laporan uji difusi-kelompok 3b

Upload: ambarnisa06

Post on 02-Jun-2018

1.615 views

Category:

Documents


163 download

TRANSCRIPT

  • 8/10/2019 Laporan Uji Difusi-Kelompok 3B

    1/21

    LAPORAN PRAKTIKUM BFFK Uji Difusi

    Oleh : Kelompok 3B

    Tiara Aprilia 1111102000044

    Euis Chodijah 1111102000046

    Hardi Mozer 1111102000049

    Laila Novilia M. 1111102000050Ani Kurniawati 1111102000127

    Rifda Nailil M. 1111102000130

    PROGRAM STUDI FARMASI

    FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAHJAKARTA

    2014

  • 8/10/2019 Laporan Uji Difusi-Kelompok 3B

    2/21

    BAB I

    TINJAUAN PUSTAKA

    1.1. Tujuan Praktikum

    Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi difusi obat melalui kulit

    1.2. Landasan teori

    1.2.1. Membran Sel

    Kolesterol merupakan komponen penting dari membran sel yang tertanam pada areahidrofobik pada bagian ekor. Pada sebagaian besar bakteri membran sel tidak mengandung

    kolesterol. Protein tersuspensi pada bagian membran sebelah dalam. Protein ini berfungsi

    sebagai tempat pertukaran molekul ke dalam dan keluar sel. Protein integral ini biasa disebut

    dengan gateway proteins . Permukaan luar membran kaya dengan glikolipid di mana

    karbohidrat ini berikatan dengan protein integral dan diduga berfungsi dalam pengenalan sel.

    Gambar 1: struktur membran sel

    Fungsi Membran Sel

    1. Kompartementalisasi

    Membran plasma membagi protoplasma menjadi beberapa kompartemen

    (ruangan). Membran sel membungkus seluruh protoplasma. Membran inti

    memisahkan nukleoplasma dengan dari stoplasma. Selain itu selaput plasmamembagi sitoplasma menjadi beberapa kompartemen yang disebut dengan

  • 8/10/2019 Laporan Uji Difusi-Kelompok 3B

    3/21

    organel. Adanya selaput ini pembatas ini sangat penting karenan memungkinkan

    kegiatan setiap kompartemen dapat berlangsung tanpa gangguan dari

    kompatemen lain namun tetap dapat bekerja sama.

    2. Barier selektif permeabelMembran sel mencegah pertukaran materi secara bebas dari satu sisi ke sisi lain

    pada saat bersamaan. Membran plasma harus menjamin pertukaran molekul

    antara bagian lur dan dalam pada saat yang tepat.

    3. Transport molekul

    Membran plasma mengandung mesin transpor molekul dari satu sisi ke sisi lain

    yang mencegah molekul dengan konsentrasi rendah masuk ke dalam sel daerah

    yang memeiliki konsentrasi tinggi. Mensin ini memungkinkan sel

    mengakumulasi molekul tertentu dalam konsentari yang lebih tinggi di

    bandingkan di sebelah luar.

    4. Penghantarn signal

    Membran plasma memainkan peran penting dalam respon sel terhadap signal.

    Proses itu disebut dengan penghantaran signal. Membran sel memiliki resptor

    yang berkombinasi dengan molekul tertentu (ligan). Setiap sel berbeda memilikireseptor berbeda, yang mampu mengenali dan berespon terhadap ligan pada

    lingkungan berbeda.

    5. Interaksi interseluler

    Membran sel memperantarai interaksi antar sel pada organisme multiseluler.

    Membran sel memungkinlkan sel mengenal satu sama lain, berikatan dan saling

    bertukar materi dan informasi.

    Sifat-Sifat Membran Sel

    Membran sel bersifat barier permeabel yang memungkinkan molekul yang berukuran

    kecil dapat keluar masuk ke dalam sel, seperti zat-zat tertentu yang terlarut dalam lemak,

    tidak bermuatan, molekul asam amino, asam lemak gliserol, gula sederhana dan air.

    Membran sel bersifat impermeabel terhadap gul (pati dan polisakarida), protein, dan zat-zat

    yang mudah larut terhadap pelarut organik. Oleh karena membran sel permeabel terhadap zat

    tertentu dan impermeabal juga terhadap beberapa zat, maka membran sel tersebut bersifatsemipermeabel. Hasil pengamatan mikroskop elektron terhadap membran sel menunjukkan

  • 8/10/2019 Laporan Uji Difusi-Kelompok 3B

    4/21

    bahwa memberan sel merupakan lipid bilayer. (disebut sebagai fluid-mosaic model). Molekul

    penyusun utama adalah fosfolipid, yang terdiri dari bagian kepala yang polar (hidrofilik) dan

    dua ekor nonpolar (hidrofobik) . Fosfolipid ini tersusun atas bagian nonpolar membentuk

    daerah hidrofobik yang diapit oleh daerah kepela yang pada bagian dalam dan luar membran.

    Membran ini diketahui dengan menggunakan mikroskop elektron

    1.2.2. Difusi

    Difusi merupakan proses perpindahan atau pergerakan molekul zat atau gas dari

    konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah. Difusi melalui membran dapat berlangsung melalui

    tiga mekanisme, yaitu difusi sederhana ( simple difusion ),d ifusi melalui saluran yang

    terbentuk oleh protein transmembran ( simple difusion by chanel formed ), dan difusi

    difasilitasi ( fasiliated difusion ).

    Difusi sederhana melalui membrane berlangsung karena molekul -molekul yang

    berpindah atau bergerak melalui membran bersifat larut dalam lemak (lipid) sehingga dapat

    menembus lipid bilayer pada membran secara langsung. Membran sel permeabel terhadap

    molekul larut lemak seperti hormon steroid, vitamin A, D, E, dan K serta bahan-bahan

    organik yang larut dalam lemak, Selain itu, memmbran sel juga sangat permeabel terhadap

    molekul anorganik seperti O, CO 2, HO, dan H 2O. Beberapa molekul kecil khusus yangterlarut dalam serta ion-ion tertentu, dapat menembus membran melalui saluran atau chanel.

    Saluran ini terbentuk dari protein transmembran, semacam pori dengan diameter tertentu

    yang memungkinkan molekul dengan diameter lebih kecil dari diameter pori tersebut dapat

    melaluinya. Sementara itu, molekul molekul berukuran besar seperti asam amino, glukosa,

    dan beberapa garam garam mineral , tidak dapat menembus membrane secara langsung,

    tetapi memerlukan protein pembawa atau transporter untuk dapat menembus membrane.

    Difusi difasiltasi (facilitated diffusion) adalah pelaluan zat melalui rnembran plasrnayang melibatkan protein pembawa atau protein transforter. Protein transporter tergolong

    protein transmembran yang memliki tempat perlekatan terhadap ion atau molekul vang akan

    ditransfer ke dalam sel. Setiap molekul atau ion memiliki protein transforter yang khusus,

    misalnya untuk pelaluan suatu molekul glukosa diperlukan protein transforter yang khusus

    untuk mentransfer glukosa ke dalam sel.

    Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Difusi

    http://www.emc.maricopa.edu/faculty/farabee/BIOBK/BioBookglossF.html#fluid-mosaichttp://www.emc.maricopa.edu/faculty/farabee/BIOBK/BioBookglossH.html#hydrophilichttp://www.emc.maricopa.edu/faculty/farabee/BIOBK/BioBookglossH.html#hydrophobichttp://www.emc.maricopa.edu/faculty/farabee/BIOBK/BioBookglossH.html#hydrophobichttp://www.emc.maricopa.edu/faculty/farabee/BIOBK/BioBookglossH.html#hydrophilichttp://www.emc.maricopa.edu/faculty/farabee/BIOBK/BioBookglossF.html#fluid-mosaic
  • 8/10/2019 Laporan Uji Difusi-Kelompok 3B

    5/21

    Molekul bergerak terus-menerus secara acak pada tingkat yang tergantung pada massa

    mereka, lingkungan mereka, dan jumlah energi panas yang mereka miliki, yang pada

    gilirannya merupakan fungsi dari temperatur. Gerakan ini menyumbang difusi molekul

    melalui media apa pun di mana mereka dilokalisasi. Sebuah substansi akan cenderung

    bergerak ke setiap ruang yang tersedia untuk itu sampai merata di seluruh itu. Setelah zat

    telah menyebar sepenuhnya melalui ruang yang menghilangkan gradien konsentrasinya,

    molekul masih akan bergerak di sekitar ruang, tetapi tidak akan ada gerakan bersih jumlah

    molekul dari satu daerah ke daerah lain.

    Kurangnya gradien konsentrasi di mana tidak ada gerakan bersih suatu zat yang

    dikenal sebagai kesetimbangan dinamis. Sedangkan difusi akan maju dengan adanya gradien

    konsentrasi suatu zat, beberapa faktor mempengaruhi laju difusi:

    1) Tingkat gradien konsentrasi : Semakin besar perbedaan konsentrasi, semakin

    cepat difusi. Semakin dekat distribusi bahan sampai ke kesetimbangan, semakin

    lambat laju difusi terjadi.

    2) Massa molekul menyebar : molekul yang lebih berat bergerak lebih lambat; Oleh

    karena itu, mereka menyebar lebih lambat. Sebaliknya adalah benar untuk

    molekul yang lebih ringan.

    3) Suhu : Suhu yang lebih tinggi meningkatkan energi dan karena itu gerakan

    molekul, meningkatkan laju difusi. Suhu yang lebih rendah menurunkan energi

    molekul, sehingga mengurangi laju difusi.

    4) Kerapatan Pelarut : Saat kerapatan pelarut yang meningkat, tingkat difusi akan

    berkurang. Molekul-molekul memperlambat karena mereka memiliki waktu yang

    lebih sulit masuk melalui media padat. Jika media kurang padat, difusi

    meningkat. Karena sel-sel terutama menggunakan difusi untuk memindahkan

    bahan dalam sitoplasma, setiap peningkatan kepadatan sitoplasma akan

    menghambat pergerakan bahan. Sebuah contoh dari hal ini adalah orang yang

    mengalami dehidrasi. Seperti sel-sel tubuh kehilangan air, laju difusi menurun

    dalam sitoplasma, dan fungsi sel-sel memburuk. Neuron cenderung sangat

    sensitif terhadap efek ini. Dehidrasi sering menyebabkan ketidaksadaran dan

    mungkin koma karena penurunan laju difusi dalam sel.

  • 8/10/2019 Laporan Uji Difusi-Kelompok 3B

    6/21

    5) Kelarutan: Seperti telah dibahas sebelumnya, bahan nonpolar atau larut dalam-

    lipid melewati membran plasma lebih mudah daripada bahan polar,

    memungkinkan tingkat yang lebih cepat dari difusi.

    6) Luas permukaan dan ketebalan membran plasma : Peningkatan luas permukaan meningkatkan laju difusi, sedangkan membran tebal mengurangi itu.

    7) Jarak tempuh : Semakin jauh bahwa zat harus melakukan perjalanan, semakin

    lambat laju difusi. Hal ini memberikan pembatasan atas ukuran sel. Sel yang bulat

    besar akan mati karena nutrisi atau limbah tidak dapat mencapai atau

    meninggalkan pusat sel. Oleh karena itu, sel-sel yang baik harus dalam ukuran

    kecilseperti halnya dengan kebanyakan eukariota bersel tunggal.

    Uji Difusi In Vitro Menggunakan Sel Difusi Franz

    Penelitian daya penetrasi dan pelepasan obat melalui kulit secara in vitro merupakan

    cara termudah dan hemat dalam mengkarakterisasi absorpsi dan penetrasii obat melalui kulit.

    Formulasi dan pengembangannya akan mempengaruhi pelepasan obat yang optimal dan

    deposisi obat menuju lapisan kulit yang diinginkan ( stratum corneum, epidermis, atau

    dermis).

    Langkah pertama pada penghantaran obat adalah pelepasan obat dari pembawanya.

    Kecepatan pelepasan obat ditentukan oleh aktivitas termodinamik yang terkait formulasi. Hal

    tersebut dapat diperlihatkan dengan menggunakan suatu sistem difusi sel yang umumnya

    digunakan pada penelitian daya penetrasi obat secara in vivo. Kecepatan pelepasan obat yang

    kecil berhubungan dengan rendahnya bioavaibilitas dari formula yang digunakan. Studi

    penetrasi kulit secara in vitro berhubungan dengan mengukur kecepatan dari jumlah

    komponen yang menembus kulit dan jumlah komponen yang tertahan pada kulit. Salah satu

    cara untuk mengukur jumlah obat yang terpenetrasi melalui kulit yaitu dengan menggunakan

    sel difusi franz.

    Sel difusi franz adalah suatu sel difusi tipe vertikaluntuk mengetahui penetrasi zat

    secara in vitro. Sel difusi mempunyai komponen berupa kompatemen donor, kompartemen

    reseptor, tempat pengambilan sampel, cincin O, dan water jacket. Kompartemen donor berisi

    zat yang akan diuji penetrasinya. Kompartemen reseptor berisi cairan berupa air atau dapar

    fosfat Ph 7,4 yang mengandung albumin. Fungsi albumin yaituuntuk meningkatkan kelarutanzat yang sukar larut dalam cairan kompartemen reseptor yang digunakan. Tempat

  • 8/10/2019 Laporan Uji Difusi-Kelompok 3B

    7/21

    pengambilan sampel adalah tempat pada sel difusi franz untuk mengambil cairan dari

    kompartemen reseptor dengan volume tertentu. Water jacket berfungsi untuk menjaga

    temperatur tetap konstan selama sel difusi dioperasikan.

    Diantara kompartemen donor dan kompartemen reseptor diletakkan membran yang

    digunakan untuk sel difusi franz. Cincin O menjaga posisi membran supaya tidak berubah.

    Membran bisa berupa membran sintesis, membran kulit manusia, atau membran kulit hewan.

    Membran kulit hewan yang digunakan telah dihilangkan bulu dan lapisan lemak

    subkutannya.

    Cair di kompartemen reseptor perlu diaduk secara optimal dan efisien untuk

    menjamin cairan dalam kompartemen reseptor homogen. Volume kompartemen reseptor

    sebesar 2-10 ml dan luas yang terpapar membran sebesar 0,2-2 cm2. Dimensi sel difusi harus

    diukur secara akurat karena terkait dengan perhitungan kadar zat. Kondisi di kompartemen

    reseptor yang ideal harus harus bisa untuk memfasilitasi penetrasi zat seperti pada keadaan in

    vivo. Konsentrasi zat di kompartemen reseptor seharusnya tidak melebihi 10% konsentrasi

    zat untuk mencapai kejenuhan. Konsentrasi zat di kompartemen reseptor yang tinggi dapat

    menyebabkan penurunan laju penetrasi zat.

    Cara melakukan uji penetrasi dengan sel difusi franz adalah sejumlah tertentu zatdiaplikasikan pada membran dan dibiarkan berpenetrasi secara difusi pasif melalui membran.

    Untuk mengetahui jumlah zat yang berpentrasi dan laju penetrasi zat dilakukan sampling

    cairan di kompartemen reseptor selama waktu tertentu sampai keadaan mencapai keadaan

    tunak. Cairan dari kompartemen reseptor yang diambil digantikan dengan cairan awal sesuai

    volume yang diambil. Hal ini bertujuan untuk menjaga volume dalam cairan reseptor tetap

    konstan dan untuk menjaga supaya cairan di kompartemen reseptor tetap dalam keadaan

    tunak.

  • 8/10/2019 Laporan Uji Difusi-Kelompok 3B

    8/21

    Gambar 1 : sel difusi Franz

    Diakses dari permeGear Inc. www. Permegear.com

    Jumlah kumulatif zat yang berpentrasi melalui membran adalah:

    =. + . 1=1

    Keterangan :

    Q = Jumlah kumulatif zat pe luas difusi (g/cm 2)

    Cn = konsentrasi zat (g/ml)

    =1=1 = jumlah konsentrasi zat (g/ml)pada sampling pertama (menit ke-30 hingga

    sebelum menit ke-11)

    V = Volume sel difusi Franz (ml)

    S = Volume sampling (ml)

    A = Luas membran (cm 2)

    Pada keadaan tunak, dapat dihitung fluks zat yang berpenetrasi melalui membran

    dengan rumus

    J=

  • 8/10/2019 Laporan Uji Difusi-Kelompok 3B

    9/21

    Ket: (J) laju penetrasi/fluks g cm -2 jam -1; (Q) Jumlah kumulatif zat yang berpentrasi

    melalui membran g cm -2; (t) waktu dalam jam

    Kurva Difusi

    Kurva difusi menggambarkan hubungan antara konsentrasi obat yang berdifusi

    (g/ml) dengan waktu (menit). Kurva difusi biasanya digambarkan dengan bentuk kurva

    yang menanjak.

    Berikut adalah kurva kadar plasma-waktu untuk suatu obat yang diberikan dalam

    dosis oral tunggal. Fase absorpsi dan eliminasi obat dari kurva dapat ditunjukkan.

    difusi

  • 8/10/2019 Laporan Uji Difusi-Kelompok 3B

    10/21

    BAB II

    METODOLOGI

    2.1. Alat dan Bahan

    2.1.1. Alat dan Bahan Pembuatan Membran Difusi

    Alat :

    - Kertas whatman no.1

    - Beaker glass

    - Batang pengaduk

    - Kertas saring

    - Hotplate

    - Cawan penguap

    - Pinset

    - Timbangan analitik

    Bahan :

    - Propilenglikol 10 ml

    - Asam oleat 15 ml

    - Asam stearat 5 ml

    - Minyak kelapa 15 ml

    - Paraffin 10 ml

    - Kolesterol 5 ml

    - Lilin putih 15 ml

    2.1.2. Alat dan Bahan Pembuatan Sediaan Gel

    Alat:

    - Beaker glass

    - Batang pengaduk

    - Kaca arloji

    - Pot plastik

    - Hot plate

    - Timbangan analitik

    Bahan :

    - Parasetamol

    - Karbopol

    - HPMC

    - Trietanolamin

    - Propilenglikol

    - Etanol

    - Aquadest

    Bahan (%)Formula

    C BParasetamol 1 1Karbopol 0,6 0,6

    HPMC 1,2 -

    Na CMC - -

  • 8/10/2019 Laporan Uji Difusi-Kelompok 3B

    11/21

    Trietanolamin q.s q.sPropilenglikol 10 10Etanol 10 10Aquadest Ad 100 Ad 100

    2.1.3. Alat dan Bahan Uji Difusi

    Alat :

    - Sel difusi Franz

    - Membran difusi

    - Pompa peristaltik

    - Batang pengaduk

    - Gelas piala

    - Penangas air

    - Penampung reseptor

    - Selang diameter 4 mm

    Bahan :

    - Sediaan gel (dua formulasi uji)

    - Aquadest

    - Cairan dapar fosfat

    2.2. ProsedurKerja

    2.2.1. Prosedur Kerja Pembuatan Membran Difusi- Kertas whatman no.1 dipotong dengan diameter 1,5 cm

    - Potongan kertas ditimbang

    - Dibuat larutan spangler yang dimodifikasi dengan cara melebur seluruh bahan

    di atas ke dalam sebuah beaker glass

    - Diaduk hingga homogen

    - Dimasukkan kertas whatman no.1 yang telah dipotong dengan luas tertentu ke

    dalam cairan spangler selama 15 menit- Diangkat dan segera keringkan dengan kertas saring

    - Ditimbang kertas whatman yang telah dikeringkan

    - Ditentukan jumlah cairan yang terserap

    - Dihitung prosentase impregnasi

    2.2.2. Prosedur Kerja Pembuatan Sediaan Gel

    Pembuatan sediaan gel formula B :

  • 8/10/2019 Laporan Uji Difusi-Kelompok 3B

    12/21

  • 8/10/2019 Laporan Uji Difusi-Kelompok 3B

    13/21

    BAB III

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    3.1. Hasil

    3.1.1. Hasil praktikum kelas AC :

    No. Waktu (menit) Absorbansi

    1 5 0,083

    2 30 0,088

    3 60 0,122

    4* 60 0,134

    5* 90 0,114

    6 90 0,117

    7 120 0,115

    *konsentrasi yang tidak dimasukan ke grafik karena diukur duplo

    3.1.2. Hasil praktikum kelas BD :

    No. Waktu (menit) Absorbansi

    0

    0.02

    0.04

    0.06

    0.08

    0.1

    0.12

    0.14

    5 30 60 90 120

    a b s o r

    b a n s

    i

    waktu

  • 8/10/2019 Laporan Uji Difusi-Kelompok 3B

    14/21

    1* 5 0,006

    2 5 0,010

    3* 30 0,008

    4 30 0,015

    5 60 0,037

    6* 60 0,019

    7* 90 0,041

    8 90 0,061

    9 120 0,066

    *konsentrasi yang tidak dimasukan ke grafik karena diukur duplo

    3.2. Pembahasan

    Pada praktikum kali ini, kami melakukan uji difusi obat untuk mengetahui seberapa

    banyak obat menembus membran tiap waktu. Difusi pasif merupakan suatu proses

    perpindahan masa dari tempat yang berkonsentrasi tinggi ke tampat yang berkonsentrasi

    rendah. Prinsip absorsi obat melalui kulit adalah difusi pasif dimana proses tersebut dimulai

    dari suatu substansi yang bergerak dari daerah suatu sistem ke daerah lain dan terjadi

    0

    0.01

    0.02

    0.03

    0.04

    0.05

    0.06

    0.07

    5 30 60 90 120

    a b s o r

    b a n

    d s i

    waktu

  • 8/10/2019 Laporan Uji Difusi-Kelompok 3B

    15/21

    penurunan kadar gradien diikuti bergeraknya molekul (Anief, 1997). Difusi pasif merupakan

    bagian terbesar dari proses transmembran bagi umumnya obat.

    Tenaga pendorong untuk difusi pasif adalah perbedaan konsentrasi obat pada kedua

    sisi membran sel. Membran padat digunakan sebagai model pendekatan membran biologis.

    Membrane padat juga digunakan sebagai model untuk mempelajari kompleks interaksi antara

    zat aktif dan bahan tambahan serta proses pelepasan dan kelarutan.

    Uji difusi secara transdermal menggunakan kertas whatman sebagai membran/kulit,

    cairan spangler sebagai cairan yang dioleskan di atas membran/kulit (spangler dibuat dengan

    komposisi asam oleat, asam stearat, minyak kelapa, paraffin, lesitin, cera alba). Komposisi

    cairan spangler banyak mengandung lipid karena stratum korneum yang terdiri dari kurang

    lebih 40% protein (pada umumnya keratin) dan 40% air dengan lemak berupa trigliserida,

    asam lemak bebas, kolesterol dan fosfat lemak. Gel juga dibuat dengan formulasi yang

    berbeda-beda untuk mengetahui seberapa besar kemampuan obat menembus membran.

    Bahan (%)Formula

    C BParasetamol 1 1Karbopol 0,6 0,6

    HPMC 1,2 -

    Na CMC - -Trietanolamin q.s q.sPropilen Glikol 10 10Etanol 10 10Aquadest Ad 100 Ad 100

    Pada praktikum ini kami membandingkan formula C dengan formula B. Kandungan

    air tinggi di dalam basis gel dapat menyebabkan terjadinya hidrasi pada stratum korneum

    yang memudahkan penetrasi obat melalui kulit. Gel juga terdiri dari bahan pembantu yang

    berfungsi untuk meningkatkan penetrasi zat ke dalam kulit.

    Metode yang digunakan adalah metode flow-through dengan menggunakan alat sel

    difusi Franz . Membran yang telah dioleskan dengan gel diletakan menghadap ke atas agar

    mekanisme difusi terjadi melewati membran dan membran tiruan yang berfungsi sebagai

    sawar yang memisahkan sediaan dengan cairan di sekitarnya. Alat tersebut dilengkapi oleh pompa peristaltik yang berfungsi untuk menghisap cairan reseptor dari gelas kimia kemudian

  • 8/10/2019 Laporan Uji Difusi-Kelompok 3B

    16/21

    dipompa ke sel difusi melewati penghilang gelembung sehingga aliran terjadi secara

    hidrodinamis. Alat juga dilengkapi dengan tempat khusus yang berfungsi untuk meletakkan

    membran dan mengalirkan hasil cuplikan sampel.

    Pada praktikum ini pertama-tama dilakukan pembuatan lemak sebagai simulasi

    membran, pembuatan gel parasetamol, serta penyiapan alat yang digunakan. Pada pembuatan

    sediaan gel, awalnya bahan-bahan yang diperlukan untuk pembuatan sediaan gel formula B

    ditimbang, yang mencakup parasetamol 1 mg, karbopol 0,6 mg, trietanolamin q.s,

    propillenglikol 10 mg, etanol 10 mg, dan aquadest ad. Setelah bahan-bahan tersebut

    ditimbang, karbopol didespersikan dalam aquadest (suhu 70 oC) di dalam lumpang atau

    beaker glass , digerus hingga terbentuk dispersi yang homogen, lalu didiamkan selama 1 jam.

    Setelah itu, untuk karbopol, TEA ditambahkan hingga terbentuk massa gel yangmengembang dan transparan. Ke dalam basis ditambahkan propilenglikol, etanol, dan

    parasetamol yang sudah dilarutkan dalam aquadest. Gel yang sudah homogen kemudian

    disimpan dalam wadah tertutup. Selain sediaan gel formula B terdapat sediaan gel formula C

    yang telah dibuat oleh kelas A/C. Perbedaannya adalah pada sediaan gel formula C

    ditambahkan HPMC.

    Selanjutnya pada proses pembuatan membrane difusi, membran yang digunakan

    adalah kertas whatman no. 1 yang diimpregnasi dengan cairan spangler yang telah

    dimodifikasi. Komposisi cairan spangler antara lain adalah propilenglikol, asam oleat, asam

    stearat, minyak kelapa, parafin, kolesterol, dan lilin putih. Bahan untuk cairan spangler

    dilebur dan diaduk sampai rata. Kertas whatman no. 1 dimasukkan dengan luas tertentu

    selama 15 menit lalu diangkat dan segera dikeringkan dengan kertas saring dan jumlah cairan

    yang terserap ditentukan. Bobot membrane sebelum dan sesudah impregnasi ditimbang untuk

    mendapatkan kondisi yang sama pada setiap membran (0,347gram).

    Setelah semua komponen tersedia, alat di- setting untuk mendapatkan simulasi kondisi

    difusi pada tubuh. Membran dipasang sebagai simulasi kulit yang telah diolesi gel

    parasetamol, cairan dapar fosfat di dalam alat siap menampung obat yang terdifusi

    sebagaimana plasma darah, juga tersedia tempat khusus untuk pengambilan cuplikan pada

    waktu-waktu tertentu. Pada menit ke-5, 30, 60, dan 90, masing-masing cuplikan diujikan

    pada spektrofotometer. Cara pengambilan cuplikan adalah dapar fosfat di ambil melalui

    ruang khusus untuk pengambilan cuplikan sebanyak 1 ml lalu diencerkan kembali dengan

    penambahan 5 ml dapar fosfat agar dapat dideteksi oleh spektrofotometer UV-Vis. Setiap

  • 8/10/2019 Laporan Uji Difusi-Kelompok 3B

    17/21

    sampel cairan pada interval waktu tertentu yang daimbil dari kompartemen reseptor harus

    selalu digantikan dengan cairan yang sama sejumlah volume yang terambil. Hasil dari

    serapan ditunjukan dalam kurva A dan kurva B (absorbansi berbanding dengan waktu).

    Factor-faktor yang mempengaruhi kecepatan difusi antara lain adalah (1)

    Ukuranpartikel. Semakin kecil ukuran partikel, semakin cepat pula partikel itu akan bergerak

    sehingga kecepatan difusi semakin tinggi. (2) Ketebalan membran. Semakin tebal membran,

    maka semakin lambat kecepatan difusi. (3) Luas suatu area. Semakin besar luas area, semakin

    cepat kecepatandifusinya. (4) Jarak. Semakin besar jarak antara 2 konsentrasi, semakin

    lambat kecepatan difusinya. (5). Suhu. Semakin tinggi suhu, partikel mendapatkan energi

    untuk bergerak dengan lebih cepat. Maka, semakin cepat pula kecepatan difusinya.

    Pada praktikum ini diketahui pada kedua percobaan, luas area, ketebalan membran,

    jarak, suhu, serta ukuran partikelnya dikondisikan hampir serupa. Namun perbedaan hanya

    terdapat pada faktor formulasi yang pada kurva menunjukan hasil yang sangat berbeda pada

    absorbansi yang menunjukan kadarnya pada waktu-waktu pengujian tertentu.

    Pada dasarnya kedua kurva telah sesuai dengan literatur yang menyatakan bahwa

    hubungan antara konsentrasi obat yang berdifusi (g/ml) dengan waktu (menit), kurva difusi

    biasanya digambarkan dengan bentuk kurva yang menanjak. Pada kurva A maupun kurva B

    diawali dengan bentuk menanjak, tahapan difusi dalam tubuh adalah tahapan dimana

    terjadinya absorpsi. Namun pada kurva A selanjutnya menunjukan keadaan mendatar lalu

    menurun, hal ini diasumsikan sebagai fase distribusi dan eliminasi. Pada kurva A di menit ke-

  • 8/10/2019 Laporan Uji Difusi-Kelompok 3B

    18/21

    60 diperkirakan semua obat telah melewati membran atau membran telah jenuh sehingga

    tidak ada obat yang berdifusi lagi, namun tahapan pengujian terus-menerus dilakukan dengan

    cara diambil cuplikan lalu dimasukan kembali pengganti cairan yang diambil maka dari itu

    semakin lama obat yang ada mengalami keadaan terencerkan dan menunjukan kondisi fase

    eliminasi pada tubuh. Sedangkan pada kurva B pada waktu terakhir pengujian kurva masih

    terus naik yang menunjukan bahwa masih ada obat yang terus berdifusi melalui membran

    tersebut.

  • 8/10/2019 Laporan Uji Difusi-Kelompok 3B

    19/21

    BAB IV

    KESIMPULAN

    4.1. Kesimpulan

    Metode yang digunakan untuk menentukan uji difusi adalah metode flow trough

    dengan alat sel difusi Franz.

    Membran difusi yang digunakan adalah kertas whatman no.1 yang diimpregnasi

    dengan cairan spangler yang telah dimodifikasi.

    Sediaan yang digunakan adalah sediaan pearasetamol yang diformulasi dalam 2

    formula yang berbeda.

    Kedua kurva yang dihasilkan sesuai dengan kurva difusi yang seharusnya, namun pada kurva A diantara waktu pengujian diasumsikan obat telah melewati membran

    seluruhnya sehingga dihasilkan kurva yang mendatar dan menurun setelah fase

    menanjak.

    Fase menanjak pada kurva merupakan gambaran fase absorpsi, sedangkan fase

    mendatar dan menurun merupakan gambaran fase distribusi dan eliminasi.

  • 8/10/2019 Laporan Uji Difusi-Kelompok 3B

    20/21

    DAFTAR PUSTAKA

    Lanimarta, Yurika. 2012. Skripsi : Pembuatan dan uji penetrasi nanopartikel kurkumin-

    dendrimer poliamidoamin (PAMAM) Generasi 4 dalam sediaan gel dengan

    menggunakan sel difusi Franz. Universitas Indonesia.

    Simon, Patricia. 2012. Skripsi : Formulasi dan uji penetrasi mikroemulsi matrium diklofenak

    dengan metode sel difusi franz dan metode tape stripping. Universitas Indonesia

    Shargel, leon.,Susanna, Andrew., 2012. Biofarmasetika dan Farmakokinetika terapan.

    Surabaya: Airlangga University Press.

    Witt, Krista & Bucks, Daniel. 2003. Studying in Vitro: Skin penetration and drug release tooptimize Dermatological Formulation.

    www.permegear.com permeGear Inc. Diakses tanggal 11/10/2014 jam 19.16 WIB

    http://www.permegear.com/http://www.permegear.com/http://www.permegear.com/
  • 8/10/2019 Laporan Uji Difusi-Kelompok 3B

    21/21

    LAMPIRAN

    Penimbangan bahan Pemanasan aquadest Pendispersian karbopol Penambahan TEA

    Penambahan etanol Penambahan propilenglikol

    Penambahan larutan parasetamol

    Hasil gel parasetamol

    Spangler beku Pemanasan cairanspangler

    Perendaman kertaswhatman dalam cairan

    spangler

    Berat kertas setelah perendaman

    Alat uji difusi flowthrough

    Uji lamda maksimum parasetamol

    Pengambilan cuplikan Uji absorbansi denganspektrofotometri