bab 2 tinjauan pustaka 2.1. difusi inovasi 2.1.1...

24
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Difusi Inovasi 2.1.1. Pengertian Difusi dan Inovasi Difusi Inovasi terdiri dari dua padanan kata yaitu difusi dan inovasi. Rogers (1983) mendefinisikan difusi sebagai proses dimana suatu inovasi dikomunikasikan melalui saluran tertentu dalam jangka waktu tertentu di antara para anggota suatu sistem sosial (the process by which an innovation is communicated through certain channels overtime among the members of a social system). Disamping itu, difusi juga dapat dianggap sebagai suatu jenis perubahan sosial yaitu suatu proses perubahan yang terjadi dalam struktur dan fungsi sistem sosial. Inovasi adalah suatu gagasan, praktek, atau benda yang dianggap/dirasa baru oleh individu atau kelompok masyarakat. Ungkapan dianggap/dirasa baru terhadap suatu ide, praktek atau benda oleh sebagian orang, belum tentu juga pada sebagian yang lain. Kesemuanya tergantung apa yang dirasakan oleh individu atau kelompok terhadap ide, praktek atau benda tersebut. Dari kedua padanan kata di atas, maka difusi inovasi adalah suatu proses penyebar serapan ide-ide atau hal-hal yang baru dalam upaya untuk merubah suatu masyarakat yang terjadi secara terus menerus dari suatu tempat ke tempat yang lain, dari suatu kurun waktu ke kurun waktu yang berikut, dari suatu bidang tertentu ke bidang yang lainnya kepada sekelompok anggota dari sistem sosial. Universitas Sumatera Utara

Upload: nguyenthien

Post on 26-Jun-2018

239 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Difusi Inovasi 2.1.1 ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/30598/3/Chapter II.pdf · dapat dianggap sebagai suatu jenis perubahan ... (ilmu pengetahuan,

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Difusi Inovasi

2.1.1. Pengertian Difusi dan Inovasi

Difusi Inovasi terdiri dari dua padanan kata yaitu difusi dan inovasi. Rogers

(1983) mendefinisikan difusi sebagai proses dimana suatu inovasi dikomunikasikan

melalui saluran tertentu dalam jangka waktu tertentu di antara para anggota suatu

sistem sosial (the process by which an innovation is communicated through certain

channels overtime among the members of a social system). Disamping itu, difusi juga

dapat dianggap sebagai suatu jenis perubahan sosial yaitu suatu proses perubahan

yang terjadi dalam struktur dan fungsi sistem sosial.

Inovasi adalah suatu gagasan, praktek, atau benda yang dianggap/dirasa baru

oleh individu atau kelompok masyarakat. Ungkapan dianggap/dirasa baru terhadap

suatu ide, praktek atau benda oleh sebagian orang, belum tentu juga pada sebagian

yang lain. Kesemuanya tergantung apa yang dirasakan oleh individu atau kelompok

terhadap ide, praktek atau benda tersebut.

Dari kedua padanan kata di atas, maka difusi inovasi adalah suatu proses

penyebar serapan ide-ide atau hal-hal yang baru dalam upaya untuk merubah suatu

masyarakat yang terjadi secara terus menerus dari suatu tempat ke tempat yang lain,

dari suatu kurun waktu ke kurun waktu yang berikut, dari suatu bidang tertentu ke

bidang yang lainnya kepada sekelompok anggota dari sistem sosial.

Universitas Sumatera Utara

Page 2: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Difusi Inovasi 2.1.1 ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/30598/3/Chapter II.pdf · dapat dianggap sebagai suatu jenis perubahan ... (ilmu pengetahuan,

Tujuan utama dari difusi inovasi adalah diadopsinya suatu inovasi (ilmu

pengetahuan, tekhnologi, bidang pengembangan masyarakat) oleh anggota sistem

sosial tertentu. Sistem sosial dapat berupa individu, kelompok informal, organisasi

sampai kepada masyarakat.

2.1.2. Elemen Difusi Inovasi

Menurut Rogers (1983) dalam proses difusi inovasi terdapat 4 (empat) elemen

pokok, yaitu: suatu inovasi, dikomunikasikan melalui saluran komunikasi tertentu,

dalam jangka waktu dan terjadi diantara anggota-anggota suatu sistem sosial.

1. Inovasi (gagasan, tindakan atau barang) yang dianggap baru oleh seseorang.

Dalam hal ini, kebaruan inovasi diukur secara subjektif menurut pandangan

individu yang menerimanya.

2. Saluran komunikasi, adalah alat untuk menyampaikan pesan-pesan inovasi dari

sumber kepada penerima. Jika komunikasi dimaksudkan untuk memperkenalkan

suatu inovasi kepada khalayak yang banyak dan tersebar luas, maka saluran

komunikasi yang lebih tepat, cepat dan efisien, adalah media massa. Tetapi jika

komunikasi dimaksudkan untuk mengubah sikap atau perilaku penerima secara

personal, maka saluran komunikasi yang paling tepat adalah saluran interpersonal.

3. Jangka waktu, yakni proses keputusan inovasi dari mulai seseorang mengetahui

sampai memutuskan untuk menerima atau menolaknya. Pengukuhan terhadap

keputusan itu sangat berkaitan dengan dimensi waktu. Paling tidak dimensi waktu

terlihat dalam (a) proses pengambilan keputusan inovasi, (b) keinovatifan

Universitas Sumatera Utara

Page 3: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Difusi Inovasi 2.1.1 ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/30598/3/Chapter II.pdf · dapat dianggap sebagai suatu jenis perubahan ... (ilmu pengetahuan,

seseorang (relatif lebih awal atau lebih lambat dalam menerima inovasi), dan

(c) kecepatan pengadopsian inovasi dalam sistem sosial.

4. Sistem sosial merupakan kumpulan unit yang berbeda secara fungsional dan

terikat dalam kerjasama untuk memecahkan masalah dalam rangka mencapai

tujuan bersama.

2.1.3. Proses Putusan Inovasi

Penerimaan atau penolakan suatu inovasi adalah keputusan yang dibuat

seseorang/individu dalam menerima suatu inovasi. Menurut Rogers (1983), proses

pengambilan keputusan inovasi adalah proses mental dimana seseorang/individu

berlalu dari pengetahuan pertama mengenai suatu inovasi dengan membentuk suatu

sikap terhadap inovasi, sampai memutuskan untuk menolak atau menerima,

melaksanakan ide-ide baru dan mengukuhkan terhadap keputusan inovasi. Pada

awalnya Rogers (1983) menerangkan bahwa dalam upaya perubahan seseorang untuk

mengadopsi suatu perilaku yang baru, terjadi berbagai tahapan pada seseorang

tersebut, yaitu:

1. Tahap Awareness (Kesadaran), yaitu tahap seseorang tahu dan sadar ada terdapat

suatu inovasi sehingga muncul adanya suatu kesadaran terhadap hal tersebut.

2. Tahap Interest (Keinginan), yaitu tahap seseorang mempertimbangkan atau

sedang membentuk sikap terhadap inovasi yang telah diketahuinya tersebut

sehingga ia mulai tertarik pada hal tersebut.

Universitas Sumatera Utara

Page 4: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Difusi Inovasi 2.1.1 ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/30598/3/Chapter II.pdf · dapat dianggap sebagai suatu jenis perubahan ... (ilmu pengetahuan,

3. Tahap Evaluation (Evaluasi), yaitu tahap seseorang membuat putusan apakah ia

menolak atau menerima inovasi yang ditawarkan sehingga saat itu ia mulai

mengevaluasi.

4. Tahap Trial (Mencoba), yaitu tahap seseorang melaksanakan keputusan yang

telah dibuatnya sehingga ia mulai mencoba suatu perilaku yang baru.

5. Tahap Adoption (Adopsi), yaitu tahap seseorang memastikan atau

mengkonfirmasikan putusan yang diambilnya sehingga ia mulai mengadopsi

perilaku baru tersebut.

Dari pengalaman di lapangan ternyata proses adopsi tidak berhenti segera

setelah suatu inovasi diterima atau ditolak. Kondisi ini akan berubah lagi sebagai

akibat dari pengaruh lingkungan penerima adopsi. Oleh sebab itu, Rogers (1983)

merevisi kembali teorinya tentang keputusan tentang inovasi yaitu: Knowledge

(pengetahuan), Persuasion (persuasi), Decision (keputusan), Implementation

(pelaksanaan), dan Confirmation (konfirmasi).

1. Tahap pengetahuan.

Dalam tahap ini, seseorang belum memiliki informasi mengenai inovasi baru.

Untuk itu informasi mengenai inovasi tersebut harus disampaikan melalui

berbagai saluran komunikasi yang ada, bisa melalui media elekt ronik, media

cetak, maupun komunikasi interpersonal diantara masyarakat. Tahapan ini juga

dipengaruhi oleh beberapa karakteristik dalam pengambilan keputusan, yaitu:

(1) Karakteristik sosial-ekonomi, (2) Nilai-nilai pribadi dan (3) Pola komunikasi.

Universitas Sumatera Utara

Page 5: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Difusi Inovasi 2.1.1 ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/30598/3/Chapter II.pdf · dapat dianggap sebagai suatu jenis perubahan ... (ilmu pengetahuan,

2. Tahap persuasi.

Pada tahap ini individu tertarik pada inovasi dan aktif mencari informasi/detail

mengenai inovasi. Tahap kedua ini terjadi lebih banyak dalam tingkat pemikiran

calon pengguna. Inovasi yang dimaksud berkaitan dengan karakteristik inovasi

itu sendiri, seperti: (1) Kelebihan inovasi, (2) Tingkat keserasian,

(3) Kompleksitas, ( 4) Dapat dicoba dan (5) Dapat dilihat.

3. Tahap pengambilan keputusan.

Pada tahap ini individu mengambil konsep inovasi dan menimbang

keuntungan/kerugian dari menggunakan inovasi dan memutuskan apakah akan

mengadopsi atau menolak inovasi.

4. Tahap implementasi.

Pada tahap ini mempekerjakan individu untuk inovasi yang berbeda-beda

tergantung pada situasi. Selama tahap ini individu menentukan kegunaan dari

inovasi dan dapat mencari informasi lebih lanjut tentang hal itu.

5. Tahap konfirmasi.

Setelah sebuah keputusan dibuat, seseorang kemudian akan mencari pembenaran

atas keputusan mereka. Tidak menutup kemungkinan seseorang kemudian

mengubah keputusan yang tadinya menolak jadi menerima inovasi setelah

melakukan evaluasi.

Proses pengambilan keputusan inovasi dapat dilihat pada gambar berikut

(Rogers, 1983):

Universitas Sumatera Utara

Page 6: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Difusi Inovasi 2.1.1 ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/30598/3/Chapter II.pdf · dapat dianggap sebagai suatu jenis perubahan ... (ilmu pengetahuan,

Saluran Komunikasi

Kondisi Awal: 1. Situasi awal, 2. Kebutuhan & problem 3. Inovasi 4. Sistem sosial

1. Adopsi Continued Adopsi Later Adopsi

2. Rejection Discontinuance Continued

Karakteristik dari unit Karakteristik dari Inovasi Pengambil Keputusan 1. Relative Advantage 1. Sosia ekonomi 2. Compatibility 2. Variabel individu 3. Complexity 3. Perilaku komunikasi 4. Triability 5. Observability

Gambar 2.1. Model Proses Pengambilan Keputusan Inovasi (Rogers, 1983)

Model tersebut menggambarkan tentang variabel yang berpengaruh terhadap

tingkat adopsi suatu inovasi serta tahapan dari proses pengambilan keputusan inovasi.

Variabel yang berpengaruh terhadap tahapan difusi inovasi tersebut mencakup

(1) atribut inovasi (perceived atrribute of innovasion), (2) jenis keputusan inovasi

(type of innovation decisions), (3) saluran komunikasi (communication channels),

(4) kondisi sistem sosial (nature of social system), dan (5) peran agen perubah

(change agents

Rogers (1983) mengatakan bahwa karakteristik inovasi (kelebihan, keserasian,

kerumitan, dapat di uji coba dan dapat diamati), hal ini sangat menentukan tingkat

suatu adopsi daripada faktor lain yaitu berkisar antara 49% sampai dengan 87%,

).

Pengetahuan Persuasi Keputusan Implementasi Konfirmasi

Universitas Sumatera Utara

Page 7: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Difusi Inovasi 2.1.1 ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/30598/3/Chapter II.pdf · dapat dianggap sebagai suatu jenis perubahan ... (ilmu pengetahuan,

seperti jenis keputusan, saluran komunikasi, sistem sosial dan usaha yang intensif dari

agen perubahan, hal ini dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 2.2. Faktor yang memengaruhi tingkat adopsi (Rogers, 1983)

2.1.4. Keinovatifan dan Kategori Adopter

Rogers (1983) menjelaskan dalam menerima suatu inovasi ada beberapa

tipologi penerima adopsi yang ideal yaitu :

1. Inovator adalah kelompok orang yang berani dan siap untuk mencoba hal-hal

baru. Biasanya orang-orang ini adalah mereka yang memiliki gaya hidup dinamis

di perkotaan yang memiliki banyak teman atau relasi.

Karakteristik Inovasi: 1. Keuntungan relatif 2. Keserasian 3. Kerumitan 4. Dapat diuji coba 5. Dapat dilihat

Keputusan Adopter

Sistem Sosial

Saluran Komunikasi

Tingkat Adopsi

Promosi Agen Perubahan

Universitas Sumatera Utara

Page 8: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Difusi Inovasi 2.1.1 ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/30598/3/Chapter II.pdf · dapat dianggap sebagai suatu jenis perubahan ... (ilmu pengetahuan,

2. Pengguna awal (early adopter ). Kategori adopter ini menghasilkan lebih banyak

opini dibanding kategori lainnya, serta selalu mencari informasi tentang inovasi.

3. Mayoritas awal (early majority). Kategori pengadopsi seperti ini akan

berkompromi secara hati-hati sebelum membuat keputusan dalam mengadopsi

inovasi, bahkan bisa dalam kurun waktu yang lama. Orang-orang seperti ini

menjalankan fungsi penting untuk menunjukkan kepada seluruh komunitas bahwa

sebuah inovasi layak digunakan atau cukup bermanfaat.

4. Mayoritas akhir (late majority). Kelompok yang ini lebih berhati-hati mengenai

fungsi sebuah inovasi. Mereka menunggu hingga kebanyakan orang telah

mencoba dan mengadopsi inovasi sebelum mereka mengambil keputusan.

5. Lamban (laggard). Kelompok ini merupakan orang yang terakhir melakukan

adopsi inovasi. Mereka bersifat lebih tradisional, dan segan untuk mencoba hal

hal baru. Saat kelompok ini mengadopsi inovasi baru, kebanyakan orang justru

sudah jauh mengadopsi inovasi lainnya, dan menganggap mereka ketinggalan

zaman.

Rogers dalam Mc Kenzie (1997) menjelaskan dalam menerima inovasi baru

bahwa kelompok inovator hanya berkisar 2% sampai 3% saja dalam populasi,

sedangkan untuk kelompok Early adopter hanya mencapai 14% saja dalam suatu

populasi, untuk early majority dan late majority masing-masing 34% dalam suatu

populasi dan untuk kelompok laggard mencapai 16%.

Universitas Sumatera Utara

Page 9: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Difusi Inovasi 2.1.1 ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/30598/3/Chapter II.pdf · dapat dianggap sebagai suatu jenis perubahan ... (ilmu pengetahuan,

2.2. Karakteristik Inovasi dan Sistem Sosial

2.2.1. Karakteristik Inovasi

Karakteristik inovasi adalah sifat dari difusi inovasi, dimana karakteristik

inovasi merupakan salah satu yang menentukan kecepatan suatu proses inovasi.

Rogers (1983) mengemukakan ada 5 karakteristik inovasi, yaitu : relative

advantage (keuntungan relatif), compatibility atau kompatibilitas (keserasian),

complexity atau kompleksitas (kerumitan), triability atau triabilitas (dapat diuji coba)

dan observability (dapat diobservasi).

Relative Advantage (keuntungan relatif) adalah tingkat kelebihan suatu

inovasi, apakah lebih baik dari inovasi yang ada sebelumnya atau dari hal-hal yang

biasa dilakukan. Biasanya diukur dari segi ekonomi, prestasi sosial, kenyamanan dan

kepuasan. Semakin besar keuntungan relatif yang dirasakan oleh adopter, maka

semakin cepat inovasi tersebut diadopsi.

Compatibility atau kompatibilitas (keserasian) adalah tingkat keserasian dari

suatu inovasi, apakah dianggap konsisten atau sesuai dengan nilai-nilai, pengalaman

dan kebutuhan yang ada. Jika inovasi berlawanan atau tidak sesuai dengan nilai-nilai

dan norma yang dianut oleh adopter maka inovasi baru tersebut tidak dapat diadopsi

dengan mudah oleh adopter.

Complexity atau kompleksitas (kerumitan) adalah tingkat kerumitan dari suatu

inovasi untuk diadopsi, seberapa sulit memahami dan menggunakan inovasi. Semakin

mudah suatu inovasi dimengerti dan dipahami oleh adopter, maka semakin cepat

inovasi diadopsi.

Universitas Sumatera Utara

Page 10: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Difusi Inovasi 2.1.1 ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/30598/3/Chapter II.pdf · dapat dianggap sebagai suatu jenis perubahan ... (ilmu pengetahuan,

Triability atau triabilitas (dapat diuji coba) merupakan tingkat apakah suatu

inovasi dapat dicoba terlebih dahulu atau harus terikat untuk menggunakannya. Suatu

inovasi dapat diuji cobakan pada keadaan sesungguhnya, inovasi pada umumnya

lebih cepat diadopsi. Untuk lebih mempercepat proses adopsi, maka suatu inovasi

harus mampu menunjukkan keunggulannya.

Observability (dapat diobservasi) adalah tingkat bagaimana hasil penggunaan

suatu inovasi dapat dilihat oleh orang lain. Semakin mudah seseorang melihat hasil

suatu inovasi, semakin besar kemungkinan inovasi diadopsi oleh orang atau

sekelompok orang.

2.2.2. Sistem Sosial

Sistem sosial merupakan kumpulan unit yang berbeda secara fungsional dan

terikat dalam kerjasama untuk memecahkan masalah dalam rangka mencapai tujuan

bersama (Rogers, 1983).

Sistem sosial adalah sejumlah kegiatan atau sejumlah orang yang mempunyai

hubungan timbal balik relatif konstan. Hubungan sejumlah orang dan kegiatannya itu

berlangsung terus menerus. Sistem sosial memengaruhi perilaku manusia, karena di

dalam suatu sistem sosial tercakup pula nilai-nilai dan norma-norma yang merupakan

aturan perilaku anggota-anggota masyarakat. Dalam setiap sistem sosial pada

tingkat-tingkat tertentu selalu mempertahankan batas-batas yang memisahkan dan

membedakan dari lingkungannya (sistem sosial lainnya). Selain itu, di dalam sistem

sosial ditemukan juga mekanisme-mekanisme yang dipergunakan atau berfungsi

mempertahankan sistem sosial tersebut (Widjajati, 2010).

Universitas Sumatera Utara

Page 11: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Difusi Inovasi 2.1.1 ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/30598/3/Chapter II.pdf · dapat dianggap sebagai suatu jenis perubahan ... (ilmu pengetahuan,

Anggota sistem sosial dapat dibagi ke dalam kelompok-kelompok adopter

(penerima inovasi) sesuai dengan tingkat keinovatifannya (kecepatan dalam

menerima inovasi). Salah satu pengelompokan yang bisa dijadikan rujukan adalah

pengelompokan berdasarkan kurva adopsi, yang telah duji oleh Rogers (1983).

Gambar 2.3. Kelompok Adopter dalam Sistem Sosial (Rogers, 1983)

Kurva yang membentuk lonceng tersebut dihasilkan oleh sejumlah penelitian

tentang difusi inovasi. Kurva lonceng tersebut menggambarkan banyaknya

pengadopsi dari waktu ke waktu. Pada tahun pertama, usaha penyebaran inovasi akan

menghasilkan jumlah pengadopsi yang sedikit, pada tahun berikutnya jumlah

pengadopsi akan lebih banyak dan setelah sampai pada puncaknya, sedikit demi

sedikit jumlah pengadopsi akan menyusut.

Proses difusi dalam kaitannya dengan sistem sosial ini dipengaruhi oleh

struktur sosial, norma sosial, peran pemimpin dan agen perubahan, tipe keputusan

inovasi dan konsekuensi inovasi. Difusi inovasi terjadi dalam suatu sistem sosial.

Dalam suatu sistem sosial terdapat struktur sosial, individu atau kelompok individu,

Universitas Sumatera Utara

Page 12: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Difusi Inovasi 2.1.1 ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/30598/3/Chapter II.pdf · dapat dianggap sebagai suatu jenis perubahan ... (ilmu pengetahuan,

dan norma-norma tertentu. Berkaitan dengan hal ini, Rogers (1983) menyebutkan

adanya empat faktor yang memengaruhi proses keputusan inovasi. Keempat faktor

tersebut adalah: struktur sosial, norma sistem, peran pemimpin dan agen perubahan.

Struktur sosial (social structure) adalah susunan suatu unit sistem yang

memiliki pola tertentu. Adanya sebuah struktur dalam suatu sistem sosial

memberikan suatu keteraturan dan stabilitas perilaku setiap individu dalam suatu

sistem sosial tertentu. Struktur sosial juga menunjukan hubungan antar anggota dari

sistem sosial. Hal ini dapat dicontohkan seperti terlihat pada struktur organisasi suatu

perusahaan atau struktur sosial masyarakat suku tertentu. Struktur sosial dapat

memfasilitasi atau menghambat difusi inovasi dalam suatu sistem. Katz (1961) seperti

dikutip oleh Rogers menyatakan bahwa sangatlah bodoh mendifusikan suatu inovasi

tanpa mengetahui struktur sosial dari adopter potensialnya, sama halnya dengan

meneliti sirkulasi darah tanpa mempunyai pengetahuan yang cukup tentang struktur

pembuluh nadi dan arteri. Penelitian yang dilakukan oleh Rogers dan Kincaid (1981)

di Korea menunjukan bahwa adopsi suatu inovasi dipengaruhi oleh karakteristik

individu itu sendiri dan juga sistem sosial dimana individu tersebut berada.

Norma sistem (system norms) adalah suatu pola perilaku yang dapat diterima

oleh semua anggota sistem sosial yang berfungsi sebagai panduan atau standar bagi

semua anggota sistem sosial. Sistem norma juga dapat menjadi faktor penghambat

untuk menerima suatu ide baru. Hal ini sangat berhubungan dengan derajat

kesesuaian (compatibility) inovasi dengan nilai atau kepercayaan masyarakat dalam

suatu sistem sosial. Jadi, derajat ketidaksesuaian suatu inovasi dengan kepercayaan

Universitas Sumatera Utara

Page 13: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Difusi Inovasi 2.1.1 ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/30598/3/Chapter II.pdf · dapat dianggap sebagai suatu jenis perubahan ... (ilmu pengetahuan,

atau nilai-nilai yang dianut oleh individu (sekelompok masyarakat) dalam suatu

sistem sosial berpengaruh terhadap penerimaan suatu inovasi tersebut.

Peran pemimpin (opinion leaders) dapat dikatakan sebagai orang-orang

berpengaruh, yakni orang-orang tertentu yang mampu memengaruhi sikap orang lain

secara informal dalam suatu sistem sosial. Dalam kenyataannya, orang berpengaruh

ini dapat menjadi pendukung inovasi atau sebaliknya, menjadi penentang. Ia (mereka)

berperan sebagai model dimana perilakunya (baik mendukung atau menentang)

diikuti oleh para pengikutnya. Jadi, jelas disini bahwa orang berpengaruh memainkan

peran dalam proses keputusan inovasi.

Agen perubahan (change agent) adalah suatu bagian dari sistem sosial yang

berpengaruh terhadap sistem sosialnya. Mereka adalah orang-orang yang mampu

memengaruhi sikap orang lain untuk menerima sebuah inovasi. Tetapi change agent

bersifat resmi atau formal, ia mendapat tugas dari kliennya untuk memengaruhi

masyarakat yang berada dalam sistem sosialnya. Change agent atau dalam bahasa

Indonesia yang biasa disebut agen perubah, biasanya merupakan orang-orang

profesional yang telah mendapatkan pendidikan atau pelatihan tertentu untuk dapat

memengaruhi sistem sosialnya. Di dalam buku ”Memasyarakatkan Ide-ide Baru”

yang ditulis oleh Rogers dan Shoemaker, fungsi utama dari change agent adalah

menjadi mata rantai yang menghubungkan dua sistem sosial atau lebih. Dengan

demikian, kemampuan dan keterampilan change agent berperan besar terhadap

diterima atau ditolaknya inovasi tertentu. Sebagai contoh, lemahnya pengetahuan

tentang karakteristik struktur sosial, norma dan orang kunci dalam suatu sistem sosial

Universitas Sumatera Utara

Page 14: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Difusi Inovasi 2.1.1 ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/30598/3/Chapter II.pdf · dapat dianggap sebagai suatu jenis perubahan ... (ilmu pengetahuan,

(misal: suatu institusi pendidikan), memungkinkan ditolaknya suatu inovasi walaupun

secara ilmiah inovasi tersebut terbukti lebih unggul dibandingkan dengan apa yang

sedang berjalan saat itu.

2.3. Program Bina Keluarga Balita (BKB)

2.3.1. Dasar Pembentukan Program Bina Keluarga Balita (BKB)

Program Bina Keluarga Balita (BKB) dicanangkan Bapak Soeharto pada hari

ibu tahun 1981. Program BKB ini tidak bias dipisahkan dengan program-program

lintas atau antar departemen yakni melengkapi program-program pengembangan

Sumber Daya Manusia (SDM) khususnya yang diarahkan pada perbaikan kesehatan

gizi ibu dan anak (BKKBN, 1992).

Pelaksanaan program BKB dimulai pada tahun anggaran 1985/1986. Hal ini

berdasarkan pengarahan Ibu Negara pada tanggal 21 Juli 1984 melalui Surat

Keputusan Bersama Menteri Negara UPW dan Kepala BKKBN No 11 KEPMEN

UPW/IX/84 dan No 170/HK010/E3/84 tentang kerjasama pelaksanaan

pengembangan proyek BKB dalam keterpaduan dengan program Keluarga Berencana

(KB) dalam rangka mempercepat proses pelembagaan Norma Keluarga Kecil

Bahagia dan Sejahtera (NKKBS). Keputusan Bersama ini menggariskan Badan

Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) sebagai penanggung operasional

BKB (BKKBN, 2007).

Pada awalnya proyek rintisan Bina Keluarga Balita (BKB) ini dilaksanakan di

3 desa lokasi perbaikan kampung yaitu Cirebon, Semarang dan Makasar. Dalam

Universitas Sumatera Utara

Page 15: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Difusi Inovasi 2.1.1 ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/30598/3/Chapter II.pdf · dapat dianggap sebagai suatu jenis perubahan ... (ilmu pengetahuan,

rintisan awal tersebut diujicobakan hal-hal yang berkaitan dengan aspek manajemen

program. Selanjutnya program ini terus dikembangkan dengan melalui berbagai tahap

uji coba dan didukung oleh pemikiran ilmiah dari pakar di bidang tumbuh kembang

anak (Forum PADU, 2004).

2.3.2. Tujuan dan Sasaran Program Bina Keluarga Balita (BKB)

Bina Keluarga Balita (BKB) dilaksanakan dengan tujuan sebagai berikut :

1. Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran ibu dan anggota keluarga lainnya

tentang pentingnya : 1) Proses tumbuh kembang balita dalam aspek fisik, mental

dan sosial; 2) Pelayanan yang tepat dan terpadu yang tersedia bagi anak, misalnya

di Pos pelayanan terpadu (Posyandu)

2. Meningkatkan keterampilan ibu dan anggota keluarga lainnya dalam

mengusahakan tumbuh kembang anak secara optimal, antara lain dengan stimulus

mental dengan menggunakan Alat Permainan Edukatif (APE) dan memanfaatkan

pelayanan yang tersedia (Soetjiningsih, 1995).

Sasaran utama program BKB adalah semua ibu-ibu yang mempunyai balita

terutama ibu-ibu dari golongan masyarakat berpenghasilan rendah, baik di daerah

pedesaan maupun perkotaan. Program ini diprioritaskan bagi keluarga yang

berpenghasilan rendah mengingat masih kurangnya pengetahuan, keterampilan dan

akses sarana pendidikan bagi anak di bawah usia lima tahun (Forum PADU, 2004).

2.3.3. Ciri Khusus Program Bina Keluarga Balita (BKB)

Program BKB memiliki beberapa ciri utama diantaranya sebagai berikut:

1) Menitikberatkan pada pembinaan ibu dan anggota keluarga lainnya yang memiliki

Universitas Sumatera Utara

Page 16: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Difusi Inovasi 2.1.1 ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/30598/3/Chapter II.pdf · dapat dianggap sebagai suatu jenis perubahan ... (ilmu pengetahuan,

balita; 2) Membina tumbuh kembang anak; 3) Menggunakan alat bantu seperti Alat

Permainan Edukatif (APE), dongeng, nyanyian sebagai perangsang tumbuh kembang

anak; 4) Menekankan pada pembangunan manusia pada usia dini, baik fisik maupun

mental; 5) Tidak langsung ditujukan kepada balita; 6) Meningkatkan keterampilan

ibu dan anggota keluarga lainnya agar dapat mendidik balitanya (BKKBN, 2007).

2.3.4. Kegiatan Program Bina Keluarga Balita (BKB)

Kegiatan Bina Keluaraga Balita (BKB) dilakukan satu kali dalam sebulan.

Penanggung jawab umum gerakan BKB adalah Lurah atau Kepala Desa. BKB

direncanakan dan dikembangkan oleh kader, LKMD dan Pemberdayaan dan

Kesejahteraan Keluarga (PKK) serta Tim Pembina LKMD tingkat kecamatan.

Penyelenggarannya dilakukan oleh kader terlatih berasal dari anggota masyarakat

yang bersedia secara sukarela bertugas memberikan peyuluhan kepada sasaran

gerakan BKB. Bina keluarga balita dilaksanakan untuk membina ibu kelompok

sasaran yang mempunyai anak Balita. Ibu sasaran ini, dibagi menjadi lima kelompok

menurut umur anaknya, yaitu : 1) Kelompok ibu dengan anak umur 0-1 tahun; 2)

Kelompok ibu dengan anak umur 1-2 tahun; 3) Kelompok ibu dengan anak umur 2-3

tahun; 4) Kelompok ibu dengan anak umur 3-4 tahun; 5) Kelompok ibu dengan anak

umur 4-5 tahun.

Pembagian kelompok umur ini sesuai dengan tugas perkembangan anak,

dimana tiap-tiap kelompok umur tersebut mempunyai tugas perkembangan anak

(Soetjiningsih, 1995).

Universitas Sumatera Utara

Page 17: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Difusi Inovasi 2.1.1 ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/30598/3/Chapter II.pdf · dapat dianggap sebagai suatu jenis perubahan ... (ilmu pengetahuan,

Bina keluarga balita sebaiknya berada pada tempat yang mudah didatangi oleh

masyarakat dan ditentukan oleh masyarakat sendiri. Dengan demikian kegiatan BKB

dapat dilaksanakan di pos pelayanan yang telah ada, rumah penduduk, balai desa,

tempat pertemuan RT atau di tempat khusus yang dibangun oleh masayarakat.

Adapun kegiatan program Bina Keluarga Balita (BKB) yang dilakukan yaitu:

1. Penyuluhan

Pertemuan penyuluhan BKB adalah forum pertemuan yang diselenggarakan

oleh kader dan ibu peserta sebagai wadah penyampaian pesan dari kader kepada ibu

peserta (BKKBN, 1992).

Materi pada kegiatan penyuluhan BKB berbeda pada setiap kelompok umur

balita. Hal ini sesuai dengan tugas perkembangan anak yang berbeda masing-masing

kelompok umur, sehingga cara stimulasi maupun media yang diperlukan untuk

interaksi antara ibu dan anak pun berbeda. Pada program BKB, secara garis besarnya

materi penyuluhan diantaranya (BKKBN, 2007):

Materi I : Integrasi KB dengan BKB

Materi II : Konsep diri ibu dan peran ibu dalam pendidikan balita

Materi III : Proses tumbuh kembang anak

Materi IV : Gerakan kasar

Materi V : Gerakan halus

Materi VI : Komunikasi Pasif

Materi VII : Komunikasi Aktif

Universitas Sumatera Utara

Page 18: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Difusi Inovasi 2.1.1 ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/30598/3/Chapter II.pdf · dapat dianggap sebagai suatu jenis perubahan ... (ilmu pengetahuan,

Materi VIII : Kecerdasan

Materi IX : Menolong Diri Sendiri

Materi X : Tingkah laku sosial

Penyuluhan dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan sasaran dalam rangka

meningkatkan pengetahuan ibu antara lain dalam hal: kesehatan keluarga, sanitasi

gizi, air susu ibu (ASI), imunisasi, KB dan pemanfaatan pelayanan yang tersedia

serta hal-hal lain yang berkaitan dengan peningkatan kesejahteraan keluarga.

2. Penggunaan Alat Permainan Edukatif (APE)

Alat Permainan Edukatif (APE) adalah alat permainan yang dapat

mengoptimalkan perkembangan anak, disesuaikan dengan usianya dan tingkat

perkembangannya, serta berguna untuk: a) Pengembangan aspek fisik, yaitu kegiatan-

kegiatan yang dapat menunjang atau merangsang pertumbuhan fisik anak;

b) Pengembangan bahasa, dengan melatih berbicara, menggunakan kalimat yang

benar; c) Pengembangan aspek kognitif, yaitu dengan pengenalan suara, ukuran,

bentuk, warna, dan lain-lain; d) Pengembangan aspek sosial, khususnya dalam

hubungannya dengan interaksi antara ibu dan anak, keluarga dan masyarakat

(Soetjiningsih, 1995).

Kegiatan yang dilaksanakan dalam penggunaan Alat Permainan Edukatif

adalah: 1) Kegiatan bermain APE secara teratur dilaksanakan di BKB oleh balita

dengan bimbangan kader; 2) Kader juga menjelaskan kepada ibu yang mempunyai

balita dalam hal penggunaan APE agar dapat diaplikasikan di rumah; 3) Pencatatan

hasil perkembangan ke dalam Kartu Kembang Anak (KKA).

Universitas Sumatera Utara

Page 19: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Difusi Inovasi 2.1.1 ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/30598/3/Chapter II.pdf · dapat dianggap sebagai suatu jenis perubahan ... (ilmu pengetahuan,

Syarat yang harus dipenuhi Alat Permainan Edukatif sebagai berikut :

a) Aman. Alat permainan anak balita tidak boleh terlalu kecil, catnya tidak boleh

mengandung racun, tidak ada bagian-bagian yang tajam, dan tidak ada bagian-

bagian yang mudah pecah. Karena pada umur tersebut anak mengenal benda di

sekitarnya dengan memegang, mencengkeram, memasukkan ke dalam mulutnya.

b) Ukuran dan berat Alat Permainan Edukatif (APE) harus sesuai dengan usia anak.

Bila ukurannya terlalu besar akan sukar dijangkau anak, sebaliknya kalau terlalu

kecil akan berbahaya karena dapat dengan mudah tertelan oleh anak. Sedangkan

kalau Alat Permainan Edukatif (APE) terlalu berat, maka anak akan sulit

memindah-mindahkannya serta akan membahayakan bila Alat Permainan

Edukatif (APE) tersebut jatuh dan mengenai anak.

c) Disainnya harus jelas. Alat Permainan Edukatif (APE) harus mempunyai ukuran-

ukuran, susunan dan warna tertentu, serta jelas maksud dan tujuannya.

d) Alat Permainan Edukatif (APE) harus mempunyai fungsi untuk mengembangkan

berbagai aspek perkembangan anak, seperti motorik, bahasa, kecerdasan dan

sosialisasi.

e) Harus dapat dimainkan dengan berbagai variasi, tetapi jangan terlalu sulit

sehingga membuat anak frustasi, atau terlalu mudah sehingga membuat anak

cepat bosan.

f) Walaupun sederhana harus tetap menarik baik warna maupun bentuknya. Bila

bersuara, suaranya harus jelas.

Universitas Sumatera Utara

Page 20: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Difusi Inovasi 2.1.1 ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/30598/3/Chapter II.pdf · dapat dianggap sebagai suatu jenis perubahan ... (ilmu pengetahuan,

g) Alat Permainan Edukatif (APE) harus mudah diterima oleh semua kebudayaan

karena bentuknya sangat umum

h) Alat Permainan Edukatif (APE) harus tidak mudah rusak. Kalau ada bagian-

bagian yang rusak harus mudah diganti. Pemeliharaannya mudah, terbuat dari

bahan yang mudah didapat, harganya terjangkau oleh masyarakat luas.

3. Kartu Kembang Anak (KKA)

Satoto telah mengembangkan Kartu Kembang Anak (KKA), yang berfungsi

ganda yaitu sebagai alat penanda dan sekaligus sebagai alat komunikasi dalam

membahas perkembangan anak, dari dan untuk ibu serta keluarga dalam masyarakat.

Namun yang paling utama adalah untuk memfasilitasi interaksi antara ibu (beserta

keluarga seluruhnya) dengan anak (Soetjiningsih, 1995).

Kartu tersebut dapat dipergunakan dalam setiap kesempatan interaksi ibu dan

anak. Juga dalam keluarga dan pertemuan ibu-ibu, sebagai wahana belajar bersama.

Sehingga penggunaan Kartu Kembang Anak di kegiatan Bina Keluarga Balita (BKB)

bersama Kartu Menuju Sehat (KMS) di Posyandu, dapat digunakan untuk memantau

tumbuh kembang anak. Menurut Sari (2010) yang mengutip pendapat BKKBN

(2007) mengatakan bahwa kegiatan Bina Keluarga Balita (BKB) adalah kegiatan

pelayanan pada hari buka BKB yang dilakukan satu hari dalam sebulan. Untuk

melaksanakan fungsinya dengan baik, sesuai dengan pedoman yang berlaku, maka

jumlah kader setiap BKB minimal 10 orang yang dibagi dalam 5 kelompok umur.

Setiap kelompok umur dibina kader inti yang memberikan penyuluhan, kader piket

yang mengasuh anak balita dan kader bantu yang membantu dan dapat menggantikan

Universitas Sumatera Utara

Page 21: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Difusi Inovasi 2.1.1 ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/30598/3/Chapter II.pdf · dapat dianggap sebagai suatu jenis perubahan ... (ilmu pengetahuan,

tugas kader inti atau kader piket demi kelancaran tugas (BKKBN, 2007). Pada

umumnya kader BKB sekaligus merupakan kader Posyandu. Bahkan di banyak

tempat antara kegiatan Posyandu dan BKB menyatu (Forum PADU, 2004).

2.3.5. Pertumbuhan dan Perkembangan Balita

Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran dan jumlah sel serta jaringan

interseluler, berarti bertambahnya ukuran fisik dan struktur tubuh sebagian atau

keseluruhan, sehingga dapat diukur dengan satuan panjang dan berat (Depkes RI,

2005).

Pertumbuhan sebagai indikator perkembangan status gizi, dimana indikator

yang baik terjadi apabila tanda dapat memberikan indikasi yang sensitif atas

perubahan suatu keadaan. Pertumbuhan merupakan salah satu produk dari keadaan

keseimbangan antara asupan dan kebutuhan zat gizi (status gizi). Oleh karena itu

pertumbuhan merupakan suatu proses yang berkesinambungan, maka pertumbuhan

merupakan indikator yang baik dari perkembangan status gizi anak (Depkes RI,

2002).

Pertumbuhan merupakan parameter kesehatan gizi yang cukup peka untuk

digunakan dalam menilai kesehatan anak, terutama anak bayi dan Balita. Dalam

upaya memonitor kesehatan gizi anak ini dipergunakan Kartu Menuju Sehat (KMS).

KMS adalah kartu yang memuat suatu grafik pertumbuhan Berat Badan (BB)

menurut umur, yang menunjukkan batas-batas pertumbuhan BB anak Balita

(Aritonang, 1996).

Universitas Sumatera Utara

Page 22: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Difusi Inovasi 2.1.1 ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/30598/3/Chapter II.pdf · dapat dianggap sebagai suatu jenis perubahan ... (ilmu pengetahuan,

Perkembangan (development) adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam

struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat

diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan. Disini menyangkut adanya proses

diferensiasi dari sel-sel tubuh, jaringan tubuh, organ-organ dan sistem organ yang

berkembang sehingga masing-masing dapat memenuhi fungsinya. Termasuk juga

perkembangan emosi, intelektual dan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan

lingkungannya (Soetjiningsih, 1995).

Untuk memantau perkembangan anak balita, terdapat 7 aspek yang dipantau

tingkat perkembangannya, antara lain (BKKBN, 2006): 1) Perkembangan

kemampuan gerak kasar; 2) Perkembangan kemampuan gerak halus;

3) Perkembangan kemampuan komunikasi pasif; 4) Perkembangan kemampuan

komunikasi aktif ; 5) Perkembangan kecerdasan; 6) Perkembangan menolong diri

sendiri; 7) Perkembangan tingkah laku sosial.

2.4. Landasan Teori

Rogers (1983) menjelaskan dalam penerimaan suatu inovasi, biasanya

seseorang melalui beberapa tahapan yang disebut Proses Putusan Inovasi. Proses

putusan inovasi merupakan proses mental yang mana seseorang atau lembaga

melewati dari pengetahuan awal tentang suatu inovasi sampai membentuk sebuah

sikap terhadap inovasi tersebut, membuat keputusan apakah menerima atau menolak

inovasi tersebut, mengimplementasikan gagasan baru tersebut, dan mengkonfirmasi

keputusan ini.

Universitas Sumatera Utara

Page 23: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Difusi Inovasi 2.1.1 ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/30598/3/Chapter II.pdf · dapat dianggap sebagai suatu jenis perubahan ... (ilmu pengetahuan,

Rogers (1983) mengatakan bahwa faktor yang memengaruhi cepat atau

lambatnya suatu inovasi diadopsi atau ditolak tergantung pada para anggota suatu

sistem sosial menghayati lima karakteristik inovasi yang meliputi: relative advantage

(keuntungan relatif), compatibility (keserasian), complexity (kerumitan), triability

(kemungkinan dicoba), dan observability (kemungkinan diamati) hal ini sangat

menentukan tingkat suatu adopsi daripada faktor lain seperti jenis keputusan, saluran

komunikasi, sistem sosial dan usaha yang intensif dari agen perubahan. Landasan

teori yang digunakan pada penelitian ini adalah teori diffusion of innovation, hal ini

dapat dilihat pada gambar berikut:

Saluran Komunikasi

Kondisi Awal: 1. Situasi awal, 2. Kebutuhan & problem 3. Inovasi 4. Sistem sosial

1. Adopsi Continued Adopsi Later Adopsi

2. Rejection Discontinuance Continued

Karakteristik dari unit Karakteristik dari Inovasi Pengambil Keputusan 1. Relative Advantage 1. Sosia ekonomi 2. Compatibility 2. Variabel individu 3. Complexity 3. Perilaku komunikasi 4. Triability 5. Observability

Gambar 2.4. Teori Difusi Inovasi (Theory diffusion of innovation) Rogers (1983)

Pengetahuan Persuasi Keputusan Implementasi Konfirmasi

Universitas Sumatera Utara

Page 24: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Difusi Inovasi 2.1.1 ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/30598/3/Chapter II.pdf · dapat dianggap sebagai suatu jenis perubahan ... (ilmu pengetahuan,

2.5. Kerangka Konsep

Berdasarkan teori yang telah diuraikan di atas, maka peneliti akan

memfokuskan untuk mengkaji variabel karakteristik inovasi dan sistem sosial

terhadap adopsi inovasi program bina keluarga balita, hal ini dapat di lihat pada

gambar kerangka konsep di bawah ini:

Variabel Independen

Variabel Dependen

Gambar 2.5. Kerangka Konsep

Adopsi Inovasi

Program BKB

Sistem Sosial

1. Struktur Sosial 2. Norma Sistem 3. Peran Pemimpin 4. Agen Perubahan

Karakteristik Inovasi 1. Keuntungan Relatif 2. Keserasian 3. Kerumitan 4. Dapat dicoba 5. Dapat dilihat

Universitas Sumatera Utara