analisis terjemahan al-quran -...

92
ANALISIS TERJEMAHAN AL-QURAN H.B. JASSIN BACAAN MULIA (Studi Terhadap Konteks Ayat-ayat tentang Non-Muslim) Skripsi Diajukan kepada Fakultas Adab dan Humaniora untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sastra (S.S) Oleh Rina Indri Astuti NIM:106024000946 JURUSAN TARJAMAH FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UIN SYARIF HIDAYATUALLAH JAKARTA 1431H/2010 i

Upload: doancong

Post on 09-Mar-2019

250 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ANALISIS TERJEMAHAN AL-QURAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2276/1/96356... · ANALISIS TERJEMAHAN AL-QURAN . H.B. JASSIN BACAAN MULIA

ANALISIS TERJEMAHAN AL-QURAN H.B. JASSIN BACAAN MULIA

(Studi Terhadap Konteks Ayat-ayat tentang Non-Muslim)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Adab dan Humaniora

untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sastra (S.S)

Oleh

Rina Indri Astuti

NIM:106024000946

JURUSAN TARJAMAH

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UIN SYARIF HIDAYATUALLAH

JAKARTA

1431H/2010

 

Page 2: ANALISIS TERJEMAHAN AL-QURAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2276/1/96356... · ANALISIS TERJEMAHAN AL-QURAN . H.B. JASSIN BACAAN MULIA

ii 

 

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata satu di UIN Syarif Hidayatuallah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatuallah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatuallah Jakarta.

Jakarta, 06 September 2010

Rina Indri Astuti

NIM: 106024000946

Page 3: ANALISIS TERJEMAHAN AL-QURAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2276/1/96356... · ANALISIS TERJEMAHAN AL-QURAN . H.B. JASSIN BACAAN MULIA

iii 

 

ANALISIS TERJEMAHAN AL-QURAN

H.B. JASSIN BACAAN MULIA (Studi Terhadap Konteks Ayat-ayat tentang Non-Muslim)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Adab dan Humaniora

untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sastra (S.S.)

Oleh

Rina Indri Astuti

NIM:106024000946

Pembimbing

Drs. H. D. Sirojuddin AR, M.Ag.

NIP: 19570715 198803 1001

JURUSAN TARJAMAH

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UIN SYARIF HIDAYATUALLAH

JAKARTA

1431H/2010

Page 4: ANALISIS TERJEMAHAN AL-QURAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2276/1/96356... · ANALISIS TERJEMAHAN AL-QURAN . H.B. JASSIN BACAAN MULIA

iv 

 

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi yang berjudul ANALISIS TERJEMAHAN AL-QURAN H.B. JASSIN BACAAN

MULIA (Studi Terhadap Konteks Ayat-ayat tentang Non-Muslim) telah diujikan dalam

sidang munaqasyah Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatuallah Jakarta pada hari

Senin 06 September 2010. Skripsi ini telah diterima sebagai selah satu syarat memperoleh gelar

Sarjana Sastra (S.S.) pada program studi Tarjamah.

Jakarta, 06 September 2010

Sidang Munaqasyah

Ketua Merangkap Anggota, Sekretaris Merangkap Anggota,

Drs. Ikhwan Azizi, MA. Dr.Akhmad Saehuddin, M.Ag.

NIP: 19570816 199403 1001 NIP: 1970050 520000 3103

Anggota

Dr. H.A. Ismakun Ilyas, MA. Drs. H. D. Sirojuddin AR, M.Ag.

NIP: 150274620 NIP: 19570715 198803 1001

Page 5: ANALISIS TERJEMAHAN AL-QURAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2276/1/96356... · ANALISIS TERJEMAHAN AL-QURAN . H.B. JASSIN BACAAN MULIA

 

Pedoman Transliterasi

Padanan Aksara

Berikut adalah daftar aksara Arab dan padanannya dalam aksara latin

Huruf Arab Huruf Latin Keterangan

Tidak dilambangkan ا

b Be ب

t Te ت

ts te dan es ث

j Je ج

h h dengan garis bawah ح

kh ka dan ha خ

d De د

dz de da zet ذ

r Er ر

z Zet ز

s Es س

sy es dan ye ش

S es dengan garis di bawah ص

d de dengan garis di bawah ض

t te dengan garis di bawah ط

Z zet dengan garis di bawah ظ

koma terbalik di atas hadap kanan ، ع

gh ge dan ha غ

f Ef ف

Page 6: ANALISIS TERJEMAHAN AL-QURAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2276/1/96356... · ANALISIS TERJEMAHAN AL-QURAN . H.B. JASSIN BACAAN MULIA

vi 

 

q Ki ق

k Ka ك

l El ل

m Em م

n En ن

w We و

h Ha هـ

Apostrof ` ء

y Ye ي

Vokal

Vokal dalam bahasa Arab, seperti vokal dalam bahasa Indonesia, terdiri dari vokal tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong.

Untuk vokal tunggal, ketentuan alih aksaranya adalah sebagai berikut:

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

____________ A Fathah

-------------------- I Kasrah

____________ U Dammah

Adapun vokal rangkap, ketentuan alih aksaranya adalah sebagai berikut:

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

ي____ Ai a dan i

و_____ Au a dan u

Page 7: ANALISIS TERJEMAHAN AL-QURAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2276/1/96356... · ANALISIS TERJEMAHAN AL-QURAN . H.B. JASSIN BACAAN MULIA

vii 

 

Vokal Panjang

Ketentuan alih aksara vokal panjang (madd), yang dalam bahasa Arab dilambangkan dengan harakat dan huruf, yaitu:

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

ا___ Â a dengan topi di atas

ي__ Î i dengan topi di atas

و_ Û u dengan topi di atas

Kata Sandang

Kata sandang dalam yang dalam system aksara Arab dilambangkan dengan huruf yaitu ال dialih aksarakan menjadi /I/, baik diikuti huruf syamsiyyah maupun huruf qamariyyah. Contoh: al-rijâl bukan ar-rijâl.

Syaddah (Tasydid)

Syaddah atau tasydidi yang dalam tulisan Arab dilambangkan dengan sebuah tanda ( _ ) dalam alih aksara ini dilambangkan dengan huruf, yaitu dengan mengadakan huruf yang diberi tanda syaddah itu. Akan tetapi, hal ini tidak berlaku jika huruf yang menerima tanda syaddah itu terletak setelah kata sandang yang diikuti oleh hururf-huruf syamsyiah. Misalnya, kata الضرورة tidak ditulis ad-darûrah melainkan al-darûrah.

Ta Marbûtah

Jika huruf ta marbûtah terdapat pada kata yang berdiri sendiri, maka huruf tersebut dialihaksarakan menjadi huruf /h/ (lihat contoh 1 di bawah). Hal yang sama berlaku jika ta marbûtah tersebut diikuti oleh kata siifat (na’t) (lihat contoh 2 ). Namun, jika huruf ta marbûtah tersebut diikuti kata benda(ism), maka huruf tersebut dialihaksarakan menjadi huruf /t/ ( lihat contoh 3).

Contoh:

No Kata Arab Alih Aksara

Tarîqah طريقة 1

al-jâmi’ah al-islamîyyah الجامعة اإلسالمية 2

Page 8: ANALISIS TERJEMAHAN AL-QURAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2276/1/96356... · ANALISIS TERJEMAHAN AL-QURAN . H.B. JASSIN BACAAN MULIA

viii 

 

wahdat al-wujûd وحدة الوجود 3

Huruf Kapital

Mengikuti EYD bahasa Indonesia, untuk proper name ( nama diri, nama tempat dan sebagainya), seperti al-kindi bukan Al-kindi ( untuk huruf “al” a tidak boleh kapital).

Page 9: ANALISIS TERJEMAHAN AL-QURAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2276/1/96356... · ANALISIS TERJEMAHAN AL-QURAN . H.B. JASSIN BACAAN MULIA

ix 

 

ABSTRAK

Rina Indri Astuti

“Analisis Terjemahan Al-Quran H.B. Jassin Bacaan Mulia; Studi Terhadap Konteks Ayat Tentang Non-Muslim”

Terjemahan Al-Quran merupakan item yang sangat penting bagi masyarakat muslim

terutama bagi mereka yang tidak memahami Bahasa Arab. Terlebih dari itu maka terjemahan Al-

Quran karya H.B. Jassin pun menyuarakan hasil terjemahannya mengenai ayat-ayat non-

muslim. Maka, skripsi ini menerangkan tentang analisis terjemahan Al-Quran H.B. Jassin

tentang ayat-ayat non-muslim yang sampai saat ini masih terjadi pro dan kontra dikalangan para

ulama.

Penulis menarik kesimpulan bahwa terjemahan Al-Quran karya H.B. Jassin tentang

ayat-ayat non-muslim dianggap benar berdasarkan perbandingan dengan terjemahan Al-Quran

yang lain dan pengkajian tafsir Al-Quran mengenai ayat-ayat non-muslim.

Metode yang digunakan Penulis dalam penelitian ini adalah metode kualitatif deskriptif

yaitu dengan mengumpulkan data-data aktual, melaksanakan studi kepustakaan dari beberapa

literatur tertulis, baik dari buku-buku, artikel, majalah, internet, dan dokumen.

Konteks ayat non-muslim mendapat perhatian khusus dikalangan para ulama klasik dan

modern. Hal yang diperdebatkan adalah penafsiran dan batasan tentang ayat tersebut. Banyak

kritikan tajam yang dilontarkan kepada H.B. jassin terhadap terjemahannya. Akan tetapi fokus

terhadap ayat non-muslim penulis tidak menemukan penyimpangan makna pada kontek ayat

non-muslim, yang membedakan hanyalah pemilihan kata. Terlebih lagi ketika menulusuri kata

auliya’ yang mana pada kata tersebut terdapat banyak makna yang mana dari kata auliya’ itu

timbul perdebatan dikalangan para ulama untuk menentukan hukum dan batasan seorang non-

muslim dijadikan seorang pemimpin.

Page 10: ANALISIS TERJEMAHAN AL-QURAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2276/1/96356... · ANALISIS TERJEMAHAN AL-QURAN . H.B. JASSIN BACAAN MULIA

 

KATA PENGANTAR

Alhamdulilahi Rabbil’allamin penulis panjatkan ke hadirat Allah swt yang senatiasa memberikan

begitu banyak nikmat serta pertolongan kepada penulis, sehingga karya ini bisa selesai. Salawat

serta salam semoga selalu tercurahkan kepada teladan alam semesta, kajeng nabi Muhammad

saw beserta keluarganya, para sahabatnya dan kita sebagai umatnya semoga mendapatkan

curahan syafaatnya di hari akhir nanti.

Penulis mengucapkan terma kasih yang sebesar-besarnya kepada Civitas academica UIN

Syarif Hidayatuallah Jakarta, terutama kepada Prof.Dr. Komaridin Hidayat, MA. Rektor UIN

Syarif Hidayatuaallah Jakarta. Dr. H. Abdul Wahid Hasyim, MA. Dekan Fakultas Adab dan

Humaniora, Drs. Ikhwan Azizi, MA. Ketua Jurusan Tarjamah dan Sekertaris Jurusan Tarjamah

Akhmad Saekhuddin M,Ag.

Terima kasih yang tak terhingga pula kepada bapak Drs. H. D. Sirojuddin AR, M,Ag yang

telah meluangkan waktunya untuk membaca, mengoreksi, memberikan serta memotovasi penulis

dalam proses penyusunan skripsi ini. Semoga Allah SWT senantiasa membalas segala kebaikan

bapak.

Kepada Jajaran Jurusan Tarjamah: Drs. Ismakun Ilyas, M.A, Syarif Hidayatullah, M.Hum,

Dr. Sukron Kamil, M.A, Irfan Abubakar, M.A, Drs. A. Syatibi, M,Ag, dan lainnya.terima kasih

yang tak terhingga. Semoga ilmu yang penulis dapatkan menjadi manfaat dan berkah

dikemudian hari. Amin.

Penghormatan serta ucapan terima kasih penulis haturkan kepada kedua orang tua penulis.

Ayahanda terhebat Gimin dan ibunda terkasih Eni, adik-adik penulis Edi Saputra, Tri Jayanti,

Page 11: ANALISIS TERJEMAHAN AL-QURAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2276/1/96356... · ANALISIS TERJEMAHAN AL-QURAN . H.B. JASSIN BACAAN MULIA

xi 

 

Muhammad Rudini dan Maulida Nur Annisa yang penulis sayangi. Tidak lupa kepada Kakanda

Agus Caesario yang tak henti-hentinya mendoakan serta memberikan bantuan kepada penulis.

Merekalah yang menjadi motivasi penulis dalam menggapai semua mimpi serta orang yang

mencintai penulis apa adanya.

Terima kasih kepada PDS (Pusat Dokumentasi dan Sastra H. B. Jassin) yang telah berbaik

hati memberikan pelayanan berupa buku-buku serta Referensi kepada penulis. Kepada kepala

dan karyawan perpustakaan fakultas Adab dan Humaniora, perpustakaan umum Universita Islam

Negeri (UIN) Syarif Hidayatuallah Jakarta, perpustakaan UI dan perpustakaan Atmajjaya yang

telah memberikan kesempatan penulis untuk mengakses berbagai referensi kepada penulis.

Kepada sahabat terbaik dan tersayang penulis Siti Hamidah, dan Leni Helpianti terima kasih

untuk semua kebaikannya dan kebersamaannya hingga detik ini masih ada.

Penulis mengucapkan kepada kawan seperjuangan di Tarjamah Angkatan 2006, kepada

Nur’aini dan Yatmi yang telah bersedia menemani penulis baik suka dan duka dalam

menyelasikan skripsi ini dan mengisi kebersamaan dengan penulis selama di kampus ini semoga

kebersamaan ini tetap ada dan membawa kesan yang baik. Kemudian kepada mely Amelia, Ade

Erna Wati, Yuli Handayani, Wulan, Yuyun, Iyum, Fuad, Komeri, Nubzah, Suti, Anis, Novita,

Elida, Ruston, Kholis dan Daus yang senatiasa menjadi teman yang menyenangkan dan

memberikan kontribusi berarti bagi penulis yang berguna untuk masa depan penulis. Serta

teman-teman BEM-J Tarjamah dan juga kepada seluruh kakak kelas dan adik kelas sehingga

penulis bangga menjadi salah satu mahasiswi Tarjamah.

Page 12: ANALISIS TERJEMAHAN AL-QURAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2276/1/96356... · ANALISIS TERJEMAHAN AL-QURAN . H.B. JASSIN BACAAN MULIA

xii 

 

Terima kasih kepada teman-teman PMII dan teman-teman kosn yang selalu memotivasi dan

mendoakan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Semoga skripsi yang masih jauh dari kesempurnaan ini dapat bermanfaat bagi semuanya.

Saran serta kritik konstruktif sangat penulis butuhkan untuk interpretasi yang lebih baik lagi.

Jakarta, 06 September 2010

Penulis

Rina Indri Astuti

Page 13: ANALISIS TERJEMAHAN AL-QURAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2276/1/96356... · ANALISIS TERJEMAHAN AL-QURAN . H.B. JASSIN BACAAN MULIA

xiii 

 

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL………………………………………………………………………………i

PERNYATAAN ………………………………………………………………………………….ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING……………………………………………………………….iii

LEMBAR PENGESAHAN………………………………………………………………………iv

PEDOMAN TRANSLITERASI………………………………………………………………….v

ABSTRAK………………………………………………………………………… .......... ……..ix

KATA PENGANTAR……………………………………………………………………………x

DAFTAR ISI……………………………………………………………………………………xiii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah………………………………………………………………….1

B. Pembatasan dan Perumusan masalah……………………………………………..............4

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian…………………………………………………………...7

D. Metodologi Penelitian……………………………………………………………………8

E. Sistematika Penulisan…………………………………………………………….............8

BAB II LANDASAN TEORI PENERJEMAHAN

A. Gambaran Umum Penerjemahan………………...………………………………...........10

1. Definisi Penerjemahan…………………………...………………………………..….10

2. Metode Penerjemahan……………….………………………………………………..11

3. Proses Penermahan………………………………….. ....................................... ……..16

B. Gambaran Tentang Al-Qur’an……………...…………………………………………...19

1. Penerjemahan Al-Qur’an………………………….………………………………..19

2. Pengertian Al-Qur’an………….…………………………………………………....19

3. Syarat-syarat Penerjemahan Al-Qur’an………………………………………….....21

4. Jenis-jenis Penerjemahan Al-Qur’an………………………………………….........23

5. Cara Menerjemahkan Al-Qur’an…………………………………………..……….23

Page 14: ANALISIS TERJEMAHAN AL-QURAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2276/1/96356... · ANALISIS TERJEMAHAN AL-QURAN . H.B. JASSIN BACAAN MULIA

xiv 

 

BAB III BIOGRAFI H. B. JASSIN

A. Riwayat Hidup Singkat H. B. Jassin……………………………….………………...25

B. Pendidikan H. B. Jassin……………………………………………………………...26

C. Karir H. B. Jassin……………………………………………….…………………...26

D. Propesi dan prestasi H. B. Jassin…………………………………………………….28

E. Karya Tulis H. B. Jassin……………………………………………………………..28

BAB IV ANALISIS TERJEMAHAN AL-QURAN H.B. JASSIN BACAAN MULIA;

STUDY KONTEKS TENTANG AYAT-AYAT NON-MUSLIM

A. Konteks Ayat-ayat tentang Non-Muslim…….………………………………...…...30

B. Menelusuri Kebenaran Terjemahan Al-Qur’an Karya H. B. Jassin tentang Ayat-ayat Non-Muslim………………………………………………………………….……..40

C. Analisis terhadap kata “Auliya” dalam Konteks tentang Ayat-ayat Non-Muslim…60

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan …………….……………………………………………………………...67

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………...…69

Page 15: ANALISIS TERJEMAHAN AL-QURAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2276/1/96356... · ANALISIS TERJEMAHAN AL-QURAN . H.B. JASSIN BACAAN MULIA

1  

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Penerjemahan merupakan sesuatu kegiatan yang menjadi penting bagi manusia pada abad

modern ini yaitu kegiatan yang bukan saja di miliki penerjemah, para guru bahasa, dan para

peminat bahasa lainnya, melainkan juga telah memberikan daya tarik bagi para ilmuan lainnya

yang menyadari kekuatan bahasa sebagai salah satu media yang dapat memantau kesepakatan

perkembangan ilmu pengetahuan. Sudah banyak buku-buku dan artikel-artikel tentang

terjemahan, di tulis para ahli dalam suatu cabang ilmu tertentu dengan pendekatan yang beraneka

ragam sesuai dengan di siplin ilmunya masing-masing.1

Dalam proses menerjemahkan berusaha untuk mengalihkan pesan yang terdapat dalam

bahasa sumber tanpa merubah maksud dan pesan tersebut. Begitu pula dalam membentuk

kalimat ke dalam bahasa sasaran haruslah jelas.2

Dalam masalah penerjemahan perlu kirannya seorang penerjemah memiliki pengetahuan

mengenai tahapan-tahapan penerjemahan, syarat-syarat penerjemahan dan ragam-ragam

penerjemahan, guna mayoritas naskah yang diminati untuk dijadikan sasaran, serta pendekatan

apa yang sebaiknya di ambil. Secara umum ragam terjemahan terdiri dari tiga macam yaitu:

terjemahan kata demi kata, terjemahan harfiyah dan terjemahan bebas.3 Setelah penerjemah

mengenal lebih jauh ragam-ragam penerjemahan akan dapat mengetahui keunggulan dan

                                                            1 Suhendra Yusuf,Teori Terjemahan, Pengantar ke arah pendekatan linguistik dan Sosiolinguistik,

(Bandung: Mandar Maju, 1994) Cet.ke-1,h.7 

2 Nurachman Hanafi, Teori dan Seni Menerjemahkan, (Ende Flores-NTT:Nusa Indah, 1986), h.24 

3 Nurachman ,Teori dan Seni Menerjemahkan, h. 54-58 

1

Page 16: ANALISIS TERJEMAHAN AL-QURAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2276/1/96356... · ANALISIS TERJEMAHAN AL-QURAN . H.B. JASSIN BACAAN MULIA

2  

kekurangan terhadap ragam penerjemahan yang di gunakan. Sehingga penerjemah lebih selektif

dalam memilih dan menggunakan ragam penerjemahan yang sesuai dengan tujuan penulis (Bsu).

Kemampuan menerjamahkan mempunyai peranan yang signifikan untuk menguak apa

saja maksud di balik ayat yang masih di anggap abu-abu oleh para ulama klasik dan modern dan

terkesan mengandung sebuah misteri yang patut untuk di pecahkan. Oleh karenanya, latar

belakang keilmuan seseorang khususnya kemampuan menerjemahkan pada ayat Al-Quran

memberikan dampak dan sudut pandang yang berbeda.

fakta sejarah mengatakan bahwa Muhammad Al-Ghazali dan Al-Ghanausy ulama

ternama asal Mesir dan Tunisia yang sering dianggap beraliran keras, mencoba mengapresiasi

non-muslim dalam konteks politik modern. Menurut Muhammad Al-Ghazali dalam bukunya at-

Ta’ashshub wa At-Tasamuh bin al-Masihiyyah wa al-Islam, masyarakat Islam di bina atas

prinsip toleransi, kerja sama dan inklusivitas. Ia menegaskan bahwa umat Yahudi dan Kristen

yang bersedia hidup berdampingan dengan umat Islam “ sudah manjadi orang-orang Islam, di

lihat dari sudut pandang politik dan kewarganegaraan.” Hal ini karena hak dan kewajiban mereka

sama dengan hak kewajiban kaum muslimin. Sementara itu, Al-Ghanausi, ulama asal Tunisia,

mengatakan bahwa kewarganegaraan tidaklah berdasarkan agama. Kelompok minoritas non-

muslim memiliki hak yang sama dengan umat Islam. Prinsip-prinsip yang diajarkan umat Islam

seperti keadilan dan persamaan berlaku bagi seluruh warga negara, baik muslim maupun bukan.4

Dalam kapasitasnya sebagai non-muslim, ahl-Dzimah seringkali mendapatkan perlakuan

yang tidak setara dengan komunitas muslim. Kendati non-muslim dzimi diperbolehkan ibadah

sesuai keyakinannya dan di perbolehkan menerapkan hukum keluarganya, mereka tidak boleh

                                                            4Amal dan Panggabean, Politik Syariah, (Tt: Tp, Tth), h. 187-188  

Page 17: ANALISIS TERJEMAHAN AL-QURAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2276/1/96356... · ANALISIS TERJEMAHAN AL-QURAN . H.B. JASSIN BACAAN MULIA

3  

menda’wahkan ajaran agamanya. Dalam urusan agama, mereka di pimpin oleh masing-masing

pemuka agama mereka. Namun, dalam urusan publik, semua jabatan admistratip dan politik

haruslah di pegang oleh muslim, mereka tidak bisa menduduki posisi strategis dalam

pemerintahan mereka juga tidak boleh menjadi pemimpin politik dan anggota majelis

permusyawaratan, mereka tidak punya hak suara, bahkan mereka diwajibkan membayar jizyah.5

Ahl-Dzimah sering kali disebut sebagai kelompok kelas dua dan menurut Muhammad Arkoun,

model toleransi seperti itu adalah model toleransi tanpa peduli. Alasannya karena konsep dzimah

dalam praktek disertai oleh rekayasa untuk mengurangi peran kelompok non-muslim dan

menegaskan keunggulan Islam atas yang lain. Namun bagi Arkoun, konsep ini masih lebih baik

dari pada kondisi kaum muslim dalam masyarakat agama lain.6

Akan tetapi dewasa ini, sering kita lihat khususnya di Indonesia bahwa non-muslim

diberi kebebasan menyebarkan ajarannya walaupun bukan dengan metode dakwah, namun dapat

kita lihat dengan melihat tayang iklan di TV yang substansinya untuk menyebarkan ajarannya.

Begitu juga pada sistem pemerintahan dan kekuasaan pemerintah, yaitu berpengaruh untuk

menentukan kemajuan suatu negara, dapat kita lihat banyak orang-orang non-muslim yang

menduduki jabatan penting di parlemen. Hanya saja persoalan pemimpin (Presiden) dalam hal

ini masih menjadi kontropersi pro dan kontra antara pihak yang setuju dengan pihak yang tidak

setuju, akan tetapi secara garis besar non-muslim sudah menebarkan sayapnya.

Dari pernyataan tersebut menunjukan bahwa adanya perlindungan terhadap kafir dzimmi

di sebabkan mereka telah mengikuti aturan yang dibuat oleh kaum muslim.

                                                            5 Sukron Kamil,dkk, Syariah islam dan HAM, (Jakarta: CSRC, 2007), h. 73 

6 Suadi Putro, Muhammad Arkoun, Islam dan Modernitas, (Jakarta: Paramidina, 1998), h. 88-95 

Page 18: ANALISIS TERJEMAHAN AL-QURAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2276/1/96356... · ANALISIS TERJEMAHAN AL-QURAN . H.B. JASSIN BACAAN MULIA

4  

Hal ini berdasarkan QS. Al-Mumtahanah ayat 8-9 yang berbunyi:

"Allah tiada melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang

tiada memerangimu karena agama dan tidak pula mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya

Allah menyukai orang-orang yang berbuat adil."(8)7

Lain halnya versi H.B.Jassin yang mengartikan sebagai berikut:

"sesungguhnya Allah hanya melarang kamu menjadikan sebagai kawanmu orang-orang yang

memerangi kamu karena agama dan mengusir kamu dari negrimu dan membantu (orang lain)

untuk mengusirmu. Dan barang siapa menjadikan mereka itulah orang-orang yang zalim."(9)8

Begitu juga perihal apakah non-muslim boleh atau tidak dijadikan pemimpin. Oleh

karenanya Al-Quran memberi solusi dan perintah, yang tertera dalam surat Al-Maidah ayat 57

yaitu yang berbunyi:

                                                            7 Yayasan Penyelenggara Penterjemah/Pentafsir Al-Quran, Al-Quran dan Terjemahnya, (Jakarta: Depag,

1971), h. 924 

8 H.B.Jassin,, Bacaan Mulia, (Jakarta: Djambatan, 1991), h. 778 

Page 19: ANALISIS TERJEMAHAN AL-QURAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2276/1/96356... · ANALISIS TERJEMAHAN AL-QURAN . H.B. JASSIN BACAAN MULIA

5  

“ Hai orang-orang yang beriman! Janganlah ambil sebagai pembela dan penolong yang

menjadikan agamamu bahan ejekan dan permainan, yaitu sebagian orang-orang yang menerima

kitab sebelum kamu dan orang-orang kafir tapi bertakwalah kepada Allah jika kamu sungguh

beriman.”9

Ash-Shabuny menafsirkan ayat ini sebagai ayat yang melarang menjadikan orang-orang

kafir ataupun musyrik termasuk Yahudi dan Nasrani, sebagai pemimpin.10 Dalam hal ini, tentu

saja maksudnya adalah pemimpin publik.11 Interpretasi senada juga dilakukan oleh Musthafa Al-

Maraghy.12 Tak mengherankan kemudian, jika ayat ini dijadikan justifikasi sebagai umat muslim

untuk tidak menghendaki dan mau di pimpin oleh non-muslim terutama dalam urusan-urusan

publik. Terlebih lagi jika kita lihat kepada ayat-ayat lain yang berunsur tentang non-muslim.

Pada QS. Al-Maidah ayat 51 Allah berfirman:

☺ "Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani

menjadi pemimpin-pemimpinmu; sebahagian mereka adalah pemimpin-pemimpin bagi

sebahagian yang lain. Barang siapa diantara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin maka

                                                            9 H.B.Jassin,, Bacaan Mulia, h. 152  

10 Sukron, Syariah islam dan HAM, h. 74 

11 Muhammad Ali ash-Shabuny, Syafwat at-Tafsir, Beirut: Dar al-Fikr, 1976, h.351 

12 Sukron, Syariah islam dan HAM, h. 74 

Page 20: ANALISIS TERJEMAHAN AL-QURAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2276/1/96356... · ANALISIS TERJEMAHAN AL-QURAN . H.B. JASSIN BACAAN MULIA

6  

sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi

petunjuk kepada orang-orang yang dzalim."13

Terlepas dari itu, pandangan kaum muslim bahwa orang-orang non-muslim tidak dibenarkan

untuk menjadi seorang pemimpin adalah berdasarkan ketentuan Al-Quran yang mengatakan

bahwa ajaran-ajaran non-muslim tidak di akui oleh Allah sampai mereka mengikuti ajaran Rosul.

Hal ini ditegaskan dalam QS. Al-Maidah ayat 68 :

⌧ ☺

"katakanlah: Hai ahli kitab, kamu tidak dipandang beragama sedikitpun hingga kamu

menegakan ajaran-ajaran Taurat, Injil dan Al-Quran yang diturunkan kepadamu dari tuhanmu.

Sesungguhnya apa yang diturunkan kepadamu (Muhammad) dari tuhanmu akan menambah

kedurhakaan dan kekafiran kepada kebanyakan dari mereka, maka janganlah kamu bersedih

hati terhadap orang-orang kafir itu."14

Penafsiran tersebut tampaknya tidak menjadi masalah pada masa klasik dan pertengahan

Islam, karena pada masa itu agama dan kebiasaan menjadi alasan bagi berdirinya sebuah negara.

Dalam sejarah awal Islam, hal itu bisa dibuktikan dari upaya Nabi Muhammad yang

menciptakan bentuk persaudaraan baru berdasarkan agama (Ukhuwah Islamiyyah) untuk

menjadikan persaudaraan berdasarkan darah, meski Nabi juga membentuk negara multietnis dan

agama, sebagaimana terlihat dalam piagam Madinah. Dalam konteks sistem negara-bangsa

                                                            13 Yayasan Penyelenggara Penterjemah/Pentafsir Al-Quran, Al-Quran dan Terjemahnya, h. 169 

14 H.B. Jassin, Bacaan Mulia, h.154 

Page 21: ANALISIS TERJEMAHAN AL-QURAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2276/1/96356... · ANALISIS TERJEMAHAN AL-QURAN . H.B. JASSIN BACAAN MULIA

7  

dewasa ini, dimana kebangsaan atau kewarganegaraan yang menjadi alasan berdirinya sebuah

negara, maka penafsiran seperti diatas adalah problematika, alasannya karena dalam konsep

bangsa-negara, semua warga negara mempunyai hak dan kewajiban yang sama, tidak di bedakan

berdasarkan agama.

Selain itu, penafsiran tersebut juga menjadi masalah dalam konteks hak-hak sipil yang

diakui oleh hukum internasional yang melarang adanya diskriminasi berdasarkan agama yang

dimaksud hukum internasional yang memuat prinsip anti diskriminasi agama. Sebab itulah,

beberapa ahli syariah modern menolak penafsiran di atas. Menurut Amin Rais sebagaimana

kebebasan berbicara, beragama, kebebasan berkehendak, bebas dari ketakutan, dan seterusnya

yang dijamin sepenuhnya dalam islam, hak non-muslim dalam Islam untuk menjadi menteri dan

menduduki jabatan-jabatan pemerintah lainnya juga diakui. Namun Islam tidak memberikan hak

kepada non-muslim untuk menjadi kepala negara. Perbedaan ini menurutnya hanya menunjukan

bahwa Islam tidak munafik, sebagaimana negara-negara demokrasi barat yang

mempersamakannya secara konstitusi, tetapi tidak dalam kenyataan. Karenanya, Islam

memberlakukan syarat secara the jure dan de fakto bahwa kepala negara harus merupakan

anggota dari mayoritas.15

Pandangan yang sama, bahkan lebih leberal dimunculkan oleh mantan Presiden RI ke-4

KH.Abdurrahman Wahid. Baginya, non-muslim adalah warga negara yang memiliki hak penuh,

termasuk hak untuk menjadi kepala negara di negara islam. Ia tidak setuju penggunaan QS. Al

Maidah ayat 57, di jadikan sebagai alasan untuk menolak hak non-muslim menjadi kepala

                                                            15 Sukron, Syariah islam dan HAM, h. 71 

Page 22: ANALISIS TERJEMAHAN AL-QURAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2276/1/96356... · ANALISIS TERJEMAHAN AL-QURAN . H.B. JASSIN BACAAN MULIA

8  

negara. Alasannya karena kata yang terdapat dalam ayat itu adalah “auliya” yang berarti teman

atau pelindung. Bukan “umara” yang berarti penguasa.16

Dari semua uraian diatas Penulis berkesimpulan bahwa tedapat perbedaan pendapat

terhadap ketentuan boleh atau tidaknya non-muslim menjadi pemimpin, dalam hal ini yang

menjadi rujukan adalah keterangan dari Al-Quran surat Al-Maidah ayat 57, kemudian di pertegas

lagi oleh KH.Abdurrahman Wahid (Gusdur) yang mempermasalahkan kata “Auliya”. Maka

jelaslah, tokoh syariah modern tidak berpatokan kepada Syariah klasik, berwawasan lebih liberal,

dan terkesan lebih luas kebijakan terhadap non-muslim.

Dari statement itu perlu adanya kajian yang lebih lanjut terutama konteks terjemahan

pada ayat-ayat non-muslim secara kontemporer sehingga adanya pendalaman terhadap

permasalahan ini. Karena pemahaman konteks kalimat sangatlah dibutuhkan untuk memahami

suatu kalimat.

Penulis tertarik dengan permasalahan tersebut, sehingga Penulis ingin sekali menganalisa

terjemahan konteks dalam ayat non-muslim. Untuk itu, Penulis mencoba melakukan penelitian

skripsi dengan judul “ ANALISIS TERJEMAHAN AL-QURAN H.B JASSIN BACAAN

MULIA; STUDI TERHADAP KONTEKS AYAT-AYAT TENTANG NON-MUSLIM” dengan

asumsi teoritis, bahwa studi terhadap konteks kalimat untuk memahami terjemahan ayat non-

muslim dalam Al-Quran.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

                                                            16 Sukron, Syariah islam dan HAM, h. 72 

Page 23: ANALISIS TERJEMAHAN AL-QURAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2276/1/96356... · ANALISIS TERJEMAHAN AL-QURAN . H.B. JASSIN BACAAN MULIA

9  

Untuk menghindari terjadinya kesalahpahaman serta demi menyamakan persepsi agar

kajian yang ditulis tidak melebar pembahasanya, Penulis perlu untuk memberikan batasan dan

rumusan masalah yang akan dikaji.

Berkaitan dengan ayat-ayat non-muslim dalam al-Quran, banyak sekali hal yang dapat di

kaji. Namun dalam penelitian ini, Penulis hanya akan meneliti yaitu dalam Al-Quran, serta

sebagai upaya untuk memahami bagaimana cara H.B. Jassin menerjemahkanm ayat non-muslim

tersebut diatas. Adapun perumusan masalah dalam penelitian ini terbentuk pertanyaan sebagai

berikut:

1. Mencoba menganalisis Ayat-ayat tentang non-muslim.

2. Jika dilihat dari konteks ayat tentang non-muslim apakah terjemahan dalam al-Quran

terjemahan H.B. Jassin bacaan mulia sudah benar atau tidak?

3. Menganalisis kata “Aulia” dalam konteks ayat non-Muslim.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Berdasarkan masalah yang Penulis kemukakan, maka yang menjadi tujuan umum dari

penelitian ini adalah untuk mengetahui terjemahan ayat-ayat non- muslim dalam al-

Quran.

2. Tujuan Khusus

Page 24: ANALISIS TERJEMAHAN AL-QURAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2276/1/96356... · ANALISIS TERJEMAHAN AL-QURAN . H.B. JASSIN BACAAN MULIA

10  

Adapun tujuan khusus dalam penelitian ini adalah :

a. Untuk mengetahui ayat-ayat tentang non-muslim

b. Untuk mengetahui terjemahan Al-Quran oleh H.B. Jassin Bacaan Mulia

c. Untuk mengetahui analisis kata “Aulia” tentang ayat-ayat non-muslim.

D. Metodologi Penelitian

Adapun metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif,

yaitu dengan cara mengumpulkan data yang berkaitan dengan masalah yang di teliti, kemudian

mendeskriptifkan sehingga dapat memberikan kejelasan terhadap kenyataan atau realitas yang

ada. Di samping itu juga Penulis akan menganalisa dan memberikan perincian terhadap masalah

yang akan diteliti dengan cara memilah-milah antara satu pengertian dengan pengertian yang

lain, untuk memperoleh kejelasan masalah yang akan diteliti. Adapun pencarian data yang

dilakukan adalah dengan langkah-langkah membaca dan mengkaji karya H.B.Yassin Bacaan

Mulia pada bukunya Syariah Islam dan Ham; dampak perda syariah terhadap kebebasan sipil,

hak-hak perempuan, dan non-muslim sebagai bahan pokok (Main Responses) serta dengan buku

lainya yang berkaitan dengan ayat non-muslim sebagai pelengkap (Secondary Responses).

Kajian ini merupakan kajian kepustakaan (Library Reseach), data-data yang

dikumpulkan dari sumber-sumber kepustakaan berupa buku-buku. Untuk menghindari penulisan

yang keliru maka dalam teknis penulisan, Penulis sepenuhnya berpedoman pada buku Pedoman

Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi) tahun 2007 yang diterbitkan oleh CeQDA

(Center For Quality Development and Assurance) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

E. Sistematika Penulisan

Page 25: ANALISIS TERJEMAHAN AL-QURAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2276/1/96356... · ANALISIS TERJEMAHAN AL-QURAN . H.B. JASSIN BACAAN MULIA

11  

Untuk memudahkan dalam pembahasan, sistematika penulisan skripsi ini Penulis susun dalam

lima bab, yaitu:

Bab pertama merupakan bab pendahuluan yang terdiri dari: Latar Belakang Masalah,

Batasan dan Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian yang terdiri dari tujuan Umum dan Khusus,

Metodologi Penelitian dan Sistematika Penelitian.

Bab kedua berbicara seputar kerangka teori penerjemahan dan seputar tentang Al-Quran

yang meliputi: wawasan penerjemahan terdiri dari definisi penerjemahan, Metode-metode

penerjemahan, Proses Penerjemahan, dan Syarat-syarat Penerjemahan. Wawasan penerjemahan

Al-Quran mencakup definisi penerjemahan Al-Quran, Syarat-syarat Penerjemahan Al-Qur’an,

Jenis-jenis Penerjemahan Al-Qur’an dan Cara Menerjemahkan Al-Qur’an

Bab ketiga menjelaskan tentang biografi H.B.Jassin, meliputi: Riwayat hidup,

Pendidikan, Karir, Profesi dan Prestasi, serta karya-karya H.B. Jassin.

Bab keempat difokuskan pada Analisis Terjemahan Al-Quran H.B. Jassin Bacaan Mulia;

studi terhadap konteks ayat tentang non-Muslim

Bab kelima yaitu bab penutup, yang terdiri dari Kesimpulan dari pembahasan proposal

skripsi ini.

Page 26: ANALISIS TERJEMAHAN AL-QURAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2276/1/96356... · ANALISIS TERJEMAHAN AL-QURAN . H.B. JASSIN BACAAN MULIA

10  

BAB II

LANDASAN TEORI PENERJEMAHAN

A. GAMBARAN UMUM PENERJEMAHAN

Secara etimologis istilah terjemah itu diambil dari bahasa Arab, Tarjamah. Menurut Didawi,

bahasa Arab sendiri memungut kata tersebut dari bahasa Armenia, tarjuman. Kata turjuman

sebentuk dengan tarjaman dan tarjuman yang berarti orang yang mengalihkan tuturan dari satu

bahasa ke bahasa yang lain.1 Memasuki dunia penerjemahan sama artinya dengan mengenal

sesuatu yang unik atau menarik. Unik karena sampai saat ini peminat terjemah masih bisa

dikatakan sedikit. Dalam menerjemahkan d butuhkan kerja keras, teliti dan kesabaran untuk

mendapatkan hasil yang maksimal karena yang dihadapi adalah naskah berbahasa asing.

Menariknya, akan banyak hal-hal baru yang ditemui untuk menambah wawasan serta informasi.

Lewat terjemahan, segala sesuatu yang tadinya belum dikenal dan tersingkap bisa segera

terungkap jelas. Menerjemahkan sebagai suatu proses akan membedah misteri tersebut guna

diambil manfaatnya oleh setiap individu, masyarakat dan bangsa.

Berbicara tentang penerjemahan ada baiknya dimulai dari perumusan penerjemahan itu.

Sekilas translation dengan interpretation terlihat sama, nyatanya keduanya sangat berbeda.

Biasanya translation mengacu pada peralihan pesan tertulis. Sedangkan interpretation mengacu

pada pesan lisan saja. Kata penerjemahan dengan terjemahan pun perlu juga dibedakan. Kata

penerjemahan mengandung pengertian proses alih pesan, sedangkan kata terjemahan artinya

hasil dari suatu penerjemahan.

                                                            1 Syihabudin, Penerjemahan Arab-Indonesia , (Bandung: Humaniora, 2005), h. 7. 

10

Page 27: ANALISIS TERJEMAHAN AL-QURAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2276/1/96356... · ANALISIS TERJEMAHAN AL-QURAN . H.B. JASSIN BACAAN MULIA

11  

1. Definisi Penerjemahan

Dalam pengertian yang luas, Penerjemahan adalah istilah umum yang mengacu pada

proses pengalihan buah pikiran dan gagasan dari satu bahasa (sumber) kedalam bahasa lain

(sasaran), baik dalam bentuk tulisan maupun lisan; baik kedua bahasa tersebut telah mempunyai

sistem penulisan yang telah baku ataupun belum, baik salah atau keduanya didasarkan pada

isyarat sebagaimana bahasa isyarat orang tuna rungu.2 Seorang teknisi yang sedang memesan

instrumen tertentu seperti apa yang tertera di dalam skema pemasangannya adalah salah satu

contoh kegiatan atau proses penerjemahan. Salah seorang yang sedang merumuskan gagasan-

gagasan yang ada dalam benaknya ke dalam bahasa matematika merupakan contoh terjemah.

Jadi kegiatan terjemahan dalam pengertian yang luas. Adalah semua kegiatan manusia dalam

mengalihkan makna atau pesan, baik verbal maupun non verbal, dari satu bentuk ke dalam

bentuk yang lainnya.

Sedangkan dalam pengertian yang lebih sempit, terjemah (translation) biasa diartikan

sebagai suatu proses pengalihan pesan yang terdapat didalam teks bahasa pertama atau bahasa

sumber (source language) dengan padanannya di dalam bahasa kedua atau bahasa sasaran

(target languge).3

Penerjemahan merupakan suatu tindakan komunikasi. Sebagai tindakan komunikasi

kegiatan tersebut tidak terlepas dari bahasa. Dengan demikian, penerjemahan merupakan

                                                            2Zuchridin Suryanwinata dan Sugeng Hariyanto, Translation Bahasa Teori dan Penuntun Praktis

Menerjemahkan, (Jakarta: Kanisius, tth), h. 13 

3 Suhendra Yusuf, Teori Terjemahan, Pengantar ke Arah Pendekatan Linguistik dan sosiolinguistik, (Bandung: Mandar Maju,1994), cet.ke-1.h.8 

Page 28: ANALISIS TERJEMAHAN AL-QURAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2276/1/96356... · ANALISIS TERJEMAHAN AL-QURAN . H.B. JASSIN BACAAN MULIA

12  

kegiatan yang melibatkan bahasa, dan dalam pembahasannya tidak dapat mengabaikan

pemahaman tentang konsep-konsep kebahasaan itu sendiri.4

Mengalihkan bahasa atau menyampaikan berita yang terkandung dalam bahasa sumber

ke dalam bahasa sasaran, dilakukan untuk mengetahui makna yang digunakan oleh bahasa

sumber secara tepat agar isinya mendekati asli dan ketika membaca seperti bukan hasil

penerjemahan dan dapat dipahami oleh pembaca.5

2. Metode Penerjemahan

Metode penerjemahan adalah teknik yang digunakan oleh seorang penerjemah saat hendak

memutuskan menerjemahkan suatu Tsu. Banyak metode penejemahan yang dikembangkan oleh

para ahli. Namun, diantara metode yang ada, metode yang ditawarkan Newmark (1988) dinilai

sebagai paling lengkap dan menandai.6 Menurut Newmark, dalam bukunya A Textbook of

Translation, membagi metode penerjemahan ke dalam dua keompok besar, yaitu (1) metode

penerjemahan yang berorientasi kepada bahasa sumber; (2) metode penerjemahan yang

berorientasi kepada bahasa sasaran.7 Adapun Nababan, membagi metode penerjemahan dalam

sepuluh jenis.8 Lain halnya dengan Brislin, ia mengklasifikasikan metode penerjemahan ke

dalam empat jenis.9

                                                            4 Rochayah Machali, Pedoman bagi Penerjemah, (Jakarta: Gramedia,2002), h. 17 

5 E. Sadtono, Pedoman Penerjemahan, (Jakarta: Depdikbud, 1985),Cet. Ke-1,h.9 

6 Moch. Syarif Hidayaullah, Tarjim Al-an; Cara Mudah Menerjemahkan Aran-Indonesia,(Tagerang: Dikara, 2009), Cet.III,h.31 

7 P.Newmark, A Textbook of Translation (UK: Prentice Hall International,1988), h.45-47.  

8 Rudolf Nababan, Teori Menerjemah Bahasa Inggris (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1999), cet ke-1, h. 30-34 

9 R.W. Brislin, Translation: Application and Research (New York: Garden Press Inc, 1976), h.3-4. 

Page 29: ANALISIS TERJEMAHAN AL-QURAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2276/1/96356... · ANALISIS TERJEMAHAN AL-QURAN . H.B. JASSIN BACAAN MULIA

13  

Berikut ini Penulis akan paparkan beberapa Metode Penerjemahan dari para ahli teori

terjemah yang sering digunakan dan dijadikan rujukan oleh para penerjemah dan pencinta

terjemahan, diantaranya adalah sebagai berikut:

a. Penerjemahan Kata Demi Kata (Word for Word Translation)

Metode penerjemahan ini pada dasarnya kata-kata bahasa sasaran diposisikan di bawah

versi bahasa sumber. Kata-kata bahasa sumber diterjemahkan diluar konteks dan sangat terkait

dalam tatanan kata. Penerjemah hanya mencari padanan kata bahasa sumber ke dalam bahasa

sasaran tanpa mengubah susunan kata bahasa sasaran. Dengan kata lain, penerjemahannya apa

adanya.10

Contoh:

ماجعل اهللا من بحيرة وال سا ئبة وال صيلة وال حام

Terjemahannya: Allah sekali-kali tidak pernah mensyariatkan adanya Bahi:rah, Sa’bah, Wasilah

dan Ham.11

b. Penerjemahan Harfiah (Literal Translation)

Kategori ini melingkupi terjemahan-terjemahan yang sangat setia terhadap teks sumber,

seperti urutan-urutan bahasa, bentuk frase, bentuk kalimat dan sebagainya.12 Akibat yang sering

muncul dari terjemah kategori ini adalah, hasil terjemahannya menjadi saklek dan kaku karena

penerjemah memaksakan aturan-aturan tata bahasa Arab ke dalam bahasa Indonesia. Padahal,

keduanya mempunyai perbedaan yang mendasar. Hasilnya dapat dengan mudah dibayangkan,

                                                            10 Moch Syarif , Diktat Teori dan Permasalahan Perjemahan, h.14 

11 Moch Syarif , Diktat Teori dan Permasalahan Penerjemahan, h.15 

12 Moch Syarif , Diktat Teori dan Permasalahan Penerjemahan, h.15 

Page 30: ANALISIS TERJEMAHAN AL-QURAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2276/1/96356... · ANALISIS TERJEMAHAN AL-QURAN . H.B. JASSIN BACAAN MULIA

14  

yakni bahasa Indonesia yang bergramatika bahasa Arab, sehingga sangat aneh untuk di baca

penutur bahasa sasaran (bahasa Indonesia).13

Contoh:

وال تجعل يدك مغلولة الى عنقك وال تبسطها آل البسط

Terjemahannya: Dan janganlah kamu jadikan tanganmu terbelenggur pada lehermu dan

janganlah kamu mengulurkannya....

c. Penerjemahan Setia (Faithful translation)

Penerjemahan setia adalah memproduksi makna kontekstual, tetapi masih dibatasi oleh

struktur gramatikalnya dan kata-kata yang bermuatan budaya dialihbahasakan, tetapi

penyimpangan dari segi tata bahasa dan diksi masih tetap dibiarkan, berpegang teguh pada

maksud dan tujuan Tsu, sehingga agak kaku dan terasa asing, tidak berkompromi dengan kaidah

Tsa.14

Saat menerjemahkan dengan metode ini, seorang penerjemah memproduksi makna

kontekstual, tetapi masih dibatasi oleh struktur gramatikalnya. Kata-kata yang bermuatan budaya

dialih bahasakan, tetapi menyimpang dari segi tata bahasa dan diksi masih tetap dibiarkan. Ia

berpegang teguh pada maksud dan tujuan Tsu, sehingga agak baku dan terasa asing. Ia tidak

berkompromi dengan kaidah Tsa. Metode ini biasanya digunakan pada tahap awal pengalihan.

Contoh:

ليستئذنكم الذين ملكت ايمانكم

                                                            13 Ibnu Burdah,Menjadi Penerjemah:Metode dan Wawasan menerjemah teks arab, (Yogyakarta: Tiara kencana, 2004),

h.16. 

14 Moch Syarif , Diktat Teori dan Permasalahan Penerjemahan, h.3 

Page 31: ANALISIS TERJEMAHAN AL-QURAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2276/1/96356... · ANALISIS TERJEMAHAN AL-QURAN . H.B. JASSIN BACAAN MULIA

15  

Terjemahannya: Hendaklah diminta izin kepadamu oleh orang yang dimiliki oleh tangan-

tanganmu.

d. Penerjemahan Semantis (Semantic Translation)

Dibandingkan dengan penerjemahan harfiah, penerjemahan semantis lebih lentur. Karena

penerjemahan semantis dapat dikompromikan dengan struktur gramatikal bahasa sasaran. Selain

itu, penerjemahan semantis masih mempertimbangkan unsur-unsur bahasa sumber selama masih

dalam batas kewajaran.15

Contoh:

رايت ذا الوجهين امام الفصل

Diterjemahkan: Aku lihat si muka dua di depan kelas.

e. Penerjemahan Adaptasi (Adaptation Translation)

Adaptasi merupakan metode penerjemahan yang paling bebas dan paling dekat dengan

bahasa sasaran. Biasanya metode ini di pakai dalam menerjemahkan drama atau puisi, yaitu yang

mempertahankan tema, karakter dan alur. Ini berarti bahwa unsur budaya dalam teks sumber

disulih (substituted) dengan unsur budaya pembaca TSa. .16

contoh :

عاشت بعيدة حيث ال تخطو قدم عند الينابيع باعلى النهر

                                                            15 Moch Syarif , Diktat Teori dan Permasalahan Penerjemahan, h.16 

16 Benny Hoedoro Hoed, Penerjemahan dan Kebudayaan (Jakarta: Pustaka Jaya, 2006), h.64.

24 Moch Syarif, Diktat Teori dan Permasalahan Terjemah, h.4 

Page 32: ANALISIS TERJEMAHAN AL-QURAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2276/1/96356... · ANALISIS TERJEMAHAN AL-QURAN . H.B. JASSIN BACAAN MULIA

16  

Terjemahannya : Dia hidup jauh dari jangkauan, diatas gemericik air sungai yang terdengar

jernih .17

f. Penerjemahan Bebas (Free Translation)

Metode penerjemahan bebas lebih mengutamakan isi dengan mengorbankan bentuk

teks bahasa sumber. Terjemahan bebas, pada umumnya lebih diterima, ketimbang terjemahan

harfiah, karena dalam terjemahan bebas biasanya tidak terjadi penyimpangan makna maupun

pelanggaran norma-norma BSu. Kekurangan teknik penerjemahan bebas ialah bahwa yang

disampaikan oleh terjemahan bebas ke dalam teks BSu bukan padanan makna teks BSa, tapi

gambaran situasi yang menghasilkan perolehan padanan situasi. 18

Contoh :

االوجه الجديد عاصمة الماني

Terjemahannya: Pembaruan wilayah pemerintahan Ibukota Baru’ (lama) Jerman-Berlin19.

g. Penerjemahan Idiomatik (Idiomatic Translation)

Metode ini bertujuan memproduksi pesan dalam teks Bsu, tetapi sering dengan

menggunakan kesan keakraban dan ungkapan idiomatik yang tidak di dapati pada versi aslinya.

Dengan demikian, banyak terjadi distorsi nuansa makna. Beberapa pakar penerjemahan kaliber

dunia seperti Seleskovitch menyukai metode penerjemahan ini, yang dianggapnya “hidup” dan

“alami” (dalam arti akrab) . 20

                                                             

18 Salihen Moentaha, Bahasa dan Terjemahan, Language and Translation the New Millenium Publication (Jakarta: Kesaint Blanc, 2006), h.52-53 

19 Moch.Syarif Hidayatullah, Diktat Teori dan Permasalahan Penerjemahan, (Jakarta:2007), h.16 

20Rochayah Machali, Pedoman bagi Penerjemah, (Jakarta: Gramedia,2002), h. 54 

Page 33: ANALISIS TERJEMAHAN AL-QURAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2276/1/96356... · ANALISIS TERJEMAHAN AL-QURAN . H.B. JASSIN BACAAN MULIA

17  

Contoh :

المال الحرام اليدوم

Terjemahannya : Harta haram tak akan bertahan lama 21

h. Penerjemahan Komunikatif

Metode ini mengupayakan mereproduksi makna kontekstual yang demikian rupa,

sehingga baik dari aspek kebahasaan maupun aspek isi langsung dapat dimengerti oleh pembaca.

Oleh karena itu versi Tsa-nya pun langsung berterima. Sesuai dengan namamya metode ini

memperhatikan prinsip-prinsip komunikasi, yaitu khalayak pembaca dan tujuan penerjemahan.22

Metode ini adalah yang banyak digunakan dalam penerjemahan. Dalam metode ini yang

di pentingkan adalah penyampaian pesannya, sedangkan terjemahannya sendiri lebih diarahkan

pada bentuk yang berterima dan wajar dalam Bsa. 23

Contoh :

فة ثم من علقة ثم من مضغةآم من تراب ثم من نطخلقنا افان

Terjemahannya : Maka ketahuilah sesungguhnya kami telah menjadikan kamu dari tanah

kemudian dari setetes mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian dari segumpal daging.24

3. Proses Penerjemahan

Orang yang berusaha memperoleh pengetahuan mengenai penerjemahan paling tidak

harus mengetahui apa yang dimaksud dengan Proses Penerjemahan. Soemarno mengatakan

                                                            21 Moch Syarif Hidayatullah, Diktat Teori dan Permasalahan Penerjemahan, h.16 

22Rochayah, Pedoman bagi Penerjemah, h. 54. 

23 Moch Syarif, Diktat Teori dan Permasalahan Terjemah, h. 5. 

24 Moch Syarif, Diktat Teori dan Permasalahan Penerjemahan, h.17 

Page 34: ANALISIS TERJEMAHAN AL-QURAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2276/1/96356... · ANALISIS TERJEMAHAN AL-QURAN . H.B. JASSIN BACAAN MULIA

18  

bahwa proses penerjemahan ialah langkah-langkah yang dilakukan oleh seorang penerjemah

pada waktu dia melakukan penerjemahan.25 Menerjemahkan bukan hanya sekedar menyadur,

dengan pengertian menyadur sebagai pengungkapan kembali amanat dari suatu karya dengan

meninggalkan detail-detailnya tanpa harus mempertahankan gaya bahasanya dan tidak harus ke

dalam bahasa lain. (Pengertian menyadur tersebut disampaikan oleh Harimurti Kridalaksana).

Selain memahami definisi penerjemahan, seorang penerjemah hendaknya mengetahui pula

proses penerjemahan. 26

Menurut Larson, ketika menerjemahkan sebuah teks, tujuan penerjemah adalah

penerjemahan idiomatik untuk mengkomunikasikan setiap makna dari teks bahasa sumber ke

dalam bentuk yang natural dari bahasa sasaran. Larson menambahkan, bahwa penerjemahan

berfokus pada pembelajaran leksikal, struktur gramatikal, situasi komunikasi, dan konteks

budaya dari teks bahasa sumber yang dianalisa untuk menentukan maknanya. Pencarian makna

ini kemudian disampaikan kembali secara leksikal dan struktur gramatikal yang sesuai dengan

bahasa sasaran beserta konteks budayanya.27

Bentuk dari teks yang akan diterjemahkan dan hasil penerjemahan ditunjukkan dalam

bentuk yang berbeda antara bujur sangkar dan segi tiga. Bentuk itu menggambarkan bahwa

dalam penerjemahan teks, bentuk dari bahasa sumber dapat berubah ke dalam bentuk yang sesuai

dengan bahasa sasaran untuk mencapai penerjemahan idiomatik.28

                                                            25 Soemarno, Harimurti Kridalaksana, (Jakarta: 1997). h. 13 

26 Widyamartaya, h. 14 

27 Moch Syarif , Diktat Teori dan Permasalahan Penerjemahan, h.15 

28 Hafidah Fitri Ariyani, “Pergeseran makna dalam naskah film berbagi suami karya Nia Dinata” (proposal penelitian fakultas bahasa dan seni, universitas negeri Yogyakarta, 2007), h. 11-12.  

Page 35: ANALISIS TERJEMAHAN AL-QURAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2276/1/96356... · ANALISIS TERJEMAHAN AL-QURAN . H.B. JASSIN BACAAN MULIA

19  

Adapun salah satu Proses Penerjemahan yang sering dianut oleh banyak teoritisi

penerjemahan adalah Proses Penerjemahan karya Nida (1975: 80).29

Nida membagi proses penerjemahan itu menjadi tiga tahap. Ketiga tahap itu ialah

a. Analisis

b. Pengalihan (Transfer)

c. Penyelarasan (Restructuring)30

1) Syarat-syarat penerjemah

Untuk menjadi penerjemah yang baik, seseorang harus membekali diri dengan syarat-

syarat berikut:

a. Penerjemah harus menguasai Bsu dan Bsa

Penguasaan Bsu dan Bsa dimulai dari pembendaharaan kosakata, pola pembentukan kata,

aspek pemaknaan pada masing-masing bahasa. Penerjemah yang hanya mengandalkan

kemampuannya dalam Bsu, tanpa mendalami Bsa, akan menghasilkan terjemahan yang terasa

asing.

b. Penerjemah harus memahami dengan baik isi teks yang akan diterjemahkan

Isi teks yang akan diterjemahkan terkait pokok pikiran yang hendak disampaikan dalam

Tsu. Ini dikaitkan dengan penguasaan penerjemah dalam menyelami apa yang hendak

disampaikan oleh penulis Tsu.

                                                            29 Moch Syarif Hidayatullah, Diktat Teori dan Permasalahan Terjemah, h. 5 

30 Moch Syarif Hidayatullah, Diktat Teori dan Permasalahan Terjemah, h. 5. 

Page 36: ANALISIS TERJEMAHAN AL-QURAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2276/1/96356... · ANALISIS TERJEMAHAN AL-QURAN . H.B. JASSIN BACAAN MULIA

20  

c. Penerjemah harus mampu mengalihkan ide atau pesan yang terdapat pada Bsu.

Setelah memahami isi teks yang akan diterjemahkan, penerjemah yang baik harus mampu

mengalihkan ide dan pesan yang berhasil ditangkapnya. Keakuratan ide dan pesan yang berhasil

ditangkap oleh penerjemah, sangat tergantung pada pemahaman dan kepekaan penerjemah saat

menyelami Tsu.

d. Penerjemah harus terbiasa teliti dan cermat.

Seorang penerjemah tidak boleh ceroboh, karena ia bertanggung jawab secara ilmiah dan

moral pada penulisan Tsu agar menyampaikan ide dan pesan penulis dengan sebenar-benarnya.

e. Penerjemah harus mempunyai pengalaman dalam menafsirkan sesuatu.

Ini berarti seorang penerjemah dituntut untuk memiliki kemampuan menganalogikan dan

menganalisis suatu kasus.

f. Penerjemah harus terbiasa berkonsultasi dengan penasehat ahli.

Untuk memastikan pemahaman dan pengalihan pesan Tsu, seorang penerjemah harus

terbiasa mendiskusikan kasus-kasus yang dihadapi dan bertukar teknik baik dalam memahami

maupun dalam menerjemahkan Tsu.

g. penerjemah harus yang benar-benar orang yang menguasai topik yang hendak

diterjemahkan.

Seorang penerjemah yang baik tidak dibenarkan menerjemahkan topik yang tidak

dikuasai, apalagi bila hasil terjemahanya disebarluaskan untuk khalayak pembaca.

h. Penerjemah harus mampu menampilkan teks dalam Bsa seperti teks dalam Bsu.

Page 37: ANALISIS TERJEMAHAN AL-QURAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2276/1/96356... · ANALISIS TERJEMAHAN AL-QURAN . H.B. JASSIN BACAAN MULIA

21  

Ini bagian yang membutuhkan proses dan latihan yang tak kenal lelah. Karena, hal ini

terkait dengan penerjemah dalam mengalihkan Tsu, yang lebih sering berbeda struktur dengan

Tsa.

i. Penerjemah harus mengetahui dengan baik karakteristik sang penulis.

Pada titik tertentu, seorang penerjemah harus memahami benar mana yang merupakan

bagian dari gaya bahasa penulis dan mana yang bukan. Ini penting agar penerjemah mengerti

mana aspek dari Tsu yang harus dipertahankan dan mana yang tidak harus dipertahankan.31

Terkait dengan penerjemahan penulis juga akan memaparkan sedikit sekilas tentang al-qur’an,

yaitu sebagai berikut:

B. GAMBARAN TENTANG AL-QUR’AN

1. Penerjemahan Al-Qur’an

Secara harfiah, terjemah berarti memindahkan suatu pembicaraan dari satu bahasa ke

bahasa lain atau mengalih bahasakan. Sedangkan terjemahan berarti salinan bahasa atau alih

bahasa dari suatu bahasa ke bahasa lain.32

Muhammad Ali Ash-Shobuni menyatakan bahwa menerjemahkan al-Qur’an berarti

menukilkan Al-Qur’an ke dalam bahasa lain selain bahasa arab.33

Seorang pakar ulama Al-Qur’an dari universitas Al-Azhar Mesir, Muhammad Husayn

Al-Dzahabi memberikan definisi tersendiri mengenai penerjemahan Al-Qur’an. Pertama,                                                             

31 Moch Syarif Hidayatullah, Diktat Teori dan Permasalahan Terjemah,(Jakarta:2007), h.15-16 

32 Departemen Pendidikan dan kebudayaan,Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1997),h.1047 

33 Muhammad Ali Ash-Shobuni, Ikhtisar Ulumul Qur’an Praktis, Terjemahan Muhammad Qodiru Nur (Jakarta:Pustaka Amani, 1988), h.285 

Page 38: ANALISIS TERJEMAHAN AL-QURAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2276/1/96356... · ANALISIS TERJEMAHAN AL-QURAN . H.B. JASSIN BACAAN MULIA

22  

mengalihkan atau memindahkan suatu pembicaraan dari suatu bahasa ke bahasa lain tanpa

menerangkan makna dari bahasa asal yang diterjemahkan. Kedua, menafsirkan suatu

pembicaraan dengan menerangkan maksud yang terkandung didalamnya dengan menggunakan

bahasa lain.34 Dari definisi tersebut, dapat di simpulkan bahwa terjemah adalah menyalin atau

mengalihbahasakan serangkaian pembicaraan dari suatu bahasa ke bahasa lain, agar inti

pembicaraan bahasa asal yang diterjemahkan dapat dipahami oleh orang awam atau orang-orang

yang tidak mampu memahami langsung bahasa asal yang diterjemahkan.

2. Pengertian Al-Qur’an

Para ulama tafsir al-Qur'an dalam berbagai kitab ‘ulumul qur’an, ditinjau dari segi bahasa

(lughowi atau etimologis) bahwa kata Al-Qur'an merupakan bentuk mashdar dari kata qoro’a –

yaqro’uu – qiroo’atan – wa qor’an – wa qur’aanan. Makna ini bisa dipadukan menjadi satu,

menjadi “al-Qur'an itu merupakan himpunan huruf-huruf dan kata-kata yang dapat dibaca”.

Sedangkan makna al-Qur'an secara ishtilaahi ialah “Firman Allah SWT yang menjadi mukjizat

abadi kepada Rasulullah yang tidak mungkin bisa ditandingi oleh manusia, diturunkan ke dalam

hati Rasulullah SAW, di turunkan ke generasi berikutnya secara mutawatir, ketika dibaca

bernilai ibadah dan berpahala besar” Dari definisi di atas terdapat lima bagian penting:

• Al-Qur'an adalah firman Allah SWT serta wahyu yang datang dari Allah Yang Maha

Mulia dan Maha Agung. Maka firman-Nya (al-Qur'an) pun menjadi mulia dan agung

juga, yang harus diperlakukan dengan layak, pantas, dimuliakan dan dihormati.

• Al-Qur'an adalah mu’jizat. Manusia tak akan sanggup membuat yang senilai dengan al-

Qur'an, baik satu mushaf maupun hanya satu ayat.                                                             

34 Muhammad Husayn Al-Dzahabi, Al-Tafsir Wa al-Mufassirin,(tt:tpn,1976), h.23 

Page 39: ANALISIS TERJEMAHAN AL-QURAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2276/1/96356... · ANALISIS TERJEMAHAN AL-QURAN . H.B. JASSIN BACAAN MULIA

23  

• Al-Qur'an itu diturunkan ke dalam hati Nabi SAW melalui malaikat Jibril AS (QS

26:192). Hikmahnya kepada kita adalah hendaknya al-Qur'an masuk ke dalam hati kita.

Perubahan perilaku manusia sangat ditentukan oleh hatinya. Jika hati terisi dengan al-

Qur'an, maka al-Qur'an akan mendorong kita untuk menerapkannya dan

memasyarakatkannya. Hal tersebut terjadi pada diri Rasululullah SAW, ketika al-Qur'an

diturunkan kepada beliau. Ketika A’isyah ditanya tentang akhlak Nabi SAW, beliau

menjawab: Kaana khuluquhul qur’an; akhlak Nabi adalah al-Qur'an.

• Al-Qur'an disampaikan secara mutawatir. Al-Qur'an dihafalkan dan ditulis oleh banyak

sahabat. Secara turun temurun al-Qur'an itu diajarkan kepada generasi berikutnya, dari

orang banyak ke orang banyak. Dengan cara seperti itu, keaslian al-Qur'an terpelihara,

sebagai wujud jaminan Allah terhadap keabadian al-Qur'an. (QS 15:9).

• Membaca al-Qur'an bernilai ibadah, berpahala besar di sisi Allah SWT. Nabi bersabda:

“Aku tidak mengatakan alif laam miim satu huruf, tetapi Alif satu huruf, laam satu huruf,

miim satu huruf dan satu kebaikan nilainya 10 kali lipat” (al-Hadist). 35

Dari pengertian diatas bahwa Al-Qur’an adalah kitab suci yang didalamnya terdapat

banyak sekali terdapat ilmu pengetahuan. Al-Qur’an diturunkan menggunakan bahasa arab

dengan bahasa yang indah. Namun, itu semua hanya dilakukan oleh beberapa orang saja. Sebab

adanya perbedaan bahasapun sangat mempengaruhi. Telah kita ketahui Al-Qur’an menggunakan

bahasa arab sedangkan kita menggunakan bahasa indonesia. Inilah salah satu faktor yang

membut kebanyakan orang menjadi sulit mengerti apalagi memahami isi kandungan dalam Al-

Qur’an.

                                                            35 http://blog.re.or.id/definisi-alquran.htm diakses pada hari rabu tgl. 24 maret 2010 

Page 40: ANALISIS TERJEMAHAN AL-QURAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2276/1/96356... · ANALISIS TERJEMAHAN AL-QURAN . H.B. JASSIN BACAAN MULIA

24  

Padahal, pada saat yang bersamaan, Al-Qur’an sebagai kitab petunjuk atau hidayah yang

harus dipahami dengan baik dan benar oleh seluruh umat muslim. Dari permasalahan diatas

terlihat jelas bahwa harus ada yang dapat menghubungkannya. Disinilah betapa pentingnya

penerjemahan Al-Qur’an. Para alim ulama dan cendikiawan selalu berusaha menerjemahkan

serta menafsirkan Al-Qur’an. Karena menerjemahkan Al-Qur’an tidak semudah menerjemahkan

teks selainnya. Penerjemahpun bukan sembarang orang dan harus memiliki kriteria khusus

seperti yang disebutkan pada syarat penerjemah.

Selain syarat yang disebutkan diatas, penerjemahpun sebaiknya memiliki keterampilan

dan kompetensi dalam berkomunikasi secara verbal. Penerjemah juga harus menghargai naskah

aslinya, dengan tujuan jika ingin menyingkatnya, maka pesan inti tidak terlewatkan. Itulah

sebabnya seorang penerjemah harus dapat membedakan mana pesan inti dan mana yang bukan

pesan inti.

3. Syarat-syarat Penerjemahan Al-Qur’an

Kegiatan menerjemah, lebih-lebih menejemahkan Al-Qur’an kedalam bahasa asing,

bukan merupakan perbuatan yang mudah yang dapat dilakukan oleh sembarang orang.

Kegiatan menerjemah merupakan pekerjaan berat meskipun tidak berarti mustahil

dilakukan seorang, terutama oleh mereka yang berbakat dan berminat untuk menjadi mutarjim.

Karena untuk dapat penerjemah dengan baik, seseorang penerjemah tidak hanya menguasai

bahasanya saja, tetapi harus mengetahui materinya juga. Lain halnya dengan seorang penerjemah

yang handal dan profesional yang tidak mengalami kesulitan baik dalam menerjemahkan buku,

novel, cerven, puisi, syair dan kitab suci Al-Qur’an.

Page 41: ANALISIS TERJEMAHAN AL-QURAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2276/1/96356... · ANALISIS TERJEMAHAN AL-QURAN . H.B. JASSIN BACAAN MULIA

25  

Untuk dapat menerjemahkan sesuai dengan maksud tulisan, terlebih lagi menerjemahkan

Al-Qur’an, mutarjim harus memenuhi beberapa persyaratan. Adapun syarat-syarat seperti yang

diungkapkan Al-Dzahabi sebagai berikut:

a. Mutarjim Al-Qur’an pada dasarnya harus memiliki persyaratan yang dikenakan pada

mufassir seperti i’tikad baik, niat yang tulus, serta menguasai ilmu-ilmu seperti ilmu

kalam, fikih usul fikih ,ilmu akhlak, dan lain-lain. Dengan persyaratn ini, seorang

penerjemah Al-Qur’an diharapkan terhindar dari kekeliruan dalam menerjemahkan.

b. Mutarjim Al-Qur’an harus memiliki akidah islamiyah yang kuat dan lurus. Karena orang

yang tidak dibolehkan untuk menerjemahkan dan atau menafsirkan Al-Qur’an, sebab

tidak sejalan dengan tujuan ulama dari turunnya Al-Qur’an itu sendiri yaitu sebagai kitab

petunjuk.

c. Sebelum menerjemahkan Al-Qur’an, penerjemah harus lebih dulu menuliskan ayat-ayat

Al-Qur’an itu sendiri yang hendak di terjemahkan, kemudian di terjemahkan dan atau di

tafsirkan sekaligus. Selain dimaksudkan untuk memudahkan pembaca mengecek makna

yang sesungguhnya manakala terdapat terjemahan Al-Qur’an yang di ragukan

kebenarannya, terutama dalam rangka mempertahankan otensitas teks Al-Qur’an itu

sendiri.

d. Mutarjim juga harus menguasai dengan baik dua bahasa yang bersangkutan, yakni bahasa

asal yang diterjemahkan dan bahasa terjemahan. Dalam konteks ini, bahasa Al-Qur’an dan

bahasa terjemahan itu sendiri yaitu bahasa Indonesia. Jadi, mutarjim Al-Qur’an kedalam

bahasa Indonesia seperti, tidak hanya dituntut untuk menguasai derngan baik bahasa Arab

Page 42: ANALISIS TERJEMAHAN AL-QURAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2276/1/96356... · ANALISIS TERJEMAHAN AL-QURAN . H.B. JASSIN BACAAN MULIA

26  

Al-Qur’an yang diterjemahkan, tetapi juga harus memahami dalam menggunakan bahasa

Indonesia dengan baik dan benar.36

Ian Finlay seperti yang dikutip Suhendra Yusuf memaparkan beberapa kriteria penerjemah

antara lain:

• Memiliki pengetahuan bahasa sumber yang sempurna dan up-to date

• Memahami materi yang akan diterjemahkan

• Mengetahui terminologi-terminologi padanan terjemahnya di dalam bahasa sasaran.

• Berkemampuan mengekspresikan dan mengapresiasikan serta merakan gaya, irama,

nuaasa serta register kedua bahasa yaitu bahasa sumber dan bahasa sasaran.

4. Jenis-jenis Penerjemahan Al-Qur’an

Secara umum penerjemahan Al-Qur’an dibagi menjadi 2 macam yaitu: terjemahan

harfiyah dan tafsiriyah adalah adalah terjemahan yang dilakukan dengan apa adanya, tergantung

dengan susunan dan struktur bahasa asal yang diterjemahkan. Terjemahan ini identik dengan

terjemahan laterlek atau terjemahan lurus, yaitu terjemahan yang dilakukan kata demi kata.

Muhammad Husayn Al-Dzahabi membagi terjemahan harfiyah ini dalam dua bagian, antara lain:

a. Terjemah harfiyah bi al-mitsl, yaitu terjemahan yang dilakukan apa adanya, terikat

dengan susunan dan struktur bahasa asal yang diterjemahkan.

                                                            36 Muhammad Husayn Al-Dzahabi, Al-Tafsir Wa al-Mufassirin,(tt:tpn,1976), h.29-30 

Page 43: ANALISIS TERJEMAHAN AL-QURAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2276/1/96356... · ANALISIS TERJEMAHAN AL-QURAN . H.B. JASSIN BACAAN MULIA

27  

b. Terjemahan harfiyah bighairi al-mitsl, pada dasarnya sama dengan terjemahan tadi, hanya

saja sedikit lebih longgar keterikatannya dengan susunan dan struktur bahasa asal yang

akan di terjemahkan.37

Sedangkan terjemahan tafsiriyah atau lebih dikenal dengan penerjemahan maknawiyah

adalah terjemahan yang dilakukan penerjemah (mutarjim) dengan lebih mengedepankan maksud

atau isi kandungan yang terdapat dalam bahasa asal di terjemahkan. Terjemahan ini tidak terikat

dengan susunan dan struktur gaya bahasa yang diterjemahkan atau biasa disebut dengan

penerjemahan bebas.38

5. Cara Menerjemahkan Al-Qur’an

Cara menerjemahkan Al-Qur’an tentu sangat berbeda dengan menerjemahkan teks biasa.

Seorang penerjemah Al-Qur’an harus memulai dengan beberapa tahapan. Seperti yang

diungkapkan H. Datuk Tombak Alam dalam bukunya burjudul Metode Menerjemahkan Al-

Qur’an Al-Karim 100 kali Pandai, beliau memberikan beberapa proses yang harus ditempuh

seorang mutarjim Al-Qur’an. Adapun tahapannya sebagai berikut

Pertama, yaitu menerjemahkan secara harfiyah dan menurut susunan bahasa Arab yang sudah

tentu tidak cocok dengan susunan bahasa Indonesia yang baik. Hal ini dilakukan pada tahap

pertama agar dalam penerjemahan dapat mengenal kedudukan dan hukum kata itu.

Kedua, membuang kata-kata yang ada dalam Al-Qur’an kedalam terjemahan.

                                                            37 Muhammad Husayn Al-Dzahabi, Al-Tafsir Wa al-Mufassirin, h.24 

38 Muhammad Amin Suma, Studi Ilmu-ilmu Al-Qur’an (1), (Jakarta: pustaka firdaus,2000), h. 131-132 

Page 44: ANALISIS TERJEMAHAN AL-QURAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2276/1/96356... · ANALISIS TERJEMAHAN AL-QURAN . H.B. JASSIN BACAAN MULIA

28  

                                                           

Ketiga, yaitu menggeser atau menyusun kalimatnya dalam terjemah untuk mencapai bahasa

Indonesia yang baik, yaitu di awal digeser ke belakang dan yang akhir diletakkan ke muka sesuai

dengan susunan kalimat dalam bahasa Indonesia (S,P,O,K). Tahap ini boleh dipergunakan jika

diperlukan, akan tetapi jika seorang penerjemah ingin dikatakan hasil terjemahannya itu baik,

maka tahap ini haus dipenuhi.39

 39 Sei H.Datuk Tombak Alam, Metode Menerjemahkan Al-Qur’an Al-Karim 100 kali pandai, (jakarta:

Rineka Cipta, 1992), h.19 

Page 45: ANALISIS TERJEMAHAN AL-QURAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2276/1/96356... · ANALISIS TERJEMAHAN AL-QURAN . H.B. JASSIN BACAAN MULIA

25  

BAB III

BIOGRAFI H.B. JASSIN

A. Riwayat hidup singkat H.B. Jassin

Beliau lahir di sebuah desa di Gorontalo, Sulawesi Utara pada tanggal 31 juli 1917 dan

meninggal di Jakarta 11 Maret 2000. Nama lengkapnya adalah Hans Bague Mantu Jassin, namun

nama yang biasa digunakan hanya Hans Begue Jassin. Hans adalah nama kedua orang tuanya.

Sedangkan Begue diambil dari nama sang ayah. Guru-guru dan teman sekelasnya di sekolah

biasa memanggilnya dengan sebutan Han’s.1

Sewaktu masih tinggal di Gorontalo, beliau dipanggil dengan sebutan Jamadi. Sifat Jassin

hampir sama dengan Bung Karno dan Buang Hatta. Ia tidak suka menulis title didepan namanya.

Ia cukup menaruh nama aslinya saja yaitu H.B. Jassin dan kependekannya H.B.J.

Dalam dunia sastra, Hans Bague Jassin atau yang dikenal dengan H. B. Jassin, mendapat

predikat paus Sastra Indonesia dan dia mempunyai posisi yang istimewa. Bagai kritikus sastra,

karya-karya Jassin menjadi acuan kalangan sastrawan dan peminat sastra di Indonesia. Selama

puluhan tahun, kehadiran putra gorontalo ini telah member warna dalam kesusastraan Indonesia.

Ia juga disebut sebagai wali penjaga sastra Indonesia yang sesungguhnya.2

Ia berasal dari keluarga Islam yang taat. Ayahnya Bague Mantu Jassin, pegawai BPM

(Bataafsche Petroleum Maat-schappij), pernah bertugas di Balikpapan, sehingga kota itu

meninggalkan kenang-kenang yang manis baginya. Ibunya Habiba Jau, sangat mencintainya.

Dikota Medan ia banyak berkenalan dengan seniman dan para calon seniman, diantaranya

                                                            1 Pamusuk Eneste, Leksikon Kesusastraan Indonesia Modern, (Jakarta: PT. Jambatan, 1990), edisi baru, h.

73-75 2 H.B. Jassin, Pusat Dokumentasi Sastra H.B.Jassin, (Jakarta: Harian Media Indonesia, 2003), h. 20 

25

Page 46: ANALISIS TERJEMAHAN AL-QURAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2276/1/96356... · ANALISIS TERJEMAHAN AL-QURAN . H.B. JASSIN BACAAN MULIA

26  

Chairil Anwar. Dalam perjalanannya pulang ke Gorontalo tahun 1939, ia mampir untuk bertemu

dengan Sutan Takdir Alisjahbana di Jakarta. Takdir sangat terkesan dengan Jassin dan mengirim

surat ke Gorontalo, menyatakan ada lowongan di Balai Pustaka. Rupanya surat itu berlayar

bersama-sama dengan Jassin ke Gorontalo. Untuk menyenangkan orang tuanya, ia bekerja di

kantor Asisten Residen Gorontalo antara bulan Agustus sampai Desember 1939, Sebagai tenaga

magang.3

B. Pendidikan

HIS, Balikpapan (1932)

MULO

HBS Medan (1939)

Fakultas Sastra Universitas Indonesia (1957)

Pernah kuliah di Universitas Yale, Amerika Serikat (1958-1959)

Doctor Honoris Causa dari Fakultas Sastra Universitas Indonesia (1975)

Menguasai bahasa Inggris, Belanda, Perancis dan Jerman4

A. Karir H.B. Jassin

Pada bulan Agustus 1939 Volontair dikantor Asisten Residen Gorontalo, kemudian Pada

bulan Januari 1940, Jassin mendapat izin dari orang tuanya untuk memenuhi permintaan Sutan

Takdir Alisjahbana. Pada bulan Februari 1940 sampai tanggal 21 Juli 1947, H.B Jassin mulai

                                                            3 H.B. Jassin, Pusat Dokumentasi Sastra H.B.Jassin, h. 20 4 Hans Bague Jassin, Riwayat Hidup dan Daftar Karya Promovendus Doctor Honoris Causa UI,

Dokumentasi, 14 Juni 1975. h. 1 

Page 47: ANALISIS TERJEMAHAN AL-QURAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2276/1/96356... · ANALISIS TERJEMAHAN AL-QURAN . H.B. JASSIN BACAAN MULIA

27  

bekerja di Balai Pustaka. Ia mula-mula duduk dalam sidang pengarang redaksi buku di bawah

bimbingan Armin Pane pada tahun 1940-1942 dan kemudian menjadi redaktur majalah Panji

Pustaka tahun 1942-1945. Setelah Panji Pustaka diganti menjadi Panca Raya, ia menjabat

sebagai wakil pemimpin redaksi di tahun 1945 sampai dengan 21 Juli 1947. Tanggal 21 Juli

1947 itulah akhir kariernya di Balai Pustaka.5

Setelah keluar dari Balai Pustaka, H.B Jassin secara terus-menerus bekerja dalam

lingkungan majalah sastra- budaya. Ia menjadi redaktur majalah Mimbar Indonesia ditahun

1947-1966, majalah Zenith ditahun 1951-1954, majalah Bahasa dan Budaya ditahun 1952-1963,

majalah Kisah tahun 1953-1956, majalah Seni tahun 1955 dan majalah Sastra ditahun 1961-1964

dan tahun 1967-1969.6

Ia juga pernah menjadi anggota dewan pertimbangan pembukuan Perum Balai Pustaka

(1987-1994), anggota Panitia Pertimbangan Pemberian Anugerah Seni Bidang Sastra,

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1975), anggota juri Sayembara Kincir Emas oleh

radio Wereld Omroep Nederland (1975), anggota Panitia Pelaksana Ujian Calon Penerjemah

yang disumpah (1979-1980), Extrernal assessor Pengajian Melayu, Universiti Malaya (1980-

1992), anggota Komisi Ujian Tok-Vertlader, Leiden tahun 1972, peserta 29 tahun International

Congress of Orientalist, Paris dari tanggal 16-22 Juli 1973, penasehat Pusat Pembinaan dan

Pengembangan Bahasa ditahun 1973-1982, anggota dewan juri Sayembara Mengarang Novel

Kompas-Gramedia tahun 1978, ketua dewan juri Sayembara Novel Sarinah di tahun 1983,

                                                              5 Hans Bague Jassin, Riwayat Hidup dan Daftar Karya Promovendus Doctor Honoris Causa UI, Dokumentasi, h. 2 

6 Hans Bague Jassin, Riwayat Hidup dan Daftar Karya Promovendus Doctor Honoris Causa UI, Dokumentasi, h. 1 

Page 48: ANALISIS TERJEMAHAN AL-QURAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2276/1/96356... · ANALISIS TERJEMAHAN AL-QURAN . H.B. JASSIN BACAAN MULIA

28  

anggota dewan juri Pegasus Oil Indonesia pada tahun 1984 dan ketua dewan juri Sayembara

Cerpen Suara Pembaruan ditahun 1991. 7

Pada tahun 1964, ia dipecat dari Fakultas Sastra Universitas Indonesia karena

keterlibatannya dalam Manifes Kebudayaan. Pemecatan itu berlangsung sejak di larangnya

Manifes Kebudayaan oleh Presiden Soekarno 8 Mei 1964 sampai meletusnya G30S/PKI tahun

1965.

Dalam dua periode memimpin majalah Sastra, H.B. Jassin mengalami masing-masing

satu musibah, cerpen Langit Makin Mendung yang kemudian menyeret H.B. Jassin kedepan

pengadilan. Pada tanggal 28 Oktober 1970 ia dijatuhi hukuman bersyarat satu tahun penjara

dengan masa percobaan dua tahun. 8

Sejak tahun 1940, H.B. Jassin telah mulai membina sebuah perpustakaan pribadi.

Pengalaman admisitrasinya selama ia magang di kantor Asisten Residen di Gorontalo sangat

berguna bagi pendokumentasian buku.9

Pada tanngal 30 Mei 1970, lahirlah Yayasan Dokumentasi Sastra H.B Jassin yang

menggantikan Dokumenrasi Sastra, Sejak akhir September 1982 s/d sekarang bangunan itu

berdiri dan menempati areal seluas 90 meter persegi dalam komplek Taman Ismail Marzuki,

jalan Cikini Raya 73, Jakarta Pusat.10

C. Profesi dan Prestasi                                                             

7 Hans Bague Jassin, Riwayat Hidup dan Daftar Karya Promovendus Doctor Honoris Causa UI, Dokumentasi, h. 2 

8 Hans Bague Jassin, Riwayat Hidup dan Daftar Karya Promovendus Doctor Honoris Causa UI, Dokumentasi, h.2 

9 Hans Bague Jassin, Riwayat Hidup dan Daftar Karya Promovendus Doctor Honoris Causa UI, Dokumentasi, h. 2 

10 Hans Bague Jassin, Riwayat Hidup dan Daftar Karya Promovendus Doctor Honoris Causa UI, Dokumentasi, h.2 

Page 49: ANALISIS TERJEMAHAN AL-QURAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2276/1/96356... · ANALISIS TERJEMAHAN AL-QURAN . H.B. JASSIN BACAAN MULIA

29  

Profesi :

Sekretaris redaksi Pujanggan Baru (1940-1942).

Penasehat Balai Pustaka (1940-1952), Gapura (1949-1951), Gunung Agung (1953-1970),

Nusantara (1963-1967), Pustaka Jaya (1971-1972), dan Yayasan Idayu (1974-1992).

Redaksi penyusun Daftar Pustaka Bahasa dan Kesusastran Indonesia (1969-1972).

Redaksi penyusun buku dr. Irene Hilgers-Hesse (editor), Perlenim Reisfeld (1972).

Redaksi penyusun Almanak sastra Indonesia I Daftar Pustaka (1972).

Penasehat Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa (1973-1982).11

Prestasi :

Tokoh Pembukuan Nasional (2 Mei 1996)

Penghargaan dari pengurus pusat IKAPI atas jasa-jasanya kepada perbukuan di Indonesia (17

Oktober 2000)12

D. Karya Tulis

Tifa Penyair dan Daerahnya (1952),

Kesusastraan Indonesia Modern Dalam Kritik dan Esei I-IV (1954),

Heboh Sastra 1968 (1970),

Sastra Indonesia Sebagai Warga Sastra Dunia (1983),

Pengarang Indonesia dan Dunianya (1983),

Surat-Surat 1943-1983 (1984),

Sastra Indonesia dan Perjuangan Bangsa (1993),

                                                            11 Hans Bague Jassin, Riwayat Hidup dan Daftar Karya Promovendus Doctor Honoris Causa UI,

Dokumentasi, h.2 12 Hans Bague Jassin, Riwayat Hidup dan Daftar Karya Promovendus Doctor Honoris Causa UI,

Dokumentasi, h.3 

Page 50: ANALISIS TERJEMAHAN AL-QURAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2276/1/96356... · ANALISIS TERJEMAHAN AL-QURAN . H.B. JASSIN BACAAN MULIA

30  

                                                           

Koran dan Sastra Indonesia (1994),

Darah Laut : Kumpulan Cerpen dan Puisi (1997),

Omong-Omong HB. Jassin (1997)13

 13 Hans Bague Jassin, Riwayat Hidup dan Daftar Karya Promovendus Doctor Honoris Causa UI,

Dokumentasi, h. 3 

Page 51: ANALISIS TERJEMAHAN AL-QURAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2276/1/96356... · ANALISIS TERJEMAHAN AL-QURAN . H.B. JASSIN BACAAN MULIA

30  

BAB IV

ANALISIS TERJEMAHAN AL-QURAN H.B. JASSIN BACAAN MULIA;

Studi Terhadap Konteks Ayat-ayat tentang Non-Muslim

A. Ayat-ayat tentang non-muslim

Ayat tentang non-muslim tentunya sangat menarik untuk di kupas. Sebab dalam ayat tersebut

telah terjadi pro-kontra terhadap penafsirannya. Telah di singgung di awal bahwa sudah terjadi

perdebatan antara ulama klasik dan modern terhadap penafsiran tentang ayat non-muslim antara

boleh dan tidak membolehkan seorang non-muslim menjadi pemimpin.

Sebut saja Muhammad Al-Ghazali dan Al-Ghanausy ulama ternama asal Mesir dan

Tunisia yang sering dianggap beraliran keras, mencoba mengapresiasi non-muslim dalam

konteks politik modern. Menurut Muhammad Al-Ghazali dalam bukunya at-Ta’ashshub wa At-

Tasamuh bin al-Masihiyyah wa al-Islam, masyarakat Islam dibina atas prinsip toleransi, kerja

sama, dan inklusivitas. Ia menegaskan bahwa umat Yahudi dan Kristen yang bersedia hidup

berdampingan dengan umat Islam “ sudah manjadi orang-orang Islam, dilihat dari sudut pandang

politik dan kewarganegaraan.” Hal ini karena hak dan kewajiban mereka sama dengan hak

kewajiban kaum muslimin. Sementara itu, Al-Ghanausi, ulama asal Tunisia, mengatakan bahwa

kewarganegaraan tidaklah berdasarkan agama. Kelompok minoritas non-muslim memiliki hak

yang sama dengan umat Islam. Prinsip-prinsip yang diajarkan umat Islam seperti keadilan dan

persamaan berlaku bagi seluruh warga negara, baik muslim maupun bukan. Dalam surat Al-

Maidah ayat 57 disebutkan:

30 

Page 52: ANALISIS TERJEMAHAN AL-QURAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2276/1/96356... · ANALISIS TERJEMAHAN AL-QURAN . H.B. JASSIN BACAAN MULIA

31  

“ Hai orang-orang yang beriman! Janganlah ambil sebagai pembela dan penolong yang

menjadikan agamamu bahan ejekan dan permainan, yaitu sebagian orang-orang yang menerima

kitab sebelum kamu dan orang-orang kafir tapi bertakwalah kepada Allah jika kamu sungguh

beriman.”1

Ash-Shabuny menafsirkan ayat ini sebagai ayat yang melarang menjadikan orang-orang

kafir ataupun musyrik termasuk Yahudi dan Nasrani, sebagai pemimpin. Dalam hal ini, tentu

saja maksudnya adalah pemimpin publik.2 Interpretasi senada juga dilakukan oleh Musthafa Al-

Maraghy. Tak mengherankan kemudian, jika ayat ini dijadikan justifikasi sebagai umat muslim

untuk tidak menghendaki dan mau di pimpin oleh non-muslim terutama dalam urusan-urusan

publik. Terlebih lagi jika kita lihat kepada ayat-ayat lain yang berunsur tentang non-muslim.

Pada QS. Al-Maidah ayat 51 Allah berfirman :

"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani

sebagai sahabat dan pelindung. Mereka saling melindungi yang satu terhadap yang lain. Dan

                                                            1 H.B.Jassin,, Bacaan Mulia, h. 152 

2 Muhammad Ali ash-Shabuny, Syafwat at-Tafasir, Beirut: Dar al-Fikr, 1976, h.351 

Page 53: ANALISIS TERJEMAHAN AL-QURAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2276/1/96356... · ANALISIS TERJEMAHAN AL-QURAN . H.B. JASSIN BACAAN MULIA

32  

barang siapa diantara kamu berpaling kepada mereka, ia pun termasuk golongan mereka.

Sungguh, allah tiada memberi bimbingan kepada kaum yang zolim. "3

Dalil penguat terhadap tidak dibolehkannya non-muslim menjadi seorang pemimpin

adalah Surat Ali-Imran ayat 28-30:

☺ ⌧

“(28) Janganlah orang-orang mukmin mengambil orang-orang kafir menjadi wali dengan

meninggalkan orang-orang mukmin. Barang siapa berbuat demikian, niscaya lepaslah ia dari

pertolongan Allah kecuali karena (siasat) memelihara diri dari sesuatu yang ditakuti dari

mereka. Dan Allah memperingati kamu terhadap diri (siksa)-Nya. Dan hanya kepada Allah

kembali (mu).”4

⌧ ⌦

                                                            3 H.B. Jassin, Bacaan Mulia, h. 151 

4 Yayasan Penyelenggara Penterjemah/Pentafsir Al-Quran, Al-Quran dan Terjemahnya, h. 80 

Page 54: ANALISIS TERJEMAHAN AL-QURAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2276/1/96356... · ANALISIS TERJEMAHAN AL-QURAN . H.B. JASSIN BACAAN MULIA

33  

29) Katakanlah: “Jika kamu sembunyikan apa yang ada dalam hatimu, atau kamu

melahirkannya, pasti Allah mengetahui.” Allah mengetahui apa-apa yang ada di langit dan apa-

apa yang ada di bumi. Dan Allah maha kuasa atas segala sesuatu.5

☺ ☺

(30) “Pada hari ketika tiap-tiap dir mendapati segala kebajikan dihadapkan (dimukanya), begitu juga kejahatan

yang telah dikerjakannya; ia ingin kalau kiranya antara ia dengan hari itu ada masa yang jauh; dan allah

memperingatkan kamu terhadap diri (siksa)-Nya. Dan allah sangat penyayang kepada hamba-hambanya.6

Sedangkan beberapa ahli syariah modern menolak penafsiran di atas. Menurut Amin Rais

sebagaimana kebebasan berbicara, beragama, kebebasan berkehendak, bebas dari ketakutan, dan

seterusnya yang dijamin sepenuhnya dalam Islam, hak non-muslim dalam Islam untuk menjadi

menteri dan menduduki jabatan-jabatan pemerintah lainnya juga diakui. Namun Islam tidak

memberikan hak kepada non-muslim untuk menjadi kepala negara. Perbedaan ini menurutnya

hanya menujnjukkan bahwa Islam tidak munafik, sebagaimana negara-negara demokrasi Barat

yang mempersamakannya secara konstitusi, tetapi tidak dalam kenyataan. Karenanya, Islam

memberlakukan syarat secara the jure dan de fakto bahwa kepala negara harus merupakan

anggota dari mayoritas.

Pandangan yang sama, bahkan lebih leberal dimunculkan mantan Presiden RI ke-4 KH.

Abdurrahman Wahid. Baginya, non-muslim adalah warga negara yang memiliki hak-penuh,

                                                            5 Yayasan Penyelenggara Penterjemah/Pentafsir Al-Quran, Al-Quran dan Terjemahnya, h. 80 

6 Yayasan Penyelenggara Penterjemah/Pentafsir Al-Quran, Al-Quran dan Terjemahnya, h. 80 

Page 55: ANALISIS TERJEMAHAN AL-QURAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2276/1/96356... · ANALISIS TERJEMAHAN AL-QURAN . H.B. JASSIN BACAAN MULIA

34  

termasuk hak untuk menjadi kepala negara di negara Islam. Ia tidak setuju penggunaan QS. Al

Maidah ayat 57, dijadikan sebagai alasan untuk menolak hak non-muslim menjadi kepala

negara.7

Resistensi negara-negara muslim terhadap presiden non-muslim sangat mungkin

dipengaruhi oleh pemahaman ideologi klasik Islam dalam bidang politik dan pemerintahan yang

dalam literatur Sunni klasik disebut konsep negara khilafah seperti yang telah saya sebutkan di

atas. Dalam negara khilafah, peran khalifah sebagai pemimpin negara begitu besar, karena

khalifah mengatur dua masalah sekaligus yaitu urusan agama dan urusan dunia. Misalnya dalam

urusan dunia di bidang politik, kekuasaan khalifah memegang 3 (tiga) fungsi sekaligus yaitu

eksekutif, legislatif dan yudikatif, sedangkan dalam urusan agama, khalifah menjadi imam

shalat, khatib di khutbah jum’at, idul fitri maupun idul adha dan menjadi pemimpin rombongan

haji. Ini berarti peran khalifah begitu sentralistik, ini membuat rakyat yang dikuasainya begitu

tergantung olehnya karena mengurusi dua hal sekaligus yaitu agama dan dunia.8 Berdasarkan

pemahaman ini, corak kepemimpinan yang terbentuk adalah individual yang mengharuskan

kepala negara di mayoritas muslim itu juga cukup dan menguasai seluk beluk ajaran agama

(islam). Sesuatu yang tidak mudah dipenuhi oleh para pemimpin non-muslim.9

Di samping itu, sikap mayoritas muslim di negara muslim tersebut yang masih tidak lepas

(baca : taqlid) dari pemikiran para “juris” Islam klasik yang membuat konsep politik Islam

begitu rigid, tertutup, terlebih lagi anti pluralistik sehingga konsekuensinya membatasi hak

                                                            7 Sukron Kamil,dkk, Syariah islam dan HAM, h. 72 

8 http:www.//multiply.com/journal/item/67.diakses pada tanggal 23 April 2010 

9 http:www.//multiply.com/journal/item/67.diakses pada tanggal 23 April 2010 

Page 56: ANALISIS TERJEMAHAN AL-QURAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2276/1/96356... · ANALISIS TERJEMAHAN AL-QURAN . H.B. JASSIN BACAAN MULIA

35  

politik non-muslim termasuk menjadi Presiden. Asumsi masyarakat islam dalam benak para

pemikir politik Islam itu adalah masyarakat homogen, yang menjadikan non-muslim warga kelas

dua, dengan relasi sosial searah bukan “resiprokal” atau “timbal-balik” dan dibalut dalam

bingkai konflik, bukan dalam bingkai persamaan dan kesetaraan.

Pendapat yang pasti kenapa presiden non-muslim tidak dibolehkanya adalah dari

penyalahgunaan tafsir tentang Al-Qur’an dan As-sunnah, sehingga sebagian besar muslim baik

klasik maupun kontemporer “mengunci” ayat-ayat Al-Qur’an yang secara jelas melarang non-

muslim sebagai pemimpin sebagai sebuah hal permanen, tidak dipengaruhi dinamika sejarah (a-

historis) dan steril dari konteks. Sebut saja misalnya :

☺ ⌧

“Janganlah orang-orang mu’min mengambil orang-orang kafir menjadi wali dengan

meninggalkan orang-orang mu’min. Barang siapa berbuat demikian, niscaya lepaslah ia dari

pertolongan Allah, kecuali karena (siasat) memelihara diri dari sesuatu yang ditakuti dari

mereka. Dan Allah memperingatkan kamu terhadap diri (siksa)-Nya. Dan hanya kepada Allah

kembali (mu).” (Q.S Ali Imran : 28)10

Dari penafsiran ayat di atas diketahui bahwa kata “Wali” jamaknya auliyaa berarti teman yang

akrab, juga berarti pemimpin, pelindung atau penolong.

                                                            10 Yayasan Penyelenggara Penterjemah/Pentafsir Al-Quran, Al-Quran dan Terjemahnya, h. 80 

Page 57: ANALISIS TERJEMAHAN AL-QURAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2276/1/96356... · ANALISIS TERJEMAHAN AL-QURAN . H.B. JASSIN BACAAN MULIA

36  

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani

sebagai pemimpinmu; sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain.

Barangsiapa di antara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang

itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-

orang yang zalim.” (Q.S Al Maa-idah : 51)11

Masih banyak yang lain, dengan redaksinya hampir sama yaitu larangan menjadikan non-muslim

menjadi pemimpin.

Tentu tugas para pemikir Islam liberal untuk “memutus” monopoli tafsir atas Islam yang

cenderung ekstrim itu sekaligus “memecah” kebuntuan ijtihad dengan re-interpretasi,

desakralisasi ayat-ayat larangan tadi agar sesuai dengan konteks dan spirit zaman. Menurut

Abdullahi Ahmad Naim pemikir Islam asal Sudan, ayat-ayat larangan ini konteks turunnya

adalah “Madaniyah”, ketika perang antara muslim dengan non-muslim sedang bergejolak,

sehingga “spirit” yang diusungnya beraura diskriminatif bahkan bernada benci. Dalam sosiologi

hukum dikatakan bahwa hukum merupakan dinamika sosial-kultural-politik, yang keberadaanya

harus disesuaikan dengan dinamika masyarakat kontekstual. Oleh karena itu, dalam konteks

masyarakat kontemporer di mana Hak Azasi Manusia (HAM) sudah diterima di seluruh negera-

negara dunia, berkembangnya prinsip multikulturalisme serta demokrasi, maka segala produk                                                             11 Yayasan Penyelenggara Penterjemah/Pentafsir Al-Quran, Al-Quran dan Terjemahnya, h. 169 

Page 58: ANALISIS TERJEMAHAN AL-QURAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2276/1/96356... · ANALISIS TERJEMAHAN AL-QURAN . H.B. JASSIN BACAAN MULIA

37  

hukum yang mencantumkan diskriminasi terhadap minoritas harus tertolak baik secara moral

maupun praksis.

Sebagai gantinya, perlu dikembangkan spirit “ayat-ayat Makkiyah” yang menekankan

persamaan universal di antara sesama manusia, dan perlu juga di tekankan perihal ayat-ayat yang

menyuruh menegakkan keadilan kepada sesama manusia, karena merupakan prinsip ajaran Islam

yang diterima sebagai sebuah etika universal oleh manusia di seluruh dunia. Allah berfirman:

“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan perempuan

dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya

orang yang paling mulia disisi Allah adalah orang yang paling takwa di antara kamu.

Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (Q.S Al Hujuraat : 13)12

                                                            12 Yayasan Penyelenggara Penterjemah/Pentafsir Al-Quran, Al-Quran dan Terjemahnya, h. 847 

Page 59: ANALISIS TERJEMAHAN AL-QURAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2276/1/96356... · ANALISIS TERJEMAHAN AL-QURAN . H.B. JASSIN BACAAN MULIA

38  

“Allah tiada melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang

tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu.

Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil.” (Q.S Al Mumtahanah: 8)13

Konteks Indonesia

Beruntung dalam konstitusinya Indonesia, pertama : tidak menjadikan Islam sebagai satu-

satunya agama resmi negara, kedua : tidak mencantumkan syarat bahwa presiden RI harus

seorang muslim. Ini artinya, jabatan presiden terbuka bagi siapa saja, dengan latar belakang apa

pun, asal warga negara Indonesia.

Tetapi dalam kenyataan politik, presiden Indonesia adalah jabatan “ekslusif” yang hanya

diduduki oleh orang-orang dengan latar belakang tertentu berdasarkan tradisi, misalnya

banyaknya anggapan bahwa presiden Ri harus “orang Jawa”, atau presiden RI harus “orang ex-

militer.”

Kesan ini juga begitu kuat terjadi di Amerika Serikat (AS), sulit membayangkan presiden

berasal dari “ras kulit hitam”, karena berdasarkan sejarah pemilihan presiden yang sudah lebih

dari 100 tahun, tak pernah terpilih presiden AS kulit hitam.

Saat ini, ada kecenderungan menarik dalam masyarakat global yang terus diguyur

“modernisasi”, di mana kepercayaan masyarakat akan suatu mitos berangsur mulai terkikis

termasuk dalam soal pilihan politik. Di Indonesia mulai muncul “gebrakan” yang mencoba

“memecah” stagnasi suksesi politik dengan memunculkan ide-ide yang bertentangan dengan

mitos selama ini, misalnya presiden bukan orang Jawa, presiden muda, presiden dari calon                                                             

13 Yayasan Penyelenggara Penterjemah/Pentafsir Al-Quran, Al-Quran dan Terjemahnya, h. 924 

Page 60: ANALISIS TERJEMAHAN AL-QURAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2276/1/96356... · ANALISIS TERJEMAHAN AL-QURAN . H.B. JASSIN BACAAN MULIA

39  

independen. Hal serupa terjadi di AS, hiruk-pikuk elektoral warga negeri paman sam ini makin

meriah dengan munculnya fenomena “Barack OBAMA”, seorang Capres muda, berasal dari ras

kulit hitam–meskipun isue rasial masih dikedepankan oleh warga AS dan berpotensi menjegal

Barack Obama untuk “lenggang-kangkung” menuju Gedung Putih.

Pertanyaannya sekarang, bagaimanakah penerimaan publik Indonesia, terhadap presiden

non -muslim. Menurut Denny J.A “dukun politik” dari OHIO State University sekaligus

“dedengkot” Lingkaran Survey Indonesia (LSI) berdasarkan hasil survei menunjukkan bahwa

pemilih tidak mempermasalahkan latar belakang etnis maupun profesi dari presidennya, entah itu

jawa-non jawa, militer atau sipil, pengusaha atau politisi dan seterusnya, tetapi ketika ditanya

tentang latar belakang agama, mayoritas mengharuskan presidennya adalah Islam.

Ini menunjukkan bahwa agama masih menjadi persoalan para pemilih. Meskipun dalam

konstitusi tidak disebutkan syarat agama presiden, tetapi secara “defacto” masyarakat Indonesia

yang mayoritas muslim ini menginginkan presidennya juga seorang muslim. Adalah menjadi

sulit dibayangkan, jika indonesia dipimpin seorang non-muslim, tetapi di atas itu semua, syarat

yang paling krusial untuk menjadi presiden adalah keahliannya dalam memimpin bangsa serta

integritas (moralitas pribadi) seperti amanah, adil, jujur, tegas, bertanggung-jawab, dan

seterusnya.

Jika syarat krusial ini ditegakkan tentu siapa saja yang kompeten dan pantas bisa

memilikinya, terlepas orang tersebut berasal dari etnis, profesi, usia, gender, maupun agama

tertentu. Bukan tidak mungkin, “sang Ratu Adil” itu malah berasal dari non-muslim. Apakah

mayoritas muslim Indonesia akan menolaknya ?–seperti juga yang dialami AS ketika John. F

Kennedy, satu-satunya Katolik Roma yang terpilih menjadi presiden yang ke-35, mengalahkan

Page 61: ANALISIS TERJEMAHAN AL-QURAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2276/1/96356... · ANALISIS TERJEMAHAN AL-QURAN . H.B. JASSIN BACAAN MULIA

40  

kandidat capres dari masyarakat protestan yang mayoritas. Kejadian ini bukan tidak mungkin

terjadi di Indonesia.14

B. Terjemahan Al-Quran H.B. Jassin dalam bukunya Bacaan Mulia

Berawal dari acara tahlilan paska meninggalnya istri HB Jassin, terdetik dalam pikiran beliau

untuk membuat sebuah terjemahan al-Qur'an ke bahasa Indonesia yang bisa mewakili keindahan

sastrawi bahasa aslinya, Arab. Lalu terbitlah Al-Qur'anul Karim Bacaan Mulia pada tahun 1977.

Secara format, buku Jassin ini tidak ada bedanya dengan Al-Qur'an dan terjemahannya

yang diterbitkan oleh Departemen Agama. Di sisi kanan halaman ada teks al-Qur'an dan di sisi

kiri, terjemahannya. Yang berbeda adalah gaya terjemahannya. Terjemahan terbitan Depag

dikerjakan oleh para pakar tafsir dan sastra Arab terkemuka di Indonesia. Hasilnya: sebuah

terjemahan yang biasa, layaknya terjemahan buku Bahasa Arab ke Bahasa Indonesia.

HB Jassin tidak mempunyai basis kemampuan bahasa Arab apalagi tafsir. Beliau hanya

seorang Paus Sastra Indonesia (menurut Gauis Siagian) atau Wali Penjaga Sastra Indonesia

(menurut Prof AA Teeuw). Dalam usaha penulisan buku ini, HB Jassin amat terbantu dengan

adanya terjemahan al-Qur'an ke dalam bahasa Inggris, bahasa yang cukup di kuasainya. Di

antaranya, terjemahan karya seorang muallaf, Sir Marmaduke Pickthall dan seorang Pakistan

Muhammad Jusuf Ali. Terjemahan Jusuf Ali adalah terjemahan Al-Qur'an ke Bahasa Inggris

terbaik dan paling populer hingga saat ini.15

                                                            14 http:www.//multiply.com/journal/item/67.diakses pada tanggal 23 April 2010  

15 http://suyuk.blogspot.com/2008/12/hb-jassin-dan-keindahan-sastrawi-al-qur.html 

Page 62: ANALISIS TERJEMAHAN AL-QURAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2276/1/96356... · ANALISIS TERJEMAHAN AL-QURAN . H.B. JASSIN BACAAN MULIA

41  

Sebagaimana telah kita ketahui sama-sama bahwa kitab suci umat Islam telah

diterjemahkan secara puitis oleh seorang tokoh sastrawan Indonesia H.B. Jassin dengan Al-

Qur’an Karim Bacaan Mulia, dan pada saat ini sedang beredar dengan pesatnya di kalangan

masyarakat Indonesia.16

Tidak seperti kasus cerpen “Langit Makin Mendung” yang menyebabkan H.B.Jassin

dihadapkan ke pengadilan, kitab “Bacaan Mulia” nya yang sempat mengundang heboh hari-hari

itu ditangani pihak Depag dalam upaya mencari titik pandang antara sang penterjemah dan depag

yang berkompeten dengan segala hal yang menyangkut pengadaan buku-buku agama (Islam)

khususnya Al-Quran Bacaan Mulia.

Kontroversi timbul dilatari 3 sebab. Pertama, H.B. Jassin tidak menguasai bahasa serta

sastra Arab dan bukan seorang pakar tafsir. Bahkan terjemahan sekalipun (apalagi buku tafsir)

membutuhkan 3 hal di atas. Kedua, apa yang dilakukan H.B. Jassin mungkin adalah yang

pertama di dunia. Bagi sebagian orang itu adalah ide jenius. Sebuah invention. Bagi sebagian

lain, itu adalah bid'ah yang tidak punya rujukan atau basis dalil, hujjah, reason dari sumber-

sumber hukum Islam. Ketiga, Al-Qur'an secara jelas "membela dirinya sendiri" lewat ayat-

ayatnya bahwa ia bukan kitab sastra. Meletakkan Al-Qur'an sebagai hanya karya sastra semata

berarti merendahkan Al-Qur'an itu sendiri. Fungsi utama Al-Quran adalah sebagai petunjuk bagi

umat manusia.

Para diskusan setuju bahwa karya Jassin ini bermaksud menyampaikan ketinggian

sastrawi Al-Qur'an kepada bangsa Indonesia yang tidak menguasai sastra Arab.

                                                            16 H. Oemar Bakri, Polemik terjemahan Al-Qur’anul karim Bacaan Mulia H.B. Jassin, Jakarta 

Page 63: ANALISIS TERJEMAHAN AL-QURAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2276/1/96356... · ANALISIS TERJEMAHAN AL-QURAN . H.B. JASSIN BACAAN MULIA

42  

Dari keseluruhan polemik yang kemudian mencuat, semuanya mengerucut pada

keberatan utama: Jassin bukan pakar tafsir karena itu ia tidak pantas menulis sebuah terjemahan

Al-Qur'an sekalipun. Apa yang di lakukan Jassin sebenarnya bukan hal yang benar-benar baru.

Sayyid Qutb pernah menerbitkan Tafsir Fi Dzilaalil Qur'an. Latar belakang pengetahuan sastra

Arab SQ membuat tafsir tersebut cendrung sastrawi. Di abad keemasan Islam, dikenal juga

tafsir-tafsir yang indah, semacam Tafsir Ibn Araby, Tafsir al-Ma'ani. Juga tafsir yang membahas

satu demi satu kosa kata Al-Quran.17

Berkaitan dengan terjemahan Al-Quran karya H.B. Jassin mengenai ayat-ayat non-

muslim, maka dapat kita ketahui bahwa ketekunan Jassin dalam menelaah sebuah karya sastra,

menterjemahkan karya-karya sastra dari berbagai dunia (Arab Belanda, Perancis dan Inggris)

sudah bukan rahasia lagi. Jassin memang menempatkan profesi itu sebagai pilihan dan jalan

hidupnya yang pada akhirnya mengantarkannya sebagai salah seorang sedikit dari orang

Indonesia yang namanya harum dan dikenal secara luas. Terutama dalam bidang seni dan

budaya. Lebih spesifik lagi, bidang kesusastraan.

Lebih dari dua dekade yang lalu, ide kreatif H.B. Jassin untuk menulis Al-Quran dalam

bentuk puisi (Al-Quran Berwajah Puisi) menuai kontroversi yang luar biasa besar.

Membaca Puisi Kitab Suci Oleh: Mohammad Nasih Lebih dari dua dekade yang lalu, ide

kreatif H.B. Jassin untuk membuat terjemahan al-Quran dalam bentuk puisi (al-Quran Berwajah

Puisi) menuai kontroversi yang luar biasa besar. Jangankan membuat terjemahan yang berbentuk

puisi, mengatakan bahwa gaya bahasa dalam sebagian ayat-ayat Al-Quran dalam bahasa aslinya

(Arab) adalah puisi dalam artian seni sastra, dalam pandangan mayoritas umat Islam dan juga                                                             

17 http://suyuk.blogspot.com/2008/12/hb-jassin-dan-keindahan-sastrawi-al-qur.html 

Page 64: ANALISIS TERJEMAHAN AL-QURAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2276/1/96356... · ANALISIS TERJEMAHAN AL-QURAN . H.B. JASSIN BACAAN MULIA

43  

ulama merupakan kekeliruan. Padahal, sesungguhnya kalau Al-Quran dibaca secara benar

(dengan menggunakan teknik-teknik tajwid yang benar), maka irama puitis Al-Quran akan dapat

dirasakan secara jelas oleh pembaca dan pendengarnya, termasuk yang tidak mengetahui artinya

sekalipun. Bahkan dari gaya bahasanya saja sudah nampak ketinggian bahasa Al-Quan yang

menjadi ciri khas puisi.

Kesalahan pandangan bahwa al-Quran bukanlah puisi tersebut terjadi karena kesalahan

dalam memahami dua kata kunci, yakni majnun dan syair (kata-kata turunan-turunannya) yang

terdapat dalam beberapa ayat Al-Quran. Kesalahan pengertian ini di antaranya terjadi dalam Al-

Quran terjemahan Departemen Agara RI yang menerjemahkan majnun ke dalam bahasa

Indonesia dengan gila. Kemudian, para mufassir (penafsir al-Quran) terutama yang

menggunakan metode ijmali (global) tidak memberikan pengertian yang cukup tentang makna

syir dan majnun. Karena itu, untuk memahami permasalahan ini, kita perlu melihat secara lebih

komprehensif tentang kata-kata majnun dan syair dalam Al-Quran dan konteks sosio-historis

yang menjadi latar belakang turunnya ayat-ayat al-Quran terutama yang berkaitan dengan

masalah ini, sehingga ketika Al-Quran dianggap sebagai puisi atau syair, dalam artian

mempunyai kandungan nilai seni sastra, tidak lagi menimbulkan polemik yang tidak jelas ujung

pangkalnya.

Lebih jauh, kandungan pesan Al-Quran bisa digali dengan sangat enak karena dikemas

dalam bahasa-bahasa sastra yang sangat indah. Mukjizat Nabi-nabi dan Rasul-rasul diutus dalam

konteks masyarakat yang membangga-banggakan sesuatu tertentu yang ada pada mereka.

Misalnya, Nabi Isa datang kepada masyarakat yang mempunyai kemampuan yang tinggi dalam

masalah ketabiban. Profesi sebagai seorang tabib adalah profesi yang sangat prestisius dalam

Page 65: ANALISIS TERJEMAHAN AL-QURAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2276/1/96356... · ANALISIS TERJEMAHAN AL-QURAN . H.B. JASSIN BACAAN MULIA

44  

masyarakat kala itu. Maka, Nabi Isa, konon diberikan mujizat berupa kemampuan untuk

menyembuhkan orang buta bawaan, lepra, dan bahkan menghidupkan kembali orang yang sudah

mati. Demikian pula Nabi Musa. Ia diutus kepada masyarakat yang memuja-muja sihir. Maka

oleh Tuhan, Nabi Musa diberi mujizat yang melebihi kemampuan tukang-tukang sihir pada masa

Firaun. Tukang-tukang sihir Firaun mampu mengubah tali-tali yang ada di hadapan mereka

menjadi ular. Nabi Musa lebih dari itu, mampu mengubah tongkatnya menjadi ular yang lebih

besar dan memakan ular-ular hasil sihiran tukang-tukang sihir Firaun. Nabi Muhammad datang

dalam konteks masyarakat yang memuja para penyair dan produk syair mereka. Karena itu, Nabi

Muhammad diberikan mujizat berupa kitab suci Al-Quran, yang mempunyai kandungan dan

nilai sastra yang sangat tinggi yang bisa menandingi ketinggian kemampuan para pujangga Arab

Pagan dalam mencipta karya-karya sastra.

Uraian Ibnu al-Mandhur dalam Kamus Lisbn al-Arab memberikan penjelasan tentang

konteks yang berkaitan dengan kata-kata syair. Toshihiko Izutsu, seorang pakar linguistik, dalam

kajian semantiknya juga menjelaskan kondisi sosio-historis masyarakat waktu itu. Di dalam

masyarakat Arab Pagan, penyair mempunyai kedudukan yang sangat tinggi karena dianggap

sebagai kekayaan dan sekaligus kekuatan suku. Penyair juga dianggap mempunyai kemampuan-

kemampuan lebih yang oleh karena itu dijadikan sebagai pemimpin suku pada masa damai dan

masa perang. Ucapan-ucapannya dipercayai mempunyai kekuatan melebihi serdadu dengan

senjata dan tombak karena mempunyai kekuatan magis yang dapat mengalahkan musuh. Bahkan

lebih dari itu, ketika seorang penyair dari suku tertentu diserang dengan menggunakan syair oleh

penyair dari suku yang lain, maka ia harus membalasnya. Sebab, kalau itu tidak dilakukan, tidak

hanya dia yang dianggap kalah, akan tetapi sukunya pun ikut merasa dan dianggap kalah dan

terhinakan. Mereka berkepercayaan bahwa para penyair dan juga tukang tenung adalah tipe

Page 66: ANALISIS TERJEMAHAN AL-QURAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2276/1/96356... · ANALISIS TERJEMAHAN AL-QURAN . H.B. JASSIN BACAAN MULIA

45  

orang-orang yang setiap saat dapat dimasuki kekuatan supranatural yang tak terlihat yang

memberikan inspirasi kepada mereka. Kekuatan supranatural ini biasa disebut dengan jin.

Jadi, syair yang dibuat oleh para penyair pada waktu itu dipandang sebagai hasil

komunikasi antara sang penyair dengan kekuatan supranatural itu, yang oleh masyarakat Arab

diyakini bahwa kekuatan supranatural itu melayang-layang di udara. Demikian juga kata-kata

yang keluar dari tukang tenung yang dipercaya sebagai orang yang bisa meramal, adalah juga

kata-kata yang berasal dari jin yang memberikan informasi kepadanya. Dalam pandangan

mereka juga, jin tidak merasuk kepada sembarang orang, tetapi memilih orang-orang tertentu

yang disukainya. Apabila orang yang disukai itu ditemukan, jin tersebut merasuk ke dalam diri

orang tersebut dan menjadikan orang tersebut sebagai penyambung lidahnya. Orang seperti

inilah yang dimaksud dengan penyair dalam pengertian semantik yang paling awal, yakni orang

yang mempunyai pengetahuan supranatural. Kata syair sendiri menurut Ibn al-Mandhur berasal

dari kata syaara atau syaura, artinya adalah memiliki pengetahuan tentang sesuatu yang tidak

diketahui oleh orang kebanyakan. Dalam pandangan masyarakat Arab Pagan, setiap penyair

mempunyai jin sendiri-sendiri dan dianggap sebagai teman akrab. Sebab itu, ketika seorang

penyair tidak mampu mengucapkan syair balasan ketika mendapat serangan dari penyair lain,

maka ia akan mengatakan bahwa yang menyebabkannya tidak mampu bukanlah kebodohannya,

akan tetapi karena teman akrabnya tidak mengucapkan kata-kata kepadanya. Dalam konteks

masyarakat seperti inilah Nabi Muhammad di utus. Karena itu, orang-orang yang tidak

mempercayai kerasulan dan kenabiannya, menganggap Nabi Muhammad tak ubahnya penyair-

penyair Arab Pagan lainnya.

Page 67: ANALISIS TERJEMAHAN AL-QURAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2276/1/96356... · ANALISIS TERJEMAHAN AL-QURAN . H.B. JASSIN BACAAN MULIA

46  

Ketika Nabi Muhammad mewartakan kebenaran kepada mereka yang kebenaran itu

berbeda dengan kepercayaan-kepercayaan yang ada sebelumnya yang diberikan oleh para

pujangga Arab Pagan, maka mereka mencela dan mengejek Nabi Muhammad bahkan

menentangnya dengan tentangan yang keras. Mereka yang ingkar kepada Nabi Muhammad

berkata: Dia adalah penyair yang kami tunggu-tunggu kecelakaannya (al-Thar: 30), Wahai orang

yang diturunkan Al-Quran kepadanya, sesungguhnya kamu adalah orang yang majnun. (al-Hijr:

6), “dan Apakah kami harus meninggalkan sesembahan-sesembahan kami karena seorang

penyair majnun ini?” (al-Shopat: 36). Al-Quran berusaha meyakinkan bahwa Nabi Muhammad

bukanlah seorang penyair yang dirasuki jin. Berkat rahmat Tuhanmu, engkau (Muhammad)

sekali-kali bukanlah orang yang majnun (dirasuki jin), (Nun: 3). “Apa yang diucapkan oleh Nabi

Muhammad tersebut sesungguhnya bukan berasal dari kekuatan supranatural atau jin, melainkan

berasal dari Allah, Tuhan penguasa segala alam.” Dan Al-Quran itu bukanlah perkataan seorang

penyair. Sedikit sekali kamu beriman kepadanya. Dan bukan pula perkataan seorang tukang

tenung. Sedikit sekali kamu beriman kepadanya.” (al-Habqqah: 41-42). Dari uraian di atas,

persoalannya menjadi jelas bahwa sesungguhnya yang ingin ditegaskan oleh Al-Quran adalah

bahwa Nabi Muhammad dan Al-Quran tidaklah sama dengan pujangga-pujangga Arab dan

produk-produk syair mereka. Dan dengan demikian, apabila Al-Quran disebut sebagai puisi

adalah sesuatu yang sama sekali tidak salah, karena kenyataannya memang demikian. Ketika

kitab tejemahan “Bacaan Mulia” dilemparkan ke pasaran, komentar dan kritik tajam secara

gencar dialamatkan atas diri Jassin. Sejumlah nama yang berkualitas sebagai ahli maupun bukan

ahli di bidang Islam, khususnya ahli tafsir, juga diantaranya orang-orang awam yang buta

tentang apa yang sebenarnya belum mereka fahami ikut-ikutan menyerangnya.

Page 68: ANALISIS TERJEMAHAN AL-QURAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2276/1/96356... · ANALISIS TERJEMAHAN AL-QURAN . H.B. JASSIN BACAAN MULIA

47  

Seorang yang bergelar ‘raja’ kritik dikritik habis-habisan. Lalu apa yang dilakukan Jassin

dalam situasi diserang seperti itu?

“Saya kaji berulang-ulang Bacaan Mulia terjemahan saya itu. Setiap waktu, kapan saja, di

mana letak kekurangannya? Saya cari dan kemudian saya kumpulkan kritik dan komentar-

komentar yang dimuat di media massa dan saya jadikan pegangan untuk merenung.” Kata H.B.

Jassin mengisahkan peristiwa beberapa tahu lalu yang justru membuatnya semakin jauh

mendalami kandungan Al-Quran. “Malah akhirnya saya terseret lebih dalam memasuki dunia

Islam dengan kesadaran dan perhatian yang total”, ujar Jassin.

Bersamaan dengan itu, muncullah tokoh agama yang cukup masyhur namanya untuk

tampil membela H.B.Jassin. tokoh itu adalah Abuya Hamka (almarhum) yang juga seorang

sastrawan sekaligus pemuka agama. “Karena berawal dari niat ikhlas, tidak niat sama sekali

berharap keuntungan financial dari kerja menerjemahkan “Bacaan Mulia” itu, tegas H.B. Jassin.

“Akhirnya setelah saya dihadapkan pada suatu tim dari Depag. “Bacaan mulia” diperbolehkan

tetap beredar.” 18

Masalah teknis penterjemahan bukanlah masalah kecil. Beberapa perbedaan pemahaman

ayat sendiri, sebagaimana biasanya, sudah cukup menimbulkan debat ilmiah. Ditambah lagi

dengan kenyataan, bahwa yang melakukan penterjemahan justru seorang doktor sastra Indonesia.

Tokoh ini sama sekali tidak dikenal dalam bidang ilmu-ilmu Al-Quran, juga mengaku bukan ahli

dalam bahasa Arab. Tak heran bila pembanding ceramah, Drs. H. Husin Abdul Mu’in yang

sehari-harinya Kepala Perwakilan Departemen Agama Sumatra Selatan, disamping dengan

                                                            18 Pusat Dokumentasi Sastra H.B.Jassin, H.B.Jassin Bahaia Terjemahannya Dibaca Orang, Jakarta 

Page 69: ANALISIS TERJEMAHAN AL-QURAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2276/1/96356... · ANALISIS TERJEMAHAN AL-QURAN . H.B. JASSIN BACAAN MULIA

48  

sangat simpatik menyatakan penghargaannya kepada niat yang ikhlas dari penterjemah, juga

memberi semacam usul yang halus untuk berhati-hati.

Para ustadz yang yang banyak pengetahuan, memang kelihatan berusaha untuk tetap

berlapang fikiran. Namun agaknya ada persoalan: sebagian sumber-sumber bandingan Jassin, di

samping kitab-kitab tafsir bahasa Indonesia dan bahasa Inggris dari dunia Islam, juga buah

tangan dari penterjemah Barat, yang sebagiannya diketahui tidak beragama Islam. Sehingga

timbul pertanyaan, apa sih perlunya ‘puitisasi’ itu dalam penerjemahan Qu’ran?

Alasan Jassin diberikan secara sederhana. Terjemahan yang sudah dikerjakan orang

dalam bahasa Indonesia (menurut Jassin sudah berjumlah kira-kira 10) semuanya ditulis dalam

bahasa prosa. Dan hal itu “tidak mengherankan, karena yang dipentingkan oleh para penterjemah

yang ada pada umumnya adalah guru-guru agama, ialah kandungan kitab suci itu”. Padahal

sebenarnya bahasa Qur’an sangat puitis dan ayat-ayatnya “dapat disusun sebagai puisi dalam

pengertian sastra” walaupun dalam setiap mushaf (buku Qur’an) ayat-ayat itu “secara visuil

disusun sebagai prosa”.

Maka tampaklah Jassin memandang ‘prosa’ dan ‘puisi’ pertama kali dari segi visual, dari

segi tata muka. Ia sendiri menyatakan bahwa perbedaan sebuah puisi dari prosa biasanya lantaran

puisi disusun “tidak baris demi baris yang panjangnya memenuhi muka halaman, akan tetapi

baris demi baris yang panjangnya memenuhi sebagian muka halaman saja”. Ia memberi contoh

surah Yusuf ayat 3 biasanya diterjemahkan begini:

Page 70: ANALISIS TERJEMAHAN AL-QURAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2276/1/96356... · ANALISIS TERJEMAHAN AL-QURAN . H.B. JASSIN BACAAN MULIA

49  

“Kami ceritakan kepadamu kisah yang paling indah dengan mewahyukan kepadamu

(bagian) kurban ini, meskipun kamu sebenarnya orang yang tiada sadar (akan

kebenaran)”.

Dan dengan susunan berikut ia menjadi puisi:

“Kami ceritakan kepadamu kisah

Yang paling indah

Dengan mewahyukan kepadamu

(bagian) Qur’an ini,

Meskipun kamu sebelumnya orang

Yang tiada sadar

(akan kebenaran).

Sudah tentu sebagimana di katakan Jassin, tidak semua baris prosa bisa di rubah menjadi

puisi dengan hanya merubah susunan. Namun dengan cara pendekatan itu, apakah ‘puisi’ seperti

dimaksud Jassin? Sementara Jassin mengatakan bahwa bahasa Qur’an sangat puitis, puisi Qur’an

itu justru tidak diungkapkan dalam kalimat terpotong-potong. Dengan kata lain, puisi Qur’an

tidak sekedar kalimat terpotong-potong. Tapi pengertian ‘puisi’ sebagai bentuk susunan kalimat

itulah yang sering dipakai para “penterjemah puitis” yang sudah lebih dulu mencoba seperti

Mohammad Diponegoro atau Djamil Suherman. Lebih-lebih Abdullah Yusuf Ali, Beirut yang

menurut Jassin merupakan penterjemah puitis yang paling indah, dan yang mendorong dia

melakukan hal serupa dalam bahasa Indonesia.

Page 71: ANALISIS TERJEMAHAN AL-QURAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2276/1/96356... · ANALISIS TERJEMAHAN AL-QURAN . H.B. JASSIN BACAAN MULIA

50  

Sudah tentu perasaan ‘enak’ dan ‘tidak enak’ terhadap sesuatu terjemahan hampir selalu

bersifat relatif. Tapi justru sebagian orang mengatakan bahwa diukur dengan citarasa puisi,

terjemahan Yusuf Ali justru kalah indah dibanding terjemahan Mohamad Marmaduke Pickthall

yang disusun secara ayat aslinya. Sebab mungkin saja, lebih dari Yusuf Ali, Pikchall berangkat

dari penguasaan terhadap citarasa bahasa aslinya lantas menuangkan ke dalam terjemahan

berdasar penguasaan citarasa bahasa Inggris, tanpa bertolak dari pola bentuk yang lazim disebut

syair atau sajak. Karena bertolak dari bentuk itulah nampaknya salah satu alasan mengapa

Mohamad Diponegoro menyebut hasil karyanya (terjemahan juz XXX, dan belum diterbitkan)

sebagai ‘puitisasi terjemah Qur’an dan bukan terjemah puitis Qur’an’. Tetapi barang kali

menarik bahwa dengan berpijak pada citarasa dan suasana asli, dalam arti menghadapi Qur’an

sebagai “karya puisi”, akan melahirkan hasil yang bisa jauh berbeda dari terjemahan lazim.

Antara lain: terjemahan tidak lagi akan ‘mengguru-gurui’ atau ‘lebih mementingkan kandungan

makna semata-mata’ menurut istilah Jassin. Sudah diketahui bahwa yang selama ini ghalib

disebut terjemahan Qur’an (bukan Tafsir) sebenarnya toh bukan hanya terjemah melainkan plus

keterangan yang hampir selalu diletakan dalam kurung. Sebuah kalimat dalam Qur’an kadang-

kadang mungkin memang “tidak jalan” menurut logika tatabahasa sehari-hari, tetapi betulkah

keadaan “tidak jalan” tersebut bukan merupakan satu bagian tak terpisahkan dari puisi – dan

karenanya orang haruslah mengangkat seperti aslinya dan kalau perlu memberinya catatan kaki

dalam tafsir? Maka barang siapa melihat terjemahan Jassin – yang sekarang sudah dipenerbit –

maupun terjemahan Yusuf Ali, orang akan tahu bahwa sesungguhnya puisinya hanya bentuk,

bukan semangat, tenaga atau dorongan puitik.19

                                                            19 Pusat Dokumen Sastra H.B.Jassin, H.B.Jassin, Dimana Mulanya Puisi Qur’an, Artikel, Jakarta 

Page 72: ANALISIS TERJEMAHAN AL-QURAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2276/1/96356... · ANALISIS TERJEMAHAN AL-QURAN . H.B. JASSIN BACAAN MULIA

51  

Dengan lolosnya Al-Qur’an Bacaan Mulia bukan berarti H.B. Jassin sudah memenangkan

suatu perkara lalu boleh berbangga diri. “Tidak, sama sekali jauh dari perasaan bangga. Justru

saya malah bertambah was-was. Bukankah Al-Qur’an itu turun langsung dari Allah? Mengapa

sebagai manusia biasa saya mesti membanggakan diri jika mempelajari, mengkajinya adalah

suatu kewajiban.”

Terlepas dengan meredanya komentar dan kritik tajam yang datang dari pemeluk agama

Islam, karya terjemahan itu sendiri diakui H.B. Jassin memang tidak sama disamakan dengan

terjemahan buku-buku biasa. “Musti dapat dibedakan, antara karya terjemahan sastra dan

Qur’an, “tuturnya. “karena itu, khusus ‘Bacaan Mulia’ ini Jassin membuka diri untuk dikritik,

dinasehati demi kebanaran yang Haq dari Al-Qur’an itu sendiri”.

H.B. Jassin mengaku mempelajari Al-Quran sejak masih kanak-kanak di kampungnya,

Gorontalo. Ketika berusia 5 tahun, Jassin acap mendengarkan neneknya yang menghabiskan

waktunya dengan membaca Al-Qur’an.20

Puitisasi Al-Qur’an dalam karyanya berjudul Al-Qur’anul Karim Bacaan Mulia yang

diterjemahkan sejak 1962 menimbulkan kontroversi terutama di kalangan umat Islam.

Sebenarnya Jassin tidak bermaksud untuk membuat tafsiran baru tentang mana-makna yang

terkandung dalam Al-Qur’an. Dia hanya ingin menyajikan Al-Qur’an dengan gaya yang berbeda

yang menurutnya lebih indah dengan cara menyususn penulisan ayat-ayat Al-Quran maupun

artinya dengan pola yang biasanya digunakan dalam penulisan puisi sehingga menimbulkan

irama tertentu, bukan arti tertentu.

                                                            20 Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin, HB. Jassin Bahagia Terjemahannya Dibaca Orang, Artikel,

Jakarta 

Page 73: ANALISIS TERJEMAHAN AL-QURAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2276/1/96356... · ANALISIS TERJEMAHAN AL-QURAN . H.B. JASSIN BACAAN MULIA

52  

Untuk beberapa lama, kontroversi puitisasi Al-Qur’an menimbulkan polemik di berbagai

media, bahkan pemerintah dan Majelis Ulama Indonesia (MUI) terpaksa turun tangan untuk

menberikan penjelasan dan Jassin harus melakukan roadshow ke sejumlah ulama dan pesantren

untuk memberikan pengertian seputar terbitnya Al-Qur’anul Karim Bacaan Mulia.21

Dalam menerjemahkan Al-Qur’an, Jassin mengatakan “apa yang dikatakan dengan

bahasa Arab dengan kalimat aktif misalnya, bisa saja lebih enak dalam bentuk pasif dalam

bahasa Indonesia, atau sebaliknya.

Mengenai pilihan kata, Jassin tidak terlalu kaku atau terlalu terikat pada bahasa sumber.

Dalam menerjemahkan Max Havelaar Multatuli misalnya, Jassin bersikap: “Sebisa-bisanya saya

mempergunakan bahasa Indonesia percakapan dengan kata-kata yang diambil dari dialek Jakarta,

sebab Multatuli mempunyai gaya yang paling tepat dapat dinyatakan dengan bahasa pergaulan

biasa.”

Begitu pula ketika Jassin mengindonesiakan Al-Qur’an. “Saya banyak mempergunakan

kata-kata yang berasal dari percakapan sehari-hari, kata-kata yang berasal dari bahasa daerah

atau dialek, bahkan dari bahasa semenanjung.”

Kesemuanya itu dilakukan Jassin dengan penuh kesadaran, “demi padanan yang tepat,

atau demi pertimbangan keindahan bunyi, irama dan pengertian”.

Sebagai penerjemah dengan cara dan visi diatas, H.B. Jassin ternyata banyak mendapat

pujian. Moh. Rustandi Kartakusuma misalnya, menjuluki Jassin sebagai “penerjemah yang

baik.”                                                             

21 Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin, H.B. Jassin Paus Sastra Indonesia, Artikel, Jakarta, 2006 

Page 74: ANALISIS TERJEMAHAN AL-QURAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2276/1/96356... · ANALISIS TERJEMAHAN AL-QURAN . H.B. JASSIN BACAAN MULIA

53  

Dalam kaitannya dengan terjemahan Al-Qur’nul Karim Bacaan Mulia, Hamka berkata:

“Maka dengan usaha DR H.B. Jassin menulis terjemahan Al-Qur’an, dia telah sampai pada batas

yang dia tidak dapat mundur lagi buat seterusnya turut memperkuat perkembangan penyebaran

Islam di tanah air kita bersama-sama dengan temen-temen yang lainnya.”

Sekalipun banyak menerima pujian dari pelbagai pihak, Jassin tetaplah Jassin. Seorang

yang rendah hati. Dalam hubungan terjemah-menerjemah ini misalnya, Jassin tak pernah lupa

pada jasa Armijn Pane.22

Sebagaimana seorang muslim yang mencintai kitab sucinya, H. Oemar Bakri, seorang

muslim yang mengkritik terhadap terjemahan Al-Qur’an Bacaan Mulia. Beliau menaruh

perhatian terhadap terjemahan puitis tersebut. Tanpa didahului oleh prasangka, beliau mulailah

membaca hasil terjemahan itu. Harapannya semoga terjemahan itu dapat lebih meresapkan

maksud yang tepat dari ayat-ayat Al-Qur’an Karim. Namun pada kenyataannya terjemahan itu

jauh dari harapan tersebut, karena dari melihat-lihat beberapa halaman saja ada yang beliau

temui keganjilan-keganjilan seperti di bawah ini:

1. Pada halaman 2 terjemahan ayat 3 Al-Baqarah

“yaitu (bagi) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat, dan

menafkahkan sebahagian rizki yang kami anugerahkan kepada mereka”.                                                             

22 Eneste Pamusuk, H.B. Jassin Sebagai Penerjemah, PDS H.B. Jassin, Jakarta, 1986 

Page 75: ANALISIS TERJEMAHAN AL-QURAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2276/1/96356... · ANALISIS TERJEMAHAN AL-QURAN . H.B. JASSIN BACAAN MULIA

54  

Ditulis “(Bagi) mereka yang beriman kepada yang gaib……” ini berarti bahwa Al-Quran adalah

petunjuk bagi:

a. Mereka yang takwa (kepada Tuhan);

b. Mereka yang beriman kepada yang gaib.

Dengan demikian Al-Quran dapat menjadi petunjuk untuk orang bertakwa walaupun

tidak beriman kepada yang gaib, dan seterusnya, dan sebaliknya kepada orang yang

mempercayai saja adanya hari kiamat, walaupun tidak bertakwa kepada Allah.

Demikianlah pengertian dari teks terjemahan tersebut, karena penterjemah mendudukan

“alladziina yu’minuna” sebagai keterangan tujuan yang kedua setelah “lilmuttaqiin”, atau dalam

istilah tata bahasa arab “alladziina” di i’robkan sebagai “athaf” dari “lilmuttaqiin”.

Menurut H. Oemar Bakri ini adalah kesalahan besar dalam Ilmu Nahwu, karena sesuatu

kata yang tidak didahului oleh huruf “athaf”, telah didudukkan saja sebagai “athaf” (keterangan

atau bagian yang kedua dari yang sebelumnya).

Padahal “aladziina” dalam ilmu tata bahasa arab adalah “isim maushul”, yang kalau tidak

ada yang merubahnya dari fungsi sebagaimana aslinya, berfungsi sebagai penghubung. Kalimat

yang sesudahnya dinamakan “shilah” (keterangan lebih lanjut dari kata-kata sebelumnya

(maushulnya), bukan sebagai bagian yang terpisah atau berdiri sendiri dari maushulnya.

Dengan demikian isi ayat tersebut telah dipecah oleh penterjemah, karena kesalahan

dalam menetapkan fungsi suatu kata atau anak kalimat dari ayat-ayat Al-Quran yang berbahasa

Arab itu.

Page 76: ANALISIS TERJEMAHAN AL-QURAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2276/1/96356... · ANALISIS TERJEMAHAN AL-QURAN . H.B. JASSIN BACAAN MULIA

55  

2. Kata-kata “huda” kadang-kadang diterjemahkan dengan “pimpinan” seperti pada ayat 16

surat Al-Baqarah.

Kadang-kadang dengan “petunjuk”, seperti pada ayat 2 surat yang sama. Dan dengan

“bimbingan” seperti pada ayat 175 pada surat tersebut.

Karena dalam ayat 16 surat Al-Baqarah, terjemahan yang dipilih untuk kata-kata “huda” adalah

“pimpinan”, sehingga terjemahan itu berbunyi: “merekalah yang menukar pimpinan dengan

kesesatan”, maka keindahan “muqabalah” (memakaikan kata-kata yang berpasangan dalam satu

kalimat) akan menjadi rusak. Bukankah pasangan yang lebih tepat adalah “petunjuk”?.

3. Pada ayat 44 surat Al-Baqarah

“watansauna anfusakum” diterjemahkan dengan “sedangkan kamu sendiri lupa”

Sedangkan jika kita lihat pada terjemahan yang biasa, yaitu:

Page 77: ANALISIS TERJEMAHAN AL-QURAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2276/1/96356... · ANALISIS TERJEMAHAN AL-QURAN . H.B. JASSIN BACAAN MULIA

56  

“Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebaktian, sedang kamu melupakan diri

(kewajiban) mu sendiri, padahal kamu membaca Al Kitab (Taurat)? Maka tidaklah kamu

berpikir?”

Dengan demikian isi ayat tersebut telah dipecah oleh penterjemah, karena kesalahan dalam

menetapkan fungsi suatu kata atau anak kalimat dari ayat-ayat Al-Quran yang berbahasa arab itu

Adapun permasalahan yang sedang diperbincangkan, yakni penafsiran yang beragam

tentang terjemahan ayat-ayat non-muslim. Jika kita lihat beberapa ayat yang berhubungan

dengan non-muslim misalnya yang tertera pada surat Al-Maidah ayat 51:

☺ "Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani

menjadi pemimpin-pemimpinmu; sebahagian mereka adalah pemimpin-pemimpin bagi

sebahagian yang lain. Barang siapa di antara kamu mengambil mereka menjadi pemimpi maka

sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi

petunjuk kepada orang-orang yang dzalim."23

Hal tersebut di atas merupakan terjemahan dari Al-Qur’an terjemahan Depag. Kita bandingkan

dengan terjemahan karya H.B.Jassin:

                                                            23 Yayasan Penyelenggara Penterjemah/Pentafsir Al-Quran, Al-Quran dan Terjemahnya, h. 169 

Page 78: ANALISIS TERJEMAHAN AL-QURAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2276/1/96356... · ANALISIS TERJEMAHAN AL-QURAN . H.B. JASSIN BACAAN MULIA

57  

“Hai orang yang beriman! Janganlah kamu ambil orang Yahudi dan Nasrani sebagai sahabat

dan pelindung. Mereka saling melindungi Yang satu terhadap yang lain. Dan barang siapa di

antara kamu berpaling kepada mereka, Ia pun termasuk golongan mereka. Sungguh, Allah tiada

memberi bimbingan kepada kaum yang zalim.”24

Kemudian ayat 57 pada surat yang sama terjemahan Depag:

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil jadi pemimpinmu, orang-orang

yang membuat agamamu jadi buah ejekan dan permainan, (yaitu) di antara orang-orang yang

telah diberi kitab sebelummu, dan orang-orang yang kafir (orang-orang musyrik). Dan

bertakwalah kepada Allah jika kamu betul-betul orang yang beriman.”25

Lain halnya terjemahan karya H.B. Jassin:

“Hai orang yang beriman! Janganlah ambil sebagai pembela dan penolong orang yang

menjadikan agamamu bahan ejekan dan permainan, (yakni) sebagian orang yang menerima

Kitab sebelum kamu, dan orang yang kafir. Tapi bertakwalah kepada Allah, jika kamu (sungguh)

beriman.”26

                                                            24 H.b. Jassin, Bacaan Mulia, h.151 

25 Yayasan Penyelenggara Penterjemah/Pentafsir Al-Quran, Al-Quran dan Terjemahnya, h. 170 

26 H.B. Jassin, Bacaan Mulia, h.152 

Page 79: ANALISIS TERJEMAHAN AL-QURAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2276/1/96356... · ANALISIS TERJEMAHAN AL-QURAN . H.B. JASSIN BACAAN MULIA

58  

Selanjutnya kita lihat juga pada surat Al-Mumtahanah ayat 8-9 versi Depag:

“Allah tiada melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang

tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu.

Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil.”(8)27

“Sesungguhnya Allah hanya melarang kamu menjadikan sebagai kawanmu orang-orang yang

memerangi kamu karena agama dan mengusir kamu dari negerimu dan membantu (orang lain)

untuk mengusirmu. Dan barang siapa yang menjadikan mereka sebagai kawan, maka mereka

itulah orang-orang yang zalim.”(9)28

Maka terjemahan dari Bacaan Mulia adalah:

“Allah tiada melarang kamu berlaku baik dan adil terhadap mereka yang tiada memerangi

kamu karena agama, dan tiada mengusir kamu dari rumahmu. Sungguh, Allah cinta orang yang

menjalankan keadilan.”(8)

                                                            27 Yayasan Penyelenggara Penterjemah/Pentafsir Al-Quran, Al-Quran dan Terjemahnya, h. 924 

28 Yayasan Penyelenggara Penterjemah/Pentafsir Al-Quran, Al-Quran dan Terjemahnya, h. 924

 

Page 80: ANALISIS TERJEMAHAN AL-QURAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2276/1/96356... · ANALISIS TERJEMAHAN AL-QURAN . H.B. JASSIN BACAAN MULIA

59  

“Allah hanya melarang kamu bertemen dengan orang yang memerangi kamu karena agama,

yang mengusir kamu dari rumahmu, dan yang membantu (orang) mengusir kamu. Barang siapa

yang menjadikan mereka kawan, mereka itulah orang yang zalim.”(9)

Kemudian pada surat Ali Imron ayat 28-30:

“Janganlah orang-orang mukmin mengambil orang-orang kafir menjadi wali dengan

meninggalkan orang-orang mukmin. Barang siapa berbuat demikian, niscaya lepaslah ia dari

pertolongan Allah, kecuali karena (siasat) memelihara diri dari sesuatu yang ditakuti dari

mereka. Dan Allah memperingatkan kamu terhadap diri (siksa)-Nya. Dan hanya kepada Allah

kembalimu.”(28)

“Katakanlah : “Jika kamu menyembunyikan apa yang ada dalam hatimu atau kamu

melahirkannya, pasti Allah mengetahui.” Allah mengetahui apa-apa yang ada di bumi. Dan

Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.”(29)29

“Pada hari ketika tiap-tiap diri mendapati segala kebijakan dihadapkan (kehadapannya), begitu

(juga) kejahatan yang telah dikerjakannya, ia ingin kalau kiranya antara ia dengan hari itu ada

masa yang jauh, dan Allah memperingatkan kamu terhadap diri (siksa)-Nya. Dan Allah sangat

penyayang kepada hamba-hamba-Nya.”(30)30

Selanjutmya kita lihat pada terjemahannya H.B.Jassin :

“Janganlah orang-orang mukmin mengambil orang-orang kafir menjadi wali dengan

meninggalkan orang-orang mukmin. Barang siapa berbuat demikian, niscaya lepaslah ia dari

                                                            29 Yayasan Penyelenggara Penterjemah/Pentafsir Al-Quran, Al-Quran dan Terjemahnya, h.80 

30 Yayasan Penyelenggara Penterjemah/Pentafsir Al-Quran, Al-Quran dan Terjemahnya, h.80 

Page 81: ANALISIS TERJEMAHAN AL-QURAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2276/1/96356... · ANALISIS TERJEMAHAN AL-QURAN . H.B. JASSIN BACAAN MULIA

60  

pertolongan Allah, kecuali karena (siasat) memelihara diri dari sesuatu yang ditakuti dari

mereka. Dan Allah memperingatkan kamu terhadap diri (siksa)-Nya, dan hanya kepada Allah

kembali.”(28)31

“Katakanlah : “jika kamu menyembunyikan apa yang ada dalam hatimu atau kamu

melahirkannya, pasti Allah mengetahui. Allah mengetahui apa yang ada dilangit dan apa yang

ada di bumi. Dan Allah maha kuasa atas segala sesuatu.”(29)32

“Pada hari ketika tiap-tiap dirimendapati segala kebajikan kehadapannya, begitu juga

kejahatan yang telah dikerjakannya, ia ingin kalau kiranya antara ia dengan hari itu ada masa

yang jauh, dan Allah memperingatkan kamu terhadap diri (siksa)-Nya. Dam Allah sangat

penyayang kepada hamba-hamba-Nya.”(30)

Apabila kita lihat perbandingan antara kedua terjemahan tersebut, Penulis kira tidak ada

penyimpangan makna yang dituliskan oleh H.B.Jassin. Permasalahan di sini hanyalah

penggunaan kata-kata. Jassin menggunakan kata-kata yang mudah dipahami serta lebih

mengedepankan letak keindahan kata yang sebenarnya antara perbedaan dalam penggunaan kata

memiliki makna dan maksud yang sama. Misalnya kita lihat pada penggalan terjemahan surat

Al-Maidah ayat 51. Pada terjemahan Depag disebutkan

"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan

Nasrani menjadi pemimpin-pemimpinmu;…….”

Sedangkan dalam terjemahan ‘Bacaan Mulia’ disebutkan:

                                                            31 H.B.Jassin, Bacaan Mulia, h.70 

32 H.B.Jassin, Bacaan Mulia, h.70 

Page 82: ANALISIS TERJEMAHAN AL-QURAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2276/1/96356... · ANALISIS TERJEMAHAN AL-QURAN . H.B. JASSIN BACAAN MULIA

61  

“Hai orang yang beriman! Janganlah kamu ambil orang Yahudi dan Nasrani sebagai sahabat

dan pelindung………”

Kita lihat bahwa yang berbeda dari kedua terjemahan diatas adalah terletak pada kata

“menjadi pemimpin-pemimpinmu” dengan “sebagai sahabat dan pelindung”. Menurut penulis

dari kedua terjemahan tersebut tidak ada permasalahan. Hanya saja pada kata “Pemimpin” itu

merupakan hak Eksekutif sedangkan pada kata “Sahabat” tidak. Dalam jiwa seorang pemimpin

harus mempunyai multi fungsi. Pemimpin dapat disebut juga seorang sahabat karna masyarakat

akan menceritakan permasalahannya kepada seorang pemimpin layaknya seorang sahabat.

Sedangkan pemimpin dapat disebut pelindung karna seorang pemimpin adalah orang yang

mempunyai kekuatan dan kekuasaan untuk melindungi rakyatnya.

C. Analisis terhadap kata “Auliya” tentang ayat non-muslim

Setelah Penulis menelaah kebenaran terjemahan Al-Quran karya H.B. Jassin tentang ayat

non-muslim, ada satu hal yang menarik menurut Penulis yaitu pada kata “Auliya” yang

dengannya terjadi banyak terjemahan yang beragam. Maka dari itu, Penulis berkeinginan juga

untuk menganalisis terjemahan pada kata “Auliya”

Dalam Al-Quran dan terjemahannya, oleh Tim Departemen Agama, kata auliya,

diterjemahkan dengan “pemimpin-pemimpin”. Sebenarnya menerjemahkannya demikian tidak

sepenuhnya tepat. Kata auliya adalah bentuk jamak dari kata wali. Kata ini terambil dari akar

kata yang terdiri dari huruf-huruf wau, lam, dan ya yang makna dasarnya adalah “dekat”. Dari

sini kemudian berkembang makna-makna baru seperti pendukung, pembela, pelindung, yamg

Page 83: ANALISIS TERJEMAHAN AL-QURAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2276/1/96356... · ANALISIS TERJEMAHAN AL-QURAN . H.B. JASSIN BACAAN MULIA

62  

mencintai, lebih utama, dan lain-lain yang kesemuanya diikat oleh benang merah kedekatan.33

Itu sebabnya ayah adalah orang yang paling pertama yang menjadi wali anak perempuannya,

karena dia adalah yang terdekat kepadanya. Orang yang amat taat dan tekun beribadah dinamai

wali karena dia dekat kepada Allah. Seseorang yang bersahabat dengan orang lain sehingga

mereka selalu bersama dan menyampaikan rahasia karena kedekatan mereka, juga dapat dinamai

wali.34 Demikian juga pemimpin, karena dia seharusnya dekat kepada yang dipimpinnya.

Demikian dekatnya sehingga dialah yang pertama mendengar panggilan, bahkan keluhan dan

bisikan siapa yang dipimpinnya, dan karena kedekatannya itu dia pula yang pertama datang yang

membantunya. Demikian terlihat bahwa semua makna-makna yang dikemukakan di atas dapat

dicakup oleh kata auliya’.

Thabathaba’i, mufassir Syiah kenamaan itu, ketika menafsirkan ayat ini berbicara

panjang lebar tentang makna auliya’. Antara lain dikemukakannya bahwa kata tersebut

merupakan satu bentuk kedekatan kepada sesuatu yang menjadikan perangkat dan hilangnya

batas antara yang mendekat dan yang didekati dalam tujuan kedekatan itu. Kalau tujuan dalam

konteks ketaqwaan dan pertolongan, makna auliya’ adalah penolong-penolong; apabila dalam

konteks pergaulan dan kasih sayang, maka ia adalah ketertarikan jiwa sehingga wali/auliya’

adalah yang dicintai atau yang menjadikan seseorang tidak dapat tidak kecuali tertarik kepadanya

memenuhi kehendaknya dan mengikuti perintahnya. Kalau dalam kontek hubungan

kekeluargaan, maka wali antara lain adalah yang mewarisinya dan tidak ada yang dapat

menghalangi kewarisan itu, demikian juga ayah dalam perkawinan anak perempuannya. Kalau

dalam konteks ketaatan, maka wali adalah siapa yang memerintah dan harus ditaati

                                                            33 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, (Ciputat: Lentra Hati, 2001). h. 115 

34 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, h. 115 

Page 84: ANALISIS TERJEMAHAN AL-QURAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2276/1/96356... · ANALISIS TERJEMAHAN AL-QURAN . H.B. JASSIN BACAAN MULIA

63  

ketetapannya.35 Dalam ayat ini ditulis Thabathaba’i Allah swt. Tidak menjelaskan dalam konteks

apa larangan tersebut, sehingga ia dapat dipahami dalam pengertian segala sesuatu. Tetapi karena

lanjutan ayat ini menyatakan bahwa kami takut mendapat bencana, maka dapat dipahami bahwa

kedekatan yang terlarang ini adalah dalam konteks yang sesuai dengan apa yang mereka takuti

itu, yakni mereka takut pada satu ketika akan terjadi bencana yang tidak dapat terelakkan, baik

dari orang-orang Yahudi dan Nasrani yang mereka jadikan auliya’ itu, maupun dari pihak lain

maka karena itu, mereka harus menjadikan semua pihak auliya’ yang membela mereka sekaligus

temen sepergaulan dengan hubungan kasih sayang. Dari sini Thabathaba’i pada akhirnya

berkesimpulan bahwa kata auliya’ yang dimaksud ayat ini adalah cinta kasih sayang yang

mengantar kepada meleburnya perbedaan-perbedaan dalam satu wadah, menyatunya jiwa yang

tadinya berselisih, saling terkaitnya akhlak dan miripnya tingkah laku sehingga anda akan

melihat dua orang yang sangat mencintai bagaikan seorang yang memiliki satu jiwa satu

kehendak, dan satu perbuatan, yang satu tidak akan berbeda dengan yang lain dalam perjalanan

hidup dan tingkat pergaulan. Inilah tulisnya yang mengantar ayat ini menegaskan bahwa: Barang

siapa diantara kamu menjadikan mereka auliya’, maka sesungguhnya dia termasuk kelompok

mereka. Bukankah kata pribahasa “Siapa yang mencintai satu kelompok, maka ia termasuk

kelompokm itu” dan bahwa “Seseorang akan bersama yang dicintainya”.

Dengan memahami kata yang dibahas ini dalam arti kedekatan cinta kasih, bertemu ayat

diatas dengan firman-Nya: “Hai orang-orang yang beriman, jangan lah kamu mengambil

musuh-Ku dan musuh kamu auliya’ kamu menyampaikan kepada mereka (berita-berita Nabi

Muhammad), karena rasa kasih sayang; padahal sesungguhnya mereka telah ingkar kepada

kebenaran yang datang kepadamu, mereka mengusir Rosul dan (mengusir) kamu karena kamu

                                                            35 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, h. 115 

Page 85: ANALISIS TERJEMAHAN AL-QURAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2276/1/96356... · ANALISIS TERJEMAHAN AL-QURAN . H.B. JASSIN BACAAN MULIA

64  

beriman kepada Allah, Tuhanmu. (QS. Al-Mumtahanah: 2). Mereka itu pada akhirnya oleh surah

al-Mumtahanah ini disifati dengan orang-orang zalim. “Dan barang siapa menjadikan mereka

auliya, maka mereka itulah orang-orang yang zalim” (QS. Al-Mumtahanah: 9), sama dengan

sifat yang disebut oleh surah al-Maidah: 51 “Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk pada

orang-orang yang zalim”.

Larangan menjadi non-muslim sebagai auliya’ yang dikemukakan ayat di atas dengan

sekian pengukuhan. Antara lain: 1. Pada larangan tegas yang menyatakan, janganlah kamu

mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin; 2. Penegasan bahwa

sebagian mereka adalah pemimpin bagi sebagian yang lain; 3. Ancaman bagi yang mengangkat

mereka sebagai pemimpin bahwa ia termasuk golongan mereka serta merupakan orang yang

zalim.36

Di dalam surah al-Baqarah ayat 256 yang berbunyi:

⌧ ☺

Kita telah diberikan pegangan, bahwasanya wali yang sejati, artinya pemimpin, pelindung dan

pengurus orang yang beriman hanya Allah. Di ayat itu Tuhan memberikan jaminannya sebagai

wali, bahwa orang yang beriman akan dikeluarkan dari gelap kepada terang. Dan di dalam ayat

                                                            36 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah;Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Quran (Ciputat: Lentera Hati,

2001), hal. 115 

Page 86: ANALISIS TERJEMAHAN AL-QURAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2276/1/96356... · ANALISIS TERJEMAHAN AL-QURAN . H.B. JASSIN BACAAN MULIA

65  

itu juga diterangkan bahwa wali orang yang kafir adalah Thaghut dan Thaghut itu akan

mengeluarkan mereka dari terang kepada gelap.

Kemudian di dalam ayat yang lain kita telah bertemu pula keterangan bahwasanya orang

beriman sesama beriman yang sebahagian menjadi wali dari yang lain, sokong-menyokong,

bantu membantu, sehingga arti wali di sini ialah persahabatan. Maka di dalam ayat yang tengah

kita bicarakan ini, diberikanlah peringatan kepada orang yang beriman, agar mereka jangan

mengambil orang kafir menjadi wali.

Jangan orang yang tidak percaya kepada Tuhan dijadikan wali sebagai pemimpin, atau

wali sebagai sahabat. Karena akibatnya kelak akan terasa, karena akan dibawanya ke dalam

suasana thaghut Kalau dia pemimpin atau pengurus, sebab dia kufur, kamu akan dibawanya

menyembah thaghut. Kalau mereka kamu jadikan sahabat, kamu akan diajaknya kepada jalan

sesat, menyuruh berbuat jahat, mencegah berbuat baik.

Menurut riwayat yang dikeluarkan oleh Ibnu Ishaq dan Ibnu Jarir dan Ibnu Abi Hatim,

bahwa Ibnu Abbas berkata: "Al-Hajjaj bin 'Amr mengikat janji setia kawan dengan Ka'ab bin al-

Asyraf (pemuka Yahudi yang terkenal sebagai penafsir) dan Ibnu Abi Haqiq dan Qais bin Zaid.

Ketiga orang ini telah bermaksud jahat hendak mengganggu kaum Anshar itu lalu ditegur oleh

Rifa'ah bin al-Mundzir dan Abdullah bin Jubair dan Sa'ad bin Khatamah, supaya mereka

menjauhi orang-orang Yahudi yang tersebut itu. Hendaklah mereka berawas diri dalam

perhubungan dengan mereka, supaya agama mereka jangan difitnah oleh orang-orang Yahudi

itu.

Page 87: ANALISIS TERJEMAHAN AL-QURAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2276/1/96356... · ANALISIS TERJEMAHAN AL-QURAN . H.B. JASSIN BACAAN MULIA

66  

Tetapi orang-orang yang diberi peringatan itu tidak memperdulikannya." Inilah kata Ibnu

Abbas yang menjadi sebab turunnya ayat ini. Ada lagi suatu riwayat lain yang dikeluarkan oleh

Ibnu Jarir dan Ibnul Mundzir dan Ibnu Abi Hatim dari beberapa jalan riwayat, bahwasanya tafsir

ayat ini ialah bahwa Allah melarang orang-orang yang beriman bersikap lemah-lembut terhadap

orang kafir dan mengambil mereka jadi teman akrab melebihi sesame orang beriman, kecuali

kalau orang-orang kafir itu lebih kuat daripada mereka. Kalau demikian tidaklah mengapa

memperlihatkan sikap lunak, tetapi hendaklah tetap diperlihatkan perbedaan di antara agama

orang yang beriman dengan agama mereka.

Untuk mendekatkan kepada paham kita, bacalah pula tafsir surat al-Mumtahanah ayat 1

yaitu:

☺ ⌧ ⌧

☺ ⌧

Seorang sahabat Nabi yang terkemuka, pernah turut dalam peperangan Badar, bernama

Hathib bin Abi Balta'ah, seketika Rasulullah saw menyusun kekuatan buat menaklukkan

Makkah, dengan secara diam-diam dan rahasia telah mengutus seorang perempuan ke Makkah,

Page 88: ANALISIS TERJEMAHAN AL-QURAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2276/1/96356... · ANALISIS TERJEMAHAN AL-QURAN . H.B. JASSIN BACAAN MULIA

67  

                                                           

membawa suratnya kepada beberapa orang musyrikin di Makkah, menyuruh mereka bersiap-

siap, sebab Makkah akan diserang.

Maksudnya ialah untuk menjaga dirinya sendiri. Sebab kalau serangan itu gagal, dia

sendiri tidak akan ada yang melindunginya di Makkah. Dia tidak mempunyai keluarga besar di

Makkah, seperti sahabat-sahabat Rasulullah saw, yang lain. Dengan mengirim surat itu dia

hendak mencari perlindungan. Syukurlah Tuhan memberi isyarat kepada Rasulullah tentang

kesalahan Hathib itu, sehingga beliau suruh kejar perempuan itu, sampai digeledah surat itu di

dalam sanggulnya. 'Umar bin Khattab telah meminta izin kepada Rasulullah untuk membunuh

Hathib karena perbuatannya yang dipandang berkhianat itu. Untuk kepentingan diri sendiri dia

telah membuat hubungan dengan orang kafir. Perbuatannya itu salah. Sebab dia telah

membocorkan rahasia peperangan, syukurlah suratnya itu dapat ditangkap. Kalau bukanlah

karena jasanya selama ini, terutama karena dia telah turut dalam peperangan Badar, niscaya akan

berlakulah atas dirinya hukuman berat.

Hathib bin Abi Balta'ah termasuk sahabat besar, namun demikian sekali-sekali orang

besar pun bisa terperosok kepada satu langkah yang merugikan negara dengan tidak disadari,

karena lebih mengutamakan memandang kepentingan diri sendiri. Maka dalam surat al-

Mumtahanah ayat 1 diperingatkan supaya orang-orang beriman jangan mengambil orang kafir

menjadi wali, karena menumpahkan kasih-sayang.37

 37 http:www.//multiply.com/journal/item/67.diakses pada tanggal 23 April 2010 

Page 89: ANALISIS TERJEMAHAN AL-QURAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2276/1/96356... · ANALISIS TERJEMAHAN AL-QURAN . H.B. JASSIN BACAAN MULIA

  67

BAB V

PENUTUP

• KESIMPULAN

Pada skripsi ini menyimpulkan bahwa di dalam al-Quran terdapat beberapa ayat yang berkaitan

tentang non-muslim diantaranya adalah Surat Al-Mumtahanah: 8-9, Al-Maidah:51,57,68, Ali

Imran:28-30, Al-Hujuraat:13. Pada ayat-ayat tersebut menyebutkan indikasi terhadap larangan

kaum muslim untuk akrab dengan orang non-muslim serta larangan non-muslim dijadikan

seorang pemimpin.

Selanjutnya, terjemahan Al-Quran H.B. Jassin dalam bukunya Bacaan Mulia Khususnya

pada ayat-ayat tentang non-muslim dinilai tidak ada penyimpangan. Sebab jika di bandingkan

dengan terjemahan yang lain, terjemahan H.B. Jassin pada intinya memiliki kesamaan makna

akan tetapi ia lebih menggunakan kata-kata yang lebih sederhana seperti kata pada umumnya

menggunakan kata “pemimpin” akan tetapi H.B. Jassin menggunakan kata “sahabat” dan lain

sebagainya.

Permasalahan yang muncul pada konteks ayat-ayat non-muslim adalah terletak pada

perbedaan terjemah kata ‘Auliya’. Kata ‘Auliya’ adalah bentuk jamak dari kata ‘wali’. Kata ini

makna dasarnya adalah ‘dekat’. Kemudian berkembang makna-makna baru, seperti pendukung,

pembela, pelindung, yang mencintai, lebih utama, dan lain-lain yang kesemuanya diikat oleh

benang merah kedekatan. Demikian terlihat bahwa semua makna-makna yang dikemukakan di

atas dapat dicakup oleh kata ‘Auliya’.

 

67  

Page 90: ANALISIS TERJEMAHAN AL-QURAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2276/1/96356... · ANALISIS TERJEMAHAN AL-QURAN . H.B. JASSIN BACAAN MULIA

68  

DAFTAR PUSTAKA

Ali ash-Shabuny, Muhammad,” Syafwat at-Tafsir.” jilid 1, Beirut: Dar al-Fikr, 1976.

Alam, Sei H. Datuk Tombak, “Metode Menerjemahkan Al-Qur’an Al-Karim 100 kali

pandai.” Jakarta: Rineka Cipta, 1992.

Al-Dzahabi, Muhammad Husayn, “Al-Tafsir Wa al-Mufassirin.” tt:tpn,1976

Amal dan panggabean, Politik Syariah. t.t.: t.pt.

Ariyani, Hafidah Fitri, “Pergeseran makna dalam naskah film berbagi suami karya Nia

Dinata.” Proposal penelitian fakultas bahasa dan seni, Universitas Negeri Yogyakarta,

2007.

Ash-Shobuni, Muhammad Ali, “Ikhtisar Ulumul Qur’an Praktis.” Terjemahan Muhammad

Qodiru Nur, Jakarta: Pustaka Amani, 1988.

Bakri, H. Oemar, “Polemik Terjemahan Al-Qur’anul karim Bacaan Mulia H.B. Jassin.”

Jakarta, t.t.

Brislin, R.W., “Translation: Application and Research.” New York: Garden Press Inc, 1976.

Burdah, Ibnu, “Menjadi Penerjemah: Metode dan Wawasan menerjemah teks arab.”

Yogyakarta: Tiara kencana, 2004.

Departemen Pendidikan dan kebudayaan, “Kamus Besar Bahasa Indonesia.” Jakarta: Balai

Pustaka, 1997.

Hanafi, Nurachman, “Teori dan Seni Menerjemahkan.” Ende Flores-NTT: Nusa Indah, 1986.

Hidayatullah, Moch Syarif, “Diktat Teori dan Permasalahan Terjemah.” Jakarta: t.pt. 2007.

Hidayaullah, Moch. Syarif, “Tarjim Al-an; Cara Mudah Menerjemahkan Aran-Indonesia.”

Cet.III, Tangerang: Dikara,2009.

Hoed, Benny Hoedoro, “Penerjemahan dan Kebudayaan.” Jakarta: Pustaka Jaya, 2006.

Jassin, H.B, “Bacaan Mulia.”, Djambatan, 1991.

Jassin, Hans Bague, “Riwayat Hidup dan Daftar Karya Promovendus Doctor Honoris Causa

UI.” Dokumentasi, 14 Juni 1975.

68 

Page 91: ANALISIS TERJEMAHAN AL-QURAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2276/1/96356... · ANALISIS TERJEMAHAN AL-QURAN . H.B. JASSIN BACAAN MULIA

69  

Kamil, Sukron,dkk, “Syariah Islam dan HAM.” Jakarta: CSRC, 2007.

Kridalaksana, Harimurti, “Fungsi Bahasa dan Sikap Bahasa.” Flores: Nusa Indah, 1985.

Larson, Mildred L., “Penerjemahan Berdasarkan Makna: Pedoman untuk Pemadanan

Antarbahasa.” Terjemahan Kencana wati Taniran, Jakarta: Arcan.1991.

Machali, Rochayah, “Pedoman bagi Penerjemah.” Jakarta: Gramedia,2002.

Moentaha, Salihen, “Bahasa dan Terjemahan, Language and Translation the New Millenium

Publication.” Jakarta: Kesaint Blanc, 2006.

Nababan, Rudolf, “Teori Menerjemah Bahasa Inggris.” cet ke-1, Yogyakarta: Pustaka

Pelajar, 1999

Newmark, P., “A Textbook of Translation.” UK: Prentice Hall International, 1988.

Pusat Dokumentasi Sastra H.B.Jassin, “H.B.Jassin Bahaia Terjemahannya Dibaca Orang,”

Artikel, Jakarta, t.t.

Pusat Dokumen Sastra H.B.Jassin, “H.B.Jassin, Dimana Mulanya Puisi Qur’an.” Artikel,

Jakarta, t.t.

Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin, “H.B. Jassin Paus Sastra Indonesia.” Artikel, Jakarta,

2006.

Sadtono, E., “Pedoman Penerjemahan.” Jakarta: Depdikbud, 1985, Cet. Ke-1

Shihab, M. Quraish, “Tafsir Al-Misbah;Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Quran .” Ciputat:

Lentera Hati, 2001.

Suadi Putro, Muhammad Arkoun, “Islam dan Modernitas.” Jakarta: Paramidina, 1998.

Suma, Muhammad Amin, “Studi Ilmu-ilmu Al-Qur’an (1).” Jakarta: pustaka firdaus, 2000.

Suryanwinata, Zuchridin dan Sugeng Hariyanto, Translation Bahasa Teori dan Penuntun

Praktis Menerjemahkan, Jakarta: Kanisius, tth

Syihabudin, ”Penerjemahan Arab-Indonesia.” Bandung: Humaniora, 2005.

Yayasan Penyelenggara Penterjemah/Pentafsir Al-Quran, Al-Quran dan Terjemahnya,

Jakarta: Depag, 1971

Page 92: ANALISIS TERJEMAHAN AL-QURAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2276/1/96356... · ANALISIS TERJEMAHAN AL-QURAN . H.B. JASSIN BACAAN MULIA

70  

Yatim, Badri, “Sejarah Peradaban Islam.” Jakarta: Rajawali Pers, 1997.

Yusuf, Suhendra, Teori Terjemahan, “Pengantar ke arah pendekatan linguistik dan

Sosiolinguistik.” Cet.ke-1, Bandung: Mandar Maju, 1994.

http://blog.re.or.id/definisi-alquran.htm. Diakses pada hari rabu tgl. 24 maret 2010.

http:www.//multiply.com/journal/item/67. Diakses pada tanggal 23 April 2010.

http://suyuk.blogspot.com.hb-jassin-dan-keindahan-sastrawi-al-qur.html.