bab ii gusti,22-6-12.doc

37
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Demam Dengue adalah penyakit infeksi virus akut yang seringkali disertai dengan gejala sakit kepala, nyeri tulang atau sendi dan otot, ruam dan leukopenia. Demam Berdarah Dengue ditandai dengan manifestasi klinis utama yaitu demam tinggi, fenomena hemoragik, sering dengan hepatomegali dan pada kasus berat ada tanda-tanda kegagalan sirkulasi. Pasien dapat mengalami syok hipovolemik (penurunan cairan) akibat kebocoran plasma. Pada keadaan ini disebut sebagai Dengue Shock Syndrome dan dapat berakibat fatal yaitu kematian. 12 B. Etiologi Demam berdarah dengue merupakan penyakit demam akut yang disebabkan oleh salah satu dari empat serotipe virus 7

Upload: gusti-mahartha

Post on 25-Oct-2015

29 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

ninjaa

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II Gusti,22-6-12.doc

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi

Demam Dengue adalah penyakit infeksi virus akut yang seringkali disertai

dengan gejala sakit kepala, nyeri tulang atau sendi dan otot, ruam dan leukopenia.

Demam Berdarah Dengue ditandai dengan manifestasi klinis utama yaitu demam

tinggi, fenomena hemoragik, sering dengan hepatomegali dan pada kasus berat ada

tanda-tanda kegagalan sirkulasi. Pasien dapat mengalami syok hipovolemik

(penurunan cairan) akibat kebocoran plasma. Pada keadaan ini disebut sebagai

Dengue Shock Syndrome dan dapat berakibat fatal yaitu kematian.12

B. Etiologi

Demam berdarah dengue merupakan penyakit demam akut yang disebabkan

oleh salah satu dari empat serotipe virus dengue,yaitu tipe I – IV (DEN-I, DEN-2,

DEN-3, dan DEN-4,) yang ditandai dengan demam akut selama 2-7 hari, kadang-

kadang bersifat bifastik, disertai manifestasi perdarahan dan dapat menimbulkan syok

serta kematian. 15

Virus dengue merupakan virus RNA rantai tunggal, genus flavivirus dari

family Flaviviridae, terdiri atas 4 tipe virus yaitu D1, D2, D3 dan D4. Struktur

antingen ke empat serotipe ini sangat mirip satu dengan yang lain, namun antibodi

terhadap masing–masing tipe virus tidak dapat saling memberikan perlindungan

7

Page 2: BAB II Gusti,22-6-12.doc

8

silang. Variasi genetik yang berbeda pada ke-4 serotipe ini tidak hanya menyangkut

antar tipe virus, tetapi juga di dalam tipe virus itu sendiri tergantung waktu dan

daerah penyebarannya. Virus dengue berukuran 35-45 nm seperti terlihat pada

Gambar 2.1 di bawah ini.

Gambar 2.1 Struktur virus Dengue melalui Mikroskop krioelektron32

Gambar 2.2 struktur virus dengue32

Penularan penyakit Demam Berdarah Dengue terjadi melalui gigitan nyamuk

Aedes yang terinfeksi dengan DBD kemudian ditularkan pada orang sehat. nyamuk

betina menggigit atau menghisap darah orang yang mengalami infeksi Dengue,

kemudian virus Dengue akan masuk kedalam tubuh nyamuk. virus Dengue

memerlukan waktu 9 hari untuk hidup dan berkembangbiak di dalam air liur nyamuk.

Page 3: BAB II Gusti,22-6-12.doc

9

Nyamuk yang terjangkit virus Dengue kemudian menggigit manusia dan

memasukkan virus Dengue yang berada didalam air liurnya kedalam sistem aliran

darah manusia. Masa inkubasi berlangsung selama 3-15 hari dimana penderita akan

mulai mengalami demam tinggi.9

C. Epidemiologi

Infeksi dengue secara alami pertama kali menyerang manusia dan nyamuk

Aedes aegypti. Aedes aegypti merupakan spesies vektor yang paling penting di

seluruh dunia. Nyamuk ini terbang setiap hari dengan aktivitas menggigit lebih sering

pada pagi dan sore hari. Manusia adalah hospes yang paling rentan dan sifat

kerentanan ini tidak di pengaruhi oleh usia, jenis kelamin atau ras. 16

Insiden Demam Dengue dan Demam Berdarah Dengue telah meningkat pesat

sejak 40 tahun lalu. Pada tahun 1996, terdapat sekitar 20 juta kasus infeksi dengue

diantara 2500-3000 masyarakat yang tinggal di daerah dengan resiko potensial

transmisi virus dengue. Tiap – tiap tahun diperkirakan terdapat sekitar 20 juta kasus

infeksi dengue, yang mengakibatkan angka kematian sekitar 24.000 jiwa.6

Demam Berdarah Dengue di Indonesia pertama kali di curigai di Surabaya

pada tahun 1968, tetapi konfirmasi virologis baru diperoleh pada tahun 1970. Kasus

pertama di Jakarta di laporkan pada tahun 1969, lalu di Bandung dan Yogyakarta

pada tahun 1972. Epidemiologi pertama di luar jawa di laporkan pada tahun 1972 di

Sumatera Barat dan Lampung, di susul oleh Riau, Sulawesi Utara dan Bali pada tahun

1973. Pada tahun 1974, epidemiologi dilaporkan di Kalimantan Selatan dan Nusa

Page 4: BAB II Gusti,22-6-12.doc

10

Tenggara Barat. Pada tahun 1994, DBD sudah endemis di banyak kota besar, bahkan

sejak tahun 1975 penyakit ini telah terjangkit di daerah pedesaan.13

Demam Berdarah Dengue menyerang semua kelompok umur, namun yang

paling parah apabila mengenai bayi, balita dan anak-anak prasekolah.5 Beberapa

faktor yang mempengaruhi kejadian DBD antara lain kebiasaan menampung air

bersih untuk keperluan sehari-hari, sanitasi lingkungan yang kurang baik, dan

penyediaan air bersih yang langka. Kasus DBD cenderung meningkat pada musim

hujan yang menyebabkan frekuensi gigitan nyamuk meningkat.

Insiden DBD di Indonesia antara 6 hingga 15 per 100.000 penduduk pada

tahun 1989 hingga tahun 1995. Kejadian luar biasa hingga 35 per 100.000 penduduk

terjadi pada tahun 1998, sedangkan morbiditas DBD cenderung menurun hingga

mencapai 2% pada tahun 1999. Sampai saat ini DBD telah ditemukan diseluruh

propinsi di Indonesia, dan 200 kota telah melaporkan adanya kejadian luar biasa.4

Angka kejadian DBD di provinsi Lampung berkisar 1.212 kasus. Berdasarkan

data SKRT Dinas kesehatan provinsi lampung tahun 2011 menunjukkan angka

kejadian DBD masing-masing kabupaten di wilayah provinsi Lampung adalah

sebagai berikut seperti terlihat pada Tabel 2.1 di bawah ini:

Tabel 2.1. Angka Kejadian Penyakit DBD di Provinsi Lampung tahun 2011

.

No. Kabupaten Jumlah Kasus

1 Kota. Bandar Lampung 399

2 Kota. Metro 20

Page 5: BAB II Gusti,22-6-12.doc

11

3 Kab. Lampung Selatan 81

4 Kab. Lampung Utara 339

5 Kab. Lampung Barat 17

6 Kab. Lampung Tengah 46

7 Kab. Lampung Timur 16

8 Kab. Mesuji 12

9 Kab. Pesawaran 43

10 Kab. Pringsewu 106

11 Kab. Tanggamus 56

12 Kab. Tulang Bawang 40

13 Kab. Tulang Bawang Barat 17

14 Kab. Way Kanan 20

D. Manifestasi klinik

Demam dengue merupakan manifestasi klinis yang ringan, sedangkan DBD

dan DDS merupakan manifestasi yang berat.21 Manifestasi klinis tergantung dari

berbagai faktor yang mempengaruhi daya tahan tubuh penderita. Terdapat berbagai

keadaan mulai dari tanpa gejala (asimtomatik) demam ringan yang tidak spesifik

(undifferentiated febrile illness), Demam Dengue, Demam Berdarah Dengue dan

Sindrom Syok Dengue. Berbagai spektrum klinis penyakit DBD dapat dilihat pada

Gambar 2.2 di bawah ini.

Page 6: BAB II Gusti,22-6-12.doc

12

Infeksi virus dengue

Asimptomatik Simptomatik

Demam tidak spesifik Demam Dengue

Perdarahan (-) Perdarahan (+) Syok (-) Syok (+)

(SSD)

DD DBD

Gambar 2.3 Spektrum Klinis Infeksi virus dengue(13)(poorwo soedarmo,2005)

Perjalanan infeksi biasanya khas pada anak yang terinfeksi. Fase pertama

yang relatif ringan dengan demam yang mendadak, malaise, muntah, nyeri kepala,

anokresia dan batuk. Pada fase kedua penderita biasanya menderita ekstremitas

dingin, lembab, badan panas, muka merah, keringat banyak, gelisah, iritabel, dan

nyeri mid-epigastrik. Sering kali ada petekie yang tersebar pada dahi dan tungkai,

ekimosis dan mudah memar serta berdarah pada tempat pungsi vena. Pernapasan

dapat cepat dan disertai nadi lemah dan cepat. Gejala lain dapat ditemukan

pembesaran hepar berkisar 4-5 cm.18

Gejala klinis DBD meliputi demam tinggi, perdarahan, terutama perdarahan

kulit, hepatomegali, dan kegagalan peredaran darah (circulatory failure).

Page 7: BAB II Gusti,22-6-12.doc

13

Patofisiologi yang membedakan dan menentukan derajat penyakit DBD dan Demam

Dengue yaitu peningkatan permeabilitas dinding pembuluh darah, menurunnya

volume plasma, trombositopeni, dan diastesis hemoragik.

Umumnya pasien mengalami fase demam selama 2-7 hari, yang diikuti

dengan fase kritis selama 2-3 hari. Pada waktu fase ini pasien sudah tidak demam,

akan tetapi mempunyai risiko untuk terjadi renjatan jika tidak mendapatkan

pengobatan yang adekuat. Gejala DBD yaitu demam tinggi mendadak antara 38 – 40

% C selama 2 – 7 hari yang disertai mual, muntah, nafsu makan menurun, nyeri sendi

atau nyeri otot (pegal – pegal), sakit kepala, nyeri atau rasa panas di belakang bola

mata, wajah kemerahan, sakit perut (diare) disertai pembesaran kelenjar pada leher

dan tenggorokan. Gejala lanjut terjadi pada hari ke 3-5 yang merupakan saat yang

berbahaya di mana terjadi penurunan suhu badan seolah–olah anak sembuh karena

tidak demam lagi.

Keadaan syok merupakan keadaan yang sangat berbahaya karena semua organ

tubuh kekurangan oksigen dan dapat menyebabkan kematian dalam waktu singkat.

Hari ke 6 demam dan seterusnya merupakan saat penyembuhan di mana demam

menghilang dan suhu menjadi normal kembali. Fase penyembuhan ditandai dengan

adanya sinus bradikaridia atau aritmia jantung serta petekie yang menyeluruh

sebagaimana biasanya terjadi pada kasus DD.

E. Patogenesis

Page 8: BAB II Gusti,22-6-12.doc

14

Patogenesis DBD sampai saat ini masih diperdebatkan dan belum dapat

diketahui secara jelas. Terdapat dua teori yang dikemukakan dan paling sering dianut

adalah : Virulensi virus dan Imunopatologi yaitu Hipotesis Infeksi Sekunder

Heterolog (The Secondary Heterologous Infection). Teori lainnya adalah teori

endotel, endotoksin, mediator, dan apoptosis.

1. Virulensi Virus

Virus Dengue merupakan keluarga flaviviridae dengan empat serotip (DEN 1,

2, 3, 4) yang terdiri dari genom RNA stranded yang dikelilingi oleh nukleokapsid.

Virus Dengue memerlukan asam nukleat untuk bereplikasi, sehingga mengganggu

sintesis protein sel pejamu. Kapasitas virus untuk mengakibatkan penyakit pada

pejamu disebut virulensi. Virulensi virus berperan untuk :

a. Menginfeksi lebih banyak sel,

b. Membentuk virus progenik,

c. Menyebabkan reaksi inflamasi hebat,

d. Menghindari respon imun mekanisme efektor.

Penelitian terakhir memperkirakan bahwa terdapat perbedaan tingkatan virulensi

virus dalam hal kemampuan mengikat dan menginfeksi sel target. Perbedaan

manifestasi klinis demam dengue, DBD dan DSS mungkin disebabkan oleh

varian-varian virus dengue dengan derajat virulensi yang berbeda-beda.

2. Teori Imunopatologi

Page 9: BAB II Gusti,22-6-12.doc

15

Hipotesis infeksi sekunder oleh virus yang heterologous (secondary

heterologous infection) menyatakan bahwa pasien yang mengalami infeksi kedua

kalinya dengan serotipe virus dengue yang heterolog akan mempunyai risiko yang

lebih besar untuk menderita DBD dan DSS. Antibodi heterolog yang telah ada

sebelumnya akan mengenali virus lain yang telah menginfeksi dan kemudian

membentuk kompleks antigen antibodi yang kemudian berikatan dengan reseptor

dari membrane sel leukosit, terutama makrofag. Antibodi yang heterolog

menyebabkan virus tidak dinetralisasi oleh tubuh sehingga akan bebas melakukan

replikasi dalam sel makrofag. Dihipotesiskan juga mengenai antibody dependent

enhancement (ADE), yaitu suatu proses yang akan meningkatkan infeksi sekunder

pada replikasi virus dengue di dalam sel mononuklear yaitu terbentuknya komplek

imun dengan virus yang berkadar antibodi rendah dan bersifat subnetral dari

infeksi primer seperti terlihat pada Gambar 2.4 di bawah ini.

Gambar 2.4 Teori ADE24

Page 10: BAB II Gusti,22-6-12.doc

16

Komplek imun melekat pada reseptor sel mononukleus fagosit (terutama

makrofag) untuk mempermudah virus masuk ke sel dan meningkatkan

multiplikasi. Kejadian ini menimbulkan viremia yang lebih hebat dan semakin

banyak sel makrofag yang terkena. Sedangkan respon pada infeksi tersebut terjadi

sekresi mediator vasoaktif yang mengakibatkan terjadinya keadaan hipovolemia

dan syok.

3. Teori Endotoksin

Syok pada DBD menyebabkan iskemia usus, yang kemudian menyebabkan

translokasi bakteri dari lumen usus ke dalam sirkulasi. Endotoksin sebagai

komponen kapsul luar bakteri gram negative akan mudah masuk ke dalam

sirkulasi pada keadaan iskemia berat. Telah dibuktikan oleh peneliti sebelumnya

bahwa endotoksin berhubungan erat dengan kejadian syok pada Demam Berdarah

Dengue. Endotoksinemia terjadi pada 75% Sindrom Syok Dengue dan 50%

Demam Berdarah Dengue tanpa syok.

4. Teori Mediator

Makrofag yang terinfeksi virus Dengue mengeluarkan sitokin yang disebut

monokin dan mediator lain yang memacu terjadinya peningkatan permeabilitas

vaskuler dan aktivasi koagulasi dan fibrinolisis sehingga terjadi kebocoran

vaskuler dan perdarahan.

Page 11: BAB II Gusti,22-6-12.doc

17

Gambar 2.5: Teori Mediator. 24

5. Teori Apoptosis

Apoptosis adalah proses kematian sel secara fisiologis yang merupakan reaksi

terhadap beberapa stimuli. Akibat dari apoptosis adalah fragmentasi DNA inti sel,

vakuolisasi sitoplasma, peningkatan granulasi membran plasma menjadi DNA

Page 12: BAB II Gusti,22-6-12.doc

18

subseluler yang berisi badan apoptotik.

Gambar 2.6: Teori apoptosis.24

6. Teori Endotel

Virus Dengue dapat menginfeksi sel endotel secara in vitro dan menyebabkan

pengeluaran sitokin dan kemokin. Sel endotel yang telah terinfeksi virus Dengue

dapat menyebabkan aktivasi komplemen dan selanjutnya menyebabkan

peningkatan permeabilitas vaskuler dan dilepaskannya trombomodulin yang

merupakan pertanda kerusakan sel endotel. Bukti yang mendukung adalah

kebocoran plasma yang berlangsung cepat dan meningkatnya hematokrit dengan

mendadak.

Pada infeksi sekunder heterolog, virus berperan sebagai super antigen setelah

difagosit oleh monosit atau makrofag, membentuk Ab non-netralising serotipe

Page 13: BAB II Gusti,22-6-12.doc

19

yang berperan cross-reaktif serta kompleks Ag-Ab yang mengaktifkan sistem

komplemen (terutama C3a danC5a) dan histamin.11

Reaksi sekunder setelah peningkatan replikasi virus intra sel adalah: aktivasi

system komplemen (C3 dan C5), degranulasi sel mast dan aktivasi sistem kinin.28

Infeksi simultan oleh dua atau lebih serotipe virus dalam jumlah besar.

Secara teoritis -dan telah ditemukan laporan- seorang penderita terinfeksi oleh

empat serotipe virus secara simultan. 14

Status nutrisional pejamu, berkaitan dengan status gizi dan imunologis,risiko

komplikasi maupun infeksi sekunder.

Pada kasus penderita usia di bawah 14 tahun, terdapat perbedaan kejadian

renjatan berdasarkan status nutrisional. Penderita DBD dengan gizi kurang atau

dengan obesitas, lebih banyak mengalami renjatan. 27

Kondisi demografis setempat. Pada daerah endemik, risiko terhadap infeksi

sekunder akan semakin besar. Termasuk kepadatan vektor nyamuk di suatu daerah.9

Kegagalan penanggulangan secara dini.11

Perdarahan intravaskuler menyeluruh ditandai dengan penurunan faktor

pembekuan dan trombositopenia yang tidak ditangani dengan baik, akan

mengakibatkan perdarahan spontan lanjutan yang makin masif.

Perubahan patofisiologi mayor yang ditemukan pada kasus-kasus di atas berkisar

pada pertama, peningkatan permeabilitas vaskuler yang mengakibatkan perembesan

plasma, hipovolemia dan berujung pada renjatan.

Page 14: BAB II Gusti,22-6-12.doc

20

Kedua, abnormalitas sistem hemostasis akibat vaskulopati, trombositopenia

dan koagulopati. Hal ini menyebabkan pelbagai manifestasi perdarahan yang

mengancam kehidupan penderita. 3,10

Perembesan plasma diduga terjadi karena proses imunologi dan kerusakan

endotel.11,21

Trombositopeni disamping disebabkan oleh depresi sumsum tulang13 serta

agregasi trombosit sebagai reaksi tubuh terhadap infeksi virus dengue juga

disebabkan karena konsumsi trombosit yang meningkat4,10, sebagaimana juga

ditemukan penurunan fungsi trombosit (trombositopati).9,24 Keadaan trombositopenia

dan trombositopati akan mengakibatkan kerapuhan vaskuler serta gangguan

perdarahan13 Akibat lanjut dari hal ini adalah perdarahan spontan yang makin

menjadi. Sedangkan vaskulopati akan merangsang aktivasi faktor pembekuan.9

E.1 Patofisiologi

Patofisiologi primer pada Demam Berdarah Dengue (DBD) terjadi

peningkatan akut permeabilitas vaskuler yang mengarah pada kebocoran plasma ke

dalam ruang ekstra vaskuler, sehingga akan menimbulkan hemokonsentrasi dan

penurunan tekanan darah. Volume plasma menurun mencapai 20% pada kasus berat

yang diikuti efusi pleura, hemokonsentrasi dan hipoproteinemia. Jika penderita sudah

stabil dan mulai sembuh, cairan ekstravasasi diabsorbsi dengan cepat dan

menimbulkan penurunan hematokrit. Perubahan hemostasis pada Demam Berdarah

Dengue (DBD) dan Dengue Syok Syndrome (DSS) yang akan melibatkan 3 faktor

yaitu: (1) perubahan vaskuler; (2) trombositopenia; dan (3) kelainan koagulasi.

Page 15: BAB II Gusti,22-6-12.doc

21

Virus akan berkembang di dalam peredaran darah dan akan ditangkap oleh

makrofag. Segera terjadi viremia selama 2 hari sebelum timbul gejala dan berakhir

setelah lima hari gejala panas mulai. Makrofag akan segera bereaksi dengan

menangkap virus dan memprosesnya sehingga makrofag menjadi APC(Antigen

Presenting Cell). Antigen yang menempel di makrofag ini akan mengaktifasi sel T-

Helper dan menarik makrofag lain untuk memfagosit lebih banyak virus. T-helper

akan mengaktifasi sel T-sitotoksik yang akan melisis makrofag yang sudah

memfagosit virus. Juga mengaktifkan sel B yang akan melepas antibodi. Ada 3 jenis

antibodi yang telah dikenali yaitu antibodi netralisasi, antibodi hemagglutinasi,

antibodi fiksasi komplemen.31

Proses diatas menyebabkan terlepasnya mediator-mediator yang merangsang

terjadinya gejala sistemik seperti demam, nyeri sendi, otot, malaise dan gejala

lainnya. Dapat terjadi manifetasi perdarahan karena terjadi aggregasi trombosit yang

menyebabkan trombositopenia, tetapi trombositopenia ini bersifat ringan.

Page 16: BAB II Gusti,22-6-12.doc

22

Gambar 2.7 : Respon Imun.24

Respon imun humoral atau seluler muncul akibat dari infeksi virus dengue.

Antibodi yang muncul pada umumnya adalah IgG dan IgM, pada infeksi Dengue

primer antibodi mulai terbentuk dan pada infeksi sekunder kadar antibodi yang ada

telah meningkat.

Antibodi terhadap virus Dengue dapat ditemukan di dalam darah sekitar

demam pada hari ke 5, meningkat pada minggu pertama sampai minggu ketiga dan

menghilang setelah 60-90 hari. Pada infeksi primer antibodi IgG meningkat pada

demam hari ke-14 sedangkan pada infeksi sekunder antibodi IgG meningkat pada hari

kedua. Diagnosis dini pada infeksi primer hanya dapat ditegakkan dengan mendeteksi

antibodi IgM setelah hari kelima, sedangkan pada infeksi sekunder dapat ditegakkan

lebih dini dengan adanya peningkatan antibodi IgG dan IgM yang cepat.

Page 17: BAB II Gusti,22-6-12.doc

23

Trombositopenia merupakan kelainan hematologi yang sering ditemukan pada

sebagian besar kasus Demam Berdarah Dengue.

Trombosit mulai menurun pada masa demam dan mencapai nilai terendah

pada masa syok. Jumlah trombosit secara cepat meningkat pada masa konvalesen dan

nilai normal biasanya tercapai pada 7-10 hari sejak permulaan sakit. Trombositopenia

dan gangguan fungsi trombosit dianggap sebagai penyebab utama terjadinya

perdarahan pada DBD.

Gangguan hemostasis melibatkan perubahan vaskuler, pemeriksaan tourniquet

positif, mudah mengalami memar, trombositopenia dan koagulopati. DBD stadium

akut telah terjadi proses koagulasi dan fibrinolisis, Disseminated Intravaskular

Coagulation (DIC) dapat dijumpai pada kasus yang berat dan disertai syok dan secara

potensial dapat terjadi juga pada kasus DBD tanpa syok. Terjadinya syok yang

berlangsung akut dapat cepat teratasi bila mendapatkan perawatan yang tepat dan

melakukan observasi disertai pemantauan perembesan plasma dan gangguan

hemostatis.

F. Diagnosis

Kriteria Diagnosis DBD

Diagnosis klinik penyakit DBD dapat ditegakkan apabila ditemukan dua atau

tiga gejala klinik yang disertai trombositopenia dan hemokonsentrasi.

1. Demam tinggi mendadak (38,2-40 °C) dan terus-menerus selama 2-7 hari

tanpa sebab yang jelas. Demam pada penderita DBD disertai batuk, faringitis,

Page 18: BAB II Gusti,22-6-12.doc

24

nyeri kepala, anoreksia, nausea, vomitus, nyeri abdomen, selama 2-4 hari,

juga mialgia (jarang), atralgia, nyeri tulang29 dan lekopenia26

2. Manifestasi perdarahan, biasanya pada hari kedua demam, termasuk setidak-

tidaknya uji bendung (uji Rumple Leede/ Tourniquette) positif dan salah satu

bentuk lain perdarahan antara lain purpura, ekimosis, hematoma, epistaksis,

pendarahan gusi dan konjuntiva, perdarahan saluran cerna (hematemesis,

melena, atau hematochezia), mikroskopik hematuria atau menorrhagia18

3. Hepatomegali, mulai dapat terdeteksi pada permulaan demam.

4. Trombositopenia (100.000/mm_ atau kurang) biasanya ditemukan pada hari

ke dua/tiga, terendah pada hari ke 4-6, sampai hari ke tujuh/sepuluh sakit.10,13

5. Tanda perembesan plasma yaitu:

a. Hemokonsentrasi yang dapat dilihat dari :

1) peningkatan kadar hematokrit setinggi kadar hematokrit pada masa

pemulihan.

2) peningkatan kadar hematokrit sesuai usia dan jenis kelamin > 20%

dibandingkan dengan kadar rujukan atau lebih baik lagi dengan data

awal pasien.

3) penurunan kadar hematokrit 20% setelah mendapat penggantian

cairan.

b. hipoalbuminemia.

c. efusi pleura, asites atau proteinuria.

Page 19: BAB II Gusti,22-6-12.doc

25

Diagnosa ditegakkan berdasarkan kriteria diagnosis WHO (1997)15.

Terdiri dari Kriteria klinis dan Laboratorium sebagai berikut :

1) Kriteria Klinis

a. Demam tinggi mendadak, tanpa sebab jelas, berlangsung terus menerus

selama 2-7 hari.

b. Terdapat manifestasi perdarahan ditandai dengan uji tourniquet positif,

petekie, ekimosis, perdarahan mukosa, epistaksis, perdarahan gusi,

hematemesis, dan melena

c. Pembesaran hati

d. Shock ditandai dengan nadi cepat dan lemah serta penurunan tekanan

nadi, hipotensi, kaki dan tangan dingin, kulit lembab, dan pasien tampak

gelisah.

WHO (1997) membagi derajat penyakit DBD dalam 4 derajat yaitu15 :

Derajat I : Demam dengan uji bendung positif.

Derajat II : Derajat I disertai perdarahan spontan di kulit atau perdarahan lain.

Derajat III : Ditemui kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lemah, tekan nadi

menurun (< 20mmHg) atau hipotensi disertai kulit yang lembab dan pasien

menjadi gelisah.

Derajat IV : Shock berat dengan nadi yang tidak teraba dan tekanan darah tidak

dapat diukur.

Page 20: BAB II Gusti,22-6-12.doc

26

2) Laboratorium

2.1. Pemeriksaan Hematologi

a. Trombositopenia (< 100.000/mm3)

b. Hemokonsentrasi (kadar Ht > 20% dari normal)Nilai normal HMT:

Anak : 33-38%

Laki-laki Dewasa : 40-50%

Perempuan Dewasa       : 36-44%

c. Leukosit ( < 4000 sel/mm3 )

2.2. Pemeriksaan Serologis

a. Dengue Rapid IgM – IgG anti dengue

Pada infeksi primer, kadar tinggi IgM baru muncul 4 – 6 hari setelah

demam dan bertahan sampai 10 minggu. Sedangkan IgG baru muncul

2 minggu setelah demam dan bertahan seumur hidup. Kadar IgM

rendah pada infeksi sekunder , sedangkan IgG naik cepat 1 – 2 hari

setelah timbulnya demam pada kadar lebih tinggi dari kadar pada

infeksi primer.

Page 21: BAB II Gusti,22-6-12.doc

27

b. Hematokrit

1. Pengertian

Kadar hematokrit (packed red cell volume) adalah konsentrasi

(dinyatakan dalam persen) eritrosit dalam 100 ml (1 dL) darah

lengkap.3 Dengan demikian kadar hematokrit adalah parameter

hemokonsentrasi serta perubahannya. Kadar hematokrit akan

meningkat saat terjadinya peningkatan hemokonsentrasi, baik oleh

peningkatan kadar sel darah atau penurunan kadar plasma darah,

misalnya pada kasus hipovolemia. Sebaliknya kadar hematokrit akan

menurun ketika terjadi penurunan hemokonsentrasi, karena penurunan

kadar seluler darah atau peningkatan kadar plasma darah, antara lain

saat terjadinya anemia.

Pengukuran kadar hematokrit dilakukan dengan menggunakan

dua metode

yaitu:

a. Metode langsung, dengan cara makro atau mikro. Cara mikro kini

lebih banyak digunakan, karena hasilnya dapat diperoleh dengan

lebih cepa dan akurat.

b. Metode tidak langsung, yaitu dengan menggunakan konduktivitas

elektrik dan komputer.24

Page 22: BAB II Gusti,22-6-12.doc

28

c. Trombosit

Trombosit dibentuk dalam sumsum tulang melalui proses

fragmentasi sitoplasma megakariosit. Bentuknya discoid, tak berinti

(diameternya sekitar 2-3 µm). Nilai normal 150.000-400.000/mm³ .24

Fungsi trombosit pada umunya adalah pembentukan sumbat

mekanik selama respon hemostatis normal terhadap cedera vaskuler.

Tanpa trombosit, dapat terjadi kebocoran darah spontan melalui

pembuluh darah kecil. Reaksi trombosit dapat berupa adhesi, sekresi,

agregrasi, dan fusi serta aktivitas prokoagulannya sangat penting untuk

fungsinya. Trombosit berperan penting dalam bekuan darah.

Trombosit dalam keadaan normal bersirkulasi ke seluruh tubuh

melalui aliran darah. Namun, dalam beberapa detik setelah kerusakan

suatu pembuluh, trombosit tertarik ke daerah tersebut sebagai respons

terhadap kolagen yang terpajan di lapisan subendotel pembuluh.

Trombosit melekat ke permukaan yang rusak dan mengeluarkan

beberapa zat ( termasuk serotonin dan histamin ) yang menyebabkan

vasokonstriksi pembuluh. Ini adalah langkah pertama untuk

mengurangi aliran darah ke daerah tersebut. Histamin dan serotonin

kemudian menyebabkan vasodilatasi berkepanjangan, suatu langkah

penting pada reaksi peradangan.24

Page 23: BAB II Gusti,22-6-12.doc

29

I. Hubungan antara kadar Hematokrit dan Trombosit terhadap hasil pemeriksaan serologis

Diagnosis DBD dilakukan dengan melihat gejala klinis dan laboratorium.

Pemeriksaan laboratorium yang saat ini dipakai untuk menunjang diagnosis demam

dengue baik primer maupun sekunder adalah dengan menggunakan pemeriksaan IgM

dan atau IgG anti dengue karena dapat diperoleh hasil yang cepat dan sensitivitas

mirip dengan uji hemaglutinasi inhibisi (HI). Pemeriksaan ini cukup mahal.

Hematokrit dipakai untuk menentukan derajat hemokonsentrasi seorang penderita.

Selain itu juga dipantau kadar trombosit pada penderita demam berdarah.

Penderita dengan diagnosis DBD derajat dua dan tiga pada hari keempat

demam diambil sampel darahnya dan dilakukan pemeriksaan hematologi dan dengue

blot.

Bila hasil dengue blot IgG positif dan IgM negatif atau IgG positif dan IgM

positif penderita dikelompokkan sebagai dengue sekunder. Bila hasil dengue

menunjukkan hasil IgG negatif dan IgM positif penderita dikelompokkan sebagai

dengue primer diare dan dehidrasi digunakan untuk menghindari adanya keadaan

hemokonsentrasi yang akan mempengaruhi kadar hematokrit.25

Penurunan jumlah trombosit atau trombositopenia pada umumnya terjadi sebelum

ada peningkatan hematokrit dan terjadi sebelum suhu turun.

Berdasarkan penelitian sebelumnya oleh Pusparini di dapatkan bahwa kadar

trombosit lebih dapat dijadikan acuan sebagai indikator diagnosis infeksi dengye

primer dan sekunder.

Page 24: BAB II Gusti,22-6-12.doc

30

K. Kerangka Teori

Kerangka teori penelitian adalah hubungan antara teori – teori yang diamati

atau di ukur melalui penelitian yang akan dilakukan. Adapun kerangka teori yang

akan di teliti yaitu:

Gambar 2.8 : Kerangka teori

kriteria klinis : Demam

2 – 7 hari terus – menerus Nyeri kepela Mual, muntah anoreksia malaise mialgia atralgia Manifestasi perdarahan

- uji tourniquet +

- ptekie, ekimosis

- epitaksis- hematemesis- perdarahan

gusi

- melena

Kriteria Laboratorium Trombosit

< 100.000/mm3 Hematokrit

meningkat ≥ 20

Pemeriksaan Serologis IgG IgM

Infeksi Demam Dengue

Page 25: BAB II Gusti,22-6-12.doc

31

L. Kerangka Konsep

Kriteria Laboratotium Trombosit Hematokrit

Gambar 2.9 : Kerangka Konsep

M. Hipotesis

1. Adanya hubungan antara kadar hematokrit dengan infeksi demam dengue

primer dan sekunder

2. Adanya hubungan antara kadar trombosit dengan infeksi demam dengue

primer dan sekunder

Demam dengue Primer ( IgM)Demam dengue Sekunder (IgG)

Kriteria Klinis Demam Perdarahan