bab i pendahuluan -...

12
1 BAB I PENDAHULUAN Dalam menjelaskan maksud pengertiannya, makna-makna hikmah dan dimensinya, ia terlebih dahulu menunjuk kepada Al-Qur’an, sebelum kepada sumber-sumber lain. Para ahli tafsir dan orang-orang yang mengkaji ilmu-ilmu dari Al-Qur’an mempunyai konsepsi dan endapan, yang mereka peroleh dengan jalan mengalami masalah-masalah atau berkenalan dengan mazhab-mazhab hikmah kemudian dengan perangkat ilmu yang dimiliki mereka berusaha menerangkan dan menerapkan konsepsi dan endapan-endapan itu pada Al-Qur’an dan meyakini pendapatnya masing-masing. Sebagian besar kajian tentang hikmah tidak memberikan kesempatan pada Al-Qur’an untuk berdialog, sebelum di terapkan dalam pandangan atau pendapat pribadi. Hikmah itu bukanlah hanya dari ilmu yang kita pelajari dari buku-buku dan bukan pula peristiwa-peristiwa yang kita alami dalam kehidupan sehari-hari. Hikmah adalah suatu renungan dan kesungguhan memanfaatkan ilmu suatu ruangan dan kesungguhan memanfaatkan ilmu-ilmu dan peristiwa-peristiwa yang kita dalam kehidupan sehari-hari. Hikmah adalah suatu renungan dan kesungguhan memanfatkan ilmu-ilmu dan peristiwa-peristiwa serta melihat hubungan atau kaitan-kaitan yang ada di dalamnya serta membahas tentang sumber dan tujuannya oleh karena itu menjadi tuigas dan kewajiban kita untuk menumbuhkan rasa cinta kepada al-hikmah itu dalam kehidupan anak didik pada tiap tingkatan pelajaran dan tingkat usia kehidupannya. 1 Di sisi lain jika berbicara mengenai hal tersebut, kita bisa lihat mengenai pemikiran tentang keadilan, kearifan, bahkan tentang kebaikan dalam ajaran agama, ajaran moral dan akal justru bersumber dari Al-Qur’an.Hal ini terlihat jelas dengan di kemukakannya jenis-jenis hikmah dalam teks ajaran Islam yang 1 Al Djamaly, Menerobos Kritis Pendidikan Dunia Islam, Cet. 1, (Jakarta : Golden Terayon Press, 1988), hlm. 137.

Upload: dinhthu

Post on 07-Feb-2018

216 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I PENDAHULUAN - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/31/jtptiain-gdl-s1... · menyatakan bahwa hikmah memberikan kontribusi dalam memenuhi dimensi

1

BAB I

PENDAHULUAN

Dalam menjelaskan maksud pengertiannya, makna-makna hikmah dan

dimensinya, ia terlebih dahulu menunjuk kepada Al-Qur’an, sebelum kepada

sumber-sumber lain. Para ahli tafsir dan orang-orang yang mengkaji ilmu-ilmu

dari Al-Qur’an mempunyai konsepsi dan endapan, yang mereka peroleh dengan

jalan mengalami masalah-masalah atau berkenalan dengan mazhab-mazhab

hikmah kemudian dengan perangkat ilmu yang dimiliki mereka berusaha

menerangkan dan menerapkan konsepsi dan endapan-endapan itu pada Al-Qur’an

dan meyakini pendapatnya masing-masing.

Sebagian besar kajian tentang hikmah tidak memberikan kesempatan pada

Al-Qur’an untuk berdialog, sebelum di terapkan dalam pandangan atau pendapat

pribadi.

Hikmah itu bukanlah hanya dari ilmu yang kita pelajari dari buku-buku

dan bukan pula peristiwa-peristiwa yang kita alami dalam kehidupan sehari-hari.

Hikmah adalah suatu renungan dan kesungguhan memanfaatkan ilmu suatu

ruangan dan kesungguhan memanfaatkan ilmu-ilmu dan peristiwa-peristiwa yang

kita dalam kehidupan sehari-hari. Hikmah adalah suatu renungan dan

kesungguhan memanfatkan ilmu-ilmu dan peristiwa-peristiwa serta melihat

hubungan atau kaitan-kaitan yang ada di dalamnya serta membahas tentang

sumber dan tujuannya oleh karena itu menjadi tuigas dan kewajiban kita untuk

menumbuhkan rasa cinta kepada al-hikmah itu dalam kehidupan anak didik pada

tiap tingkatan pelajaran dan tingkat usia kehidupannya.1

Di sisi lain jika berbicara mengenai hal tersebut, kita bisa lihat mengenai

pemikiran tentang keadilan, kearifan, bahkan tentang kebaikan dalam ajaran

agama, ajaran moral dan akal justru bersumber dari Al-Qur’an.Hal ini terlihat

jelas dengan di kemukakannya jenis-jenis hikmah dalam teks ajaran Islam yang

1 Al Djamaly, Menerobos Kritis Pendidikan Dunia Islam, Cet. 1, (Jakarta : Golden

Terayon Press, 1988), hlm. 137.

Page 2: BAB I PENDAHULUAN - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/31/jtptiain-gdl-s1... · menyatakan bahwa hikmah memberikan kontribusi dalam memenuhi dimensi

2

ternyata di salah pahami tujuannya, oleh sementara pihak. Al-Qur’an secara tegas

menyatakan bahwa hikmah memberikan kontribusi dalam memenuhi dimensi

kehidupan jiwa keluarga, masyarakat, dan negara.

Pada hakekatnya hubungan manusia dengan manusia adalah hubungan

kemitraan. Dari sini dapat dimengerti mengapa ayat-ayat Al-Qur’an

menggambarkan hikmah yang berhubungan dengan kehidupan akal, keadilan,

kerilmuan, pemikiran dan kebaikan sebagai hubungan saling menyempurnakan

yang tidak dapat terpenuhi kecuali atas dasar kebijaksanaan.

Dalam hal ini,hikmah pendidikan dalam teori pendidikan berarti landasan

teori yang di turunkan dari Al-Qur’an. karena.hal ini juga mengarah kepada

prinsip-prinsip qur’ani yang membimbing pendidikan.2

A. Latar Belakang

Sehubungan dengan agungnya kedudukan hikmah dalam Al-Qur’an

dan As-Sunnah dan besarnya kebutuhan masyarakat terhadap hikmah dalam

segala aspek kehidupan, baik sekarang maupun yang akan datang serta masih

semaraknya makna (pengertian) hikmah bagi sebagian kaum muslimin, maka

pembahasan ini dalam lingkup Al-Qur’an dengan berpedoman pada ayat-

ayatnya, kisah-kisahnya, perintah dan larangannya.

Kemudian hikmah itu sendiri yang dimaksud dalam pembahasan ini

adalah, ilmu yang membahas tentang hakekat sesuatu dari yang maujud

berdasarkan kemampuan, kesanggupan manusia. Jadi, hikmah adalah

semacam ilmu berfikir lebih tinggi.3

Adapun yang mendasari hal tersebut dalam Al-Qur’an disebutkan:

“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-Mu dengan hikmah” (16 : 125)4

2 Abdul Rahman Shalih Abdullah, Landasan dan Tujuan Pendidikan Menurut Al-Qur’an

Serta Implementasinya, Alih Bahasa M.D. Dahlan, Cet. 1, (Bandung : CV. Diponegoro, 1991), hlm. 56.

3 Asy-Syarif Ali Ibn Muhammad Al-Jurnaji, Kitab At-Ta’rif, (Beirut : Dar Al-Kutub Al-Ilmiah, t.th.), hlm. 91.

4 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Jakarta : Proyek Pengadaan Kitab Suci Al-Qur’an , 1992), hlm. 421.

Page 3: BAB I PENDAHULUAN - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/31/jtptiain-gdl-s1... · menyatakan bahwa hikmah memberikan kontribusi dalam memenuhi dimensi

3

yang dimaksud hikmah dalam ayat ini adalah perkataan yang tegas dan benar

yang dapat membedakan antara yang baik dan yang bathil.

Hikmah juga mengandung arti mengajarkan halal dan haram. Ia

mengandung ilmu hakekat sesuatu apa yang diperkuat dengan ilmu

pengetahuan. Ia juga membicarakan ilmu dan metodenya.5 Muhammad

Rasyid Ridha dalam tafsir Al-Manar mengatakan hikmah ialah ilmu yang

shahih yang akan menimbulkan kehendak untuk berbuat yang bermanfaat

karena padanya terhadap pandangan dan paham yang mendalam tentang

hukum-hukum dan rahasia-rahasia persoalan.6 Sehingga hikmah dapat

dimengerti oleh orang-orang yang menggunakan akal pikiran. Sebagai

“ibrah”.7

Al-Jurjawi mengatakan ada empat unsur penting yang terkandung

dalam hikmah:

1. Mengenal Allah dan meng-esakan serta memuliakan dengan sifat-sifat

kesempurnaan, sifat wajib dan mustahil.

2. Bagaimana cara beribadat, memuliakan dan mensyukuri nikmat yang

telah dijanjikannya.

3. Mengetahui perintah dan larangan, serta mencegah dari yang mungkar

memasukkan ke adab yang mulia, menampakkan akhlak dhahir

(istimewa) serta meningkatkan derajat yang baik, memelihara amanah

dan sabar.

4. Menghentikan orang yang melampaui batas dari hukum-hukum Allah

dengan menempatkan hukum-hukum yang telah ditetapkan dalam

muamalat.8

5 Asy-Syarif Ali Ibn Muhammad Al-Jurnaji, Ibid.

6 Muhammad Rasyid Ridha, Tafsir Al-Manar, Juz III, (Beirut : Dar Al-Ma’arif, t.th.), hlm. 75.

7 Lihat Q.S. Yusuf : 111. 8 Asy-Syech Ali Ahmad Al-Jarjawi, Hikmah At-Tasyri’ Wafalasa Fatuna, Juz I, (Beirut :

Dar Al-Fikr, t.th.), hlm. 7.

Page 4: BAB I PENDAHULUAN - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/31/jtptiain-gdl-s1... · menyatakan bahwa hikmah memberikan kontribusi dalam memenuhi dimensi

4

Hikmah juga bertujuan menjelaskan dan memaparkan ayat-ayat untuk

menunjukkan kebenaran Tuhan dan ke-Esaan-Nya serta mendorong manusia

seluruhnya serta mendorong observasi dan penelitian demi lebih menguatkan

iman dan kepercayaan kepada-Nya.9 Al-Qur’an telah memberikan penjelasan

segala hal yang berhubungan dengan tujuan-tujuan pokok Al-Qur’an yaitu

masalah akidah, syari’ah, dan akhlak. Ia mencakup segala ilmu pengetahuan.

Adapun tujuan percikan hikmah adalah untuk membentuk akhlak dan moral

dalam segala aspek, melanggengkan masyarakat, merapikan hubungan

muamalah, menata hubungan antara sesama dalam berbagai perkara terutama

yang bersifat material, dan menengakkan disiplin. Disamping memelihara

kelanggengan masyarakat, juga merealisasikan niai-nilai luhur dalam

kehidupan masyarakat, mengangkat derajat kemanusiaan yang luhur serta

memelihara nilai-nilai akhlak.

Berangkat dari sini,maka hikmah menentukan adanya pertimbangan

batin pada umat manusia, disamping pertimbangan lahir. Hikmah dalam arti

ibadah mengandung tanggung jawab secara akhlak. Islam tidak mengenal

atau memisahkan akhlak dari penerapan hikmah. Islam tidak memisahkan

hubungan politik, sosial, budaya pergaulan hidup dan pendidikan.

Hikmah artinya pengetahuan tentang hal-hal yang dibalik kenyataan.

Hikmah juga berarti kebijaksanaan, pandai meletakkan sesuatu pada

tempatnya sehingga segalanya dapat berjalan lancar dan berhasil. Ahli

hikmah itu bisa dinamakan ahli pikir atau ahli filsafat.10

Jika dikaitkan, maka antara ilmu dan hikmah sangat erat sehingga

dapat dikatakan, bahwa ilmu tanpa hikmah adalah dangkal dan hikmah tanpa

ilmu adalam hampa.

Al-Qur’an adalah sumber hikmah, siapa yang mampu menggali

hikmah dalam Al-Qur’an, maka orang itu amat berutung karena disamping ia

telah membacakan ayat-ayat Al-Qur’an, juga mengajarkan ilmu dan hikmah.

9 M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an, Cet. 9, (Bandung : Mizan, 1995), hlm. 51.

10 Fachruddin, Ensiklopedia Al-Qur’an, Cet. 1, (Jakarta : PT. Rineka Cipta, 1992), hlm. 441.

Page 5: BAB I PENDAHULUAN - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/31/jtptiain-gdl-s1... · menyatakan bahwa hikmah memberikan kontribusi dalam memenuhi dimensi

5

Mengingat semua itu, maka penulis memperkenalkan beberapa segi

hikmah-hikmah dalam Al-Qur’an apabila dikaitkan dengan pendidikan Islam.

Hikmah dalam pendidikan sebagaimana yang dikehendaki Allah dalam Al-

Qur’an yang menyatakan keterangan (burhan) yang kuat dalam menimbulkan

keyakinan, misalnya ilmu ketuhanan yang membahas semua wujud dan hal-

hal yang terjadi padanya sebagai (wujud). Juga membahas prinsip-prinsip

burhan dalam ilmu dan teori juz’iyyah bagian-bagian (particular), yaitu ilmu

yang berdiri sendiri karena penelitiannya tentang wujud tertentuseperti ilmu

logika (al-mantiq), ilmu ukur, matematika, dan juz’iyyah lainnya yang

membentuk keseluruhan ilmu-ilmu tersebut.11 Selain itu, dalam Al-Qur’an

Allah banyak menyebutkan ayat-ayat yang mengajarkan tentang hikmah,

misalnya :

Allamal Qur’an ; Allah telah mengajarkan Al-Qur’an (55:2)12 pandai

berbicara 13 Allamul bayah ; mengajarkan kepada mereka, Wayuallimuhul

kitaba wal hikmah ; dan mengajarkan kitab dan hikmah (62:2)14

Di sini dapat dicontohkan, dalam Al-Qur’an menyebutkan ilmu-ilmu

hikmah yang diajarkan, misalnya kepada Luqman:

هللا ومن يشكر فإنما تشكر لنفسه ومن آفر ولقد أتي نا لقمان الحكمة ان اشكر 15 ) ١٢ :لقمان( فإنمااهللا غني حميد

Artinya: “Sesungguhnya kami telah memberikan hikmah kepada Luqman; syukur lah kepada Allah! Siapa yang bersyukur, sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya, dan siapa yang toidak bersyukur, sesungguhnya Allah Maha Kaya dan Terpuji” (Q.S.Luqman/31:12)

Maka dalam pendidikan diperlukan hikmah kebijakan supaya tujuan

berhasil dengan baik, diperlukan dengan jalan nasehat, dan bertukar pikiran

dengan cara yang baik. Sehingga pendidikan Islam sebagai proses

11 Nurchalis Madjid, Khazanah Intelektual Muslim, (Jakarta : Bulan Bintang, 1985), hlm.

121. 12 Depag RI, Op.Cit., hlm. 885. 13 Ibid. 14 Ibid., hlm. 932.

Page 6: BAB I PENDAHULUAN - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/31/jtptiain-gdl-s1... · menyatakan bahwa hikmah memberikan kontribusi dalam memenuhi dimensi

6

penyampaian informasi dalam rangka pembentukan insan yang beriman dan

bertakwa agar mampu menyadarkan manusia tentang kedudukan, tugas dan

fungsinya di dunia ini dengan memelihara hubungan dengan Allah, dirinya

sendiri, masyarakat dan alam sekitarnya.

B. Pokok Permasalahan

Pembicaraan dalam tulisan ini hanya pada konsep hikmah menurut

Al-Qur’an, yaitu bagaimana petunjuk dan keterangan yang dinyatakan oleh

Al-Qur’an dengan kata-kata hikmah. Untuk itu, masalah pokok yang akan

dibahas adalah bagaimana konse hikmah menurut Al-Qur’an? Pokok masalah

ini dapat dirumuskan dalam beberapa sub masalah berikut:

1. Bagaimana hakekat hikmah menurut Al-Qur’an ?

2. Bagaimana implementasi hikmah dalam Al-Qur’an dalam pendidikan

Islam ?

C. Tujuan Penelitian

Dengan rumusan dan permasalahan di atas, maka penelitian ini

bertujuan untuk dapat mengetahui sejauh manakah hakekat hikmah dalam Al-

Qur’an sebagai metode yang paling tepat dalam pendidikan Islam.

Dengan harapan dapat mengetahui makna yang dalam dari segala

aspek kehidupan, khususnya bagi umat Islam. Maksud mengetahui implikasi

hikmah dalam pendidikan untuk mencapai universalitas, adalah melalui

pandangan yang luas, cerdik, dan mengetahui pelaksanaan pengetahuan atau

pengetahuan yang disertai dengan tindakan yang baik.

D. Penegasan Istilah

1. Al-Hikmah

Istilah hikmah berasal dari kata hakama, yahkumu, hikmatan, yang

artinya kebijaksanaan.16

15 Ibid., hlm. 654. 16 Ahmad Warson Munawir, Al-Munawir: Kamus Arab Indonesia, (Yogyakarta : Unit

Pengadaan Buku-Buku Ilmiah, Keagamaan Pondok Pesantren Al-Munawir, 1984), hlm.378.

Page 7: BAB I PENDAHULUAN - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/31/jtptiain-gdl-s1... · menyatakan bahwa hikmah memberikan kontribusi dalam memenuhi dimensi

7

Dari kata tersebut kemudian mendasari suatu gagasan yang umum

mengandung arti atau makna yang dalam, manfaat, wejangan yang penuh

hikmah. Istilah hikmah itu berarti ilmu tentang hakekat sesuatu, tentang

faedah dan manfaat yang terkandung didalamnya, yang membangkitkan

orang untuk berusaha mengerjakannya.17

Jadi dalam hal ini hikmah itu merupakan upaya memperkuat

pernyataan yang akan menggunakan argumentasi dan tujuan tertentu.

2. Al-Qur’an

Istilah Al-Qur’an menurut bahasa ialah bacaan atau yang dibaca.

Kata Al-Qur’an adalah sighat masdar dari qa-ra-a yang diartikan dengan

isim maf’ul yaitu “maqru” artinya yang dibaca.18 Menurut Dr. Dawud Al-

Attas dalam kitabnya mu’jaz ulum Al-Qur’an, bahwa menurut bahasa, Al-

Qur’an berarti sesuatu yang dibaca, menumpulkan dan nama kitab Allah

SWT.19

Istilah Al-Qur’an di sini ialah nama kitab Allah. Al-Qur’an adalah

nama kitab Allah sebenarnya, yang dijadikan obyek penelitian. Dari uraian

diatas, maka maksud dari judul ini adalah gambaran yang bersifat umum

dan komprehensif mengenai hakikat hikmah menurut Al-Qur’an dengan

sudut pandang pendidikan.

3. Pendidikan Islam

Menurut M. Yusuf Al-Qardhawi memberikan pengertian, bahwa

pendidikan Islam adalah pendidikan manusia seutuhnya akal dan hatinya,

rohani dan jasmaninya, akhlak dan ketrampilannya, karena itu pendidikan

Islam menyiapkan manusia untuk hidup baik dalam keadan damai maupun

17 Tabib Mz dan Maftuh Ahnan, Keunggulan Syari’at Islam, (CV. Bintang Pelajar, t.th.),

hlm. 129. 18 Dawud Al-Attas, Perspektif Baru Ilmu Al-Qur’an, Alih Bahasa Afif Muhammad Dan

Ahsin Muhammad, Cet. 1, (Bandung : Pustaka, 1994), hlm. 18. 19 Ibid., hlm. 19.

Page 8: BAB I PENDAHULUAN - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/31/jtptiain-gdl-s1... · menyatakan bahwa hikmah memberikan kontribusi dalam memenuhi dimensi

8

perang, dan menyiapkannya untuk menghadapi masyarakat dengan segala

kebaikan dan kejahatannya, manis dan pahitnya.20

Sementara itu, Endang Syaifuddin Ansori merumuskan pendidikan

Islam sebagai sesuatu proses bimbingan (pimpinan, tuntunan, usulan) oleh

subyek didik terhadap perkembangan jiwa (pikiran, perasaan,

kemauan,intuisi, dan lain sebagainya) dan raga obyek didik dengan bahan-

bahan materi tertentu dan dengan alat pelengkap yang ada ke arah

terciptanya pribadi tertentu disertai evaluasi sesuai dengan ajaran Islam.21

Di sini pendidikan Islam dapat diartikan sebagai studi proses

tentang kependidikan dimana terjadi ketika adanya proses belajar mengajar

yang dapat diaplikasikan ketika guru mengajar.

E. Tinjauan Pustaka

Dalam istilah hikmah yang ada dalam Al-Qur’an dan kitab-kitab tafsir

sebagi sumber utama, khususnya dalam kitab Al-Qur’an yang menjadi obyek

penelitian, yang membahas tentang hikmah, antara lain:

H.A.R. Gibb and J.H. Kramers dalam bukunya Shorter encyclo paedo

of Islam, menjelaskan bahwa “hukm (a) plural ahkam, primarily, the

infinitive of hakama, and so “restraining” like hikmah”.22

(Hukum bentuk jama’ dari ahkam, infenitif terutama dari hakama, dan

juga menunjukkan “perintah” suka hikmah).

B. Lweis U.L. Pellat and J. Scharcht, dalam bukunya The

Encyelopedia Of Islam, menyebutkan “hikma, wisdom, but also science and

philosophy.23

20 Yususf Al-Qardhawi, Pendidikan Islam dan Madrasah Hasan Al-Banna, Terj. Bustami,

A.Gami dan Zainal Abidin Ahmad, (Jakarta : Bulan Bintang, 1980) hlm. 39. 21 Endang Syaifudin Ansori, Pokok-Pokok Pikiran Tentang Islam, (Jakarta : Usaha

Interprises, 1976) hlm. 184. 22 H.A.R. Gibb and J.H. Kramers, Shorter Encyclopaedia Of Islam, (New York : Leiden,

1991). 23 B. Lweis U.L. Pellat and J. Scharcht, The Encyelopedia Of Islam, (London : 1971).

Page 9: BAB I PENDAHULUAN - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/31/jtptiain-gdl-s1... · menyatakan bahwa hikmah memberikan kontribusi dalam memenuhi dimensi

9

(Hikmah berarti kebijaksanaan, tetapi ada juga yang mengartikan ilmu

pengetahuan dan filsafat).

DR. Nashir Bin Sulaiman Al-Umur dalam bukunya Al-Hikmah,

menjelaskan bahwa hikmah telah banyak dilecehkan oleh orang-orang

tertentu dan orang-orang awam. Orang-orang tertentu tersebut para penuntut

ilmu. Diantara mereka ada yang memiliki hikmah, dan yang mengatakan

bahwa semua perbuatannya bertolak dari hikmah, padahal hanya sedikit saja

yang benar-benar demikian.24

Asy-Syekh Ali Ahmad Al-Jurjani dalam bukunya Hikmah At-Tasyri

Wa Falasafatuha yang menjelaskan bahwa hikmah secara balaghah itu adalah

keutamaan yang utama.25

Buku-buku tersebuit masih bersifat umum mengenai hikmah, dan

masih merupakan berbagai pandangan. Untuk itu penulis mengambil secara

khusus dalam Al-Qur’an dan implikasinya terhadap pendidikan Islam.

F. Metode Penelitian

Penelitian ini bersifat kepustakaan karena datanya terdiri atas buku-

buku yang ada hubungannya langsung atau tidak langsung dengan

pembahasan materi.26 Selain itu juga mengambil sumber dari kitab-kitab

tafsir yang menyinggung hikmah dalam tafsirnya terhadap ayat-ayat Al-

Qur’an.

Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Metode pengumpulan data

Dalam pengumpulan data ini diambil dari sumber-sumber sebagai

berikut :

24 Amir Hamzah Fachruddin, Al-Hikmah, Alih Bahasa Nashir Bin Sulaiman Al-Umar, Cet

1, (Bandung : Pustaka Hidayah, 1995) hlm. 25 Asy-Syekh Ali Ahmad Al-Jurjani, Hikmah At-Tasyri Wa Falasafatuha, (Beirut : Dar Al-

Fikr t.th.), hlm. 26 Sutrisno Hadi, Metodologi Research, Jilid. I, (Yogyakarta : UGM, 1987) hlm. 8.

Page 10: BAB I PENDAHULUAN - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/31/jtptiain-gdl-s1... · menyatakan bahwa hikmah memberikan kontribusi dalam memenuhi dimensi

10

a. Sumber primer

Sumber primer merupakan sumber pokok yang diperoleh melalui buku-

buku Tafsir Al-Qur'an yang didukung dengan hadits yang relevan.

b. Sumber sekunder

Sumber sekunder merupakan sumber yang dijadikan alat bantu dalam

menganalisa masalah-masalah yang muncul. Yakni dengan buku-buku

hikmah filsafat pendidikan Islam dan beberapa buku keislaman yang

relevan.

2. Metode analisa data

a. Metode tematik atau maudhu’i

Metode tematik adalah membahas ayat-ayat Al-Qur’an yang

sesuai dengan tema atau judul yang telah ditetapka. Semua ayat yang

berkaitan dihimpun kemudian dikaji secara mendalam dan tuntas dari

berbagai aspek yag terkait dengannya, semua dijelaskan dengan rinci

dan tuntas, serta didukung oleh dalil-dalil atau fakta yang tepat dan

dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah, baik argumentasi itu

berasal dari Al-Qur’an maupun hadits.27

Adapun langkah-langkah atau cara kerja metode Tafsir

maudhu’i ini dapat dirinci sebagai berikut :

1. Memilih atau menentapkan masalah Al-Qur’an yang dikaji secara

maudhu’iy (tematik)

2. Melacak dan menghimpun ayat-ayat yang berkaitan dengan masalah

yang telah ditetapkan, ayat makiyah dan madaniyah.

3. Menyusun ayat-ayat tersebut secara runtut menurut kronologi masa

kurunnya, disertai pengetahuan mengenai latar belakang turunnya

ayat atau Asbab Al-Nuzul.

4. Mengetahui korelasi (munasab) ayat-ayat tersebut didalam masing-

masing suratnya.

27 Nasrudin Baidan, Metodologi Penafsiran Al-Qur’an, Cet. 1, (Yogyakarta : Pustaka

Pelajar, 1998), hlm. 151.

Page 11: BAB I PENDAHULUAN - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/31/jtptiain-gdl-s1... · menyatakan bahwa hikmah memberikan kontribusi dalam memenuhi dimensi

11

5. Menyusun tema bahasa didalam kerangka yang pas, sistematis,

sempurna, dan utuh (outline).

6. Melengkapi perubahan dan uraian dengan hadits, bila dipandang

perlu, sehingga pembahasan menjadi semakin sempurna dan

semakin jelas.

7. Mempelajari ayat-ayat tersebut secara tematik dan menyeluruh

dengan cara menghimpun ayat-ayat yang mengandung pengertian

serupa.28

b. Metode content analysis

Content analysis merupakan analisis ilmiah tentang isi pesan

suatu komunikasi. Secara teknis content analysis mencakup upaya:

1. Klarifikasi tanda-tanda yang dipakai dalam komunikasi

2. Menggunakan kriteria sebagai dasar klarifikasi

3. Menggunakan teknis analisis tertentu sebagai pembuat prediksi.29

c. Metode komparasi

Metode komparasi atau muqorrin dengan membandingkan ayat-

ayat Al-Qur'an yang mempunyai persamaan atau kemiripan redaksi

yang berbicara tentang masalah atau kasus yang berbeda bagi kasus

atau masalah yang diduga sama.30

3. Metode berfikir

1. Pola pikir deduktif adalah proses pendekatan yang berangkat dari

kebenaran umum mengenai sesuatu fenomena (teori) dan

menggeneralisirkan kebenaran tersebut pada suatu peristiwa atau data

tertentu yang berciri sama dengan fenomena yang bersangkutan

(prediksi).31

28 Abdul Al-Hayy Al-Farmawi, Metode Tafsir Mawdhu’iy: Suatu Pengantar, Alih Bahasa

Suryan A. Jamroh, Cet. 2, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 1996), hlm. 45. 29 Noeng Muhadjir, Metodologi Penelitian Kualitatif, Cet. 3, (Yogyakarta: Raike Sarasin,

1996), hlm. 99. 30 M. Quraish Shihab, Op.Cit., hlm. 118

31 Saifuddin Azwar, Metode Penelitian, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset, 1998), hlm. 46.

Page 12: BAB I PENDAHULUAN - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/31/jtptiain-gdl-s1... · menyatakan bahwa hikmah memberikan kontribusi dalam memenuhi dimensi

12

2. Pola pikir induktif adalah proses logika yang berangkat dari data

empirik lewat observasi menuju kepada suatu teori.32 Atau dengan kata

lain yaitu proses pendekatan yang berangkat dari kebenaran khusus

kemudian menuju kepada hal-hal yang bersifat umum.

Dengan menggunakan kedua metode berfikir tersebut, dapat

digunakan untuk menyimpulkan pandapat mengenai al-Hikmah, baik dari

mufassir danpara ulama, kemudian membandingkan yangsatu dengan yang

lain kemudian dicarikan kesimpulan akhirnya.

Disini peneliti hanya menggunakan satu metode, dari satu metode

tersebut yang diteliti cuma kata yang berbunyi kata hikmah yang ada dalam

al-Qur`an. Kemudian dari beberapa kata tersebut penulis mengambil beberapa

tafsiran yang ada. Untuk kemudian dapat digunakan sebagai dasar

pertimbangan dalam memahami kata hikmah itu sendiri.

G. Sistematika Penulisan

Bab I : Pendahuluan yang terdiri dari, latar belakang masalah, pokok

masalah, tujuan penelitian, penjelasan istilah kunci, tinjauan

pustaka, metodologi penulisan, dan sistematika penulisan.

Bab II : Hubungan al-hikmah dan pendidikan Islam yang meliputi

pengertian hikmah, pengertian pendidikan Islam, dan hikmah

dalam pendidikan Islam.

Bab III : Konsep hikmah dalam Al-Qur’an yang terdiri dari hikmah dalam

Al-Qur’an, term-term hikmah dalam Al-Qur’an, hikmah dan

hubungannya dengan ilmu-ilmu lainnya.

Bab IV : Implementasi al-hikmah dalam Al-Qur’an terhadap pendidikan

Islam yang meliputi hikmah dalam metode pendidikan Islam

implikasi, mendidik dengan hikmah, dan contoh pendidikan

hikmah dalam Al-Qur’an.

Bab V : Penutup yang terdiri dari kesimpulan, dan kata penutup.

32 Ibid.