kekuatan otot

tersebut berhubungan langsung dengan kemampuan otot untuk melawan gaya

garvitasi serta beban eksternal lainnya yang secara terus menerus mempengaruhi

posisi tubuh.

d) Adaptasi (Adaptive systems)

Kemampuan adaptasi akan memodifikasi input sensoris dan keluaran

motorik (output) ketika terjadi perubahan tempat sesuai dengan karakteristik

lingkungan.

e) Lingkup gerak sendi (Joint range of motion)

Kemampuan sendi untuk membantu gerak tubuh dan mengarahkan

gerakan terutama saat gerakan yang memerlukan keseimbangan yang tinggi.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi keseimbangan, Ada beberapa faktor yang

mempengaruhi keseimbangan diantaranya:

a. Pusat gravitasi (Center of Gravity-COG)

Pusat gravitasi terdapat pada semua obyek, pada benda, pusat

gravitasi terletak tepat di tengah benda tersebut. Pusat gravitasi adalah

titik utama pada tubuh yang akan mendistribusikan massa tubuh secara

merata. Bila tubuh selalu ditopang oleh titik ini, maka tubuh dalam

keadaan seimbang. Pada manusia, pusat gravitasi berpindah sesuai

dengan arah atau perubahan berat. Pusat gravitasi manusia ketika berdiri

tegak adalah tepat di atas pinggang diantara depan dan belakang vertebra

sakrum ke dua. Derajat stabilitas tubuh dipengaruhi oleh empat faktor,

yaitu: ketinggian dari titik pusat gravitasi dengan bidang tumpu, ukuran

bidang tumpu, lokasi garis gravitasi dengan bidang tumpu, serta berat

badan.

b. Garis gravitasi (Line of Gravity-LOG)

Garis gravitasi merupakan garis imajiner yang berada vertikal

melalui pusat gravitasi dengan pusat bumi. Hubungan antara garis

gravitasi, pusat gravitasi dengan bidang tumpu adalah menentukan

derajat stabilitas tubuh.

41

Gambar 2.11 Line of Gravity

c. Bidang Tumpu (Base of Support-BOS)

Bidang tumpu merupakan bagian dari tubuh yang berhubungan

dengan permukaan tumpuan. Ketika garis gravitasi tepat berada di

bidang tumpu, tubuh dalam keadaan seimbang. Stabilitas yang baik

terbentuk dari luasnya area bidang tumpu. Semakin besar bidang

tumpu, semakin tinggi stabilitas. Misalnya berdiri dengan kedua kaki

akan lebih stabil dibanding berdiri dengan satu kaki. Semakin dekat

bidang tumpu dengan pusat gravitasi, maka stabilitas tubuh makin

tinggi.

Gambar 2.12 Base of Support

42

3. Keseimbangan Berdiri

Pada posisi berdiri seimbang, susunan saraf pusat berfungsi untuk menjaga

pusat massa tubuh (center of body mass) dalam keadaan stabil dengan batas bidang

tumpu tidak berubah kecuali tubuh membentuk batas bidang tumpu lain (misalnya:

melangkah). Pengontrol keseimbangan pada tubuh manusia terdiri dari tiga komponen

penting, yaitu sistem informasi sensorik (visual, vestibular dan somatosensoris), central

processing dan efektor. Pada sistem informasi, visual berperan dalam contras sensitifity

(membedakan pola dan bayangan) dan membedakan jarak. Selain itu masukan (input)

visual berfungsi sebagai kontrol keseimbangan, pemberi informasi, serta memprediksi

datangnya gangguan.

Bagian vestibular berfungsi sebagai pemberi informasi gerakan dan posisi

kepala ke susunan saraf pusat untuk respon sikap dan memberi keputusan tentang

perbedaan gambaran visual dan gerak yang sebenarnya. Masukan (input) proprioseptor

pada sendi, tendon dan otot dari kulit di telapak kaki juga merupakan hal penting untuk

mengatur keseimbangan saat berdiri statis maupun dinamis. Central processing

berfungsi untuk memetakan lokasi titik gravitasi, menata respon sikap, serta

mengorganisasikan respon dengan sensorimotor. Selain itu, efektor berfungsi sebagai

perangkat biomekanik untuk merealisasikan renspon yang telah terprogram si pusat,

yang terdiri dari unsur lingkup gerak sendi, kekuatan otot, alignment sikap, serta

stamina.

Postur adalah posisi atau sikap tubuh. Tubuh dapat membentuk banyak postur

yang memungkinkan tubuh dalam posisi yang nyaman selama mungkin. Pada saat

berdiri tegak, hanya terdapat gerakan kecil yang muncul dari tubuh, yang biasa di sebut

dengan ayunan tubuh. Luas dan arah ayunan diukur dari permukaan tumpuan dengan

menghitung gerakan yang menekan di bawah telapak kaki, yang disebut pusat tekanan

(center of pressure-COP). Jumlah ayunan tubuh ketika berdiri tegak di pengaruhi oleh

faktor posisi kaki dan lebar dari bidang tumpu.

Posisi tubuh ketika berdiri dapat dilihat kesimetrisannya dengan kaki selebar

sendi pinggul, lengan di sisi tubuh, dan mata menatap ke depan. Walaupun posisi ini

dapat dikatakan sebagai posisi yang paling nyaman, tetapi tidak dapat bertahan lama,

karena seseorang akan segera berganti posisi untuk mencegah kelelahan.

43

4. Kemampuan Gerak (Motor Ability)

Kemampuan gerak merupakan obyek utama dalam belajar gerak. Belajar gerak

berurusan dengan kepentingan meningkatkan kemampuan gerak tubuh. Lalu apa yang

dimaksud dengan kemampuan gerak? Ada istilah lain yang sering digunakan secara

bergantian untuk menggambarkan pengertian yang terkandung dalam istilah Motor

Ability yaitu: Motor Fitness, Motor Capacity, Motor Educability, Athletic Ability dan

General Motor Ability. Istilah-istilah tersebut sebenarnya mengandung makna yang

tidak sepenuhnya sama tetapi memang ada unsur-unsur pengertian yang sama atau

menerangkan sesuatu yang sebenarnya tumpang-tindih.

Motorability merupakan kemampuan seseorang untuk melakukan pergerakan

tubuh. Kajian tentang konsep kemampuan gerak mencakup beberapa konsep lain yang

relevan dengan gerak yaitu: respon gerak (motor response), pola gerak (motor pattern)

dan keterampilan gerak (motor skill).

a. Respon Gerak (Motor Response)

Respon gerak adalah perilaku gerak pada seseorang yang timbul sebagai respon

atau tanggapan yang berupa gerak tubuh atau stimulus baik yang berasal dari dalam

dirinya maupun yang berasal dari lingkungan yang mengarah kepadanya. Respon gerak

terdiri dari 3 tipe gerakan, yaitu: gerakan postural, gerakan transport dan gerakan

manipulatif (Drowatzky,1981).

Gerakan postural adalah gerakan yang merupakan penyesuaian dari tubuh

menyeluruh unuk mengatur tubuh dalam merespon gravitasi dan akselerasi. Responnya

dalam bentuk kontraksi statis dari muskulatur fiksator untuk menjaga posisi tubuh atau

kontraksi level rendah secara simultan dari otot-otot antagonis untuk menjaga

keseimbangan. Gerakan postural melibatkan banyak macam respon-respon muscular

atau respon otot.

Gerakan transport adalah gerakan yang merupakan penyesuaian dari tubuh

menyeluruh untuk mengatur tubuh dalam merespon gravitasi dan akselerasi. Responnya

dalam bentuk kontraksi statis dari muskulatur fiksator untuk menjaga posisi tubuh atau

kontraksi level rendah secara simultan dari otot-otot antagonis untuk menjaga

keseimbangan. Gerakan postural melibatkan banyak macam respon-respon muscular.

Gerakan transport atau lokomotor adalah gerakan yang dapat menjadikan

seseorang untuk menjelajah ruang. Gerakan ini memerlukan sisi tubuh kanan dan kiri

44

secara bersama-sama atau berkebalikan. Gerakan transport dapat berbentuk pergerakan

tubuh secara menyeluruh sehingga terjadi perpindahan tempat atau menjelajah ruang

dan dapat berbentuk gerakan bagian-bagian tubuh tertentu misalnya tangan atau kaki

saja.

Gerakan manipulative adalah respon gerak yang melibatkan benda tertentu

sebagai obyek yang dimanipulasi. Dalam memanipulasi suatu obyek dapat dibedakan

menjadi 2 tipe yaitu: 1) pola kontak, misalnya: meraba, memutar, melepas; dan 2)

menerima dan mendorong, misalnya: menangkap, melempar, menyepak, mendorong

dan menarik.

b. Pola Gerak (Motor Pattern)

Pola gerak adalah gabungan dari gerakan-gerakan yang ditampilkan dalam

respon-respon gerak dan membentuk pola-pola gerak tertentu yang menjadi kebiasaan

untuk dilakukan dalam berbagai aktivitas. Misalnya gerak berjalan, pada dasarnya

mengandung unsur-unsur gerak terpola yang meliputi gerak mengayun satu kaki kanan

dan kaki kiri melangkah ke depan secara bergantian dan disertai ayunan tangan kanan

dan kiri melenggang ke depan dan ke belakang secara bergantian. Gerakan berjalan

seperti itu disebut pola gerak berjalan. Pola-pola gerak yang dapat dilakukan oleh

manusia pada dasarnya mewujud dalam bentuk gerak dasar fundamental, misalnya:

berjalan, berlari, melompat, memegang, melempar dan memukul.

c. Keterampilan Gerak (Motor Skill)

Keterampilan gerak pada dasarnya dihasilkan dari pengembangan pola-pola

gerak. Contohnya pola gerak berjalan dapat menjadi dasar untuk menguasai

keterampilan gerak dalam berjalan cepat dan pola gerak berlari dapat menjadi dasar

keterampilan gerak dalam berlari cepat. Perpaduan atau rangkaian pola gerak berjalan,

berlari, memukul dalam tenis lapangan. Perlu dipahami mengenai perbedaan pengertian

keterampilan gerak (motor skill) dengan pengertian gerakan yang terampil (skilled

movement). Keterampilan gerak (motor skill) adalah suatu tingkat kualitas penguasaan

dalam melakukan aktivitas gerak tubuh dimana koordinasi beberapa bagian tubuh atau

keseluruhan bagian tubuh dapat berfungsi dengan baik. Tingkat koordinasi bagian-

bagian tubuh yang diperlukan untuk melaksanakan gerakan relatif tinggi. Untuk

mencapai tingkat keterampilan gerak yang baik diperlukan proses belajar dan berlatih

dalam jangka waktu tertentu.

45

Lamanya waktu belajar yang diperlukan untuk menjadi terampil sangat

tergantung pada tingkat kesulitan dan kompleksitas gerakan. Makin tinggi tingkat

kesulitan dan kompleksitas gerakan makin lama waktu yang diperlukan untukmenjadi

terampil melakukannya. Faktor bakat, minat, kesungguhan berusaha dan tingkat

kemampuan gerak juga menentukan lamanya waktu belajar yang diperlukan untuk

menjadi terampil.Seseorang yang memiliki keterampilan gerak dapat dikatakan sebagai

seseorang yang mampu melakukan gerakan yang terampil.

Seseorang dikatakan memiliki gerakan yang terampil apabila mampu melakukan

gerakan dengan benar, efisien dan efektif. Dikatakan benar apabila pelaksanaan gerakan

sesuai dengan prinsip-prinsip mekanis dalam sistem gerak tubuh. Mekanisme kerja

sistem gerak tubuh berlangsung secara terkoordinasi dengan baik dan tidak ada

pemaksaan-pemaksaan pada otot bagian-bagian tubuh yang seharusnya bersinergi.

Tidak ada kontraksi pada otot-otot yang seharusnya tidak berkontraksi dalam

pelaksanaan gerakan tertentu. Hal ini dapat menghasilkan gerakan yang efisien.

Gerakan yang efisien adalah gerakan yang pelaksanaannya dapat mencapai hasil

sebaik-baiknya dengan menggunakan tenaga sekecil mungkin. Sedangkan dikatakan

efektif apabila pelaksanaan gerakan sesuai dengan keinginan atau tujuan yang ingin

dicapai dalam melakukan gerakan. Gerakan keterampilan dapat diklasifikasikan

berdasarkan berbagai sudut pandang, yaitu berdasarkan kecermatan gerakan,

berdasarkan titik awal dan akhir gerakan, berdasarkan stabilitas lingkungan serta

berdasarkan kompleksitas rangkaian gerakan.

a) Klasifikasi keterampilan gerak berdasarkan kecermatan gerakan.

Kecermatan pelaksanaan gerakan antara lain ditentukan oleh keterlibatan

kelompok-kelompok otot tertentu. Berdasarkan kelompok otot tertentu yang

terlibat, keterampilan gerak dapat dikategorikan menjadi 2 yaitu:

1) Keterampilan gerak agam/agal (gross motor skill) yaitu keterampilan

gerak yang pelaksanaannya melibatkan otot-otot besar sebagai basis utama

gerakan, misalnya: lompat tinggi, tolak peluru.

2) Keterampilan gerak halus (fine motor skill) yaitu keterampilan gerak

yang pelaksanannya melibatkan otot-otot halus sebagai dasar utama

gerakan, misalnya: menarik pelatuk senapan dengan jari tangan,

melepaskan anak panah oleh jari tangan.

46

b) Klasifikasi keterampilan gerak berdasarkan titik awal dan akhir gerakan.

Pelaksanaan suatu keterampilan gerak ada yang mudah diamati awal

dan akhir pelaksanaannya setiap unit gerakan.Namun ada yang tidak mudah

ditandai awal dan akhirnya. Klasifikasi ini meliputi 3 macam gerak:

1) Gerak diskrit adalah keterampilan gerak yang satuan geraknya dapat

ditandai dengan jelas awal dan akhirnya, misalnya melempar bola.

2) Gerak serial adalah keterampilan gerak diskret yang dilakukan berulang-

ulang.

3) Gerak kontinyu adalah keterampilan gerak yang merupakan rangkaian

gerakan yang dilakukan secara berlanjut. Misalnya gerakan berenang.

Klasifikasi keterampilan gerak berdasarkan stabilitas lingkungan.

Berdasarkan stabilitas lingkungan, keterampilan gerak dapat

dikategorikan menjadi 2 yaitu:

Keterampilan gerak tertutup adalah keterampilan gerak yang

dilakukan pada lingkungan yang stabil dan dapat diprediksi,

dilakukan karena stimulus dari dalam diri pelaku tanpa dipengaruhi

stimulus dari luar. Misalnya: berjalan, berlari dan melempar.

Keterampilan gerak terbuka adalah keterampilan gerak yang

dilakukan dalam kondisi yang terus berubah-ubah, dilakukan selain

karena stimulus dari dalam juga dipengaruhi oleh stimulus dari

luar. Misalnya bermain tenis, bermain sepakbola, bertinju, dll.

Klasifikasi keterampilan gerak berdasarkan kompleksitas rangkaian

gerakan.Berdasarkan kompleksitas rangkaian gerakan, keterampilan

gerak dapat dikategorikan menjadi 2 yaitu:

Keterampilan sederhana adalah keterampilan gerak terdiri atas 1

atau 2 elemen gerak. Misalnya menangkap, melempar,

menendang bola.

Keterampilan kompleks adalah keterampilan gerak yang terdiri

atas beberapa elemen gerak yang harus dikoordinasikan menjadi

satu rangkaian gerak. Misalnya smash pada bola voli, rangkaian

gerak senam lantai, menggiring dan mumukul bola dalam tenis

lapangan, dll.

47

5. Komponen Gerakan Efisien

Keterampilan gerak tubuh yang baik atau kemampuan melakukan gerakan yang

terampil pada dasarnya mengandung kualifikasi gerakan yang efektif dan efisien.

Maksud dari gerakan yang efektif dan efisien yaitu apabila seorang atlet bergerak secara

tepat tanpa membuang banyak tenaga dan benar dalam melakukannya. Banyak

komponen-komponen yang harus diperhatikan untuk dapat bergerak secara efektif dan

efisien.

Untuk mencapai efisiensi dalam gerakan diperlukan komponen-komponen

kemampuan dalam diri individu yang sangat kompleks dan dapat berfungsi secara

sistemik. Kemampuan indera yang dimiliki manusia berperan penting untuk

mewujudkan suatu gerakan yang efisien karena dengan panca indera kita dapat melihat

dan memprediksikan bagaimanakah suatu gerakan dilakukan. Sudah banyak ahli yang

telah mencoba melakukan kajian mengenai hal ini yang ternyata ada keberagaman

dalam hasil kajiannya.

Drowatzky (1981) mengemukakan suatu skema yang menggambarkan

komponen-komponen penting yang membentuk gerakan efisien. Dalam gambar tersebut

terdapat 3 lingkaran yang masing-masing mengelompokkan komponen fitnes dan

kemampuan gerak (fitness and motor abilities), kemampuan mengindera (sensory

abilities) dan proses-proses perceptual (perceptual processes). Ketiga lingkaran saling

bertautan yang melambangkan ketiganya saling berinteraksi untuk menghasilkan

gerakan efisien.

Fitness and motor abilities

Gambar 2.13 Komponen-komponen dari Gerakan Efisien

Sumber: Sugiyanto (1987) dimodifikasi dari Bartsch (1968)

48

Komponen fitnes dan kemampuan gerak meliputi:

1. Kekuatan

2. Ketahanan

3. Waktu reaksi

4. Koordinasi

5. Keseimbangan

6. Kecepatan

7. Kelincahan

8. Fleksibilitas

Komponen kemampuan sensori meliputi:

1. Penglihat

2. Kinestesis

3. Pendengar

4. Pengecap

5. Pembau

6. Rasa sakit

7. Sentuhan

8. Propiosepsi

Komponen proses-proses perseptual meliputi:

1. Kesadaran tubuh

2. Perssepsi kedalaman

3. Konstansi

4. Rencana gerak

5. Kesadaran spasial

6. Pemrosesan informasi

7. Kesadarantemporal

68

Sebagai bahan bandingan dan pengayaan dalam melakukan kajian tentang

faktor-faktor atau komponen-komponen pendukung terjadinya gerakan yang efisien,

berikut kajian yang dihasilkan oleh Marion R. Broer dan Ronald F. Zernicke (1979).

Kajian ini mengemukakan suatu diagram mengenai prasyarat untuk terjadinya gerakan

yang efisien, yang cenderung lebih kompleks dibandingkan yang dikemukakan

Drowatzky. dalam gambar terdapat berbagai unsur yag merupakan prasyarat terjadinya

gerakan yang efisien dan hubungan atau interaksi unsur-unsurnya sampai terbentuk

gerakan yang efisien. Secara garis besar terdapat 3 kelompok kemampuan yang

merupakan prasyarat yaitu: Fitnes dan kemampuan gerak, waktu reaksi mental, dan

emosional.

1. Fitnes dan kemampuan gerak meliputi:

a. Ketahanan

b. Fleksibilitas

c. Kekuatan

d. Power otot atau kekuatan eksplosif

e. Ketajaman indera

2. Waktu reaksi mental meliputi:

a. Kesadaran ke dalam hakekat keterampilan.

b. Kemempuan untuk:

1) Mengamati dengan cepat

2) Membuat keputusan adaptif dengan cepat untuk mengatasi problem

gerak

3) Memahami hubungan jarak (spasial)

4) Menilai obyek yang bergerak: jarak, kecepatan, ketinggian, arah, gaya

5) Menilai durasi waktu

6) Menilai tekanan dan intensitas

7) Mengingat gerakan lampau (memori kinestetik)

8) Memahami mekanika gerakan

9) Berkonsentrasi

3. Emosional meliputi:

a. Ketiadaan faktor-faktor emosional yang mengganggu.

69

b. Adanya kebutuhan dan keinginan untuk mempelajari atau melakukan

gerakan, sikap positif terhadap performa dan kontrol diri

6. Kemampuan Groundstroke Forehand

Pukulan yang disebut drive termasuk golongan groundstroke. Sedangkan yang

dimaksud groundstroke menurut B. Yudoprasetio (1981: 59) adalah “pukulan yang

dilakukan terhadap bola yang sudah menyentuh tanah (lapangan)”. Sama seperti yang

dikemukakan Jim Brown (2001: 31) “Groundstroke adalah pukulan setelah bola

memantul ke lapangan”. Jenis-jenis groundstroke atau pukulan setelah bola menyentuh

lapangan yaitu: lob, slice, chop, half volley, top spin drive, forehand spin drive, dan

lain-lain.

Groundstroke Forehand merupakan salah satu teknik dasar dalam permainan

tenis lapangan. Bagi para petenis pukulan groundstroke forehand merupakan pukulan

yang sangat penting dan paling banyak digunakan dalam pertandingan. Seperti yang

dikemukakan oleh Mulyono B (2000: 63) “Jenis pukulan forehand dimainkan dua kali

lebih sering dari pada jumlah semua jenis pukulan lannya”.

Forehand merupakan jenis groundstroke forehand, spindrive, Forehand adalah

jenis pukulan tenis yang dilakukan mengarah kesamping tubuh. Berkaitan dengan

pukulan Groundstroke Forehand, Jim Brown (1996) menyatakan “Forehand adalah

pukulan yang dilakukan oleh pemain tangan kanan pada bola yang berada di sisi kanan

tubuhnya: atau pukulan yang dilakukan oleh pemain kidal pada bola yang berada di sisi

kiri tubuhnya”.

Berdasar pengertian diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pengertian

Groundstroke Forehand adalah pukulan yang dilakukan oleh pemain tangankanan pada

bola yang berada di sisi kanan tubuhnya atau pukulan yang dilakukan pada pemain kidal

pada bola yang berada di sisi kiri tubuhnya setelah bola memantul di lapangan. Pukulan

ini dilakukan setelah bola memantul sekali.

Arma Abdoellah (1981: 513) menjelaskan teknik groundstroke forehand sebagai

berikut “tiga hal yang diperhatikan baik dalam pukulan forehand maupun pukulan

backhand adalah 1) ayunan kebelakang (backswing), 2) saat bolakenaraket, 3) gerak

lanjut (followthrough)”. Dalam melakukan semua jenis pukulan tersebut ada tiga

tahapan yaitu persiapan, produksi dan gerak lanjutan. Persiapan merupakan awal

70

gerakan untuk menyongsong datangnya bola dengan cara menarik raket kesamping

belakang badan. Perkenaan merupakan bagian dari ayunan, dimana raket benar-benar

mengadakan kontak dengan bola, kemudian diteruskan dengan gerakan lanjut.

Persiapan dan lanjutan merupakan gaya setiap perorangan, meskipun tujuannya sama

yaitu mengusahakan momentum ayunan yang tepat. Gerak ayun (backswing) perkenaan

(impact) dan gerak lanjut (followthrough) merupakan satu gerakan yang serasi dan tidak

terputus-putus.

a. Teknik Groundstroke Forehand

Peningkatan prestasi dalam olahraga menuntut adanya perbaikan dan

pengembangan unsur teknik untuk mencapai tujuannya. Teknik dikatakan baik apabila

ditinjau dari segi anatomis, fisiologis, mekanika, biomekanika, dan mental terpenuhi

persyaratannya secara baik, dapat diterapkan dalam praktek dan memberikan

sumbangan terhadap pencapaian prestasi maksimal.

Pukulan groundstroke forehand merupakan suatu pola gerakan yang terdiri dari

beberapa bagian yang harus dirangkaikan dengan baik dan harmonis. Pola gerakan

pukulan groundstroke forehand terangkum dalam teknik pukulan groundstroke

forehand. Gerakan harus dirangkai dengan irama tertentu untuk menjadi gerakan yang

harmonis. Dalam latihan groundstroke forehand ada tiga hal yang penting yaitu: Gerak

ayun (backswing), perkenaan (impact), dan gerak lanjut (followthrough) merupakan satu

gerakan yang serasi dan tidak terputus-putus, yang nantinya dijadikan satu gerakan

ayunan lengkap dan harmonis, guna memukul bola.

Menurut Miguel Crespo dan Dave Miley (1998: 37-39) menerangkan dalam

rangkaian groundstroke forehand yaitu:

1) Posisi siap

Gambar 2.14 Posisi Sikap Awal

Sumber: Joe Rive & Scott C. Williams, 2012: 12

71

Keterangan:

a) Raket di pegang di depan badan, tangan kiri memegang leher raket.

b) Lutut sedikit ditekuk.

c) Kaki dibuka selebar bahu, berat badan berada di kedua kaki.

d) Pemain fokus pada bola yang akan dating.

2) Tahap Persiapan Perputaran bahu dan ayunan (backswing)

Gambar 2.15 Posisi Backswing

Sumber: Joe River & Scott C. Williams, 1998: 12-14

Keterangan:

a) Pemain memutar pinggul dan bahu menyamping net, bahu kiri

menghadap ke depan (net).

b) Kaki menyesuaikan pada saat menyamping.

c) Bahu memutar mulai melakukan (backswing).

d) Sasaran raket menunjuk ke arah bola yang mendekat.

e) Pada tahap ini langkah-langkah harus segera menyesuaikan.

f) Lutut membantu dari posisi rendah ketinggi.

72

3) Tahap Memukul Ayunan Forehand

Gambar 2.16 Perkenaan Bola dengan Raket (impact)

Sumber: Joe River & Scott C. Williams, 2012: 12-14

Keterangan:

a) Langkah kaki kiri pemain harus tepat sebelum melakukan ayunan

(forward swing).

b) Titik kontak berada di sekitar pinggang di sebelah depan badan.

c) Kepala raket mengenai kontak (impact).

d) Ayunan raket dari rendah ketinggi.

4) Gerak lanjut

Gambar 2.17 Gerak Lanjut (followthrough)

Sumber: Joe River & Scott C. Williams, 2012: 15

Keterangan:

a) Setelah kontak dengan bola, gerak lanjut raket mengikuti arah bola.

b) Gerakan siku harus selesai sampai setinggi bahu.

73

b. Kesalahan yang Sering Terjadi Pada Pukulan Forehand

Sering sekali pada saat memukul forehand mengalami kesulitan, baik para

pemain pemula ataupun yang sudah lanjut. Jim Brown (2001: 37) mengidentifikasi

kesalahan-kesalahan yang sering dilakukan dalam pukulan forehand dan cara

memperbaikinya sebagai berikut:

Tabel 2.1 Kesalahan dalam Groundstroke forehand dan perbaikannya

No KESALAHAN PERBAIKAN

1 Memegang raket dengan

Genggaman yang salah

Gunakan tangan anda yang bebas

untuk mengaturgenggaman antara dua

pukulan. Ingatlah, dengan melihat pada

genggaman dari atas, pergelangan tangan

anda harus beradadi belakang

2 Raket berputarsaat terkena bola Pegang raket lebiherat

3 Anda tidak memiliki waktu yang

cukup untuk memukul

Mulailah bersiap-siap ketika bola

baru dipukul olehlawan. Jangan menunggu

hingga bola sudah jatuh di lapangan anda

4 Anda terlalu keras memukul bola Kurangi jarak ayunan kebelakang

pertahankan posisi muka raket tegak lurus

terhadap tanah

5 Pukulan anda kurang bertenaga Bobot anda harus condong ke depan saat

memukul. Lakukan backswing lebih awal

dan gerakkan raket ke depan saat mengayun.

Tanpa Forehand akan menyebabkan

pukulan yang lemah dan pendek jangan

melakukan Forehand dengan genggaman

Forehand

6 Pukulan anda tidak konsisten Periksa genggaman anda dan jaga

genggaman pada posisi yang tetap, semakin

banyak bergerak, semakin berkurang kendali

7 Siku anda tinggi dan bergerak

lebih dulu saat pukulan forehand

Pertahankan agar siku selalu dekat dengan

pinggang saat melakukan pukulan forehand,

Jangan memulai pukulan dengan bagian

tangan anda

Sumber (Jim Brown, 1996: 37)

Untuk mendapatkan pukulan forehand yang baik dan benar, maka kesalahan-

kesalahan seperti di atas harus dihindari. Kesalahan dalam melakukan pukulan forehand

merupakan sebuah kegagalan, sehingga akan memberi peluang lawan untuk menyerang

atau mematikan bola.

74

c. Sistem Energi dalam Groundstroke Forehand

1) Sistem Energi

Setiap melakukan kerja tergantung kepada energi yang ada di dalam tubuh.

Sehingga energy dapat diartikan sebagai kapasitas untuk melakukan kerja. Energi yang

digunakan tubuh untuk melakukan kerja dipasok dari makanan yang kita makan, tetapi

energi tersebut tidak dapat diserap langsung makan tersebut. Menurut Fox (1984: 270)"

diperoleh dari persenyawaan yang disebut ATP (Adenosine Triphospate)".

Persenyawaan ATP itu dihasilkan dari penguraian makanan yang digunakan. Lebih

lanjut Fox (1984: 19) menjelaskan" struktur ATP terdiri dari satu komponen yang

sangat kompleks yaitu adenosine dan tiga bagian lainnya yaitu kelompok-kelompok

fosfat".

Otot merupakan salah satu alat tubuh dalam menggunakan ATP sebagai sumber

energi, hal ini digunakan untuk aktivitas fisik. ATP paling banyaj tertimbun dalam sel

otot jika dibandingkan pada jaringan tubuh yang lain, akan tetapi ATP yang tertimbun

dalam jumlah sangat terbatas yaitu 4-6 milimol/kg otot. ATP tersedia hanya cukup

untuk aktivitas cepat dan berat selama 8-10 detik, pada aktivitas yang berlangsung lebih

lama dari waktu tersebut perlu di bentuk ATP kembali. Kemampuan daya ledak

terutama, didukung oleh kontraksi otot cepat dan menyediakan energy melalui proses

anaerobik. Kapasitas penyediaan energi aerobik sangat menentukan dalam rangka

gerkan-gerakan yang kuat dan cepat. Penyediaan energi secara anerobik meliputi

system energy ATP-PC (phospagen system) dan glikolisis anaerobik (lactacid system)

2) Sistem ATP-PC

Apabila otot berkontraksi berulang-ulang maka ATP harus dibentuk

kembali Mc.Ardle, dkk, (1981), Fox (1984), menyatakan untuk pembentukan ATP

yang cepat adalah melalui pemecahan PC (phosphate creatin), karena PC

merupakan senyawa yang mengandung fosfat yang tertimbun di dalam otot seperti

halnya ATP maka sistem ini juga disebut fosfagen. Reaksi terjadi pemecahan ATP

dan PC berlangsung cepat dan terjadi dalam sel. Pada saat ATP digunakan maka

PC segera terurai dan membebaskan energi, sehingga terjadi resintesa ATP, ATP

dipecah pada saat kontaksi otot berlangsung, kemudian di bentuk kembali melalui

ADP-Pi oleh adanya enrgi yang berasal dari pemecahan simpanan PC (Corretely,

1992).

75

Penyediaan ATP pada sistem ini hanya dapat dipakai selama 3-8 detik

(Soekarman, 1987). Otot untuk dapat berkontraksi terus menerus perlu adanya

pembentukan kembali ATP, karena ATP dalam otot sangat terbatas jumlahnya.

Energi diperlukan dalam pembentukan ATP untuk itu perlu senyawa dalam

pembentukan ATP dengan cepat yaitu Phosphocreatin terdapat juga dalam otot, karena

ATP dan PC mengandung senyawa fosfat, maka sistem ini disebut sebagai

"phosphagen, system". PC pecahakan keluar energi, pemecahan ini tidak

memerlukan oksigen. PC jumlahnya hanya sedikit, tetapi PC merupakan sumber

energi yang tercepat untuk membentuk ATP kembali. Sistem phosphagen

merupakan sumber energi yang dapat secara tepat diperlukan untuk kecepatan,

karena sistem ini merupakan reaksi kimia yang pendek, tanpa oksigen dan ATP-PC

tertimbun dalam mekanisme kontraktil dalam otot. Persediaan PC dalam otot sekitar

15-17 milimol/kg otot atau untuk seluruh tubuh berkisar 4,5-5,1 kcal. Jumlah sitem

ATP-PC tersebut ditingkatkan dengan latihan yang cepat dan berat. Fox (1998: 20).

3) Sistem Glikolisis Anaerobik

Sistem ini sangat rumit bila dibandingkan dengan sistem ATP-PC. Proses

glikolisis aerobik memerlukan dua belas macam reaksi berurutan, sehingga

pembentukan energi lewat sistem ini berjalan lebih lambat bila dibandingkan dengan

sistem ATP-PC (Brooks & Fahey, 1984). Apabila ATP habis atau tidak terpenuhi lagi

dari sistem fosfagen, selanjutnya ATP dapat dibentuk kembali melalui pemecahan

glikologen tanpa oksigen. Proses pembentukan ini dapat disebut dengan sistem

glikolisis anaerobik (asam laktat), secara sederhana proses glikolisis anaerobik

melalui sistem ini dapat digambarkan sebagai berikut:

76

Glikogen dari Otot

Glukosa Darah Glukosa

atau ADP + PI

ATP

Gambar 2.18 Glikolisis Anaerobik

Sumber: Fox, 1998: 21

Gambar sistem asam laktat glikogen pecah secara kimia, selama glikogen pecah

energy dilepas melalui rangkaian reaksi, yang digunakan untuk resintesa ATP. Adapun

ciri glikolosis anaerobik adalah:

a) Terbentuknya asam laktat.

b) Tidak membutuhkan oksigen

c) Hanya menggunakan karbohidrat

d) Memberikan energi untuk resintesa beberapa molekul ATP (Fox,

1984).

Olahraga yang memerlukan kecepatan, pertama akan menggunakan ATP-PC

dan kemudian sistem glikolisis anaerobik. Olahraga yang lamanya 1-3 menit energi

yang digunakan terutama dari proses glikolosis anaerobik, karena dapat memberikan

ATP dengan cepat bila dibandingkan dengan sistem aerobik (Soekarman, 1987). Proses

glyklisis anaerobic secara sederhana dapat disimpulkan bahwa proses ini menyebabkan

kelelahan. Tanpa oksigen, menggunkan karbohidrat dengan memberikan energi untuk

resintesa beberapa molekal ATP.

4) Sistem Aerobik atau Sistem Oksigen

Reaksi aerobik terjadi didalam "mitochondria" yang terdapat pada setiap

serabut otot. Mitochondria berlangsung proses metabolism aerobic dengan pksigen,

sehingga menghasilkan ATP dalam jumlah yang besar, maka mitochondria ini disebut

Proses Glikolisis

Asam Piruvat Asam Laktat

77

juga waning energi (power house). Reaksi yang sangat rumit dan kompleks memerlukan

cukup oksigen, maka satu moleglycogen dipecah secara sempurna menjadi

karbondioksida dan hidrogen, serta mengeluarkan energi yang cukup untuk resintesa

sejumlah ATP (Hazeldine, 1985: 7). Proses ini lebih lanjut dapat dilihat sebagai berikut:

Gambar 2.19 Proses Glikolisis Anaerobik dalam Mitokondria

Sumber: Hazeldine, 1985: 7

Sistem Aerobik menurut Fox (1998: 26) dapat berlangsung dengan tiga cara

yaitu:

a) Glikolisis Aerobik

Tersedia oksigen yang cukup dan asam laktat yang tidak tertimbun dalam reaksi

glykolisisaerobic karena oksigen menghambat penumpukan asam laktat, tetapi tidak

menghalangi pembentukan ATP. Oksigen membantu mengubah asam laktat menjadi

piruvat setelah ATP diresintesi. Reaksi glykolisisaerobic terjadi sebagai berikut:

Glukosa+2 ADP+2 Fosfat dengan energi ----˃ 2 Asam Piruvat +2 ATP+4 H

b) Siklus Krebs

Siklus krebs menghasilkan karbondioksida, terjadi dan menghasilkan ATP. Fox

(1998: 30). Pemecahan glukosa dilanjutkan dengan memecah dua macam piruvat

dengan pertolongan coenzyme A. Asam lemak aktif ini masuk ke dalam siklus oksidasi

dan menjadi acetylcoenzime A. acetylcoenzyme A ini kemudian masuk ke dalam siklus

krebs. ATP yang dihasilkan tergantung macam asam lemak yang dioksidasi. Proses

siklus krebs lebih lanjut terlihat pada gambar berikut ini:

78

Gambar 2.20 Siklus Kreb

Sumber: Fox, 1998: 30

c) Sistem Transport Elektron

Reaksi yang terjadi di dalam membrane (inner membrane) dari mitokondria

adalah serangkaian reaksi hingga terjadi 1120 di sebut dengan istilah transport elektron

atau rantai respiratori. Dimana ion-ion hidrogen dan elektron masuk kedalam sistem

transport elektron memilki tingkat sedikit lebih tinggi dari FADH2. Yang mana NADH

hanya dua molekul Air inti reaksi adalah:

4H + 4CO2 IH20.

Sejumlah energi dikeluarkan sewaktu terjadi transportasi dari elektron di dalam

rantai respiratori (Lamb, 1984: 49).

79

Gambar 2.21 Sistem Transport Elektron

Sumber: Lamb, 1984: 49

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa, sistem energi yang digunakan

dalam Groundstroke Forehand adalah sistem energi ATP dan PC. Hal tersebut

dikarenakan dilihat dari mekanisme gerakan dan sistem kerja dalam melakukan pukulan

Groundstroke Forehand membutuhkan waktu sekitar 1-3 detik.

C. Penelitian Relevan

Beberapa penelitian yang menarik yang memiliki relevansi yang dekat dengan

penelitian ini antara lain:

1. Burhan Sidqi. 2016. Faktor antropometri dan kodisis fisik dominan penentu

keterampilan Tenis LapanganAnalisis panjang lengan, telapak tangan, tinggi badan,

power ototo lengan, kordinasi mata tangan, fleksibilitas togok, dan kelincahan pada

mahasiswa pembinaan prestasi tenis lapangan UNS Surakarta tahun 2015.

80

D. Kerangka Pemikiran

Berdasarkan kajian teori yang telah di uraikan dapat dirumuskan kerangka

pemikiran sebagai berikut :

1. Biomotor dominan penentu kemampuan groundstroke forehand tenis lapangan.

Kekuatan genggaman adalah komponen kondisi fisik, yang menyangkut masalah

kemampuan seseorang atlet pada saat mempergunakan otot-ototnya, menerima beban

dalam waktu kerja tertentu. Dalam tenis lapangan kekuatan genggaman yang benar akan

memberikan rasa yang enak di tangan dan dapat memukul bola ke arah yang

dikehendaki, tetapi harus berlatih secara berjenjang untuk dapat melaksanakan ayunan

raket dengan otomatis.

Fleksibilitas adalah kemampuan seseorang dapat melakukan gerak dengan ruang

gerak seluas-luasnya dalam persendian. Tenis lapangan membutuhkan fleksibilitas

untuk menunjang gerakan-gerakan lainnya dalam hal ini fleksibilitas punggung. Pada

saat mengontrol bola baik menggunakan tungkai ataupun dada pemain membutuhkan

fleksibilitas punggung untuk menyempurnakan teknik kontrol bola tersebut.

Power otot tungkai adalah kekuatan sebuah otot untuk mengatasi tahanan beban

dengan kecepatan tinggi dalam gerakan yang utuh yang bekerja dalam waktu yang

singkat. Olahraga tenis lapangan membutuhkan power khususnya yang berada pada otot

tungkai, yang dapat diartikan kemampuan otot atau sekelompok otot tungkai untuk

mengatasi tahanan beban dengan kecepatan tinggi (eksplosif) dalam satu gerakan yang

utuh yang melibatkan otot-otot tungkai sebagai penggerak utama.

Kecepatan dapat diartikan kemampuan seseorang untuk melakukan gerakan

yang sejenis secara berturut-turut dalam bentuk yang sama dan dalam waktu yang

sesingkat-singkatnya. Kecepatan dibedakan menjadi kecepatan mereaksi dan kecepatan

gerak. Olahraga tenis lapangan membutuhkan kecepatan gerak khususnya kecepatan

berlari selama pertandingan untuk mengejar bola.

Daya tahan kardiovaskular adalah kemampuan organisme tubuh untuk

mengatasi kelelahan yang disebabkan oleh pembebanan yang berlangsung relatif lama.

Daya tahan dibedakan menjadi daya tahan otot dan daya tahan kardiovaskuler. Dalam

olahraga tenis lapangan, daya tahan kardiovaskuler lebih dominan dibanding daya tahan

otot karena sangat berpengaruh untuk dapat bermain dari menit awal sampai akhir

pertandingan baik daya tahan aerob maupun anaerob. Seorang pemain tidak akan dapat

81

mengeluarkan keterampilan bermainnya jika mempunyai daya tahan kardiovaskuler

yang rendah, tidak akan dapat menahan bola, memukul bola bahkan untuk berlari

mengejar bola. Daya tahan kardiovaskuler yang melandasi berbagai macam

keterampilan tenis lapangan.

2. Psikomotor dominan penentu kemampuan groundstroke forehand tenis lapangan

Keseimbangan diartikan sebagai kemampuan relatif untuk mengontrol pusat

massa tubuh (center of mass) atau pusat gravitasi (center of gravity) terhadap bidang

tumpu (base of support). Dalam tenis lapangan membutuhkan keseimbangan untuk

mengaplikasikan berbagai gerakan didalamnya, seperti mempertahankan posisi tubuh

pada saat melakukan berbagai teknik dalam tenis lapangan.

Koordinasi adalah kemampuan untuk memadukan secara cepat dan tepat

berbagai macam gerakan ke dalam satu pola gerak khusus. Koordinasi melibatkan

beberapa segmen tubuh. Dalam penelitian ini terkait dengan koordinasi mata-tangan

yang diperlukan untuk melakukan beberapa gerakan dalam tenis lapangan menjadi satu

kesatuan gerak yang komplek seperti mengontrol bola. Koordinasi membutuhkan

kekompakan anggota tubuh.

Kelincahan meliputi komponen perubahan arah yang cepat, memulai dan

berhenti dengan cepat. Permainan tenis lapangan sangat membutuhkan kelincahan

karena kelincahan memang menjadi karakteristik tenis lapangan.

82

Gambar 2.22 Kerangka berpikir

E. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah penelitian dan kajian teori, maka hipotesis dalam

rencana penelitian ini sebagai berikut:

1. Variable biomotor (kekuatan genggaman dan daya tahan kadiovaskular)

yang lebih dominan penentu kemampuan grounstroke forehand.

2. Variabel psikomotor (kordinasi mata tangan dan kelincahan) yang lebih

dominan penentu kemampuan grounstroke forehand.

Kelincahan

Kekuatan

Genggaman

Fleksibilitas

Power Otot

Tungkai

Kecepatan

Daya Tahan

Kardiovaskular

Koordinasi Mata

Tangan

Kemampuan

Groundstroke

Forehand (Y) Keseimbangan

Biomotor

Psikomotor