makna rukun iman dan makna rukun islam

25
MAKNA RUKUN IMAN DAN MAKNA RUKUN ISLAM A. Pembahasan 1. Rukun Iman a) Pengertian Rukun Iman Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pernah ditanya oleh Jibril ‘alaihissalam tentang iman, Beliau menjawab: َ نِ م ُ تَ وِ ر ِ خ آ الِ م و َ ي ل اَ وِ هِ لُ سُ رَ وِ هِ بُ تُ كَ وِ هِ بَ كِ آَ لَ مَ وِ َ ( اِ َ نِ م ُ ت نَ اِ هِ ( رَ . شَ وِ هِ ر يَ خِ رَ دَ ق ل اِ Artinya: “(Iman itu adalah) kamu beriman kepada Allah, malaikat- Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari akhir dan kamu beriman kepada qadar yang baik maupun yang buruk.” (HR. Muslim) Iman dalam Al-Qur’an maksudnya membenarkan dengan penuh Keyakinan bahwa Allah SWT mempunyai kitab-kitab yang diturunkan kepada hamba-hamba-Nya dengan kebenaran yang nyata dan petunjuk yang jelas. Dan bahwa-Nya Al-Qur’an adalah kalam Allah yang Ia firmankan dengan sebenarnya. Iman dalam Hadits maksudnya iman yang merupakan pembenaran batin. Rasullallah menyebutkan hal-hal lain sebagai iman, seperti akhlak

Upload: mursalin-azzam

Post on 18-Dec-2015

154 views

Category:

Documents


18 download

DESCRIPTION

Rukun Iman dan Rukun Islam

TRANSCRIPT

MAKNA RUKUN IMAN DAN MAKNA RUKUN ISLAM

A. Pembahasan1. Rukun Imana) Pengertian Rukun ImanRasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pernah ditanya oleh Jibril alaihissalam tentang iman, Beliau menjawab: Artinya: (Iman itu adalah) kamu beriman kepada Allah, malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari akhir dan kamu beriman kepada qadar yang baik maupun yang buruk. (HR. Muslim)

Iman dalam Al-Quran maksudnya membenarkan dengan penuh Keyakinan bahwa Allah SWT mempunyai kitab-kitab yang diturunkan kepada hamba-hamba-Nya dengan kebenaran yang nyata dan petunjuk yang jelas. Dan bahwa-Nya Al-Quran adalah kalam Allah yang Ia firmankan dengan sebenarnya.Iman dalam Hadits maksudnya iman yang merupakan pembenaran batin. Rasullallah menyebutkan hal-hal lain sebagai iman, seperti akhlak yang baik, bermurah hati, sabar, cinta Rasul, cinta sahabat, rasa malu dan sebagainya.b) Rukun Iman dan Hal-hal yang MembatalkanRukun Iman terdiri dari enam perkara:Hadits tentang iman Engkau beriman kedapa Allah, para malaikatNya, kitab-kitabNya, para rasulNya, kepada hari akhir dan engkau beriman kepada takdir, yang baik maupun yang buruk (HR. Al-Bukhari dan Muslim).Firman Allah SWT.

Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal. (QS. Ali-Imran: 190).

1. Iman kepada Allah SWTYaitu percaya kepada Allah, orang yang beriman kepada Allah akan mendapatkan ketengan jiwa yang muncul dari kalbu secara ikhlas. Adapun yang utama kita beriman kepada Allah yaitu kita menyakini bahwa tiada Tuhan selain Allah.Firman Allah SWT.

Adapun orang-orang yang beriman kepada Allah dan berpegang teguh kepada (agama)-Nya niscaya Allah akan memasukkan mereka ke dalam rahmat yang besar dari-Nya (surga) dan limpahan karunia-Nya. dan menunjuki mereka kepada jalan yang lurus (untuk sampai) kepada-Nya. (QS. An-Nisa:175).

2. Iman kepada para Malaikat Iman kepada malaikat adalah keyakinan yang kuat bahwa Allah memiliki malaikat-malaikat yang diciptakannya dari cahaya. Sebagaimana yang telah dijelaskan oleh Allah ,mereka adalah hamba Allah yang dimuliakan. Apapun yang Allah perintahkan mereka langsung melaksanakannnya. Mereka bertasbih siang malam tanpa henti. Mereka melaksanakan tugas masing-masing sesuai perintah Allah sebagaimana disebutkan dalam riwayat mutawatir dari nash-nash Al-Quran dan Al-Hadist. Jadi setiap pergerakan dilangit dan bumi berasal para malaikat yang ditugasi disana, sebagai pelaksanaan perintah Allah. Maka wajib mengimani secara tafshil (terperinci) , para malaikat yang namanya disebutkan oleh Allah, adapun yang belum disebutkan namanya wajib mengimani mereka secara ijmal (global).Pengertian MalaikatSecara etimologis kata Malaikah adalah bentuk jamak dari malak, berasal dari al-alukah artinya ar-risalah (missi atau pesan). Secara terminologis Malaikat adalah makhluk ghaib yang diciptakan oleh Allah SWT dari cahaya dengan wujud dan sifat-sifat tertentu. Jumlah Malaikat yang wajib kita tahu ada sepuluh dengan masing-masing tugas yang Allah berikan kepadanya.

3. Iman kepada Kitab-kitabYaitu meyakini dengan sebenarnya bahwa Allah memiliki kitab-kitab yang diturunkan kepada Nabi dan Rasul,yang benar-benar merupakan kalam (firman,ucapan)-Nya. Ia adalah cahaya dan petunjuk, apa yang dikandungnya adalah benar. Tidak ada yang mengetahui jumlahnya selain Allah. Wajib beriman secara ijmal, kecuali yang telah disebutkan namanya oleh Allah, maka wajib baginya mengimaninya secara tafshil, yaitu Taurat, Injil, Zabur, dan Al-Quran. Wajib pula melaksanakan berbagai perintah dan kewajiban serta menjauhi berbagai larangan yang terdapat didalamnya. Al-Quran merupakan tolak ukur kebenaran kitab-kitab terdahulu. Al-Quran adalah kalam Allah yang diturunkan dan bukan makhluk yang berasal dari-Nya dan akan kembali kepada-Nya.

4. Iman kepada para RasulSecara etimologis Nabi berasal dari na-ba artinya ditinggikan, atau dari kata na-ba-a artinya berita. Dalam hal ini seorang Nabi adalah seseorang yang ditinggikan derajatnya oleh Allah SWT. Dengan memberinya berita (wahyu). Sedangkan Rasul berasal dari kata ar-sa-la artinya mengutus. Setelah dibentuk menjadi Rasul berarti yang diutus. Dalam hal ini seorang Rasul adalah seorang yang diutus oleh Allah SWT. untuk menyampaikan misi, pesan (ar-risalah).Secara terminologis Nabi dan Rasul adalah manusia biasa, laki-laki, yang dipilih oleh Allah SWT. untuk menerima wahyu. Apabila tidak diiringi dengan kewajiban menyampaikan atau membawa satu misi tertentu, maka dia disebut Nabi saja. Namun bila diikuti dengan kewajiban menyampaikannya atau membawa satu misi tertentu maka dia disebut juga Rasul. Adapun jumlah Nabi dan sekaligus Rasul ada dua puluh lima orang.

5. Iman kepada Hari KiamatYang dimaksud hari akhir adalah kehidupan yang kekal sesudah kehidupan yang kekal sesudah kehidupan di dunia fana ini berakhir, termasuk semua proses dan peristiwa yang terjadi pada Hari itu, mulai dari kehancuran alam semesta dan seluruh isinya, serta berakhirnya seluruh kehidupan (Qiyamah), kebangkitan seluruh umat manusia dari dalam kubur (Baats), dikumpulkannya seluruh umat manusia di padang mahsyar (Hasyr), perhitungan seluruh amal perbuatan manusia di dunia (Hisab), penimbangan amal perbuatan tersebut untuk mengetahui perbandingan amal baik dan amal buruk (Wazn), sampai kepada pembalasan dengan surga atau neraka (Jaza).Firman Allah SWT.

Mereka menanyakan kepadamu tentang kiamat: "Bilakah terjadinya?" Katakanlah: "Sesungguhnya pengetahuan tentang kiamat itu adalah pada sisi Tuhanku; tidak seorangpun yang dapat menjelaskan waktu kedatangannya selain Dia. kiamat itu amat berat (huru haranya bagi makhluk) yang di langit dan di bumi. kiamat itu tidak akan datang kepada melainkan dengan tiba-tiba.(QS. Al-Araf: 187)

6. Iman kepada Qadha dan QadarSecara etimologis Qadha adalah bentuk masdhar dari kata kerja qadha yang berari kehendak atau ketetapan hukum. Dalam hali ini Qadha adalah kehendak atau ketetapan hukum Allah SWT. terhadap segala sesuatu. Sedangkan Qadar secara etimologis adalah bentuk masdhar dari qadara yang berarti ukuran atau ketentuan. Dalam hal ini Qadar adalah ukuran atau ketentuan Allah SWT. terhadap segala sesuatu. Secara terminologis ada ulam yang berpenapat kedua istilah tersebut mempunyai pengertian yang sama, dan ada pula ynag membedakannya. Yang membedakan, mendefinisikan Qadar sebagai: Ilmu Allah SWT. Tentang apa-apa yang akan terjadi pada seluruh makhlukNya pada masa yang akan datang. Dan Qadha adalah: Penciptaan segala sesuatu oleh Allah SWT. Sesuai dengan ilmu dan IradahNya.

Hal - hal yang membatalkan imanPembatal iman atau nawaqidhul iman adalah sesuatu yang dapat menghapuskan iman sesudah iman masuk didalamnya yakni antara lain:1. Mengingkari rububiyah Allah atau sesuatu dari kekhususan- kekhususan-Nya, atau mengaku memiliki sesuatu dari kekhususan tersebut atau membenarkan orang yang mengakuinya.2. sombong serta menolak beribadah kepada Allah3. menjadikan perantara dan penolong yang ia sembah atau ia mintai (pertolongan) selain Allah.4. menolak sesuatu yang ditetapkan Allah untuk diriNya atau yang ditetapkan oleh RasulNya.5. mendustakan Rasullullah.6. mengolok-olok atau mengejek-ejek Allah atau Al-Quran atau agama Islam atau pahala dan siksa yang sejenisnya, atau mengolok-olk Rasullullah atau seorang Nabi, baik itu gurauan maupn sungguhan, dan lain sebagainya.

Pengertian Iman.Sesuai dengan hadits Rasulullah saw diatas sudah jelas bahwasanya ada enam rukun iman yang harus diyakini untk menjadi seorang islam yang sempurna dan menjadi seorang hamba Allah yang ihsan nantinya.

Keenam Rukun Iman tersebut adalah:a. Beriman kepada Allah SwtYakni beriman kepada Rububiyyah Allah Swt, Uluhiyyah Allah Swt, dan beriman kepada Asma wa shifat Allah SWT yang sempurna serta agung sesuai yang ada dalam Al-quran dan Sunnah Rasul-Nya.b. Beriman kepada MalaikatMalaikat adalah hamba Allah yang mulia, mereka diciptakan oleh Allah untuk beribadah kepada-Nya, serta tunduk dan patuh mentaati-Nya, Allah telah membebankan kepada mereka berbagai tugas.Jadi kita dituntut untuk beriman dan mempercayai adanya Malaikat Allah SWT. c. Beriman kepada Kitab-kitab Allah yang Maha Agung dan Mulia telah menurunkan kepada para Rasul-Nya kitab-kitab, mengandung petunjuk dan kebaikan. Diantaranya: kitab taurat diturunkan kepada Nabi Musa, Injil diturunkan kepada Nabi Isa, Zabur diturunkan kepada Nabi Daud, Shuhuf Nabi Ibrahim dan Nabi Musa, Al-quran diturunkan Allah Swt kepada Nabi Muhammad Saw.d. Beriman kepada para RasulAllah telah mengutus kepada maakhluk-Nya para rasul, rasul pertama adalah Nuh dan yang terakhir adalah Muhammad Saw, dan semua itu adalah manusia biasa, tidak memiliki sedikitpun sifat ketuhanan, mereka adalah hamba-hamba Allah yang dimuliakan dengan kerasulan. Dan Allah telah mengakhiri semua syariat dengan syariat yang diajarkan oleh Nabi Muhammad Saw,yang diutus untuk seluruh manusia , maka tidak ada nabi sesudahnya.e. Beriman kepada Hari AkhiratYaitu hari kiamat, tidak ada hari lagi setelahnya, ketika Allah membangkitkan manusia dalam keadaan hidup untuk kekal ditempat yang penuh kenikmatan atau ditempat siksaan yang amat pedih. Beriman kepada hari akhir meliputi beriman kepada semua yang akan terjadi setelah itu, seperti kebangkitan dan hisab, kemudian surga atau neraka.f. Beriman kepada (Taqdir) Ketentuan AllahTaqdir artinya: beriman bahwasanya Allah telah mentaqdirkan semua yang ada dan menciptakan seluruh mahluk sesuai dengan ilmu-Nya yang terdahalu, dan menurut kebijaksanaan-Nya, Maka segala sesuatu telah diketahui oleh Allah, serta telah pula tertulis disisi-Nya, dan Dialah yang telah menghendaki dan menciptakannya.

1. Hakikat iman Iman adalah keyakinan yang menghujam dalam hati, kokoh penuh keyakinan tanpa dicampuri keraguan sedikitpun.[1] Sedangkan keimanan dalam Islam itu sendiri adalah percaya kepada Alloh, malaikat-malaikatNya, kitab-kitabNya, Rosul-rosulNya, hari akhir dan berIman kepada takdir baik dan buruk. Iman mencakup perbuatan, ucapan hati dan lisan, amal hati dan amal lisan serta amal anggota tubuh. Iman bertambah dengan ketaatan dan berkurang karena kemaksiatan.Kedudukan Iman lebih tinggi dari pada Islam, Iman memiliki cakupan yang lebih umum dari pada cakupan Islam, karena ia mencakup Islam, maka seorang hamba tidaklah mencapai keImanan kecuali jika seorang hamba telah mamapu mewujudka keislamannya. Iman juga lebih khusus dipandang dari segi pelakunya, karena pelaku keimanan adalah kelompok dari pelaku keIslaman dan tidak semua pelaku keIslaman menjadi pelaku keImanan, jelaslah setiap mukmin adalah muslim dan tidak setiap muslim adalah mukmin[2]Keimanan tidak terpisah dari amal, karena amal merupakan buah keImanan dan salah satu indikasi yang terlihat oleh manusia.Karena itu Alloh menyebut Iman dan amal soleh secara beriringan dalamQuransurat Al Anfal ayat 2-4 yang artinya:Allah Subhannahu wa Taala berfirman: Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang jika disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayatNya, bertambahlah iman mereka (karenanya) dan kepada Tuhanlah mereka bertawakkal, (yaitu) orang-orang yang mendirikan shalat dan yang menafkahkan sebagian dari rizki yang kami berikan kepada me-reka. Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-benar-nya.(Al-Anfal: 2-4)Keimanan memiliki satu ciri yang sangat khas, yaitu dinamis. Yang mayoritas ulama memandang keImanan beriringan dengan amal soleh, sehinga mereka menganggap keImanan akan bertambah dengan bertambahnya amal soleh. Akan tetapi ada sebagaian ulama yang melihat Iman berdasarkan sudut pandang bahwa ia merupakan aqidah yang tidak menerima pemilahan (dikotomi). Maka seseorang hanya memiliki dua kemungkinan saja: mukmin atau kafir, tidak ada kedudukan lain diantara keduanya. Karena itu mereka berpendapat Iman tidak bertambah dan tidak berkurang.Iman adakalanya bertambah dan adakalanya berkurang, maka perlu diketahui kriteria bertambahnya Iman hingga sempurnanya Iman, yaitu:1) Diyakini dalam hati2) Diucapkan dengan lisan3) Diamalkan dengan anggota tubuh.Sedangkan dalam Islam sendiri jika membahas mengenai Iman tidak akan terlepas dari adanya rukun Iman yang enam, yaitu:1) Iman kepada Alloh2) Iman kepada malaikatNya3) Iman kepada kitabNya4) Iman kepada rosulNya5) Iman kepada Qodho dan Qodar6) Iman kepada hari akhirDemikianlah kriteria amalan hati dari pribadi yang berIman, yang jika telah tertanam dalam hati seorang mukmin enam keImanan itu maka akan secara otomatis tercermin dalam prilakunya sehari-hari yang sinergi dengan kriteria keImanan terhadap enam poin di atas.Jika Iman adalah suatu keadaan yang bersifat dinamis, maka sesekali didapati kelemahan Iman, maka yang harus kita lakukan adalah memperkuat segala lini dari hal-hal yang dapat memperkuat Iman kembali. Hal-hal yang dapat dilakukan bisa kita mulai dengan memperkuat aqidah, serta ibadah kita karena Iman bertambah karena taat dan berkurang karena maksiat.Ketika Iman telah mencapai taraf yang diinginkan maka akan dirasakan oleh pemiliknya suatu manisnya Iman, sebagaImana hadits Nabi Muhammad saw. yang artinya:Tiga perkara yang apabila terdapat dalam diri seseorang, maka ia akan merasakan manisnya Iman: Menjadikan Alloh dan RosulNya lebih dicintainya melebihi dari selain keduanya, mencintai seseorang yang tidak dicintainya melainkan karena Alloh, membenci dirinya kembali kepada kekufuran sebagaImana bencinya ia kembali dilemparkan ke dalam api neraka. (HR.Bukhori Muslim).

A. Iman 1. Pengertian Iman Iman menurut pengertian bahasa Arab ialah at-tashdiqu bil qalbi, membenarkan dengan (dalam) hati. Ibnu katsir menunjuk beberapa ayat al-Quran yang memberi pengertian bahwa iman ialah pengakuan dengan (dalam) hati, antara lain, Firman Allah dalam (Qs At taubah : 61) . .. Dia membenarkan Allah dan membenarkan orang-orang mukmin.Adapun pengertian iman menurut syara adalah: , , Mengucapkan dengan lidah, membenarkan dengan hati dan mengerjakan dengan anggota tubuh.Iman menurut batasan syara ialah memadukan ucapan dengan pengakuan hati dan perilaku. Dengan lain perkataan mengikrarkan dengan lidah akan kebenaran Islam, membenarkan yang diikrarkan itu dengan hati dan tercermin dalam perilaku hidup sehari-hari dalam bentuk amal perbuatan.Atau dengan ibarat yang lain dapat pula dirumuskan bahwa iman, ialah: Artinya : Iman itu ialah tunduk ruh kepada kebenaran serta khudhu kepadaNya.Tunduk dan khudhu ruh kepada yang Haq (Allah). Hati tidak akan tunduk jika belum berkumpul: [1] Membenarkan dengan hati (tashdiq qalbi); [2] Mengikrarkan dengan lidah; dan [3] mengamalkannya.[footnoteRef:1] [1: Muhammad Hasbi ash-Shiddieqy, Al-Islam (semarang : PT Pustaka Rizki Putra 2001) hlm 17-18]

Iman secara umum dipahami sebagai suatu keyakinan yang dibenarkan dalam hati, diikrarkan dengan lisan, dan dibuktikan dengan amal perbuatan yang didasari niat yang tulus dan ikhlas dan selalu mengikuti petunjuk Allah SWT serta sunnanh Nabi Muhammah SAW.[footnoteRef:2] [2: Rois Mahfud, Al Islam, (Jakarta: Erlangga, 2011), hlm. 12]

Adapun menurut pengertian agama telah dirumuskan oleh Nabi sendiri dalam salah satu hadis ialah : Artinya : Iman ialah engkau percaya kepada Allah,malaikatNya kitabsuciNya para utusan-Nya, hari kemudian, dan engkau percaya pada takdir baik dan buruknya.[footnoteRef:3] [3: Masyfuk Zuhdi, Studi Islam Jilid 1 : Akidah (Jakarta : Penerbit CV Rajawali 1998)hlm.4]

2. Pembagian Iman Ditinjau dari cara tumbuhnya iman, maka iman dapat dibagi dalam dua kategori, yaitu: [1] iman hakiki; [2] iman taqlidi, atau pura-pura (shuri).a) Iman hakiki Iman hakiki ialah iman yang tumbuh karena kesadaran atas dasar pengetahuan. Iman dalam kategori ini adalah iman yang teguh karena terhunjam jauh ke dalam lubuk hati. Iman yang seperti inilah yang dimaksud sebagai kebajikan dan pangkal kebaktian yang kerap kali tersebut di dalam al-Quran surat al-Baqarah : 177 Kebajikan bukanlah dengan kamu menghadapkan mukamu ke timur dan ke barat. Akan tetapi yang dimaksud dengan kebajikan, ialah beriman akan Allah, hari akhir, malaikat, kitab-kitab suci, dan nabi-nabi.Di dalam ayat yang tersebut diatas Tuhan menerangkan bahwa beriman akan Allah dan seterusnya itu adalah pangkal kebajikan. Akan tetapi dia baru menjadi sendi dan asas kebajikan jika dia tertanam kukuh di dalam hati yang disertai oleh taat dan khudlu. Ucapan lidah semata walaupun disertai oleh sanjungan dan pujian bahwa islam adalah agama yang paling tinggi, hafal sifat dua puluh bahkan menghafal luar kepala isi kitab Ummu al-Barahin, atau Syarah Sanusi dan sebagainya, belumlah menjadi pangkal kebaktian jika tidak disertai oleh keyakinan teguh dalam hati.Iman yang dituntut harus dimiliki ialah iman yang hakiki yang mampu :1. Makrifah yang benar, yang mampu mempengaruhi akal, taat dan patuh yang melahirkan rasa cinta akan Allah dan Rasul-Nya lebih dari pada yang lain. Atau dengan kata lain, iman yang dapat mendahulukan perintah Allah dan Rasul-Nya atas segala perintah yang lain.2.Makrifah yang dapat menenangkan jiwa dan menghapus segala macam waswas dan keraguan; dugaan tidak berdasar dan bimbang, kecemasan dan kesedihan, serta angkuh ketika beroleh nikmat dan berputus asa ketika ditimpa bencana.3.Dapat mencegah berbuat buruk atau jahat. Jika sesekali terpedaya bersegera memohon ampunan dan bertobat 4.Dapat menggerakkan kepada membela agama lebih daripada untuk memperjuangkan kepentingan diri. Tegasnya, iman hakiki mampu menguasai jiwa, mengandalikan bahwa nafsu angkara murka, sehingga menjadi sumber kekuatan untuk melahirkan amal perbuatan bajik yang menjadi amal saleh baginya. Iman yang benar dan hakiki, ialah dengan cara mengenai agama dengan mempengaruhi akal, yang memberi bekas pada diri, menjadi hakim atau kemauan sendiri.

b) iman taqlidi Adapun iman taqlidi atau iman ikut-ikutan yang beriman karena lingkungan tidak akan mampu menjadi motor pendorong untuk melahirkan sikap dan tindakan seperti yang dituntut oleh iman hakiki sebagaimana terlihat dalam firman Allah:

Dan apabila mereka diajak kepada (mengambil hukum) Allah dan (Sunnah) Rasul-Nya untuk memutuskan perkara mereka (jika mereka dipihak yang salah) maka tiba-tiba mereka menolaknya. Akan tetapi jika putusan itu menguntungkan mereka, maka mereka pun mau diajak dan mematuhinya. (Q.S. an-Nur : 48-49)

Pengertian Qadha dan Qadar Menurut bahasa Qadha memiliki beberapa pengertian yaitu: hukum, ketetapan,pemerintah, kehendak, pemberitahuan, penciptaan. Menurut istilah Islam, yang dimaksud dengan qadha adalah ketetapan Allah sejak zaman Azali sesuai dengan iradah-Nya tentang segala sesuatu yang berkenan dengan makhluk. Sedangkan Qadar arti qadar menurut bahasa adalah: kepastian, peraturan, ukuran. Adapun menurut Islam qadar perwujudan atau kenyataan ketetapan Allah terhadap semua makhluk dalam kadar dan berbentuk tertentu sesuai dengan iradah-Nya.Beriman kepada qadha dan qadar merupakan salah satu rukun iman, yang mana iman seseorang tidaklah sempurna dan sah kecuali beriman kepadanya. Ibnu Abbas pernah berkata, Qadar adalah nidzam (aturan) tauhid. Barangsiapa yang mentauhidkan Allah dan beriman kepada qadar, maka tauhidnya sempurna. Dan barangsiapa yang mentauhidkan Allah dan mendustakan qadar, maka dustanya merusakkan tauhidnya (Majmu Fataawa Syeikh Al-Islam, 8/258).Untuk memperjelas pengertian qadha dan qadar, berikut ini dikemkakan contoh. Saat ini Abdul latif jatuh dari sepeda motor. Sebelum Abdul latif lahir, bahkan sejak zaman azali Allah telah menetapkan, bahwa seorang anak bernama Abdul latif akan jatuh dari sepeda motor. Ketetapan Allah di Zaman Azali disebut Qadha. Kenyataan bahwa saat terjadinya disebut qadar atau takdir. Dengan kata lain bahwa qadar adalah perwujudan dari qadha.Hubungan antara qadha dan qadar selalu berhubungan erat. Qadha adalah ketentuan, hukum atau rencana Allah sejak zaman azali. Qadar adalah kenyataan dari ketentuan atau hukum Allah. Jadi hubungan antara qadha qadar ibarat rencana dan perbuatan. Perbuatan Allah berupa qadar-Nya selalu sesuai dengan ketentuan-Nya.Di dalam surat Al-Hijr ayat 21 Allah berfirman, yang artinya sebagai berikut : Dan tidak sesuatupun melainkan disisi kami-lah khazanahnya; dan Kami tidak menurunkannya melainkan dengan ukuran yang tertentu.Diriwayatkan bahwa suatu hari Rasulullah SAW didatangi oleh seorang laki-laki yang berpakaian serba putih , rambutnya sangat hitam. Lelaki itu bertanya tentang Islam, Iman dan Ihsan. Tentang keimanan Rasulullah menjawab yang artinya: Hendaklah engkau beriman kepada Allah, malaekat-malaekat-Nya, kitab-kitab-Nya,rasul-rasulnya, hari akhir dan beriman pula kepada qadar(takdir) yang baik ataupun yang buruk. Lelaki tersebut berkata Tuan benar. (H.R. Muslim)Lelaki itu adalah Malaekat Jibril yang sengaja datang untuk memberikan pelajaran agama kepada umat Nabi Muhammad SAW. Jawaban Rasulullah yang dibenarkan oleh Malaekat Jibril itu berisi rukun iman. Salah satunya dari rukun iman itu adalah iman kepada qadha dan qadar. Dengan demikian , bahwa mempercayai qadha dan qadar itu merupakan hati kita. Kita harus yakin dengan sepenuh hati bahwa segala sesuatu yang terjadi pada diri kita, baik yang menyenangkan maupun yang tidak menyenangkan adalah atas kehendak Allah.Sebagai orang beriman, kita harus rela menerima segala ketentuan Allah atas diri kita. Di dalam sebuah hadits qudsi Allah berfirman yang artinya: Siapa yang tidak ridha dengan qadha-Ku dan qadar-Ku dan tidak sabar terhadap bencana-Ku yang aku timpakan atasnya, maka hendaklah mencari Tuhan selain Aku. (H.R.Tabrani)Takdir Allah merupakan iradah (kehendak) Allah. Oleh sebab itu takdir tidak selalu sesuai dengan keinginan kita. Tatkala takdir atas diri kita sesuai dengan keinginan kita, hendaklah kita beresyukur karena hal itu merupakan nikmat yang diberikan Allah kepada kita. Ketika takdir yang kita alami tidak menyenangkan atau merupakan musibah, maka hendaklah kita terima dengan sabar dan ikhlas. Kita harus yakin, bahwa di balik musibah itu ada hikmah yang terkadang kita belum mengetahuinya. Allah Maha Mengetahui atas apa yang diperbuatnya.Iman kepada qadha dan qadar artinya percaya dan yakin dengan sepenuh hati bahwa Allah SWT telah menentukan tentang segala sesuatu bagi makhluknya. Berkaitan dengan qadha dan qadar, Rasulullah SAW bersabda yang artinya sebagai berikut yang artinyaSesungguhnya seseorang itu diciptakan dalam perut ibunya selama 40 hari dalam bentuk nuthfah, 40 hari menjadi segumpal darah, 40 hari menjadi segumpal daging, kemudian Allah mengutus malaekat untuk meniupkan ruh ke dalamnya dan menuliskan empat ketentuan, yaitu tentang rezekinya, ajalnya, amal perbuatannya, dan (jalan hidupny) sengsara atau bahagia. (HR.Bukhari dan Muslim dari Abdullah bin Masud).Dari hadits di atas dapat kita ketahui bahwa nasib manusia telah ditentukan Allah sejak sebelum ia dilahirkan. Walaupun setiap manusia telah ditentukan nasibnya, tidak berarti bahwa manusia hanya tinggal diam menunggu nasib tanpa berusaha dan ikhtiar. Manusia tetap berkewajiban untuk berusaha, sebab keberhasilan tidak datang dengan sendirinya.Janganlah sekali-kali menjadikan takdir itu sebagai alasan untuk malas berusaha dan berbuat kejahatan. Pernah terjadi pada zaman Khalifah Umar bin Khattab, seorang pencuri tertangkap dan dibawa kehadapan Khalifah Umar. Mengapa engkau mencuri? tanya Khalifah. Pencuri itu menjawab, Memang Allah sudah mentakdirkan saya menjadi pencuri.Mendengar jawaban demikian, Khalifah Umar marah, lalu berkata, Pukul saja orang ini dengan cemeti, setelah itu potonglah tangannya!. Orang-orang yang ada disitu bertanya, Mengapa hukumnya diberatkan seperti itu?Khalifah Umar menjawab, Ya, itulah yang setimpal. Ia wajib dipotong tangannya sebab mencuri dan wajib dipukul karena berdusta atas nama Allah.Mengenai adanya kewajiban berikhtiar , ditegaskan dalam sebuah kisah. Pada zaman nabi Muhammad SAW pernah terjadi bahwa seorang Arab Badui datang menghadap nabi. Orang itu datang dengan menunggang kuda. Setelah sampai, ia turun dari kudanya dan langsung menghadap nabi, tanpa terlebih dahulu mengikat kudanya. Nabi menegur orang itu, Kenapa kuda itu tidak engkau ikat?. Orang Arab Badui itu menjawab, Biarlah, saya bertawakkal kepada Allah. Nabi pun bersabda, Ikatlah kudamu, setelah itu bertawakkalah kepada Allah.Dari kisah tersebut jelaslah bahwa walaupun Allah telah menentukan segala sesuatu, namun manusia tetap berkewajiban untuk berikhtiar. Kita tidak mengetahui apa-apa yang akan terjadi pada diri kita, oleh sebab itu kita harus berikhtiar. Jika ingin pandai, hendaklah belajar dengan tekun. Jika ingin kaya, bekerjalah dengan rajin setelah itu berdoa. Dengan berdoa kita kembalikan segala urusan kepada Allah kita kepada Allah SWT. Dengan demikian apapun yang terjadi kita dapat menerimanya dengan ridha dan ikhlas.Mengenai hubungan antara qadha dan qadar dengan ikhtiar ini, para ulama berpendapat, bahwa takdir itu ada dua macam :1.Takdir muallaq: yaitu takdir yang erat kaitannya dengan ikhtiar manusia. Contoh seorang siswa bercita-cita ingin menjadi insinyur pertanian. Untuk mencapai cita-citanya itu ia belajar dengan tekun. Akhirnya apa yang ia cita-citakan menjadi kenyataan. Ia menjadi insinyur pertanian. Dalam hal ini Allah berfirman: Artinya: Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia. ( Q.S Ar-Rad ayat 11)2.Takdir mubram; yaitu takdir yang terjadi pada diri manusia dan tidak dapat diusahakan atau tidak dapat di tawar-tawar lagi oleh manusia. Contoh. Ada orang yang dilahirkan dengan mata sipit , atau dilahirkan dengan kulit hitam sedangkan ibu dan bapaknya kulit putih dan sebagainya.Dengan beriman kepada qadha dan qadar, banyak hikmah yang amat berharga bagi kita dalam menjalani kehidupan dunia dan mempersiapkan diri untuk kehidupan akhirat. Hikmah tersebut antara lain:1.Melatih diri untuk banyak bersyukur dan bersabarOrang yang beriman kepada qadha dan qadar, apabila mendapat keberuntungan, maka ia akan bersyukur, karena keberuntungan itu merupakan nikmat Allah yang harus disyukuri. Sebaliknya apabila terkena musibah maka ia akan sabar, karena hal tersebut merupakan ujian Firman Allah: Artinya:dan apa saja nikmat yang ada pada kamu, maka dari Allah( datangnya), dan bila ditimpa oleh kemudratan, maka hanya kepada-Nya lah kamu meminta pertolongan. ( QS. An-Nahl ayat 53).2.Menjauhkan diri dari sifat sombong dan putus asaOrang yang tidak beriman kepada qadha dan qadar, apabila memperoleh keberhasilan, ia menganggap keberhasilan itu adalah semata-mata karena hasil usahanya sendiri. Ia pun merasa dirinya hebat. Apabila ia mengalami kegagalan, ia mudah berkeluh kesah dan berputus asa , karena ia menyadari bahwa kegagalan itu sebenarnya adalah ketentuan Allah. Firman Allah SWT :Artinya: Hai anak-anakku, pergilah kamu, maka carilah berita tentang Yusuf dan saudaranya dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir. (QS.Yusuf ayat 87)Sabda Rasulullah: yang artinya Tidak akan masuk sorga orang yang didalam hatinya ada sebiji sawi dari sifat kesombongan.( HR. Muslim)3.Memupuk sifat optimis dan giat bekerja Manusia tidak mengetahui takdir apa yang terjadi pada dirinya. Semua orang tentu menginginkan bernasib baik dan beruntung. Keberuntungan itu tidak datang begitu saja, tetapi harus diusahakan. Oleh sebab itu, orang yang beriman kepada qadha dan qadar senantiasa optimis dan giat bekerja untuk meraih kebahagiaan dan keberhasilan itu. Firaman Allah :Artinya : Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan. (QS Al- Qashas ayat 77)4.Menenangkan jiwaOrang yang beriman kepada qadha dan qadar senangtiasa mengalami ketenangan jiwa dalam hidupnya, sebab ia selalu merasa senang dengan apa yang ditentukan Allah kepadanya. Jika beruntung atau berhasil, ia bersyukur. Jika terkena musibah atau gagal, ia bersabar dan berusaha lagiArtinya : Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang tenang lagi diridhai-Nya. Maka masuklah kedalam jamaah hamba-hamba-Ku, dan masuklah kedalam sorga-Ku.( QS. Al-Fajr ayat 27-30)

Definisi Qadha dan QadarSecara etimologi, qadha memiliki banyak pengertian, diantaranya sebagaimana berikut:1. Pemutusan, kita bisa temukan pengertian ini pada firman Allah, (Dia) yang mengadakan langit dan bumi dengan indahnya, dan memutuskan sesuatu perkara, hanya Dia mengatakan: Jdilah, lalu jadi. [QS. Al-Baqarah (2): 117]2. Perintah, kita bisa temukan pengertian ini pada firman Allah, Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan ah dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. [QS. Al-Israa` (17): 23]3. Pemberitaan, bisa kita temukan dalam ayat, Dan telah Kami wahyukan kepadanya (Luth) perkara itu, yaitu bahwa mereka akan ditumpas habis di waktu subuh. [QS. Al-Hijr (15): 66]Imam az-Zuhri berkata, Qadha secara etimologi memiliki arti yang banyak. Dan semua pengertian yang berkaitan dengan qadha kembali kepada makna kesempurnaan. (An-Nihayat fii Ghariib al-Hadits, Ibnu Al-Atsir 4/78)Adapun qadar secara etimologi berasal dari kata qaddara, yuqaddiru, taqdiiran yang berarti penentuan. Pengertian ini bisa kita lihat dalam ayat Allah berikut ini. Dan dia menciptakan di bumi itu gunung-gunung yang kokoh di atasnya. Dia memberkahinya dan Dia menentukan padanya kadar makanan-makanan (penghuni)nya dalam empat masa. (Penjelasan itu sebagai jawaban) bagi orang-orang yang bertanya. [QS. Fushshilat (41): 10]Dari sudut terminologi, qadha adalah pengetahuan yang lampau, yang telah ditetapkan oleh Allah pada zaman azali. Adapun qadar adalah terjadinya suatu ciptaan yang sesuai dengan penetapan (qadha).Ibnu Hajar berkata, Para ulama berpendapat bahwa qadha adalah hukum kulli (universal) ijmali (secara global) pada zaman azali, sedangkan qadar adalah bagian-bagian kecil dan perincian-perincian hukum tersebut. (Fathul-Baari 11/477)Ada juga dari kalangan ulama yang berpendapat sebaliknya, yaitu qadar merupakan hukum kulli ijmali pada zaman azali, sedangkan qadha adalah penciptaan yang terperinci.Sebenarnya, qadha dan qadar ini merupakan dua masalah yang saling berkaitan, tidak mungkin satu sama lain terpisahkan oleh karena salah satu di antara keduanya merupakan asas atau pondasi dari bangunan yang lain. Maka, barangsiapa yang ingin memisahkan di antara keduanya, ia sungguh merobohkan bangunan tersebut (An-Nihayat fii Ghariib al-Hadits, Ibnu Atsir 4/78, Jami al-Ushuul 10/104).Dalil-dalil Qadha dan Qadar

Beriman kepada qadha dan qadar merupakan salah satu rukun iman, yang mana iman seseorang tidaklah sempurna dan sah kecuali beriman kepadanya. Ibnu Abbas pernah berkata, Qadar adalah nidzam (aturan) tauhid. Barangsiapa yang mentauhidkan Allah dan beriman kepada qadar, maka tauhidnya sempurna. Dan barangsiapa yang mentauhidkan Allah dan mendustakan qadar, maka dustanya merusakkan tauhidnya (Majmu Fataawa Syeikh Al-Islam, 8/258).Oleh karena itu, iman kepada qadha dan qadar ini merupakan faridhah dan kewajiban yang harus dilakukan setiap muslim dan mukmin. Hal ini berdasarkan beberapa hadits berikut ini.Hadits Jibril yang diriwayatkan Umar bin Khaththab r.a., di saat Rasulullah saw. ditanya oleh Jibril tentang iman. Beliau menjawab, Kamu beriman kepada Allah, Malaikat, Kitab-kitab, Rasul-rasul, Hari Akhir, dan kamu beriman kepada qadar baik maupun buruk. (HR. Muslim)Sekiranya Allah swt. menyiksa penduduk langit dan bumi, maka Dia sungguh melakukannya tanpa menzalimi mereka. Dan sekiranya Dia mengasihi mereka, maka rahmat-Nya lebih baik daripada amal mereka. Dan sekiranya kamu memiliki emas seperti Gunung Uhud atau semisalnya, lalu kamu infakkan di jalan Allah, maka Dia tidak akan menerimanya sehingga kamu beriman terhadap qadar dan kamu mengetahui bahwa apa yang ditakdirkan menimpamu tidak akan meleset darimu dan apa yang ditakdirkan bukan bagianmu tidak akan mengenaimu, dan sesungguhnya jika kamu mati atas (aqidah) selain ini, maka niscaya kamu masuk neraka. (HR. Ahmad, dari Zaid bin Tsabit)Perhatikan beberapa ayat Allah dan hadits Nabi yang berkaitan dengan qadha dan qadar-Nya berikut ini.Tiada suatu bencana pun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul-Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya, yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. (Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri. [QS. Al-Hadiid (57): 22-23]Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran. [QS. Al-Qamar (54): 49](Yaitu di hari) ketika kamu berada di pinggir lembah yang dekat dan mereka berada di pinggir lembah yang jauh, sedangkan kafilah itu berada di bawah kamu. Sekiranya kamu mengadakan persetujuan (untuk menentukan hari pertempuran), pastilah kamu tidak sependapat dalam menentukan hari pertempuran itu, akan tetapi (Allah mempertemukan dua pasukan itu) agar Dia melakukan suatu urusan yang mesti dilaksanakan, yaitu agar orang yang binasa itu binasanya dengan keterangan yang nyata dan agar orang yang hidup itu hidupnya dengan keterangan yang nyata (pula). Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. [QS. Al-Anfaal (8): 42]Tidak ada suatu keberatan pun atas Nabi tentang apa yang telah ditetapkan Allah baginya. (Allah telah menetapkan yang demikian) sebagai sunnah-Nya pada nabi-nabi yang telah berlalu dahulu. Dan adalah ketetapan Allah itu suatu ketetapan yang pasti berlaku. [QS. Al-Ahzab (33): 38]Yang pertama kali diciptakan Allah Yang Mahaberkah lagi Mahaluhur adalah pena (al-qalam). Kemudian Dia berfirman kepadanya, Tulislah, Ia bertanya, Apa yang saya tulis? Dia berfirman, Maka ia pun menulis apa yang ada dan yang bakal ada sampai hari kiamat. (HR Ahmad)Tiada seorang pun dari kalian kecuali telah ditulis tempatnya di neraka atau di surga. Salah seorang dari mereka berkata, Bolehkah kami bertawakal saja, ya, Rasulullah? Beliau menjawab, Tidak, (akan tetapi) beramallahkarena setiap orang dimudahkan (dalam beramal), kemudian beliau membaca ayat ini, Adapun orang yang memberikan (hartanya di jalan Allah), bertakwa dan membenarkan adanya pahala yang terbaik (surga), maka kami kelak akan menyiapkan baginya jalan yang mudah. Dan adapun orang-orang yang bakhil, merasa dirinya cukup dan mendustakan pahala yang terbaik, maka kami kelak akan menyiapkan baginya (jalan) yang sukar. (HR Bukhari dan Muslim, dari Ali bin Abi Thalib)Adapun orang yang memberikan (hartanya di jalan Allah) dan bertakwa, dan membenarkan adanya pahala yang terbaik (surga), maka Kami kelak akan menyiapkan baginya jalan yang mudah. Dan adapun orang-orang yang bakhil dan merasa dirinya cukup serta mendustakan pahala terbaik, maka kelak Kami akan menyiapkan baginya (jalan) yang sukar. [QS. Al-Lail (92): 5-10]