bab ii kajian teori a. tinjauan pustaka 1. permainan tenis ... · permainan tenis lapangan tenis...
TRANSCRIPT
9
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Permainan Tenis Lapangan
Tenis lapangan merupakan salah satu cabang olahraga yang dapat dimainkan
secara tunggal dan ganda. Permainan ini dimainkan dengan bola kecil dengan cara
antara pemain saling memukul bola sampai melewati net. Permainan tenis lapangan
dimainkan diatas lantai yang rata dan lapangan berbentuk persegi panjang, lapangan
terbagi antara dua tiang yang terbentang net. Masing-masing pemain yang menempati
separuh lapangan saling menyeberang net.
Dalam suatu permainan tenis lapangan, pemain-pemain harus mempertahankan
skor mereka sendiri dan mengembalikan pukulan-pukulan lawan di dalam maupun garis
batas lapangan. Tujuan dari masing-masing pemain adalah berusaha memukul bola
melalui atas net sampai akhirnya salah seorang pemain gagal mengembalikan bola
kedaerah lapangan lawan, sehingga akan menghasilkan point, dan memenangkan suatu
pertandingan, faktor-faktor yang mendukung pencapaian prestasi tenis lapangan perlu
dilatih dan ditingkatkan lebih intensif. Salah satu faktor yang harus dilatih untuk
mencapai kemampuan bermain tenis lapangan adalah dengan menguasai teknik dasar
pukulan. Adapun jenis-jenis pukulan tenis lapangan terdiridari: groundstroke, servis,
volleys, dan overheadstroke atau smash.
Menurut Jim Brown (2001: 31) “Sedikitnya setengah dari seluruh pukulan tenis
adalah forehand. Karena anda akan melakukan ribuan pukulan forehand dan karena
pukulan ini dapat menjadi senjata simpanan yang bermanfaat bagi anda, maka pukulan
ini sangat penting” agar mampu bermain tenis lapangan dengan baik. Teknik dasar
pukulan groundstroke forehand tenis lapangan tersebut dapat dikuasai melalui latihan
secara sistematis dan kontinyu.
a. Dasar-Dasar Bermain Tenis Lapangan
1) Permainan Tunggal
Disebut permainan tunggal (single) karena di dalam lapangan terdapat
permainan yaitu antara satu pemain melawan satu pemain. Gambar di bawah pemain
10
sedang dalam permainan, untuk memulai permainan salah seorang pemain harus
melakukan pukulan pada bola yang biasa disebut dengan servis.
Gambar 2.1 Ilustrasi Permainan Tunggal
Sumber: Katie Marsico and Cecilia Minden, 2009: 7
Pemberi servis selalu memukul bola dari salah satu daerah di belakang “garis
belakang” (base line) dengan pukulan menyilang ke daerah servis yang berlawanan
dengannya. Daerah servis selalu berganti setiap terjadi pergantian angka dan setiap kali
servis pertama dimulai dari sebelah kanan. Pada gambar pemain melakukan servis dari
belakang sebelah kanan kemudian bola diarahkan ke daerah servis sebelah kanan
pemain pemain lawan demikian maka bola dikatakan dalam permainan.
Dalam menerima servis, pemain lawan harus menunggu bola memantul lebih
dahulu sebelum mengembalikan bola ke lapangan permainan. Kemudian setelah bola
dipukul sesama pemain saling memukul bola kembali sehinga bola mendarat ke dalam
daerah lapangan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa permainan tenis adalah
memukul bola bolak balik melalui atas net sampai akhirnya seorang pemain gagal
mengembalikan bola ke daerah lapangan lawan.
2) Permainan Ganda
Permainan ganda biasa disebut dengan bermain berpasangan, di dalam lapangan
terdapat permainan yaitu antara dua orang pemain melawan dua orang pemain. Seorang
pemain dari salah satu pasangan melakukan servis dan salah seorang dari pasangan
yang lain menerima servis, kemudian permainan dilanjutkan seperti pada permainan
tunggal. Bola dimainkan bolak-balik melalui atas net sampai salah satu pasangan gagal
mengembalikan bola ke daerah lapangan lawan.
11
Gambar 2.2 Ilustrasi Permainan Ganda
Sumber: Katie Marsico and Cecilia Minden, 2009: 9
b. Pegangan Raket (Grip)
Pegangan raket sangat penting dalam permainan tenis, hal ini akan
mempengaruhi gaya permainan dari tenis itu sendiri. Pegangan raket Groundstroke
Forehand Tenis Lapangan ada 3 macam yaitu: 1) Eastrern Forehand Grip, 2) Semi
Western Forehand Grip, dan 3) Western Forehand Grip. (Rob Antoun, 2013: 25).
1) Eastrern Forehand Grip
Grip yang paling sering digunakan petenis pemula. Grip ini seringkali disebut
sebagai “pegangan berjabat tangan”, yaitu dengan memulai pegangan dari leher raket,
yang seperti menjabat tangan, lalu turun ujung gagang raket. Posisi dari pangkal
telunjuk cenderung berada pada sisi kanan (untuk pemain tangan kanan) atau sisi kiri
(untuk pemain kidal).
Pegangan jenis ini dapat memberikan variasi pukulan yang lengkap, baik, itu
flat, slice, maupun spin. Pilihan grip ini cocok sekali untuk bagi pemain yang sering
mengandalkan pemain volley ke depan net karena anda dapat dengan mudah dan cepat
menyesuaikan grip untuk pukulan volley ke depan net. Namun minus pegangan ini
sekali lagi agak susah untuk menghadapi bola-bola top spin yang bersifat parabolik.
12
Gambar 2.3 Eastern Forehand Grip
Sumber: Rob Antoun, 2013: 25
2) Semi Western Forehand Grip
Semi Western Forehand Grip adalah grip yang paling banyak dipakai oleh
pemain tenis modern, terutama yang memiliki tipe permainan baseliner, grip ini
berawal dari grip eastern kemudian tangan diputar searah jarum jam. Keunggulan dari
grip ini adalah dapat memukul spin dengan baik sehinga kemungkinan bola untuk
melewati net lebih besar karena sifatnya yang parabolik. Grip ini juga dapat dipakai
untuk memukul flat tetapi tidak direkomendasikan untuk pemukul slice. Minus dari grip
ini adalah kesulitan untuk mengantisipasi bola-bola rendah yang dihasilkan dari pukulan
flat atau slice terutama di lapangan cepat (grass atau hard court).
Gambar 2.4 Semi Western Forehand Grip
Sumber: Rob Antoun, 2013: 25
13
3) Western Forehand Grip
Grip ini digunakan terutama untuk memproduksi pukulan top spin. Pemain
spesialis lapangan tanah liat (clay) umumnya menggunakan grip jenis ini. Banyak
pemain modern saat ini. Grip ini biasa disebut sebagai pegangan wajan karena cara
memegang raket ini seperti saat kita menempatkan posisi pangkal telunjuk pada sisi
bawah gagang raket, atau memulai dari posisi semi western kemudian bergeser satu ke
sisi bawah gagang raket.
Grip ini sangat baik digunakan bagi pemain yang ingin memukul bola dengan
top spin. Arah bola dari hasil pukulan ini dapat melambung di atas net dan turun
menurut garis parabolik. Grip ini juga sangat nyaman digunakan untuk mengantisipasi
bola-bola tinggi yang biasanya terjadi di lapangan tanah liat. Akan tetapi, minus dari
grip jenis ini adalah tidak biasa dipakai untuk melakukan pukulan flat serta slice dan
juga sangat sulit untuk mengantisipasi bola-bola slice yang jatuh rendah di lapangan
cepat seperti rumput (grass) dan semen (hard court).
Gambar 2.5 Western forehand Grip
Sumber: Rob Antoun, 2013: 25
c. Jenis-Jenis Putaran Bola
Perrmainan tenis terdapat berbagai macam putaran-putaran bola yang dihasilkan
dari berbagai macam pukulan, setiap jenis putaran bola memiliki karakteristik tinggi-
rendah, cepat-lambat, serta jauh-dekatnya pantulan. Prinsip gerak untuk
menghasilkan jenis putaran bola penting untuk diketahui dan diajarkan kepada pemain,
sehingga pemain mampu melakukan pukulan yang menghasilkan jenis putaran
tertentu, baik untuk menyerang maupun bertahan. Seperti yang dikemukakan Vic
14
Braden dan Bill Burn (1998: 25) “Setiap kali bola dipukul, beberapa putaran atau rotasi
bola dihasilkan. Tidak ada yang namanya groundstroke yang sangat datar atau
melayang. Sebuah bola yang melengkung menghasilkan kantung udara dan gesekan
udara yang membuat bola melakukan hal-hal tertentu”.
Macam putaran bola terdapat empat variasi utama yaitu 1) putaran ke atas (top
spin), 2) putaran ke belakang atau kebawah (under spin) 3) Putaran kesamping
(sidespin atau slice), dan 4) Spin servis. Vic Braden dan Bill Burn (1998: 25).
Keempat jenis putaran tersebut, selain untuk menghasilkan beberapa macam pukulan
diperlukan cara berbeda-beda untuk menghasilkan jenis putaran bola yang satu dengan
jenis putaran bola yang lain. Adapun perbedaan jenis putaran bola terletak pada posisi
tinggi rendahnya kepala raket terhadap bola pada saat memukul (impact).
1) Putaran ke Atas (Top spin)
Jenis Putaran ini mengacu pada bola yang berputar dari rendah ke tinggi pada
sumbu vertikal. (Bayangkan sebuah titik di sisi depan bola yang bergerak kedepan dan
ke arah lawan, atau sebuah titik di sisi belakang yang bergerak rendah ke tinggi)
karakteristik topspin gaya ke bawah, sehingga jalur bola pada umumnya akan
menyerupai busur pelangi (Vic Braden dan Bill Burns, 1998: 26).
Putaran topspin menghasilkan pantulan bola yang lebih rendah dari normal,
jatuhnya lebih cepat, dan menggulir lebih jauh (Broer, 1960: 62-65). Jenis putaran
topspin menyulitkan lawan dalam mengantisipasi jarak pantulan bola, terutama bila
bola jatuh pada daerah belakang antara garis servis (serviceline) dan garis belakang
(baseline). Hal tersebut dikarenakan pemukulan berdiri pada posisi yang sulit (out
position), setelah melakukan pukulan pada bola.
Gambar 2.6 Lintasan Bola Top Spin
Sumber: Rolf Flichbeil, 2006: 52
15
2) Putaran ke Bawah/ ke Belakang (Backspin / Underspin)
Jenis putaran ini dilihat darititik tengah horisontal, jalur lintasan bola menurun
dari atas kedepan bawah. Underspin atau chip merujuk pada sebuah bola dimana titik
imajiner pada sisi belakang dari titik tinggi ke rendah berputar underspin menimbulkan
gaya ke atas tetapi karena tarikan gravitasi begitu besar sehingga bola bergerak pada
bidang garis lurus (Vic Braden dan Bill Bruns,1998: 26). Pukulan Backspin dilakukan
dengan cara raket diayunkan ke belakang kira-kira setinggi bahu diteruskan dengan
mengayunkan raket ke depan bawah, di akhiri gerak lanjutan dengan posisi bidang
kepala raket berada di depan lutut kaki kanan. Sesaat sebelum memukul bola posisi
bidang kepala raket berada di atas bola, bidang kepala raket tetap lurus selama gerakan
mengayun ke depan bawah, sehingga membentuk garis miring yang lurus dari atas
kebawah. Pengertian umum, jenis putaran back spin disebut juga jenis pukulan slice
atau mengiris.
Banyak kelemahan pukulan backspin antara lain mudah diantisipasi lawan
karena pantulan yang dihasilkan tinggi dan bola lebih lama di udara, sehingga
memudahkan lawan untuk mempersiapkan pukulan yang terarah. Pada permainan
ganda, jenis pukulan backspin memudahkan lawan untuk menyerobot bola dengan
teknik voli. Jenis pukulan back spin lebih mudah dilakukan, bahkan dapat dikatakan
tanpa mempelajaripun pemain dapat melakukannya secara naluriah. Oleh karena jenis
pukulan ini kurang menguntungkan dan kurang baik, maka tidak perlu diajarkan kepada
petenis pemula. Apabila jenis pukulan backspin menjadi pukulan kebiasaan dan
andalan, maka sulit bagi para pemain untuk mengembangkan teknik-teknik yang benar.
Gambar 2.7 Lintasan Bola Backspin / Underspin
Sumber: Rolf Flichbeil, 2006: 52
16
3) Putaran ke Samping (Sidespin atau Slice)
Sidespin atau slice mengacu pada sebuah bola yang berputar pada bidang
horizontal. Karakteristik Sidespin yaitu arah bola yang membentuk kurva kekiri atau
kanan seorang lawan. Putaran bola ini kebanyakan digunakan untuk memberikan
perlawanan rally pada lawan (Vic Braden dan Bill Bruns, 1998: 26)
Gambar 2.8 Lintasan Sidespin
Sumber: Rolf Flichbeil, 2006: 52
4) Spin Servis.
Pada putaran ini biasanya digunakan pada saat melakukan pukulan servis, servis
spin perkenaan bola berada ditengah antara vertical penuh (topspin) dan horizontal spin
yaitu dengan sudut 45 derajat dengan kepala raket setelah impact dengan bola dengan
melakukan gerak lanjut (followthrough) ke samping kiri badan.
d. Gerak Anatomi Tubuh Dalam Tenis Lapangan
Anatomi tenis dapat memberikan dalam proses latihan untuk meningkatkan
perminan tenis, beberapa praktik multiotot dan persendian, seperti menggunakan
panggul, lutut dan pergelangan kaki. Praktik lainya adalah single-joint, seperti
menaikan betis, yang hanya menggunakan gerakan pergelangan kaki. Semua latihan
tersebut sangat berguna untuk menghindari cedera dan ketahanan selama permainan.
Sama pentingnya dengan mendapatkan kebugaran selama bermain tenis dan bermain
tenis untuk kebugaran. Materi pemahaman anatomi tenis akan membantu menyiapkan
untuk bermain pada permainan tenis tingkat yang selanjutnya.
Perubahan yang paling baik dalam dunia tenis sepertinya telah terjadi karena
perubahan teknologi pada raket. Raket dibuat dari berbagai macam bahan yanglebih
lebar dan keras, di padu dengan titik-titik manis yang lebih besar. Hal ini telah
menyebabkan dampak yang luar biasa pada tenis dimanapun lebih dari groundstroke.
Raket dengan permukaan senar yang lebih besar berguna dan memudahkan
17
mengayunkannya untuk menciptkan pukulan yang kuat. Karena perubahan tersebut,
ayunan forehand dan backhand juga berbuah. Panjang, mengikuti ayunan dan
mengikuti arah target yang telah memberikan cara, ayunan rotasi yang berakhir
melewati tubuh di berbagai posisi tergantung tipe pukulanya. Pola ayunan ini
memudahkan pemain untuk memukul bola dari posisi open stance, terkadang ketika
memukul dengan pukulan forehand tetapi kadang juga saat two handed backhand.
Komponen rotasi ini biasa memindahkan sejumlah tekanan pada tubuh bagian tengah.
Oleh karenanya, praktik menyiapkan tubuh sangatlah penting.
Banyak gerakan otot pada tubuh bagian bawah sama semua pada pukulan tenis.
Ada hubungan antara gerak eksentrik (pemanjangan) dan konsetntrik (pemendekan)
yang memudahkan tubuh untuk menyimpan dan melepaskan energi tergantung pada
tahap masing-masing pukulan E. Paul Roeter & Mark S. Konvacs (2011: 7). Sebagai
tambahan, masing-masing pukulan memerlukan rotasi tubuh, begitu juga dengan
groundstrokes, servis, overheads, dan voli. Pukulan groundstroke, serves, dan overhead
membedakan dari pukulan one-and-two handed backhand yang otot tubuh bagian
atasnya diaktifkan pada posisi yang berlawanan. Otot-otot bagian punggung atas dan
belakang gerakan bahu konsentris (memperpendek) dalam fase eksentrik (memanjang)
pada gerkan gera lanjut. Otot-otot dada dan depan bahu pertama kontraksi eksentrik
selama backswing dan kemudian konsentris ketika mengayunkan raket ke depan.
Saat memukul groundstroke forehand masing-masing komposisi tubuh
memerlukan mekanisme tubuh bagian atas dan bawah yan berbeda, meskipun ketiga
posisi menggunakan kombinasi daya dorong siku dan linier untuk menciptakan tenaga
pukulan. Daya dorong linier dihasilkan dari keduanya: masa dan percepatan dan dapat
dihasilkan dari kedua arah vertikal dan horizontal. Daya dorong siku mengacu pada
komponen perputaran dari pukulan dan perhitungkan keduanya daya dorong inersia
sumbu (teristen terhadap rotasi sumbu tersebut) dan daya dorong kecepatan sudut
sumbu. Kedua daya dorong linier dan siku adalah dasar dasar pada beberhasilan dengan
tenaga forehand. Sejumlah daya dorong linier yang dihasilkan mempengaruhi besarya
jumlah kekuatan yang kekuatan yang dihasilkan disetiap bagian tubuh.
Posisi berdiri dengan kaki terbuka tangan didepan menghasilkan rotasi tubuh
yang baik secara total dan memerlukan banyak kekuatan dan fleksibilitas diseluruhkan
tubuh bagian tengah dan bawah dari pada posisi berdiri kaki kotak atau berdiri dekat
18
dengan tangan di depan. Pada berdiri kaki kotak atau berdiri dekat dengan didepan
memerlukan rotasi lebih sedikit pada tubuh bagian tengah, dan kontak bola dibuat
didepan pemain dan dekat dengan net ini hal yang paling penting untuk memahami
bahwa masing-masing posisi berdiri adalah situasi tertentu.
Gambar 2.9 Anatomi Tubuh Gerakan Groundstroke forehand
Sumber: E. Paul Roeter & Mark S. Konvacs, 2011: 7
e. Gerak Tubuh (Biomekanika) Dalam Tenis Lapangan
Biomekanika adalah ilmu tentang gaya gerak tubuh. Dalam menentukan pola
pergerakan yang paling efektif dalam menghasilkan pukulan (stroke), seorang ahli
biomekanika tenis dapatlah kemudian menganalisis efisiensi gerakan seorang pemain
dan mencoba untuk menentukan apakah pemain itu dapat bergerak lebih efektif lagi.
Teknik yang optimal dapat didefinisikan sebagai gerakan yang paling efektif sebagai
kombinasi antara tenaga dan kontrol baik di dalam pukulan (stroke) maupun teknik
gerakan sehingga meminimalisasikan risiko cedera.
Menurut Miguel Crespo dan Dave Miley (1998: 56) bahwa gerak tubuh
(biomekanika) di dalam tenis lapangan dengan prinsip-prinsip utama dari biomekanika
tenis dapat dengan mudah dihafal dengan singkatan (BIOMEC) yang kepanjangannya
adalah sebagai berikut:
1) Balance (Keseimbangan)
Keseimbangan adalah kemampuan untuk menjaga equilibrium (keadaan
kesetimbangan) baik secara dinamis maupun statis. Miguel Crespo dan Dave Miley
19
(1998: 56) menerangkan bahwa “sebagaimana tenis diketahui sebagai olahraga yang
selalu gerak, maka dibutuhkan keseimbangan yang dinamis”.
Sangat penting bagi pelatih untuk mengamati apakah pemain menjaga
straightline suatu garis lurus/ verticalaxis (porosvertikal) dari kepala sampai ketanah
yang memungkinkan perpindahan momentum linear ataupun angular. Ketika seorang
pemain top meskipun pada situasi yang sulit sekalipun, mereka menjaga agar kepala
dan tubuh bagian atas stabil dengan maksud dapat memberi pukulan yang efektif.
2) Inersia (Kelembaman)
Hukum dari kelembaman menyatakan “tubuh akan tetap diam atau bergerak
sampai diberi tenaga yang menggerakkan dari luar”. Dengan kata lain inersia adalah
ketahanan tubuh untuk bergerak atau untuk berhenti bergerak. Bagaimana seorang
pemain tenis bergerak cepat dari posisi diam, memperlambat gerakan, dan kemudian
mengubah arah gerak dengan serta merta. Manakala pada saat posisi siap, tubuh dan
raket pasti tidak bergerak, oleh karenanya, mempunyai beberapa inersia yang diam.
Manakala bereaksi terhadap pukulan lawan, harus mengubah inersia diam dengan
menggunakan gaya gravitasi dan dengan gaya yang cukup menolak tanah untuk dapat
bergerak melalui kontaksi otot yang ada di kaki (Miguel Crespo dan Dave Miley,1998:
56). Saat kita membuat pukulan dengan tekukan lengan sedikit saja maka lebih sedikit
momentinersia yang dibutuhkan dari pada kita memukul dengan lengan yang lurus.
Lebih sedikit gerak putar dan lebih cepatlah kepala raket.
3) Oppositeforce (Daya Berlawanan)
Kita mengetahui teknik gerakan dan pukulan dari kaki yang bergerak menolak
tanah. “Pada setiap aksi terdapat reaksi yang sama besar dan berlawanan”. Tanah
kemudian memberi tolakan seimbang dengan tolakan yang
dilakukan oleh pemain yang menolakkan kakinya. Reaksi tanah memberikan daya
dorong untuk aksi pertama eksplosif. Sebagai contoh, sewaktu Becker memulai gerak
servis, pertama kali dia mendorong tanah (dengan menekukkan lututnya) dan aksi ini
memberikan daya untuk servisnya yang penuh tenaga.
4) Momentum (Momentum)
Momentum adalah gaya yang dihasilkan oleh tubuh, atau lebih tepatnya mass
xVelocity. Ada dua tipe momentum:
- Linear, sebagai contoh momentum di dalam garis lurus.
20
- Angular, sebagai contoh momentum di dalam gerak sirkular (putar).
Miguel Crespo dan Dave Miley (1998:56) menerangkan bahwa “Momentum
linear secara simple mentransfer berat tubuh ke depan menuju arah memukul (sebagai
contoh backhand Graff), sementara momentum angular dihasilkan dari rotasi tubuh
yang terjadi pada pinggul dan batang tubuh (sebagai contoh forehand Agassi)”.
5) Elastic Energy (energi elastis)
Energi elastic adalah energi yang tersimpan didalam otot dan tendon sebagai
hasil dari otot yang merenggang. Pemain ketika mempersiapkan untuk memukul bola,
mereka akan mengarahkan lengan mereka hamper tegak lurus kebagian belakang badan.
Ini dikenal sebagai backswing. Sebagai contoh, ketika Edberg mengoper langkah
setelah servis dan mendekat ke net dia menyimpan energi dikakinya, sehingga ketika
mendarat dia dapat menggunakan langkah pertama yang eksplosif terhadap bola.
Pemain modern juga menggunakan prinsip ini untuk ‘mengisi’ (pra renggang) dalam
tahap persiapan dari servis dan hentakan ke tanah yang membantu untuk menghasilkan
tenaga yang lebih besar. (Miguel Crespo dan Dave Miley, 1998: 57).
6) Coordination Chain (Rantai Koordinasi)
Koordinasi sering melibatkan bagian-bagian dari tubuh yang bertindak sebagai
suatu satu sistem rangkaian rantai dimana daya yang dihasilkan oleh satu rangkaian,
atau bagian tubuh, diteruskan untuk ke rangkaian-rangkain yang lainnya.
2. Biomotor
Biomotor adalah kemampuan gerak manusia yang dipengaruhi oleh kondisi
sistem organ dalam. Sistem organ dalam yang dimaksud yaitu: sistem neuromuscular,
pernapasan, peredaran darah, sistem energi, tulang, dan persendian. Menurut
Sukadiyanto (2010) komponen biomotor dipengaruhi oleh kebugaran energi dan
kebugaran otot. Kebugaran energi (energy fitness) diantaranya kapasitas aerobik dan
anaerobik. Sedangkan kebugaran otot (muscular fitness) diantaranya: kekuatan,
ketahanan, kecepatan, daya ledak atau power, fleksibilitas.
Antara bimotor/ fisik dan psikomotor sebenarnya tidak dapat dipisahkan,
melainkan hanya dapat dibedakan karena keduanya selalu berfungsi secara bersama-
sama. Secara konseptual keduanya saling berbeda. Domain fisik berkenaan dengan
kapasitas kerja fisik atau kemampuan biomotor (biomotor ability), sedangkan domain
21
psikomotor berkenaan dengan kapasitas pergerakan tubuh dan keterampilan. Ketika
seseorang melakukan pergerakan tubuh, selalu memerlukan dukungan kemampuan
biomotor. Sedangkan ketika seseorang menggunakan kemampuan biomotornya,
memerlukan pergerakan tubuh untuk merealisasikan gerakan tersebut karena keduanya
saling berkaitan erat.
Menurut Claude Bouchard dkk (1974) mengunakan istilah physical qualities
dalam mengklasifikasi domain fisik atau biomotor. Klasifikasi yang dibuat adalah
sebagai berikut:
Masing-masing pengertian di atas dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Kualitas Organik
a. Kapasitas aerobik adalah kualitas yang membuat seseorang mampu
melaksanakan kerja otot yang bersifat menyeluruh selama mungkin dalam
kondisi aerobik, yaitu kondisi dimana kebutuhan oksigen perlu tercukupi untuk
memproduksi adenosine tri posphat (ATP). Kapasitas aerobik ditentukan oleh
kapasitas fungsional jantung dan efisiensi penyediaan oksigen.
b. Kapasitas anaerobik adalah kualitas yang membuat seseorang mampu
melaksanakan kerja otot yang bersifat menyeluruh selama mungkin dalam
kondisi anaerobik, yaitu kondisi dimana oksigen tidak mutlak diperlukan dalam
memproduksi ATP. Kapasitas anaerobik ditentukan oleh kapasitas maksimum
konsumsi oksigen dan kapasitas psikologis melawan kesulitan fisiologis.
2. Kualitas Otot
a. Kekuatan Otot adalah kualitas yang memungkinkan pengembangan tegangan
otot dalam kontraksi yang maksimal atau kemampuan menggunakan daya
tegang untuk melawan beban atau hambatan. Kekuatan ditentukan oleh volume
otot dan kualitas kontrol pada otot yang bersangkutan.
b. Kapasitas aerobik otot lokal adalah kualitas yang memungkinkan seseorang
melakukan usaha yang menggunakan otot lokal atau sekelompok otot tertentu
selama mungkin dalam kondisi aerobik. Kapasitas ini ditentukan oleh kualitas
sirkulasi lokal serta konsentrasi mioglobin dan kekuatan otot.
c. Kapasitas anaerobik otot lokal adalah kualitas yang memungkinkan seseorang
melakukan usaha yang menggunakan otot lokal selama mungkin dalam kondisi
22
anaerobik. Kapasitas ini ditentukan oleh tingkat kekuatan otot dan kapasitas
psikologis untuk bertahan terhadap rasa sakit pada otot.
d. Power atau daya ledak eksplosif adalah kualitas yang memungkinkan otot atau
sekelompok otot untuk menghasilkan kerja fisik yang eksplosif. Power
ditentukan oleh kekuatan otot dan kecepatan rangsang syaraf serta kecepatan
kontraksi otot, produksi energi secara biokimia dan pertimbangan mekanik
gerak.
Menurut Suharno (1998: 86) daya ledak adalah kekuatan sebuah otot untuk
mengatasi tahanan beban dengan kecepatan tinggi dalam gerakan yang utuh. Daya ledak
khususnya otot tungkai digunakan sebagai tenaga pendorong pada saat melakukan
tolakan setelah melakukan awalan untuk memperoleh kecepatan vertikal sehingga dapat
menambah jarak lompatan yang dilakukan. Power juga merupakan kekuatan otot yang
bekerja dalam waktu singkat. Faktor penentu power menurut Suharno (1993: 59)
adalah:
1) Banyak sedikitnya macam fibril otot putih (phasic) dari atlet.
2) Kekuatan dan kecepatan otot. Rumus P = F x V.
3) P = power; F = force (kekuatan); V = velocity.
4) Waktu rangsangan maksimal, misalnya waktu rangsangan 15 detik, power
akan lebih baik dibandingkan dengan waktu rangsangan selama 34 detik.
5) Koordinasi gerakan yang harmonis antara kekuata dan kecepatan.
6) Tergantung banyak sedikitnya zat kimia dalam otot yaitu Adenosine Tri
Phosphat (ATP).
7) Penguasaan gerak yang benar.
Menurut Bompa (1990: 285) dilihat dari segi kesesuaian jenis gerakan atas
keterampilan gerak power dibedakan menjadi dua, yaitu:
1) Power Asiklik
Dalam kegiatan olahraga power ini dapat dikenal dari peranannya pada
suatu cabang olahraga, misalnya menolak dan melompat pada atletik
lebih dominan pada power asikliknya.
2) Power Siklik
Dari segi kesesuaian jenis gerak dari peranannya pada suatu cabang
olahraga lari cepat, lebih dominan pada power sikliknya. Daya ledak atau
23
power memainkan peran yang sangat penting terhadap mobilitas fisik.
Power merupakan kemampuan fisik yang tersusun dari beberapa
komponen diantaranya komponen yang menonjol adalah kekuatan dan
kecepatan.
Power atau daya ledak sering juga disebut eksplosive power atau muscular
power.Menurut M. Sajoto (1995:8) daya ledak otot (muscular power) adalah
kemampuan seseorang untuk melakukan kekuatan maksimum dengan usaha yang
dikerahkan dalm waktu yang sependek-pendeknya. Power adalah kemampuan otot
untuk mengeluarkan kekuatan maksimal dalam waktu amat singkat, Bompa (1999: 61).
Menurut Tim Fisiologi Manusia (2010: 45) power merupakan kombinasi antara
kekuatan dan kecepatan dan merupakan dasar dalam setiap melakukan suatu aktifitas.
Power merupakan hasil perkalian dan kecepatan sehingga satuan power adalah Kg
(berat) x meter/detik. Sedangkan Kg x meter adalah satuan usaha, dengan demikian
power dapat diartikan sebagai usaha per detik power/daya ledak adalah kemampuan
kerja otot (usaha) dalam satuan waktu (detik). Power dibedakan menjadi 2 yaitu:
1) Kekuatan daya ledak; kekuatan ini digunakan untuk mengatasi resistensi
yang lebih rendah, tetapi dengan percepatan daya ledak maksimum. Power
sering digunakan untuk melakukan satu gerakan atau satu ulangan (lompat
jauh, lempar cakram, dan dll).
2) Kekuatan gerak cepat; gerakan ini dilakukan terhadap resistensi dengan
percepatan dibawah maksimum, jenis ini digunakan untuk melakukan
gerakan berulang-ulang, misalnya lari, mengayuh, dan dll.
e. Fleksibilitas adalah kualitas yang memungkinkan suatu segmen tubuh bergerak
dengan luas rentangan sendi semaksiml mungkin. Fleksibilitas ini ditentukan
oleh mobilitas sendi dan elastisitas otot-otot antagonis.
Menurut Setiawan (1991: 67) fleksibilitas adalah kemampuan seseorang dapat
melakukan gerak dengan ruang gerak seluas-luasnya dalam persendian. Fleksibilitas
yaitu kapasitas melakukan pergerakan dengan jangkauan yang seluas-luasnya (Bompa,
1994: 317). Fleksibilitas mengandung pengertian, yaitu luas gerak satu persendian atau
beberapa persendian. Ada dua macam fleksibilitas, yaitu : fleksibilitas statis, dan
fleksibilitas dinamis. Fleksibilitas statis ditentukan oleh ukuran dari luas gerak satu
persendian atau beberapa persendian. Sebagi contoh untuk pengukur luas gerak
24
persendian tulang belakang dengan cara sit and reach. Sedangkan fleksibilitas dinamis
adalah kemampuan seseorang dalam bergerak dengan kecepatan yang tinggi
(Sukadiyanto, 2002: 119).
Fleksibilitas yang baik pada umumnya dicapai bila semua sendi tubuh
menunjukkan kemampuan dapat bergerak dengan lancar sesuai dengan fungsinya.
Lentuk tidaknya seseorang ditentukan oleh luas sempitnya ruang gerak sendi-sendi yang
dapat dilakukan. Kelentukan yang dimiliki oleh seseorang tergantung pada beberapa
faktor. Menurut Suharno (1993: 53) faktor penentu fleksibilitas adalah: 1) elastisitas
dari otot, ligamentum, tendon, dan cupsul. 2) luas sempitnya ruang gerak sendi (Range
Of Motion). 3) tonus otot, tendon, ligamentum, dan cupsula. 4) tergantung dari derajat
panas diluar (temperatur). 5) unsur jemu, muram, takut, senang, semangat. 6) kualitas
tulang-tulang yang membentuk persendian. 7) faktor umur dan jenis kelamin.
Perkembangan fleksibilitas seseorang dipengaruhi oleh usia. Perkembangan
fleksibilitas pada tiap tingkatan usia berbeda. Pada umumnya anak kecil memiliki otot
yang lebih lentur (fleksibel), keadaan tersebut akan terus meningkat pada usia belasan
tahun (usia sekolah). Dan memasuki usia remaja fleksibilitas mereka cenderung
mencapai puncak perkembangannya, setelah fase itu secara perlahan-lahan fleksibilitas
mereka menurun (Michael J.Alter, 1996: 15).
Perbaikan dalam fleksibilitas otot dapat mengurangi terjadinya cidera pada otot-
otot, membantu dalam mengembangkan kecepatan, koordinasi, kelincahan atau agility,
membantu memperkembangkan prestasi, menghemat pengeluaran tenaga pada waktu
melaksanakan gerakan dan memperbaiki sikap tubuh (Harsono, 1988: 163). Macam-
macam latihan peregangan terdiri dari, 1) peregangan balistik, 2) peregangan statis, 3)
peregangan pasif, dan 4) peregangan kontraksi-relaksasi (Pate, 1993: 330).
Sedangkan menurut Harsono (1988: 163), mengemukakan bahwa fleksibilitas
adalah kemampuan untuk melakukan gerakan dalam ruang gerak sendi. Kecuali oleh
ruang gerakan sendi fleksibilitas juga ditentukan oleh elastis tidaknya otot-otot, tendo,
dan ligamen. Dalam bermain tenis lapangan sangat penting seorang atlet mempunyai
fleksibilitas yang baik di beberapa bagian tubuh, seperti fleksibilitas kaki, tungkai atas,
tungkai bawah dan togok untuk menunjang berbagai gerakan dalam tenis lapangan.
Kesimpulan yang dapat ditarik dari pendapat di atas, maka orang yang
mempunyai fleksibilitas yang baik, khususnya fleksibilitas togok adalah orang yang
25
mempunyai ruang gerak yang luas dalam sendi-sendi togok dan mempunyai otot-otot
yang elastis pada togok. Fleksibilitas yang baik menurut Harsono, (1988: 163), bahwa:
1) Mengurangi kemungkinan terjadinya cedera-cedera pada otot dan sendi.
2) Membantu dalam mengembangkan kecepatan, koordinasi, dan kelincahan.
3) Membantu perkembangan prestasi.
4) Menghemat pengeluaran tenaga pada waktu melakukan gerakan-gerakan.
5) Membantu memperbaiki sikap tubuh.
Untuk mengembangkan fleksibilitas togok dapat dilakukan latihan peregangan
otot, seperti peregangan dinamis dan peregangan statis. Memperbaiki kelentukan daerah
gerak suatu persendian, harus dilakukan beberapa bentuk peregangan yang dinamis dan
statis agar badan menjadi normal kembali atau bahkan kondisi lebih baik.
3. Kualitas Persepsi Kinetik
a. Kecepatan mereaksi adalah kualitas yang memungkinkan mengawali respon
kinetik secepat mungkin setelah menerima stimulus. Kecepatan mereaksi
ditentukan oleh tingkat pengenalan situasi persepsi, tingkat pengenalan
respon kinetik yang harus dilakukan dan kualitas kondisi fisik.Kecepatan
bergerak adalah kualitas yang memungkinkan melaksanakan suatu gerakan
atau gerakan-gerakan dalam waktu sesingkat-singkatnya. Kecepatan
bergerak ditentukan oleh: frekuensi stimulus, kemauan, mobilitas syaraf,
kecepatan kontraksi otot, tingkat otomasi gerak dan power otot.
b. Koordinasi syaraf-otot adalah kualitas yang memungkinkan melaksanakan
suatu gerakan dengan benar. Yang menentukan adalah kualitas persepsi saat
memulai dan selama melakukan gerakan, kualitas penyesuaian gerak dalam
dimensi waktu dan jarak, kualitas pemahaman gerakan, serta kualitas
pengorganisasian syaraf-otot.
c. Kepekaan kinetik adalah kualitas yang memungkinkan seseorang menyadari
keadaan atau posisi tubuh dan gerakan yang dilakukan. Yang menentukan
adalah: kebenaran informasi yang berasal dari reseptor mekanik yaitu indera
kinestetik dari organ vertibular, serta dari eksteroseptor khususnya penglihat,
pendengar dan peraba.
Menurut Bompa yang dikutip oleh Joko Pekik (2002: 66) ada lima komponen
biomotor dasar, yaitu:
26
a. Kekuatan
Secara fisiologis kekuatan merupakan kemampuan otot untuk mengatasi beban
atau tahanan atau kemampuan otot atau sekelompok otot untuk mengatasi tekanan.
Menurut Bompa (1999: 318) “Strength is the ability to apply force”. Menurut
Sukadiyanto (2002: 62) tingkat kekuatan olahragawan diantaranya dipengaruhi oleh
keadaan: panjang pendeknya otot, besar kecilnya otot, jauh dekatnya titik beban dengan
titik tumpu, tingkat kelelahan, dominasi jenis otot merah atau putih, potensi otot,
pemanfaatan potensi otot, teknik dan kemampuan kontraksi otot). Kekuatan otot
merupakan komponen penting guna meningkatkan kondisi fisik secara keseluruhan.
Menurut Bompa (1994) yang dikutip oleh Sukadiyanto (2002: 65-67) menjelaskan
kekuatan secara lebih rinci:
1) Kekuatan Umum adalah kemampuan kontraksi seluruh sistem otot dalam
mengatasi tahanan atau beban. Kekuatan umum merupakan unsure dasar yang
melandasi seluruh program latihan kekuatan. Olahragawan yang tidak
memiliki kekuatan umum secara baik akan mengalami keterbatasan dalam
proses peningkatan kemampuannya.
2) Kekuatan Khusus adalah kemampuan sekelompok otot yang diperlukan
dalam aktivitas cabang olahraga tertentu.Setiap cabang olahraga dalam
pengembangan unsur kekuatan khusus ototnya berbeda-beda, tergantung
dominasi otot yang diperlukan dan yang terlibat dalam aktivitas. Kekuatan
khusus dilatih pada periodisasi persiapan tahap akhir dan perlu dikembangan
sesuai kebutuhannya.
3) Kekuatan Maksimal adalah kemampuan otot atau sekelompok otot untuk
melawan atau mengangkat beban secara maksimal dalam satu kali kerja.
Kekuatan maksimal digunakan untuk mengukur kemampuan otot mengatasi
beban dalam satu kali angkatan. Cabang olahraga yang sifatnya bodycontact
sangat diperlukan unsur kekuatan maksimal dan olahraga yang dalam
aktivitasnya harus mengatasi beban yang berat seperti angkat berat, lontar
martil dan lain-lain.
4) Kekuatan Ketahanan (ketahanan otot) adalah kemampuan otot atau
sekelompok otot dalam mengatasi tahanan atau beban dalam jangka waktu
27
yang relatif lama. Hal ini merupakan perpaduan dari kekuatan dan ketahanan
otot dalam mengatasi beban secara bersamaan.
5) Kekuatan Kecepatan adalah kemampuan otot untuk menjawab setiap
rangsang dalam waktu sesingkat mungkin dengan menggunakan kekuatan
otot. Kekuatan otot sama dengan power. Power adalah hasil kali kekuatan dan
kecepatan. Pendapat lain menyatakan bahwa kekuatan kecepatan sama
dengan kekuatan eksplosif atau kekuatan elastis. Kekuatan eksplosif adalah
kecepatan kontraksi otot saat mengatasi beban secara eksplosif.
6) Kekuatan Absolut adalah kemampuan otot olahragawan untuk menggunakan
kekuatan secara maksimal tanpa memperhatikan berat badannya sendiri.
Kekuatan absolut dapat diketahui dengan cara mengukur kekuatannya
menggunakan dinamometer dan atau kemampuan otot maksimal mengangkat
beban dalam satu kali kerja.
7) Kekuatan Relatif adalah hasil dari kekuatan absolut dibagi berat badan dan
lebih banyak digunakan untuk menentukan kelas dalam pengelompokan
olahragawan pada cabang olahraga beladiri, binaraga dan angkat berat.
8) Kekuatan Cadangan adalah perbedaan antara kekuatan absolute dengan
jumlah kekuatan yang diperlukan untuk menampilkan keterampilan dalam
berolahraga.
b. Daya Tahan
Daya tahan adalah kemampuan melakukan kerja dalam jangka waktu
lama.Menurut Suharto (2000: 115) daya tahan adalah kemampuan organisme tubuh
untuk mengatasi kelelahan yang disebabkan oleh pembebanan yang berlangsung relatif
lama. Suharto juga membagi daya tahan menjadi dua, yaitu: daya tahan aerobik dan
daya tahan anaerobik.
1) Daya Tahan Aerobik
Adalah kemampuan organisme tubuh mengatasi kelelahan yang
disebabkan pembebanan aerobik yang berlangsung lama. Yang termasuk
pembebanan aerobik adalah segala aktivitas fisik yang berlangsung relatif
lama dengan intensitas rendah sampai sedang. Gallahue dan Ozmun
(1997: 375) mengatakan bahwa ‘cardiovascular or aerobic endurance is
related to the functioning of the heart, lungs and vascular system’.
28
2) Daya Tahan Anaerobik
Adalah kemampuan organism tubuh mengatasi kelelahan yang
disebabkan pembebanan yang berlangsung secara anaerobik dengan
intensitas tinggi (80-100%).
c. Kecepatan
Kecepatan adalah perbandingan antara jarak dan waktu atau kemampuan untuk
bergerak dalam waktu yang singkat. Dapat juga diartikan kemampuan seseorang untuk
melakukan gerakan yang sejenis secara berturut-turut dalam bentuk yang sama dan
dalam waktu yang sesingkat-singkatnya.
Menurut Sukadiyanto (2002: 109) terdapat dua macam kecepatan, yaitu:
kecepatan reaksi dan kecepatan gerak. Dengan demikian yang dimaksud dengan
kecepatan adalah kemampuan seseorang untuk menjawab rangsang dengan bentuk
gerak atau serangkaian gerak dalam waktu secepat mungkin yang terdiri dari kecepatan
reaksi dan kecepatan gerak. Kecepatan dalam olahraga futsal dilakukan untuk
melakukan lari secepat mungkin mengejar bola maupun berlari mengejar lawan.
d. Fleksibilitas
Fleksibilitas adalah kemampuan persendian untuk melakukan gerakan melalui
jangkauan yang luas. Fleksibilitas dipengaruhi oleh banyak faktor. Bompa (1994: 317)
menyebutkan “flexibility is affect by the form, type and structure of a joint, ligaments
and tendons, the muscles, age and sex, body temperature and muscle temperature”.
Maksud dari pernyataan tersebut bahwa fleksibilitas dipengaruhi oleh tipe dan struktur
sendi, ligamen, tendon, usia dan jenis kelamin, serta suhu tubuh dan suhu otot pada
tubuh seorang atlet. Bloomfield, dkk (1994: 212) menyebutkan “factor affecting
flexibility is age, gender, environmental conditions, psychological effect, and etc”.
Menurut Suharto (2000: 117) kelentukan adalah kemampuan pergeangan atau
persendian untuk dapat melakukan gerakan-gerakan kesemua arah secara optimal.
Dalam olahraga kelentukan atau fleksibilitas biasanya mengacu pada ruang gerak sendi
tubuh. Kelentukan ditentukan oleh elastik tidaknya otot-otot, tendon dan ligamen
disekitar sendi.
e. Koordinasi
Koordinasi adalah kemampuan melakukan gerakan pada berbagai tingkat
kesukaran dengan cepat dan tepat secara efisien. Menurut Harsono (1988: 220)
29
koordinasi adalah kemampuan untuk memadukan secara tepat berbagai macam gerakan
ke dalam satu pola gerak khusus.
Menurut Bompa (1999: 380) “coordination is a complex biomotor ability,
closely interrelated with speed, strength, endurance and fleksibility”. Koordinasi selalu
berkaitan dengan komponen biomotor yang lain terutama kelincahan dan ketangkasan.
Menurut Bompa (1994) yang dikutip oleh Sukadiyanto (2002: 140) menjelaskan secara
rinci tentang macam-macam koordinasi, yaitu:
1) Koordinasi Umum
Merupakan kemampuan seluruh tubuh dalam menyesuaikan dan
mengatur gerakan secara simultan pada saat melakukan suatu gerak.
Artinya pada setiap gerakan yang dilakukan melibatkan semua atau
sebagian besar otot-otot, sistem syaraf dan persendian. Koordinasi umum
diperlukan adanya keteraturan gerak dari beberapa anggota badan yang
lainnya agar gerak yang dilakukan dapat harmonis dan efektif sehingga
dapat menguasai keterampilan gerak yang dipelajari. Koordinasi umum
juga diperlukan sebagai dasar mengembangkan koordinasi khusus.
2) Koordinasi Khusus
Koordinasi khusus merupakan koordinasi antar beberapa anggota badan,
yaitu kemampuan untuk mengkoordinasikan gerak dari sejumlah anggota
badan secara simultan.
Bompa (1999: 61) juga menjelaskan singkat tentang daya ledak atau power,
menurutnya daya ledak adalah kemampuan otot untuk mengeluarkan kekuatan
maksimal dalam waktu yang amat singkat. Rumus yang digunakan dalam daya ledak
adalah: power/daya ledak otot = kerja/waktu = kekuatan x jarak tempuh. Secara umum
dapat disimpulkan bahwa power adalah kemampuan otot untuk untuk melakukan kerja
atau gerakan secara eksplosif.
Antara kekuatan, daya ledak dan power ketiganya saling berkaitan. Unsur yang
utama adalah kekuatan. Kekuatan merupakan komponen dasar otot untuk membentuk
power dan daya tahan otot. Berdasarkan hal tersebut kekuatan merupakan unsur utama
untuk menghasilkan power dan daya tahan otot.Faktor utama daya ledak otot adalah
kekuatan dan kecepatan. Artinya daya ledak otot adalah gabungan dari kekuatan otot
30
dan kecepatan. Semua faktor yang mempengaruhi kedua hal tersebut di atas akan
mempengaruhi tenaga ledak otot yang dihasilkan.
Gambar 2.10 Ketergantungan diantara kemampuan biomotor
Sumber: Bompa, 2009: 261
Pada dasarnya kemampuan biomotor adalah kemampuan gerak pada manusia
yang dipengaruhi oleh sistem organ dalam manusia, diantaranya: sistem neuromuskuler,
pernapasan, pencernaan, peredaran darah, energi, tulang dan persendian. Kemampuan
gerak yang dilakukan manusia didasari oleh komponen dari organ dalam tersebut.
Semua kualitas biomotor atau fisik tersebut sangat diperlukan untuk mendukung atau
memberi kemudahan dalam belajar gerak keterampilan sehingga akan tercapainya
keterampilan yang baik pula. Semakin tinggi kualitas dari komponen organ dalam
tersebut tentunya akan semakin meningkatkan kemampuan biomotor seorang atlet.
Kualitas fisik yang baik merupakan kebutuhan untuk mencapai suatu gerak yang efisien
yang akan mempengaruhi keterampilan gerak yang baik.
Tenis Lapangan sebagai cabang olahraga yang gerakan bola datang dan perginya
tidak teratur maka kemampuan bergerak cepat untuk mengontrol, berlari, menjemput
bola, melompat, lari cepat, berhenti tiba-tiba dan lain-lain menjadi hal yang mutlak
harus dikuasai oleh setiap pemainnya. Hal ini menunjukkan bahwa seorang pemain tenis
lapangan membutuhkan kemampuan biomotor untuk memainkan permainan tersebut
dengan baik. Komponen-komponen biomotor adalah suatu komponen kondisi fisik yang
merupakan satu kesatuan utuh dari komponen kesegaran jasmani yang bersumber dari
kemampuan kardiovaskuler pada tubuh. Dapat dikatakan juga bahwa kemampuan
biomotor melandasi berbagai gerak dalam berbagai olahraga termasuk tenis lapangan.
31
Diantara beberapa komponen kebugaran jasmani yang berperan dalam olahraga
tenis lapangan adalah: power yang lebih dominan otot tungkai, kecepatan yang terdiri
dari kecepatan bergerak dan kecepatan mereaksi, kekuatan untuk mempertahanka,
koordinasi mata-kaki yang sering terjadi dan berfungsi untuk menyatukan berbagai
komponen gerakan dalam tenis khususnya antara mata dan kaki, kelincahan untuk
berlari cepat dengan berbelok arah, daya tahan otot maupun daya tahan kardiovaskuler
yang terdiri daya tahan aerobik dan anaerobik. Faktor-faktor yang mempengaruhi
kesegaran jasmani tersebut juga akan mempengaruhi kondisi fisik seseorang untuk
dapat bermain dari awal sampai akhir pertandingan. Apabila kondisi fisik seorang atlet
dalam kondisi fisik baik maka atlet akan lebih cepat melakukan berbagai gerakan dalam
olahraga dan menguasai teknik-teknik gerakan yang dilatihkan sehingga akan
berpengaruh terhadap prestasi atlet.
3. Psikomotor
Psikomotor adalah yang berkenaan dengan perilaku gerak atau kontrol tubuh.
Aktivitas psikomotor berorientasi pada gerakan tubuh dan menekankan respon-respon
fisik yang tampak atau dengan mudah dapat dilihat.Istilah domain psikomotor dapat
disebut juga dengan domain motor. Domain ini meliputi macam-macam perilaku gerak
tubuh. Ada bermacam-macam sistem klasifikasi domain psikomotor yang telah dibuat
oleh para ahli yang menunjukkan adanya keragaman dalam cara pendekatan dan
konsepnya. Ada yang menggunakan pendekatan taksonomi, yaitu pendekatan dalam
pengklasifikasikan perilaku gerak dimulai dari yang paling sederhana ke yang paling
kompleks. Sementara yang lain menggunakan pendekatan non-taksonomi, yaitu
pendekatan dalam pengklasifikasian perilaku gerak tidak berdasarkan kesederhanaan
dan kompleksitasnya melainkan berdasarkan jenis atau macamnya.
Klasifikasi menurut Anita J. harrow (1977) adalah definisi operasional mengenai
istilah psikomotor yaitu semua gerakan manusia yang dilakukan secara sadar dan dapat
diamati. Beliau mengklasifikasikan domain psikomotor menjadi 6 level dan masing-
masing level terdapat sub-sub level sebagai berikut:
1. Gerakan refleks adalah gerakan atau aksi yang timbul dalam bentuk respon
terhadap stimulus tanpa disadari atau tanpa secara sadar mau melakukannya.
Gerakan refleks bersifat prerekuisit untuk perkembangan level-level
32
klasifikasi berikutnya. Gerakan refleks meliputi 3 sub-level atau kategori,
yaitu sebagai berikut:
a) Refleks segmental yaitu gerakan refleks yang hanya melibatkan 1
segmen tubuh saja. Contoh: gerakan menendang ke depan pada saat
lutut di ketuk oleh palu.
b) Refleks intersegmental yaitu gerakan refleks yang melibatkan
beberapa segmen tubuh. Contoh: gerakan memindahkan kaki pada
saat akan terperosok.
c) Refleks suprasegmental yaitu gerakan refleks yang melibatkan
segmen-segmen tubuh secara keseluruhan. Contohnya: reflek
postural, dalam rangka tubuh agar tidak jatuh.
2. Gerakan dasar fundamental adalah gerakan yang paling dasar yang mulai
dapat dilakukan pada masa bayi atau anak-anak. Gerakan ini dibangun atas
gerakan refleks yang bersifat inheren (otomatis) dalam diri manusia dan dapat
dilakukan tanpa harus dilatih. Latihan hanya bersifat menyempurnakan
penguasaan gerakan. Gerakan ini dapat diklasifikasikan menjadi 3 kategori
yaitu sebagai berikut:
a) Gerakan lokomotor, yaitu gerakan yang mengubah diri seseorang
berubah atau berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain.
b) Gerakan non-lokomotor, yaitu gerakan yang melibatkan bagian-bagian
tubuh atau sebagian togok dalam bentuk gerakan mengitari suatu sumbu
atau berpusat pada persendian-persendian tertentu.
c) Gerakan manipulatif, yaitu gerakan yang menggunakan anggota-anggota
badan yang terkoordinasi dan dikombinasikan dengan modalitas visual
dan modalitas peraba.
3. Kemampuan perseptual adalah kemampuan menginterpretasikan makna suatu
stimulus yang ditangkap oleh indera. Kemampuan perseptual yang baik
sangat penting untuk perkembangan domain psikomotor, kognitif maupun
afektif. Ada 5 kategori dalam kemampuan perseptual yaitu sebagai berikut:
a) Diskriminasi kinestetik, berkenaan dengan konsep tentang tubuh,
permukaan tubuh dan anggota badan terutama dalam hal kesadaran tubuh
dan gerakan yang dilakukan, kesadaran posisi tubuh didalam ruang dan
33
hubungan tubuh dengan lingkungan sekitar. Disini meliputi dimensi
kanan-kiri dan penentuan peniaian perceptual tubuh dalam hubungannya
dengan obyek dalam ruang di sekelilingnya atau disebut hubungan
spasial. Kemampuan ini berhubungan dengan indra kinestetik, yaitu
penginderaan rasa diperoleh ketika melakukan suatu gerakan dan
merupakan informasi umpan balik yang penting untuk membuat
penyesuaian gerakan sesuai dengan keadaan. Diskriminasi kinestetik
meliputi 3 kemampuan yaitu:
1) Kesadaran tubuh, yaitu kemampuan mengenali dan mengontrol
tubuh atau bagian tubuh.
2) Imaji tubuh, yaitu rasa akan struktur tubuh.
3) Hubungan tubuh dengan obyek sekitarnya, yaitu konsep
keterarahan dan kesadaran tubuh serta bentuk gerakan yang
dilakukan.
b) Diskriminasi visual, berkenaan dengan kemampuan mata dalam
mengamati proyek tertentu mencakup 5 kemampuan sebagai berikut:
1) Akuitas visual, yaitu kemampuan menerima dan membedakan
antara beberapa obyek, kejadian atau lingkungan yang diamati.
2) Penjejakan visual, yaitu kemampuan mengikuti simbol-simbol
atau obyek-obyek bergerak yang memerlukan koordinasi
gerakan mata.
3) Memori visual, yaitu kemampuan mengungkapkan kembali
pengalaman visual lampau.
4) Pembedaan bentuk-bidang, yaitu kemampuan untuk menandai
bentuk suatu obyek yang dominan dari latar belakang
sekitarnya.
5) Konsistensi, yaitu kemampuan menginterpretasi obyek yang
tipenya sama secara konsisten.
c) Diskriminasi auditori, berkenaan dengan pendengaran. Memprediksi
keras lambatnya suara dan memprediksi asal suara.
d) Diskriminasi taktil, berkenaan dengan perabaan atau yang terkait dengan
permukaan kulit.
34
4. Kemampuan koordinasi, berkenaan dengan kemampuan menyinkronkan
aktivitas yang melibatkan 2 atau lebih kemampuan perceptual kedalam pola
gerak tertentu. Kemampuan ini meliputi terutama dalam 2 hal sebagai berikut:
a. Kemampuan koordinasi mata-tangan, yaitu koordinasi gerakan
yang melibatkan fungsi mata dan tangan.
b. Kemampuan koordinasi mata-kaki, yaitu koordinasi gerakan yang
melibatkan fungsi mata dan kaki.
5. Kemampuan fisik adalah kemampuan untuk memfungsikan berbagai sistem
tubuh. Kemampuan ini penting sebagai pendukung terbentuk atau
berkembangnya fungsi psikomotor dalam bentuk gerakan-gerakan tubuh yang
terampil. Kemampuan fisik meliputi 4 kategori besar, yaitu: ketahanan,
kekuatan, fleksibilitas dan kelincahan.
a. Ketahanan adalah kemampuan tubuh untuk memenuhi kebutuhan
penggunaan oksigen sehingga memungkinkan melanjutkan
aktivitas fisik termasuk kemampuan untuk membuang
bertambahnya konsentrasi asam laktat. Ketahanan meliputi 2
macam yaitu: Ketahanan muskular, yaitu kemampuan otot atau
sekelompok otot untuk bertahan melakukan aktivitas dalam jangka
waktu lama. Ketahanan kardiovaskular, yaitu kapasitas untuk
meneruskan aktivitas fisik dalam jangka waktu lama yang
memerlukan interaksi yang efisien antara aliran darah, kerja
jantung dan paru-paru.
b. Kekuatan adalah kemampuan menggunakan kontraksi otot untuk
melawan beban atau hambatan. Kekuatan diukur sebagai jumlah
maksimum daya yang dikerahkan oleh suatu otot atau sekelompok
otot.
c. Fleksibilitas adalah keleluasaan gerak persendian. Fleksibilitas
yang tinggi diperlukan untuk menciptakan gerakan yang efisien dan
mengurangi terjadinya kemungkinan cidera saat melakukan
aktivitas fisik.
d. Kelincahan adalah kemampuan bergerak dengan cepat dengan
berubah arah. Kelincahan meliputi komponen perubahan arah yang
35
cepat, memulai dan berhenti dengan cepat, waktu reaksi respon-
respon yang singkat serta deksteritas (kemampuan tangan, jari-jari
seperti menyusun dadu, menggambar, dan mempermainkan bola).
6. Gerakan keterampilan (skilled movement) adalah gerakan yang mengandung
derajat efisiensi dalam pelaksanaannya. Untuk menguasai gerakan
keterampilan memerlukan proses belajar dan untuk melakukan gerakan
keterampilan diperlukan keterampilan gerak atau ketangkasan dan
penguasaan gerak. Gerakan keterampilan dapat diklasifikasikan berdasarkan
dua sudut pandang, yaitu sudut pandang sebagai kontinum vertikal dan
kontinum horizontal.
a. Kontinum vertikal mengklasifikasikan berdasarkan derajat kesukaran
atau level kompleksitas gerakan. Meliputi 3 level yaitu:
1) Keterampilan adaptif sederhana adalah keterampilan yang
dihasilkan dari penyesuaian gerak dasar fundamental dengan
situasi atau kondisi tertentu pada saat melakukan gerakan.
Misalnya berlari melewati bermacam-macam rintangan.
2) Keterampilan adaptif terpadu adalah keterampilan yang
dihasilkan dari perpaduan antara gerak dasar fundamental
dengan penggunaan perlengkapan atau alat tertentu. Misalnya
memukul bola menggunakan raket.
3) Keterampilan adaptif kompleks adalah keterampilan yang
memerlukan penguasaan gerakan dan koordinasi banyak bagian
tubuh. Misalnya melakukan smash dalam tenis.
b. Kontinum horizontal mengklasifikasikan berdasarkan tingkat
penguasaan keterampilan oleh pelajar atau level ketangkasan. Meliputi
4 level yaitu:
1) Pemula (beginner).
2) Madya (intermediate).
3) Maju (advance).
4) Mahir atau berketerampilan tinggi (highly skilled)
36
Batasan setiap tingkat pada dasarnya sulit dibuat secara pasti. Sifat
pembatasan cenderung bersifat taksiran. Hanya orang-orang yang ahli di
bidang keterampilan gerak bersangkutan yang mampu menaksir secara baik.
7. Komunikasi non-diskursif adalah level klasifikasi yang meliputi perilaku
gerak yang disebut bentuk komunikasi gerakan, yaitu ada 2 level sebagai
berikut:
a. Gerakan ekspresif, yaitu gerakan komunikatif yang digunakan
sehari-hari.
b. Gerakan interpretatif, diklasifikasikan lagi menjadi 2 yaitu:
1) Gerakan estetik, yaitu gerakan terampil yang dilakukan
secara efisien dan mampu menciptakan imaji gerakan yang
indah.
2) Gerakan kreatif, yaitu gerakan terampil yang dilakukan
secara efisien dan indah serta dapat menyampaikan makna
pesan tertentu.
Menurut Mardapi (2003) dalam bukunya menjelaskan hampir sama
seperti Anita J Harrow bahwa keterampilan psikomotor terbagi menjadi enam
(6) tahapan yaitu:
1) Gerakan refleks adalah respon gerak tanpa sadar yang muncul
ketika bayi lahir.
2) Gerakan dasar adalah gerakan yang mengarah pada keterampilan
komplek yang khusus.
3) Kemampuan perseptual adalah kombinasi kemampuan kognitif
dan gerak.
4) Kemampuan fisik adalah kemampuan untuk mengembangkan
gerakan terampil.
5) Gerakan terampil adalah gerakan yang memerlukan belajar,
seperti keterampilan dalam olahraga.
6) Komunikasi nondiskursif adalah kemampuan berkomunikasi
dengan menggunakan gerakan.
Fungsi psikomotor atau domain motor menurut Cureton yang dikutip oleh Toho
dan Gusril (2004:51) adalah untuk mengembangkan kesanggupan dan kemampuan
37
setiap individu yang berguna untuk mempertinggi daya kerja. Dengan mempunyai
kemampuan psikomotor yang baik, tentu individu akan mempunyai landasan menguasai
tugas keterampilan gerak yang khusus. Psikomotor berkaitan dengan keterampilan serta
penggunaan tenaga yang minimal dengan pencapaian hasil yang maksimal. Kemampuan
setiap atlet juga harus diiringi oleh keseimbangan tubuh yang baik untuk mengontrol
kemampuan atlet tersebut. Itulah pentingnya keseimbangan pada tubuh manusia.
Keseimbangan juga bisa diartikan sebagai kemampuan relatif untuk mengontrol
pusat massa tubuh (center of mass) atau pusat gravitasi (center of gravity) terhadap
bidang tumpu (base of support). Keseimbangan melibatkan berbagai gerakan di setiap
segmen tubuh dengan di dukung oleh sistem muskulos skleletal dan bidang tumpu.
Kemampuan untuk menyeimbangkan massa tubuh dengan bidang tumpu akan membuat
manusia mampuuntuk berakaktivitas secara efektif dan efisien.
Keseimbangan terbagi atas dua kelompok, yaitu keseimbangan statis adalah
kemampuan tubuh untuk menjaga kesetimbangan pada posisi tetap (sewaktu berdiri
dengan satu kaki, berdiri diatas papan keseimbangan) dan keseimbangan dinamis adalah
kemampuan untuk mempertahankan kesetimbangan ketika bergerak. Keseimbangan
merupakan interaksi yang kompleks dari integrasi/ interaksi sistem sensorik (vestibular,
visual, dan somatosensorik termasuk proprioseptor) dan muskuloskeletal (otot, sendi,
dan jar lunak lain) yang dimodifikasi/ diatur dalam otak (kontrol motorik, sensorik,
basal ganglia, cerebellum, dan area asosiasi) sebagai respon terhadap perubahan kondisi
internal dan eksternal. Dipengaruhi juga oleh faktor lain seperti, usia, motivasi, kognisi,
lingkungan, kelelahan, pengaruh obat, dan pengalaman terdahulu.
1. Fisiologi Keseimbangan
Kemampuan tubuh untuk mempertahankan keseimbangan dan kestabilan postur
oleh aktivitas motorik tidak dapat dipisahkan dari faktor lingkungan dan sistem regulasi
yang berperan dalam pembentukan keseimbangan. Tujuan dari tubuh mempertahankan
keseimbangan adalah: menyanggah tubuh melawan gravitasi dan faktor eksternal lain,
untuk mempertahankan pusat massa tubuh agar seimbang dengan bidang tumpu, serta
menstabilisasi bagian tubuh ketika bagian tubuh lain bergerak. Komponen-komponen
pengontrol keseimbangan adalah:
a) Sistem informasi sensoris meliputi visual, vestibular, dan somatosensoris.
38
1) Visual memegang peran penting dalam sistem sensoris. Cratty & Martin
(1969) menyatakan bahwa keseimbangan akan terus berkembang sesuai
umur, mata akan membantu agar tetap fokus pada titik utama untuk
mempertahankan keseimbangan, dan sebagai monitor tubuh selama
melakukan gerak statik atau dinamik. Penglihatan juga merupakan
sumber utama informasi tentang lingkungan dan tempat kita berada,
penglihatan memegang peran penting untuk mengidentifikasi dan
mengatur jarak gerak sesuai lingkungan tempat kita berada. Penglihatan
muncul ketika mata menerima sinar yang berasal dari obyek sesuai jarak
pandang. Dengan informasi visual, maka tubuh dapat menyesuaikan atau
bereaksi terhadap perubahan bidang pada lingkungan aktivitas sehingga
memberikan kerja otot yang sinergis untuk mempertahankan
keseimbangan tubuh.
2) Sistem vestibular adalah merupakan sistem sensoris yang berfungsi
penting dalam keseimbangan, kontrol kepala, dan gerak bola mata.
Reseptor sensoris vestibular berada di dalam telinga. Reseptor pada
sistem vestibular meliputi kanalis semisirkularis, utrikulus, serta sakulus.
Reseptor dari sistem sensoris ini disebut dengan sistem labyrinthine.
Sistem labyrinthine mendeteksi perubahan posisi kepala dan percepatan
perubahan sudut. Melalui refleks vestibulo-occular, mereka mengontrol
gerak mata, terutama ketika melihat obyek yang bergerak. Mereka
meneruskan pesan melalui saraf kranialis VIII ke nukleus vestibular yang
berlokasi di batang otak. Beberapa stimulus tidak menuju nukleus
vestibular tetapi ke serebelum, formatio retikularis, thalamus dan korteks
selebri. Nukleus vestibular menerima masukan (input) dari reseptor
labyrinth, retikular formasi, dan serebelum. Keluaran (output) dari
nukleus vestibular menuju ke motor neuron melalui medula spinalis,
terutama ke motor neuron yang menginervasi otot-otot proksimal,
kumparan otot pada leher dan otot-otot punggung (otot-otot postural).
Sistem vestibular bereaksi sangat cepat sehingga membantu
mempertahankan keseimbangan tubuh dengan mengontrol otot-otot
postural.
39
3) Somatosensoris sistem somatosensoris terdiri dari taktil atau
proprioseptif serta persepsi-kognitif. Informasi propriosepsi disalurkan ke
otak melalui kolumna dorsalis medula spinalis. Sebagian besar masukan
(input) proprioseptif menuju serebelum, tetapi ada pula yang menuju ke
korteks selebri melalui lemniskus medialis dan talamus. Kesadaran akan
posisi berbagai bagian tubuh dalam ruang sebagian bergantung pada
impuls yang datang dari alat indra dalam dan sekitar sendi. Alat indra
tersebut adalah ujung-ujung saraf yang beradaptasi lambat di sinovia dan
ligamentum. Impuls dari alat indra ini dari reseptor raba di kulit dan
jaringan lain, serta otot di proses di korteks menjadi kesadaran akan
posisi tubuh dalam ruang.
b) Respon otot-otot postural yang sinergis (Postural muscles response
synergies)
Respon otot-otot postural yang sinergis mengarah pada waktu dan jarak
dari aktivitas kelompok otot yang diperlukan untuk mempertahankan
keseimbangan dan kontrol postur. Beberapa kelompok otot baik pada
ekstremitas atas maupun bawah berfungsi mempertahankan postur saat berdiri
tegak serta mengatur keseimbangan tubuh dalam berbagai gerakan.
Keseimbangan pada tubuh dalam berbagai posisi hanya akan dimungkinkan jika
respon dari otot-otot postural bekerja secara sinergi sebagai reaksi dari
perubahan posisi, titik tumpu, gaya gravitasi, dan aligment tubuh. Kerja otot
yang sinergi berarti bahwa adanya respon yang tepat (kecepatan dan kekuatan)
suatu otot terhadap otot yang lainnya dalam melakukan fungsi gerak tertentu.
c) Kekuatan otot (Muscle Strength)
Kekuatan otot umumnya diperlukan dalam melakukan aktivitas.Semua
gerakan yang dihasilkan merupakan hasil dari adanya peningkatan tegangan otot
sebagai respon motorik. Kekuatan otot dapat digambarkan sebagai kemampuan
otot menahan beban baik berupa beban eksternal (eksternal force) maupun
beban internal (internal force).Kekuatan otot sangat berhubungan dengan sistem
neuromuskuler yaitu seberapa besar kemampuan sistem saraf mengaktifasi otot
untuk melakukan kontraksi.Sehingga semakin banyak serabut otot yang
teraktifasi, maka semakin besar pula kekuatan yang dihasilkan otot tersebut.
40
Kekuatan otot dari kaki, lutut serta pinggul harus adekuat untuk
mempertahankan keseimbangan tubuh saat adanya gaya dari luar. Kekuatan otot
tersebut berhubungan langsung dengan kemampuan otot untuk melawan gaya
garvitasi serta beban eksternal lainnya yang secara terus menerus mempengaruhi
posisi tubuh.
d) Adaptasi (Adaptive systems)
Kemampuan adaptasi akan memodifikasi input sensoris dan keluaran
motorik (output) ketika terjadi perubahan tempat sesuai dengan karakteristik
lingkungan.
e) Lingkup gerak sendi (Joint range of motion)
Kemampuan sendi untuk membantu gerak tubuh dan mengarahkan
gerakan terutama saat gerakan yang memerlukan keseimbangan yang tinggi.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi keseimbangan, Ada beberapa faktor yang
mempengaruhi keseimbangan diantaranya:
a. Pusat gravitasi (Center of Gravity-COG)
Pusat gravitasi terdapat pada semua obyek, pada benda, pusat
gravitasi terletak tepat di tengah benda tersebut. Pusat gravitasi adalah
titik utama pada tubuh yang akan mendistribusikan massa tubuh secara
merata. Bila tubuh selalu ditopang oleh titik ini, maka tubuh dalam
keadaan seimbang. Pada manusia, pusat gravitasi berpindah sesuai
dengan arah atau perubahan berat. Pusat gravitasi manusia ketika berdiri
tegak adalah tepat di atas pinggang diantara depan dan belakang vertebra
sakrum ke dua. Derajat stabilitas tubuh dipengaruhi oleh empat faktor,
yaitu: ketinggian dari titik pusat gravitasi dengan bidang tumpu, ukuran
bidang tumpu, lokasi garis gravitasi dengan bidang tumpu, serta berat
badan.
b. Garis gravitasi (Line of Gravity-LOG)
Garis gravitasi merupakan garis imajiner yang berada vertikal
melalui pusat gravitasi dengan pusat bumi. Hubungan antara garis
gravitasi, pusat gravitasi dengan bidang tumpu adalah menentukan
derajat stabilitas tubuh.
41
Gambar 2.11 Line of Gravity
c. Bidang Tumpu (Base of Support-BOS)
Bidang tumpu merupakan bagian dari tubuh yang berhubungan
dengan permukaan tumpuan. Ketika garis gravitasi tepat berada di
bidang tumpu, tubuh dalam keadaan seimbang. Stabilitas yang baik
terbentuk dari luasnya area bidang tumpu. Semakin besar bidang
tumpu, semakin tinggi stabilitas. Misalnya berdiri dengan kedua kaki
akan lebih stabil dibanding berdiri dengan satu kaki. Semakin dekat
bidang tumpu dengan pusat gravitasi, maka stabilitas tubuh makin
tinggi.
Gambar 2.12 Base of Support
42
3. Keseimbangan Berdiri
Pada posisi berdiri seimbang, susunan saraf pusat berfungsi untuk menjaga
pusat massa tubuh (center of body mass) dalam keadaan stabil dengan batas bidang
tumpu tidak berubah kecuali tubuh membentuk batas bidang tumpu lain (misalnya:
melangkah). Pengontrol keseimbangan pada tubuh manusia terdiri dari tiga komponen
penting, yaitu sistem informasi sensorik (visual, vestibular dan somatosensoris), central
processing dan efektor. Pada sistem informasi, visual berperan dalam contras sensitifity
(membedakan pola dan bayangan) dan membedakan jarak. Selain itu masukan (input)
visual berfungsi sebagai kontrol keseimbangan, pemberi informasi, serta memprediksi
datangnya gangguan.
Bagian vestibular berfungsi sebagai pemberi informasi gerakan dan posisi
kepala ke susunan saraf pusat untuk respon sikap dan memberi keputusan tentang
perbedaan gambaran visual dan gerak yang sebenarnya. Masukan (input) proprioseptor
pada sendi, tendon dan otot dari kulit di telapak kaki juga merupakan hal penting untuk
mengatur keseimbangan saat berdiri statis maupun dinamis. Central processing
berfungsi untuk memetakan lokasi titik gravitasi, menata respon sikap, serta
mengorganisasikan respon dengan sensorimotor. Selain itu, efektor berfungsi sebagai
perangkat biomekanik untuk merealisasikan renspon yang telah terprogram si pusat,
yang terdiri dari unsur lingkup gerak sendi, kekuatan otot, alignment sikap, serta
stamina.
Postur adalah posisi atau sikap tubuh. Tubuh dapat membentuk banyak postur
yang memungkinkan tubuh dalam posisi yang nyaman selama mungkin. Pada saat
berdiri tegak, hanya terdapat gerakan kecil yang muncul dari tubuh, yang biasa di sebut
dengan ayunan tubuh. Luas dan arah ayunan diukur dari permukaan tumpuan dengan
menghitung gerakan yang menekan di bawah telapak kaki, yang disebut pusat tekanan
(center of pressure-COP). Jumlah ayunan tubuh ketika berdiri tegak di pengaruhi oleh
faktor posisi kaki dan lebar dari bidang tumpu.
Posisi tubuh ketika berdiri dapat dilihat kesimetrisannya dengan kaki selebar
sendi pinggul, lengan di sisi tubuh, dan mata menatap ke depan. Walaupun posisi ini
dapat dikatakan sebagai posisi yang paling nyaman, tetapi tidak dapat bertahan lama,
karena seseorang akan segera berganti posisi untuk mencegah kelelahan.
43
4. Kemampuan Gerak (Motor Ability)
Kemampuan gerak merupakan obyek utama dalam belajar gerak. Belajar gerak
berurusan dengan kepentingan meningkatkan kemampuan gerak tubuh. Lalu apa yang
dimaksud dengan kemampuan gerak? Ada istilah lain yang sering digunakan secara
bergantian untuk menggambarkan pengertian yang terkandung dalam istilah Motor
Ability yaitu: Motor Fitness, Motor Capacity, Motor Educability, Athletic Ability dan
General Motor Ability. Istilah-istilah tersebut sebenarnya mengandung makna yang
tidak sepenuhnya sama tetapi memang ada unsur-unsur pengertian yang sama atau
menerangkan sesuatu yang sebenarnya tumpang-tindih.
Motorability merupakan kemampuan seseorang untuk melakukan pergerakan
tubuh. Kajian tentang konsep kemampuan gerak mencakup beberapa konsep lain yang
relevan dengan gerak yaitu: respon gerak (motor response), pola gerak (motor pattern)
dan keterampilan gerak (motor skill).
a. Respon Gerak (Motor Response)
Respon gerak adalah perilaku gerak pada seseorang yang timbul sebagai respon
atau tanggapan yang berupa gerak tubuh atau stimulus baik yang berasal dari dalam
dirinya maupun yang berasal dari lingkungan yang mengarah kepadanya. Respon gerak
terdiri dari 3 tipe gerakan, yaitu: gerakan postural, gerakan transport dan gerakan
manipulatif (Drowatzky,1981).
Gerakan postural adalah gerakan yang merupakan penyesuaian dari tubuh
menyeluruh unuk mengatur tubuh dalam merespon gravitasi dan akselerasi. Responnya
dalam bentuk kontraksi statis dari muskulatur fiksator untuk menjaga posisi tubuh atau
kontraksi level rendah secara simultan dari otot-otot antagonis untuk menjaga
keseimbangan. Gerakan postural melibatkan banyak macam respon-respon muscular
atau respon otot.
Gerakan transport adalah gerakan yang merupakan penyesuaian dari tubuh
menyeluruh untuk mengatur tubuh dalam merespon gravitasi dan akselerasi. Responnya
dalam bentuk kontraksi statis dari muskulatur fiksator untuk menjaga posisi tubuh atau
kontraksi level rendah secara simultan dari otot-otot antagonis untuk menjaga
keseimbangan. Gerakan postural melibatkan banyak macam respon-respon muscular.
Gerakan transport atau lokomotor adalah gerakan yang dapat menjadikan
seseorang untuk menjelajah ruang. Gerakan ini memerlukan sisi tubuh kanan dan kiri
44
secara bersama-sama atau berkebalikan. Gerakan transport dapat berbentuk pergerakan
tubuh secara menyeluruh sehingga terjadi perpindahan tempat atau menjelajah ruang
dan dapat berbentuk gerakan bagian-bagian tubuh tertentu misalnya tangan atau kaki
saja.
Gerakan manipulative adalah respon gerak yang melibatkan benda tertentu
sebagai obyek yang dimanipulasi. Dalam memanipulasi suatu obyek dapat dibedakan
menjadi 2 tipe yaitu: 1) pola kontak, misalnya: meraba, memutar, melepas; dan 2)
menerima dan mendorong, misalnya: menangkap, melempar, menyepak, mendorong
dan menarik.
b. Pola Gerak (Motor Pattern)
Pola gerak adalah gabungan dari gerakan-gerakan yang ditampilkan dalam
respon-respon gerak dan membentuk pola-pola gerak tertentu yang menjadi kebiasaan
untuk dilakukan dalam berbagai aktivitas. Misalnya gerak berjalan, pada dasarnya
mengandung unsur-unsur gerak terpola yang meliputi gerak mengayun satu kaki kanan
dan kaki kiri melangkah ke depan secara bergantian dan disertai ayunan tangan kanan
dan kiri melenggang ke depan dan ke belakang secara bergantian. Gerakan berjalan
seperti itu disebut pola gerak berjalan. Pola-pola gerak yang dapat dilakukan oleh
manusia pada dasarnya mewujud dalam bentuk gerak dasar fundamental, misalnya:
berjalan, berlari, melompat, memegang, melempar dan memukul.
c. Keterampilan Gerak (Motor Skill)
Keterampilan gerak pada dasarnya dihasilkan dari pengembangan pola-pola
gerak. Contohnya pola gerak berjalan dapat menjadi dasar untuk menguasai
keterampilan gerak dalam berjalan cepat dan pola gerak berlari dapat menjadi dasar
keterampilan gerak dalam berlari cepat. Perpaduan atau rangkaian pola gerak berjalan,
berlari, memukul dalam tenis lapangan. Perlu dipahami mengenai perbedaan pengertian
keterampilan gerak (motor skill) dengan pengertian gerakan yang terampil (skilled
movement). Keterampilan gerak (motor skill) adalah suatu tingkat kualitas penguasaan
dalam melakukan aktivitas gerak tubuh dimana koordinasi beberapa bagian tubuh atau
keseluruhan bagian tubuh dapat berfungsi dengan baik. Tingkat koordinasi bagian-
bagian tubuh yang diperlukan untuk melaksanakan gerakan relatif tinggi. Untuk
mencapai tingkat keterampilan gerak yang baik diperlukan proses belajar dan berlatih
dalam jangka waktu tertentu.
45
Lamanya waktu belajar yang diperlukan untuk menjadi terampil sangat
tergantung pada tingkat kesulitan dan kompleksitas gerakan. Makin tinggi tingkat
kesulitan dan kompleksitas gerakan makin lama waktu yang diperlukan untukmenjadi
terampil melakukannya. Faktor bakat, minat, kesungguhan berusaha dan tingkat
kemampuan gerak juga menentukan lamanya waktu belajar yang diperlukan untuk
menjadi terampil.Seseorang yang memiliki keterampilan gerak dapat dikatakan sebagai
seseorang yang mampu melakukan gerakan yang terampil.
Seseorang dikatakan memiliki gerakan yang terampil apabila mampu melakukan
gerakan dengan benar, efisien dan efektif. Dikatakan benar apabila pelaksanaan gerakan
sesuai dengan prinsip-prinsip mekanis dalam sistem gerak tubuh. Mekanisme kerja
sistem gerak tubuh berlangsung secara terkoordinasi dengan baik dan tidak ada
pemaksaan-pemaksaan pada otot bagian-bagian tubuh yang seharusnya bersinergi.
Tidak ada kontraksi pada otot-otot yang seharusnya tidak berkontraksi dalam
pelaksanaan gerakan tertentu. Hal ini dapat menghasilkan gerakan yang efisien.
Gerakan yang efisien adalah gerakan yang pelaksanaannya dapat mencapai hasil
sebaik-baiknya dengan menggunakan tenaga sekecil mungkin. Sedangkan dikatakan
efektif apabila pelaksanaan gerakan sesuai dengan keinginan atau tujuan yang ingin
dicapai dalam melakukan gerakan. Gerakan keterampilan dapat diklasifikasikan
berdasarkan berbagai sudut pandang, yaitu berdasarkan kecermatan gerakan,
berdasarkan titik awal dan akhir gerakan, berdasarkan stabilitas lingkungan serta
berdasarkan kompleksitas rangkaian gerakan.
a) Klasifikasi keterampilan gerak berdasarkan kecermatan gerakan.
Kecermatan pelaksanaan gerakan antara lain ditentukan oleh keterlibatan
kelompok-kelompok otot tertentu. Berdasarkan kelompok otot tertentu yang
terlibat, keterampilan gerak dapat dikategorikan menjadi 2 yaitu:
1) Keterampilan gerak agam/agal (gross motor skill) yaitu keterampilan
gerak yang pelaksanaannya melibatkan otot-otot besar sebagai basis utama
gerakan, misalnya: lompat tinggi, tolak peluru.
2) Keterampilan gerak halus (fine motor skill) yaitu keterampilan gerak
yang pelaksanannya melibatkan otot-otot halus sebagai dasar utama
gerakan, misalnya: menarik pelatuk senapan dengan jari tangan,
melepaskan anak panah oleh jari tangan.
46
b) Klasifikasi keterampilan gerak berdasarkan titik awal dan akhir gerakan.
Pelaksanaan suatu keterampilan gerak ada yang mudah diamati awal
dan akhir pelaksanaannya setiap unit gerakan.Namun ada yang tidak mudah
ditandai awal dan akhirnya. Klasifikasi ini meliputi 3 macam gerak:
1) Gerak diskrit adalah keterampilan gerak yang satuan geraknya dapat
ditandai dengan jelas awal dan akhirnya, misalnya melempar bola.
2) Gerak serial adalah keterampilan gerak diskret yang dilakukan berulang-
ulang.
3) Gerak kontinyu adalah keterampilan gerak yang merupakan rangkaian
gerakan yang dilakukan secara berlanjut. Misalnya gerakan berenang.
Klasifikasi keterampilan gerak berdasarkan stabilitas lingkungan.
Berdasarkan stabilitas lingkungan, keterampilan gerak dapat
dikategorikan menjadi 2 yaitu:
Keterampilan gerak tertutup adalah keterampilan gerak yang
dilakukan pada lingkungan yang stabil dan dapat diprediksi,
dilakukan karena stimulus dari dalam diri pelaku tanpa dipengaruhi
stimulus dari luar. Misalnya: berjalan, berlari dan melempar.
Keterampilan gerak terbuka adalah keterampilan gerak yang
dilakukan dalam kondisi yang terus berubah-ubah, dilakukan selain
karena stimulus dari dalam juga dipengaruhi oleh stimulus dari
luar. Misalnya bermain tenis, bermain sepakbola, bertinju, dll.
Klasifikasi keterampilan gerak berdasarkan kompleksitas rangkaian
gerakan.Berdasarkan kompleksitas rangkaian gerakan, keterampilan
gerak dapat dikategorikan menjadi 2 yaitu:
Keterampilan sederhana adalah keterampilan gerak terdiri atas 1
atau 2 elemen gerak. Misalnya menangkap, melempar,
menendang bola.
Keterampilan kompleks adalah keterampilan gerak yang terdiri
atas beberapa elemen gerak yang harus dikoordinasikan menjadi
satu rangkaian gerak. Misalnya smash pada bola voli, rangkaian
gerak senam lantai, menggiring dan mumukul bola dalam tenis
lapangan, dll.
47
5. Komponen Gerakan Efisien
Keterampilan gerak tubuh yang baik atau kemampuan melakukan gerakan yang
terampil pada dasarnya mengandung kualifikasi gerakan yang efektif dan efisien.
Maksud dari gerakan yang efektif dan efisien yaitu apabila seorang atlet bergerak secara
tepat tanpa membuang banyak tenaga dan benar dalam melakukannya. Banyak
komponen-komponen yang harus diperhatikan untuk dapat bergerak secara efektif dan
efisien.
Untuk mencapai efisiensi dalam gerakan diperlukan komponen-komponen
kemampuan dalam diri individu yang sangat kompleks dan dapat berfungsi secara
sistemik. Kemampuan indera yang dimiliki manusia berperan penting untuk
mewujudkan suatu gerakan yang efisien karena dengan panca indera kita dapat melihat
dan memprediksikan bagaimanakah suatu gerakan dilakukan. Sudah banyak ahli yang
telah mencoba melakukan kajian mengenai hal ini yang ternyata ada keberagaman
dalam hasil kajiannya.
Drowatzky (1981) mengemukakan suatu skema yang menggambarkan
komponen-komponen penting yang membentuk gerakan efisien. Dalam gambar tersebut
terdapat 3 lingkaran yang masing-masing mengelompokkan komponen fitnes dan
kemampuan gerak (fitness and motor abilities), kemampuan mengindera (sensory
abilities) dan proses-proses perceptual (perceptual processes). Ketiga lingkaran saling
bertautan yang melambangkan ketiganya saling berinteraksi untuk menghasilkan
gerakan efisien.
Fitness and motor abilities
Gambar 2.13 Komponen-komponen dari Gerakan Efisien
Sumber: Sugiyanto (1987) dimodifikasi dari Bartsch (1968)
48
Komponen fitnes dan kemampuan gerak meliputi:
1. Kekuatan
2. Ketahanan
3. Waktu reaksi
4. Koordinasi
5. Keseimbangan
6. Kecepatan
7. Kelincahan
8. Fleksibilitas
Komponen kemampuan sensori meliputi:
1. Penglihat
2. Kinestesis
3. Pendengar
4. Pengecap
5. Pembau
6. Rasa sakit
7. Sentuhan
8. Propiosepsi
Komponen proses-proses perseptual meliputi:
1. Kesadaran tubuh
2. Perssepsi kedalaman
3. Konstansi
4. Rencana gerak
5. Kesadaran spasial
6. Pemrosesan informasi
7. Kesadarantemporal
68
Sebagai bahan bandingan dan pengayaan dalam melakukan kajian tentang
faktor-faktor atau komponen-komponen pendukung terjadinya gerakan yang efisien,
berikut kajian yang dihasilkan oleh Marion R. Broer dan Ronald F. Zernicke (1979).
Kajian ini mengemukakan suatu diagram mengenai prasyarat untuk terjadinya gerakan
yang efisien, yang cenderung lebih kompleks dibandingkan yang dikemukakan
Drowatzky. dalam gambar terdapat berbagai unsur yag merupakan prasyarat terjadinya
gerakan yang efisien dan hubungan atau interaksi unsur-unsurnya sampai terbentuk
gerakan yang efisien. Secara garis besar terdapat 3 kelompok kemampuan yang
merupakan prasyarat yaitu: Fitnes dan kemampuan gerak, waktu reaksi mental, dan
emosional.
1. Fitnes dan kemampuan gerak meliputi:
a. Ketahanan
b. Fleksibilitas
c. Kekuatan
d. Power otot atau kekuatan eksplosif
e. Ketajaman indera
2. Waktu reaksi mental meliputi:
a. Kesadaran ke dalam hakekat keterampilan.
b. Kemempuan untuk:
1) Mengamati dengan cepat
2) Membuat keputusan adaptif dengan cepat untuk mengatasi problem
gerak
3) Memahami hubungan jarak (spasial)
4) Menilai obyek yang bergerak: jarak, kecepatan, ketinggian, arah, gaya
5) Menilai durasi waktu
6) Menilai tekanan dan intensitas
7) Mengingat gerakan lampau (memori kinestetik)
8) Memahami mekanika gerakan
9) Berkonsentrasi
3. Emosional meliputi:
a. Ketiadaan faktor-faktor emosional yang mengganggu.
69
b. Adanya kebutuhan dan keinginan untuk mempelajari atau melakukan
gerakan, sikap positif terhadap performa dan kontrol diri
6. Kemampuan Groundstroke Forehand
Pukulan yang disebut drive termasuk golongan groundstroke. Sedangkan yang
dimaksud groundstroke menurut B. Yudoprasetio (1981: 59) adalah “pukulan yang
dilakukan terhadap bola yang sudah menyentuh tanah (lapangan)”. Sama seperti yang
dikemukakan Jim Brown (2001: 31) “Groundstroke adalah pukulan setelah bola
memantul ke lapangan”. Jenis-jenis groundstroke atau pukulan setelah bola menyentuh
lapangan yaitu: lob, slice, chop, half volley, top spin drive, forehand spin drive, dan
lain-lain.
Groundstroke Forehand merupakan salah satu teknik dasar dalam permainan
tenis lapangan. Bagi para petenis pukulan groundstroke forehand merupakan pukulan
yang sangat penting dan paling banyak digunakan dalam pertandingan. Seperti yang
dikemukakan oleh Mulyono B (2000: 63) “Jenis pukulan forehand dimainkan dua kali
lebih sering dari pada jumlah semua jenis pukulan lannya”.
Forehand merupakan jenis groundstroke forehand, spindrive, Forehand adalah
jenis pukulan tenis yang dilakukan mengarah kesamping tubuh. Berkaitan dengan
pukulan Groundstroke Forehand, Jim Brown (1996) menyatakan “Forehand adalah
pukulan yang dilakukan oleh pemain tangan kanan pada bola yang berada di sisi kanan
tubuhnya: atau pukulan yang dilakukan oleh pemain kidal pada bola yang berada di sisi
kiri tubuhnya”.
Berdasar pengertian diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pengertian
Groundstroke Forehand adalah pukulan yang dilakukan oleh pemain tangankanan pada
bola yang berada di sisi kanan tubuhnya atau pukulan yang dilakukan pada pemain kidal
pada bola yang berada di sisi kiri tubuhnya setelah bola memantul di lapangan. Pukulan
ini dilakukan setelah bola memantul sekali.
Arma Abdoellah (1981: 513) menjelaskan teknik groundstroke forehand sebagai
berikut “tiga hal yang diperhatikan baik dalam pukulan forehand maupun pukulan
backhand adalah 1) ayunan kebelakang (backswing), 2) saat bolakenaraket, 3) gerak
lanjut (followthrough)”. Dalam melakukan semua jenis pukulan tersebut ada tiga
tahapan yaitu persiapan, produksi dan gerak lanjutan. Persiapan merupakan awal
70
gerakan untuk menyongsong datangnya bola dengan cara menarik raket kesamping
belakang badan. Perkenaan merupakan bagian dari ayunan, dimana raket benar-benar
mengadakan kontak dengan bola, kemudian diteruskan dengan gerakan lanjut.
Persiapan dan lanjutan merupakan gaya setiap perorangan, meskipun tujuannya sama
yaitu mengusahakan momentum ayunan yang tepat. Gerak ayun (backswing) perkenaan
(impact) dan gerak lanjut (followthrough) merupakan satu gerakan yang serasi dan tidak
terputus-putus.
a. Teknik Groundstroke Forehand
Peningkatan prestasi dalam olahraga menuntut adanya perbaikan dan
pengembangan unsur teknik untuk mencapai tujuannya. Teknik dikatakan baik apabila
ditinjau dari segi anatomis, fisiologis, mekanika, biomekanika, dan mental terpenuhi
persyaratannya secara baik, dapat diterapkan dalam praktek dan memberikan
sumbangan terhadap pencapaian prestasi maksimal.
Pukulan groundstroke forehand merupakan suatu pola gerakan yang terdiri dari
beberapa bagian yang harus dirangkaikan dengan baik dan harmonis. Pola gerakan
pukulan groundstroke forehand terangkum dalam teknik pukulan groundstroke
forehand. Gerakan harus dirangkai dengan irama tertentu untuk menjadi gerakan yang
harmonis. Dalam latihan groundstroke forehand ada tiga hal yang penting yaitu: Gerak
ayun (backswing), perkenaan (impact), dan gerak lanjut (followthrough) merupakan satu
gerakan yang serasi dan tidak terputus-putus, yang nantinya dijadikan satu gerakan
ayunan lengkap dan harmonis, guna memukul bola.
Menurut Miguel Crespo dan Dave Miley (1998: 37-39) menerangkan dalam
rangkaian groundstroke forehand yaitu:
1) Posisi siap
Gambar 2.14 Posisi Sikap Awal
Sumber: Joe Rive & Scott C. Williams, 2012: 12
71
Keterangan:
a) Raket di pegang di depan badan, tangan kiri memegang leher raket.
b) Lutut sedikit ditekuk.
c) Kaki dibuka selebar bahu, berat badan berada di kedua kaki.
d) Pemain fokus pada bola yang akan dating.
2) Tahap Persiapan Perputaran bahu dan ayunan (backswing)
Gambar 2.15 Posisi Backswing
Sumber: Joe River & Scott C. Williams, 1998: 12-14
Keterangan:
a) Pemain memutar pinggul dan bahu menyamping net, bahu kiri
menghadap ke depan (net).
b) Kaki menyesuaikan pada saat menyamping.
c) Bahu memutar mulai melakukan (backswing).
d) Sasaran raket menunjuk ke arah bola yang mendekat.
e) Pada tahap ini langkah-langkah harus segera menyesuaikan.
f) Lutut membantu dari posisi rendah ketinggi.
72
3) Tahap Memukul Ayunan Forehand
Gambar 2.16 Perkenaan Bola dengan Raket (impact)
Sumber: Joe River & Scott C. Williams, 2012: 12-14
Keterangan:
a) Langkah kaki kiri pemain harus tepat sebelum melakukan ayunan
(forward swing).
b) Titik kontak berada di sekitar pinggang di sebelah depan badan.
c) Kepala raket mengenai kontak (impact).
d) Ayunan raket dari rendah ketinggi.
4) Gerak lanjut
Gambar 2.17 Gerak Lanjut (followthrough)
Sumber: Joe River & Scott C. Williams, 2012: 15
Keterangan:
a) Setelah kontak dengan bola, gerak lanjut raket mengikuti arah bola.
b) Gerakan siku harus selesai sampai setinggi bahu.
73
b. Kesalahan yang Sering Terjadi Pada Pukulan Forehand
Sering sekali pada saat memukul forehand mengalami kesulitan, baik para
pemain pemula ataupun yang sudah lanjut. Jim Brown (2001: 37) mengidentifikasi
kesalahan-kesalahan yang sering dilakukan dalam pukulan forehand dan cara
memperbaikinya sebagai berikut:
Tabel 2.1 Kesalahan dalam Groundstroke forehand dan perbaikannya
No KESALAHAN PERBAIKAN
1 Memegang raket dengan
Genggaman yang salah
Gunakan tangan anda yang bebas
untuk mengaturgenggaman antara dua
pukulan. Ingatlah, dengan melihat pada
genggaman dari atas, pergelangan tangan
anda harus beradadi belakang
2 Raket berputarsaat terkena bola Pegang raket lebiherat
3 Anda tidak memiliki waktu yang
cukup untuk memukul
Mulailah bersiap-siap ketika bola
baru dipukul olehlawan. Jangan menunggu
hingga bola sudah jatuh di lapangan anda
4 Anda terlalu keras memukul bola Kurangi jarak ayunan kebelakang
pertahankan posisi muka raket tegak lurus
terhadap tanah
5 Pukulan anda kurang bertenaga Bobot anda harus condong ke depan saat
memukul. Lakukan backswing lebih awal
dan gerakkan raket ke depan saat mengayun.
Tanpa Forehand akan menyebabkan
pukulan yang lemah dan pendek jangan
melakukan Forehand dengan genggaman
Forehand
6 Pukulan anda tidak konsisten Periksa genggaman anda dan jaga
genggaman pada posisi yang tetap, semakin
banyak bergerak, semakin berkurang kendali
7 Siku anda tinggi dan bergerak
lebih dulu saat pukulan forehand
Pertahankan agar siku selalu dekat dengan
pinggang saat melakukan pukulan forehand,
Jangan memulai pukulan dengan bagian
tangan anda
Sumber (Jim Brown, 1996: 37)
Untuk mendapatkan pukulan forehand yang baik dan benar, maka kesalahan-
kesalahan seperti di atas harus dihindari. Kesalahan dalam melakukan pukulan forehand
merupakan sebuah kegagalan, sehingga akan memberi peluang lawan untuk menyerang
atau mematikan bola.
74
c. Sistem Energi dalam Groundstroke Forehand
1) Sistem Energi
Setiap melakukan kerja tergantung kepada energi yang ada di dalam tubuh.
Sehingga energy dapat diartikan sebagai kapasitas untuk melakukan kerja. Energi yang
digunakan tubuh untuk melakukan kerja dipasok dari makanan yang kita makan, tetapi
energi tersebut tidak dapat diserap langsung makan tersebut. Menurut Fox (1984: 270)"
diperoleh dari persenyawaan yang disebut ATP (Adenosine Triphospate)".
Persenyawaan ATP itu dihasilkan dari penguraian makanan yang digunakan. Lebih
lanjut Fox (1984: 19) menjelaskan" struktur ATP terdiri dari satu komponen yang
sangat kompleks yaitu adenosine dan tiga bagian lainnya yaitu kelompok-kelompok
fosfat".
Otot merupakan salah satu alat tubuh dalam menggunakan ATP sebagai sumber
energi, hal ini digunakan untuk aktivitas fisik. ATP paling banyaj tertimbun dalam sel
otot jika dibandingkan pada jaringan tubuh yang lain, akan tetapi ATP yang tertimbun
dalam jumlah sangat terbatas yaitu 4-6 milimol/kg otot. ATP tersedia hanya cukup
untuk aktivitas cepat dan berat selama 8-10 detik, pada aktivitas yang berlangsung lebih
lama dari waktu tersebut perlu di bentuk ATP kembali. Kemampuan daya ledak
terutama, didukung oleh kontraksi otot cepat dan menyediakan energy melalui proses
anaerobik. Kapasitas penyediaan energi aerobik sangat menentukan dalam rangka
gerkan-gerakan yang kuat dan cepat. Penyediaan energi secara anerobik meliputi
system energy ATP-PC (phospagen system) dan glikolisis anaerobik (lactacid system)
2) Sistem ATP-PC
Apabila otot berkontraksi berulang-ulang maka ATP harus dibentuk
kembali Mc.Ardle, dkk, (1981), Fox (1984), menyatakan untuk pembentukan ATP
yang cepat adalah melalui pemecahan PC (phosphate creatin), karena PC
merupakan senyawa yang mengandung fosfat yang tertimbun di dalam otot seperti
halnya ATP maka sistem ini juga disebut fosfagen. Reaksi terjadi pemecahan ATP
dan PC berlangsung cepat dan terjadi dalam sel. Pada saat ATP digunakan maka
PC segera terurai dan membebaskan energi, sehingga terjadi resintesa ATP, ATP
dipecah pada saat kontaksi otot berlangsung, kemudian di bentuk kembali melalui
ADP-Pi oleh adanya enrgi yang berasal dari pemecahan simpanan PC (Corretely,
1992).
75
Penyediaan ATP pada sistem ini hanya dapat dipakai selama 3-8 detik
(Soekarman, 1987). Otot untuk dapat berkontraksi terus menerus perlu adanya
pembentukan kembali ATP, karena ATP dalam otot sangat terbatas jumlahnya.
Energi diperlukan dalam pembentukan ATP untuk itu perlu senyawa dalam
pembentukan ATP dengan cepat yaitu Phosphocreatin terdapat juga dalam otot, karena
ATP dan PC mengandung senyawa fosfat, maka sistem ini disebut sebagai
"phosphagen, system". PC pecahakan keluar energi, pemecahan ini tidak
memerlukan oksigen. PC jumlahnya hanya sedikit, tetapi PC merupakan sumber
energi yang tercepat untuk membentuk ATP kembali. Sistem phosphagen
merupakan sumber energi yang dapat secara tepat diperlukan untuk kecepatan,
karena sistem ini merupakan reaksi kimia yang pendek, tanpa oksigen dan ATP-PC
tertimbun dalam mekanisme kontraktil dalam otot. Persediaan PC dalam otot sekitar
15-17 milimol/kg otot atau untuk seluruh tubuh berkisar 4,5-5,1 kcal. Jumlah sitem
ATP-PC tersebut ditingkatkan dengan latihan yang cepat dan berat. Fox (1998: 20).
3) Sistem Glikolisis Anaerobik
Sistem ini sangat rumit bila dibandingkan dengan sistem ATP-PC. Proses
glikolisis aerobik memerlukan dua belas macam reaksi berurutan, sehingga
pembentukan energi lewat sistem ini berjalan lebih lambat bila dibandingkan dengan
sistem ATP-PC (Brooks & Fahey, 1984). Apabila ATP habis atau tidak terpenuhi lagi
dari sistem fosfagen, selanjutnya ATP dapat dibentuk kembali melalui pemecahan
glikologen tanpa oksigen. Proses pembentukan ini dapat disebut dengan sistem
glikolisis anaerobik (asam laktat), secara sederhana proses glikolisis anaerobik
melalui sistem ini dapat digambarkan sebagai berikut:
76
Glikogen dari Otot
Glukosa Darah Glukosa
atau ADP + PI
ATP
Gambar 2.18 Glikolisis Anaerobik
Sumber: Fox, 1998: 21
Gambar sistem asam laktat glikogen pecah secara kimia, selama glikogen pecah
energy dilepas melalui rangkaian reaksi, yang digunakan untuk resintesa ATP. Adapun
ciri glikolosis anaerobik adalah:
a) Terbentuknya asam laktat.
b) Tidak membutuhkan oksigen
c) Hanya menggunakan karbohidrat
d) Memberikan energi untuk resintesa beberapa molekul ATP (Fox,
1984).
Olahraga yang memerlukan kecepatan, pertama akan menggunakan ATP-PC
dan kemudian sistem glikolisis anaerobik. Olahraga yang lamanya 1-3 menit energi
yang digunakan terutama dari proses glikolosis anaerobik, karena dapat memberikan
ATP dengan cepat bila dibandingkan dengan sistem aerobik (Soekarman, 1987). Proses
glyklisis anaerobic secara sederhana dapat disimpulkan bahwa proses ini menyebabkan
kelelahan. Tanpa oksigen, menggunkan karbohidrat dengan memberikan energi untuk
resintesa beberapa molekal ATP.
4) Sistem Aerobik atau Sistem Oksigen
Reaksi aerobik terjadi didalam "mitochondria" yang terdapat pada setiap
serabut otot. Mitochondria berlangsung proses metabolism aerobic dengan pksigen,
sehingga menghasilkan ATP dalam jumlah yang besar, maka mitochondria ini disebut
Proses Glikolisis
Asam Piruvat Asam Laktat
77
juga waning energi (power house). Reaksi yang sangat rumit dan kompleks memerlukan
cukup oksigen, maka satu moleglycogen dipecah secara sempurna menjadi
karbondioksida dan hidrogen, serta mengeluarkan energi yang cukup untuk resintesa
sejumlah ATP (Hazeldine, 1985: 7). Proses ini lebih lanjut dapat dilihat sebagai berikut:
Gambar 2.19 Proses Glikolisis Anaerobik dalam Mitokondria
Sumber: Hazeldine, 1985: 7
Sistem Aerobik menurut Fox (1998: 26) dapat berlangsung dengan tiga cara
yaitu:
a) Glikolisis Aerobik
Tersedia oksigen yang cukup dan asam laktat yang tidak tertimbun dalam reaksi
glykolisisaerobic karena oksigen menghambat penumpukan asam laktat, tetapi tidak
menghalangi pembentukan ATP. Oksigen membantu mengubah asam laktat menjadi
piruvat setelah ATP diresintesi. Reaksi glykolisisaerobic terjadi sebagai berikut:
Glukosa+2 ADP+2 Fosfat dengan energi ----˃ 2 Asam Piruvat +2 ATP+4 H
b) Siklus Krebs
Siklus krebs menghasilkan karbondioksida, terjadi dan menghasilkan ATP. Fox
(1998: 30). Pemecahan glukosa dilanjutkan dengan memecah dua macam piruvat
dengan pertolongan coenzyme A. Asam lemak aktif ini masuk ke dalam siklus oksidasi
dan menjadi acetylcoenzime A. acetylcoenzyme A ini kemudian masuk ke dalam siklus
krebs. ATP yang dihasilkan tergantung macam asam lemak yang dioksidasi. Proses
siklus krebs lebih lanjut terlihat pada gambar berikut ini:
78
Gambar 2.20 Siklus Kreb
Sumber: Fox, 1998: 30
c) Sistem Transport Elektron
Reaksi yang terjadi di dalam membrane (inner membrane) dari mitokondria
adalah serangkaian reaksi hingga terjadi 1120 di sebut dengan istilah transport elektron
atau rantai respiratori. Dimana ion-ion hidrogen dan elektron masuk kedalam sistem
transport elektron memilki tingkat sedikit lebih tinggi dari FADH2. Yang mana NADH
hanya dua molekul Air inti reaksi adalah:
4H + 4CO2 IH20.
Sejumlah energi dikeluarkan sewaktu terjadi transportasi dari elektron di dalam
rantai respiratori (Lamb, 1984: 49).
79
Gambar 2.21 Sistem Transport Elektron
Sumber: Lamb, 1984: 49
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa, sistem energi yang digunakan
dalam Groundstroke Forehand adalah sistem energi ATP dan PC. Hal tersebut
dikarenakan dilihat dari mekanisme gerakan dan sistem kerja dalam melakukan pukulan
Groundstroke Forehand membutuhkan waktu sekitar 1-3 detik.
C. Penelitian Relevan
Beberapa penelitian yang menarik yang memiliki relevansi yang dekat dengan
penelitian ini antara lain:
1. Burhan Sidqi. 2016. Faktor antropometri dan kodisis fisik dominan penentu
keterampilan Tenis LapanganAnalisis panjang lengan, telapak tangan, tinggi badan,
power ototo lengan, kordinasi mata tangan, fleksibilitas togok, dan kelincahan pada
mahasiswa pembinaan prestasi tenis lapangan UNS Surakarta tahun 2015.
80
D. Kerangka Pemikiran
Berdasarkan kajian teori yang telah di uraikan dapat dirumuskan kerangka
pemikiran sebagai berikut :
1. Biomotor dominan penentu kemampuan groundstroke forehand tenis lapangan.
Kekuatan genggaman adalah komponen kondisi fisik, yang menyangkut masalah
kemampuan seseorang atlet pada saat mempergunakan otot-ototnya, menerima beban
dalam waktu kerja tertentu. Dalam tenis lapangan kekuatan genggaman yang benar akan
memberikan rasa yang enak di tangan dan dapat memukul bola ke arah yang
dikehendaki, tetapi harus berlatih secara berjenjang untuk dapat melaksanakan ayunan
raket dengan otomatis.
Fleksibilitas adalah kemampuan seseorang dapat melakukan gerak dengan ruang
gerak seluas-luasnya dalam persendian. Tenis lapangan membutuhkan fleksibilitas
untuk menunjang gerakan-gerakan lainnya dalam hal ini fleksibilitas punggung. Pada
saat mengontrol bola baik menggunakan tungkai ataupun dada pemain membutuhkan
fleksibilitas punggung untuk menyempurnakan teknik kontrol bola tersebut.
Power otot tungkai adalah kekuatan sebuah otot untuk mengatasi tahanan beban
dengan kecepatan tinggi dalam gerakan yang utuh yang bekerja dalam waktu yang
singkat. Olahraga tenis lapangan membutuhkan power khususnya yang berada pada otot
tungkai, yang dapat diartikan kemampuan otot atau sekelompok otot tungkai untuk
mengatasi tahanan beban dengan kecepatan tinggi (eksplosif) dalam satu gerakan yang
utuh yang melibatkan otot-otot tungkai sebagai penggerak utama.
Kecepatan dapat diartikan kemampuan seseorang untuk melakukan gerakan
yang sejenis secara berturut-turut dalam bentuk yang sama dan dalam waktu yang
sesingkat-singkatnya. Kecepatan dibedakan menjadi kecepatan mereaksi dan kecepatan
gerak. Olahraga tenis lapangan membutuhkan kecepatan gerak khususnya kecepatan
berlari selama pertandingan untuk mengejar bola.
Daya tahan kardiovaskular adalah kemampuan organisme tubuh untuk
mengatasi kelelahan yang disebabkan oleh pembebanan yang berlangsung relatif lama.
Daya tahan dibedakan menjadi daya tahan otot dan daya tahan kardiovaskuler. Dalam
olahraga tenis lapangan, daya tahan kardiovaskuler lebih dominan dibanding daya tahan
otot karena sangat berpengaruh untuk dapat bermain dari menit awal sampai akhir
pertandingan baik daya tahan aerob maupun anaerob. Seorang pemain tidak akan dapat
81
mengeluarkan keterampilan bermainnya jika mempunyai daya tahan kardiovaskuler
yang rendah, tidak akan dapat menahan bola, memukul bola bahkan untuk berlari
mengejar bola. Daya tahan kardiovaskuler yang melandasi berbagai macam
keterampilan tenis lapangan.
2. Psikomotor dominan penentu kemampuan groundstroke forehand tenis lapangan
Keseimbangan diartikan sebagai kemampuan relatif untuk mengontrol pusat
massa tubuh (center of mass) atau pusat gravitasi (center of gravity) terhadap bidang
tumpu (base of support). Dalam tenis lapangan membutuhkan keseimbangan untuk
mengaplikasikan berbagai gerakan didalamnya, seperti mempertahankan posisi tubuh
pada saat melakukan berbagai teknik dalam tenis lapangan.
Koordinasi adalah kemampuan untuk memadukan secara cepat dan tepat
berbagai macam gerakan ke dalam satu pola gerak khusus. Koordinasi melibatkan
beberapa segmen tubuh. Dalam penelitian ini terkait dengan koordinasi mata-tangan
yang diperlukan untuk melakukan beberapa gerakan dalam tenis lapangan menjadi satu
kesatuan gerak yang komplek seperti mengontrol bola. Koordinasi membutuhkan
kekompakan anggota tubuh.
Kelincahan meliputi komponen perubahan arah yang cepat, memulai dan
berhenti dengan cepat. Permainan tenis lapangan sangat membutuhkan kelincahan
karena kelincahan memang menjadi karakteristik tenis lapangan.
82
Gambar 2.22 Kerangka berpikir
E. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah penelitian dan kajian teori, maka hipotesis dalam
rencana penelitian ini sebagai berikut:
1. Variable biomotor (kekuatan genggaman dan daya tahan kadiovaskular)
yang lebih dominan penentu kemampuan grounstroke forehand.
2. Variabel psikomotor (kordinasi mata tangan dan kelincahan) yang lebih
dominan penentu kemampuan grounstroke forehand.
Kelincahan
Kekuatan
Genggaman
Fleksibilitas
Power Otot
Tungkai
Kecepatan
Daya Tahan
Kardiovaskular
Koordinasi Mata
Tangan
Kemampuan
Groundstroke
Forehand (Y) Keseimbangan
Biomotor
Psikomotor