bab ii kajian pustaka 2.1 kajian teori 2.1.1 pengertian ......dahulu manusia selalu bergantung pada...

17
7 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam Ilmu pengetahuan alam sangat erat hubungannya dengan manusia, sejak dahulu manusia selalu bergantung pada alam. Dari zaman purba, manusia bergantung pada alam untuk memenuhi kebutuhan seperti makan, minum bahkan membuat alat-alat makan atau memperoleh makanan untuk memenuhi kebutuhan mereka. Dari kegiatan manusia sejak dulu, menandakan manusia telah memperoleh pengetahuan dari pengalaman. Ilmu pengetahuan alam sendiri bersalah dari kata „science‟ yang berasal dari bahasa katin „scientia‟ dari bahasa Inggris yang artinya saya tahu. Sedangkan „Sciences’ terdiri dari social sciences yang berarti ilmu pengetahua sosial dan natural science yang berarti Ilmu Pengetahuan Alam. Namun dalam perkembangannya science disebut sebagai sains yang artinya Ilmu Pengetahuan Alam. Walaupun definisi tersebut kurang pas dan bertentangan dengan etimologi dari science itu sendiri namun kita tetap merujuk pada pengertian sains yang berarti natural science (Suriasumantri dalam Trianto, 2012: 136). Wahyana dalam Trianto (2012:136) mendefinisikan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah suatu kumpulan pengetahuan tersusun secara sistematik, dan dalam penggunaanya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam. Perkembangannya tidak hanya ditandai oleh kumpulan fakta, tetapi oleh adannya metode ilmiah dan sikap ilmiah”. Sedangkan menurut Kardi dan Nur (Trianto, 2012: 136) Ilmu Pengetahuan Alam adalah adalah “ilmu tentang dunia, zat baik makhluk hidup maupun benda mati yang diamati. Dari beberapa definisi IPA menurut para ahli dapat disimpulkan bahwa Ilmu Pengetahuan Alam atau Sains adalah ilmu pengetahaun tentang zat atau benda mati yang ada disekitar kita, tersusun secara terstruktur yang dibatasi oleh gejala-gejala alam yang terjadi disekitar serta perkembangannya melalui penelitian, pengamatan yang membutuhkan sikap rasa ingin tahu, ketelitian, jujur

Upload: others

Post on 12-Feb-2021

11 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7

    BAB II

    KAJIAN PUSTAKA

    2.1 Kajian Teori

    2.1.1 Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam

    Ilmu pengetahuan alam sangat erat hubungannya dengan manusia, sejak

    dahulu manusia selalu bergantung pada alam. Dari zaman purba, manusia

    bergantung pada alam untuk memenuhi kebutuhan seperti makan, minum bahkan

    membuat alat-alat makan atau memperoleh makanan untuk memenuhi kebutuhan

    mereka. Dari kegiatan manusia sejak dulu, menandakan manusia telah

    memperoleh pengetahuan dari pengalaman. Ilmu pengetahuan alam sendiri

    bersalah dari kata „science‟ yang berasal dari bahasa katin „scientia‟ dari bahasa

    Inggris yang artinya saya tahu. Sedangkan „Sciences’ terdiri dari social sciences

    yang berarti ilmu pengetahua sosial dan natural science yang berarti Ilmu

    Pengetahuan Alam. Namun dalam perkembangannya science disebut sebagai

    sains yang artinya Ilmu Pengetahuan Alam. Walaupun definisi tersebut kurang pas

    dan bertentangan dengan etimologi dari science itu sendiri namun kita tetap

    merujuk pada pengertian sains yang berarti natural science (Suriasumantri dalam

    Trianto, 2012: 136).

    Wahyana dalam Trianto (2012:136) mendefinisikan Ilmu Pengetahuan

    Alam (IPA) adalah “suatu kumpulan pengetahuan tersusun secara sistematik, dan

    dalam penggunaanya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam.

    Perkembangannya tidak hanya ditandai oleh kumpulan fakta, tetapi oleh adannya

    metode ilmiah dan sikap ilmiah”. Sedangkan menurut Kardi dan Nur (Trianto, 2012:

    136) Ilmu Pengetahuan Alam adalah adalah “ilmu tentang dunia, zat baik makhluk

    hidup maupun benda mati yang diamati”.

    Dari beberapa definisi IPA menurut para ahli dapat disimpulkan bahwa

    Ilmu Pengetahuan Alam atau Sains adalah ilmu pengetahaun tentang zat atau

    benda mati yang ada disekitar kita, tersusun secara terstruktur yang dibatasi oleh

    gejala-gejala alam yang terjadi disekitar serta perkembangannya melalui

    penelitian, pengamatan yang membutuhkan sikap rasa ingin tahu, ketelitian, jujur

  • 8

    2.1.1.1 Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam

    Hakikatnya IPA dibangun atas dasar produk ilmiah, proses ilmiah dan sikap

    ilmiah, IPA dipandang pula sebagai proses, sebagai produk dan sebagai prosedur

    (Joesoef dalam Trianto 2012: 137). Sebagai proses kegiatan ilmiah yang

    menyempurnakan pengetahuan tentang alam atau menemukan pengetahuan baru.

    Sebagai produk hasil dari proses, yang berupa pengetahuan yang diajarkan di

    dalam atau di luar kelas. Sebagai prosedur, metedologi atau cara yang dipakai

    untuk mengetahui suatu riset yang biasanya disebut metode ilmiah. Selain sebagai

    proses dan produk, Daud Joesoef (Trianto, 2012:137) menganjurkan bahwa IPA

    dijadikan sebagai suatu “kebudayaan” atau suatu kelompok atau institusi sosial

    dengan tradisi nilai, aspirasi maupun inspirasi. Secara umum IPA meliputi bidang

    ilmu dasar, yaitu biologi, fisika dan kimia.

    Secara khusus fungsi dan tujuan IPA berdasarkan kurikulum berbasis

    kompetensi (Depdiknas dalam Trianto, 2012: 138) adalah sebagai berikut.

    a. menanamkan keyaknanin terhadap Tuhan Yang Maha Esa b. mengembangkan keterampilan, sikap dan nilai ilmiah.

    c. mempersiapkan siswa menjadi warga negara yang melek sains dan teknologi.

    d. menguasai konsep sains untuk bekal hidup di masyarakat dan melajutkan

    pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.

    Dari fungsi dan tujuan tersebut dapat dijelaskan bahwa hakikat IPA

    mengembangkan ketrampilan, sikap dan nilai yang berkeyakinan terhdapa Tuhan

    Yang Maha Esa untuk menjadikan manusia melek teknologi dan sains yang dapat

    dijadikan sebagai bekal hidup dan bekal pendidikan.

    2.1.1.2 Hakikat Pembelajaran IPA

    Seperti yang dibahas sebelumnya, IPA meliputi alam semesta, benda-

    benda yang ada di alam bumi baik diperut atau diluar. Dan secara umum, IPA

    tidak hanya sekedar belajar yang berdasarkan apa yang bisa diamati oleh indera.

    Melainkan belajar tentang apa saja yang tidak bisa diamati oleh indera, seperti zat,

    makhluk hidup yang dapat diamati dan tidak dapat diamati. Dapat dikatakan

    bahwa hakikat IPA merupakan ilmu pengetahuan yang dibangun melalui berbagai

  • 9

    proses ilmiah yang dibangun berdasarkan atas dasar sikap ilmiah yang

    menghasilkan produk ilmiah berupa konsep, pronsip dan teori.

    Nilai-nilai IPA yang dapat ditanamkan dalam pembelajaran IPA menurut

    Laksmi Prihantro (Trianto, 2012: 141) antara lain sebagai berikut:

    a. Kecakapan bekerja dan berfikir secara teratur dan sistematid menurut langkah-langkah metode ilmiah.

    b. Keterampilan dan kecakapan dalam mengadakan, mempergunakan alat-alat eksperimen untuk memecahkan masalah.

    c. Memiliki sikap ilmiah yang diperlukan dalam memecahkan masalah baik dalam kaitannya dengan pelajaran sains maupun dalam kehidupan.

    Selain itu IPA juga memiliki karakteristik yang merupakan dasar untuk

    memahaminya. Menurut Jacobson & Bergman dalam Susanto (2012: 170) IPA

    memiliki karakteristik yaitu:

    a. IPA merupakan kumpulan konsep, prinsip, hokum dan teori. b. Proses ilmiah dapat berupa fisik dan mental, serta mencermati fenomena alam,

    termasuk juga penerapannya.

    c. Sikap keteguhan hati, keingintahuan, dan ketekukann dalam menyingkap rahasia alam.

    d. IPA tidak dapat membuktikan semua akan tetapi hanya sebagian dan beberapa saja.

    e. Keberanian IPA bersifat subjektif dan bukan kebenaran yang bersifat objektif.

    Karakteristik yang dimiliki IPA yang menumbuhkan sikap ilmiah yang

    dilakukan mulai dari merumuskan masalah, menarik kesimpulan sehingga mampu

    berfikir kristis melalui penyelidikan yang dilakukan secara langsung dan

    sederhana. Selain itu untuk mencapai tujuan pendidikan, pembelajaran IPA

    sekolah harus mempunyai tujuan, yaitu :

    a. Memberikan pembelajaran kepada siswa dengan membekali

    pengetahuan mengenai lingkungan dimana mereka hidup serta

    bagaimana sikap yang seharusnya dilakukan.

    b. Menanamkan sikap hidup yang ilmiah.

    c. Memberikan ketrampilan ketika melakukan pengamatan.

    d. Mengajarkan kepada siswa bagaimana mengatasi serta mengetahui

    tahap bagaimana cara kerjannya serta sikap untuk menghargai para

    penemunnya.

  • 10

    e. Mengimplementasikan metode ilmiah untuk memecahkan masalah

    yang ada disekitarnya. (Prihantoro Laksmi, dalam Trianto, 2009: 142)

    Pembelajaran IPA lebih ditekankan pada proses dimana siswa belajar dari

    lingkungan sekitar dan membangun konsep-konsep, teori dan kualitas proses yang

    berpengaruh positif terhadap proses pendidikan maupun produk pendidikan.

    2.1.2 Model Co-operative Learning tipe Group Investigation

    Di dunia pendidikan metode kooperatif bukan merupakan hal baru dalam

    dunia pendidikan pembelajaran kooperatif pada intiya adalah pembelajaran

    dimana siswa duduk bersama yang terdiri dari beberapa orang dimana siswa

    bekerja bersama-sama dengan teman kelompoknya. Pembelajaran kooperatif

    mempunyai banyak macam metode seperti Team Game Tournament

    (TGT),Student Team-Achievement Division (STAD) Jigsaw II dan metode

    kooperatif yang lain adalah Group Investigation (GI) , Learning Together

    (Belajar Bersama), Complex Instuction (Pengajaran Kompleks), Stucture Dyadic

    Methods (Metode).

    2.1.2.1 Group Investigation

    Group investigation merupakan perencanaan pembelajaran yang mengatur

    peserta didik menjadi sebuah kelompok-kelompok kecil dimana siswa membahas

    materi yang telah ditentukan dengan melakukan perencanaa, dan menginvestigasi

    topik bahasan menggunakan pertanyaan-pertanyaan yang dapat membantu

    menyelesaikan investigasi materi tersebut. Seperti yang dikemukakan oleh Sharan

    and Sharan (Slavin, 2008) yang dikembangkan oleh Shlomo dan Yael Sharan

    Group investigation merupakan perencanaan pengaturan-kelas yang umum

    dimana para siswa bekerja dalam kelompok kecil menggunakan pertanyaan

    kooperatif, diskusi kelompok serta perencanaa dan proyek kooperatif.

    Menurutnya dalam pengelompokan menggunakan metode group investigation

    siswa bebas menentukan kelompoknya sendiri. Yang ditekankan dalam metode ini

    adalah komunikasi yang kooperatif antar teman sekelas, yang mana komunikasi

    dan interaksi yang baik bisa dicapai jika dilakukan dalam sebuah kelompok

    diskusi kecil yang terdiri dari 3-4 siswa.

  • 11

    2.1.2.2. Sintaks Pembelajaran Model Co-Operative Learning tipe Group

    Investigation

    Menurut Slavin (2008:218) group investigation mempunyai 6 tahap yang

    harus diperhatikakan guru dalam mengimplementasikan metode ini dalam

    kegiatan pembelajaran. Sehingga tahapan ini bisa diadaptasikan guru dalam

    menerapkan pelaksaan investigasi kelompok. Enam tahapan tersebut ialah :

    Tahap 1 : Mengidentifikasi topik dan mengatur murid ke dalam kelompok.

    a. Para siswa meneliti beberapa sumber, mengusulkan sejumlah topik, dan mengkategorikan saran-saran.

    b. Para siswa bergabung dengan kelompoknya untuk mempelajari topik yang telah mereka pilih.

    c. Komposisi kelompok didasarkan pada ketertarikan siswa dan harus bersifat heterogen

    d. Guru membantu dalam pengumpulan informasi dan memfasilitasi pengaturan.

    Tahap 2: Merencanakan tugas yang akan dipelajari. Para siswa merencanakan

    bersama mengenai:

    a. Apa yang kita pelajari? b. Bagaimana kita mempelajarinya? Siapa melakukan apa? (pembagian tugas) c. Untuk tujuan atau kepentingan apa kita menginvestigasi topik ini?

    Tahap 3: Melaksanakan Investigasi

    a. Para siswa mengumpulkan informasi, menganalisis data, dan membuat kesimpulan.

    b. Tiap anggota kelompok berkontribusi untuk usaha-usaha yang dilakukan kelompoknya.

    c. Para siswa salng bertukar, berdiskusi, mengklarifikasi, dan mensistesis semua gagasan.

    Tahap 4: Menyiapkan Laporan Akhir

    a. Anggota kelompok menentukan pesan-pesan esensial dari poyek mereka. b. Anggota kelompok merencanakan apa yang akan mereka laporkan, dan

    bagaimana mereka akan membuat presentasi mereka.

    c. Wakil-wakil kelompok membentuk sebuah panitia acara untuk mengkoordinasikan rencana-rencana presentasi.

    Tahap 5: Mempresentasikan Laporan Akhir

    a. Presentasi yang dibuat untuk seluruh kelas dalam berbagai macam bentuk. b. Bagaimana presentasi tersebut harus dapat melibatkan pendengarannya secara

    aktif.

    c. Para pendengar tersebut mengevaluasi kejelasan dan penampilan presentasi berdasarkan kriteria yang telah ditentukan sebelumnya olreh seluruh anggota

    kelas.

  • 12

    Tahap 6: Evaluasi

    a. Para siswa saling memberikan umpan balik mengenai topic tersebut, mengenai tugas yang telah meraka kerjakan, mengenai kefektifan pengalaman-

    pengalaman mereka.

    b. Guru dan siswa berkolaborasi dalam mengevaluasi pembelajaran siswa. c. Penilaian atas pembelajaran harus mengevaluasi pemikiran paling tinggi.

    Sedangkan menurut Sharan, dkk (Trianto, 2009:80) langkah-langkah dalam

    model pembelajaran Group Investigation dibagi menjadi 6 tahapan, yaitu:

    a. Memilih topik, siswa memilih subtopik yang biasanya telah ditetapkan oleh

    guru. Kemudian siswa dibagi menjadi kelompok beranggotakan dua sampai

    enam orang yang hendaknya heterogen baik secara akademis maupun etnis

    dari siswa tersebut.

    b. Perencanaan kooperatif, dalam tahap perencanaan guru dan siswa secara

    bersama-sama menentukan prosedur pembelajaran. Tugas dan tujuan khusus

    yang sesuai dengan subtopik yang telah dipilih sebelumnya.

    c. Implementasi, pada tahap ini siswa melaksanakan yang telah dikembangkan

    pada tahap sebelumnya. di dalam proses kegiatan belajar haruslah

    melibatkan beragam aktivitas dan keterampilan yang mengarahkan siswa

    pada sumber-sumber belajar yang ada baik di dalam maupun di luar sekolah.

    Sedangkan peran guru dalam kegiatan belajar adalah memantau setiap

    kegiatan masing-masing kelompok dan membantu kelompok jika

    mengalami kesulitan.

    d. Analisis dan Sintesis, suntuk tahap ini kelompok menganalisi informasi

    yang telah diperoleh dari tahap sebelumnnya. Selanjutnya infromasi tersebut

    diringkas dan disajikan dengan cara yang menarik sebagai bahan presentasi

    kepada seluruh kelas.

    e. Presentasi hasil final, setelah hasil penyelidikan disajikan melalui cara yang

    menarik kepada seluruh kelas yang bertujuan untuk melibatkan seluruh

    siswa sehingga bekerja sama dalam pekerjaan dan memperoleh perspektif

    yang luas. Untuk mempresentasikan hasil investigasinnya di koordinasi oleh

    guru.

  • 13

    f. Evaluasi, siswa dan guru mengevaluasi setiap kontribusi kelompok terhadap

    kinerja kelas sebagai suatu kesatuan yang keseluruhan. Evaluasi tersebut

    dapat berupa penilaian individual maupun kelompok.

    Menurut definisi diatas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran co-

    operative learning tipe group investigation mempunyai 6 tahapan, yaitu:

    a. Mengidentifikasi topik

    b. Perencanaan

    c. Pelaksanaan Investigasi.

    d. Menyiapkan laporan akhir.

    e. Mempresentasikan laporan akhir.

    f. Evaluasi.

    Model group investigation termasuk dalam model pembelajaran co-

    operative learning merupakan mempelajaran yang berbasis sosial dengan

    membuat kelompok-kelompok kecil saling berdiskusi, bertukar ide, bertukar

    pendapat serta dapat saling mengajari yang lemah. Adapun kelebihan model

    pembelajaran group investigation menurut Shoimin (2014:82) yaitu:

    a. Secara Pribadi

    1) Proses belajar dapat dilakukan secara bebas;

    2) Pribadi yang inisiatif, kreatif dan aktif;

    3) Meningkatnya rasa percaya diri;

    4) Mampu memecahkan dan menangani suatu problem yang terjadi;

    5) Mengembangkan rasa antusiasme dan rasa pada fisik.

    b. Secara Sosial

    1) Kerja sama antar tim

    2) Belajar bagaimana komunikasi yang baik antar teman maupun guru

    3) Belajar berkomunikasi secara sistematis

    4) Menghargai pendapat orang lain

    5) Ikut berpartisipasi ketika membuat keputusan

    c. Secara Akademis

    1) Melatih tanggung jawab tentang jawaban yang telah diberikan

    2) Mengembangkan serta melatih keterampilan fisik di segala bidang

  • 14

    3) Merencanakan pekerjaanya

    4) Melatih ketelitian jawaban yang dibuat

    5) Berfikir cara dan strategi yang akan digunakan sehingga memperoleh suatu

    kesimpulan yang berlaku.

    Selain kelebihan model Co-operative Learning tipe Group Investigation, GI

    juga memiliki kekurangan, yaitu:

    a. Materi yang disampaikan pada 1 kali pertemuan sedikit

    b. Pemberian nilai secara personal kurang maksimal

    c. Tidak semua topik dapat menggunakan model ini, karena cocok diterapkan

    pada topik yang menuntut siswa memahami suatu bahasan dari pengalaman

    yang dialami sendiri.

    2.1.3 Minat

    2.1.3.1 Pengertian Minat Belajar

    Minat merupakan salah satu hal penting dalam kegiatan belajar.

    Tencapainya tujuan pembelajaran juga sangat dipengaruhi dari minat siswa

    terhadap mata pelajaran, materi atau topik yang menarik perhatian siswa.

    Menurut Sardiman (Susanto, 2013: 57) minat merupakan kondisi dimana

    seseorang melihat ciri-ciri atau arti situasi sementara yang dikaitkan dengan

    keinginan-keinginan yang dibutuhkan. Dalam praktiknya minat atau dorongan

    tersebut yang ada pada siswa terkait dengan apa dan bagaimana siswa tersebut

    mampu mengaktialisasikan dirinya melalui kegiatan belajar (Susanto, 2013: 58).

    Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa minat merupakan perasaan

    suka terhadap suatu objek sehingga cenderung memberikan perhatian lebih dan

    diaktualisasikan dengan partisipasi secara langsung dalam suatu aktivitas belajar

    yang diperoleh melalui pengalaman-pengalaman belajar yang diperolehselama

    proses belajar yang terjadi.

    2.1.3.2 Aspek Minat Belajar

    Minat belajar yang dimiliki seseorang pada umumnya akan diaktualisasikan

    melalui kegiatan-kegiatan dalam proses pembelajaran yang berkaitan dengan

    minat yang dimiliknnya. Sehingga untuk mengetahui apa saja aspek minat belajar

    dapat dilakukan analisis pada kegiatan yang dilakukan individu tersebut, karena

  • 15

    minat belajar merupakan dorongan pada siswa untuk aktif berperan dalam

    kegiatan tersebut. Maka dari itu, untuk menganalisis minat belajar dapat dilakukan

    dengan aspek minat belajar yaitu:

    Menurut Sukartini (Susanto, 2013: 64) ada empat hal analisis minat belajar

    yang dapat dilakukan, yaitu:

    a. Keinginan untuk memiliki sesuatu

    b. Objek atau kegiatan yang disenangi

    c. Jenis kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh sesuatu yang disenangi

    d. Upaya-upaya yang dilakukan untuk merealisasikan keinginan atau rasa

    terhadap objek atau keinginan tertentu.

    Hal serupa juga dinyatakan oleh Slameto (2008:191) bahwa,

    Suatu minat dapat diekspresikan melalui pernyataan yang menunjukan bahwa

    anak didik lebih menyukai suatu hal daripada hal lainnya, dapat pula

    dimanifestasikan melalui partisipasi dalam suatu aktivitas. Anak didik yang

    memiliki minat terhadap subjek tertentu cenderung untuk memberikan perhatian

    yang lebih besar terhadap subjek tersebut.

    Menurut Safari (Wasti, 2013: 4) indikator minat belajar yaitu: Perasaan Senang,

    Ketertarikan Siswa, Perhatian, Keterlibatan Siswa. Dari uraian diatas dapat diperoleh

    kesimpulan bahwa minat dapat dilihat dari beberapa aspek yaitu:

    a. Perasaan

    b. Perhatian

    c. Ketertarikan

    d. Partisipasi

    Minat belajar yang diungkapkan disini adalah minat belajar IPA kelas V

    SD Negeri Randuacir 03 dan SD Kumpulrejo 01 di Kecamatan Argomulyo Kota

    Salatiga khusunya pada kompetensi cahaya dan sifat-sifatnya.

    2.1.3.3 Pengaruh Minat terhadap Hasil Belajar

    Minat merupakan hal yang sangat berpengaruh pada kegiatan belajar siswa.

    dengan adanya minat siswa dengan kemauan sendiri aktif dan berpartisipasi dalam

    proses belajar mengajar. Selain berpengaruh pada kegiatan belajar, minat juga

    sangat berpengaruh pada hasil belajar siswa, karena minat merupakan dorongan

    yang kuat pada diri siswa untuk memusatkan perhatiannya pada seseorang, benda

    atau kegiatan tertentu. Sardiman (Susanto, 2013: 66) berpendapat bahwa proses

  • 16

    belajar mengajar akan berjalan baik dan lancar jika disertai dengan minat. Hal

    serupa juga dikatakan oleh William James, minat belajar merupakan faktor utama

    aktifnya siswa pada belajar siswa. Hal tersebut juga sepadan dengan pernyataan

    Dalyono (Djamarah, 2008:191) yang menyatakan bahwa jika minat belajar yang

    besar cenderung menghasilkan prestasi yang tinggi, sedangkan jika minat yang

    dimiliki siswa rendah akan menghasilkan prestasi yang rendah pula.

    Hal ini juga diperkuat dengan pendapat Hartono (Susanto, 2013: 67) yang

    menyatakan bahwa “minat memberikan sumbangan terbesar terhadap

    keberhasilan peserta didik”. Jadi dari uraian diatas dapat diperoleh kesimpulan

    bahwa minat merupakan faktor penting dalam keaktifan dan partisipasi siswa pada

    proses belajar sehingga mempengaruhi keberhasilan belajar sehingga tercapainnya

    tujuan pada pembelajaran tersebut. Hal yang perlu diperhatikan pula adalah

    adanya pendekatan, bahan belajar, atau metode yang digunakan tidak sesuai dapat

    mempengaruhi minat belajar sehingga tujuan pembelajaran tidak tercapai dan

    hasil belajar yang diperoleh siswa tidak optimal.

    2.1.4. Hasil Belajar

    Selain perencanaan dan proses belajar yang terdapat di kegiatan pembelajaran

    di kelas, hasil belajar juga harus diperhatikan karena merupakan bagian terpenting

    dalam pembelajaran.

    Nana Sudjana (Trianto, 2012: 3) mendefinisikan hasil belajar siswa pada

    hakikatnya adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian

    yang lebih luas mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik. Dimyati

    dan Mudjiono (Thobroni, 2015: 20) juga menyebutkan hasil belajar merupakan

    hasil dari suatu interaksi tindak belajar. Jadi hasil belajar adalah hasil dari sebuah

    proses pembelajaran berupa tingkah laku yang mencakup bidang kognitif,

    afefektif dan psikomotor.

    Hasil belajar merupakan salah satu hal terpenting dalam kegiatan belajar.

    Selain proses yang harus sesuai dengan karakteristik siswa untuk menyampaikan

    materi, hasil belajar menjadi ukuran apakah tujuan pembelajaran sudah tercapai.

  • 17

    Hasil belajar terdiri dari macam, yaitu: 1). Keterampilan, 2). Pengetahuan, 3).

    Sikap.

    Menurut Djamarah dan Zain (2013: 3) menyatakan bahwa hasil belajar bisa

    tercapai jika memenuhi dua indikator berikut:

    a. Daya serap tentang bahan belajar yang diajarkan mencapai prestasi yang tinggi,

    baik secara individual maupun kelompok.

    b. Perilaku yang telah direncanakan dalam tujuan pembelajara telah dicapai oleh

    siswa baik secara individual maupun kelompok.

    Sedangkan menurut Nawawi dalam A. Susanto (2013: 5) menyatakan

    bahwa hasil belajar adalah tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari materi

    pelajaran disekolah yang dinyatakan dalam skor yang diperoleh dari hasil tes

    mengenal sejumlah materi pelajaran tertentu. Jadi hasil belajar merupakan hasil

    yang diperoleh dari kegiatan belajar mengajar baik berupa sikap, pengetahuan

    (skor), keterampilan yang telah didapatkan di sekolah.

    2.1.4.1 Macam-Macam Hasil Belajar

    Dari definisi diatas hasil belajar yang meliputi 3 aspek, yaitu: konsep (aspek

    kognitif), keterampilan proses (aspek psikomotor) dan sikap siswa (aspek afektif)

    yang dapat dijelaskan sebagai berikut:

    a. Pemahaman Konsep

    Menurut Doroty J. Skeel dalam A. Susanto (2013: 8) konsep merupakan

    sesuatu yang tergambar dalam sebuah pikiran, gagasan atau sebuah pengertian.

    Konsep berarti sesuatu yang melekat pada diri seseorang yang tergambar dalam

    sebuah pikiran, gagasan maupun sebuah pengertian. Orang yang mempunyai

    konsep berarti orang tersebut memiliki sebuah pemahaman yang jelas mengenai

    suatu konsep yang mereka sentuh, lihat ataupun didengarnya.

    Untuk mengukur pemahaman konsep dapat dilakukan melali evaluasi

    produk. W.S Winkel menyatakan bahwa melalui produk yang telah dibuat dapat

    diselidiki sejauh mana pemahaman yang diperoleh siswa berdasarkan tujuan

    instruksional yang telah tercapai. Dan semua tujuan tersebut meurpakan hasil

    belajar siswa yang seharusnya diperoleh siswa. berdasarkan pandangannya, hasil

  • 18

    belajar sangat erat kaitannya dengan tujuan instruksional yang telah guru rancang

    sebelum pelaksanaan proses pembelajaran. Evaluasi tersebut dapat dilakukan

    dengan berbagai macam, misalnya tes tertulis maupun tes lisan. Untuk taraf

    sekolah dasar biasannya dilakukan melalui ulangan harian, semester maupun

    ulangan umum.

    b. Keterampilan Proses

    Usman dan Setiawati (Susanto, 2013: 9) mengemukakan bahwa

    keterampilan proses merupakan keterampilan yang mengarah pada kemampuan

    mental, fisik dan sosial yang mendasar sebagai penggerak kemampuan yang ada

    pada individu siswa. Indrawati juga merumuskan keterampilan proses yang

    berupa keterampilan ilmiah yangterarah pada (kognitif maupun psikomotor) yang

    dapat digunakan untuk menemukan sebuah konsep atau prinsip atau teori yang

    digunakan untuk mengembangkan teori yang telah ada sebelumnya serta

    melakukan penyangkalan terhadap suatu penemuan.

    c. Sikap

    Aspek sikap juga termasuk hal penting dalam proses pembelajaran. Menurut

    Lange (Susanto, 2013: 10) sikap bukan aspek mental saja, melainkan mencakup

    respon fisik. Jadi adanya kekompakan antara mental dan fisik sangat berperan

    penting. Menurutnya sikap terdiri dari tiga komponen yang saling mendukung

    yaitu: komponen kognitif; gambaran apa yang dipercayai oleh individu pemilik

    sikap, komponen afektif; perasaan yang menyangkut emosional, komponen

    konatif; kebiasaan berperilaku tertentu sesuai degan sikap yang dimiliki

    seseorang.

    Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa. Menurut

    Wasliman (Susanto, 2013: 12), hasil belajar yang telah dicapai siswa merupakan

    interaksi berbagai factor baik dari dalam maupun dari luar. Faktor dari dalam atau

    internal yang bersumber dari dalam diri peserta didik. Yang meliputi kecerdasan,

    motivasi belajar, kesehatan, ketekunan, kebiasaan belajar, minat dan perhatian,

    kondisi fisik siswa. sedangkan faktor dari luar merupakan pengaruh di luar diri

    peserta didik yaitu keluarga, teman, sekolah atau masyarakat. Menurut Wasliman

    sekolah merupakan salah satu faktor dalam hasil belajar siswa, jika semakin tinggi

  • 19

    kemampuan belajar yang dimiliki siswa serta kualitas pengajaran di sekolah maka

    semakin tinggi pula hasil belajar siswa tersebut. Kualitas pengajaran disekolah

    juga dipengaruhi latar belajang guru, pengalaman-pengalaman yang diperoleh

    guru serta sifat-sifat yang dimiliki guru. Dengan demikian, dapat diperoleh

    kesimpulan bahwa hasil belajar merupakan hasil dari sebuah proses, dan hasil dari

    proses tersebut dipengaruhi oleh berbagai faktor dari dalam diri siswa maupun

    dari luar seperti keluarga, teman, sekolah atau masyarakat.

    Dalam penelitian ini hasil belajar yang diukur adalah hasil belajar kognitif

    dengan menggunakan evaluasi setelah dilakukan pembelajaran. Evaluasi

    diberikan berupa tes tertulis ataupun tes lisan, dan untuk penelitian ini digunakan

    tes tertulis berupa pilihan ganda yang diberikan sebelum diberikan perlakuan dan

    sesudah diberikan perlakuan.

    2.2 Hasil Penelitian yang Relevan

    Beberapa penelitian mengenai model pembelajaran kooperatif learning yang

    diterapkan dalam usaha meningkatkan hasil belajar siswa, dia ntaranya:

    Penelitian yang dilakukan oleh Rahayu Setyorini (2013) dalam skripsinya

    yang berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Learning tipe Group

    Investigation terhadap hasil belajar matematika pada materi segiempat siswa kelas

    VII SMP Negeri 2 Kledung Semester II Tahun Ajaran 2012/2013” pada hasil

    analisis uji t-test terlihat bahwa nilai t adalah 5,260 yang signifikan dengan (2-

    tailed) 0,000

  • 20

    pada semester II Tahun Ajaran 2011/2012. Hal ini ditunjukan pada nilai pretest

    sebesar 59,64 pada kelas konvensional dan nilai postest sebesar 78,28 pada kelas

    eksperimen. Selisih nilai rata-rata kelas eksperimen dan kelas kontrol 18,64. Dan

    hasil penelitian hal ini ditunjukan dengan membandingkan hasil nilai t hitung

    yang diperoleh sebesar (-8.387) dan nilai t tabel sebesar (-2.160369) untuk nilai

    signifikan 0.000. Oleh karena itu –t hitung

  • 21

    tidak dapat berkembang sebagaimanan seharusnya. Selain itu hasil belajar yang

    didapatkan siswa belum mencapai tujuan dari pembelajaran tersebut. Sehingga

    hasil belajar yang didapatkan siswa masih berada di dalam batas bawah

    ketuntasan minimum yang telah ditetapkan. Model pembelajaran co-operative

    learning tipe group investigation merupakan pembelajaran yang berpusat pada

    siswa. Membagi siswa menjadi beberapa kelompok kecil dengan berdiskusi

    menyelesaikan masalah yang disajikan. Serta mengikutsertakan siswa dalam

    pemilihan topik, perencanaan, investigasi dan menyajikan laporan serta

    menyampaikan hasil investigasinya secara berkelompok.

    Jadi menurut Sharan, dkk, langkah-langkah dalam model pembelajaran

    group investigation adalah:

    a. Memilih topik,

    b. Perencanaan kooperatif,

    c. Implementasi,

    d. Analisis dan Sintesis,

    e. Presentasi hasil final,

    f. Evaluasi

    Proses belajar yang baik yang mengaktifkan siswa, menciptakan suasana

    yang menyenangkan dengan siswa aktif secara langsung dan bermakna. Sehingga

    mampu menimbulkan minat siswa terhadap sesuatu yang telah dipelajarinnya.

    Dengan adannya dorongan minat yang ada, menimbulkan ketertarikan, perasaan

    senang, perhatian, dan partisipatif yang lebih pada IPA sehingga berpengaruh

    terhadap keberhasilan belajar yang ditunjukan dalam meningkatnya hasil belajar

    siswa.

  • 22

    Gambar 2.1

    Bagan Kerangka Berfikir

    Group Investigation

    Bebas

    Tanggung jawab

    Interaksi sosial Kepekaan Sosial

    Kerja sama

    Berfikir sistematis

    dan mengambil

    keputusan

    Kreatif

    Diskusi dan saling bekerja

    sama dalam kelompok

    membangkitkan perasaan

    senang, ketertarikan siswa,

    perhatian yang lebih serta

    partisipatif dalam kegiatan

    pembelajaran.

    Pembagian siswa dalam

    kelompok-kelompok kecil,

    saling bekerja sama,

    menggali informasi,

    menyimpulkan dan

    menyampaikannya secara

    berkelompok membuat siswa

    secara aktif berperan penuh

    dalam proses

    pembelajarannya.

    Minat Hasil Belajar

  • 23

    2.4 Hipotesis

    Berdasarkan kerangka berfikir yang telah diuraikan, maka hipotesis

    penelitian ini adalah sebagai berikut:

    1. Penggunaan model co-operative learning tipe group investigation tidak

    efektivitas terhadap minat dan hasil belajar IPA siswa kelas V SD Negeri

    Kumpulrejo 01 Semester II Tahun Ajaran 2015/2016.

    Ho : μe = μk

    Ha : μe ≠ μk

    2. Penggunaan model co-operative learning tipe group investigation efektivitas

    terhadap minat dan hasil belajar IPA siswa kelas V SD Negeri Kumpulrejo 01

    Semester II Tahun Ajaran 2015/2016.

    Ho : μe = μk

    Ha : μe ≠ μk