bab 2 - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/41463/3/jiptummpp-gdl-oliviaengg-50843-3-babii.pdf · 7...

13
5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dislipidemia Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lipid yang ditandai dengan kenaikan kolesterol total, kolesterol Low Density Lipoprotein (LDL), kenaikan kadar trigliserid serta penurunan High Density Lipoprotein (HDL) (NCEP ATP III, 2002). Dislipidemia dibagi menjadi berdasarkan profil lipid yang menonjol seperti hiperkolesterolemia, hipertriglisedidemia, isolated low HDL cholesterol, serta dislipidemia campuran (Adam, 2014). Tabel 2.1 Klasifikasi Dislipidemia berdasarkan kriteria Fredricson Fredricson Klasifikasi generik Klasifikasi Terapeutik Peningkatan Lipoprotein I Dislipidemia eksogen Hipertrigliseridemia eksogen Kilomikron IIa Hiperkolesterolemia Hiperkolesterolemia LDL IIb Dislipidemia kombinasi Hiperkolesterolemia endogen dan Dislipidemia kombinasi LDL dan VLDL III Dislipidemia remnant Hipertrigliseridemia Partikel-partikel remnant (beta VLDL) IV Dislipidemia endogen Endogen VLDL V Dislipidemia campuran Hipertrigliseridemia endogen VLDL dan kilomikron (Hegele, 2009) Sebenarnya kadar normal lipid serum bersifat relatif karena berbeda antara satu orang dengan yang lainnya, namun secara umum National Cholesterol Education Program Adult Panel III (NCEP ATP III) mengklasifikasikan lipid serum pada orang dewasa seperti dalam tabel berikut : Tabel 2.2 Klasifikasi kadar lipid serum dalam satuan mg/dL Profil Lipid Interpretasi Kolesterol Total < 200 Optimal 200 239 Borderline > 240 Tinggi

Upload: doancong

Post on 18-Aug-2019

230 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB 2 - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/41463/3/jiptummpp-gdl-oliviaengg-50843-3-babii.pdf · 7 asam empedu, kolesterol juga digunakan untuk biosintesis hormon steroid. Sekitar

5

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Dislipidemia

Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lipid yang ditandai dengan

kenaikan kolesterol total, kolesterol Low Density Lipoprotein (LDL), kenaikan

kadar trigliserid serta penurunan High Density Lipoprotein (HDL) (NCEP ATP

III, 2002). Dislipidemia dibagi menjadi berdasarkan profil lipid yang menonjol

seperti hiperkolesterolemia, hipertriglisedidemia, isolated low HDL cholesterol,

serta dislipidemia campuran (Adam, 2014).

Tabel 2.1 Klasifikasi Dislipidemia berdasarkan kriteria Fredricson

Fredricson Klasifikasi generik Klasifikasi Terapeutik Peningkatan Lipoprotein

I Dislipidemia eksogen

Hipertrigliseridemia

eksogen Kilomikron

IIa Hiperkolesterolemia Hiperkolesterolemia LDL

IIb

Dislipidemia

kombinasi

Hiperkolesterolemia

endogen dan Dislipidemia

kombinasi

LDL dan VLDL

III Dislipidemia remnant Hipertrigliseridemia

Partikel-partikel remnant

(beta VLDL)

IV Dislipidemia endogen Endogen VLDL

V

Dislipidemia

campuran

Hipertrigliseridemia

endogen VLDL dan kilomikron

(Hegele, 2009)

Sebenarnya kadar normal lipid serum bersifat relatif karena berbeda antara

satu orang dengan yang lainnya, namun secara umum National Cholesterol

Education Program Adult Panel III (NCEP ATP III) mengklasifikasikan lipid

serum pada orang dewasa seperti dalam tabel berikut :

Tabel 2.2 Klasifikasi kadar lipid serum dalam satuan mg/dL

Profil Lipid Interpretasi

Kolesterol Total

< 200 Optimal

200 – 239 Borderline

> 240 Tinggi

Page 2: BAB 2 - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/41463/3/jiptummpp-gdl-oliviaengg-50843-3-babii.pdf · 7 asam empedu, kolesterol juga digunakan untuk biosintesis hormon steroid. Sekitar

6

Kolesterol HDL

< 100 Optimal

100 – 129 Mendekati Optimal

130 – 159 Borderline

160 – 189 Tinggi

> 190 Sangat Tinggi

Kolesterol LDL

< 40 Rendah

> 60 Tinggi

Trigliserida

< 150 Optimal

150 – 199 Diinginkan

200 – 499 Tinggi

> 500 Sangat Tinggi

(Adam, 2014)

2.1.1 Kolesterol

Kolesterol merupakan komponen struktural penting dari membran dan

lapisan luar lipoprotein plasma. Kolesterol disintesis oleh berbagai jaringan

dari asetil-KoA dan merupakan precursor dari steroid lainnya dalam tubuh.

Kolesterol terdapat pada jaringan dan plasma dalam bentuk kolesterol bebas

maupun berikatan dengan asam lemak rantai panjang sebagai bentuk

penyimpanannya yaitu kolesterol ester (Botham & Mayes, 2009). Struktur

dasar kolesterol adalah inti sterol yang dibentuk dari asetil-KoA. Selanjutnya

inti sterol dapat dimodifikasi dengan berbagai rantai samping untuk

membentuk kolesterol, asam kolat yang merupakan bahan dasar asam empedu

yang dibentuk di hati, serta beberapa hormon steroid penting lain (Guyton,

2012).

Sekitar separuh kolesterol tubuh berasal dari proses sintesis (sekitar 700

g/hari) dan sisanya diperoleh dari makanan. Hampir semua jaringan yang

mengandung sel berinti mampu membentuk kolesterol, yang berlangsung di

retikulum endoplasma dan sitosol (Botham dan Mayes, 2009). Sebagian besar

kolesterol tergabung pada lapisan lipid membran plasma atau diubah menjadi

Page 3: BAB 2 - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/41463/3/jiptummpp-gdl-oliviaengg-50843-3-babii.pdf · 7 asam empedu, kolesterol juga digunakan untuk biosintesis hormon steroid. Sekitar

7

asam empedu, kolesterol juga digunakan untuk biosintesis hormon steroid.

Sekitar 1 gram kolesterol dilepaskan ke dalam empedu untuk kemudian

diekskresikan setiap harinya (Koolman, 2005).

Kolesterol dan kolesteril ester tidak dapat larut dalam air, namun harus

didistribusikan ke berbagai jaringan untuk penggunaan maupun

penyimpanannya, sehingga kolesterol dalam plasma darah diangkut oleh

lipoprotein plasma (Nelson and Cox, 2005). Terdapat empat tipe utama

lipoprotein yang diklasifikasikan berdasarkan densitasnya yaitu very low

density lipoprotein (VLDL), low density lipoprotein (LDL), intermediate

density lipoprotein (IDL), dan high density lipoprotein (HDL) (Guyton, 2012).

Menurut Guyton, 2012 terdapat faktor – faktor penting yang

mempengaruhi konsentrasi kolesterol plasma, diantaranya :

a. Peningkatan jumlah kolesterol yang dicerna tiap hari.

Meningkatnya kolesterol yang dicerna akan menghambat enzim

pembentukan kolesterol endogen yaitu 3-hidroksi-3-metilglutaril KoA

reduktase yang menimbulkan respon umpan balik intrinsik untuk

mencegah peningkatan kolesterol plasma yang berlebihan, sehingga

konsentrasi kolesterol plasma akan sedikit berubah.

b. Diet lemak yang sangat jenuh.

Keadaan tersebut akan meningkatkan penimbunan lemak dalam hati,

sehingga sel hati akan meningkatkan jumlah asetil-KoA untuk

menghasilkan kolesterol.

c. Pencernaan lemak yang mengandung asam lemak tak jenuh yang tinggi

Page 4: BAB 2 - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/41463/3/jiptummpp-gdl-oliviaengg-50843-3-babii.pdf · 7 asam empedu, kolesterol juga digunakan untuk biosintesis hormon steroid. Sekitar

8

Keadaan ini akan menekan konsentrasi kolesterol darah dari jumlah

sedikit sampai sedang.

d. Kekurangan dan kelebihan insulin atau hormon tiroid.

Hal tersebut akan berakibat perubahan derajat aktivitas enzim – enzim

khusus yang bertanggung jawab terhadap metabolisme lipid.

2.1.2 Metabolisme kolesterol dalam makanan

(Nelson and Cox, 2005)

Gambar 2.1 Metabolisme kolesterol yang berasal dari makanan

Makanan yang berlemak diketahui terdiri atas trigliserid dan kolesterol.

Ester kolesteril dalam makanan dihidrolisis menjadi kolesterol yang kemudian

diserap oleh usus bersama dengan kolesterol tak teresterifikasi dan lipid lain

dalam makanan. Selanjutnya kolesterol tersebut diangkut oleh kilomikron

bersama dengan kolesterol yang disintesis di usus. Dari kolesterol yang

diserap, 80 – 90% mengalami esterifikasi dengan asam lemak rantai panjang di

mukosa usus. 95% kolesterol kilomikron menuju hati dalam bentuk sisa

kilomikron (chylomicron remnants), dan sebagian besar kolesterol yang

disekresikan hati dalam bentuk VLDL dipertahankan selama pembentukan IDL

Page 5: BAB 2 - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/41463/3/jiptummpp-gdl-oliviaengg-50843-3-babii.pdf · 7 asam empedu, kolesterol juga digunakan untuk biosintesis hormon steroid. Sekitar

9

dan akhirnya LDLyang diserap oleh reseptor LDL di hati dan jaringan

ekstrahepatik (Botham dan Mayes, 2009).

2.1.3 Proses Ekskresi Kolesterol

Kolesterol diekskresikan dalam empedu yang bersifat larut dalam air

dengan bantuan aktivitas hepatosit dan kolangiosit hati yang terletak sepanjang

duktulus empedu. Hati mengekskresikan empedu sebanyak 1 liter per hari ke

dalam usus halus (Amirudin, 2014). Empedu berperan penting dalam

pencernaan dan absorpsi lemak dengan cara mengemulsikan partikel besar

lemak yang terdapat dalam makanan menjadi partikel yang lebih kecil, serta

membantu absorpsi produk akhir dari lemak yang telah dicerna melalui

membran mukosa intestinal (Guyton, 2012).

Kurang lebih 1 gram kolesterol di eliminasi dari tubuh setiap harinya.

Sekitar separuhnya di ekskresikan ke dalam feses setelah diubahi menjadi asam

empedu. Sejumlah besar kolesterol yang diekskresikan kedalam empedu akan

direabsorbsi dan diyakini bahwa sekurang-kurangnya sebagian kolesterol yang

merupakan prekursor senyawa sterol feses berasal dari mukosa intestinal.

Sejumlah besar ekskresi garam empedu akan di reabsorbsi kembali ke dalam

sirkulasi porta, diambil oleh hati dan diekskresikan kembali ke dalam empedu.

Garam empedu yang tidak direabsorbsi ataupun derivatnya diekskresikan

kedalam feses (Botham dan Mayes, 2009).

2.1.4 Hiperkolesterolemia sebagai pemicu radikal bebas di hati

Pada kondisi hiperkolesterolemia terjadi peningkatan kadar kolesterol

dalam plasma, sehingga tubuh akan berusaha untuk mengeluarkan kelebihan

kolesterol. Jalur utama pengeluaran kolesterol tersebut adalah melalui sintesis

Page 6: BAB 2 - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/41463/3/jiptummpp-gdl-oliviaengg-50843-3-babii.pdf · 7 asam empedu, kolesterol juga digunakan untuk biosintesis hormon steroid. Sekitar

10

asam empedu yang berlangsung di hati. Jalur sintesis asam empedu tersebut

diawali reaksi hidroksilasi kolesterol pada karbon 7α oleh sitokrom P450

kolesterol 7α- hidroksilase (CYP7A1) menjadi 7α- hidroksikolesterol, suatu

kelompok senyawa oksisterol (Botham & Mayes 2009). Kelompok senyawa

oksisterol tersebut akan mengaktifkan Liver X Receptors (LXR) yang

merupakan sensor bagi kolesterol. Saat jumlah oksisterol meningkat, maka

LXR akan menjaga sel dari kelebihan kolesterol dengan cara meningkatkan

ekskresi kolesterol melalui jalur sintesis asam empedu melalui peningkatan

ekspresi CYP7A1 sekaligus peningkatan aktivitasnya (Zhao & Wright 2010).

Reaksi hidroksilasi kolesterol memerlukan oksigen, NADPH, dan

sitokrom P450 oksidase. Kolesterol plasma yang tinggi pada kondisi

hiperkolesterolemia akan meningkatkan sintesis asam empedu sehingga

pemakaian oksigen dan NADPH, serta aktivitas sitokrom P450 oksidase

meningkat. Pada reaksi hidroksilasi kolesterol ini, sitokrom P450 juga berperan

dalam memperantarai metabolisme retikulum endoplasma yang dapat

mereduksi oksigen menjadi radikal bebas anion superoksida (•O2-). Jumlah

radikal bebas selanjutnya akan mempengaruhi kadar malondialdehid (MDA)

(Botham & Mayes 2009).

2.2 Radikal Bebas

Radikal bebas adalah molekul yang sangat reaktif karena memiliki sebuah

elektron yang tidak berpasangan. Agar tetap stabil, molekul tersebut aktif

mengikat ataupun mendonorkan elektron. Oleh karena itu molekul radikal bebas

hanya terdapat dalam bentuk tidak terikat dengan waktu yang sangat singkat yaitu

10-9

– 10-12

sec (Botham & Mayes, 2009).

Page 7: BAB 2 - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/41463/3/jiptummpp-gdl-oliviaengg-50843-3-babii.pdf · 7 asam empedu, kolesterol juga digunakan untuk biosintesis hormon steroid. Sekitar

11

Radikal bebas yang paling berbahaya bagi sistem biologis adalah radikal

oksigen atau Reactive Oxygen Species (ROS), terutama superoksida (•O2-),

hidroksil (•OH), dan perhidroksil (•O2H). Kerusakan jaringan akibat radikal

oksigen biasa disebut oxidative damage. Ketiga radikal bebas ini dapat terbentuk

pada aktifasi berbagai enzim oksidatif yang terdapat dalam mitokondria, lisosom,

peroksisom, sitosol dan membran sel. Radikal bebas mudah berikatan dengan

asam lemak tak jenuh (PUFA) pada membran sel dan lipoprotein plasma memicu

terjadinya reaksi peroksidasi lipid yang selanjutnya akan membentuk hasil

peroksida lipid kemudian dialdehid yang sangat reaktif serta dapat mengubah

struktur protein dan asam nukleat (Botham & Mayes, 2009). Malondialdehid

(MDA) merupakan salah satu hasil akhir dari peroksidasi lipid. Pembentukan

MDA bermula dari peroksidasi lipid yang diawali dengan penghilangan atom

hidrogen (H) dari molekul lipid tak jenuh rantai panjang (PUFA) oleh gugus

radikal hidroksil (•OH), sehingga lipid bersifat radikal. Selanjutnya radikal lipid

bereaksi dengan atom oksigen (O2) membentuk radikal peroksil (•OO) yang

kemudian menghasilkan MDA dengan ikatan tak jenuh lebih dari tiga (Yustika et

al, 2013).

Page 8: BAB 2 - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/41463/3/jiptummpp-gdl-oliviaengg-50843-3-babii.pdf · 7 asam empedu, kolesterol juga digunakan untuk biosintesis hormon steroid. Sekitar

12

(Henkell, 2011)

Gambar 2.3

Reaksi pembentukan MDA

MDA dapat merusak berbagai mekanisme fisiologis tubuh melalui

kemampuannya bereaksi dengan molekul seperti DNA dan protein. Sifat MDA

yang genotoksik tersebut dapat menyebabkan terjadinya mutasi yang beresiko

berlanjut menjadi kanker. Untuk mengukur kadar MDA dapat dilakukan dengan

mereaksikannya dengan asam thiobarbiturat (TBA). Kondensasi dari dua molekul

tersebut memiliki absorbansi yang tinggi sehingga dapat dinilai dengan mudah

menggunakan spektrofotometer (Rio, 2005)

Untuk melindungi kerusakan jaringan akibat akibat radikal bebas maka

diperlukan antioksidan. Antioksidan terbagi menjadi dua kelas : 1. Antioksidan

preventif yang mengurangi laju inisiasi reaksi berantai; 2. Antioksidan pemutus

rantai yang mengganggu propagasi reaksi berantai inisiasi, propagasi dan

terminasi (Botham & Mayes, 2009). Antioksidan diperlukan untuk mencegah

Page 9: BAB 2 - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/41463/3/jiptummpp-gdl-oliviaengg-50843-3-babii.pdf · 7 asam empedu, kolesterol juga digunakan untuk biosintesis hormon steroid. Sekitar

13

stres oksidatif yang merupaka kondisi ketidakseimbangan antara jumlah radikal

bebas yang ada dengan jumlah antioksidan di dalam tubuh. Enzim superoksida

dismutase (SOD) akan mengubah radikal superoksida (O2-) yang dihasilkan dari

respirasi serta yang berasal dari lingkungan, menjadi hidrogen peroksida (H2O2),

yang masih bersifat reaktif. SOD terdapat di dalam sitosol dan mitokondria.

Peroksida dikatalisis oleh enzim katalase dan glutation peroksidase (GPx).

Sementara katalase mampu menggunakan sartu molekul H2O2 sebagai substrat

elektron donor dan satu molekul H2O2 menjadi substrat elektron akseptor,

sehingga 2 molekul H2O2 menjadi 2 H2O dan O2 (Werdhasari,2014).

2.3 Kelor (Moringa Oleifera L)

2.3.1 Taksonomi

Klasifikasi Moringa oleifera dalam dunia tumbuhan adalah :

Kingdom : Plantae

Sub kingdom : Tracheobionta

Superdivisi : Spermatophyta

Divisi : Magnoliphyta

Kelas : Dycotiledonae

Sub kelas : Dilleniidae

Bangsa : Capparales

Suku : Moringaceae

Marga : Moringa

Jenis : Moringa oleifera L

(UPT Materia MedicaBatu, 2017)

Page 10: BAB 2 - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/41463/3/jiptummpp-gdl-oliviaengg-50843-3-babii.pdf · 7 asam empedu, kolesterol juga digunakan untuk biosintesis hormon steroid. Sekitar

14

(Muhammad, 2016)

Gambar 2.2

Pohon kelor dan Daun Kelor

2.3.2 Klasifikasi dan Morfologi

Moringa Oleifera L atau biasa disebut dengan drumstick tree atau

horseradish tree atau ben tree dalam bahasa Inggris dan kelor dalam bahasa

Indonesia merupakan tanaman sayuran yang memiliki pertumbuhan cepat dan

biasanya dapat tumbuh tinggi hingga 10 sampai 12 meter. Pohon kelor banyak

ditemukan di Negara tropis dan subtropics seperti beberapa negara di Asia

Selatan, Asia Tenggara, Arab, Afrika, Amerika Tengah, Karibia dan Amerika

Selatan. Pohon kelor memiliki batang tebal yang berkayu dan berwarna putih

kotor serta memiliki cabang menyebar yang rapuh. Bunga kelor memiliki

bentuk malai dengan panjang 10 – 30 cm, majemuk, dan terletak di ketiak

daun. Buah kelor berbentuk polong dengan panjang 20 – 45 cm berwarna

cokelat kehitaman dan berisi 15 – 25 biji, bijinya berbentuk bulat bersayap tiga,

dan memiiki akar tunggang. Kelor memiliki daun menyirip ganda atau

biasanya menyirip tiga dengan tekstur berbulu dan panjangnya sampai dengan

45 cm yang tersusun berjajar secara spiral pada rantingnya. Pada daun yang

tersusun di bagian lateral memiliki bentuk bulat panjang sedangkan pada

bagian terminal memiliki bentuk bulat telur (Roloff, 2009).

Page 11: BAB 2 - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/41463/3/jiptummpp-gdl-oliviaengg-50843-3-babii.pdf · 7 asam empedu, kolesterol juga digunakan untuk biosintesis hormon steroid. Sekitar

15

2.3.3 Kandungan kelor (Moringa oleifera L)

Kelor sering disebut sebagai “The Miracle Tree” karena kemampuannya

mengobati berbagai macam penyakit. Kelor disebutkan memiliki 539 senyawa

yang telah dipergunakan untuk pengobatan tradisional Afrika dan India

(Ayurvedic) (Krisnadi, 2015). Melalui penelitian terdahulu diketahui bahwa

kelor mengandung berbagai macam nutrisi seperti vitamin, mineral, asam

amino, beta karoten, antioksidan, zat anti inflamasi, serta asam lemak omega 3

dan 6 (Razis, 2014). Kandungan nutrisi kelor tercantum dalam tabel berikut ini.

Tabel 2.3 Kandungan nutrisi daun kelor

Kandungan Gizi Konsentrasi (per 100 gram)

Serat 11.23 g

Karbohidrat 56.33 g

Protein 9.38 g

Lemak 7.76 g

Energi 332.68 Kkal

Natrium 289 mg

Kalium 33.63 mg

Magnesium 25.64 mg

Fosfor 105.23 mg

Zat besi 9.45 mg

Zink 1.63 mg

Tembaga 0.88 mg

Kalsium 486.23 mg

Mangan 5.21 mg

(Sohaimy et al, 2015)

Menurut Bey dalam artikelnya yang berjudul “All Things Moringa” tahun

2010 menyebutkan bahwa kelor memiliki nutrisi tinggi dimana 100 gram daun

kelor kering mengandung 10 kali vitamin A daripada wortel, 12 kali vitamin C

jeruk, 17 kali kasium susu, 15 kali kalium pisang, 25 kali zat besi bayam dan 9

kali protein yogurt.

Page 12: BAB 2 - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/41463/3/jiptummpp-gdl-oliviaengg-50843-3-babii.pdf · 7 asam empedu, kolesterol juga digunakan untuk biosintesis hormon steroid. Sekitar

16

Tabel 2.4 Kandungan vitamin daun kelor

Vitamin Konsentrasi (per 100 gram)

Vitamin A (β-carotene) 13.48 mg

Vitamin E 16.80 mg

Vitamin C 245.13 mg

Vitamin B1 (Thiamin) 0.05 mg

Vitamin B2 (Riboflavin) 0.8 mg

Vitamn B3 (Niasin) 220 mg

(Sohaimy et al, 2015)

Vitamin C dalam kelor dilaporkan memiliki peran utama sebagai antioksidan

yang melindungi tubuh efek buruk radikal bebas, polutan dan toksin (Leone, 2015)

2.3.3.1 Kandungan fitokimia daun kelor

Kelor (Moringa oleifera L) memiliki berbagai senyawa bioaktif

penting yang berkaitan dengan perannya sebagai antioksidan beberapa

diantaranya tercantum dalam tabel berikut ini.

Tabel 2.5 Kandungan fitokimia kelor yang bersifat antioksidan

Kandungan antioksidan Konsentrasi

Polifenol 1535,6 mg/100g

Flavonoid 61,62 mg/g

Tanin 5 g/kg

Saponin 64 g/kg

(Leone, 2015)

Daun kelor diketahui memiliki aktivitas antioksidan yang lebih

tinggi daripada bagian tanaman kelor lainnya dimana aktivitas

antioksidan tersebut berbanding lurus dengan kandungan flavonoid dan

kandungan polifenol yang dimilikinya (Castillo, 2013). Aktivitas

antioksidan daun kelor juga terbukti lebih tinggi daripada tanaman

sayuran yang lainnya seperti kubis, bayam, kacang – kacangan, kembang

kol dan brokoli (Pakade, 2013).

Page 13: BAB 2 - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/41463/3/jiptummpp-gdl-oliviaengg-50843-3-babii.pdf · 7 asam empedu, kolesterol juga digunakan untuk biosintesis hormon steroid. Sekitar

17

2.3.4 Peran ekstrak daun kelor untuk mengurangi kadar MDA

Untuk mendapatkan aktivitas antioksidan yang maksimal, daun kelor

dapat diekstraksi menggunakan metode maserasi dengan pelarut etanol 70%.

Daun kelor yang diekstraksi dengan metode tersebut memiliki total fenolat,

total flavonoid serta senyawa aktif utama dalam kadar yang tertinggi (Vongsak,

2013). Daun kelor memiliki berbagai kandungan senyawa antioksidan yang

potensial. Flavonoid berfungsi sebagai radical scavenger dengan cara

mendonasikan sebuah atom hidrogen dari gugus hidroksil fenolik pada saat

bereaksi dengan radikal bebas (Shofia, 2013). Flavonoid efektif dalam

penghilangan radikal hidroksil dan anion superoksida yang dihasilkan dari

sintesa asam empedu. Potensi antioksidan dalam senyawa flavonoid

disebabkan oleh pelepasan atom hidrogen yang terdapat pada gugus hidroksil

tersebut (Ria, 2012). Selain sebagai free radical scavenger flavonoid juga

meningkatkan antioksidan endogen dengan jalur enzimatis (Liu, 2013).

Flavonoid dan polifenol yang terkandung dalam kelor secara enzimatis dapat

meningkatkan aktivitas antioksidan endogen seperti superoxide dismutase

(SOD) dan catalase yang bereaksi dengan radikal bebas sebagai antioksidan

pemutus ikatan dan mencegah ikatan antara radikal bebas dengan PUFA

sehingga dapat mencegah reaksi peroksidasi lipid (Rajanandh, 2012). Adapun

kandungan ascorbic acid atau vitamin C dalam kelor berperan penting sebagai

antioksidan dengan cara mendonorkan elektron pada anion radikal superoksida

(H2O2), radikal hidroksil (•OH), singlet oxygen (O-), serta reactive nitrogen

species (NO) sehingga dapat menstabilkan radikal bebas tersebut agar tidak

menimbulkan kerusakan yang lebih parah (Aja, 2014).