analisis terhadap hisab kh. noor ahmad tentang kelahiran nabi muhammad saw. 10 r. awal -53 h
DESCRIPTION
Analisis Terhadap Hisab KH. Noor Ahmad Tentang Kelahiran Nabi Muhammad SAW. 10 R. Awal -53 H.TRANSCRIPT
ANALISIS TERHADAP HISAB KH. NOOR AHMAD TENTANG
KELAHIRAN NABI MUHAMMAD SAW. 10 R. AWAL -53 H.
SKRIPSI
Disusun untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat
Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1
dalam Ilmu Syari’ah
PURWANTO NIM. 082111093
PROGRAM STUDI KONSENTRASI ILMU FALAK
JURUSAN AHWAL AL-SYAKHSIYAH FAKULTAS SYARI’AH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2012
H. Abdul Ghofur, M. Ag.
Perum Kaliwungu Indah, RT. 5/X No. 9 Kaliwungu, Kendal.
Ahmad Syifaul Anam, S.H.I.,M.H.
Tugurejo RT. 5/V No. 28 Semarang.
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Lamp : 4 (empat) eks.
Hal : Naskah Skripsi
An. Sdr. Purwanto
Assalamualaikum Wr. Wb.
Setelah saya mengoreksi dan mengadakan perbaikan seperlunya, bersama
ini saya kirim naskah skripsi saudara
Nama : Purwanto
NIM : 082111093
Judul : Analisis terhadap Hisab KH. Noor Ahmad tentang Kelahiran
Nabi Muhammad saw. 10 R. Awal -53 H.
Dengan ini, saya mohon kiranya skripsi saudara tersebut dapat segera
dimunaqasahkan. Demikian harap menjadi maklum.
Wassalamualaikum Wr. Wb.
Semarang, 12 Juni 2012
Pembimbing I Pembimbing II
H. Abdul Ghofur, M. Ag. Ahmad Syifaul Anam, S.H.I.,M.H. NIP.19670117 199703 1 001 NIP.19800190 200312 1 00
MOTTO
ي اال٠ب ٠ اشض شط ضث١غ اال₪ وب لذ س ؼ١س اى١
1ضغ الزر لجط ثبحط١₪ االث١
2نور فوق نور فوق ونور ₪ربيع في ربيع في ربيع
“Gusti Kanjeng Nabi Lahire Ono Ing Mekah ₪ Dinane Senen Rolas Mulud Tahun Gajah” 3
“Waktu kelahiran Pemimpin dua golongan (manusia dan jin)
₪ Terjadi pada bulan R. Awal, bertepatan dengan hari Senin
₪ Tempat kelahiran dan pemakamannya di al-Haramain.”
“Nabi laksana musim semi bagi hati umatnya yang gersang,
lahir pada musim semi di bulan Rabi’ al-Awwal ₪ Nabi
laksana cahaya bagi hati umatnya yang gelap gulita,
cahayanya di atas cahaya dan di atas cahaya lagi.”
“Nabi Muhammad saw. lahirnya di Makkah ₪ Pada hari Senin 12 R. Awal
Tahun Gajah”
1 Al-Habib „Ali bin Muhammad bin Husain al-Habsyi, Maulid Simti al-Durar, Solo:
Percetakan Habib Anis al-Habsyi, 2011, h. 31. 2 Muhammad Nawawi al-Bantani, Madarij al-Shu’ud ila Iktisab al-Burud, Surabaya: Dar
Ihya‟ al-Kutub al-Arabiyah, 2001, h. 21. 3 Bait bahasa Jawa yang biasa dibaca setelah adzan Shalat wajib, di daerah Kel. Wuwur,
Kec. Gabus, Kab. Pati.
PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahkan untuk:
Secara khusus kepada Baginda Rasulullah Muhammad saw.
yang selalu menjadi sumber inspirasi penulis dalam menjalani
kehidupan di dunia ini.
Syaikhuna wa Murabbi Ruhina KH. Ahmad Basyir, yang
telah mengajarkan penulis untuk mahabbah kepada Baginda
Nabi Muhammad saw.
Guruku, Pak Lisin, yang telah mengajariku Faro’idh,
sehingga membuat penulis cinta untuk belajar Falak.
Abah dan Umiku tercinta (H. Sujadi dan Hj. Katik Atun),
terimakasih berat atas doa dan dukungan yang diberikan
selama ini.
Mbahku Suntamah, mbakku Hj. Sriwahyuni, dan
keponakanku Sinta Rahmawati, semoga Allah swt. Selalu
memberikan anugrah yang tiada henti kepada mereka.
Teman-teman “Together’08”, Jabal Uhud Fondation,
Seluruh Keluarga Mahasiswa Pelajar Pati (KMPP), CSS
Mora IAIN Walisongo Semarang, dan semua orang yang
sudah, sedang, dan akan bertemu dengan penulis.
DEKLARASI
Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, penulis
menyatakan bahwa skripsi ini tidak berisi materi yang pernah
ditulis orang lain atau diterbitkan. Demikian juga skripsi ini
tidak berisi pikiran orang lain, kecuali informasi yang
terdapat dalam refrensi yang dijadikan bahan rujukan.
Semarang, 13 Juni 2012
Deklarator,
Purwanto
082111093
Abstrak
Waktu kelahiran Nabi Muhammad saw. atau biasa disebut dengan
maulid al-Nabi, bagi warga Nahdhiyyin adalah momen yang sangat dimuliakan.
Sebagai ekspresi rasa cinta mereka kepada Nabi saw., pada tanggal 12 R. Awal
setiap tahunnya dilakukan tradisi maulidan untuk memperingati kelahiran beliau.
Secara umum, sudah diketahui bahwa Nabi saw. lahir pada tanggal tersebut.
Namun, pada perkembangannya ada seorang ahli Falak yang bernama Noor
Ahmad, yang mempunyai pandangan berbeda mengenai waktu kelahiran Nabi
saw. KH. Noor Ahmad berpendapat bahwa Nabi saw. tidaklah lahir pada tanggal
12 R. Awal Tahun Gajah, akan tetapi jatuh pada tanggal 10 R. Awal Tahun Gajah
(-53 H). Berdasarkan perbedaan ini, penulis tertarik untuk menelusuri dan
menganalisa hisab yang dilakukan oleh tokoh ini, serta mengetahui faktor-faktor
yang melatarbelakangi beliau untuk berpendapat seperti itu.
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan
menganalisa hisab KH. Noor Ahmad tentang waktu kelahiran Nabi Muhammad
saw. serta metode apa yang digunakan. Kemudian untuk mengetahui dan
menganalisa pendapat ulama tentang waktu kelahiran Nabi Muhammad saw. yang
jatuh pada hari Senin 12 R. Awal Tahun Gajah.
Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan (Library Research)
yang termasuk dalam jenis penelitian kualitatif. Data primer berupa kitab Nur al-
Anwar yang di dalamnya dijelaskan perhitungan kelahiran Nabi Muhammad saw.
Sedangkan data sekundernya berupa kitab-kitab yang membahas hisab kelahiran
Nabi saw. seperti Irsyad al-Murid, al-Taqawim, dan Rahmat li al-‘Alamin.
Kemudian dalam analisis penulis menggunakan deskriptif komparatif.
KH. Noor Ahmad dalam hisabnya terhadap waktu kelahiran Nabi
Muhammad saw. mendasarkan atas beberapa hal, yaitu: 1) Ijtima‟ jatuh pada hari
Jum‟at Legi 29 Shafar -53 H. (10 April 571 M) pukul 10: 58: 9 WM. (Waktu
Makkah). 2) Ketinggian Hilal saat Matahari terbenam pada hari tersebut sudah
mencapai lebih dari 2° dan mungkin untuk dirukyah. 3) Umur bulan dari Ijtima‟
sampai Hilal terbenam mencapai hampir 8 jam. Makanya tanggal 1 R. Awal -53
H. jatuh pada hari Sabtu Pahing tanggal 11 April 571 M. Kemudian dirunut dari
tanggal 1 R. Awal -53 H. sampai hari Senin kedua setelahnya, kelahiran Nabi saw.
jatuh pada hari Senin Legi 10 R. Awal -53 H. (20 April 571 M.), bukan tanggal 12
R. Awal.
Kata kunci: Kelahiran Nabi Muhammad saw., hisab, Noor Ahmad.
KATA PENGANTAR
Syukur dengan ucapan Alhamdulillah, penulis panjatkan kepada Allah
saw. atas anugrah yang berupa hidayah taufiqiyah dan inayah, sehingga penulis
bisa menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “Analisis terhadap Hisab KH.
Noor Ahmad tentang Kelahiran Nabi Muhammad saw. 10 R. Awal -53 H.”
dengan penuh kemudahan.
Shalawat dan salam sebanyak bintang di langit dan ikan di lautan,
penulis persembahkan kepada pujaan hati penulis, Nabi Muhammas saw. yang
telah menjadi inspirator penulis dalam mengarungi hidup ini, dan juga tak lupa
penulis sampaikan kepada ahlu bait beliau dan para sahabat.
Skripsi ini dapat terselesaikan, tak luput berkat doa dan bantuan orang
lain. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan rasa terimakasih kepada:
1. Kementrian Agama RI cq Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren atas
beasiswa yang telah diberikan selama menempuh perkuliahan di IAIN
Walisongo Semarang.
2. Rektor IAIN Walisongo Semarang, Prof. Dr. H. Muhibbin, M. Ag.
perjuangannya memikirkan kami dalam hal pendidikan selama penulis kuliah.
3. Dekan Fakultas Syari‟ah, Dr. H. Imam Yahya, M. Ag. beserta para stafnya
atas pelayanan dan fasilitas yang diberikan kepada kami dalam perkuliahan.
4. Kaprodi Konsentrasi Ilmu Falak, Dr. H. Arja Imroni, M. Ag. atas arahan dan
semangat kepada penulis dalam perkuliahan.
5. Pembimbing I, H. Abdul Ghofur, M. Ag. atas bimbingan kepada penulis
selama penulisan skripsi.
6. Pembimbing II, Ahmad Syifa‟ul Anam, S.H.I., M.H. atas masukan, motifasi,
dan bimbingan dalam menyelesaikan skripsi ini.
7. Pengasuh PP. Darul Falah Kudus, KH. Ahmad Basyir, atas bimbingan kepada
penulis secara ruhaniyah selama ini.
8. Guru idola penulis, Nor Muhlisin, S.Pd.I., atas semangat yang diberikan
kepada penulis dalam mencari ilmu, di mana pun tempatnya.
9. Kedua orang tua penulis, Sujadi dan Katik Atun, atas kucuran air mata
mereka untuk penulis dalam setiap malamnya.
10. KH. Noor Ahmad, dan putranya, Saiful Mujab, M.S.I, atas kesediaannya
untuk dikorek informasinya oleh penulis.
11. Keluarga besar PP. Daarun Najaah Semarang, terutama Abah Yai Siroj
Khudhori dan H. Ahmad Izzuddin, atas bimbingan mereka selama ini.
12. Sobat-sobat “Together‟08”, tanpa kalian apalah nikmatnya hidup ini.
Terutama buat Mr. Amar X, atas kerja samanya selama menulis skripsi.
13. Teman-teman satu kamar, “Jabal Uhud Fondation”, atas senyum kalian yang
membuat penulis krasan di kamar.
14. Keluarga besar CSS Mora IAIN Semarang, atas kontribusinya dalam belajar
berorganisaai.
15. Mbahku, Suntamah, mbakku Sri Wahyuni, dan keponakanku, Sinta
Rahmawati, atas dukungan kepada penulis untuk selalu belajar dan belajar
sampai kapan pun.
16. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam proses penulisan skripsi,
yang tidak disebut namanya.
Penulis sadari, bahwa skripsi ini jauh sekali dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, jika para pembaca menemukan kesalahan, hendaknya bersedia
membenarkannya dan disampaikan kepada penulis.
Akhirnya, semoga skripsi ini membawa keberkahan penulis dan para
pembaca yang sudah penulis kenal, sedang penulis kenal, dan yang akan penulis
kenal.
Semarang, 13 Juni 2012 M.
Penulis,
Purwanto
NIM. 082111093
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... ii
HALAMAN NOTA PEMBIMBING ............................................................ iii
HALAMAN MOTTO ................................................................................... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................... v
HALAMAN DEKLARASI ........................................................................... vi
HALAMAN ABSTRAK ................................................................................ vii
HALAMAN KATA PENGANTAR .............................................................. viii
HALAMAN DAFTAR ISI ............................................................................. xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ........................................................ 1
B. Rumusan Masalah ................................................................. 11
C. Tujuan Penelitian ................................................................... 11
D. Telaah Pustaka ....................................................................... 12
E. Metodologi Penelitian ........................................................... 16
F. Sistematika Penulisan ............................................................ 17
BAB II TINJAUAN UMUM WAKTU KELAHIRAN NABI
MUHAMMAD SAW. DAN KONVERSI TAHUN
A. Waktu Kelahiran Nabi Muhammad saw ................................ 19
1. Garis Nasab Nabi Muhammad saw ................................... 19
2. Waktu Kelahiran Nabi Muhammad saw ........................... 21
B. Konversi Tahun (Tahwil al-Sanah) ....................................... 32
1. Konversi Sistem Klasik .................................................... 33
2. Konversi Sistem Kontemporer .......................................... 35
BAB III HISAB KH. NOOR AHMAD TENTANG KELAHIRAN NABI
MUHAMMAD SAW.
A. Biografi KH. Noor Ahmad .................................................... 39
1. Perjalanan Intelektual ...................................................... 39
2. Belajar kepada Syekh Yasin bin Isa al-Fadani al-Makki 41
3. Karya-kaya Ilmiah ........................................................... 42
B. Hisab KH. Noor Ahmad tentang Waktu Kelahiran Nabi
Muhammad saw ................................................................... 44
1. Pendapat KH. Noor Ahmad tentang Waktu Kelahiran Nabi
Muhammad saw ............................................................. 44
2. Hisab KH. Noor Ahmad tentang Waktu Kelahiran Nabi
Muhammad saw .............................................................. 46
BAB IV ANALISIS HISAB KH. NOOR AHMAD TENTANG WAKTU
KELAHIRAN NABI MUHAMMAD SAW.
A. Analisis terhadap Hisab KH. Noor Ahmad terkait Waktu
Kelahiran Nabi Muhammad saw. 10 R. Awal -53 H (20 April
571 M) .................................................................................. 56
1 . Markaz.............................................................................. 56
2 . Konversi ........................................................................... 58
3 . Ijtima‟ ............................................................................... 61
4 . Hasil Hisab ....................................................................... 64
B. Analisis terhadap Berbagai Pendapat Ulama tentang Waktu
Kelahiran Nabi Muhammad saw ........................................... 67
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .......................................................................... 71
B. Saran-Saran ........................................................................... 72
C. Penutup ................................................................................. 72
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT PENULIS
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Nabi Muhammad saw. adalah Nabi yang diutus sebagai penutup
risalah para Nabi sebelumnya. Beliau adalah manusia paling mulia dan utama
yang pernah ada di bumi ini. Sebelum beliau dilahirkan, di sebutkan bahwa
nanti di akhir zaman akan diutus seorang Nabi yang dilahirkan di Makkah,
hijrahnya ke Madinah dan mempunyai kekuasaan di Negeri Syam, yaitu
Muhammad saw4. Ketika beliau lahir, banyak kejadian-kejadian aneh namun
istimewa yang menjadi tanda bahwa bayi yang dilahirkan akan menjadi
rahmat bagi seluruh alam. Seperti halnya bintang-bintang yang
bergemerlapan dan seakan mendekat ke bumi untuk menyabut kelahiran
manusia paling mulia ini5. Selain itu, cahaya berkilauan yang memancar saat
kelahiran beliau ke daerah Bushra di Syam. Yang mana daerah ini adalah
daerah yang pertama kali yang akan mengalami perkembangan Islam di
Negeri Syam6. Serta masih banyak hal istimewa yang terjadi pada saat
kelahiran beliau yang menunjukkan betapa mulia kedudukannya di sisi Allah
swt.
4 Abd al-Rahman al-Syaibani, Maulid al-Diba’, Semarang: Karya Thaha Putra, 2008, h.
12. Lihat juga Muhammad „Alawi al-Hasani, Mukhtashar fi al-Sirah al-Nabawiyah, Tuban: al-
Mishbah, 2007, h. 20. Yang menyatakan bahwa pernyataan di atas bersumber dari Ka‟ab al-
Akhbar yang diriwayatkan oleh al-Darimi, Ibnu Sa‟ad, Ibnu Asakir, Abu Na‟im, al-Baihaqi dan al-
Jauzi. 5 Muhammad Nawawi al-Bantani, Madarij al-Shu’ud ila Iktisab al-Burud, Surabaya: Dar
Ihya‟ al-Kutub al-Arabiyah, 2001, h. 18. 6 Ibid.
Adapun mengenai waktu kelahiran manusia paling utama ini,
terdapat berbagai pandangan dari para sejarawan dalam menentukannya.
Namun, pendapat yang sering disampaikan bahwa Nabi Muhammad saw.
dilahirkan pada hari Senin 20 April 571 M7.
Mengenai kelahiran Nabi saw. tahun 571 M ini bersumber dari
riwayat Ibnu „Amid yang redaksinya sebagai berikut:
حسا ثغ اثبخ ػط أ٠ضب الث اؼ١س ف رزصط ازبض٠د أضز
١الز٠خ 975 فبر وبذ ف ؼخ أشطا ح١ث أ بد وؽط ألذ
١8الز٠خ 975فزى الزح اج ؼخ .
Artinya: “Telah sampai juga riwayatnya Ibnu „Amid dalam kitab Mukhtashar
al-Tarikh bahwa Nabi Muhammad saw. telah berumur delapan
tahun ketika Raja Kisra Anusyarwan wafat, yaitu pada tahun 579
M. Oleh karenanya kelahiran Nabi jatuh pada tahun 571 M”.
Sedangkan 20 April ini bersumber dari riwayat Imam Syams al-
Din bin Salim dalam kitab al-Jafr al-Kabir, sebagai berikut:
اج س ف شط ضث١غ االي ف اؼشط٠ ١ؽب ػب اف١ ألس صح
9 شطاأف ػس وؽط .
Artinya: “Sungguh benar bahwa Nabi saw. lahir pada bulan R. Awal pada
20 Nisan-nya Tahun Gajah dan pada masa kekuasaan Raja Kisra
Anusyarwan”.
Pada riwayat tersebut dijelaskan bahwa Nabi saw. lahir pada 20
bulan Nisan. Adapun bulan Nisan ini merupakan nama salah satu bulan dari
7 Muhammad Fiyadh, al-Taqawim, Mesir: Nahdhah Mishr, 2003, h. 177. Lihat juga Lihat
juga Ahmad Syalbi, Mausu’at al-Tarikh al-Islami wa al-Hadharah al-Islamiyah, Mesir: al-
Nahdhah al-Mishriyah, 1978, h. 184. Lihat juga Thaha Mahsun, Tarikh Nabi Muhammad saw.,
Surabaya: Percetakan Kitab Salim bin Nabhan, 2011, h. 8. Lihat juga Shafi al-Rahman al-
Mubarakfuri, al-Rahiq al-Mahtum, Yogyakarta: Pustaka al-Kautsar, 1989, h. 75. 8Muhammad Fiyadh, op.cit. h. 175.
9 Ibid. h. 175.
Kalender Suryani, yang dalam Kalender Masehi sama dengan bulan April10
.
Oleh karena itu ditetapkan bahwa Nabi saw. lahir pada 20 April 571 M.
Pendapat ini dikuatkan oleh Syekh al-Khudhari yang mengutip
pendapatnya sejarawan Mahmud Basya, sebagai berikut:
حز ثبشب افى لس حمك ربض٠د س اطؼي أشوط اش١د ارضط
975ثط٠ أ 02ف صج١حخ ٠ االث١ ازبؼغ شط ضث١غ االي اافك
١11الز٠خ.
Artinya: “Syekh al-Khudhari menyebutkan bahwa ahli Falak Mahmud Basya
telah meneliti tentang kelahiran Rasul yang jatuh pada pagi hari
Senin 9 R. Awal yang bertepatan dengan 20 April 571 M”.
Riwayat ini menyatakan bahwa kelahiran Nabi saw. jatuh pada 9
R. Awal yang bertepatan dengan 20 April 571 M, namun dalam terusan
pernyataan Syekh al-Khudhari ini terdapat pendapat lain yang diampaikan
oleh Ibnu Faris al-Razi bahwa 20 April 571 M tersebut bukanlah bertepatan
dengan 9 R. Awal, akan tetapi bertepatan dengan 10 R. Awal. Adapun
redaksinya seperti berikut:
اطؼي س ٠ االث١ ؼشط ١بي أبن ضا الث فبضغ اطاظ ٠مي
. 12ذذ ضث١غ االي
Artinya: “Pada 20 April 571 M tersebut terdapat pendapat yang disampaikan
oleh Ibnu Faris al-Razi bahwa Rasul lahir pada hari Senin pada 10
R. Awal”.
Dari kedua pendapat di atas, dapat dipahami bahwa satu tanggal
dalam Kalender Masehi, yang dalam hal ini 20 April 571 M, bisa mempunyai
10 Ibid. h. 177. 11
Abd al-Rahman al-Khayyath, Maulid al-Nabi saw., Kairo: Dar al-Afaq al-Arabiah,
2003, h. 58. 12
Ibid.
dua tanggal dari Kalender Hijriyah, yakni 9 dan 10 R. Awal. Hal seperti ini
kiranya wajar karena dalam Kalender Hijriyah terdapat lebih dari satu sistim,
ada yang menggunakan sistem Urfi, ada pula yang menggunakan sistem
Istilahi dan ada yang menggunakan sistem Haqiqi bi al-Tahqiq. Di samping
itu, dalam penentuan awal bulan Kamariah sendiri tergantung siapa yang
memperhitungkannya. Seperti kasus penetapan awal bulan Syawal tahun lalu,
yakni 1432 H. Pemerintah menetapkan 1 Syawal 1432 H. harus dengan
istikmal (menyempurnakan hitungan hari bulan Ramadhan 30 hari) karena
pada hari Senin Wage 29 Ramadhan 1432 H. atau 29 Agustus 2011 M
ketinggian Hilal masih di bawah 2° serta rukyah menurut mereka dinyatakan
gagal. Makanya 1 Syawal ditetapkan jatuh pada hari Rabu Legi 31 Agustus
2011 M.
Namun menurut ahli Falak Jepara, yakni KH. Noor Ahmad,
meskipun pada 29 Ramadhan 1432 H. Hilal masih di bawah 2° akan tetapi
beliau bertendensi pada hasil rukyah di pantai Kartini Jepara oleh putranya
yang bernama Saiful Mujab, yang dianggap berhasil, maka hari Selasa
Kliwon 30 Agustus 2011 M ditetapkan sebagai 1 Syawal 1432 H. Karena,
lanjut beliau, Rukyah itu lebih dimenangkan dari pada hasil Hisab
berdasarkan keterangan Hadits Nabi saw13
.
Adapun Hadis tersebut ialah, sebagai berikut:
13
Wawancara dengan KH. Noor Ahmad, 1 Mei 2012 M. di kediaman beliau, Kriyan,
Pecangaan, Jepara.
ضؼي هللا ص هللا ػ١ ؼ لبي: أػ ػجسهللا ث ػط ضض هللا ػب
غ ػ١ى فبوا ءاشط رؽغ ػشط ٠ب فال رصا حز رط. فب
14اؼسح ثالث١.
Artinya: “Dari Abdullah bin Umar ra. Rasulallah saw. bersabda: Satu bulan
itu ada 29 hari. Makanya kamu semua jangan berpuasa sampai
melihat Hilal. Bila tidak bisa melihatnya, maka sempurnakanlah
hitungan bulan menjadi 30 hari”.
Dari kasus penetapan awal bulan Syawal 1432 H di atas, dapat
difahami bahwa 30 Agustus 2011 M mempunyai dua tanggal dalam kelender
Hijriyah, yakni menurut pemerintah saat tersebut bertepatan dengan 30
Ramadhan 1432 H berdasarkan istikmal. Sedangkan menurut KH. Noor
Ahmad, bertepatan dengan 1 Syawal 1432 H karena menurut beliau rukyah
berhasil pada hari sebelumnya. Dari sini sangat mungkin sekali jika 20 April
571 M ditetapkan sebagai 9 atau 10 R. Awal.
Adapun mengenai hari Senin ini adalah acuan dalam menentukan
waktu kelahiran Nabi Muhammad saw. Hal ini disebabkan beliau pernah
menyatakan dalam Hadis yang diriwayatkan oleh sahabat Qatadah
bahwasanya beliau lahir pada hari Senin. Hadis tersebut ialah sebagai berikut:
ضؼي هللا ص هللا ػ١ ؼ ؼئ ػ ٠ أػ لزبزح ضض هللا ػ
15االث١, فمبي: شه ٠ سد ف١.
Artinya: “Dari Qatadah ra. bahwasanya Rasulullah saw. pernah ditanya
prihal hari Senin. Beliau menjawab: hari Senin itu adalah hari di
mana aku dilahirkan.”
14
Zain al-Din al-Zubaidi, Mukhtashar Shahih Bukhari, al-Tajrid al-Sharih li Ahadits
Jami’ al-Shahih, Surabaya: al-Hidayah, h. 122. (tanpa Tahun). 15
Muhammad Fiyadh, loc.cit.
Terdapat Hadis terkait lainnya dari ayahnya sahabat Qatadah,
namun dengan redaksi yang agak berbeda. Yang mana Hadits ini
diriwayatkan oleh Imam Muslim dengan redaksi sebagai berikut:
ػطث ضؼي هللا ص هللا ػ١ ؼ أث لزبزح االصبض : ؼئ ألبي
ح أ: ب رمي ف ص ٠ االث١ ؟ لبي: شه ٠ سد ف١ ف١ فمبي
16.ذطج ؽ(أ. )ءا
Artinya: “Abu Qatadah al-Anshari berkata: Seorang a‟rabi bertanya kepada
Rasulullah saw., bagaimana pendapatmu (Rasul) tentang puasa hari
Senin? Rasul menjawab: hari tersebut adalah hari aku dilahirkan
dan hari diturunkan wahyu kepadaku.” (HR. Muslim).
Dalam riwayat yang lain, menyatakan bahwa hari Senin bukan
merupakan hari kelahiran Nabi dan diturunkan wahyu saja, tapi hari tersebut
juga merupakan hari di mana Rasulullah diangkat jadi Nabi dan hari Hijrah
beliau. Hal tersebut terekam dalam riwayat sebagai berikut:
اج ؼئ ػ ٠ االث١, فمبي: صا ٠ أجبء ف وزبة االضشبز ج١ط
18ف١, بجطد ف١ 17عي ػأسد ف١, ثؼثذ ف١, .
Artinya: “Di dalam kitab al-Irsyad karya al-Biruni dinyatakan bahwa Nabi
pernah ditanya prihal hari Senin. Beliau menjawab: hari Senin itu
adalah hari kelahiranku, hari aku diangkat menjadi Nabi, hari
diturunkan wahyu kepadaku dan hari aku berhijrah.”
Dari sekian riwayat di atas, tidak diragukan lagi kalau Nabi
Muhammad saw. di lahirkan pada hari Senin, karena hal tersebut bersumber
langsung dari beliau yang tidak mungkin punya sifat bohong. Kemudian
timbullah pertanyaan, jika Nabi lahir pada 20 April 571 M, maka bertepatan
16
Muhammad al-Dzahabi, al-Sirah al-Nabawiyah, Beirut: Dar al-Kutub al-„Ilmiah, 1988,
h. 7. 17
فيه -اي القران -وانزل علي taqdir kalimat ini adalah ,وانزل علي فيه . Lihat Abu Ja‟far al-
Thabari, “Tarikh al-Rusul wa al-Muluk”, h. 293. dalam Abd al-Rahman al-Khayyath, op.cit. h. 59. 18
Muhammad Fiyadh, loc. cit.
pada tanggal, bulan dan tahun berapakah dalam Kalender Hijriyahnya?.
Untuk menjawab pertanyaan penting ini, ulama banyak yang berijtihad dalam
menentukannya. Namun pendapat yang populer ialah Nabi saw. lahir pada 12
Mulud/ R. Awal Tahun Gajah19
. Bahkan pendapat ini tergolong pendapat
yang kuat/ unggul (rajih)20
.
Di antara pendapat yang menjelaskan hal ini adalah yang
disampaikan oleh Sayyid Ja‟far bin Hasan dalam kitab Maulid al-Barzanji.
Adapun redaksinya adalah sebagai berikut:
لاي ؼبء ط٠خ. أاذزف ف ػب الزر ف شطب ف ٠ب ػ
اطاجح اء
ب لج١ فجط ٠ االث١ ثب ػشط شط ضث١غ االي ػب
21اف١ اص صس هللا ػ احط حب.
Artinya: “Ada perbedaan pendapat mengenai tahun kelahirannya, bulan dan
harinya berdasarkan pendapat-pendapat yang diriwayatkan ulama.
Tapi pendapat yang unggul menyebutkan bahwa kelahirannya
menjelang fajar hari Senin 12 R. Awal Tahun Gajah, kala itu Allah
mencegah gajah untuk sampai ke Ka‟bah dan Dia menjaganya.”
Riwayat ini diperkuat dengan realita yang ada di masyarakat
terutama warga Nahdhiyyin yang melakukan perayaan maulid Nabi
Muhammad saw. pada 12 R. Awal pada setiap tahunnya. Hal ini secara
langsung merupakan kesepakatan sosial di antara mereka. Karena pada
19
Sayyid Ja‟far bin Hasan al-Barzanji, Maulid al-Barzanji, Langitan: Percetakan PP.
Langitan, 1992, h. 144. Lihat juga Thaha Mahsun, loc.cit. Lihat juga Muhammad Nawawi al
Bantani, op.cit. h. 21. Lihat juga Muhammad Ridha, Muhammad Rosulullah saw., Beirut: Dar al-
Kutub al-„Ilmiyah, 2010, h. 12. Lihat juga Abu Hasan Ali al-Hasani al-Nadwi, Sirah Nabawiyah,
Muhammad Halabi Hamdi, “Sejarah Lengkap Nabi Muhammad saw.”, Terj. Yogyakarta:
Mardhiyah Press, 2001, h. 97. Lihat juga Ahmad Syalbi, loc.cit. 20
Pendapat rajih adalah pendapat yang kuat/ unggul namun secara tidak langsung
menunjukkan adanya khilaf di kalangan ulama. Lihat Tim penyusun (alumni kelas 3 Aliyah
angkatan 1997), Mengenal Istilah dan Rumus Fuqoha”, cet. 2, Kediri: PP. Lirboyo, 2002, h. 21. 21
Sayyid Ja‟far bin Hasan al-Barzanji, loc.cit.
kenyataannya belum ada gerakan penolakan maulid dirayakan pada tanggal
tersebut.
Penulis memandang, hal ini dilatarbelakangi oleh beberapa hal, di
antaranya ialah:
a. Kecintaan warga Nahdhiyyin kepada Nabi Muhammad Saw. yang
diekspresikan dengan tradisi maulidan.
b. Salah satu kitab maulid yang mereka baca menjelaskan tentang waktu
kelahiran Nabi saw. yang jatuh pada 12 R. Awal Tahun Gajah.
c. Pendapat 12 R. Awal ini yang dianggap sebagai pendapat yang kuat.
Selanjutnya, di tengah-tengah kesepakatan sosial tersebut terdapat
pemikiran yang agak berbeda dari seorang ahli Falak kenamaan tentang
waktu kelahiran Nabi Muhammad saw. yaitu, KH. Noor Ahmad yang berasal
dari Jepara. Beliau memperhitungkan waktu kelahiran Nabi saw. tidak jatuh
12 R. Awal Tahun Gajah, akan tetapi menurut beliau Nabi saw. lahir pada 10
R. Awal Tahun Gajah (-53 H) 22
. yang bertepatan dengan hari Senin Legi.
Hasil perhitungan ini menurut beliau tergolong Haqiqi bi al-
Tahqiq, sebagaimana yang telah dituangkan dalam karya monumentalnya
dalam Ilmu Falak yang bernama Nur al-Anwar. Kitab ini tergolong Haqiqi
bi al-Tahqiq karena dalam perhitungannya menggunakan data astronomis
yang diolah dengan spherical trigonometri (ilmu ukur segi tiga bola)
dengan koreksi-koreksi gerak Bulan maupun Matahari yang teliti.
Dalam menyelesaikan perhitungannya digunakan alat-alat bantu
22
Menurut KH. Noor Ahmad tahun -53 H ini bertepatan dengan Tahun Gajah.
Wawancara dengan KH. Noor Ahmad, loc.cit.
elektronik misalnya kalkulator ataupun komputer, serta dapat pula
diselesaikan dengan menggunakan daftar logaritma maupun dengan
menggunakan Rubu' Mujayyab23
(kuadran).
Dalam menghitung ketinggian Hilal, sistem hisab ini
memperhatikan posisi observer (Lintang Tempat dan Bujur Tempat),
Deklinasi Matahari, Deklinasi Bulan dan, Besar Cahaya Bulan.
Hisab ini juga mampu memberikan informasi tentang waktu
terbenamnya Matahari maupun Ijtima', ketinggian Hilal ketika Matahari
terbenam, Azimuth Matahari maupun Bulan untuk suatu tempat observasi.
Berdasarkan perbedaan yang ditunjukkan oleh KH. Noor Ahmad
dalam menentukan waktu kelahiran Nabi Muhammad saw. di atas, maka
penulis tertarik untuk untuk mengkaji pemikiran hisab beliau. Ini kiranya
menarik karena beliau adalah salah satu ahli Falak Indonesia yang tidak
diragukan lagi kemampuannya dalam bidang Ilmu Falak. Beliau lahir di
Jepara pada hari Kamis Kliwon 14 Desember 1932 M/ 19 Rajab 1351 H.
Pendidikan pesantren yang pernah dirasakannya antara lain di Tebu Ireng
Jombang, Langitan, dan Lasem. Selain itu beliau juga pernah merasakan
pendidikan formal di Madrasah Tasywiq al-Thullab Salafiah (TBS) Kudus di
bawah bimbingan KH. Turaichan Adjhuri asy-Syarofi24
.
23
Rubu' Mujayyab adalah suatu alat hitung yang berbentuk seperempat lingkaran untuk
hitungan goneometris. Lihat dalam Muhyidin Khazin, Kamus Ilmu Falak, Yogyakarta: Buana
Pustaka, 2005, h. 69. 24
Kata asy-Syarofi ini ditulis demikian karena disesuaikan dengan nama beliau di hasil
hisab Almanak Menara Kudus 2008 M.
Guru-gurunya dalam bidang Falak antara lain ialah KH. Rif‟an25
Kudus, KH. Turaichan Adjhuri asy-Syarofi26
Kudus, KH. Abdul Jalil27
(guru
dari KH. Turaichan Adjhuri), KH Zubair Umar al-Jailani (pengarang Kitab
al-Khulashah al-Wafiyah28
) Salatiga, Syekh Yasin bin Isa al-Fadani29
Makkah, dan KH. Misbahul Munir Magelang. 30
Selain itu beliau telah menelurkan beberapa karya yang tersebar di
Indonesia. Karya-karya tersebut ialah Syawariq al-Anwar (2 jilid), keduanya
menjelaskan hisab arah Kiblat dan Waktu Shalat, bedanya jilid pertama
menggunakan daftar derajat Logaritma sementara jilid yang kedua
menggunakan rumus segitiga bola dengan alat bantu kalkulator. Syams al-
Hilal (2 jilid), jilid pertama menjelaskan tentang hisab Urfi (Jawa Islam),
hisab Istilahi, serta konversi tanggal dari Hijriyah ke Masehi dan sebaliknya.
Sedangkan dalam jilid kedua dijelaskan perhitungan taqribi awal bulan
Kamariah, Gerhana Bulan dan Gerhana Matahari. Selanjutnya karya pertama
25
KH. Rif‟an ini diakui oleh KH. Noor Ahmad, bahwa beliau dalam bidang Ilmu Falak
lebih jago dari pada gurunya, KH. Turaichan Adjhuri asy-Syarofi. Sayangnya dalam Ilmu ini KH.
Rif‟an tidak mempunyai karya. 26
Nama Turaichan Adjhuri ass-Syarofi ini biasanya disingkat oleh Mbah Toor (sapaan
akrab KH. Turaichan) dengan kata “TADJUSSYAROF”. Lihat di keterangan hasil hisab Almanak
Menara Kudus 2008 M, yang sekarang diteruskan oleh putra beliau yang bernama Sirril Wafa
(salah satu ahli Falak PBNU, sekarang). Kemudian dalam Almanak tersebut dicantumkan nama
penghisab “IBNU TADJUSSYAROF”. 27
Pengarang kitab Falak, Fath al-Rauf al-Mannan, yang menjelaskan hisab awal Bulan
Kamariah sistem taqribi, begitu juga hisab gerhana Bulan dan Matahari. 28
Kitab al-Khulashah al-Wafiyah ini merupakan salah satu kitab acuan KH. Noor Ahmad
dalam menyusun kitab Nur al-Anwar. Adapun kitab Falak lainnya yang dijadikan acuan ialah,
Badi’at al-Mitsal (karya KH. Muhammad Ma‟shum bin Ali, Jombang) dan Matla’ al-Sa’id (karya
Syekh Husain, Mesir). 29
Mbah Noor belajar Falak dengan Syekh Yasin al-Fadani cuma dalam kurun tiga hari
saja. Adapun kitab yang dijadikan pembelajaran ialah kitab Matla’ al-Sa’id. Dalam waktu tiga hari
ini Mbah Noor dianggap oleh Syekh Yasin sudah mumpuni dan sudah bisa mengembangkan
sendiri. 30
Hasil wawancara berkala dengan putra KH. Noor Ahmad yang bernama Saiful Mujab
12, 13 dan 20 April 2012 M di PP. Daarun Najaah Jrakah, Tugu Semarang. dan 30 April – 1 Mei
2012 M di kediaman beliau, Kriyan, Pecangaan, Jepara.
beliau yang tergolong Haqiqi bi al-Tahqiq, yaitu Taufiq al-Rahman. Kitab ini
menjelaskan hisab awal bulan Kamariah, Gerhana Bulan dan Matahari.
Namun kitab ini telah dibekukan seiring disusunnya karya monumental beliau
yang bernama Nur al-Anwar. Kitab Nur al-Anwar ini merupakan karya kedua
beliau dalam katagori Hisab Haqiqi bi al-Tahqiq. Di dalamnya dijelaskan
tentang hisab Hakiki bi al-Tahqiq awal bulan Kamariah, Gerhana Bulan dan
Gerhana Matahari.
Dari pemaparan masalah di atas penulis tertarik untuk melakukan
penelitian lebih lanjut terhadap “hisab KH. Noor Ahmad tentang waktu
kelahiran Nabi Muhammad saw. yang jatuh pada 10 R. Awal -53 H” Yang
terlihat berbeda dengan pendapat yang sering disampaikan secara umum,
yakni 12 R. Awal Tahun Gajah.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah
yang akan penulis angkat adalah:
1. Bagaimana hisab KH. Noor Ahmad tentang waktu kelahiran Nabi
Muhammad saw. yang jatuh pada hari Senin Legi 10 R. Awal -53 H (20
April 571 M) dan apa saja faktor yang melatarbelakanginya?
2. Bagaimana eksistensi pendapat ulama tentang waktu kelahiran Nabi
Muhammad saw. yang jatuh pada hari Senin 12 R. Awal Tahun Gajah?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelisan yang ingin dicapai dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui dan menganalisa hisab KH. Noor Ahmad tentang waktu
kelahiran Nabi Muhammad saw.
2. Untuk mengetahui dan menganalisa pendapat ulama mengenai waktu
kelahiran Nabi Muhammad saw. yang jatuh pada hari Senin 12 R. Awal
Tahun Gajah.
D. Telaah Pustaka
Ada beberapa jenis tulisan yang membahas tentang pemikiran
Falak KH. Noor Ahmad, di antaranya ialah tulisan mengenai Hisab Awal
Bulan Sistim Nurul Anwar31
. Tulisan ini berbentuk makalah yang ditulis oleh
Sofianasma di dalam Blognya. Dalam makalah tersebut, yang menjadi objek
kajian ialah kitab Nur al-Anwar karya KH. Noor Ahmad. Isinya menjelaskan
istilah-istilah yang ada di dalam kitab Nur al-Anwar. Selain itu dijelaskan
pula langkah-langkah penting dalam perhitungan awal bulan Kamariah.
Kemudian disebutkan beberapa kelebihan dari kitab ini, yakni:
- Sistem penggarapannya tidak lagi menggunakan buruj, melainkan dengan
derajat.
- Alat pembantunya menggunakan kalkulator atau komputer.
- Proses pemahamannya sangat mudah dan simple.
- Dapat menentukan posisi kedudukan Matahari, Bulan, Gerhana Bulan dan
Matahari, kapanpun dan dimanapun bersifat internasional.
- Data-datanya sangat tepat dan akurat.
31
http://sofianasma.wordpress.com/2011/04/30/hisab-awal-bulan-sistem-nurul-anwar/,
diakses pada 5 Mei 2012 M pukul 22:25 WIB.
Taqwim Hijriyah Menurut Kitab Nurul Anwar: Sistem
Penanggalan Islam Berdasarkan Hisab Haqiqi bit Tahqiq32
. Tulisan ini
merupakan hasil penelitian yang dilakukan mahasiswa Paska Sarjana IAIN
Walisongo Semarang yang bernama Jayusman terhadap kitab Nur al-Anwar
karya KH. Noor Ahmad. Di dalamnya dijelaskan mengenai sejarah
penanggalan Hijriah, sekilas tentang kitab Nur al-Anwar serta konsep-konsep
dasar yang ada di dalamnya dan juga disinggung tentang konsep penanggalan
menurut kitab ini. Tulisan ini sangat berguna bagi penulis sebagai rujukan
mengenai konsep-konsep dasarnya maupun sejarah mengenai Nur al-Anwar.
Studi Analisis Hisab Arah Kiblat Dalam Kitab Syawariq al-
Anwar33
. Tulisan ini berbentuk skripsi yang ditulis oleh mahasiswi Prodi
Konsentrasi Ilmu Falak IAIN Walisongo Semarang angkatan 2007 yang
bernama Sri Hidayati. Dalam skripsi ini, disimpulkan bahwa bahwa metode
penentuan arah Kiblat KH. Noor Ahmad dalam kitab Syawariq al-Anwar
tidak begitu berbeda dengan metode-metode yang terdapat dalam buku-buku
kontemporer, yakni menggunakan rumus spherical trigonometri. Hasil dari
perhitungan arah Kiblat menggunakan kitab ini menunjukkan selisih dengan
perhitungan metode kontemporer sekitar 0° 01‟ 08”. Namun demikian,
perbedaan tersebut tidak begitu signifikan. Sehingga menurut Sri Hidayati
hisab arah Kiblat dalam kitab Syawariq al-Anwar karya KH. Noor Ahmad
32
http://jayusman.blog.iainlampung.ac.id/?p=67, diakses pada 5 Mei 2012 M pukul 22:35
WIB. 33
Sri Hidayati, Studi Analisis Hisab Arah Kiblat dalam Kitab Syawaariqul Anwaar,
Skripsi sarjana Fakultas Syari‟ah IAIN Walisongo Semarang, 2011, td.
masih dapat digunakan sebagai bahan rujukan dalam perhitungan arah kiblat
pada masa sekarang.
Studi Analisis Metode Penentuan Awal Waktu Salat Dengan Jam
Istiwa’ Dalam Kitab Syawariq al-Anwar34
. Tulisan ini berbentuk skripsi yang
ditulis oleh Musyaiyadah, mahasiswi Prodi Konsentrasi Ilmu Falak angkatan
2007. Dia menyimpulkan bahwa metode penentuan awal waktu shalat dengan
jam istiwa’ dalam kitab Syawariq al-Anwar menggunakan rumus
ikhtilaf/ittifaq yang perhitungannya menggunakan prinsip logaritma yang
selalu bernilai positif, dan untuk membedakan pemakaian rumus dalam
perhitungan dapat dilihat dari nilai negatif/positif pada data-datanya (Lintang
dan Deklinasi). Data yang diperlukan adalah Lintang Tempat dan Deklinasi
Matahari, karena waktu hakiki dalam kitab ini tidak dikonversi ke waktu
daerah. Jika waktu ini dikonversi ke waktu daerah maka diperlukan data-data
lainnya (Bujur, Perata Waktu dan Kerendahan Ufuk).
Selain tulisan di atas, ada beberapa tulisan yang tidak membahas
tentang pemikiran KH. Noor Ahmad mengenai kelahiran Nabi saw. akan
tetapi membahas langsung tentang sejarah dan perhitungan kelahiran Nabi
Muhammad saw. Tulisan-tulisan tersebut yang pertama ialah Irsyad al-
Murid35
. Tulisan ini merupakan salah satu kitab karya ahli falak Madura yang
bernama Ahmad Ghazali Muhammad Fathullah. Kitab ini berisi tentang
penjelasan Ilmu Falak dari segi hisab maupun fiqhnya. Adapun dari segi
34
Musyaiyadah, Studi Analisis Metode Penentuan Awal Waktu Salat dengan Jam Istiwa’
dalam Kitab Syawariq al-Anwar, Skripsi sarjana Fakultas Syari‟ah IAIN Walisongo Semarang,
2011, td. 35
Ahmad Ghazali Muhammad Fathullah, Irsyad al-Murid, Madura: Yayasan al-Nuriyah,
2009.
perhitungannya, kitab ini cukup lengkap karena mencakup perhitungan
mengenai arah Kiblat, Rasdul Kiblat, waktu Shalat, konversi Kalender
Hijriyah ke Kalender Masehi dan sebaliknya, awal bulan Kamariah, Gerhana
Bulan, dan Gerhana Matahari. Yang mana hisab dari kitab ini tergolong
dalam kelompok Haqiqi bi al-Tahqiq. Sedangkan dari segi fiqhnya mencakup
tentang arah Kiblat, seputar waktu Shalat, awal bulan, dan Gerhana. Selain
membahas perhitungan di atas, di dalamnya dijelaskan mengenai sejarah
mengenai Kalender Hijriyah dan Masehi. Kemudian dibahas tentang hisab
waktu kelahiran Nabi Muhammad saw.
Kedua, Al-Taqawim36
. Tulisan ini berbentuk sebuah kitab Falak
yang dikarang oleh Muhammad bin Muhammad Fiyadh. Dalam kitab ini
dijelaskan tentang beberapa hal, di antaranya ialah: a) Penjelasan tentang
beberapa sistem kalender yang digunakan zaman sekarang seperti Kalender
Masehi, Hijriyah, Qibthi, dan lain-lain. Serta dijelaskan pula sejarah dari
beberapa Kalender tadi dan contoh-contoh perhitungannya. b) Konversi dari
Kalender satu ke Kalender lainnya, misalnya Hijriyah ke Masehi dan
sebaliknya. c) Sejarah kelahiran Nabi Muhammad saw. serta perhitungannya
dengan metode Istilahi. d) Perhitungan hari raya Paskahnya umat Nasrani. e)
Kalender Arab sebelum Islam, dan f) perhitungan hari-hari perayaan Islam,
Kristen dan Yahudi.
36
Muhammad Fiyadh, al-Taqawim, Mesir: Nahdhah Mishr, 2003.
Dalam penulusuran, penulis belum menemukan tulisan yang
membahas secara khusus mengenai hisab KH. Noor Ahmad tentang waktu
kelahiran Nabi Muhammad saw. yang jatuh pada 10 R. Awal -53 H ini.
E. Metodologi Penelitian
1. Jenis dan Pendekatan Penelitian
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode kualitatif37
dengan menggunakan pendekatan komparatif. Penulis ingin mengetahui
pemikiran hisab KH. Noor Ahmad tentang waktu kelahiran Nabi
Muhammad saw. yang dituangkan dalam karya beliau, Nur al-Anwar,
serta membandingkannya dengan hasil hisab ini dengan hasil hisab
menggunakan metode kontemporer.
2. Sumber dan Jenis Data
Jenis data pada penelitian ini bersifat Library Research (Penelitian
Kepustakaan), yang di dalamnya terdapat dua sumber data, yakni primer
dan skunder. Dalam hal ini sumber data primernya ialah kitab Nur al-
Anwar yang di dalamnya dijelaskan perhitungan kelahiran Nabi
Muhammad saw. Sedangkan data sekundernya ialah kitab-kitab yang
membahas hisab kelahiran Nabi saw. seperti Irsyad al-Murid, dan al-
Taqawim.
3. Tehnik Pengumpulan Data
37
Analisis Kualitatif adalah bersifat induktif, yakni analisis berdasarkan data yang
diperoleh untuk selanjutnya dikembangkan menjadi hepotisis. Lihat dalam Sugiyono, Memahami
Penelitian Kualitatif, Bandung: Alfabeta, 2009, h. 89.
Dalam pengumpulan data dalam penelitian ini, tehnik yang akan
penulis gunakan antara lain38
:
a. Wawancara
Penulis akan melakukan wawancara langsung mengenai masalah
yang sedang diteliti dengan KH. Noor Ahmad serta dengan pihak lain
yang ahli di bidang ini.
b. Dokumentasi
Dokumentasi ini diperoleh dari data-data yang telah ada
sebelumnya berupa kitab-ktab karya KH. Noor Ahmad, buku-buku
Falak, hasil penelitian, artikel, tulisan dari internet dan data ilmiah
lainnya yang bersangkutan dengan penelitian.
4. Tehnik Analisa Data
Dalam hal ini, data penelitian yang telah diperoleh akan dilakukan
analisa dengan tehnik analisa data deskriptif komparatif yakni
menggambarkan terlebih dahulu pendapat ulama yang menyatakan bahwa
kelahiran Nabi saw. jatuh pada hari Senin 12 R. Awal Tahun Gajah. Serta
hisab KH. Noor Ahmad tentang waktu kelahiran Nabi Muhammad saw.
Kemudian dilakukan analisis dengan jalan mengkomparasikannya dengan
hasil hisab menggunakan metode kontemporer. Yang dalam hal ini penulis
akan menggunakan data Ephemeris Hisab Rukyah RI.
38
Tim Penyusun, Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah IAIN Walisongo
Semarang, Semarang: Fakultas Syari‟ah, 2010. h. 12-13.
F. Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah mempelajari dan memahami skripsi ini,
dalam penulisan akan dibagi menjadi lima bab yang diperjelas dengan sub
bab yang ada.
Bab I, merupakan bab pendahuluan yang meliputi latar belakang,
rumusan masalah, tujuan penelitian, telaah pustaka, metodologi penelitian,
dan sistematika penulisan.
Bab II, merupakan bab yang di dalamnya membahas tentang
tinjauan umum tentang tinjauan umum waktu kelahiran Nabi Muhammad
saw. dan konversi tahun (tahwil al-sanah).
Bab III, merupakan pembahasan tentang hisab KH. Noor Ahmad
tentang waktu kelahiran Nabi Muhammad saw. Yang meliputi dua sub bab,
yaitu: a) Biografi KH. Noor Ahmad, b) Hisab KH. Noor Ahmad terkait waktu
kelahiran Nabi Muhammad saw. 10 R. Awal -53 H.
Bab IV, merupakan bab analisis penulis terhadap hisab KH. Noor
Ahmad tentang kelahiran Nabi Muhammad saw. 10 R. Awal -53 H. dan
analisis terhadap berbagai pendapat ulama tentang kelahiran Nabi saw.
Bab V, merupakan bab penutup yang meliputi kesimpulan, saran,
dan penutup.
BAB II
TINJAUAN UMUM WAKTU KELAHIRAN NABI MUHAMMAD SAW.
DAN KONVERSI TAHUN
A. Waktu Kelahiran Nabi Muhammad saw.
1. Garis Nasab Nabi Muhammad saw.
Nabi Muhammad saw. adalah manusia yang telah dipilih Allah
swt. untuk menjadi pemimpin dari sekian bani Adam baik di dunia maupun
di akhirat. Kedudukan yang mulia ini merupakan anugrah bagi Nabi saw.
dan merupakan suatu nikmat yang besar bagi umatnya. Nabi yang mulia
ini merupakan hasil dari kebersamaan yang singkat antara dua insan
pilihan Allah swt. Mereka ialah Abdullah dan Aminah, yang tak lain kedua
orang tua Nabi Muhammad saw.
Abdullah bukanlah seperti orang kebanyakan. Garis keturunannya
jelas, yakni dia adalah putra Abdul Muththalib39
bin Hasyim40
bin Abdu
Manaf41
bin Qushai42
bin Kilab43
bin Murrah44
bin Ka‟ab45
bin Luaiy46
bin
39
Nama aslinya ialah Syaibah al-Hamd. Imam al-Muqaddasi berkata dalam kitab al-
Tabyin:”mengenai penamaan Abdul Muththalib ini, diceritakan bahwa bapaknya, Hasyim,
menikah dengan wanita dari bani Najjar. Kemudian Hasyim pergi ke Syam, namun sebelum
sampai, ia meninggal di daerah Ghaza. Pada waktu itu istrinya melahirkan anak laki-lakinya, yang
untuk selanjutnya anak ini dibesarkan di Madinah. Kemudian pamannya, Muththalib, mengetahui
keberadaannya. Setelah itu anak tersebut dibawanya ke Makkah. Setibanya di sana, penduduk
Makkah memanggil anak itu dengan “Abdul Muththalib” (hambasahaya Muththalib). untuk
selanjutnya panggilan tersebut digunakan sebagai nama anak tersebut”. Lihat Izzuddin Badruddin
bin Jamaah al-Kinani, al-Mukhtashar al-Kabir fi Sirah al-Rasul Sallallahu ‘Alaihi Wasallam,
Oman: Dar al-Basyir, 1993, h. 16. 40
Nama aslinya ialah „Amr al-„Ula. Ibid. 41
Nama aslinya al-Mughirah. Ia dikenal juga dengan Qamar al-Bathha’ (Bulannya Kota
Makkah). Manaf adalah nama berhala yang dipuja ketika itu. Ibid. 42
Nama aslinya Zaid, panggilannya Mujammi‟. Ibid. 43
Kata Kilab adalah bentuk jamak dari kata Kalb (anjing). Penamaan ini disebabkan
karena ayahnya mengharap ia akan memiliki keturunan yang banyak layaknya anjing yang
Ghalib bin Fihr47
bin Malik bin al-Nadhr48
bin Kinanah49
bin Khuzaimah50
bin Mudrikah51
bin Ilyas52
bin Mudhar53
bin Nizar54
bin Ma‟ad55
bin
Adnan sampai dengan Isma‟il as. bin Ibrahim as56
.
Ayahnya sebagaimana diketahui adalah Abdul Muththalib putra
Hasyim. Ibunya adalah Fathimah binti „Amr bin‟Aiz al-Makhzumiyah.
Sang ibu melahirkan buat suaminya, Abdul Muththalib, delapan orang
anak, yaitu: 1) Abu Thalib, 2) al-Zubair, 3) Abdullah, 4) Ummu Hakim al-
Baidha‟, kembaran Abdullah, 5) „Atikah, 6) Barrah, 7) Umaimah, dan 8)
biasanya melahirkan lebih dari satu anak. Bisa juga mengharapkannya memiliki kesetiaan yang
tinggi serupa dengan kesetiaan anjing dengan pemeliharanya. Lihat M. Quraish Shihab, Membaca
Sirah Nabi Muhammad saw. dalam Sorotan al-Qur’an dan Hadits-Hadits Shahih, Ciputat: Lentera
Hati, 2001, h. 146. 44
Murrah adalah bentuk hiperbolis dari kata Mur (pahit). Seorang pendudukk gunung
pernah ditanya: ”Mengapa kalian menamai anak-anak kalian dengan nama-nama seperti kalb,
namir (harimau), asad (singa), tetapi menamai budak-budak kalian dengan nama-nama yang
indah, seperti marzuq (yang diberi rizki), rabah (yang beruntung)?” penduduk gunung itu
menjawab: “Kami memberikan nama anak-anak dalam konteks menghadapi musuh, dan kami
menamai budak-budak kami dalam konteks diri kami.” Ibid. 45
Ka‟ab antara lain berarti mata kaki. Ia adalah tulang yang menonjol dan mantap.
Demikian yang diharapkan dari orang yang dinamai Ka‟ab. Ka‟ab putra Luaiy di atas adalah orang
pertama yang menghimpun masyarakat pada hari keenam dalam seminggu. Ketika itu, hari
keenam dinamai dengan Yaum al-‘Uruba’, lalu diubah menjadi Yaum al-Jum’ah (hari berkumpul).
Ibid. 46
Luaiy berarti banteng kecil. Ibid. 47
Fihr adalah batu yang panjang. Ada yang berpendapat bahwa namanya yang
sebenarnya ialah Quraisy, tetapi diberi gelar Fihr. Ada juga yang menilai Quraisy adalah gelarnya.
Ibid. 48
al-Nadhr adalah emas, yang murni, dan yang cemerlang. Dialah ayah atau asal usul
suku Quraisy. Ibid. 49
Kinanah bermakna perlindungan dari sengatan panas. Ibid. 50
Khuzaimah adalah akar kata dari al-Khazam, yaitu sejenis pohon yang menjadi bahan
pembuatan tali dan ikat pinggang. Makna ini berkembang sehingga mempunyai arti mengatur dan
mengikat sesuatu dengan kukuh. Ibid. 51
Mudrikah berasal dari kata adraka, yakni mencapai/menyusul. Mudrikah dinamai
demikian karena konon ia mampu menemukan unta yang menghilang dari pemiliknya. Ibid. 52
Ilyas artinya pemberani yang pantang mundur. Ibid. 53
Mudhar bermakna sesuatu yang terbuat dari susu. Mudhar dinamai demikian karena ia
sangat putih. Ibid. 54
Nizar terambil dari kata Nuzur, yakni sedikit. Ibid. 55
Ma‟ad berarti kuat. Boleh jadi dinamakan demikian sebagai harapan dari orang tuanya
agar jadi kuat. Ibid. 56
Sayyid Ja‟far bin Hasan al-Barzanji, Maulid al-Barzanji, Langitan: Percetakan PP.
Langitan, 1992, h. 135-136.
Arwa57
. Sedang nenek Abdullah adalah Salma binti „Amr yang demikian
mulia dan tinggi harga dirinya sehingga memberikan beberapa syarat
kepada Hasyim sebelum menerima pinangannya58
.
Aminah, ibu Nabi saw., adalah putri Wahab bin Abdu Manaf bin
Zuhrah bin Kilab bin Murrah. Ayah Aminah, Wahab, merupakan tokoh
keluarga Zuhrah pada masanya. Sedangkan ibu Aminah adalah wanita
yang terhormat asal usulnya. Nama ibunya ialah Barrah putri Abd al-Uzza
bin Utsman bin Abd al-Dar bin Qushai bin Kilab.
Dari kedua garis nasab di atas, diketahui bahwa antara Abdullah
dan Aminah bertemu nasabnya pada kakek mereka, Kilab. Ini menandakan
bahwa Nabi Muhammad saw. adalah manusia terhormat yang berasal dari
keturunan orang-orang yang terhortmat pula.
2. Waktu Kelahiran Nabi Muhammad saw.
Mengenai waktu kelahiran Nabi Muhammad saw. ini, para pakar
mempunyai pandangan yang berbeda-beda. Pendapat yang paling populer
adalah beliau lahir pada hari Senin 12 R. Awal Tahun Gajah59
. Telah
menjadi kesepakatan di kalangan ulama, bahwa Nabi saw. lahir pada hari
Senin. Ini karena hal tersebut bersumber dari beberapa Hadits yang telah
diriwayatkan. Di antaranya ialah sebagai berikut:
57
M. Quraish Shihab, op.cit. h. 185. 58
Syarat-syarat Salma binti „Amr sebelum menerima pinangan Hasyim ialah hak
perceraian berada di tangan Salma dan bila melahirkan, ia harus berada di tengah-tengah
keluarganya. Ibid. h. 155. 59
Muhammad Nawawi al-Bantani, Asawur al-‘Asjad ‘ala Jawahir ‘Iqdin, Surabaya: Dar
Ihya‟ al-Kutub al-Arabiyah, 2001, h. 21.
Pertama, Hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, dengan
redaksi sebagai berikut:
ػطث ضؼي هللا ص هللا ػ١ ؼ أث لزبزح االصبض : ؼئ ألبي
ح أفمبي: ب رمي ف ص ٠ االث١ ؟ لبي: شه ٠ سد ف١ ف١
60.ذطج ؽ(أ. )إ
Artinya: “Abu Qatadah al-Anshari berkata: Seorang a‟rabi bertanya
kepada Rasulullah saw., bagaimana pendapatmu (Rasul) tentang
puasa hari Senin? Rasul menjawab: hari tersebut adalah hari aku
dilahirkan dan hari diturunkan wahyu kepadaku.” (HR. Muslim).
Kedua, Hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan Imam al-
Faswa, sebagai berikut:
ث ػطا ػ حفش ػ اث ػجبغ لبي: س أث ث ١ ػ ذبسإلبي
ج١ى ص هللا ػ١ ؼ ٠ االث١ جئ ٠ االث١ ذطج ىخ
٠ االث١ لس اس٠خ ٠ االث١ فزح ىخ ٠ االث١ عذ ؼضح
حس ف ؽس ض أضا (ابئسح ٠ االث١ رف ٠ االث١.
61.)افؽ ف ربض٠ح
Artinya: “Ibnu Lahimah berkata: Diceritakan dari Khalid bin Abi Imran
dari Hafsy dari Ibnu Abbas, berkata: Nabi kamu sekalian
dilahirkan pada hari Senin, diangkat menjadi Nabi pada hari
Senin, keluar dari Makkah (hijrah) pada hari Senin, tiba di
Madinah pada hari Senin, menaklukkan Makkah pada hari Senin,
diturunkan Surat al-Maidah pada hari Senin, dan wafat pada hari
Senin.” (HR. Imam Ahmad dalam Musnadnya dan Iman al-
Faswa dalam kitab Tarikhnya).
Riwayat ini dikuatkan oleh pendapat sebagian ulama yang dikutip
oleh pakar sejarah yang bernama Ali al-Halabi, sebagai berikut:
60
Muhammad al-Dzahabi, al-Sirah al-Nabawiyah, Beirut: Dar al-Kutub al-„Ilmiah, 1988,
h. 7. 61
Ibid.
فم١ س ٠ االث١، لبي ثؼض: ال ذالف ف١ هللا، ث أذطأ لبي
.س ٠ اجؼخ62
Atinya: “Ada yang berkata, Nabi saw. dilahirkan pada hari Senin.
Sebagian ulama berkata: (Kelahiran pada hari Senin) tidak ada
perselisihan di dalamnya, wallahi! Sungguh salah orang yang
bekata kalau kelahiran Nabi saw. pada hari Jum‟at.”
Kemudian tanggal dan bulan kelahiran beliau, banyak pendapat
yang disampaikan ulama. Menurut riwayat yang populer menyatakan 12
R. Awal, yang ketika itu bertepatan pada hari Senin63
. Ini berdasarkan
riwayatnya sahabat Sa‟id bin al-Musayyab sebagai berikut:
س ضؼي هللا ص هللا ػ١ ؼ ػس إثبض :ػ ؼؼ١س ث اؽ١ت
ث ػشطح ١خ ضذ شط ضث١غ إوب شه ا١ ض ابض
.64األي
Artinya: “Dari Sa‟id bin Musayyab: Rasulullah saw. dilahirkan ketika
tengah hari. Hari tersebut bertepatan dengan 12 R. Awal”.
Sejarawan al-Mas‟udi menilai bahwa kelahiran Nabi Muhammad
saw. terjadi lima puluh hari setelah kehadiran pasukan bergajah yang
kehadiran mereka ketika itu bertepatan hari Senin, 13 Muharram dan
mendekat ke Makkah 17 Muharram65
. Sehingga dengan demikian,
kelahiran Nabi saw. terjadi pada 8 R. Awal 66
.
62
Ali al-Halabi, Insan al-Uyun fi Sirah al-Amin al-Ma’mun, Beirut: Dar al-Ma‟rifah,
1996, h. 81. 63
Muhammad Ridha, Muhammad Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, Beirut: Dar
al-Kutub al-„Ilmiyah, 2010, h. 12. 64
Ali al-Halabi, op. cit. h. 87. 65
Muhammad Fiyadh, al-Taqawim, cet. 2, Mesir: Nahdhah Mishr, 2003, h. 175. 66
Ibid.
Sedangkan menurut pakar Falak Mahmud al-Mishri, menetapkan
bahwa Nabi saw. lahir pada hari ke-5567
setelah kehancuran tentara
bergajah, yakni pada 9 R. Awal Tahun Gajah68
. Ada juga yang menduga
kelahiran beliau pada bulan, Muharram69
, Shafar70
, R. Akhir71
, Rajab,72
atau Ramadhan73
.
Mengenai tanggal kelahiran Nabi saw., penulis menemukan
setidaknya ada beberapa pendapat yang disampaikan ulama. diantaranya
ialah pada tanggal 274
, 875
, 976
, 1077
, 1278
, 1779
, 1880
, atau 2281
pada bulan
ini.
67
Muhammad Nawawi al-Bantani, loc. cit. 68
Muhammad bin Muhammad Fiyadh, op. cit. h. 177. 69
Muhammad Husain Haikal, Hayat Muhammad, Mesir: Dar al-Ma‟arif, 1965, h. 125. 70
Ibid. 71
Muhammad Nawawi al-Bantani, loc. cit. 72
Ibid. 73
Pendapat ini disampaikan oleh al-Zubair bin Bikar yang kemudian dinilai Syadz oleh
al-Suhaili dalam kitab al-Raudh al-Anfi. Lihat dalam Ibnu Katsir, al-Fushul fi al-Sirah, Beirut: Dar
al-Ma‟rifah, 1995, h. 4. 74
Seperti yang diyakini oleh Ibnu Abd al-Bar. Lihat dalam Ali al-Halabi, op.cit. h. 86. 75
menurut Ibnu Dahiyah 8 R. Awal adalah pendapat yang shahih (benar) dan merupakan
pendapat yang disepakati oleh para ahli sejarah. Imam al-Quthb al-Qusthalani berkata: “pendapat
ini adalah pendapat yang dipilih oleh ahli Hadits, seperti al-Hamidi dan gurunya, Ibnu Hazm”.
Mengenai 8 ini, ada yang menduga bahwa tanggal tersebut bukan bertepatan dengan Bulan R.
Awal, akan tetapi bertepatan dengan Bulan Ramadhan. Namun pendapat ini dinilai sebagai
pendapat yang gharib (asing). Ibid. 76
Pendapat ini disampaikan oleh Syaikh Shafi al-Rahman al-Mubarakfuri. Beliau
menyatakan bahwa 9 R. Awal ini adalah pendapat yang Ashah (lebih mendekati kebenaran). Lihat
dalam Shafi al-Rahman al-Mubarakfuri, Raudh al-Anwar fi Sirah al-Nabi al-Mukhtar, Beirut: Dar
al-Kutub al-Ilmiyah, 1994, h. 4. 77
10 R. Awal, dinilai sebagai pendapat yang shahih (benar), sebagaimana yang
disampaikan oleh al-Hafidh al-Dimyathi. Ada yang menduga bahwa tnggal 10 bukan bertepatan
dengan R. Awal, akan tetapi Muharram. Namun pakar sejarah al-Dzahabi menilai bahwa pendapat
tersebut adalah pendapat yang bohong. Lihat dalam Ali al-Halabi, loc.cit. 78
Pendapat ini dinilai sebagai pendapat yang rajih (unggul). Lihat dalam Ja‟far al-
Barzanji, Maulid al-Barzanji, Langitan: PP. Langitan, 1992, h. 144. 79
loc.cit. 80
Sebagaimana yang diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah. loc. cit. 81
Muhammad Nawawi al-Bantani, loc. cit.
Kemudian tahun kelahiran beliau, menurut pendapat yang populer
jatuh pada Tahun Gajah. Sebagaimana yang disampaikan oleh Ibnu Abbas
sebagai berikut:
ػ اث ػجبغ ضض هللا رؼب ػب لبي: س ضؼي هللا ص هللا ػ١
.82ؼ ٠ اف١
Artinya: “Dari Ibnu Abbas ra., dia berkata: Rasulullah saw. dilahirkan
pada Tahun Gajah.”
Mengenai Tahun Gajah ini, terdapat beberapa pemahaman di
antara ulama. Yakni ada yang memahami kalau kelahiran Nabi saw. terjadi
50 hari83
setelah peristiwa bergajah oleh Abrahah beserta tentaranya.
Pendapat ini disampaikan oleh al-Suhaili, yang mana dinilai pendapat
yang masyhur (populer). Ada yang mengatakan 55 hari setelahnya84
, 30
hari, atau 40 hari85
. Bahkan ada yang mengatakan 10 tahun setelahnya, 23
tahun, 30 tahun, 40 tahun, atau 70 tahun86
. Ada pula yang mengatakan 15
tahun sebelum Tahun Gajah87
. Akan tetapi pendapat ini dinilai sebagai
pendapat yang gharib (asing), munkar (tidak terkenal), dan dha’if
(lemah)88
.
82
Ali al-Halabi, op.cit. h. 85. 83
Ibid. h. 86. 84
Pendapat ini didukung oleh al-Hafidh al-Dimyathi. Ibid. 85
Ibid. 86
Ibid. 87
Ibid. 88
Ibid.
Adapun dalam Kalender Masehi, penulis menemukan paling tidak
ada tiga perbedaan pendapat. Pertama, dinyatakan bahwa Nabi saw. lahir
pada hari Senin bertepatan pada 30 Agustus 570 M89
.
Pendapat ini disampaikan sejarawan yang bernama Muhammad
Ridha, sebagai berikut:
ثز ػشطح ١خ ءس اج ص هللا ػ١ ؼ ف فجط ٠ االث١ ال
. 90( 972غؽطػ أ30ضذ ضث١غ االي ف ػب اف١. . . )
Artinya: “Nabi saw. dilahirkan pada fajarnya hari Senin 12 R. Awal Tahun
Gajah. . . (30 Agustus 570 M).
Kedua dan ketiga, dikatakan bahwa kelahiran tersebut jatuh pada
20 atau 22 April 571 M91
. Mengenai 20 April 571 M ini, disampaikan oleh
Mahmud Basya al-Falaki, sebagai berikut:
لس حمك اطح حز ثبشب افى أ شه وب صج١حخ ٠ االث١
( 975ؼخ )ربؼغ ضث١غ األي اافك ١ اؼشط٠ أثط٠
ا١الز92.
Artinya: “Almarhum Mahmud Basya telah mentahqiq kalau kelahiran
Nabi saw. Terjadi pada pagi hari Senin 9 R. Awal yang
bertepatan dengan 20 April 571 M.
Hal serupa juga disampaikan oleh sejarawan barat, Rolif Lington,
sebagai berikut:
571 أثط٠ 20 ىخ ف حس س ز ضاف األط٠ى اؤضخ ٠مي
93.
89
Muhammad Ridha, loc. cit. 90
Muhammad Ridha, Muhammad Rasulullah saw., Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyah,
2010, h. 13. Lihat juga dalam Muhammad Husain Haikal, op. cit. h. 126. 91
Shafi al-Rahman al-Mubarakfury, al-Rahiq al-Mahtum, Yogyakarta: Pustaka al-
Kautsar, 1989, h. 75. 92
Muhammad al-Hudhari, Nur al-Yaqin fi Sirah Sayyid al-Mursalin, Mesir: Nahdhah
Mishr, 2011, h.4.
Artinya: “Sejarawan Amerika, Rolif Lington, berkata: Muhammad
dilahirkan di Makkah 20 April 571 M”.
Kemudian mengenai 22 April 571 M, disampaikan oleh Syeikh
Shafi al-Rahman al-Mubarakfuri, sebagai berikut:
س ضؼي هللا ص هللا ػ١ ؼ ثشؼت ث بش ف ىخ صج١حخ ٠
.٠مبي : اثب ػشط شط ضث١غ األي ػب اف١ .االث١ ازبؼغ
٠افك ا١ اثب اؼشط .ازبض٠د األي أصح اثب أشط
.97594 شط أثط٠ ؼخ
Artinya: “Rasulullah saw. dilahirkan dalam golongan Bani Hasyim di
Makkah pada hari Senin 9 atau 12 R. Awal Tahun Gajah.
Tanggal yang pertama adalah pendapat yang paling benar,
sedangkan yang kedua adalah pendapat yang populer. Pada
waktu itu bertepatan dengan 22 April 571 M”.
Demikianlah terlihat perbedaan pendapat menyangkut waktu
kelahiran Nabi Muhammad saw., bukan saja pada hari dan bulan kelahiran
beliau, tetapi juga pada tahun kelahirannya.
Untuk mempermudah pemahaman, penulis cantumkan rekapitulasi
riwayat dan pendapat ulama mengenai waktu kelahiran Nabi Muhammad
saw., sebagai berikut:
No. Nama Tokoh Riwayat / Pendapat Kitab
1 KH. Noor
Ahmad
Nabi Lahir pada hari Senin Legi
10 R. Awal -53 H. (20 April 571
M)
Nur al-
Anwar (h.
31)
2 KH. Ahmad
Ghazali
ي هللا ص هللا ػ١ ؼ وبذ الزح ضؼ
رتيع اشط ) صا عاشر االثىيه نكي٠
( اجبضن.االول
Irsyad al-
Murid (h.
158)
93
Lihat dalam Muhammad Mas‟ad Yaqut, Nabi al-Rahmah, Kairo: al-Zahra‟, 2007, h. 37. 94
Shafi al-Rahman al-Mubarakfuri, op. cit. h. 4.
3 Imam Muslim
لبي اث لزبزح االصبض : ؼئ اػطث
ضؼي هللا ص هللا ػ١ ؼ فمبي: ب رمي
؟ لبي: شه ٠ سد االثىيهف ص ٠
)اذطج ؽ( ف١ ف١ اح ا.
al-Sirah al-
Nabawiyah
li al-
Dzahabi (h.
5-8)
4 Muhammad al-
Dzahabi
س اج ص هللا ػ١ ؼ ف فجط ٠
رتيع االول شط الءثىري عشرج االثىيه
. . . ف اساض اث صبضد فيمعاو انف
رسػ حس ث ٠ؼف اثمف اذ احجبج.
.انيىو انراسعا ف اطاجح ضا٠خ زضا٠خ 5
6 al-Hafidh al-
Dimyathi
لبي ش١رب اثحس اس١بط ف اؽ١طح
رب١ف ػ اث جؼفط حس ث ػ لبي: )س
ثىيهاالضؼي هللا ص هللا ػ١ ؼ ٠
وب لس رتيع االولذ نعشر نيال
اصحبة اف١ لج شه ف اصف
الءثىري احط(. لبي اثؼشطج١ح: )س
(. لبي رتيع االول١خ ذذ عشرج
, لبي اصح١ح لي اث جؼفطاس١بط:
.ويسان انعشريه ٠مبي: ا س ف
7 Abu Ahmad al-
Hakim
تعذ انفيم تثالثيه س احبو: س لبي اث اح
تعذي تارتعيه . لب ثؼض. لبي: ل١ يىما
.يىما
8 Ibnu Lahimah
لبي اث ١ ػ ذبس ث اث ػطا ػ
حفش ػ اث ػجبغ لبي: )س ج١ى ص
جئ ٠ االث١ االثىيههللا ػ١ ؼ ٠
ذطج ىخ ٠ االث١ لس اس٠خ ٠
االث١ فزح ىخ ٠ االث١ عذ ؼضح
ابئسح ٠ االث١ رف ٠ االث١(. ضا
احس ف ؽس ض افؽ ف ربض٠ح.
9 Abu al-Ma'ali
اذجطب اث اؼب احس ث اؼحبق ب احس
ث اث افزح افزح ث ػجسهللا لبال اجبء
احس ث حس ث ػط افم١ اب اث احؽ١
حس ث امض اب ػ ث ػط احطث ثب
احس ث احؽ اصف ثب ٠ح١ ث ؼ١
ثب حجبج ث حس ثب ٠ػ ث اث اؼحبق
ػ اث١ ػ ؼؼ١س ث جج١ط ػ اث ػجبغ:
يىو ))ا اج ص هللا ػ١ ؼ س
صح١ح.(( انفيم
10 Zubair bin Bikar
بض: ثب حس ث حؽ ػ لبي اعث١ط ث ثى
ػجس اؽال ث ػجسهللا ػ ؼطف ث ذطثش
غ١ط ا اؼ لبا: س ضؼي هللا
, ؼ١ذ عاو انفيمص هللا ػ١ ؼ
لط٠ش )اي هللا( ػظذ ف اؼطة, س
رتيع االول١خ ضذ الءثىري عشرج
ح١ طغ االثىيه٠ رمضانل١
افجط.
al-Sirah al-
Nabawiyah
li al-
Dzahabi (h.
5-8) 11 al-Tirmidzi
لبي اث اؼحبق: حسث اطت ث ػجس هللا
ث ل١ػ ث حطخ ػ اث١ ػ جس ل١ػ ث
حطخ ث اطت لبي: ))سد اب ضؼي
وب س٠(( عاو انفيمهللا ص هللا ػ١ ؼ
اذطج ازطص اؼبز حؽ.
12 al-Biruni
جبء ف وزبة االضشبز ج١ط ا اج
, فمبي: صا ٠ سد االثىيه ػ ٠ ؼئ
ف١, ثؼثذ ف١, اعي ػ ف١, بجطد
.ف١
al-Taqawim
(h. 175)
13 Ibnu Amid
ضز ا٠ضب الث اؼ١س ف رزصط ازبض٠د
ا حسا ثغ اثبخ ػط لذ ا بد
وؽط اشطا ح١ث ا فبر وبذ ف
الزح اج ؼخ ١الز٠خ فزى 975ؼخ
.١الز٠خ 175
14 Syamsuddin bin
Salim
رتيع االوللس صح ا اج س ف شط
ف ػس عاو انفيم ويسان انعشريهف
.وؽط ا شطا
15 Ibnu Abbas
ػ اث ػجبغ ضض هللا ػب: س ٠
ف ضث١غ األي، أعذ ػ١ اجح اإلثىيه
ف ضث١غ األي، بجط إ ٠ االث١
اس٠خ ٠ االث١ ف ضث١غ األي، أعذ
ػ١ اجمطح ٠ االث١ ف ضث١غ األي،
رف ٠ االث١ ف ضث١غ األي. لبي
.صا غط٠ت جسا ثؼض:
16
صحح اـ رتيعضذ نعشر نيالل١
أ صحح احبفع اس١بط
17 ، لبي ثؼض: ال ذالف االثىيهس ٠ فم١
.انجمعحف١ هللا، ث أذطأ لبي س ٠
18
Ali al-Halabi
Ali al-Halabi
ذزب ، ث جع اث ػجس نهيهريهل١
١خ ذذ ، ضا نثمان عشرجاجط. ل١
اث أث ش١جخ، حس٠ث ؼي. ل١
. الثىي عشرجثم١ . ل١ الثىري عشرج
صحح رمضان ذذ نثمان نيالل١
وث١ط اؼبء، صا اافك ب رمس
أ أ حذ ث ف أ٠ب ازشط٠ك أ ف
٠ ػبشضاء أ ىث ف ثطب رؽؼخ
أشط وا، ى لبي ثؼض، إ صا امي
غط٠ت جسا ؽزس لبئ أ أح إ١ ف
، ػ رمضانضضب ف١ى س ف
ف أ٠ب ازشط٠ك اص أب حذ ث
٠صوطا غ١ط ٠ؼ ب ف ثم١خ األلاي لبي،
، رتيع اآلخر. ل١ ف صفرل١ س ف
أ وب عاشىراء، ل١ ف محرول١ ف
ثم١ نخمسس ػ١ؽ ػ١ اؽال، ل١
شوط اصج أ امي ثأ س اـ. أ
إ ، ف١ ف ػبشضاء اإلفه: أ اىصة
وب شه أل ال ٠جبغ أب حذ ث ف أ٠ب
ازشط٠ك، أ ىث ف ثطب رؽؼخ أشط
وا ال ٠رزص اإلفه ثصا امي، ث ٠أر
ف١ب ػسا امي ثأ س ف ضضب، ث ضأ٠ذ
، رجةثؼض حى أ ح ف شط
رتيع ح١ئص ٠صح امي اشض الزر ف
.األول
al-Sirah al-
Halabiyah:
Insan al-
Uyun fi
Sirah al-
Amin al-
Ma’mun (h.
81-87)
19
، وب شت تعذ انفيم تخمسيه يىما ل١ س
لبي ثؼض: إ١ جغ اؽ١.
. تخمسح وخمسيه يىما. لبي: ل١ اشض
تعشر ، ل١ تشهر، ل١ تأرتعيه يىما ل١
، ل١ تثالز وعشريه سىح، ل١ سىيه
، ل١ تأرتعيه سىح، ل١ تثالثيه سىح
اـ: أ ػ أ ثؼس اف١ تسثعيه سىح
ثرؽخ ذؽ١ ٠ب الزصط احبفع
اس١بط ضح هللا. ػجبضح اات: حىب
و ف ػب اف١ اس١بط ف آذط٠،
لبي احبفع اث وث١ط: اشض ػس
. لبي إثطا١ ث اصض ش١د اجض
اجربض ضح هللا ال ٠شه ف١ أحس
لبي: اؼبء، م غ١ط احس ف١ اإلجبع.
لثم عاو انفيم و لي ٠ربف : أ ل١
صا . لبي ثؼض: تخمس عشرج سىح
.غط٠ت ىط ضؼ١ف أ٠ضب
20 al-Quthb al-
Qusthalani
١خ ذذ . ل١ نسثع عشرجل١ س
لبي اث زح١خ: اص ضذ . نثمان
لبي . ال ٠صح غ١ط ػ١ أجغ أ ازبض٠د
ؽطال: اذز١بض أوثط أ امطت ام
: أ وبح١س ش١ر اث حع. احس٠ث
al-Sirah al-
Halabiyah:
Insan al-
Uyun fi
Sirah al-
Amin al-
Ma’mun (h.
81-87)
21 Sa'id bin al-
Musayyab
س ضؼي هللا » سعيذ ته انمسية ػ
أ « ص هللا ػ١ ؼ ػس إثبض ابض
اثىي عشرجوب شه ا١ ض »ؼط
أ وب « رتيع األول١خ ضذ شط
شه ف فص اطث١غ.
22 Shafi al-Rahman
al-Mubarakfuri
ثشؼت -ص هللا ػ١ ؼ -س ضؼي هللا
، االثىيه ث بش ف ىخ ، صج١حخ ٠
شط - انثاوي عشر ٠مبي : - انراسع
ازبض٠د األي أصح - عاو انفيم رتيع األول
انثاوي ٠افك ا١ -اثب أشط
. و175خ ؼ أتريم شط وانعشرون
al-Rahiq al-
Mahtum (h.
4 dan 45)
23 Ibnu Faris al-
Razi
بن ضا الث فبضغ اطاظ ٠مي ا
ذذ نعشر نيال االثىيهاطؼي س ٠
.رتيع االول
24 Abu Hatim
لبي أث حبر : س اج ص هللا ػ١ ؼ
١خ الثىري عشرج اإلثىيه٠ عاو انفيم
ف ا١ اص رتيع األول شط ضذ
.ثؼث هللا ط١طا أثبث١ ػ أصحبة اف١.
al-Sirah al-
Nabawiyah
wa Akhbar
al-Khulafa’
(h. 4)
25 Ibnu Ishaq
حسثب احس ث ػجس اججبض, حسثب ٠ػ ث
ثى١ط ػ اث اؼحبق: حسث اطت ث
ػجسهللا ث ل١ػ ػ اث١ ػ جس ل١ػ ث
لبي سد اب ضؼي هللا ص هللا رطخ
, وب س٠عاو انفيمػ١ ؼ
al-Sirah al-
Nabawiyah
li Ibn Ishaq
(h. 99)
26 Mahmud Basya
لس حمك اطح حز ثبشب افى أ شه
رتيع األول ذاسع االثىيه وب صج١حخ ٠
ؼخ أتريم نهيىو انعشريهاافك
٠افك اؽخ األ ( ا١الز، 175)
حبزثخ اف١،
Nur al-
Yaqin fi
Sirah Sayyid
al-Mursalin
(h. 4)
27 Muhammad
Husain Haikal
اذزف اؤضذ وصاه ف اشط اص
س ف١ ا وبذ وثطر ػ ا س ف
, ل١ انمحرو. ل١ س ف رتيع االولشط
, ػ ارجث, ثؼض ٠طجح صفرس ف
.رمضانح١ ٠طجح اذط شط
Hayat
Muhammad
(h. 125-126)
28
وصاه اذزف ف ربض٠د ا١ اشط اص
رتيع ذزب شط نهيهرانس ف١, فم١
. نرسع١بي, ل١ نثمان, ل١ االول
شط انثاوي عشراجض ا س ف
, لي اث اؼحبق غ١ط.رتيع االول
29 Ibu Katsir
نهيهريه اإلثىيه س ص هللا ػ١ ؼ ٠
، ل١ ثامى ، ل١ : رتيع األول ذزب
، لبي نثىري عشرج ، ل١ عاشري
، رمضاناعث١ط ث ثىبض : س ف
.شبش ، حىب اؽ١ ف ضض
al-Fushul fi
al-Sirah (h.
4)
30 Ahmad Syalbi
ب حس ثطح صااالزمبء امص١ط, لس س و
رتىع شط انثاوي عشر ا انراسعف
.(. 175 اتريم 02) االول
Mausu'at al-
Tarikh al-
Islami wa
al-Hadharat
al-Islamiyah
(h. 184)
31 Rolif Linton ٠مي اؤضخ األط٠ى ضاف ز س
١٧٥ أتريم ٠٢حس ف ىخ
Nabi al-
Rahmah
(h.37)
32 al-Hudhari
شوط اش١د ارضط ا حز ثبشب افى
لس حمك ربض٠د س اطؼي ف صج١حخ ٠
اافك رتيع االول شط انراسع االثىيه
١الز٠خ 175 اتريم 02
Muhadharah
fi Tarikh al-
Umam al-
Islamiyah
(h. 93)
33 Muhammad
Ridha
ػ١ ؼ ف فجط ٠ س اج ص هللا
رتيع ١خ ضذ الءثىري عشرج االثىيه
172 اغسطس02. . . )عاو انفيمف االول
)
Muhammad
Rasulullah
saw. (h. 126)
B. Konversi Tahun (Tahwil al-Sanah)
Konversi tahun ini dalam bahasa Arabnya ialah Tahwil al-Sanah.
Kata Tahwil merupakan bentuk masdar dari fi’il Madhi Hawwala-Yuhawwilu-
Tahwilan, yang berarti perpindahan95
. Sedangkan al-Sanah berarti tahun.
Dengan demikian, yang dimaksud di sini mengenai Tahwil al-Sanah ialah
95
Ahmad Warson Munawwir, Kamus al-Munawwir Arab-Indonesia Terlengkap,
Surabaya: Pustaka Progresif, 1997, h. 310.
perpindahan dari satu sistim tahun tertentu ke sistim tahun lainnya. Misalnya
perpindahan dari sistim tahun Hijriyah ke Masehi atau sebaliknya, yakni dari
Masehi ke Hijriyah.
Terdapat berbagai macam model dalam melakukan konversi tahun
antara tahun Hijriyah ke tahun Masehi atau sebaliknya. Dalam tulisan ini,
penulis akan menyebutkan dua macam konversi, yakni konversi sistim
klasik96
dan sistim kontemporer97
.
1. Konversi Sistem Klasik
Pertama, konversi tahun Masehi ke tahun Hijriyah yang terdapat
dalam rangkuman kitab Syawariq al-Anwar, Syams al-Hilal, dan Nur al-
Anwar karya KH. Noor Ahmad98
. Sebagai contoh, konversi 20 April 571
M. Untuk merubah tanggal tersebut ke tahun Hijriyah, terdapat langkah-
langkah sebagai berikut99
:
20 April 571 M / (570 + Maret (90 hari) + 20 hari)
Tahun tam Masehi x 365.25
570 x 365.25 = 208192.5 hari.
Tanggal + bulan tam = 110 (sampai 20 April)+
Jumlah = 208302.5 hari.
Kaidah = 227015 hari –
Jumlah = -18712.5 hari. / 354.367
= -52.80540998
Tahun = -52 tahun.
Tanggal dan bulan = -0.80540998 hari.
-0.80540998 x 354.367 = -285.4108 hari.
-285.4108 + 354 = 68.5892 hari / 68 hari.
68 – 59 (Shafar) = 9 (R. Awal)
96
Yang dimaksud konversi sistim klasik di sini ialah sistem konversi yang ada di dalam
kitab falak klasik karya ulama yang ahli di bidang ini. 97
Yang dimaksudkan ialah sistem konversi yang digunakan dalam hisab kontemporer. 98
Rangkuman kitab-kitab karya KH. Noor Ahmad ini merupakan karya murid beliau
yang bernama Azhar Lathif Nashiran, yang dipasrahi untuk mengajar di Madrasah TBS Kudus. 99
Azhar Lathif, Rekap Ilmu Falak (Kitab Syawariq al-Anwar, Syams al-Hilal, dan Nur
al-Anwar), Kudus: Madrasah TBS, 2008, h. 15.
208302 / 7 = sisa 3 (Senin)
208302 / 5 = sisa 2 (Legi).
Dengan demikian diketahui bahwa 20 April 571 M bertepatan
dengan hari Senin Legi 9 R. Awal -53 H.
Kedua, konversi dari tahun Masehi ke tahun Hijriyah dan
sebaliknya, dalam kitab Irsyad al-murid. Dalam kitab ini dijelaskan
konversi dengan memperhatikan apakah tahun yang dikonversi sebelum
atau sesudah 15 Oktober 1582 M (tahun perubahan dari kalender Julian ke
Kalender Gregorius) dan apakah sebelum memasuki tahun Hijriyah
ataukah sesudahnya.
Contoh pertama, konversi tahun Hijriyah ke tahun Masehi, 28
Shafar -52 H100
. Langkah-langkah yang ditempuh adalah sebagai
berikut101
:
Ashl al-Tafawut = 227015
Ashl al-Hijri = Int((11 x -52) / 30) + Int(354 x -52) + Int(30 x
2) – Int((2 – 1) / 2) + 28 -384
= -18723 hari.
Ashl al-Miladi = -18723 + 227015
= 208292 hari. / 1461
142 x 4 = 568 tahun.
142 x 1461 = 207462 hari.
208292 – 207462 = 830 hari.
830 / 365 = 2 tahun.
2 x 365 = 730 hari.
830 – 730 = 100 hari.
100 = 31 Januari + 28 Februari + 31 Maret + 10
April.
Tahun = 568 + 2 = 570 tahun.
Hari = Ashl al-Miladi – Int(Ashl al-Miladi / 7) x 7
= 208292 – Int(208292 / 7) x 7
100
Waktu Ijtima‟ akhir Shafar, guna memperhitungkan awal R. Awal -53 H (waktu
kelahiran Nabi Muhammad saw.) 101
Ahmad Ghazali, Irsyad al-Murid, Madura: PP. al-Nuriyah, 2009, h. 81.
= 0 / 7 (Jum‟at)
Pasaran = Ashl al-Miladi – Int(Ashl al-Miladi / 5) x 5
= 208292 – Int(208292 / 5) x 5
= 2 (Legi)
Dengan demikian, bisa disimpulkan bahwa 28 Shafar -52 H.
bertepatan dengan hari Jum‟at Legi 10 April 571 M.
Contoh kedua, konversi tahun Masehi ke tahun Hijriyah, 20 April
571 M. Ini dapat ditempuh dengan langkah-langkah sebagai berikut102
:
Ashl al-Tafawut = 227015
Ashl al-Miladi = Int(365.25 x th.) + (30.6001 x (bln. + 1)) + hr. –
428
= Int(365.25 x 571) + (30.6001 x (4 + 1)) + 20 –
428
= 208302 hari.
Ashl al-Hijri = 208302 – 227015
= -18714 hari.
Tahun = -18714 / 354.3671
= -52.809642 / -52 (angka sebelum koma)
-52 x 354.3671 = -18427.0892 hari.
-18714 - -18427.0892 = -286.9108 hari./ -287 (dibulatkan).
-287 + 354 = 67 hari.
67 hari = 30 Muharram + 29 Shafar + 8 R. Awal.
Hari = Ashl al-Miladi – Int(Ashl al-Miladi / 7) x 7
= 208302 – Int(208302 / 7) x 7
= 3 (Senin).
Pasaran = Ashl al-Miladi – Int(Ashl al-Miladi / 5) x 5
= 208302 – Int(208302 / 5) x 5
= 2 (Legi).
Hasil dari konversi ini, 20 April 571 M bertepatan dengan hari
Senin Legi 8 R. Awal -52 H.
2. Konversi Sistem Kontemporer103
102
Ibid. h. 84. 103
Metode konversi ini diambil dari metode ahli Falak Yogyakarta, Muhyiddin Khazin.
Lihat dalam Muhyiddin Khazin, Ilmu Falak dalam Teori dan Praktik, Yogyakarta: Buana Pustaka,
2004, h. 120-123.
Konversi sistem kontemporer ini, penulis mengartikan sebagai
konversi yang biasa digunakan dalam sistem hisab awal bulan Kamariyah
kontemporer, seperti Newcomb, Ephemeris, Almanak Nautika, Jean
Meeus. Konversi ini diperlukan karena data yang disajikan menggunakan
penanggalan Masehi. Di sini penulis menyajikan contoh konversi dari
Masehi ke Hijriyah. Langkah-langkah yang ditempuh ialah sebagai
berikut:
Tentukan tanggal Masehi yang dikehendaki
Hitung jumlah hari dari 1 Januari 1 Masehi sampai tanggal yang
dikehendaki.
Jumlah hari dikurangi koreksi Gregorius (10 + 3/ 13 hari)
Sisanya dikurangi 227016 hari.
Hitung berapa siklus yang dihasilkan dari pengurangan tersebut (dibagi
10631 hari).
Hitung lebih berapa hari (A) dari sejumlahnya siklus yang ada.
Hitung berapa tahun dalam kelebihan hari tersebut dan masih lebih
berapa hari (B) lagi.
Hitung ada berapa bulan dalam kelebihan hari (B) dan masih ada
kelebihan berapa hari lagi.
Contoh : 17 Agustus 2004 M bertepatan dengan tanggal berapa
menurut kalender Hijriyah?
Jawab: 17 Agustus 2004 M (17 – 8 – 2004 M). Waktu yang dilalui
2003 tahun lebih 7 bulan lebih 17 hari. Atau 2003 ÷ 4 = 500 siklus lebih 3
tahun, lebih 7 bulan, lebih 17 hari.
500 siklus = 500 x 1461104
hari = 730500 hari
3 tahun = 3 x 365 hari = 1095 hari
7 bulan = (31 x 4) + (30 x 2) + 29 = 213 hari
17 hari = 17 hari +
Jumlah = 731825 hari
Koreksi Gregorius = 13 hari –
Jumlah = 731812 hari
Selisih Hijriyah – Masehi = 227016 hari –
Jumlah = 504796 hari
504796 † 7 = 72113, lebih 5 = Selasa (mulai hari Jum‟at)
504796 ÷ 5 = 100959, lebih 1 hari = Legi (mulai pasaran Legi)
504796 ÷ 10631105
= 47 Siklus, lebih 5139 hari.
47 Siklus = 47 x 30 tahun = 1410 tahun.
5139 hari = 14 tahun, lebih 178 hari.
178 hari = 6 bulan, lebih satu hari.
Waktu yang dilewati sampai tanggal tersebut menurut kalender
Hijriyah ialah 1424 tahun (1410 + 14), lebih 6 bulan, lebih 1 hari. Jadi 17
Agustus 2004 M sama dengan 1 Rajab 1425 H. hari Selasa Legi.
Contoh di atas adalah langkah-langkah untuk mengetahui konversi
tahun setelah 15 Oktober 1582 M (tahun perubahan dari kalender Julian ke
Kalender Gregorius) dan juga setelah 1 Muharram 1 H. Adapun konversi
tahun untuk mengetahui tahun sebelum waktu tersebut, seperti tahun
kelahiran Nabi Muhammad saw., bisa ditempuh dengan langkah-langkah
di bawah ini:
20 April 571 M = 570 tahun + 3 bulan + 20 hari.
570 / 4 = 142 siklus + 2 tahun.
142 x 1461 = 207462 hari.
104
Jumlah hari dalam satu siklus Masehi, yakni 4 tahun. 105
Jumlah hari dalam satu siklus Hijriyah, yakni 30 tahun.
2 x 365 = 730 hari.
3 (31+28+31) = 90 hari.
20 = 20 hari. +
Jumlah = 208302 hari.
H-M = 227016 hari. –
Jumlah = -18714 hari. / 354.367
= -52.80965778
Tahun = -52
Hari = -0.80965778
-0.80965778 x 354.367 = -286.916
354 + -286.916 = 67.084 hari.
67 – 59 (Shafar) = 8 R. Awal.
208302 / 7 = sisa 3 (Senin).
208302 / 5 = sisa 2 (Legi).
Jadi menurut konversi sistem kontemporer, waktu kelahiran Nabi
Muhammad saw. jatuh pada hari Senin Legi 8 R. Awal -53 H.
BAB III
HISAB KH. NOOR AHMAD TENTANG KELAHIRAN NABI
MUHAMMAD SAW.
A. Biografi KH. Noor Ahmad
1. Perjalanan Intelektual
KH. Noor Ahmad lahir di Jepara pada hari Kamis Kliwon 14
Desember 1932 M/ 19 Rajab 1351 H. dari pasangan KH. Shiddiq bin
Saryani dan Hj. Sawinah. Perjalanan intelektualnya dimulai dari
pendidikan madrasah yang ada di kampung halamannya sendiri, sebelum
melanjutkan ke Madrasah Tsanawiyah Tasywiq al-Thullab Salafiyah
(TBS) Kudus. Menurut penuturannya, beliau mulai menekuni Ilmu Falak
ketika duduk di bangku Madrasah ini. Selama di TBS Noor Ahmad muda
belajar ilmu Falak menggunakan kitab Falak karangan Kiai Mawardi
Solo106
. Pada masa itu, beliau menyalin kitab tersebut dengan tinta tutul107
yang digunakan santri zaman dahulu untuk memberi makna kitab kuning.
Di Madrasah ini pula Mbah Noor (sapaan akrab KH. Noor Ahmad)
dipertemukan dengan guru sejati yang telah membimbing beliau dalam
106
Wawancara dengan KH. Noor Ahmad di Desa Kriyan, Kecamatan Pecangaan,
Kabupaten Jepara pada hari Selasa Kliwon 1 Mei 2012 M bertepatan 9 Jumadi al-Akhir 1433 H
jam 08:52 WIB. 107
Tinta tutul ini adalah tinta yang diletakkan dalam wadah tinta, dicampur dengan kapas.
Cara penggunaannya dengan menutul-nutul kapas tersebut dengan kayu yang dilancipi atau kayu
yang ujungnya dikasih besi lancip. Oleh karenanya disebut dengan tinta tutul.
belajar Ilmu Falak. Gurunya tersebut ialah KH. Turaichan Adjhuri asy-
Syarofi, atau biasa disingkat dengan kata TADJUSSYAROF108
.
Keistimewaan cara belajar Noor Ahmad kepada Mbah Toor
(sapaan akrap KH. Turaichan Adjhuri asy-Syarofi) adalah, ia belajar
langsung tanpa memakai kitab panduan109
.
Setelah menamatkan pendidikannya di Kudus, Noor Ahmad remaja
kemudian berkelana ke pesantren-pesantren lain di Jawa. Di antara
pesantren yang pernah disinggahi ialah Tebuireng Jombang, Langitan,
Lasem dan Salatiga. Perjalanannya menuntut ilmu Falak ini dilakukan
setelah mendapatkan restu dari gurunya, KH. Turaichan. Yaitu setelah
Noor Ahmad dianggap telah cukup menguasai dasar-dasar Falakiyah dan
membutuhkan bersilaturrahim (mengaji) kepada guru-guru lain. Dari
sinilah Noor Ahmad menguasai banyak metode dalam perhitungan
Falakiyah110
.
Selama di Salatiga, Noor Ahmad belajar kepada Kiai Zubair Umar
al-Jaelani, pengarang kitab al-Khulashah al-Wafiyah. Adapun selama di
pesantren Langitan, Noor Ahmad mengaji kepada Kiai Abdul Hadi dan
akrab dengan Kiai Abdullah Faqih yang merupakan teman satu
angkatannya111
.
108
Kata asy-Syarofi ini ditulis demikian karena disesuaikan dengan nama beliau di
Almanak Menara Kudus, tahun 2008 M. 109
Wawancara dengan KH. Noor Ahmad, op.cit. 110
Ibid. 111
Karena kedekatan KH. Noor Ahmad dengan KH. Abdullah Faqih ini, pernah suatu
ketika KH. Abdullah mengirimkan beberapa santrinya untuk belajar Falak dengan KH. Noor
Ahmad secara langsung. Ibid.
Selain belajar secara jasmaniah, Noor Ahmad juga diperintahkan
oleh gurunya, KH. Turaichan, untuk berguru secara ruhaniah. Cara
berguru yang kedua ini berupa perjalanan ziarah kepada para ulama ahli
Falak yang telah wafat. Noor Ahmad sering mendapat perintah untuk
berziarah ke makam-makam ulama Falak, seperti Raden Dahlan,
Semarang, seorang ulama ahli falak pada zamannya, Kiai Muhammad
Ma‟sum Seblak, Jombang dan Kiai Asy‟ari Bawean112
.
Setelah sekian lama belajar kepada Kia Turaichan, Noor Ahmad
pun muncul sebagai salah satu ulama ahli Falak di Pengurus Besar
Nahdlatul Ulama (PBNU). Awalnya, Kiai Turaichan Adjhuri asy-Syarofi,
sebagai ketua Markaz penanggalan Jawa Tengah, diminta untuk menjadi
anggota Lajnah Falakiyah di PBNU dari perwakilan Jawa Tengah. Akan
tetapi beliau tidak berkenan. Lalu Kiai Turaichan diminta untuk menunjuk
perwakilannya. Maka sang guru pun menunjuk Noor Ahmad sebagai
wakilnya di Lajnah Falakiyah PBNU. Peristiwa ini terjadi pada tahun 1969
M. Maka jadilah Noor Ahmad sebagai salah satu pengurus Lajnah
Falakiyah PBNU113
.
2. Belajar kepada Syekh Yasin bin Isa al-Fadani al-Makki114
Salah satu yang membuat KH. Noor Ahmad berkesan adalah ketika
belajar kepada Syekh Yasin bin Isa al-Fadani. KH. Noor Ahmad bertemu
112
Ibid. 113
Wawancara dengan Saiful Mujab, 29 April 2012, pukul 13:20 WIB. Di STAIN Kudus. 114
Nama lengkap Syekh Yasin adalah Abu al-Faidh Muhammad Yasin bin Isa al-Fadani
al-Makki. Di Makkah beliau dikenal sebagai Musnid al-Dunya ala al-Ithlaq. Artinya beliau adalah
orang yang sangat ahli dibidang Hadits, serta telah hafal ribuan Hadits beserta sanadnya. Meski
demikian, beliau juga seorang yang ahli dibidang Falak. Lihat Abu al-Faidh Muhammad Yasin bin
Isa al-Fadani al-Makki, al-Fawaid al-Janiyah, Damaskus: Dar al-Basyair al-Islamiyah, 1996, h. 1.
dengan Syekh Yasin di Makkah ketika sedang menunaikan ibadah haji.
Jika pada umumnya, seseorang membutuhkan waktu lama untuk
mempelajari sebuah kitab, dengan Syekh Yasin, KH. Noor Ahmad hanya
membutuhkan 3 hari untuk menghatamkan satu kitab. Adapun kitab Falak
yang dipelajarinya dengan Syekh Yasin ialah kitab Matla’ al-Sa’id karya
Syekh Husain Mesir115
.
Diakui bahwa kitab Matla’ al-Sa’id ini adalah merupakan kitab
yang menjadi inspirasi KH. Noor Ahmad untuk menyusun kitab Nur al-
Anwar116
.
3. Karya-kaya Ilmiah
Salah satu barometer yang digunakan untuk mengukur kualitas
keilmuan seseorang ialah seberapa banyak dan berkualitas karyanya. Dari
segi ini KH. Noor Ahmad memenuhi kriteria tersebut, karena beliau telah
menelurkan karya-karya yang berkualitas dalam bidang ilmu Falak.
Diantara karya beliau ialah yang pertama Syams al-Hilal. Kitab ini terdiri
dari dua jilid, yakni jilid pertama berbahasa Arab yang menjelaskan hisab
Jawa Islam, hisab Istilahi tahun Hijriyah dan Masehi, dan konversi dari
tahun Hijriyah ke Masehi atau sebaliknya. Diakui bahwa beliau terinspirasi
untuk membuat Syams al-Hilal jilid satu ini ketika berziarah di makam
KH. Muhammad Ma‟shum bin Ali Jombang. Ini terbukti bahwa di dalam
Syams al-Hilal jilid satu banyak dikutip metode hisab KH. Muhammad
115
Wawancara dengan KH. Noor Ahmad, loc.cit. 116
Ibid.
Ma‟shum dalam kitab Badi’at al-Mitsal117
, kemudian dikembangkan
dengan memperhitung Almanak Jawa Islam dari tahun -720 H. sampai
tahun 4319 H118
. Sedangkan jilid keduanya menjelaskan hisab Taqribi
awal bulan Kamariyah, Gerhana Bulan dan Matahari119
.
Karya yang kedua ialah Syawariq al-Anwar. Kitab ini juga terdiri
dari dua jilid. Jilid pertama menjelaskan perhitungan arah kiblat dan waktu
Shalat dengan beracuan tabel Logaritma. Sedangkan jilid keduanya sama
menjelaskan perhitungan arah Kiblat dan waktu Shalat, akan tetapi sudah
menggunakan alat bantu kalkulator120
.
Karya ketiganya ialah Taufiq al-Rahman. Kitab ini merupakan
kitab pertama KH. Noor Ahmad yang masuk dalam katagori Haqiqi bi al-
Tahqiq. Di dalamnya dijelaskan hisab awal Bulan Kamariyah, Gerhana
Bulan, dan Gerhana Matahari. Namun kitab ini sudah tidak dipakai lagi
setelah dibuatnya karya beliau yang keempat, yakni Nur al-Anwar. Kitab
Nur al-Anwar ini menjelaskan hisab awal bulan Kamariyah metode Haqiqi
bi al-Tahqiq, Gerhana Bulan dan Gerhana Matahari121
.
117
Kitab Badiat al-Mitsal ini menjelaskan hisab Jawa Islam, hisab Istilahi Kalender
Hijriyah dan Masehi, Kalender Qibthi, dan hisab awal Bulan kamariyah dengan alat hitung Rubu’
Mujayyab. 118
Lihat Noor Ahmad, Syams al-Hilal Juz al-Awwal, Kudus: Madrasah TBS, 1995, h. 28-
41. 119
Wawancara dengan Saiful Mujab, loc.cit. 120
Ibid. 121
Ibid.
B. Hisab KH. Noor Ahmad tentang Waktu Kelahiran Nabi Muhammad
saw.
1. Pendapat KH. Noor Ahmad tentang Waktu Kelahiran Nabi Muhammad
saw.
Mengenai waktu kelahiran Nabi Muhammad saw. ini, KH. Noor
Ahmad menjelaskan dengan mengutip teks dari kitab Maulid al-Barzanji
karya Sayyid Ja‟far bin Hasan al-Barzanji, sebagai berikut:
لاي ؼبء أشطب ف ٠ب ػ اذزف ف ػب الزر ف
ب لج١ فجط ٠ االث١ ثب ػشط شط ضث١غ االي أط٠خ. اطاجح
122 ػب اف١ اص صس هللا ػ احط حب.
Artinya: “Ada perbedaan pendapat mengenai tahun kelahirannya, bulan
dan tanggalnya berdasarkan pendapat-pendapat yang
diriwayatkan ulama. Tapi pendapat yang kuat menyebutkan
bahwa kelahirannya menjelang fajar hari Senin 12 R. Awal
Tahun Gajah, kala itu Allah mencegah gajah untuk sampai ke
Ka‟bah dan Dia menjaganya.”
Berdasarkan kutipan di atas, ia menjelaskan mengenai pendapat
ulama mengenai waktu kelahiran Nabi Muhammad saw. menjadi dua
golongan, yaitu pendapat ulama ahli sejarah dan pendapat ulama ahli
hisab. Menurut pendapat ulama ahli sejarah, diakui banyak kekeliruan jika
dipandang dari segi hisab. Banyak pendapat yang disampaikan mengenai
waktu kelahiran Nabi saw. Namun yang dipandang sebagai pendapat yang
rajih (unggul) beliau lahir pada 12 R. Awal Tahun Gajah123
. Adapun selain
122
Sayyid Ja‟far bin Hasan al Barzanji, op.cit. h. 144. 123
Ibid.
12 R. Awal Tahun Gajah dianggap sebagai pendapat yang masih kabur
karena pada zaman dahulu sistem penanggalan masih kacau124
.
Adapun berdasarkan pendapat ulama ahli hisab, beliau
membaginya atas tiga golongan, yaitu pendapat berdasarkan hisab Urfi,
hisab Istilahi, dan berdasarkan hisab Haqiqi bi al-Tahqiq. Menurut Hasil
Hisab Urfi, Nabi Muhammad saw. lahir pada 8 R. Awal Tahun Gajah.
Menurut hasil hisab Istilahi, Nabi Muhammad saw. lahir pada 9 R. Awal
Tahun Gajah. Sedangkan menurut hasil hisab Haqiqi bi al-Tahqiqi, Nabi
Muhammad saw. lahir pada 10 R. Awal Tahun Gajah. Yang mana Tahun
Gajah ini diperhitungkan bertepatan tahun 53 sebelum Hijriah125
.
Selanjutnya mengenai kebenaran sekian pendapat di atas, beliau
mengakui bahwa pendapatnya, yakni 10 R. Awal -53 H adalah yang benar.
Berdasarkan bahwa Ijtima‟ akhir Shafar -53 H. jatuh pada hari Jum‟at Legi
10 April 571 M. Lalu tinggi Hilal sudah mencapai 2° lebih. Oleh
karenanya 1 R. Awal -53 H jatuh pada hari Sabtu Pahing 11 April 571 M.
Dari sini dirunut dari hari Sabtu sampai hari Senin kedua setelahnya jatuh
pada 10 R. Awal -53 H yang bertepatan 20 April 571 M. Adapun pendapat
selain 10 R. Awal -53 H, beliau juga membenarkan, namun kebenaran itu
menurut sistem perhitungan yang digunakan masing-masing. Namun untuk
konsumsi umum, yang paling benar adalah 12 R. Awal Tahun Gajah.
Berdasar pendapat yang kuat dari kitab Maulid al Barzanji di atas126
.
124
Wawancara dengan KH. Noor Ahmad, loc.cit. 125
Ibid. 126
Ibid.
2. Hisab KH. Noor Ahmad tentang Waktu Kelahiran Nabi Muhammad saw.
Dalam memperhitungkan waktu kelahiran Nabi Muhammad saw.
ini, langkah pertama memperhitungkan waktu Ijtima‟ akhir bulan Shafar -
53 H menggunakan kitab Syams al-Hilal Juz 2. Hal ini diperlukan untuk
mencari waktu Ijtima‟ secara Haqiqi Taqribi, juga mencari data hari yang
akan dimasukkan dalam perhitungan selanjutnya, yakni perhitungan
Haqiqi bi al-Tahqiq menggunakan kitab Nur al-Anwar. Adapun
perhitungan Ijtima‟ akhir bulan Shafar -53 H dalam kitab Syams al-Hilal
Juz 2. adalah sebagai berikut:
Hisab Ijtima' Akhir Shafar (Awal R. Awal) -53 H
انسىح انمركز انخاصح انىسظ انحصح انعالمح
Hr. Dr. Dr. Dr. Dr. Dr.
317.984 242.300 40.550 225.967 2.550 2 60 (-) مجمىعح
284.867 8.588 284.960 56.327 13.658 2 7 مثسىطح
Shafar 3 1.468 61.341 58.213 51.633 58.211 انشهر
Jumlah 0 17.676 343.635 23.723 302.521 301.062
19.090
1.088
22.586 6 انعالمح انمعذنح / ولد االجرماع
ممىو انشمس 22.635
Dr./Jam
8.967 ذعذيم انخاصح 1
+
0.317 ذعذيم انمركز 2
9.284 انثعذ انمطهك 3
X
0.083 لاعذج 4
0.771 حاصم انضرب 5
+
0.317 ذعذيم انمركز 6
1.088 ذعذيم انشمس 7
0.150 ذعذيم االياو 8
-
9.284 ذ انمطهكانثع 9
9.134 انثعذ انمعذل 10
X
2.090 حصح انساعح 11
19.090 ذعذيم انعالمح 12
Dalam perhitungan ini, yang dihitung adalah Ijtima‟ akhir Shafar -
53 H. Data tahun yang digunakan adalah data tahun majmu’ah -60 H (563
M)127
dan data tahun mabsuthah 7128
. -60 ditambah 7 hasilnya ialah tahun -
53 H atau 570 M. Kemudian data bulan yang dipakai adalah data bulan
Shafar, karena dalam mencari awal R. Awal, waktu Ijtima‟ yang dicari
adalah satu bulan sebelumnya129
.
Kemudian dari perhitungan di atas, diketahui bahwa Ijtima‟ akhir
Shafar -53 H terjadi pada hari Jum‟at Pon, 9 April 571 M pukul 4:35 Wis
(Waktu Istiwa‟) atau 4:13 WIB130
.
Setelah diketahui waktu Ijtima‟ ini, kemudian masuk dalam
langkah kedua, yakni perhitungan awal Bulan menggunakan kitab Nur al-
Anwar, sebagai berikut:
127
Noor Ahmad, Syams al-Hilal Juz al-Tsani. Op.cit. h. 50. 128
Ibid. h. 3. 129
Ibid. h. 32. 130
Lihat langkah-langkah perhitungan awal Bulan Kamariyah ini dalam Noor Ahmad,
Ibid. h. 33-35.
ح سىل وال اعتي رلو ابوغرانذ عىه ريممانل ىط
10
( محكرنم اكح مكزمرانج جر
هانم لث
05
ᵒ 2
5 L
U, 39ᵒ
57'
BT
)
ىحسان
-53
روحم
و ياا
07
6 عح
58
لح
ح ع
4 ح ل
40
عجم
ان
( خوفاذ
5)+
تح ىطهنم اخكاحر
ان
Hr.
5
2
6 6 6
( سشم
انظ سو
A)
جد
323
29
26
20
20
1 (
+)
21
سشم
انل ىط
قد
39
34
36
14
11
17
17
35
53
هث
20
10
45
47
44
37
23
2
25
47
12
( هاصر
خاB)
جد
246
29
26
303
303
(B0)
ط
مرنم الى
قد
28
34
36
14
11
6 6
هث
35
5
40
47
44
37
28
2
30
( مرنم اظسو
C)
جد
344
35
355
3 2
21
21
21
1 (
-)
19
5 (
+)
25
25
25
قد
4
17
45
17
9
35
10
11
9 (
-)
1
12
49
41
30
4 (
+)
35
2 (
+)
38
هث
21
31
46
39
53
22
32
33
5
23
42
23
9
28
37
53
30
56
26
( رصخا
D)
جد
262
31
352
3 2
293
293
293
1 (
-)
292
291
(D3)
قد
46
56
45
15
9
34
28
29
9 (
-)
19
12
7
19 (
-)
47
هث
36
59
17
59
48
3
42
32
14
23
51
23
18
21
57
( ذمذع
E)
جد
318
1
1
321
321
321
(E1)
قد
28
35
25
31
31
7 (
+)
38
هث
40
19
47
48
2
3
14
0
14
22
36
0 1 2 3 4 5
Dalam langkah kedua ini, data yang digunakan ialah data tahun -53
H (570 M), data Bulan Muharram, data hari 27, data jam 6j 18
m , dan data
selisih waktu antara Jepara dan Makkah. Data tahun yang dimasukkan ialah
data satu tahun sebelum tahun yang dicari, yakni -53 H. Dari sini dapat
dipahami, bahwa satu tahun sebelum -53 H adalah -53 H, bukan -54 H. Ini
dikarenakan dalam data tahun, tahun sebelum Hijriyah dimulai dari tahun 0.
Dalam hal ini tahun -53 H posisinya sama dengan tahun -52 H. Oleh
karenanya satu tahun sebelumnya ialah tahun -53 H131
.
Data Bulan yang digunakan ialah data dua Bulan sebelum Bulan
yang dicari. Dalam perhitungan bulan yang dicari adalah R. Awal. Dua Bulan
sebelumnya ialah Bulan Muharram. Ini disebabkan dalam input data terdapat
data hari yang harus disertakan. Data hari diperoleh dari hasil perhitungan
Haqiqi Taqribi menggunakan kitab Syams al-Hilal. Data yang dimasukkan
ialah data hari ke 27 dari tabel data hari dalam kitab Nur al-Anwar. Ini karena
disesuaikan dengan hasil perhitungan Ijtima‟ sebelumnya yang jatuh pada
hari Jum‟at. Dalam tabel tersebut yang sesuai dengan hari Jum‟at adalah data
hari ke 27132
.
Data jam diperoleh dengan memperhitungkan data waktu
terbenamnya matahari pada saat akhir Shafar. Sedangkan data selisih jam
antara Jepara dan Makkah, KH. Noor Ahmad memberikan hasil 4j 43
m133.
131
Noor Ahmad, Risalah al-Falak Nur al-Anwar, Kudus: Madrasah TBS, 1986, 19. 132
Ibid. 133
Ibid.
Langkah ketiga, mencari umur Bulan dan Ijtima‟ Haqiqi bi al-
Tahqiq dengan langkah-langkah sebagai berikut134
:
Dr. Mnt. Dt.
Dr. Mnt. Dt.
Dalil 1 (B0) 303 6 30 Thul al-Qomar 25 38 26
Ta'dil (A0) 1 35 47 Thul al-Syams 21 53 12
Ta'dil (C0) -9 23 Selisih 3 45 14
Ta'dil (D0) -9 23
Mnt. Dt. Ts.
Ta'dil (D2) -19 21 Sabq Qomar fi Thul
1 31 26
Ta'dil (E0) 7 22 Sabq Qomar fi Thul
2 -18
C0 21 11 5 Sabq Qomar fi Thul
3 39 6
A1 (-) 21 53 12 Sabq Qomar fi Thul 31 47 6
Sisa 359 17 53 Sabq al-Syams -2 25
(x 2) 359 17 53 Al-Sabq al-Mu'addal 29 22 6
Hasil 358 35 48
Jm. Mn. Dt.
D0 (-) 293 29 14 Umur Bulan 7 40 9
Dalil 2 65 6 32 Matahari Terbenam 6 18
Ta'dil (C1 dan
D1) -1 12 33 Waktu Ijtima' 10 37 51
Dalil 3 (D3) 291 47 57
Ta'dil (C2) 5 41 28
C3 25 30 37
A1 (-) 21 53 12
Dalil 4 3 37 25
Ta'dil (C3) 4 53
C4 25 35 30
E1 (+) 321 38 36
134
Ibid. h. 20.
Dalil 5 347 14 6
Ta'dil (C4) 2 56
Langkah keempat, mencari data Hilal saat ghurub dengan langkah-
langkah sebagai berikut135
:
a. Urdhu al-Qamar (UQ)
Sin UQ = sin Dalil Khamis x sin Urdhu al-Qamar al-Kulliy
= sin 347° 14‟ 6” x sin 5°
UQ = -1° 6‟ 12”
b. Mail al-Awal li al-Syams (MSy)
Sin MSy = sin Thul al-Syams x sin al-Mail al-Kulliy
= sin 21° 53‟ 12” x sin 23° 26‟ 40”
MSy = 8° 31‟ 45”
c. Al-Mail al-Tsani li al-Qamar (MTQ)
Tan MTQ = sin Thul al-Qamar x sin al-Mail al-Kulliy
= sin 25° 38‟ 26” x tan 23° 26‟ 40”
MTQ = 10° 37‟ 42”
d. Al-Urdhu al-Mu’addal (AM)
AM = Urdhu al-Qamar + Al-Mail al-Tsani li al-Qamar
= -1° 6‟ 12” + 10° 37‟ 42”
AM = 9° 31‟ 30”
e. Bu’du al-Qamar 1 (BQ1)
Sin BQ1 = sin Al-Urdhu al-Mu’addal x cos al-Mail al-Kulliy cos
al-Mail al-Tsani li al-Qamar
= sin 9° 31‟ 30” x cos 23° 26‟ 40” cos 10° 37‟ 42”
BQ1 = 8° 53‟ 9”
f. Nishfu Qaus al-Nahar al-Mar’i li al-Syams (Nsy)136
(-) Cos Nsy = tan Urdhu al-Balad x tan al-Mail al-Awal li al-Syams +
sec Urdhu al-Balad x sec al-Mail al-Awal li al-Syams x sin
1° 13‟
= tan 21° 25‟ x tan 8° 31‟ 45” + sec 21° 25‟ x sec 8° 31‟ 45”
x sin 1° 13‟
Nsy = 94° 41‟ 49”
g. Nishfu Qaus al-Nahar al-Mar’i li al-Qamar (NQm)137
135
Ibid. h, 19-20. 136
Jika Urdhu al-Balad dan al-Mail al-Awal li al-Syams beda tanda, yakni bila Urdhu al-
Balad (+) dan al-Mail al-Awal li al-Syams (-) atau sebaiknya, maka tanda (-) di “(-) Cos Nsy”
dihilangkan. Oleh karena dalam perhitungan di atas nilai Urdhu al-Balad maupun ا al-Mail al-
Awal li al-Syams sama tanda, yakni (+) semua, maka tanda (-) di “(-) Cos Nsy” ditetapan. Lihat
Noor Ahmad, Loc. Cit. 137
Jika Urdhu al-Balad dan Bu’du al-Qamar 1 beda tanda, yakni bila Urdhu al-Balad (+)
dan Bu’du al-Qamar 1 (-) atau sebaiknya, maka tanda (-) di “(-) Cos NQm” dihilangkan. Oleh
(-) Cos NQm = tan Urdhu al-Balad x tan Bu’du al-Qamar 1 + sec
Urdhu al-Balad x sec Bu’du al-Qamar 1 x sin 1° 13‟
= tan 21° 25‟ x tan 8° 53‟ 9” + sec 21° 25‟ x sec 8°
53‟ 9” x sin 1° 13‟
NQm = 94° 50‟ 31”
h. Al-Mathali’ al-Falakiyah li al-Syams (MFSy)
Sin Qausuhu = cos Thul al-Syams cos al-Mail al-Awal li al-
Syams
= cos 21° 53‟ 12” cos 8° 31‟ 45”
Qausuhu = 69° 46‟ 5”
MFSy = Qaidah (+/-) Qausuhu
Qaidah:
Jika Thul al-Syams antara 0° - 90°, maka (180° - Qausuhu)
Jika Thul al-Syams antara 90° - 180°, maka (180° + Qausuhu)
Jika Thul al-Syams antara 180° - 270°, maka (360° - Qausuhu)
Jika Thul al-Syams antara 270° - 360°, maka (0° + Qausuhu)
MFSy = 180° - 69° 46‟ 5”
= 110° 13‟ 55”
i. Al-Mail al-Awal li al-Qamar (MQ)
Sin MQ = sin Thul al-Qamar x sin al-Mail al-Kulliy
= sin 25° 38‟ 26” x sin 23° 26‟ 40”
= 9° 54‟ 49”
j. Bu’du al-Qamar 2 (BQ2)
BQ2 = (Al-Mail al-Awal li al-Qamar + Bu’du al-Qamar 1) 2
= (9° 54‟ 49” + 8° 53‟ 9”) 2
BQ2 = 9° 23‟ 59”
k. Al-Mathali’ al-Falakiyah li al-Qamar (MFQ)
Sin Qausuhu = cos Thul al-Qamar cos Bu’du al-Qamar 2
= cos 25° 38‟ 26” cos 9° 23‟ 59”
Qausuhu = 66° 2‟ 7”
MFQ = Qaidah (+/-) Qausuhu
Qaidah
Jika Thul al-Qamar antara 0° - 90°, maka (180° - Qausuhu)
Jika Thul al-Qamar antara 90° - 180°, maka (180° + Qausuhu)
Jika Thul al-Qamar antara 180° - 270°, maka (360° - Qausuhu)
Jika Thul al-Qamar antara 270° - 360°, maka (0° + Qausuhu)
MFQ = 180° - 66° 2‟ 7”
= 113° 57‟ 53”
l. Mathali’ al-Ghurub al-Mar’i li al-Syams (MGSy)
MGSy = al-Mathali’ al-Falakiyah li al-Syams + Nishfu
Qaus al-Nahar al-Mar’i li al-Syams
= 110° 13‟ 55” + 94° 41‟ 49”
MGSy = 204° 55‟ 44”
karena dalam perhitungan di atas nilai Urdhu al-Balad maupun Bu’du al-Qamar 1 sama tanda,
yakni (+) semua, maka tanda (-) di “(-) Cos NQm” ditetapan. Noor Ahmad, Ibid.
m. Mathali’ al-Ghurub al-Mar’i li al-Qamar (MGQ)
MGQ = al-Mathali’ al-Falakiyah li al-Syams + Nishfu
Qaus al-Nahar al-Mar’i li al-Qamar
= 113° 57‟ 53” + 94° 50‟ 31”
MGQ = 208° 48‟ 24”
n. Qaus al-Muktsi (QM)
QM = Mathali’ al-Ghurub al-Mar’i li al-Qamar -
Mathali’ al-Ghurub al-Mar’i li al-Syams
= 208° 48‟ 24” - 204° 55‟ 44”
QM = 3° 52‟ 40”
o. Fadhlu al-Dair li al-Qamar (FDQ)
FQ = Nishfu Qaus al-Nahar al-Mar’i li al-Qamar -
Qaus al-Muktsi
= 94° 50‟ 31” - 3° 52‟ 40”
FQ = 90° 57‟ 51”
p. Irtifa’ al-Hilal (IrH)
Sin IrH = sin Urdhu al-Balad x sin Bu’du al-Qamar 1 + cos
Urdhu al-Balad x cos Bu’du al-Qamar 1 x cos
Fadhlu al-Dair li al-Qamar
= sin 21° 25‟ x sin 8° 53‟ 9” + cos 21° 25‟ x cos 8°
53‟ 9” x cos 90° 57‟ 51”
IrH = 2° 20‟ 44”
q. Mukts al-Hilal (MH)
MH = (Qaus al-Muktsi + Irtifa’ al-Hilal) 2 x 0° 4‟
= (3° 52‟ 40” + 2° 20‟ 44”) 2 x 0° 4‟
MH = 12 Menit, 27 Detik.
r. Si’at al-Maghrib li al-Syams (SMSy)
Sin SMSy = sin Mail Awal li al-Syams cos Urdhu al-Balad
= sin 8° 31‟ 45” cos 21° 25‟
SMSy = 9° 10‟
s. Simtu al-Irtifa’ li al-Qamar (SIrQ)
Cos SirQ = sin Fadhlu al-Dair li al-Qamar x cos Bu’du al-
Qamar 1 cos Irtifa’ al-Hilal
= sin 90° 57‟ 51” x cos 8° 53‟ 9” cos 2° 20‟ 44”
SirQ = 8° 37‟ 36”
t. Al-Mahfudz (M)
M = Simtu al-Irtifa’ li al-Qamar - Si’at al-Maghrib li
al-Syams
= 8° 37‟ 36” - 9° 10‟
M = -0° 32‟ 24”
u. Nur al-Hilal (NH)
NH = al-Fadhlu Bainahuma x 0° 4‟ + (Urdhu al-Qamar
60)
= 3° 45‟ 14” x 0° 4‟ + ([-1° 6‟ 12”] 60)
NH = 0° 16‟ 7” / 0.27 Inci / ¼ Jari.
v. Hai’at al-Hilal (HH)
Kaidah138
=
Jika al-Mahfudz > 1°, maka keadaan Hilal terlentang ke utara.
Jika al-Mahfudz < -1°, maka keadaan Hilal terlentang ke selatan.
Jika al-Mahfudz > (-1°) - 1°, maka keadaan Hilal terlentang.
Dalam hal ini keadaan Hilal keadaannya “terlentang”, karena nilai al-
Mahfudz di antara -1° sampai 1°, yakni -0° 32‟ 24”.
Dari perhitungan awal R. Awal -53 H di atas KH. Noor Ahmad
memberikan hasil sebagai berikut:
Gambar 1: Hasil hisab awal R. Awal -53 H dan waktu kelahiran Nabi
Muhammad139
.
Berdasarkan hasil hisab di atas, maka dapat dirunut perhitungan
waktu kelahiran Baginda Nabi Muhammad saw. dari 1 R. Awal -53 H
yang jatuh pada hari Sabtu Pahing 11 April 571 M. Oleh karena Nabi
dilahirkan pada hari Senin, maka dapat dihitung bahwa setelah 11 April
571 M hari Senin jatuh sebanyak dua kali, yakni 13 dan 20 April 571 M
138
Ibid. 139
Ibid. h. 31.
atau bertepatan dengan 3 dan 10 R. Awal -53 H. Kemudian berdasarkan
riwayat bahwa Nabi Muhammad saw. lahir pada hari Senin 12 R. Awal -
53 H, maka menurut KH. Noor Ahmad, tidaklah tepat jika hari Senin
kedua pada Bulan R. Awal tersebut jatuh pada tanggal 12. Akan tetapi
yang lebih tepatnya ialah jatuh pada 10 R. Awal -53 H hari Senin Legi.
BAB IV
ANALISIS HISAB KH. NOOR AHMAD TENTANG WAKTU
KELAHIRAN NABI MUHAMMAD SAW.
A. Analisis terhadap Hisab KH. Noor Ahmad terkait Waktu Kelahiran
Nabi Muhammad saw. 10 R. Awal -53 H (20 April 571 M)
1. Markaz140
KH. Noor Ahmad menyebutkan bahwa Markaz yang digunakan
dalam perhitungan waktu kelahiran Nabi Muhammad saw. adalah kota
Makkah, yaitu 21° 25‟ LU (Lintang Utara) dan 39° 57‟ BT (Bujur Timur).
Dalam temuan penulis, Markaz tersebut posisinya sekitar 12 km ke arah
tenggara dari Ka‟bah, sebagaimana gambar di bawah ini:
Gambar 2: View Markaz Nur al-Anwar141
.
140
Merupakan tempat observasi atau lokasi yang dijadikan pedoman dalam perhitungan.
Op. Cit. Muhyiddin Khazin, h. 53. 141
Gambar via Goggle Earth pada 15 Mei 2012 M.
Menurut penulis, alangkah lebih baiknya jika markaz yang
digunakan adalah sesuai dengan koordinat rumah yang pernah digunakan
dalam proses kelahiran Nabi Muhammad saw. oleh Sayyidah Aminah.
Koordinat tersebut, bisa dilihat di bawah ini:
Gambar 3: View rumah kelahiran Nabi Muhammad saw. dari atas142.
Gambar 4: View rumah kelahiran Nabi saw. lebih dekat143.
142
Ibid. 143
Ibid.
Berdasarkan gambar di atas, terlihat bahwa Markaz rumah
kelahiran Nabi saw. adalah 21° 25‟ 29.76” LU. dan 39° 49‟ 47.93” BT.
Hal ini berpengaruh pada selisih waktu antara Jepara dan Makkah yang
dimasukkan dalam perhitungan. Jika KH. Noor Ahmad memperhitungkan
selisih tersebut sebanyak 4j 43
m, maka jika menggunakan Markaz rumah
kelahiran Nabi saw. di atas akan dihasilkan 4j 43
m 20.8
d.
2. Konversi
Perhitungan kelahiran Nabi Muhammad saw. di dalam kitab Nur
al-Anwar, KH. Noor Ahmad tidak menjelaskan mengenai konversi
tanggal, baik dari Hijriyah ke Masehi atau sebaliknya. Dalam hasil
perhitungan tersebut, beliau menyatakan bahwa Nabi saw. lahir pada 10 R.
Awal -53 H yang bertepatan dengan 20 April 571 M. Penulis memandang
bahwa dalam konversi (hisab Isthilahi) 20 April 571 M tersebut tidaklah
bertepatan dengan 10 R. Awal -53 H, akan tetapi bertepatan dengan 8 R.
Awal -53 H. Yang mana hasil konversi ini selisih satu hari dari hasil hisab
Isthilahi yang telah dilakukan oleh KH. Noor Ahmad, yakni 9 R. Awal -53
H.
Pembuktian konversi ini bisa ditempuh langkah-langkah sebagai
berikut:
Diketahui:
1. 1 Muharram 1 H = hari Kamis 15 Juli 622 M144.
2. Kelahiran Nabi Muhammad saw. Senin Legi 20 April 571 M145.
144
Lihat Zubair Umar al-Jaelani, al-Khulashah al-Wafiyah, Kudus: Percetakan Menara
Kudus, 2010, h. 11. Lihat juga Ahmad Ghazali Muhammad Fathullah, Irsyad al-Murid, Sampang:
PP. al-Nuriyah, 2007, h. 76. Lihat juga Muhammad bin Muhammad Fiyadh, al-Taqawim, Mesir:
Nahdhah Mishr, 2003, h. 176.
Langkah selanjutnya ialah:
3. Menghitung awal tahun 571 M/ 1 Januari 571 M dengan langkah
berikut146
:
Waktu yang dilewati, yakni 570 tahun + 0 Bulan + 1 hari.
570 4147 = 142 siklus lebih 2 tahun.
142 x 1461 = 207462 hari.
2 x 365 = 730 hari.
Bulan = 0 hari.
Hari = 1 hari. +
Jumlah = 208193 hari.
208193 7 = sisa 6 (dihitung dari Sabtu), yakni Kamis.
208193 5 = sisa 3 (dihitung dari Kliwon), yakni Pahing.
Jadi 1 Januari 571 M adalah hari Kamis Pahing.
4. Menghitung tanggal Hijriah yang bertepatan dengan 1 Januari 571 M
dengan langkah sebagai berikut:
■ Jumlah hari dari 1 Januari 571 M sampai 15 Juli 622 M.
Tahun 571 – tahun 621 = 51 tahun.
■ 38 tahun basithah (Th. 571, 573, 574, 575, 577, 578, 579, 581, 582,
583, 585, 586, 587, 589, 590, 591, 593, 594, 595, 597, 598, 599, 601,
602, 603, 605, 606, 607, 609, 610, 611, 613, 614, 615, 617, 618, 619,
dan 621)
■ 13 tahun kabisat (Th. 572, 576, 580, 584, 588, 592, 596, 600, 604,
608, 612, 616, dan 620).
38 x 365 = 13870 hari.
13 x 366 = 4758 hari. +
Jumlah = 18628 hari.
■ Jumlah hari dari 1 Januari 622 M – 15 Juli 622 M
ᴥ Januari = 31 hari.
ᴥ Februari = 28 hari148.
ᴥ Maret = 31 hari.
ᴥ April = 30 hari.
ᴥ Mei = 31 hari.
ᴥ Juni = 30 hari.
ᴥ Juli = 14 hari.+
Jumlah = 195 hari.
■ 18628 hari + 195 hari = 18823 hari.
Jadi jumlah hari dari 1 Januari 571 M – 15 Juli 622 M adalah 18823
hari.
■ 18823 † 354. 367149 = 53 tahun 41.549 hari (42 hari).
145
Lihat Noor Ahmad, Risalah al-Falak Nur al-Anwar, Kudus: Madrasah TBS, 1986, h.
31. Lihat juga Muhammad Fiyadh, op.cit. h. 177. Lihat juga Ahmad Ghazali Muhammad
Fathullah, op.cit. h. 158. 146
Hasil wawancara dengan Saiful Mujab, 29 April 2012, di STAIN Kudus. 147
Siklus Masehi 4 tahun (1 tahun Kabisat, 3 tahun Basithah). Jumlah harinya 1461 dari
((365 x 3) + 366). 148
Februari jumlah Harinya 28, karena Tahun 622 M basitoh.
■ 53 tahun = 1 Muharram -53 H
■ 42 hari artinya dihitung mundur sebanyak 42 hari dari 1 Muharram -
53 H. Hasilnya melewati Bulan Dzulhijah (30 Hari) dan Dzulqa‟dah
(12 Hari). Dengan demikian 1 Januari 571 M sama dengan 18
Dzulqa‟dah -54 H.
■ Dari 18 Dzulqa‟dah -54 H – 1 R. Awal -53 H
→ Dzulqa‟dah = 12 hari.
→ Dzulhijah = 30 hari150
.
→ Muharram = 30 hari.
→ Shafar = 29 hari.
→ R. Awal = 1 hari. +
Jumlah = 102 hari.
■ 1 Januari 571 M + 102 hari.
→ Januari = 31 hari.
→ Februari = 28 hari.
→ Maret = 31 hari.
→ April = 12 hari.+
Jumlah = 102 hari.
Dengan demikian 1 R. Awal -53 H jatuh pada hari Senin Wage 13
April 571 M. Hal ini berdasarkan bahwa 1 Januari 571 M jatuh pada hari
Kamis Pahing, dan 102 hari setelahnya jatuh pada hari Senin Wage 13
April 571 M. Selanjutnya, hari Senin setelah tanggal ini jatuh pada 20
April 571 M. Jika dihitung, maka saat tersebut jatuh pada 8 R. Awal -53 H
seperti yang terlihat di bawah ini:
149
354.367 ini yang 354 adalah jumlah hari dalam satu tahun basithah Hijriah. Sedangkan
0. 367 adalah jumlah tambahan sebagai tahun kabisat (satu tahun 355 hari). Hal ini berdasarkan
daur Hijri ada 30 Tahun. 11 kabisat dan 19 basithah. Angka 0. 367 diperoleh dari 11÷ 30. Oleh
karenanya rata-rata jumlah hari dalam satu tahun Hijri adalah 354. 367 Hari. 150
Jumlah hari bulan Dzuhijah -54 H adalah 30 hari. Ini karena tahun ke -54 H adalah
tahun Kabisat dengan urutan ke 7 dalam siklus Hijri dari tahun -60 H. Lihat keterangan tentang
urutan tahun Kabisat dan Basithah dalam satu siklus Hijri dalam Muhammad Ma‟sum bin Ali,
Badi’ah al-Mitsal, Surabaya: Percetakan Sa‟ad bin Nashir Nabhan, h. 6. (tanpa Tahun). Lihat juga
Noor Ahmad, Syamsul Hilal Juz 1, Kudus: Madrasah TBS, 1999, h. 4.
TAHUN 571 M / - 53 H
HARI APRIL (Shafar – R. Awal)
AHAD
5 12 19 26
Legi Pon Kliwon 7 Pahing
SENIN 6 13 20 27
Pahing Wage 1 Legi [8] Pon
SELASA
7 14 21 28
Pon Kliwon 2 Pahing 9 Wage
RABU 1 8 15 22 29
Pahing Wage Legi 3 Pon 10 Kliwon
KAMIS 2 9 16 23 30
Pon Kliwon Pahing 4 Wage 11 Legi
JUM'AT 3 10 17 24
Wage Legi Pon 5 Kliwon 12
SABTU 4 11 18 25
Kliwon Pahing Wage 6 Legi
Hasil konversi ini selisih dua hari dengan hasil perhitungan awal
Bulan Haqiqi bi al-Tahqiq-nya kitab Nur al-Anwar, sekaligus sesuai
dengan hasil konversi 20 April 571 M oleh KH. Ahmad Ghazali
Muhammad Fathullah dalam kitab karyanya, Irsyad al-Murid151
.
3. Ijtima‟
Diketahui dari data al-Alamah al-Mu’addalah/ Waqt al-Ijtima’,
dalam hisab Haqiqi Taqribi kitab Syams al-Hilal bahwa waktu Ijtima‟
untuk kolom Hr. (hari) dihasilkan angka enam (6), dan untuk kolom J.
(jam) dihasilkan angka 22.586. Ini mengindikasikan bahwa Ijtima‟ akhir
Shafar jatuh pada hari keenam dari hari Ahad, yakni Jum‟at, pada jam 4:
151
Lihat dalam Ahmad Ghazali, Irsyad al-Murid, Madura: PP. al-Nuriyah, 2009, h. 84.
13 WIB152. Adapun mengenai tahunnya, diperoleh dari data al-Sanah al-
Majmu’ah, yaitu -60 yang bertanda tahun 563 M153
dijumlahkan dengan
data al-Sanah al-Mabsuthah, yakni 7154
. Dengan demikian tahun yang
dihasilkan ialah 563 ditambah 7, hasilnya 570 M. Kemudian Bulan dan
tanggal waktu Ijtima‟ diperoleh dari nilai derajat data Muqawwam al-
Syams (Bujur Matahari), yaitu 22.635/ 23 (dibulatkan). Angka 23 ini
dimasukkan ke dalam tabel “Daftar Perimbangan Bujur Matahari Dengan
Hari Miladi Ketika Tahun Basithoh (Pendek) 365 Hari” kitab Syams al-
Hilal Juz 2155
. Berdasarkan nilai derajat Bujur Matahari tersebut dihasilkan
waktu 14 April. Kemudian dapat disimpulkan bahwa Ijtima‟ akhir Shafar
menurut perhitungan Haqiqi Taqribi ini terjadi pada hari Jum‟at 14 April
571 M pukul 4: 13 WIB/ 8: 13 WM.
Hasil ini tampak sekali perbedaannya dari hasil di kitab Nur al-
Anwar di atas. Hal ini dapat dimaklumi karena hisab dalam kitab Syams
al-Hilal Juz 2 diakui tingkatannya masih Taqribi (perkiraan), yang
mungkin sekali hasil perhitungannya berbeda dengan hasil perhitungan
menggunakan kitab Nur al-Anwar156, ditambah yang dihitung adalah
waktu sebelum Hijriyah. Untuk membuktikan kebenaran hasil perhitungan
kitab Nur al-Anwar ini, penulis mencoba membuktikannya menggunakan
152
Lihat Noor Ahmad, Syams al-Hilal Juz al-Tsani, Kudus: Madrasah TBS, 1990, h. 12,
25, dan 11. 153
Ibid. h. 50. 154
Ibid. h. 3. 155
Ibid. h. 25. 156
Wawancara dengan Saiful Mujab hari Selasa Kliwon 1 Mei 2012 M bertepatan dengan
9 Jumadi al-Akhir 1433 H pukul 11:32 di STAIN Kudus.
metode hisab Kontemporer dengan data Ephemeris Hisab Rukyah
Kemenag RI 1996, sebagai berikut:
1. Perhatikan Fraction Illumination/ cahaya Bulan (FI) terkecil dari data
Ephemeris pada April 571 M. Cahaya Bulan terus menurun sampai
yang terendah diperoleh pada 10 April 571 M pk. 07 GMT., pk. 08
GMT. dan pk. 09 GMT., yaitu 0.00020, 0.00016 dan 0.00016. Setelah
itu perhatikan data Ecliptic Longitude Matahari (EL) dan Apparent
Longitude Bulan (AL) pada jam tersebut dan pilih yang cocok, yakni
yang pertama EL harus lebih besar dari AL dan yang kedua EL harus
lebih kecil dari AL.
JAM GMT EL AL FI
07 210 37‟ 54” 21
0 00‟ 25” 0.00020
08 210 40’ 19” 21
0 32’ 17” 0.00016
09 210 42’ 45” 22
0 04’ 07” 0.00016
Dari data di atas diketahui yang cocok adalah pk. 08 dan pk. 09 GMT.
atau pk. 11 dan pk. 12 WM (Waktu Makkah).
2. Kemudian melakukan ta‟dil (interpolasi157) dengan rumus sebagai
berikut:
Ijtima‟ = J1 + ((EL
1 – AL
1) ((AL
2 – AL
1) – (EL
2 – EL
1)))158
= pk. 08 + ((210 40‟ 19” – 21
0 32‟ 17”) ((22
0 04‟ 07” -
210 32‟ 17”) – (21
0 42‟ 45” - 21
0 40‟ 19” )))
= pk. 07: 59: 37.24 GMT + 3j
= pk. 10: 59: 37.24 WM.
Berarti Ijtima‟ akhir Shafar -53 H terjadi hari Jumat Legi 10 April 571
M pk. 10: 59: 37.24 WM.
157
Mencari nilai tengah. 158
Rumus diperoleh dari Makalah Hisab Praktis Awal Bulan Qomariah oleh Slamet
Hambali halaman 2.
Dari pembuktian ini, dapat diketahui bahwa Ijtima‟ benar-benar
terjadi pada hari Jum‟at 10 April 571 M. Namun ada sedikit selisih dalam
jam hasil hisab, yakni menurut hasil hisab kitab Nur al-Anwar jam yang
dihasilkan ialah pk. 10: 58: 9 WM sedangkan jam yang dihasilkan dari
hisab data Ephemeris ialah pk. 10: 59: 37.24 WM, selisih 1 Menit 28.24
Detik.
4. Hasil Hisab
Dalam analisis ini, penulis membandingkan hasil perhitungan awal
R. Awal -53 H antara kitab Nur al-Anwar dan Ephemeris Kemenag RI,
sebagai berikut:
HASIL HISAB AWAL RABI'AL-AWWAL -53 H
No. Keterangan Nur al-Anwar Ephemeris
1 1 R. Awal -53 H Sabtu Pahing Sabtu Pahing
Tanggal 11 April 571 M 11 April 571 M
2
Ijtima‟ akhir Shafar -
53 H Jumat Legi Jumat Legi
Tanggal 10 April 571 M 10 April 571 M
Jam 10: 58: 9 WM 10: 59: 37 WM
3 Matahari Terbenam 18: 38: 18 WM 18: 38: 15 WM
4 Tinggi Hilal 2° 20‟ 44” 2° 42‟ 49”
5 Tinggi Hilal Mar’i - 2° 05‟ 27”
6 Hilal Terbenam 18: 50: 45 WM 18: 49: 57 WM
7 Letak Matahari
Terbenam
9° 10‟ (Utara titik
Barat).
9° 37‟ 40.78”
(Utara titik Barat)
8 Kedudukan Hilal 0° 32‟ 24” (Selatan
Matahari)
1° 04‟ 19.42”
(Selatan Matahari).
9 Keadaan Hilal Terlentang. Miring ke Utara
10 Lama Hilal di atas
Ufuq 12 Menit 27 Detik.
11 Menit 42. 35
Detik
11 Besar Cahaya Hilal ¼ (0.27) Jari. 0. 1567 Jari
12 Markaz Φ (21° 25‟ LU.)
Φ (21° 25‟ 29.76”
LU.)
λ (39° 57‟ BT.) λ (39° 49‟ 47.93”
BT.)
Dari kedua hasil perhitungan di atas, diketahui bahwa Ijtima‟ akhir
Shafar -53 H terjadi pada hari dan tanggal yang sama, yakni hari Jum‟at 10
April 571 M. Akan tetapi jamnya terdapat selisih 0.28 detik. Kemudian
ketinggian Hilal sudah mencapai sekitar 2°, yang pada saat tersebut
memugkinkan dilakukan rukyah akhir Bulan. Beracuan dengan hasil hisab
ini, maka dapat disimpulkan bahwa secara hisab, awal R. Awal -53 H jatuh
pada hari Sabtu 11 April 571 M. Selanjutnya, hari Senin setelah 1 R. Awal
-53 H, jatuh sebanyak dua kali, yaitu 3 dan 10 R. Awal -53 H. Berdasarkan
riwayat mengenai waktu kelahiran Nabi Muhammad saw. yang jatuh pada
tanggal yang mendekati angka 10, maka dapat dimpulkan secara hisab
Haqiqi bi al-Tahqiq dan Ephemeris, kelahiran Nabi saw. jatuh pada 10 R.
Awal -53 H bertepatan dengan 20 April 571 M.
Adapun perbedaan yang mencolok di antara kedua hasil
perhitungan di atas ialah mengenai keadaan Hilal, yakni dalam Nur al-
Anwar keadaan Hilal “terlentang”, sedangkan dalam metode hisab data
Ephemeris Hisab Rukyah RI. keadaan Hilal “miring ke Utara”. Hal ini bisa
terjadi karena perbedaan dalam menentukan keadaan Hilal dari kedua
metode yang digunakan. Perbedaan tersebut ialah:
Dalam Nur al-Anwar, acuan yang digunakan ialah al-Mahfudh,
yakni159
:
- Jika al-Mahfudh > 1°, maka Hilal terlentang ke Utara.
- Jika al-Mahfudh < 1°, maka Hilal terlentang ke Selatan.
159
Noor Ahmad, Risalah al-Falak Nur al-Anwar, Kudus: Madrasah TBS, 1986, h. 17.
- Jika al-Mahfudh diantara (-1°) - 1°, maka Hilal terlentang.
Oleh karenanya, dalam hasil perhitungan dalam kitab Nur al-
Anwar Hilal keadaannya “terlentang”.
Dalam metode Hisab dengan data Ephemeris RI. acuannya ialah
sebagai berikut160
:
- Jika nilai kemiringan Hilal < = 15, maka Hilal terlentang.
- Jika nilai kemiringan Hilal > 15 dan posisi Hilal (+), maka Hilal
miring ke Utara.
- Jika nilai kemiringan Hilal > 15 dan posisi Hilal (-), maka Hilal
miring ke Selatan.
Oleh karenanya, hasil hisab metode ini keadaan Hilal “miring ke
Utara”.
B. Analisis terhadap Berbagai Pendapat Ulama tentang Waktu Kelahiran
Nabi Muhammad saw.
Telah diketahui bahwa ulama berbeda pendapat dalam menentukan
waktu kelahiran Nabi Muhammad saw. Perbedaan ini ditunjukkan pada
tanggal, bulan, dan tahunnya baik dalam Kalender Masehi maupun Hijriyah.
Dalam Kalender Masehi, setidaknya terdapat tiga pendapat, yaitu hari Senin
30 Agustus 570 M, 20 atau 22 April 571 M. Dari ketiga pendapat tersebut,
penulis memandang yang paling tepat adalah kelahiran Nabi saw. jatuh pada
20 April 571 M. Hal ini disebabkan pada saat tersebut bertepatan dengan hari
Senin, sebagaimana Hadits yang menjelaskannya. Hari Senin yang jatuh pada
160
Muhyiddin Khazin, Ilmu Falak dalam Teori dan Praktek, Yogyakarta: Buana Pustaka,
2004, h. 160.
20 April 571 M tersebut bisa dilihat dari kalender April 571 M sebagai
berikut:
Gambar 5: Kalender April 571 M161
.
Gambar di atas sekaligus menjadi bukti untuk menolak pendapat
yang mengatakan kelahiran Nabi saw. jatuh pada 22 April 571 M. Karena
pada tanggal tersebut bukanlah bertepatan dengan hari Senin, akan tetapi
bertepatan dengan hari Rabu. Akan tetapi, penulis menduga mengenai 22
April 571 M ini, mungkin tanggal tersebut disesuaikan dengan riwayat yang
populer mengenai kelahiran Nabi saw, yakni 12 R. Awal -53 H meskipun
kenyataannya tidak bertepatan dengan hari Senin.
Kemudian mengenai 30 Agustus 570 M, penulis memastikan
bahwa pendapat tersebut tidaklah tepat. Karena saat tersebut juga tidak
bertepatan dengan hari Senin. Hal ini bisa dilihat pada kalender Agustus 570
M di bawah ini:
161
Win Hisab 2010 Kemenag RI, Perhitungan Kalender Masehi bulan April tahun 571.
Gambar 6: Kalender Agustus 570 M162
.
Dengan demikian, pendapat yang paling tepat mengenai waktu
kelahiran Nabi Muhammad saw. dalam Kalender Masehi adalah pendapat
yang mengatakan kelahiran Nabi saw. jatuh pada 20 April 571 M, yang pada
waktu tersebut bertepatan dengan hari Senin.
Selanjutnya, dalam Kalender Hijriyah terdapat pendapat yang
bervasiasi mengenai waktu kelahiran Nabi saw. Pendapat yang populer
mengatakan bahwa kelahiran tersebut jatuh pada hari Senin 12 R. Awal
Tahun Gajah (-53 H). Dalam hari, bulan dan tahun yang sama, penulis
menemukan bahwa ada yang mengatakan Nabi saw. lahir pada 2, 8, 9, 10, 17,
18, atau 22.
Secara hisab Haqiqi bi al-Tahqiq, penulis condong dengan
pendapat yang menyatakan kelahiran Nabi saw. jatuh pada 10 R. Awal -53 H
yang bertepatan dengan 20 April 571 H. Hal ini dikarenakan Ijtima‟ akhir
Shafar -53 H jatuh pada 10 April 571 M dengan ketinggian Hilal pada saat
162
Ibid.
ghurub mencapai 2° lebih. yang mana secara hisab ketinggian tersebut
memungkinkan untuk dirukyah. Oleh karenanya 1 R. Awal -53 H jatuh pada
11 April 571 M. Kemudian dirunut hari Senin kedua setelahnya jatuh pada 10
R. Awal -53 H.
Di samping itu, pendapat ini juga dinilai shahih oleh sebagian
ulama. Sebagaimana yang nyatakan oleh pakar sejarah, Ali al-Halabi dalam
kitab karyanya al-Sirah al-Halabiyah, dengan mengutip pendapatnya Imam
al-Hafidh al-Dimyathi, sebagai berikut:
صحح احبفع اس١بط(ل١ ؼشط ١بي ضذ ضث١غ صحح اـ أ
(163
Artinya: “Ada yang mengatakan kelahiran Nabi saw. jatuh pada 10 Rabi’ (R.
Awal), dan dinilai shahih. (Dishahihkan al-Hafidh al-Dimyathi).”
Kemudian secara hisab Isthilahi, penulis lebih condong dengan
pendapat yang menyatakan kelahiran Nabi saw. jatuh pada 8 R. Awal. Selain
itu pendapat ini adalah pendapat yang telah disepakati ahli sejarah dan
sebagian besar ahli Hadits, sebagaimana pernyataan pakar, Ibnu Dahiyyah
dan al-Quthb al-Qusthalani, sebagai berikut:
جغ أث زح١خ: اص ال٠صح غ١ط ػ١ إل١ ثب ضذ . لبي
احس٠ث, أوثط أحز١بض إ ازبض٠ح. لبي امطت امؽطال: أ
ث حعإوبح١س ش١ر 164.
Artinya: “Ada yang berpendapat (kelahiran Nabi saw.) jatuh pada 8 (R.
Awal). Ibnu Dahiyah berkata: Pendapat ini adalah pendapat yang
paling benar yang disepakati para ahli sejarah. Al-Quthb al-
Qusthalani berkata: Pendapat ini adalah pendapat yang dipilih
163
Ali al-Halabi, al-Sirah al-Halabiyah Insan al-Uyun fi Sirah al-Amin al-Ma’mun, jilid
1. Beirut: Dar al-Ma‟rifah, 1995, h. 82. 164
Ibid.
kebanyakan ahli Hadits, seperti al-Hamidi dan gurunya yang
bernama Ibnu Hazm.”
Meskipun pendapat ini dinilai kuat, secara pasti penulis lebih
memilih pendapat yang menyatakan kelahiran Nabi Muhammad saw. jatuh
pada hari Senin 10 R. Awal -53 H bertepatan dengan 20 April 571 M. Ini
dikarenakan, secara hisab Haqiqi bi al-Tahqiq dan hisab menggunakan data
Ephemeris, maupun menurut pendapat yang shahih kelahiran beliau jatuh
pada tanggal tersebut.
Selanjutnya, pendapat yang mengatakan kelahiran Nabi saw. jatuh
pada 12 R. Awal, tidak bisa serta merta dipersalahkan, karena bedasar
riwayat, pendapat ini bersumber dari orang yang pernah bertemu langsung
dengan Nabi saw., yakni sahabat yang bernama Sa‟id bin al-Musayyab,
sebagaimana yang terekam dalam pernyataannya, sebagai berikut:
,س ضؼي هللا ص هللا ػ١ ؼ ػس إثبض ابض :ػ ؼؼ١س ث اؽ١ت
.165ث ػشطح ١خ ضذ شط ضث١غ األيإوب شه ا١ ض
Artinya: “Diceritakan dari Sa‟id bin al-Musayyab: Rasulullah saw. dilahirkan
ketika pertengahan siang, bertepatan dengan 12 R. Awal.”
Dugaan penulis, sahabat Sa‟id tidak mungkin menyatakan prihal
waktu kelahiran Nabi saw. tanpa dasar. Beliau adalah orang yang dekat
dengan Nabi saw., maka sangat dimungkinkan Nabi saw. pernah bercerita
mengenai waktu kelahirannya tersebut kepada sahabat yang satu ini.
165
Ali al-Halabi, al-Sirah al-Halabiyah: Insan al-Uyun fi Sirah al-Amin al-Ma’mun,
Beirut: Dar al-Ma‟rifah, 1995, h. 87.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Dalam menentukan waktu kelahiran Nabi Muhammad saw., KH. Noor
Ahmad melakukan Hisab awal R. Awal -52 H melalui tiga tahapan, yaitu:
a) Hisab Haqiqi Taqribi dengan kitab Syams al-Hilal Juz 2, b) Hisab
Haqiqi bi al-Tahqiq dengan kitab Nur al-Anwar, dan 3) Mencari data Hilal
menggunakan rumus-rumus segi tiga bola dengan kitab yang sama.
Adapun hal yang melatarbelakanginya dalam menentukan waktu kelahiran
Nabi saw. 10 R. Awal -53 H (20 April 571 M), yaitu:
Pertama, Ijtima‟ sebelum ghurub akhir Shafar -53 H terjadi pada hari
Jum‟at Legi 10 April 571 M pukul 10: 58 WM (Waktu Makkah).
Kedua, umur Bulan dari saat Ijtima‟ sampai Hilal terbenam hampir 8 jam,
yakni 7j 52
m 27
d.
Ketiga, Hilal saat terbenamnya Matahari pada hari itu mencapai ketinggian
lebih dari 2° dengan ketebalan cahaya sebesar ¼ Jari, serta mungkin untuk
dirukyah.
2. Pendapat terkait kelahiran Nabi Muhammad saw. 12 R. Awal -53 H tidak
bertepatan dengan hari Senin. Adapun pendapat yang shahih secara
riwayat serta akurat secara hisab ialah bahwa kelahiran tersebut jatuh pada
10 R. Awal -53 H. Dalam Kalender Masehi, pendapat yang paling tepat
ialah 20 April 571 M, karena saat tersebut bertepatan dengan hari Senin.
Sedangkan 22 April 571 M dan 30 Agustus 570 M sangatlah tidak tepat
jika saat tersebut diklaim sebagai waktu kelahiran Nabi saw., karena tidak
bertepatan dengan hari Senin.
B. Saran-Saran
1. Kepada KH. Noor Ahmad
Hasil hisab ini, hendaknya disosialisasikan kepada masyarakat
umum agar bisa membuka wacana bagi mereka, sehingga diharapkan
mereka mempunyai rasa ingin tahu untuk mempelajari perhitungan
tersebut dan memahami bagaimana alasan beliau dalam menentukan
waktu kelahiran Nabi Muhammad saw.
2. Kepada Masyarakat
Meskipun secara hisab waktu kelahiran Nabi Muhammad saw.
jatuh pada 10 R. Awal, hendaknya hal tersebut tidak perlu ditanggapi
secara ekstrim dengan menyalahkan pendapat yang populer, yakni 12 R.
Awal. Yang terpenting adalah kecintaan kita untuk memperingati hari
kelahiran Nabi Muhammad saw. dengan penuh penghayatan akan
perjuangan kegigihan beliau dalam menyebarkan Islam ke seluruh lapisan
masyarakat, tanpa merasa terganggu dengan perbedaan mengenai kapan
beliau dilahirkan.
C. Penutup
Puji syukur penulis persembahkan kepada Allah swt. atas karunia
yang telah diberikan untuk menyelesaikan penulisan skripsi ini. Shalawat dan
salam sejumlah hitungan yang tiada batasnya penulis sampaikan khusus
kepada Nabi Muhammad saw. Semaksimal apapun usaha penulis dalam
menyelesaikan tulisan ini, pasti di dalamnya terdapat kekurangan. Oleh
karenanya saran dan masukan yang konstruktif sangat penulis harapkan dari
para pembaca. Penulis selalu berharap, semoga tulisan ini diberikan
kemanfaatan oleh Allah swt. khusus bagi penulis dan mereka yang telah
meluangkan waktunya untuk membaca tulisan ini. Serta semoga kelak tulisan
ini bisa menjadi bukti akan kecintaan penulis terhadap pemimpin semua
umat, Nabi Muhammad saw. Amin.
والحليم اعلم بحق ائق العلوم.
DAFTAR PUSTAKA
Buku-Buku
Abd al-Mun‟im, Abd al-Rahman, Maulid al-Nabi saw., Kairo: Dar al-Afaq al-
Arabiah, 2003.
Ahmad, Muhammad, al-Sirah al-Nabawiyah, Beirut: Dar al-Kutub al-„Ilmiah,
1988.
Ahmad, Noor, Jadwal al-Falak Nur al-Anwar, Kudus: Madrasah TBS, 1986.
,Risalah al-Falak Nur al-Anwar, Kudus: Madrasah TBS, 1986.
, Syamsul Hilal Juz al-Awwal, Kudus: Madrasah TBS, 1999.
, Syams al-Hilal Juz al-Tsani, Kudus: Madrasah TBS, 1990.
,Syawariq al-Anwar, Kudus: Madrasah TBS. (tanpa tahun)
Alawi, Muhammad, Mukhtashar fi al-Sirah al-Nabawiyah, Tuban: al-Mishbah,
2007.
Badruddin, Izzuddin, al-Mukhtashar al-Kabir fi Sirah al-Rasul Sallallahu ‘Alaihi
Wasallam, Oman: Dar al-Basyir, 1993.
Diba‟, Abd al-Rahman, Maulid al-Diba’, Semarang: Karya Thaha Putra, 2008.
Fiyadh, Muhammad, al-Taqawim, Mesir: Nahdhah Mishr, 2003.
Ghazali, Ahmad, Irsyad al-Murid, Madura: Yayasan al-Nuriyah, 2009.
Hasan, Ali, Sirah Nabawiyah, Muhammad Halabi Hamdi, “Sejarah Lengkap Nabi
Muhammad saw.”, Terj. Yogyakarta: Mardhiyah Press, 2001.
Hasan, Ja‟far, Maulid al-Barzanji, Langitan: Percetakan PP. Langitan, 1992.
Halabi, Ali, Insan al-Uyun fi Sirah al-Amin al-Ma’mun, Beirut: Dar al-Ma‟rifah,
1996.
Hidayati, Sri, Studi Analisis Hisab Arah Kiblat dalam Kitab Syawariq al-Anwar,
Skripsi sarjana Fakultas Syari‟ah IAIN Walisongo Semarang, 2011.
Husain, Muhammad, Hayat Muhammad, Mesir: Dar al-Ma‟arif, 1965.
Katsir, Ibnu, al-Fushul fi al-Sirah, Beirut: Dar al-Ma‟rifah, 1995.
Khazin, Muhyiddin, Ilmu Falak dalam Teori dan Praktik, Yogyakarta: Buana
Pustaka, 2004.
, Kamus Ilmu Falak, Yogyakarta: Buana Pustaka, 2005.
Lathif, Azhar, Rekap Ilmu Falak (Kitab Syawariq al-Anwar, Syams al-Hilal, dan
Nur al-Anwar), Kudus: Madrasah TBS, 2008.
Mahsun, Thaha, Tarikh Nabi Muhammad saw., Surabaya: Percetakan Kitab Salim
bin Nabhan, 2011.
Mujab, Saiful, Panduan Hisab Nurul Anwar, 2010. (belum diterbitkan).
Musyaiyadah, Studi Analisis Metode Penentuan Awal Waktu Salat dengan Jam
Istiwa’ dalam Kitab Syawariq al-Anwar, Skripsi sarjana Fakultas
Syari‟ah IAIN Walisongo Semarang, 2011.
Nawawi, Muhammad, Asawur al-‘Asjad ‘ala Jawahir ‘Iqdin, Surabaya: Dar Ihya‟
al-Kutub al-Arabiyah, 2001.
, Madarij al-Shu’ud ila Iktisab al-Burud, Surabaya: Dar Ihya‟ al-
Kutub al-Arabiyah, 2001.
Ridha, Muhammad, Muhammad Rosulullah saw., Beirut: Dar al-Kutub al-
„Ilmiyah, 2010.
Shafi al-Rahman, Raudh al-Anwar fi Sirah al-Nabi al-Mukhtar, Beirut: Dar al-
Kutub al-Ilmiyah, 1994.
, al-Rahiq al-Mahtum, Yogyakarta: Pustaka al-Kautsar, 1989.
Shihab, M. Quraish, Membaca Sirah Nabi Muhammad saw. dalam Sorotan al-
Qur’an dan Hadits-Hadits Shahih, Ciputat: Lentera Hati, 2001.
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, Bandung: Alfabeta, 2009.
Syalbi, Ahmad, Mausu’at al-Tarikh al-Islami wa al-Hadharah al-Islamiyah,
Mesir: al-Nahdhah al-Mishriyah, 1978.
Tim Penyusun (alumni kelas 3 Aliyah angkatan 1997), Mengenal Istilah dan
Rumus Fuqaha’, cet. 2, Kediri: PP. Lirboyo, 2002.
Tim Penyusun, Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah IAIN Walisongo
Semarang, Semarang: Fakultas Syari‟ah, 2010.
Umar, Zubair, al-Khulashah al-Wafiyah, Kudus: Percetakan Menara Kudus, 2010.
Warson, Ahmad, Kamus al-Munawwir Arab-Indonesia Terlengkap, Surabaya:
Pustaka Progresif, 1997.
Yasin, Muhammad, al-Fawaid al-Janiyah, Damaskus: Dar al-Basyair al-
Islamiyah, 1996.
Zain al-Din, Mukhtashar Shahih Bukhari, al-Tajrid al-Sharih li Ahadits Jami’ al-
Shahih, Surabaya: al-Hidayah. (tanpa Tahun).
Wawancara
Wawancara dengan KH. Noor Ahmad, 1 Mei 2012 M.
Wawancara dengan Saiful Mujab tanggal 12, 13, 20, 29 dan 30 April, dan 1 Mei
2012 M.
Website
http://sofianasma.wordpress.com/2011/04/30/hisab-awal-bulan-sistem-nurul-
anwar/, diakses pada 5 Mei 2012 M.
http://jayusman.blog.iainlampung.ac.id/?p=67, diakses pada 5 Mei 2012 M.
Goggle Earth pada tanggal 15 Mei 2012 M.
Kalender
Almanak Menara Kudus, tahun 2008 M.
Program Falak
Win Hisab 1996 Depag RI.
Win Hisab 2010 Kemenag RI.
DAFTAR RIWAYAT PENDIDIKAN
Nama : Purwanto
TTL. : Pati, 4 Juli 1989 M.
Alamat : Wuwur RT. 5/I, Kec. Gabus, Kab. Pati.
Kode Pos : 59173
Nomor HP : 081 3259 05704
Riwayat Pendidikan
1. Formal
SD. Wuwur II Pati (1996-2001).
MTs. Abadiyah Kuryokalangan Pati (2001-2004).
MA. Rhoudlotul Ulum Guyangan Pati (2004-2005).
MAN. 01 Pati (2005-2006).
MA. Nurul Ulum Jekulo Kudus (2006-2008).
IAIN Walisongo Semarang, Konsentrasi Ilmu Falak (2008-2012).
2. Non Formal
Pendidikan Diniyah al-Muttaqin Wuwur (1995-2004).
Taman Pendidikan al-Qur‟an Sirojul Huda Wuwur (1998-2000).
PP. Nurul Ulum Wuwur (2001-2004).
PP. Rhoudlotul Ulum Guyangan Pati (2004-2005).
PP. Darul Falah Jekulo Kudus (2006-2008).
Takhassus al-Nasyri PP. Darul Falah (2006-2008).
Pendidikan al-Quran Darus Salam Kudus (2007-2008).
PP. Daarun Najaah Semarang (2008-2012).
Sekolah Diniyah PP. Daarun Najaah Semarang (2008-2010).
Kursus Bahasa Inggris Pare (2009).
3. Pengalaman Organisasi
Koordinator Kegiatan Keagamaan HISMA (Himpunan Siswa Madrasah
Abadiyah) Koryokalangan.
Koordinator Kegiatan Pramuka MTs. Abadiyah.
Anggota aktif OSIS MA. Rhoudlotul Ulum Guyangan Pati.
Anggota aktif Grup Drum Band MA. Rhoudlotul Ulum Guyangan Pati.
Anggota aktif Pencak Silat MA. Rhoudlotul Ulum Guyangan Pati.
Anggota aktif OSIS MAN. 01 Pati.
Koordinator Kegiatan Keruhanian MAN. 01 Pati.
Koordinator Pendidikan PP. Darul Falah Kudus (2007-2008).
Ketua Kamar 6 PP. Darul Falah Kudus (2006-2007).
Anggota aktif Nafilah Walisongo Semarang. (2011-2012)
Anggota aktif Keluarga Mahasiswa Pelajar Pati (KMPP). (2010-2012)
Tim Pengukur Arah Kiblat se-Kota Semarang. (2011).
Koordinator Kegiatan KKN Posko 27 Kec. Bergas Semarang. (2011).
Koordinator Pembuatan Waktu Shalat se-Kota Semarang
PUSKALAFALAK. (2012).
Tim Pelaksana Rukyah Kantor Wilayah Jawa Tengah. (2010-2012).
Tim Pelaksana Rukyah Masjid Agung Jawa Tengah. (2010-2012).
Tim Pelaksana Rukyah di Kabupaten Jepara. (2011).
Demikian, daftar riwayat hidup ini saya buat, agar menjadi maklum.
Semarang, 13 Juni 2012
Penulis,
Purwanto
NIM. 082111093
Lampiran 1
GLOSSARIUM
A
(ةمالعلا)
Al-Alamah Berarti petunjuk. Yaitu petunjuk waktu (hari, jam,
dan menit) terjadinya Ijtima‟ atau konjungsi antara
Matahari dan Bulan yang ditentukan berdasarkan
waktu rata-rata. al-Alamah ini dijadikan acuab
untuk mendapatkan waktu Ijtima‟ yang
sebenarnya.
(اؼالخ اؼسخ)
Al-Alamah al-Mu’addalah Berarti waktu al-Alamah yang telah dikoreksi
dengan Ta’dil al-Ayyam.
(ػطض اجس)
Ardh al-Balad Bisa dibaca Ardh al-Balad atau Urdh al-Balad.
Sama dengan Lintang Tempat atau Lintang
Geografis, yaitu jarak sepanjang meridian Bumi
yang diukur dari equator Bumi (katulistiwa)
sampai suatu tempat yang bersangkutan. Harga
Lintang Tempat adalah 0° sampai 90°. Lintang
Tempat bagi tempat-tempat di belahan Bumi utara
bernilai positif (+), sedangkan bagi tempat-tempat
di belahan Bumi selatan bernilai negatif (-). Dalam
Astronomi disebut dengan istilah Latitude yang
biasanya dilambangkan dengan Φ (phi).
(اص اجط)
Ashl al-Hijri Jumlah hari dalam kalender Hijriyah yang dicari
dalam konversi.
(اص ا١الز)
Ashl al-Miladi Jumlah hari dalam kalender Masehi yang dicari
dalam konversi.
(اص ازفبد)
Ashl al-Tafawut Selisih jumlah hari dari tanggal 1 Januari 1 M.
sampai 1 Muharram 1 H. (15 Juli 622 M.), yakni
227015 hari.
B
(اجؼس اطك)
Al-Bu’du al-Muthlaq Jarak antara Bulan dan Matahari sepanjang
lingkaran Ekliptika dari titik Aries ke arah timur
sampai Bujur Astronomi yang melewari Bulan dan
Matahari.
D
(اس١)
Al-Dalil Diterjemahkan dengan argumen atau dasar, yaitu
dasar yang digunakan untuk mencari dan
mengambil nilai ta’dil (koreksi) yang diperlukan
dalam perhitungan Falak.
F
(فض اسائط)
Fadhl al-Dair Sudut yang dibentuk oleh Lingkaran Meridian
dengan Lingkaran Deklinasi yang melewati suatu
benda langit, misalnya Bulan, dinamakan Fadhl al-
Dair, dalam bahasa Indonesianya dinamakan Sudut
Waktu Bulan. Fadhl al-Dair bernilai positif, jika
benda langit yang bersangkutan berada dibelahan
langit sebelah barat dan bernilai negatif jika benda
langit yang bersangkutan berada dibelahan langit
sebelah timur.
H
(١ئخ االي)
Hai’ah al-Hilal Keadaan Hilal saat dilaksanakannya observasi
akhir bulan kamariyah.
(ةصحلا)
Al-Hishshah Jarak dari titik pusat Bulan sepanjang busur
Ekliptika ke arah timur sampai ke titik simpul naik
(al-Uqdah al-Sha’idah).
(حصخ اؽبػخ)
Hishshah al-Saah Tenggang waktu atau jarak yang harus
diperhitungkan dari kedudukan benda langit ke
kedudukan benda langit lainnya, yakni busur pada
garis edar Bulan dihitung dari titik simpul sampai
ke titik pusat Bulan dari saat tertentu ke saat yang
lainnya.
I
(اضرفبع االي)
Irtifa’ al-Hilal Cobalah kita mengukur ketinggian titik pusat suatu
benda langit, misalnya Hilal, sepanjang lingkaran
vertikal yang melalui titik pusat benda langit
tersebut dari garis ufuk, maka hasilnya
dinamakan Irtifa’ al-Hilal, yang dalam bahasa
Indonesia dinamakan Ketinggian Hilal. Ketinggian
Hilal biasa diberi tanda positif apabila berada
diatas ufuk, dan di beri tanda negatif apabila
berada dibawahnya.
K
(ةصاخلا)
al-Khashshah Busur sepanjang Ekliptika yang diukur dari titik
pusat Bulan hingga titik Aries sebelum bergerak.
(ذبصخ اشػ)
Khashah al-Syams Gerak Matahari sepanjang lintasannya dihitung
dari titik Aries sesudah dikoreksi dengan auj-nya.
(ذبصخ امط)
Khashah al-Qamar Gerak bulan sepanjang lintasannya dihitung dari
titik Aries sesudah dikoreksi dengan auj-nya.
M
(احفظ)
Al-Mahfudh Merupakan kedudukan Hilal, yakni hasil
pengurangan Si’at al-Maghrib li al-Syams dari
Simtu al-Irtifa’ li al-Qamar.
(ا١)
Al-Mail Jarak titik pusat benda langit sepanjang Lingkaran
Deklinasi sampai ke Equator dinamakan al-
Mail. Kalau benda langit tersebut matahari
dinamakan Mail al-Syams atau Mail Awal li al-
Syams yang dalam bahasa Indonesia dinamakan
Deklinasi Matahari. Sedangkan kalau benda langit
tersebut Bulan dinamakan Mail al-
Qamar atau Mail Awal li al-Qamar atau Bu’du al-
Qamar yang dalam bahasa Indonesia
dinamakan Deklinasi Bulan. Tetapi jika kita
mengukur jarak titik pusat Bulan sepanjang Bujur
Astronomi dihitung dari Equator sampai Bulan
dinamakan Mail al-Tsani li al-Qamar . Adapun
jika Mail al-Tsani li al-Qamar kita tambahkan
dengan Urdh al-Qamar maka penambahan yang
dilakukan tersebut dinamakan Hishshah al-
Bu’di yaitu jarak titik pusat Bulan dari Equator.
Nilai al-Mail positif menandakan benda langit
tersebut berada di sebelah utara Equator,
sebaliknya apabila nilai al-Mail negatif,
menandakan benda langit berada di sebelah selatan
Equator. Sedangkan nilai al-Mail matahari
maksimum dinamakan al-Mail al-Kulliy.
ز)) مرك ال
Al-Markaz Busur sepanjang Ekliptika yang diukur dari titik
pusat Matahari ke titik Aries sebelum bergerak.
(اطبغ افى١خ)
Al-Mathali’ al-Falakiyah Bayangkan kita mengukur jarak titik pusat benda
langit diukur sepanjang Equator, sampai Lingkaran
Deklinasi yang melalui titik Copricornus (Jadyu),
maka hasilnya dinamakan al-Mathali’ al-
Falakiyah. Dimana kalau yang kita ukur itu
Matahari dinamakan al-Mathali’ al-Falakiyah li
al-Syams sedangkan kalau Bulan dinamakan al-
Mathali’ al-Falakiyah li al-Qamar.
(طبغ اغطة)
Mathali’ al-Ghurub Sama seperti al-Mathali’ al-Falakiyah, namun kita
mengukurnya mulai dari titik Libra (Mizan) sampai
dengan ufuk barat pada saat terbenamnya benda
langit tersebut dinamakan Mathali’ al-
Ghurub. Dimana kalau benda langit yang kita
hitung itu Matahari, maka dinamakan Mathali’ al-
Ghurub li al-Syams atau Mathla’ al-Nadhir li al-
Syams. Adapun kalau benda langit yang dihitung
itu Bulan, maka dinamakan Mathali’ al-Ghurub li
al-Qamar atau Mathala’ al-Nadhir li al-Qamar.
(م اشػ)
Muqawwam al-Syams Busur sepanjang lingkaran Ekliptika ke arah timur
diukur dari titik Aries sampai Matahari.
(ىث االي)
Mukts al-Hilal Lama hilal diatas ufuk (paska terbenamnya
matahari) yang bisa kita lihat sebelum ia terbenam.
N
(صف لغ ابض)
Nishfu Qaus al-Nahar Artinya Setengah Busur Siang, yaitu busur
sepanjang lingkaran harian suatu benda langit
diukur dari titik terbit atau titik terbenam sampai
titik kulminasi atasnya. Jika benda langit tersebut
adalah Matahari disebut Nishfu Qaus al-Nahar li
al-Syams dan jika benda langit itu Bulan, maka
disebut Nishfu Qaus al-Nahar li al-Qamar.
(ض االي)
Nur al-Hilal Coba perhatikan besarnya piringan bulan yang
bersinar (menerima sinar matahari dan menghadap
ke bumi), kita akan melihat bulan itu terkadang
berbentuk sabit, seminggu kemudian kita akan
melihat piringan bulan yang bersinar separuhnya
dan sekitar seminggu lagi kita akan melihat
piringan bulan bersinar seluruhnya (bulan
purnama) yang setelah hari itu piringan bulan yang
bersinar akan berangsur-angsur mengecil kembali.
Nur al-Hilal itu menggambarkan piringan bulan
yang bersinar tadi dengan satuan ukur Usbu’ (jari).
Dimana kalau nilai Nur al-Hilal = 0, Usbu’,
menandakan tidak adanya piringan bulan yang
bersinar. Apabila nilainya 12 Usbu’, menandakan
piringan bulan bersinar seluruhnya. Istilah Nur al-
Hilal dalam bahasa Indonesia dinamakan Besarnya
Piringan Bulan yang menerima sinar matahari dan
menghadapa ke bumi.
Q
(لغ اىث)
Qaus al-Muktsi Kalau Mathali’ al-Ghurub li al-Qamar kita
kurangi Mathali’ al-Ghurub li al-Syams, maka
hasilnya adalah Qaus al-Muktsi yang merupakan
jarak titik pusat Matahari dan Bulan dilihat dari
Equator.
S
(ؼؼخ اغطة شػ)
Sa’at al-Maghrib li al-Syams Coba hitung jarak terbenamnya titik pusat benda
langit pada ufuk dari titik barat, maka hasilnya
dinamakan Si’at al-Maghrib. Jika benda langit itu
Matahari dinamakan Si’at al-Maghrib li al-Syams ,
sedangkan jika Bulan dinamakan Si’at al-Maghrib
li al-Qamar.
(ؼذ االضرفبع مط)
Simtu al-Irtifa’ li al-Qamar Umpama kita menghitung jarak sepanjang
lingkaran kaki langit (garis ufuk) yang dihitung
dari titik barat sampai lingkaran vertikal yang
melalui Bulan, maka hasilnya dinamakan Simtu al-
Irtifa’ li al-Qamar.
T
(رؼس٠ اؼالخ)
Ta’dil al-Alamah Koreksi waktu yang diberikan kepada waktu
Ijtima‟ agar diperoleh waktu Ijtima‟ yang
sebenarnya.
(رؼس٠ اال٠ب)
Ta’dil al-Ayyam Koreksi terhadap jumlah hari agar didapati suatu
hari terjadinya Ijtima‟ yang sebenarnya.
(ةصاخلا ليدعت)
Ta’dil al-Khashshah Perata pusat Bulan agar didapat kedudukan Bulan
yang sebenarnya sepanjang lingkaran garis
edarnya.
(رؼس٠ اطوع)
Ta’dil al-Markaz Perata pusat Matahari agar didapat kedudukan
Matahari yang sebenarnya sepanjang lingkaran
Ekliptika.
(رؼس٠ اشػ)
Ta’dil al-Syams Koreksi terhadap Wasath Matahari dari gerak
bundar menjadi gerak ellips.
(طي اجس)
Thul al-Balad Bujur Tempat, yaitu jarak sudut yang diukur sejajar
dengan Equator Bumi yang dihitung dari garis
bujur yang melewati kota Greenwich sampai garis
bujur yang melewati tempat tertentu. Dalam
Astronomi Thul al-Balad dikenal dengan istilah
Longitude yang dilambangkan dengan λ (Lamda).
Nilai Thul al-Balad adalah 0° sampai 180°. Semua
daerah yang berada di sebelah barat kota
Greenwich disebut Bujur Barat dengan nilai negatif
(-), sedangkan yang berada di sebelah timur kota
Greenwich disebut Bujur Timur dengan nilai
positif (+).
(طي امط) dan (طي اشػ)
Thul al-Syams wa al-Qamar Perhatikan benda-benda langit seperti Matahari,
Bulan dan Bintang. Kita akan mendapati bahwa
letak benda-benda langit tersebut tersebar pada
bola langit. Jarak titik pusat benda langit tersebut
dari titik Vernal Equinox sepanjang lingkaran
Ekliptika dinamakan Thul . Kalau benda langit
tersebut Matahari, maka dinamakan Thul al-
Syams yang dalam bahasa Indonesia dinamakan
Bujur Astronomis Matahari. Dimana kalau belum
dilakukan ta’dil (koreksi) dinamakan Wasath al-
Syams. Sedangkan kalau benda langit tersebut
Bulan dinamakan Thul al-Qamar yang dalam
bahasa Indonesia dinamakan Bujur Astronomis
Bulan, dimana kalau belum dilakukan ta’dil
dinamakan Wasath al-Qamar.
U
(اؼمسح)
Al-Uqdah Cobalah gambar lintasan Matahari atau Ekliptika
dan lintasan Bulan secara berpotongan. Titik
perpotongan antara lintasan Bulan dan Ekliptika
dinamakan al-Uqdah yang dalam bahasa
Indonesianya dinamakan Titik Simpul. Al-
Uqdah ini setiap tahun bergeser kearah barat,
sekali putaran penuh memakan waktu 18,67 tahun.
Seperti yang telah kita ketahui bersama jumlah titik
simpul ini ada dua, yaitu titik simpul naik (al-
Uqdah al-Sha’idah) dan simpul turun (al-Uqdah
al-Nazilah).
(اؼطض)
Al-Urdh Jarak titik pusat benda langit dari Lingkaran
Ekliptika, dinamakan al-Urdh. Kalau benda langit
tersebut Matahari dinamakan Urdh al-Syams, yang
dalam bahasa Indonesia dinamakan Lintang
Astronomis Matahari. Sedangkan kalau benda
langit tersebut bulan dinamakan Urdh al-Qamar,
yang dalam bahasa Indonesia dinamakan Lintang
Astronomis Bulan.
Sebenarnya lingkaran Ekliptika itu adalah
lingkaran yang dilalui oleh Matahari dalam gerak
semu tahunannya. Oleh karena itu Matahari selalu
berada pada lingkaran Ekliptika. Namun karena
jalannya tidak rata persis maka ada sedikit geseran.
Keadaan seperti ini dapat kita lihat dari nilai Urdh
al-Syams yang selalu mendekati nol.
Berbeda dengan nilai Lintang Astronomis Bulan
maksimal (Urdh al-Qamar al-Kulli) yang nilainya
sekitar 5° 8‟. Nilai positif berarti Bulan berada di
utara Ekliptika dan nilai negatif berarti Bulan
berada di sebelah selatan Ekliptika.
W
(طسولا)
al-Wasath Busur sepanjang Ekliptika yang diukur dari titik
pusat Bulan hingga titik Aries sesudah bergerak.
Lampiran 2
HISAB HAQIQI BI AL-TAHQIQ AWAL RABI’ Al-AWWAL -53 H.
(Markaz Rumah Kelahiran Nabi di Makkah λ= 39° 49‟ 47.93” BT., = 21° 25‟
29.76” LU., h = 5 m)
A. Konversi akhir Shafar -53 H.
Langkah-langkah yang ditempuh sebagai berikut166:
Diketahui:
5. Tanggal 1 Muharram 1 H. = Hari Kamis 15 Juli 622 M.
6. Kelahiran Nabi Muhammad saw. Senin Legi 20 April 571 M.
Langkah selanjutnya ialah:
7. Menghitung awal Tahun 571 M./ 1 Januari 571 M. dengan langkah
berikut:
Waktu yang dilewati, yakni 570 Tahun + 0 Bulan + 1 Hari
570 4167 = 142 Daur lebih 2 Tahun.
142 x 1461 = 207462 Hari.
2 x 365 = 730 Hari.
Bulan = 0 Hari.
Hari = 1 Hari. +
Jumlah = 208193 Hari.
→ 208193 7 = sisa 6 (dihitung dari Sabtu), yakni Kamis.
→ 208193 5 = sisa 3 (dihitung dari Kliwon), yakni Pahing.
♣ Jadi 1 Januari 571 M adalah Hari Kamis Pahing.
8. Menghitung Tanggal Hijriah yang bertepatan dengan 1 Januari 571 M.
dengan langkah sebagai berikut:
♠ Jumlah Hari dari 1 Januari 571 M. sampai 15 Juli 622 M.
Tahun 571 – Tahun 621 = 51 Tahun.
♠ 13 Tahun Kabisat (Th. 572, 576, 580, 584, 588, 592, 596, 600, 604,
608, 612, 616, dan 620).
♠ 38 Tahun Basitoh (Th. 571, 573, 574, 575, 577, 578, 579, 581, 582,
583, 585, 586, 587, 589, 590, 591, 593, 594, 595, 597, 598, 599, 601,
602, 603, 605, 606, 607, 609, 610, 611, 613, 614, 615, 617, 618, 619,
dan 621)
38 x 365 = 13870 Hari.
13 x 366 = 4758 Hari. +
Jumlah = 18628 Hari.
♠ Jumlah Hari dari 1 Januari 622 M. – 15 Juli 622 M.
ᴥ Januari = 31 Hari.
ᴥ Februari = 28 Hari168.
166
Zubair Umar Jilani, al-Khulashah al-Wafiyah, Kudus: Menara Kudus, 2010, h. 11.
167 Daur Masehi 4 Tahun (1 Tahun Kabisat, 3 Tahun Basitoh). Jumlah harinya 1461 ((365
x 3) + 366).
ᴥ Maret = 31 Hari.
ᴥ April = 30 Hari.
ᴥ Mei = 31 Hari.
ᴥ Juni = 30 Hari.
ᴥ Juli = 14 Hari.+
Jumlah = 195 Hari.
☻18628 Hari + 195 Hari = 18823 Hari.
Jadi jumlah Hari dari 1 Januari 571 M. – 15 Juli 622 M. Adalah
18823 Hari.
♠ 18823 † 354. 367169 = 53 Tahun 41 Hari.
♠ 53 Tahun = 1 Muharram -53 H.
♠ 41 Hari artinya dari 1 Muharram -53 H. dihitung ke belakang sebanyak
41 Hari. Yakni melewati Bulan Dzulhijjah (30 Hari) dan Dzulqo‟dah
(11 Hari). Dengan demikian 1 Januari 571 M. sama dengan 19
Dzulqo‟dah -54 H.
♠ Dari 19 Dzulqo‟dah -54 H. – 29 Shafar -53 H.
→ Dzulqo‟dah = 11 Hari.
→ Dzulhijjah = 30 Hari170.
→ Muharram = 30 Hari.
→ Shafar = 28 Hari.+
Jumlah = 99 Hari.
♠ 1 Januari 571 M. + 99 Hari.
→ Januari = 31 Hari.
→ Februari = 28 Hari.
→ Maret = 31 Hari.
→ April = 9 Hari.+
Jumlah = 99 Hari.
☻Dengan demikian 29 Shafar -53 H. jatuh pada hari Jum‟at Legi 10
April 571 M. Hal ini berdasarkan bahwa 1 Januari 571 M. jatuh pada
hari Kamis Pahing, dan 99 Hari setelahnya jatuh pada hari Jum‟at
Legi 10 April 571 M. Kemudian pada tanggal inilah dicari data cahaya
Bulan terkecil untuk mengetahui waktu Ijtima‟ akhir bulan Shafar.
168
Februari jumlah Harinya 28, karena Tahun 622 M. basitoh.
169 354. 367 ini yang 354 adalah jumlah Hari dalam satu Tahun Basitoh
Hijriah.sedangkan 0. 367 adalah jumlah tambahan sebagai Tahun Kabisat (satu Tahun 355 Hari).
Hal ini berdasarkan daur Hijri ada 30 Tahun. 11 Kabisat dan 19 Basitoh. Angka 0. 367 diperoleh
dari 11÷ 30. Oleh karenanya rata-rata jumlah Hari dalam satu Tahun Hijri adalah 354. 367 Hari.
170 Jumlah Hari Bulan Dzulhijjah -54 H. Adalah 30 Hari. Ini karena Tahun ke -54 H.
adalah Tahun Kabisat, yakni urutan ke 7 dalam Daur Hijri dari Tahun -60 H. Lihat keterangan
tentang urutan Tahun Kabisat dan Basitoh dalam satu Daur Hijri dalam Muhammad Ma’sum bin
Ali, Badi’atul Mitsal, Surabaya: Percetakan Sa’ad bin Nashir Nabhan, h. 6. (tanpa Tahun). Lihat
juga Noor Ahmad, Syamsul Hilal, Kudus: Madrasah TBS, Jilid 1, 1999, h. 4.
B. Menentukan terjadinya ijtima‟ akhir Shafar -53 H. yang diperkirakan terjadi sekitar
tanggal 10 April 571 M. dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Perhatikan Fraction Illumination/ cahaya Bulan (FI) terkecil dari data
Ephemeris pada bulan April 571 M. Cahaya bulan terus menurun sampai yang
terendah diperoleh pada Hari Jum‟at 10 April 571 M. pk. 07 GMT, pk. 08
GMT dan pk. 09 GMT. yaitu 0.00020, 0.00016 dan 0.00016. Setelah itu
perhatikan Ecliptic Longitude Matahari ( EL ) dan Apparent Longitude Bulan (
AL ) pada jam tersebut dan pilih yang cocok, yakni yang pertama EL harus
lebih besar dari AL dan yang kedua EL harus lebih kecil dari AL.
JAM GMT EL AL FI
07 210 37‟ 54” 21
0 00‟ 25” 0.00020
08 210 40’ 19” 21
0 32’ 17” 0.00016
09 210 42’ 45” 22
0 04’ 07” 0.00016
Dalam hal ini ternyata yang cocok adalah pk. 08 dan pk. 09 GMT atau pk. 11 dan
pk. 12 WM (Waktu Makkah).
2. Kemudian melakukan ta‟dil dengan rumus sebagai berikut:
Ijtima‟ = J1 + ((EL
1 – AL
1) ((AL
2 – AL
1) – (EL
2 – EL
1)))
= pk. 08 + ((210 40‟ 19” – 21
0 32‟ 17”) ((22
0 04‟ 07” - 21
0 32‟
17”) – (210 42‟ 45” - 21
0 40‟ 19” )))
= pk. 07: 59: 37.24 GMT + 3j
= pk. 10: 59: 37.24 WM.
Berarti Ijtima‟ akhir Shafar -53 H. terjadi hari Jumat Legi, tanggal 10 Akhir 571
M. pk. 10: 59: 37.24 WM.
C. Menentukan saat Matahari terbenam di Makkah pada tanggal 29 Shafar -53 H./10
April 571 M. dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Hitung tinggi Matahari saat terbenam ( h0 ) dengan rumus:
h0 = - ( ku + ref + sd )
Keterangan:
ku adalah kerendahan ufuk dapat diperoleh dengan rumus “ku = 00 1’.76
h”.
ref adalah refraksi/pembiasan tertinggi saat ghurub.
sd adalah semi diameter matahari rata-rata.
- ku = 00 1‟.76 h
= 00 1‟.76 5 m
= 00 03‟ 56,13”
- ref = 00 34‟
- sd = 00 16‟
h0 = - ( ku + ref + sd )
= - (00 03‟ 56.13” + 0
0 34‟ + 0
0 16‟ )
= - 00 53’ 56.13”
2. Tentukan Deklinasi Matahari ( 0 ) dan Equation of Time ( e ) pada tanggal 29
Shafar 53 SH./10 April 571 M. saat ghurub di Makkah dengan perkiraan (
taqriby ) Maghrib lebih kurang pk. 18 WM. ( 15 GMT. ), diperoleh:
0 = 80 36‟ 50” dan e = - 0: 0: 1.
3. Tentukan Sudut Waktu Matahari ( t0 ) taqribi saat ghurub dengan rumus:
Cos t0 = sin h0 cos x cos 0 - tan
x tan 0 .
= sin -00 53‟ 56,13” cos 21° 25‟ 29.76” cos 8
0 36‟ 50” – tan
21° 25‟ 29.76” x tan 80 36‟ 50”
t0 = 940 23‟ 12.07”
= 6: 17: 32.8
4. Terbenam Matahari = pk. 12 + (6: 17: 32.8)
= pk. 18: 17: 32.8 – e + ( BD –BT ) 15
= pk. 18: 17: 32.8 – (- 0: 0: 1) + (450 - 39° 49‟ 47.93”)
15
= pk. 18: 38: 14.61 WM.
= pk. 18: 38: 15 WM (dibulatkan).
5. Tentukan Deklinasi Matahari ( 0 ) dan Equation of Time ( e ) pada tanggal 29
Shafar -53 H./10 April 571 M. saat ghurub di Makkah yang sesungguhnya
(hakiki), yaitu pk. 18: 38: 14.61 WM. dengan melakukan interpolasi sebagai
berikut:
Deklinasi Matahari ( 0 ) dengan rumus :
0 = 01 + k (0
2 - 0
1)
01 ( pk. 18 WM/15 GMT ) = 8
0 36‟ 50”
02 ( pk. 19 WM/16 GMT ) = 8
0 37‟ 45”
k ( selisih waktu ) = 00: 38: 14.61
= 80 36‟ 50” + 00: 38: 14.61 x (8
0 37‟ 45” - 8
0 36‟ 50”)
= 80 37‟ 25.06”
Equation of Time ( e ) dengan rumus:
e = e1 + k (e
2 - e
1 )
e1 ( pk. 18 WM/15 GMT ) = - 00: 00: 01
e2 ( pk. 19 WM/16 GMT ) = - 00: 00: 00
k ( selisih waktu ) = 00: 38: 14.61
e = - 00: 00: 01 + 00: 38: 14.61 x (- 00: 00: 00 - (- 00: 00: 01 ))
= - 00: 00: 0.36
6. Tentukan sudut waktu matahari ( t0 ) sesungguhnya ( hakiki ), saat terbenam
dengan rumus:
Cos t0 = sin h0 cos x cos 0 - tan
x tan 0 .
= sin -00 53‟ 56,13” cos 21° 25‟ 29.76” cos 8
0 37‟ 25.06” –
tan 21° 25‟ 29.76” x tan 80 37‟ 25.06”
t0 = 940 23‟ 26.27”
= 6: 17: 33.75
7. Terbenam matahari = pk. 12 + (6: 17: 33.75)
= pk. 18: 17: 33.75 – e + ( BTd –BT
x ) 15
= pk. 18: 17: 33.75 – (- 00: 00: 0.36) + (450 - 39°
49‟ 47.93”) 15
= pk. 18: 38: 14.91 WM.
= pk. 18: 38: 15 WM ( dibulatkan )
D. Menghitung Azimuth Matahari ( Az0 ) saat ghurub pk. 18: 38: 14.91 WM ( pk. 15:
38: 14.91 GMT ) dengan rumus:
Tan A0 = -sin x : tan t0 + cos
x x tan 0 : sin t0.
= – sin 21° 25‟ 29.76” : tan 940 23‟ 26.27” + cos 21° 25‟ 29.76”
x tan 80 37‟ 25.06” sin 94
0 23‟ 26.27”
A0 = 90 37’ 40.78” (Utara titik Barat).
E. Menentukan Sudut Waktu Bulan ( t ) pk. 18: 38: 14.91 WM (15: 38: 14.91 GMT )
dengan rumus sebagai berikut:
t = ARA0 + t0 - ARA
Apparent Right Ascension Matahari ( ARA0 ) dengan rumus interpolasi sebagai
berikut:
ARA0 = ARA01 + k ( ARA0
2 – ARA0
1 )
ARA01
( pk. 18 WM/15 GMT ) = 200 15‟ 42”
ARA02 ( pk. 19 WM/16 GMT ) = 20
0 17‟ 58”
k ( selisih waktu ) = 00: 38: 14.91
ARA0 = 200 15‟ 42” + 00: 38: 14.91 x (20
0 17‟ 58” - 20
0 15‟ 42”)
= 200 17‟ 8.7”
Apparent Right Acsension Bulan ( ARA ) dengan rumus interpolasi sebagai
berikut:
ARA = ARA1 + k ( ARA
2 – ARA
1 )
ARA1 ( pk. 18 WM/15 GMT ) = 23
0 46‟ 42”
ARA2 ( pk. 19 WM/16 GMT ) = 24
0 15‟ 28”
k ( selisih waktu ) = 00: 38: 14.91
ARA = 230 46‟ 42” + 00: 38: 14.91 x (24
0 15‟ 28”– 23
0 46‟ 42”)
= 240 05‟ 2.28”
t = 200 17‟ 8.7” + 94
0 23‟ 26.27” - 24
0 05‟ 2.28”
= 900 35’ 32.69”
H. Menentukan Tinggi Bulan Hakiki ( h ) dengan menggunakan rumus:
Sin h‟ = sin x sin + cos
x cos cos t
Menentukan Deklinasi Bulan ( ) menggunakan rumus interpolasi sebagai
berikut:
= 1 + k (
2 -
1 )
1 (pk. 18 WM/15 GMT) = 8
0 48‟ 08”
2 (pk. 19 WM/16 GMT) = 9
0 02‟ 22”
k ( selisih waktu ) = 00: 38: 14.91
= 80 48‟ 08” + 00: 38: 14.91 x (9
0 02‟ 22”- 8
0 48‟ 08”)
= 80 57‟ 12.4”
Sin h = sin 21° 25‟ 29.76” sin 80 57‟ 12.4” + cos 21° 25‟ 29.76”
cos 80 57‟ 12.4” cos 90
0 35‟ 32.69”
h = 20 42‟ 48.62”
= 20 42’ 49” (dibulatkan)
I. Menentukan tinggi hilal mar‟i ( h‟ ), dengan rumus:
h‟ = h( - Par + Ref + ku
Parallaks ( Par ), digunakan untuk mengurangi tinggi hilal hakiki.
Untuk mendapatkan Parallaks ( Par ) harus melalui tahapan sebagai berikut:
a. Menentukan Horizontal Parallaks (HP) saat ghurub, dengan rumus
interpolasi sebagai berikut:
HP = HP1 + k ( HP
2 – HP
1 )
HP1 ( pk. 18 WM/15 GMT ) = 00
0 55‟ 56”
HP2 ( pk. 19 WM/16 GMT ) = 00
0 55‟ 55”
k ( selisih waktu ) = 00: 38: 14.91
HP = 000 55‟ 56” + 00: 38: 14.91 x (00
0 55‟ 55”– 00
0 55‟ 56”)
= 000 55‟ 55.36”
b. Parallaks ( Par ) = HP cos h.
= 000 55‟ 55.36” x cos 2
0 42‟ 48.62”
= 00 55‟ 51.6”
Refraksi ( Ref ) digunakan untuk menambah tinggi hilal hakiki. Untuk
mendapatkan refraksi dapat digunakan rumus interpolasi yang datanya diambil
dari tabel refraksi171
:
Ref = Ref1 + k ( Ref
2 - Ref
1 )
Ref1 ( h = 2
0 40‟ ) = 00
0 14.7‟
Ref2 ( h = 2
0 46‟ ) = 00
0 14.4‟
k ( selisih ) = ((20 42‟ 48.62” - 2
0 40‟) (2
0 46‟ - 2
0 40‟))
171
Tabel terlampir.
Ref = 000 14.7‟ + ((2
0 42‟ 48.62” - 2
0 40‟) (2
0 46‟ - 2
0 40‟))
x (000 14.4‟ - 00
0 14.7‟)
= 000 14‟ 33.57”
Kerendahan ufuk ( ku / dip ), digunakan untuk menambah tinggi hilal hakiki.
Seperti yang telah diperhitungkan, hasilnya adalah 00 03‟ 56,13”.
h‟ = 20 42‟ 48.62” - 0
0 55‟ 51.6” + 00
0 14‟ 33.57” + 0
0 03‟ 56,13”.
= 20 05‟ 26.72”
= 20 05’ 27” (dibulatkan)
J. Azimuth hilal ( Az ) dapat diperoleh dengan rumus sebagai berikut:
Tan A = -sin x : tan t + cos
x x tan : sin t.
= -sin 21° 25‟ 29.76” : tan 900 35‟ 32.69” + cos 21° 25‟ 29.76” x tan 8
0
57‟ 12.4” : sin 900 35‟ 32.69”
= 80 33’ 21.36” (Utara titik Barat)
K. Posisi hilal ( P ) dapat diperoleh dengan rumus:
P = Az – Az0
= 80 33‟ 21.36” - 9
0 37‟ 40.78”
= 010 04‟ 19.42” (sebelah Selatan Azimuth Matahari).
L. Lama Hilal di atas Ufuq (Lm )172
♣ Nishful Fudhlah Bulan (NF ) dengan rumus:
Sin NF = (sin x x sin ) (cos
x x cos )
= (sin 21° 25‟ 29.76” x sin 80 57‟ 12.4”) (cos 21° 25‟ 29.76” x cos 8
0
57‟ 12.4”)
= 30 32‟ 40.03”
♣ Parallaks Nishful Fudhlah (PNF)
PNF = cos NF x HP
= cos 30 32‟ 40.03” x 00
0 55‟ 55.36”
= 000 55‟ 48.94”
♣ Setengah Busur Siang Bulan Haqiqi (SBSH)
SBSH = 90 + NF
= 90 + 30 32‟ 40.03”
= 930 32‟ 40.03”
♣ Setengah Busur Siang Bulan (SBS )173
172
Lihat Lihat Muhyiddin Khazin, Ilmu Falak Dalam Teori dan Praktik, Yogyakarta: Buana
Pustaka, 2008, h. 159.
SBS = 90 + NF – PNF + (SD + 0. 575 + dip)
SD1 ( pk. 18 WM/15 GMT ) = 00
0 15‟ 50.70”
SD2 ( pk. 19 WM/16 GMT ) = 00
0 15‟ 50.69”
k ( selisih waktu ) = 00: 38: 14.91
SD = 000 15‟ 50.70” + 00: 38: 14.91 x (00
0 15‟ 50.69”– 00
0 15‟
50.70”)
= 000 15‟ 50.69”
SBS = 90 + 30 32‟ 40.03” - 00
0 55‟ 48.94” + (00
0 15‟ 50.69” + 0. 575
+ 00 03‟ 56,13”)
= 930 31‟ 7.91”
Lm = (SBS – t ) 15
= (930 31‟ 7.91” - 90
0 35‟ 32.69”) 15
= 11 Menit 42. 35 Detik.
M. Waktu Terbenam Hilal (Terb )
Terb = Gurub + Lm
= 18: 38: 15 WM. + 0: 11: 42. 35
= 18: 49: 57. 35 / 18: 49: 57 WM.
N. Lebar Cahaya Bulan (NH)
NH = (√[P2 + h‟
2]) 15
= (√[010 04‟ 19.42”
2 + 2
0 05‟ 26.72”
2]) 15
= 0. 1567 Jari.
O. Kemiringan Hilal (MRG)
Kaidah:
♠ Jika MRG < = 15, maka Hilal terlentang.
♠ Jika MRG > 15 dan PH (+), maka Hilal miring ke Utara.
♠ Jika MRG > 15 dan PH (-), maka Hilal miring ke Selatan.
Tan MRG = [P h‟]
= [010 04‟ 19.42” 2
0 05‟ 26.72”]
= 270 08‟ 49.38”
♦ Jadi berdasarkan kaidah di atas, maka Hilal miring ke Utara.
173
Jika Setengah Busur Siang Bulan Haqiqi (SBSH) > = 90, maka menggunakan rumus SBS
= 90 + NF – PNF + (SD + 0. 575 + dip), dan jika Setengah Busur Siang Bulan Haqiqi
(SBSH) < 90, maka menggunakan rumus SBS = 90 + NF + PNF - (SD + 0. 575 + dip).
Ibid.
P. Kesimpulan
1 Rabiul Awal -53 H = Hari Sabtu Pahing tg. 11 April 571 M.
Ijtima‟ = Hari Jumat Legi tg. 29 Shafar -53 H/10 April 571 M,
pk. 10: 59: 37 WM.
Matahari Terbenam = pk. 18: 38: 15 WM.
Azimuth Matahari = 90 37‟ 40.78” (Utara titik Barat)
Tinggi Hilal = 20 42‟ 49”
Azimuth Hilal = 80 33‟ 21.36” (Utara titik Barat)
Kedudukan Hilal = 010 04‟ 19.42” (sebelah Selatan Azimuth Matahari).
Keadaan Hilal = Miring ke Utara
Lama Hilal di atas Ufuk = 11 Menit 42. 35 Detik
Terbenam Hilal = 18: 49: 57 WM.
Besar Cahaya Hilal = 0. 1567 Jari
Lampiran 3
WAWANCARA DENGAN KH. NOOR AHMAD
(Di Kriyan, Pecangaan, Jepara, 1 Mei 2012 M.)
Bagaimana pendapat anda tentang waktu kelahiran Nabi Muhammad saw.?
Pendapat ulama terbagi menjadi dua dalam hal ini, yakni pendapat ulama ahli
sejarah dan ahli hisab. Menurut ulama ahli sejarah, ada yang berkata Nabi saw.
lahir tanggal 12 Rabi’ al-Awwal, 1 Muharram, bulan Rabi’ al-Akhir, Rajab, dan
Ramadhan. Namun yang rajih (kuat) adalah tanggal 12 Rabi’ al-Awwal Tahun
Gajah, sebagaimana yang ada di dalam kitab al-Barzanji. Adapun menurut ulama
ahli hisab, ada tiga pendapat yang disampaikan. Menurut hisab Urfi, Nabi saw.
lahir tanggal 8 Rabi’ al-Awwal -53 H., menurut hisab Isthilahi tanggal 9 Rabi’ al-
Awwal -53 H., dan menurut hisab Haqiqi bi al-Tahqiq tanggal 10 Rabi’ al-Awwal
-53 H.
Mengapa timbul pendapat yang bervariasi?
Zaman dahulu sistem kalender masih belum tertata rapi, makanya timbul banyak
pendapat mengenai waktu kelahiran Nabi saw.
Menurut anda, mana yang paling tepat?
Secara riwayat, pendapat yang paling benar ialah tanggal 12 Rabi’ al-Awwal
Tahun Gajah (-53 H.). Namun, secara hisab pendapat ini kurang tepat. Adapun
yang menurut hisab qath’i (pasti), yang paling benar ialah tanggal 10 Rabi’ al-
Awwal Tahun Gajah (-53 H.).
Mengapa bisa 10 Rabi’ al-Awwal -53 H.?
Pertama, Ijtima‟ sebelum ghurub akhir bulan Shafar -53 H. terjadi pada hari
Jum‟at Legi 10 April 571 M. pukul 10: 58 WM (Waktu Makkah).
Kedua, umur bulan dari saat Ijtima‟ sampai Hilal terbenam hampir 8 jam, yakni 7j
52m
27d.
Ketiga, Hilal saat terbenamnya Matahari pada hari itu mencapai ketinggian lebih
dari 2° dengan ketebalan cahaya sebesar ¼ Jari, serta mungkin untuk dirukyah.
Untuk konsumsi masyarakat, pendapat mana yang harus kita sampaikan?
Lihat dulu siapa yang kita omongi. Jika yang kita omongi tidak ahli hisab, maka
sampaikanlah tanggal 12 Rabi’ al-Awwal Tahun Gajah (-53 H.), dan jika yang kita
omongi ahli hisab, maka sampaikanlah tanggal 10 Rabi’ al-Awwal Tahun Gajah (-
53 H.).
Lampiran 4
WAWANCARA DENGAN SAIFUL MUJAB, M.S.I.
(Di STAIN Kudus, 29 April 2012 M.)
Bagaimana pendapat anda mengenai waktu kelahiran Nabi Muhammad
saw.?
Pendapat yang populer, tanggal 12 Rabi’ al-Awwal Tahun Gajah (-53 H.). namun
secara hisab, saya sependapat dengan hasil perhitungan di kitab Nur al-Anwar (10
Rabi’ al-Awwal Tahun Gajah (-53 H.).
Mengapa bisa 10 Rabi’ al-Awwal ?
Kalau secara hisab Isthilahi (konversi), ada yang mengatakan tanggal 9, seperti
pendapat ayah saya, dan ada yang mengatakan tanggal 8, seperti yang ada dalam
kitab Irsyad al-Murid. Namun, secara hisab Haqiqi bi al-Tahqiq, jatuh tanggal 10,
sebagaimana hisab di Nur al-Anwar.
Eksistensi tanggal 12 Rabi’ al-Awwal ?
Pendapat ini benar, karena bersumber dari riwayat yang kuat. Namun,
dimungkinkan ini ada hubungannya ayyam al-Nasi‟ (hari tambahan dalam
kalender Hijriyah). Secara hisab, memang jatuh pada tanggal 10, tapi kalau
memang ada hari tambahan, bisa saja memang jatuh tanggal 12. Kemudian saya
pertegas, secara riwayat yang paling kuat adalah tanggal 12 Rabi’ al-Awwal dan
secara hisab, tanggal 10 Rabi’ al-Awwal.
Apa alasan anda secara hisab jatuh pada tanggal 10?
Bisa dilihat dalam kitab Nur al-Anwar, hasil perhitungan akhir bulan Shafar -53
H. Ijtima‟ terjadi pada tanggal 10 April 571 M. sementara umur Hilal mencapai
hampir 8 jam, dan ketinggiannya sudah memungkinkan untuk dirukyah. Jadi
tanggal 1 Rabi‟ al-Awwal jatuh pada tanggal 11 April 571 M. Kemudian, karena
Nabi saw. lahir pada hari Senin, maka hari Senin kedua setelahnya bertepatan
dengan tanggal 10 Rabi‟ al-Awwal -53 H. (20 April 571 M.) bukan tanggal 12
atau yang lain.
Anda pribadi, bagaimana memperhitungkan waktu kelahiran Nabi saw.?
Acaun saya dengan peristiwa Abrahah dan tentara bergajahnya menyerang
Ka‟bah. Mereka melakukan serangan itu pada tanggal 17 Muharram. Oleh
karenanya, tahun Gajah dimulai tanggal 18 Muharram tahun tersebut. Berdasar
riwayat yang populer, kelahiran Nabi saw. terjadi 50 hari setelah peristiwa
tersebut. Berdasarkan riwayat ini, waktu kelahiran Nabi saw. jatuh pada tanggal 9
Rabi‟ al-Awwal -53 H. Namun ini secara Isthilahi (konversi), karena belum
beracuan dengan posisi dan keadaan Hilal saat tersebut. Kemudian, kerika
memperhatikan posisi dan keadaan Hilal berdasarkan hisab, maka saat tersebut
bertepatan dengan tanggal 10 Rabi‟ al-Awwal Tahun Gajah (-53 H.).