anak - tetralogi fallot

Upload: boy-fikes

Post on 09-Mar-2016

59 views

Category:

Documents


15 download

DESCRIPTION

Anak - Tetralogi Fallot

TRANSCRIPT

TUGAS TERSTRUKTUR MATA KULIAH KEPERAWATAN ANAK

TUGAS TERSTRUKTUR MATA KULIAH KEPERAWATAN ANAK

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

Disusun oleh :Bangun SasongkoP 10220206048

POLITEKNIK KESEHATAN

DEPARTEMEN KESEHATAN SEMARANG

PRODI KEPERAWATAN PURWOKERTO

2008

LAPORAN PENDAHULUAN

A. PENGERTIANTetralogi fallot (TF) adalah kelainan jantung dengan gangguan sianosis yang ditandai dengan kombinasi 4 hal yang abnormal meliputi Defek septum ventrikel, Stenosis pulmonal, Overriding aorta, dan Hipertrofi ventrikel kanan.1. Defek septum ventrikel : adanya lubang di sekat pemisah bilik kiri (ventrikel kiri) dengan bilik kanan (ventrikel kanan)2. Stenosis pulmonal : penyempitan klep pembuluh darah yang keluar dari bilik kanan menuju paru, bagian otot dibawah klep juga menebal dan menimbulkan penyempitan3. Overriding Aorta : pembuluh darah utama yang keluar dari bilik kiri mengangkang sekat bilik, sehingga seolah-olah sebagian aorta keluar dari bilik kanan4. Hipertrofi ventrikel kanan :,penebalan otot bilik kanan akibat kerja keras (karena jalan keluarnya terhambat) dan tekanan dalam rongga ini meningkat.Komponen yang paling penting dalam menentukan derajat beratnya penyakit adalah stenosis pulmonal dari sangat ringan sampai berat. Stenosis pulmonal bersifat progresif , makin lama makin berat.

B. ETIOLOGIPada sebagian besar kasus, penyebab penyakit jantung bawaan tidak diketahui secara pasti. Diduga karena adanya faktor endogen dan eksogen. Faktor factor tersebut antara lain :

Faktor Endogen

1. Berbagai jenis penyakit genetik : Kelainan kromosom2. Anak yang lahir sebelumnya menderita penyakit jantung bawaan3. Adanya penyakit tertentu dalam keluarga seperti diabetes melitus, hipertensi, penyakit jantung atau kelainan bawaan

Faktor eksogen : Riwayat kehamilan ibu

1. Sebelumnya ikut program KB oral atau suntik, minum obat-obatan tanpa resep dokter, (thalidmide, dextroamphetamine, aminopterin, amethopterin, jamu)2. Ibu menderita penyakit infeksi : Rubella3. Pajanan terhadap sinar X

Para ahli berpendapat bahwa penyebab endogen dan eksogen tersebut jarang terpisah menyebabkan penyakit jantung bawaan. Apapun sebabnya, pajanan terhadap faktor penyebab harus ada sebelum akhir bulan kedua kehamilan, oleh karena pada minggu ke delapan kehamilan pembentukan jantung janin sudah selesai

C. PATOFISIOLOGITetralogi fallot merupakan kelainan Empat Sekawan yang terdiri dari defek septum ventrikel, overriding aorta, stenosis infundibuler dan hipertrofi ventrikel kanan. Secara anatomis sesungguhnya tetralogi fallot merupakan suatu defek ventrikel subaraortik yang disertai deviasi ke anteriol septum infundibuler (bagian basal dekat dari aorta). Devisiasi ini menyebabkan akar aorta bergeser ke depan (dekstroposisi aorta), sehinnga terjadi overriding aorta terhadap septum interventrikuler, stenosis pada bagian infundibuler ventrikel kanan dan hipoplasia arteri pulmonal. Pada tetralogi fallot, overriding aorta biasanya tidak melebihi 50 %. Apabila overriding aorta melebihi 50 %, hendaknya dipikirkan kemungkinan adanya suatu outlet ganda ventrikel kanan.

Devisiasi septum infindibuler ke arah anteriol ini sesungguhnya merupakan bagian yang paling esensial pada tetralogi fallot. Itulah sebabnya suatu defek septum ventrikel dan overriding aorta yang disertai stenosis pulmonal valvuler misalnya, tidak bisa disebut sebagai tetralogi fallot apabila tidak terdapat devisiasi septum infundibuler ke anteriol. Kadang-kadang tetralogi fallot disertai pada adanya septum antrium sekunder dan kelompok kelainan ini disebut sebagai tetralogi fallotBetapapun tekanan dalam ventrilel kanan meninggi karena obstruksi infundibuler, tapi dengan adanya defek septum ventrikel pada tetralogi fallot, daerah didorong ke kiri masuk ke aorta, sehingga tekanan dalam ventrikel kanan, ventrikel kiri dan aorta relative menjadi sama. Itulah sebabnya mungkin mengapa pada tetralogi fallot jarang terjadi gagal jantung kongestif, berbeda dengan stenosis pulmonal yang berat tanpa disertai defek septum ventrikel, gagal jantung kongestif bisa saja melebihi tekanan sistemikSianosis merupakan gejala tetralogi fallot yang utama. Berat ringanya sianosis ini tergantung dari severitas stenosis infindibuler yang terjadi pada tetralogi fallot dan arah pirau interventrikuler. Sianosis dapat timbul semenjak lahir dan ini menandakan adanya suatu stenosis pulmonal yang berat atau bahkan atresia pulmonal atau bisa pula sianosois timbul beberapa bulan kemudian pada stenosis pulmonal yang ringan. Sianosis biasanya berkembang perlahan-lahan dengan bertambahnya usia dan ini menandakan adanya peningkatan hipertrofi infindibuler pulmonal yang memperberat obstruksi pada bagian ituStenosis infindibuler merupakan beban tekanan berlebih yang kronis bagi ventrkel kanan, sehingga lama-lama ventrikel kanan mengalami hipertrofi. Disamping itu, dengan meningkatnya usia dan meningkatnya tekanan dalam ventrikel kanan, kolateralisasi aorta pulmonal sering tumbuh luas pada tetralogi fallot, melalui cabang-cabang mediastinal, brokhial, esophageal, subklavika dan anomaly arteri lainya. Kolateralisasi ini disebut MAPCA ( major aorta pulmonary collateral arteries )

D. PATWAY

E. MANIFESTASI KLINIS1. Sianosis muncul setelah beberapa bulan : jarang tampak pada saat lahir dan bertambah berat secara progresif2. Serangan hipersianotik

a. Peningkatan frekuensi dan kedalaman pernafasanb. Sianosis akutc. Iritabilitas system syaraf pusat yang dapat berkembang sampai lemah dan pingsan dan akhirnya menimbulkan kejang, stroke dan kematian (terjadi pada 35 % kasus)

3. Jari tubuh ( Clubbing finger )4. Pada awalnya tekanan darah normal, dapat meningkat setelah beberapa tahun mengalami sianosis dan polisitemia berat5. Posisi jongkok klasik mengurangi aliran balik vena dari ekstremitas bawah dan meningkatkan aliran darah pulmoner dan oksigenisasi arteri sistemik6. Gagal tumbuh7. Anemia menyebabkan perburukan gejala

a. Penurunan toleransi terhadap latihanb. Peningkatan dispneuc. Peningkatan frekuensi hiperpnea proksismald. Asidosise. Murmur ( sistolik dan continue )f. Posisi lutut atau kepala ke dada selama serangan atau setelah latihanF. KOMPLIKASIKomplikasi dari gangguan ini antara lain :

1. Penyakit vaskuler pulmonel2. Deformitas arteri pulmoner kanan3. Perdarahan hebat terutama pada anak dengan polistemia4. Emboli atau thrombosis serebri, resiko lebih tinggi pada polisistemia, anemia, atau sepsis5. Gagal jantung kongestif jika piraunya terlalau besar6. Oklusi dini pada pirau7. Hemotoraks8. Sianosis persisten9. Efusi pleura10. Trombosis Pulmonal11. Anemia relativeG. PEMERIKSAAN PENUNJANG1. Pemeriksaan laboratoriumDitemukan adanya peningkatan hemoglobin dan hematokrit (Ht) akibat saturasi oksigen yang rendah. Pada umumnya hemoglobin dipertahankan 16-18 gr/dl dan hematokrit antara 50-65 %. Nilai BGA menunjukkan peningkatan tekanan partial karbondioksida (PCO2), penurunan tekanan parsial oksigen (PO2) dan penurunan PH. Pasien dengan Hg dan Ht normal atau rendah mungkin menderita defisiensi besi.2. RadiologisSinar X pada thoraks menunjukkan penurunan aliran darah pulmonal, tidak ada pembesaran jantung, gambaran khas jantung tampak apeks jantung terangkat sehingga seperti sepatu. 3. ElektrokardiogramPada EKG sumbu QRS hampir selalu berdeviasi ke kanan. Tampak pula hipertrofi ventrikel kanan. Pada anak besar dijumpai P pulmonal4. EkokardiografiMemperlihatkan dilatasi aorta, overriding aorta dengan dilatasi ventrikel kanan, penurunan ukuran arteri pulmonalis & penurunan aliran darah ke paru-paru5. KateterisasiDiperlukan sebelum tindakan pembedahan untuk mengetahui defek septum ventrikel multiple, mendeteksi kelainan arteri koronari dan mendeteksi stenosis pulmonal perifer. Mendeteksi adanya penurunan saturasi oksigen, peningkatan tekanan ventrikel kanan, dengan tekanan pulmonalis normal atau rendahH. PENATALAKSANAANPada penderita yang mengalami serangan sianosis maka terapi ditujukan untuk memutus patofisiologi serangan tersebut, antara lain dengan cara :1. Posisi lutut ke dada agar aliran darah ke paru bertambah2. Morphine sulfat 0,1-0,2 mg/kg SC, IM atau IV untuk menekan pusat pernafasan dan mengatasi takipneu.3. Bikarbonas natrikus 1 Meq/kg BB IV untuk mengatasi asidosis4. Oksigen dapat diberikan, walaupun pemberian disini tidak begitu tepat karena permasalahan bukan karena kekurangan oksigen, tetapi karena aliran darah ke paru menurun. Dengan usaha diatas diharapkan anak tidak lagi takipnea, sianosis berkurang dan anak menjadi tenang. Bila hal ini tidak terjadi dapat dilanjutkan dengan pemberian5. Propanolo l 0,01-0,25 mg/kg IV perlahan-lahan untuk menurunkan denyut jantung sehingga seranga dapat diatasi. Dosis total dilarutkan dengan 10 ml cairan dalam spuit, dosis awal/ bolus diberikan separohnya, bila serangan belum teratasi sisanya diberikan perlahan dalam 5-10 menit berikutnya6. Ketamin 1-3 mg/kg (rata-rata 2,2 mg/kg) IV perlahan. Obat ini bekerja meningkatkan resistensi vaskuler sistemik dan juga sedative

7. Penambahan volume cairan tubuh dengan infus cairan dapat efektif dalam penganan serangan sianotik. Penambahan volume darah juga dapat meningkatkan curah jantung, sehingga aliran darah ke paru bertambah dan aliran darah sistemik membawa oksigen ke seluruh tubuh juga meningkat.

Lakukan selanjutnya

1. Propanolol oral 2-4 mg/kg/hari dapat digunakan untuk serangan sianotik2. Bila ada defisiensi zat besi segera diatasi3. Hindari dehidrasi

ASUHAN KEPERAWATAN TETRALOGI FALLOTA. PENGKAJIAN KEPERAWATAN1. Anamnese

a. Riwayat kehamilan : Ditanyakan apakah ada faktor endogen dan eksogen.

Faktor Endogen

1) Berbagai jenis penyakit genetik : Kelainan kromosom

2) Anak yang lahir sebelumnya menderita penyakit jantung bawaan

3) Adanya penyakit tertentu dalam keluarga seperti diabetes melitus, hipertensi, penyakit jantung atau kelainan bawaan

Faktor eksogen : Riwayat kehamilan ibu

1) Sebelumnya ikut program KB oral atau suntik, minum obat-obatan tanpa resep dokter, (thalidmide, dextroamphetamine. aminopterin, amethopterin, jamu)

2) Ibu menderita penyakit infeksi : Rubella

3) Pajanan terhadap sinar X

b. Riwayat tumbuh

Biasanya anak cendrung mengalami keterlambatan pertumbuhan karena fatiq selama makan dan peningkatan kebutuhan kalori sebagai akibat dari kondisi penyakit Anak akan sering Squatting (jongkok) setelah anak dapat berjalan, setelah berjalan beberapa lama anak akan berjongkok dalam beberapa waktu sebelum ia berjalan kembali.c. Riwayat psikososial/ perkembangan

1) Kemungkinan mengalami masalah perkembangan2) Mekanisme koping anak/ keluarga3) Pengalaman hospitalisasi sebelumnya

d. Pemeriksaan fisik

1) Akivitas dan istirahat

Gejala: Malaise, keterbatasan aktivitas/ istirahat karena kondisinya.

Tanda: Ataksia, lemas, masalah berjalan, kelemahan umum,

keterbatasan dalam rentang gerak.2) Sirkulasi

Gejala: Takikardi, disritmia

Tanda: adanya Clubbing finger setelah 6 bulan, sianosis pada

membran muksa, gigi sianotik3) Eliminasi

Tanda: Adanya inkontinensia dan atau retensi.

4) Makanan/ cairan

Tanda: Kehilangan nafsu makan,kesulitan menelan, sulit menetek

Gejala: Anoreksia, muntah, turgor kulit jelek, membran mukosa

kering

5) Hiegiene

Tanda: ketergantungan terhadap semua kebutuhan perawatan diri.

6) Neurosensori

Tanda: Kejang, kaku kuduk

Gejala: Tingkat kesadaran letargi hingga koma bahkan kematian7) Nyeri/ keamanan

Tanda: Sakit kepala berdenyut hebat pada frontal, leher kaku

Gejala: Tampak terus terjaga, gelisah, menangis/ mengaduh/mengeluh

8) PernafasanTanda: Auskultasi terdengar bising sistolik yang keras didaerah pulmonal yang semakin melemah dengan bertambahnya derajat obstruksi

Gejala: Dyspnea, napas cepat dan dalam

9) Nyeri/ keamanan

Tanda: Sianosis, pusing, kejang

Gejala: Suhu meningkat, menggigil, kelemahan secara umum, 2. Pemeriksaan penunjang

a. Pemeriksaan laboratorium : Peningkatan hemoglobin dan hematokrit (Ht) akibat saturasi oksigen yang rendah

b. Radiologis: Sinar X pada thoraks menunjukkan penurunan aliran darah pulmonal, tidak ada pembesaran jantung, gambaran khas jantung tampak apeks jantung terangkat sehingga seperti sepatu

c. Elektrokardiogram ( EKG): Pada EKG sumbu QRS hampir selalu berdeviasi ke kanan. Tampak pula hipertrofi ventrikel kanan. Pada anak besar dijumpai P pulmonal

d. Ekokardiografi : Memperlihatkan dilatasi aorta, overriding aorta dengan dilatasi ventrikel kanan, penurunan ukuran arteri pulmonalis & penurunan aliran darah ke paru-paru

e. Katerisasi jantung: ditemukan adanya defek septum ventrikel multiple, mendeteksi kelainan arteri koronari dan mendeteksi stenosis pulmonal perifer

f. Gas darah : adanya penurunan saturasi oksigen dan penurunan PaO2 B. DIAGNOSA KEPERAWATAN1. Gangguan pertukaran gas b.d penurunan alian darah ke pulmonal2. Penurunan kardiak output b.d sirkulasi yang tidak efektif sekunder dengan adanya malformasi jantung3. Gangguan perfusi jaringan b.d penurunan sirkulasi (anoxia kronis, serangan sianotik akut)4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d fatiq selama makan dan peningkatan kebutuhan kalori, penurunan nafsu makan5. Penigkatan volume cairan tubuh b.d kongestif vena6. Intoleransi aktifitas b.d ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen7. Kurang pengetahuan klg tentang diagnosis/ prognosis penyakit anak b.d kurangnya paparan informasi8. Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan orang tua atau informasi tentang penyakitC. INTERVENSI1. Dx I: Gangguan pertukaran gas b.d penurunan alian darah ke pulmonal

Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan pertukaran gas

kembali lancar

NOC: Respiratory status : Gas Exchange

Kriteria hasil :

a. Mendemonstrasikan peningkatan ventilasi

b. Oksigen yang adekuat

c. Memelihara kebersihan paru

d. Bebas dari tanda distress pernafasan

e. TTV dalam rentang normal

Indicator skala :

1 = Selalu menunjukan2 = Sering menunjukan

3 = Kadang menunjukan4 = Jarang menunjukan5 = tidak pernah menunjukan

NIC: Respiratory MonitoringIntervensi :a. Monitor rata-rata, kedalaman, irama dan usaha respirasi

b. Monitor suara napas

c. Auskultasi suara napas, catat area penurunan/tidak adanya ventilasi dan suara tambahand. Tentukan kebutuhan suction dengan mengauskultasi crakles dan ronkhi pada jalan napase. Monitor kelelahan otot diafragma (gerakan paradoksis)f. Monitor TTV2. Dx II : Penurunan kardiak output b.d sirkulasi yang tidak efektif sekunder dengan adanya malformasi jantung

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan selama proses keperawatan diharapkan curah jantung efektif

NOC: Status Sirkulasi

Kriteria Hasil :

a. Sistolik dan diastolik dalam batas normal

b. Denyut jantung dalam batas normal

c. Oedem perifer tidak ada

d. Gas darah dalam batas normal

Indikator skala :

1 = Ekstrem2 = Kuat3 = Ringan4 = Sedang5 = Tidak ada gangguanNIC: Regulasi HemodinamikIntervensi:

a. Pantau denyut perifer, waktu pengisian kapiler, dan suhu serta warna ekstremitas

b. Pantau dan dokumentasikan denyut jantung, irama dan nadi.

c. Pantau asupan/ haluaran urin, dan berat badan pasien dengan tepat

d. Minimalkan/ hilangkan stressor lingkungan

e. Pasang kateter jika diperlukan

3. Dx III : Gangguan perfusi jaringan b.d penurunan sirkulasi ( anoxia kronis, serangan sianotik akut)

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan selama proses keperawatan diharapkan perfusi jaringan efektifNoc: Perfusi jaringan perifer

Kriteria Hasil:

a. Fungsi otot utuh

b. Kulit utuh, warna normal

c. Denyut proximal dan perifer distal kuat dan simetrisIndikator skala :

1 = Ekstrem2 = Berat

3 = Sedang

4 = Ringan5 = tidak tergangguNIC: Perawatan sirkulasi

Intervensi:

a. Melakukan sirkulasi perifer secara komprehensif

b. Kaji tingkat rasa tidak nyaman/ nyeri

c. Pantau status cairan meliputi asupan dan haluaran

d. Rendahkan ekstremitas untuk menigkatkan sirkulasi arteri yang tepat.

e. Anjurkan latihan gerak aktif/pasif selama tirah baring4. Dx IV: Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d fatiq selama makan dan peningkatan kebutuhan kalori, penurunan nafsu makanTujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan diharapkan BB stabil, pasien bebas dari tanda -tanda malnutrisi dan pasien dapat mengumpulkan energi untuk beraktivitas kembali.NOC: Nutritional status:food and fluid intake.Kriteria Hasil :

a. Asupan nutrisi.

b. Asupan makanan dan cairan.

c. BB meningkat.

d. Kekuatan dapat terkumpul kembali.

e. Stamina

Indicator Skala :

1 = Tidak pernah menujukkan2 = Jarang menunjukkan3 = Kadang menunjukkan4 = Sering menunjukkan5 = Selalu menunjukanNIC: 1. Nutrition Management 2. Nutrition terapiIntervensi:

NIC I : Nutrition Management a. Kaji BB

b. Berikan makanan tinggi kalori untuk peningkatan energi.

c. Berikan makanan tinggi Na.

d. Tingkatkan makanan yang mengandung protein,vitamin dan besi

apabila dianjurkan.

NIC II : Nutrition terapia. Berikan lingkungan nyaman pada saat pasien makan.

b. Lakukan perawatan mulut sebelum pasien makan.

c. Sediakan makanan yang menarik untuk pasien agar pasien merasa tertarik.

d. Ajari pasien dan keluarga tentang diet yang harus diberikan.5. Dx V : Penigkatan volume cairan tubuh b.d kongestif venaTujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan diharapkan terjadi keseimbangan cairan dan tidak ada oedem pada tubuh

NOC : Fluid BalanceKriteria Hasil :

a. Tekanan darah normal.

b. Denyut nadi normal.

c. Denyut nadi teraba.

d. Tidak terjadi acites/oedema pada perut.

e. Masukan selama 24 jam seimbang.f. Penegangan pada vena jugularis tidak teraba.

g. Turgor kulit baik.Indikator skala :

1 : Tidak pernah menunjukkan.

2 : Jarang menunjukkan.

3 : Kadang menunjukkan.

4 : Sering menunjukkan.

5 : Selalu menunjukkan.NIC: Fluid/Electrolyte management.Intervensi :

a. Kaji keadaan umum pasien.

b. Kaji tanda-tanda vital.

c. Monitor tanda dan gejala peningkatan retensi urine.

d. Pantau masukan dan keluaran urine serta hitung keseimbangan cairan.

e. Berikan/batasi ciaran tergantung pada status volume cairan.

f. Kolaborasi medis untuk pemberian obat-obatan ( Diuretik)

6. Dx VI : Intoleransi aktifitas b.d ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan aktivitas cukup.

NOC : Activity toleranceKruteria hasil :a. Pola napas dalam rentang normal

b. Warna kulit normalc. Kemampuan untuk berbicara saat aktivitasd. Kebutuhan oksigen aktivitas terpenuhi

Indicator skala :

1 = Selalu menunjukan2 = Sering menunjukan3 = Kadang menunjukan4 = Jarang menunjukan5 = Tidak pernah menunjukanNIC : Activity TherapyIntervensi :a. Tentukan kesedian pasien untuk meningkatkan aktivitas sesuai kondisi fisikb. Bantu pasien untuk memilih aktivitas yang sesuai kondisinyac. Bantu pasien untuk fokus dalam melakukan aktivitasnyad. Monitor emosiaonal, fisik dan spiritual terhadap aktivitase. Bantu keluarga memonitor peningkatan aktivitas ke arah tujuan

7. Dx VII : Kurang pengetahuan klg tentang diagnosis/prognosis penyakit anak b.d kurangnya paparan informasi

Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan penegtahuan keluarga pasien menjadi adekuat.

NOC : Pengetahuan tentang proses penyakit

Kriteria Hasil :a. Mendeskripsikan proses penyakit

b. Mendeskripsikan factor penyebab

c. Mendeskripsikan factor resiko

d. Mendeskripsikan tanda dan gejala

e. Mendeskripsikan komplikasi

Indicator skala :

1. Tidak pernah dilakukan2. Jarang dilakukan3. Kadang dilakukan4. Sering dilakukan5. Selalu dilakukanNIC : Mengajarkan proses penyakitIntervensi :

a. Mengobservasi kesiapan klien untuk mendengar (mental, kemampuan untuk melihat, mendengar, kesiapan emosional, bahasa dan budaya)

b. Menentukan tingkat pengetahuan klien sebelumnya.

c. Menjelaskan proses penyakit (pengertian, etiologi, tanda dan gejala)

d. Diskusikan perubahan gaya hidup yang dapat mencegah atau mengontrol proses penyakit.

e. Diskusikan tentang terapi atau perawatan.

8. Dx VIII : Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan orang tua atau informasi tentang penyakit.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan cemas teratasi.

NOC : Anxiety controlIndicator skala ;

a. Monitor intensitas cemas

b. Menyingkirkan tanda kecemasan

c. Mencari informasi untuk mengurangi kecemasan

d. Menggunakan teknik relaksasi untuk menurunkan kecemasanKeterangan skala :1 = Tidak pernah dilakukan2 = Jarang dilakukan3 = Kadang dilakukan4 = Sering dilakukan

5 = Selalu dilakukan

NIC : Anciety Reduction

Intervensi

a. Tenangkan pasien dan keluargab. Berikan informasi pada pasien dan kelurga tentang diagnosa, prognosis dan tindakanc. Sediakan aktivitas untuk menurunkan ketegangan d. Berusaha memahami keadaan pasien dan keluargae. Temani pasien untuk mendukung keamanan dan menurunkan rasa takutf. Tentukan kemampuan pasien dan kelurga untuk mengambil keputusanD. EVALUASINoKriteria hasilIndikator skala

1a. Mendemonstrasikan peningkatan ventilasi

b. Oksigen yang adekuat

c. Memelihara kebersihan paru

d. Bebas dari tanda distress pernafasan

e. TTV dalam rentang normal 1 = Selalu menunjukan

2 = Sering menunjukan

3 = Kadang menunjukan

4 = Jarang menunjukan

5 = Tidak pernah menunjukan

2a. Sistolik dan diastolik dalam batas normal

b. Denyut jantung dalam batas normal

c. Oedem perifer tidak ada

d. Gas darah dalam batas normal

1 = Ekstrem

2 = Kuat

3 = Ringan

4 = Sedang

5 = Tidak ada gangguan

3a. Fungsi otot utuh

b. Kulit utuh, warna normal

c. Denyut proximal dan perifer distal kuat dan simetris

1 = Ekstrem

2 = Berat

3 = Sedang

4 = Ringan

5 = Tidak terganggu

4

a. Asupan nutrisi.

b. Asupan makanan dan cairan.

c. BB meningkat.

d. Kekuatan dapat terkumpul kembali.

e. Stamina

1 = Tidak pernah menujukkan

2 = Jarang menunjukkan

3 = Kadang menunjukkan

4 = Sering menunjukkan

5 = Selalu menunjukan

5a. Tekanan darah normal.

b. Denyut nadi normal.

c. Denyut nadi teraba.

d. Tidak terjadi acites/oedema pada perut.

e. Masukan selama 24 jam seimbang.f. Penegangan vena jugularis tidak teraba.

g. Turgor kulit baik.1 = Tidak pernah menujukkan

2 = Jarang menunjukkan

3 = Kadang menunjukkan

4 = Sering menunjukkan

5 = Selalu menunjukan

6a. Pola napas dalam rentang normal

b. Warna kulit normal

c. Kemampuan untuk berbicara saat aktivitas

d. Kebutuhan oksigen aktivitas terpenuhi

1 = Selalu menunjukan

2 = Sering menunjukan

3 = Kadang menunjukan

4 = Jarang menunjukan

5 = Tidak pernah menunjukan

7a. Mendeskripsikan proses penyakit

b. Mendeskripsikan factor penyebab

c. Mendeskripsikan factor resiko

d. Mendeskripsikan tanda dan gejala

e. Mendeskripsikan komplikasi 1 = Tidak pernah dilakukan 2 = Jarang dilakukan 3 = Kadang dilakukan 4 = Sering dilakukan 5 = Selalu dilakukan

8a. Monitor intensitas cemas

b. Menyingkirkan tanda kecemasan

c. Mencari informasi untuk mengurangi kecemasan

d. Menggunakan teknik relaksasi untuk menurunkan kecemasan 1 = Tidak pernah dilakukan

2 = Jarang dilakukan

3 = Kadang dilakukan

4 = Sering dilakukan

5 = Selalu dilakukan

DAFTAR PUSTAKA

A.H Markum, 1991, Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak, jilid 1, Jakarta: Fakultas kedokteran UI

Carpenito J.Lynda,2001, Diagnosa Keperawatan,edisi 8,Jakarta: EGC

Colombro Geraldin C,1998,Pediatric Core Content At-A- Glance,Lippincotto

Philladelphia: New York

Doengoes, Marylin E. 2000. Rencana Asuhan Dan Dokumentasi Keperawatan. Edisi 3 EGC. Jakarta

Ngastiah.1997.Perawatan Anak Sakit, Jakarta: EGC

Nelson, 1992. Ilmu Kesehatan Anak,Jakarta: EGC

Sacharin,Rosa M, 1996. Prinsip Keperawatan Pediatrik Edisi II, Jakarta: EGC

Samik Wahab, 1996. Kardiologi Anak Nadas, Gadjah Mada Ununiversity Press, yogyakarta, Indonesia

Sudigdo & Bambang. 1994, Buku Ajar Kardiologi Anak, Jakarta: IDAI

Sharon,Ennis Axton .1993, Pediatric Care Plans,Cumming Publishig Company,CaliforniaWhaley and Wong, 1995, Essential of Pediatric Nursing, Toronto : Cv.Mosby CompanyTerpapar faktor endogen & eksogen selama kehamilan trimester I-II

Kelainan jantung kongenital sianotik : Tetralogi fallot

Defek septum ventrikel

Stenosis pulmonal

Overiding aorta

Obstruksi >>> berat

Tek. sistolik puncak ventrikel kanan = kiri

Pirau kanan --kiri

Obstruksi aliran darah keluar vent kanan

(Aliran darah paru

(O2 dlm darah

Hipertrofi

vent kanan

Aliran darah aorta ((

Percampuran darah kaya O2 dg CO2

Hipoksemia

Kongestif vena

Penurunan Kardiak Output

Sesak

Sianosis (blue spells)

Hipoksia & laktat

Oedema perifer

Kelemahan tubuh

(O2 di otak

Asidosis metabolik

Hipoksemia

(kesadaran

Peningkatan volume cairan tubuh

Perubahan perfusi jaringan Serebral

Gangguan Pertukaran gas

Krg pengetahuan orang tua :diagnostik,prognosis&perawatan

Kompensasi

Polisitemia

Bayi/ anak cepat lelah :

jika menetek,berjalan, beraktifitas

Jangka panjang sirkulasi kolateral

Perdarahan

Trombosis

PK : Embolisme paru

PK : Syok Hipovolemik

Gangguan perfusi jaringan

Intoleransi aktivitas tubuh

Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

Cemas