bab i pkm

3
BAB I PENDAHULUAN Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi ektoparasit yakni Sarcoptes scabiei varietas hominis (Gandahusada dkk, 2004; Heukelbach et al, 2006). Di Indonesia skabies lebih dikenal dengan nama gudik, kudis, buduk, kerak, penyakit ampera dan gatal agogo (Djuanda, 2006) Skabies merupakan penyakit kulit yang endemis di wilayah beriklim tropis dan subtropis, ( Steer AC dkk, 2009; Braker F,2010) seperti Afrika, Amerika selatan, Karibia, Australia tengah dan selatan, dan Asia.( Shelley FW,dkk, 2007; Hengge UR dkk, 2006) Skabies merupakan penyakit endemi di masyarakat, prevalensi penyakit scabies di Indonesia adalah 6-27 % dari populasi umum ( Sungkar, 1997) Penyakit ini banyak dijumpai pada anak dan orang dewasa muda, tetapi dapat mengenai semua golongan umur (Harahap, 2000). Faktor yang berperan pada tingginya prevalensi skabies di negara berkembang terkait dengan kemiskinan yang diasosiasikan dengan rendahnya tingkat kebersihan, akses air yang sulit, dan kepadatan hunian.( Johnstone P dkk, 2008 ; Roodsari MR, 2008) Tingginya kepadatan

Upload: gerryajun

Post on 01-Oct-2015

224 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

pkm

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN

Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi ektoparasit yakni Sarcoptes scabiei varietas hominis (Gandahusada dkk, 2004; Heukelbach et al, 2006). Di Indonesia skabies lebih dikenal dengan nama gudik, kudis, buduk, kerak, penyakit ampera dan gatal agogo (Djuanda, 2006) Skabies merupakan penyakit kulit yang endemis di wilayah beriklim tropis dan subtropis, ( Steer AC dkk, 2009; Braker F,2010) seperti Afrika, Amerika selatan, Karibia, Australia tengah dan selatan, dan Asia.( Shelley FW,dkk, 2007; Hengge UR dkk, 2006) Skabies merupakan penyakit endemi di masyarakat, prevalensi penyakit scabies di Indonesia adalah 6-27 % dari populasi umum ( Sungkar, 1997) Penyakit ini banyak dijumpai pada anak dan orang dewasa muda, tetapi dapat mengenai semua golongan umur (Harahap, 2000). Faktor yang berperan pada tingginya prevalensi skabies di negara berkembang terkait dengan kemiskinan yang diasosiasikan dengan rendahnya tingkat kebersihan, akses air yang sulit, dan kepadatan hunian.( Johnstone P dkk, 2008 ; Roodsari MR, 2008) Tingginya kepadatan hunian dan interaksi atau kontak fisik antar individu memudahkan transmisi dan infestasi tungau skabies. Oleh karena itu, prevalensi skabies yang tinggi umumnya ditemukan di lingkungan dengan kepadatan penghuni dan kontak interpersonal tinggi seperti penjara, panti asuhan, dan pondok pesantren.( Steer AC dkk, 2009, Shelley FW,dkk, 2007, Roodsari MR, 2008). Pondok pesantren adalah sekolah Islam dengan sistem asrama dan pelajarnya disebut santri. Pelajaran yang diberikan adalah pengetahuan umum dan agama tetapi dititik beratkan pada agama Islam.( Haningsih S,2008) Di Indonesia, sebagai negara dengan jumlah penduduk muslim terbanyak di dunia, terdapat 14.798 pondok pesantren dengan prevalensi skabies cukup tinggi.( Depkes RI,2007 ) Tinggal bersama dengan sekelompok orang seperti di pesantren memang berisiko mudah tertular berbagai penyakit kulit, penularan terjadi bila kebersihan pribadi dan lingkungan tidak terjaga dengan baik. Hal inilah umumnya menjadi penyebab timbulnya skabies. Faktor faktor yang mempengaruhi penularan skabies diantara lain, personal hygiene badan (kulit, kuku tangan), personal hygiene pakaian (kebiasaan bertukar pakaian, handuk, selimut dan sprei) dan lingkungan fisik rumah (pencahayaan, suhu, ventilasi, kelembaban, dan kepadatan hunian) (Badri, 2008)