tugas 1 perkerasan jalan
Post on 22-Dec-2015
47 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
Definisi Jalan
Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan,termasuk
bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalulintas, yang berada pada
permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawah permukaan tanah dan/atau air, serta di atas
permukaan air, kecuali jalan kereta api, jalan lori dan jalan kabel.
Jalan diklasifikasikan sesuai dengan fungsinya yaitu jalan umum adalah jalan yang
diperuntukkan bagi lalu lintas umum. Jalan khusus adalah jalan yang di bangun oleh instansi,
badan usaha, perseorangan, atau kelompok masyarakat untuk kepentingan sendiri. Jalan tol
adalah jalan umum yang merupakan bagian sistem jaringan jalan dan sebagai jalan nasional yang
penggunanya diwajibkan membayar tol. Jalan bebas hambatan adalah jalan umum untuk lalu
lintas menerus dengan pengendalian jalan masuk secara penuh dan tanpa adanya persimpangan
sebanding serta dilengkapai dengan pagar ruang milik jalan.
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa jalan raya ialah jalan utama yang
menghubungkan satu kawasan dengan kawasan yang lain. Jalan raya mempunyai ciri khas
sebagai berikut:
• Digunakan untuk kendaraan bermotor
• Digunakan oleh masyarakat umum
• Dibiayai oleh perusahaan negara
• Penggunaannya diatur oleh undang-undang pengangkutan
Sejarah Pembangunan Jalan Raya
Jalan raya sudah ada sejak manusia memerlukan area untuk berjalan terlebih setelah menemukan
kendaraan beroda diantaranya berupa kereta yang ditarik kuda. Tidak jelas dikatakan bahwa
peradaban mana yang lebih dahulu membuat jalan raya. Akan tetapi hampir semua peradaban
tidak terlepas dari keberadaan jalan raya tersebut.
Salah satu sumber mengatakan bahwa jalan raya muncul pada 3000 SM. Jalan tersebut masih
berupa jalan setapak dengan kontruksi sesuai dengan kendaraan beroda. Letaknya diduga
antara Pegunungan Kaukakus dan Teluk Persia.
1. Jalan raya Mesopotamia - Mesir
Seiring perkembangan peradaban di Timur Tengah pada masa 3000 SM, maka dibangunlah jalan
raya yang menghubungkan Mesopotamia dan Mesir. Jalan utama pertama di kawasan itu, disebut
- sebut adalah Jalan Bangsawan Persia yang terentang dari Teluk Persia hingga Laut Aegea
sepanjang 2857 km.
2. Jalan raya di Eropa dan China
Di Eropa jalan tertua adalah Jalur Kuning yang berawal dari Yunani dan Tuscany hingga Laut
baltik. Di AsiaTimur, bangsa Cina membangun jalan yang menghubungkan kota-kota utamanya
yang bila digabung mencapai 3200 km.
3. Jalan Romawi
Romawi membangun jalan sepanjang 85.000 km yang terbentang dari Inggris hingga Afrika
Utara, dari pantai Samudera Atlantik di Semenanjung Iberia hingga Teluk Persia.
4. Pembangunan Jalan Daendels di Pantura Pulau Jawa
Pada masa jabatannya ia membangun jalan raya pada tahun 1808 dari Anyer hingga Panarukan.
Sejarah Konstruksi Jalan Raya
Dalam sejarahnya, berbagai macam teknik digunakan untuk membangun jalan raya.
Di Eropa Utara dipilih jalan kayu berupa gelondongan kayu dipasang diatas ranting, lalu
diatasnya disusun kayu secara melintang berpotongan untuk melalui rintangan tersebut. Di
kepulauan Malta ada bagian jalan yang ditatah agar kendaraan tidak meluncur turun. Konstruksi
jalan Bangsa Romawi berciri khas lurus dengan empat lapisan. Lapisan pertama berupa hamparan
pasir atau adukan semen, lapisan berikutnya berupa batu besar datar yang kemudian disusul
lapisan kerikil dicampur dengan kapur, kemudian lapisan tipis permukaan lava yang mirip batu
api. Ketebalan jalan itu sekitar 0,9-1,5 m. Seorang skotlandia bernama Thomas Telford (1757 -
1834) membuat rancangan jalan raya, di mana batu besar pipih diletakan menghadap ke atas atau
berdiri dan sekarang dikenal dengan pondasi jalan Telford.
Di akhir abad ke XIX, seiring dengan maraknya penggunaan sepeda, pada 1824 dibangun
jalan aspal namun dengan cara menaruh blok-blok aspal. Jalan aspal yang bersifat lebih plastis
atau dapat kembang susut yang baik terhadap perubahan cuaca dan sebagai pengikat yang lebih
tahan air. Di Skotlandia, hadir jalan beton yang dibuat dari semen portland pada 1865. Sekarang
banyak jalan tol dengan konstruksi beton (tebal minimum 29 cm) dan tahan hingga lebih dari 50
tahun serta sangat kuat sekali memikul beban. Jalan Aspal modern merupakan hasil
karya imigran Belgia Edward de Smedt di Columbia ia sukses merekayasa aspal dengan
kepadatan maksimum.
Klasifikasi Jalan
Klasifikasi jalan atau hirarki jalan adalah pengelompokan jalan berdasarkan fungsi jalan,
berdasarkan administrasi pemerintahan dan berdasarkan muatan sumbu yang menyangkut
dimensi dan berat kendaraan. Penentuan klasifikasi jalan terkait dengan besarnya volume lalu
lintas yang menggunakan jalan tersebut, besarnya kapasitas jalan, perekonomian dari jalan
tersebut serta pembiayaan pembangunan dan perawatan jalan.
Klasifikasi Jalan Menurut Fungsi
Jalan umum menurut fungsinya berdasarkan pasal 8 Undang-undang No 38 tahun 2004
tentang Jalan dikelompokkan ke dalam jalan arteri, jalan kolektor, jalan lokal, dan jalan
lingkungan.
1. Jalan arteri merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan utama dengan ciri
perjalanan jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi, dan jumlah jalan masuk dibatasi secara
berdaya guna.
2. Jalan kolektor merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan pengumpul atau
pembagi dengan ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata sedang, dan jumlah
jalan masuk dibatasi.
3. Jalan lokal merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan setempat dengan
ciri perjalanan jarak dekat, kecepatan rata-rata rendah, dan jumlah jalan masuk tidak
dibatasi.
4. Jalan lingkungan merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan lingkungan
dengan ciri perjalanan jarak dekat, dan kecepatan rata-rata rendah.
Gambar 2.1 Klasifikasi Jalan Berdasarkan Fungsi
Didalam pasal 6 dan pasal 9 Peraturan Pemerintah No 34 tahun 2006 tentang Jalan
dijelaskan bahwa fungsi jalan terdapat pada sistem jaringan jalan primer dan sistem jaringan jalan
sekunder yang merupakan bagian dari Sistem jaringan jalan merupakan satu kesatuan jaringan
jalan yang terdiri dari sistem jaringan jalan primer dan sistem jaringan jalan sekunder yang
terjalin dalam hubungan hierarki.
Sistem jaringan jalan primer merupakan sistem jaringan jalan yang menghubungkan
antarkawasan perkotaan, yang diatur secara berjenjang sesuai dengan peran perkotaan yang
dihubungkannya. Untuk melayani lalu lintas menerus maka ruas-ruas jalan dalam sistem jaringan
jalan primer tidak terputus walaupun memasuki kawasan perkotaan. Sistem jaringan jalan
sekunder merupakan sistem jaringan jalan yang menghubungkan antarkawasan di dalam
perkotaan yang diatur secara berjenjang sesuai dengan fungsi kawasan yang dihubungkannya.
Klasifikasi Berdasarkan Status
Pengelompokan jalan dimaksudkan untuk mewujudkan kepastian hukum penyelenggaraan
jalan sesuai dengan kewenangan Pemerintah dan pemerintah daerah. Jalan umum menurut
statusnya dikelompokkan ke dalam jalan nasional, jalan provinsi, jalan kabupaten, jalan kota, dan
jalan desa.
1. Jalan nasional merupakan jalan arteri dan jalan kolektor dalam sistem jaringan jalan
primer yang menghubungkan antar ibukota provinsi, dan jalan strategis nasional, serta
jalan tol.
2. Jalan provinsi merupakan jalan kolektor dalam sistem jaringan jalan primer yang
menghubungkan ibukota provinsi dengan ibukota kabupaten/kota, atau antar ibukota
kabupaten/kota, dan jalan strategis provinsi.
3. Jalan kabupaten merupakan jalan lokal dalam sistem jaringan jalan primer yang tidak
termasuk jalan yang menghubungkan ibukota kabupaten dengan ibukota kecamatan,
antaribukota kecamatan, ibukota kabupaten dengan pusat kegiatan lokal, antarpusat
kegiatan lokal, serta jalan umum dalam sistem jaringan jalan sekunder dalam wilayah
kabupaten, dan jalan strategis kabupaten.
4. Jalan kota, adalah jalan umum dalam sistem jaringan jalan sekunder yang
menghubungkan antarpusat pelayanan dalam kota, menghubungkan pusat pelayanan
dengan persil, menghubungkan antarpersil, serta menghubungkan antarpusat permukiman
yang berada di dalam kota.
5. Jalan desa, merupakan jalan umum yang menghubungkan kawasan dan/atau
antarpermukiman di dalam desa, serta jalan lingkungan.
Klasifikasi Berdasarkan Muatan Sumbu
Jalan dikelompokkan dalam beberapa kelas berdasarkan muatan sumbu yang ditetapkan
berdasarkan fungsi dan intensitas Lalu Lintas guna kepentingan pengaturan penggunaan Jalan
dan Kelancaran Lalu Lintas dan Angkutan Jalan; dan daya dukung untuk menerima muatan
sumbu terberat dan dimensi Kendaraan Bermotor.
Pengelompokan Jalan menurut kelas Jalan terdiri atas:
1. Jalan kelas I, yaitu jalan arteri dan kolektor yang dapat dilalui Kendaraan Bermotor
dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.500 (dua ribu lima ratus) milimeter, ukuran panjang
tidak melebihi 18.000 (delapan belas ribu) milimeter, ukuran paling tinggi 4.200 (empat
ribu dua ratus) milimeter, dan muatan sumbu terberat 10 (sepuluh) ton;
2. Jalan kelas II, yaitu jalan arteri, kolektor, lokal, dan lingkungan yang dapat dilalui
Kendaraan Bermotor dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.500 (dua ribu lima ratus)
milimeter, ukuran panjang tidak melebihi 12.000 (dua belas ribu) milimeter, ukuran
paling tinggi 4.200 (empat ribu dua ratus) milimeter, dan muatan sumbu terberat 8
(delapan) ton;
3. Jalan kelas III, yaitu jalan arteri, kolektor, lokal, dan lingkungan yang dapat dilalui
Kendaraan Bermotor dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.100 (dua ribu seratus)
milimeter, ukuran panjang tidak melebihi 9.000 (sembilan ribu) milimeter, ukuran paling
tinggi 3.500 (tiga ribu lima ratus) milimeter, dan muatan sumbu terberat 8 (delapan) ton;
dan
4. Jalan kelas khusus, yaitu jalan arteri yang dapat dilalui Kendaraan Bermotor dengan
ukuran lebar melebihi 2.500 (dua ribu lima ratus) milimeter, ukuran panjang melebihi
18.000 (delapan belas ribu) milimeter, ukuran paling tinggi 4.200 (empat ribu dua ratus)
milimeter, dan muatan sumbu terberat lebih dari 10 (sepuluh) ton.
Gambar 2.2 Klasifikasi Jalan Berdasarkan Kelas
Perkerasan Jalan Raya
Perkerasan jalan adalah campuran antara agregat dan bahan pengikat yang digunakan
untuk melayani beban lalu lintas. Agregat yang dipakai adalah batu pecah atau batu belah
atau batu kali ataupun bahan lainnya. Bahan ikat yang dipakai adalah aspal, semen
ataupun tanah liat. Perkerasan jalan adalah suatu lapisan tambahan yang diletakkan diatas
jalur “jalan tanah”, dimana lapisan tambahan tersebut terdiri dari bahan material yang lebih
keras/kaku dari tanah dasarnya, dengan tujuan agar jalur jalan tersebut dapat dilalui oleh
kendaraan (berat) dalam segala cuaca. Perkerasan jalan merupakan lapisan perkerasan yang
terletak di antara lapisan tanah dasar dan roda kendaraan, yang berfungsi memberikan
pelayanan kepada sarana transportasi, dan selama masa pelayanannya diharapkan tidak
terjadi kerusakan yang berarti. Agar perkerasan jalan yang sesuai dengan mutu yang
diharapkan, maka pengetahuan tentang sifat, pengadaan dan pengolahan dari bahan
penyusun perkerasan jalan sangat diperlukan (Silvia Sukirman, 2003).
Persyaratan umum dari suatu jalan adalah dapatnya menyediakan lapisan permukaan
yang selalu rata dan kuat, serta menjamin keamanan yang tinggi untuk masa hidup yang cukup
lama, dan yang memerlukan pemeliharaan yang sekecil – kecilnya dalam berbagai cuaca.
Tingkatan memenuhi persyaratan tergantung dari keseimbangan antara tingkat kebutuhan lalu
lintas, keadaan tanah serta iklim yang bersangkutan. Sebagaimana telah dipahami bahwa yang
dimaksud dengan perkerasan adalah lapisan atas dari badan jalan yang dibuat dari bahan -
bahan khusus yang bersifat baik / konstruktif dari badan jalannya sendiri.
Struktur Perkerasan Jalan Struktur perkerasan jalan raya yaitu terdiri dari komponen - komponen perkerasan
jalan dengan bahan ikat perkerasan yang berbeda sesuai dengan fungsinya. Perkerasan jalan
raya dibuat berlapis-lapis bertujuan untuk menerima beban kendaraan yang melaluinya dan
meneruskan kelapisan dibawahnya. Biasanya material yang digunakan pada lapisan-lapisan
perkerasan jalan semakin kebawah akan semakin berkurang kualitasnya. Karena lapisan yang
berada dibawah lebih sedikit menahan beban, atau menahan beban lebih ringan.
Komponen Perkerasan Jalan Bagian perkerasan jalan umumnya meliputi : lapis pondasi bawah (sub base course), lapis
pondasi (base course), dan lapisan perkerasan permukaan (surface course)
Gambar 2.3 Komponen Perkerasan Jalan
1. Lapisan Tanah Dasar (sub grade)
Lapisan tanah dasar adalah bagian terbawah dari perkerasan jalan raya. Apabila
kondisi tanah pada lokasi pembangunan jalan mempunyai spesifikasi yang direncanakan
maka tanah tersebut akan langsung dapat dipadatkan dan digunakan. Menurut spesifikasi
tanah dasar adalah lapisan paling atas dari timbunan badan jalan setebal 30 cm yang
mempunyai persyaratan tertentu sesuai fungsinya yaitu berkenaan dengan kepadatan dan
daya dukungnya (CBR). Lapisan tanah dasar dapat berupa tanah asli yang dipadatkan jika
tanah aslinya baik atau tanah urugan yang didatangkan dari tempat lain ataupun tanah
yang distabilisasi. Ditinjau dari muka tanah asli, maka lapisan tanah dasar dibedakan atas
tanah galian, tanah urugan dan tanah asli. Fungsi utamanya adalah sebagai tempat
perletakan jalan raya. Kekuatan dan keawetan konstruksi perkerasan jalan sangat
tergantung dari sifat - sifat dan daya tukung tanah dasar. Umumnya persoalan yang
menyangkut tanah dasar adalah sebagai berikut :
a. Perubahan bentuk tetap (deformasi permanen) dari macam tanah tertentu akibat beban
lalu lintas.
b. Sifat mengembang dan menyusut dari tanah tertentu akibat beban lalu lintas.
c. Daya dukung tanah yang tidak merata dan sukar ditentukan akibat perubahan kadar
air.
d. Lendutan dan lendutan balik selama dan sesudah pembebanan lalu lintas dari macam-
macam tertentu.
e. Tambahan pemadatan akibat pembebanan lalu lintas dan yang menyebabkan
penurunan yaitu tanah berbutitr kasar (granula soil) yang tidak dipadatkan secara baik
pada pelaksanaan.
2. Lapisan Pondasi Bawah (sub base Course)
Lapisan ini berada dibawah lapisan pondasi atas dan diatas lapisan tanah dasar.
Lapisan ini berfungsi untuk menyebarkan beban dari lapisan pondasi bawah ke lapisan
tanah dasar, untuk menghemat penggunaan material yang digunakan pada lapisan
pondasi atas, karena biasanya menggunakan material yang lebih murah. Selain itu
lapisan pondasi bawah juga berfungsi untuk mencegah partikel halus masuk kedalam
material perkerasan jalan dan melindungi air agar tidak masuk kelapisan dibawahnya.
Fungsi lapisan pondasi bawah antara lain sebagai berikut :
a. Sebagai bagian dari kontruksi perkerasan untuk mendukung dan menyebarkan
beban ke roda.
b. Mencapai efesiensi penggunaan material yang relatif murah agar lapisan
selebihnya dapat dikurangi tebalnya.
c. Untuk mencegah tanah dasar masuk kedalam lapisan pondasi.
d. Sebagai lapisan pertama agar pelaksanaan dapat berjalan dengan lancar.
Hal ini sehubungan dengan terlalu lemahnya daya dukung tanah dasar terhadap
roda roda alat besar atau karena kondisi lapangan yang memaksa harus segera meutup
tanah dasar, dari pengaruh cuaca.bermacam macam tipe tanah stempat (CBR >20%,
PI 10%) yang relative lebih baik dari tanah dasar yang dapat digunakan sebagai bahan
pondasi bawah. Campuran campuran tanah setempat dengan kapur atou semen
Portland dalam beberapa hal sangat dianjurkan, agar dapat batuan yang efektif
terhadap kestabilan konstruksi perkerasan.
3. Lapisan Pondasi Atas (Base Course)
Lapisan ini terletak dilapisan dibawah lapisan permukaan. Material yang
digunakan untuk lapisan ini diharus material dengan kualitas yang tinggi sehingga
kuat menahan beban yang direncanakan.
Fungsi lapisan antara lain :
a. Sebagai bagian perkerasaan yang menahan beban roda
b. Sebagai perletakan terhadap lapis pemukaan
4. Lapisan Permukaan (Surface Course)
Lapisan permukaan terletak paling atas pada suatu jalan raya. Lapisan yang
biasanya kita pijak atau lapisan yang bersentuhan langsung dengan ban kendaraan.
Fungsi lapis permukaan antara lain ;
a. Sebagai bahan perkerasan untuk menahan beban roda
b. Sebagai lapisan rapat air untuk melindungi badan jalan dari kerusaakan cuaca
c. Sebagai lapisan aus (wearing course)
d. Meneruskan beban kendaraan ke lapisan dibawahnya.
Jenis – Jenis Perkerasan Jalan Konstruksi perkerasan terdiri dari beberapa jenis sesuai dengan bahan ikat
yang digunakan serta komposisi dari komponen konstruksi perkerasan itu sendiri.
Berdasarkan bahan pengikat, konstruksi perkerasan jalan dibedakan atas :
1. Konstruksi Perkerasan Lentur (Flexible Pavement)
Perkerasan lentur (flexible pavement) adalah perkerasan fleksibel dengan
bahan terdiri dari bahan ikat (berupa aspal, tanah liat) dan batu. Perkerasan
ini umumnya terdiri atas 3 lapis atau lebih. Urut-urutan lapisan adalah lapis
permukaan, lapis pondasi atas, lapis pondasi bawah dan sub grade.
Gambar 2.4 Lapis Flexible Pavement
Apabila beban roda yang terjadi pada permukaan jalan berupa P ton,
maka beban ini diteruskan ke lapisan bawahnya dengan sistem penyebaran
tekanan, sehingga semakin ke bawah/dalam tekanan yang dirasakan akan
semakin kecil. (Suryadharma dan Susanto, 1999)
Sifat dan Ciri Khas Perkerasan Lentur :
a. Memakai bahan pengikat aspal.
b. Sifat dari perkerasan ini adalah memikul dan menyebarkan beban lalu
lintas ke tanah dasar.
c. Pengaruhnya terhadap repetisi beban adalah timbulnya rutting (lendutan
pada jalur roda).
d. Pengaruhnya terhadap penurunan tanah dasar yaitu, jalan bergelombang
(mengikuti tanah dasar).
Karakteristik Perkerasan Lentur :
a. Bersifat elastis jika menerima beban, sehingga dapat memberi
kenyamanan bagi pengguna jalan
b. Pada umumnya menggunakan bahan pengikat aspal
c. Seluruh lapisan ikut menanggung beban
d. Penyebaran tegangan ke tanah dasar sedemikian sehingga tidak merusak
lapisan tanah dasar.
e. Umur rencana maksimum 20 tahun (MKJI = 23 th)
f. Selama umur rencana diperlukan pemeliharaan secara berkala.
Gambar 2.5 Komponen Perkerasan Lentur
2. Konstruksi Perkerasan Kaku (Rigid Pavement)
Perkerasan kaku (rigid pavement) adalah perkerasan tegar/kaku/rigid dengan
bahan perkerasan yang terdiri atas bahan ikat (semen portland, tanah liat)
dengan batuan. Bahan ikat semen portland digunakan untuk lapis permukaan
yang terdiri atas campuran batu dan semen (beton) yang disebut slab beton.
Gambar 2.6 Lapis Rigid Pavement Apabila beban roda yang terjadi pada permukaan jalan berupa P ton, maka
beban ini diteruskan ke lapisan bawahnya dengan sistem penyebaran tekanan,
sehingga semakin ke bawah/dalam tekanan yang dirasakan akan semakin
kecil. (Suryadharma dan Susanto, 1999)
Sifat dan Ciri Khas Perkerasan Kaku (Rigid Pavement) :
a. Memakai bahan pengikat semen portland (PC).
b. Sifat lapisan utama (plat beton) yaitu memikul sebagian besar beban lalu
lintas.
c. Pengaruhnya terhadap repetisi beban adalah timbulnya retak-retak pada
permukaan jalan.
d. Pengaruhnya terhadap penurunan tanah dasar yaitu, bersifat sebagai
balok di atas permukaan.
Gambar 2.7 Komponen Perkerasan Kaku
3. Konstruksi Perkerasan Komposit (Composite Pavement)
Yaitu perkerasan kaku yang dikombinasikan dengan perkerasan lentur dapat
berupa perkerasan lentur di atas perkerasan kaku atau perkerasn kaku di atas
perkerasan
Gambar 2.8 Lapis Composite Pavement
Tabel Perbedaan & Persamaan Perkerasan Kaku dan Perkerasan Lentur
Daftar Pustaka Masalah
http://e-journal.uajy.ac.id/915/3/2TS12646.pdf
http://id.wikipedia.org/wiki/Perkerasan_jalan
https://civilengineerunsri08.wordpress.com/2009/03/17/jenis-jenis-perkerasan-
jalan/
https://www.google.co.id/search?q=tabel+perbedaan+perkerasan+kaku+dan+le
ntur&espv=2&biw=731&bih=629&source=lnms&tbm=isch&sa=X&ei=F_YS
VbPcOofjuQTtlICgAw&ved=0CAYQ_AUoAQ#imgdii=_&imgrc=vHmcgHLZ
2q2JjM%253A%3B02Oh7U_BSNB0nM%3Bhttps%253A%252F%252Fgadabi
nausaha.files.wordpress.com%252F2012%252F12%252Ftabel2.jpg%3Bhttps%
253A%252F%252Fgadabinausaha.wordpress.com%252F2012%252F12%252F
27%252Fjenis-jenis-perkerasan-jalan%252F%3B677%3B403
top related