analisis pengaruh tarif cukai terhadap pendapatan negara ... · • analisa dampak kebijakan pada...

51
Analisis Pengaruh Tarif Cukai Terhadap Pendapatan Negara Dan Keberlangsungan Usaha Industri Rokok (Sebuah Pendekatan Sistem Dinamik) Pembimbing 1 Sidang Tugas Akhir Prof. Dr. Ir. Budisantoso Wirjodirdjo M. Eng Pembimbing 2 Niniet Indah Arvitrida, ST., MT Puja Kristian Adiatma 2507 100 049 oleh Presentasi

Upload: trinhnguyet

Post on 15-Mar-2019

227 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Analisis Pengaruh Tarif Cukai Terhadap Pendapatan Negara Dan

Keberlangsungan Usaha Industri Rokok (Sebuah Pendekatan Sistem Dinamik)

Pembimbing 1

Sidang Tugas Akhir

Prof. Dr. Ir. Budisantoso Wirjodirdjo M. Eng

Pembimbing 2 Niniet Indah Arvitrida, ST., MT

Puja Kristian Adiatma2507 100 049

oleh

Presentasi

Latar Belakang

Peran Cukai Sebagai Penyumbang PenerimaanDalam Negeri

Total penerimaan negara seluruh sektor

Cukai rokok95%

Cukai lain5%

Proporsi penerimaan cukai rokok terhadap

seluruh cukai

8%(Majalah Neraca, 2010)

Latar Belakang

Peran Cukai Sebagai Penyumbang PenerimaanDalam Negeri Latar Belakang

Perkembangan penerimaan cukai rokok per tahun (triliun rupiah)

(Rachmat, 2010)

11,1(2000)

17,1(2001)

22,8(2002)

25,8(2003)

28,6(2004)

33,3(2005)

37,8(2006)

44,7(2007)

47(2008)

49(2009)

56(2010)

Peran Cukai Sebagai Penyumbang PenerimaanDalam Negeri

11,1 T(2000)

56 T(2010)

Dengan laju peningkatan 18% per tahun5x

Latar Belakang

Motif pemerintah dalam kebijakan kenaikan cukai

tahun 2011

Motif pemerintah dalam kebijakan kenaikan cukai

tahun 2011

Memperbaiki taraf kesehatan masyarakat

Memperbaiki taraf kesehatan masyarakat

Prosentase jumlah perokok Indonesia34.7%penduduk Indonesia (Riskesdas, 2010)

Prosentase warga miskin70%total konsumen rokok (Susenas,2009)

(Ross & Chalopka ,2006)

Rata-rata laju pertumbuhan jumlahindustri rokok tahun 1997 (226) –2002 (244). (Wibowo, 2003)

1.57%

4.08%Rata-rata laju pertumbuhan pekerjaindustri rokok tahun 1997 (181.305) –2002 (221.058). (Wibowo, 2003)

Dalam periode 1997 - 2002, menunjukkan kekuatan dalam krisis moneter.

Industri Rokok

Presenter
Presentation Notes
Jumlah tenaga kerja sector formal tahun 2001 adalah 90,8 juta orang, 43,8% di antaranya bekerja di sektor pertanian, 32,6% di sektor jasa, dan 23,6% di sektor industri. Data Departemen Pertanian tahun 2002 menunjukkan jumlah petani yang terlibat dalam pertanian tembakau sekitar 900.000 orang, yang merupakan 2% dari seluruh pekerja pertanian atau kurang dari 1% seluruh pekerja di sektor formal. Produksi rokok meningkat cepat antara tahun 1969 dan 2000, dari 14,3 milyar batang menjadi 230,7 milyar di tahun 2000 yang diukur dari jumlah pesanan pita cukai. Pekerja pengolahan tembakau sedikit meningkat selama periode 1996 - 2000, dan merupakan 5 sampai 6% jumlah pekerja di industri pengolahan atau 1% jumlah seluruh pekerja di sector industri dan 0,3% pekerja sector formal. Tarif cukai tembakau dan harga dasar ditetapkan berdasarkan skala produksi dan jenis produksi. Cukai rokok kretek buatan mesin (SKM) dan rokok putih (SPM) berkisar antara 26% dan 40% tergantung pada skala produksinya dan tarif cukai rokok buatan tangan (SKT) berkisar antara 4% dan 22%. Peraturan yang berlaku menetapkan tarif cukai tembakau tidak boleh melebihi 55% harga jual eceran.

Penjualan

MasyarakatPendapatan pemerintah

Pemerintah

Laba

Industri rokok

Produksi Pengurangan tenaga kerja

Ringkasan Latar Belakang

• Kantor Pelayanan Pajak Bea Cukai Tipe Madya Cukai Malang mencatat bahwa terdapat 45 pabrik rokok mengalami gulung tikar karena kenaikan tarif cukai. Dari yang semula berjumlah 224 pabrik, kini menjadi 179 pabrik (Sriwijaya Post, 2011)

Perumusan Masalah

Selama ini telaah sistemik atas kebijakan tarif cukai rokok belum pernahterpikirkan dalam sektor pendapatan negara dan keberlangsungan usahaindustri rokok, sehingga dikhawatirkan kebijakan tarif cukai yangditerapkan pemerintah cenderung tidak maksimal dan tidak memberikanwin-win solution terhadap semua pihak (industri rokok dan pemerintahsendiri).

• Memprediksi dampak skenario kebijakan tarif cukai terhadap pendapatan negara dan perilaku industri rokok.

• Mendapatkan skenario kebijakan tarif cukai yang tepat sehingga tidak mengurangi pendapatan negara dan implikasi-implikasi lain terkait dengan masa depan industri rokok.

• Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah memberikan rekomendasi sesuai skenario kebijakan tarif cukai yang tepat dalam mendukung pendapatan negara dan industri rokok.

Tujuan Penelitian

Manfaat Penelitian

• Jenis cukai yang mendapat kebijakan adalah cukai hasil tembakau yaitu produk rokok SKT, SKM, dan SPM.

• Analisa dampak kebijakan pada industri rokok berada diluar atau tidak mengikutsertakan usaha tani tembakau dan usaha tani cengkeh.

• Sistem tarif cukai yang digunakan adalah sistem tarif cukai tahun 2010 sesuai Peraturan Menteri Keuangan No. 181/PMK/011/2009.

• Biaya produksi pada industri rokok difokuskan kepada sektor tenaga kerja, periklanan dan bahan baku (tembakau dan cengkeh).

• Aspek taraf kesehatan tidak dijabarkan secara mendalam. • Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diterbitkan oleh BPS

dan data data lain yang diterbitkan oleh lembaga-lembaga baik pemerintah maupun non-pemerintah internasional.

• Industri rokok yang dianalisis dalam penelitian merupakan gabungan dari industrirokok skala kecil dan industri rokok skala besar seluruh Indonesia.

• Kualitas rokok, tembakau, dan cengkeh dalam impor, penjualan domestik danekspor adalah setara.

Batasan Penelitian Ruang Lingkup Penelitian

Asumsi Penelitian Ruang Lingkup Penelitian

Framework Penelitian

Konseptualisasi model sistem, Penyusunan Causal loop dan sub model sistem,

formulasi model

Simulasi Sistem Dinamik

Hasil simulasi dan desain skenario

Kondisi akumulasi laba industri rokok dan

pendapatan negara

Kebijakan tarif cukai yang ideal

Kebijakan Tarif cukai

Penerimaan negara dari cukai

Produksi industri rokok

Causal loop Konseptualisasi Model

Hal 53

Submodel Industri Rokok Formulasi Model

Salah satu variabelnya adalah pendapatan industri rokok yang didapat darihasil penjumlahan antara pendapatan sektor SKM, pendapatan sektorSKT, dan pendapatan sektor SPM.

Hal 54

Submodel Produksi Rokok Formulasi Model

Salah satu variabelnya adalah laju penjualan rokok SKT Gol 1 yang didapatkandari kondisi jika stok rokok SKT Gol 1 beredar di pasar kurang dari atau samadengan nol, maka tidak ada penjualan. Namun jika tidak, akan terjadipenjualan sebesar permintaan rokok SKT Gol 1.

Hal 56

Submodel Permintaan Rokok Formulasi Model

Salah satu variabelnya adalah jumlah permintaan rokok SKT Gol 1 yangdidapatkan dari hasil perkalian jumlah perokok aktif dengan proporsipenjualan SKT Gol 1 dan dengan pembagian permintaan golongan kuantilpendapatan dengan harga transaksi pasar rokok SKT Gol 1.

Hal 60

Submodel Konsumen Rokok Formulasi Model

Salah satu variabelnya adalah laju penambahan konsumen rokok yangdidapatkan dari hasil perkalian antara jumlah penduduk dengan pengaruhbesar promosi iklan rokok dan dengan total presentase perokok.

Hal 63

Submodel Sumber Daya Industri Rokok Formulasi Model

Salah satu variabelnya yaitu penambahan unit kapasitas produksi yangdidapatkan melalui hasil perkalian investasi industri rokok dengan proporsiinvestasi untuk penambahan kapasitas produksi dibagi besar biayapenambahan unit kapasitas produksi.

Hal 66

Submodel Sistem Tarif Cukai Formulasi Model

Salah satu variabelnya yaitu variabel tarif cukai rokok awal adalah tarif cukairokok sebelum terkena peningkatan tarif dari variabel peningkatan tarif cukai.Dan variabel tarif cukai rokok adalah tarif cukai rokok yang sudah terkenapeningkatan tarif. .

Hal 68

Submodel Penerimaan Negara Formulasi Model

Salah satu variabelnya yaitu variabel penerimaan negara dari cukai rokok yangmerupakan hasil penjumlahan dari penerimaan rokok SKT, SKM, dan SPM.

Hal 69

Submodel Pertanian Tembakau dan Cengkeh Formulasi Model

Salah satu variabelnya yaitu variabel penjualan cengkeh dalam negeri yang didapatkan darikondisi jika alokasi persediaan cengkeh domestik untuk penjualan dalam negeri lebih besar darikebutuhan pengadaan cengkeh industri rokok, maka terjadi penjualan sebanyak kebutuhanindustri rokok. Namun jika tidak, terjadi penjualan sebanyak alokasi persediaan cengkeh domestikuntuk penjualan dalam negeri.

Hal 71

Submodel Taraf Kesehatan Formulasi Model

Salah satu variabelnya yaitu variabel jumlah konsumsi rokok per kapita yangdidapatkan melalui pembagian total konsumsi rokok dengan jumlah perokokaktif.

Hal 73

Kondisi Eksisting Hasil Simulasi

• Laba industri rokok akan terusmelaju positif setiap tahun.

• Grafik yang ditampilkan sedikitbergelombang mengindikasikanterjadinya naik-turunnya lababersih pada tahun tersebut.

• Dalam kondisi tarif cukai belummengalami peningkatan, biayapengeluaran paling besardisumbang oleh biaya sektorbahan baku.

Hal 83

Kondisi Eksisting Hasil Simulasi

• Penerimaan negara cenderungmeningkat terus dan tidakmenunjukkan penurunan lajupenerimaan pada periodetertentu.

• Hal ini mengindikasikan bahwadengan kondisi eksistingpenerimaan negara dari cukairokok pada tahun 2030 akanmeningkat lima kali lipatdibanding tahun 2010

Hal 83

Desain Skenario Tarif Cukai

• Skenario ini dimulai pada tahun 2010dengan setiap tahunnya terjadipenambahan tarif cukai sebesar 0%(eksisting), 5%, 10%, 30%, 57%, dan100% dari nilai dasar.

• Nilai dasar menggunakan tarif cukai2010.

• Skenario ini sama dengan Skenario I,kecuali adanya pe-nambahkankondisi pembatasan produksi rokokmulai tahun 2015 sebesar ± 260miliar batang.

Skenario I Skenario II

Nama Subskenario % penambahan tarif cukai

Skenario A 0

Skenario B 5

Skenario C 10

Skenario D 30

Skenario E 57

Skenario F 100

Nama Subskenario % penambahan tarif cukai

Skenario G 0

Skenario H 5

Skenario I 10

Skenario J 30

Skenario K 57

Skenario L 100

Skenario I Hasil Simulasi Skenario

• Semakin tinggi tarif cukai yangdinaikkan per tahun, menyebabkanakumulasi laba industri rokoksemakin turun.

• Persentase kenaikan tarif cukaisebesar Skenario A, skenario B, danSkenario C, akumulasi laba industrirokok tetap me-nunjukkanpeningkatan. Skenario D membuatakumulasi laba industri rokokmeningkat dengan rate lebih rendahdan mulai tahun 2020 menunjukkantren menurun

• Skenario E dan F menyebabkan nilaiakumulasi laba industri rokokbernilai nol rupiah di akhir simulasipada tahun 2020, dan 2025. Hal 88

Skenario I…(lanjutan) Hasil Simulasi Skenario

• Selepas tahun 2020/2025, dengan Skenario E dan F, industri rokok masihdapat bertahan walaupun kondisinya akumulasi labanya tidak menunjukkanpeningkatan.

• Industri rokok mengumpulkan pendapatan dari penjualan rokok yangsebelumnya sudah beredar di pasar untuk modal produksi berikutnya.Dikarenakan tarif cukai masih terlalu tinggi, industri rokok hanya produksisementara waktu lalu menunggu pendapatan didapatkan kembali laluproduksi lagi, dan begitu seterusnya.

Skenario I…(lanjutan) Hasil Simulasi Skenario

• Semakin tinggi tarif cukai yangdigunakan, semakin besarpenerimaan negara yang didapatmelalui cukai.

• Dalam 15 tahun periode, Skenario Fdan E memberikan penerimaannegara yang lebih tinggi diantaraempat skenario lainnya, walaupunpenjualan rokok semakin menurunseiring tingginya tarif cukai yangditerapkan.

• Skenario F dan E mulai menunjukkantren penurunan pada periode ke-15simulasi.

• Selepas periode ke-15, empatskenario lain menunjukkan pe-ningkatan penerimaan cukai.

Skenario I…(lanjutan) Hasil Simulasi Skenario

• Industri rokok mulai merugisesaat, dan menghentikanproduksinya, lalu produksikembali, lalu berhenti karena biayapengeluaran yang semakin besar.

• Ketika akumulasi laba sudah terisidan tidak bernilai nol, industri rokokproduksi kembali.

• Siklus ini akan terus terjadi hinggaindustri rokok benar-benar tidak bisaberproduksi

Skenario I…(lanjutan) Hasil Simulasi Skenario

• Berkurangnya penjualan rokokdikarenakan berkurangnya perminta-an rokok dan jumlah rokok beredardi pasar karena industri rokok yangsemakin merugi seiring dengantingginya tarif cukai.

• Permintaan rokok berkurang, karena(1) periklanan industri rokok semakinturun aktivitasnya; (2) harga rokok dipasaran semakin tinggi karena tarifcukai; (3) tingkat pendidikan perkuantil pengeluaran semakintinggi, sehingga semakin sadar akanbahaya merokok;dan (4) tingkatpengeluaran semakin tinggi karenaberkurangnya DALY perorang, namun karena harga rokokyang tinggi, mengakibatkan konsumsirokok menurun

Skenario I…(lanjutan) Hasil Simulasi Skenario

• Semakin tinggi tarif cukai, konsumsirokok semakin menurun, sehinggabesar DALY per orang akan semakinturun.

• Dengan berkurangnya DALY makaakan memiliki waktu produktif yanglebih banyak sehingga bisa memilikitingkat pendapatan yang besar dandiikuti tingkat pengeluaran yangsemakin besar.

• Skenario F mampu membuat DALYper orang menurun 65% dariskenario A (kondisi eksisting).

Skenario II Hasil Simulasi Skenario

• Skenario G dan H menampilkankondisi produksi yang flat pada tahun2015 hingga akhir periode simulasi.Skenario I, J, K dan L, menampilkangrafik yang menurun karenaberkurangnya kapasitas produksiindustri rokok pada tahun tersebut.

• Skenario L dan K, menyebabkanakumulasi laba industri rokokmenjadi menurun hingga bernilai nolrupiah pada tahun 2022 dan 2027.Skenario G lebih tinggi 20% dariSkenario H, dan lebih tinggi 42% dariSkenario I.

• Skenario J membuat akumulasi labaindustri rokok meningkat denganrate yang rendah dan mulai tahun2020 menunjukkan tren menurun. Hal 94

Skenario II…(lanjutan) Hasil Simulasi Skenario

• Selepas dari tahun tersebut (2020/2027), dengan Skenario E dan F, industrirokok masih dapat bertahan walaupun kondisinya akumulasi labanya tidakmenunjukkan peningkatan.

• Industri rokok mengumpulkan pendapatan dari penjualan rokok yangsebelumnya sudah beredar di pasar untuk modal produksi berikutnya.Dikarenakan tarif cukai masih terlalu tinggi industri rokok hanya produksisementara waktu, lalu menunggu pendapatan didapatkan kembali laluproduksi lagi, dan begitu seterusnya.

Skenario II…(lanjutan) Hasil Simulasi Skenario

• Pemerintah tetap memperoleh nilaipenerimaan yang besar pada kondisipembatasan produksi rokok.

• Berbeda dengan Skenario I (skenariotanpa pembatasan produksirokok), penerimaan cukai tertinggidi-hasilkan oleh skenario L dan K(kenaikan tarif cukai 57% dan 100%).Hal ini dikarenakan adanya pem-batasan jumlah produksirokok, sehingga besar keuntunganakan terbatasi dengan berapabanyak rokok yang terproduksi danterjual. Berbeda dengan Skenario Iyang bisa menjual jumlah rokok yanglebih besar seiring produksinya yangbesar (tanpa pembatasan produksirokok).

Skenario I

Skenario II

Skenario II…(lanjutan) Hasil Simulasi Skenario

• Dibandingkan dengan SkenarioI, total penjualan rokok padaSkenario II ini tidak mengalamipeningkatan sebesar Skenario I dancenderung bergerak dibawah angka400 triliun batang.

• Jumlah permintaan rokok padaSkenario I dan Skenario II adalahsama, namun dikarenakan produksirokok yang dikurangi maka jumlahrokok yang akan dijual menjadi lebihsedikit, sehingga penjualan rokokakan mengalami penurunan.

Skenario I

Skenario II

Skenario II…(lanjutan) Hasil Simulasi Skenario

• Skenario II menunjukkan perilakuyang sama dengan skenario I. Yaitusemakin tinggi tarif cukai yangditerapkan, konsumsi rokok akansemakin menurun, sehingga besarDALY per orang akan semakin turun.

• Namun, dikarenakan skenario IImenerapkan kondisi pembatasanproduksi rokok, maka pada kondisieksisting skenario II (subskenario G)DALY per orang akan lebih rendah22% dari skenario I.

• Skenario L mampu membuat DALYper orang menurun 54% dariskenario G (kondisi eksisting).

Skenario I

Skenario II

Perbandingan Skenario Hasil Simulasi Skenario

• Dengan melihat bentuk grafik dampak penerapan skenario pada masing-masingvariabel, maka terlihat bahwa subskenario peningkatan tarif cukai sebesar0%, 5%, 10%, 30% dapat memberikan hasil yang paling ideal pada dua kondisiskenario (pembatasan produksi dan tanpa pembatasan produksi).

• Subskenario peningkatan tarif cukai sebesar 30% (Skenario D/J) dapat memberikanefek penurunan nilai pada periode akhir simulasi.

• Dua skenario lainnya (57% dan 100%) akan membuat nilai variabel (akumulasi labaindustri rokok dan penerimaan negara) menjadi turun hingga mencapai nilai nolsebelum waktu berakhirnya periode simulasi.

• Semakin tinggi tarif cukai, mampu merugikan usaha industri rokok melalui besarnya pengeluaran untuk pelunasan cukai. Namun disisi lain, akan memberikan penerimaan yang besar kepada pemerintah.

• Dengan melakukan running simulasi pada kondisi eksisting selama 30 tahun, kondisi akumulasi laba industri rokok akan tetap mengalami peningkatan dan penerimaan negara dari cukai rokok juga mengalami hal yang sama.

• Setelah dikenakan subskenario penambahan tarif cukai, maka industri rokok akan mengalami penurunan akumulasi laba seiring dengan besarnya tarif cukai yang dikenakan.

• Dari berbagai sub-skenario yang disimulasikan maka diketahui sub-skenario yang mampu memberikan keuntungan yang besar bagi negara dan tidak mematikan industri rokok adalah subskenario penambahan tarif cukai 0%, 5%, 10%, dan 30%.• Skenario peningkatan tarif cukai sebesar 57% akan membuat industri rokok pertama kali

mencapai nilai akumulasi laba sebesar nol rupiah pada tahun 2025 (skenario I) dan 2027 (skenario II)

• Skenario peningkatan tarif cukai sebesar 100% akan membuat industri rokok pertama kali mencapai nilai akumulasi laba sebesar nol rupiah pada tahun 2020 (skenario I) dan 2022 (skenario II)

Kesimpulan

• Pada penelitian selanjutnya hendaknya dilakukan suatu studi mengenai keterkaitanindustri rokok dengan pertanian tembakau dan cengkeh secara lebih mendalam.

• Pada penelitian berikutnya diharapkan adanya kajian mengenai tingkat konsumsirokok pada masyarakat.

Saran

Daftar Pustaka

Ahmad, S. dan Billimek, J., 2007. Limiting Youth Access To Tobacco: Comparing The Long-term Health Impacts Of Increasing Cigarette Excise Taxes And Raising The Legal Smoking Age To 21 In The United States. Health Policy, (80), pp.378-91.

Ahmad, S. & Franz, G.A., 2008. Raising Taxes To Reduce Smoking Prevalence In The US: A Simulation Of The Anticipated Health And Economic Impacts. Public Health, (122), pp.3-10.

Antariksa, Y., 2010. Blog Strategi + Manajemen. http://strategimanajemen.net/2010/03/15/industri-rokok-indonesia-sedang-menjemput-kematian/. Diakses pada tanggal 2 Februari 2011

Barber, S., Adioetomo, S.M., Setyonaluri, D. & Ahsan, A., 2008. Tobacco Economic In Indonesia. Jakarta: Lembaga Demografi FE UI.

Borshchev, A. & Filippov, A., 2004. From System Dynamics and Discrete Event to Practical Agent Based Modeling: Reasons, Techniques, Tools.

DeCicca, P. & McLeod, L., 2008. Cigarette Taxes And Older Adult Smoking: Evidence From Recent Large Tax Increases. Health Economics, (27), pp.918-29.

Departemen Perindustrian, 2009. Roadmap Industri Pengolahan Tembakau. Jakarta: Direktorat Jenderal Industri Agro Dan Kimia Departemen Perindustrian.

Terima Kasih

Skenario II Hasil Simulasi Skenario

• Perbedaan paling mencolok antaraSkenario I dan Skenario II padaakumulasi laba industri rokok, adalahpada waktu kapan industri rokokpertama kali mencapai nilaiakumulasi laba sebesar nol rupiah.Dengan skenario peningkatan cukaisebesar 57% dan 100%.

Skenario I

Skenario II Skenario II

Skenario I

Verifikasi

• Check Unit: untuk memastikankesetaraan satuan pada saatmelakukan formulasi model.

• Check Model: untuk memastikanbahwa model bisa di-running.

Validasi

• Melalui uji parameter, hasil simulasi dikatakan baik jika polanya samadengan logika aktual. Misalnya, pendapatan industri rokok dan akumulasilaba industri rokok dengan logika aktualnya apabila pendapatan naik, makaakumulasi laba juga akan naik. Variabel selanjutnya, bila harga rokok SKMnaik, maka permintaan rokok tersebut akan menurun.

Uji Parameter Model

Validasi

• Uji statistik merupakan uji validasi output sistem apakah berbeda signifikandengan real sistem yang diteliti apa tidak. Uji statistik dilakukan dengancara membandingkan data aktual dengan data simulasi.

Uji Statistik

H0 : µ1 = µ2 (tidak ada perbedaan data yang signifikan)H1 : µ1 ≠ µ2 (ada perbedaan data yang signifikan)Apabila nilai P-value > alpha = 0.05, maka kesimpulan yangdapat diambil yaitu, terima H0 .

Jumlah Tenaga Kerja Penerimaan Negara Dari Cukai

Validasi

• Uji statistik merupakan uji validasi output sistem apakah berbeda signifikandengan real sistem yang diteliti apa tidak. Uji statistik dilakukan dengancara membandingkan data aktual dengan data simulasi.

Uji Statistik

H0 : µ1 = µ2 (tidak ada perbedaan data yang signifikan)H1 : µ1 ≠ µ2 (ada perbedaan data yang signifikan)Apabila nilai P-value > alpha = 0.05, maka kesimpulan yangdapat diambil yaitu, terima H0 .

Produksi Rokok

Validasi

• Validasi dilakukan dengan membandingkan rata-rata nilai pada data aktualdengan rata-rata nilai pada data hasil simulasi untuk menemukan rata-rataerror yang terjadi. Bila nilai rata-rata error lebih kecil dari 0,1, modeldikatakan valid secara kuantitatif.

Uji Statistik