analisis langkah penyelesaian pertidaksamaan …
TRANSCRIPT
1
ANALISIS LANGKAH PENYELESAIAN PERTIDAKSAMAAN
ALJABAR
Oleh:
Ninik Supriyati, S.Si., M.Pd.
Widyaiswara Muda BDK Surabaya
ABSTRAK
Kesalahan dalam menyelesaikan Pertidaksamaan Aljabar banyak terjadi
terkait dengan objek matematika meliputi fakta, konsep, prinsip, dan operasi.
Untuk itu peserta diklat yang terdiri dari guru matematika perlu memahami materi
pertidaksamaan Aljabar serta langkah penyelesaiannya. Langkah-langkah
penyelesaian yang diberikan dalam tulisan ini diharapkan dapat memberikan
wawasan kepada guru matematika dalam menyelesaikan pertidaksamaan Aljabar.
Kesalahan yang sering terjadi karena kurang teliti dalam mencermati soal
sehingga tidak menuliskan fakta secara lengkap yang berakibat pada kesalahan
berikutnya yaitu pada konsep, prinsip, dan operasi. Kesalahan yang dilakukan
peserta diklat dapat diminimalisir dengan melakukan diklat atau pembinaan yang
intensif melalui KKG/MGMP. Hal ini dapat dilakukan bila ada dukungan penuh
dari institusi.
Kata Kunci: Pertidaksamaan Aljabar, kesalahan, langkah penyelesaian.
Pendahuluan
Pembahasan tentang Pertidaksamaan Aljabar sebenarnya bukan hal yang baru,
namun dari penelitian yang penulis lakukan sebelumnya (Analisis Kesalahan
Pertidaksamaan Aljabar, 2010) terhadap peserta Diklat Guru Matematika
Madrasah Aliyah dan alumninya yang tinggal di Surabaya, para guru melakukan
kesalahan dalam menyelesaikan Pertidaksamaan Aljabar. Kesalahan tersebut
banyak terjadi pada konsep, prinsip, dan operasi. Faktor penyebab kesalahan
antara lain pada fakta, konsep, dan prinsip. Faktor penyebab kesalahan karena
lupa, lemah dalam memahami konsep terutama soal pertidaksamaan aljabar terkait
dengan nilai mutlak, semesta himpunan, dan deret.
Kesalahan ini diharapkan dapat diminimalisir dengan cara melakukan
pelatihan-pelatihan dan pendampingan untuk guru dalam upaya untuk
peningkatan kompetensi materi substansi matematika. Adanya sertifikasi guru,
2
pemerintah berharap guru menjadi lebih profesional. Salah satu ciri guru
profesional selain mampu dalam strategi pembelajarannya juga terkait dengan
penguasaan materi substantif matematika meliputi penguasaan terhadap objek-
objek matematika. Objek matematika menurut Soedjadi (2000: 13) ada 4 (empat),
yaitu: fakta, konsep, operasi, dan prinsip. Keempat objek ini seharusnya dipahami
setiap guru sehingga dapat mengidentifikasi soal atau permasalahan. Dapatkah
Anda membedakan dan yang hasilnya sama, yaitu 1?
Pemahaman guru yang salah terhadap konsep matematika kemudian
diajarkannya kepada peserta didik akan terbawa oleh siswa sampai ke jenjang
pendidikan berikutnya, dan akan lebih fatal lagi kalau siswa itu nantinya
berprofesi sebagai guru. Akibatnya kesalahan yang sama akan terulang kembali.
Oleh karena itu, guru perlu didorong untuk meningkatkan kompetensinya dengan
memperbaiki kesalahan konsep yang dimilikinya.
Permasalahan yang diangkat dalam penulisan ini tentang bagaimana
penyelesaian pertidaksamaan Aljabar. Diharapkan dalam pembahasan ini dapat
memberikan kontribusi tentang langkah praktis penyelesaian Pertidaksamaan
Aljabar sehingga kesalahan dalam penyelesaian soal dapat dihindari.
Bentuk Pertidaksamaan Aljabar
Pertidaksamaan Aljabar sangat mudah dikenali dengan melihat tanda
atau . Permasalahan sering terjadi ketika pernyataan berbentuk kalimat yang
menarasikan pertidaksamaan aljabar dan biasanya disajikan dalam soal cerita,
contohnya: jumlah dua bilangan real yang tidak lebih dari 20. Cara menuliskan
dalam kalimat matematika , dengan .
Sifat Umum pertidaksamaan Aljabar:
a. Jika a > b dan c suatu konstanta, maka a ± c > b ± c;
b. Jika a > b dan c > 0, maka a . c > b . c dan
;
c. Jika a > b dan c < 0, maka a . c < b . c dan
;
3
d. Jika a < b < 0, maka untuk bilangan bulat genap positif;
e. Jika a > b > 0, maka untuk bilangan bulat genap positif;
f. Jika a > b, maka untuk bilangan bulat genap positif.
Bentuk pertidaksamaan Aljabar kadang-kadang terdiri dari varibel dalam
nilai mutlak. Contoh: |
| < 1 , .
Objek Dasar Matematika
Pemahaman tentang objek-objek matematika sangat diperlukan agar guru dapat
mengidentifikasi materi yang akan disampaikan ke peserta didik. Soedjadi (2000:
13) menjelaskan bahwa objek dasar yang dipelajari dalam matematika adalah
abstrak, sering juga disebut objek mental. Objek-objek itu merupakan objek
pikiran. objek dasar itu meliputi (1) fakta, (2) konsep, (3) operasi ataupun relasi
dan (4) prinsip. Suatu pola dan struktur matematika pun tersusun atas objek dasar
itu. Penjelasan objek dasar di atas sebagai berikut:
1. Fakta adalah suatu konvensi atau kesepakatan berupa kata-kata maupun
simbol-simbol tertentu. Fakta sebagai objek matematika sebagai sesuai yang
mudah menerimanya, ada dalam benak, seperti lambang bilangan, sudut, dan
notasi-notasi matematika lainnya. Contoh: Dalam matematika “7” merupakan
simbol yang dihubungkan dengan perkataan “tujuh” simbol “+” adalah simbol
yang dihubungkan dengan operasi penjumlahan dan “∆” dipahami sebagai
simbol segitiga;
2. Konsep adalah ide abstrak yang dibentuk oleh fakta dan dapat digunakan untuk
menggolongkan atau mengklasifikasikan sekumpulan objek sebagai contoh dan
bukan contoh. “Lingkaran” adalah nama suatu konsep abstrak. Dengan konsep
4
itu sekumpulan objek dapat digolongkan sebagai contoh lingkaran atau bukan
lingkaran;
3. Operasi adalah pengerjaan hitung, pengerjaan aljabar dan pengerjaan
matematika yang lain (Soedjadi, 2000: 15). Contoh operasi : “penjumlahan”,
“pengurangan”, “perkalian” dan “pembagian”. Operasi dalam matematika pada
dasarnya merupakan suatu aturan untuk memperoleh elemen tunggal dari satu
elemen atau lebih elemen yang diketahui. Elemen tunggal yang dimaksud
adalah hasil operasi, sedangkan satu elemen atau lebih elemen yang diketahui
adalah objek yang dioperasikan. Dalam matematika dikenal macam-macam
operasi, yaitu : operasi unair, operasi biner, operasi ternier dan sebagainya
tergantung dari banyaknya elemen yang dioperasikan. Penjumlahan termasuk
operasi biner, karena ada dua elemen yang dioperasikan;
4. Prinsip adalah suatu hubungan antara dua atau lebih objek-objek matematika.
Objek-objek matematika yang dihubungkan itu mungkin terdiri dari beberapa
fakta, beberapa konsep yang dikaitkan dengan suatu relasi ataupun operasi.
Prinsip dapat berupa “aksioma”, “teorema”, “sifat” dan sebagainya.
Langkah-langkah Menyelesaikan Soal Matematika
Menurut Polya (1957), langkah-langkah menyelesaikan soal sebagai berikut:
1. Memahami Masalah (Understanding the Problem)
Pada langkah ini diawali dengan pengenalan terhadap apa yang tidak diketahui
atau apa yang ingin didapatkan. Selanjutnya pemahaman apa yang diketahui
termasuk data apa yang tersedia, kemudian melihat apakah data yang tersedia
5
mencukupi untuk menentukan apa yang ingin didapatkan. Memahami masalah
berarti mampu menuliskan apa yang diketahui serta apa yang ditanyakan oleh
soal;
2. Merencanakan Penyelesaian (Devising a Plan)
Rencana pemecahan masalah dapat disusun ketika seseorang memiliki
kemampuan untuk melihat hubungan antara data yang tersedia dengan data
yang tidak diketahui atau yang dicari. Selanjutnya menyusun sebuah rencana
pemecahan masalah dengan memperhatikan atau mengingat kembali
pengalaman sebelumnya tentang masalah-masalah yang berhubungan. Pada
langkah ini diharapkan dapat membuat suatu model matematika untuk
selanjutnya dapat diselesaikan dengan menggunakan aturan-aturan matematika;
3. Menyelesaikan Masalah Sesuai Rencana (Carrying Out The Plan)
Rencana penyelesaian yang telah dibuat sebelumnya, kemudian dilaksanakan
secara cermat pada setiap langkah. Rencana penyelesaian soal yang telah
dibuat pada langkah sebelumnya, diharapkan memperhatikan prinsip-
prinsip/aturan-aturan pengerjaan yang ada untuk mendapatkan hasil
penyelesaian yang benar. Kesalahan jawaban model dapat mengakibatkan
kesalahan dalam menjawab permasalahan soal. Untuk itu, pengecekan pada
setiap langkah penyelesaian harus selalu dilakukan untuk memastikan
kebenaran jawaban tersebut;
4. Mengecek Kembali Hasil Penyelesaian (Looking Back)
6
Hasil penyelesaian soal perlu diperiksa kembali untuk memastikan apakah
penyelesaikan tersebut sesuai dengan yang diinginkan dalam soal atau tidak.
Apabila hasil yang didapat tidak sesuai dengan yang diminta, maka perlu
pemeriksaan kembali atas setiap langkah yang telah dilakukan untuk
mendapatkan hasil sesuai dengan masalahnya, dan melihat kemungkinan lain
yang dapat dilakukan untuk menyelesaikan soal tersebut. Dari pemeriksaan
tersebut maka berbagai kesalahan dapat dikoreksi kembali sehingga mendapat
jawaban yang benar sesuai dengan soal yang diberikan.
Oleh sebab itu, dalam menyelesaikan soal khususnya yang berbentuk
uraian dapat ditempuh langkah-langkah sebagai berikut:
1. Membaca soal dengan cermat;
2. Memisalkan dan mengungkapkan: apa yang diketahui dalam soal, apa yang
ditanya, operasi apa yang diperlukan, dan bagaimana langkah-langkah
pengerjaannya;
3. Membuat model matematika dari soal (khususnya bila dalam bentuk soal
cerita); dan
4. Menyelesaikan soal.
Berkaitan dengan soal cerita pertidaksamaan aljabar, Soedjadi (1995)
menyusun tahap-tahap yang harus dikerjakan dalam menyelesaikan soal cerita,
yaitu:
1. Memisalkan sesuatu yang belum diketahui;
2. Menentukan kalimat matematika yang cocok;
3. Menyelesaikan model;
4. Menyelesaikan soal aslinya.
Berdasarkan uraian di atas, untuk menganalisis jawaban subjek dalam
menyelesaikan soal cerita yang terkait dengan petidaksamaan aljabar dapat
7
dilakukan dengan cara menganalisis langkah-langkah penyelesaian soal cerita
yang dikerjakan oleh subjek.
Hudoyo (1985:2) menyatakan bahwa memahami/mengerti masalah berarti
mengerti: 1) apa yang diketahui/ditanyakan; 2) apa data yang diketahui; 3)
bagaimana syarat-syarat. Memahami soal/masalah berarti siswa mengerti isi serta
makna kata-kata, istilah/simbol, kalimat yang ada dalam soal cerita tersebut.
Pemahaman subjek terhadap soal dapat ditunjukkan melalui kemampuan dalam
menentukan apa yang diketahui dalam soal, dan menentukan apa yang ditanyakan
atau dicari dalam soal. Kesalahan atau kekuranglengkapan dalam mengidentifikasi
hal yang diketahui dan ditanyakan dalam soal dapat menyebabkan kesulitan dalam
membuat model matematika.
Meyer (1985:2) menyatakan bahwa model matematika adalah suatu model
yang bagian-bagiannya adalah konsep-konsep matematika seperti konstanta,
variabel, pertidaksamaan dan lain-lain. Pembuatan model matematika sangat
ditentukan kemampuan dalam melakukan abstraksi, yaitu suatu kegiatan mental
yang membuat sadar tentang kesamaan antara pengalaman yang pernah dimiliki
(Skemp, 1982:22). Dalam kegiatan abstraksi, kemampuan menentukan konsep,
prinsip serta operasi yang diperlukan, serta menentukan hubungan antara
bilangan-bilangan yang ada dalam soal. Jadi, pembuatan model matematika
merupakan suatu usaha untuk menggambarkan situasi nyata ke dalam istilah
matematika dengan tujuan untuk memudahkan penyelesaian masalah tersebut.
8
Kemampuan menyelesaikan model ditentukan oleh kemampuan subjek
dalam menggunakan aturan-aturan matematika. Penelitian ini kemampuan guru
dalam menyelesaikan pertidaksamaan aljabar menentukan kemampuan guru
dalam menyelesaikan model. Kesalahan dalam menyelesaikan model akan
mengakibatkan kesalahan dalam menentukan jawab model dan pada akhirnya
menyebabkan kesalahan dalam menjawab permasalahan situasi nyata dalam soal
cerita.
Jawab akhir dari soal merupakan hasil penafsiran dari jawab model yang
berfungsi memberikan jawaban dari permasalahan dalam soal cerita yang terkait
dengan pertidaksamaan aljabar. Jawab akhir ini tentu saja harus sesuai dengan
ketentuan soal.
Langkah-langkah Menyelesaikan Soal Pertidaksamaan Aljabar
Langkah penyelesaian tergantung pada bentuk pertidaksamaan Aljabar, antara
lain:
a. Pertidaksamaan kuadrat
Langkah penyelesaian :
jadikan nol ruas kanan pertidaksamaan
faktorkan dalam faktor-faktor linier
buat garis bilangan untuk menentukan penyelesaian
b. Pertidaksamaan nilai mutlak
Misal: | | < a
Langkah penyelesaian :
9
ubah dalam bentuk atau
ubah menjadi : (1) ; (2)
jadikan nol ruas kanan pertidaksamaan
faktorkan dalam faktor-faktor linier ( jika berbentuk pertidaksamaan
kuadrat )
buat garis bilangan untuk menentukan penyelesaian
c. Pertidaksamaan pecahan
Langkah penyelesaian:
o jadikan nol ruas kanan pertidaksamaan
o faktorkan pembilang dan penyebut dalam faktor-faktor linier
atau kalikan kedua ruas dengan kuadrat penyebut sehingga tidak
merubah tanda pertidaksamaan, contoh:
< 2 dengan mengalikan kedua ruas dengan ,
diperoleh:
atau
o buat garis bilangan untuk menentukan penyelesaian .
Analisis Penyelesaian Pertidaksamaan Aljabar
Kajian terhadap materi matematika perlu memperhatikan karakteristik
matematika, karena materi sebelumnya (prior knowledge) menjadi landasan bagi
materi selanjutnya (Arends, 1997). Penyelesaian pertidaksamaan Aljabar berbeda
dengan penyelesaian persamaan Aljabar. Hal ini sangat erat kaitannya dengan
10
objek matematika. Kejelian dalam membaca soal agar tidak salah salah dalam
menuliskan dan memahami fakta, memahami konsep, mencari prinsip dan operasi
untuk menentukan penyelesaian soal. Melakukan pemanggilan kembali terhadap
materi sebelumnya yang terkait dengan soal sangat diperlukan untuk mencari
penyelesaian soal secara tepat.
Misal ada soal: Tentukan himpunan penyelesaian dari |
| < 1 ,
Sebagai alternatif penyelesaian langkah pertama yang harus kita proses dalam
mental pikiran kita adalah mengkaitkannya dengan konsep nilai mutlak dan
prosedur penyelesaian pertidaksamaan Aljabar. Sehingga, soal tersebut dinyatakan
dalam bentuk lain: (|
|)2 < 12
Langkah berikutnya:
⟺ <
⟺ < 0
⟺
⟺
⟺
Untuk memudahkan penyelesaian pertidaksamaan di atas dengan menggunakan
garis bilangan, yakni terlebih dulu menentukan pembuat nol dari ,
yaitu -2 dan 0 yang digambarkan sebagai berikut:
-2 0
+ + + - - - - - -
11
Jadi, Himpunan Penyelesaian =
Akan tetapi, ada peserta yang menyelsaikan soal sebagai berikut:
Bagian kiri;
Pada langkah pertama benar, karena menuliskan (|
|)
2 < 1
2, akan tetapi pada
langkah selanjutnya peserta menghilangkan kuadrat pada ruas kiri kemudian
mengalikan silang antara penyebut pada ruas kiri dengan pembilang pada ruas
kanan tanpa memberikan keterangan, misalnya: karena definit positif
maka . Sedangkan tambahan syarat: , peserta tidak
memberikan penjelasan dari mana asalnya karena pada soal yang ditulis ulang
tidak disebutkan adanya syarat .
Pada bagian kanan:
12
Kesalahan yang tampak pada jawaban tersebut yaitu dalam menentukan
daerah negatif pada garis bilangan untuk Hasil pekerjaan alumni peserta
diklat di atas perlu ditidaklanjuti tentang mengapa terjadi kesalahan, sehingga
perlu ditentukan strategi apa yang bisa dilakukan mengatasi permasalahan serupa,
yakni kesalahan konsep terkait dengan pemahaman konsep matematika khususnya
pertidaksamaan Aljabar.
Penutup
Kesalahan yang dilakukan peserta diklat/guru matematika perlu ditindaklanjuti
dengan melakukan penelitian sehingga dapat menentukan strategi apa yang dapat
diambil untuk mengurangi terjadinya kesalahan guru dalam menyelesaikan soal.
Daftar Pustaka
Arends, Richard I. 1997. Classroom Instructional and Management. United States
of Amarica. The McGraw-Hill Companies, Inc.
G. Polya, 1957. How to Solve it. 2nd., Princeton University Press. ISBN 0-691-
08097-6. (on line) (http://www.math.utah.edu/∞pa/math/polya.html)
Hudojo, Herman. 1988. Mengajar Belajar Matematik. Jakarta: Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan Dirjen DIKTI-P2LPTK
Hudojo, Herman. 1998. Pembelajaran Matematika Menurut Pandangan
Konstruktivis. Makalah disajikan dalam Seminar Nasional Pendidikan
Matematika, Program Pasca Sarjana IKIP Malang, Malang 4 April 1998
Soedjadi, R. 2000. Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia. Surabaya : Vera