bab i pendahuluan a. latar belakang · pdf filemakalah ini terdiri dari tiga bab, yaitu: bab...

16
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Alquran adalah pedoman hidup bagi manusia yang menghendaki kebahagiaan, baik di dunia lebih-lebih lagi di akhirat. Seluruh ajaran Islam pada prinsipnya telah tertuang dalam kitab suci ini. Isinya sangat universal, sesuai untuk segala zaman dan makan. Namun demikian, pemahaman terhadap isi yang dikandungnya tidaklah semudah orang memahami isi bacaan kitab-kitab atau buku-buku selainnya. Oleh karena itu, bagi yang ingin memahaminya secara lebih mendalam sangat diharuskan memiliki metode-metode yang relevan dan tepat untuk memahaminya. Sehingga pesan Ilahi itu dapat dicerna secara lebih baik dan dapat diamalkan dalam hidup dan kehidupan manusia. Hal ini tentu saja sangat penting artinya bagi manusia karena tujuan utama diturunkanya kitab suci tersebut adalah untuk menentukan kehidupan manusia ke jalan yang benar yang berujung pada tercapainya kebahagiaan di dunia dan akhirat. Karena, tujuan utama diturunkanya Alquran adalah sebagai petunjuk bagi manusia dan sebagai pembeda antara yang hak dan yang bathil. Kalau pada masa Rasulullah saw., para sahabat menanyakan persoalan-persoalan yang tidak jelas kepada Rasulullah saw., maka setelah wafatnya mereka harus melakukan ijtihad, khususnya mereka yang mempunyai kemampuan, seperti Ali bin Abi Thalib 1 dan yang lainya. 1 Sahabat-sahabat yang terkemuka dalam bidang ilmu tafsir ada 10 orang. Yaitu: 1. Abu Bakar Ash Shidiq, 2. `Umar Al Faruq, 3. `Utsman Dzun Nurain, 4. `Ali Bin Abi Thalib, 5. `Abdullah ibn Mas`ud, 6. `Abdullah ibn `Abbas, 7. Zaid bin Tsabit, 9. Abu Musa Al Asy`ary, 10. `Abdullah ibn Zubair. Kalangan khulafa yang paling banyak diterima tafsirnya ialah: `Ali ibn Abi Thalib, dan dari kalangan bukan khulafa, ialah: Ibn `Abbas, `Abdullah ibn mas`ud, dan Ubay ibn Ka`ab. Lihat M. Hasbi Ash Shiddieqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu Al-Qur’an/Tafsir, (Jakarta: Bulan Bintang, 1994), hlm. 213-214. Abu Bakar Ash Shidiq, 2. `Umar Al Faruq, 3. `Utsman Dzun Nurain, 4. `Ali Bin Abi Thalib, 5. `Abdullah ibn Mas`ud, 6. `Abdullah ibn `Abbas, 7. Zaid bin Tsabit, 9. Abu Musa Al

Upload: truongbao

Post on 31-Jan-2018

226 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Alquran adalah pedoman hidup bagi manusia yang menghendaki

kebahagiaan, baik di dunia lebih-lebih lagi di akhirat. Seluruh ajaran Islam

pada prinsipnya telah tertuang dalam kitab suci ini. Isinya sangat universal,

sesuai untuk segala zaman dan makan. Namun demikian, pemahaman

terhadap isi yang dikandungnya tidaklah semudah orang memahami isi

bacaan kitab-kitab atau buku-buku selainnya. Oleh karena itu, bagi yang

ingin memahaminya secara lebih mendalam sangat diharuskan memiliki

metode-metode yang relevan dan tepat untuk memahaminya. Sehingga

pesan Ilahi itu dapat dicerna secara lebih baik dan dapat diamalkan dalam

hidup dan kehidupan manusia.

Hal ini tentu saja sangat penting artinya bagi manusia karena tujuan

utama diturunkanya kitab suci tersebut adalah untuk menentukan kehidupan

manusia ke jalan yang benar yang berujung pada tercapainya kebahagiaan di

dunia dan akhirat. Karena, tujuan utama diturunkanya Alquran adalah

sebagai petunjuk bagi manusia dan sebagai pembeda antara yang hak dan

yang bathil.

Kalau pada masa Rasulullah saw., para sahabat menanyakan

persoalan-persoalan yang tidak jelas kepada Rasulullah saw., maka setelah

wafatnya mereka harus melakukan ijtihad, khususnya mereka yang

mempunyai kemampuan, seperti Ali bin Abi Thalib1 dan yang lainya.

1Sahabat-sahabat yang terkemuka dalam bidang ilmu tafsir ada 10 orang. Yaitu: 1.

Abu Bakar Ash Shidiq, 2. `Umar Al Faruq, 3. `Utsman Dzun Nurain, 4. `Ali Bin Abi

Thalib, 5. `Abdullah ibn Mas`ud, 6. `Abdullah ibn `Abbas, 7. Zaid bin Tsabit, 9. Abu Musa

Al Asy`ary, 10. `Abdullah ibn Zubair. Kalangan khulafa yang paling banyak diterima

tafsirnya ialah: `Ali ibn Abi Thalib, dan dari kalangan bukan khulafa, ialah: Ibn `Abbas,

`Abdullah ibn mas`ud, dan Ubay ibn Ka`ab. Lihat M. Hasbi Ash Shiddieqy, Sejarah dan

Pengantar Ilmu Al-Qur’an/Tafsir, (Jakarta: Bulan Bintang, 1994), hlm. 213-214. Abu

Bakar Ash Shidiq, 2. `Umar Al Faruq, 3. `Utsman Dzun Nurain, 4. `Ali Bin Abi Thalib, 5.

`Abdullah ibn Mas`ud, 6. `Abdullah ibn `Abbas, 7. Zaid bin Tsabit, 9. Abu Musa Al

2

Namun redaksi ayat-ayat Alquran, sebagaimana setiap redaksi yang

diucapkan atau ditulis, tidak dapat dijangkau maksudnya secara pasti,

keculai oleh pemilik redaksi tersebut. Hal ini kemudian menimbulkan

keanekaragaman penafsiran, tidak terkecuali para sahabat Nabi yang secara

umum menyaksikan turunya wahyu, mengetahui konteksnya, serta

memahami secara alamiah struktur bahasa dan arti kosakatanya, tidak jarang

berbeda pendapat atau bahkan keliru dalam memahami maksud firman-

firman Allah yang mereka dengar atau mereka baca.

Dalam rangka penafisran ayat-ayat Alquran dengan tujuan untuk

memahami maksud redaksi tersebut tak jarang dilakukan penakwilan

terhadap ayat-ayat yang tidak mampu dipahami dengan penafsiaran. Dengan

demikian, betapa pentingnya aspek penafsiran dan penakwilan ayat-ayat

Alquran, lalu apa pengertian tafsir dan takwil secara bahasa dan istilah,

perbedaan tafsir dan takwil, serta respon ulama tentangnya.

B. Fokus Penulisan

1. Apa makna tafsir dan takwil, ditinjau secara bahasa dan istilah?

2. Apa persamaan tafsir dan takwil?

3. Apa perbedaan tafsir dan takwil?

4. Bagaimana respon ulama mengenai, tafsir dan takwil?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mendeskripsikan makna tafsir dan takwil, secara bahasa dan istilah.

2. Untuk mendeskripsikan persamaan tafsir dan takwil.

3. Untuk mendeskripsikan perbedaan tafsir dan takwil.

4. Untuk mendeskripsikan respon ulama mengenai, tafsir dan takwil.

Asy`ary, 10. `Abdullah ibn Zubair. Kalangan khulafa yang paling banyak diterima tafsirnya

ialah: `Ali ibn Abi Thalib, dan dari kalangan bukan khulafa, ialah: Ibn `Abbas, `Abdullah

ibn mas`ud, dan Ubay ibn Ka`ab. Lihat M. Hasbi Ash Shiddieqy, Sejarah dan Pengantar

Ilmu Al-Qur’an/Tafsir, (Jakarta: Bulan Bintang, 1994), hlm. 213-214.

3

D. Manfaat Penulisan

Penulisan ini diharapkan bermanfaat, serta mampu memberikan

kontribusi terhadap penguasaan mata kuliah studi Alquran.

Hasil penulisan yang dilakukan ini diharapkan memiliki kegunaan

sebagai berikut:

1. Memberikan gambaran serta masukan terhadap calon magister pendidikan

guru madrasah ibtida’iyah seputar pembahasan studi Alquran.

2. Hasil penulisan ini dapat dijadikan acuan bagi penulis berikutnya yang

ingin melanjutkan pembahasan mendalam untuk memperoleh

perbandingan sehingga memperkaya hasil penulisan.

E. Sistematika Penulisan

Makalah ini terdiri dari tiga bab, yaitu:

Bab ke-satu pendahuluan, terdiri dari: latar belakang, fokus penulisan, tujuan

penulisan, manfaat penulisan, dan sistematika penulisan.

Bab ke-dua pembahasan, terdiri dari: makna takwil dan tafsir secara bahasa

dan istilah, persamaan dan perbedaan tafsir dan takwil, serta respon ulama.

Bab ke-tiga penutup, terdiri dari: kesimpulan dan saran.

4

BAB II

PEMBAHASAN

A. Makna Tafsir dan Takwil

1. Makna Tafsir

Makna tafsir secara bahasa adalah menjelaskan, menyingkap, dan

menampakkan atau menerangkan makna yang abstrak.2Tafsir juga

mengandung makna: “menjelaskan atau menerangkan3 keterangan sesuatu4

atau “tafsirah yaitu alat kedokteran yang dapat mengungkapkan penyakit

dari seorang pasien, maka tafsir ”dapat mengeluarkan makna yang

tersimpan dalam kandungan ayat-ayat Alquran.5

Kata tafsir di dalam Alquran disebutkan dalam surah Al-Furqan (25):

33,6 yang bermakna: penjelasan dan perincian. Maksudnya: setiap kali

mereka datang kepada nabi Muhammad s.a.w membawa suatu hal yang

aneh berupa usul dan kecaman, Allah menolaknya dengan suatu yang benar

dan nyata. Kata tafsir dalam Alquran di sandingakan dengan kata al-haq

yang berarti kebenaran eksak dan absolute. Menurut konteks ayat tersebut

kata tafsir merupakan penjelasan atau konfirmasi terhadap segala sesuatu

yang ganjil lagi aneh yang di sodorkan oleh orang inkar (kafir) kepada

Muhammad sebagai pembawa Alquran. Sehingga makna dari at-tafsir, ialah

penjelasan atau perincian-perincian tentang ayat-ayat Alquran.7

Jadi, tafsir secara bahasa adalah menyingkapkan, menjelaskan,

menerangkan, memberikan perincian atau menampakkan. Sehingga, proses

penafsiran adalah, menghilangkan kesamaran dan ketidakjelasan.8Suatu kata

2 Ahsin W. Al-Hafidz, Kamus Ilmu Al-qur’an, (Sumatra Utara: Amzah, 2005), hlm

17. 3 Rif’at Syauqi Nawawi dan Muhammad Ali Hasan, Pengantar Ilmu Tafsir,

(Jakarta: Bulan Bintang, 1988), hlm. 139. 4Nawawi, Pengantar…, hlm 139.

5 Nawawi, Pengantar…, hlm 139..

6

Tidaklah

orang-orang kafir itu datang kepadamu (membawa) sesuatu perumpamaan, melainkan Kami

datangkan kepadamu sesuatu yang benar dan yang paling baik penjelasannya. (QS 25:33)

7 Nasaruddin Umar, Metode Tafsir Ayat-Ayat Sains dan Sosial, (Jakarta: Amzah,

2007), hal. 47. 8 M. Baqir Hakim, Ulumul Qur`an, (Jakarta: Al-Huda, 2006), hlm. 322.

5

tidak dapat dikatakan telah mengalami proses penafsiran, kecuali jika terjadi

proses menjelaskan.9

Tafsir, secara istilah memiliki berbagai macam pendapat dalam

memaknainya, yaitu:

a. Abu Hayyan mengartikan tafsir adalah, ilmu yang membahas tentang

pengucapan lafal-lafal Alquran, tentang petunjuk-petunjuknya, dan

hukum-hukumnya baik ketika berdiri sendiri maupun ketika tersusun

serta hal-hal lain yang melengkapinya.10

b. Abu-Zarkasyy dalam Al Burhan mengemukakan bahwa tafsir adalah,

ilmu untuk memahami kitabullah yang di turunkan kepada nabi

Muhammad saw., menjelaskan makna-maknanya serta mengeluarkan

hukum dan hikmahnya.11

c. Tafsir menurut Al-Kilby dalam At-Tashiel adalah menjelaskan Alquran,

menerangkan maknanya dan menjelaskan apa yang dikehendaki nash,

isyarat atau tujuan.12

d. Menurut Syaikh Al-Jazairi tafsir pada hakikatnya adalah menjelaskan

kata yang sukar dipahami oleh pendengar sehingga berusaha

mengemukakan sinonimnya atau makna yang mendekatinya atau dengan

jalan dalalah (petunjuk).13

2. Makna Takwil

Lafazh takwil timbul beriringan dengan tafsir, dalam pembahasan

tentang Alquran, di kalangan ahli tafsir. Kedua kata tersebut menunjukkan

penjelasan tentang makna suatu lafazh tertentu dan berusaha mengungkap

makna di balik lafazh tersebut. “Seseorang menakwilkan suatu ucapan,

artinya ia merenungkanya, mengira-ngira, dan menafsirkanya.”14

Kata takwil diambil dari kata “aul”, yang bermakna kembali dan

berpaling. Ada juga yang mengatakan, diambil dari kata “ail” yang berarti

“memalingkan”, yakni: memalingkan ayat dari makna yang dhahir kepada

sesuatu makna yang dapat diterima olehnya.15

9 …, jika tidak terdiri dari kata yang masih samar dan belum jelas maknanya. Lihat

M. Baqir Hakim, Ulumul…, hlm. 322. 10

Nawawi, Pengantar…, hlm 144. 11

Ash Shiddieqy, Sejarah dan Pengantar …, hlm. 178. 12

Ash Shiddieqy, Sejarah dan Pengantar …, hlm. 178. 13

Ash Shiddieqy, Sejarah dan Pengantar …, hlm. 179. 14

Abdul Halim Hasan, Tafsir Al-Ahkam, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group,

2006), hlm. 337. 15

Ash Shiddieqy, Sejarah dan Pengantar …, hlm. 181.

4

6

Kata takwil terdapat dalam Alquran sebanyak tujuh kali, yaitu:

a. QS. Al-imron (3) : 7

b. QS. An-nisa’ (4) : 59

c. QS. Al-a’rof (7) : 52-53

d. QS. Yunus (10) : 39

e. QS. Yusuf (12) : 6

f. QS. Al-Isro’ (17) : 35

g. QS. Al-kahfi (18) : 78

Pendapat Masyhur, takwil berarti sama dengan tafsir, yaitu,

menjelaskan, dengan pengertian tersebut, kata takwil, dapat mempunyai arti:

a. Kembali atau mengembalikan, yakni mengembalikan pada proporsi yang

sesungguhnya.

b. Memalingkan, yakni memalingkan suatu lafazh tertentu yang mempunyai

sifat khusus dari makna lahir ke makna batin lafazh itu, karena ada

ketetapan dan keserasian dengan maksud yang dituju.

c. Menyiasati, yakni dalam lafazh tertentu ada kalimat-kalimat yang

mempunyai sifat khusus memerlukan siasat yang jitu untuk menemukan

maksudnya yang setepat-tepatnya.16

Imam Al-Ghazali, dalam Kitab Al-Mutashfa: “Sesungguhnya takwil

itu adalah ungkapan tentang pengambilan makna dari lafazh yang bersifat

probabilitas yang didukung oleh dalil dan menjadikan arti yang lebih kuat

dari makna yang ditujukan oleh lafazh zahir.”

As Said Al Jurjany, dalam At Ta’rifat : “Takwil, ialah: memalingkan

lafazh dari makna yang zahir kepada makna yang muhtamil, apabila makna

yang muhtamil itu tidak berlawanan dengan Alquran dan As Sunnah.”

Sebagian ulama, memaknai takwil, sebagai berikut17:

a. Takwil adalah, mengembalikan sesuatu kepada gayanya, yakni

menerangkan apa yang dimaksud dari padanya.

16

Nawawi, Pengantar Ilmu…, hlm. 144. 17

Ash Shiddieqy, Sejarah dan Pengantar …, hlm. 180.

7

b. Takwil ialah, menerangkan salah satu makna yang dapat diterima oleh

lafazh.

Sehingga tafsir, berarti, penjelasan terhadap makna lahiriah dari ayat

Alquran yang pengertiannya secara tegas menyatakan maksud yang

dikehendaki oleh Allah. Dan, menakwilkan Alquran adalah membelokkan

atau memalingkan lafazh-lafazh atau kalimat-kalimat yang yang ada dalam

Alquran dari makna lahirnya ke makna lainya, sehingga dengan cara

demikian pengertian yang diperoleh lebih cocok dan sesuai dengan jiwa

ajaran Alquran dan sunah Rasulullah saw.18

Para ahli tafsir mengatakan, secara umum ada kesesuaian antara dua

kata tersebut (tafsir dan takwil). Tapi, juga terlihat perbedaan dari keduanya.

Kedua kata tersebut, sama kedudukanya.19

2. Persamaan Tafsir dan Takwil

Pendapat ulama, mengenai persamaan tafsir dan takwil.

a. Abu ubaidan dan sekelompok ulama berpendapat bahwa tafsir dan takwil

adalah sama

b. Tafsir dan takwil, dengan segala pengertiannya, merupakan usaha sungguh-

sungguh untuk menemukan dan menjelaskan makna-makna atau kehendak

Allah dari firman-Nya.

c. Menurut Abdul Wahhab Khallaf, tafsir dam takwil memiliki persamaan,

yaitu sama-sama berusaha menjelaskan pesan-pesan yang dikehendaki

Allah.

d. Menurut Abu `Ubadah, tafsir dan takwil adalah sinonim. Pendapat inlah

yang masyhur di kalangan ulama klasik.

3. Perbedaan Tafsir dan Takwil

Maksud perbedaan di sini bukanlah perbedaan dalam arti paradoksal,

melainkan perbedaan dilihat dari segi spesifikasinya masing-masing, dan

perbedaan dari segi sifat-sifat keduanya.

Dalam “Manahilul Irfan Fi’Ulumi al-Qur’an” dijelaskan antara lain

“takwil dalam istilah para mufassirin, pengertianya diperselisihkan”.20Bahkan

ada yang berpendapat bahwa takwil itu sinonim dengan kata tafsir, karena

18

Abu Anwar, Ulumul Qur’an Sebuah Pengantar, (Pekanbaru: Amzah, 2005), hal. 97. 19

Abdul Halim Hasan, Tafsir…, hlm. 337-338. 20

Nawawi, Pengantar Ilmu…, hlm. 146.

8

dilihat dari segi tujuan keduanya tidak berbeda, yaitu menjelaskan makna ayat-

ayat Alquran.

Dalam hal ini sebagian ulama melihat ada perbedaan-perbedaan antara

keduanya, yaitu:

a. Tafsir berbeda dengan takwil, perbedaanya adalah pada ayat-ayat yang

menyangkut soal umum dan khusus, pengertian tafsir lebih umum dari pada

takwil, karena takwil berkenaan dengan ayat-ayat yang khusus, misalnya

ayat-ayat mutasyabihat. Jadi, mentakwilkan ayat-ayat yang mutasyabihat itu

termasuk tafsir, tetapi tidak setiap penafsiran ayat disebut takwil.

b. Tafsir adalah penjelasan lebih lanjut dari takwil, dan dalam tafsir sejauh

terdapat dalil-dalil yang dapat menguatkan penafsiran boleh dinyatakan:

“Demikianlah yang dikehendaki Allah”, sedangkan takwil hanya

menguatakan salah satu makna dari sejumlah kemungkinan makna yang

dimiliki ayat (lafazh) dan tidak boleh menyatakan: “Demikianlah yang

dikehendaki Allah swt.”

c. Tafsir menerangkan makna lafazh (ayat) melalui pendekatan riwayat,

sedangkan takwil melalui pendekatan dirayah (kemampuan ilmu) dan

berpikir rasional.

d. Tafsir menerangkan makna-makna yang diambil dari bentuk yang tersurat

(bil ibarah), sedangkan takwil adalah dari yang tersirat (bil isyarah).

e. Tafsir berhubungan dengan makna-makna ayat atau lafazh yang biasa-biasa

saja, sedangkan takwil berhubungan dengan makna-makna yang kudus.

f. Tafsir mengenai penjelasan maknanya telah diberikan oleh Alquran sendiri,

sedangkan takwil penjelasan maknanya diperoleh melalui istinbath

(penggalian) dengan memanfaatkan ilmu-ilmu alatnya.21

Pendapat yang membedakan tafsir dan takwil, secara umum dan khusus,

yaitu22:

a. Tafsir pembahasanya, lebih umum dari pada takwil. Karena, tafsir adalah,

penjelasan tentang suatu lafazh secara mutlak, lebih umum dari pada takwil,

yaitu, ia mencari makna yang bertentangan dengan makna zahir lafazh yang

dimaksud.

21

Ash-Shiddiqi, Sejarah dan Pengantar …, hlm. 185. 22

Hasan, Tafsir…, hlm. 337-338.

9

b. Takwil membahas setiap ucapan yang memiliki makna zahir, kemudian

makna tersebut dicari makna lainya.

Perbedaan Antara Tafsir Dan Takwil

No. Tafsir Takwil

1. Ar-Raghib Ashfahani: lebih umum

dan lebih banyak digunakan untuk

lafaz dan kosakata dalam kitab-

kitab yang diturunkan Allah dan

kitab-kitab lainnya

Ar-Raghib al-Asfahani: lebih banyak

dipergunakan makna dan kalimat

dalam kitab-kitab yang diturnkan

Allah saja

2. Menerangkan makna lafazh yang

tidak menerima selain dari satu arti.

Menetapkan makna yang dikehendaki

suatu lafazh yang dapat menerima

banyak makna karena didukung oleh

dalil

3. Al-Maturidi: menerangkan apa

yang dikehendaki ayat dan

menetapkan seperti yang

dikehendaki Allah

Menyeleksi salah satu makna yang

mungkin diterima oleh suatu ayat

tanpa meyakinkan bahwa itulah yang

dikehendaki Allah

4. Abu Thalib Atas-Tsalabi:

Menerangkan makna lafazh, baik

berupa hakikat atau majaz

Abu Thalib atas-Tsalabi: Menafsirkan

batin ayat

5. Manna Qaththan: tafsir apa yang

telah jelas dalam Kitab atau pasti

dalam sunnah yang shahih karena

maknanya jelas. Tafsir: apa yang

berhubungan dengan riwayat.

Sedangkan takwi adalah apa yang

disimpulkan ulama. Takwil adalah apa

yang berhubungan dengan dirayah.

6. Manna Qaththan: tafsir lebih

banyak dipergunakan dalam lafazh

dan mufradat.

Sedangkan takwil lebih banyak

dipakai dalam makna dan susunan

kalimat.

Sebuah keterangan menyebutkan, bahwa, seorang ahli tafsir memiliki

hukum yang pasti (qathi’), sedang ahli takwil memiliki hukum yang

berdasarkan pada pemilihan makna yang paling benar, dari kemungkinan-

kemungkinan yang ada.

10

Perbedaan antara keduanya dapat dipaparkan di bawah ini.

Tafsir, pemakaiannya banyak dalam lafazh-lafazh dan mufradat.

Jelas diterangkan dalam Alquran dan hadits-hadits sahih.

Banyak berhubungan dengan riwayat

Digunakan dalam ayat-ayat muhkamat (jelas)

Bersifat menerangkan petunjuk yang dikehendaki.

Takwil, pemakaiannya lebih banyak pada makna-makna dan susunan kalimat

Kebanyakan diistinbath oleh para ulama.

Banyak berhubungan dengan dirayat.

Digunakan dalam ayat-ayat mutasyabihat (tidak jelas)

Menerangkan hakikat yang dikehendaki.

4. Respon Ulama, Mengenai Tafsir dan Takwil23

a. Ar Raghib Al Asfahany: “Tafsir lebih umum dari takwil. Dia lebih banyak

dipakai mengenai kata-kata tunggal. Sedang takwil, lebih banyak dipakai

makna dan susunan kalimat.”

b. Al Maturidy: “Tafsir ialah, menetapkan apa yang dikehendaki oleh ayat

(lafaz) dan dengan sungguh-sungguh menetapkan, demikianlah yang

dikehendaki Allah. Maka, jika ada dalil yang membenarkan penetapan itu,

dipandanglah tafsir yang shahih. Kalau tidak, dipandanglah tafsir yang

berdasarkan yang tidak dibenarkan. Takwil ialah, mentarjihkan salah satu

makna yang mungkin diterima oleh ayat (lafazh), yakni salah satu

muhtamilat, dengan tidak meyakini bahwa, demikianlah yang sungguh-

sungguh dikehendaki Allah.”

c. Abu Thalib Ats tsa’laby: “Tafsir ialah, menerangkan makna lafazh, baik

makna hakikatnya, maupun makna majaznya. Takwil ialah, mentafsirkan

bathin lafazh. Jadi, tafsir bersifat menerangkan petunjuk yang dikehendaki,

sedang takwil menerangkan hakikat yang dikehendaki.”

d. Sebagian ulama menjelaskan: “Tafsir menerangkan makna lafazh yang tak

menerima selain dari satu arti. Sedangkan, takwil, menetapkan makna yang

dikehendaki oleh suatu tafazh yang dapat menerima banyak makna dan

susunan kalimat.”

23

Ash-Shiddiqi, Sejarah dan Pengantar …, hlm. 181-182.

11

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Al-Qur`an sebagai ”hudan-linnas” dan “hudan-lilmuttaqin”, maka untuk

memahami kandungan Alquran agar mudah diterapkan dalam pengamalan

hidup sehari-hari memerlukan pengetahuan dalam mengetahui arti atau

maknanya, tafsir, dan takwilnya sesuai dengan yang dicontohkan Rasulullah

saw., Sehingga kehendak tujuan ayat Alquran tersebut tepat sasarannya.

B. Saran

Demikianlah makalah yang berisikan tentang tafsir dan takwil. Makalah

inipun tak luput dari kesalahan dan kekurangan maupun target yang ingin

dicapai. Adapun kiranya terdapat kritik dan saran digunakan sebagai penunjang

pada makalah ini. Sehingga, penyusunan makalah berikutnya, akan lebih

sempurna.

11

12

DAFTAR PUSTAKA

Abu Anwar, Ulumul Qur’an Sebuah Pengantar, (Pekanbaru: Amzah, 2005).

Ahsin W. Al-Hafidz, Kamus Ilmu Al-qur’an, (Sumatra Utara: Amzah, 2005).

Abdul Halim Hasan, Tafsir Al-Ahkam, (Jakarta, Kencana Prenada Media Group,

2006).

M. Hasbi Ash Shiddieqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu Al-Qur’an/Tafsir,

(Jakarta: Bulan Bintang, 1994).

M. Baqir Hakim, Ulumul Qur`an, (Jakarta: Al-Huda, 2006).

Nasaruddin Umar, Metode Tafsir Ayat-Ayat Sains dan Sosial, (Jakarta: Amzah,

2007).

Rif’at Syauqi Nawawi dan Muhammad Ali Hasan, Pengantar Ilmu Tafsir,

(Jakarta: Bulan Bintang, 1988).

13

14

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah teruntuk Allah swt., atas seluruh rahmat dan

nikmatnya, sehingga makalah Tafsir Dan Takwil (Mengungkap Persamaan

Dan Perbedaan, Di Dalamnya) dapat hadir di kelas PGMI.

Uacapan terindah, berupa shalawat dan salam semoga senantiasa teruntuk

nabi Muhammad saw., karena melalui ucapan, perbuatan, contoh, bimbingan,

didikan, ajaran, dan perjuanganya umat manusia dapat diselamatkan dari

bahaya kehancuran kemanusiaan dan peradaban.

Sebagai hasil olah piker dari berbagai sumber yang di dalamnya tentu

memilki banyak kekurangan, baik secara referensi, bahasa penulisan, dan

penyampaian. Para pemakalah berikutnya ditantang untuk terus mengisi

berbagai ketaksempurnaan makalah ini.

Akhirnya, kepada Allah swt., jualah doa dipanjatkan, mudah-mudahan

usaha ini bermanfaat bagi pemahaman studi Alquran.

Malang, Sepetember 2011

Pemakalah,

Anis Fuadah Zuhri

ii

15

DAFTAR ISI

Halaman Judul ................................................................................................i

Kata Pengantar................................................................................................ii

Daftar Isi........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN....................................................................1

A. Latar Belakang......................................................................1

B. Fokus Penulisan.....................................................................2

C. Tujuan Penulisan....................................................................2

D. Manfaat Penulisan..................................................................2

E. Sistematika penulisan............................................................3

BAB II PEMBAHASAN........................................................................4

A. Makna Tafsir dan Takwil.......................................................4

B. Persamaan Tafsir dan Takwil.................................................7

C. Perbedaan Tafsir dan Takwil.................................................7

D. Respon Ulama.......................................................................10

BAB III PENUTUP.................................................................................11

A. Kesimpulan...........................................................................11

B. Saran.....................................................................................11

Daftar Pustaka..............................................................................................12

iii

16

Tafsir Dan Takwil

[Mengungkap Persamaan Dan Perbedaan, Di Dalamnya]

Disusun Untuk Memenuhi Tugas UAS Mata Kuliah Studi Alquran

[Edisi Revisi]

Dosen Pengampu:

AUNUR ROFIQ, LC., M.Ag, Ph.D

NIP. 19670928 200003 1 001

Oleh:

ANIS FUADAH ZUHRI

NIM. 11760029

PROGRAM STUDI

PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDA’IYAH (PGMI) A

PROGRAM PASCASARJANA

UIN MALIKI MALANG

2012

i