askep bunuh diri

22
ASUHAN KEPERAWATAN JIWA DENGAN BUNUH DIRI DISUSUN OLEH : BAMBANG .HANDOKO FARADILLA.ATTAMIMI INDAH.TRIWAHYUNI PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MH.THAMRIN 2013

Upload: anastasya-tawa-doa

Post on 22-May-2017

220 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ASKEP BUNUH DIRI

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA

DENGAN BUNUH DIRI

DISUSUN OLEH :

BAMBANG .HANDOKO

FARADILLA.ATTAMIMI

INDAH.TRIWAHYUNI

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MH.THAMRIN

2013

Page 2: ASKEP BUNUH DIRI

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr…Wb…

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunianya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah KEPERAWATAN JIWA yang berjudul ASUHAN KEPERAWATANJIWA DENGAN BUNUH DIRI .Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata kami ucapkan terimakasih kepeda

1. Ibu Ilah Muhafilah,Skep,MKes selaku Ketua Prodi 2. NS. Suwarningsih,Skep

Semoga Allah SWT senantiasa meridhoi segala usaha kita

Wassalamualaikum Wr….Wb…

Jakarta 18.10.2013

Page 3: ASKEP BUNUH DIRI

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

I.1 Latar belakanng

BAB II TINJAUAN TEORITIS

II.1 Definisi penyakit

II.2 Etiologi

II.3 Rentang

II.4 Manifestasi klinis

II.5 Asuhan Keperawatan

BAB III PENUTUP

III.1 Kesimpulan

DAFTAR PUSTAKA

Page 4: ASKEP BUNUH DIRI

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 LATARBELAKANG

Beban yang ditimbulkan oleh gangguan jiwa sangat besar. Hasil studi Bank Dunia menunjukkan, Global Burden Of Disease akibat masalah kesehatan jiwa mencapai 8,7%, lebih tinggi dari Tubercolosis (7,2%), Kanker (5,8%), Penyakit Jantung (4,4%) atau malaria (26%). Mengingat hal tersebut diamankan juga resiko tinggi bunuh diri yang biasanya muncul pada individu yang mengalami gangguan mood terutama depresi. Orang kulit putih memiliki resiko bunuh diri paling tinggi diantara semua kelompok budaya sebesar 72%, yang diikuti oleh penduduk Amerika asli, orang Amerika-Afrika, Amerika-Hispanik dan Amerika-Asia pada urutan selanjutnya. Individu yang berusia lebih dari 65 Tahun memiliki angka bunuh diri paling tinggi. Angka bunuh diri pada remaja meningkat mencapai angka yang mengkhawatirkan : bunuh diri saat ini merupakan penyebab kematian yang kedua dikalangan remaja. Waktu puncak bunuh diri yang lain adalah antara usia 30 sampai 40 Tahun.

Insiden bunuh diri lebih tinggi pada kelompok orang yang sangat kaya atau yang sangat miskin dari pada kelas menengah. Semakin besar tingkat keputusasaan tentang masa depan, semakin besar resiko bunuh diri. Individu yang masih sendiri memiliki resiko bunuh diri dua kali lebih besar daripada mereka yang menikah. Merek yang bercerai, menjada/dua, atau baru berpisah memiliki resiko lebih dari empat kali lipat daripada mereka mereka yang menikah. Wanita yang bercerai angka bunuh diri yang lebih rendah daripada pria yang bercerai. Wanita memiliki angka upaya bunuh diri yang lebih tinggi tetapi pria lebih berhasil dalam melaksanakan tindakan bunuh diri karena mereka menggunakan metode-metode yang lebih letal (mematikan). Wanita cenderung menggunakan pil tidur atau pisau cukur, sedangkan pria menembak atau menggantung diri mereka atau melompat dari tempat yang tinggi (Roy) .

Perawat dalam menghadapi klien yang mempunyai niat untuk bunuh diri atau sudah melakukan bunuh diri harus melakukan suatu asuhan keperawatan yang khusus. Karena tindakan yang dilakukan klien adalah tindakan yang dapat mengancam hidup klien. Asuhan keperawatan dimulai dari pengkajian, diagnosa, interensi dan rasional serta intervensi. perawat perlu mengkaji peristiwa yang menghina atau menyakitkan, upaya persiapan, ungkapan verbal, catatan, lukisan, memberikan benda yang berharga, obat, penggunaan kekerasan, racun. perawat mencatat adanya keputusasan, celaan terhadap diri sendiri, perasan gagal, dan tidak berharga, alam perasaan depresi, agitasi gelisah, insomnia menetap, berat badan menurun, bicara lamban, keletihan, withdrawl. upaya bunuh diri sebelumnya, kelainan afektif, zat aditif, depresi remaja, gangguan mental lansia. bercerai, putus hubungan, kehilangan pekerjaan, stress multiple (pindah, kehilangan, putus hubungan, masalah sekolah,

Page 5: ASKEP BUNUH DIRI

krisis disiplin), penyakit kronik. impulsive, agresif, bermusuhan, kognisi negative dan kaku, putus asa, harga diri rendah, anti sosial. riwayat bunuh diri, gangguan afektif, alkoholisme.

Page 6: ASKEP BUNUH DIRI

BAB II

TIJAUAN TEORITIS

II.1 DEFINISI

Bunuh diri adalah segala sesuatu perbuatan dengan tujuan untuk membinasakan dirinya sendiri dan dengan sengaja dilakukan oleh seseorang yang tau akan akibatnya yang mungkin pada waktu yang singkat (W.F. Maramis)

Bunuh diri adalah tindakan agresif terhadap diri sendiri untuk mengakhiri kehidupan (Budi Anna Keliat)

Bunuh diri adalah suatu tindakan agresif yang langsung terhadap diri sendiri untuk mengakhiri kehidupan. Bunuh diri merupakan koping terakhir dari individu untuk memecahkan masalah yang dihadapi.( Jenny., dkk. ). Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Masalah Psikososial dan Gangguan Jiwa ).

II.2 ETIOLOGI

a. Faktor pencetus1. Perasaan terisolasi dapat terjadi karena kehilangan hubungan interpersonal/gagal

melakukan hubungan yang berarti.2. Kegagalan beradaptasi sehingga tidak dapat menghadapi stress.3. Perasaan marah/bermusuhan, bunh diri dapat merupakan hukuman pada diri sendiri.4. Cara untuk mengakhiri keputusan.

b. Faktor Pendukung1) Kebudayaan

Kebudayaan mempengaruhi niat dan tekad seseorang individu untuk mempengaruhi hidupnya dan merupakan faktor penting yang mempengaruhi hal bunuh diri disamping kedudukan sosial ekonomi dan situasi eksterm yang merugikan

2) Jenis kelaminAngka bunuh diri pada wanita lebih besar daripada pria, disemua negara

dan disepanjang masa.Perbandingan tertinggi didapatkan di Rhode Island dan New York yaitu 3:1, angka perbandingan terendah didapati di Austria 1,3 : 1

Page 7: ASKEP BUNUH DIRI

3) Status socialDi Inggris, Amerika, Denmark dan Italia, angka bunuh diri tertinggi

terdapat status sosial tinggi, misalnya dokter, dokter gigi dan ahli hukum. Menurut Hendersom, 1 dari 50 dokter di Inggris melakukan bunuh diri dengan overdosis, pada umumnya mereka berumur kurang dari 50 tahun dan banyak yang menderita ketergantungan obat dan alkohol.

4) Status perkawinanFrekuensi bunuh diri lebih kecil pada mereka yang sudah menikah,

terutama mereka yang sudah punya anak, dibandingkan dengan mereka yang belum berkeluarga, janda atau yang cerai.

5) Gangguan jiwaDi bagian psikiatri Dr.soetomo Surabaya dalam periode 1965-1968

ditemukan kasus bunuh diri terbagi dalam 6 ancaman bunuh diri, dan 32 percobaan bunuh diri.

II.3 RENTANG

Menurut Stuart, Gail W. 2002 ,perilaku bunuh diri berkembang dalam rentang diantaranya adalah sebagai berikut :1. Suicidal ideation

Pada tahap ini merupakan proses contemplasi dari suicide, atau sebuah metoda yang digunakan tanpa melakukan aksi atau tindakan, bahkan klien pada tahap ini tidak akan mengungkapkan idenya apabila tidak ditekan. Walaupun demikian, perawat perlu menyadari bahwa pasien pada tahap ini memiliki pikiran tentang keinginan untuk mati.

2. Suicidal intentPada tahap ini klien mulai berpikir dan sudah melakukan perencanaan yang

konkrit untuk melakukan bunuh diri.3. Suicidal threat

Pada tahap ini klien mengekspresikan adanya keinginan dan hasrat yang dalam bahkan ancaman untuk mengakhiri hidupnya.

4. Suicidal gesturePada tahap ini klien menunjukkan parilaku destruktif yang diarahkan pada diri

sendiri yang bertujuan tidak hanya mengancam kehidupannya tetapi sudah pada percobaan untuk melakukan bunuh diri. Tindakan yang dilakukan pada fase ini pada umumnya tidak mematikan, misalnya meminum beberapa pil atau menyayat pembuluh darah pada lengannya. Hal ini terjadi karena individu memahami ambivalen antara mati dan hidup dan tidak berencana untuk mati. Individu ini masih memiliki kemauan untuk hidup, ingin diselamatkan, dan individu ini sedang mengalami konflik mental. Tahap ini sering dinamakan “Crying for help” sebab individu ini sedang berjuang dengan stress yang tidak mampu diselesaikan.

5. Suicidal attempt

Page 8: ASKEP BUNUH DIRI

Pada tahap ini perilaku destruktif klien yang mempunyai indikasi individu ingin mati dan tidak mau diselamatkan misalnya minum obat yang mematikan. Walaupun demikian banyak individu masih mengalami ambivalen akan kehidupannya.

RENTANG PROTEKSI DIRI

II.4 MANIFESTASI KLINIS

1. Keputusasaan2. Celaan terhadap diri sendiri, perasaan gagal dan tidak berguna3. Alam perasaan depresi4. Agitasi dan gelisah5. Insomnia yang menetap6. Penurunan BB7. Berbicara lamban, keletihan, menarik diri dari lingkungan sosial.8. Petunjuk psikiatrik

a. Upaya bunuh diri sebelumnya.b. Kelainan afektifc. Alkoholisme dan penyalahgunaan obatd. Kelaianan tindakan dan depresi mental pada remajae. Dimensia dini/ status kekacauan mental pada lansiaf. Riwayat psikososial :

1). Baru berpisah, bercerai/ kehilangan2)Hidup sendiri3)Tidak bekerja, perbahan/ kehilangan pekerjaan baru dialami

Page 9: ASKEP BUNUH DIRI

9.Faktor-faktor kepribadiana. Implisit, agresif, rasa bermusuhanb. Kegiatan kognitif dan negativec. Keputusasaand. Harga diri rendahe. Batasan/gangguan kepribadian antisosial

II.5 ASUHAN KEPERAWATAN

1. PENGKAJIANa. Kaji Keluhan utama klienb. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkanc. Konsep diri : Harga diri rendah(Umumnya pasien mengatakan hal yang negatif

tentang dirinya, yangmenunjukkan harga diri yang rendah)d. Alam perasaan, sedih ,putus asa, ketakutan , gembira berlebihan(pasien pada

umumnya merasakan kesedihan dan keputusasaan yang sangatmendalam)e. Interaksi selama wawancara, bermusuhan , Tidak kooperatif , Defensi , Kontak mata

kurang, mudah tersinggung , curiga(pasien biasanya menunjukkan kontak mata yang kurang)

f. Afek , Datar , Labil, Tumpul , Tidak sesuai(pasien biasanya menunjukkan afek yang datar atau tumpul)

g. Mekanisme koping maladaptive, minum alkohol ,bekerja berlebihan, reaksi lambat ,mencederai diri, menghindar , lainnya (pasien biasanya menyelesaikan masalahnya dengan cara menghindar danmencederai diri)

h. Masalah psikososial dan lingkungan, masalah dengan dukungan keluarga, masalah dengan perumahan

Tabel 1. Pengkajian tingkat resiko bunuh diri

Page 10: ASKEP BUNUH DIRI

Perilaku atauGejala

Intensitas Resiko

Rendah SedangTinggi

1.Cemas

2.Depresi

3.Isolasi-menarik diri

4.Fungsi sehari-har

5.Sumber-sumber

6.Strategi koping

7.Orang penting/dekat

8.Pelayanan psikatri yang lalu

9.Pola hidup

10.Pemakai alkohol dan obat

11.Percobaanbunuh diri sebelumnya

12.Disorientasi dan disorganisasi

Rendah

Rendah

Perasaan depresi yangsamar, tidak menarik diri

Umumnya baik pada semua aktivitas

Beberapa

Umumnya konstruktif

Beberapa

Tidak, sikap positif

Stabil

Tidak sering

Tidak, atau yang tidak fatal

Sedang

Sedang

Perasaan tidak berdaya,putus asa, menarik diri

Baik pada beberapa aktivitas

Sedikit

Sebagian konstruktif

Sedikit atau hanya satu

Ya, umumnya memuaskan

Sedang (stabil tak stabil)

Sering

Dari tidak sampai dengancara yang agak fatal

Tinggi atau panik

Berat

Tidak berdaya, putusasa, menarik diri,protes pd diri sndiri

Tidak baik pd semua Aktivitas

Kurang

Sebagian bsr destruktif

Tidak ada

Bersikap negatif terhadap pertolongan

Tidak stabil

Terus menerus

Dari tidak, sampai berbagai cara yang fatal

Jelas atau ada

Page 11: ASKEP BUNUH DIRI

13.Bermusuhan

14.Rencana bunuhdiri.

Tidak ada

Tidak atau sedikit

Samar, kadang-kadangada pikiran, tidak adarencana

Sedikit

Beberapa

Sering dipikirkan kadang-kadang ada ide untuk merencanakan

Jelas atau ada

Sering dan konstandipikirkan denganrencana spesipik

Tabel 2. SIRS (suicidal intention rating scale)

Skor 0 : tidak ada ide bunuh diri yang lalu dan sekarangSkor 1 : ada ide bunuh diri, tidak ada percobaan bunuh diri, tidak mengancam

bunuh diri.Skor 2 : memikirkan bunuh diri dengan aktif, tidak ada percobaan bunuh diri.Skor 3 : mengancam bunuh diri, misalnya “tinggalkan saya sendiri atau saya

bunuh diri”.Skor 4 : aktif mencoba bunuh diri

2. RENCANA TINDAKAN

Rencana tindakan keperawatan pada pasien bunuh diri dan keluarga terdiri dari 3macam yaitu :a. Ancaman bunuh diri.

Ancaman bunuh diri umumnya diucapkan oleh klien, berisi keinginan untuk matidisertai dengan rencana untuk mengakhiri kehidupan dan persiapan alat untuk melaksanakan rencana tersebut. Secara aktif klien telah memikirkan rencanabunuh diri, namun tidak disertai dengan percobaan bunuh diri.Walaupun dalam kondisi ini klien belum pernah mencoba bunuh diri, pengawasanketat harus dilaksanakan. Kesempatan sedikit saja dapat dimanfaatkan klien untuk melaksanakan rencana bunuh dirinya.b. Isyarat bunuh diri Isyarat bunuh diri ditunjukkan dengan berperilaku secara tidak langsung inginbunuh diri, misalnya dengan mengatakan :”Tolong jaga anak-anak karena sayaakan pergi jauh!” atau “Segala sesuatu akan lebih baik tanpa saya”

Page 12: ASKEP BUNUH DIRI

Pada kondisi ini klien mungkin sudah memiliki ide untuk mengakhiri hidupnya,namun tidak disertai dengan ancaman dan percobaan bunuh diri. Klien umumnyamengungkapkan perasaan seperti rasa bersalah/ sedih/ marah/ putus asa/ tidak berdaya. Klien juga mengungkapkan hal-hal negatif tentang diri sendiri yang menggambarkan harga diri rendah. c. Percobaan bunuh diri.

Percobaan bunuh diri merupakan tindakan klien mencederai atau melukai diriuntuk mengakhiri kehidupannya. Pada kondisi ini, klien aktif mencoba bunuh diridengan cara gantung diri, minum racun, memotong urat nadi, atau menjatuhkandiri dari tempat tinggi.

a. Rencana tindakan keperawatan :

1. Isyarat bunuh diriTujuan:a. Pasien mendapat perlindungan dari lingkungannya.b. Pasien dapat mengungkapkan perasaannya. c. Pasien dapat meningkatkan harga dirinya.d. Pasien dapat menggunakan penyelesaian masalah yang baik.Tindakan:

a. Mendiskusikan tentang cara mengatasi keinginan bunuh diri, yaitu dengan meminta bantuan dari keluarga atau teman.

b. Meningkatkan harga diri pasien dengan cara;- Memberi kesempatan pasien untuk mengungkapkan perasaannya.- Berikan pujian bila pasien dapat mengatakan perasaan positifnya.- Meyakinkan pasien bahwa dirinya penting bagi orang lain.- Merencanakan aktivitas yang dapat pasien lakukan.

c. Meningkatkan kemampuan menyelesaikan masalah, dengan cara:- Mendiskusikan dengan pasien tentang cara menyelesaikan masalah.- Mendiskusikan dengan pasien tentang efektivitas masing - masing cara.- Mendiskusikan dengan pasien tentang cara menyelesaikan masalah yang

lebih baik.

2. Ancaman bunuh diriTujuan:Pasien tidak melakukan usaha - usaha bunuh diri.Tindakan:a. Menempatkan pasien di tempat terawasi.b. Memotivasi pasien untuk mengekspresikan perasaannya.c. Penuhi kebutuhan fisik dan psikologis.

Page 13: ASKEP BUNUH DIRI

3. Percobaan bunuh diriTujuan:Pasien tetap aman dan selamat.Tindakan:Melindungi keamanan pasien dengan cara:a. Menemani pasien secara terus menerus sampai dia dapat dipindahkan ke tempat

yang aman.b. Menjauhkan semua benda yang berbahaya (pisau, silet, tali).c. Memeriksa dan mengawasi apakah pasien sudah meminum obatnya.d. Dengan lembut menjelaskan pada pasien bahwa pasien akan dilindungi sampai

tidak ada keinginan bunuh diri.

b. Rencana tindakan keperawatan untuk keluarga

1. Isyarat bunuh diri

Tujuan:

Keluarga mampu merawat pasien dengan risiko bunuh diri.

Tindakan:

a). Mengajarkan keluarga tentang tanda dan gejala bunuh diri.

- Menanyakan kepada keluarga tentang tanda dan gejala bunuh diri

yang pernah muncul pada pasien.

- Mendiskusikan tentang tanda dan gejala yang umumnya muncul pada pasien risiko bunuh diri.

b). Mengajarkan keluarga cara melindungi pasien dari perilaku bunuh diri. Yaitu dengan cara sebagai berikut;

- Memberikan tempat yang aman, menempatkan pasien di tempat yang mudah diawasi, jangan biarkan pasien mengunci diri di kamar dan jangan meninggalkan pasien di rumah sendirian.

- Menjauhkan pasien dari barang yang bisa digunakan untuk bunuh diri; tali, bahan bakar minyak, benda tajam, zat berbahaya.

- Selalu mengadakan pengawasan dan meningkatkan pengawasan apabila tanda dan gejala bunuh diri meningkat.

Page 14: ASKEP BUNUH DIRI

c). Menganjurkan keluarga untuk melaksanakan cara di atas.

d). Mengajarkan keluarga tentang cara yang bisa dilakukan apabila pasien melakukan percobaan bunuh diri;

- Mencari bantuan pada tetangga sekitar atau pemuka masyarakat untuk menghentikan upaya bunuh diri.

- Segera membawa pasien ke rumah sakit atau puskesmas untuk mendapat bantuan medis.

e). Membantu keluarga mencari rujukan fasilitas kesehatan yang tersedia bagi pasien.

- Memberikan informasi tentang nomor telephon darurat tenaga kesehatan.

- Menganjurkan keluarga untuk mengantarkan pasien berobat teratur untuk mengatasi masalah bunuh dirinya.

f). Menganjurkan keluarga untuk membantu pasien minum obat sesuai prinsip lima benar.

2. Ancaman dan percobaan bunuh diri

Tujuan:

Keluarga berperan serta melindungi anggota keluarga yang mengancam bunuh diri.

Tindakan:

a) Menganjurkan keluarga untuk ikut mengawasi pasien serta tidak meninggalkan pasien sendirian.

b) Menganjurkan keluarga untuk menjauhkan barang berbahaya disekitar pasien.

c) Mendiskusikan dengan keluarga untuk mengajak pasien berbicara atau melakukan aktivitas tertentu.

d) Menganjurkan keluarga untuk tidak membiarkan pasien melamun sendirian.

e) Menganjurkan keluarga untuk menemani pasien dan mendengarkan curahan perasaan.

f) Mengingatkan keluarga untuk memenuhi kebutuhan dasar fisik dan psikologis pasien.

Page 15: ASKEP BUNUH DIRI

BAB III

PENUTUP

III.1 KESIMPULAN

Bunuh diri adalah suatu tindakan agresif yang langsung terhadap diri sendiri untuk mengakhiri kehidupan. Bunuh diri merupakan koping terakhir dari individu untuk memecahkan masalah yang dihadapi.( Jenny., dkk. (2010). Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Masalah Psikososial dan Gangguan Jiwa ).

Faktor pencetus bunuh diri yaitu

1. Perasaan terisolasi dapat terjadi karena kehilangan hubungan interpersonal/gagal melakukan hubungan yang berarti.

2. Kegagalan beradaptasi sehingga tidak dapat menghadapi stress.

Page 16: ASKEP BUNUH DIRI

3. Perasaan marah/bermusuhan, bunh diri dapat merupakan hukuman pada diri sendiri.

4. Cara untuk mengakhiri keputusan.

Faktor pendukung nya adalah Kebudayaan , Jenis kelamin , Status social, Status perkawinan ,Gangguan jiwa

DAFTAR PUSTAKA

1. Carpenito, Lynda Juall. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 8 . Jakarta :EGC.2. Doenges, Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan keperawatan. Edisi 3. Jakarta : EGC3. Keliat. B.A. 2006 Modul MPKP Jiwa UI . Jakarta : EGC4. Keliat. B.A. 2006.Proses Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC5. Stuart, GW. 2002.Buku Saku Keperawatan Jiwa.Edisi 5. Jakarta: EGC6. Jenny., dkk. (2010). Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Masalah Psikososial dan

Gangguan Jiwa. Medan: USU Press.7. Sujono & Teguh. (2009). Asuhan Keperawatan Jiwa. Jogjakarta: Graha Ilmu.8. Dalami , ermawati, S.Kp., dkk. (2009). Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Gangguan Jiwa.

Jakarta : Trans Info Media.