rhinitis alergi

Post on 27-Jan-2016

280 Views

Category:

Documents

18 Downloads

Preview:

Click to see full reader

DESCRIPTION

Journal reading

TRANSCRIPT

Rhinitis AlergiPembimbing:

dr. Novemi, Sp. THT

Oleh:

Faizatul Makkiyah, S. Ked

Karlina Megawati, S. Ked

RSUD BANGIL-FKUWKS

2015

Abstrak

Rhinitis alergi merupakan penyakit yang berkaitan erat dengan asma dan conjunctivitis. Penyakit ini biasanya diderita sudah lama yang sering kali tidak terdeteksi pada pelayanan primer.

Gejala yang umum meliputi hidung buntu, gatal, rhinorrhea, dan bersin. Pemeriksaan fisik dan tes alergi kulit penting untuk menentukan diagnosa dari rhinitis alergi.

Generasi kedua oral antihistamin dan intranasal kortikosteroid adalah pengobatan utama.

Imunoterapi allergen merupakan pengobatan imunomodulasi yang efektif yang dapat direkomendasikan jika terapi farmakologi rhinitis alergi tidak efektif atau tidak toleran.

Pendahuluan

Rhinitis secara luas merupakan inflamasi pada mukosa hidung.

Rhinitis alergi adalah jenis yang paling sering dari rhinitis kronik. Menjangkit 10-20% dari populasi.

Rhinitis alergi yang parah telah dikaitkan dengan gangguan yang signifikan dalam kualitas hidup, tidur, dan performa kerja.

Penyakit ini melibatkan komponen seluruh saluran nafas.

Terdapat hubungan fisiologis, fungsional, dan imunologis antara saluran nafas atas (hidung, cavum nasal, sinus paranasal, faring, dan laring) dan saluran nafas bawah (trakea, bronkus, bronkiolus dan jaringan paru).

Kedua saluran tersebut memiliki epitel silia yang terdiri dari sel goblet dan sekter mucous, yang berguna untuk menyaring (filtrasi) udara yang masuk dan melindungi struktur jalan nafas.

Allergen yang masuk menginfeksi saluran nafas atas tidak hanya memberikan respon inflamasi lokal disana, tapi juga memberikan respon inflamasi saluran nafas bawah.

Rhinitis dan asma biasanya terjadi bersamaan. Oleh sebab itu, rhinitis alergi dan asma muncul sebagai kombinasi penyakit inflamasi saluran nafas, dan hal tersebut perlu dipertimbangkan untuk memastikan pemeriksaan dan menejemen yang optimal pada pasien dengan rhinitis alergi.

Patofisiologi

Alergen masuk Sel inflamasi (T CD4, sel B,makrofag,

dan eusinofil) infiltrasi mukosa hidung

Keluar sitokin (IL 3, IL 4, IL 5

dan IL 13)

terbentuknya Imunoglobulin

(IgE) oleh sel plasma

Terbentuk mediator Histamin dan leukotrin

•dilatasi arteriol• permeabilitas vascula

•gatal•rhinore (hidung berair),

• sekresi mucous•kontraksi otot polo

klasifikasi

RA Berdasarkan durasi Gejala

Intermiten Persisten

RA Berdasrkan keparahan

Ringan sedang berat

Diagnosis

P. Penunjang(tes alergi,

SPT)

PEMERIKSAAN FISIK

ANAMNESA

Riwayat Penyakit Sekarang

Anamnesa pasien akan menceritakan gejala yang klasik RA yaitu hidung buntu, gatal, rhinore dan bersin.

Conjunctivitis alergi juga sering berhubungan dengan rhinitis alergi dan gejalanya berupa kemerahan, keluar air mata dan gatal pada mata.

Anamnesa dampak dari gejala terhadap kualitas hidup, komorbiditas seperti asma, pernafasan mulut, mengorok, susah nafas saat tidur, keterlibatan sinus, otitis media, atau polip nasi.

Pasien mungkin memiliki gejala yang persisten dengan kata lain “pilek terus menerus”, oleh sebab itu penting juga untuk mencatat keseringan dan lama dari serangan “pilek”nya

Riwayat Penyakit Dahulu

Penggunaan obat-obatan diantaranya beta blocker, asam acetylsalicylic (ASA), obat anti inflamasi non steroid (NSAID), angiotensin converting enzyme (ACE) inhibitor, dan terapi hormonal dan obat-obatan terlarang (cocaine) dapat menyebabkan gejala dari rhinitis, oleh sebab itu pasien juga harus ditanyakan tentang obat yang sedang dan telah dikonsumsinya.

Riwayat Penyakit Keluarga

Anamnesa meliputi pertanyaan tentang RPK pada penyakit atopik

Evaluasi rumah pasien dan lingkungan pekerjaan/sekolah dianjurkan untuk menentukan potensi penyebab (trigger) dari RA.

Meliputi pollen, hewan berbulu, textile kain berbulu, rokok tobacco, tingkat kelembapan rumah, dan substansi-subtansi berbahaya yang berpotensi untuk pasien mungkin terkena.

PEMERIKSAAN FISIK

Tanda-tanda:• Bernafas melalui mulut

• Menggosok hidung

• Frekuensi pilek atau membersihkan tenggorokan

Hidung:• Oedem mukosa, epistaksis

• Lividae, sekret encer

• Polip atau struktur abnormal lainnya

Telinga:

• Normal

• Gangguan fungsi Tuba Eustachius

• Menilai cairan di belakang gendang telinga Sinus Paranasal (Manuver Valsava)

Sinus Paranasal

• Nyeri tekan pada palpasi

• Sensitif pada gigi geraham atas Tenggorok

• Pembesaran tonsil Thorax dan Kulit

• Tanda penyakit atopi

• Wheezing (asma)

DIAGNOSIS Meskipun anamnesa menyeluruh dan

pemeriksaan fisik yang diperlukan untuk menegakkan diagnosis klinis rhinitis, pengujian diagnostik lebih lanjut biasanya diperlukan untuk mengkonfirmasi alergi yang mendasari menyebabkan rhinitis tersebut.

Skin-prick test dianggap sebagai metode utama untuk mengidentifikasi pemicu alergi tertentu pada rhinitis.

PENATALAKSANAAN

Tujuan pengobatan: Menghilangkan gejala.

1. Menghindari Alergen

Pasien alergi terhadap tungau debu rumah harus diinstruksikan untuk menggunakan penutup kedap untuk tempat tidur dan menjaga kelembaban rumah di bawah 50% (untuk menghambat pertumbuhan tungau).

Paparan Pollen dapat dikurangi dengan menutup jendela, menggunakan AC, dan meminimalis waktu yang dihabiskan di luar rumah selama musim serbuk sari.

Pasien alergi terhadap bulu binatang, dianjurkan menghilangkan hewan di rumah dan biasanya menghasilkan penurunan yang signifikan dalam gejala dalam 4-6 bulan.

Strategi penghindaran ini dapat secara efektif memperbaiki gejala rinitis alergi, dan pasien harus disarankan untuk menggunakan kombinasi langkah-langkah untuk hasil yang optimal

2. Antihistamin

Antihistamin generasi kedua oral (desloratadine, fexofenadine dan loratadine adalah lini pertama pengobatan farmakologis direkomendasikan untuk semua pasien dengan rhinitis alergi. Agen ini telah ditemukan untuk secara efektif mengurangi bersin, gatal dan rhinorrhea bila diminum secara teratur pada saat gejala maksimal atau sebelum paparan alergen.

Antihistamin generasi pertama (diphenhydramine, klorfeniramin) juga efektif dalam mengurangi gejala, namun obat generasi ini telah terbukti berdampak negatif pada kognitif, karena itu, obat generasi ini tidak secara rutin dianjurkan untuk pengobatan rhinitis alergi.

3. Kortikosteroid Intranasal

Kortikosteroid intranasal juga lini pertama pilihan terapi untuk pasien dengan/gejala berat ringan persisten atau moderat dan mereka dapat digunakan sendiri atau dalam kombinasi dengan antihistamin oral. Ketika digunakan secara teratur dan benar, kortikosteroid intranasal efektif mengurangi peradangan pada mukosa hidung dan memperbaiki mukosa.

3. Antagonis reseptor leukotrien (LTRAs)

LTRAs efektif dalam pengobatan rhinitis alergi, namun tidak seefektif kortikosteroid intranasal. Meskipun satu studi jangka pendek menemukan kombinasi LTRAs dan antihistamin seefektif kortikosteroid intranasal.

LTRAs harus dipertimbangkan ketika antihistamin dan/atau kortikosteroid intranasal tidak ditoleransi dengan baik atau tidak efektif dalam mengendalikan gejala rinitis alergi.

4. Imunoterapi Alergen Imunoterapi alergen melibatkan pemberian alergen

subkutan, secara bertahap meningkatkan jumlah alergen yang relevan sampai dosis tercapai yang efektif dalam mendorong toleransi imunologi terhadap alergen.

Bentuk terapi telah terbukti efektif untuk pengobatan rhinitis alergi yang disebabkan oleh serbuk sari dan tungau debu, tapi memiliki keterbatasan kegunaan dalam mengobati alergi hewan bulu

5. Pilihan Terapi Lain Oral dan intranasal dekongestan (pseudoefedrin,

fenilefrin) berguna untuk menghilangkan hidung tersumbat. Namun, efek samping yang berhubungan dengan dekongestan oral (yaitu, agitasi, insomnia, sakit kepala, palpitasi) dapat membatasi penggunaan jangka panjang mereka. Penggunaan berkepanjangan dekongestan intranasal membawa resiko rinitis medikamentosa. Agen ini tidak boleh digunakan selama lebih dari 5 sampai 10 hari karena .

Natrium kromoglikat (Cromolyn) telah terbukti mengurangi bersin, rhinorrhea dan hidung gatal dan, oleh karena itu, pilihan terapi yang wajar untuk beberapa pasien.

Terapi bedah dapat membantu untuk memilih pasien dengan rhinitis, polip, atau penyakit sinus kronis yang refrakter terhadap pengobatan.

KESIMPULAN Rhinitis alergi adalah gangguan umum yang

secara signifikan dapat mempengaruhi kualitas hidup pasien. Diagnosis dilakukan melalui anamnesa lengkap dan pemeriksaan fisik. Selanjutnya tes diagnostik menggunakan tes skin-prick atau tes IgE spesifik alergen tertentu biasanya diperlukan untuk mengkonfirmasi bahwa alergi yang mendasari menyebabkan rhinitis tersebut.

Antihistamin generasi kedua dan kortikosteroid intranasal adalah andalan pengobatan untuk gangguan ini. Imunoterapi alergen serta obat lain seperti dekongestan dan kortikosteroid oral mungkin berguna pada kasus tertentu.

TERIMAKASIH.......................

top related