(analisis surah al-naml [27] ayat 20-44 berdasarkan tafsir ... · raja hotlan harahap pola...
TRANSCRIPT
POLA KOMUNIKASI RATU SABA’
(Analisis Surah Al-Naml [27] Ayat 20-44 Berdasarkan Tafsir
Tematis)
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin
untuk Memenuhi Syarat Memperoleh
Gelar Sarjana Agama (S.Ag.)
Oleh:
RAJA HOTLAN HARAHAP
NIM : 11140340000076
PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR
FAKULTAS USHULUDDIN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1440 H/2018 M
i
ABSTRAK
Raja Hotlan Harahap
POLA KOMUNIKASI RATU SABA’ (Analisis Surah Al-Naml Ayat 20-44
Berdasarkan Tafsir Tematis)
Pentingnya komunikasi tidak terbatas pada komunikasi personal tetapi
juga dalam tataran ilmu komunikasi. Dimana dalam ilmu komunikasi itu terdapat
komunikasi vertikal, horisontal serta komunikasi lintasan saluran. Dengan Pola
Komunikasi Ratu Saba’ dalam memimpin Negeri Saba’ didalam Surat Al Naml
terlihat jelas betapa pentingnya sebuah ilmu komunikasi.
Kisah Ratu Balqis dalam al-Qur’an tidak dapat dipisahkan dari penuturan
tentang nabi Sulaiman. Penokohannya begitu kuat, dan Ia sangat piawai dalam
berkomunikasi dengan pengikutnta dan Nabi Sulaiman Ia juga sebagai seorang
penguasa Negri Saba’ yang aman sentosa. Ia begitu pintar dan tajam dalam
pemikiran,serta ahli dalam berkomunikasi dan ahli strategi yang ulung dalam
mengambil keputusan yang terbaik bagi rakyatnya ini terbukti ketika diminta
untuk tunduk pada Nabi Sulaiman. Karena kerajaan yang besar tidak mungkin
bisa dikendalikan kecuali oleh orang yang ahli dalam ilmu pemerintahan. Ratu
Balqis adalah seorang pemimpin yang ideal. Namun itu dari sisi duniawi,
kepemimpinan Ratu Balqis hampir tidak memiliki cacat cela dan kelemahan sama
sekali walaupun ia adalah seorang wanita. Hal itu dapat dilihat dari
kepemimpinanya yaitu: Bijaksana, demokratis, mengutamakan kesejahteraan dan
ketentraman rakyat, menyukai perdamaian, cerdas, teliti dan memiliki kekuatan
mental.
Bentuk penelitian ini menggunakan metode penelitian pustaka (Library
Research), yaitu pengumpulan data dan informasi dengan buku-buku dan materi
pustaka lainnya. Sementara itu pembahasannya sendiri menggunakan pendekatan
metode Maudhū’i yaitu dengan mengambil dan menghimpun ayat-ayat yang
berbicara tentang topik pembahasan. Semuanya diletakkan di bawah satu judul
lalu ditafsirkan dengan metode maudhū’i.
Di antara figur perempuan yang terdapat dalam al-Qur’an, Ratu Balqis
mungkin masih tetap tokoh yang paling sukar difahami. Kemunculannya begitu
kuat dan mengundang teka-teki, menolak setiap paradigmatisasi. Sebagai
penguasa kaum negeri saba’, dalam hal ini penyembah mata hari, ia sangat
bernegosiasi dengan nabi Sulaiman. Dan ketika ia mengakui kekuasaan nabi
Sulaiman, ia kemudian tidak tunduk begitu saja tapi secara diplomatis
menyatakan bersama Sulaiman tunduk kepada Allah.
Kata kunci : komunikasi, Ratu Balqis
ii
KATA PENGANTAR
Bismillāhirrahmānirrāhīm
Assalāmuʻalaikum Warahmatullāhi Wabarakātuh
Segala puji bagi Allah Swt, Tuhan semesta alam yang telah memberikan
kenikmatan jasmani maupun rohani, serta Rahmat dan hidayah-Nya, dan
kemudahan serta kesabaran dalam menghadapi berbagai rintangan dan kesulitan
sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir kuliah ini (Skripsi) berkat
pertolongan-Nya. Sholawat dan salam saya sampaikan dan saya haturkan kepada
manusia yang paling mulia kekasih Allah Swt yakni baginda Nabi besar
Muhammad Saw. Serta doʻa untuk keluarganya, sahabatnya dan para pengikutnya
hingga akhir zaman.
Terlebih dahulu saya sembahkan bakti doa dan rasa terima kasih kepada
kedua orang tua saya, ibu dan bapak saya, yang mana dalam setiap sujud mereka
selalu mendo’akan kesuksesan anak-anaknya. Mereka yang telah bersabar dalam
mengasuh dan mendidik, memberikan kasih sayang, dan tentunya selalu ikhlas
mendoʻakan setiap langkah anak-anaknya demi tercapai cita-cita yang mulia.
Mereka juga yang selalu memotivasi saya untuk menjadi manusia yang lebih baik
dan bermanfaat bagi orang lain, selain dari itu mereka juga berpesan agar
menjauhi sifat sombong, angkuh, dengki dan sebagainya, mereka juga berpesan
bersifatlah engkau seperti padi, makin meniggi makin merunduk. Semoga Allah
senantiasa mengampuni dan memaafkan segala khilaf dan salahnya dan
menempatkan mereka derajat kedudukan yang paling tinggi. Amīn.
Selanjutnya saya sampaikan rasa terima kasih saya yang setinggi-tingginya
kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A, selaku Rektor UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak Prof. Dr. Masri Mansoer, M.A, selaku Dekan Fakultas Ushuluddin
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
iii
3. Ibu Dr. Lilik Ummi Kaltsum, M.A, selaku Ketua Jurusan Ilmu Al-Qur’an
dan Tafsir Fakultas Ushuluddin dan ibu Dra. Banun Binaningrum, M.Pd,
selaku Sekretaris Jurusan Ilmu al-Qur’an dan Tafsir. Serta seluruh dosen
dan staf akademik fakultas Ushuluddin, khususnya jurusan ilmu al-Qur’an
dan tafsir yang telah membagikan waktu, tenaga dan ilmu pengetahuan juga
pengalaman yang berharga kepada penulis.
4. Ibu Dr. Faizah Ali Syibromalisi, M.A, selaku dosen pembimbing penulis
yang telah memberikan arahan, saran dan dukungan kepada penulis,
sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Mohon maaf yang sebesar-besarnya
jika selama proses bimbingan penulis banyak merepotkan. Semoga bapak
senantiasa diberikan kesehatan, dan kelancaran dalam segala urusan. Amīn.
5. Saudara kandung saya, Satria Munawir Sajali Harahap, Oloan Syukur
Harahap, Ika Julianti Harahap, yang selalu memeberi semangat dan doa
untuk menyelesaikan skripsi ini,
6. Teman-teman seperjuangan, kepada seluruh teman-teman jurusan Ilmu Al-
Qur’an dan Tafsir angkatan 2014, khususnya teman-teman TH-B, Abdul
Haisman, Agus Sulistiantono, Fikri Aulia, Bagus Eryanto, Mohamad Husni,
yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu. Semua kita semua tetap dalam
ikatan silaturahmi dan jalinan persahabatan yang indah tiada akhir. Terima
kasih atas kerja sama selama ini semoga kita semua di lancarkan oleh Allah
dalam segala urusan. Amīn.
7. Bahaluddin Siregar selaku sahabat seperjuangan saya selama menempuh
perkuliahaan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, beliau sangat berperan
penting dalam penulisan skripsi ini, baik dari segi materi dan moral. Beliau
ini juga sahabat dalam berorganisasi dalam tujuan untuk menaklukkan Ibu
kota, dengan mempunyai cita-cita yang sama ingin melanjutkan studi
lanjutan ke Eropa.
8. Teman-teman KKN FIGHT 145 Tahun 2017, yang tidak saya sebutkan satu
persatu, terima kasih atas kebersamaan dan warna baru dalam perjalanan
kuliah serta pengabdian kepada masyarakat selama sebulan penuh, semoga
iv
jalinan silaturahmi kita selalu di jaga oleh Allah Swt dan kita semua
dilancarkan dalam segala urusan. Amīn.
9. Teman-teman perjuangan lainnya yang datang dari kampung halaman saya
untuk nekat menaklukkan Ibu Kota Jakarta, Rizky Khoirunnas Pohan (Bang
PO), Efdi Harmadi Siregar, Salman Al Farizi Siregar (Dinda), biarpun
berbeda profesi mereka bertiga ini sangat berperan penting dalam
penyelesaian studi saya, yang selalu memeberi semangat dikala penulis
membutuhkan nya dan sering juga ngopi bareng dan bertukar pikiran. Dan
mereka bertiga juga sering membantu baik dari segi materi dan moral dalam
penyelesaian skripsi saya ini, dan semoga Allah membalas kebaikan mereka
bertiga. Amīn..
10. Sahabat Kopi, ditempat ini penulis sering begadang untuk penulisan skripsi
ini ditemani secangkir kopi aceh hitam, dan tidak lupa juga kepada
ownernya Sampeangan Siregar, SH, yang menjadi teman tukar pikiran
ketika penulis kehilangan semangat, Sahabat Kopi ini sangat berperan
penting dalam penulisan skripsi ini baik dari segi materi dan moral
11. Muhamad Sholehuddin Harahap, selaku CEO Ambasador Travel dan
sekligus sehabat penulis selama di pondok pesantren modren nurul hakim
dan sama-sama merantau ke jakarata untuk mencapai cita-cita, beliau sering
bertukara pikiran dalam penyelesaian skrispsi ini.
12. Serta masih banyak lagi pihak-pihak yang sangat berpengaruh dalam proses
penyelesaian skripsi ini yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.
Semoga Allah Swt membalas semua kebaikan yang telah diberikan, dan
semoga penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi penulis khususnya dan
umumnya bagi para pembaca agar selalu berpegang pada ajaran-ajaran Rasūlullāh
Saw. Amin.
Ciputat, 01 Oktober 2018
Raja Hotlan Harahap
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK........................................................................................................... i
KATA PENGANTAR........................................................................................ ii
DAFTAR ISI....................................................................................................... v
PEDOMAN TRANSLITERASI....................................................................... vii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah.............................................................. 1
B. Identifikasi Masalah.................................................................... 6
C. Batasan dam Rumusan Masalah.................................................. 6
D. Tujuan dan Manfaat Penelitiaan.................................................. 7
E. Kajian Pustaka…….................................................................... 8
F. Metodelogi Penelitian.................................................................. 10
G. Sistematika penulisan.................................................................. 11
BAB II LANDASAN TEORI
A. Pengertian Komunikasi............................................................... 13
B. Unsur-unsur Komunikasi ........................................................... 18
C. Tujuan Komunikasi...................................................................... 25
BAB III KISAH NABI SULAIMAN DAN RATU SABA’
A. Tabayyun Nabi Sulaiman dengan Mengirim Surat kepada
Ratu Saba’.................................................................................. 30
B. Musyawarah sebagai Reaksi Ratu Saba’ terhadap Surat
Nabi Sulaiman............................................................................. 38
C. Reaksi Nabi Sulaiman terhadap Hadiah yang Diberikan
Ratu Saba’................................................................................... 43
D. Persiapan Nabi Sulaiman Menyambut Kedatangan
Ratu Saba’................................................................................... 46
E. Kedatangan Ratu Saba’ ke Kerajaan Nabi Sulaiman…….......... 51
vi
vi
BAB IV PEMIKIRAN RATU SABA’ DALAM BERKOMINIKASI
DENGAN PENGIKUTNYA DAN NABI SULAIMAN
A. Komunikasi Ratu Saba’ dengan Pengikutnya.............................. 56
B. Komunikasi Ratu Saba’ dengan Nabi Sulaiman ......................... 63
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan.................................................................................. 70
B. Saran............................................................................................ 71
DAFTAR PUSTAKA……………………...………………………………… 72
vii
PEDOMAN TRANSLITERASI
Dalam skripsi, tesis, dan disertasi bidang keagamaan (baca: Islam), alih
aksara atau transliterasi, adalah keniscayaan. Oleh karena itu, untuk menjaga
konsistensi, aturan yang berkaitan dengan alih aksara ini penting diberikan.
Pengetahuan tentang ketentuan ini harus diketahui dan dipahami, tidak saja oleh
mahasiswa yang akan menulis tugas akhir, melainkan juga oleh dosen, khususnya
dosen pembimbing dan dosen penguji, agar terjadi saling kontrol dalam penerapan
dan konsistensinya. Dalam dunia akademis, terdapat beberapa versi pedoman alih
aksara, antara lain versi Turabian, Library of Congress, Pedoman dari Kementian
Agama dan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, serta versi
Paramadina.Umumnya, kecuali versi Paramadina, pedoman alih aksara tersebut
meniscayakan digunakannya jenis huruf (font) tertentu, seperti font Transliterasi,
Times New Roman, atau Times New Arabic. Untuk memudahkan penerapan alih
aksara dalam penulisan tugas akhir, pedoman alih aksara ini disusun dengan tidak
mengikuti ketentuan salah satu versi di atas, melainkan dengan
mengkombinasikan dan memodifikasi beberapa ciri hurufnya. Kendati demikian,
alih aksara versi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini disusun dengan logika yang
sama.
1. Padanan Aksara
Berikut adalah daftar aksara Arab dan padanannya dalam aksara latin:
Huruf Arab Huruf Latin Keterangan
Tidak dilambangkan ا
b Be ب
t Te ث
ts te dan es ث
j Je ج
ẖ h dengan garis bawah ح
viii
kh ka dan ha ر
d De د
dz de dan zet ذ
r Er ر
z Zet ز
s Es س
sy es dan ye ش
s es dengan garis bawah ص
ḏ de dengan garis bawah ض
t te dengan garis bawah ط
z zet dengan garis bawah ظ
koma terbalik di atas hadap kanan ‘ ع
gh ge dan ha غ
f Ef ف
q Ki ق
k Ka ك
l El ل
m Em م
n En ى
w We و
h Ha ه
Apostrof ’ ء
y Ye ي
ix
2. Vokal
Vokal dalam bahasa Arab, seperti vokal bahasa Indonesia, terdiri dari vokal
tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong. Untuk vokal tunggal,
ketentuan alih aksaranya adalah sebagai berikut:
Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan
A Fathah ـــ
I Kasrah ـــ
__ U Dhammah
Adapun vokal rangkap, ketentuan alih aksaranya sebagai berikut:
Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan
Ai a dan i __ ي
__ و Au a dan u
3. Vokal Panjang
Ketentuan alih aksara vokal pajang (madd) yang dalam bahsa Arab
dilambangkan dengan harakat dan huruf, adalah sebagai berikut:
Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan
 a dengan topi di atas ىا
Î i dengan topi di atas ىي
Û u dengan topi di atas ىو
4. Kata Sandang
Kata sandang, yang dalam sistem aksara Arab dilambangkan dengan huruf,
yaitu dialihaksarakan menjadi huruf /l/, baik diikuti huruf syamsiyah maupun
huruf kamariah. Contoh: al-rijâl bukan ar-rijâl, al-dîwân bukan ad-dîwân.
x
5. Syaddah (Tasydîd)
Syaddah atau tasydîd yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan
sebuah tanda (ـــ (dalam alih aksara ini dilambangkan dengan huruf, yaitu dengan
menggandakan huruf yang diberi tanda syaddah itu. Akan tetapi, hal ini tidak
berlaku jika huruf yang menerima tanda syaddah itu terletak setelah kata sandang
yang diikuti oleh huruf-huruf syamsiyah. Misalnya, kata (الضرورة) tidak ditulis ad-
darûrah melainkan al-darûrah, demikian seterusnya.
6. Ta Marbûtah
Berkaitan dengan alih aksara ini, jika huruf ta marbûtah terdapat pada kata
yang berdiri sendiri, maka huruf tersebut dialihaksarakan menjadi huruf /h/ (lihat
contoh 1 di bawah). Hal yang sama juga berlaku jika tamarbûtah tersebut diikuti
oleh kata sifat (na‘t) (lihat contoh 2). Namun, jika huruf ta marbûtah tersebut
diikuti kata benda (ism), maka huruf tersebut dialihaksarakan menjadi huruf /t/
(lihat contoh 3).
No Kata Arab Alih Aksara
Ṯarîqah طريقت 1
اإلسالهيت الجاهعت 2 al-jâmî’ah al-islâmiyyah
الوجود وددة 3 waẖdat al-wujûd
7. Huruf Kapital
Meskipun dalam sistem tulisan Arab huruf kapital tidak dikenal, dalam alih
aksara ini huruf kapital tersebut juga digunakan, dengan mengikuti ketentuan
yang berlaku dalam Ejaan Bahasa Indonesia (EBI), antara lain untuk menuliskan
35 permulaan kalimat, huruf awal nama tempat, nama bulan, nama diri, dan lain-
lain. Jika nama diri didahului oleh kata sandang, maka yang ditulis dengan huruf
kapital tetap huruf awal nama diri tersebut, bukan huruf awal atau kata
sandangnya. Contoh: Abû Hâmid al-Ghazâlî bukan Abû Hâmid Al-Ghazâlî, al-
Kindi bukan Al-Kindi. Beberapa ketentuan lain dalam EBI sebetulnya juga dapat
xi
diterapkan dalam alih aksara ini, misalnya ketentuan mengenai huruf cetak miring
(italic) atau cetak tebal (bold). Jika menurut EBI, judul buku itu ditulis dengan
cetak miring, maka demikian halnya dalam alih aksaranya, demikian seterusnya.
Berkaitan dengan penulisan nama, untuk nama-nama tokoh yang berasal dari
dunia Nusantara sendiri, disarankan tidak dialihaksarakan meskipun akar katanya
berasal dari bahasa Arab. Misalnya ditulis Abdussamad al-Palimbani, tidak ‘Abd
al- Samad al-Palimbânî; Nuruddin al-Raniri, tidak Nûr al-Dîn al-Rânîrî.
8. Cara Penulisan Kata
Setiap kata, baik kata kerja (fi‘l), kata benda (ism), maupun huruf (harf)
ditulis secara terpisah. Berikut adalah beberapa contoh alih aksara atas kalimat-
kalimat dalam bahasa Arab, dengan berpedoman pada ketentuan-ketentuan di
atas:
Kata Arab Alih Aksara
dzahaba al-ustâdzu ذھة األستاذ
Tsabata al- ajru ثبج األجر
al- ẖarakah al-‘ asriyyah الذرمت العصريت
Asyhadu an lâ ilâha illâ Allâh أشھد أى ال إلھ إال هللا
الخ Maulânâ Malik al- Sâlih هوالنا هلل الص
Yu’ atstsirukum Allâh يؤثرمن هللا
al- maẕâhir al-‘ aqliyyah الوظاھر العقليت
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam panggung sejarah, pembicaraan terhadap wacana gender, feminisme,
dan kesetaraan laki-laki dan perempuan merupakan bagian dari emansipasi,
demokratisasi, dan humanisasi kebudayaan. Dari waktu ke waktu, gugatan dan
pembongkaran terhadap struktur ketidakadilan, diskriminasi, penindasan dan
kekerasan terhadap perempuan tampaknya semakin meluas dan menggugat.
Berbicara tentang kepemimpinan perempuan sampai saat ini masyarakat masih
menimbulkan perbedaan pendapat. 1
Kepemimpinan perempuan menurut Islam diperbolehkan selama
kepemimpinan itu baik dan bisa dipertanggungjawabkan. Namun, Islam
memberikan batasan terhadap perempuan disebabkan karena beberapa kendala
kodrati yang dimilikinya seperti menstruasi, mengandung, melahirkan dan
menyusui. Dimana hal itu menyebabkan kondisi perempuan saat itu lemah,
sementara seorang pemimpin membutuhkan kekuatan fisik maupun akal.
Pertentangan terjadi di antara ulama ushulu fiqih (hukum Islam) mengenai
kompetensi perempuan dalam aktivitas politik. Sebagian besarnha berputar pada
persoalan potensi yang dimiliki perempuan bagi kepemimpinan politik.2
Kebijkan-kebijakan dan hukum untuk perempuan, tidak terlepas dari berbagai
kepentingan politik dan ekonomi pemerintahan. Sebagaimana diketahui, untuk
membangun kembali perekonomian Negara. Paradigma yang digunakan adalah
modrenisasi dengan pertumbuhan ekonomi dan stabilitas politik sebagai acuan
utamanya, karena itu seluruh anggota masyarakat termaksud kaum perempuan
dimobilisasi untuk kepentingan itu dengan kontrol Negara ketat dari Negara.3
1Gary Yukl : Kepemimpinan Dalam Organisasi, terj. Jusuf Udaya (Jakarta: Prenhallind,
1994) h. 2. 2Husein Muhammad : Menakar Feminisme Dengan Nalar Agama ( jakarta: Mizan, 2006 )
h. 126. 3 Shalah Qazan : Menakar Harga Perempuan. ( Solo : Intermedia, 2001 ) h. 66.
2
Kontrol tersebut dilakukan melalui berbagai kebijakan dan hukum,
kelembagaan dan ideologi yang seluruhnya ditunjukkan untuk mengejar
pertumbuhuan ekonomi dan stabilitas politik. Dalam konteks masyarakat
patriarkat. Kebijkan ini sangat berpengaruh besar terhadap kedudukan daan
kehidupan perempuan. Bagaimanapun, berbagai kebijakan politik dan hukum
yang dikelua rkan itu merupakan produk politik4.
Para jumhur ulamaberbeda-beda pendapat tentang posisi atau kedudukan
perempuan sebagai pemimpin, ayat-ayat atau hadis yang mereka gunakan sebagai
hujjahbahkan sama. Ada ulama yang melihat bahwa kepemimpinan suatu negara
hanya terbatas untuk kaum lelaki tanpa perempuan, karena lelaki dianggap
mempunyai kelebihan dalam mengatur, berpendapat, kekuatan jiwa, dan
tabiatnya. Adapun perempuan kebanyakan lemah lembut. Pemimpin dan
kepemimpinan dalam islam punya rujukan naqliyah, artinya ada isyarat-isyarat
Alquran yang memperkuat perlu dan pentingnya kepemimpinan dalam sistem
sosial.5Sedangkan berbicara mengenai perempuan dalam Alquran mengharuskan
kita untuk memulai dari awal tentang bagaimana al-Qur’an memposisikan
perempuan. Wawancara kepemimpinan dalam perspektif Islam berakar dari hasil
penafsiran surat QS. al-Nisa (4) : ayat 34. الات الرجال ق وامون على النساء با فضل الله ب عضهم على ب عض وبا أن فقوا من أموالم فالص
ت تافون قانتات حافظات للغيب با حفظ الله نشوزهن فعظوهن واهجروهن ف المضاجع والل
غوا عليهن سبيلا واضربوهن ۞إن الله كان عليا كبرياا فإن أطعنكم فل ت ب
Artinya : “Kaum laki-laki adalah pemimpin bagi kaum perempuan karena
Allah telah melebihkan sebagian mereka(laki-laki) atas sebagian yang lain
(perempuan) dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari
harta mereka. Sebab itu maka perempuan yang saleh ialah yang taat kepada
Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada oleh karena Allah telah
memelihara mereka”.6
4Shalah Qazan, Menakar Harga perempuan. ( Solo : Intermedia, 2001 ) h. 67.
5Said Agil Husain Al-Munawar, Al-quran membangun Tradisi Kesalehan Hakiki
(Ciputat: PT Ciputat Press, 2005), h. 197. 6Q.S An-Nisa / 4: 34.
3
Abbas Muhammad al-Aqqad menjadikan ayat ini sebagai konfirmasi bahwa
ada perbedaan mendasar antara laki-laki dan perempuan yang bersifat alamiah,
yang dia sebut sebagai asas pembawaan alamiah dan asas tanggung jawab sosial.
Oleh karena itu, hak atas kepemimpinan bersumber dari kesanggupan alamiah
yang dimiliki oleh jenis kelamin laki-laki. Maka, bagi al-Aqqad, hak atas
kepemimpinan hanya bisa didapat oleh laki-laki. Selain itu, beberapa ahli fiqih
klasik seperti Ibn Hazm, Abu Ya’la al Farra, dan al Mawardi dalam menetapkan
hukum tentang kepemimpinan mereka mensyaratkan agar seorang kepala negara
tidak boleh perempuan. Alasanya ialah bahwa tugas seorang pemimpin sangatlah
berat (menjaga eksistensi agama, ijtihad, mengimami shalat, dan lain lain).7
Husein Muhammad, dalam menafsirkan ayat ini meletakkannya dalam
konteks sosial pada masa al-Qur’an diturunkan, masyarakat Quraisy
menempatkan perempuan dalam kelas sosial yang rendah bahkan hampir tak
memiliki hak, maka ayat berbicra tentang sosial yang ada dalam masyarakat Arab
pada masa itu yang dihadapi oleh umat Islam. Husein Muhammad menyatakan
bahwa ayat ini bukanlah ayat normatif yang berlaku disegala zaman, karena al-
Qur’an sendiri tidak mengaharuskan laki laki menjadi pemimpin baik dalam ranah
domestik maupun ranah publik.8
Adapun M. Quraish Shihab menafsirkan ayat ini dalam konteks
kepemimpinan dalam rumah tangga, biarpun ia tak menutup kemungkinan bahwa
perempuan juga bisa menjadi kepala rumah tangga. Gus Dur sendiri dalam
menafsirkan ayat ini berpegang pada pendapat bahwa laki- laki memiliki
kelebihan dalam hal kekuatan fisik dibandingkan wanita sehingga laki-laki
bertanggung jawab atas keselamatan perempuan, karena tanggung jawab inilah
7 Abbas Mahmud al Aqqad. Filsafat Al- qur’an, Filsafat, Spiritual dan Sosial dalam
Isyarat Al -Qur’an ( Jakarta : Pustaka Firdaus, 1998 ) Penterjemah Ahmad Mawardi, h. 73-74. 8 Husein Muhammad. Islam Agama Ramah Perempuan: Pembelaan Kiai Pesantren
( Yogyakarta : Lkis, 2004 ) h. 91.
4
laki-laki dijadikan sebagai pemimpin. Sedangkan dari segi yang lain nya tidak ada
perbedaan antara laki-laki maupun perempuan.9
Dari pendapat di atas dapat dikatakan bahwa kepemimpinan hanya ada pada
kaum lelaki maka dialah penanggung jawab, pendidik, pengatur, penguasa dan
lain-lain yang semakna atas istri atau perempuan dalam rumah tangga. Dan istri
atau perempuan adalah pihak yang dikuasai dan dipimpin, pria mempunyai
superioritas dan perempuan inferioritas. Sebab laki-laki diciptakan Allah
swt.sebagai pemimpin bagi urusan perempuan, penjaga atas kehormatannya,
danpemenuh kebutuhan nafkah ruhaniah dan badaniah.
Sementara Nasaruddin Umar, seorang cendekiawan muslim kontemporer
yang menyatakan bahwa tidak ada satu pun dalil, baik dari Alquran maupun hadis,
yang melarang kaum perempuan aktif di dunia politik. Hal ini merupakan hak
yang dimiliki oleh seorang perempuan untuk terjun ke dalam bidang politik baik
sebagai pejabat atau pemimpin negara. Fakta sejarah mengungkapkan bahwa
perempuan-perempuan di sekitar Nabi terlibat aktif dalam dunia politik.
Nasaruddin Umar juga menegaskan bahwa laki-laki dan perempuan sama-sama
memiliki fungsi sebagai khalifah di muka bumi yang akan mempertanggung
jawabkan kepemimpinannya di hadapan Allah swt.10
Adapun M. Quraish Shihab menerangkan dalam Tafsir al-Misbah, bahwa
sebelum ayat 34 ini, ayat yang lalu (ayat 32) melarang berangan-angan serta iri
menyangkut keistimewaan masing-masing manusia, baik pribadi maupun
kelompok atau jenis kelamin. Keistimewaan yang dianugerahkan Allah itu antara
laki-laki dan perempuan. Kini fungsi dan kewajiban masing-masing jenis
kelamin,serta latar belakang perbedaan itu disinggung oleh ayat ini dengan
menyatakan bahwa: Para lelaki, yakni jenis kelamin laki-laki atau suami adalah
qawwamun,pemimpin dan penanggungjawab atas para perempuan, oleh karena
Allah telah melebihkan sebagian mereka atas sebagian yang lain dan karena
mereka, yakni laki-laki secara umum atau suami telah menafkahkan sebagian dari
9 M. N Ibad. Kekuatan Perempuan dalam Perjuangan Gus Dur – Gus Miek ( Yogyakarta
: Pustaka Pesantren. 2011 ) h. 57-58. 10
Nasaruddin Umar, Kodrat Perempuan dalam Islam (Jakarta: Fikahati Aneska, 2000), h.
49.
5
harta mereka untuk membayar mahar dan biaya hidup untuk istri dan anak-
anaknya.11
M. Quraish Shihab berbicara tentang kepemimpinan perempuan dalam
tafsirnyaal-Misbah, di antaranya penafsiran Beliau terhadap surah al-Naml ayat
22-40,dalam ayat ini diceritakan sebuah kerajaan yaitu kerajaan Saba’ yang
dipimpinoleh seorang perempuan yang bernama ratu Balqis. Dalam ayat 22-40
inidiceritakan bagaimana kepemimpinannya sebagai seorang perempuan
saatmenghadapi situasi-situasi yang sulit, diceritakannya juga sikapnya
yangbijaksana dan penuh rasa musyawarah terhadap para pemuka kerajaan pada
saatmenghadapi Nabi Sulaiman as.
Di dalam Tafsir as-Sa’di juga dijelaskan Allah Swt mengabarkan
bahwasanya kata “Arrijalu qowwamuna alal nisa” kaum laki laki itu adalah
pemimpin bagi kaum perempuan, maksudnya dengan cara mengharuskan mereka
untuk menunaikan hak hak Allah Swt berupa pemeliharaan akan kewajiban
kewajiban dari Nya dan melarang mereka dari berbuat kerusakan, laki laki wajib
untuk menekankan hal tersebut pada meraka, dan laki laki juga adalah pemimpin
mereka dengan cara memberikan nafkah kepada mereka berupa pakaian dan
tempat tinggal.
Kemudian Alllah menyebutkan sebab yang mengharuskan fungsi laki laki
tersebut sebagai pemimpin atas perempuan nya. Pengutamaan laki laki atas
perempuan disebabkan dari berbagai segi : dari segi kekuasaan adalah
dikhususkan bagi laki laki, kenabian, kerasulan, pengkhususan mereka dalam
beragai macam ibadah seperti jihad, shalat hari raya dan shalat jumat dan apa
yang allah telah berikan secara khusus buat mereka berupa akal pikiran yang
matang, kesabaran, dan ketegaran yang tidak dimiliki oleh wanita demikian juga
Allah mengkhususkan dengan kewajiban memberi nafkah bahkan pada sebagian
besar nafkah laki laki dikhususkan untuk dan di istimewkan dengannya dari pada
perempuan.12
11
M. Quraish Shihab., Tafsir Al- Misbah, Pesan, Kesan dan Keserasian Alquran
(Jakarta:Lentera Hati, 2000), h. 510. 12
Sa’ad bin Fawwaz Ash Shumail Tafsir As – Sa’di ( Jakarta Penerbit Al- Huda 2009) h.
76-77.
6
Dalam skripsi ini penulis akan berusaha menemukan hambatan - hambatan
dan pembatasan- pembatasan terhadap hak-hak dan tugas-tugas perempuan ketika
kita memperluas pembahsan ini dalam realitas politik. Maka akan dijelaskan
kemudian bahwa perempuan sangatlah mampu memberikan kontribusi pada
kebutuhan-kebutuhan masyarakatnya melalui cara brkomunikasi dalam partisipasi
politik, khususnya ketika mereka mampu mengakses pencapaian-pencapain dan
pendekatan-pendekatan terhadap pemerintah dan para pemimpin politiknya.
Dengan latar belakang pe mikiran diatas maka masalah pokok yang dibahas oleh
penulis adalah: “POLA KOMUNIKASI RATU SABA’ (Analisis Surah Al-Naml
[27] Ayat 20-44 Berdasarkan Tafsir Tematis)”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka terdapat masalah-
masalah yang teridentifikasi sebagai berikut:
1. Pola komunikasi merupakan termasuk penting bagi ajaran islam, oleh karena
itu penelitian yang mendalam terhadap pola komunikasi Ratu Saba’ ini
merupakan sesuatu yang urgent dalam upaya untuk menemukan pola
komunikasi nya.
2. Pola komunikasi kepemimpinan Ratu Saba’ masih banyak yang belum
mengetahuinya, oleh karena itu pola komunikasinya dalam memimpin negeri
saba’ bisa dijadikan sebagai rujukan bagi pemimpin dimasa yang akan datang
C. Batasan dan Rumusan Masalah
Untuk menghindari kesimpangsiuran dalam pembahasan ini maka penulis
membatasi pembahasan dalam penelitian ini. Dalam penelitian ini penulis hanya
terfokus pada : Pola Komunikasi Ratu Saba’ (Analisis Surah Al-Naml Ayat 20-44
Berdasarkan Tafsir Tematis): karena penulis fokus terhadap Tafsir al Misbah
Karangan M. Quraish Shihab dan Kitab-kitab Tafsir lainnya.
7
Sedangkan rumusan masalahnya adalah bagaimana pola komunikasi Ratu
Saba’ dalam surah al Naml dan bagaimna pandangan para ulama terhadap pola
komunikasi perempuan.
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Dengan mengangkat topik ini, maka diharapkan setiap individu dapat
mengetahui pola komunikasi Ratu Saba’ yang merupakan salah satu pemimpin di
zaman dulu yang bisa diambil hikmahnya dan dijadikan sebagai rujukan untuk
pemimpin dimasa yang akan datang. Disamping itu, penulis mempunyai beberapa
tujuan lain, yaitu:
1. Untuk mengetahui pola komunikasi Rata Saba’.
2. Untuk mengetahui hikmah dari pola komunikasi Ratu Saba’ dalam
menyelesaikan suatu masalah.
3. Untuk menegetaui apakah pola komunikasi Ratu Saba’ ini masih relavan
dengan pola komunikasi yang sekarang.
4. Untuk menambah khazanah keilmuan di civitas akademik bagi yang
membacanya.
5. Agara masyarakat tahu bagaimana pola komunikasi Ratu Saba’ yang ada
dalam al – Qur’an di surat al Naml.
6. Untuk memenuhi tugas akhir perkuliahan dalam mencapai gelar Sarjana
Agama program studi Ilmu Al – Qur’an dan Tafsir Fakultas Ushuluddin UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
Sedangkan manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah:
1. Memberikan sumbangsih pemikiran ilmiah dalam kajian keislaman tertuama
dalam hubungannya dengan al Qur’an tentang pola komunikasi Ratu Saba’
yang di dalam surat al Naml.
2. Memberikan penjelasan tentang pola komunikasi Ratu Saba’, agar tidak
disalahpahami oleh orang – orang yang tidak bertanggung jawab.
8
3. Memberikan informasi bagi masyarakat.13
E. Kajian Pustaka
Pembahasan tentang pola komunikasi Ratu Saba’ Dalam Surat al Naml,
sepengetahuan penulis belum ada yang membahasnya baik berbentuk skripsi, tesis
ataupun karya ilmiah lainnya, terutama bagi mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta. Namun, ada beberapa karya ilmiah membahas penelitian yangberkaitan
dengan penelitian ini, yaitu sebagai berikut:
1. Tesis Muhammad Yusuf yang berjudul “Kepemimpinan Perempuan dalam
Perspektif Kearifan Lokal: Pemikiran Ulama Bugis dan Budaya Bugis”.
Dalam tesis ini dijelaskan bahwa, tafsir berbahasa Bugis
memberikanpemahaman bahwa hak kepemimpinan itu bukan sebagai
pernyataan normatifmelainkan kontekstual, karena konteks turunnya ayat itu
adalah padamasyarakat yang didominasi oleh laki-laki termasuk otoritas
menafsirkan teksAlquran. Akar masalahnya antara lain: asal-usul kejadian
perempuan yangseringkali dijadikan alasan oleh sementara ulama untuk
menolak perempuanmenjadi pemimpin publik sama sekali tidak ditemukan
dalam Alquran.Pengutamaan syarat kualitatif pemimpin tanpa melihat status
gender tidakdisangsikan sebagai ajaran qurani. Dalam konteks negeri
arab,Alquranbahkan memberikan contoh pemimpin perempuan, Ratu Balqis,
satu-satunyapemimpin selain para Nabi yang diberi pujian di dalam
Alquran.Pandangan ulama Bugis dalam hal ini hanya
menjelaskankepemimpinan laki-laki (suami) dalam rumah tangga sebagai
mereka jelaskanketika menafsirkan Qs. al-Nisa/4: 34. Sedangkan di ranah
publik terdapatruang dan peluang bagi perempuan menjadi pemimpin publik
selama dapatditerima dan memiliki persyaratan yang dibutuhkan. Sikap
menolakperempuan menjadi pemimpin publik atas dasar jenis kelamin sajak
lama merupakan bentuk penolakan terhadap jutaan potensi. Sebaliknya,
memberikursi jabatan kepada perempuan dalam porsi tertentu atas nama
13
Karena tidak semua masyarakat mengetahui pola komunikasi Ratu Saba’ yang ada
dalam al Qur’an di surah al Naml.
9
demokrasi dan persamaan hak tidaklah otomatis, mesti dipertimbangkan
kesiapannya baik secara kualitatif maupun secara sosiol kultural.14
2. Muhammad Najib, Kisah Negri Saba’ dalam Al Qur’an ( studi kritis
Pemahaman Fahmi Basya ) di dalam skripsi ini penulis menemukan ada
sedikit yang lebih unik yaitu tentang sebuah pemikiran ilmuan yang
menyatakan ada peninggalan sejarah kerjaan Nabi Sulaiman dan bersama
sang Ratu Balqis Namun, ada seorang ilmuwan Islam Nusantara yang
mengejutkan. Sebab, ia melawan mainstream. Sebuah penelitian sains yang
berdasarkan data-data Alquran dan fakta-fakta ilmiah selama 33 tahun,
berusaha menjawab misteri tersebut. Penelitian ini juga memberikan benang
merah dari misteri masa lalu Dunia dan Nusantara ini, hasil penelitian
tersebut sudah tercover dalam karyanya yang diberi judul; Borobudur dan
Peninggalan NabiSulaiman. Dan, ilmuwan itu adalah KH. Fahmi Basya
Hamdi. Sontak, banyak orang sekatika mengernyitkan dahi ketika membaca
buku tersebut. Bagaimana tidak. Buku yang ditulis pakar sains Qur‟an
Indonesia itu menyimpulkan bahwa nusantara adalah Negeri Saba‟ dan Candi
Borobudur adalah peninggalan Nabi Sulaiman. Seperti yang diketahui dan
dikenal oleh masyarakat dunia, bahwa Candi Borobudur adalah bangunan
Budhis yang dibangun pada masa dinasti Syailendra pada abad ke-7-8 M.
Pada tahun 1817, sejarawan Van Erp mengatakan bahwa Borobudur adalah
Candi Budha. Sejauh ini, penelitian Van Erp tersebut dijadikan rujukan. Akan
tetapi, secara terang-terangan, Fahmi Basya mengatakan bahwa ucapan Van
Erp patut dikaji lebih mendalam. Dosen Matematika Universitas Islam Negeri
(UIN) Jakarta dan Dewan Pakar ICMI Jakarta Barat (2004) itu, juga
mengaitkan Istana Ratu Boko dengan Istana Ratu Balqis yang dipindah ke
istana Nabi Sulaiman sebagaimana diungkapkan dalam Alquran. Hemat kata,
Fahmi Basya, memahami istana yang dipindah itu adalah kerajaan Ratu Boko
dan Candi Borobudur adalah istana Nabi Sulaiman.15
14
Muhammad Yusuf, (Tesis, PPs UIN Alauddin Makassar, 2013), h. 78
15Muhammad Najib, ( Skripsi UIN Walisongo Semarang , 2016 )
10
3. Siti Fatimah, Fenomena Alam Kaum Saba’: Studi Analisis atas Surat Saba’
ayat 15-17, Skripsi, Jakarta: Uiniversitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah,
2003. Sebuah penelitian, penulis menemukan yang berfokus pada analisis
fenomena alam yang terjadi di Negeri Saba‟, mulai dari kondisi tanah yang
tandus, sampai kerusakan alam yang disebabkan banjir bandang (Sailul Arim)
karena bendungan Ma‟rib dijebol. Sehingga berefek pada kondisi buah-
buahan atau pertanian di Negeri Saba‟. Penelitian ini berfokus pada fenomena
alam dari Negeri Saba‟,16
F. Metodologi Penelitian
Penelitian yang hendak penulis lakukan ini berupa kajian kepustakaan
(Library Research) yang bekerja untuk menemukan pemahaman akan fenomena
yang terdapat pada objek sesuai dengan apa yang dialami oleh pengamatan
subyek penelitian. Bahan informasi mengenai objek penulis telusuri dalam
literatur – literatur, baik klasik maupun moderen, termasuk jurnal-jurnal ilmiah
yang berkaitan.17
1. Metode Pengumpulan Data
Adapun jenis data yamg penulis kumpulkan untuk menuntaskan kajian
ini yaitu dengan menggunakan data dan berbagai literatur. Yaitu berupa data
primer dan data sekunder .
a. Data Primer yaitu data langsung dikumpulkan oleh peneliti dari sumber
utamanya. Adapun sumber tersebut di antaranya sumber tertulis meliputi
Tafsir al Misbah karangan Quraish Shihab dan kitab kitab tafsir lainnya.
b. Data sekunder yaitu data yang biasanya telah tersusun dalam bentuk
dokumen yang berupa dari buku buku dan sumber lainnya yang tidak
secara langsung berkaitan dengan tema. Di antara nya adalah buku Kodrat
Perempuan dalam Islam, buku buku tentang kepemimpinan perempuan
dan pola komunikasi yang berkaitan dengan judul penulis. Data sekunder
16
Siti Fatimah, ( Skripsi. Jakarta. UIN Syarif Hidayatullah Jakrta, 2003 ) 17
Marzuki, Metode Riset, ( Yogyakarta : Hanindita offest, 1986) h. 56
11
lain sebagai tambahan perbendaharaan pemahaman tentang kajian
misalnya dengan menelusuri di jurnal ilmiah, karya tulis, web dan
sebagainya.
2. Analisis Data
Analisis data dilakukan oleh peneliti selama penelitian ini berlangsung
hingga seluruh data telah dianggap cukup. Analisis dilakukan dengan cara
memahami persoalan disekitar objek penelitian. Peneliti mencoba
memposisikan diri pada posisi netral dengan tetap berpikir kritis. Kajian ini
bersifat deskriftif-analisis dengan meneliti sosok tokoh para mufassir Indonesia
seperti, Quraish Shihab dan tokoh-tokoh lainnya dengan menganalisis data
tentang nilai-nilai kepemimpinan perempuan yang ada didalam Tafsir al
Misbah, dan kitab-kitab tafsir lain nya dan bagaimana aplikasi penfsirannya
jika dikontekstualisasikan pada masyarakat, khususnya masyarakat indonesia.
3. Pendekatan Penelitian
Untuk pendekatan pengambilan data, penulis menggunakan metode tematik:
yaitu membahas ayat-ayat al Qur’an yang sesuai dengan tema atau judul yang
telah ditetapkan. Sedangkan pendekatan penelitian yang lain dengan
pendekatan historis-filosofis. Historis berarti akan ditelusuri dan dipotret
perjalanan metodologis Tafsir al Misbah, dan kitab-kitab tafsir lain nya.
Pendekatan filosofis dilakukan untuk menelaah lebih jauh pemikiran dan
penafsiran M. Qurais Shihab dan mufassir lainnya tentang pola komunikasi
Ratu Saba’.
G. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan, dalam penelitian ini terdiri dari empat bab,
masingmasingbab terdiri atas beberapa sub bab pembahasan, yaitu sebagai
berikut:
Bab pertama merupakan bab pendahuluan, bab ini berisi: Latar belakang
masalah, batasan masalah dan rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat,
metode penelitian, dan kajian pustaka.
12
Bab Kedua adalah landasan teori. Terdiri dari tiga sub bahasan yaitu: pengertian
komunikasi, dan unsur-unsur komunikasi, serta tujuan berkomunikasi.
Bab Ketiga kisah Nabi Sulaiman dan Ratu Saba’, dalam bab ini dijelaskan
tentang pengiriman surat Nabi Sulaiman melalui burung Hud-Hud kepada Ratu
Saba’sehingga Ratu Saba’ tunduk kepada Allah Swt melalui Nabi Sulaiman.
Bab Keempat pola komunikasi Ratu Saba’ dengan pengikutnya dan Nabi
Sulaiman dalam Surah al Naml. Dalam bab ini dijelaskan kemegahan kerajaan
ratu saba’, dan konsep bermusyawarah Ratu Saba’ bersama pengikutnya dan
sampai menemukan titik tengah untuk jalan damai antara Ratu Saba’ dan Nabi
Sulaiman.
Bab Kelima merupakan penutup yang memuat kesimpulan dan saran.
13
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pengertian Komunikasi
Dalam rangka pembahsan mengenai “pola komunikasi” terlebih dahalu
perlu dijelaskan pengertian komunikasi. Jadi, sebelum penulis mengadakan
paparan untuk menjawab pertanyaan “bagaimana berkomunikasi” terlebih dahulu
penulis harus merasa jelas tentang “apa itu komunikasi” pengertian komunikasi
dengan segala aspek yang dicakupnya. Komunikasi dalam pengertian umum dapat
dilihat dari dua segi, yang pertama pengertian komunikasi secara etimologis atau
menurut asal katanya adalah, istilah komunikasi berasal dari bahasa Latin
communicatio, dan perkataan ini bersumber pada kata communis. Perkataan
communis tersebut dalam pembahasan ini sama sekali tidak ada kaitanya dengan
partai komunis yang sering dijumpai dalam kegiatan politik. Arti communis di sini
adalah sama. Dalam arti kata sama makna yaitu sama makna mengenai suatu hal.
Jadi, komunikasi berlangsung apabila antara orang-orang yang berlibat terdapat
kesamaan makna mengenai suatu hal yang dikomunikasikan.1
Sedangkan yang kedua pengertian komunikasi secara etimologis
komunikasi berarti proses penyampaian suatu pernyataan oleh seseorang kepada
orang lain. Dari pengertian itu jelas bahwa komunikasi melibatkan sejumlah
orang, di mana seserang menyatakan sesuatu kepada orang lain. Jadi, yang terlibat
dalam komunikasi itu adalah manusia. Karena itu, komunikasi yang dimaksudkan
disini adalah komunikasi manusia yang sering kali pula disebutkan dengan
komunikasi sosial, komunikasi manusia sebagai singkatan dari komunkasi antar
manusia dinamakan komunikasi sosial atau komunikasi kemasyarakatan karena
hanya kepada manusai-manusia yang bermasyarakat terjadinya komunikasi.
Dalam pengertian secara umum komuniksi adalah proses penyampaian suatu
1Onong Uchjana Effendy, Dinamikasi Komunikasi, (Bandung : PT ROSDA KARYA,
2004) , h. 3.
14
pernyataan yang dilakukan oleh seseorang kepada orang lain sebagai konsekuensi
dari hubungan sosial.2
Salah satu persoalan dalam memberi pengertian atau defenisi tentang
komunikasi, yakni banyaknya defenisi yang telah dibuat oleh para pakar menurut
bidang ilmunya. Hal ini disebabkan oleh banyaknya disiplin ilmu yang memberi
masukan terhadap perkembangan ilmu komunikasi, misalnya, psikologi,
sosiologi, ilmu politik, linguistik, dan sebagainya. Jadi, pengertian komunikasi
tidak sesederhana yang penulis lihat sebab para pakar memberi defenisi menurut
pemahaman dan persfektif masing-masing. Ada defenisi yang panjang dan ada
pula yang pendek, ada yang sederhana dan ada pula yang kompleks. Demikian
pula apa yang ditekankan dalam defenisi yang mereka buat kadang berbeda satu
sama lain.3
Jauh lebih pandangan masing-masing pakar dapat dilihat misalnya Everett
M. Rogesr seorang pakar Sosiologi Pedesaan Amerika yang telah banyak
memberi perhatian pada studi riset komunikasi, khususnya dalam hal penyebaran
inovasi membuat deffenisi komunikasi bahwa komunikasi adalah proses diamana
suatu ide dialihkan dari sumber kepada satu penerima atau lebih, dengan maksud
untuk mengubah tingkah laku mereka. Defenisi ini kemudia dikembangkan oleh
Rogers bersama D. Lawrence Kincaid (1981) sehingga melahirkan suatu defenisi
baru yang menyatakan bahwa komunikasi itu adalah suatu proses diamana dua
orang atau lebih membentuk atau melakukan pertukaran informasi dengan satu
sama lainnya, yang pada gilirannya akan tiba pada saling pengertian yang
mendalam. Rogers mencoba menspesifikasikan hakikat suatu hubungan dengan
adanya suatu pertukaran informasi (pesan), dimana ia menginginkan adanya
perubahan sikap dan tingkahlaku serta kebersamaan dalam menciptakan saling
pengertian dari orang-rang yang ikut serta dalam suatu proses komunikasi.4
Melalui interpretasi, mereka merumuskan citra subjektif dengan mengingat
apa makna makna objek-objek seperti objek fisik yang beraneka ragam, objek
2Onong Uchjana Effendy, Dinamikasi Komunikasi, h. 5.
3 Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi (Jakarta : PT RAJAGRAFINDO
PERSADA,2007), h. 17. 4 Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi, h. 20.
15
sosial, dan objek abstrak, itu bagi mereka dimasa lalu, membayangkan makna
dimasa depan jika mereka telah bertindak terhadap objek-objek itu, dan
menetapkan makna objek-objek itu sekarang. Melalui siombol, diucapkan atau
tidak, dituliskan atau tidak, orang bertukar atau berbagi citra dan, dengan berbuat
demikian, menciptakan makna-makna yang baru. Komunikasi adalah proses
interaksi sosial yang digunakan orang untuk menyusun mekna yang merupakan
citra mereka mengenai dunia (yang bedasarkan itu mereka bertindak) dan untuk
beertukar citra itu melalui simbol-simbol.5
Banyak pakar tidak setuju dengan dugaan bahwa perilaku manusia
dianggap sebagai tindakan komunikasi. Perdebatan itu berkisar pada pengakuan
dan kebimbangan terhadap perilaku komunikasi manusia. Mereka
mempertantakan apakah tindakan manusia yang disampaikan secara lisan atau
nonverbal, dan penulis akan memaparkan beberapa pendapat tokoh tentang
defenisi komunikasi tersebut seperti ;
Aristoteles : tujuan utama komunikasi adalah persuasi, yaitu upaya
pembicaraan untuk mengiring orang lain masuk kedalam suatu pandangan
persauder.
Aranguren : komunikasi adalah transmisi pesan, setelah mengalami
konduksi, melalui pengirim kepada penerima.
Wilar Quine : komunikasi adalah respons sembarangan dari suatu
organisme terhadap rangsangan.
Andre Martinet : komunikasi merupakan pemanfaatan kode, yang dikemas
dalam unit semiologi, sebagai pesan tentang pengalaman tertentu lalu dialihkan
kepada pihak lain yang memungkinkan manusia dapat berhubungan satu sama
lain.6
Dari beberapa pendapat diatas penulis melihat perbedaaan pendapat yang
signifikan tentang defenisi dari komunukasi tersebut, dan komunikasi ini juga
adalah salah satu dari aktivitas manusia yang dikenali oleh semua orang namun
sangat sedikit yang dapat mendefenisikannya secara memuaskan. Komunikasi
5Dan Nimmo, Komunikasi Politik, (Jakarta : Goodyear Publishing,1998), h. 7.
6Alo Liliweri, Komunikasi Antar Personal, (Jakarta : Prenadema Group,2015), h. 3.
16
memeliki variasi defenisi yang tidak terhingga seperti; saling berbicara satu sama
lain, penyebaran informasi kritik sastra dan masih banyak lagi. Hal ini adalah satu
permasalahan yang dihadapi oleh para akademis.7
Komunikasi merupakan gejala yang ada sejak manusia berinteraksi satu
sama lain dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup dan mengembangkannya,
diwarnai dengan berbagai hubungan kekuasaan. Perkembangan fenomena
komunikasi dengan demikian tergantung sejauh mana perkembangan sumber
komunikasi, yaitu pesan dan informasi pengetahuan yang ada pada masyarakat,
sehingga media teknologi komuniksi yang ada, mulai dari penggunaan daun
lontar, menggunakan jasa kurir serta menggunakan burung merpati dan
sebagainya, gejala komunikasi berkembang seiring dengan kemajuan pada ranah
teknologi ssekarang ini.8
Sejak awal sejarah masyarakat, siapa yang menguasai sumber komunikasi
dan media komunikasi, biasanya akan menjadi pihak yang berjaya dan berkuasa
dalam masyarakat. Masyarakat yang memiliki medai komunikasi maju, juga akan
lebih berjaya dibandingkan masyrakat yang memiliki alat komunikasi sederhana.
Sumber komunaksi adalah pesan, informasi, dan wawasan yang membuat orang
orang mengetahui banyaknya hal. Siapa yang mempunyai sumber-sumber
komunikasi tersebut berarti memiliki legitimasi untuk mengarahkan orang-orang.9
Sebagai sebuah gejala yang merupakan bagian kehidupan dan perilaku
manusia, komunikasi berusaha didefeniskan oleh sejumlah ahli yang mencoba
memahami komunikasi. Tentu saja tidak ada defenisi tunggal atau yang sama
persis dari masing-masing. Meskipun demikian, dari berbagai macam defenisi,
tentu penulis dapat mengambil kesimpulan umum untuk menggambarkan apa
yang dimaksud dengan komunikasi. Jadi secara umum komunikasi dapat
didefenisikan sebagai usaha penyampaian pesan atarmanusia. Jadi, Ilmu
Komunikasi adalah ilmu yang mempelajari usaha penyampaian pesan
7Jhon Fiske, Pengantar Ilmu Komunikasi, Edisi ketiga (Jakarta : Rajagrafindo
Persada,2014), h. 1. 8Nurani Soyomukti, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Jogjakarta : Ar Ruzz Media, 2016), h.
13 . 9 Nurani Soyomukti, Pengantar Ilmu Komunikasi, h. 15.
17
atarmanusia.10
Objek Ilmu Komunikasi adalah komunikasi, yakni usaha
penyampaian pesan atarmanusia. Ilmu komunikasi tidak mengkaji proses
penyampaian pesan kepada makhluk yang bukan manusia. Pada 1976, Danca dan
Larson mengumpulkan 126 defenisi komunikasi yang berlainan. Bisa jadi,
sekarang jumlah itu meningkat lebih banyak. Mereka mengidentifikasi tiga
dimensi konseptual penting yang mendasari perbadaan ke-126 definisi temuanya
itu, antara lain.
1. Komunikasi dilihat dari tingkat observasi atau derajat keabstrakanya.
a. Komunikasi yang bersifat umum, menyatakan bahwa komunikasi
adalah proses yang menghubungkan satu bagian dengan bagian
lainya dalam kehidupan. Dalam hal ini komunikasi adalah gejala
umum yang ada dalam kehidupan, tidak ada kehidupan manusia
yang lepas dari proses komunikasi.
b. Komunikasi yang bersifat terlalu khusus, menyatakan bahwa
komunikasi adalah alat untuk tujuan-tujuan dan bidang-bidang
khusus, seperti untuk mengirimkan pesan militer, perintah, dan
sebagainya melalui telepon, telegraf, radio, kurir, dan sebagainya.
2. Komunikasi Dengan Tingkat Kesengajaan
Sengaja berarti dilakukan dengan sadar dan terkadang terencana,
dalam hal ini komunikasi dilakukan secara sadar-pesan dan tindakan
mengirimkan pesan dilakukan secara sadar. Komunikasi dipahami
sebagai situasi-situasi yang memungkinkan suatu sumber
mentransmisikan suatu pesan kepada seseorang penerima dengan
disadari untuk memengaruhi perilaku penerima.11
Sedangkan definisi yang mengabaikan kesengajaan, misalnya dari
Code (1959) yang mendefinisikan komunikasi sebagai proses yang
membuat sesuatu dari semula yang dimiliki oleh seseorang atau
monopoli seseorang menjadi dimiliki dua orang atau lebih. Jadi, dalam
hal ini kata kuncinya adalah pesan dan informasi yang terbagi bersama
10
Brent D. Ruben, Komunikasi dan Perilaku Manusia, (Jakarta : Rajagrafindo Persada,
2014), h. 52. 11
Anwar Arifin, Komunikasi Politik, (Jakarta : PT Balai Pustaka, 2003), h. 105.
18
antara dua orang akibat pesan yang datang dari satu pihak atau orang,
entar disadari atau tidak, disengaja atau tidak.
3. Definisi Berdasarkan Tingkat Keberhasilan dan Diterimanya Pesan.
Dalam hal ini, komunikasi dilihat dengan menekankan pada
keberhasilan dan diterimanya pesan, misalnya definisi yang
menyatakan bahwa komunikasi adalah proses pertukaran informasi
untuk mendapatkan saling pengertian. Sedangkan yang tidak
menekankan keberhasilan, misalnya definisi yang menyatakan bahwa
komunikasi adalah proses transmisi informasi semata, tak perduli pada
tingkat keberhasilan penyampaian pesan tersebut.12
B. Unsur-unsur Komunikasi
Dari pengertian komunikasi yang telah dikemukakan, jelas bahwa
komunikasi antarmanusia hanya bisa terjadi, jika ada seseorang yang
menyampaikan pesan kepada orang lain dengan tujuan tertentu, artinya
komunikasi hanya bisa terjadi kalau didukung oleh adanya sumber, pesan, media,
penerima, dan efek unsur-unsur ini bisa juga disebut komponen atau elemen
komunikasi.Terdapat beberapa macam pandangan tentang banyaknya unsur atau
elemen yang mendukung terjadinya komunikasi, ada yang menilai bahwa
terciptanya proses komunikasi, cukup di dukung oleh tiga unsur, sementara ada
yang juga menambahkan umpan balik dan lingkungan selain kelima unsur yang
telah disebutkan.13
Aristoteles, ahli filsafat Yunani Kuno dalam bukunya Rhetorica menyebut
bahwa suatu proses komunikasi memerlukan tiga unsur mendukungnya, yakni
siapa yang berbicara, apa yang dibicarakan, dan siapa yang mendengarkan.
Pandangan Aristoteles ini oleh sebagian besar pakar komunikasi dinilai lebih tepat
untuk mendukung suatu proses komunikasi publik dalam bentuk pidato atau
12
Anwar Arifin, Komunikasi Politik, h. 106. 13
Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi, h. 50.
19
retorika. Hal ini bisa dimengerti, karena pada zaman Aristoteles retorika menjadi
bentuk komunikasi yang sangat populer bagi masyarakat Yunani.14
Claude E. Shannon dan Warren Weaver (1949), dua orang insinyur listrik
menyatakan bahwa terjadinya proses komunikasi memerlukan lima unsur yang
mendukungnya, yakni pengirim, transmiliter, signal, penerima, dan tujuan.
Kesimpulan ini didasarkan atas hasil studi yang mereka lakukan mengenai
pengiriman pesan melalui radio dan telepon. Meski pandangan Shannon dan
Weaver pada dasarnya berasal dari pemikiran proses komunikasi elektronika,
tetapi para sarjana yang muncul dibelakangnya mencoba menerapkanya dalam
proses komunikasi antarmanusia seperti yang dilakukan oleh Miller dan Cherry
(Schramm:1971).15
Awal tahun 1960-an David K Berlo membuat formula komunikasi yang
lebih sederhana, formula itu dikenal dengan nama SMCR yakni, Source
(pengirim), Message (pesan), Channel (saluran media) dan Receiver (penerima).
Selain Shannon dan Berlo, juga tercatat charles Osgood Gerald Miller dan Melvin
L De Fleur menambahkan lagi unsur efek dan umpan balik (feedback) sebagai
pelengkap dalam membangun komunikasi yang sempurna. Kedua unsur ini
nantinya lebih banyak dikembangkan pada proses komunikasi antarpribadi
(personal) dan komunikasi massa. Perkembangan terakhir adalah munculnya
pandangan dari Joseph de Vito K Sereno dan Erika Vora yang menilai faktor
lingkungan merupakan unsur yang tidak kalah pentingnya dalam mendukung
terjadinya proses komunikasi.16
Kalau unsur-unsur komunikasi yang dikemukakan
diatas dilukiskan dalam gambar, kaitan antara satu unsur dengan unsur lainya
dapat dilihat seperti berikut.
1. Sumber
Semua peristiwa komunikasi akan melibatkan sumber sebagai pembuat
atau pengirim informasi, dalam komunikasi antar manusia sumber bisa terdiri dari
14
Dan Nimmo, Komunikasi Politik, h. 90. 15
Dan Nimmo, Komunikasi Politik, h. 91. 16
Rachmat Kriyantono, Riset Komunikasi, (Jakarta : Perdana Media Group, 2006), h. 54.
20
satu orang, tetapijuga bisa dalam bentuk kelompok misalnya: partai, organisasi,
atau lembaga. Sumber seiring disebut pengirim, komunikator atau dalam bahasa
inggrisnya disebut source, sender, atau encoder.
2. Pesan
Pesan yang dimaksud dalam proses komunikasi adalah sesuatu yang
disampaikan pengirim kepada penerima, pesan dapat disampaikan dengan cara
tatap muka atau melalui media komunikasi. Isinya bisa berupa ilmu pengetahuan,
hiburan, informasi, nasihat atau propaganda. Dalam bahasa inggris pesan biasanya
diterjemahkan dengan kata message, content atau information.
3. Media
Media yang dimaksud disini ialah alat yang digunakan untuk
memindahkan pesan dari sumber kepada penerima, terdapat beberapa pendapat
mengenai saluran atau media. Ada yang menilai bahwa media bisa bermacam-
macam bentuknya, misalnya dalam komunikasi antarpribadi pancaindra dianggap
sebagai media komunikasi. Selain indra manusia, ada juga saluran komunikasi
seperti telepon, surat, telegram yang digolongkan sebagai media komunikasi antar
pribadi. Dalam komunikasi massa, media adalah alat yang dapat menghubungkan
antara sumber dan penerima yang sifatnya terbuka, dimana setiap orang dapat
melihat, membaca, dan mendengarnya. Media dalam komunikasi massa dapat
dibedakan atas dua macam, yakni media cetak dan media elektronik, media cetak
sama seperti hal-nya surat kabar, majalah, buku, leaflet, brosur, stiker, buletin,
hand out, poster, spanduk, dan sebagainya. Sementara itu media eletronik antara
lain: radio, film, televisi, video recording, komputer, electronic board, audio
cassete dan semacamnya.17
Berkat perkembangan teknologi komunikasi khususnya dibidang
komunikasi massa elektronik yang begitu cepat, media massa eletronik makin
banyak bentuknya dan makin mengaburkan batas-batas untuk membedakan antara
17
Rachmat Kriyantono, Riset Komunikasi, h. 55.
21
media komunikasi massa dan komunikasi antar pribadi, hal ini disebabkan karena
makin canggihnya media komunikasi itu sendiri yang bisa dikombinasikan
(multimedia) antara satu sama lainya. Selain media komunikasi seperti diatas,
kegiatan dan tempat-tempat tertentu yang banyak ditemui dalam masyarakat
pedesaan, bisa juga dipandang sebagai media komunikasi sosial, misalnya rumah-
rumah ibadah, balai desa, arisan, panggung kesenian, dan pesta rakyat.
4. Penerima
Penerima adalah pihak yang menjadi sasaran pesan yang dikirim oleh
sumber, penerima bisa terdiri satu orang atau lebih, bisa dalam bentuk kelompok,
partai atau negara. Penerima biasa disebut dengan berbagai macam istilah seperti
khalayak, sasaran, komunikan, atau dalam bahasa inggris atau biasa disebut
audience atau receiver. Dalam proses komunikasi telah dipahami bahwa keadaan
penerima adalah akibat karena adanya sumber, tidak ada penerima jika tidak ada
sumber. Penerima adalah elemen penting dalam proses komunikasi, karena dialah
yang menjadi sassaran dari komunikasi, jika suatu pesan tidak dapat diterima
oleh penerima akan menimbulkan berbagai macam masalah yang sering kali
menuntut perubahan, apakah pada sumber, pesan, atau saluran. Kenallah
khalayakmu adalah prinsip dasar dalam komunikasi, karena mengetahui dan
memahami karakteristik penerima (khalayak), berarti suatu peluang untuk
mencapai keberhasilan komunikasi.18
5. Pengaruh
Pengaruh atau efek adalah perbedaan antara apa yang dipikirkan,
dirasakan, dan dilakukan oleh penerima sebelum dan sesudah menerima pesan.
Pengaruh ini bisa terjadi pada pengetahuan, sikap da tingkah laku seseorang (De
Fleur 1982). Oleh karena itu, pengaruh bisa juga diartikan perubahan atau
penguatan keyakinan pada pengetahuan, sikap, dan tindakan seseorang sebagai
akibat penerimaan pesan.
18
Rachmat Kriyantono, Riset Komunikasi, h. 56.
22
6. Tanggapan Balik
Ada yang beranggapan bahwa umpan balik sebenarnya adalah salah satu
bentuk dari pada pengaruh yang berasal dari penerima, akan tetapi sebenarnya
umpan balik bisa juga berasal dari unsur lain seperti pesan dan media, meski
pesan belum sampai pada penerima. Misalnya sebuah konsep surat yang
memerlukan perubahan sebelum dikirim, atau alat yang digunakan untuk
menyampaikan pesan itu mengalami gangguan sebelum sampai ke tujuan. Hal-hal
seperti itu menjadi tanggapan balik yang diterima oleh sumber.
7. Lingkungan
Lingkungan atau situasi ialah faktor-faktor tertentu yang dapat
mempengaruhi jalanya komunikasi, faktor ini dapat digolongkan atas empat
macam, yakni lingkungan fisik, lingkungan sosial budaya, lingkungan psikologis,
dan dimensi waktu. Lingkungan fisik menunjukan bahwa suatu proses komunikasi
hanya bisa terjadi kalau tidak terdapat rintangan fisik, misalnya geografis.
Komunikasi sering kali sulit dilakukan karena faktor jarak yang begitu jauh,
dimana tidak tersedia fasilitas komunikasi seperti telepon, kantor pos atau jalan
raya. Lingkungan sosial menunjukan faktor sosial-budaya, ekonomi, politik yang
bisa menjadi kendala terjadinya komunikasi, misalnya kesamaan bahasa,
kepercayaan, adat-istiadat dan status sosial. Dimensi psikologis adalah
pertimbangan kejiwaan yang digunakan dalam berkomunikasi, misalnya
menghindari kritik yang menyinggung perasaan orang lain, menyajikan materi
yang sesuai dengan khalayak. Dimensi psikologis ini biasa disebut dimensi
internal (Vora 1979).19
Sedangkan dimensi waktu menunjukan situasi yang tepat untuk
memerlukan kegiatan komunikasi, banyak proses komunikasi tertunda karena
pertimbangan waktu, misalnya musim. Namun perlu diketahui karena dimensi
waktu maka informasi memiliki nilai. Jadi setiap unsur memiliki peranan yang
sangat penting dalam membagun proses komunikasi, bahkan ketujuh unsur ini
19
Rachmat Kriyantono, Riset Komunikasi, h. 57.
23
saling bergantung satu sama lainya. Artinya, tanpa keikutsertaan satu unsur akan
memberi pengaruh pada jalanya komunikasi.20
Dari paparan yang sudah diuraikan diatas, penulis juga memaparkan
untuk dapat terjadi proses komunikasi minimal terdiri dari tiga unsur utama:
1. Pengirim pesan
2. pesan, serta
3. target penerima pesan.
Namun, komunikasi bukan semata terdiri atas tiga unsur itu. Ketiga unsur
itu adalah unsur-unsur dasar, tetapi proses komunikasi bisa mengandung lebih
dari unsur-unsur itu. Penulis ambil contoh bentuk komunikasi yang dilakukan
dengan cara menulis surat, katakanlah pada saat penulis kuliah dulu, penulis
kuliah dikota yang jauh dari rumah dan penulis mengirim surat pada ibu
dikampung yang penulis tinggalkan. Ibu menulis suratnya dan ia terharu
membaca isi surat yang penulis kirimkan hingga ia meneteskan air mata. Lalu, ia
membalas surat tersebut dan mengirimkanya pada penulis.21
1. Pengirim Pesan (komunikator)
Pengirim pesan adalah manusia yang memulai proses komunikasi
disebut “komunikator”, komunikator ketika mengirimkan pesan tentunya
memiliki motif dan tujuan yang sering disebut “motif komunikasi”. Ada
yang menyebut pengirim saja atau disebut juga “sumber” sebagian
pengamat dan ilmuan lain ada yang menyebutnya sebagai encoder, istilah
“encoder” identik dengan istilah yang diartikan sebagai alat penyandi.
“Encoding” adalah proses penyandian yang disandikan adalah pesan.
20
Rachmat Kriyantono, Riset Komunikasi, h. 59. 21
Onong Uchjana Effendy, Dinamikasi Komunikasi, h. 37.
24
Komunikator bisa terdiri dari satu orang, banyak orang atau lebih dari satu
orang, serta kumpulan orang (massa). Apabila orang banyak atau lebih dari satu
orang tersebut relatif saling kenal sehingga terdapat ikatan emosional yang kuat
dalam kelompoknya, mereka disebut kelompok kecil. Apabila mereka relatif tidak
saling kenal secara pribadi sehingga ikatan emosionalnya lemah, mereka disebut
sebagai “kelompok besar atau publik”. Sementara, kumpulan banyak orang yang
bukan hanya kenal, melainkan juga berkumpul karena memiliki tujuan dan visi
misi yang sama serta ada pembagian kerja diantara mereka, biasanya disebut
“organisasi”. Banyak jenis organisasi dalam masyarakat, ada yang mengejar
keuntungan atau bersifat komersial (misalnya, organisasi ekonomi (perusahaan),
ada juga yang bersifat nirlaba (yayasan atau lembaga swadaya masyarakat atau
non-govermental organization).22
Jadi selain komunikator dapat berupa satu orang, bisa juga komunikator
terdiri lebih dari satu orang, bahkan banyak orang baik kelompok orang dalam
jumlah kecil maupun besar, dengan tingkat ikatan emosional dan teknis yang
berbeda. Inilah yang menyebabkan jenis tatanan komunikasi mulai dari
komunikasi intrapersonal, interpersonal, komunikasi massa, komunikasi publik,
hingga komunikasi organisasi. Misalnya, dalam tatanan komunikasi massa,
komunikator biasanya adalah organisasi penerbitan, yakni tim redaksi surat kabar,
surat kabar atau pers adalah komunikator utama dalam komunikasi massa.23
2. Penerima Pesan (komunikan)
Penerima pesan (komunikan) adalah manusia berakal budi kepada
siapa pesan komnikator ditujukan, ada ahli lain yang menyebut
penerima pesan atau komunikan sebagai “decorder”.
Dalam proses komunikasi, utamanya dalam tatanan antar pribadi peran
komunikator dan komunikan bersifat dinamis, dapat saling berganti. Misalnya,
dalam kasus diatas, ketika ibu penulis menulis surat sebagai jawaban atas surat
yang penulis kirimkan, ia juga bertindak sebagai komunikator juga. Ketika penulis
22
Anwar Arifin, Komunikasi Politik, h. 65. 23
Anwar Arifin, Komunikasi Politik, h. 67.
25
menerima surat yang ditulis ibu penulis, dari kacamata ibu penulis, penulis
berfungsi sebagai komunikanya. Demikian seterusnya ketika proses surat-
menyurat itu terjadi terus-menerus yang sifatnya dinamis.
3. Pesan
Pesan penulis definisikan sebagai segala sesuatu yang disampaikan
komunikator kepada komunikan untuk mewujudkan motif
komunikasinya, pesan sebenarnya adalah suatu hal yang sifatnya
abstrak (konseptual, ideologis, dan idealistik). Akan tetapi, ketika ia
disampaikan dari komunikator kepada komunikan, ia menjadi konkret
karena disampaikan dalam bentuk simbol atau lambang berupa bahasa
(baik lisan maupun tulisan), suara (audio), gambar (visual), mimik,
gerak-gerik dan lain sebagainya.
Oleh karena itu, lambang komunikasi disebut juga bentuk pesan, yakni
wujud konkret dari pesan, berfungsi mewujudkan pesan yang abstrak menjadi
konkret. Suara, mimik, dan gerak-gerik lazim digolongkan dalam pesan
nonverbal, sedangkan bahasa lisan dan bahasa tulisan dikelompokkan dalam
pesan.24
C. Tujuan Komunikasi
Sekurang-kurangnya komunikasi manusia bertujuan untuk melayani lima
tujuan umum, yaitu: Mengirimkan informasi (to inform), Menyatakan perasaan
(to express feelings), Menghibur (to entertinment), Mendidik (to educated),
Memengaruhi (to influence), Mempertemukan harapan-harapan sosial (to meet
social expectation).25
Karena hanya melalui fungsi, penulis akan mencapai tujuan, maka penulis
dapat merumuskan hubungan antara fungsi dan tujuan sebagai berikut:
24
Anwar Arifin, Komunikasi Politik, h. 68. 25
Alo Liliweri, Komunikasi Antar Personal, 77.
26
1. Mengrimkan-Mengetahui Informasi
Komunikasi dari bahasa latin “communis” yang berarti untuk
berbagi adalah kegiatan meyampaikan informasi melalui pertukaran
pikiran, pesan, atau informasi, yang dapat dinyatakan dalam
percakapan secara verbal, visual, sinyal, tulisan, bahkan tindakan
tertentu. De Valenzuela (1992) mengatakan, komunikasi merupakan
setiap tindakan dalam seseorang mengalami memberikan kepada atau
menerima dari orang lain informasi tentang keinginan, kebutuhan,
persepsi, pengetahuan, atau perasaan tertentu. Tindakan itu mungkin
disengaja atau tidak disengaja, mungkin melibatkan sinyal
konvensional atau tidak konvensional dalam bentuk linguistik atau non
linguistik, tindakan itu dapat terjadi melalui mode pengucapan atau
cara-cara lainya.
Penulis bisa memahami komunikasi sebagai tindakan yang
melibatkan pengirim dan penerima, bahwa semua kebutuhan dan
keinginan sebagaimana digambarkan itu harus dirumuskan dalam
pesan, dalam bentuk komunikasi antar personal selalu ada orang yang
menjadi pengirim pesan dan ada yang menjadi penerima pesan.
Sebagaimana diuraikan diatas bahwa semua keinginan dan kebutuhan
individu itu dirumuskan dalam pesan itu, oleh pengirim akan
diinformasikan (to inform) kepada penerima agar dia mengetahui.26
2. Menyatakan-Menghayati Emosi
Manusia tidak hanya mempunyai pikiran, tetapi juga mempunyai
emosi, penulis seiring memakai konsep emosi dan perasaan secara
bergantian. Perasaan (feel) cinta, kasih dan sayang, suka dan tidak
suka, marah, bangga, semua dinyatakan kepada orang lain.
Para ilmuan menggambarkan spektrum elektromagnetik emosi
pada skala freekuensi energi, dimana pada skala ditunjukan titik energi
paling rendah ke titik energi paling tinggi. Perbedaan diantara kedua
26
Alo Liliweri, Komunikasi Antar Personal, 78.
27
titik itu menjadi lebih jelas dimana gerak perpindahan itu tergantung
pada pola frekuensi, energi yang bergerak pada tingkat yang berbeda
yang juga disebut panjang gelombang dari komponen dasar yang
disebut energi. Energi rendah memiliki frekuensi rendah dengan
gelombang panjang, sebaliknya energi tinggi memiliki frekuensi tinggi
dengan gelombang pendek.
3. Menghibur-Menikmati
Ide menghibur agar orang lain menikmati hiburan telah terjadi
sejak ribuan tahun lalu, mulai dari jaman Yunani dan Romawi, mulai
dari hiburan dalam bentuk Olimpiade yang berisi perlombaan dan
pertandingan musik klasik sampai koor modern, dari penyanyi solo
sampai vocal group, dari matador yang melawan banteng hingga
semuanya adalah menghibur dan menikmatinya.27
Sesungguhnya komunikasi bukan hanya multi makna dan multi defenisi,
sebagaimana disajikan di muka, tetapi membaginyapun juga ternyata bermacam-
macam. Untuk memahami taknosomi (klasifikasi) komunikasi, maka penulis
dapat melacak pada awal pertumbuhannya sebagai ilmu. Sejak mulai dipelajari
ditingkat universitas, komunikasi sudah tebagi dua sejak dulu. Pertama
komunikasi lewat surat, dan kedua komuniksi langsung (tatap muka), komunikasi
lewat surat dipelajari dibawah nama ilmu komunikasi, sedangkan komunikasi
langsung (tatap muka) dipelajari dibawah nama komunikasi berbicara pada
departemen yang berbeda. Dengan demikian pembagian secara klasik dari
komunikasi manusia.28
Jika komunikasi dititik beratkan pada sifat pesan, maka komunikasi dapat
dibagi pula ke dalam dua jenis, yaitu komunikasi massa (isinya bersifat umum)
dan komunikasi personal (isinya bersifat pribadi). Komunikasi massa dapat
menggunakan media massa, sedang komunikasi personal boleh dilakukan dengan
menggunakan alat seperti surat, telepon, dan telegram.
27
Alo Liliweri, Komunikasi Antar Personal, 79. 28
Nurani Soyomukti, Pengantar Ilmu Komunikasi, h. 57.
28
Selain dari pembagian diatas, terdapat juga cara membagi komunikasi
berdasarkan pengirim dan penerima atau peserta komunikasi, dengan demikian
komunikasi yang berlangsung antara dua orang dinamakan komunikasi personal,
yang berlangsung dalam kelompok disebut komunikasi kelompok (ada kelompok
kecil dan kelompok besar), dan yang berlangsung dengan massa dinamakan
komunikasi massa. Selain dari ketiga jenis komunikasi itu seperti persona,
kelompok, massa, para sosiolog menambahkan satu lagi jenis komunikasi yaitu
komunikasi organisasi. Disamping itu, sering pula dijumpai komunikasi dibagi
berdasarkan lokasi atau kawasan seperti, komunikasi internasional, nasional,
regional, tercakup didalamnya ialah komunikasi lintas budaya yaitu komunikasi
yang berlangsung antara masyarakat yang mempunyai kebudayaan yang berbeda,
baik dalam lingkungan suatu bangsa (antar suku) maupun dalam lingkungan antar
bangsa.29
Pembagian yang lain didasarkan kepada tujuan dan jenis pesan, dalam hal
ini komunikasi dapat dibedakan dalam banyak jenis antara lain.
1. Komunikasi politik
2. Komunikasi perdagangan
3. Komunikasi kesehatan
4. Komunikasi agama
5. Komunikasi kesenian
6. Komunikasi pertanian
Akhirnya terdapat pula satu jenis komunikasi yang dinamakan komunikasi
pembaharuan dan komunikasi pembangunan yaitu komunikasi yang dilakukan
secara sadar, sistematis dan berencana untuk mengubah pola berpikir dan tingkah
laku masyarakat. Hal ini utama yang menyangkut ide baru dan teknologi baru.
29
Nurani Soyomukti, Pengantar Ilmu Komunikasi, h. 59.
29
Kemudian bahwa komunikasi bukan saja multi makna dan mempunyai
beberapa definisi, tetapi juga ternyata memiliki beberapa jenis, dengan kata lain
bukan saja cara memahaminya dan mendefinisikanya berbagai ragam, tetapi juga
cara membaginya pun bermacam-macam.30
30
Nurani Soyomukti, Pengantar Ilmu Komunikasi, h. 60.
30
BAB III
KISAH NABI SULAIMAN DAN RATU SABA’
A. Tabayyun Nabi Sulaiman Dengan Mengirim Surat Kepada Ratu Saba’
Kisah Nabi Sulaiman bersama Hud-Hud dan Ratu Saba, kisah ini terbagai
menjadi enam pemandangan, dan diantara setiap pemandangan terdapat Fajwah
(jarak atau celah) artistik, yang dapat dipahami dari pemandangan-pemandangan
yang dipaparkan, dan menyempurnakan keindahan artistik pemaparan dalam
kisah. Pemandangan-pemandangan tersebut juga diselingi dengan ulasan-ulasan
terhadapnya, dimana ulasan ini memuat arahan emosional yang menjadi tujuan
pemaparannya di dalam surat, serta merealisasikan pelajaran yang karenanya
kisah-kisah ini dituturkan di dalam al-Qur‟anul karim.
Ulasan-ulasan ini serasi dengan berbagai pemandangan tersebut, dengan
keserasian yang indah dari dua sisi, yaitu artistik-estrtik dan religius-emosional.
Oleh karena awal pembicaraan tentang Nabi Sulaiman dan Ratu Saba‟ ini memuat
isyarat tentang Jin, manusia dan burung, sebagaimana ia memuat isyarat tentang
nikmat pengetahuan maka kisah ini memuat peran dari setiap jin, manusai, dan
burung. Peran pengetahuan juga menonjol di dalamnya. Seolah-olah pendahuluan
tersebut menjadi isyarat terhadapm para pemeran utama di dalam kisah. Inilah ciri
seni yang cermatdi dalam kisah-kisah Qur‟ani.1
Karekter keperibadian dari tokoh-tokoh didalam kisah ini juga tampak
jelas, keperibadian Sulaiman, keperibadian Ratu Saba‟, keperibadian hud-hud, dan
1Sayyid Qutub, Tafsir Fi-Zhilalil Qur‟an: Di Bawah Naungan Al-Qur‟an ( Jakarta:
Robbani Press, 2009). Penerjemah: Aunur Rafiq Shaleh Tamhid, h. 293.
31
para keperibadian pembantu Ratu Saba‟. Sebagaimana emosi psikologis dari
tokoh-tokoh tersebut dipaparkan berbagai pemandangan situasi dalam kisah.
Pemandangan pertama diawali dengan prade militer Sulaiman dan bala
tentaranya, setelah mereka tiba di lenbah semut, setelah perkataan seekor semut,
dan setelah Sulaiman menghadapakan syukur, doa, dan inabah kepada Tuhannya.
(QS. Al Naml ayat 20-21).2
ر ف قال ما ل ل أرى الدىد أم كان من الغائبي ب نو عذابا شديدا أو لذبنو أو ليأتي ن ۞وت فقد الطي لعذ
بسلطان مبي
“Dan dia memeriksa burung-burung lalu berkata, mengapa aku tidak
melihat hud-hud, apakah dia termasuk tidak hadir. Sungguh aku benar-benar
akan menghazabnya dengan azab yang keras, atau benar-benar menyembelihnya
kecuali jika benar-benar dia datang kepadaku dengan alasan yang terang. (20-
21).”
. Suatu ketika saat itu Nabi Sulaiman dan pasukannya melakukan suatu
perjalanan dan ditengan perjalanan Nabi Sulaiaman dan Pengikutnya kehabisan
air dan sang Nabi pun memerintahkan pengikutnya, dan Nabi Sulaiman
memeriksa pasukan burung tetapi ia tidak mendapati hud-hud dari sini kita tahu
bahwa yang dimkasud adalah hud-hud tertentu yang namanya disebut dalam
absensi bukan hud-hud yang jumlahnya ribuan atau jutaan, sebagaimana kita
memahami sebuah karakter pribadi Sulaiman saat ia menginspeksi hud-hud, yaitu
karakter siaga cermat dan tegas. Ia tidak mengabaikan ketidakhadiran satu prajurit
dari himpunan pasukan yang besar dari golongan Jin manusai dan burung ini
2Sayyid Qutub, Tafsir Fi-Zhilalil Qur‟an: Di Bawah Naungan Al-Qur‟an, h, 293.
32
dimana barisan terkahirnya dipandukan dengan bagian awalnya agar tidak pecah
belah dan kacau.3
Sulaiman bertanya tentang hud-hud dengan kalimat yang bernada tinggi
nyaring dan padat : “Mengapa aku tidak melihat hud-hud, apakah dia termasuk
yang tidak hadir. (20). Jelas bahwa hud-hud tidak hadir, dan semua tahu dari
pertanyaan raja bahwa hud-hud tidak hadir tanpa ijin ! pada saat itulah keharusan
untuk mengambil tindakan tegas agar tidak terjadi kekacauan. Karena perkara ini
tidak lagi menjadi rahsia setelah pertanyaan raja didengar luas. Apabila tidak
diambil tindakan tegas maka menjadi presiden bagi prajurit lainnya. Dari sini kita
mendapati Sulaiman seorang raja yang tegas itu mengancam prajurit yang tidak
hadir melanggar disiplin.
“Sungguh aku benar-benar akan menghazabnya dengan azab yang keras
atau benar-benar menyembelihnya kecuali jika benar-benar dia datang kepada
dengan alasan yang terang.” (21)4
Didalam Tafsir al-Thabari juga dijelaskan Muhammad bin Sa‟aad
menceritakan kepadaku, ia berkata: Ayahku mencertikan kepadaku, ia berkata:
pamanku mencerikatan kepadaku, ia berkata: ayahku menceritakan kepadaku dari
ayahku dari Ibnu Abbas, tentang firman allah وتفقد الطىر فقال ماىل لارى الدىد ام :
Dia memeriksa burung-burung lalu berkata mengapa aku tidakكان من الغائبىن
melihat hud-hud, apakah dia yang termasuk tidak hadir? Ia berkata, “ia mencari
hud-hud untuk meminta ditunjukkan mata air ketika ia dalam perjalanan pada
suatu hari sulaiman dalam perjalanan ia berkata mana hud-hud minta dia
menunjukkan mata air kepada kita namun ia tidak menemukannya maka ia
3Sayyid Qutub, Tafsir Fi-Zhilalil Qur‟an: Di Bawah Naungan Al-Qur‟an, h, 294.
4Sayyid Qutub, Tafsir Fi-Zhilalil Qur‟an: Di Bawah Naungan Al-Qur‟an, h, 295.
33
mencarinya, Ibnu Abbas berkata “hud-hud bermanfaat baginya sebagai mata-mata
selama ia belum sampai ketujuan.
Setelah ia sampai ketujuan, ia tidak memerlukan mata-mata, dan takdir bisa
menghalangi pandangan. Abdullah bin Salam dan orang-orang yang berpendapat
sama dengannya, berbeda pendapat dengan Wahab bin Munaibah. Abdullah
mengatakan bahwa penyebab Sulaiman mencari hud-hud dan bertanya tentangnya
adalah karena ia hendak bertanya kepadanya tentang jarak mata air dari lembah
persinggahannya dalam perjalananannya itu. Sementara itu, Wahab bin
Munabbih berpendapat bahwa Sulaiman mencarinya dan bertanya tentangnya
karena ia tidak melihat wakil yang mewakilinya. Hanya Allah yang paling tahu
mana yang benar, sebab tidak ada berita yang sampai kepada kita mengenai hal
tersebut, baik di dalam al Qur‟an mapun hadits shohih dari Rasulullah Saw.5
Pendapat yang benar mengenai hal tersebut adalah, Allah mengabarkan
bahwa Sulaiman memeriksa burung-burung, bisa jadi karena tugas yang
diwakilkan kepadanya dan meraka tidak melaksanakannya, dan bisa jadi karena
ada hajat kepadanya untuk bertanya tentang jarak mata air. Maka firman- Nya ماىل
mengapa aku tidak melihat hud-hud adalah, apakah aku yang salah ,لارى الدىد
lihat sehingga aku tidak melihatnya padahal ia telah hadir ? ataukah ia memang
tidak hadir diantara yang tidak hadir dari seluruh jenis makhluk.?
Tetapi, Sulaiman bukan seorang raja yang sewenang-wenang dan berlaku
lalim di muka bumi. Ia adalah seorang Nabi. Ia belum mendengar langsung
argumen hud-hud yang tidak hadir itu, sehingga tidak sepatuhnya ia menjatuhkan
keputusan sebelum mendengar keterangannya dan memperoleh kejelasan tentang
alasannya. Karena itu tampak ciri seorang Nabi yang adil: ”Kecuali jia benar-
benar dia datang kepadaku dengan alasan yang terang”. Maksudnya argumen
kuat yang menjelaskan alasan ketidak hadirannya dan dapat menghadirkan
sanksinya.6
5Abu Ja‟far bin Jarir Ath Thabari, Tafsir Ath- Thabari, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2009) .
Penerjemah, Ahsan Askan, Yusuf Hamdani , h, 806. 6Sayyid Qutub, Tafsir Fi-Zhilalil Qur‟an: Di Bawah Naungan Al-Qur‟an, h, 296.
34
Hud-hud mengetahui ketegasan raja. Karena itu, ia memulai
pembicaraannya dengan sebuah kejutan yang dapat melupakan topik pembicaraan
tentang ketidak hadirannya dan mengunggah rasa penasaran raja:
ط بو أحطت با ل ت“Aku telah mengetahui yang kamu belum mengetahuinya..” (22)
Raja manakah yang tidak penasaran mendengar salah seorang rakyatnya
yang mengatakan „aku telah menegtahui sesuatu yang kamu beleum
mengetahuinya‟?!
Setalah raja penasaran mendengar kejutan ini, maka ia mulai merinci berita
tentang penting yang diyakini dari Saba‟ tersebut, kerajaan saba‟ terletak di
selatan jazirah, tepatnya di Yaman. Hud-hud menyebutkan bahwa ia mendapati
negeri saba‟ itu diperintah seorang wanita.7
وأوتيت من كل شيء
“..Dan dia dianugerahi segala sesuatu..”(23)
Kata “segala sesuatu” merupakan isyarat tentang kekuasaan, kekayaan,
peradaban, kekuatan, dan kemewahaannya.
ولا عرش عظيم
“..Serta mempunyai singgasana yang besar..”(23)
Singgasana yang menunjukkan kekayaan, kesejahteraan, dan kemajuan
industri. Hud-hud menyebutkan bahwa ia mendapati ratu tersebut dan kaumnya:
مس من دون اللو يسجدون للش
“..Menyembah matahari, selain Alla..”(24)
Di sini hud-hud mengajukan alasan kesesatan kaum tersebut, yaitu bahwa
setan telah mengecoh mereka untuk memandang indah perbuatan mereka,
7Sayyid Qutub, Tafsir Fi-Zhilalil Qur‟an: Di Bawah Naungan Al-Qur‟an, h, 297.
35
sehingga setan menyesatkan meraka, lalu meraka tidak menemukan jalan untuk
menyembah Allah yang maha mengetahui lagi maha mengenal.
ماوات والرض الذي يرج البء ف الس
“..Yang mengeluarkan apa yang terpendam di langit dan di bumi,,”(25)
Kata Khab‟a berarti yang terpendam secara umum, baik itu air hujan dan
langit, atau tumbuh-tumbuhan di bumi, atau rahasia-rahasia langit dan bumi. Kata
ini merupakan kata isyarat tentang segala yang tersembunyi di balik tabir
kegaiban di alam semesta yang terbentang luas.
وي علم ما تفون وما ت علنون
“..Dan yang mengetahui apa yang kamu sembunyikan dan apa yang kamu
nyatakan..”(25)
Ini adalah perbandingan antara yang tersembunyi di langit dan bumi dengan
yang tersembunyi di relung-relung jiwa, baik lahir atau batin.
Hud-hud sampai detik ini bersikap sebagai orang yang melakukan
keselahan, padahal raja belum memutuskan perkaranya sama sekali. Karena itu, di
akhir berita penting yang diceritakannya, ia menyinggung nama Allah Swt yang
maha memiliki, maha menundukkan, Tuhan semua makhluk, pemilik „Arsy yang
agung dan tidak bisa dibandingkan dengan singgasana-singgasana manusia. Yang
demikian itu agar raja tidak tinggi hati dengan kebesaran insani nya di hadapan
kebesaran ilahiyah.8
و إل ۩ىو رب العرش العظيم اللو ل إل
“Allah, tiada Tuhan (yang terbaik disembuh) kecuali Dia, tuhan Yang
mempunyai Arasy yang besar.”(26)
Maka, hud-hud menyentuh hati sulaiman dalam konteks ulasan terhadap
perbuatan ratu dan kaumnya dengan isyarat yang tersembunyi ini. !
8Sayyid Qutub, Tafsir Fi-Zhilalil Qur‟an: Di Bawah Naungan Al-Qur‟an, h, 297.
36
Kita tengah berhadapan dengan hud-hud yang menakjubkan, memiliki nalar,
kecerdasan, dan iman, kepiawaian dalam menyampaikan berita, kesadaran
terhadap watak posisinya, dan membuat isyarat yang cerdas. Ia tahu bahwa wanita
tersebut adalah ratu, dan mereka adalah rakyatnya. Ia tahu bahwa mereka sujud
kepada matahari, selain Alllah Swt. Ia tahu bahwa sujud itu tidak boleh diberikan
kecuali kepada Allah yang mengeluarkan apa yang terpendam di langit dan di
bumi, dan bahwa dia adalah Tuhan pemilik Arasy yang besar. Bukan seperti ini
yang dipahami oleh burung hud-hud pada umumnya. Yang memahami hal ini
adalah hud-hud khusus yang telah diberikan pemahaman khusus sebagai bentuk
mukjizat luar biasa.9
Sulaiman tidak terburu-buru membenarkan nya atau mendustakannya. Ia
tidak terkecoh dengan berita besar yang dibawa hud-hud tersebut. Tetapi ia
hendak mengujinya untuk membuktikan kebenarannya. Itulah perilaku nabi yang
adil dan raja yang tegas.
هم فانظر ۞قال سن نظر أصدقت أم كنت من الكاذبي ذا فألقو إليهم ث ت ول عن اذىب بكتاب ى
ماذا ي رجعون
“Berkata Sulaiman, akan kami lihat, apa kamu benar, ataukah kamu
termasuk orang-orang yang berdusta(27). Pergilah dengan membawa suratku ini,
lalu jatuhkanlah kepada mereka, kemudian berpalinglah dari mereka, lalu
perhatikanlah apa yang meraka bicarakan.”(28)
Isi surat tersebut tidak dibeberkan disini sehingga ia tetap tertutup seperti
surat itu sendiri, sampai akhirnya surat itu dibuka dan diumumkan disana. Kejutan
yang memuat unsur seni ini diberikan pada waktunya yan tepat10
.!Analisa penulis
terhadap tabayyun Nabi Sulaiman pada waktu itu ketika Nabi Sulaiman
melakukan sebuah pertemuan di istinanya, sang Raja menanyakan kepada
pembesarnya: hal apa saja yang terjadi pada saat ini. ? kemudian salah satu satu
dari pembesarnya mengatakan : ada sebuah informasi yang mana ada sebuah kota
9 Sayyid Qutub, Tafsir Fi-Zhilalil Qur‟an: Di Bawah Naungan Al-Qur‟an, h, 297.
10Sayyid Qutub, Tafsir Fi-Zhilalil Qur‟an: Di Bawah Naungan Al-Qur‟an, h, 298
37
yang lumayan jauh dari istana, masyarakat kota tersebut ingin sekali bertemu
langsung dengan Nabi Sulaiman tapi mereka tidak bisa dikarenakan jarak tempuh
yang lumayan jauh dari kota tersebut ke istananya Nabi Sulaiman. Kemudian
Nabi Sulaiman mengambil sebuah keputusan hari itu mereka juga berangkat untuk
menemui masyarakat yang ingin bertemu dengannya.11
Disela-sela perjalanan tiba-tiba Nabi Sulaiman berhenti karena sedang
berkomunikasi dengan semut untuk membiarkan para semut memasuki sarangnya
supaya tidak terinjak-injak oleh bala tentaranya Nabi Sulaiman, inilah salah satu
mukjizat Nabi Sulaiman bisa berbicara dengan segala jenis binatang, setlah para
semut masuk ke sarang nya rombongan Nabi Sulaiman melanjutkan perjalanan,
tidak lama kemudian mereka kehabisan perbekalan air. Mereka pun berhenti
sejenak, untuk menambah perbekalannya, sang Nabi pun memerintahkan Hud -
Hud untuk mencari mata air tapi Hud- Hud tidak ada dibarisan, pada saat itu sang
Nabi sangat marah besar terhadap Hud-Hud karena tidak izin terlebih dahalu
untuk meninggalkan barisan, kemudian Hud-Hud datang membawa informasi
yang begitu penting menurutnya karena informasi ini belum pernah di dengarkan
Nabi Sulaiman yaitu tentang ada suatu kerjaan yang megah dan besar
kekuatannya masyarakat nya menyembah matahari dan pemimpin adalah seorang
Ratu yang bernama Balqis.12
Di saat itu juga sang Nabi melakukan tabayyun bersama para pembesarnya
terhadap informasi yang disampaikan oleh Hud-Hud. Hasil dari tabayyun tersebut
akhirnya Nabi mengirimkan surat kepada Ratu Balqis yang mana isi surat itu ada
keagungan Allah SWT dan tidak yang menandingi kekuasaaan nya di jagat raya
ini. Dari sini penulis bisa melihat ada suatu mikjizajt Nabi Sulaiman yaitu beisa
berbicara dengan segala sejenis bintangan termasuk semut dan pada saat
diperjalanan sang Nabi marasa besar terhadap ke tidak hadirannya burung Hud-
Hud, dan tak lama kemudian burung Hud-Hud pun tibda dengan membawwa
informasi sehinga Nabi Sulaiman melakkukan tabayyun terhadap informasi yang
diberikan oleh burung Hud-Hud.
11Sayyid Qutub, Tafsir Fi-Zhilalil Qur‟an: Di Bawah Naungan Al-Qur‟an, h, 298.
12Sayyid Qutub, Tafsir Fi-Zhilalil Qur‟an: Di Bawah Naungan Al-Qur‟an, h, 299.
38
B. Musyawarah sebagai Reaksi Ratu Saba’ terhadap Surat Nabi Sulaiman
أل ت علوا ۞إنو من سليمان وإنو بسم اللو الرحن الرحيم ۞إن ألقي إل كتاب كري قالت يا أي ها المل
علي وأتون مسلمي
Ketika Ratu Saba‟ menerima surat itu berkatalah dia : Hai pembesar-
pembesar, sesungguhnya telah dipatuhkan kepadaku sebuah surat yang mulia.
(30) Sesungguhnya suratitu dari Sulaiman dan sesungguhnya isi nya, „Dengan
menyebut Nama Allah Yang Maha Pemurah Lagi Maha Penyayang. (31) Bahwa
jangan kamu sekalian berlaku sombong terhadapku dan datanglah kepadaku
sebagai orang – orang yang berserah diri.‟
Bimbingan dan dakwah harus disampaikan dengan lemah-lembut dan penuh
kasih-sayang, dimulai dengan frase. Dengan nama Allah swt yang maha pengasih
lagi maha penyayang.
Sulaiman menulis surat yang singkat dan komprehensif. Seraya
memberikan surat itu kepada Hud-Hud, dia menyuruh burung itu agar
menjatuhkannya kepada mereka dan kemudian kembali sesrta menunggu disebuah
sudut untuk melihat reaksi mereka. Dari frase al-Qur‟an „jatuhkanlah kepada
mereka‟ dapat dipahami bahwa Hud-Hud diperintahkan menjatuhkan surat itu
ketika Ratu Saba‟ sedang duduk dalam persidangan di tengah pembesar –
pembesarnya, sehingga tidak ada peluang untuk meninggalkan dan mengingkari
surat itu. Frase ini juga menjelaskan bahwa tidak ada bukti bagi penafsiran
beberapa ahli tafsir yang mengatakan bahwa hud – hud memasuki istana Ratu
Saba‟ lalu memasuki kamarnya dan menjatuhkan surat itu ke dadanya atau
lehernya; meskipun penafsiran itu bukannya tidak konsisten dengan kalimat
dalam ayat selanjutnya yang mengatakan‟
...sesungguhnya telah dijatuhkan kepadaku sebuah surat yang mulia.13
Ratu Saba‟ membuka surat itu dan membaca isinya. Karena sebelumnya
sudah mendengar tentang kemasyhuran Sulaiman dan isi surat itu menakjubkan
13
Allamah Kamal Faqih Imani. Tafsir Nurul Qur‟an jilid XIII(jakarta. Penerbit Al-Huda
2008) penerjemah , Ahsin Muhammad, h. 88.
39
bahwa Sulaiman telah mengambil keputusan yang keras tentang negeri Saba‟,
maka sang Ratu bepikir dalam-dalam. Dan karena terbiasanya bermusyawarah
dengan pembesar-pembesar pemerintahannya, maka dia segera mengundang
mereka. Seperti diakatakan al-Qur‟an :
(Ketika itu Ratu Saba‟ menerima surat itu), sang Ratu melakukan
musyawarah bersama pembesarnya untuk melakukan tindakan atas surat yang
dikirim Nabi Sulaiman melalui burung Hud-Hud sang ratu meminta pendapat dari
pembesarnya langkah apa saja yang ingin mereka lakukan, ada beberapa pendapat
atas musyawarahnya sang Ratu bersama pembesarnya, tapi sang Ratu yang begitu
cerdik memilih untuk mengirimkan hadih kepada Nabi Sulaiman. Masalah bahwa
Ratu Saba‟ mengatakan bahwa surat itu adalah surat yang mulia dan berharga
mungkin dikarenakan isinya yang agung,dari situlah sang Ratu ingin mengirimkan
hadiah tehadap Nabi sulaiman apa reaksinya, apabila Nabi sulaiman menerimanya
berarti sang Nabi bukanlah pemimpin yang kuat, atau dikarenakan kata-kata
awalanya yang dimulai dengan nama Allah Swt, dan akhirnya dibubuhi dengan
tanda-tanda dan stempel dengan benar atau pengirimnya adalah seorang yang
mulia dan masing-masing alasan ini telah dikemukakan secara hipotesis (dugaan)
oleh para ahli tafsir. Atau semua alsan ini mungkin ditemukan dalam konsep yang
konsisten tersebut sebab tidak pertentangan diantara alasan-alasan tersebut.14
Memang benar bahwa meraka adalah penyembah matahari. Tetapi kita tahu
bahwa banyak penyembah berhala yang juga beriman kepada Allah Swt dan
menyebut-Nya Tuhan dari semua tuhan. Mereka menganggap pentung untuk
menghormati dan membesarkan-Nya. Kemudia Ratu Saba‟ merujuk kepada isi
surat saat berkata :
Sesungguhnya surat itu, dari Sulaiman dan sesungguhnya isinya, “Dengan
menyebut Nama Allah Yang Maha Pemurah Lagi Maha Penyayang. Bahwa
janganlah kamu sekalian berlaku sombong terhadapku dan datanglah kepadaku
sebagai orang-orang yang berserah diri”.
Tidaklah mungkin Sulaiman menulis surat tersebut dengan frase – frase
bahasa arab semacam ini oleh karena itu frase-frase diatas sesungghunya dapat
14
Allamah Kamal Faqih Imani. Tafsir Nurul Qur‟an jilid XIII, h. 89.
40
disusun kembali. Atau frasse-frase tersebut adalah ringkasan dari surat Sulaiaman
yang diucapkan oleh Ratu Saba‟ kepada para pembesarnya. Adalah menarik
bahwa isi surat itu betul-betul tidak lebih dari tigaa kalimat.
a) Satu kalimat menyebut Nama Allah Swt serta menyatakan sifat – sifat-
Nya, berupa sifat Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Dan
menggambarkan bahwasanya tidak ada kekuasaan yang melebihi
kekuasaan Allah Swt, seberapa besar pun kekuasaan manusia tidak akan
bisa menandingi kekuasaan Allah Swt.
b) Kalimat kedua adalah anjuran untuk mengendalikan hawa nafsu dan
limpahan kesombongan yang merupakan asal-usul dari banyak kerusakan
individu sosial. Anjuran ini agar supaya bisa mengendalikan nafsu dan
tidak menjadi sombong sebesar apapun kekuasaan dan harta yang kita
miliki, karena semua yang ada di dunia ini adalah milik Allah Swt, dan
tidak ada yang pantas untuk disombongkan.
c) Dana kalimat ketiga adalaah perintah untuk tunduk kepada kebenaran.
Yang dimaksud kebenaran disini adlah kebenaran dari allah swt. Dan jika
kita perhatikan ketiga kalimat ini dengan cermat, maka sesungguhnya
memang tidak ada lagi yang perlu disebutkan selain ketiga kalimat itu.15
تشهدون قالوا نن أولو ق وة وأولو ۞قالت يا أي ها المل أف تون ف أمري ما كنت قاطعة أمرا حت
قالت إن الملوك إذا دخلوا ق رية أفسدوىا وجعلوا ۞ماذا تأمرين بأس شديد والمر إليك فانظري
لك ي فعلون أعزة أىلها أذلة وإن مرسلة إليهم بدية ف ناظرة ب ي رجع المرسلون ۞وكذ
15
Sayyid Qutub, Tafsir Fi-Zhilalil Qur‟an: Di Bawah Naungan Al-Qur‟an, h, 300.
41
(32) Dia ( balqis ) berkata, „wahai para pembesar ! berilah aku
pertimbangan dan perkaraku ini. Aku tidak pernah memutuskan suatu perkara
sebelum kamu hadir dalam majelisku. (33) Mereka menjawa, “Kita memiliki
kekuatan dan keberanian yang luar biasa (untuk berperang), tetapi keputusan
berada di tanganmu naka pertimbangkanlah apa yang akan engkau
perintahkan.”(34) Dia (balqis) berkata “sesungguhnya raja – raja apabila
menaklukkan suatu negeri, mereka tentu membinasakannya, dan menjadikan
penduduknya yang mulia jadi hina; dan demikian yang akan mereka perbuat. (35)
Dan sungguh, aku akan mengirim utusan kepada mereka dengan (membawa)
hadiah, dan (aku) akan menunggu apa yang akan dibawa kembali oleh para
utusan itu.”
Tatkala Balqis membacakan surat Sulaiman kepada mereka, ia meminta
pendapat mereka tentang urusannya, karena surat yang dikirmkan kepadanya itu
adalah surta yang begitu mulia dan apa yang telah turun dengannya oleh karena
itu ia berkata “ wahai para pembesar ! Berilah aku pertimbangan dalam
perkaraku ini. Aku tidak pernah memutuskan suatu perkara sebelum kamu hadir
dalam majelisku.”(32) sang Ratu ingin meminta pembesarnya untuk
menjawabnya hingga pembesarnya hadir dan memberikan pertimbangan, mereka
menjawab “kita memiliki kekuatan dan keberanian yang luar biasa untuk
berperang “ (33) Artinya telah mereka telah memberikan kepadanya dengan
jumlah, perlengkapan perang dan kekuatan mereka dan kekuatan mereka,
kemudian perkaranya diserahkan kepadanya setelah urusan itu dengan
mengatakan, “Tetapi keputusan berada di tanganmu;maka pertimbangkanlah apa
yang akan engkau perintahkan.” (33) Artinya kami tidak berhak untuk durhaka
dan tidak ada masalah terhadap kami, jika engkau menghendaki untuk pergi
kedepannya dan memeranginya maka kami tidak akan durhaka. Dan setelah ini
maka perkaranya diserahkan kepada engkau, perintahkanlah kami sesuai dengan
pendapat engkau, kami akan melaksanakan dan menaatinya.16
16
Sayyid Qutub, Tafsir Fi-Zhilalil Qur‟an: Di Bawah Naungan Al-Qur‟an, h, 303.
42
Al-Hasan Al-Bashri Rahimahullah berkata, “Perkara mereka diserahkan
kepada keledai liar yang bergoncang kelenjar susunya, tatkala mereka berkata
kepadanya apa yang telah meeka katakan, adalah dia Sulaiman dan bahwasanya
tidak ada bandingannya baginya dengan bala tentaranya serta pasukannya, dan apa
yang telah ditundukkan baginya dari golongan jin dan manusia. Balqis telah
menyaksikan dari isi surat bersama dengan hud-hud satu perkara yang
menakjubkan lagi indah.17
Maka ia berkata kepada mereka, sesungguhnya aku takut jika kita
memeranginya dan kita akan kesulitan menghadapinya, sehingga dia dapat
mengalahkan kita dengan bala tentaranya dan membinasakan kita dengan orang-
orang yang bersamanya, kemudia telah sampai kepadaku dan juga kepada kalian
akan berita kehancuran dan kebinasaan negeri-negeri selain dari kita; oleh karena
itu ia berkata, “sesungguhnya raj-raja apabila menaklukkan suatu negeri, mereka
tentu membinasakannya” (34) Ibnu Abbas berkata, “Artinya apabila mereka
masuk suatu negeri dengan paksa maka mereaka akan merusaknya, artinya
membinasakannya.” Firman- Nya, “Dan menjadikan penduduknya yang mulia
jadi hina.” (34)
Artinya mereka memaksa orang yang ada disana dari papa pemimpin dan
bala tentara, lalu mereka menghinkan mereka dengan sehina – sehinanya,
kemungkinan dengan dibunuh atau ditawan. Ibnu Abbas berkata, Balqis berkata
“Sesungguhnya raja-raja apabila menaklukkan suatu negeri mereka tentu
membinasakannya, dan menjadikan penduduknya yang mulia jadi hina.” Allah
Swt berfirman, “Dan demikian yang mereka perbuat.” (34) kemudia ia ( Balqis )
berpaling kepada perdamaian dengan genjatan senjata, maka ia berkata, “ Dan
sungguh, aku akan mengirim utusan kepada mereka dengan utusan membawa
hadiah, dan aku akan menunggu apa yang akan dibawah kemabali oleh para
utusan itu.”18
Sang Ratu akan mengirim utusan kepadanya dengan membawa
hadiaha atau sogokan kepada Nabi Sulaiman yang pantas baginya dan sang Ratu
akan melihat apa jawabannya setelah itu, barangkali Nabi Sulaiman menerimanya
17Ibnu Kasir, Tafsir al-Qur‟an al-Azim, juz 19, terj. Bahrul Abu Bakar, (Bandung:
Pustaka Imam Syafii, 2004) 281. 18
Ibnu Kasir, Tafsir al-Qur‟an al-Azim, juz 19, terj. Bahrul Abu Bakar , h. 283.
43
dan menahan diri dari sang Ratu atau menentukan pajak atas sang Ratu yang akan
dibawa pasukan Ratu Balqis kepada Nabi Sulaiman setiap tahunnya, dansang
Ratu akan konsekuen dengan itu kepada sang Nabi Sulaiman , sehingga Nabi
Sulaiman tidak dapat memerangi negeri Saba‟ dan membunuh seluruh masyrakat
Negeri Saba‟ si penyembah Matahari.
Dari sini penulis melihat bahwasanya sang Ratu ingin melabui Nabi
Sulaiman memberikan hadiah berupa sogokan agar tidak terjadi peperangan
karena sang Ratu menyadari apabila terjadi peperangan maka negeri saba‟ akan
kalah karena jumlah pasukan dan kekuatan nya tidak sebanding dengan Nabi
Sulaiman.
Qotadah berpendapat. “Rahimahallah wa Rhadiya Anha,” ( semoga Allah
merahmati dan meridhai Balqis ) betapa fahamnya dia disaat keislamannya
maupun kesyirakannya ia memahami bahwa hadiah akan berpengaruh pada
manusia. “Ibnu Abbas dan ulama lain berpendapat, “Balqis berkata kepada
kaumnya “jika dia menerima hadiah maka dia adalah seorang raja maka
perangulah dia dan jika dia tidak menerimanya maka dia adalah seorang nabi
maka ikutilah dia.”19
C. Reaksi Nabi Sulaiman terhadap Hadiah yang Diberikan Ratu Saba’
ر ما آتاكم بل أن تم بدي ونن بال فما آتان اللو خي ا جاء سليمان قال أتد ارجع ۞تكم ت فرحون ف لم
هم ها أذلة وىم صاغرون إليهم ف لنأتي ن هم من بنود ل قبل لم با ولنخرجن
Maka tatkala sampai kepada Sulaiman, dia berkata. “Apakah kamu
mendukung aku dengan harta ? karena apa yang dianugerahkan Allah Swt
kepadaku lebih baik dari pada apa yang dianugerahkan-Nya kepada kamu; tetapi
kamu dengan hadiah kamu telah merasa bangga. (36) Kembalilah kepada
meraka. Sungguh kami akan mendtangi mereka dengan bala tentara yang mereka
tidak kuiasa menghadapinya dan pasti kami akan mengusir mereka darinya
dengan tunduk patuh dan dalam keadaan mereka terhina.”(37)
19
Ibnu Kasir, Tafsir al-Qur‟an al-Azim, juz 19, terj. Bahrul Abu Bakar , h. 285.
44
Ayat yang lalu menguraikan keputusan sang Ratu untuk mengirim hadiah
kepada Nabi Sulaiman dan para pembesar kerajaannya. Ayat ini bagaikan
menyatakan: maka sang Ratu menjawab surat Sulaiman dan mengirim utusan
membawa hadaih-hadiah yang sangat banyak, berharga dan menarik. Maka tatkala
rombongan utusan itu sampai kepada Sulaiman, dia berkata kepada mereka;
“apakah patut kamu mendukung aku dengan harata ? sungguh tidak patut!
ketauhilah bahwa aku tidak menyurati meminta kamu semua datang dan berserah
diri kepadaku karena mengharap harta, tetapi tujuanku adalah ketaatan kepada
Allah Swt. Sungguh aku tidak membutuhkan harta kamu karena apa yang
dianugerahkan Allah Kepadaku seperti kenabian, ilmu pengetahuan, kekuasan dan
harta benda lebih baik daripada apa yang dianugerahkan-Nya kepada kamu karena
kamu hanya memiliki kekuasaan terbatas lebih-lebih lagi karena kamu tidak
memperoleh hidayah-Nya tetapi kamu akibat keterbatasan pengetahuan kamu
tentaang makna hidup dengan hadiah yang persembahkan kepadaku itu telah
merasa bangga dan menduga bahwa hadiah sang Ratu adalah sesuatu yang sangat
berharga, padahal ia tidak demikian dalam pandanganku.20
Dari sini penulis melihat kehebatannya Nabi Sulaiman tidak gampang
begitu saja menerima hadiah berupa sogokan dari sang Ratu Baqis yang ingin
melabui Nabi Sulaiman, dan rekasi Nabi sulaiman ini tidak menerima atau
menolak hadiah sang Ratu karena kekuasaan dan harata benda lebih baik dari
pada yang dianugerahkan Allah Swt, karena Nabi Sulaiman beranggapan akibat
keterbatasan Ratu balqis pengetahuan tentang makna hidup dengan hadiah yang
dipersembahkan kepada Nabi Sulaiman sang Ratu beranggapan bahwasanya Nabi
Sulaiman akan bangga terhadapa hadiah yang diberikan Ratu Balqis. Padahal
Nabi Sulaiman tidak demikian dalam pandagan Ratu Balqis.
Selanjutnya Nabi Sulaiman memerintahkan kepada pimpinan rombongan
kerajaan Saba‟ itu bahwa : “Kembalilah kepada mereka yakni kepada ratu dan
siapa pun yang taat kepadanya, sungguh kami bersumpah bahwa kami akan
20
M. Quraish Shihab., Tafsir Al- Misbah, Pesan, Kesan dan Keserasian Alquran, jilid X
h. 222.
45
mendatangi mereka dengan bala tentara yang mereka tidak kuasa menghadapi dan
membendungnya sehingga kami akan mengalahkan mereka, dan pasti kami akan
mengusir mereka darinya yakni dari negeri Saba‟ tempat kediaman mereka terhina
menjadi tawanan-tawanan perang. Ini bila mereka tidak datang dan patuh kepada
kami.”
Disini penulis melihat kemarahan terhadap utusan Ratu saba‟ yang ingin
mengelabui nya. Nabi Sulaiman pun menolak tawaran Ratu Saba‟ tersebut dengan
nada tegas Nabi Sulaiman memerintahkan kembali kepada utusan Ratu Saba‟
untuk kembali ke negerinya.
Ucapan Nabi Sulaiman : “Apakah engkau mendukung aku dengan harta ?”
beliau tujukan kepada pemimpin delegasi untuk disampaikan kepada Ratu.
Maksud ucapan ini adalah menolak hadiah tersebut. Ini, karena Nabi Sulaiman
merasa bahwa hadiah tersebut bagaikan gosokan yang bertujuan menghalangi
beliau melaksanakan suatu kewajiban. Sebab kalau tidak, maka menerima hadiah
dalam rangka menjalin hubungan baik walau dengan negara non muslim dapat
saja dibenarkan. Bahkan Nabi Muhammad saw. Menerima sekian banyak hadaih
dari berbagai kepala negara, seperti hadiah yang diterimanya dari Penguasa Mesir
yang mengirim untuk beliau antara lain Mariyah al Qibthiyyah yang pada
akhirnya ibu putra beliau ibrahim.21
آتيك بو قال عفريت من الن أنا ۞قال يا أي ها المل أيكم يأتين بعرشها ق بل أن يأتون مسلمي
وإن عليو لقوي أمي ق بل أن ت قوم من مقامك
Dia berkata : “Hai para pemuka, siapakah diantara kamu yang sanggup
membawa sisnggsananya kepadaku sebelum mereka datang kepadaku sebagai
orang-orang yang berserah diri (38) Berkata Ifrit dari jenis Jin : “Aku akan
datang kepadamu dengannya sebelum engkau berdiri dari tempat dudukmu:
sesungguh aku untuknya benar-benar kuat lagi terpercaya (39).
Penulis sudah membaca beberapa referensi tidak ada menjelaskan apa
terjadi setelah penolakan hadiah sang Ratu. Yang pasti adalah rombongan itu
kembali melaporkan kepada Ratu Balqis. Sementara riwayat lain menyatakan
21
M. Quraish Shihab., Tafsir Al- Misbah, Pesan, Kesan dan Keserasian Alquran, jilid X
h. 222.
46
bahwa Ratu Saba‟ menyadari bahaya ada yang mengancam, disini sudah mulai
kelihatan Sang Ratu akan tunduk kepada Allah Swt melalui Nabi Sulaiman, maka
Ratu Balqis menulis surat menyampaikan kedatanagnnya negeri Sulaiman. Ratu
Balqis kemudian berangkat denagan ribuan pengikutnya setelah terlebih dahulu
menutup rapat istananya dan menyimpan sedemikian rupa sisnggsananya yang
dinilai oleh burung hud-hud sangat istimewa. Apapun yang terjadi, yang jelas ayat
diatas hanya menginformasikan bahwa Nabi Sulaiman mengiinginkan
singgsananya itu diangkut ke istinanya di Palestina dan tiba ditempat sebelum
tibanya sang Ratu.22
Setelah para utusan Ratu Balqis itu kembali negerinya, mereka
menyampaikan kepada sang Ratu, apa yang dimaksud oleh Nabi Sulaiman dengan
suratnya itu, yaitu agar mereka memperkenankan seruannya beriman kepada
Allah Swt. Dan disampaikan pula keadaan mereka yang dipimpin oleh Sulaiman
keadaan bala tentaranya dan kekayaannya. Karen itu Ratu Balqis mengambil
keputusaan ingin pergi sendiri ke Palestina kerajaan nya Nabi sulaiman menemui
Sulaiman dengan membawa hadiah yang besar baginya, maka diberitahukanlah
niatnya kepada Sulaiman.23
D. Persiapan Nabi Sulaiman Menyambut Kedatangan Ratu Saba’
Setalah Sulaiman mengetahui bahwa Ratu Balqis akan berkunjung
kenegerinya, maka ia membuat sebuah istana yang besar dan megah yang
laintainya terbuat dari kaca, dan denagn membuat istana yang demikian ia ingin
memperlihatkan kepda Ratu Balqis sesuatu yang belum pernah dilihatnya. Maka
berangktlah Balqis ke paletina mengunjungi Sulaiman, dan Suliaiman pun telah
mengetahui pula akan keberangkatan Ratu Balqisitu. Setelah Ratu Balqis sampai
ke Palestina istinanya Nabi Sulaiman dan sebelum kedatangannya itu. Sulaiman
ingin memperlihatkan kepada Ratu Balqis dan kaumnya beriman kepada Allah
22
M. Quraish Shihab., Tafsir Al- Misbah, Pesan, Kesan dan Keserasian Alquran,jilid X
h. 223. 23
M. Quraish Shihab., Tafsir Al- Misbah, Pesan, Kesan dan Keserasian Alquran,jilid X
h. 224.
47
Swt, dan kekuasaan yang telah dilimpahkan Nya, agar Ratu Balqis dan kaumnya
beriman kepada Allah. Beliau bermaksud membawa singgasana ketempat
bersemayam Ratu Balqis yang tinggal dinegrinya itu ke Palestina dalam waktu
yang singkat dan akan dijadikan tempat duduk Ratu balqis di istananya yang baru
dibuatnya pada awaktu kedatangan Ratu Saba‟ itu.24
Sulaiman berkata kepada para pembesarnya menyampaikan maksud itu :
wahai para pembesar, siapakah diantara kamu yang sanggup membawa
singgasana Ratu Balqis yang ada dinegerinya itu ketempat ini, sebelum
rombongan mereka sampai kesini. Mendengar permintaan Sulaiman itu menjawab
Ifrit yang cerdik, yang termasuk golongan Jin : “Aku akan datang kepadamu
membawa singgasana Ratu Balqis itu sebelum kamu berdiri dari tempat dudukmu
itu dengan dan aku benar-benar samggup melaksanakannya dan dapat dipercayai
kesanggupanku itu. Yang dimaksud dengan “sebelum kamu berdiri dari tampat
dudukmu” ialah sebelum Sulaiman meninggalkan tempat itu. Beliau biasanya
meninggalkan tempat itu sebelum tengah hari.
Nabi Sulaiman berdialog kepada para pengikutnya untuk menyambut
kedatangan Ratu Saba‟ ke kerajaan nya, apa saja yang mereka ingin persiapkan
dalam menyambut kedatangan Ratu Saba‟. Sulaiman mempunyai strategi untuk
menyambut kedatangan sang ratu yaitu membangun istana Ratu Saba‟ di
negerinya yang hampir sama dengan istana Ratu saba‟ yang berada di negeri
Saba‟. Kemudian Nabi Sulaiman memerintahkan Ifrit dari golongan bangsa Jin
untuk mengangkat singgasananya Ratu Saba‟ ke kerajaan yang dibangun Nabi
sulaiman yang hampir sama dengan kerjaan Ratu Saba‟ yang di Negeri Saba‟.25
Kata عفريت berarti yang sangat kuat lagi sangat cerdas dan tidak dapat
dicedarai, tidak juga dapat terkalahkan. Biasanya kata ini hanya menunjuk kepada
makhluk halus, dan apabila digunakan menyifati manusia, maka itu dalam konteks
mempersamakannya dengan makhluk halus itu. Konon Nabi Sulaiman datang
24
Departemen Agama Republik Indonesia, Al Qur‟an Dan Tafsirnya. ( Yogyakarta. PT
Dana Wakaf Bhakti Wakaf UII 1990 ), h. 236. 25
Ibnu Kasir, Tafsir al-Qur‟an al-Azim, juz 19, terj. Bahrul Abu Bakar , h. 286.
48
berkantor dari pagi hingga siang hari. Jika demikian, maka itu berarti sang Ifrit itu
mampu mengahadirkan singgasana itu dalam tempo setengah hari.26
Penulis juga mengutip pendapat Thahir Ibn „Asyur, boleh jadi ucapan Nabi
Sulaiman ini beliau sampaikan ketika Sang Ratu telah tiba di Palestina dan
sebelum ia bersiap masuk menemui Raja Sulaiman atau ketika tiba berita bahwa
Ratu itu telah berada diperbatasan kota, karena beliau inign menunjukkan
kemampuan negaranya. Atau tulisanya lebih jauh boleh jadi juga singgasana itu
dibawa serta dalam perjalanannya menuju Palestina, khawtir jangan sampai nabi
sulaiman tidak menyiapkan tempat duduk yang layak bagi Sang Ratu. Hemat
penulis kemungkinan yang terakhir ini sangat kecil, bahkan boleh jadi lahir dari
bawah sadar Ibn Asyur yang bermaksud memberi penafsiran yang logis terhadap
kehadiran singgasana itu dihadapan Sulaiman dalam waktu yang amaat singkat.
Kemungkinan terakhir bermaksud meminimalkan sedapat mungkin unsur
suprarasional dari kisah, dan ini bertolak belakang dengan pendapat lainyang
berusaha membesar-besarkannya.27
Dimana pun singgsana itu berada, apakah telah berda dipintu masuk istina
Nabi Sulaiman atau masih terkunci rapat di Yaman, yang jelas keberadaannya
dihadapan Nabi Sulaiman dalam waktu sekejap mata adalah hala yang luar biasa
lagi suprarasional, yang tidak dapat dilakukan kecuali melalui tangan Allah Swt.
Sementara ulama berpendapat bahwa permintaan Nabi Sulaiman ini bertujuan
menunjukkan kepada Sang Ratu betapa besar kekuasaan Allah Swt dan anugerah
Nya yang telah dilimpahkan Nya kepada Nabi Sulaiman sehingga mereka dapat
sadar dan menyembah Allah Swt. Disisi lain, permintaan agar singgasana itu
dihadirkan sebelum Ratu datang, karena Nabi Sulaiman bermkasud juga menguji
kecerdasan dan ketelitian sang Ratu, sebagaimana disebut pada ayat 41
mendatang.28
26
M. Quraish Shihab., Tafsir Al- Misbah, Pesan, Kesan dan Keserasian Alquran, jilid X,
h. 224. 27
Ibnu Kasir, Tafsir al-Qur‟an al-Azim, juz 19, terj. Bahrul Abu Bakar , h. 288. 28
M. Quraish Shihab., Tafsir Al- Misbah, Pesan, Kesan dan Keserasian Alquran, jilid X
h. 225.
49
ا رآه مستقرا عنده ق بل أن ي رتد إليك طرفك قال الذي عنده علم من الكتاب أنا آتيك بو ف لم
لون أأشكر أم أكفر ذا من فضل رب ليب ا يشكر لن فسو قال ى ومن كفر فإن ومن شكر فإن
۞رب غن كري
“Berkatalah seseorang yang memiliki ilmu dari al- Kitab : “Aku akan
datang kepadamu dengannya sebelum matamu berkedip. “maka tatkala dia
melihatnya terletak dihadapannya, dia pun berkata : “ ini termasuk karunia
Tuhanku untuk menguji aku apakah aku bersykur atau kufur. Dan barang siapa
yang maka sesungguhnya dia bersyukur untuk dirinya sendiri, dan barang siapa
yang kufur maka sesungguhnya Tuhanku maha kaya lagi maha mulia” (40)
.
Ayat sebelum ini menjelaskan kesediaan dan kesanggupan Jin untuk
menghadirkan singgasana Ratu Saba‟ dalam tempo setengah hari. Ayat itu tidak
mengemukakan tanggapan Nabi Sulaiman atau ucapan sang Ifrit. Rupanya ada
tanggapan spontan dari seorang manusia yang selama ini mengasah kalbunya dan
yang dianugerahi oleh Allah Swt, ilmu ayat diatas menjelaskan bahwa
:“Berkatalah seseorang yang memeliki ilmu dari al Kitab : Aku akan datang
kepadamu dengannya “ yakni dengan membwa singgasana itu kemari sebelum
matamu berkedip”. Maka serta – merta, tanpa menunggu tanggapan dari
siapapun, singgasana itu hadir dihadapan Nabi sulaiman dan tatkala dia
melihatnya terletak dan benar – benar mantap dihadapannya bukan berada jauh
darinya dia pun berkata : “ ini yakni kehadiran singgasana sesuai keinginananku
termasuk karunia Tuhanku dari sekian banyak karuniayang telah dilimpahkan
Nya.29
Karunia itu adalah untuk menguji aku apakah aku bersykur dengan
mengakuinya sebagai anugerah atau kufur yakni mengingkari Nikmat Nya,
dengan menduga bahwa ia memang hakku merupakan usahaku sendiri tanpa
batuan Allah Swt. Dan barang siapa yang bersyukur kepada Allah maka
sesungguhnya dia bersyukur untuk kebaikan dirinya sendiri dan barang siapa yang
kufur maka itu adalah bencana buat dirinya. Allah tidak bertamabah kaya dengan
29
M. Quraish Shihab., Tafsir Al- Misbah, Pesan, Kesan dan Keserasian Alquran, jilid X
h. 226.
50
ksyukuran hamba Nya tidak pula disentuh kekurangan dengan kekufuran mereak
karena sesungguhnya Tuhan Pemelihara dan Pembimbing Ku Maha Kaya Lagi
Maha Mulia”. Berbeda – beda pendapat ulama dalam menentukan tokoh yang
dimaksud dengan seorang yang memiliki ilmu al Kitab. Ada yang berpendapat
bahwa dia adalah Ashif Ibn Barkhiyasalah sorang ulama bani Israil yang juga
merupakan menteri Nabi Sulaiman ada juga yang menyatakan bahwa yang
dimaksud adalah Nabi Sulaiman sendiri. Ada lagi menyatakan bahwa Nabi
Khidir, bahkan ada juga yang menyatakan malaikat jibril as. Yang pasti ayat ini
mengisyaratkan dengan sangat jelas bahwa ilmu itu adalah yang bersumber dari al
Kitab, yakni kitab suci yang diturunkan kepada nabinya.30
روا لا عرشها ن نظر أت هتدي أم تكون من الذين ل ي هتدون ۞قال نك
“Sulaiman berkata „rubahlah baginya singgasananya; maka kita akan
melihat apakah dia meneganal ataukah termasuk orang-orang yang tidak
mengenal nya ( 41 )”.
Ayat ini menunjukkan pada adegan yang mencengangkan dari kejadian
yang mengundang unsur mendidik seputar Sulaiman dan Ratu Saba‟. Untuk
menguji kebijkasanaan, pemahaman, dan kecerdasan, Ratu Saba‟, dan juga
mepersiapkan landasan bagi keimanannya kepada Allah Swt, Sulaiman
memerintahkan agar singgasananya, yang telah didatangkan kehadapannya,
diubah kedalam keadaan yang tak dikenali lagi olehnya, guna mekihat apakah dia
Ratu Saba‟ masih mampu mengenalinya atau tidak.
Meskipun kedatangan singgasana Sang Ratu dari Negeri saba cukup bagi
Ratu saba untuktidak mngenalinya lagi, namun Sulaiman memerintahkan agar
dilakukan beberaapa perubahan pada singgasana itu. Perubahan-perubahan
tersebut berupa menghilangkan beberapa tanda atau batu-batu permata dari
singgasana itu, atau mengubah beberapa warnanya, atau hal-hal lain serupa itu.
Tatapi muncul pertanyaan : Apakah tujuan Sulaiman menguji kebijaksanaan,
30
M. Quraish Shihab., Tafsir Al- Misbah, Pesan, Kesan dan Keserasian Alquran, jilid X
h. 226.
51
pemahaman, dan kecerdasan Ratu Saba ? Ujian itu mungkin sekali dilakukan agar
Sulaiman dapat mengetahui dengan logika yang mana darinya harus menghadapi
Ratu saba‟, dan penalaran macam apa yang harus dikemukakan kepadanya untuk
membuktikan prinsip-prinsip dasar ideologinya. Atau Sulaiaman memiliki pikiran
untuk menawrkan pernikahan kepada Ratu Saba‟ dan ingin mengatahui apakah
Ratu Saba‟ benar memiliki kompetensi untuk menjadi istrinya atau tidak. Atau
Sulaiman ingin memberinya tanggung jawab sesudah dia beriman pada
kebenaran. Dia harus tahu seberapa jauh Ratu Saba‟ mampu mengemban
tanggung jawab tersebut. Untuk kalimat atahtadi (apakah dia mengikuti jalan
yang benar) jugs telah dikemukakan dua penafsiran. Beberapa ahli tafsir
mengatakan bahwa yang dimaksud dengan kalimat ini apakah dai akan mengenali
singgasaannya sendiri atau tidak. Sementara beberapa ahli tafsir lain mengatakan
bahwa yang dimaksud adalah apakah dia akan terbimbing ke jalan Allah Swt
dengan melihat mukjizat itu. Tetapi makna lahiriah ayat diatas membawa pada arti
yang pertama, meskipun arti yang pertama itu sendiri menjadi premis bagi arti
yang kedua.31
E. Kedatangan Ratu Saba’ ke Kerajaan Nabi Sulaiman
كذا عرشك ا جاءت قيل أى وأوتينا العلم من ق بلها وكنا قالت كأنو ىو ف لم
ىا ما كانت ت عبد من دون اللو ۞مسلمي ۞إن ها كانت من ق وم كافرين وصد
“Dan ketika Ratu Saba‟ datang, ditanyakanlah kepadanya, “serupa inikah
singgasanamu ? dia menjawab, “seakan-akan singgasana ini singgasanaku. Dan
kami telah diberi pengetahuan sebelumnya dan kami adalah orang-orang yang
berserah diri.” (42). Dan dia Sulaiman menghalanginya dari menyembah selain
Allah, sesungguhnya dia dahulu termasuk orang-orang yang kafir.”(43)
Akan tetapi, ketika Ratu Saba‟, seseorang menunjuk pada singgasana itu
dan bertanya kepadanya apakah singgasannya seperti itu. Maka lahiriah ayat ini
menunjukkan bahwa orang mengemukakan pertanyaan ini bukanlah Sulaiman
sendiri. Sebab jika Sulaiman sendiri yang menanyakan, maka tidaklah patut
31
Allamah Kamal Faqih Imani. Tafsir Nurul Qur‟an jilid XIII, h. 113.
52
kalimat itu dikatakan dalam bentuk pasif, sebab nama Sulaiman sudah disebutkan
sebelumnya, dan kata-katanya selalu diucapkan dlam bentuk kalimat aktif.
Disamping itu tidaklah sesuai dengan kebesaran Sulaiman jika dia berbicara
seperti itu saat Ratu Balqis baru saja tiba.32
Akan tetapi, Ratu Saba memberikan
jawaban yang paling bijaksana dan penuh perhitungan ketika mengtakan : seakan-
akan singgasana ini singgasanaku.
Jika mengatakan singgasanaku itu seperti maka dia keliru dan jika dia
mengatakan “jika singgasanaku persis seperti itu” itu artinya dia mengatakan
sesutu yang bertentangan dengan sikap hati-hati. Sebab, denagan jauhnya jarak
antara Negeri Saba‟ ke Kerajaan Nabi Sulaiman, adalah mustahil bahwa
singgasananya dapat didatangkan ke Kerjaan Sulaiman dengan cara biasa, kecuali
melalui mukjizat.
Disamping itu buku-buku sejarah mencatat bahwa Balqis telah melindungi
singgasananya yang berharga itu ditempat yang sama, di istananya yang khusus,
dalam sebuah rungan dengan pint-pintu yang kokoh dan kuat serta dijaga oleh
beberapa pengawal yang selalu siap siaga. Namun, dengan semua perubahan telah
dialami singgasana itu, Ratu Balqis masih mampu menngenalinya kemudian dia
segera menambahkan : dan kami telah diberi pengetahuan sebelumnya dan kami
adalah orang-orang yang berserah diri.
Ini berarti bahwa dia mengatakan bahwa juka tujuan Sulaiman dengan
mendatangkan singgasananya itu dimaksudkan agar mereka memahami
mukzijatnya maka mereka sebelumnya telah disadarakan akan legitimasi nya
dengan tanda-tanda yang lain, dan bahkan sebelum menyaksikan kejadian
supernatural yang mencengangkan itu, meraka telah percaya, dan mukjizat itu
tidak lagi dipelukan. Dengan demikian Sulaiman menghentikannya dari
menyembah selain Alllah Swt meskipun dia sebelumnya termasuk orang - orang
yang kafir. Dengan menyaksikan tanda-tanda yang jelas itu dia mengucapkan
seslamat tinggal kepada posisinya yang gelap dan memasuki kehidupan baru yang
penuh dengan cahaya iman dan keyakinan.33
32
Allamah Kamal Faqih Imani. Tafsir Nurul Qur‟an jilid XIII, h. 115. 33
Allamah Kamal Faqih Imani. Tafsir Nurul Qur‟an jilid XIII, h. 116.
53
ها قيل لا ادخلي الصرح ا رأتو حسبتو لة وكشفت عن ساق ي قال إنو صرح مرد من ف لم
۞إن ظلمت ن فسي وأسلمت مع سليمان للو رب العالمي قالت رب ق وارير
Dikatakan kepadanya : “Masuklah kedalam istana”. Maka tatkala dia
melihatnya dikiranya kolam air yang besar, dan disingkapkannya kedua betisnya.
Dia berkata : “sesunghnya ia adalah istana licin yang terbuat dari kaca,”. Dia
berkata : Tuhanku, sesunghnya aku telah menganiaya diriku dan aku akan
berserah diri bersama Sulaiman kepada Allah Swt Tuhan Semesta Alam (44).
Setelah selesai ujian pertama yang telah dilalui oleh Sang Ratu dengan
sukses, kini dilanjutkan ujian kedua dalam bentuk praktek. Ayat ini menjelaskan
bahwa : Dikatakan oleh petugas istana kepadanya aykni kaprada Ratu Kerajaan
Saba‟ itu : “silahkan, masuk kedalam ruang terbuka istana, maka tatkala dia
melihatnya yakni melihat lantainya dikiranya laintai itu kolam air yang besar,”
padahal sebenarnya lantainya dibuat dari kaca yang sangat bening dan dibawah
lantai itu mengalir air bahkan konon ikan-ikan, maka dia melanjutkan perjalanan
nya dengan berhati - hati, jadi ketika itu dia tidak memakai alas kaki.
Melihat itu hal itu dia yakni Nabi Sulaiman berkata kepada sang Ratu :
“Sesungghnya ia yang engkau anggap air adalah istana licin yang terbuat dari
kaca yang amat bening, melihat dan menyadari bahwa betapa agung Nabi
Sulaiman dengan ilmu serta ilmu kekayaannya dia yakni sang Ratu berkata :
Tuhanku sesungguhnya aku telah menganiaya diriku yakni dengan
membanggakan kekuasaan dan durhaka kepada Tuhan dan aku berserah diri
bersama Nabi Mu Sulaiman kepada Allah Yang Maha Esa, Tuhan Pemelihara
dan pengndali Semesta Alam.”34
Ucapan Ratu Saba‟ itu dinilai oleh sementara ulama sebagai mengandung
dua sisi. Sisi yang pertama adalah penyucian diri dari segala keyakinan yang salah
serta aneka kedurhakaan, dan ini tercermin dari kalimat sesungguhnya aku telah
34
M. Quraish Shihab., Tafsir Al- Misbah, Pesan, Kesan dan Keserasian Alquran, jilid X
h. 231.
54
menganiaya diriku dan yang kedua adalah menghiasi diri dengan keyakinan yang
benar serta pengalaman yang baik dan tercermin oleh ucapannya dan aku
berserah diri bersama Sulaiman kepada allah Swt, Tuhan Semeste Alam.
Penyebutan nama Sulaiman mengisyaratkan bahwa ia mnegikuti beliau dalam
ajaran agama yang dibawanya.
Banyak riwayat rinci yang dikemukakan oleh sementara ulama tafsir dan
sejarawan tentang kisah yang dipaparkan al Qur,an ini, sebagian adalah rajutan
khayal dan imajinasi yang sangat jelas seperti bahwa Nabi Sulaiman menguasai
seluruh dunia, dan bahwa semua manusia, jin dan burung bahkan binatang buas
dibawah kekuasaannya, dan bahwa kerajaannya berlanjut ratusan athun dan laian-
lain.35
Sebagian lain tidak dapat dipastikan kebenarannya seperti hubungannya
dengan Ratu Saba‟ sselain apa yang diuraikan al Qur‟an diatas antara lainkisah
cinta yang terjalin antar keduanya yang konon berakhir dengan perkawinan.
Semua itu sebaiknya disingkirkan dari uraian tafsir. Cukuplah kita menarik
pelajaran dari kisah ini, betapa ilmu Allah Swt sedemikian luasdan bahwa
betapapun banyak kekayaan seseorang atau luas ilmunya dan terbentang
kekuasaannya, namun dia harus tetap menyadari kekuasaan Allah Swt.
Dari kisah ini juga dipetik pelajaran bagaimana terpujinya seseorang yang
memiliki kekuasaan, namun kekusaannya tidak menghalangi ia untuk tunduk dan
patuh kepda kebenaran, sebagaimana dicontohkan oleh Ratu Saba‟ itu.36
Setelah terjadi perseteruan anatara Nabi Sulaiman dan Ratu Balqis, akhirnya
Nabi Sulaiman menyampaikan dakwah kepada Ratu Balqis untuk memberitahu
ada kekuasaan di dunia ini yang tidak bisa ditandingi manusia dan tidak ada yang
pantas disembah selain Allah Swt. Dari hasil penelitian penulis akhirnya Ratu
Balqis tunduk kepada Nabi Sulaiman tujuannya untuk menyembah Allah Swt
bukan tunduk kepada manusia tapi tunduk kepada Allah Swt melalui perentara
35
M. Quraish Shihab., Tafsir Al- Misbah, Pesan, Kesan dan Keserasian Alquran,jilid X
h. 231. 36
M. Quraish Shihab., Tafsir Al- Misbah, Pesan, Kesan dan Keserasian Alquran, jilid X
h. 232
55
Nabi Sulaiman, sang Ratu pun merasa bodoh apa yang selama ini Ratu Balqis
Sembah yaitu matahari itu adalah tindakan yang sangat bodoh menurut Ratu
Balqis karena setelah mendapatkan hidayah dari Allah Swt melalui Nabi
Sulaiman.
Penulis melihat setelah kedatangan Ratu Saba‟ ke kerajaan Nabi Sulaiman
rekasi sang Ratu begitu menakjubkan, selama ini sang Ratu merasa dirinya paling
hebat dan begitupula kerjaan nya merasa paling besar di jakat raya ini, ketika
sang Ratu masuk keistana Nabi Sulaiman sang Ratu melihat yang hampir
menyerupai singgsananya dan melihat yang belum pernah ia lihat selama ini yaitu
istana yang begitu megah dan lantainya terbuat dari kaca dan ikan – ikan
berenang dibawah lantai istana tersebut, Ratu pun merasa bodoh dan berserah diri
kepada Nabi Sulaiman dengan tujuan untuk menyembah Allah Swt karena selama
ini yang mereka sembah adalah ciptaannya Tuhan itu sendiri.37
37
M. Quraish Shihab., Tafsir Al- Misbah, Pesan, Kesan dan Keserasian Alquran, jilid X
h. 232.
56
BAB IV
PEMIKIRAN RATU SABA’ DALAM BERKOMINIKASI DENGAN
PENGIKUTNYA DAN NABI SULAIMAN
A. Komunikasi Ratu Saba’ dengan Pengikutnya
Sebelum penulis menjelaskan pola komunikasi Ratu Saba’ dalam
memimpin Negeri Saba’, penulis terlebih dahulu megulas sekilas tentang Negeri
Saba’. Kerajaan Saba’ adalah salah satu kerajaan di Yaman, Arab Selatan pada
abad VIII SM. Terkenal dengan peradabannya yang tinggi, salah satu
penguasanya adalah Ratu Saba’, masyarakat awam sering menyebut nama Ratu
Saba’ ini adalah Ratu Balqis sedangkan dikalangan Orientalis menyebut dengan
sebutan Quen Sheba, al-Qur’an tidak menjelaskan secara spesifik nama asli dari
Ratu Saba’ ini, tapi disini penulis mengambil pendapat Ibnu Katsir tentang nama
asli dari Ratu Saba’ tersebut.1
Beliau berpendapat nama aslinya adalah adalah Talaqam binti Sayarahil bin
Dzijadan bin Assirah bin al Haryts bin Qais bin Shaifi bin Saba bin Yasyjab bin
Ya'rab bin Qahtan. Ayah Balqis merupakan raja yang besar dan ia tidak ingin
menikah dengan penduduk Yaman. Sehingga, ia menikah dengan perempuan dari
bangsa jin yang bernama Raihanah biti as Sakan dan melahirkan seorang anak
perempuan yang bernama Talaqam atau yang disebut dengan Balqis. Negeri
Yaman dikenal juga dengan nama “al-Arab as- Sa’idah / Negeri Arab yang
bahagia “. Al Qur’an melukiskannya sebagai Baldatun Thayyibatun Wa Rabbun
Ghafur. Lokasinya yang strategis menghubungkan negeri ini dengan dataran
India, Ethiopia, Somalia, Suriah dan Irak.2
Kisah Ratu Saba’ diceritakan dalam al-Qur’an surah al-Naml, kisah
mengenai ratu Balqis bermula dari berita yang dibawa oleh burung Hud-hud
kepada nabi Sulaiman mengenai sebuah negeri yang dipimpin oleh seorang
1 Quraish Shihab., Tafsir Al- Misbah, Pesan, Kesan dan Keserasian Alquran, jilid X h.
210. 2M. Quraish Shihab., Tafsir Al- Misbah, Pesan, Kesan dan Keserasian Alquran, jilid X h.
211.
57
wanita. Al-Qur’an memang tidak menyebutkan nama pemimpin negeri tersebut,
namun buku-buku tafsir telah menjelaskan bahwa nama dari pemimpin negeri itu
adalah Balqis.3 Pemaknaan tentang Saba’ menurut Muhammad bin Ishak, sebagai
seorang ulama dibidang ilmu nasab dan sejarah sebagaimana dikutif M Quraish
Shihab dalam Ensiklopedia al-Qur’an, bahwa nama Saba’ sebenarnya, adalah
Abdusy Syams bin Yasyjab bin Ya’rub bin Qahtan. Menurut Ibnu Ishak, dia
hartawan dan suka berderma, karena itu dinamai dengan ar-raisy orang yang
menghimpun harta dan dengan hartanya dialah yang pertama kali menyembelih
kambing di dalam peperangan lalu membagi-bagikannya kepada serdadunya.
Adapun penamaannya dengan Saba’ sebagaimana arti harfiyahnya yaitu pergi
(terpisah), karena dialah orang Arab yang pertama kali pergi mengasingkan diri
sehingga daerah yang disinggahi untuk hidup di situ dinisbahkan kepada
namanya, Negeri Saba’.4.
Al-Hasan Al-Bashri berkata, Dia adalah Ratu Balqis binti Syarahil, seorang
raja wanita negeri saba’ Firma Allah Swt “Dan dia dianugerahi segala sesuatu
(23) yaitu dari nikmat dunia, berupa kebutuhan-kebutahan raja yang kokoh serta
memiliki singgasana yang besar” maksudnya singgasana tempat ia duduk besar
sekali, mewah terhiasi dengan emas dan berbagai macam intan permata. Pakar
sejarah berkata “Singgasana ini berada pada istana yang megah, kokoh, tinggi
bagunannya dan kuat” konstruksi bagunannya dibuat agar sinar matahari masuk
setiap hari dari arah depannya dan tenggelam dari belakangnya lalu mereka sujud
padanya setiap pagi dan sore.5
Bukan suatu hal yang luar biasa jika kita melihat wanita memiliki
kemampuan multitasking, baik dalam dunia politik maupun bisnis seperti saat ini.
Karena wanita yang tampil sebagai sosok pemimpin sudah ada sejak zaman para
nabi, termasuk saat Islam datang. Sosok wanita yang memiliki pengaruh besar
dalam dunia politik pada zaman kenabiaan adalah Ratu Balqis. Wanita ini tercatat
dalam sejarah Islam sebagai wanita pertama yang memimpin sebuah kerajaan.
Wilayahnya terbentang dari Yaman hingga Ethiopia saat ini. Ratu Balqis
3Ibnu Kasir, Tafsir al-Qur‟an al-Azim juz 19, terj. Bahrul Abu Bakar, h. 282
4M. Quraish Shihab, Ensiklopedia al-Qur‟an: kajian kosa kata, jilid, h. 856.
5 Ibnu Kasir, Tafsir al-Qur‟an al-Azim juz 19, terj. Bahrul Abu Bakar, h. 290.
58
merupakan sosok ratu yang cerdik, cantik, dan memiliki jiwa kepemimpinan dan
pola komunikasi yang bagus. Ada riwayat yang mengatakan, setelah kematian
ayahnya, rakyat Saba dipimpin oleh seorang lelaki. Namun, kepemimpinannya
mendatangkan kerusakan. Balqis pun turun tangan dan mengambil alih
kepemimpinan.
Ratu Balqis merupakan seorang pemimpin yang bijkasana dan tidak otoriter
dan mempunyai pola komunkasi yang baik terhadap para pengikutnya serta
kedisiplinan dalam memimpin suatu negeri. Dalam memutuskan satu perkara saja
ratu melakukan musyawarah untuk menyelesaikann masalah yang dialami
negerinya, meski berjenis kelamin prempuan namun Ratu Balqis mampu
menjalankan roda pemerintahan dengan adil dan bijaksana.6 Jauh dari sikap
otoriter dan zalim layaknya para pemimpin berjenis kelamin lelaki dari sebagian
besar pemerintahan dunia baik yang demokratis maupun non demokratis. bisa
dilihat suatu ketika Ratu Balqis mendapat surat berupa teguran dari Nabi
Sulaiman seperti yang ada pada QS. al Naml Ayat 29-31.
أل ت علوا ۞إنه من سليمان وإنه بسم الله الرحن الرحيم ۞لقي إل كتاب كري قالت يا أي ها المل إني أ
علي وأتون مسلمي
(29) Ketika Ratu Saba‟ menerima surat itu berkatalah dia : Hai pembesar –
pembesar, sesungguhnya telah dipatuhkan kepadaku sebuah surat yang mulia.
(30) Sesungguhnya suratitu dari Sulaiman dan sesungguhnya isi nya, „Dengan
menyebut Nama Allah Yang Maha Pemurah Lagi Maha Penyayang. (31) Bahwa
jangan kamu sekalian berlaku sombong terhadapku dan datanglah kepadaku
sebagai orang – orang yang berserah diri.‟
Dari ayat ini penulis melihat bahwa Ratu Balqis adalah pemimpin yang
sangat dihormati dan ditaati oleh para pengikutnya, kerajaan Saba’ yang makmur
menggambarkan pemimpin yang memiliki wilayah besar dalam mengatur
rakyatnya. Setiap keputusan yang diberikan oleh ratu sangat ditaati oleh
rakyatnya. Dikisahkan dalam al-Qur’an ketika para pembesar kerajaan
bermusyawarah bersama Ratu dan mengungkapkan pendapatnya, mereka tetap
6 M. Quraish Shihab., Tafsir Al- Misbah, Pesan, Kesan dan Keserasian Alquran, jilid X h.
215.
59
menyerahkan keputusan akhir pada sang Ratu. Keputusan-keputusan yang
diberikan Ratu Balqis adalah keputusan yang cerdas dan penuh pertimbangan,
seperti saat memilih untuk mengirimkan hadiah untuk membalas Surat Sulaiman
sebagai permohonan damai agar tidak terjadi peperangan, karena hadiah itu dapat
melembutkan hati, menawarkan persahabatan dan cinta kasih. Ratu Balqis selalu
mementingkan keselamatan rakyat dan tidak ingin rakyatnya menjadi korban
peperangan jika mereka melawan Nabi Sulaiman, sosok pemimpin wanita yang
cinta damai dan tidak menyukai kekerasan. Meski di bawah kepimpinan seorang
ratu, tetapi strukturalisasi kepemimpinan sangat efektif dan efesien, sehingga
rakyat sangat patuh kepada ratu. Ketika Ratu memerintahkan mereka untuk
menyembah matahari,mereka juga tunduk dan patuh kepada sang ratu dan setelah
sangratu menerima dakwah Nabi Sulaiman rakyatnya pun mengikuti keputusan
Ratu untuk menyembah Allah Swt.7
Kecerdasan Ratu Balqis tergambar tatkala ia memberikan pertimbangan
kepada para pembesarnya saat menanggapi surat dari nabi Suliman. Para
pembesar kerajaan cenderung ingin melakukan perang dan perlawanan terhadap
nabi Sulaiman, namun ratu lebih mengetahui akibat yang akan terjadi apabila
mereka melawan dengan peperangan. Ratu Balqis mengatakan bahwa
“Sesungguhnya raja-raja apabila menaklukkan suatu negeri, mereka tentu
membinasakannya, dan menjadikan penduduknya yang mulia jadi hina; dan
demikian yang akan mereka perbuat.” ucapan tentang raja-raja adalah berdasarkan
pengalaman sejarah masa lampau. Biasanya mereka membunuh atau menawan
dan mengusir para pembesar kerajaan atau pemerintahan yang mereka kalahkan,
dengan demikian mereka menghina dan mempermalukannya. Artinya para
pembesar Ratu Balqis tidak berhak untuk durhaka dan tidak masalah terhadap
kami, jika engkau menghendaki untuk pergi kepadanya dan memeranginya maka
kami tidak akan durhaka. Dan setalah ini maka perkaranya kepada engkau,
7 M. Quraish Shihab., Tafsir Al- Misbah, Pesan, Kesan dan Keserasian Alquran, jilid X h.
215.
60
perintakanlah kami sesuai dengan pendapat engkau. Kami akan melaksanakan dan
menantinya.8
Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang mau mendengarkan suara
rakyatnya, mungkin itu yang tercermin dari kepemimpinan ratu Balqis.
Dikisahkan ketika Ratu Balqis menerima surat dari nabi Sulaiman, lantas ia
kumpulkan para pembesarnya untuk meminta pendapat dalam musyawarah.
“Balqis berkata: Hai para pembesar, berilah aku pertimbangan dalam urusanku
ini, aku tidak pernah memutuskan suatu persoalan sebelum kalian berada
dimajelisku.9
Ratu Balqis tidak pernah memutuskan suatu perkara sebelum mendengar
terlebih dahulu pendapat dari para pembesar kerajaannya, terlepas dari baik atau
tidaknya pendapat yang akan dikemukakan oleh pembesar kerajaan Saba’, Ratu
Saba’ tetap akan mendengarnya. Ini adalah salah satu merupakan pola
komunikasi Ratu Saba’ dengan pengikutnya yaitu dengan meminta pendapat-
pendapat dari pembesarnya ketika ada masalah. Jika Musyawarah dilakukan
dengan benar maka saat itulah umat akan berada dalam kesejahteraan, Esensi
musyawarah menunjukkan realitas persamaan kedudukan dan derajat manusia,
kebebasan berpendapat dan hak kritik serta pengakuan terhadap kemanusiaan itu
sendiri. Dengan musyawarah ditemukan cara untuk mempersatukan manusia,
mempersatukan golongan-golongan dengan berbagai atribut di tengahtengah
bergejolaknya problema-problema umum, dan dengan musyawarah
puladikembangkan tukar pikiran dan pendapat. Pelaksanaan musyawarah bagi
kehidupan manusia lebih dari sekedar kepentingan politik suatu kelompok
maupunnegara, karena ia merupakan karakter mendasar bagi kelompok
masyarakat secara keseluruhan.10
Di ayat yang lain juga Ratu Saba’ melakukan perkumpulan atau
bermusyawarah ketika hadiah yang diberikannya kepada Nabi Sulaiman melalui
8M. Quraish Shihab., Tafsir Al- Misbah, Pesan, Kesan dan Keserasian Alquran, jilid X h.
216. 9Ahmad Syafii Maarif, Islam dan Masalah Kenegaraan, (Jakarata: Mizan, 1995), h. 203.
10Muhammad Hanafi, Kedudukan Musyawarah dan Demokrasi di Indonesia, Jurnal Cita
Hukum Vol.I no.2 (Desember, 2013),h. 230.
61
perantara dua pengikutnya dengan menggunakan komunikasi yang baik seperti
yang di QS : al Naml ayat : 32-35.
تشهدون قالت يا قالوا نن أولو ق وة وأولو ۞أي ها المل أف تون ف أمري ما كنت قاطعة أمرا حت
ا وجعلوا قالت إن الملوك إذا دخلوا ق رية أفسدوه ۞بأس شديد والمر إليك فانظري ماذا تأمرين
لك ي فعلون أعزة أهلها أذلة وإني مرسلة إليهم بدية ف ناظرة ب ي رجع المرسلون ۞وكذ
(32) Dia ( balqis ) berkata, „wahai para pembesar ! berilah aku
pertimbangan dan perkaraku ini. Aku tidak pernah memutuskan suatu perkara
sebelum kamu hadir dalam majelisku. (33) Mereka menjawa, “Kita memiliki
kekuatan dan keberanian yang luar biasa (untuk berperang), tetapi keputusan
berada di tanganmu naka pertimbangkanlah apa yang akan engkau
perintahkan.”(34) Dia (balqis) berkata “sesungguhnya raja – raja apabila
menaklukkan suatu negeri, mereka tentu membinasakannya, dan menjadikan
penduduknya yang mulia jadi hina; dan demikian yang akan mereka perbuat. (35)
Dan sungguh, aku akan mengirim utusan kepada mereka dengan (membawa)
hadiah, dan (aku) akan menunggu apa yang akan dibawa kembali oleh para
utusan itu.”
Setelah sang Ratu menyampaikan isi surat, sumber dan cara penerimaannya,
kemudia dia berkata kepada pengikutnya : Hai pembesarku ! berilah aku
pertimbangan dalam urusanku yang amat penting ini aku tidak pernah
memumutuskan suatu perkara negara sekecil apapun sebelum kamu menyaksikan,
yakni berada dalam perkumpulan sang Ratu, apalagi menyangkut persoalan besar
yang dialamai Negerinya, Ratu Saba’ menjelaskan kepada pengikutnya
bahwasanya Nabi Sulaiman meminta seluruh masyarakat Negeri Saba’ patu
kepada Nabi Sulaiman. Pada saat itu para pembesar Ratu Saba’ sangat marah
besar tehadap sikap dari Nabi Sulaiman mereka meminta kepada sang Ratu segera
untuk memeranginya pada saat itu terjadi diskusi yang alot terhadap surat Nabi
Sulaiman yang diberikan melalui burung Hud-Hud. Namun demikian soal ini
diserahkan oleh pembesarnya seutuhnya kepada Ratu Saba’, maka Ratu Saba’
mempertimbangkan apa yang diperintahkannya dan pembesarnya pun siap
melaksanakan keputusan oleh sang Ratu.11
11
M. Quraish Shihab., Tafsir Al- Misbah, Pesan, Kesan dan Keserasian Alquran, jilid X
h. 219.
62
Sesudah mempertimbangkan segala segi, dan memperhatikan pula isi surat
dan dan cara penyampaiannya, sang Ratu tidak cendrung berperang sebagaimana
terkesan dari jawaban pembesarnya yaitu untuk berperang tapi sang Ratu
mempertimbangkan lagi atas jawaban pembesarnya sehingga sang Ratu
mempunyai strategi dengan cara tidak melakukan peperangan, yaitu dengan
mengirim suatu hadiah, guna menunjukkan keinginan Ratu Saba’ berhubungan
baik dengan Nabi Sulaiman dengan demikian Ratu Saba’ mengulur waktu melihat
tanggapan Nabi Sulaiman dan berpikir lebih jauh tentang langkah yang akan
diambil oleh Ratu Saba’, yaitu dengan dua pilihan beerperang atau berdamai. Dan
strategi ini pun sangat diterima oleh pembesarnya, karena setalah mengingat
tentang bahaya perang dan akibat-akibatnya, sang Ratu juga melihat jumlah
pasukannya jauh lebih sedikit dibanding dengan pasukan Nabi Sulaiman.12
Ucapan Ratu Saba’ tentang raja-raja adalah berdasar pengalaman sejarah
masa lampau. Biasanya mereka membunuh, atau paling tidak menawan dan
mengusir para pembesar kerajaan atau pemerinytah yang mereka kalahkan,
dengan demikian mereka menghina dan mempermalukannya,. Sesudah itu merka
mengubah peraturan perundung-undangan atau kebijakan yang dapat menjamin
kelangsunan kekuasaan meraka. Disamping itu peperangan pasti mengakibatkan
kehancuran bangunan, pengungsian penduduk atau pembunuhan dan sebagainya.
Nah, ini akan terjadi secara umum jika yang menyerang itu adalah raja yang
biasanya bersifat diktator dan sewenang-wenan. Apa yang diketahui oleh sang
Ratu mengenai pengalaman masa lalu itu, dianalogikannya jika Nabi Sulaiman
menyerang mereka karena itu dia menyatakan bahwa demikian pulalah yang akan
mereka perbuat.13
Thabathaba’i menilai ucapan Ratu Saba’ Saya akan mengirim kepada
mereka hadiah, tanpa menyebut nama Nabi Sulaiman, merupakan salah satu
sebagai cara yang bisa ditempuh para raja untuk menampakkan wibawa dan
keangkuhannya. Mereka enggan menyebut nama karena merasa bahwa lidahnya
12
M. Quraish Shihab., Tafsir Al- Misbah, Pesan, Kesan dan Keserasian Alquran, jilid X
h. 220. 13
M. Quraish Shihab., Tafsir Al- Misbah, Pesan, Kesan dan Keserasian Alquran, jilid X
h. 220.
63
tidak menyebut nama itu, dan cukup mengisyaratkan atau menunjuknya. Disini
sang Ratu meneyebut nama Nabi Sulaiman dan bahwa sang Ratu akan melakukan
apa yng dilakukan dihadapan semua pembesarnya dan seluruh pengikutnya. 14
Melalui musyawarah setiap masalah yang menyangkut kepentingan umum
dapat ditemukan dengan satu jalan keluar yang sebaik-baiknya setelah semua
pihak mengungkapkan pendapatnya kemudian pemimpin berkuasa memutuskan
melalui pertimbangan-pertimbangan bijaksana untuk kepentingan bersama.
Seperti itulah cara yang dilakukan Ratu Balqis dalam memimpin kerajaan
Saba’.Sikap musyawarah ini sesuai dengan sejumlah study yang memperlihatkan
bahwa perempuan dalam kepemimpinan cenderung lebih demokratik dan
mempunyai komunkasi yang baik, mereka mendorong partisipasi, berbagi
kekuasaan dan informasi, mencoba untuk meningkatkan kemanfaatan bagi
pengikutnya, cenderung memimpin melalui pelibatan atau pemberdayaan
bawahannya.15
Apa yang dikemukakan diatas dapat dilanjutkan dengan berkata
bahwa ayat-ayat yang berbicara tentang Ratu Saba’ yang bijaksana ini, tidak juga
dapat dijadikan dasar untuk menyatakan atas nama al-Qur’an tentang boleh atau
tidaknya seorang perempuan menjadi pemimpin atau kepala negara dalam
pemerintahan. Karena ayat ini, tidak dikemukakan dalam konteks itu.
B. Komunikasi Ratu Saba’ dengan Nabi Sulaiman
Ketika Ratu Balqis melakukan kunjungan di kerajaan Nabi Sulaiman,
terjadi dialog yang cuku panjang sehingga sang Ratu beserta pengikutnya tunduk
kepada Allah Swt melalui Nabi Sulaiman seperti yang ada pada QS : al Naml ayat
42-44.
14
M. Quraish Shihab., Tafsir Al- Misbah, Pesan, Kesan dan Keserasian Alquran, jilid X
h. 221. 15
Sudaryono, Leadership Teori dan Praktek Kepemimpinan (Jakarta: Lentera Ilmu
Cenikia, 2014),h. 144.
64
ا جاءت قيل كذا عرشك ف لم وأوتينا العلم من ق بلها وكنا قالت كأنه هو أه
ها ما كانت ت عبد من دون الله ۞مسلمي ۞إن ها كانت من ق وم كافرين وصد
“Dan ketika Ratu Saba‟ datang, ditanyakanlah kepadanya, “serupa inikah
singgasanamu ? dia menjawab, “seakan – akan singgasana ini singgasanaku.
Dan kami telah diberi pengetahuan sebelumnya dan kami adalah orang – orang
yang berserah diri.” (42). Dan dia Sulaiman menghalanginya dari menyembah
selain Allah, sesungguhnya dia dahulu termasuk orang – orang yang kafir.”(43)
Ketika Ratu Balqis sampai dikerajaan Nabi Sulaiman, Nabi Sulaiman pun
bertanya kepada ratu “serupa inikah singgasanamu?” sesungguhnya singgasana
yang berada di kerajaan Sulaiman itu benar singgasana Ratu Balqis, namun
bagaimana mungkin singgasana yang dijaga dengan pintu tertutup dan dijaga
dengan ketat oleh pengawal-pengawalnya dapat berada di kerajaan Sulaiman.
Menjawab pertanyaan nabi Sulaiman, Ratu Balqis sangat berhati-hati, karena
pertanyaan nabi Sulaiman mengundang jawaban “ya” atau “tidak”. Dan jawaban
yang diberikan sang ratu sangatlah tepat, “Ratu Balqis menjawab, Seakan-akan
singgasana ini singgasanaku,” dia tidak menampik dan tidak menetapkan.16
Hal
ini menunjukkan begitu tawadhu’ nya Ratu Balqis menanggapi pertanyaan Nabi
Sulaiman.jawaban ini dinilai oleh banyak ulama disamping menunjukkan
ketelitiannya juga kekuatan mentalnya karena menjawab dengan tepat pada situasi
seperti dialami itu.17
Al-Baqa’i memahami penggalan ayat ini sebagai ucapan Nabi Sulaiman.
Menurutnya, seakan-akan setalah jawaban sang Ratu yang tidak memberi
kepastian itu, Nabi Sulaiman mengingat nikmat Allah Swt yang selama ini telah
dinikmatinya, lalu beliau berkata : “Dia memiliki pengetahuan tentang
singgsananya walau masih dibarengi dengan keraguan. Ini menunjukkan bahwa
sang Ratu berpotensi untuk memperoleh hidayah ataau tulis al Biqa’i seakan-akan
Nabi Sulaiman berkata : “Dia tidak mengetahui secara pasti singgasananya
16
Sayyid Qutub, Tafsir Fi-Zhilalil Qur‟an: Di Bawah Naungan Al-Qur‟an, Jilid IX(
Jakarta: Robbani Press, 2009). Penerjemah: Aunur Rafiq Shaleh Tamhid, h. 402. 17
M. Quraish Shihab., Tafsir Al- Misbah, Pesan, Kesan dan Keserasian Alquran, jilid X
h. 229.
65
padahal seetiap ia duduk diatasnya, sedang kami (yakni Nabi Sulaiman) telah
dianugerahi pengetahuan oleh Allah Swt sebelum kedatangannya yaitu bahwa ia
akan bingung memberi jawabanatau yakni Nabi Sulaiman bersama leluhurnya
telah diberi ilmu sebelum kelahiran sang Ratu.18
Ibn Asyur mengemukakan banyak kemungkinan menyangkut pemilik
upacan yang direkam penggalan ayat diatas. Disamping Nabi Sulaiman dan Ratu
Balqis, juga boleh ucapan sementara orang yang hadir menyaksikan peristiwa
diatas. Boleh jadi mereka itu bisikkan atau ucapakan dalam bahasa ibrani kepada
rekan-rekan mereka yang ada disekitar tempat kejadian. Itu mereka ucapkan
dengan bangga bahwa dikalangan meraka aada tokoh-tokoh yang berpengetahuan
yang tidak terdapat dikalangan dikerajaan Saba’. Seakan-akan merak berkata:
“kita tidak melupakan dengan menyaksikan kemegahan dan keangkuhan Ratu ini
kita tidak meupakan bahwa kemampuan kitalah lebih baik dari mereka”.
Sedengkan yang mereka maksud dengan pengetahuan, pengetahuan tentang
hikmah yang diajarkan oleh Allah Swt kepada Nabi Sulaiman serta tokoh-tokoh
kerajaan Nabi Sulaiman yang juga memiliki cabang-cabang ilmu pengetahuan
yang serupa dengan apa yang dimliki oleh kerjaan Negeri Saba’, karena kerajaan
Negeri Saba’ juga telah membangun satu peradaban yang tinggi.19
Setlah Ratu Balqis berada di kerjaan Nabi Sulaiman sang Ratu berdiri dalam
keadaaan terpana dihadapan keajaiban-keajaiban yang tidak mampu dibuat
manusia, dan menunjukkan adanya kekuatan yang ditunjukkan kepada Sulaiman
yang lebih besar daripada kekuatan manusaia. Maka, ia pun kembali kepada Allah
dan bermunajat kepada Nya dengan mengakui kezalimannya terhadap diri sendiri
dimasa lalu karena telah menyembha selain Nya, serta menyatakan penyerahan
dirinya bersama Sulamian bukan kepada Sulaiman tetapi kepada Allha Swt,
Tuhan semesta alam.20
Hatinya telah memperoleh petunjuk dan cahaya, sehingga
ia mengetahui bahwa berserah diri kepada Allah itu bukan menyerah kepada
18
M. Quraish Shihab., Tafsir Al- Misbah, Pesan, Kesan dan Keserasian Alquran, jilid X
h. 230. 19
M. Quraish Shihab., Tafsir Al- Misbah, Pesan, Kesan dan Keserasian Alquran, jilid X
h. 231. 20
Sayyid Qutub, Tafsir Fi-Zhilalil Qur‟an: Di Bawah Naungan Al-Qur‟an, Jilid IX(
Jakarta: Robbani Press, 2009). Penerjemah: Aunur Rafiq Shaleh Tamhid, h. 309
66
seorang Makhluk Nya, meskipun kepada Sulaiman, seorang Raja sekaligus Nabi
yang memiliki mukjizat – mukjizat ini. Berserah diri hanya kepada Allah swt,
Tuhan semesta alam, disertai persahabatn dengan orang – orang yang beriman
kepada Nya dan menyerukan jalan Nya sesuai hukum persamaan. “Dan aku
berserah diri bersama Sulaiman kepada Allah Swt, Tuhan semesta alam.”
Ratu Balqis ialah pemimpin yang lebih mengutamakan keselamatan dan
kesejahteraan rakyat. Ratu yang menyukai perdamaian karena iamengetahui
dampak peperangan yang akan menhancurkan rakyatnya, maka ia memilih untuk
megadakan kunjungan sebagai tanda tunduk kepada Nabi Sulaiman. Kebijakan
ini, selain mengacu pada strategi politik yang anggun, juga mencerminkan
kepribadian perempuan yang tidak menyukai peperangan, anarkisme, dan lebih
memilih menggunakan tipu daya dan cara-cara halus sebelum menggelar kekuatan
senjata.21
Beberapa orang menafsirkan keputusan Ratu Balqis yang cenderung
memilih untuk mengirimkan hadiah dari pada memperlihatkan kekuatan yang
kasar, sebagai politik feminis. Nur Jannah Ismail memandang Ratu Balqis
memiliki pengetahuan politik damai sekaligus pengetahuan spiritual mengenai
pesan unik nabi Sulaiman, hal itu menunjukkan bahwa ia memiliki kemampuan
independen untuk memerintah secara bijaksana.22
Kisah ini menggambarkan tentang perempuan yang mempunyai
kecemerlangan pemikiran, ketajaman pandangan, kebijaksanaan dalam
mengambil suatu keputusan, dan seorang politikus ulung. Ketika ia menerima
surat dari nabi Sulaiman, ia musyawarahkan dengan parapembesar kerajaannya.
Walaupun merasa kuat dan siap untuk berperang dengan Sulaiman, namun ia
mempuyai sebuah pandangan yang jauh ke depan. Ia tak ingin kerajaannnya
hancur dan rakyatnya menderita akibat peperangan. Karena ia punya intuisi kalau
Sulaiaman adalah nabi. Melawanseorang nabi, adalah perbuatan yang sia-sia.
Seorang nabi adalah utusan Allah yang tak mungkin dapat dikalahkan karena ia
dapat pertolongan dari- Nya. Dan tidaklah bijaksana menghalangi rakyatnya untuk
21
Asgar Ali Engineer,Perempuan dalam Pasungan, Terj. Agus Nuryanto, (Jogjakarta:
LkiS, 2003), h. 77. 22
Asgar Ali Enginner, Perempuan dalam pasungan, h. 78.
67
menikmati kebenaran dengan berperang melawannya untuk mempertahankan
kebatilan.
Karakter kepemimpinan Balqis tersebut didukung dengan fakta sejarah
bahwa negeri Saba’ adalah negeri yang makmur, tanahnya subur dengan hasil
pertanian melimpah, memiliki kekuatan militer yang tangguh dan letaknya yang
strategis menjadikan Saba’ menjadi tempat perdagangan internasional. Suatu
keunggulan yang dimiliki sebuah negeri yang dipimpin oleh perempuan. Ratu
Balqis mewarisi kepemimpinan dari ayahnya Syarahil bin Dzil Jadn, ia adalah
seorang raja agung. Kepemimpin berasal dari warisan ini disebut dengan teori
kepemimpinan genetis yang menyatakan bahwa pemimpin itu tidak di buat, akan
tetapi lahir melalui bakat-bakat alami sejak lahir. Konteks surat merekam isyarat
ini dan menonjolkannya untuk mengungkapkan watak iman kepada Allah dan
berserah diri kepada Nya, karena wataknya adalah „izzah (kehormatan diri) yang
mengangkat orang – orang yang kalah ke barisan orang – orang yang menang. 23
Bahkan, oarang menang dan orang yang kalah itu menjadi bersaudara di
jalan Allah Swt. Tidak ada yang kalah, dan tidak ada yang menang, karena
keduanya bersaudara di jalan Allah Swt, Tuhan semesta alam, mengikuti hukum
persamaan.24
Lalu Sulaiman duduk diruangan istananya yang besar itu, dan
didalam ruangan itu terdapat kolom yang besar, dihiasi oleh ikan – ikan, dan
airnya pun beriak – beriak gelombang. Sedangkan diatasnya dilapisi kaca.
Sementara Sulaiman dikelilingi oleh tenteranya dari golongan manusia dan jin.
Mereka berada di segala sisi kolam. Kemudia sang Ratu diminta untuk masuk
istana karena Sulaiman, sang Raja memanggilnya. Maka tatkala sang Ratu
menginjakkan kakinya di istana itu, lalu dia mengangkat pakaiannya sehingga
terlihatlah kedua betisnya. Berkata Sulaiman, “Sesungguhnya ia adalah istana
licin terbuat dari kaca. “ dari sini sang Ratu menyadari akan kekhilafannya
bahwa dia selama ini dalam kesesatan dan kezaliman dan lalu berkata “Ya
Tuhanku, sesungghunya aku telah berbuat zalim terhadap diriku dan aku
23
Ibnu Kasir, Tafsir al-Qur‟an al-Azim juz 19, terj. Bahrul Abu Bakar, h. 298. 24
Sayyid Qutub, Tafsir Fi-Zhilalil Qur‟an: Di Bawah Naungan Al-Qur‟an. Penerjemah:
Aunur Rafiq Shaleh Tamhid, h. 293
68
berserah diri bersama Sulaiman kpada Allah, Tuhan semesta alam.” Dan dia pun
menjadi seorang muslimah yang baik.25
Kisah merupakan sarana yang efisien yang dimanfaatkan oleh al- Qur’an
untuk mewujudkan orientasi dan tujuan-tujuannya secara keseluruhan. Karenanya
kita dapati al-Qur’an memanfaatkan kisah untuk menegaskan wahyu dan risalah,
ke Esaan Allah, menyatukan agama-agama dalam pilar Tauhid, pemberi kabar
gembira dan ancaman, fenomena-fenomena kuasa illahi, akibat dari kebaikan,
keburukan, sabar, takut, syukur dan lainnya.26
Sampai saat ini, gagasan untuk menciptakan kesataraan gender tampaknya
masih menjadi perdebatan. Peran perempuan pada banyak tempat, termasuk posisi
kepemimpinan dan manajerial diyakini masih kurang signifikan. Hingga
memasuki milenium ketiga, masih terdapat sebagian ulama dan cendekiawan yang
memandang negatif peran dan kontribusi positif kaum perempuan di ranah politik.
Banyak dalih yang dikemukakan oleh para penentang hak perempuan, baik
dengan penafsiran ayat al-Qur’an dan hadis Nabi Saw. maupun dengan menunjuk
beberapa hal yang berkaitan dengan perempuan yang mereka nilai sebagai
kelemahan yang menghalangi mereka menyandang hak tersebut. Ada juga yang
menunjuk beberapa kondisi atau sifat perempuan yang mereka nilai sebagai
kelemahan, misalnya bahwa perempuan mengalami menstruasi, nifas,
mengandung, melahirkan, dan menyusukan sehingga dianggap sebagai kendala
dalam melakukan aktivitas, apalagi yang berkaitan dengan masyarakat dan
negara.27
Pandangan yang mendeskriditkan perempuan tersebut melahirkan
munculnya feminisme di Barat, feminisme ini memberikan inspirasi yang sangat
berharga kepada sebagian kecil umat Islam (para penafsir) akan pentingnya
melakukan reinterpretasi dan reformulasi fikih (pemahaman hukum) perempuan.
Dengan mendasarkan kepada ayat-ayat al-Qur’an yang membawa misi keadilan,
25
Syaikh Abu Bakar Jabir Al – jazairi, Tafsir Al-Qur‟an Al-Aisar. Penerjemah, fityan
Amaliy, Lc, Edi Suwanto, Lc, h. 403 26
Muhammad Hadi Ma’rifat, Kisah-kisah al-Qur‟an; antara fakta dan metafora, terj.
Azam Bahtiar (t.k.:Citra Anggota IKPI, 2013) ,h. 39. 27
M. Quraish Shihab, Perempuan, (Jakarta: Lentera Hati, 2007), h. 344-345.
69
persamaan, dan kesetaraan, mereka berusaha mencari akar masalah mengapa
muncul penafsiran yang tidak adil dalam memberikan status terhadap laki-laki dan
perempuan (gender). Peran penafsiran dirasa sangat segnifikan dalam memberi
pemahaman mengenai pesan-pesan yang terkandung dalam ayat al-Qur’an, dalam
hal ini penulis mendapatkan pemahaman mengenai kepemimpinan perempuan
melalui ibrah kisah ratu Balqis dalam al-Qur’an. Sebelumnya tak dapat
dipungkiri bahwa Nabi SAW sendiri telah mengakui dan sangat menghargai
kepemimpinan perempuan. Beliau bahkan pernah bergabung dalam sebuah
managemen perusahaan di bawah pimpinan Khadijah RA, perempuan
konglomerat termasyhur di jazirah Arab ketika itu.28
28
Asgar Ali Enginner, Perempuan dalam pasungan, h. 80.
70
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada pembahasan dalam tulisan ini telah dijelaskan bahwa pola
komunikasi dalam kepemimpinan merupakan sesuatu yang sangat penting di
tengah masyarakat. Suatu kepemimpinan akan menentukan nasib ke deapan bagi
masyarakat atau bangsa yang dipimpinnya. Hal ini amat bergantung kepada
individu yang memimpin tersebut.
Kepemimpinan Ratu Balqis di Negeri Saba’ ini, penulis dapat mengambil
sebuah kesimpulan yang sangat penting, bahwasanya ketika sang ratu
mengambil sebuah tindakan atau keputusan terhadap permasalahan yang dialami
negeri nya, dia tidak terburu-buru terhadap keputusannya, dia memilih dengan
secara demokrasi dan diplomatis dengan pola komunikasi yang tawadhu’. Ratu
Balqis terlebih dahulu memanggil seluruh orang-orang pembesarnya untuk
mengambil suatu keputusan yang dialami negerinya. Sehingga sang Ratu
mendapat petunjuk untuk mengambil suatu keputusan atas perkumpulannya dan
masukan-masukan dari pembesarnya. Ratu Balqis juga mempunyai strategi yang
cerdik yaitu dengan cara mengirim upeti kepada Nabi Sulaiman sebagai jalan
damai untuk menghindari peperangan atas peringatan Nabi Sulaiman karena
berdasarakan jumlah pasukan yang dimiliki sang ratu sudah jauh lebih sedikit
dibandingkan dengan pasukan Nabi Sulaiman maka sang Ratu melihat bahaya
besar apabila dia tidak memilih jalan damai,
Ratu Balqis juga mengutamakan keselamatan dan kesejahteraan rakyatnya
yaitu dengan cara berkunjung kepada kerajaan Nabi Sulaiman sebagai tanda
tunduk untuk perdamaian dan mecegah pertumpahan darah (peperangan). Ratu
Balqis yang menyukai rasa perdamaian karena dia mengetahui dampak kepada
rakyatnya apabila terjadi peperangan. Kebijakan-kebijakan Ratu balqis ini selain
mengacu kepada strategi politik, juga mencerminkan kepribadian perempuan yang
tidak meyukai kekerasan dan tidak menyukai peperangan, anarkisme dan lebih
71
memilih menggunakan strategi politik dengan pola komunikasi yang diplomatis
untuk menghindari peperangan dan pertumpahan darah dan cara-cara halus
sebelum menggelar peperangan, karena Ratu Balqis merupakan sosok pemimpin
yang bijaksana dan diplomatis serta memikirkan keselamatan rakyatnya agar
tentram dan sejahtera dari kegaduhan.
B. Saran
Tulisan ini fokus pada kajian otoritas surah al Naml yang menceritakan
kisah Ratu Saba’ dan Nabi Sulaiman. Tulisan ini hanya sebatas penelitian sisi dari
makna ayat nya saja terhadap surah al Naml yang meceritakan kisah Ratu Saba’
dan Nabi Sulaiman. Oleh karena itu surat al Naml perlu diteliti lebih lanjut lagi
dari segi otentisitasnya, baik dari segi asbabun nuzul nya ataupun redaksi ayat
nya. Pembahsan yang penulis angkat, merupakan pembahasan yang selalu
meanrik untuk dibicarakan walaupun telah banyak orang yang menulis tentang
kepemimpinan ini. Jika dikemudian hari ada peneliti yang ingin mengadakan
penelitian lebih lanjut, penulis berharap peneliti tersebut dapat lebih membahas
secara detail dari setiap bagian bahasan, serta dapat memberi informasi baru yang
mungkin belum pernah dibahas. Sehingga hal tersebut dapat menambah khazanah
bagi para pembaca, khususnya bagi yang ingin mengetahui lebih jauh bagaimana
konsep kepemimpinan yang diajarkan oleh agama, serta sebagai pola komunikasi
kepemimpinan baru yang terus bermunculan di atas bumi ini.
72
DAFTAR PUSTAKA
Al-Aqqad, Mahmud Abbas. Filsafat Al qur’an : Filsafat, Spiritual dan Sosial
dalam Isyarat Al Qur’anPenterjemah Ahmad Mawardi (Jakarta :
Pustaka Firdaus, 1998).
Alo Liliweri, Komunikasi Antar Personal, (Jakarta : Prenadema Group,2015).
Anwar Arifin, Komunikasi Politik, (Jakarta : PT Balai Pustaka, 2003).
Asgar Ali Engineer,Perempuan dalam Pasungan, Terj. Agus Nuryanto,
(Jogjakarta: LkiS, 2003).
Al-Jazairi, Syaikh Abu Bakar Jabir. Tafsir Al-Qur’an Al-Aisar. ( Penerbit Darus
Sunnah Pres 2012 ), Penerjemah, fityan Amaliy, Lc, Edi Suwanto, Lc.
Brent D. Ruben, Komunikasi dan Perilaku Manusia, (Jakarta : Rajagrafindo
Persada, 2014).
Dan Nimmo, Komunikasi Politik, (Jakarta : Goodyear Publishing,1998).
Departemen Agama Republik Indonesia, Al Qur’an Dan Tafsirnya. (Yogyakarta.
PT. Dana Wakaf Bhakti Wakaf UII 1990).
Engineer, Asgar Ali. Perempuan dalam Pasungan, Terj. Agus Nuryanto,
(Jogjakarta: LKIS, 2003).
Gary Yukl : Kepemimpinan Dalam Organisasi, terj. Jusuf Udaya (Jakarta:
Prenhallind, 1994).
Ja’far, Abu bin Jarir Ath Thabari, Tafsir Ath- Thabari, (Jakarta: Pustaka Azzam,
2009) . Penerjemah, Ahsan Askan, Yusuf Hamdani.
Jhon Fiske, Pengantar Ilmu Komunikasi, Edisi ketiga (Jakarta : Rajagrafindo
Persada,2014).
Hamka, Buya. Tafsir al Azhar, (Jakarta, PT. Pustaka Panjimas, 1984).
Husein, Muhammad. Islam Agama Ramah Perempuan: Pembelaan Kiai
Pesantren (Yogyakarta : Lkis, 2004).
Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi (Jakarta : PT RAJAGRAFINDO
PERSADA,2007).
Ibad, Muhammad. Kekuatan Perempuan dalam Perjuangan Gus Dur – Gus Miek
(Yogyakarta : Pustaka Pesantren. 2011).
73
Imani, Allamah Kamal Faqih. Tafsir Nurul Qur’an jilid XIII ( Jakarta. Penerbit
Al-Huda 2008) penerjemah , Ahsin Muhammad.
Katsir, Ibn. Lubaabut Tafsir Min Ibni Katsir, terj. M. Abdul Ghafar, Tafsir Ibnu
Katsir (Jakarta: Pustaka Imam ass-Syafi’i, 2001).
Ma’rifat, Muhammad Hadi. Kisah-kisah al-Qur’an; antara fakta dan metafora,
terj. Azam Bahtiar (t.k: Citra Anggota IKPI, 2013).
Marzuki. Metode Riset, (Yogyakarta, Hanindita Offes, 1986).
Maarif, Ahmad Syafii. Islam dan Masalah Kenegaraan, (Jakarata: Mizan, 1995).
Muthahari, Murtadlo. Hak-hak Wanita dalam Islam, (Jakarta: Lentera, 1995).
------, Membela Perempuan: Menakar Feminisme Dengan Nalar Agama,
(Jakarta, Mizan, 2006 ).
Nurani Soyomukti, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Jogjakarta : Ar Ruzz Media, 2016).
Nasafi, Imam. Aqaid al-Nasafiyah, (Pakistan: Qadami Qutub Khana ,1999).
Ningrat, Soewarno Handoyo. Pengantar Ilmu Studi Administrasi dan Manajemen,
(Jakarta: CV. Haji Masagung , 1980).
Onong Uchjana Effendy, Dinamikasi Komunikasi, (Bandung : PT ROSDA
KARYA, 2004).
Qutub, Sayyid. Tafsir Fi-Zhilalil Qur’an: Di Bawah Naungan Al-Qur’an (
Jakarta: Robbani Press, 2009). Penerjemah: Aunur Rafiq Shaleh
Tamhid.
Rachmat Kriyantono, Riset Komunikasi, (Jakarta : Perdana Media Group, 2006).
Sa’ad bin Fawwaz Ash Shumail. Tafsir As – Sa’di.
Shihab, Muhammad Quraish. Tafsir Al- Misbah, Pesan, Kesan dan Keserasian
Alquran (Jakarta: Lentera Hati, 2000).
Sudaryono, Leadership Teori dan Praktek Kepemimpinan (Jakarta: Lentera Ilmu
Cendikia, 2014)
Sya’rawi, Muhammad. Wanita Harapan Tuhan, (Jakarta: Gema Insani
Press,1997).
Syalabi, Ahmad. Sejarah Peradaban Islam, (Jakrta: PT al-Husna Rizka,1997).
74
Subhan, Zaitunah. Tafsir Kebencian : Studi Bias Gender dalam Tafsir Qur’an,
(Yogyakarta : LKIS, 1990).
Thariq M. as-Suwaidan, Sukses Menjadi Pemimipin Islami, Terjemahan Shin’atu
al Qaid. Penerjemah Samson Rahman (Jakarta. Magfirah Pustaka, 2005).
Umar, Nasaruddin. Kodrat Perempuan dalam Islam (Jakarta: Fikahati Aneska,
2000).
Skripsi, Tesis dan Disertasi:
Fatimah, Siti. (Skripsi. Jakarta. UIN Syarif Hidayatullah Jakrta, 2003).
Najib, Muhammad. (Skripsi UIN Walisongo Semarang , 2016).
Yusuf, Muhammad. (Tesis, PPs UIN Alauddin Makassar, 2013).
Jurnal:
Hanafi, Muhammad . Kedudukan Musyawarah dan Demokrasi di Indonesia,
Jurnal Cita Hukum Vol.I no.2 (Desember, 2013).
Website:
Yahya, Harun. Jejak bangsa-bangsa terdahulu, www.bangsamusnah.com.pdf (15
April 2016).