bab ii kajian teori a. pengertian partisipasi masyarakat 1 ...digilib.uinsby.ac.id/15680/5/bab...
TRANSCRIPT
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
1
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Pengertian Partisipasi Masyarakat
1. Pengertian Partisipasi
Istilah partisipasi mengandung arti keikutsertaan. Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia (1989:679), partisipasi adalah
“sejumlah orang yang turut berperan dalam suatu kegiatan,
keikutsertaan dan peran serta”. Maksud partisipasi di sini adalah
keikutsertaan, peran serta, atau keterlibatan seseorang baik secara
perorangan maupun sebagai kelompok dalam suatu kegiatan tertentu.1
2. Pengertian Masyarakat
Adanya bermacam-macam wujud kesatuan kolektif manusia
menyebabkan bahwa kita memerlukan beberapa istilah untuk
membeda-bedakan berbagai macam kesatuan manusia tadi. Kecuali
istilah yang paling lazim, yaitu masyarakat, ada istilah-istilah khusus
untuk menyebut kesatuan-kesatuan khusus yang merupakan unsur-
unsur dari masyarakat, yaitu kategori sosial, golongan sosial,
komunitas, kelompok, dan perkumpulan. Keenam istilah tersebut itu
beserta konsepnya, syarat-syarat pengikatnya, serta ciri-ciri lainnya.
Masyarakat seperti tersebut di atas, istilah yang paing lazim
dipakai untuk menyebut kesatuan-kesatuan hidup manusia, baik dalam
tulisan ilmiah maupun dalam bahasa sehari-hari, adalah masyarakat.
1Mansyur Ramly, Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, (Jakarta:Badan Penelitian dan
Pengembangan Departemen Pendidikan Nasional, 1986), h.189.
1
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
2
Dalam bahasa Inggris dipakai istilah society yang berasal dari kata
latin socius, yang berarti “kawan”. Istilah masyarakat sendiri berasal
dari akar kata Arab syaraka yang berarti “ikut serta, berpartisipasi”.
Masyarakat adalah memang sekumpulan manusia yang saling
bergaul, atau dengan istilah ilmiah saling berinteraksi. Suatu kesatuan
dapat mempunyai prasarana melalui apa warga-warganya dapat saling
berinteraksi. Suatu negara modern misalnya, merupakan kesatuan
manusia dengan berbagai macam prasarana, yang memungkinkan para
warganya untuk berinteraksi secara intensif, dan dengan frekuensi
yang tinggi.
Tidak semua kesatuan manusia yang bergaul atau berinteraksi
itu merupakan masyarakat, karena suatu masyarakat harus mempunyai
suatu ikatan lain yang khusus. Ikatan tersebut yaitu pola tingkah laku
yang khas mengenai semua faktor kehidupannya dalam batas kesatuan
itu dan pola tersebut bersifat kontinyu dalam arti sudah menjadi adat
istiadat yang khas. Suatu masyarakat manusia harus juga mempunyai
ciri lain yaitu suatu rasa identitas diantara para warga atau
anggotanya, bahwa mereka memang merupakan suatu kesatuan
khusus yang berbeda dari kesatuan-kesatuan manusia lainnya.
Dari uraian di atas maka definisi mengenai masyarakat dapat
dirumuskan sebagai berikut: Masyarakat adalah kesatuan hidup
manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem adat-istiadat tertentu
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
3
yang bersifat kontinyu, dan yang terikat oleh suatu rasa identitas
bersama.2
Adapun pengertian lain dari masyarakat adalah golongan besar
atau kecil terdiri dari beberapa manusia, yang dengan atau karena
sendirinya bertalian secara golongan dan pengaruh mempengaruhi
satu sama lain.3
Masyarakat adalah suatu kesatuan yang selalu berubah, yang
hidup karena proses masyarakat yang menyebabkan perubahan itu.
Dalam zaman biasa masyarakat mengenal kehidupan yang teratur dan
aman, disebabkan oleh karena pengorbanan sebagai kemerdekaan dari
anggota-anggotanya, baik dengan paksa maupun sukarela.
Pengorbanan di sini dimaksudkan menahan nafsu atau kehendak
sewenang-wenang, untuk mengutamakan kepentingan dan keamanan
bersama. Dengan paksa berarti tunduk kepada hukum-hukum yang
telah ditetapkan (negara, perkumpulan, dan sebagainya), dengan
sukarela berarti meurut adat dan berdasarkan keinsyafan akan
persyaudaraan dalam kehidupan bersama itu (desa berdasarkan adat
dan sebagainya).4
2Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi, (Jakarta: Rineka Cipta,1990), h.143-147.
3Hassan Shadily, Sosiologi untuk Masyarakat Indonesia, (Jakarta: Rineka Cipta, 1993),
h.47. 4Ibid., h.50
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
4
Menurut Soerjono Soekanto, ada 4 (empat) unsur yang
terdapat dalam masyarakat, yaitu:
a. Adanya manusia yang hidup bersama, (dua atau lebih).
b. Mereka bercampur untuk waktu yang cukup lama, yang
menimbulkan sistem komunikasi dan tata cara pergaulan
lainnya.
c. Memiliki kesadaran sebagai satu kesatuan.
d. Merupakan sistem kehidupan bersama yang menimbulkan
kebudayaan.5
3. Pengertian Partisipasi Masyarakat
Partisipasi Masyarakat merupakan peran serta atau
keikutsertaan dan keterlibatan seseorang secara perseorangan atau
berkelompok dalam suatu kegiatan. Conyer (1984) menjelaskan
bahwa pendekatan dalam partisipasi masyarakat adalah adanya
keterlibatan langsung masyarakat dalam proses pembangunan.
Kerja sama dengan orang tua murid umumnya didefinisikan
sebagai usaha para orang tua murid untuk mendukung kegiatan
belajar-mengajar di sekolah dengan cara membantu belajar anak di
rumah, mengawasi kegiatan anak di luar sekolah, berkomunikasi
dengan anak tentang apa yang dipelajari di sekolah, menghadiri
kegiatan-kegiatan sekolah yang sesuai, serta berkomunikasi dengan
guru/staf sekolah. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa yang
5Ari H Gunawan, Sosiologi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), h. 4-5.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
5
dimaksud dengan partisipasi masyarakat adalah bentuk-bentuk
partisipasi, keterlibatan, atau dukungannya sebagai anggota
masyarakat bersama-sama pihak sekolah baik secara langsung
maupun tidak langsung dalam penyelenggaraan pendidikan di
sekolah.6
Sekolah sebagai institusi pendidikan memiliki sistem yang
kompleks dan dinamis sehingga memerlukan manajemen yang
profsional. Di dalamnya terdapat komponen guru, siswa, dan para staf
nonguru yang masing-masing mempunyai tugas tertentu dalam
melancarkan program pendidikan sesuai dengan tujuan pendidikan
yang telah ditetapkan.
B. Pengertian Kualitas Pendidikan Agama Islam
1. Pengertian Kualitas
Istilah kualitas/mutu mengandung dua hal. Pertama sifat dan
kedua taraf. Sifat adalah sesuatu yang menerangkan keadaan benda
sedangkan taraf menunjukkan kedudukannya dalam suatu skala. Tiap
manusia memiliki pandangan yang berbeda tentang sifat dan taraf
tersebut. Demikian juga terhadap sifat dan taraf mutu pendidikan.
Terdapat deskripsi tentang sifat dan taraf yang berbeda.7
Filosofi Dr. Deming cenderung menempatkan mutu/kualitas
dalam artian yang manusiawi. Ketika pekerja sebuah perusahaan
6Mansyur Ramly, Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, (Jakarta: Badan Penelitian dan
Pengembangan Departemen Pendidikan Nasional, 1986), h. 185 7Sanusi Uwes, Manajemen Pengembangan Mutu Dosen, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu,
1999), h.27.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
6
berkomitmen pada pekerjaan untuk dilaksanakan dengan baik dan
memiliki proses manajerial yang kuat untuk bertindak, maka
mutu/kualitas pun akan mengalir dengan sendirinya. Definisi
mutu/kualitas yang praktis adalah: sebuah derajat variasi yang terduga
standar yang digunakan dan memiliki kebergantungan pada biaya
yang rendah.8
2. Pengertian Pendidikan Agama Islam
Secara alamiah, manusia tumbuh dan berkembang sejak dalam
kandungan sampai meninggal, mengalami proses tahap demi tahap.
Demikian pula kejadian alam semesta ini diciptakan Tuhan melalui
proses setingkat demi setingkat.
Pola perkembangan manusia dan kejadian alam semesta yang
berproses demikian adalah berlangsung di atas hukum alam yang
ditetapkan oleh Allah sebagai “sunnatullah”.
Pendidikan sebagai usaha membina dan mengembangkan
pribadi manusia dari aspek-aspek rohanian dan jasmaniah juga harus
berlangsung secara bertahap. Oleh karena suatu kematangan yang
bertitik akhir pada optimalisasi perkembangan/pertumbuhan, baru
dapat tercapai bilamana berlangsung melalui proses ke arah tujuan
akhir perkembangan/pertumbuhannya.9
Pendidikan pada hakiktnya adalah proses pematangan kualitas
hidup. Melalui proses tersebut diharapkan manusia dapat memahami
8Jeromes S. Arcaro, Pendidikan Berbasis Mutu, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005), h.
7. 9Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), h. 11
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
7
apa arti dan hakikat hidup, serta untuk apa dan bagaimana
menjalankan tugas hidup dan kehidupan secara benar. Karena itulah
fokus pendidikan diarahkan pada pembentukan kepribadian unggul
dengan menitikberatkan pada proses pematangan kualitas logika, hati,
akhlak, dan keimanan. Puncak pendidikan adalah tercapainya titik
kesempurnaan kualitas hidup.10
Islam dari segi bahasa berasal dari kata aslama, yuslimu,
islaman, yang berarti submission (ketundukan), resignation
(pengunduran), dan reconciliation (perdamaian), to the will of God
(tunduk kepada kehendak Allah). Kata aslama ini berasal dari kata
salima, berarti peace, yaitu: damai, aman, dan sentosa. Pengertian
Islam yang demikian itu, sejalan dengan tujuan ajaran Islam, yaitu
untuk mendorong manusia agar patuh dan tunduk kepada Tuhan,
sehingga terwujud keselamatan, kedamaian, aman, dan sentosa, serta
sejalan pula dengan misi ajaran Islam, yaitu menciptakan kedamaian
di muka bumi dengan cara mengajak manusia untuk patuh dan tunduk
kepada Tuhan. Islam dengan misi yang demikian itu adalah Islam
yang dibawa oleh seluruh para Nabi, dari sejak Adam as. hingga
Muhammad SAW. hal ini dinyatakan dalam al-Qur’an:
ما كان إب راهيم ي هوديا وال نصرانيا ولكن كان حنيفا مسلما وما كان
من المشركي
10Dedi Mulyasana, Pendidikan Bermutu dan Berdaya Saing, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2012), h.2.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
8
“Ibrahim bukan seorang Yahudi dan bukan (pula) seorang Nasrani,
akan tetapi Dia adalah seorang yang luruslagi berserah diri (kepada
Allah) dan sekali-kali bukanlah Dia Termasuk golongan orang-orang
musyrik.”(QS. Ali Imran (3):67)
نا وما أنزل إل إب راهيم وإساعيل وإسحاق قولوا آمنا بالله وما أنزل إلي م ال وي عقوب واألسباط وما أوت موسى وعيسى وما أوت النبيون من ربه
هم ونن له مسلمون ن فرهق ب ي أحد من “Katakanlah (hai orang-orang mukmin): "Kami beriman kepada Allah
dan apa yang diturunkan kepada Kami, dan apa yang diturunkan
kepada Ibrahim, Isma'il, Ishaq, Ya'qub dan anak cucunya, dan apa
yang diberikan kepada Musa dan Isa serta apa yang diberikan kepada
nabi-nabi dari Tuhannya. Kami tidak membeda-bedakan seorangpun
diantara mereka dan Kami hanya tunduk patuh kepada-Nya".(QS. al-
Baqarah (2): 136)
Berdasarkan ayat-ayat tersebut di atas, terlihat bahwa Islam
merupakan misi yang dibawa oleh seluruh para nabi, yaitu misi suci,
agar manusia patuh dan tunduk serta berserah diri kepada Allah
SWT.11
Menurut Yusuf al-Qardhawi pendidikan Islam adalah
pendidikan manusia seutuhnya, akal dan hatinya, rohani dan
jasmaninya, akhlak dan keterampilannya. Karena itu, pendidikan
Islam menyiapkan mnusia untuk hidup baik dalam keadaan damai
maupun perang, dan menyiapkan untuk menghadapi masyarakat
dengan segala kebaikan dan kejhatannya, manis dan pahitnya.
Sementara itu, Hasan Langgulung merumuskan pendidikan
Islam sebagai “proses penyiapan generasi muda untuk mengisi
peranan, memindahkan pengetahuan dan nilai-nilai Islam yan
11
Abuddin Nata, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Prenada Media Group, 2010), h.32-33.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
9
diselaraskan dngan fungsi manusia untu beramal di dunia dan
memetik hasilnya di akhirat. Di sini pendidikan Islam merupakan
proses pembentuan individu berdasarkan ajaran slam yang diwahyuan
Allah SWT kepada Muhammad SAW. melalui proses mana individu
dibentuk agar dapat mencapai derajat yang tinggi sehingga ia mampu
menunaikan tugasnya sebagai khalifah di muka bumi, yang
selanjutnya mewujudkan kebahagiaan dunia dan akhirat. Tegasnya,
senada dengan apa yang dikemukakan Ahmad D. Marimba,
“pendidikan Islam adalah bimbingan jasmani dan rohani menuju
kepada terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran
Islam”.
Semua pengertian di atas lebih global. Secara lebih teknis
Endang Saifuddin Anshari memberikan pengertian pendidikan Islam
sebagai “proses bimbingan (pempinan, tuntunan, usulan) oleh subjek
didik terhadap perkembangan jiwa (pikiran, perasaan, kemauan, dan
intuisi), dan raga objek didik dengan bahan materi tertentu, pada
jangka waktu tertentu, dengan metode tertentu dan dengan alat
perlengkapan yang ada ke arah terciptanya pribadi tertentu disertai
evaluasi sesuai ajaran Islam”.12
12
Azyumardi Azra, Pendidikan Islam: Tradisi dan Modernisasi Di Tengah Tantangan
Milenium II, (Jakarta: Kencana, 2012), h. 6
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
10
3. Tujuan Pendidikan Islam
Secara umum pendidikan Islam bertujuan untuk
“meningkatkan keimanan, pemahaman, penghayatan, dan pengamalan
peserta didik tentang agama Islam, sehingga menjadi manusia muslim
yang beriman dan bertakwa kepada Allah Swt serta berakhlak mulia
dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Dari tujuan tersebut dapat ditarik beberapa dimensi yang hendak
ditingkatkan dan dituju oleh kegiatan pembelajaran pendidikan agama
Islam, yaitu:
a. Dimensi keimanan peserta didik terhadap ajaran agama
Islam.
b. Dimensi pemahaman atau penalaran (intelektual) serta
keilmuan peserta didik erhadap ajaran agama Islam.
c. Dimensi penghayatan atau pengalaman batin yang
dirasakan peserta didik dalam menjalankan ajaran Islam.
d. Dimensi pengalamannya, dalam arti bagaimana ajaran
Islam yang telah diimani, dipahami dan dihayati tau
diinternalisasi oleh peserta didik itu mampu menumbuhkan
motivasi dalam dirinya untuk menggerakka, mengamalkan
dan menaati ajaran agama dan nilai-nilainya dalam
kehidupan pribadi sebagai manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Allah Swt serta mengakualisasikan dan
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
11
merealisasikannya dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara.13
Hasil rumusan Kongres se-Dunia ke II tentang pendidikan
Islam melalui seminar tentang Konsepsi dan Kurikulum Pendidikan
Islam tahun 1980 dinytakan bahwa: pendidikan Islam ditunjukkan
untuk mencapai keseimbangan pertumbuhan dari pribadi manusia
secara menyeluruh melalui latihan-latihan kejiwaan, akal pikiran,
kecerdasan, perasaan dan pancaindera. Oleh karena itu pendidikan
Islam harus mengembangkan seluruh aspek kehidupan manusia, baik
spiritual, intelektual, imajinasi (fantasi), jasmaniah, keilmiahannya,
bahasanya, baik secara individual maupun kelompok, serta
mendorong aspek-aspek itu ke arah kebaikan dan ke arah pencapaian
kesempurnaan hidup.14
4. Landasan Pendidikan Islam
Setiap usaha, kegiatan dan tindakan yang disengaja untuk
mencapai sesuatu tujuan harus mempunyai landasan tempat berpijak
yang baik dan kuat. Oleh karena itu pendidikan Islam sebagai suatu
usaha membentuk manusia, harus mempunyai landasan ke mana
semua kegiatan dan semua perumusan tujuan pendidikan Islam itu
dihubungkan.
13
Muhaimin, Paradigma Penidikan Islam, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004),
h.78. 14
Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksaram 1996), h.16.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
12
Landasan itu terdiri dari al-Qur’an, dan Sunnah Nabi
Muhammad SAW yang dapat dikembangkan dengan ijtihad, al
maslahah al mursalah, istihsan, qiyas, dan sebagainya.
a. Al-Qur’an
Al-Quran ialah firman Allah berupa wahyu yang disampaikan oleh
jibril kepada Nabi Muhammad SAW. di dalamnya terkandung
ajaran pokok yang dapat dikembangkan untuk keperluan seluruh
aspek kehidupan melalui ijtihad. Ajaran yang terkandung dalam al-
Qur’an itu terdiri dari dua prinsip besar, yaitu yang berhubungan
dengan masalah keimanan yang disebut Aqidah, dan yang
berhubungan dengan amal yang disebut Syari’ah.
b. As-Sunnah
As-Sunnah ialah perkataan, pebuatan ataupun pengakuan
Rasulullah SWT. Yang dimaksud dengan pngakuan itu ialah
kejadian atau perbuatan orang lain yang diketahui Rasulullah dan
beliau membiarkan saja kejadian atau perbuatan itu berjalan.
Sunnah merupakan sumber ajaran kedua sesudah Al-Qur’an.
Seperti al-Quran, sunnah juga berisi aqidah dan syai’ah. Sunnah
berisi petunjuk (pedoman) untuk kemashlahatan hidup manusia
dalam segala aspeknya, untuk membina umat menjadi manusia
seutuhnya atau muslim yang bertakwa. Untuk itu Rasulullah
menjadi guru dan pendidik utama. Beliau sendiri mendidik,
pertama dengan menggunakan rumah Al-Arqam ibn Abi Al-
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
13
Arqam, kedua dengan memanfaatkan tawanan perang untuk
mengajar baca tulis, ketiga dengan mengirim para sahabat ke
daerah-daerah yang baru masuk Islam. Semua itu adalah
pendidikan dalam rangka pembentukan manusia muslim dan
masyarakat Islam.
c. Ijtihad
Ijtihad adalah istilah para fuqaha, yaitu berfikir dengan
menggunakan seluruh ilmu yang dimilki oleh ilmuan syari’at Islam
untuk menetapkan/menentukan sesuatu hukum Syari’at Islam
dalam hal-hal yang ternyata belum ditegaskan hukumnya oleh al-
Qur’an dan Sunnah.
Ijtihad di bidang pendidikan ternyata semakin perlu sebab ajaran
Islam yang terdapat dalam al-Qur’an dan Sunnah adalah bersifat
pokok-pokok dan prinsip-prinsipnya saja. Bila ada yang agak
terperinci, maka perincian itu adalah sekedar contoh dalam
menerapkan yang prinsip itu. Sejak diturunkan sampai dengan Nabi
Muhammad SAW wafat, ajaran Islam telah tumbuh, dan
berkembang melalui ijtihad yang dituntut oleh perubahan situasi
dan kondisi sosial yang tumbuh dan berkembang pula. Sebaliknya
ajaran Islam sendiri telah berperan mengubah kehidupan manusia
menjadi kehidupan muslim.15
15
Zakiah Darajat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2000), h. 19-22
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
14
5. Kualitas Pendidikan Agama Islam
Secara normatif, pendidikan nasional menjadi tanggung jawab
bersama antara pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat. Oleh
karena itu penjaminan mutu pendidikan pun menjadi tanggung jawab
bersama ketiga unsur tersebut.
Mutu pendidikan menurut Permendiknas nomor 63 tahun 2009
adalah tingkat kecerdasan kehidupan bangsa yang dapat diraih dari
penerapan Sistem Pendidikan Nasional. Bukan hanya mutu
pendidikan yang perlu dibahas oleh para pengambil kebijakan
pendidikan, tapi perlu ditetapkan penjaminan mutu pendidikan.
Penjaminan mutu pendidikan merupakan kegiatan sistemik dan
terpadu oleh satuan atau program pendidikan, penyelenggara satuan
atau program pendidikan, pemerintah daerah, pemerintah, dan
masyarakat untuk menaikkan tingkat kecerdasan kehidupan bangsa
melalui pendidikan.16
Untuk mendukung tercapainya pola penyelenggaraan
pendidikan yang bermutu, pimpinan lembaga pendidikan mesti
melakukan langkah-langkah yang lebih efektif, efisien, dan produktif.
Para penyelenggara pendidikan setidaknya mampu memberdayakan
lembaganya sesuai dengan kondisi dan kemampuannya. Para
penyelenggara pendidikan setidaknya mampu memberi pupuk secara
16
Dedi Mulyasana, Pendidikan Bermutu dan Berdaya Saing, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2012), h. 129.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
15
tepat kepada lembaga yang dianggap sehat dan mengobati lembaganya
yang dianggap berpenyakit.17
Pendidikan bermutu adalah pendidikan yang mampu
melakukan proses pematangan kualitas peserta didik yang
dikembangkan dengan cara membebaskan peserta didik dari
ketidaktahuan, ketidakmampuan, ketidakberdayaan, ketidakbenaran,
ketidakjujuran, dan dari buruknya akhlak dan keimanan.
Pendidikan bermutu lahir dari sistem perencanaan yang baik
(good planning system) dengan materi dan sistem tata kelola yang
baik (good governance system) dan disampaikan oleh guru yang baik
(good teachers) dengan komponen pendidikan yang bermutu,
khususnya guru.18
Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa kualitas pendidikan
dapat diketahui dari sebuah lembaga pendidikan yang mampu
melakukan proses pematangan kualitas peserta didik yang
dikembangkan dengan cara membebaskan peserta didik dari
ketidaktahuan, ketidakmampuan, ketidakberdayaan, ketidakbenaran,
ketidakjujuran, dan dari buruknya akhlak dan keimanan.
6. Standarisasi Kualitas Pendidikan Agama Islam
Permasalahan mutu/kualitas di dalam lembaga Pendidikan
Islam merupakan permasalahan yang paling serius dan paling
kompleks. Rata-rata, lembaga pendidikan Islam belum ada yang
17
Ibid,. h. 123. 18
Ibid., h. 120.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
16
berhasil merealisasikan mutu/kualitas pendidikannya. Padahal
mutu/kualitas pendidikan itu menjadi cita-cita bersama seluruh
pemikir dan praktisi pendidikan Islam, bahkan telah diupayakan
melalui berbagai cara, metode, pendekatan, strategi, dan kebijakan.
Ada faktor internal sekolah yang memberikan kontribusi
signifikan terhadap mutu/kualitas, yaitu:
a. Kesejahteraan guru
b. Kemampuan guru
c. Sarana kelas
d. Buku-buku pelajaran.19
Sedangkan faktor lain yang lebih rinci adalah sebagai berikut:
1) Siswa
Terutama yang menyangkut kesiapan dan motivasi
belajarnya.
2) Guru
Terutama menyangkut kemampuan profesional, moral
kerja (kemampuan personal), dan kerja samanya
(kemampuan sosial).
3) Kurikulum
Terutama menyangkut relevansi isi dan operasionalisasi
proses pembelajarannya.
4) Dana, sarana, dan prasarana
19
Nanang Fatah, Ekonomi dan Pembiayaan Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya.
2000), h. 56.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
17
Terutama menyangkut kecukupan dan efektivitas dalam
mendukung proses pembelajaran.
5) Masyarakat
Terutama menyangkut partisipasi mereka dalam
pengembangan program-program pendidikan di sekolah.20
Menurut Priyanto, menyatakan bahwa pendidikan agama Islam
yang berkualitas didasarkan pada empat ukuran/indikator, yaitu:21
a) Mutu produk/lulusan
Perencanaan pendidikan yang baik tidak hanya
dimaksudkan untuk mencetak dan mempersiapkan masa
depan peserta didik agar mereka dapat hidup dengan baik di
zamannya, tapi juga mempersiapkan dan membekali mereka
ketika manusia menghadapi Allah Swt. dengan demikian,
pendidikan yang baik tidak hanya menjadikan peserta didik
menjadi manusia yang terhormat di dunia, tapi juga dapat
memperoleh keselamatan dan bahagia di akhirat.22
b) Mutu proses pembelajaran
Untuk menangani pendidikan unggul harus didukung
dengan guru yang unggul baik dari segi penguasaan materi
20
Mujamil Qomar, Manajemen Pendidikan Islam, (Jakarta: Erlangga,t.t) h. 205. 21
http://justarsyad.blogspot.co.id/2012/11/makalah-isd.html Diunduh tanggal 10
Desember 2016, Pukul 12:15
22Dedi Mulyasana, Pendidikan Bermutu dan Berdaya Saing, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2012), h. 120.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
18
pelajaran, metode mengajar, maupun komitmen dalam
melaksanakan tugas.23
c) Mutu layanan pendidikan
Pelayanan dalam pendidikan Islam mencakup berbagai hal,
seperti pelayanan pembelajaran, yang paling merasakan
manfaat pelayanan ini adalah para siswa/santri, peayanan
bimbingan dan konseling bagi siswa/santri maupun
guru/ustadz, pelayanan kepegawaian, pelayanan keuangan,
dan pelayanan keuangan, dan pelayanan kesejaheraan.24
d) Mutu lingkungan pendidikan,
Sekolah adalah tempat pendidikan kedua setelah keluarga.
Sekolah mempunyai peran yang cukup besar terhadap
pembinaan anak untuk menjadi manusia dewasa dan
bertanggung jawab baik terhadap dirinya, orangtuanya,
masyarakat, dan terlebih terhadap Tuhan.25
Untuk
berkembangnya potensi keunggulan menjadi keunggulan
yang nyata baik lingkungan fisik maupun sosial-psikologis
maka diperlukan lingkungan belajar yang kondusif.26
23
Agus Maimun, Madrasah Unggulan Lembaga Pendidikan Alternatif di Era Kompetitif,
(Malang: UIN-Maliki Press, 2010), h. 44. 24
Mujamil Qomar, Manajemen Pendidikan Islam, (Jakarta: Erlangga,t.t) h. 196. 25
Sama’un Bakry, Menggagas Konsep Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung: Pustaka Bani
Quraisy, 2005), h. 144. 26
Agus Maimun, Madrasah Unggulan, Ibid, h. 43.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
19
Sehingga dapat menghasilkan:
a) Lulusan berkualitas dan kompeten
b) Penelitian berkualitas, publikasi pada tingkat tertentu
c) Meningkatkan kerjasama dengan pemerintah dan lembaga
lain
C. Partisipasi Masyarakat dalam Upaya Peningkatan Kualitas
Pendidikan Agama Islam
Masyarakat memandang sekolah (lembaga pendidikan) sebagai
cara yang meyakinkan dalam memperkembangkan para siswa, karena itu
masyarakat berpartisipasi dan setia kepadanya (Wslsh, 1973, h. 131).
Namun hal ini tidak otomatis terjadi terutama di negara-negara
berkembang termasuk di Indonesia. Hal ini disebabkan karena banyak
warga masyarakat yang belum paham akan makna lembaga pendidikan,
lebih-lebih bila kondisi sosial ekonomi mereka rendah, mereka hampir
tidak hirau akan lembaga pendidikan. Pusat perhatian mereka adalah pada
kebutuhan dasar kehidupan sehari-hari.
Untuk mengikutsertakan warga masyarakat ini dalam
pembangunan pendidikan di sekolah, sudah sepatutnya para manajer
pendidikan melalui tokoh-tokoh masyarakat aktif menggugah perhatian
mereka. Para manajer dapat mengundang para tokoh ini untuk membhas
bentuk-bentuk kerja sama dalam meningkatkan pendidikan. Dalam
pertemuan ini mereka akan mengadu pedapat, bertukar pikiran, untuk
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
20
menemukan alternati-alterntif peningkatan pendidikan. Keputusan diambil
secara musyawarah untuk memperoleh alternatif yang terbaik.
Komunikasi tentang pendidikan kepada masyarakat tidak cukup
hanya dengan informasi verbal saja. Informasi in perlu dilengkapi dengan
pengalaman nyata yang ditunjukkan kepada masyarakat, agar timbul citra
positif tentang pendidikan di kalangan mereka (National School Public
Relations Association, 1976, h. 24). Masyarakat umum pada umumnya
memang ingin bukti nyata sebelum mereka memberi dukungan terhadap
sesuatu. Beitu pula halnya dengan pendidikan, mereka juga ingin minta
bukti. Hal ini perlu diusahakan oleh para manajer pendidikan, misalnya
lewat pameran setahun sekali.27
Beberapa contoh partisipasi masyarakat dalam pendidikan adalah:
1. Bentuk partisipasi antara lain:
a. Dewan Pendidikan
b. Komite Sekolah
c. Persatuan orang tua siswa
d. Perkumpulan olah raga
e. Perkumpulan kesenian
f. Organisasi-organisasi yang lain
2. Bidang partisipasi antara lain:
a. Kurikulum terutama yang lokal
b. Alat-alat belajar
27
Made Pidarta, Manajemen Pendidikan Indonesia, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2004),
h.185-186
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
21
c. Dana
d. Material untuk bangunan
e. Auditing keuangan
f. Kontrol terhadap kegiatan-kegiatan sekolah
g. Dan sejenisnya.
3. Cara berpartisipasi antara lain:
a. Ikut dalam pertemuan
b. Datang ke sekolah
c. Lewat surat
d. Lewat telepon
e. Ikut malam kesenian
f. Ikut bazar
g. Dan sejenisnya.
Dalam usaha membina hubungan dan kerjasama antara lembaga
pendidikan dan masyarakat, sesungguhnya sudah ada beberapa badan yang
dapat membantu para manajer pendidikan. Badan-badan itu ialah Dewan
Penyantun, Dewan Pendidikan, Komite Sekolah, dan Yayasan Pendidikan.
Dewan pnyantun bergerak di perguruan tinggi, Dewan Pendidikan dan
Komite Sekolah di sekolah dan Yayasan Pendidikan bisa di perguruan
tinggi, bisa juga di sekolah yang berstatus swasta.28
28
Ibid., h. 188-189