bab 4 permasalahan dan isu-isu strategis daerah
TRANSCRIPT
Bab 4 Permasalahan dan Isu-Isu Strategis Daerah
BAB 4
PERMASALAHAN DAN ISU-ISU STRATEGIS DAERAH
4.1 PERMASALAHAN PEMBANGUNAN
Berdasarkan gambaran umum pada bab 2 terdapat beberapa
permasalahan pembangunan per urusan penyelenggaraan pemerintah
Kabupaten Kutai Timur. Permasalahan per urusan tersebut menjadi fokus
utama perumusan permasalahan daerah dan isu-isu strategis di Kabupaten
Kutai Timur. Adapun permasalahan yang dimaksud, disajikan dalam Tabel
4.1 berikut ini:
Tabel 4.1Permasalahan Pembangunan Berdasarkan Urusan Pemerintahan Daerah
No Urusan/ Permasalahan
Urusan Wajib Pelayanan Dasar
1 Pendidikan
a. Masih kurangnya kompetensi SDM tenaga pendidik dan
kependidikan yang sesuai dengan kebutuhan dan kondisi di
Kabupaten Kutai Timur.
b. Penyebaran tenaga pendidik dan kependidikan kurang merata.
c. Terbatasnya akses pendidikan di daerah-daerah terpencil
khususnya tingkat SLTP.
d. Belum meratanya ketersediaan sarana dan prasarana
pendidikan formal maupun non formal yang menjangkau seluruh
masyarakat. Prasarana pendidikan di bidang olah raga dan
kesenian, serta sumber listrik untuk mendukung jaringan
komputer dan wifi. Prasarana ini belum terpenuhi di wilayah
wilayah yang sulit secara geografis.
R a n c a n g a n A k h i r P e r u b a h a n R P J M D T a h u n2 0 1 6 - 2 0 2 1 4-1
Bab 4 Permasalahan dan Isu-Isu Strategis Daerah
No Urusan/ Permasalahan
2. Kesehatan
a. Terbatasnya jumlah tenaga medis yang tersebar secara merata
dan proporsional di setiap wilayah.
b. Belum meratanya akses dan mutu layanan kesehatan.
c. Belum meratanya sarana dan prasarana pelayanan kesehatan di
wilayah pedalaman, perbatasan dan terpencil.
d. Penanganan kasus gizi buruk dan bayi lahir dengan berat badan
rendah belum optimal
e. Meningkatnya prevalensi HIV/AIDS
3. Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang
a. Kurangnya pemerataan infrastruktur dasar: air minum, listrik,
dan kualitas jalan terutama di wilayah pedesaan.
b. Kurangnya kualitas keterhubungan (konektivitas) antar wilayah.
c. Pengembangan pedestrian dan kelengkapan jalan, khususnya
penerangan Jalan Umum kurang memadai.
d. Kurang memadainya jaringan drainase, khususnya yang terkait
penanganan air limpasan dan lokasi genangan air/ banjir
(penanganan air limpasan dan air genangan saat hujan).
e. Jaringan irigasi kurang mendukung tersedianya air khususnya di
wilayah sentra produksi pangan.
f. Pemanfaatan bendungan di Kecamatan Kaubun belum optimal
dan proses pembangunan bendungan di Kecamatan Kaliorang
sebaiknya dipercepat, mengingat kedua kecamatan ini sebagai
sentra tanaman padi.
4. Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman
a. Penanganan rumah layak huni belum berkesinambungan
b. Masih terdapatnya kawasan kumuh khususnya di perkotaan
c. Belum memadainya sanitasi di wilayah permukiman.
R a n c a n g a n A k h i r P e r u b a h a n R P J M D T a h u n2 0 1 6 - 2 0 2 1 4-2
Bab 4 Permasalahan dan Isu-Isu Strategis Daerah
No Urusan/ Permasalahan
5. Ketentraman, Ketertiban Umum dan Perlindungan Masyarakat
a. Operasi patroli wilayah masih terbatas, baik dalam hal cakupan
dan intensitasnya
b. Masih kurangnya penegakan Perda terkait ketentraman dan
ketertiban umum serta perlindungan masyarakat
c. Sarana dan prasarana (early warning system) penanggulangan
bencana, serta penanganan pasca bencana belum memadai.
d. Meningkatkan status dan “Desa Tangguh Bencana” di beberapa
kecamatan yang rawan mengalami rawan kebakaran hutan dan
lahan (kahutla); khususnya Kecamatan Bengalon dan Rantau
Pulung.
6. Sosial
a. Belum memadainya data base Penyandang Masalah
Kesejahteraan Sosial (PMKS).
b. Kuantitas dan kualitas panti sosial belum memadai.
c. Koordinasi antar instansi terkait penanganan PMKS belum
optimal.
d. Pembinaan, pengendalian, monitoring dan evaluasi dalam
pelaksanaan manajemen pelayanan PMKS belum optimal.
e. Program-program pemberdayaan PMKS belum optimal.
Urusan Wajib Bukan Pelayanan Dasar
1. Tenaga Kerja
a. Fungsi BLK dan lembaga ketenagakerjaan lainnya dalam upaya
meningkatkan kompetensi tenaga kerja belum optimal.
b. Kurangnya koordinasi dan sinergitas kerjasama antar instansi
terkait ketenagakerjaan beserta stakeholders.
2. Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
a. Belum optimalnya upaya pencegahan dan penanganan KDRT
R a n c a n g a n A k h i r P e r u b a h a n R P J M D T a h u n2 0 1 6 - 2 0 2 1 4-3
Bab 4 Permasalahan dan Isu-Isu Strategis Daerah
No Urusan/ Permasalahan
dan perlindungan anak akibat masih kurangnya pemahaman
masyarakat tentang pentingnya melaporkan KDRT.
b. Belum optimalnya upaya untuk mewujudkan Kabupaten Kutai
Timur sebagai kota layak anak.
c. Belum optimalnya pengarusutamaan gender.
3. Pangan
a. Produksi pangan kurang optimal
b. Tingkat diversifikasi sumber bahan pangan masih rendah
c. Belum optimalnya program ketahanan pangan dalam mendukung
ketersediaan dan kecukupan pangan utama.
4. Lingkungan Hidup
a. Belum optimalnya pemantauan kualitas lingkungan
b. Pengelolaan potensi residu perkebunan dan pertambangan
mempengaruhi kualitas lingkungan
c. Kurangnya ketaatan Penataan RTH khususnya di wilayah
perkotaan.
5. Administrasi Kependudukan dan Catatan Sipil (Dukcapil)
a. Masih rendahnya koordinasi antar instansi yang menangani
urusan kependudukan dan pencatatan sipil terkait akurasi data
b. Masih rendahnya kualitas layanan administrasi kependudukan.
6. Pemberdayaan Masyarakat Desa
a. Penyiapan dan peningkatan kemampuan aparatur desa dalam
penyelenggaraan pemerintahan desa belum optimal.
b. Belum optimalnya upaya penguatan peran lembaga-lembaga
yang ada di desa dalam penyelenggaraan urusan pemerintahan,
pembangunan dan pemberdayaan masyarakat.
c. Belum optimalnya penggalian potensi, pengelolaan dan
pemanfaatan sumber daya di desa serta penggunaan teknologi
R a n c a n g a n A k h i r P e r u b a h a n R P J M D T a h u n2 0 1 6 - 2 0 2 1 4-4
Bab 4 Permasalahan dan Isu-Isu Strategis Daerah
No Urusan/ Permasalahan
tepat guna untuk pengelolaan sumber daya alam (SDA) desa.
7. Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana
a. Belum optimalnya upaya penyiapan dan peningkatan sumber
daya manusia dalam upaya penyelenggaraan program
penunjang pembangunan Keluarga Berencana dan Keluarga
Sejahtera.
b. Belum terwujudnya pembangunan berwawasan kependudukan.
c. Belum optimalnya ketersediaan layanan Keluarga Berencana.
d. Belum optimalnya upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat
melalui peningkatan pengetahuan, keterampilan dan manajemen
usaha khususnya keluarga pra sejahtera.
e. Kurangnya kesadaran masyarakat tentang pendewasaan usia
perkawinan
8. Perhubungan
a. Peran Daerah Aliran Sungai (DAS) dan penggunaan transportasi
kendaraan di atas air belum optimal khususnya di daerah
pedalaman yang dilalui oleh DAS, belum optimal.
b. Kurangnya moda transportasi massal antar kecamatan dan desa.
c. Ketersediaan database Urusan Perhubungan kurang optimal
9. Komunikasi dan Informatika
a. Belum meratanya pengembangan sarana dan prasarana
telekomunikasi (BTS) khususnya di wilayah perdesaan
b. Layanan masyarakat berbasis ICT (Information and
Communication Technology) belum optimal.
10. Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah
a. Kompetensi kewirausahaan perlu ditingkatkan.
b. Pemantauan aktivitas koperasi belum optimal
c. Terbatasnya kelembagaan peningkatan kapasitas UKM (inovasi)
R a n c a n g a n A k h i r P e r u b a h a n R P J M D T a h u n2 0 1 6 - 2 0 2 1 4-5
Bab 4 Permasalahan dan Isu-Isu Strategis Daerah
No Urusan/ Permasalahan
dalam menumbuhkan wirausaha baru
d. Rendahnya kualitas SDM pengelola Koperasi dan UKM
e. Kurangnya pembinaan UKM
f. Rendahnya akses perbankan bagi Koperasi dan UKM.
11. Penanaman Modal
a. Informasi dan promosi tentang peluang investasi di Kabupaten
Kutai Timur belum optimal
b. Belum optimalnya kualitas layanan perizinan terpadu
c. Iklim dan minat investasi di Kutai Timur masih rendah.
12. Kepemudaan dan Olahraga
a. Kurangnya kegiatan kepemudaan dan olahraga yang dapat
mencegah pengaruh NAPZA.
b. Sarana dan prasarana olahraga baik yang disediakan oleh
pemerintah daerah maupun swasta belum dimanfaatkan secara
optimal untuk mendukung atlet potensial asal Kabupaten Kutai
Timur.
13. Kebudayaan
a. Belum optimalnya pengelolaan budaya sebagai sumberdaya
wisata
b. Masih rendahnya kesadaran masyarakat untuk menciptakan
ekonomi kreatif berbasis budaya lokal.
14. Perpustakaan
a. Kurangnya budaya literasi (penumbuhan minat baca).
b. Kurangnya inovasi pelayanan perpustakaan berbasis teknologi.
15. Kearsipan
a. Pengelolaan kearsipan (digitalisasi) kurang inovatif.
R a n c a n g a n A k h i r P e r u b a h a n R P J M D T a h u n2 0 1 6 - 2 0 2 1 4-6
Bab 4 Permasalahan dan Isu-Isu Strategis Daerah
No Urusan/ Permasalahan
Urusan Pilihan
1. Kelautan dan Perikanan
a. Masih kurangnya produksi budidaya ikan air tawar;
b. Belum optimalnya Tempat Pelelangan Ikan (TPI);
c. Kurangnya kualitas dan kuantitas SDM penyuluh.
2. Pariwisata
a. Pengembangan destinasi wisata belum menjadi prioritas;
b. Pengelolaan wisata masih sektoral.
3. Pertanian
a. Komoditas unggulan masih kurang disosialisasikan;
b. Penyediaan pangan utama masih kurang optimal;
c. Dukungan sektor terkait pengembangan agribisnis masih kurang.
4. Perdagangan dan Perindustrian
a. Banyak produk UMKM yang belum tersertifikasi
b. Penyediaan sarpras pasar di wilayah kecamatan dan desa
kurang memadai
c. Pemantauan harga kebutuhan pokok, gas rumah tangga dan
BBM belum dilakukan secara kontinu
d. Belum optimalnya pemantauan perizinan usaha dan koordinasi
dengan instansi terkait terutama untuk peningkatan PAD
e. Pemasaran produk koperasi dan UKM belum memanfaatkan e-
commerce.
Urusan Pemerintahan Fungsi Penunjang
1. Administrasi Pemerintahan
a. Belum optimalnya pelaksanaan Reformasi Birokrasi dan Good
Government Governance.
b. Belum optimalnya upaya peningkatan kualitas dan inovasi
R a n c a n g a n A k h i r P e r u b a h a n R P J M D T a h u n2 0 1 6 - 2 0 2 1 4-7
Bab 4 Permasalahan dan Isu-Isu Strategis Daerah
No Urusan/ Permasalahan
pelayanan sektor publik di Kabupaten Kutai Timur.
2. Pengawasan
a. Belum optimalnya asistensi kepada OPD dalam pelaksanaan,
pelaporan dan pertanggungjawaban APBD.
3. Perencanaan
a. Kurang optimalnya dukungan dari OPD dalam menyusun
perencanaan;
b. Sinkronisasi antara perencanaan dan penganggaran masih
kurang.
4. Keuangan
a. Perlunya peningkatan Sistem informasi pengelolaan keuangan
daerah
b. Lemahnya penerapan standarisasi belanja.
5. Kepegawaian
a. Alokasi SDM belum mengacu analisis beban kerja.
6. Penelitian dan Pengembangan
a. Hasil penelitian dan pengembangan belum sepenuhnya
mendukung pengambilan keputusan dan atau penyusunan
kebijakan.
4.2 Isu-Isu Strategis
Analisis isu strategis dimaksudkan untuk menyajikan keterkaitan dari visi,
misi, tujuan dan sasaran pembangunan Kabupaten Kutai Timur dalam 5
(lima) tahun mendatang. Identifikasi isu strategis merupakan salah satu
komponen utama dari proses perencanaan strategis, dan sekaligus menjadi
dasar pengambilan keputusan politik. Perencanaan strategis dapat
meningkatkan kualitas proses pengambilan keputusan, melalui penyajian isu-
isu utama kepada pihak pengambil keputusan. Terkait dengan isu strategis
R a n c a n g a n A k h i r P e r u b a h a n R P J M D T a h u n2 0 1 6 - 2 0 2 1 4-8
Bab 4 Permasalahan dan Isu-Isu Strategis Daerah
wilayah Kabupaten Kutai Timur, maka kondisi lingkungan internal dan
lingkungan eksternal sebaiknya mendapat perhatian khusus. Lingkungan
internal dan eksternal Kabupaten Kutai Timur mencakup kondisi yang
mencerminkan kekuatan dan kelemahan yang dimiliki Kabupaten Kutai
Timur.
Dikaitkan dengan isu strategis, kondisi yang ada di Kabupaten Kutai
Timur tidak bisa dipisahkan dari isu-isu eksternal dan isu internal Kabupaten
Kutai Timur. Isu internal mencakup isu-isu yang berkembang di dunia
internasional secara umum, isu-isu yang sedang berkembang di kawasan
regional negara ASEAN, dan yang terjadi di level nasional Indonesia. Dalam
konteks dunia internasional, isu-isu yang berkaitan dengan pencapaian
tujuan dan target pembangunan yang berkelanjutan, dikenal dengan
Sustainable Development Goals (SDGs).
Dalam kaitannya dengan kawasan regional ASEAN, implementasi MEA
masih menjadi tantangan tersendiri bagi Indonesia dalam persaingan di level
kawasan. Masyarakat Indonesia tidak hanya menghadapi tingginya arus
barang import tetapi juga persaingan dalam menghadapi arus tenaga kerja
asing. Selanjutnya, isu-isu yang berkembang di level nasional dan daerah,
masih berfokus pada masalah kemiskinan, ketimpangan dan target
pertumbuhan ekonomi. Isu-isu strategis dalam pembangunan di Kabupaten
Kutai Timur ini dapat disajikan dalam skema sederhana dalam Gambar 4.1.
Isu-isu strategis ini dibedakan menjadi isu eksternal dan isu internal. Isu
eksternal di bedakan menjadi isu: internasional, regional, dan
nasional/provinsi. Di sisi yang lain, isu internal berkaitan dengan tugas pokok
pemerintahan yang mencakup: aspek kesejahteraan masyarakat, aspek
pelayanan umum dan aspek daya saing daerah.
R a n c a n g a n A k h i r P e r u b a h a n R P J M D T a h u n2 0 1 6 - 2 0 2 1 4-9
Bab 4 Permasalahan dan Isu-Isu Strategis Daerah
Gambar 4.1. Isu Strategis Pembangunan Kabupaten Kutai Timur
Berdasarkan Gambar 4.1 di atas, maka isu strategis pembangunan
Kabupaten Kutai Timur diuraikan di bawah ini. Uraian akan dimulai dari
pembahasan isu-isu internal.
4.2.1 Isu-Isu Internal di Kabupaten Kutai Timur
Isu internal yang ada di Kabupaten Kutai Timur mencakup: aspek
kesejahteraan masyarakat, aspek pelayanan umum, dan aspek daya saing
daerah.
4.2.1.1 Aspek Kesejahteraan Masyarakat
Aspek kesejahteraan masyarakat berkaitan dengan pemerataan ekonomi,
yang mencakup: perkembangan PDRB, PDRB per kapita, kemiskinan, Indeks
Pembangunan Manusia (IPM), dan Indeks Pembangunan Desa (IPD).
R a n c a n g a n A k h i r P e r u b a h a n R P J M D T a h u n2 0 1 6 - 2 0 2 1
4-10
IsuEksternal
IsuInternal
Internasional
RegionalEkstern
Nasional/
Provinsi
AspekKesejahter
aanMasyaraka
AspekPelayanan
Umum
AspekDayasaing
Daerah
ProgramNawacit
a
SDGsMEA
Pertambangan
ISUSTRATEGIS
Bab 4 Permasalahan dan Isu-Isu Strategis Daerah
1) Pertumbuhan PDRB dan PDRB per kapita
Pertumbuhan PDRB di Kabupaten Kutai Timur selama tahun 2013-
2017 berfluktuasi. Tiga tahun pertama, yaitu 2013-2016 PDRB ADHB terus
mengalami penurunan dari Rp 98,4 T menjadi Rp 89,9 T. Namun, sejak
tahun 2017 PDRB ADHB mulai naik. PDRB per kapita tanpa migas dan
batubara dalam periode 2013-2017 tidak mengikuti pola pertumbuhan PDRB.
Tahun 2013-2015 PDRB per kapita tanpa migas dan batubara berada pada
kisaran Rp 57,8 juta - Rp 59,8 juta; namun tahun 2016 PDRB per kapita turun
drastis menjadi Rp 26,6 juta dan mulai naik perlahan pada tahun 2017-2018.
Perbedaan arah pergerakan atau pola PDRB dan PDRB per kapita
pada tahun 2013-2015 tersebut dikarenakan adanya penyesuaian data
jumlah penduduk pada tahun 2014 (OPD Dukcapil, 2014). Data jumlah
penduduk semakin sedikit, sehingga angka PDRB perkapita yang dihasilkan
dari pembagian ini berdampak pada PDRB per kapita. Hal ini berarti adanya
peningkatan PDRB per kapita yang terjadi tidak menunjukan peningkatan
kesejahteraan secara riil, namun karena adanya perubahan data
kependudukan.
2) Kemiskinan
Kemiskinan di Kabupaten Kutai Timur menunjukkan trend yang menurun
pada periode 2013-2015. Hal ini sejalan dengan adanya peningkatan dalam
PDRB per kapita. Namun, sejak tahun 2016 dan 2017 kemiskinan meningkat,
hal ini juga sejalan dengan adanya trend penurunan dalam PDRB per kapita.
Kondisi ini menggambarkan bahwa pertumbuhan ekonomi belum dapat
dinikmati secara merata oleh seluruh lapisan masyarakat.
3) Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
R a n c a n g a n A k h i r P e r u b a h a n R P J M D T a h u n2 0 1 6 - 2 0 2 1
4-11
Bab 4 Permasalahan dan Isu-Isu Strategis Daerah
IPM kabupaten Kutai Timur selama tahun 2013-2017 menunjukkan trend
peningkatan, dengan nilai IPM sebesar 69,79 pada tahun 2013 dan
meningkat menjadi 71,43 pada tahun 2017. Kondisi ini memberi indikasi
bahwa peningkatan nilai IPM mungkin ditunjang oleh peningkatan dibidang
indikator pendidikan dan kesehatan.
4) Indeks Pembangunan Desa (IPD)
IPD Kabupaten Kutai Timur tahun 2013-2017 menunjukkan adanya
perubahan yang cukup dinamis. Berdasarkan perhitungan kementerian PPN/
Bappenas pada tahun 2014, jumlah desa tertinggal sebanyak 23 desa, dan
tahun 2017 turun menjadi 12 desa. Pada periode yang sama, desa
berkembang sebanyak 106 desa naik menjadi 119 desa; dan selanjutnya
desa mandiri dari 4 desa naik menjadi 8 desa. Kondisi ini menunjukkan
proses pembangunan sudah berjalan baik, karena hasil-hasil pembangunan
sudah dimulai dan dapat dinikmati sampai ke pelosok-pelosok desa.
4.2.1.2 Aspek Pelayanan Umum
Aspek pelayanan umum mencakup: urusan wajib pelayanan dasar;
urusan wajib bukan pelayanan dasar; urusan pilihan; dan urusan penunjang
pemerintahan.
1) Urusan wajib pelayanan dasar
Urusan wajib pelayanan dasar bidang sosial serta bidang pendidikan dan
kesehatan yang menunjang IPM cukup baik, namun masih harus ditingkatkan
terutama terkait dengan masalah pemerataan.
2) Urusan wajib bukan pelayanan dasar
Urusan wajib bukan pelayanan dasar yang harus mendapat perhatian
serius adalah: (1) bidang administrasi kependudukan dan catatan sipil; (2)
bidang pangan; (3) bidang koperasi dan UKM; (4) perhubungan; (5)
pemberdayaan masyarakat dan desa.
R a n c a n g a n A k h i r P e r u b a h a n R P J M D T a h u n2 0 1 6 - 2 0 2 1
4-12
Bab 4 Permasalahan dan Isu-Isu Strategis Daerah
3) Urusan Pilihan
Urusan pilihan yang harus mendapat perhatian serius adalah: pertanian,
kelautan, pariwisata, perdagangan, dan perindustrian. Hal ini disebabkan
karena bidang-bidang ini tidak hanya berpotensi meningkatkan daya saing
daerah, namun juga untuk menunjang pencapaian visi dan misi Kabupaten
Kutai Timur.
4) Urusan Penunjang Pemerintahan.
Semua bidang yang masuk dalam urusan penunjang pemerintahan yang
harus mendapat perhatian serius dalam rangka menciptakan good
government governance.
4.2.1.3 Aspek Daya Saing Daerah
Kabupaten Kutai Timur perlu meningkatkan kemampuan ekonomi
daerah, menyediakan fasilitas wilayah/infrastruktur, dan SDM berkualitas
untuk menunjang iklim berinvestasi. Penguatan aspek daya saing daerah ini
difokuskan pada pembangunan agrobisnis menuju agroindustri yang
berkelanjutan.
4.2.2 Isu Eksternal
Isu eksternal mencakup kondisi yang sedang berlangsung secara global,
kawasan, nasional dan regional. Isu global yang menjadi perhatian hampir
seluruh negara adalah 17 (tujuh belas) poin strategis dalam SDGs, dengan
tujuan utama untuk menurunkan kemiskinan. Dalam lingkup kawasan, isu
yang relevan adalah proses integrasi Asia Tenggara terkait implementasi
Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA).
4.2.2.1 Isu Internasional (Global)
A. Sustainable Development Goals (SDGs)
R a n c a n g a n A k h i r P e r u b a h a n R P J M D T a h u n2 0 1 6 - 2 0 2 1
4-13
Bab 4 Permasalahan dan Isu-Isu Strategis Daerah
Permasalahan pembangunan di Kabupaten Kutai Timur disajikan
sebagai integrasi dari isu global yaitu Sustainable Development Goals
(SDGs) dengan Rencana Pembangungan Jangka Menengah Daerah
(RPJMD). Permasalahan utama yang dikaji adalah kondisi apa yang
diharapkan dapat mendukung proses pembangunan agar dapat berlangsung
secara berkelanjutan. Adapun bidang-bidang yang dikaji mencakup hal-hal
berikut:
1) Masalah Kemiskinan
Kemiskinan merupakan masalah yang dapat terjadi baik di negara maju
maupun di negara berkembang. Kemiskinan merupakan masalah global yang
menjadi agenda utama untuk diselesaikan. Hal ini telah tertuang dalam
Sustainable Development Goals (SDGs). Kondisi kemiskinan di Kabupaten
Kutai Timur tersebar merata di delapan belas (18) kecamatan, namun
dengan tingkat keparahan yang berbeda-beda. Berdasarkan data yang
disajikan oleh BPS tahun 2017, kondisi kemiskinan yang diindikasikan oleh
jumlah keluarga miskin dan jumlah keluarga pra-sejahtera masih ada
hampir di semua kecamatan. Jumlah keluarga miskin dan keluarga pra-
sejahtera paling banyak ada di Kecamatan Muara Wahau (1.287 keluarga);
disusul oleh Kecamatan Kongbeng (862 keluarga); Kecamatan Teluk Pandan
(702 keluarga); dan Kecamatan Muara Ancalong (641 keluarga). Jumlah
keluarga Pra Sejahtera berkisar antara 100-300 keluarga tersebar di
kecamatan-kecamatan lain di Kabupaten Kutai Timur.
Selama enam tahun terakhir (2011-2016), garis kemiskikinan di
Kabupaten Kutai Timur berkisar antara Rp 339.000-Rp 470.228. Nilai ini
hanya berkisar antara 20 persen dari Upah Minimum Kabupaten (UMK) Kutai
Tahun 2017, yaitu senilai Rp 2.459.327. Kemiskinan menjadi isu penting
dalam pembangunan, karena masalah kemiskinan mencerminkan hasil dari
pembangunan yang tidak terdistribusi secara merata.
R a n c a n g a n A k h i r P e r u b a h a n R P J M D T a h u n2 0 1 6 - 2 0 2 1
4-14
Bab 4 Permasalahan dan Isu-Isu Strategis Daerah
Dalam dokumen RPJMD ini dsajikan angka kemiskinan (jumlah
keluarga Pra Sejahtera) relatif tinggi ada di Kecamatan: Muara Wahau,
Kongbeng, Teluk Pandan dan Muara Ancalong. Upaya pengentasan kondisi
kemiskinan harus menjadi prioritas kebijakan bagi pemerintah Kabupaten
Kutai Timur. Periode evaluasi pelaksanaan SDGs adalah tahun 2030. Oleh
karena itu, angka kemiskinan di Kabupaten Kutai Timur dapat ditekan
seminimal mungkin.
2) Masalah Ketahanan Pangan
Ketahanan pangan merupakan isu yang paling dekat dengan indikator
kemiskinan. Bila kebutuhan pangan tidak terpenuhi, kondisi ini langsung
berimplikasi pada indikator kemiskinan yang paling dasar. BPS (2015)
menetapkan bahwa kemiskinan juga diukur dengan menggunakan rata-rata
pengeluaran per kapita per bulan yang berada di bawah garis kemiskinan.
BPS membagi garis kemiskinan dalam garis kemiskinan makanan (GKM) dan
garis kemiskinan non makanan (GKNM). Kebutuhan pangan utama
masyarakat Indonesia berkaitan dengan kebutuhan konsumsi beras (padi),
jagung, ketela dan ubi. Untuk menjaga kondisi ketahanan pangan lebih
terjamin, maka produktivitas (ton/ha) dari komoditas pangan utama harus
dapat dipertahankan pada kondisi optimal. Hal ini berimplikasi pada
kebutuhan tersedianya dukungan pembangunan infrastruktur dan prasarana
sektor pertanian.
Kondisi di Kabupaten Kutai Timur, menurut data BPS tahun 2017, rasio
luas sawah yang mendapat aliran irigasi teknis relatif masih rendah.
Sebagian besar luas sawah yang ada berupa sawah kering (padi ladang),
dan hanya sebagian kecil berupa produksi sawah basah (padi sawah).
Produksi padi sawah paling luas (1.316,5 ha) terletak di Kecamatan Kaubun,
yang disusul oleh Kecamatan Kombeng (465,6 ha); Kecamatan Long
Mesangat (349,7 ha); Kecamatan Teluk Pandan (265,5 ha); dan Kecamatan
R a n c a n g a n A k h i r P e r u b a h a n R P J M D T a h u n2 0 1 6 - 2 0 2 1
4-15
Bab 4 Permasalahan dan Isu-Isu Strategis Daerah
Rantau Pulung (220 ha). Di kecamatan-kecamatan lainnya luas produksi padi
sawah basah hanya pada kisaran 25-200 ha. Agar kondisi ketahanan pangan
dapat tercapai, maka minimal aliran irigasi teknis harus terpenuhi. Hal ini
berlaku secara tehnis, irigasi yang baik merupakan prasyarat utama bagi
proses produksi tanaman pangan seperti padi, jagung, ketela ubi dan dan
tanaman pangan lainnya.
3) Kesehatan dan Kesejahteraan Masyarakat
Kesehatan merupakan salah satu modal dasar bagi kualitas sumber
daya manusia. Kondisi kesehatan tidak hanya mempengaruhi kualitas fisik
individu, namun juga mungkin mempengaruhi aspek psikologisnya. Hal ini
telah tertuang dalam semboyan “di dalam badan yang sehat ada jiwa yang
sehat”. Kondisi kesehatan fisik memungkinkan individu untuk belajar dengan
baik sampai ke jenjang pendidikan tinggi. Dalam hal ini, dapat dimaknai
bahwa kesehatan secara tidak langsung mempengaruhi kualitas individu
melalui tingkatan pendidikan yang dapat ditempuhnya. Dengan bekal kualitas
kesehatan dan pendidikan yang baik, maka individu mempunyai bekal untuk
bersaing masuk di pasar kerja, dan selanjutnya memperoleh pekerjaan
dengan upah yang layak. Dengan demikian, sinergi dari tiga komponen ini:
kesehatan yang baik, pendidikan yang baik, dan pekerjaan dengan upah
yang baik akan membantu meningkatkan indeks pembangunan manusia
(IPM).
Ditinjau dari indikator kesehatan yang lain di Kabupaten Kutai Timur,
angka kematian bayi atau AKB/infant mortality rate atau IMR relatif masih
tinggi, yaitu 13 bayi per 100.000 kelahiran hidup. Angka ini relatif masih
cukup tinggi, meskipun jika dibandingkan dengan kondisi tahun 2015, dimana
angka IMR telah menurun dari 16 bayi per kelahiran hidup. Indikator
kesehatan yang lain adalah kondisi balita dengan status gizi buruk. Menurut
data yang dipublikasikan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Kutai
Timur tahun 2016 dan 2017, tercatat ada kasus Balita dengan kondisi gizi
R a n c a n g a n A k h i r P e r u b a h a n R P J M D T a h u n2 0 1 6 - 2 0 2 1
4-16
Bab 4 Permasalahan dan Isu-Isu Strategis Daerah
buruk sebanyak 51 kasus. Insiden atau kasus gizi buruk terbanyak ada di
Kecamatan Muara Bengkal (21 kasus), Kecamatan Sangatta Selatan (8
kasus) dan Kecamatan Kongbeng (6 kasus). Balita yang pernah mengalami
masalah gizi buruk, apalagi hal ini terjadi pada usia emas bayi (1-3 tahun),
dapat berpengaruh pada proses perkembangan otak individu pada usia
dewasa (Plaza dkk, 2011). Proses perkembangan otak yang kurang
sempurna dapat berpengaruh pada capaian pendidikan individu yag
bersangkutan. Capaian pendidikan merupakan salah satu komponen dalam
indeks pembangunan manusia (IPM). Dalam konteks ini, masalah gizi buruk
pada batita atau balita sebaiknya menjadi prioritas kerja dinas kesehatan
kabupaten Kutai Timur, mengingat dampak gizi buruk pada capaian IPM
dalam jangka panjang. Indikator angka harapan hidup; yang lebih dikenal
dengan rata-rata angka harapan hidup (AHH) penduduk di Kabupaten Kutai
Timur adalah selama 72 tahun. Angka ini jauh lebih lama dibanding rata-rata
AHH nasional selama 70 tahun.
Pembangunan di bidang kesehatan khususnya indikator AHH Kutai
Timur sudah cukup baik, namun distribusi infrastruktur fisik kesehatan, yaitu
ketersediaan fasilitas kesehatan baru sebatas puskesmas yang merata di
seluruh 18 kecamatan di Kutai Timur. Keberadaan rumah sakit lebih terfokus
di Sangatta Utara sebanyak tujuh rumah sakit, dan satu rumah sakit di
Kecamatan Sangkulirang. Hal ini juga didukung oleh tenaga medis
profesional (dokter) paling banyak ada di Sangatta Utara (117 dokter). Di
Kecamatan Muara Wahau, Sangkulirang dan Sangatta Selatan baru dilayani
oleh sekitar 7 orang dokter. Di kecamatan-kecamatan yang lain, jumlah
dokter hanya berkisar 1-2 orang.
Untuk memenuhi target peningkatan kesejahteraan masyarakat di
Kabupaten Kutai Timur, maka kualitas kesehatan masyarakat harus
ditingkatkan. Agar dapat mencapai target ini, maka jumlah sarana dan
prasarana kesehatan harus terpenuhi dengan rasio yang memadai. Target
R a n c a n g a n A k h i r P e r u b a h a n R P J M D T a h u n2 0 1 6 - 2 0 2 1
4-17
Bab 4 Permasalahan dan Isu-Isu Strategis Daerah
peningkatan kualitas kesehatan penduduk yang hendaknya dicapai adalah:
(Angka Harapan Hidup/AHH) lebih lama dari 72 tahun; Angka Kematian Bayi
(AKB); Angka Gizi Buruk (AGK) kurang dari 20 kasus per 100 kelahiran bayi;
dan Angka Kematian Ibu (AKI) lebih rendah dari kondisi tahun 2017. Hal yang
jauh lebih penting adalah upaya meningkatkan kesadaran penduduk untuk
berobat ke dokter jika mereka mempunyai keluhan sakit. Kesadaran untuk
berperilaku hidup sehat, seperti slogan GERMAS (Gerakan Masyarakat
Hidup Sehat) lebih penting dibanding menjamin ketersediaan prasarana
kesehatan. Perilaku hidup sehat adalah tindakan preventif, sedangkan
perilaku memanfaatkan obat atau pergi ke dokter sudah masuk pada katagori
tindakan kuratif.
4) Pendidikan Inklusif
Pendidikan inklusif merupakan program pendidikan yang membaurkan
peserta didik yang mempunyai kebutuhan khusus (disability) dengan peserta
yang tidak membutuhkan kebutuhan khusus. Tujuan dari program pendidikan
inklusif adalah membaurkan proses pembelajaran agar anak-anak yang
berkebutuhan khusus mampu beradaptasi dengan lingkungan sosial lebih
cepat dan bisa beradaptasi secara normal.
Berdasarkan data BPS yaitu Kabupaten Kutai Timur dalam angka
Tahun 2017, belum ditemukan informasi berapa dan dimana sekolah yang
berstatus sekolah inklusif. Data BPS tersebut telah menunjukkan jumlah
sekolah umum dari jenjang SD dan SMP telah terdistribusi secara merata di
delapan belas (18) kecamatan di Kabupaten Kutai Timur. Sekolah Madrasah
Ibtidaiyah (MI) hanya ada di Kecamatan: Kombeng dan Sangkulirang,
masing-masing satu (1) sekolah; dan Kecamatan Sangatta Utara dan Teluk
Pandan masing-masing dua (2) sekolah MI.
5) Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan
R a n c a n g a n A k h i r P e r u b a h a n R P J M D T a h u n2 0 1 6 - 2 0 2 1
4-18
Bab 4 Permasalahan dan Isu-Isu Strategis Daerah
Butir nomor lima dalam SDGs adalah kesetaraan gender; yaitu
memberikan kesempatan yang sebesar-besarnya kepada perempuan untuk
menikmati proses pembangunan (pendidikan, kesehatan, layanan
infrastruktur) dan dalam kesempatan kerja. Dalam konteks Kabupaten Kutai
Timur, menurut data Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Kutai Timur,
dari 136 dinas atau instansi pemerintahan (SKPD) yang ada, rasio pegawai
pria dan wanita relatif seimbang. Hal ini memberi indikasi bahwa kesetaraan
gender, minimal di level pegawai pemerintah di Kabupaten Kutai Timur sudah
terlaksana dengan baik.
Bila dikaji dari jenjang pendidikan yang ditamatkan, pegawai negeri sipil
di lingkungan pemerintah Kabupaten Kutai Timur ditemukan hal berikut.
Pertama, untuk jenjang pendidikan SD, SMP, SMA dan Diploma (D1 dan
D2): jumlah PNS pria lebih tinggi dibanding PNS wanita. Kedua, untuk
jenjang pendidikan Diploma 3, Sarjana dan Pasca Sarjana: PNS wanita
hampir dua kali lipat lebih banyak dibanding PNS pria (BPS Kutai Timur,
2017:28).
6) Ketersediaan Air Bersih dan Pengelolaan Sanitasi
Kebutuhan air bersih dan kualitas sanitasi lingkungan merupakan
komponen utama dalam kualitas kesehatan fisik individu, dan hal ini
berdampak dalam jangka panjang (Esrey et al.,1991). Dalam sejumlah studi
yang menggunakan data level individu dan rumah tangga; yaitu data riset
kesehatan dasar (Riskesda, 2007 dan 2010) dilaporkan bahwa kualitas air
minum yang buruk berkorelasi positif dengan insiden diare dan muntaber bayi
dibawah tiga tahun (batita) dan bayi dibawah lima tahun (balita) di Indonesia.
Kombinasi dari kondisi sumber air minum yang tidak baik, terbiasa minum air
yang tidak direbus, serta kualitas sanitasi lingkungan yang buruk ditemukan
mempunyai asosiasi yang kuat dan robust terhadap indikator kesehatan.
Insiden bayi lahir dengan status gizi buruk, berat badan dan tinggi badan di
R a n c a n g a n A k h i r P e r u b a h a n R P J M D T a h u n2 0 1 6 - 2 0 2 1
4-19
Bab 4 Permasalahan dan Isu-Isu Strategis Daerah
bawah standar (stunting) serta insiden diare dan muntaber terjadi secara
regular (Komarulzaman, Smits dan de Jong, 2016).
Data yang dipublikasikan oleh BPS Kabupaten Kutai Timur tahun 2017,
menunjukkan bahwa jumlah pelanggan dan jumlah pipanisasi air bersih yang
tersalurkan relatif sudah terdistribusi dengan baik di delapan belas
kecamatan di Kabupaten Kutai Timur. Informasi untuk Kecamatan
Sangkulirang dan Kecamatan Kaliorang belum ada data tentang jumlah
pelanggan dan jumlah rumah tangga yang mendapat pipanisasi air bersih.
Apakah hal ini merefleksikan memang tidak ada pelanggan atau data belum
tercakup dengan benar, belum bisa diverifikasi dengan baik dalam dokumen
ini.
7) Energi
Energi listrik merupakan sumber kebutuhan utama di Indonesia.
Hampir semua kegiatan dalam aktivitas rumah tangga menggunakan energi
listrik. Secara agregat di level provinsi, data BPS tahun 2017 menunjukkan
bahwa hampir semua pulau-pulau di Indonesia bagian Timur belum
mendapat distribusi listrik dari PLN pada kisaran 80 persen dari total
pelanggan potensial. Untuk daerah-daerah perdesaan, jumlah pelanggan
bahkan masih di bawah 40 persen. Di Kabupaten Kutai Timur, jumlah
pelanggan listrik PLN tercatat sebanyak 33.523 pelanggan. Jumlah ini tidak
merinci katagori pelanggan, apakah rumah tangga atau bisnis. Namun, jika
dirinci menurut apakah pelanggan PLN atau nonPLN, data Kelistrikan
menunjukkan kondisi dalam Tabel 4.2.
Energi listrik merupakan salah satu komponen utama penunjang
produktivitas individu dalam kegiatan sehari-hari. Oleh karena itu, pemerintah
Kabupaten Kutai Timur hendaknya mulai memprioritaskan ketersediaan
energi listrik dengan sumber alternatif. Hal ini mengingat PT PLN tidak bisa
menjangkau pemukiman penduduk yang terkendala secara geografis dan
R a n c a n g a n A k h i r P e r u b a h a n R P J M D T a h u n2 0 1 6 - 2 0 2 1
4-20
Bab 4 Permasalahan dan Isu-Isu Strategis Daerah
karena adanya pertimbangan ekonomis. Beberapa wilayah Kecamatan yang
mempunyai rasio kepala keluarga tanpa listrik di atas 30 persen; harus
menjadi fokus kebijakan kelistrikan dalam beberapa tahun mendatang.
Tabel 4.2Kondisi Kelistrikan di Kabupaten Kutai Timur, 2017
No Nama KecamatanJumlah KKPelanggan
PLN
Jumlah KKPelangganNon-PLN
JumlahKK
tanpaListrik
TotalKK
Rasio KKTanpa
Listrik (%)
1 Muara Ancalong 2.003 1.624 0 4.401 17,602 Busang 0 1.046 593 1.639 36,203 Long Mesangat 0 1.563 376 1.939 20,004 Muara Wahau 5.596 2.858 391 8.845 5,005 Telen 206 1.559 467 2.232 21,006 Kombeng 4.782 3.156 0 7.938 0,007 Muara Bengkal 2.803 1.049 553 4.405 12,068 Batu Ampar 580 897 352 1.798 19,609 Sangatta Utara 16.596 5.383 2.353 24.334 9,70
10 Bengalon 8.285 1.683 2.453 8.285 29,6011 Teluk Pandan 837 2.401 472 3.710 12,7012 Sangatta Selatan 3,359 1.627 659 5.645 11,7013 Rantau Pulung 0 1.008 1.446 2.454 58,9014 Sangkulirang 1.896 1.787 1.620 5.303 30,5015 Kaliorang 0 2.061 379 2.440 15,5016 Sandaran 0 1.364 1.255 2.619 47,9017 Kaubun 0 2.204 443 2.647 16,7018 Karangan 457 796 1.539 2.792 55,10
Sumber: Dinas PMD-PTSP Kabupaten Kutai Timur, 2017
8) Pertumbuhan Ekonomi dan Kesempatan Kerja
R a n c a n g a n A k h i r P e r u b a h a n R P J M D T a h u n2 0 1 6 - 2 0 2 1
4-21
Bab 4 Permasalahan dan Isu-Isu Strategis Daerah
Pertumbuhan ekonomi dan kesempatan kerja merupakan indikator
positif dari proses pembangunan yang telah berjalan dengan baik. Dalam
konteks Kabupaten Kutai Timur, data BPS menunjukkan pertumbuhan
ekonomi yang belum merata berdasarkan tujuh belas (17) sektor selama
empat tahun terakhir (2013-2016). Secara umum telah terjadi pergeseran
aktivitas ekonomi dan pertumbuhan ekonomi antar sektor ekonomi. Sebagian
besar aktivitas dalam sektor ekonomi mengalami penurunan, sehingga output
sektoral mengalami pertumbuhan negatif. Sementara itu beberapa sektor
mengalami pertumbuhan yang semakin baik.
Sektor yang mengalami penurunan pertumbuhan secara signifikan
selama empat tahun terakhir (2013-2016) adalah pertanian, pertambangan
dan penggalian, konstruksi, serta perdagangan, hotel dan restoran. Sektor
pertambangan dan penggalian; konstruksi; dan jasa perusahaan selama dua
tahun (2015 dan 2016) berturut-turut mengalami pertumbuhan yang negatif.
Di sisi yang lain sektor-sektor: pengadaan listrik, gas; pengadaan air; jasa
keuangan; jasa kesehatan dan jasa lainnya mengalami pertumbuhan yang
sangat signifikan (BPS, Kutai Timur dalam Angka, 2017:192).
9) Pembangunan Infrastruktur, Peningkatan Industri dan Inovasi
Infrastruktur merupakan prasyarat penting dalam pembangunan.
Kualitas infrastruktur yang buruk dikatakan sebagai faktor penghambat
pembangunan. Dalam konteks pembangunan dan daya saing investasi
secara internasional, kualitas infrastruktur dan indeks performa logistik sering
menjadi sorotan utama. Secara keseluruhan, indeks performa logistik
Indonesia pada tahun 2016 adalah sebesar 2,98 dari skala 5. Ini berarti
secara keseluruhan kualitas infrastruktur (dengan skor 2,65) di Indonesia
masih relatif terbatas.
Berdasarkan data daya saing investasi tingkat kabupaten/kota di
Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2016, Kabupaten Kutai Timur bersama-
R a n c a n g a n A k h i r P e r u b a h a n R P J M D T a h u n2 0 1 6 - 2 0 2 1
4-22
Bab 4 Permasalahan dan Isu-Isu Strategis Daerah
sama dengan Kutai Kertanegara; Pasir; Bulungan; dan Tabalong; tercatat
sebagai lima Kabupaten yang mempunyai daya saing investasi dalam
peringkat A. Kabupaten Kutai Timur mendapat skor sebesar 6,58. Menurut
Laporan Indeks Inovasi Global yang dirilis pada tahun 2017, menunjukkan
daya saing inovasi negara Indonesia berada pada katagori menengah.
Indeks ini dihitung dari kualitas sumber daya manusia dan penelitian;
infrastruktur; dan kecanggihan tehnologi dalam berbisnis. Data di level
daerah kabupaten/kota untuk indeks inovasi belum tersedia, sehingga posisi
Kabupaten Kutai Timur belum bisa digambarkan.
Untuk meningkatkan performa ekonomi dan proses pembangunan di
Kabupaten Kutai Timur, sebagai komplemen atas prestasi indeks daya saing
investasi yang memperoleh skor A, maka inovasi usaha dan persaingan
industri di wilayah ini sebaiknya makin dikembangkan. Inovasi usaha akan
membawa perkembangan positif bagi perekonomian Kutai Timur secara
umum.
10) Kesenjangan Intra Daerah, Antar Daerah, dan Antar Negara
Indikator kesenjangan dalam ekonomi secara umum diukur dengan
beberapa ukuran. Ketimpangan dalam pendapatan, baik secara individu dan
kelompok diukur dengan indeks Gini Rasio. Ketimpangan antar wilayah
secara umum diukur dengan indeks Williamson.
Di level wilayah, yaitu kecamatan dan kabupaten; berdasarkan data
dari Simreda Kabupaten Kutai Tahun 2013, diperoleh informasi bahwa indeks
ketimpangan pendapatan yang diukur dengan Gini Rasio, menunjukkan
sebagai berikut. Indeks ketimpangan Gini Kabupaten Kutai Timur sebesar
0,2234 selama tahun 2010 dan 2011. Ditinjau per Kecamatan, data Simreda
menunjukkan bahwa ketimpangan pendapatan paling tinggi terjadi di
Kecamatan Sandaran dan ketimpangan pendapatan yang terrendah se-
kabupaten Kutai Timur terjadi di Kecamatan Sangatta Utara. Dilihat dari
R a n c a n g a n A k h i r P e r u b a h a n R P J M D T a h u n2 0 1 6 - 2 0 2 1
4-23
Bab 4 Permasalahan dan Isu-Isu Strategis Daerah
indeks Williamson, ketimpangan pendapatan di Kabupaten Kutai Timur
berturut-turut selama tahun 2010-2012 adalah 0,2215; 0,4350; dan 0,3049.
Angka ini menunjukkan kondisi ketimpangan yang cukup tinggi.
11) Permukiman
Menurut Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1992, permukiman adalah
bagian dari lingkungan hidup diluar kawasan lindung, baik berupa kawasan
perkotaan maupun perdesaan yang berfungsi sebagagai lingkungan tempat
tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung
perikehidupan dan penghidupan. Mengikuti konsep dan definisi ini
permukiman merupakan bagian yang terintegrasi untuk mendukung proses
pembangunan.
Kawasan permukiman di Kabupaten Kutai Timur difokuskan di tiga
kecamatan yaitu: Sangatta Utara, Sangatta Selatan dan Kaliorang, yang
khusus diperuntukkan sebagai kawasan Kota Terpadu Mandiri (KTM). Agar
kawasan permukiman penduduk memenuhi standar kualitas yang baik dan
memenuhi aspek kesehatan dalam jangka panjang, maka harus dijaga
sebaik mungkin supaya kawasan pemukiman tidak berbaur dengan kawasan
industri, meskipun itu dalam bentuk agroindustri. Hal ini dimaksudkan agar
produk agroindustri yang dihasilkan mempunyai kualitas yang baik, misalnya
diupayakan memenuhi kualifikasi pertanian organik.
Permukiman merupakan komponen dasar dalam pembangunan.
Menurut data dari Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Kutai Timur tahun
2011-2015 menunjukkan bahwa: (1) persentase rumah tinggal yang
menggunakan sanitasi layak adalah 90 persen; (2) persentase pemukiman
layak huni selama tahun 2011-2013 adalah 60-85 persen; (3) rasio rumah
tangga yang menggunakan air bersih selama 2011-2013 adalah 13,87 –
19,74 persen; dan (4) rasio pemakaman umum per wilayah permukiman
R a n c a n g a n A k h i r P e r u b a h a n R P J M D T a h u n2 0 1 6 - 2 0 2 1
4-24
Bab 4 Permasalahan dan Isu-Isu Strategis Daerah
ditemukan semakin menurun; yaitu: 28,69% (2011); 27,71% (2012); 27,71%
(2013), dan 5,52% (2014) serta 5,01% tahun 2015.
Informasi data ini menunjukkan bahwa kondisi permukiman di
Kabupaten Kutai Timur relatif belum memenuhi persyaratan layak secara
keseluruhan. Artinya, kebijakan dan upaya untuk meningkatkan kualitas
permukiman harus terus diupayakan.
12) Pola Produksi dan Konsumsi
Ditinjau dari sisi produksi dan konsumsi, Kabupaten Kutai Timur
mempunyai sumber daya atau kapasitas produksi yang beragam. Untuk
kapasitas produksi didominasi oleh sumber daya energi pertambangan dan
galian yang cukup tinggi. Di sisi yang lain, Kabupaten Kutai Timur juga
mempunyai kemampuan produksi tanaman pangan. Untuk produksi tanaman
pangan, hasil produksi di wilayah ini yaitu: padi, jagung, ubi kayu, ubi jalar,
kacang tanah, kacang kedelai dan kacang hijau. Padi secara umum
dihasilkan dengan produksi padi sawah dan padi ladang.
Secara umum penataan ruang Kabupaten Kutai Timur telah di atur
dalam Rencana Tata Ruang dan Tata Wilayah (RTRW) dan Rencana
Strategis (Renstra) Kabupaten Kutai Timur. Menurut ketentuan RTRW dan
Renstra ini, penataan wilayah Kabupaten Kutai Timur di bagi dalam: kawasan
pertanian, perikanan dan kehutanan; kawasan pertambangan dan kawasan
pemerintahan dan bisnis serta kawasan permukiman.
Kawasan pertanian khususnya pertanian lahan basah difokuskan di
Kecamatan Muara Bengkal dan Muara Ancalong. Untuk menjamin lahan
pertanian yang berkelanjutan difokuskan di empat kecamatan yaitu: Busang,
Karangan, Muara Ancalong dan Sandaran. Kawasan perkebunan rakyat,
yaitu komoditas kakao, karet, lada, dan kelapa sawit, difokuskan di 16 (enam
belas) kecamatan yaitu Kecamatan Sangatta Utara, Rantau Pulung,
Bengalon, Muara Bengkal, Muara Ancalong, Long Mesangat, Busang, Muara
R a n c a n g a n A k h i r P e r u b a h a n R P J M D T a h u n2 0 1 6 - 2 0 2 1
4-25
Bab 4 Permasalahan dan Isu-Isu Strategis Daerah
Wahau, Kongbeng, Telen, Batu Ampar, Kaliorang, Sangkulirang, Kaubun,
Karangan dan Sandaran. Kawasan perikanan, khususnya air tawar dan air
laut difokuskan pada Kecamatan Sangatta Selatan.
Kawasan pertambangan secara umum dibedakan menjadi:
pertambangan batubara yang difokuskan di Sangatta, Tandung Mayang,
Bengalon, Busang, Telen, Sangkulirang, Muara Wahau, dan Muara
Ancalong. Pertambangan emas berfokus di wilayah: Pesab, Sungai Telen
dan Sungai Marah di Kecamatan Muara Wahau; sungai Kelinjau, Sungai
Atan di Kecamatan Muara Ancalong, dan Kecamatan Busang. Pertambangan
besi terdapat di wilayah Kecamatan Kaliorang, Sangkulirang, Kongbeng, dan
Busang.
Agar visi dan misi Kabupaten Kutai Timur menuju wilayah yang
berbasis agribisnis dan agroindustri, maka sub satuan wilayah
pengembangan (SSWP) harus dijalankan dengan baik. Dalam jangka
panjang, alih fungsi lahan dari pertanian produktif ke lahan non pertanian
harus diupayakan seminim mungkin.
13) Perubahan Iklim
Bagi Pemerintah Kabupaten Kutai Timur, upaya untuk menurunkan
efek gas rumah kaca dalam pelaksanaannya melalui koordinasi program dari
pemerintah level Gubernur dan diimplementasikan oleh pemerintah level
dibawahnya. Secara nasional, target penurunan emisi gas karbon difokuskan
melalui sektor yang diduga mengeluarkan gas emisi terbesar, diantaranya
sektor berbasis penggunaan lahan (land-use change and forestry/LUCF) dan
upaya penurunan emisi melalui aktivitas transportasi dan pemakaian energi
listrik (Kementrian Keuangan, 2014). Untuk sektor yang pertama, yaitu lahan
kehutanan, pertanian, perkebunan dan juga termasuk lahan gambut sangat
berkaitan kondisi alam di Kabupaten Kutai Timur.
R a n c a n g a n A k h i r P e r u b a h a n R P J M D T a h u n2 0 1 6 - 2 0 2 1
4-26
Bab 4 Permasalahan dan Isu-Isu Strategis Daerah
Kabupaten Kutai Timur terdiri dari 18 kecamatan, 139 desa, dan 2
kelurahan. Ibukota Kabupaten Kutai Timur adalah Sangatta. Data BPS
Kabupaten Sangatta, menyajikan informasi bahwa komposisi wilayah darat
Kabupaten Kutai Timur dimanfaatkan untuk perkebunan seluas 1.117.760,90
ha; untuk hutan produksi seluas 540.841,50 ha; untuk hutan produksi
terbatas seluas 492.814,79 ha; dan untuk hutan lindung seluas 327.825,87
ha. Tingginya permintaan komoditas pertanian seperti kelapa sawit dan
jagung untuk ekspor, diduga menjadi pemicu perambahan kawasan hutan
secara besar-besaran. Hal ini terjadi di pulau-pulau besar di Indonesia, salah
satunya adalah Kalimantan.
Sumber emisi gas karbon yang lain berasal dari aktivitas industri dan
rumah tangga yang menggunakan energi listrik, termasuk didalamnya
penggunaan lampu penerangan jalan; serta gas emisi dari aktivitas
transportasi. Kabupaten Kutai Timur mempunyai jumlah penduduk yang
relatif tidak terlalu padat, dan juga aktivitas industri dan transportasi yang
tergolong belum dalam katagori sangat padat. Namun demikian, upaya
penurunan gas karbon harus tetap dilakukan, agar target nasional penurunan
emisi sebesar 41 persen pada tahun 2020 dapat dicapai.
14) Sumber Daya Kelautan
Indonesia merupakan negara maritime. Sebagian besar wilayah
Indonesia dikelilingi oleh laut. Oleh karena itu, kekayaan sumber daya laut
dalam bentuk kekayaan ikan dan biota laut lainnya merupakan sumber daya
potensial bagi pembiayaan pembangunan.
15) Ekosistem Daratan, Hutan, Degradasi Lahan, dan Keanekaragaman
Hayati
Disamping merupakan negara maritim, Indonesia juga merupakan
negara tropis yang mempunyai kekayaan alam tropis yang luar biasa besar.
R a n c a n g a n A k h i r P e r u b a h a n R P J M D T a h u n2 0 1 6 - 2 0 2 1
4-27
Bab 4 Permasalahan dan Isu-Isu Strategis Daerah
Namun, kekayaan alam hutan sebagian besar telah rusak oleh karena
terjadinya pemanfaatan hutan secara berlebihan. Penebangan hutan yang
dilakungan secara terus menerus menyebabkan hutan gundul, dan hal ini
dapat memicu banjir di musim hujan.
Untuk menjaga kelestarian hutan tropis ini, maka upaya reboisasi harus mulai
dilakukan kembali.
16) Kedamaian Masyarakat, Kesamaan Akses pada Keadilan
Indonesia merupakan negara yang mempunyai keragaman budaya
dalam bentuk ragam suku, agama, dan bahasa. Solidaritas antar suku dan
agama harus diupayakan agar tercipta kedamaian di masyarakat. Kedamaian
juga akan terjaga apabila setiap bagian dari masyarakat memperoleh rasa
keadilan.
17) Penguatan Sarana Pelaksanaan dan Kemitraan Global untuk
Pembangunan Berkelanjutan
Indonesia merupakan negara berkembang yang sedang membangun.
Untuk membiayai pembangunan Indonesia membutuhkan dana yang sangat
besar. Kemitraan global untuk membantu membiayai pembangunan,
khususnya dalam isu pembangunan yang ramah lingkungan dan upaya untuk
menurunkan efek dari rumah kaca harus terus diupayakan.
B. Fluktuasi Harga Komoditas Tambang Batubara
Kabupaten Kutai Timur merupakan bagian dari wilayah Indonesia yang
kaya dengan sumber daya tambang batubara. Pada tahun 2017 telah ada
sekitar 149 perusahaan tambang yang beroperasi di Kabupaten Kutai Timur.
Dari jumlah perusahaan tersebut, sebanyak 143 perusahaan mempunyai
status Izin Usaha Pertambangan (IUP), dan sisanya 6 perusahaan tambang
R a n c a n g a n A k h i r P e r u b a h a n R P J M D T a h u n2 0 1 6 - 2 0 2 1
4-28
Bab 4 Permasalahan dan Isu-Isu Strategis Daerah
dengan status Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara
(PKP2B). Hal tersebut menunjukkan bahwa perekonomian Kabupaten Kutai
Timur sangat tergantung pada pertambangan batubara. Kondisi ini terbukti
dari kontribusi batubara dalam Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
relatif tinggi, yaitu pada kisaran 75 persen.
Kabupaten Kutai Timur tidak selamanya dapat mengandalkan potensi
tambang batubara sebagai sektor utama dalam aktivitas ekonomi.
Ketergantungan perekonomian tersebut harus dikurangi karena:1) batubara
merupakan sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui (non-renewable
resources); 2) adanya kebijakan pemerintah yang melarang ekspor mineral
mentah (termasuk batubara) serta kebijakan insentif fiskal bagi perusahaan di
dalam negeri yang mengunakan batubara sebagai input produksi.
Dalam kondisi tingginya permintaan batubara baik untuk kebutuhan
domestik maupun di pasar internasional dapat memacu fluktuasi harga
batubara. Penurunan harga dapat berdampak pada kinerja ekonomi secara
langsung, karena nilai output secara nominal dan riil akan turun drastis.
Selama tahun 2018, harga batubara acuan (HBA) cenderung mengalami
peningkatan. Bulan Juli 2018 HBA resmi dari Kementrian ESDM sebesar
US$ 104,65 per ton, dan HBA bulan Agustus telah naik menjadi sebesar US$
107,83 per ton. (Kepmen ESDM No. 1917 K/30/ MEM/2018)
Kecenderungan fluktuasi harga batubara dunia dapat berdampak pada
dua hal. Pertama, kenaikan harga batubara akan mengurangi permintaan
terhadap komoditas batubara dunia, terutama dari negara-negara maju.
Situasi ini turut mempengaruhi turunnya produksi batubara Kabupaten Kutai
Timur. Akibat turunnya produksi ini membawa dampak berkurangnya
permintaan terhadap tenaga kerja atau terjadi PHK masal di Kabupaten Kutai
Timur, sehingga menjadikan angka pengangguran maupun tingkat
kemiskinan akan meningkat.
R a n c a n g a n A k h i r P e r u b a h a n R P J M D T a h u n2 0 1 6 - 2 0 2 1
4-29
Bab 4 Permasalahan dan Isu-Isu Strategis Daerah
Kedua, turunnya harga tambang batubara dunia memicu kenaikan
terhadap permintaan batubaru Kabupaten Kutai Timur. Naiknya permintaan
ini mendorong tingkat produksi batubara yang dapat mempercepat
berkurangnya cadangan batubara. Sementara itu, negara-negara lain yang
memiliki cadangan batubara cenderung memperlambat berkurangnya
cadangan batubara mereka dengan cara tidak mengeksplorasinya secara
besar-besaran. Ini berarti Kabupaten Kutai Timur khususnya dan Indonesia
pada umumnya harus segera mengurangi tumpuan ekonomi utama pada
hasil tambang batubara. Dengan demikian Kabupaten Kutai Timur harus
segera mengoptimalkan potensi sektor agrobisnis dan agroindustri untuk
mengurangi ketergantungan perekonomiannya pada sektor batubara.
Adapun langkah nyata yang dapat dilakukan adalah dengan memfokuskan
tema pembangunan daerah pada sektor agrobisnis dan agroindustri.
4.2.2.2 Isu Regional atau Kawasan ASEAN
Daya saing didefinisikan sebagai kondisi institusi, kebijakan, dan
faktor-faktor yang menentukan tingkat produktivitas ekonomi suatu negara.
Produktivitas yang tinggi mencerminkan daya saing tinggi, dan daya saing
tinggi berpotensi memungkinkan pertumbuhan ekonomi yang tinggi, dan
selanjutnya akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat negara tersebut.
Terdapat banyak determinan pendorong produktivitas, yang oleh World
Economic Forum (WEF) dikelompokkan kedalam 12 pilar daya saing, yaitu:
(1) institusi, (2) infrastruktur, (3) makroekonomi, (4) kesehatan dan
pendidikan dasar, (5) pendidikan tinggi, (6) efisiensi pasar barang, (7)
efisiensi pasar kerja, (8) pasar keuangan, (9) kesiapan teknologi, (10)
besaran pasar, (11) kecanggihan bisnis, dan (12) inovasi. Selanjutnya ke 12
pilar tersebut dikelompokkan kedalam 3 kelompok pilar, yaitu kelompok
persyaratan dasar, kelompok penopang efisiensi, dan kelompok inovasi dan
kecanggihan bisnis.
R a n c a n g a n A k h i r P e r u b a h a n R P J M D T a h u n2 0 1 6 - 2 0 2 1
4-30
Bab 4 Permasalahan dan Isu-Isu Strategis Daerah
Berdasarkan Global Competitiveness Report yang dirilis WEF, daya
saing Indonesia menempati peringkat ke-36 dari 137 negara pada 2017-
2018. Peringkat daya saing Indonesia naik 5 peringkat dibanding peringkat
ke-41 pada laporan WEF tahun 2014-2015. Peringkat Indonesia masih
dibawah negara-negara tetangga di kawasan ASEAN. Singapura berada di
peringkat ke-2, Malaysia ke-18, dan Thailand ke-32.
Peringkat daya saing ekonomi Indonesia pada level global masih
rendah dan harus menjadi bahan koreksi dan introspeksi. Peringkat daya
saing Indonesia yang masih terpaut jauh dari negara-negara tetangga di
kawasan ASEAN merupakan sinyalemen bahwa pemerintah harus bekerja
lebih maksimal. Jika mengacu pada parameter-parameter yang digunakan
WEF, lebih dari separuh daya saing ekonomi suatu bangsa ditentukan oleh
kebijakan pemerintah. Dengan kata lain, kebijakan pemerintah sangat
menentukan baik-buruknya daya saing ekonomi nasional.
Kriteria daya saing versi WEF mengacu pada 113 indikator yang
dikelompokkan dalam 12 pilar, yaitu institusi atau birokrasi, infrastruktur,
kondisi dan situasi ekonomi makro, kesehatan dan pendidikan dasar, serta
pendidikan tingkat atas dan pelatihan. Pilar lainya adalah efisiensi pasar,
efisiensi tenaga kerja, pengembangan pasar finansial, kesiapan teknologi,
ukuran pasar, lingkungan bisnis, dan inovasi. Reformasi birokrasi,
menghilangkan hambatan dunia usaha, dan menghapus ekonomi biaya tinggi
sudah lama dianjurkan oleh pemerintah. Hal ini dilakukan sejalan dengan
mempercepat pembangunan infrastruktur, membenahi iklim tenaga kerja, dan
mendorong inovasi bisnis.
Seluruh negara anggota ASEAN telah menyepakati ASEAN Economic
Community (AEC)/Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang merupakan
integrasi ekonomi ASEAN dalam menghadapi perdagangan bebas antar
negara-negara ASEAN. Pembentukan pasar tunggal MEA memungkinkan
satu negara menjual barang dan jasa dengan mudah ke negara-negara lain
R a n c a n g a n A k h i r P e r u b a h a n R P J M D T a h u n2 0 1 6 - 2 0 2 1
4-31
Bab 4 Permasalahan dan Isu-Isu Strategis Daerah
di seluruh Asia Tenggara sehingga kompetisi akan semakin ketat. Selain itu,
MEA juga memungkinkan terjadinya arus tenaga profesional diantara negara-
negara ASEAN. Pada prinsinya implementasi MEA meliputi 12 sektor
prioritas yang disebut arus bebas tenaga kerja terampil untuk perawatan
kesehatan, turisme, jasa logistik, e-ASEAN, jasa angkutan udara, produk
berbasis agro, barang-barang elektronik, perikanan, produk berbasis karet,
tekstil dan pakaian, otomotif, dan produk berbasis kayu.
ASEAN Economic Community Blueprint 2025 menggarisbawahi bahwa
tantangan yang dihadapi oleh masing-masing negara dengan implementasi
MEA adalah: 1) Peningkatan persaingan dan daya saing produksi barang dan
jasa; 2) Peningkatan mobilitas tenaga kerja, baik yang mempunyai
keterampilan sederhana maupun tinggi; 3) Peningkatan daya saing untuk
menarik investasi asing langsung. Terkait MEA, masyarakat Indonesia secara
umum dan masyarakat di Kutai Timur secara khusus, menghadapi
persaingan yang semakin meningkat. Peningkatan persaingan tersebut
terutama pada: (i) persaingan memperebutkan pangsa pasar produk ekspor;
(ii) persaingan dalam mendapatkan lapangan kerja, karena mobilitas pekerja
antar negara di kawasan tidak bisa dihindari; (iii) persaingan untuk
menciptakan daya tarik investasi, khususnya PMA.
Pemerintah Kabupaten Kutai Timur, sesuai dengan visi dan misi yang
telah dicanangkan, bahwa semua gerak pembangunan daerah akan
ditujukan untuk mendukung tercapainya kemandirian Kutai Timur yang
berbasis agrobisnis. Pembangunan agrobisnis diharapkan dapat memberikan
“efek ganda” terhadap pembangunan ekonomi daerah khususnya ekonomi
masyarakat yang berdaya saing baik pada tingkat regional, nasional maupun
global dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Realisasi
MEA ini harus direspon oleh Kabupaten Kutai Timur dengan peningkatan
kapabilitas dan kompetensinya. Respon tersebut dapat difokuskan pada
penyiapan produk agribisnis dan agroindustri yang didukung sumber daya
R a n c a n g a n A k h i r P e r u b a h a n R P J M D T a h u n2 0 1 6 - 2 0 2 1
4-32
Bab 4 Permasalahan dan Isu-Isu Strategis Daerah
manusia (SDM) yang berdaya saing tinggi serta infrastruktur yang memadai.
Infrastruktur untuk mendukung pembangunan bidang agribisnis dan
agroindustri terutama aksesibilitas antar wilayah, serta kelembagaan pasar
dan keuangan. Khusus di bidang pertanian, pola alih fungsi lahan dari
pertanian ke non-pertanian harus diminimalkan. Adapun daya saing SDM
dapat ditingkatkan terutama melalui bidang pendidikan dan kesehatan.
Peningkatan bidang pendidikan difokuskan pada penguatan keterampilan
pelaku ekonomi agribisnis dan agroindustri. Kabupaten Kutai Timur harus
berupaya keras meningkatkan status kesehatan penduduk khususnya yang
berkaitan dengan penyakit menular maupun tidak menular.
4.2.2.3 Isu Nasional dan Provinsi
A. Isu Nasional
Pemerintah mencanangkan program pembangunan yang dikenal dengan
program Nawacita. Program Nawacita memuat butir-butir sebagai berikut.
1. Menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa dan
memberikan rasa aman pada seluruh warga negara, melalui politik luar
negeri bebas aktif, keamanan nasional yang terpercaya dan
pembangunan pertahanan negara Tri Matra terpadu yang dilandasi
kepentingan nasional dan memperkuat jati diri sebagai negara maritim.
2. Membuat pemerintah tidak absen dengan membangun tata kelola
pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis, dan terpercaya, dengan
memberikan prioritas pada upaya memulihkan kepercayaan publik pada
institusi-institusi demokrasi dengan melanjutkan konsolidasi demokrasi
melalui reformasi sistem kepartaian, pemilu, dan lembaga perwakilan.
3. Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah
dan desa dalam kerangka negara kesatuan.
4. Menolak negara lemah dengan melakukan reformasi sistem dan
penegakan hukum yang bebas korupsi, bermartabat, dan terpercaya.
R a n c a n g a n A k h i r P e r u b a h a n R P J M D T a h u n2 0 1 6 - 2 0 2 1
4-33
Bab 4 Permasalahan dan Isu-Isu Strategis Daerah
5. Meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia melalui peningkatan
kualitas pendidikan dan pelatihan dengan program "Indonesia Pintar";
serta peningkatan kesejahteraan masyarakat dengan program "Indonesia
Kerja" dan "Indonesia Sejahtera" dengan mendorong land reform dan
program kepemilikan tanah seluas 9 hektar, program rumah kampung
deret atau rumah susun murah yang disubsidi serta jaminan sosial untuk
rakyat di tahun 2019.
6. Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional
sehingga bangsa Indonesia bisa maju dan bangkit bersama bangsa-
bangsa Asia lainnya.
7. Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor
strategis ekonomi domestik.
8. Melakukan revolusi karakter bangsa melalui kebijakan penataan kembali
kurikulum pendidikan nasional dengan mengedepankan aspek pendidikan
kewarganegaraan, yang menempatkan secara proporsional aspek
pendidikan, seperti pengajaran sejarah pembentukan bangsa, nilai-nilai
patriotisme dan cinta Tanah Air, semangat bela negara dan budi pekerti di
dalam kurikulum pendidikan Indonesia.
9. Memperteguh kebhinnekaan dan memperkuat restorasi sosial Indonesia
melalui kebijakan memperkuat pendidikan kebhinnekaan dan
menciptakan ruang-ruang dialog antarwarga.
Sehubungan dengan program pembangunan nasional Nawacita di atas,
Kabupaten Kutai Timur dituntut harus mampu menyelenggarakan fungsi
pemerintahan berbasis pada good government governance (GGG).
Penerapan GGG ini akan mendorong Kabupaten Kutai Timur mencapai cita-
cita pembangunan sesuai dengan kewenangan yang dimiliki.
B. Isu Provinsi Kalimantan Timur
R a n c a n g a n A k h i r P e r u b a h a n R P J M D T a h u n2 0 1 6 - 2 0 2 1
4-34
Bab 4 Permasalahan dan Isu-Isu Strategis Daerah
Berdasarkan beberapa aspek pertimbangan, seperti sinergitas dengan
RPJPD, isu internasional, kesepatakan regional-global dan perumusan
masalah masing-masing urusan pemerintahan daerah, maka Pemerintah
Provinsi Kalimantan Timur menetapkan isu strategis sebagai berikut:
1. Masih rendahnya daya saing sumber daya manusia
Jauhnya jarak antara sebagian besar kabupaten ke Ibu Kota provinsi,
luasnya wilayah, dan kurangnya pembangunan yang terintegrasi
menyebabkan tingginya kesenjangan antara satu kabupaten/kota terhadap
yang lain. Terbatasnya lapangan usaha masyarakat yang berimplikasi pada
fluktuasi pengangguran terbuka menjadi salah satu penyebab kesenjangan
pendapatan masyarakat. Tidak meratanya pendapatan mengakibatkan gap
kesejahteraan antar masyarakat, khususnya apabila dilihat dari tingginya
angka kemiskinan di perdesaan. Isu ini harus direspon dengan peningkatan
serapan tenaga kerja di sektor perikanan, perkebunan, perdagangan,
pariwisata serta berbagai sektor potensial lainnya.
Sumber daya manusia (SDM) yang berdaya saing merupakan salah
satu modal penting pembangunan daerah Provinsi Kalimantan Timur. Pada
konteks ini, SDM yang berdaya saing memiliki kualitas yang tinggi dan dapat
berperan dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan
Namun, Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur saat ini masih berhadapan
dengan persoalan belum optimalnya daya saing SDM. Permasalahan utama
tersebut dapat disebabkan belum optimalnya pelayanan dalam tiga sektor
pembangunan, yaitu sector pendidikan, kesehatan, dan tenaga kerja. Belum
optimalnya kualitas pada sector tersebut berpengaruh terhadap daya saing
daerah.
2. Transformasi ekonomi berbasis sumber daya alam tidak terbarukan
ke sumber daya alam terbarukan berjalan lambat baik secara vertikal
maupun horizontal
R a n c a n g a n A k h i r P e r u b a h a n R P J M D T a h u n2 0 1 6 - 2 0 2 1
4-35
Bab 4 Permasalahan dan Isu-Isu Strategis Daerah
Pertumbuhan ekonomi terbesar di Provinsi Kalimantan Timur
didominasi oleh sektor pertambangan, sementara kontribusi sektor
perkebunan, perikanan serta sektor potensial lain yang mampu menyerap
tenaga kerja dalam skala besar masih perlu dioptimalkan. Besarnya
kontribusi sektor pertambangan terhadap pertumbuhan ekonomi ternyata
tidak mampu berjalan secara berkelanjutan. Banyak aspek seperti sosial,
lingkungan dan inklusivitas pertumbuhan ekonomi terabaikan, jika Provinsi
Kalimantan Timur terus mengandalkan sector pertambangan sebagai
pondasi utama pertumbuhan ekonomi. Mengingat semakin langkanya dan
menurunnya sumber daya alam tidak terbarukan, masa depan Provinsi
Kalimantan Timur tergantung pada percepatan transformasi ekonomi dari
sumber daya alam tidak terbarukan ke sumber daya alam terbarukan sebagai
alternatif unggulan ekonomi Kalimantan Timur.
Pengembangan industrialisasi sektor sumber daya alam terbarukan
diharapkan dapat mengentaskan kemiskinan, penciptaan lapangan
pekerjaan, peningkatan pendapatan asli daerah, dan menciptakan ekspor
non migas yang memberikan nilai tambah perekonomian daerah. Oleh sebab
itu, isu peningkatan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan
danberkerakyatan menjadi persoalan penting yang harus mendapat perhatian
dari berbagai stakeholder.
3. Pembangunan infrastruktur belum optimal dalam mendukung
peningkatan aksesibilitas dan konektivitas wilayah
Penyediaan infrastruktur dasar di Provinsi Kalimantan Timur belum
memadai. Permasalahan utama yang terjadi berkaitan dengan rendahnya
ketersediaan serta kualitas infrastruktur dasar terbangun. Kondisi tersebut
disebabkan oleh belum terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan dasar
masyarakat pada beberapa sektor seperti transportasi, perumahan dan
pemukiman, air bersih, energi dan ketenagalistrikan. Kelangkaan bahan
R a n c a n g a n A k h i r P e r u b a h a n R P J M D T a h u n2 0 1 6 - 2 0 2 1
4-36
Bab 4 Permasalahan dan Isu-Isu Strategis Daerah
bakar minyak (BBM) dan daya listrik belum mendapatkan perhatian khusus
karena dapat menyebabkan pembangunan terhambat, kondisi ini sangat
kontras dengan kontribusi yang diberikan Provinsi Kalimantan Timur terhadap
pasokan energi nasional. Isu strategis ini perlu diselesaikan secara cepat
sebagai pondasi bagi pertumbuhan dan pemerataan kesejahteraan
masyarakat.
4. Penurunan Kualitas Lingkungan Hidup
Penurunan kualitas lingkungan hidup lebih tercermin dari penurunan
lingkungan yang berdampak pada peningkatan jumlah bencana banjir dan
tingginya emisi dari pembukaan lahan. Penurunan kualitas lingkungan hidup
jauh lebih mudah dilihat pada dampak yang diakibatkan. Tingginya alih fungsi
lahan dan hutan, tingginya pencemaran air dan udara, masih tingginya Gas
Rumah Kaca, tumpang tindih lahan dan perijinan serta belum optimalnya
penanggulangan persampahan menjadi penyebab bagi penurunan kualitas
lingkungan hidup yang harus diselesaikan.
5. Pemerintahan yang belum mencapai kinerja profesional dan
akuntabel
Tata kelola pemerintahan di Provinsi Kalimantan Timur telah berada
pada kondisi yang cukup baik jika didasarkan pada capaian indikator
pembangunan. Meskipun demikian, masih terdapat beberapa tantangan,
misalnya terkait optimalisasi akuntabilitas kinerja secara administratif maupun
sosial. Indikator akuntabilitas yang bersifat administrative dapat dilihat dari
dua indikator, yakni nilai Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
(SAKIP) dan peringkat Evaluasi Kinerja Penyelenggaraan Pemerintahan
Daerah (EKPPD). Provinsi Kalimantan Timur mencapai nilai SAKIP “BB”
pada 2017 dan status “Sangat Tinggi” dengan menduduki peringkat 8 pada
penilaian EKPPD.
R a n c a n g a n A k h i r P e r u b a h a n R P J M D T a h u n2 0 1 6 - 2 0 2 1
4-37
Bab 4 Permasalahan dan Isu-Isu Strategis Daerah
Adapun akuntabilitas keuangan ditandai dengan capaian opini BPK
atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah, dimana Provinsi Kalimantan
Timur memperoleh opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) pada tahun 2017.
Sementara indikator akuntabilitas sosial dapat dilihat dari capaian indeks
kepuasan masyarakat, terutama terhadap pelayanan yang diberikan
pemerintah pada masyarakat. Capaian indeks kepuasan masyarakat Provinsi
Kalimantan Timur adalah 82,15. Angka tersebut telah menandakan kualitas
yang cukup baik, namun belum optimal. Capaian akuntabilitas kinerja,
keuangan, dan akuntabilitas sosial dapat mencerminkan indikator kinerja
utama dalam tata kelola pemerintahan, yakni indeks reformasi birokrasi.
Provinsi Kalimantan Timur memiliki predikat reformasi birokrasi “BB” pada
tahun 2016. Dari sisi transparansi terkait dengan tuntutan keterbukaan di
dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah dapat dilihat dari capaian
pelaksanaan prinsip transparansi, antara lain ditandai oleh indeks
keterbukaan informasi publik, dimana Provinsi Kalimantan Timur berada pada
peringkat 3 secara nasional pada tahun 2016 menurun menjadi peringkat 8
pada tahun 2017. Dari sisi partisipasi masyarakat juga belum optimal yang
dapat dilihat dari kualitas demokrasi daerah. Indeks demokrasi Provinsi
Kalimantan Timur mengalami penurunan, yakni dari tahun 2015 sebesar
81,14 menjadi 73,64 pada 2016. Ketiga aspek Indeks demokrasi yakni
kebebasan sipil, lembaga demokrasi, dan hak-hak politik Provinsi Kalimantan
Timur mengalami penurunan. Sebagai provinsi yang dikenal memiliki
kekayaan alam melimpah, penyelenggaraan pemerintahan banyak disorot
karena memiliki peluang untuk melakukan penyimpangan pengelolaan
keuangan daerah. Pemerintahan Daerah harus mengantisipasi adanya
penyimpangan dengan memperkuat sikap politik dalam penegakan hukum
yang baik. Pemerintahan Provinsi Kalimantan Timur juga hendaknya
meningkatkan integritas diri dan integritas lembaga menuju pada wilayah
(zona bebas korupsi).
R a n c a n g a n A k h i r P e r u b a h a n R P J M D T a h u n2 0 1 6 - 2 0 2 1
4-38
Bab 4 Permasalahan dan Isu-Isu Strategis Daerah
C. Rumusan Isu Strategis Kabupaten Kutai Timur
Berdasarkan dari hasil analisis di atas, maka isu strategis pembangunan
Kabupaten Kutai Timur pada pelaksanaan RPJMD tahun 2016-2021
dirumuskan dari: 1) permasalahan-permasalahan pembangunan berdasarkan
Urusan Pemerintahan Kabupaten Kutai Timur pada periode sebelumnya
(2012-2017); dan (2) isu-isu eksternal meliputi isu strategis internasional,
regional (Asia), nasional dan provinsi, serta kebijakan pembangunan yang
tertuang dalam dokumen perencanaan Kabupaten Kutai Timur yang menjadi
acuan penyusunan RPJMD Kabupaten Kutai Timur tahun 2016-2021.
Berdasarkan gambaran yang dijelaskan di atas, maka dapat dirumuskan isu
strategis pembangunan yang menjadi prioritas pembangunan di Kabupaten
Kutai Timur pada periode 2016-2021 sebagai berikut:
1. Peningkatan Sumber Daya Manusia dan Pelayanan Dasar
- Perlunya peningkatan aksesibilitas, pemerataan dan kualitas
pendidikan dan kesehatan.
2. Peningkatan Infrastruktur Dasar
- Prasarana, sarana dan utilitas umum belum merata hingga tingkat
pedesaan.
3. Peningkatan Produksi Pangan
- Belum terwujudnya ketahanan dan kemandirian pangan yang
berkelanjutan.
4. Peningkatan Nilai Tambah dan Daya Saing Komoditas Unggulan
- Komoditas agribisnis potensi unggulan daerah belum sepenuhnya
memiliki daya saing;
- Belum terintegrasinya aktivitas pariwisata dengan kegiatan ekonomi
kreatif sebagai pendorong pertumbuhan ekonomi perdesaan;
R a n c a n g a n A k h i r P e r u b a h a n R P J M D T a h u n2 0 1 6 - 2 0 2 1
4-39
Bab 4 Permasalahan dan Isu-Isu Strategis Daerah
- Perlunya peningkatan kualitas SDM terutama pelaku UKM dan
Pertanian berbasis teknologi tepat guna dan kesejahteraan
masyarakat.
5. Peningkatan Pelayanan Publik dan Penyelenggaraan Pemerintahan.
- Peningkatan kualitas SDM aparatur dan tata kelola pemerintahan
daerah.
Tabel 4.3Integrasi dan Sinkronisasi Isu Strategis Nasional, Provinsi Kalimantan
Timur dan Kabupaten Kutai Timur
Nasional Provinsi Kalimantan Timur Kabupaten Kutai TimurFokus Pembangunan Manusia
Rendahnya daya saing SDM Provinsi Kalimantan Timur
Peningkatan Sumber Daya Manusia dan Pelayanan Dasar
Fokus Pembangunan Ekonomi danFokus Pembangunan Kewilayan
Transformasi ekonomi berbasis sumber daya alam tidak terbarukan ke sumber daya alam terbarukan berjalan lambatbaik secara vertikal maupun horizontal
- Peningkatan Produksi Pangan
- Peningkatan Nilai Tambah dan Daya Saing Komoditas Unggulan
Fokus Pembangunan Infrastruktur
Pembangunan infrastruktur belum optimal dalam mendukung peningkatan aksesibilitas dan konektivitas wilayah
Peningkatan Infrastruktur Dasar
Fokus Pembangunan Infrastruktur
Penurunan Kualitas Lingkungan Hidup
Peningkatan Infrastruktur Dasar
Fokus Pembangunan SDM
Pemerintahan yang belum mencapai kinerja profesional dan akuntabel
Peningkatan Pelayanan Publik dan Penyelenggaraan Pemerintahan
Sumber: - Rancangan Teknokratik RPJMN Tahun 2019-2023 - Rancangan Awal RPJMD Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2018-2023
R a n c a n g a n A k h i r P e r u b a h a n R P J M D T a h u n2 0 1 6 - 2 0 2 1
4-40