yaumul hisab
DESCRIPTION
yaumul hisabTRANSCRIPT
TUGAS ARTIKEL AKIDAH AKHLAQ
TENTANG
“YAUMUL HISAB”
Oleh:
DIAN PUJI WINAHYU
IX-C
MTs MA’ARIF NU GANDUSARI
Jln Raya Kawi No.32
Tahun Ajaran 2014-2015
A. PENGERTIAN HISAB
Pengertian hisab disini adalah, peristiwa Allah menampakkan kepada manusia amalan
mereka di dunia dan menetapkannya. Atau Allah mengingatkan dan memberitahukan kepada
manusia tentang amalan kebaikan dan keburukan yang telah mereka lakukan.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah menyatakan, Allah akan menghisab seluruh makhluk
dan berkhalwat kepada seorang mukmin, lalu menetapkan dosa-dosanya. Syaikh Shalih Ali
Syaikh mengomentari pandangan ini dengan menyatakan, bahwa inilah makna al muhasabah
(proses hisab). Demikian juga Syaikh Ibnu Utsaimin menyatakan, muhasabah adalah proses
manusia melihat amalan mereka pada hari Kiamat.
Secara bahasa (etimologi ) hisab adalah perhitungan. Sedangkan secara Syar’i
(terminologi) adalah Alllah memperlihatkan kepada hamba-hamba-Nya tentang amal-amal
mereka. Adanya hisab adalah benar menurut Al-Qur’an dan As-Sunnah.
Sebagaimana Allah Ta’ala berfirman: م� ہ� ب� ب�ا إ اا ب م� ب� إ ب�� (إ ہ�� )٢٥ ب� ب�ا إ� ب ا م� ب� ب� إن ب�� ہ� Sesungguhnya
kepada Kami-lah kembali mereka, (25) kemudian sesungguhnya kewajiban Kami-lah
menghisab mereka. (26)(Q.S. Al-Ghaasyiyah: 25-26)
Di dalam shalatnya, Rasulullah saw. sering berdo’a : اب�ا س� ح� ب�ن�ي� اس� ح� م �لل ه� ا
ا ي�ر� Ya“ي�س� Allah, hisablah diriku dengan hisab yang mudah.” Kemudian ‘Aisyah r.a.
bertanya tentang apa yang dimaksud dengan hisab yang mudah ? Rasulullah saw. menjawab:
“Allah memperlihatkan kitab (hamba)-Nya kemudian Allah memafkannya begitu saja.
Barang siapa yang dipersulit hisabnya, maka ia akan binasa.”
Hisab Menurut Istilah Aqidah Memiliki Dua Pengertian :
Pertama : Al ‘Aradh (pemaparan). Juga demiliki mempunyai dua pengertian juga.
1). Pengertian umum, yaitu seluruh makhluk ditampakkan di hadapan Allah dalam
keadaan menampakkan lembaran amalan mereka. Ini mencakup orang yang
dimunaqasyah hisabnya dan yang tidak dihisab.
2). Pemaparan amalan maksiat kaum Mukminin kepada mereka, penetapannya,
merahasiakan (tidak dibuka dihadapan orang lain) dan pengampunan Allah atasnya.
Hisab demikian ini dinamakan hisab yang ringan (hisab yasir).
Kedua : Munaqasyah, dan inilah yang dinamakan hisab (perhitungan) antara kebaikan dan
keburukan .
Untuk itulah Syaikhul Islam menyatakan, hisab, dapat dimaksudkan sebagai
perhitungan antara amal kebajikan dan amal keburukan, dan di dalamnya terkandung
pengertian munaqasyah. Juga dimaksukan dengan pengertian pemaparan dan pemberitahuan
amalan terhadap pelakunya.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menyatakan di dalam sabdanya:
�ه� الل �ق�ول� ي �س� �ي و�ل� أ ف�ق�ل�ت� ة� �ش� ع�ائ ق�ال�ت� ع�ذ�ب� ح�وس�ب� م�ن�
�ك� ذ�ل �م�ا �ن إ ف�ق�ال� ق�ال�ت� ا ير( �س� ي (ا اب ح�س� �ح�اس�ب� ي و�ف� ف�س� �ع�ال�ى ت
�ك� �ه�ل ي اب� �ح�س� ال �وق�ش� ن م�ن� �ك�ن� و�ل �ع�ر�ض� ال“Barangsiapa yang dihisab, maka ia tersiksa”. Aisyah bertanya,”Bukankah Allah telah
berfirman ‘maka ia akan diperiksa dengan pemeriksaan yang mudah’ ” Maka Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: “Hal itu adalah al ‘aradh. Namun barangsiapa
yang dimunaqasyah hisabnya, maka ia akan binasa”. [Muttafaqun ‘alaihi]
B. HISAB PASTI ADA
Kepastian adanya hisab ini telah dijelaskan di dalam al Qur`an dan Sunnah. Firman
Allah Subhanahu wa Ta’ala :
“Adapun orang yang diberikan kitabnya dari sebelah kanannya, maka ia akan diperiksa
dengan pemeriksaan yang mudah”, [al Insyiqaq / 84 : 7-8].
“Adapun orang yang diberikan kitabnya dari belakang, maka dia akan berteriak: “Celakalah
aku”. Dan dia akan masuk ke dalam api yang menyala-nyala (neraka)”. [al Insyiqaq / 84:10-
12]
“Sesungguhnya kepada Kami-lah kembali mereka, kemudian sesungguhnya kewajiban Kami-
lah menghisab mereka”. [al Ghasyiyah / 88 : 25-26]
“Pada hari ini, tiap-tiap jiwa diberi balasan dengan apa yang diusahakannya. Tidak ada yang
dirugikan pada hari ini. Sesungguhnya Allah amat cepat hisabnya”. [al Mu’min / 40 : 17]
Sedangkan dalil dari Sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, di antaranya hadits
yang diriwayatkan Imam Muslim dari Aisyah, dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam,
beliau berkata:
ض� �ع�ر� ال ذ�اك� ق�ال� ا ير( �س� ي (ا اب ح�س� �ق�ول� ي �ه� الل �س� �ي ل� أ �ه� الل س�ول� ر� �ا ي ق�ل�ت� ه�ل�ك� �ال� إ �ح�اس�ب� ي ح�د:
� أ �س� �ي ل
�ك� ه�ل اب� �ح�س� ال �وق�ش� ن م�ن� �ك�ن� و�ل
“Tidak ada seorangpun yang dihisab kecuali binasa,” Aku (Aisyah) bertanya,”Wahai
Rasulullah, bukankah Allah berfirman ‘pemeriksaan yang mudah’?” Beliau menjawab,”Itu
adalah al aradh, namun barangsiapa yang diperiksa hisabnya, maka binasa”.
Imam Ibnu Abil Izz (wafat tahun 792 H) menjelaskan, makna hadits ini adalah, seandainya
Allah memeriksa dengan menghitung amal kebajikan dan keburukan dalam hisab hambaNya,
tentulah akan mengadzab mereka dalam keadaan tidak menzhalimi mereka sedikitpun,
namun Allah memaafkan dan mengampuninya.
Demikian juga umat Islam, sepakat atas hal ini . Sehingga apabila seseorang mengingkari
hisab, maka ia telah berbuat kufur, dan pelakunya sama dengan pengingkar hari kebangkitan.
C. BINATANG ADALAH MAKHLUK YANG PERTAMA DIHISAB
Sesungguhnya makhluk yang pertama kali diadili oleh Allah Ta’ala adalah binatang,
bukan manusia ataupun jin. Allah Ta’ala berfirman:
ت� ر� ش� ح� و�ش� ال�و�ح� �ذ�ا إ )5 (و�
Artinya :“Dan apabila binatang-binatang liar dikumpulkan.” (QS. At-Takwir: 5),
yakni dikumpulkan di hari Kiamat untuk diadili.
�م م�أ� إ�ال ي�ه� ن�اح� ب�ج� ي�ط�ي�ر� ط�ائ�ر% و�ال� ض� ر�
ا�أل� ف�ي د�اب ة% م�ن� ا و�م�
م� ب/ه� ر� إ�ل�ى ث�م ء% ي� ش� م�ن� ال�ك�ت�اب� ف�ي ط�ن�ا ر ف� ا م� ث�ال�ك�م� م� أ�
و�ن� ر� ش� )38 (ي�ح�
Artinya: “Dan tiadalah binatang-binatang yang ada di bumi dan burung-burung yang
terbang dengan kedua sayapnya, melainkan umat-umat (juga) sepertimu. Tiadalah Kami
lupakan sesuatu apapun di dalam Al-Kitab kemudian kepada Rabb-lah mereka
dihimpunkan.” (QS. Al-An’aam: 38)
Syaikh Muhammad bin Sholih al-‘Utsaimin rahimahullah mengatakan, “Pada hari
Kiamat kelak, seluruh binatang akan dikumpulkan, sedangkan manusia menyaksikannya.
Kemudian binatang-binatang itu diadili, sehingga binatang yang tidak bertanduk akan
menuntut balas terhadap binatang bertanduk yang telah menanduknya di dunia. Setelah
binatang tersebut diqishosh, Allah akan mengubahnya menjadi tanah. Allah melakukannya
untuk menegakkan keadilan di antara makhluk-Nya.”.
Hisabnya hewan ini disaksikan oleh para Malaikat, orang-orang yang beriman dan
juga orang-kafir. Setelah binatang diadili, Allah Ta’ala berfirman: “Jadilah tanah!” Maka
binatang-binatang itu berubah menjadi tanah. Tatkala melihat hewan itu diubah menjadi
tanah, orang-orang kafir itu mengatakan, “Alangkah baiknya jika aku menjadi tanah.” Inilah
salah satu makna firman Allah Ta’ala:
اب�ا ت�ر� ك�ن�ت� ل�ي�ت�ن�ي ي�ا ر� ال�ك�اف� و�ل� ي�ق� و�
Artinya:“Dan orang kafir itu berkata, “Alangkah baiknya sekiranya aku menjadi tanah
saja.” (QS. An-Naba: 40).
D. HISAB MANUSIA DAN HEWAN
Syaikhul Islam menyatakan: “Allah akan menghisab seluruh makhlukNya” Dari
pernyataan ini, Syaikhul Islam menjelaskan, bahwa Allah akan menghisab seluruh
makhlukNya. Namun ini termasuk lafahz bermakna umum tapi yang dimaksudkan adalah
tertentu saja. Yaitu khusus yang Allah bebani syariat. Karena pemberlakuan proses hisab itu
pada amalan baik dan buruk hamba yang mukallaf, mencakup manusia dan jin [15]. Begitu
pula Syaikh Ibnu ‘Utsaimin menyatakan, bahwa hisab ini juga mencakup jin, karena mereka
mukallaf. Oleh karena itu, jin kafir masuk ke dalam neraka, sebagaimana disebutkan menurut
nash syariat dan Ijma’. Firman Allah Subhanahuw a Ta’ala menyebutkan :
“Allah berfirman:yang artinya “Masuklah kamu sekalian ke dalam neraka bersama
umat-umat jin dan manusia yang telah terdahulu sebelum kamu… ” [al A'raf/. 7:38]
Yang mukmin masuk syurga, menurut mayoritas ulama dan ini yang benar
sebagaimana ditunjukkan oleh firman Allah:
“Dan bagi orang yang takut saat menghadap Rabb-nya ada dua surga. Maka nikmat
Rabb kamu yang manakah yang kamu dustakan. Kedua surga itu mempunyai pohon-pohonan
dan buah-buahan. Maka nikmat Rabb kamu yang manakah yang kamu dustakan? Di dalam
kedua surga itu ada dua buah mata air yang mengalir. Maka nikmat Rabb kamu yang
manakah yang kamu dustakan? Di dalam kedua surga itu terdapat segala macam buah-buahan
yang berpasang-pasangan. Maka nikmat Rabb kamu yang manakah yang kamu dustakan?
Mereka bertelekan di atas permadani yang sebelah dalamnya dari sutra. Dan buah-buahan
kedua surga itu dapat (dipetik) dari dekat. Maka nikmat Rabb kamu yang manakah yang
kamu dustakan? Di dalam Surga itu ada bidadari-bidadari yang sopan menundukkan
pandangannya, tidak pernah disentuh oleh manusia sebelum mereka (penghuni-penghuni
Surga yang menjadi suami mereka) dan tidak pula oleh jin”. [ar Rahman / 55 : 46 – 56]
Dikecualikan dalam hal ini, yaitu mereka yang masuk surga tanpa hisab maupun adzab.
Begitu pula dengan hewan yang tidak memiliki pahala dan dosa.
Adapun orang kafir, apakah dihisab ataukah tidak? Dalam permasalahan ini, para ulama
berselisih pendapat. Di antara mereka ada yang berpendapat bahwa orang kafir tidak dihisab.
Sedangkan sebagian lainnya menyatakan mereka dihisab.
Syaikhul Islam mendudukkan permasalahan ini dengan pernyataan beliau
rahimahullah : “Pemutus perbedaan (dalam masalah ini), yaitu hisab dapat dimaksudkan
dengan pengertian pemaparan dan pemberitahuan amalan mereka, serta celaan terhadap
mereka. Dapat (juga) dimaksudkan dengan pengertian perhitungan antara amal kebajikan
dengan amal keburukan. Apabila yang diinginkan dengan kata “hisab” adalah pengertian
pertama, maka jelas mereka dihisab. Namun bila dengan pengertian kedua, maka bila
dimaksudkan bahwa orang kafir tetap memiliki kebajikan yang menjadikannya pantas masuk
surga, maka (pendapat demikian) ini jelas keliru. Tetapi bila yang dimaksudkan mereka
memiliki tingkatan-tingkatan dalam (menerima) adzab, maka orang yang banyak dosa
kesalahannya, adzabnya lebih besar dari orang yang sedikit dosa kesalahannya, dan orang
yang memiliki kebajikan, maka diringankan adzabnya, sebagaimana Abu Thalib lebih ringan
adzabnya dari Abu Lahab. Allah berfirman:
Artinya “Orang-orang yang kafir dan menghalangi (manusia) dari jalan Allah, Kami
tambahkan kepada mereka siksaan di atas siksaan disebabkan mereka selalu berbuat
kerusakan”. [an Nahl / 16:88]
Artinya :“Sesungguhnya mengundur-undur bulan haram itu adalah menambah
kekafiran”. [at Taubah / 9:37]
Apabila adzab sebagian orang kafir lebih keras dari sebagian lainnya -karena
banyaknya dosa dan sedikitnya amal kebaikan- maka hisab dilakukan untuk menjelaskan
tingkatan adzab, bukan untuk masuk syurga
Dengan penjelasan Syaikhul Islam tersebut, maka hisab di atas, maksudnya adalah
dalam pengertian menghitung, menulis dan memaparkan amalan-amalan kepada mereka,
bukan dalam pengertian penetapan kebaikan yang bermanfaat bagi mereka pada hari Kiamat
untuk ditimbang melawan amalan keburukan mereka. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :
Artinya :“Mereka itu orang-orang yang kufur terhadap ayat-ayat Rabb mereka dan
(kufur terhadap) perjumpaan dengan Dia, maka hapuslah amalan-amalan mereka, dan Kami
tidak mengadakan suatu penilaian bagi (amalan) mereka pada hari Kiamat”.[al Kahfi / 18 :
105]
E. AMALAN ORANG KAFIR DI DUNIA
Amalan kebaikan yang dilakukan orang kafir di dunia terbagi menjadi dua. Pertama,
yang disyaratkan padanya Islam dan niat. Amalan-amalan ini tidak diterima dan tidak
bermanfaat baginya di dunia dan akhirat. Kedua, amalan yang tidak disyaratkan Islam
padanya, seperti keluhuran budi pekerti, menunda penagihan hutang bagi yang tidak mampu
membayar dan lain-lainnya. Amalan-amalan ini akan diberi balasannya di dunia.
Syaikh Kholil Haras menyatakan: “Yang benar adalah, semua amalan kebaikan yang
dilakukan orang kafir hanya dibalas di dunia saja. Hingga bila datang hari Kiamat, ia akan
mendapati lembaran kebaikannya kosong”. Demikian ini, karena Allah berfirman:
“Dan Kami hadapi segala amal yang mereka kerjakan, lalu Kami jadikan amal itu
(bagaikan) debu yang berterbangan” [al Furqaan / 25 : 23]
“Orang-orang yang kafir kepada Rabb-nya, amalan-amalan mereka adalah seperti abu
yang ditiup angin dengan keras pada suatu hari yang berangin kencang. Mereka tidak dapat
mengambil manfaat sedikitpun dari apa yang telah mereka usahakan (di dunia). Yang
demikian itu adalah kesesatan yang jauh”.[Ibrahim / 14 : 18].
Ada pendapat lain yang menyatakan amalan kebaikan mereka di dunia dapat
meringankan adzab mereka. Menurut pendapat ini, amalan kebaikan yang tidak disyaratkan
Islam padanya, pada hari Kiamat akan mendapat balasan untuk menutupi kezhalimannya
terhadap orang lain. Apabila antara kezhalimannya seimbang dengan amalan tersebut, maka
ia hanya diadzab disebabkan oleh kekufurannya saja. Namun, bila orang kafir ini tidak
memiliki amal kebaikan di dunia, maka ditambahkan adzabnya yang disebabkan
kekufurannya.
F. CARA HISAB
Hisab ini dilakukan dalam satu waktu, dan Allah Subhanahu wa Ta’ala sendiri yang
akan melakukannya, sebagaimana dijelaskan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam
sabda beliau :
م�ن� ق�د�م� م�ا �ال� إ ى �ر� ي ف�ال� �ه� م�ن �م�ن� ي� أ �ظ�ر� �ن ف�ي ج�م�ان: �ر� ت �ه� �ن �ي و�ب �ه� �ن �ي ب �س� �ي ل Cه� ب ر� �م�ه� �ل �ك ي س� �ال� إ ح�د:
� أ �م� �ك م�ن م�ا
�ار� الن �ق�وا ف�ات و�ج�ه�ه� �ق�اء� �ل ت �ار� الن �ال� إ ى �ر� ي ف�ال� �ه� �د�ي ي �ن� �ي ب �ظ�ر� �ن و�ي ق�د�م� م�ا �ال� إ ى �ر� ي ف�ال� �ه� م�ن م�� أ �ش� أ �ظ�ر� �ن و�ي �ه� ع�م�ل
Hة �م�ر� ت ��ش�ق ب �و� و�ل
“Tidak ada seorangpun dari kalian kecuali akan diajak bicara Rabb-nya tanpa ada
penterjemah antara dia dengan Rabb-nya. Lalu ia melihat ke sebelah kanan, hanya melihat
amalan yang pernah dilakukannya; dan ia melihat kekiri, hanya melihat amalan yang pernah
dilakukannya. Lalu melihat ke depan, kemudian hanya melihat neraka ada di hadapannya”.
Kemudian diberikan kitab yang telah ditulis malaikat agar dibaca dan diketahui oleh setiap
orang. Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala menyebutkan :
“Dan diletakkanlah kitab, lalu kamu akan melihat orang-orang yang bersalah
ketakutan terhadap apa yang (tertulis) di dalamnya, dan mereka berkata: “Aduhai celaka
kami. Kitab apakah ini yang tidak meninggalkan yang kecil dan tidak (pula) yang besar,
melainkan ia mencatat semuanya?” Dan mereka mendapati apa yang telah mereka kerjakan
ada (tertulis). Dan Rabb-mu tidak menganiaya seorang juapun”. [al Kahfi / 18 : 49]
Allah Subhanahu wa Ta’ala memang menulis semua amalan hambaNya, yang baik
maupun yang buruk, sebagaimana firmanNya:
“Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat
(balasan)nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan seberat dzarrahpun, niscaya dia
akan melihat (balasan)nya pula” [al Zalzalah / 99:7-8].
“Pada hari ketika mereka dibangkitkan Allah semuanya, lalu diberitakanNya kepada
mereka apa yang telah mereka kerjakan. Allah mengumpulkan (mencatat) amal perbuatan itu,
padahal mereka telah melupakannya. Dan Allah Maha Menyaksikan segala sesuatu”. [al
Mujaadilah / 58 : 6].
Sehingga seluruh pelaku perbuatan melihat amalannya dan tidak dapat
mengingkarinya, karena bumi menceritakan semua amalan mereka. Begitu pula seluruh
anggota tubuh pun berbicara tentang perbuatan yang telah ia lakukan. Dijelaskan dalam
firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
“Apabila bumi digoncangkan dengan goncangannya (yang dahsyat), dan bumi telah
mengeluarkan beban-beban berat (yang dikandung)nya, dan manusia bertanya: “Mengapa
bumi (jadi begini),” pada hari itu bumi menceritakan beritanya”. [al Zalzalah / 99 : 1-4].
“Pada hari ini Kami tutup mulut mereka; dan berkatalah kepada Kami tangan mereka dan
memberi kesaksian kaki mereka terhadap apa yang dahulu mereka usahakan.” [Yaasin /
36:65]
CARA HISAB SEORANG MUKMIN DAN KAFIR
Allah Subhanahu wa Ta’ala yang Maha Pengasih dan Maha Lembut tidak menghisab kaum
Mukminin dengan munaqasyah, namun mencukupkan dengan al aradh. Dia hanya
memaparkan dan menjelaskan semua amalan tersebut di hadapan mereka, dan Dia
merahasiakannya, tidak ada orang lain yang melihatnya, lalu Allah berseru : “Telah Aku
rahasiakan hal itu di dunia, dan sekarang Aku ampuni semuanya”.
Demikian dijelaskan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hadits Ibnu ‘Umar,
beliau berkata :
ه� �ر� ت �س� و�ي �ف�ه� �ن ك �ه� �ي ع�ل �ض�ع� ف�ي �م�ؤ�م�ن� ال �ي �د�ن ي �ه� الل �ن� إ �ق�ول� ي �م� ل و�س� �ه� �ي ع�ل �ه� الل ص�ل�ى �ه� الل س�ول� ر� م�ع�ت� س�
ه� �ف�س� ن ف�ي �ى أ و�ر� �ه� �وب �ذ�ن ب ه� ر� ق�ر� �ذ�ا إ �ى ت ح� �ب ر� ي�� أ �ع�م� ن �ق�ول� ف�ي �ذ�ا ك �ب� ذ�ن �ع�ر�ف� ت
� أ �ذ�ا ك �ب� ذ�ن �ع�ر�ف� ت� أ �ق�ول� ف�ي
�اف�ر� �ك ال م�ا� و�أ �ه� �ات ن ح�س� �اب� �ت ك �ع�ط�ى ف�ي �و�م� �ي ال �ك� ل ه�ا غ�ف�ر�
� أ �ا �ن و�أ �ا �ي الدCن ف�ي �ك� �ي ع�ل �ه�ا ت �ر� ت س� ق�ال� ه�ل�ك� �ه� ن� أ
�م�ين� الظ�ال ع�ل�ى �ه� الل �ة� �ع�ن ل ال�� أ �ه�م� ب ر� ع�ل�ى �وا �ذ�ب ك �ذ�ين� ال ء� ه�ؤ�ال� ه�اد� ش�
� األ� �ق�ول� ف�ي �اف�ق�ون� �م�ن و�ال
“Aku telah mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Sesungguhnya
Allah mendekati seorang mukmin, lalu meletakkan padanya sitar dan menutupinya (dari
pandangan orang lain), lalu (Allah) berseru : ‘Tahukah engkau dosa ini? Tahukah engkau
dosa itu?’ Mukmin tersebut menjawab,’Ya, wahai Rabb-ku,’ hingga bila selesai
meyampaikan semua dosa-dosanya dan mukmin tersebut melihat dirinya telah binasa, Allah
berfirman,’Aku telah rahasiakan (menutupi) dosa itu di dunia, dan Aku sekarang
mengampunimu,’ lalu ia diberi kitab kebaikannya. Sedangkan orang kafir dan munafik, maka
Allah berfirman : ‘Orang-orang inilah yang telah berdusta terhadap Rabb mereka’. Ingatlah,
kutukan Allah (ditimpakan) atas orang-orang yang zhalim”. [HR al Bukhari]
Adapun orang-orang kafir, mereka akan dipanggil di hadapan semua makhluk. Kepada
mereka disampaikan semua nikmat Allah, kemudian akan dipersaksikan amalan kejelekan
mereka disana. Dijelaskan dalam hadits Abu Hurairah, ia berkata, Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda :
ر� �خ س�� و�أ و�ج�ك� ز�
� و�أ و�د�ك� س�� و�أ �ر�م�ك� ك
� أ �م� ل� أ ف�ل� ي�
� أ �ق�ول� ف�ي �د� �ع�ب ال �ق�ى �ل ف�ي
�ق�ول� ف�ي ق�ال� �ل�ى ب �ق�ول� ف�ي �ع� ب �ر� و�ت س�� أ �ر� ت ك� ذ�ر�
� و�أ �ل� �ب و�اإل� �ل� ي �خ� ال �ك� ل
�م� ث �ي �ن يت �س� ن �م�ا ك اك� �س� ن� أ �ي �ن ف�إ �ق�ول� ف�ي ال� �ق�ول� ف�ي ق�ي� م�ال� �ك� ن
� أ �ت� �ن ف�ظ�ن� أ
ر� �خ س�� و�أ و�ج�ك� ز�
� و�أ و�د�ك� س�� و�أ �ر�م�ك� ك
� أ �م� ل� أ ف�ل� ي�
� أ �ق�ول� ف�ي �ي� �ان الث �ق�ى �ل ي
�ق�ول� ف�ي �ب ر� ي�� أ �ل�ى ب �ق�ول� ف�ي �ع� ب �ر� و�ت س�
� أ �ر� ت ك� ذ�ر�� و�أ �ل� �ب و�اإل� �ل� ي �خ� ال �ك� ل
�م� ث �ي �ن يت �س� ن �م�ا ك اك� �س� ن� أ �ي �ن ف�إ �ق�ول� ف�ي ال� �ق�ول� ف�ي ق�ي� م�ال� �ك� ن
� أ �ت� �ن ف�ظ�ن� أ
�ك� �اب �ت �ك و�ب �ك� ب �ت� آم�ن �ب ر� �ا ي �ق�ول� ف�ي �ك� ذ�ل �ل� م�ث �ه� ل �ق�ول� ف�ي �ال�ث� الث �ق�ى �ل ي
�ط�اع� ت اس� م�ا Hر� ي �خ� ب �ي �ن �ث و�ي �ص�د�ق�ت� و�ت و�ص�م�ت� �ت� �ي و�ص�ل ل�ك� س� �ر� و�ب
�ر� �ف�ك �ت و�ي �ك� �ي ع�ل �ا اه�د�ن ش� �ع�ث� �ب ن ن� اآل� �ه� ل �ق�ال� ي �م� ث ق�ال� �ذ(ا إ �ا ه�اه�ن �ق�ول� ف�ي
�ف�خ�ذ�ه� ل �ق�ال� و�ي ف�يه� ع�ل�ى �م� ت �خ� ف�ي ع�ل�ي� ه�د� �ش� ي �ذ�ي ال ذ�ا م�ن� ه� �ف�س� ن ف�ي
�ه� �ع�م�ل ب و�ع�ظ�ام�ه� �ح�م�ه� و�ل ف�خ�ذ�ه� �ط�ق� �ن ف�ت �ط�ق�ي ان و�ع�ظ�ام�ه� �ح�م�ه� و�ل
�ه� الل �س�خ�ط� ي �ذ�ي ال �ك� و�ذ�ل �اف�ق� �م�ن ال �ك� و�ذ�ل ه� �ف�س� ن م�ن� �ع�ذ�ر� �ي ل �ك� و�ذ�ل
�ه� �ي ع�ل“Lalu Allah menemui hambaNya dan berkata : “Wahai Fulan! Bukankah Aku telah
memuliakanmu, menjadikan engkau sebagai pemimpin, menikahkanmu dan menundukkan
untukmu kuda dan onta, serta memudahkanmu memimpin dan memiliki harta banyak?”
Maka ia menjawab: “Benar”. Allah berkata lagi: “Apakah engkau telah meyakini akan
menjumpaiKu?” Maka ia menjawab: “Tidak,” maka Allah berfirman : “Aku biarkan engkau
sebagaimana engkau telah melupakanKu”.
Kemudian (Allah) menemui orang yang ketiga dan menyampaikan seperti yang disampaikan
di atas. Lalu ia (orang itu) menjawab: “Wahai Rabbku! Aku telah beriman kepadaMu, kepada
kitab suciMu dan rasul-rasul Mu. Juga aku telah shalat, bershadaqah,” dan ia memuji dengan
kebaikan semampunya. Allah menjawab: “Kalau begitu, sekarang (pembuktiannya),”
kemudian dikatakan kepadanya: “Sekarang Kami akan membawa para saksi atasmu,” dan
orang tersebut berfikir siapa yang akan bersaksi atasku. Lalu mulutnya dikunci dan dikatakan
kepada paha, daging dan tulangnya: “Bicaralah!” Lalu paha, daging dan tulangnya bercerita
tentang amalannya, dan itu untuk menghilangkan udzur dari dirinya. Itulah nasib munafik dan
orang yang Allah murkai”. [HR Muslim].
Demikianlah keadaan tiga jenis manusia. Yang pertama seorang mukmin, ia mendapatkan
ampunan dan kemuliaan Allah. Yang kedua seorang yang kafir dan ketiga orang munafik.
Keduanya mendapat laknat dan kemurkaan Allah.
Oleh karena itu, bersiaplah menghadapinya dengan mempersiapkan bekal ilmu yang
bermanfaat dan amal shalih yang cukup, memperbanyak mengingat hari perhitungan ini dan
melihat kepada amalan yang telah kita perbuat. Mudah-mudahan Allah memberikan taufiq
kepada kita untuk memperbanyak bekal, yang nantinya dengan bekal tersebut kita
menghadap sang pencipta dan mendapat keridhaanNya.
SIDANG DI PENGADILAN TUHAN: “YAUMUL HISAB.”
1-Hisab
Sesungguhnya kepada Kami-lah kembali mereka, kemudian sesungguhnya kewajiban Kami-
lah menghisab mereka. Qs.88: 25, 26
2-Timbangan (Mizan)
[21.47] Kami akan memasang timbangan yang tepat pada hari kiamat, maka tiadalah
dirugikan seseorang barang sedikit pun. Dan jika (amalan itu) hanya seberat biji sawi pun
pasti Kami mendatangkan (pahala) nya. Dan cukuplah Kami sebagai Pembuat perhitungan.
Timbangan pada hari itu ialah kebenaran (keadilan), maka barang siapa berat timbangan
kebaikannya, maka mereka itulah orang-orang yang beruntung. Dan siapa yang ringan
timbangan kebaikannya, maka itulah orang-orang yang merugikan dirinya sendiri,
disebabkan mereka selalu mengingkari ayat-ayat Kami. Qs.7: 8,9
3-Jaksa Penuntut Umum: Malaikat Roqiib dan ‘Atiid.
(Yaitu) ketika dua orang malaikat mencatat amal perbuatannya, seorang duduk di sebelah
kanan dan yang lain duduk di sebelah kiri. Tiada suatu ucapan pun yang diucapkannya
melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir. Qs.50: 17,18
4-Berita Acara Pemeriksaan (BAP),
Buku catatan amal masing-masing manusia.
[50.16] Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang
dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya dari pada urat lehernya, [50.17]
(yaitu) ketika dua orang malaikat mencatat amal perbuatannya, seorang duduk di sebelah
kanan dan yang lain duduk di sebelah kiri.[50.18] Tiada suatu ucapan pun yang diucapkannya
melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir.
[45.28] Dan (pada hari itu) kamu lihat tiap-tiap umat berlutut. Tiap-tiap umat dipanggil untuk
(melihat) buku catatan amalnya. Pada hari itu kamu diberi balasan terhadap apa yang telah
kamu kerjakan. [45.29] (Allah berfirman): "Inilah kitab (catatan) Kami yang menuturkan
terhadapmu dengan benar. Sesungguhnya Kami telah menyuruh mencatat apa yang telah
kamu kerjakan."
5-Allah SWT Sebagai Hakim Yang Maha Adil
[95.8] Bukankah Allah Hakim yang seadil-adilnya?
[11.45] Dan Nuh berseru kepada Tuhannya sambil berkata: "Ya Tuhanku, sesungguhnya
anakku, termasuk keluargaku, dan sesungguhnya janji Engkau itulah yang benar. Dan Engkau
adalah Hakim yang seadil-adilnya."
Silahkan anda baca Qs.36:54; 39:69-70; 4:141; 8:19
6-Saksi-saksi di Pengadilan Tuhan (di Yaumul Hisab);
A-Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. Qs. 22:68; 3:119
B-Malaikat Penggiring dan Malaikat Penyaksi. Qs.50:21
C-Masing-masing Rasul dan Masing-masing Nabi. Qs.27: 84
D-Kitab Catatan Malaikat. Qs.17: 13, 14; Qs.18:49
E-Kesadaran manusia itu sendiri. Qs.79:35; Qs. 23:99-100; Qs.63:10; Qs.7:6
F-Masing-masing manusia menjadi saksi atas dirinya sendiri. Qs.6:130
G-Semua anggota badanmu sendiri yang menjadi saksi. Qs.75:13 s/d 15
H-Pendengaran, Penglihatan, Kulitmu, Lidahmu, Tanganmu, Kakimu. Qs.41:19-23; I-Lidah,
tangan dan kaki Qs.24:24,25
J-Mulutnya ditutup, tangannya yang berbicara menjadi saksi.Qs.36:65
7-Ciri-ciri Calon Penghuni Neraka Yang Kekal Selamanya Diberikan Kitab Catatan Amalnya
dari belakang.
Adapun orang yang diberikan kitabnya dari belakang, maka dia akan berteriak: "Celakalah
aku". Dan dia akan masuk ke dalam api yang menyala-nyala (neraka). Qs.84: 10 s/d 12
Diberikan Kitab Catatan Amalnya dari tangan kirinya.
[69.25] Adapun orang yang diberikan kepadanya kitabnya dari sebelah kirinya, maka dia
berkata: "Wahai alangkah baiknya kiranya tidak diberikan kepadaku kitabku (ini),
8-Ciri-ciri Calon Penghuni Surga
Diberikan Kitab Catatan Amalnya dari kanannya.
Adapun orang yang diberikan kitabnya dari sebelah kanannya, maka dia akan diperiksa dengan
pemeriksaan yang mudah, dan dia akan kembali kepada kaumnya (yang sama-sama beriman) dengan
gembira. Qs.84: 7 s/d 9
Adapun orang-orang yang diberikan kepadanya kitabnya dari sebelah kanannya, maka dia berkata:
"Ambillah, bacalah kitabku (ini)". Sesungguhnya aku yakin, bahwa sesungguhnya aku akan menemui
hisab terhadap diriku. Qs.69: 19 s/d 20
9-Kepada semua orang (Calon penghuni Surga maupun Penghuni Neraka) Masing-masing disuruh
membaca, Buku Catatannya, disuruh melihat, menyaksikan Videonya / filmnya sendiri-sendiri.
Dan tiap-tiap manusia itu telah Kami tetapkan amal perbuatannya (sebagaimana tetapnya kalung)
pada lehernya. Dan Kami keluarkan baginya pada hari kiamat sebuah kitab yang dijumpainya terbuka.
"Bacalah kitabmu, cukuplah dirimu sendiri pada waktu ini sebagai penghisab terhadapmu." Qs.17: 13
s/d 14
Dan (pada hari itu) kamu lihat tiap-tiap umat berlutut. Tiap-tiap umat dipanggil untuk (melihat) buku
catatan amalnya. Pada hari itu kamu diberi balasan terhadap apa yang telah kamu kerjakan. (Allah
berfirman): "Inilah kitab (catatan) Kami yang menuturkan terhadapmu dengan benar. Sesungguhnya
Kami telah menyuruh mencatat apa yang telah kamu kerjakan." Qs.45: 28 s/d 29
[58.6] Pada hari ketika mereka dibangkitkan Allah semuanya, lalu diberitakan-Nya kepada mereka
apa yang telah mereka kerjakan. Allah mengumpulkan (mencatat) amal perbuatan itu, padahal mereka
telah melupakannya. Dan Allah Maha Menyaksikan segala sesuatu.
10- Pertanyaan-pertanyaan di Pengadilan Tuhan.
Allah bertanya: "Berapa tahunkah lamanya kamu tinggal di bumi?" Mereka menjawab: "Kami tinggal
(di bumi) sehari atau setengah hari, maka tanyakanlah kepada orang-orang yang menghitung." Allah
berfirman: "Kamu tidak tinggal (di bumi) melainkan sebentar saja, kalau kamu sesungguhnya
mengetahui." Qs.23:112,113,114
[29.13] Dan sesungguhnya mereka akan memikul beban (dosa) mereka, dan beban-beban (dosa yang
lain) di samping beban-beban mereka sendiri, dan sesungguhnya mereka akan ditanya pada hari
kiamat tentang apa yang selalu mereka ada-adakan. (Bagi yang mengajak berbuat bid’ah dan yang
mengamalkan bid’ah ??????)
[7.6] Maka sesungguhnya Kami akan menanyai umat-umat yang telah diutus rasul-rasul kepada
mereka dan sesungguhnya Kami akan menanyai (pula) rasul-rasul (Kami),
[15.92] Maka demi Tuhanmu, Kami pasti akan menanyai mereka semua, [15.93] tentang apa yang
telah mereka kerjakan dahulu. (didunia)
[16.93] Dan sesungguhnya kamu akan ditanya tentang apa yang telah kamu kerjakan.
[102.8] Kemudian kamu pasti akan ditanyai pada hari itu tentang kenikmatan (yang kamu megah-
megahkan di dunia itu).