px kepala leher ekstremitas.ppt

Post on 18-Jan-2016

277 Views

Category:

Documents

5 Downloads

Preview:

Click to see full reader

TRANSCRIPT

Kepala, leher dan ektremitas

Yoyada SitorusTiffany Chang

Fithra Fauzana

Bentuk dan Ukuran KepalaPada bayi kurang dari 2 tahun, diukur

lingkaran kepala terbesar

Caranya meletakan pita melingkari kepala melalui glabela pada dahi, bagian alis mata, dan bagian belakang kepala yang paling menonjol yaitu protuberansia oksipitalis

Waktu lahir sekitar 35 cm6 bulan sekitar 43.5 cm1 tahun sudah bertambah 12 cm dari waktu

lahirPada umur 6 tahun bertambah 6 cm lagiPada waktu dewasa sekitar 55 cm

Bentuk dan Ukuran KepalaMakrosefali pada hidrosefalus dan

megaloensefali

Mikrosefali pada kelainan sindrom down, infeksi TORCH, disgenesis/hipoplasia otak

Kontrol Kepala• Umur 1 bulan bila leher bayi diangkat kepala

akan terjatuh kebelakang, bila didudukan kepala akan terjatuh kedepan

• Akhir bulan kedua bila ditengkurapkan bayi akan dapat mengangkat kepala sejenak

• Umur 3 bulan bayi dapat menjaga kepala beberapa saat meskipun belum stabil

• Umur 5 bulan bayi dapat menegakan kepala dalam posisi duduk

Kraniotabes• Perlunakan tabula eksterna tulang tengkorak• Diperiksa dengan menekan tengkorak

dibelakang dan diatas telinga dengan cukup keras

• Bila positif teraba sepertimenekan bola pingpong, masih normal sampai pada bayi berumur 6 bulan

• Abnormal pada rakitis, sifilis, hipervitaminosis A dan hidrosefalus

KraniotabesTanda Macewen atau cracked-pot sign

diperiksa dengan mengetukan jari pada tulagn tengkorak

Positif terdengar seperti suara pot retakNormal selama ubun-ubun masih terbukaBila ubub-ubun telah menutup menunjukan

peninggian tekananan intrakranial atau dilatasi ventrikel otak

Rambut dan Kulit KepalaPerhatikan warna, ketebalan, dan

pertumbuhan rambut kepalaPada pasien malnutrisi berwarna merah

jagung, kering dan mudah dicabutPerhatikan kulit kepala akan terdapatnya

manifestasi infeksi, hemangioma dan lesi kulit lain.

Ubun-ubun (fontanel)• Normal datar, rata, sedikit cekung• Ubun-ubun cekung pada malnutrisi dan

dehidrasi• Ubun-ubun cembung pada hidrosefalus,

meningitis, hematoma subdural, tumor intrakranial, perdarahan intraventrikular

• Ubun-ubun terlambat menutup pada rakitis, hidrosefalus, sifilis, hipotiroidisme, osteogenesis imperfekta, rubela kongenital, malnutrisi, sindrom down

Ubun-ubun (fontanel)Pada umur 19 bulan 90% telah menutupTerlambat menutup pada :

Rakitis, hidrosefalus, sifilis, hipotiroidisme, osteogenesis imperfekta, rubela kongenital, malnutrisi kongenital, sindrom down

Terlalu cepat menutup pada kraniositosis dan osteoporosis

Wajah• Asimetri wajah disebabkan oleh posisi janin

intrauterin• Paralisis facialis menyebabkan asimetri

wajah, saaat menangis atau tertawa wajah tertarik ke sisi yang sehat

• Pembengkakan wajah lokal disebabkan oleh edema, radang lokal, atau akibat infeksi kelenjar-kelenjar submandibularis, submaksilaris dan parotis.

Mata, VisusNeonatus bereaksi terhadap cahaya pada

usia 1 bulan, mengikuti gerakan jari pada usia 2 bulan.

Pada umur 6 bulan dapat memfokuskan pandangan pada obyek tertentu.

Mata, PalpebraPerhatikan simetris palpebra, ptosis adalah

palpebra yang tidak dapat terbukaLagopthalmos adalah palpebra yang tidak

dapat menutupHemangioma sering ditemukan pada

palpebraHordeolum ialah infeksi stafilokok pada tepi

palpebra

Ptosis

Hordeolum

Hemangioma

Alis dan Bulu MataPada sindrom Cornelia de Lange dan sindrom

Wardenburg alis sisi kiri dan kanan bertemu di tengah

Sindrom cordelia dan Wardenburg

Glandula dan Duktus NasolakrimalisBila sampai 6 bulan belum terbuka ditandai

oleh air mata yang selalu mengalirEpifora ialah produksi air mata yang

berlebihan

Konjuntiva• Perdarahan subkonjungtiva • Oftalmia neonatorum• Tanda defisiensi vitamin A :

– Hemeraltopia– Xerosis konjungtiva– Xerosis kornea– Keratomalasia

• Pinguekula• Pterigium

Perdarahan Subkonjungtiva

Pterigium

SkleraNormal berwarna putih, sklera biru terdapat

pada osteogenesis imperfekta, glaukoma dan sindrom Marfan

Pada sklera sering terdapat nevusIkterus mudah terlihat pada sklera

Blue Sclera

Ikterik

Kornea Kornea yang normal harus jernihBila terdapat peradangan, ulkus, atau

kekeruhan berarti abnormal

Pupil Pupil berbentuk bulat, simetris, diameter

normal 3-4 mmRefleks cahaya pupil perlu diperiksa baik

langsung maupun konsensualMidriasis atau miosisHipus adalah pupil yang melebar atau

menyempit secara cepat dan ritmis

LensaLensa yang normal berwarna jernihKekeruhan lensa disebut katarakSubluksasi lensa merupakan bagian dari

sindrom marfan atau homosistinuria

Eksoftalmos dan Enoftalmos

• Pada esoftalmos bola mata tampak menonjol keluar dan besar

• Enoftalmos ditandai oleh bola mata yang kecil dan dalam

• Pada keadaan normal iris terletak diantara kedua palpebra

• Pada bayi prematus dan cukup umur sampai beberapa hari iris berada dibawah palpebra superior, mirip dengan matahari yang sedang tenggelam (sun set sign)

Strabismus • Strabismus, juling adalah sumbu visual

yang tidak sejajar pada pelbagai lapangan gerakan bola mata

• Eksotrofia• Endotrofia• Hipertrofia• Hipotrofia• Esotrofia• Ektrofia

Nistagmus Nistagmus adalah gerakan bola mata yang

ritmik, biasanya cepat dan dapat horizontal, vertikal, berputar atau campuran

Nistagmus vesikularNistagmus okularNistagmus neurogenik

Telinga

Telinga luarTelinga dalam Telinga tengah

Daun telinga dan Liang telinga

Ukuran dan bentuk daun telingaLiang telinga dilihat kebersihan, laserasi dan

korpus alienum

Membran Timpani

Membran timpani normal sedikit cekung dan tampak mengkilap

Perhatikan apakah terdapat perforasi

MastoidPerhatikan apakah terdapat tanda-tanda

pembengkakan dan nyeri pada daerah belakang telinga

Ketajaman PendengaranKetajaman pendengaran dinilai secara kasar,

neonatus sudah bereaksi terhadap suaraPada bayi berumur 6bulan ketajaman

pendengaran dapat dinilai dengan alat FFT (free field test)

Pada anak yang lebih besar dilakukan dengan garpu tala dan audiometer

HidungPerhatikan bentuk hidung abnormalHidung pesek dengan dasar yang lebar mirip

pelana kuda (saddle nose) terdapat pada sifilis kongenital

Perhatikan mukosa hidung dan sekret hidungEpistaksis jarang terjadi pada bayi, bila ada

biasanya menunjukan kelainan darah

MULUT

1. Palatum mole2. Pilar posterior3. Uvula4. Pilar anterior5. Tonsil6. Dinding posterior orofaring

31

542

6

MULUT

Inspeksi:- Trismus diukur dari ujung gigi seri atas dan bawah Hasil: derajat ringan bila lebar antar gigi > 2 cm derajat sedang bila lebar antar gigi < 1 cm derajat berat bila tidak ada jarak antar gigi Penyebab: tetanus, infeksi/abses sekitar mulut, dislokasio sendi

temporomandibuler, parotitis, ensefalitis.

MULUTInspeksi:- Halitosis hasil: bau aseton ketoasidosis bau amonia uremia

bau busuk abses paru-paru Penyebab: higiene gigi dan mulut yang buruk, dehidrasi, muntah, tonsilitis

kronik, darah dalam mulut, hipertrofi adenoid, stomatitis, demam tifoid.

MULUT- Inspeksi bibir Simetris/ asimetris - jika asimetris waktu menangis/ tertawa dapat disebabkan oleh paresis N. trigeminus atau fasialis. Terdapat labioskisis, fisura atau tidak Perhatikan mukosa bibir, apakah berwarna: - pucat - biru keabu-abuan - merah anggur - bercak pigmentasi berbatas tegas berwarna biru-hitam atau coklat di mukosa bibir, mulut, hidung.

MULUT- Inspeksi mukosa pipi Perhatikan mukosa pipi apakah ada:

- Bercak koplik: Bercak putih keabuan dikelilingi daerah kemerahan, timbul pada mukosa pipi dalam yang berhadapan

dengan geraham bawah.

- oral trush: bercak berwarna putih, menimbul, mirip sisa susu di selaput lendir, bibir, pipi, lidah.

- pigmentasi kecoklatan atau tidak

Bercak koplik

MULUT- Inspeksi palatum Perhatikan apakah: - arkus palatum simetris/ tidak - terdapat ptekie, mutiara epstein, palatoskisis, uvula bifida

atau tidak.

- Inspeksi gingiva perhatikan warna, terdapatnya edema dan tanda-tanda

gingivitis. Perhatikan adanya abses periapikal, epulis, hiperptrofi

gingiva.

Eipstein pearl

Uvula bifida

epulis

MULUT- Inspeksi lidah perhatikan apakah ada:

- bifukasio lidah

- makroglosia/ mikroglosia

- glosoptosis

- tremor lidah

- lidah kotor

- geographic tongue

makroglosia

Geographic tongue

MULUT- Inspeksi gigi Perhatikan apakah terdapat maloklusi gigi, karies dentis,

hipoplasia email.

- Inspeksi saliva Perhatikan apakah ada hipersalivasi atau tidak

- hipersalivasi neonatus atresia esofagus

- hipersalivasi pada anak tumbuh gigi, stomatitis, epiglotitis akut, abses peritonsilar,cerebral palsy, parese N.IX & N.X (poliomielitis, difteria, miastenia)

Maloklusi gigi

MULUT- Inspeksi faring Perhatikan dinding posterior faring, apakah:

- mukosa hiperemis - eksudat

- edema - abses

- ulserasi - post nasal drip

Perhatikan tonsil:

- ukuran tonsil To, T 1, T2, T3, T4

- terdapat kripti, detritus, hiperemia,

ulserasi atau tidak.

MULUT

- Inspeksi laring Perhatikan apakah terdapat stridor atau tidak.

- Stridor pada neonatus hipokalsemia,

trakeomalasia,laringomalasi,

neoplasma, atau kerusakan N. laringeus

- Stridor pada anak benda asing, trauma

Dengan menggunakan laringoskopi, perhatikan apakah terdapat spasme, edema, paralisis, stenosis atau tumor pada laring .

LEHER- Inspeksi leher Panjang-pendek leher:

- bayi: leher tampak pendek

- usia 3-4 tahun: tampak memanjang

- pendek abnormal: sindrom hunter, hurler, klippel feil, morquino,

noonan, turner, kondodistrofi. Luka parut atau kelainan kulit Tortikolis atau tidak peningkatan pulsasi vena jugularis

- jika terlihat pulsasi vena pd saat anak duduk/ berdiri ↑ VJP

Pembengkakan, pembesaran massa/ organ.

LEHER- Palpasi leher Pemeriksaan tekanan vena jugularis

– Pasien dalam posisi terlentang dengan sudut kepala-dada ± 15-30o

– Hadapkan kepala pasien ke arah yg berlawanan dari pemeriksa.

– Lihat batas atas distensi vena jugularis– Bila perlu dengan mengosongkan vena dengan menekan

cranial vena dan mengurut ke caudal dilepaskan– Lihat apakah terdapat pulsasi vena diatas distensi vena.

Tekanan vena jugularis ↑ pada gagal jantung kongestif, tamponade jantung, perikarditis konstriktiva, massa di mediastinum

LEHER Pemeriksaan kaku kuduk - pasien dalam posisi terlentang - fleksikan kepala sampai dagu menyentuh dada - hasil: bila terdapat tahanan kaku kuduk +

Pemeriksaan tiroid - pada bayi-anak kecil: pemeriksaan dilakukan

terlentang. - Pada anak yang lebih besar: pemeriksaan dilakukan

dengan posisi duduk dan dari belakang . - raba kelenjar tiroid dengan menggunakan jari telunjuk

dan tengah. - minta pasien untuk menelan normal: bergerak ke

atas. - Nilai ukuran, bentuk, posisi, permukaan, konsistensi

kelenjar tiroid, mobiditas, terdapat nyeri/ tdk.

LEHERHasil abnormal: • Pembesaran hiperaktivitas tiroid, keganasan, goiter• Tiroid besar + licin hiperplasia tiroid• Nodul adenoma atau keganasan• Tiroid besar + nyeri tiroiditis• Hipotiroidisme + goiter pemberian obat anti tiroid,

tiroiditis Hashimoto, defisiensi yodium• Hipotiroidisme tanpa goiter kongenital, herediter

atau familial, sekunder akibat penyakit hipofisis

LEHER Pemeriksaan KGB - pasien dalam posisi duduk, leher sedikit difleksikan. - palpasi dengan menggunakan jari telunjuk-tengah, nilai

KGB: - preaurikula - aurikula posterior - occipital - tonsilar - submandibula - submental - servical superficial

- servical posterior - deep servical chain - supraclavicular

Fithra Fauzana 1102010103

ANOMALI KONGENITALKelainan kongenital pada ekstremitas superior dan inferior:-Amelia-Ekstromelia-Fokomelia -Sindaktili -Polidaktili

Panjang serta bentuk

anggota gerak yang sangat dipengaruhi oleh keadaan nutrisi atau faktor genetik:- Ekstremitas (termasuk jari-jari) yang panjang

dan kurus terdapat pada pasien aranodaktili, homosistinuria dan sindrom marfan

- Anggota gerak yang pendek dan lebar terdapat pada sindrom down, kondrodistrofi

Clubbing Fingers =Gejala pada CVD /Pulmonary disease

TULANGPerhatikan pembengkakan tulang akibat

- Infeksi : kemerah-kemerahan dengan suhu meninggi = osteomielitis

- Kalsifikasi tulang bertambah terdapat sesudah patah tulang, tumor dan kista tulang

- Patah tulang (gejala: kelainan bentuk, tidak dapat digerakkan, nyeri , krepitasi (+) jika digerakkan

PENILAIAN LAINNYAWarna kulit Anggota gerak yang pucat disertai perabaan dingin terutama di akral = gangguan perfusi perifer

Persendian-Diperiksa suhunya, ada nyeri tekan atau tidak, pembengkakan cairan, kemerahan dan limitasi atau nyeri pada pergerakan

- Sendi yang membengkak dan panas ditemukan pada artritis, alergi, serum sickness, osteokondritis

OtotDiperhatikan adanya spasme, paralisis, nyeriMemeriksa tonus dengan memegang otot

Dinilai ketegangan, respon otot pada waktu dengan atau tanpa tahanan, tanggapan terhadap stimulasi nyeri

Tonus otot meninggi pada luka/ infeksi otot, tulang atau pada sendi, penyakit

metabolisme, kerusakan UMN, tumor kauda ekuina

*Spasme umum ditemukan pada tetanus

OtotPerhatikan paresis atau paralisis

- Paralisis flaksid biasanya menunjukkan kerusakan LMN dan dapat ditemukan pada poliomielitis, miastenia

- Paralisis spastik terdapat pada penyakit UMN, penyakit otak degeneratif

EdemaMenekan selama 2-3 detik Pitting – non pittingTerbentuk cekungan = pitting edema

TurgorMencubit kulit selama 30-60 detikNormal < 1 detik (recoil)Turgor kulit yang jelek merupakan tanda

dehidrasi

Capillary refillMenekan bantalan kuku hingga berwarna putihNormal < 2 detikDehidrasi & gangguan perfusi perifer

Latief A, Tumbelaka A.R, Matondang C.S, dkk. Kepala dan leher. Dalam : Matondang C.S, Wahidiyat I, Sastroasmoro S, penyunting. Diagnosis fisis pada anak, Edisi kedua., cetakan keempat. Jakarta. C.V. Sagung Seto. 2009. h.48-55; 180

Daftar Pustaka1. Latief A, Tumbelaka A.R, Matondang C.S, dkk. Kepala dan leher.

Dalam : Matondang C.S, Wahidiyat I, Sastroasmoro S, penyunting. Diagnosis fisis pada anak, Edisi kedua., cetakan keempat. Jakarta. C.V. Sagung Seto. 2009. h.48-55; 180

2. Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak. Pemeriksaan fisis neonatus. Dalam : Latief A, Napitupulu P.M, Pudjiadi A, dkk. Buku kuliah 3 ilmu kesehatan anak, Cetakan kesebelas. Jakarta. Percetakan Infomedika. 2007.1040-1

3. Swartz M.H. Pasien pediatrik,kepala-mata. Alam Lukmanto P, Maulany R.F, Tambajong J, alih bahasa. Effendi H, Hartanto H, editor. Buku ajar diagnostik fisik. Jakarta. EGC. 1995. h. 422-4

top related